analisis tenaga kerja lokal manado 2009

112

Upload: ravita-kumara

Post on 20-Jul-2015

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS TENAGA KERJA LOKAL DI KOTA MANADO

2009

ANALISIS TENAGA KERJA LOKAL DI KOTA MANADO TAHUN 2009

Ukuran Buku : 21,59 cm x 27,94 cm Jumlah Halaman : 104 halaman Naskah : Carlos E. Siburian, SST Penyunting : Olden Lahamendu, SE, MSi Gambar dan Bagan : Carlos E. Siburian, SST Diterbitkan oleh: Bappeda Kota Manado Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya dengan benar.

KATA PENGANTARSalam sejahtera, Saya menyambut dengan gembira penerbitan publikasi Analisis Tenaga Kerja Lokal di Kota Manado Tahun 2009, karena hal ini merupakan hasil dari suatu usaha nyata yang bersifat luas dan menyeluruh untuk menyediakan data bagi perencanaan . Dengan adanya publikasi ini, kita memiliki petunjuk teknis dan informasi latar belakang bagi para pemantau kesejahteraan rakyat khususnya bidang ketenagakerjaan di Manado. Oleh karena itu publikasi ini telah disusun sebaik mungkin sehingga dapat menguraikan sistem pemantauan secara rinci, mulai dari pengembangan identifikasi ketenagakerjaan lokal sampai analisis akhir dan penerapannya di dunia masyarakat. Diharapkan semua instansi dapat memanfaatkan publikasi ini dalam penyusunan perencanaan yang baik, sistematis, menyeluruh, terpadu dan pro kerakyatan. Keberhasilan penyusunan publikasi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, khususnya perusahaan-perusahaan yang bersedia dimintakan informasinya. Untuk itu, kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Penghargaan khusus diberikan kepada tim penyusun publikasi yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran sepenuhnya dari awal kegiatan hingga selesainya laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, dan semoga publikasi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Manado, September 2009 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MANADO KEPALA

Ir. REVIND F. U. LEWAN, MSi NIP. 19580512 198709 1 002

UCAPAN TERIMA KASIH:Publikasi ini bisa terlaksana berkat dukungan dari banyak orang. Rekan-rekan dan mitra kerja kami di BPS Kota Manado yang memiliki pengaruh dalam pemikiran kami. Kami juga berterimakasih kepada individu-individu berikut berserta perusahaan mereka yang memberikan izin bagi kami untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan bagi publikasi ini:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

Suparman (PT Barata Roberta Dept. Store) Resna Ernawati (RSI Siti Maryam) Rut Alim (PT. Anoa Citra Perkasa) Untung Sianturi (Koperasi Budi Luhur) Rachmat (PT. Intertek Testing Service) Ronny Mangoot (PT. Taruna Intercontinental Musicafe Rest.) Rio Fajar & Benny Guntoro (PT. Sari Melati Kencana Pizza Hut Mega Mall) Tomy Waworundeng (PT. Wenang Cemerlang Press-Manado Post) Delfi Lasut SKM (RSU Pancaran Kasih) Jhoni Lieke (PT Manado Plaza Plaza Hotel) Vitrina Rantung (PT. Nusantara Suryasakti) Heri Kapita (Hotel Panorama) Lieliong Phin (Restoran Mie Katan) Ely (CV Duo Maju Bersama) Setiawan (CV Suara Indah Karaoke InulVista) Mohamad Salahudin (PT Catur Lestari Rimo Dept. Store) Wempie Umboh (PT. Empat Saudara) dr. Wene Walandow (Apotik Anda) Dicky Avandi (PT. Talkindo Selaksa Anugerah) Rusdi Ulao (Bakso Lapangan Tembak) Joko Pramono (Art and Digital Printing) M. Gozali (Matahari Putra Prima Tbk) Ferdinand L (Multi Cipta Teknik) M. Subhan (Kentucky Fried Chicken) Ko Leo (Leonard Bridal Salon) Vera Rambe (CV The CT Digital Printing) Nida (BNI Kantor Layanan Kanaka) Carol R. H. D. Massie, SE, MSi (BNI 46 Cabang Manado) Ferdinan Benyamin Nelwan (Ol Navel Educate Teen)

30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.

Dra. Jenny Ch. Lelet (Asuransi Bumi Asih) Sukriadi Kay (PT. Gramedia) Haryanto Christian (PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk) Piet Tumewu (PT. Missa Utara) Muhammad Dunggio (Bengkel Las Mutiara) Aswin Supit (SPBU Kombos) Mas Mulia Gusti SPd (SMP Muhammadiyah Manado) Arifin Maaku (Rumah Makan Asri Raja) dr. Frans Walangitan (Depot Air Minum) Lanny Moniaga (Mahakam Service) Dorce Turu (CV. Bethesda Indah Minolta) Ir. Jelly Lapian (UD Sumber Makmur) M. Faizal Nazar (PT. Sucofindo)

Kami memohon maaf jika terdapat kesalahan tulis baik dalam pencantuman nama dan gelar individu atau nama perusahaan. Semoga kedepan kerjasama ini akan terus terbina dengan baik demi tujuan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bangsa.

DAFTAR ISIKata Pengantar Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

I

Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang .. .......... Tujuan dan Maksud . Sasaran ........ 1 4 6

II

Tinjauan Teori 2.1 Konsep Ketenagakerjaan ...... 2.1.1. Komposisi Penduduk Usia Kerja .. 2.1.2. Bekerja (Employed) . 2.1.3. Penganggur (Unemployed) 2.1.4. Setengah Penganggur . 2.1.5. Pekerja Sektor Informal . 2.2 Beberapa Isu Ketenagakerjaan 2.2.1. Signifikansi Masalah .. 2.2.2. Pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan 2.2.3. Sasaran Pembangunan Global 2.3 Hubungan pengangguran, jumlah penduduk, 7 7 8 11 13 15 17 17 19 23 24

kesempatan kerja dan perekonomian 2.3.1. Teori Jumlah Penduduk Optimal 2.3.2. Teori Jebakan Populasi Malthus . 24 26

III

Metodologi Penelitian 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 Sumber Data ............ Indikator dan Lembar Wawancara ........ Merancang Lembar Wawancara .......... Wawancara dan Aliran Data ......... Konsep dan Definisi ....... Metode Analisis Data ........ 28 29 32 32 34 46

IV

Hasil dan Pembahasan 4.1 4.2 Gambaran Umum Kota Manado ....... Gambaran Umum Ketenagakerjaan Kota Manado 4.2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja . 4.2.2. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan 4.2.3. Jumlah Jam Kerja .. 4.3 Gambaran Ketenagakerjaan Lokal .. 4.3.1. Komposisi Pegawai 4.3.2. Kualitas Tenaga Kerja Lokal . 4.3.3. Formasi Jabatan Pegawai . 4.3.4. Lowongan Pekerjaan .. 4.3.5. Jalur Pencarian Kerja . 47 54 54 58 60 61 63 64 69 70 71

4.3.6. Lama Bekerja .. 4.3.7. Kesempatan Promosi Karir .. 4.3.8. Niat Pegawai Lokal Untuk Bertahan Lama di Perusahaan 4.3.9. Alasan Pegawai yang ingin bertahan di Perusahaan . 4.3.10.Pengalaman Kerja . 4.3.11.Alasan berhenti pada pekerjaan sebelumnya 4.3.12.Pandangan Tenaga Kerja Lokal Manado terhadap sektor informal .

