analisis urin

15
ANALISIS URIN I. Tujuan : I.1 Melakukan evaluasi skrinning terhadap fungsi ginjal dengan ca analisis I.2 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh II. Prinsip : II.1 Glukosa Berdasarkan reaksi enzimatik, erdasarkan !"glukosa oleh enim glukosa oksidase diuah menjadi !"Glukonalakton dan # 2 $ 2 yang terentuk akan mengoksidasi kromogen mementuk %arna coklat. II.2 &rotein Berdasarkan indikator yang digunakantertraromfenol iru didapatdengan asam sampai ph ' atau tetraklorofenol tetraromosulfoftlein. II.' Bilirulin Berdasarkan reaksi Bilirulin dengan garam diazonium dal media asam. II.( )eton Berdasarkan reaksi nitroprusid *+atrium roferrisianida-. +atr +itroferi sianida dan glisin ereaksi dengan asetoasetat dan s dalam media asa mementuk %arna violet. II. /roilinogen Berdasarkan reaksi 0hrlich. II. +itrit Berdasarkan reaksi +itrit dengan Benzokinolin pada ph a menghasilkan %arna merah azo. II. 3eukosit Berdasarkan prinsip 3eukosit esterasi dalam urineyang dpat menghidrolisa suatu ester *Indo4yl ester- menjadi alkoho asam. II.5 Berat 6enis Berdasarkan pada peruahan %arna reagen dari iru hijau ke hij kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urine. II.7 &h Berdasarkan doule indikator, yaitu indikator metil mera romtimol iru memerikan range %arna orange, hijau dan pada saat ph meninggi *range ph "7- II.18!arah 1

Upload: dittarestiany

Post on 07-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis urin kimia klinik

TRANSCRIPT

ANALISIS URIN

I. Tujuan :1.1 Melakukan evaluasi skrinning terhadap fungsi ginjal dengan cara analisis1.2 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II. Prinsip :2.1 GlukosaBerdasarkan reaksi enzimatik, berdasarkan D-glukosa oleh enim glukosa oksidase diubah menjadi D-Glukonalakton dan H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk warna coklat.2.2 ProteinBerdasarkan indikator yang digunakan tertrabromfenol biru didapat dengan asam sampai ph 3 atau tetraklorofenol tetrabromosulfoftlein.2.3 BilirublinBerdasarkan reaksi Bilirublin dengan garam diazonium dalam media asam.2.4 KetonBerdasarkan reaksi nitroprusid (Natrium Troferrisianida). Natrium Nitroferi sianida dan glisin bereaksi dengan asetoasetat dan seton dalam media basa membentuk warna violet.2.5 UrobilinogenBerdasarkan reaksi Ahrlich.2.6 NitritBerdasarkan reaksi Nitrit dengan Benzokinolin pada ph asam menghasilkan warna merah azo.2.7 LeukositBerdasarkan prinsip Leukosit esterasi dalam urine yang dpat menghidrolisa suatu ester (Indoxyl ester) menjadi alkohol dan asam.2.8 Berat JenisBerdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urine.2.9 Ph Berdasarkan double indikator, yaitu indikator metil merah dan bromtimol biru memberikan range warna orange, hijau dan biru pada saat ph meninggi (range ph 5-9)2.10 DarahBerdasarkan aktivitas psedoproxidatif hemoglobin yang mana alkalis reaksi dari dispropil benzene dihidroperoksid.

III. Reaksi3.1 Glukosa glukosa oksidaseGlukosa+ O2 ---------->asam glukonat + H2O2 peroksidaseH2O2+ Kromogen ---------------->kromogen teroksidasi + H2O3.2 Esterase Leukosit

