analisis rumusan strategi rantai pasokan minyak akar wangi di kabupaten garut jawa barat

Upload: fauzi-firdaus

Post on 10-Mar-2016

138 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dwd

TRANSCRIPT

  • ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

    AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

    Oleh

    AGUNG CAHYA NUGRAHA

    H24070049

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2011

  • RINGKASAN

    AGUNG CAHYA NUGRAHA. H24070049. Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbinganHETI MULYATI dan ALIM SETIAWAN S.

    Salah satu cara peningkatkan daya saing minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu dibutuhkan rumusan strategi rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai pasok minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi dan merumuskan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

    Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada para petani, pengumpul akar, pengumpul minyak dan penyuling minyak akar wangi yang berada di Kab. Garut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsidisi sitem rantai pasok minyak akar wangi dengan analisis deskriptif. Faktor internal dan eksternal rantai pasok dianalisis menggunakan analisis IFE dan EFE. Perumusan strategi dilakukan dengan analisis SWOT dari faktor internal dan eksternal yang didapat. Proses pemilihan strategi rantai pasok menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

    Anggota sistem rantai pasok terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Beberapa petani menjual akar hasil panen mereka langsung kepada pengumpul akar, petani lainnya tidak menjual dalam bentuk akar, mereka akan melakukan proses penyulingan sendiri dengan menyewa alat penyulingan kemudian menjual sendiri minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak.

    Faktor internal yang paling dominan dan direspon secara sangat baik oleh rantai pasok yang dijadikan sebagai faktor kekuatan adalah potensi wilayah penanaman masih cukup luas dengan skor 0,917, faktor kelemahan utama dari rantai pasok minyak akar wangi adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal dengan nilai skor 0,300. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan dengan skor 0.830 dan ancaman utama yaitu tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik (0.822).

    Alternatif strategi yang berhasil di bangkitkan dari matriks SWOT dan hasil pembobotan menggunakan AHP adalah peningkatan mutu minyak akar wangi (0.285), peningkatan kualtas SDM (0.189), penguatan aspek financial (0.174), peningkatan kemitraan diantara stakeholder (0.138), meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru (0.123) dan fasilitasi pemerintah (0.087).

  • ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

    AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    OLEH

    AGUNG CAHYA NUGRAHA

    H24070049

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2011

  • Judul Skripsi : Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat

    Nama : Agung Cahya Nugraha

    NIM : H24070049

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    (Heti Mulyati, S. TP, MT) (Alim Setiawan S, S. TP, M. Si)NIP.19770812 200501 2 001 NIP. 19820227 200912 1 001

    Mengetahui : Ketua Departemen,

    (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1 002

    Tanggal Lulus :

  • iii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis

    merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Juaeni, S.Pd dan

    Siti Hasanah, S.Pd.A. Riwayat pendidikan penulis adalah Taman Kanak-

    Kanak (TK) Tarbiyatunnisa', Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong 1

    Kemang, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 6 Bogor dan

    Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor.

    Penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas

    Ekonomi dan Majamen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

    Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan,

    penulis aktif berorganisasi di dalam dan di luar kampus. Aktivitas di

    dalam kampus, penulis mengikuti Himpunan Profesi Centre of

    Management (COM@) dan dipercaya menjadi Director of Human

    Resources COM@ dari tahun 2009-2010, selain itu penulis pernah

    mengikuti kompetisi marketing debate yang diselenggarakan oleh IPB,

    Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan dan

    pengabdian masyarakat dan seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres)

    tingkat departemen. Di luar kampus, penulis aktif mengikuti organisasi

    Kerohanian Islam dan menjadi staf pengajar pada lembaga bimbingan

    belajar Bintang Pelajar di Bogor.

    Selama penyusunan skripsi, penulis pernah tergabung dalam

    tim akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana (S2)

    IPB, Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan dan Manajemen

    Produksi dan Operasi dan bekerja sebagai staff pengajar di Bintang

    Pelajar (BP), menjadi Tim Akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen

    Sekolah Pascasarjana IPB dan menjadi tim olah data Proyek Kementrian

    Pendidikan Nasional Indonesia yaitu Pemetaan Politeknik se-Indonesia.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan

    Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun

    sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

    Pertanian Bogor.

    Judul skripsi Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan

    Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan

    sebuah proses analisis mengenai keadaan sistem rantai pasok dan analisis

    strategi rantai pasok minyak akar wangi Indonesia, khususnya di

    Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perumusan strategi ini merupakan hal

    yang penting untuk dilakukan karena hingga saat ini belum ada rumusan

    strategi rantai pasok yang bisa menjadi referensi untuk diterapkan.

    Strategi rantai pasok ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing

    minyak akar wangi dan menjaga kesinambungan rantai pasok minyak

    akar wangi.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak

    yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun demi

    perbaikan penelitian kelak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini

    bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.

    Bogor, Agustus 2011

    Penulis

  • vUCAPAN TERIMA KASIH

    Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak baik moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, M.T selaku dosen pembimbing pertama atas

    segala bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasinya yang tidak

    ternilai dalam menyelesaikan skripsi ini.

    2. Bapak Alim Setiawan, S. TP, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua

    dan juga sebagai moderator dalam seminar hasil, atas segala

    motivasi, kesabaran dan ilmu-ilmu tentang rantai pasok yang tak

    ternilai selama proses penyelesaian skripsi ini.

    3. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. sebagai dosen penguji yang

    telah memberikan masukan terhadap perbaikan skripsi ini.

    4. Bapak Ede Kadarusman (Ketua koperasi Usar Akar Wangi), Bapak

    Hj. Abdullah (Sekretaris Koperasi Usar Akar Wangi), Bapak Hari

    Wardana (Dinas Perkebunan Kabupaten Garut), Bapak Ir.

    Haeruman, M.P (Kepala Bina Produksi Dinas Perkebunan

    Kabupaten Garut), Bapak Hj. Tjutju Ruhiat, M.Si. (Kepala bagian

    Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

    Kabupaten Garut) dan Pak Wawan (Kepala Cabang Jasulawangi

    Garut) yang telah banyak membantu memberi penjelasan dan data

    dalam proses penulisan skripsi ini.

    5. Ibu dan Bapak (Siti Hasanah dan Juaeni), adik-adikku (Dwi Asriani

    Nugraha dan Sayyid Fajrin Nugraha), kepada Keluarga besar atas

    motivasi, doa dan kebijaksanaannya dalam penyelesaian skripsi ini.

    6. Sahabat-sahabat terbaik (Elis L, Dini, Reni MF, Isni S, Irma O,

    Mursaliena NL, Intania S, Nola, Rony JW, Syaeful R, Gerry FS, A

    Mukhlis, Anasril, Randy J, M Azwar, Arif M, A Duta E, Gazali R),

    adik-adik di Arroja dan 'Ithri SMAN 5 Bogor, semua sahabat di

    Manajemen 44 dan com@ dan adik-adik les ku (Nana, Raisa, Nadia,

    Mira, Lana, Ziyyah, Wulan, Dika, Syifa, Dere) dan adik kelas di

    SMAN 5 Bogor atas semangat, nasihat dan kenangan indah selama

    sekolah, kuliah dan berorganisasi.

  • vi

    7. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen

    FEM IPB.

