analisis putusan hakim pengadilan agama...

114
i ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb). SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam Oleh: Ali Muktar NIM : 21211017 JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: dokiet

Post on 22-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

i

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA

AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb).

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Hukum Islam

Oleh:

Ali Muktar

NIM : 21211017

JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2015

Page 2: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

ii

Page 3: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

iii

Page 4: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

iv

Page 5: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

v

MOTTO

Sabar dalam menghadapi segala macam masalah dan bertindak

bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang sangat

utama.

Hidup harus disyukuri, karena dengan bersyukur hidup kita jadi

tenang.

هن لبا س لكم وانتم لبا س لهن )البقره(

Artinya :perempuan itu adalah pakaian bagikamu, dan kamu

adalah pakaian bagi perempuan (Qs albaqarah:187).

Page 6: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

vi

PERSEMBAHAN

skripsi ini penulis persembahkan

kedua orang tuaku, karena dengan bimbingan dan kasih sayang motivasi dan do’anya

karena berkat beliaulah aku biasa melangkah kedepan untuk meraih cita-cita.

Adik-adikku yang selalu menyemangatiku.

Istriku Dwi Retnowati yang selalu mendukungku dan selalu menyemangatiku baik

susah maupun senang.

Bapak Drs. Machfudz. M.Ag selaku dosen pembimbingku yang tidak pernah lelah

membimbingku dalam penulisan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

vii

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah

mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi

petunjuk kepada segenap manusia kejalan kebaikan, untuk kehidupan didunia dan

keselamatan diakhirat. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi

besar Muhammad Saw, semoga pada akhir kelak kita termasuk kedalam umatnya

yang mendapat syafaatnya.

Ahamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul: “ANALISIS

PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG

POLIGAMI (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb)” ini telah selesai. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dan

melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1). Dalam Ilmu

Syari’ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna

memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya

pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan

terimakasih kepada:

Page 8: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

viii

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., Selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Bapak Sukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah

(AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun

skripsi ini.

4. Bapak Drs, Machfudz, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga terselesaikannya

penulisan skripsi ini,

5. Para Dosen Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama

penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Bapak Drs. H. Effendi Ramli, MH selaku Ketua Pengadilan Agama Ambarawa

yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di

Pengadilan Agama Ambarawa

7. BapakDrs. H. Abdul Syukur, SH, M.H sebagai wakil sekaligus sebagai Hakim

Pengadilan Agama Ambarawa yang telah membantu memberikan informasi dan

data-data yang penulis butuhkan.

8. Bapak Drs. H. Salim, SH, MH sebagai Hakim pengadilan Agama Ambarawa

yang telah membantu memberikan informasi arahan danjuga data-data yang

penulis butuhkan.

Page 9: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

ix

9. Panitera Pengadilan Agama Ambarawa dan juga para pegawai yang tidak dapat

kami sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam pencarian data yang yang

penulis perlukan.

10. Ayahku Sudi dan Ibundaku Sa’diyah yang selalu memberikan do’anya dan

motivasinya, istriku Dwi Retnowati tersayang yang selalu menyemangatiku.

11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga atas bantuan semua pihak sebagaimana disebutkan diatas mendapat

limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta

bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat

bermanfaat khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang

membutuhkannya. Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak

terimakasih.

Salatiga, 12 November 2015

Penulis

Ali Muktar

Page 10: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

x

ABSTRAK

Muktar, Ali. 2015, AnalisisPutusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang

Poligami (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb). Skripsi Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al-

Syakhshiyyah (AS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

DosenPembimbing : Drs. Machfudz M, Ag.

Kata Kunci : Analisis, Putusan Hakim, Pengadilan Agama, Poligami.

Poligami adalah salah satu masalah yang kontroversial yang berhubungan

dengan system kekeluargaan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 4 ayat (2)

tentang perkawinan, ada 3 alasan poligami yang dapat diterima oleh Pengadilan

Agama yaitu, istri tidak dapat menjalankan kewajibannya, istri mendapat cacat badan

atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri tidak dapat melahirkan

keturunan.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana prosedur poligami menurut

Undang –undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi hukum Islam.

Bagaiman dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara No.1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur poligami

menurut Undang–undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi

hukum Islam. Dan untuk mengetahui Bagaimana pertimbangan hakim dalam

memutus perkara No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

Amb.

Dalam amar putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dilihat dari hukum

materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum untuk

melindungi calon istri kedua Pemohon dengan mengorbankan kepentingan

Termohon. Sedangkan dalam amar Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb, dilihat

dari hukum materiil lebih tepat, karena majelis Hakim lebih menekankan nilai

kepastian Hukum, keadilan dan nilai manfaat. Yaitu dengan menerapkan Hukum

materiil yang berlaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan Pemohon mengajukan

pemohonan izin poligami karena calon istri kedua telah hamil, bahwa alasan itu tidak

sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, karena hamil diluar perkawinan

bagaimanapun juga menurut hukum Islam adalah perbuatan zina.

Page 11: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... iv

MOTTO ................................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8

E. Telaah Pustaka .................................................................................... 9

F. Penegasan Istilah ................................................................................ 11

G. Metode Penelitian ............................................................................... 12

H. Sitematika Penulisan .......................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Ketentuan Umum Tentang Poligami ................................................... 16

1. Pengertian Poligami ...................................................................... 16

2. Poligami Sebelum Islam ................................................................ 18

3. Dasar Hukum Poligami ................................................................. 20

Page 12: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

xii

B. Poligami Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Dan

Kompilasi Hukum Islam ..................................................................... 24

1. Poligami Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 .................. 24

2. Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam ................................. 27

C. Hikmah Poligami ................................................................................. 29

BAB III PUTUSAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI No. 1139/Pdt.

G/2013/PA.Amb DAN No. 0493/Pdt. G/2014/PA.Amb

A. Profil Pengadilan Agama Ambarawa ................................................... 31

1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Ambarawa ........................ 31

2. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Ambarawa ................................ 45

3. Struktur Organisasi ......................................................................... 35

4. Kekuasaan Pengadilan Agama Ambarawa ..................................... 37

a. Kompetensi Relatif ................................................................... 37

b. Kompetensi Absolut ................................................................. 38

B. Kasus Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb .................................................................................. 41

1. Kasus Putusan Perrmohonan Ijin Poligami No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb ............................................................................ 41

2. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Terhadap Perkara

No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb ..................................................... 48

3. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb ............................................................................ 57

4. Kasus Putusan Permohonan Izin Poligami No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb ............................................................................ 58

5. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Terhadap Perkara

No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ..................................................... 67

6. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb ............................................................................ 71

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA

TENTANG IZIN POLIGAMI

A. Kasus Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No.

0493/Pdt.G/2014/PA. Amb .................................................................. 73

1. Proses Penyelesaian Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

Amb ................................................................................................. 73

Page 13: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

xiii

2. Proses Penyelesaian Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

Amb ................................................................................................. 78

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Putusan No.1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ...................... 82

1. Analisis Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb ......................... 83

2. Analisis Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ......................... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 71

B. Saran .................................................................................................... 74

C. Penutup ................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada

rosul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat disepanjang masa, yang pada

hakekatnya merupakan sistem Aqidah dan tata Kaidah yang mengatur segala

kehidupan Manusia dalam berbagai hubungan baik dengan Pencipta maupun

dengan sesama, Seperti hubungan dalam pernikahan.

Penikahan adalah ajaran yang sesuai, selaras dan sejalan dengan fitrah

manusia. Pada pernikahan ada benteng untuk menjaga diri dari godaan syetan,

menyalurkan kerinduan yang terpendam, mencegah kebrutalan nafsu, memelihara

pandangan, dan menjaga kemaluan. Pernikahan juga penenang jiwa melelui

kebersamaan suami-isteri, penyejuk hati dan motivasi untuk selalu beribadah

(Kisyik, 2005:17).

Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 merupakan undang-undang

pertama di Indonesia yang mengatur soal perkawinan secara nasional. Sebelum itu

urusan perkawinan diatur melalui beragam hukum, yaitu: Hukum adat bagi warga

Negara Indonesia asli, hukum Islam bagi warga Negara yang beragama Islam,

Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen bagi warga Indonesia yang beragama

Page 15: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

2

kristen di Jawa, Minahasa dan Ambon, Kitab Undang-undang Hukum Perdata bagi

warga Negara Indonesia keturunan Eropa dan Cina, dan peraturan Perkawinan

Campuran bagi perkawinan campuran (Khusen, 2013:11).

Pada dasarnya asas dalam pernikahan adalah monogami, dimana seorang

suami hanya diperbolehkan beristeri satu. Namun pada kenyataannya tidak sedikit

terjadi dimasyarakat, seorang suami memiliki lebih dari seorang istri.

Poligami memiliki akar sejarah yang cukup panjang sepanjang sejarah

peradaban manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang kejazirah Arab, poligami

merupakan sesuatu yang telah mentradisi bagi masyarakat Arab. Poligami masa itu

dapat disebut poligami tak terbatas. Lebih dari itu tidak ada gagasan keadilan

diantara para isteri. Suamilah yang menentukan sepenuhnya siapa yang paling

disukai dan siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara tidak terbatas. Para isteri

harus menerima takdir mereka tanpa ada usaha untuk memperoleh keadilan

(Nuruddin, 2006:57).

Sebelum pemberlakuan UU No. 1 tahun 1974 di Indonesia, seorang laki-

laki muslim cukup mudah untuk melakukan perkawinan poligami. Ia hanya

diminta untuk melaporkan perkawinan barunya kepada petugas pencatat

perkawinan dan bersikap adil kepada para istrinya. Oleh sebab itu pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-

Undang tersebut mengatur tentang asas monogami, hanya apabila dikehendaki

oleh yang bersangkutan karena hukum dan agama yang mengizinkannya, seorang

Page 16: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

3

suami dapat beristri lebih dari seorang. Meskipun hal tersebut dikehendaki oleh

pihak yang bersangkutan, hanya dapat dilakukan apabila memenuhi dari

persyaratan tertentu dan diputuskan oleh Pengadilan (Khusen, 2013:11).

Untuk kelancaran pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, telah

dikeluarkan peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 yang mengatur ketentuan

pelaksanaan dari Undang-Undang tersebut. Dalam hal suami yang bermaksud

untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan tertulis

kepada Pengadilan Agama, kemudian di Pengadilan Agama akan memberikan

keputusan apakah permohonan tersebut dikabulkankan atau ditolak.

Pengadilan Agama dalam tugasnya memberikan putusan tentang

permohonan poligami, berpedoman pada aturan yang berlaku. Yaitu Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta

Kompilasi Hukum Islam. Berdasarkan kekuasaan mengadili atau menangani

perkara (Absolute Coupetensial) Pengadilan Agama berhak untuk menyelesaikan

perkara perkawinan poligami, dan mempunyai pertimbangan serta penafsiran

tentang poligami.

Bagi para pihak yang mengajukan permohonan poligami harus memenuhi

beberapa persyaratan yang ketat dan menunjukkan bukti-bukti serta alasan-

alasan yang kuat yang bisa diterima oleh Hakim Pengadilan Agama. Hakim

berkewajiban mengetahui dan mendalami serta melaksanakan tugas pokok sesuai

Page 17: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

4

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya hukum acara

secara benar dan dapat memenuhi rasa keadilan bagi setiap pencari keadilan (Kode

etik dan pedoman perilaku Hakim, 2014:34),

Adapun alasan-alasan izin poligami yang dapat diterima oleh Pengadilan

Agama adalah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor

1 Tahun 1974 pasal 4 ayat (1) yaitu: “Dalam hal seorang suami akan beristri lebih

dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini,

maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan didaerah tempat

tinggalnya”.

Pengadilan dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada suami yang

akan beristri lebih dari seorang apabila:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

3. Istri tidak bisa melahirkan keturunan.

Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana

dimaksud pasal 4 ayat (1) Undang-undang perkawinan harus memenuhi pasal 5

ayat (1) a, b dan c, yaitu:

a. Adanya persetujuan dari istri-istri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup

istri-istri dan anak-anak mereka.

Page 18: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

5

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-

anak mereka

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57, Pengadilan Agama

hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari

seorang apabila:

1) Istri tidak menjalankan kewajiban sebagi seorang istri

2) Istri mendapat cacat badan yang tidak dapat disembuhkan

3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk

memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yang

ditentukan pada pasal 5 Undang-undang No. 1 tahun 1974 yaitu:

a) Adanya persetujuan istri-istri.

b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri

dan anak-anak mereka.

c) Adanaya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-

anak mereka”.

Dari kasus-kasus permohonan poligami yang diterima dan dikabulkan oleh

Pengadilan Agama Ambarawa ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para

pihak mengajukan permohonan izin poligami. Ada kalanya mereka mengajukan

permohonan poligaminya tersebut karena istri mengalami cacat badan, dan ada

pula yang beralasan istri tidak bisa melahirkan keturunan yang mana dari alasan-

Page 19: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

6

alasan tersebut memang sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang No.1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam pasal 57 tentang poligami.

Dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikabulkanya

permohonan izin poligami di Pengadilan Agama. Maka yang menjadi perhatian

penulis adalah perkara No. 1193/Pdt. G/2013/PA. Amb, bawa pada waktu

pemohon mengajukan pemohonan izin poligaminya termohon (isteri) dapat

melahirkan keturunan, termohon juga tidak cacat badan atau penyakit yang tidak

dapat disembuhkan, selama ini termohon juga menjalankan kewajibannya sebagai

isteri. Permohonan ini dikabulkan oleh Hakim dengan alasan termohon rela dan

tidak keberatan pemohon menikah lagi, Selain itu permohonan Pemohon menurut

hakim telah memenuhi pasal 4 (1) huruf (b). Pasal 5 (1) huruf (a), (b) dan (c)

Undang-Undang No.1 tahun 1974. Pasal 55 ayat (2). Pasal 58 ayat (2) huruf (a)

dan (b) kompilasi hukum Islam. Disamping itu oleh karena calon isteri kedua

Pemohon ternyata tunawicara (penyandang Disabilitas) yang telah disetubuhi

Pemohon yang mengakibatkan hamil sekitar 5 bulan.

