analisis strategi memenangkan diri sebagai · pdf filepancasila sebagai dasar falsafah bangsa...

36
ANALISIS STRATEGI MEMENANGKAN DIRI SEBAGAI CALON PESERTA PADA PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2017 YANG BERSTATUS TERGABUNG SEBAGAI ANGGOTA PARTAI DAN NON PARTAI BERDASARKAN KESESUAIANNYA DENGAN ETIKA DALAM BERPOLITIK DI NEGARA INDONESIA DISUSUN OLEH: AGNES SUBRATA NPM : 153 131 350 102 004 MATA KULIAH : FILSAFAT DAN ETIKA PEMERINTAHAN DOSEN : Dr. Drs. Budi Supriyatno, MM., MSi ANGKATAN 2015 MENARA JAMSOSTEK, TOWER B (SELATAN) LT. 12 JL. GATOT SUBROTO NO.38, JAKARTA 12710

Upload: trankhuong

Post on 31-Jan-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS STRATEGI MEMENANGKAN DIRI SEBAGAI CALON PESERTA

PADA PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2017

YANG BERSTATUS TERGABUNG SEBAGAI

ANGGOTA PARTAI DAN NON PARTAI

BERDASARKAN KESESUAIANNYA DENGAN ETIKA DALAM BERPOLITIK

DI NEGARA INDONESIA

DISUSUN OLEH:

AGNES SUBRATA

NPM : 153 131 350 102 004

MATA KULIAH : FILSAFAT DAN ETIKA PEMERINTAHAN

DOSEN : Dr. Drs. Budi Supriyatno, MM., MSi

ANGKATAN 2015

MENARA JAMSOSTEK, TOWER B (SELATAN) LT. 12

JL. GATOT SUBROTO NO.38, JAKARTA 12710

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktu tentang

“Analisis Strategi Memenangkan Diri Sebagai Calon Peserta Pada Pemilihan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 yang Berstatus Tergabung Sebagai Anggota Partai dan

Non Partai Berdasarkan Kesesuaiannya dengan Etika Dalam Berpolitik di Negara

Indonesia,” meskipun telah disadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalamnya.

Penulis juga berterima kasih pada Bapak Dr. Budi Supriyatno, MM., M.Si selaku Dosen mata

kuliah Filsafat dan Etika Pemerintahan Universitas (Pascasarjana) Satyagama yang telah

memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita berkenaan dengan etika politik bernegara kh8ususnya dalam hal ini saat

akan diadakan kegiatan pemilihan kepala daerah. Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, dikarenakan oleh hal tersebut,

penulis berharap adanya kritik dan saran untuk pengembangan karya ilmiah yang akan kami buat

berikutnya di masa yang akan datang.

Semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak

lain yang membacanya. Penulis ucapkan mohon maaf sebelumnya apabila terdapat kesalahan

kata yang kurang berkenan. Terimakasih.

Jakarta, 19 Maret 2016

Agnes Subrata

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………….… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAGULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan …………………………………………… 1

1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………... 1

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………….. 2

1.3.1. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 2

1.3.2. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 2

1.4. Sistematika Pembahasan ………………………………………………… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian …………………………………………………………………... 5

2.2. Landasan Etika Politik di Indonesia ………………………………………... 5

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian …………………………………………………………… 9

3.2. Objek Penelitian …………………………………………………………….. 9

3.3. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………... 9

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Obyek Penelitian ………………………………………………. 11

4.2. Strategi Memenangkan Diri yang Dilakukan Sebagai Calon Peserta Pada

Pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 yang Berstatus Tidak

Tergabung Sebagai Anggota Partai…………………………………………… 23

4.3. Kesesuaian Antara Strategi yang Dilakukan Untuk Memenangkan Diri

Sebagai Calon Eksekutif Tingkat Daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun

iv

2017 yang Berstatus Sebagai Anggota Partai Maupun Non Partai dengan Kaidah

Etika dalam Berpolitik di Negara Indonesia …………………………………… 25

BAB V PENUTUP

5.1. Penutup …………………………………………………………………… 29

5.2. Kesimpulan ………………………………………………………………....30

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

enjelang diadakannya pilkada tahun 2017, beberapa nama sudah mulai bergerak

mengincar kursi Gubernur (ibu kota sebagai pusat pemerintahan negara yakni) DKI

Jakarta. Beberapa partai politik terang-terangan mengusung kadernya. Sementara yang lain,

masih melihat-lihat keadaan.

Tidak jarang dari mereka melakukan berbagai macam cara guna memenangkan suara

dalam pemilihan kepala daerah nanti. Mulai dari menyenangkan warga DKI Jakarta dengan

panggung-panggung hiburan, mencari simpati warga, cara yang tidak halalpun dilakukan secara

cermat terencana dengan modal yang tidak sedikit. Salah satunya adalah dengan saling

menjatuhkan lawan dengan berbagai sindiran-sindiran tajam pada berbagai tayangan media.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian dengan Judul, “Analisis Strategi

Memenangkan Diri Sebagai Calon Peserta Pada Pemilihan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Tahun 2017 yang Berstatus Tergabung Sebagai Anggota Partai dan Non Partai

Berdasarkan Kesesuaiannya dengan Etika Dalam Berpolitik di Negara Indonesia.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dengan keadaan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri sebagai calon peserta pada

pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berstatus sebagai anggota partai?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri sebagai calon peserta pada

pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berstatus sebagai anggota non

partai?

M

2

3. Apakah strategi yang dilakukan calon peserta pada pemilihan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta tahun 2017 yang berstatus tergabung sebagai anggota partai dan non partai sudah

sesuai dengan kaidah etika dalam berpolitik di Negara Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri sebagai calon

peserta pada pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berstatus sebagai

anggota partai

2. Untuk memahami strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri sebagai calon

peserta pada pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berstatus sebagai

anggota non partai

3. Untuk mengetahui kesesuaian antara strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri

sebagai calon eksekutif tingkat daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun 2017

yang berstatus sebagai anggota partai maupun non partai dengan kaidah etika dalam

berpolitik di Negara Indonesia?

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Warga Negara Indonesia

Menambah wawasan penduduk untuk dapat lebih mengerti etika dalam berpolitik ke

dalam lingkup yang lebih luas sehingga dapat memaksimalkan daya tarik

pengetahuan ilmu pemerintahan.

2. Warga Negara Asing

Memperkenalkan Indonesia sebagai negara berkembang dan demokrasi yang

memiliki etika dalam berpolitik dengan daya tarik di segala usia yang cukup tinggi.

3

3. Lembaga Pendidikan

Memperkenalkan budaya serta sarana berpolitik Indonesia melalui lingkungan yang

lebih kecil dengan cara pengajaran lisan, leterlek, kunjungan resmi, dan grup

perjalanan sekolah.

4. Perusahaan

Pariwisata dapat dijadikan relasi sebagai jembatan pemasukan kritik dan saran politik

yang lebih baik.

5. Pemerintah

Perkenalan indonesia dengan masyarakat dunia luas, sarana pameran keindahan politik

bernegara, peningkatan income negara melalui perjanjian politik sehat dengan luar

negeri, membantu program peningkatan lapangan kerja bagi warga negara dan lain

sebagainya.

6. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya sudah dapat memiliki gambaran, memahami, dan

mengembangkan etika berpolitik Indonesia yang lebih baik dan up to date di tahun-

tahun mendatang.