    8. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah

    memberikan balasan atas kebaikan saudara/i.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASANRIWAYAT HIDUP .....................................................................................iiiKATA PENGANTAR .................................................................................ivUCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................vDAFTAR ISI ...............................................................................................viiDAFTAR TABEL .......................................................................................ixDAFTAR GAMBAR ...................................................................................x1. PENDAHULUAN....................................................................................1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................11.2. Perumusan Masalah ...........................................................................31.3. Tujuan Penelitian...............................................................................31.4. Manfaat .............................................................................................31.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................4

    II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................52.1. Strategi dan Manajemen Strategi........................................................52.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok .......................................62.3. Strategi Manajemen Rantai Pasok......................................................82.4. Lingkungan Organisasi ......................................................................9

    2.4.1 Lingkungan Jauh ........................................................................102.4.2 Lingkungan Industri ...................................................................112.4.3 Lingkungan Internal ...................................................................12

    2.5. Analisis Internal dan Eksternal...........................................................132.6. Analisis SWOT..................................................................................132.7. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .....................................142.8. Penelitian Terdahulu..........................................................................16

    III. METODE PENELITIAN.....................................................................173.1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................173.2. Tahapan Penelitian ............................................................................203.3. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................223.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data.................................................223.5. Teknik Pengambilan Sampel..............................................................253.6. Pegolahan dan Analisis ......................................................................26

    3.6.1 Analisis Deskriptif......................................................................273.6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ......................273.6.3 Analisis SWOT ..........................................................................303.6.4 Analitical Hierarchy Process......................................................31

    IV. PEMBAHASAN....................................................................................374.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi...................................................374.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut...............................................384.3. Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi..................................40

    4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi .......................................................454.3.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ...............................................494.3.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi .................................................504.3.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ..................................53

  • viii

    4.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal................................................544.5. Pemilihan Faktor Internal dan Eksternal.............................................574.6. Perumusan Alternatif Startegi ...........................................................594.7. Prioritas Strategi Pengembangan Minyak Akar Wangi.......................66

    4.7.1 Ultimate Goal.............................................................................674.7.2 Faktor ........................................................................................674.7.3 Aktor ........................................................................................684.7.4 Tujuan........................................................................................694.7.5 Alternatif Strategi.......................................................................69

    4.8. Analisis Hubungan Antar Elemen Hierarki ........................................714.9. Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok...........................................734.11. Implikasi Manajerial ........................................................................76

    KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................781. Kesimpulan ..........................................................................................782. Saran ....................................................................................................79

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................80

  • ix

    DAFTAR TABEL

    No Halaman

    1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi indonesia ..................... 22. Jenis dan metode mengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian ........ 243. Sebaran responden identifikasi rantai pasok minyak akar wangi.............. 264. Tabel model matriks EFE........................................................................ 275. Tabel model matriks IFE......................................................................... 296. Tabel model SWOT ................................................................................ 317. Nilai skala banding berpasangan ............................................................. 328. Matriks pendapat individu....................................................................... 349. Matriks pendapat gabungan..................................................................... 3410. Indeks acak ............................................................................................. 3611. Sentra produksi akar wangi di Indonesia ................................................. 3812. Luas areal dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut ......................... 3913. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010................ 4014. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat

    dengan standar mutu nasional dan internasional ...................................... 5315. Matriks IFE............................................................................................. 5516. Matriks EFE............................................................................................ 5617. Faktor internal dan eksternal dengan skor tertinggi.................................. 5818. Matriks SWOT........................................................................................ 5919. Hubungan faktor dan Ultimete Goal........................................................ 7120. Hubungan faktor dan aktor...................................................................... 7221. Hubungan aktor dan tujuan ..................................................................... 7222. Hubungan tujuan dan alternatif strategi ................................................... 7323. Bobot faktor terhadap UG ....................................................................... 7424. Bobot aktor terhadap UG ........................................................................ 7425. Bobot tujuan terhadap UG....................................................................... 7526. Bobot alternatif terhadap UG .................................................................. 76

  • xDAFTAR GAMBAR

    No Halaman

    1. Struktur manajemen rantai pasokan ......................................................... 72. Kerangka penelitian ................................................................................. 193. Tahapan penelitian................................................................................... 204. Tanaman akar wangi ................................................................................ 375. Rantai pasok minyak akar wangi.............................................................. 406. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi .......................................... 417. Sistem kerjasama inti plasma ................................................................... 448. Jenis kelompok tani di kabupaten garut .................................................... 459. Umur usaha akar wangi............................................................................ 4610. Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi .................................... 4711. Sebaran jenis alat penyulingan yang digunakan........................................ 5112. Struktur hierarki AHP .............................................................................. 70

  • 11. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) merupakan

    komoditas ekspor penghasil devisa yang penting bagi Indonesia.

    Indonesia merupakan penghasil utama minyak akar wangi terbesar pada

    perdagangan internasional setelah Haiti dan Bourbon (Mulyati dkk,

    2009).

    Volume ekspor minyak akar wangi Indonesia cenderung

    mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah ekspor terbesar terjadi

    pada tahun 2001 sebesar 1,5 ribu ton. Namun kemudian terjadi

    penurunan yang cukup drastis pada tahun selanjutnya. Nilai ekspor rata-

    rata mengalami penurunan sebesar 0,6 persen per tahun. Begitu pula

    dengan nilai impor yang juga mengalami penurunan namun nilainya

    lebih kecil yaitu sebesar 0,4 persen per tahun.

    Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di

    Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sentra tersebut

    tersebar di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, Pasirwangi

    dan Leles. Produksi minyak akar wangi di Garut sebagian besar

    dilakukan oleh industri kecil dengan menggunakan teknologi yang

    sederhana/konvensional. Hal tersebut seringkali menyebabkan minyak

    yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah

    ditetapkan eksportir maupun konsumen. Persepsi petani maupun

    penyuling minyak akar wangi yang belum berorientasi mutu

    menyebabkan sebagian besar pelaku usaha tidak menerapkan Good

    Agricultural Process (GAP) dan Good Manufacturing Process (GMP).

    Hal tersebut mengakibatkan mutu minyak yang dihasilkan menjadi

    rendah sehingga menurunkan daya saing minyak akar wangi Indonesia.

    Pasar luar negeri yang menyerap produk minyak akar wangi antara lain

    negara Jepang, China, Singapura, India, Hongkong, Amerika Serikat,

    Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, dan Italia (BPS 2005 dalam

  • 2Tutuarima). Tabel 1 menyajikan volume dan nilai ekspor dan impor

    minyak akar wangi.

    Tabel 1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi Indonesia

    TahunEkspor

    Volume (Kg) Nilai (US $)2001 1.583.798 1.759.241 2002 79.714 1.973.4512003 45.821 1.428.6822004 58.444 2.445.7442005 74.210 1.544.6182006 75.199 2.085.458

    Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) dalam Tutuarima (2009)

    Selain masalah daya saing, sistem rantai pasok minyak akar

    wangi yang terlalu panjang dan pemerataan pendapatan dalam rantai

    pasok minyak akar wangi yang masih rendah merupakan masalah yang

    harus segera dibenahi. Eksportir merupakan pihak yang memperoleh

    keuntungan paling tinggi dalam jaringan rantai pasok minyak akar

    wangi dibandingkan para petani yang belum mencapai kesejahteraan

    yang seharusnya.

    Rantai pasok merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang

    saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu

    menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit

    dan Pranoto, 2002). Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing

    minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan

    strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu

    mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi sehingga

    pemerataan pendapatan diantara anggota jaringan rantai pasoknya dapat

    tercapai. Rumusan strategi rantai pasok dianggap penting karena akan

    dijadikan sebagai acuan oleh anggota rantai pasok dalam melakukan

    aktifitas mereka. Adanya strategi rantai pasok menjadikan setiap

    anggota rantai pasok mengetahui apa yang harus dilakukan untuk

    membangun sistem rantai pasok yang lebih baik.

