analisis teoritik pencerminan konsep …/analisis...penulisan hukum (skripsi) 2010. penelitian dalam...

72
i ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM REGULASI KETENTUAN-KETENTUAN KUHAP SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA HUKUM (STATE LAW) YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA DENGAN UPAYA MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN DAN BERMARTABAT (DUE PROCESS OF LAW) Penulisan Hukum (Skripsi) Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Memenuhi Syarat Guna memperoleh Derajat Sarjana Strata-1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret S u r a k a r t a Oleh : RIRIN SETIAWATI NIM. E. 1106174 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET S U R A K A R T A 2010

Upload: doanque

Post on 29-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

i

ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM REGULASI

KETENTUAN-KETENTUAN KUHAP SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA

HUKUM (STATE LAW) YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA

DENGAN UPAYA MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM

YANG BERKEADILAN DAN BERMARTABAT

(DUE PROCESS OF LAW)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Memenuhi Syarat Guna memperoleh Derajat Sarjana Strata-1 Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret S u r a k a r t a

Oleh :

RIRIN SETIAWATI

NIM. E. 1106174

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

2010

Page 2: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM REGULASI

KETENTUAN-KETENTUAN KUHAP SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA

HUKUM (STATE LAW) YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA

DENGAN UPAYA MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM

YANG BERKEADILAN DAN BERMARTABAT

(DUE PROCESS OF LAW)

Disusun oleh :

RIRIN SETIAWATI

NIM : E1106174

Disetujui untuk Dipertahankan

Dosen Pembimbing

KRISTIYADI, S.H,M.Hum

NIP. 195812251986011001

Page 3: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM REGULASI

KETENTUAN-KETENTUAN KUHAP SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA

HUKUM (STATE LAW) YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA

DENGAN UPAYA MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM

YANG BERKEADILAN DAN BERMARTABAT

(DUE PROCESS OF LAW)

Disusun oleh :

RIRIN SETIAWATI

NIM : E1106174

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

H ar i : Selasa

Tanggal : 23 Maret 2010

TIM PENGUJI

1. Bambang Santoso, SH, M.Hum : ...............................................

NIP. 19620209 198903 1 001 Ketua

2. Edy Herdyanto, SH, M.H : ............................................... NIP. 19570629 198503 1 002

Sekretaris 3. Kristiyadi, SH. M.Hum : ...............................................

NIP. 19581225 198601 1 001 Anggota

MENGETAHUI

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP : 196109301986011001

Page 4: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

iv

MOTTO

“Sesungguhnya Allah AWT tidak mengubah keadaan suatu sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

(Q. S. Ar Ra’du: 11)

“Pelajarilah ilmu untuk ketentraman, ketetapan hati dan kelembutan jiwa,

tunduk dan rendahkan dirimu kepada orang yang kepadanya kamu belajar pula.

Hendaklah kiranya kamu menjadi ulama yang bertabiat besar agar tidaklah ilmu

itu tegak dengan sebab kejahilanmu”.

( Umar bin Khattab)

“Suatu angan, cita-cita dan kehendak yang besar tidak akan pernah terwujud

tanpa diawali suatu tindakan yang terkadang dianggap kecil dan tidak penting”.

(Penulis)

“Hidup dengan kejujuran dan harga diri walaupun dibungkus dengan

kesengsaraan dan kesulitan lebih ternilai daripada hidup dengan kemewahan dan

kemapanan yangdibungkus dengan kulit korupsi dan ketidakjujuran”.

(Penulis)

“ Hidup adalah perjuangan, berjuanglah demi keberhasilan”.

(Penulis)

Page 5: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima

kasih kepada :

1. Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan

nikmat yang telah diberikan-Nya.

2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri

teladan yang baik bagi umatnya.

3. Kedua Orangtua Ku tercinta Bapak Hartono dan Ibu mulyati yang telah

membesarkan, mendidik ,membiayai ,mendoakan , dan ,mengasihi aku selalu.

4. Kakak-kakakku tercinta Hari setyawan dan Santi Febrianti.

5. Adikku tercinta Rina Setiawati.

6. Seluruh keluarga besarku atas segala perhatian dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabatku.

8. Indonesia Tanah kelahiranku dimana aku hidup dan mengabdi.

9. Almamterku Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 6: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

vi

ABSTRAKSI

RIRIN SETIAWATI NIM E.1106174. ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM REGULASI KETENTUAN-KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDNG HUKUM ACARA PIDANA SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA HUKUM (STATE LAW) YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA DENGAN UPAYA MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN DAN BERMARTABAT (DUE PROCESS OF LAW). Fakultas Hukum Universitas Sebelas maret Surakarta. Penulisan Hukum (skripsi) 2010.

Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. Untuk mengetahui secara teoritik tentang pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi dari prinsip Negara hukum yang bersifat universal. 2. Untuk mengetahui konsekuensi hukum yang potensial ditimbulkan dari pencerminan konsep habeas corpus act dalam ketentuan-ketentuan KUHAP dengan upaya mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat (Due Process of Law)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif, metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundangan-undangan (statue aprroach). Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif. Jenis data adalah data data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Dalam analisis data digunakan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi prinsip negara hukum di Indonesia dilaksanakan melalui nilai-nilai dalam pelaksanaan sistem peradilan pindana yang ada di Indonesia yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHAP. 2. Konsekuensi dalam pelaksanaan konsep habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP dalam pelaksanaan prinsip negara hukum yang berkeadilan dan bermartabah di Indonesia memberikan azas-azas dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana yang sangat mengakui dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusi khususnya di bidang hukum baik dalam proses penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan proses peradilan

Page 7: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

berkah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis

mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ANALISIS

TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS CORPUS ACT DALAM

REGULASI KETENTUAN-KETENTUAN KUHAP SEBAGAI

IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA HUKUM (STATE LAW) YANG

BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA DENGAN UPAYA

MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN DAN

BERMARTABAT (DUE PROCESS OF LAW)”

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-

syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan hukum ini, penulis mengalami banyak hambatan dan

permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung menyangkut

penyelesaian penulisan hukum ini. Namun berkat bimbingan, bantuan moral

maupun materiil, serta saran dari berbagai pihak yang tidak henti-hentinya

memberi semangat dan selalu mendukung penulis.Maka tidak ada salahnya

dengan kerendahan hati dan perasaan yang tulus dari sanubari yang paling dalam,

penulis memberikan penghargaan berupa ucapan terima kasih atas berbagai

bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama melaksanakan studi sampai

terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini, maka pada kesempatan kali ini

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Bapak Prof. DR. Dr. Syamsulhadi, SpKj selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret.

2. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis

dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

Page 8: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

viii

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Acara. Yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.Hum Selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar

dan tidak lelah memberikan bimbingan,dukungan,nasihat, motivasi demi

kemajuan Penulis.

5. Bapak Lego Karjoko, S.H, M.H. selaku Pembimbing Akademik Penulis yang

selalu memberi wejangan selama belajar di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

6. Bapak Waluya, S.H, M.Si selaku Pembimbing KMM di Kejaksaan Negeri

Sragen yang telah mendampingi penulis dalam menempuh kegiatan tersebut.

7. Bapak Bambang Santoso, S.H, M.Hum, selaku dosen Hukum acara pidana

yang telah memberikan dasar-dasar hukum acara pidana.

8. Bapak Harjono, S.H, M.H, yang tidak henti-hentinya memajukan program non

reguler.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas

segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis selama

Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

10. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh studi

di Fakultas Hukum UNS Surakarta.

11. Seluruh staf dan pegawai jajaran Kejaksaan Negeri Sragen yang telah banyak

membantu dan memberi banyak pengalaman kepada penulis.

12. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hartono dan Ibu Mulyati terima kasih atas

doa , nasihat , dukungan , serta kasih sayang selama ini menyertaiku sehingga

aku memperoleh keberhasilan.Aku berharap agar mampu membahagiakan

serta memberikan yang terbaik dari yang kumiliki kepada kalian.Semoga kasih

illahi menyertai kita.Amin.

13. Kakak-kakakku Hari Setyawan dan Santi Febrianti terima kasih atas

perhatiannya semoga dapat menjadi contoh yang baik buat adik-adiknya serta

selalu menyayangi Bapak dan Ibu.

Page 9: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

ix

14. Adikku Rina Setiawati yang rajin bersih-bersih terima kasih membuat penulis

selalu ceria ,belajar yang giat dan patuh kepada Bapak Ibu.

15. Keponakanku Kenez yang lucu , ngangenin dan centil terimakasih atas canda

tawanya.

16. Keluarga Besar Penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik

moril maupun materiil.

17. Soulmateku Tikka Farida, S.H dan Deden Andriani, S.H yang selalu ada di

saat penulis suka maupun duka,terima kasih atas dorongan dan

kebersamaannya selama ini, penulis bukan apa-apa tanpa kalian.

18. Kekasihku yang jauh dimata dekat dihati Ishar terima kasih atas segala

perhatian dan pengertiannya selama ini. .

19. Teman-teman seperjuanganku yang berjuang pantang menyerah demi sebuah

toga : Winda , Shenny , Berlian , Mega, Adi dll.

20. Teman-teman kuliah seperjuanganku: Aby , Anung ,Ajay , Entud , Setom ,

Gepeng , Dina, Kumala dll, maaf penulis tidak dapat menulis satu persatu.

dan seluruh teman-teman Angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, FH

UNS bersama kalianlah aku berkembang dan berkumpul.

21. Teman-Teman ku : Nina ,Cemplok , Sinta , Debora Hartatik , Surya , Nita

,Lisa ,Lely, Winda ,Tyas , Anton , Mas Ridwan , Eko Wahyudi , Hendrik

Rakery , Mas Kasto , Anul , Angga , Pras , Mas Dody , Mas Supri , terima

kasih atas motivasi dan canda tawanya.

22. My Hot Wheels AD 6954 JB, AD 8411 AU yang setia mengantar penulis

kemana-mana.

23. Pasukan Pengamanan Kampus (PASPAMPUS) : Bapak Harno dan Crew, Mas

Pardi, mas Wahyono, mas Eko, serta kerabat kerja yang komitmen terhadap

kenyamanan Kampus.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh

Page 10: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

x

karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima

dengan senang hati

Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan dan

Pengembangan Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Dan semoga pihak-pihak yang telah membantu Penulisan Hukum ini, atas amal

baik mereka semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 11: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO...................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

E. Metode Penelitian ............................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori.................................................................... 14

B. Penelitian Yang Relevan .................................................... 32

C. Kerangka Pemikiran ........................................................... 33

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................... 35

B. Pembahasan ........................................................................ 54

Page 12: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xii

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 58

B. Saran ................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ke 3 dikatakan bahwa

negara Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang berdasarkan

hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka. Negara hukum didirikan

berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Sehingga

tidak heran apabila di Indonesia dalam segala sesuatunya harus menjunjung

supermasi hukum yang berlaku di negara Indonesia yang didasarkan pada

Pancasila dan UUD 45.

Suatu negara dikatakan sebagai Negara hukum memiliki beberapa

unsur yang dipergunakan sebagai tolok ukur untuk menetapkannya. Dalam hal

ini dikenal adanya pendapat para ahli hukum yang menyebutkan mengenai

unsur-unsur negara hukum tersebut. Diantaranya para ahli hukum tersebut

antara lain F.J, Stahl yang mengemukakan mengenai unsur-unsur Negara

hukum meliputi:1) Adanya jaminan hak asasi manusia, 2) Adanya pemisahan

atau pembagian kekuasaan, 3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan,

4) Adanya peradilan administrasi,

Selanjutnya menurut Docery unsur-unsur negara hukum meliputi:

1. Supermasi hukum (supremacy of the law) artinya yang berdaulat atau yang

mempunyai kekuasaan tertinggi adalah hukum;

2. Kedudukan yang sama dihadapan hukum (equality before the law), artinya

setiap orang hanya memandang bahwa setiap orang mempunyai derajat

yang sama dalam menghadapi hukum.

3. Terjaminnya hak asasi manusia dalam undang-undang dan undang-undang

dasar (Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi, 2008: 42).

Page 14: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xiv

Indonesia yang menyatakan diri sebagai Negara hukum sebagaimana

dijelaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke

3, secara normatif telah memenuhi unsur-unsur dari Negara hukum

sebagaimana telah dinyatakan menurut pandangan ahli hukum tersebut.

Dalam hukum pidana khususnya hukum acara pidana sejak tahun

1981, atau tepatnya sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 Tentang Hukum Acara Pidana aau yang kemudian dikenal dengan Kitab

Unadng-Undang Hukum Acara Pidana yang disingkat dengan Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana secara normative telah mengetahui adanya

prinsip-prinsip “rule of law” dalam penegakan hukum dalam hukum pidana.

