analisis rasio keuangan dalam memprediksi …lib.unnes.ac.id/11264/1/6974.pdf · analisis rasio...
TRANSCRIPT
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM
MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA : Suatu Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia (periode tahun 2006 - 2009)
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Vivid Wicaksono
NIM 3351404064
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I
Drs. Sukirman, M.Si NIP. 196706111991031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Drs. Fachrurrozie, M.Si. NIP.196206231989011001
Dosen Pembimbing II Drs. Subowo, M.Si NIP. 195504161984031003
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 07 April 2011
Penguji
Nanik Sri Utaminingsih, SE.M.Si.Akt
NIP. 197112052006042001
Anggota I
Drs. Sukirman, M.Si
NIP. 196706111991031003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Martono M.Si
NIP. 196603081989011001
Anggota II
Drs. Subowo, M.Si
NIP. 195504161984031003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar – benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2011
Vivid Wicaksono
NIM 3351404064
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
• “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya
kamu berharap“(QS Al Insyirah 6-8)
• “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka”
(QS 13:11)
• “ Amor Fati, Ego Fatum : Aku Mencintai Nasib Karena Aku Adalah
Nasib” Nietzsche
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
• Allah SWT yang telah memberikan Hidayah &
Anugerah-Nya selama ini.
• Bapak, Ibu dan Keluarga tercinta yang selalu
mendukungku. Terima kasih atas kasih sayang,
semangat serta doa yang mengiringi setiap
langkahku.
• Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI
PERUBAHAN LABA : Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (periode tahun 2006 - 2009)” tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
penulis memperoleh bantuan, masukan, saran, bimbingan, dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES.
2. Drs. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi UNNES.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNNES.
4. Ibu Nanik Sri Utaminingsih, SE.M.Si.Akt dosen penguji skripsi.
5. Drs. Sukirman, M.Si dan Drs. Subowo, M.Si dosen pembimbing I dan dosen
pembimbing II.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Semarang.
7. Bapak dan Ibu tercinta, (Alm) H. F. Mansur dan Hj. Sri Rahadjeng H, S.St
8. Dessy Anggraini, S.Pi dan Riska Farasonalia, S.S, kakak dan kekasih yang
selalu memberikan dukungan terbaik.
vii
9. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi S1 angkatan 2004.
10. Alumni SMA Negeri 1 Tegal tahun 2004.
11. Kawan – kawan Food Not Bombs Semarang, Scream Of Oi!, dan Kedai
Digital yang telah memberikan pengalaman yang berharga dalam hidup.
12. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi S1 angkatan 2004, serta semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya, dan berguna bagi
perkembangan studi akuntansi.
Semarang, Maret 2011
Vivid Wicaksono
NIM: 3351404064
viii
SARI
Vivid Wicaksono. 2011. ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA : Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (periode tahun 2006 – 2009). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Sukirman, M.Si dan Drs. Subowo, M.Si. Kata Kunci : CR, LR, IT, OPM, PER, Perubahan Laba
Perkembangan pasar modal yang pesat menciptakan berbagai peluang atau alternatif bagi investor. Disisi lain, perusahaan pencari dana harus bersaing dalam mendapatkan dana dari investor. Salah satu cara perusahaan untuk memperoleh dana ialah dengan menerbitkan dan menjual sahamnya kepada investor di pasar saham.
Selaras dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut memberikan bukti empiris tentang pengaruh perubahan Current Ratio (CR), Leverage Ratio (LR), Inventory Turnover (IT), Operating Profit Margin (OPM), dan Price Earning Ratio (PER) dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan manufaktur untuk periode satu tahun kedepan.
Populasi sasaran dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dilaporkan dalam Indonesian Capital Market Directory tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, dengan teknik pengambilan sampel random sampling maka diperoleh sampel penelitian sebesar 59 perusahaan. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis dan koefisien determinasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan Leverage Ratio, Operating Profit Margin, dan Price Earning Ratio terhadap Perubahan laba, tidak terdapat pengaruh antara perubahan Current Ratio dan Inventory Turnover terhadap Perubahan laba dan nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,238, hal ini berarti variasi perubahan Perubahan laba (Y) dipengaruhi oleh perubahan Current ratio (X1), Leverage Ratio (X2), Inventory Turnover (X3), Operating Profit Margin (X4), dan Price Earning Ratio (PER) sebesar 23,8% sedangkan sisanya 76,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
SARI ............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Laba ........................................................................................... 9
2.1.1 Konsep Laba .................................................................... 9
2.1.2 Karakteristik Laba ............................................................. 11
2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Laba Akuntansi .................. 11
2.1.4 Tujuan Pelaporan Laba .................................................... 12
2.1.5 Elemen Laba ..................................................................... 13
2.1.6 Prediksi Laba ..................................................................... 16
2.2 Analisis Rasio Keuangan .......................................................... 17
2.2.1 Pengelompokan Rasio Keuangan ..................................... 18
2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan ................. 24
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan Sebagai Instrumen Penilaian Kinerja
Keuangan Perusahaan ...................................................... 28
x
2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................. 29
2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................... 36
2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian .................................................................... 42
3.2 Sampel Penelitian ...................................................................... 42
3.3 Variabel Penelitian .................................................................... 44
3.3.1 Variabel Bebas (X) ............................................................ 44
3.3.2 Variabel Terikat (Y) .......................................................... 45
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 45
3.5 Metode Analisis Data ................................................................ 46
3.5.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 46
3.5.2 Analisis Regresi Berganda ............................................... 46
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 47
3.5.4 Uji Hipotesis .................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ...................................................... 55
4.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 59
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ............................................... 63
4.5 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 65
4.6 Koefisien Determinasi ................................................................. 68
4.7 Pembahasan ................................................................................. 70
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................. 74
5.2 Saran .......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76
LAMPIRAN ............................................................................................... 78
xi
DAFTAR TABEL
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 32
4.1 Jumlah Perusahaan Manufaktur Berdasarakan Jenis Industri ................. 55
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................................... 56
4.3 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 60
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................................... 61
4.5 Hasil Uji Autokorelasi............................................................................. 62
4.6 Hasil Analisis Regresi ............................................................................. 63
4.7 Hasil Uji F ............................................................................................... 65
4.8 Hasil Uji t ................................................................................................ 66
4.9 Nilai Koefisien Determinasi .................................................................... 68
4.10 Hasil Uji Parsial .................................................................................... 69
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 39
4.1 Gambar Grafik Normal Probability Plot .................................................. 59
4.2 Gambar Grafik Scatterplot ........................................................................ 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN I. Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 78
II. Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2006 - 2009 .............................. 79
III. Data Perubahan Current Ratio ............................................................... 81
IV. Data Perubahan Leverage Ratio ............................................................. 83
V. Data Perubahan Inventory Turnover ...................................................... 85
VI. Data Perubahan Operating Profit Margin ............................................. 87
VII. Data Perubahan Price Earning Ratio ...................................................... 89
VIII. Data Perubahan Laba .............................................................................. 91
IX. Output SPSS.................. ……………………………………………..... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal sebagai tempat bertemunya pihak-pihak yang
memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang mempunyai dana
tersebut. Fungsi pasar modal sendiri adalah sebagai sumber dana jangka
panjang, alternative investasi, alat restrukturisasi modal perusahaan dan
sebagai alat untuk melakukan divestasi. Pada dasarnya, pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal
sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar
modal seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan
berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Di dalam
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal
dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek.
Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
2
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar
modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat
melalui penjualan Efek saham melalui prosedur IPO (Initial Public
Offering) atau efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas
perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif
pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi
masyarakat yang lebih luas. Setiap investor yang akan melakukan investasi
pada perusahaan yang terdaftar pada pasar modal akan melakukan analisis
terlebih dahulu atas perusahaan yang akan diinvestasikannya.
Dalam mengambil keputusan investasi, para investor perlu
menganalisis laporan keuangan agar keputusan yang diambil tidak
mengandung resiko kerugian. Untuk itu, investor memerlukan informasi
keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
Keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan akan diambil investor apabila
mereka menganggap bahwa investasi tersebut akan menguntungkan. Untuk
mengetahuinya, investor perlu menganalisis prospek dari perusahaan
tersebut, yaitu melalui kinerjanya yang tercermin di dalam laporan
keuangan. Tujuan disajikannya laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna bagi calon investor, investor dan
3
kreditor untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi aliran kas
potensial bagi mereka dalam hal jumlah, waktu, dan ketidakpastian
(Belkaoui, 2001:125). Jadi, dari laporan keuangan perusahaan dapat
diperoleh informasi tentang posisi keuangan perusahan, kinerja perusahaan,
aliran kas perusahan, dan informasi lainnya yang sangat berkaitan dengan
laporan keuangan termasuk informasi mengenai laba perusahaan.
Salah satu komponen dalam laporan keuangan adalah informasi
laba yang bertujuan untuk menilai kinerja dalam perusahaan, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan
menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana karena investor
memiliki kecenderungan bereaksi terhadap segala informasi yang
berhubungan dengan perusahaan yang mempengaruhi nilai investasi mereka
di perusahaan tersebut. Laba memiliki potensi informasi yang sangat
penting bagi pihak eksternal maupun internal (Dwiatmini dan Nurkholis,
2001). Laba sering digunakan sebagai dasar untuk mengukur pengembalian
investasi maupun penghasilan per lembar saham (earning per share).
Dividen yang akan diterima oleh investor tergantung pada jumlah laba yang
diperoleh perusahaan di masa yang akan datang (Zainudin, 1999). Bagi
kreditor, laba dan arus kas operasi merupakan sumber pembayaran pokok
dan bunga pinjamannya. Oleh karena itulah, prediksi laba perusahaan
menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Di dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1
Obejctive of Financial Reporting by Business Enterprises dinyatakan bahwa
4
tujuan utama pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang
prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan
komponennya (Meriewaty, 2005, dalam Setianingrum, 2008). Informasi
laba yang merupakan bagian dari informasi akuntansi umumnya digunakan
sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Di mana semakin besar
laba, maka semakin baik penilaian atas kinerja perusahaan. Penyajian
informasi laba merupakan pengukur kinerja perusahaan yang penting jika
dibandingkan dengan pengukur kinerja yang lain, seperti meningkatnya atau
menurunnya modal bersih. Selain itu, laba merupakan pengukuran atas
perubahan kekayaan pemegang saham (perubahan nilai) maupun merupakan
estimasi laba masa depan (Wild et al, 2005:408).
Salah satu cara yang diyakini dapat memprediksi laba perusahaan
adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Untuk mengetahui apakah
suatu perusahaan mendapatkan laba atau mengalami pertumbuhan laba
dapat dilakukan dengan menghitung dan menginterpretasikan rasio
keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan biasa digunakan dalam
penilaian kinerja secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, rasio keuangan
dikatakan memiliki kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi
fenomena ekonomi. Salah satunya adalah perubahan laba. Oleh karena
itulah, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menguji kekuatan
prediksi rasio keuangan atas perubahan laba. Jika rasio keuangan terbukti
dapat dijadikan sebagai prediktor perubahan laba di masa yang akan datang,
temuan dalam penelitian ini tentu menjadi pengetahuan yang cukup berguna
5
bagi para pemakai laporan keuangan yang baik secara riil maupun potensiil
berkepentingan dengan suatu perusahaan.
Studi-studi akuntansi yang menghubungkan rasio keuangan dengan
perubahan laba sebenarnya telah banyak dilakukan, di antaranya oleh
Machfoedz (1994), Zainudin dan Jogiyanto Hartono (1999), Asyik dan
Soelistyo (2000), Warsidi dan Bambang Pramuka (2000), Ediningsih
(2004), Suwarno (2004) , Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005).
Meskipun demikian, hasil dari penelitian-penelitian tersebut
cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda, selain
penggunaan rasio-rasio keuangan yang juga berbeda. Contohnya, hasil
penelitian Machfoedz (1994) menunjukkan terdapat rasio keuangan tertentu
yang dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun ke
depan. Asyik dan Soelistyo (2000) dalam penelitiannya menghasikan lima
rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi laba masa depan, yaitu
dividen/net income; sales/total assets; long term debt/total assets; net
income/sale dan investment in property, plant & equipment/total uses. Jika
hasil dalam penelitian ini nantinya menunjukkan bahwa rasio keuangan
ternyata tidak cukup signifikan dalam memprediksi perubahan laba, maka
paling tidak hasil tersebut akan mengurangi inkonsistensi hasil-hasil
penelitian sebelumnya.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena
variabel yang digunakan berbeda. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perubahan Current Ratio (CR), perubahan
6
Leverage Ratio (LR), perubahan Inventory Turnover (IT), perubahan
Operating Profit Margin (OPM), dan perubahan Price Earning Ratio
(PER).
Alasan pemilihan perusahaan manufaktur sebagai sampel karena
jenis perusahaan manufaktur menduduki proporsi terbesar di antara semua
jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga
perusahaan manufaktur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dinamika perdagangan saham di BEI. Perusahaan manufaktur merupakan
suatu jenis perusahaan yang dalam kegiatan usahanya mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Dalam kegiatannya tersebut, selain menggunakan
bahan baku sebagai bahan dasar olahannya, perusahaan manufaktur juga
melibatkan tenaga kerja yang mengerjakan langsung proses pengolahan
bahan baku tersebut. Dengan demikian, dibanding dengan jenis perusahaan
jasa dan perusahaan dagang, umumnya perusahaan manufaktur menyerap
tenaga kerja yang relatif lebih banyak. Mengingat jenis perusahaan sangat
beragam, maka agar hasil penelitian ini dapat mewakili kondisi perusahaan
pada umumnya, dipilih sampel preusahaan-perusahaan yang telah go publik
di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini dipilih dari sektor
industri manufaktur yang berdasarkan buku Indonsian Capital Market
Directory tahun 2006 sampai 2009 memiliki jumlah perusahaan paling
besar, yaitu 148 perusahaan dari 339 perusahaan.
7
1.2 Perumusan Masalah
Rasio keuangan merupakan ukuran yang sering kali digunakan
untuk menunjukkan prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan.
Besar kecilnya laba suatu perusahaan dapat dilihat dari peningkatan atau
penurunan rasio keuangan.
Dari uraian tersebut, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah perubahan Current Ratio, Leverage Ratio, Inventory
Turnover, Operating Profit Margin, dan Price Earning Ratio
berpengaruh secara simultan terhadap laba untuk periode satu tahun
ke depan ?
2. Apakah perubahan Current Ratio, Inventory Turnover, Operating
Profit Margin secara parsial berpengaruh positif secara signifikan
terhadap laba untuk periode satu tahun ke depan ?
3. Apakah perubahan Leverage Ratio dan Price Earning Ratio secara
parsial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap laba untuk
periode satu tahun ke depan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh simultan perubahan
Current Ratio, perubahan Leverage Ratio, perubahan Inventory
Turnover, perubahan Operating Profit Margin, dan perubahan Price
8
Earning Ratio terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun ke
depan.
2. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh positif secara signifikan
secara parsial perubahan Current Ratio, perubahan Inventory
Turnover, dan perubahan Operating Profit Margin terhadap
perubahan laba untuk periode satu tahun ke depan
3. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh negatif secara signifikan
secara parsial perubahan Leverage Ratio dan perubahan Price Earning
Ratio terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun ke depan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Praktis
a. Bagi Manajemen
Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan mengenai
kegunaan-kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan
laba di masa yang akan datang.
b. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada
investor maupun calon investor untuk memprediksi laba khususnya
pada perusahaan manufaktur.
2. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan tentang prediksi laba dengan menggunakan analisa rasio
9
keuangan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan
pembanding bagi penelitian selanjutnya.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laba
2.1.1 Konsep Laba
Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap 1995:58).
Fisher dan Bedford dalam Chariri dan Imam Ghozali (2003 : 213)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum yang
dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah :
1. Psychic Income, yang menunjukan konsumsi barang atau jasa yang dapat
memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2. Real Income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang
ditunjukan oleh kenaikan cost of living
3. Money Income, yang menunjukan kenaikan nilai moneter sumber-sumber
ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost
of living)
Ketiga konsep tersebut semuanya penting meskipun pengukuran
terhadap Psychic Income sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena Psychic
Income adalah konsep psikologi yang tidak dapat diukur secara langsung namun
dapat ditaksir menggunakan real income.
11
Hendriksen dalam Setyaningrum (2008) mengemukakan bahwa laba
dapat didekati dengan tiga cara, yaitu:
1. Secara sintaksis, yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya
2. Secara sistematis, yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang
mendasari
3. Secara pragmatis, yaitu melalui penggunaanya oleh para investor tanpa
memerhatikan bagaimana hal itu diukur atau apakah itu artinya.