Sedangkan perkara izin poligami No. 0493/Pdt. G/PA. Amb, Pemohon

mengajukan permohonan izin poligami dengan alasan isteri tidak dapat

menjalankan kewajibanya sebagai isteri dan Termohon juga rela kalau pemohon

menikah lagi dengan calon isteri kedua Pemohon. Namun hal tersebut tidak

terbukti, karena termohon tidak rela kalau Pemohon mau menikah lagi. Akan

tetapi selama ini Pemohon mempunyai hubungan istimewa dengan calon isteri

kedua Pemohon hingga mengakibatkan calon isteri kedua Pemohon melahirkan

Page 20: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

7

anak hasil hubungan dengan Pemohon yang sekarang berumur 5 bulan. Akan

tetapi permohonan Pemohon ditolak dengan alasan surat pernyataan bersedia

dipoligami, tanggal 28/05/2014, bermaterai cukup dan dibantah oleh Termohon,

majelis berpendapat bukti tersebut harus dikesampingkan. Majelis Hakim juga

berkesimpulan alasan permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat baik

Komulatif maupun Alternatif sehingga tidak beralasan hukum sebagaimana yang

telah diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) huruf (c), Pasal 5 ayat (1) huruf (a), (b)

dan (c) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Pasal 55 ayat (2),

Pasal 58 ayat (1) huruf (a) dan (b) Kompilasi Hukum Islam, maka Majelis Hakim

berpendapat permohonan izin Poligami Pemohon patut ditolak

Dalam hal ini Hakim sebagai pihak yang berwenang memutuskan perkara

izin poligami tentunya mempunyai pertimbangan-pertimbangan serta kriteria-

kriteria tertentu dalam mengabulkan perkara poligami dengan berbagai alasan

yang diajukan kepadanya, karena memang Hakim berwenang untuk menggali,

mengikuti dan memahami nilai-nilai Hukum yang hidup dimasyarakat dengan

tanpa mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang ada (Undang-

Undang Kehakiman Tahun 2004).

Dari urain di atas tersebut, penulis bermaksud meneliti, ’’Analisis Putusan

Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang Poligami (Studi Putusan No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb).

Page 21: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks latar belakang diatas, maka penulis menetapkan

beberapa rumusan masalah yang diantaranaya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan dan Kompilasi hukum Islam?

2. Bagaimana dasar hukum yang dipergunakan Hakim dalam memeriksa dan

memutus perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prosedur poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun

1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dasar yang dipergunakan Hakim

dalam memeriksa dan memutus perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan

No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini sangat berguna bagi penulis khususnya dan masyarakat pada

umumnya, adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Page 22: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

9

a. Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami ilmu

Hukum khususnya tentang permohonan izin poligami di Pengadilan Agama.

b. Untuk pengembangan ilmu Hukum dan penelitian Hukum serta berguna

untuk masukan bagi praktik penyelenggara dibidang Hukum Perkawinan

terutama terkait dengan masalah poligami masa kini dan masa yang akan

datang.

c. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1) Bagi Hakim

Dapat menerapkan kaidah-kaidah Hukum secara benar dan tepat

dalam mempertimbangkan dan menetapkan dasar Hukum yang dipakai

dalam permasalahan pemberian izin poligami.

2) Bagi Para Pihak

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan

pemberian izin poligami. Serta dapat menjadi solusi masalah terkait

dengan kasus poligami.

3) Bagi mahasiswa

Dapat menambah ilmu dan wawasan khususnya mahasiswa

jurusan syari’ah.

E. Telaah pustaka

Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu pendefinisian judul secara

professional, agar dapat diketahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah

Page 23: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

10

fahaman dan untuk membedakan kajian ini dengan kajian sebelumnya, Maka

penulis akan sebutkan beberapa buku tentang poligami antara lain:

Skripsi Siti zuaidah yang berjudul, ‘’Poligami Dalam Prespektif Hukum

Islam (Analisis Terhadap Keadilan Suami Sebagai Syarat Dalam Poligami).

Menjelaskan bahwa Islam tidak datang dengan membaawa anjuran untuk

poligami, melainkan justeru membatasinya. Selain itu ia juga menegaskan bahwa

keadilan suami sebagai syarat poligami merupakan indikasi Islam berusaha

mengakat derajat wanita yang pada saat itu dipermalukan seperti budak sekaligus

memelihara hak-hak nya.

Dr. Musfir Al-jahrani dalam bukunya yang berjudul, ’’Poligami Dari

Berbagai Persepsi’’. Menjelaskan tentang definisi, jenis, sejarah dan hikmah

poligami.

Prof. Dr. H. Ali Zainuddin dalam bukunya yang berjudul,’’Hukum Perdata

Islam’’. Menjelaskan tentang alasan, syarat dan prosedur poligami.

Dr. Abdul Nasir Taufiq Al’Atthar dalam bukunyan yang berjudul,

’’Poligami Dari Berbagai Persepsi’’. Menjelaskan tentang definisi, jenis, sejarah

dan hikmah poligami.

Siti Musdah Mulia dalam bukunya yang berjudul, ’’Islam Menggugat

Poligami”. Menjelaskan tentang makna poligami, sejarah asal-usul poligami,

alasan berpoligami dimasyarakat dan praktek poligami Rosulullah Saw.

Page 24: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

11

Fungsi dilakukannya telaah pustaka terhadap buku-buku dan skripsi-skrisi

adalah untuk membedakan antara penelitian yang akan dilakukan dengan

penelitian sebelumnya.

F. Penegasan istilah

Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul

secara terperinci, dengan maksud dapat diketahui secara jelas. Maka penulis perlu

memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah judul tentang.

’’Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang Izin Poligami

(studi putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

Amb). Istilah-istilah tersebut adalah:

a. Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa, untuk mengetahui apa sebab-

sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya (poerwadarminta, 2006:37).

Analisis mengandung arti suatu uraian pikiran yang mendalam, sistematis, dan

rasional (Abdul fatah, 2010:6).

b. Putusan adalah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan

diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum (Arto, 1998:245).

c. Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan (Farkhani, 2011:80).

d. Poligami adalah seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu isteri (Rahman

Gazali, 2003:129).

Page 25: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

12

G. Metode penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting. penelitian yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library

research). Yaitu sebuah penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh

dari buku-buku atau terbitan-terbitan resmi pemerintah (Saerozi, 2008:46).

1. Pendekatan penelitian

a. Pendekatan normatif, yaitu dengen mendekati masalah yang akan diteliti

dengan mendasarkan pada Al-qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, Serta pendapat

ulama’ yang ada kaitannya dengan masalah poligami.

b. Pendekatan yuridis, yaitu cara mendekaati masalah yang di teliti dengan

mendasarkan pada aturan perudang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam (KHI).

2. Pengumpulan data

a. Dokumentasi, Yaitu cara memperoleh data dengan cara menelusuri dan

mempelajari data berupa dokumen terutama dari salinan putusan Pengadilan

Agama Ambarawa No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb yang merupakan sebagai data primer.

b. Metode Interview, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab

yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan.

Metode interview ini penulis pergunakan sebagai metode penunjang dalam

teknik pengumpulan data. Adapun wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung

Page 26: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

13

kepada majelis hakim yang memutus dua perkara yang dibahas dalam

skripsi ini.

3. Lokasi dan kehadiran peneliti

Lokasi penelitian ini adalah di Pengadilan Agama Ambarawa karena

setiap masyarakat yang ingin berpoligami harus mendapat ijin dari Pengadilan

Agama setempat. Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen

sekaligus menjadi pengumpul data. Kehadiran penulis dilapangan sangat

diperlukan, Penulis berperan sebagai partisipan penuh membaur dengan

subjek atau informan.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah diperoleh, kemudian dianalilis

dengan metode Conten Analist. yaitu menganalisis mengenai isi dari sebuah

keputusan. Pendekatan analisis (analicial apoach), yaitu mengetahui yang

terkadang oleh istilah-istilah yang digunakan dlam peraturan Perundang-

undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam

praktek dan putusan-putusan hukum.

Metode ini Penulis gunakan untuk mengetahui kesamaan dan

perbedaan dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa dalam

menyelesaikan perkara permohonan izin poligami, dalam hal ini difokuskan

pada Putusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Page 27: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

14

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sebagi karya ilmiah Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian

lapangan, maka dalam sistematika penulisan skripsi menggambarkan struktur

organisasi penyusunan yang dapat dijelaskan dalam beberapa Bab. Adapun

uraiannya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, sistematika Penulisan.

Bab II: Kajian pustaka, yaitu memberi gambaran mengenai ketentuan

umum tentang poligami, meliputi: Pengertian poligami, poligami sebelum Islam,

dasar hukum poligami, poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974.

Poligami menurut Kompilasi Hukum Islam dan hikmah poligami.

Bab III: Berisi tentang Putusan Permohonan izin poligami No. 1139/Pdt.

G/203/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb. Terdiri dari: Sekilas

tentang sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Ambarawa, visi dan misi

Pengadilan Agama Ambarawa, struktur organisasi, kekuasaan Pengadilan Agama

Ambarawa, kasus Putusan No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

G/2014/ PA. Amb.

Page 28: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

15

Bab IV: Berisi tentang analisis Putusan hakim Pengadilan Agama tentang

poligami, meliputi: penyelesaian perkara putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb

dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb dan analisis Putusan No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Bab V: Penutup yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi

kesimpulan, saran dan kata penutup.

Page 29: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ketentuan Umum Tentang Poligami

1. Pengertian Poligami

Secara etimologis kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu

gabungan dari dua kata ”poli” atau ” polus” yang berarti banyak dan

”gamein” atau ”gamos” yang berarti perkawinan. Dengan demikian poligami

berarti perkawinan yang banyak (Nasution,1996:84). Artinya beristeri banyak.

Secara terminologi, Poligami yaitu seorang laki-laki beristeri lebih dari

seorang, tetapi dibatasi paling banyak empat orang.

Secara istilah poligami memiliki arti, perbuatan seorang laki-laki

mengumpulkan dalam tanggungannya dua sampai empat isteri dan tidak boleh

lebih dari itu (Abdurrahman, 2003:25). Poligami adalah ikatan dalam hal yang

mana suami mengawini lebih dari satu isteri dalam waktu yang sama. Laki-

laki yang melakukan perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligam

(Musdah Mulia, 2004:43)

Poligami menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ikatan

perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan

jenis dalam waktu bersamaan (Sudarsono, 1986:169). Dalam Islam poligami

Page 30: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

17

didefinisikan sebagai perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang

isteri dengan batasan maksimal empat.

Melihat makna dan tujuan perkawinan adalah merupakan ibadah maka

prinsip poligami dan monogami itu adalah sebagai berikut:

a. Dalam Islam dilarang hubungan seksual diluar perkawinan, dengan

larangan yang nyata.

b. Dalam Islam diwajibkan orang bertindak adil dan bertanggung jawab.

c. Dalam memperbolehkan poligami, Islam mensyaratkan keadilan dan

tanggung jawab supaya terpenuhi. Sementara itu, apabila faktor-faktor

yang mendukung tercapainya tujuan perkawinan dengan isteri yang

pertama belum terpenuhi, misalnya, tidak mendapat keturunan, hubungan

seksual yang tidak seimbang, dan sebagainya, maka poligami boleh

dilakukan.

d. Tidak tercapainya tujuan berkeluarga merupakan persoalan keluarga.

Dalam mengatasi persoalan keluarga tersebut Islam menggariskan adanya

musyawarah antara suami-isteri. Termasuk dalam poligami, hendaknya

dilakukan atas dasar musyawarah dengan isteri pertama (Daraadjat,

1995:62-63).

Islam membolehkan kawin poligami, tetapi membatasi jumlahnya

tidak lebih dari empat dengan syarat harus berlaku adil. Kalau sekiranya

khawatir tidak dapat berlaku adil, maka hanya satu istri saja, yang disebut

Page 31: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

18

monogami. Sebenarnya berlaku adil sangat berat hampir-hampir manusia

tidak dapat melakukannya, disamping itu Islam tidak menutup rapat manuia

untuk melakukan poligami, apabila dipelukan secara shah dan bertanggung

jawab, bukan sembunyi-sembunyi, seperti memelihara gundik dan memenuhi

kebutuhan seksualnya dengan wanita tunasusila (Departemen Agama Repubik

Indonesia, 1985:79).

2. Poligami Sebelum Islam

Peraturan perkawinan poligami sudah dikenal sebelum Islam disetiap

masyarakat yang berperadaban tinggi maupun masyarakat yang masih

terbelakang, baik penyembah berhala maupun bukan. Masyarakat Arab

sebelum Islam, seorang laki-laki berhak menikahi sejumlah wanita yang

dikehendaki tanpa ikatan maupun syarat (Jahrani, 1996:36).

Setelah Agama Islam datang dengan membawa pesan moral

kemanusiaan yang tidak ada bandingnya dalam agama manapun. Kebebasan

poligami tidak langsung dihapuskan akan tetapi melakukan perubahan sesuai

petunjuk kandungan Alquran suarat An-nisa’ ayat 3 yaitu: yang pertama

adalah membatasi jumlah bilangan istri hanya empat, yang kedua menetapkan

untuk berlaku adil terhadap semua istri.

Harist ibn Qais berkata, “saya masuk Islam, dalam keadaan punya

delapan istri; lalu saya datang menghadap Rosuluallah Saw, dan melaporkan

keadaan saya itu kepada beliau; beliau kemudian bersabda:

Page 32: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

19

احتر منهن اربعا

Artinya: pilihlah empat diantara kamu.

Abdullah ibn Umar menerangkan: “Ghalian masuk Islam bersama-sama

dengan sepuluh orang istrinya yang dinikahinya pada masa Jahiliyah; lalu

Rasulullah menyuruh supaya ia memilih empat diantara istri-istrinya itu” (Al-

Atthar, 1976:125).

Dengan demikian, praktek poligami dimasa Islam sangat berbeda

dengan praktek sebelumnya. Perbedaan itu menonjol pada dua hal yaitu:

a. Bilangan istri, dari yang tidak terbatas menjadi terbatas jumlahnya

menjadi empat.

b. Syarat poligami, dari yang tidak mengenal syarat kemudian disyaratkan

harus mampu berlaku adil.