    Saat ini belum terdapat strategi rantai pasok yang komprehensif

    yang mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak dalam rantai

  • 3pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu, dibutuhkan rumusan strategi

    rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak

    akar wangi dan membentuk sistem rantai pasok minyak akar wangi

    yang berkesinambungan.

    1.2. Perumusan Masalah

    Kondisi rantai pasok minyak akar wangi di kabupaten Garut saat

    ini masih belum terintegrasi dengan baik. Hal ini berakibat pada

    pemerataan pendapatan di antara anggota rantai pasok menjadi rendah

    dan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan rendah. Permasalahan

    ini menunjukan betapa pentingnya strategi rantai pasok yang

    komprehensif yang mampu menunjang kesinambungan, efisiensi dan

    daya saing minyak akar wangi.

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana kondisi rantai pasok minyak akar wangi saat ini?

    2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai

    pasok minyak akar wangi?

    3. Rumusan strategi rantai pasok apa yang dapat direkomendasikan

    untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Menganalisis rantai pasok minyak akar wangi

    2. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

    rantai pasok minyak akar wangi.

    3. Mengusulkan alternatif rekomendasi strategi rantai pasok minyak

    akar wangi untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi.

    1.4. Manfaat

    1. Pemerintah

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

    Pemerintah pusat maupun pemerintah khususnya Kementrian

    Perindustrian, Kementrian Pertanian dan Pemerintah Daerah

    Kabupaten Garut dalam rangka mengembangkan minyak akar wangi.

  • 42. Peneliti dan Akademisi

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain

    yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama

    ataupun penelitian lanjutan.

    3. Pelaku Usaha Minyak Akar Wangi

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan panduan bagi

    para pelaku usaha seperti petani minyak akar wangi, pengumpul

    akar, penyuling, pengumpul minyak dan eksportir dalam

    menjalankan kegiatan usahanya untuk membangun sistem yang

    berkesinambungan dan menguntungkan semua pihak.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini membahas mengenai perumusan strategi rantai

    pasok minyak akar wangi dan membahas elemen rantai pasok minyak

    akar wangi yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak dan pengumpul

    akar wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat, terutama di Kecamatan

    Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Rantai pasok yang dibahas

    hanya terbatas dari petani sampai pengumpul minyak akar wangi.

  • 5II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Strategi dan Manajemen Strategi

    Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "seni

    berperang". Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk

    mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat

    untuk mencapai tujuan (Umar, 2008).

    Menurut Siagian (2004), istilah strategi semula bersumber dari

    kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang

    digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan peperangan. Menurut

    David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

    Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan

    manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang

    besar.

    Mulyadi (2001) mengatakan bahwa strategi adalah pola tindakan

    utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Dengan

    tindakan berpola perusahaan dapat mengerahkan seluruh sumberdaya secara

    efektif ke perwujudan visi organisasi. Strategi juga didefinisikan sebagai

    sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang

    organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur

    biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang

    berkelanjutan. Definisi lainnya, strategi merupakan tindakan yang bersifat

    incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan

    berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

    pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai

    dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan

    perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu

    mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan

    Prahalad dalam Umar, 2008)

    Manajemen Strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan

    pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan serta

    mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan

  • 6sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada

    usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,

    produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi

    komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional (David, 2003).

    2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok

    Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu

    sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada

    para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai

    organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama,

    yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model

    rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari

    pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang

    terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk

    mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi

    yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai

    tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan

    kepuasan maksimal pada para pelanggan.

    Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang

    memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk

    mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan

    perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai

    pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis,

    meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan

    (Annatan dan Ellitan, 2008).

    Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasokan

    merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanaan,

    pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada

    pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan

    pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok

    dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah

    membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk

    memaksimalkan nilai bagi pelanggan.

  • 7Ruang lingkup manajemen rantai pasok meliputi:

    1. Rantai pasokan yang mencakup seluruh kegiatan arus dan

    transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran

    ketangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku

    dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

    2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasinya

    menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya

    (Siagian, 2005).

    Gambar 1 menyajikan struktur manajemen rantai pasokan:

    Gambar 1. Struktur manajemen rantai pasokan

    Prinsip manajemen rantai pasok pada dasarnya merupakan

    singkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitaas yang terkait dengan aliran

    bahan baku atau produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun

    antar organisasi. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen

    komponen yang disebut channel yang terdiri atas pemasok, manufaktur,

    distribution centre, wholesaler dan retailer yang semuanya bekerja menuju

    proses akhir. Sebuah rantai pasok bisa saja melibatkan sejumlah industri

    manufaktur dalam suatu rantai hulu ke hilir. Tidak selamanya sebuah rantai

    pasok berupa rantai lurus (Anatan dan Elitan, 2008).

    - Informasi penjadwalan

    - Arus kas

    Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

    - Arus kredit

    - Arus bahan baku

  • 82.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

    Strategi manajemen rantai pasokan meliputi tidak hanya hal-hal yang

    berkaitan dengan internal perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal

    eksternal perusahaan diantaranya mencakup keputusan strategis mengenai

    jaringan pasokan, yang mencakup keputusan mengenai pemasok mana yang

    akan dipilih, pemasok utama mana yang akan dijadikan mitra kerja jangka

    panjang dimana akan didirikan lokasi gudang dan pabrik, apakah akan

    melaksanakan sendiri kegiatan logistik dan sebagainya.

    Pujawan (2005) mendefinisikan strategi rantai pasok sebagai

    kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasok yang

    menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir

    dengan kemampuan sumberdaya yang ada pada rantai pasok tersebut.

    Tujuan strategis rantai pasok adalah menghasilkan produk yang murah,

    berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

    Dalam prosesnya strategi manajemen rantai pasok memiliki tiga

    tujuan, yaitu :

    1. Menurunkan biaya, strategi manajemen rantai pasok yang

    diterapkan harus mampu menurunkan biaya logistik yang terjadi.

    2. Menurunkan modal, strategi ditujukan untuk meminimalisasi

    tingkat investasi dalam strategi logistik.

    3. Meningkatkan pelayanan, startegi manajemen rantai pasok harus

    secara proaktif dijalankan salah satunya yaitu perbaikan

    pelayanan.

    Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur

    pembuat strategi manajemen rantai pasok adalah:

    1. Faktor Primer

    a. Keunggulan Bersaing

    Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui

    diferensiasi produk, kepeloporan biaya, dan respon yang cepat

    yang ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap

    terhadap perubahan.

  • 9b. Fleksibilitas Permintaan

    Fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk,

    campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran

    dan fleksibilitas dapat dilihat dari ketepatan pengantaran,

    peramalan permintaan yang tepat dan lain sebagainya.

    2. Faktor Sekunder

    a. Proses

    Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana

    perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang

    dibutuhkan dan sangat tergantung pada tipe kegiatan.

    b. Kematangan Proses

    Faktor kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat

    kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan

    memenuhi penawaran pasar.

    c. Risiko Strategi

    Risiko yang dimaksud disini adalah adanya penyebaran risiko,

    yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran

    informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang

    diterima atau diberikan pemasok, sehingga persaing dapat

    mengetahui strategi-strategi perusahaan.

    2.4. Lingkungan Organisasi

    Menurut Umar (2008), lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan,

    yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal

    dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan

    industri, sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di

    dalam perusahaan. Lingkungan jauh dapat dikaji melalui faktor-faktor

    Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST), sedangkan lingkungan

    industri dapat dikaji dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam

    Konsep Strategi Bersaing dari Michael R. Porter. Lingkungan internal dapat

    dikaji dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan

    fungsional.

