analisis rasio keuangan terhadap pertumbuhan …
TRANSCRIPT
24
ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA PADA PT. JATIM PETROLEUM TRANSPORT
SURABAYA
Shabrina Alyani, Cholifah, Enny Istanti
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya
ABSTRAK
Pertumbuhan laba merupakan suatu indikasi bahwa terjadi perubahan
kondisi ekonomi dalam perusahaan, yaitu perubahan kearah yang lebih baik
apabila perusahaan tersebut mendapatkan laba dan akan menjadi negatif apabila
suatu perusahaan rugi, karena tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba
yang maksimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh analisis
rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai dan mengukur pertumbuhan laba
pada perusahaan. Sampel yang digunakan adalah PT. Jatim Petroleum Transport,
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang meliputi
Operating Profit Margin (OPM) dan Basic Earning Power (BEP) memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan PT. Jatim Petroleum
Transport, Surabaya
Kata kunci: OPM, GPM, BEP, Pertumbuhan Laba
ABSTRACT
Profit Growth is an indication that the occurrence of the changes of
economic condition in the company that is the changes to a better direction if the
company makes profit and it will become negative if the compay loss since the
primary goal of the company is to make maximal profit. The purpose of this
research is to find out how far the analysis of financial ratio can ce used to assess
and measure the profit growth in the company. The sampel is PT. Jatim
Petroleum Transport, Surabaya. The result of the research shows that financial
ratio which includes Operating Profit Margin (OPM) and Basic Earning Power
(BEP) has an influence on profit growth of earnings on PT. Jatim Petroleum
Transport, Surabaya.
Keywords: OPM, GPM, BEP, Profit Growth
PENDAHULUAN
Semakin berkembang pesatnya dunia bisnis dalam bidang transportasi
pengiriman barang baik dalam area domestik Indonesia, import, maupun export,
menyebabkan semakin banyaknya perusahaan baru muncul bergerak dalam
bidang tersebut. Bidang usaha transportasi dianggap semakin banyak orang
25
menjadi perusahaan yang menjanjikan keuntungan tinggi jika dijalankan dengan
manejemen yang baik. Setiap perusahaan harus meningkatkan daya saingnya baik
terhadap usaha sejenis maupun secara keseluruhan agar tetap bertahan ditengah
persaingan yang ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk beroperasi seefektif
dan seefisiensi mungkin. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu melakukan
perkembangan positif di dalam perusahaan sehingga perusahaan selalu berupaya
memperbaiki dengan perencanaan strategi yang baik. Perencanaan strategi yang
baik juga menjadi salah satu faktor dalam menghasilkan laba semaksimal
mungkin. Pada umunya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang maksimal sehingga nantinya dapat meningkatkan
kesejahteraan dari para pemegang saham. Oleh karena itu manejemen keuangan
memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi perusahaan dan seorang manajer
keuangan dituntut untuk dapat menjalankan manajemen keuangan dengan baik.
Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional
perusahaan dengan lebih efektif dan efisien. Selain itu, perusahaan juga
memerlukan analisis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui seberapa
efisien perusahaan dalam memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk
memperoleh laba yang diinginkan.
Sudana (2009:27) Operating profit margin adalah rasio ini mengukur
kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan
yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi bagian produksi,
personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan laba”. “Menurut Syamsuddin
(2009) Operating profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dan juga
penjualan. Manfaat Operating Profit Margin Menurut Syamsuddin (2009),
sebagai alat untuk menggambarkan persentase pure profit yang diterima atas
setiap penjualan yang dilakukan”. Menurut Syamsuddin (2009), Gross Profit
Margin adalah persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin
besar gross profit margin akan semakin baik keadaan operasi pada perusahaan,
disebabkan karena hal tersebut menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif
lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Demikian juga sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin akan semakin kurang baik operasi pada perusahaan”.
26
Kasmir (2014:327), Gross Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui persentase laba dari kegiatan usaha yang bersangkutan setelah
dikurangi biaya-biaya”. Manfaat Gross Profit Margin menurut Lyn dan Aileen
(2008), adalah sebagai alat bantu untuk menjelaskan berapa Gross Profit Margin
atau laba kotor yang diterima perusahaan selama periode tertentu. Dimana margin
laba kotor memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok
penjualan.
“Menurut Sudana (2009:27), Basic Earning Power adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan
pajak dengan menghasilkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dengan kata
lain rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi
yang telah dilakukan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak”. Menurut Sawir (2009:19), Basic
Earning Power adalah perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset.
Basic Earning Power mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang
dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan
kata lain Basic Earning Power menunjukkan kemampuan total asset dalam
menghasilkan laba”. Manfaat Basic Earning Power menurut Sawir (2009), adalah
sebagai alat bantu untuk mengindikasikan seberapa besar kemampuan aset
perusahaan dalam menghasilkan laba”. Basic Earning Power bermanfaat untuk
mengukur efektifitas perusahaan didalam memanfaatkan sumber daya yang
menunjukkan pada kemampuan total aset dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Pertumbuhan Laba adalah salah satu rasio pertumbuhan yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. “Menurut Harahap (2011),
Pertumbuhan Laba adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
meningkatkan laba bersih periode tertentu dengan periode sebelumnya”.
Pertumbuhan laba merupakan selisih laba bersih periode tertentu dengan periode
sebelumnya dibagi dengan laba bersih periode sebelumnya (Harahap, 2011).
27
Hanafi dan Halim (2015), Pertumbuhan Laba dipengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Besarnya Perusahaan, semakin besar perusahaan maka pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
2. Tingkat Leverage, bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhan laba.
3. Umur Perusahaan, perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman
dalam meningkatkan laba sehingg kecepatannya masih rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh analisis rasio
keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai dan mengukur pertumbuhan
laba perusahaan PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya. Research Question
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Main Research Question: Seberapa jauh analisis rasio keuangan dapat digunakan
untuk menilai dan mengukur pertumbuhan laba perusahaan PT. Jatim Petroleum
Transport Surabaya?
Mini Research Question:
a. Apakah perusahaan mampu meminimalkan biaya operasional yang
dikeluarkan?
b. Seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melakukan penjualan?
c. Seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan?
d. Seberapa besar efisiensi perusahaan dalam penggunaan aset atau aktiva yang
dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba?
Model Analisis:
Kinerja keuangan adalah gambaran dari baik buruknya kondisi dan posisi
keuangan suatu perusahaan. Analisis yang digunakan untuk menilai dan
mengukur pertumbuhan laba adalah analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini
analisis rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas.
28
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba. Rasio profitabilits yang digunakan adalah
1. Analisis Operating Profit Margin (OPM)
2. Analisis Gross Profit Margin (GPM)
3. Analisis Basic Earning Power (BEP)
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dimana penelitian ini menjelaskan tentang kinerja keuangan perusahaan dalam
pertumbuhan laba dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan. Populasi
Sasaran adalah populasi yang digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Dalam
melalukan penelitian ini populasi yang digunakan adalah laporan keuangan PT.
Jatim Petroleum Transport periode 2014-2015. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang diambil dengan cara tertentu sebagaimana yang ditetapkan oleh
peneliti. Adapaun jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder dimana data yang diperoleh secara tidak langsung. Adapun data yang
diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.
a. Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk penjelasan yang meliputi
bagian-bagian gambaran perusahaan
b. Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka antara lain neraca dan
laporan laba rugi bulanan PT. Jatim Petroleum Transport, Suabaya periode
2014-2015.
Sumber data penelitian ini berasal dari laporan keuangan bulanan
perusahaan PT. Jatim Petroleum Transport, Surabaya keuangan periode 2014
sampai 2015. Pembahasan Batasan Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk
membatasi pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang lingkup
menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam
penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik maka penulis membahas
masalah Analisis Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada PT. Jatim
29
Petroleum Transport Surabaya. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa
rasio Operating Profit Margin memiliki pengaruh besar terhadap kenaikan atau
penurunan Pertumbuhan Laba pada PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis rasio keuangan
dimana rasio keuangan yang digunakan adalah Rasio Profitabilitas. Adapun rasio
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Operating Profit Margin (OPM)
2. Gross Profit Margin (GPM)
3. Basic Earning Power (BEP)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Operating Profit Margin adalah rasio yang menjelaskan nilai selisih antara
laba bersih yang diterima dengan penjualan usaha yang telah dicapai perusahaan.
