analisis pola dinamis antara kebijakan...

139
ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE CHANNEL) DAN SUKU BUNGA (INTEREST RATE CHANNEL) DALAM MEMPENGARUHI TINGKAT HARGA OLEH PRANOWO KUNCORO NIM: 107084002963 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: vantram

Post on 15-May-2018

222 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN MONETER

MELALUI JALUR NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE CHANNEL) DAN

SUKU BUNGA (INTEREST RATE CHANNEL) DALAM

MEMPENGARUHI TINGKAT HARGA

OLEH

PRANOWO KUNCORO

NIM: 107084002963

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah
Page 3: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah
Page 4: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah
Page 5: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah
Page 6: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Pranowo Kuncoro

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Agustus 1988

3. Alamat : Jl. Cililitan Besar No.27 Jakarta

4. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Sahabat Jakarta (1993-1994)

2. SDN 03 Pagi Jakarta (1994-2000)

3. SLTPN 275 Jakarta (2000-2003)

4. SMAN 51 Jakarta (2003-2006)

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007-

2011)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Tukimin

2. Ibu : Kamirah

3. Alamat : Jl. Cililitan Besar No.27 Jakarta

4. Anak : 3(tiga) dari 3 (tiga) bersaudara

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pengurus Klub Taekwondo T2SC (Taekwondo Taruna Sport Club)

SMPN 275 Jakarta (2001-2002).

2. Anggota OSIS SMAN 51 Jakarta (2004-2005).

3. Ketua PASKIBRA SMAN 51 Jakarta (2004-2005).

Page 7: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

ii

4. Koordinator Kementerian Bidang Pendidikan Ikatan Mahasiswa

Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI) wilayah Jawa bagian

barat (2009-2011).

5. Pembina Divisi Internal & Eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2010-2011).

Page 8: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

iii

ABSTRACT

The purpose of this study was aimed the causal relation between exchange

rate channel of monetary policy and interst rates on the price level as well as to

see whether there is the dynamic effect on the price level because of the shock

caused by the monetary policy rate path and interest rates at a certain lag. The

data used in this study are monthly data from January 1998 to December 2010.

This study uses a Granger causality test to see any causal relation, and Vector

Error Correction Model (VECM) to see the presence of shock.

The results showed there is a causal relationship between exchange rate

channels of monetary policy and interest rates on the price level. And in this study

also concluded that there was the dynamic effect on the price level because of the

shock the exchange rates and interest rates at a certain lag. Variance

Decomposition test results showed that variations in the price level is

predominantly influenced by the innovations in the exchange rate than the interest

rate of innovation. While the Impulse Response Function test results showed that

response of price level to the shock value of exchange rates continue to rise until

the seventh for the period then showed a declining pattern, and the price level

response to the shock in interest rates showed a negative pattern of decline in the

first period until the third then show a pattern increased until the fifth period, but

the fifth period showed a pattern of decline.

Keywords: Monetary Policy, Exchange Rates, Interest rates, Price Level,

Transmission Mechanisms, Vector Error Correction Model.

Page 9: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

iv

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kausalitas

antara kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga

serta untuk melihat apakah terdapat hubungan pola dinamis pada tingkat harga

akibat kejutan (shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar

dan suku bunga pada lag tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data bulanan dari Januari 1998 sampai Desember 2010. Penelitian ini

menggunakan uji kausalitas Granger, dan Vector Error Correction Model

(VECM).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan kausalitas antara

kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga. Dan

dalam penelitian ini juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pola dinamis

pada tingkat harga akibat kejutan (shock) nilai tukar dan suku bunga pada lag

tertentu. Hasil uji Variance Decomposition menunjukkan bahwa variasi tingkat

harga lebih dominan dipengaruhi oleh inovasi pada nilai tukar dibanding inovasi

pada suku bunga. Sedangkan hasil uji Impulse Response Function menunjukkan

bahwa respons tingkat harga terhadap shock nilai tukar terus meningkat hingga

periode ke tujuh untuk kemudian menunjukkan pola yang menurun, dan respons

tingkat harga terhadap shock suku bunga menunjukkan pola penurunan yang

negatif pada periode pertama hingga ketiga untuk kemudian menunjukkan pola

meningkat hingga periode kelima, namun setelah periode kelima menunjukkan

pola penurunan.

Kata Kunci: Kebijakan moneter, Nilai Tukar, Suku Bunga, Tingkat Harga,

Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model.

Page 10: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya

kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang

pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan

skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal

baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,

apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:

1. Kedua orang tua tercinta. Bapakku (almarhum) dan Ibuku, beribu-ribu

ucapan terima kasih tak henti-hentinya tercurah bagi kalian berdua yang

telah rela berkorban begitu luar biasanya bagi penulis mulai dari penulis

dilahirkan hingga sekarang. Tanpa kalian berdua penulis bukanlah apa-

apa, kasih dan sayang kalian yang tulus tak akan pernah tergantikan dan

selalu ada disetiap masa. Rabbigghfirli waliwaalidayya warhamhumaa

kamaa rabbayani saghiira.

2. Haturan rasa terima kasih yang mendalam penulis juga ucapkan kepada

kedua kakak tercinta mba Eno dan mba Wari, yang senantiasa mendukung

yang terbaik bagi masa depanku. I can’t stand if there are not you at my

side thax for every spirit, hope, and motivation.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

vi

4. Bapak Dr. Lukman M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku pembimbing I

yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,

motivasi serta bimbingannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc selaku pembimbing II yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, motivasi

serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap civitas akademika (pengajar & tata usaha) Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan

apresiasi terbaik dalam segala hal.

8. Rizqi Irma Yunita terima kasih untuk segala perhatian, doa, cinta dan

kasih sayang yang telah diberikan, kamu adalah sumber semangatku dalam

menghadapi hari-hari berat dan penuh tekanan selama menyelesaikan

skripsi ini, tanpa kamu disisiku aku bukanlah seperti aku yang sekarang.

9. Teman-teman mahasiswa IESP angkatan 2007 yang telah memberikan

pengalaman yang bergitu tak terkiranya bagiku dalam menjalani hari-hari

baik di dunia akademik maupun keseharian kita, tanpa kalian aku bukanlah

seperti diriku yang sekarang, banyak warna yang telah kita bersama

goreskan teman, semoga kita akan selalu satu dan selamanya solid apapun

yang terjadi kalian tetaplah bagian terbaik bagiku.

10. Teman-teman ekonomi moneter Alisah, JB, Mario, Danang, Aga, Tika,

Feni, Arini, Darso, Samsul, Mamet, Doko, Milad, Uli, dan semuanya.

Makasih banget untuk segalanya.

11. Terima kasih untuk semua teman-teman BEM-J IESP, IMEPI, dan teman-

teman seperjuangan waktu bimbingan skripsi hehehe...Sofi, Wiwi, Rei,

Ganda, Mario, Ahmad, Dea, Eti, Icha, dll, thx buat kebersamaan, tolong

menolong, bantuan, motivasi, masukan, dan rasa suka-duka yang udah kita

share bareng, semoga di akhir nanti semuanya bisa menjadi kenangan

manis saat kita lulus. Amin

Page 12: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

vii

Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan

referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jakarta, 21 November 2011

Penulis

Pranowo Kuncoro

Page 13: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i

ABSTRACT ...................................................................................................... iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................... 11

1. Kebijakan Moneter ................................................................ 11

2. Tujuan Kebijakan Moneter ..................................................... 13

a. Kestabilan Harga ....................................................... 14

b. Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 14

c. Tingkat Kesempatan kerja ......................................... 14

d. Kestabilan Pasar Uang ................................................ 15

e. Kestabilan Pasar valas ................................................ 15

Page 14: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

ix

f. Kestabilan Dalam Tingkat Bunga ............................... 16

3. Indikator Kebijakan Moneter .......................................... 16

4. Kerangka Kebijakan Moneter ......................................... 17

a. Instrumen Kebijakan Moneter .................................... 17

1) Operasi Pasar Terbuka .................................... 17

2) Cadangan Minimum ........................................ 17

3) Kebijakan Diskonto ........................................ 18

b. Sasaran Operasional .................................................... 19

c. Sasaran Antara ............................................................ 19

d. Sasaran Akhir .............................................................. 20

5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ..................... 20

6. Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ............. 22

a. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel) ..................... 23

b. Jalur Kredit (Credit Channel) ..................................... 23

c. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel) ................. 24

d. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel) ............... 25

e. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel) ..................... 26

7. Konsep Purchasing Power Parity (PPP) ......................... 26

8. Teori Kuantitas Uang ....................................................... 28

a. Teori Irving Fisher ...................................................... 28

b. Persamaan Cambridge/Marshall ................................. 28

9. Teori Tingkat Bunga Fisher ............................................. 30

10. Teori Paritas Tingkat Bunga ............................................ 31

Page 15: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

x

a. Uncovered Interest Parity ........................................... 31

b. Covered Interest Parity ............................................... 32

11. Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka ........... 33

12. Kebijakan Moneter di Indonesia ...................................... 34

B. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 39

C. Penelitian Terdahulu ................................................................... 41

D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 49

E. Hipotesis ...................................................................................... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 56

B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 57

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 58

1. Internet ............................................................................. 58

2. Studi Kepustakaan ........................................................... 58

3. Sumber Data .................................................................... 58

a. Nilai Tukar (Kurs) ....................................................... 58

b. Suku Bunga SBI .......................................................... 59

c. Tingkat Harga (Inflasi) ............................................... 59

D. Metode Analisis Data .................................................................. 59

1. Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) dan Derajat

Integrasi ................................................................................ 61

2. Penentuan Lag Optimal ......................................................... 62

Page 16: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

xi

3. Uji Kausalitas Granger .......................................................... 63

4. Uji Kointegrasi ..................................................................... 64

5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) .............. 65

6. Variance Decomposition (VD) ............................................. 66

7. Impulse Response Function (IRF) ......................................... 66

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 67

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 69

1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (Kurs rupiah) ........ 69

2. Tingkat Harga (Inflasi) .......................................................... 74

3. Suku Bunga SBI .................................................................... 76

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................... 79

1. Uji Stasioneritas Data ........................................................... 79

a. Uji Akar Unit (Unit Root Test) ........................................ 79

2. Penentuan Lag Optimal ........................................................ 80

3. Uji Kausalitas Granger ......................................................... 82

4. Uji Kointegrasi ..................................................................... 83

5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) ............. 85

6. Variance Decomposition (VD) ............................................. 87

7. Impulse Response Function (IRF) ........................................ 89

C. Intepretasi Hasil Analisis ................................................................. 92

1. Hubungan Antara Kebijakan Moneter Jalur Nilai Tukar

Terhadap Tingkat Harga (Inflasi) ........................................ 92

Page 17: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

xii

2. Hubungan Anatara Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga

Terhadap Tingkat Harga (Inflasi) ......................................... 94

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan....................................................................................... 97

B. Implikasi ........................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

1 Gambaran Perkembangan Nilai Tukar (Rupiah/USD), 5

Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi Tahun 2007-2010

2. Penelitian Terdahulu 47

3. Deskripsi Data Operasional Variabel 67

4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US 71

5. Rata-rata Tingkat Inflasi di Indonesia Pada Tahun 1998-2010 75

6. Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 1998-2010 78

7. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) 79

8. Uji Lag Optimal 81

9. Hasil Uji Kausalitas Granger 82

10. Uji Kointegrasi 84

11. Hasil Estimasi VECM Dengan Lag 4

[Tingkat Harga Sebagai Variabel Dependen] 86

12. Variance Decomposition Terhadap Tingkat Harga 88

Page 19: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter 22

2. Efek Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka 33

3. Perbandingan Sistem Operasional kebijakan Moneter 36

4. Kerangka Pemikiran 53

5. Pergerakan Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap

Dollar US 1998-2010 71

6. Pergerakan Rata-rata Tingkat Inflasi di Indonesia

Tahun 1998-2010 75

7. Pergerakan Rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI

di Indonesia Tahun 1998-2010 78

8. Impulse Response Function 90

Page 20: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1. Data Penelitian 105

2. Hasil Uji Akar Unit (Level) 109

3. Hasil Penentuan Lag Optimal 112

4. Hasil Uji Kausalitas Granger 113

5. Hasil Uji Kointegrasi Johansen 114

6. Hasil Estimasi VECM 116

7. Variance Decomposition 118

8. Impulse Response Function 119

Page 21: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kebijakan moneter yang diambil oleh sebuah bank sentral tentunya

akan direspon baik oleh perubahan perilaku perbankan maupun perilaku dunia

usaha lainnya. Perubahan perilaku tersebut semisal tercermin dalam spread pada

suku bunga perbankan hingga ekspektasi para pelaku ekonomi karena memang

lewat jalur transmisi tertentu yang diberlakukan oleh bank sentral hal tersebut

menjadi mungkin terjadi (Bernanke dan Blinder, 1998). Perubahan-perubahan

tersebut menggambarkan suatu mekanisme yang dalam teori ekonomi moneter

dinamakan mekanisme transmisi kebijakan moneter (MTKM). Karena

menyangkut perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat, maka MTKM

merupakan proses yang bersifat kompleks dan sulit diprediksi.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya, menggambarkan

bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dalam mempengaruhi

berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya mencapai

tujuan akhir yang ditetapkan oleh bank sentral di tiap-tiap negara (Warjiyo, 2004).

Sektor keuangan atau moneter mempunyai peranan yang penting, bukan hanya

sebagai perantara finansial tetapi juga sebagai pihak yang membatasi, menilai, dan

mendistribusikan resiko yang berkaitan dengan berbagai kegiatan finansial. Pada

mekanisme pasar, peranan ini memungkinkan terjadinya keseimbangan antara

keuntungan yang diperoleh dengan resiko yang dihadapi. Tujuan utama deregulasi

Page 22: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

2

keuangan seperti deregulasi ekonomi pada umumnya adalah mendorong efisiensi

dan pertumbuhan ekonomi.

Permasalahan mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter masih

merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di dunia akademis

maupun para prakstisi di bank sentral. Mekanisme transmisi kebijakan moneter

selalu dikaitkan dengan dua pernyataan Bernanke dan Blinder (1992) dan Taylor

(1995). Pertama, apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekonomi riil

disamping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya, melalui

mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan moneter terhadap ekonomi riil itu

terjadi.

Beberapa bank sentral di dunia, seperti European Central Bank of

England, dan Bank of Japan memfokuskan pada stabilitas harga sebagai tujuan

utama atau satu-satunya tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan

kebijakan moneter (Reddy, 2005). Bank Indonesia sebagai bank sentral di

Indonesia juga menetapkan stabilitas harga sebagai single object. Hal ini sesuai

dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan telah diubah dengan

UU No. 3 Tahun 2004. Berbeda dengan BI, Bank Negara Malaysia (BNM)

sebagai bank sentral di Malaysia, mempunyai beberapa objek sebagai sasaran

kebijakannya, seperti mewujudkan kestabilan sistem keuangan dan sistem

moneter, serta mencapai pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Ada

beberapa bank yang tidak menerapkan single objective, seperti Federal Reserve of

the US (FED). FED menerapkan multiple objectives dalam pelaksanaan kebijakan

moneternya, diantaranya mengurangi pengangguran, stabilitas harga, dan menjaga

Page 23: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

3

stabilitas tingkat suku bunga jangka panjang (Reddy, 2005). Para ahli ekonomi

sering menyebut kebijakan-kebijakan moneter tersebut sebagai black box karena

pada dasarnya kita mengetahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi

beberapa sasaran akhir seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi

mereka pun tidak mangetahui secara pasti bagaimana kebijakan moneter

mempengaruhi pergerakan instrumen sasaran akhir tersebut. Efektivitas kebijakan

moneter sangat tergantung pada mekanisme transmisinya, maka dari itu penelitian

mengenai efektivitas jalur-jalur dalam mekanisme transmisi kabijakan moneter

sangat menarik untuk dilakukan.

Efektivitas kebijakan moneter diukur dengan dua indikator yaitu pertama,

berapa besar kecepatan atau tenggat waktu (time lag) yang dibutuhkan untuk

mampu mempengaruhi sasaran akhir dan kedua, berapa kekuatan variabel-

variabel pada masing-masing jalur merespon adanya perubahan yang bersifat

kejutan (shock) dari instrumen kebijakan moneter dan variabel lainnya hingga

tercapainnya sasaran akhir kebijakan moneter.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menunjukkan pentingnya

menjaga kestabilan makro ekonomi. Krisis yang pada awalnya dipicu oleh

menurunnya nilai tukar rupiah telah berkembang sedemikian cepat dan merupakan

akumulasi dari berbagai permasalahan yang sebenarnya telah demikian mengakar

di Indonesia, baik permasalahan di bidang ekonomi maupun non ekonomi.

Misalnya pembiayaan investasi yang selama ini banyak menggunakan pinjaman

luar negeri, pengelolaan dunia usaha yang lemah serta kondisi keuangan

khususnya perbankan yang rentan.

Page 24: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

4

Berbagai permasalahan inilah yang terkuak dengan jelas dari krisis yang

selanjutnya merembet pada sektor-sektor lain. Krisis ekonomi tersebut telah

menggoyahkan hampir seluruh sendi-sendi perekonomian nasional dan

menimbulkan beban yang demikian berat bagi negara, dunia usaha dan

masyarakat, khususnya beban keuangan yang harus ditanggung.

Berdasarkan kondisi saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun

1997-1998 tersebut tentunya Bank Indonesia sebagai otoritas moneter nasional

sangat diandalkan untuk dapat mengembalikan keadaan yang penuh dengan

kekacauan kepada kondisi dimana perekonomian Indonesia dapat kembali pulih

dan bersaing dengan negara-negara lain, tentunya berbagai upaya pembenahan

sistem moneter perlu dikaji ulang dan dirumuskan kembali agar hal-hal seperti

saat krisis 1997-1998 tidak terjadi di tahun-tahun mendatang. Penciptaan bantalan

sistem moneter yang lebih terkointegrasi dan spesifik sebagai sebuah moda

penunjang perekonomian nasional yang kuat sudah menjadi kewajiban bagi Bank

Indonesia, dimana rumusan-rumusan tersebut tersedia dalam berbagai transmisi-

transmisi kebijakan moneter melalui beberapa jalur seperti jalur nilai tukar, suku

bunga dan lain sebagainya.

Peningkatan peran pasar dalam perekonomian serta kemajuan yang pesat

di sektor keuangan seperti semakin majunya inovasi produk-produk keuangan,

proses sekuritisasi maupun proses decoupling antara sektor riil dan sektor moneter

diyakini telah menyebabkan semakin pentingnya transmisi kebijakan moneter

melalui jalur harga, terutama jalur suku bunga dan nilai tukar. Hal ini dikarenakan

kedua jalur tersebut semakin besar perannya dalam mempengaruhi besar kecilnya

Page 25: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

5

aliran modal apalagi pada negara dengan sistem ekonomi yang terbuka seperti

Indonesia.

Tabel 1.1

Gambaran Perkembangan Nilai Tukar (Rupiah/USD), Tingkat Suku Bunga

SBI dan Inflasi Tahun 2007-2010

Tahun Nilai Tukar

(Rupiah/USD)

Tingkat

Inflasi

Tingkat Suku

Bunga SBI

2007 Rp 9.419 6,41 % 8,60%

2008 Rp 10.950 10,28 % 9,18%

2009 Rp 9.400 4,45 % 7,31%

2010 Rp 8.991 5,13 % 6,29%

Sumber : Bank Indonesia Data Diolah (dalam beberapa terbitan)

Pada tahun 2007 nilai tukar rupiah/USD adalah sebesar Rp 9.419/USD

dengan tingkat inflasi rata-rata sekitar 6,41 % dan tingkat suku bunga SBI rata-

rata sebesar 8,60 %, kemudian pada tahun 2008 ternyata rupiah terdepresiasi

terhadap Dollar hingga nilainya mencapai Rp 10.950/USD dan ternyata disaat

nilai tukar terdepresiasi tersebut tingkat inflasi rata-rata meningkat menjadi sekitar

10,28% dan tingkat suku bunga SBI juga tumbuh sekitar 9,18 %, hal tersebut

kemungkinan karena pengaruh meningkatnya beban biaya produksi bagi produsen

yang mencukupi beberapa faktor produksinya dari barang impor serta

meningkatnya beban pengeluaran pemerintah karena depresiasi tersebut dan oleh

karena itu untuk mencegah inflasi yang tinggi pemerintah meningkatkan rata-rata

tingkat suku bunga SBI. Setelah mengalami depresiasi pada tahun 2008 yang

kemungkinan akibat krisis global, pada tahun 2009 Rupiah terapresiasi kembali di

Page 26: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

6

kisaran Rp 9.400/USD dan tingkat inflasi turun hingga sekitar 4,45% sedangkan

suku bunga SBI berada di kisaran rata-rata tahun itu sebesar 7,31 %, hal tersebut

mengindikasikan pada saat Rupiah/USD nilainya terapresiasi ternyata ada

kecenderungan tingkat inflasi rata-rata menurun dan suku bunga SBI juga

pertumbuhannya menurun dibansing tahun sebelumnya, kemungkinan hal tersebut

karena ada indikasi ekspansi ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah pada

tahun tersebut guna mengapresiasi aliran modal asing yang semakin meningkat.

Sedangkan tahun 2010 nilai tukar Rupiah rata-rata menguat terhadap Dollar AS

yaitu bergerak di kisaran Rp 8991/USD, dengan rata-rata tingkat inflasi sekitar

5,13% dan tingkat suku bunga SBI rata-rata sekitar 6,29 %, hal tersebut

mengindikasikan bahwa meskipun Rupiah terapresiasi terhadap Dollar AS namun

rata-rata tingkat inflasi pada tahun tersebut justru cenderung meningkat, alasan

kemungkinan peningkatan inflasi pada saat Rupiah terapresiasi tahun 2010 ialah

karena semakin tingginya aliran dana masuk (capital inflow) dari para investor

asing ke dalam negeri sehingga turut pula mempengaruhi inflasi rata-rata pada

tahun 2010 yang meningkat tipis dibanding tahun 2009 dan sepertinya pemerintah

tidak ingin aliran modal asing yang masuk sedemikian deras tersebut tidak

berwujud investasi riil, maka guna memuluskan ekspansi pada tahun tersebut

pemerintah kembali menurunkan rata-rata tingkat suku bunga SBI dibanding

tahun sebelumnya.