3.3 Darah

3.4 Urobilinogen 3.5 Keton

3.6 Birilubrin 3.7 Nitrit 3.8 Protein IV. Teori DasarGinjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium. Fungsi ginjal yaitu berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun. Mempertahankan suasana racun (keseimbangan racun), mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari produksi ureum, kreatinin dan amoniak. ( kartolo, 1990)Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostatis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain itu, urn juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostatis ini.Urinalis adalah analisis fisika, kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk endeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.Secara umum, urin berwarna kunig. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau amonia. Ph urin berkisar antara 5-9 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika mengonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin sekitar 1,002 1,035 g/ml. (Uliyah, 1008)Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam-macam zat lain, diantaranya :1. Zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat dan amoniak.2. Zat warna ampedu yang memberikan warna kuning pada urin.3. Garam, terutama NaCl4. Zat-zat yang berlebihan dikonsumsi misalnya vitamin C dan obat-obatan serta jug kelebihan zat yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon. (Etnel, 2003)Pada analisis urin terdapat beberapa eksperimen-eksperimen ini dilakukan untuk menguji sample urin tersebut mengandung zat-zat yang tidak dikenal atau tidk. Jumlah urin yang dihasilkan seseorang dipengaruhi oleh jumlah urine yang diminum, hormon anti diuretika (ADH) saraf dan banyaknya garam yang harus dikeluarkan unsur sedimen dibagi atas dua golongan golongan organik yang berasal dari organ atau jaringan, golongan anorganik yang tidak berasal dari organ atau jaringan. (Dahelmi, 1991)Proses pembentukan urin dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi) dan penambahan zat-zat (augmentasi). Proses filtrasi gterjadi di glomerolus dan kapsula bowman. Proses reabsorpsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal. (Roberts, 1993)Urin yang tidak normal mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerolus. Jika utin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal.Analisis urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi dalam urin. Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah. (Wulangi, 1990)Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya, dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah ph urin atau keasaman, berat jenis, nitrit dan protein, glukosa, biliribrin, urobilinogen, dll. Jenis zat kimia yang diperiksa mrupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. (Djojodibroto, 2010)Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi koproksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat dalam urin. (Montgomery, 1993)Bahan urin yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan pengumpulannya yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin postprandial (urin setelah makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung volumenya). Tiap-tiap jenis sampel urin mempunyai kelebihan masing-masing untuk pemeriksaan yang berbeda misalnya urin pagi sangat baik untuk memeriksa sedimen (endapan) urin dan urin postprandial baik untuk pemeriksaan glukosa urin. Jadi sebaiknya sebelum kita melakukan pemeriksaan urin sebaiknya meminta keterangan dari petugas laboratorium tentang bahan urin yang mana yang diperlukan untuk pemeriksaan. (Djojodibroto,2001)Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kta dapat menunjukkan keadaan organ tubuh.Dipstic pada pemeriksaan urin adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas selulois yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urin DIP meupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya glukosa, protein, bilirubrin. Urobilinogen, ph, berat jenis, darah, keton, nitrit dan leukosit esterase. Fungsi utama urin adalah untu membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin untuk mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan urea.Sistem urinari yaitu suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah, sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan urinari adalah ginjal ureter vesica urinaria ureter urin. (Syaiffudin, 1991)Warna pucat pada urin normal dapat disebabkan intake cairan yang banyak, warna gelap pada urin dapat disebabkan karena kurangnya air minum. Jadi, warna urin dapat menunjukkan derajat hidrasi dan konsentrasi urin. Warna urin yang pucat dengan BJ tinggi ditemukan pada penyakit Diabetes Mellitus dan sudah penggunaan media radiografi.Warna abnormal urin yang banyak ditemukan adalah merah atau merah coklat, bila ditemukan pada wanita emungkinan terkontaminasi oleh darah menstrual. Urin hematuria (terdapat sel-sel darah merah) tampak merah atau eruh atau coklat keruh. Urin hemoglobinuria berwarna merah jernih, merah coklat jernh atau coklat gelap. Warna kuning pada urin disebabkan oleh pigmen urokhrom dan sejumlah kecil urobilin dan uroeritrin.

