analisis produktivitas menggunakan...

64
i ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY PADA PROSES PRODUKSI KERIPIK TEMPE (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang) SKRIPSI Oleh: RIZQI NURLAIL AKBAR 135100307111011 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 23-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

i

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN GREEN

PRODUCTIVITY PADA PROSES PRODUKSI KERIPIK TEMPE (Studi Kasus

pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang)

SKRIPSI

Oleh: RIZQI NURLAIL AKBAR

135100307111011

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

ii

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN GREEN

PRODUCTIVITY PADA PROSES PRODUKSI KERIPIK TEMPE (Studi Kasus

pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang)

SKRIPSI

Oleh:

RIZQI NURLAIL AKBAR NIM 135100307111011

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 3: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Menggunakan Pendekatan

Green Productivity pada Proses Produksi Keripik

Tempe (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo

Sanan, Malang)

Nama Mahasiswa : Rizqi Nurlail Akbar

NIM : 135100307111011

Jurusan : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. Retno Astuti, STP. MT. Riska Septifani, STP, MP.

NIP. 19700521 200212 2 001 NIK. 201405 900925 2 001

Tanggal Persetujuan : Tanggal Persetujuan :

………………………………. ……………………………….

Page 4: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Menggunakan Pendekatan

Green Productivity pada Proses Produksi Keripik

Tempe (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo

Sanan, Malang)

Nama Mahasiswa : Rizqi Nurlail Akbar

NIM : 135100307111011

Jurusan : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Penguji I

Dr. Panji Deoranto, STP, MP

NIP. 19710806 200212 1 002

Dosen Penguji II Dosen Penguji III

Dr. Retno Astuti, STP. MT. Riska Septifani, STP, MP.

NIP. 19700521 200212 2 001 NIK. 201405 900925 2 001

Ketua Jurusan

Dr. Sucipto, STP, MP.

NIP. 19710806 200212 1 002

Tanggal Lulus Tugas Akhir :..........................................

Page 5: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rizqi Nurlail Akbar, lahir di Probolinggo, 29 Agustus 1994. Penulis merupakan putri kedua dari Bapak Harijono dan Ibu Aniek Nurhajati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Tisnonegaran 1 Probolinggo pada tahun 2007. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Probolinggo dan menyelesaikan pendidikannya tahun 2010, kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Probolinggo dan lulus pada tahun

2013. Selanjutnya ditahun yang sama melanjutkan pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian.

Tahun 2017 penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Selama masa pendidikannya di Universitas Brawijaya, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Bioindustri dan Penanganan Bahan dan Perencanaan Tata Letak Fasilitas. Penulis tercatat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian.

Page 6: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

vi

Alhamdulillah..... Terima kasih Ya Allah

Karya kecil ini aku persembahkan kepada

Kedua Orang Tuaku, kakakku, dan semua orang yang telah berjuang dan selalu

mendoakanku..

Page 7: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

vii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rizqi Nurlail Akbar NIM : 135100307111011 Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Judul Skripsi: Analisis Produktivitas Menggunakan Pendekatan Green

Productivity pada Proses Produksi Keripik Tempe (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang)

Menyatakan bahwa, Tugas Akhir dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku. Malang, 11 Agustus 2017 Pembuat Pernyataan, Rizqi Nurlail Akbar NIM. 135100307111011

Page 8: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

viii

RIZQI NURLAIL AKBAR. 135100307111011. Analisis Produktivitas Menggunakan Pendekatan Green Productivity pada Proses Produksi Keripik Tempe (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang). TA. PEMBIMBING Dr. Retno Astuti, STP. MT. dan Riska Septifani, STP, MP.

RINGKASAN

Keripik tempe merupakan salah satu makanan khas Kota Malang yang diproduksi oleh salah satunya UKM Putra Ridhlo. UKM merupakan sektor industri kecil yang masih mementingkan output dan laba tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan. Permasalahan tersebut ditimbulkan dengan adanya pembuangan material dan energi selama proses produksi. Suatu pendekatan yang tepat bertujuan untuk membantu sektor industri agar mampu meningkatkan produktivitas dan menurunkan dampak lingkungan adalah dengan model pendekatan Green Productivity. Tujuan penelitian ini mengukur nilai produktivitas, menentukan beberapa alternatif perbaikan, dan estimasi pengaruh dari alternatif terpilih.

Analisis limbah dilakukan dengan mengukur neraca massa berdasarkan diagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green waste. Alternatif disusun untuk menanggulangi beberapa masalah green waste. UKM Putra Ridhlo memiliki limbah hijau, yaitu energi, bahan, sampah, air, dan emisi. Pemilihan alternatif terbaik ditentukan dengan menggunakan perbandingan berpasangan. Pemilihan alternatif dilakukan oleh 2 orang ahli, yaitu pemilik UKM Putra Ridhlo dan salah satu pegawainya.

Hasil penelitian menunjukkan pada peta GVSM current yang memiliki nilai waste tergolong banyak yaitu pada proses penggorengan berupa emisi, dan waste air pada pembuatan bumbu, serta penerapan prosedur yang kurang tepat pada proses pengemasan. Alternatif perbaikan untuk meningkatkan nilai produktivitas ada 3 alternatif yaitu standarisasi berat kemasan dengan nilai GPI 0,30, penggunaan blower pada saat penggorengan dengan nilai GPI 0,29, dan penakaran air dengan gelas ukur saat pembuatan bumbu dengan nilai GPI 0,28. Ketiga alternatif tersebut dengan pemilihan oleh pakar mendapatkan alternatif prioritas yaitu standarisasi berat kemasan dengan rentang 100-101 gram per kemasan yang berisi 15 keripik tempe.

Penerapan green produktivity ini mungkin dapat diimplementasikan pada UKM karena dapat memperbaiki dari segi ekonomi dan dampak lingkungan. Pada UKM hal yang paling penting dalam peningkatan produktivitas yaitu standarisasi yang telah dibuat harus dipenuhi apapun kendalanya. Penelitian selanjutnya dapat mengukur produktivitas dengan metode yang lain seperti Benefit Cost Rasio (BCR).

Kata Kunci: green productivity,keripik tempe, pairwise comparison,

Page 9: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

ix

RIZQI NURLAIL AKBAR. 135100307111011. Analysis of Productivity Using Green Productivity Approach in Process of Tempeh Chips Production (Study Case in UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang). TA. ADVISOR Dr. Retno Astuti, STP. MT. dan Riska Septifani, STP, MP.

SUMMARY

Tempeh chips is one of special snacks from Malang that produced by UKM Putra Ridhlo. Small and Medium Enterpase (SME) is small industrial sector which only corcern in output and profit without considering environmental impact. This problem is caused by disposal material and energy during its production. The right approach to help industrial sector in increase productivity and decreasing environmental impact, is Green Productivity model. This research aimes to measure productivity value in a bussiness, determine productivity of recomend, and estimate the impact of the best alternatif

Waste analysis was carries out by measuring mass balance base on production flowchart. Green waste was identified based on Green Value Stream Mapping. Some alternatives for overcoming the green waste then were identified. UKM Putra Ridhlo has green waste, i.e energy, material, trash, water, and emision. The selection of the best alternatives was determined using pairwise comparison. Its by 2 experts, i.e the owner of UKM Putra Ridhlo and one of its employee.

The result of this research showed that the whish waste value were on the frying process in form of emision, water waste in seasoning, and inappropriate procedures on packing process. There was 3 improvement alternatives to increase the productivity value, i.e product weight standarization with GPI value of 0,30, the use of blower is only for frying with GPI value of 0,29, and water measurement with measuring glass in seasoning process with GPI value of 0,28. The best alternative was product standarization in packaging should be implemented in UKM Putra Ridhlo to increase the productivity with range of 100-101 grams per pack which consist of 15 tempe chips.

Green productivity could be implemented in UKM Putra Ridhlo because it can improve the economic sector and environmental impact. The important thing in UKM Putra Ridhlo to increase the productivity is standarization that have been made must be fulfilled whatever barriers are. Sugeestion fot the next research is productivity measurement using with other methods, such as like Benefit Cost Rasio (BCR).

Keyword: green productivity, pairwise comparison ,tempeh chips

Page 10: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugerah-Nya

penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Produktivitas

Menggunakan Pendekatan Green Productivity pada Proses Produksi Keripik

Tempe (Studi Kasus pada UKM Putra Ridhlo Sanan, Malang) dengan baik.

Penyusunan TA ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Teknologi Pertanian.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang banyak memberi dukungannya dan doa.

2. Dr. Retno Astuti, STP, MT selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

3. Riska Septifani, STP, MP selaku selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

4. Pemilik dan Seluruh Tenaga Kerja UKM Putra Ridhlo yang telah membantu berjalannya penilitian.

Penyusun menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan

pengalaman dalam pembuatan laporan ini. Penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya TA ini. Akhirnya harapan penyusun semoga TA ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 17 Juli 2017

Penulis

Page 11: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJAN .................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... iv

HALAMAN PERUNTUKKAN ............................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ vi

RINGKASAN ..................................................................................................... vii

SUMMARY .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5

2.1 Keripik Tempe .......................................................................................... 5

2.2 Produktivitas ............................................................................................ 6

2.3 Green Productivity .................................................................................... 7

2.3.1 Konsep Green Productivity .............................................................. 7

2.3.2 Metode Green Productivity .............................................................. 8

2.4 Neraca Massa .......................................................................................... 8

2.5 Green Value Stream Mapping (GVSM) .................................................. 11

2.6 Penilaian Kinerja .................................................................................... 12

2.3.1 Dampak Lingkungan ...................................................................... 12

2.3.1 Green Productivity Index (GPI) ...................................................... 13

2.7 Pairwise Comparison ............................................................................. 14

2.8 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 14

III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 16

Page 12: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

xii

3.2 Batasan Masalah dan Asumsi ................................................................ 16

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 16

IV. PEMBAHASAN ........................................................................................... 16

4.1 Profi UKM Putra Ridhlo .......................................................................... 28

4.2 Diagram Alir Pembuatan Keripik Tempe................................................. 29

4.3 Neraca Massa ........................................................................................ 30

4.4 Green Value Stream Mapping Current (GVSM) ...................................... 34

4.5 Nilai Green Productivity Index (GPI) ....................................................... 36

4.6 Pemilihan Alternatif ................................................................................ 39

4.7 Perhitungan Alternatif Terpilih ................................................................ 41

4.8 Peningkatan Nilai GPI Alternatif Terpilih ................................................. 42

4.9 Green Value Stream Mapping Future GVSM) ........................................ 43

V. PENUTUP .................................................................................................... 45

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 45

5.2 Saran ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

LAMPIRAN ........................................................................................................ 49

Page 13: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Kerja, Tahapan, dan Tools Green Productivity .................... 9

Tabel 2.2 Tujuh Sumber Pembangkit Limbah .................................................... 12

Tabel 3.1 Kategori Variabel Green Waste ......................................................... 20

Tabel 3.2 Hasil Analisis Green Waste Produksi Keripik Tempe ......................... 22

Tabel 3.3 Bobot Indikator Pada ESI................................................................... 24

Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan .................................................. 25

Tabel 3.5 Nilai Acak (RI) Matriks ....................................................................... 26

Tabel 4.1 Hasil Analisa Green Waste Produksi Keripik Tempe ......................... 34

Tabel 4.2 Tiga Indikator Lingkungan GPI dan Hasil Bobot dalam GPI ....................... 38

Tabel 4.3 Bobot Alternatif Solusi dari 2 Pakar ........................................................ 42

Tabel 4.4Perbandingan Nilai IE serta EI Current dan Future........................................43

Tabel 4. 5 Nilai GPI rasio Alternatif Perbaikan ........................................................ 43

Page 14: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Neraca Massa Lengkap beserts Ilustrasi ....................................... 10

Gambar 2.2 Ilustrasi Diagram Alir ..................................................................... 10

Gambar 2.3 Peta Green Value Stream Mapping ............................................... 12

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ....................................................................... 17

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Keripik Tempe ........................................ 21

Gambar 3.3 GVSM Keripik Tempe .................................................................... 23

Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Keripik Tempe ........................................ 30

Gambar 4.2 Neraca Massa Pemotongan Tempe .............................................. 31

Gambar 4.3 Neraca Massa Pembuatan Bumbu ................................................ 31

Gambar 4.4 Neraca Massa Penggorengan ....................................................... 33

Gambar 4.5 Neraca Massa Pengemasan ......................................................... 33

Gambar 4.6 Pemetaan GVSM Current Produksi Keripik Tempe ....................... 35

Gambar 4.7 Pemetaan GVSM Future Produksi Keripik Tempe ......................... 45

Page 15: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Konversi Air dan Minyak ........................................... 49

Lampiran 2. Analisis Konversi Energi menjadi Emisi ........................................ 50

Lampiran 3. Rincian Biaya Produksi ................................................................. 51

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 53

Lampiran 5. Perhitungan Konsistensi Pakar ..................................................... 56

Lampiran 6. Perhitungan GPI Rasio Alternatif 1................................................ 59

Lampiran 7. Perhitungan GPI Rasio Alternatif 2................................................ 62

Lampiran 8. Perhitungan GPI Rasio Alternatif 3................................................ 65

Lampiran 9. Gpi Rasio ...................................................................................... 68

Lampiran 10. Dokumentasi ............................................................................... 69

Page 16: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peningkatan wisatawan domestik pada suatu daerah akan berdampak

pada meningkatnya pemintaan pada makanan atau pusat oleh-oleh khas suatu

daerah. Meningkatnya permintaan ini akan mendorong sektor industri untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik kota Malang

pada tahun 2014 terjadi kenaikan wisatawan domestik sebesar 28% yaitu

dengan jumlah pengunjung 158.343 jiwa dan kenaikan signifikan terjadi pada

tahun 2015 sebesar 77% dengan jumlah pengunjung 281.394 jiwa. Peningkatan

wisatawan Kota Malang yang sangat signifikan dari waktu ke waktu maka akan

meningkatkan permintaan kebutuhan pada sektor transportasi, penginapan, dan

sektor industri pangan. Kebutuhan sektor industri pangan oleh wisatawan

domestik terdiri dari dua klasifikasi yaitu makanan pokok (restoran) dan pusat

oleh-oleh. Di Kota Malang terdapat beberapa pusat oleh-oleh merupakan tempat

untuk menjual makanan khas Malang. Salah satu makanan khas Kota Malang

adalah keripik tempe.

Pusat oleh - oleh keripik tempe di Kota Malang berada di daerah Sanan,

dimana terdiri dari beberapa UKM. UKM merupakan usaha kecil dan menengah

dengan ciri-ciri yaitu skala usaha kecil dengan omset kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000 juta rupiah, bersifat padat karya, berbasis sumber daya

lokal dan sumber daya alam, serta pelaku binis tersebar dengan jumlah yang

relatif banyak (Arifin dan Giana, 2007). Menurut UU No. 9 tahun 1995 ciri-ciri

UKM adalah sebagai berikut : memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000, milik Warga Negara Indonesia dan

bukan merupakan anak atau cabang perusahaan, dan berbentuk usaha orang

perorangan. Putra Ridhlo merupakan salah satu UKM keripik khas Malang di

daerah Sanan yang memproduksi beberapa macam keripik dengan produk

utama yaitu keripik tempe. UKM Putra Ridhlo menjadi tempat penelitian ini

dikarenakan UKM ini hanya memproduksi tempe dari supplier menjadi keripik

tempe dengan kapasitas produksi yang tinggi. Pembuatan keripik tempe memiliki

beberapa tahapan proses dengan bahan baku utamanya yaitu tempe. Proses

pembuatan keripik tempe pada UKM ini masih tergolong usaha padat karya.

UKM Putra Ridhlo memproduksi keripik tempe kurang lebih 2000 bungkus

Page 17: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

2

perhari yang terdiri dari varian rasa dan original setiap harinya. Bahan baku

tempe yang digunakan sebanyak 48 kg dengan waktu produksi rata-rata 8

jam/hari. Pemasaran keripik tempe Putra Ridhlo ini cukup luas yaitu pada pusat

oleh-oleh di beberapa tempat daerah Kab/Kota Malang seperti Lawang, Batu,

dan Pandaan. Peningkatan jumlah wisatawan akan mempengaruhi permintaan

konsumen. Kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan cara meningkatkan

produktivitas pada setiap lini proses produksi, baik dari segi peningkatan hasil

produksi, kualitas produksi dan efisiensi penggunaan sumber daya.

Produktivitas dapat diukur dengan membandingkan antara output dengan

input. Output merupakan produk yang dihasilkan melalui suatu proses produksi

sedangkan input adalah sumber daya (resource) yang digunakan dalam suatu

proses produksi (Fitri dkk, 2014). Proses produksi yang kurang maksimal

menimbulkan beberapa permasalahan pada lingkungan sekitar. Permasalahan

tersebut ditimbulkan dengan adanya pembuangan material dan energi selama

proses produksi yang akan membebani lingkungan. Strategi perbaikan

produktivitas yang baik yaitu meningkatkan output dengan memperkecil atau

menghemat input. Output yang terdiri dari produk dan limbah/emisi dipengaruhi

oleh waste yang dihasilkan dalam proses produksi yang kurang efisien.

Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan pada sekitar area produksi

berasal dari pembuangan limbah yang relatif banyak. Limbah yang dihasilkan

selama proses pembuatan keripik tempe yaitu penggunaan air pada saat

produksi, sisa material, minyak sisa proses penirisan, gas LPG yang

menghasilkan asap, sisa kemasan yang rusak, dan plastik bahan baku tempe.

Beberapa limbah tersebut memiliki dampak negatif pada lingkungan. UKM Putra

Ridlho memerlukan sekitar 12 tabung gas yang berukuran 3 kg dan minyak

sebanyak 15 Liter untuk memproduksi 48 kg tempe perharinya. Menurut Ahmadi

(2009) minyak goreng bekas sisa dari proses produksi berjumlah cukup tinggi

dengan sumber kerusakan yang utama pada minyak yang dapat diamati secara

visual adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebabkan oleh autooksidasi

radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak dan peningkatan bilangan

peroksida dan Thiobarbituric Acid (TBA), serta dihasilkan senyawa aldehida dan

keton.

Suatu pendekatan yang tepat untuk membantu sektor industri agar

mampu meningkatkan produktivitas sekaligus menurunkan dampak lingkungan

adalah dengan model Green Productivity. Green Productivity adalah suatu

Page 18: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

3

strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan performansi

lingkungan secara bersamaan dalam pembangunan sosial-ekonomi secara

menyeluruh. Strategi perbaikan produktivitas di dalamnya, termasuk aspek

ekonomi dan kualitas lingkungan serta pengembangan sosial ekonomi

merupakan kunci dari definisi produktivitas hijau (APO, 2006). Pendekatan ini

melakukan kegiatan perbaikan proses produksi melalui pemanfaatan yang lebih

baik dari sumber daya dan material yang mampu untuk mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan. Green Productivity menerapkan pemikiran bahwa

lingkungan yang sehat dan faktor ekonomi yang kompetitif adalah saling

berpengaruh. Pada green productivity penentuan nilai dampak pada lingkungan

yang diidentifikasi pada setiap proses dengan menggunakan green value stream

mapping (GVSM). Pemetaan tersebut akan menjabarkan beberapa masalah

yang memerlukan alternatif terbaik untuk solusi penanganan.

Pemilihan alternatif ini harus memperhatikan beberapa aspek pada green

productivity. Pemilihan alternatif pada suat masalah dengan beberapa aspek

dapat menggunakan metode pairwise comparison. Metode ini memberikan suatu

kerangka berpikir yang terorganisir, rasional, dan komprehensif dalam

menstruktur suatu masalah untuk mendapatkan alternatif terbaik. Penelitian

dengan metode pairwise comparison melalui mekanisme perbandingan

berpasangan. Elemen kriteria yang terdapat pada level yang sama dapat

dibandingkan antara satu dengan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa produktivitas proses produksi keripik tempe di UKM Putra Ridhlo

diukur menggunakan metode Green Productivity?

2. Bagaimana prioritas alternatif upaya untuk mereduksi limbah guna

meningkatkan produktivitas UKM Putra Ridhlo menggunakan pairwise

comparison?

3. Bagaimana pengaruh alternatif terpilih untuk peningkatan produktivitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengukur produktivitas proses produksi keripik tempe di UKM Putra Ridhlo

diukur menggunakan metode Green Productivity.

Page 19: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

4

2. Menentukan prioritas alternatif upaya untuk mereduksi limbah guna

meningkatkan produktivitas UKM Putra Ridhlo menggunakan pairwise

comparison

3. Mengestimasi pengaruh alternatif terpilih dalam upaya peningkatan

produktivitas

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. Dapat memberikan gambaran produktivitas UKM serta dampak lingkungan

yang diberikan sehingga dapat mengetahui beberapa upaya alternatif yang

dapat digunakan untuk perbaikan untuk metode maupun beberapa perbaikan

pada alat yang digunakan.

2. Diharapkan Green Productivity merupakan metode yang tepat untuk upaya

peningkatan produktivitas UKM dan mengurangi dampak lingkungan yang

ditimbulkan akibat proses produksi.

Page 20: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

6

plastik atau kaca, alumunium foil, dan masih banyak lagi yang lainnya, yang

penting kemasan tidak menembus udara dan tidak terkontaminasi oleh minyak

yang dapat merubah rasa dan bentuk keripik. Sertakan silica gel dimasukkan ke

dalam kemasan untuk menjaga kerenyahan. Beras yang akan dibuat tepung,

sebelum ditumbuk atau digiling lebih dulu direndam dalam air kapur selama satu

jam. Tepung beras yang akan dipakai untuk adonan keripik tempe harus baru

dan berasal dari beras padi dipanen pada saat umur lebih dari 165 hari dan

termasuk varietas lokal. Fungsi tepung adalah untuk memperkuat tempe yang

sangat tipis dan untuk melekatkan bumbu. Tepung beras digunakan agar tekstur

keripik tempe keras dan kaku, sedangkan tepung kanji memperkuat tekstur

permukaan keripik tempe yang tipis (Sarwono, 2007).

2.2 Produktivitas Produktivitas merupakan kunci pendorong vitalitas dan pertumbuhaan

ekonomi suatu bangsa, dan mutu kehidupan suatu bangsa tidak ditentukan oleh

kekayaan sumber daya alamnya, melainkan oleh tingginya tingkat produktivitas

masyarakatnya. Produktivitas merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas dari

penggunaan elemen produksi. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu

mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada dan menerapkan teori-teori serta

metode-metode baru untuk kemajuan organisasi (Idris, 2016). Faktor-faktor yang

digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas

kerja, dan ketepatan waktu. Produktivitas terdiri dari dua dimensi yaitu efektivitas

dan efisiensi. Efektivitas mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan

kualitas, kuantitas, dan waktu. Efisiensi berkaitan dengan upaya membandingkan

input dengan realisasi penggunaannya serta terlaksananya perkerjaan tersebut

dengan baik (Afandi, 2016).

Nilai Produktivitas dapat menunjukkan seberapa efektif suatu proses yang

bertujuan untuk meningkatkan output serta seberapa besar efisiensi yang

dilakukan pada penggunaan input (Gaspersz, 2000). Efisiensi merupakan suatu

ukuran dalam membandingkan input yang sebenarnya. Apabila penghematan

penggunaan input besar maka tingkat efisiensinya tinggi, dan sebaliknya apabila

penghematan input kecil maka tingkat efisiensi rendah. Efektivitas merupakan

suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai

(output). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumus produktivitas yaitu

(Umar 2003):

Page 21: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

7

(1)

2.3 Green Productivity 2.3.1 Konsep Green Productivity Green Productivity (GP) dapat diartikan sebagai produktivitas ramah

lingkungan yang merupakan bagian dari program peningkatan produktivitas

ramah lingkungan dalam rangka menjawab isu global tentang pembangunan

berkelanjutan (sustainable development). Konsep green productivity diambil dari

penggabungan dua hal penting yaitu perlindungan lingkungan dan peningkatan

produktivitas (Fitri dkk., 2015). Green productivity merupakan strategi

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup secara

keseluruhan dan bersamaan untuk keberlanjutan. Faktanya, ketika green

producitvity diimplementasikan pada perusahaan, maka akan mengalami

perbaikan produktivitas melalui biaya limbah yang memberikan pengaruh pada

pengelolaan lingkungan, seperti pengurangan sumber daya, minimasi limbah,

pengurangan polusi, dan produksi yang lebih baik. Pengimplementasian tersebut

dapat menyebabkan peningkatan keuntungan dan melindungi lingkungan yang

akan mengarah pada terjadinya sustainable development (APO, 2006).

Konsep GP atau produktivitas hijau memandang produktivitas dalam

beberapa lensa, yaitu konsep teknis, sosial, ekonomi, manajemen, dan integrasi.

Konsep produktivitas secara teknis atau produksi sangat berguna dalam

pengukuran, misalnya mendayagunakan (utilitas) sumber daya yang ada untuk

menghasilkan keluaran (output) yang dikehendaki sehingga adanya perubahan

dalam produktivitas. Produktivitas sebagai konsep ekonomi berarti kemampuan

untuk menciptakan nilai bagi konsumen. Perolehan secara ekonomi (economic

gains) untuk karyawan, manajemen, pemerintah beserta semua stakeholder

diukur dalam bentuk nilai tambah (value added) yang dapat berasal dari

peningkatan input atau peningkatan produktivitas bertujuan untuk eksistensi

organisasi bisnis. Produktivitas sebagai konsep manajemen berkaitan dengan

efektivitas dan efiensi yang berarti manajemen memberikan definisi kerja untuk

mengelola dan meningkatkan produktivitas pada level mikro atau organisasi

(Marimin dkk.,2015). Konsep produktivitas secara sosial mengacu pada aspek-

aspek untuk perlindungan lingkungan. Pengurangan zat polusi menyebabkan

berkurangnya limbah padat, emisi udara, dan kebisingan. Konservasi sumber

daya terbarukan dan tidak terbarukan (Rao, 2003).

Page 22: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

8

2.3.2 Metode Green Productivity Kerangka upaya menuju GP merupakan kombinasi aplikasi teknologi

produktivitas dan manajemen lingkungan yang dapat mengurangi dampak

negatif lingkungan sebagai akibat dari aktivitas perusahaan/ industri untuk

menghasilkan produk atau jasa serta meningkatkan profit dan keunggulan daya

saing industri. Green productivity sebagai suatu strategi penyelesaian masalah

yang menempatkan pola pikir korektif dan preventif untuk mengembangkan

tindakan manajerial dan teknikal (Suder, 2006). Metodologi dalam GP, awalnya

dikembangkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan teknis dalam industri

manufaktur. Metodologi GP diperbaiki oleh APO berdasarkan prinsip Kaizen (5R)

dan siklus Plan, Do, Check, Action (PDCA). Saat ini metodologi GP dapat

digunakan untuk semua perusahaan baik skala kecil (UKM) maupun skala besar

seperti perusahaan tekstil, makanan dan minuman (APO, 2006).

Metodologi green productivity terdapat enam langkah penting yang

dilengapi dengan spesifikasi spesifikasi tugas, yaitu getting started, planning,

generation and evaluation of GP options, implementation of GP options,

monitoring and review, and sustaining GP. Metodologi yang dapat diterapkan

pada perusahaan atau industri rumah tangga berguna dalam proyek

pengembangan masyarakat (APO, 2006). GP memiliki berbagai alat, teknik dan

teknologi. Setiap perusahaan atau industri menggunakan lebih dari satu alat,

teknik, dan teknologi. Beberapa teknik tersebut seperti daur ulang, pengendalian

proses, modifikasi tata letak, modifikasi teknologi, dll untuk memaksimumkan

hasil dan perbaikan efisiensi (Marimin dkk., 2015). Kerangka Kerja, Tahapan dan

Tools Green Poduktivity dapat dilihat pada Tabel 2.1. 2.4 Neraca Massa

Neraca massa (Mass Balance) digunakan untuk melihat jumlah aliran

bahan yang masuk dengan bahan yang keluar dalam suatu proses berdasarkan

hukum kekekalan massa, yaitu jumlah aliran yang masuk sama dengan jumlah

aliran keluar. Prinsip dasar yang digunakan apabila dalam suatu proses tidak ada

akumulasi dalam peralatan processing, maka jumlah bahan yang masuk akan

sama dengan jumlah bahan keluaran. Hal tersebut menyatakan bahwa tidak ada

bahan yang hilang maupun tidak ada penambahan dari luar (Maflahah, 2010).