4

1.4. Sistematika Pembahasan

Guna mempermudah proses pengkajian, dapat disimpulkan, sistematika penelitian ini

ialah:

BAB I PENDAHULUAN

Mengulas tentang latar belakang permasalahan penelitian, perumusan

masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

pembahasan yang dilakukan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Mengkaji tentang teori-teori yang dijadikan pedoman dasar dalam

penelitian terkait

BAB III METODA PENELITIAN

Menguraikan tentang bentuk penelitian, obyek penelitian, sumber atau

bahan untuk menganalisis, dan metode analisis data

(1.) Plato, 427-347 SM

(2.) Widjaja. H. A. W. Etika Pemerintah. 1997. Jakarta: Bumi Aksara

(3.) Aristoteles, 384-322 SM

(4.) (Inggris) Franz Magnis-Suseno. Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar

Kenegaraan Modern. 1991. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Hlm. 3

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Pengertian filsafat secara umum mengacu pada pengetahuan tentang segala yang ada atau

ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli artimya kebenaran

yang telah dibuktikan secara nyata(1).

. Pengertian etika secara umum berasal dari bahasa

Yunani, yaitu “Ethes” yang berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau dapat diartikan

kumpulan peraturan tentang kesusilaan. (2)

.

Pengertian politik secara umum mengacu pada seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan

secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik

dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga

negara untuk mewujudkan kebaikan bersama(3)

.

Secara keseluruhan, maka pengertian etika dalam berpolitik adalah filsafat moral tentang

dimensi politis kehidupan manusia, atau cabang filsafat yang membahasa prinsip-prinsip

moralitas politik(4)

. Etika politik sebagai ilmu dan cabang filsafat lahir di Yunani pada

saat struktur-struktur politik tradisional mulai ambruk(4).

.

2.2. Landasan Etika Politik di Indonesia

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai

yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya. Karena jika dilihat

satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan berbangsa

yang lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila

sebagai satu kesatuan yang tak bias ditukar-balikan letak dan susunannya.

(5) Ilham Fauzi. Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik Indonesia. 2013 6

Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,

melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan

legitimasi kekuasaan, hukum, serta kebijakan dalam penyelenggaraan negara. Untuk

memahami dan mendalami nilai nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua

terkandung dalam kelima sila Pancasila(5)

.

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan. Berdasarkan sila pertama Negara Indonesia bukanlah negara teokrasi yang

mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak

bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religius melainkan berdasarkan legitimasi hukum

dan demokrasi. Walaupun Negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius,

namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal

dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara. Oleh karena itu asas

sila pertama lebih berkaitan dengan legitimasi moral.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara. Bangsa

Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara bersama dalam suatu

wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.

Manusia merupakan dasar kehidupan dan penyelenggaran negara. Oleh karena itu asas-

asas kemanusiaan adalah bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam

kehidupan negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan hukum, maka hal inilah yang

diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia. Selain itu asas

kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam penyelenggaraan

negara.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berati utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian

bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila

ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

hankam. Indonesia sebagai negara plural yang memiliki beraneka ragam corak tidak

terbantahkan lagi merupakan negara yang rawan konflik. Oleh karenanya diperlukan

semangat persatuan sehingga tidak muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan

golongan yang lain. Dibutuhkan sikap saling menghargai dan menjunjung semangat

7

persatuan demi keuthan negara dan kebaikan besama. Oleh karena itu sila ketiga ini juga

berkaitan dengan legitimasi moral.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan

senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal muasal kekuasaan negara.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan serta

kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara. Maka

dalam pelaksanaan politik praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan legislatif, eksekutif

serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus

berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan kata lain harus memiliki “legitimasi

demokratis”.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip

“legalitas”. Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup

bersama (keadilan sosial) merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam

penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan serta pembagian

senatiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan

dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan

negara.

Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan

sesuai dengan kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus

bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk

menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode kritis untuk memutuskan benar

(6)

Ilham Fauzi. Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik Indonesia. 2013 8

atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan

tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.

Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit dalam

pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, para pelaksana

dan penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga

harus berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap

penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai

penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan

nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai

perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.

Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya mempunyai beberapa

kendala-kendala, yaitu(6)

:

1. Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang mengkritik

sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik

secara konseptual maupun praksis. Hingga muncul sebuah keyakinan bahwa etika politik

menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam mengkritik ideologi, sehingga

etika politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.

2. Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding etika politik

Pancasila, sehingga kritik apa pun yang ditujukan kepada Pancasila oleh etika politik

Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan

membuahkan apa-apa.

Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi alat atau

cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara membuka lebar-

lebar pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak

terjebak pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukkan kritik kepada

tingkatan praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap menurut kepada

pemahaman yang lebih umum hingga ontologi Pancasila menggunakan prinsip-prinsip norma

moral.

9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Model Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yang mana

penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk memenangkan diri sebagai

calon peserta pada pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 berstatus sebagai

anggota partai dan non partai serta kesesuaiannya dengan kaidah etika dalam berpolitik yang

berlaku di Negara Indonesia.

3.2. Objek Penelitian

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah Jalan Medan Merdeka Selatan yang menjadi

sasaran pembuangan bungkus kabel. Ibu Kota Negara Indonesia , DKI Jakarta yang salah satu

sumber pendongkrak aktivitas pemerintahan negaranya berasal dari kegiatan berpolitik, memiliki

kantor pemerintahan yang berlokasi Jl. Medan Merdeka Selatan 8-9 Blok F Lt 1 Gambir, Jakarta

Pusat, Kode Pos 10110, nomor telepon (+6221)3822255, nomor Fax: (+6221)3822255, serta

alamat email di [email protected]

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini adalah berasal dari data

literature dan kunjungan lapangan. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari kawasan pusat pemerintahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia (DKI

Jakarta) di Jalan Medan Merdeka Selatan dan studi kepustakaan (buku-buku teks, Undang-

Undang bernegara Republik Indonesia atau Peraturan Pemerintah lainnya).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data penyelidikan aparatur negara terkait pelaku pembuangan sampah bungkus kabel

pada saluran air di jalan Medan Merdeka Selatan (kasus Februari 2016) dalam pra

10

pemilihan calon anggota eksekutif tingkat daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun

2017

2. Data penyelidikan aparatur negara terkait motif pelaku pembuangan sampah bungkus

kabel pada saluran air di jalan Medan Merdeka Selatan (kasus Februari 2016) dalam pra

pemilihan calon anggota eksekutif tingkat daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun

2017

3. Data yang berkaitan dengan etika dalam berpolitik

4. Dasar Negara atau pedoman lain yang berkaitan dengan etika dalam berpolitik

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

1. Menganalisis pelaku pembuangan sampah bungkus kabel pada saluran air di jalan Medan

Merdeka Selatan dalam pra pemilihan calon anggota eksekutif tingkat daerah (Gubernur)

Provinsi DKI Jakarta tahun 2017

2. Menganalisis motif pelaku pembuangan sampah bungkus kabel pada saluran air di jalan

Medan Merdeka Selatan (kasus Februari 2016) dalam pra pemilihan calon anggota

eksekutif tingkat daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun 2017

3. Menganalisis kesesuaian perbuatan pelaku pembuangan sampah bungkus kabel pada

saluran air di jalan Medan Merdeka Selatan dalam pra pemilihan calon anggota eksekutif

tingkat daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 dengan etika dalam

berpolitik di Negara Republik Indonesia

(7)

Akbar Buwono.Regional Analyst at Vibiz Research/VM/BD. Situasi Politik

Kondusif di Indonesia Menjadi Daya Tarik Investasi. 2014. Berita Daerah.co.id

(8) https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia

(9) http://efekgila.com/kandidat-calon-gubernur-dki-jakarta-2017/

11

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Obyek Penelitian

Pemilu (terakhir) yang berlangsung damai dan kondusif di Indonesia(7)

dinilai menjadi

daya tarik tersendiri bagi para investor untuk mau berinvestasi di Indonesia, karena hal tersebut

merupakan faktor penting yang harus dipenuhi dalam menciptakan iklim investasi yang baik.

