analisis variabel-variabel yang mempengaruhi ...repository.ub.ac.id/2715/1/anis widyawati.pdfhasil...

84
i ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Alun-alun Kabupaten Gresik) SKRIPSI Disusun oleh: Anis Widyawati 115020101111014 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

i

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN

PEDAGANG KAKI LIMA

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Alun-alun

Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Anis Widyawati

115020101111014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

ii

ANALYSIS OF VARIABLES THAT INFLUENCE THE

INCOME OF STREET VENDORS

(Case Study On Street Vendors At Gresik District

Square)

MINOR THESIS

Compiled by:

Anis Widyawati

115020101111014

Submitted in partial fulfillment of the requirements for the attainment

of the degree of bachelor of economics

DEPARTEMENT OF ECONOMICS

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

UNIVERSITY OF BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

i

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN

PEDAGANG KAKI LIMA

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Alun-alun

Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Anis Widyawati

115020101111014

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 4: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

ii

Page 5: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

iii

Page 6: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

iv

Page 7: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

v

ABSTRACT

Widyawati, Anis. 2017. Analysis Of Variables That Influence The Income Of Street Vendors (Case Study On Street Vendors At Gresik District Square). Minor Thesis, Departement Of Economics. Faculty Of Economics and Business. University Of Brawijaya Malang. Prof. Dr. M. Pudjihardjo, SE., MS.

Kata Kunci: Capital Operations, Age, Old Business, Working Hours, Revenue Street Vendors

This study aimed to analyze the influence of operational capital, age variables, the working hours, business operational and against earnings street vendors the informal sector, with a case study of on street vendors at Gresik district square.

The data used are primary data. The analysis technique used is multiple linear regression analysis. This study uses calculation of SPSS 16

The Results of this study indicate that the operational capital, working hours , and a significant positive effect on revenues vendors informal sector in Gresik district square.While the variable age not influence significantly on revenues vendors informal sector in Gresik district square.

Page 8: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

vi

ABSTRAK

Widyawati, Anis. 2017. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Pedagang Kak Lima (Studi Kasus Pada Pedagang

Kaki Lima Di Alun-Alun Kabupaten Gresik). Skripsi, Jurusan Ilmu

Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya Malang.

Prof. Dr. M. Pudjihardjo, SE., MS.

Kata Kunci: Modal, Usia, Pendidikan, Pendapatan, PKL, Wisata Belanja Tugu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel modal operasional, umur, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan pedagang kaki lima sektor informal, dengan studi kasus di alun-alun Kabupaten Gresik.

Data yang digunakan adalah data primer. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan perhitungan melalui SPSS 16.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel modal operasional, lama usaha jumlah, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun Kabupaten Gresik. Sedangkan variabel umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun Kabupaten Gresik.

Page 9: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di

Alun-Alun Kabupaten Gresik)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, do’a,

motivasi, dan segalanya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. M. Pudjihardjo, SE., MS. Selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, mengarahkan, sabar dan bijaksana dalam

memberikan bimbingan, banyak memberikan kritik yang membangun,

saran, memberi semangat, dan nasehat bagi peneliti dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak David Kaluge, SE., MS., M. Ec. Dev., Ph. D selaku dosen penguji I

yang telah memberikan kritik, saran, dan nasehat kepada peneliti.

4. Ibu Ajeng Kartika Galuh, SE., ME. selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik, saran, dan nasehat kepada peneliti.

Page 10: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

viii

5. Bapak Drs. Nurkholis, SE., M.Buss(Acc)., Ak., Ph. D. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

6. Bapak Dwi Budi Santoso, SE., MS., Ph. D. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

7. Bapak Putu Mahardika Adi S., SE, M.Si, MA, Ph.D. selaku selaku

Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang.

8. Seluruh Dosen Pengajar Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi peneliti.

9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 yang telah banyak membantu

penulis dan memberikan dukungannya dalam menyusun skripsi sampai

selesai.

10. Keluarga azka, keluarga jazom, Rani, Gresia, dan Rika yang selalu

memberikan do’a, bantuan, dan dukungan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Demikian kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 10 Agustus 2017

Peneliti

Page 11: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..…………………………………………………............. ii

LEMBAR PERSETUJUAN .…………………………………………………............ iii

LEMBAR PERNYATAAN .…….……………………………………….................... iv

ABSTRACT .….............………………………………………………………............ v

ABSTRAK ….…...........………………………………………………………............ vi

KATA PENGANTAR .....……………………………………………….................... vii

DAFTAR ISI …...........………………………………………………………............ ix

DAFTAR GRAFIK …......……………………………………………….................... xi

DAFTAR TABEL ..……..…………………………………..................................... xii

DAFTAR GAMBAR …….....…..………………………………………................... xii

DAFTAR DIAGRAM .…..………………………………….................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...……………………………………………………….......... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori ................................................................................ 9

2.1.1. Teori Biaya Produksi ............................................................. 9

2.1.2. Teori-Teori Ketenagakerjaan ............................................... 10

2.1.3. Sektor Informal .................................................................... 12

2.1.4. Pedagang Kaki Lima ........................................................... 13

2.1.5. Pendapatan ......................................................................... 14

2.1.6. Modal .................................................................................. 15

2.1.7. Usia ..................................................................................... 16

2.1.8. Lama Usaha ........................................................................ 16

2.1.9. Jam Kerja ............................................................................ 16

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................... 17

2.3. Kerangka Pikir ............................................................................... 19

2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 20

Page 12: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

x

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 22

3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 22

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 23

3.4. Populasi dan Sampel .................................................................... 23

3.5. Jenis Data dan Suber Data ........................................................... 25

3.6. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 25

3.7. Metode Analisis Data .................................................................... 26

3.7.1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 27

3.7.1.1. Uji Autokorelasi .......................................................... 27

3.7.1.2. Uji Multikolinearitas .................................................... 27

3.7.1.3. Uji Normalitas ............................................................ 28

3.7.1.4. Uji Heteroskedastisitas .............................................. 28

3.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................ 28

3.7.3. Uji Statistik........................................................................... 29

3.7.3.1. Uji F (Simultan) .......................................................... 29

3.7.3.2. Koefisien Dterminasi (R2) ........................................... 29

3.7.3.3. Uji t (Parsial) .............................................................. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian .............................................. 31

4.2. Karakteristik Responden ............................................................... 34

4.3. Analisis Pengaruh Modal Kerja, Usia, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima………………………...47

4.3.1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 47

4.3.2. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................ 51

4.3.3. Uji Hipotesis ........................................................................ 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 60

5.2. Saran ............................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 63

LAMPIRAN ………………………………………………………………………….... 65

Page 13: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Hal.

Grafik 1.1 Persentase Penduduk Bekerja Formal/Informal, 2015-2016 ........... 1

Page 14: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

Tabel 1.1 Persentase Status Bekerja Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kabupaten Gresik 2013-2015 ........................................................... 5

Tabel 4.1 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 48

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 49

Tabel 4.3 Hasil Regresi Linear Berganda ......................................................... 52

Tabel 4.4 Hasil Regresi Uji F ........................................................................... 54

Tabel 4.5 Hasil Koefisien Determinasi ( ) ..................................................... 54

Tabel 4.6 Hasil Regresi Uji t ............................................................................. 55

Page 15: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

Gambar 2.1 Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja .................................. 11

Gambar 2.2 Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas) ..................................... 15

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pikir .................................................................. 20

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Gresik ............................................ 32

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 50

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot ...................................... 51

Page 16: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Judul Hal.

Diagram 4.1 Usia Responden ........................................................................ 34

Diagram 4.2 Jenis Kelamin Responden ......................................................... 35

Diagram 4.3 Tingkat pendidikan Responden ................................................. 36

Diagram 4.4 Jenis Barang yang Dijual ........................................................... 37

Diagram 4.5 Sarana Usaha ........................................................................... 38

Diagram 4.6 Anggota Keluarga yang Ikut Membantu .................................... 41

Diagram 4.7 Modal Usaha ............................................................................. 41

Diagram 4.8 Pendapatan Responden ............................................................ 42

Diagram 4.9 Jarak Tempuh Lokasi ................................................................ 43

Diagram 4.10 Status Kepemilikan Rumah ........................................................ 44

Diagram 4.11 Lama Bekerja Dalam Satu Hari ................................................. 45

Diagram 4.12 Lama usaha ............................................................................... 46

Page 17: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal.

Lampiran 1 Kuesioner ..................................................................................... 68

Lampiran 2 Dokumentasi Lapangan ................................................................ 71

Lampiran 3 Data Kuesioner Responden ......................................................... 72

Lampiran 4 Hasil Olah Data ……………………………………………………….. 74

Page 18: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor informal merupakan bagian penting dari kehidupan ekonomi

disebagian besar negara berkembang seperti Indonesia. Di negara yang tingkat

pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang tinggi, ekonomi informal cenderung

tumbuh untuk menyerap sebagian besar tenaga kerja.

Grafik 1.1: Persentase Penduduk Bekerja Formal/Informal, 2015-2016

Sumber: Sakernas (2016)

Grafik 1.1 menjelaskan bahwa dari 118,41 juta orang yang bekerja,

sebanyak 50,80 persen merupakan penduduk yang bekerja di sektor informal

(60,15 juta orang). Sedangkan persentase sektor formal pada Agustus 2016

sebesar 49,20 persen. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan sektor formal

Informal Formal

Agustus 2016

Februari 2016

Agustus 2015

Page 19: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

2

dalam menyerap tenaga kerja, sehingga banyak angkatan kerja memilih terjun

kesektor informal.

Menurut Todaro (2000) karakteristik sektor informal adalah sangat bervariasi

dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi

yang dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga

kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana, para

pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya tidak

memiliki keterampilan dan modal kerja. Oleh sebab itu produktivitas dan

pendapatan mereka cenderung rendah dibandingkan dengan kegiatan bisnis

yang dilakukan di sektor formal. Pendapatan pekerja informal tidak seperti

pendapatan pekerja formal yang tetap dan teratur setiap bulannya.

Timbulnya sektor informal di kota merupakan akibat dari adanya

ketimpangan dalam pasar tenaga kerja dan bagi angkatan kerja yang tidak

tertampung di sektor formal mereka dihadapkan pada masalah untuk memenuhi

kebutuhan hidup terpaksa harus berpartisipasi di sektor informal. Seperti yang

ditunjukkan grafik 1.1 bahwa 50 persen penduduk Indonesia terjun ke sektor

informal.

Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit yang

berusaha di bidang produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang mana usaha tersebut dilaksanakan di tempat-tempat yang

dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal. Umumnya pekerja

sektor informal berada di daerah perkotaan yang sebagian besar didominasi oleh

pedagang kaki lima (PKL).

