analisis sharia compliance pada pembagian komisi...

100
ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI DALAM SISTEM MULTI LEVEL MARKETING SYARIAH (Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia) SKRIPSI Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: ULFATUN MARDIYAH 11140460000147 HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAT) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018M/1440H

Upload: vukhue

Post on 17-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI

DALAM SISTEM MULTI LEVEL MARKETING SYARIAH

(Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia)

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

ULFATUN MARDIYAH

11140460000147

HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAT)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018M/1440H

Page 2: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI

DALAM SISTEM MULTI LEVEL MARKETING SYARIAH

(Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia)

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ULFATUN MARDIYAH

11140460000147

Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Alimin, M.Ag

NIP. 196908252000031001

Mu'min Roup, M.Ag

NIP.197004161997031004

HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAT)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018M/1440H

Page 3: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

LEMBAR PERNYATAAN

Page 5: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

ABSTRAK

Ulfatun Mardiyah. NIM 11140460000147. ANALISIS SHARIA COMPLIANCE

PADA PEMBAGIAN KOMISI DALAM SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

SYARIAH (Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia). Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439H/2018 M

Gerakan perusahaan berjenjang atau biasa disebut dengan Multi Level

Marketing (MLM) yang merupakan cabang dari direct selling (penjualan

langsung). Pada dasarnya, sistem MLM merupakan metode pemasaran dengan

memanfaatkan jaringan kerja, di mana dalam jaringan tersebut terdapat orang-orang

yang melakukan pemasaran barang jasa tertentu. Realitas sekarang semakin jelas

bahwa semakin membanjirnya produk-produk impor yang tidak jelas kehalalannya

dan kesuciannya serta memprihatikan umat Islam dalam sektor perekonomian,

menjadikan MLM Syariah sebagai tawaran solusi alternatif bagi bangsa Indonesia.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian MLM Syariah pada

PT. Herba penawar Alwahida Indonesia dalam pembagian komisi menurut Fatwa

DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009. Jenis penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan field reseach,

library reseach, Interview dan studi dokumentasi.

Adapun hasil dalam penelitian ini adalah kesesuian MLM Syariah pada PT.

Herba Penawar Alwahida Indonesia menurut Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-

MUI/VII/2009 belum sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip. Adapun yang belum

sesuai yaitu di awal PT. HPAI menyamakan antara komisi dan bonus, kemudian

pemberian komisi pembinaan merupakan sebuah ketidakadilan mengingat bahwa

insentif tersebut diambil dari prosentase pencapaian target downline, sehingga

masih membuka peluang bagi upline yang tidak melakukan pembinaan dan tetap

mendapatkan bonus membina.

Kata kunci: Sharia Compliance, Komisi, MLM Syariah.

Pembimbing : Dr. Alimin, M.Ag dan Mu'min Roup, M.Ag

Daftar Pustaka : 1995 s.d. 2018

Page 6: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW,

keluarga dan para sahabat yang telah berkorban mengantarkan ummat dari zaman

jahiliyah ke masa yang diterangi dengan kecanggihan dan kecerdasan.

Tiada yang sempurna di dunia ini, begitu juga dalam hal penulisan skripsi ini

yang mungkin tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi harapan penulis,

setidaknya skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk siapapun membacanya,

atau menjadi sumber inspirasi untuk penelitian-penelitian berikutnya.

Rintangan dan hambatan silih berganti, Alhamdulillah penulis bisa melewati

dan pada akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis haturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, terutama

kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas

bimbingan dan pelayanan yang diberikan kepada saya. Semoga bapak menjadi

pemimpin yang diberkahi Allah. Aamiin.

2. Bapak A.M Hasan, Ali MA. Selaku Ketua Program Studi Muamalah dan Bapak

Abdurrauf, Lc. MA. Selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah

membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Terima kasih yang begitu besar kepada bapak Dr. Alimin, M.Ag. Selaku

Pembimbing 1 dan bapak Mu'min Rouf, S.Ag., MA Selaku Pembimbing 2.

Kedua beliau adalah yang telah meluangkan waktunya demi memberikan

bimbingan berupa ilmu, masukan-masukan dan pengarahan dengan penuh

kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan akan

selalu bermanfaat bagi penulis.

Page 7: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

vii

5. Ungkapan terima kasih yang tak tidak terkira dan penghargaan yang paling

tinggi untuk ayahanda tercinta Bapak Suwardi dan Ibu Sapariyah yang telah

memberikan dukungan baik secara moril, materil, semangat dan doa yang selalu

dipanjatkan sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

6. Terima kasih untuk kakak saya Kuteb Syarifuddin, M.Pdi dan Adik saya Aylis

Khabibah yang selalu menjadi motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku tercinta Geng Princess, Iffah Karimah,

Venny Andrianingtyas, Nabilla Yudia Putri, Inez Nur Afifah Islami, Yuanita

Nindyas Rahmawati dan Musyarofah yang sudah menemani dari semester awal

hingga sekarang. canda, tawa, bahagia, sedih, senang, kita lalui bersama selama

4 tahun dan selalu memberikan semangat kepada penulis selama masa

menegerjakan skripsi.

8. Wafira Rahmania dan Fella Suffah Diniyah yang selalu ada untuk penulis,

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan semangat selama

mengerjakan skripsi ini.

9. Rian Engku Sugandi yang selalu membantu, memberikan motivasi dan

menghibur hingga terselesainya skripsi ini.

10. Sahabat "Lambe Turah" Rahmawati, Rizka Isnaini dan Hafsah Mawardi yang

selalu membuat penulis tertawa atas candaan recehnya.

11. Temen seperjuangan, Sahal Muzaki yang selalu membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angakatan 2014 khususnya Native C, terima kasih atas

dukungan dan waktu-waktu indah selama 4 tahun ini. Cinta, kasih, dukungan,

doa dan waktu yang sudah kita lewati, keep solid seperti Native selama ini.

13. Terima kasih untuk teman-teman KKN 148 (HUGOS), atas terima kasiha atas

kebersamaan, kenangan dan pengalaman berharga yang sangat berkesan.

Page 8: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

viii

Semua pihak yang telah memberikan dukungan spiritual, moril, dan materil.

Hingga selesainya penelitian ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian berupa pahala yang berlipat

ganda. Dengan segala kelemahan dan kekurangan penulis, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga Allah SWT selalu senantiasa

meridhoi setiap langkah kita. Aamiin.

Jakarta, 03 September 2018

Ulfatun Mardiyah

Page 9: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I… ................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah & Rumusan Masalah .......... 6

1. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6

2. Batasan Masalah ................................................................................. 7

3. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7

1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

D. Metodologi Penelitian ............................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11

BAB II… ............................................................................................................... 13

KAJIAN UMUM MENGENAI MULTI LEVEL MARKETING ................... 13

A. Multi Level Marketing ......................................................................... 13

1. Pengertian MLM............................................................................... 13

2. Dasar Hukum MLM ......................................................................... 17

B. Multi Level Marketing Syariah ........................................................... 20

1. Pengertian MLM Syariah ................................................................ 20

2. Pengertian Komisi Syariah .............................................................. 21

3. Kriteria MLM Syariah ..................................................................... 22

4. Akad-akad MLM Syariah ................................................................ 24

5. Perbedaan MLM Syariah dan Konvensional ................................. 27

C. Definisi dan Indikator Sharia Compliance ........................................ 29

D. Review Studi Terdahulu ...................................................................... 32

Page 10: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

x

BAB III.. ................................................................................................................ 35

GAMBARAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN HPAI .......................... 35

A. Gambaran Umum Mengenai PT. Herba Penawar Al-wahida

Indonesia ............................................................................................... 35

1. Sekilas Sejarah .................................................................................. 35

2. Profil Perusahaan ............................................................................. 36

3. Motto .................................................................................................. 36

4. Visi dan Misi ...................................................................................... 37

5. Struktur Organisasi .......................................................................... 37

6. Alamat Perusahan............................................................................. 37

7. Produk-produk HPAI ...................................................................... 37

8. 5 Pilar HPAI ...................................................................................... 39

BAB IV.. ................................................................................................................ 44

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ........................................................ 44

A. Mekanisme Pemberian Komisi pada PT. Herba Penawar Alwahida

Indonesia ............................................................................................... 44

B. Sharia Compliance MLM pada PT. Herba Penawar Alwahida

Indonesia dalam pembagian komisi menurut Fatwa DSN MUI N0.

75 DSN-MUI/VII/2009 ......................................................................... 54

1. Akad-akad Pada PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia ......... 55

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS) ..................................................... 56

3. Legalitas PT. HPAI ........................................................................... 58

4. Proses Pengembangan Jaringan ...................................................... 60

5. Ketentuan atau persyaratan mengenai pembagian komisi menurut

Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 adalah sebagai

berikut: .............................................................................................. 63

BAB V… ................................................................................................................ 68

PENUTUP ............................................................................................................. 68

A. Kesimpulan ........................................................................................... 68

B. Saran-saran ........................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 75

Page 11: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

xi

DAFTAR TABEL

NO. Judul Tabel Halaman

Tabel 1.0 Daftar Perusahaan Penjualan Langsung 2

Berjenjang Syariah

Tabel 1.1 Perbedaan MLM Syariah dan Konvensional 28

Tabel 1.2 Besaran Komisi Berdasarkan jenjang Kepangkatan 44

Tabel 1.3 Macam-macam Bentuk Komisi Menurut PT. HPAI 48

Page 12: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era pasar bebas (free market), masyarakat dihadapkan dengan

berbagai macam produk yang datang dari berbagai penjuru dunia tanpa adanya

halangan. Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di

mana satu negara menjual ke negara-negara lain, tidak ada lagi bea masuk atas

barang impor dengan alasan untuk melindungi produk dalam negeri dari

persaingan bisnis, dan tidak ada subsidi produk dalam negeri untuk rakyat agar

harga produk harga dalam negeri lebih murah dibanding produk impor.1

Beberapa dekade belakangan ini, gerakan perusahaan pemasaran

berjenjang atau biasa disebut dengan Multi Level Marketing berkembang pesat

di tanah air. Dengan sistem Multi level Marketing (MLM) ini juga bisa dikenal

dengan nama networking marketing yang merupakan cabang dari direct selling

(penjualan langsung). Pada dasarnya sistem MLM merupakan metode

pemasaran dengan memanfaatkan jaringan kerja, di mana dalam jaringan

tersebut terdapat orang-orang yang melakukan pemasaran barang jasa tertentu.2

Sistem perdagangan ini dipraktekkan oleh berbagai perusahaan, baik yang

berskala lokal, nasional, regional, maupun internasional. Di antaranya adalah

Amway, Uni Beuty Shop Internasional (UBSI) dan DNX di Indonesia. Sistem

perdagangan semacam ini sangat menggiurkan sebagian anggota masyarakat

karena sangat menjanjikan keuntungan besar dalam waktu relatif yang sangat

singkat.3

Sektor ekonomi memang merupakan salah satu aspek terpenting dalam

rangka menghadapi persoalan-persoalan tersebut untuk memenuhi kebutuhan

1 Anis Tyas Kuncoro, konsep Bisniss Multi level Marketing, Volume XL No.119 Sepember

2009 2 Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis dan Muamalat Konterporer,

(Bogor: Al Azhar Freshzone Publishing , 2014) h. 113 3 Agus Marimin, Bisnis Multi Level Marketing dalam Pandangan Islam, VOL. 02 No. 02,

Juli 2016

Page 13: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

2

hidup manusia guna menjamin dan melestarikan serta meningkatkan

kesejahteraan hidup, baik ia sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Realitas sekarang semakin jelas bahwa semakin membanjirnya produk-produk

impor yang tidak jelas kehalalannya dan kesuciannya serta keprihatinan umat

Islam dalam sektor perekonomian, menjadikan MLM Syariah sebagai tawaran

solusi alternatif bagi bangsa ini.4

Perkembangan bisnis MLM Syariah di tanah air menjadi penting

artinya, mengingat mayoritas penduduk negara kita adalah muslim. Bagi

kalangan muslim, mereka akan lebih cenderung memilih kegiatan bisnis yang

sesuai dengan muamalah Islam. MLM Syariah yaitu sebuah usaha MLM yang

mendasarkan sistem operasionalnya pada prinsip-prinsip syariah. Dengan

demikian sitem bisnis MLM konvensional yang berkembang pesat saat ini

dicuci, dimodifikasi dan disesuaikan dengan syariah. Aspek-aspek haram dan

syubhat dihilangkan dan diganti dengan nilai-nilai ekonomi syariah yang

berlandaskan tauhid, akhlak dan hukum muamalah.5 Salah satu perusahaan

yang menerapkan metode MLM berlabel syariah salah satunya adalah PT.

Herba Penawar Awahida Indonesia

Berikut ini adalah daftar Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah yang telah mendapatkan sertifikat DSN-MUI.6

NO. LEMBAGA PRODUK NO SURAT

KEPUTUSAN

1 PT Veritra Sentosa

Internasional

Layanan Pembayaran

Multiguna

010.57.01/DSN-

MUI/VIII/2017

2 PT Momen Global

Internasional

Nutrisi Kesehatan 006.53.01/DSN-

MUI/VII/2017

3 PT UFO Bisnis

Kemitraan Bersama

Syariah

Produk Kesehatan 003.50.01/DSN-

MUI/I/2017

4 PT K-Link

Nusantara

Produk Kesehatan 002.49.01/DSN-

MUI/I/2017

5

PT Nusantara

Sukses Selalu

Produk Kesehatan 003.40.01/DSN-

MUI/III/2016

4 Cecep Castrawijaya, Etika Bisnis MLM Syariah (Ciputat: Sedaun, 2013) h. 2 5 Kuswara, Mengenal MLM Syariah, (Tangerang: Qultummedia, 2005) h. 85 6 https://dsnmui.or.id/daftar-perusahaan-penjualan-langsung-berjenjang-syariah/, diakses

pada tanggal 13 Februari 2018 pada pukul 16.50 WIB

Page 14: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

3

NO LEMBAGA PRODUK NO SURAT

KEPUTUSAN

6 PT Singa Langit

Jaya (TIENS)

Produk Kesehatan 003.38.01/DSN-

MUI/II/2016

7 PT HPA Indonesia Produk Kesehatan 002.36.01/DSN-

MUI/IV/2015

Perusahaan Herba Penawar Alwahida Indonesia atau lebih dikenalnya

dengan sebutan HPAI. HPAI adalah perusahaan yang bergerak di bidang Usaha

Perdagangan Produk di mana sistem atau cara pemasarannya dilakukan melalui

kegiatan penjualan langsung melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan

mitra usaha (direct selling) dengan konsep halal network.7 PT. HPAI

mengeluarkan produk-produk herbal halal dan berkualitas yang terjaga alamiah,

ilmiah dan ilahiyah. Perusahaan HPAI dibangun dari perjuangan panjang

seorang wirasusahawan yang bernama H. Ismail berkebangsaan Malaysia pada

tahun 1987. Tujuan pendirian perusahaan adalah untuk memasarkan produk-

produk halal yang berazaskan Thibbunnnabawi dalam rangka membumikan,

memajukan, dan mengaktualisasikan ekonomi Islam melalau entrepreneurship.

Motto dari perusahaan HPAI adalah “Produk Halal tanggung Jawab Bersama”.

Perusahaan HPAI yang berpusat di Malaysia serta memiliki beberapa sumber

bahan baku dan beberapa pabrik pengolahan herbal. Pada tahun 1999, HPAI

mendapat mengakuan dari WHO (Badan Kesehatan Dunia) berupa Sertifikat

Good Manufacturing Product (GMP). Sertifikat ini menjadi bukti akan

keunggulan HPAI dan diterima lebih dari 30 Negara di dunia.8

PT. HPAI melakukan penjualan dengan sistem MLM Syariah dengan

produk Herba Penawar Alwahida. Dalam pemasaran produknya, PT HPAI

bekerja sama dengan para member dan biasanya melakukan presentasi

(promosi) kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui apa saja produk dari

PT HPAI tesebut, dan keuntungan bagi yang mau bergabung menjadi distributor

7 Panduan Sukses HPAI, h. 55 8Ade Surya Dwi Putra, Komunikasi Persuasif PT Herba Penawar Alwahida Indonesia

(HPAI) dalam Membangun Jaringan di Kota Pekanbaru, VOL. No. 1, April, 2018

Page 15: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

4

adalah memperoleh potongan harga produk. Karena harga produknya relatif

sedikit mahal.9

Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan penghasilan yang

diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan produk perusahaan kepada

konsumen akhir. Besar komisi seorang ditributor ditentukan dari target

penjualan yang dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh jaringannnya.

