analisis strategi pemasaran pengelola pariwisata … · analisis strategi pemasaran pengelola...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
MARIENA DEWI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
MARIENA DEWI
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, April 2008 Mariena Dewi C44104012
ABSTRAK
MARIENA DEWI. Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUHARNO.
Pantai Pangandaran merupakan salah satu objek wisata pantai di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Ciamis. Objek wisata ini mampu memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang sangat besar bagi Kabupaten Ciamis. Namun, dengan terjadinya bencana alam tsunami yang melanda daerah ini pada bulan Juli 2006 silam, telah menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang cukup besar. Untuk membenahi kondisi diatas, kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan, kedua untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata, serta ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri kepariwisataan bahari di Pantai Pangandaran, kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran, kondisi persaingan pada industri wisata bahari, serta menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran bagi objek wisata Pantai Pangandaran.
Alat analisis yang digunakan pada peneltitan ini yaitu Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal-External (IE) dan juga Matriks SWOT (Strength, weakness, opportunities and threats). Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa kondisi internal dan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, dan kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh pihak pengelola dalam lingkup kabupaten sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran. Kemudian dari hasil perangkingan strategi berdasarkan analisis SWOT didapatkan bahwa alternatif strategi pemasaran yang mendapat rangking satu adalah mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. Kata Kunci : Pariwisata, Strategi Pemasaran
© Hak cipta milik Mariena Dewi, Tahun 2008
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
MARIENA DEWI C44104012
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
7
SKRIPSI
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Mariena Dewi
NRP : C44104012
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan
Disetujui, Pembimbing
Dr.Ir. Suharno, M.Adev. NIP. 131 649 403
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus: 16 April 2008
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Pengelola
Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat”
yang merupakan hasil penelitian di Pantai Pangandaran pada bulan Juli – Agustus
2007.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1) Dr.Ir. Suharno, M.Adev selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penyelesaian skripsi ini,
2) Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc yang telah bersedia
menjadi Penguji Tamu,
3) Bapak Rahman selaku Kasi Promosi Pariwisata dan seluruh staf di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang telah membantu penulis
dalam penelitian,
4) Ir. Anna Fatchiya, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademik,
5) Kedua orang tua serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan kasih
sayangnya,
6) Teman-teman SEI 41 yang telah memberikan dukungannya, serta seluruh
pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua yang
berkepentingan.
Bogor, April 2008
Mariena Dewi
9
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 4 Desember 1985 dari ayah
Suryatiman Ekka dan Ibu Enung Nurochmah. Penulis merupakan putri pertama
dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMUN 1 Kota Sukabumi,
lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor. Penulis memilih program studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis
aktif di beberapa organisasi mahasiswa seperti HIMASEPA IPB.
Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan
judul ”Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran
Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat”.
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................... ............... xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................... ............... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... ............. xvi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ............................................. 6 2.2 Strategi Pemasaran............................................................................. 7 2.3 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 8 2.3.1 Operasi Manajemen ................................................................ 8 2.3.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 9 2.3.3 Produksi / Operasi ................................................................... 9 2.3.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 9 2.3.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 10 2.3.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 10 2.4 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 10 2.4.1 Faktor Politik........................................................................... 11 2.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 11 2.4.3 Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan................ 12 2.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 12 2.4.5 Faktor Persaingan (Kompetitif) .............................................. 12 2.5 Analisis SWOT .................................................................................. 15 2.6 Pariwisata dan Wisatawan.............................. ................................... 17 2.6.1 Industri Pariwisata................................................................... 18 2.6.2 Pariwisata Bahari .................................................................... 19 2.7 Pemasaran Pariwisata......................................................................... 20 2.8 Bauran Pemasaran Industri Pariwisata............................................... 21 2.8.1 Bauran Produk......................................................................... 21 2.8.2 Bauran Harga .......................................................................... 22 2.8.3 Bauran Promosi....................................................................... 23 2.8.4 Bauran Tempat (Distribusi)..................................................... 24 2.9 Tsunami.............................................................................................. 26 2.10 Studi Terdahulu.................................................................................. 26 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ................................................. 29
11
Halaman
IV. METODOLOGI ...................................................................................... 32
4.1 Metode Penelitian .............................................................................. 32 4.2 Jenis dan Sumber Data....................................................................... 32 4.3 Metode Penentuan Responden........................................................... 34 4.4 Metode Pengumpulan Data................................................................ 34 4.5 Metode Analisis Data......................................................................... 35 4.5.1 Analisis Persaingan Industri.................................................... 36 4.5.2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)..................... 39 4.5.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ................. 41 4.5.4 Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................... 43 4.5.5 Matriks SWOT........................................................................ 45 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 46 4.7 Batasan Penelitian.............................................................................. 46 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 49
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Ciamis ................................................ 49 5.2 Gambaran Umum Kecamatan Pangandaran ...................................... 51 5.2.1 Letak, Luas dan Batas Kecamatan Pangandaran ...................... 51 5.2.2 Keadaan Alam Kecamatan Pangandaran .................................. 51 5.2.3 Penduduk Kecamatan Pangandaran.......................................... 51 5.3 Gambaran Umum Wisata Pantai Pangandaran .................................. 52 5.3.1 Gambaran Umum Pihak Pengelola Pantai Pangandaran .......... 52 5.3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelola ................... 54 5.3.1.2 Struktur Organisasi Pengelola...................................... 56 5.3.2 Profil Pengunjung Pantai Pangandaran..................................... 60 5.3.3 Produk Wisata Yang Ditawarkan.............................................. 66 5.4 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pra Tsunami .................. 67 5.4.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pra Tsunami..................................................................................... 67 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pra Tsunami.............................. 68 5.5 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami .............. 70 5.5.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pasca Tsunami..................................................................................... 70 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pasca Tsunami.......................... 71 5.6 Kondisi Industri Pariwisata Pantai Pangandaran ............................... 73
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 77
6.1 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 77 6.1.1 Operasi Manajemen ................................................................ 77 6.1.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 78 6.1.3 Produksi / Operasi ................................................................... 80 6.1.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 82 6.1.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 83 6.1.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 84 6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ............................................... 87
12
Halaman
6.2.1 Kekuatan Pengelola................................................................. 87 6.2.2 Kelemahan Pengelola.............................................................. 88 6.3 Matriks IFE ........................................................................................ 89 6.4 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 92 6.4.1 Faktor Politik........................................................................... 92 6.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 94 6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan ................................... 96 6.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 97 6.4.5 Faktor Persaingan.................................................................... 98 6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman .................................................... 99 6.5.1 Peluang.................................................................................... 99 6.5.2 Ancaman ................................................................................. 99 6.6 Matriks EFE....................................................................................... 99 6.7 Matriks IE .......................................................................................... 102 6.8 Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .................................. 103 6.8.1 Strategi Strengths-Opportunity (SO) ...................................... 105 6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)............................................... 106 6.8.3 Strategi Weakness-Opportunity (WO).................................... 107 6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)............................................ 108 6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi............................................. 109 VII. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
112
7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 112 7.2 Saran .................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 118
LAMPIRAN.................................................................................................... 121
13
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penilaian Bobot Faktor Penentu Persaingan ........................................... 37
2. Contoh Penilaian Rating Faktor Penentu Persaingan.............................. 37
3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ............................................... 40
4. Matriks IFE ............................................................................................. 40
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ............................................ 42
6. Matriks EFE ............................................................................................ 42
7. Matriks IE ............................................................................................... 44
8. Matriks SWOT........................................................................................ 45
9. Komposisi Penduduk Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Kelompok Umur ....................................................................................................... 52
10. Daerah Asal Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........... 60
11. Kelompok Umur Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 61
12. Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... 61
13. Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........ 62
14. Status Perkawinan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 . 62
15. Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001...... 62
16. Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... 63
17. Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 64
18. Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001... 64
19. Jenis Kendaraan Yang Digunakan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 .................................................................................... 65
20. Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 65
21. Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ...... 91
22. Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ..... 101
23. Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ........ 102
24. Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran ................................ 103
25. Perangkingan Alternatif Strategi............................................................. 109
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri .............................. 13
2. Diagram Analisis SWOT ........................................................................ 16
3. Pariwisata Sebagai Industri..................................................................... 18
4. Kerangka Pendekatan Studi .................................................................... 31
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Ciamis...... 121
2. Peta Objek Wisata di Kabupaten Ciamis ................................................ 122
3. Informasi Pengamanan Pantai Objek Wisata Pangandaran .................... 123
4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 1) .... 124
5. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 2) .... 125
6. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 1).. 126
7. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 2).. 127
8. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal............................. 128
9. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal .......................... 129
10. Foto-foto Panorama Objek Wisata Pantai Pangandaran ......................... 130
11. Foto-foto Kawasan Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami . 131
16
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim sekaligus juga negara kepulauan
(Archipelagic state) yang memiliki sumberdaya – sumberdaya perairan yang
sangat beranekaragam. Sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia meliputi
komoditi dan lingkungan perairan. Lingkungan perairan ini terbagi menjadi dua
yaitu perairan darat dan perairan laut. Baik komoditi maupun lingkungan perairan
yang berupa jasa – jasa lingkungan ini sama – sama dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk perairan laut sendiri banyak
potensi yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah dapat digali melalui sektor
pariwisata.
Sektor pariwisata perairan laut memiliki peranan yang sangat penting.
Menurut Murniatmo et all (1994) diacu dalam Nellyana (2007), peranan
pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan pada tiga
segi yaitu : segi ekonomis (sumber devisa, pajak – pajak), segi sosial (penciptaan
lapangan pekerjaan), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan nasional
maupun daerah kepada wisatawan asing). Adapun kegiatan wisata dalam konteks
perairan meliputi wisata tirta (tawar) dan wisata bahari (laut). Wisata tirta
merupakan wisata yang berhubungan dengan kegiatan menyelam, berlayar,
memancing, arung jeram, dll, sedangkan wisata bahari adalah jenis minat khusus
yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan.
Wisata pantai termasuk pada kegiatan wisata bahari atau wisata kelautan.
Adapun yang dimaksud dengan wisata pantai atau wisata bahari adalah wisata
yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape)
maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Di wilayah pantai dapat
dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari, baik pada bentang laut maupun pada
bentang darat. Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata antara lain
berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan, menyelam, berselancar,
serta berperahu. Pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi yang
dapat berupa olah raga pantai, berjalan – jalan dan lain – lain.
17
Ada beberapa faktor alam yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
dan pengembangan wisata pantai meliputi angin, gelombang laut, arus laut,
pasang surut, bentuk pantai, bentuk butir pasir, biota pantai dan bahaya tsunami.
Perencanaan dan pengembangan wisata pantai di Indonesia perlu memperhatikan
adanya potensi bahaya tsunami, karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan
tubrukan lempeng tektonik, sehingga di dasar laut Indonesia banyak dijumpai
pusat gempa. Pantai – pantai yang potensial terlanda tsunami antara lain di pantai
barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Biak, dan Maluku.
Peristiwa tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 yang menimpa Pantai
Pangandaran, yang merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Ciamis, telah
menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi masyarakat sekitar serta
pada seluruh kawasan pariwisata tersebut. Sekitar 50 persen sarana akomodasi
dan rumah makan hancur diterjang oleh tsunami. Padahal Kecamatan
Pangandaran ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Ciamis. Salah satu
faktor pemicu tingginya pertumbuhan adalah kegiatan ekonomi di Pantai
Pangandaran, seperti perdagangan, perhotelan, dan kegiatan industri kecil.
Angka kunjungan wisatawan sebelum adanya bencana tsunami di Pantai
Pangandaran, pada tahun 2005 tercatat 384.204 wisatawan, dengan 2.573
diantaranya adalah wisatawan asing. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Pangandaran yang luasnya sekitar 50 hektar ini, otomatis menjadi sumber
penghasilan utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis, khususnya dari sektor
pariwisata. Dari retribusi karcis masuk saja, pada tahun ini Pemerintah Kabupaten
Ciamis memperoleh sekitar Rp 1.047.375.800,-. Pada tahun 2006 sampai dengan
bulan Juli sebelum terjadinya bencana tsunami, jumlah wisatawan yang datang
masih banyak dengan jumlah sebesar 236.602 orang yang diantaranya 1.191 orang
merupakan turis asing dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp
639.214.200,- (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis 2007).
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun
secara drastis setelah adanya bencana tsunami. Pada bulan Agustus sampai
dengan bulan Desember 2006, jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran
hanya mencapai 54.104 orang. Pendapatan yang diterima pihak pengelola pada
18
bulan Agustus-Desember 2006 ini hanya sebesar Rp 149.664.400,- (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis 2007). Hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi pemerintah setempat dan juga masyarakat sekitar yang
penghasilan utamanya adalah dari adanya kegiatan pariwisata di daerah tersebut.
Suatu penyusunan strategi pemasaran yang baru diperlukan untuk
membenahi kondisi diatas agar potensi pariwisata dari Pantai Pangandaran dapat
pulih kembali seperti semula dan diharapkan dapat lebih baik dari sebelum
terjadinya bencana tsunami. Selain itu juga untuk menjaga daya tarik Pantai
Pangandaran sebagai kawasan wisata, serta bagi stakeholders kawasan, sebuah
strategi yang andal dapat menjadi landasan strategi bisnis.
Suatu strategi pemasaran yang tepat sudah tentu berangkat dari basis
analisis yang tepat. Analisis yang harus dilakukan terkait dengan penyusunan
strategi pemasaran antara lain adalah analisa faktor – faktor internal, eksternal,
persaingan industri dan analisa SWOT.
1.2 Perumusan Masalah
Pantai Pangandaran, sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Ciamis,
yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar telah mengalami suatu
kerusakan yang cukup parah akibat adanya bencana tsunami yang terjadi pada
bulan Juli tahun 2006. Akibat bencana tsunami tersebut, kegiatan wisata yang
selama ini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing
menurun secara drastis. Dampak adanya penurunan jumlah wisatawan pasca
tsunami adalah berkurangnya pendapatan daerah yang diperoleh oleh Pemerintah
Kabupaten Ciamis karena Pangandaran merupakan sumber penghasilan utama
bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis.
Kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru pasca
terjadinya tsunami, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan. Kedua
untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga
kondisi industri pariwisata akan pulih dengan adanya wisatawan yang datang.
Ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa
menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya
19
pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai
tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan.
Strategi pemasaran yang tepat memerlukan informasi aktual yang tepat
pula. Informasi aktual ini mencakup informasi yang berasal dari faktor internal
maupun eksternal. Analisis internal dan eksternal dapat diketahui dari
stakeholders yang terkait secara langsung karena stakeholders tersebut merupakan
orang/badan yang berperan untuk mengambil suatu kebijakan atas strategi
pemasaran yang ditetapkan. Analisis lingkungan internal perlu dilakukan untuk
mengetahui secara tepat kelemahan – kelemahan dan kekuatan – kekuatan yang
dimiliki. Kondisi eksternal juga perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman dari
luar, baik itu yang sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Selain
itu, pada analisis lingkungan eksternal juga dapat diketahui peluang apa saja yang
bisa dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan dari
analisis – analisis tadi alternatif – alternatif suatu strategi pemasaran dapat disusun
secara tepat.
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
mendapat jawaban. Ini merupakan permasalahan dalam penelitian ini :
1. Kondisi industri kepariwisataan di Pantai Pangandaran pasca tsunami
2. Faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang
mempengaruhi strategi pemasaran pada objek wisata Pantai Pangandaran
pasca tsunami
3. Kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata Pantai Pangandaran
pasca tsunami
4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang tepat dan efektif bagi
pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang
ingin dicapai lewat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi industri kepariwisataan bahari di Pantai Pangandaran.
2. Menganalisa kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh
terhadap strategi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran.
20
3. Menganalisa kondisi persaingan pada industri wisata bahari Pantai
Pangandaran.
4. Menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran bagi objek
wisata Pantai Pangandaran.
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan,
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2. Sebagai bahan masukan (policy input) bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis
dalam rangka membangun kembali sektor pariwisata di Pantai
Pangandaran pasca tsunami melalui strategi pemasaran yang tepat.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak yang terkait secara langsung
dengan objek wisata Pantai Pangandaran.
4. Meningkatkan kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan,
menganalisis data, menyimpulkan serta melatih berpikir ilmiah.
5. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori – teori yang berkaitan dengan
topik yang diteliti. Teori – teori yang penting untuk diketahui diantaranya
mengenai bahasan tentang pemasaran dan manajemen pemasaran, strategi
pemasaran, analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, matriks
Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation), matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (External Factor Evaluation), matriks Internal – Eksternal (IE), analisis
SWOT, pariwisata dan wisatawan yang didalamnya mencakup industri pariwisata
dan pariwisata bahari, pemasaran pariwisata, bauran pemasaran industri
pariwisata, tsunami dan studi terdahulu.
Teori – teori ini digunakan untuk mendukung penelitian yang akan
dilakukan. Dengan adanya teori – teori ini diharapkan akan mempermudah untuk
memahami isi dari keseluruhan skripsi ini.
2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan, dan menyerahkan barang atau jasa kepada konsumen dan
perusahaan lain. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler 2000). Menurut Rangkuti (2003), pemasaran
adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor
tersebut adalah masing – masing individu maupun kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan
produk yang memiliki nilai komoditas.
Kotler (2000) mendefinisikan Manajemen pemasaran sebagai seni dan
ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan
menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan
pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Definisi lain menyebutkan
bahwa manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
22
pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran – sasaran individu dan
organisasi.
2.2 Strategi Pemasaran
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Menurut Chandler (1962)
diacu dalam Rangkuti (2003) menyebutkan bahwa strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Strategi pemasaran adalah sekumpulan prinsip – prinsip dasar yang
melandasi manajer pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran yang
ditetapkan pada pasar sasaran tertentu (Kotler 2000). Sedangkan Ferrel, Lucas,
dan Luck (1994) diacu dalam Firman (2006) mendefinisikan strategi pemasaran
sebagai panduan dari metode – metode dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan – tujuan dari perusahaan pada target pasar yang spesifik. Ferrel,
Lucas, dan Luck (1994) diacu dalam Firman (2006) juga mengungkapkan bahwa
proses perencanaan strategi pemasaran mencakup :
1) Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan dari organisasi.
2) Identifikasi atau perumusan strategi pada level korporat.
3) Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan pemasaran.
4) Identifikasi atau perumusan strategi pemasaran.
5) Identifikasi atau perumusan rencana pemasaran.
Menurut H. B. Mcdonald dan J. Keegan (1999) strategi pemasaran (marketing
strategies) harus muncul dalam rencana pemasaran (marketing plans). Strategi
adalah bagaimana sasaran dapat dicapai, sebagai berikut :
• Kebijakan produk yang berisi elemen – elemen seperti fungsi, desain, ukuran,
dan pengepakan.
• Kebijakan harga yang harus diikuti oleh grup produk dalam segmen pasar.
• Kebijakan distribusi bagi saluran distribusi dan tingkat layanan konsumen.
23
• Kebijakan promosi untuk berkomunikasi dengan konsumen, yang digolongkan
ke dalam beberapa kegiatan yang relevan seperti periklanan, penjualan
personal, dan promosi penjualan.
2.3 Analisis Lingkungan Internal
David (2004) mengatakan bahwa analisis lingkungan internal
membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan evaluasi tentang operasi perusahaan.
Analisis internal berguna untuk mengetahui aspek kekuatan dan kelemahan yang
merupakan faktor – faktor penentu keberhasilan (critical Succsess Factors). Hal
ini juga disampaikan oleh Kertajaya (2005) yang mengatakan bahwa salah satu
langkah dalam analisis internal dalam konteks daerah, adalah menentukan critical
Success Faktors.
2.3.1 Operasi Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar : perencanaan,
pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa
depan. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang
menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Pemotivasian melibatkan
usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia. Pengelolaan staf
mencakup aktivitas seperti perekrutan, wawancara, pengujian, penyeleksian,
pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pemberian perhatian, pengevaluasian,
pengkompensasian, pendisiplinan, promosi, pemindahan, pendemosian, dan
pemecatan karyawan, serta juga pengelolaan hubungan dengan serikat pekerja.
Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk
memastikan bahwa hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan.
Aktivitas pengelolaan staf memainkan peranan penting dalam usaha implementasi
strategi, sehingga manajer sumberdaya manusia menjadi lebih aktif terlibat dalam
proses manajemen strategis. Adalah penting untuk mengidentifikasikan kekuatan
dan kelemahan dalam area pengelolaan staf (David 2004).
24
2.3.2 Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk
posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan
kelemahan dan kekuatan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting
guna memformulasikan strategi secara efektif. Maka suatu perusahaan haruslah
memperhatikan faktor – faktor keuangan dan akuntansinya seperti likuiditas,
leverage, modal kerja, profitabilitas, utilitas aset, arus kas dan modal perusahaan
(David 2004).
2.3.3 Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri dari semua akivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi
berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri
dan pasar. Operasi manufaktur mengubah atau mentransformasikan input seperti
bahan baku, tenaga kerja, modal, mesin, dan fasilitas menjadi barang dan jasa.
Manajemen produksi/operasi terdiri dari lima area keputusan atau fungsi : proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas (David 2004).
2.3.4 Penelitian dan Pengembangan
Litbang dalam organisasi dapat memiliki dua bentuk dasar : (1) litbang
internal, dimana organisasi menjalankan departemen litbangnya sendiri, dan (2)
kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti independen atau agen
independen untuk mengembangkan produk spesifik. Pendekatan yang banyak
dipakai untuk mendapatkan litbang dari luar adalah dengan menjalankan joint
venture dengan perusahaan lain. Kekuatan (kemampuan) litbang dan kelemahan
(keterbatasan) litbang memiliki peranan penting dalam formulasi dan
implementasi strategi.
Kebanyakan perusahaan tidak memiliki pilihan kecuali secara terus
menerus mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk karena
perubahan kebutuhan dan selera konsumen, teknologi baru, siklus produk yang
semakin pendek dan meningkatnya persaingan domestik dan asing.
Kekurangan ide untuk produk baru, meningkatnya persaingan global,
meningkatnya segmentasi pasar, menguatnya kelompok dengan kepentingan
25
tertentu, dan meningkatnya peraturan pemerintah adalah beberapa faktor
berhasilnya pengembangan produk baru yang semakin sulit, mahal, dan beresiko
(David 2004).
2.3.5 Sistem Informasi Manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan
menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Ini adalah fondasi dari
semua organisasi, informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau
kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem
informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit
internal. Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki
kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial.
Sistem infomasi yang efektif dengan demikian mengumpulkan, memberi simbol
atau kode, menyimpan sintesis, dan menyajikan informasi dalam bentuk yang
dapat menjawab pertanyaan penting operasi dan strategi (David 2004).
2.3.6 Pasar dan Pemasaran
Pasar sebagai ruang tempat bekerjanya kekuatan pembentuk harga dan
terjadinya perpindahan hak milik, ruang lingkungannya ditentukan oleh jasa – jasa
yang diberikan dan merupakan tempat dilaksanakannya berbagai jasa pemasaran.
Pemasaran disebut juga tataniaga yang merupakan suatu proses pertukaran yang
meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Analisis terhadap pasar dan pemasaran penting untuk diketahui oleh
perusahaan untuk kemudian dikaitkan dengan strategi pemasaran yang akan
dilakukan. Sehingga perusahaan bisa mengevaluasi dan mengetahui sisi
kelemahan dan kekuatan dari pangsa pasarnya dan dari strategi pemasaran yang
telah dilakukan.
2.4 Analisis Lingkungan Eksternal
Kotler (2000) mengelompokkan faktor – faktor lingkungan eksternal
sebagai bagian dari lingkungan makro, dan menambahkan aspek demografi dan
alam kedalamnya. Kekuatan – kekuatan yang ada didalam lingkungan makro ini
tidak dapat dikendalikan dan harus dipantau serta ditanggapi oleh perusahaan
26
karena lingkungan ini memberikan peluang sekaligus ancaman. Sementara itu
David (2004) mengatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri dari : (1) Kekuatan
ekonomi; (2) Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; (3) Kekuatan
politik, pemerintah dan hukum; (4) Kekuatan teknologi; dan (5) Kekuatan
kompetitif.
2.4.1 Faktor Politik
Faktor ini merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang sangat besar
pada sektor usaha. Ketidakstabilan politik akan mengarah kepada kondisi yang
jauh dari kondusif bagi dunia usaha. Serangkaian kasus bom di Indonesia yang
memukul dunia usaha adalah salah satu contoh kecil bagaimana stabilitas politik
sangat diperlukan bagi dunia usaha.
Kertajaya (2005) mengungkapkan ketika akan memasarkan suatu daerah,
maka seorang pemasar harus meninjau karakteristik dan perilaku dari sistem
politik yang berlaku. Ini mencakup ideologi, hukum, badan pemerintah,
peradilan, dan perundangan yang berlaku. Selain itu pemasar harus meninjau
pengaturan institusi politik negara seperti lembaga pemilihan umum, eksekutif,
legislatif, yudikatif dan kelompok – kelompok penekan (pressure group).
Pemasar juga harus mengkaji pengaruh perkembangan politik global termasuk
didalamnya pengaruh dari lembaga – lembaga politik internasional seperti PBB,
G7, WTO dan lainnya pada perkembangan politik negara dan daerah.
2.4.2 Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi terkait dengan karakteristik perekonomian ditempat suatu
perusahaan atau organisasi berada. Faktor ekonomi mempengaruhi pelaku usaha,
baik dari segi biaya – biaya yang dikeluarkan, maupun daya beli konsumen.
Sebagai contoh, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik
(TDL) akan menaikkan biaya produksi bagi sebuah restoran dan hotel, tetapi di
sisi lain akan mengurangi daya beli konsumen karena alokasi pendapatan untuk
makan di restoran, dan menginap di hotel bisa jadi dialihkan untuk pengeluaran
belanja BBM dan listrik. Faktor – faktor yang harus diperhatikan antara lain
tingkat pendapatan, tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan fiskal pemerintah, harga
dan sebagainya.
27
2.4.3 Faktor Sosial Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Perusahaan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kultur, norma, dan nilai
yang dianut oleh masyarakat pada tempat dimana perusahaan itu berada. Selain
itu faktor sosial juga berpengaruh kepada pasar target dalam hal ini terhadap
konsumen. Karena selain oleh faktor budaya, psikologi, pribadi dan budaya,
perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler 2000). Faktor
sosial merupakan faktor yang dinamis sehingga cenderung berubah dari waktu ke
waktu. Faktor lingkungan dan alam adalah faktor yang tidak dapat diabaikan,
karena faktor inilah yang mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan.
Setiap perubahan pada lingkungan akan secara langsung ataupun tidak langsung
berakibat pada kehidupan manusia.
2.4.4 Faktor Teknologi
Palfreman (1999) menyatakan bahwa perubahan teknologi menunjukkan
bahwa manusia selalu mencari cara baru yang biasanya lebih murah dalam
memproduksi sesuatu. Setiap pelaku usaha harus selalu memperbaharui
pengetahuannya mengenai perkembangan teknologi yang terbaru. Hal ini menjadi
sebuah keharusan ketika pelaku usaha menghadapi situasi persaingan yang akan
memacu setiap pelaku untuk menjadi lebih unggul dari yang lain. Dinamika
perkembangan teknologi semakin tampak pada industri yang produk utamanya
terkait erat dengan teknologi, seperti industri telekomunikasi dan transportasi.
2.4.5 Faktor Persaingan (Kompetitif)
Lingkungan industri merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang
menghasilkan komponen – komponen yang secara normal memiliki implikasi
yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan
(Syahroni 2005). Oleh karena itu, setiap pelaku didalam industri harus mampu
untuk menganalisa dan mengantisipasi setiap perubahan dari lingkungan ini.
Struktur perekonomian sekarang telah menempatkan setiap perusahaan
kedalam situasi persaingan yang sengit. Lingkungan industri yang sekarang
ditempati oleh semua perusahaan adalah lingkungan yang sarat dengan kompetisi
dan aktivitas saling mengalahkan. Sehingga mau tidak mau setiap perusahaan
28
Pendatang Baru
Pembeli Pemasok
Produk Substitusi
Para Pesaing Industri
Persaingan diantara perusahaan yang ada
harus bersaing dengan kompetitor didalam industri agar bisa tetap bertahan.
Lebih lanjut lagi, tekanan persaingan ini telah mendorong setiap pelaku untuk
mengerahkan segala macam upaya agar mampu menjadi yang terdepan didalam
industrinya.
Porter (1997) mengatakan bahwa intensitas persaingan didalam industri
ditentukan oleh masuknya (1) pendatang baru, (2) ancaman produk baru
pengganti, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) kekuatan tawar menawar
pemasok dan (5) persaingan antar pesaing yang ada. Kelima kekuatan persaingan
diatas secara bersama – sama menentukan intensitas persaingan dan kemampuan
untuk meraih laba didalam industri. Gambar 1 menjelaskan kekuatan – kekuatan
yang mempengaruhi persaingan industri.
Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawar – Kekuatan tawar – Menawar pemasok menawar pembeli
Ancaman produk / jasa substitusi
Gambar 1. Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
Sumber : Porter (1997)
(1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampuan untuk memperoleh laba. Tindakan akuisisi kedalam
suatu industri dengan tujuan membangun posisi pasar barangkali harus dipandang
29
sebagai pendatang baru meskipun tidak menciptakan suatu lingkungan yang benar
– benar baru. Ancaman masuknya pendatang baru kedalam industri tergantung
dari rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang
sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan besar
atau pendatang baru memperkirakan bahwa perlawanan dari pelaku lama akan
keras, maka ancaman akan cenderung rendah (Porter 1997).
(2) Ancaman dari Produk Substitusi
Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti luas, dengan
industri – industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti
membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling
price) yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik
harga alternatif yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan
laba industri (Porter 1997).
(3) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli bersaing dengan cara memaksa harga turun, tawar – menawar
untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan
sebagai pesaing satu sama lain, semuanya dengan mengorbankan kemampuan
untuk meraih laba dari industri. Kekuatan dari tiap kelompok pembeli dalam
industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada
kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan
dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut (Porter 1997).
(4) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar - menawar terhadap para
peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu
produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan
kemampuan meraih laba dari industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan
harga (Porter 1997).
(5) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri
Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk
mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik – taktik seperti persaingan harga,
30
perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan
pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya
tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada kebanyakan
industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong
perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan –
perusahaan saling tergantung satu sama lain (mutually dependent) (Porter 1997).
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis yang meliputi identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategis planner) harus
menganalisis faktor – faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis
Situasi. Model yang paling populer untuk analisis ini adalah Analisis SWOT.
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor
internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) (Rangkuti 2003).
31
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL
3. Mendukung 1. Mendukung
strategi strategi
turn – around agresif
4. Mendukung 2. Mendukung
strategi strategi
defensif diversifikasi
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT
Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah –
masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
(Rangkuti 2003)
32
2.6 Pariwisata dan Wisatawan
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990
tentang Kepariwisataan, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha –usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata diartikan sebagai
kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata
(Direktorat Jenderal Pariwisata 1990).
Pariwisata (tourism) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut, guna
pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam (Yoeti
1980). Secara umum pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam masyarakat
yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo 2000).
Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk
memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek
dan daya tarik wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan
persahabatan antar bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha
dan lapangan kerja; meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan mendorong
pendayagunaan produksi nasional (Direktorat Jenderal Pariwisata 1990).
Pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan wisatawan adalah orang yang melakukan
kegiatan wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata 1990). Adapun dalam Instruksi
presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 tertulis dalam Bab I Pasal 1,
bahwa wisatawan (Tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat
tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan
kunjungan itu (Soekadijo 2000).
33
2.6.1 Industri Pariwisata
Menurut Yoeti (1980) industri pariwisata yaitu sebagai kumpulan dari
bermacam – macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang –
barang dan jasa – jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada
khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanan. Inti dari
definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu menghasilkan produk dan
jasa yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari wisatawan dan traveller,
maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri pariwisata.
Gambar 3. Pariwisata Sebagai Industri
Gambar 3 menjelaskan pariwisata sebagai industri yang dikemukakan oleh
Soekadijo (2000). Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi
wisata (festival, pantai dan lainnya), jasa wisata (hotel, restoran dan lainnya), dan
angkutan wisata (kapal, mobil dan lainnya). Ketiga produk ini saling terkait satu
sama lain dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitas bisa dikatakan sebagai
pariwisata. Ketiga jenis produk diatas ditujukan untuk memenuhi tiga kebutuhan
konsumen ketika berwisata yaitu, kebutuhan motif berwisata, kebutuhan selama
Konsumen
Permintaan
Kebutuhan dalam perjalanan Motif Perjalanan
Atraksi Wisata Jasa Wisata
Angkutan
Angkutan Wisata
Penawaran
Pemasaran
Produsen
34
berwisata dan kebutuhan untuk mencapai lokasi wisata. Aspek pemasaran
berfungsi agar antara penawaran dari produsen dan permintaan dari konsumen
bertemu dan menghasilkan aktivitas wisata. Soekadijo (2000) mengungkapkan
bahwa industri pariwisata memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan industri
yang lain yaitu :
a. Produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan.
Produk pariwisata harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia.
b. Wujud dari produk pariwisata akhirnya ditentukan oleh konsumen itu
sendiri, yaitu wisatawan. Bagaimana bentuk – bentuk komponen produk
wisata itu akhirnya tersusun menjadi suatu produk pariwisata yang utuh,
pada dasarnya wisatawan yang menyusunnya. Sebagai contoh,
wisatawanlah yang menentukan media transportasi, lokasi penginapan, dan
atraksi yang ingin dilihat.
c. Apa yang diperoleh oleh konsumen setelah ”mengkonsumsi” produk
pariwisata adalah pengalaman.
2.6.2 Pariwisata Bahari
Wisata bahari adalah jenis wisata khusus yang memiliki aktivitas yang
berkaitan dengan kelautan, baik diatas permukaan laut (marine) maupun kegiatan
yang dilakukan dibawah permukaan laut (sub marine). Daya tarik yang paling
penting dalam wisata bahari didasarkan pada daya tarik sumberdaya alam dan
kelautan (marine attractions). Selain itu, adat istiadat dan budaya masyarakat
pesisir juga dapat merupakan bagian dari objek dan daya tarik wisata bahari.
Wisata bahari (marine tour) adalah suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya
untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck diving (menyelam) dengan
perlengkapan selam lengkap (Suwantoro 2001) diacu dalam Hadi (2003).
Wisata bahari (marine tourism) adalah wisata yang objek dan daya
tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat
pantai (coastal seascape). Di wilayah pantai dapat dilakukan berbagai kegiatan
wisata bahari, baik pada bentang laut maupun pada bentang darat pantai (Hadi
2003).
35
2.7 Pemasaran Pariwisata
Wahab (2003) membatasi pemasaran wisata sebagai upaya – upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan
atau badan – badan usaha pariwisata pada taraf internasional, nasional dan lokal
guna memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi
masing – masing dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata.
Cooper et al (1993) mengatakan bahwa produk pariwisata memiliki tiga
karakteristik, yaitu :
1) Intangibility, artinya produk tidak bisa dengan mudah dilihat atau
dinilai. Kendala tempat dan waktu menyulitkan para pemasar
untuk menunjukkan nilai tambah produk yang mereka jual.
2) Perishability, yang berarti bahwa produk pariwisata tidak dapat
disimpan untuk dijual dimasa depan. Sebagai contoh, kamar hotel
atau cottage yang kosong, kursi pesawat yang tidak terisi penuh
menunjukkan pendapatan yang hilang dan tidak dapat diperoleh
kembali.
3) Inseparability, artinya produk diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Semisal pertunjukkan kesenian, dimana produk ini
diproduksi ketika diadakan dan dikonsumsi pada saat yang
bersamaan oleh wisatawan yang menonton. Implikasinya adalah
sulit untuk memastikan kepuasan seluruh konsumen.
Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa produk pariwisata terkait
dengan proses pengambilan keputusan yang kompleks karena konsumen
menghadapi berbagai resiko ketika akan memutuskan untuk mengkonsumsi
produk pariwisata. Resiko – resiko tersebut yaitu :
1) Resiko ekonomi atau finansial, ketika produk pariwisata yang
dibeli tidak memberikan manfaat yang sebelumnya diharapkan.
2) Resiko fisik seperti kecelakaan dan penyakit.
3) Resiko psikologi, yaitu resiko yang muncul ketika calon konsumen
melihat bahwa pembelian produk wisata tertentu mungkin tidak
mengapresiasikan citra yang mereka ingin dapatkan.
36
2.8 Bauran Pemasaran Industri Pariwisata
Cooper et al (1993) mengatakan bahwa marketing mix pemasaran
pariwisata terdiri dari produk, harga, promosi, dan tempat. Masing – masing
faktor memiliki aspek – aspek bauran tersendiri yang harus diperhatikan.
2.8.1 Bauran Produk
Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa bauran produk pariwisata
adalah (1) kualitas, (2) pelayanan, (3) rentang lini produk yang dijual, (4) nama
brand (merek), (5) keistimewaan dan manfaat yang ditawarkan, dan (6) jaminan
terhadap kepuasan konsumen (garansi).
1. Kualitas
Bauran produk yang terkait dengan kualitas meliputi pengambilan keputusan
mengenai standar kualitas produk dan implementasi metode untuk menjamin
level performa dari staf dan fasilitas. Penyedia jasa wisata akan lebih mudah
untuk mencapai kesuksesan jika mampu untuk memberikan kualitas produk
melebihi para pesaing (Cooper et al 1993).
2. Pelayanan
Bauran produk berupa pelayanan terkait dengan penciptaan tingkat layanan
yang ditawarkan. Artinya, pelayanan berkaitan dengan berapa banyak layanan
yang diharapkan oleh klien untuk ada dan berapa banyak layanan harus
disediakan oleh penyedia jasa. Contohnya layanan antar barang ke kamar dan
makan pagi pada hotel (Cooper et al 1993).
3. Rentang Lini Produk
Lini produk adalah sekelompok produk dalam kelas produk yang berkaitan
erat karena produk – produk itu melaksanakan fungsi yang serupa, dijual
kepada kelompok konsumen yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi
yang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu (Kotler 2000).
4. Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal
– hal tersebut yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalam lini
produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk
tersebut (Kotler 2000).
37
5. Keistimewaan dan Manfaat yang ditawarkan
Pelanggan membeli produk berdasarkan manfaat dasar yang diberikan.
Contohnya, turis menyewa agen perjalanan untuk mengurus perjalanan lewat
pesawat. Agar dapat bersaing secara efektif dengan produk lain, dapat
dilakukan diferensiasi dengan memberikan keistimewaan – keistimewaan
yang sesuai. Keistimewaan (features) adalah karakteristik yang melengkapi
fungsi dasar produk (Kotler 2000). Agen perjalanan tadi dapat memberikan
keistimewaan dengan menyediakan layanan jemputan dari bandara menuju
hotel tempat turis menginap.
6. Garansi
Garansi adalah kepastian umum bahwa suatu produk dapat dikembalikan jika
kinerjanya tidak memuaskan atau dalam bentuk lain, seperti pengembalian
uang pembelian (Kotler 2000). Karena pengembalian produk tidak bisa
dilakukan untuk produk wisata, maka penyedia jasa wisata dapat menerapkan
sistem pengembalian uang atau asuransi jika terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan.
2.8.2 Bauran Harga
Pemasar dapat melakukan diskriminasi harga, memasang harga dibawah
pesaing, memasang harga premium untuk produk – produk mewah yang memiliki
suplai terbatas. Pemasar juga dapat memasang harga sesuai dengan seberapa
besar konsumen bersedia membayar (willingness to pay). Kotler (2000)
mengatakan bahwa bauran harga terdiri dari (1) daftar harga, (2) rabat/diskon, (3)
potongan harga khusus, (4) periode pembayaran, dan (5) syarat kredit.
1. Daftar Harga
Daftar harga merupakan tingkat harga lini produk yang diterapkan oleh
produsen. Sehingga masing – masing jenis produk cenderung memiliki harga
sendiri, tergantung pada kualitas dan fungsinya.
2. Rabat/Diskon
Diskon atau rabat adalah potongan harga yang diberikan kepada konsumen,
biasanya karena waktu pembayaran yang cepat, pembelian dalam jumlah yang
besar dan pembelian diluar musim (Kotler 2000).
38
3. Potongan Harga Khusus
Potongan harga adalah pengurangan dari daftar harga. Misalnya potongan
tukar tambah, yaitu pengurangan harga yang diberikan atas penyerahan barang
lama ketika membeli barang yang baru. Kemudian potongan promosi yaitu
pengurangan harga untuk memberikan imbalan kepada penyalur karena
berperan dalam program pendukung penjualan (Kotler 2000).
4. Periode Pembayaran
Merupakan jangka waktu yang diberikan oleh penjual kepada konsumen untuk
melunasi pembayarannya. Biasanya konsumen yang melunasi sebelum
waktunya jatuh tempo akan mendapatkan potongan harga.
5. Syarat Kredit
Merupakan persyaratan – persyaratan yang mengatur perjanjian kredit antara
konsumen dan penjual. Untuk kasus produk wisata syarat kredit ini tidak
sebaiknya dilakukan karena tingkat ketidakpastiannya yang cukup tinggi.
2.8.3 Bauran Promosi
Promosi memiliki bauran promosi yang terdiri dari (1) iklan, (2) personal
selling, (3) direct marketing, (4) sponsorship, (5) kehumasan, (6) sales promotion,
(7) bentuk komunikasi cetak (Cooper et al 1993).
1. Periklanan (Advertising)
Periklanan adalah segala bentuk komunikasi non personal melalui media oleh
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Dalam dunia wisata maka
bentuk media yang digunakan dapat berupa panduan perjalanan (travel
guides), koran, majalah, radio, televisi, surat dan papan billboard (Cooper et al
1993).
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan adalah kumpulan alat – alat insentif yang beragam,
sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian
suatu produk/jasa tertentu secara lebih cepat dan / atau lebih besar oleh
konsumen atau pedagang (Kotler 2000).
39
3. Penjualan Personal (Personal Selling)
Penjualan personal adalah usaha untuk memperoleh keuntungan melalui
hubungan komunikasi langsung dengan calon konsumen, baik dengan bertemu
secara langsung, melalui telepon atau lainnya (Cooper et al 1993).
4. Kehumasan (Public Relation)
Kehumasan adalah bentuk komunikasi non personal yang digunakan untuk
merubah opini atau memperoleh liputan dari media massa, dimana sumber
komunikasi ini tidak mengeluarkan pembayaran apapun. Contoh bentuk
kehumasan ini dapat berupa press release atau komentar dalam editorial.
Selain untuk memperoleh tujuan diatas, kehumasan juga penting untuk
menekan pemberitaan yang buruk (Cooper et al 1993).
2.8.4 Bauran Tempat (Distribusi)
Karakteristik dari produk wisata menimbulkan bentuk distribusi yang
spesifik. Produk wisata adalah produk yang tidak menimbulkan transfer
kepemilikan, dimana tidak ada produk nyata yang bisa didistribusikan. Namun
begitu agar dapat dikonsumsi, maka produk wisata dapat di akses dan tersedia.
Oleh karena itu, dibutuhkan bentuk distribusi dimana penyedia jasa wisata dapat
memperoleh akses kepada konsumen potensial (Cooper et al 1993). Aspek –
aspek dalam distribusi produk wisata adalah sebagai berikut :
Tidak ada produk aktual yang didistribusikan, sehingga pemasar harus
melakukan komunikasi persuasif kepada konsumen mengenai produk yang
mereka jual.
Dari aspek lokasi, konsumenlah yang bepergian menuju produk dan
menjadi bagian dalam produksi produk pariwisata.
Sejumlah besar dana dialokasikan industri untuk produksi dan pengiriman
material promosi, baik kepada konsumen secara langsung maupun lewat
agen perjalanan.
Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa bauran distribusi wisata terdiri
dari (1) lokasi, (2) persediaan, (3) aksesibilitas, (4) kenyamanan, (5) transportasi,
dan (6) saluran pemasaran.
40
1. Lokasi
Lokasi mudah dicapai oleh konsumen, apakah itu sebuah hotel atau agen
perjalanan akan lebih mudah meraih permintaan. Pada kasus ini, konsumen
akan mudah untuk memperoleh produk wisata dan mungkin tidak memerlukan
adanya saluran distribusi (Cooper et al 1993).
2. Persediaan
Telah disampaikan sebelumnya bahwa sejumlah besar dana dialokasikan
industri untuk produksi dan pengiriman material promosi, baik kepada
konsumen secara langsung maupun lewat agen perjalanan. Material ini dapat
berupa brosur atau bentuk literatur lainnya dan diproduksi dalam jumlah besar.
Seringkali biaya distribusi meliputi biaya pergudangan dan pengiriman brosur
lewat berbagai macam model transportasi (Cooper et al 1993).
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas terkait dengan kemampuan mengakses kepada : (1) aneka pilihan
dan rentang brosur dan bentuk promosi lainnya, (2) komponen produk seperti
visa, traveller cheques dan asuransi, (3) titik pemesanan di setiap daerah
tujuan, (4) alternatif agen perjalanan, produk dan merek (Cooper et al 1993).
4. Kenyamanan
Kenyamanan terkait dengan kemudahan bagi konsumen untuk membeli
produk jasa (Kotler 2000). Untuk produk wisata, maka kenyamanan terkait
dengan kemudahan untuk memperoleh informasi dan saran melakukan
pembelian dan pembayaran produk liburan, mengajukan keluhan dan
mendapatkan perwakilan ketika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan
(Cooper et al 1993).
5. Transportasi
Transportasi terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pengiriman material promosi ke saluran pemasaran dan konsumen dan proses
perjalanan konsumen menuju produk wisata.
6. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang
terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan
atau dikonsumsi. Produsen jasa dan gagasan juga menghadapi masalah untuk
41
membuat output mereka tersedia dan terjangkau oleh populasi sasaran. Untuk
kasus produk wisata, contoh saluran pemasaran adalah jasa internet dan jasa
agen perjalanan (Kotler 2000).
2.9 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang semula artinya gelombang
pelabuhan, namun sekarang telah mengalami perkembangan arti menjadi
gelombang laut seismik. Orang seringkali keliru mengartikan tsunami dengan
gelombang pasang, padahal tsunami tidak ada kaitannya dengan pasang surut air
laut. Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode yang sangat panjang
dan dengan kecepatan tinggi, yang ditimbulkan oleh adanya gangguan dasar laut
secara mendadak, seperti pergeseran lempeng, peletusan gunung api bawah laut,
atau pelongsoran tebing dasar laut.
Penyebab terjadinya tsunami dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
alami dan faktor perbuatan manusia. Faktor alami yang menyebabkan tsunami
adalah gempa bumi yang berpusat di dasar laut, peletusan gunung api di bawah
laut, pelongsoran tebing dasar laut, dan jatuhan meteor langsung ke laut. Faktor
perbuatan manusia yang menimbulkan tsunami adalah peledakan nuklir di bawah
laut.
2.10 Studi Terdahulu
1. Diding Sudira Efendi (C31.0079) mengadakan suatu penelitian di Pantai
Pangandaran pada bulan Desember 1998 - Februari 1999 dengan judul
”Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis
Propinsi Jawa Barat”.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah : (1) mengetahui kedudukan sektor
pariwisata berdasarkan tingkat basis dalam pembangunan wilayah Kabupaten
Ciamis, (2) mengetahui dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian
regional dalam hal PDRB, PADS dan PAD di Kabupaten Ciamis, (3)
mengetahui kontribusi sektor pariwisata terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Ciamis, (4) mengetahui tingkat efisiensi investasi dalam
42
pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis, dan (5) mengetahui
keterkaitan hubungan sektor pariwisata (bahari) terhadap tingkat kesejahteraan
keluarga nelayan di Kabupaten Ciamis.
Pada penelitian tersebut digunakan jenis data yang berupa data primer dan
data sekunder. Data primernya didapat melalui pengamatan dan wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner kepada keluarga nelayan pariwisata
dan keluarga non pariwisata serta pengunjung. Sedangkan data sekundernya
diperoleh dari catatan yang berupa laporan, arsip, dan dokumen pada lembaga-
lembaga terkait.
Alat analisis yang digunakan peneliti untuk menganalisis data adalah
sebagai berikut :
1. Analisis Basis Ekonomi (LQ)
Untuk mengetahui apakah kegiatan sektor pariwisata adalah merupakan
kegiatan basis atau tidak
2. Analisis Shift and Share dan Pertumbuhan Ekonomi
3. Analisis Efisiensi Penanaman Modal
4. Analisis Proyeksi Kesempatan Kerja dan Multiplier Tenaga Kerja
5. Analisis Pendapatan Usaha dan Analisis Pendapatan Serta Pengeluaran
Keluarga
6. Analisis Nilai Koefisien Gini
7. Pengukuran Tingkat Kesejahteraan
8. Pengukuran Tingkat Kemiskinan
9. Analisis Hubungan Pariwisata dengan Tingkat Kesejahteraan
Hasil penelitiannya berisi tentang keadaan perekonomian Kabupaten
Ciamis, tingkat basis dan non basis sektor pariwisata, keragaan ekonomi
wilayah, tingkat investasi sektor pariwisata, keterkaitan sektor pariwisata
dengan perikanan Kabupaten Ciamis, dan telaah komprehensif makro dan
mikro.
Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu : (1) sektor pariwisata di
Kabupaten Ciamis termasuk dalam kategori sektor bisnis, (2) peran pariwisata
menjadi semakin penting jika melihat perkembangan kontribusi sektor ini
terhadap PDRB Kabupaten Ciamis yang telah berhasil menyumbang rata –
43
rata 6,11% dalam setiap tahunnya, (3) ditinjau dari penciptaan kesempatan
kerja, maka sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis mengindikasikan sebagai
sektor padat kerja (labour intensive), (4) peran pemerintah masih dominan
dalam penyediaan investasi di sektor pariwisata Kabupaten Ciamis, dan (5)
dilihat dari aspek mikro, sektor pariwisata memiliki keterkaitan (hubungan)
yang signifikan dengan sektor perikanan di Pangandaran (tidak erat).
2. Yani Maulani (C04497017) mengadakan suatu penelitian di Pantai
Pangandaran pada bulan Maret – April 2001 dengan judul ”Analisis
Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran dengan Menggunakan Metode
Biaya Perjalanan di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis – Jawa
Barat”.
Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi karakteristik
pengunjung di Pantai Pangandaran, (2) mengetahui kurva permintaaan
wisatawan terhadap rekreasi di Pantai Pangandaran, dan (3) mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran.
Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan yaitu karakteristik pengunjung, daerah
asal, banyaknya kunjungan rekreasi, biaya rekreasi dan penilaian pengunjung.
Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi karakteristik objek wisata
dan jumlah pengunjung.
Peneliti menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan individu dalam
melakukan penelitian tersebut.
Skripsi tersebut berisi tentang karakteristik pengunjung, pendugaan jumlah
dan sebaran daerah asal pengunjung, serta analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya perjalanan
rata – rata berdasarkan zona tidak terpengaruh nyata terhadap permintaan
rekreasi, hal ini disebabkan karena adanya variasi musiman (seasonal
variation). Permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran dipengaruhi oleh faktor
– faktor biaya perjalanan rata – rata, jarak dan promosi.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis merupakan salah
satu objek wisata yang banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun wisatawan asing dari berbagai negara, karena pantai ini memiliki
panorama yang sangat indah. Adanya potensi dari Pantai Pangandaran yang
memiliki luas sekitar 50 hektar ini otomatis menjadikan sumber penghasilan
utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis, khususnya di bidang pariwisata.
Bahkan Pangandaran memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Ciamis. Tingginya
pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh maraknya kegiatan ekonomi di Pantai
Pangandaran, seperti perdagangan, perhotelan, dan kegiatan industri kecil.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun
secara drastis setelah terjadinya bencana tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 silam.
Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pemerintah setempat dan juga
masyarakat sekitar yang penghasilan utamanya adalah dari adanya kegiatan
pariwisata di daerah tersebut.
Kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru pasca
terjadinya tsunami, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan. Kedua
untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga
kondisi industri pariwisata akan pulih dengan adanya wisatawan yang datang.
Ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa
menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya
pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai
tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan.
Penganalisisan suatu lingkungan internal dan eksternal yang terdapat di
Pantai Pangandaran perlu dilakukan sebelum menyusun suatu strategi pemasaran.
Analisis internal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan –
kelemahan dan kekuatan – kekuatan yang ada di Pantai Pangandaran. Kondisi
eksternal juga perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman dari luar, baik itu yang
sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Selain itu, analisis
lingkungan eksternal juga untuk mengetahui peluang apa saja yang bisa
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
45
Setelah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan proses penyusunan strategi pemasaran. Pertama, menganalisis
kondisi internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE.
Selanjutnya dilakukan pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks
SWOT. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka akan didapatkan
alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi objek wisata Pantai Pangandaran
pasca tsunami.
46
Gambar 4. Kerangka Pendekatan Studi
Formulasi Strategi Pemasaran
Adanya Bencana Alam Tsunami
Kebutuhan Penyusunan Strategi Pemasaran Pantai Pangandaran Pasca Tsunami
Analisis Lingkungan Internal : 1. Pasar dan pemasaran 2. Keuangan dan akuntansi 3. Produksi dan operasi 4. Operasi manajemen 5. Penelitian dan pengembangan 6. Sistem informasi manajemen
Matriks IFE Matriks EFE
Matriks IE Matriks SWOT
Analisis Lingkungan Eksternal : 1. Analisis Politik, Ekonomi, Sosial
Budaya dan Lingkungan, dan Teknologi.
2. Analisis Persaingan Industri.
Objek Wisata Pantai Pangandaran
IV. METODOLOGI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana metode penelitian yang
akan digunakan, jenis dan sumber data yang ingin diketahui, metode penentuan
responden, metode pengumpulan data, metode analisis data, serta lokasi dan
waktu penelitian.
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dalam bentuk studi kasus (case study). Adapun yang menjadi sorotan kasusnya
(unit kasus) adalah pengelola objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami di
Kabupaten Ciamis. Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat
memberikan gambaran terhadap fenomena – fenomena, menerangkan hubungan,
menguji hipotesa – hipotesa, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir 2003). Studi kasus
lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif tentang faktor – faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pengelola objek wisata Pantai
Pangandaran yang dalam hal ini menjadi unit kasusnya.
Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail dari keadaan objek wisata Pantai Pangandaran. Hasil dari penelitian
merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu,
kelompok, lembaga dan sebagainya.
Kelemahan dalam unit kasus penelitian ini adalah adanya keterbatasan
sumberdaya, dimana yang menjadi unit pengelolanya berfokus pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku
kepentingan utama.
48
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data
image. Data text adalah data yang berbentuk alfabet maupun angka numerik. Data
text yang digunakan antara lain : (1) data keuangan pengelola, (2) data jumlah
pengunjung objek wisata Pantai Pangandaran, (4) daftar harga produk wisata
Pantai Pangandaran, (5) data jumlah SDM Dinas. Data image adalah data yang
memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto,
diagram, tabel dan sejenisnya (Fauzi 2001). Data image yang digunakan antara
lain struktur organisasi pengelola dan foto – foto objek wisata Pantai
Pangandaran.
Data dibagi dua berdasarkan sumbernya, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan observasi
langsung ke objek wisata Pantai Pangandaran, wawancara langsung dengan
responden dan survey (penyebaran kuesioner). Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
Faktor – faktor penentu lingkungan internal
Faktor – faktor penentu lingkungan eksternal
Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan internal
Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan eksternal
Nilai rating faktor penentu lingkungan internal
Nilai rating faktor penentu lingkungan eksternal
Foto – foto objek wisata Pantai Pangandaran
Persepsi pengunjung terhadap produk wisata Pantai Pangandaran
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari data
yang sudah diolah dan tersusun dari berbagai sumber seperti Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis
dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kebijakan pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran
Visi, misi, tujuan dan struktur organisasi pengelola
Data keuangan pengelola
Data pengunjung Pantai Pangandaran
49
Daftar harga produk wisata Pantai Pangandaran
Brosur, booklet, leaflet dan VCD promosi Pantai Pangandaran
Data – data mengenai kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan
lingkungan
Laporan-laporan program kerja pihak pengelola
4.3 Metode Penentuan Responden
Pemilihan responden dalam penelitian ini ditentukan dengan metode
purposive sampling, yaitu responden diambil secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa responden tersebut merupakan pihak pengelola pariwisata Pantai
Pangandaran. Dalam hal ini, responden yang dipilih adalah Kepala Seksi Promosi
dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program.
Purposive sampling merupakan bagian dari judgemental sampling. Fauzi
(1999) mengatakan bahwa keterwakilan dari sampel yang menggunakan
judgemental sampling hanya didasari semata-mata dari pertimbangan peneliti.
Keuntungan dari judgemental sampling adalah bahwa responden yang dipilih
memiliki banyak data dan informasi mengenai pariwisata Pantai Pangandaran.
Hal yang sama juga berlaku untuk pemilihan informan, yaitu orang yang
diwawancarai peneliti. Pada Dinas, informan yang dipilih adalah Kepala Bidang
Objek dan Daya Tarik Wisata serta beberapa staf dalam bidang Objek dan Daya
Tarik Wisata (ODTW). Pengambilan data dengan wawancara, terutama dilakukan
untuk mendapatkan data berupa persepsi, opini, dan ekspektasi. Selain itu,
peneliti juga mewawancarai beberapa stakeholders yang terlibat langsung di
dalam industri wisata di kawasan Pantai Pangandaran yang dapat memberikan
informasi mengenai penerapan strategi pemasaran dan manajemen pengelolaan
dalam objek wisata tersebut.
Kelemahan dalam sampel penelitian ini adalah adanya keterbatasan
sumberdaya, dimana yang menjadi sampel respondennya berfokus pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku
kepentingan utama. Namun, beberapa penilaian tentang kawasan ini juga dicakup
oleh informan – informan yang merupakan pengelola hotel, rumah makan dan
wisatawan yang berada di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran.
50
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data dan tujuan penelitian, maka penyusunan
skripsi ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Angket / Survey ( Menggunakan Kuesioner)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan pada
pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, yaitu Kepala
Seksi Promosi dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program
yang merupakan para penentu kebijakan Dinas.
Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang dan
untuk menentukan faktor internal, faktor eksternal dan kondisi persaingan
industri. Dimana kuesioner ini menyangkut sejauh mana kebijakan-kebijakan
dijalankan apakah sesuai dengan visi dan misi Dinas atau tidak.
2. Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung
dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun pihak-
pihak yang terkait adalah Kepala Bidang ODTW, Kepala Bidang Bina
Program dan staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta wisatawan yang
mayoritas berasal dari Kabupaten Ciamis.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan untuk mencari data dengan
jalan mengamati secara langsung data-data yang telah berhasil dihimpun untuk
selanjutnya dipilih sesuai dengan relevansinya dengan penelitian.
4. Dokumentasi
Pencatatan telaah terhadap buku-buku, laporan-laporan, dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4.5 Metode Analisis Data
Metode pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
matriks IFE, EFE, IE dan SWOT dengan alat bantu berupa program Microsoft
Excel. Program ini digunakan untuk melakukan kuantifikasi data yang berasal
dari kuesioner. Tahap – tahap pengolahan data yang dilakukan adalah, (1) analisis
51
terhadap data yang dikumpulkan untuk memperoleh faktor – faktor strategis
lingkungan internal dan eksternal, (2) analisis persaingan industri untuk
menganalisis kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata di Pantai
Pangandaran, (3) analisis matriks IFE dan EFE untuk menganalisis lingkungan
internal dan eksternal, (4) analisis matriks IE untuk mengetahui strategi yang
sebaiknya diambil, kemudian (5) analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif
strategi pemasaran yang dapat diterapkan di Pantai Pangandaran.
Penjelasan dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4.5.1 Analisis Persaingan Industri
Aspek dalam persaingan yang harus diketahui oleh setiap perusahaan
adalah seberapa besar intensitas persaingan yang terjadi dalam industri. Dengan
mengetahui seberapa besar intensitas persaingan, maka suatu perusahaan dapat
menyusun strategi bersaing yang tepat. Metode yang digunakan dalam
menganalisis intensitas persaingan ini pada dasarnya sama dengan metode untuk
menganalisa lingkungan internal dan eksternal. Langkah pertama adalah
melakukan pembobotan terhadap indikator – indikator pada masing – masing
kekuatan utama penentu persaingan industri, yaitu dengan menggunakan metode
Paired Comparison (Kinnear dan Taylor 1991).
Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2, dan 3 dengan
keterangan skala sebagai berikut :
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan
Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :
ai =∑=
n
iXi
Xi
1
52
Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, ..... n
n = Jumlah variabel
Tabel 1. Penilaian Bobot Faktor Penentu Persaingan
Sumber : Syahroni (2005)
Setelah melakukan pembobotan, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan rating untuk tiap indikator pada setiap kekuatan penentu persaingan
dengan menggunakan metode semantic differential scale (Kinnear dan Taylor
1991). Rating yang diberikan memiliki rentang antara 1 sampai 5.
Rating ini memiliki rentang dari 1 – 5 yang menunjukkan seberapa
menentukan suatu parameter terhadap kondisi persaingan. Nilai 1 = tidak
menentukan, 2 = sedikit menentukan, 3 = cukup menentukan, 4 = menentukan dan
5 = sangat menentukan. Lihat Tabel 2.
Penentuan nilai setiap variabel dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Ni = Ri x Bi
Keterangan :
Ni = Nilai variabel ke-i
Ri = Tingkat kepentingan (rating) variabel ke-i
Bi = Bobot variabel ke-i
Faktor Penentu A B C D E Total Bobot Indikator A X1 Indikator B X2 Indikator C X3 …. X4 …. X5
Total
∑=
n
iXi
1
53
Tabel 2. Contoh Penilaian Rating Faktor Penentu Persaingan
Ancaman tawar – menawar pembeli Rating
Parameter 1 2 3 4 5
A Jumlah Pembeli Sangat sedikit Sangat banyak
B Ciri produk Sangat terdiferensiasi
Tidak terdiferensiasi
C Kemudahan pembeli beralih ke produk pesaing Sangat tinggi Sangat rendah
D Nilai produk dalam struktur biaya pembeli Sangat kecil Sangat besar
E Integrasi ke belakang Sangat kecil Sangat besar
F Keuntungan pembeli Sangat tinggi Sangat penting
G Kepentingan kualitas produk bagi pembeli Tidak penting
Sangat penting
H Informasi pembeli Sangat kurang
Sangat lengkap
Sumber : Porter 1997
Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai Ni dengan rumus (Kinnear dan
Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) sebagai berikut :
Total Nilai = ∑=
m
iNt
1
Keterangan :
Ni = Nilai jenis variabel ke-i
i = 1,2,3,….,m
m = Banyaknya variabel
Kriteria total nilai Ni dapat ditentukan dengan kategori sebagai berikut :
Jika total nilai Ni antara 1,0 – 2,0, maka dapat digolongkan kedalam
intensitas persaingan rendah, yang artinya tekanan persaingan longgar yang
memungkinkan perusahaan yang tidak efisien sekalipun untuk dapat bertahan.
Laba ekonomi berada diatas normal bahkan dalam jangka panjang. Produk yang
ditawarkan sangat terdiferensiasi, tanpa produk pengganti yang dekat, dan
perusahaan adalah industri itu sendiri. Untuk memaksimalkan keuntungan,
monopoli dapat menentukan harga industri dan keluaran secara bersamaan.
Jika total nilai Ni antara 2,0 – 3,0, maka dapat digolongkan kedalam
intensitas persaingan yang sedang. Artinya dengan adanya perolehan laba
ekonomi atau tingkat pengembalian diatas normal yang cukup berarti hanya
54
sampai sejauh mana perusahaan dapat memberikan keunikan yang bernilai dalam
barang atau pemasaran yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan –
perusahaan yang lain.
Jika total nilai Ni antara 3,0 – 4,0, maka dapat digolongkan kedalam
intensitas yang tinggi, dimana persaingan adalah yang paling ketat selain itu
persaingan harga yang menyebar menekan laba perusahaan sampai ke tingkat
sekedar mempertahankan investasi yang diperlukan. Untuk memperoleh
keuntungan perusahaan harus melakukan efisiensi biaya (Kinnear dan Taylor
1996) diacu dalam Syahroni (2005).
4.5.2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
A. Pembobotan Faktor Penentu Internal
Penentuan bobot faktor penentu internal dilakukan dengan menggunakan
metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Pembobotan bertujuan
untuk mengkuantifikasi faktor – faktor internal yang telah dianalisis. Rentang
nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan
dalam pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan
Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :
ai =∑=
n
i
Xi
Xi
1
Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, ..... n
n = 17 (faktor strategi internal)
55
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Sumber : Syahroni (2005)
B. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsionalitas bisnis, dan juga
memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara
area-area tersebut (David,2004).
Tabel 4. Matriks IFE
Sumber : David (2004)
Ada lima langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan matriks IFE,
yaitu :
a. Identifikasi faktor internal dengan cara menuliskan daftar kekuatan dan
kelemahan yang dihadapi. Sebaiknya faktor – faktor kekuatan didaftarkan
terlebih dahulu, baru kemudian faktor – faktor kelemahan.
b. Memberikan bobot pada setiap kekuatan dan kelemahan, dengan rentang
0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting), total bobot yang diberikan
Faktor Penentu A B C D E Total Bobot Indikator A X1 Indikator B X2 Indikator C X3 …. … Indikator Q X17
Total
∑=
n
iXi
1
Faktor Internal Kunci Bobot Rating / Peringkat
Nilai Tertimbang
Kekuatan : 1. .................... 2. .................... ... ....................
12. ....................
Kelemahan : 1. ................... 2. ................... ... ................... 5. ...................
Total
56
kepada semua faktor baik kekuatan maupun kelemahan harus sama dengan
satu. Nilai bobot ini berasal dari perhitungan menggunakan metode paired
comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Oleh karena itu besar kecilnya
bobot masing – masing faktor bergantung kepada hasil yang diperoleh dari
perhitungan menggunakan metode paired comparison.
c. Memberikan rating pada setiap faktor kekuatan dan kelemahan, dengan
rentang antara 1 sampai 4. Faktor kelemahan utama mendapat rating satu,
kelemahan kecil mendapat rating dua, kekuatan kecil mendapat rating tiga,
dan kekuatan utama mendapat rating empat.
d. Mengkalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai tertimbang.
e. Menjumlahkan semua nilai rata – rata tertimbang untuk mendapatkan
totalnya. Nilainya akan berkisar antara 1 sampai 4, nilai 1 menunjukkan
bahwa situasi internal sistem sangat buruk, nilai 4 mengindikasikan bahwa
situasi internal sistem sangat baik. Nilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa
situasi internal sistem berada pada tingkat rata – rata.
4.5.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
A. Pembobotan Faktor Penentu Eksternal
Penentuan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan menggunakan
metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Pembobotan bertujuan
untuk mengkuantifikasi faktor – faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang
nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan
dalam pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan
Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :
ai =∑=
n
i
Xi
Xi
1
57
Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1, 2, 3, ..... n
n = 15 (faktor strategi eksternal)
Hasil penjumlahan bobot dari semua faktor strategis eksternal harus sama
dengan 1,0. Bobot dari masing – masing faktor akan digunakan dalam matriks
EFE.
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Sumber : Syahroni (2005)
B. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation)
Tabel 6. Matriks EFE
Sumber : David (2004)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal memungkinkan para penyusun strategi
untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan
Faktor Penentu A B C D E Total Bobot Indikator A X1 Indikator B X2 Indikator C X3 …. … Indikator O X15
Total
∑=
n
iXi
1
Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating / Peringkat
Nilai Tertimbang
Peluang : 1. .................... 2. .................... ... .................... 9. ....................
Ancaman : 1. ................... 2. ................... ... ................... 6. ...................
Total
58
(David, 2004). Terdapat lima langkah yang harus dilakukan dalam
mengembangkan matriks EFE yaitu :
a. Mengidentifikasi faktor eksternal dengan cara menuliskan peluang dan
ancaman yang dihadapi. Sebaiknya faktor – faktor peluang didaftarkan
terlebih dahulu, baru kemudian faktor – faktor ancaman.
b. Memberikan bobot pada setiap peluang dan ancaman, dengan rentang 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting), total bobot yang diberikan
kepada semua faktor baik peluang maupun ancaman harus sama dengan
satu. Nilai bobot ini berasal dari perhitungan menggunakan metode paired
comparison (Kinnear and Taylor 1991). Oleh karena itu besar kecilnya
bobot masing – masing faktor bergantung kepada hasil yang diperoleh dari
perhitungan menggunakan metode paired comparison.
c. Memberikan rating 1 sampai dengan 4 pada setiap peluang dan ancaman
untuk mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang /
ancaman yang bersangkutan. 4 = respon sangat superior, 3 = respon diatas
rata – rata, 2 = respon rata – rata, 1 = respon jelek.
d. Mengkalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai tertimbang.
e. Menjumlahkan nilai tertimbang untuk mendapatkan total nilai tertimbang.
Nilai total ini akan berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 menunjukkan
bahwa dalam strategi organisasi tidak memanfaatkan peluang atau tidak
menghindari ancaman eksternal. Nilai 4 menunjukkan bahwa organisasi
merespon sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam
industrinya. Nilai 2,5 menunjukkan sistem mampu merespon situasi
eksternal secara rata – rata (David 2004).
4.5.4 Matriks Internal – Eksternal (IE)
Matriks Internal – Eksternal (IE) merupakan penggabungan matriks IFE
dan EFE. Matriks ini berisikan sembilan sel yang menunjukkan kombinasi total
nilai terboboti dari matriks IFE dan EFE. Sumbu x dari matriks ini adalah total
rata – rata tertimbang dari IFE, sedangkan sumbu y adalah total rata – rata
tertimbang dari EFE. Pada sumbu x, total rata –rata tertimbang dari 1,0 hingga
1,99 dianggap rendah; nilai 2,0 hingga 2,99 dianggap menengah; dan nilai dari 3,0
hingga 4,0 adalah tinggi. Rasio yang sama juga digunakan untuk sumbu y.
59
Matriks ini dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang menunjukkan tiga
strategi yang berbeda :
a. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel I, II, dan IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang mungkin
paling sesuai adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).
b. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel III, V, atau VII dapat
dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan;
penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi umum yang
digunakan untuk divisi tipe ini.
c. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel VI, VIII, dan IX adalah
tuai atau divestasi. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi,
diversifikasi konglomerat dan strategi likuidasi. Organisasi yang sukses,
dapat mencapai portofolio bisnis, yang diposisikan berada dalam atau
sekitar sel I dalam matriks IE.
Tabel 7. Matriks IE
Total Rata-Rata Tertimbang IFE
Kuat Rata-rata Lemah
Tinggi I II III
Sedang IV V VI
Rendah VII VIII IX
Sumber : David (2004)
4.5.5 Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor –faktor strategis perusahaan
adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti 2003).
3,0
2,0
1,0
4,0 3,0 2,0 1,0
Tot
al R
ata-
Rat
a T
ertim
bang
EFE
60
Tabel 8. Matriks SWOT
Faktor Internal Faktor Eksternal
Streght
(Kekuatan)
Weakness
(Kelemahan)
Opportunity
(Peluang)
SO Strategi
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
WO Strategi
Atasi kelemahan untuk memanfaatkan
peluang
Threat
(Ancaman)
ST Strategi
Gunakan kekuatan untuk menghindari
ancaman
WT Strategi
Minimalkan kelemahan dan hindari
ancaman Sumber : Rangkuti (2003)
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar – besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti
2003).
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Pantai Pangandaran dengan
fokus unit penelitian adalah Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis dan Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Data – data yang terkait dengan kondisi fisik wilayah penelitian, dilaksanakan di
kawasan wisata itu sendiri. Sementara yang menyangkut data – data yang terkait
61
dengan keputusan manajerial, penelitian dilaksanakan di kantor Dinas. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2007.
4.7 Batasan Penelitian
1) Pariwisata bahari adalah suatu sistem yang merupakan tatanan
jaringan proses pengelolaan sumberdaya alam pantai dan pesisir,
sumberdaya manusia, budaya dan teknologi serta kegiatan yang
saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan.
2) Kawasan pantai adalah wilayah pesisir dengan luas tertentu dimana
batas secara ekologis mencakup daerah yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses kelautan dan daratan dan batas terluar dari desa pantai
yang berhadapan langsung dengan laut.
3) Pantai Pangandaran merupakan salah satu obyek wisata di
Kabupaten Ciamis yang berada pada Kecamatan Pangandaran
dengan garis pantai 18 km. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Pantai
Pangandaran antara lain lapangan parkir, hotel, restoran dan rumah
makan, pelayanan pos dan telekomunikasi, dan lain-lain.
4) Prasarana dasar adalah fasilitas-fasilitas yang dapat
memperlancar/mendukung berkembangnya pariwisata di suatu
daerah yang meliputi fasilitas perhubungan, telekomunikasi serta
transportasi.
5) Komponen industri kepariwisataan adalah kumpulan dari macam-
macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan
traveler pada umumnya selama dalam perjalanannya (Yoeti 1990).
6) Studi kasus adalah suatu penelitian yang hanya berlaku bagi kasus
itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi pada kasus lain.
7) Responden yang dipilih adalah pengelola dari Pemerintah Daerah,
yaitu aparatur dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis sehingga akan menimbulkan bias kewenangan.
8) Lingkungan internal adalah faktor yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri dan umumnya dapat dikendalikan perusahaan
62
9) Lingkungan eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan
dan sulit untuk dapat dikendalikan perusahaan.
10) Matriks IFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor
internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dianggap penting.
11) Matriks EFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor-
faktor eksternal perusahaan yang berkaitan dengan peluang dan
ancaman yang dianggap penting.
12) Matriks IE merupakan penggabungan dari matriks IFE dan matriks
EFE. Matriks ini berisikan sembilan sel yang menunjukkan
kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan matriks EFE.
Matriks ini dibagi menjadi tiga daerah utama yang menunjukkan tiga
strategi yang berbeda.
13) Analisis SWOT merupakan analisis deskripsi dan sistematis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan serta
menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini
didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman.
14) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi pengelola obyek wisata dengan
tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama pengelolaan pantai dapat dicapai melalui pelaksanaan yang
tepat oleh pengelola.
15) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
16) Strategi pemasaran adalah sekumpulan prinsip-prinsip dasar yang
melandasi manajer pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan
pemasaran yang ditetapkan pada pasar sasaran tertentu.
63
17) Bobot adalah derajat kemenarikan masing-masing faktor internal dan
eksternal suatu pantai.
18) Rating adalah peringkat dari masing-masing faktor internal dan
eksternal didasarkan pada kondisi pantai tersebut.
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Bab lima ini berisi tentang gambaran umum Kabupaten Ciamis, gambaran
umum dari Kecamatan Pangandaran, gambaran umum wisata Pantai Pangandaran,
kondisi objek wisata Pantai Pangandaran pra tsunami, kondisi objek wisata Pantai
Pangandaran pasca tsunami, serta kondisi industri pariwisata Pantai Pangandaran.
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Ciamis
Secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108o20’ sampai
dengan 108040’ Bujur Timur dan 7040’20” Lintang Selatan. Wilayah sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah
Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Taksimalaya, sebelah Timur
dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan
Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan
mencapai 248.763 ha. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan langsung
dengan garis pantai Samudera Indonesia yang membentang di 6 kecamatan
dengan panjang garis pantai mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai
tersebut, maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 ha yang
berada di 6 kecamatan.
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Ciamis terbagi ke dalam 3 (tiga)
kategori :
a) Daerah Utara merupakan pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian
antara 500 - 1.100 m dari permukaan laut yang didalamnya banyak
terdapat sumber mata air.
b) Daerah Tengah merupakan persawahan dan daratan dengan ketinggian 25
- 500 m dari permukaan laut yang didalamnya selain terdapat banyak
persawahan juga terdapat perkampungan penduduk dan perkolaman
rakyat.
c) Daerah Timur dan Selatan merupakan daerah pantai dengan ketinggian 0 -
25 m dari permukaan laut.
Secara umum Kabupaten Ciamis beriklim tropis yaitu musim hujan dan
musim kemarau dengan suhu berkisar antara 250C - 300C, dan kelembaban udara
65
60% - 90%. Di daerah Selatan keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi
laut, hal ini disebabkan karena letak wilayahnya yang berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia. Pada saat Musim Barat angin bertiup dari arah laut dengan
kekuatan yang cukup besar dan sering menimbulkan gelombang laut yang cukup
besar. Pada Musim Timur angin bertiup dari arah tenggara dengan kekuatan rata-
rata sedang dan tidak menimbulkan gelombang laut yang cukup besar.
Keadaan alam di Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk pertanian dan
pariwisata. Ditinjau dari segi kepariwisataan, Kabupaten Ciamis memiliki potensi
pariwisata yang cukup besar. Kondisi geografis yang strategis dengan ciri
berbeda yaitu wilayah Utara merupakan dataran tinggi, wilayah Tengah
merupakan perpaduan antara dataran tinggi dan rendah, sedangkan wilayah
Selatan merupakan dataran rendah dengan pantainya. Keadaan ini sangat
mempengaruhi karakterisrik masyarakat serta keanekaragaman budaya yang
bertumpu pada kondisi alam sekitarnya. Kondisi tersebut pula yang menjadi
modal dasar pengembangan kepariwisataan serta menjadikan sektor pariwisata di
Kabupaten Ciamis sebagai sektor andalan.