Penelitian Bank Indonesia oleh Siswanto, dkk (2001), menunjukkan pada

small open economy, mekanisme kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar

bekerja lebih kuat dalam sistem nilai tukar mengambang bebas daripada sistem

Page 27: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

7

mengambang terkendali. Pada sistem mengambang bebas, variabilitas nilai tukar

nominal menjadi cukup tinggi dan membuat nilai tukar riil menjadi tidak stabil.

Sedangkan penelitian yang menjelaskan tentang pengaruh instrumen

kebijakan moneter pada suku bunga (SBI) terhadap inflasi pernah dilakukan oleh

Endri (2008), di mana dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selama

periode nilai tukar mengambang, dalam jangka panjang instrumen kebijakan

moneter pada suku bunga (SBI) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

inflasi, sedangkan pada jangka pendek pengaruhnya tidak terlalu signifikan

dibandingkan instrumen kebijakan moneter yang lainnya dalam mempengaruhi

inflasi di Indonesia.

Pada penelitian ini gambaran tentang efektivitas kebijakan moneter jalur

nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga ialah tujuan utama yang ingin

dibahas. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah Analisis Pola Dinamis

Antara Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate

Channel) dan Suku Bunga (Interest Rate Channel) Dalam Mempengaruhi

Tingkat Harga.

B. Perumusan Masalah

Prosedur instrumen kebijakan moneter merupakan isu penting bagi bank

sentral dalam merumuskan kebijakan moneter. Setelah bank sentral memutuskan

target yang hendak dicapai, misalnya tingkat inflasi yang wajar dan asumsi

pertumbuhan ekonomi yang menyertainya, pertanyaan selanjutnya adalah

Page 28: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

8

bagaimana kebijakan moneter itu akan dijalankan, dalam arti bahwa: (1) target

operasional apa yang digunakan, yaitu uang primer atau suku bunga jangka

pendek, (2) target antara atau variabel informasi kebijakan apa yang harus

dimonitor, misalnya besaran moneter, suku bunga jangka menengah, kredit, dan

nilai tukar, serta (3) bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter tersebut

mempengaruhi harga (Warjiyo, dkk, 1998).

Menurut Nualtaranee (2001), pentingnya mengetahui berbagai perbedaan

jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter didasarkan pada beberapa alasan

berikut: (1) pemahaman atas perubahan besar-besaran moneter akibat perubahan

kebijakan, akan memperbaiki pemahaman kita terhadap kaitan antara sektor

keuangan dan sektor riil, (2) pemahaman yang lebih baik terhadap mekanisme

transmisi kebijakan moneter akan membantu para pembuat kebijakan

mengintepretasikan pergerakan besar-besaran moneter secara lebih tepat, dan (3)

informasi yang lebih banyak tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter

akan membantu pemilihan target yang lebih baik.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini ialah:

1. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara kebijakan moneter jalur nilai

tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga?

2. Apakah terdapat hubungan pola dinamis pada tingkat harga akibat kejutan

(shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar dan

suku bunga pada lag tertentu?

Page 29: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui hubungan kausalitas antara kebijakan moneter jalur

nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga.

2. Untuk mengetahui hubungan pola dinamis pada tingkat harga akibat

kejutan (shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar

dan suku bunga pada lag tertentu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah dan Instansi Terkait

Dapat memberikan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan yang

bermanfaat bagi pemerintah (BI) baik yang bersifat forcasting maupun terapan.

Serta dapat juga dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi terkait lainnya.

2. Bagi Akademisi

Sebagai sumbangan informasi pengetahuan secara teoritis dan praktis bagi

dunia akademik dalam mendalami kembali tentang peranan kebijakan moneter

serta pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.

3. Bagi Penulis

Untuk memperluas informasi dan wawasan mengenai suatu efektivitas

kebijakan yang diterapkan oleh bank sentral (BI) dalam menjalankan fungsinya

Page 30: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

10

untuk menciptakan kestabilan perekonomian nasional dengan instrumen-

instrumen yang ada serta mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah

diperoleh selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Jakarta.

Page 31: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank

sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai

perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu stabilitas ekonomi

makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (laju inflasi) dan

pertumbuhan ekonomi (Warjiyo, 2003). Menurut Jhingan (2000), kebijakan

moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berkenaan dengan: (1)

pengendalian lembaga keuangan, (2) penjualan dan pembelian secara aktif kertas-

kertas berharga oleh otoritas moneter sebagai ikhtiar sengaja guna mempengaruhi

perubahan keadaan uang, dan (3) pembelian dan penjualan secara pasif kertas

berharga (paper assets) yang timbul dari usaha mempertahankan struktur suku

bunga tertentu, stabilnya harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan

komitmen tertentu lainnya.

Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting

dalam suatu perekonomian. Peran tersebut tercermin pada kemampuannya dalam

mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan

kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal

ini menjadi sasaran akhir kebijakan moneter.

11

Page 32: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

12

Mishkin (1998) dan Anglingkusumo,dkk (2000), menyebutkan ada empat

tipe/strategi dasar sebagai sasaran akhir dari kebijakan moneter, yaitu:

a. Inflation Targeting adalah suatu kerangka kebijakan moneter yang

diarahkan sedemikian rupa untuk mencapai target inflasi yang telah

ditetapkan. Biasanya bank sentral diwajibkan untuk menetapkan target

inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan

pengendalian sasaran-sasaran inflasi. Secara konsep, inflation targeting

memberikan fokus yang lebih jelas dan sistematis bagi manajemen

moneter bank sentral.

b. Exchange-Rate Targeting adalah kebijakan moneter yang diarahkan untuk

menjaga dan mengendalikan mata uang domestik terhadap mata uang

asing. Untuk mencapai stabilitas nilai tukar, bank sentral biasanya

mematok nilai mata uang domestiknya terhadap suatu komoditas tertentu

semisal emas. Exchange-rate targeting akan memperbaiki tingkat inflasi

terutama untuk barang-barang yang diperdagangkan secara internasional,

sehingga secara langsung dapat berperan dalam menjaga inflasi yang

lebih stabil dan terkontrol.

c. Monetary Targeting akan mengarahkan kebijakan moneternya pada

pengendalian besaran moneter seperti jumlah uang beredar. Monetary

targeting memungkinkan bank sentral melakukan penyesuaian kebijakan

moneternya dalam mencapai strategi nasional, semisal inflasi yang

rendah, pertumbuhan ekonomi, atau tingkat pengangguran yang rendah.

Strategi ini lebih mudah dipahami dan dikomunikasikan ke masyarakat di

Page 33: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

13

mana pemerintah sebagai pembuat kebijakan secara berkala

mengumumkan target moneternya dengan transparan.

d. Kebijakan moneter yang tidak menetapkan terget tertentu (just do it).

Strategi ini lebih didasarkan pada kemampuan individual para pembuat

keputusan (decision man). Strategi ini sangat fleksibel, di mana bank

sentral tidak menetapkan aturan yang jelas dalam mengatasi gejolak

ekonomi.

Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa kondisi perekonomian

suatu negara memburuk karena kebijakan moneternya memiliki multi sasaran

akhir (Khan, 2003; Carare dan Stone, 2003). Misalnya, usaha untuk mendorong

tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya

dapat berdampak negatif terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca

pembayaran, sementara dalam jangka panjang kebijakan moneter bersifat netral

dan hanya dapat mempengaruhi harga.

2. Tujuan Kebijakan Moneter

Tujuan utama kebijakan moneter BS adalah kestabilan harga,

pertumbuhan ekonomi, mempertahankan neraca pembayaran, meningkatkan

kesempatan kerja, kestabilan di pasar uang, dan kestabilan tingkat suku bunga

(Mishkin, 2001). Berikut pembahasan mengenai kebijakan moneter :

Page 34: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

14

a. Kestabilan Harga

Kestabilan harga dijadikan tujuan kebijakan moneter karena jika harga

tidak stabil maka akan menimbulkan ketidakpastian dalam perekonomian. Hal ini

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi serta sulitnya membuat

perencanaan di masa yang akan datang. Dibawah ini ekonom yang meneliti

tentang tingkat harga.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu implikasi dari kebijakan

moneter yang di bangun oleh bank sentral karena pertumbuhan ekonomi dapat

dijadikan salah satu gambaran dasar tentang keefektifan kebijakan yang telah di

jalankan dengan melihat secara jelas variabel-variabel pertumbuhan ekonomi

yang di jadikan dasar kesuksesan seperti; PDB, jumlah pengangguran dsb. Yang

mana dalam transmisi moneter lebih dipengaruhi oleh variabel JUB dll.

c. Tingkat Kesempatan Kerja

Pengangguran dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan

menimbulkan kehilangan sumber daya yang berharga. Tingkat kesempatan kerja

yang tinggi berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun demikian,

tujuan High Employement tidak berarti mencapai tingkat pengangguran sama

dengan nol. Dengan instrumen kebijakan moneter yang tepat diharapkan dapat

mengurangi angka pengangguran hingga pada taraf yang tidak mengganggu

pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan, misalnya dengan penurunan

Page 35: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

15

tingkat suku bunga pasar yang nantinya dapat meningkatkan investasi dan dapat

mengurangi angka pengangguran secara berkala.

d. Kestabilan Pasar Uang

Kestabilan pasar uang diperlukan agar proses intermediasi dapat berjalan

dengan baik tanpa gangguan yang dapat menyebabkan disintermediasi antar

sektor moneter dan sektor riil. Krisis seperti yang terjadi di Indonesia sejak

pertengahan tahun 1997 telah mengganggu aliran modal ke sektor riil sehingga

telah menimbulkan kontraksi pada aktivitas ekonomi. Penciptaan kestabilan pasar

uang dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan

ekonomi lain yang pro terhadap kestabilan itu sendiri, misalnya menerapkan

tingkat suku bunga yang moderat pada kisaran angka yang seimbang sesuai

dengan kondisi riil ekonomi nasional.

e. Kestabilan Pasar Valas

Dengan semakin pentingnya peran perdagangan internasional maka nilai

tukar menjadi faktor penting yang selalu diperhatikan dalam perekonomian. Nilai

tukar yang stabil mempermudah pelaku ekonomi dalam melakukan ekspor dan

impor. Untuk Indonesia yang tingkat ketergantungannya terhadap perdagangan

internasional cukup tinggi, stabilitas nilai mata uang menjadi sangat penting, dan

tentunya bank sentral berperan untuk dapat menjaga nilai tukar tetap stabil dan

tidak terlalu berfluktuasi meskipun sekarang Indonesia telah menerapkan free

floating exchange rate, namun instrumen operasi pasar dapat tetap dilakukan

untuk menjaga tingkat kestabilan tersebut.

Page 36: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

16

f. Kestabilan Dalam Tingkat Bunga

Kestabilan dalam tingkat bunga merupakan hal yang diharapkan dalam

suatu perekonomian. Hal ini disebabkan fluktuasi tingkat suku bunga akan

menimbulkan uncertainty dan menyulitkan dalam perencanaan di masa depan.

Fluktuasi dalam tingkat bunga dapat mempengaruhi kegiatan konsumen dan

produsen. Kegiatan konsumen akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit

dan deposito, sedangkan kegiatan produsen akan dipengaruhi oleh tingkat bunga

kredit untuk kelancaran operasionalnya.

3. Indikator Kebijakan Moneter

a. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu

melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi,

khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-besaran

moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara

keseluruhan.

b. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan

langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah. Langkah-

langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung baik akan

terus diperkuat dan ditingkatkan.

c. Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut

dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan

sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Page 37: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

17

4. Kerangka Kebijakan Moneter

Kerangka kebijakan moneter terdiri dari: instrumen kebijakan moneter,

sasaran operasional, sasaran antara, dan sasaran akhir (Ascarya, 2002), kerangka

kebijakan moneter tersebut ialah sebagai berikut:

a. Instrumen Kebijakan Moneter

Dalam mencapai tujuannya, bank sentral memiliki beberapa instrumen

kebijakan moneter yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), cadangan

minimum (reserve requirement), dan kebijakan diskonto (discount policy).

1). Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Kebijakan ini merupakan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah

dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga seperti obligasi dari dan

kepada masyarakat melalui bank-bank umum (commercial bank). Penjualan surat-

surat berharga seperti obligasi dilakukan pemerintah jika di masyarakat terjadi

kelebihan jumlah uang beredar (terutama dalam bentuk giral) pada masa inflasi.

Sebaliknya jika di masyarakat terjadi kekurangan jumlah uang beredar atau pada

masa resesi, pemerintah akan membeli kembali obligasi-obligasi yang pernah

ditawarkan ke masyarakat melalui bank-bank umum (Judisseno, 2005).

2). Cadangan Minimum (Reserve Requirement)

Kebijakan ini ditujukan bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan bank

yang berada di bawah pengawasan Bank Indonesia. Reserve Requirement (RR)

Page 38: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

18

merupakan kebijakan yang mengatur besarnya tingkat cadangan minimal bank

(legal reserve ratio), yang secara tidak langsung juga mengatur besarnya

kelebihan cadangan yang dapat disalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat

(excess reserve). Pemerintah dapat mengontrol kelebihan JUB dengan menaikkan

atau menurunkan tingkat cadangan minimum, karena semakin besar tingkat

cadangan minimum , akan mengakibatkan cadangan yang dapat disalurkan ke

masyarakat dalam bentuk kredit semakin kecil, sebaliknya semakin kecil tingkat

cadangan minimum akan mengakibatkan semakin besarnya cadngan yang dapat

disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Kebijakan ini mempunyai

pengaruh langsung terhadap pelaksanaan kebijakan operasi pasar terbuka dan

kebijakan diskonto (Judisseno, 2005).

3). Kebijakan Diskonto (Discount Policy)

Discount policy adalah kebijakan bank sentral dalam menentukan tingkat

suku bunga yang harus dibayar oleh perbankan jika meminjam dana dari bank

sentral. Terdapat tiga jenis fasilitas kebijakan diskonto yaitu, adjusted credit,

extended credit, dan seasonal credit (Miskhin, 2001). Di Indonesia adjusted credit

dan extended credit kita kenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),

sedangkan seasonal credit kita kenal dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia

(KLBI). BLBI adalah berbagai bentuk fasilitas likuiditas perbankan untuk

menjaga kestabilan sistem pembayaran perbankan agar tidak terganggu oleh

adanya ketidakseimbangan (mismatch) likuiditas antara penarikan dan penerimaan

dana pada bank-bank. KLBI adalah kredit Bank Indonesia untuk membantu

Page 39: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

19

kegiatan atau sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah atau disebut juga sebagai

kredit untuk program-program pemerintah seperti pengadaan pangan melalui

Bulog, kredit untuk koperasi unit desa (KKUD), kredit untuk usaha tani (KUT,

dan kredit usaha rakyat (KUR), di mana suku bunganya mengandung unsur

subsidi sehingga lebih rendah dari suku bunga pasar (Hascaryo, 2003).

b. Sasaran Operasional

Sasaran operasional ialah bentuk sasaran segera yang dicapai dalam

operasi moneter. Variabel sasaran operasional digunakan untuk mengarahkan

sasaran antara. Penetapan sasaran operasional tergantung pada jalur mana yang

diyakini efektif dalam transmisi kebijakan moneter. Dalam hal ini, suku bunga

Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan

tingkat diskonto Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) merupakan tiga pilihan yang

dapat diambil sebagai suku bunga jangka pendek yang dapat digunakan sebagai

sasaran operasional. Kriteria sasaran operasional antara lain ialah dipilih dari

variabel moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan sasaran antara,

dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia lebih segera dibanding sasaran

antara, akurat, dan tidak sering direvisi (Ascarya, 2002).

c. Sasaran Antara

Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan moneter

bersifat tidak langsung dan kompleks. Untuk alasan itu, para ahli moneter dan

bank sentral mendesain simple ruleuntuk membantu pelaksanaan kebijakan

moneter dengan cara menambahkan indikator yang disebut sebagai sasaran antara.

Page 40: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

20

Sasaran antara merupakan indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan

moneter, sasaran ini dipilih dari variabel-variabel yang memiliki keterkaitan stabil

dengan inflasi, cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank sentral, tersedia

relatif cepat, akurat, dan tidak sering direvisi, di mana variabel tersebut antara lain

agregat moneter (M1 dan M2), kredit perbankan, dan nilai tukar (Bofinger, 2001).

e. Sasaran Akhir

Sasaran akhir ialah result secara keseluruhan dari kerangka kebijakan

moneter yang ingin dicapai oleh Bank Sentral guna mempengaruhi perekonomian

secara makro (Hascaryo, 2003). Misalnya pasal 7 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun

2004 tentang Bank Indonesia secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan akhir

kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

(stabilitas moneter).

5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Menurut Syabran (2004), mekanisme transmisi kebijakan moneter

merupakan proses atau mekanisme pengaruh kebijakan moneter terhadap kegiatan

ekonomi riil. Secara spesifik mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “the

process through which monetary policy decisions are transmitted into changes in

real GDP and inflation” (suatu proses di mana keputusan-keputusan kebijakan

monter ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi) (Taylor, 1995).

Paradigma lama mekanisme sistem pengendalian moneter beranggapan

bahwa otoritas moneter dapat secara langsung mengendalikan jumlah uang

primer. Kemudian dengan asumsi bahwa angka pengganda uang cukup stabil dan

Page 41: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

21

dapat diperkirakan dengan baik, maka jumlah uang beredar dapat pula

dikendalikan. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa income velocity relatif stabil,

otoritas moneter melalui pengendalian JUB dapat mempengaruhi kegiatan

ekonomi yang diinginkan sesuai dengan sasaran akhir kebijakan moneter yang

ditetapkan.

Semakin berkembangnya peran pasar dalam perekonomian nampaknya

cenderung menyebabkan semakin pentingnya transmisi kebijakan moneter

melalui harga uang atau suku bunga. Paradigma baru ini juga tidak terlepas dari

semakin majunya sektor keuangan dengan berbagai karakteristik seperti majunya

inovasi produk keuangan, proses sekuritisasi, maupun proses decoupling antara

sektor moneter dengan sektor riil. Sehingga saat ini, uang telah menjadi

komoditas yang diperdagangkan. Oleh karena itu, harga uang (tingkat bunga)

menentukan perputaran uang, alokasi uang dari berbagai jenis investasi, serta

kegiatan perekonomian secara keseluruhan.

Page 42: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

22

GAMBAR 2.1

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Sumber: Warjiyo (2005)

6. Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Perdebatan teoritis mengenai jalur transmisi mekanisme kebijakan

moneter antara perdagangan moneteris dan keynesian. Pandangan moneteris

menekankan pada jalur kuantitas (quantity channel), sedangkan Keynesian

menekankan pada jalur harga aset (price channel). Jalur kuantitas mencakup jalur

ekspektasi (expectation channel) dan jalur kredit (credit channel), sedangkan jalur

harga mencakup jalur suku bunga (interest rate channel), jalur nilai tukar

(exchange rate channel), dan jalur aset (price rate channel) (Warjiyo dan Solikin,

Instrumen Jalur Kebijakan Moneter

Kredit

Bank

Harga

Aset

Suku

Bunga

Ekspektasi Nilai Tukar

Permintaan

Domestik

Permintaan

Asing

AD Output Gap

Harga Traded

Goods

Tekanan Inflasi

Domestik

INFLASI

Page 43: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

23

2003). Berikut ini adalah penjelasan mengenai jalur mekanisme transmisi

kebijakan moneter.

a. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel)

Pada jalur mekanisme transmisi ini menekankan bahwa kebijakan moneter

dapat diarahkan agar dapat mempengaruhi pembentukan ekspektasi mengenai

inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku pelaku

ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya

akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi (Warjiyo dan Solikin,

2003).

b. Jalur Kredit (Credit Channel)

Pada jalur kredit, mekanisme transmisi dapat dibedakan menjadi dua jalur.

Pertama, bank lending channel, yaitu jalur pinjaman bank yang menekankan

pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank, khususnya sisi aset.

Kedua, balance sheet channel, yaitu jalur neraca perusahaan yang menekankan

pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan, yang selanjutnya

akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.

Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank juga

merupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter.

Apabila BS melakukan kebijakan moneter kontraktif, misalnya melaui

peningkatan rasio cadangan minimum di bank sentral, maka cadangan yang ada di

bank akan mengalami penurunan, sehingga loanable fund berupa modal yang

Page 44: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

24

dipinjamkan oleh bank akan mengalami penurunan. Apabila hal tersebut tidak

segera diatasi dengan melakukan penambahan modal atau pengurangan surat-surat

berharga, maka kemampuan bank untuk memberiakn pinjaman akan menurun.

Kondisi ini menyebabkan penurunan investasi, yang selanjutnya akan mendorong

penurunan output.

Sementara itu, jalur neraca perusahaan menekankan bahwa kebijakan

moneter yang dilakukan oleh BS, akan mempengaruhi kondisi keuangan

perusahaan. Apabila BS melakukan kebijakan moneter ekspansif, maka suku

bunga di pasar uang akan menurun, namun akan mendorong peningkatan harga

saham. Sejalan dengan peningkatan tersebut, nilai bersih perusahaan juga akan

meningkat, yang selanjutnya akan mngurangi tindakan adverse selection dan

moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian

kredit oleh bank, yang selanjutnya akan meningkatkan investasi, dan pada

akhirnya akan meningkatkan output (Warjiyo dan Solikin, 2003).

c. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel)

Jalur ini menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi

permintaan agregat melalui perubahann suku bunga. Dalam hal ini perubahan

suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menegah dan

jangka panjang melalui mekanisme keseimbangan sisi permintaan dan penawaran

di pasar uang. Apabila perubahan harga bersifat kaku (sticky price), maka

perubahan suku bunga nominal jangka pendek yang dipengaruhi oleh kebijakan

Page 45: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

25

BS akan mendorong perubahan suku bunga riil jangka pendek dan jangka

panjang.

Dengan kekakuan harga tersebut, jika BS melakukan kebijakan moneter

ekspansif, akan mendorong penurunan suku bunga riil jangka pendek, yang

selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga riil jangka panjang. Namun

demikian, jika kebijakan BS bersifat kontraktif, maka kekakuan harga akan

menyebabkan peningkatan suku bunga riil jangka pendek dan jangka panjang.

Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi cost of capital, dan pada

akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi, yang

merupakan komponen dari permintaan agregat (Tirtayasi, 2005).

d. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)

Mekanisme kebijakan melalui nilai tukar menekankan bahwa pergerakan

nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan permintaan dan penawaran

agregat, yang selanjutnya akan mempengaruhi output dan tingkat harga. Besar

kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut

oleh suatu negara.