Menyikapi pernyataan tersebut diatas, M. Yahya Harahap berpendapat

bahwa Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dalam kaitannya dengan

perindungan hak-hak asasi manusia telah menetapkan beberapa hal yaitu: 1)

KUHAP telah memuat asas keseimbangan antara kepentingan perlindungan

hak kemanusiaan tersangka/terdakwa pada hak segi dan mempertahankan

perlindungan kepentingan-kepentingan masyarakat pada segi lain, 2) Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana tegas memberi legalisasi hukum atas

beberapa hak asasi kemanusiaan/…. Terdakwa, 3) Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana telah menegaskan mengenai pembatasan penangkapan

dan penahanan, 4) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana mengatur

tentang kedudukan dan hak penasehat hokum. Sekalipun kedudukan penasehat

hukum bersifat pasif pada tahap penyidikan. Penasehat hukum sudh dapat

mendampingi dan melihat sesuai pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik

(M. Yahya Harahap, 1993: 24).

Selanjutnya oleh Yahya Harahap dikatakan bahwa hampir semua yang

disuarakan oleh masyarakat sudah tertampung dalam Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana. Baik yang menyangkut ganti rugi dan rehabilitasi

dari adanya pra peradilan sebagai suatu lembaga habeas corpus yang

mereka anut. Sebagaimana dikatakan bahwa habeas corpus act adalah

Page 15: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xv

merupakan naskah yang ditandatangani oleh Raja Charles II di Inggris yang

merupakan salah satu catatan sejarah tentang hak-hak asasi manusia.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapatan AV Dicey dan Sir L.

Jennings (dalam Bambang Poernomo, 1988: 61) yang menerangkan bahwa

semua kekuasaan negara bersumber pada hukum, dan hukum itu sendiri

berlandaskan pada nilai-nilai yang tinggi dari kemanusiaan yang berisfat

pribadi manusia. Hukum yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan

mencerminkan norma-norma yang bernghormati martabat manusia yang

mengakui hak azasi manusia. Norma-norma yang mengandung nilai-nilai

luhur menjunjung tinggi martabat manusia dan menjadi hak azasi manusia

berkembang terus sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia yang terhimpun

dalam ikatan perkumpulan masyakat yang bertindak berdasarkan kepentingan

sosial yang bersifat dualistis (M. Nasroen dalam Bambang Poernomo, 1988 :

61).

Dalam pelaksanaan peradilan pidana di Indoensia tidak akan lepas dari

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Kita Undang-Undang Hukum Acara

Pidana. Hukum acara pidana dan hak azasi manusia dalam konsep Negara

hukum mempunyai konsepsi yang bersifat universal, sepert adanya pengakuan

dan perlindungan terhadap hak azasi, legalitas dari tindakan negara/

pemerintah dalam arti tindakan aparatur negara yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum dan terjaminnya peradilan yang bebas.

Dalam pelaksanaan konsepsi negara hukum atau “State Law” beserta

sendir-sendinya membawa konsekuensi adanya keharusan untuk

mencerminkan sendi-sendi tersebut dalam berbagai hukum, khususnya hukum

pidana dan hukum acara pidana. Dengan adanya sendir-sendi tersebut, maka

akan dapat menicptakan asas-asas yang dapat menjadi dasar bagi hukum acara

pidana yang bersangkutan, terlepas dari system hukum yang dianut.

Asas-asas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan prinsip negara

hukum pada dasarnya bersifat universal dan selalu dikaitkan dengan sendi

yang utama yait jaminan dan perlindungan terhadap martabat serta hak asasi

Page 16: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xvi

manusia. Sedangka hak asasi manusia di negara Indonesia mempunyai makna

yang selalu diletakkan dalam kerangkan pandangan hidup dan budaya serta

cita-cita hukum dari bangsa dan Negara Indonesia. Di Indonesi hak azasi

manusia atau yang disebut dengan kewajiban warga Negara telah tercantum

dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang bersumber pada Pancasila.

Berkaitan dengan pelaksanaan hukum acara pidana, pemberian

jaminan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang dalam

hal ini mempunyai sifat yang universal, maka deklarasi maupun konpensasi-

konpensasi internasional yang diterima dan disahkan oleh Sidang Umum PBB

dapat digunakan untuk mengukur nilai hukum acara pidana ini.

Pada dasarnya perumusan hak azasi manusia di dalam undang-undang

pada umumnya bersifat untuk landasan bekerjanya para petugas hukum. Hak

azasi manusia tidak dirumuskan secara khusus, akan tetapi implisit tersimbul

dalam beberapa penjelasan undang-undang dan jiwa yang terkandung dari

konsideran serta penjelasan undang-undang, sebagaimana dirumuskan dalam

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Karena kita tahu bahwa norma-

norma yang disusun secara khusus mengenai martabat manusia dan hak azasi

manusia telah dikukuhkan dalam sebuah deklarasi yang diakui oleh bangsa-

bangsa di dunia, yang tercermin dalam “The Universal Declaration of Human

Right 1986”.

Dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip negara hukum yang

berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan dalam bidang kehakiman yang

ada di Indoensia perlu adanya penerapan prinsip-prinsip pengakuan terhadap

hak azasi manusia sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan-

kesepatan yang diakui oleh bangsa-bangsa di dunia. Salah satu bentuk

kesepakatan yang memberikan jaminan terhadap pengakuan martabat dan hak

azasi manusia dalam pelaksanaan peradilan yaitu adanya konsep habeas

corpus act yang muncul di Inggris pada tahun 1679 yang berkaitan dengan

proses penahanan seseorang untuk diperiksa yang harus disertai dengan bukti

yang sah menurut hukum.

Page 17: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xvii

Meskipun demikian dalam suatu proses peradilan seringkali Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana yang sebenarnya telah memberikan

jaminan perlindungan HAM bagi tersangka, dan telah pula memenuhi

persyaratan sebagai dasar hukum penyelenggaraan peradilan pidana yang adil

(due process of law), namun ternyata Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana justru tidak mengatur akibat atau konsekuensi yuridis berupa

pembatalan, penyidikan, dakwaan, atau penolakan bahan pembuktian apabila

.terjadi pelanggaran hak-hak yuridis tersangka. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa banyak kasus pemeriksaan peradilan yang dilakukan di Indonesia

yang seringkali masih banyak terdapat pelanggaran hak asasi manusia. Seperi

adanya pemaksaan dalam proses pereadilan pidana merupakan suatu bentuk

pelanggaran hak asasi manusia dalam pelaksanaan peradilan di Indonesia.

Dengan adanya konsep habeas corpus act yang diterapkan dalam

regulasi ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana di

Indonesia diharapkan akan dapat mewujudkan pelaksanan peradilan di

Indonesia yang lebih menjunjung tinggi prinsip negara hukum dalam rangka

mwewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat di

Indonesia. Dengan demikian hakikat dari negara hukum yang ada di Indonesia

akan dapat terwujud secara utuh.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam kesempatan in penulis ingin

mengangkat permasalah tersebut di atas, sebagai bagan pembahasan dalam

penelitian ini. Untuk itu dalam penelitian ini penulis memberikan judul

penelitian ini : “ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP HABEAS

CORPUS ACT DALAM REGULASI KETENTUAN-KETENTUAN KITAB

UNDANG-UNDNG HUKUM ACARA PIDANA SEBAGAI

IMPLEMENTASI DARI PRINSIP NEGARA HUKUM (STATE LAW)

YANG BERSIFAT UNIVERSAL DAN KAITANNYA DENGAN UPAYA

MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN DAN

BERMARTABAT (DUE PROCESS OF LAW)”

Page 18: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xviii

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan

dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka perumusan

masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi

ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi dari prinsip negara

hukum (State Law) yang bersifat universal ?

2. Apakah konsekuensi hukum yang potensial ditimbulkan dari pencerminan

konsep habeas corpus act dalam ketentuan regulasi KUHAP dengan

upaya mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat

(Due Process of Law) ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti. Tujuan ini tidak dilepas dari permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan objektif

a. Untuk mengetahui secara teoritik tentang pencerminan konsep habeas

corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai

implementasi dari prinsip negara hukum yang bersifat universal.

b. Untuk mengetahui konsekuensi hukum yang potensial ditimbulkan

dari pencerminan konsep habeas corpus act dalam ketentuan-

ketentuan KUHAP dengan upaya mewujudkan penegakan hukum yang

berkeadilan dan bermartabat (Due Process of Law).

2. Tujuan subjektif

a. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan utama penyusunan

penulisan hukum (skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan akademis

Page 19: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xix

guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

b. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman

aspek hukum di dalam teori dan praktek dalam lapangan hukum

khususnya tentang penerapan konsep habeas corpus act dalam

ketentuan-ketentuan KUHAP mewujudkan penegakan hukum di

Indonesia.

c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis agar dapat

memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang

diperoleh terutama bagi bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Mengetahui deskripsi secara teoritik tentang pencerminan konsep

habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP

sebagai implementasi dari prinsip Negara hukum yang bersifat

universal.

b. Mengetahui deskripsi tentang kaitan pencerminan konsep habeas

corpus act dalam ketentuan-ketentuan KUHAP dengan upaya

mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat

(Due Process of Law).

2. Manfaat praktis

a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.

Page 20: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xx

b. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan hukum acara pidana pada khususnya, yang berkaitan

dengan pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi

ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi dari prinsip

Negara hukum yang bersifat universal dalam upaya mewujudkan

penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat (Due Process of

Law).

c. Memberikan sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang yang

relevan dengan penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Metode adalah cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Maka dalam penulisan skripsi ini bisa

disebut sebagai suatu penelitian ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya

dengan menggunakan metode yang tepat. Adapun metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian normatif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu

penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah

terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu

memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan teori

baru.

Penelitian yang penulis susun adalah termasuk penelitian yang

bersifat normatif dengan pembahasan terutama pada pencerminan konse

habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai

implementasi dari prinsip negara hukum (rule of law) yang bersifat

universal dalam kaitannya dengan upaya mewujudkan penegakan hukum

yang berkeadilan dan bermartabat.

Page 21: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxi

Pelaksanaan penelitian normatif ini tidak terbatas hanya sampai

pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan

interpretasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan

yang dapat didasarkan penelitian data itu.

2. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki (2005 : 93), menerangkan bahwa

pendekatan dalam penelitian hukum merupakan cara peneliti untuk

mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang

dicoba untuk dicara pernyelesaiannya. Dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan perundangan-undangan (statue aprroach). Di mana penekatan

ini dalam mencoba menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

mengacupa peraturan perundanga-undangan yang berlaku.

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksud

untuk memberikan data yang seteliti mungkin mengenai manusia, keadaan

atau gejala-gejala lainnya terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa,

agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam

kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1982: 10). Di

dalam penelitian deskriptif, kegiatan tidak hanya terbatas pada

pengumpulan data dan penggunaannya, tetapi yang lebih penting adalah

analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat agar diketahui

maksudnya.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data dari bahan pustaka yang antara lain meliputi: buku-

buku, literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen resmi, hasil

Page 22: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxii

penelitian yang berwujud laporan dan sumber lainnya yang berkaitan

dengan penelitian ini. Karena penelitian ini lebih bersifat penelitian hukum

normatif, maka lebih menitikberatkan penelitian pada data sekunder

sedangkan data primer lebih bersifat sebagai penunjang.

5. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian normatif

adalah sumber data sekunder yang meliputi bahan-bahan kepustakaan

yang dapat berupa dokumen, buku-buku laporan, arsip dan literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke IV.

2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

4) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

5) Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti buku-buku, karya ilmiah dan internet.

Page 23: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxiii

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah:

Studi dokumen atau bahan pustaka yaitu pengumpulan data

sekunder. Penulis mengumpulkan data sekunder dari peraturan perundang-

undangan, buku-buku, karangan ilmiah, dokumen resmi, serta

pengumpulan data melalui media internet.

7. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya yang digunakan

adalah tahap analisis data. Tahap ini dilakukan untuk mencapai tujuan dari

penelitian yaitu untuk mendapatkan jawaban dari penelitian yang diteliti.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif, adalah suatu

cara penelitian yang menghasilkan data deskripsi-analitis, yaitu apa yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya

nyata, yang dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono

Soekanto, 1986: 250). Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan

adalah interaktif, yaitu proses analisis dengan menggunakan tiga

komponen yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan kemudian

penarikan kesimpulan (verifikasi) yang diaktifitasnya berbentuk interaksi

dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus antara tahap-tahap

tersebut (HB. Soetopo, 1998: 40). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan

di bawah ini:

Page 24: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxiv

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum

maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika

penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yang tiap bab terbagi dalam

sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap

keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini

adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan

hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori

dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan

menguraikan tinjauan hukum tentang Komparasi Hukum,

Pembuktian, Pidana Indonesia khususnya pidana formil dan

tinjauan mengenai sistem hukum. Sedangkan dalam kerangka

pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka

pemikiran.

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan

Sajian data

Reduksi data

Page 25: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxv

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis akan membahasa dan menjawab

permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya: mengenai

pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi

ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi dari prinsip

Negara hukum (Rule of Law) yang bersifat universal dan kaitan

pencerminan konsep habeas corpusact dalam ketentuan regulasi

KUHAP dengan upaya mewujudkan penegakan hukum yang

berkeadilan dan bermartaban (Due Process of Law)

BAB IV : PENUTUP

Merupakan penutup yang menguraikan secara singkat tentang

kesimpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan

permasalahan, dan diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan

atas permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 26: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxvi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Negara Hukum

a. Konsep Negara Hukum di Indonesia

Pada dasarnya bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,

dan bukan kerajaan. Dan menurut konstitusi ditegaskan bahwa negara

Indonesia adalah negara hukum (Jimly Asshiddiqie, 2006 : 69).