V. Alat dan Bahan5.1 Alat-alat :5.1.1 Tabung reaksi5.1.2 Beakerg glass5.1.3 Sentrifgasi5.1.4 Mikrokop5.2 Bahan-Bahan :5.2.1 Urin segar5.2.2 Carik Uji celupVI. Prosedur6.1 Dengan menggunakan carik celupDisediakan urin segar, setelh itu celupkan carik uji maksimal kedalam urin tersebut maksimal selama satu detik ke dalam tabung. Diangkat cark uji tersebut sambil menyapuannya pada pinggiran tabung untuk membuang urin berlebihan dari carik uji. Diikuti petunjuk pembacaan waktu untuk setiap reaksi. Diamati setiap perubahan warna pada carik uji dibandingkan dengan skala warna yang tersedia.6.2 Dengan menggunakan mikroskopikUrin yang tela disediakan didalam beaker glass dimasukkan ke dalam tabung untuk alat sentrifugasi kurang lebih sebanyak 10 ml, lalu dimasukkan kedalam alat sentrifugasi. Tunggu sampai dengan sekitar 2 menit lalu. Adanya sedimen dipisahkan dengan cairannya lalu diamati dibawah mikroskop unruk melihat kristal yang terdapat dalam urin tersebut.6.3 Uji fisikDiamati warna, bau, kejernihan dan ph pada urin lalu catat hasil yang didapatkan.

VII. Data Pengamatan7.1 Uji Carik CelupJenis UjiHasil (Ditta)Hasil (Finny)

UrobilinogenNormalNormal

GlukosaNegatifNegatif

BillirubrinNegatifNegatif

KetonNegatifNegatif

BJ1,0151,030

DarahNegatifNegatif

ProteinNegatifNegatif

NitritNegatifNegatif

LeukositNegatifNegatif

Ph66

7.2 Uji FisikUrin finny dan urin ditta7.2.1 Warna : Kuning bening7.2.2 Bau : Aromatik lemah7.2.3 Kejernigan : Jernih7.2.4 Ph : 67.3 Uji Mikroskopik7.3.1 Tidak terbentuk sedimtasi ketika di sentrifius.7.3.2 Setelah di sentrifugasi terdapat sedimen ketika di mikroskop terdapat jaringan epitel.7.3.3 Terdapat 5 Leukosit ketika dilihat pada mikroskop.

VIII. PembahasanPada praktikum kali ini membahas tentang analisis urim analisis pada urin ini tujuannya untuk mengetahui senyawa apa saja yang boleh ada dan tidak boleh ada terdapat dalam urin. Selain itu, analisis ini tujuannya untuk mengetahui fungsi ginjal dengan baik. Analisis urin ini meliputi analisis fisik, kimiawi, dan mikroskopik.Urin merupakan hasil cairan sis yang diekresikan oleh ginjal. Urin yang akan dites harus dalam kedaan segar, hal ini dikarenakan apabila urin didiamkan dengan waktu yang lama akan mengalami perubahan warna, dan bakteri akan bertambah banyak. Selain itu, apabila urin yang digunakan tidak segar bisa menyebabkan analisis tidak akurat.Bau urin yang normal hampir tidak berbau atau urin berbau amonia. Bau urin tersebut dapat disebabkan oleh sebagian senyawa-senyawa organik yang mudah menguap contohnya dengan makanan yang kita makan.Urin normal berwarna kuning bening, ada juga yang berwarna kuning pekat tetapi bening. Warna urin yang pekat dapat disebabkan oleh adanya zat pewarna makanan dari makanan yang dimakan. Urin yang didiamkan warnanya akan berubah menjadi lebih pekat atau bisa juga menjadi kuning keruh. Warna kuning keruh ini bukan dikarenakan urin tersebut abnormal. Kekeruhan ringan ini dapat disebabkan oleh adanya sel epitel, leukosit yang lambat laun mengendap karena adanya pengaruh dari didiamkan atau didinginkan.Warna urin yang abnormal pada saat dieksresikan warnanya kekeruhan bukan karena adanya pengaruh dari didimakan atau didinginkan melainkan urin tersebut disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epitel, lemak atau kristal mineral. Apabila urin berwarna coklat muda, warna ini merupakan indikator adanya kerusakan atau gangguan pada hati seperti hepatitis. Urin yang berwarna gelap dapat disebabkan banyaknya mengkonsumsi vitamin B compleks yang terdapat dalam minuman berenergi.Uji selanjutnya, dilakukan dengan metode carik celup metode carik celup ini merupakan metode yang paling sederhana dengan menggunakan reagent strip karena hanya dengan mencelupkannya selama 1 detik ke dalam urin. Reagen strip ini adanya senyawa-senyawa kimia yang apabila dites dengan urin akan bereaksi dan menghasilkan warna yang spesifik untuk mengamati senyawa yang diuji. Pada saat menggunakan reagent strip ini harus segera diamati hasil perubahan warna yang terjadi pada reagen strip tersebutdan dibandingkan dengan skala warna yang ada. Apabila tidak segera maka reagen strip tersebut akan berubah warna sehingga pada saat membendingkan dengan skala warna akan terjadi kesalahan, dan hasilnya tidak akurat.Urin yang normal mengandung urea, NaCl urin yang tidak normal mengandung glukosa, protein, alkohol. Apabila pada urin tersebut terdapat protein artinya telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerolus. Apabila pada urin terdapat gula atau glukosa berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat disebebkan oleh adar darah yang tinggi yang melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerolus.Urin memiliki rentang ph yang berkisar dari 4,8-7,5. Urin phnya akan semakin asam jika mengkonsumsi banyak protein, apabila urin ph nya semakin basa artinya banyak mengkonsumsi sayuran. Pembacaan ph pada reaget strip ini harus dilakukan dengan segera karena apabila didiamkan dahulu semakin lama maka akan cenderung alkalis karena adanya perubahan ureum menjadi amonia. Ph urin akan bervariasi setiap hari tergantung dari makanan yang kita makan, ph urin pada pagi hari akan lebih asam. Pemeriksaan pada ph urin ini karena adanya indikator ganda methyl merah dan bromthymol biru yang akan terjadi perubahan warna sesuai ph yang berkisar. Ph yang diperoleh dari hasil pengamatan ph nya 6 yang artinya urin tersebut bersifat asam.Pada hasil data pengamatan yang diperoleh tidak terdapat protein hal ini menandakan tidak adanya gangguan pada ginjal. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150mg/24 jam. Apabila melebihi batas maka dikatakan sebagai protenuria. Proteinuria ini dapat diakibatkan oleh penyakit ginjal karena adanya kerusakan pada bagian glomerolus dan juga tubulus ginjal. Pemeriksaan pada protein ini pada prinsip kesalahan penetapan ph oleh adanya protein dengan indikator yang digunakan yaitu tetrabromphenol biru yang apabila dalam suatu sistem buffer akan menyebabkan ph tetap konstan. Urin yng mengandung protein akan bereaksi dengan indikator tersebut yang menghasilkan perubahan warna dari hijau muda sampai hijau. Pada hasil yang diperoleh dengan pengamatan urin tidak mengandung leukosit didalamnya. Adanya leukosit pada reagent strip ini karena adanya reaksi esterase. Esterase ini erupakan gula primer dari granulosit dan manosit. Banyaknya esterase manandakan banyaknya leukosit yang terkandung dalam urin. Adanya leukosit dapat diakibatkan karena adanya peradangan atau infeksi saluran kemih.Berat jenis yang dihasilkan pada data pengamatan menghasilkan bj 1,005 dan 1,0030. Berat jenis digunakan