Namun demikian, pergerakan nilai tukar lebih berpengaruh pada

perekonomian terbuka dengan nilai tukar fleksibel. Kebijakan pengetatan moneter

akan mendorong suku bunga nominal dalam negeri meningkat. Jika suku bunga

internasional tidak berubah, maka interest rate differential akan meningkat, hal ini

akan mendorong masuknya modal dari luar negeri, sehingga nilai tukar akan

cenderung terapresiasi, selanjutnya kegiatan ekspor akan meningkat dan

Page 46: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

26

sebaliknya impor menurun. Kondisi tersebut akan menyebabkan transaksi berjalan

pada neraca pembayaran membaik. Akibatnya, permintaan agregat akan menurun,

demikian pula dengan laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi (Tirtayasi,

2005).

e. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel)

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset,

menekankan bahwa kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset

dan kekayaan masyarakat, yang selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran

investasi dan konsumsi. Apabila BS melakukan kebijakan moneter kontraktif,

maka akan mendorong peningkatan suku bunga, dan pada akhirnya akan menekan

harga aset perusahaan (market value). Penurunan haraga aset, dapat berakibat

pada dua hal, yang pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk

melakukan ekspansi, dan yang kedua, menurunkan nilai kekayaan dan

pendapatan, yang pada akhirnya akan mengurangi pengeluaran konsumsi. Secara

keseluruhan kedua hal tersebut berdampak pada penurunan pengeluaran agregat

(Warjiyo dan Solikin, 2003).

7. Konsep Purchasing Power Parity (PPP)

Konsep Purchasing Power Parity (PPP) adalah teori mengenai nilai tukar

dan tingkat harga umum yang mengemukakan bahwa nilai tukar terkait dengan

tingkat harga di dalam negeri yang relatif terhadap harga di luar negeri. Menurut

teori PPP ini, dalam suatu perekonomian terbuka, daya beli mata uang dari suatu

negara yang digunakan untuk membeli barang atau jasa dari negara lain dapat

Page 47: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

27

dilihat dari seberapa jauh perbedaan tingkat harga umum di negara yang

bersangkutan dibanding dengan tingkat harga di negara tujuan. Inflasi

mempengaruhi daya beli dari mata uang domestik dan nilai tukar didefinisikan

sebagai daya beli suatu mata uang terhadap daya beli mata uang lain. Dengan

demikian dapat dilihat bahwa nilai tukar juga sangat ditentukan oleh laju inflasi

suatu negara, walaupun pada kenyataannya kemampuan nilai tukar tersebut juga

ditentukan oleh berbagai faktor lain (Syabran, 2004).

Model umum dari teori PPP adalah:

P = e P*...................................................................................... (2.1)

Di mana:

P : Harga di dalam negeri

P* : Harga di luar negeri

e : Nilai tukar

Persamaan di atas dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

e = P / P*................................................................................... (2.2)

Atas dasar ini maka teori PPP menganggap bahwa nilai tukar cenderung bergerak

dalam proporsi yang sama dengan pergerakan tingkat harga relatif dan ia juga

merupakan salah satu indikator daya saing.

Page 48: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

28

8. Teori Kuantitas Uang

a. Teori Irving Fisher

Teori ini didasarkan pada falsafah hukum Say yang mengatakan bahwa

perekonomian akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara

sederhana, Irving Fisher merumuskan teorinya dalam suatu persamaan:

M V = P T................................................................................ (2.3)

Dimana M adalah jumlah uang beredar, V adalah tingkat perputaran uang

(velocity of money), yaitu berapa kali suatu mata uang berpindah tangan untuk

bertransaksi dari satu orang kepada orang lainnya dalam suatu periode tertentu, P

adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang menjadi objek transaksi.

Persamaan di atas merupakan suatu persamaan identitas sebab ia selalu

benar, artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan

harganya (nilai barang tersebut) akan selalu sama dengan jumlah uang (M)

dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain,

total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang yang dibeli (Manurung, 2010).

b. Persamaan Cambridge/Marshall

Marshall memandang persamaan Irving Fisher dengan sedikit berbeda.

Dia tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode,

melainkan pada bagian dari pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas.

Secara matematis sederhana, teori Marshall dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 49: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

29

M = k PtY................................................................................. (2.4)

Di mana k adalah proporsi atau bagian dari GNP yang diwujudkan dalam uang

kas, jadi besarnya sama dengan 1/v. Marshall tidak menggunakan volume

transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi diganti dengan Y (untuk

meunjukkan GNP riil). Jadi, T pada umumnya lebih besar dari pada Y, sebab

dalam pengertian T termasuk juga total transaksi barang akhir dan atau setengah

jadi yang dihasilkan beberapa tahun yang lampau, sedangkan dalam GNP hanya

mencakup barang akhir dan jasa yang dihasilkan pada tahun tertentu saja.

Esensi dari persamaan Irving Fisher tidaklah berbeda dengan persamaan

Marshall jika ditinjau dari segi matematis, sehingga masih juga merupakan

persamaan identitas, namun demikian orientasinya berbeda. Persamaan Marshall

sudah dapat dikatakan merupakan persamaan yang menunjukkan adanya

permintaan akan uang, di mana masyarakat menghendaki sebagian tertentu dari

pendapatannya dalam bentuk uang kas (ditunjukkan dengan k). Dengan demikian

persamaan Marshall tidak lagi merupakan persamaan pertukaran atau identitas

seperti halnya persamaan Irving Fisher, tetapi telah merupakan persamaan teori

kuantitas uang (dalam arti telah terkandung di dalamnya pengertian permintaan

akan uang, yang kemudian sering disebut persamaan cash-balance).

Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang yang beredar akan

mengakibatkan perubahan harga secara proporsional. Artinya, jika jumlah uang

naik dua kali, maka harga akan naik dua kali juga. Pandangan demikian

didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut:

Page 50: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

30

1) Dalam persamaan M V = P T, T dianggap tetap karena selalu dalam

keadaan full employment (atas dasar hukum Say).

2) Velocity juga dianggap tetap, di mana velocity ini hanya akan berubah jika

terjadi perubahan dalam kebiasaan masyarakat dalam melakukan

pembayaran. Seperti misalnya penggunaan alat-alat pembayaran baru,

akan mempengaruhi banyaknya transaksi yang dilakukan. Biasanya,

perubahan dalam kebiasaan melakukan pembayaran ini berjalan lambat

dan dalam kurun waktu yang relatif lama, dengan demikian velocity dapat

pula dianggap tidak berubah. Maka dalam persamaan Marshall, sebagai

konsekuensinya nilai k = 1/v dapat pula dianggap tetap.

Implikasi dari kedua anggapan di atas adalah bahwa jumlah uang beredar

hanyalah mempengaruhi harga, dan pengaruhnya proporsional, sedangkan uang

tidak dapat mempengaruhi output riil (Y). Output riil hanya akan berubah jika

terdapat perubahan dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi. Dengan

demikian, uang tidak dapat mempengaruhi sektor riil, pengaruhnya terbatas pada

sektor moneter saja. Pemisahan pengaruh uang terhadap sektor riil dan moneter

inilah yang sering disebut classical dichotomy (Manurung, 2010).

9. Teori Tingkat Bunga Fisher

Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga nominal dapat berubah karena

dua alasan yaitu karena tingkat bunga riil berubah dan karena tingkat inflasi

berubah. Kondisi tersebut digambarkan melalui persamaan 2.5.

r = i – π ................................................................................................ (2.5)

Page 51: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

31

di mana : r = Tingkat bunga riil,

i = Tingkat bunga nominal, dan

π = Tingkat inflasi.

10. Teori Paritas Tingkat Bunga

Pada intinya teori ini menjelaskan tentang penentuan tingkat bunga dalam

sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk masing-masing negara bebas

memperjual belikan devisa). Teori ini pada pokoknya menyatakan, jika dalam

sistem devisa bebas, tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan

tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju

depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara lain. Secara matematis

dijelaskan dengan:

i = i* + ê......................................................................................... (2.6)

di mana: i = tingkat bunga nominal di dalam negeri,

i* = tingkat bunga nominal di luar negeri,

ê = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang

asing yang diperkirakan akan terjadi.

a. Uncovered Interest Parity

Konsep uncovered interest parity menjelaskan hubungan antara tingkat

bunga domestik (i), tingkat suku bunga luar negeri (i*), dan depresiasi mata uang

domestik (x). Konsep ini dapat menjelaskan perilaku investor dalam mengambil

keputusan apakah akan menanamkan modalnya di dalam negeri atau di luar

negeri. Secara matematis uncovered interest parity dijelaskan sebagai berikut:

Page 52: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

32

i = i* + x..................................................................................... (2.7)

persamaan di atas diubah menjadi:

i – x = i*................................................................................... (2.8)

Sepanjang tingkat pengembalian/pendapatan investasi di dalam negeri

(setelah memperhitungkan tingkat depresiasi mata uang domestik) lebih besar dari

pada pendapatan investasi di luar negeri, maka investor akan tertarik untuk

meningkatkan investasinya di dalam negeri, tetapi jika sebaliknya, maka

diperkirakan investasi domestik akan lari ke luar negeri (Syabran, 2004).

b. Covered Interest Parity

Kondisi covered interest parity menjelaskan bahwa apabila tidak terdapat

kesempatan untuk meraih keuntungan (karena perpindahan tersebut tidak

mengubah pengembalian aset) dari pengalihan aset baik dari dalam negeri ke luar

negeri maupun sebaliknya (Rivera-Batiz,1994 dan Arifia, 1998 dalam Tirtayasi,

2005).

11. Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka

Efek kebijakan moneter pada perekonomian terbuka dapat dijelaskan

dengan menggunakan model Mundell-Flemming, yang menggunakan asumsi

bahwa perekonomian yang sedang dipelajari adalah perekonomian terbuka dengan

mobilitas modal sempurna. Perekonomian bisa menjamin dan memberikan

pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar keuangan dunia, namun tingkat

bunga domestik ditentukan oleh tingkat bunga dunia.

Page 53: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

33

GAMBAR 2.2

Efek Kebijakan Moneter Pada Perekonomian Terbuka

Kurs, e LM1 LM2

e1

e2 IS

Y1 Y2 Pendapatan, Output, Y

Sumber: Mankiw (2000)

Menurut model ini, perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal

sempurna dapat dijelaskan oleh dua persamaan:

IS : Y = C (Y-T) + I (i) + G + NX (e).............................. (2.9)

LM : M/P = L (i, Y)............................................................. (2.10)

Sumber: Mankiw (2000)

Persamaan 2.9 menjelaskan keseimbangan di pasar barang, dan persamaan

2.10 menjelaskan keseimbangan di pasar uang (Mankiw, 2000).

Melalui model Mundell-Flemming dapat diketahui bagaimana efek dari

kebijakan moneter mempengaruhi output. Jika bank sentral meningkatkan jumlah

uang beredar, maka akan menurunkan nilai tukar, akan tetapi akan meningkatkan

output. Hal tersebut dijelaskan pada Gambar 2.2, peningkatan pada jumlah uang

beredar akan menggeser kurva LM ke kanan. Sehingga kenaikan dalam

Page 54: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

34

penawaran jumlah uang beredar tersebut akan menurunkan nilai tukar (karena

akan menurunkan rasio mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri),

namun akan meningkatkan pendapatan.

Kenaikan dalam penawaran uang akan menekan tingkat bunga domestik.

Di mana hal ini akan menyebabkan modal mengalir ke luar perekonomian, karena

investor mencari peluang yang lebih menguntungkan. Aliran keluarnya modal

akan meningkatkan penawaran mata uang domestik di pasar nilai tukar mata uang

asing, sehingga nilai tukar mengalami depresiasi. Penurunan dalam nilai tukar

membuat barang domestik relatif murah dibandingkan barang-barang luar negeri,

sehingga akan meningkatkan volume ekspor bersih, dan pada akhirnya akan

meningkatkan output.

12. Kebijakan Moneter di Indonesia

Sebelum krisis, kebijakan moneter di Indonesia mempunyai banyak

sasaran, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, dan stabilitas

nilai tukar dengan menerapkan sistem devisa mengambang terkendali. Dalam

kerangka ini, mekanisme transmisi kebijakan moneter diawali dari monetary base

sebagai target operasional. Melalui agregat moneter sebagai intermediasi target,

kebijakan moneter dianggap mampu mempengaruhi output dan inflasi (Haryono,

dkk, 2000). Meski pendekatan kuantitas dapat dianggap efektif selama kurun

waktu yang lalui, khususnya sejak awal tahun 1990-an, namun pendekatan

tersebut mendapat tantangan yang cukup berat. Perkembangan yang sangat pesat

di pasar uang akibat serangkaian deregulasi di bidang moneter, dan semakin

terintegrasinya perekonomian domestik dengan luar negeri menyebabkan

Page 55: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

35

hubungan antara agregat moneter dengan output dan inflasi menjadi tidak stabil.

Akibatnya, kebijakan moneter berdasarkan pendekatan kuantitas menjadi kurang

dapat diandalkan.

Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia kemudian mengadopsi

kerangka kebijakan yang bersifat pragmatis. Tanpa meninggalkan pendekatan

kuantitas, perhatian pada perkembangan suku bunga semakin ditingkatkan.

Pendekatan pragmatis tersebut diperkirakan akan digunakan untuk sementara

waktu, sebelum akhirnya beralih pada pendekatan baru berdasarkan tingkat suku

bunga (interest rate targeting). Namun, sebelum rencana tersebut dilaksanakan,

krisis ekonomi yang antara lain ditandai dengan penyaluran bantuan likuiditas

dalam jumlah yang sangat besar, memaksa kebijakan moneter untuk tetap

menggunakan pendekatan agregat moneter.

Setelah berlangsungnya krisis, bank sentral menerapkan sistem nilai tukar

bebas dan sasaran kebijakan moneter diprioritaskan untuk menstabilkan harga.

Selama krisis, karena perkembangan harga mengalami hiper-inflasi dan depresiasi

Rupiah yang sangat besar, maka suku bunga nominal dipertahankan sangat tinggi.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi untuk sementara tidak dijadikan

prioritas utama.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, Indonesia menganut hal

yang sama dengan menetapkan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal

sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Bank Indonesia yang baru (UU

No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia). Tujuan utama pelaksanaan

kebijakan moneter di Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan

Page 56: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

36

Rupiah. Kebijakan moneter yang digariskan dalam UU tersebut secara implisit

telah menempatkan kebijakan moneter Bank Indonesia dalam suatu kerangka

kebijakan moneter yang dikenal dengan Inflation Targeting (IT).

Kebijakan moneter dengan sasaran tunggal pada umumnya menggunakan

pendekatan harga (price-base structure), sementara kebijakan moneter dengan

sasaran multi pada umumnya menggunakan pendekatan kuantitas (quantity-base

structure). Pendekatan kuantitas beranggapan bahwa pengendalian besaran-

besaran moneter dapat mengalihkan stabilitas perekonomian secara efektif.

Sebaliknya, pendekatan harga beranggapan bahwa pengendalian tingkat hargalah

yang secara efektif dapat mengendalikan stabilitas perekonomian.

Gambar 2.3 memperlihatkan bahwa dalam rangka mencapai sasaran akhir

yang diinginkan, baik multi maupun tunggal, kerangka kebijakan moneter pada

umumnya terdiri dari beberapa bagian, yaitu instrumen dan sasaran operasional

untuk pendekatan harga. Sedangkan untuk pendekatan kuantitas meliputi bagian

instrumen, sasaran operasional dan sasaran antara (Ascarya, 2002).

Gambar 2.3

Perbandingan Sistem Operasional Kebijakan Moneter

Pendekatan Sistem Operasi

Pendekatan

Harga

Variabel-variabel Informasi

- Langsung (OPT & Reserve Requirement)

- Tidak Langsung ( Discount Policy)

- Sk. Bunga PUAB - Stabilitas harga

Instrumen Sasaran

Operasional

Sasaran

Akhir

Page 57: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

37

Pendekatan

Kuantitas

- Langsung (OPT & Reserve Requirement)

- Tidak Langsung (Discount Policy)

- Monetary Base - Agregat Moneter - Stabilitas harga

seperti: seperti: - Pertumbuhan Ek.

- Uang primer/M0 - M1, M2 - Kesempatan kerja

- Reserve Bank - Kredit Perbankan - Keseimbangan

- Suku Bunga neraca pembayaran

Sumber: Oh, 1999 dalam Ascarya, 2002

Sehubungan dengan hal ini, tugas pokok Bank Indonesia sebagai otoritas

moneter adalah merencanakan dan membuat program moneter (Monetary

Programming) yang intinya adalah melakukan perencanaan kebijakan

pengendalian uang beredar (moneter), dengan mengasumsikan bahwa kebijakan

dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, riil) akan berjalan seperti

yang ditetapkan. Kebijakan moneter secara umum dibagi dua, yaitu kebijakan

moneter ketat (kontraksi) dan kebijakan moneter longgar (ekspansi). Kontraksi

dilakukan apabila jumlah uang beredar dianggap lebih tinggi daripada jumlah

yang ditetapkan, sehingga perlu pengurangan atau pengetatan. Sebaliknya

ekspansi dilakukan apabila jumlah uang beredar dianggap lebih sedikit sehingga

perlu pelonggaran. Hal ini dilakukan agar uang beredar akan berada pada suatu

jumlah tertentu untuk mendukung perekonomian berada pada tingkat yang stabil.

Untuk mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter tergantung pada:

pertama; kuat atau tidaknya hubungan antara perubahan kebijakan moneter

dengan kegiatan ekonomi dan kedua; jangka waktu antara perubahan kebijakan

moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi (Nopirin, 1992). Jangka

waktu antara perubahan kebijakan dengan perubahan kegiatan ekonomi sering

Instrumen Sasaran

Operasional

Sasaran

Antara

Sasaran

Akhir

Page 58: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

38

disebut tenggang waktu (lag). Masalah lag ini sangat penting terutama dalam

kaitannya dengan kebijakan stabilisasi. Lag ini juga menunjukkan efektifitas dan

efisiensi dari kebijakan moneter. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator-

indikator yang lebih segera agar dapat dilihat untuk mengetahui perkembangan

dari kebijakan yang dilakukan, sehingga diperlukan adanya sasaran-sasaran yang

bersifat antara (sasaran antara). Sasaran antara (ada pada pendekatan kuantitas)

dipilih yang memiliki keterkaitan stabil dengan sasaran akhir, cakupannya luas,

dapat dikendalikan otoritas moneter, tersedia relatif cepat, akurat, dan tidak sering

direvisi.

Sementara itu, dalam rangka mencapai sasaran antara, diperlukan sasaran-

sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi dapat berjalan sesuai

dengan rencana. Secara garis besar, sasaran operasional dipilih yang memiliki

keterkaitan stabil dengan sasaran antara, dapat dikendalikan otoritas moneter,

tersedia lebih segera daripada sasaran antara, akurat, dan tidak sering direvisi.

Selanjutnya, untuk dapat mencapai sasaran operasional bank sentral

memerlukan alat-alat yang dapat secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi sasaran-sasaran operasional yang telah ditetapkan. Alat-alat ini

biasa disebut instrumen pengendalian moneter, atau instrumen. Instrumen-

instrumen inilah yang sehari-hari dipergunakan oleh bank sentral untuk

mengarahkan kebijakan moneter ke tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.

Kebijakan moneter dapat menggunakan instrumen baik langsung maupun

tidak langsung. Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang

dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh

Page 59: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

39

bank sentral. Adapun instrumen tidak langsung adalah instrumen pengendalian

moneter yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi sasaran operasional

yang diinginkan bank sentral.

B. Keterkaitan Antar Variabel

Hubungan antara variabel nilai tukar dengan variabel inflasi adalah, setiap

fluktuasi dari nilai tukar biasanya akan direspons dalam bentuk perubahan harga,

terutama pada barang-barang yang bersifat impor/ekspor (diperdagangkan secara

internasional). Fluktuasi nilai tukar tersebut yang nantinya turut mempengaruhi

permintaan agregat untuk kemudian menciptakan paritas harga barang yang tidak

secara langsung dapat memicu timbulnya inflasi jika pola perubahan harganya

menunjukkan trend peningkatan secara bertahap dan terus-menerus (Endri, 2008).

Hubungan antara variabel suku bunga SBI dengan variabel inflasi adalah,

oleh karena suku bunga SBI merupakan suku bunga jangka pendek, di mana suku

bunga ini merupakan direct instrument yang dapat dipilih BI sebagai salah satu

alat pengendali laju inflasi. Bekerjanya pengaruh suku bunga SBI dalam

mempengaruhi laju inflasi ialah, semisal jika BI menurunkan tingkat suku bunga

SBI, maka kondisi tersebut akan direspons dengan penurunan suku bunga jangka

pendek di pasar uang, hal tersebut karena pihak perbankan maupun pelaku usaha

lainnya ingin menyesuaikan agar tidak tercipta spread yang mencolok antara

tingkat suku bunga yang mereka patok dengan kisaran suku bunga SBI Bank

Indonesia. Selanjutnya kondisi penurunan suku bunga jangka pendek tersebut juga

akan direspons dengan penurunan suku bunga jangka panjang, tujuannya sama

Page 60: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

40

agar tidak tercipta spread yang terlalu timpang antara besaran suku bunga SBI

dengan suku bunga jangka panjang (seperti suku bunga kredit), keadaan tersebut

kemudian akan mendorong meningkatnya tingkat investasi dengan semakin

meningkat pula permintaan pinjaman melalui lembaga-lembaga keuangan oleh

pihak investor. Peningkatan investasi tersebut dapat memicu kondisi high

employment yang dapat pula memicu laju inflasi (Sutikno, 2007).