Masyarakat Ciamis umumnya berasal dari Suku yang memiliki adat dan
kebudayaan Sunda, namun untuk wilayah tengah dan selatan yang berbatasan
dengan Jawa Tengah pola adat dan budayanya adalah percampuran dari budaya
Sunda dan Jawa. Seni budaya daerah di Kabupaten Ciamis sebagai faktor penting
dalam pembangunan pariwisata, memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang unik
sehingga dapat diandalkan terhadap perkembangan industri pariwisata untuk
menambah daya tarik wisatawan. Latar belakang sejarah Kabupaten Ciamis yang
panjang sejak jaman prasejarah telah memberi warisan peninggalan sejarah baik
yang bersifat fisik seperti objek wisata Astana Gede Kawali, serta unsur sosio
kultural berwujud tatanan sosial, seni budaya dan lain-lain yang bersifat non fisik
yang kesemuanya itu dapat dijadikan modal dalam pengembangan pariwisata di
Kabupaten Ciamis.
66
5.2 Gambaran Umum Kecamatan Pangandaran
5.2.1 Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Pangandaran
Kecamatan Pangandaran terletak sekitar 90 km sebelah selatan dari
ibukota Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Kecamatan Pangandaran seluas
7.442,706 ha. Kecamatan Pangandaran memiliki luas pantai sebesar 13.320 ha
dengan panjang garis pantai 18 km. Secara administratif Kecamatan Pangandaran
memiliki 8 desa yaitu Wonoharjo, Pananjung, Pangandaran, Babakan, Sukahurip,
Purbahayu, Sidomulyo, dan Pagergunung. Pantai Pangandaran berada di wilayah
Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis.
Wilayah Kecamatan secara administratif berbatasan dengan Kecamatan
Banjarsari di sebelah Utara, Kecamatan Parigi di sebelah Barat, Kecamatan
Kalipucang di sebelah Timur, dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan.
5.2.2 Keadaan Alam Kecamatan Pangandaran
Keadaan permukaan tanah di Kecamatan Pangandaran tidak sama, 60%
datar sampai berombak, 25% berombak sampai berbukit dan 15% sisanya
berbukit dan bergunung. Iklim di Kecamatan Pangandaran bervariasi dengan
suhu maksimal 390C dan suhu minimum 190, sedangkan curah hujan rata-rata di
Kecamatan Pangandaran sebesar 219 mm per tahun dengan jumlah hari hujan
yang terbanyak adalah 19 hari.
5.2.3 Penduduk Kecamatan Pangandaran
Jumlah penduduk Kecamatan Pangandaran pada tahun 2006 sebesar
45.084 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 739 orang/km2 dan distribusi
penduduknya sebesar 3,09%. Penduduk terdiri dari 22.637 orang laki-laki dan
22.447 orang wanita. Berikut ini tabel komposisi penduduk berdasarkan
kelompok umur.
67
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Kelompok Umur
Jenis Kelamin Umur
Laki – laki Perempuan
0 – 4 649 509
5 – 9 2052 1863
10 – 14 1814 1884
15 – 19 1881 1948
20 – 24 2075 2154
25 – 29 1953 2009
30 – 34 2036 2178
35 – 39 1733 1935
40 – 44 1890 1966
45 – 49 1808 1808
50 – 54 1604 1603
55 – 59 1353 1186
60 – 64 928 686
65 + 861 721
Sumber : Ciamis Dalam Angka, 2006
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Ciamis adalah sebagai
petani dan buruh tani dan adapula yang bekerja sebagai peternak dan pedagang.
5.3 Gambaran Umum Wisata Pantai Pangandaran
5.3.1 Gambaran Umum Pihak Pengelola Pantai Pangandaran
Daerah objek wisata Pantai Pangandaran dikelola oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
terletak di Jalan Mr.Iwa Kusumasumantri No.14 Ciamis, dengan memiliki satu
kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di kawasan pariwisata
Pantai Pangandaran.
Pelaksanaan operasional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 21 Tahun 2004
tentang Perangkat Daerah yang didalamnya diatur mengenai Kedudukan, Tugas
Pokok, Fungsi serta Susunan Organisasi. Kedudukan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah :
68
1. Unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang melaksanakan Kewenangan
Daerah di bidang Kebudayaan dan Kepariwisataan serta penyelenggaraan
pameran, perfilman dan atau sejenisnya.
2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin oleh Kepala Dinas berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mempunyai tugas
pokok sebagai pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan
yang memerlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan
mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketentraman masyarakat, diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Sedangkan peraturan tersebut diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis
Nomor 21 Tahun 2004 yaitu : melaksanakan kewenangan daerah dibidang
kebudayaan, kepariwisataan dan penyelenggaraan pameran, perfilman dan atau
sejenisnya.
Fungsi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Perda Nomor
21 Tahun 2004, yaitu :
1. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
pengelolaan kebudayaan, kepariwisataan dan pameran perfilman
VCD/DVD, rekaman video dan sejenisnya.
2. Pelaksanaan fasilitas pengelolaan kebudayaan, kepariwisataan dan
pameran, perfilman, VCD/DVD, rekaman video dan sejenisnya.
3. Pelaksanaan perizinan dan pelayanan umum bidang kebudayaan,
kepariwisataan dan pameran, perfilman, VCD/DVD, rekaman video dan
sejenisnya.
4. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam lingkungan
tugasnya.
5. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Bupati.
Struktur organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdiri atas seorang
Kepala Dinas, seorang Kepala Bagian Tata Usaha, 4 Kepala Bidang dan
dilengkapi oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas dan kelompok jabatan fungsional
yang akan dirinci pada sub-bab berikutnya.
69
5.3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelola
Mengacu pada Visi Kabupaten Ciamis yaitu : ” Dengan Iman dan Taqwa
Ciamis Terdepan Dalam Agribisnis dan Pariwisata di Priangan Tahun 2009 ”,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis menetapkan Visi yang
sejalan dengan potensi Kepariwisataan dan Kebudayaan yaitu : ”Mewujudkan
Kabupaten Ciamis Menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) ”.. Nilai-nilai pokok
yang terkandung didalam visi tersebut dapat dijelaskan bahwa Daerah Tujuan
Wisata adalah suatu daerah yang terdiri dari beberapa kawasan / resort wisata,
yang memiliki keanekaragaman daya tarik wisata serta didukung oleh berbagai
sarana kepariwisataan meliputi sarana pokok, sarana penunjang dan sarana
pelengkap.
Misi yang diemban Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
untuk mewujudkan Visi diatas adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam kepariwisataan dan
kebudayaan.
2. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan masyarakat.
3. Mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan dan
kebudayaan.
4. Menumbuhkembangkan warisan budaya daerah dalam memberikan nilai
tambah kultur masyarakat yang bernilai tinggi.
5. Meningkatkan pembinaan group seni budaya dan sastra sebagai daya tarik
yang memiliki moral etika dan estetika tinggi.
6. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai – nilai sejarah dan
terpeliharanya berbagai peninggalan budaya.
7. Terkendalinya berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Sejalan dengan misi diatas, meningkatnya kunjungan wisatawan ke objek-
objek wisata akan mendorong tumbuhnya berbagai aktifitas ekonomi di berbagai
sektor yang pada gilirannya akan mampu membuka luas kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha.
70
Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan untuk keberhasilan
tersebut perlu ditetapkan tujuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis, yang ditempuh melalui penetapan beberapa sasaran yang satu dengan
yang lain yang saling terkait.
Misi 1.. Menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam kepariwisataan dan
kebudayaan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku wisata dalam
kepariwisataan dan kebudayaan.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku wisata dalam
kepariwisataan dan kebudayaan sesuai dengan bidang tugasnya.
Misi 2. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dan masyarakat yang dapat dijadikan andalan.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Meningkatnya sumberdaya manusia yang bisa dijadikan andalan.
Misi 3. Mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan dan
kebudayaan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Meningkatkan pengembangan jaringan kemitraan para pelaku wisata dan budaya.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Terwujudnya peningkatan pengembangan jaringan kemitraan para pelaku wisata
dan budaya.
Misi 4. Menumbuhkembangkan warisan budaya daerah dalam memberikan nilai
tambah kultur masyarakat yang bernilai tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Meningkatkan pelaku budaya dan sastrawan daerah dalam
menumbuhkembangkan kesenian daerah yang berkualitas.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
71
Terwujudnya para pelaku budaya yang dapat memberikan nilai tambah kultur
masyarakat yang bernilai tinggi.
Misi 5. Meningkatkan pembinaan group seni budaya dan sastra sebagai daya tarik
yang memiliki moral etika dan estetika tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Meningkatkan para budayawan dan sastrawan daerah dalam
menumbuhkembangkan group kesenian daerah yang berkualitas.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Terwujudnya peningkatan group kesenian daerah di berbagai tempat di Kabupaten
Ciamis dan dapat ditampilkan dalam berbagai kegiatan.
Misi 6. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai – nilai sejarah dan
terpeliharanya berbagai peninggalan budaya.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Meningkatkan rasa memiliki terhadap nilai – nilai sejarah dengan terpeliharanya
nilai budaya.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Terwujudnya berbagai peninggalan budaya yang dapat dilestarikan dalam
menciptakan keutuhan nilai sejarah dan terpeliharanya nilai peninggalan budaya.
Misi 7. Terkendalinya berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Meningkatkan situasi yang kondusif dengan terkendalinya kerukunan berbagai
aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :
Terwujudnya pengendalian berbagai aliran kepercayaan yang dapat diterima oleh
lingkungan masyarakat.
5.3.1.2 Struktur Organisasi Pengelola
Berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 241 Tahun 2004 Tentang
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Unsur Organisasi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, maka unsur Organisasi Dinas terdiri dari : Pimpinan adalah Kepala
Dinas, Pembantu pimpinan adalah Kepala Bagian Tata Usaha, dan Pelaksana
72
adalah Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas dan
Kelompok Jabatan Fungsional.
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan
dan melaksanakan Kewenangan Daerah bidang kebudayaan, kepariwisataan dan
sebagian bidang penerangan. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Dinas dibantu
oleh :
a. Bagian Tata Usaha, yang dipimpin oleh Kepala Bagian (Ka.Bag) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini
terdiri dari Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan. Setiap Sub
Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian (Ka.Subbag) yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Bagian
Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengendalian
ketatausahaan meliputi pengelolaan, pembinaan administrasi umum,
keuangan, kepegawaian, organisasi dan tatalaksana serta pemberian
layanan teknis administratif kepada satuan organisasi Dinas. Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi
sebagai : pengelolaan ketatausahaan, fasilitasi administrasi umum,
kepegawaian dan keuangan; pelaksanaan layanan teknis administratif
kepada seluruh satuan organisasi Dinas; pelaksanaan pembinaan organisasi
dan tatalaksana; pemeliharaan ketertiban, kebersihan, dan keindahan;
pengelolaan rumah tangga, perjalanan dinas, perlengkapan, pemeliharaan
barang inventaris dan kepotokolan; serta penyusunan laporan kegiatan
dibidang tugasnya.
b. Bidang Kebudayaan, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini
terdiri dari Seksi Seni dan Budaya dan Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan.
Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kebudayaan. Bidang
Kebudayaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
petunjuk teknis, seni dan budaya, bahasa dan sastra serta fasilitasi
penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan. Untuk melaksanakan
tugas pokok tersebut, Bidang Kebudayaan mempunyai fungsi sebagai :
73
perencanaan dan penyusunan petunjuk teknis seni dan budaya, nilai
tradisional, fasilitasi penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan;
penyusunan bahan fasilitasi seni dan budaya, nilai tradisional, fasilitasi
penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan; pelaksanaan dan
pengawasan perijinan seni dan budaya, nilai tradisional, fasilitasi
penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan; penginventarisasian dan
pemetaan pengelolaan kebudayaan meliputi seni dan budaya, sejarah dan
kepurbakalaan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya.
c. Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata, yang dipimpin oleh Kepala Bidang
(Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Pengelolaan Objek Wisata dan Seksi
Promosi dan Daya Tarik Wisata. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Objek dan Daya Tarik Wisata. Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata
mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan petunjuk teknis
fasilitasi pengembangan objek dan daya tarik wisata. Untuk melaksanakan
tugas pokok tersebut, Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata mempunyai
fungsi sebagai : perencanaan dan pengelolaan lokasi objek wisata;
penyiapan dan penyusunan bahan fasilitas objek dan daya tarik wisata;
pelaksanaan inventarisasi dan pemetaan objek wisata; pengumpulan dan
penyusunan bahan promosi dan daya tarik wisata; pelayanan perijinan
bidang objek dan daya tarik wisata; penetapan pedoman penyelenggaraan
pertunjukkan, perfilman dan pameran; pelaksanaan fasilitasi dan
pengawasan perijinan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang
tugasnya.
d. Bidang Sarana Kepariwisataan, yang dipimpin oleh Kepala Bidang
(Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Bina Sarana Wisata dan Seksi
Pengembangan Sarana Wisata. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Sarana Kepariwisataan. Bidang Sarana Kepariwisataan mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi teknis peningkatan
74
sarana wisata, lingkungan wisata dan pengembangan wisata.. Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Sarana Kepariwisataan
mempunyai fungsi sebagai : penyiapan dan penyusunan bahan fasilitasi
peningkatan sarana wisata, lingkungan wisata dan pengembangan wisata;
pelayanan perijinan sarana kepariwisataan; pemantauan dan pengawasan
sarana usaha dibidang sarana kepariwisataan; penetapan klasifikasi sarana
kepariwisataan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya.
e. Bidang Bina Program, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini
terdiri dari Seksi Penyusunan Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan.
Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Program. Bidang Bina
Program mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan dan
penyusunan rencana program kerja dinas, evaluasi dan pelaporan bidang
kebudayaan dan kepariwisataan. Untuk melaksanakan tugas pokok
tersebut, Bidang Bina Program mempunyai fungsi sebagai : penyiapan dan
penyusunan rencana program kerja Dinas bidang kebudayaan dan
kepariwisataan; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program kerja Dinas
bidang kebudayaan dan kepariwisataan; penyusunan data laporan hasil
pelaksanaan program kerja Dinas; serta penyusunan laporan kegiatan
dibidang tugasnya.
f. Unit Pelaksana Teknis Daerah, yang dipimpin oleh Kepala UPTD berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. UPTD dibagi
menjadi UPTD Ciamis Utara dan UPTD Ciamis Selatan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari sejumlah Pegawai Negeri
Sipil dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Kelompok Jabatan
Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas
sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Lampiran 1.
5.3.2 Profil Pengunjung
75
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai ”Analisis Permintaan
Rekreasi Pantai dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan di Pantai
Pangandaran” oleh Yani Maulani pada tahun 2001, maka diperoleh karakteristik
pengunjung dari dalam negeri (wisnus) sebagai berikut :
a. Daerah Asal
Umumnya pengunjung berasal dari kota-kota di Jawa Barat seperti
Bandung (38,03%), Ciamis (15,49%), dan Tasikmalaya (14,08%).
Tabel 10. Daerah Asal Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Daerah Asal Responden Persentase (%)1 Bogor 3 4,232 Cianjur 1 1,413 Bandung 27 38,034 Garut 1 1,415 Tasikmalaya 10 14,086 Ciamis 11 15,497 Karawang 2 2,828 Tangerang 1 1,419 Yogyakarta 1 1,4110 Purbalingga 1 1,4111 Solo 3 4,2312 Jepara 2 2,8213 Pekalongan 1 1,4114 Tegal 3 4,2315 Jakarta 4 5,63 Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
b. Umur
Berdasarkan pengelompokkan menurut umur, kelompok umur 15-21 dan
29-35 tahun memiliki persentase terbesar sebesar 23,94%.
Tabel 11. Kelompok Umur Pengunjung Pantai Pangandaran
76
Maret-April 2001 No Umur (Tahun) Responden Persentase (%)
1 15 - 21 17 23,94
2 22 - 28 11 15,49
3 29 - 35 17 23,94
4 36 - 42 11 15,49
5 43 - 49 9 12,68
6 50 - 56 4 5,63
7 57 - 63 2 2,81
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
c. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar pengunjung memiliki latar belakang pendidikan Perguruan
Tinggi atau Akademi (42,25%), sedangkan persentase pengunjung dengan
latar belakang pendidikan SD hanya sebesar 7,04% yang merupakan
persentase terkecil.
Tabel 12. Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Tingkat Pendidikan Responden Persentase (%)
1 PT atau Akademi 30 42,25
2 SLTA 21 29,58
3 SLTP 15 21,13
4 SD 5 7,04
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
d. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pengunjung laki-laki jumlahnya lebih banyak,
yaitu sebesar 87,32%, dibandingkan dengan jumlah pengunjung
perempuan yang jumlahnya hanya sebesar 12,68%.
Tabel 13. Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Pangandaran
77
Maret-April 2001 No Jenis Kelamin Responden Persentase (%)
1 Laki-laki 62 87,32
2 Perempuan 9 12,68
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
e. Status Perkawinan
Sebagian besar pengunjung yang datang ke Pantai Pangandaran umumnya
sudah menikah (57,75%) dan hanya sebesar 42,25% yang belum menikah.
Tabel 14. Status Perkawinan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Status Perkawinan Responden Persentase (%)
1 Belum menikah 30 42,25
2 Sudah menikah 41 57,75
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
f. Pekerjaan
Pengunjung Pantai Pangandaran memiliki pekerjaan yang berbeda-beda,
diantaranya bekerja sebagai wiraswasta (22,53%) dan persentase terkecil
adalah mahasiswa (9,86%)
Tabel 15. Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Pekerjaan Responden Persentase (%)
1 Pegawai Negeri 13 18,31
2 Pegawai Swasta 15 21,13
3 Wiraswasta 16 22,53
4 Pelajar 11 15,49
5 Mahasiswa 7 9,86
6 Dan lain-lain 9 12,86
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
g. Tingkat Pendapatan
78
Tingkat pendapatan pengunjung merupakan salah satu faktor penting yang
mendukung rekreasi, karena untuk melakukan perjalanan rekreasi
umumnya seseorang akan menyesuaikan dengan tingkat pendapatannya.
Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka orang tersebut akan
leluasa dalam menentukan jenis dan tujuan kegiatan rekreasi yang akan
dilakukan. Pendapatan yang diukur adalah pendapatan pengunjung dalam
sebulan, sedangkan bagi pelajar atau mahasiswa pendapatan yang dicatat
adalah uang saku yang diterima setiap bulannya.
Tabel 16. Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) Responden Persentase (%)
1 149.000,00 - 380.000,00 25 35,21
2 381.000,00 - 612.000,00 13 18,31
3 613.000,00 - 844.000,00 8 11,27
4 845.000,00 - 1.076.000,00 20 28,17
5 1.077.000,00 - 1.308.000,00 0 0,00
6 1.309.000,00 - 1.540.000,00 4 5,63
7 1.541.000,00 - 1.772.000,00 0 0,00
8 1.773.000,00 - 2.004.000,00 1 1,41
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
h. Sifat Kedatangan
Sebanyak 64,79% pengunjung datang secara rombongan (tidak termasuk
rombongan keluarga), yaitu rombongan karyawan kantor, organisasi
sosial, dan rombongan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung
lebih menyukai melakukan perjalanan rekreasi secara bersama-sama atau
rombongan sehingga tercipta suasana keakraban dan kekeluargaan
dibandingkan dengan melakukan perjalanan secara sendiri-sendiri.
Tabel 17. Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Pangandaran
79
Maret-April 2001 No Sifat Kedatangan Responden Persentase (%)
1 Sendiri 3 4,22
2 Keluarga 22 30,99
3 Rombongan 46 64,79
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
i. Lama Kunjungan
Sebagian besar pengunjung Pantai Pangandaran ini bermalam atau
menginap (60,56%). Pengunjung yang bermalam di Pantai Pangandaran
ini umumnya adalah pengunjung yang menempuh perjalanan jauh. Hanya
sebesar 39,44% pengunjung yang tidak bermalam atau pulang pergi dalam
satu hari untuk melakukan perjalanan rekreasi, hal ini disebabkan daerah
asal pengunjung yang relatif dekat jaraknya.
Tabel 18. Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Lama Kunjungan Responden Persentase (%)
1 Pulang pergi 28 39,44
2 Bermalam 43 60,56
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
j. Jenis Kendaraan
Pengunjung Pantai Pangandaran yang sebagian besar datang secara
bersama-sama secara rombongan menggunakan bermacam-macam
kendaraan untuk melakukan perjalanan rekreasi, yaitu menggunakan jasa
kendaraan umum, mobil sewa atau carteran, kendaraan instansi, dan
kendaraan pribadi. Kendaraan sewa atau carteran merupakan kendaraan
yang paling banyak digunakan, yaitu sebesar 49,29%, sedangkan
persentase kendaraan yang paling sedikit digunakan adalah kendaraan
instansi yang hanya sebesar 2,82%.
Tabel 19. Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Pantai
80
Pangandaran Maret-April 2001 No Jenis Kendaraan Responden Persentase (%)
1 Kendaraan umum 9 12,68
2 Kendaraan sewa 35 49,29
3 Kendaraan pribadi 25 35,21
4 Kendaraan instansi 2 2,82
Jumlah 71 100,00
Sumber : Yani, 2001
k. Biaya Perjalanan
Biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung Pantai Pangandaran sangat
bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan tingkat konsumsi dari
pengunjung. Biaya perjalanan ini memasukkan nilai dari transportasi,
konsumsi selama rekreasi, dokumentasi, souvenier, hotel, dan harga karcis.
Tabel 20. Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No Daerah Asal Pengunjung Biaya Perjalanan Rata-rata (Rp)
1 Bogor 227.333,00
2 Cianjur 324.000,00
3 Bandung 206.944,00
4 Garut 194.500,00
5 Tasikmalaya 93.725,00
6 Ciamis 50.568,00
7 Karawang 104.000,00
8 Tangerang 120.000,00
9 Yogyakarta 140.000,00
10 Purbalingga 115.000,00
11 Solo 152.333,00
12 Jepara 162.500,00
13 Pekalongan 264.500,00
14 Tegal 318.000,00
15 Jakarta 161.250,00
Jumlah 2.634.653,00
Sumber : Yani, 2001
5.3.3 Produk Wisata Yang Ditawarkan
81
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ciamis dibagi dalam 6
Satuan Kawasan Wisata (SKW) yaitu : SKW Panjalu, SKW Bojong Galuh, SKW
Karangnini, SKW Pangandaran, SKW Parigi, dan SKW Batu Karas. Sesuai
dengan pengembangan wilayah pembangunan di Kabupaten Ciamis, Satuan
Kawasan Wisata (SKW) Pangandaran ditetapkan sebagai pusat pengembangan
pariwisata dengan fasilitas wisata alam tirta / pantai. SKW Pangandaran sendiri
meliputi Objek Wisata Pangandaran, Objek Wisata Lembah Putri, Objek Wisata
Karang Tirta, dan Objek Wisata Citumang.
Potensi kepariwisataan di Kabupaten Ciamis memiliki aset yang bervariasi
yang dikelompokkan kedalam 3 jenis, yaitu : Objek dan Daya Tarik Wisata
Budaya, Objek dan Daya Tarik Wisata Alam dan Objek dan Daya Tarik Wisata
Minat Khusus. Lampiran 2.
Pantai Pangandaran termasuk kedalam Objek dan Daya Tarik Wisata
Alam. Objek wisata yang menjadi primadona ini memiliki berbagai keistimewaan
seperti :
1. Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama.
2. Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut
relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman.
3. Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih.
4. Tersedia tim penyelamat wisata pantai.
5. Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang
memadai.
6. Terdapat taman laut dan mengalirnya Cirengganis yang konon bisa
membuat orang awet muda.
7. Terdapat Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka.
8. Goa Alam dan Goa-goa buatan pada waktu penjajahan Jepang.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : berenang, berperahu pesiar,
memancing, keliling dengan sepeda, parasailing, jetski, dan lain-lain. Fasilitas
yang tersedia antara lain : Lapangan parkir yang cukup luas; Hotel, restoran,
penginapan, pondok wisata dengan tarif yang bervariasi; Pelayanan pos,
telekomunikasi dan money changer; Gedung bioskop dan diskotik; Pramuwisata
dan Pusat informasi pariwisata; Bumi perkemahan; dan Penyewaan sepeda, ban
82
renang, parasailing, jetski, dan banana boat. Adapun atraksi wisata yang rutin
diselenggarakan antara lain : Festival Layang-layang / Pangandaran Kite Festival,
Pemilihan Putra-Putri Pariwisata, Hajat Laut, Pangandaran Lautan Scooter, dan
lain-lain.
Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan
produk-produk wisata lainnya yaitu : (1) produk wisata kuliner, dengan
tersedianya berbagai macam restoran dan café, (2) produk wisata belanja, dengan
terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier, (3) produk wisata religius, yang
rutin diselenggarakan seperti Hajat Laut, (4) produk wisata pendidikan, dengan
terdapatnya Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka dan terdapat juga
Goa Alam dan Goa-goa buatan peninggalan penjajahan Jepang, (5) serta produk
wisata budaya yang berupa kesenian daerah, upacara tradisional dan terdapat juga
situs-situs budaya yang berupa makam.
5.4 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pra Tsunami
5.4.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pra Tsunami
Sebelum terjadinya bencana alam tsunami pada bulan Juli 2006 silam,
jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2005 mencapai 384.204 orang, yang
terdiri atas wisatawan nusantara (wisnus) 381.631 orang dan wisatawan
mancanegara 2.573 orang. Pada tahun ini, pendapatan yang dihasilkan mencapai
Rp 1.047.375.800,-. Pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juli sebelum
terjadinya bencana tsunami, jumlah wisatawan yang datang masih banyak dengan
jumlah sebesar 236.602 orang yang diantaranya 1.191 orang merupakan turis
asing dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 639.214.200,-. Sebelum
terjadinya tsunami, bulan Juli ini merupakan puncak dari jumlah wisatawan
sepanjang tahun 2006 karena pada bulan ini tercatat jumlah wisatawan yang
datang paling besar dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Jumlah
wisatawan yang datang pada bulan Juli mencapai 81.845 orang dengan
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 220.748.900,-.
Kegiatan pembangunan yang dilakukan dalam rangka peningkatan sarana
dan prasarana objek wisata diantaranya rehabilitasi Kantor UPTD dan Tollgate
utama Pangandaran. Sebelum terjadinya tsunami, penataan kawasan objek wisata
83
Pantai Pangandaran masih belum tertata dengan baik. Hal ini terlihat dari
banyaknya pedagang kaki lima yang masih bertebaran di sana-sini sehingga
mengotori dan mengurangi keindahan sekitar pantai.
Produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola yaitu wisata alam pantai /
bahari dengan menyuguhkan panorama yang indah. Untuk mempromosikan
produknya, pihak pengelola menyebarkan informasi pariwisata melalui booklet,
leaflet ,brosur dan juga mengikuti pameran-pameran.
5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pra Tsunami
Sebelum bencana tsunami melanda Pantai Selatan termasuk Pantai
Pangandaran, pihak pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Ciamis melakukan beberapa strategi pemasaran diantaranya (1)
penyelenggaraan event-event yang bertujuan untuk menarik minat wisatawan
seperti Festival Layang-layang, Hajat Laut, dan Pentas Seni Tradisional, (2)
mengikuti dan mengadakan pameran-pameran pariwisata, serta (3) melakukan
penyebaran informasi wisata baik melalui media cetak maupun elektronik.
1. Segmentasi Pasar
Berdasarkan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
yang ingin mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata utama di
Jawa Barat tahun 2009 maka pihak pengelola tidak menetapkan sasaran
konsumennya kedalam segmen-segmen tertentu.
2. Strategi Produk
Produk yang ditawarkan pihak pengelola bersumber pada alam dengan
menawarkan panorama pantai yang indah dan laut yang berhubungan langsung
dengan Samudera Hindia. Produk wisata pantai / bahari merupakan produk utama
yang ditawarkan oleh pihak pengelola. Kegiatan wisata pantai / bahari yang dapat
dilakukan wisatawan antara lain berenang, memancing, jalan-jalan disekitar
pantai, dan menikmati keindahan terbit dan terbenamnya matahari. Wisatawan
juga dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nelayan yang ada di Pangandaran.
Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan
produk wisata lainnya seperti adanya kesenian daerah yang merupakan warisan
budaya, yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar seperti
84
karawitan, degung dan wayang golek. Di Pantai Pangandaran juga terdapat Cagar
Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka. Cagar Alam ini merupakan
salah satu objek wisata pendukung di Pantai Pangandaran.
3. Strategi Distribusi
Strategi distribusi yang dapat diterapkan pada produk wisata alam sangat
berbeda dengan produk barang. Dalam hal ini produk wisata alam tidak dapat
dibawa ke tempat kediaman wisatawan dan harus dinikmati di tempat dimana
produk tersebut tersedia (Soekadijo 2000). Untuk produk wisata alam, material
yang dapat didistribusikan adalah material-material yang dapat memberikan
gambaran umum mengenai produk sesuai dengan keinginan pengelola yang dapat
berupa leaflet, booklet, brosur, dan material lainnya. Material-material tersebut
disebarkan oleh pihak pengelola pada saat ada kunjungan wisatawan, pameran,
dan event-event yang diikuti maupun yang diselenggarakan oleh pihak pengelola.
4. Strategi Promosi
Pihak pengelola menggunakan beberapa bauran promosi untuk
mempromosikan produk wisatanya, yaitu (1) periklanan (advertising), bentuk
media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard,
dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com , (2) promosi
penjualan, dengan menyebarkan brosur, leaflet, booklet dan VCD pada saat
pameran atau event-event yang diselenggarakan pihak pengelola, serta (3)
melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial.
5. Strategi Harga
Strategi harga yang digunakan oleh pihak pengelola adalah berupa
retribusi yang telah ditetapkan berdasarkan Perda Kab.Ciamis No. 8 Tahun 2003.
Tarif tiket masuk yang dikenakan kepada pejalan kaki sebesar Rp 2.500,-, untuk
sepeda motor Rp 5.900,-, sedan / jeep Rp 14.200,-, mobil penumpang sejenis Rp
27.200,-, mobil penumpang besar Rp 40.200,-, bus kecil Rp 52.700,-, bus sedang
Rp 79.500,-, dan bus besar Rp 130.500,-. Tarif tiket masuk tersebut sudah
termasuk tarif retribusi objek wisata, retribusi parkir, retribusi sampah, premi
asuransi, dan retribusi kendaraan.
5.5 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami
85
5.5.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pasca Tsunami
Pasca terjadinya tsunami, objek wisata Pantai Pangandaran mengalami
penurunan kunjungan wisatawan. Pada bulan Agustus sampai dengan bulan
Desember 2006, jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran hanya mencapai
54.104 orang, apabila di bandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, jumlah
tersebut sangat kecil karena pada bulan Januari-Juli sebelum terjadinya tsunami
jumlah kunjungan wisatawan mencapai 236.602 orang. Dampak yang
ditimbulkan dari penurunan jumlah kunjungan wisatawan adalah penurunan
jumlah pendapatan yang diterima oleh pihak pengelola yang berupa pendapatan
retribusi. Pendapatan yang diterima pihak pengelola pada bulan Agustus-
Desember 2006 hanya sebesar Rp 149.664.400,- yang jauh lebih kecil apabila
dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang mencapai Rp 639.214.200,-.
Untuk tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan sampai dengan bulan Mei hanya
mencapai 48.647 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp
127.249.900,-. Data tersebut memperlihatkan bahwa adanya bencana alam
tsunami yang melanda daerah objek wisata Pantai Pangandaran sangat
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan maupun pendapatan yang diterima
pihak pengelola.
Jenis produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola pasca tsunami
hampir sama dengan produk wisata yang ditawarkan sebelumnya, hanya saja
terdapat beberapa pengembangan dari produk yang ditawarkan seperti wisata
belanja dengan terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier yang saat ini sudah
tertata dengan baik. Selain itu juga terdapat wisata kuliner dengan tersedianya
berbagai macam restoran dan cafe. Dengan adanya pengembangan produk yang
ditawarkan diharapkan dapat menambah daya tarik wisata dari Pantai
Pangandaran.
Pihak pengelola melakukan berbagai kegiatan promosi yang lebih gencar,
baik di dalam maupun di luar Kabupaten Ciamis dalam rangka mengembalikan
citra pariwisata Pantai Pangandaran pasca tsunami.. Kegiatan promosi yang
dilakukan pihak pengelola antara lain Pentas Seni pasca tsunami dalam rangka
pemulihan objek wisata, event-event kepariwisataan dan pameran-pameran
wisata. Dan dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak pengelola
86
menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang menyatakan
bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi.
5.5.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pasca Tsunami
Dalam rangka mengembalikan / memulihkan kondisi pariwisata di Pantai
Pangandaran pasca terjadinya tsunami dan gempa, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata selaku pengelola objek wisata Pantai Pangandaran telah mengadakan
berbagai kegiatan antara lain dengan : penyelenggaraan event kepariwisataan,
pentas seni pasca tsunami dalam rangka pemulihan objek wisata, pengadaan
peralatan penyelamat pantai, penyelenggaraan pameran diluar kabupaten dan
propinsi yang disertai dengan pembuatan buku panduan wisata dan VCD objek
wisata.
1. Segmentasi Pasar
Berdasarkan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
yang ingin mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata utama di
Jawa Barat tahun 2009 maka pihak pengelola tidak menetapkan sasaran
konsumennya kedalam segmen-segmen tertentu.
2. Strategi Produk
Sesuai dengan pengembangan wilayah pembangunan, Pantai Pangandaran
ditetapkan sebagai pusat pengembangan pariwisata dengan fasilitas wisata alam
pantai / bahari sehingga produk wisata utama yang ditawarkan pihak pengelola
adalah wisata alam pantai / bahari. Kegiatan wisata pantai / bahari yang dapat
dilakukan antara lain : berenang, berperahu pesiar, memancing, parasailing, jetski,
dan sebagainya yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dan
didukung dengan atraksi wisata yang rutin diselenggarakan seperti Festival
Layang-layang, Pangandaran Lautan Scooter, dan lain-lain.
Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan
produk-produk wisata lainnya yaitu : (1) produk wisata kuliner, dengan
tersedianya berbagai macam restoran dan café, (2) produk wisata belanja, dengan
terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier, (3) produk wisata religius, yang
rutin diselenggarakan seperti Hajat Laut, (4) produk wisata pendidikan, dengan
terdapatnya Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka dan terdapat juga
87
Goa Alam dan Goa-goa buatan peninggalan penjajahan Jepang, (5) serta produk
wisata budaya yang berupa kesenian daerah, upacara tradisional dan terdapat juga
situs-situs budaya yang berupa makam.
3. Strategi Distribusi
Strategi distribusi yang ditetapkan oleh pihak pengelola baik pra maupun
pasca tsunami tidaklah jauh berbeda. Karena produk wisata alam tidak dapat
dibawa ke tempat kediaman wisatawan dan harus dinikmati di tempat dimana
produk tersebut tersedia maka hal-hal yang didistribusikan adalah material-
material yang dapat memberikan gambaran umum mengenai produk. Material-
material tersebut dapat berupa leaflet, booklet, brosur, dan VCD yang akan
disebarkan oleh pihak pengelola pada saat ada kunjungan wisatawan, pameran,
dan event-event yang diikuti maupun yang diselenggarakan oleh pihak pengelola.
4. Strategi Promosi
Strategi promosi merupakan strategi yang paling difokuskan oleh pihak
pengelola pasca terjadinya bencana alam tsunami. Untuk mempromosikan produk
wisatanya, pihak pengelola menggunakan beberapa bauran promosi yaitu (1)
periklanan (advertising), bentuk media yang digunakan oleh pihak pengelola
adalah koran, radio, papan billboard, dan melalui internet dengan situs
www.ciamistourism.com, (2) promosi penjualan, dengan menyebarkan brosur,
leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau event-event yang
diselenggarakan pihak pengelola, (3) kehumasan (public relation), dalam setiap
kegiatan pameran atau event-event, pihak pengelola menyebarkan press release
dan statement-statement dari BMG yang menyatakan bahwa Pantai Pangandaran
aman untuk dikunjungi, serta (4) melakukan roadshow ke daerah-daerah yang
memiliki wisatawan potensial.
5. Strategi Harga
Strategi harga yang ditetapkan saat ini sama dengan strategi harga sebelum
terjadinya bencana alam tsunami.. Hal ini dikarenakan tarif masuk tersebut sudah
ditetapkan berdasarkan Perda Kab.Ciamis dan apabila dilihat dari besarnya tarif
masuk yang ditetapkan, tarif tersebut tergolong murah dan terjangkau oleh
masyarakat.
88
Strategi khusus yang ditetapkan pihak pengelola yaitu pada setiap tiket
masuk yang dikenakan kepada wisatawan terdapat asuransi jiwa. Asuransi jiwa
tersebut berlaku untuk berbagai kecelakaan / musibah yang terjadi pada kawasan
objek wisata Pantai Pangandaran. Dengan terdapatnya asuransi jiwa pada tiket
masuk, diharapkan wisatawan yang datang ke Pantai Pangandaran akan merasa
lebih terjamin keselamatannya.
5.6 Kondisi Industri Pariwisata Pantai Pangandaran
Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
perjalanan. Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata,
jasa wisata, dan angkutan wisata. Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain
dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitasnya bisa dikatakan sebagai pariwisata.
(Yoeti 1980)
1. Atraksi wisata
Atraksi wisata yang terdapat di objek wisata Pantai Pangandaran antara
lain upacara tradisional yang masih rutin dilaksanakan seperti Hajat Laut yang
diselenggarakan antara bulan Februari sampai dengan Maret. Upacara Hajat Laut
ini diselenggarakan oleh masyarakat nelayan sebagai ungkapan rasa syukur pada
Tuhan YME yang telah memberikan limpahan rizki.
Selain upacara tradisional, pihak pengelola juga menyelenggarakan event-
event kepariwisataan yang antara lain Festival Layang-layang (Pangandaran Kite
Festival) yang didukung oleh kegiatan-kegiatan lainnya seperti pameran “Ciamis
Expo”, Helaran dan Pentas Seni Tradisional, Festival Band Pelajar, Pemilihan
Putra-Putri Pariwisata dan Wisata Lintas Alam (WLA) yang menyusuri pantai
selatan melewati rel, terowongan kereta api, hutan dan lain-lain. Pentas seni
dalam rangka memeriahkan hari-hari besar keagamaan dan tahun baru juga
dilaksanakan di Pantai Pangandaran dengan acara pementasan kesenian
tradisional dan modern. Kesenian-kesenian daerah yang sampai saat ini masih
lestari antara lain degung, calung, lingkung seni, sandiwara, wayang golek,
wayang kulit, orkes melayu, reog, kuda lumping, ronggeng amen, gotong singa
89
dan sebagainya. Adanya Pacuan Kuda yang diselenggarakan secara incidental
juga merupakan atraksi wisata, yang tidak lain untuk menarik wisatawan agar mau
berkunjung ke objek wisata Pantai Pangandaran.
Penyelenggaraan atraksi-atraksi wisata oleh pihak pengelola diharapkan
mampu untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke objek wisata Pantai
Pangandaran. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran mengalami
penurunan pasca terjadinya tsunami.. Dan untuk memulihkan kondisi tersebut
pihak pengelola harus mampu menyelenggarakan dan mengadakan atraksi-atraksi
wisata yang lebih menarik lagi agar jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata
Pantai Pangandaran dapat pulih seperti keadaan semula atau mungkin dapat lebih
baik dari keadaan sebelumnya.
2. Jasa Wisata
Jasa wisata yang tersedia di objek wisata Pantai Pangandaran dapat
dikatakan cukup baik, karena di kawasan wisata ini tersedia berbagai macam hotel
dan pondok wisata. Jumlah hotel dan pondok wisata yang berada di kawasan
objek wisata berjumlah 163 buah yang dua diantaranya merupakan hotel
berbintang, 62 buah merupakan hotel melati dan sisanya merupakan pondok
wisata. Banyaknya jumlah hotel dan pondok wisata yang ada di kawasan wisata
Pantai Pangandaran diharapkan mampu meningkatkan lama kunjungan wisata
(length of stay).
Ketersediaan restoran dan rumah makan yang ada di kawasan wisata
Pantai Pangandaran dapat dikatakan sudah mencukupi, dengan jumlah restoran
sebanyak 23 buah dan rumah makan sebanyak 26 buah. Selain itu, di kawasan ini
juga terdapat café dan karaoke yang berjumlah 36 buah.
Jasa-jasa wisata lain yang terdapat di kawasan objek wisata Pantai
Pangadaran antara lain pasar umum, pasar ikan, pasar wisata, tempat pelelangan
ikan (TPI), dan perahu wisata yang berjumlah 113 buah. Di kawasan objek wisata
Pantai Pangandaran juga terdapat tempat rekreasi seperti taman, pemandian/kolam
renang umum, tempat pertunjukkan kesenian tradisional dan toko-toko
cendaramata / souvenier.
Penyediaan jasa wisata berupa pramuwisata maupun pusat informasi
wisata merupakan suatu bentuk pelayanan kepada wisatawan dengan tujuan untuk
90
mempermudah aktivitas wisata yang akan dilakukan. Adanya menara pengawas
dan pos pengawasan di dua tempat yang berbeda juga merupakan pelayanan
wisata yang diberikan oleh pihak pengelola. Disetiap menara pengawas dan pos
pengawasan terdapat satu regu balawisata yang bertugas untuk mengawasi
kegiatan wisata di sekitar pantai. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan wisatawan dalam melakukan aktivitas disekitar pantai. Lampiran 3.
3. Angkutan Wisata
Angkutan wisata berhubungan dengan transferabilitas wisatawan ke area
objek wisata Pantai Pangandaran. Wisatawan dapat memilih antara menggunakan
kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum yang telah tersedia untuk
menuju ke objek wisata Pantai Pangandaran.. Transportasi umum yang dapat
digunakan antara lain : (1) Transportasi darat dengan menggunakan bus-bus antar
propinsi dan dalam propinsi. Untuk menuju objek wisata Pangandaran tersedia
bus maupun micro bus dengan jurusan Bandung-Pangandaran, Jakarta-
Pangandaran, maupun Tasikmalaya-Pangandaran; (2) Transportasi darat dengan
menggunakan kereta api. Stasiun kereta api Ciamis dilalui oleh jalur utama kereta
api yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Surabaya dengan satu buah stasiun
pemberhentian yang terletak di Kabupaten Ciamis; (3) Transportasi udara.
Kabupaten Ciamis memiliki satu bandara Nusawiru yang terletak tidak jauh dari
Pangandaran sekitar 21 Km, tepatnya di Kecamatan Cijulang. Bandara ini
dipergunakan sejak bulan Juli 2004 dengan tujuan Bandung-Nusawiru. Jenis
pesawat yang dipergunakan adalah Cn235 dengan penerbangan setiap hari Jumat,
Sabtu dan Minggu. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami penerbangan di
Bandara Nusawiru jarang dioperasionalkan kembali; dan (4) Transportasi laut.
Perhubungan laut atau sungai di Ciamis dilakukan melalui Pelabuhan Majingklak
dan Pelabuhan Santolo yang berada di Kecamatan Kalipucang.
Terdapat beberapa jenis angkutan di areal objek wisata Pantai
Pangandaran antara lain sepeda, sepeda motor dan becak. Para wisatawan dapat
menyewa sepeda dan sepeda motor tersebut dengan harga yang relatif murah.
Dan apabila wisatawan ingin menikmati pantai pasir putih dan melihat taman laut
yang berada di kawasan Cagar Alam, wisatawan dapat menggunakan perahu
wisata yang banyak ditawarkan di sekitar pantai.
91
Kondisi jalan yang berada di kawasan wisata Pantai Pangandaran sudah
sangat baik, karena jalan-jalan tersebut sudah beraspal mulus dan penerangan
jalan disekitar Pantai Pangandaran juga sudah memadai.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil dan pembahasan ini dibahas mengenai analisis lingkungan
internal, identifikasi kekuatan dan kelemahan pengelola, dan matriks IFE. Selain
itu juga dibahas mengenai analisis lingkungan eksternal, identifikasi peluang dan
ancaman, dan juga matriks EFE. Dari matriks IFE dan EFE akan didapatkan
matriks Internal-Eksternal dan matriks strategi berdasarkan analisis SWOT. Dari
matriks SWOT dilakukan perangkingan strategi, yang dapat dijadikan prioritas
utama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis.
6.1 Analisis Lingkungan Internal
6.1.1 Operasi Manajemen
Manajemen yang diterapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Ciamis mengikuti sistem manajemen yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sehingga segala peraturan yang digunakan mengacu pada landasan
hukum formil yang telah ditetapkan seperti Undang-undang, Surat Keputusan
Gubernur, Perda, dan Keputusan Bupati.
Perencanaan yang dilaksanakan oleh pihak pengelola tersusun pada
Renstra Dinas yang mengacu pada Renstra Kabupaten Ciamis. Didalam renstra
tertuang visi, misi, tujuan dan sasaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Ciamis. Selain itu juga terdapat program-program yang akan
dijalankan oleh Dinas selama 5 tahun periode.
Sumberdaya manusia yang terdapat pada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis berjumlah 163 orang yang terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebanyak 73 orang dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK)
sebanyak 90 orang. Jumlah tenaga kerja kontrak yang cukup besar tersebut
ditempatkan di lapangan sebagai petugas pemungut retribusi, petugas kebersihan
dan petugas lapangan lainnya.
Secara kuantitas, sumberdaya manusia pada Dinas sudah tercukupi namun
dengan masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur
menjadikan kualitas sumberdaya manusianya masih belum mencukupi. Untuk
mengatasi hal tersebut, pihak pengelola melaksanakan / mengikutsertakan aparat
93
Dinas dalam pendidikan / kursus-kursus / seminar kepariwisataan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi. Selain itu juga
mengikutsertakan aparat Dinas dalam pendidikan perjenjangan seperti Diklat
keahlian dan Diklat perjenjangan karir.
Sistem jenjang karir/jabatan dan sistem penggajian pada pegawai negeri
sipil sudah mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada
sistem penggajian, setiap aparat mendapatkan gaji pokok, tunjangan keluarga,
tunjangan perbaikan penghasilan, tunjangan jabatan, serta tunjangan khusus yang
disesuaikan dengan jabatan masing-masing aparat. Pegawai negeri sipil juga
mendapatkan pelayanan lain yang mengacu pada aspek kesejahteraan seperti
asuransi kesehatan (askes), dana pensiun dan taspen.
Pada Dinas, terdapat evaluasi kerja yang dilakukan dengan periode waktu
yang berbeda. Evaluasi kerja pada Dinas dilakukan oleh jabatan fungsional yang
bertugas, BPK, KPK, dan BPKP. Secara personal, aspek penilaian kinerja dinilai
berdasarkan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) Pegawai Negeri Sipil
yang dilakukan setiap tahun. Kriteria / indikator yang dinilai adalah kesetian,
prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan
kepemimpinan. Hasil dari DP3 ini akan mempengaruhi perjalanan karir personal
yang dinilai baik dari segi promosi jabatan maupun kenaikan gaji.
6.1.2 Keuangan dan Akuntansi
Pengelolaan keuangan pada pihak pengelola dilakukan oleh Sub Bagian
Keuangan yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Keuangan yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Sub Bagian
Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana anggaran,
pengelolaan administrasi keuangan dan fasilitasi kebendaharaan.
Sebagai lembaga yang merupakan bagian dari pemerintahan, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mendapatkan dana dari APBD
Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN. Pada tahun 2006, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mendapat alokasi dana (sebagaimana tercantum
dalam APBD Kabupaten Ciamis 2006) sebesar Rp 9.454.473.000,- yang terbagi
atas : (1) Adum sebesar Rp 917.438.646,-, (2) Belanja Aparatur sebesar Rp
1.874.832.340,-, (3) Belanja Publik sebesar Rp 3.387.710.300,-, serta (4)
94
Kegiatan-kegiatan lain sebesar Rp 3.274.491.714,- yang diantaranya untuk
belanja pegawai, pengadaan peralatan penyelamat pantai, penyelenggaraan
pameran, dan lain-lain.
Sumber dana untuk pelaksanaan program peningkatan pembangunan di
bidang kebudayaan diperoleh dinas dari APBD Kabupaten Ciamis sebesar Rp
837.682.000,-, dari APBD Propinsi Jawa Barat sebesar Rp 237.000.000,-,
sedangkan bantuan dari APBN Rp 212.000.000,-. Anggaran tersebut
dilaksanakan melalui peningkatan apresiasi seni budaya dan pelestarian sejarah
purbakala, antara lain : penyelenggaraan pentas seni, penataan situs, kegiatan
pelatihan tenaga juru pelihara, pendataan kesejarahan kepurbakalaan, dan
sebagainya.
Pada bidang kepariwisataan, kegiatan yang terkait dengan objek wisata
Pantai Pangandaran diantaranya : (1) Event-event kepariwisataan dengan
anggaran Rp 737.682.000,- yang bersumber dari APBD; (2) Pentas Seni Pasca
Tsunami dengan anggaran Rp 212.000.000,- yang bersumber dari bantuan APBN
pasca tsunami; (3) Pengadaan peralatan penyelamat pantai dengan anggaran Rp
187.250.000,- yang bersumber dari APBD; (4) Pembangunan pos pengaman
pantai dengan anggaran Rp 112.000.000,- yang bersumber dari APBN; (5)
Pembuatan kantor UPTD dan Toll Gate Pangandaran dengan anggaran Rp
125.000.000,- yang bersumber dari APBD; (6) Penyelenggaraan pameran di
dalam dan luar Kabupaten dengan anggaran Rp 350.000.000,- yang bersumber
dari APBD dan APBN pasca tsunami; dan (7) Pendataan potensi dan pembuatan
display data potensi wisata dan kebudayaan dengan anggaran Rp 25.000.000,-
yang bersumber dari APBD.
Pendapatan Asli Daerah tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp
4.161.335.000,-, namun dengan terjadinya tsunami maka dalam perubahan
anggaran tahun 2006, target diturunkan menjadi Rp 1.506.768.000,- dan
terealisasi Rp 1.224.132.275,- dengan prosentase capaian target sebesar 81%.
Banyaknya kunjungan wisatawan nusantara dengan target 1.748.200 orang
tercapai 666.437 orang dengan prosentase 38.12% dan wisatawan mancanegara
dengan target 14.700 orang tercapai 4.433 orang dengan prosentase 30.16%.
95
Pada objek wisata Pantai Pangandaran, jumlah arus kunjungan tahun 2006
mencapai 290.710 orang yang terdiri dari wisatawan nusantara sebesar 289.102
orang dan wisatawan mancanegara sebesar 1.608 orang dengan pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp 788.878.600,-. Pada tahun 2006 tersebut jumlah wisatawan
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2005. Jumlah arus
kunjungan yang terjadi pada tahun 2005 mencapai 384.204 orang yang terdiri dari
wisatawan nusantara sebesar 381.631 orang dan wisatawan mancanegara sebesar
2.573 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1.047.375.800,-.
Tahun 2007, jumlah arus kunjungan yang terjadi sampai dengan bulan Mei adalah
sebesar 48.647 orang yang terdiri dari wisatawan nusantara sebesar 47.760 orang
dan wisatawan mancanegara sebesar 887 orang dengan pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 127.249.900,-.
Secara umum, pengelolaan keuangan yang berada pada pihak pengelola
sudah terstruktur dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari pengalokasian dana yang
masuk dan keluar sudah cukup terealisasi. Terjadinya tsunami di kawasan objek
wisata telah menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana yang ada, sehingga
untuk memperbaiki kondisi tersebut diperlukan dana yang cukup besar.
6.1.3 Produksi/Operasi
Produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola bersumber dari alam
yang berada dikawasan objek wisata. Keistimewaan alam yang terdapat di
kawasan objek wisata Pantai Pangandaran diantaranya wisatawan dapat melihat
terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama, pantainya landai dengan
air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga
memungkinkan wisatawan untuk berenang dengan aman, terdapatnya pantai
dengan hamparan pasir putih, terdapatnya taman laut dan mengalirnya
Cirengganis yang konon dapat membuat orang awet muda. Selain itu, terdapat
pula Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka sebagai pendukung wisata
alam. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain berenang,
berperahu pesiar, memancing, jetski, parasailing, berkeliling dengan sepeda dan
tentunya menikmati panorama alam yang ada. Produk wisata lain yang terdapat
dikawasan objek wisata diantaranya wisata kuliner dengan tersedianya berbagai
restoran dan cafe dan wisata belanja dengan adanya kios-kios pakaian dan
96
souvenir. Wisatawan juga dapat menikmati atraksi-atraksi wisata yang rutin
diselenggarakan oleh pihak pengelola yang diantaranya Festival Layang-layang /
Pangandaran Kite Festival, pemilihan Putra-Putri Pariwisata, Hajat Laut,
Pangandaran Lautan Scooter dan lain-lain.
