analisis struktur pembiayaan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan (studi pada perbankan...

35
ANALISIS STRUKTUR PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (STUDI PADA PERBANKAN SYARIAH) Siti Zubaidah A. PENDAHULUAN: Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin memperoleh layanan jasa perbankan tanpa harus melanggar larangan riba. Perkembangan volume usaha hingga saat ini telah menunjukkan gambaran semakin besarnya animo umat Islam untuk memanfaatkan layanan jasa perbankan syariah apalagi dengan adanya fatma MUI (Majlis Ulama Indonesia) yang menyatakan bahwa bunga bank termasuk riba. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Karim Business Consulting (2003) pertumbuhan bank syariah lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan perbankan nasional, kinerjanya sangat baik,dan banyak inovasi produk yang diterbitkannya. Selain itu, dalam satu dekade terakhir ini pasar keuangan seluruh dunia telah mengalami perubahan yang mendasar. Pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam volume, nilai tansaksi maupun jenis-jenis instrumen yang diperdagangkan. Tersedianya berbagai jenis instrumen di pasar uang dan pasar modal yang semakin berkembang itu menyebabkan peranan bank-bank komersial dalam pemberian kredit secara tradisional cenderung makin

Upload: faizal-mubarok

Post on 02-Dec-2015

596 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

baca

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

ANALISIS STRUKTUR PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

KINERJA KEUANGAN (STUDI PADA PERBANKAN SYARIAH)

Siti Zubaidah

A. PENDAHULUAN:

Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk

menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin

memperoleh layanan jasa perbankan tanpa harus melanggar larangan riba.

Perkembangan volume usaha hingga saat ini telah menunjukkan gambaran

semakin besarnya animo umat Islam untuk memanfaatkan layanan jasa perbankan

syariah apalagi dengan adanya fatma MUI (Majlis Ulama Indonesia) yang menyatakan

bahwa bunga bank termasuk riba. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Karim

Business Consulting (2003) pertumbuhan bank syariah lebih tinggi dari rata-rata

pertumbuhan perbankan nasional, kinerjanya sangat baik,dan banyak inovasi produk

yang diterbitkannya.

Selain itu, dalam satu dekade terakhir ini pasar keuangan seluruh dunia telah

mengalami perubahan yang mendasar. Pasar modal mengalami perkembangan yang

sangat pesat, baik dalam volume, nilai tansaksi maupun jenis-jenis instrumen yang

diperdagangkan. Tersedianya berbagai jenis instrumen di pasar uang dan pasar modal

yang semakin berkembang itu menyebabkan peranan bank-bank komersial dalam

pemberian kredit secara tradisional cenderung makin menurun karena beralihnya para

penyimpan dan para peminjam dana kepada alternatif investasi dan pembiayaan yang

lain.

Pola pembiayaan dalam bank syariah mempunyai karakteristik yang spesifik

dibanding dengan bank konvensional. Pada bank konvensional, penilaian kelayakan

pembiayaan didasarkan semata-mata hanya business wise, sedangkan pada bank syariah

penilaian kelayakan pembiayaan selain didasarkan pada business wise, juga harus

mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi

usahanya, dan acceptable dari segi syariahnya.

Dalam rangka memenuhi aspek syariahnya, maka bila suatu kebutuhan kredit

nasabah yang oleh bank konvensional cukup dipenuhi dengan satu produk saja, maka

Page 2: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

pada-bank syariah sangat mungkin kebutuhan nasabah tersebut dipenuhi dengan skema

khusus dan (atau) beberapa skema fikih sekaligus.

Ada dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan

yakni: 1). Pola jual beli dan 2). Pola bagi hasil. Pendapatan bank akan sangat ditentukan

oleh berapa banyak keuntungan yang diterima. Keuntungan yang diterima dari akad jual

beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

nasabah, dalam hal ini bank memperoleh keuntungan pasti. Sedangkan pola bagi hasil

ditentukan berdasarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada

keuntungan nasabah. Dalam pola bagi hasil banyak mengandung risiko, oleh karena itu

pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian

nasabah sejak awal.

Kehadiran bank syariah, tentu saja memberikan alternatif investasi dalam bentuk

tabungan/deposito. Sebagaimana diketahui, bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-

prinsip Islam ini menawarkan sistem bagi hasil kepada nasabahnya. Jadi keuntungan

yang diperoleh nasabah bank syariah bisa berubah-ubah, tergantung pendapatan atau

keuntungan yang diperoleh bank tersebut. Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan

kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi angka besaran nisbah ini

muncul sebagai hasil tawar menawar antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan

demikian, angka nisbah ini bervariasi. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0

tidak diperbolehkan (Modal No. 10/I Agustus 2003, 21).

Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh sangat tergantung pada nisbah/ bagian

yang akan diperoleh kedua pihak, baik bank maupun nasabah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi nisbah bagi hasil (M. Syafi’I Antonio (2001,139) adalah faktor

pembiayaan (besar pembiayaan, jatuh tempo), prinsip syariah (keadilan, ketepatan,

kesejahteraan), usaha (Jenis usaha, keuntungan, resiko, biaya) dan faktor eksternal (suku

bunga dan inflasi).

Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari pembiayaan,

antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap dengan pola bagi hasil

yang keuntungannya berfluktuasi. Struktur pembiayaan ini akan mempengaruhi

keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan bank juga akan dipengaruhi oleh

struktur pembiayaannya.

2

Page 3: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Dari latar belakang diatas, peneliti ingin mengkaji tentang ANALISIS

STRUKTUR PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA

KEUANGAN (STUDI PADA PERBANKAN SYARIAH).

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur pembiayaan pada perbankan syariah?.

2. Berapa besar pengaruh struktur pembiayaan terhadap kinerja keuangan pada

perbankan syariah?.

C. BATASAN MASALAH

Data yang diambil adalah struktur pembiayaan dan kinerja keuangan pada perbankan

syariah yang mempublikasikan Laporan Keuangan per Juni tahun 2001, 2002 dan 2003

di Internet. Kinerja keuangan diukur dengan rasio profitabilitas (ROE

D. TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan latar belakang penelitian, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengkaji bagaimana struktur pembiayaan pada perbankan syariah.

2. Untuk menguji berapa besar pengaruh struktur pembiayaan terhadap kinerja keuangan

pada perbankan syariah.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Dapat digunakan sebagai evaluasi bagi perbankan Syariah dalam penentuan struktur

pembiayaan yang berpola bagi hasil dan jual beli serta untuk mengevaluasi kinerja

keuangan bank.

2. Dapat digunakan sebagai evaluasi bagi regulator dalam pembuatan keputusan

mengenai tingkat kesehatan bank.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai studi tentang perbankan

Syariah.

LANDASAN TEORI

POLA PEMBIAYAAN SYARIAH

Ada dua pola utama yang saat ini telah dijalankan oleh Bank dalam penyaluran

pembiayaan, yaitu (Muhammad (2001):

3

Page 4: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

1. Pola Jual-Beli

2. Pola Bagi hasil

1. Pola Jual-Beli

Seacara terminologis jual-beli adalah proses pemindahan hak milik barang

atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Terdapat

beberapa bentuk akad jual beli, dimana jenis jual beli yang dipergunakan oleh bank

dalam melakukan pembiayaan kepada nasabah adalah Murabahah, yakni proses jual beli

dengan memberikan margin keuntungan yang telah disepakati.

Dengan demikian yang dimaksud pembiayaan murabahah adalah akad

perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual beli, dimana bank membiayai

/membelikan kebutuhan barang/investasi nasabah dan menjual kembali kepada nasabah

ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pembayaran dari nasabah dilakukan

dengan cara mengangsur dalam jangka waktu yang telah disepakati. Sistem pembayaran

secara angsur tadi dikenal dengan istilah bai’ bitsaman ajil./

2. Pola Bagi hasil

Dasar pola ini berasal dari akad bersyarikat. Salah satu bentuk dari akad

bersyarikat adalah mudharabah. Pengertian mudharabah adalah akad bersama untuk

melaksanakan suatu usaha antara dua pihak, yaitu pihak penyedia modal. Dana (shahibul

maal) dan pihak yang mengelola dana ( mudharib).

4. Dengan demikian yang dimaksud dengan pembiayaan mudharabah adalah

akad pembiayaan kerjasama antara pemilik dana dengan pihak yang mempunyai

keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha yang produktif dan halal,

dimanapembagian hasil keuntungan dari usaha dilakukan sesuai dengan nisbah yang

disepakati bersama.

4

Page 5: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan jenis

penelitian empiris pada perbankan syariah untuk mengetahui bagaimana struktur

pembiayaan pada bank syariah dan menguji pengaruh struktur pembiayaan dengan

kinerja keuangan bank syariah.

B. Data dan Sumber data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa struktur pembiayaan dan

Laporan Keuangan perbankan syariah periode Juni 2001, 2002, dan 2003 yang diperoleh

dari Internet.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dilakukan langsung dengan mendownload data dari media

Internet di Directory Bank Indonesia dan situs masing-masing bank.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan Syariah (BMI, BSM, BNI Syariah, BRI

Syariah, Bukopin Syariah, Danamon Syariah, BII Syariah, Bank IFI Syariah, Bank Jabar

Syariah). Sampel yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: Bank

Syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahun 2001 sampai dengan 2003

dan yang memiliki asset diatas 50 miliar di Internet.

E. Definisi Operasional variabel dan pengukurannya

a. Struktur Pembiayaan adalah proporsi pembiayaan yang berpola jual beli dan pola

bagi hasil, dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan

total secara keseluruhan pembiayaan (%).

b. Kinerja keuangan adalah prestasi bank yang diukur dengan rasio Profitabilitas

(ROA, ROE, BoPo).

ROA = Laba bersih

Asset

ROE = Laba bersih

Modal Sendiri

5

Page 6: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

BoPo = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional

F. Analisa Data

Tehnik Pengolahan Data

Untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana struktur pembiayaan

pada perbankan syariah dilakukan perhitungan proporsi pembiayaan yang berpola jual

beli dan bagi hasil dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan

total keseluruhan pembiayaan (%), dan untuk menguji pengaruh struktur pembiayaan

dengan kinerja keuangan dilakukan analisis regresi berganda. Kinerja keuangan diukur

dengan rasio Pofitabilitas dengan menggunakan rumus ROA, ROE, (Rasio Biaya

Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) kemudian selanjutnya dilakukan

analisis/kesimpulan hasil.

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah Bank Syariah Mandiri

(BSM), Bank Rakyat Indonesia (BRI Syariah), BNI Syariah, Bank IFI, Bank Jabar

Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Muamalat Indonesia dan

BII Syariah. Sampel ditentukan berdasarkan purposive random sampling dengan kriteria

bank syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahun 2001 sampai dengan

2003 dan bank syariah yang memiliki asset diatas 50 miliar.

Bank Syariah yang memenuhi syarat untuk bisa diolah dalam penelitian ini

adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI Syariah), BNI Syariah, Bank

Muamalat Indonesia dan Bank IFI. Sedang Bank Jabar Syariah, Bank Danamon Syariah,

Bank Bukopin Syariah, dan BII rata-rata baru berdiri tahun 2001 sehingga laporan

keuangannya belum dipublikasikan, khususnya tahun 2001.

Dalam sistem perbankan syariah, terdapat sejumlah jenis pembiayaan

(disebut kredit dalam sistem konvensional) antara lain jual beli (murabahah, salam, dan

Istishna), sewa (ijarah) dan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah).

Berdasarkan data Bank Indonesia sampai bulan April 2003, dari total pembiayaan Rp.

3,86 triliun, porsi pembiayaan bagi hasil hanya sekitar 16,5 persen atau Rp. 637 miliar..

Jenis pembiayaan terbesar adalah murabahah dengan porsi mencapai 70 persen dari total

pembiayaan.

6

Page 7: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Jenis pembiayaan bagi hasil sendiri ada dua macam, yaitu musyarakah dan

mudharabah. Dalam musyarakah, bank dan nasabah sama-sama memberikan modal dan

tenaga untuk kemajuan usaha. Adapun dalam mudharabah, bank memberikan 100%

dana, tetapi tidak ikut serta mengelola usaha. Sesuai namanya, hasil keuntungan usaha

dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya. Jika usaha maju, keuntungan bank semakin

besar dan sebaliknya, jika usaha mundur keuntungan bank makin kecil. Hal ini berbeda

dengan bank konvensional yang tidak mempertimbangkan besar kecilnya keuntungan

nasabah.

Pembiayaan bagi hasil menuntut kesiapan bank sehingga tidak bisa

dipaksakan. Pembiayaan bagi hasil membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko yang

lebih besar. Rata-rata setiap bank, struktur pembiayaannya terdiri dari mudharabah,

musyarakah dan murabahah.

Tabel I

Struktur pembiayaan dan kinerja keuangan Bank 2001

ROA ROE BoPo Murabahah(Jual beli)

Mudharabah(Bagi hasil)

Musyarakah(Bagi hasil)

BNI Syariah 0,25 1,26 95,67 97,25 3,6 0Bank IFI 0,41 37,25 95,04 100 0 0BRI Syariah 4,02 43,41 91,82 84,5 15,46 0Bank Syariah Mandiri

1,83 4,29 69,68 0 7,15 92,85

Bank Muamalat Indonesia

2,12 4,26 49,54 100 0 0

Tabel II

Struktur pembiayaan dan kinerja keuangan Bank 2002

ROA ROE BoPo Murabahah(Jual beli)

Mudharabah(Bagi hasil)

Musyarakah(Bagi hasil)

BNI Syariah 0,83 1,27 88,56 95,23 4,8 0Bank IFI 1 39,48 98,03 100 0 0BRI Syariah 1,83 38,81 89,82 98,24 1,76 0Bank Syariah Mandiri

2,33 4,59 85,86 77,23 1,07 21,69

Bank Muamalat Indonesia

1,04 8,04 91,35 90,7 9,3 0

Tabel IIIStruktur pembiayaan dan kinerja keuangan Bank 2003

7

Page 8: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

ROA ROE BoPo Murabahah(Jual beli)

Mudharabah(Bagi hasil)

Musyarakah(Bagi hasil)

BNI Syariah 3,58 7,22 66,31 91,25 4,99 3,75Bank IFI 1,67 41,85 99,95 100 0 0BRI Syariah 4,02 49,41 91,82 5,12 94,87 0Bank Syariah Mandiri

2,87 5,42 85,75 0 16,20 83,80

Bank Muamalat Indonesia

2,52 16,42 82,33 94,50 0 5,5

ANALISIS STRUKTUR PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Rata-rata Struktur Pembiayaan pada perbankan Syariah adalah pola jual beli lebih tinggi

yaitu 75% dari pada pola bagi hasil yaitu 25%. Hal ini menandakan bahwa masih

takutnya bank-bank syariah dalam memberi pembiayaan bagi hasil, karena bagi hasil

sangat rentan terhadap risiko. Dalam pembiayaan bagi hasil perlu adanya pengawasan

yang sangat ketat kepada nasabah. Jika nasabah rugi maka bank tidak memperoleh bagi

hasil.

BNI SYARIAH

Struktur pembiayaan pada BNI Syariah, rata-rata selama tiga tahun pola jual beli diatas

90% dan pola bagi hasil 10%. Tampak dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003

menunjukkan jenis Murabahah menduduki peringkat I yaitu sebesar 97,25%, 95% dan

91,25%. Murabahah merupakan jenis pembiayaan jual beli sedang Mudharabah

menduduki peringkat II yaitu 3,6%, 4,8 % dan 4,99% dan Musyarakah dari tahun ke

tahun sering tidak digunakan dalam pemberian pembiayaan, tahun 2001 0%, tahun 2002

0%, dan tahun 2003 3,75%. Mudharabah dan Musyarakah merupakan jenis pembiayaan

bagi hasil. Tampak jenis pembiayaan Murabahah (jual beli) lebih diutamakan dalam

pemberian pembiayaan kepada nasabah dan porsi pembiayaan bagi hasil cukup rendah,

meskipun kecenderungan jenis pembiayaan murabahah ini turun dari tahun ke tahun.

Tingkat pertumbuhan pembiayaan pada BNI Syariah ini adalah 98%. Tingkat

pertumbuhan ini paling besar diantara bank-bank yang lain. Keberhasilan ini tidak

terlepas dari manajemen Bank Syariah yang sangat concern dan tanggap terhadap

dinamika pertumbuhan bisnis, terutama sektor riil. Dengan umur yang relatif msih muda

BNI Syariah telah menunjukkan kemampuan meningkatkan pembiayaannya.

BANK IFI SYARIAH

8

Page 9: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Rata-rata bank IFI Syariah selama tiga tahun struktur pembiayaannya yang berpola jual

beli 100% dan pola bagi hasil 0%. Bank IFI Syariah adalah satu-satunya bank yang dari

tahun 2001 sampai tahun 2003 struktur pembiayaannya menggunakan murabahah yaitu

100% sedang jenis pembiayaan mudharabah dan musyarakah 0% (tidak digunakan)

artinya seluruh pembiayaannya dikeluarkan dalam bentuk jual beli. Pembiayaan bagi

hasil menuntut kesiapan bank dan membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko yang

lebih besar. Oleh karena itu bank IFI cenderung mengeluarkan pembiayaan dengan jenis

pembiayaan jual beli yang dinilai lebih aman daripada pembiayaan bagi hasil.

BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH

Tampak pada BRI Syariah, struktur pembiayaannya yang berpola jual beli 60% dan pola

bagi hasil 40%, tetapi jika dilihat dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Dari tahun

2001 dan tahun 2002 murabahah menduduki porsi terbesar yaitu 84% dan 98,24%

sedang tahun 2003 mudharabah justru paling besar yaitu 94,87%. Tingkat pertumbuhan

pembiayaan dari tahun ke tahun sangat tinggi yaitu diatas 100%. Ini menandakan BRI

mampu meningkatkan kinerjanya dengan baik karena didukung dengan adanya asset BRI

yang cukup besar pula.

BANK SYARIAH MANDIRI

Bank Syariah Mandiri, rata-rata struktur pembiayaan yang berpola jual beli 30% dan

bagi hasil 70%. Pada tahun 2001 memberikan pembiayaan musyarakah sebesar 92,85%

dari seluruh pembiayaan yang dikeluarkan dan 7,15% untuk jenis mudharabah, artinya

Bank Syariah Mandiri sama sekali tidak memberikan pembiayaan dalam bentuk jual beli.

Karena jenis murabahah 0%.

Untuk tahun 2002, Bank Syariah Mandiri justru memberikan pembiayaan paling besar

pada jenis murabahah (jual beli) yaitu sebesar 77,23% dan sistem bagi hasil hanya 23%.

Untuk tahun 2003 jenis musyarakah menduduki porsi terbesar yaitu 83,80%. Tingkat

pertumbuhan pembiayaan dari tahun ke tahun sekitar 64%.

BANK MUAMALAT INDONESIA

Dari tahun ke tahun, rata-rata struktur pembiayaan yang berpola jual beli 95% dan bagi

hasil 5%, mulai tahun 2001 sampai dengan 2003 pada struktur pembiayaan Bank

Muamalat Indonesia, murabahah selalu paling besar yaitu diatas 90%. Berarti Bank

Muamalat Indonesia selalu memberikan pembiayaan dalam bentuk jual beli dan bukan

bagi hasil. Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai pelopor bank syariah di Indonesia

9

Page 10: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

semakin memantapkan posisinya sebagai bank syariah dengan asset terbesar, yaitu 2,381

triliun. Namun yang harus menjadi perhatian manajemen BMI adalah pertumbuhan

pembiayaan yang hanya 36,13%. Itu dibawah pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah

yang 98% dan Bank Syariah Mandiri 64%. Dengan posisinya sebagai bank Syariah

dengan asset terbesar dan jaringan terbanyak, harus lebih memanfaatkan jaringannya

untuk meningkatkan persentase pertumbuhan pembiayaan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH

Kinerja keuangan perbankan Syariah tahun 2001 sampai dengan 2003 rata-rata terjadi

kenaikan, jika dilihat dari ROA dan ROEnya. Berarti kinerja ROA dan ROE semakin

bagus. Jika dilihat dari BoPo, khusus bank BNI Syariah cenderung turun sedang bank

lain cenderung meningkat. BoPo semakin turun semakin baik

BNI SYARIAH

BNI Syariah sebagai unit usaha atau divisi, tampak kinerja keuangannya yang dinilai

dengan ROA, dan ROE pada akhir tahun 2001 dan 2002 masih belum optimal atau

masih kecil yaitu ROA 0,25%, dan ROE 1,26% untuk tahun 2001 dan untuk tahun 2002

masih tetap kecil yaitu ROA 0,83% dan ROE 1,27%. Namun pada akhir 2003 terjadi

peningkatan menjadi ROA 3,58% dan ROE 7,22%. ROA tersebut diatas rata-rata

perbankan nasional yaitu 1,5%. Namun kinerja ROE masih harus ditingkatkan hingga

15% agar masuk dalam kuadran I (high profit). Dengan asset Rp. 561,930 miliar mampu

menghasilkan ROA tertinggi di tahun 2003, dibandingkan bank syariah lain.

Kinerja keuangan Bank BNI Syariah berdasarkan ROA-BoPo di tahun 2003,

dengan kinerja ROA 3,58% dan BoPo 66,31% masuk ke dalam kuadran I (high profit)

mengungguli Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Kondisi ini

mencerminkan keunggulan BNI Syariah dalam mencetak laba sekaligus keunggulan

dalam efisiensi perusahaan. Itu menggambarkan BNI Syariah mempunyai kinerja

profitabilitas yang paling bagus diantara Bank Syariah.

Peningkatan ROA dan ROE sangat didukung kemampuan BNI Syariah

menggenjot ekspansi pembiayaan. Pembiayaannya meningkat dari 92,540 miliar pada

tahun 2001 menjadi Rp. 193,413 miliar. Dan Rp. 193,413 miliar pada tahun 2002

menjadi Rp. 382,561 miliar di tahun 2003 (98%). Keberhasilan ini, tidak terlepas dari

manajemen BNI Syariah yang sangat concern dan tanggap terhadap dinamika

10

Page 11: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

pertumbuhan bisnis, terutama sektor riil. Dengan umur yang relatif masih muda, Bank

BNI Syariah telah menunjukkan kinerja profitabilitas yang bagus.

BANK IFI SYARIAH

Pada tahun 2001 kinerja keuangan Bank IFI Syariah jika dilihat dari ROA dan ROE dari

tahun 2001 sampai dengan 2003 mengalami peningkatan yaitu tahun 2001 ROA 0,41%,

tahun 2002 1,83% dan tahun 2003 1,67% sedang ROE tahun 2001 37%, tahun 2002

39,48% dan tahun 2003 41,85%, meskipun nilainya masih dibawah bank syariah lain.

Kinerja ROE sudah diatas 15% artinya masuk dalam kuadran I (high profit). Dengan

asset Rp. 33.499 miliar pada tahun 2001 dan meningkat menjadi Rp. 37.315 (11%) pada

tahun 2002 mampu meningkatkan ROAnya sebesar 144% dan di tahun 2002 ke tahun

2003 peningkatan asset sebesar 20% mampu meningkatkan ROA tahun 2002 sebesar

1,00% menjadi 1,67% di tahun 2003, berarti ada peningkatan sebesar 67%.

Kinerja keuangan Bank IFI Syariah berdasarkan ROA-BoPo dari tahun 2001

sampai dengan 2003, ROA yang dihasilkan relatif lebih kecil dari bank syariah lainnya

dan dengan BoPo relatif lebih besar. Ini menunjukkan bahwa Bank IFI Syariah masih

belum mampu mencetak laba dengan baik sekaligus belum mampu meningkatkan

efisiensi perusahaan.

Peningkatan ROA dan ROE sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja bank

ini, serta harus didukung dengan peningkatan asset dan menggenjot ekspansi pembiayaan

sehingga kinerja profitabilitasnya dapat ditingkatkan. Apalagi dilihat dari umur, Bank IFI

bisa dikatakan lebih awal dari bank-bank yang lainnya.

BANK MUAMALAT INDONESIA

Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai pelopor bank syariah di Indonesia

semakin memantapkan posisinya sebagai bank syariah dengan asset terbesar, yaitu

sebesar Rp. 2,381 triliun.

Dilihat dari kinerja ROA, dari tahun ke tahun Bank Muamalat Indonesia masih belum

optimal. ROA tahun 2001 sebesar 2,12%, tahun 2002 sebesar 1,04 dan tahun 2003

sebesar 2,52%. Sedang kinerja ROE dari tahun ke tahun mengalami pengkatan yang

cukup besar, yaitu pada tahun 2001 sebesar 4,26% mampu ditingkatkan menjadi 8,04%

pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 menjadi 16,42%, berarti ada peningkatan sebesar

100% termasuk peningkatan yang signifikan sehingga masuk dalam kuadran I (high

11

Page 12: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

profit). Artinya ROA Bank Muamalat Indonesia diatas rata-rata bank nasional dan ROE

diatas 15% tahun 2003.

Kinerja tersebut didukung pertumbuhan pembiayaan dari Rp. 1,379631 triliun

pada tahun 2002 menjadi Rp. 1,878 triliun pada tahun 2003 atau tumbuh Rp. 498,436

miliar (36,13%). Kinerja keuangan berdasarkan ROA-BoPo, pada tahun 2003 BMI

masuk dalam kuadran I (high profit), walaupun masih dibawah BNI Syariah. Terjadi

penghematan/ efisiensi dari BoPo 91,35% di tahun 2002 menjadi BoPo 82,33% pada

tahun 2003, dan keberhasilan tersebut harus dikontrol dan dipelihara, karena jika ditelaah

lebih dalam ternyata kecepatan pertumbuhan biaya operasional mengimbangi kecepatan

pertumbuhan pendapatan operasional. Pertumbuhan biaya operasional 42%, dari Rp.

92,475 miliar pada tahun 2002 menjadi Rp. 131,679 miliar pada tahun 2003. Dan

pertumbuhan pendapatan operasional59%, dari Rp. 100,152 miliar di tahun 2002

menjadi 159,944 miliar di tahun 2002.

Namun yang harus menjadi perhatian manajemen BMI adalah pertumbuhan

pembiayaan yang hanya 36,13%. Itu dibawah pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah

yang 98% dan BSM 64%. Dengan posisisnya sebagai bank syariah dengan asset terbesar

dan jaringan terbanyak, harus lebih memanfaatkan jaringannya untuk meningkatkan

persentase pertumbuhan pembiayaan.

BANK SYARIAH MANDIRI

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank syariah dengan jumlah asset

terbesar kedua setelah BMI, yaitu Rp. 2,207155 triliun per tahun 2003. Kinerja

profitabilitas BSm berdasarkan ROA-ROE meningkat dari kuadran 3 ke kuadran 2.

Artinya kemampuan menciptakan laba menunjukkan peningkatan yang cukup optimal.

Itu tercermin dari peningkatan ROA dari 1,83% pada tahun 2001 menjadi 2,33% pada

tahun 2002 dan meningkat lagi pada tahun 2003 menjadi 2,87%. Peningkatan ROE dari

4,29% pada tahun 2001 menjadi 4,59% pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 menjadi

5,42%. Untuk kinerja ROA tahun 2003 adalah kedua di bawah BNI Syariah, dan kinerja

ROEnya nomor tiga setelah BMI dan BNI Syariah. Hal tersebut didukung kinerja

pembiayaan yang meningkat Rp. 553,929 miliar (64%) dari Rp. 865,827 miliar pada

tahun 2002 menjadi Rp. 1,419756 triliun per tahun 2003.

Berdasarkan kinerja ROA-BoPo, BSM juga masuk kuadran I (hig profit).

Peningkatan ROA dari 1,83 % di tahun 2001 menjadi 2,33 di tahun 2002 dan menjadi

12

Page 13: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

2,87 di tahun 2003 serta peningkatan efisiensi dari 85,85% pada tahun 2002 menjadi

85,75% pada tahun 2003, memberi gambaran cukup berhasil dalam kinerja

profitabilitasnya. Namun yang harus diperhatikan, ternyata kecepatan pertumbuhan biaya

operasional lebih besar daripada pendapatan operasional, yaitu 73% dari Rp. 72,939

miliar pada tahun 2002 menjadi Rp. 126,030 miliar pada tahun 2003. Kecepatan

pertumbuhan pendapatan pendapatan adalah 68% dari Rp. 84,955 miliar pada tahun 2002

menjadi Rp. 142,495 miliar pada tahun 2003. Namun apabila tidak dikontrol dengan

ketat, dikhawatirkan mempengaruhi kinerja profitabilitas dalam jangka panjang.

BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH

Kinerja profitabilitas BRI Syariah terlihat pada ROA-ROE maupun ROA-BoPo, untuk

posisi tahun 2001,2002, dan 2003 masih masuk dalam kuadran low profit, yaitu belum

optimal dalam mencetak laba, bahkan belum mampu mencetak laba. Sangat jelas terlihat

dari peningkatan ROA tahun 2001 4,02% menjadi 1,83% pada tahun 2002 mengalami

penurunan dan tahun 2003 mengalami peningkatan lagi menjadi 4,02% dan ROE tahun

2001,43,41% turun menjadi 38,81% tahun 2002. Tahun 2003 ROE meningkat menjadi

49,41%. Pertumbuhan biaya operasional yang meningkat lebih besar daripada

pertumbuhan pendapatan operasional.

Pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan dari

Rp. 24.555 miliar menjadi 5.668 miliar dan tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 76.501

miliar.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa struktur pembiayaan pada bank-bank

Syariah dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2003 menunjukkan bahwa jenis

murabahah (jual beli) menduduki porsi tertinggi yaitu 75% dari total pembiayaan dan

jenis mudharabah dan musyarakah (bagi hasil) hanya 25% dari total pembiayaan.

Dari porsi 25% pada pembiayaan bagi hasil, mudharabah sebesar 12% dan

musyarakah 13%. Sampai akhir tahun 2003 beberapa bank syariah sudah mulai

menghasilkan laba. Data menunjukkan bahwa ke lima bank syariah (BSM, BRI Syariah,

BMI, BNI Syariah dan Bank IFI Syariah) selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2003

mengalami keuntungan, meskipun tingkat keuntungan yang dicapai bervariasi.

Berdasarkan kinerja ROA-ROE maupun ROA-BoPo, BMI dan BSM sebagai

bank Syariah terbesar dalam hal asset masih menunjukkan dominasinya sebagai bank

13

Page 14: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

yang profit. Bank BNI Syariah, walaupun setingkat divisi, ternyata mampu bersaing

dengan BMI maupun BSM, bahkan unggul pada kinerja ROA-BoPo.

Berdasarkan rangking profitabilitas, BNI Syariah menduduki rangking

pertama untuk dua kategori yaitu ROA dan BoPo, dan rangking dua untuk satu kategori

yaitu ROE. BMI menduduki rangking pertama untuk satu kategori (ROE), rangking ke

dua untuk BoPo, dan rangking tiga untuk ROA. Sedangkan BSM menduduki rangking

dua untuk ROA dan rangking empat untuk BoPo dan rangking tiga untuk ROE. Sehingga

rangking pertama secara overall untuk profitabilitas diraih oleh BNI Syariah (most

profitable).

PENGARUH STRUKTUR PEMBIAYAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

Data yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk dokumenter adalah data pola jual beli

dan pola bagi hasil sebagai variabel independen (X1, X2) dan variabel dependen ROA,

ROE dan BoPo sebagai variabel Y1, Y2 dan Y3 pada tahun 2001 sampai dengan tahun

2003. Metode yang digunakan sebagai alat analisis adalah metode regresi dengan model

linier berganda, yaitu model regresi dimana kita mengamati pengaruh lebih dari satu

variabel independen (variabel prediktor) terhadap variabel dependen (variabel respon)

secara linier.

Berdasarkan penetapan model persamaan regresi linier berganda yang telah

dikemukakan di atas, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS for Windows.

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Pengujian dilakukan atas model penelitian supaya bisa dinyatakan bebas dari

penyimpangan asumsi klasik yaitu multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.

Dari uji asumsi klasik tersebut dapat dikatakan bahwa data penelitian ini memenuhi

asumsi klasik.

Analisis Regresi

14

Page 15: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 2 (dua) variabel bebas (pola jual

beli dan pola bagi hasil) dan variabel terikat ROA maka diperoleh hasil analisis sebagai

berikut: (lampiran 1)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan

adalah 1,691, koefisien regresi untuk pola jual beli sebesar -62,953, koefisien regresi

untuk pola bagi hasil sebesar 1,421.

Persamaan regresi :

Y = 1,691 - 62,953X1 + 1,421X2 + E

Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi yang

dihasilkan adalah:

a = 1,691 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila tanpa dipengaruhi

oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola bagi hasil) maka besarnya ROA

adalah sebesar 1,691.

b1 = -62,953 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola jual beli) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli mengalami peningkatan sebesar

1% maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 62,953.

b2 = 1,421 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola bagi hasil) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil mengalami peningkatan sebesar

1% maka ROA akan mengalami kenaikan sebesar 1,421.

Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 2 (dua) variabel bebas (pola jual

beli) dan variabel terikat ROE maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut: (lampiran

2)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan

adalah 20,976, koefisien regresi untuk jual beli sebesar -54,427, koefisien regresi untuk

bagi hasil sebesar -3,193.

Dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresi :

Y = 20,976 - 54,427X1 - 3,193 + E

Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi yang

dihasilkan adalah:

15

Page 16: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

a = 20,976 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila tanpa

dipengaruhi oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola bagi hasil) maka

besarnya ROE adalah sebesar 20,976.

b1 = -54,427 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola jual beli) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli mengalami peningkatan sebesar

1% maka ROE akan mengalami penurunan sebesar 54,427.

b2 = -3,193 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola bagi hasil) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil mengalami peningkatan sebesar

1% maka ROE akan mengalami penurunan sebesar 3,193.

Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 2 (dua) variabel bebas (pola jual

beli dan pola bagi hasil) dan variabel terikat BoPo maka diperoleh hasil analisis sebagai

berikut: (lampiran 3)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan

adalah 86,482, koefisien regresi untuk pola jual beli sebesar 34,881, koefisien regresi

untuk pola bagi hasil sebesar -4,280.

Dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresi :

Y = 86,482 + 34,881X1 - 4,280X2 + E

Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi yang

dihasilkan adalah:

a = 86,482 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila tanpa

dipengaruhi oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola bagi hasil) maka

besarnya BoPo adalah sebesar 86,482.

b1 = 34,881 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola jual beli) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli mengalami peningkatan sebesar

1% maka BoPo akan mengalami kenaikan sebesar 34,881.

b2 = -4,280 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola bagi hasil) yang

menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil mengalami peningkatan sebesar

1% maka BoPo akan mengalami penurunan sebesar 4,280.

Koefisien Korelasi:

Koefisien ini merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X). Nilai ini berkisar antara

-1 sampai +1, dimana apabila nilai korelasi bernilai positif maka terdapat hubungan yang

16

Page 17: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

searah yaitu apabila satu meningkat maka yang lain akan meningkat pula, apabila

korelasi bernilai negatif maka terdapat hubungan yang tidak searah yaitu apabila satu

meningkat maka yang lain akan menurun.

Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana yang ditunjukkan

lampiran 1, bahwa hubungan antara variabel bebas pola jual beli dan pola bagi hasil (X1,

X2 ) terhadap variabel terikat Y (ROA) diperoleh nilai sebesar 0,443 yang berarti bahwa

keeratan hubungan antara variabel pola jual beli dan pola bagi hasil dengan ROA adalah

sebesar 0,443. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang erat

antara variabel bebas jual beli dan bagi hasil (X1, X2) terhadap variabel terikat Y

(ROA), sedangkan hubungan yang terbentuk sebagaimana yang ditunjukkan pada tanda

koefisien regresi.

Koefisien regresi variabel X1 (pola jual beli) yang menunjukkan hubungan

negatif dengan variabel Y (ROA) yang berarti apabila variabel jual beli mengalami

peningkatan sebesar 1%, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 62,953.

Sedangkan pada koefisien regresi variabel X2 (pola bagi hasil) yang menunjukkan

hubungan positif dengan variabel Y (ROA) yang berarti bahwa apabila variabel bagi

hasil mengalami peningkatan sebesar 1%, maka ROA akan mengalami kenaikan sebesar

1,421. Dan nilai koefisien regresi variabel bagi hasil menunjukkan hubungan positif

dengan variabel Y (ROA) yang berarti bahwa apabila variabel bagi hasil mengalami

peningkatan maka ROA akan mengalami kenaikan sebesar 1,421.

Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana yang

ditunjukkan lampiran 2, bahwa hubungan antara variabel bebas pola jual beli dan pola

bagi hasil (X1, X2) terhadap variabel terikat Y (ROE) diperoleh nilai sebesar 0,066 yang

berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel jual beli dan bagi hasil dengan ROE

adalah sebesar 0,066. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang

erat antara variabel bebas pola jual beli dan pola bagi hasil (X1, X2) terhadap variabel

terikat Y (ROE), sedangkan hubungan yang terbentuk sebagaimana yang ditunjukkan

pada tanda koefisien regresi.

Koefisien regresi variabel X1 (jual beli) yang menunjukkan hubungan

negatif dengan variabel Y (ROE) yang berarti apabila variabel murabahah mengalami

peningkatan sebesar 1%, maka ROE akan mengalami penurunan sebesar 54,427.

Sedangkan pada koefisien regresi variabel X2 (bagi hasil) yang menunjukkan hubungan

17

Page 18: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

negatif dengan variabel Y (ROE) yang berarti bahwa apabila variabel bagi hasil

mengalami peningkatan sebesar 1%, maka ROE akan mengalami penurunan sebesar

3,193.

Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana yang

ditunjukkan lampiran 3, bahwa hubungan antara variabel bebas pola jual beli dan pola

bagi hasil (X1, X2) terhadap variabel terikat Y (BoPo) diperoleh nilai sebesar 0,121 yang

berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel jual beli dan bagi hasil dengan BoPo

adalah sebesar 0,121. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang

erat antara variabel bebas jual beli dan bagi hasil (X1, X2) terhadap variabel terikat Y

(BoPo), sedangkan hubungan yang terbentuk sebagaimana yang ditunjukkan pada tanda

koefisien regresi.

Koefisien regresi variabel X1 (jual beli) yang menunjukkan hubungan

positif dengan variabel Y (BoPo) yang berarti apabila variabel jual beli mengalami

peningkatan sebesar 1%, maka BoPo akan mengalami kenaikan sebesar 34,881.

Sedangkan pada koefisien regresi variabel X2 (bagi hasil) yang menunjukkan hubungan

negatif dengan variabel Y (BoPo) yang berarti bahwa apabila variabel bagi hasil

mengalami peningkatan sebesar 1%, maka BoPo akan mengalami penurunan sebesar

4,280.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien ini merupakan nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel

bebas (X) terhadap variabel (Y). Nilai ini diperoleh dari prosentase nilai koefisien

korelasi yang dikuadratkan, yang nilainya berkisar antara 0 - 1 (0% - 100%) semakin

mendekati satu, koefisien ini semakin besar pengaruhnya.

Adapun nilai koefisien determinasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel

lampiran 1 (model Summary) adalah sebesar 0,196, yang berarti bahwa besarnya

pengaruh antara variabel pola jual beli dan bagi hasil dengan ROA adalah sebesar 19,6%.

Sedangkan sisanya adalah pengaruh lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Nilai koefisien determinasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel lampiran 2

(model Summary) adalah sebesar 0,004, yang berarti bahwa besarnya pengaruh antara

variabel pola jual beli dan bagi hasil dengan ROE adalah sebesar 0,4%. Sedangkan

sisanya adalah pengaruh lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

18

Page 19: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Dan nilai koefisien determinasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel

lampiran 3 (model Summary) adalah sebesar 0,015, yang berarti bahwa besarnya

pengaruh antara variabel pola jual beli dan bagi hasil dengan BoPo adalah sebesar 1,5%.

Sedangkan sisanya adalah pengaruh lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Besarnya pengaruh antara

variabel pola jual beli dan pola bagi hasil terhadap ROA adalah sebesar 19,6%, terhadap

ROE sebesar 0,4% dan terhadap BoPo sebesar 1,5%.

Variabel pola jual beli memiliki hubungan yang negatif terhadap ROA dan

ROE tetapi memiliki hubungan positif terhadap BoPo. Variabel pola bagi hasil memiliki

hubungan positif baik terhadap ROA,tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ROE

maupun BoPo.

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN:

1. Struktur pembiayaan pada bank-bank Syariah dalam kurun waktu 2001 sampai

dengan 2003 menunjukkan bahwa jenis murabahah (jual beli) menduduki porsi

tertinggi yaitu 75% dari total pembiayaan dan jenis mudharabah dan musyarakah

(bagi hasil) hanya 25% dari total pembiayaan.

2. Dari porsi 25% pada pembiayaan bagi hasil, mudharabah sebesar 12% dan

musyarakah 13%.

3. Sampai akhir tahun 2003 beberapa bank syariah sudah mulai menghasilkan laba.

Data menunjukkan bahwa ke lima bank syariah (BSM, BRI Syariah, BMI, BNI

Syariah dan Bank IFI Syariah) selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2003

mengalami keuntungan, meskipun tingkat keuntungan yang dicapai bervariasi.

4. Berdasarkan kinerja ROA-ROE maupun ROA-BoPo, BMI dan BSM sebagai bank

Syariah terbesar dalam hal asset masih menunjukkan dominasinya sebagai bank

yang profit. Bank BNI Syariah, walaupun setingkat divisi, ternyata mampu

bersaing dengan BMI maupun BSM, bahkan unggul pada kinerja ROA-BoPo.

5. Berdasarkan rangking profitabilitas, BNI Syariah menduduki rangking pertama

untuk dua kategori yaitu ROA dan BoPo, dan rangking dua untuk satu kategori

19

Page 20: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

yaitu ROE. BMI menduduki rangking pertama untuk satu kategori (ROE),

rangking ke dua untuk BoPo, dan rangking tiga untuk ROA. Sedangkan BSM

menduduki rangking dua untuk ROA dan rangking empat untuk BoPo dan

rangking tiga untuk ROE. Sehingga rangking pertama secara overall untuk

profitabilitas diraih oleh BNI Syariah (most profitable).

6. Besarnya pengaruh antara variabel pola jual beli dan pola bagi hasil terhadap

ROA adalah sebesar 19,67%, terhadap ROE sebesar 0,4% dan terhadap BoPo

sebesar 1,5%.

7. Variabel pola jual beli memiliki hubungan yang negatif terhadap ROA dan ROE

tetapi memiliki hubungan positif terhadap BoPo. Variabel pola bagi hasil

memiliki hubungan positif baik terhadap ROA,tetapi memiliki hubungan negatif

terhadap ROE maupun BoPo.

II. SARAN

1. Perbankan Syariah hendaknya meningkatkan pembiayaan Bagi hasil yang saat ini

porsinya masih kecil. Alasannya pembiayaan Bagi hasil merupakan salah satu

keunggulan Bank Syariah dibandingkan bank konvensional karena

mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan sehingga dapat memberikan

manfaat lebih luas kepada kepada sektor riil.

2. Perbankan Syariah hendaknya mampu mengatur struktur pembiayaannya agar

dapat meningkatkan kinerja keuangan secara optimal.

3. Pembiayaan Bagi hasil membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko yang lebih

besar. Oleh karena itu Bank Syariah hendaknya meningkatkan pengawasannya

sehingga risiko dapat dikurangi.

4. Bank Indonesia dapat memberikan pelatihan kepada Bank Syariah tentang

bagaimana memberikan pembiayaan Bagi hasil yang baik kepada nasabah.

KETERBATASAN

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil sangat kecil akan lebih baik jika peneliti

selanjutnya memperbanyak sampelnya, periode yang digunakan juga hanya 3 (tiga)

tahun mengingat bank syariah yang berdiri sebelum tahun 2001 sangat sedikit. Peneliti

20

Page 21: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

tidak menguji secara simultan, sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan uji secara

simultan. Karena keterbatasan data, peneliti menggunakan laporan keuangan periode juni

Akan lebih baik jika menggunakan laporan keuangan akhir tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafi’i, Muhammad 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta.

Anonim, 1996, “Perhitungan Distribusi Bagi Hasil Dana Pihak III”, Jurnal Bank

Syariah: Pendidikan dan Informasi Bank Bagi Hasil, Edisi-5/III/96, Jakarta:

Bank Muamalat Indonesia.

Arifin, Zainul, 1999, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan, dan

Prospek, Alvabet,Jakarta.

Baly Wahid Abdus Salam, 2002, Dialog ilmiah Bank Syariah VS Bank Konvensional, Darul Falah, Jakarta.

Chapra, M. Umer. 1997. Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil (Terjemahan:

Lukman Hakim, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Etty. M. Natsir, Model Analisis Camel untuk memprediksi Financial Distress pada Sektor Perbankan Yang Go Publik, 2000, JAAI FE UII, Yogyakarta.

Macro, 2000, Pelatihan Perbankan Syariah,

Muhammad, 1997, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Syariah.

21

Page 22: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

Muhammad,1997, Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, UII Pres, Yogyakarta.

Muslehuddin, Muhammad, 1990, Sistem perbankan Bagi Hasil dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta.

Modal, No, 12/1- Oktober 2003

Modal, No. 14/II- Desember 2003

Harahap, Syafri Sofyan, 1997, Akuntansi Islam, Bumi Aksara, Jakarta. Karnaen A. Perwata, Antonio M. Syafei, 1996, Apa dan Bagaimana Bank Islam,

Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf

Widyaningrum, Nurul, 2002, Model pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil, Akatiga, Jakarta.

22

Page 23: Analisis Struktur Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Syariah)

23