analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan …/analisis... · analisis spasial penyediaan...

97
ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 Oleh : Ratih Puspita Dewi NIM K 5407039 Skripsi Disusun Oleh: RATIH PUSPITA DEWI K5407039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: phamkhanh

Post on 27-Jun-2019

257 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

i

ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2011

Oleh :

Ratih Puspita Dewi

NIM K 5407039

Skripsi

Disusun Oleh:

RATIH PUSPITA DEWI

K5407039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

ii

ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2011

Disusun Oleh:

RATIH PUSPITA DEWI

K5407039

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Wakino, M.S

NIP. 19521103 197603 1 003

Pembimbing II

Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd.

NIP. 19820908 200604 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

v

ABSTRAK

Ratih Puspita Dewi, ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, September 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui persebaran, pola, dan jangkauan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 (2) Mengetahui ketersediaan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 (3) Mengetahui daya layan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMP yang ada di Kabupaten Boyolali. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi berupa data alamat SMP, data jumlah SMP, jumlah guru, jumlah murid, jumlah kelas dan jumlah ruang kelas dan observasi berupa data lokasi absolut SMP, data aksesibilitas berupa jenis jalan dan angkutan umum, dan ketersediaan prasarana berdasarkan standar baku. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis peta dan analisis tetangga terdekat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 (a) distribusi SMP paling banyak terdapat di Kecamatan Boyolali dengan jumlah SMP sebanyak 10 SMP (11.1 %) dan jumlah SMP paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo dengan jumlah 2 SMP (2.2%). (b) Pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali pada topografi bergunung adalah acak dengan nilai T = 1.04, sedangkan pada topografi dataran rendah pola persebarannya juga acak dengan nilai T = 0.8. (c) Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari unsur aksesibilitas. Aksesibilitas sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu SMP Mudah terjangkau, SMP cukup terjangkau, dan SMP sulit terjangkau. Terdapat 10 SMP mudah terjangkau, 73 SMP cukup terjangkau, dan 7 SMP sulit terjangkau. 2 Ketersediaan SMP dilihat dari tingkat kecukupan SMP untuk tiap kecamatan. Kecukupan SMP tertinggi terdapat di Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, dan Kecamatan Wonosegoro yaitu semua penduduk terlayani, sedangkan kecukupan terendah terdapat di Kecamatan Cepogo dengan 17.101 penduduk tidak terlayani. Ketersediaan prasarana SMP berdasarkan standar baku untuk SMP negeri sudah lengkap baik untuk SMP negeri dengan akreditasi A, B, maupun belum terakreditasi, sedangkan untuk SMP Swasta belum lengkap baik untuk SMP Swasta dengan akreditasi B, C, maupun belum terakreditasi. 3 Berdasarkan penghitungan variabel daya layan beberapa kecamatan di Kabupaten Boyolali jumlah sekolahnya belum memenuhi kebutuhan meliputi: Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Juwangi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

vi

ABSTRACT

Ratih Puspita Dewi, SPATIAL ANALYSIS OF AVAILABILTY EDUCATIONAL FACILITIES AT JUNIOR HIGH SCHOOL IN BOYOLALI DISTRICT AT 2011. Script, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, September 2011. The Purpose of the research are: (1) to find out spatial distribution, distribution pattern and educational facilities reach at junior high school in Boyolali District at 20011(2) to find out the availability of junior high school in Boyolali District at 2011 (3) to find out the function of availability of educational facilities at junior high school in Boyolali District at 2011. This research used descriptive research method. The population of the research are all junior high schools in Boyolali District. The sampling technique is stratified random sampling. The technique of collecting data are documentation like data of address, number of junior high schools, number of teachers, number of students, number of classes, and number of classrooms, and observation like data of absolute location of junior high school, data of accessibility that is road and the public transportation. The technique of data analysis are map analysis and nearest neighbour analysis. The result of the research are: 1(a) junior high school spasial distribution mostly located in Subdistrict Boyolali with 10 junior high school (11.1%) and the least in Subdistrict Selo with 2 junior high schools (2.2%). (b) The distribution pattern of Junor High School in Boyolali District at mountainous topography is random with T = 1.04, whereas the distribution pattern at lowland topography also random with T = 0.8. (c) The reach of junior high school in Boyolali District seen at accessibility side, accessibility divided in three categories that is easy to reach, quite easy to reach, and difficult to reach. There are 10 junior high schools (11.1%) are easy to reach, 73 junior high schools are quite easy to reach, and 7 junior high schools are difficult to reach. 2 junior high school availability shown in junior high school adequacy level for each subdistrict. The highest junior high school adequate is in Ampel Subdistrict, Boyolali Subdistrict, Sawit Subdistrict, Banyudono Subdistrict, Sambi Subdistrict, Simo Subdistrict, Karanggede Subdistrict, Klego Subdistrict, Klego Subdistrict, Andong Subdistrict, and Wonosegoro Subdistrict where all of the populations can be serviced, whereas the least junior high school adequate is in Cepogo Subdistrict with 17.101 people can not be serviced. The Junior High School infrastructure based on standart rules for government junior high schools are already complete include for government junior high schools which accreditation A, B, even not accreditation yet, whereas for private junior high schools are not complete yet include for private junior high schools which accreditation B, C, or not accreditation yet. 3 based on calculation of the function of service variable some of Subdistrict in Boyolali District number of schools are not enough, the Subdistrict are Selo Subdistrict, Cepogo Subdistrict, Musuk Subdistrict, Ngemplak Subdistrict, Nogosari Subdistrict, Kemusu Subdistrict, and Juwangi Subdistrict.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

vii

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)dengan sabar

dan (mengerjakan shalat), sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(QS Al Baqoroh: 153)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya

Ibu maryam semoga selalu diberi kesehatan

Keempat kakakku widy, hendra, ervy, dan bambang

Adikku Callula

Bayu Saputro

Almamater

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan ditemukan hambatan namun demikian dengan bantuan

dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat diatasi, untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis megucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Drs. Wakino, MS. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan sabar

memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan selama ini.

7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan, sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan dan

penyususnan skripsi ini.

8. Sahabat- sahabat Geografi angkatan 2007 yang selalu memberikan semangat

dan persahabatan yang tak terlupakan.

9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

x

Saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Surakarta, September 2011

Penulis,

Ratih Puspita Dewi

K5407039

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. iii

HALAMAN ABSTRAK INDONESIA ................................................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ...................................................................................... v

HALAMAN MOTTO............................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii

DAFTAR PETA .................................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 5

D. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7

1. Analisis Spasial ......................................................................................... 7

2. Peta ............................................................................................................ 10

3. Skala Peta .................................................................................................. 13

4. Fasilitas Pendidikan ................................................................................... 14

5. Daya Layan ................................................................................................ 21

6. Aksesibilitas .............................................................................................. 22

B. Penelitian Yang Relevan .................................................................................. 25

C. Kerangka Berfikir ............................................................................................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xii

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 31

1. Tempat Penelitian ...................................................................................... 31

2. Waktu Penelitian ....................................................................................... 31

B. Metode Penelitian ............................................................................................ 32

C. Sumber Data .................................................................................................... 32

1. Sumber Data Primer .................................................................................. 32

2. Sumber Data Skunder ................................................................................ 32

D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 33

1. Populasi...................................................................................................... 33

2. Sampel ....................................................................................................... 34

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 35

1. Teknik Dokumentasi ................................................................................. 35

2. Teknik Observasi ....................................................................................... 36

F. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 36

1. Persebaran, Pola, dan Jangkauan Fasilitas Pendidikan.............................. 36

a. Persebaran Pendidikan ........................................................................... 36

b. Pola Persebaran Fasilitas Pendidikan .................................................... 36

c. Jangkauan Fasilitas Pendidikan ............................................................. 37

2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan ............................................................... 40

3. Daya Layan Fasilitas Pendidikan .............................................................. 40

G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 41

1. Tahap Persiapan .................................................................................. 41

2. Tahap Penyusunan Proposal ................................................................ 41

3. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian ............................................. 41

4. Tahap Pengumpulan Data .................................................................... 41

5. Tahap Analisis Data ............................................................................. 41

6. Tahap Penyusunan Laporan ................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................................ 42

A. Deskripsi Wilayah ........................................................................................... 42

1. Letak ..................................................................................................... 42

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xiii

a. Letak Astronomis ............................................................................ 42

b. Letak Administratif.......................................................................... 42

2. Luas ...................................................................................................... 42

3. Penduduk .............................................................................................. 45

a. Jumlah Penduduk ........................................................................... 45

b. Kepadatan Penduduk ...................................................................... 47

4. Komposisi penduduk ............................................................................ 48

a. Menurut Jenis Kelamin .................................................................. 48

b. Menurut Umur ................................................................................ 50

c. Menurut Pendidikan ....................................................................... 51

d. Menurut Mata Pencaharian ............................................................ 53

5. Sarana Pendidikan ................................................................................ 54

B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 56

1. Persebaran, Pola, dan Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali ................. 57

a. Persebaran SMP di Kabupaten Boyolali ................................................ 57

b. Pola Persebaran SMP di Kabupaten Boyolali ....................................... 59

c. Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali ................................................ 66

2. Penyediaan Fasilitas SMP ......................................................................... 71

3. Daya Layan SMP ....................................................................................... 77

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................................. 85 A. Kesimpulan ................................................................................................ 85

B. Implikasi ..................................................................................................... 86

C. Saran ........................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 88 LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. 24

Tabel 2. 28

Tabel 3. 31

Tabel 4. Pedoman Skor Aksesibilitas 40

Tabel 5. 44

Tabel 6. 46

Tabel 7. Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk tiap Kecamatan di

Kabupaten

47

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di

49

Tabel 9. 50

Tabel 10. Penduduk Kabupaten Boyolali Usia Lima Tahun Keatas Menurut Tingkat

52

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kecamatan di

53

Tabel 12. 55

Tabel 14. Jarak Tetangga Terdekat antar SMP pada Topografi Pegunungan di

60

Tabel 15. Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP pada Topografi Dataran Rendah di

64

Tabel 16. 66

Tabel 17. 67

Tabel 19. Persebaran SMP di Kabupaten 72

Tabel 20. 73

Tabel 21. Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Umur di Kabupaten Boyolali

74

Tabel 26. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru, Ruang Kelas, dan Murid di

79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xv

Tabel 27. Daya Layan Fasilitas Pendidikan Jenjang SMP di Kabupaten Boyolali

81

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xvi

DAFTAR PETA

Hal Peta 1. 43

Peta 2. 58

Peta 3. 65

Peta 4. Jangkauan SMP di 70

Peta 5. 74

Peta 6. 76

Peta 7. 84

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Pola-pola Penyebaran Berdasarkan Konsep Tetangga Terdekat 9

Gambar 2. 30

Gambar 3. Diagram alir pengambilan sampel 35

Gambar 4. 39

Gambar 5. Grafik Prosentase Luas Kecamatan Boyolali Tahun

44

Gambar 6. Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Boyolali Tahun

46

Gambar 7. Grafik Komposisi Penduduk menurut Umur Kecamatan Boyolali Tahun

51

Gambar 8. Grafik Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Boyolali Tahun

54

Gambar 9. Grafik Distribusi 56

Gambar 10. 67

Gambar 11. 69

Gambar 12. 69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel 11. Persebaran SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Lampiran 2. Tabel 16. Data Tingkat Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali Tahun

2011

Lampiran 3. Tabel 22. Data Akreditasi SMP Negeri Kabupaten Boyolali Tahun

2011

Lampiran 4. Tabel 23 Akreditasi SMP Swasta di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Lampiran 5. Tabel 24. Ketersediaan Prasarana Berdasarkan Standar Baku Pada

SMP Negeri di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Lampiran 6. Tabel 25. Ketersediaan Prasarana Berdasarkan Standar Baku Pada

SMP Swasta di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Lampiran 7. Perhitungan Daya Layan SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Lampiran 8. Foto-foto Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Sistem pendidikan nasional harus ma1mpu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi

manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan

perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan

pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan (UU

RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Hak mendapat pelayanan pendidikan tanpa diskriminasi setiap Warga

Negara Indonesia telah dijamin dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5, artinya setiap Warga

Negara Indonesia, dimana saja, harus memiliki kesempatan yang sama dalam

mengakses pendidikan. Untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan

tersebut, maka pemerintah diantaranya harus mampu menyediakan fasilitas

pendidikan yang dapat melayani kebutuhan seluruh penduduk dan tentunya bisa

diakses dengan mudah oleh penduduk untuk memanfaatkannya.

Pada kenyataannya, kebutuhan akan sarana dan prasarana pendidikan tidak

selalu terpenuhi dengan baik dikarenakan jumlah, luasan atau lokasi dari sarana

dan prasarana pendidikan. Pada suatu daerah dapat dijumpai prasarana dan sarana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

2

pendidikan yang lengkap dengan tingkat pelayanan yang tinggi, sedangkan pada

daerah lain ketersediaannya tidak memenuhi ketentuan, sehingga tingkat

pelayanannya menjadi rendah. Kecenderungan tingkat perbedaan tingkat

pelayananan pada umumnya terjadi antar daerah perkotaan dan pedesaan. Kota

merupakan pusat dari segala pelayanan prasarana dan sarana pendidikan,

sedangkan desa pada umunnya terabaikan, meskipun sebenarnya kebutuhan

masyarakatnya sama hanya dengan jumlah yang berbeda. Adanya kecenderungan

pembangunan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memperhatikan

kebutuhan juga merupakan salah satu sebab mengapa tingkat pelayanan menjadi

tidak efektif. Penempatan fasilitas-fasilitas pendukung dalam memperbaiki

kualitas hidup manusia khususnya di dalam penelitian ini adalah fasilitas

pendidikan, dalam penyebarannya harus sesuai dengan jangkauan penduduk

sebagai pengguna.

Hal ini tentunya berlaku untuk seluruh wilayah yang ada di negara ini

salah satunya adalah Kabupaten Boyolali. Sebagai salah satu kabupaten di

wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali

memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas masyarakat melalui pendidikan,

maka penyediaan fasilitas pendidikan yang berkualitas dan merata dipandang

sebagai suatu kewajiban mutlak yang harus dipenuhi pemerintah kabupaten ini.

Pelayanan pendidikan yang baik tentunya harus didukung oleh penyediaan

fasilitas pendidikan yang bisa menjangkau dan melayani seluruh penduduk

dengan merata.

Masalah persebaran lokasi fasilitas pendidikan menjadi sangatlah penting

untuk diperhatikan di Kabupaten Boyolali. Untuk itu maka diperlukan kajian

mengenai persebaran lokasi fasilitas pendidikan yang diharapkan bisa menjadi

salah satu acuan dalam peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.

Penyebaran lokasi sekolah erat hubungannya dengan perluasan kesempatan

kepada masyarakat. Hambatan dalam memperolah kesempatan belajar merupakan

salah satu faktor yang dapat mengurangi hasrat mendapatkan pendidikan,

disamping masalah sosial dan ekonomi. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk

yang pesat, beban tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan prasarana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

3

pendidikan menjadi semakin besar. Pada tiap permukiman baik di perkotaan

maupun pedesaan, pemerintah membangun prasarana pendidikan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan tingkatnnya.