PKL di Indonesia bisa dikatakan sudah sangat banyak dan hampir tersebar

di seluruh sudut kota. Salah satu masalah yang paling sering muncul dari

kegiatan pedagang kaki lima adalah mereka sering sekali dikonotasikan sebagai

Page 20: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

3

penyebab dari masalah ketidaktertiban di perkotaan. Penggunaan tata ruang

yang tidak tertib oleh pedagang kaki lima menyebabkan mereka selalu menjadi

sasaran aparat dalam ketertiban jalan raya atau fasilitas umum lainnya. Hampir

di setiap jalur hijau dapat ditemukan pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima

bukannya ingin membuat kotor jalanan kota atau menentang pemerintah akan

tetapi kota merupakan pusat keramaian yang mana mereka bisa mendapatkan

penjualan yang tinggi sehingga menghasilkan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga maupun individu.

Penggusuran menjadi hal biasa yang dialami oleh para PKL. Penggusuran

yang sering dialami oleh para PKL tidak membuat mereka jera dan bahkan selalu

bertambah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di

suatu kawasan karena mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri yaitu

tempatnya ramai sehingga banyak pembeli, kondisinya lebih menguntungkan,

banyak teman yang berjualan ditempat ini, pernah berjualan ditempat lain tapi

sering ditangkap juga, belum ada tempat yang lebih strategis atau seramai

dibanding tempat yang sekarang ini, dan dekat dengan tempat tinggal. Lokasi

merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam memasuki sektor

informal, misalnya berdagang. Untuk itu, perlu adanya ketegasan di mana tempat

pedagang kaki lima boleh berdagang. Selama ini, PKL berada dimana-mana

terutama memenuhi jalur pedestrian yang seolah-olah dibebaskan padahal hal

tersebut melanggar hak para pejalan kaki. Hal tersebut sebagai akibat kurangnya

kontrol dari pemerintah daerah terhadap penggunaan dan batas yang jelas

mengenai lokasi yang dapat dimanfaatkan oleh para PKL.

Untuk menghadapi berbagai tekanan yang dilakukan pemerintah yang

dirasakan sangat membatasi ruang geraknya para PKL mempunyai beberapa

teknik atau strategi yang sengaja mereka kembangkan untuk menghadapi

dominasi tersebut. Hal itu mereka wujudkan dalam bentuk resistensi. Dalam

Page 21: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

4

melakukan resistensi sektor informal terlihat pada posisi yang menang, terbukti

meskipun setiap hari sektor informal selalu ditertibkan, jumlah mereka bukan

berkurang, bahkan malah bertambah. Sektor informal mempunyai strategi

resistensi sebagaimana strategi yang telah digunakan Amerika Serikat terhadap

serangan musuh. Ada lima sarana yang semuanya saling mendukung satu sama

lain, yaitu (1) Financial ware, yaitu kemampuan keuangan untuk menyogok

petugas, lurah dan camat agar tidak bersikap represif dan mau membocorkan

setiap akan terjadi obrakan. (2) Consciousness ware, yaitu kesadaran sector

informal untuk melakukan resistensi. Kesadaran ini menciptakan rasa percaya

diri sektor informal yang tinggi sehingga mereka berani melakukan resistensi. (3)

Organization ware, yaitu menggunakan sarana organisasi sektor informal yang

kuat. Terbukti banyak sekali paguyuban sektor informal yang telah berdiri dan

mereka tidak hanya menggunakan organisasi formal sebagai payung, tetapi juga

organisasi bawah tanah. (4) Social ware, yaitu menggalang kekompakan social

antara sektor informal yang satu dengan yang lain yang senasib

sepenanggungan. (5) Hardware, disini sektor informal menggunakan perangkat

keras berupa senjata yang digunakan bukan yang sesungguhnya tetapi

menggunakan senjata main kucing-kucingan (Alisjahbana 2005: 142-143 dalam

Rahayu 2010).

Jawa Timur merupakan propinsi terbesar ke 2 di Indonesia berdasarkan data

BPS (2016) bahwa Jumlah penduduk di Indonesia tahun 2011 sampai 2015

semakin bertambah. Pada tahun 2015 jumlah penduduk tercatat 277.962,2 ribu

jiwa atau naik 10,23 persen dari tahun 2014. Provinsi yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak pada tahun 2015 adalah Provinsi Jawa Barat dengan

46.709,6 ribu jiwa diikuti Jawa Timur 38.847,6 ribu dan Jawa Tengah 33.774,1

ribu jiwa. Sedangkan provinsi dengan penduduk paling sedikit adalah Provinsi

Papua Barat dengan 871,5 ribu jiwa.

Page 22: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

5

Provinsi Jawa Timur terdiri dari 38 Kabupaten/Kota. Namun dalam penelitian

ini memilih Kabupaten Gresik karena dikenal sebagai salah satu kawasan

industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Gresik antara lain Semen

Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHS-Tex, Industri Perkayuan/ Plywood

dan Maspion. Selain itu perekonomian kabupaten gresik dalam sektor industri

banyak ditopang dari sektor wiraswasta. Salah satunya yaitu industri songkok,

pengrajin tas, pengrajin perhiasan emas & perak, Industri garment (konveksi).

Sektor informal berperan penting dalam mengurangi tingkat pengangguran

karena sebagian besar pelaku sektor informal menciptakan lapangan kerja

sendiri. Berdasarkan data BPS Jawa Timur (2016) menunjukkan bahwa

penduduk yang tidak bekerja dari tahun 2013-2015 mengalami fluktuatif namun

cenderung meningkat. Sedangkan persentase sektor informal dari tahun 2013-

2016 fluktuatif cenderung menurun, namun masih terbilang tinggi daripada

penduduk yang bekerja di sektor formal yang setiap tahunnya mengalami

penurunan seperti ditunjukkan pada tabel 1.1. Hal ini menunjukkan

ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, sehingga banyak

angkatan kerja yang tidak bekerja dan sebagian memilih terjun pada sektor

informal.

Tabel 1.1: Persentase Status Bekerja Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Kabupaten Gresik 2013-2015

TAHUN 2013 2014 2015

Tidak Bekerja 40,24 38,84 46,91

Bekerja di Sektor Informal 39,40 41,36 35,21

Bekerja di Sektor Formal 20,36 19,79 17,88

Total 100% 100% 100%

Sumber: BPS Jawa Timur (2016). Diolah oleh peneliti

Page 23: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

6

Krisis yang menghantam bangunan ekonomi Indonesia mengakibatkan

jumlah pengangguran mencapai titik kritis. Hal ini terjadi karena selama krisis

berlangsung para pekerja sektor kontruksi, perdagangan, industri dan keuangan

banyak yang mengalami PHK atau tidak bisa bekerja lagi karena perusahaan

mengalami kebangkrutan.

Gresik merupakan kota industri dengan tingkat populasi yang tinggi.

Banyaknya penduduk yang mayoritas adalah pekerja sektor formal baik dari

dalam kota atau luar kota menjadikan Gresik salah satu kota yang berpotensi

untuk dijadikan lokasi perdagangan. Salah satu lokasi yang berpotensi besar

untuk dijadikan lokasi perdagangan adalah alun-alun yang merupakan pusat kota

dan lokasi yang sering dikujungi oleh banyak orang. Sektor usaha informal yang

dominan di sekitar alun-alun adalah pedagang kaki lima. Sebagian besar para

pedagang kaki lima ini bergerak di bidang kuliner.

Seperti halnya di kota-kota besar diseluruh Indonesia, di Gresik sektor

informal juga ikut memegang peranan penting dalam penyediaan lapangan kerja.

Keberadaan dan kelangsungan sektor informal dalam sistem ekonomi bukanlah

gejala negatif namun lebih pada realitas ekonomi kerakyatan yang berperan

penting dalam pengembangan masyarakat.

Prospek sektor informal terus berlangsung disertai dengan bertambahnya

para pedagang maupun penambahan tenaga kerja yang masuk ke sektor

tersebut, pendapatan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh setiap

pelaku usaha termasuk pedagang kaki lima sektor informal. hal ini mengindikasi

bahwa perlunya dilakukan studi yang mendalam mengenai perkembangan

prospek dan faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi pendapatan para

pedagang kaki lima di kabupaten Gresik.

Modal kerja merupakan salah satu faktor penting karena modal yang ada

akan mempengaruhi berapa banyak jumlah barang atau produk yang bisa

Page 24: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

7

diperoleh atau diproduksi untuk diperjual-belikan sehingga bisa meningkatkan

pendapatan. Usia seseorang menggambarkan tingkat produktifitas sehingga

dapat mempengaruhi pendapatan PKL.

Faktor jam kerja merupakan indikator yang penting untuk mengukur antara

underemployment dan produktivitas tenaga kerja serta menetukan jumlah barang

yang ditawarkan yang dapat berpengaruh positif terhadap pendapatan. Faktor

lama usaha merupakan penentu keterampilan dan pengalaman yang akan

berdampak positif terhadap kemampuan kerja seseorang.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ditarik

masalah untuk meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan sektor

informal dengan judul “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima

di Alun-Alun Kabupaten Gresik)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

yaitu bagaimana pengaruh modal kerja, usia, lama usaha, dan jam kerja

terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Alun-Alun Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja, usia, lama usaha, dan jam kerja

terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Alun-Alun Kabupaten Gresik.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang dapat digolongkan ke dalam beberapa aspek yaitu:

Page 25: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

8

1. Aspek Akademis

Hasil penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran mengenai penyelesaian

permasalahan tenaga kerja informal, dan memberikan informasi untuk

pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan

tenaga kerja sektor informal.

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

pengembangan peneliti selanjutnya dan pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang ekonomi sumber daya manusia.

Page 26: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan

mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksi

perusahaan. Biaya produksi sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Biaya eksplisit

Pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan

uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang

dibutuhkan.

b. Biaya tersembunyi

Taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

perusahaan itu sendiri. Pengeluaran yang tergolong sebagai biaya

tersembunyi adalah pembayaran untuk keahlian keusahawanan produsen

tersebut, modalnya sendiri digunakan dalam perusahaan dan bangunan

perusahaan yang dimilikinya (Sukirno, 2005:208).

Didalam suatu usaha berdagang jenis PKL, biasanya menyebut biaya

produksi dengan sebutan modal dalam kegiatan usaha mereka sehari-hari.

Modal atau biaya merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi

setiap usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar. Modal memiliki

hubungan yang positif bagi bertambahnya pendapatan pedagang, dimana modal

yang besar akan berpengaruh terhadap meningkatnya kapasitas produksi dan

besarnya skala usaha sehingga dapat berpengaruh pada jumlah pendapatan.

Page 27: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

10

2.1.2 Teori-Teori Ketenagakerjaan

Sebagian besar manusia menyadari bahwa, tenaga kerja memiliki peran dan

kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan

pembangunan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain tanah,

modal dan kecakapan tata laksana. Peranan faktor produksi tenaga kerja sangat

penting dan merupakan unsur-unsur yang harus bekerja demi terlaksananya

proses produksi.

Menurut Undang-undang RI pasal 13 tahun 2003 dan peraturan pemerintah

RI pasal 15 tahun 2007, bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja mulai 15 tahun

hingga 64 tahun, dan dikelompokkan kedalam angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja.

