analisis prosedur pengenaan bea perolehan …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/erliza...

71
ANALISIS PROSEDUR PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN SKRIPSI Oleh: ERLIZA RIFANI RIZKI NASUTION NPM: 11 833 0187 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2014

Upload: lamnguyet

Post on 07-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PROSEDUR PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PADA DINAS

PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh: ERLIZA RIFANI RIZKI NASUTION

NPM: 11 833 0187

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

manusia selalu berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua

kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu

memerlukan tanah. Dan dalam hal tersebut maka dapat menimbulkan suatu

sengketa tanah di dalam masyarakat. Sengketa tersebut timbul akibat adanya

perjanjian antara 2 pihak atau lebih yang salah 1 pihak melakukan

wanprestasi.

Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan,

maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan

bahwa Bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

.Ketentuan mengenai tanah juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA.

Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut maka sudah

sewajarnya jika pemilik atau yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan

(yang merupakan bagian dari bumi) menyerahkan sebagian nilai ekonomis

kepada pemerintah. Penyerahan sebagian nilai ekonomis dari perolehan tanah

dan bangunan diwujudkan dengan membayar pajak yang dalam hal ini adalah

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pemungutan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) tetap memperhatikan

asas keadilan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi lemah dan

berpenghasilan melalui nilai perolehan hak atas tanah dan bangunan yang

tidak dikenakan pajak.

Sejak tanggal 01 Januari 2011 Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau

Bangunan (BPHTB) kewenangan Pemungutannya dialihkan oleh Pemerintah

ke Pemerintah Daerah yang diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Mardiasmo (2013 : 12–13) dalam bukunya mengatakan bahwasannya

berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009,

Pajak daerah adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Daerah yang terutang Oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam pelaksanaan perhitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) terdapat kesalahan jumlah yang harus dibayar, hal

tersebut mengakibatkan Wajib Pajak terkena Sanksi Administrasi .

Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas yang dapat merugikan Wajib

Pajak (WP) dan Pemerintah maka dari itu penulis Mengambil penelitian

dengan Judul : “Analisis Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut.:

“Bagaimana Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penulisan makalah ini

bertujuan untuk mengetahui mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan

Hak Atas Tanah Dan Bangunan ( BPHTB).

D. Manfaat Penelitian

a. Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses pelaksanaan penerimaan

Negara di Kota Medan yang diperoleh dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB) melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Meningkatkan dan memperluas wawasan agar lebih mengetahui tentang

Bea Perolehan Hak Dan Tanah Atau Bangunan (BPHTB) khususnya bagi

Mahasiswa/I di bidang konsentrasi Perpajakan.

c. Menumbuhkan rasa kepedulian dan rasa ingin tahu bahwa pentingnya

meningkatkan pengetahuan tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB) demi kesejahteraan bersama.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar Hukum Dan Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan ( BPHTB).

Menurut Udang-undang Nomor 28 tahun 2009, Bea Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas

perolehan hak atas tanah dan bangunan, sedangkan perolehan hak atas tanah

dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya atau dimlikinya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi

atau badan .

Hak atas Tanah adalah hak atas tanah termasuk pengelolaan, beserta

bangunan diatasnya sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria dan peraturan Perundang-

undangan yang berlaku.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

perubahan kedua dari Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 yang

sebelumnya telah terjadi perubahan pertama pada Undang-undang Nomor 18

tahun 1997 tentang Pajak Daerah. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut

pajak adalah Kontribusi Wajib kepada daerah yang terutang oleh Objek Pajak

(OP) atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dapat digunakan untuk

keperluan daerah, sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 mengatur tentang

pemungutan pajak dan retribusi daerah oleh pemerintah daerah diwilayahnya .

Hal yang paling terlihat pada perubahan Undang-Undang ini adanya 2 ( dua )

jenis pajak pusat yang dialihkan ke pemerintah daerah yaitu Pajak Bumi

Bangunan (PBB) Sektor Pedesaan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah atau

Bangunan (BPHTB).

Sebelumnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

di kelola oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak sebelum

diserahkan untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) diatur oleh

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang di sebut juga dengan nama “Undang-

undang perubahan atas Undang-undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB)”. Undang-undang Ini berlaku pada tanggal 1 januari

2001.

Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 28 Tahun 2009,

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), maka Undang-

undang nomor 21 tahun 1997 masih berlaku sampai dengan 1(satu) tahun

sejak berlakunya Undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah . sehingga

mulai 1 januari 2011 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

bukan merupakan pajak pusat melainkan menjadi pajak daerah . proses

pengalihan diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam

Negeri.

Dasar Hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

adalah:

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2) Peraturan Pemerintah No.111 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) karena waris dan

hibah .

3) Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 tentang pengenaan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) karena pemberian

hak pengelolaan .

4) Peraturan Pemerintah No. 113 Tahun 2000 tentang penentuan besarnya

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan ( BPHTB).

B. Jenis-Jenis Hak atas Tanah

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang pada seseorang

yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas

tanah tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan atas tanah.

Hak-hak atas tanah yang dimaksud ditentukan dalam pasal 53 UUPA,

antara lain :

1. Hak milik

2. Hak guna usaha

3. Hak guna bangunan

4. Hak pakai

5. Hak sewa

6. Hak membuka tanah

7. Hak memungut hasil tanah

8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak tersebut di atas yang

ditetapkan oleh UU serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana

disebutkan dalam pasal 53.

C. Objek dan Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB)

1. Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)

Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) adalah

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolahan hak atas tanah dan

bangunan meliputi:

1) Pemindahan hak karean :

a. Jual-beli

b. Tukar-menukar

c. Hibah

d. Hibah wasiat

e. Waris

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hbukum lainnya

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

h. Penunjukan pembelli dalam lelang

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah

2) Pemberian hak baru karena:

a. Kelanjutan pelepasan hak

b. Diluar pelepasan hak

2. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB).

Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB) adalah Objek Pajak yang diperoleh :

a. Perwakilan Diplomatik,Konsulat dengan asas timbal balik.

b. Negara untuk penyelenggara Pemerintah dan atau pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum.

c. Badan / perwakilan Organisasi Internasional yang di tetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan diluar fungsi dan tugas badan atau

perwakilan organisasi tersebut.

d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau persturan hukum

lain tanpa perubahan nama.

e. Orang pribadi atau badan karena wakaf.

f. Orang pribadi atau badan untuk kepentingan ibadah.

3. Subjek dan Wajib Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Yang menjadi subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh

Hak Atas Tanah Dan Bangunan . Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Dan Bangunan (BPHTB) tersebut yang dikenakan kewajiban membayar

pajak menjadi Wajib Pajak menurut Undang-undang Bea Perolehan Hak

Atas Tanah Dan Bangunan.

Subjek pajak Bea Perolahn Hak Atas Tanah Dan Bangunan

(BPHTB) yaitu:

a. jual beli yaitu pembeli

b. Tukar menukar yaitu kedua belah pihak

c. hibah yaitu penerima hibah

d. hibah wasiat yaitu penerima hibah wasiat

e. waris yaitu penerima waris

f. pemasukan kedalam perseroan atau badan hukum lainnya yitu orang

pribadi atau badan penerima peralihan hak

g. penunjukan pembeli dalam leleang yaitu pemenang

h. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuasaan hukum tetap

yaitu pihak yang memperoleh hak sesuai keputusan hakim

i. penggabungan usaha yaitu badan usaha eksis

j. peleburan usaha yaitu badan usaha baru

k. pemekaran usaha yaitu badan usaha baru

l. hadiah yaitu penerimaan usaha

m. perolehan hak baru sebagai kelanjutan dan pelepasan hak yaitu orang

pribadi atau badan yang memperoleh hak baru

n. perolehan hak baru selain pelepasan hak yaitu orang pribadi atau badan

yang memperoleh hak tanah negara.

D. Dasar Pengenaan Pajak, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP), Dan Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB).

1. Dasar Pengenaan Pajak

Yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan

Objek Pajak (NPOP). NPOP ditentukan sebesar :

1) Harga transaksi ,dalam jual beli

2) Nilai pasar objek pajak dalam hal:

a. Tukar-menukar

b. Hibah

c. Hibah wasiat

d. Waris

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

f. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak

g. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang

mempunyai kekuatan hukum tetap

h. Pemberian hak baru atas tanah sebagai sebagai kelanjutan dari

pelepasan hak

i. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah

3) Harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang dalam hal:

penunjukan pembeli dalam lelang

4) Nilai jual objek pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila

besarnya NPOP sebagaimana dalam point 1 dan 2 tidak diketahui

atau NPOP lebih rendah daripada NJOP PBB

Contoh:

Tuan Amri Nst membeli tanah dan bangunan dengan NPOP (harga

transaksi) Rp 100.000.000,00. NJOP PBB tersebut yang digunakan

dalam pengenaan Rp 120.000.000,00 maka yang dikenakan

sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah Rp 120.000.000,00 dan

bukan Rp 100.000.000,00.

2. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

adalah suatu jumlah tertentu Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)

yang tidak dikenakan besarnya NPOPTKP ditetapkan dengan

Peraturan Daerah (Perda), dengan ketentuan:

a. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling

banyak sebesar Rp.300.000.000,00 dalam hal perolehan karena

waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau

sederajat dengan pemberi hibah wasiat,termasuk suami isri.

b. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak secara regional

ditetapkan paling banyak Rp 60.000.000,00 yang sewaktu-waktu

besarnya dapat diubah oleh peraturan daerah.

3. Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Tarif Bea Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan yang

telah ditetapkan paling tinggi yaitu sebesar 5%. Tarif Bea Perolehan

Hak Atas Tanah Atau Bangunan ditetapkan oleh pemerintah Daerah.

Cara menghitung BPHTB:

Contoh (Regional): Tuan Amri Nst membeli tanah dan bangunan

dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 80.000.000,00. Sedangkan

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak yang berlaku di

Kabupaten/Kota tersebut Rp 60.000.000,00

Perhitungannya:

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 80.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 60.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 20.000.000,00

BPHTB = Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak x Tarif

= ( NPOP-NPOPTKP) x 5%

BPHTB yang terutang = Rp 20.000.000,00 x 5%

= Rp 1.000.000,00

E. Hak –hak Wajib Pajak Pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB)

1. Keberatan

a. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala

Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu:

1) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar (SKBKB).

3) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT).

4) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Lebih Bayar (SKBLB).

5) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Nihil ( SKBN).

6) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang

berlaku.

b. Dalam mengajukan keberatan Wajib Pajak harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahas Indonesia

dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan

pajak secara jabatan,Wajib Pajak harus dapat membuktikan

ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan

sejak diterimanya surat ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan (BPHTB) kurang bayar tambahan, surat ketetapan bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Nihil oleh wajib

pajak , kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukan bahwa

jangka waktu itu tidak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu

tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

d. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud diatas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga

tidak dipertimbangkan .

e. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak

dan pelaksanaan penangihan pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima,harus memberikan keputusan atas

keberatan yang diajukan.

g. Sebelum Surat Keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat

menyampaikan bukti tambahan atau penjelasan tertulis.

h. Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa

mengabulkan seluruhnya, atau sebagainya, menolak, atau

menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

i. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah lewat dan Kepala

Daerah tidak memberikan suatu keputusan,keberatan yang

diajukan tersebut dianggap diterima.

2. Banding

a. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada

Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya

yang ditetapkan Kepala Daerah.

b. Permohonan sebagaimana dimaksud diatas diajukan secara tertulis

dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas

dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak keputusan keberatan

diterima, dilampiri, salinan dari surat keputusan tersebut.

c. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

d. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan

sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan

untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak tanggal

pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak

sampai dengan diterbitkan keputusan keberatan atau keputusan

Banding.

3. Pengurangan

Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang

terutang dapat diberikan karena:

a. Kondisi tertentu wajib pajak, yang berhubungan dengan objek

pajak.

Contoh :

1) wajib pajak tidak mampu secara ekonomis yang memperoleh

hak baru melalui program pemerintah dibidang pertanahan.

2) wajib pajak Orang Pribadi menerima Hibah dari Orang Pribadi

yang mempunyai hubungan keluarga.

b. Kondisi wajib pajak yang hubungannya dengan sebab-sebab

tertentu.

Contoh :

1) wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah meliputi

pembelian dari hasil ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek

Pajak.

2) wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti

atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan

umum yang memerlukan persyaratan khusus.

3) wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter

yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional

sehinga Wajib Pajak harus melakukan rekonstrukturalisasi

usaha dan atau utang usaha sesuai kebijakan pemerintah.

c. Tanah dan atau Bangunan digunakan semata-mata untuk

kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk

mencari keuntungan.

F. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah Dan bangunan (BPHTB)

Wajib pajak dapat mengajukan usul permohonan pengembalian

atas kelebihan pembayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak (DJP),

antara lain berupa:

a. Pajak yang dibayar lebih besar daripada seharusnya terutang,

b. Pajak yang dterutang yang dibayarkan oleh wajib pajak sebelum akta

ditandatangani, namun perolehan hak atas tanah atau bangunan

tersebut batal.

Berdasarkan kondisi di atas maka pengembalian kelebihan

pembayaran dapat diberikan karena:

a. Pengajuan permohonan pengurangan yang dikabulkan baik sebagian

ataupun seluruhnya,

b. Pengajuan keberatan atau banding yang dikabulkan baik sebagian atau

seluruhnya, maka jumlah pengembalian akan ditambahkan bunga

2%/bln maksimal 24 bulan,

c. Pajak yang dibayar lebih besar dari yang seharusnya terutang atau

sudah terlanjur bayar tetapi proses perolehan haknya dibatalkan, maka

terlebih dahulu akan dilakukan dilakukan proses pemeriksaan (Pasal

22) jumlah pengembalian akan ditambahkan bunga 2%/bln maksimal

24 bulan apabila pengembalian telah lewat 2 bulan,

d. Perubahan peraturan perundang-udangan.

Pengajuan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran

pajak tersebut diajukan oleh WP ke DirJen Pajak. Kemudian DirJen Pajak

dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterimanya permohonan

harus memberikan keputusan. Terhadap pengembalian pajak tersebut WP

dapat melakukan restitusi atau kompensasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

jenis descriptive analysis atau analisis deskriptif, dalam pengertian penulis

bermaksud menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan

menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pengenaan

BPHTB.

2. Lokasi Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan yang berlokasi di Jalan Jenderal Abdul

Haris Nasution No. 32 Medan.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direcanakan akan dilakukan pada bulan

November 2014 sampai Februari 2015. Adapun uraian rincian kegiatan

penelitian ini dapat dilihat pada tabel III.1 berikut di bawah ini:

Tabel III.1 Jadwal Penelitian

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif ini adalah data yang tidak berbentuk angka.

2. Sumber Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Bea Perolehan

Hak Atas Tanah Atau Bangunan melalui :

1. Data primer, yaitu data yang di ambil langsung atau diperoleh dari

pihak-pihak yang memahami dan menguasai dari objek kajian.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari referensi ilmiah dan

dokumentasi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data:

1. Wawancara, yaitu kegiatan mengumpulkan,mencari data dan informasi

dengan mengajukan-mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan

objek kajian secara langsung baik lisan maupun tulisan kepada pihak-

pihak yang memahami objek kajian, khususnya kepada Dinas Pendapatan

Kota Medan.

2. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan dan

data yang lainnya yang diperlukan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan

dan instansi yang terkait.

D. Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode: metode

deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan terlebih dahulu

mengumpulkan data yang ada kemudian di klasifikasikan, di analisis,

selanjutnya di interprestasikan sehingga dapat memberikan pemecahan

terhadap permasalahan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah suatu

sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang Penerimaan dan

Pendapatan Daerah. Pada bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena

pada saat itu Wajib Pajak / Wajib Retribusi yang berdomisili di Kota

Medan bulum begitu banyak.

Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju

pertumbuhan penduduk Kota Medan melalui Peraturan daerah sub bagian

keuangan tersebut diubah menjadi bagian Pendapatan. Pada bagian

Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak

dan Retribusi Daerah yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak /

Wajib Retribusi dalam Daerah Kota Medan yang terdiri dari 21

Kecamatan diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor,

Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan

sunggal, dan Lainnya.

Sehubungan dengan Intruksi Mentri Dalam Negeri KUPD Nomor

7/12/41-10 tentang penyeragaman stuktur organisasi Dinas Pendapatan

Daerah di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah di seluruh Kota

Medan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 tahun 1987

menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan

Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah

yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Daerah, juga dibentuk

bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang

merupakan sub sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan Daerah

lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah

Daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari

peningkatan penerimaan pendapatan daerah.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun

2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah

Kota Medan melakukan Penataan Organisasi yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah

Kota Medan, salah satu diantaranya adalah Dinas Pendapatan Kota

Medan.

2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2009 khusus untuk

Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi melalui Surat

Keputusan Walikota No. 01 Tahun 2010 Tentang Tugas dan Fungsi Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan.

Ada pun struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Gambar IV.1 Strukutur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

DINAS

Sekretariat

Sub Bagian Umum

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Penyusunan Program

Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Peraturan Perundang-Undangan

dan Pengkajian

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Bidang Penagihan

Seksi Pembukuan dan Verikasi

Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Bidang Pendapatan dan Penetapan

Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pemerikasaan

Seksi Penetapan

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Kelompok Jabatan Fungsional

UPT

Penjelasan dari tabel di atas adalah sebagai berikut :

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Penyusunan Program

3) Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. Seksi Pemeriksaan;

c. Seksi Penetapan;

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

4) Bagian Penagihan, terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi;

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan;

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi;

5) Bagian Hasil Pendapatan, terdiri dari :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak;

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

6) Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri dari :

a. Seksi Pengembangan Pajak;

b. Seksi Pengembangan Retribusi;

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7) Unit Pelaksana Teknis (UPT)

8) Kelompok Jabatan Fungsional

3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

1) Dinas

Dinas merupakan Unsur Pelaksanaan Pemerintah daerah, yang

dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris Daerah. Dinas

mempunyai tugas dan pokok melaksanakan sebagian urusan

pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah berdasarkan asa

ekonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud

dalam pasal 4, Dinas Pendapatan Menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang

pendapatan

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

2) Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai

Tugas Pokok melaksanakan sebagiantugas dinas lingkup

kesekretariatan meliputi pengelolaan admininstrasi umum, keuangan

dan penyusunan program.

Dalam melaksanakan tugas pokok secretariat

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana,program,dan kegiatan kesekretariatan

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi

kesekretariatan Dinas yang meliputu administarsi umum,

kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas.

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,

pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas

f. Penyiapan bahan pembinaan,pengawasan dan pengendalian

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan peleporan kesekretariatan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Kesekretariatan terdiri dari :

a. Sub bagian umum, menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusun rencana,program, dan kegiatan Sub Bagian Umum

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

umum

3) Pengelolaan administrasi umum meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan

penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas

4) Pengelolaan administrasi kepegawaian

5) Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

ketatalaksanaan dan kepegawaian

6) Penyiapan bahan pembinaan, penmgawasan dan pengendalian

7) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai

tugas dan fungsinya

b. Sub Bagian Keuangan, Menyelenggarakan Fungsi:

1) Penyusunan rencana, program,dan kegiatan Sub Bagian

Keuangan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

keuangan

3) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi

keuangan kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan,

pemprosesan, pengusulan dan verifikasi

4) Penyiapan bahan atau pelaksanaan / pelaksanaan koordinasi

pengelolaan administrasi keuangan

5) Penyusunan laporan keuangan Dinas

6) Penyiapan bahan pembinaan ,pengawasan,dan pengendalian

7) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi. Dan pelaporan

pelaksnaan tugas

8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai

dengan tugas dan fungsinya

c. Sub Bagian Penyusunan Program, Menyelenggarakan Fungsi:

1) Penyusunan rencana,program, dan kegiatan Sub Bagian

Penyusunan Program

2) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan

rencana dan program Dinas

3) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas

4) Penyiapan banan pembinaan pengawasan, dan pengendalian

5) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai

dengan tugas dan fungsinya

3) Bidang Pendataan Dan Penetapan

Bidang Pendataan dan penetapan mempuyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran,

pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugas pokok seksi Pendataan dan

Penetapan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyususan rencana, program, dan kegiatan bidang,pendataan dan

penetapan

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan,pendaftaran,

pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak.

Wajib retribusi dan pendataan daerah lainnya

d. Pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan

Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dan

instansi yang terkait.

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya

f. Perencanaan dan peñatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak dan Wajib Retribusi

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

pendataan dan penetapan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari:

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi pendataan dan

pendaftaran

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan

pendaftaran

3) Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah

dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi

Daerah (SPTRD)

4) Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui

formulir pendaftaran

5) Penyimpanan, pendistribusian, pemberian nomor pokok wajib

pajak daerah/wajib retribusi daerah serta penyimpanan surat

perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran

dan pendataan

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Seksi Pemeriksaan, menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi pemeriksaan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan

3) Penyusunan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa/ tim

pemeriksa

4) Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan

subjek pajak

5) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan tugas

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

c. Seksi Penetapan, menyelenggarakn fungsi

1) Penyiapan rencana, program,dan kegiatan seksi penetapan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan

3) Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak

daerah/ pkoko retribusi daerah

4) Penyiapan penertiban, pendistribusian serta penyimpanan arsip

surat perpajakan daerah /retribusi daerah yang berkaitan

dengan penetapan

5) Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/

penyetoran atas permohonan wajib pajak

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan rencana,program, dan kegiatan Seksi Data dan

Informasi

2) Penyusunan bahan petujuk teknis lingkup pendataan dan

informasi

3) Pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah /

retribusi daerah

4) Penuangan hasil pengolahan data dan informasi data kedalam

kartu data

5) Pengiriman kartu data kepada seksi penetapan

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

4) Bidang Penagihan

Bidang penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang

penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,

pertimbangan dan restitusi.

Dalam melaksanakan tugas pokok bidang penagihan

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyususnan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan

b. Penyususan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,

penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi.

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya

d. Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas

pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatanan daerah lainnya

f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan

wajib pajak atas permohonan wajib pajak

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

penagihan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya

Bidang penagihan terdiri dari:

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi yang menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana,program dan kegiatan seksi pembukuan dan

verifikasi

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan

verifikasi

3) Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan

penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan

daerah lainnya

4) Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan

pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil

pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda

berharga.

5) Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi

penerimaaan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya

6) Penyiapan bahan dan data laporan realisasi penerimaan,

pengeluaran dan sisa persediaan benda berhrga secara berkala

7) Penyiapan dan memonitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

8) Pelakunya tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Penagihan dan

perhitungan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan

perhitungan

3) Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas

tunggakan pajak daerah , retribusi daerah dan pendapatan

daerah lainnya

4) Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan

penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah

yang berkaitan dengan penagihan

5) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

6) Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan

restitusi

2) Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari

wajib pajak

3) Penelitian kelebihan pembayaran pajak derah / retribusi derah

yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan

4) Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian

restitusi dan atau pemindahbukuan

5) Penerimaan surat keberatan wajib pajak/ restribusi

6) Penelitian keberatan wajib pajak /wajib retribusi

7) Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak /

wajib retribusi

8) Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala

dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan

9) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

10) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

5) Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang bagi hasil dan pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil dan pendapatan mempunyai tugas pokokmdan

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan

bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perungdang-undangan dan

pengkajian pendapatan.

Dalam melaksnakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil

Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Bagi Hasil

Pendapatan

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan

bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi dari dana bagi

hasil pajak/bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan

pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendaptan yang syah

d. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak /

bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak

pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

e. Pelaksnaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan

dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbang

dan lain-lain pendapatan yang syah

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup

bidang bagi hasil pendapatan

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

tugas dan fungsinya

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak, menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan rencana,program dan kegiatan Seksi Bagi Hasil

Pajak

2) penyususnan bahan petunjuk dan kegiatan teknis Seksi Bagi

Hasil Pajak

3) penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitrahuan Pajak

Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) /

Daftar Himpunan Pajak (DHKP) , Pajak Bumi dan Bangunan

4) pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

5) pelaksanaan dan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak

lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek

Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak,

penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimnya

kepada kantor pelayanan pajak PBB

6) penyiapa bahan monitoring, evaluasi dan pelpaoran

pelaksanaan tugas

7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program dan kegiTn Seksi Bagi Hasil

Bukan Pajak

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan

pajak

3) Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak

provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK,dan

lain-lain pendapatan yang syah

4) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil, menyelnggarakan fungsi :

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Penatausahaan

Bagi Hasil

2) Penyusunan Bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi

hasil

3) Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak Bumi

dan Bangunan

4) Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak

DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

5) Penyiapan bahan monitoring evaluasi, dan pelaporan

pelaksnaan tugas

6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan,

menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi peraturan

perundang-undangan

2) Penyususnan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan

perundang-undangan dan pengkajian pendapatan

3) Penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit

terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan

pengkajian atas penerimaan pendapatan dana primbangan dan

lain-lain pendapatan yang syah

4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan

perundang-undangan dibidang dana dan perimbangan

5) Pelaksanaan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya

6) Bidang Pengembangan Dan Pendapatan Daerah

Bidang pengembangan dan pendapatan daerahdipimpin oleh

Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas, Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Lingkup

Pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan

Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang

Pengembangan Pendapatan Daerah

b. Penyusunana bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan

pajak,retribusi dan pendapatan lain-lain

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi dan

pendapatan lainnya

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan pendapatan daerah

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pengembangan Pendapatan daerah terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Pajak, menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana,program,dan kegiatan seksi pengembangan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan

pajak

3) Penyiapana bahan dan data penyusunan rencana potensi

pendapatan daerah dibidang pajak daerah

4) Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi

pajak daerah

5) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Seksi pengembangan Retribusi, menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi pengembangan

Retribusi

2) Penyususna bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan

retribusi

3) Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi

pendapatan daerah dibidang retribusi daerah

4) Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi

retribusi daerah

5) Penyiapan bahan monitoring,evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya

c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain, menyelenggarakan

fungsi :

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi

Pengembangan Pendapatan Lain-lain

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan

pendapatan lain

3) Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi

pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain

4) Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi

pendapatan lain-lain

Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan organisasi

Pendapatan Kota Medan atau manual Pendapatan Daerah

(MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini

merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

061/1867/PUOD, tanggal 2 mei 1988, Intruksi Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11

maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota

Medan 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16

tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas

Pendapatan Kota Medan.

4. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan

Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu “Terwujudnya

Pendapatan Daerah sebagai Andalan Pembiayaan Pembangunan Daerah”.

Sedangkan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadapa sumber dan pengelolaan

pendapatan daerah

2) Meningkatkan sarana dan presarana dinas

3) Intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan daerah

4) Meningkatkan penegakan hukum.

5. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

tahun 2015

Tabel IV.1 Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan

Kota Medan

NO Bagian/Subdis/Bendahara/Swakelola Jumlah 1 Sekretariat 71 orang

Dinas 1 orang Bagian Umum/Keuangan/Penyusunan Program 36 orang Bendahara Penerimaan/Pengeluaran 20 orang Penyimpan Barang Berharga, Penyimpan Barang & Pengurus Barang

14 orang

2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 26 orang 3 Bidang Penagihan 49 orang 4 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 77 orang 5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 85 orang 6 Unit Pelaksana Teknis (UTS) 336 orang 7 Security 18 orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 662 orang Sumber: Dinas Pendapatan Kota Medan (2015)

Tabel IV.2 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan golongan

No Golongan Jumlah 1 IV/b 1 orang 2 IV/a 5 orang 3 III/d 35 orang 4 III/c 37 orang 5 III/b 62 orang 6 III/a 70 orang 7 II/d 8 orang 8 II/c 17 orang 9 II/b 6 orang

10 II/a 51 orang Jumlah Keseluruhan 292 orang

Sumber: Dinas Pendapatan Kota Medan (2015)

Keterangan:

Pegawai Negeri Sipil : 292 orang

Pegawai Honor : 59 orang

Yang dikaryakan : 1 orang

Pegawai Outsourcing : 310 orang

JUMLAH : 662 Orang

B. Pembahasan

1. Pokok-pokok Aturan Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan (BPHTB)

Pokok-pokok aturan tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) adalah aturan-aturan dalam Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang perlu dipahami dan dimengerti oleh

Wajib Pajak dalam hal pelaksaanaan pembayaran pajak, Khususnya Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam hal Pelaksanaaan

Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) yang menggunakan Sistem “Self Assesment” yang artinya

Wajib Pajak dapat Menghitung, Membayar, dan Melaporkan Jumlah pajak

yang terutang secara Langsung.

Pokok-pokok aturan ini mengenai hal-hal seperti:

1) Peraturan Daerah Kota Medan no.11 tahun 2011 tentang Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2) Dengan nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di pungut

pajak atas perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dengan tarif 5%

dari NJOP/ harga pasar / harga lelang.

3) Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan meliputi pemindahan hak

karena:

a. Jual-beli

b. Tukar menukar

c. Hibah

d. Hibah wasiat

e. Waris

f. Pemisahaan dalam perseroan atau badan hukum lain

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

h. Penunjukan pembeli dalam lelang

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap

j. Penggabungan usaha

k. Peleburan usaha

l. Pemekaran usaha

m. Hadiah

n. Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak atau diluar

pelepasan hak

4) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah

nilai perolehan objek pajak .

5) Bila nilai perolehan objek pajak lebih rendah dari NJOP PBB maka

yang dipakai sebagai perhitungan BPHTB adalah NJOP PBB, begitu

juga bila NJOP PBB lebih rendah maka dari nilai perolehan objek

pajak maka yang dipakai adalah nilai perolehan objek pajak .

6) Subjek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah

orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan

bangunan .

7) Wajib pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah

orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan

bangunan.

2. Prosedur Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Prosedur Pengenaan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) adalah Suatu tata cara pelaksanaan atas aturan-aturan dan

ketetapan-ketetapan dalam perhitungan Bea Perolehan hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) terutang, beserta saat dan tata cara Pembayaran Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang.

Dalam hal perhiyungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) pemerintah telah menetapkan Tarif yaitu sebesar 5%

(Lima persen) pada setiap pengenaannya, termasuk juga wilayah kerja

Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Perhitungan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terutang berdasarkan Nilai Objek

Pajak PBB Wajib Pajak teesebut yang dikurangi dari Nilai Perolehan

Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) lalu dikalikan tarif 5% (Lima

persen ), Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dapat juga dikalikan 50% (Lima Puluh Persen) jika Nilai Jual

Objek Pajak didapat melaui Waris / Hibah Wasiat Yang masih dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas

atau satu derajat kebawah dengan pemberia Wasiat / Hibah termasuk

Suami / Istri

Syarat pengurusan pembayaran Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan

Bagunan adalah:

1) Surat permohonan

2) Foto copy KTP

3) Foto copy surat tanah

4) Foto copy SPPT PBB tahun berjalan

5) Foto copy pembayaran PBB (tidak ada tunggakan)

6) Mengisi balanko SSPD BPHTB

7) Surat kuasa wajib pajak yang dikuasai

Syarat pengurusan Restitusi/Kompensasi pembayaran Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB):

1) Surat permohonan

2) Foto copy KTP

3) Pembayaran asli BPHTB

4) Nomor rekening yang bersangkutan

5) Surat kuasa WP bagi yang dikuasai

a. Prosedur Pembayaran BPHTB Dari Wajib Pajak Melalui

Notaris/PPAT

Gambar IV.2 Bagan Prosedur Pembayaran BPHTB Melalui Notaris/PPAT

KLIEN

PPAT

Diterima, diperiksa syarat-syarat antara lain : KTP, Sertifikat Tanah, Akta Nikah dan Kartu Keluarga

Surat Permohonan dan Sertifikat Tanah Dikirim ke BPN

Diproses secara hukum jual beli tersebut dan ditambah SSB dan SSP

PPAT membayar BPHTB ke Bank atau Kantor Pos dan Giro

Setelah menerima bukti, PPAT membuat akta jual dan beli menandatanganinya serta dibuatkan sertifikat

1

5

6

7

2

- Surat permohonan dan sertifikat tanah diterima kemudian dicek dan dicocokkan dengan data di BPN

- Dibuatkan surat permberitahuan ke PPAT

BPN

3

4

Prosedur pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan sebagai salah satu syarat pembuatan Akta Peralihan Hak

Atas Tanah:

1) Klien (penjual dan pembeli) dating kehadapan PPAT dalam

rangka member kepastian hukum atas pemegang hak atgas tanah.

2) Petugas PPAT menerima persyaratan yang dibutuhkan yaitu: kartu

tanda penduduk kedua belah pihak (penjual dan pembeli), sertifikat

tanah yang akan dijual belikan, akta nikah penjual bagi yang

berstatus menikah, bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) terakhir dan kartu keluarga penjual.kemudian petugas PPAT

memeriksa kelengkapan persyaratan tersebut. Apabila persyaratan

belum lengkap maka petugas PPAT menyarankan untuk

melengkapi dulu kepada klien. Dari hasil kelengkapan persyaratan

tersebut petugas PPAT membuat bukti penerimaan persyaratan dan

diserahkan kepada klien, sedangkan petugas PPAT mengirimkan

salah satu persyaratan yaitu sertifikat tanah bersama dengan surat

permohonan pengecekan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN)

untuk diperiksa apakah sertifikat tersebut sesuai dengan data yang

ada di BPN.

3) Petugas BPN menerima sertifikat dan surat permohonan

pengecekan kemudian surat permohonan diarsip, selanjutnya

petugas BPN mencocokkan sertifikat dengan data yang ada di

BPN. Sertifikat sesuai atau tidak sesuai dengan data yang ada di

BPN. Petugas BPN membuat Surat Pemberitahuan yang

diserahkan kepetugas PPAT.

4) Petugas PPAT menerima surat pemberitahuan dan sertifikat dari

petugas BPN. Selanjutnya oleh petugas PPAT surat pemberitahuan

dan sertifikat tersebut diarsip dan jika data yang ada di BPN

dengan yang ada di sertifikat tidak sesuai maka petugas PPAT

membuat surat pemberitahuan ke klien bahwa data di sertifikat

tidak sesuai dengan data yang ada di BPN selanjutnya PPAT

menolak permohonan klien untuk member kepastian hukum jual

beli tanaha tersebut, tetapi jika data yang ada di sertifikat sesuai

maka petugas PPAT menerima permohonan klien dan kemudian

memproses secara hukum jual-beli tersebut, yaitu petugas PPAT

menambah dokumen baru guna melengkapi syarat pembuatan akta

jual-beli yaitu perhitungan dan pembayaran Surat Setoran Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (SSB) bagi pihak

pembeli dan Surat Setoran Pajak (SSP) pajak final bagi pihak

penjual.

5) SSB dan SSP dikirim ke klien untuk ditandatangani dan

selanjutnya SSB dikirim ke PPAT dan ditandatangani PPAT

kemudian pegawai PPAT membayar BPHTB ke Bank atau Kantor

Pos dan Giro.

6) Petugas PPAT menerima bukti pembayaran BPHTB dari Bank atau

Kantor Pos dan Giro.

7) Selanjutnya setelah bukti pembayaran BPHTB diterima, petugas

PPAT mengirim bukti tersebut ke klien untuk arsip dan petugas

PPAT membuat Akta Jual Beli dan kemudian dihadapan PPAT

ditandatangani kedua belah pihak dan PPAT itu sendiri.

8) Akta Jual Beli rangkap 4 (empat), satu dikirim ke Tata Usaha, dua

arsip dan satu dikirim ke BPN untuk diteruskan pembuatan Akta

Peralihan Hak.

9) Klien membayar biaya yang ditentukan ke bagian Tata Usaha ,

kemudia Tata Usaha membuat bukti pembayaran dan kemudian

sertifikat dan bukti pembayaran yang diserahkan ke klien.

10) Klien menerima bukti pembayran dan sertifikat untuk arsip

sementara.

b. Pengisisan SSB (Surat Setoran Bea Perolehan atas Tanah dan

Bangunan)

SSB digunakan untuk pembiayaan pembayaran atau penyetoran

BPHTB yang terutang dan sekaligus digunakan untuk melporkan data

perolehan hak atas tanah dan bangunan. SSB selain berfungsi sebagai

alat pembayaran atau penyetoran BPHTB dan pelaporan data

perolehan hak atas tanah dan bangunan juga berfungsi sebagai alat

Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan

(SPOPPBB).

SSB terdiri dari 5 rangkap yaitu:

1) Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak.

2) Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

melalui Bank Operasional BPHTB.

3) Lembar ke-3 : untuk KPPBB disampaikan oleh Wajib Pajak.

4) Lembar ke-4 : untuk Tempat Pembayaran BPHTB.

5) Lembar ke-5 : untuk PPAT / Notaris / Kepala Kantor Lelang /

PejabatLelang / Pejabat Pertanahan.

c. Cara menghitung BPHTB dan contoh Kasus

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak adalah nilai perolehan

Objek Pajak dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak

Kena Pajak. Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan nilai perolehan objek pajak kena pajak.

Nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak untuk kota medan adalah

maksimal Rp. 60.000.000,00. Sedangkan untuk waris Nilai Perolehan

Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000,00.

Contoh kasus 1 (untuk Regional) :

Tuan Reza membeli sebidang tanah di Jalan Durian No 46, Medan

dengan nilai perolehan objek pajak sebesar 100.000.000,00 maka

BPHTB yang terhutang adalah:

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 100.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (Rp 60.000.000,00)

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 40.000.000,00

BPHTB yang terhutang adalah: 5% x 40.000.000,00 = Rp

2.000.000,00

Contoh kasus 2 (untuk waris dan hibah) :

Tuan Reza meninggal dunia pada tanggal 12 februari 2010 dengan

meninggalkan tiga orang ahli waris yaitu B, C dan D. Sebelum

meninggal tuan Reza memiliki tanah dan bangunan yang telah

bersertifikat seluas 500 m2 dengan NJOP sebesar Rp 500.000.000,00.

Untuk menjawab kasus ini ada dua cara dalam perhitungan besarnya

pajak BPHTB yang harus dibayar yaitu: Warisan sebagai pemilik

bersama. Rumus:

BPHTB = (NPOPKP x tarif pajak) x 50%

=( (NPOP-NPOPTKP) x 5%) x 50%

=( Rp. 500.000.000,00 – Rp 100.000.000,00) x 5% x 50%

=(Rp 400.000.000,00 x5%) x50%

= Rp 20.000.000,00 x 50%

= Rp 10.000.000,00

Jadi BPHTB yang harus dibayar oleh anak dari Tuan Reza yaitu B, C,

dan D adalah sebesar Rp 10.000.000,00

d. Prosedur Penagihan BPHTB

Berikut adalah gambar bagan prosedur penagihan bea perolehan

hak atas tanah dan bangunan.

Gambar IV.3 Prosedur Penagihan BPHTB

Penanggung Pajak : - Penagihan dengan Surat Teguran

setelah jatuh tempo - Surat Paksa jika lebih dari 21 hari

sejak Surat Teguran diterbitkan

Penanggung Pajak : akan meninggalkan Indonesia.

Penanggung Pajak : menghentikan, mengecilkan, memindahtangankan kegiatan perusahaan atau barang yang dimiliki

Penanggung Pajak : akan membebaskan badan usahanya dan badan usaha dibubarkan oleh negara

Penanggung Pajak : penyitaan oleh pihak ketiga atau pailit

KPPPBB

KPPPBB juga dapat mengeluarkan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus apabila :

Khusus untuk BPHTB, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan akan melaksakan tindakan penagihan apabila pajak yang

terutang sebagaimana tercantum dalam:

1. Surat Tagihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(STB)

STB adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administarsi berupa bunga atau denda .

STB diterbitkan apabila:

a) Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

b) Dari hasil pemeriksaan Surat Bea Perolahan Hak Atas Tanah

dan Bangunan (SSB) terdapat kekurangan pembayaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

c) Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan

atau denda.

Jumlah pajak yang terutrang yang tidak atau kurang dibayar

dalam STB sebagaimana diumaksud dalam point a dan b

ditamabah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan

unbtuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya

pajak. Sedangkan point c tidak ditambah sanksi karena tidak ada

sanksi atas sanksi. STB mempunyai kekuatan hukum yang sama

dengan Surat Ketetapan Pajak, sehingga penagihannya dapat

dilanjutkan dengan Surat Paksa.

2. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar (SKBKB)

SKBKB adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya

jumlah pajak yang terutang,jumlah kekurang \an pokok

pajak,besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masi harus

dibayar. SKBKB diterbitkan berrdasarkan dari hasil pemeriksaan

atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang kurang

bayar. SKBKB dapat diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak

dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB

ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%

sebuylan (maksimal 24 bulan) dihitung mulai saat terutangnya

pajak smpai dengan diterbitkannya SKBKB dani ini disebut

dengan Sanksi SKBKB.

3. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT)

SKBKBT adalah surat ketetapan yang menentukan

tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. SKBKBT

diterbitkan apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula

belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah yang

terutang setelah diterbitkannya SKBKB.

SKBKBT dapat diterbitkan oleh Direktrur Jenderal Pajak

dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKBT ditambah

dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari

jumlah kekurangan pajak tersebut.

4. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan

Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah, setelah lewat jatuh tempo tidak atau kurang

bayar

Tindakan penagihan pajak, baik yang berkaitan dengan

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa,

penyitaan dan penyanderaan yang berkaitan dengan penagihan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dilakukan oleh

juru sita pajak.

e. Jadwal Pelaksanaan Penagihan

Tindakan pelaksanaan penagihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan dilakukan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan atau kuasa yang ditunjuk dengan mengacu pada

ketentuan jadwal waktu penagihan sebagaimana diatur dalam kuasa

dalam Keputusan Menteri Keuangan:

1. Tindakan penagihan diawali dengan penerbitan Surat Teguran

setelah 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran.

2. Surat Paksa segera diterbitkan apabila jumlah utang pajak yang

masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak lewat 21

hari sejak diterbitkan Surat Terguran.

Penagihan dengan menerbitkan penagihan seketika dan sekaligus

dilakukan apabila:

1. Penanggung pajak akan meninggalakan Indonesia untuk selama-

lamanya atau berniat untuk itu

2. Penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan

kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia,

ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai.

3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penaggung Pajak akan membubarkan

badan usahanya atau berniat untuk itu.

4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara

5. Terjadinya Penyitaan atas barang-barang Penanggung Pajak oleh

pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Apabila kepada Penanggung Pajak dilakukan Penagihan Seketika

dan sekaligus, penerbitan Surat Paksa dapat dilakukan tanpa harus

menunggu tenggang waktu 21 hari sejak Surat Teguran diterbitkan.

1. Surat perintah melaksanakan penyitaan segera diterbitkan apabila

jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penganggung pajak setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak surat

paksa diberiyahukan kepadanya.

2. Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan

penyitaan, utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus

dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak, maka Kepala Kantor

Pelayanan Pajak Bumin dan Bangunan atau kuasanya

melaksanakan pengumuman lelang.

3. Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal yang ditetapkan

masih harus mengumumkan lelang, utang pajak dan biaya

penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan atau kuasanya segera melakukan penjualan barang

sitaan melalui kantor lelang.

f. Pembagian hasil BPHTB

Penerimaan Negara dari hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Banguna dibagikan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

dengan imbalan 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk

Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Untuk kepentingan pengembangan dan pembangunan daerah,

bagian Pemerintah Pusat sebagaimana di maksudkemudian dibagiakan

lagi kepada seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota secara merata.

Bagian Pemerintah Daerah sebagaimana disebut diatas dibagikan

kepada Pemerintah Kabupaten /Kota dengan dengan imbangan 20%

untuk pemerintah propinsi yang bersangkutan dan 805 untuk

Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Perhitungan Bagian Daerah perinciannya sebagi berikut:

a. Bagian propinsi yang bersangkutan sebesar 16% atau 20% dari

80%

b. Bagian Kabupaten / Kota yang bersangkutan sebesar 64% atau

80% dari 80%.

3. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Pada dasarnya ada

3 (tiga) jenis nilai (harga) yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak

yaitu:

1) Nilai Pasar

2) Harga Transaksi

3) Harga Transaksi Risalah Lelang

Bila nilai pasar atau harga transaksi yang menjadi Nilai Perolehan

Objek Pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Bangunan (PBB),dasar pengenaan pajak

yang dipakai adalah NJOP PBB.

Tabel IV.3 Pengenaan Nilai Perolehan Objek Pajak (NJOP)

Transaksi Perolehan DPP

1) Jual beli 2) Tukar menukar 3) Hibah 4) Hibah wasiat 5) Waris 6) Pemasukan ke perseroan atau badan hukum 7) Pemisahan hak berakibat peralihan hak 8) Peralihan hak pelaksanaan putusan hakim 9) Pemberian hak baru dari pelepasan hak 10) Penggabungan hak baru selain pelepasan

hak 11) Penggabungan, peleburan, pemekaran 12) Hadiah 13) Lelang

Harga transaksi Harga transaksi Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Nilai pasar Harga Risalah Lelang

Sumber: Dinas Pendapatan Kota Medan (2015)

4. Ruang Lingkup dan Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan di Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan

1) Ruang Lingkup Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan

Meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru,

Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan sunggal,

dan Lainnya.

2) Objek Bea Perolehan Hak atas Bumi dan Bangunan (BPHTB) di

Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan pada bulan Januari

sampai dengan April 2011.

5. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Pembayaran

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Upaya-

Upaya Yang dilakukan oleh Dinas pendapatan Kota Medan untuk

Meningkatkan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB)

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yaitu :

a. Kurangnya pemahaman Wajib Pajak dan Notaris tentang Pendaerahan

Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan (BPHTB) bahwa sudah

menjadi Pajak daerah;

b. Adanya temuan data-data yang tidak sesuai yang dilakukan oleh

Notaris dan atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) terkait dengan

pemberkasan Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (SSPD BPHTB);

c. Wajib Pajak terlambat meneriam Surat Setoran Pajak Terutang

(SSPT).

Upaya-Upaya Yang dilakukan oleh Dinas pendapatan Kota Medan

untuk Meningkatkan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) yaitu:

a. Dalam hal Pemeriksaan diupayakan untuk mengecek sebaik mungkin

sehingga kekurangan-kekurangan bayar akan terdeteksi oleh Petugas

Dinas Pendapatan;

b. Mengecek langsung kelapangan kesesuaian data yang telah diperoleh.

c. Memberikan kepercayaan Wajib Pajak Dalam hal

Menghitung,Membayar dan Melaporkan Pajak Terutang yang sesuai

pemungutan dengan Sistem “Self Asissment”.

6. Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) di Kota Medan dalam Wilayah Kerja Dinas Pendapatan

Kota Medan dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014

Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) di Kota Medan dalam Wilayah Kerja Dinas

Pendapatan Kota Medan dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014

Tabel IV.4

Realisasi Penerimaan BPHTB Tahun 2012 – 2014

No Tahun Target Realisasi Pencapaian 1 2012 Rp 280.974.000.000 Rp 259.144.429.583 92,22% 2 2013 Rp 335.974.000.000 Rp 187.786.428.637 55,89% 3 2014 Rp 330.000.000.000 Rp 228.392.967.245 69,21%

Sumber data : Bidang Bagi Hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan

Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) di wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan yang

meliputi Wilayah Kerja Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor,

Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan

Sunggal, dan lainnya dari tahun ke tehun berbeda-beda, yang diperoleh

dari tahun 2012 adalah sebesar Rp 259.144.429.583 (Dua Ratus Lima

Puluh Sembilan miliar Seratus Empat Puluh Empat Juta Empat Ratus Dua

Puluh Sembilan Ribu Lima Ratus Delapan Puluh Tiga Rupiah) angka

tersebut hampir mendekati target di tahun 2012 yang sebesar Rp

280.974.000.000 (Dua Ratus Delapan Puluh Miliar Sembilan Ratus Tujuh

Puluh Empat Juta Rupiah) sehingga pencapaian di tahun 2012 mencapai

92,22 %.

Sedangkan di Tahun 2013 penerimaan BPHTB menurun menjadi

Rp 187.786.428.637 (Seratus Delapan Puluh Tujuh Miliar Tujuh Ratus

Delapan Puluh Enam Juta Empat Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Enam

Ratus Tiga Puluh Tujuh Rupiah) dari target yang direncanakan sebesar Rp

335.974.000.000 ( Tiga Ratus Tiga Puluh Lima Miliar Sembilan Ratus

Tujuh Puluh Empat Rupia) yang hanya mencapai persenan 55,89%.

Dan di Tahun 2014 dengan target Rp 330.000.000.000 (Tiga Ratus

Tiga Puluh Miliar Rupiah) Realisasi penerimaan BPHTB sebesar Rp

228.392.967.245 (Dua Ratus Dua Puluh Delapan Miliar Tiga Ratus

Sembilan Puluh Dua Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Tujuh Ribu Dua

Ratus Empat Puluh Lima Rupiah) dan mencapai persenan sebesar 69,21%,

angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) di Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan pada tahun

2012 sampai dengan Tahun 2014 dalam Surat Setoran Pajak Daerah

(SSPD) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sampai

saat ini masih mengalami peningkatan dan penurunan dari Tahun ke

Tahunnya. Kenaikan dan Penurunan yang terjadi ditentukan dari jumlah

transanksi Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di

Wilayah Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prosedur Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

merupakan tata cara perhitungan dan pembayaran Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang terutang berdasarkan pokok-pokok

aturan yang telah ditetapkan seperti Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) sebesar 5%, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP) adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 (Enam Puluh Juta

Rupiah) dan Rp. 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) dalam hal

Perolehan hak harena Waris dan atau Hibah Wasiat yang masih dalam

Hubungan Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat keatas

atau satu derajat ke bawah dengan pemberi Wasiat dan atau Hibah Wasiat

termasuk Suami dan atau Istri.

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) khususnya di Wilayah

Dinas Pendapatan Kota Medan disebabkan oleh kurangnya pemahaman Wajib

Pajak dan Notaris tentang Pendaerahan Bea Perolehan Hak atas tanah dan

Bangunan (BPHTB) bahwa sudah menjadi Pajak daerah; adanya temuan data-

data yang tidak sesuai yang dilakukan oleh Notaris dan atau Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) terkait dengan pemberkasan Surat Setoran Pajak Daerah

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SSPD BPHTB); Wajib Pajak

terlambat menerima Surat Setoran Pajak Terutang (SSPT).

B. Saran

Dalam pelaksanaan penelitian atau riset di Dinas pendapatan Kota

Medan mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan Kantor tersebut telah melaksanakan tugas-tugasnya secara baik

sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan Pemerintah dan Peraturan-

Peraturan yang berlaku, tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

Dinas Pendapatan Kota Medan yaitu :

1. Melakukan sosialisasi yang lebih intensif mengenai Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) telah menjadi pajak daerah.

2. Meningkatkan kinerja para Pegawai di Dinas Pendapatan Kota Medan

tersebut agar pelaksanaan penerimaan pajak dan data-data pajak dapat

terarah sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Memberikan pelayanan yang lebih ekstra kepada para pembayar pajak

yang lebih besar guna mempermudah dalam penyampaian, menyetorkan

dan melaporkan pajak yang terutang.

Penulis juga memikirkan beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh

Dinas pendapatan Kota Medan untuk Meningkatkan Penerimaan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah sebagai berikut:

1. Dalam hal Pemeriksaan diupayakan untuk mengecek sebaik mungkin

sehingga kekurangan-kekurangan bayar akan terdeteksi oleh Petugas

Dinas Pendapatan;

2. Mengecek langsung kelapangan kesesuaian data yang telah diperoleh.

3. Memberikan kepercayaan Wajib Pajak Dalam hal Menghitung,Membayar

dan Melaporkan Pajak Terutang yang sesuai pemungutan dengan Sistem

“Self Asissment”.

DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, Harry, Untung Supardi, 2010. Membedah Pengelolaan Administrasi PBB & BPHTB: Pengalaman di Pemerintah Pusat, Reperensi Untuk Implementasi Pajak Daerah, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Mardiasmo, 2013. Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi Publisher, Jakarta.

Muljono, Djoko, 2010. Panduan Brevet Pajak: PPN, PPNBM, BEA MATERAI, PBB, BPHTB, Penerbit Andi Publisher, Jakarta.

Purwono, Herry, 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak, Erlangga,

Jakarta. Resmi, Siti, 2013. Perpajakan; Teori dan Kasus 1 Edisi 8, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta. Rusjdi, Muhammad, 2008. PBB, BPHTB & Bea Materai, Penerbit Indeks,

Jakarta. Yuda, Aryanto, Tejo Birowo, Primandita, Fitriandi, 2006. Kompilasi Undang-

Undang Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Zain, Mohammad, 2006. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama, Salemba

Empat, Jakarta. Susunan dalam satu naskah Undang-Undang Perpajakan, Edisi Terbaru,

Penerbit Fokusmedia, Jakarta. Zaidar SH,M.HUM, 2014. Hukum Agraria Indonesia, Pustaka Bangsa, Medan.

Download http://duitkrincingan.wordpress.com/2013/04/23/bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan-bphtb/.

Download http://duitkrincingan.wordpress.com/2013/04/23/bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan-bphtb/.

Download http://leeinhae93.blogspot.com/2012/08/menilai-efektivitas-dengan-dialihkannya.html.

Download https://ml.scribd.com/doc/58704749/MEKANISME-PEMBAYARAN-BPHTB.

Download https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hak_atas_tanah