analisis risiko pengadaan material pipa pada fase shipping
TRANSCRIPT
1
Analisis Risiko Pengadaan Material Pipa pada Fase Shipping dengan Metode Ex-Work dalam Proyek EPC (Studi Kasus PT. X)
Adrian Satriaji Wiryawan, Leni Sagita Riantini
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424,
Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tahap procurement dalam Proyek EPC memegang proporsi biaya sekitar 60%- 70% dari keseluruhan biaya proyek. Poin kritis dalam tahap ini adalah fase shipping pada material pipa karena sering terjadi keterlambatan pengiriman material ke lapangan. Salah satu metode shipping yang sering digunakan adalah Ex-Work. Analisis risiko pun dibutuhkan untuk menentukan risiko dominan, penyebab dan dampak serta tindakan preventif dan korektif untuk setiap risiko. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT.X dengan metode penyebaran kuisioner dan wawancara mendalam. Hasil yang diperoleh adalah 7 peristiwa risko dominan pada setiap tahap shipping dan risk register keseluruhan risiko untuk pekerjaan piping pada Proyek EPC. Kata Kunci: Analisis risiko, shipping, material pipa, proyek EPC.
Risk Analysis of Pipe Material Procurement on Shipping Phase with Ex-Work Method on EPC Project (Case Study PT. X)
ABSTRACT
Procurement on EPC Project has budget proportion for around 60% - 70% from the total cost. Critical point on this stage is shipping phase of pipe material because often happen late of delivery to the site. One of shipping method that often used by PT.X is Ex-Work. Risk analysis is needed to determine the dominant risks, causes, effects and also the preventive and corrective actions on each risks. Type of this research is case study on PT.X with the questionnaire and depth interview. The output are 7 events of dominant risks on each step on shipping and risk register of all risks for each piping work on EPC Project. Keywords: Risk analysis, pipe material, EPC Project.
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
2
PENDAHULUAN
Pengerjaan proyek EPC memiliki tuntutan untuk selesai tepat waktu sesuai dengan
kontrak yang disetujui. Namun, kenyataan di lapangan, banyak proyek EPC yang mengalami
penurunan dalam kinerja waktu. Hal tersebut dapat dilihat dalam pencapaian waktu pada
Proyek yang dikerjakan oleh PT.X pada tahun 2011 – 2014. Tabel 1. Kinerja Proyek PT. Rekind
Indikator Realisasi
2011 2012 2013 2014
SPI 0.94 0.93 0.99 0.95 Sumber: Annual Report 2011 - 2014 PT.Rekind
Dalam Schedule Performance Index (SPI), Index kurang dari 1 (< 1) menunjukkan
kinerja waktu proyek terlambat terhadap perencanaan yang dibuat dan dari data Table Kinerja
Proyek tersebut, dapat dilihat bahwa Schedule Performance Index pada tahun 2011 - 2014
menunjukkan kurang dari 1 yang menandakan bahwa ada pergeseran base line akibat
terjadinya extention of time pada poin kritis di beberapa proyek yang ditangani oleh pihak
PT.X. Salah satu risiko yang sering terjadi di lapangan adalah material piping yang tidak
sampai ke lapangan sesuai jadwal (Indrawan A., 2014). Material piping dalam Proyek EPC
merupakan material yang merupakan poin kritis dalam proses Konstruksi EPC. Hal tersebut
dapat dilihat pada urutan pekerjaan untuk tahap Konstruksi pada proyek EPC seperti gambar
berikut
Dari urutan tersebut, dapat dilihat jika pekerjaan piping terhambat, maka keseluruhan proyek
pula dapat mengalami keterlambatan. Hal ini terjadi karena pekerjaan piping mempunyai
peranan penghubung alat – alat pabrik. Hal ini merupakan salah satu risiko yang harus
Gambar 1. Urutan Pekerjaan untuk Tahap Konstruksi Proyek Pabrik Sumber: Project Master Schedule PT. X,2015
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
3
diterima oleh pihak shipping yang harus dianalisis lebih lanjut agar masalah ini tidak
berdampak pada proses pengiriman material khususnya denga metode Ex-Work sehingga
material pipa ini tetap akan sampai tepat waktu. Rata – rata keterlambatan waktu proyek yang
terjadi akibat keterlambatan dalam proses pengiriman tersebut berkisar antara 30 – 35 hari
baik karena proses persetujuan gambar terhambat ataupun terdapat masalah ketika proses
pengiriman barang pada setiap paket purchasing order.
TINJAUAN TEORITIS
Tahap Shipping pada proyek EPC merupakan sebuah tahap pengiriman material dari
vendor atau subkontraktor ke tempat yang telah di sepakati pada kontrak. Tahap shipping ini
merupakan sebuah mekanisme yang terletak pada fase pengadaan Material.