Aktivitas pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran secara penuh berada
di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis namun dalam
pelaksanaan teknisnya ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Ciamis Selatan. Kantor UPTD berada di objek wisata Pangandaran dan
merupakan bagian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kantor UPTD
dipimpin oleh Kepala UPTD yang dibantu oleh pelaksana teknis administrasi tata
usaha, pelaksana teknis pengamanan dan penyuluhan, pelaksana teknis atraksi dan
rekreasi, pelaksana teknis pendapatan, dan kelompok jabatan fungsional.
Produk wisata sangat berbeda dengan produk barang. Produk wisata tidak
dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan sehingga produk wisata tersebut
harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Selain itu, proses produksi
dari produk wisata juga berbeda dengan proses produksi dari produk barang.
Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk tersebut
dinikmati oleh wisatawan. Oleh karena itu, maka aktivitas produksi dari produk
wisata pantai/bahari Pantai Pangandaran adalah saat wisatawan datang dan
menikmati objek wisata yang ditawarkan seperti berenang, berperahu pesiar,
memancing, jetski, parasailing, berkeliling dengan sepeda dan berjalan-jalan di
tepi pantai sambil menikmati panorama alam. Sehingga apa yang diperoleh oleh
wisatawan setelah ”mengkonsumsi” produk wisata adalah pengalaman.
Produk wisata pantai/bahari sangat tergantung pada kualitas lingkungan
dimana aktivitas wisata tersebut diadakan. Sehingga, untuk mempertahankan
kualitas lingkungan tersebut, pihak pengelola harus mampu menjaga,
mengembangkan dan menata objek wisata semaksimal mungkin. Selain itu, pihak
pengelola juga harus meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam
kegiatan kepariwisataan yang diterapkan melalui sadar wisata. Hal ini sangatlah
penting dikarenakan kawasan objek wisata masih berbaur dengan masyarakat
sekitar.
97
Aktivitas wisata merupakan suatu proses mengkonsumsi produk wisata.
Dalam aktivitas wisata, fasilitas yang tersedia dikawasan wisata sangat penting.
Fasilitas yang tersedia di Pantai Pangandaran antara lain : (1) Lapangan parkir
yang cukup luas; (2) Hotel, restoran, penginapan, pondok wisata dengan jumlah
106 buah; (3) Pelayanan pos, telekomunikasi dan money changer; (4) Gedung
bioskop dan diskotik; (5) Pramuwisata dan pusat informasi pariwisata; (6) Bumi
perkemahan; dan (7) Penyewaan sepeda, ban renang, parasailing, jetski dan
banana boat.
Pihak pengelola juga membangun pos-pos pengamanan yang berada
dipesisir pantai untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan khususnya
dalam hal pengamanan.. Selain itu juga terdapat menara pengawas dan petugas
balawisata (tim penyelamat) yang disertai dengan mobil dinas. Adanya pos-pos
pengamanan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak
pengelola, namun hal tersebut masih belum memadai apabila tidak disertai dengan
pelayanan-pelayanan lainnya seperti kebersihan dan keindahan. Hal ini dapat
terlihat dari masih adanya puing-puing bangunan akibat tsunami yang belum
dibersihkan.
6.1.4 Penelitian dan Pengembangan
Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang
merupakan pihak pengelola dari Pantai Pangandaran, sampai saat ini belum
memiliki divisi penelitian dan pengembangan (litbang). Walaupun demikian,
pihak pengelola berusaha untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif
dibidang kepariwisataan, mengembangkan SDM dalam aparatur Dinas, serta
mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan melalui program-
program yang sesuai dengan misi yang diemban. Program-program tersebut
diantaranya : (1) mengadakan kerjasama dengan investor bertarap regional,
nasional maupun internasional; (2) melaksanakan pembinaan, penataran, pelatihan
dan seminar bagi para pelaku wisata dan budaya; (3) mengadakan studi banding
ke wilayah lain; (4) mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga, dinas,
instansi terkait yang bersifat regional, nasional dan internasional; serta (5)
mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan, menyusun paket wisata dan
mengadakan kerjasama dengan pihak swasta baik bertarap regional, nasional
98
maupun internasional. Program-program diatas ditujukan untuk mengembangkan
kualitas pariwisata baik dari segi SDM, produk, dan promosi.
Salah satu bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh pihak pengelola
dengan pihak luar yaitu dengan PT. Djarum yang telah menjadi salah satu sponsor
dalam event Pangandaran Kite festival yang diadakan pada bulan Juli 2006
dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Pantai Pangandaran. Pihak
pengelola juga melakukan suatu bentuk kerjasama dengan Badan Arkeologi
Propinsi Jawa Barat dan dengan Balai Kajian dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa
Barat dalam mengadakan seminar kesejarahan. Selain itu, pihak pengelola juga
melakukan kerjasama dengan Universitas Galuh dalam pembuatan buku sejarah
Ciamis. Langkah lain yang terkait dengan penelitian dan pengembangan adalah
dengan memfasilitasi dan memberikan kemudahan bagi setiap pihak yang
bermaksud untuk mengadakan penelitian di kawasan objek wisata Pantai
Pangandaran seperti mahasiswa, peneliti dan lainnya. Dengan harapan, hasil
penelitian tadi dapat bermanfaat bagi pihak pengelola.
Setelah terjadinya tsunami, pihak pengelola melakukan suatu koordinasi
dengan BMG. Hal yang dilakukan oleh pihak pengelola yaitu memuat berita-
berita pariwisata pasca tsunami di Kabupaten Ciamis dengan menyebarluaskan
penjelasan dari BMG Propinsi Jawa Barat bahwa tsunami tidak akan terjadi lagi di
Pangandaran dan sekitarnya melalui media massa dan media elektronik. Guna
memenuhi harapan dan keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi,
konsumsi, dan keamanan, maka diperlukan koordinasi yang cukup luas diantara
pihak yang terkait. Hal ini masih menjadi suatu kendala dari pihak pengelola
karena masih lemahnya koordinasi antara pihak pengelola dengan pihak lain yang
terkait dalam pengembangan kepariwisataan.
6.1.5 Sistem Informasi Manajemen
Terdapatnya sarana komunikasi seperti telepon dan fax telah mendukung
kinerja dari Dinas. Begitu pula dengan ketersediaan komputer beserta perangkat
pendukungnya seperti printer dan teknologi internet. Bahkan pihak pengelola
juga telah memiliki website sendiri yaitu www.ciamistourism.com. Dengan
adanya situs tersebut, diharapkan pihak pengelola dapat memberikan informasi-
informasi yang diinginkan oleh masyarakat luas / wisatawan mengenai pariwisata
99
yang berada di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran. Teknologi
internet juga mendukung kinerja dari pihak pengelola dalam rangka promosi
pariwisata untuk menjangkau wisatawan mancanegara. Sampai saat ini, sarana
komunikasi yang ada pada Dinas sudah mencukupi baik secara kuantitas maupun
kualitas.
6.1.6 Pasar dan Pemasaran
Sesuai dengan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
yaitu dengan mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata, maka
pembangunan pariwisata dan kebudayaan perlu terus dikembangkan sebagai
sumber pendapatan daerah yang dapat memberikan efek multiplier terhadap
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan. Dan sejalan dengan misi
yang diemban oleh pihak pengelola, meningkatnya kunjungan wisatawan ke
objek-objek wisata akan mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi di
berbagai sektor yang pada gilirannya akan mampu membuka luas kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha.
Pihak pengelola tidak memiliki paket wisata khusus dalam hal produk
wisata, sedangkan konsep wisata yang dibangun oleh pihak pengelola yaitu wisata
alam. Sehingga produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola adalah
wisata pantai / bahari. Selain itu, para wisatawan juga dapat menikmati wisata
belanja dan wisata kuliner yang berada di kawasan objek wisata Pantai
Pangandaran.
Pantai Pangandaran merupakan objek wisata alam yang menawarkan
keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Keistimewaan yang dimiliki oleh Pantai
Pangandaran antara lain : (1) Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari
tempat yang sama, (2) Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara
pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang
dengan aman, (3) Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih, (4) Tersedia tim
penyelamat wisata pantai, (5) Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan
penerangan jalan yang memadai, (6) Terdapat taman laut dan mengalirnya
Cirengganis yang konon bisa membuat orang awet muda, (7) Terdapat Cagar
Alam dengan flora dan fauna yang langka, (8) Goa Alam dan Goa-goa buatan
pada waktu penjajahan Jepang.
100
Dari segi harga, pihak pengelola hanya mengenakan karcis masuk. Karcis
masuk yang dikenakan tersebut terdiri atas tarif retribusi objek wisata, retribusi
parkir, retribusi sampah, premi asuransi dan retribusi kendaraan. Untuk pejalan
kaki tarif masuk yang dikenakan sebesar Rp 2.500,-, untuk sepeda motor Rp
5.900,-, untuk sedan/jeep Rp 14.200,-, mobil penumpang sejenis Rp 27.200,-,
mobil penumpang besar Rp 40.200,-, bus kecil Rp 52.700,-, bus sedang Rp
79.500,- dan untuk bus besar Rp 130.500,-. Pada karcis masuk terdapat premi
asuransi yang merupakan bentuk perlindungan kepada wisatawan yang berada di
kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Untuk fasilitas hotel yang berada di
kawasan objek wisata Pangandaran, harga yang ditawarkan bervariasi antara Rp
50.000,- sampai dengan Rp 800.000,- per malam dengan jumlah hotel sebanyak
106 buah. Selain itu, terdapat juga berbagai macam restoran dan café serta kios-
kios souvenier yang menawarkan berbagai macam souvenier khas Pangandaran.
Bencana tsunami telah menyebabkan trauma psikologi bagi masyarakat
sekitar, dan dengan adanya pemberitaan-pemberitaan yang muncul di media telah
menyebabkan ketakutan bagi calon wisatawan yang akan berkunjung. Sehingga
kunjungan wisatawan pasca bencana tsunami mengalami penurunan yang cukup
besar. Padahal dalam hal jumlah kunjungan wisatawan, pihak pengelola tidak
membatasi jumlah wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata Pantai
Pangandaran.
Pihak pengelola melakukan berbagai rehabilitasi sarana dan prasarana
yang rusak, meningkatkan pengawasan dan pengamanan terhadap wisatawan,
serta melakukan berbagai kegiatan promosi baik di dalam maupun luar Kabupaten
Ciamis yang bertujuan untuk memulihkan kondisi pariwisata pasca tsunami.
Pihak pengelola juga menggunakan beberapa bauran promosi untuk
mempromosikan produk wisatanya, seperti (1) periklanan (advertising), bentuk
media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard,
dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com, (2) promosi penjualan
dengan menyebarkan brosur, leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau
event-event yang diselenggarakan serta diikuti pihak pengelola, (3) kehumasan
(public relation), dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak
pengelola menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang
101
menyatakan bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi, serta (4)
melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial
Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola
diantaranya :
1. Penyelenggaraan event-event kepariwisataan, antara lain : Festival
Layang-layang, Moka, Festival Putra – Putri Pantai, Helaran Seni
Tradisional, Upacara Tradisional Hajat Laut, Pentas Seni Tradisional dan
Modern, Pentas Seni Pasca Tsunami, Festival Band Pelajar, Pemilihan
Putra – Putri Pariwisata, Wisata Lintas Alam, dan Pacuan Kuda.
2. Menyelenggarakan dan mengikuti pameran-pameran baik didalam maupun
luar Kabupaten Ciamis, diantaranya : Pameran “Ciamis Expo”, Gebyar
Wisata Nusantara, Jabar Travel Exchange, Royal Tourism Indonesia
Market & Expo 2006, Nusa Dua Bali Festival 2006, Pameran
Kepariwisataan di Yogyakarta, Pameran Kepariwisataan di Bandung, dan
Jabar Expo.
3. Penyebaran brosur, leaflet, booklet dan VCD tentang objek wisata Pantai
Pangandaran yang disebarkan pada saat event-event atau pameran.
Produk wisata pantai/bahari tidak dapat didistribusikan sebagaimana
produk barang. Sehingga hal yang dapat didistribusikan adalah informasi-
informasi mengenai objek wisata Pantai Pangandaran. Adanya teknologi internet
juga memudahkan pihak pengelola untuk memasarkan produk wisatanya dengan
lebih luas hingga ke mancanegara. Hal ini penting karena sampai saat ini,
jaringan pemasaran pariwisata secara luas masih belum berkembang.
Dalam pariwisata, pendistribusian juga menyangkut pada angkutan wisata
yang akan digunakan oleh wisatawan menuju kawasan wisata. Secara geografis,
Kabupaten Ciamis terletak cukup jauh dari ibukota Jakarta dengan waktu tempuh
sekitar 6 jam. Namun, untuk menjangkau Kabupaten Ciamis terdapat beberapa
transportasi umum yang dapat digunakan. Transportasi umum yang dapat
digunakan antara lain : (1) Transportasi darat dengan menggunakan bus-bus antar
propinsi dan dalam propinsi. Untuk menuju objek wisata Pangandaran tersedia
bus maupun micro bus dengan jurusan Bandung-Pangandaran, Jakarta-
Pangandaran, maupun Tasikmalaya-Pangandaran; (2) Transportasi darat dengan
102
menggunakan kereta api. Stasiun kereta api Ciamis dilalui oleh jalur utama kereta
api yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Surabaya dengan satu buah stasiun
pemberhentian yang terletak di Kabupaten Ciamis; (3) Transportasi udara.
Kabupaten Ciamis memiliki satu bandara Nusawiru yang terletak tidak jauh dari
Pangandaran sekitar 21 Km, tepatnya di Kecamatan Cijulang. Bandara ini
dipergunakan sejak bulan Juli 2004 dengan tujuan Bandung-Nusawiru. Jenis
pesawat yang dipergunakan adalah Cn235 dengan penerbangan setiap hari Jumat,
Sabtu dan Minggu. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami penerbangan di
Bandara Nusawiru jarang dioperasionalkan kembali; dan (4) Transportasi laut.
Perhubungan laut atau sungai di Ciamis dilakukan melalui Pelabuhan Majingklak
dan Pelabuhan Santolo yang berada di Kecamatan Kalipucang.
Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang telah dilakukan oleh pihak
pengelola sudah cukup baik, baik dari segi harga maupun promosi. Akan tetapi
dari segi produk masih perlu pengembangan sehingga produk wisata yang
ditawarkan dapat lebih bervariatif.
6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
6.2.1 Kekuatan Pengelola
Kekuatan dari pihak pengelola dalam hal operasi manajemen dapat terlihat
dari sistem manajemen yang jelas, karena pihak pengelola merupakan lembaga
yang berada dalam pemerintahan. Sebagai salah satu lembaga pemerintah, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis memiliki visi, misi, tujuan dan
sasaran yang jelas pula. Untuk mencapai misi dan tujuan tertentu, pihak
pengelola menyusun suatu program-program yang akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan perencanaan pembangunan tahunan. Selain itu, pada Dinas ini juga
tersusun struktur organisasi yang saling melengkapi dengan jumlah sumberdaya
manusia yang tercukupi, yang terdiri dari 73 orang pegawai negeri sipil dan 90
orang tenaga kerja kontrak. Untuk masalah keuangan, pihak pengelola
mendapatkan anggaran dari APBD setiap tahunnya, anggaran tersebut
dialokasikan untuk adum, belanja aparatur dan belanja publik. Selain dari APBD,
pihak pengelola juga mendapatkan dana dari APBN.
103
Dari segi produk, Pantai Pangandaran menawarkan keistimewaan-
keistimewaan alam dengan ciri khas yang dimilikinya. Adanya Cagar Alam
Pananjung dengan flora dan fauna yang langka, telah menjadikan Pantai
Pangandaran menjadi lebih menarik karena merupakan objek wisata pendukung
bagi Pantai Pangandaran. Kelebihan lain yang terdapat di kawasan wisata Pantai
Pangandaran yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap seperti
adanya lapangan parkir yang cukup luas, hotel, restoran, pelayanan pos, money
changer, gedung bioskop, pramuwisata, pusat informasi pariwisata dan
sebagainya. Pihak pengelola lebih memperhatikan ketertiban dan keamanan di
sekitar kawasan objek wisata setelah terjadinya tsunami.. Adanya pos
pengawasan dan menara pengawasan, serta adanya balawisata dengan disertai
peralatan penyelamat pantai merupakan wujud dari pelayanan pihak pengelola
dalam rangka menciptakan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan yang
datang.
Kekuatan pengelola dari segi pemasaran terletak pada ”Price”, yaitu tarif /
karcis masuk yang relatif murah. Dan dalam rangka untuk melindungi wisatawan,
pihak pengelola juga telah menyertakan asuransi kecelakaan pada setiap karcis
yang dibayar oleh wisatawan. Asuransi tersebut berlaku hanya untuk kecelakaan
yang terjadi di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Kekuatan lain yang
dimiliki oleh pihak pengelola yaitu dari segi ”Promotion”. Pihak pengelola telah
melakukan kegiatan-kegiatan promosi secara terus menerus, baik melalui event-
event, pameran-pameran, ataupun penyebaran brosur, leaflet, dan booklet. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun mancanegara. Adanya teknologi internet telah mempermudah
promosi pariwisata yang dilakukan oleh pihak pengelola, karena dengan internet
pihak pengelola dapat mempromosikan produknya hingga ke mancanegara. Dan
dengan dimilikinya website sendiri, pihak pengelola dapat memberikan informasi-
informasi tentang pariwisata di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran.
6.2.2 Kelemahan Pengelola
Kelemahan yang terkait dengan sumberdaya manusia adalah masih
lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur dalam bidang pariwisata. Hal
ini masih menjadi kendala bagi pihak pengelola dalam pengembangan
104
kepariwisataan, meskipun jumlah sumberdaya manusia yang ada sudah
mencukupi.
Masih lemahnya pelaksanaan koordinasi antara Bidang / Dinas / Badan /
Lembaga terkait juga merupakan salah satu kelemahan pihak pengelola.
Mengingat pelaksanaan tugas pengembangan kepariwisataan memerlukan tingkat
koordinasi yang cukup luas, yang bertujuan untuk memenuhi harapan dan
keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi, konsumsi dan
keamanan, maka dengan adanya koordinasi yang baik antara lembaga terkait
akan mempermudah proses pengembangan kepariwisataan tersebut. Kelemahan
lain yang masih berhubungan dengan masih lemahnya koordinasi antara lembaga
terkait yaitu belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah. Meskipun
pihak pengelola sudah membangun kantor UPTD dan Toll Gate Pangandaran
sebagai bentuk pelayanan kepada wisatawan, namun hal tersebut masih belum
dapat meningkatkan pelayanan kepariwisataan karena bentuk pelayanan kepada
wisatawan tidak hanya sebatas itu saja tetapi juga menyangkut kebersihan,
keindahan, kenyamanan dan keamanan selama berada di kawasan objek wisata.
Kelemahan lain pihak pengelola yaitu tidak adanya Divisi Penelitian dan
Pengembangan (Litbang). Dengan belum adanya divisi litbang, pihak pengelola
hanya menjalankan program-program yang menyangkut pada pengembangan
kepariwisataan baik dari segi SDM, produk, dan promosi sehingga hasil yang
didapatkan belum sepenuhnya maksimal.
Kelemahan pengelola dari segi pemasaran yaitu belum berkembangnya
jaringan pemasaran wisata. Walaupun pihak pengelola telah memanfaatkan
teknologi internet untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun dengan
terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional yang terus menerus telah
menyebabkan trauma dan ketakutan pada masyarakat / wisatawan untuk
berkunjung ke daerah wisata terutama pantai / laut.
6.3 Matriks IFE
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat disimpulkan bahwa
pihak pengelola, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
105
Ciamis secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata. Hal ini
dapat dilihat dari nilai total skor yaitu sebesar 2,9779.
Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 4, lampiran
5, dan lampiran 8. Lampiran 4 dan lampiran 5 merupakan penilaian bobot dan
rating faktor strategis internal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan pada
lampiran 8 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis internal dari
kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan matriks
IFE yang ditampilkan pada tabel 21 dibawah ini.
Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa kekuatan utama pihak pengelola adalah
terdapatnya Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari dengan skor 0,2410.
Adanya Cagar Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka menjadi nilai
tambah bagi objek wisata Pantai Pangandaran. Faktor kedua adalah adanya
fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai dengan skor 0,2314.
hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya lapangan parkir yang luas, hotel dengan
jumlah 106 buah, restoran dan cafe, kios-kios souvenier, dan sebagainya yang
merupakan fasilitas yang tersedia bagi wisatawan. Selain itu, sarana transportasi
menuju objek wisata juga memadai. Para wisatawan dapat melakukan perjalanan
dengan menggunakan transportasi darat seperti bus atau kereta api, transportasi
laut, dan dengan transportasi udara melalui Bandara Nusawiru. Faktor ketiga
adalah karcis disertai dengan asuransi kecelakaan dengan skor sebesar 0,2313.
Pasca terjadinya bencana alam tsunami, pihak pengelola lebih meningkatkan
keselamatan wisatawan dengan disertainya asuransi kecelakaan. Faktor keempat
adalah adanya anggaran dari APBD per tahun dengan skor 0,2153. Adanya
anggaran rutin yang diterima oleh pihak pengelola juga merupakan salah satu
kekuatan dari pihak pengelola untuk menunjang kegiatan Dinas. Faktor kelima
yang menjadi kekuatan pihak pengelola adalah tarif masuk murah dengan skor
0,2149. Dengan tarif masuk yang cukup murah, Pantai Pangandaran dapat
dijangkau oleh masyarakat dengan semua golongan ekonomi. Kemudian faktor
keenam adalah kegiatan promosi secara terus menerus dengan skor 0,2024. Hal
tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan promosi yang dilakukan pihak
pengelola untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke objek wisata Pantai
Pangandaran.
106
Tabel 21.. Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Faktor Penentu Kekuatan
Bobot Rata-rata
Rating Rata-rata Skor
A. Tarif masuk murah 0,0716 3 0,2149B. Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 0,0523 2,5 0,1309C. Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung
wisata bahari 0,0689 3,5 0,2410D. Terdapat tim penyelamat 0,0532 3,5 0,1863E. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat
wisata memadai 0,0771 3 0,2314F. Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 0,0578 4 0,2313G. Kegiatan promosi secara terus menerus 0,0578 3,5 0,2024H. Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 0,0606 2,5 0,1516I. Adanya anggaran dari APBD per tahun 0,0615 3,5 0,2153J. Sistem operasi manajemen pengelolaan yang
jelas 0,0588 2,5 0,1470K. Adanya kebijakan dan program-program
yang terstruktur 0,0505 3 0,1515L. Sudah memiliki website sebagai sistem
informasi 0,0532 3 0,1597Kelemahan
M. Tidak adanya Divisi Litbang 0,0514 2,5 0,1286N. Masih lemahnya koordinasi antara
Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 0,0514 3 0,1543O. Belum berkembangnya jaringan pemasaran
Wisata 0,0652 2,5 0,1630P. Belum meningkatnya pelayanan
kepariwisataan daerah 0,0560 2,5 0,1401Q. Masih lemahnya pengetahuan dan
keterampilan aparatur pariwisata 0,0514 2,5 0,1286TOTAL 1 2,9779
Sumber : Data primer, diolah (2007)
Kekuatan-kekuatan lain yang menjadi faktor pendukung meskipun tidak
terlalu dominan yang dapat dilihat dari skor masing-masing indikator, yaitu untuk
faktor ketujuh adalah terdapatnya tim penyelamat dengan skor 0,1863. Hal ini
merupakan wujud dari upaya pihak pengelola untuk meningkatkan keamanan.
Faktor kedelapan adalah sudah memiliki website sebagai sistem informasi dengan
skor 0,1597. Faktor kesembilan adalah kuantitas sumberdaya manusia tercukupi
dengan skor 0,1516. Faktor kesepuluh adalah adanya kebijakan dan program-
program yang terstruktur dengan skor 0,1515. Faktor berikutnya adalah sistem
107
operasi manajemen pengelolaan yang jelas dengan skor 0,1470. Faktor
kesembilan, kesepuluh dan kesebelas tersebut merupakan faktor-faktor yang
terkait dengan manajemen pihak pengelola. Dan faktor terakhir yang menunjang
kekuatan pihak pengelola adalah produk memiliki keistimewaan / ciri khas
dengan skor 0, 1309.
Kelemahan utama pihak pengelola adalah belum berkembangnya jaringan
pemasaran wisata dengan skor 0,1630. Pasca terjadinya bencana alam tsunami,
wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun cukup drastis
sehingga jaringan pemasaran pariwisata sulit berkembang. Faktor kedua yang
menjadi kelemahan pihak pengelola adalah masih lemahnya koordinasi antara
Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait dengan skor 0,1543. Untuk memenuhi
harapan dan keinginan wisatawan, pihak pengelola juga memerlukan koordinasi
antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait baik dalam hal transportasi,
akomodasi, konsumsi dan keamanan agar wisatawan yang datang mendapatkan
pelayanan terbaik dari pihak pengelola. Kelemahan ketiga pihak pengelola adalah
belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah dengan skor 0,1401.
Faktor ini terkait dengan faktor sebelumnya, karena pelayanan kepariwisataan
juga menyangkut kebersihan, ketertiban dan keamanan wisatawan pada saat
berada di kawasan wisata yang juga melibatkan peran serta dari lembaga lain.
Faktor keempat dan kelima yang juga menjadi kelemahan pihak pengelola adalah
tidak adanya Divisi Litbang dan masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan
aparatur pariwisata, yang keduanya memiliki skor yang sama sebesar 0,1286.
