analisis posisi tawar petani pada usahatani ...repository.ub.ac.id/333/1/nata rina utami.pdfdaerah...

63
ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI BUNGA MAWAR DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) Oleh: NATA RINA UTAMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN MALANG 2017

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI BUNGA MAWAR

DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

(Studi Kasus Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

Oleh:

NATA RINA UTAMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI BUNGA MAWAR

DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

(Studi Kasus Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

Oleh:

NATA RINA UTAMI

125040100111119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata

Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

MALANG

2017

Page 3: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil

penelitian penulis sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah

diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan

penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Malang, Maret 2017

Nata Rina Utami

Page 4: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

RINGKASAN .............................................................................................. ii

SUMMARY.................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ........................................................... 7

2.2 Tinjauan Teknis Budidaya Tanaman Bunga Mawar ...................... 10

2.3 Tinjauan Teori Tentang Posisi Tawar ............................................. 14

2.4 Tinjauan Teori Tentang Usahatani ................................................. 15

2.5 Tinjauan Teori Tentang Analisis Regresi ....................................... 20

2.6 Tinjauan Teori Tentang Uji Beda Rata-Rata .................................. 21

III. KERA NGKA DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 23

3.2 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 25

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 25

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penetuan Lokasi Penelitian............................................... 29

4.2 Metode Penentuan Sampel ............................................................ 29

4.3 Metode Pengumpulan Data............................................................ 30

4.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 30

4.4.1. Tujuan 1. Analisis Tingkat Posisi Tawar……………… 31

4.4.2. Tujuan 2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Poisi Tawar........................................................................... 32

Tujuan 3. Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga

Halaman

Page 5: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

x

Mawar di Daerah Penelitian dengan Hasil

Penelitian Terdahulu.............................................. 33

4.4.4. Tujuan 4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan................................................................. 34

4.4.5. Tujuan 5. Analisis Pengaruh Posisi Tawar Terhadap

Pendapatan Petani.................................................... 34

V. KEADAAN UMUM DAERAjH PENELITIAN

5.1 Keadaan Geografis dan Topografis ................................................ 36

5.2 Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................. 36

5.3 Keadaan Penduduk ........................................................................ 37

5.4 Keadaan Pertanian ......................................................................... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Petani Responden ..................................................... 41

6.2 Analisis Tingkat Posisi Tawar Di Desa Gunungsari ...................... 44

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani

Di Desa Gunungsari .................................................................... 45

6.4 Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar Di

Daerah Penelitian Dengan Hasil Penelitian Terdahulu ................. 48

6.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan

Petani Di Desa Gunungsari ......................................................... 50

6.6 Analisis Pengaruh Posisi Tawar Petani Dengan Tingkat

Pendapatan Petani Di Desa Gunungsari ...................................... 53

VII. KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan .................................................................................... 57

7.2 Saran .............................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Florikultura adalah adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura

yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan

keindahan, keasrian dan kenyamanan didalam ruang tertutup atau terbuka.

Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang sangat cerah

sebagai komoditas unggulan ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri.

Jenis tanaman florikultura antara lain bunga potong, bunga dalam pot, tanaman

hias, dan bunga tabur. Secara umum tanaman hias sendiri dikelompokkan

menjadi dua yaitu tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias

yang paling digemari masyarakat adalah bunga mawar ( Rukmana, 1994).

Mawar merupakan salah satu jenis tanaman semak dari genus (Rosa

hybrida L.) Tanaman bunga ini menjadi pilihan konsumen, salah satu faktor

pendorongnya adalah dikarenakan keindahan bunganya dan warna yang

bermacam-macam. Sebagai salah satu tanaman florikultura, usahatani mawar

dihadapkan pada kendala yang biasa muncul antara lain, seperti biaya

usahatani yang cukup besar untuk pembelian bibit, penggunaan tenaga kerja,

dan biaya perawatan. Pengelolaan usahatani mawar yang efisien perlu adanya

analisis dan pengetahuan akan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan output. Selain itu juga diperlukan ketekunan, sehingga

memerlukan perhatian yang cukup besar. Berikut data mengenai total produksi

tanaman hias di Indonesia :

Tabel 1. Total Produksi Tanaman Hias di Indonesia

Tahun 2011 2012 Presentase Kenaikan tahun

2011 -2012 Jenis komoditas Produksi

(Batang) Produksi (Batang)

Mawar 39.131.603 60.724.424 36% Krisan 99.158.942 106.742.779 7%

Anggrek 15.430.040 16.066.443 4% Sumber : (Badan Pusat Statistik Indonesia 2010)

Dari tabel tesebut dapat dilihat bahwa produksi bunga mawar tahun

2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 36%, presentase paling

tinggi dibandingkan peningkatan bunga krisan dan anggrek. Dapat disimpulkan

Page 7: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

2

bahwa bunga mawar memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan

dibandingkan dengan tanaman hias lainnya.

Produksi bunga potong mawar sampai saat ini masih menduduki

rangking pertama industri florikultura di dunia sejak 1993. Impor bunga potong

oleh negara-negara Uni Eropa masih didominasi oleh bunga mawar. Bunga

potong Indonesia sudah memasuki pasar internasional, yaitu ke negara-negara

Asia, Eropa, Australia, Afrika, dan Amerika, namun masih dalam jumlah kecil

dan tidak kontinyu (Purnawanti 2002).

Daerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah

antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sentra produksi di Jawa

Barat adalah di Sukabumi, Cipanas, Parompong, dan Lembang. Di daerah Jawa

Tengah adalah kota Bandungan, dan sentra di daerah Jawa Timur adalah Kediri

dan Batu. Kota Batu adalah salah satu sentra yang memiliki potensi yang

cukup baik dalam pengembangan usahatani bunga mawar. Pada Tabel 2 adalah

produksi bunga mawar potong yang ada di Kota Batu :

Tabel 2. Total Produksi Tanaman Hias Kota Batu

Komoditas Total produksi per tahun (tangkai) 2011 2012

Mawar 1.819.752 1.893.138 Krisan 687.105 755.556

Anthurium 63.568 64.502 Gladiol 30.846 29.950

Sumber : Dinas Pertanian Kota Batu, 2012

Tabel diatas membuktikan bahwa usaha tanaman mawar hias memiliki

rasio produktifitas yang paling tinggi diantara komoditas tanaman hias

unggulan di Jawa Timur, dibandingkan dengan krisan, antahrium, dan gladiol.

Mengingat kawasan Kota Batu ini berada di ketinggian sekitar 680

sampai 1.200 meter dari permukaan laut serta memiliki suhu udara rata-rata

yang berkisar 15°-19° Celsius, menjadikan Desa Gunungsari sebagai ladang

yang tepat untuk membudidayakan bunga mawar. Desa Gunungsari merupakan

salah satu wilayah di Kota Batu yang sebagian besar termasuk wilayah hutan

yang luasnya hampir 1.000 hektar dan di wilayah Kecamatan Bumiaji, Kota

Batu yang memiliki potensi bunga potong mawar yang cukup luas yaitu

mencapai kurang lebih 80 hektar lahan. Keanaekaragaman jenis bunga mawar

Page 8: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

3

di Desa Gunungsari ini beraneka jenis dan warna. Jenis mawar unggulan lokal

yang dikembangkan dari Desa Gunungsari dinamakan mawar Pergiwo dan

Pergiwati dengan warna merah tua dan merah muda. Selain itu berkembang

aneka jenis bunga mawar hibrida yang berasal dari Holland (Belanda) mawar

yang banyak digemari adalah mawar hibrid tea dan medium, memiliki variasi

warna bunga cukup banyak, mulai dari putih sampai merah padam, dan

dikembangkan juga mawar jenis Cherry Brendy, Havallan, Grand Galla, yang

sangat digemari oleh konsumen. Namun mawar sebagai tanaman hias yang

tidak mengikuti tren mampu menjadi usaha yang menjanjikan dalam jangka

panjang dikarenakan harganya di pasar akan cenderung stabil atau tidak

fluktuatif.

Posisi tawar petani memiliki pengertian kemampuan petani atau

kelompok yang lebih besar untuk menentukan nilai harga jual bunga mawar.

Bunga mawar sendiri memiliki peminat yang paling banyak dibandingkan

dengan tanaman hias lain, dengan begitu seharusnya petani mampu memiliki

posisi tawar yang kuat agar harga jual mawar meningkat.

Sesbany (2014) menyebutkan posisi tawar petani yang lemah umumnya

disebabkan karena petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi

pasar dan permodalan yang kurang memadai. Problem mendasar bagi

mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan

negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya

lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan

pendapatan petani.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa petani bunga mawar

menghadapi masalah kurangnya akses pasar, permodalan dan informasi pasar

mengakibatkan rendahnya posisi tawar di Desa Gunungsari. Sehingga adanya

penelitian mengenai posisi tawar petani di Desa Gunungsari, Kecamatan

Bumiaji, Kota Batu untuk memperoleh masukan upaya peningkatan

pendapatan petani di daerah penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Tanaman florikultura merupakan jenis tanaman hias yang memiliki

permasalahan pada aspek penanganan pasca panen. Pada aspek penanganan

Page 9: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

4

pasca panen tanaman florikultura sering mengalami kerusakan fisik seperti

bunga layu, untuk menjaga agar bunga tetap sesuai kondisi awal dan

permintaan konsumen maka petani harus memberikan perlakuan khusus,

dimana perlakuan khusus tersebut membutuhkan biaya yang cukup banyak.

Hal ini sering terjadi pada tanaman florikultura jenis tanamana hias bunga

mawar.

Desa Gunungsari merupakan desa yang dijadikan percontohan sebagai

desa wisata bunga oleh pemerintah daerah dimana sebagian besar penduduknya

bermatapencaharian sebagai petani tanaman dan bunga hias. Desa Gunungsari

memiliki luas lebih dari 80 ha. Desa ini jika dilihat secara langsung akan

terlihat hamparan luas baik lahan yang rata ataupun miring dan banyak sekali

tanaman hias. Jenis komoditas tanaman hias utama yang diusahakan adalah

mawar, anggrek, krisan, anthurium dan berbagai jenis tanaman tropis lainnya.

Bunga mawar merupakan tanaman yang banyak disukai masyarakat

penggemarnya karena warna bunganya yang cantik dengan ragam warna serta

pesona harumnya yang menawan. Tanaman ini banyak ditanam di Kota Batu

Malang yang telah dikenal luas sebagai sentra tanaman hias terbesar di Jawa

Timur. Permintaan bunga mawar di Jawa Timur khususnya di daerah batu

sangat tinggi. Semakin banyak petani yang membudidayakan mawar sebagai

tanaman hias maka semakin besar pula produksinya, namun seperti halnya

usahatani lainnya, usahatani mawar juga memiliki kendala-kendala, salah

satunya adalah rendahnya posisi tawar petani.

Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau perorangan untuk

mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi tawar lebih

tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil keputusan

untuk dijalankan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah. Dalam hal ini

posisi tawar petani rendah itu artinya posisi petani itu tidak punya jalur untuk

memasarkan hasil pertaniannya, karena mereka masih berjalan sendiri-sendiri,

akibatnya para petani sering menggunakan sistim tebang jual sehingga banyak

dibeli oleh para spekulan atau tengkulak, disini menjadikan posisi tawar petani

jadi lemah.

Page 10: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

5

Bunga mawar mempunyai sifat yang mudah rusak dan mudah layu.

Dengan sifat yang seperti itu membuat petani mau menjual pertangkainya

dengan harga Rp 500 ke tengkulak. Sedangkan harga jual di pasar sangat

tinggi bisa mencapai Rp 3000 hingga Rp 5000, pertangkainya. Dengan

permasalahan yang sebenarnya ada adalah mindset dari para petani itu sendiri,

karena ketakutan bunga mawarnya tidak laku terjual.