Gambar 2. Fase Pengadaan Material Proyek EPC Sumber: Radian Z Hosen (2007)
Dalam Fase pengadaan Material proyek EPC, tahap final yang dilakukan adalah
Pack and Transport. Pada Implementasi pada proses Pengadaan Barang pada PT.X, salah
satu metode pengiriman barang yang sering digunakan adalah metode Ex – Work
(Taqwawan, 2015). Sebagaimana yang akan dijelaskan pada sub bab setelah ini, metode Ex –
Work merupakan sebuah metode dimana penjual menyediakan barang ditempatnya, dan
setelah itu merupakan kewajiban pembeli mulai dari proses pengiriman, dokumen hingga
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
4
proses penerimaan di lapangan. Berikut merupakan tahapan lanjut dalam proses Pack and
Transport dengan metode Ex – Work. Sumber : Olahan Penulis
Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa dalam proses pengiriman barang atau material
melalui 5 tahap utama mulai dari inland transport, pelabuhan muat, pengangkutan laut,
pelabuhan bongkar, inland transport hingga tahap penerimaan.
METODE PENELITIAN
Berikut adalah kerangka penelitian yang digunakan sebagai langkah dalam
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
Gambar 3. Tahap Pack and Transport dengan Metode Ex – Work
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
5
Gambar 4. Metode Penelitian Sumber: olahan penulis
Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi masalah, validasi variabel
bebas kepada pakar (kuesioner tahap 1), analisis tahap 1, pilot survey (kuesioner tahap 2),
analisis tahap 2, kuesioner tahap 3, analisis hasil, kuesioner tahap iv, data collecting (risk
response planning) dan kesimpulan dan saran.
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
6
HASIL PENELITIAN
Seluruh data yang diperoleh dilakukan analisis berdasarkan tahapan penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya. Berikut merupakan hasil penelitian dari proses penelitian yang
telah dilakukan
1. Hasil Validasi Pakar Awal
Validasi pakar awal dilakukan kepada 5 pakar. Metode yang digunakan dalam
menentukan hasil adalah metode konsensus. Tahap validasi pakar awal ini dilakukan
sebanyak dua kali agar memperoleh hasil yang terbaik. Validasi pakar awal ini dilakukan
terhadap 54 variabel peristiwa risiko. Hasil dari proses validasi pakar awal ini adalah terdapat
21 variabel yang tetap digunakan , 22 variabel yang mengalami revisi, 1 variabel risiko
tambahan dan terdapat 11 variabel yang dihilangkan. Dari proses validasi pakar awal tahap
pertama ini didapatkan bahwa terdapat 44 variabel peristiwa risiko yang digunakan. 44
variabel peristiwa risiko ini kemudian dilakukan uji kembali kepada 3 pakar apakah sudah
sesuai, dan hasilnya adalah 42 variabel peristiwa risiko dinyatakan sesuai dan 2 variabel
peristiwa risiko harus direvisi secara kontek agar maknanya lebih tajam. Total variabel yang
digunakan dan telah melalui validasi pakar awal ini adalah 44 variabel peristiwa risiko.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1.1
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan layak untuk
dilanjutkan baik dari tingkat kebenaran ataupun kehandalannya. Dalam proses uji validitas,
digunakan standar nilai r sebesar 0,361 karena menggunaan jumlah responden sebanyak 30
orang (N = 30). Angka ini dijadikan acuan untuk menentukan apakah variabel penelitian
dikatakan valid atau tidak. Dari proses uji validitas , didapatkan bahwa terdapat 8 variabel
yang tidak valid diantaranya X1, X2, X7, X9, X28, X29, X39 dan X42 karena mempunyai
nilai corrected item-total correlation < 0,361.
Setelah proses pengujian validitas, maka dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui
konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan
pada hal yang sama. Pada uji ini, nilai cronbach’s alpha pada setiap variabel mempunyai
hasil > 0,9 yang mempunyai arti bahwa setiap variabel penelitian mempunyai nilai reliabilitas
sempurna. Kesimpulan yang didapat dari proses uji validitas dan reliabilitas adalah
terjadinya pengurangan sebanyak 8 variabel peristiwa risiko sehingga didapatkan variabel
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
7
total sebanyak 36 variabel. 36 variabel inilah yang akan menjadi data untuk melakukan
proses analisis kualitatif risiko.
Hasil Analisis Kualitatif Risiko 1.1.1
Variabel penelitian mengalami proses analisis kualitatif risiko untuk mengetahui
nilai probabilitas rata – rata, nilai dampak rata – rata, nilai risiko rata rata sehingga nantinya
akan didapat nilai risiko yang masuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Variabel
peristiwa risiko yang mempunyai kategori risiko tinggi merupakan variabel yang termasuk
kepada risiko dominan dalam proses penelitian ini.
Hasil yang didapat dalam proses analisis kualitatif risiko ini adalah terdapat 5
peristiwa risiko yang mempunyai level risiko tinggi, 13 peristiwa risiko yang mempunyai
level sedang, dan 26 peristiwa risiko yang mempunyai level rendah. 5 variabel risiko yang
menjadi risiko tinggi dalam proses shipping material pipa dengan metode Ex-Work adalah
X3, X6, X10,X 27, X36. Kelima risiko ini akan dibahas secara mendalam beserta risiko
dominan lainnya pada setiap tahapan pada fase shipping mulai dari penyebab, dampak hingga
tindakan pencegahan dan juga tindakan koreksi pada sub bab selanjutnya.
PEMBAHASAN
Pembahasan Peristiwa Risiko Dominan Pada Setiap Tahap Proses Shipping
1. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Inland Transport di Tempat Asal
Risiko dominan yang terjadi pada tahap inland transport di tempat asal adalah
terjadinya kerusakan barang/material ketika proses handling. Penyebab dari risiko ini adalah
adanya kesalahan metode rigging dan lifting material pipa, kurangnya kompetensi pada
operator alat angkat untuk melakukan proses handling pada pipa, dan packing material pipa
yang tidak sesuai standar yang berlaku. Tindakan preventifnya adalah melakukan simulasi
rigging dan lifting sesuai dengan standar dan metode yang diajukan oleh pihak kontraktor
dengan pengawasan rigger yang sudah mempunyai spesialisasi, melakukan pelatihan dan
pengawasan operator berupa pengecekan kualifikasi dan izin kerja operator alat angkat
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
8
Gambar 5. Proses handling dengan metode sling Sumber: dokumentasi PT.X
tersebut, melakukan check list packing dan menyiapkan prosedur packing dan
mengasuransikan material pipa tersebut.
Dampak yang dihasilkan adalah rusaknya barang yang menjadikan barang tersebut
tidak dapat digunakan dalam proses konstruksi, kerugian baik secara biaya dan waktu yang
harus ditanggung oleh pihak kontraktor yang berperan sebagai pembeli, terjadinya
keterlambatan proyek. Tindakan korektifnya adalah memasukan material yang rusak ke
dalam OSDR (Over, Short, Damaged Report), melakukan rework pada barang yang tidak
dapat digunakan dan melakukan re-schedule waktu proyek agar penyelesaian proyek tidak
mengalami keterlambatan, dan mengurus prosedur asuransi.
Risiko dominan yang kedua pada tahap ini adalah terjadinya keterlambatan fabrikasi
material. Penyebab risiko ini adalah produktifitas pekerja fabrikator rendah, keterlambatan
persetujuan gambar oleh pihak kontraktor (issue for approval), pembayaran oleh pembeli
terlambat dan terjadinya keterlambatan pembelian raw material. Tindakan Preventifnya
adalah menyiapkan prosedur review and approval dari desain ataupun gambar kerja,
melakukan project financing dengan cara bekerja sama dengan lembaga keuangan (bank)
agar pembayaran lancar, dan menyiapkan pengawasan dari kontraktor di tempat fabrikator
untuk mengecek status pekerjaan. Dampaknya adalah penambahan durasi pada pengadaan
material pipa dan terjadinya keterlambatan. Tindakan korektifnya adalah meminta
penggantian pekerja yang tidak kredibel atau yang memiliki produktifitas rendah,
menambahkan jumlah pengawas di tempat fabrikator, melakukan workshop terkait
persetujuan gambar, melakukan diskusi status invoice fabrikator secara berkala, menyuplai
raw material kepada pihak vendor.
2. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Aktivitas Loading di Pelabuhan Muat
Risiko dominan pada tahap aktivitas loading di pelabuhan muat sama dengan risiko
pada tahap sebelumnya yaitu terjadinya kerusakan barang/material ketika proses handling.
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
9
Berdasarkan pendapat pakar, risiko handling mempunyai faktor penyebab, preventif, dampak
dan tindakan korektif yang hampir sama walaupun risiko ini berada pada tahap yang berbeda.
Titik pembedanya adalah pada tahap ini, tindakan pengawasan operator dan pengecekan
kualifikasi (izin kerja) operator alat angkut dilakukan kepada otoritas pelabuhan karena pihak
yang terkait dalam hal ini adalah pihak otoritas pelabuhan pada pelabuhan muat.
3. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Pengangkutan Laut
Risiko dominan dalam tahap pengangkutan laut adalah risiko yang timbul selama
perjalanan (kandas, tenggelam, tabrakan atau peledakan). Penyebab munculnya risiko ini
antara lain kecerobohan awak kapal dalam menjalankan kapal, berlebihnya muatan barang di
kapal, kurangnya perawatan kapal dan cuaca yang buruk. Tindakan preventifnya adalah
mengecek kualifikasi awak kapal, mengecek apakah kapal tersebut mempunyai Certificate
Load Line, membuat kemitraan antara pemilik barang dan pemilik kapal (Indonesia’s Sea
Transportation Incorporated) untuk pelaksanaan kontrak pengangkutan jangka panjang/Long
Term Time Charter, menyusun Transport Logistic Plan yang berupa jadwal keberangkatan
sesuai kondisi cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Dampak dari risiko ini
adalah hilangnya material pipa yang diangkut dan terjadi keterlambatan pengiriman material
pipa ke pelabuhan tujuan. Tindakan korektif untuk risiko ini adalah melakukan klaim kepada
pihak forwarder selaku pemilik kapal. Sebagaimana aturan internasional, setiap pengiriman
kargo akan mendapatkan marine cargo insurance atau asuransi, melakukan re-order material
pada material yang rusak ataupun hilang dan melakukan penyesuaian master schedule agar
waktu penyelesaian proyek berjalan sesuai kontrak
4. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Aktivitas Unloading di Pelabuhan Bongkar
Nilai risiko dominan dalam tahap aktivitas unloading di pelabuhan bongkar adalah
timbulnya masalah pada dokumen perizinan impor (bea & cukai). Penyebab munculnya
risiko ini adalah terlambat dan juga terhambatnya prosedur pengurusan dokumen master list,
terjadinya kesalahan penulisan quantity atau jumlah antara PO dan dokumen impor,
terjadinya keterlambatan kedatangan dokumen impor (shipping order) di pelabuhan impor.
Tindakan preventifnya yaitu memastikan untuk mendapatkan persetujuan dari pemerintah
Indonesia sehingga dokumen master list cepat selesai, melakukan pengecekan mulai dari
spesifikasi, quantity dan size pada saat proses tender, mempersyaratkan dokumen impor harus
masuk ke dalam dokumen kontrak. Dampak dari risiko ini adalah adanya tambahan biaya
untuk material pipa tersebut untuk dapat masuk ke pelabuhan impor, pengiriman material
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
10
menjadi terlambat karena material pipa tidak boleh di unloading dari kapal jika proses
clearance belum selesai, terjadinya biaya tambahan demorage cost karena material pipa
disimpan di pelabuhan. Tindakan korektifnya adalah melakukan perbaikan dan peninjauan
ulang pada master list dan meminta persetujuan pihak terkait, memperbaiki dokumen yang
salah dan mempercepat pengiriman dokumen impor ke pelabuhan tujuan, dan melakukan
penyesuaian master schedule agar penyelesaian proyek tidak terlambat
5. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Inland Transport di Tempat Tujuan
Risiko dominan yang terjadi sama pada tahap 1 dan 2 yaitu terjadinya kerusakan
barang/material ketika proses handling. Terdapat sedikit perbedaan dalam penanganan risiko
yang membedakan peristiwa risiko kerusakan barang/material ketika proses handling di
tempat tujuan dengan tempat asal, yaitu pihak PT.X lebih mudah untuk mengawasi proses
handling material ke inland transport karena masih berada pada wilayah yang dekat dengan
site sehingga mudah dijangkau pihak kontraktor (taqwawan, 2016).
6. Peristiwa Risiko Dominan pada Tahap Penerimaan
Risiko dominan pada tahap penerimaan dalam proses shipping material dengan
metode Ex-Work adalah tidak terpenuhinya persyaratan mutu, bentuk, warna, dan lain - lain
dari material yang dibeli. Penyebab terjadinya risiko ini adalah terjadi kerusakan material
pada salah satu tahap dalam proses shipping, terjadi kesalahan dokumen pengiriman barang,
kelalaian dalam proses check list inspection di pelabuhan tujuan. Tindakan preventifnya yaitu
melakukan pengontrolan material pipa pada setiap tahap mulai dari tempat fabrikasi material
hingga sampai di lapangan, mempersiapkan dokumen pengiriman barang dengan matang
sesuai dengan PO Contract, dan melakukan pengecekan berulang (double check) pada saat
barang diterima di tempat tujuan. Dampak dari risiko ini adalah material pipa tidak dapat
dipakai untuk kebutuhan konstruksi, proses serah terima material membutuhkan durasi yang
cukup panjang dan terjadinya keterlambatan dalam penggunaan material pipa untuk proses
konstruksi. Tindakan korektifnya adalah melakukan investigasi untuk mengetahui di tahap
mana material tersebut mengalami kerusakan, melakukan pemesanan kembali material
apabila terdapat material yang tidak sesuai dengan spesifikasi, memperbaiki dan melakukan
kroscek terhadap dokumen yang salah dan melakukan penyesuaian master schedule proyek
agar proses penyelesaian proyek berjalan sesuai kontrak
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
11
Gambar 6. Mekanisme Klaim Asuransi Sumber: Wawancara Pakar PT.X
Pembahasan Risiko Dominan Terhadap Model Kontrak Ex-Work
Dalam proses penanganan risiko pada model kontrak Ex-Work, pembeli selaku risk
owner dihadapkan pada dua pilihan yaitu bertanggung jawab terhadap risiko tersebut atau
melakukan transfer risiko kepada pihak lain dengan cara klaim asuransi (agham, 2016).
Sebagai contoh, salah satu risiko dominan pada pembahasan di atas adalah terjadinya
kerusakan barang/material ketika proses handling. Sesuai dengan pengalaman di PT.X, untuk
menangani risiko ini pihak kontraktor dapat menanggung penuh risiko tersebut dengan
melakukan re-order material atau dengan melimpahkan kepada pihak asuransi dengan
mekanisme klaim asuransi sebagaimana yang telah dibahas diatas bahwa barang yang sedang
dilakukan proses pengiriman kargo akan ditanggung oleh marine cargo insurance.
Mekanisme klaim asuransi secara finansial merupakan cara yang menguntungkan, akan tetapi
secara waktu akan sangat merugikan karena mekanisme asuransi mempunyai proses yang
panjang (taqwawan, 2016). Berikut adalah mekanisme asuransi yang dilakukan oleh PT.X
Melihat mekanisme klaim di atas, dapat dilihat bahwa terdapat mekanisme yang
cukup panjang dan memakan waktu sehingga kerugian akibat keterlambatan waktu proyek
akan semakin besar. Mekanisme klaim dapat dilakukan apabila material pipa yang dipesan
tidak bersifat urgent list dan tidak bersifat kritis terhadap keseluruhan jalannya proyek
(agham, 2016)
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
12
KESIMPULAN
a) Terdapat tujuh risiko dominan dalam penelitian ini. Risiko dominan ini diartikan sebagai
risiko dengan nilai risiko tertinggi pada setiap tahap dalam proses shipping. Berikut
variabel risiko doiman pada tahap shipping dengan metode Ex-Work.
• Tahap Inland Transport di Tempat Asal
- Terjadi kerusakan barang/material ketika proses handling
- Keterlambatan fabrikasi material
• Tahap Aktivitas Loading di Pelabuhan Muat
- Terjadi kerusakan barang/material ketika proses handling
• Tahap Pengangkutan Laut
- Risiko yang timbul selama perjalanan (kandas, tenggelam, tabrakan atau
peledakan)
• Aktivitas Unloading di Pelabuhan Bongkar
- Timbulnya masalah pada dokumen perizinan impor (bea&cukai)
• Tahap Inland Transport di Tempat Tujuan
- Terjadi kerusakan barang/material ketika proses handling
• Tahap Penerimaan
- Tidak terpenuhinya persyaratan mutu, bentuk, warna, dan lain – lain dari
material yang dibeli.
b) Berikut adalah rekapitulasi terkait penjelasan lebih lanjut terhadap ketujuh risiko dominan
tersebut Tabel 2. Rekapitulasi Penyebab dan Dampak Pada Risiko Dominan
Kode Peristiwa Risiko Penyebab Dampak Inland Tansport di Tempat Asal
X3 Terjadi kerusakan barang /material ketika proses handling
- Kesalahan metode rigging dan lifting material pipa
- Kurangnya kompetensi pada operator alat angkat untuk melakukan proses handling pada pipa
- Packing material pipa yang tidak sesuai standar yang berlaku
- Rusaknya barang yang menjadikan barang tersebut tidak dapat digunakan dalam proses konstruksi
- Kerugian baik secara biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pihak kontraktor yang berperan sebagai pembeli
- terjadinya keterlambatan proyek karena material pipa
X6 Keterlambatan fabrikasi material
- Produktifitas pekerja fabrikator rendah
- Keterlambatan persetujuan gambar oleh pihak kontraktor (issue for approval) Pembayaran oleh pembeli terlambat
- Terjadinya penambahan durasi pada pengadaan material pipa
- Terjadinya keterlambatan pengiriman material ke lapangan yang berpengaruh pada penyelesaian proyek secara umum
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
13
Tabel 2. (Lanjutan)
Kode Peristiwa Risiko Penyebab Dampak - Terjadinya keterlambatan
pembelian raw material
Aktivitas Loading di Pelabuhan Muat X10 Terjadi
kerusakan barang/material ketika proses handling
- Kesalahan metode rigging dan lifting material pipa
- Kurangnya kompetensi pada operator alat angkat untuk melakukan proses handling pada pipa
- Packing material pipa yang tidak sesuai standar yang berlaku
- Rusaknya barang yang menjadikan barang tersebut tidak dapat digunakan dalam proses konstruksi
- Kerugian baik secara biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pihak kontraktor yang berperan sebagai pembeli
- terjadinya keterlambatan proyek karena material pipa
- Pengangkutan Laut
X15 Risiko yang timbul selama perjalanan (kandas, tenggelam, tabrakan atau peledakan)
Kecerobohan awak kapal dalam menjalankan kapal
- Berlebihnya muatan barang di kapal
- Kurangnya perawatan kapal - Cuaca yang buruk
- Hilangnya material pipa yang diangkut oleh kapal Terjadi keterlambatan pengiriman material pipa ke pelabuhan tujuan
Aktivitas Unloading di Pelabuhan Bongkar X27 Timbulnya
masalah pada dokumen perizinan impor (bea & cukai)
- Terlambat dan juga terhambatnya prosedur pengurusan dokumen master list
- Terjadinya kesalahan penulisan quantity atau jumlah antara PO dan dokumen impor
- Terjadinya keterlambatan kedatangan dokumen impor (shipping order) di pelabuhan impor
- Adanya tambahan biaya material pipa tersebut untuk dapat masuk ke pelabuhan impor
- Pengiriman material menjadi terlambat karena material pipa tidak di unloading dari kapal jika proses clearance belum selesai
- Terjadinya biaya tambahan demorage cost karena material pipa disimpan di pelabuhan
Inland Transport di Tempat Tujuan
X36 Terjadi kerusakan barang /material ketika proses handling
- Kesalahan metode rigging dan lifting material pipa
- Kurangnya kompetensi pada operator alat angkat untuk melakukan proses handling pada pipa
- Packing material pipa yang tidak sesuai standar yang berlaku
- Rusaknya barang yang menjadikan barang tersebut tidak dapat digunakan dalam proses konstruksi
- Kerugian baik secara biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pihak kontraktor yang berperan sebagai pembeli
- terjadinya keterlambatan proyek karena material pipa
Penerimaan
X44 Tidak terpenuhinya persyaratan mutu, bentuk, warna dan lain – lain dari material yang dibeli
- Terjadi kerusakan material pada salah satu tahap dalam proses shipping
- Terjadi kesalahan dokumen pengiriman barang Kelalaian dalam proses check list inspection di pelabuhan tujuan
- Material pipa tidak dapat dipakai untuk kebutuhan konstruksi
- Proses serah terima material membutuhkan durasi yang cukup panjang
- Terjadinya keterlambatan dalam penggunaan material pipa untuk proses konstruksi
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
14
Tabel 2. (Lanjutan)
Kode Peristiwa Risiko Penyebab Dampak Aktivitas Unloading di Pelabuhan Bongkar
X27 Timbulnya masalah pada dokumen perizinan impor (bea & cukai)
- Terlambat dan juga terhambatnya prosedur pengurusan dokumen master list
- Terjadinya kesalahan penulisan quantity atau jumlah antara PO dan dokumen impor
- Terjadinya keterlambatan kedatangan dokumen impor (shipping order) di pelabuhan impor
- Adanya tambahan biaya material pipa tersebut untuk dapat masuk ke pelabuhan impor
- Pengiriman material menjadi terlambat karena material pipa tidak di unloading dari kapal jika proses clearance belum selesai
- Terjadinya biaya tambahan demorage cost karena material pipa disimpan di pelabuhan
Inland Transport di Tempat Tujuan X36 Terjadi kerusakan
barang /material ketika proses handling
- Kesalahan metode rigging dan lifting material pipa
- Kurangnya kompetensi pada operator alat angkat untuk melakukan proses handling pada pipa
- Packing material pipa yang tidak sesuai standar yang berlaku
- Rusaknya barang yang menjadikan barang tersebut tidak dapat digunakan dalam proses konstruksi
- Kerugian baik secara biaya dan waktu yang harus ditanggung oleh pihak kontraktor yang berperan sebagai pembeli
- terjadinya keterlambatan proyek karena material pipa
Penerimaan X44 Tidak terpenuhinya
persyaratan mutu, bentuk, warna dan lain – lain dari material yang dibeli
- Terjadi kerusakan material pada salah satu tahap dalam proses shipping
- Terjadi kesalahan dokumen pengiriman barang Kelalaian dalam proses check list inspection di pelabuhan tujuan
- Material pipa tidak dapat dipakai untuk kebutuhan konstruksi
- Proses serah terima material membutuhkan durasi yang cukup panjang
- Terjadinya keterlambatan dalam penggunaan material pipa untuk proses konstruksi
Sumber:olahan penulis
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
15
c) Berikut adalah tabel rekapitulasi yang berisikan tindakan preventif dan korektif tersebut.
Tabel 3. Rekapitulasi Tindakan Preventif dan Korektif Risiko Dominan Kode Peristiwa Risiko Tindakan Preventif Tindakan Korektif
Inland Tansport di Tempat Asal X3 Terjadi kerusakan
barang /material ketika proses handling
Melakukan simulasi rigging rigging dan lifting sesuai dengan standar dan metode yang diajukan oleh pihak kontraktor dengan pengawasan rigger yang sudah mempunyai spesialisasi
- Melakukan pelatihan dan pengawasan operator berupa pengecekan kualifikasi dan izin kerja operator alat angkat tersebut
- Melakukan check list packingdan menyiapkan prosedur packing
- Mengasuransikan material pipa
- memasukan material yang rusak ke dalam OSDR (Over Shrinkage Damage Report) melakukan rework pada barang yang tidak dapat digunakan
- melakukan re-schedule waktu proyek agar penyelesaian proyek tidak mengalami keterlambatan
- Mengurus Prosedur Asuransi -
X6 Keterlambatan fabrikasi material
- Memillih vendor yang mempunyai kredibilitas dan mempunyai pengalaman bekerja sama dengan PT.X Menyiapkan prosedur review and approval dari desain ataupun gambar kerja
- Melakukan project financing dengan cara bekerja sama dengan lembaga keuangan (bank) agar pembayaran lancar
- Menambahkan jumlah pengawas di tempat fabrikator
- Melakukan workshop terkait persetujuan gambar
- Melakukan diskusi status invoice fabrikator secara berkala
- Menyuplai raw material kepada pihak vendor agar menjamin tidak terjadi keterlambatan kembali
- Melakukan penyesuaian pada master schedule proyek
Aktivitas Loading di Pelabuhan Muat X10 Terjadi kerusakan
barang /material ketika proses handling
Melakukan simulasi rigging rigging dan lifting sesuai dengan standar dan metode yang diajukan oleh pihak kontraktor dengan pengawasan rigger yang sudah mempunyai spesialisasi Melakukan pelatihan dan pengawasan operator berupa pengecekan kualifikasi dan izin kerja operator alat angkat tersebut
- Melakukan check list packingdan menyiapkan prosedur packing
- Mengasuransikan material pipa
- memasukan material yang rusak ke dalam OSDR (Over Shrinkage Damage Report)
- melakukan rework pada barang yang tidak dapat digunakan
- melakukan re-schedule waktu proyek agar penyelesaian proyek tidak mengalami keterlambatan
- Mengurus Prosedur Asuransi
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
16
Tabel 3. (Lanjut) Kode Peristiwa Risiko Tindakan Preventif Tindakan Korektif
Pengangkutan Laut X15 Risiko yang timbul
selama perjalanan (kandas, tenggelam, tabrakan atau peledakan)
- Mengecek kualifikasi awak kapal
- Mengecek apakah kapal tersebut mempunyai Certificate Load Line Membuat kemitraan antara pemilik barang dan pemilik kapal (Indonesia’s Sea Transportation Incorporated) untuk pelaksanaan kontrak pengangkutan jangka panjang/Long Term Time Charter Menyusun Transport Logistic Plan yang berupa jadwal keberangkatan sesuai kondisi cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG)
- Melakukan klaim kepada pihak forwarder selaku pemilik kapal
- Melakukan re-order material pada material yang rusak ataupun hilang
- Melakukan penyesuaian master schedule agar waktu penyelesaian proyek berjalan sesuai kontrak
-
Aktivitas Unloading di Pelabuhan Bongkar X27 Timbulnya masalah
pada dokumen perizinan impor (bea & cukai)
- Memastikan untuk mendapatkan persetujuan dari Pementintah Indonesia sehingga dokumen master list cepat selesai
- Melakukan pengecekan mulai dari spesifikasi, quantity dan size pada saat proses tender
- Mempersyaratkan dokumen impor harus masuk ke dalam dokumen kontrak
- Melakukan perbaikan dan peninjauan ulang pada master list dan meminta persetujuan pihak terkait
- Memperbaiki dokumen yang salah - Mempercepat pengiriman dokumen
impor ke pelabuhan tujuan - Mengalokasikan budget proyek
untuk membayar demorage cost dan tambahan biaya impor
- Melakukan penyesuaian master schedule agar penyelesaian proyek tidak terlambat
Inland Transport di Tempat Tujuan X36 Terjadi kerusakan
barang /material ketika proses handling
- Melakukan simulasi rigging rigging dan lifting sesuai dengan standar dan metode yang diajukan oleh pihak kontraktor dengan pengawasan rigger yang sudah mempunyai spesialisasi
- Melakukan pelatihan dan pengawasan operator berupa pengecekan kualifikasi dan izin kerja operator alat angkat tersebut
- Melakukan check list packingdan menyiapkan prosedur packing
- Mengasuransikan material pipa
- memasukan material yang rusak ke dalam OSDR (Over Shrinkage Damage Report)
- melakukan rework pada barang yang tidak dapat digunakan