Penyediaan fasilitas pendidikan diantaranya dengan membangun sekolah

mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga perguruan

tinggi. Pendidikan dasar meliputi SD (Sekolah Dasar) dan MI (Madrasah

Ibtidaiyah) atau bentuk lain yang sederajat serta SMP (Sekolah Menengah

Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan menengah meliputi SMA (Sekolah Menengah Pertama), MA

(Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan MAK (Madrasah

Aliyah Kejuruan) , atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan

jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan

oleh pendidikan tinggi. Mengingat pendidikan sangat luas cakupannya maka

dalam penelitian ini akan dibatasi pada pendidikan dasar khususnya SMP.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali (2009: 79) menyebutkan bahwa

Kabupaten Boyolali memiliki 19 kecamatan dengan jumlah sekolah sekolah

menengah pertama sebanyak kurang lebih 90 SMP. Jumlah sekolah yang berstatus

RSBI 2 Sekolah, 19 sekolah berstatus SSN, dan kurang lebih 10 sekolah yang

berstatus calon rintisan SSN. Sejalan dengan hal tersebut menurut Bappeda

Kabupaten Boyolali (2003-2013: 17) dilihat dari segi persentase tingkat

pendidikannya, persentase penduduk dengan tingkat pendidikan dasar tertinggi

atau setingkat SMP (Pendididan Dasar 9 tahun) ada di Kecamatan Selo dengan

jumlah 97,47 persen, disusul Kecamatan Kemusu dengan 96,62 persen,

Kecamatan Wonosegoro dengan 95,05 persen, Kecamatan Cepogo dengan 93,48

persen, dan Kecamatan Klego dengan 93,04 persen. Rata-rata pada tingkat

Kabupaten adalah 86,82 persen. Salah satu kecamatan di Kabupaten Boyolali

yaitu Kecamatan Boyolali memiliki 10 SMP dengan jumlah penduduk sekitar

51.330 jiwa, sedangkan di Kecamatan Kemusu memiliki 3 SMP dengan jumlah

penduduk sekitar 46.310 jiwa. Perbedaan penyediaan fasilitas disebabkan karena

Kecamatan Boyolali terletak di Ibukota Kabupaten Boyolali, sehingga Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

4

Boyolali merupakan pusat dari segala macam kegiatan pelayanan pemerintahan,

ekonomi, dan pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan

Boyolali ketersediaannya melebihi jumlah kebutuhan yang seharusnya ada,

sedangkan di Kecamatan Kemusu yang memiliki jumlah penduduk yang cukup

besar fasilitas pendidikan yang tersedia hanya 3 SMP saja belum mencukupi dari

kebutuhan minimal yang seharusnya ada, sehingga terdapat perbedaan penyediaan

fasilitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Untuk mengetahui keadaan penyediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten

Boyolali penggunaan media peta sangat tepat digunakan. Peta memberikan

gambaran yang lebih mudah dipahami daripada penyajian gambar dengan tulisan,

dalam hal ini ilmu geografi memberikan kemudahan bagi dalam penyajian data

dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini akan mencoba memecahkan

masalah sebaran lokasi fasilitas pendidikan dengan mengevaluasi sebaran lokasi

fasilitas pendidikan serta tingkat pelayanan dari fasilitas pendidikan yang terdapat

di Kabupaten Boyolali. Penelitian ini memfokuskan pada fasilitas pelayanan

pendidikan dasar khususnya SMP, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : Penyediaan Fasilitas Pendidikan

pada Sekolah Menengah Pertama d .

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan maka identifikasi

masalahnya sebagai berikut:

1. Data mengenai sekolah di Kabupaten Boyolali saat ini belum disajikan dalam

bentuk peta untuk mengetahui distribusi spasialnya, umumnya data sekolah

hanya ditampilkan dalam bentuk tabel maupun angka-angka, maka untuk

mempermudah mengetahui lokasi sekolah maupun keterangan lain mengenai

sekolah data sekolah dapat disajikan dalam bentuk peta.

2. Berdasarkan UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 5 bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan

sehingga pemerintah wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang dapat

menjangkau seluruh penduduk di Indonesia, oleh karena itu maka perlu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

5

diketahui mengenai jangkauan fasilitas pendidikan yang disediakan oleh

pemerintah.

3. Tingkat pelayanan fasilitas pendidikan memiliki perbedaan antara satu tempat

dengan tempat lain, maka perlu diketahui tingkat pelayanan fasilitas

pendidikannya, sehingga dapat dibandingkan perbedaan tingkat pelayanan yang

terdapat dalam suatu wilayah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar masalah dapat dikaji

dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk membatasi masalah yaitu :

1. Pemetaan persebaran dan pola fasilitas pendidikan hanya meliputi prasarana

pendidikan yaitu gedung sekolah.

2. Variabel yang digunakan dalam penentuan daya layan adalah rasio antara

ketersediaan fasilitas yang ada dengan kebutuhan minimal fasilitas pendidikan.

3. Jenjang pendidikan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah

Pertama baik negeri maupun swasta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persebaran, pola, dan jangkauan fasilitas pendidikan pada Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali tahun 2011?

2. Bagaimana ketersediaan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Boyolali tahun 2011?

3. Bagaimana daya layan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di

Kabupaten Boyolali tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui

tujuan dari penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui persebaran, pola, dan jangkauan fasilitas pendidikan pada Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali tahun 2011.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

6

2. Mengetahui ketersediaan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Boyolali tahun 2011.

3. Mengetahui daya layan fasilitas pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Boyolali tahun 2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang

geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan fasilitas

pendidikan.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti dalam ilmu geografi yang lain di masa

yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali dalam penentuan pendirian

sekolah menengah pertama.

b. Bagi Masyarakat

1) Dapat memberikan informasi mengenai jarak, lokasi, dan daya layan sekolah

menengah pertama bagi masyarakat di Kabupaten Boyolali.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sekolah menengah pertama

bagi masyarakat di Kabupaten Boyolali.

c. Bagi pendidikan

Skripsi ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran di SMA pada

kompetensi dasar pendekatan geografi materi pokok metode pendekatan

geografi (khususnya pendekatan keruangan).

d. Bagi penulis

Untuk menerapkan pengetahuan antara teori yang didapat dengan kenyataan di

lapangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

7

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Spasial

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 74) pada hakekatnya

analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur

topografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement).

Dalam analisis keruangan dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari titik

(point data) dan data bidang (area data). Data titik dapat berupa data ketinggian

tempat, data sampel batuan dan sebagainya. Data bidang dapat berupa data luas

hutan, data luas daerah pertanian, data luas permukiman dan sebagainya.

Di sisi lain ketidakpuasan orang membicarakan pola permukiman

(settlement) secara deskriptif menimbulkan gagasan untuk membincangkannya

secara kuantitatif. Pola permukiman yang dikatakan seragam (uniform), random,

mengelompok (cluster) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat

kuantitatif. Dengan cara sedemikian ini, perbandingan antara pola permukiman

dapat dilakukan dengan lebih baik, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dari segi

ruang (space). Pendekatan sedemikian ini disebut analisis tetangga-terdekat

(nearest-neighbour analysis). Analisis seperti ini memerlukan data tentang jarak

antara satu permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman

tetangganya yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap permukiman dianggap

sebagai sebuah titik dalam ruang. Meskipun demikian analisis tetangga terdekat

ini dapat pula digunakan untuk menilai pola penyebaran tanah longsor, pola

penyebaran puskesmas, pola penyebaran sumber-sumber air dan lain sebagainya.

Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk daerah

dimana antara satu permukiman dengan permukiman lain tidak ada hambatan-

hambatan alamiah yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara permukiman

yang relatif dekat tetapi dipisahkan oleh suatu jurang. Oleh karena itu untuk

daerah-daerah yang merupakan suatu dataran dimana hubungan antara satu

permukiman dengan permukiman yang lain tidak ada hambatan ilmiah yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

8

berarti, maka analisis tetangga terdekat ini akan tampak nilai praktisnya misalnya

untuk perancangan letak dari pusat-pusat pelayanan sosial seperti rumah sakit,

sekolah, kantor pos, pasar, pusat rekreasi dan lain sebagainya.

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 75) dalam

menggunakan analisis tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah

berikut :

a. Tentukan batas wilayah yang akan diselidiki.

b. Ubahlah pola penyebaran permukiman seperti terdapat dalam peta peta

topografi menjadi pola penyebaran titik.

c. Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara

menganalisisnya.

d. Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan

titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran

jarak ini.

e. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (nearest-neighbour statistic) T

dengan menggunakan formula :

T = Ju/Jh (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979: 75)

Keterangan ;

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik

tetangganya yang terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai

pola random

p = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)

dibagi luas wilayah (A).

Parameter tetangga terdekat adalah suatu rumus yang penerapannya

mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut yang

dimaksudkan jarak adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh)

didapatkan dari pengukuran antara titik satu dengan titik lain di peta. Setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

9

diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek tersebut dimasukkan

pada klasifikasi pola persebaran. Adapun jenis pola persebaran yang ditentukan

adalah T = 0 maka pola persebaran mengelompok, T = 1 maka pola persebaran

acak, dan T = 2.15 maka pola persebaran seragam.

T = 0 T = 1 T = 2,15

Mengelompok Random Seragam

Sumber: Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 76)

Gambar 1. Pola-pola Penyebaran Berdasarkan Konsep Tetangga Terdekat

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam

perkembangan teknologi pemetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya

SIG. Menurut Dahdouh (2004: 12) Remote sensing offers multitemporal repetitive

data for identification and quantification of land surface changes, and therefore,

greatly enhances capability of a GIS in updating map information on a regular

basis. SIG telah mengganti penginderaan jauh untuk mengidentifikasi perubahan

permukaan bumi dan dapat memperbarui informasi peta secara teratur. Di sisi lain

Menurut Suroso (2004: 40) salah satu kelebihan sistem informasi geografis adalah

kemampuannya dalam melakukan permodelan terhadap suatu kasus berdasarkan

data spasial. SIG dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah

besar sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang

manghasilkan peta tematik. Menurut Dahdouh (2002: 97) GIS are widely used as

tools to digitise remotely sensed or cartographic data complemented with various

ground-truth data, which are geocoded using a global positioning system (GPS).

SIG banyak digunakan untuk mendigitasi berbagai kenampakan di permukaan

bumi dilengkapai dengan data lokasi yang tepat menggunakan Global Positioning

System (GPS).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

10

2. Peta

Batasan peta menurut ICA (International Cartographic Assosiation) tahun

1973 dalam Sinaga (1995: 5) adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau

kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang

ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya

digambarkan dalam suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Peta

menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal

atau dengan suatu cara yang sistematis, dan hal ini memerlukan kecakapan untuk

membuatnya dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang

tergolong dalam cara grafis, dan untuk efisiensinya kita harus mempelajari dengan

baik atribut-atribut/elemen-elemen dasarnya, seperti juga pada cara komunikasi

yang lain. Kita harus mempelajari bagaimana fungsi peta itu.

Menurut Sinaga (1995: 7) fungsi peta dalam perencanaan suatu kegiatan

adalah sebagai berikut:

a. Fungsi peta untuk perencanaan regional, sebagai berikut :

1) memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari

suatu daerah.

2) Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang

dilakukan.

3) Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan.

4) Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

b. Fungsi peta dalam kegiatan penelitian, sebagai berikut :

1) Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran

tentang daerah yang akan diteliti.

2) Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan

data yang ditemukan dilapangan.

3) Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian.

Menurut Subagio (2003: 2) peta topografi merupakan gambaran sebagian

kecil permukaan bumi di atas bidang datar (atau bidang yang dapat didatarkan)

yang dibuat pada skala tertentu, serta dilakukan dengan menggunakan metode

tertentu pula. Banyaknya data topografi yang dapat disajikan diatas suatu peta,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

11

maka perlu dilakukan pemilihan data-data yang akan disajikan sehingga

kerumitan isi peta dapat dihindari. Dalam pemilihan data tersebut, perlu

dipertimbangkan beberapa hal seperti: skala peta yang akan dibuat, sumber data

pemetaan, serta jenis data yang akan disajikan (tujuan pemetaan). Berdasarkan

ketiga pertimbangan diatas, suatu peta dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

jenis peta.

Menurut Subagio (2003: 2) berdasarkan sumber datanya, peta

dikelompokkan ke dalam dua golongan peta yaitu :

a. Peta Induk (base map)

Peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan dan dilakukan secara

sistematis. Untuk melakukan pemetaan secara sistematis, diperlukan adanya

pembakuan dalam metode penelitian, sistem datum, sistem proyeksi peta,

ukuran lembar peta, tata letak informasi tepi, derajat ketelitian serta

kelengkapan isi, serta pembakuan dalam kerangka geometris peta (grid dan

graticule). Berhubungan peta induk ini dapat digunakan sebagai peta dasar

pemetaan, topografi, maka peta ini dapat digolongkan pula sebagai peta

dasar (base map). Peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan dalam

pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometrisnya.

b. Peta Turunan (derived map).

Peta turunan adalah peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan peta

yang sudah ada, sehingga survey langsung ke lapangan tidak diperlukan

disini. Peta turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta dasar untuk

pemetaan topografi.

Menurut Subagio (2003: 3) jenis peta berdasarkan jenis data yang

disajikan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Peta Topografi (Topographic Map)

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan semua unsur topografi

yang nampak di permukaan bumi, baik unsur alam (seperti sungai, garis

pantai,danau, kehutanan, dan gunung, dll.) maupun unsur buatan manusia

(seperti jalan, permukiman, pelabuhan, pasar, tempat rekreasi, dll.), serta

menggambarkan pula keadaan relief permukaan bumi. Dengan demikian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

12

disamping data planimetris berupa unsur-unsur topografi diatas, ditampilkan

pula data-data ketinggian seperti data titik tinggi dan data kontur topografi.

Contoh peta topografi: peta rupa bumi terbitan Bakosurtanal, peta teknik

untuk perencanaan teknik sipil, dan lain-lain.

b. Peta Tematik (Tematic Map)

Peta tematik adalah peta yang hanya menyajikan data-data atau informasi

dari suatu konsep/tema yang tertentu saja, baik itu berupa data kualitatif,

dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik, terutama yang

sesuai dengan tema peta tersebut. Yang dimaksud data kualitatif adalah data

yang menyajikan unsur-unsur topografi yang berupa gambar atau

keterangan, seperti jalan, sungai, perumahan, nama daerah, dan lain

sebagainya. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang menyajikan unsur-

unsur topografi yang menyatakan bersaran tertentu, seperti ketinggian titik,

nilai kontur, jumlah penduduk, presentase pemeluk agama tertentu, dan lain

sebagainya. Contoh peta tematik, yaitu peta geologi, peta anomali gaya

berat, peta anomali magnet, peta tata guna lahan, peta pendaftaran tanah, dan

lain-lain.

Menurut Subagio (2003: 4) berdasarkan skalanya, peta dikelompokkan

menjadi tiga jenis peta, yaitu:

a. Peta skala kecil

Skala kecil merupakan skala peta yang hanya dapat menyajikan data dalam

ukuran kecil pula, sehingga tingkat penyederhanaan penyajian data sudah

semakin besar. Pada skala ini, luas daerah/kota sudah tidak dapat

digambarkan secara rinci, sehingga hanya dapat diwakili dengan simbol titik

saja. Begitu pula dengan data-data topografi lainnya, hanya dapat disajikan

data-data yang besar saja, misalnya jalan protokol, sungai besar, kehutanan

dan sebagainya. Contoh skala kecil adalah 1 : 500.000, 1 : 1.000.000, atau

skala yang lebih kecil lagi. Skala ini umumnya digunakan untuk atlas.

b. Peta skala sedang

Skala sedang merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar dalam

ukuan semi rinci, sehingga disini sudah mulai adanya pengelompokan data-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

13

data rinci sejenis ke dalam satu kelompok data. Misalnya beberapa data

pekarangan (persil) rumah digabung menjadi satu kelompok data

permukiman. Begitu pula dengan lebar jalan sudah mengalami

penyederhanaan, misalnya jalan digambarkan ssatu garis. Termasuk

kedalam kelompok ini adalah skala 1 : 250.000, 1 : 100.000, 1 : 50.000, 1 :

25.000. Skala sedang ini pada umumnya digunakan untuk pemetaan dasar

topografi nasional, seperti yang dilakukan Bakosurtanal.

c. Peta skala besar

Skala besar merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar dalam

ukuran besar sehingga data-data topografi dapat digambarkan secara rinci,

misalnya dalam peta skala 1 : 1000, semua batas pekarangan rumah dapat

digambarkan dengan jelas. Begitu pula dengan lebar jalan raya dapat

digambarkan sesuai ukurannya. Termasuk kedalam kelompok ini adalah

skala peta 1 : 10.000, 1 : 5000, 1 : 1000, 1 : 500, dan skala yang lebih besar

lagi. Skala besar ini pada umumnya digunakan untuk keperluan teknis, yaitu

untuk keperluan perencanaan teknis sipil, perencanaan jaringan

telepon/listrik, keperluan tata guna lahan, keperluan pendaftaran tanah,

keperluan pajak bumi dan bangunan, dan sebagainya.

3. Skala Peta

Luas peta jauh lebih kecil dibandingkan luas daerah yang dipetakan. Agar

terdapat hubungan yang jelas antara peta dengan daerah yang dipetakan, maka

perbedaan ukuran peta dengan daerah pemetaan tersebut harus mempunyai

bilangan pembanding tertentu. Bilangan pembanding tersebut dikenal dengan

istilah skala. Skala peta adalah angka perbandingan antara panjang suatu objek

atau jarak antara dua titik di peta, dengan panjang atau jarak antara dua titik

tersebut di lapangan.

Menurut Sinaga (1995: 9) ada beberapa cara untuk menyatakan skala peta

antara lain :

a. Skala angka atau skala pecahan

Skala yang dinyatakan dalam angka dan pecahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

14

Contoh :

Skala angka (numeric scale) = 1 : 50.000

Skala pecahan (representative fraction) = RF 1/50.000

Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 50.000

satuan jarak horizontal di permukaan bumi. Jadi 1 cm di peta mewakili 50.000

cm di medan (500 m) atau ½ km.

b. Skala verbal

Skala yang dinyatakan dengan kalimat. Pada peta-peta yang tidak

menggunakan satuan ukuran metrik (misalnya peta-peta di Inggris dan bekas

jajahan Inggris), skala dinyatakan dengan kalimat.