Komisi tersebut berupa potongan harga, bonus, atau intensif yang ditetapkan

perusahaan secara berjenjang sesuai dengan nilai penjualan (biasanya disebut

volume point, business point, volume grup) yang diberitahukan kepada mitra

usaha sejak mereka mendaftar menjadi anggota. Dalam pembagian komisi pada

PT. HPAI yaitu komisi berdasarkan jenjang kepangkatan dan berbasis prestasi

penjualan/ belanja.10

Bisnis yang termasuk menggunakan sistem MLM dalam literatur

syariah Islam pada dasarnya termasuk kategori muamalat yang dibahas dalam

bab Al-Buyu’ (Jual beli) yang hukum asalnya dari aspek hukum jual belinya

secara prinsip boleh berdasarkan kaidah fiqh sebagaimana dikemukan Ibnu

Qayyim Al-Jauziyah "Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram kecuali

kalau ada dalil yang memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi

dan mu’amalah adalah halal kecuali kalau ada dalil yang melarangnya".

Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.32/M-

DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan

Dengan Sistem penjualan Langsung. Penjualan Langsung (Direct Selling)

adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan

pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi

dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi

eceran.11

9 Sarwedi Rambe, Penetapan Harga Produk Pada PT. HPAI Cabang Pekanbaru Ditinjau

Menurut Fiqh Muamalah, (Skripsi:2012) h. 6-7 10 https://hpaipontianak.blogspot.co.id/p/gabung-agen-hpai-10-ribu-rupiah.html, diakses

pada tanggal 24 April 2018 pada pukul 17.34 WIB 11 Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Nomor:32/M-DAG/PER/8/2008

Page 16: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

5

DSN MUI telah menerbitkan fatwa No 75 tahun 2009 tentang PLBS

(Penjualan langsung Berjenjang Syariah), namun regulasi yang berbentuk UU

atau peraturan lain tentang MLM syariah secara khusus memang belum ada.

Bahkan di kalangan akademisi banyak yang memandang remeh MLM dan

meragukan kehalalan-nya. Padahal, di Indonesia saat ini setidaknya terdapat 8

juta penduduk yang terlibat aktif dalam industri MLM. Karena Syariah Islam

harus menjawab semua permasalahan umatnya, maka kajian tentang hal ini

menjadi penting. Saat ini di Indonesia ada sekitar 600 perusahaan MLM, dan

62 dantaranya adalah legal dan sudah menjadi anggota APLI/ Asosiasi

Penjualan Langsung Indonesia sebagai wadah resmi perusahaan MLM di

Indonesia. Fatwa DSN MUI menyebutkan ada 12 persyaratan yang harus

dipenuhi oleh sebuah perusahaan MLM untuk bisa dikategorikan sesuai dengan

syariah dan berhak mendapatkan Sertifikat Bisnis Syariah.12 Serta dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional MUI No. 75 /DSN-MUI/VII/2009, menjelaskan

tentang ketentuan hukum dari Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

dimana di dalam ketentuan-ketentuan dari fatwa tersebut menjadi landasan

diperbolehkan bertransaksi Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.13

Kehadiran MLM sebagai solusi untuk metode pemasaran dalam sebuah

perusahaan merupakan alternatif terbaik untuk perekonomian di Indonesia.

Maraknya MLM konvesional menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat

muslim terhadap sistem pemasaran tersebut, perlu adanya solusi untuk

menciptakan MLM berbasis Syariah. PT. HPAI mengklaim bahwa

perusahaannya menggunakan sistem MLM Berbasis Syariah, maka di sini

penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam mengenai kesesuaian

Syariah pada pembagian komisi yang dipraktekkan pada PT. HPAI apakah

sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syaraiah dan ketentuan-ketentuan fatwa,

maka peneliti tertarik untuk mengangkat menjadi sebuah karya ilmiyah (skripsi)

yang berjudul “ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN

12 Fatwa DSN MUI No 75/DSN-MUI/VII/2009 13 Liva Regiana, Multi Level Marketing dalam Perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional

No.75/DSN-MUI/VII/2009 (Skripsi, IAIN Metro Lampung, 2017)

Page 17: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

6

KOMISI DALAM SISTEM MULTI LEVEL MARKETING SYARIAH (Studi

Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia)”.

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah & Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Perkembangan bisnis MLM di Indonesia semakin marak.

Kehadirannya semakin menjamur dalam sistem pemasaran perusahaan-

perusahaan di Indonesia. Banyak perusahaan-perusahaan konvesional yang

mengunakan sistem pemasaran MLM, tak luput pada perusahaan syariah

yang mengklaim bahwasannya sistem MLM mereka sudah berbasis syariah

dan sesuai ketentuan fatwa DSN MUI. Kehadiran perusahan yang

menggunkan sistem MLM syariah juga sedikit menimbulkan keraguan,

bahwasannya apakah sistem MLM syariah pada perusahaan tersebut sudah

sesuai dengan ketentuan fatwa atau mereka hanya mengklaim untuk

menarik minat masyarakat muslim untuk menggunakan sistem MLM

syariah akan tetapi pada prakteknya MLM tersebut masih berbasis

konvesional dan mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Pada sisi lain

kehadiran Perusahaan yang mengunakan sistem MLM berbasis syariah tak

luput dari bermunculan masalah-masalah seputar system MLM syariah di

antaranya:

a. Munculnya perusahaan Multi Level Marketing Syariah apakah sudah

sesuai dengan prinsip syariah dan ketetapan Fatwa Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah

b. Multi Level Marketing apakah dapat menjadi solusi terhadap

perekonomian muslim di Indonesia

c. Sistem pengawasan pada produk Multi Level Marketing Syariah

d. Akad-akad pada Multi Level Marketing Syariah

e. Strategi pemasaran Multi Level Marketing Syariah

f. Pembagian komisi pada Multi Level Marketing Syariah

Page 18: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

7

2. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya

lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini

penulis akan membahas Fatwa DSN MUI No.75/DSN-MUI/VII/2009

tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah dalam pembagian komisi

tehadap sharia compliance pada PT. Herbal Penawar Alwahida Indonesia

yang dimana perusahan ini dalam pemasarannya menggunakan sistem

MLM syariah.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian antara lain:

a. Bagaimana mekanisme pemberian komisi pada PT. Herba Penawar

Alwahida Indonesia?

b. Bagaimana sharia compliance MLM pada PT. Herba Penawar

Alwahida Indonesia dalam pembagian komisi menurut ketentuan

fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui mekanisme pemberian komisi pada PT. Herba

Penawar Alwahida Indonesia

b. Untuk mengetahui sharia compliance MLM pada PT. Herba

Penawar Alwahida Indonesia dalam pembagian komisi menurut

ketentuan fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 19: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

8

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis : Penelitian ini dapat menambah tingkat wawasan dan

keilmuan dalam pembahasan Multi Level Marketing yang sesuai

dengan syariah.

b. Bagi Pembaca : Sebagai tolak ukur terhadap penelitian-penelitian

selanjutnya baik penilaian pelayanan yang berjalan saat ini

diperguruan tinggi. Serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah atau kegagalan yang

terjadi didalam sistem pelayanan.

D. Metodologi Penelitian

Di sini penulis menggunakan penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan adalah pendekatan penelitian yuridis

normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang

meletakkan hukum sebagai bangunan sistem norma.14 Sehingga penelitian

hukum normatif menjadikan sistem norma sebagai pusat kajiannya. Disebut

penelitian yuridis normatif karena penelitian ini mengacu aspek hukum

yang terdapat dalam peraturan fatwa yaitu Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-

MUI/VII/2009.

2. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara

kualitatif.15 Jenis Penelitian kualitatif yang merujuk pada data yang bersifat

deskriptif yang bertujuan untuk membuat analisa terhadap obyek yang

diteliti.

14 Mukti Fajar Nur Deawata, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 34 15 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h.

20

Page 20: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

9

3. Jenis data dan sumber data

Jenis data yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan penelitian ini

mengunakan dua jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk

dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peniliti. Data ini

diperoleh langsung dari pihak PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia

dengan teknik wawancara.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen resmi, buku-buku, yang berhubungan dengan objek penelitian,

hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan

peraturan perundang-undangan. Data ini diperoleh dari Fatwa DSN

MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah, Jurnal-jurnal, dokumen-dokumen.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian

ini yaitu:

a. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan (field research) adalah data lapangan yang

diperlukan sebagai data peninjau diperoleh melalui informasi dan

pendapat-pendapat dari responden, yang ditentukan secara purposive

sampling (ditentukan oleh peneliti berdasarkan kemauannya).

b. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan (library research) yaitu data

kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang

bersumber dari peraturan perundang-undangan, ketetapan fatwa, buku-

Page 21: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

10

buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian.16

c. Interview

Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-

pihak yang terlibat dalam permasalahan ini secara langsung, penulis

mengadakan wawancara langsung kepada Manager Marketing bapak

Amir Hamzah pada tanggal 07 Mei 2018, pukul 10.00 WIB, bertempat

di Kantor Pusat HPAI dan para mitra usaha HPAI, Bapak Subani pada

tanggal 15 Mei 2018, pukul 13.00 WIB, bertempat di kediaman bapak

Subani. Bapak Djenial Abdi Aslihudin, pada tanggal 17 Mei 2018, pukul

09.00 WIB, bertempat di kediamanan bapak Djenial. Ibu Sulistio Wati

pada tanggal 10 Mei 2018, pukul 13.00 WIB, bertempat di kediaman ibu

Sulistio, kemudian Ibu Meliha Khoibariyyah pada tanggal 23 Mei 2018,

pukul 14.30 WIB, bertempat di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

d. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan

yang didapat dilapangan dan laporan lainnya yang berkaitan dengan

penelitian.17 Penulis mengambil data-data terkait dengan melakukan

studi dokumentasi pada PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia.

5. Teknik Pengolahan Data

Data mentah harus diubah menjadi data yang dapat terbaca dengan

baik. Pengolahan data harus didasarkan pada kebutuhan data yang akan

disajikan dalam skripsi. Data hasil interview harus ditranskip atau diubah

dari format audio menjadi visual dalam wujud teks. Untuk data kualitatif,

Teknik pengolahan data dengan melakukan pengkodean data dan

pemotongan data dilakukan sesuai dengan kebutuhan, seperti menyeleksi

fragman hasil interview atau data kepustakaan yang akan dikuti dalam

16 Zanuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) h. 106-107 17 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002) Cet. Ke 12 h. 32

Page 22: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

11

penulisan skripsi.

6. Metode Analisis Data

Untuk data kualitatif (terutama data dokumen, naskah, atau literatur

lainnya) analisis dapat menggunakan model analisis hermeneutic, analisis

framing dan analisis wacana. Dalam ketiga model analisis ini, analisis data

didasarkan pada dua aspek penting, yaitu (dokemuen, naskah. Atau literatur

lainnya) adalah produk dari dialekta, dinamika sejarah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan yang lebih terarah dan pemudahkan

pemahaman, maka penulis membagi ke lima bab. Pada tiap-tiap bab

terdapat sub-sub bab mempunyai pemabahasan masing-masing yang saling

berkaitan dengan yang lainnya. Penulis menggunakan sistematika sebagai

berikut:18

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menerangkan MLM, dasar hukum

MLM, menjelaskan MLM syariah, menjelasan komisi

syariah, kriteria MLM Syariah, akad MLM syariah,

perbedaan MLM syariah dan konvensional, definisi dan

indikator sharia compliance dan review studi terdahulu.

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN

PT. HERBA PENAWAR ALWAHIDA INDONESIA

18 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan

Skripsi, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, 2017)

Page 23: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

12

Dalam bab ini menerangkan tentang sekilas sejarah, profil

perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, alamat

perusahaan, produk-produk perusahaan, dan lima pilar

perusahaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi analisis data penemuan, dan menjawab

dari masalah penelitian. Yang terdiri atas mekanisme

pemberian komisi pada PT. HPAI dan sharia compliance

dalam pembagian komisi menurut ketentuan fatwa DSN

MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009.

BAB V PENUTUP

Terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 24: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

13

BAB II

KAJIAN UMUM MENGENAI MULTI LEVEL MARKETING

A. Multi Level Marketing

1. Pengertian MLM

Multi Level marketing berasal dari Bahasa Inggris, multi yang berarti

banyak, level berarti berjenjang atau tingkat, sedangkan marketing artinya

pemasaran. Jadi Multi level Marketing adalah pemasaran berjenjang

banyak.1 Multi Level Marketing (MLM) adalah strategi pemasaran dimana

tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan

yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang

mereka rekrut. Tenaga penjualan yang direkrut tersebut dikenal dengan

anggota “downline”.

MLM adalah pemasaran yang dilakukan beberapa orang dengan

sistem berjenjang (terdiri dari beberapa tingkatan level). Beberapa orang

dini disebut member, sales representative, atau konsultan. Mereka terdaftar

sebagai member (anggota) perusahaan MLM tanpa terikat waktu kerja.

MLM atau sistem networking adalah penjualan secara bertingkat

dari distributor mandiri distributor mandiri yang memiliki peluang untuk

mendapatkan penghasilan dua cara yaitu pertama, penjualan produk

langsung ke konsumen, distributor mendapat keuntungan atas dasar

perbedaan atau selisih antara harga distributor dan harga konsumen. Kedua,

distributor bisa menerima potongan harga atas dasar jumlah produk atau

jasa yang dibeli oleh anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau

pemakaian, termasuk jumlah penjualan pribadi.2

MLM secara harfiah adalah pemasaran yang dilakukan melalui

banyak level atau tingkatan, yang biasanya dikenal dengan up line (tingkat

1 Gemala Dewi, dkk, Hukum perikatan Islam di Indonesia, Prenada Media Group, (Jakarta:

2007) h. 181 2 Supriyadi Yosuf Boni, Apa Salah MLM? (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017) h. 112-113

Page 25: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

14

atas) dan down line (tingkat bawah). Up line dan down line umumnya

mencerminkan hubungan pada dua level yang berbeda, atas dan bawah,

maka seseorang di sebut up line jika mempunyai down line, baik satu

maupun lebih.3

Definisi MLM secara hukum dapat dijumapi dalam Pasal 1 angka 1

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.

73/MPP/Kep//2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Berjenjang. Dalam

keputusan MENPERINDAG tersebut, penjualan berjenjang (MLM) dapat

diartikan sebagai suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada

konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan

atau badan usaha yang memperkenalkan barang dan atau jasa tertentu yang

bekerja berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.4

MLM merupakan satu cara yang dapat dipilih oleh perusahaan,

pabrik, atau produsen untuk memasarkan, mendistribusikan atau menjual

produk kepada pelanggan eceran dengan memberdayakan distributor

independen untuk melaksanakan tugas pemasaran, pendistribusian, atau

penjualan produk melalui pengembangan armada pemasar, distributor atau

penjual langsung secara independen, tanpa campur tangan langsung

perusahaan.5

MLM merupakan salah satu strategi atau cara pemasaran dalam

bisnis di era modern dengan melalui jaringan distribusi yang dibangun

secara permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus

sebagai tenaga pemasaran, oleh karena Multi Level Marketing adalah suatu

konsep penyaluran barang (produk atau jasa) yang memberi kesempatan

3 Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis dan Muamalat Konterporer, h.

113 4 Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.

73/MPP/Kep//2000 5 Andreas Hareba, Menapaki Jalan DS-MLM Praktk, Pesona, dan Kiat Berbisnis Direct

selling dan Multi Level Marketing (Jakarta: PT. Buku Kita, 2007) h. 3

Page 26: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

15

kepada para konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh

keuntungan di dalam garis kemitraan.6

MLM adalah salah satu diantara banyak cara menjual barang dan

jasa. MLM merupakan salah satu dari banyak metode memindahkan produk

dari pabrik/pembuat ke pelanggan eceran.7

Menurut Robert T. Kiyosaki, bahwa bisnis MLM adalah bisnis

kehidupan nyata. Banyak rancangan pendidikan perusahaan jaringan akan

melatih mitra usahanya menjadi seorang entrepreneur sejati. Ia menilai

perusahaan MLM melatih orang-orang di dalamnya untuk berkembang.8

Multi Level Marketing (Pemasaran Multi Tingkat), yaitu sistem

pemasaran melalui jaringan distribusi yang dibangun secara berjenjang

dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga

pemasaran. Jadi, Multi Level Marketing adalah konsep penyaluran barang

(produk atau jasa tertentu) yang memberi kesempatan kepada para

konsumen untuk turut telibat secara aktif sebagai penjual memperoleh

keuntungan di dalam garis kemitraannya.

