analisis vegetasi

25
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah. Populasi yang membentuk komunitas merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam mempelajari struktur dan komposisi suatu vegetasi digunakan pendekatan ke sifat dasar dari komunitas, yaitu keadaan individu-individu dalam membentuk populasinya. Dengan menganalisis keadaan individu-individu tersebut kita dapat menjabarkan karakteristik komunitas tumbuhan dengan baik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000). Secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi lahan, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang 1

Upload: rkuspriyadani

Post on 04-Jul-2015

819 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Ecology

TRANSCRIPT

Page 1: analisis vegetasi

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah. Populasi yang membentuk komunitas merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam mempelajari struktur dan komposisi suatu vegetasi digunakan pendekatan ke sifat dasar dari komunitas, yaitu keadaan individu-individu dalam membentuk populasinya. Dengan menganalisis keadaan individu-individu tersebut kita dapat menjabarkan karakteristik komunitas tumbuhan dengan baik.

Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi lahan, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.

Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menentukan luas minimum dari luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan di daerah danau kampus C Unair.

2. Menentukan vegetasi jenis rumput yang terdapat di daerah danau kampus C Unair.

3. Menentukan nilai penting dari vegetasi jenis rumput yang terdapat di daerah danau kampus C Unair.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapakah luas minimum dari luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan di daerah danau kampus C Unair?

2. Bagaimanakah vegetasi jenis rumput yang terdapat di daerah danau kampus C Unair?

1

Page 2: analisis vegetasi

3. Berapakah nilai penting dari vegetasi jenis rumput yang terdapat di daerah danau kampus C Unair?

1.4 Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada praktikum luas minimum dan analisis vegetasi ini melibatkan antara hubungan kerapatan dan kerimbunan dengan besar nilai penting pada suatu vegetasi

Hipotesis statistik 1. H0 : Tidak terdapat korelasi antara besar nilai kerapatan dan

kerimbunan di suatu vegetasi di danau kampus C Unair.2. H1 : Terdapat korelasi antara besar nilai kerapatan dan

kerimbunan di suatu vegetasi di danau kampus C Unair. Hipotesis kerja

Semakin besar nilai kerapatan dan kerimbunan suatu vegetasi, maka semakin besar pula nilai penting yang didapatkan.

2

Page 3: analisis vegetasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Pustaka Luas Minimum

Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan/vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Di bawah ini ada contoh ukuran kuadrat untuk beberapa jenis komunitas tumbuhan menurut kent dan coker (2002).

Yang perlu diperhatikan adalah seluas apapun percontohan diambil harus dapat menggambarkan untuk bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam daerah percontohan itu. Dengan demikian biasanya dalam suatu bentuk vegetasi akan di dapatkan suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut Luas Minimum.

1.2 Tinjauan Pustaka Analisis Vegetasi

Di suatu ekosistem tentunya terdiri dari berbagai jenis komunitas yang tersusun atas komponen-komponen biotik dan abiotik. Salah satu unsur dari komunitas adalah vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan hal yang sangat kompleks sehingga pengkajiannya tidak mudah dilakukan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda pula.

Untuk menganalisis suatu vegetasi dibutuhkan data spesies tumbuhan beserta diameter dan tinggi pohon tumbuhan tersebut. Umumnya, data-data tersebut digunakan untuk mencari indeks nilai penting suatu jenis vegetasi. Indeks nilai penting nantinya akan menunjukkan seberapa essensial suatu jenis tumbuhan pada vegetasi tersebut. Sementara itu, dengan adanya analisis vegetasi dapat diperoleh berbagai macam informasi yang dapat dimanfaatkan pada aspek ekologi lainnya, misalnya suksesi atau phisyognomi (Rohman , 2001).

1.3 Tinjauan Pustaka Analisis Vegetasi Metode Kuadrat

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, dan metode kwarter (Syafei, 1990). Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya akan menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat.

Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode penetuan luas minimum akan dapat ditentukan luas kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi tersebut.

3

Page 4: analisis vegetasi

Untuk setiap plot yang disebarkan dilakukan perhitungan terhadap variabel-veriabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan yang digunakan untuk metode kuadrat kali ini berbeda dari praktikum sebelumnya.