Contoh :

1 inchi to one mile = 1 : 63.660 (numeric scale)

1 inchi to two miles = 1 : 126.720 (numeric scale)

c. Skala grafis

Dari skala 1 : 50.000, menjadi skala grafis, sebagai berikut :

0.5 0 0.5 1 1.5 2 Km

4. Fasilitas Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 275), fasilitas merupakan

sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Menurut Jayadinata (1986: 27),

pengertian fasilitas lebih luas daripada pengertian prasarana, karena meliputi

sarana, yaitu alat-alat yang digunakan pada atau dalam prasarana tersebut.

Misalnya dalam fasilitas kesehatan bangunan rumah sakit adalah prasarana, dan

ranjang, pemotretan sinar tembus dan sebagainya adalah sarananya. Dalam

fasilitas pengangkutan jalan raya adalah prasarana dan mobil sebagai sarananya,

dalam fasilitas pendidikan bangunan sekolah adalah prasarana dan guru sebagai

sarana. Fasilitas meliputi juga organisasinya, kepegawaian (personalia), dan

sebagainya. Fasilitas pendidikan adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk

mendukung kelancaran berlangsungnya kegiatan pendidikan. Fasilitas disini

terdiri dari sarana dan prasarana pendidikan. prasarana meliputi sekolah dan kelas,

sarana meliputi ruang kelas dan guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

15

Sejalan dengan hal tersebut menurut Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 tentang

Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, untuk

mewujudkan hal tersebut dalam pasal 11 ayat (1) berbunyi bahwa pemerintah dan

pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa

diskriminasi (2) pemerintah dan pemerintah wajib menjamin tersedianya dana

guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh

sampai lima belas tahun.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar

berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) dan madrasah

tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama

yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan

formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah

menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai

kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun

(SD, SMP).

Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke

sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar

sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap

warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni

sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau

sederajat) 3 tahun. Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah

maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001,

pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

16

berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional

hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan.

Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana

teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun

2007, tentang Standar Sarana dan Prasarana, Sebuah SMP/MTs sekurang-

kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas,

2. Ruang perpustakaan,

3. Ruang laboratorium IPA,

4. Ruang pimpinan,

5. Ruang guru,

6. Ruang tata usaha,

7. Tempat beribadah,

8. Ruang konseling,

9. Ruang uks,

10. Ruang organisasi kesiswaan,

11. Jamban,

12. Gudang,

13. Ruang sirkulasi,

14. Tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut diatur dalam standar ruang sebagai

berikut:

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang

tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang

mudah dihadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

17

d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan

belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang

kelas 30 m2.

e. Lebar minimum ruang kelas 5 m.

f. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar

ruangan.

g. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat

segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik

saat tidak digunakan.

2. Ruang Perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan

guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan

membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola

perpustakaan.

b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas

ruang kelas.

c. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

d. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku.

e. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah

dicapai.

3. Ruang Laboratorium IPA

a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan

belajar.

c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas

minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan

persiapan 18 m2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

18

d. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.

e. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi

pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek

percobaan.

f. Tersedia air bersih.

4. Ruang Pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan

sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid,

unsur komite sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau

tamu lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.

c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah,

dapat dikunci dengan baik.

5. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta

menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 40 m2.

c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar

lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

6. Ruang Tata Usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan

administrasi sekolah/madrasah.

b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16

m2.

c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun

dari luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

7. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah

melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu

sekolah/madrasah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

19

b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SMP/MTs, dengan

luas minimum 12 m2.

8. Ruang Konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan

layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi,

sosial, belajar, dan karir.

b. Luas minimum ruang konseling 9 m2.

c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin

privasi peserta didik.

9. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik

yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah.

b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.

10. Ruang Organisasi Kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan

kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

b. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.

11. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit

jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk

guru.

c. Jumlah minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.

d. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

e. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

f. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

12. Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di

luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah/madrasah yang

tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah

yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

20

b. Luas minimum gudang 21 m2.

c. Gudang dapat dikunci.

13. Ruang Sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar

ruang dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar

jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan

kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah/madrasah.

b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-

ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum 30%

dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan

tinggi minimum 2,5 m.

c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan

baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi

pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan

panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat

tidak lebih dari 25 m.

g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar

anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh

dengan tinggi 85-90 cm.

h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes

dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang

cukup.

14. Tempat Bermain/Berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,

pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

21

b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta

didik.

c. Apabila jumlah peserta didik kurang dari 334 orang, luas minimum tempat

bermain/berolahraga adalah 1000 m2.

d. Di dalam luas tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran minimum 30

m x 20 m yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak

terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu

kegiatan olahraga.

e. Tempat bermain sebagian ditanami pohon penghijauan.

f. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang paling sedikit

mengganggu proses pembelajaran di kelas.

g. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

5. Daya Layan

ketersediaan fasilitas yang ada dengan kebutuhan minimal yang seharusnya ada.

ketersediaan fasilitas pendidikan dibandingkan dengan variabel daya layan yang

meliputi jumlah sekolah, jumlah ruang kelas, jumlah kelas, dan jumlah murid.

Menurut Robinson (2009: 74) unit pelayanan kota adalah berbagai unit kegiatan

yang melayani kepentingan umum, baik berupa kantor pemerintahan, pelayanan

kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan sosial kemasyarakatan lainnya, atau

pemadam kebakaran.

ketersediaan fasilitas pelayanan antara lain :

a. Ketersediaan pelayanan (service of Availability): menilai ada tidaknya fasilitas

pelayanan, jika tersedia diberi nilai, jika tidak tersedia diberi nilai 0.

b. Tingkat ketersediaan (size of Availability): penilaian memperhatikan jumlah

pelayanan yang tersedia.

c. Fungsi pelayanan (daya layan)= Function of Availability: perbandingan antara

ketersediaan fasilitas dengan variabel pembanding, seperti pengguna aktual,

pengguna potensial, penduduk keseluruhan dan pembanding standar, dimana

analisis tersebut dipengaruhi pula oleh ketersediaan data yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

22

Untuk menghitung daya layan (tingkat pelayanan) fasilitas pelayanan

pendidikan variabel yang digunakan adalah rasio jumlah sekolah/sekolah minimal,

rasio ruang kelas dan ruang kelas minimal, rasio guru/murid, dan rasio murid dan

pendidikan di lingkungan permukiman sebagai berikut:

1) Taman kanak-kanak

Minimum jumlah penduduk 700 jiwa, luas lahan 1200 m2 dengan kriteria

lokasi sebaiknya ditengah kelompok keluarga. Standar murid/kelas adalah 35-

45.

2) Sekolah Dasar

Minimum jumlah penduduk 6.400 jiwa, luas lahan 1.500 m2 dengan kriteria

lokasi sebaiknya ditengah kelompok keluarga. Standar murid/kelas adalah 40

dan pencapaian maksimal 1000 m.

3) Sekolah Menengah Pertama

Minimum jumlah penduduk 12.000 jiwa, luas lahan 10.000 m2 dengan kriteria

lokasi digabungkan dengan lapangan. Standar murid/kelas adalah 30.

4) Sekolah Menengah Atas

Minimum jumlah penduduk 28.000 jiwa, luas lahan 20.000 m2 dengan kriteria

lokasi digabungkan dengan lapangan. Standar murid/kelas adalah 30.

6. Aksesibilitas

Menurut Robinson (2010: 140) aksesibilitas adalah kemudahan mencapai

kota dari wilayah lain yang berdekatan, atau juga bisa dilihat dari sudut

kemudahan mencapai wilayah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal

di kota tersebut. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas,

misalnya kondisi jalan, jenis angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan,

dan jarak. Untuk menyederhanakan persoalan maka unsur aksesibilitas yang

digunakan adalah jarak, jalan, dan angkutan umum.

a. Jarak

Keterkaitan antara kota sebagai pusat penyedia jasa pelayanan terhadap

wilayah sekitarnya atau wilayah pelayanannya dapat diukur dari seberapa jauh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

23

jaraknya terhadap wilayah sekitar pusat pelayanan tersebut. Yang dimaksud

dengan jarak adalah jarak suatu desa menuju SMP terdekat.

b. Jalan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang

Jalan pasal 1 ayat 4, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi

segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas

permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 8,

jalan umum menurut fungsi peranannya, dibedakan menjadi: (1) Jalan arteri,

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara efisien (2) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang

berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan

jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, (3)

Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi, (4) Jalan lingkungan, merupakan jalan

umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan

jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

c. Angkutan Umum

Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Jalan dan Angkutan Jalan, angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang

dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan, sedangkan

kendaraan umum adalah adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan

untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Untuk membuat

pedoman skor parameter aksesiblitas dilakukan dengan modifikasi dari

pedoman skor oleh Sugiyanto (2004: 43). Pedoman skor oleh Sugiyanto

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

24

Tabel 1. Parameter Aksesibilitas Menurut Sugiyanto

No Faktor/Parameter Skor=4 Skor=3 Skor=2 Skor=1

1. Jalan menuju

obyek Beraspal Berbatu Tanah Setapak

2. Kendaraan

menuju obyek

Umum,roda

empat

Pribadi,roda

empat

Roda

dua/kuda

Jalan

kaki

3. Jarak dari jalan

raya < 1km 1-2km 2-3km >4km

4. MCK >ada 5 unit Ada 3-4

unit

Ada 1-2

unit

Tidak

ada

5. Warung makan >ada 5 unit Ada 3-4

unit

Ada 1-2

unit

Tidak

ada

Sumber: Sugiyanto (2004: 43)

B. Penelitian yang Relevan

1. Judul : Analisis Spasial Warung Internet (Warnet) Kecamatan Jebres Kota

Surakarta Tahun 2008

Penulis : MS.Khabiburahman (2009)

Tujuan penelitian, mengetahui persebaran, pola, jangkauan dan

mengetahui karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta tahun 2008. Teknik analisis yaitu analisis data sekunder dan analisis

peta. Hasil penelitian, pola persebaran Warnet di Kecamatan Jebres

mengelompok. Jangkauan warnet sejauh 1000m. Karakteristik pengunjung

warnet mayoritas adalah tamatan SLTA 80,8%, tamat SLTP 3,8 %, dan

sisanya lulusan PT 15,4 %. Umur pengunjung warnet mayoritas adalah 16-20

tahun yaitu 65,4%, 21-25 tahun 30,8 %, 26-30 tahun 3,8%. Jenis kelamin

pengunjung warnet relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan.

2. Judul : Evaluasi Distribusi Fasilitas Pelayanan Jenjang Pendidikan Dasar

dan Menegah di Kabupaten Gunung Kidul

Penulis : Anjar Widyarto (2000)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

25

Tujuan penelitian (1) mengetahui distribusi (2) menentukan hirarki

pusat pelayanan (3) mengetahui pengaruh aksesibilitas wilayah terhadap

tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan pendidikan, (4) mengetahui tingkat

pemanfaatan fasilitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Gunung Kidul.

Metode penelitian adalah survey instansional dan analisis deskriptif. Hasil

penelitian (1) distribusi fasilitas pelayanan pendidikan terdapat perbedaan

dengan metode skoring dan tidak ada perbedaan dengan uji statistik (2)

Hirarki I kecamatan Wonosari dan Playen, kecamatan Semin, Ponjong,

Karangmojo, dan Rongkop termasuk hirarki II dan kecamatan Patuk,

Panggang, Saptosari, Paliyan, Nglipar, Gedangsari, Semanu, Ngawen dan

Tepus termasuk hirarki III, (3) jumlah fasilitas pendidikan dipengaruhi oleh

penduduk usia sekolah, (4) tingkat pemanfaatan fasilitas pendidikan

dipengaruhi oleh aksesibilitas dan kondisi topografi. (5) ketersediaan fasilitas

pendidikan jenjang sekolah dasar mengalami kelebihan pada semua fasilitas

dan jenjang sekolah lanjutan dan menengah mengalami kekurangan pada

fasilitas sekolah, kelas, ruang kelas tetapi mengalami kelebihan pada fasilitas

guru.

3. Judul : Analisis Penyediaan Fasilitas Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres

Penulis : Agus Suwarno (2009)

Tujuan penelitian (1) mengetahui persebaran murid dan fasilitas SD,

(2) mengetahui layanan fasilitas gedung SD, (3) mengetahui cara optimalisasi

layanan pendidikan dasar Kecamatan Jebres tahun 2007. Metode penelitian

menggunakan metode penelitian deskriptif keruangan. Teknik pengumpulan

data adalah metode observasi dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan

analisis kuantitatif dan analisis Buffer dan analisis tetangga terdekat. Hasil

penelitian (1) sebaran SD di Kecamatan Jebres bergerombol, persebaran SD

pada topografi datar SD merata dan pada topografi miring SD bergerombol.

(2) satu SD yang tidak saling overlap yaitu SDN 1 Ngemplak. (3) hampir

semua kelurahan memerlukan penambahan fasilitas SD (4) pemerataan

pendidikan secara umum kurang merata. (5) optimalisasi pelayanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

26

pendidikan dasar dapat dilakukan dengan penggabungan (merger) dan

penambahan sarana dan parasarana pendidikan

4. Judul : Pemetaan Perubahan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Colomadu

Kabupaten Karanganyar Tahun 1998-2007

Penulis : Eka Styorini (2009)

Tujuan penelitian (1) Mengetahui distribusi spasial (2) Mengetahui

pola (3) Mengetahui perkembangan jumlah murid, guru, sarana dan prasarana

(4) Daya tampung SD di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif geografis. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Teknis

analisis data menggunakan analisis tetangga terdekat, analisis peta, analisis

data sekunder. Hasil penelitian (1) Pola persebaran adalah acak (random). (2)

perubahan jumlah siswa, jumlah guru, ruang kelas, serta sarana dan prasarana

sekolah dasar di kecamatan Colomadu tahun 1998-2007, sebagai berikut: (a)

jumlah murid sebagian besar mengalami penurunan. (b) jumlah guru

mengalami peningkatan, pada tahun 2007. (c) pada tahun 2007 SD Muh.

Mlangjiwan dan MIM Bolon perlu regrouping. (d) sarana dan prasarana yang

ada belum memenuhi standar sarana dan prasarana minimal Sekolah

Dasar/MI. (3) daya tampung sekolah belum maksimal.

Berdasarkan keempat penelitian yang relevan tersebut, persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini adalah Persamaan: penggunaan analisis peta

untuk mengetahui distribusi spasial objek penelitian, penggunaan analisis

tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) untuk mengetahui pola sebaran

objek penelitian, objek penelitian adalah fasilitas pendidikan namun jenjang

yang diteliti berbeda. Perbedaan: perbedaan dalam tujuan penelitian, untuk

mengetahui jangkauan objek tidak menggunakan buffer melainkan

menggunakan parameter aksesibilitas yang diskoring, penggunaan sampel

untuk mengetahui ketersediaan prasarana pendidikan berdasarkan standar

baku, dan dilakukan skoring untuk daya layan fasilitas pendidikan yang

kemudian dituangkan kedalam peta daya layan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

29

C. Kerangka Berfikir

Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 Kecamatan yang tiap penduduknya

memiliki kebutuhan akan pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap Warga Negara

Indonesia dimana saja, harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses

pendidikan, maka pemerintah diantaranya harus mampu menyediakan fasilitas

pendidikan yang dapat melayani kebutuhan seluruh penduduk dan tentunya bisa

diakses dengan mudah oleh penduduk untuk memanfaatkannya. Ada berbagai

macam fasilitas pendidikan dalam penelitian ini dibatasi pada sekolah, ruang

kelas, kelas, murid, dan guru.

Fasilitas pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama telah ada dan

tersebar di Kabupaten Boyolali, namun Kabupaten Boyolali masih mengalami

permasalahan pada pemerataan fasilitas pendidikan. Salah satu upaya untuk

mengetahui kondisi tersebut adalah dengan mengetahui gambaran secara spasial

mengenai fasilitas pendidikan yang ada sekarang dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Dari data sekunder yang disajikan oleh Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Boyolali diketahui jumlah dan alamat fasilitas

pendidikan, namun lokasi dimana fasilitas pendidikan tersebut berada belum

diketahui, oleh karena itu perlu dibuat distribusi spasial. Survey pemetaan fasilitas

pendidikan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai distribusi

spasial fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali.