Faktor keempat dan kelima tersebut tidak terlalu dominan apabila dilihat dari
skornya yang relatif kecil bila dibandingkan dengan faktor lainnya.
6.4 Analisis Lingkungan Eksternal
6.4.1 Faktor Politik
Pemerintah memegang peranan penting dalam setiap peraturan dan
kebijakan kepariwisataan yang dikeluarkan. Sektor pariwisata mengalami
goncangan pasca terjadinya kasus bom Bali dan musibah nasional yang melanda
Indonesia. Maka dari itu, dukungan pemerintah dalam memulihkan sektor
pariwisata sangat berarti bagi pelaku usaha pariwisata. Tahun 2008 ini, Indonesia
108
tengah menggelar program Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia
Year/VIY) dengan mentargetkan 7 juta kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) serta devisa sebesar US$ 6,4 miliar. Untuk mendorong pertumbuhan
pariwisata nasional, Departemen Perhubungan (Dephub) melakukan lima
kebijakan di sektor transportasi yang diantaranya melalui peningkatan frekuensi
penerbangan nasional ke negara asal wisman (Depbudpar 2008).
Langkah strategis juga tengah dilakukan oleh Departemen Luar Negeri
(Deplu) dalam rangka VIY 2008. Langkah strategis tersebut antara lain
membantu mempromosikan VIY di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini
menjadi sumber wisatawan. Deplu bersama Depbudpar memasang branding
pariwisata di setiap kantor perwakilan RI di luar negeri, serta menyediakan
informasi terkini mengenai citra Indonesia antara lain seputar bencana alam,
terorisme, dan wadah penyakit yang terjadi di Indonesia (Depbudpar 2008).
Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan wisman di
sejumlah pintu masuk dan destinasi utama di Indonesia, Depbudpar bekerja sama
dengan PT. Angkasa Pura, Dinas Pariwisata Daerah serta Asosiasi Pariwisata
akan melakukan kegiatan welcoming guest yang nantinya akan disandingkan
dengan information contact point. Kegiatan tersebut diharapkan akan
memberikan atmosfer keramahan dan kesukacitaan kepada wisman yang datang.
Kegiatan itu juga memberikan fungsi pendampingan kepada wisatawan berkaitan
dengan kebutuhan informasi mengenai destinasi dan perjalanan wisata mereka
(Depbudpar 2008).
Terjalinnya kerjasama yang baik dari pemerintah, pihak swasta, dan
asosiasi pariwisata diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pariwisata
nasional. Untuk skala internasional, Indonesia juga mengupayakan suatu
kerjasama antarnegara. Kerjasama yang saat ini tengah terjalin antara lain dengan
Malaysia dan Thailand yang tergabung dalam Wilayah Segitiga Pertumbuhan
(IMT-GT) yang sepakat untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan dari
ketiga negara tersebut melalui jalur penerbangan baru. Dalam pertemuan Menteri
Pariwisata ASEAN ke-11 yang berlangsung di Bangkok, Thailand juga dihasilkan
kesepakatan perlunya Joint ASEAN Tourism Promotion Strategy guna
meningkatkan kunjungan turis internasional ke ASEAN (Depbudpar 2008).
109
Selain itu, Indonesia juga ditetapkan sebagai tuan rumah untuk konferensi
internasional Tourism Satelite Account (TSA) tahun 2009 oleh Organisasi
Pariwisata Dunia (United Nation-World Tourism Organization). UN-WTO juga
memberi kepercayaan kepada Indonesia untuk duduk sebagai anggota executive
council komisi program maupun World Committe on Tourism Ethnics untuk
periode 2007-2009. Dengan akan diselenggarakannya konferensi bertaraf
internasional di Indonesia, membuktikan bahwa citra Indonesia di mata
internasional telah pulih (Depbudpar 2007).
Penyelenggaraan VIY diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
pariwisata nasional termasuk di Pangandaran.. Terjadinya bencana tsunami pada
tahun 2006 telah menyebabkan penurunan arus kunjungan wisman dari 2573
orang pada tahun 2005 menjadi 1608 orang pada tahun 2006. Untuk memulihkan
kondisi pariwisata pasca tsunami, pihak pengelola dalam hal ini Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis telah melakukan suatu kerjasama
dengan pemerintah pusat dan pihak swasta dalam menyelenggarakan Pentas Seni.
Dalam hal ini, pemerintah pusat telah memberikan bantuan dana yang berasal dari
APBN. Dan dengan membaiknya citra Indonesia di mata internasional
diharapkan akan memberikan dampak positif bagi industri pariwisata di
Pangandaran.
6.4.2 Faktor Ekonomi
Pasca terjadinya kasus bom Bali dan musibah nasional terus menerus,
sektor pariwisata di Indonesia mengalami kemunduran. Disaat industri pariwisata
nasional sedang mengalami goncangan, wisatawan nusantara (Wisnus) ternyata
mampu menjadi pilar ketahanan pariwisata nasional. Pada saat situasi bisnis
pariwisata tengah mengalami krisis, wisnus berperan besar dalam memulihkan
kondisi tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari relatif cepatnya pemulihan
kondisi pariwisata di Bali pasca bom Bali satu dan dua. Adanya peran serta
wisnus juga dirasakan oleh pihak pengelola Pantai Pangandaran. Cukup besarnya
antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata Pangandaran,
selain mempercepat pemulihan kondisi pariwisata juga memberikan peluang bagi
pihak pengelola untuk mengembalikan citra pariwisata. Cukup besarnya
antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata ternyata tidak didukung
110
oleh besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan. Masih rendahnya daya beli
masyarakat merupakan dampak dari inflasi yang terjadi akibat dari kenaikan BBM
yang sampai saat ini belum stabil.
Kendala lain yang sampai saat ini belum sepenuhnya bisa diselesaikan
pemerintah adalah penciptaan iklim yang kondusif untuk dunia usaha. Belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor
pariwisata merupakan cermin bahwa iklim investasi di Indonesia belum kondusif
dan belum dapat dijamin oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan fakta bahwa
para pengusaha dan calon investor harus menjalani rantai birokrasi yang panjang
dan ruwet agar dapat memulai usahanya di Indonesia. Penerapan berbagai macam
pajak dan pungutan (baik resmi maupun gelap) di tingkat pusat maupun daerah
terhadap para pengusaha telah membuat biaya usaha menjadi semakin tinggi.
Indonesia juga akan menghadapi persaingan yang ketat dengan negara-
negara lain dengan adanya arus globalisasi yang semakin kuat dan disepakatinya
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Baik dalam regional ASEAN maupun
dalam lingkup internasional. Kesepakatan AFTA, pada nantinya membuat setiap
negara di ASEAN terbuka untuk keluar masuknya produk maupun input produksi
dari dan ke luar negeri. Dalam tataran mikro, hal ini menyebabkan setiap
perusahaan di Indonesia tidak hanya harus menghadapi pesaing dari dalam, tetapi
juga berhadapan langsung dengan pesaing dari luar negeri. Tetapi disisi lain ini
merupakan peluang besar untuk memasarkan produk ke luar negeri.
Terkait dengan VIY, secara langsung maupun tidak langsung jumlah
wisman yang datang akan memberikan dampak positif bagi perekonomian.
Dengan semakin banyaknya jumlah wisman yang akan datang maka semakin
banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia. Pada tahun 2007, jumlah
wisman yang datang ke Indonesia mencapai 5,5 juta orang dengan devisa yang
diperoleh sebesar US$ 5 miliar. Pada tahun 2008 sebagai tahun VIY, target
jumlah wisman yang akan datang ditetapkan dalam tiga skenario sebesar 6 juta,
6,5 juta dan 7 juta, dan dari kunjungan tersebut diharapkan devisa yang akan
diperoleh sebesar US$ 6 miliar sampai dengan US$ 6,5 miliar (Depbudpar 2007).
Pada tahun 2007, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan
perjalanan mencapai 219,8 juta perjalanan dengan pengeluaran sebesar Rp 79,9
111
triliun dan pada tahun 2008 diperkirakan perjalanan wisnus akan meningkat
menjadi 223 juta perjalanan dengan total pengeluaran mencapai Rp 81,05 triliun.
Menurut hasil penelitian ilmiah Depbudpar menyebutkan bahwa kegiatan
pariwisata memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat, dimana
uang yang di belanjakan wisatawan (baik wisnus maupun wisman) langsung ke
tangan masyarakat. Selain itu juga devisa dari pariwisata langsung dirasakan oleh
rakyat, berbeda dengan devisa dari migas misalnya, harus masuk ke APBN
sehingga tidak langsung dinikmati oleh masyarakat (Depbudpar 2007).
6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan
Objek wisata Pantai Pangandaran memiliki potensi alam yang sangat
mendukung bagi kegiatan pariwisata. Tidak hanya potensi alam, potensi budaya
berupa kesenian daerah juga menjadi daya tarik wisata di Pantai Pangandaran.
Kesenian daerah yang masih dilestarikan oleh masyarakat diantaranya karawitan,
degung, wayang golek dan kesenian lainnya. Selain kesenian daerah, terdapat
pula upacara-upacara tradisional seperti hajat laut dan hajat bumi yang masih
dilakukan oleh masyarakat secara rutin. Adanya peninggalan-peninggalan sejarah
juga menjadi salah satu pendukung pariwisata di Kabupaten Ciamis.
Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata ternyata
tidak didukung oleh masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan dan
suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan wisata.
Masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata dinilai masih belum dapat
memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan padahal Kampanye Sadar
Wisata yang telah dicanangkan oleh pemerintah secara nasional bermuara pada
kesejahteraan masyarakat. Masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan objek wisata menjadi suatu kendala bagi pihak
pengelola.
Faktor alam dan lingkungan ternyata menjadi faktor penting dalam wisata
pantai / bahari. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus
menerus telah menyebabkan industri pariwisata khususnya wisata pantai / bahari
mengalami goncangan. Kerusakan dan trauma yang dialami oleh masyarakat atas
terjadinya bencana alam sedikit banyak telah mempengaruhi kondisi objek wisata.
112
Untuk memulihkan kondisi tersebut, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata (Depbudpar) melakukan suatu pelatihan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka pengentasan kemiskinan pasca musibah gempa dan tsunami di
Pantai Selatan Jawa yang terjadi pada Juli 2006 lalu. Pelatihan tersebut diawali di
Pantai Depok, Bantul (3/12/2007) kemudian berlanjut di Pantai Teluk Penyu,
Cilacap (6-7/12/2007) serta berakhir di Pantai Pangandaran, Ciamis (11-
12/12/2007). Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kepedulian Depbudpar
terhadap masyarakat korban bencana, sekaligus merupakan langkah nyata dalam
upaya memulihkan aktivitas kepariwisataan daerah yang terkena dampak bencana.
Pelatihan ini juga mendorong upaya pemberdayaan masyarakat serta mendukung
program pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui pemulihan dan
pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat. Pelatihan ini diikuti sekitar 60
pengusaha kecil dari tiga kabupaten dengan target sasaran untuk masing-masing
kabupaten berbeda. Di Pantai Depok, Bantul target sasarannya adalah pelaku
usaha warung makan, kemudian pelatihan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap target
sasarannya adalah usaha pengolahan ikan asin, dan untuk di Pantai Pangandaran,
Ciamis target sasarannya adalah pelaku usaha konveksi. Dengan adanya pelatihan
tersebut diharapkan para peserta pelatihan mampu mengembangkan diri, memiliki
kecakapan tambahan dalam mengembangkan usaha, serta bangkit dari
keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami (Depbudpar
2007).
6.4.4 Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata secara langsung
maupun tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan wisata. Adanya kapal
layar, parasailing, jetski dan peralatan menyelam yang semakin canggih telah
memudahkan dan meningkatkan jumlah aktivitas bahari yang dapat dilakukan
oleh wisatawan. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi informasi seperti
internet sangat membantu para pelaku usaha wisata khususnya pihak pengelola
Pantai Pangandaran untuk melakukan promosi dan memberikan informasi wisata
yang dibutuhkan oleh wisatawan hingga ke pelosok dunia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, pihak pengelola ternyata
telah memanfaatkan semaksimal mungkin perkembangan tersebut. Dengan
113
dimilikinya website sendiri, pihak pengelola mengharapkan jumlah kunjungan
wisatawan (baik wisnus maupun wisman) meningkat, khususnya ke Pantai
Pangandaran sebagai wisata primadona di Kabupaten Ciamis.
6.4.5 Faktor Persaingan
Kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata pantai / bahari di
dalam Kabupaten Ciamis tidak terlalu kuat bahkan tidak terjadi persaingan sama
sekali dikarenakan semua objek wisata pantai / bahari yang berada di Kabupaten
Ciamis berada dalam satu pengelolaan di bawah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis. Selain Pantai Pangandaran, wisata pantai / bahari
yang terdapat di Kabupaten Ciamis antara lain Pantai Palatar Agung, Pantai
Karapyak, Pantai Lembah Putri, Pantai Karang Tirta, Pantai Batu Hiu, Pantai
Batukaras, Pantai Madasari dan Pantai Keusikluhur yang masing-masing berada
di kecamatan yang berbeda.
Pada kondisi persaingan di luar Kabupaten Ciamis, pihak pengelola
merasa persaingan yang terjadi di dalam industri wisata pantai / bahari semakin
ketat. Adanya variasi produk yang ditawarkan oleh pesaing juga merupakan
ancaman bagi pihak pengelola yang sampai saat ini variasi produk yang
ditawarkan pihak pengelola belum berkembang dengan baik. Untuk
perbandingan, pihak pengelola menginginkan penataan dan pengembangan objek
wisata Pantai Pangandaran dapat seperti pantai-pantai yang berada di Taman
Impian Jaya Ancol. Pantai-pantai yang berada di Taman Impian Jaya Ancol
tersebut memiliki variasi produk yang sangat beragam serta didukung oleh
fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap dan modern. Pantai-pantai di Ancol juga
memiliki daya dukung yang sangat kuat dari jenis wisata yang berbeda lainnya
seperti adanya Dunia Fantasi, Seaworld, Iceworld dan sebagainya.
Tarif masuk yang relatif murah dalam kekuatan tawar menawar konsumen,
menjadikan kekuatan tawar menawar konsumen menjadi sangat rendah. Hal ini
dikarenakan dengan tarif masuk yang telah ditetapkan tersebut dirasakan secara
ekonomi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk kekuatan tawar
menawar pemasok juga masih sangat rendah, hal ini dikarenakan pengadaan jasa
atau usaha wisata yang berada dikawasan objek wisata Pantai Pangandaran masih
dikelola oleh pihak dinas bukan pihak swasta. Sehingga, secara otomatis belum
114
ada pengaruh dari pihak pemasok dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan
pihak pengelola.
6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman
6.5.1 Peluang
Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Peraturan dan
kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2) Terdapatnya
kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3) Globalisasi dan AFTA, (4)
Perkembangan teknologi informasi yang mendukung, (5) Adanya kerjasama
antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan
pariwisata, (6) Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai
Pangandaran, (7) Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata
internasional, (8) Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian, dan (9) Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami.
6.5.2 Ancaman
Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor
pariwisata, (2) Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara
dan mengembangkan objek wisata, (3) Terjadinya bencana alam tsunami dan
musibah nasional terus menerus, (4) Persaingan dalam industri wisata pantai /
bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis, (5) Masih
rendahnya daya beli masyarakat, dan (6) Variasi produk wisata yang ditawarkan
oleh pesaing.
6.6 Matriks EFE
Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata
untuk faktor eksternal sebesar 2,7399. Nilai ini memperlihatkan bahwa
kemampuan pihak pengelola dalam merespon peluang dan ancaman berada dalam
level rata-rata.
115
Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 6, lampiran
7, dan lampiran 9. Lampiran 6 dan lampiran 7 merupakan penilaian bobot dan
rating faktor strategis eksternal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan
pada lampiran 9 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis eksternal
dari kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan
matriks EFE yang ditampilkan pada tabel 22 dibawah ini.
Pada tabel 22 terlihat bahwa membaiknya citra dan kepercayaan terhadap
Indonesia dimata internasional merupakan peluang yang sangat baik bagi
pertumbuhan pariwisata karena dengan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisman yang datang ke Indonesia. Peluang yang paling tinggi tersebut
mempunyai skor sebesar 0,2667. Peluang kedua yang dapat dimanfaatkan oleh
pihak pengelola yaitu terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek
wisata dengan skor sebesar 0,2500. Adanya kesenian daerah yang masih
dilestarikan oleh masyarakat sekitar ternyata mampu menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang datang. Peluang ketiga adalah adanya antusiasme dari
masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran dengan skor 0,2393. Setelah
terjadinya tsunami, kondisi industri wisata mengalami krisis yang cukup berat,
namun dengan adanya wisatawan nusantara yang berkunjung ternyata mampu
memulihkan kondisi tersebut secara perlahan-lahan. Sehingga wisnus berperan
penting sebagai pilar ketahanan pariwisata nasional. Kemudian peluang keempat
adalah adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian
dengan skor 0,2214. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan
pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesejahteraan
masyarakat di sekitar objek wisata. Peluang kelima yang juga cukup penting bagi
pihak pengelola adalah peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung
pertumbuhan pariwisata dengan skor 0,2143 yang diantaranya ditetapkannya Visit
Indonesia Year pada tahun 2008 ini. Peluang-peluang lain yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak pengelola diantaranya perkembangan teknologi
informasi yang mendukung (0,1190), adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami (0,1131), globalisasi dan AFTA (0,1000) dan yang
terakhir adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara
dalam perkembangan pariwisata (0,0952).
116
Tabel 22.. Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Faktor Penentu Peluang
Bobot Rata-rata
Rating Rata-rata Skor
A. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 0,0714 3 0,2143B. Terdapatnya kesenian daerah sebagai
pendukung objek wisata 0,0714 3,5 0,2500C. Globalisasi dan AFTA 0,0500 2 0,1000D. Perkembangan teknologi informasi yang
mendukung 0,0595 2 0,1190E. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak
swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 0,0476 2 0,0952
F. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 0,0798 3 0,2393G. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 0,0762 3,5 0,2667H. Adanya dampak positif dari kegiatan
pariwisata terhadap perekonomian 0,0738 3 0,2214I. Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami 0,0452 2,5 0,1131Ancaman
J. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor Pariwisata 0,0667 3 0,2000K. Masih lemahnya kesadaran masyarakat
sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 0,0762 2,5 0,1905L. Terjadinya bencana alam tsunami dan
musibah nasional terus menerus 0,0786 2 0,1571M. Persaingan dalam industri wisata pantai /
bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 0,0643 3,5 0,2250
N. Masih rendahnya daya beli masyarakat 0,0774 2,5 0,1935O. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh
pesaing 0,0619 2,5 0,1548TOTAL 1 2,7399
Sumber : Data primer, diolah (2007)
Faktor-faktor yang dapat menjadi ancaman bagi pihak pengelola antara
lain persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan
daerah lain di luar Kab.Ciamis. Faktor ini merupakan ancaman yang paling besar
karena memiliki skor yang paling besar juga dengan nilai skor 0,2250. Faktor
117
kedua yaitu belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan
modalnya disektor pariwisata dengan skor 0,2000. Faktor ketiga yang menjadi
ancaman bagi pihak pengelola adalah masih rendahnya daya beli masyarakat
dengan skor 0,1935. Dengan masih rendahnya daya beli masyarakat maka
kebutuhan untuk berwisata masih menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat
golongan ekonomi menengah kebawah. Faktor berikutnya adalah masih
lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan
objek wisata dengan skor 0,1905. Hal ini menjadi ancaman bagi pihak pengelola
karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan disekitar objek wisata. Faktor
kelima yang juga menjadi ancaman adalah terjadinya tsunami dan musibah
nasional terus menerus dengan skor 0,1571. Faktor ini merupakan faktor yang
tidak dapat dikendalikan karena berasal dari alam, namun demikian pihak
pengelola berusaha untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan wisatawan
melalui menara dan pos pengamanan yang berada disekitar pantai. Dan faktor
yang terakhir adalah variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing dengan
skor 0,1548.
6.7 Matriks IE
Tabel 23. Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Total Rata-Rata Tertimbang IFE
Kuat Rata-rata Lemah
Tinggi I II III
Sedang IV V VI
Rendah VII VIII IX
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, maka dapat dilihat pada
tabel diatas bahwa posisi pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis) berada di kuadaran ke lima. Oleh karena itu, strategi terbaik yang
sebaiknya dilakukan oleh pengelola adalah menjaga dan mempertahankan posisi
3,0
2,0
1,0
4,0 3,0 2,0 1,0
Tot
al R
ata-
Rat
a T
ertim
bang
EFE
118
yang selama ini sudah diraih. Kebijakan yang umum dari strategi ini adalah
dengan melakukan penetrasi pasar dan mengembangkan produk. Artinya
pengelola harus mempertahankan posisinya dengan terus mengembangkan
produknya dan melakukan penetrasi ke ceruk pasar yang potensial dan selama ini
belum tergarap, selain dengan tetap menjaga konsistensi dan kualitas produk.
6.8 Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
Tabel 24. Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL
EKSTERNAL
1. Tarif masuk murah 2. Produk memiliki keistimewaan /
ciri khas 3. Terdapat Cagar Alam sebagai
pendukung wisata bahari 4. Terdapat tim penyelamat 5. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas
ke tempat wisata memadai 6. Karcis disertai dengan asuransi
kecelakaan 7. Kegiatan promosi secara terus
menerus 8. Kuantitas sumberdaya manusia
tercukupi 9. Adanya anggaran dari APBD per
tahun 10. Sistem operasi manajemen
pengelolaan yang jelas 11. Adanya kebijakan-kebijakan dan
program-program yang tersruktur 12. Sudah memiliki website sebagai
sistem informasi
1. Tidak adanya Divisi Litbang 2. Masih lemahnya koordinasi
antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait
3. Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata
4. Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah
5. Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata
119
PEL
UA
NG
1. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata
2. Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata
3. Globalisasi dan AFTA 4. Perkembangan teknologi
informasi yang mendukung
5. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata
6. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung
7. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional
8. Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian
9. Adanya pelatihan dan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami
STRATEGI SO 1. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
(S2,S3,S4,S5,S6,O2,O6,O9) 2. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversfikasi harga.
(S1,S3,O2,O3) 3. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
(S7,S8,S9,S10,S11,S12,O1,O4) 4. Menjalin kerjasama dengan
pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada.
(S8,S9,O1,O3,O5,O7,O8)
STRATEGI WO 1. Mengembangkan strategi
promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata.
(W2,W3,O1,O3,O4,O5,O7) 2. Bekerjasama dengan
masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata.
(W2,W4,O1,O2,O6,O8,O9) 3. Bekerjasama dengan
pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona
(W2,W4,W5,O1,O5,O7) 4. Mengembangkan jenis wisata
pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan pasar.
(W1,W5,O2,O3,O4,O5)
AN
CA
MA
N
1. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata
2. Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata
3. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus
4. Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis
5. Masih rendahnya daya beli masyarakat
6. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing
STRATEGI ST 1. Mempromosikan tempat wisata
sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi.
(S2,S3,S4,S5,S6,S7,S12,T3,T4) 2. Mengoptimalkan dan
meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi.
(S1,S2,S3,S5,T4,T5,T6) 3. Memberikan penyuluhan dan
melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata.
(S8,S9,S10,S11,T2,T3) 4. Bekerjasama dengan pemerintah
untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
(S8,S9,S10,S11,T1,T4,T6)
STRATEGI WT 1. Melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata.
(W2,W4,T2,T3) 2. Peningkatan kualitas wisata
dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata.
(W1,W5,T1,T3) 3. Mengembangkan jaringan
pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan.
(W3,T4,T5,T6) 4. Melakukan pendidikan dan
pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata.
(W1,W5,T3,T6)
120
6.8.1 Strategi Strengths-Oppoturnity (SO)
Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan dari kekuatan dan peluang yang
diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal
ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah mempertahankan
posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan,
berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat
dalam pengembangannya. Banyaknya keistimewaan-keistimewaan dari Pantai
Pangandaran dan juga objek wisata pendukung lainnya seperti adanya Cagar
Alam dan kesenian daerah menjadikan objek wisata ini banyak diminati oleh
wisatawan. Adanya tim penyelamat, karcis yang disertai dengan asuransi
kecelakaan, fasilitas yang lengkap dan aksesibilitas yang memadai juga
merupakan salah satu pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola.
Keterkaitan masyarakat juga sangat penting dalam perkembangan kepariwisataan
baik sebagai wisatawan maupun sebagai pelaku usaha wisata.
Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata
pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi harga. Selain
memiliki objek wisata pendukung, keunggulan lain dari objek wisata Pantai
Pangandaran adalah harga tiket masuk yang terjangkau oleh semua kalangan.
Strategi diversifikasi harga yang dapat diterapkan oleh pihak pengelola antara lain
menerapkan perbedaan tarif masuk berdasarkan umur atau kelompok pengunjung.
Sebagai contoh, pihak pengelola dapat memberikan potongan harga bagi
wisatawan yang merupakan pelajar atau mahasiswa.
Strategi SO lainnya adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata
dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. Kegiatan
promosi yang dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi seperti internet merupakan suatu keunggulan
pihak pengelola dalam mempromosikan objek wisatanya baik didalam maupun
luar negeri. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
merupakan bagian dari lembaga pemerintahan yang memiliki sistem manajemen
121
yang terstruktur sehingga kuantitas SDM dan aspek finansialnya dapat terpenuhi.
Strategi SO terakhir yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan
wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Dengan
membaiknya citra bangsa Indonesia diharapkan akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, adanya kegiatan pariwisata memberikan dampak positif bagi
perekonomian. Sebagai contoh, semakin banyak wisman yang datang ke
Indonesia maka semakin banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia.
Dan untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu kerjasama dari
semua pihak yang terkait, yang disertai dengan pemanfaatan sumberdaya yang
ada.