Semakin nyaman dan transparantnya kemudahan iklim berpolitik di Indonesia sebagai

negara berkembang yang maju, membuat berbagai kalangan tertarik untuk bergabung dan tidak

sedikit yang berbondong-bondong untuk mencalonkan diri dan ikut serta mengisi kursi

pemerintahan walaupun status dan latar belakang mereka belum sepenuhnya dikenal baik oleh

masyarakat luas.

Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh

penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah

dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala

daerah yang dimaksud mencakup(8):

1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi

2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten

3. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota

Pilkada atau pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 masih setahun lagi. Namun

persaingan sudah mulai terasa sejak dini. Latar belakang para kandidat pun beragam (namun

hingga naskah ini diturunkan, setidaknya ada beberapa nama yang patut jadi perhatian). Latar

belakang mereka pun macam-macam(9)

.

(10)

http://efekgila.com/kandidat-calon-gubernur-dki-jakarta-2017/ 12

Berikut 6 Kandidat yang dinilai masih memungkinkan untuk berada pada kursi Calon

Gubernur DKI Jakarta:

1. Basuki Tjahaja Purnama(10)

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menegaskan dirinya akan maju di Pilgub DKI 2017.

Alasan untuk maju lagi adalah untuk membuktikan bahwa dirinya masih berpeluang menang.

Ia masih menjadi salah satu kandidat calon gubernur terpopuler seperti hasil survei Center of

Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis, Senin (25/1).

Menurut Peneliti CSIS Arya Fernandes, tingkat popularitas mantan Bupati Belitung Timur

yang akrab disapa Ahok itu mencapai 94%, mengungguli 12 nama calon lain. Hal itu ia

sampaikan dalam diskusi bertema “Menakar Peluang Ahok Maju Sebagai Calon Independen”

di Press Room Balai Kota. Ia menyarankan Ahok lebih baik maju dari jalur independen.

Karakter Ahok sulit dikompromikan dengan partai politik. Ia tidak akan terbelenggu dengan

berbagai deal dari partai. Arya yakin, Ahok akan mampu mengumpulkan 750 ribu KTP

berikut formulir dukungan warganya.

2. Ridwan Kamil(10)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung pencalonan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil

pada Pilgub DKI 2017, meskipun belum disampaikan secara resmi. Makin banyak calon,

otomatis pesta demokrasi di Ibu Kota bertambah meriah.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS, Slamet Nurdin mengatakan, Ridwan Kamil

memiliki tingkat elektabilitas yang lebih tinggi dibanding Ahok. Oleh karena itu, Ridwan atau

biasa dipanggil Emil, punya kesempatan besar bertarung melawan Ahok.

3. Sandiaga Uno(10)

Anggota Fraksi Parta Gerindra yang juga Wakil Ketua DPRD DKI, Mohamad Taufik

menyebut, nama pengusaha sekaligus pengamat ekonomi, Sandiaga Uno, cocok menjadi

Calon Gubernur DKI. Taufik meyakini Gerindra akan segera merekomendasikan Sandiaga

guna menandingi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

(10) http://efekgila.com/kandidat-calon-gubernur-dki-jakarta-2017/

(11) http://www.lensaindonesia.com/2016/03/10/djan-faridz-jadi-cagub-dki-haji-

lulung-akan-dapat-dukungan-rakyat.html

13

4. Tantowi Yahya(10)

Salah satu bakal calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Golkar, Tantowi Yahya,

mengaku sudah menghabiskan lebih dari Rp 1 miliar untuk membiayai pencalonannya.

Tantowi mengaku mengantongi mandat untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dari

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Karenanya, ia siap dalam Pilgub DKI tahun

depan.

“Pak Ical telah mendeklarasikan saya sebagai calon gubernur dari Partai Golkar untuk

pilgub DKI tahun 2017. Sebagai orang yang diberi mandat, tentunya saya harus hitung-

hitungan dulu,” kata Tantowi di sela acara temu konstituen di Jalan Pahlawan, Kebun

Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (2/1).

Ia menyadari untuk mendapatkan kursi DPR di Dapil DKI III saja cukup sulit. Tapi ia

tidak gentar bertarung untuk dalam pilgub DKI. Realitas ini membuat Tantowi berhitung

dengan cermat. Kalau maju sebagai calon gubernur, harus menang. Wajar jika ia rajin

melakukan penjajakan ke kantong-kantong masyarakat untuk melihat langsung

bagaimana aspirasi mereka sesungguhnya.

5. Tri Rismaharini(10)

Nama Walikota Surabaya Tri Rismaharini juga menjadi salah satu sosok yang santer

diberitakan menjadi lawan berat Ahok. Risma masih menjadi tokoh dengan elektabilitas

tinggi, sekalipun disandingkan dengan Ahok dan Ridwan Kamil.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berpotensi menjadi kendaraan bagi

Risma. Apalagi ia memang menjadi salah satu kader terbaiknya. Hal ini disampaikan

Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P DKI, Gembong Warsono.

Namun, Gembong juga memberitahu jika keputusan pemilihan Risma, pada akhirnya ada

di tangan Risma sendiri. Apakah Risma mau atau tidak ditarik ke Ibu Kota untuk

memperebutkan kursi DKI 1.

6. Haji Lulung(11)

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz

meyakini, sebagai kandidat calon Gubernur DKI Jakarta, Abraham Lunggana alias Haji

(12)

http://kupang.tribunnews.com/2016/03/11/ partai-nasdem-tidak-menyesal-

mendukung-ahok

(13) Jessi Carina. PKB DKI: Dari Dulu, Ahok Sudah Masuk ke dalam Penjaringan Kita.

2016. Kompas.com

14

1. Partai Nasdem (12)

Tidak memiliki calon Gubernur, namun secara sukarela mendukung Basuki Tjahaya

Purnama (Ahok) untuk kembali menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017 –

2022.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasional Demokrat (DPP NasDem) Akbar Faizal

menyatakan partainya tidak menyesal mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok

dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Akbar mengakui Ahok

cenderung menyampaikan ucapan yang tegas, keras cenderung kasar namun seharusnya

melihat sikap Ahok dari sudut pandang lain.

"Mengapa kita tidak menetapkan sikap Ahok ini sebagai garis demarkasi baru?" ujar

anggota pria asal Sulawesi Selatan itu. "Ini bukanlah hina bagi kami, kejujuran kok

dianggap hina? Justru kami mengajak diri memahami semua peristiwa ini sebagai cermin

sekaligus otokritik sebagai sebuah parpol," tegas Akbar.

Akbar menyatakan gerakan penyerahan KTP mendukung Ahok untuk memenuhi syarat

sebagai calon independen harus dipandang sebagai "cubitan" keras bagi partai politik.

Secara etika: (Sindo News.com: Etika Tak Bisa Jadi Alasan Makzulkan Ahok) Meski

etika Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kurang baik, tetapi hal itu

tidak bisa menjadi alasan untuk memakzulkannya. Karena, etika tidak bisa diangketkan.

Menurut penulis, Partai nasdem sudah beretika saat mulai memiliki pandangan bijaksana

seperti itu.

2. Partai Kebangkitan Bangsa(13)

Ketua DPD Partai Kebangkitan Bangsa DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas tidak membantah

pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama soal dukungan PKB terhadap

Basuki.

Namun, Hasbi mengatakan, masih ada serangkaian proses yang harus ditempuh untuk

memastikan dukungan terhadap Ahok. Sebab, PKB sampai saat ini masih dalam proses

penjaringan.

(14)

http://www.pks.or.id/content/pks-dukung-program-pro-rakyat-gubernur-sulut-olly-

dondokambey

15

Hasbi juga mengatakan bahwa partainya tidak sedang memusingkan apakah akan

mengusung atau sekadar mendukung. Partai koalisi pun sampai saat ini belum dicari.