Karena cara pengukuran dan pendefinisian laba yang berbeda
seperti di atas, laba akuntansi sering tidak konsisten dengan pengertian laba
ekonomi. Perbedaan antara laba ekonomi dan laba akuntansi disebabkan oleh
perbedaan konsep yang melandasinya. Laba ekonomi dipandang sebagai
pertambahan kemakmuran yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi dengan
perusahan sebagai wadah yang akan dinikmati oleh seluruh pihak yang ada dalam
unit kegiatan ekonomi tersebut.
Sedangkan laba akuntansi (accounting income) didefinisikan sebagai
perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama
satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Dalam
Wild et al (2005:411) disebutkan bahwa laba akuntansi (accountng income)
merupakan produk lingkup pelaporan keangan yang melibatkan standar akuntansi,
mekanisme pengaturan, dan insentif manajer.
2.1.2 Karakteristik Laba
Belkaoui (2007:229) menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai
lima karakteristik sebagai berikut :
12
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh
perusahaan (terutama pendapatan yang berasal dari penjualan barang atau
jasa dikurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai penjualan tersebut)
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada
kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan
pendapatan.
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam
bentuk biaya historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara
pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Laba Akuntansi
Tujuan pokok analisa terhadap perhitungan laba rugi adalah untuk
membuat proyeksi laba. Proyeksi laba sebenarnya sekaligus mencakup penilaian
terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Hal ini disebabkan
untuk bisa membuat proyeksi tentang laba perlu dipahami dan dianalisa faktor –
faktor atau unsur – unsur pokok yang membentuk laba dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Proyeksi harus didasarkan hasil analisa secara mendalam terhadap tiap –
tiap jenis penghasilan dan biaya yang saling berhubungan satu sama lain serta
dengan memperhatikan situasi dan kondisi dimasa yang akan datang yang
13
kemungkinan akan mempengaruhinya. Oleh karena itu, membuat proyeksi laba
perlu dipelajari dan didasarkan pada hasil analisa dalam beberapa periode. Hal –
hal yang bersifat rutin tentu lebih mudah diproyeksikan dan dengan tingkat
ketepatan yang lebih baik daripada hal – hal yang tidak rutin.
Proyeksi harus didasarkan pada hasil analisa menurut tiap bagian dalam
perusahaan untuk beberapa periode. Tiap bagian mempunyai kemampuan untuk
memberikan kontribusi terhadap laba keseluruhan yang berbeda, menghadapi
tingkat risiko dan kemampuan untuk berkembang yang berbeda pula.
2.1.4 Tujuan Pelaporan Laba
Menurut Chariri dan Imam Ghozali (2003:215) informasi tentang laba
perusahaan dapat digunakan sebagai :
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital).
2. Pengukur prestasi manajemen
3. Dasar penentuan besarnya pajak
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara
5. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
6. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7. Dasar untuk kenaikan kemakmuran
8. Dasar pembagian deviden
Adanya berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep tunggal
tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pihak pemakai laporan keuangan. Atas
dasar inilah ada dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu memformulasikan
14
konsep tunggal untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan
berbagai konsep laba dan menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara
khusus.
2.1.5 Elemen Laba
Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba
perusahaan, yaitu :
1. Konsep Laba Periode (Earnings)
Konsep laba periode memusatkan perhatiannya pada laba operasi periode
berjalan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Oleh karena itu, yan
termasuk elemen laba adalah peristiwa atau perubahan nilai yang dapat
dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan periode
berjalan. Kesalahan perhitungan laba periode sebelumnya tidak menunjukan
efisiensi manajemen periode berjalan. Kesalahan tersebut merupakan ukuran
untuk menilai efisiensi periode sebelumnya.
2. Laba komprehensif (Comprehensive Income)
FASB (Financial Accounting Standard Board) dalam SFAC (Statement of
Financial Accounting Concept) No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan laba komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih
(ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua transaksi
dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Laba
komprehensif memasukan juga unsur pos yang diklasifikasikan sebagai
penyesuaian periode lalu.
15
Laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen yang sama, yaitu
pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi, keduanya tidak sama karena
beberapa komponen tertentu yang menjadi elemen laba komprehensif tidak
dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Komponen-komponen tersebut
adalah :
a. Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dilami
dalam periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih.
b. Perubahan aktiva bersih lainnya (holding gain and losses) yang diakui dalam
periode berjalan, seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham
sementara dan untung rugi penjabaran mata uang asing.
Selain elemen laba di atas, juga terdapat elemen non-operasional yang
mulai berkembang sejak dilkeluarkannya APB (Accounting Principles Board)
Opinion No. 4, ”Reporting the results of operation” pada tahun 1966 dalam
Setyaningrum (2008). Elemen-elemen tersebut adalah :
1. Extraordinary Items
Elemen laporan keuangan dikatakan sebagai extraordinary items jika
memenuhi dua syarat berikut :
• Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang mendasari
elemen tersebut harus memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan tidak
berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus
menerus, sesuai dengan kondisi lingkungan tempat perusahaan
menjalankan kegiatannya.
16
• Jarang terjadi (infrequency of ocurrence), artinya peristiwa atau transaksi
yang mendasari elemen tersebut merupakan tipe transaksi yang jarang
terjadi di masa mendatang, sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
perusahaan menjalankan kegiatannya.
2. Discontinued Operation
Discontinued operation adalah keuntungan atau kerugian yang berasal dari
penjualan atau pelepasan segmen perusahaan yang kegiatannya menunjukan
lini usaha utama atau kelas konsumen terpisah yang harus dilaporkan setelah
pengaruh pajak penghasilan sebagai komponen laba terpisah. Laba ini
ditempatkan setelah laba dari operasi berkelanjutan dan sebelum pos luar
biasa.
3. Perubahan Akuntansi
Perubahan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis :
a. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana
perusahaan memilih metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang
digunakan sebelumnya.
b. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu
atas jumlah taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya
c. Perubahan entitas pelapor, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status
entitas pelapor sebagai akibat dari konsolidasi, perubahan anak
perusahaan tertentu atau perubahan jumlah perusahaan yang
dikonsolidasikan.
17
4. Penyesuaian Periode Sebelumnya
FASB membatasi transaksi atau peristiwa penyesuaian periode sebelumnya
pada elemen berikut ini :
• Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan periode sebelumnya
Penyesuaian yang berasal dari realisasi income tax benefit atas
preacquisition operating loss carry-forward dari pembelian anak
perusahaan.
2.1.6 Prediksi Laba
SAFC No. 1 mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran
yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat
digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Dari perspektif analisis,
evaluasi tingkat laba sangat terkait dengan peramalan laba. Meskipun prediksi
laba tergantung dari prospek masa depan, proses prediksi harus bergantung pada
bukti saat ini dan masa lalu.
Dalam memprediksi laba, dapat digunakan informasi-informasi laporan
keuangan berikut ini :
1. Rasio Keuangan
Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional.
Kegiatan operasional dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai beberapa
sumber daya. Sumber daya-sumber daya terebut tercantum dalam neraca.
2. Laba
Nilai masa lalu dari laba akuntansi dapat memberikan prediksi atas nilai-
nilai masa depan. Nilai masa lalu yang dihitung berdasarkan biaya historis
18
dapat memberikan prediksi yang lebih baik daripada nilai masa lalu yang
dihitung berdasarkn biaya masa berjalan atau yang disesuaikan dengan
tingkat harga umum.
3. Arus Kas
Aliran arus kas mampu untuk memprediksi laba masa depan dan hal ini
telah diteliti oleh para peneliti terdahulu. Namun hasilnya masih
menunjukan perbedaan mengenai manakah yang lebih baik sebagai
prediktor laba, apakah laba atau arus kas.
2.2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan.
Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk
matematis yang sederhana.
Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi
yang mendasari. Menurut Chen at al (1981), rasio keuangan telah memainkan
peran penting sebagai alat evaluasi terhadap kemampuan dan kondisi keuangan
perusahaan. Rasio merupakan sebuah titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang
diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi
lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi
dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit dideteksi
dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio (Wild et
al, 2005:36).
19
Analisis keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada
dasarnya dapat melakukan dengan cara dua pembandingan, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-
waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan
rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio
industri atau rasio standar). Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah
perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangannya berada di atas rata-
rata industri, pada rata-rata atau di bawah rata-rata industri.
2.2.1. Pengelompokan Rasio Keuangan
Pada dasarnya angka-angka rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan. Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan
pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh
dan golongan yang kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan
tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan.
Berdasarkan sumber data dari mana rasio itu dibuat, rasio keuangan
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data
yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai
(quick ratio) dan sebagainya.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya
gross profit margin, net operating margin dan sebagainya.
20
3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya
total asset turnover, inventory turnover dan sebagainya.
Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan
penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan. Weston dan Eugene Brigham
(1999:225) membuat kategori yang lebih banyak, yaitu rasio likuiditas, leverage,
aktivitas, profitabilitas dan pertumbuhan. Bambang Riyanto (1998:331)
menggolongkan rasio keuangan ke dalam rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan
profitabilitas. Sedangkan Hanafi (2003) dan Ang (1997) mengelompokkan rasio
keuangan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Yaitu suatu rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Yang termasuk ke dalam rasio ini
adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar memenuhi kewajiban-
kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan
hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar ini memiliki nilai 1:1
atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat memenuhi semua hutang
lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di
atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
21
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menutup hutang yang harus segera dipenuhi dengan
aktiva lancar yang lebih cepat (quick asset). Rasio ini diperoleh dengan
membandingkan kas dan quick asset di satu pihak dengan utang jangka
pendek di pihak lain. Quick asset ini terdiri atas piutang dan surat-surat
berharga yang dapat direalisasi menjadi uang dalam waktu relatif pendek.
Persediaan tidak ikut diperhitungkan karena dipandang memerlukan waktu
relatif lama untuk direalisasi menjadi uang dan tidak ada kepastian apakah
persediaan bisa terjual atau tidak. Rasio ini dianggap baik jika nilainya
lebih dari 1,5. Semakin besar rasio ini, maka semakin baik.
2. Rasio Solvabilitas/Leverage
Yaitu rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka
panjang. Yang termasuk ke dalam rasio ini adalah:
a. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan keseimbangan proporsi antara aktiva yang
didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Semakin
besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi hutang.
Semakin besar proporsi hutang menyebabkan kemungkinan resiko
perusahaan menjadi tidak solvabel juga semakin besar.
b. Leverage Ratio (Total Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan berapa porsi hutang dibanding dengan aktiva.
Kreditur lebih menyukai rasio ini lebih rendah karena berarti semakin
besar perlindungan terhadap kerugian kreditor dalam peristiwa likuidasi.
22
Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan rasio yang lebih besar
karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
c. Debt Service Ratio
Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan
penyusutan serta biaya non kas dapat menutupi kewajiban bunga dan
pinjaman. Semakin besar rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan
menutupi hutang-hutangnya.
d. Time Interest Earned Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan
proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar
bunga. Tidak ada pedoman pasti tentang besarnya angka rasio ini yang
dikatakan baik. Pada umumnya, laba dipandang cukup untuk melindungi
kreditor jika rasio ini besarnya dua kali atau lebih.
3. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aktiva dengan
melihat tingkat aktivitas aset. Yang termasuk ke dalam rasio ini adalah:
a. Inventory Turnover
Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan
kembali selama satu periode akuntansi. Semakin besar rasio ini, maka
semakin baik, karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b. Total Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan atau kemampuan semua aktiva untuk menghasilkan pendapatan.
23
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Setidaknya rasio ini bernilai
di atas 1,5.
c. Receivable Turnover
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat piutang perusahaan berputar
menjadi kas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik, karena berarti
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.
Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang
bisa ditagih (jangka waktu pelunasan atau penagihan piutang).
d. Average Collection Periode
Rasio ini menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang. Semakin pendek periodenya, maka semakin baik.
4. Rasio profitabilitas
Yaitu rasio yang bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin
pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Yang termasuk
ke dalam rasio ini adalah:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio ini mengukur efisiensi produksi dan penentuan harga jual. Jika
angka rasio ini semakin besar, maka semakin baik.
b. Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini memberikan gambaran tentang efisiensi perusahaan pada
kegiatan utama perusahaan. Semakin besar nilainya maka semakin baik.
c. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan. Rasio ini mengukur seluruh efisiensi, baik produksi,
24
administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen
pajak. Semakin tinggi angkanya, maka semakin baik.
d. Return on Investment (ROI)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan adanya
efisiensi manajemen.
e. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu.
5. Rasio Nilai Pasar (Market Based Ratio)
Yaitu rasio yang lazim dan yang khusus digunakan di pasar modal yang
menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.
Namun, tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai. Yang termasuk ke dalam
rasio ini adalah:
1. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan
earning per share. Angka rasio ini digunakan oleh para investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning
power) di masa datang. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan
yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang
rendah pula.
25
2. Price Book Value (PBV)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap
nilai bukunya.
2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan
Analisis rasio memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya.
Keunggulan tersebut menurut Harahap (1998:211) adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana daripada informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Selain memiliki keunggulan, rasio keuangan juga memiliki kelemahan
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para penggunanya. Beberapa
kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan para pemakainya.
26
2. Adanya window dressing techniques (pihak manajemen memperbaiki atau
merekayasa laporan keuangan) yang dilakukan perusahaan untuk membuat
laporan keuangan perusahaan menjadi kelihatan lebih baik. Jika laporan
keuangan tampak bagus, rasio-rasio perusahaan juga akan tampak bagus. Hal
ini menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan apabila hanya
memperhatikan analisis menggunakan rasio-rasio keuangan.
3. Faktor musiman yang mempengaruhi sebuah analisis rasio.
4. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga bisa
menjadi keterbatasan teknik ini, seperti:
- Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.
- Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan, bukan harga pasar.
- Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
5. Perbedaan metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan
yang dapat memberikan informasi yang berbeda. Hal ini akan menimbulkan
bias dalam menganalisis sebuah laporan keuangan yang akhirnya dapat
menimbulkan kesalahan dalam perbandingan rasio keuangan.
6. Setiap perusahaan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing,
sehingga rasio keuangan tidak dapat dikatakan baik atau buruk apabila
digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.
7. Ketidaktersediaan data akan menimbulkan kesulitan dalam penghitungan
rasio keuangan.
27
8. Ketidaksinkronan data yang tersedia akan menimbulkan kesulitan dalam
penghitungan rasio keuangan.
Kegunaan sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan
spesifik dari analis. Lebih lanjut, menurut Helfert (1991), dalam Warsidi dan
Bambang Pramuka (2000), rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria
yang mutlak. Pada kenyataannya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik
awal dalam analisis keuangan perusahaan. Menurut Friedlob dan Plewa dalam
Warsidi dan Pramuka (2000), analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban,
kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
Gilman dalam Warsidi dan Bambang Pramuka (2000), menolak penggunaan rasio
keuangan sebagai indikator fundamental dengan mengajukan beberapa alasan
sebagai berikut :
a) Perubahan rasio keuangan sebenarnya merupakan angka yang tidak dapat
diinterpretasikan karena pembilang dan penyebutnya bervariasi.
b) Pengukuran rasio keuangan merupakan pengukuran yang bersifat artifisial.
c) Rasio keuangan mengalihkan perhatian analis dari pandangan terhadap
perusahaan secara komprehensif.
d) Keandalan rasio keuangan sebagai indikator sangat bervariasi di antara setiap
rasio.
Akan tetapi, aplikasi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan
pengkajian-pengkajian serta studi yang telah dilakukan mengantarkan kepada
pemikiran untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang fundamental
dalam praktek bisnis dan ekonomi. Rasio keuangan juga telah digunakan sebagai
28
variabel bebas dan variabel terikat dalam studi ekonomi. Bahkan pernah terdapat
kecenderungan untuk menggunakan rasio keuangan tunggal seperti Return On
Investmen (ROI) (Zainuddin, 1999). Gibson dalam Warsidi dan Bambang
Pramuka (2000), pernah melakukan survey dalam rangka meneliti pendapat para
eksekutif keuangan sehubungan dengan persoalan penting yang berkaitan dengan
rasio keuangan di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya
kesepakatan di antara para responden mengenai rasio-rasio keuangan mana yang
dianggap penting. Akan tetapi, hal tersebut tidak diikuti oleh adanya konsensus
mengenai metodologi penghitungannya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terdapat
keragaman pemaknaan mengenai pentingnya analisis rasio keuangan dalam
praktek bisnis dan ekonomi. Kenyataannya, praktek bisnis yang nyata masih
mengaplikasikan analisis rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis
keuangan, meskipun relevansinya tentu saja bersifat sangat subjektif, tergantung
kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis. Dengan perkembangan
pendekatan positivistik dalam akuntansi, secara teoritis dimungkinkan untuk
menemukan kegunaan objektif rasio keuangan yang dikaitkan dengan berbagai
fenomena akuntansi lainnya. Hal inilah yang selama ini tengah dilakukan
meskipun hasilnya masih jauh untuk dikatakan memadai jika yang diinginkan
adalah sebuah konstruksi formal teori analisis rasio keuangan (Warsidi dan
Bambang Pramuka, 2000).