72 73 74

75 76 77 78

V

Penutup

80

Daftar Pustaka

88

Lampiran

DAFTAR TABELNo 3.1 4.1 Judul Kriteria Pemilihan Indikator Jumlah Desa, Jumlah Rumahtangga, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Manado Tahun 2008 4.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2000) Menurut Lapangan Usaha di Kota Manado Tahun 20062008 (Juta Rupiah) 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka, 1998-2008 4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2008 4.5 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Lapangan Usaha, Tahun 1998, 2003, dan 2008 4.6 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Tahun 1998, 2003 dan 2008 4.7 4.8 Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Distribusi Perusahaan Sampel Untuk Analisis Tenaga Kerja Lokal Kota Manado Tahun 2009 4.9 Lapangan Usaha Utama Menurut Asal Usul Tenaga Kerja 64 65 60 63 59 58 57 55 53 Hal 31 51

4.10 Persentase Penilaian Pihak Perusahaan Terhadap Kualitas Tenaga Kerja Lokal Dibandingkan dengan Tenaga Kerja Pendatang

4.11 Pemetaan Kelebihan, Peluang, Tantangan dan Kekurangan Tenaga Kerja Lokal Kota Manado 4.12 Komposisi Formasi Pegawai Berdasarkan Asal Usulnya dan Tingkat Jabatan 4.13 Preferensi Pengusaha/Manajerial Terhadap Perekrutan Tenaga Kerja 4.14 Persepsi Tenaga Kerja Formal Lokal terhadap Pekerjaan Informal

67

69

71

80

DAFTAR GAMBARNo 2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 Judul Definisi Pekerja Informal Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia Hal 17 22 25 27 33 45 49 73 74

The Law of Diminishing Return Malthusian Population TrapProses Pengembangan lembar wawancara Bagan Ketenagakerjaan Jumlah Penduduk Kota Manado, 1961-2008 Akses Pegawai perusahaan masuk perusahaan sekarang Persentase Persepsi Pegawai Mengenai Keberadaan Kesempatan Promosi Oleh Perusahaan

4.4

Persentase Pegawai Menurut Niatnya untuk bertahan lama Di Perusahaan

76

4.5

Persentase Alasan Pegawai Untuk Bertahan Lama di Perusahaan

77

4.6 4.7

Persentase Pegawai Menurut Keberadaan Pengalaman Kerja Persentase Alasan Berhenti Pegawai pada pekerjaan Sebelumnya

78 79

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kota Manado merupakan kota berskala sedang menengah dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 434.845 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat 82,67 % diantaranya merupakan penduduk usia kerja. Menurut penduduk usia kerja tersebut, yang terlibat secara aktif dalam kegiatan ekonomi hanya 64 % meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 52%. Semakin tingginya partisipasi terhadap dunia kerja secara otomatis

akan mempengaruhi juga tingginya permintaan akan lowongan kerja di Manado. Hal ini terlihat dari angka pengangguran pada tahun 2008

mencapai 15 %. Hal ini menurut Made Kembar Sri Budi (2007) menunjukkan bahwa perekonomian Kota Manado relatif belum stabil jika dilihat dari sisi ketenagakerjaan.1

Pertumbuhan penduduk kota Manado periode 2000-2008 sebesar 1,91 %. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut adalah faktor migrasi. Jumlah penduduk non pribumi (migrant) di ManadoMenurutMadekembarSriBudhi(2007),suatuperekonomiandikatakanrelatifstabildarisudut ketenagakerjaanapabilajumlahpenganggurantidaklebihdari4persendarijumlahpencarikerja.1

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20091

pada tahun 2000 mencapai 41,43 %.

Tingginya proporsi pendatang ini

secara langsung telah berdampak juga pada kehidupan sosial ekonomi dan struktur demografi di manado. Kehadiran pendatang dapat dipastikan

menimbulkan perubahan konfigurasi demografik di Manado. Manado yang dulu dikenal sebagai daerah homogen kini menjadi heterogen, terutama di kawasan perdagangan dan pesisir. Kehadiran pendatang juga menimbulkan pergeseran pola relasi

pendatang-pribumi, dari hubungan pertukaran menjadi relasi yang kompetitif. Pergeseran ini terjadi ketika pertumbuhan ekonomi membawa ketimpangan antara lapangan kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja. Di

beberapa sektor ekonomi, kehadiran tenaga kerja pendatang memang menjadi komplementer (muncul exchange) karena kelangkaan tenaga kerja lokal yang masuk ke sektor ekonomi itu. Namun, sebagian besar sektor-

sektor ekonomi menjadi arena kompetisi antara penduduk lokal dan pendatang. Dalam ruang ini, orang Manado bersaing dengan orang Jawa, Sumatera dan sebagainya untuk memperebutkan lapangan kerja. Pertambahan pendatang otomatis memiliki hubungan terhadap

persaingan tenaga kerja. Tenaga kerja pendatang biasanya memiliki skill dan keterampilan yang memadai. Mereka mampu bertahan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya dan memiliki sikap kemandirian. Bagi pendatang yang tidak terserap dalam dunia kerja formal biasanya akan putar haluan ke sektor

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20092

informal, seperti: pedagang kaki lima, rumah makan, dan gerobak keliling. Apalagi sektor ini cenderung tidak diminati oleh penduduk pribumi. Belakangan, penduduk lokal saat ini mulai memiliki tuntutan untuk lebih terlibat dalam kegiatan ekonomi di Manado. Mereka mulai meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki untuk mendapatkan pekerjaan. Kenyataannya, penduduk lokal masih cenderung tersisih dalam hal kesempatan kerja. Belum lagi ditambah kenyataan penduduk lokal

kurang tertarik dalam sektor-sektor informal, seperti bangunan, rumah makan kaki lima, pedagang kaki lima dan pedagang keliling. Pedagang kaki lima cenderung diidentikkan dengan orang Gorontalo. Rumah makan kaki lima diidentikkan dengan orang Jawa. Orang bangunan diidentikkan dengan orang Makasar, Jawa, dan Sanger. Penduduk Manado lebih tertarik untuk pekerjaan yang bersifat

administratif, seperti PNS, staf administrasi dan perbankan.

Jika tidak

mendapat pekerjaan formal penduduk Manado cenderung memilih untuk tinggal di rumah. Karena itu wajar maka angka pengangguran terus tumbuh naik. Sebenarnya, permasalahan ini bukan hanya dialami oleh Kota Manado tetapi juga daerah-daerah lain baik dalam maupun luar negeri. Contoh di dalam negeri adalah Jakarta, Bali, Batam, dan Bandung. Contoh di luar

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20093

negeri adalah Amerika Serikat, Singapura dan Tibet2.

Reaksinya pun

bermacam-macam. Di Amerika Serikat, dilakukan pembatasan ijin Visa H1B3. Sementara di Batam, ada wacana untuk membentuk semacam Perda yang mengatur agar perusahaan wajib mempekerjakan tenaga lokal. Melihat dari kasus serupa di daerah lain, maka adanya analisis untuk tenaga kerja lokal di Manado dirasakan sangat mendesak. mengapa faktor penyebab penduduk lokal kurang terserap? Perlu dikaji Mengapa

perusahaan/pemodal lebih memilih pekerja pendatang? Dengan diketahuinya alasan-alasan tersebut maka diharapkan akan ada tindak lanjut dari pemerintah kota Manado guna menjadikan penduduk lokal lebih produktif dan berdaya saing.

4.2.

Tujuan Dan Maksud

Maksud dari kegiatan analisis tenaga kerja lokal ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai tenaga kerja lokal dan menghasilkan

suatu kesimpulan bagaimana meningkatkan partisipasi penduduk lokal dalam kegiatan perekonomian daerahnya sendiri. Hasilnya diupayakan menjadi

DiTibet,penduduklokalharustersisiholehetnisHandariChinayangmenguasaisemuasector perekonomian. 3 VisainimengijinkanperusahaanAmerikamempekerjakantenagaasinguntuksementara,jika kualifikasiyangdimintatidakdapatdipenuhiolehorangAmerika.2

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20094

masukan bagi pemerintah Manado dalam meningkatkan kontribusi tenaga kerja lokal. Sementara itu, kegiatan analisis tenaga kerja lokal juga dilakukan dalam mencapai tujuan yaitu: 1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi tenaga kerja lokal dalam pasar tenaga kerja di Manado. 2. Mewujudkan komitmen pemerintah untuk memperhatikan tenaga kerja lokal. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat lokal agar tidak tersisih dalam kegiatan ekonomi di daerahnya sendiri. Dengan tercapainya maksud dan tujuan tersebut manfaat (outcome) kegiatan yang diharapkan dapat diperoleh adalah: 1. Penduduk lokal mampu terserap dalam dunia kerja. 2. Stakeholders (Pemkot, Disnaker, Kecamatan/Kelurahan) dapat

memberikan bimbingan teknis/keterampilan bagi penduduk pribumi.

