analisis swot pada pejerja laundry

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara terbesar di Dunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja sebagai salah satu institusi dibawah Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat - Depkes RI mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan dibidang kesehatan kerja. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja dapat mengganggu daya kerja seorang buruh. Misalnya, penerangan yang kurang cukup intensitasnya biasanya akan melelahkan mata. Suara gaduh dan bising berpengaruh pula pada daya ingat, termasuk konsentrasi pikiran, akibatnya ter perludi kelelahan psikologis. Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan menjadi pasien dalam kesehatan masyarakat adalah pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan. Demikian pula dalam industri laundry jurga perlu mendapatkan perhatian, mengingat laundry juga merupakan usaha industri yang mempekerjakan pekerja dalam jumlah yang tidak

Upload: tryani-walnizam

Post on 29-Dec-2015

134 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kebijakan pelayanan kesehatan kerja

TRANSCRIPT

Page 1: analisis swot pada pejerja laundry

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu dari negara terbesar di Dunia, sangat berkepentingan

terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja sebagai

salah satu institusi dibawah Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat - Depkes RI mempunyai tugas

pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi, bimbingan teknis,

evaluasi dan penyusunan laporan dibidang kesehatan kerja. Permasalahan yang berkaitan

dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja

dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Faktor-faktor penyebab

terjadinya kecelakaan, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja dapat

mengganggu daya kerja seorang buruh. Misalnya, penerangan yang kurang cukup

intensitasnya biasanya akan melelahkan mata. Suara gaduh dan bising berpengaruh pula pada

daya ingat, termasuk konsentrasi pikiran, akibatnya ter perludi kelelahan psikologis.

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat

(perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan menjadi pasien dalam kesehatan masyarakat

adalah pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan.

Demikian pula dalam industri laundry jurga perlu mendapatkan perhatian, mengingat

laundry juga merupakan usaha industri yang mempekerjakan pekerja dalam jumlah yang

tidak sedikit. Faktor – faktor yang memengaruhi kondisi lingkungan kerja dapat berupa faktor

fisika (kebisingan, getaran, pencahayaan, panas, kelembaban, dan lain – lain), faktor biologi,

faktor ergonomi dan sebagainya.

Inilah yang melatarbeakangi dan menjadi alasan kelompok mengangkat judul tentang

ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana kondisi tempat kerja?

2. Apa Klasifikasi Bahaya dan Resiko Kerja yang Mungkin Terjadi di Laundry?

3. Bagaimana Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities Treats) yang ada pada

usaha tersebut?

4. Bagaimana Upaya Pencegahan?

Page 2: analisis swot pada pejerja laundry

2

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapum tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:

a) Mengevaluasi dan mendeskripsikan kondisi lingkungan kerja.

b) Mengklasifikasikan bahaya dan resiko keja yang mungkin terjadi di industri

laundry.

c) Melakukan analisis SWOT yang ada pada usaha laundry tersebut.

d) Selanjutnya menetapkan kebijakan- kebijakan yang dapat diaplikasikan guna

menekan resiko resiko dan bahaya yang mungkin terjadi, kebijakan ini dapat

terwujud dalam banyak hal, diantaranya upaya pencegahan.

1.3.2 Manfaat

Selanjutnya, beberapa manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah:

a) Sebagai bahan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan kondisi di

lingungan kerja.

b) Pemilik usaha laundry khususnya, dan pekerja industri umumnya mampu

mengenali resiko dan bahaya di lingkungan tempat kerja, sehingga dapat

meningkatkan produktifitas dan kinerjanya para pekerja.

c) Analisnis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtinies, Treats) dan mencermati

beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi, maka beberapa

masalah yang diperkirakan akan menjadi issue strategi kesehatan kerja dapat

dikeompokkan sebagai berikut:

Pemerataan pelayanan kesehatan kerja yang paripurna

Kualitas, kuantitas, dan distribusi tenaga kesehatan kerja

Mutu pelayanan kesehatan kerja dan lingkungan kerja

Manajemen pengelolaan program kesehatan kerja

Dampak globalisas yang mensyaratkan penerapan kesehatan kerja

d) Menjadi bahan rujukan untuk peningkatan mutu kesahatan kerja di bidang

industri

Page 3: analisis swot pada pejerja laundry

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemantauan Tempat Kerja

X Laundry merupakan salah satu usaha sektor informal yang bergerak di bidang jasa

pencucian baju dengan sasaran pasar adalah mahasiswa dan penduduk sekitar. X Laundry

beralamat di Jalan Sei Padang, Kota Medan. Pada laundry ini terdapat 10 orang pekerja yang

dibagi dalam 2 shift, yaitu shift pagi dan shift malam. lama kerja pekerja adalah 8 jam dalam

sehari, dan 40 jam dalam seminggu. Setiap pekerja mempunyai pekerjaan masing-masing,

yaitu: administrasi, pencucian, penyetrikaan, pengemasan. Pada proses administrasi di

tangani oleh satu orang pekerja, saat pencucian di tangani oleh dua orang pekerja, dan pada

bagian penyetrikaan ditangai oleh satu orang pekerja, dan satu orang lagi pada bagiaan

pengemasan. Setiap pekerja mempunyai faktor risiko yang berbeda-beda pada pekerjaannya

terhadap PAK dan KAK.