Kondisi jalan, jarak, dan transportasi yang berbeda di setiap kecamatan

menyebabkan adanya tingkat jangkauan yang berbeda, adanya hambatan dalam

memperoleh fasilitas pendidikan dapat menyebabkan berkurangnya hasrat

masyarakat dalam mendapat pendidikan, sehingga jangkauan fasilitas pendidikan

perlu diketahui. Penyediaan fasilitas pendidikan disetiap kecamatan disesuaikan

dengan jumlah penduduk sebagai pengguna fasilitas pendidikan, maka

penyediaan fasilitas pendidikan harus memperhatikan jumlah penduduk dan

jumlah kebutuhan minimal fasilitas pendidikan yang harus ada. secara sederhana

kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali. Objek penelitian adalah sekolah

menengah pertama di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali terdiri dari 19

kecamatan meliputi : Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras,

Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong,

Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi. Kabupaten Boyolali dipilih sebagai lokasi

penelitian karena Kabupaten Boyolali memiliki tingkat kelulusan pendidikan dasar

setara SMP yang tinggi, sejalan dengan hal tersebut maka ketersediaan fasilitas

pendidikan pada SMP perlu dilakukan pengkajian apakah di lapangan ketersediaan

fasilitas pendidikan pada SMP di Kabupaten Boyolali sudah memenuhi sejalan

dengan tingkat kelulusan pendidikan dasarnya yang tinggi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan Januari - Agustus 2011. Tahap

pelaksanaannya sebagai berikut :

Tabel 3. Waktu Penelitian

N

o

Kegiatan

Waktu

Januari

2011

Februari ,

April 2011

Mei

2011

juni

2011

Juli

2011

Agustus

2011

1 Tahap Persiapan

2 Penulisan Proposal Penelitian

3 Penyusunan Instrumen

4 Pengumpulan Data

5 Analisis Data

6 Penulisan Laporan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

32

B. Metode Penelitian

Menurut Nawawi (1996 : 71) metode merupakan prosedur atau rangkaian cara

yang sistematik dalam menggali kebenaran ilmiah. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif dan metode survey. Penelitian deskriptif

merupakan suatu penelitian yang melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada atau

yang sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Metode penelitian deskriptif

dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan mengenai persebaran, pola,

jangkauan, ketersediaan dan daya layan fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali.

Metode survey merupakan pengukuran atau pengamatan di lapangan, metode survey

menghasilkan data yang digunakan sebagai bahan penelitian dalam analisis spasial

penyediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung baik di

lapangan maupun analisis. Data primer dalam penelitian ini meliputi:

a. Lokasi absolut SMP (koordinat) di Kabupaten Boyolali sebanyak 90 SMP, yang

dapat diperoleh dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).

b. Data yang berkaitan dengan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali, meliputi:

jalan dan angkutan umum yang diperoleh melalui pengamatan di lapangan.

c. Data ketersediaan prasarana SMP di Kabupaten Boyolali berdasarkan standar

baku yang diperoleh melalui pengamatan di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau

bukan dari pengamatan langsung di lapangan tetapi berdasarkan penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

33

sebelumnya, dokumen, catatan atau literatur yang menunjang penelitian atau data

dari instansi-instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:

a. Seluruh Peta Rupa Bumi Indonesia untuk menentukan administrasi, jarak, dan

jalan di Kabupaten Boyolali diperoleh dari BAKOSURTANAL. Peta Rupa Bumi

Indonesia yang digunakan meliputi:

1) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Kaliurang (1408-244)

2) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Ampel (1408-611)

3) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Boyolali (1408-333)

4) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Kartasura (1408-334)

5) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Ngablak (1408-522)

6) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Simo (1408-612)

7) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Karanggede (1408-624)

8) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Surakarta (1408-343)

9) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Kedungjati (1408-632)

10) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Klaten (1408-311)

11) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Pabelan (1408-610)

12) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Gemolong (1408-621)

13) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Ngandul (1408-623)

14) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Juwangi (1408-641)

b. Data alamat, jumlah gedung sekolah, jumlah murid, jumlah guru, jumlah kelas,

dan jumlah ruang kelas SMP di Kabupaten Boyolali yang diperoleh dari Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Kabupaten Boyolali.

c. Data penduduk yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Mardalis (1989: 53) populasi merupakan sekumpulan kasus yang

perlu memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian Populasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

34

dapat berwujud sejumlah manusia, benda-benda, gejala-gejala, nilai tes, dan

peristiwa-peristiwa lain sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di

dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh

fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Boyolali. Jenjang pendidikan penelitian

adalah jenjang pendidikan dasar khususnya Sekolah Menengah Pertama meliputi

SMP Negeri dan SMP Swasta. Terdapat 90 SMP di Kabupaten Boyolali, terdiri dari

56 SMP Negeri dan 34 SMP Swasta.

2. Sampel

Pengambilan sampel digunakan untuk mengetahui ketersediaan prasarana

pendidikan berdasarkan standar baku dari 90 SMP yang ada di Kabupaten Boyolali.

Menurut Mardalis (2002: 55) Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang

menjadi objek penelitian. Tujuan penentuan sampel adalah untuk mengemukakan

dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generelisasi dari hasil

penyelidikan. Dalam menentukan sampel hendaknya memenuhi syarat-syarat utama

dalam penelitian, maksudnya ialah sampel yang digunakan harus dapat mewakili

populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengambilan

sampel acak distratifikasi (stratified random sampling). Untuk dapat menggambarkan

secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang

bersangkutan harus dibagi-bagi dala lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan setiap

lapisan dapat diambil secara acak. Maksud acak disini adalah kesempatan yang sama

untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam setiap populasi. SMP yang

memiliki sifat populasi yang heterogen dibagi kedalam lapisan (strata), SMP dibagi

menjadi dua yaitu SMP Negeri dan SMP Swasta kemudian dibagi lagi berdasarkan

akreditasinya. Tujuannya adalah untuk mengelompokkan SMP yang memiliki sifat

yang homogen. Sampel yang diambil sebanyak 28 SMP, terdiri dari SMP Negeri

sebanyak 15 SMP dan SMP Swasta sebanyak 13 SMP. Dalam hal tersebut, penetuan

sampel berdasarkan ruang lingkup wilayah studi yaitu pengambilan sampel sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

35

menengah pertama untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan

berdasarkan standar baku. Data yang diambil adalah data ketersediaan prasarana

pendidikan berdasarkan standar baku meliputi: ruang kelas, ruang perpustakaan,

ruang laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang

beribadah konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, dan

ruang sirkulasi. Untuk lebih jelas mengenai pengambilan sampel SMP dapat dilihat

pada gambar 3:

Gambar 3 : Diagram alir pengambilan sampel SMP

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dalam waktu yang singkat,

serta tidak memakan waktu yang banyak. Data yang diperoleh dari dokumentasi

diantaranya: Peta RBI Kabupaten Boyolali, data alamat, jumlah gedung sekolah,

jumlah murid, jumlah guru, jumlah kelas, dan jumlah ruang kelas Sekolah Menengah

Pertama, dan data penduduk di Kabupaten Boyolali.

Populasi 90 SMP

SMP Negeri SMP Swasta

Akreditasi: - A : 29 SMP - B : 5 SMP - Belum Akreditasi : 22 SMP

Akreditasi: - B :14 SMP - C : 6 SMP - Belum Akreditasi : 14 SMP

Sampel yang diambil: - A : 8 SMP - B : 2 SMP - Belum Akreditasi : 5 SMP

Sampel yang diambil: - B : 6 SMP - C : 2 SMP - Belum Akreditasi : 5 SMP

Total Sampel: 28 SMP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

36

2. Teknik Observasi

Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang belum diperoleh

dari metode dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung. Data yang

dikumpulkan yaitu data lokasi (titik koordinat) SMP dengan menggunakan GPS

(Global Positioning System), data jalan dan angkutan umum, dan ketersediaan

prasarana SMP berdasarkan standar baku di Kabupaten Boyolali.

F. Teknik Analisis Data

1. Persebaran, Pola, dan jangkauan Fasilitas Pendidikan

a. Persebaran fasilitas pendidikan

Analisis yang digunakan untuk mengetahui persebaran sarana pendidikan

adalah dengan menggunakan analisis peta. Peta digunakan media penyaji dalam

menampilkan lokasi SMP. Lokasi SMP disimbolkan dengan titik (point) yang

menggambarkan lokasi absolut SMP dipermukaan bumi.

b. Pola Persebaran Fasilitas Pendidikan

Untuk mengetahui pola fasilitas pendidikan dengan menggunakan parameter

tetangga terdekat. Adapun rumus parameter tetangga terdekat (nearest-neighbour

statistic) T menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 75) sebagai berikut :

Keterangan ;

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random

p = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas

luas wilayah (A).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

37

c. Jangkauan Fasilitas Pendidikan

Untuk mengetahui jangkauan SMP menggunakan unsur aksesibilitas. Menurut

Tarigan (2010: 140) aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari

wilayah lain yang berdekatan, atau juga bisa dilihat dari sudut kemudahan mencapai

wilayah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal di kota tersebut.

Kaitannya dengan jangkauan SMP aksesibilitas dalam penelitian ini mencakup juga

kemudahan untuk mencapai SMP. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi tingkat

aksesibilitas, misalnya kondisi jalan, jenis angkutan yang tersedia, frekuensi

keberangkatan, dan jarak. Untuk menyederhanakan persoalan maka dilakukan

modifikasi, unsur aksesibilitas yang digunakan adalah jarak, jalan, dan angkutan

umum. Untuk mengukur tingkat aksesibilitas dilakukan dengan skoring dari masing-

masing unsur aksesibilitas. Untuk jarak semakin dekat jarak maka skornya semakin

tinggi begitu pula sebaliknya apabila semakin jauh maka skornya kecil, untuk jalan

diskor sesuai dengan jenis jalannya, dan angkutan meliputi roda dua, angkudes, dan

minibus.

d. Jarak

Yang dimaksud dengan jarak adalah jarak suatu desa menuju SMP terdekat.

Pengukuran jarak berdasarkan akses jalan yang dilewati angkutan umum. Apabila

jaraknya dekat maka skornya tinggi sebaliknya apabila jaraknya jauh maka

skornya rendah.

e. Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal 1 ayat 4,

jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta

api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa

faktor. Pada Penelitian ini akan digunakan kelas jalan umum berdasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

38

fungsinya. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan pasal

8, jalan umum menurut fungsi peranannya,dibedakan menjadi:

1) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara efisien

2) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-

rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi

3) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi

4) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

f. Angkutan Umum

Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan dan

Angkutan Jalan, angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu

tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan, sedangkan kendaraan

umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan

oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan yang digunakan meliputi

kendaraan roda dua, angkutan desa, dan minibus.

Untuk membuat pedoman skor parameter aksesiblitas dilakukan

dengan modifikasi dari pedoman skor oleh Sugiyanto (2004: 43). Modifikasi

dilakukan untuk membuat skor parameter aksesibilitas yang disesuaikan

dengan kondisi lapangan, modifikasinya antara lain Parameter aksesibilitas

yang digunakan adalah parameter aksesibilitas oleh Tarigan (2010: 104) yang

dimodifikasi, meliputi jarak, jalan, dan angkutan umum. Skor dari masing-

masing parameter diperoleh dengan melakukan modifikasi dari skoring. Lebih

jelas modifikasi skor aksesibilitas dapat dilihat pada gambar 4.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

40

2. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan

service of availability)

adalah menilai ada tidaknya fasilitas pelayanan. Ketersediaan fasilitas pendidikan

dianalisis menggunakan analisis data sekunder berupa jumlah sekolah menengah pertama

yang ada di Kabupaten Boyolali kemudian data tersebut dibandingkan dengan kebutuhan

minimal sekolah untuk tiap penduduk tertentu, apakah ketersediaan fasilitas pendidikan

tersebut cukup atau tidak cukup.

3. Daya Layan Fasilitas Pendidikan

ariabel daya layan adalah sekolah, kelas, ruang

kelas dan guru. Daya layan fasilitas pendidikan dapat diketahui melalui rasio antara

ketersediaan fasilitas yang ada dengan kebutuhan minimal fasilitas pendidikan.

Kemudian dilakukan skoring untuk mengetahui klasifikasi daya layan fasilitas

pendidikan. Rumus pengukuran variabel pelayanan tara

lain:

a. Rasio jumlah sekolah/sekolah minimal :

Sekolah minimal (SMP) : jumlah penduduk : 12.000 jiwa

b. Rasio Ruang Kelas/Ruang Kelas Minimal :

Ruang kelas minimal (SMP) : jumlah sekolah x 6

c. Rasio Murid/Guru :

d. Rasio Murid/Kelas :

Untuk mempermudah penyajiannya dalam peta, daya layan fasilitas pendidikan

diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Daya layan

diwujudkan dalam simbol bidang dan untuk membedakan tingkat daya layan setiap

bidang diberi warna yang berbeda sesuai dengan kategori daya layannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

41

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan awal yang dilakukan sebelum menulis

membuat rancangan penelitian diantaranya melakukan orientasi medan, pengumpulan

peta wilayah untuk menentukkan administrasi daerah penelitian, dan studi pustaka.

2. Tahap Penyusunan Proposal

Proposal merupakan rancangan penelitian yang kemudian digunakan untuk

mengurus perijinan birokrasi penelitian. Tahap penyusunan proposal dilakukan sesuai

kaidah penulisan karya ilmiah yang meliputi tiga bab yang terdiri dari pendahuluan,

landasan teori, dan metode penelitian.

3. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah membuat cheklist sebagai

instrument untuk medokumentasikan persebaran SMP, parameter aksesibilitas yang

meliputi jalan dan angkutan umum, dan ketersediaan sarana pendidikan berdasarkan

standar baku.

4. Tahap Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan kegiatan langsung ke lapangan

mencari dokumen serta arsip yang terdapat pada instansi terkait dengan masalah

penelitian ini.

5. Tahap Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk

kepentingan analisis data untuk mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau

lebih, dan setelah diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara

deskriptif spasial.

6. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian tentang

persebaran, pola, jangkauan, ketersediaan, dan daya layan fasilitas pendidikan. Laporan

yang ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan gambar

disertai peta daerah penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak

a. Letak astronomis

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten / Kota di Provinsi

Jawa Tengah. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-244, 1408-311, 1408-

333, 1408-334, 1408-343, 1408-522, 1408-610, 1408-611, 1408-612, 1408-624, 1408-

621, 1408-623, 1408-632, dan 1408-641 Kabupaten Boyolali terletak antara 110° 22' -

110° 50' Bujur Timur dan 7° 7' - 7° 36' Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 -

1500 meter di atas permukaan laut. Jarak bentang di Kabupaten Boyolali meliputi :

1) Barat Timur : 51 Km

2) Utara Selatan : 54 Km

b. Letak Administratif

Kabupaten Boyolali secara administratif berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang.

2) Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan

Kabupaten Sukoharjo.

3) Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Jogjakarta.

4) Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.

Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kabupaten Boyolali dapat

dilihat pada Peta 1.

2. Luas

Luas Kabupaten Boyolali adalah 1015,10 Km2 yang terdiri atas 19 kecamatan,

yaitu Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono,

Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, Wonosegoro,

dan Juwangi. Pembagian kecamatan berdasarkan wilayah administratif dan luas

kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 dapat dilihat dalam Tabel 5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

43

Tabel 5. Luas Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 No Kecamatan Luas

Ha km2 % 1. Selo 5.607,8000 56,07 5,5 2. Ampel 9.039,1168 90,39 8.9 3. Cepogo 5.299,8000 52,99 5.2 4. Musuk 6.504,1391 65,04 6.4 5. Mojosongo 2.625,1000 26,25 2.6 6. Boyolali 4.341,1644 43,41 4.3 7. Teras 2.993,6276 29,93 2.9 8. Sawit 1.723,1818 17,23 1.7 9. Banyudono 2.537,9400 25,37 2.5 10. Sambi 4.649,4935 46,49 4.6 11. Ngemplak 3.852,7002 38,52 3.8 12. Nogosari 5.508,4300 55,08 5.4 13. Simo 4.804,0275 48,04 4.7 14. Karanggede 4.175,6060 41,75 4.1 15. Klego 5.187,7300 51,87 5.1 16. Andong 5.452,7790 54,52 5.4 17. Kemusu 9.908,4151 99,08 9.8 18. Wonosegoro 9.299,7945 92,99 9.2 19. Juwangi 7.999,3500 79,99 7.9 Jumlah 101.510,1955 1015,10 100

Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS, 2009: 6)

Gambar 5. Grafik Prosentase Luas Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

Luas Kabupaten Boyolali yaitu 101.510, 1955 Ha atau 1015,10 km2 .

Kecamatan Kemusu merupakan kecamatan yang paling besar dengan luas 99,08 km2 atau

020

406080

100120

Kecamatan

Luas Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

44

9.8% dari luas Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Kemusu terdapat satu waduk besar

yaitu Waduk Kedungombo dengan Luas 3536 Ha yang merupakan waduk yang paling

besar di Kabupaten Boyolali. Kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Mojosongo

dengan luas 26,25 km2 atau 2.6 % dari luas Kabupaten Boyolali, menyusul kemudian

Kecamatan Ngemplak dengan luas 38,52 km2 atau sekitar 3.8 % dari Luas Kabupaten

Boyolali. Di Kecamatan Ngemplak terdapat Waduk Cengklik yang merupakan waduk

terluas nomor dua setelah Waduk Kedungombo, Waduk Cengklik memiliki luas 240 Ha.

