analisis semiotika diskriminasi gender dalam film...

247
ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM “KARTINI” 2017 KARYA HANUNG BRAMANTYO Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh : Sandra Oktaviani 1113051000204 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M

Upload: others

Post on 21-Jun-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI

GENDER DALAM FILM “KARTINI” 2017

KARYA HANUNG BRAMANTYO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :

Sandra Oktaviani

1113051000204

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1440H/2019M

Page 2: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 3: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 4: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 5: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

ABSTRAK

Sandra oktaviani / 1113051000204

Analisis Semiotika Diskriminasi Gender Dalam Film Kartini 2017 Karya

Hanung Bramantyo

Film pada umumnya mengangkat isu atau realitas yang ada didalam

masyarakat. Salah satu realitas sosial yang terjadi pada masyarakat saat ini adalah

ketimpangan gender yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Isu ini berkembang

sangat pesat hingga hari ini dan menuai berbagai macam reaksi dalam masyarakat

Indonesia. Masyarakat Indonesia yang notabene nya menjunjung tinggi adat

istiadat serta budaya nenek moyang dalam kehidupan sehari-hari masihlah sangat

bersifat patriarki dalam menafsirkan dan memposisikan kaum perempuan dalam

kehidupan sosial.

Film kartini 2017 masih menceritakan bagaimana sosok pahlawan perempuan

berasal dari Jepara yang hidup pada abad ke-18. Film ini Mencerminkan

bagaimana perempuan terdiskriminasi dan mengalami ketidakadilan gender

karena tradisi dan budaya masyarakat jawa. Melalui film tersebut, sang sutradara

berharap para penonton sadar akan diskriminasi gender yang ada dalam kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan dalam penelitian ini adalah

Bagaimana makna denotasi diskriminasi gender yang terkandung dalam film

Kartini 2017 ? Bagaimana makna konotasi diskriminasi gender yang terkandung

dalam film Kartini 2017? dan Bagaimana mitos diskriminasi gender yang

terkandung dalam film kartini 2017?

Penelitian ini mengacu pada paradiga konstruksionis dimana kosentrasi

analisisnya adalah menemukan bagaimana dan dengan cara apa realitas tersebut

dibentuk. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif .

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan analisis semiotika Roland

Bhartes.

Penelitian ini menggunakan teori ketidakadilan gender Mansour fakih.

Menurut Mansour fakih ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur

dimana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Teori

yang dikembangkan Mansour fakih juga membagi bentuk-bentuk ketidak adilan

gender menjadi 5 jenis yaitu marginalisasi, subbordinasi, stereotipe, kekerasan

dan beban kerja ganda.

Kata kunci : Semiotika, Diskriminasi, Gender, Film, Kartini

Page 6: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Assalamu’alaikumWr.Wb

Alhamdulillahiroobil’alamin. Puji syukur atas segala kehendak

dan kemudahan yang Allah S.W.T limpahkan, berkat izin-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Semiotika Diskriminasi Gender Dalam Film Kartini

2017 Karya Hanung Bramantyo”. Shalawat serta salam allah

curahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kami

kepada jalan kebenaran.

Penulis secara khusus ingin mengucapkan terimakasih kepada

kedua orang tua penulis yaitu mamah Sri Mardiyah dan Ayah

Hendra Wijaya yang telah memberikan semangat dan doa yang

tiada hentikepada penulis karena berkat doa mereka penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga merkea selalu diberkahi oleh

Allah SWT dan akan selali dalam lindungan –Nya.

Selama masa penelitan, penyusunan, dan penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari segala

Page 7: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Suparto, M.Ed., Ph.D. beserta jajarannya.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.si selaku dosen pembimbing

yang telah dengan sabar memberikan arahan kepada

penulis dan memberikan semangat untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

3. Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Drs.

Masran, MA serta Sekertaris Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fita Fathurokhmah, M.Si.

4. Seluruh Dosen Pengajar Dan Staf Akademik Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

menyediakan buku dan fasilitas lainnya untuk

mendapatkan refrensi dan memperkaya isi skripsi ini.

5. Seluruh keluarga besar penulis, Mbah Kakung, Mbah

Putri, Pakde, dan Bule, serta para sepupu yang selalu

memberikan support dan tekanan mental yang cukup

besar agar skripsi ini selesai.

Page 8: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

6. Kawan-kawan penulis yang selalu menjadi semangat

untuk segera menyelesaikan skripsi ini Gita Purnama

Sendy, Hilda Anindiya Putri, Septia Putri, Haris Setiawan,

Mallory Sianturi, Taufiqqurahman, Rofi Ahmad Fauzi,

Tasya Octaviani, Faigha Arini dan Rizki Nurul Haq,

7. The special one Septian Prasetyo terimakasih telah

menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan

berjasa karena telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian juga tak lupa memberikan saran bagi penulisan

skripsi ini.

8. Kawan-kawan RINGKAS (Riungan Kajian Sosial) Bung

Riski, Bung Riswan, Bung Aldi, Bung Agi, Bung Ikbal,

Bung Faskan serta adik-adik kesayangan yang selama ini

terus memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi

ini Hayatun Toyyibah, Neli Safitri, Nur Febbyanti, dan

Rahmawati Junia, yang selalu menjadi tempat menimba

ilmu dan berdiskusi mengenai kehidupan sosial.

9. Kawan-kawan JTV KPI Bang Asa, Bang Ridho, Bang

Reksa, Bang Tonet, Bang Tirai, Kak Bilqis, Intan, Elsa,

April, Eriana, Rofi, Rialdi, Dita, Humairah, Amira, Aul,

Page 9: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

Kindi, dan Adit serta yang lainnya yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu terimakasih banyak telah

memberikan ilmu dan pengalaman yang banyak sejak

awal hingga akhir perkuliahan.

10. Teman-teman LITBANG KOMPAS Bang Heri, Ka Ade,

Bang Miftah, Bang Eco, dan Bang Ertedy yang selalu

memberikan inspirasi untuk penulis.

11. Kawan-kawan SMGI-RAYA di UIN Serang, STIMIK

Raharja, UNISTA, UIN Jakarta, yang selalu dan tetap

Bergerak, Beserikat, Maju dan menang bersama rakyat.

Terimakasih selalu mendidik penulis dalam berorganisasi

12. Kawan-kawan POSPERA DPD Banten. Terimakasih telah

memberikan pelajaran berpolitik yang mengasyikan.

13. Kawan-kawan JIM (JARINGAN INDONESIA MUDA)

Terimakasih telah memberikan pelajaran dan doa bagi

penulis.

14. Kawan-kawan KKN Renaissance Imah, Puspa, Juliawan,

Fajar, dan Ojan Tiga laki-laki hebat yang selalu

menampung keluh kesah saya sebagai penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini..

Page 10: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

15. Warga Desa Jugala Jaya Kampung Kembang Kuning

Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor Barat Emak Onih,

Teh Yanti, Kang Wawan, Kang Ewok, Kang Roy, Kang

Beni, Kang Alan, Kang Adul, Kang Ocis, Kang Macau,

Mang Jatna, Kang Robet, dan Bapak Sibli, yang selalu

mendoakan penulis agar sukses dalam menjalani masa

studi di Jakarta.

16. Kawan-kawan KPI E 2013 yang sejak dari awal bersama-

sama menemani dalam proses mengarungi pahit getirnya

bangku kuliah. Khusus perempuan-perempuan hebat dan

tangguh Ipeh, Nita, Caca, Winda, Farah, April, Fira, Putri,

Gaby, Ismi, Inggi, Intan, Ayu, Nisa.

17. Kawan-kawan Klise Fotografi angkatan 4 terimakasih atas

ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama ini Uci,

Egha, Ical, Linda, dan Muna.

18. Kawan-kawan GPS (Gerakan Perempuan Smgi Raya)

Ninda, Fadillah, Caca, Eva, Sella, Teh Eni. Terimakasih

atas doa yang kalian panjatkan untuk penulis agar segera

lulus.

Page 11: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

19. Kawan-kawan FAM TANGERANG (Forum Aksi

Mahasiswa Tangerang) Oci, Rosid, Tomi Onta, Riski,

Shandi. Terimakasih atas semua doa yang kalian

panjatkan untuk penulis agar segera lulus.

20. Terimakasih kepada seluruh orang-orang yang telah

berjasa didalam kehidupan penulis yang penulis tidak bisa

sebutkan satu persatu, semoga kalian mendapatkan

balasan kebaikan yang lebih banyak dari Allah SWT.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan

dalam menyusun skripsi ini karna itu penulis berharap adanya

kritik dan saran dari semua pihak semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi semua pihak tanpa terkecuali.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta,…..…………2019

Sandra Oktaviani

Page 12: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 13: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 14: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 15: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................ Error! Bookmark not defined.i

DAFTAR ISI .............................................................................. 1

DAFTAR TABEL ..................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR ................................................................. 5

BAB I PENDAHULUAN .............Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ...... Error! Bookmark not defined.

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......... Error! Bookmark not

defined.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......... Error! Bookmark not

defined.

1. Tujuan Penelitian .....Error! Bookmark not defined.

2. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

D. Tinjauan Pustaka .................. Error! Bookmark not defined.

E. Metodologi Penelitian ............. Error! Bookmark not defined.

1. Paradigma PenelitianError! Bookmark not defined.

Page 16: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

2. Pendekatan PenelitianError! Bookmark not defined.

3. Subjek Ppenelitian ...Error! Bookmark not defined.

4. Objek Penelitian .......Error! Bookmark not defined.

5. Teknik Pengumpulan Data...................................... 34

6. Teknik Analisis Data .............................................. 35

F. Sistematika Penulisan .......................................................... 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................. 38

A. Landasan Teori ........................ Error! Bookmark not defined.

1. Semiotika ................................................................ 38

2. Gender ..................................................................... 44

3 Film ......................................................................... 63

B. Kerangka Berfiir ..................................................................... 78

BAB III GAMBARAN UMUM.............................................. 79

A. Gambaran Umum Film Kartini ............................................... 79

B. Sinopsis Film Kartini .............................................................. 86

C. Profil Sutradara dan pemain Film Kartini ............................... 90

D. Tim Produksi Film Kartini .................................................... 104

BAB IVDATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................. 116

A. Deskripsi dan Data Penelitian ........................................... 116

BAB V PEMBAHASAN ..............Error! Bookmark not defined.

Page 17: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

A. Marginalisasi ....................................................................... 203

B. Subbordinasi........................................................................ 205

C. Stereotype ............................................................................ 209

D. Kekerasan ............................................................................ 211

E. Beban Ganda. ...................................................................... 214

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................... 216

A. Kesimpulan ........................................................................... 216

B. Saran ..................................................................................... 217

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 218

Page 18: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Semiotika Roland Bhartes .............................................. 43

Tabel 2. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender ........................... 47

Tabel 3. Penghargaan Festival Film Indonesia 2017 .................. 80

Tabel 4. Penghargaan Festival Film Bandung 2017 ................... 82

Tabel 5.Penhargaan Festival Film Tempo 2017 ......................... 83

Tabel 6.Penghargaan Indonesia Movie Actor Awards 2018 ...... 84

Tabel 7.Penghargaan Piala Maya 2018 ....................................... 85

Tabel 8.Nama Tim Produksi ..................................................... 104

Page 19: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perempuan KDRT ................................................... 77

Gambar 2. Kerangka Berfikir .................................................... 78

Gambar 3. Sutrdara Hanung Bramantyo ................................... 90

Gambar 4. Raden Ajeng Kartini................................................ 93

Gambar 5. Raden Ajeng Kardinah ............................................ 94

Gambar 6. Raden Ajeng Roekmini ........................................... 95

Gambar 7. Yu Ngasirah............................................................. 96

Gambar 8. Yu Ngasirah Muda .................................................. 97

Gambar 9. Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat .................... 98

Gambar 10. Raden Ayu Moeryam ............................................ 99

Gambar 11. Raden Mas Sosrokartono .................................... 100

Gambar 12. Aden Ayu Soelasri .............................................. 101

Gambar 13. Raden Mas Slamet ............................................... 102

Gambar 14. Raden Mas Joyoadiningrat .................................. 103

Gambar 15. Kartini berjalan jongkok...................................... 117

Gambar 16. Ngasirah yang sedang meratapi Kartini .............. 120

Gambar 17. Kartini kecil menangis ........................................ 123

Gambar 18. Katini yang sedang dipingit................................. 130

Gambar 19. Katini yang sedang meratapi nasibnya ................ 132

Page 20: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

Gambar 20. Kartini yang sedang belajar berjalan jongkok ..... 135

Gambar 21. Katini dan Soelastri merawat tubuh .................... 138

Gambar 22. Soelastri mencuci kaki suami .............................. 140

Gambar 23. Kardinah dan Roekmini masuk pingitan ............. 144

Gambar 24. Kartini, Kardinah dan Roekmini memasak ......... 146

Gambar 25. Moeryam melayani suami ................................... 149

Gambar 26. Kartini Kardinah & Roekmini Memberi Hormat 152

Gambar 27. Pak Atmo melarang Kartini keluar rumah .......... 155

Gambar 28. Bangswan yang Sedang Menggunjing ................ 159

Gambar 29. Kartini dicaci oleh R.M Busono .......................... 161

Gambar 30. Ngasirah terdiskriminasi oleh R.A Moeryam ..... 164

Gambar 31. Kardinah menangis .............................................. 169

Gambar 32. Roekmini menangis ............................................. 172

Gambar 33. Bangsawan Beraduargumentasi .......................... 176

Gambar 34, Kartini Menerima Kekerasan .............................. 181

Gambar 35.. Moeryam yang Sedang Menangis ...................... 186

Gambar 36. Soelastri yang Menjadi Korban Poligami ........... 191

Gambar 37. Kyai Soleh Darat Mengajarkan agama Islam…...198

Page 21: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam

menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media juga dapat

membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Salah

satu media pembelajaran yang sedang berkembang saat ini adalah

media audiovisual.1 Melalui audiovisual proses pembelajaran

menjadi menyenangkan dan dapat menjembatani siswa

memahami materi belajar dengan mudah. Salah satu media

audiovisual yang dapat digunakan dalam proses belajar adalah

film. Gambar bergerak yang dilengkapi dengan audio ini sejak

dahulu diyakini mampu memberikan nilai pendidikan bagi anak-

anak maupun semua kalangan usia. Baik itu film industri maupun

film khusus yang dibuat untuk pengajaran.2

Dalam acara forum diskusi bertajuk Pendidikan Lewat

Film yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Perfilman

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Aktor

sekaligus sutradara Aditya Gumay mengatakan,

1 Joni Purwono,Sri Yutmini,Sri Anitah, “Penggunaan Media Audio-

Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Pacitan”, Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran

Vol.2, No.2, Hal 127 – 144, Edisi April 2014. Ditulis Artikel diakses pada

Selasa 27 Maret 2018 pukul 16.00 WIB. 2 Ramddha Mawaddha. Film Sebagai Media Belajar Kreatif Bagi

Anak. 2017. http://kabar24.bisnis.com/read/20171001/255/694595/film-

sebagai-media-belajar-kreatif-bagi-anak- artikel diakses pada Selasa 27 Maret

2018 pukul 16.51 WIB.

Page 22: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

2

“Film tak hanya memiliki fungsi menghibur ataupun

sebagai hasil budaya saja”. Namun, sutradara kelahiran 4

Oktober 1966 sangat sepakat jika film dianggap sebagai

media pendidikan. Oleh karena itu, Aditya menekankan

untuk tidak membuat film yang sia-sia."Film itu

pengerjaannya minimal enam bulan. Jadi jangan bikin

film yang sia-sia, Oleh karena itu Saya cukup berhati-

hati dalam membuat film karena film saya harus menjadi

amal jariyah," ujarnya dalam diskusi tersebut.3

Selain untuk pembelajaran, film adalah salah satu bentuk

media komunikasi yang cukup efektif bagi masyarakat. Adapun

media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur

masyarakat satu dengan masyarakat lainnya melalui produk

media massa yang dihasilkannya.4 Onong Uchyana memberikan

definisi komunikasi massa sebagai komunkasi yang

menggunakan media massa modern diantaranya adalah surat

kabar, film, radio, internet dan televisi. Tidak mengherankan jika

pembahasan tentang komunikasi massa selalu melibatkan media

massa sebagai objek penelitian.5 Dari berbagai bentuk media

komunikasi massa yang cukup banyak jumlahnya, salah satu

bentuk dari media komunikasi yang akan penulis bahas dalam

bentuk penelitian saat ini adalah film.

Film merupakan sesuatu yang unik di bandingkan dengan

media lainnya karena sifatnya bergerak secara bebas dan tetap.

3 Ramddha Mawaddha. Film Sebagai Media Belajar Kreatif Bagi Anak.

2017. http://kabar24.bisnis.com/read/20171001/255/694595/film-sebagai-

media-belajar-kreatif-bagi-anak- artikel diakses pada Selasa 27 Maret 2018

pukul 16.51 WIB. 4 Burton, Grame. Media Dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra,

2012. 5 Uchjana,Onong. Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori Dan Praktek.

Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, cetakan XVI .2000.

Page 23: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

3

Penerjemahannya melalui gambar-gambar visual dan suara yang

nyata juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai

subjek yang tidak terbatas ragamnya.6 Kelebihan film lainnya

adalah dapat merangkul masyarakat dari berbagai golongan dari

golongan bawah hingga golongan atas. Unsur inilah yang

membuat film menjadi salah satu bentuk seni alternatif yang

banyak diminati masyarakat. Dengan mengamati secara seksama

apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui

peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan

ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan serta

mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang

kurang jelas terlihat dalam masyarakat.7

Pada awalnya film dinikmati sebagai selingan saat prime

time saja atau waktu luang oleh masyarakat. Film yang

dihadirkan pun beraneka ragam jenisnya. Ada tiga jenis utama

film yaitu fitur, dokumentasi dan animasi atau lebih dikenal

dengan film kartun. Namun yang lebih sering diminati

masyarakat adalah film fitur, merupakan karya fiksi yang

strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat melalui tiga tahap,

yaitu tahap praproduksi merupakan masa berlangsungnya

pembuatan skenario yang dapat diadaptasi dari sebuah novel atau

karya cetakan yang lainnya. Kemudian, tahap produksi, dimana

pada tahap ini merupakan tahap berlangsungnya pembuatan film

berdasarkan skenario. Tahap terakhir pembuatan film adalah

6 Joseph, M. Boggs. The Art Of Watching Film, (Terj) Sani, Asrul.

Jakarta: Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1986. 7 Pranajaya, Adi. Film Dan Masyarakat : Sebuah Pengantar. Jakarta: BP

SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. 1999.

Page 24: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

4

tahap post-produksi (editing) ketika semua bagian menjadi satu

kisah yang menyatu.8 Begitulah setiap proses panjang dalam

pembuatan film yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para

penikmatnya.

Para pembuat film dapat menyampaikan pesan-pesan

tertentu dalam setiap produksi filmnya termasuk kritik-kritik

sosial dan refleksi atas kenyataaan yang tejadi dalam masyarakat.

Salah satu persoalan representasi dalam film dan juga produk

media lainnya yang sampai saat ini banyak diperdebatkan adalah

persoalan diskriminasi gender. Salah satu film yang pernah

menjadi perdebatan dikalangan masyarakat luas adalah

perempuan berkalung sorban yang dirilis pada tahun 2009, film

yang dibintangi oleh Revalina S. Temat, Reza Rahardian, dan di

sutradarai oleh Hanung Bramantyo ini menuai berbagai polemik

di lingkungan masyarakat, karena film ini mengangkat isu

perempuan yang terdiskriminasi di lingkungan pondok pesantren.

Film ini banyak menuai kecaman dari berbagai pihak seperti

Pengurus Besar Nadratul Ulama (PBNU).

Sekjen PBNU Endang Turmudi menyatakan

keprihatinannya atas penayangan film perempuan

berkalung sorban yang dinilainya mendeskriditkan

pesantren “pesantren dalam film tersebut digambarkan

sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi

pendidikan agama yang kolot, anti perubahan, dan

tertutup”.9

8 Danensi Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yongyakarta:

Jalasutra. 2010. 9 Makruf. PBNU Prihatin Film PBS (Perempuan Berkalung Sorban)

Deskriditkan Pesantren. 2009. http://www.nu.or.id/post/read/15923/pbnu-

prihatin-film-pbs-diskreditkan-pesantren dirulis oleh Makruf artikel diakses

pada Selasa 27 Maret 2018 pukul 16.51 WIB.

Page 25: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

5

Selain film Perempuan Berkalung Sorban, film lain yang

cukup mengguncang industri perfilman Indonesia adalah film

Marlina Sang Pembunuh Empat Babak. Film yang menceritakan

Marlina seorang janda yang mengalami kekerasan, pelecehan dan

pemerkosaan. Tokoh Marlina menggambarkan realisme sosial

seperti ketimpangan gender dan semangat feminisme seorang

perempuan. Mouly Surya dan Rama Adi sebagai penulis naskah

serta ide cerita oleh Garin Nugroho, menghadirkan budaya yang

sangat patriarki, di mana perempuan hanya berurusan soal dapur

dan kasur, perempuan harus tunduk kepada laki-laki.10

Hal ini

mempresentasikan salah satu gambaran budaya bias gender

dibeberapa suku di Indonesia yang masih menilai perempuan

berbeda kedudukannya dengan laki-laki.

Sama halnya dengan perfilman di Indonesia yang mulai

menyampaikan gagasan kaum feminis, perfilman di dunia barat

pun demikian bahkan gagasan-gagasan seperti itu sudah muncul

jauh lebih dulu pada tahun 1980-an yaitu film the stepford wives

yang cukup berbeda dengan realitas berbeda dengan realitas

perfilman tahun 1960-an dimana cenderung menyampaikan

perempuan sebagai objek laki-laki. Muenurut Mulvey (1974)

dalam jurnal “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film

Religi” yang ditulis oleh Lukman Hakim menyatakan bahwa

10 Agustina Rasyida. Marlina Semangat Feminisme Ditengah Budaya

Patriarki. 2017. https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/marlina-semangat-

feminisme-di-tengah-budaya-patriarki artikel diakses pada Selasa 27 Maret

2018 pukul 19.41 WIB.

Page 26: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

6

eksplorasi tubuh perempuan yang ada pada sinema Hollywood

klasik merupakan objek dari keinginan maskulin dalam rangka

untuk membangkitkan kesenangan dalam masyarakat

phallocentric. Objek dan citra tubuh perempuan yang dihadirkan

melalui film menjadi sumber untuk membangkitkan hasrat

seksual melalui fantasi.11

Melalui fantasi penonton dianggap mampu memberi arti

untuk objek serta untuk membangkitkan keinginan seksual.

Secara teoritis Muvley menegaskan bahwa dalam sistem

masyarakat patriarki cara laki-laki menonton bersifat aktif,

sedangkan perempuan bersifat pasif namun pada tiga dekade

belakangan juga dikenal sebagai gelombang ke tiga gerakan

feminisme, film-film barat menampilkan wajah yang berbeda.

Menurut Masment dalam jurnal “Arus Baru Feminisme Islam

Indonesia dalam Fim Religi” yang ditulis oleh Lukman Hakim

menyatakan bahwa akibat gerakan feminisme, televisi dan film

bioskop akhirnya cenderung mengangkat isu-isu ketidakadilan

gender secara serius. Beberapa film seperti the stepford wives

yang di produksi pada 1974 dan kemudian di remake pada 2004.

Film ini secara tegas melakukan kritik atas dominasi sistem

patriarki yang mengakar di masyarakat barat saat itu.12

Perdebatan seputar representasi dalam film tidak hanya

mengundang ketertarikan para pemikir dan peneliti media

studies maupun cultural studies, tetapi juga melibatkan kontestasi

11

Lukman Hakim, “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film

Religi”, Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02, Desember 2013. h.251. 12

Lukman Hakim “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film

Religi”, Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02, Desember 2013. h.251.

Page 27: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

7

dari para pemikir gender dan feminis. Film diposisikan sebagai

medan yang di dalamnya terus berlangsung proses produksi

makna melalui representasi stereotip tentang perempuan maupun

laki-laki. Representasi tersebut tidak hanya berkutat dalam hal

bagaimana tubuh dicitrakan, tetapi juga berkaitan dengan

persoalan tematik yang divisualisasikan melalui citra-citra filmis.

Representasi gender tersebut sangat erat kaitannya dengan relasi

kuasa dan wacana ideologis yang berlangsung dalam peta budaya

sebuah masyarakat dalam periode partikular.13

Representasi perempuan oleh media massa, senantiasa

digambarkan sangat tipikal yaitu tempatnya ada di rumah,

berperan sebagai ibu rumah tangga, dan pengasuh, tergantung

kepada pria, tidak mau menggambil keputusan penting, menjalani

profesi terbatas, selalu melihat pada dirinya sendiri, sebagai objek

seksual/simbol seks, selalau disalahkan, bersikap pasif, serta

menjalankan fungsi sebagai pengkonsumsi barang atau jasa dan

sebagai alat pembujuk. Selain itu eksistensi wanita juga tidak

terwakili secara proposional di media massa baik itu di media

hiburan maupun media berita.14

Melalui penggambaran semacam itu, menurut Fry dalam

buku Sunarto “Televisi, Kekerasan dan Perempuan” kaum

perempuan juga mengalami kekerasan dan penindasan yang

dilakukan oleh suatu jaringan kekuasaan, dalam berbagai bentuk,

13 Ikwan Setiawan. Representasi Perempuan Film Dan Hegemoni

Patriarki. 2016. http://matatimoer.or.id/2016/03/22/representasi-perempuan-

film-dan-hegemoni-patriarki-bagian-1/ artikel diakses pada Selasa 27 Maret

2018 pukul 19.08 WIB. 14

Sunarto. Televisi, Kekerasan Dan Perempuan. Jakarta: PT.Kompas

Media Nusantara. 2009.

Page 28: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

8

misalnya, berupa diskriminasi kerja, diskriminasi upah, pelecehan

seksual, ketergantungan pada suami, pembatasan peran sosial,

sebagai perempuan, ibu rumah tangga dan lain sebagainya.15

Dari

berbagai macam pendapat yang telah dikemukakan diatas,dapat

terlihat bagaimana peran gender dikonstruksi oleh media yang

menjadi alat komunikasi paling efektif dalam mengkonstruksi

pola pikiran masyarakat.

Masalah ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan

sudah ada sejak jaman nenek moyang kita. Hal ini dijelaskan

pada buku “Sarinah” yang ditulis oleh Soekarno. Ketika

perempuan tidak bisa berburu bersama para laki-laki karena ia

mengandung dan menjaga anak-anaknya.

“Dialah petani yang pertama, tetapi dia pulalah yang

pertama sekali mulai terbuka ingatannya membuat

rumah. Laki-laki masih banyak lari kian kemari di

hutan, di tepi sungai, di pantai laut, di padang-padang

rumput di rawa-rawa- tetapi dia perempuan karna

menjaga hamilnya dan anak-anaknya yang kecil serta

kebunnya yang sederhana tetapi tidak dapat

ditinggalkan itu, dia mulai membuat tempat kediaman

yang tetap.” Disinilah awal mula perempuan dianggap

sebagai manusia nomer dua karna tidak bisa ikut

berburu bersama laki-laki.16

Selain Soekarno, sejarahwan Reggie Bay juga menjelaskan

penindasan perempuan yang terjadi pada masa kolonialisme

Hindia Belanda dalam bukunya “nyai dan penggundikan di

Hindia Belanda”. Pada buku tersebut terungkap sejarah

penggundikan perempuan terjadi hampir sepanjang masa

15 Sunarto. Televisi, Kekerasan Dan Perempuan. Jakarta: PT.Kompas

Media Nusantara. 2009. 16

Soekarno, Sarinah. Bandung: Syabas Books. 2013.

Page 29: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

9

kolonialisme Belanda di Indonesia, yaitu pada awal abad ke-16

sejak kedatangan sejumlah besar rombongan dagang Eropa ke

Negara asia rombongan dagang tersebut di dominasi oleh laki-

laki dan hanya sedikit perempuan yang ikut serta, defisit

perempuan rupanya menjadi permasalahan tersendiri bagi banyak

laki-laki Eropa. Defisit tersebut dapat diatasi dengan

penggundikan dimana laki-laki kulit putih hidup bersama

perempuan dari berbagai etnis di Indonesia Jawa, Sunda,

Tionghoa dan Jepang. Hal ini membuktikan bahwa relasi antara

laki-laki dengan perempuan yang mana menyangkut

kedudukannya didalam rumah tangga ataupun kehidupan sosial

merupakan sebuah isu yang sangat sensitif dan selalu menarik

untuk diperbincangkan sampai sekarang, problematika tersebut

masih belum menemukan titik terang serta pertemuan

kesepahaman.

Selain Reggie Bay dan Soekarno, seorang sastrawan

terkemuka di Indonesia yaitu Pramodya Ananta Toer juga ikut

merefleksikan kehidupan perempuan pada masa koloniliasme

Belanda dan Jepang dalam beberapa novelnya.Bumi Manusia

merupakan salah satu novel trilogy yang dibuat oleh Pram semasa

menjadi tahanan politik dimasa orde baru dan diasingkan di pulau

Buru. Dalam novel ini Pram menceritakan bagaimana realitas

perempuan dari kelas menengah kebawah yang hidup dimasa

kolonial yang dijual oleh orangtua nya agar menjadi seorang

“Nyai” (sebutan untuk perempuan peliharaan/perempuan

simpanan orang Belanda). Tokoh Nyai Ontosoroh yang hanya

seorang gundik dari seorang tuan tanah Belanda yang berkuasa,

Page 30: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

10

menggambarkan bagaimana citra perempuan yang bergelar

“Nyai” mendapatkan berbagai macam diskriminasi dari pihak

pemerintahan Belanda dimasa itu.

Berbagai contoh diatas mengemukakan bagaimana konsep

gender tersebut didalam realitas kehidupan masyarakat Indonesia

dari masa kolonialisme hingga sekarang. Konsep gender adalah

satu sifat yang melekat pada laki-laki ataupun perempuan yang di

konstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa

perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau

keibuan.semantara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

perkasa.17

Konsep tersebut seperti seperangkat peran yang

mempunyai kostum ataupun topeng dalam teater menyampaikan

kepada orang lain bahwa kita adalah feminis ataupun maskulin.

Salah satu hal yang paling menarik dalam gender adalah peran-

peran itu berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur

dan kultur lainnya.18

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah

sepanjang tidak melahirkan sifat ketidakadilan gender (gender

inequalities). Namun, yang menjadi persoalan ternyata perbedaan

gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi kaum

laki-laki dan terutama bagi kaum perempuan. Ketidakadilan

gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-

laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk

17

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yongyakarta: Insist Press. 2016. 18

Julia, Claves Mosse. Gender Dan Pembangunan. Yongyakarta:

Pustaka Pelajar. 1996.

Page 31: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

11

memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan

ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi

ketidakadilan yang ada ketidakadilan gender termanifestasikan

dalam bentuk ketidakadilan yakni, marginalisasi atau proses

pemiskinan ekonomi, subbordinasi atau anggapan yang tidak

penting bagi keputusan politik, pembentukan stereotype atau

melalui pelabelan negatif kekerasan (violence), beban kerja lebih

banyak (burden) serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.

Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan

karena saling berkaitan dan berhubungan saling mempengaruhi

secara dialektis.19

Untuk memahami secara mendalam konsep gender dalam

agama islam, maka terlebih dahulu perlu difahami asal-usul dan

subtansi kejadian manusia laki-laki dan perempuan baik itu dari

segi subtansi maupun dari segi fungsi dan status. Dalam Al-

Qur‟an asal-usul kejadian manusia dapat dilihat di dalam

beberapa kategori yaitu asal-usul manusia sebagai makhluk

biologis, asal-usul spesies manusia pertama yakni adam dan

hawa, asal-usul reproduksi manusia dan subtansi manusia itu

sendiri. 20

Pada dasarnya laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang

sejajar dihadapan tuhan. Beberapa ayat dalam Al-Qur‟an yang

popular dijadikan rujukan tentang setaranya kedudukan laki-laki

19

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yongyakarta: Insist Press. 2016. 20

Umar, Nazaruddin. Argument Kesetaraan Jender Prespektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. 2011.