Kerapatan dalam praktikum ini ditentukan berdasarkan kelas kerapatan sebagai berikut :

Kelas kerapatan Kerapatan12345

Jarang sekali < 40Jarang 40

Cukup rapat 60Rapat 80

Rapat sekali 100Tabel kelas kerapatan analisis vegetasi metode kuadrat

Kerimbunan dalam praktikum ini didasarkan pada kelas kerimbunan dari Braunblanquet :

Kelas kerimbunan Penutupan12345

>75%75-50%49-25%24-10%<10%

Tabel kelas kerimbunan analisis vegetasi metode kuadrat

Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari spesies yang diketemukan dari sejumlah kuadrat yang dibuat. Sedangkan Nilai Penting, harga ini didasarkan pada penjumlahan dari harga-harga relatif dari kekerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Nilai maksimum dari Nilai Penting adalah 300%.

Harga relatif ini didapat berdasarkan perbandingan antara harga yang didapat untuk setiap jenis atau spesies terhadap harga total dari seluruh jenis spesies yang ditemukan.

Dalam tabel spesies atau jenis tumbuhan disusun berdasarkan harga nilai penting yang menurun (dari besar ke kecil). Dua spesies yang tertinggi harga nilai pentingnya dapat dipakai untuk memberi nama dari bentuk vegetasi tersebut.Analisis data metode kuadrat sebagai berikut.

Kerapatan absolut sp =

Kerimbunan absolut sp =

Frekuensi absolut sp =

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

4

Page 5: analisis vegetasi

III. BAHAN DAN CARA KERJA

1.1 Alat1. Meteran2. Tali rafia3. Kantong Plastik4. Tabel ompong

1.2 LokasiTempat atau lokasi sampling di lahan sekitar danau Kampus C Unair.

1.3 Cara Kerjaa. Praktikum Luas Minimum

1. Membuat bujur sangkar di lahan rumput seluas 25x25 cm², kemudian mencatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.

2. Memperluas kuadrat tadi menjadi dua kali semula menjadi 25x50 cm², apabila seluruh jenis tumbuhan sudah tercatat. Kemudian mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang telah diperluas tadi.

3. Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama, yaitu dua kali asalnya; (50x50); (50x100); (100x100); (200x100) cm², atau minimal sebanyak 10 kali perbesaran plot.

4. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel ompong.

b. Praktikum Analisis Vegetasi

1. Menyebarkan minimal 10 kuadran berukuran 1 meter persegi secara acak di vegetasi rumput.

2. Melakuakan analisis vegetasi di setiap kuadrat berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi, kemudian memasukkannya dalam tabel.

3. Melakukan penghitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap spesies tumbuhan.

4. Melakukan penghitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap spesies tumbuhan ini.

5. Menyusunnya dalam suatu tabel jenis tumbuhan berdasarkan harga nilai penting dari harga terbesar hingga terkecil.

6. Memberi nama bentuk vegetasi berdasarkan jenis atau spesies dengan harga nilai penting terbesar.

7. Menghitung indeks diversitas berdasarkan rumus Shanon Weaver.

5

Page 6: analisis vegetasi

IV. HASIL PENGAMATAN

1. Data Luas Minimum

No Luas Spesies Jumlah1 25x25 A,B,C,D,E 52 25x50 A,B,C,D,E,F 63 50x50 A,B,C,D,E,F,G 74 50x100 A,B,C,D,E,F,G,H,I 95 100x100 A,B,C,D,E,F,G,H,I 9

2. Data Analisi Vegetasi

a. Plot 1

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 56 15.38% 2 4B 1 0.27% 1 5C 13 3.57% 1 5D 159 43.68% 5 3E 100 27.47% 5 3F 14 3.84% 1 5G 11 3.02% 1 5H 2 0.54% 1 5I 8 2.19% 1 5

b. Plot 2

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 44 10.94% 2 4B 6 1.49% 1 5C 26 6.46% 1 5D 141 35.07% 5 3E 145 36.06% 5 3F 29 7.21% 1 5G 9 2.23% 1 5I 1 0.24% 1 5J 1 0.24% 1 5