“ Negara hukum merupakan negara yang di dalam sistem

pemerintahannya terdapat pengakuan terhadap prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang”(Jimly Asshiddiqie, 2006 : 69).

Dalam konsep negara hukum yang ada di Indonesia prinsip

pemisahan dan pembatasan kekuasaan tersebut diatur dengan Undang-

Undang Dasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945, serta didalamnya

terdapat jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam Undang-Undang

Dasar 1945, serta terdapat jaminan persamaan setiap warga negara

dalam hukum, termasuk jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk

terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa (Jimly

Asshiddiqie, 2006 : 69).

b. Paham Negara Hukum di Indonesia

Dalam negara hukum menganut pahak bahwa komando tertinggi

dalam penyelenggaraan negara adalah hukum. Di mana sesungguhnya

yang menjadi pemimpin dalam penyelenggaraan negara itu adalah

hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip the Rule of Law, and not of

Man, yang sejalan dengan pengertian nomocrative, yaitu kekuasaan

yang dijalankan oleh hukum, nomos. (Jimly Asshiddiqie, 2006 : 69).

14

Page 27: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxvii

Dalam paham negara hukum harus terdapat jaminan bahwa

hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsil

demokrasi. Karena prinsip supermasi hukum dan kedaulatan hukum

itu sendiri pada pokoknya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh sebab

itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan

menurut prinisp demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische

rechtsstaat). Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan

ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka

(machtsstaat). (Jimly Asshiddiqie, 2006 : 70).

Di Indonesia di symposium mengenai Negara hukum yang

diadakan di Jakarta pada tahun 1966, pada awal berdirinya orde baru

yang berusaha menyusun berbagai konsep terkait dengan upaya

melanksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan

konsekuen. Simposiun tersebut menghasilkan ciri-ciri mengenai

hukum sebagai berikut :

1) Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang

mengandug persamaan dalam bidang politik, hokum, social,

ekonomi dan kebidayaan.

2) Peraturan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi

oleh sesuatu kekuasaan tau kekuatan apapun juga.

3) Adanya pembatasan kekuasaan.

4) Adanya legalitas (Sekretariat Negara dan Mahkaman Konstitusi,

2008: 42).

c. Prinsip Negara Hukum di Indonesia

Prinisp negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan

mengabaikan Undang-Undang Dasar. Karena itu perlu ditegaskan pula

bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut

Undang-Undang Dasar (constitutional democracy) yang diimbangi

dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang

berkedaulatan rakyat.

Page 28: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxviii

2. Tinjauan Tentang Hukum Acara Pidana

a. Pengertian Hukum Acara Pidana

Menurut Bambang Poernomo (1988: 16), menerangkan bahwa

hukum acara pidana secara spesifik merupakan peraturan hukum

tentang penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang

sampai putusan pengadilan dan eksekusi putusan hakim. Peraturan

hukum acara mengenai prosedur beracara perkara pidana ini menjadi

bahan materi penyusunanb Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana.

Sedangkan pengertian hukum acara pidana dalam arti yang luas

yaitu di samping memuat peraturan hukum tentang penyidikan,

penyelidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang sampai putusan

pengadilan, eksekusi putusan hakim, juga termasuk peraturan hukum

tentang susunan peradilan, wewenang pengadilan, serta peraturan-

peraturan kehakiman lainnya yang ada kaitannya dengan urusan

perkara pidana.

Dalam perkembangannya pengertian terhadap hukum acara

pidana tidak hanya mengatur mengenai peraturan eksekusi putusan

penghukuman (pidana), akan tetapi dikembangkan meliputi peraturan

pelaksanaan hukuman (pidana). Pengertian hukum acara pidana yang

makin diperluas itu mengatur tentang alternatif jenis pidana, ukuran

memperingan atau memperberat pidana dan cara menyelenggarakan

pidana sejak awal sampai selesai menjalani pidana sebagai pedoman

pelaksanaan pemberian pidana.

Pengertian hukum menurut kepustakaan dari hukum acara

pidana dijelaskan bahwa hukum acara pidana merupakan hukum

pidana formil sebagai pasangan hukum pidana materiil. Hukum pidana

formil mengatur bagaimana cara negara dengan mempergunakan alat-

Page 29: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxix

alatnya dapat melaksanakan wewenang untuk menjatuhkan pidana

atau membebaskannya (R. Soesilo, 1964: 8).

Simons (dalam Bambang Poernomo, 1988: 15), menerangkan

bahwa hukum materiil (hukum pidana) mengatur tentang larangan-

larangan atau kewajiban dan syarat-syarat perbuatan pidana bagi

barangsiapa melanggarnya dapat dipidana dan ditentukan alternatif

ancaman pidana apaya yang dapat dijatuhkan.

Berdasarkan pengertian mengenai hukum acara pidana di atas,

maka dapat diberikan batasan unsur yang esensial dari hukum acara

pidana, yaitu sebagai berikut :

1) Hukum acara pidana telah mulai dilaksanakan sekalipun masih

pada tingkat timbul dugaan atau sangkaan terjadi perbuatan pidana.

Dalam unsur esesial ini mengandung pengertian bahwa hukum

acara pidana sebagai usaha untuk mencari kebenaran atas setiap

peristiwa yang diduga atau disangka sungguhkan merupakan

perbiatan pidana.hukum acara pidana mencari kebenaran siapakah

orangnya yang diduga atau disangka menjadi pembuat dari

perbuatan pidana yang terjadi, dan jika ada alasan melakukan

penggeledahan/penyitaan dan atau penangkapan/ penhanan yang

dianggap perlu.

2) Hukum acara pidana sebagai peraturan undang-undang mengatur

kewenangan bertindak bagi alat-alat perlengkapan negara apabila

terjadi perbuatan pidana. Dugaan atau sangkaan yang beralasan,

kebenaran pada tingkat penyidikan dan penuntutan terhadap

dakwaan melakukan perbuatan pidana harus diuji menurut hukum

pada sidang pengadilan untuk mencapati kebenaran hukun harus

bertindak menurut batas-batas aturan hukum acara pidana.

Kebenaran menurut hukum acara pidana bukan semata-mata

menjadi alas untuk diterapkannya hukum pidana, melainkan juga

Page 30: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxx

dalam hal tertentu menjadi alatu untuk tidak perlu menerapkan

hukum pidana.

Hakekat fungsi hukum acara pidana berawal pada tugas mencari

dan menemukan kebenaran menurut hukum. Hakekat mencari dan

menemukan ”kebenaran hukum” sebagai tugas dalam memberikan

suatu ”putusan hakim” dan tugas ”melaksanakan (eksekusi) putusan

hakim”. Merupakan fungsi hukum acara pidana (V. Bemmelen dalam

Bamabang Poernomo, 1988: 17).

b. Sumber Hukum Acara Pidana

Sumber Hukum Acara Pidana terdiri atas Sumber Hukum Acara

Pidana yang sudah dikodifikasi, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

dan Sumber Hukum Acara Pidana yang belum dikodifikasikan,

misalnya Undang-undang yang mengatur tentang tindak pidana

korupsi (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).

c. Asas-asas Hukum Acara Pidana

1) Asas praduga tak bersalah (Prasumption of Innocence)

Setiap orang dianggap tidak bersalah, sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan putusan tersebut

sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

2) Asas legalitas

Penuntut hukum wajib menuntut setiap perkara pidana yang

diajukan kepadanya.

Page 31: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxi

3) Asas oportunitas

Penuntut umum diberikan kewenangan untuk menuntut atau tidak

menuntut suatu perkara pidana demi kepentingan umum sehingga

suatu perkara pidana dapat dikesampingkan (deponir) untuk

kepentingan umum.

4) Sidang pemeriksaan terbuka untuk umum.

5) Tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan hukum.

6) Peradilan dilaksanakan dengan sederhana, cepat dan murah.

7) Asas Accusatoir

Kedudukan tersangka atau terdakwa sebagai subjek dalam

pemeriksaan perkara pidana Hal ini berlainan dengan asas

Ingisitor, dimana tersangka dijadikannya objek dalam pemeriksaan

pendahuluan.

d. Fungsi Hukum Acara Pidana

Tugas dan fungsi pokok hukum acara pidana dalam

pertumbuhannya dalam meliputi empat tugas pokok, yaitu :

1) Mencari dan menemukan kebenaran,

2) Mengadakan tindakan penuntutan secara benar dan tepat,

3) Memberikan suatu keputusan hakim,

4) Melaksanakan (eksekusi) putusan hakim.

e. Tahap-tahap Pemeriksaan Perkara Pidana

Tahap perkara pidana dari sudaut pemeriksaan perkara pidana

dibagi atas:

Page 32: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxii

1) Pemeriksaan pendahuluan atau sering disebut dengan istilah

”vooronderzoek” dan,

Pemeriksaan pendahuluan dimaksudkan untuk menyiapkan hasil

interogasi secara tertulis dari tersangka dan pengumpulan bahan

yang menjadi barang bukti atau alat bukti dalam suatu rangkaian

bekas perkara, serta kelengkapan pemeriksaan lainnya sebagai

syarat untuk dapat menyerahkan perkara kepada pengadilan.

Dalam pemeriksanaan pendahuluan biasanya diikuti dengan

kegiatan :

a) Penyelidikan

Penyelidikan merupakan awal wewenang pemeriksaan perkara

dan upaya yang mendahului dari pada tugas penyidikan.

Dimana pengertian tindakan penelidikan menurut KUHAP

adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga seabgai tindak pidana

guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

b) Penyidikan

Menurut KUHAP menerangkan bahwa penyidikan adalah

serangkaian tindakan penyelidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuatterang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

c) Penuntutan

Penuntutan merupakan tindakan berlanjut setelah selesai

penyidikan dan tidak ada alasan penghentian penyidikan

karena kurang bukti atau bukan perbuatan pidana, atau

pengehntian penuntutan demi kepentingan hukum. Menurut

Page 33: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxiii

Pasa 1 (7) KUHAP menerangkan bahwa penuntutan adalah

tindakan penuntut untuk melimpahkan perkara pidana

kepengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan

supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidng pengadilan.

2) Pemeriksaan akhir dalam sidang pengadilan yang juga disebut

”eind onderzoek”.

Pemeriksan sidang pengadilan merupakan kelanjutan bagian akhir

perkara pidana untuk menguji hasil pemeriksaan pendahuluan

yang agar diperoleh bahan final melalui pencocokan antara hal-

ikhwal yang dituduhkan dengn hal-ikhwal dari data-data atau

fakta-fakta yang terungkap di muka sidang pengadilan.

3. Tinjauan Tentang Konsep Habeas Corpus Act

a. Sejarah Habeas Corpus Act

Munculnya konsep habeas corpus pada dasarnya diawali dari

adanya pengakuan hak asasi manusia di Inggris. Di mana Inggris

sering disebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan

hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi

terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai

dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan. Dokumen-

dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

1) Magna Charta

Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan

bijaksana telah diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak

sewenang–wenang terhadap rakyat dan para bangsawan. Tindakan

sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak

puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja

Page 34: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxiv

John untuk membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta

atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip

dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi

manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun

dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta

kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas

hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam

Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab

hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh

pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya

perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa

hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada

kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

a) Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati

kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.

b) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk

memberikan hak-hak sebagi berikut :

(1) Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan

menghormati hak-hak penduduk.

(2) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa

bukti dan saksi yang sah.

(3) Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan,

ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara

dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.

(4) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah

terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi

kesalahannya.

Page 35: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxv

2) Petition of Right

Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-

pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi

ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan

parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut

hak-hak sebagai berikut :

(5) Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.

(6) Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di

rumahnya.

(7) Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam

keadaan damai.

3) Hobeas Corpus Act

Hobeas Corpus Act adalah undang-undang yang

mengatur tentang penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679.

Isinya adalah sebagai berikut :

(1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2

hari setelah penahanan.

(2) Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah

menurut hukum.

b. Pengertian Habeas Corpus Act

Menurut Curtis R. Reitz pengertian habeas corpus dalam

tulisannya yang berjudul ”Principle of Habeas Corpus”menerangkan

bahwa habeas corpus merupakan perintah hakim yang berasal dari

abad pertengahan, yang memerintahkan orang yang menguasai

tahanan untuk menampulkan sosok tahanan tersebut dihadapan

Page 36: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxvi

seorang hakim. Fungsinya yang sangat dikenal adalah bahwa perintah

itu mengizinkan hakim untuk memutus apakan kustodian tersebut

diberikan wewenang oleh hukum untuk melakukan penahanan

terhadap seseorang. Bilamana hakim berpendapat bahwa penahanan

itu melanggar undang-undang, maka tahanan itu harus dilepaskan

segera. Dengan demikian setiap penahanan yang dianggap tidak legal

dapat dimintakan pemeriksaannya melalui perintah habeas corpus dari

hakim.