Hubungan antara variabel suku bunga SBI dengan variabel nilai tukar

adalah, semisal jika BI menaikkan suku bunga SBI, maka kondisi tersebut akan

memicu kenaikan baik pada suku bunga jangka pendek maupun pada suku bunga

jangka panjang. Hal itu dapat menimbulkan semakin berkurangnya tingkat

investasi akibat tingkat suku bunga yang tinggi tersebut, sebab jika tingkat suku

bunga tinggi maka ada kecenderungan bagi investor untuk menahan hasratnya

berinvestasi atau menyimpan investasi mereka dalam bentuk tabungan atau

dengan berinvestasi pada produk yang bersifat lebih aman seperti emas atau lain

sebagainya. Jika tingkat investasi menurun, kemungkinan akan ada

kecenderungan penurunan pada tingkat inflasi sebab sulitnya mencapai kondisi

full/high employment, kemudian jika tingkat investasi berkurang/menurun ada

kecenderungan produktivitas suatu negara dalam berproduksi (menghasilkan

barang/jasa) juga akan menurun, penurunan tersebut akan mengurangi cadangan

devisa nasional, sebab pemasukan dari sisi ekspor menurun. Negara dengan

tingkat produktivitas rendah, akan cenderung mengimpor kebutuhan konsumsi

negaranya, jika hal tersebut terus menerus berlangsung maka akan menurunkan

Page 61: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

41

nilai mata uang (nilai tukar) dalam negeri terhadap mata uang asing (Natsir, 2007;

dan Sutikno, 2007).

C. Penelitian Terdahulu

Endri (2008), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

inflasi di Indonesia. Di mana dari hasil penelitian tersebut didapatkan kesimpulan

bahwa, dengan menggunakan model analisis kointegrasi dan model koreksi

kesalahan (error correction model, ECM), ternyata selama periode nilai tukar

mengambang, dalam jangka panjang instrumen kebijakan moneter (instrumen

suku bunga SBI), variabel output gap dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Dalam jangka pendek, kecepatan

penyesuaian variabel nilai tukar cukup besar dan signifikan untuk kembali ke

keseimbangan jangka panjangnya. Dengan menggunakan impulse response dan

variance decomposition juga menunjukkan bahwa instrumen suku bunga SBI,

variabel nilai tukar dan output gap mempunyai kontribusi yang cukup signifikan

dalam mempengaruhi inflasi.

Munir A. S. Choudhary dan Muhammad Aslam Choudhry (2008), meneliti

tentang dampak nilai tukar terhadap output dan tingkat harga : sebuah bukti dari

negara Pakistan. Studi ini menganalisis dampak nilai tukar terhadap output dan

tingkat harga dengan menggunakan model VEC bagi perekonomian Pakistan

selama periode 1975:1-2005:4. Hasil variance decomposition dan impulse

response function dari model VEC, telah mengungkapkan sejumlah temuan

penting. Pertama, devaluasi memiliki efek positif pada output tetapi efek negatif

Page 62: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

42

pada tingkat harga. Dengan demikian, bukti yang disajikan dalam jurnal ini tidak

mendukung hipotesis devaluasi kontraksi. Kedua, kebijakan moneter ekspansif

mempunyai pengaruh (signifikan) positif pada kedua output dan tingkat

harga. Ketiga, kenaikan harga impor berpengaruh negatif pada output tetapi efek

positif pada tingkat harga. Keempat, kenaikan tingkat suku bunga mempunyai

pengaruh negatif pada output tetapi efek positif pada tingkat harga. Ini

menegaskan hipotesis strukturalis bahwa peningkatan tingkat suku bunga

meningkatkan biaya modal kerja dan dengan demikian merupakan guncangan

penawaran yang bukan dari shock permintaan yang merugikan. Sebagai

kesimpulan, temuan ini menyiratkan bahwa para pembuat kebijakan di Pakistan

harus berhati-hati ketika mempertimbangkan sebuah revaluasi mata uang atau

menggunakan perangkat kebijakan di bawah kendali mereka sedemikian rupa

untuk mendapatkan apresiasi. Dengan demikian dianjurkan bagi pemerintah untuk

menerapkan nilai tukar fleksibel karena dampak dari nilai tukar yang sangat tinggi

bukan hanya adanya ancaman inflasi tetapi juga dapat mengancam pertumbuhan

ekonomi.

Nguyen Thi Thuy Vhin dan Seiichi Fujita (2007), yang meneliti tentang

dampak nilai tukar riil terhadap output dan inflasi di Vietnam dengan metode

VAR. Sejak tahun 1989, Vietnam telah mengalami beberapa perubahan yang

cukup besar dalam kebijakan nilai tukar, dimulai tahun 1999 yang ditandai

sebagai suatu perubahan mencolok ketika rezim deregulasi nilai tukar lebih

berorientasi pasar. Nilai tukar telah dipertimbangkan oleh pemerintah Vietnam

sebagai instrumen makro ekonomi yang penting untuk memastikan tingkat inflasi

Page 63: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

43

yang rendah dan sistem keuangan yang stabil, mempromosikan ekspor,

mengendalikan impor, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,

memahami karakteristik hubungan antara nilai tukar riil dan variabel ekonomi

makro lainnya akan sangat membantu, tidak hanya dalam menilai kesehatan

kebijakan ekonomi tetapi juga dalam merencanakan kebijakan di tahun-tahun

mendatang. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perubahan kurs riil

pada evolusi output dan inflasi di Vietnam selama periode 1992-2005.

Untuk mencapai hasil yang lebih dapat diandalkan dibandingkan

penelitian lain yang meneliti hanya pada dampak nilai tukar riil pada output

baik atau inflasi secara terpisah, kami menggunakan model VAR multivariat,

bersama-sama dengan beberapa spesifik Ekonometrika yang melekat dengan

model ini secara teknis. Studi ini menunjukkan beberapa karakteristik yang

menarik dari hubungan tersebut. Ketika menganalisis hubungan-hubungan

menggunakan data dari seluruh periode 1992-2005, kita dapat mengamati

bahwa di Vietnam ada hubungan kausalitas Granger berjalan dari output dan

tingkat harga ke nilai tukar riil. Namun, ketika perubahan rezim nilai tukar

diperhitungkan, maka menunjukkan hubungan yang agak berbeda. Sebelum tahun

1999, terdapat kausalitas ganda dalam hubungan antara kurs riil dan tingkat

harga. Antara kurs riil dan output tersebut, pada periode nilai tukar sebelum

deregulasi tidak terdapat pengaruh pada periode setelah deregulasi, tetapi periode

deregulasi memang memiliki efek pada masa sebelum deregulasi. Setelah tahun

1999 ketika negara mengubah rezim nilai tukar merangkak (creep), dual

kausalitas berubah untuk tetap eksis dalam hubungan antara nilai tukar dan

Page 64: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

44

tingkat output. Namun, nilai tukar tidak memiliki statistik signifikan terhadap

pengaruh pada inflasi. Selain itu, kausalitas antara guncangan eksternal,

perubahan suku bunga di Amerika, dan variabel di bawah pertimbangan juga

diteliti.

Tingkat suku bunga AS telah menciptakan tingkat kausalitas pada nilai

tukar riil dan tingkat harga di Vietnam, tetapi tidak untuk output. Analisis Fungsi

Respon Impulse (IRF) menunjukkan bahwa kejutan devaluasi pada tingkat nilai

tukar riil menyebabkan peningkatan baik di tingkat output maupun di tingkat

harga. Namun, hasil yang diperoleh dari analisis dekomposisi kesalahan perkiraan

varians menunjukkan bahwa perubahan kurs riil bukan sumber utama perubahan

output dan tingkat harga. Meskipun sumber utama variasi dalam output

dan tingkat harga adalah "guncangan sendiri" dari pada devaluasi untuk proporsi

yang lebih tinggi dalam variasi output dan tingkat harga, namun dampak dari

depresiasi riil pada output dan inflasi juga menegaskan neraca perdagangan dan

jumlah uang beredar yang diambil dalam model. Sebuah kejutan positif nyata nilai

tukar dapat mempengaruhi tingkat harga dan output melalui dampaknya dalam

meningkatkan jumlah uang beredar dan memperbaiki neraca perdagangan. Hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung argumen bahwa Vietnam harus

pindah ke rezim nilai tukar yang lebih fleksibel, atau Vietnam tidak harus

bersikeras pada pengendalian nilai tukar saat berada di bawah tekanan integrasi

ekonomi yang memaksa rezim nilai tukar untuk lebih mengambang.

Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitian ini di mana bahwa fleksibilitas

yang lebih besar dari nilai tukar akan membantu perekonomian meningkatkan

Page 65: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

45

keseimbangan dagang dan meningkatkan pertumbuhan output, sedangkan situasi

inflasi tidak terkena dampak serius. Selanjutnya, ketika Vietnam sepenuhnya

terintegrasi ke dalam ekonomi dunia dalam waktu dekat, maka dengan sendirinya

akan menghadapi persaingan global dan guncangan eksternal, sedangkan fungsi

instrumen ekonomi makro lainnya seperti tarif atau ekspor subsidi dibatasi. Lalu,

fleksibilitas yang lebih besar akan memfasilitasi penyesuaian terhadap guncangan

eksternal dan perubahan struktural yang cepat, serta memungkinkan untuk

memperkuat lebih lanjut situasi cadangan nilai tukar Vietnam. Perubahan suku

bunga di Amerika juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan

pelaksanaan kebijakan moneter. Selain itu, dalam jangka panjang, dampak nilai

tukar riil terhadap tingkat output, meskipun positif, tapi tidak begitu signifikan

secara statistik. Oleh karena itu, bukan instrumen nilai tukar, tetapi perusahaan,

harus mereformasi struktural atau kelembagaan yang merupakan sumber utama

untuk meningkatkan daya saing ekonomi di negara Vietnam.

M. Natsir (2007), yang meneliti tentang analisis empiris efektivitas

mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur nilai tukar

periode 1990:2-2007:1. Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur

nilai tukar membutuhkan time lag atau kecepatan sekitar 16 triwulan hingga

terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi). Respons variabel-variabel

pada jalur nilai tukar terhadap perubahan instrumen moneter (Suku Bunga SBI)

relatif lemah dan variabel utama jalur ini yaitu nilai tukar/kurs hanya mampu

menjelaskan variasi inflasi sebesar 19,70% lebih kecil dibandingkan dengan porsi

yang dapat dijelaskan oleh Paritas Suku Bunga (PSB) yakni sebesar 43,27%.

Page 66: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

46

Hasil ini menunjukkan Granger causality dan predictive power yang lemah antara

Kurs dan Inflasi.

M. Natsir (2007), yang meneliti tentang peranan jalur suku bunga dalam

mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Dari hasil penelitian

menggunakan model VAR dengan data dari tahun 1990:2 – 2007:1, didapatkan

hasil bahwa peranan jalur suku bunga dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan

Moneter (MTKM) di Indonesia efektif mewujudkan sasaran akhir kebijakan

moneter di Indonesia.

Sutikno (2007), yang meneliti tentang dampak kebijakan moneter terhadap

performance makro ekonomi Indonesia (sebelum dan pasca krisis ekonomi). Dari

hasil penelitian menggunakan model VAR dengan menggunakan variabel Uang

primer, suku bunga SBI, suku bunga deposito 1 bulan, inflasi, PDB, dan nilai

tukar didapatkan hasil bahwa variabel output gap dan pertumbuhan nilai tukar riil

merupakan leading indicator inflasi di Indonesia.

Page 67: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

47

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti

Judul Variabel Model

Penelitian

Hasil

Endri

(2008)

Analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

inflasi di Indonesia.

Perubahan CPI di

Indonesia, suku

bunga SBI, output

gap, GDP, nilai

tukar & CPI

Amerika.

ECM. Dalam jangka panjang instrumen

kebijakan moneter (suku bunga

SBI), output gap, dan nilai tukar

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap inflasi. Dalam

jangka pendek kecepatan

penyesuaian nilai tukar cukup

besar dan signifikan untuk

kembali ke keseimbangan jangka

panjangnya. Dengan

menggunakan impulse response

dan variance decomposition juga

menunjukkan bahwa instrumen

suku bunga SBI, variabel nilai

tukar dan output gap mempunyai

kontribusi yang cukup signifikan

dalam mempengaruhi inflasi.

Munir A. S.

Choudhary

dan

Muhammad

Aslam

Choudhry.

(2008)

Tentang dampak

nilai tukar terhadap

output dan tingkat

harga : sebuah

bukti dari negara

Pakistan.

Nilai unit impor,

penawaran uang, call

money rates, nilai

tukar nominal,

output riil & CPI.

Model VAR Pertama, devaluasi memiliki efek

positif pada output tetapi efek

negatif pada tingkat harga.

Kedua, kebijakan moneter

ekspansif mempunyai pengaruh

(signifikan) positif pada kedua

output dan tingkat harga. Ketiga,

kenaikan harga impor

berpengaruh negatif pada output

tetapi efek positif pada tingkat

harga. Keempat, kenaikan tingkat

suku bunga mempunyai pengaruh

negatif pada output tetapi efek

positif pada tingkat harga.

Nguyen Thi

Thuy Vhin

dan Seiichi

Fujita.

(2007)

Dampak nilai tukar

riil terhadap output

dan inflasi di

Vietnam dengan

metode VAR.

Inflasi, nilai tukar

riil, output, dan

tingkat harga.

Model VAR Analisis Fungsi Respon Impulse

(IRF) menunjukkan bahwa

kejutan devaluasi pada tingkat

nilai tukar riil menyebabkan

peningkatan baik di tingkat

output maupun di tingkat harga.

Nilai tukar dapat mempengaruhi

tingkat harga dan output melalui

dampaknya dalam meningkatkan

Page 68: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

48

jumlah uang beredar

dan memperbaiki neraca

perdagangan.

M. Natsir.

(2007)

Analisis empiris

efektivitas

mekanisme

transmisi kebijakan

moneter di

Indonesia melalui

jalur nilai tukar

periode 1990:2-

2007:1.

Inflasi, kurs, Capital

inflow, output gap,

paritas suku bunga,

dan suku bunga SBI.

Model VAR Hasil Penelitian ini menunjukkan

respons variabel-variabel pada

jalur nilai tukar terhadap

perubahan instrumen moneter

(suku bunga SBI) relatif lemah

dan variabel utama jalur ini yaitu

nilai tukar/kurs hanya mampu

menjelaskan variasi inflasi yang

lebih kecil dibandingkan porsi

yang dapat dijelaskan oleh paritas

suku bunga. Hasil ini

menunjukkan Granger causality

dan predictive power yang lemah

antara kurs dan inflasi.

M. Natsir.

(2007)

Peranan Jalur Suku

Bunga Dalam

Mekanisme

Transmisi

Kebijakan Moneter

di Indonesia.

Inflasi, Suku Bunga

SBI, Suku Bunga

Pasar Uang Antar

Bank, Suku Bunga

Deposito, Output

Gap, dan Suku

Bunga Kredit.

Model VAR Hasil dari penelitian ini

menyatakan bahwa peranan

jalur suku bunga dalam

Mekanisme Transmisi

Kebijakan Moneter (MTKM) di

Indonesia efektif mewujudkan

sasaran akhir kebijakan moneter

di Indonesia periode 1990:2-

2007:1.

Sutikno

(2007)

Dampak kebijakan

moneter terhadap

performance makro

ekonomi Indonesia

(sebelum dan pasca

krisis ekonomi).

Uang primer, suku

bunga SBI, suku

bunga deposito 1

bulan, inflasi, PDB,

output gap dan nilai

tukar.

Model VAR Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel

output gap dan pertumbuhan nilai

tukar riil merupakan indikator

utama penggerak inflasi di

Indonesia.

Page 69: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

49

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

dibandingkan dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan ialah pertama, pada

tahun penelitian, di mana penelitian ini menggunakan data tahun 1998-2010

sementara penelitian sejenis sebelumnya menggunakan data antara tahun 1990-an

hingga dibawah tahun 2007. Pada variabel penelitian, di mana penelitain ini

menggunakan variabel data nilai tukar, suku bunga SBI dan inflasi sementara

penelitian sejenis menggunakan variabel data nilai tukar, suku bunga SBI, CPI,

PDB, jumlah uang beredar, dsb. Pada kesimpulan akhir penelitian, di mana

penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan kausalitas serta menganalisis

apakah kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga signifikan dalam

mempengaruhi tingkat harga dan mana diantara kedua yang memberikan

kontribusi terbesar penggerak tingkat harga, sementara penelitian sejenis

sebelumnya bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan akhir berupa keefektivan

dan perbandingan diantara kedua jalur kebijakan moneter yaitu jalur suku bunga,

dan nilai tukar terhadap variabel endogen seperti output, tingkat investasi, capital

inflow dan tingkat harga.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan sintesa dari serangkaiaan teori yang tertuang

dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari

kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian

masalah yang ditetapkan.

Page 70: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

50

Latar belakang masalah yang terdiri dari identifikasi masalah dan

pembatasan masalah selanjutnya akan timbul perumusan masalah. Perumusan

masalah ini menciptakan adanya variabel-variabel yang akan diteliti baik itu

berupa variabel dependen maupun variabel independen.

Metode analisis yang digunakan adalah metode Vector Error Correction

Model (VECM). Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dijelaskan pada

Gambar 2.4. Pada Gambar 2.4 tersebut, terlihat bahwa untuk mengetahui

pengaruh jalur kebijakan moneter melalui nilai tukar dan suku bunga terhadap

tingkat harga, terdapat mekanisme di mana kedua jalur kebijakan moneter tersebut

berperan dalam mempengaruhi pergerakan tingkat harga agar sesuai dengan yang

diharapkan.

Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada analisis pola

dinamis antara kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar (EXC) dan suku bunga

(SBI) dalam mempengaruhi tingkat harga, sesuai dengan tema penelitian

tujuannya guna mencari keterkaitan antara jalur nilai tukar dan suku bunga

terhadap tingkat harga (inflasi) melalui uji kausalitas serta menganalisis hubungan

pola dinamis pada tingkat harga (inflasi) akibat adanya kejutan (shock) yang

ditimbulkan oleh jalur nilai tukar dan suku bunga. Analisis ini juga dilihat dan

dihubungkan dari teori-teori yang sudah ada.

Kebijakan moneter jalur nilai tukar adalah suatu proses dalam bentuk jalur

kebijakan di mana biasanya keputusan-keputusan kebijakan moneter

ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi melalui instrumen nilai tukar

Page 71: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

51

(Warjiyo dan Solikin, 2003). Kebijakan moneter jalur suku bunga adalah suatu

proses dalam bentuk jalur kebijakan di mana keputusan-keputusan kebijakan

moneter ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi melalui instrumen suku

bunga (Warjiyo dan Solikin, 2003). Selanjutnya dari penjelasan variabel eksogen

tersebut, secara sistematis akan diteliti guna mencari jawaban terhadap variabel

endogennya yaitu tingkat harga, di mana tingkat harga yang direpresentasikan

dalam bentuk inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam

suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya (Sukirno, 2004).

Pada jalur nilai tukar (Warjiyo dan Solikin, 2003), asumsi umum yang

digunakan dalam penelitian ini ialah bahwa sistem nilai tukar yang dijalankan

bersifat fleksibel dengan kondisi perekonomian yang terbuka. Mekanisme

kebijakan melalui nilai tukar beroperasi dengan menekankan bahwa pergerakan

nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan permintaan dan penawaran

agregat, yang selanjutnya akan mempengaruhi output dan tingkat harga. Besar

kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada kekuatan pasar merespon setiap

kejutan. Kebijakan uang beredar yang kontraktif/ekspansif akan mendorong suku

bunga nominal dalam negeri. Jika suku bunga internasional tidak berubah, maka

akan akan menciptakan interval pada interest rate differential, hal ini akan

mempengaruhi aliran modal dari luar negeri (capital inflow), sehingga juga akan

mempengaruhi pergerakan nilai tukar, selanjutnya akan direspon dengan kegiatan

ekspor/impor dan permintaan agregat, untuk kemudian mempengaruhi perubahan

pada laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi.

Page 72: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

52

Pada jalur suku bunga (Warjiyo dan Solikin, 2003), apabila pemerintah

menerapkan kebijakan uang beredar yang kontraktif/ekspansif dalam merespon

kondisi perekonomian secara makro, maka kondisi tersebut akan mempengaruhi

suku bunga riil jangka pendek (suku bunga SBI), yang selanjutnya turut

mempengaruhi kondisi suku bunga jangka menengah-panjang yang umumnya

ditentukan oleh pihak perbankan dalam merespon suku bunga riil jangka pendek

tersebut (suku bunga deposito atau kredit), perubahan suku bunga tersebut

mempengaruhi cost of capital, dan kondisi tersebut mempengaruhi pengeluaran

investasi dan konsumsi untuk kemudian mempengaruhi permintaan agregat yang

akhirnya mampu mempengaruhi tingkat harga.

Guna mengukur hubungan pola dinamis antara kebijakan moneter jalur

nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga, maka variabel yang digunakan

untuk menjawab penelitian tersebut adalah: variabel nilai tukar (EXC), variabel

inflasi (Y), dan variabel suku bunga SBI (SBI). Jika dimasukkan ke dalam bentuk

model dalam penelitian ini untuk menjawab hipotesis yang ada ialah:

Model Dasar : Y = f (SBI, EXC) ...................................................... (2.11)

Di mana: Y = Tingkat Harga

SBI = Suku Bunga SBI

EXC = Nilai Tukar (USD/Rp)

Untuk penggambaran lebih jelas mengenai kerangka pikir dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Page 73: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

53

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Kebijakan Moneter Ekspansif atau Kontraktif oleh Bank Indonesia

Jalur Instrumen Kebijakan Moneter

Suku Bunga Nilai Tukar

Suku Bunga

Domestik

Suku Bunga

Internasional

Differential Interest

Rate

Capital Inflow atau Capital

Outflow

Terjadinya Siklus Aliran Modal

Masuk atau Keluar Mempengaruhi

Pergerakan Nilai Tukar di Pasar

Uang (Apresiasi/Depresiasi)

Volume Ekspor & Impor

Permintaan Agregat (Aggregate

Demand)

Tingkat Harga

Suku Bunga

Riil Jangka

Pendek

Suku Bunga

Riil Jangka

Menengah-

Panjang

Cost of

Capital

Investasi dan

Konsumsi

Page 74: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

54

E. Hipotesis

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh M. Natsir di mana

didapatkan hasil variabel kebijakan moneter jalur nilai tukar hanya mampu

menjelaskan variasi inflasi yang tidak terlalu besar, sedangkan porsi penjelas yang

cukup besar justru dijelaskan oleh jalur suku bunga, dan hasil penelitian tersebut

juga mengindikasikan hubungan kausalitas Granger (Granger causality) dari nilai

tukar yang tidak terlalu kuat terhadap tingkat harga (inflasi) namun sebaliknya

pada suku bunga.

Menurut Warjiyo dan Solikin (2003), kebijakan moneter jalur nilai tukar

adalah suatu proses dalam bentuk jalur kebijakan di mana biasanya keputusan-

keputusan kebijakan moneter ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi

melalui instrumen nilai tukar.