Dengan kata lain, Multi Level Marketing sebuah metode pemasaran

barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program

pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan

barang atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam

kelompoknya.

Ada beberapa istilah lain yang memiliki pengertian yang hampir

sama dengan Multi Level Marketing, dengan beberapa perbedaan dalam hal

tertentu, misalnya: creative marketing, network marketing, home party

marketing, cell marketing, personal selling, multi generation marketing dan

6 Cecep Castrawijaya, Etika Bisnis MLM Syariah, h. 7 7 Peter J. Clothier, Meraup Uang Dengan Multi Level Marketing, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1996), h. 5 8 Van Nistains, Multi Level Marketing Plus (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2015) h. 29

Page 27: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

16

uni level marketing. Namun, dari semua istilah ini, yang paling populer

adalah istiah Multi Level Marketing.9

Multi Level Marketing salah satu cabang dari direct selling

(Penjualan Langsung). Penjualan Langsung dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu: (a) Penjualan Langsung satu jenjang atau single level

marketing, dan (b) Penjualan Langsung berjenjang atau multi level

marketing (MLM). Permendag 32/2008 memasukkan penjualan berjenjang

(MLM) sebagai bagian dari penjualan langsung (direct selling). Namun

demikian, pengertian direct selling sering kali dipakai juga untuk penjualan

langsung satu jenjang.10

Dari beberapa makna MLM tersebut di atas, diketahui beberapa poin

penting yang terdapat dalam bisnis MLM, yaitu:

a. MLM adalah salah satu bentuk pemasaran produk

b. Sistem pemasaran dilakukan secara berjenjang

c. Keikutsertaan didahului proses registrasi

d. Setiap jenjang memiliki nama tersendiri

e. Pihak terlibat (member) berhak mendapatkan komisi atau bonus selama

memenuhi syarat

f. Para member disusun dalam bentuk group

g. Para member tidak bertindak selaku karyawan perusahaan seperti

umumnya

h. Tidak ada waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan

i. Pengemabangan jaringan pemasaran dilakukan lintas wilayah bahkan

negara.11

9 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 17-18 10 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid

(Jakarta: PT. Gramedia, 2011) h. 14 11 Supriyadi Yosuf Boni, Apa Salah MLM? h. 113

Page 28: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

17

2. Dasar Hukum MLM

Secara umum segala jenis kegiatan usaha, dalam perspektif syariah

Islamiyah, termasuk ke dalam kategori muamalah yang hukum asalnya

mubah (boleh dilakukan) asalkan tidak melanggar beberapa prinsip pokok.

Kaidah yang masyhur di Kalangan ulama fiqh tentang hal ini berbunyi,

“Hukum pokok dari muamalah adalah ibadah (boleh) kecuali apabila ada

dalil yang mengharamkan”.

a. Dasar hukum menurut Al-Qur’an:

1) Tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang bathil dan yang

merusak. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat QS.

An-Nisaa [4]: 29

ك ل ا و م وا أ ل ك أ نوا ل ت ين آم ذ ا ال ه ي ا أ ن ي ل أ ل إ اط ب ال م ب ك ن ي م ب

ان ه ك ن الل م إ ك فس ن وا أ ل ت ق ل ت و م ك ن اض م ر ن ت ع ة ار ج ون ت ك ت

ا يم ح م ر ك ب

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan

suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

2) Tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang dalam bentuk perjudian

atau kemiripan dengan perjudian seperti kegiatan spekulasi. Hal ini

sejalan dengan firman Allah dalam surat Q.S. Al Maidah [5]: 90

م ل ز ال اب و ص ن ال ر و س ي م ال ر و م خ ا ال م ن نوا إ ين آم ذ ا ال ه ي ا أ ي

ون ح ل ف م ت ك ل ع ل وه ب ن ت اج ان ف ط ي ل الش م ن ع س م ج ر

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

(meminum) khamar (arak), berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji yang termasuk

perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan.

3) Tidak saling mendzalimi dan saling merugikan, sebagaimana

dinyatakan dalam Q.S Al Baqarah [2]: 279

Page 29: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

18

م ك ل م ف ت ب ن ت إ ه و ول س ر ه و ن الل ب م ر ح نوا ب ذ أ وا ف ل ع ف م ت ن ل إ ف

ون م ل ظ ل ت ون و م ل ظ م ل ت ك ل ا و م وس أ ء ر

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan

sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-nya akan

memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari oengambilan riba),

maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak

(pula) dianiaya”.12

b. Menurut Hadits Nabi

مسة نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بيع الحصاة وعن بيع الغرر )رواه الخ

عن ابى هريرة(

“Nabi SAW melarang jual beli dengan cara melempar batu dan

dari jual beli gharar.” (HR. Al-Khamsah dan Abu Hurairah).13

Kaidah-kaidah Fiqh

.ألصل فى المعامالت الباحة ال أن يدل دليل على تحريمها

“Pada dasarnya semua bentuk muamalah itu boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkan”.

c. Dasar Hukum berdasarkan peraturan-peraturan:

1) Dasar hukum pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem

Penjualan Langsung.

2) Dasar hukum pada Peraturan Menteri Perdangangan Republik

Indonesia Nomor: 47/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung.

12 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. l 85 13 Mardani, Hukum Perikatan Syariah Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2013) Cet.

1, h. 214

Page 30: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

19

3) Dasar hukum pada Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 75/MPP/Kep/3/2000

tentang ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Langsung Berjenjang

4) Dasar hukum pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor; 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung.

5) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:55/M-

DAG/PER/10/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan

Surat Izin Usaha Penjualan Langsung kepada kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal dalam Rangka Pelaksanaan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

6) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor:

75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah (PLBS).14

Disamping payung hukum di atas, perusahaan MLM yang

beroperasi di Indonesia wajib tunduk pada peraturan dan undang-

undang perusahaan secara umum, sehingga setiap perusahaan wajib

memenuhi semua legalitas standar meliputi:

a) Akta Pendirian Perusahaan

b) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)

c) SK Kemenkumham

d) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

e) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

f) Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)

Terkait produk, utamanya produk-produk konsumsi, kesehatan

dan kecantikan harus dilengkapi dengan legalitas formal dari

lembaga atau kemenetrian terkait seperti Dinas Kesehatan dan

Badan Peneliti Dan Pengawas Obat dan Makan (BPOM). Termausk

sertifikat halal dari Lemabaga Penelitian Pengawasan Obat dan

14 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid h.89

Page 31: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

20

Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI).15

B. Multi Level Marketing Syariah

1. Pengertian MLM Syariah

Secara umum, segala jenis kegiatan usaha dalam perspektif syariah,

termasuk ke dalam kategori muamalah yang hukum asalnya mubah (boleh

dilakukan) asalkan tidak melanggar beberapa prinsip pokok dalam syariat

Islam.16

MLM Syariah dalam Fatwa DSN MUI No. 75 Tahun 2009 adalah

cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan

oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan

usaha lainnya secara berturut-turut.17

Menurut Ustadz Hilman Rosyad Syihab, Lc. Bisnis Multi Level

Marketing yang sesuai dengan syariah adalah MLM untuk produk halal dan

bermanfaat, dan proses perdagangannya tidak ada pelanggaran syariat, tidak

ada pemaksaan, penipuan, riba, sumpah yang berlebihan, pengurangan

timbangan, dan lain-lain.

MLM dalam literatur Fiqh Islam masuk dalam pembahasan Fiqh

Muamalah atau Bab Buyu’ (perdagangan). MLM adalah menjual atau

memasarkan langsung suatu produk baik berupa barang atau jasa kepada

konsumen.18

MLM Syariah adalah sebuah usaha MLM yang mendasarkan sistem

operasionalnya pada prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, sistem

bisnis MLM konvensional yang berkembang pesat saat ini dicuci,

dimodifikasi, dan disesuaikan dengan syariah, aspek-aspek haram dan

syubhat dihilangkan dan diganti dengan nilai-nilai ekonomi syariah yang

berlandaskan tauhid, akhlak, dan hukum muamalah. Maka tidak

15 Supriyadi Yosuf Boni, Apa Salah MLM? h. 122 16 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 74 17 Dewan Syariah Nasional MUI, Hipunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga,

2014) h. 811 18 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 86-87

Page 32: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

21

mengherankan jika visi dan misi MLM konvensional akan berbeda total

dengan MLM Syariah. Visi MLM Syariah tentu saja tidak hanya berfokus

pada keuntungan materi semata, tetapi keuntungan dunia dan akhirat bagi

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pelaku MLM Syariah juga berbeda

dalam hal motivasi dan niat, orientasi produk, sistem pengolahan,

pengawasan dan sebagainya.19

Secara umum MLM dapat dibagi kedalam 2 kelompok besar MLM,

(1) bidang keuangan dan (2) bidang consumer goods (sejenis obat-obatan,

kosmetik, dan kebutuhan sehari hari). Dalam bidang keuangan, ada yang

disebut “Arisan Uang Berantai”. Untuk MLM sejenis ini banyak sekali yang

harus kita kritis secara syariah, pertama apa usaha yang dijalankan oleh si

pengelola MLM, kedua bagaiaman akad yang terjadi antara pengelola MLM

dan penanam dana, bagaimana transparansi keuntungan dan bagaimana juga

pembagiannya. Bila faktor-faktor itu tidak jelas maka hampir sama bisa

dipastikan MLM sejenis ini termasuk kategori yang mempraktikkan riba

sehingga haram hukumnya. Tidak jarang di dalamnya juga terdapat modus

penipuan. Model penjualan langsung yang legal secara hukum di Indonesia

tidak bermodus penipuan dapat dicek pada Asosiasi Penjualan Langsung

Indonesia (APLI).

Jenis kedua adalah MLM dalam bidang consumers good, food

supplement dan cosmetics. Keuntungan yang didapatkan pengelola MLM

dan anggota networknya adalah selisih antara harga beli (atau harga

produksi) pengelola MLM dengan harga jual untuk masing-masing tingkat

down line.20

2. Pengertian Komisi Syariah

Dalam Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 komisi adalah

imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan,

yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja

19 Cecep Castrawijaya, Etika Bisnis MLM Syariah h. 65 20 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 91-92

Page 33: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

22

nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang

dan atau produk jasa. Bahwasannya dalam Fatwa tersebut menjelaskan

poin-poin prosedur pemberian komisi yang sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah diantaranya yaitu:

a. komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran

maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang

terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau

produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam

PLBS.

b. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara

regular tanpa melakukan pembinaan dana tau penjualan barang dan atau

jasa.

c. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra

usaha) tidak menimbulkan ighra'.21

3. Kriteria MLM Syariah

Beberapa poin panduan yang dapat kita gunakan untuk menilai

apakah sebuah MLM sesuai dengan Syariah atau tidak, halal atau tidak.

a. Business Plan

1) Tidak menjanjikan kaya mendadak, atau menjanjikan untuk

mendapat uang dengan cepat dan mudah.

2) Tidak mengarahkan pada distributornya pada materialism,

konsumerisme, atau gaya hidup yang mendorong pada kemubaziran.

3) Tidak ada unsur skema piramida, di mana hanya berada pada level-

level puncak saja yang diuntungkan, sedangkan pada level bawah

mengalami kerugian.

4) Biaya pendaftaran tidak terlalu tinggi, biaya pendaftaran dapat

diumpakan sebagai pengganti biaya starter kit atau kartu anggota

yang harganya relatif tidak terlalu mahal.

21 Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 34: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

23

5) Adanya transparansi sistem, yaitu semua sistem yang berkaitan

dapat diketahui secara transparan dalam batas-batas tertentu. Berapa

bonus dan komisi yang didapat seorang distributor dapat dijelaskan

dari mana diperolehnya sesuai dengan aturan yang ada.

6) Bonus jelas nisbahnya sejak awal, bentuknya bias berupa perjanjian

mengenai tata cara pembagian dan mekanisme penerimaan bonus

bagi setiap distributor.

b. Produk

1) Ada transaksi riil (delivery of good or services) atas barang atau jasa

yang diperjualbelikan.

2) Barang dan jasa diupayakan kebutuhan pokok, bukan barang mewah

yang mendorong pada konsumerisme dan pemborosan.

3) Terdapat produk yang dijual, baik berupa jasa atau barang atau

barang kebutuhan pokok.

4) Barang dan jasa yang diperjualbelikan jelas kehalalannya, lebih baik

lagi jika dibuktikan dengan hasil penelitian dari pihak yang

berwenang.

5) Tidak ada excessive mark up (ghubn fakhisy) atas harga produk yang

diperjualbelikan diatas covering biaya promosi dan marketing

konvensional

6) Memiliki jaminan yang dikembalikan (buy buck guarantee), sebagai

bagian dari layanan kepada konsumen, sehingga konsumen dapat

mengembalikan jika barang yang terlanjur dibelinya ternyata tidak

berkualitas atau rusak

7) Lebih afdhal jika barang atau jasa yang dijual seimbang diproduksi

oleh saudara seiman.

c. Perusahaan

1) Perusahan memiliki track record yang baik, bukan perusahaan

misterius yang menimbulkan kontroversi, atau punya hubungan

Page 35: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

24

dengan misi agama non muslim.

2) Sistem keuangannya bersinergi dengan sistem keuangan syariah.

Mulai dari permodalan, transaksi, maupun kegiatan keuangan

lainnya.

d. Support system

1) Mengajarkan kejujuran dalam bisnis, tidak mengajarkan berbohong

atau menutupi cela produk pada prospek untuk mengelabuhinya agar

mengikuti bisnis yang ditawarkan.

2) Harus ada paradigm shift tentang orientasi dan image sukses. Sukses

tidak diukur lewat dimilikinya sejumlah materi, tetapi ada yang jauh

lebih dari itu, yaitu kesuksesan dalam hal intelektual, emosional, dan

spiritual.22

4. Akad-akad MLM Syariah

Akad perjanjian yang dapat digunakan dalam MLM Syariah adalah:

a. Akad Bai' al Murabahah merujuk kepada subtansi Fatwa No. 4/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa No. 16/DSN-MUI/IX/2000

tentang Diskon dalam Murabahah.23

b. Bai' al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Ketentuan perihal

akad/perjanjian murabahah diatur dalam Fatwa DSN-MUI Nomor

04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah. Fatwa tersebut terutama

mengaitkan akad murabahah berlaku yang berlaku dalam bank Syariah,

yaitu akad atau perjanjian antara bank Syariah dan nasabah. Namun

demikian, akad murabahah tersebut secara prinsip juga dapat

diberlakukan pada PLBS atau MLM Syariah, yaitu akad atau perjanjian

antara perusahaan PLBS dan mitra usaha.

Ketentuan umum murabahah dalam PLBS atau MLM Syariah,

22 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 112-114 23 Fatwa DSN MUI N0. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 36: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

25

sesuai dengan subtansi Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-

MUI/IV/2000, meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Perusahaan PLBS dan mitra usaha harus melakukan akad

murabahah yang bebas riba.

2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syariah Islam.

3) Perusahaan PLBS membiayai sebagian atau seluruh harga

pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Perusahaan PLBS membeli barang yang diperlukan mitra usaha atas

nama perusahaan PLBS, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5) Perusahaan PLBS harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang.

Ketentuan murabahah kepada mitra usaha (anggota jaringan

PLBS), sesuai subtansi Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-

MUI/IV/2008, meliputi:

a) Mitra usaha mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu

barang atau asset kepada perusahaan PLBS.

b) Jika perusahaan PLBS menerima permohonan tersebut, maka ia

harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah

dengan pedagang.

c) Perusahaan PLBS kemudian menawarkan asset tersebut kepada

mitra usaha dan mitra usaha harus menerima/membelinya sesuai

dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji

tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat

kontrak jual beli

d) Dalam jual beli ini, perusahaan PLBS dibolehkan meminta mitra

usaha untuk membayar uang muka saat menandatangani

kesepakatan awal pemesanan.

e) Jika mitra usaha kemudian menolak membeli barang tersebut,

maka biaya riil PLBS harus dibayar dari uang muka tersebut.

f) Jika uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung ileh

perusahaan PLBS, maka perusahaan PLBS dapat meminta

Page 37: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

26

kembali sisa kerugiannya kepada Mitra usaha

g) Jika uang muka memaakai kontrak 'urbun sebagai alternatif dari

uang muka, maka

(1) Jika mitra usaha memutuskan untuk membeli barang

tersebut, maka ia tinggal membayar sisa harga.

(2) Jika mitra usaha batal membeli, maka uang muka menjadi

milik perusahaan PLBS maksimal sebesar kerugian yang

ditanggung oleh perusahaan PLBS akibat pembatalan

tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, maka mitra

usaha wajib melunasi kekurangannya.24

c. Wakalah bil Ujrah merujuk kepada subtansi Fatwa No. 52/DSN-

MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi

Syariah.25

Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad/perjanjian tentang

pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada mitra lain (al

wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan disertai pemberian

keuntungan/fee/komisi (ujrah).26

d. Akad Ju'alah merujuk kepada subtansi Fatwa No. 62/DSN-

MUI/XII/2007 tentang Akad Ju'alah;

Ju'alah (Ujr) secara etimologi Al-ju'u artinya aku membuat upah

untuknya. Ji'alah juga dapat dibaca ja'alah. Adapun ji'alah secara

bahasa yaitu mengupah. Secara istilah dalam kehidupan sehari-hari

yaitu memberi upah kepada orang lain yang dapat menemukan

barangnya yang hilang atau mengobati orang yang sakit atau menggali

sumur sampai memancarkan air atau seseorang menang dalam sebuah

kompetisi. Jadi, jialah bukan hanya terbatas pada barang yang hilang

namun dapat setiap pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang.

24 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid

h. 314-316 25 Fatwa DSN MUI N0. 75/DSN-MUI/VII/2009 26 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid h.

319

Page 38: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

27

Jualah disebut juga bonus.27

e. Akad Ijarah merujuk kepada subtansi Fatwa No. 9/DSN-MUI/IV/2000

tentang Pembiayaan Ijarah;28

Ijarah adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa. Atau ijarah adalah transaksi sewa-

menyewa atau suatu barang dan atau upah-mengupah atas suatu jasa

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.

Menurut kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ijarah adalah sewa barang

dalam rangka waktu tertentu dengan pembayaran.29

f. Akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah setelah dikeluarkan

fatwa oleh DSN-MUI.30

5. Perbedaan MLM Syariah dan Konvensional

Secara sepintas MLM Syariah biasa saja tampak tidak berbeda

dengan praktik-praktik bisnis MLM konvensional, namun kalau kita telaah

lebih jauh dalam proses operasionalnya, ternyata ada beberapa perbedaan

mendasar yang cukup signifikan antara kedua varian MLM tersebut.

Pertama, sebagai prusahaan yang beroperasi secara syariah, niat

konsep dan praktik pengelolaannya senantiasa merujuk al-Qur’an dan hadis

Rasulullah SAW, dan untuk itu struktur organisasi perusahaan pun

dilengkapi dengan Dewan syariah Nasional (DSN) dari MUI untuk

mengawasi jalannya perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

Islam.

Kedua, usaha MLM Syariah pada umumnya memiliki visi dan misi

yang menekankan kepada pembangunan ekonomi nasional (melalui

penyediaan lapangan kerja, produk-produk kebutuhuan sehari-hari dengan

harga yang terjangkau, dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah di

27 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, Cet.2 (Jakarta: Kencana Prenada Kusuma,

2012) h. 141 28 Fatwa DSN MUI N0. 75/DSN-MUI/VII/2009 29 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Cet. 1, Hal. 247 30 Fatwa DSN-MUI No. 75/DSN-MUI/2009

Page 39: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

28

tanah air) demi meningkatkan kemakmuran, kesejahteraan, dan

meningginya martabat bangsa.

Ketiga, sistem pemberian insentif disusun dengan memperhatikan

prinsip keadilan dan kesejahteraan. Dirancang semudah mungkin untuk

dipahami serta dipraktikkan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada

para distributornya untuk memperoleh pendapatan seoptimal mungkin

sesuai dengan kemampuannya melalui penjualan, pengembangan jaringan,

ataupun melalui kedua-duanya.

Keempat, dalam hal marketing plan-nya, MLM Syariah pada

umumnya mengusahakan untuk tidak membawa para distributornya pada

suasana materialisme dan konsumerisme, yang jauh dari nilai Islam.

Bagaimanapun konsumerisme dan materialism pada akhirnya akan

membawa kepada kemubaziran yang terlarang dalam Islam.

Lebih jelasnya berikut dipaparkan perbedaannya:

No. MLM Syariah MLM

Konvensional

1. Akad dan aspek

legalitas

Berdasarkan

hukum positif,

kode etik, dan

prinsip-prinsip

Syariah

MLM yang legal

berdasarkan hukum

postif dan kode etik

2. Lemabaga

penyelesaian

Badan Arbitrase

muamalah

Indonesia

(BAMUI)

Peradilan Negeri

3. Struktur organisasi Dewan Pengawas

Syariah (DPS)

Tidak dikenal

4. Prinsip

operasionalnya

Dakwah dan bisnis Bisnis murni

5 Keuntungan usaha Pemberdayaan

lewat ZIS

Tidak dikenal

6. Jenis Usaha dan

produk

Halalan thayiban Sebagian sudah

mendapat sertifikat

halal MUI31

31 Kuswara, Mengenal Multi Level Marketing, h. 103-104

Page 40: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

29

C. Definisi dan Indikator Sharia Compliance

Kegiatan bisnis berbasis syariah di Indonesia sejak awal era reformasi

hingga saat ini berkembang sangat pesat. Bisnis syariah telah merambah ke

segala bidang usaha antara lain perbankan syariah, pasar modal syariah,

asuransi syariah, perusahaan pembiayaan dan lain-lain. Bisnis syariah atau

ekonomi syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan usaha yang

menggunakan prinsip syariah sebagai dasar moral/etika dalam melakukan

usaha.

Prinsip syariah adalah ketentuan hukum Islam yang menjadi pedoman

dalam kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara lembaga keuangan

atau lembaga bisnis syariah dengan pihak-pihak lain yang telah dan akan diatur

oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Lembaga

DSN-MUI bertugas mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan kegiatan bisnis

syariah dan kegiatan muamalat (keperdataan) lainnya.32

Kepatuhan syariah secara operasional (praktis) adalah kepatuhan

kepada fatwa DSN karena fatwa DSN merupakan perwujudan prinsip dan

aturan syariah yang harus ditaati dalam perbankan Syariah di Indonesia. Segala

fatwa yang dikeluarkan oleh DSN menjadi acuan kerja bagi Dewan Pengawas

Syariah yang memiliki daya laku dan daya ikat yang kuat dalam penerapan

prinsip dan aturan syariah.33

Fatwa DSN-MUI yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan bisnis

syariah di Indonesia, meskipun bukan merupakan bagian dari tata urutan

perundangan, namun moral dipatuhi oleh kaum muslim di Indonesia sehingga

memiliki legitimasi sosial dan legitimasi moral. Suatu bentuk usaha atau suatu

produk yang telah mendapat pengesahan “Halal” dari MUI akan lebih mudah

diterima oleh masyarakat muslim, baik di Indonesia maupun di mancanegara.

Kegiatan bisnis berbasis syariah tidak boleh bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah, dengan kata lain kegiatan bisnis tersebut tidak boleh

berbentuk:

32 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid

h. 307 33 Adrian sutedi, Perbankan Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cet.Ke-1, h. 145

Page 41: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

30

1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang

dilarang.

2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli

risiko yang mengandung gharar (ketidakpastian) dan atau maysir

(jusi/spekulasi)

3. Memproduksi, mendistribusi, memperdagangkan, dan atau menyediakan:

a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi).

b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-

ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI dan atau

c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat dan atau

4. Melakukan investasi pada perusahaan yang saat pada transaksi tingkat

(nisbah) utang perusahaan kepada lemabag keuangan ribawi lebih dominan

dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan keshariahannya oleh

DSN-MUI.34

Ada dua aspek untuk menilai apakah bisnis MLM itu sesuai dengan

syariah atau tidak yaitu aspek produk produk atau jasa yang dijual dan

sistem dari MLM itu sendiri. Dari aspek produk yang dijual, dalam hal ini

objek dari MLM harus merupakan produk-produk yang halal dan jelas

bukan produk yang dilarang oleh agama. Salin halal objek yang dijual juga

harus bermanfaat dan dapat diserah terimakan serta mempunyai harga yang

jelas. Oleh karena itu walaupun MLM dikekola atau memiliki jaringan

distribusi yang dijalankan oleh orang muslim namun apabila objeknya tidak

jelas bentuk, harga dan manfaatnya maka hal itu bisa dikatakan tidak sah.35

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah/PLBS

Ruang lingkup kegiatan bisnis syariah di Indonesia saat ini termasuk

penjualan langsung berjenjang syariah (PLBS) atau MLM syariah. Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa No.

34 Serfianto D. Purnomo, dkk, Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid, h.

308-309 35 Liva Regina, Multi Level Marketing dalam Perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional

No.75/DSN-MUI/VII/2009 (Skripsi, IAIN Metro Lampung, 2017)

Page 42: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

31

75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah (PLBS). Dalam fatwa ini terdapat Ketentuan Hukum tentang

Praktik Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) yang telah

ditetapkan pada tanggal 25 Juli 2009. Dalam fatwa tersebut wajib

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Ada obyek transaksi yang riil yang diperjualbelikan berupa barang atau

produk jasa;

b. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang

diharamkan dan atau barang atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang

haram;

c. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar

(ketidakpastian), maysir (judi/spekulasi), riba (bunga/rente), dharar

(tidak bermanfaat), dzulm (kedzaliman), maksiat;

d. Tidak ada kenaikan harga atau biaya yang berlebihan (excessive mark

up), sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan

kualitas atau manfaat yang diperoleh. Excessive mark-up adalah batas

margin laba yang berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar

biaya.

e. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran

maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang

terkait langsung dengan volume atau hasil penjualan barang atau produk

jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS;

f. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha)

harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan

target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh

perusahaan;

g. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara

regular tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau

jasa;

h. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra

usaha) tidak menimbulkan ighra’. Ighra adalah daya tari luar biasa yang

Page 43: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

32

menyebabkan orang lalai terhadap kewajiban demi melakukan hal-hal

atau transaksi dalam rangka memperoleh bonus atau komisi yang

dijanjikan.

i. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara

anggota pertama dengan anggota berikutnya;

j. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara

seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan

dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat

dan lain-lain;

k. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan

berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota

yang direkrutnya tersebut;

l. Tidak melakukan kegiatan money game (permainan uang).36

D. Review Studi Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan

menyertakan beberapa kajian literatur yang membahas mengenai Analisis

Sharia Compliance Pada Pembagian Komisi Dalam Sistem Multi Level

Marketing (Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia) yang

menggunakan metode kualitatif antara lain penelitian yang dilakukan oleh

Muhamad Amin (2016), Helin Erza Amanati (2011), Imam Mas Arum (2012),

Ajeng Dwyanita dan Irham Zaki (2014), M. Zaenudin (2013), Abdur Rohman

(2016).

Muhamad Amin (2016) Dalam skripsi tersebut menjelaskan bagaimana

strategi pemasaran, strategi konsep, unsur-unsur starategi pemasaran dan

strategi komunikasi pemasaran pada sistem Multi Level Marketing PT. Natural

Nusantara apakah sudah sesuai dengan konsep ekonomi Islam.37

36 Fatwa DSN-MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 37 Muhamad Amin, Strategi Pemasaran MLM (Multi Level Marketing) Perspektif Ekonomi

Islam; (Studi Kasus Pada PT. Natural Nusantara Cabang Purwokerto); Skripsi Insititute Agama

Islam NegeriPurwokerto: 2016

Page 44: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

33

Helin Erza Amanati (2011) Dalam skripsi tersebut membahas tentang

bagaimana pelaksanaan fatwa DSN MUI tentang sistem penjualan langsung

berjenjang syariah di Ahad-Net Internasional Semarang. Pembahasan tersebut

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan MLM syariah apakah sudah sesuai

dengan prinsip syariah dan ketentuan fatwa yang berlaku di Ahad-Net

Internasional.38

Imam Mas Arum (2012) Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang

bisnis Multi Level Marketing yang sesuai syariah membedakanya dengan bisnis

riba, dan money game.39

Ajeng Dwyanita & Irham Zaki (2014) Dalam penelitian tersebut

menjelaskan mengenai analisis kesesuaian syariah yang dipraktekkan oleh PT.

KK, apakah sudah memenuhi karakteristik, sudah memenuhi prinsip-prinsip 12

poin persyaratan dalam Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 atau

belum, sehingga adanya kejelasan bagi masyarakat umum dan bagi perusahaan

agar bisa mengaplikasikan sistem yang benar nantinya.40

M. Zaenudin (2013) Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaiamana

melakukan analisa dan meneliti lebih dalam mengenai operasional Multi Level

Marketing syariah pada PT K-LINK dan menjelaskan bagaimana

operasionalnya menerapkan kriteria-kriteria yang tertera dalam Fatwa DSN

MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.41

38 Helin Erza Amanati , Analisis pelaksanan Fatwa DSN MUI Tentang Sistem Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah di AHAD-NET Internasional Semarang; Jurusan Muamalah Fakultas

Syari’ah, Insititut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang : 2011 39 Imam Mas Arum, Multi Level Marketing (MLM) Syariah Solusi Praktis Menekan Praktik

Bisnis Riba Money Game, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga Volume 3 Nomor 1, Juli

2012. 40 Ajeng Dwyanita& Irham Hakim, Analisis Kesesuaian Syariah Pada Sistem Operasi

Bisnis Multi Level Marketing (MLM) KK Indonesia Dengan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-

MUI/VII/2009 (Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga 41 M. Zaenudin, Analisis, Pelaksanaan Fatwa DSN MUI Tentang Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah di Multi Level marketing Syariah (Studi Kasus Pada MLM Sayariah PT. K-

LINK Indonesia Cabang Cirebon); Jurusan Muamalah Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas

Syari’ah, Institut agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon : 2013

Page 45: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

34

Abdur Rohman (2016) Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang

pemasara bisnis dengan menggunakan sistem Multi Level Marketing menurut

perspektif ekonomi Islam.42

Indikator pembeda dari penelitian sebelum-sebelumnya ialah dalam

penelitian saya akan membahas pada Fatwa DSN MUI No.75/VII/2009 tentang

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah mengenai pembagian komisi terhadap

sharia compliance pada PT. Herbal Penawar Alwahida Indonesia yang dimana

perusahan ini menggunakan sistem Multi Level Marketing syariah.

42 Abdur Rohim, Analisis Konsep Bisyarah Pada Jamaher Network dalam Perspektif

Ekonomi Islam, Jurnal, Tribakti ISSN: 1411-9919, E-ISSN 2502-3047, 27, 2, Vol. 27 Nomor 2

September 2016

Page 46: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

35

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN HPAI

A. Gambaran Umum Mengenai PT. Herba Penawar Al-wahida

Indonesia

1. Sekilas Sejarah

Herba Penawar Alwahida (HPA) merupakan sebuah perusahaan

Network Marketing Syariah tersebar di dunia. Produk-produknya sangat

fokus pada herba dan makanan kesehatan yang halal dan Thoyyib. Saat ini

semua produk HPA telah mendapatkan sertifikat Good Manufacturing

Product (GMP) dari WHO. Sertifikat ini menjadi bukti akan keunggulan

produk HPA dan di terima lebih dari 30 negara di dunia.

Perusahaan HPAI didirikan oleh para praktisi pembisnis-pembisnis

muslim atau pengusaha muslim yang bergerak di syiar produk halal, jadi

para pengusaha atau pembisnis muslim yang berkonsentrasi untuk

mensyiarkan produk-produk halal, kemudian berdirilah PT. Herbal Penawar

Alwahida Indonesia (HPAI), pada bulan Maret 2012. Ada 17 orang

pembisnis muslim yang mempunyai gagasan untuk mendirikan PT. HPAI

dan semuanya adalah para pembisnis muslim tersebut yang berkonsentrasi

pada produk-produk halal. 17 orang tersebut adalah:

a. H. Agung Yulianto, SE. Ak, M. Kom k. Ari Maryani

b. H. rofik Hananto, SE l. Ir. Rudi Yanto

c. H. muslim M. yatim, Lc m. Anton Slamet, ST

d. Erwin Candra Kelana, ST n. Barjana, S. Ag

e. Supriono o. Bagus Hernowo

f. Zulchaidir B. Firly Ramly, S. Si p. Sudarmani

g. Adi Suprapto, SE q. Amin Sugiharto, SE

h. Helmi Herdianto r. Muhammad Iwan

i. Wisnu Wijaya Adi Putra, ST s. Syafrudin, S. Pd

17 orang tersebut menggagas berdirinya perusahaan HPAI dengan

alasan yang pertama, berlatar belakang bahwa produk halal tetapi jika tidak

ada yang mensyiarkan maka akan kalah dengan produk-produk yang lain.