6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)
Pihak pengelola dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
menghindari ancaman yang datang dari luar dengan menerapkan kebijakan seperti
mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk
dikunjungi. Sebagai salah satu objek wisata alam, Pantai Pangandaran sangat
dipengaruhi oleh alam. Terjadinya bencana alam tsunami yang melanda kawasan
objek wisata Pantai Pangandaran telah mengakibatkan penurunan jumlah
wisatawan. Dan untuk memulihkan kondisi tersebut diperlukan promosi yang
lebih gencar dari sebelumnya.
Strategi ST kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan
harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini penting agar
objek wisata Pantai Pangandaran mampu bersaing dengan objek wisata lainnya,
baik dari segi produk maupun harga.
Strategi ST berikutnya adalah memberikan penyuluhan dan melibatkan
masyarakat dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan
pengembangan objek wisata. Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran
masyarakat sekitar dalam memelihara dan melestarikan lingkungan wisata.
Langkah yang dapat dilakukan pihak pengelola adalah melalui sadar wisata, yang
saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah secara nasional.
122
Strategi ST yang terakhir adalah bekerjasama dengan pemerintah untuk
menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. Untuk
meningkatkan jasa-jasa wisata, diperlukan adanya investasi yang cukup besar.
Adanya investor yang mau menanamkan modalnya di sektor pariwisata akan
sangat membantu pertumbuhan pariwisata.
6.8.3 Strategi Weakness-Oppoturnity (WO)
Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO pertama yang dapat dilakukan
pihak pengelola adalah mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat merupakan suatu peluang
yang harus dimanfaatkan oleh pihak pengelola dalam memasarkan produknya.
Dengan pemanfaatan teknologi internet, pemasar dapat menjangkau pasar yang
lebih luas.
Strategi berikutnya adalah bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda
dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat di sekitar objek wisata. Peran serta pemerintah
dalam pertumbuhan pariwisata merupakan peluang bagi pihak pengelola dalam
mengembangkan objek wisata. Langkah nyata dari pemerintah adalah adanya
pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami di Pantai Selatan
Jawa. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan diri, mengembangkan usaha, serta
bangkit dari keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami.
Strategi WO yang ketiga adalah bekerjasama dengan pemerintah dan
pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah
melalui sapta pesona. Sapta pesona yang harus dibangun di kawasan wisata
terdiri dari 7 unsur yaitu : keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan ketenangan. Dan dalam mewujudkannya, diperlukan
adanya kerjasama dengan pihak lain seperti dengan Dinas Kebersihan dalam hal
kebersihan dan keindahan, ataupun dengan pihak kepolisian dalam hal keamanan
dan ketertiban.
123
Strategi WO yang terakhir adalah mengembangkan jenis wisata pantai /
bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan
pengembangan. Dengan semakin terbukanya peluang pasar pariwisata maka
pihak pengelola harus mampu memberikan produk-produk wisata yang lebih
menarik agar mampu bersaing dengan objek wisata lainnya. Banyak cara yang
dapat dilakukan pihak pengelola dalam mengembangkan produknya, seperti
mengadakan riset atau survey pasar terhadap konsumen-konsumen potensial.
6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)
Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan
menghindari ancaman. Terkait dengan ancaman yang berasal dari aktivitas
masyarakat, maka kebijakan yang dapat diambil adalah melakukan kerjasama
dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan,
ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata.
Strategi WT yang kedua adalah peningkatan kualitas wisata dengan
memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan
mendirikan suatu usaha jasa wisata. Dengan adanya kemudahan akses masuk
bagi para investor diharapkan dapat meningkatkan kualitas wisata yang disertai
dengan perbaikan fasilitas sarana dan prasarana wisata. Peningkatan kualitas
wisata juga dapat dilakukan melalui penelitian pasar ataupun produk.
Strategi WT yang berikutnya yaitu mengembangkan jaringan pemasaran
wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan. Pemasaran merupakan
ujung tombak dari suatu bisnis atau usaha, sehingga kesuksesan dari bisnis atau
usaha tersebut sangat tergantung dari pemasaran yang dilakukan oleh pelaku
usahanya. Adanya persaingan yang semakin ketat di dalam industri wisata,
mengharuskan pihak pengelola lebih fokus terhadap promosi yang dilakukan agar
target wisatawan dapat tercapai.
Strategi WT yang terakhir adalah melakukan pendidikan dan pelatihan
secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
aparatur di bidang pariwisata. Sebagai pengelola objek wisata Pantai
Pangandaran, maka hal-hal yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM
haruslah mencukupi dan memadai. Hal ini bertujuan agar pengelolaan objek
124
wisata dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan visi dan misi yang
diemban.
6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi
Tabel 25. Perangkingan Strategi Objek Wisata Pantai Pangandaran Alternatif Strategi
Keterkaitan Unsur SWOT Nilai Rangking
Strategi SO 1) SO1 2) SO2 3) SO3 4) SO4
(S2,S3,S4,S5,S6,O2,O6,O9) (S1,S3,O2,O3) (S7,S8,S9,S10,S11,S12,O1,O4) (S8,S9,O1,O3,O5,O7,O8)
0.1309+0.2410+0.1863+0.2314+ 0.2313+0.2500+0.2393+0.1131 = 1.6233 0.2149+0.2410+0.2500+0.1000 = 0.8059 0.2024+0.1516+0.2153+0.1470+ 0.1515+0.1597+0.2143+0.1190 = 1.3608 0.1516+0.2153+0.2143+0.1000+ 0.0952+0.2667+0.2214 = 1.2645
2 12 4 6
Strategi ST 1) ST1 2) ST2 3) ST3 4) ST4
(S2,S3,S4,S5,S6,S7,S12,T3,T4) (S1,S2,S3,S5,T4,T5,T6) (S8,S9,S10,S11,T2,T3) (S8,S9,S10,S11,T1,T4,T6)
0.1309+0.2410+0.1863+0.2314+ 0.2313+0.2024+0.1597+0.1571+ 0.2250 = 1.7651 0.2149+0.1309+0.2410+0.2314+ 0.2250+0.1935+0.1548 = 1.3915 0.1516+0.2153+0.1470+0.1515+ 0.1905+0.1571 = 1.0130 0.1516+0.2153+0.1470+0.1515+ 0.2000+0.2250+0.1548 = 1.2452
1 3 9 7
Strategi WO 1) WO1 2) WO2 3) WO3 4) WO4
(W2,W3,O1,O3,O4,O5,O7) (W2,W4,O1,O2,O6,O8,O9) (W2,W4,W5,O1,O5,O7) (W1,W5,O2,O3,O4,O5)
0.1543+0.1630+0.2143+0.1000+ 0.1190+0.0952+0.2667 = 1.1125 0.1543+0.1401+0.2143+0.2500+ 0.2393+0.2214+0.1131 = 1.3325 0.1543+0.1401+0.1286+0.2143+ 0.0952+0.2667 = 0.9992 0.1286+0.1286+0.2500+0.1000+ 0.1190+0.0952 = 0.8214
8 5 10 11
Strategi WT 1) WT1 2) WT2 3) WT3 4) WT4
(W2,W4,T2,T3) (W1,W5,T1,T3) (W3,T4,T5,T6) (W1,W5,T3,T6)
0.1543+0.1401+0.1905+0.1571 = 0.6420 0.1286+0.1286+0.2000+0.1571 = 0.6143 0.1630+0.2250+0.1935+0.1548 = 0.7363 0.1286+0.1286+0.1571+0.1548 = 0.5691
14 15 13 16
Sumber : Data primer, diolah (2007)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa strategi pertama
yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola berdasarkan perangkingan adalah
strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik
dan aman untuk dikunjungi. Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
cepat oleh pihak pengelola apabila didukung dengan ketersediaan dana.
Strategi kedua yang dapat menjadi prioritas bagi pihak pengelola adalah
strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
125
keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta
mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. Strategi ini dapat
dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak pengelola dapat
memanfaatkan sumberdaya yang ada pada Pantai Pangandaran saat ini.
Strategi ketiga adalah strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan
meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau
bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola
dalam kurun waktu yang relatif lama karena kualitas produk dari produk wisata
tergantung dari keadaan alam di sekitar kawasan wisata tersebut.
Strategi keempat adalah strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan
perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak
pengelola telah memiliki kekuatan-kekuatan dalam hal manajemen pengelolaan
dan teknologi informasi.
Strategi kelima adalah strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat
dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata. Strategi ini memerlukan
waktu yang lama karena banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan
ODTW apabila dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat.
Strategi keenam adalah strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan
pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan
memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Untuk menjalin kerjasama
dengan pihak luar misalnya agen wisata, memerlukan proses yang cukup lama
karena dalam bekerjasama, kedua belah pihak harus saling diuntungkan.
Strategi berikutnya adalah strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan
pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan waktu yang lama karena melibatkan
banyak pihak terutama pemerintah pusat
Strategi kedelapan adalah strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi
promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan
teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam
126
jaringan pemasaran wisata. Strategi ini memerlukan waktu yang lama karena
diperlukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak lain
terutama untuk mengembangkan jaringan pemasaran wisata yang berskala
internasional.
Strategi kesembilan adalah strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan
melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut
pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. Strategi ini memerlukan waktu
yang relatif lama karena menyangkut masyarakat di sekitar objek wisata Pantai
Pangandaran.
Strategi kesepuluh adalah strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan
pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan
kepariwisataan daerah melalui sapta pesona.
Strategi berikutnya yang memiliki rangking kecil berturut-turut adalah
strategi WO4 yaitu mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan
menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan,
strategi SO2 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi
harga, strategi WT3 yaitu mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui
pameran dan event-event kepariwisataan, strategi WT1 yaitu melakukan
kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan
keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata, strategi WT2 yaitu
peningkatan kualitas wisata dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk
mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata, dan strategi
terakhir adalah strategi WT4 yaitu melakukan pendidikan dan pelatihan secara
rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur
di bidang pariwisata.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Saat ini kondisi industri pariwisata Pantai Pangandaran pasca tsunami dan
gelombang pasang dalam keadaan kurang baik. Salah satu faktor utamanya
adalah adanya bencana alam tsunami sehingga menimbulkan ketakutan dan
trauma pada masyarakat, kemudian berdampak pada penurunan jumlah
kunjungan wisatawan.
2. Berdasarkan matriks IFE diperoleh :
a. Lingkungan internal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
berada pada posisi diatas rata-rata. Artinya pihak pengelola telah memiliki
posisi internal yang kuat.
b. Kekuatan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tarif masuk murah, (2)
produk memiliki keistimewaan / ciri khas, (3) terdapat Cagar Alam
sebagai pendukung wisata bahari, (4) terdapat tim penyelamat, (5) fasilitas
lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai, (6) karcis disertai
dengan asuransi kecelakaan, (7) kegiatan promosi secara terus menerus,
(8) kuantitas sumberdaya manusia tercukupi, (9) adanya anggaran dari
APBD per tahun, (10) sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas,
(11) adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur, dan (12)
sudah memiliki website sebagai sistem informasi.
c. Kelemahan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tidak adanya Divisi
Litbang, (2) masih lemahnya koordinasi antara Bidang /Dinas /Badan
/Lembaga terkait, (3) belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata,
(4) belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah, dan (5) masih
lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata.
3. Berdasarkan matriks EFE diperoleh :
a. Lingkungan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, yang berarti kemampuan
128
pengelola untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dari luar
berada diatas rata-rata.
b. Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) peraturan dan
kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2)
terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3)
globalisasi dan AFTA, (4) perkembangan teknologi informasi yang
mendukung, (5) adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta
maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata, (6) adanya
antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran, (7)
membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata
internasional, (8) adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian, dan (9) adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca
gempa dan tsunami.
c. Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di
sektor pariwisata, (2) masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam
memelihara dan mengembangkan objek wisata, (3) terjadinya bencana
alam tsunami dan musibah nasional terus menerus, (4) persaingan dalam
industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di
luar Kab.Ciamis, (5) masih rendahnya daya beli masyarakat, dan (6)
variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing.
4. Berdasarkan pengamatan terhadap persaingan industri diperoleh hasil bahwa
kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis dalam lingkup kabupaten sendiri tidak
terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran.
5. Berdasarkan hasil analisis SWOT, alternatif strategi pemasaran yang dapat
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah
sebagai berikut :
a. Strategi Harga :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan harga yang
terjangkau oleh semua golongan ekonomi.
Menerapkan strategi diversifikasi harga.
129
b. Strategi Promosi :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan
strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi.
Menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan
kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya
yang ada.
Mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan
aman untuk dikunjungi.
Bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi
yang kondusif di sektor pariwisata.
Mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan
internasional dengan menggunakan teknologi informasi seperti
internet.
Bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dengan jaringan
pemasaran wisata.
Mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan
event-event kepariwisataan.
c. Strategi Produk :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
keistimewaan-keistimewaan dan berfasilitas lengkap.
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek
wisata pendukung seperti adanya Cagar Alam dan kesenian daerah.
Bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan
objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitar objek wisata.
Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam
meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona.
Mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan
strategi diversikasi produk.
Meningkatkan kualitas produk melalui penelitian dan pengembangan
pasar.
130
d. Strategi Tempat :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang mudah dijangkau
dengan berbagai jenis transportasi.
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki fasilitas-
fasilitas yang memadai.
Bekerjasama dengan masyarakat dan pihak lain dalam menciptakan
tempat wisata yang bersih, indah, aman dan nyaman.
e. Strategi Peningkatan Kualitas SDM :
Memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam
program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan
pengembangan objek wisata.
Melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang
pariwisata.
6. Berdasarkan hasil perangkingan strategi maka strategi pemasaran yang
mendapat rangking sepuluh besar dan dapat menjadi prioritas bagi pihak
pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
adalah sebagai berikut :
1. Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang
menarik dan aman untuk dikunjungi.
2. Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang
memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah
dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
3. Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk
wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan
ekonomi.
4. Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan
menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
5. Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam
mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitar objek wisata.
131
6. Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan
sumberdaya yang ada.
7. Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
8. Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran
wisata.
9. Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat
sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan
dan pengembangan objek wisata.
10. Strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak
terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah
melalui sapta pesona.
7.2 Saran
Dari hasil pembahasan, peneliti menyarankan kepada pihak pengelola
objek wisata Pantai Pangandaran, yang dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis agar menerapkan strategi pemasaran baru
berdasarkan perangkingan alternatif strategi dengan mempertimbangkan jangka
waktu dan biaya yang diperlukan dalam penerapannya. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti membagi panerapan strategi berdasarkan pembagian waktu sebagai
berikut :
1. Strategi pada jangka pendek
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
kurang dari 1 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang
menarik dan aman untuk dikunjungi.
2) Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang
memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah
dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
132
3) Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan
menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
2. Strategi pada jangka menengah
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
antara 1 sampai dengan 3 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk
wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan
ekonomi.
2) Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan
sumberdaya yang ada.
3) Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat
sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan
dan pengembangan objek wisata.
3. Strategi pada jangka panjang
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
lebih dari 3 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam
mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat disekitar objek wisata.
2) Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
3) Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran
wisata.
122
122DAFTAR PUSTAKA
Cooper C Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1993. Tourism Principles & Practise. Edinburgh : Group Limited.
David FR. 2004. Manajemen Strategis : Konsep – Konsep. Ed ke-9. Kresno Saroso.
Penerjemah. Jakarta : Indeks. Terjemahan dari buku : Strategic Management. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007a. Kampanye Sadar Wisata: Program Kegiatan
Pariwisata Harus Memberi Manfaat untuk Kesejahteraan Rakyat. www.budpar.go.id.. [ 25 November 2007 ]
------------------------------------------------ . 2007b. UN-WTO Tetapkan Indonesia Sebagai Tuan
Rumah Konferensi Internasional TSA 2009. www.budpar.go.id. [ 4 Desember 2007 ] ------------------------------------------------ . 2007c. Depbudpar Lakukan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami di 3 Kabupaten Pantai Selatan Jawa. www.budpar.go.id. [ 7 Desember 2007 ]
------------------------------------------------ . 2007d. Kunjungan Wisman 5,5 Juta Tahun 2007
Menjadi Rekor Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir. www.budpar.go.id. [ 26 Desember 2007 ]
------------------------------------------------ . 2008a. Wisman Pertama 2008 Disambut dengan
Atraksi Kesenian. www.budpar.go.id. [ 1 Januari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008b. Dephub Lakukan Lima Kebijakan
Transportasi Udara untuk Dorong Pertumbuhan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 21 Januari 2008 ]
------------------------------------------------ . 2008c. Tiga Menteri Pariwisata IMT-GT Sepakat
Dorong Kunjungan Turis Dengan Penambahan Jalur Penerbangan. www.budpar.go.id. [ 25 Januari 2008 ]
------------------------------------------------ . 2008d. VIY 2008: Deplu Lakukan Langkah Strategis
untuk Dorong Kunjungan Wisman. www.budpar.go.id. [ 12 Februari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008e. Wardiyatmo: Wisnus Merupakan Pilar
Ketahanan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 22 Februari 2008 ] Diding S.E. 1999. Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
123
123Fauzi A. 1999. Teknik Pengambilan Contoh Untuk Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor :
Institut Pertanian Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Kelautan. ----------. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian Sosial Ekonomi : Panduan Singkat . Bogor :
Institut Pertanian Bogor, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Firman S. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Bahari Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hadi S. 2003. Analisis Pengeluaran Pengunjung Rekreasi Pantai Di Pulau Untung Jawa,
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Kertajaya H,dkk. 2005. Attracting Tourist, Trader, Investors : Strategi Memasarkan Daerah
di Era Otonomi. Jakarta : MarkPlus&Co. Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Reaserch, an Applied method. USA : Mc Graw – Hill. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Millenium.. Hendra Teguh, Ronny A
Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management.
----------. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Millenium... Hendra Teguh, Ronny
A Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management.
Mc Donal, Malcolm, Warren J. Keegan. 1999. Marketing Plans That Work : Kiat Mencapai
Pertumbuhan dan Profitabilitas Melalui Perencanaan Pemasaran yang Efektif. Damos Sihombing. Penerjemah. Jakarta : Erlangga.
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT Ghalia Indonesia. Nellyana K. 2007. Analisis Permintaan Rekreasi dan Wisata Bahari di Gili Trawangan,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Palfreman A. 1999. Fish Business Management : Strategy- Marketing- Development.
London : Fishing New Books. Porter M.E. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing. Agus
Maulana. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari buku : Competitive Strategy.
Rangkuti F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta : PT Gramedia.
124
124 Soekadijo R G. 2000. Anatomi Pariwisata.. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Syahroni D. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Teh Celup Sedap Wangi (Studi Kasus : PT.
Sariwangi Agriculture Estate Agency). [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : Pramadya Paramita. Yani M. 2001. Analisis Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran Dengan Menggunakan
Metode Biaya Perjalanan Di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis – Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Yoeti O A. 1980. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.
125
125
LAMPIRAN
126
126Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
Kepala Dinas
(Drs. H. CU Herman Syamsudin, MM)
Bag Tata Usaha
(Hj. Atik Rostika, BA)
Bid Kebudayaan
(Owoy Ruswanda, SPd)
Bid ODTW
(Drs. H. Popo Mustofa)
Bid Sarana Wisata
(Yoyo Taryono, SH)
Bid Bina Program
(Drs. Apip Winayadi)
Sub.Bag Keuangan
Sie Seni & Budaya
Sub.Bag Umun
Sie Sejarah & Kepurbakalaan
Sie Pengelolaan Objek Wisata
Sie Promosi & Daya Tarik
Wisata
Sie Bina Sarana Wisata
Sie Peng Sarana Wisata
Sie Penyusunan
Program
Sie Evaluasi & Pelaporan
Kelompok Jabatan Fungsional
UPTD Ciamis Utara UPTD Ciamis Selatan
Kepala Dinas
(Drs. H. CU Herman Syamsudin, MM)
122
122Lampiran 2. Peta Objek Wisata di Kabupaten Ciamis
122
122Lampiran 3. Informasi Pengamanan Pantai Objek Wisata Pangandaran
123123
Lampiran 4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 1) Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q TOTAL BOBOT RATINGA Tarif masuk murah 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 26 0.0477 3
C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
D Terdapat tim penyelamat 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 39 0.0716 4
F Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 41 0.0752 4
G Kegiatan promosi secara terus menerus 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
H Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 23 0.0422 3
I Adanya anggaran dari APBD per tahun 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
J Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 23 0.0422 3
K Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 22 0.0404 3
L Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
M Tidak adanya Divisi Litbang 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 23 0.0422 3
N Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 23 0.0422 3
O Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 38 0.0697 2
P Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 1 2 2 1 2 23 0.0422 2
Q Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 23 0.0422 2
Jumlah 24 38 24 24 25 23 24 41 24 41 42 24 41 41 26 41 41 544 1
124124
Lampiran 5. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 2) Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q TOTAL BOBOT RATINGA Tarif masuk murah 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 38 0.0699 2
B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 31 0.0570 2
C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 35 0.0643 3
D Terdapat tim penyelamat 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 18 0.0331 3
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 0.0827 2
F Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 1 2 1 2 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 22 0.0404 4
G Kegiatan promosi secara terus menerus 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 23 0.0423 3
H Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 0.0790 2
I Adanya anggaran dari APBD per tahun 2 2 2 3 1 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 27 0.0496 3
J Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 2 2 2 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 41 0.0754 2
K Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur 1 2 2 3 1 3 3 1 3 1 3 2 2 2 2 2 33 0.0607 3
L Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 0.0331 2
M Tidak adanya Divisi Litbang 2 2 2 3 1 3 3 1 3 1 2 3 2 2 1 2 33 0.0607 2
N Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 2 2 2 3 1 3 3 1 3 1 2 3 2 2 1 2 33 0.0607 3
O Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata 2 2 2 3 1 3 3 1 3 1 2 3 2 2 1 2 33 0.0607 3
P Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah 2 2 2 3 1 3 3 1 3 1 2 3 3 3 3 3 38 0.0699 3
Q Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata 2 2 2 3 1 3 3 1 3 1 2 3 2 2 2 1 33 0.0607 3
Jumlah 26 33 29 46 19 42 41 21 37 23 31 46 31 31 31 26 31 544 1
125125
Lampiran 6. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 1) Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O TOTAL BOBOT RATING
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 38 0.0905 4
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 2 3 3 3 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 29 0.0690 4
C Globalisasi dan AFTA 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 20 0.0476 2
D Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 1 1 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 27 0.0643 2
E
Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 21 0.0500 2
F Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 29 0.0690 3
G Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 32 0.0762 4
H Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 33 0.0786 3
I Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 19 0.0452 3
J
Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 30 0.0714 4
K
Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0.0667 3
L Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 38 0.0905 2
M
Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 1 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 25 0.0595 4
N Masih rendahnya daya beli masyarakat 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 26 0.0619 3
O Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 25 0.0595 3
Jumlah 18 27 36 29 35 27 24 23 37 26 28 18 31 30 31 420 1
126126
Lampiran 7. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 2) Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O TOTAL BOBOT RATING
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 22 0.0524 2
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 3 3 3 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 31 0.0738 3
C Globalisasi dan AFTA 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 22 0.0524 2
D Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 2 1 3 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 23 0.0548 2
E
Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 19 0.0452 2
F Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 38 0.0905 3
G Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 32 0.0762 3
H Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 29 0.0690 3
I Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 0.0452 2
J
Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata 2 1 2 3 2 1 1 2 3 1 3 2 1 2 26 0.0619 2
K
Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 36 0.0857 2
L Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 3 2 3 3 3 1 2 3 2 1 1 1 1 2 28 0.0667 2
M
Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 3 1 2 29 0.0690 3
N Masih rendahnya daya beli masyarakat 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 39 0.0929 2
O Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 27 0.0643 2
Jumlah 34 25 34 33 37 18 24 27 37 30 20 28 27 17 29 420 1
127127
Lampiran 8. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal
Bobot Rating
Faktor Strategis Internal Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Bobot Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Rating A Tarif masuk murah 0.0734 0.0699 0.0716 4 2 3 B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 0.0477 0.0570 0.0523 3 2 2.5 C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 0.0734 0.0643 0.0689 4 3 3.5 D Terdapat tim penyelamat 0.0734 0.0331 0.0532 4 3 3.5
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 0.0716 0.0827 0.0771 4 2 3
F Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 0.0752 0.0404 0.0578 4 4 4 G Kegiatan promosi secara terus menerus 0.0734 0.0423 0.0578 4 3 3.5 H Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 0.0422 0.0790 0.0606 3 2 2.5 I Adanya anggaran dari APBD per tahun 0.0734 0.0496 0.0615 4 3 3.5 J Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 0.0422 0.0754 0.0588 3 2 2.5 K Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur 0.0404 0.0607 0.0505 3 3 3 L Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 0.0734 0.0331 0.0532 4 2 3 M Tidak adanya Divisi Litbang 0.0422 0.0607 0.0514 3 2 2.5
N Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 0.0422 0.0607 0.0514 3 3 3
O Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata 0.0697 0.0607 0.0652 2 3 2.5 P Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah 0.0422 0.0699 0.0560 2 3 2.5
Q Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata 0.0422 0.0607 0.0514 2 3 2.5
128128
Lampiran 9. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal
Bobot Rating
Faktor Strategis Eksternal Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Bobot Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Rating
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 0.0905 0.0524 0.0714 4 2 3
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 0.0690 0.0738 0.0714 4 3 3.5
C Globalisasi dan AFTA 0.0476 0.0524 0.0500 2 2 2 D Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 0.0643 0.0548 0.0595 2 2 2
E Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 0.0500 0.0452 0.0476 2 2 2
F Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 0.0690 0.0905 0.0798 3 3 3
G Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 0.0762 0.0762 0.0762 4 3 3.5
H Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 0.0786 0.0690 0.0738 3 3 3
I Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 0.0452 0.0452 0.0452 3 2 2.5
J Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata 0.0714 0.0619 0.0667 4 2 3
K Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 0.0667 0.0857 0.0762 3 2 2.5
L Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 0.0905 0.0667 0.0786 2 2 2
M Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 0.0595 0.0690 0.0643 4 3 3.5
N Masih rendahnya daya beli masyarakat 0.0619 0.0929 0.0774 3 2 2.5 O Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing 0.0595 0.0643 0.0619 3 2 2.5
129129
Lampiran 10. Foto-foto Panorama Objek Wisata Pantai Pangandaran
130130
Lampiran 11. Foto-foto Kawasan Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca tsunami
131131