Jadi Islam bukan membuat Undang-undang poligami akan tetapi

hanya membatasi poligami itu dengan beberapa ketentuan dan jumlah tertentu

(Hamidy, 1980:42). Al-Aqqad, ulama’ dari Mesir menyimpulkan bahwa Islam

tidak mengajarkan poligami, tidak juga memandang positif apalagi

mewajibkan, Islam hanya membolehkan dengan syarat yang ketat (Mulia,

2004:45).

Islam membolehkan poligami untuk tujuan kemaslahatan, tujuan

semua itu adalah untuk memelihara hak-hak wanita, memelihara kemuliaan

Page 33: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

20

mereka yang dahulu terabaikan karena poligami yang tanpa ikatan,

persyaratan, dan jumlah tertentu (Jahrani, 1996:38).

3. Dasar Hukum Poligami

Poligami atau dikenal dengan ta’addud zawaj, menurut Ustadz Ahmad

Sarwat, Lc., pada dasarnya hukumnya mubah atau boleh bukan wajib juga

bukan sunnah (Fathurrahman, 2007:25). Asas monogami ini telah diterapkan

dalam Islam sebagai salah satu asas perkawinan dalam Islam yang bertujuan

untuk landasan dan modal utama guna membina keluarga yang harmonis,

bahagia dan sejahtera (Zuhdi, 1994:12). Adapun dasar poligami disebutkan

dalam al-Quran surat an-Nisa’ ayat 2-3 yaitu:

Page 34: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

21

Artinya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)

harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk

dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu.

Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah

dosa yang besar. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil

terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu

mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan

dapat Berlaku adil Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat

kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S. an-Nisa’: 2-3).

Sebab turunnya ayat ini, diterangkan dalam riwayat Aisyah r.a

isteri Rasulullah saat menjawab pertanyaan Urwah bin zubair r.a. tentang

firman Allah ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

Page 35: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

22

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi”, Aisyah r.a. menjawab:

“Wahai kemenakanku, ayat ini mengenai anak perempuan yatim, ia dalam

penjagaan walinya dan hartanya telah bercampur dengan harta walinya. Si

wali tertarik pada harta dan kecantikan anak itu, maka ia ingin menikahinya

tanpa membayar mahar secara adil, sebagaimana pembayaran mahar dengan

perempuan lain. Maka mereka dilarang menikahi anak yatim itu kecuali

mereka berlaku adil kepada mereka dan mereka memberikan mahar yang

layak kepada mereka dan mereka dianjurkan untuk menikahi wanita lain

yang mereka senangi”. Berdasarkan riwayat diatas, dapat disimpulkan

mengapa ada kaitan antara perintah memelihara anak yatim perempuan

dengan kebolehan beristeri lebih dari satu sampai dengan empat, karena ayat 3

dari surat an-Nisa’ ini sebagai sambungan dari ayat sebelumnya tentang

memelihara harta anak yatim. Pada ayat 2 surat yang sama, telah dijelaskan

dan diperingatkan jangan sampai ada aniaya dan curang terhadap anak yatim.

Menurut Abduh, disinggungnya persoalan poligami dalam konteks

pembicaraaan Anak yatim bukan tanpa alasan. Hal itu memberikan pengertian

bahwa persoalan poligmi identik dengan persoalan Anak yatim dan tidak lain

karena dalam persoalan tersebut terkandung masalah yang yang mendasar,

yaitu masalah ketidak adilan (Mulia, 2004:96).

Sebagai mana persoalan-persoalan, dimana manusia tidak dapat

berlaku adil seadil-adilnya, seperti keadilan dalam perasaan cinta, kasih dan

Page 36: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

23

hubungan seksual walaupun mereka sangat menginginkannya. Hal ini seperti

dijelaskan dalam firman Allah surat an-Nisa’ ayat 129 yaitu:

Artinya :Dan kamu tidak akan berlaku adil diantara isteri-isteri (mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu

janganlah kamu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga

kaamu biarkn yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu

mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),

maka sesungguhnya Allah maha pengampun, Maha penyayang

(Chasanah, 2008:169).

Keadilan yang dimaksud adalam ayat ini ialah memberikan kecintaan

yang sama. Ini dijelaskan Rosulullah SAW sendiri ketika lebih mencintai

Page 37: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

24

Aisyah dari pada mencintai yang lain, karena pegetahuannya dan kecerdasan

Aisyah. Maka Ia bersabda seusai menggilir isteri-isterinya dalam setiap hal

yang memungkinkan ia berlaku adil. Ia berkata sebagai berikut, ”Ya Tuhanku!

Inilah pembagianku yang bisa kumiliki, karena itu jangan Engkau mencela

aku tentang sesuatu yang Engkau miliki tetapi aku tidak memilikinya” HR.

Ahmad, abu Daud dan Nasai).

Islam memperbolehkan poligami dengan tiga persyaratan dasar yaitu:

a) Poligami tidak boleh menjadi penyebab kekacauan urusan-urusan

keluarga; kesucian dan kebaikan keluarga harus benar-benar dijaga.

b) Jumlah istri tidak boleh lebih dari empat.

c) Bersikap adil, dalam hal-hal yang bersifat material atau lahiriyah terhadap

semua istri (Hathount, 2004:90).

B. Poligami Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum

Islam.

1. Poligami menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 9 tahun 1979 tentang

pelaksanaan Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 40 PP No. 9

tahun 1979 menyebutkan, “apabila seorang suami bermaksud untuk beristri

lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis

kepada pengadilan”.

Page 38: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

25

Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 4 ayat (1) disebutkan dalam

hal seorang akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal

3 ayat (2) Undang-undang ini maka ia wajib mengajukan permohonan ke

Pengadilan didaerah tempat tinggalnya (Khusen, 2012:12).

Undang-undang perkawinan di Indonesia pada dasarnya menganut

asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan. Ketentun

ini terdapat dalam pasal (3) ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

a. Pada dasarnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri,

seorang isteri hanya boleh mepunyai seorang suami

b. Pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan

Sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang

perkawinan, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di

daerah tempat tinggalnya (Khusen, 2013:12). Pengadilan dapat memberi izin

kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang, apabila dikehendaki

oleh pihak-pihak yang bersangkutan, serta Hukum dan Agama yang

bersangkutan mengizinkan.

Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 4 tentang perkawinan

menjelaskan bahwa seseorang yang berpoligami harus memiliki alasan yang

cukup yaitu:

Page 39: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

26

1) Seorang istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri. Hal ini

seorang suami dapat mengajukan izin poligami ke Pengadilan Agama.

2) Istri mendapat cacat badan yang tidak dapat di sembuhkan.

3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Apabila seorang istri tidak bisa

melahirkan keturunan atau mandul maka seorang suami dapat mengajukan

permohonan poligami, karena mendapatkan keturunan adalah salah satu

tujuan dari pernikahan.

Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana

yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang ini harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a) Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri.

b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

c) Adanya kepastian bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak mereka.

Setelah menerima permohonan izin poligami, tugas Pengadilan

selanjutnya diatur dalam pasal 41 PP No. 9/1975. Pengadilan kemudian

memeriksa mengenai ada atau tidaknya alasan yang memugkinkan seorang

suami kawin lagi, ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, ada tidaknya

kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak

Page 40: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

27

mereka dan yang terakhir ada tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil

terhadap isteri-isteri dan anak anak metreka.

Apabila alasan-alasan dari seorang suami memang kuat dan sudah

sesuai dengan persyaratan, maka pengadilan harus memberi keputusan bagi

suami untuk mengabulkan permohonan izin poligami. Apabila tidak memenuhi

syarat dan alasan yang kurang kuat maka pengadilan dapat menolak

permohonan suami untuk poligami.

2. Poligami Menurut Kompilasi hukum Islam

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal (56)

menyebutkan, “bahwasanya apabila ada seorang suami yang mempunyai

keinginan untuk menikah lebih dari satu orang, harus mengajukan

permohonan ke Pengadilan Agama, untuk memperoleh izin menikah lebih

dari satu mengenai pengajuan permohona izin untuk menikah lagi ke

Pengadilan Agama harus melalui tata cara dan peraturan yang sudah diatur

dalam Undang-undang.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57 ayat (a), (b) dan (c)

diterangkan bahwa, Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada seorang

suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Page 41: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

28

Selain alasan-alasan diatas, untuk dapat mengajukan permohonan

kepada Pengadilan Agam sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

perkawinan pasal 5 ayat (1) harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Adanya persetujuan dari istri-istri

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-

istri dan anak-anak mereka

3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka

Sedangkan dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam pasal 55 adalah sebagai berikut:

a) Beristri lebih dari seorang dalam waktu bersamaan, terbatas hanya sampai

empat istri.

b) Syarat utama untuk beristri lebih dari seorang, suami harus mampu

berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

c) Apabila syarat utama pada ayat (2) tidak mungkin terpenuhi, maka suami

dilarang beristri lebih dari seorang.

Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 58 menyebutkan, selain syarat

utama yang tersebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk memperoleh izin dari

Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada

pasal 5 Undang-undang No. 1 tahun 1974.

Page 42: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

29

Dengan adanya pasal-pasal yang membolehkan untuk berpoligami

meskipun dengan alasan-alasan tertentu, jelaslah bahwa asas yang dianut oleh

Undang-undang Perkawinan sebenarnya bukan asas monogami mutlak,

melainkan disebut monogami terbuka atau monogami yang tidak bersifat

mutlak. Poligami ditempatkan dalam status Hukum darurat (emergency law),

atau dalam keadaan yang luar biasa (extra ordinary circumstance). Disamping

itu poligami tidak semata-mata kewenangan penuh suami akan tetapi

kewenangan Hakim.

C. Hikmah Poligami.

Kebolehan poligami yang telah ditetapkan al-Qur’an memiliki beberapa

hikmah yang dapat diambil, antara lain:

1. Untuk memberi kesempatan bagi laki-laki memperoleh keturunan dari

isteri kedua, jika isteri pertama mandul, karena tujuan pernikahan pada

dasarnya adalah untuk memperoleh keturunan, hal ini berdasarkan Al-quran

surat an-Nisa’ ayat (1).

Page 43: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

30

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, ”(QS.

an-Nisa’: 1).

2. Untuk menghindarkan laki-laki dari perbuatan zina, jika isterinya tidak bisa

dikumpuli karena terkena suatu penyakit yang berkepanjangan.

3. Untuk memberi kesempatan bagi perempuan yang terlantar, agar mendapatkan

suami yang berfungsi untuk melindunginya, memberinya nafkah hidup serta

melayani kebutuhan biologisnya.

4. Untuk menghibur perempuan yang ditinggal mati suaminya di medan

peperangan, agar tidak merasa kesepian.

5. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal di

Negara atau masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari

kaum prianya.

Page 44: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

31

6. Bila isteri telah tua, dan mencapai umur ya’isah (tidak haid) lagi, kemudian

sang suami berkeinginan mempunyai anak, dan ia mampu memberikan nafkah

kepada lebih dari seorang isteri, mampu pulamenjamin kebutuhan anak-

anaknya, termasuk pendidikan mereka.

Page 45: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

32

BAB III

PUTUSAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI No. 1139/Pdt. G/2013/

PA. Amb dan No. 0498/Pdt. G/2014/PA.Amb.

A. Profil Pengadilan Ambarawa

1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Ambarawa

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama, Peradilan yang ada di Indonesia adalah beraneka

nama dan dikategorikan sebagai peradilan kuasai, karena berdasarkan

ketentuan yang terdapat dalam pasal 63 ayat (2) Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan, maka semua putusan pengadilan Agama

harus dikukuhkan oleh peradilan umum (Rasyid, 2009:1).

Kemudian dalam pasal pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1986 tentang

peradilan Agama dinyatakan bahwa, Peradilan Agama merupakan salah satu

pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama

Islam mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pengadilan Agama Ambarawa pada awal berdirinya menempati sebuah

gedung yang terletak di Jl. Ki Sarino Mangunpranoto No. 2 Ungaran, dengan

luas tanah 1.009 m2 dan luas bangunan 250 m2 dengan status Hak Milik

Page 46: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

33

Negara (Departemen Agama) yang diperoleh dari Bagian Proyek

Pembangunan Balai Sidang Pengadilan Agama Ambarawa, dengan Berita

Acara tertanggal 7 Nopember 1985 Nomor : Bagpro/PA/105/XI/1985.

Dalam perkembangannya, Pengadilan Agama Ambarawa di Ungaran

kemudian dipindah ke Ambarawa, sesuai dengan Surat Keputusan Kepala

Urusan Administrasi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 46/BUA-

PL/S-KEP/XII/2006, tanggal 13 Desember 2006 Tentang Pengalihan Fungsi

Penggunaan Bangunan Kantor Lama Pengadilan Negeri Ungaran di

Ambarawa menjadi Kantor Pengadilan Agama Ambarawa, yang ditindak

lanjuti dengan penyerahan sertifikat tanah sesuai berita acara serah terima

tanggal 14 April tahun 2008, maka diserahkanlah sertifikat tanah Hak Pakai

Nomor 11 Tahun 1996 Luas tanah 3.948 M2 dengan nama Pemegang Hak

Departemen Kehakiman RI Cq Pengadilan Negeri Ambarawa yang terletak di

Jl. Mgr. Soegiyopranoto No. 105 Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa

yang telah dialih fungsikan berdasarkan Peraturan Bersama Menteri

Keuangan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

: 186/PMK.06/2009, No. 24 Tahun 2009 tgl 18/II/2009 (DI. 208 3209 tgl 28

Februari 2013, DI 307 6310 tgl 28 Februari 2013) atas nama Pemerintah

Republik Indonesia c.q. Mahakamah Agung RI, dengan batas-batas sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara : Lapangan;

b. Sebelah Timur : Jalan ke Lapangan;

Page 47: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

34

c. Sebelah Selatan : Jalan raya Semarang-Magelang;

d. Sebelah Barat : Kebun milik perorangan;

Sesuai dengan SK Menteri Agama Nomor 76 Tahun 1983 Tentang

Penetapan dan Perubahan wilayah hukum Pengadilan, bahwa Pengadilan

Agama Ambarawa adalah meliputi sebagian wilayah Kabupaten Daerah

Tingkat II Semarang, yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan dan sampai

sekarang telah mengalami pengembangan menjadi 10 Kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Ungaran Barat;

2) Kecamatan Ungaran Timur;

3) Kecamatan Bergas;

4) Kecamatan Pringapus;

5) Kecamatan Bawen;

6) Kecamatan Ambarawa;

7) Kecamatan Sumowono;

8) Kecamatan Banyubiru;

9) Kecamatan Jambu;

10) Kecamatan Bandungan

2. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Ambarawa

a. Visi

Page 48: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

35

Terwujudnya putusan yang adil dan berwibawa sehingga

kehidupan masyarakat menjadi tenang, tertib dan damai, dibawah

lindungan Allah swt.

b. Misi

1) Mewujudkan rasa keadilan masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan jujur sesuai dengan hati nurani

2) Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari

campur tangan pihak lain

3) Meningkatkan pelayanan dibidang peradilan kepada masyarakat

sehingga tercapai peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan

4) Meningkatkan kufwalitas sumber daya manusia aparat peradilan

sehingga dapat melakukan tugas dan kewajiban secara professional

dan proposional

5) Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien dan bermartabat

dalam melaksanakan tugas

6) Menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara

yang diajukan oleh umat Islam Indonesia dibidang, Perkawinan,

Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Sadaqah dan ekonomi

syari’ah.

Page 49: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

36

3. Sruktur Organisasi

Struktur organisasi Pengadilan Agama Ambarawa berdasarkan KMA

Nomor. 004/SK/11/1992 adalah sebagai berikut:

Ketua :Drs. H. Effendi Ramli, MH

Wakil Ketua :Drs. H. Abdul Syukur, SH, MH

Hakim :Drs. H. Fuad

:Drs. H. Salim, SH, MH

:Drs. Sapari, Msi

:H.Abdul Kholiq, SH, MH

:Drs. syamsyuri

Panitera/sekretaris :Subandriyo, SHi

Wakil Panitera :Hj. Robikah Maskimayah, SH

Wakil Sekertaris :Siti Khalimah, SH

Panitera Muda Hukum :Mu’asyarotul Azizah, SH

Panitera Muda Gugatan :Saefudin, SH

Panitera Muda Permohonan :M. Abid Fajruddin, S.Ag

Page 50: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

37

Panitera Pengganti :Drs. Hj. Siti Zulaikhah

:Masykuri. SH

:Siti Novida Subyanti, SH

:Hj. Dahlia, SH

Jurusita Pengganti :Gogod Widiantoro, SH

:Naliatussa’adah, A.Md

:Syaiful Rijal, A.Md

:Ana Jatmikowati, S.Pdi

:Adnani

Kasubag Keuangan :Aulia Ardiansyah S.,SH

Kasubag Kepegawaian :M. Yusuf Perdana, SH

Pramubakti :Ikhwan Syaifuddin

:Sunarno

:Siti Surami, SHi

:Muhtar Shokhib, SHi

:Sumiyati

Page 51: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

38

:M. Rajif Andriyanto, Shi

:Ikhwan Saifuddin, Shi

:M. Ridlallah zia Asyhar, S.Sy

4. Kekuasaan Pengadilan Agama Ambarawa

Kata “kekuasaan” disini sering disebut juga dengan “Kompetensi”,

yang berasal dari bahasa belanda “Competentive”, yang kadang-kadang

diterjemahkan juga dengan “Kewenangan”, sehingga ketiga kata tersebut

dianggap semakna (Rasyid, 1998:25). Kompetensi atau kekuasaan pengadilan

pada masing-masing lingkungan terdiri atas kekuasaan relatif (relative

competentie) dan kekuasaan mutlak (absolute competentie).

a. Kekuasaan Relatif

Kekuasaan Relatif adalah pembagian kekuasaan antar PA

berdasarkan wilayah Hukum (Arto, 1998:44), kekuasaan dan wewenang

yang diberikan antara pengadilan dalam lingkungan peradilan yang sama

atau wewenang yang berhubungan dengan wilayah Hukum antar

Pengadilan Agama dalam lingkungan Peradilan Agama.

Pengadilan Agama mempunyai wilayah Hukum tertentu atau

dikatakan mempunyai “Yurisdiksi relatif” tertentu, dalam hal ini meliputi

satu kotamadya atau satu Kabupaten, atau dalam keadaan tertentu sebagai

Page 52: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

39

pengecualiaan, mungkin lebih atau mungkin kurang, contoh, di Kabupaten

Riau Kepulauan terdapat empat buah Pengadilan Agama, karena kondisi

transportasi sulit (Rasyid, 1998:26).

Adapun wewenang Relatif Pengadilan AgamaAmbarawa adalah

meliputi Pemerintahan Daerah Kabupaten Ambarawa, Yang termasuk

dalam wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Ungaran Barat;

2. Kecamatan Ungaran Timur;

3. Kecamatan Bergas;

4. Kecamatan Pringapus;

5. Kecamatan Bawen;

6. Kecamatan Ambarawa;

7. Kecamatan Sumowono;

8. Kecamatan Banyubiru;

9. Kecamatan Jambu;

10. Kecamatan Bandungan

b. Kompetensi Absolut

Kekuasaan absolut artinya kekuasaan Pengadilan yang berhubungan

dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat Pengadilan, dalam

perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat

Pengadilan lainnya (Rasyid, 1998:27).

Page 53: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

40

Kompetensi absolut dari Pengadilan Agama adalah memeriksa,

mengadili dan memutus perkara-perkara orang yang beragama Islam.

Kompetensi Peradilan Agama diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang

Nomor. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 7 Tahun 1989 pasal

49 tentang Peradilan Agama, yakni dibidang:

1. perkawinan,

2. waris,

3. wasiat,

4. hibah,

5. wakaf,

6. zakat,

7. Infaq,

8. shadaqah; dan

9. ekonomi syari'ah.

Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa yang dimaksud ialah hal-hal

yang diatur dalam atau berdasakan Undang-undang mengenai perkawian

yang berlaku. Pasal 49 ayat (2) ini dalam penjelasannya dirinci lebih lanjut

yaitu:

a) Izin beristri lebih dari seorang

Page 54: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

41

b) Izin melangsungkan bagi orang yang belum berumur 21 tahun, dalam

halo rang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan

pendapat.

c) Dispensasi kawin.

d) Pencegahan perkawinan.

e) Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah.

f) Pembatalan perkawinan.

g) Gugatan kelalaian atas kewajiban suami istri.

h) Perceraian karena thalaq.

i) Penyelesaian harta bersama.

j) Penguasaan anak.

k) Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bila bapak

yang seharusnya bertanggung jawab tidak mampu memenuhinya.

l) Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupanoleh suami kepada

bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri’

m) Putusan tentang sah tidaknya seorang anak.

n) Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua.

o) Pncabutan kekuasaan Wali.

p) Penunjukan orang lain sebagai Wali oleh Pengadilan dalam hal

kekuasaan seorang Wali dicabut.

Page 55: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

42

q) Menunjuk seseorang dalam hal seorang anak yang belum cukup berumur

18 tahun yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya padahal tidak ada

penunjukan Wali oleh orang tuanya.

r) Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap Wali yang telah

menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang berada dibawah

kekuasaanya.

s) Penetapan asal-usul anak.

t) Putusan tentang penolakan pemberian keterangan melakukan perkawinan

campuran.

u) Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan yang berlaku yang dijalankan menurut

peraturan yang lain (Ali, 199:257-258).

B. Kasus Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

Amb.

1. Kasus Putusan Permohonan Ijin Poligami No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb

Dalam perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb tentang izin Poligami

diajukan oleh Pemohon NA melawan Termohon NR. Pemohon mengajukan

permohonan izin poligami tanggal 21 November 2013, yang terdaftar dalam

perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb.

Page 56: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

43

Berdasarkan surat permohonan ijzin poligami tanggal 21 Nopember

2013 yang terdaftar dalam kepaniteraan Pengadilan Agama Ambarawa

Nomor: 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb telah mengajukan hal-hal sebagi berikut:

a. Bahwa pada tanggal 28 desember 1994, Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai pencatat nikah

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sumowono, Kabupaten

Semarang.

b. Setelah pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon bertempat tinggal

dirumah pribadi Pemohon di Kecamatan Sumowono selama 18 bulan 10

bulan.

c. Bahwa selama pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon telah hidup

rukun layaknya suami isteri dan dikaruniai 2 orang anak, anak pertama

bernama TW umur 19 tahun dan sekarang sudah menikah dan anak kedua

RW umur 14 tahun sekarang diasuh oleh Pemohon dan Termohon.

d. Bahwa Pemohon hendak menikah lagi (poligami) dengan seorang

Perempuan:

Nama : calon isteri kedua Pemohon.

Umur : 36 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Buruh.

Page 57: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

44

Tempat kediaman : Kabupaten Semarang.

Yang akan dilangsungkan dan dicatatkan dihadapan Pegawai Pencatat

Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sumowono, Kabupaten

Semarang, karena calon isteri kedua telah hamil 6 bulan.

e. Pemohon mampu memenuhi kebutuhan hidup isteri-isteri Pemohon beserta

anak-anak, karena pemohon bekerja sebagai Buruh petani, tukang batu dan

jual beli hewan ternak dan mempunyai penghasilan setiap bulnnya rata-rata

sebesar Rp.3.000.000 (tiga juta rupiah).

f. Pemohon sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri pemohon.

g. Termohon menyatakan rela dan tidak keberatan apabila pemohon menikah

lagi dengan calon isteri kedua Pemohon tersebut.

h. Calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak akan mengganggu gugat

harta benda yang sudah ada selama ini, melainkan tetap utuh sebagai harta

bersama antara Pemohon dan Termohon.

i. Orang tua dan para keluarga termohon dan calon isteri kedua Pemohon

menyatakan rela dan tidak keberatan kalau Pemohon menikah lagi.

j. Antara pemohon dan calon isteri kedua pemohon tidak ada larangan untuk

melakukan perkawinan, baik menurut Undang-undang ataupun menurut

syari’at Islam, yakni:

Page 58: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

45

1) Calon isteri kedua Pemohon dengan Termohon bukan saudara dan

bukan sepersusuan, begitupun antara Pemohon dan calon isteri kedua

Pemohon.

2) Calon isteri kedua pemohon bersetatus janda cerai dalam usia 36 tahun

dan tidak terikat pertunangan dengan laki-laki lain.

3) Wali nikah calon isteri kedua Pemohon bernama Ayah calon isteri

kedua Pemohon.

k. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya perkara yang timbul akibat

perkara ini.

Berdasarkan alasan /dalil-dalil diatas, Pemohon mohon agar Ketua

Pengadilan Agama Ambarawa segera memanggil pihak-pihak dalam perkara

ini, selanjutnya memeriksa dan menmgadili perkara ini dengan menjatuhkan

putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon.

2. Menetapkan, memberi izin kepada Pemohon untuk menikah lagi dengan

calon isteri kedua Pemohon.

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum kepada Pemohon.

4. Atau menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.

Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan

Termohon hadir dipersidangan, kemudiioan oleh Ketua Majelis diperintahkan

Page 59: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

46

untuk mediasi dan para pihak sepakat memilih Drs. Syamsuri sebagai

mediatornya. untuk itu sidang ditunda untuk laporan hasil mediasi.

Pada sidang berikutnya mediator telah melaporkan hasil mediasinya

tertanggal 09 desember 2013, yang menyatakan tidak berhasil atau gagal dan

majelispun mendamaikan para pihak tetapi tidak berhasil, maka ketua majelis

membacakan permohonan pemohon, yang isinya tetap dipertahankan oleh

Pemohon dengan menambah bahwa selama perkawinan Pemohon dan

Termohon telah mempunyai harta bersama berupa:

a) Sebidang tanah dan bangunan rumah seluas 168 M.2 yang terletak di

kabupaten semarang dengan batas, sebelah barat jalan desa, sebelah timur

tanah bapak Supomo, sebelah selatan tanah bapak sudomo dan sebelah

utara tanah bapak Sariyadi.

b) Sebidang sawah seluas1/2 hektar yang terletak di Gelaran.

c) Sepeda motor merek Honda Revo keluaran tahun 2012.

d) 5 ekor kambing.

Bahawa atas Permohonan Pemohon tersebut Termohon telah

memberikan jawaban yang pada pokoknya membenarkan semua dalil-dalil

permohonan Pemohon.

Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah

mengajukan bukti surat berupa:

Page 60: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

47

1. Fotokopi tanda penduduk atas nama Pemohon, yang telah diteliti dan

dicocokkan ternyata sesuai denga aslinya, kemudian oleh Ketua Majelis

ditandai dengan P.1.

2. Fotokopi tanda penduduk atas nama Termohon, setelah diteliti dan

dicocokkan dengan aslinya ternyata telah sesuai dengan aslinya, kemudian

oleh Ketua majelis ditandai dengan P.2.

3. Fotokopi akta nikah, setelah diteliti dan dicocokkan dengan aslinya

ternyata telah sesuai dengan aslinya, kemudian oleh Ketua majelis ditandai

dengan P.3.

4. Fotokopi tanda penduduk atas nama calon isteri kedua Permohon, setelah

diteliti dan dicocokkan dengan aslinya ternyata telah sesuai dengan

aslinya, kemudian oleh Ketua majelis ditandai dengan P.4.

5. Fotokopi akta cerai atas nama calon isteri keduaTermohon, setelah diteliti

dan dicocokkan dengan aslinya ternyata telah sesuai dengan aslinya,

kemudian oleh Ketua majelis ditandai dengan P.5.

6. Asli surat persetujuan bermaterai atas nama Pemohon dan Termohon,

setelah diteliti kemudian diberi tanda P.6.

7. Asli surat keterangan atas nama Pemohon yang diterbitkan oleh kepala

desa trayu kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, setelah diteliti

kemudian oleh ketua Majelis ditandai dengan P.7.

8. Asli surat pernyataan berlaku adil atas nama Pemohon , setelah diteliti

kemudian oleh ketua majelis deberi tanda P.8.

Page 61: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

48

Bahwa selain itu Pemohon juga mengajukan 2 orang saksi yaitu:

a. Saksi I, pembantu bicara calon isteri kedua Pemohon, umur 35 tahun,

agama Islam, pekerjaan tukang ojek, bertempat tinggal di Kabupaten

Semarang, memberikan keterangan di bawah sumpah pada pokoknya:

1) Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon.

2) Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah 20

tahun yang lalu.

3) Bahwa saksi tau kalau Pemohon hendak menikah lagi dengan calon

isteri kedua Pemohon yang bersetatus janda cerai asal dari deasa

Ledokan.

4) Bahwa setahu saksi Pemohon sudah melamar calon isteri kedua, dan

lamaranya diterima oleh orang tua calon isteri kedua Pemohon.

5) Bahwa setahu saksi Termohon rela atas pernikahan Pemohon dengan

calon isteri kedua.

6) Bahwa Pemohon bekerja sebagai petani dan makelar ternak, saksi

tidak tahu berapa penghasilnnya.

b. Saksi 2, umur 41 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, bertempat tinggal

di Kabupaten Semarang, saksi adalah tetangga Pemohon, memberikan

keterangan dibawah sumpah pada pokoknya:

1) Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon.

Page 62: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

49

2) Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah 20

tahun yang lalu.

3) Bahwa setahu saksi Pemohon hendak menikah lagi dengan calon isteri

kedua Pemohon yang bersetatus janda cerai asal dari ledokan.

4) Bahwa setahu saksi Pemohon sudah melamar calon isteri kedua, dan

lamaranya diterima oleh orang tua calon isteri kedua Pemohon.

5) Bahwa setahu saksi Termohon rela atas pernikahan Pemohon dengan

calon isteri kedua.

6) Bahwa Pemohon bekerja sebagai petani dan makelar ternak, saksi tidak

tahu berapa penghasilnnya.

Bahwa selanjutnya, Pemohon menyatakan tidak lagi mengajukan

sesuatu apapun, berkesimpulan tetap akan berpoligami sedangkan

Termohon tidak keberatan untuk dimadu dan mohon putusan. Bahwa

semua yang termaktub dalam berita Acara Sidang perkara ditunjuk sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini.

2. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim terhadap Perkara No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb .

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Pemohon seperti

telah diuraikan diatas.

Page 63: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

50

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendamaikan pihak

berperkara dengan menasehati Pemohon untuk mengurungkan niatnya

berpoligami, namun tidak berhasil.

Menimbang, bahwa Pemohon hendak menikah lagi dengan calon isteri

kedua Pemohon dengan alasan-alasan seperti yang telah termuat pada bagian

duduk perkaranya yang secara formal telah memenuhi syarat sebuah surat

Permohonan.

Menimbang, bahwa terhadap permohonan tersebut Termohon mengakui

dan tidak keberatan jika Pemohon harus menikah lagi dengan calon isteri kedua

Pemohon, dan pengakuan Termohon tersebut dilakukan dipersidangan, maka

dengan berdasarkan Pasal 174 HIR pengakuan tersebut merupakan bukti

sempurna dan Mengikat.

Menimbang, bahwa sekalipun demikian untuk menguatkan permohonan

tersebut Pemohon telah mengajukan bukti P.1 sampai dengan P.8, bukti-bukti

P.1, P.2, P.3, P.4, dan P.5 merupakan fotokopi yang telah bermeterai cukup,

dinazegeln, dan dilegalisir serta dicocokkan dengan aslinya, sedangkan

buktibukti P.6, P.7, dan P.8 merupakan surat asli yang dibuat diatas meterai,

maka berdasarkan Pasal 165 HIR, bukti-bukti tersebut telah memenuhi

persyaratan alat bukti dan selanjutnya dapat diterima untuk dipertimbangkan.

Page 64: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

51

Menimbang, bahwa perkara in casu adalah permohonan izin poligami.

Maka sesuai pasal 49 huruf (a) Undang Undang Nomor 7 tahun 1989, tentang

Peradilan Agama sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah menjadi kewenangan absolut

(absolut kompetensi) Pengadilan Agama.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 dan P.2, maka menjadi

terbukti bahwa Pemohon dan Termohon berdomisili diwilayah yuridiksi

Pengadilan Agama Ambarawa, maka secara relatif (relative kompetensi)

Pengadilan Agama Ambarawa berwenang mengadili perkara ini.

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkara,

Majelis Hakim berpendapat perlu untuk terlebih dahulu mempertimbangkan

status harta yang telah diperoleh selama Pemohon menikah dengan Termohon,

vide KMA/032/SK/IV/2006 Tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman

Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Pengadilan angka (9) halaman 141.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon yang dibenarkan

Termohon bahwa selama perkawinannya Pemohon dan Termohon telah

mempunyai harta bersama berupa:

1. Sebidang tanah dan bangunan rumah seluas 168 M.2 yang terletak di

Kabupaten Semarang, sebelah Barat berbatasan Jalan Desa, Sebelah Timur

Page 65: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

52

tanah Bapak. Supomo, sebelah Selatan Tanah Bapak. Sudomo, sebelah Utara

Tanah Bapak. Sariyadi.

2. Sebidang sawah seluas 1/2 hektar yang terletak di Kabupaten dengan batas-

batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : Tanah milik Bapak. Jari

Sebelah Timur : Tanah Bapak. Yamin

Sebelah Selatan : Tanah Bapak. Darwanto

Sebelah Utara : Tanah Ibu Cempluk.

3. Sepeda Motor merk Honda Revo keluaran tahun 2012.

4. 5 ekor kambing.

Menimbang, bahwa oleh karenanya untuk dapat memenuhi rasa

keadilan, kepastian hukum dan manfaat terhadap para pihak perlu ditetapkan

dalam putusan, dan sesuai dengan maksud bunyi Pasal 94 Ayat (1) dan (2)

Kompilasi Hukum Islam, dan pemeriksaan perkara a quo, dapat dilanjutkan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon yang dikuatkan

dengan bukti P.1, P-2, dan P.3 yang merupakan akta autentik, maka harus

dinyatakan telah terbukti menurut hukum bahwa Pemohon dengan Termohon

telah terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karenanya Pemohon dan

Page 66: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

53

Termohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan

perkara a quo.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.7, maka menjadi terbukti

bahwa Pemohon bekerja dengan penghasilan Rp.3.000.000,00 sebulan.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.4 dan P.5, maka menjadi

terbukti bahwa calon isteri kedua Pemohon yang bernama Sariyem berstatus

janda cerai sehingga tidak ada halangan untuk menikah lagi.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.8, Pemohon menyatakan

sanggup berlaku adil terhadap isteri-isterinya baik materiil maupun immaterial.

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan 2 orang saksi bernama

saksi 1, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan Tukang ojek, bertempat tinggal

di Dusun Ledokan RT.001 RW. 001 Desa Ledokan, Kecamatan Sumowono,

Kabupaten Semarang, dan saksi 2, umur 41 tahun, agama Islam, pekerjaan

Buruh, bertempat tinggal di Dusun Gelaran RT.001 RW. 002 Desa Trayu,

Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, yang keterangannya

sebagaimana tersebut dalam duduk perkara diatas.

Menimbang, bahwa saksi-saksi tersebut telah memberikan keterangan

dibawah sumpah terhadap peristiwa yang didasarkan atas penglihatan dan

pengetahuannya sendiri serta keterangannya saling bersesuaian, maka

Page 67: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

54

berdasarkan pasal 172 HIR keterangan tersebut dapat diterima untuk

dipertimbangkan.

Menimbang, bahwa berdasarkan gugatan Penggugat yang dihubungkan

dengan keterangan saksi-saksi maka telah terungkap fakta-fakta dipersidangan

yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah pada

tanggal 28 Desember 1994, Pemohon dengan Termohon melangsungkan

pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama

Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang sebagaimana Kutipan Akta

Nikah Nomor - tanggal 28 Desember 1994.

b. Bahwa selama berumah tangga Pemohon dengan Termohon telah dikaruniai

dua orang anak.

c. Bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan izin poligami ke Pengadilan

Agama Ambarawa dengan seorang wanita bernama calon isteri kedua

Pemohon yang berstatus janda cerai.

d. Bahwa Pemohon sanggup berlaku adil terhadap isteri-isterinya.

e. Bahwa Termohon telah menyutujui terhadap Pemohon untuk menikah lagi

dengan calon istri keduanya.

f. Bahwa Pemohon mempunyai penghasilan sebesar Rp. 3.000. 000,00 (tiga

juta rupiah) sebulan.

Page 68: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

55

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut yang didukung

bukti-bukti diatas, permohonan poligami yang diajukan oleh Pemohon telah

memenuhi alasan fakultatif yaitu Termohon tidak dapat melayani suaminya

secara maksimal sebagaimna yang telah diatur dalam Pasal 4 (2) huruf b dan

memenuhi syarat yang bersifat komulatif sebagaimana yang telah diatur dalam

Pasal 5 ayat (1) huruf (a), (b), dan (c) Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 jo.

Pasal 55 ayat (2) dan pasal 58 ayat (1) huruf (a) dan huruf (b) Kompilasi

Hukum Islam telah dapat dibuktikan oleh Pemohon.

Mengingat firman Allah SWT sebagaimana terdapat dalam Al-qur’an

surat An-Nisa’ ayat 3:

Page 69: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

56

Artinya : “Maka kawinlah wanita-wanita yang kamu senangi dua, tiga, atau

empat kemudian jika kamu takut tidak akan berbuat adil, maka

kawinlah seorang saja”.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dan

Pemohon (suami) telah berkeras hati untuk berpoligami, sedangkan Termohon

mengizinkan karena Termohon tidak dapat secara maksimal melayani

Pemohon, maka suatu indikasi permohonan poligami yang diajukan oleh

Pemohon meruapakan suatu upaya untuk memenuhi kebahagiaan dalam rumah

tangga, sehingga apabila dipaksakan untuk tidak dikabulkan permohonan

Pemohon, maka patut diduga bahwa hal itu akan menimbulkan mafsadat yang

lebih besar dari pada maslahatnya, padahal menolak mafsadat itu adalah lebih

diutamakan dari pada mencapai maslahat, sebagaimana dimaksud Qo’idah

Fiqhiyah dalam Kitab Asybah Wan Nadhaair halaman 62 yaitu:

درء المفا سد مقدم على جلب المصلح

Artinya :“Mencegah kemudloratan lebih didahulukan dari pada mengejar

kemaslahatan ”.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, alasan-alasan permohonan Pemohon telah memenuhi Pasal 4 (1) huruf

(b) Jis. Pasal 5 (1) huruf (a), (b) dan (c) Undang Undang nomor 1 tahun 1974

Page 70: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

57

Jo. Pasal 55 ayat (2) Jis. Pasal 58 ayat (1) huruf (a) dan (b) Kompilasi Hukum

Islam.

Menimbang, bahwa disamping itu oleh karena calon isteri kedua

Pemohon ternyata tuna wicara (penyandang disabilitas) yang telah disetubuhi

Pemohon yang mengakibatkan calon isteri keduanya hamil sekitar 5 bulan,

sebagai penyandang disabilitas calon isteri kedua Pemohon perlu dilindungi dan

dihormati hak dan martabatnya sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor

19 tahun 2011 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang

Disabilitas, yakni penjelasan undang undang tersebut pada pokok-pokok isi

konvensi angka 4 “setiap penyandang cacat harus bebas dari perlakuan tidak

manusiawi, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena-mena serta

berhak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya

berdasarkan kesamaan dengan orang lain”.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

sudah selayaknya untuk perlindungan terhadap penyandang disabilitas,

sehingga Majelis Hakim berpendapat permohonan Izin Poligami Pemohon

patut dikabulkan.

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan,

berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah

diubah dan ditambah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006, dan

Page 71: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

58

perubahan tahap kedua dengan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Peradilan Agama, maka biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan

kepada Penggugat.

Mengingat semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan nash syar'i yang berkaitan dengan perkara ini.

3. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb.

a. Mengabulkan Permohonan Pemohon.

b. Menetapkan harta bersama Pemohon dengan Termohon adalah sebagai

berikut :

1) Sebidang tanah dan bangunan rumah seluas 168 M.2 yang terletak di

Gelaran RT: 001 RW: 002 Desa Trayu, Kecamatan Sumowono, dengan

batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Barat : Jalan Desa;

Sebelah Timur : Tanah Bapak. Supomo;

Sebelah Selatan : Tanah Bapak. Sudomo;

Sebelah Utara : Tanah Bapak. Sariyadi;

2) Sebidang sawah seluas 1/2 hektar yang terletak di Gelaran RT: 001 RW:

002 Desa Trayu, Kecamatan Sumowono, dengan batas-batas sebagai

berikut:

Page 72: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

59

Sebelah Barat : Tanah milik Bapak. Jari;

Sebelah Timur : Tanah Bapak. Yamin;

Sebelah Selatan : Tanah Bapak. Darwanto;

Sebelah Utara : Tanah Ibu Cempluk ;

3) Sepeda Motor merk Honda Revo keluaran tahun 2012.

4) 5 ekor kambing.

c. Memberi izin kepada pemohon (Pemohon) untuk menikah lagi/poligami

dengan calon isterinya yang bernama (Calon isteri kedua Pemohon)

Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga

kini sebesar Rp. 361.000,00 (tiga ratus enam puluh satu ribu rupiah).

Demikian putusan ini dijatuhkan berdasarkan musyawarah Majelis

Hakim Pengadilan Agama Ambarawa, pada hari Senin tanggal 13 Januari

2014 Masehi bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal 1435 Hijriyah, oleh

Kami Drs. H. Salim, SH, MH sebagai Hakim Ketua Majelis, Drs. Sapari,

MSi dan H. Abdul Kholiq, SH.MH sebagai hakim-hakim Anggota, putusan

mana diucapkan oleh Ketua Majelis pada hari itu juga dalam sidang

terbuka untuk umum dengan didampingi hakim-hakim Anggota tersebut

dan dibantu Mohammad Adib Fajrudin, S.Ag sebagai panitera pengganti

dengan dihadiri oleh Pemohon tanpa hadirnya Termohon.

Page 73: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

60

4. Kasus Putusan Pemohonan Ijin Poligami No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb

Pengadilan Agama Ambarawa yang memeriksa dan mengadili perkara

tertentu yang dilangsungkan diruang sidang Pengadilan Agama Ambarawa

pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara izin poligami

antara Pemohon (ST) melawan Termohon (DS).