  • 10

    2.4.1 Lingkungan Jauh

    Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya

    di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan

    kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat

    memberikan hambatan dan ancaman untuk maju (Umar, 2008).

    Faktor-faktor yang dikaji adalah :

    1. Faktor Politik

    Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor

    penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik

    yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha,

    demikian pula sebaliknya.

    2. Faktor Ekonomi

    Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi

    iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi

    ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor

    kunci yang perlu diperhatikan adalah siklus bisnis, ketersediaan

    energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan

    jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.

    3. Faktor Sosial

    Perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan-

    perubahan sosial yang terjadi. Aspek yang dapat diperhatikan

    adalah sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orang-

    orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang

    dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis,

    demografi, religius, pendidikan dan etnis.

    4. Faktor Teknologi

    Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang

    baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan dan metode-

    metode baru dalam mengerjakan suatu gambaran yang luas,

    yaitu meliputi: desain, proses produksi, dan mendistribusikan.

  • 11

    2.4.2 Lingkungan Industri

    Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek

    persaingan di mana bisnis perusahaan berada (Umar, 2008).

    Michael R. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy

    yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama

    yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu :

    1. Ancaman masuk pendatang baru

    Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah

    implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas

    menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta

    perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang

    menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu

    skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya

    peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya

    indenpenden, dan peraturan pemerintah.

    2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri

    Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan

    kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan

    dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat

    pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang

    besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

    3. Ancaman dari produk pengganti

    Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan

    bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun

    karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan

    fungsi yang sama.

    4. Kekuatan tawar menawar pembeli

    Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu

    mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga,

    meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan

    pesaingnya.

  • 12

    5. Kekuatan tawar menawar pemasok

    Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan

    mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau

    pelayanan.

    2.4.3 Lingkungan Internal

    Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan

    beberapa pendekatan fungsional. Aspek yang diperhatikan adalah:

    1. Aspek Keuangan

    Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan

    memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang

    harus dipikul, hubungan baik dengan penanam modal dan

    pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja,

    harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem

    akunting yang handal.

    2. Aspek Pemasaran

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar,

    pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar,

    pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran,

    kegiatan, promosi, harga jual produk, komitmen manajemen

    puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.

    3. Aspek Operasi

    Kegiatan operasi dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip

    efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karena itu, faktor-

    faktor yang perlu diperhatikan adalah hubungan baik dengan

    pemasok, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi

    yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan kerja yang bulat,

    pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan

    terjadinya terobosan dalam proses operasi, dan pengendalian

    mutu.

    4. Aspek Sumber Daya Manusia

    Manusia adalah sumber daya terpenting bagi perusahaan.

    Faktor-faktor yang diperhatikan adalah langkah-langkah yang

  • 13

    jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi

    kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.

    2.5. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

    Tahapan dalam melakukan audit internal dan eksternal adalah

    memasukan data dan informasi dari lingkungan yang dianalisis ke dalam

    Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).

    Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang

    penting dan merupakan langkah awal dari kerangka kerja perumusan yang

    disebut tahapan input (Input Stage), yaitu tahap meringkas informasi dasar

    yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Matriks ini berisi pernyataan

    misi dan menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan

    strategi pemasaran secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai

    dengan penilaian kualitatif (dalam hal ini intuitif) yang baik (David, 2009).

    2.6. Analisis SWOT

    Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT)

    merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer

    mengembangkan empat strategi (David, 2009). Keempat strategi yang

    dimaksud adalah sebagai berikut :

    a. Strategi SO (Strengths - Opportunities)

    Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih

    peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya,

    perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, atau WT untuk

    menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki

    banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi

    kelemahan itu agar menjadi kuat.

    b. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities)

    Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan

    internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

    c. Strategi ST (Strengths - Threats)

    Melalui strategi ini perusahaan berusaha menghindari atau mengurangi

    dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

  • 14

    d. Strategi WT (Weaknesses - Threats)

    Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi

    kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang

    dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal

    pada dasarnya berada pada posisi yang berbahaya. Beberapa strategi

    yang bisa dilakukan antara lain : merger, declared bankcrupty, retrench

    atau liquidation

    2.7. Metode Analytical Hierarchy Process

    Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang

    pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari

    Universitas of Pisburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Pada

    penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari

    responden, tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty, 1991). Dalam metode

    ini, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis

    eksplisit, yaitu:

    1. Penyusunan Hirarki

    Dalam menyusun hirarki, terlebih dahulu didefinisikan persoalan,

    dan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur

    unsurnya. Apabila perusahaan akan merencanakan startegi promosi,

    maka perlu diketahui tujuan utama dari kegiatan promosi dan faktor

    faktor apa yang dipertimbangkan dalam menyusun startegi promosinya.

    Analisis terhadap faktor faktor tersebut dalam AHP dilakukan dengan

    membuat struktur hirarki. Hirarki yang dihasilkan dapat berupa hirarki

    lengkap dan tidak lengkap.

    Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan

    terhadap unsur unsur pada level maupun yang dipilih sampai tidak

    mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan

    beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisis ini dinamakan

    hirarki. Dalam struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan faktorfaktor

    tergantung pada pemilihan peneliti, secara umum, unsur yang digunakan

    pada hirarki adalah faktor, aktor, tujuan, dan alternatif.

  • 15

    2. Penerapan Prioritas

    Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur

    pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.

    Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh

    terhadap prioritas unsur unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika

    disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan

    yang diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah (a) unsur

    mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/....) ? dan (b) berapa kali

    lebih ( penting / disukai / mungkin/...) ?

    Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua

    unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian

    menyeluruh tentang unsur unsur yang dibandingkan dan relevansinya

    terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan

    disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.

    3. Konsistensi Logis

    Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek

    obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan

    relevansi. Serta yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar

    obyek obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

    Sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling berkaitan,

    yang tersusun dari fokus, turun ke tujuantujuan, kemudian ke pelaku

    pelaku, komponen sistem hirarki keputusan dalam AHP tidak memiliki

    prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak

    dari komponenkomponen seperti yang telah disebutkan. Fokus dalam tahap

    ini adalah komponenkomponen sistem yang dipilih dan digunakan dalam

    bentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan

    kemampuan analisis dalam menemukan unsurunsur tersebut tergantung

    dari penguasaan para analis terhadap persoalan.

    Metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu

    level yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada level dibawahnya.

    Pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada

    setiap level untuk penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses

  • 16

    ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang

    sehat dalam situasi kompleks diperlukan prioritas dan perimbangan (trade

    off ).

    2.8. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini sebenarnya merupakan penelitian lanjutan dari

    penelitian yang berjudul "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai

    Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia" yang

    merupakan penelitian hibah bersaing yang dilakukan oleh Mulyati dkk

    (2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta potensi

    minyak akar wangi di Indonesia, memberi gambaran mengenai rantai pasokan

    dan risiko minyak akar wangi berbasis IKM di Indonesia dan

    mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha

    minyak akar wangi.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

    dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini membahas mengenai peta potensi

    minyak akar wangi di Indonesia, baik dari perkembangan ekpor maupun

    sebaran dan potensi akar wangi dan juga perkembangan industri minyak akar

    wangi. Menjelaskan mengenai gambaran umum mengenai sistem rantai pasok

    juga risiko minyak akar wangi dan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan

    dan kelemahan) dan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) yang

    mempengaruhi usaha minyak akar wangi.