Termasuk dalam kelompok angkatan kerja adalah tenaga kerja atau

penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau punya pekerjaan

namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Penduduk yang sedang

menyiapkan usaha, sudah memiliki pekerjaan tetapi belum dimulai, atau

angkatan kerja juga bisa disebut sebagai penduduk yang aktif dalam ekonomi.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah

tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai

pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/mahasiswa),

mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta penerima

pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung dari jasa kerjanya

(pensiun/penderita cacat). Mereka yang tergolong bukan angkatan kerja ini tidak

aktif dalam kegiatan ekonomi atau kegiatan yang dilakukan tidak berpengaruh

terhadap keadaan ekonomi.

Page 28: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

11

Dalam Ekonomi Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran

tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah, yang mana

digambarkan pada garis S (suplay).

Gambar 2.1 : Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja

Sumber: Simanjuntak, 2001

Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap

mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah

penyediaan tenaga kerja akan selalu sama dengan permintaan (Le dalam

gambar 2.1) keadaan dimana penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan

dinamakan titik ekuilibrium (titik E). Dalam hal penyediaan tenaga kerja sama

dengan permintaan, atau dapat dikatakan tidak terjadi pengangguran. Dalam hal

yang terjadi di kenyataan sebenarnya, titik ekulibrium tidak pernah tercapai

karena informasi memang tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan

institusional yang akan selalu ada. Dan yang terjadi bahwa upah yang berlaku

(Wi) pada umumnya lebih besar dari upah ekuilibrium (We). Pada tingkat upah

Wi, jumlah penyediaan tenaga kerja adalah Ls dan untuk permintaannya hanya

sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur

(Simanjuntak, 2001).

Upah

(harga tenaga kerja)

Wi

We

0 Jumlah

tenaga kerja

S

D

E

Le Ld

Page 29: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

12

2.1.3 Sektor Informal

Sektor informal merupakan kegiatan sektor ekonomi yang dapat

menampung tenaga kerja paling besar. Negara dengan tingkat pertumbuhan

penduduk atau urbanisasi yang tinggi, ekonomi sektor informal cenderung

tumbuh untuk menyerap sebagian besar tenaga kerja seperti Indonesia.

Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit yang

berusaha dibidang produksi barang atau jasa yang pembentukan dan

operasionalnya tidak melalui perizinan atau aturan tertentu. Umumnya pekerja

sektor informal berada di daerah yang dianggap strategis dalam suasana

lingkungan yang informal, semisal di perkotaan yang sebagian besar didominasi

oleh pedagang kaki lima.

Menurut Todaro (2000) karakteristik sektor informal adalah sangat bervariasi

dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi

yang dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga

kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana, para

pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya tidak

memiliki keterampilan dan modal kerja. Oleh sebab itu produktivitas dan

pendapatan mereka cenderung rendah dibandingkan dengan kegiatan bisnis

yang dilakukan di sektor formal. Pendapatan pekerja informal tidak seperti

pendapatan pekerja formal yang tetap dan teratur setiap bulannya.

Menurut Hidayat (1978) dari segi karakteristiknya sektor informal mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:

1. Kegiatan usaha yang tidak terorganisir secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal;

2. Pada umumnya tidak mempunyai izin; 3. Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam

kerja; 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini,

Page 30: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

13

5. Satuan usaha yang mudah keluar dan masuk dari sub sektor yang satu ke sub sektor yang lainnya;

6. Teknologi yang dipakai masih bersifat sangat sederhana; 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil sehingga skala operasinya juga

kecil; 8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan

pendidikan formal karena pendidikannya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja;

9. Pada umumnya satuan usaha termasuk dalam golongan one man enterprises dan kalau mengerjakan buruh biasanya berasal dari keluarga;

10. Sumber dan modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi;

11. Hasil produksi atas jasa tertentu dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota/desa yang berpenghasilan menengah ke bawah.

2.1.4 Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima pada umumnya mayoritas hanya terdiri dari satu tenaga

kerja. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal tetap,

berupa peralatan, dan modal kerja. Dana tersebut jarang sekali dipenuhi dari

lembaga keuangan resmi, atau dari supplier yang memasok barang dagangan.

Sedangkan sumber dana yang berasal dari tabungan sendiri sangat sedikit. Ini

berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat menyisihkan hasil usahanya,

dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan dan cara pengelolaan uang,

sehingga kemungkinan untuk mengadakan investasi modal maupun ekspansi

usaha sangat kecil (Hidayat, 1978).

Beberapa faktor yang bisa menjadi sebab pertumbuhan PKL adalah;

pertama terbatasnya kesempatan pekerjaan formal dan pemutusan hubungan

kerja (PHK). Mereka kemudian mencoba dan mencari pekerjaan lain yang

memungkinkan mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup. Usaha model PKL

sering menjadi alternatif bagi mereka yang mengalami kondisi PHK. Kedua,

terjadinya kosentrasi sentra aktifitas ekonomi, yang pada akhirnya memunculkan

tempat-tempat strategis yang menjadi lahan potensial bagi PKL. Ketiga,

perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi). Umumnya lapangan kerja

Page 31: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

14

di desa, dan pekerjaan yang ada sama sekali tidak menjanjikan dan tidak akan

diminati.

2.1.5 Pendapatan

Pendapatan bagi sejumlah pelaku adalah uang yang diterima dari pelanggan

sebagai hasil penjualan barang atau jasa. Penjualan timbul karena terjadi

transaksi jual-beli barang antara penjual dan pembeli. Tidak peduli apakah

transaksi tersebut dilakukan dengan pembayaran secara tunai, kredit, atau

sebagian tunai atau sebagian kredit. Selama barang sudah diserahkan oleh

pihak penjual kepada pihak pembeli, hasil penjualan tersebut sudah termasuk

sebagai pendapatan. Kemudian pendapatan tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya.

Dalam lingkup PKL biasanya hanya ada pendapatan berupa uang dimana

pendapatan tersebut merupakan hasil bersih dari usahanya atau laba dan

dihitung setiap hari (per hari). Laba tersebut yang dinamakan pendapatan bagi

seorang yang bekerja sebagai PKL.

Pendapatan total atau total revenue adalah sama dengan jumlah unit output

yang terjual (Q) dikalikan harga per unit (P), dimana dapat disederhanakan

menjadi, TR = P.Q dan untuk biaya total atau total cost (TC) adalah sama

dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC +VC.

Dalam pendekatan totalitas yang membandingkan pendapatan total (TR) dan

biaya total (TC) sehingga biaya variabel per unit output dianggap konstan,

sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikalikan biaya variabel per

unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q, sehingga persamaan

tersebut dapat dipresentasikan dalam bentuk kurva berikut:

Page 32: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

15

Gambar 2.2: Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas)

Π = PQ – (FC +vQ)

Sumber: Rahardja, 2004

2.1.6 Modal

Modal atau biaya adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi

setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar (Tambunan, 2002).

Modal memiliki hubungan positif bagi bertambahnya pendapatan pedagang,

dimana modal yang besar akan berpengaruh terhadap meningkatnya kapasitas

produksi dan besarnya skala usaha. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang

cukup dan berkesinambungan akan memperlancar produksi yang pada akhirnya

akan meningkatkan jumlah produksi serta dapat berpengaruh pada jumlah

pendapatan usaha yang diperoleh.

Toni (2016) dalam penelitiannya menjelaskan modal usaha mempengaruhi

jumlah pendapatan para PKL, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa besar

kecilnya modal yang digunakan maka akan menentukan jumlah pendapatan

yang akan diperoleh. Modal usaha yang digunakan PKL secara langsung

menentukan jumlah persediaan barang atau produk yang akan dijual, semakin

besarnya modal maka semakin banyak pula barang dagangan yang akan dijual

P

TR=TC

TC= FC+VC

TR=PQ

VC = VQ

Titik impas

(BEP)

FC

0 Q* Q

Page 33: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

16

sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah pendapatan

PKL.

2.1.7 Usia

Usia seseorang menggambarkan tingkat produktifitas sehingga dapat

mempengaruhi pendapatan PKL. Miller dan Meiners (2000) menyatakan bahwa

“pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja

seseorang; lewat dari batas itu, pertambahan usia akan di iringi dengan

penurunan pendapatan. Batas titik puncak diperkirakan ada pada usia empat

puluh lima hingga lima puluh lima tahun”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Hariningsih dan Simatupang (2008) menyimpulkan adanya pengaruh positif

hubungan umur dengan tingkat pendapatan yang diperoleh.

2.1.8 Lama Usaha

Lamanya seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya

akan mempengaruhi produktivitasnya (kemampuan/ keahliannya), sehingga

dapat menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari

pada hasil penjualan. Keahlian keusahawaan merupakan kemampuan yang

dimiliki seseorang untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain

dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat

(Sukirno, 2005:7).

Lama usaha akan menentukan keterampilan dalam melaksanakan suatu

tugas tertentu. Lama Usaha dan pengalaman setiap individu dapat berdampak

positif terhadap kemampuan kerja seseorang, Rusmanhadi (2013).

2.1.9 Jam Kerja

Jam kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang

dipergunakan untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani

konsumen setiap harinya. Semakin lama jam kerja yang digunakan pedagang

Page 34: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

17

untuk menjalankan usahanya, berdasarkan jumlah barang yang ditawarkan,

maka semakin besar peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Hasil Penelitian Hariningsih dan Simatupang (2008) membuktikan adanya

hubungan langsung antara jam kerja dengan tingkat pendapatan. Penentuan jam

kerja dalam memasarkan barang dagangan berpengaruh terhadap pendapatan

bersih yang akan diterima. Pedagang kaki lima harus menetapkan jam kerja yang

tepat sesuai dengan karakteristik produk mereka agar dapat menjual barang

dagangannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Hariningsih dan Simatupang (2008) yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang

Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan sektor

informal, yang berkaitan dengan studi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pedagang kaki lima. Dimana variabel

independen: usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat

pendidikan, jam kerja, pengalaman pengeceran sebelum mandiri,

pengalaman pada posisi sekarang, tingkat persediaan, ukuran tempat.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun

hasil penelitian adalah variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah jam

kerja, pengalaman pengeceran sebelum mandiri, pengalaman pada

posisi sekarang, tingkat persediaan berpengaruh terhadap pendapatan

bersih pedagang kaki lima.

Page 35: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

18

2. Penelitian yang dilakukan Suradi (2013) yang berjudul “Analisis

Differensiasi Pendapatan Sektor Informal di Jalan Jawa Kabupaten

Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dari variabel tingkat pendidikan, variabel jumlah jam kerja,

variabel lama usaha, variabel keragaman menu, terhadap pendapatan

sektor informal di jalan jawa Kabupaten Jember. Dalam penelitian ini

menggunakan metode explanatory dengan menggunakan regresi linear

berganda. Adapun hasil penelitian adalah variabel tingkat pendidikan

tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima,

sedangkan variabel jumlah jam kerja, lama usaha, keragaman menu

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki

lima di jalan jawa Kabupaten Jember.

3. Penelitian yang dilakukan Pamungkas yang berjudul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pendapatan Kaki Lima Kota Malang (Studi Kasus

Pedagang Kaki Lima di Wisata Belanja Tugu Kota Malang)”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel

modal, variabel usia, dan variabel tingkat pendidikan, terhadap

pendapatan pedagang kaki lima di Wisata Balanja Tugu Kota Malang.

Metode analisis data menggunakan persamaan ordinary least squre

(OLS) dengan menggunakan regresi linear berganda. Adapun hasil

penelitian adalah variabel modal, usia, dan tingkat pendidikan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki

lima di Wisata Belanja Tugu Kota Malang.

4. Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) yang berjudul “Analisis Tenaga

Kerja Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman Masalah Tenaga Kerja

di Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kondisi modal usaha, upah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan

Page 36: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

19

pengalaman usaha pada sektor informal di Kota Medan, dan

mengetahui bagaimana secara parsial pengaruh modal kerja, upah,

tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha tenaga kerja informal

terhadap permasalahan tenaga kerja pada sektor informal di Kota

Medan. Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif mengunakan

Eviews 4.1. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel modal, usaha,

Upah, Pendidikan, dan Pengalaman Usaha berpengaruh terhadap

permasalahan tenaga kerja.

2.3 Kerangka Pikir

Pendapatan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh setiap pelaku

usaha termasuk pedagang kaki lima sektor informal, dalam penelitian ini

pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor umur,

dapat menggambarkan produktivitas sehingga mempengaruhi pendapatannya,

faktor modal operasional, dimana modal yang bertambah besar akan mampu

meningkatkan kapasitas dan skala produksi yang berkaitan bagi bertambahnya

pendapatan. Selanjutnya faktor lama usaha, produktivitas pedagang juga

menentukan bagi bertambahnya pendapatan yang mereka terima, salah satunya

melalui lamanya usaha yang mereka jalankan, kemudian faktor jumlah jam kerja,

dipengaruhi oleh besaran jumlah produk yang ditawarkan.

Kerangka penelitian dalam masalah pengaruh pendapatan pedagang kaki

lima sektor informal terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gresik.

Page 37: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

20

Gambar 2.3: Skema Kerangka Pikir

Keterangan: Parsial

Dapat diketahui bahwa kerangka pemikiran menggambarkan modal, usia,

lama usaha, dan jam kerja sebagai variabel bebas dan keempat variabel tersebut

diasumsikan memiliki pengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima (Y).

2.4 Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian sebelumnya maka

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga variabel modal operasional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun

Kabupaten Gresik.

2. Diduga variabel umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun Kabupaten

Gresik.

3. Diduga variabel lama usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun Kabupaten

Gresik.

MODAL (X1)

USIA (X2)

LAMA USAHA

(X3)

JAM KERJA (X4)

PENDAPATAN PKL

(Y)

H1

H2

H3

H4

Page 38: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

21

4. Diduga variabel jumlah jam kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan pedagang kaki lima sektor informal di alun-alun

Kabupaten Gresik.

Page 39: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh

modal, usia, lama usaha, dan jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang

kaki lima, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2011:13) adalah “penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang memusatkan

suatu kasus secara mendetail. Studi kasus menurut Maxfield yang dikutip oleh

Nazir (2005:57) adalah “penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan

dengan fase spesifik dan khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian

dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat”. Sedangkan

untuk menganalisis permasalahan menggunakan metode deskriptif kuantitatif,

yaitu hasil penelitian beserta analisisnya yang menggunakan metode kuantitatif

diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di alun-alun Kabupaten Gresik yang

beralamatkan di JL. K. H. Wahid Hasyim Kabupaten Gresik. Peneliti memilih

alun-alun Kabupaten Gresik karena pada wilayah tersebut banyak terdapat PKL

dengan jenis dagangan yang bervariasi.

Page 40: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

23

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel adalah obyek penelitian, atau permasalahan yang dipecahkan

dalam sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

variabel terikat dan variabel bebas. Definisi operasional variabel merupakan

penjelasan dari masing-masing variabel dependen (terikat) dan variabel

independen (bebas), yaitu:

1. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah pendapatan (Y),

pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan dari usaha berupa uang

yang diterima per harinya oleh pedagang kaki lima di alun-alun

Kabupaten Gresik dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Variabel independen (bebas) dalam penelitihan ini terdiri dari:

a. Modal (X1), yaitu modal atau biaya yang digunakan dalam konteks

ini adalah biaya variabel dan biaya tetap, yang digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan produksi sehari-hari yang selalu

berputar. Biaya-biaya ini dinyatakan dalam bentuk rupiah yang

dikeluarkan pedagang setiap hari.

b. Usia (X2), yaitu berapa usia pedagang kaki lima yang dinyatakan

dalam satuan tahun.

c. Lama usaha (X3), yaitu berapa lama pedagang dalam berkarya

pada usaha berdagang yang sedang dijalani saat ini. Lama usaha

diukur dengan satuan bulan.

d. Jam kerja (X4), yaitu rentang waktu lamanya seseorang bekerja,

jam kerja di ukur dalam satuan jam/hari.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

Page 41: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

24

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80). Dalam

penelitian ini populasi terdiri dari seluruh pedagang kaki lima yang berdagang di

alun-alun Kabupaten Gresik. Berdasarkan data paguyuban PKL alun-alun

Kabupaten Gresik (2016) pedagang kaki lima yang terdaftar sebanyak 195

pedagang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling dimana

semua pedagang kaki lima dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi sampel. Dalam menetukan besarnya sampel yang diambil,

peneliti menggunakan rumus slovin, yaitu:

n =

N

1 + Ne2

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus slovin pertama menentukan batas tolerasi

kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Peneliti

menggunakan batas toleransi kesalahan sebesar 10%. Berdasarkan rumus

tersebut, maka jumlah sampel minimum yaitu:

n =

195

1 + 195. 0,12

= 66,101

Page 42: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

25

Setalah dilakukan perhitungan, jumlah sampel minimum yang didapatkan

adalah 66,101 tetapi untuk mempermudah dalam penelitian dan pengolahan

data, maka jumlah sampel dibulatkan menjadi 66.

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini memerlukan sumber data yang akurat demi hasil yang

diinginkan. Sumber data merupakan data yang diperoleh dalam mencari

berbagai informasi yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder.

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dari kuesioner

yang diberikan kepada responden meliputi modal (X1), usia (X2), lama usaha (X3),

jam kerja (X4), serta pendapatan seorang pedagang kaki lima (Y) di alun-alun

Kabupaten Gresik. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal dari

Badan Pusat Statistik dan sumber-sumber pendukung lainnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu hal yang mempengaruhi kualitas data

hasil penelitian. Pengumpulan data menurut Sugiyono (2011:225) dapat

dilakukan dengan cara interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi

(pengamatan), dokumentasi, dan gabungan keempatnya. Peneliti menggunakan

kuesioner untuk mendapatkan data penelitian dari objeknya. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka artinya responden diberi

kebebasan penuh untuk memberikan jawaban yang dirasa perlu.responden

berhak dan diberi kesempatan menguraikan jawaban.

Metode kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai modal, usia, lama usaha, dan jam kerja terhadap tingkat

Page 43: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

26

pendapatan. Informasi yang dibutuhkan berasal dari objek penelitian yaitu

pedagang kaki lima di alun-alun Kabupaten Gresik.

Ada dua cara pemberian kuesioner kepada responden yaitu kuesioner

personel dan kuesioner lewat pos. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya

menggunakan cara pemberian kuesioner secara personal. Cara ini efektif dan

kontrol waktu yang dapat ditentukan disamping lokasi yang berdekatan

mendukung peneliti untuk berhubungan langsung dengan responden sehingga

lebih cepat dalam pengumpulannya.

Disamping teknik penyebaran, kuesioner data primer juga diperoleh melalui

teknik wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung (face to face)

dengan sumber data (responden). Untuk data sekunder diperoleh dari studi

literatur dimana kegiatan pengumpulan teori-teori dan data-data yang dapat

menunjang penelitian, serta buku akademik yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.7 Metode Analisis Data

Supaya data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan, maka perlu diolah dan

dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Analisis deskriptif

kuantitatif pada penelitian dimaksudkan agar model matematis, statistik dan

ekonometrika dalam angka-angka dapat diinterpretasikan atau dianalisa secara

deskriptif.

Adapun untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan

pedagang kaki lima di alun-alun Kabupaten Gresik peneliti menggunakan analisis

regresi linear berganda. Regresi linear berganda digunakan karena dalam

penelitian ini mencakup lebih dari dua variabel, dimana dalam regresi linear

berganda variabel terikat Y tergantung pada dua atau lebih variabel bebas.

Page 44: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

27

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran.

Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator), yaitu bila memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-

masalah autokorelasi, multikolinearitas, normalitas, dan heteroskedastisitas.

Untuk itu dilakukan uji terhadap model apakah terjadi penyimpangan-

penyimpangan asumsi klasik.

3.7.1.1 Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi mengandung korelasi

atau tidak diantara variabel pengganggu. Jika terjadi korelasi, maka ada masalah

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Apabila nilai antara -2 sampai +2 tidak terjadi masalah autokorelasi, untuk dapat

mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson.

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas

Dilakukan uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ada

korelasi yang tinggi di antara variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Influence Factor (VIF). Jika nilai

tolerance ˃0,1 dan nilai VIF ˂10 menunjukkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas pada model yang diuji. Jika nilai tolerance ˂0,1 dan nilai VIF ˃10,

maka menunjukkan ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model

regresi.

Page 45: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

28

3.7.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara yang

dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal adalah uji Normal Probability Plot. Kriteria dalam

pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi ˃0,05 maka residual memiliki

distribusi normal, apabila nilai signifikansi ˂0,05 maka residual tidak memiliki

distribusi normal.

3.7.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam

model regresi. Model penelitian yang baik adalah homoskeditas, yaitu residual

satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap. Dalam penelitian ini

menggunakan grafik scatterplot. Apabila titik-titik menyebar secara acak di atas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedas-tisitas pada model regresi.

3.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dilakukan secara deskriptif

dan statistik. Untuk menganalisis hubungan antar variabel dependen dan

independen maka pengolahan data menggunakan metode analisa regresi linear

berganda dengan model sebagai berikut:

Y= b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4 +e

Keterangan:

Y = Pendapatan

X1 = Modal

Page 46: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

29

X2 = Usia

X3 = Lama Usaha

X4 = Jam Kerja

b0 = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

e = Nilai Residu

3.7.3 Uji Statistik

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui besarnya masing-masing koefisien

dari variable-variabel bebas baik secara parsial maupun secara simultan

terhadap variable terikat, yaitu dengan menggunakan uji F (uji simultan),

koefisien determinasi berganda (R2), dan uji t (uji parsial).

3.7.3.1 Uji F (simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi variabel terikat. Jika nilai signifikan F test ˂ 5% makan

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara keseluruhan mampu menjadi

prediktor dari variabel terikat.

3.7.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variabel dependen. Koefisien determinasi ) menunjukkan proporsi yang

diterangkan oleh variabel bebas dalam model terhadap variabel terikatnya,

sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

formulasi model yang keliru dan kesalahan eksperimen.

Nilai ) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependennya terbatas. Sebaliknya, nilai ) yang

mendekati satu menanda-kan variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen.

Page 47: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

30

3.7.3.3 Uji t (parsial)

Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis secara parsial masing-masing

variabel independen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom

sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi ˂0,05, maka dapat

dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial. Apabila probabilitas nilai t atau signifikansi ˃0,05, maka

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan atara masing-

masing variabel bebas terhadap varibel terikat.

Page 48: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut dari Ibukota Provinsi Jawa

Timur (Surabaya) dengan luas 1.191,25 kilometer persegi dengan panjang pantai

±140 kilometer persegi. Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak

antara 112º-113º Bujur Timur dan 7º- 8º Lintang Selatan. Wilayahnya merupakan

dataran rendah dengan ketinggian 2-12 meter di atas permukaan air laut kecuali

Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan

air laut.

Secara administrasi pemerintahan, wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari 18

kecamatan, 330 Desa dan 26 Kelurahan. Hampir sepertiga bagian dari wilayah

Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan

Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah

dan Kecamatan Ujungpangkah. Sedangkan Kecamatan Sangkapura dan

Kecamatan Tambak berada di pulau Bawean.

Sebagaimana daerah-daerah lain, Kabupaten Gresik juga berdekatan

dengan kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam Gerbang kertasusila, yaitu

Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Adapun

batas-batas wilayah Kabupaten Gresik sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kota Surabaya

Sebelah Barat : Kab. Lamongan

Page 49: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

32

Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kabupaten Gresik

Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka (2012)

Page 50: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

33

Secara ekonomi Kabupaten Gresik disebut sebagai kota industri, sebutan

tersebut bukan tanpa alasan karena disertai dengan dukungan data.

Berdasarkan PDRB per tahun, pada struktur ekonominya terlihat dari tahun ke

tahun sumbangan sektor industri selalu mendominasi. Hal ini wajar karena di

Kabupaten Gresik terdapat industri besar maupun sedang yang jumlahnya di

atas 500 perusahaan. Sektor industri ini diharapkan mampu memulihkan

perekonomian di Kabupaten Gresik, karena sektor ini disamping menyerap

banyak tenaga kerja juga menggerakkan perkembangan sektor-sektor lain.

Alun-alun Kabupaten Gresik yang berlokasi di jalan KH Wachid Hasyim

selalu dibanjiri oleh pedagang kaki lima. Keberadaan para pedagang kaki lima

selama ini membantu menggeliatkan roda perekonomian di Kabupaten Gresik.

Meski tidak jarang muncul pemberitaan negatif terkait kegiatan para pedagang ini

yang dinilai mengganggu aktivitas pengguna jalan atau penikmat ruang publik

khususnya area alun-alun.

Berdasarkan data paguyuban pedagang kaki lima khusus area alun-alun,

tidak kurang dari 195 pedagang kaki lima yang sudah puluhan tahun berjualan

disana. Pedagang kaki lima yang menempati sektor informal dalam

perekonomian merupakan fenomena perkotaan yang selalu ada. Kabupaten

Gresik berdasarkan wilayah geografis merupakan daerah berkarang dengan

bebatuan kapur, yang mana untuk mengandalkan hidup pada sektor pertanian

khususnya bercocok tanam saja adalah suatu hal yang riskan dan sudah menjadi

kecenderungan masyarakat disana untuk bergerak pada jalur perdagangan dan

kerajinan. Pada gilirannya kondisi geografis telah memberikan sumbangan besar

terjadinya suatu dinamika kehidupan, menciptakan masyarakat yang terampil

berniaga salah satunya adalah semakin banyaknya pedagang kaki lima dan

menjadi pengrajin industri rumahan.

Page 51: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

34

Kawasan alun-alun Kabuptaten Gresik sebenarnya adalah area terlarang

bagi para pedagang kaki lima. Namun keberadaan para pedagang yang sudah

puluhan tahun berjualan disana, sangat sulit untuk direlokasi dimana pemerintah

daerah baru menyiapkan wacana saja untuk melakukan relokasi. Area pengganti

untuk menampung para pedagang kaki lima di kawasan alun-alun masih belum

tersedia berikut juga dengan anggaran relokasinya.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik PKL yang dijelaskan dalam penelitian ini mengacu pada

beberapa atribut responden seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan usaha mereka.

1. Usia Responden

Diagram 4.1 : Usia Responden

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Dari gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar para

responden yaitu pedagangan kaki lima di lingkungan alun-alun Kabupaten

21%

14%

23%

15%

10%

17%

Usia Responden

<30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun

41 – 45 tahun 46 – 50 tahun > 51 tahun

Page 52: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

35

Gresik memiliki usia 36 hingga 40 tahun dengan jumlah responden yaitu

sebesar 23%. Banyaknya responden yang memiliki usia tersebut yaitu

merupakan kelompok usia yang telah memiliki keluarga dan menjadi PKL

merupakan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi

keluarganya. Kelompok usia terbanyak kedua adalah kurang dari 30 tahun

yakni sebesar 21% kemudian disusul oleh kelompok usia lebih dari 50 tahun

sebesar 17%.

2. Jenis Kelamin Responden

Diagram 4.2 : Jenis Kelamin Responden

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Dari gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar para

responden yaitu pedagang kaki lima di lingkungan alun-alun Kabupaten

Gresik berjenis kelamin pria dengan jumlah responden sebesar 68%.

Banyaknya responden pria tersebut menunjukkan bahwa kelompok

responden tersebut dengan rentang usia mayoritas antara 36 tahun hingga

40 tahun, dalam keluarga merupakan kepala rumah tangga sehingga

menjadi PKL merupakan pilihan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

bagi keluarganya.

68%

32%

Jenis Kelamin Responden

Pria

Wanita

Page 53: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

36

3. Tingkat Pendidikan Responden

Diagram 4.3 : Tingkat Pendidikan Responden

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Berdasarkan pada grafik tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu SD dan SMP

dimana masing-masing sebanyak 27 orang dan 22 orang dari total

responden. Adapun pendidikan formal tertinggi adalah S1 yang berhasil

ditamatkan oleh responden sebanyak 1 orang dari total responden.

Rendahnya tingkat pendidikan PKL ini dapat dipahami bahwa usaha di

sektor informal ini memang tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang

tinggi. Sektor informal seperti PKL bersifat terbuka bagi siapa saja yang ingin

berusaha di dalamnya tanpa harus dibutuhkan syarat-syarat ketat seperti

halnya di sektor ekonomi formal. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang

rendah tidak menghalangi seseorang yang ingin menggeluti pekerjaan

sebagai PKL.

27

22

16

1 0

5

10

15

20

25

30

SD SMP SMA S1

Tingkat Pendidikan Responden

Jumlah

Page 54: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

37

4. Jenis Barang yang Dijual

Diagram 4.4 : Jenis Barang yang Dijual

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Dari data pada grafik di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menawarkan barang dagangannya yang berupa makanan dan

minuman, dengan jumlah responden sebanyak 34responden. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa selama ini para pedagang kaki lima menjual barang

dagangan yang dapat secara langsung dinikmati oleh konsumen dan

merupakan kebutuhan utama manusia yakni makanan dan minuman dengan

harapan cepat laku dalam jumlah yang banyak sehingga margin laba yang

diperoleh juga lebih banyak.

Selain makanan dan minuman, produk yang banyak dijual oleh para

PKL di alun-alun Kabupaten Gresik adalah mainan anak-anak. Sebanyak 14

PKL berjualan mainan anak-anak. Ada juga PKL yang menjual sepatu dan

0

5

10

15

20

25

30

35

Pakaian Makanan &minuman

Sepatu &sandal

Mainananak-anak

Lain-lain

8

34

9

14

1

Jenis Barang Dagangan

Page 55: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

38

sandal maupun pakaian masing-masing sebanyak 9 PKL dan 8 PKL.

Sisanya berjualan produk diluar kategori-kategori tersebut.

5. Sarana Usaha

PKL selalu berusaha mengatasi berbagai hambatan dan kendala yang

dihadapi. Salah satu diantaranya adalah mencukupkan berbagai sarana

usaha yang dibutuhkan PKL dalam menjual barang dagangannya. Namun

secara umum diketahui bahwa dalam menjual barang-barang dagangannya,

PKL hanya menggunakan sarana usaha sangat sederhana dan relatif sama.

Memahami keterbatasannya itu, sarana usaha yang dimiliki oleh PKL

dibagi dalam dua kelompok yaitu PKL yang berjualan dengan cara menetap

pada satu tempat tertentu dan PKL yang berjualan dengan cara berkeliling.

Untuk PKL yang berkeliling, sarana usaha yang mereka gunakan seperti

berjalan kaki, sepeda motor, atau rombong. Gambar dibawah ini menyajikan

data responden yang terbagi antara PKL menetap dan PKL berkeliling

sebagai berikut.

Diagram 4.5 : Sarana Usaha

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Menetap 14%

Berkeliling 86%

Sarana Usaha

Page 56: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

39

Gambar tersebut menyajikan data tentang cara-cara PKL dalam

berjualan. Sebagian besar para responden menggunakan sarana usaha

yang sifatnya bergerak. Sebesar 86% responden dari total responden

berjualan dengan cara berkeliling baik dengan jalan kaki, mengendarai

sepeda motor, atau dengan mendorong rombong. Sedangkan sisanya yaitu

14% responden berjualan dengan menggunakan sarana usaha yang

menetap.

Para PKL yang berkeliling atau berjualan dengan menggunakan sarana

usaha yang bergerak disebabkan oleh tiga alasan berikut: Pertama, PKL

tersebut tidak memiliki tempat yang memadai untuk berjualan diseputaran

lingkungan alun-alun Kabupaten Gresik. Kedua, PKL tersebut merupakan

orang-orang luar yang menjadikan area alun-alun sebagai area tujuan

berjualan. Ketiga, para PKL tersebut beranggapan bahwa dengan berkeliling

mereka akan dapat memperluas area penjualannya sehingga diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan mereka. Dan para PKL yang menetap atau

berjualan dengan sarana usaha yang tidak bergerak disebabkan karena

modal yang mereka miliki lebih besar dari para PKL yang berkeliling atau

berjualan dengan sarana usaha yang bergerak. Faktor tersebut memberikan

dukungan atau jaminan bahwa sarana usaha yang memadai akan

memberikan dukungan terkait dengan upaya memaksimalkan potensi yang

dimiliki.

