analisis perubahan zona nilai lahan akibat perubahan ...eprints.ums.ac.id/68974/13/naskah...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PERUBAHAN ZONA NILAI LAHAN AKIBAT
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KECAMATAN WATES
KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN 2012 DAN 2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Geografi Fakultas Geografi
Oleh:
Marini
E100170020
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ANALISIS PERUBAHAN ZONA NILAI LAHAN
AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KECAMATAN WATES
KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN 2012 DAN 2017
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Marini
NIM : E100170020
Telah diperiksa dan disetujui disetujui oleh:
Dosen
Pembimbing
Drs. H. M. Musiyam, M. TP
HALAM PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS PERUBAHAN ZONA NILAI LAHAN AKIBAT
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN WATES
KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN 2012 DAN 2017
OLEH :
MARINI
E100170020
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, 14 Agustus 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Drs. H. M. Musiyam, M.TP (....................................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si (....................................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Ir. Taryono, M.Si. (....................................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Wakil Dekan I
Drs. Priyono, M. Si
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam artikel publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Surakarta, 14 Agustus 2018
Penulis,
Marini
E100170020
1
ANALISIS PERUBAHAN ZONA NILAI LAHAN AKIBAT
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN WATES
KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2012 DAN 2017
ABSTRAK
Rentang waktu tahun 2012 sampai 2017 perubahan nilai lahan akibat
perubahan penggunaan lahan terjadi di 18 lokasi. Total luas perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Wates dalam kurun waktu 2012-2017 adalah
35.133 m2. Penggunaan lahan yang mengalami perubahan tertinggi adalah
permukiman berubah menjadi perdagangan dan jasa dengan luas 6.748 m2
dengan presentase 19,21 % dari luas keseluruhan dengan kenaikan nilai lahan
sebesar Rp. 400.000,- per m2. Penggunaan Lahan yang mengalami perubahan
terendah yaitu kebun berubah menjadi permukiman dengan luas perubahan
sebesar 14 m2 dengan presentase 0,04 % dari luas keseluruhan dengan
kenaikan nilai lahan sebesar Rp. 40.000,- per m2. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan lahan yang mengalami perubahan secara
tidak langsung mempengaruhi perubahan atau kenaikan nilai lahan. Dilihat
secara keseluruhan perubahan nilai lahan disebabkan oleh beberapa faktor
seperti terjangkaunya akses atau mobilitas ke pusat kota, meningkatnya
kawasan perekonomian, dan juga meningkatnya lahan sebagai tempat tinggal.
Kata Kunci : Perubahann lahan, nilai lahan, NJOP
ABSTRACK
The period of 2012 to 2017 changes in land values due to changes in land use
occurred in 18 locations. The total area of land use change in the District of
Wates in the period 2012-2017 is 35,133 m2. Land use that experienced the
highest change was settlement changed to trade and services with an area of
6,748 m2 with a percentage of 19.21% of the total area with an increase in
land value of Rp. 400,000, - per m2. Land use experienced the lowest change,
namely the garden turned into a settlement with a change area of 14 m2 with
a percentage of 0.04% of the total area with an increase in land value of Rp.
40,000, - per m2. The results showed that land use that experienced changes
indirectly affected changes or increases in land values. Seen as a whole the
change in land value is caused by several factors such as the accessibility of
2
access or mobility to the city center, the increase in the economic area, and
also the increase of land as a place to live.
Key Words: Land change, land value, NJOP
1. PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat dan juga diikuti
dengan meningkatnya aktifitas masyarakat akibat lengkapnya sarana dan
prasarana mengakibatkan meningkatnya kebutuhan hidup akan permintaan
lahan. Sementara lahan sebagai sumberdaya yang memikili peran penting
dalam upaya pemenuhan dan peningkatan kebutuhan penduduk tersebut
relatif berkurang karena peningkatan kebutuhan ruang lingkup terutama
untuk tempat tinggal maupun pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Kondisi lahan yang memiliki luas tetap tidak diimbangi
dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga memberi efek
adanya keterbatasan lahan dalam memenuhi kebutuhan manusia, hal ini
berimbas pada permintaan terhadap lahan yang meningkat dan berkorelasi
dengan semakin tingginya nilai lahan.