2.2 Klasifikasi Bahaya dan Resiko Kerja yang Mungkin Terjadi di Laundry

2.2.1 Bahaya Keselamatan Kerja

a. Bahaya Mekanik

Terjepit pintu penutup mesin cuci

Tertimpa rak baju yang melebihi muatan.

Tangan tergunting saat menggunting lakban yang digunakan untuk

mengemas pakaian bersih.

Tersentuh setrika yang panas yang menyebabkan luka bakar.

Tertusuk benda-benda runcing seperti jarum, peniti yang masih menempel

dipakaian.

b. Bahaya Kimia

Terkena percikan air deterjen pada mata, mulut atau hidung yang bisa

langsusng menimbulkan iritasi yang parah.

c. Bahaya Elektrik

Tersengat aliran listrik karena kabel yang terbuka dan lingkungan yang

basah.

Page 4: analisis swot pada pejerja laundry

4

Kebakaran akibat konsleting listrik (hubungan arus pendek ).

2.2.2 Bahaya Kesehatan Kerja

a. Bahaya Fisika

Temperatur yang terlalu panas karena ventilasi yang tidak baik.

Sirkulasi udara tidak baik.

Kebisingan akibat suara mesin cuci dan pengering terus menerus di

ruang tertutup.

Pencahayaan yang kurang di ruang menyetrika.

b. Bahaya Kimia

Zat sisa pembuangan di mesin cuci menimbulkan gas dari pencampuran

kotoran pakaian yang jika dihirup terus menerus akan mengganggu

pernafasan

Potensi dermatitis kontak karena deterjen, pewangi atau pemutih

Sesak dan dehidrasi akibat dari paparan zat zat pewangi yang berlebihan

di ruang tertutup

c. Bahaya Biologi

Bakteri E.coli ,Pseudomonas, S.aureus, Salmonella pada pakaian kotor

yang dapat berpindah ke dinding mesin cuci.

Jamur pada bekas air mencuci pakaian.

Virus.

d. Bahaya Ergonomi

Bungkuk (kelainan tulang), pegal pegal, sakit pinggang karena

menyetrika baju di lantai (hanya beralaskan lantai dan beberapa kain)

Mengangkat banyak pakaian sekaligus

Terlalu lama membungkuk saat membilas pakaian secara manual

2.3 Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities Treats)

Analisis situasi program kesehatan kerja baik di lapangan maupun hasil kajian data

tentang kesehatan kerja disusun dalam satu analisis SWOT (Strength Weakness

Opportunities Treats) sehingga dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strength)

Page 5: analisis swot pada pejerja laundry

5

Setelah melakukan memantauan pada X Laundry, ditemukan beberapa

kekuatan pada usaha Laundry tersebut, antara lain:

1. Ventilasi: baik

Ventilasi yang baik dapat mengalirkan udara, sehingga dapat

meningkatkan konsentrasi kerja bagi para pekerja.

2. Bangunan: permanen

Bangunan yang permanen dapat meredam kebisingan yang ada dalam

Laundry sehingga tidak mengganggu penduduk sekitar.

3. Lantai: kering

Semua aktivitas terjadi di lantai, sehingga apabila lantai kering dapat

memperlancar aktivitas pekerja.

4. Cahaya: terang

Apabila cahaya yang disediakan minim maka dapat memperburuk

konsentrasi kerja.

5. Sumber air bersih: PAM

Sumber air bersih dari PAM akan memberikan kualitas yang baik, karena

air pada PAM sudah di uji sebelum di alirkan ke masyarakat.

6. WC: >1 buah

Sesuai dengan peraturan jumlah WC pada tempat kerja adalah 1:25

pekerja, jadi pada usaha X laundry sudah memenuhi syarat yaitu 1:10

pekerja.

7. Keadaan WC: bersih

Keadaan WC yang bersih dapat membuat pekerja lebih baik dalam

bekerja.

8. Cerobong Asap: ada

Dengan adanya cerobong asap sehingga dapat mengalirkan udara panas

dari dalam keluar, sehingga udara didalam tidak panas dan dapat

meningkatkan produktivitas kerja.

b. Kelemahan (Weakness)

Setelah melakukan memantauan pada X Laundry, ditemukan beberapa

kelemehan pada usaha Laundry tersebut, antara lain:

1. Suhu Udara: panas

Page 6: analisis swot pada pejerja laundry

6

Suhu udara yang panas dapat menurunkan produktivitas para pekerja dan juga

dapat menyebabkan penyakit seperti: jamur.

2. Penggunaan APD

Masker: tidak

Baju Pelindung: tidak

Penutup telinga: tidak

Kaca Mata pelindung: tidak

Pada X laundry tidak menggunakan APD yang tersebut diatas karena tidak dibutuhkan dalam pencegahan kecelakaan maupun kesehatan kerja.

3. Pos upaya kesehatan kerja

Pos upaya kesehatan kerja ini berfungsi untuk memberikan pengobatan

dan perawatan bagi oekerja yang mengalami sakit, atau merasa ada sedikit

gangguan akibat pekerjaannya. Dalam hal ini, Laundry X tidak menyediakan

pos upaya kesehatan kerja ini.

4. Tempat sampah

Tersedianya tempat sampah di lingkungan tempat kerja juga dapat membantu

keberlangsungan pekerjaan dan memengaruhi konsentrasi pekerja. Tempat

sampah yang disediakan X laundry dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan

karena tempat sampah tidak tertutup (terbuka) sehingga dapat mengundang

makhluk hidup yang dapat menularkan penyakit, dan akan timbul bau yang

tidak enak.

5. Makanan

X laundry tidak menyediakan makanan bagi pekerja, sehingga dapat membagi

pemikiran pekerja, kurangnya asupan gizi pada pekerja, juga dapat

memengaruhi efisiensi pekerjaan.

c. Peluang (Opportunities)

Adapun peluang yang juga turut berpartisipasi dalam kondisi lingkungan kerja, antara

lain:

1. Tersedianya sarana penunjang, seperti kipas angin yang dapat meminimalisir suhu

tinggi di lingkungan kerja, serta penghisap debu yang bermanfaat untuk menekan

debu di lingkungan kerja.

Page 7: analisis swot pada pejerja laundry

7

2. Tersedianya air minum yang dapat menghindarkan pekerja dari dehidrasi akibat

waktu bekerja.

3. Tersedianya APD (Alat pelindung Diri), seperti sarung tangan dan sepatu yang

dapat menghindarkan pekerja dari paparan faktor biologi.

4. Halaman

5. Tersedianya tempat sampah yang dapat berfungsi dan dipergunakan dengan baik.

6. Tersedianya saluran limbah buangan industri yang dapat membahayakan ataupun

mencemari lingkungan.

d. Ancaman (Treats)

Hambatan- hambatan yang dapat mengganggu terselenggaranya proses pekerjaan di

lingkungan kerja, antara lain:

1. Proses kerja, paparan panas dapat mempermudah para pekerja terpapar penyakit

yang disebabkan oleh jamur. Dan hal ini cukup memiliki pengaruhi berarti dalm

pekerjaan.

2. Penggunaan mesin yang dalam penggunaannya terdapat getaran juga dapat

mengganggu pekerjaan apabila terlalu lam bertahan dalam kondisi seperti ini.

Selain itu, penggunaan mesin yang tidak memerhatikan prosedur kerja juga dapat

memberikan implikasi bagi pekerja.

3. Alat kerja yang cenderung dalam penggunaannya terdapat putaran dan getaran

juga berpengaruh bagi pekerja.

4. Ditemukan faktor dilingkungan kerja, seperti faktor fisika (pencahayaan, getaran,

kebisingan), faktor kimia (penggunaan deterjen, pewangi, dan pelembut pakaian),

faktor biologi (makhluk hidup dan mikroorganisme)

5. Lama pekerjaan berlangsung, dapat memaparkan pekerja bukan hanya pada

faktor- faktor diatas, namun juga pada faktor ergonomi dan psikologi pekerja.

6. Sampah dan air limbah yang tidak dikelola dengan baik.

2.3 Upaya Pencegahan

Page 8: analisis swot pada pejerja laundry

8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 9: analisis swot pada pejerja laundry

9

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: analisis swot pada pejerja laundry

10

LAMPIRAN

Page 11: analisis swot pada pejerja laundry

11

Gamabr 1: Tempat Pencucian pakaian

Gambar 2: tempat pengerikan pakaian

Page 12: analisis swot pada pejerja laundry

12

Gambar 3: tempat penyimpanan setelah dikemas

Page 13: analisis swot pada pejerja laundry

13

Gambar 4: tempat pengemasan pakaian