29
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan Sebagai Instrumen Penilaian Kinerja
Keuangan Perusahaan
Dalam rangka memahami informasi akuntansi yang relevan dengan
tujuan dan kepentingan pemakai laporan keuangan, diperlukan seperangkat teknik
analisis laporan keuangan. Zainuddin dan Hartono (1999) menyatakan bahwa
analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu instrumen analisis untuk menjelaskan
berbagai hubungan dan indikator keuangan dalam menunjukkan perubahan
kondisi keuangan atau operasi masa lalu yang dinyatakan dalam artian relatif
ataupun absolut.
Menurut Suwarno (2004) salah satu manfaat data akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi peristiwa ekonomi. Parawiyati dan Zaki Baridwan
(1998) dalam Sandiyani dan Titik Aryati (2001) melakukan penelitian untuk
menganalisa kemampuan laba dan arus kas dalam laporan keuangan dalam
memprediksi laba dan arus kas di masa mendatang. Hasil penelitian mereka
membuktikan bahwa laba dan arus kas periode yang lalu mempunyai manfaat
untuk memprediksi laba dan arus kas di masa mendatang.
Machfoedz (1994) menjelaskan hubungan rasio keuangan dengan
perubahan laba berdasarkan pandangan external users. Rasio keuangan digunakan
dalam pengambilan keputusan menentukan pembelian saham perusahaan,
peminjaman uang, atau untuk memprediksi kekuatan financial perusahaan di masa
yang akan datang. Pemegang saham potensial tertarik pada keuntungan dari
pembelian atau penjualan saham. Keuntungan dapat direalisasikan pada seberapa
30
menguntungkan perusahaan pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan
melihat laporan keuangan perusahaan yang mengindikasikan seberapa bagus
manajemen perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia.
Hubungan antar elemen-elemen pada laporan keuangan dijelaskan oleh rasio
keuangan. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk memprediksi laba
perusahaan di masa yang akan datang.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai manfaat rasio keuangan dalam memprediksi
perubahan laba perusahaan telah banyak dilakukan. Machfoedz (1994) dalam
penelitiannya menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan
laba perusahaan di masa datang dengan menggunakan 47 rasio keuangan yang
kemudian dipilih 13 rasio keuangan dalam 6 kategori. Sampel penelitiannya
terdiri dari 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasilnya 5 kategori rasio keuangan layak
untuk mengukur kinerja perusahaan, tetapi tidak lebih dari satu tahun. Hasil yang
lain adalah rasio keuangan yang ditentukan oleh pemerintah kurang berguna untuk
mengukur kinerja perusahaan yang berupa prediksi laba masa mendatang. Setelah
dilakukan tes statistik, perusahaan besar mempunyai rasio keuangan yang berbeda
dengan perusahaan kecil dalam hubungannya dengan prediksi laba masa datang.
Zainuddin dan Jogiyanto Hartono (1999) menguji kegunaan rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba yang didasarkan pada rasio CAMEL
(Capital, Assets, Managements, Earnings, Liquidity). Penelitian tersebut
31
dilakukan terhadap seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan untuk tahun buku 1989
sampai dengan 1996. Pengujian dilakukan terhadap rasio keuangan, baik pada
tingkat individual maupun pada tingkat construct (gabungan dari rasio-rasio
individual yang dijadikan satu variabel). Dengan menggunakan analisis regresi
untuk menganalisis rasio keuangan pada tingkat individual dan Analysis of
Moment Structures (AMOS) untuk menganalisis rasio keuangan pada tingkat
construct, penelitian ini menunjukkan bahwa secara individual rasio keuangan
tidak signifikan dalam memprediksi perubahan laba. Akan tetapi, pada tingkat
construct, rasio keuangan Capital, Assets, Earnings, dan Liquidity signifikan
dalam memprediksi perubahan laba.
Nur Fadjrih Asyik dan Soelistyo (2000) dalam penelitiannya
menggunakan 21 rasio keuangan dalam memprediksi laba dengan menggunakan
metode discriminant analysis. Adapun sampel penelitiannya adalah perusahaan
manufaktur dengan periode penelitian tahun 1995-1996. Hasil penelitiannya
adalah 5 rasio keuangan merupakan discriminator yang signifikan dalam
memprediksi laba masa yang akan datang.
Warsidi dan Bambang Pramuka (2000) menguji manfaat rasio keuangan
dalam memprediksi laba masa yang akan datang dengan menggunakan 49 rasio
keuangan. Sampel perusahaan yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ yang mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 1993-
1997. Dengan menggunakan stepwise regression, penelitiannya menghasilkan
bahwa ada tujuh rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai prediktor laba satu
32
tahun yang akan datang, lima rasio untuk dua tahun yang akan datang, dan dua
rasio keuangan untuk tiga tahun yang akan datang.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Sri Isworo Ediningsih (2004) dan
juga Agus Endro Suwarno (2004). Mereka menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil keduanya menunjukkan bahwa beberapa
rasio tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba masa datang.
Selain itu, masih ada penelitian yang dilakukan oleh Dian Meriewaty dan Astuti
Yuli Setyani (2005). Penelitian ini mengambil sampel perusahaan industri food
and beverages dan menggunakan 14 rasio keuangan sebagai variabelnya. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitiannya digunakan dua komponen
laba, yaitu laba setelah pajak dan laba operasional. Hasilnya adalah masing-
masing laba memiliki rasio-rasio keuangan tersendiri yang mempengaruhinya.
Untuk laba setelah pajak, rasio-rasio yang dapat dijadikan prediktornya adalah
rasio Total Debt to Total Capital Assets, Total Assets Turnover dan Return on
Investment. Sedangkan, untuk laba operasional, rasio-rasio keuangan yang dapat
dijadikan prediktornya adalah Current Ratio.
Penelitian yang lain dilakukan oleh MM Sulistyaningtyas (2005) dengan
periode perubahan laba satu tahun. Dengan menggunakan rasio keuangan Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return On Investment, dan Total
Assets Turnover, hasil yang didapatnya adalah bahwa secara parsial dan simultan
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Assets
Turnover berpengaruh terhadap perubahan laba untuk satu tahun yang akan
datang. Sebelumnya Return On Investment dikeluarkan dari model karena tidak
memenuhi uji asumsi klasik.
33
Berikut ringkasan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan di
Indonesia sebelumnya.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Mas’ud Machfoedz (1994)
- Cash Flows to Current Liabilities
- Net Worth and Total Liablilities to Fixed Asset
- Gross Profit to Sales - Operating Income to
Sales - Net Income to Sales - Quick Asset to Inventory - Operating Income Total
Liabilities - Net Worth to Sales - Current Liabilities to
Inventory - Net Income to Net Worth - Net Income to Total
Liabilities - Current Liabilities to Net
Worth - Net Worth to Total
Liabilities
Regresi berganda
- 5 kategori rasio keuangan layak untuk mengukur kinerja perusahaan, tetapi tidak lebih dari satu tahun. - Rasio keuangan yang ditentukan oleh pemerintah kurang berguna untuk mengukur kinerja perusahaan yang berupa prediksi laba masa mendatang
2. Zainuddin dan Jogiyanto Hartono (1999)
Rasio CAMEL (Capital, Assets, Managements, Earnings, Liquidity)
Analisis regresi dan AMOS
- Hasil AMOS: Rasio keuangan Capital, Assets, Earnings, dan Liquidity signifikan memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang, sedangkan untuk perubahan laba dua tahun yang akan datang tidak signifikan - Hasil Regresi: Tidak terdapat rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba baik satu tahun maupun dua tahun
3. Nur Fadjrih Asyik dan Soelistyo (2000)
21 rasio keuangan Discriminant analysis
Rasio berikut merupakan discriminator yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba: - Dividen/Net income
34
- Sales/Total Assets - Long Term Debt/Total
Assets - Net income/sales - Investment in Property,
Plant & Equipment (PPE)/Total Uses
4. Warsidi dan Bambang Pramuka (2000)
Untuk prediksi laba 1 tahun: - Cost of Good Sold to
Inventories (CGSI) - Cost of Good Sold to Net
Sales (CGSNS) - Net Sales to Quick Asset
(NSQA) - Net Sales to Trade
Receivables (NSTR) - Profit Before Taxes to
Shareholder’s Equity (PBTSE)
- Working Capital to Net Sales (WCNS)
- Working Capital to Total Assets (WCTA)
Untuk prediksi laba 2 tahun: - Cost of Good Sold to
Inventories (CGSI) - Cost of Good Sold to Net
Sales (CGSNS) - Gross Profit to Net Sales
(GPNS) - Inventories to Net Sales
(INS) - Operating Profit to Profit
Before Taxes (OPPBT) Untuk prediksi laba 3 tahun: - Inventories to Working
Capital (IWC) Quick Asset to Total Assets (QATA)
Stepwise regression
Tujuh rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai prediktor laba satu tahun yang akan datang, lima rasio untuk dua tahun yang akan datang, dan dua rasio keuangan untuk tiga tahun yang akan datang
5. Sri Isworo Ediningsih (2004)
- Operating Income to Sales (OIS)
- Operating Income to net Income Before Taxes (OINIBT)
- Earning Before Taxes to Sales (EBTS)
- Quick Asset to Inventory (QAI)
- Sales to Total Assets (STA)
- Current Asset to Total Assets (CATA)
- Operating Income to Total Liabilities (OITL)
- Current Liabilities to
Analisis regresi
Secara simultan semua rasio keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba satu dan dua tahun yang akan datang. Secara parsial, rasio keuangan OIS, EBTS, OITL, TLCA, dan NWS berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba satu dan dua tahun yang akan datang
35
Inventory (CLI) - Current Liabilites to Net
Worth (CLNW) - Total Liabilities to
Current Asset (TLCA) - Current Asset to Sales
(CAS) - Net Worth to Sales
(NWS) - Sales to Fixed Asset
(SFA) 6. Agus Endro
Suwarno (2004) Perubahan laba tahun 2000: - Long Term Liabilities to
Shareholder’s Equity (LTLSE)
- Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT)
- Net Income to Sales (NIS) Perubahan laba tahun 2001:
Long Term Liabilities to Shareholder’s Equity (LTLSE)
- Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT)
- Inventory to Working Capital (IWC)
- Operating Income to Total Liabilities (OITL)
- Net Worth to Total Liabilities (NWTL)
- Net Income to Net Worth (NINW)
- Sales to Current Liabilities (SCL)
- Total Liabilities to Current Liabilities (TLTA)
Perubahan laba tahun 2002 - Operating Profit to Profit
Before Taxes (OPPBT) - Profit After Taxes to
Fixed Asset (PATFA)
Stepwise Regression
Rasio keuangan yang signifikan untuk memprediksi laba tahun 2000: Long Term Liabilities to Shareholder’s Equity (LTLSE); Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT); Net Income to Sales (NIS), tahun 2001: Inventory to Working Capital (IWC); Net Income to Net Worth (NINW);Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT), tahun 2002: Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT);Profit After Taxes to Fixed Asset (PATFA).
7. Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005)
Current Ratio, Quick Ratio, Working Capital to Total Assets Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, Average Day’s Inventory Ratio, Working Capital Turnover Ratio, Gross Profit Margin, Net
Analisis regresi berganda
Rasio keuangan yang signifikan terhadap perubahan earning after tax adalah Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Total Assets Turnover Ratio, dan Return On Investment. Sedangkan, yang berpengaruh terhadap poperating profit adalah Current Ratio.
36
Profit Margin, Return On Investment, dan Return On Equity
8. MM Sulistyaningtyas (2005)
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover
Analisis regresi berganda
Secara parsial dan simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap perubahan laba untuk satu tahun yang akan datang
9. Retno Setyaningrum (2008)
CR, DER, LR, IT, TAT, GPM, OPM, NPM, ROI, ROE, PER, dan PBV
Analisis regresi berganda
Secara parsial dan simultan untuk memprediksi perubahan laba 1 tahun ke depan adalah IT dan PER. Secara parsial dan simultan untuk memprediksi perubahan laba 2 tahun ke depan adalah OPM.
2.4. Kerangka Berfikir
Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk
menghasilkan laba, perusahaan harus melakukan aktivitas operasional. Aktivitas
dalam rangka memperoleh laba ini dapat terlaksana jika perusahaan memiliki
sejumlah sumber daya. Hubungan antar sumber daya yang membentuk aktivitas
tersebut dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Kondisi likuiditas,
solvabilitas/leverage, aktivitas, profitabilitas dan nilai perusahaan mempengaruhi
pertumbuhan laba yang akan dicapai suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan
kondisi-kondisi tersebut menunjukkan keadaan sumber daya perusahaan yang
mampu menghasilkan laba.
Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas
atau kemampuan memperoleh kas. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan
untuk memperoleh kesempatan mendapatkan keuntungan. Hal ini dikarenakan
37
kurangnya likuiditas akan menghambat kegiatan operasional perusahaan dan
dengan demikian akan mengurangi keuntungan perusahaan. Salah satu rasio
likuiditas adalah current ratio. Current ratio yang membandingkan aktiva lancar
dengan hutang lancarnya menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
dana yang ada. Dengan pengelolaan dana yang baik, yang ditunjukkan oleh angka
rasio yang tinggi, maka laba yang lebih tinggi dapat tercapai. Current ratio yang
tinggi dapat berarti juga adanya pengurangan utang lancar, yang berarti juga
mengurangi beban bunga. Dengan beban bunga yang lebih rendah, laba yang lebih
tinggi dapat diperoleh. Dengan demikian, kenaikan current ratio dapat
menyebabkan kenaikan laba perusahaan yang akan datang.
Solvabilitas/leverage keuangan mengacu pada jumlah pendanaan utang
dalam struktur permodalan perusahaan. Istilah ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan utang dan aktiva untuk meningkatkan laba. Yang
termasuk dalam rasio solvabilitas/leverage adalah Leverage Ratio (Total Debt to
Total Asset Ratio). Pemegang saham menginginkan rasio solvabilitas/leverage
yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan (Brigham
dan Joel Houston, 2006:104). Hal ini didasarkan pada argumen bahwa bunga atas
hutang diperhitungkan sebagai biaya, sehingga akan mengurangi laba yang
terkena pajak. Ini dipandang lebih menguntungkan bagi perusahaan karena
terdapat penghematan pajak. Namun, di sisi lain, proporsi hutang yang lebih besar
menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan menjadi lebih besar dan
ini akan mengurangi laba. Dengan demikian, peningkatan rasio
38
solvabilitas/leverage dapat mengakibatkan peningkatan atau juga penurunan laba
perusahaan yang akan datang.
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya
akan menjadi terlalu tinggi dan akibatnya laba akan menurun. Di sisi lain, jika
aktiva perusahaan terlalu rendah, maka penjualan yang menguntungkan akan
hilang. Yang termasuk dalam rasio ini adalah Inventory Turnover yang mengukur
kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Makin cepat
perputaran persediaan, berarti penjualan semakin banyak. Penjualan semakin
banyak, berarti laba yang diperoleh makin tinggi. Kenaikan rasio ini menunjukkan
bahwa penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan semakin kecil. Semakin
kecil aktiva yang dibutuhkan berarti semakin efisien operasi perusahaan dan
berarti juga semakin besar kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peningkatan rasio aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas operasional
perusahaan secara keseluruhan. Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan
kegiatan operasional perusahaan yang baik. Dengan kegiatan operasional
perusahaan yang baik, maka laba yang lebih tinggi dapat dicapai. Rasio
profitabilitas antara lain Operating Profit Margin. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset
dan modal saham tertentu. Jika rasio ini semakin tinggi, berarti kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan semakin baik. Dengan begitu, laba masa
datang yang akan diperoleh juga semakin baik.