- melakukan re-schedule waktu proyek agar penyelesaian proyek tidak mengalami keterlambatan
- Mengurus Prosedur Asuransi -
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
17
Tabel 3. (Lanjut) Kode Peristiwa Risiko Tindakan Preventif Tindakan Korektif
Penerimaan
X44 Tidak terpenuhinya persyaratan mutu, bentuk, warna dan lain – lain dari material yang dibeli
- Melakukan pengontrolan material pipa pada setiap tahap mulai dari tempat fabrikasi material hingga sampai di lapangan
- Mempersiapkan dokumen pengiriman barang dengan sesuai dengan PO Contract
- Melakukan pengecekan berulang (double check) pada saat barang diterima di tempat tujuan
- Melakukan investigasi untuk mengetahui di tahap mana material tersebut mengalami kerusakan
- Melakukan pemesanan kembali material apabila terdapat material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
- Memperbaiki dan melakukan kroscek terhadap dokumen yang salah
- Melakukan penyesuaian master schedule proyek agar proses penyelesaian proyek berjalan sesuai kontrak
Sumber: olahan penulis
SARAN
a) Melalui hasil penelitian ini, penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut terkait analisis
kuantitatif terhadap risiko dominan pada fase shipping material pipa dengan metode Ex-
Work. Penelitian lanjutan tersebut diharapkan dapat menghasilkan analisis pengurangan
dari segi waktu yang terjadi akibat dari tindakan preventif dan korektif yang diterapkan
pada risiko dominan pada penelitian ini. Dari data tersebut, hasil akhir yang diharapkan
yaitu munculya alokasi contingency plan khususnya dari segi waktu yang dilakukan oleh
pihak kontraktor (PT.X) sebagai bentuk tindakan mitigasi terhadap risiko dominan
tersebut agar tidak terjadi keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Hal tersebut
diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk pihak kontraktor (PT.X) dalam melakukan
proses shipping material pipa dengan metode Ex-Work.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan acuan dan dasar bagi kontraktor (PT.X) dalam
membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) proses shipping khususnya pada material
pipa yang didalamnya terkandung aturan dan cara mulai dari pre-shipping inspection,
handling material, penjagaan kualitas material di kapal, shipping document dan tata cara
penerimaan material sehingga risiko – risiko dominan pada penelitian ini tidak terjadi pada
pengerjaan proyek selanjutnya.
c) Melakukan penelitian lebih lanjut terkait risiko lain yang muncul (secondary risks) akibat
tindakan preventif dan korektif terhadap risiko dominan pada penelitian ini.
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016
18
REFERENSI
Alacron, L. F., Serpell, A., & Rivas, R. A. (1999). Evaluation and Improvement of the Procurement Process in Construction Projects.
Anwar, S. (2011, Agustus 5). Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara . Retrieved from Website departemen keuangan : www.bppk.depkeu.go.id
Arbulu, R. J., & Tommelein, I. D. (2002). Alternative Supply Chain Configurations for Engineered or Catalogued Made to Order Components: Case Study on Pipe Supports Used in Power Plants.
Arisman (2015). Masalah dalam tahap Pengadaan Barang pada PT.X [Recorded by A. Satriaji, M. Muharomah, & A. Kurnia]. Jakarta, Jakarta, Indonesia.
Association, C. P. (2010). Pipeline Construction & the risks of manual handling.
AU289_book.fm. (2005). http://www.drkresearch.org/resources/au2789_c010-relationship-managament.pdf.
Barry, W., Leite, F., & Brien, W. J. (2014). Identification of Late Deliverables and Their True Impacts to Industrial Construction Projects. Construction Research Congress.
Bierwirth, C., Meisel, & Kirschstein. (2012). On transport service selection in intermodal rail/road distribution networks. German Acad. Assoc. Bus. Res. (VHB) 5 (2),198-219.
Caris, A., Limbourg, S., Macharis, C., Lier, T. V., & Cools, M. (2014). Integration of inland waterway transport in the intermodal supply chain: a taxonomy of research challanges. Journal of Transport Geography .
Chan, C. L. (2015, june). Maritime Insight. Retrieved from Internatiomal Centre for Maritime Studies Web site: www.icms.polyu.edu.hk
Chen , J. H., Hsu, S. C., Luo, Y. H., & Skibniewsku, M. J. (2012). Knowledge Management for Risk Hedging by Construction Material Suppliers . Journal of Management in Engineering, ASCE, July 2012, 273-280.
Analisis Risiko ..., Adrian Satriaji Wiryawan, FT UI, 2016