Berdasarkan surat permohonan izin poligami tanggal 02 Juni 2014 yang

terdaftar dalam kepaniteraan Pengadilan Agama Ambarawa Nomor: 0493/Pdt.

G/2014/PA. Amb telah mengajukan hal-hal sebagi berikut:

a. Bahwa pada tanggal 25 Januari 1995, Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai pencatat nikah

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bergas, Kabupaten

Semarang.

b. Setelah pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon bertempat

tinggal dirumah orang tua Pemohon dilingkungan Pringapus selama 5

tahun, kemudian pindah dikediaman bersama dilingkungan Pringapus

selama 14 tahun 5 bulan.

c. Bahwa selama pernikahan tersebut Pemohon dan Termohon telah

hidup rukun layaknya suami isteri dan dikaruniai 3 orang anak, anak

pertama bernama YW umur 18 tahun sekarang diasuh oleh Pemohon

dan Termohon, anak kedua MW umur 15 tahun sekarang diasuh oleh

Page 74: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

61

Pemohon dan Termohon dan anak ketiga, umur 12 tahun sekarang

diasuh oleh Pemohon dan Termohon.

d. Bahwa Pemohon hendak menikah lagi (poligami) dengan seorang

Perempuan:

Nama : calon isteri kedua Pemohon.

Umur : 25 tahun.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Buruh tenun.

Tempat kediaman : Kabupaten Jepara.

Yang akan dilangsungkan dan dicatatkan dihadapan Pegawai Pencatat

Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Pecangaan, Kabupaten

Jepara, karena isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

seorang isteri karena isteri bekerja di Jakarta dan jarang pulang, bahwa

selain itu karena calon isteri kedua telah hamil 5 bulan.

e. Pemohon mampu memenuhi kebutuhan hidup isteri-isteri Pemohon

beserta anak-anak, karena pemohon bekerja sebagai Buruh serabutan

dan mempunyai penghasilan setiap bulannya rata-rata sebesar Rp.

60.000 (enam puluh ribu rupiah).

Page 75: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

62

f. Pemohon sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak

pemohon.

g. Termohon menyatakan rela dan tidak keberatan apabila pemohon

menikah lagi dengan calon isteri kedua Pemohon tersebut.

h. Calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak akan mengganggu

gugat harta benda yang sudah ada selama ini, melainkan tetap utuh

sebagai harta bersama antara Pemohon dan Termohon.

i. Orang tua dan para keluarga termohon dan calon isteri kedua Pemohon

menyatakan rela dan tidak keberatan kalau Pemohon menikah lagi.

j. Antara pemohon dan calon isteri kedua pemohon tidak ada larangan

untuk melakukan perkawinan, baik menurut Undang-undang maupun

menurut syari’at Islam, yakni:

1) Calon isteri kedua Pemohon dengan Termohon bukan saudara dan

bukan sepersusuan, begitupun antara Pemohon dan calon isteri

kedua Pemohon.

2) Calon isteri kedua pemoh tidak terikat pertunangan dengan laki-

laki lain.

3) Wali nikah calon isteri kedua Pemohon bernama Ayah tiri calon

isteri kedua Pemohon.

k. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya perkara yang timbul akibat

perkara ini.

Page 76: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

63

Berdasarkan alasan/dalil-dalil diatas, Pemohon mohon agar Ketua

Pengadilan Agama Ambarawa segera memanggil pihak-pihak dalam

perkara ini, selanjutnya memeriksa dan mengadili perkara ini dengan

menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

a) Mengabulkan permohonan Pemohon.

b) Menetapkan, memberi izin kepada Pemohon untuk menikah lagi

dengan calon isteri kedua Pemohon.

c) Menetapkan biaya perkara menurut hukum kepada Pemohon.

d) Atau menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.

Bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan

Termohon hadir dipersidangan, kemudian oleh Ketua Majelis

diperintahkan untuk mediasi dan para pihak sepakat memilih Drs. H. Fuad

sebagai mediatornya. Uuntuk itu sidang ditunda untuk hari berikutnya

untuk laporan hasil mediasi.

Pada sidang berikutnya mediator telah melaporkan hasil

mediasinya tertanggal 08 Juli 2014, yang menyatakan tidak berhasil/gagal

dan majelispun mendamaikan para pihak tetapi tidak berhasil, maka ketua

majelis membacakan permohonan pemohon, yang isinya tetap

dipertahankan oleh Pemohon.

Page 77: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

64

Bahwa atas Permohonan Pemohon tersebut Termohon telah

memberikan jawaban secara lisan sebagai berikut:

1. Bahwa terhadap posita huruf (a) sampai dengan huruf (c) benar. Dan

terhadap dalil pemohon pada posita angka 4 tidak benar.

2. Bahwa pada posita huruf (e) tidak benar, dengan penghasilan sebesar

itu masih belum bias mencukupi kebutuhan Pemohon dan Termohon

dan juga anak-anaknya.

3. Bahwa pada posita huruf (f) tidak benar, Pemohon tidak akan biasa

berbuat adil jika beristeri lagi, sebab sementara ini Pemohon yang

beristeri seorang saja tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai

seorang suami tehadap Termohon dan anak-anak.

4. Bahwa pada posita huruf (g) tidak benar, Termohon tidak rela dan

tidak pula memberi izin kepada Pemohon untuk beristeri lagi.

5. Bahwa pada posita huruf (h) tidak benar, Pemohon sudah 1 tahun tidak

memperdulikan Termohon dan anak-anak dan ia lebih perhatian pada

calon isteri keduanya, sementara Termohon dan anak-anak diabaikan.

6. Bahwa pada posita huruf (i) tidak benar, bahwa orang tua Pemohon

dan Termohon sera semua keluarga keberatan terhadap Pemohon yang

akan menikah lagi.

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, mohon kepada majelis

agar menolak permohonan Pemohon.

Page 78: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

65

Bahwa atas jawaban Termohon diatas kemudian Pemohon

memberikan Repliknya yang pada pokoknya tetap pada permohonan,

begitu pula terhadap Replik Pemohon tersebut, Termohon menyatakan

tetap pada jawabannya.

Bahwa setelah jawab-menjawab dianggap cukup. Maka

dilanjutkan pemeriksaan calon isteri kedua Pemohon. Bahwa majelis

hakim sudah mendengar keterangan calon isteri kedua Pemohon bernama

ST binti AD sebagai berikut:

a) Bahwa calon isteri kedua Pemohon sudah saling kenal dan berpacaran

bahkan akibat hubungan dengan Pemohon sekarang calon isteri kedua

Pemohon sudah melahirkan anak yang sekarang berumur 5 (lima)

bulan.

b) Bahwa calon isteri kedua Pemohon bersetatus perawan dan tidak

terikat pertunangan dengan laki-laki lain.

c) Bahwa calon isteri kedua bekerja sebagi buruh tenun dengan upah

setiap harinya sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).

Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, penggugat telah

mengajukan bukti surat berupa:

1. Foto kopi tanda penduduk atas nama Pemohon yang telah diterbitkan

oleh kantor kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten Semarang,

Page 79: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

66

kemudian oleh majelis hakim dicocokkan sesuai dengan aslinya,

kemudian ditandai dengan P.1.

2. Fotokopi duplikat kutipan akta nikah yang diterbitkan oleh kantor

urusan Agama, kemudian oleh majelis hakim dicocokkan sesuai

dengan aslinya, kemudian ditandai dengan P.2.

3. Surat pernyataan bersedia dipoligami, setelah diteliti oleh majelis

hakim kemudian ditandai dengan P.3.

4. Surat pernyataan berlaku adil, setelah diteliti oleh majelis hakim

kemudian ditandai dengan P.4.

Bahwa selain itu Penggugat juga mengajukan saksi-saaksi yaitu:

1. Saksi 1, umur 42 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, bertempat

tinggal di Kabupaten Semarang, saksi adalah tetangga Pemohon,

memberikan keterangan dibawah sumpah pada pokoknya:

a. Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon.

b. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah

pada tahun 1995 yang lalu dan dari perkawinannya telah dikaruniai

3 orang anak.

c. Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon hingga sekarang

baik-baik saja dan Termohon penah pergi ke Jakarta namun

Termohon sekarang ada dirumah bersama dengan anak-anak.

Page 80: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

67

d. Bahwa setahu saksi Pemohon hendak menikah lagi dengan calon

isteri kedua Pemohon yang berasal dari Jepara.

e. Bahwa Pemohon bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sekitar

70 sampai dengan 80 perharinya.

f. Bahwa menurut saksi dengan penghasilan sebesar itu untuk

menghidupi satu keluarga yang ada masih kurang, apalagi kalau

untuk 2 isteri.

g. Bahwa saksi sebagai saudara kurang setuju atas kehendak Pemohon

yang akan menikah lagi.

h. Bahwa saksi sudah menasehati Pemohon, akan tetapi tidak berhasil.

2. Saksi II, umur 67 tahun, agama Islam, memberi keterangan dibawah

sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon, karena

hubungan saksi dengan Pemohon adalah ayah kandung.

b. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah

pada tahun 1995 yang lalu dan dari perkawinannya telah dikaruniai

3 orang anak.

c. Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon hingga sekarang

baik-baik saja dan Termohon penah pergi ke Jakarta namun

Termohon sekarang ada dirumah bersama dengan anak-anak.

d. Bahwa setahu saksi Pemohon hendak menikah lagi dengan calon

isteri kedua Pemohon yang berasal dari Jepara.

Page 81: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

68

e. Bahwa Pemohon bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sekitar

70 sampai dengan 80 perharinya.

f. Bahwa menurut saksi dengan penghasilan sebesar itu untuk

menghidupi satu keluarga yang ada masih kurang, apalagi kalau

untuk 2 isteri.

g. Bahwa saksi sebagai ayah kandung kurang setuju atas kehendak

Pemohon yang akan menikah lagi.

h. Bahwa saksi sudah menasehati Pemohon, akan tetapi tidak berhasil.

Bahwa Pemohon tidak keberatan terhadap keterangan saksi-

saksi tersebut dan dalam kesimpulannya menyatakan mohon putusan.

5. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Terhadap Perkara No.

0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Pemohon

seperti telah diuraikan diatas.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendamaikan pihak

berperkara dengan menasehati Pemohon untuk mengurungkan niatnya

berpoligami, namun tidak berhasil.

Menimbang, bahwa Pemohon hendak menikah lagi dengan calon

isteri kedua Pemohon dengan alasan-alasan seperti yang telah termuat pada

Page 82: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

69

bagian duduk perkaranya yang secara formal telah memenuhi syarat sebuah

surat Permohonan.

Menimbang, bahwa perkara in casu adalah permohonan izin

poligami. Maka sesuai pasal 49 huruf (a) Undang Undang Nomor 7 tahun

1989, tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah

menjadi kewenangan absolut (absolut kompetensi) Pengadilan Agama.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1, dan keterangan para

saksi dapat dinyatakan terbukti bahwa Pemohon dan Termohon berdomisili

diwilayah yuridiksi Pengadilan Agama Ambarawa, maka secara relatif

(relative kompetensi) Pengadilan Agama Ambarawa berwenang mengadili

perkara ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon dan

Termohon dikuatkan dengan bukti P.2 yang merupakan akta autentik, maka

harus dinyatakan terbukti menurut hukum bahwa Pemohon dan Termohon

telah terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karenanya Pemohon dan

Termohon mempunyai kualitas hukum menjadi pihak (legal standing)

untuk perkara a quo.

Page 83: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

70

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkara,

Majelis Hakim berpendapat perlu untuk terlebih dahulu

mempertimbangkan status harta yang telah diperoleh selama Pemohon

menikah dengan Termohon, vide KMA/032/SK/IV/2006 Tentang

Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi

Pengadilan angka (9) halaman 141.

Menimbang, bahwa Pemohon tidak menyebutkan harta-harta yang

telah diperoleh selama pernikahannya dengan Termohon dan berdasarkan

pengakuan Pemohon yang dibenarkan oleh Termohon dan sksi-saksi

bahwa selama pernikahannya belum atau tidak memperoleh harta bergerak

maupun tidak bergerak, oleh karena itu majelis berpendapat pemeriksaan

perkara a quo dapat dilanjutkan.

Menimbang, oleh karena dalil-dalil Pemohon dibantah oleh

Termohon, maka Pemohon wajib membuktikan dalil-dalil permohonannya

sebagaimana diatur dalam pasal 163 HIR yaitu, barang siapa yang

mendalilkan mempunyai satu hak, atau mengajukan suatu peristiwa untuk

menegaskan haknya haruslah membuktikan dan yurispundensi MARI No.

540 k/Sip/1992 tanggal 11 September 1972 yang menyatakan bahwa

“karena tergugat asal menyangkal, penggugat harus membuktikan dalil-

dalilnya”.

Page 84: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

71

Menimbang, berdasarkan Al-quran surat An-nisa’ ayat 3 yang

berbunyi sebagai berikut:

Artinya : kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka

(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu milik.

Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya.

Menimbang, bahwa dalam Al-quran surat An –nisa’ ayat 129 yang

berbunyi sebagai berikut:

Page 85: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

72

Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara

isteri-isteri, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,

karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang

kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-

katung.

Dua makna ayat tersebut maknanya adalah larangan, yaitu larangan

menikahi lebih dari satu wanita jika dikhawatirkan tidak dapat berbuat

adil.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut diatas, majelis berkesimpulan alasan permohonan Pemohon tidak

memenuhi syarat baik komulatif maupun alternatif sehingga tidak

beralasan hukum. Sebagaiman yang diatur dalam pasal 4 ayat (1) dan (2)

huruf (c), pasal 5 ayat (1) huruf (a), (b) dan (c) Undang-undang No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan Jo. Pasal 55 ayat (2), pasal 58 ayat (1)

huruf (a) dan (b) Kompilasi Hukum Islam, maka majelis hakim

berpendapat permohonan izin poligami patut ditolak.

6. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

Amb.

a. Menolak permohonan Pemohon.

Page 86: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

73

b. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar seluruh biaya

perkara sebesar Rp. 691. 000.00 (enam ratus Sembilan puluh satu ribu

rupiah).

