analisis swot

Upload: jalmijangkungalit

Post on 14-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Marketing Plan kjaskhdsiuskojzs lksdjikjsdk sd jkdsiouospu jpsiodklsjdjio ssdiohioskjhduihsiufhfj ss ]joisjdfiouhjsfhsuiophjipsuhfiushf jhniasdhihfs hiuasdehuish hsihduishjisnajkdhiuhsijsh suihdfjisjh s

TRANSCRIPT

ANALISIS SWOTHasil analisis sensitivitas diatas dapat menjadi acuan bagi pengusaha telur asin untuk membuat rencana usahanya. Jika harga jual produk yang menjadi faktor utama dalam kegiatan usaha, maka hendaknya pengusaha harus selalu mencari terobosanpasaryang dapat meningkatkan nilai produk, seperti perluasan pasar atau dengan modifikasi produk. Kontinuitas bahan baku juga harus dijaga untuk menghindari kelangkaan bahan baku, yang menjadi penyebab meningkatnya harga bahan baku tersebut.

Prospek usaha ternakitik / Bebekdianalisa melalui pengkajian situasi perusahaan yang meliputi lingkungan eksternal terdiri daripeluang(opportunity) dan ancaman (threaten) dan lingkungan internal terdiri darikekuatan(strength)dankelemahan(weakness).

Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang (opportunity) usaha ternakitik / Bebekdiantaranya adalah laju pertumbuhan penduduk yang cepat, berkembangnya distribusi produk untuk berbagai jenis konsumen, berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku teluritik / Bebek, perbaikan kondisiekonomimakro, berkembangnya teknologi pengolahanitik / Bebek, diversifikasi produk, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan gizi, serta adanyakebijakanpemerintahuntuk memberdayakan ternakitik / Bebeklokal.

Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman (threaten) usaha ternakitik / Bebekdiantaranya adalah persaingan yang semakin ketat dengan berkembangnya usaha sejenis dan jenis usaha yang memproduksi produk substitusi dari produk usaha ternakitik / Bebek, harga dagingitik / Bebekyang tidak stabil , harga bahan bakupakanmasih tinggi, tingkat sukubungapinjaman yang tinggi (saat ini tingkat suku bunga yang berlaku adalah 19 %).

Faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan (strength) usaha ternakitik / Bebekdiantaranya adalah teluritik / Bebekmemiliki kelebihan bebas dari bahan-bahan kimia, memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik daripada telurayam, ketersediaan lahan untuk beternak, memiliki daya dukung bahan baku pakan lokal, harga jual telur cukup tinggi, memiliki segmen pasar tersendiri, adanya kelompok-kelompok tani yang memberi pelayanan dalam usahaitik / Bebekdan memasarkan produk (DOD,itik / Bebekdara,itik / Bebekafkir, dan telur asin), dan adanya tenaga ahli di bidangpeternakankhususnyaitik / Bebek.

Faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan (weakness) usaha ternakitik / Bebekdiantaranya adalah pamor peternakanitik / Bebekmasih kurang populer, sistem pemeliharaan yang masih terpaku dengan cara tradisional (nonintensif), keterbatasan kemampuan peternak dalam praktekbudidaya, banyak terjadi kasus kematian ternakitik / Bebekakibat keracunan pestisida, teluritik / Bebeklebih amis bila dibandingkan dengan telur ayam, kesulitan dalam mendapatkan pinjaman modal, belum tersedianya teknologi budidaya yang ekonomis dan aplikatif, tidak tersedianya bibititik / Bebekyang baik, skala usaha dan produkstivitasitik / Bebeklokal masih rendah, teknologi pembibitan dan pengendalian penyakit rendah, kebijakan pemerintah dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan ternak lokal masih lemah, penggunaan bahan baku pakan masih bersaing dengan manusia sebagian masih mengandalkanimpor, informasi kandungan nutrisi bahan baku lokal yang dapat dimanfaatkan dalam usahaitik / Bebekmasih terbatas, biaya produksi cukup tinggi, serta sistem pencatatan produksi masih jelek.

Berdasarkan kondisi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan tersebut, beberapa alternatif strategi dapat diformulasikan sebagai berikut.

Strategi memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang (S O)Mempertahankan produk sudah ada,membangun dan mengembangkan kemitraan strategis,memperkuat jaringan distribusi, meningkatkan panguasaan pasar, mengembangkan skala usaha dan peningkatan produksi, meningkatkan kemampuan berusaha (bisnis) bagi peternak.

Strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman (S T)Mengembangkan diversifikasi dan meningkatkan nilai tambah produk, Memperluas pangsa pasar, membangun dan mengembangkan kemitraan strategis, mengurangi ketergantungan impor bahan baku pakan dan meningkatkan pemanfaatan bahan baku lokal, peningkatan informasi nutrisi berbahan baku lokal, meningkatkan hubungan kerjasama dengan investor, bekerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian, balai pembibitan, dan lainnya guna meningkatkan pengembangan usaha ternakitik / Bebek, meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan baku dan biaya operasional lainnya dalam proses produksi, serta melakukan sistem pemcatatan, penjadwalan dan pengawasan kinerja usaha.

Strategi mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang (W O)Mengembangkan sistem usaha pemeliharaan secara intensif dan dalam skala usaha yang cukup besar, mengadakan pelatihan bagi peternak, kerjasama dengan institusi keuangan (perbankan, perkreditan), meningkatkan produkstivitasitik / Bebekmelalui seleksi yang telah dikembangkan oleh Litbang dan perguruan tinggi, meningkatkan produkstivitasitik / Bebekmelalui perbaikanmanajemenproduksi, mengurangi ketergantungan impor bahan baku pakan dan meningkatkan pemanfaatan bahan baku lokal seperti keong mas,bekicot, ampas sagu, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak.

Strategi mengatasi kelemahan untuk menghindari ancaman (W T)Meningkatkan kemandirian usaha usaha ternakitik / Bebekdan usaha pendukung lainnya untuk meningkatkandaya saingproduk, melakukan pengawasan dan pengendalian mutu, mengurangi ketergantungan impor bahan baku, melakukan seleksi bibit unggul dan perbaikan manajemen produksi, memperbaiki sistem pencatatan/ recording, melakukan kerjasama atau kemitraan dengan berbagai pihak untuk meningkatkan usaha pengembanganitik / Bebekkomersil.

Konsumsiper kapita masyarakat terhadap produk telur meningkat sebesar 72,9 %. Sementara perkembangan produksiitik / Bebeknasional setiap tahunnya meningkat sebesar 0,5 %. Dengan demikian kegiatan usaha peternakanitik / Bebekbaik kegiatan hulu (pembibitan) maupun hilir (pengolahan teluritik / Bebek) masih memberikan peluang bagi masyarakat.

Modal yang dibutuhkan untuk pengembangan usahaitik / Bebekpetelur lokal dengan pola ekstensif untuk lahan dan kandang sistem ren seluas 100 m2 senilai Rp 5.000.000,00 dan pengadaan 300 ekor bibitItik / BebekDara senilai Rp. 8.100.000,00. Modal kerja yang dikeluarkan untuk membiayai usahaitik / Bebekpetelur dengan pola sebesar Rp. 81.733.300,00 selama dua tahun.

Hasil bersih (laba) yang diperoleh dari usahaitik / Bebekpola ekstensif adalah Rp.16.000.400,00 atau sebesar Rp. 1.050.000,00 per bulannya.

Sementara untuk usaha Telur Asin, modal yang dibutuhkan untuk membuat bangunan pabrik sederhana seluas 60 m2 senilai Rp.5.400.000,00 dengan kebutuhan modal kerja per bulan untuk membeli 750 butir teluritik / Bebek/hari, upah tenaga kerja, serta bahan penolong sebesar Rp.18.571.100,00 per bulan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peluang pengembangan usaha ternakitik / Bebeksemakin terbuka luas, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan berkembangnya usaha-usaha pangan yang menggunakan bahan baku dari produk-produk ternakitik / Bebek. Pemilihan pola pemeliharaanitik / Bebek(pola intensif, semi-intensif, ataupun ekstensif) menentukan besarnyamodal usahayang dibutuhkan serta tingkat keuntungan peternak. Pola pemeliharaan usahaitik / Bebekpetelur yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan adalah pola semi-intensif dan ekstensif. Demikian halnya usaha telur asin yang layak dilakukan. Pemeliharaan secara semi-intensif masih layak dilaksanakan hanya dengan kenaikan harga bibit dan pakan, masing-masing hingga 23% dan 17%. Adapun pola ekstensif, usaha ini relatif masih layak kenaikan harga input produksi maupun penurunan harga jual produk hingga 25%. Berbeda dengan usaha telur asin, usaha ini sangat rentan dengan kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual produk, (maupun kombinasi dua keadaan tersebut) masing-masing hingga 25% dan 22%

Outsorcing (pasal )jamsostekupahPKBPHI