  • 17

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran

    Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk

    mengembangkan industri akar wangi. Akar wangi sangat potensial

    untuk dikembangkan di Indonesia karena indonesia memiliki tanah

    dan iklim yang sangat cocok untuk budidaya tanaman akar wangi.

    Faktor pendukung lainnya adalah minyak akar wangi yang dihasilkan

    Indonesia telah dikenal di pasar internasional dan minyak akar wangi

    telah menjadi salah satu komoditi penghasil devisa andalan Indonesia.

    Namun, pada beberapa tahun terakhir terjadi fluktuasi nilai

    ekspor minyak akar wangi Indonesia. Permasalahan utama dalam

    mengembangkan industri minyak akar wangi Indonesia sehingga nilai

    ekspor berfluktuasi adalah masalah mutu dan produktivitas. Mutu

    minyak akar wangi Indonesia tidak sesuai dengan permintaan pasar

    yaitu tidak seragam dan mutu rendah. Salah satu penyebab mutu dan

    produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum

    efisiennya sistem rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia.

    Idealnya, rantai pasok suatu komoditi harus berfungsi secara

    efisien. Salah satu ciri rantai pasok yang efisien adalah pendapatan

    terbagi secara merata kepada seluruh pelaku didalam sistem rantai

    pasok. Pada kenyataanya terdapat kelompok yang dominan

    pendapatannya yaitu pengumpul minyak dan eksportir. Rendahnya

    pemerataan pendapatan ini menunjukan bahwa rantai pasok minyak

    akar wangi masih belum efisien.

    Distribusi pendapatan yang tidak merata dalam rantai pasok

    minyak akar wangi menjadikan petani memiliki pola pikir yang tidak

    berorientasi pada mutu. Mereka lebih mementingkan modal untuk bisa

    kembali dari pada melakukan usaha untuk meningkatkan mutu akar

    wangi yang ditanam. Pola pikir ini yang menyebabkan para petani

    tidak menerapkan Good Agricultural Process (GAP) dan Good

  • 18

    Manufacturing Process (GMP) yang berakibat menurunkan kualitas

    dan produktivitas minyak akar wangi.

    Strategi rantai pasok yang komprehensif yang mengakomodasi

    seluruh kepentingan pelaku industri minyak akar wangi dibutuhkan

    untuk mengatasi permasalahan ini. Hal tersebut diharapkan dapat

    meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan menciptakan sistem

    rantai pasok minyak akar wangi yang berkesinambungan. Gambar 2.

    menyajikan kerangka pemikiran penelitian ini.

  • 19

    Gambar 2. Kerangka penelitian

  • 20

    3.2. Tahapan Penelitian

    Tahapan penelitian yang telah dilakukan disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3. Tahapan Penelitian

  • 21

    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis rantai pasok minyak

    akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok

    minyak akar wangi dan memberikan rekomendasi alternatif strategi

    terbaik untuk diterapkan dalam rantai pasok minyak akar wangi.

    Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan:

    1. Tahap pertama adalah pra survey yaitu melakukan kajian pustaka

    terhadap literatur dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

    rantai pasok minyak akar wangi. Kajian pustaka dilakukan untuk

    mendapatkan informasi awal. Setelah itu menentukan topik dan judul

    penelitian yaitu "Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasok Minyak

    Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat". Setelah itu penulis

    mengidentifikasi rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal

    tersebut menjadi dasar dalam merancang jenis, sumber, metode

    pengumpulan data dan alat analisis data yang diperlukan.

    2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data dan pengolahan data.

    Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer

    didapatkan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner.

    Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur, jurnal,

    laporan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Dinas

    Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut, Jawa

    Barat. Pengolahan dan analisis data untuk identifikasi rantai pasokan

    minyak akar wangi menggunakan analisis deskriptif dengan software

    Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0.

    Analisis IFE dan EFE juga AHP menggunakan bantuan software

    Microsoft Excell 2007.

    Faktor internal dan eksternal industri minyak akar wangi merupakan

    hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyati dkk

    dalam "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasok Dan

    Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM Di Indonesia". Pada

    penelitian terdahulu, faktor internal dan ekssternal merupakan hasil

    dari focus group discussion (FGD) yang melibatkan stakeholder

    industri minyak akar wangi.

  • 22

    Analisis IFE dan EFE dilakukan terhadap faktor internal dan

    eksternal tesebut untuk mengetahui faktor-faktor yang paling

    dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi, setelah itu

    dilakukan screening terhadap faktor internal dan eksternal untuk

    membatasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan dalam

    analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam

    analisis SWOT adalah faktor dengan nilai skor lima tertinggi.

    Setelah mendapatkan alternatif strategi dari matriks SWOT, disusun

    struktur hirarki. Setelah itu melakukan wawancara mendalam kepada

    para pakar. Pakar merupakan stakeholder industri minyak akar

    wangi yaitu anggota rantai pasok (petani, pengumpul akar, penyuling

    dan pengumpul minyak), Pemda Kabupaten Garut (Dinas

    Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi).

    Data dari pakar dianalisis menggunakan AHP.

    3. Tahap ketiga merupakan tahapan terakhir berupa pembahasan,

    kesimpulan dan saran mengenai indentifikasi rantai pasokan minyak

    akar wangi, analisis faktor internal dan ekstenal industri minyak akar

    wangi, serta rekomendasi alternatif strategi rantai pasok minyak akar

    wangi.

    3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut Jawa Barat,

    khususnya Kecamatan Samarang, Leles, Cilawu dan Bayongbong.

    Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

    Juni 2011.

    3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

    dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari

    sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah

    tersedia baik dari penelitian terdahulu, internet maupun sumber lain

    yang terkait. Data primer diperoleh dari wawancara kepada petani

    akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi,

  • 23

    pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan

    Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

    Kabupaten Garut. Data sekunder diperoleh dari data statistik yang

    dimiliki Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Garut, artikel,

    literatur, penelitian terdahulu dan informasi lainnya yang terkait.

    Metode pengumpulan data meliputi:

    a) Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari

    internet, skripsi maupun penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan

    literatur ilmiah.

    b) Wawancara

    Wawancara dilakukan melalui tanya jawab secara langsung

    dengan berbagai pihak dalam rantai pasok minyak akar wangi

    untuk memperoleh gambaran mengenai sistem rantai pasok

    minyak akar wangi. Selain itu, wawancara dilakukan dengan

    menanyakan sudut pandang masing-masing pakar untuk

    menyusun strategi rantai pasok minyak akar wangi. Pihak-pihak

    yang diwawancara yaitu petani akar wangi, penyuling minyak

    akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen),

    Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian,

    Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Kuesioner yang

    digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu kuesioner yang diisi oleh

    anggota rantai pasok yaitu petani, penyuling, pengumpul akar,

    dan pengumpul minyak untuk mengidentifikasi rantai pasok

    minyak akar wangi. Kuesioner kedua dan ketiga diisi oleh pakar

    yaitu penyuling, petani, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten

    Garut dan dosen IPB untuk menganalisis faktor internal dan

    eksternal dan pemilihan alternatif strategi.

    Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasok

    beisikan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas pelaku

    rantai pasok meliputi nama, umur, pendidikandan alamat, aspek

    budidaya meliputi keikutsertaan dengan koperasi atau kelompok

  • 24

    tani, umur usaha, penggunaan pupuk, dan kepemilikan lahan,

    aspek pasca panen meliputi, aspek penyulingan meliputi mesin

    penyulingan yang digunakan, aspek pemasaran meliputi pola

    penjualan akar wangi atau minyak akar wangi, aspek keuangan

    meliputi semua biaya produksi, penyulingan dan harga jual dan

    aspek kemitraan dalam rantai pasok.

    Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal

    dan eksternal berisikan pertanyaan untuk mengetahui mengetahui

    bobot dan skor tiap faktor dengan cara membandingkan tingkat

    kepentingan relatif masing-masing faktor internal yaitu kekuatan

    dan kelemahan maupun faktor eksternal yaitu peluang dan

    ancaman dengan menggunakan pairwise comparison.

    Kuesioner yang digunakan untuk pemilihan alternatif strategi

    rantai pasok berisi pertanyaan untuk mengetahui bobot relatif

    masing-masing elemen dalam hiararki AHP yang telah disususn

    sehingga dapat diketahui agregat bobot alternatif terhadap

    Ultimate Goal melalui jaringan hirarki yang ada.

    Tabel 2 menyajikan jenis, sumber dan metode pengumpulan data

    berdasarkan tujuan penelitian.

    Tabel 2. Jenis dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian

    No.Tujuan

    PenelitianJenis data

    Metode pengumpulan

    dataSumber data

    1. Menganalisisrantai pasok minyak akar wangi

    Data Primer dan sekunder

    Wawancara responden, studi pustaka

    Dinas perkebunan dan Perindustrian, buku, jurnal, penelitian terdahulu, anggotarantai pasok minyak akar wangi

    2. Menganalisis faktor Internal dan eksternal rantai pasokminyak akar wangi.

    Data Primer dan sekunder

    Studi Pustaka, wawancara pakar

    Penelitian terdahulu, petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

    3. Menentukan rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi

    Primer Wawancarapakar

    Petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

  • 25

    3.5. Teknik Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak

    akar wangi dilakukan dengan non probabilitas sampling dan

    probabilitas sampling. Non probabilitas sampling adalah teknik

    pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai

    kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, namun menetapkan

    kriteria tartentu yang menjadi syarat anggota populasi tersebut

    menjadi sampel. Kriteria tersebut yaitu mereka harus berprofesi

    sebagai petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul

    minyak akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi. Probability

    sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan

    kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

    Pengambilan sampel dengan non probabilitas sampling dilakukan

    melalui dua cara yaitu snowball sampling dan purposive sampling.

    Snowball sampling yaitu mewawancarai responden yang

    berjumlahnya sedikit, kemudian mewawancarai responden lainnya

    berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, terus-

    menerus sehingga jumlahnya bertambah banyak hingga informasi

    yang diperoleh dirasa cukup. Snowball sampling digunakan untuk

    mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis rantai

    pasok minyak akar wangi.

    Pengambilan sampel untuk dijadikan sebagai pakar untuk

    mengisi kuesioner analisis faktor internal dan eksternal dan kuesioner

    AHP dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling

    adalah cara pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan

    persyaratan yang ditentukan, yaitu sampel ini memahami keadaan

    rantai pasok minyak akar wangi dengan baik. Sampel yang di ambil

    berasal dari tiga elemen yaitu akademisi (dosen), pemerintah daerah

    (Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian,

    Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut) dan pelaku usaha

    minyak akar wangi (petani, penyuling dan pengumpul minyak akar

    wangi).

  • 26

    Terdapat tujuh orang pakar yang mengisi kuisisoner analisi IFE

    EFE dan AHP yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak, Pemda

    Kabupaten Garut (Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian,

    Perdagangan dan Koperasi) dan akademisi (dosen IPB). Responden

    yang mengisi kuesioner untuk mengidentifiasi rantai pasok minyak

    akar wangi disajikan dalam Tabel 3.

    Tabel 3. Sebaran Responden Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi

    Pekerjaan/Kecamatan Samarang Bayongbong Cilawu Leles JumlahPetani Akar Wangi 8 7 7 2 24Penyuling 5 4 2 1 12Pengumpul AkarWangi

    - 2 - - 2

    Pengumpul MinyakAkar Wangi

    2 1 - - 3

    Total 15 14 9 3

    Probabilitas sampling dilakukan secara stratified random

    sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi

    populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut

    strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata

    tersebut, dalam penelitian ini strata tersebut adalah wilayah kecamatan

    yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

    3.6. Pengolahan dan Analisis

    Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian

    ini dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Analisa deskriptif

    digunakan untuk mengidentifikasi sistem rantai pasok minyak akar

    wangi. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor internal

    dan eksternal yang dominan mempengaruhi industri minyak akar

    wangi serta pembobotan untuk memilih alternatif strategi rantai pasok

    minyak akar wangi.

    Penjelasan metodemetode tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Analisis Deskriptif

    Analisis ini merupakan metode statistik yang bertujuan untuk

    mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

  • 27

    diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

    menarik kesimpulan yang berlaku secara umum.

    Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui keadaan

    industri minyak akar wangi, mengidentifikasi rantai pasok minyak

    akar wangi, mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan tiap pelaku

    dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi. Data disajikan dalam

    bentuk chart.

    2. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE EFE)

    a. Analisis Eksternal (Matriks Evaluasi Faktor Eksternal)

    Analisis eksternal yang mempengaruhi kinerja rantai pasok

    minyak akar wangi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

    faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi serta digunakan pula

    model lima kekuatan Porter untuk menganalisis kondisi persaingan

    dalam industri yang sejenis. Hal ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi rantai pasok serta

    untuk melihat kemampuan rantai pasok dalam menghadapi

    perubahan lingkungan eksternalnya. Hasil dari analisis eksternal

    tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu

    matriks EFE, seperti yang terlihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Tabel Model matriks EFE

    Critical Success Factors Bobot Rating SkorPeluang( Opportunities )1.2.Ancaman ( Threats )Total

    Sumber : David ( 2003 )

    Tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut :

    1. Membuat daftar critical success factors (faktor faktor

    utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan

    atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang

    mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats)

  • 28

    2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors.

    Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison

    dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan

    kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam

    indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan

    pada faktor harus sama dengan 1,0.

    3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap

    faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa

    efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor

    tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

    4 = responnya sangat bagus

    3 = responnya diatas rata rata

    2 = responnya rata rata

    1 = respon dibawah rata rata

    4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk

    menentukan skor bobot

    5. Menjumlahkan skor rata rata untuk setiap variabel guna

    menentukan skor bobot total.

    b. Analisis Internal ( Matriks Evaluasi Faktor Internal )

    Analisis Internal industri minyak akar wangi dilakukan dengan

    menganalisis faktor internal industri minyak akar wangi yang

    mencakup kondisi keuangan, kegiatan operasional, pemasaran, dan

    sumber daya manusia dalam sistem rantai pasok. Hal tersebut

    dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan industri

    minyak akar wangi. Hasil dari analisis internal tersebut kemudian

    dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks IFE seperti yang

    terlihat pada Tabel 5.

  • 29

    Tabel 5. Tabel model matriks IFE

    Critical Success Factors Bobot Rating SkorKekuatan(Strengths)1.2.Kelemahan( Weaknesses )1.2.Total

    Sumber : David ( 2009 )

    Tahapan membuat matriks IFE adalah sebagai berikut :

    1. Membuat daftar critical success factors (faktorfaktor

    utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan

    atau kegagalan) untuk aspek eksternal yang mencakup

    perihal kekuatan (strength ) dan kelemahan (weakness)

    2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors.

    Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison

    dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan

    kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam

    indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan

    pada faktor harus sama dengan 1,0

    3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap

    faktor internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif

    kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor

    tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

    4= responnya sangat bagus

    3 = responnya diatas rata rata

    2= responnya rata rata

    1 = respon dibawah rata rata

    Untuk kelemahan harus diwakili oleh skor 1 atau 2, dan

    untuk kekuatan harus diwakili skor 3 atau 4.