Selain kedua waduk tersebut terdapat Waduk Bade yang terletak di Kecamatan Klego

yang memiliki luas 80 Ha.

3. Penduduk

Fasilitas pendidikan dibangun untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan

pelayanan pendidikan, sehingga penduduk merupakan unsur penting dalam penelitian ini.

Kondisi penduduk dapat digunakan sebagai gambaran umum tentang daerah penelitian,

terutama dalam memperkirakan kebutuhan masyarakat sehingga dapat diketahui tingkat

kecukupan fasilitas pendidikan. Keadaan penduduk meliputi: jumlah penduduk,

kepadatan penduduk, komposisi penduduk, dan ketersediaan sarana pendidikan.

a. Jumlah Penduduk

Data jumlah penduduk diperoleh dari Kabupaten Boyolali Dalam Angka Tahun

2009 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. Menurut data dari Kabupaten

Boyolali Dalam Angka jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali sampai Bulan Desember

2009 adalah sebesar 951.717 jiwa, yang terdiri dari 466.481 jiwa penduduk laki-laki dan

485.236 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk pada tiap kecamatan di Kabupaten

Boyolali dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di Kabupaten

Boyolali lebih banyak daripada penduduk laki laki, dengan penduduk perempuan

berjumlah 485.236 jiwa dan laki laki 466.481 jiwa. Jumlah penduduk paling banyak di

Kecamatan Ngemplak yaitu 70.861 jiwa atau 7.45%, sedangkan jumlah penduduk paling

sedikit di Kecamatan Selo yaitu 26.845 jiwa atau 2.82%. dan bila dilihat dari daerah

persebarannya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk laki-laki. Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tidak berbanding lurus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

45

dengan luas wilayah dimana semakin luas wilayah jumlah penduduknya tidak semakin

besar.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Jumlah

Laki-laki % Perempuan % Jiwa % 1. Selo 56,0780 13.059 2.8 13.786 2.8 26.845 2.82 2. Ampel 90,3910 33.663 7.1 35.118 7.2 68.781 7.23 3. Cepogo 52,9980 26.125 5.6 26.976 5.5 53.101 5.58 4. Musuk 65,0410 29.233 6.3 31.095 6.4 60.328 6.34 5. Mojosongo 26,2510 29.234 6.3 30.177 6.2 59.411 6.24 6. Boyolali 43,4110 25.172 5.4 26.158 5.4 51.330 5.40 7. Teras 29,9360 22.685 4.9 22.943 4.7 45.628 4.79 8. Sawit 17,2330 16.330 3.5 16.666 3.4 32.996 3.47 9. Banyudono 25,3790 21.779 4.7 23.415 4.8 45.194 4.75 10. Sambi 46,4950 24.117 5.2 24.466 5.0 48.583 5.10 11. Ngemplak 38,5270 34.895 7.5 35.966 7.4 70.861 7.45 12. Nogosari 55,0840 29.491 6.3 31.033 6.4 60.524 6.36 13. Simo 48,0400 21.072 4.5 22.561 4.6 43.633 4.58 14. Karanggede 41,7560 19.567 4.2 21.003 4.3 40.570 4.26 15. Klego 51,8770 22.545 4.8 23.362 4.8 45.907 4.82 16. Andong 54,5280 30.360 6.5 31.564 6.5 61.924 6.51 17. Kemusu 99,0840 22.825 4.9 23.485 4.8 46.310 4.87 18. Wonosegoro 92,9980 26.972 5.8 27.762 5.7 54.734 5.75 19. Juwangi 79,9940 17.357 3.7 17.700 3.6 35.057 3.68 Jumlah 1.015,1010 466.481 100 485.236 100 951.717 100

Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS, 2009: 32)

Gambar 6: Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2009

0

5,00010,000

15,000

20,00025,000

30,000

35,00040,000

Kecamatan

Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2009

laki-laki

perempuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

46

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk di suatu daerah dengan luas daerah secara keseluruhan yang bersangkutan,

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk =

Berdasarkan Tabel 6 dapat dihitung kepadatan penduduk di Kabupaten Boyolali

sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk = 2Km 10,1015

Jiwa 951.717

= 938 Jiwa/Km2

Untuk kepadatan penduduk tiap kecamatan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk tiap Kecamatan di

Kabupaten Boyolali

No Kecamatan Luas (km2) Jumlah penduduk (jiwa)

Kepadatan ( jiwa/ Km2)

1. Selo 56,07 26.845 479 2. Ampel 90,39 68.781 761 3. Cepogo 52,99 53.101 1.002 4. Musuk 65,04 60.328 928 5. Boyolali 26,25 59.411 2.263 6. Mojosongo 43,41 51.330 1.182 7. Teras 29,93 45.628 1.524 8. Sawit 17,23 32.996 1.915 9. Banyudono 25,37 45.194 1.781 10. Sambi 46,49 48.583 1.045 11. Ngemplak 38,52 70.861 1.839 12. Nogosari 55,08 60.524 1.099 13. Simo 48,04 43.633 908 14. Karanggede 41,75 40.570 972 15. Klego 51,87 45.907 885 16. Andong 54,52 61.924 1.136 17. Kemusu 99,08 46.310 467 18. Wonosegoro 92,99 54.734 589 19. Juwangi 79,99 35.057 438 Jumlah 1015,10 951.717

Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS 2009: 32)

Berdasarkan Tabel 7 diketahui kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Boyolali yaitu 2.263 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

47

terdapat di Kecamatan Juwangi yaitu 438 jiwa/km2. Kecamatan Boyolali memiliki

tingkat kepadatan penduduk yang tinggi hal tersebut disebabkan Kecamatan Boyolali

terletak pada pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali sehingga terletak pada pusat

kegiatan ekonomi (perdagangan), dan pemerintahan sehingga penyediaan jumlah fasilitas

pendidikan lebih banyak, di Kecamatan Boyolali sendiri terdapat 10 SMP dengan jumlah

penduduk 51.330 jiwa, sedangkan jumlah penyediaan fasilitas pendidikan minimal hanya

4 SMP jadi dapat disimpulkan penyediaannya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah

minimal yang seharusnya ada.

c. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat

berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut karakteristik yang sama.

1) Menurut jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan unsur penting karena berpengaruh terhadap tingkah laku

demografis maupun sosial ekonomi. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin per

kecamatan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 8.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk menghitung

besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah

penduduk perempuan. Besarnya sex ratio dapat dihitung melalui rumus:

Sex Ratio (SR) = x 100

Keterangan :

SR = rasio jenis kelamin

a = jumlah penduduk laki-laki

b = jumlah penduduk perempuan

Berdasarkan Tabel 8 diketahui jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Boyolali

sebanyak 466.481 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 485.236 jiwa.

Sex ratio = x 100

= 96

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh angka sex ratio di Kabupaten

Boyolali Tahun 2009 adalah 96. Artinya bahwa disetiap 100 penduduk perempuan,

terdapat 96 penduduk laki-laki. Berdasarkan Tabel 8 diketahui angka sex ratio paling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

48

kecil di Kabupaten Boyolali terdapat di Kecamatan Banyudono, Kecamatan Simo, dan

Kecamatan Karanggede dengan angka sex ratio sebesar 93 artinya disetiap 100 penduduk

perempuan terdapat 93 penduduk laki-laki. Angka sex ratio paling besar terdapat di

Kecamatan Teras dengan angka sex ratio sebesar 99 artinya disetiap 100 penduduk

perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di Kabupaten

Boyolali Tahun 2009

No Kecamatan Jenis Kelamin Sex Ratio

Laki-laki % Perempuan % 1. Selo 13.059 2.8 13.786 2.8 95 2. Ampel 33.663 7.1 35.118 7.2 96 3. Cepogo 26.125 5.6 26.976 5.5 97 4. Musuk 29.233 6.3 31.095 6.4 94 5. Mojosongo 29.234 6.3 30.177 6.2 97 6. Boyolali 25.172 5.4 26.158 5.4 96 7. Teras 22.685 4.9 22.943 4.7 99 8. Sawit 16.330 3.5 16.666 3.4 98 9. Banyudono 21.779 4.7 23.415 4.8 93 10. Sambi 24.117 5.2 24.466 5.0 98 11. Ngemplak 34.895 7.5 35.966 7.4 97 12. Nogosari 29.491 6.3 31.033 6.4 95 13. Simo 21.072 4.5 22.561 4.6 93 14. Karanggede 19.567 4.2 21.003 4.3 93 15. Klego 22.545 4.8 23.362 4.8 96 16. Andong 30.360 6.5 31.564 6.5 96 17. Kemusu 22.825 4.9 23.485 4.8 97 18. Wonosegoro 26.972 5.8 27.762 5.7 97 19. Juwangi 17.357 3.7 17.700 3.6 98 Jumlah 466.481 100 485.236 100 96

Sumber: Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS, 2009: 34)

2) Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur dapat memberikan gambaran mengenai

jumlah anak usia sekolah, juga dalam hal usia produktif dan non produktif. Infomasi

mengenai penduduk menurut umur disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 dapat

diketahui jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali yang terbesar menurut umur adalah

kelompok umur 10-14 (9.2%) dan yang terendah adalah kelompok umur 55-59 (4.4%).

Usia produktif di Kabupaten Boyolali yaitu kelompok umur 15-64 tahun sebesar 62.7%

atau lebih dari setengah jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali, sedangkan usia non

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

49

produktif yaitu kelompok umur <15 dan > 64 tahun sebanyak 37.3%. Dari kelompok

umur tersebut dapat diketahui jumlah penduduk usia sekolah di Kabupaten boyolali yaitu

pada kelompok umur 5-19 tahun sebesar 239.274 jiwa atau 25.2%. Jika dilihat dari jenis

kelamin perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama, meskipun

jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 No Kelompok

Umur (tahun)

Jenis kelamin Jumlah Laki-Laki

% Perempuan % Jiwa %

1. 0-4 38.110 8.2 33.044 6.8 71.154 7.5 2. 5-9 39.792 8.5 38.190 7.9 77.982 8.2 3. 10-14 46.324 9.9 41.826 8.6 88.150 9.3 4. 15-19 38.205 8.2 34.937 7.2 73.142 7.7 5. 20-24 39.368 8.4 37.218 7.6 76.586 8.1 6. 25-29 39.697 8.5 38.719 7.9 78.416 8.2 7. 30-34 36.852 7.9 42.409 8.7 79.261 8.3 8. 35-39 30.181 6.5 34.257 7.1 64.438 6.8 9. 40-44 31.302 6.7 39.399 8.1 70.701 7.4 10. 45-49 31.255 6.7 32.461 6.7 63.716 6.7 11. 50-54 24.302 4.0 24.600 5.1 48.902 5.1 12. 55-59 18.890 4.0 23.341 4.8 42.231 4.4 13. 60-64 21.225 4.5 22.127 4.6 43.352 4.5 14. > 64 30.978 6.6 42.708 8.8 73.686 7.7 Jumlah 466.481 100 485.236 100 951.717 100 Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS 2009: 35-39)

Gambar 7. Grafik Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Boyolali Tahun

2009

010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000

100,000

Usia

Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

50

3) Menurut Pendidikan

Komposisi penduduk menurut pendidikan adalah pengelompokkan penduduk

berdasarkan tingkat pendidikannya baik mereka yang belum sekolah maupun yang sudah

menamatkan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan mencerminkan status sosial

masyarakat, Pendidikan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi pola

pikir manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka secara langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat.

Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar sektor

pertanian, dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan suatu

daerah dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengetahui potensi sumberdaya manusianya,

yang merupakan modal pembangunan. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan

di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penduduk Kabupaten Boyolali Usia Lima Tahun Keatas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2009

No Kecamatan Tidak / Belum

Tamat SD (%)

SD (%)

SLTP (%)

SLTA (%)

PT (%)

1. Selo 3.9 3.4 1.6 0.8 0.6 2. Ampel 11.5 7.4 3.9 2.6 2.3 3. Cepogo 5.5 6.5 4.8 4.8 4.4 4. Musuk 9.2 6.4 3.6 3.5 4.9 5. Mojosongo 5.8 4.62 6.2 9.5 7.2 6. Boyolali 5.8 5.2 4.6 5.7 13.3 7. Teras 3.3 3.6 6.0 9.0 7.2 8. Sawit 3.1 2.8 3.6 5.2 3.3 9. Banyudono 4.9 3.9 5.2 5.8 0.4 10. Sambi 5.9 4.2 4.7 6.3 4.3 11. Ngemplak 5.3 7.4 10.3 8.8 6.6 12. Nogosari 6.0 6.6 7.4 5.6 4.6 13. Simo 2.0 4.0 6.7 6.8 15.4 14. Karanggede 2.2 4.8 5.6 6.0 3.6 15. Klego 4.9 5.8 4.3 3.0 3.9 16. Andong 8.2 5.4 6.8 5.4 4.2 17. Kemusu 1.8 8.0 5.7 3.3 2.3 18. Wonosegoro 3.6 7.1 6.8 6.3 3.2 19. Juwangi 6.3 2.8 2.0 1.4 1.5 Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS 2009: 45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

51

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui penduduk Kabupaten Boyolali yang

belum/tidak tamat SD paling tinggi terdapat di Kecamatan Ampel yaitu sebesar 31.244

jiwa (11.5%) sedangkan paling rendah terdapat di Kecamatan Kemusu yaitu sebesar

4.775 jiwa (1.8%). Untuk wajib belajar 9 tahun dan SLTA paling tinggi terdapat di

Kecamatan Mojosongo sebanyak 35.415 jiwa (20.3%), disusul Kecamatan Wonosegoro

sebanyak 39.981 jiwa (20.2%) sedangkan paling rendah terdapat di Kecamatan Selo yaitu

sebanyak13.931 jiwa (5.8%). Tingkat lulusan SD sampai SLTA yang besar dapat

diidentifikasikan bahwa kecamatan tersebut tingkat sadar akan pendidikan tinggi. Untuk

penduduk yang tamat pendidikan tinggi paling besar terdapat di Kecamatan Simo sebesar

3.882 jiwa (15.4%), sedangkan yang paling rendah terdapat di Kecamatan Selo sebesar

154 jiwa (0.6%). Kecamatan Selo tingkat pendidikan penduduk yang tamat SD hingga

diploma/perguruan tinggi presentasenya paling sedikit hal tersebut dapat pula disebabkan

jumlah penduduknya yang paling sedikit di Kabupaten Boyolali.

4) Komposisi penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah pengelompokkan

penduduk berdasarkan mata pencaharian. Komposisi ini dapat digunakan untuk melihat

potensi dan sumberdaya penduduk yang ada pada suatu daerah. Klasifikasi mata

pencaharian di Kabupaten Boyolali meliputi pertanian dan tanaman pangan, perkebunan,

perikanan, peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan, angkutan,

jasa dan lainnya. Lainnya disini berarti mata pencaharian yang belum tercakup dalam

jenis mata pencaharian yang telah disebutkan. Komposisi penduduk menurut mata

pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11.

Berdasarkan Tabel 11, pertanian tanaman pangan menjadi salah satu mata

pencaharian yang banyak dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Boyolali yaitu

sebanyak 244.493 jiwa atau 30.46% penduduk bekerja pada sektor ini, sedangkan paling

sedikit terdapat pada sektor perikanan yaitu hanya 1.258 jiwa atau 0.15% penduduk yang

bekerja pada sektor perikanan.

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kecamatan di

Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No Mata Pencaharian Jumlah

Jiwa % 1. Pertanian tanaman pangan 244.493 30.46

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

52

2. Perkebunan 17.112 2.12 3. Perikanan 1.258 0.15 4. Peternakan 50.398 6.26 5. Pertanian lainnya 25.410 3.16 6. Industri pengolahan 42.591 5,31 7. Perdagangan 51.542 6.42 8. Angkutan 53.059 6.61 9. Jasa 7.177 0.82 10. Lainnya 315.459 39.3 Jumlah 802.581 100

Sumber: Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS, 2009: 47-48)

Gambar 8. Grafik Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2009

Mata pencaharian lainnya disini meliputi Pegawai Negeri Sipil antara lain Guru,

Pegawai Negeri Sipil untuk instansi pemerintah seperti Dinas Kesehatan, Bappeda, Dinas

Koperasi dan UKM, Disperindar, Disnakertransos, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil, Dinas pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

Satpol PP, Polri, TNI, dan lain-lain, pengusaha sedang/kecil, pertambangan/penggalian,

perajin, pariwisata, dan buruh pabrik tekstil.

d. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan meliputi jumlah ketersediaan sarana pendidikan dari jenjang

SD, SMP, dan SMA baik negeri maupun swasta yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Boyolali. Banyaknya jumlah sarana pendidikan didasarkan atas

050

100150200250300350

Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

53

besarnya jumlah penduduk tertentu. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Boyolali

dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 12, Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 memiliki 545 SD

negeri, 19 SD Swasta, 53 SMP negeri, 37 SMP Swasta, 26 SMA negeri, dan 43 SMP

Swasta. Dilihat dari jumlah sarana pendidikan jumlah gedung sekolah dasar terbanyak

terdapat di Kecamatan Ampel dan Kecamatan Musuk dengan jumlah SD sebanyak 43

buah, sedangkan jumlah SD paling sedikit terdapat di Kecamatan Juwangi dengan 17 SD.

Jumlah SMP paling banyak terdapat di Kecamatan Boyolali dengan 10 SMP, sedangkan

jumlah SMP paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo dengan jumlah 2 SMP hal

tersebut sebanding dengan jumlah penduduk di Kecamatan Selo yang paling sedikit di

Kabupaten Boyolali. Jumlah SMA terbanyak terdapat di Kecamatan Mojosongo dengan

11 SMA, sedangkan paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, dan

Kecamatan Sawit. Jumlah sarana pendidikan tiap kecamatan disesuaikan dengan

banyaknya jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar

kebutuhan sarana pendidikan, sebaliknya semakin sedikit jumlah penduduk maka jumlah

kebutuhan sarana pendidikan semakin sedikit. Jumlah penduduk juga berpengaruh

terhadap lokasi sarana pendidikan.

Tabel 12. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No Kecamatan SD SMP SMA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1. Selo 22 - 2 - 1 - 2. Ampel 41 2 4 5 1 4 3. Cepogo 34 1 3 - 1 1 4. Musuk 43 - 3 1 1 - 5. Mojosongo 27 4 4 - 4 7 6. Boyolali 36 1 6 4 1 2 7. Teras 24 - 3 - 1 3 8. Sawit 22 - 3 - 1 - 9. Banyudono 30 2 2 2 2 - 10. Sambi 32 2 2 3 1 2 11. Ngemplak 31 - 2 3 1 - 12. Nogosari 29 3 2 2 1 2 13. Simo 31 3 3 1 1 7 14. Karanggede 24 - 2 2 1 4 15. Klego 21 1 2 3 2 1 16. Andong 31 - 2 5 1 5 17. Kemusu 25 - 2 1 2 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

54

18. Wonosegoro 25 - 3 4 2 2 19. Juwangi 17 - 3 1 1 1 Jumlah 545 19 53 37 26 43

Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 (BPS 2009: 73-81)

Gambar 9. Grafik Distribusi Sarana Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

B. Hasil Penelitian

1. Persebaran, Pola, dan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali

a. Persebaran SMP

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran SMP yang ada di

Kabupaten Boyolali adalah analisis spasial dengan menggunakan peta, sedangkan untuk

pengambilan data lokasi SMP dengan menggunakan metode survey. Dalam penelitian ini

peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran SMP,

dalam penggambarannya di peta, SMP disimbolkan menggunakan titik (point) yang

berarti satu titik pada peta menunjukkan satu SMP di permukaan bumi. Lokasi titik

tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi. Lokasi

absolut SMP di Kabupaten Boyolali diambil dengan menggunakan GPS (Global

Positioning System). Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak SMP yang ada di

Kabupaten Boyolali Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 13 dalam Lampiran 1.

05

101520253035404550

Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

SD Negeri dan Swasta

SMP Negeri danSwasta

SMA Negeri danSwasta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

55

Untuk membantu penyajian data persebaran SMP di Kabupaten Boyolali

digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengolah

data atribut berupa titik lokasi SMP yang kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar.

Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta

persebaran SMP di Kabupaten Boyolali. Penentuan jumlah titik berdasarkan jumlah

populasi SMP yang ada di Kabupaten Boyolali. Jumlah SMP yang ada di kabupaten

boyolali adalah 90 buah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persebaran SMP

paling banyak di Kecamatan Boyolali dengan jumlah 10 SMP atau 11.1% dari jumlah

seluruh SMP dengan jumlah penduduk 51.330 jiwa jumlah 10 SMP ketersediaannya

melebihi dari kebutuhan minimal fasilitas pendidikan yang seharusnya ada, hal tersebut

karena Kecamatan Boyolali terdapat di Ibukota Kabupaten Boyolali, sehingga Kecamatan

Boyolali merupakan pusat dari segala kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan,

sehingga daya tarik Kecamatan Boyolali dengan Kecamatan lain berbeda selain itu

kepadatan penduduknya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang

letaknya jauh dari pusat Kabupaten Boyolali kepadatan penduduknya menjadi lebih

rendah. Kenampakan persebaran SMP dipeta lebih rapat pada kecamatan yang dekat

dengan pusat Kabupaten Boyolali sedangkan SMP yang letaknya jauh dari pusat

Kabupaten Boyolali persebarannya lebih menyebar. Seperti persebaran SMP di

Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Cepogo persebarannya SMPnya

pada peta lebih menyebar. Dilihat dari jumlah SMPnya, pada Kecamatan Selo,

Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Cepogo mengalami kekurangan. untuk Kecamatan

Ampel walaupun letaknya jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali namun

persebaran SMPnya pada peta lebih rapat dan jumlahnya melebihi dari kebutuhan

minimal yang dibutuhkan penduduk di Kecamatan Ampel dengan jumlah penduduk

68.781 jiwa ketersediaan SMPnya sebanyak 9 SMP atau 10 % dari seluruh jumlah SMP

di Kabupaten Boyolali, hal tersebut karena Kecamatan Ampel terletak pada wilayah

perbatasan dengan Kabupaten Semarang sehingga Kecamatan Ampel merupakan wilayah

yang dilalui jalur antarkota kabupaten yang ramai, kegiatan perekonomian Kecamatan

Ampel menjadi lebih tinggi daripada kecamatan lain. Untuk lebih jelasnya persebaran

SMP di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

56

a. Pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali

Untuk mengetahui pola persebaran SMP digunakan analisis tetangga terdekat

(nearest neighbor analysis). Metode ini digunakan untuk mengetahui pola persebaran

suatu obyek yang diasumsikan sebagai titik (point). Objek kajian dari penelitan ini adalah

SMP di Kabupaten Boyolali yang diasumsikan sebagai titik (point). Sebagai dasar dalam

penghitungan indeks parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah peta pola

persebaran SMP di Kabupaten Boyolali, peta ini merupakan hasil analisis antara

persebaran SMP di Kabupaten Boyolali dan perhitungan parameter tetangga terdekat.

Untuk menghitung pola persebaran SMP, Kabupaten Boyolali dibagi menjadi dua yaitu

Kecamatan yang terdapat pada topografi bergunung dan dataran rendah. Pembagian

wilayah kecamatan bertujuan untuk menyeragamkan topografi masing-masing

kecamatan. Kecamatan yang berada pada topografi bergunung meliputi: Kecamatan

Ampel, Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, dan Kecamatan Musuk, keempat

kecamatan tersebut terletak di lereng Gunung Merapi. Kecamatan yang berada pada

topografi dataran rendah meliputi: Kecamatan Boyolali, Kecamatan Mojosongo,

Kecamatan Teras, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi,

Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Simo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan

Karangggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, Kecamatan

Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi.

Adapun rumus parameter tetangga terdekat (nearest-neighbour statistic) T

menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 75) sebagai berikut :

Keterangan ;

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola

random

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

57

p = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)

dibagi luas wilayah (A).

Adapun perhitungan tetangga terdekat pada topografi bergunung sebagai berikut:

Tabel 14. Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP pada Topografi Bergunung di Kabupaten

Boyolali Tahun 2011

S

Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2011

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat pada topografi bergunung di Kabupaten Boyolali sebagai berikut:

Ju = 42.7/18

= 2.4 km

Jadi jarak rata-rata yang diukur antara satu titik SMP dengan titik SMP

tetangganya yang terdekat pada topografi bergunung di Kabupaten Boyolali adalah 2.4

km

b. Setelah menghitung Ju langkah selanjutnya adalah menghitung Jh. Untuk menghitung

Jh maka perlu diketahui nilai p terlebih dahulu. Nilai p merupakan perbandingan

antara jumlah titik SMP dan luas wilayah, dalam hal ini adalah jumlah titik SMP

No Titik (N) Jarak (Km) Lokasi (Kecamatan) 1. 1-2 6,3 Selo 2. 2-1 6,3 Selo 3. 3-4 1,1 Ampel 4. 4-3 1,1 Ampel 5. 5-4 3,0 Ampel 6. 6-7 3,0 Ampel 7. 7-8 0,8 Ampel 8. 8-9 0,1 Ampel 9. 9-10 0,1 Ampel 10. 10-9 0,1 Ampel 11. 11-10 0,1 Ampel 12. 12-13 3,6 Cepogo 13. 13-14 2,1 Cepogo 14. 14-13 2,1 Cepogo 15. 15-16 3,4 Musuk 16. 16-17 2,5 Musuk 17. 17-16 2,5 Musuk 18. 18-17 4,5 Musuk Jumlah 42.7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

58

dengan laus wilayah kecamatan yang terletak pada topografi bergunung di Kabupaten

Boyolali meliputi Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Selo, dan

Kecamatan Musuk. Luas wilayah (A) sebesar 351,17 km2 sedang jumlah titik SMP

(N) sebanyak 18 titik. Perhitungannya sebagai berikut: p = N/A= 18/351.17= 0.05

Setelah diketahui nilai p kemudian dicari nilai Jh perhitungannya sebagai berikut:

Jh =

=

=

=

= 2.3

Jadi nilai Jh adalah 2.3

c. Setelah diketahui nilai Ju dan Jh maka dapat dicari nilai T, perhitungannya sebagai

berikut:

= 1.04

Jadi nilai T sebesar 1.04

Dengan demikian pola sebaran SMP pada topografi bergunung yang meliputi

Kecamatan Ampel, Kecamatan Selo, Kecamatan, Cepogo, dan Kecamatan Musuk adalah

pola persebaran acak (random). Masing-masing kecamatan pada topografi bergunung

memiliki SMP masing-masing yang jumlah dan letaknya disesuaikan dengan banyaknya

jumlah penduduk karena masing-masing kecamatan memiliki jumlah dan persebaran

penduduk yang berbeda maka letak SMP tidak berdekatan antara kecamatan yang satu

dengan yang lain. Tiap kecamatan memiliki satu atau beberapa SMP yang terletak di

pusat pemerintahan dan beberapa terletak jauh dari pusat pemerintahan hal tersebut

dalam rangka memeratakan fasilitas pendidikan.

Setelah diketahui pola persebaran pada topografi bergunung kemudian dilakukan

penghitungan indek tetangga terdekat untuk topografi dataran rendah. Cara yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

59

digunakan untuk menghitung indek tetangga terdekat pada topografi dataran rendah sama

dengan penghitungan indek tetangga terdekat pada topografi bergunung. Untuk lebih

jelas mengenai jarak tetangga terdekat titik SMP dengan titik SMP lain yang terdapat

pada topografi dataran rendah dapat dilihat pada Tabel 15.

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat pada topografi dataran rendah di Kabupaten Boyolali sebagai berikut:

Ju = 113.1/72

= 1.6 km

Jadi jarak rata-rata yang diukur antara satu titik SMP dengan titik SMP

tetangganya yang terdekat pada topografi dataran rendah di Kabupaten Boyolali

adalah 1,6 km

b. Setelah menghitung Ju langkah selanjutnya adalah menghitung Jh. Untuk menghitung

Jh maka perlu diketahui nilai p terlebih dahulu. Nilai p merupakan perbandingan

antara jumlah titik SMP dan luas wilayah, dalam hal ini adalah jumlah titik SMP

dengan luas wilayah kecamatan yang terletak pada topografi dataran rendah di

Kabupaten Boyolali meliputi Kecamatan Boyolali, Kecamatan Teras, Kecamatan

Mojosongo, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi,

Kecamatan Simo, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Klego,

Kecamatan Andong, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Kemusu, Kecamatan

Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi. Luas wilayah (A) sebesar 812,19 km2 sedang

jumlah titik SMP (N) sebanyak 72 titik. Perhitungannya sebagai berikut:

p = N/A = 72/812,19 = 0.08

Setelah diketahui nilai p kemudian dicari nilai Jh perhitungannya sebagai berikut:

Jh =

=

=

=

= 1.8

Jadi nilai Jh adalah 1.8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

60

c. Setelah diketahui nilai Ju dan Jh maka dapat dicari nilai T, perhitungannya sebagai

berikut:

= 0.8

Jadi nilai T sebesar 0.8

Dengan demikian pola sebaran SMP di topografi dataran rendah yang meliputi

Kecamatan Boyolali, Kecamatan Teras, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Banyudono,

Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Ngemplak,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Karanggede,

Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi adalah pola

persebaran mendekati acak (random) sebab dengan nilai 0,8 berarti angka tersebut

mendekati angka 1, sedangkan T=1 menunjukkan bahwa pola persebaran objek adalah

acak. Pola persebaran SMP pada topografi bergunung dan topografi dataran rendah sama

yaitu acak, hal tersebut dikarenakan letak SMP pada suatu daerah bergantung pada besar

dan persebaran jumlah penduduk tertentu sehingga letaknya mengikuti persebaran dan

jumlah penduduknya. Pada pusat pemerintahan kabupaten jumlah SMP lebih banyak

karena dekat dengan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Hal tersebut karena pada

pusat pemerintahan kepadatan penduduknya lebih besar dibandingkan pada daerah yang

jauh dari pusat pemerintahan. Pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali disajikan

dalam Peta 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

61

Tabel 15. Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP pada Topografi Dataran Rendah di

Kabupaten Boyolali Tahun 2011

No Titik (N)

Jarak (Km)

Lokasi(Kecamatan)

No Titik (N)

Jarak (Km)

Lokasi(Kecamatan)

1. 19-20 3,1 Boyolali 37. 55-56 3,2 Sambi 2. 20-21 0,6 Boyolali 38. 56-57 1,8 Sambi-Simo 3. 21-20 0,6 Boyolali 39. 57-56 1,8 Simo-Sambi 4. 22-21 0,6 Boyolali 40. 58-59 1,2 Simo 5. 23-24 0,6 Boyolali 41. 59-60 1,0 Simo 6. 24-25 0,2 Boyolali 42. 60-59 1,0 Simo 7. 25-24 0,2 Boyolali 43. 61-62 3,6 Karanggede 8. 26-27 0,5 Boyolali 44. 62-63 0,4 Karanggede 9. 27-26 0,5 Boyolali 45. 63-62 0,4 Karanggede 10. 28-27 1,0 Boyolali 46. 64-63 1,4 Karanggede 11. 29-30 2,2 Mojosongo 47. 65-66 1,5 Klego 12. 30-31 1,3 Mojosongo 48. 66-67 0,8 Klego 13. 31-30 1,3 Mojosongo 49. 67-66 0,8 Klego 14. 32-31 2,8 Mojosongo 50. 68-67 3,7 Klego 15. 33-34 0,2 Teras 51. 69-70 1,8 Andong 16. 34-33 0,2 Teras 52. 70-71 0,8 Andong 17. 35-34 1,7 Teras 53. 71-72 0,4 Andong 18. 36-37 1,2 Sawit 54. 72-73 0,3 Andong 19. 37-36 1,2 Sawit 55. 73-72 0,3 Andong 20. 38-37 1,9 Sawit 56. 74-73 1,4 Andong 21. 39-41 2,4 Banyudono 57. 75-76 5,9 Andong-Klego 22. 40-41 1,4 Banyudono 58. 76-74 2,8 Klego-Andong 23. 41-40 1,4 Banyudono 59. 77-78 1,1 Kemusu 24. 42-40 1,4 Banyudono 60. 78-77 1,1 Kemusu 25. 43-42 1,5 Sambi-Banyudono 61. 79-78 4,8 Kemusu 26. 44-45 1,1 Ngemplak 62. 80-81 1,9 Wonosegoro 27. 45-44 1,1 Ngemplak 63. 81-82 0 Wonosegoro 28. 46-47 2,4 Ngemplak 64. 82-81 0 Wonosegoro 29. 47-48 0,3 Ngemplak 65. 83-84 1,3 Wonosegoro 30. 48-47 0,3 Ngemplak 66. 84-83 1,3 Wonosegoro 31. 49-50 0,9 Sambi 67. 85-86 5,1 Wonosegoro 32. 50-49 0,9 Sambi 68. 86-85 5,1 Wonosegoro 33. 51-53 3,6 Nogosari 69. 87-85 5,3 Juwangi-Wonosegoro 34. 52-51 4,7 Nogosari 70. 88-89 1,3 Juwangi 35. 53-54 0,8 Nogosari 71. 89-90 0,8 Juwangi 36. 54-53 0,8 Nogosari 72. 90-89 0,8 Juwangi Jumlah 113,1

Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

62

b. Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali

Untuk mengetahui jangkauan SMP menggunakan analisis dari parameter

aksesibilitas, jadi jangkauan SMP dilihat dari tingkat aksesibilitas menuju SMP.