Page 47: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

36

Kemudian berangkat dari fardhu ain, kewajiban pribadi atau kewajiban

individu untuk mensyiarkan produk halal atau memasarkan produk halal,

ada perintah secara pribadi atau secara berjamaah untuk memakan makanan

yang halal. Kemudian ada hadits yang menjelakan perintah untuk

mengkonsumsi yang halal, halal jelas, haram jelas. Bahkan berangkat dari

itu 17 orang tersebut terinspirasi dari hadits Rosul yang berbunyi "Seorang

lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu,

menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan,’Wahai

Rabbku! Wahai Rabbku!’ Padahal makanannya haram dan mulutnya

disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa

itu?” (Riwayat Muslim). Doa tersebut tidak diterima oleh Allah karena

memakan makanan yang haram. Kedua, maraknya produk-produk diluaran

dengan label halal tetapi komposisi haram. Terinspirasi dari dua alasan 17

orang tersebut mendirikan perusahaan HPAI.

Perusahaan HPAI tidak hanya untuk membesarkan 17 orang

pendiri, karena 17 orang pendiri menyakini mempunyai banyak

kekurangan sehingga harus bermitra dengan kaum muslimin yang ada, oleh

karena itu dalam pemasarannya menggunakan sistem penjualan langsung

atau disebut dengan MLM.1

2. Profil Perusahaan

PT Herba Penawar Alwahida Indonesia, yang kemudian dikenal

sebagai HPAI, merupakan salah satu perusahaan Bisnis Halal Network di

Indonesia yang fokus pada produk-produk herbal. HPAI, sesuai dengan akta

pendirian Perusahaan, secara resmi didirikan pada tanggal 19 Maret 2012.

HPAI dibangun dari perjuangan panjang yang bertujuan

menjayakan produk-produk halal dan berkualitas berazaskan

Thibbunnabawi, serta dalam rangka membumikan, memajukan, dan

mengaktualisasikan ekonomi Islam di Indonesia melalui enterpreneurship.

3. Motto

Referensi utama produk halal dunia

1 Interview Pribadi dengan Amir hamzah, Manager Marketing HPAI, Jakarta, 07 Mei 2018

Page 48: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

37

4. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Referensi Utama Produk Halal Berkualitas

b. Misi

1) Menjadi perusahaan jaringan pemasaran papan atas kebanggaan

Ummat

2) Menjadi wadah perjuangan penyediaan Produk Halal bagi

ummat Islam

3) Menghasilkan pengusaha-pengusaha muslim yang dapat

dibanggakan, baik sebagai pemasar, pembangun jaringan

maupun produsen.

5. Struktur Organisasi

Pimpinan

Dewan Syariah:

a. DR. H. Mawardi Muhammad Saleh, MA

b. Prof. Drs. H. M. Nahar Nahrawi, SH, MM (BPH DSN-MUI)

c. Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, AAAIJ, FIIS (BPH DSN-MUI)

Dewan Komisaris:

a. Muslim M. Yatim, Lc (Komisaris Utama)

b. Erwin Chandra Kelana, ST (Komisaris)

Dewan Direksi:

a. H. Agung Yulianto, SE, Ak. M.Kom (Direktur Utama)

b. H. Rofik Hananto, SE (Direktur)

c. Supriyono, ST (Direktur)

6. Alamat Perusahan

Komplek Billy & Moon, Jalan Kelapa Kuning IX Blok H-2 Nomor

6, Pondok Kelapa, duren Sawit, Jakarta Timur 13450 Indonesia.2

7. Produk-produk HPAI

HPAI sebagai perusahaan Bisnis Halal Network fokus pada bisnis

produk-produk herbal yang terdiri dari produk-produk obat, suplemen,

2 Panduan Sukses HPAI, h. 9

Page 49: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

38

minuman kesehatan, dan kosmetik. Masing-maisng jenis produk tersebut

memiliki khasiat dan manfaat yang tidak perlu diragunakn lagi karena telah

dibutkikan langsung oleh agen HPAI. Produk-produk tersebut anatar lain:

a. Produk herbal

1) Carnocap untuk membantu mengatasi masalah kanker, tumor, dan

kista.

2) Deep Squa merupakan supplemen tubuh yang dapat memabantu

meningkatkan stamina dan menajag tubuh tetap prima walaupun

seharian telah beraktifitas.

3) Diabetrac bermanfaat sebagai menurunkan kadar gula darah dan

meningkatkan tenaga badan sehingga dapat beraktifikas lebih baik

lagi.

4) Ginextrac berkhasiat sebagai diuretic, anti radang, dan bakteri,

5) Habbassauda HPAI berfungsi menagatasi diabetes mellitus, sebagai

hepato-protektor, anti kanker, anti bakteri dan menguatkan sistem

kekebalan tubuh.

6) Harumi bermanfaat untuk membantu mengurangi bau badan, bau

pada organ intim wanita, dan mengurangi lendir yang berlebihan.

b. Health Food & Beverages

1) Etta Goad Milk berfungsi untuk ketahanan fisik bayi, dan untuk

orang dewasauntuk menyembuhkan berabagi penyakit, seperti asma,

lever, kencing manis, dan menjaga stamina.

2) Extra Food sebagai makanan suplemen herba yang berkhasiatuntuk

mengatasi berbagai menyakit dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

3) Health Coffee HPAI berfungsi membantu mengatur metabolisme

tubuh, membantu proses detoksifikasi, bersifat aprodisiak,

meningkatkan imunitas, menyeimbangkana tingakt insulin,

mengatur kolesterol, sebagai anti tumor, anti kanker, anti bakteri,

anti virus, anti jamur dan anti inflamasi.

4) Kopi 7 Elemen adalah minuman yang terdiri dari kpi 7

Page 50: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

39

elementanaman: biji, akar, batang, kulit, daun, bunga dan buah.

5) Madu SJ, berfungsi untuk berbagai menyakit dan keluhan,

penambahan stamina tubuh, dan bermanfaat bagi kecantikan kulit

wajah dan tubuh.

6) Minyak Zaitun berfungsi untuk kesehatan yaitu menurunkan resiko

penyakit jantung, mencegah kanker, menghilangkan astritis, dan

mencegah diabetes.

c. Cosmetics & Home Care

1) Beauty Care Set, berfungsi menegluarkan ion positif pada kulit

wajah sehingga pori-pori kulit wajah terbuka dan dapat

mengeluarkan sisa kotoram di bagian dalam kulit wajah

2) Body Wash adalah sabun badan yang berfungsi membantu

membersihkan, melembabkan, dan menyegarkan kulit serta menjaga

kulit tetap lembut dan bersih.

3) Facial wash, berfungsi untuk membersihkan kotoran, debu, sisa

minyak, dan sisa make up pada kulit wajah

4) Deep Beauty, merupakan kosmetik alami yang terbuat dari squalene

murni tanpa bahan tambahan apapun yang berfungsi sebagai

pelembab, pelindung kulit, anti aging, antioksidan, dan tanpa efek

samping apapun.

5) Pasta Gigi Herba HPA, mengandung herbal: miswak, sirih, mint dan

pinang.

8. 5 Pilar HPAI

Lima pilar pasti, yaitu Produk, Agenstok, Support System,

Teknologi dan Integrasi Manajemen (PASTI), telah berhasil terkonstruksi

dengan kokoh.

a. Produk.

HPAI fokus pada kualitas produk, yang berlandaskan alamiah,

ilmiyah dan ilahiah. Produk HPAI yang dijual adalah produk kualitas

Page 51: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

40

terbaik. Standar kualitas produk HPAI dibuktikan dengan produk-

produk yang memiliki kelengkapan perixinan dan sertifikat halal MUI.

HPAI sebagai perusahaan Bisnis Halal Network fokus pada

bisnis produk-produk herbal yang terdiri dari produk-produk, suplemen,

minuma kesehatan, dan kosmetik. Masing-masing jenis produk tersebut

memiliki khasiat, dan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi karena

telah dibuktikan langsung oleh Agen HPAI. Dalam hal produk, HPAI

tidak hanya bermaksud profit eriented, namun jua memiliki tujuan-

tujuan mulia yaitu:

1) Halal Berkualitas

Dalam hal penyediaan produk-produk herbal, HPAI tidak

menjual produk melainkan produk tersebut adalah halal, dan

memiliki kualitas terbaik.

2) Kesehatan

HPAI ikut serta meningkatkan kesehatan masyarakat

Indonesia dengan produk-produk obat herbal, dan suplemen yang

berkualitas, serta aman dikonsumsi. Produk herbal HPAI dapat

berfungsi dua, yaitu sebagai obat, dan suplemen. Produk herbal

dapat menjadi perantara kesembuhan pasien dengan dosis yang

tepat, dan produk herbal dapat membantu menjaga dan yang

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan cara konsumsi

teratur sesuai dosis.

3) Tepat Guna SDA

HPAI ikut serta dalam memanfaatkan sumber daya alam

flora dan fauna Indonesia yang sangat kaya raya dengan cara yang

teapat, dan adil. Pengelolaan sumber-sumber daya alam tersebut

tentu permanfaatannya kembali lagi kepada masyarakat Indonesia.

4) Ekonomi Sosial

HPAI dalam hal produk, ikut serta menyumbang

pembangunan ekonomi nasional dengan menggandeng para

Page 52: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

41

pengusaha kecil menengah untuk menjadi partner dalam hal

produksi herbal berkualitas. Di samping itu, HPAI pun membantu

meningkatkan sistem produk, sehingga kualitas setiap produk HPAI

dapat terpantau langsung.

b. Agenstok

Agenstok HPAI merupukan merupakan jalur distribusi ritel dan

produk-produk HPAI. Rangkuman jalur distribusi tersebut secara

berurutan dari yang terbesar, yaitu: Business Center (BC), Pusat Agency

(PA), pusat Stokis Daerah (PSD), dan stokis yang terbesar hamper di

seluruh propinsi di wilayah Indonesia bahkan dapat dikembangkan ke

luar negeri.

c. Support Sistem

Manajemen HPAI bersama CELLS (Cooperation of Excutive

Loyal Leaders = Perhimpunan Kesatuan dan Kerjasama Para Leader

Setia dan Agen HPAI) telah menciptakan sistem Support System HPAI

yang baku, mudah dan praktis untuk emndukung dan memudahkan para

Agen HPAI dalam mengembangkan Bisnis Halal Network HPAI.

HPAI bersama dengan CELLS berinvestasi membangun sistem

dalam rangka sukses Marketing Plan, kami menyebutnya sebagi

Support System. HPAI Support System adalah metode, konsep dan cara

kerja Agen HPAI untuk mencapai kesuksesan bisnis di HPAI dalam satu

sistem kerja yang terintegrasi.

d. Teknologi

HPAI fokus pada teknologi yang mampu mendorong serta

meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal pelayanan, kemudahan

akses informasi, dan transaksi yang real time sehingga membantu jalan

Agen, dan stakeholder mecapai kesuksesan dalam berbisnis bersama

HPAI. HPAI membangun beberapa instrument teknologi yang disebut

sebagai HSIS, AVO, dan SMS Center.HSIS (HPAI Sales Integrated

System)

Page 53: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

42

1) HSIS (HPAI Sales Integrated System)

HSIS mengintegrasikan transaksi online dengan berbagai

fitur dan informasi yang dapat diakses secara real time mengenai

pertumbuhan omset, ketersediaan saldo produk, dan perkembangan

jumlah Agen per hari.

2) AVO (Agent Virtual Office)

AVO adalah personal page member yang dapat digunakan

oleh seluruh Agen HPAI untuk dapat mengetahui perkembangan

jaringan, dan personal statement.

3) SMS Center

SMS Center berfungsi sebagai layanan informasi terpusat

yang dapat dijangkau oleh seluruh Agen HPAI hingga ke tingkat

daerah. SMS Center menjadi komunikasi dua arah antara Customer

Care dengan Agen HPAI dalam hal pembaharuan informasi

mengenai program dan promo perusahaan.

e. Integritas Manajemen

HPAI terus meningkatkan profesionalismenya. Terus

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang

dipasarkannya. Selalu berusaha memberi pelayanan yang terbaik,

profesionalisme staff dan karyawan yang tinggi, terbentuk dari nilai-

nilai moral dan etika dalam perusahaan yang baik. Kesatuan dan

kekompakan disetiap kini perusahaan ini saling menguatkan, sehingga

kewibawaan sebuah perusahaan dan potensi yang luar biasa

terpancarkan. Hal ini sudah Sukses diwujudkan, dan kesuksesan HPAI

memunculkan emapt nilai integritas yang dimilikinya, yaitu: Kejujuran,

Ketulusan, Keadilan dan kepercayaan.

1) Kejujuran

Dimensi nilai kejujuran, HPAI menunjukkan sebuah

perusahaan yang dalam mengembangkan startegi pemasaran selalu

berkata apa adanya dan tidak melalukan kebohongan, serta bersifat

terbuka.

Page 54: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

43

2) Ketulusan

HPAI menunjukkan tidak adanya keterpaksaan dalam

menerapkan suatu tindakan dalam Strategi Bisnis Halal Network

HPAI.

3) Keadilan

HPAI memperlakukan konsumen sesuai dengan haknya.

HPAI menerapkan nilai integritas akan memperlakukan konsumen

atau pemangku kepentingan lain tidak semena-mena dan

memberikan melalukan pengurangan.

4) Kepercayaan

Nilai integritas HPAI lainya adalah nilai kepercayaan.

Integritas menciptakan suatu kepercayaan bagi orang lain.

Kepercayaan berarti memberikan sesuatu kepada orang lain untuk

dikerjakan sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki.3

3 Katalog Produk HPAI, h. 8-105

Page 55: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pemberian Komisi pada PT. Herba Penawar Alwahida

Indonesia

Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan omset atau

penghasilan yang diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan

produk perusahaan kepada konsumen akhir. Komisi merupakan sesuatu

yang sangat penting keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena

dengan adanya komisi seseorang akan mendapatkan penghasilan terkait

dengan prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang, dan mendapatkan haknya

untuk memperoleh komisi tersebut. Komisi tersebut didapat sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan dengan

menggunakan sistem Penjualan Langsung Berjenjang Syariah atau multi

level marketing Syariah.

Adapun proses pembagian komisi yang didapatkan oleh mitra itu

sendiri dari PT. HPAI yaitu berbasis prestasi penjualan produk dan belanja

produk, besaran komisi tersebut ditentukan berdasarkan jenjang

kepangkatan seseorang.1 Adapun waktu pembagian komisinya itu sendiri,

perusahaan sudah menentukan hari dimana komisi tersebut dapat

dicairkan, yaitu di awal bulan pada tanggal 5-10. Dalam pembagian komisi

PT. HPAI tidak terdapat keterlambatan dalam pembagiannya. Misalnya,

waktu daftar HPAI menggunakan rekening bank syariah akan lebih

didahulukan, dari pada yang menggunakan bank konvensional. Kemudian

misalnya mitra usaha tidak mempunyai nomor rekening maka bisa

mengambil langsung ke kantor pusat HPAI setelah tanggal 15 (lima

belas).2

1. Besaran komisi berdasarkan jenjang kepangkatan. Istilah kepangkatan

tersebut yaitu:

1 Interview Pribadi dengan Amir Hamzah, Manager Marketing HPAI, pada tanggal 07

Mei 2018, Pukul 10.00 WIB 2 Interview Pribadi dengan Sulistio Wati, Mitra Usaha HPAI, pada Tanggal 10 Mei 2018,

Pukul 13.00 WIB

Page 56: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

45

1) Agen Biasa (AB) 10% 14% 17%

a) Agen 10%: akumulasi Target Prestasi (TP) dan grub sebesar 0

sd. <1.000 Poin

b) Agen 14%: akumulasi Target Prestasi (TP) dan grub sebesar

1.000 - <2.000 poin

c) Agen 17%: akumulasi Target Prestasi (TP) 2.000 - < 3.000 poin

Jika ingin mendapatkan pangkat ke lebih yang tinggi maka,

Agen Biasa dalam 1 bulan mendapatkan poin 2.000-<3.000, maka

pangkat akan naik ke Manager (M), jika dalam 1 bulan tidak

mencapai target 2.000-3.000 poin maka point tidak akan hangus,

point tetap dihitung sampai kapanpun ia mendapatkan 2.000 -

<3.000 point, tanpa batas waktu yang ditentukan.3

2) Manager (M) 20%: akumulasi Target Prestasi (TP) & grub ≥3.000

poin

Jika ingin mendapatkan point yang lebih tinggi maka, Manager

dalam 1 bulan mendapatkan ≥ 3.000 poin maka pangkat akan naik ke

Senior Manager (SM), jika dalam 1 bulan tidak mendapatkan ≥

3.000 poin maka point tetap dihitung samapai kapanpun ia

mendapatkan ≥ 3.000 poin, tanpa batas waktu yang ditentukan.

3) Senior Manager (SM) 23%: memiliki 3 (tiga) Manager (M).

Misalnya:

4) Executive manager (EM) 26%: memiliki 6 (enam) Manager

(M)20%.

3 Interview Pribadi dengan Subani, Mitra Usaha HPAI, pada Tanggal 15 Mei 2018, Pukul

08.00 WIB

M

SM

M M

Page 57: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

46

Misalnya:

5) Director (D) 29%: memiliki minimal 2 (dua) SM23% dan minimal

4 (empat) M20%

Misalnya:

6) Senior Director (SD) 32%: memiliki minimal 4 (empat) SM23%

dan minimal 2(dua) M20%.

Misalnya:

7) Executive Director (ED) adalah Top Level (Pangkat tinggi):

Executive Director (ED) 35%: memiliki 6 (enam) SM 23%.

Misalnya:

Semua kepangkatan bersifat abadi (selamanya) dan tidak

ada istilah turun pangkat di HPAI meskipun sudah lama tidak aktif

di HPAI.

EM

M M M M M M

D

SM SM M M M M

SD

SM SM SM SM M M

ED

SM SM SM SM SM SM

Page 58: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

47

2. Komisi berdasarkan atas prestasi belanja produk dan jualan produk

Contoh perhitungan sebagai berikut:

1) Komisi Belanja

a) Pangkat Agen Manager 20%, Stock Center 11%

b) Dalam 1 bulan belanja produk Truston 5 buah

c) 1 buah produk truston untuk harga agen Rp. 80.000 dan harga

konsumen Rp. 100.000 dengan poin per produk 30

d) 1 poin = 1000

e) 5 buah produk Truston berarti 30 poin x 5 buah = 150poin

f) 5 buah Truston x Rp. 80.000 = 400.000 (Modal Stock Center)

Bonus Prestasi Pribadi (BPP) = 20% x 150 x 1000 = Rp. 30.000

Bonus Agenstok (Stock Center) = 11% x 150 x 1000 = Rp. 16.500

Kesimpulan: seorang Manager cukup belanja Rp.400.000 sudah

mendapatkan poin 150 poin, mendapat komisi BPP Rp. 30.000,

dan mendapatkan bonus Agenstok Rp. 16.500.

2) Komisi Penjualan ke Agen Biasa (Downline)

Berbeda lagi jika Stock Center yang menjual Produk kepada

downline (agen biasa) maka Stock Center mendapat komisi

penjualan 11%

Contoh perhitungannya:

a) Stock Center 11%

Produk Truston Harga Agen Rp. 80.000, dan Harga Konsumen

Rp. 100.000, poin 30 karena membeli 5 buah produk truston

maka 30 x 5 = 150 poin

Jadi, 11% x 150x 1000 = Rp. 16.500

Maka dapat disimpulkan bahwa Stock Center (komisi tambahan)

mendapatkan komisi sebesar Rp. 16.500.4

4 Interview Pribadi dengan Subani, Mitra Usaha HPAI, pada Tanggal 15 Mei 2018, Pukul

08.00 WIB

Page 59: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

48

3) Komisi Penjualan Langsung ke Konsumen Pemakai

Komisi yang didapatkan oleh mitra usaha ada tiga macam

yaitu komisi komisi kepangkatan, komisi manager, dan komisi stock

center (tambahan)

a) Manager 20 %

Produk Truston poin 30 x 5 buah = 150poin

20% x 150 x 1000 = Rp. 30.000

b) Stock Center 11%

11% x 150 x 1000 = Rp. 16.500

c) Komisi Penjualan Langsung

- Produk Truston, Harga Agen Rp. 80.000 dan Harga konsumen

Rp. 100.000

- Keuntungan Langsung: Rp 100.000 – Rp. 80.000 = Rp. 20.000

Kesimpulannya seorang Manager mrndapatkan komisi pangkat

Manager Rp. 30.000, mendapatkan komisi Stock Center

(tambahan) Rp. 16.500 dan mendapatkan komisi secara langsung

sebesar Rp. 20.000.

3. Macam-macam bentuk komisi menurut PT. HPAI

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Amir

Hamzah Manager Marketing PT. HPAI bahwa dalam praktiknya pembagian

komisi pada PT. HPAI disamakan dengan bonus menurutnya komisi bahasa

secara hukum dan bonus bahasa secara umum. Berikut uraian bonus-bonus

yang ada di PT. HPAI:

1) Bonus Agenstok (tambahan/toko) adalah bonus yang diperoleh dari

penjualan Agenstok kepada struktur niaga yang paling rendah dengan

rumus poin jualan dikalikan prosentase.

Contoh perhitungan komisi agenstok:

a) Business Center (BC): bonus 16%

Untuk menjadi Business center syaratnya harus LED dan

belanja miniman Rp. 100.000.000

Page 60: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

49

a) Agency Center (AC) :16%

Untuk menjadi Agency Center syaratnya pangkat minimal

Executive Director (ED), kemudian belanja minimal Rp.

50.000.000.

d) Distribution Center (DC) :13%

Untuk menjadi Distribution Center syaratnya pangkatnya

minimal Manager (M) kemudian belanja minimal Rp. 20.000.000

e) Stock Center (SC): 11%

Untuk menjadi Stock Center syaratnya agen biasa belanja

minimal Rp. 5.000.000.00, untuk Rp. 1.000 poin diambil untuk

menjadi Manager (M) produk boleh memilih untuk selanjutnya

bebas.

2) Bonus Prestasi Pribadi adalah bonus atas poin TP pribadi agen

dikalikan prosentase sesuai dengan pangkatnya.

Contoh:

Poin Pribadi : 1.000 point

Pangkat : Manager (20%)

BPP = 20% x 1.000 poin x 1.000

= Rp. 200.000

3) Bonus Prestasi Grup (BPG) adalah persen (%) level kepangkatan dikali

total poin grup (tidak termasuk poin pribadi) dikurangi BPG dari mitra

yang aktif.

Misalnya:

BPG = 6 x (35% x 3.000) x 1.000 = 6.300.000

Page 61: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

50

BPG Mitra = 6 x (23% x 3.000) x 1.000 = 4.140.000

BPG = Rp. 6.300.000 – Rp. 4.140.000

= 2.160.000

4) Bonus Generasi Pangkat (BGP) adalah bonus diberikan kepada agen

dengan pangkat minimal Manager (M) 20% aktif, dan memiliki mitra

berpangkat minimal Manager (M) 20% aktif.

a) Manager aktif adalah Manager yang TP pribadi ≥ 200 poin.

b) Semakin melebar atau banyak jalur di Gen-1 yang aktif dengan

level minimal Manager M20%, maka BGP semakin membesar.

c) BGP dihitung sampai kedalaman 6 level generasi, dan bisa sampai

kedalaman 10 level generasi, sesuai dengan syarat-syarat success

plan.

d) Syarat dapat BGP yaitu minimal %level M20% dan TP Pribadi

minimal 200 (dua ratus) poin, dan memiliki mitra/downline yang

minimal 5level-nya M20% aktif dan juga TP Pribadi minimal

200poin.

Page 62: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

51

Page 63: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

52

BGP G1 = 6 x (6% x 700) x Rp 1.000 =252.000

G1 = 1 x (6% x (3.000) x Rp 1.000 =180.000

G1 = 1 x (6% x (2.000) x Rp 1.000 =120.000

BGP G2 = 6 x (4% x 900) x Rp 1.000 =216.000

=768.000

5) Bonus Gold Diamond Crown (GDC) merupakan bonus yang diberikan

dengan syarat sebagai berikut:

Diberikan kepada angen berpangkat GED/DED/CED atau yang lebih

tinggi dengan syarat =sebagai berikut:

GED (Gold Executive Director)

a) Memiliki 2 ED aktif dengan omset grub ≥6.000 poin dijalur yang

berbeda

b) ED aktif yang dimaksud tidak harus dari Generasi-1

c) Memiliki omset grub di jalur lain ≥6.000 poin

Page 64: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

53

DED (Diamond Executive Director)

a) Memiliki 4 ED aktif dengan omset grub ≥6.000 poin dijalur yang

berbeda

b) ED aktif yang dimaksud tidak harus dari Generasi-1

c) Memiliki omset grub di jalur lain ≥6.000 poin CED (Crown

Executive Director)

CED (Crown Excetucive Director)

a) Memiliki 6 ED aktif dengan omset grub ≥6.000 poin dijalur yang

berbeda

b) ED aktif yang dimaksud tidak harus dari generasi-1

c) Memiliki omset grub di jalur lian ≥6.000 poin

ED aktif adalah agen berpangkat minimal ED dengan poin ≥200 poin.

Page 65: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

54

Perhitungan Bonus GDC:

G1= (5% x 46.000) + (5% x 36.000) x Rp 1.000 = Rp. 4.100.000

G2= (4% x 46.000) + (5% x 50.000) x Rp 1.000 = Rp. 3.840.000

G3= (3% x 40.000) + (3% x 60.000) x Rp 1.000 = Rp. 3.000.000

=Rp. 10.940.000

B. Sharia Compliance MLM pada PT. Herba Penawar Alwahida

Indonesia dalam pembagian komisi menurut Fatwa DSN MUI N0. 75

DSN-MUI/VII/2009

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan

fatwa No. 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah (PLBS). Dalam fatwa tersebut terdapat Ketentuan Hukum

tentang Praktik Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) yang telah

ditetapkan pada tanggal 25 Juli 2009. Namun regulasi yang berbentuk UU atau

peraturan lain tentang MLM Syariah secara khusus memang belum ada. Fatwa

Page 66: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

55

DSN MUI menyebutkan 12 persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah

perusahaan MLM untuk bisa dikategorikan sesuai dengan syariah dan berhak

mendapatkan Sertifikat Bisnis Syariah. Bahwasannya semua Multi Level

Marketing Syariah harus tunduk pada ketentuan-ketentuan fatwa yang telah

ditetapkan oleh DSN MUI. Disini penulis memfokuskan hanya membahas pada

pembagian komisi menurut Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

antara lain:

1. Akad-akad Pada PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia

Akad-akad yang digunakan pada PT. HPAI antara lain:

a. Akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya

bahwa akad wakalah bil ujrah yaitu akad/perjanjian tentang pelimpahan

kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada mitra lain (al wakil) dalam

hal-hal yang boleh diwakilkan dengan disertai pemberian

keuntungan/fee/komisi (ujrah).

Di mana PT. HPAI mewakilkan kepada para member/mitra usaha

untuk mewakili perusahaan dalam mempromosikan dan menjualkan

produk-produk perusahaan, dan untuk setiap terjadinya transaksi

penjualan tersebut, perusahaan memberikan imbalan sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

Seperti dalam Q.S An-Nisa: 58 yang artinya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum

di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah maha mendengar lagi maha melihat".

d. Akad Ju'alah janji atau komitmen (iltizam) PT. HPAI untuk

memberikan imbalan (reward) tertentu kepada member atau mitra usaha

atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Page 67: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

56

Seperti dalam Q.S Yusuf: 72 yang artinya:

"Peneyeru-penyeru itu berkata: "Kami keilangan para raja, dan siapa

yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan

(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".5

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

DPS berperan penting sebagai pengawas dari lembaga keuangan non-

bank seperti Multi Level Marketing Syariah atau dalam HPAI disebut Halal

Networking. DPS bertugas mengawasi dan melihat secara dekat aktivitas

lembaga keuangan syariah agar lembaga senantiasa mengikuti aturan dan

prinsip-prinsip Syariah. DPS dalam perusahaan HPAI memiliki peranan

penting dalam meminimalisir dan menghindari adanya kemungkinan

penyimpangan terhadap kepatuhan syariah (sharia compliance). Melalui

pengawasan tersebut, maka DPS dapat membantu untuk mengevaluasi dan

mendeteksi sejauh mana pelaksanaan implementasi kepatuhan syariah

ditetapkan dan sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam mengevaluasi

kepatuhan syariah oleh industri keuangan syariah atas prinsip-prinsip syariah.

DPS menjadi garda utama dalam menjaga HPAI secara keseluruhan,

agar tetap berada dalam bingkai syariah dan Dakwah Islam.

a. Mekanisme usulan Dewan Pengawas Syariah tidak dilaksanakan oleh

Perusahan HPAI dengan alasan tertentu.

Perusahan HPAI sudah di nyatakan sesuai dengan Syariah dan sudah

mendapatkan sertifikat bisnis Syariah berdasarkan SK. Nomor

002.36.01/DSN-MUI/IV/2015 dari DSN-MUI. Perusahaan HPAI karena

sudah dinyatakan sesuai dengan Syariah maka perusahaan tersebut diawasi

oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang sudah ditetapkan langsung oleh

DSN MUI, guna untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan bisnis dalam

perusahaan HPAI dan memberikan pembinaan agar semua kegiatan dalam

perusahaan HPAI tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Perusahan HPAI

5 Zulchaidir B. Firly Ramly, The Master Book (Jakarta: Fighter Managemen, 2017) h. 290

Page 68: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

57

diawasi oleh 3 (tiga) orang dari DSN MUI, yaitu DR. H. Mawardi

Muhammad Saleh, MA, Prof. Drs. H. M. Nahar Nahrawi, SH, MM dan Dr.

H. Endy M. Astiwara, MA, AAAIJ, FIIS. Ketiga DPS tersebut, menantiasa

pro aktif mengawasi, mengevaluasi, dan memberi masukan serta nasihab

baik diminta maupun tidak diminta, untuk menjaga Bisnis Network

Marketing/ MLM Syariah HPAI tetap dalam koridor Syariah Islam.

Menurut Manager Marketing HPAI, dalam prakteknya mekanisme

yang diusulkan oleh DPS kepada PT. HPAI selalu dilaksanakan, dalam

tingkat management maupun tingkat agen, karena DPS selalu mengontrol

perusahaan HPAI secara rutin. Bahkan dalam 1 bulan sekali selalu

dilakukan rapat RDP (Rapat Dengan Pendapat) atau evaluasi kinerja

kepada BOD (Board Of Directors) bersama komisaris dalam forum tripartit

(DPS, Komisaris, dan BOD/jajaran direksi). Dalam RDP tersebut dilakukan

evaluasi dan monitororing terhadap kinerja perusahaan. Kemudian dari

hasil RDP tersebut jika terdapat rekomendasi atau ditemukan kendala dari

sisi-sisi monitoring, maka bagaimana rekomendasi dari DPS tersebut.

Sejauh ini antara perusahan HPAI dengan DPS tidak ada marger atau tidak

ada yang mayor selalu minor dalam rekomendasinya.

Termasuk diantaranya, diawal dahulu PT. HPAI dalam pembagian

komisi/bonus. Bonus prestasi agen memakai syarat. Si agen harus belanja

minimal 100 poin atau Rp.300.000 jadi, kalau mau dapat

Misalkan:

Agen biasa (AB) mendapatkan bonus 10%-14%-17% belanja produk

kalau mau mendapatkan Bonus Prestasi Pribadi (BPP) maka harus belanja

300.000 kemudian hal tersebut dikritisi oleh DPS karena hal tersebut

menunjukkan tidak Syariah, kenapa orang mau dapet bonus padahal belanja

pribadi tetapi di syaratkan belanja minimal 300.000. itu tidak diperbolehkan

oleh DPS. Akhirnya rekomendasi dari DPS yaitu tanpa syarat, berapapun

ia belanja produk kalau ia seorang agen maka ia harus dapet prestasi pribadi

Page 69: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

58

karena rujukan prestasi pribadi atas belanja dan jualan.6

b. Jika terdapat Perselisihan antara perusahaan dengan DPS.

Dalam prakteknya tidak terjadi perselisihan antara perusahaan

dengan DPS, perusahaan HPAI selalu mengikuti arahan dari DPS dan tidak

terdapat perselisihan diantar keduanya. DPS memberi arahan kepada

perusahaan HPAI. Yang terjadi pada pihak komisaris dan pihak managemen

selalu mengikut arahan DPS.

Dari hasil wawancara peneliti menyimpulkan mengenai mekanisme

usulan DPS kepada PT. HPAI yaitu bahwa PT. HPAI selalu mengikuti

arahan DPS dan antara perusahaan dengan DPS tidak terdapat perselisihan.

Dalam hal ini PT. HPAI sudah sesuai bingkai syariah dan ketetapan syariah

atau kepatuhan syariah dalam fatwa DSN-MUI No. 75/DSN-

MUI/VII/2009.

3. Legalitas PT. HPAI

Salah satu terpenting dalam sebuah bisnis adalah izin legalitas

perusahaan yang lengkap sesuai dengan kategori bisnis dan untuk menjadi

sebuah perusahaan yang besar dan dapat di lindungi oleh Negara maka PT.

Herba Penawar Alwahida Indonesia haruslah taat kepada peraturan hukum

yang berlaku di Indonesia, termasuk juga aturan tentang mendirikan sebuah

perusahaan yang bersifat legal dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini

menjadi sangat penting, karena PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan langsung sehingga

kelegalitasan yang dimiliki perusahaan merupakan nilai yang berharga untuk

mitra usaha dapat percaya. Negara Indonesia adalah negara hukum maka hal-

hal normatif yang terkait dengan eksistensi perusahaan secara legal harus

terpenuhi.

PT. HPAI sudah mengantongi surat izin yang berlaku di Negara

Indonesia, semua bentuk surat izin sudah berhasil dimiliki baik legalitas secara

6 Interview Pribadi dengan Amir Hamzah, Manager Marketing HPAI, pada Tanggal 07 Mei

2018, Pukul 10.00 WIB

Page 70: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

59

hukum positif maupun legalitas kesyariahan dari Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia. Adapun legalitas yang sudah berhasil dimiliki oleh

PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia diantaranya yaitu:

a. APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) Nomor Anggota:

0154/11/13, Produk Suplemen. Izin usaha sejak 1 januari 2018 sampai 31

Desember 2018. Surat izin tersebut hanya berlaku selama 1 (satu) tahun dan

ketika masa aktif sudah habis harus diperpanjang lagi.

Salah satu ciri bisnis MLM menggunakan sistem yang benar

perusahaan MLM yang terdaftar oleh sebagai anggota dari APLI.

Bahwasannya perusahaan yang sudah mendapatkan Sertifikat sebagai

anggota dari APLI menggunakan sistem bisnis marketing plan sesuai

dengan aturan UU Pemerintah RI. Tidak menggunakan metode bisnis

Money Game, Member Get Member (MGM), Skema Piramida, Binary atau

sistem lainnya yang mengandung unsur perjudian, ketidakjelasan dan

invesatsi bodong.

b. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Nomor surat izin tersebut

berdasarkan atas per produk.

c. SIUPL (Surat Izin Usaha Penjualan Langsung) Tetap 1/1/IU/PMDN/2014.

Surat izin tersebut selama 5 tahun.

d. LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan Panganm Obat-obatan dan

Kosmetik) MUI. Produk-produk yang dijual oleh PT. HPAI yaitu produk-

produk yang jelas kehalalannya karena hal inilah salah satu menjadi

landasan untuk menilai apakah produk tersebut sudah sesuai dengn syariah

atau belum.

e. Sertifikat Penjualan Langsung Berjenjang Syariah PT. Herba Penawar

Alwahida Indonesia berdasarkan SK No. 002.36.01/DSN- MUI/IV/2015.

Sertifikat tersebut berlaku sampai tanggal 9 April 2018.7

Dari hasil wawancara, peneliti menarik kesimpulan tentang

legalitas PT. HPAI yaitu semua izin sudah di kantongi oleh perusahaan

7 Interview Pribadi dengan Amir Hamzah, Manager Marketing HPAI, pada Tanggal 07 Mei

2018, Pukul 10.00 WIB

Page 71: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

60

walaupun ada salah satu sertifikat yang sudah expired yaitu sertifikat

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) dari DSN MUI namun

dalam hal ini PT. HPAI sudah melakukan proses perpanjangan karena

sertifikat berlaku hanya selama 3 tahun.

PT HPAI tidak hanya tunduk terhadap ketetapan fatwa akan tetapi

PT. HPAI harus tunduk terhadap peraturan Menteri Perdangangan

Republik Indonesia No: 32/M-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelengaraan

Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan langsung

khususnya pada pasal 22 tentang pelaporan dimana perusaha wajib

menyampaikan laporan tahunan kegiatan usaha perusahaan kepada

Direktur Binus dan PP dengan menggunakan formulir sebagaimana

tercantum dalam Lampiran IV peraturan menteri ini dan penyampaiannya

paling lambat setiap tanggal 31 Maret tahun berikutnya.

4. Proses Pengembangan Jaringan

Multi Level Marketing merupakan sistem penjualan secara langsung

kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, di mana seorang konsumen

dapat menjadi distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain untuk

bergabung dalam rangka memperluas jaringan distributornya. Dalam rangkaian

distributor terdapat istilah upline dan downline.

Multi level Marketing masuk dalam kategori muamalah yang di bahas

dalam bab al-buyu' (jual beli) merujuk dari ushul fiqih. Sistem kerja MLM yang

sesuai dengan syariah menurut Al-Qur'an dan Hadits, terhindar dari unsur-unsur

haram. Ada kaidah-kaidah fiqh mengatakan: "Pada dasarnya semua bentuk

muamalah itu boleh dilakukan kecuali ada dalil yang melarang". Yang dilarang

seperti, (1) tidak boleh ada riba, (2) ghoror (memberikan sesuatu/janji-janji), (3)

tidak boleh mendzolimi. Apabila tiga unsur tersebut tidak ada dalam muamalah

maka bisa dikatakan syar'i. Dalam PT. HPAI tidak terdapat ketiga hal tersebut.

Terdapat kaidah-kaidah fiqih bahwa ber MLM terdapat sistem sebagai berikut:

a. Binary (sistem keseimbangan), yang dimana sistem keseimbangan tersebut

menggunakan jaringan yang bentuknya tidak lebih dari dua kaki (kaki kiri

Page 72: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

61

dan kaki kanan) dan tidak lebih. Dengan kata lain, para pelaku bisnis Multi

Level Marketing tersebut hanya dapat membangun jaringannya dengan dua

kaki saja. Semakin seimbang jaringan dan omset bisnis dalam perusahaan

MLM maka akan semakin besar komisi yang diterima. Namun, apabila

tidak seimbang, maka komisi tersebut mengalir deras ke dalam perusahaan

dan seorang member tidak mendapatkan komisi. Sistem ini biasanya

memberikan komisi yang besar di awal karir saja sebagai iming-iming

bahwa menjalankan bisnis MLM berbasis sistem binary sangatlah mudah.

Realitanya sistem binary ini menciptakan kesimpulan bahwa yang

diuntungkan adalah member yang join di awal. Oleh karena itu sistem

MLM binary ini tidak pernah mendapatkan sertifikat syariah bagi sistem

perkembangan jaringannya.

b. Piramida (skema ponzi), yang dimana sistem ponzi ini para investor

diwajibkan untuk merekrut anggota baru dengan sebanyak- banyaknya.

Jika seseorang tidak mampu merekrut anggota baru maka sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan, maka uang investor yang diuntungkan dalam

bisnis skema piramida hanyalah investor yang bergabung paling awal.

Sementara investor yang lainnya hanya gigit jari karena kehilangan uang.

Skema ponzi juga merupakan konsep sistem bisnis money game dan

MGM, sehingga jelas sekali keharamannya, dan akan merugikan banyak

orang yang bergabung. Terkecuali seseorang yang bergabung lebih awal,

karena sistem piramida (skema ponzi) yang pertama kali atau yang lebih

awal tidak akan pernah rugi.

c. Member Get Member (MGM), yang dimana sistem MGM ini merupaka

pola yang sama dengan money game. Pada pola bisnis MGM bonus dan

komisi sangat diandalkan dari reqruitment, dengan biaya gabung yang

tinggi, harga produk di luar kewajaran.

d. Money Game dapat diartikan permainan uang atau penggandaan uang.

Money game merupakan permainan uang yang di lakukan oleh perusahaan

yang mengaku dirinya adalah perusahaan MLM untuk menutupi kedoknya

yang dilakukan oleh perusahaan MLM palsu ini hanya merkerut mitra

Page 73: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

62

usaha dengan sebanyak-banyaknya hingga berbentuk jaringan kemudian

jaringan tersebut digunakan untuk mendapatkan bonus tanpa menjual

produk atau barang. Dalam islam dijelaskan bahwa uang diharamkan

untuk dijadikan objek perdagangan. Ciri khas dari money game ini tidak

adanya barang atau tidak mempunyai produk, biasanya digunakan pada

bisnis dengan model investasi bodong (palsu). Sistem permainan uang

cenderung menggunakan skema piramida (skema ponzi) dan orang yang

terakhir bergabung akan kesulitan mengembangkan bisnisnya.

Menurut salah satu mitra usaha mengatakan bahwa, dari ke empat

sistem pengembangan jaringan di atas bahwa dalam multi Level Marketing

Syariah tidak diperbolehkan.8 Dalam hal ini PT. Herba Penawar Alwahida

Indonesia merupakan Multi Level Marketing syariah yang menggunakan

bentuk sistem matahari. Bentuk sistem matahari yaitu para

anggota(member) PT. HPAI menggunakan jaringan lebih dari dua kaki

atau banyak kaki, yaitu merekrut dengan sebanyak-banyaknya. Artinya,

para pelaku Multi Level Marketing tersebut dapat membuka jaringan

hingga beberapa kaki dalam jaringan tersebut.

Dari hasil wawancara, peneliti menarik kesimpulan tentang

pengembangan jaringan yang dilakukan oleh PT. HPAI yaitu dengan

menggunakan bentuk sistem Break away atau dalam bahasa HPAI disebut

sistem matahari. Bentuk sistem break away yaitu dimana seorang member

berhak merekrut dengan kelebaran yang tak terbatas atau merekrut dengan

sebanyak-banyaknya, namun untuk tidak kedalamannya biasanya terbatas

hanya sampai 10 level kedalaman. Sistem break away ini pengembangan

jaringannya mengutamakan kelebaran, yaitu semakin banyak frontline,

semakin besar pula komisi yang diterima. Dengan sistem break away ini

memungkinkan downline untuk melebihi upline-nya. Bonus/komisi ini

biasanya kecil di awal namun besar di peringkat atas. Bahwa sistem break

away ini tidak ada unsur skema piramida, yang di mana skema piramida

8 Interview Pribadi dengan Djenial Abdi Aslinudin, Member HPAI, pada Tanggal 17 Mei

2018, Pukul 09.00

Page 74: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

63

ini hanya berada pada level-level puncak saja yang diuntungkan,

sedangkan bawah mengalami kerugian.

Dengan sistem break away ini proses pengembangan jaringan yang

dilakukan oleh PT. HPAI sudah sesuai dengan prinsip syariah karena tidak

mengandung unsur money game.

5. Ketentuan atau persyaratan mengenai pembagian komisi menurut Fatwa

DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 adalah sebagai berikut:

a. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran

maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang

terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau

produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam

PLBS.9

Dalam prakteknya PT. HPAI dalam pembagian komisi,

menyamakan antara komisi dengan bonus. Menurut Amir Hamzah

antara komisi dan bonus sama saja, tidak ada perbedaan dari keduanya,

komisi bahasa hukumnya dan bonus bahasa secara umum.10 Namun jika

kita telaah lebih mendalam, komisi dan bonus ini sangat berbeda. Yang

menjadi dasar hukum antara komisi dan bonus berbeda yaitu

berdasarkan fatwa DSN MUI Nomor 75/DSN-MUI/VII/2009 tentang

pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah pada bagian

ketentuan umum. Dalam fatwa tersebut terdapat penjelasan mengenai

komisi dan bonus. Komisi merupakan imbalan yang diberikan oleh

perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, yang besaran maupun

bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata yang terkait

langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau

produk jasa. Sedangkan bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan

oleh perusahaan kepada mitra atas penjualan, karena telah berhasil

9 Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 10 Interview Pribadi dengan Amir Hamzah, Manager Marketing HPAI, pada tanggal 07

Mei 2018, Pukul 10.00 WIB

Page 75: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

64

melampau target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan

perusahaan.11 Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Dr.

Hasanudin, M.Ag selaku dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sekaligus Wakil Ketua BPH di DSN MUI, beliau

menyampaikan bahwa sependapat dengan penelitian penulis, bahwa

dalam komisi harus jelas nominal berapa persennya dan diperjanjikan

diawal, sedangkan bonus tidak diperjanjikan dan tidak dijelaskan diawal

(boleh tidak diperjanjikan) dan apabila disamakan dikhawatirkan

terjadinya gharar jika dilaksanakan maka berpontensi melangar syariat.

Dan ini terlihat dari penjelasan PT HPAI yang menyamakan antara

pemberian bonus dan komisi. Bahwa pemberian bonus dan komisi

disandarkan pada prinsip al-Jualah dan ini sangat bertentangan dengan

ketetapan fatwa yang membedakan antara bonus dengan komisi.

Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa, komisi dan bonus

berbeda karena, penting untuk dibedakan agar seorang mitra mengetahui

ia mendapatkan komisi atau bonus dan agar si mitra bisa membedakan

yang mana ia mendapatkan komisi dan yang mana ia mendapatkan

bonus. Dapat dipahami bahwa komisi merupakan imbalan yang sudah

ditetapkan oleh sebuah perusahaan sedangkan bonus merupakan hadiah

apabila seseorang mencapai suatu target tertentu yang telah ditetapkan

oleh sebuah perusahaan, dapat di pahami bahwa jika seseorang tidak

melampau target yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan maka kita

hanya mendapatkan komisi/upah.

b. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara

regular tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau

jasa.

Komisi dan bonus yang diterima oleh mitra usaha merupakan

hasil kerja nyata. Menurut salah satu member HPAI Bapak Djenial, PT.

HPAI tidak menerapkan passive income di dalamnya, karena dalam

11 Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 76: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

65

islam tidak diperbolehkan kemudian di PT. HPAI tidak ada kewajiban

dengan tutup poin (TUPO) karena belanja 1 (satu) point pun tetap di

input dan mendapatkan bonus, sehingga tidak ada prosentase yang

hilang sedikitpun.12 Menurut salah satu member lain mengemukakan,

di PT. HPAI mengenal TAPE (Target Penjualan) sebagai tolak ukur

keberhasilan Agen dan grupnya. TAPE sesuai dengan kepangkatan

yang dimiliki oleh seorang mitra usaha. Artinya ketika suatu target

tidak tercapai, maka misalnya, mitra usaha tersebut pangkat Manger

(M) poinnya tidak mencapai target maka tetap mendapatkan bonus

tetapi tidak sebesar yang mencapai target.

Menurut salah satu member HPAI yang lain, bahwa seorang

upline harus membina downline karena apabila tidak membina maka

downline-downline tidak akan paham, jika tidak paham maka akan

sulit berkembang kemudian seorang upline tidak mendapatkan komisi

dari membina.13 Tetapi disebutkan dalam buku Panduan Sukses HPAI

pada halaman 38 poin ke empat terdapat Bonus Generasi Pangkat

(BPG) yang berartikan bahwa adanya praktik bonus atau komisi

pembinaan.

Pada PT. HPAI terdapat pembinaan terhadap downline, misalnya

jika seorang upline pangkatnya sudah tinggi dan sudah mendapatkan

banyak downline dibawahnya, pembinaan tersebut dilakukan misalnya

dengan cara seminar, akan tetapi seminar tersebut tidak dilakukan

setiap hari, maka seharusnya, komisi membina tersebut didapatkan

ketika seseorang tersebut melakukan pembinaan seperti seminar pada

hari itu saja, ketika tidak melakukan pembinaan seharusnya tidak

mendapatkan komisi membina tersebut.

Menurut pengamatan peneliti, seorang upline setelah berkembang

jaringannya atau sudah mendapatkan banyak downline dibawahnya

12 Interview Pribadi dengan Djenial Abdi Aslinudin, Member HPAI, pada Tanggal 17 Mei

2018, Pukul 09.00 13 Interview Pribadi dengan Sulistio Wati, Mitra Usaha HPAI, pada Tanggal 10 Mei 2018,

Pukul 13.00 WIB

Page 77: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

66

kebanyakan ia tidak mengenal downline satu persatu karena sudah

terlalu banyak downline dibawahnya, sehingga hal ini para upline yang

tidak membina jaringannya akan tetap mendapat komisi atau

bonusmembina, karena struktur yang telah ada. Bahwasannya seorang

upline tidak boleh mendapatkan komisi secara pasif tanpa melakukan

pembinaan.

Kemudian realitanya, dalam peraturan keagenan yang dibuat oleh

PT. HPAI, tidak menjelaskan target berapa kali seorang upline harus

membina downlinenya dalam satu bulan atau satu tahunnya. Sehingga

akan menghambat seorang downline dalam perkembangan jaringan

jika dalam jaringan HPAI mayoritas member belum paham mengenai

mekanisme kerja di HPAI.

Peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut belum sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah atau ketentuan-ketentuan fatwa adanya komisi

atau bonus pembinaan yang diambil dari prosentase pencapaian target

downlinenya sehingga masih membuka peluang bagi upline yang tidak

melalukan pembinaan dan tetap mendapat komisi atau bonus membina.

Dalam hal ini kesalahan perusahaan yaitu tidak menentukan target

berapa kali dalam sebulan atau setahun dalam membina para

downlinenya, kemudian kesalahan dari para upline yaitu setelah

berkembang jaringannya atau sudah mendapatkan banyak downline di

bawahnya ia tidak mengenal satu per satu para downline. Sehingga

tidak dilaksanakan pembinaan karena tidak saling mengenal.

c. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra

usaha) tidak menimbulkan ighra’.14

Ighra' adalah daya tarik luar biasa yang menyebabkan seseorang

lalai akan kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam

rangka memperoleh bonus atau komisi yang dijanjikan.

14 Fatwa DSN-MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 78: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

67

Menurut Manager Marketing HPAI, di HPAI tidak terdapat ighra'.

Dikenal dengan istilah Tijarotun murtabur, perdagangan yang tiada

merugi, ighra' yaitu bagaimana ia mendahulukan perniagan daripada

dzikrullaah. Bahkan dalam prakteknya PT. HPAI selalu mengarah

kepada dakwah-dakwah, mengajak seseorang untuk syiar dakwah Islam,

untuk kejayaan umat dan ekonomi umat, bahkan dalam memulai acara

dengan membaca basmalah, tilawah dan Indonesia raya tidak ada

kegiatan-kegiatan yang hura- hura. seperti pada Milad HPAI ke 6 di

SICC (Sentul Internasional Convention Center) di isi dengan perfom

syiar islam, mengggalang donasi kemanusiaan. Bahkan hiburannya

islami, semua yang berkaitang dengan syair- syair dakwah. Termasuk

diantaranya ketika PT. HPAI membuat promosi, iklan, promo, Sebelum

rilis selalu konsultasi dengan DPS.15

Selain komisi yang di dapat oleh mitra usaha HPAI, adapula

promo. Promo yaitu mekanisme perusahaan untuk menggairahkan pasar

dan menstimulasi kinerja prestasi para mitra usaha HPAI yang sifatnya

terbatas dan ditetapkan resmi oleh perusahaan. Promo yang diberikan

oleh PT. HPAI berkaitan dengan umrah, mobil, motor dan perjalanan

halal travel. Promo digunakan sebagai reward atau capaian-capaian

prestasi sesuai dengan promo marketing yang dikeluarkan dalam rentan

waktu tertentu.

Menurut mitra usaha HPAI, beliau mengemukakan bahwa promo

tersebut sifatnya tidak diberitahu kepada mitra usaha, promo

diberitahukan kepada mitra usaha ketika acara-acara HPAI seperti Milad

HPAI, dari acara tersebut di umumkan siapa saja yang mendapatkan

promo atau reward.16

15 Interview Pribadi dengan Amir Hamzah, Manager Marketing HPAI, pada Tanggal 07

Mei 2018, Pukul 10.00 WIB 16 Interview Pribadi dengan Meliha Khoibariyyah, Mitra Usaha HPAI, pada Tanggal 23

Mei 2018, Pukul 14.30 WIB

Page 79: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai

analisis sharia compliance pada pembagian komisi dalam sistem Multi Level

Marketing studi kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia tentang

mekanisme pemberian komisi pada PT. HPAI dan sharia compliance pada PT.

Herba Penawar Alwahida Indonesia dalam pembagian komisi menurut

ketentuan fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009, maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekanisme pemberian komisi pada PT. HPAI yaitu berbasis prestasi

belanja produk dan jualan produk, yang di mana besaran komisi tersebut

ditentukan berdasarkan jenjang kepangkatan seseorang. Mengeni waktu

pembagian komisi, perusahaan sudah menetukan hari di mana komisi

tersebut dicairkan yaitu awal bulan pada tanggal 5-10. Dalam pembagian

komisi tersebut tidak terjadinya keterlambatan dalam pembagiannya.

Misalnya, waktu daftar mitra usaha HPAI menggunakan rekening bank

syaiah akan lebih didahulukan, dari pada yang menggunakan bank

konvensional, kemudian misalnya mitra usaha tidak mempunyai nomor

rekening maka bisa mengambil langsing ke kantor pusat HPAI setelah

tanggal 15 (lima belas). Adapun macam-macam bentuk komisi menurut PT.

HPAI antara lain Bonus Agenstok, Bonus Prestasi Pribadi (BPP), Bonus

Prestasi Grub (BGP), Bonus Generasi pangkat (BGP), dan Bonus Gold

Diamond Crown (BGC).

2. Sharia Compliance MLM pada PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia

dalam pembagian komisi menurut Fatwa DSN MUI N0. 75 DSN-

MUI/VII/2009. Bahwasannya PT. HPAI tidak sepenuhnya sesuai dengan

fatwa DSN MUI walaupun secara garis besar PT. HPAI sudah sesuai

dengan prinsip syariah, sudah mengikuti ketentuan-ketentuan fatwa,

terdapat Dewan Pengawas Syariah, legalitas perusahaan sudah cukup jelas,

Page 80: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

69

proses pengembangan jaringanpun cukup jelas, dan tidak terdapat adanya

ighra' (iming-iming) akan tetapi disini perlu digaris bawahi bahwa PT.

HPAI masih ada yang belum sesuai dengan prinsip syariah perihal

pembagian komisi dan bonus, dan perihal pembinaan. Dari segi komisi dan

bonus yaitu PT. HPAI tidak bisa membedakan antara komisi dengan bonus

sedangkan menurut Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 sudah

dengan jelas komisi diartikan berbeda dengan bonus. Dalam fatwa DSN

MUI pada ketentuan umum poin keenam, komisi yaitu imbalan yang

diberikan perusahaan oleh mitra usaha atas penjualan, yang besaran maupun

bentuknya harus diperhitungan berdasarkan prestasi kerja nyata yang terkait

langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan dan atau produk jasa.

Kemudian pada Fatwa DSN MUI pada ketentuan umum poin ketujuh bonus

yaitu tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha

atas penjualan, karena berhasil melampaui target penjualan barang dan atau

nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh

perusahaan. Dengan begitu sudah menjelaskan bahwa komisi dan bonus

bukan hal yang sama karena keduanya dibedakan artinya komisi harus jelas

nominal berapa persennya dan diperjanjikan diawal, sedangkan bonus tidak

diperjanjikan dan tidak dijelaskan diawal (boleh tidak diperjanjikan) dan

apabila disamakan dikhawatirkan terjadinya gharar(ketidakjelasan) jika

dilaksanakan maka berpontensi melangar syariat. komisi itu adalah sesuatu

yang wajib diberikan seperti upah atau gaji sedangkan bonus diberikan

ketika seseorang telah melampau target. Komisi dan bonus penting untuk

dibedakan agar seorang mitra mengetahui ia mendapatkan komisi atau

mendapatkan bonus. Kemudian dari pembinaan, sistem ini belum sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah atau ketentuan-ketentuan fatwa, adanya

istilah komisi membina dalam perusahaan HPAI juga merupakan sebuah

ketidakadilan mengingat bahwa insentif tersebut diambil dari prosentase

pencapaian target downlinennya, sehingga masih membuka peluang bagi

upline yang tidak melakukan pembinaan dan tetap mendapatkan bonus

membina.

Page 81: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

70

B. Saran-saran

1. Kepada PT. HPAI agar membedakan antara komisi dan bonus agar jelas

nantinya seorang mitra usaha tersebut mengetahui ia mendapatkan

komisi atau mendapatkan bonus.

2. Kepada PT. HPAI agar menentukan target berapa kali dalam sebulan

atau setahun dalam membina downline.

3. Kepada DPS PT. HPAI harus teliti dalam memberikan kebijakan agar

selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

4. Bagi pemabaca, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih

terperinci berkenaan dengan fatwa No. 75/DSN-MUI/VII/2009 tentang

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) dan peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem

Penjualan Langsung yang belum sempat penulis jelaskan seperti

perlindungan konsumen terhadap mitra usaha yang tidak di bina oleh

upline.

Page 82: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz dan Yahya Abdurrahman. Bisnis dan Muamalat

Konterporer, Bogor : Al Azhar Freshzone Publishing , 2014

Ali, Zanuddin. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Amin, Muhamad. Strategi Pemasaran MLM (Multi Level Marketing) Perspektif

Ekonomi Islam; (Studi Kasus Pada PT. Natural Nusantara Cabang

Purwokerto); Skripsi Insititute Agama Islam Negeri Purwokerto: 2016

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002 Cet. Ke 12

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif Jakarta: Rineka Cipta, 2008

B. Firly Ramly, Zulchaidir. The Master Book Jakarta: Fighter Managemen, 2017

Castrawijaya, Cecep. Etika Bisnis MLM Syariah Ciputat: Sedaun, 2013

Clothier, Peter, J Meraup Uang dengan Multi Level Marketing Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1995

D. Purnomo, Serfianto dkk. Multi level Marketing Money Game & Skema Piramid

Jakarta: PT. Gramedia, 2011

Dewan Syariah Nasional MUI, Hipunan Fatwa Keuangan Syariah, Jakarta:

Erlangga, 2014

Dewi, Gemala dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Prenada Media Group,

Jakarta 2007

Page 83: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

72

Dwyanita, Ajeng & Irham Hakim, Analisis Kesesuaian Syariah Pada Sistem

Operasi Bisnis Multi Level Marketing (MLM) KK Indonesia Dengan

Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009 Jurusan Ekonomi Islam,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

Erza Amanati, Helin. Analisis pelaksanan Fatwa DSN MUI Tentang Sistem

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah di AHAD-NET Internasional

Semarang, Skripsi, Insititut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang:

2011

Fajar Nur Deawata, Mukti. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan

Skripsi, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, 2017)

Fatwa DSN MUI No 75/DSN-MUI/VII/2009

Hareba, Andreas. Menapaki Jalan DS-MLM Praktk, Pesona, dan Kiat Berbisnis

Direct selling dan Multi Level Marketing Jakarta: PT. Buku Kita, 2007

https://dsnmui.or.id/daftar-perusahaan-penjualan-langsung-berjenjang-syariah/,

diakses pada tanggal 13 Februari 2018 pada pukul 16.50 WIB

Katalog Produk HPAI, Hal 8-105

Kuswara, Mengenal MLM Syariah, Tangerang: Qultummedia, 2005

Mardani, Hukum Perikatan Syariah Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2013

Cet.1

Page 84: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

73

Marimin, Agus. Bisnis Multi Level Marketing dalam Pandangan Islam, VOL. 02

No. 02, Juli 2016

Mas Arum, Imam. Multi Level Marketing (MLM) SyariahSolusi Praktis Menekan

Praktik Bisnis Riba, Money Game, Jurnal, Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAIN) Salatiga Volume 3 Nomor 1, Juli 2012.

Nistains, Van. Multi Level Marketing Plus Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2015

Panduan Sukses HPAI, Hal 9

Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Nomor:32/M-DAG/PER/8/2008

Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.

73/MPP/Kep//2000

Rahman, Abdul Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Kusuma,

2012, Cet.2

Rohim, Abdul. Analisis Konsep Bisyarah Pada Jamaher Network dalam Perspektif

Ekonomi Islam, Jurnal, Tribakti ISSN: 1411-9919, E-ISSN 2502-3047,

27, 2, Vol. 27 Nomor 2 September 2016

Rambe, Sarwedi. Penetapan Harga Produk Pada PT. HPAI Cabang Pekanbaru

Ditinjau Menurut Fiqh Muamalah, Skripsi:2012

Regiana, Liva. Multi Level Marketing dalam Perspektif Fatwa Dewan Syariah

Nasional No.75/DSN-MUI/VII/2009 Skripsi, IAIN Metro Lampung,

2017

Page 85: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

74

Surya Dwi Putra, Ade. Komunikasi Persuasif PT Herba Penawar Alwahida

Indonesia (HPAI) dalam Membangun Jaringan di Kota Pekanbaru,

VOL. No. 1, April, 2018

Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Bogor Ghalia Indonesia, 2008

Tyas Kuncoro, Anys. konsep Bisniss Multi level Marketing, Volume XL No.119

Sepember 2009

Yosuf, Boni Supriyadi. Apa Salah MLM? Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017

Zaenudin, M. Analisis Pelaksanaan Fatwa DSN MUI Tentang Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah di Multi Level marketing Syariah (Studi Kasus Pada

MLM Sayariah PT. K-LINK Indonesia Cabang Cirebon); Skripsi, Institut

agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon: 2013

Page 86: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 87: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 1: Fatwa DSN MUI No. 75/DSN-MUI/VII/2009

Page 88: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 89: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 90: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 91: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 92: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 93: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 94: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu
Page 95: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 2: Sertifikat Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

Page 96: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 3: Surat Izin Anggota Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia

Page 97: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 4: Surat Izin BPOM

Page 98: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 5: Surat Keterangan Pemberian data Wawancara

Page 99: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu

Lampiran 6: Daftar Pertanyaan Wawancara Perusahaan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PERUSAHAAN

Daftar pertanyaan wawancara ini dibuat untuk menjawab permasalahan yang ada

pada rumusan masalah dalam penelitian ini yang berjudul "Analisis Sharia

Compliance Pada Pembagian Komisi Dalam Sistem Multi Level Marketing

(Studi Kasus PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia)" berikut daftar

pertanyaan wawancara:

1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Herba Penawar Alwahida Indonesia?

2. Bagaimana mekanisme PT. HPAI dalam memberikan komisi kepada

membernya?

3. Apakah ada unsur ighra' pada PT. HPAI?

4. Surat izin apa yang dimiliki oleh PT. HPAI?

5. Adakah mekanisme yang diusulkan oleh DPS yang tidak dilaksanakan oleh PT.

HPAI dengan alasan tertentu?

6. Bagaimana sikap DPS jika itu terjadi?

7. Jika ada perselisihan antara perusahaan dan DPS apa yang akan dilakukan?

Lampiran 7: Daftar Pertanyaan Member

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA MEMBER HPAI

1. Bagaimana prosedur atau mekanisme bapak/ibu bergabung di PT. HPAI?

2. Bagaimana proses pengembangan jaringan setelah menjadi member pada PT.

HPAI?

3. Bagaiamana cara bapak/ibu dalam mendapatkan bonus dan komisi pada PT.

HPAI?

4. Apakah terdapat keterlambatan dalam pembagian komisi?

5. Kapan komisi tersebut dicairkan oleh perusahaan HPAI?

6. Bagaimana system pemberian komisi kepada member?

7. Apakah ada unsur ighra'? (iming-iming atau janji)

8. Apakah PT. HPAI sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah?

Lampiran 8: Foto Bersama Manager Marketing HPAI

Page 100: ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42932/1/ULFATUN... · ANALISIS SHARIA COMPLIANCE PADA PEMBAGIAN KOMISI ... selalu