4.3

Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah perusahaan/instansi yang mempekerjakan penduduk lokal dan penduduk pendatang. manajerial SDM dan pekerja. Responden adalah pihak

Dengan demikian dapat diketahui apa saja

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20095

yang mendasari pihak pemodal/perusahaan mempekerjakan penduduk lokal ataupun penduduk pendatang.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20096

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Ketenagakerjaan 2.1.1. Komposisi Penduduk Usia Kerja BPS menggunakan pendekatan angkatan kerja (labor force approach) dalam menentukan konsep atau definisi istilah-istilah ketenagakerjaan yang baku. Pendekatan ini membagi habis penduduk usia kerja (working-

age population) dalam dua kategori besar yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja (not in labor force). Kelompok angkatankerja terdiri mereka yang bekerja (employed) dan mereka tidak bekerja dan mencari pekerjaan (unemployed). Dalam kalimat terakhir kata

sambung dan sangat penting karena mereka yang tidak bekerja tetapi juga tidak mencari pekerjaan digolongkan ke dalam bukan angkatan kerja. Komponen bukan angkatan kerja lainnya adalah mereka yang sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya (penduduk usia lanjut, cacat, dsb). Pendekatan angkatan kerja memiliki beberapa aturan dasar atau azas yang perlu diikuti secara ketat dan konsisten. Pertama, azas eksklusivitas. Dengan azas ini seorang penduduk usia kerja hanya digolongkan dalam satu kategori dalam komposisi penduduk usia kerja itu. Seseorang yang dikategorikan bekerja, misalnya, tidak dimasukkan dalam kategori lainnya

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20097

seperti sekolah, sekalipun orang itu dalam kenyataannya bekerja tetapi juga sekolah. Kedua, azas prioritas. Dengan azas ini urutan prioritas kategori

ditentukan secara pasti yaitu bekerja, mencari pekerjaan, sekolah, mengurus rumahtangga, dan lainnya. Jika, misalnya, seorang ibu rumahtangga sebagian besar waktunya digunakan untuk mengurus rumahtangga tetapi dia secara aktual juga bekerja walaupun hanya satu jam, maka orang itu digolongkan sebagai penduduk bekerja. Seorang

mahasiswa yang nyambi bekerja, juga dikategorikan sebagai bekerja sekalipun sebagian besar waktunya digunakan untuk kuliah. Azas lainnya yang melekat dalam pendekatan angakatan kerja adalah bahwa dalam penentuan kategori ketenagakerjaan seorang didasarkan pada kegiatan sebenarnya dalam suatu rujukan periode waktu tertentu. Rujukan waktu tidak baku tetapi BPS, seperti dianut oleh banyak negara, menggunakan batasan seminggu terakhir sebagai rujukan waktu survei (survey reference period).

2.1.2. Bekerja (employed) Istilah bekerja dapat ditafsirkan secara berbeda sesuai dengan pemahaman atau persepsi responden atau bahkan pencacah (yang tidak menguasai konsep). Kasus pertama di pedesaan Bali bertemu dengan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20098

seorang ibu yang melaporkan anaknya yang berumur 12 tahun bekerja. Ketika ditelusuri, yang dimaksudkan bekerja oleh ibu itu ternyata hanya mengurus rumahtangga (mengambil air, memasak, membersihkan rumah, dsb) di rumahnya sendiri. Kasus kedua di daerah perkotaan Yogyakarta menemukan seorang istri yang melaporkan suaminya tidak bekerja. Ketika ditelusuri ternyata suaminya mengusahakan angkutan

menggunakan truk-mini miliknya sendiri dan kegiatan itu merupakan sumber nafkah utama rumahtangganya. Ketika ditanya kenapa istri itu mengganggap suaminya tidak bekerja dia berargumen bahwa bekerja itu bekerja di pabrik, di kantor atau semacamnya (bekerja untuk orang atau pihak lain). Dua kasus itu mengilustrasikan pentingnya pembakuan mengenai konsep/definisi yang tegas mengenai istilah bekerja. Dalam hal ini BPS menggunakan konsep bekerja sesuai rekomendasi ILO yang pada dasarnya baku secara internasional. BPS mendefinsikan bekerja sebagai kegiatan ekonomi yang

dimaksudkan untuk memperoleh atau membantu memperoleh upah/gaji, pendapatan atau keuntungan, paling tidak satu jam selama periode yang termasuk dalam rujukan survei (seminggu). Definisi itu sebenarnya relatif sangat longgar: untuk dikategorikan sebagai bekerja seseorang cukup bekerja satu jam selama seminggu. Kekuatan definisi itu terletak pada kemampuannya menangkap mereka yang sama sekali tidak bekerja (completely absent of work), kelompok yang merupakan keprihatinan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun20099

pada era resesi global (1930-an) ketika pendekatan angkatan kerja diperkenalkan. Ada beberapa butir pemikiran yang perlu dicermati dalam definisi tersebut di atas: motivasi, membantu dan rujukan waktu. Motivasi ekonomis. Untuk dikategorikan bekerja kegiatan seseorang harus memiliki motivasi ekonomis yaitu memperoleh upah/gaji atau keuntungan. keuntungan Karena motifnya tidak hanya upah/gaji tetapi juga maka istilah populer berusaha untuk memperoleh

keuntungan jelas tergolong bekerja (lihat kasus ibu rumahtangga di perkotaan Yogyakarta). bermotivasi selain Selain itu jelas pula bahwa kegiatan yang misalnya sekedar hobi, tidak

ekonomis,

dikategorikan sebagai bekerja. Membantu. tetapi bisa Motivasi ekonomi itu tidak perlu untuk dirinya sendiri, bersifat membantu sesorang untuk memperoleh

keuntungan ekonomis.

Jadi, seorang anak (10+) yang sekedar

membantu ibunya di warung secara relatif tetap, atau seorang istri yang membantu suami di sawah, termasuk kategori bekerja, bukan sekolah atau mengurus rumahtangga, sejauh syarat lain dipenuhi. Rujukan waktu. Penentuan kategori ketenagakerjaan didasarkan

kegiatan aktual atau sebenarnya selama seminggu yang lalu, bukan biasanya yang tidak jelas rujukan waktunya. Jadi, seorang ibu

rumahtangga yang biasanya hanya mengurus rumahtangga, tetapi

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200910

dalam kurun seminggu terakhir dia membantu memasak tetangganya yang hajatan tetapi dengan motivasi ekonomi (memperoleh upah), termasuk kategori bekerja. Penjelasan lengkap mengenai bekerja, termasuk yang sementara tidak bekerja, dapat dilihat pada Bab III.

2.1.3. Penganggur (unemployed) Penganggur didefinisikan sebagai penduduk usia kerja yang sama sekali tidak bekerja dan mencari pekerjaan. sebelumnya, kata penghubung dan sangat Seperti disinggung menentukan dalam

menentukan kategori ketenagakerjaan. Mulai 2001 BPS sedikit melonggarkan persyaratan mencari pekerjaan, sesuai dengan rekomendasi ILO bagi negara-negara yang masih bercorak agraris dan atau didominasi kegiatan sektor informal. Sejak 2001,

seseorang yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena alasan ekonomis (merasa tidak akan memperolehnya atau sudah memiliki pekerjaan/usaha tetapi belum mulai ) dikategorikan sebagai penganggur. Jadi, seorang buruh tani yang dalam periode survei tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena mengetahui tidak ada pekerjaan yang tersedia, mulai 2001, dikategorikan sebagai penganggur yang sebelumnya dianggap bukan angkatan kerja.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200911

Penjelasan lebih lanjut mengenai penganggur dapat dilihat dalam bab III. Sebagai catatan tambahan, kategori penganggur bersama kategori Dua ketegori itu memiliki konotasi

bekerja tergolong angkatan kerja.

normatif tetapi arahnya jelas berbeda: bekerja dinilai baik, sedangkan penganggur dinilai buruk. Ini berarti, angka yang tinggi dinilai baik jika diterapkan untuk bekerja tetapi sebaliknya buruk untuk penganggur. Implikasinya, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang populer perlu ditafsirkan secara hati-hati. TPAK secara keseluruhan kurang bermakna (bahkan dapat

menyesatkan) karena pembilangnya yang merupakan gabungan dari dua komponen yang saling bertentangan konotasi normatifnya. Sebagai catatan lain, angka penganggur terbuka, proporsi angkatan kerja yang termasuk penganggur, bagi negara-negara berkembang biasanya relatif rendah. Hal ini terjadi karena di negara-negara itu

seseorang prinsipnya tidak mampu menganggur untuk dapat hidup karena negara tidak mampu memberikan kompensasi bagi penganggur. Angka penganggur tinggi biasanya hanya pada keluarga mampu secara ekonomis, kelompok usia muda (yang baru memasuki pasar kerja) dan terdidik (cenderung memilih pekerjaan). Jadi, secara keseluruhan angka penganggur cenderung rendah dan relatif tidak banyak berubah sehingga kurang sensitif dan realistis sebagai indikator ketenagakerjaan. Bagi

negara berkembang yang masih bercorak agraris dan didominasi sektor

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200912

informal, angka setengah penganggur tampaknya lebih sensitif dan realistis.