Hukum kekekalan massa (Lomonosov-Lavoiser) adalah suatu hukum yang

menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi

Page 23: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

9

bebagai macam proses di dalam sistem tersebut, dan berlaku sebaliknya pada

sistem terbuka. Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum

kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat

diciptakan atau dimusnahkan (Wahyu dan Ruzita, 2009). Tabel 2.1 Kerangka Kerja, Tahapan, dan Tools Green Poductivity

Tahapan Tasks Tools Step 1 Tahapan Memuai

a. Membentuk Tim GP b. Walk through survey and

mengumpulkan informasi

a. Brainstorming b. Attribute analysis c. Needs analysis d. Responsibility matrix e. Checklists, tally charts f. Flowcharts and process

flow diagram g. Material balance

Step 2: Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penyebab

b. Menetukan objek dan target

a. Brainstorming b. Cause and effect analysis

(Ishikawa) c. Critical path analysis d. Eco-mapping e. Gantt chart

Step 3: pemilihan dan evaluasi opsi GP

a. Menyusun alternatif, alternatif GP

b. Screening, evaluation, and priorization alternatif GP

a. Brainstorming b. Cost benefit analysis c. Eco-mapping d. Failure made and effect

analysis e. Pareto charts f. Program Evaluation

Review Technique (PERT) Step 4: Implementasi

a. Merencanakan implementasi GP

b. Mengimplementasikan alternatif GP

c. Training, awareness building dan mengembangkan kompetensi

a. Training need analysis b. Team briefing c. Responsibility matrix d. Critical path analysis e. Gantt chart f. Spider web diagrams

Step 5: Pemantauan dan review

a. Monitor dan mengevaluasi hasil

b. Managemen review

a. Solution effect analysis b. Eco-mapping c. Failure mode and effect

and analysis d. Charts (control, tally, etc.)

Step 6: pelestarian

a. Menggabungkan perubahan b. Mengidentifikasi permasalahan

baru

a. The tools are repeated here, since the activities are looped back to the previous step

Sumber : APO ( 2006).

Model neraca massa menjelaskan beberapa aliran. Aliran sumber

menggambarkan aliran sumbedaya alam ke dalam kegiatan ekonomi. Aliran

residu (limbah) menggambarkan bahan dasar memasuki proses dan dibuang

kembali ke alam sebagai hasil samping atau limbah. Aliran pada model neraca

massa menunjukkan sebagian limbah dapat dipulihkan kembali (dibuang dalam

tingkat pencemaran standar) dan daur ulang untuk kegunaan lain atau dipakai

Page 24: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

10

kembali dalam bentuk semula (Yasa, 2010). Analisis aliran material

menggunakan peta aliran material hijau (GVSM) untuk menganalisa tujuh jenis

sumber pembangkit limbah (seven green wastes). Tahap pengukuran tingkat

produktivitas dilakukan setelah didapatkan data tujuh sumber pembangkit limbah

dari peta aliran material hijau (GVSM). Peta ini dapat digunakan sebagai alat

identifikasi peluang dalam berbagai teknik penghematan (Marimin dkk., 2013).

Neraca massa lengkap beserta ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Ilustrasi diagram alir dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Neraca Massa Pengolahan Minyak Kelapa

Sumber: Wardana (2008)

Gambar 2.2 Diagram Pembuatan Keripik Tempe

Sumber: Ersa, (2009)

Tempe

Diiris tipis (+1,1,5 mm)

Dicelup dalam adonan bumbu

Digoreng sampai masak

Keripik Tempe

Bawang Putih, Ketumbar, Kemiri

Dihaluskan

Dicampur

Adonan

Tepung beras, kapur sirih, garam, santan

Page 25: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

11

2.5 Green Value Stream Mapping (GVSM)

Green Value Stream Mapping (GVSM) merupakan pengembangan dari

Value Steam Mapping (VSM). VSM mengidentifikasi cara untuk mendapatkan

aliran material dan aliran informasi tanpa adanya gangguan. Metode GVSM

menganalisis limbah yang dilihat dari aspek lingkungan (Fitri dkk., 2015). VSM

berusaha mengurangi limbah produksi yang diterjemahkan sebagai pemborosan,

sedangkan GVSM berusaha mengurangi limbah lingkungan yang diterjemahkan

sebagai limbah lingkungan. Metode pemetaan ini dikembangkan oleh Wills

(2009) sebagai teknik untuk menerapkan prinsip green intenstion yaitu dengan

menggunakan metode GVSM. Pemetaan GVSM memiliki dua jenis pemetaan,

yaitu pemetaan saat ini (current state) dan pemetaan masa mendatang (future

state). Pemetaan GVSM dapat dilihat pada Gambar 2.3. Menurut Marimin dkk

(2015) Konsep GVSM menggunakan tujuh sumber pembangkit limbah yang

antara lain:

1. Pemakaian energi

2. Air

3. Material

4. Sampah

5. Transportasi

6. Emisi

7. Biodiversitas

Pada GVSM kegiatan operasi bisnis harus memperhatikan aspek atau

perspektif lingkungan, apabila operasi bisnis tersebut memberikan beban

lingkungan, sehingga harus diubah atau dihilangkan. Tujuan GVSM adalah

mentransformasikan organisasi manjadi berkelanjutan secara lingkungan dengan

pembentuk limbah pada GVSM, yaitu energi, air, bahan, sampah, transportasi,

emisi, dan biodiversitas (Wills, 2009). Pemakaian energi didapatkan dari

konsumsi energi tiap mesin dan energi untuk mengkondisikan ruang produksi

dengan kondisi suhu dan kelembaban udara sesuai standar perusahaan.

Konsumsi air didapatkan dari pencucian mesin dan peralatan produksi, sampah

bahan baku, dan sampah proses didapatkan dari hasil produksi. Transportasi

didapatkan dari proses pemindahan dari bahan baku dan produk jadi.

Biodiversity didapatkan dari pencemaran terhadap tanah karena konservasi

Page 26: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

12

tanah (Bahara dkk., 2015). Tujuh sumber pembangkit limbah dapat dilihat pada

Tabel 2.2 Tabel 2.2 Tujuh Sumber Pembangkit Limbah (Wills,2009)

Limbah Definisi dari Limbah

Energi Biaya untuk mengkonsumsi lebih banyak energi dari yang dibutuhkan dari sumber yang berdampak negatif lingkungan

Air Biaya untuk menggunakan air lebih dari yang dibutuhkan Material Penggunaan bahan-bahan yang dirancang menjadi produk yang

berakhir di TPA daripada digunakan kembali

Sampah Biaya untuk membayar sesuatu yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan jika anda membuangnya

Transportasi Biaya karena perjalanan yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dari pembakaran bahan bakar fosil

Emisi Biaya yang terkait dengan pembuangan polutan di lokasi Biodiversitas Biaya yang terkait dengan kerusakan langsung flora, fauna, dan

organisme yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur

Gambar 2.3 Peta Green Value Stream Mapping Sumber: Marimin, (2013)

2.6 Penilaian Kerja 2.6.1 Dampak Lingkungan Bobot dan indikator GP ditentukan berdasarkan hasil analisis para pakar

dunia yang terangkum dalam Environmental Sustainability Index atau ESI.

Pembuatan ESI didasarkan oleh penentuan lima jenis komponen penilaian

kualitas lingkungan yang mencakup 21 indikator kelestarian lingkungan dan 76

Page 27: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

13

variabel yang mendasari penilaian bobot masing-masing indikator (Yale Center

for Environmental Law and Policy Report 2005 dalam marimin, 2015). Menurut

Gandhi et al., (2006) Nilai dampak lingkungan merupakan penjumlahan dari

limbah udara, limbah air, dan limbah padat. Dampak Lingkungan merupakan

penjumlahan tiga bobot variabel lingkungan (GPI). Tiga variabel tersebut yaitu

limbah gas atau gaseous wastes generation (GWG), limbah padat atau solid

wastes generation (SWG), dan limbah cair atau water consumption (WC).

Tingkat pencemaran pada tanah (LC).

Nilai dampak lingkungan atau environment impact (EI) tergantung pada

hasil perkalian antara penjumlahan persamaan bobot indikator produktivitas hijau

dengan besarnya jumlah limbah setiap jenis indikator. Semakin besar nilai

dampak lingkungan menunjukkan semakin besarnya dampak terhadap

lingkungan yang dihasilkan dari suatu proses (Marimin et.al, 2014).

2.6.2 Green Productivity Indeks (GPI) Green Productivity Indeks (GPI) merupakan ukuran dari dua dimensi

yang berbeda yaitu dimensi perlindungan lingkungan dan peningkatan

produktivitas. Indeks GPI mengkombinasikan penggerak nilai menjadi satu

ukuran untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Green Productivity Indeks

(GPI) sebagai rasio antara produktivitas suatu sistem dan dampaknya terhadap

lingkungan (Marimin, 2015). GPI merupakan perhitungan dampak

lingkungan,hasil analisis generasi ketujuh limbah yang memiliki diperoleh dari

peta aliran material hijau (keadaan saat) memproses kegiatan ini diklasifikasikan

menjadi empat GPI variabel lingkungan. Emisi dalam proses gas diklasifikasikan

sebagai Gaseous Wastes Generation (GWG), penggunaan air diklasifikasikan ke

dalam Water Consumption (WC), yang limbah yang dihasilkan diklasifikasikan ke

dalam Solid Wastes Generation (SWG), dan penggunaan bahan rahasia ke

tanah variabel (LC) (Marizka dkk., 2015).

Metodologi untuk mengembangkan GPI merupakan upaya untuk

menggeneralisasi desain GPI untuk perhitungan yang lebih besar. Langkah-

langkah metodologi GPI terdiri dari tiga aspek yaitu 1) konseptualisasi value yang

ingin dicapai perusahaan, 2) pengembangan value driver, dan 3) mengaitkan

value driver melalui pembobotan (Gandhi et al., 2006). Menurut Marimin (2015),

Green Productivity Indeks (GPI) dapat membantu kekosongan dalam evaluasi

kinerja lingkungan dan juga langkah menuju pendekatan kuantitatif pada

pengambilan keputusan lingkungan.

Page 28: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

14

2.7 Pairwise Comparison Comparative judgement dilakukan dengan memberikan penilaian tentang

kepentingan relatif antar kriteria. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk

matriks perbandingan berpasangan atau matriks keputusan. Metode

perbandingan berpasangan melibatkan satu-satu perbandingan antara masing-

masing indikator. Tim ahli diminta untuk membuat penilaian komparatif pada

kepentingan relatif dari masing-masing pasangan indikator dalam hal kriteria

mereka mengukur. Penilaian ini digunakan untuk menetapkan bobot relatif

terhadap indikator (Macoun and Ravi, 1999). Metode perbandingan berpasangan

dapat dianalisis untuk konsistensi. Indeks konsistensi ini dapat menunjukkan bila

ada inkonsistensi besar di antara tanggapan, dan membantu untuk pin titik di

mana inkonsistensi telah terjadi. Hal ini dapat membantu membuat analisis yang

lebih handal dan akurat. Asumsi yang mendasari adalah: a) di bawah diberikan

kriteria dua alternatif memiliki nilai subjektif bagi pengambil keputusan dan b)

pernyataan menghakimi dimana preferensi relatif dari beberapa alternatif

memberikan perkiraan rasio (Lootsma,2007)

Perbandingan berpasangan adalah kemudahannya untuk menganalisis

konsistensi penilaian yang dibuat oleh tiap pakar. Bentuk dari skala

perbandingan untuk penilaian yaitu skala penilaian perbandingan berpasangan

(paired comparison rating scale) dan skala penilaian jumlah konstan (constan

sums ratting scales) (Hermawan, 2009). Pembobotan prioritas dari faktor internal

dan eksternal dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan

metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara, penyebaran kuesioner, pengamatan

langsung, dan pencatatan data internal perusahaan (Marimin, 2004).

2.8 Penelitian Terdahulu Bahara dkk (2015) baikan

tersebut berada pada PT. XYZ. Permasalahan pada perusahaan tersebut yaitu

pada PT XYZ masih berfokus pada peningkatan citra produk yang terjual ke

pasar, sedangkan di area pabrik pelaksanaan aktivitas hijau masih belum terlihat.

Faktor-faktor dan limbah yang terkait dengan dampak lingkungan diidentifikasi

menggunakan Green Value Steam Mapping (GVSM). Nilai dampak lingkungan

yang didapatkan dari penjumlahan nilai indeks produktivitas awal yaitu 27,20.

Page 29: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

15

Peningkatan nilai indeks dengan menurunkan biaya produksi dan menurunkan

dampak pada lingkungan. Strategi peningkatan tersebut melibatkan pakar dan

menggunakan metode AHP. Alternatif solusi untuk meningkatkan GPI yaitu yang

terbesar pada alternatif menggunakan mesin pengemas otomatis dengan bobot

sebesar GPI:29,44. Faktor yang mempengaruhi GPI pada aspek produksi yaitu

biaya energi dan biaya tenaga kerja, sedangkan pada aspek dampak lingkungan

dipengaruhi oleh emisi CO2 dan penggunaan air.

Produktivitas Dan Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Green

Productivity

dilakakukan di PT. Tiara Kurnia, Malang. Perusahaan tersebut merupakan

industri pupuk organik granul dengan permasalahan memiliki limbah yang relatif

banyak salah satunya yaitu karbondioksida dan gas methana. Penelitian diawali

dengan mengidentifikasi sumber penyebab limbah, menentukan tujuan dan

target, dan menyusun alternatif green productivity. Alternatif perbaikan dipilih

berdasarkan kelayakan untuk diimplementasikan melalui analisa finansial.

Alternatif yang terpilih yaitu pembuatan digester biogas pengganti bahan bakar

LPG yang mampu meningkatkan produktivitas penggunaan material sebesar

16%, peningkatan produktivitas sebesar 34%, dengan bobot peningkatan GPI

0,2, dan penurunan limbah gas sebesar 3232,5kg/jam.

Value

Chain Analysis for Green Productivity Improvement In The Natural Rubber

Supply Chain : A Case Study

yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan karet alam.

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi terbaik pada

peningkatan produktivitas proses budidaya karet, karena kebutuhan karet alam

semakin meningkat. Analisis aliran menggunakan peta aliran material dengan

menganalisis seven green wastes. Alternatif strategi terbaik ditentukan

menggunakan metode AHP. Pengukuran kinerja alternatif terpilih yaitu dengan

membandingkan nilai indeks GPI saat ini (current) dan nilai GPI perbaikan

(future). Analisis tersebut menghasilkan GPI future dapat mengurangi

penggunaan material penunjang sebesar 61,985 kg dan pengurangan sampah

proses sebesar 132,934 kg.

Page 30: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

16

III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada UKM Putra Ridhlo yang berlokasi di

Jalan Sanan No. 46 Malang. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2017

sampai April 2017. Pengolahan data penelitian dilakukan di Laboratorium

Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Batasan Masalah dan Asumsi Agar penelitian berfokus pada tujuan penelitian diperlukan suatu batasan

masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini berfokus pada proses pengolahan keripik tempe original

dalam satu kali produksi yaitu pembuatan bumbu, pemotongan,

penggorengan, dan pengemasan.

2. Jenis waste yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu emisi, sampah, dan

air.

3. Emisi berasal dari energi yang diperhitungkan dari konsumsi LPG dan

listrik.

4. Biaya yang dihitung pada penelitian ini yaitu satu kali siklus produksi

keripik tempe bulat original

5. Alternatif solusi hanya berupa usulan saja dengan perhitungan analisis

perubahan nilai GPI tetapi tidak sampai pada implementasi sebenarnya

pada objek penelitian.

3.3 Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian merupakan tahap-tahap penelitian yang disusun

secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah sampai dengan mendapatkan

solusi alternatif. Tahapan-tahapan penelitian yang sistematis tersebut dapat

mempermudah menunjukkan alur penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 3.1. Secara lebih terperinci prosedur penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Page 31: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

17

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Mulai

Studi Literatur Studi lapang

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

1. Alur Proses Produksi2. Limbah yang dihasilkan

Pengolahan Data

1. Diagram Alir2. Neraca Massa3. Green Value Stream Mapping (GVSM) Current

Dampak ekonomi / Environmental Impact Indikator Lingkungan

GPI awal

Penyusunan beberapa alternatif untuk mereduksi limbah (waste)

Penyusunan kuesioner pairwise comparison

Pengisian kuesioner

Pemilihan alternatif menggunakan pairwise comparison

GVSM Future

Dampak ekonomi/ Environmental Impact Indikator Lingkungan

Perbandingan GPI ratio

Analisis Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Page 32: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

18

1. Studi Lapang Studi lapang yaitu melakukan observasi dengan terjun langsung ke UKM

Putra Ridhlo. Kegiatan observasi meliputi meliputi wawancara dan survei

langsung pada UKM Putra Ridhlo. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk

mendapatkan gambaran awal objek penelitian terkait pemasalahan yang ada.

Tahap ini merupakan tahapan awal untuk menganalisis permasalahan yang ada

pada UKM Putra Ridhlo pada efisiensi dan efektivitas proses produksi.

2. Studi Literatur Studi kepustakaan atau literatur, dilakukan dengan cara mempelajari

buku dan literatur penunjang yang relevan untuk mengetahui perbandingan

antara teori dengan praktik yang terjadi di lapang. Studi literatur yang digunakan

yaitu media jurnal (online maupun offline), buku, skripsi (penelitian terdahulu),

dan beberapa dokumentasi. Jurnal dan skripsi (penelitian terdahulu) dapat

diakses untuk perbandingan penelitian dan penunjang penelitan ini. Buku dan

beberapa dokumen terkait untuk penunjang teori yang digunakan dalam

penelitian.

3. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan studi lapang, maka dapat diidentifikasi permasalahan di UKM Putra Ridhlo yaitu berkaitan dengan manajemen yang diterapkan antara

tenaga kerja dengan target (permintaan agen) serta limbah yang dihasilkan. UKM

Putra Ridhlo ini termasuk pada usaha padat karya dengan 10 orang tenaga kerja

memproduksi 2000 bungkus keripik tempe perhari. UKM Putra Ridhlo

menghadapi masalah pada peralatan yang digunakan dan biaya yang

dikeluarkan.

Peralatan yang digunakan tergolong manual sehingga masih

menggunakan tenaga kerja manusia untuk mengoperasikannya. Pemilihan

peralatan manual dikarenakan lebih mudah penggunaannya dan spesifikasi

bahan baku dapat dipenuhi oleh supplier. Oleh karena itu harga yang ditawarkan

oleh UKM Putra Ridhlo juga hanya terpaut Rp3.500,00 untuk semua jenis keripik

tempe, karena keripik yang dihasilkan tidak sama antara manual dengan

menggunakan mesin. Kelemahan dari penggunaan alat manual ini apabila telah

menjelang siang maka produk cacat pada proses pemotongan akan meningkat

dan bentuk bulat tidak maksimal.

Tiga kategori sumber limbah yaitu energi, material, dan air yang menghasilkan

limbah yaitu emisi, sampah, dan air. Energi berasal dari gas LPG dan

Page 33: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

19

menghasilkan emisi berupa emisi yang dihasilkan dari pemakaian energi. Limbah

sampah berasal dari plastik bahan baku tempe dan kemasan yang rusak.

Katagori air berasal dari pembuatan bumbu. Material berasal dari bahan baku

cacat saat proses penggorengan dan rontokan keripik tempe. Penanganan

minyak sisa penerisan dan plastik mendapatkan perlakuan sederhana tanpa

pengolahan lebih lanjut. Perumusan masalah dibuat berdasarkan identifikasi

masalah tersebut. Rumusan masalah terdiri dari tiga permasalahan yaitu nilai

produktivitas awal dari UKM, bagaimana penyelesaian permasalahan

menggunakan green productivity, dan simulasi pengukuran keberhasilan

alternatif solusi yang diajukan.

4. Penetapan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan berdasarkan dengan perumusan masalah.

Tujuan penelitian ini untuk keberhasilan suatu penelitian tersebut dalam

penanggulangan masalah. Hal ini untuk mempermudah dalam penyelesaian dan

mencapai tujuan diperlukan adanya batasan-batasan yang digunakan untuk

mencapai hasil yang maksimal, karena fokus pada permasalahan.

5. Penentuan Variabel Penentuan variabel pada penelitian ini berfokus pada limbah yang

dihasilkan pada proses pembuatan keripik tempe original mulai dari proses

pemotongan hingga pengemasan. Variabel sumber limbah yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu lima green waste dari seven green waste yang meliputi

emisi, sampah, material air dan energi. Pada proses produksi terdapat sumber

limbah yang dianggap nol atau tidak ada yaitu transportasi dan biodiversity.

Transportasi dianggap nol karena selama proses produksi tidak memerlukan

transportasi antar prosesnya. Biodiversity dianggap nol karena tidak terjadi

kerusakan lingkungan akibat lahan yang digunakan. Variabel sumber limbah

pada penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.1. variabel

limbah yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.2. 6. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data Primer Data primer berasal dari pengamatan langsung pada lokasi penelitian

selama penelitian. Data primer ini berasal dari wawancara, observasi, dan

brainstorming.

Page 34: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

20

1) Wawancara yaitu mencari informasi pada pihak terkait pada lokasi penelitian

mengenai aspek teknis pada proses produksi.

2) Observasi pada proses pembuatan keripik tempe original yang berfokus pada

limbah yang dihasilkan berupa padat, gas, dan cair.

3) Dokumentasi berupa berkas-berkas yang diperlukan untuk perlengkapan

penelitian

4) Brainstorming dan kuesioner, brainstorming merupakan diskusi dengan para

ahli berkaitan dengan identifikasi limbah, dampak lingkungan, dan alternatif

solusi. Pengisian kuesioner oleh pemilik UKM dan pegawai yang memiliki

masa kerja ralatif lama. Tabel 3.1 Kategori Variabel green waste Katagori Variabel Keterangan Indikator

Sumber Limbah

Energi Jumlah penggunaan energi selama proses produksi berasal dari proses penggorengan menggunakan LPG dan konsumsi energi listrik saat produksi. Menurut Bahara (2015), pemakaian energi berasal dari konsumsi energi tiap mesin dan energi untuk mengkodisikan ruang produksi dengan suhu dan kelembaban udara.

Kualitas udara, penurunan tingkat polusi udara, dan Efek Gas Rumah Kaca (ESI, 2005)

Air Jumlah konsumsi air selama proses produksi. Menurut Bahara (2015), pada konsep GVSM konsumsi air didapatkan dari pencucian mesin dan peralatan produksi, serta penggunaan air selama proses produksi.

Jumlah air (ESI, 2005)

Material Sisa bahan utama (cacat) dari proses produksi dan tidak berdampak pada lingkungan. Pada proses pemotongan menghasilkan scrap rajangan yang kurang sempurna dan rontokan keripik saat penggorengan dan pengemasan

Penurunan Jumlah Limbah Padat dan Konsumsi Material (ESI, 2005)

Limbah Emisi Jumlah emisi yang dihasilkan saat proses produksi bersal dari konsumsi energi. Konsumsi energi LPG saat penggorengan akan menghasilkan asap, dan penggunaan blower serta blender saat pembuatan bumbu. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012), emisi yang diakibatkan oleh penggunaan energi di industri dikategorikan sebagai emisi dari sektor energi.

Kualitas udara, Penurunan tingkat polusi udara (ESI, 2005)

Air

Pemborosan jumlah konsumsi air selama proses produksi terutama saat pembuatan bumbu dan air untuk cuci tangan saat penggorengan

Jumlah air (ESI, 2005)

Sampah Sisa bahan yang tidak dapat digunakan lagi (non Value added) dan apabila dibuang akan berdampak pada lingkungan (Wills, 2009). Pada proses pemotongan dan pengemasan akan menghasilkan plastik sisa pembungkus, serta sampah rontokan bumbu pada saat penggorengan.

Penurunan Jumlah Limbah Padat dan Konsumsi Material (ESI, 2005)

Page 35: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

21

b. Data Sekunder Data sekunder berasal dari dokumen dan arsip sebagai penunjang data

primer dalam penelitian. Pada penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan

yaitu:

1. Gambaran umum dari UKM, meliputi, sejarah berdirinya UKM Putra Ridhlo

beserta pendiri awal dari usaha tersebut

2. Alur Proses Produksi

Pada alur proses produksi akan menggambarkan aliran produksi dan

bahan yang dimasukkan dalam proses produksi.

3. Limbah yang dihasilkan

Identifikasi limbah pada proses produksi keripik tempe dengan kategori

limbah gas berasal dari energi, emisi, penggunaan air, dan material dan

sampah.

7. Pengolahan Data Pengolahan data pada penilitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Diagram Alir

Diagram alir menunjukkan urutan proses dalam pembuatan keripik tempe

bulat rasa original dengan berat isi kemasan 100 gram. Pada diagram alir

tersebut menunjukkan beberapa bahan yang digunakan dan limbah (scrap) yang

dihasilkan. Diagram alir tersebut akan memberikan beberapa limbah yang akan

menghasilkan dampak pada lingkungan.

b. Neraca Massa

Neraca massa digunakan untuk mengidentifikasi aliran bahan masuk dan

keluar dalam suatu proses secara keseluruhan. Neraca massa pada penelitian ini

akan dibuat pada setiap proses pembuatan keripik tempe yaitu pembuatan

bumbu, pemotongan, penggorengan, dan pengemasan. Pada masing-masing

proses akan mendapatkan jumlah input dan output yang digunakan sebagai data

pada GVSM. Neraca massa dibuat berdasarkan diagram alir pembuatan keripik

tempe. Perhitungan neraca massa secara umum adalah sebagai berikut

(Santoso dkk, 2015) :

jumlah perubahan massa = massa yang masuk - massa yang keluar (2)

- massa yang menguap

Page 36: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

22

c. Current Green Value Steam Mapping (GVSM)

Pada GVSM terdapat dua tahap yaitu awal (current) dan akhir (future).

Pada tahap analisis ini dilakukan identifikasi tiga dari tujuh sumber limbah yang

dihasilkan pada UKM Putra Ridhlo. GVSM current yaitu menggambarkan

pemetaan identifikasi limbah saat ini. Pemetaan akan dilakukan pada setiap

proses pada neraca massa. Pemetaan berasal dari hasil analisis lima jenis

limbah (green waste) produksi keripik tempe dapat dilihat pada Tabel 3.3. Rancangan GVSM keripik tempe dapat dilihat pada Gambar 3.3 Tabel 3.3 Hasil Analisis Green Waste Produksi Keripik Tempe

Jenis limbah

Proses Produksi (dalam Satu kali produksi) Pembuatan Bumbu

Pemotongan Penggorengan Penirisan Pengemasan

Energi (Kwh) ... ... ... ... ...

Air (liter) ...

... ... ... ...

Sampah (kg) ...

... ... ... ...

Material (kg) ...

... ... ... ...

Emisi (ton CO2 /hari)

... ... ... ... ...

Sumber : Marimin et.al (2015) Perhitungan emisi merupakan hasil dari konversi penggunaan energi.

Energi yang digunakan dalam UKM Putra Ridhlo yaitu gas LPG dan listrik.

Rumus konversi energi ke emisi untuk gas LPG dan listrik adalah :

a. Energi listrik

(3)

Keterangan: Faktor konversi Listrik : 0,891 kg/kwh

b. Gas LPG Emisi gas LPG = Fcy x Ef CO2 x NC/lpg (4)

Keterangan :

Fcy = konsumsi energi

EF CO2 = faktor Emisi (Kg/Terra Jouler)

NC per LPG = Nilai Kalor (Terra Joule/ Kg)

Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2012

Page 37: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

23

Gambar 3.3 GVSM Keripik Tempe

d. Perhitungan GPI

Perhitungan GPI dilakukan untuk mengetahui rasio produktivitas terhadap

dampak lingkungannya. Indikator ekonomi dan dampak lingkungan merupakan

faktor yang digunakan dalam perhitungan tingkat produktivitas. Persamaan

umum rumus GPI yaitu :

(5)

1) Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi merupakan rasio antara harga jual dengan biaya

produksi yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produk dalam satu

jenis satuan yang sama. Pada UKM Putra Ridhlo masih menggunakan

peralatan manual maka biaya produksi berasal dari biaya bahan baku,

pembelian alat, dan tenaga kerja serta biaya tidak tetap lainnya. Perhitungan

indikator ekonomi menggunakan rumus sebagai berikut :

(6)

2) Dampak lingkungan

Dampak lingkungan merupakan besarnya dampak limbah yang

ditimbulkan dari proses produksi pada lingkungan. Besarnya nilai

Environmental Impact (EI) bergantung dari akumulasi tiga jenis indikator

lingkungan. Masing-masing nilai indikator lingkungan didapatkan melalui

perkalian antara bobot menurut pakar pada ESI (2005) dengan jumlah limbah

yang dihasilkan dari proses produksi tersebut. Bobot indikator lingkungan

CustomerSupplier

Pembuatan Bumbu

Cycle time

Qty per cycle

...

...

Menit

Item

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Pemotongan

Cycle time

Qty per cycle

...

...

Menit

Item

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Penggorengan

Cycle time

Qty per cycle

...

...

Menit

Item

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Penirisan

Cycle time

Qty per cycle

...

...

Menit

Item

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Pengemasan

Cycle time

Qty per cycle

...

...

Menit

Item

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Produksi Keripik Tempe

Inventory

Page 38: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

24

pada ESI dapat dilihat pada Tabel 3.3. Dampak lingkungan didapatkan

dituliskan dengan rumus :

Dampak lingkungan = a GWG + b WC + c SWG (7)

Keterangan :

GWG : pembangkit limbah gas (gaseous wastes generation)

SWG : pembangkit limbah padat (solid waste generation)

WC : konsumsi air (water consumption).

a,b,c : konstanta untuk nilai dari masing-masing indikator Tabel 3.3 Bobot Indikator pada ESI (2005)

Kesetaraan Indikator ESI Bobot dalam ESI

Kualitas Udara 0,05

Efek Gas Rumah Kaca 0,05

Penurunan Tingkat Polusi Udara 0,05

Kualitas Air 0,05

Jumlah Air 0,05

Penurunan Jumlah Limbah Padat dan Konsumsi Material 0,05

Sumber ESI (2005) dalam Widhiarti (2014)

8. Pairwise Comparison

Analisa selanjutnya untuk menentukan alternatif terbaik dengan

menggunakan metode pairwise comparison. Pemilihan metode ini karena

alternatif pada masing-masing waste (kriteria) tidak dapat digunakan untuk

penanganan silang, artinya alternatif tersebut hanya bisa menangani masing-

masing sumber limbah.

a) Penyusunan Alternatif Solusi Penyusunan kuesioner digunakan untuk memenuhi data yang

dibutuhkan. Kuesioner akan diisi oleh pakar yang telah di tetapkan yaitu pemilik

UKM Putra Ridhlo dan salah satu karyawan yang telah memiliki masa kerja yang

relatif lama. Kuesioner pada penelitian ini berisi tentang tingkat kepentingan atau

bobot untuk setiap key performance indicator (KPI) dengan skala perbandingan

berpasangan (pairwise comparison) pada penerapan metode pairwise

comparison terdapat uji konsistensi pendapat pakar (uji CR). Pengujian tersebut

menunjukkan tingkat kepakaran responden dapat dipertanggungjawabkan. Tabel

Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Page 39: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

25

Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan (goal) F1 F2 ...... Fn

F1

F2

....

Fn

Tahapan perhitungan yang dilakukan yaitu (Kusrini 2007):

1. Perkalian baris dari masing-masing matriks

2. Nilai vector eigen merupakan rata-rata geometri dari unsur-unsur matrik

tiap baris. Menentukan nilai vector eigen (EV) yang dapat diperoleh

dengan rumus:

= = (8)

Keterangan:

= rata-rata geometrik

= banyak data (total responden)

= skor yang diberikan atau besar data

= jumlah responden yang memilih skor Xi

3. Perhitungan Vektor Prioritas (VP)

Nilai VP merupakan presentase dari EV, dimana VP baris merupakan

rasio EV tiap baris terhadap jumlah total EV. VP tiap baris diperoleh

dengan rumus:

VPt = (9)

Keterangan:

= vector eigen tiap baris

= jumlah vector eigen

4. Menentukan konsistensi maksimum ( maks) bertujuan untuk melihat

penyimpangan konsistensi suatu matriks. maks diperoleh dari hasil

perkalian jumlah kolom dengan vektor prioritas baris. Penjumlahan maks

maks = (jumlah kolom ke j x Vpi untuk i = j) (10)

maks selalu lebih besar daripada ukuran matriks (n)l, semakin dekat

maks dengan nilai n maka nilai observasi dalam matriks semakin

konsisten.

Page 40: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

26

5 Semakin nilai CI mendekati nilai 0, maka semakin konsisten suatu

observasi. Perhitungan indeks konsistensi atau consistency index (CI) ,

dengan rumus

CI = (11)

Keterangan:

CI = indeks konsistensi

maks = nilai eigen terbesar dari matrik berordo (n)

= banyaknya elemen

6. Nilai consistency ratio (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 (10%)

merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan atau hasil perhitungan dinyatakan benar.

Sedangkan apabila nilai CR lebih besar dari 0,1 (10%) maka perlu

dilakukan perbaikan data (Kusrini, 2007). Tabel CR dapat dilihat pada

Tabel 3.5 Perhitungan Ratio Konsistensi atau consistency ratio (CR),

dengan rumus:

(12)

Keterangan:

CR = Consistency Ratio (ratio konsistensi)

CI = Consistency Index (indeks konsistensi)

RI = Random Index (indeks acak)

Tabel 3.5 Nilai acak (RI) matriks

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber: Kusrini, (2007)

b) Pengisian Kuesioner Kuesioner pairwise comparison akan diisi oleh dua pakar dari UKM Putra

Ridhlo. Kuesioner tersebut menggunakan dua pakar yaitu pemilik dari UKM Putra

Ridhlo sendiri dan salah satu pegawai yang memiliki masa kerja yang relatif

lama. Pemilihan pakar ini untuk mendapatkan hasil alternatif yang terbaik untuk

permasalahan yang ada di internal UKM Putra Ridhlo. Contoh kuesioner dapat

dilihat pada Lampiran 4. c) Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif menggunakan pairwise comparison. Hal tersebut

dikarenakan masing-masing alternatif yang dihasilkan untuk masing-masing

Page 41: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

27

penanggulangan limbah tidak dapat digunakan secara silang. Pada penelitian ini,

metode pairwise comparison diselesaikan dengan bantuan program. Metode

pairwise comparison akan menghasilkan alternatif terbaik untuk sumber limbah

yang dihasilkan.

9 Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif yaitu dengan penggambaran future GVSM dan

dilanjutkan dengan perhitungan GPI. GVSM future state pemetaan yang

menggambarkan keadaan di masa depan atau setelah adanya alternatif

perbaikan. Perhitungan GPI rasio dari future GVSM yaitu bertujuan untuk

membandingkan ratio GPI bahwa perbaikan akan meningkatkan meningkatkan

nilai GPI.

10. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan akan menjawab tujuan dari penelitian dengan

mempertimbangkan hasil-hasil yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan teori yang mendukung. Alternatif yang terpilih merupakan strategi

terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan dampak lingkungan. Saran

didapatkan dari hasil penelitian sebagai masukan perbaikan dan pengembangan

untuk penelitian berikutnya.

Page 42: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

28

IV PEMBAHASAN 4.1 Profil UKM Putra Ridhlo

UKM Putra Ridhlo berdiri pada tahun 2000. Putra Ridhlo didirikan oleh

pasangan suami istri yang bernama H. Khosem Sasmito dan Hj. Frimiyanti yang

dikenal dengan sebutan abah dan umi. Abah (38 tahun) dan Umi (34 tahun)

merupakan sarjana pendidikan agama Universitas Islam Negeri Malang. UKM

Putra Ridhlo bertempat di jalan Sanan No. 46, Malang. Awal perjalanan bisnis

UKM ini tidak memproduksi sendiri melainkan hanya sebagai distributor dari

usaha ayah ibu Hj. Frimiyanti. Selama 6 bulan UKM ini telah memiliki pelanggan

tetap sehingga ibu Hj. Frimiyanti dan bapak H. Khosem berani mengambil resiko

yaitu memproduksi keripik tempe sendiri.

Awal mula UKM ini hanya memiliki 10 orang pekerja yaitu empat bekerja

memotong tempe, tiga orang bekerja menggoreng tempe, serta tiga orang

bekerja untuk mengemas keripik tempe dalam plastik. Pada awal berdiri keripik

tempe ini hanya memproduksi keripik yang berbentu persegi pajang dengan rasa

original dan jeruk purut. Minat pasar pada tahun 2000 masih sangat sedikit. Oleh

karena itu, Abah dan Umi memilih letak distributor yang berbeda dengan UKM

lainnya di Sanan dan letaknya relatif jauh. Pasar yang dituju sebagai tempat

pemasaran pada awalnya yaitu penjual yang berada di tenda-tenda di pasar

Lawang dan toko-toko di pasar Lawang. Modal awal yang dikeluarkan yaitu dua

alir tempe dengan modal sekitar Rp 1.000.000,00 menghasilkan 250 keripik

tempe persegi panjang dalam kemasan. Pada UKM istilah alir adalah ukuran

untuk satu kali produksi. Satu alir terdiri dari dua lonjor bungkus tempe yang

masing-masing memiliki panjang satu meter, berdiameter 5,5 cm, dan beratnya

masing-masing kurang lebih 2,4 Kg. Istilah alir juga digunakan UKM untuk

mempermudah menghitung kapasitas produksi berkaitan dengan input dan

output yang dihasilkan.

Varian bentuk keripik tempe pada tahun 2005 berkembang menjadi dua

bentuk, yaitu persegi panjang dan bulat, serta 17 varian rasa antara lain pedas

manis, pedas, ayam bawang, sambal udang, udang pedas, sapi lada hitam,

pizza, balado, jagung bakar, keju, jagung manis, barbeque. Rasa original jeruk

purut merupakan produk yang paling digemari. Pemasaran UKM ini semakin

meluas yaitu sampai area Pandaan dan Batu. Pemilihan pasar yang merupakan

pusat oleh-oleh Kota Malang dan jalan utama menuju Pasuruan dan Surabaya

Page 43: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

29

merupakan teknik pemasaran yang tepat. Kapasitas produksi UKM Putra Ridhlo

saat ini telah mencapai minimal 16 alir tempe yang menghasilkan 1005 kemasan

keripik tempe, sedangkan pemesanan maksimal 30 alir tempe menghasilkan

2500 kemasan. Teknik pemasaran yang digunakan UKM Putra Ridhlo adalah

menjual di outlet yang bertempat di rumah produksi keripik tempe tersebut dan

menerima pemesanan dari tiga pasar utama yaitu Lawang, Batu, dan Pandaan.

UKM Putra Ridhlo pada saat ini

250 gr.

4.2 Diagram Alir Pembuatan Keripik Tempe Pembuatan keripik tempe dimulai dengan bahan baku tempe yang

kemudian mendapatkan beberapa perlakuan sehingga menjadi keripik tempe.

Pada masing-masing proses terdapat input, output, serta limbah yang dihasilkan.

Proses produksi pada pembuatan keripik tempe ini merupakan continuous

process. Menurut Subagyo (2007), berdasarkan kontinuitasnya, proses produksi

dibagi menjadi tiga tipe, yaitu batch process, continuous process, serta

gabungan antara batch process dan continuous process. Continuous process

merupakan sistem produksi yang berjalan secara terus-menerus dengan interval

produksi yang relatif pendek dan jumlah produksi yang relatif tetap.

Proses pembuatan tempe memiliki empat tahap utama yaitu pemotongan,

pemberian bumbu, penggorengan, dan pengemasan. Proses tersebut berjalan

berurutan karena masing-masing proses saling berkaitan satu sama lain dan

harus berurutan. Apabila proses pemotongan belum selesai maka proses

selanjutnya yaitu penggorengan tidak dapat berlangsung dikarenakan input

belum tersedia. Pembuatan bumbu dilakukan berdasarkan kuantitas tempe yang

akan dipotong. Waktu pemotongan tempe untuk tiga pekerja di UKM ini tidak

bersamaan, yaitu malam hari, pagi hari, dan yang terakhir siang hari. Pembagian

waktu tersebut merupakan strategi agar proses selanjutnya dapat berjalan mulai

pagi hari dan kapasitas pemesanan dapat terpenuhi. Diagram alir pembuatan

keripik tempe dapat dilihat pada Gambar 4.1

Page 44: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

30

Gambar 4,1 Diagram Alir Pembuatan Keripik Tempe

Sumber : UKM Putra Ridhlo, 2016

4.3 Neraca Massa Neraca massa merupakan merupakan suatu alat untuk menghitung nilai

produktivitas dalam metode Green Productivity Index (GPI). Neraca massa akan

memberikan informasi tentang jumlah input yang masuk dan jumlah output yang

keluar. Input dapat berupa bahan baku dan bahan penunjang, serta energi yang

digunakan sedangkan output berupa produk keripik tempe dan limbah yang

dihasilkan. Perhitungan neraca massa untuk masing-masing proses yaitu

sebagai berikut:

1. Pemotongan Tempe Tahapan pertama saat pembuatan keripik tempe adalah pemotongan

tempe. Pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan pisau khusus yaitu

berbentuk panjang dan memiliki gerigi pada bagian pinggir pisau. Mata pisau ini

harus memiliki mata pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan tempe yang

tipis sesuai dengan kriteria dan bentuknya bulat sempurna atau mendekati

sempurna. Pembuatan keripik tempe ini berjalan selama beberapa siklus

produksi. Satu siklus produksi memiliki kapasitas yaitu tiga alir tempe lonjong.

Tiga alir tempe ini memiliki berat yaitu 14.061 gram menghasilkan potongan

tempe seberat 13.532 gram, sedangkan limbah yang dihasilkan yaitu rontokan

rajangan (495 gram) dan plastik (34 gram). Limbah plastik pembungkus tempe

lonjong tersebut termasuk dalam kategori waste sampah. Rontokan hasil

pemotongan merupakan masih kategori material dan dapat diolah kembali

menjadi (makanan tradisional Malang berbahan baku tempe) atau

Dipotong

Diberian Bumbu

Digoreng

ditiriskan

Dikemas

Tempe Lonjong

Minyak Goreng

Plastik dan stiker

Scrap berupa potongan cacat dan plastik

Scrap berupa padatan rontokan

Sisa Minyak

Scrap berupa padatan rontokan

Keripik Tempe

Page 45: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

31

digoreng lagi. Rincian neraca massa pemotongan tempe dapat dilihat pada

Gambar 4.2

Gambar 4.2 Neraca Massa Pemotongan Tempe

2. Pembuatan Bumbu Proses pembuatan keripik tempe berlangsung kontinyu. Selama

pemotongan berlangsung pembuatan bumbu sebagai pelapis luar tempe juga

dilakukan. Kapasitas pembuatan bumbu akan menyesuaikan kapasitas produksi.

Pembuatan bumbu biasanya dilakukan lima kali dalam sehari Tiga alir tempe ini

menghasilkan potongan tempe seberat 13.532 gram, sehingga membutuhkan

bumbu sebanyak 24.796 gram. Bahan-bahan utama pembuatan bumbu yaitu

tepung terigu, tepung tapioka, dan bumbu (garam, bawang putih, ketumbar, jeruk

purut dan kemiri). Bahan tambahan sebagai pelarut yaitu air. Pencampuran

bumbu tersebut membutuhkan tepung terigu 9.400 gram, tepung tapioka 3.000

gram, dan bumbu 1.875 gram, dan air sebanyak 10.521 gram yang

menghasilkan bumbu sebanyak 24.796 gram. Konversi perhitungan bumbu

dapat dilihat pada lampiran 1. Lapisan bumbu pada keripik tempe akan

memberikan rasa renyah dan gurih. Pembuatan bumbu ini mengasilkan waste

berupa air sebanyak 75 gram digunakan untuk mencuci tangan setelah proses

pengadukan bumbu. Rincian neraca massa dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Neraca Massa Pembuatan Bumbu

Pemotongan

Rontokan : 495 gramTempe lonjong : 14.061 gram

Tempe potongan : 13.532 gram

Plastik : 34 gram

Pembuatan bumbu

Air : 10.521 gramTerigu : 9.400 gram

Bumbu : 24.796 gramTapioka : 3.000 gram

Bumbu : 1.875 gram

Air cuci tangan : 75 gram

Air cuci : 75 gram

Page 46: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

32

3. Penggorengan Perhitungan neraca energi penggorengan tempe ini dilakukan selama

satu siklus produksi yaitu tiga alir tempe lonjong. Persiapan penggorengan

meliputi persiapan energi yang digunakan untuk menggoreng yaitu gas LPG

ukuran 3 Kg dan persiapan untuk sanitasi berupa penyedian air cuci tangan

sebanyak 1600 gram. Penggorengan ini menggunakan nyala api yang stabil,

dengan menggunakan dua kompor gas dan dua wajan. Proses penggorengan

akan dilakukan per siklus produksi. Input yang dimasukkan dalam sekali proses

produksi yaitu potongan tiga alir tempe seberat 13.532 gram. Potongan tempe

akan dilapisi oleh bumbu yang telah dibuat. Tiga alir keripik tempe membutuhkan

bumbu sebanyak 24.796 gram. Satu per satu potongan tempe dengan balutan

bumbu dimasukkan ke dalam wajan. Penggorengan tiga alir tempe ini

membutuhkan gas LPG yaitu 5400 gram. Selama penggorengan juga

membutuhkan input yaitu berupa minyak goreng (8.000 gram) menghasilkan

output limbah minyak yang ditiriskan setelah tempe digoreng sebanyak 2.000

gram. Minyak sisa penirisan mengoreng keripik tempe tersebut akan digunakan

kembali untuk penggorengan keripik tempe, sehingga tidak terdapat minyak yang

terbuang. Minyak tersebut akan menyerap ke dalam tempe yang telah dibalut

bumbu dan digoreng dengan pembuktikan yaitu berat 1 tempe yaitu seberat 2-4

gram setelah digoreng beratnya bertambah menjadi 5-7 gram. Perubahan berat

tersebut dipengaruhi oleh balutan bumbu (2 gram) dan minyak yang meresap (1

gram).

Proses penggorengan menggunakan dua penggorengan, karena keripik

tempe mengalami dua kali penggorengan. Perlakuan dua kali penggorengan

bertujuan kematangan pada keripik tempe sesuai standar dari pemilik UKM, yaitu

keripik telah berwana kuning pekat dan lapisan bumbu telah matang (tidak

berwarna putih). Output penggorengan ini yaitu keripik tempe dengan berat

38.003 gram,rontokan gorengan (2.325 gram), serta sisa bumbu yang jatuh dan

menempel pada baskom sebanyak 4.000 gram. Rontokan gorengan masih

merupakan kategori material dan dapat digunakan sebagai bahan bakar

tambahan dalam merebus kedelai pada pembuatan tempe di supplier,

sedangkan sisa bumbu yang jatuh dan menempel pada baskom merupakan

kategori waste sampah. Konversi perhitungan minyak dan air yang dibutuhkan

selama penggorengan dapat dilihat pada lampiran 1. Rincian neraca massa

dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Page 47: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

33

Gambar 4.4 Neraca Massa Penggorengan

4. Pengemasan

Pengemasan primer keripik tempe menggunakan kemasan plastik

polypropylene dengan ketebalan 0,10 mm, dan berat 5 gram. Menurut Wulandari

(2013), Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses

polimerisasi gas propilena. Polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup

tinggi (190-200oC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130-1350C.

Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (hemical resistance)

yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah. Berat standar

perkemasan pada UKM Putra Ridhlo yaitu 100 gram. Input pada proses

pengemasan ini yaitu keripik tempe 38.003 gram, plastik kemasan (1.695 gram)

serta stiker (500 gram). Pengemasan potongan keripik tempe seberat 38.003

gram menghasilkan 339 kemasan keripik tempe dengan berat 36.944 gram dan

rontokan keripik tempe 3.107 gram. Limbah yang dihasilkan termasuk jenis waste

sampah yaitu limbah kemasan seberat 147 gram. Rontokan keripik saat

pengemasan merupakan masih kategori material dan dapat dijual kembali

dengan harga murah yaitu Rp7.000,00/Kg. Proses pengemasan menggunakan

api (dihasilkan dari kaleng yang berisi minyak goreng (380 ml) dan terdapat

sumbu untuk nyala api). Rincian neraca massa dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Neraca Massa Pengemasan

Penggorengan

Bumbu : 24.796 gram

Keripik tempe : 38.003 gram

Sisa bumbu : 4.000 gram

Tempe potongan : 13.532 gram

Minyak : 8.000 gram

Rontokan gorengan : 2.325 gram

LPG : 5.400 gram

Minyak tirisan : 2.000 gram

Air cuci tangan : 1.600 gram

Air cuci tangan : 1.600 gram

Pengemasan

Plastik : 1.695 gram

Kemasan Keripik tempe : 36.944 gram

Limbah kemasan : 147 gram

Rontokan gorengan : 3107 gram

Keripik tempe : 38.003 gram

Stiker : 500 gram

Page 48: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

34

4.4 Green Value Stream Mapping Current (GVSM) Salah satu alat analisis pada metode Green Productivity yaitu peta Green

Value Stream Mapping (GVSM). Sebelum membuat peta GVSM terlebih dahulu

ada tabel analisis hasil green waste dalam setiap proses dibuat selama satu kali

produksi. Analisis proses dilakukan dengan menganalisis proses pengolahan

kebutuhan bahan baku menjadi produk serta green waste yang dihasilkan.

Menurut Marimin (2015), pengukuran tingkat produktivitas proses produksi

dilakukan berdasarkan hasil analisis tujuh sumber pembangkit waste dengan

menggunakan pemetaan Green Value Stream. Pada proses pembuatan keripik

tempe terdapat sumber limbah yaitu air, material dan energi sehingga

menghasilkan green waste yaitu air, sampah, dan emisi. Hasil analisis green

waste produksi keripik tempe dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Analisis Green Waste Produksi Keripik Tempe

Jenis limbah Proses Produksi (dalam Satu kali produksi) Total Pemotongan Pembuatan

Bumbu Penggorengan Pengemasan

Energi (Kwh) - 0,0375 0,45 - 1,3875 Air (liter) - 10,596 5,6 - 16,196 Sampah (kg) 0,034 - - 0,147 0,181 Material (kg) 0,495 - 3,925 3,887 6,807 Emisi (ton CO2 /hari)

- 0,0000334125 0,005596074 - 0,005629487

Sumber : UKM Putra Ridhlo (2017).

Waste air yang diperhitungkan yaitu air yang digunakan selama proses

produksi berupa

1. Air pada proses pembuatan bumbu yaitu jumlah air yang digunakan saat

proses pencampuran bumbu.

2. Pada proses penggorengan waste air berupa air yang digunakan untuk cuci

tangan saat penggorengan dan sisa-sisa bumbu yang menempel pada wadah

dan tercecer saat proses penggorengan.

Energi yang digunakan pada proses pembuatan bumbu menggunakan

listrik untuk menggerakkan blender, sedangkan pada proses penggorengan

energi berasal dari penggunaan gas LPG dan blower. Energi ini akan

menimbulkan emisi dengan dua indikator green waste yaitu kualitas udara,

penurunan tingkat polusi udara dan efek gas rumah kaca. Menurut Kementrian

Lingkungan Hidup (2012) Energi merupakan salah satu sektor penting dalam

inventarisasi emisi gas rumah kaca (GRK) salah satunya yaitu konversi batubara

menjadi tenaga listrik di pembangkit tenaga listrik. Perhitungan energi yang

digunakan akan menghasilkan emisi yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 49: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

35

Green waste material tidak diperhitungkan dalam indikator lingkungan

(dampak lingkungan) karena material tersebut dapat digunakan kembali dan

dijual. Waste material pada pemotongan berupa rontokan potongan (0,495 Kg)

yang tidak digunakan untuk pembuatan keripik tempe. Rontokan ini dapat diolah

(makanan tradisional Malang berbahan baku tempe).

Waste material pada penggorengan berupa rontokan gorengan (2,325

Kg) dan sisa minya penirisan (1,6 Kg atau sama dengan 2 liter). Rontokan

gorengan tersebut dapat digunakan untuk energi pembakaran pada proses

perebusan tempe supplier. Sisa minyak tirisan digunakan untuk pengisian kaleng

untuk energi sumbu pengemasan serta dituang kembali pada wajan

penggorengan.

Waste material pada proses pengemasan berupa rontokan pengemasan

dan dijual dengan harga Rp7.000,00/Kg. Minyak untuk mengisi kaleng yang

dibutuhkan pada proses pengemasan sebanyak 0,288 Kg atau 0,360 liter agar

api dapat menyala dari sumbu. Api proses pengemasan ini tidak menimbulkan

emisi yang berbahanya, seperti GRK karena bahan bakar yang digunakan

adalah minyak goreng. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012) Jenis Gas

Rumah Kaca (GRK) dan polusi udara yang diemisikan oleh sektor energi adalah

CO2, CH4 dan N2O. Ekplorasi dan eksploitasi energi primer berupa minyak

mentah dan gas bumi. Konversi energi primer menjadi energi akhir yang dapat

menimbulkan GRK adalah BBM (premium, solar, minyak tanah), LPG, dan gas

pipa. Hal tersebut menyatakan bahwa minyak goreng tidak menimbulkan gas

yang berbahaya. Analisis green waste menunjukkan beberapa limbah yang dihasilkan pada

setiap proses. Proses pembacaan lebih mudah dan terperinci dapat

menggunakan pemetaan green value stream mapping (GVSM). Peta GVSM in

menunjukkan limbah pada setiap proses yang berkesinambungan. Menurut

Marizka (2015), identifikasi setiap aktivitas yang mempengaruhi tingkat

produktivitas dapat menggunakan Green Value Stream Mapping (GVSM),

sehingga mendapatkan seven green waste. Analisis nilai seven green waste

kemudian digunakan untuk menghitung indikator lingkungan dan indikator

ekonomi untuk mengukur produktivitas. Pada pemetaan proses produksi keripik

tempe ini terdapat empat proses yang dianalisis limbahnya. Pemetaan

menunjukkan bahwa proses pembuatan bumbu dan penggorengan memiliki dua

waste, yaitu air dan emisi sedangkan proses pemotongan dan pengemasan

Page 50: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

36

hanya memiliki satu waste yaitu sampah. Oleh karena itu, dalam satu proses

pembuatan keripik tempe menghasilkan tiga green waste yaitu sampah, air, dan

emisi. Pemetaan green value stream mapping (GVSM) dapat dilihat pada

Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pemetaan GVSM Current Produksi Keripik Tempe

4.5 Nilai Green Productivity Index (GPI) Berdasarkan hasil analisis Green Value Stream Mapping proses

pembuatan keripik tempe menghasilkan tiga green waste yaitu air, sampah, dan

emisi. Nilai GPI didapatkan dari dua indikator yaitu indikator ekonomi dan

dampak lingkungan. Indeks GPI digunakan untuk memperkirakan performa GP

suatu sistem produk atau proses dan membandingkannya dengan pesaing.

Perhitungan nilai GPI pada pembuatan keripik tempe ini yaitu yaitu pada siklus

satu kali produksi. Satu kali proses ini pada UKM Putra Ridhllo disebut dengan

kemasan keripik tempe bulat.

Menurut Marimin (2015), konsep perhitungan GPI menggunakan beberapa

macam pengambilan data yaitu, pada satu jam selama proses produksi, pada

satu siklus produksi, dan satu hari selama proses produksi berlangsung. Indikator

yang mempengaruhi nilai GPI adalah sebagai berikut:

1. Indikator Ekonomi Perhitungan produktivitas di lakukan dengan membagi keluaran dengan

masukan, Keluaran pada prinsip green produktivitas adalah harga jual produk

CustomerSupplier

Pemotongan

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Pembuatan BumbuCycle timeQty per cycle

10524,796Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

PenggorenganCycle timeQty per cycle

41538,003Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

PengemasanCycle timeQty per cycle

1.01736,944 Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Inventory

--

0,034 --

0,037510,596

- -

0,0000334125

1,355,6- -

0,005596074

--

0,147--

Cycle timeQty per cycle

13513,532 Kg

MenitItem

Produksi Keripik TempeCycle timeQty per cycle

...27.336

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

1,387516,2960,181

-0,005629487

Page 51: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

37

sedangkan biaya produksi menjadi faktor masukan. Menurut Bahara (2015),

Green Productivity Index (GPI) didefinisikan sebagai rasio produktivitas terhadap

dampak lingkungan. Produktivitas didefinisikan sebagai rasio perbandingan

antara harga jual produk terhadap biaya produksi. Rincian biaya produksi dan

harga jual dapat dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan indikator ekonomi yaitu perbandingan antara harga jual

dengan biaya produksi. Pada perhitungan ekonomi tersebut untuk kapasitas

produksi normal UKM yaitu 16 alir atau sekitar 72 Kg. Pada penelitian ini

berfokus pada kemasan 100 gram pada sekali produksi yaitu 3 alir (339

kemasan) dengan harga jual Rp3.500,00. Pada persaamaan 1 nilai indikator

ekonomi yaitu 2,29. Nilai ini merupakan nilai yang telah baik karena nilai > 1 yang

berarti penjualan tersebut telah mendapatkan keuntungan. Menurut Marimin

(2015) perhitungan indikator ekonomi dihitung sebagai perbandingan antara

pendapatan penjualan produk dengan total biaya produksi produk tersebut.

Apabila nilai dari indikator ekonomi > 1 maka dapat dikatakan baik. Perhitungan

indikator ekonomi ini juga sering didefinisikan sebagai produktivitas perusahaan.

Pada prinsip green productivity perhitungan produktivitas tidak hanya

memperhitungkan keuntungan finansial, tetapi tahap selanjutnya yaitu

membandingkan dengan dampak lingkungan yang dihasilkan. pehitungan nilai

indikator ekonomi menggunakan rumus (6) adalah sebagai berikut:

2. Dampak Lingkungan Indeks produktivitas hijau (GPI) didefinisikan sebagai rasio produktivitas

terhadap dampak lingkungan. Nilai GPI tersebut menggambarkan yaitu tingkat

produktivitas UKM Putra Ridhlo. Menurut Gandhi et al (2006) nilai dampak

lingkungan (EI) merupakan penjumlahan dari limbah udara, limbah air dan limbah

padat. Dampak lingkungan ditentukan dengan menjumlahkan bobot untuk

masing-masing indikator produktivitas hijau. Dampak lingkungan didefinisikan

sebagai penjumlahan tiga bobot variabel lingkungan. Tiga variabel tersebut

adalah limbah gas atau gaseous wastes generation (GWG), limbah padat atau

solid wastes generation (SWG) dan limbah cair atau water consumption (WC).

Bobot indikator ESI dapat dilihat pada Tabel 3.3. Penggunaan ESI sebagai dasar

pembobotan dampak lingkungan (EI) pada penelitian ini mengacu pada

penelitian yang telah dilakukan Widhiarti (2014).

Page 52: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

38

Indikator dampak lingkungan yang dihasilkan dari beberapa waste pada

penelitian ini adalah

a. Limbah emisi (GWG) yang mempunyai indikator kualitas udara, efek GRK,

dan penurunan tingkat polusi udara. Limbah emisi berasal dari pemakaian

energi yaitu gas LPG, dan listrik yang digunakan untuk blender dan blower.

b. Limbah padat (SWG) yang mempunyai indikator penurunan jumlah limbah

padat dan konsumsi material. Limbah padat berasal dari sisa plastik

pembungkus tempe dan stiker untuk kemasan.

c. Limbah cair (WC) yang mempunyai indikator penurunan kualitas air dan

jumlah air. Limbah air berasal dari sanitasi pada saat pembuatan bumbu dan

penggorengan serta sisa bumbu yang menempel pada bak ember atau

baskom.

Perhitungan bobot tiga indikator dalam GPI dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Tiga Indikator Lingkungan GPI dan Hasil Bobot dalam GPI (ESI 2005)

Variabel GPI Kesetaraan Indikator GPI

Bobot ESI

Gabungan Bobot (x)

Bobot (w) dalam GPI (x/0,3)

Gaseous Waste Generation (GWG)

Kualitas Udara 0,05

0,15 0,5 Penurunan Tingkat Polusi Udara

0,05

Efek GRK 0,05 Water Consumption (WC)

Kualitas Air 0,05 0,10 0,33 Jumlah Air 0,05 Solid Waste Generation (SWG)

Penurunan Limbah Padat dan Konsumsi Material

0,05 0,05 0,17

Total 0,3 0,3 Sumber : Widhiarti (2014)

Nilai pada tabel tersebut akan mewakili persentase ketiga variabel (gas,

cair, dan padat) yang disumbangkan dari green waste pada lingkungan. Limbah

tersebut akan mencemari lingkungan apabila persentasenya besar. Perhitungan

konstanta masing-masing indikator dalam dampak lingkungan (environmental

impact) yaitu didapatkan dari perjumlahan masing-masing nilai limbah gas

(emisi), cair (air), dan padat (sampah) pada Tabel 4.1. Perhitungan dampak

lingkungan yang di hasilkan selama proses pembuatan keripik tempe dilakukan

dengan menggunakan rumus (7) sebagai berikut:

Dampak lingkungan = a GWG + b WC + c SWG

Dampak lingkungan = a (0,5) + b (0,33) +c (0,17)

Dampak lingkungan=0,005629487 (0,5) + 0,016196 (0,33) + 0,000181 (0,17)

= 0,00824 Ton = 8,24 Kg

Page 53: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

39

Indikator ekonomi dan dampak lingkungan merupakan variabel yang

digunakan dalam menghitung nilai GPI menurut metode green productivity yang

dihitung menggunakan rumus (2). Nilai GPI yang diperoleh sebesar 0,28. Nilai

dampak lingkungan (indikator lingkungan) lebih besar dibandingkan dengan

indikator ekonomi. Menurut Fitri (2015), semakin tinggi nilai indeks produktivitas

hijau yang dicapai, maka tingkat produktivitas dan indikator ekonomi akan

semakin tinggi, sedangkan dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses

produksi akan semakin rendah. Oleh karena itu, beberapa alternatif pilihan

diperlukan untuk meningkatkan nilai GPI tersebut. Nilai indikator ekonomi pada

GPI yang diperoleh telah benilai lebih dari 1 berarti dapat dinyatakan telah baik,

tetapi nilai dampak lingkungan yang dihasilkan lebih besar. Perhitungan nilai GPI

kondisi awal UKM Putra Ridlho menggunakan rumus (5) adalah sebagai berikut:

4.6 Pemilihan Alternatif

Analisis pemilihan, alternatif strategi terpilih dengan menggunakan

metode Pairwise Comparison diperoleh bobot dari masing-masing level.

Pendapat pakar tentang alternatif yang mampu meningkatkan nilai indeks

produktivitas hijau pada proses produksi (Darmawan, 2012). Alternatif yang

dirancang bertujuan untuk meningkatkan nilai indikator ekonomi atau mengurangi

dampak lingkungan (mereduksi green waste). Nilai indikator ekonomi akan

berpengaruh kepada biaya produksi dan nilai jual, sedangkan mereduksi green

waste berfokus pada dua variabel, yaitu air dan emisi. Hal tersebut dikarenakan

limbah air dan emisi memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan limbah

sampah. Menurut Ariani (2011), beberapa metode yang digunakan untuk

pengurangan terjadinya limbah pada sumbernya yaitu dengan cara: merubah

input bahan baku, merubah teknologi, merubah proses, merubah produk,

optimasi proses dan minimisasi limbah yang meliputi : reduce, reuse, recycle dan

recovery pada sumbernya yang bertujuan untuk mereduksi limbah yang harus

diolah atau dibuang.

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan pemilik UKM Putra Ridhlo dan

pegawai dengan masa kerja paling lama, mendapatkan tiga alternatif yaitu

standarisasi berat perkemasan 100 gram (X1), Penggunaan blower pada siang

hari (X2), dan penakaran air saat pembuatan bumbu menggunakan gelas ukur

(X3). Alternatif yang diusulkan berdasarkan beberapa proses yang menghasilkan

Page 54: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

40

green waste paling banyak (dengan memperhitungkan peningkatan indikator

ekonomi atau penurunan dampak lingkungan) dan alternatif dapat

diimplementasikan. Alternatif strategi untuk peningkatan nilai GPI sebagai

berikut:

1. Standarisasi Berat Kemasan (Optimasi Proses) Pada UKM Putra Ridhlo berat kemasan pada saat proses pengemasan

kurang seragam. Standar berat keripik tempe adalah 100 gram per kemasan

kecil, tetapi standarisasi tersebut belum terpenuhi. Hasil observasi menunjukkan

bahwa terdapat ketidak seragaman berat berat keripik tempe per kemasan

dengan rentang berat 106 -113 gram. Permasalahan tersebut dikarenakan tidak

adanya proses penimbangan. Standarisasi berat kemasan ini termasuk pada

optimasi proses yang berpengaruh kepada kapasitas output yang dihasillkan.

Berat keripik tempe per kemasan yang dihasilkan bergantung pada isi setiap

kemasan dan akan berpengaruh kepada bentuk kemasan. Bentuk kemasan akan

rapi apabila isi dan berat kemasan sesuai dengan standar. Standar prosedur

yang telah ditetapkan pemilik pada proses pengemasan hendaknya lebih

diperhatikan implementasinya. Teknik yang dapat dilakukan dalam pengemasan

ini agar berat memenuhi standar yaitu potongan keripik tempe diseragamkan

yaitu dengan rentang berat 2-3 gram dengan bentuk yang bulat sempurna serta

isi kemasan terdiri dari 15 potongan keripik tempe. Menurut Fitri (2015), alternatif

dilihat dari meningkatnya nilai produktivitas serta kinerja lingkungan. Penerapan

alternatif optimasi proses akan memberikan penghematan biaya dan

keuntungan karena tidak adanya bahan yang terbuang.

2. Penggunaan Blower Pada Saat Proses Penggorengan Selama ini blower pada UKM ini digunakan mulai pagi hari pukul 06.00

sampai sore hari sekitar pukul 15.00 ketika proses penggorengan selesai.

Penggunaan blower tersebut yaitu selama 9 jam. alternatif kedua untuk

mengurangi green waste yaitu mengurangi penggunaan blower pada saat tidak

melakukan proses penggorengan. Penggunaan blower pada yang berlebihan

akan berpengaruh pada energi listrik yang digunakan saat proses produksi.

Apabila penggunaan blower hanya digunakan saat proses penggorengan, maka

waktu pengunaan blower berkurang 2 3/4 jam dari biasanya. Hal tersebut akan

berpengaruh pada emisi yang dihasilkan dan biaya produksi untuk penggunaan

Page 55: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

41

energi. Penggorengan dalam satu hari dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan

siang). Penggorengan tersebut dilakukan untuk menggoreng produk pada 5

siklus produksi. Setiap siklus membutuhkan 3 alir tempe. Waktu yang dibutuhkan

untuk menggoreng 1 alir tempe adalah 25 menit sehingga dalam 5 siklus

dibutuhkan waktu penggorengan selama 375 menit (6,25 jam). Jika

penggorengan yang digunakan pada pagi dan siang adalah sama, maka setiap

keli penggorengan membutuhkan waktu 187,5 menit. Penggorengan untuk pagi

hari terdapat dua sesi penggorengan dengan istirahat satu kali yaitu sesi 1 pada

pukul 06.00-07.15 dan sesi 2 pada pukul 09.00-10.15. Pada siang hari juga

dilakukan 2 sesi dan terdapat satu jam istirahat, sehingga jam kerja dalam

penggorengan yaitu sesi 1 pada pukul 10.15-12.45 dan sesi 2 pada pukul 13.45-

15.00. Istirahat untuk pagi hari yaitu pada pukul 7.15-9.00 dan istirahat siang hari

yaitu pada pukul 12.45-13.45. Perhitungan hasil perubahan indikator ekonomi

dan indikator lingkungan (dampak lingkungan) dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pengurangan penggunaan blower pada saat tidak bekerja dikarenakan

ventilasi yang cukup memadai dapat memberikan sirkulasi udara sehingga

mengurangi suasana panas dalam ruangan. Penggunaan blower pada proses

penggorengan ini termasuk pada reduce, yaitu mengurangi waste emisi.

Pengurangan tersebut tidak merubah signifikansi perubahan pada jumlah emisi

yan dihasilkan, tetapi memberikan kontribusi pada pengurangan jumlah emisi

yang dihasilkan dan menghemat peggunaan energi. Menurut Wulandari (2013),

energi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat

karena energi merupakan parameter penting bagi pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi. Hampir semua sektor kehidupan (industri, transportasi,

rumah tangga, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari energi.

Permasalahan muncul ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer

bertambah. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, menyebabkan semakin

banyak panas yang ditahan di permukaan bumi dan akan mengakibatkan suhu

permukaan bumi menjadi meningkat. Kualitas udara juga dapat menurun apabila

polusi semakin banyak.

3. Penakaran Air Menggunakan Gelas Ukur Pada Saat Pembuatan Bumbu Penakaran air menggunakan ember kecil selama ini saat pembuatan

bumbu merupakan salah satu upaya optimasi proses. Penakaran air juga

berfungsi untuk menstabilkan kekentalan bumbu yang telah dibuat. Kekentalan

Page 56: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

42

bumbu harus sesuai standar yang ditentukan oleh pemilik UKM Puta Ridhlo.

Apabila kekentalan kurang tepat maka akan berpengaruh pada ketebalan dan

kerenyahan keripik tempek yang dihasilkan. Takaran air yang digunakan untuk

membuat bumbu tiga alir tempe adalah 10,521 liter air. Air tersebut digunakan

untuk mencampur 9,4 kg tepung terigu, 3 kg tepung tapioka, dan 1,875 gram

bumbu yang telah diblender. Penakaran air tersebut dapat menggunakan gelas

ukur berukuran 2 liter. Hal tesebut akan mengurangi sisa air takaran yang

terbuang. Menurut Darmawan (2012), kinerja suatu perusahaan tidak lagi dapat

dievaluasi berdasarkan parameter ekonomi saja karena saat ini kinerja

perusahaan juga harus terintegrasi dengan kinerja lingkungan. Optimasi proses

dengan menerapkan standar terhadap penggunakaan sumber daya alam seperti

air, listrik, serta energi untuk pembakaran sangat penting untuk mengurangi

dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan sumber daya alam.

4.7 Perhitungan Alternatif terpilih Pemilihan alternatif menggunakan metode pairwise comparison yang

penilaiannya dilakukan oleh dua pakar, pemilik UKM Putra Ridhlo dan pekerja

yang memiliki masa kerja paling lama, yaitu empat tahun. Kuesioner penyusunan

alternatif dapat dilihat pada Lampiran 4. Penilaian kedua pakar tersebut telah

konsisten. Perhitungan dan bobot alternatif solusi dihasilkan dapat dilihat pada

Lampiran 5. Perhitungan yang ditunjukkan dari nilai CR<0,1 dapat dilihat pada

Tabel 4.3. Tabel 4.3 Bobot Alternatif Solusi dari 2 Pakar

Pengabungan Pendapat Pakar

Nilai Bobot Ranking

X1 0,48 1 X2 0,27 2 X3 0,24 3

Hasil pembobotan menunjukkan bahwa alternatif solusi menempati

rangking tertinggi adalah standarisasi berat perkemasan 100 gram. Pemilihan

alternatif tersebut dipertimbangkan karena yang paling memungkinkan untuk

dilakukan dalam waktu perbaikan terdekat. Standarisasi berat per kemasan

dapat dilaksanakan dengan cara penimbangan setelah selesai memasukkan

keripik tempe ke dalam kemasan. Kemudian dilakukan tahap packaging

perekatan bagian ujung kemasan agar kemasan terjaga dari udara yang ada di

sekitar. Perbandingan kedua alternatif saat pakar melakukan pemilihan di

Page 57: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

43

kuesioner dengan beberapa pertimbangan yaitu dapat diimplementasikan dalam

waktu dekat dan alternatif mana yang dapat meningkatkan ptoduktivitas dilihat

dalam segi kemudahan pelaksaan prosedurnya.

4.8 Peningkatan Nilai GPI Alternatif Terpilih Peningkatan nilai GPI dapat berasal dari peningkatan nilai indikator

ekonomi dan pengurangan dampak lingkungan. Ketiga alternatif tersebut

memiliki kontribusi masing-masing terhadap peningkatan nilai indikator ekonomi

untuk alternatif (X1) dan (X3) dan pengurangan dampak lingkungan untuk

alternatif (X2) dan (X3). Perbandingan nilai indikator ekonomi dan dampak

lingkungan current dan future Tabel 4.4. Hasil nilai indikator dan dampak

lingkungan alternatif X1 dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil nilai indikator dan

dampak lingkungan alternatif X2 dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil nilai

indikator dan dampak lingkungan alternatif X2 dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Indikator Ekonomi Dan Dampak Lingkungan Current Dan

Future

Alternatif Indikator Ekonomi

future

Indikator Ekonomi current

Dampak Lingkungan

future

Dampak Lingkungan

current X1 2,30 2,49 8,24 8,25 X2 2,30 2,35 8,24 8,00 X3 2,30 2,35 8,24 8,22

Perbandingan nilai future dan current akan digunakan untuk mengetahui

nilai GPI rasio yang dihasilkan oleh masing masing alternatif. Alternatif yang

terpilih menurut penilaian kedua pakar tersebut akan diuji kelayakannya dengan

menghitung nilai perbandingan GPI future dan current yang menghasilkan nilai

GPI rasio. Nilai GPI rasio menunjukkan bahwa alternatif terpilih dapat

meningkatan pada produktivitas. Masing-masing alternatif memiliki peran dalam

meningkatkan nilai indikator ekonomi atau menurunkan nilai dampak lingkungan.

Perhitungan GPI rasio dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai GPI rasio masing-

masing alternatif dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Nilai GPI rasio Alternatif Perbaikan Produktivitas

Alternatif GPI current GPI future GPI rasio Standarisasi berat perkemasan 100 gr

0,28

0,30 1,08 Penggunaan blower pada saat penggorengan

0,29 1,05

Penakaran air saat pembuatan bumbu 0,28 1,02

Page 58: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

44

Alternatif yang terpilih berdasarkan penilaian oleh pakar yaitu alternatif

standarisasi berat perkemasan. Standarisasi per kemasan yaitu 100 gram,

namun berat sebenarnya saat pengemasan tidak seragam. Apabila dilakukan

standarisasi kapasitas produk yang dihasilkan akan bertambah 27 kemasan

setiap satu kali proses produksi. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan

harga jual (laba) karena jumlah produk meningkat. Hasil dari pengingkatan

kapasitas produksi dari alternatif 1 dapat dilihat pada Lampiran 6. Peningkatan

nilai GPI rasio untuk standarisasi berat per kemasan yaitu 1,08. Nilai GPI rasio

alternatif 1 (X1) merupakan nilai paling tinggi apabila dibandingkan dengan

ketiga alternatif yang lainnya. Peningkatan nilai GPI tersebut karena perbaikan

alternatif 1 dapat meningkatkan nilai indikator ekonomi sebesar 2,49. Menurut

Marizka et al (2015), GPI rasio dikembangkan pada pengambilan keputusan

untuk memilih salah satu alternatif terbaik dalam peningkatan kinerja

produktivitas hijau dari sistem yang ada. GPI rasio diartikan perbandingan GPI

alternatif dan GPI kondisi awal. Jika GPI rasio ini lebih besar dari 1, berarti

alternatif peningkatan produktivitas yang terpilih lebih baik daripada GPI kondisi

awal sebelum adanya perbaikan. Alternatif dapat diimplementasikan dalam waktu

terdekat karena hanya merubah teknis dalam pengemasan.

Alternatif kedua yaitu pengurangan penggunaan blower pada saat

penggorengan dapat mengurangi biaya produksi (indikator ekonomi meningkat)

serta pengurangan pada dampak lingkungan terutama waste emisi (nilai dampak

lingkungan menurun). Emisi berkurang dikarenakan penggunaan blower

berkurang selama 2,75 jam. Alternatif ketiga yaitu pengurangan penggunaan air

pada saat pembuatan bumbu dengan menakar air yang digunakan untuk cuci

tangan (dampak lingkungan menurun) dan pengurangan pada biaya produksi

(indikator ekonomi meningkat). Pemilihan alternatif yang dipilih adalah alternatif 1

(X1). Hal tersebut dikarenakan nilai GPI rasio alternatif 1 lebih tinggi daripada

alternatif 2 dan alternatif 3.

4.9 Green Value Stream Mapping (GVSM) Future

Pemetaan green value stream future merupakan tahap akhir dari bentuk

gambaran perbaikan alternatif yang terpilih. Alternatif yang terpilih adalah

alternatif pertama yaitu optimasi proses pada pengemasan 100-101 gram.

Optimasi proses ini dapat diimplementasikan jika jumlah isi kemasan yaitu 15

potong keripik tempe bulat. Setiap penggorengan satu keripik tempe mempunyai

Page 59: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

45

berat 6-7 gram, dengan berat plastik 5 gram dan stiker 2 gram maka dengan 15

potong akan menghasilkan berat 97-105 gram. Pada GVSM future ini terdapat

perubahan yaitu pada proses pengemasan terdapat penambahan limbah

sampah menjadi 170 gram, berupa plastik dan stiker. Penambahan ini terjadi

karena output yang dihasilkan dari tiga alir tempe bertambah sebanyak 27

kemasan keripik tempe. Pemilihan ini terjadi bahwa nilai GPI meningkat karena

alternatif 1 ini dapat meningkatkan indikator ekonomi tetapi dampak lingkungan

yang dihasilkan tidak berkurang. Segi pertimbangan yang dilakukan pakar dalam

pemilihan alternatif yaitu implementasi dalam waktu terdekat dan keuntungan

yang dilakukan dalam pelaksanaan implementasi. Keuntungan yang diperoleh

oleh pemilik UKM yaitu adanya peningkatan produktivitas, sedangkan pada

pekerja yaitu meningkatnya upah karena gaji karyawan pengemasan bergantung

pada berapa bungkus keripik tempe yang dihasilkan sehari. GVSM future dapat

dilihat pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 GVSM future Pembuatan Keripik Tempe

CustomerSupplier

Pemotongan

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Pembuatan BumbuCycle timeQty per cycle

10524,796Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

PenggorenganCycle timeQty per cycle

41538,003Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

PengemasanCycle timeQty per cycle

109836,944 Kg

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

Inventory

--

0,034 --

--

0,170--

Cycle timeQty per cycle

MenitItem

Produksi Keripik TempeCycle timeQty per cycle

...27.336

MenitItem

Energi (Kwh) ....Air (Liter) ....Sampah (Kg) ....Material (Kg) ....Emisi (ton CO2/hari) ...

1,355,6- -

0,005596074

0,037510,596

- -

0,0000334125

1,387516,2960,204

-0,005629487

13513,532 Kg

Page 60: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

46

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

1. Produktivitas awal atau nilai GPI pada UKM Putra Ridhlo adalah 0,28.

Nilai GPI tersebut dapat dikatakan rendah.

2. Alternatif perbaikan untuk meningkatkan nilai produktivitas ada 3 alternatif

yaitu standarisasi berat kemasan dengan nilai GPI 0,30, penggunaan

blower pada saat penggorengan dengan nilai GPI 0,29, dan penakaran

air dengan gelas ukur saat pembuatan bumbu dengan nilai GPI 0,28.

Ketiga alternatif tersebut dengan pemilihan oleh pakar mendapatkan

alternatif prioritas yaitu standarisasi berat kemasan dengan rentang 100-

101 gram per kemasan yang berisi 15 keripik tempe.

3. Alternatif terpilih standarisasi berat per kemasan dapat meningkat nilai

indikator ekonomi menjadi 2,48. Alternatif ini juga memiliki peningkatan

nilai GPI future menjadi 0,30 serta GPI rasio 1,08. Alternatif ini sangat

memungkinkan apabila diterapkan dalam waktu terdekat.

5.2 Saran Pada penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran produktivitas

UKM. Penerapan green produktivity ini mungkin dapat diimplementasikan pada

UKM mulai awal produksi karena dapat memperbaiki dari segi ekonomi dan

dampak lingkungan. Pada UKM hal yang paling penting dalam peningkatan

produktivitas yaitu standarisasi yang telah dibuat harus dipenuhi apapun

kendalanya. Hal tersebut karena kedisiplinan dalam bekerja harus diterapkan

meskipuan pada UKM. Penelitian selanjutnya dapat mengukur produktivitas

dengan metode yang lain seperti Benefit Cost Rasio (BCR) karena pendapat

pakar telah diperoleh untuk perubahan sementara dan dapat implementasi dalam

waktu terdekat.

Page 61: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

47

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, P. 2016. Concept And Indicator Human Resources Management For Management Research Edition 1. Deepublish. Yogyakarta

Ahmadi, K. 2009. Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi Pada Penjernian Minyak Bekas Penggorengan Keripik Tempe. Jurnal Teknologi Pertanian.

10(2):136-143

Ariani, N., M. 2011. Kajian Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Pengolahan Ikan. Barita Litbang Industri.26(1):71.

Arifin, I. dan Giana, H. W. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. PT. Setia

Purna Inves. Bandung.

Asian Productivity Organization. 2006. Handbook on Green Productivity. Asian

Productivity Organization.Tokyo

Badan Pusat Statistik. 2016. Data time series Kota Malang Dalam AngkaKota Malang

Bahara, R., Marimin, dan Yandra, A. 2015. Perbaikan Produktivitas Hijau Pada Proses Produksi Susu Bubuk Dewasa. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen. 1(2) : 65-74

Damari. 2014. Panduan Lengkap Eksperimen Fisika SMA. WahyuMedia. Jakarta

Darmanto, E., Noor, L., dan Nanik, S. 2014. Penerapan Metode AHP (Analythic Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbuh. Jurnal Simetris. 5(1) : 75-82

Darmawan, M., A., Bangkit, W., dan Marimin. 2012. Peningkatan Produktivitas Proses Produksi Karet Alam Dengan Pendekatan Green Productivity: Studi Kasus Di Pt X. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 22 (2):98-105.

Fitri, J. L, Nasir, W. S., dan Lely, R. 2015. Peningkatan Produktivitas Dan Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Green Productivity Pada Proses Produksi Pupuk Organik (Studi Kasus di PT. Tiara Kurnia, Malang).. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Sistem Industri. 3(2):363-374.

Gandhi, M., Selladurai, V., dan Santhi, P. 2006.Green Productivity Indexing: A Practical Step Towards Integrating Environmental Protection Into Corporate Performance. International Journal of Cleaner Production. 12(7) : 673-683

Page 62: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

48

Gaspersz, V. 2000. Manajemen Produktivitas Total. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hermawan, A. 2009. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Grasindo. Jakarta

Idris, A. 2016. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia Edisi 1. Deepublish. Yogyakarta

Kementrian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Kusrini. 2007. Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Andi offset. Yogyakarta

Lootsma, F. A. 2007. MultiCriteria Decision Analysis Via Ratio and Difference Judgement. Springer Science & Business Media. New York

Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Pengolahan Terasi Skala Rumah Tangga Di Dusun Selangan Laut Pesisir Bontang (Application Cleaner Production Options on Fermented Shrimp Processing Industry in Household Scale in Selangan Laut, Bontang Waters). Jurnal Ilmu P 84 erikanan Tropis. 18(2):72-92.

Macoun, P and ravi, P. 1999. Guidelines for Applying Multi-Qriteria Analysis to The Assessment of Criteria and Indicators. Afterhours. Washington D.C

Marimin, Muhammad, A. D., Machfud, dan Muhammad P. I. F. P. 2013. Peningkatan Produktivitas Proses Budidaya karet Alam Dengan Pendekatan Green Productivity : Studi Kasus PT. XYZ. Agritech. 33(4) : 433-441.

Marimin, Machfud, Muh, A. D., Sri, M., Dede, R., Bangkit, W., Muh, P., I., dan Wibisono, A..2015. Teknik Dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) Pada Agroindustri. IPB Press. Bogor

Marimin, MA Darmawan, Machfud, Puta, M.P., and Bangkit, W.. 2014. Value Chain Analysis For Green Productivity Improvement In The Natural Rubber Supply Chain : A Case Study. Journal of Cleaner Production. 85 : 201-211

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta

Marizka, D. A., Taufik, D., dan Yatna, A. 2015. A Model of Green Value Stream Mapping for Rubber Based Automotive Products. Sciences and Engineering Journal. 2(1):18-19.

Page 63: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

49

Marizka, D.A., Taufik, D., and Yandra, A. 2015. A Model of Green Value Stream Mapping For Rubber Based Automotive Prducts. Science Journal and Engineering. 2(1) : 17-23

Matondang, Z. 2009. Validitas dan Reliabilitas suatu Instrumen Penelitian. Junal Tabularasa PPS UNIMED. 6(1): 87-97

Miflahah, I. 2010. Analisi Proses Pembuatan Pati Jagung (Maizena) Berbasis Neraca Massa. Jurnal Embryo. 7(1) :40-45

Nasibu, I. Z. 2009. Penerapan Metode AHP Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penempatan Karyawan Menggunakan Aplikasi Expert Choice. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5) : 180-193

Rao, P. 2004. Green Productivity: A South East Asian Experience. International Journal of Operation and Production Management. 24(3) : 289-320.

Membuat Keripik Tempe Aneka Rasa. Penebar Swadaya. Jakarta

Santoso, H. B. 2008. Bisnis Tempe. Penerbit Kanisius. Yoyakarta

Santoso ,H., Viorie G. S., Yogie S., dan Hartono, A. P. 2015. Pemodelan dan

Simulasi Secara Tunak dan Dinamik pada Pengeringan dengan Rotary

Dryer . 2 : 1-8

Sarwono, B. 2007. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta

Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Suder, A. 2006. Green Productivity and Management. PICMET 2006 Poceeding. Istanbul, turkey.

Susianto, dan Rita R. 2013. Fakta Ajaib Khasiat Tempe. Penebar Plus. Jakarta

Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Wahyu, D. dan Ruzita, S. 2009. Analisis Energi Pada Sistem Rotary Kiln Unit Indarung IV PT. Semen Padang. Jurnal teknik Mesin.6(2) : 79-91

Wardana, S. 2008. Membuat Aplikasi Berbasis Pendekatan Sistem dengan Visual Basic Net 2008. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Widhiarti, R. P. 2014. Peningkatan Produktivitas Proses Produksi Ban dengan Pendekatan Produktivitas Hijau (Studi Kasus di PT. XYZ). IPB

(Skripsi).

Page 64: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN ...repository.ub.ac.id/4234/1/Rizqi%20Nurlail%C2%A0Akbar.pdfdiagram alir produksi. Green Value Stream Mapping (GVSM) untuk mengidentifikasi green

50

Wills, B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and Win. Productivity Press. New York

Wulandari, M. T., Hermawan, dan Purwanto. 2013. Kajian Emisi CO2 Berdasarkan Penggunaan Energi Rumah Tangga Sebagai Penyebab Pemanasan Global (Studi Kasus Perumahan Sebantengan, Gedang Asri, Susukan RW 07 Kab. Semarang). J. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 1(2): 434-435.

Yasa, I. G. W. M. 2010. Ekonomi Hijau, Produksi Bersih dan Ekonomi Kreatif : Pendekatan Mencegah Resiko Lingkungan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas Di Provinsi Bali. Jurnal Bumi Lestari. 10(2). 285-294