Menurut Warjiyo dan Solikin (2003), kebijakan moneter jalur suku bunga

adalah suatu proses dalam bentuk jalur kebijakan di mana keputusan-keputusan

kebijakan moneter ditransmisikan ke dalam GDP riil dan inflasi melalui instrumen

suku bunga (Warjiyo dan Solikin, 2003).

Menurut Sukirno (2004), tingkat harga yang direpresentasikan dalam

inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu

perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.

Dengan turut memperhatikan hasil penelitian M. Natsir serta pendapat para

pakar tersebut, maka perumusan hipotesis untuk penelitian “Analisis Pola

Dinamis Antara Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate

Page 75: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

55

Channel) dan Suku Bunga (Interest Rate Channel) Terhadap Tingkat Harga”

adalah:

1. Terdapat hubungan kausalitas yang signifikan antara kebijakan moneter

jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga.

2. Terdapat hubungan pola dinamis pada tingkat harga akibat kejutan (shock)

yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga

pada lag tertentu.

Page 76: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian tentang “Analisis Pola Dinamis Antara Kebijakan

Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel) dan Suku Bunga

(Interest Rate Channel) Dalam Mempengaruhi Tingkat Harga”, jenis penelitian

yang dipakai adalah penelitian analitik/inferensial. Penelitian analitik/inferensial

adalah penelitian yang bertujuan untuk dapat mengambil kesimpulan secara

umum dengan cara membuktikan hipotesis mengenai hubungan kausal/sebab

akibat.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode kuantitatif data

runtun waktu (time series) dengan mempergunakan data sebagai berikut: nilai

tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs), tingkat suku bunga SBI, dan inflasi.

Pada tahap awal dalam penelitian ini, penulis mencoba memberikan

gambaran nyata tentang pengertian kebijakan moneter dan mekanisme bekerjanya

kebijakan moneter hingga menyentuh sasaran akhir seperti yang diinginkan

berdasarkan teori, dampak krisis moneter yang terjadi di Indonesia akibat

kekurang hati-hatiannya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makro ekonomi

melalui kebijakan moneter yang diambilnya, serta gambaran umum mengenai

pergerakan dan pertumbuhan variabel yang penulis gunakan. Tahap selanjutnya

ialah dengan mempelajari dan menganalisis lebih mendalam mengenai teori-teori

yang berhubungan dengan kebijakan moneter hingga mampu mempengaruhi

Page 77: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

57

perekonomian secara makro, dan proses bekerjanya mekanisme transmisi

kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga (inflasi)

sebagai sasaran akhir. Kemudian setelah itu, mengumpulkan data-data terkait

variabel-variabel penelitian yang diteliti berupa data sekunder yang diperoleh dari

Bank Indonesia. Kemudian setelah data-data tersebut diperoleh, tahap selanjutnya

adalah melakukan pengujian-pengujian secara prosedural sesuai dengan tahap

pengujian pada model Vector Error Correction.

B. Metode Penentuan Sampel

Data populasi dalam penelitian ini berupa data dari inflasi, suku bunga

SBI, dan nilai tukar (kurs), sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar (kurs) selama periode 1998-2010,

yang masing-masing sebanyak 156 sampel yang diambil dari data bulanan yang

berupa data time series.

Teknik penetuan sampel yang digunakan adalah judgement sampling.

Judgement sampling adalah salah satu jenis purposive sampling selain quota

sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaiaan terhadap

beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud

penelitian (Mudrajat kuncoro, 2009).

Page 78: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

58

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data bulanan dari tahun 1998 sampai tahun 2010 (156 bulan), alasan

pemilihan jenis data sekunder tersebut ialah karena penelitian ini menggunakan

lingkup data yang cakupannya luas yakni di Indonesia sehingga jika penulis

mengumpulkan data secara primer (contohnya) mungkin akan mengalami banyak

kendala sebab mengingat terbatasnya waktu, dana, dan tenaga.

1. Internet

Data yang peneliti peroleh dari internet ialah data yang berhubungan

dengan beberapa sumber-sumber penelitian terdahulu dan beberapa sumber-

sumber bacaan terkait penelitian ini.

2. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data yang peneliti peroleh berkaitan dengan tema

skripsi ini, jurnal, buku-buku dan bahan tertulis lainnya yang terkait isi skripsi.

3. Sumber Data

Data yang digunakan seluruhnya ialah data sekunder yang diperoleh dari

Bank Indonesia (BI), dimana data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

a. Nilai Tukar (Kurs)

Data yang digunakan ialah data kurs tengah 1 US Dollar dalam rupiah

yang didapat melalui kalkulator kurs yang didasarkan pada data nilai

Page 79: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

59

penutupan Rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada

setiap bulannya yang dapat diperoleh di website resmi Bank Indonesia atau

pada Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (berbagai terbitan). Data ini

berupa data sekunder dalam bentuk bulanan periode 1998-2010.

b. Suku Bunga SBI

Data suku bunga SBI yang digunakan adalah data suku bunga SBI

berjangka waktu 1 bulan berdasarkan data pada setiap bulan yang diperoleh di

website resmi Bank Indonesia dan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

(berbagai terbitan). Data ini berupa data sekunder dalam bentuk bulanan

periode 1998-2010 (time series).

c. Tingkat Harga

Data tingkat harga dalam penelitian ini didefinisikan ke dalam data inflasi,

di mana data inflasi yang digunakan adalah data pesentase perubahan bulanan

indeks harga konsumen di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh di

website resmi Bank Indonesia dan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

(berbagai terbitan). Data ini berupa data sekunder dalam bentuk bulanan

periode 1998-2010 (time series).

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis Vector Error Correction Model

(VECM). Di mana VECM merupakan suatu model analisis ekonometrika yang

Page 80: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

60

dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel

terhadap jangka panjangnya, akibat adanya shock yang permanen (Kostov dan

Lingard, 2000). Insukindro (1992) menjelaskan bahwa analisis VECM juga dapat

digunakan untuk mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu

(time series) yang tidak stasioner (non-stasionary) dan regresi lancung (spurious

regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis

ekonometrika.

Oleh sebab itu variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi,

nilai tukar, dan suku bunga SBI (3 variabel). Permodelan VECM secara umum

yang digunakan ialah:

Y = f (X1, X2, ..., Xn) ................................................................ (3.1)

Di mana : Y = Variabel dependen,

X1 = Variabel independen 1,

X2 = Variabel independen 2,

Xn = Variabel independen ke-n.

Dari model umum tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk

model ekonometrik, di mana bentuk model tersebut adalah sebagai berikut:

yt = α0 + αp yt-k + εt ......................................................................... (3.2)

Di mana : yt = vektor peubah tak bebas,

α0 = konstanta,

αi = matrik parameter berukuran n x n, untuk setiap 1=1, 2,..p

k = jumlah lag dalam persamaan,

Page 81: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

61

p = jumlah variabel dalam persamaan,

εt = vektor sisaan (ε1t, ε2t, ...., εnt) berukuran n x 1.

Persamaan di atas merupakan bentuk vektor dari model umum VECM, di

mana semua variabel dalam model dapat menjadi variabel endogen.

Dalam permodelan VECM asumsi awal yang harus dipenuhi ialah bahwa

semua variabel independen harus stasioner. Hal ini ditandai dengan semua

variabel sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan

di antara variabel tidak bebas tidak terdapat korelasi. Uji kestasioneran data dapat

dilakukan melalui pengujian terhadap ada atau tidaknya unit root dalam variabel

dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF), adanya unit root akan menghasilkan

persamaan atau model regresi yang lancung (spurious). Pendekatan yang

dilakukan untuk mengatasi persamaan regresi lancung tersebut, adalah dengan

melakukan diferensiasi atas variabel endogen dan eksogennya, sehingga diperoleh

variabel yang stasioner dengan derajat I(n) (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

1. Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) dan Derajat Integrasi

Stasioneritas merupakan hal penting yang berkaitan dengan studi atau

penelitian yang merupakan data time series. Data deret waktu dikatakan stasioner

jika data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu atau dengan kata

lain tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data yang terlalu timpang,

secara kasarnya data harus horizontal sepanjang sumbu waktu.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur keberadaan

stasioneritas, salah satunya yang paling sering dilakukan adalah Augmented Dicky

Page 82: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

62

Fuller (ADF) test pada derajat yang sama (level atau different) hingga diperoleh

suatu data yang stasioner, yaitu data yang tidak terlalu besar dan mempunyai

kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya (Enders, 1995).

Jika dalam stasioneritas ini menunjukkan adanya ADFstatistik yang lebih

besar dari pada McKinnon critical value, maka dapat diketahui bahwa data

tersebut stasioner karena tidak mengandung unit root. Sebaliknya, jika nilai

ADFstatistik lebih kecil daripada Mackinnon critical value, maka dapat disimpulkan

data tersebut tidak stasioner pada derajat level. Dengan demikian, differencing

data untuk memperoleh data yang stasioner pada derajat yang sama di first

different I(1) harus dilakukan, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data

periode sebelumnya (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

2. Penentuan Lag Optimal

Lag optimal merupakan jumlah lag yang memberikan pengaruh atau

respons yang signifikan. Isu tentang penentuan panjang lag optimal semakin

penting seiring anggapan bahwa pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan

residual yang bersifat Gaussian, yaitu residual yang terbebas dari permasalahan

autokorelasi dan heterokedastisitas. Dalam penentuan lag optimal perlu pula

diperhatikan adanya trade off bahwa jika lag yang dipergunakan semakin

panjang, maka akan semakin banyak pula parameter yang harus diestimasi dan

semakin sedikit derajat kebebasannya (degree of freedom). Maka dalam hal ini

peneliti akan menghadapi trade off antara mempunyai lag yang memadai dan

mempunyai derajat bebas yang cukup. Karena, jika jumlah lag terlalu sedikit

Page 83: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

63

maka model akan mispesifikasi, sementara jika lag terlalu banyak maka akan

menyedot derajat bebas (Natsir, 2007).

3. Uji Kausalitas Granger

Guna menjawab hipotesis pertama dalam penelitian ini maka metode yang

digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel yang diamati

adalah dengan Uji Kausalitas Granger. Uji kausalitas Granger dilakukan untuk

memeriksa apakah nilai lag suatu variabel endogen berpengaruh terhadap nilai

dugaan suatu variabel eksogen tertentu (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011). Variabel y1

(endogen) dikatakan mempunyai hubungan kausalitas Granger terhadap variabel

y2 (eksogen), jika semua koefisien dari nilai lag variabel y2 memiliki nilai yang

signifikan dalam persamaan parsial y1 (Kristiawardani, 2002). Dalam penelitian

ini, uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan antara suku

bunga SBI, dan nilai tukar, terhadap tingkat harga (inflasi).

Secara umum, suatu persamaan Granger dapat diinterpretasikan sebagai

berikut (Gujarati, 2003).

1. Unindirectional causality dari variabel dependen ke variabel independen.

Hal ini terjadi ketika koefisien lag variabel dependen secara statistik

signifikan berbeda dengan nol; sedangkan koefisien lag seluruh variabel

independen sama dengan nol.

2. Feedback/bilaterall causality jika koefisien lag seluruh variabel dependen

maupun independen secara statistik signifikan berbeda dengan nol.

Page 84: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

64

3. Independence jika koefisien lag seluruh variabel, baik variabel dependen

maupun independen secara statistik tidak berbeda dengan nol.

4. Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan untuk menguji stasioneritas residual atau

error term dari model, sehingga variabel-variabel dalam model dinyatakan

memiliki pengaruh dalam hubungan jangka panjang. Hal tersebut senada dengan

pendapat Granger dalam Baltagi (2004), yang menyatakan bahwa jika variabel

yang diamati memiliki derajat integrasi yang sama, maka variabel tersebut telah

berkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang. Menurut Enders (1995),

jika variabel yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linear antar

variabel dalam sistem akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh persamaan

jangka panjang yang stabil. Dalam uji kointegrasi ini digunakan uji kointegrasi

dari Johansen yang fungsinya untuk menentukan kointegrasi sejumlah variabel

(vektor) dalam persamaan. Metode Johansen digunakan untuk mengestimasi

matrik Π dari unrestricted VAR dan untuk melakukan pengujian apakah hasil

reduced rank Π dapat diterima atau tidak. Dalam pengujian reduced rank

tersebut, Johansen menggunakan dua pengujian statistik yang berbeda, yaitu trace

test (λtrace) dan maximum eigenvalue test (λmax). Penentuan ini dapat dilihat

dengan membandingkan nilai Max-Eigen dengan nilai trace-nya. Jika nilai Max-

Eigen dan nilai trace-nya lebih besar daripada nilai kritis 1% dan 5%, maka data

terkointegrasi (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

Page 85: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

65

5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)

Estimasi VECM digunakan untuk menjawab hipotesis kedua dalam

penelitian ini, di mana perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui

respon dari variabel endogen terhadap kejutan pada variabel tersebut, maupun

terhadap variabel endogen lainnya. Ada dua cara untuk dapat melihat karakteristik

dinamis dari model VECM, yaitu melalui IRF (Impulse Response Function) dan

VD (Variance Decomposition).

Jika suatu data time series model VAR telah terbukti terdapat hubungan

kointegrasi, maka VECM dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka

pendek dari suatu variabel terhadap nilai jangka panjangnya. VECM juga

digunakan untuk menghitung hubungan jangka pendek antar variabel melalui

koefisien standar dan mengestimasi hubungan jangka panjang dengan

menggunakan lag residual dari regresi yang terkointegrasi (Shochrul R. Ajija, dkk,

2011).

Berdasarkan pada pengembangan model umum VECM sesuai dengan

persamaan 3.1 dan 3.2, serta tujuan dari penelitian ini di mana dalam penelitian ini

hanya menetapkan variabel endogennya adalah tingkat harga (inflasi) dan

variabel-variabel eksogennya ialah suku bunga SBI dan nilai tukar, maka untuk

membaca hasil estimasi VECM pada tujuan penelitian ini adalah:

INFt = α0 + α1 SBIt-k + α2 EXCt-k + εt ....................................... (3.3)

Page 86: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

66

6. Variance Decomposition (VD)

Variance Decomposition atau disebut juga forecast error variance

decomposition merupakan perangkat pada model VAR yang memisahkan variasi

dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock atau

menjadi variabel inovasi, dengan asumsi bahwa variabel-variabel inovasi tersebut

tidak asling berkorelasi. Kemudian, variance decomposition akan memberikan

informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah

variabel terhadap shock variabel lainnya pada saat periode saat ini dan periode

yang akan datang (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

7. Impulse Response Function (IRF)

VECM akan menentukan sendiri struktur dinamisnya dari sebuah model.

Setelah melakukan uji VECM, diperlukan adanya metode yang dapat mencirikan

struktur dinamis yang dihasilkan oleh VECM secara jelas. Karena menurut Doan

(1992), koefisien hasil estimasi VECM sulit untuk diartikan dan kurang bisa

diandalkan.

Menurut Sims (1972), cara yang paling baik untuk dapat mencirikan

struktur dinamis dalam model adalah dengan menganalisis respon dari model

terhadap kejutan (shock). IRF dapat melakukan hal tersebut dengan menunjukkan

bagaimana respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap kejutan

dalam variebel itu sendiri dan variabel endogen lainnya.

Page 87: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

67

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai

penjabaran dari variabel-variabel yang diterapkan dalam suatu penelitian dan

dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang ingin diteliti secara jelas dapat

ditetapkan indikatornya. Terdapat tiga variabel yang digunakan sebagai sumber

utama untuk mendeskripsikan hasil yang nantinya akan diperoleh dalam penelitian

ini.

Tabel 3.1

Deskripsi Data Operasional Variabel

Variabel Skala Sumber Deskripsi

SBI = Suku bunga SBI Ratio Bank

Indonesia

Suku bunga SBI 1 bulan

EXC = Kurs Ratio Bank

Indonesia

Nilai tukar rupiah terhadap

USD

INF = Tingkat Harga =

inflasi

Ratio Bank

Indonesia

Berdasarkan data inflasi

bulanan BI

Dalam penelitian ini dibutuhkan pula suatu definisi konseptual untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Maka definisi

konseptual yang hendak digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai tukar rupiah (Kurs rupiah) adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang

diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar) (Kuncoro, 2008). Nilai

tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar

atau istilah lainnya adalah mekanisme pasar. Jika harga rupiah terhadap

dollar melemah, maka sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar

akan meningkat. Hal ini disebabkan karena investor cenderung akan

Page 88: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

68

melepas rupiah dan akan membeli dollar. Kurs tersebut ditentukan oleh

perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran dari mata uang asing

tersebut. Data nilai tukar rupiah dalam penelitian ini diwakili oleh Dollar

Amerika periode Januari 1998-Desember 2010.

2. Suku bunga SBI adalah suku bunga surat berharga yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan

sistem diskonto/suku bunga. Data suku bunga SBI yang digunakan adalah

perkembangan suku bunga SBI 1 bulan periode Januari 1998– Desember

2010.

3. Tingkat harga dalam penelitian ini menggunakan dasar data inflasi, di

mana inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam

suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan

tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun

tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2004). Data

inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode

Januari 1998-Desember 2010.

Page 89: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

69

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjelaskan mengenai analisis dan pembahasan yang

dicapai dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

untuk mencapai hasil tersebut adalah dengan Vector Error Correction Model

(VECM). Dalam hal ini penulis menggunakan tiga variabel sebagai dasar dalam

penelitian, di mana variabel-variabel tersebut adalah variabel suku bunga SBI,

inflasi, dan nilai tukar. Pada penelitian ini penulis akan cenderung melakukan

analisis berdasarkan data yang penulis gunakan untuk mencari hubungan

kausalitas kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat

harga (inflasi), serta respon variabel tingkat harga (inflasi) terhadap kejutan yang

ditimbulkan oleh variabel nilai tukar dan suku bunga, tentunya dengan uji-uji lain

yang menjadi persyaratan (proses) dalam metode VECM ini juga akan penulis

lakukan. Sedangkan analisis data dilakukan menggunakan Software Eviews versi

6.1.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (Kurs Rupiah)

Pengendalian moneter melalui jalur nilai tukar menjadi salah satu

instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia dalam fungsinya untuk menjaga

perekonomian nasional ke taraf perekonomian yangs stabil berdasarkan tingkat

Page 90: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

70

inflasi yang cenderung terjaga perubahannya guna menempatkan pertumbuhan

ekonomi sebagai prioritas utama. Nilai tukar (kurs) adalah perbandingan nilai

tukar atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Nilai tukar dibedakan

menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal

adalah harga mata uang dalam negeri relatif terhadap mata uang luar negeri.

Sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang – barang diantara dua

negara.

Macam – macam nilai tukar ada tiga yaitu sistem nilai tukar tetap,

mengambang bebas, dan mengambang terkendali. Sistem nilai tukar tetap adalah

sistem penentuan nilai mata uang asing dengan tingkat harga yang ditetapkan oleh

bank sentral. Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan sistem penentuan

nilai mata uang asing dengan tingkat harga yang sepenuhnya ditentukan oleh

permintaan dan penawaran pasar. Sedangkan sistem nilai tukar mengambang

terkendali merupakan sistem penentuan nilai mata uang asing dengan mekanisme

pasar yang disesuaikan dengan batas pita intervensi yang ditetapkan bank sentral.

Berbicara tentang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari tahun 1998 –

2010 (Gambar dan Tabel 4.1) merupakan hal yang menarik bila melihat

fluktuasinya. Perkembangan mengenai nilai tukar itu sendiri pada tahun 1998-

2010 dapat dilihat pada Gambar dan Tabel 4.1.

Page 91: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

71

Tabel 4.1

Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US

Tahun 1998-2010

Tahun Nilai Tukar

(Rp/USD)

1998 10.700

1999 7.100

2000 9.595

2001 10.400

2002 8.940

2003 8.465

2004 9.290

2005 9.830

2006 9.020

2007 9.419

2008 10.950

2009 9.400

2010 8.991 Sumber Bank Indonesia Yang Diolah (Dalam Berbagai Terbitan)

Gambar 4.1

Pergerakan Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar US 1998-2010

Berdasarkan pada Tabel dan Gambar 4.1, nilai tukar rupiah sudah berada

pada tingkat yang tinggi (sempat mengalami depresiasi yang tajam terhadap

Dollar AS) pada tahun 1998. Nilai tukar rupiah yang sempat mencapai lebih dari

Page 92: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

72

Rp 10.000 terjadi pada tahun 1998, disaat krisis moneter mulai berdampak kepada

perekonomian Indonesia. Perubahan yang drastis terhadap nilai tukar

dibandingkan keadaan sebelum krisis tersebut diawali dengan krisis nilai tukar di

beberapa negara Asia seperti Thailand dan dampaknya ternyata menyebar ke

negara-negara ASEAN lain seperti Indonesia, di mana bantalan ekonomi nasional

pada saat itu juga belum terlalu baik. Kemudian dalam perkembangan di tahun

berikutnya bank sentral melalui kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

(BLBI) dan peningkatan cadangan minimum bank umum mulai merestrukturisasi

kondisi perekonomian nasional. Dengan semakin terkendalinya kondisi ekonomi

tersebut rata-rata nilai tukar (Rp/USD) sempat menguat di kisaran Rp 7.000 pada

tahun 1999.

Dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 2001 nilai tukar sempat

mencapai Rp 10.400 dimana hal ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi

sosial, politik dan keamanan di Indonesia yang mana hal tersebut turut pula

mempengaruhi ekspektasi para investor untuk berinvestasi di Indonesia, namun

juga serta secara umum pelemahan nilai tukar rupiah turut pula disebabkan oleh

adanya permasalahan yang bersifat makro-fundamental dan mikro-struktural di

pasar valuta asing yang bermuara pada ketidakseimbangan pasokan dan

permintaan valuta asing (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2002).

Secara umum, nilai tukar rupiah selama tahun 2002 mengalami apresiasi

disertai dengan menurunnya volatilitas. Perkembangannya selama tahun 2002 ini

selain ditunjang oleh membaiknya faktor fundamental, faktor regional, dan faktor

sentimen, serta tidak terlepas dari intervensi Bank Indonesia (BI) dalam menjaga

Page 93: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

73

agar nilai tukar tidak terlalu berfluktuasi. Dari sisi fundamental, apresiasi nilai

tukar rupiah didorong oleh membaiknya neraca pembayaran dari defisit menjadi

surplus. Dari sisi sentimen pasar, menguatnya nilai tukar rupiah juga ditunjang

oleh menguatnya sentimen positif pasar yang didorong oleh keberhasilan

penjadwalan utang, persetujuan pencairan pinjaman IMF (International Monetary

Fund) (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2003). Pada tahun 2002, nilai tukar

berfluktuatif pada level Rp 8.000-an.