2.1.4. Setengah Penganggur Setengah penganggur didefinisikan sebagai penduduk yang termasuk kategori bekerja tetapi jam kerjanya di bawah normal, tepatnya kurang dalam seminggu. Mereka terdiri dari dua kategori: (a) setengah Yang

penganggur terpaksa dan (2)

setengah penganggur sukarela.

membedakan keduanya adalah kegiatan mencari pekerjaan dan kesediaan bekerja. Yang pertama, yang terpaksa, masih mencari pekerjaan atau

bersedia menerima pekerjaan (tambahan), sedangkan yang kedua (sukarela), tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan. Dalam kebanyakan literatur (termasuk yang dipublikasikan

ILO) istilah setengah penganggur sebenarnya merujuk pada kategori pertama yaitu setengah penganggur terpaksa. Istilah setengah penganggur (under

employment), jika dilihat

kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja, tampaknya lebih tepat jika digunakan untuk kategori pertama sehingga kata terpaksa dalam istilah setengah penganggur terpaksa dapat diabaikan. Hal ini juga tepat karena istilah untuk kategori kedua, setengah penganggur sukarela, sudah memiliki istilah sendiri yang lebih dapat diterima yaitu pekerja paruh waktu (part-time employment).

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200913

Angka setengah penganggur biasa digunakan untuk mengukur produktivitas tenaga kerja. Ukuran produktivitas lainnya yang mungkin

lebih sensitif dan realistis adalah upah/gaji/pendapatan. Hal ini terutama berlaku jika diingat bahwa upah/gaji/pendapatan merupakan sumber utama pendapatan/penghasilan rumahtangga, suatu variabel ekonomi yang menentukan taraf kesejahteraan rakyat atau (secara negatif) kemiskinan. Jika analisis terakhir adalah taraf kesra maka

upah/gaji/pendapatan jelas lebih relevan. Sebagai ilustrasi, andaikan ada dua rumahtangga yang terdiri dari lima anggota yang semuanya dewasa (15+). Andaikan dalam ruta pertama hanya kepalanya yang bekerja

tetapi pendapatannya Rp 5.000.000,- per bulan. Pada level rumahtangga, angka penganggur nya mencapai 80%. Dalam ruta kedua ada empat anggotanya yang bekerja tetapi total penghasilannya hanya

Rp 3.500.000,-/bulan. Dengan demikian, angka penganggur-nya hanya 20%. Dilihat dari nominal ketenagakerjaan, ruta pertama dengan angka penganggur 80% jelas lebih rendah taraf kesranya dibandingkan dengan ruta kedua dengan angka penganggur 20%. Tetapi jika dilihat

kemampuan daya beli, ruta pertama dengan total pendapatan Rp 5 juta jelas lebih sejahtera dibandingkan dengan ruta kedua dengan total pendapatan hanya Rp 3,5 juta.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200914

2.1.5.

Pekerja Sektor Informal

Sebagai gambaran awal, istilah sektor informal terkait dengan bentuk kegiatan usaha berskala kecil dilihat dari modal yang digunakan dan jumlah pekerja yang terlibat. Kegiatan jualan bakso keliling, jualan

jajanan di pinggir jalan, jualan sayur-keliling, jualan rokok di lampu merah, merupakan contoh-contoh khas kegiatan usaha informal. Bentuk kegiatan itu jelas mudah di masuki (easy entry) tetapi juga mudah untuk keluar (ganti pekerjaan). Upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai sektor informal sebenarnya sudah lama dirintis (sejak pertengahan 1980-an) tetapi tanpa hasil yang memuaskan. Masalahnya adalah konsep-konsep yang susah payah dibangun tidak diintegrasikan dalam survei reguler BPS sehingga datanya tersedia secara reguler. Pertanyaannya kemudian adalah apakah survei rumahtangga yang dilakukan BPS secara reguler dapat digunakan untuk menghitung pekerja sektor informal (dari sisi tenaga kerja)?4. Jawabannya adalah ya tetapi terbatas dan bersifat pendekatan: terbatas karena survei rumahtangga hanya melihat dari sisi tenaga kerja dan karena variabel yang bisa digunakan juga sangat terbatas; bersifat pendekatan (proxy) karena variabel yang tersedia dan relevan untuk informal juga sangat terbatas.

4 Pendekatan usaha (establishment approach) dapat secara langsung mendefinsikan kegiatan usahainformal dari sisi usaha tetapi biasanya relatif mahal.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200915

Untuk mendefinsikan pekerja sektor informal dari Sakernas atau Susenas biasanya digunakan hanya variabel status pekerjaan. Mereka

yang bekerja yang berstatus buruh/karyawan atau pengusaha dengan buruh tetap dianggap sebagai pekerja sektor formal; sebaliknya, pekerja dengan status pekerjaan lainnya dianggap pekerja informal. Tetapi

pendekatan di atas (hanya menggunakan variabel status pekerjaan) sebenarnya mengandung kelemahan karena mereka yang berstatus usaha sendiri atau berusaha dibantu pekerja tak-dibayar secara serta merta dianggap sebagai pekerja sektor informal. Secara umum hal ini tidak

masalah tetapi untuk kasus seperti dokter atau pengacara yang berusaha sendiri atau dibantu pekerja tak dibayar dengan berjualan es, misalnya, secara logis tidak adil karena mensejajarkan mereka dengan tukang baso keliling, misalnya. Atas dasar ini maka direkomendasikan untuk juga menggunakan variabel jabatan, selain status pekerjaan dalam

mendefinsikan pekerja sektor informal (lihat Gambar 2.1).

Penjelasan

mengenai variabel status pekerjaan dan jabatan dapat dilihat di Bab III.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200916

Stop

Gambar 2.1 Definisi Pekerja Informal 2.2 Beberapa Isu Ketenagakerjaan. Bagian ini mendiskusikan secara singkat isu-isu ketenagakerjaan dalam konteks pembangunan; khususnya model pembangunan manusia (human

development), serta menjelaskan bagaimana atau sejauh mana isu-isuketenagakerjaan menjadi keprihatinan global.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200917

2.2.1. Signifikansi Masalah Salah satu tantangan besar bangsa ini adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak (decent work) bagi angkatan kerja yang besar dan cenderung terus meningkat karena perubahan struktur umur penduduk. Tantangan itu mencakup dua aspek sekaligus: penciptaan

lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja, dan peningkatan produktifitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja sehingga memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup secara layak (decent living). Tantangan itu jelas terlalu besar untuk dihadapi hanya oleh pihak pemerintah. Walaupun demikian, peran yang dimainkan pihak pemerintah dapat sangat menentukan melalui pembangunan yang secara sadar dan konsisten dirancang berbasis ketenagakerjaan, serta dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi. Dalam kaitan ini peran pihak swasta tidak kalah pentingnya sebagaimana tercantum dalam laporan Bank Dunia (2004) sebagaimana dikutip agak panjang berikut ini5: Perusahaan dan wirausaha dari semua jenis- dari usaha mikro sampai mancanegara- memainkan peranan kunci dalam pertumbuhan investasi dan mereka pengentasan mendorong kemiskinan. penciptaan

Keputusan

pekerjaan, ketersediaan barang dan jasa bagi konsumen,World Development Report 2005: A Better Investment Climate for Everyone, http://publications.worlbank.org/ecommerce/catalog/product?item_id=30435035

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200918

dan keuntungan pajak pemerintah dan dapat digunakan untuk membiayai kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya. Sumbangan mereka sebagian besar tergantung

kepada cara pemerintah dalam menciptakan iklim investasi dalam setiap lokasi melalui proteksi hak milik, regulasi dan pajak, strategi dalam membangun infrastuktur, intervensi dalam keuangan dan pasar kerja, dan wajah pemerintah dalam arti luas termasuk korupsi.