Page 32: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

12

dan perempuan terdapat di dalam firman Allah Q.s. al-Hujurat

ayat 1321

yang berbunyi:

الىاس إوا خلقىاكم مه ذكر وأوثى وجعلىاكم شعىبا وقبائل لتعارفىا إن أكرمكم يا أيها

عليم خبير أتقاكم إن للا عىد للا

Artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara

kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan perempuan sejak awal diciptakan oleh tuhan

dalam kapasitasnya sebagai hamba. Keduanya mempunyai

potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal.

Hamba ideal dalam al-Qur‟an diistilahkan dengan orang-orang

yang bertaqwa. Untuk mencapai derajat ketaqwaan ini tidak

dikenal dengan adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa,

atau kelompok etnis tertentu.22

Kehususan-kehususan yang diperuntukan kepada laki-laki

seperti seorang suami setingkat lebih tinggi diatas istri, laki-laki

21

Umar, Nazaruddin. Argument Kesetaraan Jender Prespektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. 2011. 22

Umar, Nazaruddin. Argument Kesetaraan Jender Prespektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. 2011.

Page 33: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

13

pelindung bagi perempuan, memperoleh warisan yang lebih

banyak, menjadi saksi yang efektif, dan diperkenankan

berpoligami bagi mereka yang memenuhi syarat, akan tetapi ini

semua tidak menyebabkan laki-laki menjadi hamba yang utama.

Kelebihan-kelebihan ini diberikan kepada laki-laki dalam

kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang memiliki peran

publik dan sosial lebih ketika ayat-ayat al-qur‟an diturunkan.23

Sedangkan masih banyak orang yang menganggap perbedaan

kedudukan antara laki-laki dan perempuan atau dikriminasi

gender yang ada dalam kehidupan sosial adalah hal yang biasa

terjadi dan dibenarkan oleh agama. Mereka tidak merasa di

diskriminasi didalam kehidupan sehari-hari baik kaum

perempuan ataupun laki-laki sudah menggap ini semua adalah

kodrat dari tuhan.

Konstruksi sosial dan kebudayaan diatas adalah sedikit

contoh adanya ideologi bias gender yang ada di dalam media

massa dan lingkungan masyarakat. Hal ini mengakibatkan

persoalan posisi perempuan yang sealalu berada dibawah laki-

laki. Bias gender dan budaya patriarki tidak dapat dilepaskan dari

berbagai pesan yang telah disampaikan oleh media. Hal ini dapat

memperteguh bahwa media massa dikuasai oleh kelompok yang

mengkonstruksi ketidakadilan gender dalam media massa.

Film-film Indonesia seiring dengan perkembangannya ikut

juga mengangkat permasalahan diskriminasi gender yang ada

23

Umar, Nazaruddin. Argument Kesetaraan Jender Prespektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. 2011.

Page 34: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

14

dalam kehidupan sehari-hari seperti yang telah penulis sebutkan

diatas yaitu perempuan berkalung sorban, Marlina sang

pembunuh empat babak dan ronggeng Dukuh Paruk. Film Kartini

2017 yang dibintangi oleh Dian Satro Wardoyo merupakan salah

satu dari sekian banyaknya film yang mengangkat tema

perempuan. Film Kartini hadir sebagai tolak ukur sosok

perempuan Indonesia hingga hari ini. Film Kartini juga banyak

mendapatkan simpatik dan pujian masyarakat Indonesia dan

dunia internasional ini terbukti pada di putarnya film Kartini di

PBB dalam acara memperingati hari perempuan internasional

yang jatuh pada bulan Maret 2018 lalu.

Film Kartini diputar di Markas PBB dalam rangka

partisipasi Indonesia dalam pertemuan Commission on

the Status of Women (CSW) yang bertema Challenges

and opprtunities in achieving gender equality and the

empowerment of rural women and girls (tantangan dan

peluang dalam memperoleh kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan / gadis muda pedesaan). ke-62

atas rekomendasi Perutusan Tetap Republik Indonesia

(PTRI). Dalam kesempatan ini film Kartini diputar untuk

menunjukkan kepada dunia bagaimana perjuangan

perempuan Indonesia mendorong emansipasi dan

pemberdayaan perempuan24.

Selain itu, di Indonesia sendiri film Kartini juga banyak

mendapat apresiasi ini di buktikan dengan Puluhan penghargaan

masuknya film ini di berbagai nominasi dalam festival film

24 Tri Susanto Setiawan. Kartini Di Putar Di Markas PBB (Persatuan

Bangsa-Bangsa). 2018.

https://entertainment.kompas.com/read/2018/03/20/174336610/film-kartini-

diputar-di-markas-pbb. artikel diakses pada Tanggal 02 April 2018 Pukul

16.53 WIB.

Page 35: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

15

Indonesia 2017 yang diselenggarakan pada November ini di

Manado Sulawesi Utara dari 16 kategori nominasi yang ada

dalam FFI 2017, film Kartini masuk 13 nominasi. Sebagai, film

yang paling banyak meraih nominasi di Festival Film Indonesia25

.

Berangkat dari berbagai permasalahan diatas tentang adanya

anggapan kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin

yang menyebabkan pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab

perempuan. Sehigga perempuan harus bekerja keras untuk

menjaga kebersihan dan kerapihan rumah tangganya mulai dari

mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi

hingga memelihara anak.26

Pernyataan tersebut terwakilkan dalam film Kartini semiotika

gender dalam film Kartini sangat menarik untuk penulis teliti

lebih lanjut karena sosok Kartini adalah simbol dari emansipasi

perempuan Indonesia. Selain itu yang membuat penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang film Kartini, karena di era

modern ini banyak perempuan masih belum mengetahui bentuk-

bentuk diskriminasi gender yang ada dilingkungan sosialnya.

Maka dari berbagai macam latar belakang permasalahan diatas

penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS

SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM

KARTINI 2017 KARYA HANUNG BRAMANTYO”

25

Andi Muttya Kateng. Kartini Dan Pengabdi Setan Mendominasi FFI.

2017. http://entertainment.kompas.com/read/2017/10/05/233120210/kartini-

dan-pengabdi-setan-mendominasi-ffi-2017 artikel di akses Pada Tanggal 21

November 2017 Pukul 22.37 WIB. 26

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008.

Page 36: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

16

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah

diuraikan diatas, maka untuk lebih memfokuskan dan

mempermudah penyusunan skripsi ini penulis membatasi ruang

lingkup penelitian pada bentuk diskriminasi gender yang terdapat

pada setiap scane film Kartini 2017 dari bagian awal hingga akhir

film tersebut. Dengan menggunakan teori analisis gender

Mansour Fakih yang membagi bentuk gender menjadi lima

bagian yaitu, marginaalisasi, subbordinasi, stereotype, kekerasan

dan beban ganda, penulis juga akan menggunakan teori

penandaan semiotika Roland Bhartes yang membagi semiotika

menjadi tiga unsur yaitu denotasi, konotasi, dan mitos.

Berdasarkan batasan diatas maka penulis merumuskan

permasalahannya yaitu sebagai berikut :

1) Bagaimana makna denotasi diskriminasi gender yang

terkandung dalam film Kartini 2017 ?

2) Bagaimana makna konotasi diskriminasi gender yang

terkandung dalam film Kartini 2017 ?

3) Bagaimana makna mitos diskriminasi gender yang

terkandung dalam film Kartini 2017 ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan

penelitain ini adalah :

1) Untuk mengetahui makna denotasi diskriminasi

gender yang terkandung pada film Kartini 2017.

Page 37: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

17

2) Untuk mengetahui makna konotasi diskriminasi

gender yang terkandung pada film Kartini 2017.

3) Untuk mengetahui makna mitos diskriminasi

gender yang terkandung pada film Kartini 2017.

2. Manfaat penelitian

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan kepada seluruh civitas akademika

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam yang mengkaji

semiotika dalam sebuah film yang mana dalam

penelitian ini menggunakan analisis semiotika

model Roland Barthes.

2) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan secara akademik untuk pengembangan

kurikulum di Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam tentang bagaimana pentingnya kajian

gender dalam sebuah media dan diharapkan dapat

membuat bahan ajar untuk mata kuliah gender

dan media massa.

3) Penelitian ini dapat digunakan oleh para praktisi

film yaitu sutradara, produser, dan penulis

skenario film sebagai salah satu evaluasi

kelebihan kekurangan film yang telah dibuat

sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat

membuat serta menghasilkan banyak film-film

Page 38: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

18

yang lebih berkualitas dan mempuyai sensitivitas

gender.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait

semiotika dan mengenai Raden Ajeng Kartini sehingga skripsi

ini bisa menjadi pelengkap dari tulisan-tulisan sebelumnya.

penelitian tersebut antara lain :

1) Skripsi :“Potret Wanita Jawa Dalam Film Kartini”

Disusun oleh : Defti Rianti

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (UIN Sunan Kalijaga

Yongyakarta)

Tahun : 2014

Isi : Dalam penelitian ini, peneliti meneliti film

R.A Kartini yang dibuat oleh Sjuman Djaya pada

tahun 1982 dan dibintangi oleh Yenni Rahman

sebagai Raden Ajeng Kartini. Penelitian yang

dilakukan oleh Defti ini menggunakan teori

pengaruh budaya yang menjelaskan bahwa sesuatu

yang mendukung budaya tercipta dan mampu

bertahan sebagaimana budaya yang ada. Penelitian

defti ini cenderung lebih melihat bagaimana

budaya tercipta, tumbuh, berkembang dan

mengakar pada kehidupan perempuan Jawa.

karena Defti adalah seorang mahasiswi jurusan

sejarah kebudayaan islam yang setiap

penelitiannya lebih fokus kepada kebudayaan dan

sejarah.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

19

Keterkaitan : Terdapat keterkaitan antara

penelitian ini degan penelitian diatas yaitu sama-

sama meneliti pahlawan perempuan yang lahir di

bumi Jepara yaitu Kartini namun dalam penelitian

terdahulu hanya menekankan pada nilai budaya

para wanita Jawa dalam film Kartini di tahun 1983

yang lalu. Sedangkan dalam penelitian ini

berobjektifkan film biopik terbaru Kartini yang

tayang pada tahun 2017 dan di sutradarai oleh

Hanung Bramantyo ini lebih menekankan pada

penandaan nilai diskriminasi gender. Dengan

menggunakan teori semiotika Roland Barthers.

Perbedaan : peneliti sebelumya menggunakan teori

analisis budaya sedangkan peneletian kai ini,

peneliti lebih fokus pada tataran ilmu komunikasi

karena peneliti menggunakan teori semiotika

komunikasi dalam melihat objek penelitian.

Kelebihan : peneliti memakai teori kebudayaan

dalam menganalisis objek, dengan cara ini peneliti

menggali lebih dalam bagaimana awal mula

kebudayaan yang bersifat diskriminatif terhadap

perempuan.

Kekurangan : kekurangan dari penelitian ini, sang

peneliti kurang menggali lebih jauh tentang

sejarah Kartini sendiri. Peneliti tidak datang ke

Jepara atau Rembang untuk menggali penelitian

Page 40: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

20

sejarahnya lebih lanjut. Peneliti hanya berpedoman

pada film yang peneliti tonton.

2) Skripsi tentang “Konsep Pendidikan Perempuan R.A

Kartini Dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang”

Disusun oleh : Siti Kholisoh

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (IAIN Salatiga )

Tahun : 2016

Isi : Dalam penelitian ini Siti sebagai peneliti,

meneliti bagaimana konsep pendidikan bagi

perempuan menurut R.A Kartini. Penelitian ini

bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus

pada referensi buku dan sumber-sumber yang

relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermati

sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-

buku, artikel atau sumber lain yang berkaitan

dengan R.A. Kartini. Adapun metode

pengumpulan data menggunakan Library

Research.

Keterkaitan : Terdapat keterkaitan yang sama yaitu

meneliti tentang R.A Kartini akan tetapi pada

penelitian ini lebih kepada relevansi konsep

pendidikan perempuan yang dicetuskan oleh R.A

Kartini dan pada skripsi ini lebih kepada

objektifitas buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”

yang ditulis oleh Kartini. Sedangkan dalam

penelitian ini penulis lebih menekankan pada

penandaan nilai diskriminasi gender yang

Page 41: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

21

tercermin dalam film Kartini 2017. Dengan

menggunakan teori semiotika Roland Barthers.

Perbedaan : pada penelitian sebelumnya peneliti

lebih fokus kepada tataran ilmu pendidikan yang

diusung oleh Kartini dan bagaimana konsep

pendidikan yang di usung oleh Kartini. Kali ini

penulis akan lebih fokus dalam tataran ilmu

komunikasi dengan menggunakan teori semiotika.

Kelebihan : peneliti dapat mengaplikasikan konsep

pendidikan perempuan dari Kartini dalam

pendidikan formal dan menjalakan profesinya

sebagai guru.

Kekurangan : menurut peneliti, kekurangan dari

penelelitian ini adalah siti sebagai peneliti hanya

melakukan metode pengumpulan data

menggunakan Library Research. Seharusnya siti

sebagai peneliti datang ke Jepara dan Rembang

untuk melakukan wawancara lebih dalam

kepadatim peneliti rumah Kartini.

3) Skripsi : “Analisis Semiotik Nilai-Nilai Nasionalisme

Dalam Film Guru Bangsa Tjokroaminoto”

Disusun oleh : Egy Giana Setyaningsih

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta)

Tahun : 2016

Isi : dalam penelitian ini, film Guru bangsa

Tjokroaminoto sebagai objek yang diteiti. Film

Page 42: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

22

yang juga karya Hanung Bramatyo ini menjadi

menarik karna film biopic dari salah satu

pahlawan yang mungkin saat ini jejaknya hampir

hilang tenggelam, yaitu Tjokroaminoto. Peneliti

memakai memakai analisis teori semiotika Roland

Brathers. Yang membagi teori semiotika menjadi

3 yaitu denotasi, konotasi dan mitos.

Keterkaitan : terdapat keterkaitan yang sama yaitu

meneliti film bergenre Biopik yang bercerita

tentang sosok salah satu pahlawan di negri ini

yaitu Tjokroaminoto dan memakai analisis teori

semiotika Roland Brathers. Sedangkan dalam

penelitian ini penulis lebih menekankan pada film

biopic pahlawan perempuan yaitu “Kartini” dan

menekankan sikap diskriminasi gender dalam film

tersebut.

Perbedaan : perbedaan dari penelitian ini adalah

objek dari penelitian. Pada penelitian sebelumnya,

peneliti menggambil objek film Tjokroaminito.

Dan pada penelitian kali ini peneliti menggambil

film Kartini 2017

Kelebihan : bahan refrensi yang penulis gunakan

bukan hanya sekedar film, tapi buku-buku

menggenai pemikiran Tjokroaminoto juga penlis

cantumkan.

Kekurangan : peneliti hanya mengambil 10 scane

saja untuk dianalisis menggunakan semiotika

Page 43: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

23

Roland Bhartes. Sangat sedikit dan tidak

mereprestasikan film secara keseluruhan.

4) Skripsi : “Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita

Dalam Islam Pada Film Dokumenter He Named Me

Malala”

Disusun oleh : Kiki Rifqi Nasrullah

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta)

Tahun : 2016

Isi : penelitian ini lebih berfokus pada makna

emasipasi wanita dalam islam. Dalam skripsi ini

sang peneliti memakai teori semiotik Charles

Sanders Pierce, yang membagi semiotika menjadi

ikon, indeks, dan simbol.

Keterkaitan : penelitian ini dengan penelitian yang

sebelumnya yaitu subjek dari penelitian nya adalah

perempuan.

Perbedaan : perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah tentang teori

semotika yang penulis gunakan teori yang

sebelumnya menggunakan Charles Sanders Pirce,

dan penelitian kali ini penulis menggunakan teori

semiotika Roland Bharthes.

Kelebihan : penulis merupakan seorang laki-laki

yang meneliti emansipasi perempuan dan dalam

hal ini penulis dapat mengaplikasikan emasipasi

perempuan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 44: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

24

Kekurangan : penelitian ini memakai teori Charles

Sanders Pierce, yang kurang mendalam untuk

menganalisis penelitian perempuan.

Tinjauan pustaka lainnya juga penulis ambil dari beberapa

jurnal ilmiah yang bersangkutan dengan penelitian diskriminasi

gender tersebut diantaranya :

1) Jurnal :“Diskriminasi Gender Dalam Film Perempuan

Berkalung Sorban”

Oleh : Zinal Arifin Emka (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu

Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya)

Isi : jurnal ini berisi analisis bagaimana

diskriminasi gender ditampilkan dalam film

perempuan berkalung sorban, karya Hanung

Bramantyo. Jurnal ini menghitung berapa jumlah

sikap dikriminasi yang ada dalam film tersebut.

Penulis menganalisis sikap diskriminasi gender

terbagi menjadi lima yaitu, marginalisasi,

serotype, subordinasi, kekerasan, dan beban kerja

ganda.

Keterkaitan : Dalam jurnal ini dibahas tanda-tanda

diskriminasi yang terdapat dalam Film Perempuan

Berkalung Sorban hal yang membedakan antara

penelitian penulis adalah objek film yang menjadi

penelitiannya yaitu penulis lebih memilih film

yang bertema biopic dari seorang pahlawan

perempuan yang mengalami diskriminasi gender.

Page 45: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

25

Kekurangan : Kekurangan jurnal ini adalah

peneliti kurang mendalam dalam melakukan

penelitian, data yang disajikan sangat sederhana

dan tidak mendalam. Penelitian ini juga memakai

metode analisis isi yang kurang menggali apa

penyebab dari terjadinya diskriminasi gender.

Kelebihan : kelebihan dari jurnal ini penulis sangat

detail scane, dan dialog dalam film

2) Jurnal : “Diskriminasi Gender Di Media Televisi”

Oleh : Nursalim (Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Riau)

Isi : Dalam jurnal ini dibahas bagaimana

perempuan dikonstruksi dalam sebuah media

televisi dalam bentuk sintron dan iklan produk

yang selalu mendeskriditkan sosok perempuan.

Perempuan yang selalu dihadirkan sebagai sosok

yang lemah, dan selalu menjadi pelengkap dalam

sebuah sinetron dan iklan.

Keterkaitan : keterkaitan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah sama-sama mengangkat

tema diskriminasi gender dalam sebuah media

massa, hanya saja perbedaannya penulis memilih

film sebagai objek penelitian

Kekurangan : Kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti kurang merasa sensitif terhadap gender,

dikarenakan sang peneliti adalah seorang laki-laki.

Kelebihan : penelitian ini cukup lengkap dan

mempunyai banyak refrensi.

Page 46: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

26

3) Jurnal : “Al-Adl (VOL.08 No. 2 Juli 2015) Perempuan

Dan Diskriminasi ; Studi Kebijakan Pemerintah

Daerah Kabupaten Ponorogo Dalam Penghapusan

Diskriminasi Terhadap Perempuan”

Oleh : Layyin Mahfiana (Dosen Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo)

Isi : Dalam jurnal ini penulis tertarik untuk

meneliti upaya dan peran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah kabupaten Ponorogo dalam

penghapusan diskriminasi perempuan dan

mengetahui hambatan apasaja yang dialami oleh

pemerintah dalam upaya penghapusan

diskriminasi terhadap perempuan.

Keterkaitan : sama-sama mengangkat tema

diskriminasi perempuan.

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti cenderung melakukan penelitian tentang

perempuan. Bukan penelitian perempuan yang

lebih mendalam.

Kelebihan :penulis mempunyai banyak data

spesifik dari pemerintahan kabupaten Ponorogo.

4) Jurnal : “THE MESSENGER, (VOL. 02 Edisi Juli 2010)

Representasi Perempuan Dalam Media Massa Masa

Kini”

Oleh : Errika Dwi Setya Winatie

Isi : Dalam jurnal ini dibahas bagaimana

representasi perempuan di media massa saat ini

Page 47: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

27

tetunya media massa yang beredar di Indonesia

yang akan mewakili wanita Indonesia hari ini dan

hal ini akan menjadi awal untuk melihat

representasi wanita di media secara keseluruhan.

Representasi wanita di media banyak dijadikan

acuan masyarakat umum, audience media, untuk

melihat wanita. Bagaimana media menampilkan

sosok wanita yang seringkali menjadikan acuan

dan contoh yang digunakan untuk menilai wanita

pada umumnya. Bukan hanya mereka yang

berlainan gender terhadap wanita akan tetapi

wanita sendiri yang melihat sesama wanita lain

dan dirinya.

Keterkaitan : sama-sama mengangkat tema

keperempuanan dalam penelitian kualitatif

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti kurang spesifik dalam menentukan isi

konten yang dijadikan bahan penelitian dalam

media massa.

Kelebihan : penulis mempunyai banyak refrensi

yang dapat dijadikan acuan.

5) Jurnal : “Studi Keislaman (VOL.15 No.1 Juni 2015)

Subbordinasi Perempuan Dan Implikasinya Terhadap

Rumah Tangga”

Oleh : Imam Syafe‟I (Dosen IAIN Raden Intan Lampung)

Isi : Dalam jurnal ini dibahas tentang subbordinasi

perempuan diartikan sebagai “penomer duaan”

Page 48: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

28

perempuan bahwa perempuan lebih lemah dan

rendah dibanding laki-laki sehingga kedudukan,

fungsi dan peran perempuan menjadi lebih

rendah dibanding laki-laki. Perbedaan gender

inilah yang sering mengakibatkan ketidakadilan

gender. Perbedaan fungsi laki-laki dan perempuan

yang sebenarnya bentukan dari sosial budaya dan

semua hal ini memberikan dampak yang buruk

terhadap rumah tangga.

Keterkaitan : sama-sama mengangkat penelitian

tentang perempuan yang terdiskriminasi

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti tidak menyebutkan dimana penelitian ini

terjadi dan berapa sample yang digunakan dalam

penelitian ini.

Kelebihan : penulis sangat detail dalam

memaparkan setiap objek yg dia teliti

6) Jurnal : “Sriptorium (VOL.1 No.3) Diskriminasi

Perempuan Dalam Berita Harian Surya : Kajian

Wacana Kritis”

Oleh : Wieke Ayu Pratiwi

Isi : Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kosakata dan gramatika yang

digunakan untuk mempresentasikan diskriminasi

terhadap perempuan pada berita harian surya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori analisis wacana kritis. Penelitian ini

Page 49: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

29

dirancang dengan menggunakan penelitian

kualitatif. Dari analisis data pembahasan dapat

disimpulkan bahwa kosakata eksperiensial yang

mengkonstruksi diskriminasi terhadap perempuan

pada media harian surya berupa kosakata pola

klasifikasi, ideology, relasi makna, dan metafora.

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti kurang menggali lebih dalam, peneliti

hanya mengkaji analisis isi konten pada

pemberitaan dalam media massa tersebut.

Kelebihan : hasil penelitian peneliti cukup bagus

dan tulisannya mudah dimengerti.

Keterkaitan : sama-sama mengangkat tema

penelitian diskriminasi perempuan dalam media

massa haya saja pada objek penelitiannya saya

sebagi penulis lebih memilih film di bandingkan

media massa lainnya.

7) Jurnal : “Studi Gender dan Anak : Diskriminasi Gender

Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan”

Oleh : Khusnul Khotimah (Penulis dan Dosen STAIN

Purwokerto)

Isi : Dalam jurnal ini dibahas mengenai

diskriminasi gender dalam sektor pekerjaan yang

dialami oleh sebagian besar perempuan. Ini adalah

dampak dari konstruksi sosial dalam masyarakat

yang selalu bersikap tidak adil kepada setiap

perempuan. Perempuan masih saja ditempatkan

Page 50: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

30

dalam sektor informal dan perempuan lah yang

selalu mejadi korban jika harus ada pembagian

beban kerja.

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti kurang spesifik menentukan objek

penelitiannya.

Kelebihan : peneliti mencantumkan banyak sekali

refrensi yang dapat digunakan oleh peneliti lain.

Keterkaitan : penelitian sama-sama mengusung

tema diskriminasi perempuan.

8) Jurnal : “Jurnal Komunikasi Massa, Vol. 1, No. 1, Juli

2007 : Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender”

Oleh : Tanti Hermawanti

Isi : Dalam jurnal ini dibahas mengenai sistem

Patriarki dalam masyarakat di seluruh dunia

berkembang, tak terkecuali di Jawa. Perlahan dari

peran yang dikembangkan dalam kebudayaan. Pra

modern di mana ukuran fisik dan seluruh sistem

otot para lelaki yang lebih unggul, bersama dengan

peran biologis wanita yang melahirkan anak

menghasilkan suatu pembagian kerja berdasarkan

jenis kelamin, yang masih berlaku hingga

sekarang. Kaum lelaki menjadi penyedia

kebutuhan hidup dan pelindung dalam menghadapi

dunia di luar keluarga itu. Tanggung jawab yang

mendalam sedemikian dapat memberikan otonomi

dan kesempatan yang relative besar. Pembagian

Page 51: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

31

kerja ini menyebabkan berkembangnya peran-

peran sosial yang terbatas bagi kedua jenis

kelamin, dan terciptanya perbedaan kekuasaan

dalam beberapa hal lebih menguntungkan kaum

lelaki.

Kekurangan : kekurangan dari jurnal ini adalah

peneliti kurang menguraikan hasil penelitian

kebudayaan Jawa dalam lingkup masyarakat dan

hubungan dengan kesetaraan.

Kelebihan : kelebihan dari peneliti ini adalah

peneliti menggunakanteori kebudayaan dalam

mengalisis masalah sehingga dapat terlihat dari

mana awal mula kebudayaan mendiskriminasi

perempuan.

Keterkaitan : sama mengangkat tema perempuan

yang terdiskriminasi akibat budaya.

Dari berbagai macam tinjauan pustaka dalam bentuk jurnal

ataupun skripsi yang telah ditulis sebelumnya, peneliti belum

menemukan adannya penelitian yang sama dengan penelitian ini,

maka dari itu peneliti memutuskan mengambil judul “Analisis

Semiotika Diskriminasi Gender Dalam Film Kartini 2017 Karya

Hanung Bramantyo”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang lain adalah peneliti menggangkat isu diskriminasi gender

dengan cara menganalisisnya menggunakan teori semiotika

Roland Bhartes yang membagi makna menjadi denotasi, konotasi

dan mitos untuk menggambarkan representasi sikap diskriminasi

gender dalam penelitian ini.

Page 52: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

32

E. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita

gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan

ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk

mengkaji topik penelitian. Metodologi di pengaruhi atau

berdaasarkan prespektif teoritis yang kita gunakan untuk

melakukan penelitian, sementara prespektif teoritis itu sendiri

adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang

memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan

data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.27

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang penulis terhadap fakta

kehidupan sosial dan perlakuan penulis terhadap ilmu atau teori.

Pardigma penelitian juga mejelaskan bagaimana penulis

memahami suatu masalah serta kriteria pengujian sebagai

landasan untuk menjawab masalah penelitian serta kriteria

pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah

penelitian28

Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma

konstruktivis.Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma

konstruktivis ini lebih menekankan pada suatu realita dari yang

paling umum hingga yang paling khusus. Paradigma ini

27

Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosda Karya. 2006. 28

Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosda Karya. 2006.

Page 53: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

33

memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan

pertukaran makna. Dua hal yang menjadi karakteristik penting

dari paradigma ini adalah politik pemaknaan dan proses seorang

membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai

sebuah kegiatan yang dinamis.29

Alasan penulis memilih paradigma konstruktivis adalah

karena realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, namun tidak juga,

turun karena campur tangan Tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibentuk

dan dikonstruksi. Dengan demikian, realitas yang sama bisa

ditanggapi, dimaknai dan dikonstruksi secara berbeda-beda oleh

semua orang. Setiap orang mempunyai pengalaman, prefrensi,

pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial

tertentu, dimana kesemuanya itu suatu saat akan digunakan untuk

menafsirkan realitas sosial yang ada disekelilingnya dengan

konstruksinya masing-masing. Paradigma ini dipakai peneliti

untuk menggali makna dan mengonstruksi pesan yang ingin di

sampaikan kepada penonton tentang bagaimana bentuk

diskriminasi gender dalam sebuah film.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang

digunakan adalah pendekatan kualitatif, yang memiliki

karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data

29

Eriyanto, Analisis Framing Ideologi Dan Politik Media. Yongyakarta:

LKIS. 2005.

Page 54: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

34

langsung, deskritif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.30

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan alasan karena

peneliti berusaha menuturkan dan menafsirkan lebih mendalam

tentang analisis semiotika diskriminasi gender dalam film Kartini

2017 karena pada dasarnya penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.31

3. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang

diamati dalam rangka menepati sasaran. Subjek dalam penelitian

ini adalah Film “Kartini 2017” yang di sutradarai oleh Hanung

Bramantyo.

4. Objek penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian.

Objek dalam penelitian ini adalah sikap diskriminasi gender

dalam film “Kartini 2017”

5. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah cara atau metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis dan langusung terhadap objek penelitian dengan cara

menonton dan mengamati adegan demi adegan dalam film

30

Lexy, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya. 2002. 31

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.

Page 55: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

35

Kartini 2017 kemudian memilih dan menganalisis sesuai dengan

model penelitian yang digunakan.

2) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data secara sekunder dimana penulis

menyelidiki benda-benda tertulis seperti melihat beberapa buku

mengenai sosok Kartini yang kemudian menganalisis tiap scane-

scane dalam film “Kartini”.

Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dibagi

menjadi dua bagian dan penulis mengamati langsung data-data

yang sesuai dengan pertanyaan penelitian, adapun instrument

penelitiannya adalah :32

a. Data primer (data yang diperoleh langsung dari

sumbernya) berupa dokumen elektronik seperti softcopy film

“Kartini”

b. Data sekunder (data yang diperoleh tidak langsung

dari sumbernya) berupa dokumen tertulis, yaitu seperti

resensi film “Kartni” baik dari majalah artikel di internet

jurnal komunikasi ataupun buku yang relavan dengan

penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika.

Dalam penelitian ini penulis memilih metode analisis data

semiotika, karena film atau video merupakan objek yang penuh

dengan tanda-tanda atau simbol baik dari segi gambar, suara,

32

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.

Page 56: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

36

dialog, yang disampaikan. Semiotika Roland Bharthes

mengembangkan semiotik menjadi denotasi, konotasi dan mitos.

Roland Bharthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi

untuk menunjukan tingkatan makna. Signifikansi tahap pertama

merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified

(content) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu

yang disebut bhartes sebagai denotasi yaitu makna yang paling

nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah istilah yang digunakan

bhathes untuk menunjukan signifikansi tahap kedua.Konotasi

mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.

Pada signifikansi tahap kedua yang berhubungan dengan isi tanda

bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan

menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas

gejala alam.33

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis akan membaginya menjadi 6

(enam) dan masing-masing bab akan menjadi dibagi menjadi sub-

sub bab yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian

terdahulu metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

33

Indrawan, Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta:

Penerbit Mitra Wacana Media. 2013.

Page 57: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

37

Terdiri dari definisi dan konsep semiotika penjelasan

tentang teori Roland Brathers yang terdiri dari makna

konotasi, denotasi dan mitos definisi dan konsep film

serta unsur-unsur dasarnya, dan sikap diskriminasi

gender.

BAB III Gambaran Umum Latar Penelitian

Bagian ini berisi tentang gambaran geografis, historis,

sosial budaya dan lain sebagainya.

Bab IV Data Dan Temuan Hasil Penelitian

Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan

temuan penelitian.

BAB V Pembahasan

Pada bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar

belakang, teori dan rumusan teori baru jadi penelitian.

BAB VI Simpulan, Implikasi, dan Saran

Page 58: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

38

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LADASAN TEORI

1. SEMIOTIKA

1.1 Tinjauan Semoitika

Kata semiotika di samping kata semiologi sampai saat ini

masih sering dipakai. Selain istilah semiotika dalam sejarah

linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi,

sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang

mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.

Menurut Segers dalam (Sobur: 2003) dikatakan bahwa

pembahasan yang luas tentang bidang studi yang disebut

semiotika telah muncul di negara-negara Anglo-Saxon.

Semiologi disebut juga berfikir tentang Saussurean. Dalam

penerbitan-penerbitan Prancis, istilah-istilah semiologi kerap

sekali dipakai. Sedangkan semiotik digunakan kaitannya dengan

karya Charles Sanders Pirce dan Charles Morris. Baik semiotika

maupun semiologi, keduanya kurang lebih dapat saling

menggantikan karena sama-sama digunakan untuk mengacu

kepada ilmu tentang tanda. 34

Dalam definisi Saussure (Sobur: 2003), semiologi

merupakan “sebuah yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di

tengah masyarakat” dan dengan demikian menjadi bagian dari

34

Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film”, Jurnal Ilmu

Komunikasi Vol. 1, No.1, 2011. diakses pada 12 Maret pukul 12.00 WIB.