Mereka hanya fokus pada penjaringan demi mencari orang yang menurut mereka paling

baik.

Secara etika: (Pos Kupang: Partai Politik Mulai Lirik Elektabilitas Ahok) PKB yang

mulai terlihat akan mendukung Basuki. Gelagat itu dapat dibaca lewat mulai masuknya

nama Ahok yang bersaing ketat dengan musisi Ahmad Dhani dalam penjaringan bakal

calon gubernur dari PKB. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB DKI Jakarta

Hasbiallah Ilyas, mengungkapkan nama Ahok sangat kuat di tataran pengurus anak

cabang (PAC) PKB atau setara tingkat kecamatan.

"Bukan kuat lagi, sangat kuat," kata Hasbiallah di Jakarta, Kamis 17 Maret 2016 lalu.

Padahal, Dhani sebelumnya sudah mengklaim dirinya didukung penuh oleh PKB untuk

menjadi calon gubernur. Namun saat ini, lanjut Hasbi, PKB masih melakukan survei

ulang untuk menentukan pilihan siapa yang akan didukung.

Menurut penulis, apa yang diputuskan PKB secara umum ini sudah memiliki etika

berpolitik yang baik, tidak soal siapa pribadi yang dipilih partainya sebagai Gubernur,

PKB mempertimbangkan baik-buruknya, tanpa memperbesar perselisihan emosi yang

terjadi antara kandidat yang ditetapkan dengan salah satu anggota partai yang ingin

diangkat sebelumnya.

3. Partai Keadilan Sejahtera(14)

Memfokuskan partainya kepada program Gubernur Sulawesi Utara. Ketua DPW PKS

Sulut, Syarifudin Saafa menegaskan mendukung Program Gubernur Sulut, Olly

Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandou yang berpihak kepada masyarakat.

Menurutnya, jika program OD-SK yang memprioritaskan kepentingan masyarakat maka

PKS akan terus mendukung program tersebut selama periode kepemimpinan berjalan.

(15)

https://m.tempo.co/read/news/2016/03/12/214753012/alasan-pdip-keluarkan-surat-

dukung-ahok-djarot-sampai-tuntas

16

“PKS akan berada bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur,

Steven Kandou jika programnya lebih mengutamakan kepentingan masyarakat, karena itu

sejalan dengan perjuangan visi dan misi PKS”tandas Saafa Kepada Okemanado.com,

Selasa (16/2). Anggota DPRD Kota Manado ini menjelaskan, PKS memiliki 2 Anggota

DPRD di Provinsi dan akan konsisten mengawal dan mendukung program Pro Rakyat

gubernur dan wakil gubernur terpilih, Olly Dondokambey dan Steven Kandou”sembari

mengucapkan selamat atas pelantikan Olly Dondokambey dan Steven Kandou sebagai

Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut Periode 2015-2020.

Secara etika: (Jakarta – KabarNet) Bagaikan duri dalam daging, tidak

mematikan, namun menimbulkan rasa sakit dan tak nyaman. Kurang lebih begitulah yang

dirasakan oleh partai-partai politik anggota koalisi pendukung pemerintah terkait masih

bercokolnya Partai Keadilan Sejahtera meski sudah diusir secara halus. Dalam beberapa

kali rapat Setgab, PKS tidak lagi diundang. Bendera PKS di Kantor Setgab Koalisi, di

Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat juga sudah dicopot. Namun PKS masih saja “ndableg”

tak mau keluar. Bagi seorang yang peka dan masih memiliki harga diri serta rasa malu,

sebetulnya tanpa diusirpun tindakan tersebut sudah jelas-jelas berarti pengusiran, karena

banyak cara untuk mengusir. Bagi para politisi parpol anggota Setgab Koalisi, PKS

dinilai tidak pantas untuk tetap berada di dalam barisan partai koalisi pendukung

pemerintah. Politisi PKS dianggap tidak santun dalam berpolitik, tidak paham dan hanya

ingin mengambil keuntungan secara ekonomi dan politik untuk kepentingan sendiri dari

keberadaan mereka di koalisi.

4. PDI Perjuangan (15)

Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Pereira

memberikan tanggapan mengenai surat edaran yang dikeluarkan partainya pada Jumat

kemarin.

(16)

http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/28/491010/pemilihan-gubernur-dki-

jakarta-partai-golkar-beri-wewen

17

"Surat dari DPP kemarin menginstruksikan seluruh kader di DKI Jakarta tidak memberi

komentar politik menyangkut pilkada, yang membuat situasi terpolarisasi," katanya di

Jakarta, Sabtu, 12 Maret 2016. Ia mengatakan partainya ingin memberi kesempatan

kepada Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-

Djarot Saiful Hidayat, melaksanakan tugas pemerintahan sampai akhir jabatan dengan

baik. "Ini akan berimbas dan menguntungkan masyarakat," katanya.

Secara Etika: (Sindonews.com: Tidak Etis Jika Parpol Minta Izin ke Teman Ahok) DPD

PDIP Jakarta menyatakan tidak etis bila partai politik pemenang pemilu harus meminta

izin kepada Teman Ahok bila ingin mengusung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok) untuk Pilgub 2017 mendatang. Pernyataan ini diutarakan Wakil Ketua

Bidang Pemenangan Pemilu DPD PDI-Perjuangan DKI Gembong Warsono menanggapi

ucapan Ahok yang menyebut PDI-P harus meminta izin kepada Teman Ahok jika ingin

mengusungnya.

Menurut penulis, hal itu (masukan Ahok sebagai calon Gubernur independen)

tidaklah melanggar etika baik norma maupun Pancasila. Mengajukan suatu permintaan

izin bukanlah hal yang dapat membuat seseorang, anggota, maupun sekumpulan

masyarakat bangsa menjadi turun derajatnya. Hanya diperlukan sedikit kerendahan hati

bagi seseorang maupun sekumpulan masyarakat untuk dapat mengajukan permintaan

izin atas suatu permohonan maupun niatan hati yang bertujuan baik (terutama bagi

kepentingan rakyat).

5. Partai Golongan Karya(16)

Partai politik telah menentukan sikap di dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun

2017 nanti. DPP Partai Golkar telah menyerahkan pengambilan sikap untuk pemilihan

Gubernur sepenuhnya kepada DPD Partai Golkar DKI Jakarta. Golkar akan

mengumumkan siapa yang diusung di Pilgub DKI pada Juni. DPD I Golkar DKI akan

diminta menentukan sikapnya kepada DPP.

(17)

Nibras Nada Nailufar. Ini Strategi Sandiaga Uno Dekati Wong Cilik. 2016.

Kompas.com

18

Secara etika: (Grup Pikiran Rakyat : Golkar Ingin Rebut lagi posisi Gubernur)

Menurut Tatu, salah satu petinggi Golkar, kader Golkar banyak yang mumpuni.

Untuk penentuan siapa yang akan maju di pemilihan gubernur 2017, pihaknya akan

menggunakan tata cara yang ada di partai. Seleksinya dapat dilakukan melalui survei

semua kader yang ada di provinsi, hasilnya DPP yang memutuskan.

6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) (17)

Pengusaha Sandiaga Uno yang berniat ikut Pilkada DKI 2017, mengaku memiliki

strategi sendiri dalam memperkenalkan dirinya kepada masyarakat. Dia menilai perlu

untuk turun langsung menyapa warga secara rutin. (Baca: Sandiaga Uno Minat

Gunakan Kaskus untuk Kampanye).

"Harus betul-betul menyapa warga dari kelompok akar rumput. Dijadwalkan tujuh

titik setiap hari," kata Sandiaga saat ditemui di kantor Kaskus, Jakarta, Kamis

(17/3/2016). Sandiaga juga berencana turun ke pasar-pasar. Dia menilai pasar sebagai

lokasi yang memungkinkan terjadinya banyak interaksi sosial. "Saya ingin

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi warga. Soal ketersdiaan pangan dan juga

harga yang melambung tinggi," ujarnya.