Firms and entrepreneurs of all types -from micro-enterprises to multinationals- play a central role in growth and poverty reduction. Their investment decisions drive job creation, the availability of goods and services for consumers, and the tax revenues governments can draw on to fund health, education, and other services. Their contribution depends largely on the way governments shape the investment climate in each location-through the protection of property rights, regulation and taxation, strategies for providing infrastructure, interventions in finance and labor markets, and broader governance features such as corruption.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200919

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pembangunan berbasis ketenagakerjaan tidak dapat disederhanakan menjadi sekedar pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang

cepat dapat saja dilakukan dengan, misalnya, memfokuskan pada sektorsektor ekonomi padat modal, tanpa harus diikuti penciptaan tenaga kerja yang memadai. Pengalaman sepintas pembangunan bagaimana selama Orde Baru

memberikan

ilustrasi

mudahnya

memicu

pertumbuhan melalui pendekatan itu. Pernyataan di atas sama sekali tidak mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting. Bahkan dalam perspektif

pembangunan manusia (human development) pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama (principal means) bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini sejalan

dengan banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada suatu negara pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun

demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang cukup bagi pembangunan manusia. Antara keduanya tidak ada

hubungan otomatis tetapi berlangsung melalui berbagai jalur antara lain yang penting ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan

dapat ditransformasikan menjadi peningkatan kapabilitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200920

meningkatkan

pendapatan

rumahtangga

yang

memungkinkannya

membiayai peningkatan kualitas manusia anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan dapat (tetapi tidak bersifat otomatis) mempengaruhi ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja). Hubungan fungsional antara pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia dan ketenagakerjaan serta faktor-faktor lainnya diilustrasikan dalam skema yang dipopulerkan oleh UNDP (1996) sebagaimana tampak dalam Gambar 2.2. Gambar itu secara jelas mengilustrasikan hubungan dua arah atau timbal balik antara pertumbuhahan ekonomi dan pembangunan manusia. Arah ke atas menjelaskan bagaimana

pertumbuhan ekonomi (diharapkan dapat) mempengaruhi besar dan pola pengeluaran rumahtangga (jalur paling kanan) dan pemerintah (jalur tengah) sebelum berdampak terhadap status pembangunan manusia. Jalur paling kanan menjelaskan peranan krusial ketenagakerjaan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dapat ditransformasikan menjadi

kenaikan pendapatan

rumahtangga.

Jalur ke bawah (paling kiri)

mengilustrasikan bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh terhadap struktur dan kualitas tenaga kerja dan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200921

Gambar2.2: PertumbuhanEkonomidan PembangunanManusia

Pembangunan Manusia

Reproduksi Sosial

Modalsosial,LSM,Ormas Kapabilitas Pekerja dan Petani, Manager,WiraUsaha Pengeluaran Rumahtanggau/ Kebutuhan Kegiatandan pengeluaran rumahtangga

Anggaranu/Bidang SosialPrioritas

Ketengakerjaan Produksi R&D, Technologi Komposisidan OutputEkspor

Kebijakandan Pengeluaran Pemerintah Distribusi SumberDayaPem.dan Swasta

Ketenagakerjaan

KelembagaandanGovernance

PertumbuhanEkonomi Saving LuarNegeri Modal Kapital Sumber:UNDP1996 Saving Domestik

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200922

2.2.3. Sasaran Pembangunan Global Mengenai dampak ketenagakerjaan terhadap pendapatan

rumahtangga perlu catatan tambahan mengingat dampaknya yang luas terhadap taraf kesejahteraan atau, secara negatif, terhadap kemiskinan. Kemiskinan, sejauh didefinisikan sebagai deprivasi ekonomi, sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga karena hampir semua rumahtangga mengandalkan upah/gaji (bagi yang berstatus

buruh/karyawan) atau keuntungan usaha (bagi yang berstatus berusaha). Dengan demikian masalah ketenagakerjaan secara langsung berkaitan dengan masalah kemiskinan. Implikasi logisnya jelas: upaya pengentasan kemiskinan yang merupakan keprihatinan nasional bahkan global

(tercermin dari sasaran pertama dan utama Millenimum Development

Goals, MDG) mestinya harus ditempuh melalui upaya penyelesaianmasalah ketenagakerjaan. Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan,

sebagaimana disinggung sebelumnya, paling tidak mengandung dua aspek pokok: penyediaan lapangan kerja/usaha dan peningkatan

produktifitas tenaga kerja.

Pentingnya peranan ketenagakerjaan dalam

upaya pengentasan kemiskinan digaris bawahi dalam suatu laporan akhir

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200923

komisi yang dibentuk ILO yang berjudul A Fair Globalization: Creating

Opportunities for All6.Dalam salah suatu seri kuliahnya pada 25 Juni 2004, Direktur Jendral ILO Juan Samavia, mendiskusikan butir-butir kunci laporan komisi itu: memperkuat kembali komunitas dan pasar lokal, menekankan keadilan (fairness), membuat pekerjaan layak sebagai suatu sasaran global, dan memikirkan ulang pemerintahan global (global governance). Selain itu, dia meminta komunitas interasional untuk menjadikan ketenagakerjaan sebagai suatu tujuan prioritas tinggi: ekonomi internasional, kebijakankebijakan perdagangan, finansial dan ketenagakerjaan harus dinilai dari dampaknya terhadap ketenagakerjaan. Menarik pelajaran dari the World

Summit for Social Dimension 1995, Samavia meringkaskan keinginanpenduduk dalam ungkapan Berikan saya kesempatan adil untuk memperoleh suatu pekerjaan yang layak (Give me a fair chance for a

decent work).

2.3

Hubungan Pengangguran, Jumlah Penduduk, Kesempatan Kerja dan Perekonomian

2.3.1. Teori Jumlah Penduduk Optimal Teori ini sangat lama dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut

teori ini, berlakunya The Law of Diminishing Return (TLDR) menyebabkan Komisi itu adalah the World Commision on the Social Dimension of Globalization yang dibentuk6

oleh ILO pada tahun 2002 dengan tugas memberikan respon terhadap kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan tak terduga dari globalisasi.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200924

tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi (adanya penduduk tidak bekerja atau pengangguran). Jika dipaksakan maka akan menurunkan tingkat perekonomian. (Gambar 2.3) Pada kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output. Fungsi produksi akan tercapai optimal jika jumlah tenaga kerja yang terlibat ialah sebesar L1 sehingga akan menghasilkan output sebesar Q1. Jika jumlah pekerja ditambah menjadi L2, maka Agar tercapai Q3 atau

jumlah output akan berkurang menjadi Q2.

peningkatan output maka harus dilakukan investasi fisik (barang modal) dan peningkatan SDM yang menunda terjadinya TLDR dan menggeser kurva menjadi TP2. Sebaliknya, jika investasi fisik tidak dapat dilakukan dan produksi tetap dalam keadaan maksimum maka terjadi pengangguran sebesar L2-L1.

TotalProduksi(Output) Q TP2 Q1 Q2 TP1 L1 L2 TenagaKerja

Gambar2.3.TheLawofDiminishingReturn

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200925

2.3.2.

Teori Jebakan Populasi Malthus Thomas Malthus pada tahun 1798 mengajukan sebuah teori

tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Ia merumuskan sebuah konsep mengenai pertambahan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return). Malthus menggambarkan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu Negara akan meningkat sangat cepat pada deret ukur atau tingkat geometrik (pelipatgandaan: 1, 2, 4, 8, 16 dst) setiap 30 atau 40 tahun, kecuali jika hal tersebut diredam oleh bencana kelaparan. Pada waktu yang bersamaan, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, maka persediaan pangan meningkat menurut deret hitung atau tingkat aritmetik (1, 2, 3, 4, 5, dst). Bahkan karena lahan yang dimiliki anggota masyarakat semakin lama semakin sempit, maka kontribusi marjinalnya terhadap total produksi pangan akan semakin turun, dimana dalam Negara agraris produksi pangan merupakan pendapatan. Jika hal tersebut terus terjadi, maka pendapatan yang diterima masyarakat hanya berada pada tingkat subsisten (subsistence level of income) atau hanya cukup untuk mempertahankan hidup. Bahkan ada sebagian masyarakat yang

tidak mendapatkan pendapatan dan dapat mempertahankan hidup mereka. Para ahli ekonomi menyebut gagasan Malthus tersebut sebagai Jebakan Populasi Malthus (Malthus Population Trap) yang digambarkan pada gambar 2.4.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200926

PersentaseTingkatPertumbuhan

4 3 2 1TingkatPertumbuhan Pendapatan(Y/Y) TingkatPertumbuhan Populasi(P/P)

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Pendapatanperkapita(Y/P)

Gambar2.4.MalthusianPopulationTrap

Aspek

berikutnya

dari

teori

Malthus

mencoba

menjelaskan

hubungan antara tingkat pendapatan agregat dan tingkat pendapatan per kapita. Jika pendapatan dari agregat suatu Negara meningkat, maka Seandainya

secara definitive pendapatan per kapita juga meningkat.

pertambahan penduduk melebihi peningkatan total pendapatan, maka dengan sendirinya tingkat pendapatan per kapita akan menurun. Peningkatan atas pendapatan agregat yang mendorong peningkatan atas tabungan dan investasi sesuai dengan teori Harrod Domar akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sehingga pada gilirannya membuka kesempatan kerja (mengurangi pengangguran).