Penggunaan lahan adalah pemanfaatan lahan oleh manusia untuk
kebutuhan manusia tersebut. Perkembangan kota Yogyakarta menuju
Kabupaten Kulonprogo mempengaruhi penggunaan lahan yang sudah ada
sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan pengalihan fungsi
lahan seperti lahan sawah, hutan, serta lahan produktif lain, yang masih cukup
banyak terdapat di Kabupaten Kulonprogo salah satunya di Kecamatan Wates
berubah menjadi kawasan perumahan atau permukiman beserta infrastruktur
dan fasilitas penunjang kegiatan lain seperti dalam bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, serta kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan
kawasan permukiman dapat mempengaruhi penggunaan lahan di sekitarnya.
Kecamatan Wates merupakan salah satu dari dua belas Kecamatan di
Kabupaten Kulon Progo yang terletak di bagian tengah yang merupakan pusat
administrasi dari Kabupaten Kulonprogo. Kecamatan Wates memiliki luas
wilayah 3.200,24 ha, terdiri dari 8 kelurahan, 52 pedukuhan, 105 Rukun
Warga (RW), dan 291 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk
mencapai 47.354 jiwa (BPS, Kecamatan Wates Dalam Angka Tahun 2017)
3
Seiring dengan pengembangan kawasan Kecamatan Wates, area
persawahan mulai banyak beralih fungsi sebagai perumahan, pertokoan
hingga kawasan perkantoran. Sebagian besar permohonan IPPT di wilayah
ini sebagian besar lahan persawahan antara lain Pengajuan perubahan tegalan
menjadi pekarangan dengan perubahan sawah menjadi pekarangan,
perbandingannya yaitu satu banding dua dan persentasen dapat mencapai 60
persen. Kawasan tersebut di antaranya memiliki aktivitas perekonomian yang
padat, kawasan ramai lalu lintas kendaraan dan berada di dekat pusat ibukota
kabupaten Kulonprogo (Kasubid Pengaturan dan Penataan Pertanahan Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kulonprogo Tahun 2014)
Informasi nilai lahan merupakan suatu bagian yang penting dalam
pembangunan ekonomi, karena banyak pelaksanaan kegiatan pembangunan
ekonomi yang bergantung pada informasi nilai lahan sehingga diperlukan
informasi nilai lahan yang akurat. Selain itu informasi nilai lahan tersebut
kerap dijadikan sebagai acuan dan alasan dasar dilakukannya alih fungsi
lahan. Oleh karena itu melalui Penelitian ini penulis ingin menganalisis
bagaimana perubahan nilai lahan akibat perubahan penggunaan lahan di
Kecamatan Wates.
1.1 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang tersebut, dapat diketahui
beberapa rumusan masalah sebagai beribut:
a. bagaimana persebaran perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Wates
dalam kurun waktu 2012 dan 2017?,
b. bagaimana persebaran perubahan nilai lahan di Kecamatan Wates akibat
perubahan penggunaan lahan pada kurun waktu 2012 dan 2017?; dan
c. bagaimana hubungan perubahan nilai lahan dengan jenis penggunaan
lahan di Kecamatan Wates dalam kurun waktu 2012 dan 2017?.
4
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. menganalisis persebaran perubahaan penggunaan lahan di Kecamatan
Wates Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dan 2017,
b. menganalisis persebaran perubahan nilai lahan di Kecamatan Wates
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dan 2017; dan
c. menganalisis hubungan perubahan nilai lahan dengan jenis penggunaan
lahan di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.
1.3 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan evaluasi maupun
rekomendasi bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam menentukan
kebijkakan di bidang pertanahan dengan mengedepankan kesejahteraan
rakyat, terutama menentukan nilai jual tanah yang terdapat di Kecamatan
Wates, dan
b. sebagai penulisan skripsi untuk menempuh ujian sarjana S1 di Fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. METODE
Metode pengumpulan data sekunder dan metode analisis data primer.
Metode pengumpulan data yaitu data sekunder diperoleh dari instansi-
instansi yang terkait dengan penelitian ini dan data primer diperoleh dari
survei lapang yaitu berupa data harga tanah pasar dan data penggunaan lahan
di Kecamatan Wates.
Metode cek lapangan atau survey dilakukan untuk mengetahui obyek
interpretasi yang dianggap meragukan oleh interpreter dan mengetahui obyek
secara langsung dilapangan. Pengambilan sample berdasarkan obyek yang
mengalami perubahan atau terdapat pembangunan lahan yang baru.
5
Pengambilan sample dengan menggunakan metode Purposive Sampling
untuk uji lapangan.