Parameter aksesibilitas yang digunakan adalah jarak, jalan, dan angkutan. jaringan jalan

erat hubungannya dengan transportasi antar satu tempat dengan tempat lain yang dapat

dicapai melalui jalan kendaraan bermotor. Salah satu cara untuk membandingkan

jaringan jalan dari dua wilayah adalah menggunakan angka sinklomatik. Angka

siklomatik adalah jumlah mata rantai dikurangi jumlah titik ditambah dengan jumlah

subgrap. Jumlah mata rantai di Kabupaten Boyolali adalah 27 sedangkan jumlah titiknya

adalah 19 (kecamatan) dan jumlah subgrapnya adalah 1, setelah dilakukan penghitungan

diketahui bahwa angka siklomatik di Kabupaten Boyolali sebesar 7, jadi dapat

disimpulkan bahwa jaringan jalannya rapat, sehingga transportasi antar kecamatan di

Kabupaten Boyolali lebih mudah. Untuk jangkauan SMP dihitung dengan melakukan

skoring dari unsur aksesibilitas Berdasarkan unsur tersebut aksesibilitas dikelompokkan

menjadi tiga yaitu mudah terjangkau, cukup terjangkau, dan sulit terjangkau. Kelas

interval diperoleh dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah dan

dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan, sedangkan total skor diperoleh dengan

menjumlahkan ketiga unsur aksesibilitas. Dalam penelitian ini, satuan analisisnya adalah

SMP, dengan mengetahui aksesibilitas SMP maka dapat diketahui jangkauan dari tiap

SMP. Untuk lebih jelas mengenai skoring unsur aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Pedoman skor aksesibilitas menuju SMP

Unsur Aksesibilitas Kriteria Skor Jarak 0,001 km 1,62 km 3

1,63 km 3,25 km 2 3,26 km 4,88 km 1

Jalan Arteri 4 Kolektor 3 Lokal 2 Lain 1

Angkutan menuju SMP Minibus 3 Angkudes 2 Roda dua 1

Sumber : Tarigan (2010: 104) dan Sugiyanto (2004: 43) dimodifikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

63

Berdasarkan tiga parameter di atas ditentukan kelas aksesibilitasnya dengan cara

menjumlahkan skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Untuk

memudahkan klasifikasi, aksesibilitas dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval.

Rumus yang dipakai adalah I= R/K, di mana I= Interval Kelas, R= Jumlah Skor tertinggi-

skor terendah. K= jumlah kelas. I = (10-3)/3= 7/3 = 2,33

Tabel 17. Jumlah Skor dan Kelas Aksesibilitas Menuju SMP

No Jumlah Skor Unsur Aksesibilitas Kelas Aksesibilitas

1 3 - 5 Mudah Terjangkau 2 6 8 Cukup Terjangkau 3 9 11 Sulit Terjangkau

Sumber : Hasil Penghitungan Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui tingkat jangkauan masing-masing SMP,

untuk penghitungan jangkauan SMP lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 18 dalam

Lampiran 2. klasifikasi jangkauan sebagai berikut:

a. SMP Mudah Terjangkau

SMP mudah terjangkau memiliki skor 9-10, faktor yang memudahkan jangkauan

antara lain jaraknya dekat, transportasi mudah berada di jalan arteri dan dilewati oleh

minibus. Penduduk disekitar SMP tidak mengalami hambatan yang berarti dalam

mendatangi SMP khususnya dalam hal aksesibilitas. SMP yang termasuk dalam kategori

mudah terjangkau terdapat 10 SMP Meliputi: SMP N 1 Andong, SMP N 2 Boyolali,

SMP N 1 Cepogo, SMP N 1 Karanggede, SMP N 1 Klego, SMP N 3 Sawit, SMP N 1

Selo, SMP N 2 Teras, SMP Bhinneka Karya Andong, dan SMP Muhammadiyah Klego.

a. SMP N 2 Boyolali b. SMP N 1 Selo

Gambar 10: SMP Mudah Terjangkau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

64

b. SMP Cukup Terjangkau

SMP cukup terjangkau memiliki skor 6-8, dengan jarak SMP agak jauh dari jalan

lokal namun masih dilewati oleh angkutan umum berupa minibus dan angkudes sehingga

tidak ada hambatan yang berarti dalam mendatangi SMP. SMP cukup terjangkau

meliputi : SMP N 1 Ampel, SMP N 2 Ampel, SMP N 3 Ampel, SMP N 2 Andong, SMP

N 2 Banyudono, SMP N 1 Banyudono, SMP N 1 Boyolali, SMP N 3 Boyolali, SMP N 4

Boyolali, SMP N 5 Boyolali, SMP N 6 Boyolali, SMP N 2 Cepogo, SMP N 1 Juwangi,

SMP N 2 Juwangi, SMP N 2 Karanggede, SMP N 1 Kemusu, SMP N 2 Kemusu, SMP N

2 Mojosongo, SMP N 4 Mojosongo, SMP N 3 Mojosongo, SMP N 1 Mojosongo, SMP N

1 Musuk, SMP N 2 Musuk, SMP N 1 Ngemplak, SMP N 2 Ngemplak, SMP N 1

Nogosari, SMP N 2 Nogosari, SMP N 2 Sambi, SMP N 1 Sambi, SMP N 2 Sawit, SMP

N 1 Sawit, SMP N 2 Selo, SMP N 2 Simo, SMP N 3 Simo, SMP N 1 Simo, SMP N 3

Teras, SMP N 1 Teras, SMP N Terbuka Wonosegoro, SMP Muhammdiyah 3 Ampel,

SMP Islam Sudirman Ampel, SMP PGRI Ampel, SMP Darul Fikr Andong, SMP Bhakti

Karya Andong, SMP Muhammduyah 10 Andong, SMP Bhinneka Karya Banyudono,

SMP Muhammadiyah 7 Banyudono, SMP Bhinneka Karya Boyolali, SMP Katholik

Slamet Riyadi Boyolali, SMPLB(ABC) YKAB boyolali, SMP Muhammadiyah 1

Progranm Khusus, SMP Islam Sudirman Juwangi, SMP Gagatan Karanggede, SMP

Bhinneka Karya Kemusu, SMP Bhinneka Karya Klego, SMP Bhinneka Karya Musuk,

SMP Islam Ngemplak, SMP Nurul Islam Ngemplak, SMP Muhammadiyah 9 Ngemplak,

SMP Bhinneka Karya Nogosari, SMP Muhammdiyah 14 Sambi, SMP Karya Dharma

Veteran Sambi, SMP Muhammadiyah 2 Simo, SMP Muhammadiyah Wonosegoro, SMP

NU 1Wonosegoro, dan SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro.

a. SMP N 3 Boyolali b. SMP N 4 Mojosongo

Gambar 11: SMP Cukup Terjangkau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

65

c. SMP Sulit Terjangkau

SMP sulit dijangkau memiliki skor 3-5, faktor yang mempengaruhi adalah jarak

yang jauh dari jalan lokal, kesulitan transportasi karena tidak dilewati oleh angkutan

umum, dan hanya ada kendaraan roda dua. SMP sulit dijangkau meliputi : SMP N 4

Ampel Satu Atap, SMP N 3 Cepogo Satu Atap, SMP N 3 Juwangi Satu Atap, SMP N 3

Musuk Satu Atap, SMP N 2 Wonosegoro, SMP Samaratungga Ampel, dan SMP NU 2

Wonosegoro. Semua SMP Satu Atap sulit dijangkau sesuai dengan konsep SMP Satu

Atap yaitu SMP bantu yang berada di tempat terpencil agar masyarakat di daerah

terpencil dapat menempuh pendidikan tanpa terkendala transportasi, karena itu SMP Satu

Atap dekat/berada di daerah terpencil.

a. SMP Samaratungga Ampel b. SMP N 3 Cepogo (Satu Atap)

Gambar 12: SMP Sulit Terjangkau

2. Penyediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama

Penyediaan Fasilitas pendidikan didasarkan atas besarnya jumlah penduduk.

Lokasi fasilitas pendidikan dapat berdekatan satu sama lain karena didasarkan atas

kebutuhan minimal pada jumlah penduduk tertentu bukan pada jarak tiap fasilitas

pendidikan. Kategori sekolah di Kabupaten Boyolali dibagi menjadi 4 yaitu: SMP

Negeri, SMP Swasta, SMP Satu Atap, dan SMPLB. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 19.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

66

Tabel 19. Persebaran SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Gedung SMP SMP Negeri SMP Swasta SMP Satu Atap SMPLB

1. Selo 2 - - - 2. Ampel 4 5 - - 3. Cepogo 2 - 1 - 4. Musuk 2 1 1 - 5. Mojosongo 4 - - - 6. Boyolali 6 3 - 1 7. Teras 3 - - - 8. Sawit 3 - - - 9. Banyudono 2 2 - -

10. Sambi 2 3 - - 11. Ngemplak 2 3 - - 12. Nogosari 2 2 - - 13. Simo 3 1 - - 14. Karanggede 2 2 - - 15. Klego 2 3 - - 16. Andong 2 5 - - 17. Kemusu 2 1 - - 18. Wonosegoro 3 3 1 - 19. Juwangi 2 1 1 -

Jumlah 51 34 4 1 Sumber : Data Primer Tahun 2011

Ketersediaan fasilitas pendidikan di suatu wilayah tidak terlepas dari jumlah

penduduk yang dilayani pada suatu daerah tertentu, jumlah penduduk yang padat

membutuhkan sekolah menengah pertama yang banyak begitu pula sebaliknya jumlah

penduduk yang sedikit membutuhkan Sekolah Menengah Pertama yang sedikit pula.

Sebelumnya telah diketahui jumlah murid terbanyak di Kabupaten Boyolali terdapat di

Kecamatan Mojosongo dengan jumlah Sekolah Menengah Pertama sebanyak 8 buah dan

jumlah penduduk 59.411 jiwa, sebaliknya jumlah murid paling sedikit di Kabupaten

Boyolali terdapat di Kecamatan selo dengan jumlah penduduk 958 jiwa dan jumlah

sekolah menengah pertama sebanyak 2 buah. Untuk lebih lengkap mengenai kecukupan

jumlah Sekolah Menengah Pertama perlu diketahui kriteria penentuan kecukupan fasilitas

untuk 1 SMP melayani 12.000 jiwa, apabila kriteria tersebut terpenuhi maka ketersediaan

SMP dinyatakan cukup, sebaliknya apabila kriteria tersebut tidak terpenuhi maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

67

ketersediaan SMP dinyatakan tidak cukup. Untuk lebih jelas mengenai tingkat kecukupan

fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Tingkat Kecukupan Fasilitas SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah

Penduduk (jiwa)

Minimal Jumlah Fasilitas

Pendidikan

Jumlah Fasilitas

Pendidikan yang

Tersedia

Jumlah Penduduk

yang Tidak

Terlayani

Tingkat Kecukupan

1. Selo 26.845 3 2 2.845 Tidak Cukup 2. Ampel 68.781 6 9 0 Cukup 3. Cepogo 53.101 5 3 17.101 Tidak Cukup 4. Musuk 60.328 5 4 12.328 Tidak Cukup 5. Mojosongo 59.411 5 4 11.411 Tidak Cukup 6. Boyolali 51.330 4 10 0 Cukup 7. Teras 45.628 4 3 9.628 Tidak Cukup 8. Sawit 32.996 3 3 0 Cukup 9. Banyudono 45.194 4 4 0 Cukup

10. Sambi 48.583 4 5 0 Cukup 11. Ngemplak 70.861 6 5 10.861 Tidak Cukup 12. Nogosari 60.524 5 4 12.524 Tidak Cukup 13. Simo 43.633 4 4 0 Cukup 14. Karanggede 40.570 4 4 0 Cukup 15. Klego 45.907 4 5 0 Cukup 16. Andong 61.924 5 7 0 Cukup 17. Kemusu 46.310 4 3 10.310 Tidak Cukup 18. Wonosegoro 54.734 5 7 0 Cukup 19. Juwangi 35.057 3 4 0 Cukup

Jumlah 951.717 83 90 87.008 Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui kecamatan yang memiliki ketersediaan

SMP sudah cukup adalah Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit,

Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede,

Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, dan Kecamatan Wonosegoro. Kecamatan yang

memiliki ketersediaan SMP belum cukup yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo,

Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Ngemplak,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Juwangi. Untuk lebih jelas

mengenai kecukupan fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta

5.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

68

Sejalan tingkat kecukupan SMP di Kabupaten Boyolali maka perlu diketahui pula

persebaran jumlah murid SMP. Siswa SMP umumnya berusia 13-15 tahun. Data

mengenai jumlah anak usia SMP dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Jumlah Murid menurut Jenis Kelamin dan Umur di Kabupaten Boyolali Tahun

2009

No Kecamatan

Murid Menurut Jenis Kelamin

Murid Menurut Usia Jumlah

Laki-laki Perempuan >13 Tahun

13-15 Tahun

<15 Tahun

1. Selo 486 472 87 841 30 958 2. Ampel 1,371 1,402 459 2,198 116 2,773 3. Cepogo 581 593 278 877 19 1,174 4. Musuk 693 747 365 1,041 34 1,440 5. Mojosongo 1,972 1,969 745 2,855 341 3,941 6. Boyolali 1,340 1,274 405 2,096 113 2,614 7. Teras 923 965 277 1,494 117 1,888 8. Sawit 1,101 950 365 1,617 69 2,051 9. Banyudono 804 834 315 1,220 103 1,638

10. Sambi 818 741 458 1,095 6 1,559 11. Ngemplak 1,082 1,169 277 1,832 142 2,251 12. Nogosari 659 557 311 875 30 1,216 13. Simo 973 998 425 1,353 193 1,971 14. Karanggede 691 629 310 970 40 1,320 15. Klego 881 771 465 1,145 42 1,652 16. Andong 1,038 1,004 468 1,481 93 2,042 17. Kemusu 586 553 40 1,031 68 1,139 18. Wonosegoro 1,009 1,045 403 1,546 105 2,054 19. Juwangi 1,057 902 553 1,264 142 1,959

Jumlah 18,065 17,575 7.006 26.831 1.803 35.640 Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 21, diketahui jumlah siswa paling banyak terdapat di

Kecamatan Mojosongo yaitu 3,941 murid dengan jumlah fasilitas gedung SMP di

kecamatan Mojosongo sebanyak 8 buah dengan rincian 2 SMP Negeri dan 6 SMP swasta.

Jumlah murid paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo yaitu 958 murid dengan jumlah

fasilitas gedung SMP sebanyak 2 buah dengan rincian 2 SMP Negeri dan tidak memiliki

SMP swasta. Jumlah murid di Kabupaten Boyolali disajikan pula pada Peta 6.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

69

Dalam lampiran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, tentang

Standar Sarana dan Prasarana, Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki

prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas,

2. Ruang perpustakaan,

3. Ruang laboratorium IPA,

4. Ruang pimpinan,

5. Ruang guru,

6. Ruang tata usaha,

7. Tempat beribadah,

8. Ruang konseling,

9. Ruang uks,

10. Ruang organisasi kesiswaan,

11. Jamban,

12. Gudang,

13. Ruang sirkulasi,

14. Tempat bermain/berolahraga.

Untuk mengetahui ketersediaan prasarana berdasarkan standar baku maka

dilakukan pengecekan ke lapangan (survey), dikarenakan jumlah populasi yang banyak

maka pengecekan ketersediaan prasarana ke lapangan menggunakan sampel. Data SMP

yang heterogen akan dibagi menjadi beberapa strata kemudian dari masing-masing strata

tersebut kemudian diambil beberapa sampel. SMP diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu

SMP Negeri dan SMP Swasta. Masing-masing kelas dikelompokkan lagi berdasarkan

akreditasinya. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai klasifikasi SMP dapat dilihat

pada Tabel 22 dan Tabel 23 pada Lampiran 3 dan 4 . Berdasarkan Tabel 24 pada

Lampiran 5, dari sampel SMP negeri dengan akreditasi A yang diambil diketahui bahwa

prasarananya sudah lengkap. SMP negeri dengan akreditasi B prasarananya pun lengkap,

sedangkan akreditasi C untuk tahun 2009 tidak ada, sedangkan untuk SMP negeri yang

belum terakreditasi prasarananya sudah lengkap. Lengkap disini memiliki pengertian

bahwa semua standar prasarana yang disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

70

Pendidikan Nasional Nomer 24 Tahun 2007 telah ada di SMP tersebut dan telah

memenuhi kriteria.