6

Page 7: analisis vegetasi

c. Plot 3

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 48 8.77% 2 5C 18 3.29% 1 5D 192 35.10% 5 3E 245 44.78% 5 3F 21 3.83% 1 5I 5 0.91% 1 5K 1 0.18% 1 5L 13 2.37% 1 5M 4 0.73% 1 5

d. Plot 4

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 30 8.82% 1 5C 10 2.94% 1 5D 114 33.52% 5 3E 156 45.88% 5 3F 23 6.76% 1 5I 6 1.76% 1 5L 1 0.29% 1 5

e. Plot 5

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 28 7.12% 1 5C 33 8.39% 1 5D 143 36.38% 5 3E 124 31.55% 5 3F 32 8.14% 1 5L 5 1.27% 1 5

f. Plot 6

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 22 6.23% 1 5C 24 6.79% 1 5D 177 50.14% 5 2E 59 16.71% 2 4F 28 7.93% 1 5I 5 1.41% 1 5K 27 7.64% 1 5

7

Page 8: analisis vegetasi

L 10 2.83% 1 5O 1 0.28% 1 5

g. Plot 7

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 7 4.63% 1 5C 45 29.80% 2 3E 5 3.31% 1 5F 8 5.29% 1 5K 84 55.62% 4 2L 2 1.32% 1 5

h. Plot 8

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanA 16 15.53% 1 4C 10 9.70% 1 5D 43 41.74% 2 3E 9 8.73% 1 5F 1 0.97% 1 5K 23 22.33% 1 4N 1 0.97% 1 5

i. Plot 9

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanE 80 96.38% 4 1K 2 2.40% 1 5P 1 1.20% 1 5

j. Plot 10

jenis tumbuhan banyak tiap jenis % kerapatan kerimbunanE 35 100% 1 1

8

Page 9: analisis vegetasi

V. ANALISIS DATA

1. Luas Minimum

No Luas Plot Jumlah Spesies1 0.0625 52 0.125 63 0.25 74 0.5 95 1 9

2. Analisis Vegetasi

no

jenis tumbuhan

Kerapatankerimbuna

n frekuensi

NPKp KpRKb KbR F FR

1 A 1.1 9.01% 3.712.89

%  8/10 12.30%  34.2%

2 B 0.2 1.63% 1 3.48%  2/10  3.22%  8.33%

3 C 0.9 7.37% 3.813.20

%  8/10 12.30%

 32.87%

4 D 3.226.22

% 2 6.96%  7/10 10.76%

 43.94%

5 E 3.427.86

% 3.110.80

% 10/10

 15.38%

 54.04%

6 F 0.8 6.55% 413.93

%  8/10 12.30%

 32.78%

7 G 0.2 1.63% 1 3.48%  1/10  1.53%  6.64%8 H 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%  4.08%

9 I 0.5 4.91% 2.5 8.71%  5/10  7.69% 21.31%

10 J 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%  4.08%

11 K 0.8 6.55% 2.1 7.31%  5/10  7.69% 21.55%

12 L 0.5 4.91% 2.5 8.71%  5/10  7.69% 21.31%

13 M 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%   4.08%14 N 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%   4.08%15 O 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%   4.08%16 P 0.1 0.81% 0.5 1.74%  1/10  1.53%   4.08%

9

Page 10: analisis vegetasi

VI. PEMBAHASAN

Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadrat dimana pada metode ini menggunakan petak atau plot yang berbentuk bujur sangkar dan berukuran 100 x 100 (cm). Dan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali sehingga data yang diperoleh dari lapangan adalah berukuran 1 meter x 10 meter. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk rumput atau vegetasi semak. Praktikum ini dilaksanakan di lahan pinggir kolam rektorat Unair Surabaya dengan kondisi cuaca cerah. Kelompok kami menghitung luasan 1 meter x 10 meter dengan pembagian 10 plot secara memanjang.

Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9 Plot 10

Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi yang ditemukan adalah 16 spesies, pada praktikum ini kami tidak mengidentifikasi spesies rumput secara mendetail, namun kami hanya memberi simbol (a,b,c,d,e,....sampai p) untuk membedakannya. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis tumbuhan tersebut adalah dikarenakan adanya perbedaan karakter masing-masing tumbuhan.

Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.