Dengan Operating Profit Margin perusahaan dapat mengetahui detail laba yang
dicapai selama periode penjualan yang telah ditentukan dengan mengabaikan
kewajiban-kewajiban seperti pembayaran bunga dan pajak. Pengukuran rasio ini
dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Operating Profit Margin = Earning Before Interest and Taxes
Sales
30
Tabel 1
Tingkat Operating Profit Margin (OPM) PT. Jatim Petroleum Transport,
Surabaya periode Tahun 2014 – 2015.
Sumber: Peneliti (2017)
Secara keseluruhan rasio Operating Profit Margin mengalami peningkatan
dan kenaikan yang tidak stabil. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Jika rasio Operating Profit Margin meningkat atau stabil maka
pertumbuhan laba pada perusahaan juga stabil. Dan begitu sebaliknya, jika rasio
Operating Profit Margin menurun atau tidak stabil maka pertumbuhan laba pada
perusahaan tidak stabil. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi ketidakstabilan rasio Operating Profit Margin adalah volume
Tahun Bulan Penjualan (Rp)
Laba Bersih
Sebelum
Pajak/EBIT (Rp)
OPM Persentase
a b c = b/a
2014
Januari 21,209,810,000 4,946,370,000 0.233 23.32%
Februari 10,113,270,000 1,948,190,000 0.193 19.26%
Maret 18,913,680,000 4,029,410,000 0.213 21.30%
April 15,567,720,000 4,085,960,000 0.262 26.25%
Mei 19,184,140,000 4,093,300,000 0.213 21.34%
Juni 16,752,000,000 (214,000,000) -0.013 -1.28%
Juli 17,042,010,000 711,620,000 0.042 4.18%
Agustus 22,222,010,000 3,687,610,000 0.166 16.59%
September 21,147,420,000 2,012,730,000 0.095 9.52%
Oktober 21,258,750,000 3,645,100,000 0.171 17.15%
November 19,522,780,000 830,860,000 0.043 4.26%
Desember 23,007,860,000 2,533,720,000 0.110 11.01%
2015
Januari 23,267,010,000 (436,040,000) -0.019 -1.87%
Februari 17,330,480,000 (272,740,000) -0.016 -1.57%
Maret 15,601,260,000 (3,411,970,000) -0.219 -21.87%
April 22,634,430,000 3,917,920,000 0.173 17.31%
Mei 15,086,360,000 (1,856,090,000) -0.123 -12.30%
Juni 12,885,390,000 (809,720,000) -0.063 -6.28%
Juli 14,295,420,000 (866,880,000) -0.061 -6.06%
Agustus 13,259,926,921 1,810,042,426 0.137 13.65%
September 15,180,082,198 (908,599,154) -0.060 -5.99%
Oktober 19,694,020,000 (1,766,470,000) -0.090 -8.97%
November 21,165,830,000 2,525,935,000 0.119 11.93%
Desember 20,111,250,000 4,706,165,000 0.234 23.40%
31
penjualan, biaya harga pokok penjualan yang fluktuatif, dan biaya operasional
perusahaan yang fluktuatif.
Gross Profit Margin (GPM)
Pengukuran rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Gross Profit Margin = Gross Profit
Sales
Tabel 2
Tingkat Gross Profit Margin (GPM) PT. Jatim Petroleum Transport,
Surabaya periode Tahun 2014 – 2015.
Tahun Bulan Penjualan (Rp) HPP (Rp) GPM
Persentase
A b c = (a-b)/a
2014
Januari 21,209,810,000 17,268,530,000 0.186 18.58%
Februari 10,113,270,000 7,560,500,000 0.252 25.24%
Maret 18,913,680,000 14,254,620,000 0.246 24.63%
April 15,567,720,000 11,178,030,000 0.282 28.20%
Mei 19,184,140,000 14,359,900,000 0.251 25.15%
Juni 16,752,000,000 13,878,000,000 0.172 17.16%
Juli 17,042,010,000 12,735,300,000 0.253 25.27%
Agustus 22,222,010,000 15,841,570,000 0.287 28.71%
September 21,147,420,000 15,897,820,000 0.248 24.82%
Oktober 21,258,750,000 17,646,420,000 0.170 16.99%
November 19,522,780,000 14,902,590,000 0.237 23.67%
Desember 23,007,860,000 16,619,490,000 0.278 27.77%
2015
Januari 23,267,010,000 20,139,120,000 0.134 13.44%
Februari 17,330,480,000 13,918,670,000 0.197 19.69%
Maret 15,601,260,000 15,411,390,000 0.012 1.22%
April 22,634,430,000 15,135,670,000 0.331 33.13%
Mei 15,086,360,000 15,092,760,000 0.000 -0.04%
Juni 12,885,390,000 12,158,950,000 0.056 5.64%
Juli 14,295,420,000 13,684,850,000 0.043 4.27%
Agustus 13,259,926,921 10,097,356,879 0.239 23.85%
September 15,180,082,198 14,932,508,182 0.016 1.63%
Oktober 19,694,020,000 11,757,380,000 0.403 40.30%
November 21,165,830,000 17,810,040,000 0.159 15.85%
Desember 20,111,250,000 14,320,830,000 0.288 28.79%
Sumber : Peneliti (2017)
32
Secara keseluruhan perolehan laba kotor atau rasio Gross Profit Margin
pada PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya selama tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dan penurunan yang bervariasi. Hal tersebut dikarenakan
tingkat volume penjualan dan biaya harga pokok penjualan yang berbeda pada
setiap penjualan yang dilakukan.