Atas dasar masalah diatas masalah penelitian dirumuskan sebagai

Sejauh mana posisi tawar petani berepengaruh terhadap pendapatan

usahatani petani bunga mawar

sebagai berikut :

1. Bagaimana posisi tawar bunga mawar yang diusahakan oleh petani di Desa

Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

2. Apa yang mempengaruhi posisi tawar petani bunga mawar di Desa

Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

3. Bagaimana pendapatan usahatani petani bunga mawar di Desa Gunungsari

Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

4. Apa yang mempengaruhi pendapatan petani bunga mawar di Desa

Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

5. Bagaimana pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani

bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dirumuskan tujuan penelitian sebagai

berikut :

1. Menganalisis posisi tawar bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan

Bumiaji Kota Batu.

2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani bunga mawar

di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

3. Menganalisis pendapatan usahatani yang dihasilkan petani bunga mawar di

Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

4. Menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan petani bunga mawar

di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Page 11: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

6

5. Menganalisis pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani

bunga mawar di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai masukan untuk upaya pengembangan usahatani bunga mawar.

2. Sebagai bahan informasi atau rujukan bagi para pembaca atau peneliti lain

yang ingin mengembangkan penelitian pada tahap berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan masalah digunakan untuk menghindari luasnya pokok bahasan

dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai

berikut :

1. Analisis posisi tawar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan petani dalam mempengaruhi tindakan lawannya. Analisis

poisis tawar dilakukan pada musim tanam (Juni Agustus 2016)

2. Usahatani bunga mawar yang dimkasudkan adalah usahatani petani yang

mengusahakan bunga mawar pada musim tanam (Juni Agustus 2016)

3. Pendapatan petani dalam penelitian ini adalah pendapatan petani dari hasil

usahatani bunga mawar pada musim tanam (Juni Agustus 2016)

Page 12: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terkait dengan posisi tawar petani yang telah dilakukan

oleh berbagai pihak dengan metode yang berbeda. Penelitian tersebut

umumnya juga mempunyai hasil dan kesimpulan yang berbeda pula.

Mengingat topik yang diangkat pada penelitian ini adalah Analisis Posisi

Tawar Petani pada Usahatani Bunga Mawar dalam Upaya Peningkatan

Pendapatan Petani di Desa Gunungsari, Kota Batu diperlukan beberapa

penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi. Penelitian-penilitian

tersebut antara lain adalah:

Sesbany (2014) dalam jurnalnya dengan judul penguatan kelembagaan

petani untuk meningkatkan posisi tawar petani menjabarkan penyebab dari

lemahnya posisi tawar petani dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan posisi tawar petani itu sendiri. Posisi tawar petani yang lemah

disebabkan oleh kurangnya akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang

kurang memadai. Upaya penguatan kelembagaan bagi petani dapat dilakukan

melalui kelembagaan. Kelembagaan dapat membantu petani agar dapat

bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

Hal ini berarti penelitian tersebut dirasa cukup relevan dengan penelitian

yang dilakukan karena pengukuran posisi tawar menggunakan indikator

informasi pasar, akses pasar, dan permodalan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan yaitu tidak adanya tujuan mengenai tingkat posisi

tawar di daerah penelitian.

Batubara (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisa posisi tawar

petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang

Bedagai menggunakan metode analisis uji logit untuk mengetahui posisi tawar

petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setelah penelitian dilakukan,

didapatkan hasil bahwa posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan

Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai lemah. Tetapi, apabila dibandingkan

keduanya, posisi tawar petani kelapa sawit di Labuhan Batu lebih kuat

Page 13: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

8

dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan untuk faktor yang

paling berpengaruh bagi posisi tawar petani di kedua Kabupaten tersebut

adalah kredit dikarenakan nilai signifikasi kredit adalah 0,001<0,014 dan

bersifat nyata. Faktor lain seperti jenis bibit dan produksi tidak berpengaruh

secara nyata bagi posisi tawar petani.

Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang

dilakukan karena memiliki tujuan untuk menegtahui tingkat posisi tawar di dua

daerah penelitian. Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu

alat analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi posisi tawar, penelitian sekarang menggunakan analisis regresi

linier berganda, dan penelitian terdahulu menggunakan uji logit.

posisi tawar petani kentang di Kabupaten Probolinggo. Metode yang digunakan

dalam penelitian tersebut adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kuantitatif yang digunakan adalah dengan perhitungan indeks lerner.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa posisi

tawar petani kentang di Kabupaten Probolinggo rendah karena nilai indeks

Lerner yang rendah.

Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang

dilakukan karena tujuan untuk tingkat posisi tawar menggunakan metode

analisis kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian

sekarang yaitu lokasi penelitian dan penggunaan metode analisis

kuantitatifnya.

Hertanto (2009) melakukan penelitian mengenai posisi tawar tanaman

hias dengan metode yang digunakan adalah skoring. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah infromasi pasar, modal, dan aksespasar. Hasil dari

analisis skoring tersebut menunjukkan posisi tawar lemah dengan skor sebesar

10,3 dan perusahaan inti dengan skor 29,6 yang tergolong kedalam kategori

kuat.

Hal ini berarti penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian yang

dilakukan karena untuk mengukur posisi tawar digunakan metode skoring.

Page 14: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

9

Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu jenis pada posisi

tawar yang dilihat, dan indikator yang digunakan untuk mengukur posisi tawar.

Menurut Afrengki (2011) mengenai Analisis Usahatani dan Efiseinsi

Pemasaran Bunga Mawar di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Pada usahatani bunga mawar dengan skala lahan luas lebih efisien

dibandingkan dengan skala lahan sempit. R/C ratio sebesar 1,40 untuk

usahatani lahan skala luas dan 1,29 untuk usahatani lahan skala sempit, artinya

usahatani ini telah efisien dan menguntungkan, karena kedua skala lahan

usahtani mempunyai nilai R/C ratio > 1. Dengan pendapatan sebesar Rp

14.552.658,00 /ha /musim tanam untuk petani lahan skala luas dan Rp

9.786.361,00 /ha /musim tanam untuk petani lahan skala sempit. Peneliti juga

menggunakan analisis skoring untuk menentukan apakah poisis tawar diaerah

penelitian tergolong tinggi/ rendah. Melalui pendekatan analisis efisiensi harga

didapatkan hasil bahwa fungsi transportasi tidak efisiensi karena selisih harga

antara lembaga pemasaran lebih besar dibandingkan dengan biaya transportasi.

Dapat dikatakan bahwa usahatani bunga mawar ini menguntungkan, tetapi

tingkat posisi tawarnya rendah.

Hal ini berarti penelitian tersebut cukup relevan dengan penelitian yang

dilakukan karena tujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani petani

bunga mawar. Perbedaannya yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu

lokasi dan penggunaan analisis efisiensi harga.

Penelitian yang dilakukan Nur (2011) di Desa Bumiaji, Kecamatan

Bumiaji, Kota Batu dengan judul penelitian Analisis Usaha Tani Melati

didapatkan hasil analisis hasil dari penelitian menunjukkan bahwa usahatani

mawar dapat menguntungkan karena tidak membutuhkan biaya pupuk yang

besar dan mudah dalam pemasaran dilihat dari tingkat posisi tawarnya

menggunakan skoring. Penggunaan biaya produksi (TC) tanaman mawar selam

satu musim (6 bulan) rata-rata sebesar Rp. Rp. 7.928.850,00 per hektar,

kemudian besarnya penerimaan (TR) Rp. 20.325.400,00 per hektar. Dari hasil

tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp. Rp. 12.396.550,00 per hektar

selama enam bulan. Dengan nilai R/C ratio sebesar 2,68 sehingga

menguntungkan dan efisien untuk diusahakan. Hal tersebut juga didukung

Page 15: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

10

melalui uji t, dari perhitungan uji diperoleh nilai t hitung = 6,030 dan nilai t

tabel = 2,00. Karena nilai t hitung > t tabel (6,030 > 2,00),maka dapat

disimpulkan bahwa usahatani mawar tersebut layak diusahakan dan efisien.

Hal ini berarti penelitian tersebut cukup relevan dengan penelitian yang

dilakukan karena tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dengan

menggunakan analisis uji t.

Berdasarkan telaah keenam penelitian terdahulu dapat diketahui

pesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilkaukan saat ini. Perbedaan

yang dilakukan dengan penelitian sekarang yaitu lokasi penelitian dan

penggunaan 4 indikator pada analisis posisi tawar yaitu informasi pasar,

permodalan, akses pasar , dan penentuan harga. Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani juga menjadikan perbedaan

penelitian yang dilakukan saat ini. Perbedaan variabel yang digunakan sebagai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani meliputi,

jumlah produksi, biaya tenaga kerja, jumlah pupuk, biaya penggunaan benih,

dan jumlah kebutuhan pestisida dalam satu musim tanam.

Persamaan skripsi saat ini dengan penelitian terdahulu adalah

menggunakan metode analisis kuantitatif, analisis bentuk regresi linier

berganda untuk mengtahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat posisi

tawar dan tingkat pendapatan usahatani bunga mawar, serta menegtahui

pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan.

2.2 Tinjauan Teknis Budidaya Tanaman Bunga Mawar

Klasifikasi bunga mawar menurut Soekartawi (1994) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosanales

Famili : Rosaceae

Genus : Rosa

Spesies : Rosa hybrida

Page 16: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

11

Bunga potong atau florikultura merupakan tanaman khas daerah tropis

atau daerah dataran tinggi.Ada beberapa jenis bunga potong yang di produksi

dan di pasarkan di Indonesia, antara lain : mawar, anyelir, gladiol, krisan,

antherium, aster, hebras, sedap malam, anggrek, lily, alstromeria, dan

molucella (Soekartawi, 1994)

Mawar yang dikenal sebagai ratu bunga memiliki latar belakang sejarah

(historis) amat menarik untuk dicermati oleh kalangan masyarakat luas. Seperti

bunga-bunga yang lainnya, mawar pun tidak bisa dipisahkan begitu saja dari

tatanan kehidupan dan penghidupan manusia. Konon sejak zaman dahulu kala,

bunga sudah merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam

peradaban manusia. Manusia mengenal mawar diduga sama tuanya dengan

perkembangan peradaban nenek moyang terdahulu, salah satu bukti yang

memperjelas dugaan tersebut adalah dengan ditemukannya fosil bunga mawar

yang berusia 40 juta tahun di Colorado dan Oregon Amerika Serikat

(Rukmana, 1994). Teknis budidaya pengolahan komoditas bunga mawar, yaitu

:

1. Pengolahan Lahan

Persiapan dimulai dengan pembuatan lubang-lubang tanam berdiameter

sekitar 15 cm dengan kedalaman 30 cm. Jarak tanam tergantung varietas. Jarak

tanam jenis Hybrid tea dan floribunda 100 cm x 60 cm, sedang jenis Polyantha

40 cm x 60 cm. Beberapa varietas baru bunga mawar potong ditanam dengan

jarak 31 cm x 31 cm atau 38 cm, atau 20 cm x 40 cm tergantung jenis mawar

yang ditanam.

2. Penanaman

Pasir, pupuk kandang dan tanah kebun dibutuhkan untuk media tanam

dengan perbandingan 1:2:1. Pupuk kandang diberikan pada awal tanam.

Pemberian pupuk dasar super fosfat sebanyak 0.25 kg/m2 diberikan 1-2

minggu sebelum tanam. Bila tanah terlalu asam dapat ditambahkan kapur

pertanian sebanyak 2.5 kg/10 m2 dan bila tanah terlalu basa dapat ditambahkan

belerang ¼ kg/10 m2. Pupuk kandang diberikan sebanyak 75 ton/ha.

Tambahan pupuk NPK 50 kg/ha/bl. Pemberian unsur mikro Fe, Mg dan S

dapat diberikan melalui spray satu bulan sekali. Sterilisasi dapat dilakukan

Page 17: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

12

dengan menggunakan bahan kimia basamid atau vapam dengan dosis yang

dianjurkan.

3. Pemeliharaan Tanaman

a. Pemupukan

Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar

adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan

tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah

perbandingan pupuk NPK 5:15:5. Pemberian pupuk sebaiknya pada saat

sebelum berbunga, sedang berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Cara

pemberian pupuk dengan ditabur dalam paritparit kecil dan dangkal diantara

barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutup dengan

tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.

b. Penyiangan

Kegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar

dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh pada

selokan/parit antar bedengan dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan

penyakit. Penyiangan sebulan sekali (tergantung pertumbuhan gulma), dengan

mencabut rumput-rumput liar (gulma) secara hati-hati agar tidak merusak akar

tanaman atau membersihkan dengan alat bantu kored/cangkul.

c. Panen dan Pengolahan Hasil

1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai

bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal.

Untuk tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar

penuh. Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara

dan penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga

potong melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari.

2. Cara Panen

Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada

bagian dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat

pemotong bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang

tajam, bersih dan steril.

Page 18: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

13

3. Periode Panen

Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat

dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan

kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun

berkisar 3-5 tahun.

4. Prakiraan Produksi

Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas

unggul dapat menghasilkan 120.000 280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat

produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan

tingkat perawatan tanaman selama di kebun.

d. Syarat Tumbuh Bunga Mawar

1. Iklim

Syarat iklim yang dibutuhkan mawar untuk tumbuh baik sebagai berikut:

a. Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000

mm/tahun. Memerlukan sinar mata-hari 5-6 jam per-hari. Di daerah cukup

sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta ber-batang

kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik daripada sinar matahari sore, yang

menyebabkan pengeringan tanaman.

b. Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan

tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun didaerah

panas/tropis. Suhu uadara sejuk 18-26 derajat C dan kelembaban 70-80%.

2. Media Tanam

Media tanam yang digunakan berpengaruh pula terha-dap pertumbuhan

mawar. Untuk itu, hal-hal berikut harsu diperhatikan.

a. Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun

atau didalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir

(kandunagn liat 20-30%), subur, gembur, banyak bahan organic, aerasi, dan

drainase baik.

b. Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah

yang cukup baik.

c. Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0.pada tanah asam (pH

5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit, Calcit ataupun Zeagro dosis 4-5

Page 19: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

14

ton/hektar.Pemberian kapur bertujuan untuk menaikkan pH tanah,

menambah unsure-unsur Ca dna Mg, memperbaiki kehidupan

mikroorganisme, memperbaiki bintil-bintil akar, mengurangi keracunan Fe,

Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan P dan Mo. Tanah berpori-pori

sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

3. Ketinggian Tempat

Mawar tumbuh baik pada:

a. Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan

maksimum 28°-30°C;

b. Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14°-27°C;

c. Ketinggian 110 m dpl, suhu udara minimum 13,7°C-15,6°C dan maksimum

19,5°-22,6°C.Di daerah tropis sepertiIndonesia, tanaman mawar dapat

tumbuh dan produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi

(pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

Tinjauan teori budidaya bunga mawar merupakan telaah teori

yang relevan dengan penelitian ini, karena dapat digunakan sebagai acuan

untuk mengetahui sistem budidaya bunga mawar di daerah penelitian.

2.3 Tinjauan Teori Tentang Posisi Tawar

Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau perorangan untuk

mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi tawar yang

lebih tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil

keputusan untuk dijalankan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah.

Menurut Sesbany (2008) lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan

petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan

permodalan yang kurang memadai. Problem mendasar bagi mayoritas petani

Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil

produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini

merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.

Penentuan harga, perubahan syarat-syarat dalam perjanjian atau kontrak

apabila memiliki posisi tawar yag kuat. Posisi tawar yang kuat dapat

memberikan keuntungan yang lebih tinggi pada pihak yang memiliki daya

Page 20: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

15

tawar kuat dibandingkan dengan pihak lain yang daya tawarnya lebih rendah.

Dalam rantai makanan pada saat ini, petani merupakan pihak yang memiliki

daya tawar rendah (Levins, 2002).

Posisi tawar menurut Fletcher (1961) adalah kemampuan untuk

mendapatkan harga yang diinginkan. Untuk mendapatkan harga sesuai dengan

apa yang diharapkan, tentunya kekuatan negosiasi sangat diperlukan.

Penentuan harga atau negosiasi yang kuat akan mengakibatkan posisi tawar

seseorang menjadi kuat dan pendapatan yang diperoleh juga tinggi. Moe

(2003) juga menyebutkan pengukuran lainnya untuk posisi tawar adalah

tingkat pendidikan, dan jangkauan pasar. Pendidikan formal dan jangkauan

pasar yang luas mampu meningkatkan posisi tawar yang dimiliki oleh

seseorang. Manyamsari dan Mujiburrahmad (2014) juga ikut memberikan

beberapa pernyataan mengenai posisi tawar. Salah satunya adalah modal yang

digunakan untuk kegiatan usahatani. Modal yang kurang memadai akan

menurunkan nilai posisi tawarnya, sedangkan modal yang cukup petani akan

berani menaikkan harga sesuai dengan modal yang sudah dikeluarkan.

Tinjauan mengenai posisi tawar merupakan telaah teori yang relevan

dengan penelitian skripsi ini, karena dapat digunakan untuk mengetahui

kemampuan petani dalam menentukan harga jual. Serta mengetahui indikator

apa saja yang digunakan dalam menentukan tingkat posisi tawar.

2.4 Tinjauan Teori Tentang Usahatani

Pengertian usahatani menurut Soekartawi (2011) merupakan ilmu yang

mempelajari pengalokasian sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan

secara efektif dan efisien serta mampu dimanfaatkan agar mendapatkan

keuntungan yang tinggi. Menurut Adiwilaga (1992) usahatani merupakan

kegiatan untuk meninjau dan menyelidiki berbagai masalah dalam kegiatan

pertanian serta mampu menemukan solusinya, sedangkan menurut Kadarsan

(1993) usahatani adalah sistem pengelolaan sumber daya alam, tenaga kerja,

permodalan serta skill lainnya untuk menghasilkan produk pertanian secara

efektif dan efisien. Berdasarkan ketiga konsep tersebut dapat disimpulkan

bahwa usahatani merupakan suatu sistem pengorganisasian atau rangkaian

Page 21: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

16

kegiatan pertanian yang dilakukan untuk menghasilkan produk pertanian secara

efektif dan efisien serta mampu menambah kesejahteraan dan meningkatkan

pendapatan petani.

Faktor-faktor produksi usahatani merupakan sumberdaya yang

digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang yang memiliki

nilai tinggi. Menurut Soekartawi (2002) faktor-faktor produksi usahatani

meliputi alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen. Berikut

penjelasan mengenai faktor-faktor produksi tersebut:

1. Faktor Produksi Alam

Faktor produksi alam terdiri dari udara, iklim, lahan, flora dan fauna.

Tanpa tanah/ lahan, sinar matahari, udara dan cahaya tidak ada hasil

pertanian. Faktor produksi yang tidak langka atau tidak terbatas (unscarcity)

seperti udara, cahaya sering dianggap bukan termasuk faktor produksi.

Tanah/lahan yang bersifat langka/terbatas (scarcity) dianggap sebagai faktor

produksi.

2. Faktor Produksi Modal

Menurut Riyanto (2011) modal adalah hasil produksi yang digunakan

untuk memproduksi lebih lanjut, modal ditekankan pada nilai, daya beli atau

kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-

barang modal. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi dua, yaitu modal

tetap adalah barang modal yang digunakan dalam proses produksi dan dapat

digunakan beberapa kali sedangkan modal bergerak adalah barang-barang

modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai dalam proses

produksi.

Perbedaan modal tetap dan modal bergerak berhubung dengan

perhitungan biaya pada proses produksi perlu dilakukan, yaitu biaya modal

bergerak diperhitungkan dalam harga biaya riil, sedangkan biaya modal

diperhitungkan melalui penyusutan nilai. Adapun perbedaan akan jenis

modal fisik dan modal manusiawi. Modal fisik atau modal material dalam

pertanian seperti alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak, bangunan dan lain-

lain, sedangkan modal manusiawi (human capital) seperti biaya untuk

pendidikan petani, latihan dan peningkatan kesehatan dan lain-lain. Modal

Page 22: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

17

manusiawi tidak secara langsung berpengaruh terhadap produksi, akan

tetapi dia akan dapat menaikkan produktivitas kerja pada waktu mendatang.

3. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan untuk

masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara

langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam

faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta

kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah tersedianya tenaga

kerja, kualitas tenaga kerja dan jenis kelamin.

4. Faktor Produksi Manajemen

Dalam usahatani modern, peranan manajemen sangat penting dan

strategis, yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan

melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana

mengelola orang-orang dalam tingkatan atau tahapan proses produksi

(Soekartawi, 2005).

Manajemen sebagai sumber daya juga sangat penting karena sangat

menentukan keberhasilan dalam suatu usaha. Manajemen yang berbeda

meskipun menggunakan input yang sama maka akan didapat hasil yang

berbeda. Dengan kata lain keberhasilan usahatani sangat tergantung pada

upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah suatu seni,

maka akan sulit untuk mengkuantifikasikan atau mengukurnya (Suratiyah,

2006).

2.4.1 Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

1. Biaya Usahatani

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan

uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Menurut Sukirno (1994) Biaya produksi didefinisikan sebagai semua

pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan

bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang

Page 23: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

18

yang diproduksi. Biaya produksi dapat dibedakan dua jenis biaya, yaitu biaya

eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran perusahaan

yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor

produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan firma. Sedangkan biaya

tersembunyi adalah taksiran pengeluaran keatas faktor-faktor produksi yang

dimiliki sendiri. Dari definisi diatas, maka biaya produksi didefinisikan sebagai

semua pengeluaran yang dilakukan oleh petani, perusahaan untuk memperoleh

faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan output.

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi

dua yaitu biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya

variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang

diperoleh. Contoh biaya variabel adalah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga

kerja. Sedangkan biaya total merupakan biaya yang relati tetap jumlahnya dan

terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

Contoh biaya tetap dalam usahatani adalah penyusutan peralatan, pajak, irigasi,

dan sewa tanah. Biaya total (TC) adalah jumlah dari total biaya tetap (TFC)

dan total biaya variabel (TVC).

2. Biaya Penerimaan Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan pada dasarnya dibedakan

menjadi dua jenis yaitu penerimaan bersih dan penerimaan kotor. Pengertian

penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil

produksi yaitu dengan cara harga jual dikalikan hasil produksi. Sementara

penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil

produksi setelah dikurangi dengan biaya total usaha. Shinta (2011)

menjelaskan bahwa penerimanaan usahatani (TR) diperoleh dengan

mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk

tersebut. Konsep penerimaan usahatani:

a) Total Penerimaan (TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil

penjualan output dikalikan dengan harganya. Secara matematis dituliskan:

TR = Q . Pq

b) Penerimaan Rata rata (AR) adalah penerimaan produsen per unit output

yang dijual. Secara matematika dituliskan:

Page 24: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

19

AR =

c) Penerimaan Marjinal (MR) adalah kenaikkan dari penerimaan total (TR)

yang disebabkan tambahan penjualan satu unit output. Secara matematika

dituliskan:

MR =

Dimana: TR = Total penerimaan AR = Penerimaan Rata-rata MR = Penerimaan Marjinal Q = Jumlah output Pq = Harga output 3. Biaya Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan ukuran perolehan total sumberdaya

yang digunakan dalam usahatani. Selisih antara penerimaan usahatani dengan

biaya total usahatani. Shinta (2011) menjelaskan bahwa pendapatan usahatani

merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan semua biaya yang

dikeluarkan. Apabila total penerimaan (TR) lebih besar dari total biaya (TC)

maka usahatani yang dilakukan menguntungkan. Sebaliknya jika TR lebih

kecil dari TC maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan, dan jika

TR sama dengan TC maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan dan

tidak merugikan dengan kata lain berada pada titik impas (perpotongan dari

kurva TR dan TC).

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan total usahatani merupakan

selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

Penerimaan kotor merupakan nilai produksi total biaya usahatani dalam jangka

waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual, sedangkan

pengeluaran total usahatani merupakan semua nilai yang habis digunakan

dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. Secara matematis:

= TR TC

Dimana: : Pendapatan Usahatani

TR : Total Pendapatan TC : Total Biaya

Page 25: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

20

Konsep teori tentang usahatani dalam tinjauan pustaka ini telah relevan

dengan penelitian skripsi yang dilakukan. Teori usahatani ini digunakan

sebagai acuan untuk menganalisis biaya, penerimaan, dan pendapatan

usahatani bunga mawar.

2.5 Tinjauan Teori Tentang Analisis Regresi

Menurut Nachrowi (2002) analisis regresi merupakan suatu metode

yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y). Untuk mempelajari pengaruh antar variabel bebas

(X) dan variabel terikat (Y) regresi linier terdiri dari dua, yaitu:

1. Analisis Regresi Sederhana (simple analysis regresi)

Regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis pengaruh antara

variabel X terhadap variabel Y. Bentuk umum dari persamaan regresi linier

sederhana yaitu :

Y = a + bX + e

Di mana: Y = Variabel takbebas X = Variabel bebas a = Parameter Intersep b = Parameter Koefisisen Regresi Variabel Bebas e = kesalahan 2. Analisis Regresi Berganda (Multiple analysis regresi)

Regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara

variabel X terhadap variabel Y dengan jumlah variabel X lebih dari satu.

Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y 1 X1 2 X2 3 X3 n Xn

Dimana : Y = variabel dependen X = variabel independen

1- n = koefisien regresi = nilai eror

Teori tentang analisis regresi yang ditelaah diatas digunakan untuk

menganalisis pengaruh posisi tawar petani terhadap pendapatan petani di

daerah penelitian.

Page 26: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

21

2.6 Tinjauan Teori tentang Uji Beda Rata-rata

Menurut Nachrowi, 2006 uji beda rata-rata atau uji-t (t-test) digunakan

untuk melihat perbedaan variasi dua kelompok data. Varian kedua kelompok

data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan

membedakan rumus pengujiannya. Syarat atau asumsi utama yang harus

dipenuhi dalam menggunakn uji-t adalah data harus terdistribusi normal. Jika

data tidak terdistribusi normal, maka harus dilakukan transformasi data terlebih

dahulu untuk menormalkan distribusinya. Jika transformasi yang dilakukan

tidak mampu menormalkan distribusi data tersebut, maka uji-t tidak valid

untuk dipakai, sehingga disarankan untuk melakukan uji non parametrik seperti

Wilcoxon (data berpasangan) atau Mann Whitney U. Penelitian ini

menggunakan analisis uji t untuk satu sampel yang dilakukan ketika informasi

mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui (Siregar, 2014).

Uji beda rata-rata satu sampel adalah pengujian yang bertujuan untuk

melihat suatu nilai pembanding berbeda nyata atau tidak dengan rata-rata data

yang dimiliki. Suharjo (2013) menyatakan bahwa uji beda satu sampel adalah

uji yang dilakukan untuk mengetahui suatu populasi memiliki nilai yang sama,

lebih tinggi, atau lebih rendah dengan nilai pembanding. Uji beda rata-rata satu

sampel digunakan jika data yang dimiliki hanya satu sampel. Rumus t hitung

yang digunakan pada uji beda satu sampel adalah sebagai berikut:

Dimana: : Rata-rata

µ : Nilai Pembanding s : Standar Deviasi n : Jumlah Data Kriteria pengujian pada uji beda satu sampel adalah:

a. Jika thitung > ttabel maka tolak H0 dan terima H1. Hal ini berarti nilai rata-rata

sampel berbeda secara signifikan atau tidak sama dengan nilai

pembanding.

Page 27: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

22

b. Jika thitung < ttabel maka tolak H1 dan terima H0. Hal ini berarti nilai rata-rata

sampel tidak berbeda secara signifikan atau sama dengan nilai

pembanding.

Konsep teori tentang uji beda rata-rata dalam tinjauan pustaka ini telah

relevan dengan penelitian skripsi yang dilakukan. Teori ini digunakan sebagai

acuan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani bunga mawar yang

diperoleh di daerah penelitian dengan pendapatan usahatani bunga mawar di

penelitian terdahulu. Sehingga dapat diketahui pendapatan yang diperoleh

petani di daerah penelitian lebih tinggi, lebih rendah atau sama dengan

penelitian sebelumnya.

Page 28: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

23

II

I. K

ER

AN

GK

A K

ON

SEP

PEN

EL

ITIA

N

3.1

Ker

angk

a Pe

mik

iran

=

alur

pem

ikira

n

= a

lur a

nalis

is

Gam

bar 1

. Ske

ma

Ker

angk

a Pe

mik

iran

Ana

lisis

Pos

isi T

awar

Ter

hada

p Pe

ndap

atan

Pet

ani B

unga

Maw

ar.

Kon

disi

riil

: 1.

Pen

ggun

aan

fakt

or p

rodu

ksi

yang

ber

lebi

han,

sepe

rti

pest

isid

a.

2. H

arga

bun

ga m

awar

yan

g te

rgol

ong

rend

ah.

Usa

hata

ni P

etan

i Bun

ga M

awar

di

Des

a G

unun

gsar

i, B

atu.

Pote

nsi :

1.

To

pogr

afi y

ang

coco

k 2.

B

ibit

deng

an m

udah

did

apat

kan

3.

Prod

uk m

emili

ki n

ilai j

ual t

ingg

i 4.

Pa

sar s

elal

u te

rsed

ia

5.

Perm

inta

an p

asar

yan

g te

rus m

enin

gkat

Pend

apat

an ra

ta-

rata

bung

am

awar

Pend

apat

an

Usa

hata

ni

Ana

lisis

Reg

resi

Ber

gand

a

Fakt

or-fa

ktor

yan

g m

empe

ngar

uhi

pend

apat

an :

1. P

rodu

ksi (

X1)

2. B

iaya

Ten

aga

Ker

ja (X

2) 3.

Bia

ya P

upuk

(X

3) 4.

Bia

ya B

enih

(X

4) 5.

Bia

ya P

estis

ida

(X5)

Ana

lisis

Pos

isi

Taw

ar P

etan

i

Fakt

or-fa

ktor

yan

g m

empe

ngar

uhi p

osis

i ta

war

: 1.

In

form

asi p

asar

(X1)

2.

Perm

odal

an (X

2) 3.

A

kses

Pas

ar (X

3) 4.

Pe

nent

uan

Har

ga (X

4)

Scor

ing

Ana

lisis

regr

esi b

erga

nda

Peng

aruh

Pos

isi T

awar

Ter

hada

p Pe

ndap

atan

Usa

hata

ni

Peta

ni B

unga

Maw

ar

Ana

lisis

re

gres

i se

derh

ana

U

ntuk

Pen

ingk

atan

Pen

dapa

tan

Usa

hata

ni P

etan

i Bun

ga M

awar

Perm

asal

ahan

: 1.

Bun

ga M

udah

Lay

u 2.

Tak

ut T

idak

Ter

jual

/Lak

u 3.

Kur

angn

ya In

form

asi P

etan

i Ter

hada

p H

arga

Pas

ar

Uji

beda

ra

ta-ra

ta

Page 29: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

24

Berdasarkan skema pada gambar 1 diuraikan sebagai berikut :

Desa Gunungsari, adalah sentra tanaman hias, dimana penduduknya

kebanyakkan bermata pencaharian sebagai petani bunga mawar. Meningkatnya

produksi tidak diikuti dengan meningkatnya harga pasar. Hal ini menyebabkan

posisi tawar petani menjadi rendah. Posisi tawar adalah kemampuan lembaga atau

perorangan untuk mempengaruhi tindakan lawannya. Pihak yang memiliki posisi

tawar lebih tinggi berhak untuk menentukan banyak hal termasuk mengambil

keputusan untuk dijalnkan orang lain yang posisi tawarnya lebih rendah. Apalagi

iklim yang selalu berubah-ubah membuat petani juga harus berpikir keras dalam

kegiatan usahatani agar kualitas bunga mawar yang akan diproduksi masih dalam

keadaan segar dan terjaga kualitasnya hingga ditangan konsumen. Dengan

menjalankan usahatani bunga mawar, petani juga harus mengalokasikan

sumberdaya mereka dengan baik dan ditunjang dengan adanya manajemen yang

baik pula. Tinggi rendahnya posisi tawar diukur melalui skoring.

Posisi tawar yang rendah memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi

diantaranya adalah informasi pasar, permodalan, akses pasar dan penentuan harga.

Setiap faktor memiliki keterkaitan yang cukup kuat pada posisi tawar. Akses pasar

yang luas mampu meningkatkan posisi tawar yang rendah, dimana informasi

harga didapatkan dari akses pasar yang luas. Kurangnya akses dan informasi pasar

disebabkan oleh minimnya pendidikan yang dimiliki petani dan juga tidak adanya

partisipasi petani dalam kelembagaan yang ada. Ketersediaan modal juga mampu

meningkatkan posisi tawar petani, dilihat dari modal sendiri atau modal pinjaman.

Sedangkan permodalan yang kurang juga turut andil dalam luas lahan dan jumlah

produksi yang dihasilkan petani. Penentuan harga dikatakan tinggi apabila

ditentukan oleh petani itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar akan dianlisis dengan

metode regresi berganda. Analisis ini akan diketahui faktor apa saja yang

berpengaruh secara positif terhadap posisi tawar petani. Variabel yang digunakan

adalah informasi pasar (X1), akses pasar (X2), permodalan (X3), dan penentuan

harga (X4). Selanjutnya yaitu menghitung tingkat pendapatan petani bunga mawar

dengan penelitian terdahulu di daerah penelitian. Tujuan ini dianalisis dengan

Page 30: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

25

membandingkan rata-rata pendapatan petani bunga mawar dengan penelitian

terdahulu di daerah penelitian menggunakan uji beda rata-rata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani akan dianalisis

dengan metode regresi linier berganda. Analisis ini akan diketahui faktor apa saja

yang berpengaruh secara positif terhadap pendapatan petani bunga mawar.

Variabel yang digunakan adalah Jumlah Produksi (X1),Biaya Tenaga Kerja (X2),

Biaya Pupuk (X3), Biaya Benih (X4), Biaya Pestisida (X5). Selanjutnya yaitu

menghitung pengaruh posisi tawar terhadap tingkat pendapatan petani. Metode

yang digunakan adalah dengan regresi sederhana, posisi tawar (X) dan pendapatan

(Y). Di duga bahwa posisi tawar berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani.

Hal ini tentunta menyebabkan pendapatan petani bunga mawar meningkat.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa

besar penagruh posisi tawar petani terhadap peningkatan pendapatan usahatani

petani bunga mawar dilokasi penelitian .

3.2 Hipotesis

1. Seperti hasil-hasil penelitian terdahulu petani tanaman hias, dihipotesiskan juga

bahwa posisi tawar petani bunga mawar masih rendah.

2. Informasi pasar, Akses Pasar, Permodalan, dan Penentuan harga berpengaruh

positif terhadap posisi tawar petani.

3. Atas dasar hasil-hasil penelitian terdahulu pada umumnya, dihipotesiskan juga

bahwa pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian masih

tergolong rendah.

4. Produksi, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Pupuk, Biaya benih, dan Biaya pestisida

berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.

5. Posisi tawar berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan petani bunga

mawar di Desa Gunungsari.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini didefinisikan sebagai berikut

:

1. Posisi tawar petani adalah kemampuan petani untuk mempengaruhi tindakan

lawannya. Posisi tawar diukur dengan 4 indikator yaitu informasi pasar,

Page 31: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

26

permodalan, akses pasar, dan penentuan harga dengan memberi skor pada

persepsi petani terhadap 4 indikator posisi tawar, dari total skor dari 4

indikator tersebut menunjukan tingkat posisi tawar masing-masing responden.

Cara memberikan skor pada masing-masing indikator disajikan pada lampiran

6. Selanjutnya tingkat posisi tawar tersebut dikategorikan menjadi kuat,

sedang atau lemah.

2. Pendapatan usahatani merupakan keuntungan yang diterima oleh petani

dalam satu kali musim tanam bulan Juni-Agustus 2016. Pengukuran

pendapatan dirumuskan sebagai berikut :

TC

Dimana : : Pendapatan petani TC : total revenue TR : total cost

2. Total penerimaan petani bunga mawar dalam penelitian ini di peroleh dari

hasil perkalian antara total produksi bunga mawar dengan harga jual bunga

mawar pada musim tanam bulan Juni-Agustus 2016.

TR = P x Q

Dimana : TR : Total penerimaan P : harga jual bunga mawar Q : jumlah produksi bunga mawar

3. Jumlah Produksi bunga mawar (X1) adalah keseluruhan hasil yang diperoleh

dari usahatani bunga mawar yang diukur dengan menjumlahkan keseluruhan

bunga mawar yang diperoleh petani responden dengan satuan perikat per

musim tanam Juni- Agustus 2016 (kg/MT)

4. Harga (price) adalah harga jual per satuan berat (Kg) yang berlaku pada saat

petani melakukan penjualan. Harga diperoleh dari wawancara petani

responden.

5. Total biaya tetap (TFC) adalah semua biaya yang perlu dikeluarkan selama

proses produksi, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang

digunkan adalah biaya produksi sekali musim tanam (Rupiah)

Dalam penelitian ini biaya tetap meliputi :

a) Biaya sewa lahan adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar atas

lahan yang digunakan untuk usahatani dalam satu musim tanam bulan Juni-

Agustus (2016) yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp), dan diukur dengan

Page 32: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

27

mengalikan luas lahan yang disewa dengan harga sewa lahan per m2 atau

perhektar.

b) Biaya depresiasi alat adalah biaya penyusutan semua peralatan milik petani

yang digunakan untuk usahatani selama satu kali musim tanam bulan Juni

Agustus 2016 yang dinyatakan dengan rupiah (Rp/musim tanam). Biaya

penyusutan alat dihitung dengan cara harga beli dikurangi harga jual setelah

digunakan, lalu dibagi dengan umur ekonomis setiap alat.

6. Total biaya variabel (variabel cost) adalah total biaya yang dikeluarkan oleh

petani untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.

Dalam penelitian ini biaya variabel meliputi :

a) Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli benih pada

usahatani dalam musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 dibagi dengan jumlah

benih yang digunakan yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).

b) Harga benih diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran benih, dibagi

dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa

tanam bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)

c) Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk yang

digunkan untuk usahatani dalam satu musim bulan Juni-Agustus 2016 dibagi

dengan jumlah pupuk yang digunakan dihitung dengan satuan rupiah (Rp)

d) Harga pupuk diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran pupuk, dibagi

dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa tanam

bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)

e) Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani sebagai balas jasa

kepada tenaga kerja untuk melakukan kegiatan usahatani selama satu kali

musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 yang dihitung dalam satuan rupiah.

Dan diukur dengan mengalikan jumlah tenaga kerja dengan upah masing-

masing tenaga kerja.

f) Biaya pestisida adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pestisida

dalam satu kali musim tanam bulan Juni-Agustus 2016 dibagi dengan jumlah

pestisida yang digunakan yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).

Page 33: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

28

g) Harga pestisida diukur dengan mengalikan jumlah pengeluaran pestisida,

dibagi dengan jumlah yang digunakan pada usahatani bunga mawar pada masa

tanam bulan Juni-Agustus 2016, yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp)

7. Jumlah Produksi bunga mawar (X1) adalah keseluruhan hasil yang diperoleh

dari usahatani bunga mawar yang diukur dengan menjumlahkan keseluruhan

bunga mawar yang diperoleh petani responden dengan satuan perikat per

musim tanam (ikat/MT)

8. Biaya tenaga kerja (X2) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilakn

bunga mawar dalam satu kali musim tanam yang berasal dari tenaga kerja

keluarga maupun dari luar keluarga.

9. Biaya benih (X3) adalah banyaknya biaya bibit yang dikeluarkan untuk

menghasilkan bunga mawar dalam satuan pertangkai bunga mawar.

10. Biaya penggunaan pupuk (X4) adalah banyaknya jumlah pupuk yang

digunakan untuk melakukan usahatani bunga mawar pada setiap musim

tanam meliputi pupuk NPK, yang diukur dengan rupiah dalam satuan

kilogram (kg/MT)

11. Biaya pestisida (X5) adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli

pestisida padat dan cair yang digunakan pada usahatani bunga mawar selama

satu musim tanam Juni -Agustus 2016 biaya pestisida dinyatakan dalam

satuan mata uang (Rupiah) dan diukur dari hasil perkalian antara kuantitas

pestisida yang digunakan dengan harga tiap satuan pestisida tersebut.

Page 34: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

29

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota

Batu. Penentun ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan Desa

Gunungsari merupakan salah satu sentra produksi bunga mawar (Rosa

damascene Mill) sebagai tanaman hias, sehingga dengan demikian diharapkan

tujuan penelitian dapat dijawab. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, bulan

Juni - Agustus 2016.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani bunga mawar, dan tanaman

hias lain. Teknik pengambilan sampel petani pada penelitian ini menggunakan

probability sampling dengan teknik simple random sampling. Teknik ini

dilakukan karena luas lahan yang dimiliki petani bunga mawar bersifat homogen,

dimana rata-rata luas lahan tersebut 0,56 hektar, dengan standart devisiasi

minimum 0,34 dan maximum 1,67. Besarnya sample ditentukan dengan rumus

(Parel et.al.1973):

Dimana : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

: Varian populasi d² : Standar eror yang digunakan sebesar 10% (0,1) Z² : Nilai Z pada tingkat kepercayaan tertentu 90% (1,280) Varian populasi diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : : Varian luas lahan Populasi

Xi : Luas lahan anggota populasi ke i µ : Rata-rata lahan populasi

Hasil perhitungan yang didapatkan dari total keseluruhan petani yang

tergabung dalam kelompok tani adalah 128. Daftar nama petani responden dengan

Page 35: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

30

luas lahan yang dimiliki dapat dilihat pada lampiran 3 dan hasil perthitungan

jumlah sampel yang didapatkan disajikan pada Lampiran 4. Sampel yang

didapatkan adalah 34 responden.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan

dokumentasi :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer yang terkait

pelaksanaan usahatani bunga mawar di daerah penelitian, dengan cara

melakukan tanya jawab langsung dengan responden di lokasi penelitian dengan

menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyan yang

berhubungan dengan tujuan penelitian untuk memperoleh data yang

dibutuhkan. Data yang diperoleh melalui wawancara meliputi data-data yang

terkait usahatani bunga mawar. Contoh kuisioner dilampirkan pada lampiran 5

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dengan cara

pengamatan langsung di lapang mengenai fenomena yang ada baik aktivitas

sehari-hari maupun kegiatan yang berhubungan dengan penelitian usahatani

bunga mawar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi atau foto diperlukan untuk melengkapi data sekunder yang

digunakan untuk pelengkap penjelasan data di akhir laporan penelitian. Hasil

dokumentasi yang telah dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada

lampiran 13.

4.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

4.4.1 Tujuan 1 : Menganalisis Tingkat Posisi Tawar

Tujuan ini dianalisis dengan membandingkan analisis terdahulu dengan

analisis sekarang, seperti yang dikemukakan dalam Lampiran 6. Dari hasil

analisis tersebut akan diperoleh informasi tingkat posisi tawar masing-

Page 36: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

31

masing responden di daerah penelitian tergolong salah satu dari ketiga

kategori tersebut.

4.4.2 Tujuan 2 : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar

Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda antara

pendapatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan persamaan

fungsi regresi linier berganda sebagai berikut :

+ + + + e

Dimana : Y = Posisi Tawar (total skor)

= Informasi pasar (skor jawaban petani responden) = Akses Pasar (skor Jawaban petani responden) = Permodalan (besarnya modal) = Penentuan Harga (skor Jawaban petani responden)

e = Galat (kesalahan)

Sebelum melakukan analisis regresi, dilakukan terlebih dahulu uji asumsi

klasik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Uji Histogram,

uji Kolmogrov dan Uji Chi Square.

b) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada tidaknya korelasi yang

tinggi antara variabel-variabel bebas dalam satu model regresi linier

berganda. Jika ada korelasi yang tinggi anatara variabel-variabel bebasnya,

maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat menjadi terganggu.

Pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah ada multikolinearitas atau

tidak dilakukan uji variance inflation factor (VIF).

c) Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Melihat ada tidaknya hetekedastisitas dapat dilakukan (prediksi)

dengan SRESID (nilai residual). Uji Statistik yang dapat digunakan yaitu

uji glejser, uji park, atau uji white.

d) Uji Autoorelasi

Page 37: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

32

Uji Autokorelasi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode

t dengan periode sebelumnya (t-1). Uji yang didapat dilakukan yaitu uji

Durbin-Watson, Uji Run Test.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian model

regresi yang terdiri dari uji F dan uji R2. Selanjutnya untuk mengetahui

keberartian koefisien regresi dilakukan dengan uji t. Secara rinci dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pengujian Model Regresi a. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan variabel dependen secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen :

1) H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 0

2) H1 : 1 2 3 4 5

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan kriteria uji sebagai berikut :

1) Jika nilai F hitung > F tabel, maka tolak H0 yang artinya semua variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen

2) Jika nilai F hitung < F tabel, maka terima H0 artinya semua variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji R2 Koefisien determinasi (R2) adalah besaran yang digunakan untuk mengukur

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2

suatu model regresi mendekati angka 1 2 semakin besar

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2

mendekati angka 0, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, nilai Jadi uji R2 digunakan untuk

mengetahui kecocokan model regresi pada persamaan.

2. Uji Keberartian Koefisien Regresi (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dirumuskan pada

pengujian ini sebagai berikut:

a. H0

b. H1

Page 38: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

33

Kemudian hipotesis tersebut diuji dengan membandingkan nilai t hitung dan

sebagai berikut:

a. Jika nilai t hitung > t tabel, maka tolak H0 terima H1, artinya variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai t hitung < t tabel, maka tolak H1 terima H0, artinya variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4.4.3 Tujuan 3 : Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar di

Daerah Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu.

Tujuan ini dianalisis dengan membandingkan rata-rata pendapatan usahatani

bunga mawar di daerah penelitian dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.

Perbedaan tersebut diuji dengan menggunakan uji t dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Membuat hipotesa statistik sebagai berikut :

a. H0 : µ1=

b. H1 : µ1

Dimana, µ1 : rata-rata pendapatan/ha usahatani bunga mawar di daerah penelitian

k : rata-rata pendapatan/ha usahatani tanaman hias lain dari hasil penelitian terdahulu.

2. Analisis uji t yang digunakan adalah uji t dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: = Rata-rata pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian

k = Rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain penelitian terdahulu s = Simpangan baku (Standar deviasi) n = Banyaknya data Kriteria pengujian:

1. Jika thitung<ttabel maka H0 diterima H1 ditolak. Artinya rata-rata pendapatan

petani di daerah penelitian tidak berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan

petani dalam tiga penelitian terdahulu

Page 39: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

34

2. Jika thitung>ttabel maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya rata-rata pendapatan

petani di daerah penelitian berbeda nyata dengan rata-rata pendapatan petani

dalam tiga penelitian terdahulu

Hasil analisis ini menunjukkan apakah terdapat perbedaan rata-rata

pendapatan usahatani bunga mawar di daerah penelitian lebih besar, lebih kecil

atau sama dengan rata-rata pendapatan usahatani bunga mawar dari hasil

penelitian terdahulu.

4.4.4 Tujuan 4 : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan

Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda antara pendapatan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan persamaan fungsi regresi

linier berganda sebagai berikut :

+ + + + + e

Dimana : Y = Pendapatan (Rupiah)

= Produksi (Ikat) = Biaya Tenaga Kerja (Rp) = Biaya pupuk (Rp) = Biaya benih (Rp) = Biaya pestisida (Rp)

e = Galat (kesalahan)

Hasil analisis ini menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh atau tidak

terhadap posisi tawar petani. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak,

artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari indikatr variabel (produksi, biaya

tenaga kerja, kebutuhan pupuk, kebutuhan benih, dan kebutuhan pestisida)

terhadap pendapatan petani bunga mawar. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1

diterima, artinya terdapat pengaruh nyata antara variabel terhadap pendapatan

usahatani bunga mawar. Dengan analisis ini, maka diperoleh jawaban dari tujuan

keempat, yaitu faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pendapatan petani.

4.4.5 Tujuan 5 : Analisis Pengaruh Posisi tawar terhadap Pendapatan petani

Tujuan ini dianalisis dengan analisis regresi linier sederhana dengan

model persamaan sebagai berikut :

Keterangan:

Y = pendapatan usahatani bunga mawar (Rupiah)

Page 40: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

35

X = posisi tawar (total skor) = Koefisien intersep regresi = Koefisien Regresi

e = error term

Hasil analisis ini menunjukkan pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan,

koefisien regresi yang diperoleh diuji dengan uji t. Apabila thitung < ttabel maka H0

diterima H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari posisi tawar

terhadap pendapatan petani bunga mawar. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak H1

diterima, artinya terdapat pengaruh nyata antara posisi tawar terhadap pendapatan

usahatani bunga mawar. Dengan analisis ini, maka diperoleh jawaban dari tujuan

kelima, yaitu pengaruh posisi tawar terhadap pendapatan usahatani bunga mawar

Page 41: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

36

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Keadaan Geografi dan Topografi

Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan

Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan

yang paling luas wilayahnya yaitu 12.797,89 ha. Dilihat komposisi jumlah

desa/kelurahan, Kecamatan Bumiaji memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak

yaitu masing-masing 9 desa/kelurahan. Kecamatan Bumiaji memiliki 81 RW

dan 426 RT, salah satunya berada di Desa Gunungsari. Desa Gunungsari

merupakan salah satu desa yang terletak di lerang Gunung Bayak. memiliki Luas

wilayah Desa Gunungsari mencapai 318,833 ha (4,106 km²) , dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Sebelah Barat : Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang

Sebelah Timur : Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu

Sebelah Selatan : Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu.

Kota Batu terlihat berada pada posisi

pada ketinggian 1.000 dpl bentang wilayah

berbukit dengan dataran yang subur dengan kemiringan 35% yang cocok untuk

usahatani perkebunan, peternakan, palawija, padi dan kehutanan. Peta lokasi

penelitian disajikan pada Lampiran 1.

5.2 Keadaan Tanah dan Iklim

5.2.1 Keadaan Tanah

Secara geologis Desa Gunungsari meruapakan batuan bentukan hasil

gunung berapi. Jenis tanah yang ada yaitu andosol dengan struktur tanah pada

umumnya realtif baik, dengan kedalaman tanah 0,5m berwarna hitam. Rincian

penggunaan lahan sebagai berikut :

Page 42: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

37

Tabel 3 jenis Penggunaan Lahan di Desa Gunungsari

No. Jenis Lahan Luas ( Ha ) 1 Hutan produksi 3.244 ha 2 Tegal / Lahan pertanian 134,385 ha 3 Irigasi teknis 127,496 ha 4 Irigasi semi teknis 6 ha 5 Pemukiman 65.433 ha 6 Jalan 5 ha 7 Lapangan 1.122 ha

Selain penggunaan jenis lahan diatas terdapat sisa tanah seluas 6,916 ha

sebagai tanah kas desa. Sisa dari tanah ini kemudian dimanfaatkan sebagai tanah

perkantoran atau pemerintahan seluas 0,701 ha dan 0,823 dimanfaatkan untuk

kegiatan lainnya.

5.2.2. Keadaan Iklim

Desa gunungsari memiliki iklim tropis dengan curah hujan 30 mm,

jumlah bulan 5 bulan hujan, dan 7 bulan kering, dan suhunya berkisar 18 - 25º

C. Kelembapan udara berkisar antara 75 98%.

5.3 Keadaan Penduduk

Kecamatan Bumiaji terbagi menjadi 81 RW dan 426 RT, keseluruhan

data nama desa tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 2. Berdasarkan sumber

data BPS Kecamatan Bumiaji, Kota Batu 2015, penduduk Kecamatan Bumiaji

dalam tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan, pada tahun 2014 jumlah

penduduk mencapai 143.184 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 53,62 km2, maka

kepadatan penduduk sekitar 2.668 jiwa per km2. Pertumbuhan penduduk

Kecamatan Bumiaji pada tahun 2014 sebesar 0,17%, nilai tersebut mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya yaitu 0,08%, namun lebih lambat dari

tahun 2012 yaitu 0,36%. Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2014 menunjukkan

bahwa 49,86% berejenis kelamin laki-laki dan 50,14% berjenis kelamin

perempuan. Data yang telah diperoleh dari Desa Gunungsari , Kecamatan

Bumiaji mengenai keadaan penduduk meliputi keadaan penduduk berdasarkan

jenis kelamin, jumlah kepala keluarga, umur, tingkat pendidikan, dan mata

pencaharian yang disajikan pada tabel-tabel sebagai berikut :

Page 43: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

38

5.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4

sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 3452 50.53 Perempuan 3379 49.46 Total 6831 100

Sumber : Data Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Batu 2015

Berdasarkan Tabel 4 nampak bahwa, sebagian besar penduduk berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebesar 50,53%. Hasil persentase yang didapatkan

perbedaan tersebut tidak berbeda jauh yaitu hanya 1,07 persen.

5.3.2 Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah kepala keluarga di Desa Gunungsari cukup seimbang

dibandingkan dengan total penduduk desa. Hal ini dibuktikan oleh data yang

diperoleh yakni jumlah kepala keluarga di Desa Gunungsari sebanyak 2.006 KK.

Desa dengan jumlah kepala keluarga yang banyak berarti daerah tersebut telah

memiliki tanggungan ekonomi keluarga yang menyebabkan pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan perekonomiannya cukup tinggi.

5.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bumiaji

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Gunungsari,

Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Tahun 2015.

Kategori Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) 0-15 Tahun 1.597 23,37 16-59 Tahun 3.997 58,51 > 60 Tahun 778 11,38

Total 6831 100 Sumber : data balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada

kelompok umur 16-59 tahun yaitu sebesar 58,51% (3.997 orang) yang

merupakan usia produktif. Penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji

Page 44: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

39

yang didominasi oleh usia produktif berpeluang besar untuk melakukan kegiatan

atau pekerjaan yang produktif dalam menghasilkan sesuatu yang

menguntungkan. Usia produktif harus dapat dimanfaatkan secara optimal

sehingga dapat memberikan pengaruh positif untuk mendukung pembangunan

daerah, khususnya di bidang ekonomi.

5.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum sekolah 265 3,87 Sedang sekolah 365 5,34 Tidak tamat SD 182 2,66 Tidak tamat SLTP 357 5,22 Tidak tamat SLTA 487 7,12 tamat SD 3029 44,34 tamat SLTP 1189 17,40 tamat SLTA 892 13,05 Perguruan tinggi 65 0,95 Jumlah 6831 100

Sumber: Data Balai Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji 2015

Tabel 6 mnenunjukan bahwa sebagian besar penduduk berada pada

tingkat pendidikan tamat SD, kemudian Tamat SMP dan tamat SMA. Tingginya

jumlah penduduk pada tingkat pendidikan tamat SD, SMP dan SMA

menunjukkan minat masyarakat untuk mampu menyelesaikan pendidikan pada

tingkat tertentu yang sesuai dengan kemampuan mereka.

5.3.5 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

menurut mata pencaharian disajikan dalam Tabel 7.

Page 45: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

40

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu 2015

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pertanian 1856 35,46 Pemerintahan 213 4,06 Jasa 645 12,32 Industri 884 16,88 Lainnya 1618 30,91 Total 5234 100

Sumber: Data Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji 2015

Tabel 7 menunjukkan sebagian besar penduduk bermata pencaharian

petani dengan nilai sebesar 35,46% (1856). Mata pencaharian sebagai petani

merupakan jenis pekerjaan yang paling bnayak karena lahan persawahan di desa

ini cukup luas.

5.4 Keadaan Pertanian

Sektor pertanian adalah penggerak utama roda perekonomian di Desa

Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Keadaan pertanian di Desa

Gunungsari meliputi lahan teknis, lahan semi teknis, lahan sederhana, lahan

desa, dan lahan tadah hujan. Total keseluruhan luasan lahan pertanian yang

tercatat sebesar 173,112 ha dari 318.833 ha (4,106 km²). Sebagian besar

komoditas utama yang dibudiayakan pada lahan sawah di Desa Gunungsari

adalah bunga mawar potong, ditunjukan dengan total produksi bunga mawar

sebesar 1.819.752 pada tahun 2012, dan produksi bunga krisan, anthurium, dan

gladiol rata-rata sebesar 687.105 pada tahun 2012.

Page 46: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dideskripsikan pada bahasan ini

merupakan karakteristik sosila ekonomi responden meliputi usia, tingkat

pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan lama

berusahatani, berikut penjelasannya.

6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi petani responden berdasarkan umur dilokasi penelitian

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Gunungsari

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1. 35-44 11 32,35 2. 45-54 13 38,23 3. 55-64 8 23,52 4. 65-74 2 5,88

Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden di daerah

penelitian tergolong pada kelompok lanjut usia (>54 tahun). Hal ini dapat dilihat

pada presentase terbesar kelompok usia responden berada pada kisaran usia 45-

54 tahun dengan persentase 38,23% . berdasarkan nilai persentase tersebut

rentang usia 45-54 merupakan usia yang produktif sehingga responden dapat

mewakili poupulasi.

6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi reponden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Desa Gunungsari

No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

1 2 3

Tidak sekolah Tidak Tamat SD SD

4 13 11

14,70 38,23 32,35

4 SLTP 3 8,8 5 SLTA 2 5,88 6 Diploma/PT 1 2,42 Jumlah 34 100

Sumber : Data primer diolah,2016

Page 47: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

42

Tabel 9 menunjukan mayoritas responden di daerah penelitian tidak

tamat SD dengan persentase 38,23%, artinya sebagian besar responden kurang

mampu menerima informasi dan teknologi baru dengan mudah serta kurang

memiliki pengetahuan dan wawasan yang tinggi terkait usahatani bunga mawar.

6.1.3 Luas Lahan Usahatani

Distribusi responden berdasarkan luas lahan usahatani bunga mawar

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan luas lahan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari

No. Luas Usahatani (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. <0,25 6 17,64 2. 0,26-0,4 3 8,82 3. 0,5-0,75 9 26,47 4. 0,76-1 10 29,41 5. >1 6 17,64

Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016

Tabel 10 menunjukkan sebagian besar petani responden di daerah

penelitian tergolong pada petani yang memiliki luas lahan usahatani pada

sebesar 0,76 1 Ha. Petani yang memiliki luas lahan usahatani bunga mawar

mendekati satu hektar merupakan petani dengan kemampuan ekonomi

menengah dengan keuntungan yang didapatkan cukup tinggi. Luas sempitnya

lahan yang digarap oleh petani akan berepnegaruh pada pendapatan usahatani

yang diperoleh.

6.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang menjadi beban petani selaku kepala

rumah tangga berdampak pada output yang harus di hasilkan petani dalam

berusahatani. Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di

Desa Gunungsari disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Gunungsari

No. Jumlah Tanggungan (orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1-3 19 55,88 2. 4-6 12 35,29 3. 7-9 3 8,82

Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016

Page 48: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

43

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

tanggungan keluarga sejumlah 1 - 3 orang. Petani responden di daerah penelitian

merupakan petani dengan ekonomi menengah yang memiliki tanggungan

keluarga tidak terlalu banyak, sehingga beban ekonomi yang ditanggung oleh

petani responden tidak terlalu tinggi.

6.1.5 Pengalaman Usahatani

Lamanya petani melakukan usahatani yang dilakukan petani menjadi tolok

ukur pengalaman dalam kegiatan usahatani bunga mawar. Distribusi responden

berdasarkan lama usahatani di Desa Gunungsari disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usahatani di Desa Gunungsari

No. Lama Usahatani (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 10-20 5 14,70 2. 21-30 13 38,23 3. 31-40 9 26,47 4. 41-50 7 20,58

Total 34 100,0 Sumber : Data primer diolah,2016

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah

penelitian tergolong petani yang sudah cukup memiliki pengalaman bertani (21-

30 tahun), artinya petani sudah lama melakukan budidaya tanaman bunga mawar

dan seharusnya memiliki wawasan yang cukup dalam kegiatan usahatani bunga

mawar. Sehingga dengan tingkat pengalaman yang dimiliki petani diharapkan

mampu menjawab masalah dari tujuan peneliti yaitu untuk meningkatkan

pendapatan usahatani bunga mawar .

Page 49: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

44

6.2 Analisis Tingkat Posisi Tawar Petani di Desa Gunungsari,

Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Analisis tingkat posisi tawar diukur dengan 4 indikator yaitu infromasi

pasar, akses pasar, permodalan, dan penentuan harga dengan memberikan

skor pada jawaban petani, disajikan pada Lampiran 6.

Hasil analisis tingkat posisi tawar di Desa Gunungsari disajikan pada

Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Tingkat posisi tawar di Desa Gunungsari dengan penelitian terdahulu

Posisi tawar Penelitian (2017) Persentase (%)

Tinggi 27 79,41% Sedang 7 20,58% Rendah 0 0%

Pengkategorian posisi tawar di daerah penelitian disajikan pada

Lampiran 7. Tabel 13 menunjukan bahwa posisi tawar di daerah penelitian

adalah tinggi dengan jumlah petani 27 (79,41%). Kemudian hasil posisi

tawar dibandingkan dengan penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil perbandingan posisi tawar di Desa Gunungsari dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian Tingkat posisi tawar Saat ini 2017 Tinggi

Terdahulu (Hertanto, 2010) Rendah Terdahulu (Afrengki, 2011) Rendah

Berdasarkan Tabel 14 menunjukan bahwa tingkat posisi tawar di Desa

Gunungsari lebih tinggi dibandingkan dengan posisi tawar rata-rata dari hasil

penelitian terdahulu. Hal ini dikarenakan harga jual bunga mawar saat ini lebih

tinggi mengikuti jumlah permintaan dari tahun ke tahun yang terus meningkat..

Page 50: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

45

6.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani di

Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani di Desa

Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Posisi Tawar Petani Variabel Koefisien Regresi thitung Sig VIF

Konstanta 1,571 12,136 0,000 Informasi pasar (skor) 0,390 3,543 0,019 1,061 Akses pasar (skor) 0,286* 2,764 0,024 2,028 Permodalan (besarnya modal) ) 0,371 4,823 0,006 1,054 Penentuan harga (skor) 0,295** 3,571 0,003 1,076

R2 = 0,821 = 82,1% F hitung = 19,137 Keterangan : Variabel dependen = Posisi Tawar (total skor) * ** *** Ftabel (0,05) = 2,70 ; df 1 = 4 ; df2 = 29 ttabel (0,01) = 2,46;

(0,05) = 1,70; (0,1) = 1,31

Sebelum membahas hasil regresi pada Tabel 15, dilakukan uji asumsi

klasik untuk menguji apakah model regresi tersebut dikatakan baik atau tidak.

Pembahasan hasil uji asumsi klasik pada model regresi sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas diperoleh kesimpulan bahwa model regresi yang

digunakan memenuhi uji normalitas. Untuk menguji asumsi normalitas dapat

menggunakan Grafik normal P-P Plot dari grafik dapat disimpulkan bahwa

asumsi normalitas terpenuhi karena pada grafik terlihat titik-titik menyebar

disekitar garis diagonal, serta menyebar mengikuti arah garis diagonal, sehingga

model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak.

2. Uji Heteroskedastisitas

Page 51: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

46

Berdasarkan gambar yang di lampirkan diketahui bahwa sebaran data

disekitar angka 0 pada sumbu Y, dan tidak membentuk satu pola tertentu atau

garis tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam

penelitian.

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, model regresi dalam penelitian ini

tidak ada penyimpangan. Setelah model regresi memenuhi syarat uji asumsi

klasik, kemudian dilanjutkan dengan uji model regresi yaitu uji F dan R2.

1. Uji F

Dari Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan

nilai F hitung > F tabel (19,137> 2,70) dengan taraf kepercayaan sebesar 99%.

2. Uji R2

Hasil dari uji R2 di dapatkan nilai sebesar 0,821 artinya sebesar 82,1% variasi

perubahan total pendapatan dapat dijelaskan oleh semua variabel independen

dalam model (jumlah produksi, tenaga kerja, kebutuhan pupuk, kebutuhan

benih, dan penggunaan pestisida). Sisanya 17,9% dijelaskan oleh variabel lain

di luar model.

Berdasarkan hasil dari uji koefisien determinasi uji F dan R2 di atas, dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini dikatakan baik dan layak

untuk digunakan. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan uji keberartian

koefisien regresi (uji t) yang disajikan pada Tabel 15. Dari tabel tersebut

diperoleh kesimpulan bhawa semua veriabel bebas yang masuk dalam model

memperoleh koefisien regresi yang nyata, artinya berarti bahwa semua variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Penjelasanya sebagai berikut :

a) Informasi Pasar )

Variabel informasi pasar berpengaruh positif terhadap tingkat posisi

tawar petani. Nilai koefisien regresi 0,390 dan nilai thitung > ttabel (3,543 >2,46)

jika terjadi peningkatan informasi pasar sebesar

1 akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,390. Hal ini berarti

bahwa infromasi pasar yang bertambah akan merubah sikap petani lebih

Page 52: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

47

berhati-hati dalam menerima informasi usahatani bunga mawar sehingga dapat

meningkatkan pendapatan sehingga posisi tawar petani juga akan meningkat.

b) Akses pasar )

Variabel akses pasar berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar

petani. Nilai koefisien regresi 0,289 dan nilai thitung > ttabel (2,764>

0,01. Ini berarti bahwa, jika terjadi peningkatan akses pasar sebesar 1, maka

akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,289. Hal ini dikarenakan

semakin banyak petanin memasarkan, kemampuan akses pasar akan

meningkat, sehingga akan meningkatkan volume produksi, kemudian posisi

tawar petani juga akan meningkat.

c) Permodalan )

Variabel permodalan berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar

petani. Nilai koefisien regresi 0,371 dan nilai thitung > ttabel (4,823>

0,01. Ini berarti bahwa, jika terjadi peningkatan Rp 1 modal yang digunakan

maka akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar 0,371. Hal ini

dikarenakan setiap peningkatan modal usahatani, maka akan diimbangi dengan

jumlah peningkatan produktivitas bunga mawar. Sehingga apabila

produktivitas suatu lahan meningkat maka produksi pun akan meningkat dan

tentu akan meningkatkan posisi tawar petani did aerah penelitian.

d) Penentuan Harga )

Variabel penentuan harga berpengaruh positif terhadap tingkat posisi

tawar petani. Nilai koefisien regresi 0,295 dan nilai thitung > ttabel (3,71>2,46)

setiap penambahan petani yang menentukan

harga sebesar 1, maka akan meningkatkan total skor posisi tawar sebesar

0,295. Hal ini dikarenakan semakin banyak petani yang menetukan harga

sendiri maka posisi tawar di daerah tersebut akan meningkat juga.

Page 53: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

48

6.4 Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Bunga Mawar di Daerah

Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu

Cashflow usahatani bunga mawar dalam satu musim tanam di Desa

Gunungsari disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Cashflow Rata-rata usahatani bunga mawar dalam satu musim tanam di desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

No Variabel Nilai 1 Produksi (tangkai) 10.911 2 Harga Jual (tangkai) Rp 3.474 3 Penerimaan Rp 37.908.854 Biaya Tetap (Rp) 4 Biaya lahan 2.654.717,59 5 Sewa mesin 1.738.802,08 6 Penyusutan alat dan mesin 110.514,73 7 Total biaya tetap (TFC) 4.495.034,41

Biaya Variabel (Rp) 8 Benih 4.788.802,08 9 Pupuk Urea 820.572,92

10 Pupuk NPK 364.973,96 11 Pupuk SP36 245.312,50 12 Pupuk organic 97.762,63 13 Pupuk ZA 344.895,83 14 Pestisida 390.713,54 15 Tenaga kerja 5.914.401,04 16 Transportasi saprodi 1551,39 17 Biaya angkut 195.963,54 18 Biaya pengeringan 246.093,75 Total biaya variabel (TVC) 13.432.759,72

Total Biaya (TC) 17.927.794,13 Rata-rata Pendapatan usahatani bunga

mawar 19.981.060,04

Rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain hasil penelitian terdahulu*)

T hitung = 2,794

13.408.483,00

Keterangan : Ttabel = 1,672

= 2,448 (berbeda nyata pada ) *) =rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain pada penelitian terdahulu Afrengki (2011) di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Nugroho (2012) di Kecamatan Batu, Kota Batu Nur Muhammad (2011) di Kecamatan Batu, Kota Batu

Page 54: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

49

Tabel 16 menunjukkan rata-rata tingkat pendapatan usahatani bunga

mawar dibandingkan rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias lain pada

penelitian terdahulu Afrengki (2011), Nur Muhammad (2011), Nugroho (2012)

leboh tinggi, hal ini ditunjukkan oleh thitung 2,794 > ttabel 2,448, nyata pada

0,05. Perbedaan tersebut dikarenakan bunga mawar lebih diminati oleh

konsumen menurut Dinas Pertanian Kota Batu (2012), permintaan bunga mawar

1.893.138 tangkai pertahunnya, dibandingkan dengan tanaman hias lain yang

rata-rata permintaan sebesar 830.041 tangkai pertahunnya, sehingga semakin

banyak permintaan akan meningkatkan harga jual semakin tinggi, yang akan

diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani bunga mawar di daerah

penelitian.

Page 55: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

50

6.5 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan

Petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani

di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Petani Variabel Koefisien Regresi thitung Sig VIF

Konstanta 6244534 1,919 0,065 Produksi (Tangkai) 3690.9* 8,106 0.000 1.192 Biaya Tenaga kerja (Rp) 0,544* 0,864 0,020 3.863 Biaya Pupuk (Rp) 2,414** 1,818 0,017 1.397 Biaya benih(Rp) 0,482** 2,042 0,025 1.071 Biaya Pestisida (Rp) 19,323* 3,245 0,003 3.979 F hitung = 22,449 R2 = 0,765 = 76,5% Keterangan : Variabel dependen = Pendapatan Petani (Rp) * ** *** Ftabel (0,05) = 2,70 ; df 1 = 5 ; df 2 = 28 ttabel (0,01) = 2,46;

(0,05) = 1,69 (0,1) = 1,31

Hasil uji asumsi klasik menunjukan bahwa data yang dipakai sudah

memenuhi asumsi klasik. Secara rinci hasil uji asumsi klasik disajikan pada

lampiran 11. Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan

nilai F hitung > F tabel (22,449 > 2,70) dengan taraf kepercayaan sebesar 99%.

Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen dilakukan uji keberartian koefisien regresi (uji t). Dari Tabel 17

diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani bunga mawar.

a. Hasil Produksi

Variabel jumlah produksi berpengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan petani. Nilai koefisien regresi 3690.9 dan nilai thitung > ttabel

(8,106>2,46) pada 0,01. Ini berarti bahwa, jumlah produksi 1 tangkai dalam

Page 56: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

51

kegiatan usahatani bunga mawar akan meningkatkan tingkat pendapatan petani

sebesar Rp 3.690,9. Hal ini dikarenakan produksi yang meningkat akan

meningkatkan harga jual bunga mawar tersebut, yang kemudian akan

diimbangi dengan meningkatkan pendapatan usahatai bunga mwar didaerah

penelitian.

b. Biaya Tenaga Kerja

Variabel biaya tenaga kerja berpengaruh positif nyata terhadap

pendapatan usahatani kentang dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.544 dan

dan nilai thitung > ttabel (0,864>2,46) pada 0,01. Artinya setiap peningkatan

Rp.1 biaya tenaga kerja maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.544

dengan taraf kepercayaan sebesar 99,2%. Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya

tenaga kerja di daerah penelitian masih tergolong rendah. Pada analisis

Afrengki (2011) di Kecamatan Bumiaji, diperoleh rata-rata biaya tenaga kerja

Rp 4.570.980 petani/bulan. Jika dibandingkan dengan rata-rata biaya tenaga

kerja didaerah penelitian yaitu Rp 3.339.897 petani/bulan masih begitu rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan biaya tenaga kerja didaerah penelitian

dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan usahatani petani bunga

mawar.

c. Biaya Pupuk

Variabel jumlah penggunaan pupuk ini berpengaruh posistif nyata

terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 2,414 dan

nilai thitung > ttabel (-1,818>1,69 ) pada 0,05. Artinya setiap peningkatan Rp

1, biaya pupuk maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 2,414. %.

Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya tenaga kerja di daerah penelitian masih

tergolong rendah. Hal ini dikarenakan setiap peningkatan biaya pupuk di

daerah penelitian juga diimbangi dengan hasil yang baik, sehingga akan

meningkatkan harga jual bunga mawar, yang kemudian akan berpengaruh

terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani bunga mawar didaerah

penelitian.

d. Biaya benih

Variabel jumlah kebutuhan benih berpengaruh posistif secara nyata

terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 0,482 dan

Page 57: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

52

dan nilai thitung > ttabel (-2,042>1,69) pada 0,05. Artinya setiap peningkatan

Rp 1, biaya benih maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 482. Hal

ini dikarenakan, rata-rata biaya biaya benih di daerah penelitian masih

tergolong rendah. Pada analisis Santika (2009) di Kecamatan Sidomulyo,

diperoleh rata-rata biaya benih adalah Rp 3.750.800 /ha. Jika dibandingkan

dengan rata-rata biaya benih didaerah penelitian yaitu Rp 2.704.265/ ha

masih begitu rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan biaya benih

didaerah penelitian dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan

usahatani petani bunga mawar.

e. Biaya Pestisida

Variabel jumlah penggunaan pestisida berpengaruh posistif secara nyata

terhadap pendapatan petani bunga mawar. Nilai koefisien regresi 19,323 dan

dan nilai thitung > ttabel (19,323>2,46) pada 0,01. Artinya setiap peningkatan

Rp 1, biaya pestisida maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp

19.323. Hal ini dikarenakan, rata-rata biaya tenaga kerja di daerah penelitian

masih tergolong rendah. Pada analisis nur Muhammad (2011) di Kecamatan

Bumiaji, diperoleh rata-rata biaya pestisida Rp 497.354 /ha. Jika

dibandingkan dengan rata-rata biaya pestisida didaerah penelitian yaitu Rp

220.638 /ha masih begitu rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan biaya

pestisida didaerah penelitian dapat ditingkatkan untuk menambah pendapatan

usahatani petani bunga mawar.

Page 58: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

53

6.6 Analisis Pengaruh Posisi Tawar Petani Terhadap Tingkat Pendapatan

Petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Hasil analisis regresi sederhana posisi tawar terhadap tingkat pendapatan

petani disajikan pada tabel 18.

Tabel 18. Pengaruh Posisi Tawar Terhadap Tingkat Pendapatan Petani.

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig. (Constant) 4.695 0,765 0,385 Posisi Tawar (%) 0,306* 1,593 0,011 Fhitung = 2,831 R2 = 0,912 Keterangan : Variabel dependen = Pendapatan Petani (Rp) Ftabel (0,05) = 4,14 ; df 1 = 28 ; df 2 = 1 ttabel (0,05) = 1,69

(0,01) = 2,44 (0,1) = 1,30

*)

Hasil uji asumsi klasik menunjukan bahwa data yang dipakai sudah

memenuhi asumsi klasik. Secara rinci hasil uji asumsi klasik disajikan pada

lampiran 12. Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa secara statistik variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat secara bersama-sama, ditunjukkan dengan

nilai t hitung > t tabel (1,593 > 1,30) pada = 0,1 dengan koefisien regresi yaitu

0,306. Ini berarti bahwa tingka posisi tawar akan berpengaruh terhadap

pendapatan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi posisi tawar di daerah penelitian

maka akan meningkatkan petani dalam memasarkan bunga mawar dengan harga

jual yang semakin tinggi sehingga akan diimabngi dengan peningkatan

pendapatan usahatani petani bunga mawar.

Page 59: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

54

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tingkat posisi tawar bunga mawar di Desa Gunungsari, Kecamatan

Bumiaji, Kota Batu tergolong tinggi, sedangkan pada penelitian terdahulu

semuanya tergolong rendah.

2. Didaerah penelitian variabel informasi pasar, permodalan, akses pasar, dan

penentuan harga yang berpengaruh positif terhadap tingkat posisi tawar,

artinya semakin tinggi variabel tersebut, semakin tinggi tingkat posisi

tawarnya.

3. Tingkat pendapatan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari lebih tinggi

dibandingkan penelitian terdahulu Afrengki (2011) di Desa Tulungrejo,

Kecamatan Bumiaji, Nugroho (2012) di Desa Giripurno, Kecamatan Batu,

dan Nur Muhammad (2011) di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji.

Penelitian terdahulu dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 13.408.483,00,

dan penelitian saat ini sebesar Rp 19.981.060,04

4. Didaerah penelitian variabel jumlah produksi, biaya tenaga kerja, biaya

pupuk, biaya benih, dan biaya pestisida yang berpengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan petani, artinya semakin tinggi penggunaan variabel

tersebut, semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh petani.

5. Didaerah penelitian tingkat posisi tawar berpengaruh positif terhadap

tingkat pendapatan usahatani bunga mawar, artinya semakin tinggi tingkat

posisi tawar petani, maka semakin tinggi penguasaan pasar petani sehingga

mampu meningkatkan pendapatan petani.

Page 60: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

55

7.2 SARAN

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap tingkat posisi tawar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan posisi tawar sebaiknya dianalisis dan dapat

disesuaikan dengan 4 indikator yaitu informasi pasar, permodalan, akses

pasar, dan penentuan harga.

2. Pendapatan usahatani bunga mawar di Desa Gunungsari sudah tinggi,

dibandingkan dengan penelitian terdahulu, namun masih dapat terus

ditingkatkan dengan cara meningkatkan hasil produksi dan meminimalkan

penggunaan modal usahatani bunga mawar.

3. Sebaiknya petani menambah informasi yang berhubungan dengan usahatani

bunga mawar, memperluas akses pasar untuk penjualan bunga mawar, serta

meminimalkan penggunaan modal dalam kegiatan usahatani bunga mawar

agar mampu menguasai pasar dan dapat mengontrol harga jual bunga

mawar, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani didaderah

penelitian.

Page 61: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

73

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Anwar. 1992. Ilmu Usaha Tani. Cetakan ke-III. Alumni, Bandung.

Afrengki, D. 2011. Analisis Usahatani dan Efisiensi Pemasaran Bunga Melati

(Jasminum sambac L.). Kota Batu

Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Tanaman Hias dalam Angka 2011-2012. BPS

Indonesia.

Batubara, Surya Hariyadi. 2011. Analisa Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di

Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. [Online],

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25675. (Diakses pada 11

Agustus 2016)

Balai Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. 2015. Keadaan Penduduk Desa

Ampeldento. Kecamatan Bumiaji. Kota Batu

Dinas Pertanian Kota Batu. 2012. Total Produksi Tanaman Hias. Kota Batu.

Fletcher, Lehman B. Concept and Importance of Bargaining Power. 1961. Iowa

State University: Ames, Iowa. [Online], http://lib.dr.ia

state.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=card_reports.

(Diakses pada 24 Mei 2016)

Kadarsan. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.

Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Moe, Karine S. 2003. Writings on the Economic of Gender. United Kingdom:

Blackwell Publishing Ltd. Halaman 50. [Online], https://books.google.

co.id/books?id=KSgKcXUcC0UC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_

summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. (Diakses pada 24 Mei 2016)

Levins, Richard A. 2002. Collective Bargaining by Farmers: Time for a Fresh

Look. [Online], http://www.choicesmagazine.org/2002-4/2002-4-02.pdf.

(Diakses pada 18 Januari 2016)

Mayamsari dan Mujiburrahmad. 2014. Analisa Posisi Tawar. (Studi Kasus:

Kabupaten Bogor). Bogor: IPB.

Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis

Ekonomi dan Keuangan: Dilengkapi Teknis Analisis dan Pengolahan Data

dengan SPSS dan EVIEWS. FE UI: Jakarta.

Nur, M. 2011. Analisis Usahatani Bunga Melati. Kota Batu.

Page 62: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

74

Parel, C. P, et. al. 1973. Sampling Design and Procedures. PSSC Social Survey.

Quezon City.

Purnawanti, S. 2002. Potensi Pasar Bunga dan Tanaman Hias Rawa Belong. UPT

Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian.Dinas Pertanian dan

Kehutanan DKI. Jakarta. Hlm. 7-8.

Riyanto, Bambang. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

Rukmana, R. 1994a. Mawar. Kanisius. Yogyakarta: PT Raja Grafinfo Persada.

__________.1995b. Usahatani Mawar. Kanisisus. Yogyakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Sa’diyah, Ana Arifatus dan Dyanasari. 2014. Strategi Penguatan Posisi Tawar

Petani Kentang Melalui Penguatan Kelembagaan. Prosiding Seminar

Nasional Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. [Online],

http://agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/nilai-tambah-

3.pdf. (diakses pada 18 agustus 2016)

Sesbany. 2014. Penguatan Kelembagaan Petani untuk Meningkatkan Posisi Tawar

Petani. STPP Medan

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: UB Press.

Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Soekartawi. 1994a. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI–Press.

_________. 2002b. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

_________. 2005c. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

__________. 2011d. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani

Kecil. Jakarta: UI-Press.

__________.2014e. Analisis Bunga Potong. Jakarta: UI–Press.

Suharjo, Bambang. 2013. Statistika Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan

SPSS. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Sukirno, S. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 63: ANALISIS POSISI TAWAR PETANI PADA USAHATANI ...repository.ub.ac.id/333/1/NATA RINA UTAMI.pdfDaerah potensi tanaman hias di Indonesia tersebar di berbagai daerah antara lain Jawa Barat,

75