Kerapatan setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies E sebesar 27%, kemudian diikuti Spesies D sebesar 26%, serta berbagai jenis vegetasi rumput lainnya dengan kerapatan rendah yakni sebesar kurang dari 3% pada spesies rumput B dan G, yaitu sebesar 1,63% dan spesies H, J, M, N, O, dan P( sebesar 0,81%).

Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani, 2006).

Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies E sebesar 15% dari 10 plot yang diamati. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis

10

Page 11: analisis vegetasi

vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya. Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara

langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.

Kerimbunan pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies F sebesar 13,93% dan Spesies C sebesar 14,20%, sementara kerimbunan terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies G, spesis J, spesies M, N, O, dan P masing-masing sebesar 1,53%.

Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi ditemukan pada jenis pesies E sebesar 54%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada lapangan pinggir kolam rektorat Universitas Airlangga Surabaya adalah dari Spesies E.

Dari hipotesis kerja dimana semakin besar nilai kerapatan dan kerimbunan suatu spesies maka semakin besar pula nilai penting yang diperoleh. Dari hasil penghitungan kami, spesies E yang merupakan spesies dominan memiliki kerapatan sebesar 27.86% dan kerimbunan sebesar 10.80%, serta nilai penting sebesar  54.04%. Sedangkan spesies P yang merupakan spesies yang paling jarang ditemukan memiliki kerapatan sebesar 0.81% dan kerimbunan sebesar 1.74%, serta nilai penting sebesar 4.08%. Di sini terlihat bahwa semakin besar nilai kerapatan dan kerimbunannya semakin besar pula nilai penting yang diperoleh yang berarti hal ini sesuai dengan hipoteisi kerja yang ada.

11

Page 12: analisis vegetasi

VIII. KESIMPULAN

Dari praktikum luas minimum dan analisis vegetasi ini kelompok kami memperoleh kesimpulan sebagai berkut :

1. Luas minimum yang diperoleh pada lahan rumput di sekitar dana Kampus C Unair adalah 100x100 cm².

2. Komposisi vegetasi tumbuhan dari Analisis vegetasi dengan metode kuadrat 10 plot adalah terdiri dari 16 spesies tumbuhan, dengan masing-masing nilai kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi sebagai berikut :

Kerapatan tertinggi terdapat pada spesies E sebesar 27%; Kerimbunan terbesar terdapat pada spesies F sebesar 13,93%; Frekuensi tertinggi adalah terdapat pada spesies E sebesar 15%.

3. Dari spesies E yang merupakan spesies dominan memiliki kerapatan, kerimbunan, dan nilai penting berturut-turut yaitu 27.86%, 10.80%, dan 54.04%. Sedangkan dari spesies P yang merupakan spesies yang jarang ditemukan memiliki kerapatan, kerimbunan, dan nilai penting berturut-turut yaitu 0.81%, 1.74%, dan 4.08%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai kerapatan dan kerimbunannya semakin besar pula nilai penting yang diperoleh.

12

Page 13: analisis vegetasi

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis-vegetasi.html diakses pada 3 Desember 12:34.

Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede. Pangrango

Hamid, Huzaifah. 2009. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/ diakses pada 3 Desember 23:07.

Hariyanto, S., B. Irawan dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha.  2001.  Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang.

Santoso, Bhima Wibawa. 2010. http://bhimashraf.blogspot.com/2010/03/laporan-analisis-vegetasi.html diakses pada 5 Desember 2010 06:43.

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Lahan di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Syafei, Eden Surasana. 1990.  Pengantar Ekologi Tumbuhan.  ITB: Bandung.

13

Page 14: analisis vegetasi

IX. LAMPIRAN

1. Grafik Luas Plot terhadap Jumlah Spesies

Grafik luas plot terhadap jumlah spesies

y = 4.0645x + 5.625

0

2

4

6

8

10

12

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Luas Plot (meter persegi)

Ju

mla

h s

pesie

s

Series1

Linear(Series1)

2. Foto Spesies

Spesies A Spesies B

14

Page 15: analisis vegetasi

Spesies C Spesies D

Spesies E Spesies F

15

Page 16: analisis vegetasi

Spesies G Spesies H

16

Page 17: analisis vegetasi

Spesies I Spesies J

Spesies K Spesies L

17

Page 18: analisis vegetasi

Spesies M Spesies N

Spesies O Spesies P

18