Demikian putusan ini dijatuhkan berdasarkan musyawarah Majelis

Hakim Pengadilan Agama Ambarawa, pada hari Selasa tanggal 14 Oktober

2014 Masehi bertepatan dengan tanggal 19 Rabiulawal 1435 Hijriyah, oleh

Kami Drs. H. Abdul Syukur, SH, MH sebagai Hakim Ketua Majelis, Drs.

Sapari, MSi dan H. Syamsyuri sebagai hakim-hakim Anggota, putusan

mana diucapkan oleh Ketua Majelis pada hari itu juga dalam sidang

terbuka untuk umum dengan didampingi hakim-hakim Anggota tersebut

dan dibantu Mu’asyaratul Azizah, SH sebagai panitera pengganti dengan

dihadiri oleh Pemohon diluar hadirnya Termohon.

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA

TENTANG IZIN POLIGAMI

Page 87: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

74

A. Kasus Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0498/Pdt.

G/2014/PA. Amb.

1. Proses Penyelesaian perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb.

Pengadilan Agama Ambarawa dalam menyelesaikan perkara

permohonan ijin poligami berpedoman pada pasal 3, 4, dan 5 UU No. 1 Tahun

1974, pasal 40-44 PP No. 9 Tahun 1975, pasal 55-59 Kompilasi Hukum

Islam.

Proses penyelesaian perkara permohonan ijin poligami Pemohon No.

1139Pdt.G/2013/PA. Amb sebagaimana tata cara penyelesaian perkara

permohonan ijin poligami di Pengadilan Agama adalah sebagai berikut:

a. Proses Medisi

Majelis Hakim berusaha menasehati Pemohon agar tidak

mengajukan permohonan ijin poligami. Hal ini sesuai dengan pasal 130

ayat (1) HIR, pasal 154 R.Bg dan pasal 14 ayat (2) Undang-undang No. 14

Tahun 1970 tentang upaya damai pada setiap permulaan sidang perkara

perdata. Maka Pemohon dan Termohon sepakat memilih mediator yang

disediakan oleh Pengadilan Agama Ambarawa namun mediasi gagal.

Kemudian pada sidang lanjutan Majelis Hakim untuk menasehati

pemohon namun tidak berhasil atau gagal, sehingga proses pemeriksaan

Page 88: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

75

dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan ijin poligami No

1139/Pdt.G/2013/PA. Amb oleh majelis hakim.

b. Pembacaan permohonan Pemohon

Setelah Majelis Hakim mengupayakan upaya damai kepada

Pemohon ijin poligami tidak berhasil, proses pemeriksaan dilanjutkan

dengan pembacaan permohonan Pemohon yang dalam surat permohonan

ijin poligami No. 1139/Pdt.G/2013/PA.Amb memuat:

1) Identitas Pemohon, umur 42 Tahun, agama Islam, buruh serabutan,

bertempat tinggal di Kabupaten semarang,

2) Identitas Termohon, umur 39 Tahun, agama Islam, pekerjaan ibu

rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Semarang.

3) Alasan-alasan Pemohon mengajukan permohonan ijin poligami

adalah:

a) Pemohon telah mendapatkan ijin tertulis dari Termohon.

b) Pemohon mempunyai kemampuan untuk menjamin kehidupan

rumah tangga kelak.

c) Pemohon bersedia berlaku adil terhadap isteri dan anak-anak.

d) Calon isteri kedua Pemohon sudah hamil 5 bulan.

4) Tuntutan yang diminta adalah Mengabulkan permohonan Pemohon,

Menyatakan memberi ijin kepada Pemohon untuk poligami dengan

seorang perempuan bernama calon Isteri kedua Pemohon dan

Page 89: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

76

Membebankan biaya perkara sesuai peraturan yang berlaku. Kemudian

Persidangan selanjutnya adalah mendengarkan jawaban Termohon.

c. Jawaban Termohon

Termohon memberikan jawaban atas permohonan yang diajukan

oleh Pemohon secara lisan di depan persidangan (sesuai pasal 121 ayat (2)

HIR/pasal 145 (2) R.Bg jo pasal 132 ayat (1) HIR/pasal 158 (1) R.Bg

yang menyatakan bahwa jawaban dapat dilakukan secara tertulis atau

lisan) yang pada intinya membenarkan semua dalil-dalil Pemohon.

d. Pemanggilaan Calon Isteri Kedua Pemohon

Calon isteri kedua Pemohon hadir dalam Persidangan dengan dibantu

oleh pembantu bicara karena calon isteri kedua adalah tuna wicara untuk

dimintai keterangan.

e. Tanggapan (Replik) Pemohon

Pemohon dalam repliknya membenarkan semua jawaban atau

keterangan yang disampaikan Termohon dalam persidangan. Berdasarkan

proses jawab-menjawab yang terjadi di persidangan, Majelis Hakim perlu

adanya pembuktian, karena jawaban Termohon yang disampaikan kepada

Majelis Hakim dibenarkan oleh Pemohon. Hal ini sesuai dengan pasal 174

HIR, pasal 311 R.Bg, pasal 1925 BW dan pasal 1916 ayat (2) No. 4 BW

yang menyatakan bahwa pengakuan murni dimuka sidang merupakan

Page 90: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

77

bukti yang sempurna terhadap yang melakukannya, dan bersifat

menentukan karena tidak memungkinkan pembuktian lawan.

f. Putusan No 1139 Pdt. G/2013/PA. Amb.

Berdasarkan tahap-tahap proses persidangan diatas, Majelis Hakim

yang menangani perkara permohonan ijin poligami No. 1139/Pdt

G/2013/PA. Amb memberikan putusan yang isinya:

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon.

2. Menetapkan harta bersama Pemohon dengan Termohon adalah sebagai

berikut :

1) Sebidang tanah dan bangunan rumah seluas 168 M.2 yang terletak

di Gelaran RT: 001 RW: 002 Desa Trayu, Kecamatan Sumowono,

dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Barat : Jalan Desa;

Sebelah Timur : Tanah Bapak. Supomo;

Sebelah Selatan : Tanah Bapak. Sudomo;

Sebelah Utara : Tanah Bapak. Sariyadi;

2) Sebidang sawah seluas 1/2 hektar yang terletak di Gelaran RT:

001 RW: 002 Desa Trayu, Kecamatan Sumowono, dengan batas-

batas sebagai berikut:

Page 91: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

78

Sebelah Barat : Tanah milik Bapak. Jari;

Sebelah Timur : Tanah Bapak. Yamin;

Sebelah Selatan : Tanah Bapak. Darwanto;

Sebelah Utara : Tanah Ibu Cempluk ;

3) Sepeda Motor merk Honda Revo tahun 2012.

4) 5 ekor kambing.

3. Memberi izin kepada pemohon (Pemohon) untuk menikah

lagi/poligami dengan calon isterinya yang bernama (Calon isteri kedua

Pemohon) Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya

perkara yang hingga kini sebesar Rp. 361.000,00 (tiga ratus enam

puluh satu ribu rupiah).

Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan, sangat tepat

karena penulis mendasarkan hal tersebut pada persyaratan permohonan

dapat diterima apabila syarat formal suatu perkara (gugatan maupun

permohonan) terpenuhi dan pokok perkara sudah diperiksa atau sudah

diadili.

Dalam proses persidangannya pokok perkara sudah diperiksa oleh

Majelis Hakim. Permohonan ijin poligami perkara No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb, menurut penulis sudah tepat, karena alasan yang

Page 92: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

79

diajukan Pemohon dalam surat permohonan ijin poligaminya memenuhi

syarat alternatif yang tercantum dalam pasal 4 ayat (2) UU No. 1 Tahun

1974.

Majelis hakim dalam memutus perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

Amb, berpendapat bahawa cukup alasan untuk Pemohon melakukan

poligami yaitu karena Termohon rela dan karean calon isteri kedua telah

hamil karena hubungannya dengan Pemohon.

2. Proses Penyelesaian perkara Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Perkara dengan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb, masuk pada register

perkara gugatan tanggal 02 Juni 2014. Pengadilan Agama Ambarawa dalam

menyelesaikan perkara permohonan ijin poligami berpedoman pada pasal 3, 4,

dan 5 UU No. 1 Tahun 1974, pasal 40-44 PP No. 9 Tahun 1975, pasal 55-59

Kompilasi Hukum Islam.

a. Proses pengajuan perkara

Proses pengajuan perkara No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ini juga

dimulai dengan surat permohonan tertulis dengan identitas yang jelas

yaitu suami sebagai Pemohon dan issteri kedudukannya sebagai

Terrmohon.

Page 93: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

80

Proses penyelesaian perkara permohonan ijin poligami Pemohon

No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb sebagaimana tata cara penyelesaian

perkara permohonan ijin poligami di Pengadilan Agama adalah sebagai

berikut:

b. Proses Mediasi

Majelis Hakim berusaha menasehati Pemohon agar tidak

mengajukan permohonan ijin poligami. Hal ini sesuai dengan pasal 130

ayat (1) HIR, pasal 154 R.Bg dan pasal 14 ayat (2) Undang-undang No. 14

Tahun 1970 tentang upaya damai pada setiap permulaan sidang perkara

perdata. Kemudian Pemohon dan Termohon memilih mediator yang di

sediakan oleh Pengadilan Agama namun usaha Mediator gagal atau tidak

berhasil. Kemudian pada siadang selanjutnya Majelis Hakim untuk

menasehati pemohon namun tidak berhasil, sehingga proses pemeriksaan

dilanjutkan dengan pembacaan surat permohonan ijin poligami No

0493/Pdt.G/2014/PA. Amb oleh majelis hakim.

c. Pembacaan permohonan Pemohon

Setelah Majelis Hakim mengupayakan upaya damai kepada

Pemohon ijin poligami tidak berhasil, proses pemeriksaan dilanjutkan

dengan pembacaan permohonan Pemohon yang dalam surat permohonan

ijin poligami No. 0493/Pdt.G/2014/PA. Amb memuat:

Page 94: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

81

1. Identitas Pemohon, umur 42 Tahun, agama Islam, buruh serabutan,

bertempat tinggal di Kabupaten semarang.

2. Identitas Termohon, umur 39 Tahun, agama Islam, pekerjaan ibu

rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Semarang.

3. Alasan-alasan Pemohon mengajukan permohonan ijin poligami

adalah:

a) Termohon tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri.

b) Pemohon mempunyai kemampuan untuk menjamin kehidupan

rumah tangga kelak.

c) Pemohon bersedia berlaku adil terhadap isteri dan anak-anak.

d) Calon isteri kedua Pemohon sudah hamil 5 bulan.

4. Tuntutan yang diminta adalah Mengabulkan permohonan Pemohon,

Menyatakan memberi ijin kepada Pemohon untuk poligami dengan

seorang perempuan bernama calon Isteri kedua Pemohon dan

Membebankan biaya perkara sesuai peraturan yang berlaku. Kemudian

pada sidang selanjutnya yaitu mendengarkan jawaban Termohon.

d. Jawaban Termohon

Termohon memberikan jawaban atas permohonan yang diajukan

oleh Pemohon secara lisan didepan persidangan yaitu:

1) Bahwa termohon menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri

2) Bahawa Pemohon tidak akan bias berlaku adil jika beristeri lagi.

3) Bahwa Termohon tidak rela kalau Pemohon menikah lagi.

Page 95: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

82

4) Bahawa keluarga Pemohon dan keluarga Termohon tidak setuju kalau

Pempohon menikah lagi.

e. Pemanggilaan Calon Isteri Kedua Pemohon

Kemudian majelis hakim pada sidang selanjutnya memanggil calon

isteri kedua Pemohon untuk hadir dalam Persidangan untuk dimintai

keterangan.

f. Tanggapan (Replik) Pemohon

Pemohon dalam repliknya membenarkan semua jawaban atau

keterangan yang disampaikan Termohon dalam persidangan dan Pemohon

menyatakan mohon putusan. Berdasarkan proses jawab-menjawab yang

terjadi di persidangan, Majelis Hakim perlu adanya pembuktian, karena

jawaban Termohon yang disampaikan kepada Majelis Hakim dibenarkan

oleh Pemohon. Hal ini sesuai dengan pasal 174 HIR, pasal 311 R.Bg,

pasal 1925 BW dan pasal 1916 ayat (2) No. 4 BW yang menyatakan

bahwa pengakuan murni dimuka sidang merupakan bukti yang sempurna

terhadap yang melakukannya, dan bersifat menentukan karena tidak

memungkinkan pembuktian lawan.

g. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Page 96: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

83

Berdasarkan tahap-tahap proses persidangan diatas, Majelis Hakim

yang menangani perkara permohonan ijin poligami No. 0493/Pdt

G/2014/PA. Amb memberikan putusan yang isinya:

1) Menolak Permohonan Pemohon.

2) Membebankan kepada Pemohon untuk membayar seluruh biaya

perkara yang sebesar Rp. 691.000,00 (enam ratus sembilan puluh satu

ribu rupiah).

Majelis hakim Menyatakan permohonan Pemohon ditolak, sangat

tepat karena menurut penulis dalam proses persidangannya pokok perkara

sudah diperiksa oleh Majelis Hakim. Permohonan ijin poligami perkara

No. 0493/Pdt. G/20134PA. Amb, karena alasan yang diajukan Pemohon

dalam surat permohonan ijin poligaminya tidak memenuhi syarat alternatif

maupun syarat komulatif sebagaiman yang yang tercantum dalam pasal 4

ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, yaitu pengadilan memberikan ijin kepada

seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang.

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

Amb dan No. 0498/Pdt. G/2014/PA. Amb.

Pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama mengacu pada hukum acara

perdata pada umumnya, kecuali yang diatur secara khusus, yaitu dalam

Page 97: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

84

memeriksa perkara sengketa pekawinan. Seperti permohonan izin beristeri lebih

dari seorang (poligami) diatur dalam pasal 3, 4 dan 5 UU No. 1/1974, pasal 40-44

PPNo. 9/1975, pasal 55-59 Kompilasi Hukum Islam (Arto, 1998:235).

Dalam pertimbangan hukum, hakim juga harus mempertimbangkan dasar-

dasar hukum yang berlaku di Pengadilan Agama. Pertimbangan hukum harus

menggambarkan tentang bagaimana fakta atau kejadian. Dasar-dasar hukum yang

dipergunakan hakim dalam menilai fakta dan memutus fakta baik menurut dalil-

dalil syar’I maupun Undang-undang yang berlaku.

1. Analisis Putusaan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb

Majelis Hakim menyimpulkan fakta, bahwa dalam perkara No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb ini berdasarkan jawaban Termohon yang

membenarkan semua dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon serta dikuatkan

oleh saksi-saksi, Termohon menyatakan bersedia atau setuju untuk dimadu,

karena calon isteri Pemohon tersebut telah hamil disebabkan perbuatan

Pemohon. Majelis hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon untuk ijin

menikah lagi secara poligami tersebut telah cukup alasan sehingga

dikabulkan.

Ketentuan bahwa Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada

seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang, apabila terpenuhi syarat

alternatif dalam pasal 4 ayat (2) UUP No. 1 Tahun 1974, yaitu:

Page 98: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

85

1) bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

2) bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, dan

3) Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Menurut penulis, Majelis Hakim yang mengabulkan permohonan No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Tersebut telah melakukan penemuan Hukum

dengan perluasan penafsiran Hukum. Majelis Hakim dalam memutus perkara

tersebut mempertimbangkan bahwa persetujuan Termohon terhadap

permohonan Pemohon tersebut dikarenakan calon isteri kedua Pemohon

tersebut telah hamil yang mana menurut hukum yang hidup dalam masyarakat

atau adat kebiasaan “laki-laki yang menghamili perempuan lajang harus

bertanggung jawab untuk menikahinya”.

Karena calon isteri kedua Pemohon adalah penyandang Disabilitas

maka Majelis Hakim juga mempertimbangkan dengan Undang-undang No. 19

tahun 2011 konvensi angka 4 yaitu: ”Setiap penyandang cacat harus bebas

dari perlakuan tidak manusiawi, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan

perlakuan semena-mena serta berhak untuk mendapatkan penghormatan atas

integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain”.

Majelis Hakim menyimpulkan bahwa permohonan No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb sudah memenuhi syarat komulatif yaitu dengan

Page 99: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

86

dikuatkannya pernyataan termohon yang rela kalau Pemohon menikah lagi

dengan isteri kedua, kemudian pemohon menyatakan sanggup berlaku adil

terhadap isteri-isteri pemohon. Sehingga permohonan Pemohon patut

dikabulkan.

Majelis dalam mengabulkan permohonan ijin poligami No. 1139/Pdt.

G/2014/PA. Amb berpedoman dengan UU perkawinan No. 1 tahun 1974

pasal 5 ayat (1) yaitu:

a) Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri

b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.

c) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak mereka.

Menurut bapak Salim ketua Majelis yang menangani perkara No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb, pertimbangannya dalam mengabulkan

permohonan Pemohon tidak hanya mengacu pada Undang-undang No. 1

tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Akan tetapi beliau juga mengacu

pada undang-undang No. 19 tahun 2011.

Pertimbangan Hakim dalam mengabulkan permohonan poligami ini

menurut lebih menekankan pada nilai manfaat dalam arti melindungi calon

isteri kedua Pemohon dan anak yang dikandungnya, sehingga anak yang

Page 100: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

87

dikandungnya saat lahir akan menjadi anak sah menurut hukum. Putusan ini

dapat juga memberi pengaruh negatif dalam masyarakat pada umumnya yaitu

akan timbul pemikiran bahwa untuk mendapatkan izin poligami dari

Pengadilan akan lebih mudah jika calon isteri kedua telah hamil terlebih dulu.

Menurut Penulis, dalam pertimbangan hakim mengabulkan Perkara

No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb, ini tidak dapat dibenarkan karena tidak ada

dasar hukum dalam Undang-undang maupun dalam nash Al-quran, yang

menyatakan bahwa seorang laki-laki dapat melakukan poligami karena calon

isteri kedua telah hamil.

2. Analisis Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb

Pada kasus permohonan izin poligami dengan Nomor perkara No.

0493/Pdt. G/2014/PA. Amb, pihak suami mengajukan permohonan poligami

dengan alasan sesuai pasal 4 ayat (2) huruf a. Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan yaitu isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya

sebagai isteri, akan tetapi perkara ini ditolak oleh Majelis hakim dengan

alasan tidak terbukti memenuhi alasan berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974.

Sebelum melakukan penerapan Hukum dalam pertimbangan

Hukumnya, Majlis Hakim telah membuktikan benar tidaknya peristiwa atau

fakta yang diajukan para pihak dengan pembuktian melalui alat-alat bukti

Page 101: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

88

yang sah, menurut hukum pembuktian, yang diuraikan dalam duduk perkara

dan Berita Acara Persidangan, yaitu sebagai berikut:

1) Bahwa Termohon tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang

isteri.

2) Bahwa Termohon menyetujui permohonan Pemohon untuk ijin poligami.

3) Bahwa alasan permohonan Pemohon yang sebenarnya adalah calon isteri

kedua Pemohon telah hamil dan Pemohon di tuntut untuk menikahinya

secara poligami.

Maka berdasarkan berdasarkan dalil-dalil pemohon fakta angka 1 dan

2 tersebut diatas tidak terbukti, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa alasan

yang diajukan Pemohon dalam permohonan menurut pasal 4 ayat (2) Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sehingga permohonan

Pemohon dinyatakan tidak beralasan, maka permohonan Pemohon patut di

tolak.

Menurut pertimbangan majelis hakim yang menyimpulkan bahwa

alasan permohonan Pemohon sesuai pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut tidak terbukti, sehingga

permohonan Pemohon dinyatakan tidak beralasan maka pemohonan Pemohon

harus ditolak. Majelis Hakim juga berpandangan bahwa alasan calon Isteri

Pemohon tersebut telah hamil dan Pemohon dituntut bertanggung jawab

Page 102: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

89

menikahinya serta Termohon setuju, tidak dapat dibenarkan oleh Majelis

Hakim karena Termohon dalam jawabannya tidak setuju kalau Pemohon mau

menikah lagi.

Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

Amb tentang ijin poligami tidak memenuhi syarat pada Undang-undang

perkawina No. 1 tahun 1974 pasal 5 yaitu:

a) Adanya persetujuan isteri.

b) Adanya kemampuan suami menjamin keperluan isteri-isteri dan anak-

anak.

c) Adanya jaminan suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak

Selanjutnya Majelis mempertimbangkan bahwa persetujuan Termohon

sebagaimana fakta angka satu tersebut diatas dibantah oleh Termohon,

karena termohon dalam jawabannya secara lisan tidak rela kalau Pemohon

menikah lagi. Kemudian pada fakta angka dua diatas menurut Termohon,

dengan penghasilan Rp, 70.000 satu hari belum cukup untuk memenuhi satu

orang isteri.

Putusan ini lebih tepat karena lebih mencerminkan keadilan bagi

termohon (isteri) pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, karena

putusan ini lebih melindungi hak-hak isteri dari skandal yang dilakukan suami

dengan perempuan lain. Dari segi sosiologis majelis hakim memang kurang

Page 103: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

90

mempertimbangkan keadaan calon isteri kedua pemohon yang sedang hamil,

padahal dalam hukum adat di Jawa mengusahakan agar perempuan yang

hamil diluar nikah untuk dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya.

Menurut penulis putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb sudah tepat,

karena karena didalam Undang-undang maupun nash Al-quran tidak ada yang

menyebutkan bahwa seorang laki-laki dapat melakukan poligami karena calon

isteri kedua telah hamil, bahkan hamil di luar perkawinan yang sah

merupakan Perbuatan zina.

Page 104: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Poligami adalah adalah perkawinan lebih dari seorang istri dengan batasan

empat orang istri yang dilakukan suami untuk membagi kasih sayang terhadap

istri-istrinya dan sebagai ibadah yang halal untuk mewujudkan keluarga yang

bahagia.

Dengan melihat dan mencermati, uraian bab pertama sampai dengan bab ke

empat sekripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur Poligami Yang diatur Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yaitu:

Alasan-alasan diterimanya permohonan poligami:

a. Isteri tidak dapat menjalakan kewajibannya sebagai seorang isteri.

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Syarat-syarat poligami:

Page 105: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

92

1) Adanya persetujuan dari isteri-isteri.

2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan

anak-anak mereka.

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara No. 1139/Pdt.

G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

a. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb.

1) Terpenuhinya syarat fakultatif yaitu Termohon tidak dapat melayani

suami secara maksimal sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 ayat

(2) huruf b Undang–undang perkawinan yaitu: isteri mendapat cacat

badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

2) Terpenuhinya syarat Komulatif sebagaimana yang telah diatur dalam

pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 yaitu:

a) Adanya persetujuan dari isteri-isteri.

b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

isteri-isteri dan anak-anak mereka.

c) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

3) Terpenuhinya pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) kompilasi Hukum Islam.

Page 106: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

93

4) Pada pengajuan izin poligami No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb diatas

calon isteri kedua adalah penyandang disabilitas, majelis hakim

majelis hakim mempertimbangkan dengan Undang-undang nomor 19

tahun 2011. Walaupun alasan itu tidak terdapat dalam Undang-undang

No. 1 tahun 1974.

5) Pada pengajuan perkara izin poligami No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb

diatas calon isteri kedua telah hamil, majelis hakim

mempertimbangkan kemaslahatan yaitu dengan menggunakan kaidah

Fiqqhiyyah dalam kitab Asybah wan Nadhair.

b. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara No.

0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

1) Oleh karena dalil-dalil Pemohon dibantah oleh Termohon, maka

Pemohon wajib membuktikan dalil-dalil permohonannya sebagaimana

diatur dalam pasal 163 HIR yaitu, barang siapa yang mendalilkan

mempunyai satu hak, atau mengajukan suatu peristiwa untuk

menegaskan haknya haruslah membuktikan dan yurispundensi MARI

No. 540 k/Sip/1992 tanggal 11 September 1972 yang menyatakan

bahwa “karena tergugat asal menyangkal, penggugat harus

membuktikan dalil-dalilnya”. Akan tetapi Pemohon tidak bisa

membuktikan dalil-dalil permohonannya.

2) Bahwa alasan permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat baik

komulatif maupun alternatif sehingga tidak beralasan hukum.

Page 107: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

94

Sebagaiman yang diatur dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) huruf (c), pasal

5 ayat (1) huruf (a), (b) dan (c) Undang-undang No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan Jo. Pasal 55 ayat (2), pasal 58 ayat (1) huruf (a)

dan (b) Kompilasi Hukum Islam, maka majelis hakim berpendapat

permohonan izin poligami patut ditolak.

3) Pada pengajuan perkara izin poligami No.0493/Pdt. G/2014/PA. Amb

diatas calon isteri kedua telah hamil, majelis hakim

mempertimbangkan dengan Alquran surat An-nisa’ ayat (3) dan surat

(129) sehingga Permohonan Pemohon ditolak.

B. Saran

Perkawinan mempunyai kedudukan yang sangat sakral, yang bertujuan

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan

warahmah. Majelis hakim hendaknya berhati-hati dalam memeriksa dan memutus

perkara permohonan izin poligami, terutama permohonan izin poligami karena

calon istri kedua telah hamil.

Kepada semua pihak, terutama kepada suami yang ingin menikah lebih

dari satu istri, agar jangan menjadikan alasan pengajuan poligami sebagai alat

pembenar untuk mengawini wanita yang telah dihamilinya sebelum adanya akad

perkawinan yang sah. Karena bagaimanapun juga hamil diluar perkawinan yang

sah merupakan merupakan perbuatan dosa besar.

Page 108: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

95

C. Penutup

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbilalamin atas kehadirat Allah

SWT, serta shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad Saw sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Walaupun dalam perjalanannya, penulis menemukan banyak hambatan

namun hal ini tidak membuat penulis putus asa untuk segera menyelesaikan skripsi

ini. Meskipun tulisan ini telah diupayakan secermat mungkin, namun mungkin saja

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini semata-mata merupakan

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Menyadari akan hal itu, penulis

mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Page 109: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Arij. 2003. Memahami Keadilan Dalam Poligami, Jakarta:Global

Media Cipta Publishing

Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:Akademika

Pressindo

Al-Atthar, Abdul Nasir Taufiq. 1976. Poligami DiTinjau Dari Segi Agama, Sosial

Dan Perundang-Undangan, Jakarta:Bulan Bintang

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika

Ali, Mohammad Daud. 1999. Hukum Islam, jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Arto, mukti H.A. 1998. Praktek perkara perdata, Yokyakrta:pustaka pelajar

Cassanah, Miftahul. 2008. Al-qur’an Dan Terjemahannya Juz 1-30,

Surabaya:Percetakan Dana Karya

Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih, Yogyakarta:Dana Bakti Wakaf

Departemen Agama Republik Indonesia, 1985. Ilmu Fiqih II. Jakarta:Pimpinan

Proyek Pembinaan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN

Farkhani. 2011. Ilmu Hukum, Yogyakarta:STAIN Salatiga Press

Page 110: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

Fatah, rohadi abdul. 2010. Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fikih Islam, Jakarta:PT

Bumi Aksara

Fathurrahman, Imam. 2007. Saya Tidak Ingin Poligami Tapai Harus Poligami,

Jakarta:Hikmah

Harkan, Ai. 2005. Aku Ingin Menikah Tapi?. Solo:Insan Cemerlang

Hathount, Hassan, 2004. Panduan Seks Islami, Jakarta:Madani Grafika

Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI.

2014. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Jakarta:Mahkamah Agung

dan Komisi Yudisial.

Khisyik, Abdul Hamid. 2005. Bimbingan Islam Untuk Mencapai Keluarga Sakinah,

Bandung:PT Mizan Puataka.

Khusen, Moh. 2012. Pembaharuan Hukum Keluarga di Negara Muslim,

Salatiga:STAIN Salatiga Press

Musdah, Mulia Siti. 2004. Islam Menggugat Poligami, Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama

Nurudin, Amiur. 2006. Hukum Perdata di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Poerwadarminto. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta:Balai Pustaka

Rasyid, Chatib & Syaifuddin .2009. Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktik

Pada Preradilan Agama, Yokyakarta:U11Press

Rasyid, Raihan A. 1998. Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta:PT Rajagrafindo

Persada

Page 111: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 112: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum
Page 113: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum

0

Page 114: ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/809/1/Ali.Muktar.21211017.pdf · materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum