analisis proses penyelesaian sengketa tanah di kecamatan kotamobagu kabupaten bolaang mongondow s

127
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah bagi hidup dan penghidupan manusia merupakan “condition sine qua non” yang artinya “prasyarat atas tanah bagi kehidupan manusia”. Perkembangan hubungan manusia dengan tanah semakin lama semakin luas dan kompleks dimulai dengan tahap penguasaan individu terhadap tanah sampai corak yang diciptakan oleh Negara. Di Indonesia, secara konstitusional masalah tanah sebagai permukaan bumi, diatur dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” 1

Upload: arifin-dwi-cahyono

Post on 01-Jan-2016

409 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah bagi hidup dan penghidupan manusia merupakan “condition

sine qua non” yang artinya “prasyarat atas tanah bagi kehidupan

manusia”. Perkembangan hubungan manusia dengan tanah semakin

lama semakin luas dan kompleks dimulai dengan tahap penguasaan

individu terhadap tanah sampai corak yang diciptakan oleh Negara. Di

Indonesia, secara konstitusional masalah tanah sebagai permukaan

bumi, diatur dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

berbunyi:

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.”

Dari bunyi pasal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasal 33 ayat (3),

berkaitan erat dengan penguasaan tanah. Tanah merupakan permukaan

bumi yang bisa dikuasai oleh Negara dengan tujuan untuk kepentingan

dan kemakmuran rakyat.

1

Page 2: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Hak menguasai atas tanah tersebut pelaksanaanya dilakukan oleh

pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan bentuk Negara Indonesia

sebagai Negara Kesatuan.

“Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh

rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.”

Namun mengingat luas wilayah, hasil guna dan daya guna, maka

wewenang pemerintah pusat tersebut pelaksanaannya dapat dikuasakan

pada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat, menurut

ketentuan-ketentuan pemerintah.

“Hak menguasai dari Negara tersebut, pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat hukum adat apabila di perlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah”

Kedudukan daerah swatantra dalam pelaksanaan hak menguasai

atas tanah tersebut sebagai badan penguasa. Sedangkan pelimpahan

wewenangnya berbentuk pembantuan.

Dari salah satu konsiderans Undang-Undang Pokok Agraria

diwajibkan mengatur pemilikan dan penggunaan tanah, sehingga semua

tanah diseluruh wilayah kadaulatan bangsa dipergunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun

gotong royong.

Pokok pikiran bahwa Negara hanya menguasai tanah bukan

memiliki tanah itu menunjukan bahwa hubungan hukum antara Negara

2

Page 3: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dengan bumi, air dan ruang angkasa sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960

tentang Pokok-Pokok Agraria, dengan “Hubungan Kekuasaan” menurut

sistem Hukum Agraria Nasional menunjukkan adanya kedaulatan rakyat

atas seluruh wilayah Republik Indonesia. Sebagaimana diketahui, bahwa

Negara Republik Indonesia yang diProklamasi pada tanggal 17 Agustus

1945 adalah suatu Gezagorganisatie dalam bahasa belanda adalah

otoritas organisasi, artinya tertinggi mempunyai fungsi mengatur dan

mengembangkan kesejahteraan masyarakat.

Sehubungan dengan fungsi pelaksanaan/fungsi pemerintah dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan umum seperti yang diatur oleh

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993, jo

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Kepentingan Umum, jo Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 yang berbunyi: “pengadaan

tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara

memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan

tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan

tanah”. Selain itu: ”pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan

umum oleh pemerintah dan pemerintah daerah dilaksanakan dengan

cara pelepasan atau menyerahkan hak atas tanah”. Sehingga berbunyi

sebagai berikut: ”pelepasan ataau penyerahan hak atas tanah dilakukan

3

Page 4: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah”.

Ditambahkan peraturan yang berbunyi sebagai berikut: “Apabila yang

berhak atas tanah atau benda benda yang ada diatas haknya dicabut

tidak bersedia menerima ganti rugi sebagaimana ditetapkan dalam

keputusan presiden, karena dianggap jumlahnya kurang layak, maka

yang bersangkutan dapat meminta banding kepada pengadilan tinggi

agar menetapkan ganti rugi sesuai UU Nomor 20 Tahun 1961 tentang

Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada

Diatasnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 tentang

Acara Penetapan Ganti Kerugian Oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan

Dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada

Diatasnya”.

Pemerintah Kota Kotamobagu tampaknya untuk sementara waktu

harus mengurungkan niat untuk merelokasi Pasar Serasi. Pasalnya,

Pemerintah Kota sedang menghadapi dua gugatan sekaligus di

Pengadilan Negeri (PN) Kotamobagu, yakni gugatan class action dari

pihak pedagang yang menolak direlokasi, dan gugatan dari pihak yang

mengaku sebagai pewaris sah tanah pasar serasi.

Pihak pedagang melalui Asosiasi Pedagang Pasar Serasi telah

melayangkan gugatan class action mereka sejak beberapa waktu lalu.

Dan, pihak pewaris pun telah melakukan hal yang sama dengan

menunjukkan bukti kepemilikan tanah di Pengadilan Negeri Kotamobagu.

4

Page 5: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Sidang gugatan baik class action maupun ahli waris masih

berjalan, mungkin bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk mencapai

putusan,” Humas Pengadilan Negeri Kotamobagu.

Pengadilan Negeri juga mengancam pihak Pemerintah Kota untuk

tidak melakukan aktivitas apapun di lahan tersebut. Serta, tidak

melakukan pemagaran sebelum kasus ini tuntas. Apabila, Pemerintah

Kota melanggar maka harus bertanggung jawab. “Lahan Pasar Serasi

berstatus sengketa, jadi tidak ada aktivitas untuk sementara”. Hal ini

berkaitan dengan rencana pemerintah untuk membangun pasar modern

di Kotamobagu.

Sempat dilakukan tindakan mediasi kepada kedua pihak yang

bermasalah untuk melakukan musyawarah, meski mediasi pertama

menemui kegagalan.

“Dalam proses mediasi pedagang meminta Pemerintah Kota

menjelaskan seperti apa konsep pasar Modern yang akan dibangun,

serta yang utama terkait hak-hak pedagang yang ternyata tidak sama

sekali memihak pedagang”.

Sengketa adalah sengketa yang sebagai akibat perlakuan/suatu

perbuatan subjek hukum yang berakibat hukum baik terhadap sesama

warga, aparatur, maupun swasta dalam hal yang berkaitan dengan

kepentingan hak terhadap tanah pasar serasi yang menjadi lahan

5

Page 6: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

sengketa antara pihak pedagang pasar serasi, pihak ahli waris sebagai

pemilik tanah dan Pemerintah Kota.

Sengketa merupakan pertikaian/perselisihan/perkara hukum yang

artinya sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran

dan perbantahan perkara yang kecil dapat juga menimbulkan pertikaian

lebih besar. Dalam hal ini perbedaan pendapat antara pihak pedagang

pasar serasi, pihak ahli waris sebagai pemilik tanah dan Pemerintah Kota

soal tanah pasar serasi yang akan relokasi menjadi pasar modern.

Sengketa daerah (wilayah) ialah daerah yang menjadi rebutan

(pokok pertengkaran), dalam hal ini tanah pasar serasi yang akan di

bangun sebagai pasar moderen Kota Kotamobagu.

Upaya penyelesaian dengan cara damai pernah dilakukan tetapi

tidak mencapai suatu kesepakatan antara kedua belah pihak, maka

penyelesaian dengan cara hukum pengadilan telah ditempuh oleh pihak

yang bersengketa.

Timbulnya sengketa hukum adalah bermula dari pangaduan secara

sepihak yang dilakukan asosiasi pedagang pasar serasi bersama pihak

pewaris tanah yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas

tanah baik terhadap status tanah pasar serasi, prioritas (yang lebih

berhak) atas tanah pasar serasi dan kepemilikannya pewaris tanah

dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

6

Page 7: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Berakhir kepada tuntutan bahwa ia adalah yang lebih berhak dari

yang lain atas tanah sengketa, dalam memutuskan pengelolaan tanah

pasar serasi harus ada persetujuan dari pihak memilik tanah (pihak

pewaris tanah).

Sengketa tanah tidak dapat dipisahkan dalam kaitannya dengan

konsep Negara kesatuan Republik Indonesia yaitu Negara hukum (pasal

1ayat (3) UUD tahun 1945), karena itu setiap terjadi sengketa haruslah

diselesaikan menurut hukum dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku agar tercipta rasa keadilan ditengah-tengah masyarakat, sebagai

implementasi Negara hukum yang demokratis.

Pewaris tanah sebagai pemilik hak atas tanah pasar serasi,

pedagang/penjual yang memanfaatkan lahan/tempat yang disediakan

oleh pemerintah pada pasar serasi dan pemerintah sebagai pengelolah

pasar serasi selaku penanggung jawab, dari ketiga pihak bersengketa

telah melalui perundingan/musyawarah atau negosiasi, mediasi yang

panjang yang belum mendapat penyelesaian sengketa hingga sekarang.

Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Kota

Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara, dengan judul : “ANALISIS

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI KECAMATAN

KOTAMOBAGU KOTA KOTAMOBAGU SULAWESI UTARA (STUDI

KASUS PASAR SERASI)”.

7

Page 8: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka penelitian mengajukan beberapa rumusan masalah mengenai

analisis proses pelaksanaan sengketa tanah studi kasus pasar serasi

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah di Pasar Serasi

Kecamatan Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu Sulawesi Utara ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya sengketa tanah di Pasar

Serasi Kecamatan Kotamobagu Barat Sulawesi Utara ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa tanah di Pasar

Serasi Kecamatan Kotamobagu Barat.

b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat

sehingga terjadi sengketa tanah pasar serasi dan cara

penyelesaian sengketa tanah tersebut.

8

Page 9: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh pengetahuan yang luas, mengenai faktor

penyebab sengketa antara Pemerintah dan Masyarakat (pedagang

dan pihak pewaris tanah pasar serasi yang sah) juga proses

penyelesaian sengketa tanah agar nasib para pedagang yang

mengantungkan hidupnya jelas.

b. Hasil penelitian ini harapkan dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan pemikiran dibidang pengembangan ilmu pengetahuan

secara umum.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kantor Pertanahan di

Kota Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara, dengan pertimbangan:

1) Kantor Pertanahan Kota Kotamobagu mempunyai kewenangan

untuk melakukan mediasi (Berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasioanal, Pembuktian sertifikat tanah melalui

9

Page 10: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Pengadilan Tata Usaha Negara (Undang-Undangan Nomor 9

Tahun 2004

2) Dipilih Kota Kotamobagu sebagai lokasi penelitian, karena Kota

Kotamobagu salah satu kota pemekaran baru yang membutuhkan

pengaturan tata kota yang baik agar sesuai dengan tujuan

pembagunan daerah yang telah dimekarkan.

1.4.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, data akan diperoleh dari dua sumber yaitu:

Data Primer

Data yang akan diperoleh langsung dari informan pengumpulan

data ini berupa interview (wawancara), serta melakukan

observation (pengamatan langsung terhadap penelitian).

Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan,

arsip-arsip resmi, serta literatur lainnya yang relevan dalam

melengkapi data.

10

Page 11: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

1.4.3 Definisi Oprasional

Untuk mememberikan suatu pemahaman yang mempermudah

penelitian ini maka penulis fokus penelitian ini diopersional melalui

beberapa indikator sebagai berikut:

1. Proses penyelesaian merupakan suatu runtutan perubahan

peristiwa yang ketika terkait sengketa, maka dapat dikatakan

bahwa proses penyelesaian sengketa adalah runtutan peristiwa

atau rentetan yang dilalui dalam mencapai suatu tujuan. Oleh

karena itu proses penyelesaian sengketa perlu terstuktur.

2. Faktor yang mendorong atau penyebab tejadinya sengketa hak

atas tanah

Kepastian hak atas tanah

Proses

Transparansi dalam panggunaan lahan

1.4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

Wawancara

Adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab atau dialog langsung antara peneliti dengan para

informan bertatap muka mendengarkan secara langsung

11

Page 12: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

informasi-informasi atau keterangan-keterangan lisan pada saat

penelitian berlangsung.

Observasi

Adalah pengamatan langsung terhadap objek kajian

yang sedang berlangsung untuk memperoleh keterangan dan

informasi sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti

serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban informan

dengan kenyataan yang ada, dengan melakukan pengamatan

langsung yang ada di lapangan yang erat kaitannya dengan

objek penelitian.

Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting

dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder

yang akan mendukung penelitian. Teknik pengumpulan data

dengan studi kepustakaan, dapat membantu untuk memahami

lebih jauh lagi tentang penelitian yang akan dilakukan.

Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data guna kepentingan penelitian ini,

maka diperlukan subjek penelitian. Peneliti memiliki subjek

peneliti (informan) yang dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan dan relevan dengan pertanyaan penelitian. Teknik

12

Page 13: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

penetapan informan dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive (penarikan sampel bertujuan), yaitu pemilihan subjek

secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria dan

pertimbangan tertentu.

1.4.5 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mesintekniskannya,

mencari dan menemukan pola, mengemukakan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan pada

orang lain.

Selain itu juga pada penelitian kualitatif terdapat 3 (tiga)

pertimbangan pokok, yaitu: pertama, metode kualitatif lebih mudah

dihadapkan dengan gejala sosial yang kompleks. Kedua, hubungan

peneliti dengan informan sangat dekat sehingga dapat menyajikan

informasi yang lebih mendalam. Ketiga, lebih peka dan mudah

menyesuaikan diri terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, sehingga

mudah menemukan pola ataupun model yang terjadi dalam proses

hubungan birokrasi dan rakyat dalam konteks perubahan sosial politik.

Budaya yang ada dalam masyarakat sebagai kerangka acuan dapat

dianalisis sesempurna mungkin melalui teknik analisis kualitatif melalui

13

Page 14: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

analisis Gertz (1992), yang menangkap fenomena sosial yang

berlapis-lapis hingga ditemukan penafsiran yang berbeda dalam

konteks yang berbeda pula.

Sesuai sifatnya yang kualitatif, maka akan disajikan data dan

uraian secara verbal (bahasa). Apabila ada angka-angka yang muncul

dalam penelitian ini berarti hanya digunakan sebagai alat bantu untuk

pendukung analisa.

Analisis data kualitatif melalui reduksi data, yaitu memilih hal-hal

pokok yang disesuaikan dengan fokus penelitian, dengan tujuan dapat

memberikan gambaran yang jelas tajam tentang hasil pengamatan

dan mempermudah peneliti untuk mencapai jika sewaktu-waktu

diperlukan, dan juga dapat memberikan kode-kode pada aspek

tertentu.

Data yang diperoleh dalam penelitian, berupa pendapat/

pertanyaan informan/atau responden, melakukan

mediasi/musyawarah di Kantor Badan Pertanahan, dan apabila

penyelesaian melalui musyawarah di antara para pihak

yang bersengketa tidak tercapai, demikian juga penyelesaian secara

sepihak dari Kepala Badan Pertanahan Kotamobagu tidak dapat

diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka penyelesaiannya

harus melalui pengadilan, kemudian diuraikan dalam kalimat yang

14

Page 15: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

bersifat deskriptif kualitatif yang menjelaskan proses pelaksanaan

peradilan sebagai cara penyelesaian sengketa tanah dan penyebab

terjadinya sengketa tanah di Pasar Serasi Kecamatan Kotamobagu

Barat Kota Kotamobagu Sulawesi Utara.

BAB II

15

Page 16: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

2.1Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan panduan penulisan dalam aspek

konseptual – teoritis. Pada bagian ini akan dipaparkan berbagai konsep

teori yang dijadikan sebagai alat analisis terhadap masalah yang

diangkat dalam skripsi ini.

2.1.1 Pengertian Tanah

Sebutan “tanah” dalam bahasan ini dapat dipahami berbagai

arti, maka penggunaannya perlu diberi batasan agar diketahui dalam

arti apa istilah tersebut digunakan.

Manulang Rinto (200:6), Tanah adalah sumber daya alam dan

sumber hidup serta kehidupan kini maupun di masa datang.

Susetiawan (2001: 65), persoalan tanah merupakan persoalan

klasik yang selalu ada dimana-mana sebab tanah memiliki

multimakna, mulai dari makna ekonomi, sosial, politik sampai dengan

kebudayaan.

Makna tanah yang dikemukakan oleh marhias haryadi (erari,

1999 :27-28) sebagai berikut:

”Tanah bagi rakyat adalah basis paling elementor yang menentukan hidup dan matinya manusia, tanah adalah pijakan fundamental yang menentukan kelangsungan hidup manusia, yang

16

Page 17: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pertama, tanah adalah tempat manusia mendirikan rumah, diatas tanah dan dalam rumah ia tinggal, manusia menemukan basis hidup dan identitasnya. Kedua, diatas tanah itu manusia berhubungan dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ketiga, tanah memiliki arti ekonomi yang sangat kaya, satu-satunya dan tak mungkin tergantikan”.

Lebih lanjutnya, pada pasal 4 ayat (2) dinyatakan termasuk pula

tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang ada diatasnya

sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan

dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut undang-

undang ini (UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

Hak atas tanah

Hak pada hakekatnya adalah suatu kekuasaan yang

diberikan kepada seseorang terhadap sesuatu benda maupun

orang, yang dijamin oleh peraturan undang-undangan . Jadi apa

bila seseorang memperoleh hak atas tanah, maka terhadap orang

tersebut telah melekat kekuasaan atas tanah tersebut dengan

dibatasi kewajiban yang harus dipatuhi yang ditetapkan

pemerintah.

a.     Perpanjangan hak adalah penambahan jangka waktu

berlakunya suatu hak atas tanah tanpa mengubah syarat-

syarat dalam pemberian hak tersebut, yang permohonannya

dapat diajukan sebelum jangka waktu berlakunya hak atas

tanah yang bersangkutan berakhir.

17

Page 18: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

b.     Pembaharuan hak adalah pemberian hak atas tanah yang

sama kepada pemegang hak yang sama yang dapat diajukan

setelah jangka waktu berlakunya hak yang bersangkutan

berakhir.

c.      Perubahan hak adalah penetapan pemerintah mengenai

penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai

dengan sesuatu hak atas tanah tertentu, atas permohonan

pemegang haknya, menjadi tanah negara dan sekaligus

memberikan tanah tersebut kepadanya dengan hak atas tanah

jenis lainnya.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa yang dimasuk

dengan hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi atau

wewenang yang berikan oleh Negara kepada si pemegang hak

yang berbatasan/berdimensi dua dengan ukuran panjang dan

lebar, untuk digunakan tanah tersebut sesuai dengan keadaan dan

peruntukannya, tidak termasuk segala apa yang terkandung

didalam dan diatas tanah yang bersangkutan.

Hak-hak atas tanah menurut ketentuan pasal 16 ayat (1)

UUPA meliputi:

1). Hak milik.

2). Hak guna usaha.

3). Hak guna bangunan.

4). Hak pakai.

5). Hak sewa

18

Page 19: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

6). Hak membuka tanah.

7). Hak memungut hasil hutan.

8). Hak-hak yang lain hak yang dimaksud pasal 53 UUPA.

Hak-hak yang berhubungan dengan tanah diatur dalam

pasal 53 ayat (1) UUPA, meliputi:

1). Hak gadai.

2). Hak usaha bagi hasil.

3). Hak menumpang.

4). Hak sewa tanah pertanian.

2.1.3 Sengketa Tanah

Tanah merupakan sarana yang vital bagi hidup dan

penghidupan manusia. Daniel Lewis (Sataryono dkk, 2005:53),

mengungkapkan bahwa tanah dapat menjadi faktor dalam

memperpanjang konflik. Bahkan menurut Adijndro (Bachriadi)(Lily Dwi

Astuti dan Sri Kristiyah 2006:53) sengketa agrarian di Indonesia

bersifat multi dimensional yang tidak dapat dipahami hanya sebagai

persengketaan agrarian, menurutnya sengketa agrarian adalah

puncak gunung es dari beragam jenis konflik.

Susetiawan (2001: 65), menjelaskan konflik pertanahan adalah

konflik yang berhubungan dengan tanah senantiasa berlangsung

19

Page 20: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

sebab setiap orang atau kelompok selalu memiliki kepentingan dengan

hal tersebut.

Selanjutnya menurut Sarjita (2005:7), pengertian ”konflik”

berasal dari bahasa inggris conflict dan dispute yang berarti

perselisihan atau percekcokan, atau pertentangan. Dengan kata lain,

konflik merupakan situasi atau kondisi adanya pertentangan atau

ketidaksesuaian antara para pihak yang akan dan sedang

mengadakan hubungan kerjasama. Pada umumnya konflik akan

terjadi dimana saja sepanjang terjadi interaksi atau hubungan antara

sesama manusia, baik antara individu dengan individu maupun

kelompok dengan kelompok dalam melakukan sesuatu.

Kemudian Dorcey (Mitchell) sebagaimana dikutip oleh

(Sutaryono dkk 2005:52), menyebutkan bahwa ada 4 (empat) dasar

atau penyebab terjadinya konflik, yaitu: (1) perbedaan pengetahuan

atau pemahaman; (2) perbedaan nilai; (3) perbedaan kepentingan;

dan (4) persoalan pribadi atau karena latar belakang sejarah.

Dalam konteks pertanahan, masyarakat senantiasa berada

dalam proses perubahan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan

untuk mendapatkan tanah, hal ini mengakibatkan konflik pertanahan

yang terus-menerus antara anggota masyarakat. Setiap elemen

masyarakat berkesempatan memberi sumbangan pada konflik

20

Page 21: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pertanahan, yang mendorong terjadinya disintegrasi sosial (Priyo

Katon Prasetyo dkk, 2006:68).

Menurut Wirandi (Endriato Soetanto dan Moh. Shohibuddin),

(2005:6), mengungkapkan bahwa realita keagrariaan di Indonesia

secara mendasar bersifat konfliktual, yakni suatu kondisi yang berakar

pada ketimpangan atau menyangkut sumber-sumber agraria dalam

tiga bentuk sebagai berikut:

1) Ketimpangan dalam hal struktur pemilikan dan penguasaan tanah;

2) Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah; dan

3) Incompatibility dalam hal persepsi dan konsepsi mengenai

keagrariaan.

Merujuk pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa kata

konflik mempunyai pengertian yang lebih luas, oleh karena itu, istilah

konflik tidak hanya digunakan dalam kasus pertanahan yang terkait

dalam proses perkara pidana, juga terkait dalam proses perkara

perdata dan proses perkara tata usaha Negara.

Tanah merupakan salah satu objek yang biasa disengketakan

oleh pihak yang berperkara. Tanah yang disengketakan yang

berkaitan dengan hak dan penguasaan ataupun kepemilikan

seseorang yakni tanah yang sudah menjadi hak dan sudah

personifikasi, atau sudah diberikan status hak yang melahirkan

jaminan kepemilikan antara tanah dengan seseorang atau badan.

21

Page 22: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Pada dasarnya masalah pertanahan memiliki perbedaan

pengertian dengan sengketa tanah. Masalah pertanahan mengandung

arti segala persoalan baik teknis, administratif, bahkan dalam hal

kebijakan ataupun ketentuan normatif menyangkut pertanahan pada

umumnya. Dengan demikian, sengketa tanah adalah sebatas

pengertian sempit dari masalah pertanahan, yakni sengketa tanah itu

sendiri.

Konflik atau sengketa terjadi juga karena adanya perbedaan

persepsi yang merupakan gambaran lingkungan yang dilakukan

secara sadar yang didasari pengetahuan yang dimiliki seseorang,

lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial, demikian menurut Koentjaraningrat.

Pengertian sengketa diperjelas, oleh Rusmadi Murad (1991:23):

“Sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara dua belah pihak atau lebih karena merasa diganggu dan merasa dirugikan pihak-pihak tersebut untuk penggunaan hak dan penguasaan atas tanahnya, yang diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan, sedangkan masalah pertanahan lebih bersifat teknis kepada aparat pelaksana berdasarkan kebijakan maupun peraturan yang berlaku”.

Kemudian Sudikno Mertukumo (Muhallis 2005:15) mengatakan,

dalam suatu sengketa perdata, sekurang-kurangnya terdapat dua

pihak, yaitu pihak penggugat dan pihak tergugat, terjadi suatu

sengketa yang kemudian disusul dengan diajukannya gugatan.

22

Page 23: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Sementara itu, menurut Yan Pramadya Puspa (Muhallis

2005:14), bahwa sengketa disebut juga perkara, kemudian menurut

W.J.S Poerwadarminta (Muhallis 2005:14), sengketa diartikan sebagai

berikut:

1) Pertengkaran, perbantahan, misalnya oleh sebab uang sepicis

maka timbullah sengketa yang mengakibatkan pekelaihan hebat;

2) Pertikaian, perselisihan, penyederaan, misalnya dikwatirkan bahwa

sengketa antara partai-partai itu dapat meretakkan persatuan

bangsa Indonesia; dan

3) Perkara (dalam pengadilan), misalnya setengah orang

berpendapat bahwa nasionalisasi tambang minyak di Irak itu suatu

sengketa internasional yang harus diselesaikan oleh mahkamah

internasional.

Selanjutnya Rachmadi Usman (Sarjita 2005:8), menegaskan

bahwa suatu konflik tidak akan berkembang menjadi sengketa, apabila

pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas

atau keprihatinannya, sebaliknya akan berkembang, apabila telah

menyatakan secara langsung kepada pihak-pihak yang dianggap

sebagai penyebab kerugian atau pihak lain. Dengan demikian,

pendapat disimpulkan bahwa sengketa merupakan kelanjutan dari

konflik, atau sebuah konflik akan berubah menjadi sengketa apabila

tidak dapat diselesikan.

23

Page 24: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Lebih lanjut pengertian sengketa tanah diatur dalam Peraturan

Menteri Negara Agrarian/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan

Pasal 1 butir 1:

“sengketa tanah adalah perbedaan pendapat mengenai :

a. Keabsahan suatu pihak.

b. Pemberian hak atas tanah.

c. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan

tanda bukti haknya antara pihah-pihak yang berkepentingan

dengan instansi Badan Pertanahan Nasional”.

Sengketa tanah dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa

hukum yang lahir dari keadaan, perbuatan atau kejadian yang

menimbulkan perselisihan kepentingan antara pihak-pihak yang

menyangkut tanah.

Berkenaan dengan pengertian sengketa di atas, dapat diketahui

bahwa kata sengketa terkait dengan perkara dalam Pengadilan untuk

diselesaikan menurut peraturan hukum yang berlaku. Menurut

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman,

dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan umum

tidak mempergunakan istilah sengketa, melainkan mempergunakan

istilah perkara. Kedua istilah itu (sengketa dan Perkara) pada

24

Page 25: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

hakekatnya mempunyai arti yang sama yaitu sama-sama mengenai

pertikaian yang memerlukan penyelesaian.

a. Penyebab Sengketa Tanah

Munculnya sengketa tanah secara obyektif berkaitan dengan

rencana pembagunan pasar pemerintah berkerja sama dengan

investor dari Lippo Group untuk pendirian mal untuk memenuhi

program Pemerintah dalam pengembangan pasar, ternyata tanah

pasar adalah tanah Balangket Mokodompit dahulu diambil alih secara

paksa oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan

alasan untuk memenuhi program pemerintah demi kemakmuran dan

kesejahteran masyarakat untuk pembangunan pasar dan saran

lainnya hingga pemilik tanah meninggal tak ada ganti rugi atas tanah

yang dijadikan sarana fasilitas umum berupa pasar inpres yang

berganti nama menjadi pasar serasi dan sekarang akan dijadikan mal.

Rencana pendirian mal harus tertunda oleh karena pewaris

tanah sebagai cucu dari Balangket Mokodompit melakukan gugatan di

Pengadilan setelah mengetahui rencana Pemerintah untuk menggusur

para pedagang di pasar serasi dan merasa dirugikan karena tanah

milik kakeknya akan dijual ke pihak ketiga tanpa ada ganti rugi dari

pemerintah atas tanah tersebut.

25

Page 26: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Demi berjalan proses perencanaan pembagunan pasar serasi

maka pemerintah melakukan tindakan pemagaran pasar serasi.

Tindakan pemagaran pasar serasi yang dilakukan pemerintah

menemui kericuan antara pihak masyarakat dengan satuan polisi

pamong praja, akibat dari kejadian itu masyarakat menjadi khawatir

dalam proses jual-beli di pasar.

Risnanto (2006:33), mengemukakan bahwa ruang lingkup

pertanahan yang meliputi hubungan penguasaan pemilikan dan

hubungan penggunaan pemanfaatan dapat dibedakan hubungan

secara fisik (de facto) dan hubungan secara yuridis (de jure) yang

tidak selalu sejalan, merupakan pemicu timbulnya masalah

pertanahan yang mendasar, meliputi:

1) Adanya bidang tanah yang dikuasai secara fisik namun tidak diikuti

dengan hak kepemilikan atas tanah (sering dikenal dengan istilah

okupasi liar);

2) Adanya bidang tanah yang dikuasai dengan hak kepemilikan atas

tanah namun tidak diikuti dengan pemanfaatan sesuai dengan

tujuan pemberian haknya (sering dikenal dengan istilah tanah yang

kondisinya ditelantarkan);

3) Adanya bidang tanah yang digunakan dan dimanfaatkan secara

fisik namun tidak sesuai arahan tata guna tanah maupun rencana

26

Page 27: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

tata ruangnya sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan

lingkungan.

Badan Pertanahan Nasional (syukri M 2005: 10), menyebutkan

6 (enam) penyebab sengketa tanah ditinjau dari berbagai

permasalahan yaitu :

1. Kurang tertibnya administrasi pertanahan.

2. Harga tanah meningkat dengan cepat.

3. Kondisi masyarakat yang makin menyadari dan mengerti akan

kepentingan haknya.

4. Iklim keterbukaan sebagai salah satu kebijakan yang digariskan

oleh Pemerintah.

5. Masih adanya oknum-oknum aparat Pemerintah yang belum

menyadari dan belum dapat menangkap aspirasi masyarakat.

6. Adanya pihak-pihak yang menggunakan kesempatan untuk

mencari keuntungan materil yang tidak wajar atau menggunakan

untuk kepentingan politik.

Sengketa dapat terjadi antara:

1. Perseorangan/masyarakat dengan peseorangan/masyarakat.

2. Perseorangan/masyarakat dengan Badan Hukum Publik

(Pemerintah/Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD).

3. Perseorangan/masyarakat dengan Badan Hukum Swasta.

27

Page 28: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

4. Badan Hukum Publik dengan Badan Hukum Publik.

5. Badan Hukum Swasta dengan Badan Hukum Swasta.

6. Badan Hukum Publik dengan Badan Hukum Swasta.

7. Perseorangan/masyarakat dengan Badan hukum Publik dan Badan

Hukum Swasta.

b. Jenis-jenis Sengketa Tanah

Menurut Rusmandi Murad (1991:23), sifat permasalahan dari

sengketa tanah secara umum ada beberapa macam antara lain:

1) Masalah/persoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat

ditetapkan sebagai pemengang hak yang sah atas tanah yang

berstatus hak atau atas tanah yang belum ada haknya.

2) Bantahan terhadap sesuatu atas hak/bukti peroleh yang digunakan

sebagai sebagai dasar pemberian hak (perdata).

3) Kekeliruhan/kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan

peraturan yang kurang/tidak benar.

4) Sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial

praktis/ bersifat strategis.

Dengan mandasari pada pengertian sengketa tanah

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999,

maka sebetulnya sengketa pertanahan dapat diklafikasikan mengenai

28

Page 29: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

subtansi atau pihak-pihak yang bersengketa. Dilihat dari subtansinya,

maka sengketa pertanahan adalah menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan: (1) penguasaan, pemilikan dan penggunaannya, (2) prosedur

dan syarat-syarat dalam pemberian hak atas tanah, (3) prosedur dan

syarat-syarat dalam penerbitan tanda bukti hak termasuk peralihan

haknya.

Kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah, mengatur kegiatan meliputi

pengumpulan, pengolahan dan penyajian data fisik dan yuridis, serta

persengketaan yang terjadi. Dalam kegiatan tersebut, jenis

masalah/sengketa yang akan terjadi ada 2 (dua), yaitu:

1. Sengketa data fisik, yaitu sengketa yang menyakut keterangan

mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang sudah didaftar,

termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian

bangunan diatasnya. Jenis sengketa yang dimasuk dalam kategori

ini adalah :

a) Sengketa batas, yaitu menyangkut terjadinya kesalahan

pengukuran batas-batas bidang tanah yang disebabkan oleh

tidak adanya kesepakatan antara pemilik tanah yang

bersangkutan dengan pemilik tanah yang berbatasan.

b) Sengketa Ganti Kerugian, yaitu menyangkut kesepakatan

besarnya nilai ganti rugi serta tata cara pembayarannya.

29

Page 30: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2. Sengketa data yuridis, yaitu sengketa yang menyakut keterangan

mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun

yang didaftar. Sengketa yang dimasuk dalam kategori ini adalah:

a) Sengketa Waris, yaitu sengketa menyangkut siapa yang

berhak atas tanah warisan yang ditinggalkan oleh pewaris

berdasarkan peraturan yang berlaku.

b) Sengketa Pengaturan Penguasaan Tanah, yaitu sengketa

menyakut pemilik tanah yang tidak sesuai dengan

ketentuan, misalnya pemilikan tanah absente dan pemilikan

tanah yang melebihi batas maksimum.

c) Sengketa Sertifikat Ganda, yaitu terjadi akibat adanya

pemalsuan alas hak untuk mendapatkan sertifikat atas tanah

oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

2.1.3 Penyelesaian Sengketa Tanah

Penyelesaian sengketa tanah, senantiasa diupayakan agar

tetap mengikuti tata cara dan prosedur yang telah diatur dalam

berbagai peraturan perundang-undangan. Pentingnya mengindahkan

ketentuan perundang-undangan dimaksud, karena untuk menghindari

tindakan melanggar hukum.

Tindakan melanggar hukum dapat dihindari dengan mematuhi

asas-asas umum pemerintahan yang baik Karena itu asas yang telah

30

Page 31: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dijabarkan dalam beberapa undang-undang tersebut tidak saja

memiliki daya mengikat secara moral dan doktrinal, tapi juga

mempunyai daya mengikat secara yuridis.

Crince Le Roy dan Kuntjoro Purbopranoto asas pemerintahan

yang baik yaitu : asas kepastian hukum, asas keseimbangan, asas

kesamaan dalam mengambil keputusan, asas bertindak cermat, asas

motivasi dalam setiap keputusan, asas larangan mencampuradukkan

kewenangan, asas permainan yang layak, asas keadilan atau

kewajaran, asas menanggapi penghargaan yang wajar, asas

meniadakan akibat keputusan yang batal, asas perlindungan atas

pandangan hidup pribadi, asas kebijaksanaan dan asas

penyelenggaraan kepentingan umum.

Sedangkan S. F. Marbun mengemukakan rincian Asas-asas

Umum Pemerintahan Indonesia yang Adil dan Patut ada yaitu asas

persamaan, asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, asas

menghormati dan memberikan haknya setiap orang, asas ganti rugi

karena kesalahan, asas kecermatan, asas kepastian hukum, asas

kejujuran dan keterbukaan, asas larangan penyalahgunaan

wewenang, asas larangan sewenang-wenang, asas kepercayaan dan

pengharapan, asas motivasi, asas kepantasan atau kewajaran, asas

31

Page 32: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pertanggungjawaban, asas kepekaan, asas penyelenggaraan

kepentingan umum, asas kebijaksanaan dan asas i’tikad baik.

Secara resmi Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik di

Indonesia menurut penjelasan Pasal 53 UU Nomor 9 Tahun 2004

mengacu pada UU Nomor 28 Tahun 1999, yaitu terdiri dari asas

kepastian hukum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

profesionalitas, asas akuntabilitas, asas tertib penyelenggaraan

negara dan asas kepentingan umum.

Penyelesaian sengketa tanah dapat dilakukan dengan berbagai

cara, sesuai yang dikemukakan oleh Sarjita (2005:9) bahwa:

“penyelesaian sengketa tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyelesaian melalui jalur pengadilan/Ligitasi dan jalur non pengadilan (Perudingan/musyawarah atau negotiation, Konsiliasi/conciliation, Mediasi/mediation, Arbitrase/arbitran). Apabila usaha musyawarahnya tidak menemukan kesepakatan maka yang bersangkutan/pihak yang bersengketa dapat mangajukan masalahnya ke Pengadilan (Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tata Usaha Negara)”.

Kebijakan Pemerintah dalam mengenai masalah/sengketa

dibidang pertanahan antara lain berdasarkan pada Ketentuan Majelis

Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001

tentang Pembaruan Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,

dimana pasal 5 ayat (1) huruf d disebut dibawah:

32

Page 33: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Arah kebijakan pembaruan agrarian adalah menyelesaikan konflik-konflik dimasa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai mana dimaksud pasal 4 ketetapan ini”.

Pada hakekatnya setiap ada persengketaan mengenai tanah,

penyampaian disesuaikan menurut corak dan karakter sengketa itu

sendiri. Pandangan budaya asli Bangsa Indonesia yang

mengedepankan kedamaian, kerukunan, gotong royong, tolong

menolong dan tenggang rasa, merupakan konsep dasar dalam

menghadapi suatu perselisihan atau sengketa, dimana

penyelesaiannya tidak langsung ke pengadilan (litigasi). Namun

biasanya diupayakan melalui cara-cara kekeluargaan diluar

pengadilan (non litigasi).

a. Melalui Peradilan (Litigasi)

Penyelesaian sengketa/konflik melalui Peradilan (ligitas)

diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

kekuasaan kehakiman adalah kekuasan Negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakan Hukum dan

keadilan, demi terselenggara Negara hukum Republik Indonesia.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang diatas, kekuasaan

kehakiman yang dimaksud dilaksanakan oleh badan-badan

peradilan, diantaranya; yakni Peradilan Umum (Menurut Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum yang

33

Page 34: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

berwewenang memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara-

perkara perdata, termasuk didalamnya penyelesaian segala

persengketaan tanah sebagai bagian dari masalah-masalah hukum

perdata umumnya, selanjutnya Pengadilan Tata Usaha Negara

(Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara) yang berwenang menyelesaikan sengketa

Tata Usaha Negara, kemudian Peradilan Agama (Menurut

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama)

yang berwenang menyelesaikan sengketa tanah, diantaranya

karena akibat Hukum (pewarisan).

b. Menurut Non Peradilan(Non Ligitasi)

Penyelesaian sengketa atau konflik di luar Pengadilan (Non

Peradilan/Non Ligitasi), lebih dikenal dengan istilah Alternatif

Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternatif Dispute Resolution

yang disingkat ADR (Joni Emirzon, 2003:37).

Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbirase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS),

mengartikan APS sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau

beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para

pihak untuk dilaksanakan dengan itikat baik. Kesepakatan tersebut

wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib

34

Page 35: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak

pendaftaran.

Adapun bentuk-bentuk alternatif penyelesaian konflik/

sengketa dapat dikemukakan pendapatnya Ralf Dahrendorl dalam

Sarjita (2005:28-42), yaitu:

Pertama, bentuk konsiliasi (conciliation). Dalam bentuk ini

konflik/sengketa diselesaikan melalui parlemen atau kursi

parlemen, kedua belah pihak berdiskusi dan berdebat secara

terbuka atau bebas untuk mencapai kesepakatan.

Kedua, bentuk mediasi (mediation) yaitu kedua belah pihak

sepakat mencari nasehat dari pihak ketiga. Penyelesaian

konflik/sengketa melalui bentuk ini, atas kesepakatan kedua belah

pihak yang bersengketa, masalahnya akan diselesaikan melalui

bantuan seseorang atau penasehat ahli maupun melalui seorang

mediator. Pihak ketiga yang memberikan bantuan ini harus bersifat

netral dan tidak memihak (independent). Mediator berkewajiban

melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan kehendak dan

kemauan para pihak.

Ketiga, bentuk arbitran artinya kedua pihak bersepakat

untuk mendapatkan keputusan yang bersifat legal sebagai jalan

keluar (penyelesaian) bagi konflik/sengketa. Menurut pasal 1 butir

1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitran dan

35

Page 36: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase (arbitran) adalah cara

penyelesaian suatu perkara perdata diluar pengadilan umum yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis

oleh para pihak yang bersengketa (Joni Emirzon, 2009:97).

Keempat, bentuk musyawarah (negosiasi) adalah sebagai

suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui

proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepatan bersama

atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif. Kemudian

Joni Emirzon (2000:44) mengistilahkan negosasi menurut hukum

adat, yakni berunding atau bermusyawarah.

2.1.4 Tindakan Pemerintah

Menurut van Vollenhoven, tindakan pemerintah adalah

pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara spontan dan

tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan. Sedangkan Lemaire

menyebutkan tindakan Pemerintah merupakan tindakan menyelenggar

akan kesejahteraan umum oleh pemerintah. Tujuan dari tindakan

pemerintah tersebut adalah untuk memperhatikan kepentingan seluruh

rakyatnya. Pemerintah merupakan subjek hukum, sebagai subjek

hukum pemerintah juga mempunyai tindakan, baik tindakan nyata

maupun tindakan hukum, tindakan ini tidak terlepas dari tugasnya

dalam rangka menyelenggarakan kepentingan umum.

36

Page 37: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Tindakan nyata adalah tindakan yang tidak ada relevansinya

dengan hukum dan oleh sebab itu tidak menimbulkan akibat hukum,

sedangkan tindakan hukum adalah tindakan yang berdasarkan

sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum. Atau juga bisa dikatakan,

bahwa tindakan hukum merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk

menciptakan hak dan kewajiban. Dengan kata lain, akibat-akibat

hukum itu dapat berupa hal-hal berikut, yaitu pertama, menimbulkan

perubahan hak, kewajiban dan kewenangan yang ada; kedua,

menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang atau

objek hukum yang ada; dan ketiga, terdapat hak-hak, kewajiban,

kewenangan ataupun status tertentu yang ditetapkan.

Pada intinya, tindakan Pemerintah adalah perbuatan nyata

Pemerintah dalam melakukan tugasnya untuk melaksanakan

kesejahteraan umum, dan dilakukan secara sepihak, baik berdasarkan

peraturan yang ada maupun hanya peraturan kebijakan saja.

Seharusnya tindakan pemerintah tersebut tidak boleh mengandung

cacat seperti kekhilafan, penipuan, paksaan dan lain-lain yang

menyebabkan akibat hukum yang tidak sah maupun merenggut hak-

hak rakyatnya. Di samping itu, tindakan hukum tersebut tidak boleh

juga bertentangan dengan hukum yang berlaku, agar tindakan hukum

tersebut tidak batal atau dibatalkan.

37

Page 38: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2.1.5 Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan

Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang

Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan menyebutkan tentang

bagian kewenangan pemerintah dibidang pertanahan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Kewenangan tersebut

antara lain: pemberian izin lokasi; penyelengaraan pengadaan tanah

untuk kepentingan pembangunan; penyelesaian sengketa tanah

garapan; penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah

untuk pembagunan; penetapan subjek dan objek redistribusi tanah,

serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;

penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; pemanfaatan dan

penyelesaian tanah kosong; pemberian izin membuka tanah;

perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota.

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden tersebut,

ditetapkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2

Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan

Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 tersebut diatur secara rinci

tentang kewenangan bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota.

38

Page 39: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Dari muatan-muatan undang-undang ataupun peraturan

pemerintah dan keputusan presiden yang terdapat delegasi

kewenangan, dalam pelaksanaannya dapat dituangkan dalam

peraturan daerah (perda) yang disesuaikan dengan daerah masing-

masing. Khusus untuk masalah-masalah teknis yang dapat berubah

dari waktu ke waktu, pelaksanaan Perda dapat dituangkan dalam

keputusan kepala daerah setempat.

Sementara itu, kewenangan pemerintah daerah dibidang

partanahan dikhususkan pada pelaksanan hukum dan kebijakan

tersebut dan hal-hal yang benar-benar paling diketahui oleh

pemerintah daerah dan sudah diatur oleh peraturan perundang-

undangan yang ada, yang meliputi sebagai berikut.

a. Pengaturan, penguasan tanah, dan tata ruang

1) Izin lokasi, pengaturan persedian, peruntukan

2) Penyelesaian tanah garapan

3) Wilde occupatie penguasaan pendudukan tanah oleh yang tidak

berhak

4) Penyelasaian ganti rugi dalam pengadaan tanah

5) Penyelesaian dan penetapan Hak Ulayat masyarakat hukum

adat

6) Penyelesaian tanah terlantar

39

Page 40: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

7) Pemanfaatan lahan tidur

8) Pengaturan reklamasi

9) Penetapan objek subjek redistribusi Landreform tanah

kelebihan absente

10) Penetapan harga dasar tanah

11) Penetapan penyelenggaraan perjanjian bagi hasil (tanah

pertanian)

b. Hal-hal lain berkaitan dengan tanah

1) Penetapan nilai objek pajak bumi dan bangunan

2) Izin mendirikan bangunan

3) Izin usaha

4) Undang-undang gangguan yang berkaitan dengan penanaman

modal

5) Penetapan koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai

bangunan

6) Lingkungan siap bangun dan kawasan siap bangun (Undang-

Undangan Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman jo Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999)

c. Hal-hal yang berkaitan dengan keuangan

1) Mendapat bagian dari uang pemasukan dari pemberian hak

atas tanah sebesar 80% dari total pemasukan

40

Page 41: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2) Mendapat bagian dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) serta Pajak Penghasilan (PPh) sebesar

80% untuk daerah dimana BPHTB dan PPh diperoleh,

sedangkan sebesar 20 persen didistribusikan/dibagian kepada

daerah-daerah lain sebagai subsidi silang secara merata.

a. Kewenangan Pemerintah Pusat di Bidang Pertanahan

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa urusan

pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang

dibagi bersama antartingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

Adapun urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter,

dan fiskal nasional,serta agama.

Berikut ini sejumlah kewenangan bidang pertanahan oleh

Pemerintah Pusat yang termuat dalam Lampiran Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

41

Page 42: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Dalam penataan ruang, wewenang pemerintah pusat dalam

penyelenggaraan penataan ruangan meliputi:

1. Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanan

penataan ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota),

serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan stategis

nasional, provinsi dan kabupaten/kota;

2. Pelaksanan penataan wilayah nasional;

3. Pelaksanan penataan ruang kawasan stategis nasional;

4. Kerja sama penataan ruang antar Negara dan pemfasilitasan kerja

sama penatan ruang antar provinsi.

Wewenang pemerintah pusat dalam pelaksanaan penataan

ruang nasional meliputi:

1. Perencanan tata ruang wilayah nasional;

2. Pemanfaat ruang wilayah nasional;

3. Pengendalian Pemanfaat ruang wilayah nasional.

Wewenang pemerintah pusat dalam pelaksanaan penataan

ruang kawasan strategis nasional meliputi:

1. Penetapan kawasan strategis nasional;

2. Perencanan tata ruang kawasan strategis nasional;

3. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional;

4. Pengendalian Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

42

Page 43: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

b. Kewenangan Pemerintah Provinsi di Bidang Pertanahan

Gubernur di samping sebagai kepala daerah provinsi berfungsi

pula selaku wakil pemerintahan di daerah dalam pengertian untuk

menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan

tugas dan fungsi pemerintah termasuk dalam pembinaan dan

pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada

strata pemerintahan kabupaten dan kota.

Kewenangan gubernur tersebut bertujuan untuk pemberdayaan

masyarakat lokal, bukan sebaliknya untuk melakukan sentralisasi

kekuasaan pemerintah provinsi. Maka terbuka keseimbangan antara

kepentingan yang bersifat nasional kepentingan regional dan

kepentingan yang bersifat lokal.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah mempertegas kewenangan gubernur agar fungsi sebagai

kepala otonom dan wakil pemerintah pusat dapat berjalan secara

efektif. Jika pemerintah pusat memiliki kewenangan standar, norma,

dan pedoman nasional, provinsi memiliki kewenangan yang bersifat

lintas kabupaten/kota dan koordinasi penyelenggaraan kewenangan

di wilayah provinsi itu. Sementara itu, kabupaten/kota memiliki

kewenangan mengatur dan mengurus dalam bidang kewenangan

yang dimiliki berdasarkan standard dan norma dari pusat dan

provinsi.

43

Page 44: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Berdasarkan Pasal 6 Pengaturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, pemerintahan daerah provinsi

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan

kriteria pembagian urusan pemerintahan urusan wajib dan urusan

pilihan.

Berikut ini sejumlah kewenangan bidang pertanahan oleh

Pemerintah Provinsi yang termuat dalam Lampiran Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam penataan ruang, wewenang pemerintah daerah provinsi

dalam penyelenggaraan penataan ruangan meliputi:

1. Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanan

penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta

terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan stategis provinsi

dan kabupaten/kota;

2. Pelaksanan penataan wilayah provinsi;

3. Pelaksanan penataan ruang kawasan stategis provinsi;

4. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja

sama penatan ruang antarkabupaten/kota.

44

Page 45: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam pelaksanaan

penataan ruang wilayah provinsi meliputi:

1. Perencanan tata ruang wilayah provinsi;

2. Pemanfaat ruang wilayah provinsi;

3. Pengendalian Pemanfaat ruang wilayah provinsi.

Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi, pemerintah

daerah provinsi melaksanakan:

1. Penetapan kawasan strategis provinsi;

2. Perencanan tata ruang kawasan strategis provinsi;

3. Pemanfaat ruang kawasan strategis provinsi;

4. Pengendalian Pemanfaat ruang kawasan strategis provinsi.

c. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Bidang Pertanahan

Pembagian kewenangan pemerintahan antara pemerintah,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota merupakan

persoalan krusial dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pembagian

urusan tersebut yang belum tuntas dalam beberapa tahun terakhir

sejak bergulirnya era otonomi daerah memisahkan wilayah abu-abu

yang kerap memicu ketidakharmonisan hubungan antara Pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Permasalahan ini telah coba diatasi dengan ditertibkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

45

Page 46: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Namun, tetap tidak berjalan dengan efektif khususnya mengenai

kewenangan bidang pertanahan yang merupakan salah satu bidang

yang paling strategis. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah pada

tanggal 9 Juli 2007 menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintah yang

menjadi kewenangan daerah tersebut, pemerintah daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan.

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian

urusan pemerintahan antara pemerintah dengan pemerintahan

daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang

sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah dan urusan

pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan dan

susunan pemerintahan dan konkuren. Urusan pemerintahan yang

46

Page 47: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dapat dikelola secara bersama antartingkatan dan susunan

pemerintahan dan konkuren adalah urusan-urusan pemerintahan

selain urusan pemerintahan yang menjadi sepenuhnya urusan

pemerintah.

Pembagian urusan pemerintahan didasarkan pada pemikiran

bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang

sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemerintah. Urusan

pemerintah tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup

bangsa dan Negara secara keseluruhan. Urusan pemerintahan

dimaksud meliputi: politik luar negeri dalam arti mengangkat pejabat

diplomatik dan merujuk warga Negara untuk duduk dalam lembaga

internasional, menetapkan kebijakan luar negari, melakukan perjanjian

dengan Negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri,

dan sebaliknya; pertahanan misalnya mendirikan dan membentuk

angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan

Negara atau sebagian wilayah Negara dalam keadaan bahaya,

membangun dan mengembangkan sistem pertahanan Negara dan

persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela Negara

bagi setiap warga Negara dan sebagainya; keamanan misalnya

mendirikan dan membentuk kepolisian Negara, menetapkan kebijakan

keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum

Negara, menindak setiap kelompok atau organisasi, yang kegiatannya

47

Page 48: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

menggangu keamanan Negara dan sebagainya; moneter misalnya

mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan

kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebaliknya;

yustisi misalnya mendirikan lembaga pengadilan, mengangkat hakim

dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan

kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti,

abolisi, membentuk undang-undang, peraturan pemerintah, dan

peraturan lain yang berskala nasional dan lain sebagainya; dan

agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku

secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu

agama, menetapkan suatu kebijakan dalam penyelenggaraan

kehidupan keagamaan dan sebaliknya; dan bagian tertentu urusan

pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada

daerah.

Disamping itu, terdapat bagian, urusan pemerintah yang

bersifat concurrent, artinya urusan pemerintah yang penanganannya

dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara

pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap urusan

yang bersifat concurrent senantiasa ada urusan yang menjadi

kewenangan pemerintah; ada bagian urusan yang diserahkan kepada

provinsi; dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada

kabupaten/kota. Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang

48

Page 49: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

concurrent secara proposional antara pemerintah, daerah provinsi,

daerah kabupaten dan kota, disusunlah kriteria yang meliputi:

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan

keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat

pemerintah. Urusan yang menjadi kewenangan daerah meliputi urusan

wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintah wajib adalah suatu

urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal,

prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang

bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan khasan

daerah.

Dalam hal penyelenggaran penataan ruang, wewenang

pemerintah kabupaten/kota meliputi:

1. Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanan

penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan terhadap pelaksanaan

penataan ruang kawasan stategis kabupaten/kota;

2. Pelaksanan penataan wilayah kabupaten/kota;

3. Pelaksanan penataan ruang kawasan stategis kabupaten/kota;

4. Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.

Wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan

penataan ruang nasional meliputi:

49

Page 50: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

1. Perencanan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

2. Pemanfaat ruang wilayah kabupaten/kota;

3. Pengendalian Pemanfaat ruang wilayah kabupaten/kota.

Wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan

penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota meliputi:

1. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

2. Perencanan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

3. Pemanfaat ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

4. Pengendalian Pemanfaat ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Dalam rangka menyerakan kewenangan pertanahan pada

pemerintah kabupaten/kota, perlu kiranya dipahami makna politik

pertanahan lokal dan administrasi pertanahan yang dikendalikan oleh

pemerintah kabupaten/kota. Secara garis besar, politik pertanahan

lokal berkaitan dengan kebijakan pemerintahan lokal dalam rangka

penataan tata guna tanah bagi kehidupan sosial maupun ekonomi

guna untuk memenuhi interaksi antarindividu di daerah. Pengaturan ini

meliputi pembentukan zona ekonomi, alokasi tanah untuk kepentingan

sosial, penetapan instrumen kebijakan pertanahan, pengawasan

terhadap harga pasar tanah dan pencadangan terhadap tanah.

Kewenangan pemerintah kabupaten/kota terhadap tata guna tanah

tersebut dalam rangka perencanaan ke depan agar secara sosial

maupun ekonomis dapat bertahan dalam menghadapi ancaman-

50

Page 51: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

ancaman ke depan. Politik pertanahan ini tentu sepenuhnya harus

dikendalikan oleh pemerintah kabupaten/kota agar problema alokasi

sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi dapat diwujudkan

untuk kemaslahatan rakyat setempat. Pengaturan ini harus

diintergasikan dengan sistem lainnya pada pemerintah kabupaten/kota

seperti sistem sosial, sistem perekonomian, sistem pendidikan, dan

lainnya. Kewenangan semacam ini memang pada tempatnya

diserahkan pada pemerintah kabupaten/kota mengingat kebijakan

pemerintah pusat tidak mampu menjangkau setiap detail

permasalahan tersebut.

Kenyataan ini menyebabkan bahwa politik pertanahan tidak

boleh terlepas dari kerangka penyelenggaraan pemerintahan secara

nasional sebagai perwujudan dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Perbedaan secara teknis mengingat perbedaan

karakteristik pada masing-masing daerah memang dimungkinkan,

namun tetap mempertahankan semangat hukum nasional. Disamping

itu, tetap dibutuhkan suatu badan yang melakukan supervisi terhadap

administrasi pertanahan yang dijalankan oleh pemerintah daerah agar

sesuai dengan kerangka kebijakan nasional. Hal ini diperlukan agar

terciptanya tata tertib hukum pertanahan, tertib administrasi, tertib

penggunaan, tertib pemeliharaan, dan pertimbangan wawasan

lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan semestinya.

51

Page 52: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2.2 Kerangka Konseptual

Tanah merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang sangat penting

didalam kehidupan masyarakat di Indonesia, terlebih lagi bagi

masyarakat yang mengantungkan hidup pada hasil pertanian. Tanah

berfungsi sebagai tempat di mana warga masyarakat bertempat tinggal

dan tanah juga memberikan penghidupan baginya.

Berdasarkan pengertian dan fungsi tanah diatas, aktivitas yang

dilaksanakan diatas tanah sebagai sarana untuk meningkatkan

kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya.

Sengketa tanah merupakan masalah hukum pemegang hak atas

tanah mengadukan suatu pihak (orang atau badan) yang

berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap

status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat

memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Muncul sengketa tanah merupakan konsekunsi dari laju

pembangunan demi mewujudkan program pemerintah dan meniadakan

hak orang lain atas tanah tersebut, sehingga menimbulkan benturan

kepentingan bagi kedua belah pihak yang kemudian memicu munculnya

sengketa tanah. Jenis sengketa tanah yang seringkali terjadi dalam

kehidupan masyarakat antara lain mengenai sengketa waris, sengketa

52

Page 53: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

hak, sengketa batas, sengketa peralihan hak, sengketa pembebasan

tanah, sengketa sertifikat ganda.

Penyebab terjadi sengketa tanah sangat beragam, secara garis

besarnya antara lain: kurang tertibnya administrasi dan manajemen

pertanahan (Badan Pertanahan Kabupaten dan instansi koordinasi yang

terkait); kurang maksimalnya penerapan peraturan di bidang pertanahan.

Proses penyelesaian sengketa tanah antara pemerintah kota dan

masyarakat dilakukan melalui peradilan/ligitasi disebabkan pemilikan

bukti-bukti sebagai pemegang hak atas tanah yaitu peta tanah milik oleh

pewaris tanah dan pemerintah miliki sertifikat hak pengelolaan hingga

perlu diselesaikan melalui jalur hukum untuk membukti bahwa siapakah

yang berhak atas tanah demi mewujudkan keadilan bagi kedua belah

pihak.

Dalam penyelesaian kasus tersebut didasarkan pada asas-asas

pemerintahan yang baik seperti: asas kepastian hukum, asas

kepentingan umum, asas keterbukaan dan asas akuntabilitas.

53

Page 54: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Skema Kerangka Konseptual

Landasan hukum :

Pancasila Pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Tap MPR No.IX/MPR/2001 tentang pembaruan agrarian dan

pengelolaan sumber daya alam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agrarian,

Peraturan Perundang-Undang lain dan Peraturan Perundang-Undangan Pelaksananya.

Keterangan:

Diteliti:

Tidak ditelit:

54

Sengketa Tanah & Jenisnya

Penyelesaian Sengketa Tanah

Peradilan Umum

Faktor Penyebab Sengketa

Litigasi Non Litigasi

PTUN Negosiasi Konsiliasi Mediasi Arbitrase

tanah

Pemutusan kepastian hak milik atas tanah yang berpedoman pada peraturan yang berlaku sesuai dengan hukum keagraria

Page 55: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

3.1KOTA KOTAMOBAGU

3.1.1 Letak Wilayah

Lokasi penelitian difokuskan pada Kelurahan Gogagoman

Kecamatan Kotamobagu Barat Kota-Kotamobagu, dengan demikian,

terlebih dahulu digambarkan wilayah Kota Kotamobagu. Berdasarkan

data sekunder yang diperoleh pada Kantor Kecamatan Kotamobagu

Barat, diketahui bahwa Kota Kotamobagu merupakan Kotamadya.

Kota Kotamobagu secara geografis terletak antara 0°30’-1°0’ lintang

utara dan 123°-124° Bujur Timur.

Luas wilayah Kota kotamobagu adalah 184,33 kilometer persegi

berbatasan sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow

(Kecamatan Modayag dan Kecamatan Lolayan);

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Modayag Kabupaten

Bolaang Mongondow Timur;

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lolayan

Kabupaten Bolaang Mongondow;

55

Page 56: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Passi Barat

Kabupaten Bolaang Mongondow

Kota Kotamobagu merupakan sebuah daerah hasil pemekaran 

dari Kabupaten Bolaang Mongondow yang bertujuan untuk memajuka

n daerah, membangun kesejahteraan rakyat, memudahkan pelayanan,

dan memobilisasi pembangunan bagi terciptanya kesejahteraan serta

kemakmuran rakyat Totabuan. melalui Undang – Undang Pemekaran

Nomor 4 Tahun 2007 dan di resmikan pada Tanggal 23 Mei Tahun

2007 resmi berdiri sebagai daerah otonom. Desa Bolaang terletak di

tepi pantai utara yang pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi

tempat kedudukan istana Raja, sedangkan desa Mongondow terletak

sekitar 2 km selatan Kotamobagu. Nama Bolaang berasal dari kata

"bolango" atau "balangon" yang berarti laut. Bolaang atau golaang

dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap,

sedangkan Mongondow dari kata ‘momondow’ yang berarti berseru

tanda kemenangan.

3.1.2 Keadaan Penduduk

Secara administrasi pemerintahan, Kota-Kotamobagu terbagi

menjadi 4 Kecamatan dan 33 Desa/Kelurahan. Adapun demografi

(keadaan penduduk) Kota-Kotamobagu.

56

Page 57: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Komposisi penduduk Kota Kotamobagu didominasi oleh

penduduk usia produktif 15-65 tahun. Dari komposisi jumlah penduduk

per kelompok umur juga dapat diketahui angka dependency ratio

penduduk Kota kotamobagu sebesar 47,71 yang berarti pada setiap

100 orang penduduk usia produkif menanggung beban secara

ekonomi sekitar 47 orang penduduk usia 0-14 tahun dan diatas 65

tahun.

Tahun 2010 angka kepadatan penduduk Kota kotamobagu

sebesar 582,97 jiwa per km2 yang berarti tiap km2 wilayah Kota

Kotamobagu secara rata-rata dihuni oleh kurang lebih 582 jiwa

penduduk. Angka sex ratio sebesar 104,15 menyatakan bahwa

terdapat 104 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk wanita,

yang juga menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki masih

lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk wanita.

57

Page 58: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Sumber data : BPS Kota Kotamobagu

3.1.3 Pendidikan Penduduk

Salah satu penentu nilai kualitas pendidikan adalah ketersediaan

sarana prasarana pendidikan yang ada. Di Kota Kotamobagu tersedia

73 gedung sekolah SD/sederajat, 15 gedung sekolah SLTP/sederajat

dan 17 gedung sekolah SMU/sederajat. Masing-masing dihuni oleh

13.622 murid SD/sederajat, 5.923 murid SLTP/sederajat dan 8.152

murid SLTA/sederajat. Pada jenjang pendidikan TK sampai dengan

SLTP beban seorang tenaga guru secara merata mendidik sekitar 16

58

Page 59: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

murid, namun pada jenjang SMU beban seorang tenaga guru lebih se

dikit yaitu mengajar 14 murid.

Kemampuan baca tulis antara laki-laki dan perempuan di Kota

Kotamobagu tinggi, ditunjukkan dengan angka melek huruf masing-

masing sebesar 99,47 dan 99,26. Hal ini juga menjadi salah satu

variabel penyumbang tingginya angka IPM Kota Kotamobagu.

Dibandingkan dengan tahun 2008, rata-rata lama sekolah

penduduk Kota Kotamobagu di tahun 2009 meningkat dari 8,85

menjadi 9 tahun atau rata-rata dari mereka baru memutuskan untuk

berhenti sekolah ketika lulus SLTP.

Indikator Pendidikan Kota Kotamobagu

 

59

Page 60: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid di Kota Kotamobagu, 2010/2011

60

Page 61: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian berupa bentuk sengketa

tanah, penyebab, dan penyelesaian sengketa tanah melalui pengadilan yang

diperoleh dari lapangan dengan melakuan wawancara kepada subjek

penelitian dan melakukan observasi memperoleh keterangan yang akurat

terkait dengan obyek sengketa.

4.1 PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH

4.1.1 Bentuk Sengketa Tanah

Bentuk sengketa tanah yaitu sengketa faktual yang membahas

mengenai pengukuran batas bidang tanah dan surat tanah yang

Menunjukan bukti kepemilikan tanah tersebut selain itu terdapat

sengketa yuridis yang membahas menganai riwayat tanah tersebut

dan sertifikat atas tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan

setempat.

1. Sengketa faktual

Secara umum pengukuran batas bidang tanah adalah

salah satu syarat administrasi yang harus dipenuhi dalam

melakukan suatu pendaftaran tanah atau pun ketika adanya

61

Page 62: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

perubahan data akibat terjadinya bencana alam, tanah tersebut

dijual kepada orang lain, diwakafkan, peralihan hak waris tanah

dari seseorang kepada keturunannya. hal ini kutip dari

pernyataan kepala seksi konflik dan perkara yang menyatakan

bahwa:

“Proses pengukuran tanah tentunya harus dilakukan untuk menghindarkan dari permasalahan batas pemilikan tanah dengan para pemilih tanah yang lainnya dan sebagai salah satu tahap pendaftaran tanah.”

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan

kepala seksi konflik dan perkara pengukuran batas bidang

tanah sangat penting dalam memenuhi syarat administrisi

dalam pendaftaran tanah.

2. Sengketa yuridis

Sengketa yuridis membahas tentang riwayat tanah, dan

sertifikat tanah, yaitu :

a. Riwayat tanah merupakan penggambaran asal usul tanah

yang menjadi hak dari seseorang atau suatu badan.

Menurut Drs. Dolfie Paath Manoppo bahwa:

“Riwayat tanah pasar serasi sebelumnya adalah tanah pasini yang merupakan tanah warisan dikelola oleh Balangket Mongodompit untuk lahan pertanian (sawah) dengan luas 18.155 M2, dan kemudian pada tahun 1977 diambil alih secara paksa oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan alasan untuk memenuhi program pemerintah demi kemakmuran dan kesejahteraan

62

Page 63: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

masyarakat dan kemudian di atas tanah tersebut dibangun pasar dan sarana lainnya oleh Pemerintah Kabupaten dan saat ini telah berubah menjadi Pasar Tradisional Serasi.”

Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan dari

Kantor Pertanahan Kota Kotamobagu yang menyatakan

bahwa:

“Tanah yang dijadikan pasar serasi adalah tanah negara yang menjadi aset daerah Kabupaten Bolaang Mongondow, karena menurut sejarah Bolaang Mongondow adalah bekas kerajaan sehingga tanah-tanah yang ada diwilayah Bolaang Mongondow termasuk tanah swapraja.”

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis

terdapat perbedaan pendapat mengenai riwayat tanah yang

sama-sama dinyakini kebenarannya.

b. Sertifikat tanah merupakan buku tanah dan surat

ukurnya yang setelah dijilid satu bersama-sama

dengan suatu kertas sampul yang bentuknya

ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sertifikat

Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman

Tahun 1993 untuk pembuktian sertifikat tanah maka

penulis melakukan wawancara ke Kantor Pertanahan

dengan menemui Tris Yopit SH selaku kepala seksi

konflik dan perkara menyatakan bahwa:

“Pemerintah Kota Kotamobagu memiliki Sertifikat Hak Pengelolaan atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang kemudian setelah terjadi

63

Page 64: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pemekaran wilayah pemerintahan daerah kota maka aset pemilikan daerah diserahkan ke Pemerintah Kota Kotamobagu.”

Beliau juga menyataan bahwa:

“Akan tetapi data dalam sertifikat tersebut masih atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dan belum ada data baru mengenai sertifikat tersebut karena wilayah Kota Kotamobagu baru melaksanakan pemerintahan selama 2 tahun."

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis

dengan Tris Yopit SH selaku kepala seksi konflik dan

perdata memberikan informasi data sertifikat tersebut

masih dalam bentuk data yang lama karena belum ada

perubahan walaupun telah dialihkan ke Pemerintah

Kota.

4.1.2 Penyebab Sengketa Tanah

Penyebab terjadinya sengketa tanah antara pemerintah dengan

ahli waris tanah akibat adanya Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor

1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993 Gambar Situasi

Tanggal 27 Maret Tahun 1992 Nomor 346/1992 dengan laus 9.730 M2

atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah

dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu

Tanggal 5 Agustus 2011, yang menurut pernyataan Drs. Dolfie Paat

Manoppo bahwa:

64

Page 65: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Berdasarkan penerbitan sertifikat tersebut Pemerintah Kota Kotamobagu dan telah bekerja sama dengan investor dari Lippo Group melakukan membongkar pasar serasi juga telah melakukan eksekusi akan tanah milik para ahli waris tersebut.”

Dari hasil wawancara dengan Drs. Dolfie Paath Manoppo

didapatkan informasi mengapa mereka mengadakan gugatan

terhadap pemerintah kota atas sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor

Pertanahan.

Selain itu terdapat bentrokan antara polisi pamong praja

dengan para pedagangan dalam kegiatan penggusuran para

pedagangan dari pasar dengan cara memagari pasar tersebut.

Pemagaran pasar dilakukan polisi pamong praja atas perintah dari

pemerintah kota kemudian mereka berhadapan dengan para

pedagangan yang tidak setuju untuk diadakan penggusuran tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagangan pasar

menyatakan bahwa tempat relokasi yang disediakan oleh pemerintah

kota tidak layak karena kios berukuran kecil, jumlah kios sediakan

hanya berjumlah 17 kios sedangkan jumlah pedagangan 450 orang

dan letak lokasi sangat jauh dari pusat kota dengan ongkos

transportasi yang sangat mahal.

65

Page 66: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

4.1.3 Penyelesaian Sengketa tanah

Penyelesaian kasus sengketa dilakukan melalui beberapa

tahapan yaitu Mediasi, Pengadilan Negeri Kotamobagu Dan

Pengadilan Tata Usaha Negara Manado.

1. Mediasi pada Kantor Pertanahan Kota Kotamobagu

Persoalan sengketa tanah coba diselesaikan melalui

mediasi sebagai tahapan dalam penyelesaian sengketa yang

terjadi diantara pemerintah kota dan ahli waris yang berakhir tanpa

ada kepuasan bagi kedua belah pihak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli waris dan bagian

hukum di Kantor Walikota Kota Kotamobagu yang menyatakan

bahwa:

“Mediasi yang dilakukan hanya dihadiri oleh ketua rukung tetangga, ketua rukung warga, lurah dan camat sedangkan pemerintah kota tidak pernah hadir dalam mediasi tersebut maka mediasi pun berakhir dengan ketidaksepakatan atas data yang diklarifikasikan informasi/data tersebut.”

Maka kasus tersebut dibawah ke Pengadilan Negeri Kotamo

bagu untuk keadilan bagi hak atas tanah tersebut.

Selain itu terdapat mediasi antara pemerintah kota dan para

pedagangan dalam membahas kegiatan pemagaran pasar

dilakukan oleh polisi pamong praja atas perintah dari pemerintah

kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pedagangan

66

Page 67: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pasar didapatkan informasi bahwa kegiatan mediasi yang

dilakukan beberapa kali tersebut tidak pernah dihadiri oleh pihak

pemerintah kota maka kasus tersebut untuk mendapat keadilan

dibawah ke Pengadilan Negeri Kotamobagu.

2. Proses Peradilan di Pengadilan Negeri Kotamobagu

Ketika suatu usaha musyawarah tidak menemukan

kesepakatan maka yang bersangkutan/pihak yang bersengketa

dapat mengajukan masalah ke Pengadilan. Hal ini sesuai dengan

hakekat budaya asli Bangsa Indonesia dalam konsep dasar yang

mengedepankan kedamaian.

Berdasarkan hasil akhir mediasi antara pemerintah kota

dengan ahli waris yang menyatakan bahwa mediasi yang dilakukan

tidak mendapatkan kesepakatan maka ahli waris melakukan

gugatan ke Pengadilan Negeri Kotamobagu dengan tuntutan

bahwa sesuai dengan peta tanah milik dan riwayat tanah tersebut

adalah tanah milik keluarga Balangket Mokodompit yang dahulu

diambil paksa oleh pemerintah daerah untuk pembangunan pasar

tradisional, kemudian sekarang pemerintah kota akan melakukan

pembongkar pasar tersebut dengan terlebih dahulu memangari

pasar tersebut untuk mendirikan suatu pasar moderen karena telah

terikat janji dengan pihak investor dari Lippo Group.

67

Page 68: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan dari bagian

hukum di Kantor Walikota yang menyatakan bahwa pemerintah

kota melakukan pemagaran pasar tersebut didasarkan pada

kepemilikan atas tanah Negara yang menjadi aset daerah dan

mengenai sengketa atas tanah tersebut terjadi karena ada yang

mengaku sebagai pemilik tanah dari pasar tersebut, dan masalah

ini pemerintah bahwa ke Pengadilan Tata Usaha Negara Manado

untuk membuktikan Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan

Gogagoman.

Dari hasil wawancara dengan kedua informan didapatkan

bahwa yang menjadi gugatan ahli waris terhadap pemerintah

adalah bukti Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan

Gogagoman, yang dimiliki oleh pemerintah dan untuk membuktikan

apakah sertifikat tersebut sah atau tidak maka masalah tersebut

dilanjutkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Manado.

Sedangkan permasalahan bentrokan antara polisi pamong

praja yang berhadapan dengan para pedagangan belum

terselesaikan maka para pedagangan melalui asosiasi pedagangan

pasar serasi mengajukan gugatan class action terdapat tindakan

pemerintah kota yang melakukan pemagaran yang menyebabkan

bentrokan antara polisi pamong praja dengan para pedagangan

dan pada persidangan terjadi didapatkan informasi bahwa pasar

68

Page 69: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

tersebut adalah tanah sengketa antara ahli waris tanah dengan

pemerintah kota yang belum diputuskan siapa pemilik hak sebenar

atas tanah pasar tersebut.

Berdasarkan bukti yang ditunjukan dalam persidangan

tersebut maka Pengadilan Negeri Kotamobagu menyatakan bahwa

tindakan pemerintah kota yang berkali-kali melakukan pemagaran

tanah yang masih berstatus sengketa adalah tindakan salah.

3. Proses Peradilan Sertifikat di Pengadilan Tata Usaha Negara

Pelaksanaan peradilan di Pengadilan Tata Usaha Negara

dilakukan ketika ada gugatan atas suatu keputusan tata usaha

Negara yang membuat kepentingan seseorang dirugikan maka

dapat melakukan gugatan atas keputusan tata usaha Negara

tersebut.

Adanya gugatan berupa Sertifikat Hak Pengelolan Nomor

1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993 Gambar Situasi

Tanggal 27 Maret 1992 Nomor 346/1992 dengan laus 9.730 M2

atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah

dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu

Tanggal 5 Agustus 2011 berdasarkan atas berita acara serah

terima Nomor 020/Setda KK/06/04/I/2009 tanggal 12 Januari 2009.

Manurut keterangan ahli waris setelah konfirmasikan ke Kantor

Pertanahan menyatakan bahwa:

69

Page 70: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Kantor Pertanahan tidak menagajukan keberatan terhadap

penunjukan lokasi disampaikan oleh ahli waris.”

Hal senada dinyatakan oleh Kepala Kantor Pertanhan bahwa:

“Lokasi tanah yang diterbitkan Sertifikat Hak Pengelolaan

Nomor 1 objek sengketa adalah masuk dalam lokasi tanah

yang ditunjuk ahli waris dalam pemeriksaan setempat

tersebut.”

Proses pemeriksaan perkara data yang ada di Kantor

Pertanahan Kabupaten Bolaang Mongondow, Sertifikat Hak

Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman saat ini dikuasai oleh

Pemerintah Kota Kotamobagu berdasaran berita acara serah

terima tanggal 12 Januari Nomor 020/SETDAKAB/09/04/I/2009.

Proses pengajuan bukti-bukti surat dari ahli waris tanah

1. Sertifikat Hak Pengelolan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman,

Gambar Situasi tanggal 27 Maret 1992 Nomor 346/1992

dengan luas 9.730 M2 atas nama Pemerintah Kabupaten

bolaang Mongondow yang telah dialihkan menjadi atas nama

Pemerintah Kota Kotamobagu tanggal 5 Agustus 2011.

70

Page 71: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2. Peta Tanah milik Balangket Mongondompit Nomor 268 Pensil

12/Nomor 1 dengan luas 18.155 M2 terletak di desa Gogagoman

Kecamatan Kotamobagu.

3. Surat pernyataan dari Drs.H. J.A. Damopolii tertanggal 17 Mei

2011 yang menyatakan bahwa:

“Tanah di pasar inpres yang sekarang menjadi pasar serasi, sesuai Peta Tanah Milik Nomor 268 Pensil 12/Nomor 1 Tahun 1964 atas nama Balangket Modompit adalah benar tanah bekas sawah dari kelurahan Balangket Mondompit.”

4. Surat Pernyataan dari Jemmy Ranteng yang merupakan anak dari

Frans Renteng tanggal oktober 2011, Hi. Jossi Mokodompit, SE

yang merupakan salah satu anak dari Mansur Mokodompit, dan

S.H Monoarfa yang merupakan anak dari S. Monoarfa menyatakan

bahwa:

“Tanah di pasar di pasar inpres sekarang menjadi pasar serasi, sesuai Peta Tanah Milik Nomor 268 Pensil 12/Nomor 1 Tahun 1964 atas nama Balangket Modompit adalah benar tanah bekas sawah dari kelurahan Balangket Mondompit.”

5. Surat keterangan Ketua Pengadilan Negeri Kotamobagu Nomor

W19.U3/266/HPDT/2011/PN.KTG tanggal 23 Desember 2011.

6. Surat keterangan silsila keluarga yang menunjukan kepemilikan

tanah.

71

Page 72: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Proses pengajuan bukti-bukti ini diperkuat dengan

mendengarkan kesaksian para saksi yang menerangkan hal sebagai

berikut:

1. Menurut Jemmy Rengteng bahwa:

“Setahu saksi tanah tersebut berasal dari tanah warisan nenek Mokonginta dan memang benar tanah saksi berbatasan dengan tanah Balangket Mokodompit yang setahu saksi ditanami padi, karena saksi tinggal berbatasan dengan tanah Balangket Mokodompit sejak tahun 1970.”

Selain itu terdapat pernyataan tambahan dari Jemmy

Rengteng bahwa:

“Pembangunan pasar dilakukan oleh Tangkudung mantan

Bupati Bolaang Mongondow dan saksi tidak tahu kalau pasar

dibangun sekaligus oleh Tangkudung.”

2. Menurut Lexi Santi bahwa:

“Riwayat tanah sebelumnya adalah persawahan padi milik dari Balangket Mokondompit dan saya pernah tinggal dengan Balangket Mokodompit sejak tahun 1965 sampai dengan tahun1967, dan saksi lupa kapan Balangket Mokodompit menguasai tanah tersebut.”

Selain itu terdapat pertanyaan mengenai jual beli atas tanah

tersebut, Lexi Santi menyatakan bahwa:

“Saksi tidak tahu jual beli atas tanah tersebut.”

3. Menurut Muhammad Yamin Mokompit yang merupakan anak dari

Mansur Mokodompit menyatakan bahwa:

72

Page 73: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Saksi mempunyai tanah yang terletak dibagian barat pasar

yang berasal dari orang taunya (Mansur Mokodompit).”

Selain itu terdapat pernyataan tambahan dari Muhammad

Yamin Mokodompit bahwa:

“Pasar dibangun pada 1977 oleh Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow dengan alasan katanya ada yang menjual tanah tersebut kepada Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow, tetapi saksi tidak tahu kapan tanah tersebut di jual kepada Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow.”

Dari observasi penulis dipengadilan terdapat proses

pengajuan bukti-bukti surat yang ditambahkan dengan kesaksian

para saksi, ternyata tanah tersebut adalah benar tanah milik

Balangket Mokodompit dikelola sebagai tanah persawahan yang

ditanami padi dan pembangunan pasar yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow tanpa didasari atas

penguasaan pemilikan tanah yang jelas selain itu terdapat isu

mengenai jual beli atas tanah tersebut yang tak didapatkan bukti-

bukti penjualannya.

Proses pengajuan bukti-bukti surat dari Kantor Pertanahan

Kabupaten bolaang Mongondow, adalah sebagai berikut:

1. Foto copy keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 90/BPN/92, tentang pemberian hak pengelolaan atas

nama Pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow yang

bermaterai.

73

Page 74: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

2. Foto copy buku tanah hak pengelolaan Nomor 1februari 1993

atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu.

3. Surat dari Mason Lumbanraja selaku kuasa dari Drs. Andi Ladu

Manoppo,MM tanggal 5 Agustus 2011 Nomor 143/ML/VIII/2011

perihal permohonan pembuatan surat keterangan pendaftaran

tanah atas kepemilikan tanah gisik pensil 12 Nomor 1 tahun

1964 atas nama Balangket Mokodompit dengan luas kurang

lebih 1,8 Ha.

4. Foto copy surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bolaang

Monondow Nomor 203/13-71.01/VII/2011 tanggal 9 Agustus

2011.

5. Foto copy surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bolaang

Mongondow Nomor 203/13-71.01/VII/2011 tanggal 9 Agustus

2011.

6. Berita acara pengukuran tanggal 4 agustus 2011 dalam rangka

pengukuran Pengembalian Batas Lokasi Pasar serasi.

Proses pengajuan bukti-bukti oleh Kantor Pertanahan serta

mendengarkan kesaksian dari seorang saksi yang bernama

Oltopinus Takasihaeng yang menerangkan bahwa:

“Saksi tahu obyek sengketa adalah Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman pada 1 Februari 1993, saksi mengukur obyek sengketa pada

74

Page 75: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

tanggal 4 Agustus 2011, 5 orang ditugaskan oleh Kepala Kantor untuk pengembalian batas tanah, dihadiri oleh pemerintah kota dan saksi kemudian saat itu dibuat berita acara pengukuran menunjukan batas tanah adalah pemerintah kota tetapi namanya saksi tidak tahu, pada saat pengukuran tidak ada yang keberatan dengan kesimpulan dari pengukuran dilapangan terjadi perbedaan luas,karena terpotong jalan seluas 152 M2, pada saat pengukuran yang berbatasan tidak dipanggil hanya objek sengketa berbatasan dengan pasar ikan, tujuan pengembalian batasan hanya untuk mencocokkan dengan keadaan sertifikat obyek sengketa, dalam pengembalian batas tersebut saksi mengenali orang-orang hadir pada saat itu sedangkan masyarakat yang berada dilokasi pasar tidak dilibatkan, saksi bekerja di Kantor Pertanahan Kotamobagu sejak tahun 1982 tidak tahu terbitnya objek sengketa, pada saat pengembalian batas, tidak ada pertanyaan-pertanyaan kepada pengukur, karena suasana waktu itu sedang memanas, pengukuran pengembalian batas sama dengan pengukuran proses penerbitan sertifikat.”

Berdasarkan bukti-bukti yang ditunjukan baik oleh ahli waris

atas tanah maupun Kantor Pertanahan dan mendengkarkan

keterangan para saksi serta pertimbangan hakim maka diputuskan

oleh hakim, menyatakan bahwa:

“Fakta-fakta hukum dalam persidangan tersebut maka Majelis Hakim berpendapat oleh karena dalam persidangan Sertifikat Pengelolaan Nomor 1 yang menjadi obyek sengketa terbukti dan menyakinkan diterbitkan diatas tanah yang diakui kepemilikan oleh ahli waris mempunyai kepentingan telah dirugikan oleh keputusan tata usaha Negara dan manggabulkan gugatan para ahli waris.”

Kemudian Majelis Hakim menetapkan putusan yang

menyatakan bahwa:

75

Page 76: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

“Membatalkan Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor

1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993, Gambar

Situasi tanggal 27 Maret 1992, Nomor: 346/1992, dengan

luas 9.730 M2 atas nama Pemerintah Kabupaten Daerah

Tingkat II Bolaang Mongondow yang telah dialihkan hak

menjadi atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu dan

mewajibkan kepada Kantor Pertanahan untuk mencabut

Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman,

tanggal 1 Februari 1993, Gambar Situasi tanggal 27 Maret

1992, Nomor: 346/1992, dengan luas 9.730 M2 atas nama

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bolaang

Mongondow yang telah dialihkan hak menjadi atas nama

Pemerintah Kota Kotamobagu serta menghukum untuk

membayar biaya perkara yang ditimbul dalam sengketa

sebesar Rp 2.667.000,-“

4.2 FAKTOR PENYEBAB SENGKETA TANAH

4.2.1 Kepastian Hak Milik

Dalam mencari kepastian hak milik atas tanah tersebut perlu

diadakan suatu penyelidikan dari data yang akan yang disampaikan

76

Page 77: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah tersebut.

Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menyelidiki riwayat

tanah tersebut terlebih dahulu dan mencocokan dengan kesaksian

para saksi atas alat bukti yang ditunjukan di persidangan serta

berdasarkan undang-undang yang berlaku juga melalui pertimbangan

hakim maka diputuskan suatu keputusan yang dapat memberikan

keadilan bagi dua belah pihak.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961

yang pada pokoknya menyebutkan dalam suatu daerah yang akan

melakukan pendaftaran tanah sebelumnya tanah tersebut diukur dan

diadakan pengukuran serta mengadakan penyelidikan riwayat bidang

tanah dan menetapkan batas-batasnya, selanjutnya setelah

pembuatan peta tanah harus diumumkan di Kantor Kepala Desa

selama 3 (tiga) bulan.

Dari keterangan Jemmy Reteng selaku saksi menyatakan bahwa:

“Sejak tahun 1970 saksi tinggal bersebelahan/berbatasan

dengan tanah milik Balangket Mokodompit dan sekitar tahun 1992

sampai tahun 1993 tidak ada orang dari Kantor Pertanahan Bolaang

Mongondow yang datang untuk mengadakan pengukuran. Selanjutnya

setelah Majelis Hakim memintah warkah terkait dengan berita acara

77

Page 78: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pengukuran, pejabat Kantor pertanahan tidak bisa mengajukannya

meskipun oleh Majelis Hakim diberi kesempatan hingga acara

persidangan selesai.”

Berdasarkan keterangan Jemmy Reteng dengan demikin

Majelis Hakim berpendapat bahwa pejabat Kantor Pertanahan

Kabupaten Bolaang Mongondow tidak pernah melakukan prosedur

sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintan Nomor 10

Tahun 1961 dan terkait berita acara pengukuran yang dilakukan oleh

Kantor Pertanahan Bolaang Mongondow adalah pengukuran ulang

untuk mencocokkan dengan data yang terdahulu yang mana dilakukan

oleh saksi bernama Oltopinus Takasihaeng pada tanggal 4 Agustus

2011, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam penerbitan

Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1 obyek sengketa yang diterbitkan

pada Tahun 1993 sewaktu masih atas nama Pemerintah Kabupaten

Daerah Tingkat II Bolaang Mongondow, karena seharusnya yang

diajukan sebagai bukti oleh penjabat Kantor Pertanahan adalah berita

acara pengkuran yang terkait dengan Sertifikat Hak Pengelolaan

Nomor 1 obyek sengketa yang diterbitkan pada Tahun 1993. Selain

itu, pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan objek sengketa

didasarkan kepada pemberian hak yang keliru, seharusnya yang

berwenang dalam pemberian hak pengelolaan adalah Menteri Dalam

78

Page 79: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Negeri, bukan Kepala Badan Pertanahan Nasional, sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 bahwa

perbuatan pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Bolaang

Mongondow yang telah menerbitkan Sertifikat Hak Pengelolan Nomor

1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993 Gambar Situasi

Tanggal 27 Maret 1992 Nomor 346/1992 dengan laus 9.730 M2 atas

nama Pemerintah Kabupaten daerah Tingkat II Bolaang Mongondow

yang telah dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota

Kotamobagu merupakan perbuatan sewenang-wenang (wellekeur)

dan bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

4.2.2 Proses Edukasi Permasalahan

Proses edukasi merupakan rangkaian tindakan yang

memberikan pengetahuan untuk memecahkan permasalahan yang

dihadapi hingga didapatkan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan

suatu masalah.

Dalam pembuatan surat tanah atau buku tanah perlu ditinjauh

pedoman yang mengatur tata cara penerbitan suatu sertifikat atas

tanah dan pejabat-pejabat yang berhak memberikan hak pengelolaan

79

Page 80: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

atas tanah Negara yang dijadikan sebagai hak penguasaan atas tanah

tersebut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961

menyebutkan “Atas permohonan yang berhak, maka sesuatu hak atas

tanah didesa-desa yang pendaftaran tanahnya belum diselenggarakan

secara lengkap dapat pula dibukukan dalam daftar buku tanah. Ketika

membukukan hak tersebut, Kepala Kantor Pendaftaran Tanah harus

disampaikan surat atau surat-surat bukti hak dan keterangan Kepala

Desa yang dikuatkan oleh Asisten Wedana, yang membenarkan surat

atau surat-surat bukti hak. Sedangkan Sertifikat Hak Pengelolaan

Nomor 1 obyek sengketa yang menurut pejabat Kantor Pertanahan

berdiri diatas tanah Negara harus ada pembuktian pendaftaran dan

bukti surat-suratnya, dan tidak serta merta langsung menetapkan

status tanah menjadi tanah Negara. Kemudian meskipun ahli waris

tidak melakukan pendaftaran atas tanah, seharusnya ahli waris adalah

pihak yang diprioritaskan untuk mendapatkan hak atas tanahnya,

karena selain menguasai dengan cara berdagang dan mempunyai

bukti hak berupa Peta Tanah Milik Nomor 268 Pensil 12 Nomor 1

Tahun 1964, sehingga prioritas utama bukan kepada Pemerintah

Kabupaten Daerah Tingkat II Bolaang Mongondow.

80

Page 81: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965

tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara

dan ketentuan-ketentuan tentang Kebijaksanaan “Apabila tanah-tanah

Negara selain dipergunakan oleh instansi-instansi itu sendiri, juga

dimaksudkan untuk diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak

ketiga, maka oleh Menteri Agraria tanah-tanah tersebut akan diberikan

dengan hak pengelolaan. Pada pokoknya menyebutkan Hak

Pengelolaan yang dimaksudkan diatas memberikan wewenang

kepadanya untuk menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu

kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh

perusahaan pemegang hak tersebut yang meliputi segi-segi

peruntukan, penggunaan, jangka waktu, dan keuangannya, dengan

ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang

bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang

menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972

tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas Tanah, sesuai

dengan peraturan perundangan agrarian yang berlaku.

Dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972

tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas Tanah dapat

dicermati bahwa Menteri Dalam Negeri mempunyai wewenang dalam

memberian Hak atas Tanah terhadap hak pengelolaan, jika

81

Page 82: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dihubungkan dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor: 90/HPL/BPN/92 tanggal 11 Juli 1992 tentang Pemberian Hak

Pengelolaan atas nama Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Bolaang Mongondow, sudah jelas bertolak belakang dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 tersebut,

seharusnya yang berwenang dalam memberi keputusan hak

pengelolaan adalah Menteri Dalam Negeri, bukan Kepala Badan

Pertanahan Nasional.

4.2.3 Transaksi Dalam Penggunaan Lahan

Dalam membangunan Kota Kotamobagu yang baru berdiri

selama dua tahun pemerintah kota telah menyusun program rencana

pembangunan daerah otonomi yang termasud didalam adalah

pembangunan pasar modern diatas tanah pasar serasi. Hal ini ditandai

dengan adanya nota kesepakatan atau Memorandum of

Understanding (MoU) yang terjadi antara Pemerintah Kota

Kotamobagu dengan investor dari Lippo Group sehingga menimbulkan

gugatan kepada Pemerintah Kota Kotamobagu yang menyatakan

bahwa:

“Kami menuntut pemerintah kota kotamobagu atas kebijakan yang akan membangun hypermart di lokasi pasar serasi dan tidak mencari lahan kosong untuk membangun hypermart karena banyak lahan kosong yang dapat digunakan.”

82

Page 83: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

Senada dengan hal ini terdapat masalah Sertifikat atas tanah

yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Kotamobagu yang menyatakan

bahwa:

“ Terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan ahli waris sangat dirugikan jika obyek gugatan dalam hal ini Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993 Gambaran Situasi tanggal 27 Maret 1992 Nomor 346/1992 dengan luas 9.730 M2 atas nama Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bolaang Mongondow yang dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu tersebut dilaksanakan, karena beralas hak akan Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman tersebut akan bekerjasama dengan Lippo Group (investor), akan membongkar pasar serasi, bahkan telah dilaksanakan eksekusi akan tanah milik ahli waris tersebut, maka ahli waris memohon agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi obyek gugatan tersebut ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan yang memperolah kekuatan hukum tetap.”

Berdasarkan wawancara dengan kedua informan diatas bahwa

terdapat transakasi atas lahan pasar serasi menyebabkan tuntutan para ahli

waris dan para pedagangan akan penggunaan lahan pasar serasi untuk

pembangunan pasar moderen.

83

Page 84: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab

terdahulu, didapatkan analisis kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Proses Penyelesaian Sengketa Tanah

Dalam proses penyelesaian sengketa tanah, ada beberapa hal

yang perlu diketahui yaitu bentuk sengketa tanah, penyebab sengketa

tanah serta penyelesaian sengketa tanah yang membutuhkan waktu

yang panjang.

a. Bentuk Sengketa Tanah

Bentuk sengketa tanah terbagi atas dua bentuk yang harus

diketahui yaitu sengketa faktual dan sengketa yuridis.

a). Sengketa Faktual

Sengketa faktual merupakan pengukuran batas bidang

tanah sebagai persyaratan administrasi yang harus dipenuhi dalam

membutan suatu pendaftaran tanah atau pun ketika adanya

perubahan data akibat terjadinya bencana alam, tanah tersebut

84

Page 85: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

dijual kepada orang lain, diwakafkan, peralihan hak waris tanah

dari seseorang kepada keturunannya.

b) Sengketa Yuridis

Sengketa yuridis membahas tentang riwayah tanah yang

menggambarkan asal-usul tanah tersebut serta sertifikat hak atas

tanah.

b. Penyebab Sengketa Tanah

Penyebab terjadinya sengketa tanah antara pemerintah

dengan ahli waris tanah akibat adanya Sertifikat Hak Pengelolaan

Nomor 1/Kelurahan Gogagoman, tanggal 1 Februari 1993 Gambar

Situasi Tanggal 27 Maret 1992 Nomor 346/1992 dengan laus 9.730

M2 atas nama Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang

telah dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota

Kotamobagu tanggal 5 agustus 2011, berdasarkan atas berita acara

serah terima Nomor 020/Setda KK/06/04/I/2009 tanggal 12 Januari

2009.

Selain itu terdapat bentrokan antara polisi pamong praja

dengan para pedagangan dalam kegiatan penggusuran para

pedagangan dari pasar dengan cara memagari pasar tersebut.

Pemagaran pasar dilakukan polisi pamong praja atas perintah dari

pemerintah kota kemudian mereka berhadapan dengan para

85

Page 86: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pedagangan yang tidak setuju untuk diadakan penggusuran

tersebut.

c. Penyelesaian Sengketa Tanah

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyelesaian sengketa

tanah harus dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu

pelaksanaan mediasi, proses peradilan di Pengadilan Negeri

Kotamobagu dan proses peradilan di Pengadilan Tata Usaha

Negara Menado. Karena terdapat masalah sangat krusial maka

masalah ini dibawah hingga tingkat pengadilan.

1. Sertifikat Hak Pengelolan Nomor 1/Kelurahan Gogagoman

Tanggal 1 Februari Tahun 1993 Gambar Situasi 27 Maret

Tahun1992 Nomor 336/1992 dengan luas 9730 M2 atas nama

Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah

dialihkan hak menjadi atas nama Pemerintah Kota Kotamobagu

Tanggal 5 Agustus 2011, berdasarkan atas berita acara serah

terima Nomor 020/Setda KK/06/04/I/2009 tanggal 12 Januari

2009.

2. Proses penggururan para pedagangan pasar serasi dalam

rangka kerjasama Pemerintah Kota Kotamobagu dengan

investor dari Lippo Group untuk pembangunan hypermart

dilokasi tanah pasar serasi, dengan memerintahkan satuan polisi

86

Page 87: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

pamong praja untuk memagari pasar tersebut sebelum diadakan

eksekusi pembongkaran pasar tersebut.

Dari hasil proses pemeriksaan bukti-bukti yang ditunjukkan

dalam pengadilan oleh kedua belah pihak dan setelah

mendengarkan kesaksian para saksi dipersidangan didapatkan

fakta-fakta yang mengukapkan bahwa pemerintah bersalah

melakukan pemegaran pada lokasi pasar menjadi obyek sengketa

pada gugatan para ahli waris terhadap Sertifikat Hak Pengelolaan

yang ternyata terbukti milik Balangket Mokodompit, kemudian

didapatkan bukti bahwa Sertifikat Hak Pengelolaan tersebut tidak

berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan ternyata

berdasarkan Keputusan Badan Pertanahan Nasional sehingga

menurut pengadilan sertifikat tersebut dibatalkan dengan meminta

pejabat kantor pertanahan untuk mengembalikan hak atas tanah

kepada para ahli waris.

5.1.2 Faktor Penyebab Sengketa Tanah

Faktor yang mempengaruhi sengketa tanah adalah sebagai

berikut:

1. Kepastian hak atas milik

2. Proses edukasi permasalahan

3. Transaksi dalam penggunaan lahan

87

Page 88: Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Di Kecamatan Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow s

5.2 SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesesuaian dengan kesimpulan

diatas, maka adapun saran-saran yang berkaitan dengan proses

penyelesaian sengketa tanah, adalah sebagai beriku:

1. Sebelum diadakan penerbitan sertifikat atas tanah oleh kantor

pertanahan perlu diketahui riwayat tanah terlebih dahulu sehingga

diketahui siapa yang berhak atas tanah tersebut, juga dalam

penerbitan sertifikat hak pengolaan harus berdasarkan surat

keputusan yang beri oleh Menteri Dalam Negeri karena yang

wewenang memberi hak pengelolan adalah Menteri Dalam Negeri

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun

1972, dan wajib mengembalikan hak atas tanah ketangan para ahli

waris hak atas tanah tersebut.

2. Diharapkan dengan adanya kasus ini menjadi pembelajaran bagi

pemerintahan selanjut agar tidak mengulangi kesalahan sama yang

dilakukan oleh pemerintah masa lalu mengambil alih secara paksa

hak atas tanah yang dimiliki oleh Balangket Mokodompit

88