Basic Earning Power (BEP)
Basic Earning Power = Earning Before Interest and Taxes
Total Assets
Tabel 3
Tingkat Basic Earning Power (BEP) PT. Jatim Petroleum Transport,
Surabaya periode Tahun 2014 – 2015.
Tahun Bulan
Laba Bersih
Sebelum
Pajak/EBIT (Rp)
Total Aktiva
(Rp) BEP
Persentase
a b c = a/b
2014
Januari 4,946,370,000 85,533,835,253 0.058 5.78%
Februari 1,948,190,000 51,340,937,081 0.038 3.79%
Maret 4,029,410,000 52,035,422,641 0.077 7.74%
April 4,085,960,000 53,322,429,715 0.077 7.66%
Mei 4,093,300,000 54,573,789,050 0.075 7.50%
Juni (214,000,000) 64,461,127,211 -0.003 -0.33%
Juli 711,620,000 67,080,968,777 0.011 1.06%
Agustus 3,687,610,000 79,787,494,494 0.046 4.62%
September 2,012,730,000 79,834,740,010 0.025 2.52%
Oktober 3,645,100,000 72,954,890,379 0.050 5.00%
November 830,860,000 60,877,359,413 0.014 1.36%
Desember 2,533,720,000 63,251,605,155 0.040 5.15%
2015
Januari (436,040,000) 66,186,784,234 -0.007 -0.66%
Februari (272,740,000) 107,687,066,703 -0.003 -0.25%
Maret (3,411,970,000) 103,886,940,382 -0.033 -3.28%
April 3,917,920,000 154,132,766,736 0.025 2.54%
Mei (1,856,090,000) 173,368,207,813 -0.011 -1.07%
Juni (809,720,000) 165,432,250,163 -0.005 -0.49%
Juli (866,880,000) 164,752,044,070 -0.005 -0.53%
Agustus 1,810,042,426 165,838,960,042 0.011 1.09%
September (908,599,154) 166,833,098,703 -0.005 -0.54%
Oktober (1,766,470,000) 167,461,349,976 -0.011 -1.05%
November 2,525,935,000 168,213,551,784 0.015 1.50%
Desember 4,706,165,000 120,610,789,719 0.039 2.78%
Sumber : Peneliti (2017)
33
Secara keseluruhan rasio Basic Earning Power pada PT. Jatim Petroleum
Transport Surabaya kurang bagus atau tidak stabil. Hal-hal yang memperngaruhi
adalah kurang efisien dan efektifi manajemen perusahaan dalam pengelolaan aset
yang dimilikinya.
Pertumbuhan Laba Pada PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya 2014-
2015
Pertumbuhan Laba (Y) = Yt – Yit-n X 100
Yit-n
Tabel 4
Tingkat Pertumbuhan Laba PT. Jatim Petroleum Transport, Surabaya
periode Tahun 2014 – 2015.
Tahun Bulan Laba Bersih Sebelum
Pajak/EBIT (Rp)
Petumbuhan
Laba Persentase
2013 Desember 4,758,500,000 - -
2014
Januari 4,946,370,000 0.040 3.95%
Februari 1,948,190,000 -0.606 -60.61%
Maret 4,029,410,000 1.068 106.83%
April 4,085,960,000 0.014 1.40%
Mei 4,093,300,000 0.002 0.18%
Juni -214,000,000 -1.052 -105.23%
Juli 711,620,000 -4.325 -432.53%
Agustus 3,687,610,000 4.182 418.20%
September 2,012,730,000 -0.454 -45.42%
Oktober 3,645,100,000 0.811 81.10%
November 830,860,000 -0.772 -77.21%
Desember 2,533,720,000 2.050 204.95%
2015
Januari -436,040,000 -1.172 -117.21%
Februari -272,740,000 -0.375 -37.45%
Maret -3,411,970,000 11.510 -1150.99%
April 3,917,920,000 -2.148 -214.83%
Mei -1,856,090,000 -1.474 -147.37%
Juni -809,720,000 -0.564 -56.37%
Juli -866,880,000 0.071 7.06%
Agustus 1,810,042,426 -3.088 -308.80%
September -908,599,154 -1.502 -150.20%
Oktober -1,766,470,000 0.944 94.42%
November 2,525,935,000 -2.430 -242.99%
Desember 4,706,165,000 0.863 86.31%
Sumber : Peneliti (2017)
34
Pertumbuhan laba adalah yang menunjukkan kemampuan perusahaan
meningkatkan laba bersih per bulan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Secara keseluruhan Pertumbuhan laba pada PT. Jatim Petroleum Transport
Surabaya terbilang tidak stabil atau kurang bagus. Beberapa faktor yang menjadi
pengaruh pertumbuhan laba adalah sebagai berikut
1. Volume penjualan
2. Biaya harga pokok penjualan yang fluktuatif
3. Tingginya biaya operasional perusahaan
4. Kurang efektif dan efisiensi dalam pengelolaan aktiva perusahaan.
Interprestasi
Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Akan
tetapi laba yang lebih besar belum merupakan alat ukut perusahaan telah bekerja
efisien. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Oleh sebab itu,
setiap perusahaan diharapkan mampu memperoleh laba yang maksimal. Laba
yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan,
bisa terjadi naik untuk tahun ini dan dapat juga turun untuk tahun berikutnya.
Salah satu jenis analisis yang dapat digunakan untuk menentukkan pertumbuhan
laba adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang
berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui
bahwa rasio Operating Profit Margin dan Basic Earning Power berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan laba pada PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya.
Sedangkan untuk rasio Gross Profit Margin memiliki pengaruh yang kecil. Dalam
rasio Operating Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih setelah dikurangi biaya harga pokok penjualan dan
biaya operasional. Semakin tinggi rasio Operating Profit Margin, menunjukkan
semakin baik kondisi perusahaan dalam menekan biaya operasional yang ada.
Dan sesuai hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu
menekan biaya operasional yang harus dikeluarkan, sehingga rasio OPM
cenderung tidak stabil bahkan terdapat 9 data dengan hasil negatif. Jika Operating
35
Profit Margin atau laba bersih sebelum pajak yang diterima rendah atau bahkan
cenderung negatif maka sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
perusahaan. Rasio Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan
perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio GPM
terbilang bagus hanya saja nilai kenaikan atau penurunannya tidak bisa di prediksi
artinya nilai kenaikan dan penurunannya bervariasi. Rasio Gross Profit Margin
terbilang memiliki pengaruh yang kecil sekaligus menjadi pengaruh awal terhadap
pertumbuhan laba. Hal tersebut dikarenakan Gross Profit Margin atau laba kotor
tidak bisa dijadikan acuan sebagai pendapatan perusahaan. Laba kotor yang
diterima perusahaan akan penjualan yang dilakukan, digunakan untuk membiayai
atau membayar biaya operasional perusahaan seperti biaya administrasi, biaya
umum, dan biaya lain-lain yang besarnya bervariasi sehingga mengakibatkan
penurunan laba yang diperoleh perusahaan.
Gross Profit Margin menjadi pengaruh awal terhadap pertumbuhan laba
dikarenakan jika perusahaan mendapat laba kotor yang tinggi maka perusahaan
mampu untuk menutupi semua biaya yang harus dan wajib dikeluarkan, sehingga
tidak sampai mengalami kerugian. Rasio Basic Earning Power menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam pengelolahan aktiva atau aset perusahaan dalam
menghasilkan laba. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio BEP
pada perusahaan dalam kondisi tidak stabil. Dalam hal ini mencerminkan bahwa
manajemen perusahaan belum dapat mengoptimakan aktiva atau aset yang
dimiliki perusahaan. Dengan tingginya nilai aktiva yang dimiliki perusahaan,
perusahaan belum mampu menghasilkan laba yang maksimal. Rasio Basic
Earning Power terbilang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan laba
dikarenakan semakin tinggi rasio Basic Earning Power maka semakin baik pula
kondisi perusahaan dalam pengelolahan asetnya, dan begitu sebaliknya. Dengan
kata lain, rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolahan aset
perusahaan dalam menghasilkan laba yang maksimal.