Dalam kunjungannya ke markas Kaskus, Sandiaga Uno menyatakan berulang kali

pentingnya pemanfaatan teknologi untuk pemberdayaan masyarakat. Ia menilai,

hadirnya teknologi dapat menambah lapangan kerja. Dia pun mengapresiasi Kaskus

yang menghimpun lebih dari 20.000 komunitas dan 300 forum. (Baca: Sandiaga Uno

Dukung Taksi "Online").Sandiaga berharap, akan ada forum terkait pembahasan

bahan pangan di Kaskus nantinya. "Kalau ada forum bawang merah, forum cabai,

forum ayam, forum daging sapi, mudah-mudahan harga bisa terkontrol," kata

Sandiaga. Partai Amanat Nasional (PAN)

Secara etika : (Kompasiana. Politik Penuh Sopan Santun, Moralitas dan Etika) Salah

satu pelajaran berharga bisa dipetik dari langkah politik Ketua Dewan Pimpinan

(18)

Ihsanuddin. PPP Tak Masalah jika Lulung Ingin Keluar dari Partai. 2016.

Kompas.com

19

Daerah Partai Gerakan Indonesia Raya, Drs. H. Longki Djanggola, M.Si. Sosok

familiar itu kerap menegaskan: "kalau semua orang bilang politik itu kotor, maka para

politisi mesti punya sopan santun, moralitas dan etika. Jadi politik ini tergantung

siapa yang menggenggam dan memainkannya." Bahkan ia pernah memilih tidak

terlibat aktif berkampanye walaupun untuk istrinya yang akan menjadi calon legislatif

di Sulawesi Tengah. Selain itu, Longki menyebut bahwa ini adalah bagian dari

caranya memberikan pendidikan politik internal kepada para kader dan simpatisan

Gerindra. Kata dia, "politik itu mesti dewasa dan bermartabat. Mesti penuh sopan

santun. Mesti bermoral dan mesti beretika.” Pada titik ini, Longki menunjukkan

politik yang penuh moral dan etika. Tidak asal libas. Tidak asal ganti. Bahkan ketika

DPC Gerindra Donggala diancam tidak ikut Pemilu lalu, ia tidak serta merta

menyalahkan mereka, ia justru memberi arahan agar DPD mengambil alih masalah

tersebut dan memastikan Gerindra Donggala bisa mengikuti Pemilu. Dan berhasil.

Gerindra Donggala tetap menjadi peserta Pemilu dan meraih kemenangan luar biasa.

Sesekali, kemarahan ditunjukkannya, tapi dasarnya selalu karena ada yang abai atas

kerja dan tanggung jawab yang sudah diberikan. Tentu saja ini hal wajar.

7. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)(18)

Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga saat ini belum

memutuskan calon yang layak diusung untuk bertarung dalam pilgub DKI Jakarta

pada 2017, termasuk kemungkinan untuk mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama alias

Ahok. Namun, jika PPP akhirnya memutuskan untuk mengusung Ahok sebagai calon

petahana, maka tidak boleh ada kader yang mengintervensinya, tak terkecuali Ketua

Dewan Pimpinan Wilayah PPP DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung. Juru

Bicara DPP PPP, Arsul Sani, mengatakan, partainya tidak akan terpengaruh dengan

ancaman Lulung yang mengaku akan keluar dari partai berlambang Kakbah itu.

(19)

Rikho Jansen. Partai Hanura Dukung Ahok Pilgub DKI 2017 Susul Nasdem. 2016.

news.hargatop.com

20

Secara Etika: adalah hak asasi setiap manusia maupun kelompoknya untuk memelih

memiliki calon kandidat pemimpin yang dirasanya pantas ataupun tidak bagi partai

yang diikutinya.

8. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)(19)

Ketua DPP Hanura Miryam S Haryani, mendukung Ahok maju lewat jalur

independen. “Dalam satu dua hari ini (akan diumumkan). Arahnya pasti mendukung,”

kata Hanura Miryam S Haryani dilansir dari Kompas hari ini Kamis (17/3/2016).

Partai Hanura punya alasan kuat kenapa akhirnya mendukung Ahok maju di pilkada

2017 nanti. Utamanya karena Ahok memiliki rekam jejak yang sudah ada buktinya.

Selain itu Partai Hanura menilai banyak persoalan Jakarta yang selesai di tangan

Ahok. Apalagi hasil survei Partai Hanura memperlihatkan elektabilitas Ahok di DKI

sangat tinggi.

Secara Etika: (Kabar24.com: Dulu Ngebet Jatuhkan Ahok, Sekarang Partai Hanura

Justru Beri Dukungan) Pernyataan Hanura untuk mendukung Ahok menimbulkan

pertanyaan. Ongen, sapaan akrab Sangaji, dulu merupakan Ketua Tim Angket DPRD

DKI yang berencana melengserkan Ahok dari jabatan DKI 1.

Tim Angket sendiri dibentuk lantaran DPRD DKI menilai Ahok telah melanggar

undang-undang karena mengirimkan draf RAPBD 2015 ke Kemendagri tidak sesuai

dengan pembahasan, selain juga terkait etika seorang Gubernur.

"Ya gak gitu. Bedakan dong posisi saya di partai dan DPRD. Kalau Angket kemarin

kan saya diminta teman-teman dewan. Sekarang kan dapat instruksi partai. Kami kan

harus ikut keputusan DPP," ujarnya sambil tertawa.

(20)

Putri Adityowati. Apa Skenario Partai Islam Hadang Ahok di DKI 2017?. 2016.

Tempo.co

21

Hubungan antara Hanura dan Ahok kembali terjalin setelah perwakilan Partai yang

diinisiasi oleh Wiranto tersebut bertemu dengan Teman Ahok.

"Iya sudah ketemuan. Mereka anak-anak Hebat. Saya salut sama semangatnya. DPD

Hanura akan diskusikan lagi soal dukungan seperti apa," jelasnya.

9. Partai Damai Aceh (PDA)

Partai ini berketerkaitan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

10. Partai Nasional Aceh (PNA)

Partai ini berketerkaitan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

11. Partai Aceh (PA)

Partai ini berketerkaitan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

12. Partai Bulan Bintang(20)

Sejumlah partai berbasis Islam berencana membentuk koalisi dalam pemilihan Gubernur

DKI Jakarta 2017. Skenario ini dibuat untuk menjaring lawan tanding bagi gubernur

inkumben, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir

Karding menyatakan wacana ini berkembang dalam pertemuan para pemimpin partai

Islam. “Beberapa pemimpin pernah bahas itu secara informal,” ujarnya, kemarin. Koalisi

partai Islam digagas untuk menyatukan dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa, Partai

Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional.

Keempat partai itu mewakili 25 persen kursi di parlemen. Dengan modal itu, koalisi ini

memiliki cukup tiket untuk mendukung pasangan calon. Rencana pembentukan koalisi

semula diungkapkan bakal calon gubernur dari PKB, Ahmad Dhani. Dhani berpendapat,

koalisi partai Islam akan menjadi sejarah baru dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Sebab,

kata dia, koalisi ini akan menyatukan basis konstituen dari kalangan Nahdlatul Ulama,

Muhammadiyah, dan Masyumi. “Kami gabung dalam satu majelis,” kata Dhani.

(21)

http://www.pemilu.com/partai-keadilan-dan-persatuan-indonesia-pkpi/

22

Secara Etika: adalah hak asasi setiap manusia maupun kelompoknya untuk memelih

memiliki calon kandidat pemimpin yang dirasanya pantas ataupun tidak bagi partai yang

diikutinya.

13. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)(21)

Belum ada info terbaru terkait pendukungan dan strategi partai untuk calon Gubernur

DKI Jakarta 2017-2022.

Secara Etika: adalah hak asasi setiap manusia maupun kelompoknya untuk memelih

memiliki calon kandidat pemimpin yang dirasanya pantas ataupun tidak bagi partai yang

diikutinya.

Partai politik yang ada saat ini semestinya mencontoh Partai Majlis Syuro

Muslimin Indonesia (Masyumi), partai Islam yang menurutnya dalam sejarah paling

demokratis. (Robigusta Suryanto. Agar Beretika dan Bermoral, Partai Politik Disarankan

Contoh Masyumi. 2014. Hidayatullah.com)

“Masyumi (partai Islam) itu lebih demokratis daripada partai yang ada sekarang,”

ucap Burhanuddin Muhtadi saat menjadi pembicara dalam bedah buku yang diadakan di

auditorium FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta belum lama ini. Padahal, ia

melanjutkan, petinggi-petinggi atau elit partai Masyumi kebanyakan alumni yang

berpendidikan dari luar atau Barat. Namun mereka tetap lebih bermoral daripada partai

yang ada saat ini.

“Meski banyak berpendidikan Barat, namun etika mereka tetap bermoral,” tambahnya

dengan tegas. Oleh sebab itu, ia berharap agar partai-partai yang ada, khususnya partai

Islam agar dapat mencontoh perjalanan Masyumi. Dan semestinya partai yang ada saat

ini dapat menjadikan Masyumi sebagai salah satu representasi yang utama.

(22)

Thomson Cyrus. Strategi Jitu Ahok, Paksa Lebih Dari 2 Paslon, Yusril Terkunci!

2016. Kompasiana.

23

“Masyumi itu layak untuk dijadikan representasi,” tutupnya.

Perlu diketahui, bahwa partai Masyumi adalah salah satu partai Islam pertama

yang yang lahir pada masa setelah Indonesia merdeka lima tahun. Pada saat itu Masyumi

lahir dari gabungan puluhan ormas Islam. Di antaranya Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama (NU). Namun usia partai ini tidak lama. Hanya lima belas tahun kurang lebih.

Dibubarkan oleh mantan Presiden Soekarno.

4.2. Strategi Memenangkan Diri yang Dilakukan Sebagai Calon Peserta Pada Pemilihan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 yang Berstatus Tidak Tergabung Sebagai

Anggota Partai

Berikut ini merupakan strategi memenangkan diri sebagai calon peserta pada

pemilihan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 yang berstatus tidak tergabung sebagai

anggota partai:

Telah kita ketahui, hingga saat ini, 17 Maret 2016, calon peserta dalam pemilihan Gubernur

DKI Jakarta 2017 secara independent resmi yang diketahui oleh berbagai pihak dari

keseluruhan warga Jakarta saat ini ialah Bapak Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Tidak

sedikit lawan dari partai politik lain, yang sudah memberikan kode bahwa ia sanggup

mengalahkan Ahok jika head to head dengan Ahok. Jika hal ini yang terjadi, maka akan ada

beberapa kemungkinan seperti:

Pertama, Ahok maju lewat jalur partai, sebelumnya beberapa prediksi yang mengusung

adalah PDIP, Nasdem, Demokrat, Hanura. Lalu di pihak lain, ada kemungkinan

memasangkan Yusril dengan Sandiaga Uno yang didukung oleh Gerindra, PKS, Golkar,

sisanya seperti PAN, PKB, melihat arus. Jika ini yang terjadi, kemungkinan Yusril Sandiaga

memenangkan pilkada DKI besar, sebab pemilih Ahok adalah pemilih dari semua partai yang

nasionalis. Artinya Yusril Sandiaga bisa saja meraup suara dari semua partai yang ada.

Kedua, Menyadari itu,Ahok lalu berhitung dan sudah mengenal, siapa pemilihnya? Pemilih

Ahok adalah masyarakat yang sudah merasakan kepuasan atas kinerja Ahok selama menjadi

Gubernur DKI. Oleh karena pemilih Ahok adalah masyarakat yang sudah

24

puas dengan kinerja Ahok, maka dapat dipastikan mereka sudah fix menentukan pilihan

pada Ahok, siapapun wakil dan isu apapun yang diusung oleh partai lawan, pemilih itu

sudah setia kepada Ahok. Jika demikian halnya, sebenarnya pemilih Ahok itu, sudah

agak susah dirayu, diiming imingi, diarahkan, sebab mereka memilih Ahok bnerdasarkan

track record dan kinerja baik Ahok. Survei terakhir diangka 45% plus minus. Artinya

minimal 40 % penduduk Jakarta sudah firm menentukan suara hanya untuk Ahok. Jika

demikian halnya, Ahok butuh sekitar 10 % plus 1 saja untuk dijaga dan direbut dari suara

yang ada. Angka inilah sebenarnya yang sedang dikalkulasi oleh Ahok. Dimana itu

berada. Oleh karena Ahok sudah memetakan dukungan bagi dirinya, sekaligus sudah

memetakan lawannya. Ahok memulai strategi jitunya, yaitu memecah perhatian para

lawan politiknya. Di saat Ahok sudah fix menentukan calon wakilnya, para lawan

politiknya masih memilih milih dan menimang-nimang siapa yang akan diusung. Saat

lawannya sibuk konsolidasi, Ahok dan Teman Ahok sudah kerja sambil sosialisasi

pasangan. Strategi jitu Ahok tersebut ternyata menguras energi lawan politiknya. Hal ini

yang menyebabkan para kader PDIP kewalahan. Tadinya ingin bersama dengan Ahok,

sekarang seperti dipaksa untuk maju sendiri. Sebab yang kebayakan dari masyarakat

tahu, harga diri PDIP dirasa terlalu tinggi, ia kemungkinan besar akan mengusung paslon

sendiri. PDIP tidak akan mendukung Yusril sebab hal tersebut hanya akan mencelakai

masa depan partai PDIP sendiri. Jika PDIP mengusung paslon sendiri, itu yang

diharapkan Ahok. Suara muslim yang tidak suka dengan dirinya, akan tergerus oleh

paslon PDIP. Semakin baik lagi, apabila PDIP menggandeng partai-partai lain yang

berarti, bisa saja Yusril tidak dapat dukungan partai. Jika demikian halnya, maka Yusril

sudah terkena strategi jitu Ahok. Ahok rela kalah dari paslon PDIP jika PDIP mengusung

Risma atau Ganjar. Asalkan tidak dari Yusril, sebab Ahok dinilai sangat mencintai warga

Jakarta. Jika Jakarta dipimpin oleh Yusril, dirasa bisa dibayangkan kembali bahwa

Jakarta akan seperti jaman Fauzi Bowo. Ahok tidak ingin kinerjanya bersama Jokowi

selama ini rusak kembali. Ahok tidak rela estafet kepemimpinan yang telah dibangun

dengan hati yang tulus, harus mundur kembali di tangan orang yang kurang profesional

menurutnya. Ahok sudah bekerja sebagai gubernur, yang lain masih akan menjanjikan ini

dan itu untuk Jakarta. Ahok sudah fix dengan Heru dan sudah bekerja untuk sosialisasi,

25

peserta lain masih berhitung dan bernego, siapa dapat apa dan siapa akan apa?

Masyarakat Jakarta sudah cerdas, sudah pintar, semua tersaji terbuka di hadapan mereka,

seolah tinggal memilih, menu mana yang mereka akan santap. Masakan yang sudah jadi

atau yang masih mentah?

Secara etika: strategi ini baik dijalankan mengingat tidak ada pihak yang merasa

dipaksakan hak dan kewajibannya untuk membantu pemilihan independen yang akan

dijalankan oleh Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Persaingan adalah hal yang normal.

Tim Teman Ahok berupaya menjalani semua strategi yang direncanakan sejauh ini masih

dalam taraf yang wajar.