Nilai tukar rupiah pada 2005 secara umum terdepresiasi. Kondisi ini

terutama terkait dengan melemahnya kinerja neraca pembayaran akibat pengaruh

kondisi sektor eksternal dan internal yang kurang menguntungkan, sehingga

memberikan tekanan yang bersifat fundamental terhadap nilai tukar rupiah. Disisi

eksternal, melambungnya harga minyak dunia dan masih berlanjutnya kebijakan

moneter ketat di Amerika Serikat telah memberikan tekanan dapresiasi terhadap

rupiah. Dari sisi internal, meningkatnya permintaan valas terutama untuk

memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri yang merupakan

faktor pemicu tekanan terhadap rupiah. Di tengah kondisi pasar keuangan

domestik yang masih mengalami kelebihan likuiditas rupiah, permintaan valas

semakin terakselerasi sejalan dengan peningkatan ekspektasi depresiasi akibat

melonjaknya laju inflasi. Berbagai faktor tersebut memberikan tekanan yang kuat

terhadap rupiah, sebelum pada akhirnya kembali terapresiasi di triwulan keempat

tahun 2005 seiring dengan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan

pemerintah. Koordinasi kebijakan tersebut berdampak positif dan berhasil

memulihkan kepercayaan pasar, sebagaimana tercermin dari meredanya

Page 94: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

74

ekspektasi depresiasi dan meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar

keuangan domestik (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2006). Pada tahun 2005,

nilai tukar rupiah cenderung berfluktuatif pada level Rp 9.000-an.

Secara umum, nilai tukar rupiah terdepresiasi pada periode-periode awal

tahun 2008, dimana nilai tukar sempat mencapai Rp 10.000-an. Hal ini merupakan

dampak dari krisis keuangan global yang berawal dari Amerika Serikat pada

tahun 2007. Namun dampak tersebut tidak berlangsung lama di Indonesia, sebab

kondisi tersebut ditopang oleh kinerja transaksi berjalan dan kebijakan makro

ekonomi yang cukup prudent. Sedangkan pada hingga tahun 2010, rupiah

cenderung terapresiasi, di mana hal tersebut merupakan dampak resesi ekonomi

global yang mulai berdampak negatif di negara-negara barat, namun bagi negara-

negara emerging market seperti Indonesia dampak resesi ekonomi global justru

sedikit membawa angin segar karena semakin banyaknya aliran modal masuk ke

dalam negeri.

2. Tingkat Harga

Tingkat harga dalam penelitian ini direfleksikan kedalam inflasi, di mana

inflasi adalah kenaikan harga yang bersifat umum secara terus - menerus. Inflasi

merupakan suatu masalah bagi perekonomian secara makro. Jika masalah inflasi

tidak segera ditangani maka akan menyebabkan ketidakstabilan suatu

perekonomian yang pada akhirnya akan memperburuk kinerja perekonomian

suatu negara. Perkembangan rata – rata inflasi dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Page 95: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

75

Tabel 4.2

Rata – Rata Tingkat Inflasi di Indonesia Pada

Tahun 1998 – 2010

Tahun Rata – rata

Inflasi (%)

1998 58,01

1999 24,03

2000 3,74

2001 11,41

2002 11,94

2003 6,78

2004 6,06

2005 10,4

2006 13,34

2007 6,41

2008 10,28

2009 4,45

2010 5,13 Sumber : Bank Indonesia Yang Diolah (Dalam Berbagai Terbitan)

Gambar 4.2

Pergerakan Rata-rata Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 1998-2010

Page 96: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

76

Berdasarkan Tabel dan Gambar 4.2, Pada tahun 1998 rata – rata inflasi

mencapai 58,01%, hal ini terjadi karena dampak dari krisis moneter pada tahun

1997. Kemudian di tahun 1999, dengan tetap memberlakukan kebijakan uang

ketat (tight money policy) bank sentral melalui instrumen suku bunga BI rate

mulai memberlakukan tingkat suku bunga tinggi, di mana hal tersebut bertujuan

untuk mengurangi tingkat inflasi pasca krisis tersebut agar tidak terlalu tinggi.

Tahun berikutnya inflasi mengalami penurunan kembali hingga mencapai 3,74%

pada tahun 2000 dan dapat diketahui bahwa inflasi cenderung meningkat hingga

mencapai 11,94% pada tahun 2001-2002 dimana hal tersebut diperkirakan karena

keadaan sosial, politik dan keamanan dalam negeri yang tidak stabil. Setelah

tahun itu inflasi mengalami penurunan hingga mencapai 6,06% dan kembali

mengalami peningkatan hingga mencapai 13,34% pada tahun 2006 yang berawal

dari tahun 2005, peningkatan ini terjadi karena gejolak meningkatnya harga bahan

bakar minyak (BBM) selama dua kali di tahun 2005. Kemudian inflasi terus

dikendalikan melalui otoritas moneter hingga inflasi mencapai rata – rata 6,41% .

Namun inflasi kembali meningkat mencapai rata – rata 10,28% pada tahun 2008

yang merupakan dampak dari krisis keuangan global yang berasal dari Amerika

Serikat. Peningkatan tersebut tidak berlangsung lama(kurang dari satu tahun),

setelah 2008 inflasi terus menerus mengalami penurunan dibawah rata – rata 10%

sampai dengan Desember 2010.

3. Suku Bunga SBI

Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar perunit. Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang

Page 97: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

77

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek. Jadi suku bunga SBI adalah jumlah bunga yang harus dibayar perunit

waktu untuk SBI. Rata – rata suku bunga SBI pada tahun 1998 (Tabel dan

Gambar 4.3) sama halnya dengan nilai tukar dan inflasi, yaitu mengalami

peningkatan yang signifikan hingga mencapai 49,17%, peningkatan suku bunga

ini dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyikapi inflasi yang sangat tinggi

pada tahun tersebut. Kemudian tahun 1999 dengan tetap memberlakukan tingkat

suku bunga SBI yang tinggi (diatas 20%), Bank Indonesia bertujuan untuk

melakukan kebijakan pengetatan jumlah uang beredar agar dapat meminimalisir

tekanan inflasi yang tinggi pasca krisis 1998. Sejalan dengan inflasi pada tahun

2001 suku bunga SBI mengalami peningkatan juga sebesar 16,62%. Tahun –

tahun setelah itu suku bunga SBI pun mengalami penurunan yang berkisar antara

8-10%, namun pada tahun 2006 suku bunga SBI kembali mengalami peningkatan

hingga mencapai 11,83%, hal ini menyikapi inflasi yang meningkat karena

kenaikan BBM. Pengaruh krisis keuangan global sepertinya tidak berpengaruh

besar terhadap suku bunga SBI, suku bunga SBI hanya meningkat sampai 9,18%

pada tahun 2008, ini masih dibawah kenaikan yang terjadi pada tahun 2006.

Page 98: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

78

Tabel 4.3

Rata – Rata Suku Bunga SBI Tahun 1998 – 2010

Sumber : Bank Indonesia Yang Diolah (Dalam Berbagai Terbitan)

Gambar 4.3

Pergerakan Rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI di Indonesia

tahun 1998-2010

Tahun Rata – rata Suku

Bunga SBI (%)

1998 49,17

1999 23,14

2000 12,55

2001 16,62

2002 14,95

2003 9,91

2004 8,30

2005 9,18

2006 11,83

2007 8,60

2008 9,18

2009 7,31

2010 6,29

Page 99: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

79

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Bagian ini akan menjelaskan mengenai hasil analisis dan pembahasan

yang dicapai dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini untuk mencapai hasil tersebut adalah dengan menggunakan metode

Vector Error Correction Model (VECM). Sedangkan analisis data dilakukan

dengan menggunakan Software Eviews Versi 6.0.

1. Uji Stasioneritas Data

a. Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi

dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau

disebut juga stasionary stochastic process. Uji stasioneritas data ini dapat

dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat

yang sama (level atau different) hingga diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu

data yang variansnya tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk

mendekati nilai rata-ratanya. (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

Tabel 4.4

Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Variabel LEVEL

Probabilitas

ADF

Keterangan t-Statistic

ADF

Critical Value

(5% Level)

EXC

INF

SBI

0.0026

0.0000

0.0000

Stasioner

Stasioner

Stasioner

-4.434572

-6.081880

-9.207637

-3.439461

-3.440681

-3.441111

Sumber : lampiran 2

Page 100: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

80

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, terlihat bahwa seluruh variabel dalam

penelitian ini telah stasioner pada tingkat level atau I(0). Hal ini dikarenakan nilai

probabilitas ADF dari seluruh variabel telah stasioner (lebih kecil dari α = 5%).

Kestasioneritasan tersebut juga dibuktikan lagi dengan melihat Critical Value (5%

level) yang nilainya masih lebih besar dibandingkan dengan t-Statistic ADF.

Artinya, variabel exc, inf, dan SBI telah stasioner di tingkat level sehingga tidak

perlu untuk dilakukan uji derajat integrasi.

2. Penentuan Lag Optimal

Lag optimal merupakan jumlah lag yang memberikan pengaruh atau

respons yang signifikan. Isu tentang penentuan panjang lag optimal semakin

penting seiring anggapan bahwa pemilihan lag yang tepat akan menghasilkan

residual yang bersifat Gaussian, yaitu residual yang terbebas dari permasalahan

autokorelasi dan heterokedastisitas. Dalam penentuan lag optimal perlu pula

diperhatikan adanya trade off bahwa jika lag yang dipergunakan semakin

panjang, maka akan semakin banyak pula parameter yang harus diestimasi dan

semakin sedikit derajat kebebasannya (degree of freedom). Maka dalam hal ini

peneliti akan menghadapi trade off antara mempunyai lag yang memadai dan

mempunyai derajat bebas yang cukup. Karena, jika jumlah lag terlalu sedikit

maka model akan mispesifikasi, sementara jika lag terlalu banyak maka akan

menyedot derajat bebas (Natsir, 2007).

Penentuan panjang lag optimal dalam penelitian ini menggunakan kriteria

Schwarz Information (SIC) dengan melihat nilai minimum dari SIC tersebut

Page 101: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

81

sebagai lag optimal. Meskipun dalam penentuan lag optimal tidak ditegaskan

tentang penggunaan kriteria informasi, namun guna menjaga konsistensi dalam

penelitian ini di mana dalam uji stasioneritas, penelitian ini juga telah menetapkan

kriteria SIC sebagai kriteria informasi penentuan lag yang digunakan.

Tabel 4.5

Lag Optimal

Lag SIC

0 30.03640

1 23.03296

2 22.47296

3 22.43991

4 21.90165*

5 21.97840

6 22.06776

7 22.00091

8 22.16619

Sumber: Lampiran 3

Page 102: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

82

3. Uji Kausalitas Granger

Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antar

variabel yang diamati adalah dengan Uji Kausalitas Granger. Uji kausalitas

Granger dilakukan untuk memeriksa apakah nilai lag suatu variabel endogen

berpengaruh terhadap nilai dugaan suatu variabel eksogen tertentu (Shochrul R.

Ajija, dkk, 2011: 167). Variabel endogen dikatakan mempunyai hubungan

Granger Causality terhadap variabel eksogen, jika semua koefisien dari nilai lag

variabel eksogen memiliki nilai yang signifikan dalam persamaan parsial variabel

endogen tersebut (Kristiawardani, 2002). Dalam penelitian ini, uji kausalitas

Granger hanya difokuskan untuk melihat arah hubungan (pengaruh) variabel

eksogen (nilai tukar dan suku bunga SBI) terhadap variabel endogen (inflasi).

Tabel 4.6

Hasil Uji Kausalitas Granger

Null Hypothesis F-Statistic Probability

INF does not Granger Cause EXC 2.97644 0.0214

EXC does not Granger Cause INF 4.07294 0.0037

SBI does not Granger Cause EXC 18.5749 3.E-12

EXC does not Granger Cause SBI 17.2911 1.E-11

SBI does not Granger Cause INF 15.8382 1.E-10

INF does not Granger Cause SBI 0.95762 0.4329

Sumber : lampiran 4

Hasil Uji kausalitas Granger dengan taraf signifikan α = 5% pada Tabel

4.5 tersebut, menunjukkan bahwa ternyata kebijakan jalur nilai tukar mempunyai

Page 103: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

83

hubungan kausalitas Granger (Granger Causality) dua arah terhadap tingkat harga

(inflasi) atau ada hubungan saling mempengaruhi di antara variabel tersebut (lihat

lampiran 3), sedangkan jalur suku bunga mempunyai hubungan kausalitas

Granger satu arah terhadap tingkat harga (inflasi) (lihat lampiran 3). Jika

disimpulkan berdasarkan Tabel 4.5 serta rumusan masalah pada penelitian ini, hal

tersebut mengindikasikan tingkat harga (inflasi) ternyata dipengaruhi oleh

pergerakan nilai tukar dan dan suku bunga, sehingga dari hasil uji kausalitas

tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini layak untuk dilakukan

karena adanya hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen.

Selanjutnya untuk melihat kemungkinan hubungan jangka panjang antara nilai

tukar dengan tingkat harga (inflasi) dilakukan uji kointegrasi Johansen.

4. Uji Kointegrasi

Konsep kointegrasi menyatakan bahwa jika satu atau lebih variabel yang

tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linear antar variabel-variabel

dalam sistem akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh sistem persamaan

jangka panjang yang stabil (Enders, 1995). Dengan demikian selanjutnya dapat

dilakukan pengujian kointegrasi untuk memperoleh kemungkinan adanya

hubungan kointegrasi dalam penelitian ini.

Seluruh variabel telah memenuhi persyaratan untuk proses integrasi, yaitu

semua variabel stasioner pada derajat yang sama yaitu pada tingkat level (Tabel

4.4). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel dalam sistem mempunyai sifat

integrated of order one. Oleh sebab itu, pengujian kointegrasi dapat dilakukan

Page 104: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

84

dengan menggunakan panjang lag optimal, yaitu lag 4. Salah satu pendekatan

yang dapat digunakan dalam uji kointegrasi adalah dengan metode Johansen

(Shochrul R. Ajija, dkk, 2011). Metode Johansen digunakan untuk mengestimasi

matriks Π dari unrestricted VAR dan untuk melakukan pengujian apakah hasil

reduced rank Π dapat diterima atau tidak. Dalam pengujian reduced rank

tersebut, Johansen menggunakan dua pengujian statistik yang berbeda, yaitu trace

test ( λtrace ) dan maximum eigenvalue test (λmax). Penentuan ini dapat dilihat

dengan membandingkan nilai Max-Eigen statistic dan nilai trace statistic-nya

dengan nilai kritis (Critrical Value). Jika nilai Max-Eigen statistic dan nilai trace

statistic-nya lebih besar dari pada nilai kritis 1% dan 5%, maka data

terkointegrasi. (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

Tabel 4.7

Uji Kointegrasi

Hypothesized

No. Of CE(s)

Trace

Statistic

Critical

Value

(5%)

Prob Max-

Eigen

Statistic

Critical

Value

(5%)

Prob

None *

At most 1 *

At most 2

93.10204

18.31221

0.046394

24.27596

12.32090

4.129906

0.0000

0.0044

0.8599

74.78983

18.26582

0.046394

17.79730

11.22480

4.129906

0.0000

0.0025

0.8599

Sumber : lampiran 5

Ket: (*) = signifikan pada α = 5%.

Dari hasil uji kointegrasi dengan menggunakan Johansen’s Test pada

Tabel 4.6 di atas, di mana hasil uji tersebut untuk mengetahui hubungan

kointegrasi di dalam sistem, menunjukkan bahwa terdapat dua buah hubungan

Page 105: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

85

kointegrasi (perhatikan tanda bintang), karena pada saat nilai rank = 0, dan 1,

keduanya signifikan jika dilihat dari nilai Trace Statistic dan nilai Max-Eigen

Statistic-nya terhadap Critical Value pada α = 5%. Hal ini juga mengindikasikan

bahwa terdapat dua persamaan (hubungan kointegrasi) yang signifikan dalam

model VECM untuk jalur nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat harga

(inflasi) dalam pembentukan polanya yang memiliki kestabilan jangka panjang.

5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)

Setelah dilakukan uji kointegrasi, dan hasil dari uji tersebut ternyata telah

terbukti terdapat hubungan kointegrasi, maka selanjutnya akan dilakukan uji

VECM. Pada Estimasi VECM ini yang menjadi variabel endogen adalah tingkat

harga (inf), sedangkan variabel eksogennya ialah suku bunga SBI (SBI), dan nilai

tukar (EXC), oleh karena itu penelitian ini hanya menempatkan satu kolom yaitu

kolom D(INF). Penentuan signifikansi hasil estimasi VECM dalam penelitian ini

ialah dengan melihat nilai t-statistik. Menurut Nachrowi (2006), untuk sampel

penelitian yang besar, maka dalam menentukan signifikansinya dapat

menggunakan nilai Uji-t yang lebih besar dari dua.

Page 106: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

86

Tabel 4.8

Hasil Estimasi VECM Dengan Lag 4 [Tingkat Harga Sebagai Variabel

Dependen]

Variabel D(INF)

D(INF(-1)) 0.306244

[ 4.06847]

D(INF(-2)) -0.187632

[-2.39272]

D(INF(-3)) 0.152997

[ 2.01437]

D(INF(-4)) 0.123715

[1.82143]

D(EXC(-1)) 0.000527

[ 2.20042]

D(EXC(-2)) 0.000269

[1.19731]

D(EXC(-3)) 0.000416

[ 1.75779]

D(EXC(-4)) -0.000216

[-0.98579]

D(SBI(-1)) -0.120460

[ -1.25481]

D(SBI(-2)) 0.319297

[ 4.15418]

D(SBI(-3)) 0.076555

[0.96393]

D(SBI(-4)) 0.276031

[ 3.33105]

Sumber : lampiran 6

Ket :[ ... ] adalah t-statistik

Setelah pengolahan data melalui VECM dengan lag 4, maka hasil yang

diketahui berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa kebijakan moneter melalui jalur

nilai tukar signifikan mempengaruhi tingkat harga (inflasi) pada lag 1 (t-1),

sedangkan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga signifikan mempengaruhi

tingkat harga (inflasi) pada lag 2 (t-2) dan lag 4 (t-4).

Page 107: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

87

Berdasarkan hasil uji estimasi VECM hingga lag keempat antara jalur nilai

tukar dan suku bunga dalam mempengaruhi tingkat harga (inflasi), penulis

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pola dinamis akibat kejutan (shock)

jalur nilai tukar dan suku bunga dalam mempengaruhi pergerakan tingkat harga

(inflasi) hingga tingkat lag tertentu pada model ini.

Secara individu parameter hasil estimasi VECM sulit untuk

diintepretasikan dan kurang memiliki makna khusus untuk tujuan utama

penelitian analisis efektivitas kebijakan moneter. Untuk alasan itu, para ahli

ekonomi moneter dan praktisi di beberapa bank sentral fokus pada uji impulse

response function (IRF) dan variance decomposition (VD) (Solikin, dkk, 1996)

dan (Widarjono, 2007).

6. Variance Decompsition (VD)

Variance Decomposition atau disebut juga forecast error variance

decomposition merupakan perangkat pada model VAR yang memisahkan variasi

dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock atau

menjadi variabel inovasi, dengan asumsi bahwa variabel-variabel inovasi tersebut

tidak asling berkorelasi (Shochrul R. Ajija, dkk, 2011). Metode ini dapat

mencirikan struktur dinamis dalam model. Dengan metode ini pula dapat dilihat

kekuatan dan kelemahan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi

variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang. Pada penelitian ini sesuai

dengan tema yaitu di mana penulis menempatkan variabel tingkat harga (inflasi)

Page 108: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

88

sebagai variabel endogen maka pada uji variance decomposition ini hanya

dianalisis VD terhadap tingkat harga (inflasi) saja.

Tabel 4.9

Variance Decomposition Terhadap Tingkat Harga (INF)

Periode S.E INF EXC SBI

1 1.553331 100.0000 0.000000 0.000000

2 2.445032 98.33568 1.457933 0.206391

3 2.958728 95.06564 3.637505 1.296854

4 3.429440 88.75049 7.362281 3.887230

5 4.042205 80.92425 10.70770 8.368049

6 4.633161 74.00079 14.49523 11.50399

7 5.149796 67.45838 19.13342 13.40820

8 5.578260 62.40975 22.51860 15.07165

9 5.895399 59.06951 24.32348 16.60701

10 6.116927 56.64432 25.50558 17.85027

11 6.277754 54.64432 26.44905 18.90663

12 6.401129 52.87058 27.29921 19.83021

Sumber : lampiran 7

Hasil Forcast Error Variance Decomposition pada Tabel 4.8 di atas,

memberikan informasi mengenai kejutan yang mempunyai kekuatan penjelas

terhadap variabel tingkat harga (inflasi). Pada tabel terlihat bahwa sumber penting

variasi pertumbuhan tingkat harga (inflasi) adalah inovasi pada pertumbuhan

inflasi itu sendiri yaitu antara 100 persen (periode ke-1) hingga kemudian

menunjukkan penurunan pada periode-periode selanjutnya (sekitar 52 persen pada

Page 109: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

89

periode ke12). Sedangkan inovasi pada variabel lain yang mampu menjelaskan

variasi tingkat harga (inflasi) mulai dari pengaruhnya yang terbesar ialah inovasi

nilai tukar, di mana jika dilihat ternyata inovasi pada nilai tukar menunjukkan

kecenderungan yang terus meningkat dari periode awal hingga periode akhir,

disusul kemudian oleh inovasi pada variabel suku bunga yang juga menunjukkan

pola yang meningkat namun tidak sebesar peningkatan pada inovasi nilai tukar.

Kesimpulannya, ternyata variasi tingkat harga (inflasi) pada penelitian ini lebih

dominan dipengaruhi oleh inovasi pada nilai tukar (lebih memiliki predictive

power yang kuat) dibanding inovasi pada suku bunga.