Seseorang yang ditahan dalam kasus pidana segera dapat

meminta keputusan hakim untuk meninjau sah atau tidak

penahanannya termasuk jangka waktu penahanannya dan

kemungkinan dilepaskan dengan jaminan (bail). Habeas Corpus tidak

saja dapat dimintakan dalam proses penyidikan, tetapi dapat juga

diminta setelah putusan dijatuhkan untuk meninjau apakah lamanya

hukuman yang dijatuhkan oleh hakims ah menurut hukum.

Di Eropa Kontinental tugas tersebut diserahkan kepada Hakim

Komisaris, yaitu hakim karier yang khusus diangkat untuk menjadi

hakim komisarus untuk jangka waktu tertentu. Setiap orang yang

ditahan oleh polisi atau jaksa memiliki hak untuk dihadapkan kepada

hakim komisaris dalam waktu 24 jam. Hakim komisaris inilah yang

memeriksa alat-alat bukti yang berhasil dikumpulkan oleh polisi

apakan cukup sah untuk menimbulkan dugaan yang keras bahwa telah

terjadi satu tindak pidana baha orang itulah yang dapat

dipertanggungjawabkan sebagai pelakunya.

c. Gagasan Munculnya Konsep Habeas Corpus Act Dalam Peradilan

Gagasan lembaga praperadilan lahir dari inspirasi yang

bersumber dari adanya hak Habeas Corpus dalam sistem peradilan

Anglo Saxon, yang memberikan jaminan fundamental terhadap hak

Page 37: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxvii

asasi manusia khususnya hak kemerdekaan. Habeas Corpus Act

memberikan hak pada seseorang untuk melalui suatu surat perintah

pengadilan menuntut (menantang) pejabat yang melakukan penahanan

atas dirinya (polisi ataupun jaksa) membuktikan bahwa penahanan

tersebut adalah tidak melanggar hukum (ilegal) atau tegasnya benar-

benar sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Hal ini untuk menjamin bahwa perampasan ataupun pembatasan

kemerdekaan terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu benar-

benar telah memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku

maupun jaminan hak-hak asasi manusia. Surat perintah habeas corpus

ini dilekuarkan oleh pengadilan pada pihak yang sedang menahan

(polisi atau jaksa) melalui prosedur yang sederhana langsung dan

terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh siapapun. Bunyi surat

perintah habeas corpus (the writ of habeas corpus) adalah sebagai

berikut: “Si tahanan berada dalam penguasaan Saudara. Saudara wajib

membawa orang itu di depan pengadilan serta wajib menunjukan

alasan yang menyebabkan penahanannya”.

d. Prinsip Dasar Habeas Corpus Act

Prinsip dasar habeas corpus ini memberikan inspirasi untuk

menciptakan suatu forum yang memberikan hak dan kesempatan

kepada seseorang yang sedang menderita karena dirampas atau

dibatasi kemerdekaannya untuk mengadukan nasibnya sekaligus

menguji kebenaran dan ketepatan dari tindakan kekuasaan berupa

penggunaan upya paksa (dwang middelen), baik penangkapan,

penahanan, penggeledahan, penyitaan maupun pembukaan surat-surat

yang dilakukan oleh pihak kepolisian ataupun kejaksaan ataupula

kekuasaan lainnya.

Page 38: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxviii

Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi saat itu dimana

sering terjadi perkosaan hak asasi tersangka atau terdakwa oleh

penyidik dan jaksa penuntut umum, karena tidak adanya suatu

lembaga atau mekanisme yang dapat menilai dan menguji apakah

tindakan upaya paksa yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan

hukum atau tidak. Seorang tersangka atau terdakwa yang ditangkap

atau ditahan, seolah-olah berada dalam suatu “ruangan gelap” dan

tidak berdaya sama sekali (helpless).

Begitu memprihatikannya kondisi yang ada pada saat itu,

bagaimana tidak berdayanya seseorang yang tiba-tiba direnggut

kemerdekaannya dan dijebloskan dalam sel penjara tanpa surat

perintah penahanan tanpa sempat didengan dan diperiksa terlebih

dahulu, dan sama sekali tidak bisa berhubungan dengan dunia luar

termasuk keluarga, atau dengan perkataan lain, dengan serta merta

menjadi incommunicado.

Sehingga pada saat itu perlunya suatu forum terbuka yang

padamemberikan hak berupa upaya hukum pada seseorang untuk

melawan atau menggugat tindakan penahanan sewenang-wenang yang

dilakukan oleh penguasa. Padahal sistem peradilan yang ada menganut

asas praduga tidak bersalah, yang artinya setiap orang yang disangka

atau diduga keras telah melakukan tindak pidana wajib dianggap tidak

bersalah sampai dibuktikan kesalahannya oleh suatu putusan

pengadilan melalui sidang peradilan yang terbuka, bebas dan tidak

memihak. Maka orang tersebut haruslah dijunjung dan dilindungi hak

asasinya. Namun pada kenyataannya dalam mencari pembuktian

terhadap orang yang baru disangka atau diduga melakukan tindak

pidana, pihak penyidik atau penuntut umum seringkali langsung saja

menggunakan upaya paksa (dwang middelen) tanpa dipenuhinya

syarat-syarat formil terutama syarat-syarat materiil dalam hal

penangkapan maupun penahanan.

Page 39: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xxxix

Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam habeas corpus dari sistem

Anglo Saxon yang memberikan hak sekaligus jaminan fundamental

kepada seorang tersangka atau terdakwa untuk melakukan tuntutan

ataupun gugatan terhadap pejabat (polisi atau jaksa) yang menahannya

agar membuktikan bahwa penahanan itu benar-benar sah dan tidak

melanggar hak asasi manusia.

Sidang praperadilan yang diadakan atas permintaan tersangka

atau terdakwa ataupun keluarganya ataupula atas kuasanya merupakan

suatu forum yang terbuka, yang dipimpin seorang hakim atau lebih

untuk memanggil pihak penyidik atau jaksa penuntut umum yang

telah melakukan upaya paksa agar mempertanggungjawabkan

tindakannya di muka forum yang bersangkutan, apakah benar-benar

beralasan dan berlandaskan hukum.

Dengan sistem pengujian melalui sidang terbuka ini, maka

tersangka atau terdakwa seperti halnya dalam Habeas Corpus Act,

dijamin hak asasinya berupa hak dan upaya hukum untuk melawan

perampasan atau pembatasan kemerdekaan yang dilakukan secara

sewenang-wenang oleh penyidik ataupun penuntut umum. Sebab

dalam forum itu pihak penyidik atau penuntut umum wajib

membuktikan bahwa tindakannya sah dan tidak melanggar hukum.

Untuk keperluan tersebut tentu saja pihak penyidik ataupun

penuntut umum harus membuktikan bahwa dia memiliki semua

syarat-syarat hukum yang diperlukan, baik berupa syarat-syarat formal

maupun materiil, seperti misalnya surat perintah penangkapan atau

penahanan, adanya dugaan keras telah melakukan tindak pidana yang

didukung oleh bukti permulaan yang cukup, ataupun dalam hal

penahanan adanya alasan yang nyata dan konkrit bahwa si pelaku akan

melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau mengulangi

kejahatannya.

Page 40: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xl

Disamping itu, melalui forum praperadilan ini juga dipenuhi

syarat keterbukaan (transparancy) dan akuntabilitas publik (public

accountability) yang merupakan syarat-syarat tegaknya sistem

peradilan yang bebas dan tidak memihak serta menjungjung tinggi hak

asasi manusia. Dengan adanya transparansi dan akuntabilitas publik

ini maka dapat dicegah timbulnya praktek-praktek birokrasi yang

tertutup dan sewenang-wenang dalam menahan orang ataupun

memperpanjang penahanan juga dapat dicegah terjadinya praktek

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam proses membebaskan

penahanan.

Melalui forum terbuka masyarakat juga dapat ikut mengontrol

jalannya proses pemeriksaan dan pengujian kebenaran dan ketepatan

tindakan penyidik maupun penuntut umum dalam menahan seseorang

ataupun dalam hal pembebasan, mengontrol alasan-alasan dan dasar

hukum hakim praperadilan yang memerdekakannya

4. Tinjauan tentang Sistem Hukum

a. Konsep Negara Hukum (Rule of Law)

Pada dasarnya gagasan mengenai konsep negara hukum (rule of

law) dikemukakan oleh dikembangkan oleh para ahli baik oleh Plato,

Aristoteles, John Lock, Montesque dan sebagainya masih bersifat samar-

samar dan tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian

muncul kembali secara lebih eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan

munculnya konsep Rechsstaat yang dikembangkan oleh Frederich Julius

Stahl di Eropa Contiental yang diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant.

Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah:

1) Perlindungan hak-hak asasi manusia

2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

3) Pemerintahan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan; dan

Page 41: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xli

4) Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara

hukum (Rule of Law) yang dikembangkan oleh A.V Dicey, yang lahir

dalam naungan system hukum Anglo-Saxon. Dicey mengemukakan

unsur-unsur Rule of Law sebagai berikut.

1) Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law), yaitu tidak

adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power)

2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before

the law). Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun orang

pejabat.

3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain

oleh Undang-Undang Dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.

Lebih lanjut H. Abdul Latief mengemukakan bahwa Negara hukum

pada prinsipnya mengandung unsur-unsur:

1) Pemerintahan dilakukan berdasarkan undang-undang (asas legalitas)

dimana kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemerintah hanya

semata-mata ditentukan oleh Undang-Undang Dasar atau Undang-

Undang.

2) Dalam Negara itu hak-hak dasar manusia diakui dan dihormati oleh

penguasa yang bersangkutan.

3) Kekuasaan pemerintah dalam Negara itu tidak dipusatkan dalam satu

tangan, tetapi harus diberi kepada lembaga-lembaga kenegaraan di

mana yang satu melakukan pengawasan terhadap yang lain sehingga

tercipta suatu keseimbangan kekuasaan antara lembaga-lembaga

kenegaraan tersebut.

4) Perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh aparatur kekuasaan

pemerintah dimungkinkan untuk dapat diajukan kepada pengadilan

yang tidak memihak yang diberi wewenang menilai apakah perbuatan

pemerintahan tersebut bersifat melawan hukum atau tidak.

Page 42: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlii

Munculnya “unsur peradilan administrasi dalam perselisihan”

pada konsep rechsstaat menunjukan adanya hubungan historis antara

negara hukum Eropa Kontinental dengan hukum Romawi. Philipus M.

Hadjon menberikan pendapat berikut ini:

“Konsep rechsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang

disebut “Civil Law” atau ”Modern Roman Law”, sedangkan konsep Rule

Of Law bertumpu atas sistem hukum yang disebut “Common Law”.

Karakteristik civil law adalah administratif, sedangkan karakteristik

common law adalah judicial. Perbedaan Karakteristik yang demikian

disebabkan karena latar belakang daripada kekuasaan raja. Pada Zaman

Romawi, kekuasaan yang menonjol dari raja ialah membuat peraturan

melalui dekrit. Kekuasaan itu kemudian didelegasi kepada pejabat-

pejabat administratif yang membuat pengarahan-pengarahan tertulis bagi

hakim tentang bagaimana memutus suatu sengkata. Begitu besarnya

peranan administrasi, sehingga tidaklah mengherankan kalau dalam

sistem continental-lah mula pertama muncul cabang hukum baru yang

disebut “droit administraf “ dan inti dari “droit administraf“ adalah

hubungan antara administrasi dengan rakyat, di Kontinen dipikirkan

langkah-langkah untuk membatasi kekuasaan administrasi Negara

(hukum administrasi dan peradilan administrasi).”

Dalam perkembangannya konsep negara hukum tersebut kemudian

mengalami penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat di

antaranya:”

1) Sistem pemerintah negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat

2) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

harus berdasar atas hukum atau Peraturan Perundang-Undangan;

3) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);

4) Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;

5) Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke

controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan

Page 43: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xliii

tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada di bawah

pangaruh eksekutif;

6) Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau

warga Negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan

pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah;

7) Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang

merata sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga

negara.

b. Pengertian Sistem Hukum

Dalam suatu sistem terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu terdiri dari

komponen-komponen yang saling berhubungan, saling mengalami

ketergantungan dalam keutuhan organisasi yang teratur serta

terintegrasi. Prof. Subekti, S.H. (dalam Seminar Hukum Nasional IV

Maret 1979 di Jakarta) berkaitan dengan hukum menjelaskan bahwa

“suatu sistem adalah suatu susunan atau tataan yang teratur, suatu

keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama

lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu

penulisan untuk mencapai suatu tujuan”. Setiap sistem mengandung

beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya. Dapat

dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang

mendukungnya. Dengan demikian, sifat sistem itu menyeluruh dan

berstruktur yang keseluruhan komponen-komponennya bekerja sama

dalam hubungan fungsional. Jadi, hukum adalah suatu sistem. Artinya

suatu susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup,

keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama

lain.