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200927

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Sumber Data Data yang digunakan adalah dalam penyusunan publikasi Analisis Tenaga

Kerja Lokal Kota Manado ini mencakup dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder (lainnya). Data primer yang menjadi bahan utama dalam

kajian ini bersumber dari hasil pencacahan Survei Analisis Tenaga Kerja Lokal Kota Manado Tahun 2009. Data sekunder yang menjadi bahan dalam kajian ini bersumber dari hasil pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 20012007 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2008. BPS secara berkala setiap tahun menyelenggarakan Susenas dan Sakernas. Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data

sosial kependudukan yang relative sangat luas, mencakup keseluruhan aspek sosial dan ekonomi. Karena luasnya cakupan data yang harus dikumpulkan, pertanyaanpertanyaan dalam Susenas dikelompokkan menjadi dua, yaitu kor dan modul. Kor dikumpulkan setiap tahun terbatas pada

pertanyaanpertanyaan pokok namun mencakup keseluruhan aspek sosial ekonomi, sedangkan modul Susenas mencakup pertanyaanpertanyaan yang lebih rinci dari salah satu aspek sosial ekonomi. Susenas terdiri dari 3 paket

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200928

modul, yaitu Modul Konsumsi/Pengeluaran, Modul Kesehatan dan Perumahan serta Modul Sosial Budaya dan Pendidikan. Sakernas secara umum bertujuan untuk menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan setiap semesteran. Secara khusus, untuk memperoleh informasi data jumlah penduduk yang bekerja,

pengangguran, dan penduduk yang pernah berhenti/pindah bekerja, serta perkembangannya dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional.

3.2

Indikator dan Lembar Wawancara Indikator ketenagakerjaan lokal mengungkapkan informasi tentang aspek

ketenagakerjaan lokal tertentu yang mungkin berubah dari waktu ke waktu. Indikator merupakan elemen penting dalam kegiatan pemantauan. Kualitas indikator akan menentukan kualitas pemantauan. Pengembangan indikator dalam pemantauan ketenagakerjaan lokal di daerah dilakukan dengan cara mengumpulkan daftar calon indikator, mengujinya berdasarkan kriteria tertentu termasuk lewat uji lapangan, serta menyederhanakannya menjadi daftar yang lebih pendek. Pengujian lapangan dilakukan untuk memastikan bahwa indikator memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (lihat Tabel 3.1), mudah dipahami, dan memang dapat menggambarkan kondisi tenaga kerja lokal sesuai

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200929

dengan pemahaman kebanyakan orang. dilakukan untuk mengetahui apakah

Selain itu, pengujian lapangan mekanisme pemantauan yang

direncanakan cukup sederhana sehingga dapat dilaksanakan oleh pihakpihak terkait dalam survei dengan mudah. Daftar yang panjang memang dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, tetapi akan menyulitkan dalam proses wawancara dan analisis data. Oleh karena itu penyederhanaan perlu dilakukan. Penyederhanaan dilakukan dengan mengurangi jumlah indikator yang saling berhubungan (berkorelasi) kuat satu sama lain, sehingga (sedikit) indikator yang terpilih tetap berada pada kategori yang berlainan. Pengujian juga dilakukan untuk melihat

korelasi antara kemungkinan kombinasi subset dan fulset calon indikator. Subset yang dipilih adalah yang paling dapat mengarah pada kesimpulan yang paling mendekati kesimpulan yang dihasilkan oleh fulset, atau yang memiliki tingkat korelasi paling tinggi.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200930

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Indikator Kriteria (1) Sederhana

7

Catatan (2) Mudah diterapkan dan dimengerti. Misalnya mengukur konsumsi telur, daging, dan ikan lebih mudah daripada mengukur asupan kalori harian.

Dapat diukur Sesuai dengan kondisi setempat

Dapat diukur menggunakan metode tertentu. Indikator mencerminkan istilah serta tatanan politik, ekonomi, sosial, dan alam setempat, serta persepsi masyarakat tentang kemiskinan. Misalnya, lantai tanah tidak cocok untuk menilai kondisi rumah di daerah luar Jawa (mis: Kutai Barat), karena lantai rumah penduduk paling miskin sekalipun terbuat dari kayu.

Tepat dan Dapat Diandalkan

Metode akan menghasilkan hasil yang sama sekalipun dinilai oleh penilai lain. Hasilnya dapat dipercaya. Misalnya, jumlah parabola merupakan indikator yang baik, karena dapat diamati langsung oleh pendata.

Cocok dengan skala waktu

Indikator dapat diukur dalam rentang waktu yang tepat. Misalnya, dampak SMP yang dibangun tahun ini tidak dapat diukur tahun ini juga.

Setelah melewati uji coba, akan diperoleh daftar pendek indikator. Daftar pendek inilah yang dijadikan daftar indikator resmi.

7

Cahyat,Adeetal.MengkajiKemiskinandanKesejahteraanRumahtangga,2007,Hal.5.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200931

3.3

Merancang Lembar Wawancara

Lembar wawancara dikembangkan dengan menggunakan daftar indikator. Setiap indikator diubah menjadi satu pertanyaan. berdasarkan makna dari indikatorindikator ini. Pertanyaan dirumuskan Untuk setiap pertanyaan

disediakan pilihan jawaban, sehingga pertanyaannya sendiri tetap tertutup. Setiap jawaban diberi nilai atau bobot yang mencerminkan kondisi miskin atau kritis, kondisi sedang (kadangkadang dihilangkan), dan kondisi makmur atau sejahtera. Proses ini dilanjutkan sampai lembar wawancara selesai

(lihat Gambar 3.1).

3.4

Wawancara dan Aliran Data

Wawancara merupakan tugas petugas pendataan. Satu orang pendata akan ditugaskan untuk setiap perusahaan (dengan jumlah responden sampai dengan 4060 perusahaan). Petugas pendataan perusahaan akan

diutamakan dipilih dari para koordinator statistik kecamatan dan mitra statistik di Manado yang berpengalaman dalam pengumpulan data. Hal ini ditetapkan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan: (1) tingkat

pemahaman dan wawasan, (2) kemampuan komunikasi, dan (3) netralitas dalam masyarakat.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200932

Gambar 3.1. Proses pengembangan lembar wawancara

Sebelum pendataan perusahaan dilakukan, pendata perusahaan direkrut berdasarkan prosedur yang sudah ditentukan. Pendata perusahaan yang

sudah direkrut kemudian diundang untuk mengikuti pelatihan pendataan. Pihakpihak yang terlibat dalam pengumpulan, pengukuran, pengolahan dan analisis data adalah: petugas pendataan, petugas pemeriksa, petugas analisa, dan petugas penyusunan publikasi. Pengukuran indikator dilakukan melalui wawancara berdasarkan

pertanyaan pada lembar wawancara yang telah disiapkan seperti telah dijelaskan sebelumnya. Pertanyaan pada lembar wawancara rumah tangga ditanyakan kepada perusahaan. Setelah pendata perusahaan selesai melakukan wawancara, lembar wawancara yang sudah diisi disegel dan dikirim langsung ke petugas

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200933

pemeriksa.

Petugas pemeriksa selanjutnya memeriksa lembar wawancara

yang masuk untuk memastikan: Pemilihan responden sudah dilakukan sesuai prosedur Tidak ada satu pun pertanyaan yang kosong tanpa jawaban.

Setelah seluruh lembar wawancara dari seluruh perusahaan terkumpul, petugas pemeriksa membawa lembar wawancara terisi ini kepada Tim Analisis. Tim Analisis akan memasukkan data dari lembar wawancara yang telah terisi ke dalam komputer. Tim Analisis bertugas memberikan bimbingan kepada petugaspetugas ini dan secara reguler melaksanakan pemeriksaan kualitas untuk memastikan bahwa data yang dimasukkan sama persis dengan apa yang ada di lembar wawancara yang telah terisi tadi. Setelah pemasukan (entry) data selesai, tugas Tim Analisis selanjutnya adalah melakukan kompilasi seluruh file yang terpisah di seluruh komputer agar menjadi satu file. Dengan demikian data sudah siap untuk dianalisis.