Jakarta, memalui PEMILU.com, menyatakan bahwa Undang-Undang nomor 8

tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang mengatur calon independen

dinilai sudah cukup baik. Karena itu, revisi UU Pilkada jangan sampai justru menyulitkan

mereka untuk maju dalam Pilkada. “Kalau kemudian katakanlah ada usulan perubahan,

jangan sampai perubahan itu dimaksudkan untuk menutup menghalang-halangi calon

independen,” ujar Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Rabu (16 Maret 2016).

Menurut Pramono, pesta demokrasi di Indonesia melalui pilkada telah mendapat pujian

positif dari dunia internasional. Sehingga peran partai politik diharapkan tidak sampai

mengesampingkan peran perseorangan. Ditambahkannya, calon independen itu

merupakan sebuah keniscayaan yang terjadi dalam demokrasi. Karena itu, dalam rapat

terbatas mengenai Pilkada, Presiden telah memberi arahan agar setiap kontestan pilkada

mendapat hak yang adil. “Posisi pemerintah sampe hari ini menganggap bahwa hal yang

berkaitan dengan independen sudah cukup diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2015,”

pungkasnya.

4.3. Kesesuaian Antara Strategi yang Dilakukan Untuk Memenangkan Diri Sebagai Calon

Eksekutif Tingkat Daerah (Gubernur) Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 yang

Berstatus Sebagai Anggota Partai Maupun Non Partai dengan Kaidah Etika dalam

Berpolitik di Negara Indonesia

(23)

http://www.lirikonline.com/2015/02/moral-dan-etika-dalam-berpolitik-yang.html 26

Fenomena dunia politik Indonesia(23)

sepuluh tahun terakhir ini mengalami

banyak perubahan. Perubahan perpolitikan di Indonesia tidak hanya mengubah watak dan

perilaku para politisi, partai politik, elite politik, dan penguasa, tetapi juga mengubah

persepsi dan paradigma berpikir masyarakat Indonesia tentang memaknai hakikat politik

itu sendiri. Munculnya konflik antar lembaga negara, kasus korupsi hingga terseretnya

pejabat negara karena narkoba dan asusila yang duduk di lembaga legislatif, yudikatif,

dan eksekutif menurut penilaian Kepala Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Prof. Dr.

Sudjito, S.H., M.Si., sebagai cermin hilangnya tatanan etika dan moral yang berdasarkan

nilai-nilai Pancasila.Banyak politisi dan pejabat negara yang sudah tidak ada rasa malu

meskipun terindikasi terlibat kasus seolah tenang-tenang saja sambil menunggu proses

hukum positif, mereka tidak memberikan tanggung jawab secara moral dan menunjukkan

rendahnya etika politik.Sudjito menilai demokrasi yang dibangun dalam dunia

perpolitikan saat ini adalah demokrasi yang bebas nilai yang menyebabkan perilaku

politisi dan pejabat Negara jauh dari etika politik. Makna dan esensi demokrasi direduksi

sebagai merebut kekuasaan. Kedaulatan tidak lagi di tangan rakyat tetapi di tangan

penguasa dan lembaga politik. Lembaga politik seperti partai politik bukan lagi

merepresentasikan kepentingan rakyat tetapi merepresentasikan kepentingan partai dan

elite partai. Yang terjadi, elite partai melanggengkan kekuasaan dengan menggunakan

segala cara. Kemudian, etika dan moral cenderung diabaikan sehingga melahirkan

berbagai sindiran politik seperti politik dagang sapi,politik sapi perah, dan politik

jalanan,politik dinasti. Sehingga politik dimaknai sebagai adu kekuatan dan kepentingan.

Menurut Sudjito, berdemokrasi dan berpolitik Pancasila pada dasarnya tidak hanya

berpegang pada kaidah hukum, tetapi juga lebih pada kesadaran dan kepantasan moral

yang mengedepankan etika nilai-nilai Pancasila. Ironisnya, praktik semacam ini

seharusnya dilaksankan di Indonesia justru dilaksanakan di Negara lain. Di jepang,

misalnya, seorang pejabat tinggi akan mundur karena pertimbangan moral ketika gagal

melaksanakan tugas, mereka seolah lebih menghayati sila kemanusiaan

Oleh karena itu, etika politik harus dijadikan sarana merefleksikan kualitas moral yang

harus dimiliki oleh para pelaku politik dan para penyelenggara negara. Indikasinya dapat

terlihat sampai sejauh mana para pelaku politik dapat memaknai dan melaksanakan etika

27

politik dan demokrasi dalam kerangka Pancasila.Dr. Slamet Sutrisno, mengatakan

demokrasi pancasila adalah konsep demokrasi keindonesiaan yang secara internal

menegaskan ide kerakyatan dan ide musyawarah perwakilan dan diresapi oleh nilai-nilai

eksternal religiusitas, humanitas, kebangsaaan dan keadilan sosial. Sedangkan praktek

politik demokrasi di era reformasi terkesan lebih menganut filsafat demokrasi barat

liberal yakni supremasi mayoritas. Kendati demokrasi itu muncul akibat protes terhadap

ekstrim musyawarah mufakat artifisial rezim orde baru. Dengan ditetapkannya Pancasila

sebagai dasar negara, kehidupan politik memiliki dimensi etis, bukan sesuatu yang

netral. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mendorong warganegara untuk

berperilaku etis dalam politik. Apabila nilai-nilai Pancasila itu dapat ditransformasikan

ke dalam ethos masyarakat, maka akan menjadi pandangan hidup atau Weltanschauung.

Pandangan hidup dapat dilihat sebagai suatu cultural software, suatu perangkat lunak

budaya. Pandangan hidup adalah suatu cara memahami dunia dan kehidupan sosial, suatu

kosmologi masyarakat. Sebagai perangkat lunak budaya pandangan hidup berperan

dalam mengkonstruksikan dunia sosial dan politik. Tetapi pandangan hidup itu selalu

berada dalam kontestasi dan negosiasi dengan pandangan hidup lainnya. Cultural

software dikopi dalam setiap individu melalui sosialisasi, interaksi dan komunikasi.

Fungsi cultural software mirip dengan apa yang disebut Gadamer “tradisi”: tradisi

melengkapi kita dengan pra-pemahaman yang memungkinkan kita membuat penilaian

mengenai dunia sosial Sejauh masyarakat memiliki kopi yang kurang lebih sama, maka

pemahaman budaya mereka adalah pemahaman budaya bersama.

Secara Keseluruhan,dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan (masing-

masing pihak baik yang tergabung dalam partai politik maupun tidak) untuk

Memenangkan Diri Sebagai Calon Eksekutif Tingkat Daerah (Gubernur) Provinsi DKI

Jakarta tahun 2017 dengan kaidah etika dalam berpolitik di Negara Indonesia antara lain

(http://www.lirikonline.com/2015/02/moral-dan-etika-dalam-berpolitik-yang.html):

1. Melalui Partai Politik

Tidak seluruh partai maupun anggotanya secara individu memiliki etika yang baik

dalam bersaing. Partai politik yang memiliki toleransi antar peserta calon kepala

(24)

http://news.detik.com/berita/3166010/pemerintah-isyaratkan-tak-setuju-syarat-

calon-independen-diperberat).(

28

daerah, telah memiliki kesesuaian dalam penerapan kehidupan berpolitiknya dengan

falsafah, etika, dan moral Pancasila di Negara Indonesia.

2. Jakarta, memalui PEMILU.com, menyatakan bahwa Undang-Undang nomor 8

tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang mengatur calon

independen dinilai sudah cukup baik. Karena itu, revisi UU Pilkada jangan

sampai justru menyulitkan mereka untuk maju dalam Pilkada. “Kalau kemudian

katakanlah ada usulan perubahan, jangan sampai perubahan itu dimaksudkan

untuk menutup menghalang-halangi calon independen,” ujar Sekretaris Kabinet

(Seskab) Pramono Anung, Rabu (16 Maret 2016). Menurut Pramono, demokrasi

di Indonesia sudah berjalan baik dan mendapat pujian dari dunia internasional

karena peran besar dari partai politik, tapi bukan berarti menutup kesempatan bagi

calon independen berlaga di Pilkada. "Kemarin dalam rapat terbatas Presiden

memberi arahan terhadap persoalan itu. Posisi pemerintah sampai hari ini

menganggap berkaitan calon independen cukup baik diatur dalam UU 8/2015,"

tegas Pramono(24)

.

(25)

http://news.detik.com/berita/3166010/pemerintah-isyaratkan-tak-setuju-syarat-

calon-independen-diperberat).(

29

BAB V

PENUTUP

5.1. Penutup

Krisis kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sedang dihadapi bangsa Indonesia(25)

,

antara lain karena persoalan etika dan perilaku kekuasaan. Silang pendapat, perdebatan,

konflik, dan upaya saling menyalahkan terus berlangsung di kalangan elite, tanpa peduli

dan menyadari bahwa seluruh rakyat kita sedang prihatin menyaksikan kenyataan ini.

Kemampuan membangun harmoni, melakukan kompromi dan konsensus di kalangan

elite politik kita terkesan sangat rendah, tetapi cepat sekali untuk saling melecehkan dan

merendahkan. Padahal untuk mengubah arah dan melakukan lompatan jauh ke depan,

sangat diperlukan kompromi dan semangat rekonsiliasi.

Politik bukanlah persoalan mempertaruhkan modal untuk memperoleh

keuntungan yang lebih besar, sebagaimana diyakini oleh sebagian besar pelaksana money

politics di Tanah Air kita. Politik bukanlah semata-mata perkara yang pragmatis sifatnya,

yang hanya menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat

ditangani dengan memakai rasionalitas. Politik lebih dari pragmatisme, tetapi

mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya karena melibatkan juga rasionalitas nilai-

nilai. Oleh karena hal tersebut, politik lebih dari sekadar matematika tentang hubungan

mekanis di antara tujuan dan cara mencapainya. Politik lebih mirip suatu etika yang

menuntut agar suatu tujuan yang dipilih harus dapat dibenarkan oleh akal sehat yang

dapat diuji, dan cara yang ditetapkan untuk mencapainya haruslah dapat dites dengan

kriteria moral.

Apabila kesadaran etika berpolitik sangat rendah maka tantangan yang mungkin

kita hadapi kedepan adalah terjadinya feodalisme maupun kapitalisme dalam politik

Indonesia yang dapat mengakibatkan bahwa kemerdekaan nasional justru memberi

(26)

http://www.lirikonline.com/2015/02/moral-dan-etika-dalam-berpolitik-yang.html 30

rakyatnya dalam ketergantungan dan keterbelakangan. Tantangan ini harus kita

hadapi dengan penuh kesadaran untuk selalu berjuang menentang feodalisme dan

perjuangan untuk membebaskan diri dari cengkeraman kapitalisme. Usaha ini sangat

ditentukan juga melalui perjuangan partai politik. Partai politik hendaknya berbentuk

partai kader dan bukan partai massa, karena dengan partai kader para anggota partai yang

mempunyai pengetahuan dan keyakinan politik dapat ikut memikul tanggung jawab

politik, sedangkan dalam partai massa keputusan politik diserahkan seluruhnya ke tangan

pemimpin politik dan massa rakyat tetap tergantung dan tinggal dimobilisasi menurut

kehendak sang pemimpin partai. Partai politik sebagai pilar demokrasi haruslah selalu

berinteraksi dengan masyarakat sepanjang tahun. Kegiatan sosial kemasyarakatan

merupakan agenda wajib begitu pula sikap cepat tanggap dalam menghadapi musibah

dan bencana.

Para elit politik partai pun sudah seharusnya sering terjun menemui konstituen,

mendengar aspirasi mereka, dan memperjuangkannya. Partai tidak boleh membuat jarak

dengan rakyat. Di sinilah sesungguhnya hakikat dari pendidikan politik yang diterapkan

oleh partai politik dan elitenya. Dengan demikian, maka apapun sikap dan kebijakan

partai tidak akan terlepas dari kehendak masyarakat konstituennya, dan benar-benar

menjadi penyambung lidah rakyat. Sehingga dapat mencegah kehawatiran bahwa partai

hanya memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Kegiatan pencerdasan politik

masyarakat harus terus dipupuk oleh partai politik melalui respon terhadap realitas sosial-

politik. Selain itu berpolitik hendaknya dilakukan dengan cara yang santun, damai, dan

menyejukkan. Kemudian kita juga harus mengembangan sistem multipartai agar

kehidupan politik terhindar dari konsentrasi kekuasaan yang terlalu besar pada diri satu

orang atau satu golongan saja.

5.2. Saran

Sejumlah politikus(26)

di negara ini terjerat kasus hukum dan sebagian sudah

menjalani hukumannya. Para pejabat publik dan politikus yang terindikasi kasus korupsi

lebih baik mundur. Jangan terus membodohi rakyat dengan mengatasnamakan menunggu

31

proses hukum. Dalam kehidupan selain hukum, juga ada etika yang harus dijaga.

Para Penyelenggara Negara Indonesia jangan selalu berlindung di balik proses hukum

tanpa mempedulikan etika.

Contoh bagaimana politikus senior Jerman yang mundur karena patuh pada etika.

Mantan Kanselir Jerman Barat yang berkuasa puluhan tahun, Helmut Kohl, mundur dari

jabatannya karena menerima uang sebagai ketua umum partai yang berkuasa CDU/CSU

sebesar 8.000 DM saat itu atau hanya sebesar Rp 160 juta. Dana itu bukan untuk

kepentingan pribadinya, tapi masuk ke kas partainya. "Dia pun mundur dengan legowo,”

Mundurnya politisi muda Jerman yang cemerlang dari jabatan Presiden Jerman, Cristian

Wulf, karena mendapatkan kredit rumah dengan bunga keciltapi dia sadar akan resiko

sebagai politisi dan pejabat publik yang tidak boleh melakukan hal-hal yang oleh orang

umum sebenarnya biasa saja. Para Penyelenggara Negara harus mengerti bagaimana

politik itu sendiri yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan etika terlebih amanah

pancasila, tudak bertentangan dan bukan bagaimana pancasila dipolitikkan oleh para

penguasa negara khususnya negara Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pustakaskripsi.com/kumpulan-100-judul-judul-skripsi-ekonomi-2559.html

https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/

http://ilmupengetahuan-biologi.blogspot.com/p/apa-perbedaan-filsafat-dan-filosofis.html

https://prezi.com/b8agiqpnvqj4/etika-berpolitik-dalam-berbangsa-dan-bernegara/

http://budisansblog.blogspot.com/2014/02/contoh-etika-politik-atau-cacat-moral.html

http://ilmumedia.blogspot.com/2014/04/analisis-kasus-politik-uang-dalam.html

@medanbisnis (posted at Twitter) 3 Juni 2013

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/06/03/32659/etika-politik-caleg/

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_politik

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/06/03/32659/etika-politik-

caleg/#.VuUqhfl97IU

http://weloveblitar.blogspot.com/2013/03/pancasila-sebagai-sumber-etika-politik.html

http://nasional.kompas.com/read/2015/06/18/15000021/Etika.Politik.Dirusak

http://metrojambi.com/read/2015/09/30/3701/etika-politisi-dan-undangundang-pemilukada

http://efekgila.com/kandidat-calon-gubernur-dki-jakarta-2017/

http://nasional.kompas.com/read/2016/03/16/21013031/KPU.Syarat.Calon.Independen.dan.Parp

ol.Tak.Bisa.Disamakan