Page 44: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xliv

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skematik Keraka Pemikiran

Hak Asasi Manusia

Regulasi Ketentuan-ketentuan KUHAP

Pelaksanan Prinsip Negara

Hukum “Rule of Law”

Penegakan Hukum yang Berkeadilan dan

Bermartabat (Due Process of Law)

Konsep Habeas Corpus

Hak Asasi Manusia Dalam Bidang

Peradilan

Page 45: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlv

Penjelasan kerangka pemikiran :

Dalam rangka mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan

bermartabat (due process of law) yang ada di Indonesia pada dasarnya

pelaksanaan acara peradilan pidana diatur melalui ketentuan-ketentuan yang

ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagai pedoman

dalam pelaksanaan proses peradilan perkara pidana. Dimana melalui Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana diharapkan akan mampu mencari dan

menemukan kebenaran, mengadakan tindakan penuntutan secara benar dan

tepat, memberikan suatu keputusan hakim, dan melaksanakan (eksekusi)

putusan hakim yang dapat dilaksanakan dengan secara adil dan tetap

menjunjung martabat manusia dengan adanya pengkuan terhadap hak-hak

asasi manusia pada setiap tahapan proses peradilan.

Konsep habeas courpus act yang mampu memberikan jaminan

fundamental terhadap hak asasi manusia khususnya hak kemerdekaan dalam

proses peradilan, habeas corpus act juga memberikan hak pada seseorang

untuk melalui suatu surat perintah pengadilan menuntut (menantang) pejabat

yang melakukan penahanan atas dirinya (polisi ataupun jaksa) membuktikan

bahwa penahanan tersebut adalah tidak melanggar hukum (ilegal) atau

tegasnya benar-benar sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Dengan adanya penerapan konsep habeas corpus dalam proses peradilan yang

diatur melalui ketentuan-ketetuan yang ada pada Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana merupakan bentuk implementasi dari pelaksanaan

prinsip-prinsip negara hukum (rule of law) yang bersifat universal karena

konsep ini memang elah diakui oleh bangsa-bangsa di dunia.

Dengan adanya pemberlakuan konsep habeas corpus dalam regulasi

ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana diharapkan

akan tercipta pengakuan terhadap supremasi hukum, jaminan terhadap hak-

Page 46: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlvi

hak azasi manusia dalam proses peradilan, persamaan dalam hukum, asas

legalitas, sehingga pelaksanaan hukum yang ada di negara Indonesia dapat

terwujud sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum dan mampu

mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat.

Page 47: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlvii

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pencerminan Konsep Habeas Corpus Act Dalam Regulasi Ketentuan

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Sebagai Implementasi Dari

Prinsip Negara Hukum (State Law) yang bersifat universal.

Dalam sistem hukum yang baik, berusaha untuk membatasi

tindakan yang merugikan masyarakat demi rasa aman masyarakat itu

sendiri. Ketika masyarakat merasa tidak aman, terjadilah tindakan-

tindakan main hakim sendiri atau yang sering dikenal dengan take the law

into their own hands. Tindakan main hakim sendiri adalah perwujudan

gagalnya pemerintah dalam memberikan perlindungan dan jaminan rasa

aman kepada masyarakat, baik terhadap keamanan jiwa maupun harta

bendanya.

Oleh karena itu, untuk mencegah tindakan main hakim sendiri oleh

masyarakat, tugas menciptakan keamanan masyarakat itu diserahkan

kepada negara melalui Sistem Peradilan Pidana.

Konsepsi Sistem Peradilan Pidana adalah teori yang berkenaan

dengan upaya pengendalian kejahatan melalui kerjasama dan koordinasi

antara lembaga penegak hukum, yang oleh undang-undang diberi tugas

untuk itu. Seperti kepolisian dalam penyidikan, kejaksaan dalam

penuntutan, Mahkamah Agung (pengadilan) dalam peradilan, Lembaga

Pemasyarakatan (Kementerian Hukum dan HAM) dalam pemasyarakatan,

dan Advokat dalam pemberian bantuan hukum. Namun, koordinasi antara

lembaga penegak hukum sering terjadi tidak sebagaimana yang

diharapkan. Kita mengetahui bahwa lembaga-lembaga tersebut masing-

masing secara administratif berdiri sendiri. Di mana semua komponen ini

seharusnya bekerja secara terpadu (integrated).

35

Page 48: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlviii

Di Indonesia perlindungan dan perlakuan yang sama di depan

hukum merupakan bentuk hak asasi yang paling sulit dijalankan dalam

Sistem Peradilan Pidana. Seorang tersangka, terdakwa atau terpidana,

merupakan pihak yang rentan atas pelanggaran HAM. Pemerintah, yang

berdasarkan undang-undang wajib memenuhi HAM tersebut, seringkali

tidak mampu melakukan perlindungan apapun ketika dituntut untuk

memenuhi kewajibannya.

Hukum acara pidana merupakan ketentuan mengenai proses

peradilan pidana. Oleh karena itu, kewajiban untuk memberikan jaminan

atas perlindungan hak asasi tersangka, terdakwa dan terpidana selama

menjalani proses peradilan pidana sampai menjalani hukumannya, diatur

juga dalam hukum acara pidana. Kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh

pemerintah dalam rangka melindungi HAM. Melalui sejumlah prosedur

hukum itulah, hakim dapat tiba pada kesimpulan apakah seseorang secara

faktual dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana yang telah

ditentukan sebelumnya oleh undang-undang hukum pidana materil.

Sementara itu, hak untuk menuntut tanggung jawab terhadap pelanggaran

atas hak asasi seorang tersangka, terdakwa maupun terpidana, dijamin

melalui lembaga seperti Habeas Corpus di Australia dan Inggris, lembaga

Praperadilan di Indonesia, atau lembaga Rechter-Commisaris di Belanda.

Ciri-ciri pendekatan sistem dalam peradilan pidana ialah:

a. Titik berat pada koordinasi dan sinkronisasi komponen peradilan

(kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan dan

penasihat hukum);

b. Pengawasan dan penggunaan kekuasaan oleh komponen peradilan

pidana;

c. Efektivitas sistem penanggulangan kejahatan lebih utama dari efisiensi

penyelesaian perkara;

d. Penggunaan hukum sebagai instrumen untuk memantapkan

administrasi keadilan.

Page 49: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

xlix

Tujuan pokok gabungan fungsi Sistem Peradilan Pidana adalah

untuk menegakkan, melaksanakan (menjalankan) dan memutuskan hukum

pidana. Dengan demikian, kegiatan Sistem Peradilan Pidana didukung dan

dilaksanakan oleh 4 (empat) fungsi utama :

a. Fungsi pembuatan undang-undang (law making function).

Fungsi ini dilaksanakan oleh DPR dan pemerintah atau badan lain

berdasarkan delegated legislation. Sedapat mungkin, hukum yang

diatur dalam undang-undang, tidak kaku (not rigid), fleksibel, dan

akomodatif terhadap kondisi-kondisi perubahan sosial (enough to

accomodate changing social conditions).

b. Fungsi penegakan hukum (law enforcement function)

Tujuan objektif fungsi ini ditinjau dari pendekatan tata tertib sosial

(social order) :

1) Penegakan hukum secara aktual (the actual law enforcement)

meliputi tindakan :

a) Penyelidikan-penyidikan (investigation);

b) Penangkapan (arrest)-penahanan (detention);

c) Persidangan pengadilan (trial);

d) Pemidanaan (punishment) guna memperbaiki tingkah laku

individu terpidana (correcting the behavior of individual

offender).

2) Efek preventif (preventive effect)

Fungsi penegakan hukum diharapkan mencegah orang (anggota

masyarakat) melakukan tindak pidana. Kehadiran dan eksistensi

polisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, dimaksudkan

sebagai upaya pencegahan. Dengan demikan, kehadiran dan

keberadaan polisi dianggap mengandung preventive effect yang

memiliki daya cegah (detterent effort) anggota masyarakat

melakukan tindak kriminal.

Page 50: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

l

c. Fungsi pemeriksaan persidangan pengadilan (Function of

Adjudication)

Fungsi ini merupakan subfungsi dari kerangka penegakan hukum yang

dilaksanakan oleh Jaksa Penuntut Umum dan Hakim serta pejabat

pengadilan yang terkait. Melalui fungsi inilah ditentukan :

1) Kesalahan terdakwa (the determination of guilty);

2) Penjatuhan hukuman (the imposition of punishment).

d. Fungsi memperbaiki terpidana (The Function of Punishment)

Fungsi ini meliputi aktivitas Lembaga Pemasyarakatan, Pelayanan

Sosial terkait, dan Lembaga Kesehatan Mental. Tujuan umum semua

lembaga-lembaga yang berhubungan dengan penghukuman dan

pemenjaraan terpidana : merehabilitasi pelaku pidana (to rehabilitate

the offender) agar dapat menjalani kehidupan normal dan produktif

(return to a normal and productive life).

Selain adanya kebutuhan akan keterpaduan Sistem Peradilan

Pidana, suatu sistem berupaya menjaga keseimbangan perlindungan

kepentingan, baik kepentingan negara, masyarakat maupun individu,

termasuk kepentingan pelaku tindak pidana dan korban kejahatan. Hal ini

sejalan dengan tujuan akhir dari politik kriminal yaitu perlindungan

masyarakat dalam kerangka kebijaksanaan untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat atau politik sosial. Manfaat lain yang terutama dari kebutuhan

akan keterpaduan Sistem Peradilan Pidana adalah terciptanya perlindungan

terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia dalam proses pidana.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijaksanaan untuk mencapai

tujuan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan negara hukum

kesejahteraan (welfare state) harus didukung oleh kebijaksanaan

penegakan hukum pidana melalui Sistem Peradilan Pidana, terutama

melalui hukum acara pidana (hukum pidana formal).

Page 51: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

li

Pada dasarnya regulasi dalam ketentuan KUHAP diatur

kewenangan para fungsionaris dalam peradilan pidana seperti penyidik,

penuntut umum, advokat dan hakim serta hak-hak dan atau kewenangan

dari saksi, ahli, Terdakwa dan masyarakat.

Dalam pasal 108 ayat (1) ditentukan bahwa:

“ setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis”.

Pada saat yang sama, dalam ayat (3) ditentukan bahwa:

“ setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik”.

Dengan demikian, sejak awal KUHAP mengakui legal standing

dari masyarakat dengan rumusan “berhak”, artinya kewajiban untuk

aparatur penegak hukum bila hak itu digunakan. Kaedah ini berangkat dari

satu konsep bahwa peradilan pidana adalah untuk melindungi masyarakat

atau kepentingan

umum.

Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya penyidik

menghormati, menjunjung tinggi dan mentaati hak asasi manusia (vide,

penjelasan Pasal 5 jo Pasal 4 UU 2002:2 tentang Kepolisian, bab IV

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01.PW.07.03 TH.1982 tentang

Pedoman Pelaksanaan KUHAP atau “Kepmenkeh-1982”). Dalam

Kepmenkeh 1982 itu ditegaskan bahwa:

“ dalam hubungan dengan Hukum Acara Pidana Baru (maksudnya KUHAP), yang memberi jaminan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang dalam hal ini mempunyai sifat universal, maka deklarasi maupun konvensi-konvensi internasional seperti “the Universal declaration of Human Rights” yang disahkan oleh sidang umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, serta “the International Convenant on Civil and Political Rights” beserta optional protocol-nya yang diterima

Page 52: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lii

dan disahkan oleh Sidang Umum PBB pada tanggal 16 Desember 1966, dapat digunakan untuk mengukur nilai Hukum Acara Pidana baru ini”.

Dari uraian kaedah hukum di atas dapat disimpulkan bahwa pihak-

pihak yang diakui secara hukum dalam proses peradilan pidana ialah negara

dengan fungsi-fungsinya (penyidikan, penuntutan dan penghakiman serta

pemasyarakatan), Terdakwa beserta ahli warisnya dan Advokatnya serta

masyarakat apakah sebagai korban, ahli atau sebagai pemberi informasi.

Sebagai pihak dalam proses peradilan pidana fungsionaris itu diakui serta

dilindungi oleh hukum HAM khusnya yang dikenai tindakan-tindakan

paksa yang telah menjadi bagian Hukum Acara Pidana itu.

Sebagaimana diketahui KUHAP diciptakan guna merealisasikan

hukum pidana. Tujuan dari hukum pidana ialah untuk menemukan

kebenaran materil. Dalam bahasa teori hukum, tujuan pidana ialah

tercapainya keadilan substantif bukan keadilan formal. Satu proses, disebut

sebagai hanya sampai pada keadilan formal bila proses itu berjalan terbatas

pada formalitas (bentuk-bentuk) dari kewenangan dari aparatur itu. John

Rawls (2003:51) mengatakan bahwa suatu keadilan dikatakan sebagai

keadilan formal bila sekedar obedience to system. Namun bila tidak

sekedar obedience to the system tapi honoring of legitimate expectations,

maka keadilan formal itu akan berubah menjadi keadilan substantif atau

materil.

Dalam peradilan pidana, pihak-pihak dalam perkara pidana yaitu

Jaksa Penuntut Umum yang mewakili masyarakat dan pesakitan (tersangka

dan terdakwa) yang dapat didampingi Advokat dalam menemukan keadilan

sustantif itu mengikuti sistem tertentu dan doktrin serta asas-asas tertentu.

KUHAP, seperti telah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya menganut

konsep non adversary sistem dengan dominasi asas inkuisitoir dalam

pemeriksaan pendahuluan. Namun dalam perkembangannya konsep HAM

juga diadopsi menjadi bagiannya. Oleh karena itu dalam UU Kepolisian,

UU Kejaksaan dan KUHAP disebutkan secara eksplisit bahwa para penegak

Page 53: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

liii

hukum mempunyai kewajiban untuk memperhatikan hak asasi manusia.

Dalam perspektif itu, masyarakat dalam berhadap-hadapan dengan

kekuasaan negara mendapatkan perlindungan dari Hukum Hak Asasi

manusia, utamanya dalam menilai keseimbangan dalam proses peradilan

pidana seperti dalam dua perkara diuraikan di atas.

Dalam Pasal 2 UU 1986:2 tentang Peradilan Umum ditentukan

bahwa Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman

bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Peradilan adalah untuk

menetapkan dan menegakkan hukum dan keadilan (vide, ps 3 ayat UU

2004:4). Warga negara memiliki hak melaporkan tindak pidana bila

mengetahui suatu tindak pidana (pasal 108 ayat (1) KUHAP) dan

merupakan kewajiban pada penegak

hukum bila hak tersebut digunakan. Secara konstitusional ditentukan dalam

pasal 33 ayat (3) UUD 45 bahwa sumber daya alam dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu adalah tidak sesuai dengan hukumnya bila dalam

mencari keadilan itu dihalang-halangi atau terhalang hanya karena masalah

formalitas belaka. Bila tidak ada hukumnya maka adalah kewajiban

pengadilan menemukannya (vide, Pasal 27 UU 1970 jo Pasal 28 UU

2004:4). Karena menemukan hukum itu sudah diatur dalam perundang-

undangan maka sudah dengan sendirinya tidak akan menegasikan asas

legalitas. Dengan kata lain bila hal itu dilakukan maka meminjam istilah

John Rawls melaksanakan legimate expectation yang merupakan kewajiban

dari peradilan itu.

Secara teoritis H.L.A Hart (1961: 77-89) telah merumuskan hal ini

dengan mengatakan “the union of primary rule and secondary rule”.

Artinya, bila dibiarkan warga negara yang mencari keadilan terhalang

hanya karena formalitasnya tidak eksplisit, tidak jelas dan kabur dst maka

hal tersebut berarti negara telah memisahkan primary rule dan secondary

rule itu.

Page 54: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

liv

Dengan begitu, keadilan akan tidak tercapai hanya karena aparatur

dalam proses pendahuluan telah menjadi barrier. Pada saat yang sama

dengan tidak dijalankannya kewajiban hukum sesuai ketentuannya maka

aparat penegak hukum dapat dianggap telah melakukan impunity terhadap

pelaku tindak pidana bahkan mungkin “delict by omission” sebagaimana

diatur dalam hukum HAM. Dengan demikian, dengan melihat prima facie

evidence yang dalam KUHAP disebut dengan bukti permulaan yang cukup.

sebagaimana Lagi pula, pada saat yang sama secara substansial berdasarkan

teori hukum tentang keadilan,mereka adalah juga korban yang mewakili

dirinya sendiri dan

masyarakat yang lain sekaligus.

Dua putusan perkara ini adalah dalam tahap proses Praperadilan.

Praperadilan itu bila dilihat dari sejarah pembentukannya dimaksudkan

sebagai habeas corpus yang sudah dikenal dalam berbagai sistem hukum

tidak saja di Barat termasuk dalam KUHAP. Namun, menjadi permasalahan

adalah ternyata dalam rumusan pasal-pasal KUHAP tidak mencerminkan

secara sempurna konsep habeas corpus tersebut. Akibatnya, sebagaimana

terlihat dari dua perkara di atas, bahkan membedakan apakah praperadilan

itu akan mengkuti hukum acara perdata, hukum administrasi negara atau

hukum pidana saja terlihat tumpang tindih.

Akibatnya, dalam menggunakan istilah Praperadilan ada yang

menyebutnya sebagai gugatan, permohonan, class action, pengawasan

horisontal aparatur, dan seterusnya. Semua ini terjadi bukan semata-mata

cara melihat dari aparatur itu tetapi juga karena sejak awal terdapat keragu-

raguan (ambiguity) pembuat KUHAP tentang praperadilan antara akan

mengikutinya sebagai habeas corpus atau tidak. Bila melihat sejarah

pembentukannya memang terlihat tarik-menarik itu, masyarakat seperti

organisasi profesi menghendaki agar memuat dengan kuat soal HAM-nya

termasuk lembaga praperadilan namun pemerintah tidak begitu setuju.

Sehingga masalah HAM dalam KUHAP dalam banyak hal menjadi terbatas

sebagai retorika daripada sungguh-sungguh berarti (substantif).

Page 55: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lv

KUHAP mengatur kewenangan pengadilan untuk mengadili antara

lain dalam proses Praperadilan (vide, bab X bagian kesatu). Substansinya

ialah pada keabsahan dari upaya paksa penangkapan dan penahanan, serta

sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan.

Upaya paksa dalam peradilan pidana adalah merupakan negasi terhadap hak

yang bersifat fundamental namun dilegitimasi oleh kekuatan UU. Artinya

selama UU diterapkan secara penuh maka selama itu pula dapat dibenarkan

negasi terhadap fundamental rights ini. Ketentuan ini adalah sejalan dengan

legisme dalam hukum kita.

Selain itu, tentang penghentian penyidikan dan penuntutan yang

menjadi pembahasan dalam tulisan ini serta permintaan ganti-rugi dan

rehabilitasi akibat tidak sahnya upaya paksa adalah merupakan bagian

pemeriksaan Praperadilan. Namun substansi Praperadilan ini tetap tidak

simetris dengan substansi dari Habeas Corpus, sekalipun bila melihat

sejarah pembentukannya dimaksudkan sebagai Habeas Corpus. Secara

konseptual, habeas corpus adalah pranata hukum praperadilan untuk

mengimbangi kewenangan dari penegak hukum khususnya dalam kaitannya

dengan tindakan-tindakan yang mempengaruhi perlindungan HAM

termasuk upaya paksa itu sebagaimana secara eksplisit disebut demikian

dalam hukum acara pidana.

Selain itu, pada saat yang sama sebagai sarana “yang

berkepentingan dalam proses peradilan pidana” untuk dapat mengakses

pengadilan guna terwujudnya keadilan sesuai dengan tujuan dari peradilan

pidana itu. Berdasarkan itu maka dalam hal penegak hukum merasa tidak

perlu untuk membawa suatu kasus ke pengadilan padahal dari sudut hukum

dan keadilan hal tersebut sangat tidak benar maka praperadilan dapat

menjadi sarana agar kasus itu sampai kepengadilan demi kepastian hukum

dan guna ditemukannya keadilan. Dengan demikian berdasarkan konsep

habeas corpus, praperadilan seharusnya tidak dibatasi hanya kepada saksi

yang menjadi korban saja, akan tetapi termasuk masyarakat luas, guna

mendapatkan keadilan dalam proses peradilan pidana.

Page 56: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lvi

Berdasarkan konsep habeas corpus act dalam sistem peradilan

Anglo Saxon memberikan jaminan fundamental tehadap hak asasi manusia

khususnya hak kemerdekaan. Konsep habes corpus act pada dasarnya

merupakan suatu jaminan serta pengamanan atas kemerdekaan pribadi

melalui prosedur sederhana, langsung dan terbuka yang dapat dipergunakan

oleh siapapun juga. Melalui habeas corpus act, maka seseorang melalui

surat perintah pengadilan dapat menuntut pejabat yang melakukan

penahanan untuk membuktikan bahwa penahanan tersebut tidak melanggar

hukum (ilegal) atau tegasnya benar-benar sah sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku.

Dalam penerapannya peradilan yang menerapkan konsep habeas

corpus act tidak hanya ditujukan untuk kpada penahaman yang terkait

dalam proses peradilan pidana saja, namun juga terhadap segala bentuk

penahanan yang dianggap telah melanggar hak kemerdekaan pribadi

seseorang yang telah dijamin oleh konstitusi. Seperti dalam pelaksanaan

praperadilan dan peradilan yang ada di negara Indonesia seringkali terdapat

unsur paksaan. Hal ini seringkali menimbulkan pengabaian terhadap hak-

hak asasi manusia.

Terkait dengan permasalahan ini, Adnan Buyung Nasution

menerangkan bahwa terdapat beberapa kelemahan/kekurangan daam pra

peradilan di Indoensia, diantaranya yaitu :

a. Tidak semua upaya paksa dapat dimintakan pemeriksaan untuk diuji dan

dinilai kebenaran dan ketepannya oleh lembaga pra peradilan. Misalnya

tidakan penggeledahan, penyitaan dan pembukaan serta pemeriksaan

surat-surattidak dijelakan dalam KUHAP, sehingga menimbulkan

ketidakjelasan siapa yang berwenang memeriksanya apabila terjadi

pelanggaran.

Dalam Pasa 95 ayat (1) KUHAP telah mengkomodir pengajuan

ganti rugi terhadap tindakan-tindakan lain aparat penegak hukum yang

tidak sah untuk dilakukan. Tindakan yang dimaksud alam penjelasan

pasal ini diartikan seabgai pemasukan rumah, penggeledahan

Page 57: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lvii

danpenyitaan. Sehingga review atas upaya paksa lain secara tidak

langsung juga dilakukan walaupun setelah proses peradilan atas perkara

pidana yang bersangkutan selesai. Namun hal ni tentunya menimbulkan

pendapat bahwa pemulihan atas pembatasan hak milik seseorang

melalui upaya paksa ini memakan waktu yng terlalu lama dan bukan

tidak mungkin menimbulkan kerugian yang lebih besar dibandingkan

jika diperiksa melalui praperadilan sebelum pemeriksaan pokok perkara

selesai dilaksanakan.

b. Praperadilan tidak berwenang untuk menguji dan menilai sah atau

tidaknya suatu penangkapan atau penahanan, tanpa adanya perminataan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.

Sehingga apabila permintaan tersebut tidak ada, walaupun tindakan

penangkapan atau penahanan nyata-nyata menyimpang dari ketentuan

yang berlaku, maka sidang praperadilan tidak dapat diadakan.

Sebenarnya hal in isedikit banyak dapat diatasi apabila diatur

suatu tata cara seperti halnya pelaksanaan penggeledehan, penyitaan dan

pemeriksaan surat. (Pasal 32-49 KUHAP) yang mengharuskan penyidik

untuk melaporkan tindakan upaya paksa yang dilakukannya apabila

penggeledehan, penyitaan dan pemeriksaan surat dilakukan pada kedaan

yang mendesak (tanpa surat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri).

Sehingga walaupun tidak ada permintaan praperadilan, penangkapan

aparat. Selain itu dapat ditambahkan pengaturan mengenai sanksi

apabila proses pelaporan tidak dilakukan atau setidak-tidaknya diatur

menjadi salah satu syarat sahnya penangkapan dan penahanan.

c. Dalam praktek pemeriksaan pra peradilan selama ini, hakim lebih

banyak memperhatikan perihal dipenuhi atau tidaknya syarat-syarat

formil semata-mata dari suatu penangkapan atau penahanan, seperti

misalnya ada atau tidak adanya surat perintah penangpakan (Pasal 21

ayat (2) KUHAP), dan samna sekali tidak menguji dan menilai syarat

materiilnya.

Page 58: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lviii

Padahal syarat materiil inilah yang menentukan apakah

seseorang dapat dikenakan upaya paksa berupa penangkapan atau

penahanan oleh penyidik atau penuntut umum. Hakim pada praperadilan

seolah-oleh tidak peduli apakah tindakan penyidikan atau jaksa penuntut

umum yang melakukan penangkapan telah memenuhi syarat-syarat

materiil, yaitu adanya ”dugaan keras” telah melakukan tindak pidana

berdasarkan ”bukti permulaan yang cukup”. Ada tidaknya bukti

permulaan yang cukup ini dalam praktek tidak pernah dipermasalahkan

oleh hakim karena umumnya hakim praperadilan menganggap bahwa

itu bukan menjadi tugas dan wewenangna, melainkan sudah memasuki

materi pemeriksaan perkara yang menjadi wewenang hakim dalam

sidang pengadilan negeri.

Demikian juga dalam hal penahanan, hakim tidak menilai

apakah tersangka atau terdakwa yang ”diduga keras” melakukan tindak

pidana berdasarkan ”bukti yang cukup” benar-benar ada alasan yang

kongkrit dan nyata yang menimbulkan kekhawatiran bahwa yang

bersangkutan ”akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti

ataupun mengulangi perbuatannya”. Para hakim umumnya menerima

saja bahwa adanya kekhawatiran tersebut semata-mata merupakan

urusan penilan subjektif dari pihak penyidik atau penuntut umum, atau

dengan lain perkara yang menyerahkan semata-mata kepada hak

diskresi dari pihak penyidik dan penuntut umum.

2. Konsekuensi Konsep Habeas Corpus Act dalam Ketentuan Regulasi

KUHAP dengan Upaya Mewujudkan Penegakan Hukum yang

Berkeadilan dan Bermartabat (Due Process of Law)

Dalam konsekuensi konsep Habeas Corpus Act terlihat dalam

ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana yang sering disebut KUHAP yang diberlakukan mulai tahun 1981

untuk menggantikan hukum acara pidana yang terdapat dalam HIR 1941

Page 59: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lix

(het Herziene Inlandsh Reglement diterjemahkan sebagai Reglemen

Indonesia yang dibaharui, disingkat RIB).

Apa yang ingin diganti oleh bangsa Indonesia dari HIR melalui

KUHAP dalam proses pembentukan KUHAP (1969-1981) menunjukkan

bahwa yang ingin diperjuangkan adalah pemahaman untuk melihat proses

peradilan pidana itu sebagai berlandaskan proses hukum yang adil (due

process of law), dimana hak-hak tersangka, terdakwa dan terpidana

dilindungi serta dianggap sebagai bagian dari hak-hak warga negara (civil

rights) dan karena itu bagian dari hak asasi manusia.

Ada sepuluh asas yang ditegaskan dalam Penjelasan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Kesepuluh

asas ini dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh) asas umum dan 3 (tiga) asas

khusus, yaitu :

a. Asas-asas umum :

1) Perlakuan yang sama di muka hukum tanpa diskriminasi apapun;

2) Praduga tidak bersalah;

3) Hak untuk memperoleh kompensasi (ganti rugi) dan rehabilitasi;

4) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum;

5) Hak pengadilan terdakwa di muka pengadilan;

6) Peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat dan sederhana;

7) Peradilan yang terbuka untuk umum.

b. Asas-asas khusus :

1) Pelanggaran atas hak-hak individu (penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan) harus didasarkan pada undang-

undang dan dilakukan dengan surat perintah (tertulis);

2) Hak seorang tersangka untuk diberitahukan tentang persangkaan

dan pendakwaan terhadapnya;

Page 60: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lx

3) Kewajiban pengadilan untuk mengendalikan pelaksanaan putusan-

putusannya.

Asas pertama tentang “perlakuan sama di muka hukum tanpa

diskriminasi”, tidak saja terdapat dalam Penjelasan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), tetapi

juga tercantum dalam bagian menimbang dari Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981. Asas ini serupa dengan yang terdapat dalam Pasal 6 dan 7

UDHR dan Pasal 16 ICCPR. Baik tersangka, terdakwa dan aparat penegak

hukum adalah sama-sama warga negara yang mempunyai hak, kedudukan

dan kewajiban yang sama di hadapan hukum, yakni sama-sama bertujuan

mencari dan mewujudkan kebenaran dan keadilan. Setiap orang, apakah ia

tersangka atau terdakwa, berhak mendapatkan perlindungan hukum tanpa

adanya diskriminasi.

Asas kedua tentang “praduga tak bersalah”, Unsur-unsur dalam

asas ini adalah prinsip utama perlindungan hak warga negara melalui

proses hukum yang adil (due process of law), yang mencakup :

a. Bahwa kesalahan seseorang harus dibuktikan dalam sidang pengadilan

yang jujur atau fair trail , berimbang dan tidak memihak (impartiality);

b. Perlindungan terhadap tindakan sewenang-wenang dari pejabat negara;

c. Bahwa sidang pengadilan harus terbuka untuk umum;

d. Bahwa tersangka dan terdakwa harus diberikan jaminan-jaminan untuk

dapat membela diri sepenuhnya, tanpa campur tangan pemerintah atau

kekuasaan sosial politik manapun.

Asas ketiga, adalah tentang “hak untuk memperoleh kompensasi

(ganti rugi) dan rehabilitasi”. Hak ini sebenarnya mengandung dua asas,

yaitu :

a. Hak waga negara untuk memperoleh kompensasi (yang berbentuk

uang) dan rehabilitasi (yang berupa pemulihan nama baiknya).

b. Kewajiban pejabat penegak hukum mempertanggungjawabkan

(accountability) perilakunya selama tahap pra-ajudikasi.

Page 61: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxi

Prinsip yang terkandung pula dalam asas ini adalah bahwa negara

dapat pula meminta mempertanggungjawabkan segala tindakan yang

dilakukan terhadap warga negaranya.

Asas keempat adalah tentang “hak untuk mendapat bantuan

hukum”. Apabila seorang warga negara berhak untuk diperlakukan sama

di muka hukum dan para pejabat hukum harus memberlakukannya dengan

praduga bahwa ia tidak bersalah, dengan akibat bahwa apabila terjadi

kesewenangan ia akan memperoleh kompensasi dan atau rehabilitasi,

maka doktrin “equality of arms” juga harus ditaati. Negara, melalui aparat

kepolisian dan kejaksaan, selalu mempunyai kesempatan yang lebih besar

dibanding dengan kesempatan yang dimiliki tersangka dan terdakwa (yang

kemungkinan besar berada dalam tahanan). Hak untuk membela diri telah

diperoleh melalui asas praduga tidak bersalah, akan tetapi doktrin

“equality of arms” ini didasarkan pada keadaan tersangka dan terdakwa

yang sangat tidak seimbang (disadvantage) menghadapi negara. Asas

inipun menuntut adanya profesi advokat yang bebas (an independent legal

profession). Kebebasan profesi advokat ini harus diartikan bahwa tidak

ada yang perlu ditakuti seorang advokat apabila ia membela seorang klien

yang “tidak disukai” masyarakat atau negara.

Asas kelima, merupakan “hak kehadiran terdakwa di muka

pengadilan”, yang harus diperhatikan bahwa pengadilan tidak dapat

memeriksa suatu perkara tindak pidana apabila terdakwa tidak dapat

dihadirkan oleh jaksa. Dengan berpedoman pada proses hukum yang adil,

bagaimanapun kuatnya bukti-bukti yang dimiliki polisi atau penuntut

umum, akan tetapi “sudut pandang” tersangka atau terdakwa selalu masih

harus didengar dan dipertimbangkan. Apabila tersangka atau terdakwa

tidak dapat hadir atau dihadirkan, maka suatu proses peradilan pidana yang

tetap juga dijalankan, telah melanggar “hak untuk membela diri” dan

“praduga tidak bersalah” seorang warga negara. Meskipun KUHAP tidak

memuat asas ini secara jelas dalam ketentuan-ketentuannya, tetapi

penafsiran bahwa peradilan “in absentia” tidak dimungkinkan dalam

Page 62: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxii

KUHAP dapat terbaca dari beberapa pasal (misalnya pasal-pasal 145 (5),

154 (5), 155 (1), 203 dan 205). Pengecualian hanya terdapat dalam perkara

pelanggaran lalu-lintas (Pasal 214 (1)). Apa yang tidak boleh ditafsirkan

dari asas kehadiran ini, adalah bahwa kehadiran terdakwa pada sidang

pengadilan dimaksudkan untuk “mempermalukan” terdakwa di muka

umum. Tujuannya hanyalah untuk memberi kesempatan terdakwa

mengajukan pembelaan, dengan diperlakukan sesuai harkat dan

martabatnya sebagai manusia.

Asas keenam menegaskan adanya “peradilan yang bebas dan

dilakukan dengan cepat dan sederhana”. Di sini kita lihat ada dua asas,

yaitu : i. Peradilan yang bebas dari pengaruh siapapun; ii. Bahwa cara

proses peradilan pidana haruslah cepat dengan sederhana. Kebebasan

peradilan (independent judiciary) adalah titik pusat dari konsep negara

hukum yang menganut paham “rule of law”, di mana hukum ditegakkan

secara tidak berpihak (impartial). Peradilan yang bebas tidak akan

mengijinkan adanya “show trials” di mana terdakwa tidak diberikan

kesempatan yang layak untuk membela diri dan di mana orang sudah dapat

menduga bahwa putusan hakim akan mempersalahkan terdakwa tanpa

menghiraukan pembuktian ataupun pembelaan. Keinginan mempunyai

proses peradilan pidana yang cepat dan sederhana, merupakan tuntutan

yang logis dari setiap tersangka dan terdakwa. Asas ini dimaksudkan

untuk mengurangi sampai seminimal mungkin penderitaan tersangka

maupun terdakwa. Apalagi bilamana tersangka atau terdakwa berada

dalam tahanan, maka ia berhak menuntut diadili dalam jangka waktu yang

wajar. Tidak boleh ada kelambatan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan oleh penegak hukum (Pasal 50 KUHAP).

Asas ketujuh adalah tentang “peradilan yang terbuka untuk

umum” disini adalah adanya “public hearing” dan dimaksudkan untuk

mencegah adanya “secret hearing”, dimana masyarakat tidak dapat

mengawasi apakah pengadilan secara seksama telah melindungi hak-hak

terdakwa. Tidak pernah asas ini boleh diartikan untuk menjadikan

Page 63: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxiii

peradilan itu suatu “show case” atau dimaksudkan sebagai “instrument of

deterrence”, baik dengan cara mempermalukan terdakwa (prevensi

khusus) ataupun menakut-nakuti masyarakat atau “potential offenders”

(prevensi umum). Perkecualian dari asas ini haruslah dilakukan dengan

undang-undang dan dengan syarat bahwa dasarnya adalah kepentingan

umum yang berlaku dalam negara demokrasi.

Asas kedelapan tentang “dasar undang-undang dan kewajiban

adanya surat perintah dalam pelanggaran atas hak-hak individu warga

negara”. Yang dimaksud dengan “pelanggaran hak-hak individu warga

negara” adalah pelanggaran atas hak kemerdekaan (individual freedom of

the citizen) yang dijamin oleh UUD 1945. Jaminan kontitusional ini hanya

boleh dilanggar berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-

undang dan oleh pejabat negara yang diberi wewenang oleh undang-

undang pula. Pelanggaran yang berupa: penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan itu, hanya boleh dilakukan sesuai dengan

ketentuan KUHAP. Hak individu warga negara ini dapat kita lihat dalam

Pasal 3 UDHC, yaitu “the right to life, liberty and security”. Tidak akan

ada artinya hak-hak warga negara ini, bilamana secara sewenang-wenang

negara dapat (melalui aparatnya): membunuh (extrajudicial execution),

menangkap, menahan, menyiksa, menggeledah dan menyita barang

seorang warga negara. Ini jelas bukan perbuatan yang sah dalam suatu

negara hukum.

Asas kesembilan tentang “hak seorang tersangka untuk

diberitahukan tentang persangkaan dan pendakwaan terhadapnya”, asas ini

merupakan salah satu unsur dasar dalam hak warga negara atas “liberty

and security”. Kelima unsur dasar ini menurut Paul Sieghart adalah :

a. “no one shall be arrested or detained except on grounds, and by

procedures, established by law” (asas kedelapan);

b. “when anyone is arrested, he must be told why” (asas kesembilan);

c. “he must then be brought promptly before a judicial officer” (asas

keenam dan lembaga praperadilan dalam KUHAP);

Page 64: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxiv

d. “and either released or tried within a reasonable time” (asas keenam);

e. “he must always be entitled to test the legality of his detention by

proceedings before a court” (praperadilan dan asas keenam).

Kelima unsur dasar yang dikemukakan di atas merupakan suatu

konsep dari mana berbagai hak tersangka dapat dikembangkan, baik

melalui undang-undang, putusan pengadilan (yurisprudensi tentang hukum

acara pidana) maupun cara-cara yang baik dalam penegakan hukum

(behoorlijk rechtshandhaving, decent law enforcement). Asas kesembilan

di atas adalah bagian dari pemahaman yang benar tentang “due process of

law” (proses hukum yang adil) dimana salah satu unsurnya (lihat asas

kedua) adalah: “tersangka dan terdakwa harus diberikan jaminan-jaminan

untuk dapat membela diri sepenuh-penuhnya”. Bagaimana seorang

tersangka dapat dengan baik “membela” dirinya dalam interogasi oleh

penyidik bilamana dia tidak diberitahu dengan jelas alasan

penangkapannya. Asas kesembilan ini juga menjelaskan mengapa

penasihat hukum sejak saat penangkapan berhak untuk melihat berkas

perkara yang disusun oleh penyidik sebagai dasar pengajuan perkara

kepada jaksa/penuntut umum.

Asas kesepuluh membawa kita kepada tahap purna-ajudikasi

(post-adjudication) dan tidak lagi menyangkut seorang tersangka atau

terdakwa, tetapi seorang terpidana. Asas bahwa pengadilan berkewajiban

mengendalikan pelaksanaan putusannya, dapat hanyalah dilihat sejauh

kewajiban pengawasan. Pada umumnya hakim (pengadilan) mengambil

sikap bahwa tanggungjawabnya berakhir dengan diberikannya putusan.

Sikap semacam ini tidaklah benar, karena khususnya dalam hal pidana

perampasan kemerdekaan (pidana penjara) ketepatan putusan pengadilan

tersebut masih perlu diuji.

Mempelajari asas-asas di atas tidak dapat dilepaskan dari “desain

prosedur” (procedural design) sistem peradilan pidana yang ditata melalui

KUHAP. Sistem ini dapat dibagi dalam tiga tahap :

a. Tahap pra-ajudikasi (pre-adjudication);

Page 65: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxv

b. Tahap ajudikasi (adjudication);

c. Tahap purna ajudikasi (post-adjudication).

Urutan di atas adalah jelas, tetapi yang sering tidak terlihat jelas

(tidak transparan) adalah tahap mana dari ketiga tahap tersebut yang

dominan. Suatu desain prosedur yang memberikan dominasi kepada tahap

pra-ajudikasi tidak menguntungkan perlindungan terhadap hak-hak

tersangka/terdakwa. Karena apabila sidang pengadilan (tahap ajudikasi)

mendasarkan diri terutama pada data dan bukti yang dikumpulkan dalam

tahap penyidikan (tahap pra-ajudikasi), maka pengadilan akan sangat

tergantung pada apa yang disampaikan oleh polisi dan jaksa tentang

perkara pidana tersebut. Terdakwa dan pembelanya akan berada dalam

posisi yang tidak menguntungkan. Bukti-bukti baru, kesaksian a de charge

dan setiap pendapat terdakwa terhadap setiap peristiwa atau fakta dalam

perkaranya, selalu akan dinilai oleh hakim dengan memperbandingkannya

terhadap pandangan jaksa atau penuntut umum (berdasarkan pemeriksaan

oleh kepolisian).

Suatu penafsiran melalui Pasal 191 dan Pasal 197 KUHAP dapat

dilakukan. Dari ayat (1) masing-masing pasal tersebut haruslah ditafsirkan

bahwa tahap ajudikasi (sidang pengadilan) yang harus “dominan” dalam

seluruh proses, karena baik dalam hal putusan bebas maupun putusan

bersalah, hal ini harus didasarkan pada fakta dan keadaan serta alat

pembuktian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan.

Meskipun rumusan pasal-pasal KUHAP tidak secara jelas

merupakan rumusan HAM untuk tersangka dan terdakwa, namun sikap

batin (spirit) peraturan perundang-undangan ini menolak pelanggaran

HAM dalam setiap tahap dari sistem peradilan pidana (criminal justice

system) kita. Desain prosedur (procedural design) sistem peradilan pidana

kita yang ditata melalui KUHAP harus memberikan kedudukan “pusat”

Page 66: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxvi

(dominan) kepada tahap ajudikasi sidang pengadilan. Hanya dalam tahap

ajudikasi ini terdakwa dengan pembelanya dapat berdiri tegak sebagai

pihak yang bersamaan derajatnya berhadapan dengan jaksa/penuntut

umum. Pengadilan wajib menjamin sepenuhnya hak-hak kedua belah

pihak, hak penuntut umum adalah mendakwa dan hak terdakwa adalah

membela dirinya terhadap dakwaan. Suatu proses hukum yang adil (fair

trial) dengan majelis hakim yang bebas dan tidak memihak (independent

and impartial tribunal) adalah sangat penting untuk rasa aman masyarakat,

tidak kalah penting dari usaha menanggulangi kejahatan itu sendiri. Perlu

selalu diingat, bahwa adalah dalam kemampuan kita masing-masing untuk

mencegah diri kita melakukan kejahatan, tetapi kita tidak mungkin dapat

melepaskan diri kita dari risiko diajukan sebagai tersangka dan terdakwa.

Kesepuluh asas di atas, haruslah dilaksanakan dengan baik oleh

pihak pemerintah baik oleh aparat maupun pejabat pemerintahan agar

terwujudnya perlindungan HAM dan proses penegakan hukum yang adil

bagi setiap warga negara Indonesia. Proses pelaksanaannya berawal dari

pihak kepolisian, kejaksaan, kehakiman, lembaga swadaya masyarakat

serta dibantu pula oleh pengacara atau advokat di dalam mendampingi

tersangka/terdakwa, dari tahap penangkapan, penahanan, penuntutan,

putusan pengadilan dan sampai pelaksanaan putusan pengadilan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diurakan di atas, maka dapat

ditarik pembahasan dalam penelitian ini bahwa dalam pembentukan sistem

hukum yang baik, pemerintah selalu berusaha untuk membatasi tindakan yang

merugikan masyarakat demi rasa aman masyarakat itu sendiri. Namun

kenyataan yang terjadi tindakan mainhakim sendiri juga seringkali masih

terjadi di masyarakat kita. Kondisi ini dikarenakan oleh pengabaian hukum,

Page 67: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxvii

ketidakhormatan pada hukum, ketidakpercayaan pada hukum, dan

penyalahgunaan hukum yang sering terjadi di masyarakat. Oleh karena itu,

untuk mencegah tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat, tugas

menciptakan keamanan masyarakat itu diserahkan kepada negara melalui

Sistem Peradilan Pidana.

Dengan adanya sistem peradilan pidana mempunyai tujuan baik secara

jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Di mana tujuan adanya

sistem peradilan jangka pendek untuk adalah untuk resosialisasi, sedangkan

tujuan jangka menengah untuk pemberantasan kejahatan dan tujuan jangka

panjang untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam sistem peradilan di Indonesia senantiasa berkembang sesuai

dengan kondisi yang ada di mayarakat. Perkembangan sistem peradilan pidana

dapat dilihat dari bentuk-bentuk hukuman, tambahan jenis hak untuk pelaku

dan korban, dan reformasi penegakan hukum. Perkembangan ini dapat dilihat

dari berubahnya kebiasaan, ide politik dan kondisi ekonomi. Sistem peradilan

pidana merupakan usaha untuk mengendalikan kejahatan agar berada dalam

batas-batas toleransi masyarakat. Keberhasilan dari sistem inidapat terwujud

apabila sebagian besar dari laporan maupun keluhan masyarakat yang

menjadi korban kejahatan dapat diselesaikan, dengan diajukannya pelaku

kejahatan ke sidang pengadilan dan diputuskan bersalah serta mendapatkan

pidana.

Di Indonesia setiap warga negara mendapatkan perlindungan dan

perlakuan yang sama di depan hukum. Karena hal tersebut merupakan bentuk

pengakuan terhadap hak asasi manusia di Indonesia. Dalam pengakuan

terhadap hak di bidang hukum ini di jalankanoleh sistem peradilan pidana

yang ada di Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan konsep habeas corpus

yang ada dalam sistem peradilan di Indonesia menjelaskan bahwa seorang

tersangka, terdakwa atau terpidana, merupakan pihak yang rentan atas

Page 68: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxviii

pelanggaran HAM. Untuk itu pemerintah yang berdasarkan undang-undang

wajib memenuhi HAM tersebut, seringkali tidak mampu melakukan

perlindungan apapun ketika dituntut untuk memenuhi kewajibannya.

Konsep habeas corps dalam sistem peradilan yang ada di Indonesia

diimplementasikan dalam ketentuan-ketentuan dalam regulasi Hukum Acara

Pidan yang tertuang dalam KUHAP. Hukum acara pidana sebagai ketentuan

mengenai proses peradilan pidana merangkan perlunya kewajiban untuk

memberikan jaminan atas perlindungan hak asasi tersangka, terdakwa dan

terpidana selama menjalani proses peradilan pidana sampai menjalani

hukumannya, diatur juga dalam hukum acara pidana. Kewajiban tersebut

harus dipenuhi oleh pemerintah dalam rangka melindungi HAM.

Dengan demikian bahwa dapat diketahui penerapakan konsep habeas

corpus act dapat dilihat dalam regulasi KUHAP melalui sejumlah prosedur

hukum itulah, hakim dapat tiba pada kesimpulan apakah seseorang secara

faktual dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana yang telah

ditentukan sebelumnya oleh undang-undang hukum pidana materil.

Dengan demikian dapat diketahu bahwa sistem peradilan pidana sangat

erat kaitannya dengan hak tersangka dan terdakwa yang harus dilindungi

berkenaan dengan adanya perlakuan dari penegak hukum dalam melakukan

tindakan upaya paksa, mulai dari tahap pemeriksaan pendahuluan

(penyelidikan dan penyidikan), penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan,

putusan hakim, upaya hukum, sampai adanya putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Untuk itu sistem peradilan pidana

merupakan suatu sistem yang harus memiliki struktur yang berfungsi secara

koheren, koordinatif dan integratif untuk mencapai efisiensi dan efektivitas

yang maksimal.

Dengan demikian adanya sistem peradilan pidana yang terpadu dengan

baik yang akan meningkatkan efktivitas sistem ini dalam mendukung

Page 69: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxix

penerapan konsep habeas corpus act dalam implementasi dari prinsip negara

hukum yang ada di Indonesia. Selain itu dalam implementasi konsephabeas

corpus act mempunyai konsekuensi dalam ketentuan regulasi KUHAP dalam

rangka upaya penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat di di

Indonesia menuntut adanya azas-azas umum dalam sistem peradilan pidana di

Indonesia yang menyangkut tentang adanya perlakuan yang sama di muka

hukum tanpa adanya diskriminasi apapu, adanya azas praduga tak bersalah,

adanya hak untuk memperoleh kompensasi dan rehabilitasi, adanya hak untuk

mendapatkan bantuan hukum, adanya hak pengadilan terdakwa di muka

pengadilan, adanya peradailan yang bebas dan dilakukan dengan cepat dan

sederhana, serta adanya peradilan yang terbuka untuk umum. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indoensia

menjunjung tinggi terhadap hak asasi manusia sebagai penerapan konsep

habeas corpus act secara universal.

Selain itu dalam sistem peradilan pidana di Indonesia azas-azas khusus

yang pada dasarnya menjunjung tinggi terhadap hak-hak asasi manusia.

Diantaranya ditunjukkan dengan apabila terdapat pelanggaran terhada hak-hak

individu seperti dalam penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan

harus didasarkan pada undang-undang dan dilakukan dengan surat perintah

secara tertulis, adanya pengakuan hak seorang tersangka untuk diberitahukan

tentang persangkaan dan pendakwaan terhadanya, dan adanya kewajiban

pengadilan untuk mengendalikan pelaksanaan putusan-putusannya. Azas-azas

khusus ini merupakan wujud pemberlakuan konsep pengakuan hak-hak asasi

manusia di bidang hukum sesuai dengan konsep habeas corpus act yang

menerangkan bahwa apabila seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam

waktu 2 hari setelah penahanan dan alasan penahanan seseorang harus disertai

bukti yang sah menurut hukum.

Page 70: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxx

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan konsep habeas

corpus act dalam regulasi ketentuan-ketentuan KUHAP sebagai implementasi

prinsip-prinsip negara hukum yang universia dapat dilaksanakan melalui

pembentukan sistem peradilan pindana yang ada di Indonesia. Di mana dalam

sistem peradilan pidana tersebut terdapat nilai-nilai yang menjunjung tinggi

terhadap pengakuan hak-hak asasi manusia di bidang hukum khususnya

terdakwa dalam proses hukum di Indonesia.

Page 71: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxxi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,

maka penulis dapat menarik kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1. Pencerminan konsep habeas corpus act dalam regulasi ketentuan-

ketentuan KUHAP sebagai implementasi prinsip negara hukum di

Indonesia dilaksanakan melalui nilai-nilai dalam pelaksanaan sistem

peradilan pindana yang ada di Indonesia yang didasarkan pada ketentuan-

ketentuan yang ada dalam KUHAP.

2. Konsekuensi dalam pelaksanaan konsep habeas corpus act dalam regulasi

ketentuan-ketentuan KUHAP dalam pelaksanaan prinsip negara hukum

yang berkeadilan dan bermartabah di Indonesia memberikan azas-azas

dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana yang sangat mengakui dan

menjunjung tinggi hak-hak asasi manusi khususnya di bidang hukum baik

dalam proses penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan proses

peradilan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka penulis ingin

memberikan sedikit saran yang berkaitan dengan pembahasan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Diperlukan implementasi konsep habeas corpus act sebagai bentuk

pengakuan hak asasi manusia khusunya dalam peradilan yang telah diakui

oleh masyarakat dunia kedalam regulasi sistem peradilan yang ada di

negara Indonesia seperti pada ketentuan-ketentuan dalam KUHAP untuk

dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna menjamin adanya

Page 72: ANALISIS TEORITIK PENCERMINAN KONSEP …/Analisis...Penulisan Hukum (skripsi) 2010. Penelitian dalam rangka Penulisan Hukum ini memiliki tujuan :1. ... A. Kerangka Teori ... C. Kerangka

lxxii

pengakuan hak asasi manusia dalam pelaksanaan proses peradilan yang

ada di negara Indonesia sehingga pelaksanaan prinsip negara hukum yang

selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia selalu dapat dijaga.

2. Sebagai bentuk negara hukum, di Indonesia diperlukan adanya jaminan

terhadap hak asasi manusia yang sedang menjalankan proses peradilan

baik mulai dari proses pemeriksaan polisi, sampai dengan penjatuhan

sanksi dan pelaksanaan sanksi hukuman, pada dasarnya orang tersebut

tetap mempunyai hak asasi yang sesungguhnya tidak dapat dirampas oleh

siapa saja. Sehingga dengan adanya jaminan semacam ini, maka tidak

akan ada orang yang merasa di tindas meskipun mereka sedang

menjalankan proses peradilan.

3. Dibutuhkan kesadaran bagi para penegak hukum untuk tidak dapat

memperlakukan setiap individu yang sedang menjalankan proses

peradilan sehingga tetap menghargai hak-hak dari orang tersebut.