    4. Kalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk

    menentukan skor bobot

  • 30

    5. Jumlahkan skor ratarata untuk setiap variabel guna

    menentukan skor bobot total untuk setiap organisasi.

    3. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats)

    Rangkuti (1997) menerangkan bahwa analisis SWOT adalah

    identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

    strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

    memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),

    namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

    (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan

    strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,

    strategi, dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencana

    strategis harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan

    dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis

    situasi.

    SWOT menggambarkan empat kuadran. Kuadran 1

    menggambarkan organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga

    dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus

    diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

    pertumbuhan yang agresif.

    Kuadran 2 menggambarkan dimana organisasi masih memiliki

    kekuatan dari segi internal meskipun menghadapi berbagai ancaman.

    Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

    memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi

    diversifikasi,

    Kuadran 3 menggambarkan organisasi menghadapi peluang

    pasar yang sangat besar, tapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa

    kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah

    meminimalkan masalah masalah internal perusahaan sehingga

    dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

    Kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan

    organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

    internal. Ke empat kuadran tersebut digambarkan pada Tabel 6.

  • 31

    Tabel 6. Tabel Model SWOT

    Internal

    Eksternal

    Kekuatan ( Strengths )1.2.

    Kelemahan (Weaknesses)1.2.

    Peluang (Opportunities)1.2.

    Strategi S-O Strategi W-O

    Ancaman (Threats)1.2.

    Strategi S-T Strategi W- T

    Sumber: Rangkuti (1997)

    Alternatif strategi diperoleh melalui matriks SWOT maka

    seanjutnya dilakuakan pembobotan untuk memilih strategi mana

    yang akan diterapkan.

    4. Analitical Hierarchy Process

    Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan strategi

    menggunakan AHP:

    1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang

    diinginkan.

    Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan

    persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang

    mendalam terhadap persoalan. Proses selanjutnya adalah

    pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk

    komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan

    scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP sendiri tidak

    terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-

    komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat

    diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk

    menemukan unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

    2. Membuat struktur hirarki sudut pandang manajerial secara

    menyeluruh.

    Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang

    mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya

    terhadap sistem. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis

    keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari

  • 32

    tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur

    tangan untuk memecahkan persoalan tersebut.

    3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan

    Matriks perbandingan berpasangan berfungsi untuk mengetahui

    kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap

    kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada

    matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan

    suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan

    dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang

    menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini

    memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu

    tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Tabel 7.

    menyajikan nilai skala banding berpasangan.

    Tabel 7. Nilai skala banding berpasangan

    Intensitas pentingnya

    Definisi Penjelasan

    1 Kedua elemen sama pentingnya

    Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.

    3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

    5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya

    Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemenyang lainnya

    7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

    9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

    Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

    2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

    Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan

    Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

    Sumber: Saaty, 1991

    4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk

    mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.

  • 33

    Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat,

    dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan

    setiap elemen pada baris ke-j. Penilaian antar elemen tersebut

    dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i

    didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di

    puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j. Untuk mengisi

    matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang

    tertera pada Tabel 7. Angka-angka yang tertera menggambarkan

    relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen

    lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian

    matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari

    kiri ke kanan bawah.

    5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang

    diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila Fi lebih

    mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x)

    dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau

    kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan

    angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi

    dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki

    nilai 7, maka elemen F42 adalah 1/7.

    6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan

    dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua

    elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki,

    berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks

    perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks

    Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).

    a. Matriks Pendapat Individu (MPI)

    MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan

    individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij ,

    yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j.

    MPI dapat dilihat pada Tabel 8.

  • 34

    Tabel 8. Matriks pendapat individu

    X A1 A2 A3 An

    A1 a11 a12 a13 a1n

    A2 a21 a22 a23 a2n

    A3 a31 a32 a33 a3n

    An an1 an2 an3 ann

    b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

    MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal

    dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio

    inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan

    setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang

    satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

    Tabel 9. Matriks pendapat gabungan

    X G1 G2 G3 Gn

    G1 g11 g12 g13 g1n

    G2 g21 g22 g23 g2n

    G3 g31 g32 g33 g3n

    Gn gn1 gn2 gn3 gnn

    Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

    Gij= ( ) ..........................................................(1)dengan : n = jumlah responden (pakar)

    aij(k) = sel penilaian setiap pakar

    c. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan

    vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan

    menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

    bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

    berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat

    dihitung dengan rumus :

    VP (vektor Prioritas) =

    .(2)

    dimana: VE (Vector Eigen) = ....(3)

  • 35

    dengan :

    aij = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j

    n = jumlah elemen yang diperbandingkan

    d. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

    Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui

    konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan

    hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap

    indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan

    menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan

    pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak,

    yang sesuai dengan dimensi matriks. Dengan cara yang sama

    setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan

    prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.

    Rumus untuk perhitungan konsistensi adalah sebagai berikut :

    CI (Indeks Konsistensi)

    CI=

    .....(4)dengan : CI = Indeks Konsistensi

    max = eigen value maksimumn = jumlah elemen yang dibandingkan

    dimana:

    max= .....(5) VB(Nilai Eigen) = ......(6) VA (Vektor Antara) = aij X VP .......(7)

    Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup

    baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya

    (CR) yaitu:

    CR (Rasio Konsistensi)

    CR= .................(8)

    Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR0,1. RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory, dari

  • 36

    matriks berorde 1 -15 dengan menggunakan sampel berukuran

    100.

    Tabel 10. Indeks acak

    N 1 2 3 4 5 6 7

    RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

    N 8 9 10 11 12 13 14

    RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57

    Sumber : Fewidarto (1996)

    e. Merevisi judgement

    Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup

    tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari

    deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij

    dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai

    terbesar.

    Maxi .(9)Dari hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks

    yang memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan

    bobotnya dan elemen aij tersebut diganti dengan wi/wj.

    Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat

    akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.

    Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode

    AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen

    hirarkinya. Hasil dari pengolahan tersebut adalah konsistensi

    dari jawaban responden dengan batas inkonsitensi ditetapkan

    10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten

    maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean

    Square). Setelah Matriks Pendapat Individu (MPI) dinyatakan

    konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang

    kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan

    vertikal sesuai dengan mekanisme AHP.

  • 37

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan dibahas mengenai karakteristik tanaman akar wangi,

    keadaan usaha akar wangi di Indonesia, keadaan rantai pasok minyak akar wangi,

    analisis faktor internal dan eksternal usaha minyak akar wangi, perumusan dan

    rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

    4.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi

    Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Gramine

    atau rumput-rumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun

    lebat, akar tinggal bercabang banyak berwarna merah tua. Tangkai daun

    tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm. Daun akar wangi

    berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100 cm dan tidak

    mengandung minyak. Bunganya

    berwarna hijau atau ungu. Cara

    memperbanyak dengan biji,

    memisahkan anak rumpun atau

    memecah akar tinggal yang telah

    bertunas (Mulyati dkk, 2009).

    Tanaman akar wangi dapat ditanam dengan sistem monokultur

    maupun tumpang sari. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang

    memiliki ketinggian antara 500-1500 m diatas permukaan laut. Curah hujan

    yang cocok berkisar antara 1500-2500 mm setiap tahun, dengan suhu

    lingkungan 17-270C, dan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 6-7. Tanaman

    ini cocok tumbuh di tanah berpasir (antsol) atau tanah abu vulkanik yang

    berada di lereng-lereng bukit. Pada jenis tanah tersebut akar akan menjadi

    panjang juga lebat, selain itu akar akan mudah dicabut tanpa ada yang

    tertinggal. Sebaliknya pada tanah yang padat dan berat akan mengakibatkan

    akar sulit dicabut dengan sempurna dan rendemen yang dihasilkan akan

    rendah. Tanaman akar wangi dapat ditanam sepanjang tahun, namun waktu

    terbaik adalah musim penghujan.

    Gambar 4. Tanaman akar wangi

  • 38

    4.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut

    Minyak akar wangi dari Indonesia telah dikenal di pasar dunia dengan

    nama Java vetiver oil. Minyak akar wangi indonesia memiliki potensi untuk

    dikembangkan karena memiliki banyak faktor penunjang. Faktor penunjang

    tersebut diantaranya adalah tanah dan iklim Indonesia yang cocok untuk

    pengembangan akar wangi, ketersediaan areal potensial, terbukanya peluang

    pasar lokal dan pasar ekspor, serta didukung oleh lembaga penelitian yang

    menyiapkan teknologi untuk peningkatan produktivitas, pengolahan hasil dan

    peningkatan mutu. Faktor-faktor penunjang ini menjadikan industri minyak

    akar wangi sangat prospektif untuk dikembangkan agar mampu menembus

    pangsa pasar domestik maupun luar negeri.

    Minyak akar wangi merupakan bahan baku kosmetik, pewangi sabun,

    pembuatan parfum, dan obat-obatan. Tanaman akar wangi (vetiveria

    zizaniodes) berasal dari India, Birma, dan Srilangka. Tetapi tidak diketahui

    secara pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia.

    Sentra produksi bahan baku akar wangi di Indonesia tersaji pada Tabel 11.

    Tabel 11. Sentra produksi akar wangi di Indonesia

    No Propinsi Jumlah Kabupaten Luas (Ha)1 Jawa Barat 1 25002 Jawa Tengah 2 293 DI Yogyakarta 3 11

    Jumlah 6 2540

    Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Mulyati dkk (2009)

    Tiga provinsi yang menjadi sentra produksi akar wangi di Indonesia.

    Sentra produksi yang berada di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kurang

    mengalami perkembangan. Budidaya akar wangi di Jawa Tengah dan DI

    Yogyakarta tidak difokuskan untuk menghasilkan minyak akar wangi, namun

    difokuskan untuk bahan kerajinan, sedangkan akar wangi di Jawa Barat

    difokuskan sebagai penghasil minyak akar wangi. Jawa Barat merupakan

    daerah penghasil akar wangi dengan luas lahan terluas di Indonesia yaitu

    2400 Ha, sentra produksi akar wangi di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten

    Garut.

    Keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor : 520/SK. 196-HUK/96

    tanggal 6 Agustus 1996 menetapkan luas areal perkebunan akar wangi dan

  • 39

    pengembangannya oleh masyarakat yaitu seluas 2.400 Ha. Namun, pada

    kenyataannya saat ini hanya 2.318 Ha areal perkebunana akar wangi yang

    tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Samarang seluas 1.141 Ha,

    Kecamatan Bayongbong seluas 112 Ha, Kecamatan Cilawu seluas 240 Ha,

    dan Kecamatan Leles seluas 750 Ha. Dalam setahun tercatat 2.318 Ha luas

    garapan perkebunan akar wangi yang memproduksi minyak sebanyak 75 ton,

    dengan rincian pada tabel 12:

    Tabel 12. Luas lahan dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut

    Kecamatan Luas (Ha) Produksi (Ton)Cilawu 240 8,0

    Bayongbong 112 3,7Samarang 1.141 37,4Pasirwangi 75 2,5

    Leles 750 23,4Jumlah 2.318 75,0

    Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dalam Mulyati dkk (2009)

    Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Garut (2010),

    kegiatan pengembangan akar wangi melibatkan 1.203 orang sebagai pemilik

    (Kepala Keluarga) dan 52.717 orang tenaga kerja. Mereka tergabung dalam

    33 kelompok tani. Terdapat 9 kelompok tani di Kecamatan Samarang, 12

    kelompok tani di Leles, 10 kelompok tani di Cilawu dan 2 kelompok tani di

    Bayongbong. Jumlah pengolah atau penyuling sebanyak 30 unit usaha yang

    tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi (11 unit usaha), Leles (12

    unit usaha), Bayongbong (5 unit usaha), dan Cilawu (2 unit usaha).

    Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman,

    Hongkong, dan India merupakan pasar luar negeri yang menyerap produk

    minyak akar wangi dari Garut (Mulyati dkk., 2009). Peluang ekspor untuk

    pemasaran minyak akar wangi juga masih cukup terbuka khususnya ekspor

    untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika

    Selatan. Saat ini hanya negara Tahitti dan Borbon juga sebagai pesaing utama

    minyak akar wangi Indonesia, yang mengembangkan jenis komoditas yang

    sama. Hasil produksi minyak akar wangi asal Kabupaten Garut termasuk

    mendominasi di pasar dunia tetapi produksinya masih sangat terbatas baik

    dalam teknologi maupun permodalannya. Pada tahun terakhir nilai penjualan

    ekspor komoditas minyak akar wangi adalah sebesar 25.750 kg senilai

  • 40

    1.416.250,00 US$. Volume nilai ekspor dan kapasitas produksi minyak akar

    wangi tidak berubah secara signifikan dari tahun sebelumnya.

    Tabel 13. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010

    Komoditas2009 2010

    Negara TujuanVolume

    Nilai (US$)

    Volume Nilai (US$)

    Minyak Akar Wangi

    23.510 Kg 1.364.587 25.750 Kg 1.416.250

    Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia,

    Jerman, Hongkong, India

    Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten Garut, 2011

    4.3. Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

    Rantai pasokan terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang

    terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai

    nilai industri. Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari

    petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi,

    penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksporti minyak

    akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas yang

    berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak akar

    wangi. Rantai pasokan minyak akar wangi disajikan pada Gambar 5.

    Gambar 5. Rantai pasok minyak akar wangi di Indonesia

    Petani sebagai mata rantai di bagian hulu melakukan kegiatan

    budidaya tanaman akar wangi, mulai dari penggarapan tanah, penanaman,

    pemupukan, penyiangan hingga pemanenan. Pengumpul akar wangi

    melakukan kegiatan penampungan dan pengumpulan akar, biasanya para

  • 41

    pengumpul akar memiliki tempat penyulingan masing-masing. Namun, ada

    juga yang hanya melakukan pengumpulan akar saja. Penyuling melakukan

    kegiatan penyulingan. Pengumpul minyak akar wangi mengumpulkan minyak

    akar wangi untuk di salurkan kepada eksportir.

    Petani terkadang menjual hasil panennya berupa akar kepada

    pengumpul akar. Ada pula yang melakukan penyulingan sendiri dengan cara

    menyewa alat penyuling yang dimiliki oleh penyuling (biasanya alat suling

    yang disewa adalah alat suling milik kelompok tani atau koperasi) kemudian

    menjual sendiri minyak hasil proses penyulingan langsung kepada

    pengumpul minyak.

    Pengumpul akar biasanya membeli akar melalui sistem ijon, yaitu

    menentukan harga tertentu untuk sekian hektar lahan sebelum lahan tersebut

    dipanen. Kemudian setelah itu mereka akan mengumpulkan akar hasil panen

    tersebut ke tempat penyulingan baik milik sendiri maupun penyulingan milik

    orang lain.

    Terdapat tiga aliran yang harus dikelola dalam suatu rantai pasokan.

    Pertama, aliran barang yang mengalir da