39
Perubahan Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas ∆ CR ( X1 )
Rasio Leverage ∆ LR ( X2 )
Rasio Aktivitas ∆ IT ( X3 )
Rasio Profitabilitas ∆ OPM ( X4 )
Perubahan Laba ( Y )
Rasio Nilai Pasar ∆ PER ( X5 )
Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba
dan nilai buku per saham. Jika rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen
utang, dan profitabilitas baik, maka kemudian rasio nilai pasar akan menjadi
tinggi. Rasio nilai pasar yang tinggi menunjukkan prospek tumbuh perusahaan
yang tinggi. Price Earning Ratio merupakan fungsi dari profitabilitas masa depan
relatif terhadap tingkat laba saat ini, sementara rasio Price Book Value merupakan
fungsi dari profitabilitas masa depan relatif terhadap nilai buku (Wild, et al.
2004:219). Dengan demikian, analisis rasio pasar memberikan pemahaman
mengenai harapan pasar atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba masa
depan. Dengan peningkatan rasio nilai pasar, maka laba masa depan yang
diharapkan diperoleh juga akan meningkat.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
40
2.5. Hipotesis
Kerangka pemikiran teoritis di atas menunjukkan bahwa analisis rasio
keuangan dapat berguna dalam memprediksi perubahan laba yang akan datang.
Analisis rasio keuangan menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan yang
membentuk laba dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut.
Artinya, rasio keuangan dapat digunakan dalam prediksi laba tidak hanya untuk
satu periode saja, tetapi juga untuk periode yang lebih lama. Dalam hal ini,
peneliti hanya menggunakan periode satu tahun ke depan. Dengan demikian,
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Perubahan Current Ratio (CR), Inventory Turnover (IT), dan Operating
Profit Margin (OPM) secara parsial mempunyai pengaruh positif
terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun ke depan.
H2 : Perubahan Leverage Ratio (LR) dan Price Earning Ratio (PER) secara
parsial mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan laba untuk
periode satu tahun ke depan.
H3 : Perubahan Current Ratio (CR), Inventory Turnover (IT), Operating Profit
Margin (OPM), Leverage Ratio (LR), dan Price Earning Ratio (PER)
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba untuk
periode satu tahun ke depan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini dibatasi dengan sejumlah kriteria berikut:
1. Perusahaan termasuk dalam kelompok industri manufaktur.
2. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian,
yaitu tahun 2006 sampai 2009.
3. Perusahaan membuat dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan
selama periode penelitian.
4. Tahun fiskal perusahaan berakhir pada 31 Desember. Kriteria ini diperlukan
untuk memastikan bahwa sampel tidak meliputi laporan keuangan tahunan
parsial.
5. Selama periode penelitian perusahaan memperoleh laba bersih positif.
Perusahaan yang mempunyai laba bersih negatif tidak dijadikan sampel
karena laba bersih negatif menunjukkan perusahaan sering mengalami kerugian
sehingga perusahaan tersebut tidak mencerminkan perubahan laba yang baik.
Penggunaan hanya satu kelompok perusahaan saja, yaitu perusahaan manufaktur,
dimaksudkan untuk menghindari perbedaan karakteristik antara perusahaan
manufaktur dengan perusahaan non manufaktur. Pemilihan industri manufaktur
42
sebagai populasi didasarkan karena perusahaan manufaktur relatif lebih banyak
dibandingkan dengan industri lainnya di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari
Indonesia Capital Market Directory tahun 2010 perusahaan manufaktur terdiri
dari 148 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang digunakan terlebih dahulu ditentukan secara
stratified random dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang ditentukan dalam penelitian (Arikunto, 2002:134).
Dari metode pengambilan sampel tersebut, maka sampel dalam penelitian
ini adalah 59 perusahaan manufaktur. Periode pengamatan dalam penelitian ini
adalah 4 tahun yaitu 2006 – 2009, dan data perubahan rasio keuangannya adalah 3
tahun, sehingga diperoleh unit analisis sebesar 177 laporan keuangan perusahaan
manufaktur. Daftar nama – nama perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini
(lampiran 2).
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Bebas ( X )
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perubahan rasio
keuangan (ΔCR, ΔLR, Δ IT, ΔOPM, dan ΔPER).
Perubahan rasio keuangan adalah selisih rasio keuangan antara tahun tertentu
dengan tahun sebelumnya dibagi dengan tahun sebelumnya.
43
Angka rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
1. Perubahan Current Ratio (Rasio Lancar)
itit
itit
)1(Lancar Utang
)1(Lancar Aktiva
Lancar UtangLancar Aktiva RatioCurrent
−−
−−=Δ
2. Perubahan Leverage Ratio (LR)
itit
itit
)1(
)1(
Aktiva Total Aktiva Total UtangTotal UtangTotal Ratio Leverage
−−
−−=Δ
3. Perubahan Inventory Turnover (IT)
itit
itit
)1(
)1(
Persediaan PersediaanHPP HPP Turnover Inventory
−−
−−=Δ
4. Perubahan Operating Profit Margin (OPM)
itit
itit
)1(
)1(
PenjualanPenjualan UsahaLaba UsahaLaba Margin Profit Operating
−−
−−=Δ
5. Perubahan Price Earning Ratio (PER)
itit
itit
)1(
)1(
SahamPer Laba SahamPer LabaSahamPer Harga SahamPer Harga Ratio Earning Price
−−
−−=Δ
3.3.2. Variabel Terikat ( Y )
Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan
laba. Perubahan laba adalah selisih antara tahun tertentu dengan tahun
sebelumnya dibagi tahun sebelumnya.
Rumus :
ΔLt = Perubahan laba perusahaan i pada tahun t
L it = Laba perusahaan i pada tahun t
L (t-1)i = Laba perusahaan i pada tahun dasar
it
itit
LLL
)1(
)1(t
L−
−−=Δ
44
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan
masalah melalui dokumen, yaitu berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan yang diperoleh dari buku Indonesian Capital Market Directory
tahun 2006.
2. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mengambil bahan yang tertulis dalam buku
literatur atau bahan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian, yaitu
bahan tentang konsep laba dan analisis rasio keuangan.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
3.5.1 Analisis Deskriptif
Deskripsi variabel penelitian adalah bagian dari hasil penelitian yang
berguna untuk menggambarkan tingkat variabel (independen dan dependen)
dalam tahun penelitian.
3.5.2 Analisis Regresi Berganda
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode kuantitatif
dengan alat analisis regresi berganda. Hal ini dikarenakan data yang
digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan mempunyai
variabel independen lebih dari satu. Alat analisis regresi berganda dalam
45
penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh perubahan rasio keuangan
terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun kedepan. Analisis ini
menggunakan perubahan laba sebagai variabel dependen dan perubahan
rasio keuangan sebagai variabel dependen.
Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen
dengan menggunakan persamaan regresi berganda berikut ini :
Y = a + b1X1 - b2X2 + b3X3 + b4X4 – b5X5 + ℮
Dimana : Y = Pertumbuhan laba
a = Konstanta
b = Koefisisen regresi
X1 = Perubahan Current Ratio (CR)
X2 = Perubahan Leverage Ratio (LR)
X3 = Perubahan Inventory Turnover (IT)
X4 = Perubahan Operating Profit Margin (OPM)
X5 = Perubahan Price Earning Ratio (PER)
℮ = Koefisien Error
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Model regresi merupakan model yang menghasilkan estimator
linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimate / BLUE).
Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan
asumsi klasik sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Residual
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya
46
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Dasar pengambilan
keputusan dalam deteksi normalitas yaitu : (Ghozali 2001:74)
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antarsesama variabel bebas sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atu tidaknya multikolinieritas didalam model
regresi adalah sebagai berikut :
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual , variabel-variabel
bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel
terikat.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika
antarvariabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya
47
diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi
antarvariabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel bebas.
3. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran
ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan
menunjukkan kolinieritas yang tinggi. Jika nilai tolerance lebih
besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas pada data yang akan
diolah. (Ghozali,2001:57)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross-section
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun
48
data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
(Ghozali,2001:77)
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Yadalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya).
Dasar analisis :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – tititk yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali,2001:78).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada
49
atau tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Waston, dimana
hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = tidak ada autokorelasi ( r = 0 )
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut :
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du)
dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol,
berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl), maka koefisien autokorelsi lebih besar daripada nol,
berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah
(dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya
tidak dapat disimpulkan. (Ghozali,2001:68).
3.5.4 Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis – hipotesis dengan menggunakan
metode analisis regresi berganda (multiple regression). Metode regresi
berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel
independen dalam suatu model prediktif tunggal.
50
Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut
digunakan uji F, uji t, dan koefisien determinan.
a. Uji F ( Pengujian secara simultan )
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel
dependen dengan membandingkan antara nilai kritis F tabel dengan F
hitung. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti variabel
independen tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel
dependen. Sedangkan jika F hitung > F tabel , maka Ho ditolak dan
menerima Ha, ini berarti semua variabel independen berpengaruh
terhadap nilai variabel dependen.
b. Uji t ( Pengujian secara parsial )
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing –
masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
perbandingan nilai t hitung masing – masing koefisien dengan t tabel,
dengan tingkat signifikan 5%. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima,
ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai
variabel dependen. Sedangkan jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan
menerima Ha, ini berarti variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang
51
kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel – variabel
dependen. Sedangkan r2 digunakan untuk mengukur derajat hubungan
antara tiap variabel X terhadap variabel Y secara parsial.
(Ghozali,2001:45)
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Karakteristik utama kegiatan industri manufaktur adalah mengelola
sumberdaya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. Aktivitas perusahaan yang
tergolong dalam industri manufaktur sekurang-kurangnya mempunyai tiga kegiatan
utama yaitu:
1. Kegiatan untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku
2. Kegiatan pengolahan atau pabrikasi atau perakitan atas bahan baku menjadi barang
jadi
3. Kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi
Pada bab tiga telah disampaikan bahwa sampel penelitian sebanyak 59
perusahaan manufaktur. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 4
(empat) tahun yaitu tahun 2006-2009, sehingga diperoleh unit analisis penelitian
sebesar 177 laporan keuangan perusahaan manufaktur. Menurut ICMD tahun
2006-2010 diperoleh nama-nama perusahaan manufaktur yang terpilih menjadi
objek dalam penelitian (lampiran 2).
Hingga tahun 2009, jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta mencapai 404 perusahaan. Jumlah perusahaan manufaktur dari jumlah
tersebut adalah sebanyak 148 perusahaan dengan rincian sebagai berikut.
53
Tabel 4.1
Jumlah Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Jenis Industri
Jenis Industri Jumlah Perusahaan Manufaktur
(terdaftar di BEI tahun 2009)
Jumlah yang Dijadikan
Sampel Food and Beverages 18 9 Tobacco Manufactures 3 2 Textile Mill Products 9 0 Apparel and Other Textile Products 11 3 Lamber and Wood Products 5 1 Paper and Allied Products 7 0 Chemical and Allied Products 9 5 Adhesive 4 1 Plastic and Glass Products 14 5 Cement 3 2 Metal and Allied Products 14 5 Fabricated Metal Products 2 0 Stone, Clay, Glass and Concrete Products
6 2
Cable 6 0 Electronics and Office Equipment 5 2 Automotive and Allied Products 17 9 Photographic Equipment 3 0 Pharmaeuticals 9 7 Consumer Goods 3 2 TOTAL 148 59 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi statistik memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat antara lain dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi. Deskripsi statistik dari variabel-variabel di dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
54
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ∆CR 177 -.5600 4.4040 .073384 .443912∆LR 177 -.6820 1.0650 -.023110 .1779045∆IT 177 -.6160 4.6790 .079910 .47025∆OPM 177 -1.00 3.9380 .167028 .562395∆PER 177 -.9870 2.9290 .133402 .7731533Perubahan Laba 177 -.9810 1.9970 .300803 .5400820Valid N (listwise) 177
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.2 dapat diperoleh pengertian :
a. Perubahan Current Ratio
Rasio ini mengukur untuk membandingkan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Dari Tabel 4.1 dapat diketahui nilai minimum pada perubahan CR
adalah sebesar –0,56 nilai maksimum perubahan CR adalah sebesar 4,40 persen
hal ini berarti perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar hutang yang
segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap hutang lancar Rp.1,- dijamin
oleh aktiva lancar sebesar Rp. 4,40. Sedangkan rata-rata (mean) perubahan CR
adalah sebesar 0,0733 dengan standar deviasi yang merupakan ukuran seberapa
jauh nilai pengamatan menyimpang dari nilai pusatnya sebesar 0,4439. Nilai rata-
rata perubahan Current Ratio sebesar 0,0733 menunjukkan bahwa sebagian besar
perusahaan sampel mengalami kenaikan Current Ratio.
b. Perubahan Leverage Ratio
Leverage Ratio (LR) yaitu rasio yang menunjukkan berapa porsi hutang
dibanding dengan aktiva. Nilai minimum perubahan LR adalah sebesar –0,68,
nilai maksimum perubahan LR adalah sebesar 1,06 hal ini berarti Rp. 1,06,- dari
55
setiap aktiva menjadi jaminan hutang atau bagian dari setiap rupiah aktiva
perusahaan yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Sedangkan rata-
rata (mean) perubahan LR adalah sebesar -0,02311 dengan standar deviasi atau
ukuran seberapa jauh nilai pengamatan menyimpang dari nilai pusatnya sebesar
1,0650. Nilai rata-rata perubahan Leverage Ratio sebesar -0,02311 menunjukkan
bahwa sebagian besar perusahaan sampel mengalami penurunan Leverage Ratio.
c. Perubahan Inventory Turn Over
Inventory Over (IT) merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali
persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi.
Nilai minimum perubahan IT adalah sebesar –0,61 nilai maksimum perubahan IT
adalah sebesar 4,68 hal ini berarti persediaan rata-rata dalam satu tahun berputar
4,68 kali atau setiap rupiah aktiva selama setahun dapat menghasilkan revenue
sebesar Rp.4,68,-. Sedangkan rata-rata (mean) perubahan IT adalah sebesar
0,0799 dengan standar deviasi sebesar 0,47025. Nilai rata-rata perubahan
Inventory Turnover sebesar 0,0799 menunjukkan bahwa sebagian besar
perusahaan sampel mengalami kenaikan Inventory Turnover.
d. Perubahan Operating Profit Margin
Operating Profit Margin (OPM) merupakan perbandingan antara laba
usaha dengan penjualan, rasio ini memberikan gambaran tentang efisiensi
perusahaan pada kegiatan utama perusahaan. Nilai minimum perubahan OPM
adalah sebesar –1,00 nilai maksimum perubahan OPM adalah sebesar 3,94 hal ini
berarti setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3,94,-.
Sedangkan rata-rata (mean) perubahan OPM adalah sebesar 0,1670 dengan
56
standar deviasi sebesar 0,56239. Nilai rata-rata perubahan Operating Profit
Margin sebesar 0,1670 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel
mengalami kenaikan Operating Profit Margin.
e. Perubahan Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan hubungan antara harga pasar
saham biasa dan earning per share. Angka rasio ini digunakan oleh para investor
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning
power) di masa datang. Nilai minimum perubahan PER adalah sebesar –0,98 nilai
maksimum perubahan PER adalah sebesar 2,92 hal ini berarti setiap rupiah harga
tiap lembar saham menghasilkan laba sebesar Rp. 2,92,-. Sedangkan rata-rata
(mean) perubahan PER adalah sebesar 0,1334 dengan standar deviasi sebesar
0,77315. Nilai rata-rata perubahan Price Earning Ratio sebesar 0,1334
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel mengalami kenaikan
Price Earning Ratio
f. Perubahan Laba
Perubahan laba adalah selisih antara tahun tertentu dengan tahun
sebelumnya dibagi tahun sebelumnya. Laba ini merupakan perbedaan antara
pendapatan direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya
historis yang sepadan dengannya. Laba diukur berdasarkan laba bersih setelah
pajak dimana laba yang digunakan adalah laba tahun sebelumnya.Nilai minimum
pertumbuhan laba adalah sebesar -0,98 nilai maksimum pertumbuhan laba adalah
sebesar 1,99 rata-rata (mean) perubahan laba adalah sebesar 0,3008 dengan
standar deviasi sebesar 0,54008. Nilai rata-rata perubahan perubahan laba sebesar
57
0,3008 menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan sampel mengalami
kenaikan perubahan laba.
4.3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang baik,
dan harus terbebas dari Multikolinieritas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas, serta
data yang dihasilkan harus berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk
menguji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan apakah dalam suatu model regresi (variabel
dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi
normal/tidak). Model regresi yang baik adalah distribusi yang mempunyai
data normal atau mendekati normal. Berikut gambar normalitas pada model
Gambar 4.1 : Uji Normalitas
58
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati
normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga menunjukkan
bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji
normalitas yang ditunjukan pada P-plot diperkuat dengan hasil perhitungan
besarnya tingkat signifikansi kolmogorov smirnov. Jika besarnya nssilai
kolmogorov smirnov lebih dari 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan
jika kurang dari 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Adapun hasil
analisis data penelitian untuk mengetahui besarnya signifikansi kolmogorov
smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Unit Analisis Penelitian Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2006-2009
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
177.0000000
.46458714.080.080
-.0431.071
.202
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dengan menggunakan nilai VIF (Variance
59
Inflation Factor) dan tolerance. Dari hasil pengujian model regresi
diperoleh hasil untuk masing-masing variabel sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Output SPSS : Uji Multikolinearitas (VIF‐Tolerance)
Variabel Tolerance VIF
Perubahan Current Ratio (X1) 0,572 1,748
Perubahan Leverage Ratio (X2) 0,834 1,199
Perubahan Inventory Turnover (X3) 0,660 1,514
Perubahan Operating Profit Margin (X4) 0,942 1,062
Perubahan Price Earning Ratio (X5) 0,946 1,057
Sumber : Data yang diolah
Dari Tabel 4.13 di atas menunjukkan tidak ada variabel bebas yang
memiliki nilai tolerance dibawah 0,1. Hasil perhitungan nilai VIF juga
menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF di atas 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam
model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas pada model regresi yaitu dengan Analisis Grafik Plot. Hasil
grafik scatterplot sebagai berikut :
60
Regression Standardized Predicted Value6420-2-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed
Res
idua
l
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Perubahan Laba
Gambar 4.2 : Grafik plot
Uji Berdasarkan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian, model regresi layak dipakai
untuk memprediksi Perubahan laba (Y) berdasarkan variabel bebas yaitu
Current Ratio (X1), Leverage Ratio (X2), Inventory Turnover (X3), Operating
Profit Margin (X4), dan Price Earning Ratio (X5).
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dengan menggunakan uji statistik dari Durbin Watson.
Langkah awal pendeteksian ini adalah mencari nilai du dari analisis regresi
dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du pada tabel dengan kriteria. Untuk
menguji apakah terhadap autokorelasi digunakan Durbin Waston Test,
diketahui :
61
Tabel 4.5
Hasil Output SPSS : Uji Autokorelasi (Durbin Waston)
Model Summaryb
.510a .260 .238 .4713304 1.756Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Perubahan PER, Perubahan LR, Perubahan IT,Perubahan OPM, Perubahan CR
a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
Hasil uji Durbin Waston menunjukkan nilai sebesar 1,756 nilai tersebut jika
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan
5%, jumlah sampel 59, Variabel bebas (k) = 5, Nilai Tabel Durbin Watson
dl= 1,408 dan du = 1,767
Kesimpulan
Nilai DW terletak diantara batas atas du dan (4-du), 1,767 < 1,756 < 2,233
maka hasilnya tidak ada Autokorelasi.
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (X1), Leverage Ratio
(X2), Inventory Turnover (X3), Operating Profit Margin (X4), dan Price
Earning Ratio (X5) terhadap Pertumbuhan laba (Y) menggunakan analisis
stasistik yaitu model analisis regresi linier berganda.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
62
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
.274 .039 7.064 .000
.034 .106 .028 .323 .747-.517 .219 -.170 -2.364 .019-.111 .093 -.096 -1.192 .235.291 .065 .303 4.469 .000
-.209 .047 -.299 -4.417 .000
(Constant)Perubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PER
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Perubahan Labaa.
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dijelaskan analisis persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 0,274 + 0,034X1 - 0,517X2 - 0,111X3 + 0,291X4 – 0,209X5
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda, maka dapat diinterprestasikan
sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) sebesar 0,274 mempunyai arti bahwa jika perubahan
Current ratio (X1), perubahan Leverage Ratio (X2), perubahan Inventory
Turnover (X3), perubahan Operating Profit Margin (X4), dan perubahan
Price Earning Ratio (X4) adalah nol, maka perubahan laba perusahaan dari
periode satu ke periode yang lain sebesar 0,274.
2. Nilai koefisien regresi perubahan Current Ratio (b1) bertanda positif sebesar
0,034 artinya jika perubahan Current Ratio naik sebesar 1 satuan, maka
perubahan laba juga akan naik 3,4% dengan menganggap variabel lain bernilai
tetap.
63
3. Nilai koefisien regresi perubahan Leverage Ratio (b2) bertanda negatif sebesar
-0,517 artinya jika perubahan Leverage Ratio naik sebesar 1 satuan, maka
perubahan laba akan turun sebesar 51,7% dengan menganggap variabel lain
bernilai tetap.
4. Nilai koefisien regresi perubahan Inventory Turnover (b3) sebesar -0,111
berarti jika perubahan Inventory Turnover naik sebesar 1 satuan, maka
perubahan laba akan turun sebesar 11,1% dengan menganggap variabel lain
bernilai tetap.
5. Nilai koefisien regresi perubahan Operating Profit Margin (b4) bertanda
positif sebesar 0,291 artinya jika perubahan OPM naik sebesar 1 satuan, maka
perubahan laba juga akan naik sebesar 29,1% dengan menganggap variabel
lain bernilai tetap.
6. Nilai koefisien regresi perubahan Price Earning Ratio (b5) sebesar -0,209
berarti jika perubahan Price Earning Ratio naik sebesar 1 satuan, maka
perubahan laba akan turun sebesar 20,9% dengan menganggap variabel lain
bernilai tetap.
4.5 Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Current ratio
(X1), Debt to Equity Ratio (X2), Total Assets Turn Over (X3) dan Net Profit
Margin (X4) secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan laba (Y).
64
Tabel 4.7 Hasil Uji F
ANOVAb
13.349 5 2.670 12.018 .000a
37.988 171 .22251.337 176
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Perubahan PER, Perubahan LR, Perubahan IT, PerubahanOPM, Perubahan CR
a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.12 diketahui nilai nilai Fhitung sebesar
12,018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan untuk mencari Ftabel
dengan jumlah unit analisis (n) = 177; jumlah variabel (k) = 6; taraf signifikansi α
= 5%; degree of freedom df1 = k-1 = 5 dan df2 = n-k = 177-5 = 172 diperoleh
nilai Ftabel sebesar 2,27 (taraf signifikansi α =5%). Sehingga diperoleh nilai Fhitung
= 12,018 > Ftabel = 2,27.
b. Uji t
Tabel 4.8 Hasil Uji t Coefficientsa
Model t Sig.
1 (Constant) 7.064 .000
Perubahan CR .323 .747
Perubahan LR -2.364 .019
Perubahan IT -1.192 .235
Perubahan OPM 4.469 .000
Perubahan PER -4.417 .000
a. Dependent Variable: Perubahan Laba Sumber : data yang diolah
65
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh perubahan Current
ratio (X1), perubahan Leverage Ratio (X2), perubahan Inventory Turnover (X3),
perubahan Operating Profit Margin (X4), dan perubahan Price Earning Ratio
(X5) secara parsial terhadap Perubahan laba (Y)
1. Besarnya tingkat signifikansi pengaruh perubahan Current Ratio terhadap
perubahan adalah 0,747. Karena besarnya nilai signifikansi 0,747 ≥ 0,05 dan
besarnya thitung = 0,323 ≤ ttabel = 1,653 maka dari hasil uji ini dinyatakan H0
diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa secara parsial variabel perubahan
Current Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2. Besarnya tingkat signifikansi pengaruh perubahan Leverage Ratio terhadap
perubahan laba adalah 0,019. Karena besarnya nilai signifikansi 0,019 ≤ 0,05
dan besarnya thitung = (-2,364) ≤ ttabel = 1,653 maka dari hasil uji ini
dinyatakan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa secara parsial variabel
perubahan Leverage Ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
perubahan laba.
3. Besarnya tingkat signifikansi pengaruh perubahan Inventory Turnover
terhadap perubahan laba adalah 0,235. Karena besarnya nilai signifikansi
0,235 ≥ 0,05 dan besarnya thitung = (-1,192) ≤ ttabel = 1,653 maka dari hasil uji
ini dinyatakan H0 diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa secara parsial
variabel perubahan Inventory Turnover tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan laba.
4. Besarnya tingkat signifikansi pengaruh perubahan Operating Profit Mergin
terhadap perubahan laba adalah 0,000. Karena besarnya nilai signifikansi
66
0,019 ≤ 0,05 dan besarnya thitung = 4,469 ≥ ttabel = 1,653 maka dari hasil uji ini
dinyatakan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa secara parsial variabel
perubahan Operating Profit Margin memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap perubahan laba.
5. Besarnya tingkat signifikansi pengaruh perubahan Price Earning Ratio
terhadap perubahan laba adalah 0,000. Karena besarnya nilai signifikansi
0,000 ≤ 0,05 dan besarnya thitung = (-4,417) ≤ ttabel = 1,653 maka dari hasil uji
ini dinyatakan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa secara parsial
variabel perubahan Price Earning Ratio memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap perubahan laba.
4.6 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh semua variabel
independen terhadap nilai variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh koefisien determinasi dapat dilihat pada table 4.15 berikut ini :
Tabel 4.9
Nilai Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.510a .260 .238 .4713304 1.756Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Perubahan PER, Perubahan LR, Perubahan IT,Perubahan OPM, Perubahan CR
a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
Sumber : Data yang diolah
67
Dari Tabel 4.18 diketahui hasil uji regresi diperoleh nilai Adjusted R
Square sebesar 0,238. Hal ini berarti bahwa pengaruh secara simultan variabel
perubahan CR, perubahan LR, perubahan IT, perubahan OPM, dan perubahan
PER terhadap perubahan laba adalah sebesar 23,8%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pengaruh secara parsial perubahan CR, perubahan LR, perubahan IT,
perubahan OPM, dan perubahan PER terhadap perubahan laba dapat diketahui
dari kudrat correlation parsial hasil analisis data penelitian. Hasil analisis uji
parsial dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial Unit Analisis Penelitian Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2006-2009
Model Correlations
Zero-order Partial Part 1 (Constant)
∆CR .016 .025 .021∆LR -.157 -.178 -.156∆IT -.098 -.091 -.078
∆OPM .369 .323 .294∆PER -.371 -.320 -.291
(Sumber: data penelitian diolah)
Berdasarkan tabel 4.19 maka besarnya pengaruh secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh secara parsial variabel perubahan Current Ratio terhadap
perubahan laba adalah (0,025)2 yaitu 0,000. Sehingga dapat diketahui bahwa
68
pengaruh secara parsial variabel perubahan Current Ratio terhadap
perubahan laba adalah 0%.
b. Pengaruh secara parsial variable perubahan Leverage Ratio terhadap
perubahan laba adalah (-0,178)2 yaitu 0,031. Sehingga dapat diketahui
bahwa perubahan Leverage Ratio terhadap perubahan laba adalah 3,1%.
c. Pengaruh secara parsial variabel perubahan Inventory Turnover terhadap
perubahan laba adalah (-0,091)2 yaitu 0,008. Sehingga dapat diketahui
bahwa pengaruh secara parsial variabel perubahan Inventory Turnover
terhadap perubahan laba adalah 0,8%.
d. Pengaruh secara parsial variable perubahan Operating Profit Margin
terhadap perubahan laba adalah (0,323)2 yaitu 0,104. Sehingga dapat
diketahui bahwa perubahan Operating Profit Margin terhadap perubahan
laba adalah 10,4%.
e. Pengaruh secara parsial variable perubahan Price Earning Ratio terhadap
perubahan laba adalah (-0,320)2 yaitu 0,102. Sehingga dapat diketahui
bahwa perubahan Price Earning Ratio terhadap perubahan laba adalah
10,2%.
4.7 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan dari perubahan Leverage Ratio, perubahan
Operating Profit Margin, dan perubahan Price Earning Ratio terhadap perubahan
laba, hal ini dapat diketahui nilai F-hitung yang memiliki nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa secara parsial tidak
69
terdapat pengaruh yang signifikan dari perubahan Current Ratio dan perubahan
Inventory Turnover terhadap perubahan laba.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perubahan Current Ratio (X1) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba (Y). Hal
ini sejalan dengan penelitian Nur Fadjrih dan Soelistyo (2000) dan Setyaningrum
(2008), Ketidakmampuan current ratio dalam memprediksi perubahan laba sangat
dimungkinkan karena dalam current ratio terkandung current asset dan current
liabilities yang belum tentu menghasilkan laba. Dalam current asset terutama pada
perusahaan manufaktur terdapat persediaan Bahan Baku dan Penolong serta
Barang Dalam Proses yang tidak siap untuk dijual, sehingga besarnya komponen
ini akan menambah bagus CR tetapi tidak menghasilkan laba karena perusahaan
harus mengeluarkan biaya untuk memproses persediaan tersebut menjadi barang
jadi yang siap untuk dijual. Current ratio mempunyai hubungan yang positif
dengan perubahan laba yang akan datang akan tetapi tidak signifikan secara
statistik, yang berarti bahwa setiap kenaikan current ratio akan menaikkan
perubahan laba walaupun tidak signifikan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan
signifikan antara perubahan Leverage Ratio (X2) terhadap perubahan laba dan
sejalan dengan penelitian Meriewaty dan Yuli Setyani (2005). Secara teori
Leverage Ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau mengukur tingkat proteksi
kreditor jangka panjang dan menunjukkan tingkat leverage (penggunaan hutang)
terhadap total shareholders assets yang dimiliki perusahaan dan mempunyai
70
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan laba. Implikasinya adalah bahwa
semakin meningkat leverage ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin
besar dibandingkan dengan total aktiva, sehingga berdampak pada semakin besar
beban dan ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Menurut
Altman (1996) perusahaan yang memiliki tingkat leverage keuangan yang tinggi
memiliki risiko bangkrut yang lebih tinggi, karena dapat mengganggu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Leverage Ratio yang tinggi
mencerminkan risiko perusahaan yang tinggi dan menunjukkan bahwa struktur
modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang daripada ekuitas. Adanya
pengaruh Leverage Ratio terhadap perubahan laba berarti perusahaan mempunyai
kemampuan dalam membayar hutang-hutangnya baik berupa hutang jangka
panjang maupun hutang jangka pendeknya sehingga kinerja pada perusahaan
berdampak buruk kerena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga
akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. (Robert Ang, 1997).
Dengan demikian Leverage Ratio dapat digunakan sebagai prediktor perubahan
laba yang signifikan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara perubahan Inventory Turnover (X3) terhadap perubahan laba dan
tidak sejalan dengan penelitian Setyaningrum (2008). Secara teori perputaran
persediaan yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara financial
sehingga akan meningkatkan perubahan laba. Pengaruh persediaan terhadap
penjualan memang menyangkut jangka waktu yang relatip panjang. Menurut
Brigham dan Houston (2006:97), jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva,
71
maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi sehingga keuntungannya akan
tertekan. Di pihak lain, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan
juga akan hilang. Tidak adanya pengaruh mengindikasikan persediaan yang
berputar tidak dapat digunakan sebagai prediktor perubahan laba yang signifikan.
Perubahan Operating Profit Margin (X4) berpengaruh positif terhadap
perubahan laba (Y). Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio
ini, berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan
datang juga diperkirakan semakin baik. Dari penelitian yang telah dilakukan
terbukti perubahan Operating Profit Margin dapat menjadi prediktor perubahan
laba yang signifikan.
Price Earning Ratio menurut Brigham dan Houston (2006:110)
menunjukan berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh para investor untuk
membayar setiap unit laba yang dilaporkan. Brigham dan Houston juga
berpendapat bahwa Price Earning Ratio akan lebih tinggi pada perusahaan
perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang lebih kuat, jika hal-hal lain
dianggap konstan, tetapi mereka akan lebih rendah pada perusahaan – perusahaan
yang lebih beresiko atau perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang
lebih buruk. Hal ini sejalan dengan penelitian ini, dimana perubahan Price
Earning Ratio (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
laba (Y) dan dapat digunakan sebagai salah satu prediktor perubahan laba.
Perubahan PER menunjukkan kemampuan untuk memprediksi laba dimasa yang
akan datang. Semakin rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau murah
72
harganya untuk diinvestasikan. PER yang rendah bisa disebabkan karena harga saham
yang cenderung semakin turun atau meningkatnya laba bersih perusahaan. Hal ini
juga disebabkan karena PER lebih banyak berhubungan dengan faktor lain diluar
perubahan laba, ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik serta sentimen dari pasar
bursa itu sendiri. Karena PER merupakan harapan atau ekspektasi investor terhadap
kinerja suatu perusahaan yang dinyatakan dalam rasio. Kesediaan investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung kepada prospek perusahaan. PER
menjadi tidak bermakna apabila perusahaan mempunyai laba yang rendah atau
menderita kerugian.
Dari hasil penelitian maka, H1 yaitu Perubahan Current Ratio (CR),
Inventory Turnover (IT), dan Operating Profit Margin (OPM) secara parsial
mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun ke
depan, ditolak karena dari variabel bebas tersebut perubahan Inventory Turnover
mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan laba. H2 yaitu Perubahan
Leverage Ratio (LR) dan Price Earning Ratio (PER) secara parsial mempunyai
pengaruh negatif terhadap perubahan laba untuk periode satu tahun ke depan,
diterima, dan H3 yaitu Perubahan Current Ratio (CR), Inventory Turnover (IT),
Operating Profit Margin (OPM), Leverage Ratio (LR), dan Price Earning Ratio
(PER) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba untuk
periode satu tahun ke depan dapat diterima, hal ini dapat diketahui dengan nilai
Fhitung sebesar 12,018 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Besarnya
pengaruh ditunjukan oleh koefisien determinasi sebesar 0,238. Hal ini berarti
bahwa pengaruh secara simultan variabel perubahan CR, perubahan LR,
73
perubahan IT, perubahan OPM, dan perubahan PER terhadap perubahan laba
adalah sebesar 23,8%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
74
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perubahan Current Ratio, perubahan Leverage Ratio, perubahan
Inventory Turnover, perubahan Operating Profit Margin, dan
perubahan Price Earning Ratio secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap perubahan laba sebesar 23,8%.
2. Perubahan Current Ratio dan perubahan Inventory Turnover tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3. Perubahan Leverage Ratio dan perubahan Price Earning Ratio
mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap perubahan
laba.
4. Perubahan Operating Profit Margin mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap perubahan laba.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan
adalah:
75
1. Bagi investor yang akan berinvestasi di pasar modal diharapkan untuk
terlebih dulu mempelajari kondisi keuangan perusahaan untuk dapat
memprediksi kekuatan perusahaan yang dapat dilihat dari laporan
keuangan dengan memperhatikan pengaruh perubahan – perubahan
rasio keuangan terhadap perubahan laba.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-
variabel bebas yang lain untuk mengetahui rasio – rasio keuangan lain
yang dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba.
3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan ukuran perusahaan/size effect
dan memasukkan faktor-faktor ekonomi seperti inflasi, tingkat bunga,
dan sebagainya, yang mungkin berpengaruh pada angka-angka
akuntansi atau laporan keuangan yang digunakan sebagai data dalam
penelitian ini, maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan
memasukkan unsur-unsur tersebut di atas.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Indonesian Capital Market Directory. PT Bursa Efek Indonesia Jakarta
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft
Indonesia Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta Asyik dan Soelistyo. 2000. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Laba (Penetapan Rasio Keuangan Sebagai Diskriminasi). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 15, No. 33, Juli.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Lima, Salemba Empat,
Jakarta Brigham, Eugene F dan Joel F Houston, 2006, Manajemen Keuangan, Erlangga,
Jakarta Chariri, Anis dan Imam Ghozali, 2003, Teori Akuntansi, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang Chen Kung H. dan Thomas A. Shimerda, 1981, An Empirical Analysis of Useful
Financial Ratios, Western Finance Associaton Meetings, California. Dwiatmini S. dan Nurkholis, 2001, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi
Laba: Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ, Tema vol.2 www.fe.unibraw.ac.id.
Ediningsih, Sri Isworo, 2004, “Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumbuhan Laba:
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Wahana, Vol. 7, No.1, Hal: 29-41
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim, 2003, Analisis Laporan Keuangan, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta Harahap, Sofyan Syafri, 1998, Teori Akuntansi, Rajawali Pers, Jakarta Hendriksen, Eldon S dan Michael F Van Breda, 2000, Teori Akunting, Edisi
Lima, Interaksara, Jakarta
77
Machfoedz, Mas’ud, 1994, “Financial Ratio Analysis And The Prediction of Earnings Changes in Indonesia”, Kelola, No 7, Hal: 114-137
Meriewaty, Dian dan Astuti Yuli Setyani, 2005, “Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi, Vol VIII, Hal: 277-287
Nur Fadjrih, Asyik dan Soelistyo. 2000. “Kemampuan Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Laba (Penetapan Rasio Keuangan sebagai Discriminator)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.15 No.3
Riyanto, Bambang, 1998, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Empat, BPFE UGM, Yogyakarta Sandiyani, Yustina dan Titik Aryati, 2001, “Rasio Keuangan Sebagai Prediktor
Laba dan Arus Kas di Masa Yang Akan Datang”, Media Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi.
Setianingrum, Retno, 2008, ”Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba. Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2002 - 2005”, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
___________. 1985. Statement of Financial Accounting Concept. Available at :
www.scribd.com Sulistyaningtyas, MM, 2005, “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat
Memprediksi Perubahan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEJ Tahun 1999-2002”, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Suwarno, Agus Endro, 2004, “Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba (Studi Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No.2, Hal: 127-152
Warsidi dan Bambang Pramuka, 2000, “Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan
dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang akan Datang”, Available at: www. waridin.kamto.geocities.com.
Weston, Jerman Fred dan Eugene F Brigham, 1993, Manajemen Keuangan,
Edisi Tujuh, Erlangga, Jakarta
78
Wild, John J. Dan K.R. Subramanyam, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
Zainuddin dan Jogiyanto Hartono, 1999, “Manfaat Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Pertumbuhan Laba (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Go di Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Hal: 66-90
79
Lampiran 2 Sampel Perusahaan Manufaktur
Tahun 2006 – 2009
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
1. PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 31. PT Lion Metal Works Tbk.s 2. PT Cahaya Kalbar Tbk.s 32. PT Lionmesh Prima Tbk.s 3. PT Delta Djakarta Tbk.s 33. PT Tira Austenite Tbk.s 4. PT Fast Food Indonesia Tbk.s 34. PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 35. PT Arwana Citramulia Tbk.s 6. PT Mayora Indah Tbk.s 36. PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 7. PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 8. PT Sekar Laut Tbk.s 38. PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 9. PT Siantar Top Tbk.s 39. PT Astra-Graphia Tbk.s 10. PT Sierad Produce Tbk.s 40. PT Metrodata Electronics Tbk.s 11. PT SMART Tbk.s 41. PT Astra International Tbk.s 12. PT Bentoel International InvestamaTbk.s 42. PT Astra Otoparts Tbk.s 13. PT HM Sampoerna Tbk.s 43. PT Goodyear Indonesia Tbk.s 14. PT Roda Vivatex Tbk.s 44. PT Indo Kordsa Tbk.s 15. PT Indo Acidatama Tbk.s 45. PT Intraco Penta Tbk.s 16. PT Indorama Syntetics Tbk.s 46. PT Nipress Tbk.s 17. PT Sepatu Bata Tbk.s 47. PT Selamat Sempurna Tbk.s 18. PT AKR Corporindo Tbk.s 48. PT Tunas RideanTbk.s 19. PT Budi Acid Jaya Tbk.s 49. PT United Tractor Tbk.s 20. PT Lautan Luas Tbk.s 50. PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 21. PT Ekadharma International Tbk.s 51. PT Indofarma (Persero) Tbk.s
22. PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 52. PT Kalbe Farma Tbk.s
23. PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 53. PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s
24. PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 54. PT Merck Tbk.s
25. PT Trias Sentosa Tbk.s 55. PT Pyridam Farma Tbk.s
26. PT Holcim Indonesia Tbk.s 56. PT Tempo Scan Pacific Tbk.s
27. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 57. PT Mandom Indonesia Tbk.s
28. PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 58. PT Mustika Ratu Tbk.s
29. PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 59. PT Unilever Indonesia Tbk.s
30. PT Citra Tubindo Tbk.s
80
Lampiran 3
Data Perubahan Current Ratio Perusahaan Sample
Tahun 2006 - 2009
No. Nama Perusahaan CR ∆CR 2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 7,18 7,09 7,82 6,34 (0,01) 0,10 (0,19)
2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 2,47 1,36 7,35 4,89 (0,45) 4,40 (0,33)3 PT Delta Djakarta Tbk.s 3,75 4,17 3,79 4,70 0,11 (0,09) 0,24
4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 1,07 1,28 1,38 1,54 0,20 0,08 0,12
5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 1,18 0,92 0,90 1,16 (0,22) (0,02) 0,29
6 PT Mayora Indah Tbk.s 3,91 1,88 2,19 2,29 (0,52) 0,16 0,05
7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 0,53 0,59 0,94 0,66 0,11 0,59 (0,30)
8 PT Sekar Laut Tbk.s 1,74 1,53 1,71 1,89 (0,12) 0,12 0,11 9 PT Siantar Top Tbk.s 2,69 1,77 1,23 1,69 (0,34) (0,31) 0,37
10 PT SMART Tbk.s 1,54 1,72 1,72 1,58 0,12 0,00 (0,08)11 PT Gudang Garam Tbk 1,89 1,95 2,22 2,46 0,03 0,14 0,11
12 PT Bentoel International InvestamaTbk.s 1,61 3,53 2,48 2,66 1,19 (0,30) 0,07
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 1,68 1,78 1,44 1,88 0,06 (0,19) 0,31 14 PT Roda Vivatex Tbk.s 0,85 0,82 0,75 1,93 (0,04) (0,09) 1,57 15 PT Indo Acidatama Tbk.s 1,34 1,49 1,37 1,71 0,11 (0,08) 0,25
16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 1,12 1,18 1,05 1,12 0,05 (0,11) 0,07
17 PT Sepatu Bata Tbk.s 2,90 2,29 2,21 2,35 (0,21) (0,03) 0,06
18 PT AKR Corporindo Tbk.s 1,14 1,16 1,00 0,96 0,02 (0,14) (0,04)
19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 1,21 1,61 1,05 1,04 0,33 (0,35) (0,01)20 PT Lautan Luas Tbk.s 1,11 0,83 1,12 1,12 (0,25) 0,35 0,00
21 PT Ekadharma International Tbk.s 3,92 3,07 2,60 1,41 (0,22) (0,15) (0,46)
22 PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 1,94 1,25 1,37 1,50 (0,36) 0,10 0,09
23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 3,25 3,06 4,07 5,69 (0,06) 0,33 0,40
24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 4,11 2,90 2,35 2,78 (0,29) (0,19) 0,18
25 PT Trias Sentosa Tbk.s 1,06 1,08 1,01 1,11 0,02 (0,06) 0,10
26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 1,23 1,33 1,68 1,27 0,08 0,26 (0,24)
27 PT Indocement Tunggal 2,14 2,89 1,79 3,01 0,35 (0,38) 0,68
81
Prakasa Tbk.s
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 2,84 3,64 3,39 3,58 0,28 (0,07) 0,06
29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 2,83 3,15 4,32 9,46 0,11 0,37 1,19
30 PT Citra Tubindo Tbk.s 1,51 1,54 1,51 1,67 0,02 (0,02) 0,11
31 PT Lion Metal Works Tbk.s 6,06 5,41 5,69 7,96 (0,11) 0,05 0,40
32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 1,81 1,85 2,75 2,12 0,02 0,49 (0,23)
33 PT Tira Austenite Tbk.s 1,06 1,16 1,16 1,25 0,09 0,00 0,08
34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 0,98 1,24 1,20 1,20 0,27 (0,03) 0,00
35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 0,79 0,77 0,76 0,79 (0,03) (0,01) 0,04
36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 1,27 1,35 1,40 2,06 0,06 0,04 0,47
37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 0,98 1,05 1,08 1,03 0,07 0,03 (0,05)
38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 2,01 3,09 4,10 7,18 0,54 0,33 0,75
39 PT Astra-Graphia Tbk.s 2,43 1,34 1,14 1,45 (0,45) (0,15) 0,27
40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 1,52 1,28 1,34 1,49 (0,16) 0,05 0,11
41 PT Astra International Tbk.s 0,78 1,32 1,32 1,37 0,69 0,00 0,04
42 PT Astra Otoparts Tbk.s 1,75 2,20 2,13 2,17 0,26 (0,03) 0,02
43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 2,15 1,35 1,49 0,90 (0,37) 0,10 (0,40)
44 PT Indo Kordsa Tbk.s 3,93 4,98 2,19 3,44 0,27 (0,56) 0,57 45 PT Intraco Penta Tbk.s 3,37 2,45 2,15 1,75 (0,27) (0,12) (0,19)46 PT Nipress Tbk.s 1,08 1,05 1,04 0,99 (0,03) (0,01) (0,05)
47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 1,99 1,71 1,82 1,59 (0,14) 0,06 (0,13)
48 PT Tunas RideanTbk.s 1,15 1,15 1,41 1,35 0,00 0,23 (0,04)49 PT United Tractor Tbk.s 1,33 1,34 1,64 1,66 0,01 0,22 0,01
50 PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 2,41 2,97 3,37 5,45 0,23 0,13 0,62
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 1,48 1,31 1,33 1,54 (0,11) 0,02 0,16
52 PT Kalbe Farma Tbk.s 5,04 4,98 3,33 2,99 (0,01) (0,33) (0,10)
53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 2,13 2,06 2,11 2,00 (0,03) 0,02 (0,05)
54 PT Merck Tbk.s 5,42 6,17 7,77 5,04 0,14 0,26 (0,35)55 PT Pyridam Farma Tbk.s 1,69 1,45 1,64 2,10 (0,14) 0,13 0,28 56 PT Tempo Scan Pacific 4,39 4,05 3,83 3,47 (0,08) (0,05) (0,09)
82
Tbk.s
57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 8,78 17,61 8,10 7,26 1,01 (0,54) (0,10)
58 PT Mustika Ratu Tbk.s 9,25 7,68 6,31 7,18 (0,17) (0,18) 0,14
59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 1,27 1,11 1,00 1,04 (0,13) (0,10) 0,04
83
Lampiran 4
Data Perubahan Leverage Ratio Perusahaan Sample
Tahun 2006 – 2009
No. Nama Perusahaan LR ∆LR 2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 0,43 0,42 0,41 0,42 (0,02) (0,02) 0,02
2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 0,31 0,64 0,59 0,47 1,06 (0,08) (0,20)3 PT Delta Djakarta Tbk.s 0,24 0,22 0,25 0,21 (0,08) 0,01 (0,16)
4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 0,40 0,40 0,39 0,39 0,00 (0,03) 0,00
5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 0,65 0,63 0,67 0,62 (0,03) 0,06 (0,07)
6 PT Mayora Indah Tbk.s 0,36 0,41 0,56 0,50 0,14 0,04 (0,11)
7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 0,67 0,68 0,63 0,89 0,01 (0,07) 0,00
8 PT Sekar Laut Tbk.s 0,44 0,47 0,50 0,42 0,07 0,06 (0,16)9 PT Siantar Top Tbk.s 0,27 0,31 0,42 0,26 0,15 0,35 (0,38)
10 PT SMART Tbk.s 0,51 0,56 0,54 0,53 0,10 (0,04) (0,02)11 PT Gudang Garam Tbk 0,39 0,41 0,36 0,32 0,05 (0,12) (0,11)
12 PT Bentoel International InvestamaTbk.s 0,49 0,60 0,61 0,59 0,02 0,02 (0,03)
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 0,54 0,49 0,50 0,41 (0,09) 0,02 (0,18)
14 PT Roda Vivatex Tbk.s 0,36 0,36 0,26 0,18 0,00 (0,28) (0,31)
15 PT Indo Acidatama Tbk.s 0,51 0,44 0,51 0,47 (0,14) 0,16 (0,08)
16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 0,60 0,62 0,60 0,53 0,03 (0,03) (0,12)
17 PT Sepatu Bata Tbk.s 0,30 0,37 0,32 0,28 0,02 (0,14) (0,13)
18 PT AKR Corporindo Tbk.s 0,48 0,57 0,60 0,63 0,02 0,05 0,05
19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 0,71 0,55 0,62 0,51 (0,23) 0,13 (0,18)
20 PT Lautan Luas Tbk.s 0,67 0,68 0,73 0,69 0,01 0,07 (0,05)
21 PT Ekadharma International Tbk.s 0,22 0,28 0,43 0,46 0,27 0,54 0,07
22 PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 0,56 0,55 0,52 0,48 (0,02) (0,05) (0,08)
23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 0,27 0,30 0,24 0,19 0,11 (0,20) (0,21)
84
24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 0,26 0,27 0,30 0,26 0,04 0,11 (0,13)
25 PT Trias Sentosa Tbk.s 0,52 0,54 0,52 0,40 0,04 (0,04) (0,23)
26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 0,70 0,69 0,67 0,54 (0,01) (0,03) (0,19)
27 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 0,37 0,31 0,24 0,19 (0,16) (0,23) (0,21)
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 0,26 0,21 0,23 0,20 (0,19) 0,10 (0,13)
29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 0,24 0,26 0,22 0,07 0,08 (0,15) (0,68)
30 PT Citra Tubindo Tbk.s 0,53 0,46 0,51 0,46 (0,13) 0,11 (0,10)
31 PT Lion Metal Works Tbk.s 0,20 0,21 0,21 0,16 0,05 0,00 (0,24)
32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 0,46 0,54 0,39 0,45 0,02 (0,28) 0,15
33 PT Tira Austenite Tbk.s 0,69 0,67 0,65 0,59 (0,03) (0,03) (0,09)
34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 0,65 0,59 0,53 0,57 (0,09) (0,10) 0,08
35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 0,60 0,62 0,61 0,58 0,03 (0,02) (0,05)
36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 0,69 0,65 0,65 0,48 (0,06) 0,00 (0,26)
37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 0,44 0,49 0,51 0,37 0,11 0,04 (0,03)
38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 0,37 0,25 0,20 0,12 (0,32) (0,20) (0,04)
39 PT Astra-Graphia Tbk.s 0,49 0,50 0,60 0,51 0,02 0,20 (0,15)
40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 0,61 0,70 0,67 0,62 0,01 (0,04) (0,07)
41 PT Astra International Tbk.s 0,54 0,50 0,50 0,45 (0,07) 0,00 (0,10)
42 PT Astra Otoparts Tbk.s 0,35 0,32 0,30 0,27 (0,09) (0,06) (0,10)
43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 0,38 0,48 0,71 0,63 0,03 0,48 (0,11)
44 PT Indo Kordsa Tbk.s 0,33 0,30 0,29 0,17 (0,09) (0,03) (0,41)45 PT Intraco Penta Tbk.s 0,63 0,65 0,71 0,66 0,03 0,09 (0,07)46 PT Nipress Tbk.s 0,60 0,69 0,62 0,60 0,15 (0,10) (0,03)
47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 0,33 0,38 0,37 0,42 0,15 (0,03) 0,14
48 PT Tunas RideanTbk.s 0,76 0,74 0,71 0,44 (0,03) (0,04) (0,38)49 PT United Tractor Tbk.s 0,59 0,55 0,51 0,43 (0,07) (0,07) (0,16)
50 PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 0,37 0,30 0,27 0,17 (0,19) (0,10) (0,37)
85
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 0,59 0,71 0,69 0,59 0,20 (0,03) (0,14)
52 PT Kalbe Farma Tbk.s 0,23 0,22 0,24 0,26 (0,04) 0,09 0,08
53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 0,31 0,35 0,34 0,36 0,13 (0,03) 0,06
54 PT Merck Tbk.s 0,17 0,15 0,13 0,18 (0,12) (0,13) 0,38
55 PT Pyridam Farma Tbk.s 0,22 0,30 0,30 0,27 0,36 0,00 (0,10)
56 PT Tempo Scan Pacific Tbk.s 0,18 0,20 0,22 0,25 0,11 0,10 0,14
57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 0,10 0,07 0,10 0,11 (0,30) 0,43 0,10
58 PT Mustika Ratu Tbk.s 0,09 0,12 0,14 0,13 0,33 0,00 (0,07)
59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 0,49 0,49 0,52 0,50 0,00 0,06 (0,04)
86
Lampiran 5
Data Perubahan Inventory Turnover Perusahaan Sample
Tahun 2006 – 2009
No. Nama Perusahaan IT ∆IT 2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 66,05 74,21 83,90 113,51 0,12 0,13 0,35 2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 3,95 2,65 15,05 9,20 (0,33) 4,68 (0,39)3 PT Delta Djakarta Tbk.s 5,21 8,43 5,28 6,03 0,62 (0,37) 0,14 4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 10,60 11,38 9,10 10,36 0,07 (0,20) 0,14 5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 5,62 5,09 4,92 5,28 (0,09) (0,03) 0,07 6 PT Mayora Indah Tbk.s 6,35 8,25 5,90 7,94 0,30 (0,28) 0,35 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 6,10 8,28 6,86 6,94 0,36 (0,17) 0,01 8 PT Sekar Laut Tbk.s 6,21 6,93 5,88 4,93 0,12 (0,15) (0,16)9 PT Siantar Top Tbk.s 4,83 4,63 3,01 4,68 (0,04) (0,35) 0,55
10 PT SMART Tbk.s 5,43 4,01 9,20 5,84 (0,26) 1,29 (0,37)11 PT Gudang Garam Tbk 1,86 1,71 1,85 1,53 (0,08) 0,08 (0,17)
12 PT Bentoel International InvestamaTbk.s 2,72 1,70 1,82 2,07 (0,38) 0,07 0,14
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 2,84 2,35 3,22 2,91 (0,17) 0,37 (0,10)14 PT Roda Vivatex Tbk.s 4,81 5,54 7,24 7,31 0,15 0,31 0,01 15 PT Indo Acidatama Tbk.s 2,33 2,09 1,98 1,64 (0,10) (0,05) (0,17)16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 6,80 5,47 6,75 6,35 (0,20) 0,23 (0,06)17 PT Sepatu Bata Tbk.s 2,05 2,04 1,78 2,10 (0,00) (0,13) 0,18 18 PT AKR Corporindo Tbk.s 8,55 8,46 10,75 11,28 (0,01) 0,27 0,05 19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 9,80 7,10 5,55 9,20 (0,28) (0,22) 0,66 20 PT Lautan Luas Tbk.s 5,49 5,51 3,36 7,14 0,00 (0,39) 1,13 21 PT Ekadharma International Tbk.s 4,43 5,65 7,64 3,49 0,28 0,35 (0,54)
22 PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 4,29 5,28 6,48 5,17 0,23 0,23 (0,20)
23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 6,79 5,79 7,01 7,32 (0,15) 0,21 0,04
24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 1,90 1,85 1,61 2,26 (0,03) (0,13) 0,40
25 PT Trias Sentosa Tbk.s 3,77 4,24 4,87 5,32 0,12 0,15 0,09 26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 7,51 9,47 7,59 9,67 0,26 (0,20) 0,27
27 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 4,38 4,58 3,80 4,31 0,05 (0,17) 0,13
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 5,26 5,34 4,34 5,41 0,02 (0,19) 0,25 29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 8,12 15,89 10,89 15,93 0,96 (0,31) 0,46 30 PT Citra Tubindo Tbk.s 4,67 10,53 5,55 5,56 1,25 (0,47) 0,00
87
31 PT Lion Metal Works Tbk.s 1,41 1,58 1,45 1,57 0,12 (0,08) 0,08 32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 4,92 3,61 4,96 4,58 (0,27) 0,37 (0,08)33 PT Tira Austenite Tbk.s 1,65 1,66 1,83 2,31 0,01 0,10 0,26
34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 6,17 5,50 7,74 6,34 (0,11) 0,41 (0,18)
35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 2,48 2,76 2,15 2,31 0,11 (0,22) 0,07 36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 3,32 3,01 3,34 3,72 (0,09) 0,11 0,11 37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 6,60 4,97 11,56 5,65 (0,25) 1,33 (0,51)38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 12,28 14,09 12,01 6,41 0,15 (0,15) (0,47)39 PT Astra-Graphia Tbk.s 4,04 3,57 3,79 6,39 (0,12) 0,06 0,69 40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 12,43 15,99 12,86 18,97 0,29 (0,20) 0,48 41 PT Astra International Tbk.s 10,84 11,72 8,69 10,40 0,08 (0,26) 0,20 42 PT Astra Otoparts Tbk.s 6,74 6,82 6,49 8,39 0,01 (0,05) 0,29 43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 8,86 7,91 7,62 6,10 (0,11) (0,04) (0,20)44 PT Indo Kordsa Tbk.s 3,72 4,54 3,45 5,31 0,22 (0,24) 0,54 45 PT Intraco Penta Tbk.s 1,79 2,07 2,97 3,44 0,16 0,43 0,16 46 PT Nipress Tbk.s 8,36 8,75 8,48 3,26 0,05 (0,03) (0,62)47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 3,67 3,35 3,58 4,15 (0,09) 0,07 0,16 48 PT Tunas RideanTbk.s 22,99 23,88 20,69 13,76 0,04 (0,13) (0,33)49 PT United Tractor Tbk.s 7,07 7,03 4,27 5,69 (0,01) (0,39) 0,33
50 PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 4,13 2,24 4,13 4,54 (0,46) 0,84 0,10
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 1,50 1,19 1,29 1,82 (0,21) 0,08 0,41 52 PT Kalbe Farma Tbk.s 3,36 2,42 2,54 2,93 (0,28) 0,05 0,15 53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 2,38 1,89 1,48 1,55 (0,21) (0,22) 0,05 54 PT Merck Tbk.s 3,20 2,99 3,91 3,93 (0,07) 0,31 0,01 55 PT Pyridam Farma Tbk.s 2,31 2,44 2,32 1,98 0,06 (0,05) (0,15)56 PT Tempo Scan Pacific Tbk.s 4,27 4,29 3,99 4,82 0,00 (0,07) 0,21 57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 3,41 3,70 3,42 4,29 0,09 (0,08) 0,25 58 PT Mustika Ratu Tbk.s 2,34 2,31 2,90 3,58 (0,01) 0,26 0,23 59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 7,47 7,29 6,19 6,87 (0,02) (0,15) 0,11
88
Lampiran 6
Data Perubahan Operating Profit Margin Perusahaan Sample
Tahun 2006 – 2009
No. Nama Perusahaan OPM ∆OPM 2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 0,05 0,05 0,04 0,05 0,00 (0,20) 0,25
2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 0,02 0,05 0,04 0,08 1,50 (0,20) 1,00
3 PT Delta Djakarta Tbk.s 0,13 0,14 0,15 0,22 0,08 0,07 0,47
4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 0,07 0,08 0,07 0,09 0,14 (0,13) 0,29
5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 0,09 0,10 0,11 0,13 0,11 0,10 0,18
6 PT Mayora Indah Tbk.s 0,09 0,08 0,09 0,13 (0,11) 0,13 0,44
7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 0,14 0,13 0,21 0,31 (0,07) 0,62 0,48
8 PT Sekar Laut Tbk.s 0,01 0,00 0,02 0,01 (1,00) 0,00 (0,50)9 PT Siantar Top Tbk.s 0,03 0,05 0,05 0,06 0,67 0,00 0,20
10 PT SMART Tbk.s 0,13 0,21 0,13 0,08 0,62 (0,38) (0,38)11 PT Gudang Garam Tbk 0,08 0,09 0,10 0,16 0,13 0,11 0,60
12
PT Bentoel International InvestamaTbk.s 0,06 0,07 0,07 0,04 0,17 0,00 (0,43)
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 0,18 0,19 0,18 0,19 0,06 (0,05) 0,06
14 PT Roda Vivatex Tbk.s 0,18 0,19 0,39 0,47 0,06 1,05 0,21
15 PT Indo Acidatama Tbk.s 0,18 0,20 0,22 0,13 0,11 0,10 (0,41)
16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 0,01 0,02 0,01 0,01 1,00 (0,50) 0,00
17 PT Sepatu Bata Tbk.s 0,08 0,12 0,10 0,13 0,50 (0,17) 0,30
18 PT AKR Corporindo Tbk.s 0,05 0,07 0,07 0,06 0,40 0,00 (0,14)
19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 0,07 0,11 0,09 0,09 0,57 (0,18) 0,00
20 PT Lautan Luas Tbk.s 0,04 0,07 0,12 0,04 0,75 0,71 (0,67)
21 PT Ekadharma International Tbk.s 0,04 0,04 0,05 0,13 0,00 0,25 1,60
22 PT Argha Karya Prima 0,04 0,07 0,09 0,14 0,75 0,29 0,56
89
Industry Tbk.s
23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 0,03 0,06 0,03 0,08 1,00 (0,50) 1,67
24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 0,05 0,05 0,06 0,05 0,00 0,20 (0,17)
25 PT Trias Sentosa Tbk.s 0,04 0,05 0,08 0,10 0,25 0,60 0,25
26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 0,00 0,14 0,21 0,24 0,00 0,50 0,14
27 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 0,17 0,22 0,25 0,35 0,29 0,14 0,40
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 0,20 0,25 0,28 0,30 0,25 0,12 0,07
29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 2,09 10,32 14,43 0,13 3,94 0,40 (0,99)
30 PT Citra Tubindo Tbk.s 0,11 0,10 0,10 0,09 (0,09) 0,00 (0,10)
31 PT Lion Metal Works Tbk.s 0,18 0,17 0,22 0,22 (0,06) 0,29 0,00
32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 0,05 0,08 0,10 0,03 0,60 0,25 (0,70)
33 PT Tira Austenite Tbk.s 0,06 0,08 0,09 0,08 0,33 0,13 (0,11)
34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 0,04 0,04 0,03 0,03 0,00 (0,25) 0,00
35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 0,18 0,19 0,18 0,18 0,06 (0,05) 0,00
36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 0,12 0,16 0,18 0,22 0,33 0,13 0,22
37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 9,11 4,23 1,46 0,23 (0,54) (0,65) (0,84)
38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 0,04 0,07 0,09 0,10 0,75 0,29 0,11
39 PT Astra-Graphia Tbk.s 0,12 0,13 0,10 0,08 0,08 (0,23) (0,20)
40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 0,03 0,04 0,07 0,04 0,33 0,75 (0,43)
41 PT Astra International Tbk.s 0,08 0,12 0,12 0,13 0,50 0,00 0,08
42 PT Astra Otoparts Tbk.s 0,05 0,09 0,08 0,08 0,80 (0,11) 0,00
43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 0,04 0,05 0,03 0,10 0,25 (0,40) 2,33
44 PT Indo Kordsa Tbk.s 0,05 0,05 0,08 0,10 0,00 0,60 0,25 45 PT Intraco Penta Tbk.s 0,06 0,06 0,08 0,10 0,00 0,33 0,25 46 PT Nipress Tbk.s 0,07 0,07 0,07 0,03 0,00 0,00 (0,57)
90
47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 0,13 0,14 0,16 0,14 0,08 0,14 (0,13)
48 PT Tunas RideanTbk.s 0,01 0,04 0,05 0,02 3,00 0,25 (0,60)
49 PT United Tractor Tbk.s 0,10 0,13 0,15 0,18 0,30 0,15 0,20
50
PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 0,26 0,31 0,37 0,45 0,19 0,19 0,22
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 6,06 3,51 4,26 4,08 (0,42) 0,21 (0,04)
52 PT Kalbe Farma Tbk.s 0,18 0,16 0,15 0,17 (0,11) (0,06) 0,13
53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 0,03 0,03 0,04 0,04 0,00 0,33 0,00
54 PT Merck Tbk.s 0,25 0,23 0,22 0,27 (0,08) (0,04) 0,23
55 PT Pyridam Farma Tbk.s 0,07 0,05 0,05 0,05 (0,29) 0,00 0,00
56 PT Tempo Scan Pacific Tbk.s 0,12 0,10 0,10 0,10 (0,17) 0,00 0,00
57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 0,15 0,15 0,14 0,13 0,00 (0,07) (0,07)
58 PT Mustika Ratu Tbk.s 0,08 0,07 0,08 0,12 (0,13) 0,14 0,50
59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 0,21 0,22 0,22 0,23 0,05 0,00 0,05
91
Lampiran 7
Data Perubahan Price Earning Ratio Perusahaan Sample
Tahun 2006 – 2009
No. Nama Perusahaan PER ∆PER 2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 29,64 25,86 20,30 33,59 (0,13) (0,22) 0,65
2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 11,48 9,64 7,47 8,96 (0,16) (0,23) 0,20 3 PT Delta Djakarta Tbk.s 8,43 5,41 3,82 7,85 (0,36) (0,29) 1,05 4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 11,78 10,66 11,04 12,75 (0,10) 0,04 0,15
5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 19,28 24,81 7,89 15,02 0,29 (0,68) 0,90
6 PT Mayora Indah Tbk.s 13,27 9,47 4,45 9,27 (0,29) (0,53) 1,08 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 15,75 13,73 4,69 10,95 (0,13) (0,66) 1,33 8 PT Sekar Laut Tbk.s 42,45 9,02 14,56 8,09 (0,79) 0,61 (0,44)9 PT Siantar Top Tbk.s 19,07 31,08 40,80 7,97 0,63 0,31 (0,80)
10 PT SMART Tbk.s 16,69 17,43 4,67 9,79 0,04 (0,73) 1,10 11 PT Gudang Garam Tbk 19,47 11,33 4,35 12,00 (0,42) (0,62) 1,76
12 PT Bentoel International InvestamaTbk.s 14,34 15,52 14,64 173,91 0,08 (0,06) 10,88
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 12,04 10,76 9,11 8,96 (0,11) (0,15) (0,02)14 PT Roda Vivatex Tbk.s 7,39 10,11 6,12 3,67 0,37 (0,39) (0,40)15 PT Indo Acidatama Tbk.s 33,47 84,34 87,69 15,89 1,52 0,04 (0,82)16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 17,17 22,65 4,03 2,88 0,32 (0,82) (0,29)17 PT Sepatu Bata Tbk.s 9,03 8,65 1,69 8,83 (0,04) (0,80) 4,22 18 PT AKR Corporindo Tbk.s 13,28 22,52 10,71 13,37 0,70 (0,52) 0,25 19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 9,23 24,80 14,80 5,64 1,69 (0,40) (0,62)20 PT Lautan Luas Tbk.s 10,64 4,79 2,83 6,81 (0,55) (0,41) 1,41 21 PT Ekadharma International Tbk.s 15,52 16,24 17,60 4,25 0,05 0,08 (0,76)
22 PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 23,32 13,64 4,24 4,31 (0,42) (0,69) 0,02
23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 10,01 8,10 8,29 5,90 (0,19) 0,02 (0,29)
24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 51,75 13,01 27,45 36,19 (0,75) 1,11 0,32
25 PT Trias Sentosa Tbk.s 15,69 27,53 7,98 4,29 0,75 (0,71) (0,46)26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 29,18 79,16 17,11 13,26 1,71 (0,78) (0,23)
27 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 35,71 30,80 9,70 18,36 (0,14) (0,69) 0,89
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 16,62 18,71 9,81 13,46 0,13 (0,48) 0,37 29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 44,01 3,79 2,90 5,27 (0,91) (0,23) 0,82
92
30 PT Citra Tubindo Tbk.s 6,44 10,93 11,54 1,87 0,70 0,06 (0,84)31 PT Lion Metal Works Tbk.s 5,54 4,32 4,23 3,25 (0,22) (0,02) (0,23)32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 6,12 3,39 3,74 9,60 (0,45) 0,10 1,57 33 PT Tira Austenite Tbk.s 13,96 37,28 70,70 46,45 1,67 0,90 (0,34)
34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 5,73 7,68 6,94 5,97 0,34 (0,10) (0,14)
35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 7,80 8,03 6,59 4,28 0,03 (0,18) (0,35)36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 4,10 7,03 6,26 2,30 0,71 (0,11) (0,63)37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 9,07 22,20 33,48 75,48 1,45 0,51 1,25 38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 5,65 4,54 1,57 17,26 (0,20) (0,65) 9,99 39 PT Astra-Graphia Tbk.s 7,40 11,04 4,32 6,35 0,49 (0,61) 0,47 40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 7,78 13,14 4,82 17,58 0,69 (0,63) 2,65 41 PT Astra International Tbk.s 17,12 16,95 4,65 13,99 (0,01) (0,73) 2,01 42 PT Astra Otoparts Tbk.s 8,00 5,64 4,77 5,77 (0,30) (0,15) 0,21 43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 10,65 12,57 252,45 3,25 0,18 19,08 (0,99)44 PT Indo Kordsa Tbk.s 46,69 21,84 8,55 9,05 (0,53) (0,61) 0,06 45 PT Intraco Penta Tbk.s 29,35 24,97 4,41 7,95 (0,15) (0,82) 0,80 46 PT Nipress Tbk.s 3,56 7,28 19,21 7,87 1,04 1,64 (0,59)47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 7,61 7,71 10,23 8,13 0,01 0,33 (0,21)48 PT Tunas RideanTbk.s 44,59 9,11 4,27 7,82 (0,80) (0,53) 0,83 49 PT United Tractor Tbk.s 20,08 20,82 5,50 13,51 0,04 (0,74) 1,46
50 PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 13,16 2,06 5,65 10,67 (0,84) 1,74 0,89
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 20,34 57,36 30,80 121,02 1,82 (0,46) 2,93 52 PT Kalbe Farma Tbk.s 17,86 18,13 5,75 14,21 0,02 (0,68) 1,47 53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 20,83 32,46 7,62 11,28 0,56 (0,77) 0,48 54 PT Merck Tbk.s 10,35 13,14 8,06 12,22 0,27 (0,39) 0,52 55 PT Pyridam Farma Tbk.s 15,47 24,86 11,59 15,60 0,61 (0,53) 0,35 56 PT Tempo Scan Pacific Tbk.s 14,86 12,12 5,61 9,13 (0,18) (0,54) 0,63 57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 12,56 13,67 9,63 13,07 0,09 (0,30) 0,36 58 PT Mustika Ratu Tbk.s 15,06 11,34 2,94 8,04 (0,25) (0,74) 1,73 59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 29,25 26,25 24,72 27,70 (0,10) (0,06) 0,12
93
Lampiran 8
Data Perubahan Laba Perusahaan Sample
Tahun 2006 - 2009
No. Nama Perusahaan Laba (dalam jutaan rupiah) Perubahan Laba
2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 PT Aqua Golden Mississippi Tbk.s 48.854 65.913 82.337 95.913 0,35 0,25 0,16 2 PT Cahaya Kalbar Tbk.s 15.291 24.676 27.868 49.493 0,61 0,13 0,78 3 PT Delta Djakarta Tbk.s 43.284 47.331 83.754 126.504 0,09 0,77 0,51 4 PT Fast Food Indonesia Tbk.s 68.929 102.537 125.268 181.996 0,49 0,22 0,45 5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk.s 661.210 980.357 1.034.389 2.075.861 0,48 0,06 1,01 6 PT Mayora Indah Tbk.s 93.576 141.589 196.230 372.158 0,51 0,39 0,90 7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk.s 73.581 84.385 222.307 340.458 0,15 1,63 0,53 8 PT Sekar Laut Tbk.s 4.637 5.742 4.271 12.802 0,24 (0,26) 2,00 9 PT Siantar Top Tbk.s 14.426 15.595 4.816 41.072 0,08 (0,69) 0,75
10 PT SMART Tbk.s 628.005 988.944 1.046.389 748.495 0,57 0,06 (0,28) 11 PT Gudang Garam Tbk 1.007.822 1.443.585 1.880.492 3.455.702 0,43 0,30 0,84
12 PT Bentoel International InvestamaTbk.s 145.510 242.917 239.138 25.165 0,67 (0,02) (0,89)
13 PT HM Sampoerna Tbk.s 3.530.490 3.624.018 3.895.280 5.087.339 0,03 0,07 0,31 14 PT Roda Vivatex Tbk.s 34.578 34.822 57.110 102.549 0,01 0,64 0,80 15 PT Indo Acidatama Tbk.s 23.385 25.695 6.797 25.380 0,99 (0,74) 0,27 16 PT Indorama Syntetics Tbk.s 18.076 21.763 81.119 124.405 0,20 0,27 0,53 17 PT Sepatu Bata Tbk.s 20.161 34.578 157.563 52.980 0,72 0,36 (0,66) 18 PT AKR Corporindo Tbk.s 128.084 191.208 210.033 274.718 0,49 0,10 0,31 19 PT Budi Acid Jaya Tbk.s 20.678 46.117 32.981 146.415 1,23 (0,28) 0,34 20 PT Lautan Luas Tbk.s 29.677 71.670 145.846 85.925 1,42 1,03 (0,41) 21 PT Ekadharma International Tbk.s 5.764 4.233 4.606 16.443 (0,27) 0,09 0,26 22 PT Argha Karya Prima Industry Tbk.s 14.582 22.934 68.112 94.592 0,57 0,20 0,39 23 PT Kageo Igar Jaya Tbk.s 9.964 15.426 7.348 24.740 0,55 (0,52) 0,24 24 PT Langgeng Makmur Industry Tbk.s 3.313 12.400 2.572 5.991 0,27 (0,79) 1,33 25 PT Trias Sentosa Tbk.s 25.942 17.747 58.025 143.882 (0,32) 0,23 1,48 26 PT Holcim Indonesia Tbk.s 175.945 169.410 282.220 895.751 (0,04) 0,67 0,22
27 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.s 592.802 980.103 1.745.501 2.746.654 0,65 0,78 0,57
28 PT Semen Gresik (Persero) Tbk.s 1.295.521 1.775.408 2.523.544 3.326.487 0,37 0,42 0,32 29 PT Betonjaya Manunggal Tbk.s 818 8.784 20.823 9.388 0,97 1,37 (0,55) 30 PT Citra Tubindo Tbk.s 211.228 219.513 214.954 154.672 0,04 (0,02) (0,28)
94
31 PT Lion Metal Works Tbk.s 20.642 25.298 37.840 33.613 0,23 0,50 (0,11) 32 PT Lionmesh Prima Tbk.s 2.667 5.942 9.237 2.400 1,23 0,55 (0,74) 33 PT Tira Austenite Tbk.s 6.319 2.523 1.331 2.202 (0,60) (0,47) 0,65 34 PT Kedawung Setia Industrial Tbk.s 7.351 14.500 5.716 10.510 0,97 (0,61) 0,84 35 PT Arwana Citramulia Tbk.s 28.254 43.433 54.290 63.888 0,54 0,25 0,18 36 PT Surya Toto Indonesia Tbk.s 79.705 56.377 63.270 182.280 (0,29) 1,22 0,19 37 PT Kabelindo Murni Tbk.s 10.508 5.314 3.988 1.695 (0,49) (0,25) (0,57) 38 PT Sumi Indo Kabel Tbk.s 44.374 77.467 97.687 28.718 0,75 0,26 (0,71) 39 PT Astra-Graphia Tbk.s 55.565 72.074 62.487 66.947 0,30 (0,13) 0,07 40 PT Metrodata Electronics Tbk.s 20.776 28.480 29.956 10.064 0,37 0,05 (0,66) 41 PT Astra International Tbk.s 3.712.097 6.519.000 9.191.000 10.040.000 0,76 0,41 0,09 42 PT Astra Otoparts Tbk.s 282.058 454.907 566.025 768.265 0,61 0,24 0,36 43 PT Goodyear Indonesia Tbk.s 25.397 42.399 8.120 121.085 0,67 (0,98) 1,39 44 PT Indo Kordsa Tbk.s 18.314 39.149 94.776 72.105 0,11 1,42 (0,24) 45 PT Intraco Penta Tbk.s 7.066 9.514 22.944 37.473 0,35 1,41 0,63 46 PT Nipress Tbk.s 7.650 5.085 1.551 3.685 (0,34) (0,69) 1,38 47 PT Selamat Sempurna Tbk.s 66.175 80.325 91.472 132.850 0,21 0,14 0,45 48 PT Tunas RideanTbk.s 22.211 189.816 245.079 310.387 0,75 0,29 0,27 49 PT United Tractor Tbk.s 930.372 1.493.037 2.660.742 3.817.541 0,60 0,78 0,43
50 PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.s 43.172 52.176 94.271 131.259 0,21 0,81 0,39
51 PT Indofarma (Persero) Tbk.s 15.241 11.077 5.032 2.125 (0,27) (0,55) (0,58) 52 PT Kalbe Farma Tbk.s 676.582 705.694 706.822 929.003 0,04 0,00 0,31 53 PT Kimia Farma (Persero) Tbk.s 43.990 52.189 55.394 62.506 0,19 0,06 1,28 54 PT Merck Tbk.s 86.538 89.485 98.620 146.700 0,03 1,02 0,49 55 PT Pyridam Farma Tbk.s 1.729 1.743 2.309 3.772 0,01 0,32 0,63 56 PT Tempo Scan Pacific Tbk.s 272.584 278.358 320.648 359.964 0,02 0,15 0,12 57 PT Mandom Indonesia Tbk.s 100.118 111.232 114.854 124.612 0,11 0,03 0,08 58 PT Mustika Ratu Tbk.s 9.096 11.130 22.290 21.017 0,22 1,00 (0,06) 59 PT Unilever Indonesia Tbk.s 1.721.595 1.962.147 2.407.231 3.044.107 0,14 0,23 0,26
95
Lampiran 9
Hasil Analisis Regresi Berganda
Statistics
177 177 177 177 177 1770 0 0 0 0 0
.073384 -.023110 .079910 .167028 .133402 .300803
.019000 -.029000 .039000 .083000 -.042000 .266000.0000 .0000 -.1990a .0000 -.8050a -.6640a
.4439123 .1779045 .4702563 .5623956 .7731533 .5400820
.197 .032 .221 .316 .598 .292
-.5600 -.6820 -.6160 -1.0000 -.9870 -.9810
4.4040 1.0650 4.6790 3.9380 2.9290 1.9970
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. Deviation
Variance
Minimum
Maximum
Perubahan CR
Perubahan LR
Perubahan IT
Perubahan OPM
Perubahan PER
Perubahan Laba
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Correlations
1.000 .016 -.157 -.098 .369 -.374.016 1.000 -.391 .572 -.066 .013
-.157 -.391 1.000 -.134 .046 .010-.098 .572 -.134 1.000 -.078 .055.369 -.066 .046 -.078 1.000 -.227
-.374 .013 .010 .055 -.227 1.000. .419 .018 .098 .000 .000
.419 . .000 .000 .190 .433
.018 .000 . .037 .269 .450
.098 .000 .037 . .152 .233
.000 .190 .269 .152 . .001
.000 .433 .450 .233 .001 .177 177 177 177 177 177177 177 177 177 177 177177 177 177 177 177 177177 177 177 177 177 177177 177 177 177 177 177177 177 177 177 177 177
Perubahan LabaPerubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PERPerubahan LabaPerubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PERPerubahan LabaPerubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PER
PearsonCorrelation
Sig.(1-tailed)
N
Perubahan Laba
Perubahan CR
Perubahan LR
Perubahan IT
Perubahan OPM
Perubahan PER
96
Variables Entered/Removedb
PerubahanPER,PerubahanLR,PerubahanIT,PerubahanOPM,PerubahanCR
a
. Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
Model Summaryb
.510a .260 .238 .4713304 1.756Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Perubahan PER, Perubahan LR, Perubahan IT,Perubahan OPM, Perubahan CR
a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
ANOVAb
13.349 5 2.670 12.018 .000a
37.988 171 .22251.337 176
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Perubahan PER, Perubahan LR, Perubahan IT, PerubahanOPM, Perubahan CR
a.
Dependent Variable: Perubahan Labab.
97
Coefficientsa
.274 .039 7.064 .000
.034 .106 .028 .323 .747-.517 .219 -.170 -2.364 .019-.111 .093 -.096 -1.192 .235.291 .065 .303 4.469 .000
-.209 .047 -.299 -4.417 .000
(Constant)Perubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PER
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Perubahan Labaa.
Coefficientsa
.016 .025 .021 .572 1.748-.157 -.178 -.156 .834 1.199-.098 -.091 -.078 .660 1.514.369 .323 .294 .942 1.062
-.374 -.320 -.291 .946 1.057
Perubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PER
Model1
Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Perubahan Labaa.
Residuals Statisticsa
-.480094 1.465544 .300803 .2754040 177-2.835 4.229 .000 1.000 177
.037 .411 .076 .042 177
-.674810 1.676056 .298796 .2901673 177-.9850051 1.6710682 .0000000 .4645871 177
-2.090 3.545 .000 .986 177-2.100 3.591 .001 1.003 177
-.9944394 1.7141587 .0020074 .4839019 177-2.121 3.723 .002 1.011 177
.065 132.652 4.972 11.487 177
.000 .368 .008 .030 177
.000 .754 .028 .065 177
Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Perubahan Labaa.
98
Freq
uenc
y
40
30
20
10
Histogram
Dependent Variable: Perubaha
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Perubahan Laba
99
Regression Standardized Predicted Value6420-2-4
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d
Res
idu
al
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Perubahan Laba
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
177.0000000
.46458714.080.080
-.0431.071
.202
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
100
Coefficientsa
.572 1.748
.834 1.199
.660 1.514
.942 1.062
.946 1.057
Perubahan CRPerubahan LRPerubahan ITPerubahan OPMPerubahan PER
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Perubahan Labaa.
Model Summaryb
5 171 .000 1.756Model1
df1 df2 Sig. F ChangeChange Statistics
Durbin-Watson
Dependent Variable: Perubahan Labab.