untuk mengukur kepadatan urin dan untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Apabila Bj urin rendah maka menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus, sedangkan apabila Bj tinggi disebabkan oleh dehidrasi, diabetes mellitus, dan proteinuria. Berat jenis urin yang normal berkisar antara 1,002-1,0035 g/ml. Semakin pekat urin yang dihasilkan maka bert jenisnya semakin besar dan semakin mudah untuk membentuk suatu sedimentasi. Hasil yang didapat pada pengamatan tidak terdapat nitrit yang terkandung dlam urin. Uji nitrit ini merupakan uji yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri. Sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Pada urin yang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein. Bakteri seperti enterobakter, citrobacter mengandung enzim reduktase akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Oleh karena itu pada saat pengujian nitrit ini harus dilakukan dengan urin yang segar karena apabila pada urin yang didiamkan terlalu lama bakteri akan berkembang biak diluar saluran kemih yang akan menghasilkan hasil yang tidak akurat.Pada data hasil pengamatan keton menunjukkan negatif. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi energi. Uji keton ini didasarkan pada reaksi antara asam asetoasetat dengan senyawa nitroprusid. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda reaksi menunjukkan negatif, dan warna ungu menunjukkan reaksi yang positif.Pada hasil data yang di peroleh tidak terdapat urobilinogen yang terdapat pada urin. Urobilonogen ini terjadi karena adanya reaksi antara urobilinogen dengan reagen Ehlirch. Warna yang terjadi dari jingga sampai merah tua. Warna yang timbul ini sesuai dengan peningkatan kadar urobilonogen dalam urin. Urobilinogen yang meninggi karena adanya kerusakan parenkim hepar, hepaptitis, sirosis hepar. Urin yang terlalu basa menunjukkan kadar urobilonogen yang tinggi, sedangkan urin yang terlalu asam menghasilkan kadar urobilinogen yang rendah.Pada hasil data yang diperoleh hasil birilubrin negatif. Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urin, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat bilirubin berkonjugasi atau tak langsung bersifat larut dalam lemak, dan tidak dapat diekskresikan ke dalam urin. Bilirubinuria dapat menyebabkan kerusakan hati. Birilubrin ini pada reagent strip ini karena adanya reaksi dari garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang menimbulkan kompleks yang berwarna coklat muda hingga merah coklat. Pada hasil data pengamatan data yang diperoleh tidak terdapat glukosa yang terdapat dalam urin. Pemeriksaan glukosa ini karena adanya reaksi antara glukosa oksidase yang menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Apabila ada glukosa pada urin maka urin tersebut abnormal, sebab glukosa tidak dibolehkan terdapat dalam urin.Pada hasil data yang diperoleh tidak terdapat darah dalam urin tersebut. Pada uji carik celup ini reaksi antara H2O2 oleh peroksidase yang ada pada hemoglobin. Reaksi ini akan menghasilkan senyawa berwarna hijau biru. Tes ini fungsinya untuk mengetahui hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen.Pada hasil mikroskopik salah satu urin pada saat di sentrifugasi tidak terdapat atau membentuk suatu sendimen. Sedangkan, pada salah satu urin pada saat di sentrifugasi terjadi suatu sedimen, sedimen ini ketika dilihat melalalui mikroskopik terdapat sel epitel yang artinya kurangnya minum pada penderita sehingga pada saat mengeluarkan urin agak sedikit sulit. Pada salah satu urin terdapat Leukosit ketika dimokroskop ini artinya apabila Lukosit hingga 4 atau 5 umumnya masih dianggap normal. Peningkatan leukosit pada saluran kemih umumnya menandakan infeksi pada saluran kemih baik bagian bawah, maupun bagian lainnya pada saluran kemih. Leukosit ini umumnya berbentuk bulat, berinti.

IX. KesimpulanAnalisi uji urin dilakukan dengan cara uji carik celup, uji fisik dan uji mikroskopik pada urin. Dari hasil pemeriksaan, urin yang diperiksa menunjukkan hasil urin yang normal dan kondisi orang yang diuji urinnya dalam keadaan sehat.

X. Daftar PustakaHamid, Abdul, 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Alfabeta, Jakarta.Wulangi, kartolo. 1993.Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Erlangga. JakartaHardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. Erlangga.

XI. Lampiran11.1 Penyakit-penyakit apa saja yang dapat terdeteksi dari pemeriksaan urin pada percobaan ini, jelaskan!1. Adanya Proteinuria ini dapat diakibatkan oleh penyakit ginjal karena adanya kerusakan pada bagian glomerolus dan juga tubulus ginjal.2. Adanya bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, yang terdapat dalam tes Nitrit pada urin.3. Adanya kerusakan parenkim hepar, hepaptitis, sirosis hepar yang diakibatkan karena kadar Urobilonogen yang tinggi.4. Rusaknya hati karena adanya Birilubrin.5. Kerusakan pada glomerolus karena terdapat protein pada glomerolus.1