6. Anggota Keluarga yang Membantu Usaha

Usaha PKL bersifat terbuka dalam pengertian tidak hanya dilakukan

secara sendiri tetapi juga dibantu oleh anggota keluarga. Bahkan pada

umumnya usaha PKL melibatkan anggota-anggota keluarga sebab

keterlibatan mereka dipandang memudahkan pekerjaan PKL. Gambar di

Page 57: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

40

bawah ini menunjukkan jumlah anggota keluarga yang ikut terlibat dalam

kegiatan PKL. Dari gambar tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa

mayoritas responden melibatkan anggota keluarganya untuk usaha mereka.

Sebesar 26% PKL menyatakan bahwa dalam berjualan dirinya dibantu oleh

satu anggota keluarganya. Sebesar 20% PKL dibantu oleh 2 orang anggota

keluarganya dan sebesar 7% PKL dibantu oleh lebih dari dua orang anggota

keluarganya ketika berjualan. Sisa responden sebesar 47% tidak dibantu

anggota keluarga lain ketika sedang berjualan.

Diagram 4.6 : Anggota Keluarga yang Ikut Membantu

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Banyaknya jumlah anggota keluarga yang ikut membantu merupakan

salah satu upaya untuk memaksimalkan usaha yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Jadi dapat dikatakan bahwa

banyaknya jumlah anggota keluarga yang ikut membantu secara langsung

memberikan dorongan atau motivasi responden untuk bekerja atau menjadi

tidak dibantu 47%

1 orang 26%

2 orang 20%

>2 orang 7%

Anggota Keluarga yang Ikut Membantu

Page 58: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

41

PKL. Namun bagi PKL yang tidak dibantu anggota keluarga ketika berjualan

juga tidak menyurutkan semangatnya untuk bekerja. Alasan mereka tentang

mengapa hanya berjualan sendiri di area alun-alun lebih dikarenakan

anggota keluarga yang lain telah memiliki pekerjaan ditempat lain atau

sedang bersekolah sehingga tidak memungkinkan untuk membantu kegiatan

berjualan di area alun-alun.

7. Modal Usaha

Diagram 4.7 : Modal Usaha

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Dalam berbisnis dibutuhkan modal yang mencukupi. Sekalipun tidak

besar, modal yang cukup akan mempengaruhi kelancaran usaha. Demikian

pula dengan PKL, meskipun umumnya tidak membutuhkan modal yang

besar namun kecukupan modal tetap mempengaruhi kegiatan usaha

mereka. Gambar diatas merupakan klasifikasi besaran modal yang

digunakan PKL dalam usaha jualan.

< Rp.100.000 12%

Rp.110.000-Rp.250.000

59%

Rp.260.000-Rp.450.000

14%

Rp.460.000-Rp.650.000

9% >Rp.650.000

6%

Modal Usaha

Page 59: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

42

Mayoritas PKL di alun-alun Kabupaten Gresik memiliki modal usaha

antara 110 ribu hingga 250 ribu saja yaitu sebesar 59% PKL. Dan tidak

kurang dari 12% responden memiliki modal usaha dibawah 100 ribu.

Selebihnya responden memiliki modal usaha diatas 250 ribu hingga lebih

dari 650 ribu. Banyaknya responden yang memiliki modal usaha kecil karena

mayoritas barang dagangan mereka juga tidak membutuhkan modal besar

seperti makanan dan minuman serta mainan anak-anak. Para PKL yang

membutuhkan modal besar dikarenakan produk yang mereka jual juga

membutuhkan modal lebih seperti sepatu, sandal dan pakaian.

8. Pendapatan Responden

Diagram 4.8 : Pendapatan PKL

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Berprofesi sebagai PKL tentu tidak dapat mengharapkan penghasilan

atau pendapatan yang tinggi. Sifat usahanya yang berskala sangat kecil

menghasilkan tingkat keuntungan yang juga kecil. Berdasarkan pendapatan

yang diperoleh setiap minggunya, menunjukkan bahwa setiap minggunya

< Rp.100.000 11%

Rp.110.000-Rp.250.000

64%

Rp.260.000-Rp.450.000

21%

Rp.460.000-Rp.650.000

3%

>Rp.650.000 1%

Pendapatan PKL

Page 60: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

43

sebagian besar responden memperoleh pendapatan sebesar Rp. 110.000

hingga Rp. 250.000 dengan jumlah responden sebesar 64%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa selama ini dengan menjadi PKL dapat memberikan

hasil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Jumlah pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih atau sejumlah

pendapatan yang telah dikurangi dengan sejumlah biaya yang digunakan

untuk mendukung operasional usaha yang dilakukan. Sebesar 11% PKL

memiliki pendapatan per minggu kurang dari 100 ribu namun tidak kurang

dari 21% responden memiliki pendapatan bersih per minggu antara 260 ribu

hingga 450 ribu.

9. Jarak Tempuh Lokasi

Diagram 4.9 : Jarak Tempuh Lokasi

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Jarak yang ditempuh oleh para PKL dari tempat kediaman atau tempat

mereka mengambil barang dagangan berbeda satu dengan yang lain.

Peneliti mencoba mengelompokkan jarak tempuh masing-masing PKL

0

5

10

15

20

25

30

< 500 meter 500 meter - 2kilometer

2,5 kilometer-5 kilometer

> 5 kilometer

28

18

12

8

Jarak Tempuh Lokasi

Page 61: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

44

menuju Alun-alun Kabupaten Gresik menjadi empat kelompok. Sebanyak 28

PKL merupakan warga atau masyarakat yang berlokasi disekitar alun-alun

karena jarak tempuh mereka menuju lokasi berjualan kurang dari 500 meter.

Sebanyak 18 PKL menempuh jarak antara 500 meter hingga 2 kilometer

menuju alun-alun. Kelompok ketiga adalah PKL yang menempuh jarak

antara 2,5 kilometer hingga 5 kilometer yakni sebanyak 12 PKL dan terakhir

yakni para PKL dengan jarak tempuh ke lokasi berjualan lebih dari 5

kilometer, sebanyak 8 PKL.

Dari jarak tempuh tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas

pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten Gresik merupakan

masyarakat seputaran alun-alun tersebut karena banyaknya pedagang yang

menempuh jarak kurang dari 2 kilometer yakni sebanyak 46 pedagang.

10. Status Kepemilikan Rumah

Diagram 4.10 : Status Kepemilikan Rumah

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Status kepemilikan rumah yang menjadi tempat tinggal para pedagang

kaki lima mayoritas merupakan rumah milik pribadi. Tidak kurang dari 44%

rumah sendiri 40%

sewa/kontrak 33%

rumah dinas 0%

lainnya 27%

Status Kepemilikan Rumah

Page 62: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

45

PKL menempati rumah milik sendiri. Sedangkan status kepemilikan rumah

yang bersifat sementara atau sewa/kontrak, sebesar 33%. Sisanya 27%

pedagang menempati rumah diluar kedua status kepemilikan tersebut.

Beberapa pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten Gresik

menempati rumah orangtua beserta keluarga dari saudara yang lain. Dan

beberapa juga mengaku tinggal menumpang dirumah saudara untuk

sementara waktu hingga mampu membayar kontrak rumah sendiri. Para

PKL yang memiliki jarak tempuh lebih dari 5 kilometer lah yang rata-rata

tinggal menumpang dirumah saudara atau menempati rumah orangtua

beserta keluarga dari saudara yang lain.

11. Lama Bekerja Dalam Satu Hari

Diagram 4.11: Lama Bekerja Dalam Satu Hari

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Lama bekerjanya para pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten

Gresik bervariasi antara kurang dari 5 jam per hari hingga lebih dari 20 jam.

Namun para PKL rata-rata bekerja antara lima hingga sepuluh jam per hari.

Hal ini diperkuat oleh jawaban dari 88% responden yang mengaku bahwa

3%

88%

8%

1%

Lama Bekerja Dalam Satu Hari

< 5 jam 5 - 10 jam 11 - 20 jam > 20 jam

Page 63: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

46

lama mereka berjualan di area alun-alun Kabupaten Gresik adalah antara

lima jam hingga sepuluh jam per hari.

Banyak diantara para pedagang yang datang ke area alun-alun sekitar

jam delapan pagi. Mereka mulai membuka lapak berjualan pada jam delapan

karena pengunjung alun-alun juga rata-rata baru berdatangan sekitar jam

sembilan pagi. Dan sebelum magrib tiba atau sekitar jam lima sore, para

pedagang kaki lima sudah berkemas untuk pulang. Hanya beberapa

pedagang yang bertahan hingga malam yakni sekitar 8% pedagang saja.

Beberapa merupakan pedagang mainan anak-anak dan pedagang makanan

dan minuman yang masih menjajakan dagangan hingga malam hari.

12. Lama Usaha

Diagram 4.11 : Lama Usaha

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2017

Lama usaha para pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten

Gresik dapat dilihat pada gambar di atas. Pedagang kaki lima dengan lama

usaha kurang dari satu tahun sebesar 17%. Sedangkan pedagang kaki lima

dengan lama usaha antara satu hingga lima tahun sebanyak 50%. Tidak

kurang dari 11% pedagang kaki lima mengakui bahwa mereka telah

< 1 tahun 17%

1 - 5 tahun 50%

5 - 10 tahun 11%

10 - 20 tahun 18%

> 20 tahun 4%

Lama Usaha

Page 64: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

47

berdagang sebagai PKL di area alun-alun antara lima tahun hingga sepuluh

tahun terakhir. Lama usaha 10 hingga 20 tahun merupakan rentang waktu

yang panjang. Sebesar 18% PKL mengaku bahwa mereka telah berdagang

di area alun-alun Kabupaten Gresik dalam rentang waktu yang panjang

tersebut. Dan tidak kurang dari 4% responden mengaku bahwa lama usaha

mereka bahkan lebih dari 20 tahun.

4.3. Analisis Pengaruh Modal Kerja, Usia, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima

4.3.1. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam persamaan

regresi mengandung korelasi atau tidak diantara variabel pengganggu. Jika

terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari

satu observasi ke observasi lainnya. Apabila nilai antara -2 sampai +2 tidak

terjadi masalah autokorelasi, untuk dapat mengetahui adanya autokorelasi

digunakan uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 16

didapatkan nilai Durbin-Watson sebagai berikut:

Tabel 10: Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

.498 15.112 4 61 .000 1.711

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Page 65: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

48

Hasil analisis data dengan menggunakan bantuan software SPSS

menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,711. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel independen terbebas dari autokorelasi,

karena nilai Durbin-Watson sebesar 1,711 berada diantara nilai -2 sampai

+2.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Jika ada

korelasi yang tinggi di antara variabel bebasnya, maka hubungan antara

variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi

dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Influence Factor (VIF). Jika

nilai tolerance ˃0,1 dan nilai VIF ˂10 menunjukkan bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas pada model yang diuji. Jika nilai tolerance ˂0,1 dan nilai VIF

˃10, maka menunjukkan ada multikolinearitas antar variabel independen

dalam model regresi. Berikut adalah hasil analisis data menggunakan

software SPSS untuk menguji multikolinearitas.

Tabel 4.2: Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Constanta

x1 0.868 1.152

x2 0.710 1.408

x3 0.823 1.216

x4 0.756 1.324

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Page 66: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

49

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel bebas

memiliki nilai tolerance kurang dari 10% dan nilai VIF lebih dari 10. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dan baik untuk

digunakan.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode grafik yaitu normal

probability plot yang dapat dilihat dari penyebaran titik-titik variabelnya,

adapun kriteria uji normalitas yaitu apabila penyebarannya disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis. Hasil dari normal probability plot dapat

dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2: Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Page 67: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

50

Pada gambar 1 terlihat bahwa titik-titik variabel berada disekitar garis

diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi uji

normalitas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain dalam model regresi. Dalam penelitian ini menggunakan grafik

scatterplot. Apabila titik-titik menyebar secara acak diatas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedas-

tisitas pada model regresi.

Gambar 4.3: Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Page 68: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

51

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar

secara merata, tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola

tertentu. Berdasarkan penyebaran titik-titik dapat disimpulkan bahwa pada

model regresi tidak terjadi problem heteroskedastisitas.

4.3.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dikemukakan dilakukan secara deskriptif dan statistik. Untuk menganalisis

hubungan antar variabel dependen (modal kerja, usia, lama usaha, dan jam

kerja) dan independen (pendapatan) maka pengolahan data menggunakan

metode analisa regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:

Y= b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4 +e

Keterangan:

Y = Pendapatan

X1 = Modal

X2 = Usia

X3 = Lama Usaha

X4 = Jam Kerja

b0 = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

e = Nilai Residu

Hasil analisis data dengan menggunakan bantuan software SPSS dapat

dilihat pada tabel.

Page 69: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

52

Tabel 4.3: Hasil Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -8138.930 49126.716 -.166 .869

x1 .231 .065 .348 3.575 .001

x2 982.552 1321.408 .080 .744 .460

x3 365.302 134.577 .272 2.714 .009

x4 12607.982 4420.808 .298 2.852 .006

a. Dependent Variable: y

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:

Y = -8138,93 + 0,231X1 + 982,552X2 + 365,302X3 + 12607,984X4

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

a = konstanta menyatakan apabila variabel modal, usia pedagang, lama

usaha, dan jam kerja bernilai konstanta maka laju perubahan pada

variabel pendapatan pedagang kaki lima sebesar -8138.930

X1= setiap penambahan satu nilai pada modal kerja, akan memberikan

kenaikan pada variabel y sebesar 0.231

X2= setiap penambahan satu nilai pada usia, akan memberikan kenaikan

pada variabel y sebesar 982.552

X3= setiap penambahan satu nilai pada lama usaha, variabel y akan turun

sebesar 365.302

X4= setiap penambahan satu nilai pada jam kerja, variabel y akan

memberikan kenaikan sebesar 12607.982

Page 70: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

53

4.3.3. Uji Hipotesis

1. Uji F (simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi variabel terikat.Jika nilai signifikan Ftest ˂ 5 persen makan

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara keseluruhan mampu menjadi

prediktor dari variabel terikat. Hasil analisis regresi linear berganda dengan

SPSS 16 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4: Hasil Regresi Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.915E11 4 1.229E11 15.112 .000a

Residual 4.959E11 61 8.130E9

Total 9.874E11 65

a. Dependent Variable: y

b. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel

independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal

ini dibuktikan dengan nilai signifikansi Ftest < 5% (0,000 < 0,05), maka dapat

dikatakan variabel modal kerja, usia, lama usaha, dan jam kerja secara bersama-

sama berpengaruh terhadap pendapatan.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variabel dependen. Nilai ) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependennya terbatas. Sebaliknya, nilai

) yang mendekati satu menandakan variabel-variabel independen

Page 71: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

54

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen.

Adapun nilai dari hasil perhitungan SPSS 16 terlihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5: Hasil Koefisien Determinasi ( )

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .705a .498 .465 90168.21767

a. Predictors: (Constant), x4, x1, x2, x3

b. Dependent Variable: y

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai R square sebesar 0.498. Hal ini

menandakan hahwa besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara simultan yang dapat diterangkan oleh model persamaan

regresi linear berganda sebesar 49.8%, adapun sisanya yaitu sebesar 50.2%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

3. Uji t (parsial)

Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis secara parsial masing-masing

variabel independen.Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom

sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi ˂0,05, maka dapat

dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial. Apabila probabilitas nilai t atau signifikansi ˃0,05, maka

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan atara masing-

masing variabel bebas terhadap varibel terikat. Berdasarkan hasil analisis parsial

pengaruh dari keempat variabel independen yaitu modal kerja, usia, lama usaha,

dan jam kerja terhadap pendapatan ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut:

Page 72: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

55

Tabel 4.6: Hasil Regresi Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -8138.930 49126.716 -.166 .869

x1 .231 .065 .348 3.575 .001

x2 982.552 1321.408 .080 .744 .460

x3 365.302 134.577 .272 2.714 .009

x4 12607.982 4420.808 .298 2.852 .006

a. Dependent Variable: y

Sumber: Data penelitian diolah menggunakan SPSS 16

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa terdapat 1 variabel

independen yaitu modal yang berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen yaitu pendapatan, dengan tingkat signifikan sebesar 0.001.

Sedangkan usia tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dikarenakan

memiliki nilai sig lebih besar daripada 0.05 yaitu masing-masing sebesar 0.460.

Hal ini berarti bahwa hanya hipotesis pertama, ketiga, dan keempat dari

hipotesis yang diajukan, dapat diterima. Sedangkan hipotesis kedua ditolak.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Variabel Modal

Usaha (X1), berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan PKL di area alun-

alun Kabupaten Gresik. Hal ini dibuktikan dari koefisien regresi sebesar 0,231

dengan tingkat signifikansi dari uji t 0,001 < 0,05. Berdasarkan koefisien regresi

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar modal usaha, maka akan semakin

tinggi tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik. Dan

Page 73: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

56

sebaliknya, setiap terjadi penurunan modal usaha akan diikuti oleh penurunan

tingkat pendapatan PKL di area Alun-alun Kabupaten Gresik.

Dilihat dari besarnya kontribusi modal usaha terhadap tingkat pendapatan

PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik, ternyata modal usaha mampu

memberikan pengaruh sebesar 34.8% dan merupakan pengaruh yang dominan

dalam menentukan tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik

apabila dibandingkan dengan tiga variabel bebas lainnya.

Modal atau biaya adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi

setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar (Tambunan, 2002).

Modal memiliki hubungan positif bagi bertambahnya pendapatan pedagang,

dimana modal yang besar akan berpengaruh terhadap meningkatnya kapasitas

produksi dan besarnya skala usaha. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang

cukup dan berkesinambungan akan memperlancarproduksi yang pada akhirnya

akan meningkatkan jumlah produksi serta dapat berpengaruh pada jumlah

pendapatan usaha yang diperoleh.

Hasil penelitian ini selaras dengan Toni (2016) yang dalam penelitiannya

menjelaskan modal usaha mempengaruhi jumlah pendapatan para PKL, dari

hasil tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya modal yang digunakan maka

akan menentukan jumlah pendapatan yang akan diperoleh. Modal usaha yang

digunakan PKL secara langsung menentukan jumlah persediaan barang atau

produk yang akan dijual, semakin besarnya modal maka semakin banyak pula

barang dagangan yang akan dijual sehingga dapat memberikan dampak

terhadap peningkatan jumlah pendapatan PKL.

Mayoritas PKL di alun-alun Kabupaten Gresik memiliki modal usaha antara

110 ribu hingga 250 ribu saja yaitu sebesar 59% PKL. Dan tidak kurang dari 12%

responden memiliki modal usaha dibawah 100 ribu. Selebihnya responden

memiliki modal usaha diatas 250 ribu hingga lebih dari 650 ribu. Banyaknya

Page 74: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

57

responden yang memiliki modal usaha kecil karena mayoritas barang dagangan

mereka juga tidak membutuhkan modal besar seperti makanan dan minuman

serta mainan anak-anak. Para PKL yang membutuhkan modal besar

dikarenakan produk yang mereka jual juga membutuhkan modal lebih seperti

sepatu, sandal dan pakaian.

4.4.2. Pengaruh Usia Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Variabel Usia (X2),

berhubungan positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik. Hal ini dibuktikan dari

koefisien regresi sebesar 982.552 dengan tingkat signifikansi dari uji t 0.460 >

0,05. Berdasarkan koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa semakin

dewasa atau berumur para pedagang kaki lima di alun-alun Kabupaten Gresik,

maka tidak akan mempengaruhi tingkat pendapatan PKL di area alun-alun

Kabupaten Gresik.

Usia seseorang menggambarkan tingkat produktifitas sehingga dapat

mempengaruhi pendapatan PKL. Miller dan Meiners (2000) menyatakan bahwa

“pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja

seseorang; lewat dari batas itu, pertambahan usia akan di iringi dengan

penurunan pendapatan. Batas titik puncak diperkirakan ada pada usia empat

puluh lima hingga lima puluh lima tahun”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hariningsih dan Simatupang

(2008) menyimpulkan adanya pengaruh positif hubungan umur dengan tingkat

pendapatan yang diperoleh. Dan hasil penelitian ini menggambarkan hal yang

serupa bahwa usia memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan PKL di

area alun-alun Kabupaten Gresik. Dimana sebagian besar para responden yaitu

pedagangan kaki lima di lingkungan alun-alun Kabupaten Gresik memiliki usia 36

hingga 40 tahun dengan jumlah responden yaitu sebesar 23%. Banyaknya

Page 75: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

58

responden yang memiliki usia tersebut yaitu merupakan kelompok usia yang

telah memiliki keluarga dan menjadi PKL merupakan salah satu pilihan untuk

memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Kelompok usia terbanyak kedua

adalah kurang dari 30 tahun yakni sebesar 21% kemudian disusul oleh kelompok

usia lebih dari 50 tahun sebesar 17%.

Tetapi dalam penelitian ini tidak ada pengaruh signifikan antara usia dengan

pendapatan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini bisa jadi dikarenakan,

mereka yang berusia produktif sering meninggalkan pekerjaan berdagangnya

saat ada tawaran pekerjaan lain yang penghasilannya lebih banyak atau lebih

menguntungkan.

4.4.3. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Variabel Lama

Usaha (X3), berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan PKL di area alun-

alun Kabupaten Gresik. Hal ini dibuktikan dari koefisien regresi sebesar 365,302

dengan tingkat signifikansi dari uji t 0,009 < 0,05. Berdasarkan koefisien regresi

tersebut menunjukkan bahwa semakin lama usaha dagang PKL tersebut, maka

akan semakin meningkatkan pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten

Gresik. Dan sebaliknya, semakin muda usia usaha dagang PKL di alun-alun

Kabupaten Gresik akan diikuti oleh penurunan pendapatan PKL di area alun-alun

Kabupaten Gresik.

Dilihat dari besarnya kontribusi lama usaha terhadap tingkat pendapatan

PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik, ternyata lama usaha mampu

memberikan pengaruh sebesar 27,2% dan merupakan pengaruh paling besar

ketiga yang menentukan tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten

Gresik.

Lama usaha para pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten Gresik

dapat dilihat pada gambar di atas. Pedagang kaki lima dengan lama usaha

Page 76: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

59

kurang dari satu tahun sebesar 17%. Sedangkan pedagang kaki lima dengan

lama usaha antara satu hingga lima tahun sebanyak 50%. Tidak kurang dari 11%

pedagang kaki lima mengakui bahwa mereka telah berdagang sebagai PKL di

area alun-alun antara lima tahun hingga sepuluh tahun terakhir. Lama usaha 10

hingga 20 tahun merupakan rentang waktu yang panjang. Sebesar 18% PKL

mengaku bahwa mereka telah berdagang di area alun-alun Kabupaten Gresik

dalam rentang waktu yang panjang tersebut. Dan tidak kurang dari 4%

responden mengaku bahwa lama usaha mereka bahkan lebih dari 20 tahun.

Lamanya seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya

akan mempengaruhi produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat

menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada

hasil penjualan. Keahlian keusahawaan merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam

kegiatan memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat (Sukirno,

1994:7). Lama usaha akan menentukan keterampilan dalam melaksanakan

suatu tugas tertentu. Lama Usaha dan pengalaman setiap individu dapat

berdampak positif terhadap kemampuan kerja seseorang, Rusmanhadi (2013).

Dan hasil penelitian ini menggambarkan hal yang serupa bahwa lama usaha

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan PKL di area

alun-alun Kabupaten Gresik.

4.4.4. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Variabel Jam Kerja

(X4), berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan PKL di area alun-alun

Kabupaten Gresik. Hal ini dibuktikan dari koefisien regresi sebesar 12607,982

dengan tingkat signifikansi dari uji t 0,006 < 0,05. Berdasarkan koefisien regresi

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar jam kerja para pedagang kaki lima,

maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten

Page 77: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

60

Gresik. Dan sebaliknya, setiap terjadi penurunan jam kerja akan diikuti oleh

penurunan tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik.

Dilihat dari besarnya kontribusi jam kerja terhadap tingkat pendapatan PKL

di area alun-alun Kabupaten Gresik, ternyata jam kerja mampu memberikan

pengaruh sebesar 29,8% dan merupakan pengaruh terbesar kedua dalam

menentukan tingkat pendapatan PKL di area alun-alun Kabupaten Gresik apabila

dibandingkan dengan tiga variabel bebas lainnya.

Jam kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang

dipergunakan untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani

konsumen setiap harinya. Semakin lama jam kerja yang digunakan pedagang

untuk menjalankan usahanya, berdasarkan jumlah barang yang ditawarkan,

maka semakin besar peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Hariningsih dan

Simatupang (2008) membuktikan adanya hubungan langsung antara jam kerja

dengan tingkat pendapatan. Penentuan jam kerja dalam memasarkan barang

dagangan berpengaruh terhadap pendapatan bersih yang akan diterima.

Pedagang kaki lima harus menetapkan jam kerja yang tepat sesuai dengan

karakteristik produk mereka agar dapat menjual barang dagangannya dan

mendapatkan margin keuntungan yang maksimal.

Lama bekerjanya para pedagang kaki lima di area alun-alun Kabupaten

Gresik bervariasi antara kurang dari 5 jam per hari hingga lebih dari 20 jam.

Namun para PKL rata-rata bekerja antara lima hingga sepuluh jam per hari. Hal

ini diperkuat oleh jawaban dari 88% responden yang mengaku bahwa lama

mereka berjualan di area alun-alun Kabupaten Gresik adalah antara lima jam

hingga sepuluh jam per hari.

Banyak diantara para pedagang yang datang ke area alun-alun sekitar jam

tiga sore. Mereka mulai membuka lapak berjualan pada jam tiga karena

Page 78: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

61

pengunjung alun-alun juga rata-rata baru berdatangan sekitar jam empat sore.

Dan sekitar jam sepuluh malam, para pedagang kaki lima sudah berkemas untuk

pulang.

Page 79: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempunyai

pengaruh pada pendapatan pedagang kaki lima dan untuk mengetahui variabel yang

paling dominan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di alun-alun Kabupaten

Gresik. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dibahas maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh modal pedagang terhadap pendapatan, bahwa modal pedagang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

Pada penelitian ini modal diperoleh dari berbagai sumber. Sebagian berasal

dari pinjaman dan sebagian dari modal sendiri. Semakin besar modal yang

digunakan maka akan semakin bertambah pula pendapatan yang diperoleh,

karena dengan adanya modal yang besar maka akan semakin banyak

produk yang diperjualbelikan.

2. Pengaruh usia terhadap pendapatan pedagang pada penelitian ini

menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan usia terhadap pendapatan

pedagang kaki lima. Dikarena pedagang yang masuk usia produktif akan

meninggalkan usaha berdagangnya apabila ada tawaran kerja yang lebih

banyak pendapatannya atau lebih menguntungkan.

3. Pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang adalah positif dan

signifikan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan lama usaha

akan meningkatkan pendapatan pedagang. Lamanya seorang pelaku usaha

Page 80: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

63

atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya

(kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi dan mampu

menekan biaya produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan.

4. Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang adalah positif dan

signifikan. Semakin lama jam kerja yang digunakan pedagang untuk

menjalankan usahanya, berdasarkan jumlah barang yang ditawarkan, maka

semakin besar peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

5. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa variabel modal mempunyai

nilai koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel modal mempunyai

pengaruh yang paling kuat dan berarti juga paling dominan dibandingkan

dengan variabel yang lainnya

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi PKL, maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait

dalam penelitian ini. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Pemilik pedagang kaki lima harus berupaya untuk mengembangkan

usaha yang dilakukan yaitu dengan mencari tambahan modal yang

digunakan untuk menjalankan usaha yang dilakukan. Upaya yang

dilakukan yaitu dengan mencari tambahan modal dengan menggunakan

fasilitas kredit dengan bunga yang rendah, misalnya menggunakan

fasilitas dari KUR (Kredit Usaha Rakyat).

2. Dikarenakan variabel modal memiliki pengaruh yang paling dominan

terhadap pendapatan pedagang kaki lima (PKL) maka peneliti menyarankan

Page 81: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

64

kepada bank atau instansi terkait untuk memperbanyak program kredit usaha

rakyat agar para PKL yang akan memulai usaha dapat melakukan

peminjaman modal dengan mudah tanpa menyulitkan para pedagang dalam

proses peminjaman.

3. Pemilik PKL diharapkan untuk mengikuti segala bentuk pelatihan dan

pendidikan yang dilakukan oleh Dinas yang berwenang sehingga dapat

meningkatkan kemampuan dalam proses pengelolaan usaha yang

dilakukan.

4. Mengakui keberadaan PKL dengan menuangkannya di dalam produk-produk

tata ruang karena jumlah PKL yang semakin hari meningkat sehingga perlu

adanya penanganan dan penataan secara riil. Sebagai contoh keberhasilan

penataan PKL di Kota Surakarta yang mengunakan pendekan humanis

tanpa kekerasan, dimana semua PKL tanpa ada yang perotes dengan

adanya relokasi.

5. Membantu PKL untuk mendatangkan pengunjung dengan cara promosi yang

terus menerus melalui kegiatan pameran, wisata jajanan, pemasaran dengan

poster, baliho dll

Page 82: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

65

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2015. Berita Resmi Statitik, Keadaan Angkatan Kerja di Jawa Timur 2015, Agustus 2015.

Badan Pusat Statistik, 2016. Berita Resmi Statitik, Indikator Pasar Tenaga Kerja

Indonesia Agustus 2016, November 2016.

Hariningsih, Endang, dan Rintar Agus Simatupang. (2008).”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta)”. Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 2, 2008.

Hidayat, 1978. "Peranan Sektor Informal dalam Perekonomian Indonesia", Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XXVI, No. 4, Desember 1978, hal. 415-443.

Mankiw, N Gregory. 2001. Pengantar Ekonomi. Edisi kedua. (Terjemahan oleh

Haris Munandar).Jakarta: Erlangga

Manning, Chris dan Effendi Tadjuddin Noer. 1996. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta : Yayasan OborIndonesia.

Manning, Chris; Effenfi Tadjuddin Noer dan tukiran, 1996. Struktur pekerjaan, sector informal dan kemiskinan di kota.Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gajah Mada.

Miller, Roger Leroy dan Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate. (Terjemahan oleh Haris Munandar). Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Muhammad, Deden Haris. 2011. " Strategi Pengembangan Usaha Sektor Informal Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Dan Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan", Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011, ISBN: 978-602-96848-2-7. LAB-ANE FISIP Untirta

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurul Widyaningrum, “Kota Dan Pedagang Kaki Lima” , Jurnal Analisis Sosial Vol 14 No.1

Page 83: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

66

Purwanugraha, H.E. dan Harsiwi, Th. A.M. (2002). “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro”. MODUS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 14 (1), Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Rahardja, P dan M. Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar Memaksimumkan Laba Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Rahayu MS. 2010. Strategi Pedagang Kaki Lima terhadap Perda No. 3 Tahun 2000. Studi kasus di lapangan Puputan Margarana Denpasar. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Riyadi, Salehuddin, dan Subekti, I., (2000), “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (Studi Kasus: Pedagang Pakaian Kaki Lima Di Daerah Tk. II Kotamadia Malang),” Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Vol 12 No. 1, Februari.

Rusmanhadi, Endi Pratama, 2013.”Analisis Differensiasi Pendapatan Sektor InformalDi Jalan Jawa Kabupaten Jember”. Skripsi Universitas Jember.

Sadono Sukirno , 2005 , Mikro Ekonomi , Teori Pengantar Edisi Ketiga , PT Raja Grafindo Persada , Jakarta

Setio, Zhafril Pamungkas, 2015. ” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima Kota Malang (Study Kasus Pedagang Kaki Lima Di Wisata Belanja Tugu Kota Malang).” Skripsi Universitas Brawijaya

Simanjuntak, J Payaman . 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFE UI

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suhartono, Toni. 2016. “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi kasus di kecamatan Lowokwaru Kota Malang)”. Skripsi Universitas Brawijaya. Tidak Dipublikasikan

Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Page 84: ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ...repository.ub.ac.id/2715/1/Anis Widyawati.pdfHasil penelitian mengungkapkan bahwa bertahannya para PKL di suatu kawasan karena mereka

67

Todaro, Michael P., 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga Edisi Ketujuh Jilid 1, Jakarta:Gramedia Pustaka

Universitas Brawijaya, Fakultas Ekonomi, 1997, pedoman Penulisan Skripsi & Laporan Praktek Kerja Nyata, Malang.

Winardi. (2000). Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia). Bandung: Mandar Maju,

Tarsito.