Berdasarkan Tabel 25 pada Lampiran 6, dari sampel SMP swasta dengan

akreditasi B diketahui bahwa prasarananya belum lengkap. SMP swasta dengan

akreditasi C belum lengkap, dan SMP swasta belum terakreditasi prasarananya juga

belum lengkap. Belum lengkap disini memiliki pengertian bahwa SMP tersebut belum

memiliki prasarana sesuai dengan standar yang disebutkan dalam Lampiran Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomer 24 Tahun 2007, atau prasarananya sudah ada namun

tidak memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil sampel baik dari SMP negeri maupun SMP

swasta diketahui bahwa terjadi perbedaan antara SMP negeri dan SMP swasta dalam

penyediaan prasarana pendidikan meskipun akreditasinya sama. Perbedaan tersebut dapat

mempengaruhi masyarakat dalam memilih sekolah.

2. Daya Layan Fasilitas Pendidikan

Dalam mengukur daya layan fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali

dilakukan penilaian dengan menggunakan metode pelayanan (Function Of Availability)

atau metode daya layan yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat daya layan

fasilitas sekolah menengah pertama. Dalam perhitungan daya layan SMP ini penulis

beranggapan bahwa semua anak usia sekolah SMP bersekolah di sekolah yang ada di

Kecamatan mereka masing-masing dan tidak menghiraukan faktor lain yang menjadikan

anak usia SMP untuk bersekolah di SMP yang ada di Kecamatan tetangganya. Untuk

mengukur daya layan fasilitas pendidikan variabel yang digunakan adalah jumlah

sekolah, ruang kelas, guru, kelas dan murid. Pengukuran variabel antara lain rasio jumlah

sekolah/sekolah minimal, rasio ruang kelas/ruang minimal, rasio guru/ murid, dan rasio

murid/ kelas. Hasil rasio tersebut kemudian diskoring untuk mengetahui daya layan

tersebut apakah tinggi, cukup, atau rendah. Berikut data mengenai jumlah sekolah,ruang

kelas, guru, dan kelas di Kabupaten Boyolali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

71

Tabel 26. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru, Ruang Kelas, dan Murid di Kabupaten

Boyolali Tahun 2009

No Kecamatan Sekolah Ruang

Kelas Kelas Guru Murid

1. Selo 2 30 22 60 958 2. Ampel 9 89 81 203 2,773 3. Cepogo 3 33 32 68 1,174 4. Musuk 4 37 39 101 1,440 5. Mojosongo 4 133 114 284 3,941 6. Boyolali 10 55 71 160 2,614 7. Teras 3 51 52 124 1,888 8. Sawit 3 56 54 137 2,051 9. Banyudono 4 53 47 120 1,638 10. Sambi 5 51 47 124 1,559 11. Ngemplak 5 78 64 165 2,251 12. Nogosari 4 42 39 127 1,216 13. Simo 4 57 55 158 1,971 14. Karanggede 4 49 39 97 1,320 15. Klego 5 50 48 139 1,652 16. Andong 7 63 61 190 2,042 17. Kemusu 3 28 28 72 1,139 18. Wonosegoro 7 60 51 141 2,054 19. Juwangi 4 51 52 104 1,959 Jumlah 90 1.066 996 2574 35.640

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Tahun 2009

menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Rasio jumlah sekolah/sekolah minimal :

Sekolah minimal (SMP) : jumlah penduduk : 12.000

Contoh :

Rasio jumlah / sekolah minimal di Kecamatan Selo

=

= 2/ 2.23

= 0.89

= 0.9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

72

b. Rasio Ruang Kelas/Ruang Kelas Minimal :

Ruang kelas minimal (SMP) : jumlah sekolah x 6

Contoh :

Rasio ruang kelas/ ruang kelas minimal di Kecamatan Selo

=

= 30/12

= 2.5

c. Rasio Murid/Guru :

Contoh :

= 15.96

= 16

d. Rasio Murid/Kelas :

= 43.54

= 44

Setelah diketahui besar daya layan tiap variabel langkah selanjutnya dilakukan

skoring untuk tiap nilai daya layan dari masing-masing variabel. Untuk lebih jelas

mengenai nilai daya layan tiap variabel dan skoringnya dapat dilihat pada Tabel 27.

Pengukuran variabel daya layan (pelayanan) tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali lebih

lengkap dapat dilihat pada lampiran 7. Asumsi yang digunakan dalam penentuan skor

adalah semakin besar nilai daya layan maka semakin besar skornya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

73

Tabel 27. Tabel Daya Layan Fasilitas Pendidikan Jenjang SMP di Kabupaten Boyolali

Tahun 2011

No Kecamatan Daya Layan Skor Total

skor Kategori

Sek R. Kelas Murid Kelas Sek R. Kelas Murid kelas 1. Selo 0.9 2.5 15.96 43.54 1 2 3 3 9 Tinggi 2. Ampel 1.56 1.64 13.66 34.23 2 1 3 1 7 Sedang 3. Cepogo 0.67 1.83 17.26 36.68 1 1 3 2 7 Sedang 4. Musuk 0.79 1.12 14.25 36.92 1 1 2 2 6 Sedang 5. Mojosongo 0.8 5.54 13.87 34.57 1 3 2 1 7 Sedang 6. Boyolali 2.34 0.91 16.33 36.81 3 1 3 2 9 Tinggi 7. Teras 0.78 2.12 15.22 36.30 1 1 2 2 6 Sedang 8. Sawit 1.09 2.33 14.79 37.98 1 1 2 2 6 Sedang 9. Banyudono 1.06 2.20 13.65 34.85 1 1 2 1 5 Rendah 10. Sambi 1.23 1.7 12.57 33.17 2 1 1 1 5 Rendah 11. Ngemplak 0.84 2.6 13.64 35.17 1 2 2 2 7 Sedang 12. Nogosari 0.79 1.75 9.57 31.17 1 1 1 1 4 Rendah 13. Simo 1.1 2.37 12.47 35.83 1 1 1 2 5 Rendah 14. Karanggede 1.18 2.04 13.60 33.84 1 1 2 2 6 Sedang 15. Klego 1.30 1.66 11.88 34.41 2 1 1 1 5 Rendah 16. Andong 1.35 1.5 10.74 33.47 2 1 1 1 5 Rendah 17. Kemusu 0.77 1.55 16.56 40.67 1 1 3 3 8 Tinggi 18. Wonosegoro 1.53 1.42 14.56 40.27 2 1 2 3 8 Tinggi 19. Juwangi 1.33 2.12 18.83 37.67 2 1 3 2 8 Tinggi Jumlah 22.97 38.9 269.41 687.55 29 23 39 34 125

Sumber : hasil perhitungan

Klasifikasi yang digunakan untuk menentukan kategori daya layan sebagai

berikut:

1. Daya layan sekolah

Nilai tertinggi-nilai terendah

3

= 2.34 - 0.67

3

= 0.55

Kelas : 0.67 1.22 = 1 kategori rendah

1.23 1.78 = 2 kategori sedang

1.79 2.34 = 3 kategori tinggi

2. Daya layan ruang kelas

Nilai tertinggi-nilai terendah

3

= 5.54 - 0.91

3

= 1.54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

74

Kelas : 0.91 2.45 = 1 kategori rendah

2.46 4.00 = 2 kategori sedang

4.01 5.55 = 3 kategori tinggi

3. Murid

Nilai tertinggi-nilai terendah

3

= 18.83 - 9.57

3

= 3.08

Kelas : 9.57 12.65 = 1 kategori rendah

12.66 15.74 = 2 kategori sedang

15.75 18.83 = 3 kategori tinggi

4. Kelas

Nilai tertinggi-nilai terendah

3

= 43.54 - 31.17

3

= 4.12

Kelas : 31.17 35.29 = 1 kategori rendah

35.30 39.42 = 2 kategori sedang

39.43 43.55 = 3 kategori tinggi

Reklas

Nilai tertinggi-nilai terendah

3

= 9 - 4

3

= 1.67

Kelas : 4 5.67 = 1 kategori rendah

5.68 7.35 = 2 kategori sedang

7.36 9.03 = 3 kategori tinggi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

75

Berdasarkan Tabel 27 diketahui daya layan fasilitas pendidikan di

Kabupaten Boyolali, daya layan sekolah di beberapa kecamatan masih kurang hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai daya layan yang kurang dari satu, meliputi Kecamatan

Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras,

Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Dan Kecamatan Kemusu sedangkan

Kecamatan Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan

Banyudono, Kecamatan Simo, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan

Karanggede, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi nilai daya layan lebih

dari satu yang berarti daya layan sekolahnya sudah cukup. Namun daya layan ruang kelas

di Kabupaten Boyolali hampir semua cukup kecuali di Kecamatan Boyolali sehingga di

Kabupaten Boyolali perlu adanya penambahan ruang kelas, sedangkan untuk daya layan

kelas jika dirata-rata tiap kecamatan adalah 15 murid per guru, dan daya layan kelas

menampung rata-rata 35 murid.

Daya layan fasilitas pendidikan jenjang SMP dari hasil perhitungan menunjukkan

adanya perbedaan nilai daya layan dari satu kecamatan dengan kecamatan lain. Distribusi

daya layan fasilitas pendidikan jenjang SMP di Kabupaten Boyolali sebagai berikut:

a) Kategori rendah

Faktor yang mempengaruhi adalah daya layan sekolah yang belum memenuhi

dilihat dari skornya yang kurang dari 1, daya layan ruang kelas yang rendah, dan

rasio murid per kelas yang kecil. Kecamatan yang termasuk kedalam kategori

rendah meliputi:

Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Nogosari, Kecamatan

Simo, Kecamatan Klego, dan Kecamatan Andong.

b) Kategori sedang

Faktor yang mempengaruhi meliputi daya layan ruang kelas dan rasio murid per

kelas yang rendah. Kecamatan yang termasuk kedalam kategori sedang meliputi:

Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan

Mojosongo, Kecamatan Sawit, Kecamatan Teras, Kecamatan Ngemplak, dan

Kecamatan Karanggede.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

76

c) Kategori tinggi

Faktor yang mempengaruhi meliputi daya layan sekolah yang sudah memenuhi,

daya layan ruang kelas yang tinggi, rasio murid per kelas yang tinggi dan rasio

murid per guru yang tinggi. Kecamatan yang termasuk kedalam kategori tinggi

meliputi:

Kecamatan Selo, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Kemusu, Kecamatan

Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi.

Perbedaan daya layan fasilitas pendidikan disebabkan antara lain karena

penyediaan fasilitas pendidikan pemanfaatannya berbeda antara satu kecamatan dengan

kecamatan lain. Pemanfaatan fasilitas pendidikan yang optimal akan menyebabkan daya

layan fasilitas pendidikan menjadi tinggi sedangkan fasilitas pendidikan yang

pemanfaatanya kurang optimal maka daya layannya menjadi rendah. Misalnya di

Kecamatan juwangi dengan jumlah sekolah sebanyak 3 SMP, jumlah sekolah sudah

memenuhi kebutuhan minimal jumlah penduduk dengan penyediaan ruang kelas yang

sudah memenuhi jumlah kebutuhan minimal ruang kelas, jumlah murid per kelas yang

besar dan jumlah murid per guru yang besar pula sekitar antra 15-30 murid per guru,

sehingga daya layannya termasuk kedalam kategori tinggi. Pemanfaatan fasilitas

pendidikan yang kurang optimal misalnya di Kecamatan Ngemplak dengan jumlah

fasilitas pendidikan sebanyak 5 SMP, penyediaan fasilitas pendidikannya belum

mencukupi namun penyediaan ruang kelasnya sudah mencukupi kebutuhan minimal,

jumlah murid per guru yang tidak terlalu besar berkisar antara 12-15 murid per kelas

dengan rasio jumlah murid per kelas antara 35-39 murid per kelas, sehingga daya

layannya termasuk kedalam kategori sedang. Daya layan yang rendah disebabkan

penyediaan fasilitas pendidikan yang belum memenuhi kebutuhan dengan rasio jumlah

ruang kelas dengan kebutuhan minimal ruang kelas yang rendah, jumlah murid per guru

yang sedikit antara 9-12 murid per guru dan jumlah murid per kelas yang sedikit pula

antara 31-35 murid per kelas, sehingga daya layannya termasuk kedalam kategori rendah.

Untuk lebih lengkap mengenai distribusi daya layan fasilitas pendidikan jenjang SMP

dapt dilihat pada Peta 7.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

77

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan

bahwa:

1. Persebaran, pola, dan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 sebagai

berikut:

a. Distribusi SMP paling banyak terdapat di Kecamatan Boyolali dengan jumlah

SMP sebanyak 10 SMP atau 11.1 % dari seluruh SMP yang ada di Kabupaten

Boyolali, kemudian disusul oleh Kecamatan Ampel yang memiliki 9 SMP

atau 10% dari seluruh SMP yang ada di Kabupaten Boyolali, jumlah SMP

paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo dengan jumlah SMP 2 SMP atau

2.2% dari seluruh SMP yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Selo

hanya memiliki 2 SMP, hal tersebut sejalan dengan jumlah penduduk

Kecamatan Selo yang paling rendah di Kabupaten Boyolali yaitu sebanyak

26.845 jiwa atau 2.82% dari seluruh penduduk di Kabupaten Boyolali, begitu

pula dengan Kecamatan Boyolali dan Kecamatan Ampel yang memiliki

jumlah SMP yang banyak seiring dengan jumlah penduduk yang besar,

masing-masing Kecamatan Boyolali 59.411 jiwa sedangkan Ampel 68.781

jiwa.

b. Pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali pada topografi bergunung adalah

acak (random) dengan nilai T sebesar 1.04, sedangkan pola persebaran SMP

pada topografi dataran rendahjuga acak (random) dengan nilai T sebesar 0,8.

c. Jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali dilihat dari unsure aksesibilitas.

Aksesibilitas sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu SMP Mudah

terjangkau, SMP cukup terjangkau, dan SMP sulit terjangkau .Terdapat 10

SMP (11.1%) mudah terjangkau, 73 SMP (81.1%) cukup terjangkau, dan 7

SMP sulit terjangkau (7.7%).

2. Ketersediaan SMP dilihat dari tingkat kecukupan SMP untuk tiap kecamatan.

Kecukupan SMP tertinggi terdapat di Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

78

Kecamatan Sawit, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo,

Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, dan

KecamatanWonosegoro yaitu semua penduduk terlayani, sedangkan kecukupan

terendah terdapat di Kecamatan Cepogo dengan 17.101 penduduk tidak terlayani.

Ketersediaan prasarana SMP berdasarkan standar baku untuk SMP negeri sudah

lengkap baik untuk SMP negeri dengan akreditasi A, B, maupun belum

terakreditasi, sedangkan untuk SMP Swasta belum lengkap baik untuk SMP

Swasta dengan akreditasi B,C, maupun belum terakreditasi.

3. Berdasarkan penghitungan variabel dayalayan beberapa kecamatan di Kabupaten

Boyolali jumlah sekolahnya belum memenuhi kebutuhan meliputi: Kecamatan

Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan

Teras, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Kemusu, dan

Kecamatan Juwangi, sedangkan kecamatan lainnya sudah memenuhi kebutuhan

minimal. Daya layan ruang kelas di Kabupaten Boyolali hampir semua cukup

kecuali di Kecamatan Boyolali sehingga di Kabupaten Boyolali perlu adanya

penambahan ruang kelas, sedangkan untuk daya layan kelas jika dirata-rata tiap

kecamatan adalah 15 murid per guru, dan daya layan kelas menampung rata-rata

35 murid.

B. Implikasi

1. Dengan mengetahui persebaran, pola, dan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali

dapat dijadikan acuan untuk pemilihan lokasi dalam mendirikan fasilitas

pendidikan khususnya SMP dan dijadikan sebagai bahan acuan kebijakan dalam

hal pendirian SMP.

2. Dengan mengetahui persebaran, pola, jangkauan, ketersediaan, dan daya layan

SMP di Kabupaten Boyolali dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih SMP.

3. Penyajian informasi SMP dalam bentuk peta akan lebih mempermudah dalam

pengambilan keputusan dalam peningkatan layanan pendidikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: ANALISIS SPASIAL PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN …/Analisis... · analisis spasial penyediaan fasilitas pendidikan pada sekolah menengah pertama di kabupaten boyolali tahun 2011

79

C. Saran

1. Perlu penambahan ruang kelas di beberapa kecamatan di Kabupaten Boyolali,

kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan

Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Ngemplak,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Juwangi, sedangkan

untuk Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan

Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede,

Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, dan Kecamatan Wonosegoro tidak

memerlukan penambahan ruang kelas karena SMP yang ada saat ini sudah

memenuhi kebutuhan.

2. Perlu penambahan prasarana pendidikan di SMP Swasta di Kabupaten Boyolali

baik untuk SMP Swasta dengan akreditasi B, C, maupun belum terakreditasi.

3. Beberapa SMP Swasta di Kabupaten Boyolali memiliki jumlah murid dan jumlah

prasarana yang memprihatinkan sehingga perlu mendapat perhatian dari

pemerintah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user