7. Impulse Response Function (IRF)

Fungsi respon terhadap guncangan (shock) yaitu berfungsi untuk melihat

respon dinamika jangka panjang setiap variabel apabila ada suatu guncangan

tertentu sebesar satu standar deviasi. Respon inilah yang menunjukkan adanya

pengaruh dari suatu shock variabel independen terhadap variabel dependen, atau

digunakan untuk melihat respon variabel endogen terhadap adanya pengaruh

shock variabel endogen yang lain (Boivin et. al., 2002). IRF juga dapat

menggambarkan ekspektasi k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu

variabel akibat inovasi dari variabel yang lain. Gambar impulse response akan

menunjukkan respon suatu variabel akibat kejutan variabel lainnya sampai dengan

beberapa periode setelah terjadi kejutan (shock). Jika gambar impulse response

menunjukkan pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan

(convergence) atau kembali ke keseimbangan sebelumnya, hal tersebut bermakna

respon suatu variabel akibat kejutan variabel lain makin lama akan semakin

Page 110: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

90

menghilang, sehingga kejutan tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen

terhadap variabel yang mendapat pengaruh dari variabel yang memberikan

kejutan tersebut. Analisis ini hanya akan digunakan untuk melihat bagaimana

pengaruh kejutan kebijakan moneter jalur nilai tukar (EXC) dan suku bunga

dalam mempengaruhi tingkat harga (inflasi). Fokus dari uji IRF dalam penelitian

ini ialah menganalisis respon pergerakan tingkat harga (inflasi) terhadap adanya

shock dari nilai tukar (INF to EXC) dan suku bunga (INF to SBI).

Gambar 4.4

Impulse Response Function

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to INF

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to EXC

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to SBI

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to INF

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to EXC

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to SBI

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to INF

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to EXC

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to SBI

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber : lampiran 8

Pada Gambar 4.4 memperlihatkan respon tingkat harga (inflasi) selama 12

periode terhadap inovasi atau kejutan (shock) pada nilai tukar dan suku bunga

sebesar satu standar deviasi. Pada baris pertama kolom kedua menunjukkan

respon tingkat harga (inflasi) terhadap inovasi atau kejutan (shock) nilai tukar dan

pada baris pertama kolom ketiga menunjukkan respon tingkat harga (inflasi)

Page 111: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

91

terhadap inovasi atau kejutan (shock) pada suku bunga. Ternyata pada gambar

baris pertama kolom kedua (INF to EXC) terlihat bahwa pada periode awal

hingga periode ketujuh respon tingkat harga (inflasi) sebagai sasaran akhir

kebijakan moneter akibat adanya shock nilai tukar sebesar satu standar deviasi

menunjukkan pola yang terus meningkat hingga periode ketujuh, hal tersebut

dapat diartikan bahwa pada kondisi nilai tukar cenderung terdepresiasi akibat

kebijakan moneter BI yang ekspansif, ternyata reaksi tingkat harga (inflasi) akibat

guncangan (shock) tersebut ialah merespon dengan menunjukkan pola yang

cenderung meningkat, untuk kemudian setelah periode ketujuh hingga periode

seterusnya menunjukkan pola yang cenderung menurun, di mana pola penurunan

tersebut dapat diartikan bahwa telah terjadi intervensi oleh BI melalui mekanisme

kebijakan moneternya guna mencegah ekspektasi peningkatan tingkat harga

(inflasi) yang berlebihan. Sedangkan pada gambar baris pertama kolom ketiga

(INF to SBI) terlihat bahwa pada periode awal hingga periode kedua respon

tingkat harga (inflasi) cenderung menunjukkan pola pergerakan yang terus

meningkat namun masih di kisaran yang negatif akibat adanya shock suku bunga

sebesar satu standar deviasi, diduga pola peningkatan yang cenderung lambat

tersebut terjadi karena adanya kemungkinan lambannya jalur suku bunga dalam

mempengaruhi tingkat harga (inflasi) sebagai sasaran akhir kebijakan moneter

dibandingkan pada jalur nilai tukar. Kemudian jika diperhatikan setelah periode

kedua hingga kelima respon tingkat harga (inflasi) polanya cenderung

menunjukkan peningkatan yang positif akibat shock suku bunga, untuk kemudian

setelah periode kelima hingga seterusnya pola pergerakannya cenderung lebih

Page 112: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

92

menurun. Pola pergerakan menurun pada periode tertentu hingga mendekati garis

keseimbangan oleh tingkat harga (inflasi) akibat inovasi atau kejutan (shock) oleh

nilai tukar dan suku bunga tersebut merupakan hal yang wajar, sebab ada indikasi

dalam periode yang cukup lama (panjang) tingkat harga (inflasi) kemungkinan

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diramalkan selain

inovasi nilai tukar dan suku bunga.

C. Intepretasi Hasil Analisis

1. Hubungan antara kebijakan moneter jalur nilai tukar terhadap tingkat harga

(inflasi).

Hasil penelitian mengenai efektivitas kebijakan moneter jalur nilai tukar

terhadap tingkat harga (inflasi) menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan

kausalitas antara kebijakan moneter jalur nilai tukar terhadap tingkat harga

(inflasi), di mana nilai probabilitas nilai tukar terhadap tingkat harga (inflasi)

sebesar 0.0037, hasil tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi pada α = 0.05.

Adanya hubungan kausalitas antara variabel nilai tukar terhadap tingkat harga

(inflasi) terlihat pada perekonomian, di mana pada saat nilai tukar bergerak naik

(apresiasi) maupun turun (depresiasi) biasanya akan diikuti oleh laju pertumbuhan

inflasi baik itu naik ataupun turun.

Sedangkan dalam mencari hubungan pola dinamis dalam penelitian ini

ternyata didapatkan hasil bahwa kedua jalur kebijakan moneter memiliki

hubungan pola dinamis terhadap tingkat harga (inflasi) hingga lag tertentu, di

Page 113: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

93

mana jika kita ingin menegtahui signifikansi jalur nilai tukar, ternyata jalur ini

signifikan pada lag 1, dan jika kita ingin mengetahui hubungan pola dinamis

kedua jalur tersebut ternyata jalur nilai tukar merupakan jalur yang dominan

dalam mempengaruhi tingkat harga (inflasi), hal tersebut dapat dilihat berdasarkan

hasil uji variance decomposition dan IRF-nya. Jika kita interpretasikan terhadap

kondisi ekonomi nasional, hasil signifikansi tersebut berkesimpulan bahwa jalur

nilai tukar jika digunakan sebagai alternatif jalur kebijakan moneter dalam

mencapai sasaran akhir yaitu keseimbangan tingkat harga (inflasi), maka jalur ini

signifikan (mampu mencapai sasaran akhir tersebut) dan lebih baik ketimbang

pada jalur suku bunga dalam mempengaruhi tingkat harga (inflasi).

Teori mengenai hubungan antara nilai tukar dan tingkat harga dijelaskan

melalui konsep teori purchasing power parity, di mana konsep teori ini

menjelaskan bahwa nilai tukar terkait dengan tingkat harga di dalam negeri yang

relatif terhadap tingkat harga di luar negeri.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian M. Natsir jika

melihat hubungan kausalitasnya, di mana terdapat hubungan kausalitas antara

nilai tukar terhadap inflasi. Namun, jika dikaitkan dengan hasil variance

decomposition dan uji IRF, penelitian ini kurang relevan dengan hasil penelitian

yang pernah dilakukan oleh M. Natsir namun keduanya sama-sama mampu

menjelaskan variasi tingkat harga (inflasi), di mana jalur nilai tukar dalam

penelitian ini merupakan jalur yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat

harga (inflasi) dibandingkan jalur suku bunga, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh M. Natsir menyimpulkan hal yang sebaliknya.

Page 114: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

94

Perkembangan mengenai penggunaan jalur kebijakan moneter di

Indonesia melalui jalur nilai tukar menyimpulkan bahwa, dalam

perkembangannya efektivitas jalur nilai tukar masih merupakan jalur yang relevan

untuk diadopsi sebagai salah satu jalur instrumen kebijakan moneter, sebab selain

terbukti mampu mempengaruhi sasaran akhir berupa kestabilan tingkat harga,

jalur ini juga mempunyai hubungan erat dengan kegiatan ekonomi dan cukup

mempunyai efek signifikan dalam mempengaruhi perkembangannya. Karena

menurut Nopirin (1992), untuk mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter

tergantung pada, pertama; kuat atau tidaknya hubungan antara perubahan

kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi dan kedua; jangka waktu antara

perubahan kebijakan moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi.

2. Hubungan antara kebijakan moneter jalur suku bunga terhadap tingkat harga

(inflasi).

Hasil penelitian mengenai efektivitas kebijakan moneter jalur suku bunga

terhadap tingkat harga (inflasi) menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan

kausalitas antara kebijakan moneter jalur suku bunga terhadap tingkat harga

(inflasi), di mana nilai probabilitas suku bunga terhadap tingkat harga (inflasi)

sebesar 1.E-10 (0.00000000001), hasil tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi

pada α = 0.05. Adanya hubungan kausalitas antara variabel suku bunga SBI dan

tingkat harga (inflasi) jika diintrepretasikan ke dalam kondisi perekonomian ialah,

Page 115: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

95

apabila tingkat suku bunga SBI berfluktuasi biasanya akan diikuti pula oleh

perubahan laju inflasi.

Sedangkan dalam mencari hubungan pola dinamis dalam penelitian ini

ternyata didapatkan hasil bahwa kedua jalur kebijakan moneter memiliki

hubungan pola dinamis terhadap tingkat harga (inflasi) hingga lag tertentu, di

mana jika kita ingin mengetahui pola dinamis jalur suku bunga, ternyata jalur ini

signifikan pada lag 2 dan lag 4, dan jika kita ingin mengetahui hubungan kedua

jalur tersebut dalam penelitian ini, ternyata didapatkan hasil bahwa jalur suku

bunga merupakan jalur yang tidak terlalu dominan dalam mempengaruhi tingkat

harga (inflasi), hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil uji variance

decomposition dan IRF-nya. Jika kita interpretasikan terhadap kondisi ekonomi

nasional, hasil signifikansi tersebut berkesimpulan bahwa jalur suku bunga jika

digunakan sebagai alternatif jalur kebijakan moneter dalam mencapai sasaran

akhir yaitu keseimbangan tingkat harga (inflasi), maka jalur ini signifikan

(mampu mencapai sasaran akhir tersebut), namun pengaruhnya tidak sebesar nilai

tukar terhadap tingkat harga (inflasi).

Teori mengenai hubungan antara suku bunga dan tingkat harga (inflasi)

dijelaskan melalui teori tingkat bunga Fisher, di mana teori ini menjelaskan bahwa

perubahan pada tingkat bunga nominal salah satunya dipengaruhi oleh tingkat

inflasi.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian M. Natsir jika

melihat hubungan kausalitasnya, di mana terdapat hubungan kausalitas antara

Page 116: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

96

suku bunga terhadap inflasi. Namun, jika dikaitkan dengan hasil variance

decomposition dan uji IRF, penelitian ini kurang relevan dengan hasil penelitian

yang pernah dilakukan oleh M. Natsir namun keduanya sama-sama mampu

menjelaskan variasi tingkat harga (inflasi), di mana suku bunga dalam penelitian

ini merupakan jalur yang kurang dominan dalam mempengaruhi tingkat harga

(inflasi), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M. Natsir menyimpulkan hal

bahwa, justru jalur suku bunga yang cukup dominan dalam mempengaruhi inflasi

ketimbang jalur nilai tukar.

Perkembangan mengenai penggunaan jalur kebijakan moneter di

Indonesia melalui jalur suku bunga menyimpulkan bahwa, dalam

perkembangannya efektivitas jalur suku bunga masih merupakan jalur yang

relevan untuk diadopsi sebagai salah satu jalur instrumen kebijakan moneter,

sebab selain terbukti mampu mempengaruhi sasaran akhir berupa kestabilan

tingkat harga, jalur ini juga mempunyai hubungan erat dengan kegiatan ekonomi

dan cukup mempunyai efek signifikan dalam mempengaruhi perkembangannya.

Karena menurut Nopirin (1992), untuk mencapai sasaran akhir dari kebijakan

moneter tergantung pada, pertama; kuat atau tidaknya hubungan antara perubahan

kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi dan kedua; jangka waktu antara

perubahan kebijakan moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi.

Page 117: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

97

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan kausalitas antara kebijakan moneter jalur nilai tukar dan

suku bunga SBI terhadap tingkat harga (inflasi). Hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh M. Natsir, di mana dalam penelitian tersebut

terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar dan suku bunga SBI terhadap

inflasi.

2. Terdapat pola hubungan dinamis pada tingkat harga (inflasi) akibat kejutan

(shock) yang ditimbulkan oleh kebijakan moneter jalur nilai tukar dan suku

bunga pada lag tertentu. Oleh karena secara individu parameter hasil estimasi

VECM sulit untuk diintepretasikan dan kurang memiliki makna khusus untuk

tujuan utama penelitian analisis pola dinamis kebijakan moneter. Untuk alasan

itu, para ahli ekonomi moneter dan praktisi di beberapa bank sentral fokus

pada uji impulse response function (IRF) dan variance decomposition (VD)

(Solikin, dkk, 1996) dan (Widarjono, 2007). Dan jika dikaitkan dan dilihat

dari hasil uji variance decomposition dan IRF dalam penelitian ini, ternyata

hasilnya bertentangan dengan kesimpulan penelitian yang pernah dilakukan

oleh M. Natsir ketika memposisikan dominasi keterkaitan jalur nilai tukar dan

suku bunga terhadap tingkat harga (inflasi), namun kedua jalur kebijakan

moneter tersebut sama-sama mampu menjelaskan variasi tingkat harga

Page 118: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

98

(inflasi). Jika dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa ternyata jalur nilai

tukar yang lebih dominan (lebih besar) dibandingkan jalur suku bunga dalam

menjelaskan variasi tingkat harga (inflasi). Sedangkan menurut penelitian M.

Natsir jalur nilai tukar hanya mampu menjelaskan variasi tingkat harga

(inflasi) yang tidak terlalu besar, dan jalur suku bunga mempunyai porsi yang

cukup besar (dominan) dalam menjelaskan variasi tingkat harga (inflasi).

B. Implikasi

Penggunaan jalur nilai tukar dan suku bunga sebagai policy reference

dalam menentukan tingkat harga (inflasi) di Indonesia perlu dilakukan secara hati-

hati. Kebijakan ini hendaknya disertai dengan sinergi dengan kebijakan lain untuk

stabilisasi makroekonomi. Sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia yang striking

the optimal balance yaitu pencapaian inflasi yang terjaga (moderat) dan dukungan

bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Maka dalam hal ini koordinasi

antara Bank Indonesia (sebagai lembaga moneter nasional) dengan para

stakeholders ekonomi perlu ditingkatkan guna mencapai stabilitas makroekonomi

tersebut.

Tekad Bank Indonesia untuk selalu menjaga stabilitas moneter pasca

terjadinya krisis 1997/1998 dengan terus memodernisasi dan merestrukturisasi

lembaganya perlu didukung oleh semua pihak. Namun demikian, stabilitas

moneter bukanlah tujuan akhir dalam proses ekonomi yang terus berkembang.

Tujuan akhir ekonomi ialah meningkatnya kapasitas ekonomi sehingga mampu

memberikan peluang bagi segenap rakyat Indonesia untuk dapat mengecap

Page 119: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

99

nikmatnya kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi seluas-luasnya dan

berkesinambungan.

Page 120: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

100

DAFTAR PUSTAKA

Agung, J. Dan F. Warjiyo. “Transmission Mechanisms of Monetary Policy in

Indonesia”, Directorate of Economic Research and Monetary Policy. Bank

of Indonesia, Jakarta, 2002.

Ajija, R. Shochrul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai E Views”, Salemba Empat,

Jakarta, 2011.

Anglingkusumo, R., C. Ligaya dan E.D. Cahyono. “Pengukuran Target Inflasi

Dalam Rangka Melaksanakan Kebijakan Moneter Secara Forward

Looking”, Buletin Ekonomi dan Perbankan, 2(4): 35-67, 2000.

Arifin, S. “Efektifitas Kebijakan Suku Bunga dalam Rangka Stabilitas Rupiah di

Masa Krisis”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Bank Indonesia,

Jakarta, 1998.

Ascarya. “Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter, Pusat Pendidikan dan

Studi Kebanksentralan”, Bank Indonesia, Jakarta, 2002.

Bank Indonesia. “Laporan Tahunan Bank Indonesia”, Beberapa terbitan 2000-

2011, Bank Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Berbagai terbitan

2000-2011, Bank Indonesia, Jakarta.

Basith, Ahmad. “Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur

Suku Bunga dan Nilai Tukar”, [Tesis], FEM-IPB, Bogor, 2007.

Bernanke, Ben S. dan Alan S. Blinder. “Credit, Money, and Aggregat Demand”,

American Economic Review, Vol. 78, No. 2, 1998.

Bernanke, Ben S. dan Alan S. Blinder. “The Federal Funds Rate and The

Channel of Monetary Trnasmission Mechanism”, The American

Economic Review, 1992.

Bernanke, Ben S. dan Mark Getler. “Inside the Black Box: The Credit Channels

of Monetary Policy Transmission”, Journal of Economic Perspective, Vol.

9, 1995.

Bofinger, Peter. “Monetary Policy”, Journal of Economic, New York, Oxford

University Press, 2001.

Boediono. “Ekonomi Moneter”, buku I, Yogyakarta: BPFE UGM, 2000.

Boivin, J. And M. Giannoni. “Assesing Change in The Monetary Transmission

Mechanism: A VAR Approach”, Economic Policy Review, 8(1): 97-111,

2002.

Page 121: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

101

Bond, T.J. “Money, Interest Rate, and Inflation. META Project: URES Discussion

Paper”, Bank Indonesia, Jakarta, 1994.

Bond T.J.; Ascarya S.I.M.; Toha M.; Zulverdi D. “Monetary Targets”, META

Project: URES Discussion Paper. Bank Indonesia, Jakarta, 1994.

Carare, A dan M. R. Stone. Inflation Targeting Regimes”, IMF working Paper,

Monetary and Exchange Affairs Departement, 2003.

Choudhary A S Munir and Muhammad Aslam Chaudhry. “Effects of The

Exchange Rate on Output and Price Level: Evidence from The Pakistani

Economy”, The Lahore Journal of economics, vol. 12, No. 1, University of

Punjab. Punjab, 2007.

Darwanto. “Kejutan Pertumbuhan Nilai Tukar Riil Terhadap Inflasi,

Pertumbuhan Output, dan Pertumbuhan Neraca Transaksi Berjalan di

Indonesia”, [skripsi]. FEB UGM, Yogyakarta, 2007.

Darwas, Z. ”Exchange Rate Pass Through and Real Exchange Rate in EU

Candidat Countries”, Discussion Paper, Economic Research Centre of

The Deutsche Bundesbank, Frankfurt, 2001.

Dornbusch, R. “Exchange Rates and Prices”, American Economic Review,

77(4): 93-106.

Dornbusch, R dan Fisher S. “Makroekonomi”, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga,

1996.

Enders, W. “Applied Econometrics Time Series”, Iowa University. New York:

John Wiley and Sons Inc, 1995.

Endri. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia”, Jurnal

Ekonomi Pembangunan Vol. 13 No. 1, April 2008 Hal 1-13, Jakarta, 2008.

Falianty, T.A. “Evaluasi Terhadap Agregat Moneter Sebagai Sasaran Antara

Kebijakan Moneter Periode 1984:1- 1997:2”, [skripsi]. FE UI, Jakarta,

2001.

Goeltom, Miranda S. “Manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan

Permasalahannya”, Bank Indonesia, 1998.

Gujarati, Damodar N. “Basic Econometrics”, 4th Edition, McGraw-Hill, New

York, 2004.

Gujarati, Damodar N. “Basic Econometrics”, Mc Graw-Hill, New York, 2003.

Hakim, L. “Perbandingan Peranan Jalur Kredit Pada Masa Sebelum dan

Sesudah Krisis Ekonomi 1990. 1-2000. 4. Beberapa Agenda Perekonomian

Indonesia Kritik dan Solusi”, DRFE Usakti, Jakarta, 2004.

Page 122: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

102

Harris, R. “Cointegration Analysis in Econometric Modelling”, Prentice Hall,

New York, 1995.

Haryono, E., W.A. Nugroho dan W. Pratomo. “Mekanisme Pengendalian

Moneter Dengan Inflasi Sebagai Sasaran Tunggal”, Buletin Ekonomi

Moneter dan Perbankan, 2(4): 68-122, 2000.

Hascaryo, Agung Ronyi. “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dan Evaluasi

terhadap Berbagai Kebijakan Moneter di Indonesia (Analisa Model Makro

Ekonometrik Simultan)”, FEUI, Depok, 2003.

Hoffman, D.L. dan R.H. Rasche. “STLS/US-VECM 6.1: A Vector-Error

Correction Forcasting Model of U.S Economy”, Working Paper 1997-

Ekonomi Rakyat, tersedia di http://research.stlouisfed.org/wp/1997/97-

008.pdf,1997.

Hsiang, Yu. “Application of the IS-MP-IA Model to the Germany Economy and

Policy Implications”, Economics Bulletin, Southeastern Lousiana

University, 2005.

Insukindro. “Pengantar Ekonomi Moneter”, BPFE UGM, Jogjakarta, 1992.

Irawan, A. “Analisis Perilaku Instabilitas, Pergerakan Harga, Employment dan

Investasi di Dalam Sektor Pertanian Indonesia: Aplikasi Vector Error

Correction Model”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 8 (1): 79-

115, 2005.

Jhingan, M.L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2000.

Judisseno, R.K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT. Gramedia,

Jakarta, 2005.

Khan, M.S. “Current Issues in The Design and Conduct of Monetary Policy”,

IMF Working Paper, IMF institute, 2003.

Kostov, P. Dan J. Lingard. “Regime-switching Vector Error Correction Model

(VECM) analysis of UK”, 2000.

Kristiawardani, K. “Model Ekonomi Indonesia dengan Metode VAR”, FMIPA-

IPB, Bogor, 2002.

Kuncoro, Mudrajad. “Dinamika Inflasi dan Kebijakan Energi Nasional”, artikel

diakses tanggal 10 November 2009, dari http://www.anggaran.depkeu.go.id.

Page 123: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

103

Kusmiarso, E. Sukawati, dan S. Pambudi. “Interest Rate Channel of Monetary

Transmission in Indonesia”, Directorate of Economic Research adn

Monetary Policy Bank Indonesia, Jakarta, 2002.

Mankiw, Gregory. “Teori Makroekonomi”, Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga,

2000.

Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, Edisi

3, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Mishkin, F.S. “International Experiences With Different Monetary Policy

Regimes”, Seminar Paper No. 648, http://www.iies.su.se/.(24-February-04),

1998.

Mishkin, F.S. “The Economic of Money, Banking and Finacial Markets”, Sixth

Edition. Columbia University, 2001.

Mishkin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8

Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Natsir M. “Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Di Indonesia Melalui Jalur Nilai Tukar Periode 1990:2-2007:1”, FE

Universitas Haluoleo, Kendari, 2007.

Nopirin. “Ekonomi Moneter”, Buku Kedua, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta,

1992.

Nualtaranee, J. “Transmission Mechanism of Monetary Policy: Litarature Survey

and Theoritical Discussion”,

http://www.wbcu.car.chula.ac.th/papers/transmission.htm, 2001.

Oh, J. “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules

in Korea”, Economic Paper, 2(1): 102-146, 1999.

Reddy, Y. V. “Monetary Policy: An Outline”, BIS Review, September 2005.

Renato, E & Reside, Jr. “Two Decades of Vector Autoregression (VAR)

Modelling : A Survai”, Discussion Paper No. 0108, 2001.

Simorangkir, I. dan Suseno. “Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar”, Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, 2004.

Siswanto, B. Y. Kurniati, G.B. Padoli dan S.H. Binhadi. “Mekanisme Transmisi

Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar”, Ocassional Paper,

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia,

Jakarta, 2001.

Page 124: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

104

Suselo, Sri Liani et al. “Pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan BI, vol. 1,

Jakarta, 2008.

Syabran, Febria. “Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar dan

Suku Bunga di Indonesia”, [Skripsi], FEM-IPB, Bogor, 2004.

Taylor, John B. “The Monetary Transmission Mechanisms: An Empirical

Framework”, Journal of Economic Perspective, 9, 1995.

Tirtayasi, Esi Dewi. “Analisis Efektifitas Kebijakan Moneter Melalui Suku Bunga

Dalam Mempengaruhi Output Dan Tingkat Harga”, [Skripsi], FEM-IPB,

Bogor, 2005.

Vinh Nguyen Thi Thuy and Seiichi Fujita. “The Impact of Real Exchange Rate on

Output and Inflation in Vietnam: A VAR Approach”, Discussion Paper,

No. 0625. Foreign Trade University, Hanoi, 2007.

Waluyo, Doddy Budi dan Benny Siswanto. “Peranan Kebijakan Nilai Tukar

Dalam Era Deregulasi dan Globalisasi”, Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan, Vol. 1, No.1, 85-122, 1998.

Warjiyo, P. dan Solikin.”Kebijakan Moneter”, Jakarta: Bank Indonesia, 2003.

Warjiyo, Perry. “Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia: Sebuah

Pengantar”, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI,

Jakarta, 2004.

Warjiyo, Perry. “Ekonomi Moneter dan Perbankan: Teori, Model Empiris dan

Kebijakan”, Pascasarjana UI Program Studi IE, Depok, 2005.

Warjiyo, P. Dan D. Zulverdi. “Penggunaan Suku Bunga sebagai Sasaran

Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia”, Buletin Ekonomi dan

Perbankan, 1(1): 25-58, 1998.

Page 125: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

105

Lampiran 1: Data Penelitian

TAHUN SBI (%) INF (%) EXC (Rp/USD)

1998.1 20,00 16,25 10375

1998.2 22,00 29,99 8750

1998.3 27,75 36,8 8325

1998.4 46,43 42,65 7500

1998.5 58,00 49,67 10525

1998.6 58,00 56,67 14900

1998.7 70,81 68,72 13000

1998.8 70,73 77,72 11075

1998.9 68,76 82,4 10700

1998.10 59,72 79,41 7550

1998.11 51,25 78,15 7300

1998.12 38,44 77,63 8025

1999.1 36,43 70,66 8950

1999.2 37,50 53,39 8730

1999.3 37,84 45,44 8685

1999.4 35,19 37,97 8260

1999.5 28,73 30,73 8105

1999.6 22,05 24,52 6726

1999.7 15,01 13,49 6875

1999.8 13,20 5,77 7565

1999.9 13,02 1,25 8386

1999.10 13,13 1,58 6900

1999.11 13,01 1,6 7425

1999.12 12,51 1,92 7100

2000.1 11,48 0,28 7425

2000.4 11,00 0,07 7945

2000.5 11,08 1,2 8620

2000.6 11,74 2,04 8735

2000.7 13,53 4,45 9003

2000.8 13,53 5,97 8290

2000.9 13,62 6,64 8780

2000.10 13,74 7,82 9395

2000.11 14,15 9,12 9530

2000.12 14,53 9,35 9595

2001.1 14,74 8,28 9450

2001.2 14,79 9,12 9835

2001.3 15,58 10,6 10400

Page 126: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

106

2001.4 16,09 10,51 11675

2001.5 16,33 10,82 11058

2001.6 16,65 12,11 11440

2001.7 17,17 13,04 9525

2001.8 17,67 12,23 8865

2001.9 17,57 13,01 9675

2001.10 17,58 12,47 10435

2001.11 17,60 12,19 10430

2001.12 17,62 12,55 10400

2002.1 16,93 14,56 10320

2002.2 16,86 14,88 10189

2002.3 16,76 14,21 9655

2002.4 16,61 13,44 9316

2002.5 15,51 13,09 8785

2002.6 15,11 11,57 8730

2002.7 14,93 10,02 9108

2002.8 14,35 10,58 8867

2002.9 13,22 10,54 9015

2002.10 13,10 10,34 9233

2002.11 13,06 10,41 8976

2002.12 12,93 9,92 8940

2003.1 12,69 8,66 8876

2003.2 12,24 7,65 8905

2003.3 11,04 7,11 8908

2003.4 11,06 7,64 8675

2003.5 10,44 7,07 8279

2003.6 9,53 6,95 8285

2003.7 9,01 6,2 8505

2003.8 8,91 6,58 8535

2003.9 8,66 6,34 8389

2003.10 8,53 6,41 8495

2003.11 8,49 5,52 8537

2003.12 8,31 5,17 8465

2004.1 7,86 4,84 8441

2004.2 7,48 4,55 8447

2004.3 7,42 5,12 8587

2004.4 7,33 5,87 8661

2004.5 7,32 6,51 9210

2004.6 7,34 6,78 9415

Page 127: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

107

2004.7 7,36 7,25 9168

2004.8 7,37 6,64 9328

2004.9 7,39 6,24 9170

2004.10 7,41 6,21 9090

2004.11 7,41 6,24 9018

2004.12 7,43 6,47 9290

2005.1 7,42 7,24 9165

2005.2 7,43 7,16 9260

2005.3 7,44 8,84 9480

2005.4 7,70 8,13 9570

2005.5 7,95 7,4 9495

2005.6 8,25 7,46 9713

2005.7 8,49 7,82 9819

2005.8 9,51 8,32 10240

2005.9 10,00 9,06 10310

2005.10 11,00 17,93 10090

2005.11 12,25 18,34 10035

2005.12 12,75 17,07 9830

2006.1 12,75 17,06 9395

2006.2 12,74 17,95 9230

2006.3 12,73 15,73 9075

2006.4 12,74 15,4 8775

2006.5 12,50 15,6 9220

2006.6 12,50 15,53 9300

2006.7 12,25 15,15 9070

2006.8 11,75 14,9 9100

2006.9 11,25 14,55 9235

2006.10 10,75 6,29 9110

2006.11 10,25 5,27 9165

2006.12 9,75 6,6 9020

2007.1 9,50 6,26 9090

2007.2 9,25 6,3 9160

2007.3 9,00 6,52 9118

2007.4 9,00 6,29 9083

2007.5 8,75 6,01 8828

2007.6 8,50 5,78 9054

2007.7 8,25 6,06 9186

2007.8 8,25 6,51 9410

2007.9 8,25 6,95 9137

Page 128: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

108

2007.10 8,25 6,88 9103

2007.11 8,25 6,71 9376

2007.12 8,00 6,59 9419

2008.1 8,00 7,36 9291

2008.2 7,93 7,4 9051

2008.3 7,96 8,17 9217

2008.4 7,99 8,96 9234

2008.5 8,31 10,38 9318

2008.6 8,73 11,28 9225

2008.7 9,23 12,01 9118

2008.8 9,28 11,74 9153

2008.9 9,71 11,93 9378

2008.10 10,98 11,55 10995

2008.11 11,24 11,48 12151

2008.12 10,83 11,06 10950

2009.1 9,77 8,24 11355

2009.2 8,74 7,76 11980

2009.3 8,21 6,98 11575

2009.4 7,64 6,04 10713

2009.5 7,25 4,62 10340

2009.6 6,95 3,65 10225

2009.7 6,71 2,71 9920

2009.8 6,58 2,76 10060

2009.9 6,48 2,83 9681

2009.10 6,49 2,57 9545

2009.11 6,47 2,41 9480

2009.12 6,46 2,78 9400

2010.1 6,45 3,72 9365

2010.2 6,41 3,82 9335

2010.3 6,32 3,43 9115

2010.4 6,20 3,91 9012

2010.5 6,30 4,16 9180

2010.6 6,26 5,05 9083

2010.7 6,26 6,22 8952

2010.8 6,26 6,44 9041

2010.9 6,26 5,8 8924

2010.10 6,26 5,67 8928

2010.11 6,26 6,33 9013

2010.12 6,26 6,96 8991

Page 129: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

109

Lampiran 2: Hasil Uji Akar Unit (Level)

Null Hypothesis: EXC has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.434572 0.0026

Test critical values: 1% level -4.019151

5% level -3.439461

10% level -3.144113 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(EXC)

Method: Least Squares

Date: 10/25/11 Time: 15:28

Sample (adjusted): 1998M02 2010M10

Included observations: 153 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EXC(-1) -0.227001 0.051189 -4.434572 0.0000

C 2006.380 470.9643 4.260153 0.0000

@TREND(1998M01) 1.225626 1.258550 0.973840 0.3317 R-squared 0.116045 Mean dependent var -9.045752

Adjusted R-squared 0.104259 S.D. dependent var 714.1354

S.E. of regression 675.8832 Akaike info criterion 15.88933

Sum squared resid 68522723 Schwarz criterion 15.94875

Log likelihood -1212.534 Hannan-Quinn criter. 15.91347

F-statistic 9.845994 Durbin-Watson stat 1.517335

Prob(F-statistic) 0.000096

Page 130: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

110

Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 6 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.081880 0.0000

Test critical values: 1% level -4.021691

5% level -3.440681

10% level -3.144830 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INF)

Method: Least Squares

Date: 10/25/11 Time: 15:29

Sample (adjusted): 1998M08 2010M10

Included observations: 147 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.086435 0.014212 -6.081880 0.0000

D(INF(-1)) 0.486156 0.072560 6.700084 0.0000

D(INF(-2)) -0.049608 0.082742 -0.599551 0.5498

D(INF(-3)) 0.131630 0.082426 1.596956 0.1126

D(INF(-4)) 0.186788 0.082819 2.255386 0.0257

D(INF(-5)) -0.035592 0.082812 -0.429790 0.6680

D(INF(-6)) 0.088201 0.072041 1.224319 0.2229

C 1.415885 0.477335 2.966228 0.0036

@TREND(1998M01) -0.006722 0.004138 -1.624610 0.1065 R-squared 0.606997 Mean dependent var -0.420136

Adjusted R-squared 0.584214 S.D. dependent var 2.716831

S.E. of regression 1.751852 Akaike info criterion 4.018495

Sum squared resid 423.5202 Schwarz criterion 4.201582

Log likelihood -286.3594 Hannan-Quinn criter. 4.092885

F-statistic 26.64276 Durbin-Watson stat 2.178464

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 131: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

111

Null Hypothesis: SBI has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 8 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.207637 0.0000

Test critical values: 1% level -4.022586

5% level -3.441111

10% level -3.145082 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBI)

Method: Least Squares

Date: 10/25/11 Time: 15:29

Sample (adjusted): 1998M10 2010M10

Included observations: 145 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBI(-1) -0.130079 0.014127 -9.207637 0.0000

D(SBI(-1)) 0.512712 0.072157 7.105545 0.0000

D(SBI(-2)) 0.054088 0.083888 0.644760 0.5202

D(SBI(-3)) -0.270114 0.062713 -4.307138 0.0000

D(SBI(-4)) -0.026932 0.047410 -0.568062 0.5709

D(SBI(-5)) -0.131363 0.046432 -2.829154 0.0054

D(SBI(-6)) 0.251827 0.030359 8.295019 0.0000

D(SBI(-7)) 0.056792 0.034260 1.657671 0.0997

D(SBI(-8)) -0.055366 0.031023 -1.784716 0.0766

C 1.998342 0.308988 6.467376 0.0000

@TREND(1998M01) -0.007860 0.002020 -3.890149 0.0002 R-squared 0.866911 Mean dependent var -0.431034

Adjusted R-squared 0.856979 S.D. dependent var 1.803682

S.E. of regression 0.682120 Akaike info criterion 2.145606

Sum squared resid 62.34846 Schwarz criterion 2.371428

Log likelihood -144.5565 Hannan-Quinn criter. 2.237365

F-statistic 87.28421 Durbin-Watson stat 1.585322

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 132: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

112

Lampiran 3: Hasil Penentuan Lag Optimal

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: EXC INF SBI

Exogenous variables: C

Date: 10/25/11 Time: 15:45

Sample: 1998M01 2010M12

Included observations: 146 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -2185.182 NA 2.09e+09 29.97509 30.03640 30.00000

1 -1651.504 1038.112 1581907. 22.78773 23.03296 22.88737

2 -1588.198 120.5420 751931.5 22.04381 22.47296 22.21818

3 -1563.359 46.27522 605526.1 21.82684 22.43991 22.07594

4 -1501.640 112.4468 294327.9 21.10466 21.90165* 21.42850

5 -1484.816 29.96057 264740.2 20.99748 21.97840 21.39605

6 -1468.914 27.66584 241289.5 20.90293 22.06776 21.37623

7 -1441.607 46.38359 188238.2 20.65216 22.00091 21.20019*

8 -1431.246 17.17403* 185368.5* 20.63351* 22.16619 21.25627 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Page 133: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

113

Lampiran 4: Hasil Uji Kausalitas Granger

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 10/25/11 Time: 15:33

Sample: 1998M01 2010M12

Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INF does not Granger Cause EXC 150 2.97644 0.0214

EXC does not Granger Cause INF 4.07294 0.0037 SBI does not Granger Cause EXC 150 18.5749 3.E-12

EXC does not Granger Cause SBI 17.2911 1.E-11 SBI does not Granger Cause INF 150 15.8382 1.E-10

INF does not Granger Cause SBI 0.95762 0.4329

Page 134: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

114

Lampiran 5: Hasil Uji Kointegrasi Johansen

Date: 10/25/11 Time: 15:39

Sample (adjusted): 1998M06 2010M10

Included observations: 149 after adjustments

Trend assumption: No deterministic trend

Series: EXC INF SBI

Lags interval (in first differences): 1 to 4

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.394648 93.10204 24.27596 0.0000

At most 1 * 0.115373 18.31221 12.32090 0.0044

At most 2 0.000311 0.046394 4.129906 0.8599 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.394648 74.78983 17.79730 0.0000

At most 1 * 0.115373 18.26582 11.22480 0.0025

At most 2 0.000311 0.046394 4.129906 0.8599 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): EXC INF SBI

-4.91E-05 0.094130 -0.029347

-0.000107 -0.218186 0.295751

-0.000180 -0.057677 0.109387

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(EXC) -47.90108 19.58899 -8.560011

D(INF) -0.841856 0.328841 0.007443

D(SBI) -0.655552 -0.257702 0.001118

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -1630.956 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

EXC INF SBI

1.000000 -1915.219 597.0987

(440.638) (466.992)

Page 135: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

115

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(EXC) 0.002354

(0.00207)

D(INF) 4.14E-05

(6.3E-06)

D(SBI) 3.22E-05

(4.7E-06)

2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -1621.823 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

EXC INF SBI

1.000000 0.000000 -1032.450

(92.3863)

0.000000 1.000000 -0.850842

(0.04667)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses)

D(EXC) 0.000265 -8.782985

(0.00495) (10.0201)

D(INF) 6.31E-06 -0.150993

(1.5E-05) (0.02949)

D(SBI) 5.97E-05 -0.005480

(1.1E-05) (0.02206)

Page 136: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

116

Lampiran 6: Hasil Estimasi VECM

Vector Error Correction Estimates

Date: 10/25/11 Time: 15:49

Sample (adjusted): 1998M06 2010M10

Included observations: 149 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 INF(-1) 1.000000

EXC(-1) -0.000522

(0.00020)

[-2.57765]

SBI(-1) -0.311765

(0.11111)

[-2.80592] Error Correction: D(INF) D(EXC) D(SBI) CointEq1 -0.079244 -4.508949 -0.061707

(0.01198) (3.97243) (0.00898)

[-6.61556] [-1.13506] [-6.86867]

D(INF(-1)) 0.306244 28.08320 0.040272

(0.07527) (24.9628) (0.05645)

[ 4.06847] [ 1.12500] [ 0.71335]

D(INF(-2)) -0.187632 -29.09619 0.204960

(0.07842) (26.0059) (0.05881)

[-2.39272] [-1.11883] [ 3.48489]

D(INF(-3)) 0.152997 -18.51760 0.059461

(0.07595) (25.1884) (0.05696)

[ 2.01437] [-0.73516] [ 1.04381]

D(INF(-4)) 0.123715 28.49618 0.030359

(0.06792) (22.5250) (0.05094)

[ 1.82143] [ 1.26509] [ 0.59596]

D(EXC(-1)) 0.000527 0.096906 0.001022

(0.00024) (0.07950) (0.00018)

[ 2.20042] [ 1.21898] [ 5.68237]

D(EXC(-2)) 0.000269 -0.300700 0.001508

(0.00022) (0.07458) (0.00017)

[ 1.19731] [-4.03189] [ 8.93836]

D(EXC(-3)) 0.000416 -0.225262 0.000309

(0.00024) (0.07856) (0.00018)

[ 1.75779] [-2.86754] [ 1.74105]

D(EXC(-4)) -0.000216 -0.228719 -3.37E-05

(0.00022) (0.07269) (0.00016)

Page 137: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

117

[-0.98579] [-3.14629] [-0.20482]

D(SBI(-1)) -0.120460 68.93488 -0.099596

(0.09600) (31.8363) (0.07200)

[-1.25481] [ 2.16529] [-1.38328]

D(SBI(-2)) 0.319297 90.27668 0.164474

(0.07686) (25.4897) (0.05765)

[ 4.15418] [ 3.54169] [ 2.85315]

D(SBI(-3)) 0.076555 -135.2582 -0.117951

(0.07942) (26.3380) (0.05956)

[ 0.96393] [-5.13549] [-1.98022]

D(SBI(-4)) 0.276031 39.90826 -0.184882

(0.08287) (27.4810) (0.06215)

[ 3.33105] [ 1.45221] [-2.97478] R-squared 0.744745 0.443604 0.714013

Adj. R-squared 0.722222 0.394510 0.688779

Sum sq. resids 328.1457 36089319 184.5837

S.E. equation 1.553331 515.1336 1.165004

F-statistic 33.06663 9.035839 28.29551

Log likelihood -270.2404 -1135.040 -227.3765

Akaike AIC 3.801885 15.40993 3.226531

Schwarz SC 4.063974 15.67202 3.488620

Mean dependent -0.286644 -10.29530 -0.347248

S.D. dependent 2.947237 662.0127 2.088299 Determinant resid covariance (dof adj.) 849385.3

Determinant resid covariance 645896.1

Log likelihood -1630.956

Akaike information criterion 22.45578

Schwarz criterion 23.30253

Page 138: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

118

Lampiran 7: Variance Decomposition

Variance Decomposition of INF:

Period S.E. INF EXC SBI 1 1.553331 100.0000 0.000000 0.000000

2 2.445032 98.33568 1.457933 0.206391

3 2.958728 95.06564 3.637505 1.296854

4 3.429440 88.75049 7.362281 3.887230

5 4.042205 80.92425 10.70770 8.368049

6 4.633161 74.00079 14.49523 11.50399

7 5.149796 67.45838 19.13342 13.40820

8 5.578260 62.40975 22.51860 15.07165

9 5.895399 59.06951 24.32348 16.60701

10 6.116927 56.64415 25.50558 17.85027

11 6.277754 54.64432 26.44905 18.90663

12 6.401129 52.87058 27.29921 19.83021 Variance Decomposition of

EXC:

Period S.E. INF EXC SBI 1 515.1336 1.417512 98.58249 0.000000

2 764.9732 0.740554 98.12167 1.137777

3 909.2321 0.772506 94.19783 5.029667

4 1007.677 1.771382 93.93651 4.292105

5 1061.584 1.664426 94.05684 4.278730

6 1096.230 1.622802 94.34049 4.036705

7 1138.779 1.890570 94.36757 3.741862

8 1186.830 2.317910 94.15639 3.525704

9 1237.357 2.709731 93.84847 3.441795

10 1292.991 3.153823 93.50854 3.337633

11 1347.869 3.581857 93.19724 3.220899

12 1397.283 4.000106 92.90982 3.090078 Variance Decomposition of SBI:

Period S.E. INF EXC SBI 1 1.165004 0.705477 0.146776 99.14775

2 1.656306 0.351323 9.111463 90.53721

3 2.510102 0.663975 29.87388 69.46214

4 3.258044 0.757819 38.72567 60.51651

5 3.814505 0.568759 41.88251 57.54874

6 4.186230 0.510668 42.19457 57.29476

7 4.441081 0.508570 40.82935 58.66208

8 4.646604 0.697577 39.59749 59.70493

9 4.859727 1.287615 38.66900 60.04339

10 5.100895 2.324722 37.83842 59.83686

11 5.358939 3.780101 37.05098 59.16892

12 5.613941 5.546824 36.20948 58.24369 Cholesky Ordering: INF EXC

SBI

Page 139: ANALISIS POLA DINAMIS ANTARA KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054/1/PRANOWO... · Mekanisme Transmisi, Vector Error Correction Model. v ... kamu adalah

119

Lampiran 8: Impulse Response Function (IRF)

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to INF

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to EXC

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of INF to SBI

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to INF

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to EXC

-200

0

200

400

600

2 4 6 8 10 12

Response of EXC to SBI

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to INF

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to EXC

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2 4 6 8 10 12

Response of SBI to SBI

Response to Cholesky One S.D. Innovations