Metode Purposive Sampling digunakan karena pemilihan sampel
berdasarkan pada karakter yang diinginkan dalam hal ini karakter yang
diinginkan adalah yaitu berdasarkan lahan yang mengalami perubahan atau
terdapat pembangunan yang baru.
Hasil survey yang didapat dari survey lapangan kemudian dapat di
lakukan koreksi hasil interpretasi (peta penggunaan lahan), sehingga
kemungkinan peta penggunaan lahan akan berubah sesuai dengan survey
yang dilakukan. Kegunaan utama dalam survei ini adalah untuk mengoreksi
pada hasil survei seberapa akurat hasil interpretasi yang telah di lakukan.
Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu pengolahan data primer
dan data sekunder yang kemudian di analisi sesuai dengan hasil yang didapat
oleh data primer dan data sekunder. Data Sekunder yang di dapat kemudian
dianalisis dengan mengamati perubahan nilai tanah dan pengunaan lahan dari
tahun ke tahun. Data tersebut diperolah dari Badan Pertanahan Nasional yang
tercantum dalam data Zona Nilai Tanah dan BAPPEDA Kabupaten Kulon
Progo. Data Primer yang didapat melalui survey lapangan dan wawancara
dengan penduduk yang tentang nilai lahan dan perubahan penggunaan lahan
di daerah penelitian.
Pada pengolahan data menggunakan Microsoft Office, pembuatan peta
menggunakan software ArcGis 10.2. Untuk mendapatkan data perubahan
penggunaan lahan, melakukan overlay peta penggunaan lahan tahun 2012 dan
2017 kemudian mengolah data survey harga tanah yang akan di kaitkan
dengan data perubahan lahannya.
Metode analisis data yang dilakukan dengan tumpang susun atau overlay
dengan mengunakan bantuan sistem informasi geografi yaitu
menggabungkan beberapa data grafis dan data spasil yang bertujuan untuk
menganalisis perubahan zona nilai lahan akibat penggunaan lahan pada tahun
2012 dan 2017.
6
3. HASIL
3.1 Analisi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2012 dan 2017
Setelah melakukan pengolahan data penggunaan lahan maka didapatkan
perubahan luas wilayah penggunaan lahan Kecamatan Wates dapat dilihat
pada tabel 1. sebagai berikut :
Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2012 dan 2017
No Perubahan Penggunaan Lahan Luas
(m2)
Persentase
(%)
1 Kebun Berubah Menjadi Industri 4.279 12,18
2 Kebun Berubah Menjadi Lahan Terbuka 2.003 5,70
3 Kebun Berubah Menjadi Pemukiman 23 0,07
4 Kebun Berubah Menjadi Pemukiman 10 0,03
5 Kebun Berubah Menjadi Pemukiman 14 0,04
6 Kebun Berubah Menjadi Tegalan 30 0,09
7 Pemukiman Berubah Menjadi Industri 1.591 4,53
8 Pemukiman Berubah Menjadi Industri 3.748 10,67
9 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa
4.073 11,59
10 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa
1.177 3,35
11 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa
6.748 19,21
12 Sawah Berubah Menjadi Perkantoran 2.163 6,16
13 Tegalan Berubah Menjadi Fasilitas
Pendidikan
3.837 10,92
14 Tegalan Berubah Menjadi Industri 531 1,51
15 Tegalan Berubah Menjadi Kebun 30 0,09
16 Tegalan Berubah Menjadi Lahan
Terbuka
2.214 6,30
17 Tegalan Berubah Menjadi Pemukiman 2.218 6,31
18 Tegalan Berubah Menjadi Perdagangan
Dan Jasa
444 1,26
Jumlah 35133 100
Sumber : Hasil Analisis 2018
Pada tabel 1 di atas adalah beberapa faktor perubahan lahan yang
terjadi di Kecamatan Wates. Perubahan penggunaan lahan tertinggi adalah
Permukiman berubah menjadi Perdagangan dan Jasa dengan luas 6.748 m2
7
dengan presentase 19,21 % dari luas keseluruhan. Hal ini, dapat dilihat
perubahannya pada sepanjang jalan yang ada terdapat di kecamatan Wates.
Salah satunya yaitu daerah di sekitar Alun – Alun Kota Wates. Perubahan
Penggunaan Lahan Terendah yaitu Kebun berubah menjadi Permukiman
dengan luas perubahan sebesar 14 m2 dengan presentase 0,04 % dari luas
keseluruhan. Perubahan ini disebabkan karena masyarakat membangun
tempat tinggal dengan memanfaatkan lahan kebun.
Perubahan lahan ini sangat wajar mengingat setiap tahunnya
pertumbuhan manusia di dunia akan semakin meningkat. Apalagi Kecamatan
Wates kini menjadi salah satu Kecamatan yang berkembang pesat. Sehingga
banyak masyarakan membangun tempat tinggal dan fasilitas pendukung
lainnya seiring bertambahnya jumlah penduduk.
3.2 Analisi Perubahan Nilai Lahan Tahun 2012 dan 2017
Setelah melakukan pengolahan data Harga Lahan di atas maka
didapatkan perubahan Harga Lahan Kecamatan Wates dapat dilihat pada
tabel 2 sebagai berikut
Tabel 2 Perubahan Zona Nilai Lahan Tahun 2012 dan 2017
NO Nomor
Zona
Nilai Lahan
Tahun 2012
Nilai Lahan
Tahun 2017
Selisih Nilai
Lahan
Persentase
(%)
1 11 Rp. 150.000 Rp. 198.000 Rp. 48000 0,97
2 12 Rp. 90.000 Rp. 288.000 Rp. 198000 3,98
3 14 Rp. 80.000 Rp. 153.000 Rp. 73000 1,47
4 15 Rp. 195.000 Rp. 258.000 Rp. 63000 1,27
5 17 Rp. 484.000 Rp. 641.000 Rp. 157000 3,16
6 22 Rp. 52.000 Rp. 107.000 Rp. 55000 1,11
7 25 Rp. 200.000 Rp. 590.000 Rp. 390000 7,84
8 27 Rp. 50.000 Rp. 291.000 Rp. 241000 4,85
9 28 Rp. 29.000 Rp. 278.000 Rp. 249000 5,01
10 31 Rp. 100.000 Rp. 168.000 Rp. 68000 1,37
11 33 Rp. 300.000 Rp. 397.000 Rp. 97000 1,95
12 37 Rp. 250.000 Rp. 650.000 Rp. 400000 8,04
13 40 Rp. 125.000 Rp. 191.000 Rp. 66000 1,33
14 41 Rp. 445.000 Rp. 590.000 Rp. 145000 2,92
15 42 Rp. 323.000 Rp. 427.000 Rp. 104000 2,09
16 284 Rp. 500.000 Rp. 662.000 Rp. 162000 3,26
8
17 286 Rp. 285.000 Rp. 370.000 Rp. 85000 1,71
18 290 Rp. 130.000 Rp. 210.000 Rp. 130000 2,61
19 316 Rp. 29.000 Rp. 39.000 Rp. 10000 0,20
20 329 Rp. 200.000 Rp. 486.000 Rp. 286000 5,75
21 346 Rp. 225.000 Rp. 481.000 Rp. 256000 5,15
22 365 Rp. 43.000 Rp. 138.000 Rp. 95000 1,91
23 366 Rp. 1.124.000 Rp. 1.488.000 Rp. 364000 7,32
24 368 Rp. 183.000 Rp. 319.000 Rp. 136000 2,73
25 373 Rp. 82.000 Rp. 354.000 Rp. 272000 5,47
26 382 Rp. 75.000 Rp. 241.000 Rp. 166000 3,34
27 404 Rp. 42.000 Rp. 245.000 Rp. 203000 4,08
28 405 Rp. 123.000 Rp. 163.000 Rp. 40000 0,80
29 410 Rp. 175.000 Rp. 232.000 Rp. 57000 1,15
30 421 Rp. 588.000 Rp. 778.000 Rp. 190000 3,82
31 282 Rp. 58.000 Rp. 225.000 Rp. 167000 3,36
Sumber : Hasil Analisis Data 2018
Sumber : Hasil Analisis, 2018
Gambar 1 Grafik Perubahan Nilai Lahan Tahun 2012 dan Tahun 2017
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa
perubahan Nilai lahan yang tertinggi adalah zona 37 sebesar 8,04 % atau
sebesar Rp. 400.000,-.Per m2. Zona 37 terletak di jalan utama yang
menghubungkan pusat kota selain itu dampak pembangunan Bandara di
Kulon Progo menyebabkan perubahan nilai lahan di pusat kota dan sekitar
9
bandara menjadi naik. Sedangkan nilai lahan terendah adalah zona 316
sebesar 0,20 % atau sebesar Rp100.000,-. Per m2.
Adanya perbedaan atau perubahan nilai tanah di setiap zona dikarenakan
beberapa faktor antara lain akses jalan yang memadahi atau kurang
memadahi, dekat dengan jalan raya, adanya permukiman atau residential,
adanya kawasan, dan lain-lain.
3.3 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Perubahan Zona
Nilai Lahan
Setelah melakukan pengolahan data Nilai Lahan dan Penggunaan Lahan
maka didapatkan perubahan Nilai Lahan berdasarkan penggunaan lahan di
Kecamatan Wates menunjukkan bahwa nilai tanah tertinggi berada pada titik
perubahan 11 yaitu sebesar Rp 400.000,-. Sedangkan nilai tanah terendah
terletak pada titik perubahan 13 yaitu sebesar Rp 40.000. Perubahan harga ini
di pengarui oleh waktu, jenis penggunaan lahan, fasilitas dan jarak terhadap
jalan. Semakin bertambahnya tahun harga lahan semakin berubah dan
semakin tinggi. Harga lahan dengan penggunaan lahan yan awalnya sawah
dengan harga rendah yang berubah menjadi permukiman mengalami
perubahan harga lahan yang berbeda. Harga lahan yang dekan dengan jalan
lebih tinggi dibandingkan lahan yang jauh dengan jalan umum karena akses
jalan yang mudah membuat harga lahan tinggi.
3.4 Analisis Klasifikasi Kenaikan Nilai Lahan Terhadap Perubahan
Penggunaan Lahan
Setelah melakukan analisis Nilai Lahan dan Penggunaan Lahan di atas
maka didapatkan klasifikasi Kenaikan nilai lahan terhadap perunahan
penggunaan lahan di Kecamatan Wates. Klasifikasikan berdasarkan kenaikan
nilai lahan tertinggi dan terendah yaitu kenaikan tertinggi Rp. 400.000 per m2
dan kenaikan terendah adalah Rp. 40.000 per m2 dengan perhitungan
Klasifikasi sebagai berikut :
10
J = NB – NK
J = Rp. 400.000 – Rp. 40.000 = Rp. 360.000
Keterangan :
J = Jangkauan
NB = Nilai Terbesar
NK = Nilai Terkecil
Panjang Interval Kelas
C = J / K
C = Rp. 360.000 / 3
= Rp. 120.000
Keterangan :
C = Panjang Interval
J = Jangkauan
K = Banyaknya Kelas Interval
Hasil dari perhitungan klasifikasi tersebut didapatkan Kelas klasfikasi
kenaikan nilai lahan yang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
Tabel 3 Kelas Klasifikasi Kenaikan Nilai Lahan
No Kelas Keterangan Nilai Lahan
1 Kelas I Rendah > Rp. 400.000 – Rp. 160.000
2 Kelas II Sedang > Rp. 160.000 – Rp. 280.000
3 Kelas III Tinggi > Rp. 280.000 – Rp. 400.000
Sumber : Hasil Analisis
Klasifikasi nilai lahan terbagi menjadi 3 kelas yaitu Kelas I yang
memiliki nilai yang rendah antara > Rp. 400.000 – Rp. 160.000, Kelas II yang
memiliki nilai sedang antara > Rp. 160.000 – Rp. 280.000 dan Kelas III
memiliki nilai tinggi antara > Rp. 280.000 – Rp. 400.000. Kelas klasifikasi
tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
11
Tabel 4 Nilai Lahan Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan
NO Perubahan Penggunaan Lahan Kenaikan
Nilai Lahan
Klasifikasi
Nilai Lahan
1 Tegalan Berubah Menjadi Industri Rp. 95.000 Rendah
2 Tegalan Berubah Menjadi
Fasilitas Pendidikan Rp. 157.000 Rendah
3 Tegalan Berubah Menjadi Lahan
Terbuka Rp. 68.000 Rendah
4 Tegalan Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa Rp. 97.000 Rendah
5 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa Rp. 400.000 Tinggi
6 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa Rp. 66.000 Rendah
7 Pemukiman Berubah Menjadi
Perdagangan Dan Jasa Rp. 145.000 Rendah
8 Pemukiman Berubah Menjadi
Industri Rp. 104.000 Rendah
9 Pemukiman Berubah Menjadi
Industri Rp. 162.000 Sedang
10 Sawah Berubah Menjadi
Perkantoran Rp. 85.000 Rendah
11 Kebun Berubah Menjadi
Pemukiman Rp. 80.000 Rendah
12 Kebun Berubah Menjadi
Pemukiman Rp. 364.000 Tinggi
13 Kebun Berubah Menjadi Industri Rp. 366.000 Tinggi
14 Kebun Berubah Menjadi Lahan
Terbuka Rp. 272.000 Sedang
15 Kebun Berubah Menjadi
Pemukiman Rp. 166.000 Sedang
16 Tegalan Berubah Menjadi
Pemukiman Rp. 203.000 Sedang
12
17 Kebun Berubah Menjadi Tegalan Rp. 40.000 Rendah
18 Tegalan Berubah Menjadi Kebun Rp. 190.000 Sedang
Sumber : Hasil Analisis 2018
Berdasarkan pada tabel 5 kenaikan nilai lahan tertinggi pada Kelas III
yaitu perubahan penggunaan lahan yaitu pemukiman berubah menjadi
perdagangan dan jasa pada perubahan penggunaan lahan ini terletak didaerah yang
akses jalannya mudah dijangkau yaitu berupa Ruko atau rumah toko. Kelas nilai
lahan terendah pada Kelas I yaitu kebun berubah menjadi tegalan pada penggunaan
lahan ini terletak didaerah yang akses jalannya sulit dan didaerah perdesaan yang
jauh dari pusat kota Wates.
3.5 Klasifikasi Kelas Kenaikan Nilai Lahan
Klasifikasikan berdasarkan kenaikan nilai lahan tertinggi dan terendah
yaitu kenaikan tertinggi Rp. 400.000 per m2 dan kenaikan terendah adalah
Rp. 40.000 per m2 dapat dilihat pada Gambar . Berikut.
Gamabar 2. Peta Klasifikasi Kenaikan Nilai Lahan Kecamatan Wates
Kabupaten Kulonprogo
13
Kenaikan nilai lahan tertinggi pada Kelas III yaitu perubahan
penggunaan lahan yaitu pemukiman berubah menjadi perdagangan dan jasa pada
perubahan penggunaan lahan ini terletak didaerah yang akses jalannya mudah
dijangkau yaitu berupa Ruko atau rumah toko. Kelas nilai lahan terendah pada Kelas
I yaitu kebun berubah menjadi tegalan pada penggunaan lahan ini terletak didaerah
yang akses jalannya sulit dan didaerah perdesaan yang jauh dari pusat kota Wates.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Total luas perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Wates dalam
kurun waktu 2012-2017 adalah 35.133 m2. Perubahan penggunaan lahan
tertinggi adalah Permukiman berubah menjadi Perdagangan dan Jasa
dengan luas 6.748 m2 dengan presentase 19,21 % dari luas keseluruhan
dengan kenaikan nilai lahan sebesar Rp. 400.000,- per m2. Perubahan
Penggunaan Lahan Terendah yaitu Kebun berubah menjadi Permukiman
dengan luas perubahan sebesar 14 m2 dengan presentase 0,04 % dari luas
keseluruhan dengan kenaikan nilai lahan sebesar Rp. 40.000,- per m2.
2. Persebaran perubahan nilai lahan yang terdapat di Kecamatan Wates
mengalami perubahan dalam kurun waktu 2012 – 2017 terutama di
daerah yang memiliki Akses jalan yang mudah dan fasilitas yang
memadai.
3. Perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung mempengaruhi
perubahan atau kenaikan nilai lahan. Namun bila dilihat secara
keseluruhan perubahan nilai lahan disebabkan oleh beberapa faktor
seperti terjangkaunya akses atau mobilitas ke pusat kota, meningkatnya
kawasan perekonomian, dan juga meningkatnya lahan sebagai tempat
tinggal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 1989. Pengertian dan Konsep Lahan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Briska Yusni, Marindi. 2015. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
nilai lahan sebagai penilaian jual objek pajak PBB. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh November.
BPS Kabupaten Kulonprogo, 2017, Kecamatan Wates dalam Angka Tahun
2017. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.
Fahirah, F., Bason, A., & Tagala, H. Tahun 2010. Indentitas Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Lahan dan Bangunan pada Perumahan Tipe
Sederhana. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Hidayati, W., Harjanto, B., 2003, Konsep Dasar Penilaian Properti, BPFE.
Yogyakarta.
Iswari, Nur Hidayati. 2013. Analisis Harga Lahan Berdasarkan Citra
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Jurnal Pendidikan Geografi.
Vol. 13 No. 1. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang
Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Republik Indonesia.1994. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang No 12 Tahun 1985 Tentang Pajak
Bumi dan Bangunan.