38

Page 59: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

39

disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan

bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang

mengaturnya. Para ahli semiotika Prancis tetap mempertahankan

istilah semiologi yang Saussurean ini bagi bidang-bidang

kajiannya. Dengan cara itu mereka ingin menegaskan mereka

dengan karya-karya semiotika yang kini menonjol di Eropa

Timur, Italia, Dan Amerika Serikat.35

Sejak pertengan abad ke 20 semiotika telah tumbuh menjadi

bidang kajian yang sungguh besar diantara kajian bahasa tubuh,

bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media,

mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian,

iklan, makanan, upacara dan singkatnya semua yang diadopsi,

digunakan dan diciptakan oleh manusia untuk memproduksi

makna. Sebenarnya istilah semiotik diperkenalkan oleh

Hippocrates (460-377 SM) penemu ilmu barat seperti ilmu

gejala-gejala. Gejala menurut Hippocrates merupakan semion

bahasa Yunani untuk “petunjuk” (mark) atau tanda (sign) fisik.36

Semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian

tanda-tanda yang pada dasarnya merupakan suatu studi atas kode-

kode yakni sistem apapun yang memungkinkan kita memandang

entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu

yang bermakna. Hingga kini ruang lingkup kajian semiotika

sangat beragam mulai dari kajian prilaku komunikasi hewan

(zoosemiotics) sampai dengan analisis atas sistem pemaknaan

35

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2003. 36

Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi, Teori Dan

Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Page 60: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

40

seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik) tanda bebauan,

teori estetika, retorika dan sebagainya. Charles Morris

memudahkan kita memahami ruang lingkup kajian semiotika

yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda. Menurut

dia kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga

cabang penyelidikan (brances of inquiry) yakni sintaktik,

semantic dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax) : suatu

cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji

“hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda yang

lain”. Dengan begitu hubungan-hubungan formal ini

merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan tuturan

dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih adalah

semacam gramatika.

2. Semantik (semantics) : suatu cabang penyelidikan

semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-

tanda dengan designate atau objek-objek yang

diacunya”. Yang dimaksud designate adalah tanda-tanda

sebelum digunakan didalam tuturan tertentu.

3. Pragmatik (pragmatics) : suatu cabang penyelidikan

semiotika yang memperlajari “hubungan diantara tanda-

tanda atau interprter-interpreter atau para pemakainya”

pemakaian tanda-tanda pragmatic secara khusus

berurusan dengan aspek-aspek komunikasi khususnya

fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.37

37

Indiwan, wahyu. Semiotika : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan

Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Page 61: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

41

1.2 Semiotik dalam sinematografi

Kehidupan sosial seringkali digambarkan dalam tayangan

film. Dengan demikian simbol yang tersirat dalam film dapat

ditransfer oleh penonton ke dalam kehidupannya. Hal-hal yang

memiliki arti simbolis tak terhitung jumlahnya. Dalam

kebanyakan film setting, memiliki arti simbolik yang penting

sekali, karena tokoh-tokoh sering dipergunakan secara simbolik.

Dalam setiap bentuk cerita, sebuah simbol adalah sesuatu yang

kongkret (sebuah obyek khusus, citra, pribadi, bunyi, kejadian

atau tempat) yang mewakili atau melambangkan suatu kompleks,

ide, sikap-sikap, atau rasa sehingga memperoleh arti yang lebih

besar dari yang tersimpan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu

sebuah simbol adalah suatu macam satuan komunikasi yang

memiliki beban yang khusus sifatnya.38

Pada awalnya film adalah hiburan bagi kelas bawah, dengan

cepat film mampu menembus batas-batas kelas dan menjangkau

kelas lebih luas. Kemampuan film menjangkau banyak segmen

sosial, kemudian menyadarkan para ahli komunikasi terutama,

bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya

maka dari itu mulailah banyak merebak studi mengenai dampak

film terhadap masyarakat.39

38 Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film”, Jurnal Ilmu

Komunikasi Vol. 1, No.1, 2011. diakses pada 12 Maret pukul 12.00 WIB. 39

Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film”, Jurnal Ilmu

Komunikasi Vol. 1, No.1, 2011. diakses pada 12 Maret pukul 12.00 WIB.

Page 62: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

42

1.3 Analisis Semiotika Roland Brathers

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir

struktualis yang getol mempraktikan model linguistic dan

semiologi Saussurean. Roland juga intelektual dan kritikus sastra

Prancis yang ternama. Eksponen penerapan strukturalisme dan

semiotika pada studi sastra. Barthes lahir tahun 1915 dari

keluarga kelas menengah protestan di Cherbourg dan di besarkan

di Bayonne kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya

Prancis.

Semiotika dalam pandangan Brathers pada dasarnya hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-

hal. Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat

dicampuradukkan dengan mengkomunikassikan (to

communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak

berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system terstuktur dari

tanda.40

40

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2003.

Page 63: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

43

Tabel 1.Semiotika Roland Bhartes

Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri

atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi pada saat

bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4)

dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material hanya

jika anda mengenal kata “singa” barulah konotasi seperti harga

diri kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.41

Yang menarik dari semiotika Roland Bhartes adalah

digunakannya istilah mitos (myth) yakni rujukan bersifat kultural

(bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk

menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-

lambang. Kata mitos berasal dari bahasa Yunani mythos yang

memiliki arti “kata” atau “ujaran”.42

Mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang

realitas atau gejala alam. Dengan kata lain mitos berfungsi

sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan

41

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2003. 42

Danensi, Marcel. Pesan, Tanda Dan ,Makna : Buku Teks Dasar

Mengenai Semiotika Dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.

1.

SIGNIFIER

(PENANDA

)

2.

SIGNIFIED

(PETANDA) 3. DENOTATIVE SIGN

(TANDA DENOTATIF)

4. CONNOTATIVE

SIGNFIER (PENANDA

KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE

SIGNFIER (PETANDA

KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Page 64: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

44

makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan

budaya masyarakat.43

Mitos merupakan produk kelas sosial yang

sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya

mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan alam

sebagainya jika ada mitos massa kini misalnya mengenai

feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.

2. GENDER

2.1 Konseptualisasi Gender

Sejak tahun 80an gender telah memasuki perbendaharaan

dalam setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan

pembangunan di dunia ketiga. Demikian juga di Indonesia,

hampir semua uraian tentang program pengembangan masyarakat

maupun pembangunan di kalangan organisasi nonpemerintah

memperbincangkan masalah gender. Sementara itu belum ada

uraian yang mampu menjelaskan secara singkat dan jelas

mengenai konsep gender dan mengapa konsep tersebut penting

untuk memahami sistem ketidakadilan sosial.44

Untuk memahami konsep gender, kata gender haruslah

dibedakan dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis

kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis

kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah

43

Parwito, Penelitiuan Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta.2008. 44

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008.

Page 65: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

45

manusia yang memiliki atau bersifat seperti : laki-laki adalah

manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) dan

memproduksi sperma. Sedangkan perempuan adalah makhluk

yang memiliki Rahim dan saluran untuk melahirkan,

memproduksi sel telur, memiliki vagina dan mempunyai alat

menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis pada manusia jenis

perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya, secara biologis alat-

alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang

melekat pada manusia laki-laki dan manusia perempuan. Secara

permanen tidak berubah dan merupakan kesatuan biologis atau

sering dikatakan sebagai ketentuan tuhan atau kodrat.45

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender yakni suatu

sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan kaum perempuan

yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya,

bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,

atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang

dapat dipertukarkan. Artiya ada laki-laki yang emosional, lemah

lembut keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat,

rasional, dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat sifat itu dapat

terjadi dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang

lain. Misalnya saja zaman dahulu disuatu suku tentu perempuan

lebih kuat dari laki-laki tetapi pada zaman yang lain di tempat

berbeda laki-laki yang lebih kuat. Juga perubahan bisa terjadi dari

45

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008.

Page 66: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

46

kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Pada suku tertentu

perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuat di bandingkan

kaum laki-laki. Semua hal yang dapat di pertukarkan antara sifat

perempuan dan sifat laki-laki yang bisa berubah dari waktu ke

waktu serta berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya, maupun

berbeda dari satu kelas ke kelas lainnya, itulah yang dikenal

sebagi konsep gender.46

“Gender adalah sebuah istilah yang menunjukan

pembagian peran sosial antara laki-laki dan

perempuan dan hal ini mengacu kepada pemberian

ciri emosional dan psikologis yang diharpakan oleh

budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-

laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu

kepada perbedaan secara biologis dan anatomis antara

laki-laki dan perempuan (Tuttle, 1987)”47

Dalam women’s studies encyclopedia dijelaskan bahwa

gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat

perbedaan (distension) dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan

karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang

berkembang di dalam masyarakat. Mosse mengemukakan bahwa

konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin

biologis, laki-laki dan perempuan yang merupakan pemberian

dari tuhan. Akan tetapi jalan yang menjadikan maskulin atau

feminim adalah gabungan antara blok-blok bangunan biologis

dasar dan interpretasi biologis oleh kultur sosial. Gender adalah

seperangkat peran yang dimainkan laki-laki dan perempuan agar

46

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008. 47

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003.

Page 67: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

47

tampak dari diri mereka dan dilihat oleh orang lain bahwa

seseorang itu adalah feminim dan maskulin.48

Kosep gender dapat dikatakan netral dan fungsional apabila

dilihat melalui sudut pandang kedua jenis kelamin yang saling

membutuhkan dan melengkapi. Artinya keberadaan keduanya

merupakan hal yang alami dalam masyarakat gender akan

menjadi tidak netral apabila pemilahan fungsi dan peran tidak

sesuai dengan kenyataan yang diharapkan oleh individu laki-laki

dan perempuan dimasa kini. Untuk menyesuaikan antara

kenyataan dan harapan makan peran genderlah yang harus

berubah agar tidak menjadi beban gender.49

Berikut ini perbedaan utama antara jenis kelamin dan gender

diantaranya :

Tabel 2.Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

JENIS KELAMIN GENDER

Jenis kelamin bersifat

alamiah.

Gender bersifat sosial

budaya merupakan

buatan manusia.

Jenis kelamin bersifat

biologis. Merunjuk

pada perbedaan yang

nyata dari alat kelamin

dan perbedaan terkait

dalam fungsi kelahiran.

Gender bersifat sosial

budaya dan menunjuk

kepada tanggung

jawab, peran, pola

prilaku, kualitas-

kualitas dan lain-lain

yang bersifat

48

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat

Studi WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003. 49

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003.

Page 68: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

48

maskulin dan

feminim.

Jenis kelamin bersifat

tetap ia akan sama

dimana saja.

Gender bersifat tidak

tetap. Ia berubah-ubah

dari waktu ke waktu

dari suatu kebudayaan

ke kebudayaan

lainnya, bahkan dari

satu keluarga ke

keluarga lainnya.

Jenis kelamin bersifat

alamiah.

Gender dapat di ubah.

Jenis kelamin tidak bisa

diubah.

Gender bersifat sosial

budaya dan menunjuk

kepada tanggung

jawab, peran, pola

prilaku, kualitas-

kualitas, dan lain-lain

yang bersifat

maskulin dan

feminim.

Sumber : Kamla Bhasin, Memahami Gender (Teplok

Press)

Ideologi gender yang muncul secara dominan dalam

masyarakat mengakibatkan adanya fenomena dimana status

perempuan dan kedudukan perempuan tidak pernah mengalami

kemajuan yang berarti, akibat lebih jauhnya adalah mahalnya

penghargaan dari masyarakat, pers, pemerintah terhadap prestasi

Page 69: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

49

dan perjuangan perempuan.50

Hetty Siregar juga menjelaskan

bagaimana media menyajikan deskripsi atau gambaran tentang

perempuan yakni :51

1. Kebanyakan menyangkut soal berbusana

makanan, kegemaran dan urusan rumah tangga pada

umumnya. Bila seseorang perempuan tidak berhasil

membina rumah maka ia adalah makhluk yang gagal.

2. Mengikut soal kiat menyenangkan laki-laki dan

cara berprilaku atau berpakaian.

3. Iklan-iklan di media massa memperlakukan

perempuan dengan simbol-simbol seksis.

4. Perempuan secara tradisional digambarkan sebagai

dekorasi atau model untuk memperindah halaman-

halaman media.

Setelah Kamla Bashin dan Hetty Siregar menjelaskan

bagaimana pengertian gender dan bagaimana media

mengkonstruksi perempuan, Mansour fakih dalam bukunya

menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Daiantara bentuknya

yaitu :52

50

Hamid Arifin, “Representasi perempuan dalam pers”, Jurnal

Komunikasi Massa Vol 1 No 1 Juli 2007 , h.14. diakses pada 13 Maret 2018.

Pukul 23.00 WIB. 51

Hamid Arifin, “Representasi perempuan dalam pers”, Jurnal

Komunikasi Massa Vol 1 No 1 Juli 2007 , h.14. diakses pada 13 Maret 2018.

Pukul 23.00 WIB. 52

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008.

Page 70: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

50

1. Gender dan Marginalisasi

Marginalisasi adalah sifat yang meminggirkan

suatu kaum baik itu laki-laki ataupun perempuan

yang menyebabkan ketidakdilan diantara kedua

pihak. Bentuk marginalisasi gender ini dapat

terjadi dimana saja dan berasal dari mana saja,

Contoh marginalisasi perempuan yang berasal

dari kebijakan pemerintah Arab Saudi yang

melarang perempuan menyetir sendiri. Dikutip

langsung dari media online Republika

Page 71: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

51

Kutipan berita diatas menunjukan bahwa

pemerintah Arab Saudi menerapkan kebijakan

yang mendiskriminasi kaum perempuan. Dalam

kebijakan ini dapat disimpulkan bahwa

pemerintah Arab Saudi tidak mempertimbangkan

aspek gender dalam membuat kebijakan.

Marginalissasi tidak hanya terdapat pada sektor

kebijakan publik atau hukum disuatu negara

Page 72: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

52

tertentu saja, namun juga dapat terjadi dalam

lingkungan sosial, dan di perkuat

kelanggengannya dalam sebuah kebudayan di

masyarakat.

2. Gender dan Subbordinasi

Subordinasi adalah bentuk diskriminasi yang

dilandasi dari anggapan bahwa perempuan adalah

makhluk yang emosional dan tidak bisa

memimpin dan tidak layak mengambil keputusan.

Akhirnya muncul anggapan bahwa perempuan

adalah makhluk nomer dua setelah laki-laki.

Berikut kutipan berita yang diambil dari media

online yang sangat mencerminkan subbordinasi

perempuan.

Page 73: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

53

Pada artikel diatas menunjukan sikap

subbordinasi dalam kehidupan rumah tangga

yang ditunjukan dengan adanya keputusan dari

seorang suami untuk mementukan jenis

kontasepsi apa yang harus sang istri gunakan.

Dalam hal ini istri tidak di berikan kesempatan

untuk memilih alat kontrasepsinya sendiri karna

posisi istri lebih rendah dibanding suami dalam

kehidupan berumah tangga.

3. Gender dan Stereotype

Stereotype gender adalah pelabelan suatu kaum

atau kelompok yang sifatnya merugikan

kelompok tersebut Berikut kutipan berita yang

diambil dari media online yang mencerminkan

stereotype gender pada perempuan.

Page 74: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

54

dari artikel diatas dapat dikatakan bahwa

stereotype perempuan yang lemah dalam bidang

pekerjaan yang cukup berat seperti menjadi supir

truk dapat dipatahkan. Hal ini adalah salah satu

contoh kasus stereotype perempuan dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Gender dan Kekerasan

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, kapan saja

dan dilakukan oleh siapa saja. Kekerasan dalam

bentuk fisik maupun non fisik. Kekerasan karena

jenis kelamin tentu disebabkan oleh anggapan

gender. Berikut kutipan berita yang diambil dari

media online yang sangat mencerminkan kasus

kekerasan karena gender

Page 75: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

55

Pada artikel diatas mengemukakan kasus Tuti adalah salah

satu bentuk kekerasan yang dialami atas nama gender.

5. Beban kerja

Beban kerja ganda merupakan efek dari nilai gender,

seperti perempuan harus mengurus pekerjaan rumah

tangga seperti mengepel, mencuci pakaian, mencuci

piring dan lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan ini sebeneranya

juga dapat dilakukan oleh laki-laki karena munculnya

berbagai macam anggapan bahwa perempuanlah yang

harus mengerjakan pekerjaan itu semua, disinilah muncul

diskriminasi gender dalam kehidupan. Berikut adalah

contoh artikel yang mengangkat peran ganda seorang

perempuan.

Page 76: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

56

Dalam artikel diatas menunjukan perempuan

dihadapkan pada dua pilihan yaitu bekerja sebagai

wanita karir atau bekerja sebagai ibu rumah

tangga.

2.2 Gender dalam Islam

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh allah

SWT di tanah arab pada abad ke VII termasuk agama-

agama semitik atau Abrahamic Religions (Yahudi,

Kristen, dan Islam). Dalam tradisi semit, kaum lelaki

selalu dianggap makhluk yang superior, bahkan tuhan

Page 77: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

57

dibayangkan sebagai laki-laki, sehingga budaya patriarki

sangatlah kuat.53

Imbasnya, ayat-ayat suci yang diturunkan oleh Allah

SWT tidak sedikit yang ditafsirkan dengan nada

patriarkis, namun banyak juga yang sebenarnya

merupakan upaya penyadaran kepada masyarakat dari

kungkungan budaya tersebut. Sehingga ketika nabi

Muhammad SAW berkuasa aktifitas yang dilakukan kaum

perempuan mulai beragam, bahkan keluarga dekat beliau

banyak mengambil bagian dari hal ini. Istri beliau yang

bernama Aisyah misalnya, adalah seorang ahli agama dan

tempat bertanya bagi sahabat laki-laki maupun

perempuan, seorang politikus, sekaligus pekerja social di

masyarakat. Hanya saja dalam perjalanan sejarah islam

yang harus bersentuhan dengan budaya perluasan yang

masih patriakis (Persia, Syiria, dsb) sangat mepengaruhi

penafsiran dan permukaan terhadap ayat-ayat suci yang

telah ada sehingga kesan dominasi lelaki menjadi semakin

kental. Celakanya umat islam banyak yang terjebak

dengannya sehingga hasil ijtihad para ulama yang

kemudian terjerumus dalam teologi islam, fiqih ataupun

keilmuan yang lain tadi dianggap sebagai ajaran agama

yang tak bisa diotak-atik. Padahal tidak demikian adanya

54

53

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003 54

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003

Page 78: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

58

Maka dari itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk

membongkar pemahaman terhadap teks agama yang selama ini

dijadikan sebagai alat legitimasi bagi jalan pikir yang bersifat

patriarkis tersebut yang masih jauh dari keadilan gender. Upaya-

upaya yang dapat mengembalikan pemahaman guna menuju

tercapainya relasi kesederajatan antara laki-laki dan perempuan

sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Al-Qur‟an dan Al-

Hadis perlu digalakkan terutama dalam tataran ilmiah untuk

selanjutnya bisa disosialisasikan kepada masyarakat.55

Perempuan dalam islam Al-Quran menyoroti perempuan

sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam hal ini terdapat

perbedaan antara perempuan dalam kedudukannya sebagai

individu dengan perempuan sebagai anggota masyarakat. Al-

Quran memperlakukan individu perempuan dan laki-laki sama.56

Pertanyaan-pernyataan Al-Qur‟an tentang posisi dan dan

kedudukan perempuan dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut :

a. Perempuan adalah makhluk ciptaan allah yang

mempunyai kewajiban sama untuk beribadah kepadanya

sebagaimana termuat dalam Adz-Zariyat ayat 56 :

وش إل ليعبدون وما خلقت الجه وال

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

55

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003 56

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Insist Press. 2008.

Page 79: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

59

b. Sama halnya dengan kaum laki-laki mukmin para

perempuan mukminat yang beramal soleh dijanjikan allah untuk

dibahagiakan selama hidup di dunia dan abadi di surga

sebagaimana termuat dalam An-Nahl ayat 97 :

ه ذكر أو أوثى وه ى مؤمه فلىحييىه حياة طيبت ولىجزيىهم أجرهم مه عمل صالحا م

بأحسه ما كاوىا يعملىن

Artinya :“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik

laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan

yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan.”

Ayat-ayat tersebut tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan

yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual

baik dalam bidang spriritual maupun urusan karir professional

tidak mesti dimonopoli oleh satu jenis kelamin.

Menurut Nasaruddin Umar islam memang mengakui adanya

perbedaan (distincion) anatara laki-laki dan perempuan, tetapi

bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut

didasarkan atas kondisi fisik biologis saja. Perempuan

ditakdirkan berbeda dengan laki-laki namun perbedaan tersebut

Page 80: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

60

tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan

merendahkan yang lainnya.57

Ajaran islam tidak secara skematais membedakan faktor-

faktor perbedaan laki-laki dan perempuan tetapi lebih

memandang kedua insan tersebut secara utuh. Antara satu dengan

lainnya secara biologis dan sosio kultural saling memerlukan.

Dengan demikian antara satu dengan yang lain mempunyai peran.

Boleh jadi dalam satu peran dapat dilakukan oleh keduanya

seperti pekerjaan kantoran, tetapi dalam peran tertentu hanya

dapat dijalankan oleh satu jenis seperti hamil, melahirkan dan

menyusui anak yang peran ini hanya dapat dilakukan oleh wanita.

Dilain pihak ada peran tertentu yang secara manusiawi lebih tepat

diperankan oleh kaum laki-laki seperti pekerjaan yang

memerlukan tenaga dan otot yang lebih besar.58

Dengan demikian dalam prespektif normatifitas islam

hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah setara. Tinggi

rendahnya kualitas seseorang hanya terletak pada tinggi

rendahnya kualitas pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah

SWT. Allah memberikan penghargaan yang sama dan setimpal

kepada manusia dengan tidak membedakan gender.

2.3 Gender dalam media massa

57

Umar, Nassarudin. Kodrat Perempuan Dalam Islam. Jakarta :

Lembaga Kajian Agama Dan Gender. 1999. 58

Umar, Nassarudin. Kodrat Perempuan Dalam Islam. Jakarta :

Lembaga Kajian Agama Dan Gender. 1999.

Page 81: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

61

Konstruksi merupakan susunan realitas objektif yang telah

menjadi kesepakatan umum, meskipun dalam prosesnya

konstruksi itu tersirat dinamika social. Menurut Berger dan

Luckman, konstruksi realitas secara social memusatkan

perhatiannya pada proses ketika individu menanggapi kejadian di

sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.59

Konstruksi gender berkembang dalam masyarakat sangat erat

kaitannya dengan nilai “kepantasan” namun nilai kepantasan

antara masyarakat satu dengan lainnya idak harus sama dan dapat

berubah-ubah oleh waktu. Dalam budaya patriarki perempuan

selalu dikonstruksikan sebagai kaum yang lemah dan berada di

bawah kendali laki-laki.60

Dalam media massa perempuan selalu ditampilkan sebagai

makhluk yang sangat tipikal yaitu tempatnya pada pekerjaan yang

sifatnya domestik, bergantung pada laki-laki tidak mampu

mengambil keputusan yang penting, menjalani profesi terbatas

sebagai symbol seks, obyek peneguhan pola kerja patriarki, objek

pelecehan dan kekerasan selalu disalahkan dan bersifat pasif.

Selain itu eksistensi perempuan juga tidak terwakili secara

59

Helen, Diana Vida. “Konstruksi Perempuan Dalam Rubric Cc Single

Di Majalah Cita-Cinta Edisi Januari-Desember 2009”, Journal

Communication Spectrum, Vol.1 No.1 (Februari-Juli 2011). 60

Helen, Diana Vida. “Konstruksi Perempuan Dalam Rubric Cc Single

Di Majalah Cita-Cinta Edisi Januari-Desember 2009”, Journal

Communication Spectrum, Vol.1 No.1 (Februari-Juli 2011).

Page 82: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

62

proposional di media massa baik dalam media hiburan maupun

dalam media berita.61

Di media massa perempuan juga dikonstruksi sesuai dengan

keinginan masing-masing media, menurut Armando :

“Menengok isi media massa kita akan menemukan

gambaran perempuan dalam budaya popular kita adalah

objek yang dinilai utamanya adalah daya tarik seksual.

Perempuan memang tidak lagi digambarkan sebagai

„hanya‟ ibu rumah tangga dan istri yang berkewajiban

utamanya adalah menyenangkan hati suami, anak-anak,

dan orang tua namun, posisi barunya tak bisa dipandang

terhormat. Perempuan, sebagaimana tampil di media.

Adalah pemanis, pelengkap atau bahkan pemuas fantasi

seksual kaum laki-laki”.62

Hasil penelitian Ashandi siregar terhadap sepuluh majalah

wanita dan tabloid wanita yang ada di Indonesia menunjukan

bahwa :

“Media wanita itu lebih banyak mengulas perempuan

dalam lingkup domestik atau berdimensi pribadi seperti

kecantikan, hubungan suami istri resep makanan, serta

tips untuk mendidik anak. Rendahnya reportase yang

berkaitan dengan domain publik yang keras seperti

ekonomi, politik, menunjukan bahwa media wanita

tersebut belum menjadi dirirnya sebagai media untuk

61

Sunarto. Televisi, Kekerasan Dan Perempuan. Jakarta: PT.Kompas

Media Nusantara. 2009. 62

Helen, Diana Vida. “Konstruksi Perempuan Dalam Rubric Cc Single

Di Majalah Cita-Cinta Edisi Januari-Desember 2009”, Journal

Communication Spectrum, Vol.1 No.1 (Februari-Juli 2011).

Page 83: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

63

mempresentasikan diri secara maksimal dalam struktur

sosial”63

3 FILM

3.1 Pengertian film

Undang-undang perfilman No.6 tahun 1992, bab 1 pasal 1

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video dan atau

bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk jenis,

ukuran melalui kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya

dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi proses elektronik

atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan

atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik elektronik dan

atau lainnya. 64

Film merupakan salah satu media komunikasi massa.

Dikatakkan sebagai media komunikasi karena merupakan bentuk

komunikasi yang menggunakan saluran media dalam

mengghubungkan komunikator dan komunikan secara massal

dalam arti berjumlah banyak tersebar dimana-mana khalayaknya

heterogen dan anonom dan menimbulkan efek tertentu.65

63

Hamid Arifin. “Representasi Perempuan Dalam Pers”, Jurnal

Komunikasi Massa Vol 1 No 1 Juli 2007 , h.14. diakses pada 13 Maret 2018.

Pukul 23.00 WIB. 64

Askurifai, Baksin. Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung:

Katarsis, 2003. 65

Nawiroh, Vera, Semiotika Dalam Riset Komuniaksi. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia, 1014

Page 84: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

64

3.2 Jenis dan klasifikasi film

a. Jenis-jenis film

Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film

fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah

film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah

kejadian alam, flora, fauna, maupun manusia. Adapun penjelasan

dari jenis-jenis film itu sebagai berikut :

1) Film Dokumenter adalah film yang menyajikan

fakta yang berhubungan dengan orang-orang, tokoh,

peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter

dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan

tujuan seperti informasi atau berita, biografi,

pengetahuan pendidikan social, politiik (propaganda)

dan lain sebagainya.

2) Film fiksi adalah film yang menggunakan cerita

rekaan diluar kejadian nyata, terkait plot dan memiliki

konsep pengadegaan yang di rancang sejak awal.

Struktur cerita film juga terkait hukum dan kausalitas.

Cerita fiksi juga seringkali diangkat dari kejadian

nyata dengan menggunakan beberapa cuplikan

rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-

dokumenter).

3) Film experimental merupakan film yang

berstruktur namun tidak ber plot. Film ini tidak

Page 85: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

65

bercerita tentang apapun (anti-naratif) adegannya

menantang logika sebab akibat (anti-rasionalitas)66

b. Klasifikasi film

Menurut Himawan Pratista dalam buku memahami film-

nya metode yang paling mudah dan sering digunakan

untuk mengklarifikasi film adalah berdasarkan genre

yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki

karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut67

:

1. Aksi , yaitu film yang berhubungan dengan

adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan,

berbahaya, dan nonstop dengan cerita yang

cepat.

2. Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali

mengunggah emosi, dramatic dan mampu

menguras air mata penontonnya. Tema

umumnya mengangkat isu-isu sosial seperti

kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiwaan

penyakit dan sebaginya.

3. Epic sejarah yaitu film dengan tema periode

masa silam (sejarah) dengan latar belakang

sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar

yang menjadi mitos, legenda, atau kisah

bliblical.

66

Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka,

2008. 67

Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka,

2008.

Page 86: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

66

4. Fantasi yaitu film yang berhubungan dengan

tempat peristiwa dan karakter yang tidak nyata

dengan menggunakan unsur magis, mitos,

imajinasi, halusional serta alam mimpi.

5. Fiksi ilmiah yaitu film yang berhubungan

dengan teknologi dan kekuatan di luar

jangkauan teknologi masa kini yang artificial.

6. Horror yaitu film yang berhubungan dengan

dimensi spiritual atausisi gelap manusia.

7. Komedi yaitu jenis film yang tujuannya

menghibur dan memancing tawa penonton.

8. Kriminal dan gangster yaitu film yang

berhubungan dengan aksi-aksi kriminal dengan

menggambil kisah kehidupan tokoh kriminal

besar yang diinspirasi dari kisah nyata.

9. Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan

unsur musik, lagu, tari dansa, serta gerak

koreografi.

10. Petualangan yaitu film yang berkisah tentang

perjalanan, eksplorasi, ekspedisi, ke suatu

wilayah asing yang belum pernah terjangkau

dengan manusia.

11. Perang yaitu film, yang mengangkat tema

ketakutan serta terror yang ditimbulkan oleh

aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan

dan perjuangan.

Page 87: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

67

12. Western yaitu film dengan tema seputar

konflik antara pihak baik dan jahat berisi

tembak-tembakan, aksi berkuda, dan aksi duel.

Film ini masuk ke dalam kategori film

documenter yang menyajikan fakta

berhubungan dengan orang-orang tokoh

peristiwa dan lokasi yang nyata.

3.3 Unsur-unsur pembentuk film

Film secara umum dapat di bagi menjadi dua

unsur pembentuk yaitu unsur naratif dan unsur

sinematik.Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu dengan lainnya. Unsur naratif

adalah bahan materi yang akan diolah, berhubungan

dengan aspek cerita atau tema film, terdiri dari unsur-

unsur seperti : tokoh, massalah, lokasi dan waktu.

Sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk

mengolahnya. Sementara unsur sinematik atau gaya

sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.

Sinematik terdiri dari empat elemen pokok yaitu :

a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang

berada di depan kamera.

b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap

kamera dan filmnya hubungan kamera dengan

objek yang diambil.

c. Editing, transisi sebuah gambar (shoot) ke

gambar (shoot) lainnya.

Page 88: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

68

d. Suara, yakni segala hal dalam film yang

mampu kita tangkap melalui indra

pendengaran.68

Film juga menggandung unsur dramatik. Unsur

dramatik dalam istilah lain disebut dramaturgi yakni

unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak

dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya antara

lain: konflik, suspense, curiousity, dan surprise. Konflik

merupakan suatu pertentangan yang terjadi dalam sebuah

film misalnya, pertentangan antar tokoh. Suspense

merupakan ketegangan yang dapat menggiring penonton

ikut berdebar menantikan adegan selanjutnya. Couriosity

merupakan rasa ingin tahu atau penasaran penoton

terhadap jalannya cerita sehingga penonton terus

mengikuti alur film sampai selesai. Surprise adalah

kejutan. Kejutan ini biasanya digunakan pada alur film

yang sulit ditebak.69

3.4 Teknik pengambilan gambar

a. Sinematografi

Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera

dan film nya serta hubungan kamera dengan objek

yang diambil. Berikut ini adalah salah satu aspek

68

Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka,

2008. 69

Lutters, Elizabeth, Kunci Sukses Menulis scenario. Jakarta : Grasindo.

2004.

Page 89: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

69

framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni

jarak kamera terhadap objek (type shoot) yaitu :70

1. Extream long shoot, merupakan jarak kamera

yang paling jauh dari objeknya. Teknik ini

umumnya untuk menggambarkan sebuah objek

yang sangat jauh atau panorama yang luas.

2. Long shoot, pada jarak long shoot tubuh fisik

manusia telah tampak jelas namun latar

belakang masih dominan. Long shoot sering

kali digunakan sebagai establishing shoot,

yakni shoot pembuka sebelum digunakan

shoot-shoot yang berjarak lebih dekat.

3. Medium long shot, pada jarak ini tubuh

manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke

atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan

sekitar relative seimbang.

4. Medium shoot, pada jarak ini memperlihatkan

tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture

serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok

manusia lebih dominan dalam frame.

5. Close up umumnya memperlihatkan wajah,

tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya.

Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi

wajah dengan jelas serta gesture yang

mendetail. Close up biasanya digunakan untuk

70

Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homrtian Pustaka.

2008.

Page 90: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

70

adegan dialog yang lebih intim. Close up juga

memperlihatkan sangat mendetail sebuah

benda atau objek.

6. Extreme close up pada jarak terdekat ini

mampu memperlihatkan lebih mendetail

bagian wajah seperti, telinga, hidung, dan

lainnya atau bagian dari sebuah objek.

b. Pergerakan kamera

Pergerakan kamera adalah istilah untuk

memudahkan komunikasi dengan operator

kamera, yakni istilah untuk menyebut arah gerak

kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan

kamera posisi pengangkat kamera yang berubah

dalam proses pengambilan gambar. Pergerakan

kamera, secara teknis sebenarnya variasinya tidak

terhitung namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut :71

1. Pan, merupakan singkatan dari kata panorama.

Istilah panorama digunakan karena umumnya

menggambarkan pemandangan secara luas.

Pan adalah gerakan kamera secara horizontal

kanan dan kiri secara horizontal dengan posisi

kamera statis.

2. Tilting, merupakan pergerakan kamera secara

vertical atauatas-bawah dengan posisi kamera

71

Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homrtian Pustaka.

2008.

Page 91: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

71

statis. Tilt sering digunakan untuk

memperlihatkan objek yang tinggi atau raksasa

di sepan seorang karakter, misalnya gedung

bertingkat dan patung raksasa.

3. Tracking, atau dolly shoot merupakan

pergerakan kamera akibat perubahan posisi

kamera secara horizontal. Pergerakan dapat ke

arah manapun sejauh masih menyentuh

permukaan tanah. Pergerakan dapat bervariasi

yakni, maju, melingkar, menyamping, dan

sering kali menggunakan rel atau track.

Tracking shot juga dapat dilakukan dengan

menggunakan truk atau mobil.

4. Crane shoot, adalah pergerakan kamera akibat

perubahan posisi kamera secara vertical,

horizontal atau kemana saja selama masih

diatas permukaan tanah (melayang) crane

shoot umumnya menggunakan alat crane yang

mampu membawa kamera bersama opratornya

sekaligus dan dapat bergerak turun naik hingga

beberapa meter.

B. KERANGKA BERFIKIR

Pengertian kerangka berpikir dalam Sugiyono 2009

mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

Page 92: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

72

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti

berdasarkan teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti

dan dirumuskan dari masalah penelitian. Kerangka berpikir

merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang

dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah

dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap

pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan

antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.72

Gender adalah istilah yang sering diartikan salah di

lingkungan masyarakat. Istilah gender sering diartikan sebagai

jenis kelamin (seks) Kedua istilah tersebut mengacu pada

perbedaan jenis kelamin, tetapi istilah seks terkait pada

komponen biologis dari sebuah makhluk hidup. Artinya, masing-

masing jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) secara biologis

berbeda. Laki-laki dan perempuan mempunyai keterbatasan dan

kelebihan tertentu berdasarkan fakta-fakta biologis masing-

masing. Contohnya : seorang berjenis kelamin perempuan bisa

mengandung, melahirkan dan mempunyai asi. Seorang yang

biologis dilahirkan sebagai laki-laki mampu mempunyai sprema.

Perbedaan biologis inilah yang dinamakan kodrat pemberian dari

tuhan dan tidak mudah untuk diubah. Sedangkan gender adalah

suatu proses sosialisasi dan enkulturasi seseorang Atau gender

adalah hasil kontruksi sosial yang terdiri dari sifat, sikap, prilaku,

72

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta. 2009.

Page 93: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

73

seseorang yang ia pelajari. Yang dipelajari biasanya berbagai

sifat dan prilaku yang dianggap pantas bagi dirinya karna berjenis

kelamin perempuan atau laki-laki. Sifat-sifat feminitas dan

maskulinitas ditentukan oleh lingkungan budayanya dan melalui

apa yang diajarkan oleh orang-orang disekitar dirinya.

Dalam peran gender di kehidupan sosial hari ini akan

membagi dua pekerjaan secara seksual. Bagaimana peran laki-

laki dan bagaimana peran perempuan. Meskipun masyarakat

mengenal dan membagi pembagian pekerjaan secara seksual

yang tidak selalu sama, yang menjadi kenyataan adalah bahwa

hampir setiap masyarakat di dunia ini ada suatu pembagian kerja

secara seksual bagi perempuan dan laki-laki. Di Indonesia secara

politis dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) peran seksual

laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang sah dimata hukum

dan pencari nafkah utama dalam keluarga. Sedangkan, ibu rumah

tangga yang menjadi tugas utamanya adalah mendidik dan

merawat anaknya. Konsekuensi dari ketentuan pembagian peran

seksual seperti diatas bahwa peran gender perempuan adalah

ranah domestik, sedangkan peran gender laki-laki adalah di

wilayah publik.

Kemunculan sifat “ketidakadilan gender” dalam kehidupan

social hari inilah yang menjadi masalah. Hal ini tidak dianggap

aneh karena telah terisolasi dalam diri perempuan dan laki-laki

sehingga menjadi sulit untuk dipisahkan secara jelas apa yang

telah menjadi kodrat dan apa yang dipelajari dalam masyarakat.

Disinilah akan tercipta suatu sistem ketidakadilan gender yang

Page 94: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

74

kemudian diterima, meluas dianggap sesuatu yang biasa, dan

tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang salah. Dalam hal ini

gender haruslah diubah, dan perlu usaha yang cukup keras untuk

mengubah hal tersebut karna sudah menjadi kebiasaan yang

sudah diterima secara meluas di lingkungan masyarakat.

Dalam prespektif hak asasi manusia, diskriminasi adalah

bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) sedangkan

diskriminasi terhadap perempuan melangggar hak asasi

perempuan. Sehingga pemberdayaan perempuan diperlukan agar

perempuan dapat memperjuangkan hak-haknya yang dilanggar.

Usaha-usaha untuk menegakan Hak Asasi Manusia (HAM)

didunia termanisfestasikan dalam kesepakatan Deklarasi Hak

Asasi Manusia (DUHAM) yang diadopsi oleh perserikatan

bangsa-bangsa setelah perang dunia ke-2 dan menjunjung tinggi

hak asasi maanusia setiap individu. DUHAM pada intinya adalah

tentang menghormati kemanusiaan setiap orang karena ia

dilahirkan sebagai manusia. DUHAM terdiri dari 30 pasal

komitmen untuk menjunjung tinggi dan melindungi hak setiap

orang (perempuan dan laki-laki) secara jelas tercantum pada pasal

1 yang berbunyi

“semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat

dan hak-hak yang sama mereka dikaruniai akal dan hati nurani

dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat

persaudaraan”

Page 95: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

75

Sedangkan pernyataan bahwa DUHAM tidak membenarkan

atau menolak diskriminasi dapat dibaca dalam pasal 2 :

“Setiap orang berhak atas semua hak dan

kebebasan-kebebasan yang tercantum didalam pernyataan

ini dengan tak ada perkecualian apapun, seperti kebebasan

ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau

pandangan lain asal usul kebangsaan atau kemasyarakatan

hak milik kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya

tidak aka nada diadakan pembedaan atas dasar kedudukan

politik, hukum, atau kedudukan internasional dari Negara

atau daerah darimana seorang berasal baik dari Negara

yang merdeka, yang bentuk wilayahnya perwalian, jajahan

atau yang berada dibawah kedaulatan yang lain”

Pada kenyataannya konvensi DUAHAM yang menyatakan

menjunjung tinggi hak asasi manusia secara global tidak dapat

menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan yang terus

terjadi di seluruh penjuru dunia, termasuk di Negara-negara yang

telah menandatangani deklarasi hak asasi manusia tersebut di

perserikatan bangsa-bangsa.

Kenyataan ini yang mendorong komisi status perempuan di

PBB untuk menyerahkan draft pertamanya tentang deklarasi anti

diskriminasi terhadap perempuan. Dalam tahun 1967 sidang

umum PBB mengadopsi konvensi penghapusan segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan yang terdiri dari 16 pasal yang

di lengkapi dengan 14 pasal tentang bagaimana menilai kemajuan

dan implementasi konvensi perempuan yang telah meratifikasi

konvensi perempuan dengan membentuk Commision on the

Elimination of all types of discrimination yang disingkat

CEDAW.

Page 96: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

76

Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi konvensi

perempuan dengan dilahirkanya UU No. 7 Tahun 1984, 5 tahun

setelah diadopsi oleh PBB. Bagi Indonesia meratifikasi konvensi

perempuan dari PBB adalah tindak lanjut untuk mengakui dalam

hukum Negara bahwa dalam tataran kehidupan sehari-hari diakui

prinsip-prinsip kesetaran antara perempuan dan laki-laki. Dengan

tekad itulah asas-asas yang tercantum dalam konvensi perempuan

untuk dapat menhapuskan diskriminasi dalam segala bentuk

perwujudannya telah disepakati dinilai tentang diskriminasi

terhadap perempuan yang dimuat dalam pasal 1 dan diartikan

sebagai berikut

“setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang

dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai

pengaruh dan tujuan untuk mengurangi dan

menghapuskan pengakuan, penikmatan, penggunaan,

hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan

pokok dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil

ataupun lainnya oleh kaum perempuan terlepas dari

status perkawinan mereka atas dasar persamaan

antara perempuan dan laki-laki”.

Sedangkan pasal 3 memuat pernyataan tentang kewajiban

Negara dalam menghapuskan segala bentuk diskriminasi dengan

mengatakan antara lain “Negara-negara peserta membaut aturan

yang tepat, termasuk pembuatan undang-undang disemua bidang

untuk menjamin perkembangan dan kemajuan kaum perempuan

sepenuhnya dan menikmati hak-hak asasi manusia dan kebebasan

pokok atas dasar persamaan dengan laki-laki” Berbagai macam

peraturan perundangan telah dibuat untuk melindungi perempuan

dari diskriminasi yang ada di lingkungan sosial saat ini. Hal ini

terbukti belum juga dapat menghapuskan diskriminasi perempuan

dilingkungan sosialnya.

Page 97: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

77

Berikut kutipan berita tentang dampak diskriminasi gender

dalam kehidupan sosial :

Setiap Jam, 6 Wanita Terbunuh Akibat KDRT

Gambar 1. Perempuan KDRT

Page 98: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

78

Kerangka Berfikir

Gambar 2. Kerangka Berfikir

KONVENSI CEDAW PBB 1967 (PENGHPUSAN

DISKRIMINASITERHADAP PEREMPUAN)

UNDANG-UNDANG N0.7 TAHUN 1984

ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI

GENDER DALAM FILM KARTINI 2017

BENTUK

DISKRIMINASI

GENDR MENURUT

MANSOUR FAKIH

1. MARGINALIS

ASI

2. SUBBORDINA

SI

3. STEREOTYPE

4. KEKERASAN

5. BEBAN KERJA

ANALISIS

SEMIOTIKA

ROLAND

BHARTES

A. DENOTASI

B. KONOTASI

C. MITOS

Page 99: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

79

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. GAMBARAN UMUM FILM KARTINI

Kartini adalah salah satu film karya anak bangsa

yang ikut hadir meramaikan kancah perfilman indoenesia

ditahun 2017.Film yang di sutadarai oleh Hanung

Bramantyo ini banyak menuai pujian pada tingkat

nasional maupun internasional. Film ini menjadi film ke 3

Kartini dilayar lebar setelah biografi R.A. Kartini (1984)

yang di sutradarai oleh Sjuman Djaya Dan kisah fiksi

asmara Kartini surat cinta untuk Kartini (2016) yang di

sutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis. Production house

ternama yaitu Legancy pictures juga ikut andil dalam

proses pembuatan dan pembiayaan film ini. Film yang

beraliran biopic ini mengangkat kisah dari tokoh

pahlawan perempuan yaitu Raden Ajeng Kartini yang

tumbuh dan besar dalam keluarga bangsawan Jawa di

tahun 1800-an yang diperankan oleh Dian Sastro

Wardoyo. Selain Dian Sastro, film ini juga bertabur aktor

dan aktris ternama seperti Ayu Shita sebagai adik kartini

yang bernama Raden Ajeng Kardinah, dan Acha Septriasa

sebagai Roekmini.

Film yang berdurasi 119 menit ini banyak

menggunakan bahasa Jawa dan Proses pengerjaan film ini

cukup lama dan menyita banyak waktu. Film yang

seharusnya dirilis pada tahun 2016 menjadi mundur satu

79

Page 100: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

80

tahun menjadi tahun 2017. Rencana produksi film juga

yang harusnya dilakukan pada tahun 2015, dengan berat

hati diubah menjadi tahun 2016 karena proses

penggodokan cerita yang masih belum matang. Penulis

naskah sekaligus sutradara, Hanung ingin betul-betul

menggambarkan sosok Kartini muda dan keluarganya

secara jelas sehingga harus riset lebih dalam untuk naskah

filmnya. Selain riset yang cukup lama, proses

pengambilan gambar pada film ini juga dilakukan di

beberapa tempat yang berbeda, seperti Yongyakarta,

Jakarta dan Belanda. Proses syuting film ini juga cukup

panjang yaitu satu bulan lamanya, dengan menghabiskan

dana 12 miliar rupiah.

Dengan lama waktu riset, pengerjaan film ini yang

cukup panjang dan dana yang tidak murah rupanya tidak

menjadi hal yang sia-sia film ini banyak mendapatkan

penghargaan dari berbagai macam festival film nasional

maupun internasional. Berikut berbagai nominasi dan

penghargaan yang di dapatkan oleh film kartini :

Tabel 3. Penghargaan Festival Film Indonesia 2017

KATEGORI PENERIMA HASIL

Penata Busana Terbaik Retno Ratih

Damayanti

Nominasi

Penata Rias Terbaik Darto Unge Nominasi

Page 101: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

81

Penata Artistik

Terbaik

Allan Sebastian Nominasi

Film Terbaik Robet Rony Nominasi

Sutradara Terbaik Hanung Bramantyo Nominasi

Penulis Skenario

Terbaik

Hanung Bramantyo Nominasi

Pengarah

Sinematografi Terbaik

Faozan Rizal Nominasi

Penyuting Gambar

Terbaik

Wawan Wibowo Nominasi

Penata Suara Terbaik Khimawan Santosa

Sutrisno

Nominasi

Pemeran Utama Pria

Terbaik

Deddy sutomo Nominasi

Pemeran Utama

Wanita Terbaik

Dian Sastro

Wardoyo

Nominasi

Pemeran Anak Terbaik Neysa Chandra

Melisenda

Nominasi

Pemeran Pendukung

Wanita Terbaik

Cristine Hakim Menang

Page 102: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

82

Tabel 4. Penghargaan Festival Film Bandung 2017

KATEGORI PENERIMA HASIL

Penata

ArtistikTerpuji

Allan Sebastian Nominasi

Penulis Skenario

Terpuji

Hanung Bramantyo Nominasi

Pemeran

Pembantu Wanita

Terpuji

Cristine Hakim Menang

Pemeran Utama

Wanita Terpuji

Dian Sastro Wardoyo Nominasi

Film Bioskop

Terpuji

Legancy Picture &

Screen Play

Nominasi

Page 103: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

83

Tabel 5.Penghargaan Festival Film Tempo 2017

KATEGORI PENERIMA HASIL

Aktris

Pendukung

Terbaik

Pilihan

Tempo

Cristine Hakim Nominasi

Aktor Utama

Terbaik

Pilihan

Tempo

Deddy Sutomo Nominasi

Aktris Utama

Terbaik

Pilihan

Tempo

Dian Sastro Wardoyo Nominasi

Page 104: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

84

KATEGORI PENERIMA HASIL

Film Bioskop Terpilih Legancy Pictures &

Screenplay

Nominasi

Sutradara Terpilih Hanung Bramantyo Nominasi

Skenario Asli Terpilih Hanung Bramantyo &

Agus Bramanti

Nominasi

Tata Kamera Terpilih Faozan Rizal Nominasi

Tata Artistik Allan Sebastian Nominasi

Tata Musik Terpilih Andi Rianto Nominasi

Penyuting Gambar

Terpilih

Widati Wibowo Nominasi

Tata Kostum Terpilih Retno Ratih Damayanti Nominasi

Tata Rias Wajah

Terpilih

Darto “Unge” Nominasi

Desain Poster Terpilih Jonathan Oh Nominasi

Aktris Utama Terpilih Dian Satrowardoyo Nominasi

Aktor Pendukung

Terpilih

Deddy Sutomo Nominasi

Akris Pendukung

Terpilih

Cristine Hakim Menang

Aktris/Aktor Cilik

Terpilih

Neysa Chandra Melisenda Nominasi

Page 105: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

85

Tabel 6.Penghargaan Indonesia Movie Actor Awards 2018

KATEGORI PENERIMA HASIL

Pemeran Pria

Pendukung Favorit

Deddy Soetomo Nominasi

Pemeran Wanita

Pendukung Favorit

Cristine Hakim Nominasi

Life Time Achivment Cristine Hakim Menang

Tabel 7.Penghargaan Piala Maya 2018

PENGAHRGAAN INTERNASIONAL

Film Kartini diputar di Markas Besar PBB New Yok

pada tanggal 13-23 Maret 2018 dalam acara pertemuan

Commission on the Status of Women (CSW) ke-62 "Film

Kartini diputar di PBB untuk menunjukkan kepada berbagai

negara di dunia mengenai perjuangan dan kemajuan

perempuan Indonesia untuk mendorong emansipasi dan

pemberdayaan perempuan," dipilihnya film Kartini karna

film ini menggambarkan sejarah perjuangan emansipasi dan

pemberdayaan perempuan Indonesia sejak abad ke-18. 73

Hal

ini berhubungan juga dengan tema CSW ke-62 yaitu

“Challenges and opportunities in achieving gender equality

73

https://seleb.tempo.co/read/1071456/film-kartini-hanung-bramantyo-diputar-di-markas-besar-pbb ditulis oleh Antara akrtikel diakses pada 28

Oktober 2018 pukul 14.05 WIB

Page 106: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

86

and an empowerment of rural women and girl" atau

Tantangan dan kesempatan dalam mencapai kesetaraan

gender dan sebuah pemberdayaan perempuan dan perempuan

pedesaan. Sekaligus untuk mempringati hari International

Women's Day yang jatuh pada bulan Maret 2018.

B. SINOPSIS FILM KARTINI

Film ini adalah kisah nyata perjuangan Kartini, pahlawan

wanita yang paling populer di Indonesia. Indonesia awal tahun

1900 Masehi, Wanita tidak diperbolehkan memperoleh

pendidikan yang tinggi, bahkan untuk para kaum Ningrat

sekalipun. Wanita Ningrat Jawa saat itu hanya diharapkan

menjadi Raden Ayu dan menikah dengan seorang pria Ningrat

Jawa. Perempuan ningrat juga harus siap menjadi istri kedua

ataupun ketiga dalam sebuah pernikahan. Kartini kecil (Neysa

Chandra Melisenda) tumbuh dengan melihat langsung bagaimana

Ibu Kandungnya, Ngasirah (Nova Eliza) menjadi orang terbuang

di rumahnya sendiri, diangggap pembantu hanya karena tidak

mempunyai darah ningrat. Ngasirah sendiri adalah, putri dari

NyaiHaji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru

agama di Telukawur, Jepara.

Sejak kecil Kartini sudah di pisahkan dari ibu kandungnya

karena seorang anak Bupati haruslah menjadi Raden Ayu baik

dari istri ningrat ataupun bukan keturunan nigrat dan hidup dalam

pingitan sejak menstruasi hari pertama. Ayahnya, Raden

Page 107: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

87

Sosroningrat (Deddy Sutomo) seorang patih yang diangkat

menjadi Bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah

putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ayah Kartini

pada mulanya adalah seorang Wedana di Mayong. Peraturan

kolonial waktu itu mengharuskan seorang Bupati beristerikan

seorang bangsawan. Karena M.A.Ngasirah bukanlah bangsawan

tinggi maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng

Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Wanita

yang akan menjadi ibu kandung dari Raden Ayu

Roekmini. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat

menjadi Bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung

R.A.Woerjan, R.A.A.Tjitrowikromo. Raden Sosroningrat sangat

mencintai Kartini dan keluarganya juga tidak berdaya melawan

tradisi saat itu.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.

Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan

tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat

Bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad

ke-19 sebagai salah satu Bupati pertama yang memberi

pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini,

Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di

ELS(Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini

belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus

tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Page 108: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

88

Dalam pingitan yang cukup lama Kartini sempat terpuruk

cukup dalam.ia berfikir bahwa semua cita-citanya untuk

bersekolah tinggi dan merubah nasib bangsanya akan pupus

begitu saja. Kartini berfikir ia akan sama seperti perempuan-

perempuan ningrat pada umumnya yang telah ditakdirkan

menjadi Raden Ayu, dan tidak berdaya untuk melawan tradisi.

Sosorokatono (Reza Rahardian) adalah salah seorang yang

merubah pola pikirnya. Sosrokartono mendidik Kartini sedikit

demi sedikit untuk rajin membaca buku dan menulis sekaligus

untuk mengibur diri sendiri dalam masa pingitannya. Kartini

yang bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar

sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi

yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon

yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan

majalah Eropa, Kartini mulai tertarik pada kemajuan berpikir

perempuan Eropa. Setelah ia semakin rajin membaca dan menulis

surat, Semakin hari semakin kuat keinginannya untuk

menciptakan trobosan baru dalam bidang pendidikan, sosial, dan

ekonomi.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De

Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima

leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada

langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu

pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda

De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali

mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie.

Page 109: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

89

Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan

penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-

kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip

beberapa kalimat.

Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi

wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat

perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan

persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Kartini dijodohkan dengan Bupati Rembang, K.R.M.

Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah

memiliki tiga istri. Kartini menikah pada 1903. Suaminya

mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan

didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu

gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Page 110: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

90

C. PROFIL SUTRADARA FILM KARTINI

Gambar 3. Sutrdara Hanung Bramantyo

Page 111: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

91

Nama Panggung : Hanung

Bramantyo

Nama Asli : Setiawan

Hanung Bramantyo

Nama Panggilan : Hanung

Bramantyo

Tempat/ Tanggal Lahir :

Yogyakarta, 1 Oktober 1975

Pekerjaan : Sutradara, Aktor,

Penulis Skernario

Tinggi Badan : 172 cm

Agama : Islam

Ayah Kandung : Salim

Purnomo

Ibu Kandung : Mulyani

Istri : Zaskia Adya Mecca

Anak : Barmastya Bhumi

Brawijaya (hasil

pernikahannya dengan

Yanesthi Hardini), dan Kana

Sybilla Bramantyo, Kala

Madali Bramantyo, dan Bhai

Kaba Bramantyo (hasil

pernikahannya dengan

Zaskia Adya Mecca)

Zodiak : Libra

Hobi : Menulis, Membaca,

Nonton Film dan Membuat

Film

KARYA :

Topeng Kekasih (2000)

Gelas-Gelas

Berdenting (2001)

When… (2003)

Brownies (2004)

Catatan Akhir

Sekolah (2005)

Sayekti dan Hanafi versi

RCTI (2005)

Jomblo (2006)

Lentera Merah (2006)

Kamulah Satu-

Satunya (2007)

Legenda Sundel

Bolong (2007)

Get Married (2007)

Page 112: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

92

Ayat-Ayat Cinta (2008)

Doa Yang

Mengancam (2008)

Perempuan Berkalung

Sorban (2009)

JK – film pendek (2009)

Get Married 2 (2009)

Menebus Impian (2010)

Tendangan dari

Langit (2010)

Sang Pencerah (2010)

? (2011)

Pengejar Angin (2011)

Perahu Kertas (2012)

Cinta Tapi Beda (2012)

Perahu Kertas 2 (2013)

Gending Sriwijaya (2013)

Soekarno: Indonesia

Merdeka (2013)

Hijab (2015)

2014 (2015)

Talak 3 (2016)

Rudy Habibie (2016)

Kartini (2016)

Gundala Putra Petir (2017)

Terbaru : Sultan Agung

(2018)

Akan datang : Bumi

Manusia

SEBAGAI PEMAIN

Jomblo (2006) - sebagai koki

Lentera Merah (2006) - sebagai Dewan Alumni 65

Get Married 2 (2009) - sebagai pemarkir mobil

Get Married 3 (2011) - sebagai orang buta

Perahu Kertas (2012) - sebagai tamu di pameran lukisan

Galeri Warsita

Habibie & Ainun (2012) - sebagai Sumohadi

Cinta Tapi Beda (2012) - sebagai Pelanggan Café.

Youtubers (2015) - sebagai Sutradara

Page 113: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

93

PROFIL PEMAIN FILM KARTINI

1. DIAN SASTROWARDOYO (RADEN AJENG KARTINI

Gambar 4.Raden Ajeng Kartini

Nama Panggung : Dian Sastrowardoyo

Nama Asli : Diandra Paramita Sastrowardoyo

Nama Panggilan : Dian

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Maret 1982

Pekerjaan : Aktris, Presenter, Model.

Agama : Islam

Ayah Kandung : ariawan rusdianto sastrowardoyo

Ibu Kandung : dewi parwati setyorini

Suami/Istri : Maulana Indraguna Sutowo

Anak : Syailendra Naryama Sastraguna Sutowo & Ishana

Ariandra Nariratana Sutowo

Hobi : Baca buku

PENDIDIKAN

TK, Don Bosco

Page 114: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

94

SD: SD Strada Van Lith II, Duren Sawit, Jakarta

SLTP: SMP Vincentius Otista, Jakarta.

SLTA: SMA Tarakanita 1, Pulo Raya, Kebayoran Baru -

Jakarta Selatan.

S-1: Fakultas Hukum UI (tidak tamat)

S-1: Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia

S-2: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (lulus cum

laude Agustus 2014)

2. AYUSHITA NUGRAHA(RADEN AJENG KARDINAH)

Gambar 5.Raden Ajeng Kardinah

Nama Panggung : Ayushita

Nama Asli : Ayushita Widyartoeti Nugraha

Nama Panggilan : Ayu

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Juni 1989

Pekerjaan : Aktris, Model, Penyanyi, Presenter

Agama : Islam

Hobi : Menyanyi

PENDIDIKAN

SMP St. Belarminus Jakarta

Page 115: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

95

SMA 3 Setiabudi Jakarta

Performing Arts, London School of Public Relations

3. ACHA SEPTRIASA(RADEN AJENG ROEKMINI)

Gambar 6.Raden Ajeng Roekmini

Nama Panggung :Acha Septriasa

Nama Asli : Jelita Septriasa

Nama Panggilan : Acha

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 September 1989

Pekerjaan : Aktris, Penyanyi, Presenter

Agama : Islam

Ayah Kandung : Sagitta Ahimsha

Ibu Kandung : Rita Emza

Suami/Istri : Vicky Kharisma

Anak : Bridgia Kalina Kharisma

Hobi : Menyanyi

Page 116: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

96

Pendidikan

TK Ar Riadhus (1993–1995)

SD Muhammadiyah 6 Tebet (1995–2001)

SMP Negeri 73 Jakarta (2001–2004)

SMA Negeri 82 Jakarta (2004–2007)

Limkokwing University of Creative Technology, Cyberjaya,

Malaysia (2007–2011)

4. CHISTINE HAKIM(YU NGASIRAH)

Gambar 7.Yu Ngasirah

Nama Panggung : Christine Hakim

Nama Asli : Herlina Christine Natalia Hakim

Nama Panggilan : Christine Hakim

Tempat Tanggal Lahir : Jambi 25 Desember 1956

Pekerjaan : Aktis, Produser, Aktivis

Agama : Islam

Ayah Kandung : Syarif Hakim Tahar

Ibu Kandung :

Suami/Istri : Jeroen Lezer

Page 117: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

97

5. NOVA ELIZA(YU NGASIRAH MUDA)

Gambar 8.Yu Ngasirah Muda

Nama Panggung :

Nova Eliza

Nama Asli : Nova

Eliza

Nama Panggilan :

Nova

Tempat Tanggal

Lahir : Aceh, 4 Juni

1980

Pekerjaan : Aktris,

Model

Agama : Islam

Ayah Kandung :

Nurdin AR

Ibu Kandung : Cut

Rosminar

Anak : Naima

Malinka

Page 118: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

98

6. DEDDY SUTOMO (Raden Mas Adipati Ario

Sosroningrat)

Gambar 9.Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat

Nama Panggung : Deddy Sutomo

Nama Asli : Deddy Sutomo

Nama Panggilan : Deddy Sutomo

Tempat Tanggal Lahir : Batavia, 26 Juni 1939

Pekerjaan : Aktor dan Politisi

Agama : Islam

Suami/Istri : Farida Widyawati

Page 119: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

99

7. DJENAR MAHESA AYU (RADEN AYU MOERYAM)

Gambar 10.Raden Ayu Moeryam

Nama Panggung :

Djenar Maesa Ayu

Nama Asli : Djenar

Maesa Ayu

Nama Panggilan :

Djenar Maesa Ayu

Tempat Tanggal

Lahir :

Pekerjaan : Penulis

dan Aktris

Agama : Islam

Ayah Kandung :

Syuman Djaya

Ibu Kandung : Tutie

Kirana

Anak : : Banyu

Bening dan Btari

Maharani

Hobi : Menulis

Page 120: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

100

8. REZA RAHARDIAN(RADEN MAS SOSROKARTONO)

Gambar 11.Raden Mas Sosrokartono

Nama Panggung :

Reza Rahadian

Nama Asli : Reza

Rahadian Matulessy

Nama Panggilan :

Reza Rahadian

Tempat Tanggal

Lahir : Bogor, 5

Maret 1987

Pekerjaan : Aktor,

Model, Presenter,

Sutradara

Agama : Islam

Ayah Kandung :

Rahim

Ibu Kandung :

Pratiwi Widantini

Matulessy

Page 121: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

101

9. ARDINIA WIRASTI(RADEN AYU SOELASTRI)

Gambar 12. Aden Ayu Soelasri

Nama Panggung : Adinia Wirasti

Nama Asli : Adinia Wirasti

Nama Panggilan : Asti

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 19 Januari 1987

Pekerjaan : Aktris

Agama : Islam

Page 122: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

102

10. DENNY SUMARGO(RADEN MAS SLAMET)

Gambar 13.Raden Mas Slamet

Nama Panggung

:Denny Sumargo

Nama Asli : Denny

Sumargo

Nama Panggilan :

Densu

Tempat Tanggal

Lahir : Luwuk, 11

Oktober 1981

Pekerjaan : Aktor,

Atlit

Agama : Kristen

Ayah Kandung :

Nazaruddin

Chaniago

Ibu Kandung :

Meiske

Page 123: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

103

11. DWI SASONO(RADEN MAS JOYOADININGRAT )

Gambar 14.Raden Mas Joyoadiningrat

Nama Panggung :Dwi Sasono

Nama Asli : Dwi Sasono

Nama Panggilan : Dwi Sasono

Tempat Tanggal Lahir : Surabaya 30 Maret 1980

Pekerjaan : Aktor

Agama : Islam

Suami/Istri : Widi Mulia

Anak : Dru Prawiro Sasono (2008)Widuri Putri Sasono

(2010)Den Bagus Satrio Sasono (2015)

Page 124: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

104

D. TIM PRODUKSI FILM KARTINI

Tabel 8.Nama Tim Produksi

PRODUCER Robert Rony

EXECUTIVE

PRODUCER

Catherine Keng

Ickyv.Olindo

Ukhdev Singh

ASSOCIATE

PRODUCER

Wiwid Setya

LINE PRODUCER Ajish Dibyo

SCEENPLAY &

STORY

Bagus Bramanti

Hanung Bramantyo

CASTING

DIRECTOR

Widhi Susila Utama

Ibnu Widodo

DIRECTOR OF

PHOTOGRAPHY

Faozan Rizal

ART DIRECTOR Allan Sebastian

COSTUME

DESIGNER

Retno Ratih Damayanti

MAKE UP ARTIST Darto “Unge”

Page 125: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

105

SOUND

RECORDIST

Trisno

MUSIC SCORE Andi Rianto

Charlie Meliala

SOUND

DESIGNER

Khikmawan Santosa

EDITOR W. Idati Wibowo

VISUAL EFFECT X. Djo

Ery Kuntoro

PRODUCTION

MANAGER

Koko Permana

PRODUCTION

ASSISTANTS

Sara Kessing

Felisitas Ririen

PRODUCTION

ACCOUNTING

Dwike Samata Sukmasari

LOCATION

MANAGER

YONGYAKARTA

Agus Santoso

LOCATION

MANAGER

ASSISTANT

YONGYAKARTA

Hastungkara Sukardi

Frank Melur

Muh.Hafidz

LOCATION

MANAGER

Beni Irawan

Page 126: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

106

JAKARTA

LOCATION

MANAGER

ASSISTANT

JAKARTA

Ian Kuncung

TALENT

CORDINATOR

YOGYAKARTA

Jarwo

Subagio

TANLENT

CORDINATOR

JAKARTA

Harry Wibowo

Mutiara Tita

ACTING COACH Agus Kencrot

DUTCH

LENGUAGE

COACH

Hans De Kraker

SCRIPT REPORT

& VHS PLAYBACK

Pujiono

VISUAL

CONTINITY

Biandi Gagah

CLAPPER Mervie

CAMERA

ASSISTANT &

FOCUS PULLER

Kasnan

CAMERA REPORT Diana

Page 127: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

107

GAFFER Tarmizi Abka

LIGHTINGMANS Dede Permana, Nurhadi, Doel

Kumbang, Adi Li, Rohmat, Heri,

Kamila.

DRONE

OPRATORE

Yanuar

DATA WRANGKER Dimas Adriene

JAKARTA ART TEAM

ASSISTANT ART 1 Dazenk

ASSISTANT ART 2 Ari, Anting, Delby, Wisnu, Enjang,

Asep, Iden, Oppo, Uwa, Yosi, Doni

YONGYAKARTA ART TEAM

ASSISTANT ART 1 Edy Wibowo

ASSISTANT ART 2 Bro, Tejo, Fadil, Arif, Norton, Citra,

Danu, Paijo

WARDROBE

ASSISTANTS

Ary Yandhi

Abraham Sokarno

Ruri Widiarto

Anggit Tyaswari

Agung Catur

I Gusti Made Anom

Abam Jufen

Page 128: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

108

MAKE UP

ASSISTANTS

Nanda

Anto

Nur

SOUND RECORDIST

ASSISTANT

Dimas Aditya

BOOM OPRATORS Nanda

Syahril Pratama

DIALOG EDITOR Khikmawan Santosa

SOUND EDITOR Syamsurrijal

SOUND EFFECT

EDITOR

Yordana

Satrio Abhinowo

ADR MIXER Jonet Sri Untoro

FOLEY ARTIST Joko Prawonto

FOLEY MIXER Moh.Zaki

RE-RECORDING

MASTER

Mohammad Ikhsan

SOUND POST

PRODUCER

Diaz Vierdi

COLORIST Arie Trisdianto

ONLINE EDITOR Indra Poetra

BEHIND THE SCANE Dwi Sujanti Nugroho

Page 129: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

109

STILL PHOTO Umar Setyadi

POSTER DESIGNER Jonathan Oh

POSTER

POTHOGRAPHER

Frans Hambali

POST PRODUCTION

CORDINATOR

Luqman Thalib

EDITOR OFFLINE

ASSISTANT

Ahyat Andrianto

EDITOR THAILER Teguh Raharjo

Ganda Harta

OPENING & ENDING

GRAPHIC

Heri Kuntoro

X-Jo

POST PRODUCTION

ACCOUNTING

Cita Pranala

ORIGINAL MUSIC

COMPOSED

Andi Rianto

ASSISTING

ORCHESTRATOR I

Dita Permata

ASSISTING

ORCHESTRATOR II

Chistopher Gunawan

SCORE EDITOR Surya Widodo

SCORE MIXED AND

ENGINEER BY

Tommy Putra Utomo

Page 130: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

110

PRODUCTION TEAM AMSTERDAM

PRODUCTIONS

COORDINATOR

Tiurlan Tobing

Ruben Westhoff

ASSISTANT CAMERA Delano Van Diest

DRIVER Hans The

Frans De L‟orme

HEAD OF FINANCE

AND ACCOUNTING

Lisbeth Simarmata

FIANCE AND

ACCOUNTING

STAFF

Renata Irene Hutagalung

ADMISTRATION

AND FINANCE

Wulan Maylani

ADMISTRATION

AND FINANCE

ASSISTANT

Sekarsanti

OFFICEBOY Denny

Lintang

ENGLISH SUBTITLE Tasha Sastranegara

Robert Ronny

SENIOR

RESEARCHER

Ibu Asri Mimingtyas

Dr. Joost Cote

Page 131: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

111

Dr.Paul Bijil

TEAM RESEARCH

RUMAH KARTINI

Apeeep Qimo

Rumail Abbas

Daniel F.M

TRANSLATER

DUTCH TO

INDONESIA

Hans De Kraker

Jeroen Lezer

TRANSLATERJAVA

TO INDONESIA

Agus

PROMOTION Alderina Gracia

Resti Ghina Ulfah

Bagas Aditia

MARKETING &

PROMOTION

Emir Hakim

Arnold Limasnax

Edy Nugroho

Ricky Ferdianshah

Dwi Yani Putri

Carla Estherina

Arlianus Hidayat

Beatrich Simadiputri

Mimma Pratami

Diana Astuti

Anggie Prihanggi

PUBLICIST Ade Kusumaningrum

Page 132: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

112

Michael

Nauval Yazid

Emira

Kanneth

Dwi Hesti Utami

DIGITAL

MARKETING

Mahendra

Chandra

Evie Sabrina

Arna Ningsih

Indra Kurniawan

Dicky Wahyu

Vidar Octara

Faizal Zailani

Nahar Hasyim

Heru Suyandi

Bandy Deep

Ferdian Simens

Soni

Like Chairunisa

Michael Katwani

Jessica

Imel Febriyanti

Joe Palar

Sony Duta

Bayu Surya

Page 133: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

113

RAIN MANS Feru

Saldi

DIRECTOR CRAFT

SERVICE

Aadi Bromo

CRAFT SERVICE Junet

Andy Gebyar

Heru

Toyo

TRANSPORTATION

MANAGER

Rony Gunawan

Dany Elias

DIRECTOR VAN Maman

1st PRODUCTION

VAN

Raji

2nd

PRODUCTION

VAN

Cepy

PRODUCER VAN Bambang

PENYUTRADARAAN

VAN

Indra

DATA WRANGLER

VAN

Anto

CREW VAN Budi

1st TALENT VAN Lasno

Page 134: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

114

2nd

TALENT VAN Warno

3rd

TALENR VAN Samiji

4th

TALENT VAN Yanto

DOP VAN Emra

LIGHTING VAN Nurhadi

1st LIGHTING VAN Misni

2nd

LIGHTING VAN Samsul

PICK UP GRIP Jogja

WADROBE VAN Ony

1st WADROBE BOX Damadi

2nd

WADROBE BOX Ahmad

MAKE UP VAN Jokowi

SCRIPT VAN Ari

SOUND VAN Eko

CAMERA TEAM VAN Ripto

CAMERA VAN Agung

CRAFT SERVICE

VAN

Parno

Page 135: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

115

SUPPORT BOX Birin

1st ART VAN Danang

2st

ART VAN Taryadi

1st

ART PICKUP Yoyok

2nd

ART PICKUP Tutung

1st ART BOX Faidzin

2nd

ART BOX Darto

TRUCK Ipin

Page 136: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

116

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi dan data penelitian

Pada tahap ini, peneliti akan memaparkan data dan temuan

penelitian. Batasan masalah penelitian berfokus pada adegan

diskriminasi gender yang terjadi dalam setiap adegan film Kartini

2017 untuk kemudian dianalisis dengan konsep diskriminasi

gender yang penulis pakai dalam penelitian ini. Konsep

ketidakadilan menurut Mashur Faqih terbagi menjadi 5 bagian

yaitu, marginalisasi, subbordinasi, streotipe, kekerasan, dan

beban kerja ganda. Berikut 23 adegan yang menggambarkan

diskriminasi gender dalam film Kartini 2017 karya Hanung

Bramantyo .

1. Scane Kartini berjalan jongkok untuk menghadap sang

ayah (Bupati Rembang)

Gambar : 1 /D/01/04/2019

Waktu : 00.01.28

116

Page 137: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

117

Gambar 15.Kartini berjalan jongkok

Pada gambar diatas Kartini yang menjadi anak perempuan

dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat (Bupati Jepara) yang

sedang berada didalam kamar bersama adiknya Roekmini tiba-

tiba dipanggil oleh sang Ayahanda untuk bertemu mendiskusikan

pernikahannya dengan Bupati Rembang. Kartini diharuskan

berjalan jongkok dari kamar pinggitan hingga singgasana

ayahnya. Hal ini diwajibkan untuk semua anak perempuan

keturunan nigrat Jawa yang bergelar Raden Ajeng. Peraturan

berjalan jongkok ini berlaku sejak perempuan sudah menjejaki

usia balig (dewasa) yang ditandai dengan keluarnya darah

menstruasi hari pertama. Beberapa peraturan ini dibuat hanya

untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tidak dibebankan

dengan peraturan-peraturan yang sama dengan anak perempuan.

Percakapan Roekmini: kamu sudah yakin

dengan pilihanmu mbak ?

Page 138: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

118

Kartini: apa aku boleh punya

pilihan lain ?

a. Denotasi

Pada gambar diatas Kartini yang dipanggil sang ayahanda

sedang berjalan merunduk menuju tempat sang ayah. Kartini

berjalan jongkok dari kamar hingga siggasana sang ayah.

Sedangkan apabila anak laki-laki yang di panggil sang ayah

mereka bebas berjalan normal dan tidak diwajibkan untuk

berjalan jongkok.

Pada tabel percakapan diatas menunjukan bagaimana

perempuan menjadi makhluk nomer dua setelah laki-laki,

perempuan tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Perempuan

juga tidak bisa memilih sendiri jalan hidupnya karena perempuan

yang belum menikah adalah milik ayahnya dan sesudah menikah

ia adalah milik suaminya. Disini dapat terlihat bahwa bagaimana

dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam kehidupan sehari-

hari. Hal itu terlihat dalam kutipan teks berikut :“apa kamu

sudah yakin dengan pilihanmu mbak ? ” “apa aku boleh

punya pilihan lain?”

Penjelasan kata “apa aku boleh punya pilihan lain” hal ini

merujuk pada sikap Kartini yang tidak bisa membantah keputusan

dari ayahnya untuk menyuruhnya menikah dengan laki-laki yang

bukan pilihan hatinya.

b. Konotasi

Page 139: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

119

Dalam adegan dan percakapan tersebut menunjukan

bagaimana kuasa laki-laki terhadap perempuan dalam lingkungan

keluarga. Beberapa peraturan dalam keluarga nigrat Jawa sangat

mendiskriminasi perempuan. Hal ini menunjukan bagaimana

perempuan mengalami marginalisasi dalam lingkungan

keluarganya.

Kemudian, pada scane ini juga terlihat manifestasi sikap

subbordinasi pada perempuan salah satunya kewajiban untuk

berjalan jongkok bagi perempuan Jawa. Disini terlihat bahwa

kedudukan perempuan tidaklah sama, perempuan harus berjalan

dengan pelan-pelan dan dalam keadaan jongkok, sedangkan laki-

laki bebas berjalan normal tanpa ada aturan Kabupaten yang

menyusahkan laki-laki. Perempuan dianggap tidak memiliki

kedudukan yang penting dalam keluarga. Perempuan diciptakan

hanya sebagai makhuk nomer dua setelah laki-laki.

Manifestasi diskriminasi gender dalam bentuk violance atau

kekerasan dapat terlihat dalam adegan satu scan ini. Hal ini

muncul ketika seorang Kartini mengalami tekanan psikologis

yang cukup tinggi karena dipaksa untuk menikah dengan pria

yang tidak dicintainya, dan Kartini tidak memiliki pilihan

lainnya.

c. Mitos

Dalam buku perempuan-perempuan perkasa di jawa abad

XVIII-XIX yang ditulis oleh Peter Carey dan Vincent Houben

menyatakan golongan priyai dan kaum perempuan Jawa sangat

memiliki kebebasan, kesempatan dan dapat mengambil keputusan

sendiri tanpa adanya pengaruh laki-laki seperti Ratu Kalinyamat.

Page 140: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

120

Hal ini sangat berbeda dan bertolak belakang dengan perempuan

yang lahir di abad ke 19 pada era Kartini yang mengkonstruksi

citra Raden Ayu di Jawa sebagai “boneka yang tersenyum simpul

dan meniadakan diri sendiri. Perempuan elok namun kepalanya

kosong” seperti yang tersebar dalam banyak literatur (sastra)

kolonial Belanda.74

2. Scane Ngasirah yang sedang meratapi nasib sang anak

Gambar :2/D/01/04/2019

Waktu :00.02.01

Gambar 16.Ngasirah yang sedang meratapi Kartini

Pada gambar diatas, terlihat ibu kandung Kartini yang

bernama Ngasirah sedang meratapi nasib sang anak dari balik

jendela besi. Ngasirah tidak diajak berdiskusi dengan Raden Mas

Ario Sosronigrat tentang pernikahan Kartini. Ngasirah tidak

74

https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/perempuan-jawa-

sebelum-kartini ditulis oleh M.Fauzi Sukri artikel diakses pada Selasa 23 Juni

2019 pukul 12.00 WIB dengan judul artikel “Perempuan Jawa Sebelum

Kartini”

Page 141: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

121

berdaya dan tidak mempunyai hak apapun terhadap anak

kandungnya (Kartini) karena Ngasirah hanyalah seorang selir

seorang Bupati dan bukanlah istri utama. Kedudukan Ngasirah

tergantikan dengan Raden Ayu Moreyam istri ke-2 dari Bupati

Jepara yang menurut strata sosialnya lebih tinggi dikarenakan

Raden Ayu Moreyam keturunan bangsawan.

Percakapan Romo: Nduk, trinil berdirilah

..sini duduk dekat ayah.

Romo: hari ini saatnya kamu

jadi raden ayu.

ayah dan ibumu (Raden Ayu

Moeryam) sudah 16 tahun

menanti. Bagaimana ?kamu

sanggup kah ?

Kartini: (tidak menjawab)

a. Denotasi

Ngasirah adalah ibu kandung Kartini. Disini ia terlihat sedih

dari balik jendela berjeruji besi melihat Kartini yang dipanggil

oleh sang ayah dengan cara berjalan jongkok dari kamar hingga

singgasana sang ayah untuk membicarakan perihal pernikahannya

dengan Bupati Rembang. Dari pergerakan dan angle kamera yang

Page 142: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

122

dapat dilihat oleh kita bahwa adanya jendela berjeruji besi yang

menandakan adanya batas Ngasirah dan Kartini. Batas-batas

antara keduanya tidak dapat ditembus oleh apapun.

b. Konotasi

Dalam adegan gambar tersebut dapat terlihat bagaimana

sikap manifestasi diskriminasi gender dalam bentuk

marginalisasi pada peran ibu kandung Kartini yaitu Ngasirah.

Ngasirah yang tidak mempunyai hak atas anaknya sendiri.

Ngasirah tidak diberi ruang untuk berbicara bersama tentang

pernikahan Kartini, karena Ngasirah bukanlah istri utama Raden

Mas Ario Sosrodiningrat, posisi Ngasirah didalaam keluarga

dikalahkan dengan istri kedua yaitu Raden Ayu Moeryam yang

secara tingkaan kasta jauh lebih tinggi dibanding Ngasirah karena

Moeryam berasal dari keluarga bangsawan yaitu Putri Raja

Madura.

Manifestasi diskriminasi gender selanjutnya dalam adegan

ini adalah ketika perempuan tidak bisa mengutarakan

pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang penting di

ruang lingkup keluarga. Hanya seorang laki-laki lah yang berhak

untuk mengambil keputusan, karena perempuan dainggap

irrasional. Hal ini masuk kedalam kategori subbordinasi pada

perempuan.

c. Mitos

Pemikiran Kartini semasa hidup dipengaruhi oleh lingkungan

keluarganya. Berawal dari melihat penderitaan sang ibu Ngasirah

yang menjadi selir sang ayah. Kartini kecil yang hidup dalam

lingkungan poligami sangat terbiasa melihat hal-hal yang

Page 143: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

123

mendiskriminasi sang ibu kandung. Berawal dari sang ayah yang

memutuskan untuk menjadi Bupati menggantikan sang kakek.

Raden Mas Ario Sosrodiningrat haruslah menikahi perempuan

ningrat Jawa untuk menjadi istri utama karena Ngasirah bukanlah

perempuan berdarah ningrat maka dari itu ia memutuskan untuk

beroligami dengan putri Raja Madura pada saat itu, ngasirah

yang bukan bangsawan tidak boleh tinggal didalam pendoopo,

dia pun tidak menjadi permainsuri sehingga statusnya hanyalah

seorang selir dan pembantu didalam pendopo.75

3. Scane Kartini yang dilarang tidur dengan Ngasirah

Gambar :3/D/01/04/2019

Waktu :00.04.12

75

https://jabar.tribunnews.com/2019/04/20/hari-kartini-2019-mengenang-

perjuangan-ra-kartini-untuk-perempuan-bermula-dari-derita-sang-ibu ditulis

oleh Resi Siti diakses pada Selasa 23 Juli 2019 pukul 13.00 WIB dengan judul

artikel “Mengenang Perjuangan R.A.Kartini Untuk Perempuan Bermula Dari

Derita Sang Ibu”

Page 144: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

124

Gambar 17.Kartini kecil menangis

Pada gambar diatas Kartni kecil yang sedang mendapat

perlakuan kasar dari semua kakak laki-lakinya yaitu Raden Mas

Slamet dan Raden Mas Busono hanya karena Kartini ingin tidur

besama Ngasirah sang ibu kandung. Disini terlihat bahwa Kartini

kecil tidak bisa melawan kedua kakak laki-lakinya yang tidak

mengiizinkan seorang Raden Ajeng tidur bersama seorang

perempuan yang berbeda kasta dengannya, walaupun ibu

kandungnya sendiri. Hal ini kemudian menyulut emosi sang ayah

kartini dan memberikan sedikit penekanan kepada Kartini kecil

bahwa ia tidak boleh tidur dikamar ibu kandungnya yang

memiliki strata lebih rendah dibanding dirinya. Sang ayah

kandung pun mengingatkan kepada Ngasirah hal ini untuk

terakhir kalinya Kartini tidur dengan sang ibu kandung yang

strata sosialnya lebih rendah dibanding Kartini. Dalam hal ini

seluruh anak bupati dari istri keturunan bangsawan ataupun istri

yang bukan bangsawan memiliki derajat yang tinggi dan harus

patuh terhadap aturan Kabupaten.

Percakapan Busono: Ayo!!! Ayo!!! Ayo!!!

Kartini: Tidak !!! Tidak!!!

Tidak!!! (menjerit)

Busono: Jangan keras kepala!!

Page 145: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

125

Kartini: Tidak mau!!!

Slamet: Jangan panggil ibu!!

panggil Yu!!

Kartini: Tidak dia ibu kita!!

Yu ngasirah bukan pembantu!!

Slamet: sekarang kamu adalah

anak Bupati bukan Wedana

lagi!!

Busono: ayo tidur di rumah

utama!!

Kartini: tidak mau!!

Slamet: Busono, bawa dia

pergi! Tarik!!

Page 146: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

126

Romo: ada apa ini? (dengan

nada marah)

Busono: dik, Kartini ingin

tidur di kamar pembantu lagi

romo.

Kartini: Yu Ngasirah bukan

pembantu!! Dia ibu kita!!

Kartini: Ni, ingin tidur

bersama ibu Ngasirah romo…

Romo: katakan pada Ni, ini

yang terakhir kalinya.

Ngasirah: baik kanjeng Bupati.

Kartini: Ni, ingin bobo dengan

ibu.

Page 147: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

127

Ngasirah: iya, tuan putri.

Kartini: Ni, gak mau ibu

panggil Ni, tuan putri.

Ngasirah: Ni, dengerin ibu ya,

Ni harus panggil ibu Yu, dan

ibu harus panggil Ni, Ndoro

Ajeng (tuan putri) sama seperti

Ndoro Ajeng Kardinah. Itu

sudah aturan Kabupaten.

Kartini: tidak bu! Tidak! Ni

ingin pulang ke Mayong.

Ngasirah: Ni ingin lihat ibu

senang ?cuman ini cara nya

yang ibu tau, supaya kamu dan

adik-adik kamu itu jadi

terhormat. Sama seperti Ndoro

Ayu Moeryam.

Page 148: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

128

Kartini: tidak bu, Ni tidak mau

jadi Raden Ayu.

Ngasirah: kamu harus jadi

Raden Ayu, biar kamu bisa

sekolah.

Kartini: Ni, tidak mau sekolah

bu, ni ingin belajar dengan

ibu.

a. Denotasi

Kartini kecil yang menangis karena dilarang tidur bersama

Ngasirah sang ibu kandung. Ngasirah berbeda kasta dengan anak-

anaknya yang sekarang menjadi anak-anak Bupati Jepara yang

berdarah ningrat. Akan tetapi anak-anak dari Ngasirah tidak

dilarang untuk tidur bersama Moeryam karena Moeryam adalah

permainsuri utama dan mempunyai kasta yang setara.

b. Konotasi

Disini dapat terlihat manifestasi sikap diskriminasi gender

dalam bentuk marginalisasi. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja,

dimana saja, termasuk didalam lingkungan keluarga. Dalam hal

ini Ngasirah terlihat mendapatkan diskriminasi dari sang anak

Page 149: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

129

laki-laki Raden Mas Slamet dan Raden Mas Busono yang

melarang adik perempuannya tidur bersama perempuan yang

kasta nya lebih rendah.

Manifestasi berikutnya adalah violance atau kekerasan. Pada

scane ini, Kartini mengalami kekerasan fisik dan kekerasan

secara psikologis. Kekerasan fisik dalam bentuk penarikan tangan

yang cukup kencang dan kasar dari kedua kakak laki-lakinya.

Diatambah kekerasan dalam bentuk psikologis yang dialami

karena peraturan Kabupaten yang melarang seorang Raden Ayu

untuk tidur bersama selir Bupati.

c. Mitos

Sikap ayah terhadap rumah, keluarga, dan orang lain terekam

dengan baik dalam memori anak. Dibanding anak perempuan,

anak laki-laki lebih senang meniru prilaku ayah, Misalnya ayah

yang kasar, dan keras dapat memberi jejak pada anak laki-laki

untuk juga bersikap demikian. Sedangkan anak perempuan akan

mucul pemahaman dalam dirinya dan membuat kesimpulan

bahwa memang begitulah sifat laki-laki76

4. Scane Kartini dalam pingitan

Gambar :4/D/01/04/2019

Waktu :00.08.49

76

https://www.ayahbunda.co.id/keluarga-psikologi/perilaku-ayah-ditiru-

anak artikel ditulis oleh Jaka Prastya Diakses pada Selasa 23 Juli 2019 pukul

14.00 WIB dengan judul “Prilaku Ayah Ditiru Anak”

Page 150: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

130

Gambar 18.Katini yang sedang dipingit

Pada gambar diatas menggambarkan bahwa Kartini yang

sedang menangis dan meratapi kehidupannya di dalam kamar

pingitan. Putri-putri bangsawan Jawa haruslah menjalani tradisi

pingitan sejak menstruasi hari pertama. Tradisi ini diwajibkan

dengan alasan menjaga mereka dari dunia luar. Dunia Kartini

menjadi sangat sempit, terbatas antara dinding-dinding gedung

Kabupaten yang tebal dan kuat, serta halaman yang luas

dilingkari tembok tebal dan tinggi, dengan pintu-pintu dan

jendela yang selalu tertutup rapat. Tradisi piggitan ini juga

berlangsung tahun menahun hingga ada laki-laki dari kelas

bangsawan yang meminang sang perempuan untuk dijadikan istri

pertama, kedua, ketiga ataupun keempat.

a. Denotasi

Kartini yang sedang menjalani masa pinggitan, yaitu masa

anak perempuan dikurung dalam satu kamar yang terkunci dari

luar. Perempuan yang sedang dipingit juga dilarang keluar kamar

Page 151: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

131

ataupun rumah sejak baligh dewasa yang ditandai dengan

keluarnya darah menstruasi dihari hari pertama. Tradisi ini hanya

diterapkan kepada kaum perempuan.

b. Konotasi

Pada gambar tersebut terlihat manifestasi sikap violance

kekerasan dalam bentuk psikologis yang dilakukan oleh

lingkungan keluarga dan didukung oleh tradisi kepada anak

perempuan. Karena tradisi pingitan ini dapat memarginalkan

kaum perempuan itu sendiri. Akibat tradisi pingitan ini

perempuan menjadi miskin pengetahuan, tidak bisa bergaul

dengan lingkungan sekitar, dan tidak mendapatkan akses

kebebasan.

Manifestasi gender berikutnya adalah sikap stereotipe

perempuan haruslah tunduk terhadap tradisi tidak boleh melawan

hal-hal yang sudah digariskan dari nenek moyang mereka.

Perempuan tidak perlu bersekolah tinggi karena tugas mereka

hanyalah di rumah dan mengurus anak, dan hal itu tidak

membutuhkan pengetahuan yang tinggi.

c. Mitos

Kartini kehilangan masa kecilnya ketika ia harus menjalani

masa pingitan, sebagaimana anak perempuan Jawa di masa itu.

Kala itu, sekitar awal 1892, Kartini yang baru saja lulus

Europeesche Lagere School (sekolah dasar untuk orang Eropa)

sedang galau. Di usianya yang belum genap 13 tahun, ia sudah

diperintahkan ayahnya menjalani pingitan. "Berlalu sudah!

Masa muda yang indah sudah berlalu!" tulis Kartini

Page 152: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

132

menggambarkan nasibnya dalam salah satu suratnya kepada

Rosa Manuela Abendanon-Mandri, istri kedua Jacques Henrij

Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Industri, dan

Agama Hindia Belanda. Seketika dunia Kartini menyempit. Dia

dilarang keluar dari kompleks rumahnya yang megah.

Jangankan ke pendopo, serambi saja hanya sesekali diinjaknya.

Itu pun sebentar. Hari-harinya yang menjemukan semakin sunyi

tatkala Letsy Detmaar, kawan sekolahnya dulu yang beberapa

kali datang ke rumahnya, pulang ke Belanda.77

5. Scene kartini merenung dalam kamar pingitan

Gambar :5/D/01/04/2019

Waktu :00.09.46

Gambar 19.Katini yang sedang meratapi nasibnya

77

https://nasional.tempo.co/read/764528/hari-kartini-pingitan-yang-

merenggut-masa-kecil/full&view=ok arrtikel ini ditulis oleh Ariandono

diakses pada kamis 25 Juli 2019. dengan judul “Hari Kartini, Pingitan Yang

Merenggut Masa Kecil”

Page 153: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

133

Pada gambar diatas Kartini yang sedang berada di dalam

kamar pingitan, melihat beberapa ekor burung perkutut yang

dipelihara oleh pak Atmo seorang abdi (pembantu) di Kabupaten.

Kartini merenung sambil memandangi burung-burung perkutut di

balik jeruji jendela kamarnya, kemudian melihat dirinya sendiri

dan berfikir bahwa dia sama saja dengan burung-burung yang

dipelihara, hidup di dalam sangkar yang bagus, diberi makan dan

minum akan tetapi kebebasan nya direnggut oleh tradisi dan

budaya. Disini dapat terlihat bagamana perempuan dibatasi ruang

geraknya. Dibatasi oleh budaya dan tradisi yang mendiskriminasi

perempuan.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat adegan Kartini yang sedang

berada didalam kamar pingitan yang dibatasi oleh jendela besi

sebagai pembatas dengan dunia luar. Kartini yang sedang

memandang keluar kamar dan terlihat kandang-kandang burung

perkutut yang di pelihara oleh pak Atmo sedang diberikan makan

dan minum.

b. Konotasi

Konotasi yang dapat dijelaskan pada gambar tersebut adalah

nasib Kartini yang dikurung didalam kamar pingitan sama halnya

dengan burung-burung peliharaan pak Atmo yang dikurung

dalam sangkar, tetap dipelihara dengan baik dengan cara

diberikan makan dan minum setiap harinya akan tetapi

direngggut kebebasannya untuk terbang tinggi dan terbang

Page 154: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

134

kemana saja. Hal ini menunjukan manifestasi sikap marginalisasi

pada scane diatas.

Manifestasi selanjutnya adalah manifestasi sikap violance.

Kekerasan psikologis yang daialami Kartini karena tradisi

pingitan adalah salah satu bentuk diskrminasi gender pada scane

tersebut. Karena tradisi inilah Kartini tidak menadapatkan

kebebasannya, terkurung dalam sebuah kamar dengan satu

jendela yang hanya cukup melihat kesatu arah.

Manifestasi yang terakhir pada gambar ini adalah sikap

streotipe karena perempuan terkonstruksi haruslah ia di pingit

dan tidak ditampakan ke hadapan orang banyak, jika perempuan

terlalu sering di tampakan ke orang banyak (berkeliaran ataupun

bergaul dengan orang banyak), maka perempuan tersebut manjadi

tidak berharga lagi di hadapan laki-laki ningrat.

c. Mitos

Dalam buku “Sarinah” yang ditulis oleh Bung Karno, ia

menjelaskan tentang bagaimana seorang temannya yang

merupakan modernis dan berpendidikan memperlakukan istrinya

sendiri. Sang istri dikurung di dalam rumah diberikan makan dan

minum serta dicukupkan kebutuhannya namun sang istri tetaplah

protes kepada suaminya karena merasa dirinya terlalu terkurung.

Bung Karno kemudian memberikan nasihat agar memberikan

sedikit kemerdekaan untuk sang istri. Kemudian sang kawan

berargumen dengan alasan ia terlalu mencintai sang istri. Profesor

Havelock Ellis berkata bahwa “kebanyakan orang laki-laki

memandang perempuan sebagai suatu blasteran antara seorang

dewi dan seorang yang bodoh”. Dipuja-puja sebagai seorang

Page 155: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

135

dewi tapi dianggap tak boleh lebih tinggi dibanding laki-laki

kedudukannya.78

6. Scane Kartni belajar berjalan jongkok

Gambar :6/D/01/04/2019

Waktu :00.10.08

Gambar 20.Kartini yang sedang belajar berjalan jongkok

Pada gambar diatas terlihat bagaimana ekspresi Kartini yang

harus belajar berjalan jongkok pelan-pelan, sedikit demi sedikit

dengan di dampingi oleh seorang gerwa ampil (abdi dalem).

Dengan ekspresi tidak suka Kartini harus mengikuti tradisi. Hal

ini di dukung oleh Raden Ayu Soelastri yang merupakan kakak

perempuan tertua dari Kartini. Tradisi berjalan jongkok juga

hanya diwajibkan untuk kaum perempuan saja, sedangkan kaum

laki-laki terbebas dari kewajiban ini. Disini dapat terlihat menjadi

seorang perempuan yang bergelar Raden Ajeng tidaklah mudah,

78

Soekarno, Sarinah, (Bandung : Syabas Books,2013) h.3-4

Page 156: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

136

ia harus belajar berjalan jongkok setapak demi setapak dan

mentaati semua peraturan bagi perempuan

Percakapan Abdi dalem: satu..dua… tiga..

empat..

Pelan-pelan, jangan terburu-

buru.

Sulastri: ayo! Senyum ni,

seyum. (mengawasi kartini

belajar berjalan jongkok)

Abdi dalem: bersimpuh tuan

putri. Tumpu nya di belakang

semua untuk berhenti.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Kartini yang sedang belajar

berjalan jongkok didampigi oleh abdi dalem dan diawasi oleh

sang kakak perempuan Soelastri disini dapat terlihat bagaimana

perempuan dibentuk dalam lingkungan keluarganya ia harus

menuruti peraturan Kabupaten yang mewajibkan perempuan

berjalan jongkok. Disini terlihat bagaimana Kartini yang sudah

kelelahan dan telihat berkeringat akibat tradisi belajar berjalan

jongkok.

Page 157: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

137

b. Konotasi

Pada konotasi gambar disini dapat terlihat manifestasi

diskriminasi gender yang ada adalah bentuk stereotipe bahwa

perempuan haruslah berjalan pelan-pelan, merunduk ketika

berjalan, dan tersenyum kepada semua orang ketika berjalan. Ini

berkaitan dengan stereotype atau labeling terhadap kaum

perempuan itu sendiri. Perempuan di konstruksi dengan lebel

harus lemah lembut, cantik dan anggun.

Manfestasi berikutnya adalah subbordinat, disini dapat

terlihat bagaimana perempuan diharuskan berjalan jongkok dan

pelan-pelan , tidak seperti laki-laki yang bisa berjalan normal

ataupun berlari. Perempuan haruslah terus merunduk, ini

menunjukan bahwa perempuan tidak boleh unggul dibanding

laki-laki. Perempuan dilarang menjadi pemimpin, karena dapat

menyaingi laki-laki.

c. Mitos

Budaya dan tradisi Jawa yang ditanamkan pada perempuan

memuat nilai-nilai patriarki. "Perempuan itu kodratnya di rumah,

melayani suami dan membesarkan anak," pernyataan tersebut

harus dikritisi, karena kalimat tersebut merupakan pengaruh

gender yang disebabkan oleh nilai-nilai rule of father. Hal di atas

juga memengaruhi citra perempuan Jawa, yang didukung oleh

budaya, tradisi, dan nilai-nilai Jawa. Perempuan Jawa dianggap

memiliki sifat keibuan, lembut, dan penurut, dan mau ditata.

Secara etimologi, istilah wanita berasal dari bahasa Jawa, yaitu

“wani ditoto”(berani ditata), artinya perempuan tidak memiliki

Page 158: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

138

kontrol atas dirinya sendiri dan harus tunduk kepada laki-laki.

Sejak kecil perempuan Jawa diajarkan untuk menjadi penurut,

pandai mengerjakan pekerjaan domestik (mencuci, menyapu,

memasak, dll), tidak boleh keluar malam, dan harus menjaga

sopan santun.79

7. Scane Katini dan Soelastri merawat tubuh

Gambar : 7/D/04/2019

Waktu : 00.10.49

Gambar 21.Katini dan Soelastri merawat tubuh

Pada gambar diatas Kartini dan Soelastri sedang melakukan

perawatan tubuh dengan cara meratus bagian organ intimnya dan

dilanjutkan dengan melulurkan kunyit ke seluruh bagian

tubuhnya.

Percakapan Kartini: apa ini mbak ?

79

http://rilis.id/Melawan-Citra-Perempuan-dalam-Budaya-Jawa Artikel

dirulis oleh Djoko Santoso. Diakses pada Jumat 26 Juli 2019 pukul 12.00 WIB

dengan judul artikel “Melawan Citra Perempuan Dalam Budaya Jawa”

Page 159: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

139

Soelastri: tubuh

perempuan itu harta yang

paling berharga. Harus

selalu dijaga. Tubuh kita

sendiri ini ni, yang akan

mengantarkan pada takdir

kita (takdir untuk menjadi

Raden Ayu)

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Kartini yang sedang dinasehati

dan diajarkan bagaimana cara merawat diri sebagai perempuan

yang akan menjadi Raden Ayu. Soelastri mengajarkan bagaimana

untuk meratus bagian organ intim dari seorang perampuan,

bagaimana cara melulurkan tubuh perempuan. Soelastri juga

berpendapat bahwa tubuh perempuan haruslah dijaga dan di

rawat karena ini adalah aset terpenting bagi seorang perempuan.

Disini terlihat bagaimana pergerakan kamera dalam teknik

pengambilan gambar, angel gambar sengaja diambil dari balik

jendela berjeruji besi yang menandakan batas-batas kaum

perempuan dengan dunia luar.

b. Konotasi

Manifestasi sikap yang terdapat dalam scane ini adalah

stereotipe. Hal ini dapat terlihat dalam adegan dan dialog diatas.

Terlihat bagaimana Soelastri memberikan pelebelan bagi

perempuan, bahwa perempuan haruslah berpenampilan yang

baik, cantik serta menggoda untuk kaum laki-laki. Tidaklah

Page 160: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

140

penting bagi perempuan untuk menjadi pintar dan bersekolah

yang tinggi.

c. Mitos

Dalam kacamata awam, cantik dapat ditemukan dalam

realitas kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Dalam

kehidupan kita saat ini, cantik telah menjadi ikon-ikon kehidupan.

Representasi cantik dibangun atas dasar “ketidaksadaran”

masyarakat. Iklan sabun, kosmetik, dan skin-whitening telah

menciptakan representasi cantik bagi masyarakat. Akhirnya

cantik menjadi budaya, menjadi ikon gaya hidup seseorang untuk

dapat mendapatkannya.80

8. Scane Soelastri mencuci kaki suami

Gambar :8/D/01/04/2019

Waktu :00.18.18

80

Jurnal Studi Gender Dan Anak “Makna “Cantik” Dari

Sebuah Barbie: Antara “Ikon” Gaya Hidup dan Komoditas” ditulis

oleh Aris Saefullah dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN

Sultan Amai Gorontalo

Page 161: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

141

Gambar 22.Soelastri mencuci kaki suami

Pada gambar diatas terlihat kakak Kartini yaitu Raden Ajeng

Soelastri yang di perankan oleh Ardinia Wirasti sedang

melakukan upacara pernikahan adat Jawa yang disimbolkan

mencuci kaki sang mempelai laki-laki. Raden Ajeng Soelastri

terlihat sangat senang menjalaninya walaupun Soelastri menikah

dengan pria yang bukan pilihan hatinya. Soelastri sangatlah

senang karena ia berfikir ia akan segera menjadi Raden Ayu. Dari

gambar tersebut dapat kita simpulkan, bahwa dalam tradisi Jawa

perempuan haruslah menjadi pelayan bagi seorang laki-laki

dalam kehidupan berkeluarga.

Percakapan Kartini: kepada kakak

Sosrokartono tersayang, di

Negara Belanda. Terimakasih

banyak atas hadiah yang sangat

berharga ini. kamu benar kang

mas tidak ada yang lebih

beharga selain membebaskan

pikiran. Tubuh boleh terpasug.

Tapi jiwa dan pikiran harus

terbang sebebas-bebasnya.

Sekali jiwa di serahkan tidak

akan pernah kita miliki

kembali. Ni, tidak akan

menyerahkan jiwa ni kepada

siapapun, dia harus menjadi

Page 162: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

142

saksi atas kebahagiaan ni, dan

kesengsaraan ni, dimasa depan.

Sosrokartono: adikku Trinil,

tidak ada yang paling

membahagiakan selain

mendengar kabar baik darimu.

Aku turut senang, akhirnya

kamu menemukan

kebebasanmu.

Kartini: Itu semua berkat kang

mas.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Soelastri yang sedang mencuci

kaki suaminya dengan air bunga yang kotor akibat menginjak

telur. dalam upacara pernikahan adat Jawa. Hal ini harus

dilakukan setiap perempuaan Jawa dalam pernikahan adat Jawa.

b. Konotasi

Pada gambar diatas dapat tercerminkan manifestasi gender

dari sikap subbordinat. Posisi perempuan dan laki-laki di dalam

rumah tangga yang kelak mereka bangun di kemudian hari itu

tidak sama. Perempuan diposisikan untuk selalu dibawah laki-laki

Page 163: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

143

sebagai pelayan yang baik dan penurut pada laki-laki hal ini juga

menggambarkan superioritas laki-laki dalam kehidupan rumah

tangga.

Manifestasi berikutnya adalah stereotipe yang di bangun

untuk menunjukan citra perempuan yang sesungguhnya. Citra

perempuan disini terbentuk bahwa perempuan haruslah menurut

keada suami, tidak boleh membantah, harus melayani suami

dalam suka duka di dalam pernikahan.

c. Mitos

Panggih merupakan prosesi yang disebut

sebagai Dhaup atau Temu. Di dalam prosesi Panggih sendiri, ada

banyak prosesi lain lagi di dalamnya yang salah satunya adalah

Wijikan (istri mencuci kaki suami). Prosesi wijikan juga sering

disebut sebagai ranupada. Ranu artinya air dan pada artinya

membasuh kaki. Jadi ranupada bisa diartikan sebagai prosesi

membasuh kaki dengan air. Dalam prosesi ini, mempelai

perempuan mencuci kaki suami di dalam bokor atau wadah

khusus berisi air kembang. Wijikan dilakukan sebagai simbolisasi

bakti mempelai perempuan ke mempelai pria.Ini juga bermakna

untuk menghilangkan sukreta atau halangan dalam diri kedua

mempelai agar perjalanan menuju rumah tangga atau keluarga

bahagia lebih mudah.81

81

https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3884208/makna-

prosesi-wijikan-mencuci-kaki-suami-dalam-pernikahan-adat-jawa ditulis oleh

Mimi Romitryasih Diakses pada Jumat 26 Juli 2019 pukul 12.00 WIB Dengan

judul artikel “Makna Prosesi Wijikan Mencuci Kaki Suami Dalam Pernikahan

Adat Jawa”

Page 164: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

144

9. Scane Kardinah dan Roekmini masuk pingitan

Gambar : 9/D/01/04/2019

Waktu : 00.20.18

Gambar 23.Kardinah dan Roekmini masuk pingitan

Pada gambar diatas terihat Raden Ajeng Kardinah dan Raden

Ajeng Roekmini mulai memasuki masa-masa pingitan, menyusul

kakak tertuanya Kartini. Kardinah dan Roekmini tidak bisa

melawan tradisi pingitan ketika masa-masa balig (dewasa)

Percakapan Moeryam: Sudah waktunya,

adik-adikmu masuk pingitan.

Katini: siap bu.

Moeryam: ayo, masuk

Page 165: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

145

(berkata kepada kardinah dan

roekmini)

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat bahwa tidak hanya Kartini saja

yang harus di pingit akan tetapi Kardinah dan Roekmini juga

mengikuti jejak kakak perempuannya Kartini. Kardinah dan

Roekmini tidak dapat melawan tradisi pingitan yang sudah

mendarah daging pada masyarakat Jawa.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang terbentuk pada adegan ini adalah

subbordinat. KarenaPerempuan tidak dapat hidup bebas seperti

laki-laki yang bisa hidup dengan bebas tanpa harus dipingit.

Perbedaan inilah yang menjadi ketidakaadilan gender antar

perempuan dan laki-laki. Perempuan masih dianggap makhluk

nomer dua setelah laki-laki. Dari hal ini munculah manifestasi

gender yang kedua yaitu marginalisasi ketka kita melihat dari

sudut pandang yang menyatakan bahwa perempuan terkena

dampak kebodohan karena tradisi pingitan melarang perempuan

berkeliaran di luar rumah termasuk utuk sekolah.

c. Mitos

Sistem Patriarkal dalam institusi keluarga biasanya

berhubungan dengan keturunan nenek moyang laki-laki.

Keluarga patriarkal, merupakan unit politik kecil yang dikepalai

oleh laki-laki tertua. Sistem budaya di mana sistem kehidupan

Page 166: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

146

diatur oleh sistem “kebapakan”. Patriarkhi atau “Patriarkat

merujuk pada susunan masyarakat menurut garis Bapak. Ini

adalah istilah yang menunjukkan ciri-ciri tertentu pada keluarga

atau kumpulan keluarga manusia, yang diatur, dipimpin, dan

diperintah oleh kaum bapak atau laki-laki82

10. Scane Kartini, Kardinah dan Roekmini memasak

Gambar : 10/D/01/04/2019

Waktu : 00.25.10

Gambar 24.Kartini, Kardinah dan Roekmini memasak

Pada gambar diatas terlihat Ngasirah yang sedang mengajar

masak semua anaknya yaitu Kartini, Kardinah dan Roekmini.

Ngasirah memberi nasihat kepada Kartini, Kardinah dan

Roekmini. Bahwa perempuan itu haruslah pandai memasak agar

suami betah di rumah, namun Kartini membantahnya dengan

82

Jurnal MUWÂZÂH Volume 6 “Patriarkhisme Dan Ketidakadilan

Gender” Artikel Ini Ditulis Oleh Siti Rokhimah Diakses Pada Jumat 26 Juli

2019 Pukul 13.40 WIB

Page 167: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

147

mengatakan Kartini hanya akan memasak untuk orang

dicintainya saja. Ngasirah mejawab bahwa suami Kartini akan

menjadi orang yang dicintai Kartini. Kartini pun menjawab jika

dia masih bujang, belum mempunyai istri, dan mendukung cita-

citanya pasti kan menjadi orang yang Kartini cintai. Bagi Kartini

seseorang suami ialah orang yang tidak melarang cita-citanya,

bisa ikut membantu dan mendukung cita-citanya untuk

mencerdaskan kehidupan perempuan dan mensetarakan

perempuan.

Percakapan Ngasirah: peremuan kalo

pinter masak suami jadi betah

di rumah.

Kartini: kalau ni masak, untk

ni sendiri dan orang-orang Ni,

cintai.

Ngasirah: kalau nanti tuan

putri punya suami, yaa mesti

harus yang tuan putri cintai.

Kartini: kalau pemuda nya

masih bujangan, belum punya

Page 168: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

148

istri, dan mendukung cita-cita

ni, pasti ni cintai.

a. Denotasi

Kartini dan kedua saudaranya yaitu Kardinah dan Roekmini

dibantu dengan sang ibu kandung yaitu Ngasirah sedang

memasak untuk nyonya Ovienk Soer di dapur. Ngasirah berpesan

kepada anak-anaknya agar pandai memasak untuk suami mereka

agar selalu betah di rumah.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

stereotipe karena Pesan Ngasirah kepada ketiga anaknya

mencerminakan labeling kaum perempuan, perempuan haruslah

menjadi pelayan yang baik bagi sang suami dengan cara

menyiapkan makanan yang lezat dan tempat terbaik bagi

perempuan adalah di dalam rumah tepatnya di dapur.

c. Mitos

Perempuan sebagai seorang istri berkewajiban untuk

melayani dan mendampingi suami serta mengurus rumah tangga,

baik dalam keadaan suka maupun duka (Kurniati, 2017). Sosok

perempuan merupakan seseorang yang mendapat anugerah dari

Tuhan Yang Maha Esa untuk mengandung, melahirkan,

menyusui, dan mengasuh anak serta mengurus rumahtangganya.

Perempuan mempunyai tanggungjawab yang besar dalam hal

membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Hal tersebut

menyangkut pola asuh anak yang lebih dititik beratkan pada

seorang Ibu, dengan anggapan atau asumsi bahwa kaum laki-laki

Page 169: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

149

sebagai seorang suami mempunyai tugas dan tanggung jawab

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya83

.

11. Scane Moeryam melayani suami

Gambar :11/D/01/04/2019

Waktu :00.28.26

Gambar 25.Moeryam melayani suami

Pada gambar diatas Raden Ayu Moeryam sedang melayani

sang suami yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan

cara merapihkan setiap pakaian dan memakaikan suaminya

aksesoris. Raden Ayu Moeryam juga sedang merayu sang suami

agar tidak terlalu kelewatan memberikan kebebasan oleh para

anak-anak perempuannya yang sedang dipingit. Dengan wajah

kesal, Raden Ayu Moeryam tidak berhasil membujuk suaminya

agar tidak mengajak Kartini, Kardinah dan Roekmini keluar dari

83

Jurnal Pemikiran Ilmiah Dan Pendidikan Administrasi Perkantoran

Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2018, Hal 19-26 Universitas Negri Makasar Ditulis

Oleh Djunaedi diakses pada Jumat 26 Juli 2019

Page 170: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

150

Pendopo.Raden Ayu Moeryam berpandangan bahwa perempuan

yang sedang dalam masa pinggitan tidak boleh berpergian keluar

kamar ataupun keluar dari lingkungan rumahnya.

Percakapan Moeryam: mohon maaf kang

mas, apa kang mas sudah

yakin ?membawa anak-anak

keluar dari pingitan ?

Romo: sebenarnya masih di

pingit, tapi aku beri

kelonggaran. Tak perlu

khawatir.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Raden Ayu Moeryam yang

sedang membantu melayani sang suami Raden Mas Ario

sosroningrat menyiapkan pakaian yang ingin dibawa pergi keluar

rumah.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah beban

kerja ganda Terlihat bagaimana seorang istri haruslah sigap

dalam melayani sang suami di setiap waktu, dan bagaimanapun

keadaannya. Menyiapkan pakaiannya, membantu memakaikan

dan melepaskan pakaiannya serta merapihkan baju yang

digunakan oleh sang suami sedangkan suami tidaklah diwajibkan

untuk membantu istri dalam menyiapkan pakaiannnya. Ini

Page 171: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

151

merupakan tanda bahwa seorang perempuan haruslah menjadi

pelayan yang baik bagi sang suaminya.

c. Mitos

Berbagai ungkapan keseharian dalam budaya Jawa, memang

memperlihatkan posisi ketidakberdayaan perempuan. Merujuk

dari asal kata wanita yang dalam konteks budaya Jawa, diartikan

”wani ditata” artinya berani ditata, terlihat posisi perempuan

sebagai objek, yang ditata. Selain itu juga sebutan perempuan

sebagai kanca wingking (teman di belakang), ini memperlihatkan

posisi perempuan di sektor domestik yang tidak mempunyai

akses untuk berperan di sektor publik. Perempuan yang sudah

menikah dan menjadi istri, oleh suaminya akan disebut dengan

ungkapan, suwarga nunut, neraka katut. Artinya seorang isteri

pada akhirnya akan mendapatkan nunutan (tumpangan) ketika

sang suami masuk atau mendapatkan surga, tetapi jika suami

masuk neraka maka istri akan ikut masuk neraka.84

12. Scane Kartini, Kardinah Dan Roekmini Ketakutan

Gambar :12/D/01/04/2019

Waktu :00.36.47

84

https://religidanbudaya.filsafat.ugm.ac.id/2017/10/26/nilai-nilai-

kearifan-perempuan-jawa/ Jurnal religi dan budaya dengan judul artikel “Nilai-

Nilai Kearifan Perempuan Jawa” ditulis oleh Hastanti Widy diakses pada

tanggal 26 Juli 2019 pukul 14.00 WIB

Page 172: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

152

Gambar 26.Kartini Kardinah dan Roekmini Memberi

Hormat

Pada gambar diatas terlihat bahwa Roekmini, Kartini dan

Kardinah yang sedang berada di dapur memberikan salam

sembah untuk para kakak laki-lakinya disini terlihat bagaimana

perempuan diposisikan dengan pekerjaan domestik di dapur dan

perempuan harus menjaga sopan santun dan tutur katanya kepada

laki-laki.

Percakapan Slamet: untuk siapa makanan

itu ?

Kartini dan Kardinah: Mas

Slamet, Mas Busono (sambil

memberi sembah)

Slamet: untuk siapa ???

Page 173: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

153

Kartini: untuk nyonya Ovink-

Soer Kakanda.

Busono: benar kan mas

gujingan para bangsawan itu ?

Busono: sudah aku

peringatkan!!

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Kartini Kardinah dan Roekmini

yang sedang memasak di dapur dan terkejut akan kehadiran

Raden Mas Slamet dan Raden Mas Busono dan langsung

memberi sembah hormat kepada keduanya.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

subbordinat Konotasi yang dapat ditangkap ketika seorang adik

perempuan bertemu atau bertatap muka dengan kakak laki-

lakinya wajiblah ia memberikan sembah hormat kepada sang

kakak laki-laki tersebut. Sebaliknya jika kakak laki-laki tidak di

wajibkan untuk memberikan sembah hormatnya kepada adik

Page 174: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

154

perempuan.Ini menjadi satu relasi kuasa antara laki-laki dan

perempuan dalam lingkungan.

c. Mitos

Zaman dulu perempuan Jawa terkekang kebebasannya dalam

mengaktualisasikan dirinya, baik di dalam keluarga maupun

dalam masyarakat. Perempuan Jawa terikat oleh nilai-nilai

budaya yang melekat dalam masyarakat tradisional (nilai-nilai

budaya Jawa). Perempuan dalam konsep budaya Jawa hingga

memiliki sebutan dalam bahasa Jawa dan adagium atau pepatah.

Sebutan dan adagium yang muncul justru membuat posisi

perempuan tidak menguntungkan.Ia terjebak dalam kuasa

(hegemoni) budaya Jawa yang lebih mengagungkan kekuasaan,

kekuatan, dan kepemimpinan laki-laki dibanding perempuan.85

13. Scane Pak Atmo melarang Kartini keluar rumah

Gambar :13/D/01/04/2019

Waktu :00.37.53

85

https://agusbermal.wordpress.com/2015/12/14/perempuan-jawa-yang-

termarginalkan-dan-sarat-nilai-nilai-budaya-jawa/ artikel ini ditulis oleh agus

setiawan diakses pada Jumat 26 Juli 2019 pukul 14.00 WIB dengan judul

artikel “Perempuan Jawa Yang Termarginalkan Dan Sarat Nilai-Nilai Budaya

Jawa”

Page 175: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

155

Gambar 27.Pak Atmo melarang Kartini keluar rumah

Pada gambar diatas Kartini, Kardinah dan Roekmini yang

ingin keluar dari pendopo Kabupaten dilarang oleh kakak tertua

mereka yaitu Raden Mas Slamet yang melarang mereka keluar

dari pendopo Kabupaten, dengan alasan melanggar tradisi

pingitan. Disini dapat terlihat Pak Atmo sebagai kepala abdi

dalem lebih mendengarkan perintah dari Raden Mas Slamet

dibanding mendengarkan perintah Kartini untuk membuka pintu

pendopo Kabupaten. Sejak Raden Mas Slamet dan Raden Mas

Busono ikut campur dalam mengurus adik-adiknya mereka lebih

ketat menjaga dan mengekang gerak langkah para adik

perempuannya yaitu Kartini, Kardinah dan Roekmini. Mereka

para laki-laki berpandangan bahwa diri mereka lebih layak untuk

mengatur kehidupan perempuan. Raden Mas Slamet dan Raden

Mas Busono sangat tidak setuju dengan tindakan Kartini,

Kardinah dan Roekmini mengantarkan artikel yang telah ditulis

oleh mereka bersama artikel tersebut dibakar dengan alasan

Page 176: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

156

mereka tidak ingin para putri Bupati Jepara dianggap liar

pemikirannya oleh para bangsawan lain.

Percakapan Kartini: pak pintunya di buka!!

Pak Atmo: Tutup! Tutup!

Tutup! Tunggu!!

Kartini: ada apa pak ?

Pak Atmo: mohon maaf tuan

putri, saya di perintahkan oleh

tuan Slamet tuan putri tidak

boleh keluar Pendopo.

Kartini: aku mau mengantarkan

tulisanku! Yang akan terbit

besok! Ke rumah nyonya Ter-

Horts.

Pak Atmo: biar saya yang

mengatarnya.

Page 177: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

157

Kardinah: yasudahlah …

Slamet: tolong dibakar (tulisan

kartini) jangan sampai orang

lain tahu putri keluarga

Sosroningrat jadi gadis liar

pemikirannya.

Pak Atmo: Siap

a. Denotasi

Denotasi dalam scane ini adalah pak Atmo yang sedang

melarang keluar Kartini Kardinah dan Roekmini karena mereka

sedang dalam masa pingitan dan sedang diawasi langsung oleh

sang kakak tertua yaitu Raden Mas Slamet.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

subbordinat. Ketika laki-laki merasa lebih berkuasa di banding

perempuan dan merasa kedudukannya lebih tinggi di banding

perempuan didalam keluarga, disitulah timbul sikap diskriminasi

gender dalam keluarga. Sang pembantu juga akan lebih

mendengarkan ucapan dari seorang anak laki-laki dibanding

ucapan dari anak perempuan ini menandakan bahwa ucapan laki-

laki lebih di dengar dalam ruang lingkup keluarga di banding

Page 178: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

158

ucapan seorang perempuan dalam lingkungan keluarga yang

sama, mereka mengkontruksi bahwa laki-laki lebih layak menjadi

pemimpin di banding perempuan.

c. Mitos

Patriarki dalam masyarakat di seluruh dunia berkembang, tak

terkecuali di Jawa. Perlahan dari peran yang dikembangkan

dalam kebudayaan pramodern dimana ukuran fisik dan seluruh

sistem otot para lelaki yang lebih unggul, bersama dengan peran

biologis wanita yang melahirkan anak menghasilkan suatu

pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, yang masih berlaku

hingga sekarang. Kaum lelaki menjadi penyedia kebutuhan hidup

dan pelindung dalam menghadapi dunia di luar keluarga itu.

Tanggung jawab yang mendalam sedemikian dapat memberikan

otonomi dan kesempatan yang relatif besar. Pembagian kerja ini

menyebabkan berkembangnya peran-peran sosial yang terbatas

bagi kedua jenis kelamin, dan terciptanya perbedaan kekuasaan

dalam beberapa hal lebih menguntungkan kaum lelaki.86

14. Scane para bangsawan membicarakan Kartini

Gambar :14/D/01/04/2019

Waktu :00.45.04

86

Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 18-24 Ditulis Oleh

Tanti Hermawati Dengan Judul Artikel “Budaya Jawa Dan Kesetaraan

Gender”.

Page 179: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

159

Gambar 28. Bangswan yang Sedang Menggunjing

Pada gambar diatas semua kaum bangsawan merasa kaget

dengan kehadiran Kartini, Kadinah dan Roekmini mereka

membicarakan “Het-Klaverblad” nama samaran yang dipakai

oleh Kartini, Kadinah dan Roekmini dalam menerbitkan tulisan-

tulisan mereka di media cetak. Mereka berpandangan bahwa

“Het-Klaverblad” bagaikan cerutu yang bungkusnya sudah lama

dibuka tidak berharga lagi untuk dihisap. Hal ini dapat diartikan

bahwa perempuan yang sudah tidak lagi menjalankan tradisi

pingitan dalam kebudayan jawa dikurung di dalam rumah atau

perempuan yang diperlihatkan kepada orang banyak dan kenal

dengan dunia luar sudah tidak layak dijadikan seorang istri

idaman. Begitulah anggapan para laki-laki bangsawan di era

tersebut. Mereka berpandangan perempuan yang layak dijadikan

istri adalah perempuan yang pandai merawat diri, tidak sering

keluar rumah, mengikuti tradisi Jawa, dan manut terhadap suami.

Percakapan A : Masih saja ada priyai yang

Page 180: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

160

tidak sadar, cerutu itu kalau

bungkus nya terlalu lama

dibuka, sudah tidak berharga

lagi untuk dihisap.

B: pasti salah satunya adalah

het-klaverblad

a. Denotasi

Dalam sebuah pertemuan para bangsawan Jawa dengan

perwakilan pemerintah Belanda di Semarang. Ketika Kartini,

Kardinah dan Roekmini memasuki ruang pertemuan terlihat

beberapa bangsawan membicarkan hal-hal negatif tentang

Kartini, Kardinah dan Roekmini akibat terlalu sering keluar

rumah dan memiliki pemikiran liar disbanding perempuan

seusianya.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

stereotipe. Konotasi dalam adegan tersebut menunjukan labeling

perempuan yang mendiskriminasi bahwa jika perempuam terlalu

banyak dibawa keluar rumah dan di perlihatkan kepada orang lain

maka perempuan itu menjadi tidak berharga lagi dimata laki-laki.

c. Mitos

Perempuan masih dianggap the second class yang sering

disebut sebagai “warga kelas dua” yang keberadaannya tidak

begitu diperhitungkan. Implikasi dari konsep dan common sense

tentang posisi yang tidak seimbang telah menjadi kekuatan di

dalam pemisahan sektor kehidupan ke dalam sektor “domestik”

Page 181: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

161

dan sektor “publik”, dimana perempuan dianggap orang yang

berkiprah dalam sektor domestik sementara laki-laki ditempatkan

dalam sektor publik.87

15. Scane Kartini dicaci oleh R.M Busono

Gambar :15/D/01/04/2019

Waktu :00.47.25

Gambar 29.Kartini dicaci oleh R.M Busono

Pada gambar diatas terlihat bahwa Kartini memberikan

konsep ukiran kayu khas Jepara yang ia buat sendiri kepada

ayahnya untuk hadiah yang diberikan oleh Indonesia kepada

kerajaan Belanda pada acara penobatan Ratu Wihelmina. Dalam

kereta kecana yang ia tumpangi bersama ayahnya, ada pula

Raden Mas Busono yang ikut mendampingi sang ayah.

Kemudian Busono dengan sengaja menghina karya sang adik

Disini terlihat bahwa sebuah karya dari tanggan seorang

87

Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 18-24 Ditulis Oleh

Tanti Hermawati Dengan Judul Artikel Budaya Jawa Dan Kesetaraan Gender.

Page 182: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

162

perempuan tidak dihargai, dan dianggap tidak sebagus karya laki-

laki.

Percakapan Romo: oh, ini ya nak, yang

ingin di ukir ?

Kartini: ya, benar romo.

Busono: ukiran-ukiran seperti

itu ingin dibawa ke Belanda?

Apakah laku? Lebih baik,

porselen, keramik Cina, jas

Eropa, pengukir-pengukir itu

kan orang bodoh, bahasa

Belanda saja tidak bisa.

Kartini: tidak bisa bahasa

Belanda itu bukan berarti

bodoh kang mas.

Busono: ukiran itu

kampungan, buat malu saja.

a. Denotasi

Page 183: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

163

Pada gambar diatas terlihat Kartini yang sedang berada diatas

kereta kuda bersama sang ayah, dan kakak laki-lakinya yaitu

Raden Mas Sosrobusono. Kartini menujukan kosep ukiran kayu

yang dibuat sendiri olehnya, dan konsep ini akan dibawa menuju

pengarajin kayu ukir khas Jepara untuk dihadiahkan kepada Ratu

Wihemina dari Belanda yang sedang berulang tahun. Dengan

seenaknya Raden Mas Sosrobusono mencela hasil karya tangan

Kartini dengan tutur kata dan bahasa yang tidak sopan.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

violence. Konotasi yang dapat ditangkap pada adegan tersebut

adalah bahwa Kartini mendapatkan intimidasi secara psikologis

dari sang kakak kandung yaitu Raden Mas Busono. Raden Mas

Busono mengejek karya Kartini dan membandingkan dengan

karya dari Negara-negara lain. Disini Kartini terlihat sedih dan

diam merenung mendapat cacian dari sang kakak.

c. Mitos

Bagi perempuan Jawa berbicara keras untuk mempertahakan

argumentasi dan memaksakan kemauan dianggap sebagai

tindakan yang tidak pantas. Hal ini terkait dengan strategi

diplomasi masyarakat Jawa, yang mengadopsi huruf Jawa yaitu

mati jika dipangku. Demikian juga dengan manusia, jika

diemong, dihadapi dengan halus, tidak memberontak, diterima

dengan pasrah, dipangku, maka pihak yang berseberangan

pendapat akan menyerahkan tanpa sadar semua kepentingannya,

Terdapat satu argumentasi yang dipegang oleh perempuan Jawa

Page 184: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

164

bahwa untuk dapat “menundukkan” pendapat suami perempuan

Jawa memilih untuk diam, karena terdapat ungkapan umum

bahwa seseorang yang dilarang melakukan sesuatu, jusru

penasaran dan akan melakukan perbuatan yang dilarang atau

tidak disetujui tersebut, namun jika disuruh maka orang Jawa

justru enggan melaksanakannya88

16. Scane Ngasirah terdiskriminasi oleh R.A Moeryam

Gambar :16/D/01/04/2019

Waktu :00.51.14

Gambar 30.Ngasirah terdiskriminasi oleh R.A Moeryam

Pada gambar diatas Ngasirah di panggil oleh Raden Ayu

Moeryam untuk mengahap dan berbicara empat mata mengai

anak-anaknya terutama Kartini. Melihat Kartini terlalu diberi

kebebasan oleh sang ayah dan tak kunjung dilamar oleh laki-laki

bangsawan lainnya, selaku istri utama Raden Ayu Moeryam lebih

88

Jurnal Univesitas Gajah Mada “Nilai-Nilai Kearifan Perempuan Jawa”

ditulis oleh Hastatnti Widy Nugroho diakses paada Selasa 31 Juli 2019

Page 185: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

165

berhak mengatur kehidupan para anak-anak nya baik anak

kandung dari dirinya ataupun anak kandung dari Ngasirah. Raden

Ayu Moeryam memberitahu Ngasirah bahwa dia akan bertindak

lebih keras kepada anak-anak Ngasirah. Ngasirah pun pasrah

karna ia tidak mempunyai hak apapun terhadap anak-anaknya.

Dalam hal ini dapat terlihat bahwa permpuan yang berkasta lebih

rendah akan banyak medapatkan diskriminasi dalam kehidupan

sehari-hari di lingkungan sosialnya.

Percakapan Ngasirah: mohon maaf ada

perlu apa tuan putri ?

Moeryam: kamu tau kan

kenapa aku memanggilmu ke

kamar ini ?

Ngasirah: saya hanya bisa

menduga, hal ini ada hubungan

nya dengan tuan putri Kartini

dan Kardinah.

Moeryam: aku hanya ingin

kamu tahu, bahwa mulai

Page 186: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

166

sekarang aku akan bertindak

tegas terhadap anak-anakmu.

Ngasirah: baik, kalau memang

itu yang terbaik, saya setuju.

Ngasirah: sesungguhnya, ndoro

Mas Slamet sudah bersikap

keras terhadap adik-adiknya

semuanya tidak akan terjadi

jika romo nya tidak bersikap

seperti apa yang selama ini

dilakukannya.

Moeryam: alasanmu masuk

akal. Tapi dibalik alasanmu itu

aku bisa melihat bagaimana

upayamu agar aku tidak

bertndak keras terhadap anak-

anakmu.

Ngasirah: setiap ibu, mesti

ingin melindungi dan

Page 187: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

167

memberikan yang terbaik

untuk anak-anaknya.

Ngasirah: mohon maaf tuan

putri, kalau saja anda mau

bersabar sedikit saja,

sesungguhnya kita mempunyai

harapan yag sama.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terliahat bawa Ngasirah yang duduk

dibawah dan sedang di intimidasi oleh sang Raden Ayu Moeryam

karena ulah Kartini yang keras kepala dan susah diatur

mengunakan aturan adat dan aturan Kabupaten. Posisi Ngasirah

yang duduk dibawah sudah menandakan bagaimana mereka

berbeda kasta secara adat dan budaya.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang ada dalam scane ini adalah

marginal tergambar karena, Perempuan yang kastanya tidak

setara dengan sang suami akan termarginalkan dalam ligkungan

keluarga. Perempuan tersebut hanya akan menjadi selir saja dan

tidak akan menjadi istri utama ia pun tidak mempunyai hak atas

semua anak-anak kandungnya.

Manifestasi gender berikutnya adalah violance disini

Ngasirah menadapatkan intimidasi dari sang ratu utama Raden

Ayu Moeryam untuk tidak ikut campur dalam proses mendidik

Page 188: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

168

anak-anak perempuannya yang keras kepala karena tidak

mentaati setiap peraturan Kabupaten. Disini Ngasirah

mendapatkan intimidasi secara verbal dari Moeryam, Ngasirah

juga tidak dapat melawan karena ia bukanlah siapa-siapa di

lingkungan keluarganya.

c. Mitos

Kartini tidak membesar-besarkan soal poligami ini, ia tidak

berkhayal. Ia sendiri, dalam keluarganya, mengalami kepedihan

yang diakibatkan oleh musuh besarnya yang utama itu. Ibu

kandung Kartini bukan Raden Ayu. Sekalipun ia istri sah dari

Bupati Sostroningrat, ibu kandung Kartini itu tidak berhak tinggal

di rumah utama Kabupaten. Ngasirah melahirkan delapan orang

anak, lima di antaranya lelaki. Ia mempunyai tiga orang anak

perempuan. Sekalipun Kartini tidak pernah mengungkapkan

secara terbuka penderitaan yang dialami ibu kandungnya, dapat

dibayangkan betapa perasaannya melihat keanehan kehidupan di

Kabupaten. Ngasirah tetap dalam martabatnya selaku perempuan,

tetap harus merangkak-rangkak dan menunduk-nunduk karena ia

adalah anak dari kalangan jelata. Sedangkan anak-anaknya,

karena mereka merupakan benih dari seorang bangsawan,

dihormati selaku para bangsawan. Oleh karena itu, Ngasirah tidak

dianggap sebagai seorang ibu, melainkan sebagai seorang

pembantu atau sekadar seseorang yang telah melahirkan.89

17. Scane Kardinah menolak menikah

89

https://beritagar.id/artikel/telatah/kartini-dan-poligami artikel ini ditulis

oleh Muhammad Iqbal diakses pada sabtu 17 Agustus 2019 dengan judul

artikel “Kartini Dan Poligami”

Page 189: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

169

Gambar :17/D/01/04/2019

Waktu :01.07.22

Gambar 31.Kardinah menangis

Pada gambar diatas terlihat Kardinah yang sedang menangis

dihadapan ayahnya Raden Mas Ario Sosroningrat, karena

dijodohkan dengan laki-laki yang sudah ber-istri. Dengan berat

hati Kardinah harus menerima permitaan ayahnya. Dengan berat

hati ayahnya pun menjelaskan bahwa Kardinah sudah dijodohkan

sejak kecil, sejak ia belum masuk masa pingitan oleh Bupati

Pemalang. Sang ayah sudah terlanjur janji kepada ayah sang

Bupati Pemalang untuk menjodohkan mereka berdua dan janji

seorang bangsawan tidak bisa dilanggar begitu saja. Dalam hal ini

sangat terlihat bagaimana perempuan tidak bisa memilih jalan

hidupnya sendiri. Seorang perempuan didalam keluarga hanyalah

milik ayahnya, ketika sang ayah sudah meninggal ia adalah

tanggug jawab bagi kakak laki-lakinya. Perempuan selalu

menjadi nomer dua dalam hal pengambilan keputusan dalam

Page 190: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

170

keluarga, suara perempuan pun tak pernah didengar, ia tidak bisa

menentukan nasibnya sendiri.

Percakapan Kardinah: mohon ampun romo

(sambil menangis)

Romo: nduk, kardinah, calon

jodohmu itu sebentar lagi jadi

Bupati di Pemalang. Dia orang

baik.

Kadinah: tapi dia sudah punya

istri romo.. (sambil menangis)

Romo: iya, romo mengertitapi

perjodohan ini sudah

ditentukan sebelum kamu

masuk pingitan. Romo sudah

terlanjur janji. Romo sebagai

bansawan tidak bisa

menciderai janji.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat kardinah yang sedang merunduk

menangis dan memohon kepada sang ayahanda agar tidak

Page 191: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

171

menikahkanya kepada Haryono (Bupati Pemalang) laki-laki yang

telah mempunyai istri dan anak-anak.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang pertama ada dalam scane ini adalah

subbordinasi, karenapada gambar diatas tersirat konotasi bahwa

perempuan tidak mempunyai hak untuk menentukan jalan

hidupnya sendiri. Perempuan tidak diberi ruang untuk

mengungkapkan pendapatnya karena yang berhak berpendapat

hanyalah laki-laki.

Manifestasi gender yang kedua ada dalam scane ini adalah

violance kerena, pada gambar diatas terlihat bagaimana Kardinah

yang menangis terus menerus hingga merasakan sesak di

dadanya. Karena tidak bisa menolak keputusan sang ayah untuk

menikahkannya pada Bupati Pemalang. Disini terlihat kekerasan

dalam bentuk psikologis seorang anak yang tidak bisa melawan

keputusan dari orang tuanya .

c. Mitos

Sejatinya perempuan harus meraih cita-citanya setinggi

langit dan terbebas dari semangat kultur yang menempatkan

perempuan di kelas kedua. Sudah saatnya kita tidak terjebak

dengan berbagai angka statistik, namun secara kontekstual malah

terjerumus pada nilai-nilai usang yang hanya diperbarui

bungkusnya saja. Menjadi perempuan mandiri, memilih dan

bersikap, satu-satunya cara melawan. Bukan hanya kekerasan

terhadap perempuan yang membutuhkan perlawanan oleh semua,

namun peran kultural yang telah usang pula harus dilawan.Bukan

Page 192: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

172

hanya oleh perempuan, tapi oleh sistem, kebijakan yang setara

dan dimulai dari pola pikir yang adil.90

18. Scane Roekmini tidak boleh sekolah

Gambar :18/D/01/04/2019

Waktu :01.17.14

Gambar 32.Roekmini menangis

Pada gambar diatas Roekmini sedang menangis dan

memohon kepada ibunya untuk diizinkan menerima beasiswa ke

Belanda bersama Kartini sang ibu pun dengan keras melarangnya

sekolah dengan alasan ia harus menjadi Raden Ayu dan

mengikuti tradisi menikah dengan laki-laki yang tidak dicintai

olehnya untuk menjaga martabat keluarga ningrat. Dalam hal ini

terlihat bahwa perempuan dilarang mendapatkan pendidikan yang

tinggi karena mereka berpandangan perempuan hanyalah

90

Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 18-24

Ditulis Oleh Tanti Hermawati Dengan Judul Artikel “Budaya Jawa

Dan Kesetaraan Gender”.

Page 193: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

173

berfungsi sebagai ibu rumah tangga saja, bukan untuk menjadi

wanita karir yang mempunyai pendidikan tinggi.

Percakapan Roekmini: ibu, tolong ibu

(sambil sembah mohon)

Moeryam: tidak!

Roekmini: mini hanya ingin

sekolah bu..

Moeryam: tidak !

Roekmini: ibu! Ibu! Ibu! Saya

hanya ingin sekolah bu. Bukan

hanya menikah! Saya tetap akan

jadi Raden Ayu seperti yang ibu

mau!

Saya hanya ingin sekolah seperti

Mbak Yu Kartini.

Moeryam: dengarkan ibu mini,

Page 194: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

174

ibu sudah menekan perasaan

menikah dengan bapakmu tanpa

cinta. Demi menjaga martabat

keluarga jadi Raden Ayu.

Apakah Belanda-Belanda itu

bisa menggantikan pengorbanan

ibu dengan cara

menyekolahkanmu ?

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Roekmini yang sedang menangis

dan memohon kepada ibunya agar di izinkan melanjutkan sekolah

ke Belanda bersama Kartini. Roekmini mempunyai cita-cita

untuk bersekolah yang tinggi dan tidak untuk menikah saja.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang yang pertama dalam scane ini

adalah stereotipe Anggapan bahwa perempuan tidaklah harus

bersekolah yang tinggi, dan yang pantas sekolah tinggi hanyalah

anak laki-laki. Ini tercermin pada adegan diatas. Perempuan

haruslah menjadi Raden Ayu, berbakti kepada keluarga dan

suaminya. Berpendidikan tinggi bukanlah prioritas utama bagi

perempuan.

Manifestasi gender yang yang kedua dalam scane ini adalah

marginalisasi karena ketika perempuan tidak mendapatkan hak

nya untuk memperoleh pendidikan. Maka disitulah proses

pemiskinan akan muali terjadi. Pemiskinan dalam bidang ilmu

pengetahuan akan menjadi dampak dalam bidang ekonomi.

Page 195: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

175

Manifestasi gender yang yang ketiga dalam scane ini adalah

violance dalam hal ini kekerasan yang tergambar dalam scan kali

ini adalah kekerasan dalam bentuk fisik dan non fisik atau verbal,

kekerasan dalam bentuk fisik dapat kita lihat karena Moeryam

yang merupakan sang ibu kandung Roekmini bersikap kasar

kepada anaknya dalam menolak permintaan sang anak.

Kekerasan selanjutnya yang terlihat dalam scane kali ini adalah

kekerasan dalam bentuk verbal karena sang ibu mengecam

dengan nada tinggi

c. Mitos

Era 1900-an, RA Kartini seolah berdiri kokoh sendirian

melawan tradisi yang membatasi perempuan Jawa dalam

mengakses pendidikan. Dalam perjuangannya, ia terus berbicara

tentang keterlibatan perempuan dalam sektor publik. Baginya

perempuan harus setara dengan laki-laki dalam kesempatan

memperoleh akses pendidikan. Kartini yakin bahwa pendidikan

mampu mengubah cara pandang masyarakat dan meningkatkan

kualitas hidup perempuan. Seperti yang disampaikan oleh tim

penulis buku Gelap Terang Hidup Kartini, “Kartini memberontak

terhadap feodalisme, poligami, dan adat istiadat yang mengukung

perempuan. Dia yakin pemberian pendidikan yang lebih merata

merupakan kunci kemajuan” 91

A

91https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/perempuan-dan-

belenggu-peran-kultural ditulis oleh Angger Wiji Rahayu Diakses pada Sabtu

17 Agustus 2019 PUKUL 02.00 WIB

Page 196: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

176

19. Scane para bangswan menentang keputusan R.M

Ariososroningrat untuk mengizinkan Kartini bersekolah ke

Belanda

Gambar :19/D/01/04/2019

Waktu :01.18.40

Gambar 33. Bangsawan Beraduargumentasi

Pada gambar diatas terlihat beberapa kerabat sesama

bangsawan dari Raden Mas Ario Sosronigrat sedang berkumpul

diruang kerja sang Bupati Jepara tersebut karena mendengar

proposal yang diajukan oleh Kartini disetujui oleh sang ayah

kadung untuk melanjutkan sekolah ke Belanda. Beberapa kerabat

yang merupakan paman dari Kartini, menentang keputusan sang

ayah kandung karena mereka menaggap hal ini merupakan

pelanggaran dari tradisi perempuan Jawa. Ayah Kartini tetap

membela sang anak dan menentang semua kerabatnya karena ia

berfikir pastilah perubahan tradisi perempuan Jawa berubah

seiring berjalannya waktu. Pada gambar tersebut juga dapat

Page 197: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

177

terlihat pada saat perundingan dan perdebatan terjadi tidak ada

sang anak kandung (Kartini) yang merupakan sumber perdebatan

mereka. Disini dapat terlihat bahwa Kartini tidak diajak diskusi

bersama dengan sang paman dan ayah dikarenakan laki-laki

tetaplah memegang kendali atas perempuan.

Percakapan Romo: Trinil,..

Kartini: iya romo..

Romo: saya restui proposal

mu..

Kartini : terimakasih sekali

romo..

Romo : hati-hati di Belanda ya

nak…

Bagaimanapun kalau adinda

memberikan restu kepada

Kartini untuk berbuat seperti

Page 198: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

178

itu (pergi melanjutkan sekolah

ke negri Belanda)

Panjenengan berarti salah

besar…

Loh apa karena Kartini anak

perempuan ?

Bukan begitu kang mas, putri-

putri panjenengan itu sudah

merusak tradisi.. bersembunyi

menggunakan nama “heet

klaverbald” (sambil menujuk

hasil tulisan Kartini, Kardinah

dan Roekmini yang di terbitkan

di salah satu media cetak

Belanda)

Menjelek-jelekan nama baik

nenek moyang..

Dimas, perubahan sudah pasti

terjadi saya percaya

itu..marilah kita semua mawas

Page 199: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

179

diri.

Jujur, mari kita semua bebenah

diri. Monggo kang mas dan

dimas kita saling berbenah

Kalau adinda, menuruti

permintaan anak perempuan

untuk sekolah tinggi, nanti

mereka minta jabatan tinggi

jadi Bupati. Selanjutnya aka

ditiru oleh orang-orang miskin.

Dan kalau sudah seperti ini,

semuanya bisa terjadi loh

adinda. Jika nanti anak tukang

kayu jadi raja bagaimana ?

Perubahan pasti akan terjadi.

Tiggal siapa saja yang

memulai. Kalau kang mas -

kang mas dan dimas tidak mau

memulainya ya jangan pakai

nama anak saya sebagai

tameng. Itu namanya pengecut.

Page 200: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

180

Oh, sekarang semakin jelas,

samakin jelas sekali kalau

dimas ini sengaja

menghunuskan pedang lepas

dari sarungnya.

a. Denotasi

Keluarga besar Raden Mas Ario Sosrodiningrat yang terdiri

dari adik dan kakak nya (paman Kartini) tidak setuju dengan

keputusannya dengan memberikan izin untuk Kartini melanjutkan

pendidikan sekolanya ke Belanda Hal tersebut menetang adat dan

tradisi budaya perempuan di masrayakat Jawa kuno.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang yang pertama dalam scane ini

adalah subbordinat, hal ini terlihat dalam adegan dan percakapan

diatas. Dapat terlihat bagaimana perempuan di batasi ruang

geraknya untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi dan

mendapat anggapan bahwa perempuan tidak layak menjadi

pemimpin jika sudah cerdas.

c. Mitos

Berbagai ungkapan keseharian dalam budaya Jawa, memang

memperlihatkan posisi infeorior perempuan. Merujuk dari asal

kata wanita yang dalam konteks budaya Jawa, diartikan ”wani

ditata” artinya berani ditata, terlihat posisi perempuan sebagai

objek, yang ditata. Selain itu juga sebutan perempuan sebagai

kanca wingking (teman di belakang), ini memperlihatkan posisi

Page 201: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

181

perempuan di sektor domestik yang tidak mempunyai akses untuk

berperan di sektor publik. Berkaitan dengan hal tersebut maka

peran perempuan dibatasi pada 3 area (dapur, kasur dan sumur),

sementara itu tugas utama bagi perempuan antara lain :masak

(memasak), macak (berhias diri), dan manak (melahirkan anak).

Perempuan yang sudah menikah dan menjadi istri, oleh suaminya

akan disebut dengan ungkapan, suwarga nunut, neraka katut.

Artinya seorang isteri pada akhirnya akan mendapatkan nunutan

(tumpangan) ketika sang suami masuk atau mendapatkan surga,

tetapi jika suami masuk neraka maka isteri akan ikut masuk

neraka.92

20. Scane perlakuan kasar R.A Moeryam terhadap Kartini

Gambar :20/D/01/04/2019

Waktu :01.24.57

92

Jurnal Univesitas Gajah Mada “Nilai-Nilai Kearifan Perempuan Jawa”

ditulis oleh Hastatnti Widy Nugroho diakses paada Selasa 31 Juli 2019

Page 202: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

182

Gambar 34, Kartini Menerima Kekerasan

Pada gambar diatas menunjukan tindakan kasar dari Raden

Ayu Moeryam kepada Kartini dengan cara menyeretnya dari

ruang tamu hingga di kurung di dalam kamar. Hal ini

dilakukannya dengan alasan untuk kebaikan keluarga dan

kesembuhan Raden Mas Ario Sosroningrat yang sedang jatuh

sakit. Sebelum Raden Ayu Moreyam mendiskriminasi Kartini,

dia mencoba merayu Kartini untuk membatalkan proposal

pengajuan beasiswa ke Belanda dan menerima pinangan dari

Bupati Rembang. Disini Kartini menentang dengan keras lamaran

tersebut dikarenakan ia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang

sudah mempunyai tiga orang istri. Hal ini membuat Raden Ayu

Moeryam naik pitam dan langsung bertindak kasar pada Kartini.

Disini terlihat bahwa bagaimana seorang Kartini tidak memiliki

hak bersuara dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga.

Kartini tidak mempunyai hak untuk menentukan masa depannya

sendiri

Percakapan Kartini: apa yag harus saya

syukuri dari laki-laki yang

sudah memiliki 3 istri?

Moeryam: sudah bagus Bupati

yang melamarmu bukan

Wedana.

Page 203: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

183

Kartini: saya akan tetap

menunggu jawaban proposal

dari negri Belanda.

Moeryam: proposal mu belum

tentu di setujui. Bahkan

mungkin ditolak. Lamaranmu

ini harus kamu jawab dalam

waktu 3 hari. Harusnya kamu

itu……

Kartini: Saya tidak mau

membuat kecewa romo... maaf

ibu…

Moeryam: Kartini… Kartini….

Slamet: tunggu buk, permisi,

ijinkan saya bicara dengan adik

saya. (sambil menarik tangga

Kartini menjauh)

Page 204: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

184

Kamu bisa meminta ayah

membatalkan proposal itu kan ?

Kartini: saya tidak mau mas.

Moeryam: Sekarang semua

sudah jelas, kamu hanya

memikirkan dirimu sendiri.

(sambil menarik tangan Kartini

dengan keras dan kasar dan

menyeretnya masuk kedalam

kamar serta mengurungnya)

Moeryam: kamu disini sampai

Bupati Rembang itu

membawamu.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat bagaimana Moeryam bertindak

kasar kepada Kartini.Memberikan tekanan terus menerus agar

Kartini menuruti perintahnya untuk menerima pinangan dari

Bupati Rembang dan mencabut proposal permohonan beasiswa

ke Belanda.

b. Konotasi

Page 205: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

185

Pada gambar diatas terlihat bagaimana Kartini menerima

kekerasan verbal dan non verbal yang dilakukan oleh sang ibu

Moeryam. Manifestasi gender dalam scane ini adalah violance

dan stereotipe. Kakak laki-laki Kartini yaitu Raden Mas Slamet

meminta Kartini agar menuruti semua keinginan mereka agar

Kartini menikah dan membatalkan niat untuk melanjutkan

sekolah ke Belanda.Menurut mereka melanjutkan sekolah bagi

anak perempuan tidaklah penting karena perempuan hanya

bertugas di dapur, kasur dan sumur.

c. Mitos

Patriarkhi adalah sebuah sistemsosial yang menempatkan

laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentraldalam

organisasi sosial. Dalam sistem ini, Ayah memiliki otoritas

terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat

sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-

laki dan menuntut subordinasi perempuan.(Bressler, Charles E.

2007) Patriarkhi adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu

sosial, terutama dalam antropologi dan studi referensi feminis.

Distribusi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan di mana

laki-laki memiliki keunggulan dalam satu atau lebih aspek,

seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif

dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi

pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik,

politik dan atribusi dari berbagai pekerjaan antara laki-laki dan

perempuan yang ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual.

Sistem Patriarkal dalam institusi keluarga biasanya berhubungan

Page 206: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

186

dengan keturunan nenek moyang laki-laki.Keluarga patriarkal,

merupakan unit politik kecil yang dikepalai oleh –laki tertua.93

21. Scane R.A Moeryam mendapatkan diskriminasi dari

suaminya

Gambar :21/D/01/04/2019:

Waktu :01.33.01

Gambar 35.. Moeryam yang Sedang Menangis

Pada gambar diatas terlihat bahwa Raden Ayu Moeryam

yang merupakan istri utama tidak bisa melawan suaminya Raden

Mas Ario Sosroningrat yang lebih mengutamakan Ngasirah

dibanding dirinya pada hal ini perempuan tidak bisa menentang

laki-laki pada saat pengambilan keputusan. Laki-laki yang

93

Jurnal MUWÂZÂH Volume 6 “Patriarkhisme Dan

Ketidakadilan Gender” Artikel Ini Ditulis Oleh Siti Rokhimah

Diakses Pada Jumat 26 Juli 2019 Pukul 13.40 WIB

Page 207: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

187

menggap dirinya superior di dalam keluarga dibanding

perempuan disinilah letak dari diskriminasi gender tersebut.

Percakapan Ayah R.M Sosronigrat: kalau

bukan kamu Bupatinya anakku

sendiri .nanti akan ada orang

yang zalim mengambil alih.

Akibatnya ayahmu ini yang

akan menyesal.

R.M Sosronigrat: Mohon maaf

yang sebesarya ayah, saya..

Ayah R.M Sosronigrat: nikahi

Raden Adjeng Moeryam ini

demi kebaikan orang banyak.

R.M Sosronigrat: mohon maaf

ayahanda, saya tidak tega

menyakiti perasaan Ngasirah.

Ngasirah : saya ikhlas kang

Page 208: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

188

mas..

R.M Sosronigrat: Tidak!

Tidak! Saya tidak ikhlas.

Ngasirah: ini semua demi

masa depan anak-anak kita .

R.M Sosronigrat : tidak!

Adinda tidak! Saya tidak bisa!

Ngasirah: ini jalan menjemput

takdir. (sambil sembah

memohon)

Sesudah menikah dengan

raden adjeng moeryam ….

Ngasirah berjalan jongkok

Page 209: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

189

menuju kamar sang Bupati….

Moeryam: ada urusan apan

kamu kesini?

Ngasirah: saya dipanggil

kanjeng Bupati.

R.M Sosronigrat: masuk

!!malam mini saya ingin sama

Ngasirah adinda…

Moeryam: (dengan muka

marah dan sedih menutup

pintu tanpa kata-kata)

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Moeryam yang sedang bersedih

dan menahan amarahnya dikarenakan sang suaminya lebih

memilih meghabiskan malam dengan Ngasirah perempuan yang

berkedudukan lebih rendah dibanding dirinya sendiri.

b. Konotasi

Page 210: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

190

Manifestasi gender yang yang ada dalam scane ini adalah

subbordinasi, kemudian konotasi yang dapat ditangkap pada

gambar diatas adalah laki-laki sebagai kepala keluarga yang

mempunyai banyak selir bebas menentukan pilihan siapa yang

akan menenmani tidurnya pada malam hari dan posisi perempuan

didalamnya haruslah siap merima keputusan laki-laki tersebut

dan tidak boleh membantah. Dari manifestasii gender yang

melahirkan sikap subbordinasi terhadap perempuan akan timbul

juga sikap Violace yang tanpa sadar laki-laki pelaku poligami

kepada sang istri yang menjadi korbannya contohnya saja dalam

pembagian hak nafkah lair batin, jika sala satu istri merasa tidak

adil, akan tercipta kekerasan psikologis yang istri dapatkan.

c. Mitos

Kebiasaan dan adat-istiadat yang hidup di kalangan

masyarakat -khususnya di kalangan priyayi Jawa yang

berkedudukan tinggi memang menempatkan kedudukan

perempuan tidak sama dengan kaum laki-laki. Perempuan tidak

sepantasnya mengerjakan hal-hal yang dikerjakan oleh lelaki.

Kedudukan yang dianggap cocok untuk perempuan adalah

sebagai pemelihara kehidupan rumah tangga.

Seorang lelaki Jawa dididik secara terpisah dan memiliki

kesempatan yang jauh lebih besar dan lebih bebas. Dalam rangka

itu, maka seorang lelaki Jawa melihat seorang perempuan Jawa

tidak bisa lebih dari pada melihatnya dalam hubungan sebuah

keluarga, atau keluarga-keluarga dengan seorang lelaki sebagai

kepalanya tepatnya dalam hubungan perkawinan.

Page 211: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

191

Perempuan hanya berharga apabila ia dikelikan dengan dunia

perkawinan. Dan perkawinan itu sendiri sering kali merupakan

puncak kesengsaraan kaum perempuan, karena meskipun menjadi

istri sah dari suaminya, ia bukan satu-satunya istri, melainkan

salah satu istri di samping istri-istri yang lain.94

22. Scane Soelastri menjadi korban poligami

Gambar : 22/D/01/04/2019

Waktu :01.40.19

Gambar 36.Soelastri yang Menjadi Korban Poligami

Pada gambar diatas terlihat Raden Ayu Soelastri yang

merupakan kakak perempuan tertua dari Kartini sedang menangis

dan meratapi nasibnya karena sang suami yang merupakan Bupati

Kendal memutuskan menikah dengan perempuan lain yang lebih

94https://beritagar.id/artikel/telatah/kartini-dan-poligami artikel ini ditulis

oleh Muhammad Iqbal diakses pada sabtu 17 Agustus 2019 dengan judul

artikel “Kartini Dan Poligami”

Page 212: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

192

pintar disbanding dirinya. Kemudian Soelasri berkata apa yang

dilakukan Kartini sudah benar. Kaum perempuuan haruslah

memperoleh pendidikan yang tinggi agar menjadi cerdas. Karena

laki-laki akan lebih menghargai dan memilih perempuan yang

cerdas.

Percakapan Romo: bagaimana ?apa kamu

sudah siap untuk menjadi Raden

Ayu?

Kartini: saya sanggup (sambil

menarik nafas)

Saya menerima pinangan

pangeran Joyoadiningrat dari

Rembang .

Tapi..ada syaratnya…

Moeryam: apalagi ? (dengan

nada tinggi)

Romo: sudah… sudah…coba

lanjutkan…

Page 213: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

193

Katini: syarat yang pertama,

saya tidak mau mencuci kaki

Raden Mas Joyoadiningrat di

pelaminan…

Syarat yang kedua saya tidak

mau dibebani pranata sopan

satun yang rumit dan saya ingin

diperlakukan seperti orang bisa

saja…

Syarat yang ketiga…

Moeryam: cukup Ni!!!! (dengan

nada marah)

Kamu hanya memikirkan dirimu

sendiri. Ibu tidak akan

membierkan semua syaratmu

terwujud!!!

Suara pintu di buka….

Page 214: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

194

Moeryam: Lastri….

Soelastri: Ni, benar bu…

Suami saya menikah lagi bu….

(menangis da bersimpuh)

Lastri ngerti mas Cokro lebih

mencintai istri mudanya yang

lebih pintar..perempuan yang

lebih terpelajar.. Lastri enggak

kuat bu… (sambil menangis)

Kartini benar…..

Ni, teruskan….

Kakak mu ini mendukungmu….

Kartini: syarat yang ketiga, saya

mengharuskan calon suami

saya, untuk membantu aya

mendirikan sekolah buat

perempuan dan orang miskin.

Romo: sudah? Cuma itu saja?

Page 215: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

195

Kartini: satu lagi romo, saya

ingin Yu Ngasirah tidak lagi

tinggal di rumah belakang,

tetapi tinggal di rumah depan.

Dan saya ingin semua putra dan

putri romo memanggil Yu

Ngasirah dengan sebutan Mas

Adjeng (sebutan lain untuk ibu)

.

Bukan Yu lagi.

Romo: dah, ya sudah … kalau

begitu cepat-cepat dituliskan

syarat tersebut. Lalu dikirimkan

ke Bupati Rembang.

Busono, cepat panggil Pak

Atmo…

Busono: baik romo..

Slamet: mohon maaf romo,

Page 216: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

196

ijinkan saya yang menulis

semua syarat yang akan

diajukan oleh Kartini untuk

pernikahannya. Saya itu anak

laki-laki pertama. Sudah

menjadi bakti saya sebagai

kakak untuk meindungi adik-

adiknya.

a. Denotasi

Pada gambar diatas terlihat Soelastri yang merupakan kakak

kandung Kartini menangis kepada sang ibu Moeryam karena

menjadi korban poligami oleh suaminnya. Soelastri ditinggal

menikah suaminya dikarenakan Soelastri tidak lebih pintar

dibanding dengan perempuan yang dinikahi oleh suaminya.

b. Konotasi

Manifestasi gender yang yang ada dalam scane ini adalah

violance karena, Pada gambar ini terlihat bagaimana beban

mental yang dialami oleh Soelastri sebagai perempuan yang

menjadi korban poligami. Karena pada saat itu laki-laki tidak

perlu meminta izin kepada sang istri untuk menikah lagi.

Manifestasi gender yang kedua ada dalam scane ini adalah

subbordinat karena sang suami dengan sewenang-wenag

melakukan poligami tanpa ijin dari sang istri pertama. Hal ini

dikarenakan seorang suami merasa bahwa dirinya adalah seorang

pemimpin yang superior di dalam keluarganya sehingga berhak

dalam mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengan sang istri.

Page 217: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

197

c. Mitos

Dalam konteks keluarga, perempuan ditetapkan sebagai

pihak yang dipimpin, sedangkan laki-laki adalah

pemimpin.Akibatnya, perempuan tidak memiliki hak untuk

memutuskan sesuatu dalam keluarga. Disinilah gejala kekerasan

terhadap perempuan pada kasus poligami tampak. Meski

demikian, berbagai kalangan yang pro poligami, membantah

pengkategorian poligami sebagai praktik kekerasan terhadap

perempuan. Mereka mengatakan poligami merupakan suatu

bentuk perlindungan terhadap perempuan karena jumlah

perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, sehingga poligami

membantu laki-laki dan perempuan untuk dapat menikmati seks

dan memperoleh keturunan. Disamping itu poligami mencegah

laki-laki dari penyelewengan dan tindak kekerasan akibat frustasi

tidak memperoleh pemenuhan kebutuhan seksual, poligami

sekaligus melindungi perempuan karena mereka dapat “berbagi

tugas” dalam memuaskan kebutuhan seksual laki-

laki.Argumentasi diatas sebenarnya hanya membuat stereotype

ideologi patriarki terhadap perempuan semakin nyata.95

23. Scane Kartini belajar agama

Gambar : 23/D/25/12/2019

Waktu :01.03.04

95

Jurnal Pogami Sebagai Tindak Kekerasan Pada Perempuan Ditulis

Oleh Siti Hikmah, S.Pd., M.Si1

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Diakses Pada Sabtu 17

Agustus 2019 Pukul 19.00 WIB.

Page 218: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

198

Gambar 37.Kyai Soleh Darat mengajarkan agama Islam

Pada gambar ini terlihat bagaimana seluruh anggota keluarga

dari Raden Mas Ario Sosroningrat sedang belajar agama bersama

Kyai Soleh Darat yang merupakan salah satu ulama yang berjasa

menyebarkan islam dia tanah Jawa pada abad ke-18.

Percakapan Kartini : pak kyiai…. permisi,

apa yang tadi pak Kyai baca

benar-benar arti dari surat Al-

Fatihah?

Kyai Soleh Darat : kebenaran

itu hanyalah milik gusti Allah,

tuan putri.. saya hanyalah

menyampaikan apa yang saya

ketahui..

Kartini : Apakah ada ayat Al-

Page 219: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

199

Quran yang menjelaskan

tentang ilmu?

Kyai Soleh Darat :

Iqro,bacalah atas nama tuhan

mu yang menciptakan.. Itu

ayat pertama yang turun ke

bumi dan memerintahkan

Kanjeng Nabi Muhammad

SAW untuk membaca.

Kartini : Apakah dijelasakan

dalam ayat itu membaca

hanyalah untuk kaum laki-laki

saja?

Kyai Soleh Darat : Semua

manusia laki-laki ataupu

perempuan diwajibkan untuk

membaca

Kartini : Mengapa anda tidak

menterjemahkan ayat-ayat al-

quran dan menjadikannya

sebuah buku ?

Page 220: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

200

Kyai Soleh Darat : Saya

sedang melakukan nya tuan

putri, tapi sayang nya banyak

umat Islam yang lebih puas

hanya bisa membaca Bahasa

Arab tanpa tau makna dan

artinya.

Kartini : Saya mohon sangat

untuk di selesaikan pak kyiai.

Saya ingin tau banyak tentang

isi Al-Quran

Kyai Soleh Darat : Insyallah

saya mohon pamit tuan putri..

assalamualaikum

Kartini : Silahkan pak kyai.

a. Denotasi

Disini terlihat bagaimana proses belajar mengajar agama

islam bersama kyai soleh darat. Semua keluarga Kartini

berkumpul baik itu laki-laki dan perempuan, serta semua abdi

dalem dan para pembantu lainnya sedang duduk bersama tidak

ada perbedaan diantara mereka dalam proses belajar-mengajar.

b. Kontasi

Page 221: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

201

Konotasi yang dapat diambil dalam proses belajar mengajar

agama islam kali ini, laki-laki dan perempuan diwajibkan untuk

mendapatkan pengetahuan yang setara serta sama tidak

dibedakan. Perempuan hanya dibedakan dalam mendapatkan

pendidikan di sektor formal, akan tetap dalam sektor informal

seperti belajar agama islam perempuan di wajibkan belajar sama

dengan laki-laki. Hal ini menunjukan bagaimana posisi

perempuan ditempatkan perempuan tidak dilarang belajar hal-hal

yang bersifat pengetahuan informal, akan tetapi dilarang belajar

dalam sektor formal (bersekolah) dengan alas an jika perempuan

bersekolah tinggi dan mendapatkan pendidikan formal yang

bagus, perempuan akan mengungguli laki-laki, dan perempuan

bisa menjadi pemimpin laki-laki di sector publik.

c. Mitos

Pertanyaan-pernyataan Al-Qur‟an tentang posisi dan dan

kedudukan perempuan dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut :

Perempuan adalah makhluk ciptaan allah yang mempunyai

kewajiban sama untuk beribadah kepadanya sebagaimana termuat

dalam Adz-Zariyat ayat 56 :

وش إل ليعبدون وما خلقت الجه وال

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Page 222: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

202

Dalam ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perempuan dan laki-laki mempunyai kewajiban yang

sama untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini

belajar agama islam merupakan salah satu bentuk ibadah

kepada Allah Swt.

Page 223: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

203

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjabarkan bentuk-bentuk

diskriminasi gender dalam film kartini 2017 karya Hanung

Bramantyo. Bentuk-bentuk diskriminasi gender yang akan

penulis jabarkan berikut berpatokan pada buku analisis “Gender

Dan Transformasi Sosial” karya Mansour Fakih yang membagi

gender dalam lima bentuk pembagian yaitu Marginalisasi,

Subbordinasi, Stereotype, Kekerasan Dan Beban Ganda. Berikut

analisisnya :

A. Marginalisasi

Marginalisasi gender adalah proses pemiskinan yang

menimpa kaum laki-laki ataupun perempuan akibat konstruksi

gender yang ada di masyarakat. Pada pembahasan ini

marginalisasi terdapat pada gambar ke 2, 3, 4, 5, 9, 16.

Pada gambar ke 2 terlihat bagaimana Ngasirah

termarginalkan oleh lingkungan dan suaminya sendiri. Ngasirah

hidup sebagai pembantu di dalam keluarga Raden Mas

Ariososroningrat. Ia mengalami proses pemiskinan hak karena ia

berasal dar masyarakat kelas bawah, dan bukan keturunan

ningrat. Ngasirah tidak mempunyai hak apapun atas anaknya

sendiri yaitu Kartini. Ngasirah pun tidak dimintai pendapatnya

tentang pernikahan sang anak kandung.

212

Page 224: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

204

Pada gambar ke 3 terlihat juga bagaimana Ngasirah muda

yang di perankan oleh nova eliza mendapatkan marginalisasi dari

anak laki-lakinya yaitu Raden Mas Slemet dan Raden Mas

Busono. Ngasirah dilarang untuk tidur bersama sang anak

perempuan Kartini, karena dianggap sudah tidak pantas. Kartini

sekarang sudah menjadi putri bangsawan Bupati Jepara maka

dari itu, orang yang berkasta sudra dilarang tidur dengan sang

Raden Ayu.

Pada gambar ke 4 terlihat bagaimana budaya menempatan

posisi perempuan. Perempuan termarginalkan saat sudah usia

balig dewasa atau keluarnya haid di pertama, ia harus dipingit.

Tidak sama halnya dengan laki-laki ketika mereka sudah

menginjak usia balig dewasa tidak ada peraturan bahwa laki-laki

harus di pingit seperti perempuan. Di kurung di dalam kamar,

tidak boleh melakukan hal apapun termasuk tidak boleh

bersekolah. Dalam posisi ini perempuan termargianlkan, jika

perempuan tidak bersekolah atau mendapatkan pendidikan yang

tinggi dan layak, ia akan kalah bersaing dengan laki-laki yang

mendapatkan pendidikan yang tinngi.

Pada gambar ke 5 terlihat bagaimana Kartini menjalani hari-

harinya didalam kamar pingitan. Kartini merasakan bagaimana ia

di perlakukan seperti burung yang hidup dalam sangkar di beri

makan dan minum, serta hidup di sangkar yang bagus namun di

renggut kebebasannya. Disini dapat terlihat bahwa perempuan

termarginalkan oleh adat dan budaya dimana perempuan harus di

rengut kebebasannya dalam berekspresi, dan dalam menentukan

Page 225: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

205

arah dan tujuan hidupnya. Ini adalah salah satu proses pemiskinan

gender yang dilakukan oleh budaya dan adat istiadat.

Pada gambar ke 9 terlihat bagaimana adik-adik Kartini yaitu

Kardinah dan Roekmini masuk kedalam kamar pingitan, diantar

dengan sang ibu tiri Raden Ayu Moeryam yang merupakan

permaisuri utama dalam keluarga mereka. Moeryam dengan tegas

dan keras mendidik anak-anaknya agar menjadi Raden Ayu

sesuai adat dan budaya di masa lampau. Ketika perempuan masuk

kamar pingitan maka terputuslah semua akses pendidikannya.

Akibat dari pemutusan akses ini dapat dikatakan bahwa

pemarjinalan terhadap perempuan dimulai.

Pada gambar ke 16 terlihat bagaimana Ngasirah

termarginalkan oleh sang Raden Ayu Moeryam yang merupakan

istri utama Bupati Rembang. Ngasirah dengan terpaksa harus

menuruti setiap perkataan sang Raden Ayu dikarenaakan

Ngasirah tidak mempunyai hak apapun di dalam keluarga.

Ngasirah tidak memiliki hak apapun terhadap semua Anak-anak

kandungnya. Posisi Ngasirah tergantkan oleh hadirnya Raden

Ayu Moeryam yang lebih tinggi kasta kedudukannya di

masyarakat.

B. Subbordinasi

Subbordinasi gender adalah konstruksi sosial masyarakat

yang beranggapan bahwa perempuan adalah makluk yang lemah,

tidak rasional, tidak layak menjadi pemimpin, perempuan adalah

makluk nomer dua setelah laki-laki, dan pada akhirnya

perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dalam

Page 226: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

206

semua aspek. Pada pembahasan ini subbordinasi terlihat pada

gambar ke 1, 2, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 19, 21, 22.

Pada gambar ke 1 terlihat Kartini yang sedang berjalan

jongkok untuk memenuhi panggilan sang ayah. Sang ayah

memanggilnya untuk membicarakan rencana pernikahan Kartini.

Dalam diaalognya dengan Roekmini, Kartini mengungkapkan

rasa kecewanya dikarenakan dia tidak bisa memilih jalan

hidupnya sendiri sebagai perempuan jalan hidupnya ditentukan

oleh sang ayah kandung selaku laki-laki yang bertanggung jawab

terhadap kehidupannya sebelum menikah ini menunjukan kuasa

laki-laki terhadap perempuan perempuan dilarang menjadi

pemimpin dalam pengambilan keputusan penting dalam keluarga

karena dianggap tidak rasional.

Pada gambar ke 2 terlihat bagaimana Ngasirah sang ibu

kandung sedang meratapi nasib anak kandungnya Kartini. karena

Ngasirah yang tidak memiliki hak apapun atas semua anak

kandungnya. Ngasirah hanya bisa meratapi nasib sang anak yang

akan menikah dengan pria yang tidak dikehendaki tanpa bisa ia

mengeluarkan pendapatnya meskipun ia seorang ibu kandung.

Perempuan tidak pernah diajak berdiskusi untuk pengambilan

keputusan dalam keluarga hanya laki-laki yang diajak diskusi

dalam setiap pengambilan keputusan.

Pada gambar ke 6 terlihat Kartini yang sedang belajar untuk

berjalan jongkok yang di temani sang abdi dalem. Ia tampak

murung dan tidak menyukai proses belajar berjalan jongkok

tersebut. Pada bagian ini Nampak tindakan subordinasi karena

kebudayaan, disini perempuan diwajibkan untuk belajar berjalan

Page 227: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

207

jongkok, sedangkan laki-laki tidak di wajibkan untuk berjalan

jongkok, laki-laki bisa leluasa berjalan normal.

Pada gambar ke 8 Soelastri yang sedang mencuci kaki sang

suami di hadapan semua tamu undangan yang datang ke dalam

pesta pernikahannya. Dalam pernikahan adat jawa hal ini

dinamakan "ngindak endog” pada prosesi ini mempelai

perempuan diwajibkan untuk mencuci kaki sang suami. Makna

semiotika tersebut bahwa sang istri haruslah melayani suami

dalam kadaan apapun. Serta tingkatan seorang istri tidak boleh

lebih tinggi dibanding suami.

Pada gambar ke 9 Kardinah dan Roekmini masuk pingitan

hal ini menggambarkan bahwa subbordinat perempuan

bangsawan pada abad 18 sangatlah kental. Perempuan diwajibkan

di pingit, sedangkan laki-laki tidak diwajibkan untuk di pinggit

hal ini dapat menimbulkan proses pemiskinan pola pikir

intelektualitas pada perempuan akibat miskinnya intelektualitas

perempuan perempuan tidak bisa menjadi pemimpin seperti laki-

laki.

Pada gambar ke 12 terlihat bahwa Kartini, Kardinah dan

Roekmini, yang sedang memasak di dapur kaget karena

kehadiran sang kakak yaitu Raden Mas Slamet dan Raden Mas

Sosrobusono. Mereka terlihat ketakutan sejak kedua kakaknya

ikut mengawasi mereka bertiga dalam menjalani pingitan dan

kehidupan sehari-hari dalam Kabupaten. Sejak kedua kakak

mereka ikut campur mengawasi kehidupannya, mereka dijaga

sangat ketat dan setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh sang

kakak. Hal ini menunjukan bahwa laki-laki memegang penuh

Page 228: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

208

kuasa atas perempuan, jika sang ayah sudah tidak sanggup

mengurus sang perempuan, maka tanggung jawab sang ayah akan

dipindahkan ke kakak laki-laki dari perempuan tersebut.

Pada gambar ke 13 terlihat pak Atmo yang langsung

menutup pintu gerbang pendopo ketika Kartini, Kardinah dan

Roekmini ingin menyerahkan karya tulis mereka ke penerbit

majalah Belanda. Disini terlihat bahwa sang abdi dalem lebih

menurut ketika di perintah oleh majikan laki-laki di banding

majikan perempuan. Pak Atmo lebih menurut peritah sang kakak

Kartini yaitu Raden Mas Slamet untuk menutup pintunya di

banding perintah kartini untuk membuka pintunya da melarang

kartini keluar pendopo. Terlihat sekali bagaimana kuasa laki-laki

atas perempuan di lingkungan keluarganya. Perempuan dianggap

tidak pantas menjadi pemimpin di banding laki-laki.

Pada gambar ke 17 terlihat Kardinah yang sedang menangis

tersedu-sedu di hadapan sang ayah karena menolak menikah

dengan sang Bupati Pemalalang. Kardinah tak kuasa menolak

permintaan sang Bupati Pemalang karena penekanan dari sang

ayah. Sang ayah yang sudah terlanjur berjanji untuk menikahkan

Kardinah dengan Raden Mas Haryono ketika sudah besar. Hal ini

menunjukan bahwa laki-laki berkuasa atas semua perempuan

yang ada di lingkungan keluarganya, perempuan tidak diberi

ruang untuk bernegoisasi dan untuk menentukan takdirnya sendiri

karena dianggap irrasional dan tidak layak untuk menentukan

sikap.

Pada gambar ke 19 terlihat bahwa beberapa bangsawan

sedang berkumpul di ruang kerja sang ayah yaitu pendopo

Page 229: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

209

pemerintahan Jepara. Mereka terdiri dari paman-paman Kartini

yang menjabat sebagai Bupati di Kabupaten berbeda sedang

berdebat dan melarang Kartini untuk melanjutkan sekolah ke

negri Belanda. mereka berpendapat bahwa jika perempuan

mendapat pendidikan yang tinggi, mereka akan menjadi Bupati

seperti laki-laki. Hal ini yang mereka tentang karena menurut

mereka tak layak bagi perempuan menjadi pemimpin seperti laki-

laki.

Pada gambar ke 21 terlihat Moeryam muda yang sedang

mengalami patah hati karena sang suami Raden Mas

Ariososronigrat lebih memilih tidur bersama sang selir yaitu

Ngasirah ini terlihat bagaimana perempuan yang menjadi korban

poligami menjadi terpojokan karena sikap laki-laki yang tidak

adil. Moeryam muda tidak bisa memprotes tidakan sang suami

karena ia berfikir bahwa ia sebagai istri lebih rendah posisinya di

banding suami.

Pada gambar ke 22 terlihat bahwa Soelastri yang sudah

menikah tiba-tiba pulang kerumah orang tuanya dan menangis

tersedu-sedu, karena ia menjadi korban poligami sang suami.

Disini terlihat bahwa kaum laki-laki yang mendominasi dalam

kehidupan berumah tangga. Sang suami berpoligami dengan

perempuan yang lain tanpa seizin Soelastri.

C. Stereotype

Stereotype gender adalah pelabelan terhadap kaum

perempuan, perempuan haruslah penurut, lemah lembut,

perempuan haruslah cantik, sexy, dan menggoda. Pelabelan ini

dibenarkan dalam berbaggai aspek kehidupan masyarakat yaitu

Page 230: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

210

ekonomi, sosial, budaya dan agama. Pada pembahasan ini

stereotype terlihat pada gambar ke 4, 6, 7, 8, 10, 14, 17, 19, 21,

22.

Pada gambar ke 4 terlihat bahwa Kartini yang sudah mulai

tumbuh menjadi perempuan dewasa mulai di pingit sejak

keluarnya menstruasi hari pertama. Kartini adalah korban

stereotype gender masyarakat pada abad ke 18. Perempuan

mempunyai stereotype bahwa mereka sebagai perempuan ningrat

tidak boleh terlalu di ekpose di hadapan publik dan harus di

pingit agar menjadi berharga, layaknya mutiara yang didasar

lautan tidak pernah bertemu dengan orang.

Pada gambar ke 6 terlihat Kartini yang sedang belajar

berjalan jongkok dan diawasi sang kakak Soelsatri pada adegan

ini digambarkan bagaimana perempuan dicitrakan mereka harus

belajar berjalan jongkok, pelan-pelan, harus kemayu, dan tidak

boleh cemberut. Disini stereotype ini dibuat sedemikian rupa oleh

budaya Jawa.

Pada gambar ke 7 terlihat Kartini dan Soelastri sedang

merawat tubuh mereka dengan cara meratus, melulur dan mandi

kembang. Disini Soelastri juga menciptakan stereotype bahwa

perempuan haruslah pandai merawat tubuh mereka, karena tubuh

mereka yang akan mengantarkan mereka ke takdir mereka yaitu

menjadi Raden Ayu. Pendidikan tinggi bukanlah hal yang penting

bagi seorang perempuan yang lebih penting bagi seorang

perempuan adalah kecantikannya.

Pada gambar ke 8 terlihat Soelastri yang sedang mencuci

kaki sang suami dalam sebuah acara pernikahan adat Jawa. Disini

Page 231: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

211

terbentuk stereotype bahwa perempuan haruslah siap mejadi

pelayan bagi seorang laki-laki, siap tunduk dan menurut terhadap

laki-laki yang menjadi kepala keluarga.

Pada gambar ke 10 Ngasirah, Kartini, Kardinah dan

Roekmini terlihat sedang memasak bersama di dapur. Kemudian

Ngasirah memberikan nasihat kepada anak-anaknya bahwa

perempuan haruslah pandai memasak agar suami betah di rumah.

Ini adalah salah satu bentuk stereotype yang di berikan bagi

seorang perempuan dewasa yang hendak menikah. Mereka

haruslah pandai memasak bagi laki-laki.

Pada gambar ke 14 terlihat para bangsawan yang sedang

berkumpul dengan orang-orang Belanda di ruang makan mencibir

ketiga putri Bupati Jepara Kartini, Kardinah dan Roekmini.

Mereka beranggapan bahwa jika perempuan terlalu sering diajak

keluar dan diperlihatkan kepada masyarakat, maka perempuan itu

menjadi tidak berharga dimata laki-laki. Mereka beranggapan

bahwa perempuan haruslah di dalam rumah di pingit. Tidak boleh

bersekolah dan menulis dan bergaul keluar lingkungan.

D. Kekerasan

Kekerasan gender adalah serangan secara fisik ataupun non

fisik (psikologis) seseorang. Kekerasan terhadap manusia pada

dasarnya berasal dari beberapa sumber namun salah satu

kekerasan atas nama jenis kelamin tertntu bisa diakibatkan karena

bias gender ini bisa disebut gender related violence. Pada

pembahasan ini kekerasan atas nama gender terdapat pada

gambar ke 1, 3, 4, 5, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22.

Page 232: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

212

Pada gambar ke 1 Kartini terlihat sedang berjalan jongkok

satu hal yang menunjukan kekerasan terhadap Kartini bahwa

dalam raut wajah, dan gesture tubuh Kartini menunjukan tekanan

mental yang luar biasa, ia terkekang kerena budaya patriarki yang

diwariskan dari sang nenek moyang.

Pada gambar ke 3 Kartini kecil yang sedang menangis dan

merengek agar diijinkan tidur bersama sang ibu kandung yaitu

Ngasirah medapatkan perlakuan kasar dari kedua kakak laki-

lakinya yaitu Raden Mas Slamet dan Raden Mas Busono. Mereka

dengan kasar melarang Kartini kecil untuk tidur bersama

Ngasirah dengan alasan Kartini sudah menjadi anak Bupati

Jepara sehingga ia tidak boleh tidur bersama selir yang berbeda

kasta dengannya.

Pada gambar ke 4 saat Kartini di pinggit juga menunjukan

kekerasan tekanan psikologis yang amat sangat luar biasa, ia

menangis tiada henti, tidak mau makan karena di renggut

kebebasannya oleh tradisi pingitan.

Pada gambar ke 5 saat Kartini meratapi nasibnya di kamar ini

juga menampakan tekanan batin yang luar biasa akibat tradisi

pingitan. Ia berfikir seperti burung peliharaan yang hidup

terkurung dalam sebuah sangkar hanya bisa makan dan minum

tapi tida bisa terbang bebas.

Pada gambar ke 15 Kartini yang sedang memperlihatkan

hasil karyanya dengan sang ayah, Raden Mas Busono dengan

kesal memaki dan menjelekan hasil karya Kartini dan

membandingkan dengan hasil karya dari negri-negri tetangga

seperti Cina. Kartini yang merasa tersinggung dengan perkataan

Page 233: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

213

sang kakak hanya bisa diam dan merunduk. Ini menunjukan

kekerasan verbal yang dilakukan oleh sang kakak berdampak

terhadap psikologis adiknya.

Pada gambar ke 16 memperlihatkan bagaimana Ngasirah

terintimidasi oleh Moeryam. Ngasirah yang tidak bisa melawan

Moeryam hanya bisa diam dan menangis mendengar semua

intimidaasi Moeryam akibat ulah Kartini, Ngasirah tidak

mempunyai hak apapun terhadap semua anak-anaknya karena ia

hanyalah orang biasa yang tidak mempunyai gelar bangsawan.

Pada gambar ke 17 terlihat Kardinah yang sedang menangis

dihadapan sang ayah karena menolak menikah dengan laki-laki

yang sudah mempunyai istri. Disini terjadi kekerasan dalam

bentuk psikologis terhadap perempuan di dalam keluarganya.

Kekerasan ini terjadi karena superioritas laki-laki di dalam

keluarga.

Pada gambar ke 18 Roekmini yang mengalami kekerasan

oleh sang ibu karena ia bersikeras meminta ijin untuk

melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun sang ibu tidak

membiarkannya dan bertindak kasar kepada sang anak, sang ibu

berfikir bahwa perempuan tidaklah perlu bersekolah tinggi seperti

laki-laki. Perempuan hanya wajib menjadi Raden Ayu

Pada gambar ke 20 terlihat Kartini yang diseret dengan kasar

kemudian dipenjara di dalam kamar oleh Moeryam karena

menolak untuk meniikah. Kekerasan dalam bentuk fisik secara

langsung dialami Kartini ia tidak bisa melawan, dan hanya bisa

menangis di dalam penjara kamarnya. Perempuan saat itu tidak

bisa menentukan arah hidupnya sendiri. Perempuan diperlakukan

Page 234: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

214

hanya seperti boneka yang di rawat kemudian diperjual belikan

kepada orang lain.

Pada gambar 21 terlihat bagaimana kesedihan Moeryam

selaku istri kedua dari sang Bupati Jepara Raden Mas Ario

Sosroningrat, ia menerima kekerasan psikologis dari sang suami.

Tanpa pikir panjang dan melalui proses diskusi sang suami

dengan teganya melarang Raden Ayu Moeryam untuk tidur

bersama di dalam kamar, sang suami lebih memilih untuk tidur

bersama sang selir Ngasirah.

Pada gambar 22 Soelastri yang pulang kerumah orang tuanya

karena tak terima dimadu oleh sang suami. Soelastri menjadi

korban poligami karena tak lebih pandai dari perempuan yang di

persunting oleh sang suami. Disini terlihat Soelastri yang

mengalami kekerasan secara psikologis. Ia menangung sakit hati

dan malu karena ulah sang suami menikah lagi.

E. Beban Ganda.

Bias gender dapat mengakibatkan beban kerja ganda, istilah

bahwa pekerjaan perempuan adalah pekerjaan rumah tangga

(pekerjaan domestik) hal ini diangap nilainya lebih rendah

dibanding pekerjaan laki-laki yang berada diluar rumah hal ini di

perkuat dengan adanya anggapan bias geder bahwa perempuan

bersifat pemelihara rajin dan mereka pantas ditempatkan di

pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, mengepel dan

memasak adalah pekerjaan domestik perempuan. Pada kalangan

keluarga miskin peran perempuan akan bertambah menjadi mesin

penghasil uang ia harus bekerja diluar untuk menghasilkan uang,

disinilah beban ganda gender tercipta. Pada kasus film Kartini

Page 235: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

215

2017 ini ada satu scane yang menunjukan beban ganda pada

gender. Pada gambar ke 11 terlihat bagaimana Moeryam

bertindak sebagai pelayan bagi Raden Mas Ariososroningrat

selain itu Moeryam haruslah mengemban tugas sebagai Raden

Ayu dan ibu rumah tangga di kehidupan sehari-harinya.

Page 236: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

216

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka

kesimpulan mengenai makna denotasi, konotasi, dan mitos

diskriminasi gender dalam film Kartini 2017 karya Hanung

Bramantyo diantaranya adalah :

1. Makna denotasi merupakan makna yang paling nyata

tergambarkan oleh tanda. Dalam penelitian ini makna denotasi

diskriminasi gender tergambarkan melalui 22 scane yang

memperlihatkan lima bentuk diiskriminasi gender yaitu,

marginalisasi, stereotype, subbordinasi, kekerasan, dan beban

kerja ganda.

2. Makna konotasi merupakan makna subjektif atau

emosional. Dalam penelitiaan ini maka makna konotasi

diskriminasi gender terhadap perempuan menggambarkan bahwa

perempuan dianggap sebagi makhluk noemer dua setelah laki-

laki dan laki-laki lebih berkuasa dibanding perempuan.

3. Makna mitos merupakan kostruksi kultural yang

dipercayai dan dianut satu masyarakat. Dalam penelitian ini,

makna diskriminasi gender adalah adanya budaya patriarki dalam

konstruksi pola pikir masyarakat Indonesia.

Menurut Mansour Fakih dalam buku nya yang berjudul

analisis gender dan transformasi sosial, Bentuk-bentuk

dikriminasi yang terdapat dalam film kartini 2017 terdapat 5

bentuk dikriminasi : 226

Page 237: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

217

Marginalisasi : 6 bentuk

Subbordinasi : 11 bentuk

Stereotype : 6 bentuk

Kekerasan : 11 bentuk

Beban kerja ganda : 1 bentuk

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran

mengenai diskriminasi gender dalam film Kartini 2017 karya

Hanung Bramantyo

1. Untuk para penonton film dan pembaca skripsi ini,

hendaknya meningkatkan rasa sensitivitas gender terhadap

lingkungan sekitar.

2. Untuk para civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah Dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik

hendaknya diadakan kurikulum tentang pentingnya kajian

gender dan media massa sehingga dapat menciptakan

lulusan calon wartawan yang mempunyai sensitivitas

gender.

3. Untuk para produser, sutradara, penulis skenario film

hendaknya lebih mengasah rasa sensitivitas gender

didalam setiap karyanya.

Page 238: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

218

DAFTAR PUSTAKA

Joni Purwono,Sri Yutmini,Sri Anitah, “Penggunaan Media Audio-Visual Pada

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Pacitan”, Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran

Vol.2, No.2, Hal 127 – 144, Edisi April 2014. Ditulis Artikel diakses pada

Selasa 27 Maret 2018 pukul 16.00 WIB.

Ramddha Mawaddha. Film Sebagai Media Belajar Kreatif Bagi Anak. 2017.

http://kabar24.bisnis.com/read/20171001/255/694595/film-sebagai-media-

belajar-kreatif-bagi-anak- artikel diakses pada Selasa 27 Maret 2018 pukul

16.51 WIB.

Burton, Grame. Media Dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

Uchjana,Onong. Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori Dan Praktek.

Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, cetakan XVI .2000

Joseph, M. Boggs. The Art Of Watching Film, (Terj) Sani, Asrul. Jakarta:

Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1986.

Pranajaya, Adi. Film Dan Masyarakat : Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM

Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. 1999.

Danensi Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yongyakarta:

Jalasutra. 2010.

Makruf. PBNU Prihatin Film PBS (Perempuan Berkalung Sorban)

Deskriditkan Pesantren. 2009. http://www.nu.or.id/post/read/15923/pbnu-

prihatin-film-pbs-diskreditkan-pesantren dirulis oleh Makruf artikel diakses

pada Selasa 27 Maret 2018 pukul 16.51 WIB.

Agustina Rasyida. Marlina Semangat Feminisme Ditengah Budaya Patriarki.

2017. https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/marlina-semangat-feminisme-di-

tengah-budaya-patriarki artikel diakses pada Selasa 27 Maret 2018 pukul 19.41

WIB.

Lukman Hakim “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi”,

Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02, Desember 2013. h.251.

Ikwan Setiawan. Representasi Perempuan Film Dan Hegemoni Patriarki.

2016. http://matatimoer.or.id/2016/03/22/representasi-perempuan-film-dan-

hegemoni-patriarki-bagian-1/ artikel diakses pada Selasa 27 Maret 2018 pukul

19.08 WIB.

Page 239: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

219

Sunarto. Televisi, Kekerasan Dan Perempuan. Jakarta: PT.Kompas Media

Nusantara. 2009.

Soekarno, Sarinah. Bandung: Syabas Books. 2013.

Julia, Claves Mosse. Gender Dan Pembangunan. Yongyakarta: Pustaka

Pelajar. 1996.

Umar, Nazaruddin. Argument Kesetaraan Jender Prespektif Al-Qur’an.

Jakarta: Paramadina. 2011.

Tri Susanto Setiawan. Kartini Di Putar Di Markas PBB (Persatuan Bangsa-

Bangsa). 2018.

https://entertainment.kompas.com/read/2018/03/20/174336610/film-kartini-

diputar-di-markas-pbb. artikel diakses pada Tanggal 02 April 2018 Pukul

16.53 WIB.

Andi Muttya Kateng. Kartini Dan Pengabdi Setan Mendominasi FFI. 2017.

http://entertainment.kompas.com/read/2017/10/05/233120210/kartini-dan-

pengabdi-setan-mendominasi-ffi-2017 artikel di akses Pada Tanggal 21

November 2017 Pukul 22.37 WIB.

Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda

Karya. 2006.

Eriyanto, Analisis Framing Ideologi Dan Politik Media. Yongyakarta: LKIS.

2005.

Lexy, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya. 2002.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.

Indrawan, Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra

Wacana Media. 2013.

Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film”, Jurnal Ilmu Komunikasi

Vol. 1, No.1, 2011. diakses pada 12 Maret pukul 12.00 WIB.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003.

Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi, Teori Dan Aplikasi.

Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Danensi, Marcel. Pesan, Tanda Dan ,Makna : Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika Dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.

Page 240: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

220

Parwito, Penelitiuan Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis

Yogyakarta.2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotic, Dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosydakarya,

2009.

Fakih, Mansour. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Insist

Press. 2008.

Suralaga, Fadilah dkk.,Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi

WanitaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003.

Hamid Arifin, “Representasi perempuan dalam pers”, Jurnal Komunikasi

Massa Vol 1 No 1 Juli 2007 , h.14. diakses pada 13 Maret 2018. Pukul 23.00

WIB.

Helen, Diana Vida. “Konstruksi Perempuan Dalam Rubric Cc Single Di

Majalah Cita-Cinta Edisi Januari-Desember 2009”, Journal Communication

Spectrum, Vol.1 No.1 (Februari-Juli 2011).

Lutters, Elizabeth, Kunci Sukses Menulis scenario. Jakarta : Grasindo. 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2009.

Page 241: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 242: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 243: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 244: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 245: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 246: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah
Page 247: ANALISIS SEMIOTIKA DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...menjadi laki-laki yang hebat, kuat, tangguh, sabar dan berjasa karena telah