3.5

Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik tidak pernah berubah sejak tahun 1976, kecuali untuk konsep pengangguran terbuka dan status pekerjaan,

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200934

mulai tahun 2001 mengalami perluasan. Konsep dan definisi yang digunakan adalah: 1. Konsep Angkatan Kerja Konsep angkatan kerja yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam pengumpulan data ketenagakerjaan adalah The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Definisi yang berkaitan dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia dijelaskan dalam uraian berikutnya. 2. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. 3. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. 4. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200935

5. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. 6. Punya pekerjaan tetapi sedang tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan sebagainya, termasuk mereka yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja. Mulai tahun 2001 ini, mereka yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja dikategorikan sebagai

pengangguran (sesuai konsep ILO, hal. 97 An ILO Manual on Concepts

and Methods).Contoh: a. Pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak masuk bekerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, mesin/peralatan perusahaan mengalami kerusakan, dan sebagainya. b. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya (menunggu panenan atau menunggu hujan untuk menggarap sawah).

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200936

c. Orangorang yang bekerja atas tanggungan/resikonya sendiri dalam suatu bidang keahlian, yang sedang tidak bekerja karena sakit, menunggu pesanan dan sebagainya. Misalnya: dalang, tukang cukur, tukang pijat dan sebagainya. 7. Penganggur terbuka, terdiri dari: a. Mereka yang mencari pekerjaan. b. Mereka yang mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. (lihat pada An ILO Manual on Concepts and Methods) Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka : a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. b. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200937

Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan yang permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan. Mereka yang sedang bekerja atau yang sedang dibebas tugaskan, baik akan dipanggil kembali ataupun tidak, dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, tidak dapat disebut sebagai penganggur terbuka. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar. Mempersiapkan yang dimaksud adalah apabila tindakannya nyata, seperti: mengumpulkan modal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha dan sebagainya, telah/sedang dilakukan. Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus/pelatihan dalam rangka membuka usaha. Mempersiapkan suatu usaha yang nantinya cenderung pada pekerjaan sebagai berusaha sendiri (own account worker) atau sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar atau sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200938

Penjelasan : Kegiatan mempersiapkan suatu usaha/ pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih berusaha untuk mempersiapkan suatu kegiatan usaha. 8. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah Penganggur terdiri dari: Setengah Penganggur Terpaksa adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Setengah Penganggur Sukarela adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan. 9. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Termasuk pula kegiatan dari mereka yang sedang libur sekolah. 10. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibuibu rumah tangga

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200939

dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah walaupun

pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja. 11. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain disebut di atas, yakni mereka yang sudah pensiun, orangorang yang cacad jasmani (buta, bisu dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan. 12. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda tamat (ijazah). 13. Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya. 14. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200940

15. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang/atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis pekerjaan pada publikasi 2002 mengikuti KJI (Klasifikasi Jabatan Indonesia)1982. 16. Upah/gaji bersih adalah penerimaan buruh/karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut. Penerimaan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Penerimaan bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan potonganpotongan iuran wajib, pajak penghasilan dan

sebagainya oleh perusahaan/kantor/majikan. 17. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu : a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan

menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200941

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap. c. Berusaha dibantu buruh tetap/ buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar. d. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/ karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh lebih dari satu. e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/ majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200942

borongan. Usaha pertanian meliputi : pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian. f. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang disepakati. g. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/ majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha non pertanian meliputi : usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/ bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Huruf e dan f yang dikembangkan mulai pada publikasi 2001, pada tahun 2000 dan sebelumnya dikategorikan pada huruf d dan a (huruf e termasuk dalam d dan huruf f termasuk dalam a).

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200943

h. Pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari : 1. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri yang membantu suaminya bekerja di sawah. 2. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung. 3. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri rumah tangga tetangganya.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200944

Penduduk

PendudukUsiaKerja

PendudukBukan UsiaKerja

AngkatanKerja

BukanAngkatanKerja

Sekolah

Mengurus Rumahtangga

Lainnya

Bekerja

MencariKerja/ Menganggur

BekerjaPenuh

SetengahPenganggur

Kentara

TidakKentara

ProduktivitasRendah

PenghasilanRendah

Gambar 3.2 Bagan Ketenagakerjaan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200945

3.6

Metode Analisis

Analisis deksriptif yang bersifat eksploratif walaupun data yang diperoleh sama cara menginterpretasikan data atau mengambil kesimpulan bisa berbeda. Analisis deskriptif mudah dipahami semua pihak tanpa

membedakan latar belakang pembaca. Analisis ini menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi berupa

gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Selain itu juga disertakan analisis trend dalam upaya memperoleh gambaran secara rinci mengenai kecenderungan perkembangan tenaga kerja selama beberapa periode waktu.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200946

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Kota Manado

Kota Manado merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Utara, terdiri dari 9 kecamatan dan 87 kelurahan. Luas wilayah secara keseluruhan mencapai 157,26 km2, terletak diantara 10.30 1[B1]0.40 Lintang Utara dan 124040 126[B2]0.50 Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi sebelah utara dengan Kabupaten Minahasa, sebelah Timur dengan Kabupaten Minahasa Utara, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Minahasa, dan sebelah barat dengan Laut Sulawesi. Dalam perekonomian penduduk mempunyai fungsi ganda. Yaitu

dalam konteks pasar dan pembangunan. Dalam konteks pasar, penduduk berada pada sisi permintaan dan sisi penawaran. Sedangkan di sisi

penawaran; penduduk adalah produsen, jika ia sebagai pengusaha atau pedagang, tenaga kerja, atau jika ia semata-mata pekerja. Dalam kontek pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah menjadi dua, yaitu ada yang menganggap penduduk sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang menganggap penduduk sebagai pemacu pembangunan.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200947

Dalam literatur kuno, pada umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaannya, apalagi dalam jumlah yang

besar dan pertumbuhan yang tinggi, dinilai sebagai penambah beban pembangunan. Dalam kalimat yang lugas dikatakan bahwa jumlah penduduk yang besar, dapat memperkecil pendapatan perkapita dan masalah ketenagakerjaan. Sedangkan dalam literatur modern penduduk dipandang Berlangsungnya kegiatan produksi ialah

sebagai pemacu pembangunan.

berkat adanya orang yang membeli dan mengkonsumsi barang yang dihasilkan. agregat. Konsumsi penduduk inilah yang menimbulkan permintaan Peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha

menjadi produktif dan berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Dari sisi konsumsi permintaan akan meningkat jika penduduk selaku konsumen mempunyai daya beli yang menjangkau. Sedangkan di sisi

produksi, penawaran, akan tanggap hanya jika penduduk selaku produsen atau sumber daya manusia memiliki kapasitas produktif yang memadai dan efisien. Dengan demikian, apakah penduduk merupakan pemacu atau

penghambat pembangunan, persoalannya, bukan terletak pada besar atau kecil jumlahnya, tetapi juga bergantung pada kapasitas penduduk baik selaku konsumen atau sumber permintaan maupun selaku produsen atau sumber penawaran.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200948

Catatan tentang jumlah penduduk di Manado pertama kali dilakukan pada tahun 1961, yang merupakan Sensus Penduduk pertama dan dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Pada saat itu penduduk di Manado diperkirakan berjumlah 129.912 jiwa. Pada akhir milenium, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 diperkirakan penduduk Manado mencapai 370.502 jiwa. Pada akhir tahun 2008 jumlah penduduk di Manado sudah mencapai 434.845 jiwa. (Gambar 4.1) Gambar4.1JumlahPendudukKotaManado, 1961 2008500.000 JumlahPenduduk 400.000 300.000 200.000 100.000 1961 1971 1980 1990 2000 2008 129.912 217.159 169.943 320.600 434.845 370.502

Tahun

Mengenai jumlah penduduk yang ideal tidak ada kepastian yang definitif, apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit yang dapat menghambat proses pembangunan. terkait dengan Tekanannya bukan pada aspek jumlah, melainkan lain kependudukan dan karakteristik

variabel-variabel

penduduk.

Misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200949

penduduk. Sedangkan karakteristik penduduk misalnya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Jumlah desa, jumlah rumahtangga, jumlah penduduk, dan jumlah penduduk per rumahtangga pada tahun 2008, disajikan pada Tabel 4.1. Kota Manado secara administrasi terdiri dari 9 kecamatan yang meliputi: Kecamatan Malalayang, Sario, Wanea, Wenang, Tikala, Mapanget, Tuminting, Singkil, dan Bunaken. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kecamatan yang paling padat penduduk yaitu Kecamatan Singkil yaitu 152 jiwa per Ha, sedangkan yang paling jarang penduduknya yaitu Bunaken yaitu 4,33 orang per Ha. Secara keseluruhan, Kota Manado memiliki kepadatan penduduk

sebesar 23,24 orang per Ha. Jika dilihat menurut jumlah penduduk per rumahtangga di Manado, seluruh kecamatan memiliki besaran yang relatif sama antara 3,72 5,33. Secara rata-rata keseluruhan Manado, berdasarkan tabel 4.1, dengan jumlah penduduk sebesar 434.845 dan jumlah rumah tangga sebesar 96.685

didapatkan jumlah penduduk per rumah tangga sebesar 4,50. Hal ini berarti dari 10 rumah tangga diperkirakan terdapat 45 orang.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200950

Tabel 4.1

Jumlah Desa, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Manado Tahun 2008 Rumah Tangga (3) 13.915 4.636 14.200 9.568 14.338 13.105 11.947 9.401 5.575 96.685 Penduduk (4) 54.051 20.494 66.536 42.556 71.400 48.718 58.896 50.115 22.079 434.845 Penduduk Per Rumah Tangga (5) 3,88 4,42 4,69 4,45 4,98 3,72 4,93 5,33 3,96 4,50 Kepadatan Penduduk / Ha (6) 17.88 111.56 50.47 145.24 38.88 7.90 152.42 124.20 4.33 23,24

Kecamatan (1) Malalayang Sario Wanea Wenang Tikala Mapanget Singkil Tuminting Bunaken JUMLAH/ Total

Desa (2) 9 7 9 12 12 11 9 10 8 87

Sumber: Manado Dalam Angka 2009 Jika ditinjau menurut lapangan usaha, maka pertumbuhan yang paling pesat terjadi pada sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel pada tahun 2008 sebesar 12,01 persen. Pertumbuhan ini dipicu oleh persiapan pemerintah dan masyarakat dalam menyambut even internasional pada tahun 2009 seperti WOC (World Ocean Conference), CTI (Coral Triangle Initiative) dan

Sail Bunaken.

Selain sektor tersebut, ada juga sektor Bangunan (10,23

persen), Pertambangan dan Penggalian (9,53 persen) dan sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan (9,48 persen) mengalami

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200951

pertumbuhan yang pesat.

Sektor-sektor yang disebutkan diatas memang

sudah menjadi ciri khas dari pertumbuhan kota besar yang cenderung unggul dalam sektor tersier. Pertumbuhan sektor tersebut merupakan akibat efek pengali dari persiapan even internasional WOC dan CTI yang saling berkaitan. (Tabel 4.2) Struktur perekonomian suatu wilayah menurut lapangan usaha, dapat ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku. Kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 disajikan pada Gambar 4.1. Tampak bahwa struktur

perekonomian di Kota Manado masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel yaitu sebesar 28,98%, dengan subsektor Perdagangan Besar dan Eceran sebagai andalannya. Posisi berikutnya diikuti oleh sektor Jasa-jasa (23,32 %) dan sektor Angkutan dan Komunikasi (17,37%). Sementara sektor Pertambangan dan Penggalian (0,09%), sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,64%) dan sektor Pertanian (2,16%) memiliki kontribusi terkecil dengan capaian masing-masing tidak lebih dari 3 %.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200952

Tabel 4.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2000) menurut Lapangan Usaha di Kota Manado Tahun 2006-2008 (Juta Rupiah) No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Sumber: BPS Kota Manado

LAPANGAN USAHA (2) dan

2006 (3) 82.614,26 4.413,42 297.,298,00 29.491,65 650.046,66 1.076.400,75 693.209,84 420.571,73 876.001,68 4.130.047,99

2007 (4) 85.381,61 4.741,20 318.969,97 30.874,08 705.430,64 1.149.159,69 743.987,42 460.773,86 911.659,32 4.410.977,79

2008 (5) 89.986,32 5.193,17 337.040,72 33.595,36 777.612,41 1.287.226,30 803.173,69 504.439,27 959.593,86 4.797.861,10

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia. pembangunan ekonomi akan dapat ditingkatkan Melalui dan

produktivitas

pendapatan penduduk dengan penciptaan kesempatan kerja.

Menurut

United Nations Development Programe (UNDP, 1996), hubungan antara

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200953

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia bersifat timbal balik. Artinya, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia dan sebaliknya. Di satu sisi pembangunan manusia yang berkelanjutan perlu

didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang memadai, dan di sisi lain pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan perlu dukungan ketersediaan SDM yang memadai. Pertumbuhan ekonomi Manado menunjukkan tren yang meningkat walaupun juga diiringi dengan pertumbuhan inflasi yang cenderung meningkat. (Gambar 4.2) Selama enam tahun terakhir, pertumbuhan

ekonomi Manado bergerak dari 4,91 persen pada tahun 2003 menjadi 8,77 persen pada tahun 2008. Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut dapat

menjadi penyelamat pada periode yang sama dimana laju inflasi justru ikut bergerak naik dari 0,69 persen pada tahun 2003 menjadi 9,71 persen pada tahun 2008.

4.2

Gambaran Umum Ketenagakerjaan Kota Manado

4.2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah proporsi penduduk usia kerja yang termasuk ke dalam angkatan kerja, yakni mereka yang bekerja

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200954

dan mencari pekerjaan. tahun 2001-2008.

Tabel 4.3 menyajikan peningkatan TPAK selama

Tabel 4.3

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka, 1998-2008 Tingkat Tingkat Pengangguran Terbuka (3) 18,53 31,38 12,93 13,52 14,58 17,12 17,12 20,28 20,46 19,53 14,97 Tingkat Kesempatan Kerja (4) 81,47 68,62 87,07 86,48 85,42 82,88 82,88 79,72 79,54 80,47 85,03 Partisipasi Angkatan Kerja (2) 56,65 62,73 48,06 47,84 52,84 55,25 58,35 56,22 57,89 63,83 64,42

Tahun (1) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber:

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001, 2003, 2005, 2006, Sakernas 2008 (adjusted)

Data Susenas dan Sakernas menunjukkan bahwa TPAK tiap tahun terus mengalami kenaikan. Hal ini dapat dimengerti karena tekanan perekonomian yang semakin berat membuat partisipasi penduduk dalam pekerjaan semakin meningkat.

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200955

Merupakan suatu hal yang umum, bahwa peningkatan penawaran tenaga kerja di Manado tidak selalu diikuti dengan peningkatan yang memadai pada permintaan tenaga kerja atau kesempatan kerja. Sebagai hasilnya, sebagian tenaga kerja tidak mendapatkan pekerjaan atau akan menjadi pengangguran. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada periode 2001-2006 tingkat

pengangguran terbuka meningkat dari 13,52 persen menjadi 20,46 persen. Hal ini dipengaruhi karena semakin berkurangnya kesempatan mendapatkan kerja. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) bergerak turun dari 86,48 persen

pada tahun 2001 menjadi 79,54 persen pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2008 tingkat pengangguran terbuka cukup turun drastis. Hal ini dapat dimungkinkan karena pada tahun 2008 sedang terjadi persiapan dalam rangka menyambut pelaksanaan WOC 2009 di Kota Manado. Pembangunan jalan, hotel dan infrastruktur lain menyebabkan permintaan akan tenaga kerja menjadi meningkat dan pencari pekerjaan dapat terserap. Dilihat dari sisi penawaran, penyediaan tenaga kerja yang dihasilkan melalui sektor pendidikan belum sepenuhnya dapat menghasilkan jenis tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Seringkali angkatan kerja yang dikeluarkan mempunyai keahlian dan keterampilan yang tidak sesuai (mismatch) dengan kesempatan kerja yang tersedia. Dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja memerlukan investasi baru yang besar dan penyerapan tenaga kerja yang masih terkendala kesenjangan

AnalisisTenagaKerjaLokalKotaManadoTahun200956

struktur lapangan kerja antar daerah, wilayah dan pendidikan. Faktor lain yang berpengaruh pada ketenagakerjaan ialah ketersediaan akses pada media informasi peluang kerja dimana informasi itu berisikan jenis keahlian yang diperlukan pasar kerja secara akurat dan tepat waktu.

Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Pendidikan Tertinggi (1)