36
SIMPULAN
Dari hasil analisis yang berdasarkan laporan keuangan bulanan periode
2014-2015 pada PT. Jatim Petroleum Transport Surabaya dapat disimpulan
bahwa
1. Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan, disimpulkan bahwa rasio Operating
Profit Margin dan rasio Basic Earning Power memiliki pengaruh yang besar.
Sedangkan untuk rasio Gross Profit Margin memiliki pengaruh yang kecil.
2. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa pengaruh yang menyebabkan
kenaikan dan penurunan pada pertumbuhan laba adalah volume penjualan,
biaya harga pokok penjualan yang fluktiatif, biaya operiasonal perusahaan
yang fluktatif, dan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan
aktiva atau aset yang dimiliki dalam menghasilkan laba.
SARAN
Dari hasil analisis tersebut diatas dan kesimpulan yang diperoleh, maka
saran-saran yag dapat dikemukakan adala sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, apabila ingin meningkatkan Gross Profit Margin atau laba
kotor, disarankan agar dapat meningkatkan penjualan dan juga
memperhitungkan efisiensi biaya harga pokok penjualan agar dapat
memperoleh laba kotor yang tinggi dan juga berfungsi untuk menutupi biaya
operaisonal perusahaan yang harus dikeluarkan tiap bulan dengan jumlah yang
bervariasi.
2. Bagi peruahaan, disarankan agar dapat menekan dan lebih memperhitungkan
efisiensi biaya operasionalnya. Sebab biaya operasional menjadi salah satu
faktor dalam memperlambat laju pertumbuhan laba. apabila rasio Operating
Profit Margin naik maka akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan laba
perusahaan.
3. Agar pertumbuhan laba yang diperoleh meningkat, perusahaan disarankan
agar dapat menggunakan secara efektif dan efisien aset atau aktiva yang
dimiliki. Selain menjadi alat untuk menghasilkan laba, aset perusahaan juga
dapat berfungsi sebagai jaminan atas hutang, dimana hutang tersebut
37
digunakan sebagai sumber pendanaan dalam menunjung kinerja perusahaan
agar dapat menghasilkan laba. Jika rasio Basic Earning Power meningkat
akan pertumbuhan laba juga akan bergerak positif meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Moh Benny. 2009. Manajemen Keungan Bisnis Teori dan Soal.
Bandung: Alfabeta
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesebelas. Jakarta:
Salemba Empat.
Carter, William K. 2012. Akutansi Biaya. Edisi 14. Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Carter & Usri. (2002). Akuntansi biaya jilid 1(edisi13). Yogyakarta: Salemba
empat.
Demawan, Shigyt dan Amir. 2011. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Media Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, II (7):1-23.
Harahap, S. Sofyan. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT.
Raja Granfindo Persada.
Ikatan Akutansi Indonesia. 2012. Standar Akutansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Ismiyanti dan Hanafi, Mahmud M. 2010. Manajemen Keuangan. Cetakan ke
Lima. Yogyakarta: BPFE
Irham, Fahmi. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Karya, C. D., dan Susilowati. (2005). Pengaruh rasio keuangan terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Vol. 5 No. 2 (Mei), 57-75.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
38
Margaretha, Farah. 2014. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta :
Penerbit Dian Rakyat
Martono dan D. Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
Ekonisia.
M. Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Nugroho, Resa Setya. 2013. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Perubahan Laba Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa
dan Perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Pranjoto, R. Gatot Heru. 2011. Peranan Rasio Keuangan Terhadap Net Income
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
NEO- BIS. Volume 5, No. 2, Desember 2011.
Rahardjo, Budi. 2007. Keuangan dan Akuntansi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zulfany, Miftahul Ridwan. 2016. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Keuangan Koperasi Syariah (Studi Kasus Pada KSPPS ARRAHMAH
CINERE). Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah