analisis perancangan tarif dan subsidi dalam pemabangunan preasarana perkotaan jadi

30
Jurnal Teknik Sipil ISSN 1412-548X Universitas Syiah Kuala pp. 1- 30 ANALISIS PERANCANGAN TARIF DAN SUBSIDI Amalia, Mulia Ulfa, Mutia Safrina, Nova Ronalita, Nurnadiya, Ridhia Maisarina Jurusan Magister Teknik Sipil, Prodi MPP, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, <[email protected], <[email protected]>, <[email protected]>,<[email protected]>, <[email protected]>,<[email protected]>, A.PENDAHULUAN Seperti halnya negara berkembang lainnya, perkembangan kota di Indonesia berlangsung dengan sangat pesatnya. Pertumbuhan kota yang pesat ini mempunyai implikasi, yaitu meningkatnya tuntutan permintaan atas pengadaan dan perbaikan prasarana dan pelayanan perkotaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas Berdasarkan perkiraan Bank Dunia, tekanan penduduk di daerah perkotaan ini selain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk secara alamiah dan tingginya perpindahan penduduk dari desa ke kota, juga disebabkan karena meningkatnya pengharapan masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan. Keadaan ini pada gilirannya menyebabkan terjadinya pembengkakan pada investasi infrastruktur perkotaan, yang diperkirarkan dalam tahun 1990 - an dapat mencapai sekitar US $ 10 milyar. Tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana caranya mengurangi dan mengatasi gap antara kebutuhan investasi prasarana dan pelayanan perkotaan dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan negara untuk memenuhi kebutuhan Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2011 - 1

Upload: yoesz

Post on 13-Feb-2015

76 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Jurnal Teknik Sipil ISSN 1412-548XUniversitas Syiah Kuala pp. 1- 19

ANALISIS PERANCANGAN TARIF DAN SUBSIDI

Amalia, Mulia Ulfa, Mutia Safrina, Nova Ronalita, Nurnadiya, Ridhia MaisarinaJurusan Magister Teknik Sipil, Prodi MPP, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,<[email protected], <[email protected]>, <[email protected]>,<[email protected]>,

<[email protected]>,<[email protected]>,

A.PENDAHULUAN

Seperti halnya negara berkembang lainnya,

perkembangan kota di Indonesia berlangsung

dengan sangat pesatnya. Pertumbuhan kota

yang pesat ini mempunyai implikasi, yaitu

meningkatnya tuntutan permintaan atas

pengadaan dan perbaikan prasarana dan

pelayanan perkotaan, baik dari segi kuantitas

maupun kualitas

Berdasarkan perkiraan Bank Dunia, tekanan

penduduk di daerah perkotaan ini selain

disebabkan karena adanya pertumbuhan

penduduk secara alamiah dan tingginya

perpindahan penduduk dari desa ke kota, juga

disebabkan karena meningkatnya pengharapan

masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya

pendapatan. Keadaan ini pada gilirannya

menyebabkan terjadinya pembengkakan pada

investasi infrastruktur perkotaan, yang

diperkirarkan dalam tahun 1990 - an dapat

mencapai sekitar US $ 10 milyar.

Tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di

Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana

caranya mengurangi dan mengatasi gap antara

kebutuhan investasi prasarana dan pelayanan

perkotaan dengan relatif terbatasnya

kemampuan keuangan negara untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Beberapa peluang dan

potensi yang dimiliki oleh pemerintah,

khususnya berkaitan dengan mobilisasi sumber

penerimaan yang sudah dimanfaatkan oleh

pemerintah daerah umumnya masih bersifat

konvensional (tradisional), seperti misalnya

pajak, retribusi dan pinjaman. Pada

kenyataannya, di luar sumber-sumber yang

bersifat konvensional tersebut masih banyak

jenis sumber-sumber lainnya yang bersifat non-

konvensional (non-tradisional), yang

sebenarnya berpotensi tinggi untuk

dikembangkan, seperti misalnya betterment

levies, development impact fees, excess

condemnation, obligasi , concession, dan

sebagainya.

B.Instrumen Keuangan Bagi Pembangunan

Perkotaan

1.Pembangunan Perkotaan

Seiring dengan pertumbuhan penduduk serta

perkembangan kota yang semakin pesat, perlu

dilakukan pembangunan sarana dan prasarana

kota guna meningkatkan kualitas hidup

masyarakat serta menunjang berbagai aktivitas

masyarakat serta pemerintah yang ada

didalamnya. Berbagai upaya pembangunan

Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2011 - 1

Page 2: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

untuk bidang sarana dan prasarana kota tersebut

dituangkan dalam arah kebijakan pemerintah

daerah sesuai fungsinya, yang meliputi :

a. Kelengkapan Kota

Membangun dan mengembangkan fasilitas

penerangan jalan dan tempat umum, serta

jaringan utilitas yang dibutuhkan masyarakat

guna mendukung serta menggerakkan kegiatan

ekonomi masyarakat. Meliputi:

1. Program Pembangunan Prasarana

Jaringan Utilitas

2. Program Penerangan Jalan dan Tempat

Umum

3. Program Pengembangan Pelayanan Air

Limbah

4. Program Pengembangan Pelayanan Air

Bersih

2. Tata Air

Melanjutkan pembangunan sarana

pengendali banjir dan drainase kota,sehingga

ancaman bencana banjir dan genangan air dapat

dikurangi, baik banyaknya lokasi maupun

sebarannya. Adapun kegiatannya meliputi:

1. Program Pengendalian Banjir

2. Program Peningkatan Drainase Kota

3. Perhubungan

Meningkatkan kinerja sistem transportasi,

pos dan telekomunikasi melalui pemanfaatan

secara optimal jaringan transportasi, pos dan

telekomunikasi serta perbaikan kuantitas dan

kualitas pelayanan.

1. Program Pengembangan Jaringan Jalan

dan Jembatan

2. Program Pengembangan Sarana dan

Fasilitas Perhubungan

3. Program Pengembangan Sarana dan

Fasilitas Perhubungan

4. Perumahan dan Permukiman

Membangun fasilitas perumahan dan

permukiman, dalam pemenuhan kebutuhan

dasar masyarakat akan hunian yang layak dan

terjangkau.

1. Program Pengembangan Perumahan

2. Program Penataan Lingkungan

Permukiman

5. Tata Ruang

Mewujudkan penataan ruang yang

berkualitas dan partisipatif berdasarkan prinsip

adil, efisien dan berkelanjutan

1. Program Perencanaan Ruang

2. Program Pemanfaatan dan Pengendalian

Pemanfaatan Ruang

3. Program Penataan dan Pengawasan

Bangunan

4. Program Pengembangan Kawasan

Khusus/Strategis.

6.Tata Bangunan

Mewujudkan penataan bangunan dan

gedung Pemda yang berkualitas dan handal

untuk mendukung penyelenggaraan fungsi

pemerintahan dan pelayanan masyarakat .

1. Program Penataan Bangunan dan

Gedung Pemda

Untuk melaksanakan berbagai program

pembangunan perasaran perkotaan tersebut

banyak faktor untuk mewujudkannya. Terutama

terkait dengan faktor sumberdaya. Sumberdaya

manusianya dan sumberdaya keuangannya.

2 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 3: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

2. Pemanfaatan Instrument Keuangan

Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan

Prasarana Perkotaan

Pertumbuhan kota yang pesat mempunyai

implikasi, yaitu meningkatnya tuntutan

permintaan atas pengadaan dan perbaikan

prasarana dan pelayanan perkotaan, baik dari

segi kuantitas maupun kualitas.

Tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di

Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana

caranya mengurangi dan mengatasi gap antara

kebutuhan investasi prasarana dan pelayanan

perkotaan dengan relatif terbatasnya

kemampuan keuangan negara untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Secara teoritis, modal bagi pembiayaan

pembangunan perkotaan dapat diperoleh dari 3

sumber dasar:

1. pemerintah/publik

2. swasta/private

3.Gabungan antara pemerintah dengan swasta

Untuk setiap modal tersebut, terdapat

beberapa jenis instrumen keuangan yang secara

umum dikategorikan sebagai berikut:

1. Pembiayaan melalui pendapatan

(revenue financing)

2. Pembiayaan melalui hutang (debt

financing) P

3. embiayaan dengan kekayaan (equity

financing)

2.1. Public Revenue Financing

Berdasarkan kategori ini ada 3 jenis instumen

keuangan yang biasa digunakan, yaitu:

1. pajak

2. retribusi

3. betterment levies

Dilihat dari sifatnya maka pajak dan retribusi

termasuk dalam kategori sumber keuangan

yang bersifat konvensional. Sementara itu,

betterment levies merupakan instrumen yang

bersifat non konvensional.

2.1.1. Public Revenue Financing Yang

Bersifat Konvensional

a. Pajak

Pajak merupakan instrumen keuangan

konvensional yang sering digunakan di banyak

negara. Penerimaan pajak digunakan untuk

membiayai prasarana dan pelayanan perkotaan

yang memberikan manfaat bagi masyarakat

umum, yang biasa disebut juga sebagai "public

goods". Penerimaan pajak dapat digunakan

untuk membiayai satu dari 3 pengeluaraan di

bawah ini, yaitu:

1. untuk membiayai biaya investasi total

("pay as you go");

2. untuk membiayai pembayaran hutang

("pay as you use")

3. menambah dana cadangan yang dapat

digunakan untuk investasi di masa

depan.

Bagi pemerintah daerah tingkat II di Indonesia,

penerimaan pajak yang terpenting dan dominan

adalah yang bersumber dari Pajak

Pembangunan I, pajak hiburan/tontonan, dan

pajak reklame. Selain itu, PBB, yang pada

dasarnya merupakan penerimaan bagi hasil dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,

dapat dianggap juga sebagai sumber

penerimaan pajak yang utama bagi daerah tingkat

II. Oleh karena itu, PBB sering bersama-sama

dengan PAD dikategorikan sebagai Penerimaan

Daerah Sendiri (PDS). 3

Page 4: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

b. Retribusi

Bentuk lainnya dari public revenue financing

adalah retribusi. Secara teoritis retribusi mempunyai

2 fungsi, yaitu 1) sebagai alat untuk mengatur

(mengendalikan) pemanfaatan prasarana dan jasa

yang tersedia; dan 2) merupakan pembayaran atas

penggunaan prasarana dan jasa. Untuk wilayah

perkotaan jenis retribusi yang umum digunakan

misalnya air bersih, saluran limbah, persampahan

dan sebagainya.

Pengenaan retribusi sangat erat kaitannya dengan

prinsip pemulihan biaya (cost recovery), dengan

demikian retribusi ini ditujukan untuk menutupi

biaya operasi, pemeliharaan, depresiasi dan

pembayaran hutang. Adapun tarif retribusi umumnya

bersifat proporsional, dimana tarif yang sama

diberlakukan untuk seluruh konsumen, terlepas dari

besarnya konsumsi masing-masing konsumen.

Namun demikian, di beberapa daerah yang maju,

misalnya di Jakarta, besarnya retribusi untuk

prasarana tertentu, seperti pelayanan air bersih

cenderung bersifat progresif, dimana semakin

banyak konsumsi air bersih akan semakin tinggi tarif

retribusinya.

Jenis retribusi yang memberikan sumbangan

penerimaan relatif tinggi bagi pemerintah daerah

adalah berasal dari retribusi perizinan, parkir, dan

pasar. Secara rata-rata, dalam tahun 1990/91

penerimaan retribusi mencapai sekitar 65% (kota

kecil) dan 47% (kota besar) dari total penerimaan

asli daerah.

2.1.2. Public Revenue Financing Yang Bersifat

Non Konvensional

Bentuk lain dari public revenue financing namun

yang bersifat non-konvensional ialah betterment

levies, yaitu merupakan tagihan modal (capital

charges) yang ditujukan untuk menutupi/membiayai

biaya modal dari investasi prasarana. Dalam

kenyataannya, jenis pungutan ini relatif kurang

banyak digunakan. Adapun tujuan utama dari

pengenaan jenis pungutan ini adalah mendorong

masyarakat yang memperoleh manfaat dari adanya

prasarana umum agar turut menanggung biayanya.

Dengan demikian, pungutan ini dikenakan langsung

kepada mereka yang memperoleh manfaat langsung

dari adanya perbaikan prasarana umum tersebut.

Adapun dasar pengenaannya bisa didasarkan atas

jumlah area atau berdasarkan nilai taksiran manfaat

yang diperolehnya.

2.2. Private Revenue Financing

Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan

dalam kelompok ini antara lain adalah:

1. connection fees (biaya penyambungan);

2. development impact fees,

Dari kedua jenis instrumen di atas, connection

fees cenderung dikategorikan sebagai instrumen

keuangan yang bersifat konvensional, sementara itu

development impact fees dikategorikan sebagai

instrumen keuangan yang bersifat nonkonvensional.

2.2.1. Private Revenue Financing Yang Bersifat

Konvensional

Connection fees merupakan pungutan yang

dikenakan oleh perusahaan jasa pelayanan

kepada individu, misalnya air bersih, saluran

pembuangan kotoran, dan telephone. Tujuan

utama dari dikenakannya pungutan ini adalah

untuk menutupi biaya yang timbul sebagai

akibat adanya tambahan konsumen dalam

jaringan yang sudah ada. Walaupun secara

tradisional sebenarnya jenis pungutan ini

termasuk dalam kategori "private revenue

financing", namun di Indonesia lebih dikenal

sebagai "public revenue financing", karena

umumnya perusahaan-perusahaan yang

4 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 5: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

menyelenggarakan jenis-jenis pelayanan

tersebut adalah perusahaan pemerintah

2.2.2. Private Revenue Financing Yang

Bersifat Non-Konvensional

Development impact fees dibayar oleh

developer kepada pemerintah daerah atau

perusahaan daerah sebagai kompensasi dari

adanya dampak yang ditimbulkan karena

adanya pembangunan baru, misalnya

pembangunan kompleks perumahan, yang

berdampak pada dibutuhkannya prasarana baru

di luar kompleks yang bersangkutan, misalnya,

saluran pembuangan kotoran, sistem

transportasi dan sumber air bersih. Tujuan

utama dari pengenaan pungutan ini adalah

untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan

pembangunan prasarana yang dibutuhkan

sebagai akibat dari adanya pembangunan di

suatu lokasi, misalnya kompleks perumahan,

industri, dan sebagainya. Pungutan ini biasanya

dikenakan pada saat izin membuat bangunan

(IMB) dikeluarkan oleh pemerintah daerah,

sehinggan lebih merupakan pungutan yang

harus dibayar di muka.

2.3. Public-Private Revenue Financing

Land readjustment merupakan salah satu

instrumen keuangan yang biasa digunakan

dalam kelompok ini. Dilihat dari sifatnya, maka

land readjustment dapat dikategorikan sebagai

instrumen yang bersifat non-konvensional.

Instrumen ini dinilai cukup kompleks, dan biasa

diterapkan pada suatu daerah tertentu yang

relatif belum berkembang namun mempunyai

catatan regristrasi tanah yang akurat dan

lengkap. Umumnya dengan adanya land

readjustment luas tanah yang dimiliki seseorang

akan berkurang namun nilainya akan

bertambah. Hal inilah yang merupakan motivasi

utama yang mendorong dilakukannya land

readjustment. Contoh-contoh negara yang telah

berhasil melaksanakan program land

readjustment di kawasan Asia adalah Jepang,

Korea, Taiwan, dan Hong Kong.

2.4. Public Debt Financing

Jenis instrumen keuangan yang biasa

digunakan dalam kategori ini antara lain adalah:

1. pinjaman

2. obligasi

Pinjaman merupakan instrumen keuangan

yang bersifat konvensional, sedangkan obligasi

bersifat non konvensional.

2.4.1. Public Debt Financing Yang Bersifat

Konvensional

Pinjaman merupakan instrumen keuangan

yang sering digunakan dalam kelompok ini.

Secara umum pinjaman mempunyai jangka

waktu lebih pendek dan relatif lebih mahal

dibandingkan dengan obligasi. Namun

demikian, pemerintah atau perusahaan daerah

bisa melakukan pinjaman tidak hanya dalam

bentuk pinjaman komersial, tetapi dapat juga

dalam bentuk pinjaman non komersial, baik

yang bersumber dari dalam negeri maupun luar

negeri (melalui pemerintah pusat).

2.4.2. Public Debt Financing Yang Bersifar

Non Konvensional

Obligasi merupakan instrumen keuangan

yang bersifat non-konvensional. Pada dasarnya

obligasi juga merupakan bentuk pinjaman yang

dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan

daerah untuk membiayai investasi prasarana.

Sumber dana obligasi diperoleh melalui 5

Page 6: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

mobilisasi dana di pasar modal.

2.5. Private Debt Financing

Jenis instrumen keuangan yang biasa

digunakan dalam kategori ini adalah

development exactions, yang dilihat dari

sifatnya dikategorikan sebagai instrumen

keuangan non konvensional. Pungutan ini

dikenakan pada developer dalam rangka

pembangunan prasarana di dalam lingkungan

(on-site) area pembangunan, sebagai salah satu

syarat sebelum pembangunan itu sendiri di

mulai. Adapun jenis prasarana yang biasanya

diharapkan dari developer yang bersangkutan

adalah jalan, saluran air bersih dan kotor,

penerangan jalan, taman, dan sebagainya.

Berbeda dengan development imnpact fees,

dimana bessarnya pungutan ditentukan oleh

pemerintah/perusahaan daerah, besarnya

pungutan development exaction ini ditentukan

berdasarkan negosiasi/perjanjian antara

developer dengan institusi yang mewakili

aktivitas masyarakat daerah yang bersangkutan.

Salah satu keuntungan dari development

exaction adalah tidak ada biaya konstruksi

prasarana yang ditanggung oleh pemerintah.

Namun demikian, instrumen ini juga

mempunyai kekurangan, yaitu kemungkinan

terjadinya pembangunan prasarana di bawah

standard.

2.6. Private-Public Debt Financing

Dua jenis instrumen keuangan yang biasa

digunakan dalam kelompok ini ialah:

1. excess condemnation

2. linkage

Kedua jenis instrumen tersebut dikategorikan

sebagai instrumen keuangan non-

konvensional.

a. Excess Condemnation

Excess condemnation merupakan metode

pembiayaan prasarana secara tidak langsung,

dimana sejumlah tanah disisihkan untuk

pembangunan prasarana, dan sejumlah lainnya

diberikan padsa developer swasta untuk

pembangunan komersial. Sebagai imbalannya,

developer berkewajiban untuk membangun

prasarana yang dibutuhkan. Instrumen ini biasa

digunakan untuk membangun kembali daerah-

daerah kumuh ("slum"), dimana melalui

instrument ini penyediaan prasarana

perkotaan di daerah tersebut dapat dilaksanakan

tanpa dibiayai oleh sektor public.

b. Linkage

Linkage pada dasarnya merupakan

pendekatan yang bersifat langsung, dimana

developer diharuskan menyediakan dan

membiayai prasarana yang sejenis (paralel) di

daerah lain yang kurang diinginkan, dalam

rangka mendapatkan persetujuan pembangunan

di daerah yang mereka inginkan. Metode

semacam ini di Indonesia sudah mulai dikenal,

khususnya berkaitan dengan pembangunan

perumahan, dimana para developer diwajibkan

untuk pembangunan perumahan sederhana

sebagai kompensasi diberikannya izin untuk

membangun perumahan mewah.

2.7. Private-Public Equity Financing

Instrumen keuangan yang biasa digunakan

dalam kelompok ini adalah:

1. joint ventures

2. concessions

6 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 7: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Dilihat dari sifatnya, maka kedua jenis

instrumen ini tergolong sebagai instrumen

keuangan non-konvensional.

a. Joint Ventures

Joint ventures merupakan kerjasama antara

swasta dengan pemerintah (private-public

partnership) dimana masing-masing pihak

mempunyai posisi yang seimbang dalam

perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama

dari kerjasama ini adalah untuk memadukan

keunggulan yang dimiliki sektor swasta,

misalnya modal, teknologi dan kemempuan

manajemen, dengan keunggulan yang dimiliki

oleh sektor pemerintah, misalnya sumber-

sumber, kewenangan dan kepercayaan

masyarakat.

b. Concessions

Adapun concessions antara private dengan

public dapat terjadi dalam berbagai bentuk,

diantaranya adalah: kontrak jasa, kontrak

manajemen, kontrak sewa, BOT (Build,

Operate, and Transfer), BOO (Build, Operate,

and Own), dan divestiture (sektor swasta

mengambil alih seluruh kontrol perusahaan

dengan membeli seluruh aset pemerintah).

3. Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam

Penyaluran Sumber Keuangan Untuk

Pembiayaan Pembangunan Prasarana

Perkotaan

Berbagai sumber pembiayaan keuangan

yang ada di gunakan untuk pembangunan

perkotaan di segala bidang, bidang social,

bidang budaya hingga fisik dengan pemenuhan

kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan.

Untuk melaksanakan pembangunan sarana dan

prasarana perkotaan ini erat kaitannnya dengan

mekanisme pemanfaatan instrument keuangan

sebagai sumber pembiayaan.

Dalam pembiayaan pembangunan ini

dikenal adanya mekanisme tariff dan subsidi.

1. Tarif

Tarif adalah harga satuan jasa atau aturan

pungutan. Tarif juga dapat didefinisikan sebagai

sejumlah harga yang harus dibayar untuk

memperoleh pelayanan/jasa.

Tarif dibedakan dalam 4 (empat) jenis, yaitu :

a) Tarif rendah

Tarif rendah adalah tarif yang nilainya lebih

rendah dibanding biaya dasar

b) Tarif dasar

Tarif dasar adalah tarif yang nilainya sama

atau ekuivalen dengan biaya dasar

c)Tarif Penuh

Tarif penuh adalah tarif yang nilainya lebih

tinggi dibanding biaya dasar

d) Tarif kesepakatan

Tarif kesepakatan adalah tarif yang

nilainya berdasarkan kesepakatan antara

pemerintah dan masyarakat

Penetapan tarif didasarkan pada prinsip :

a. Keterjangkauan dan keadilan

Di dalam penetapan tarif harus optimal dan

memperhatikan mekanisme pasar sehingga

tarif yang ditentukan dapat terjangkau (tidak

memberatkan) dan adil bagi masyarakat.

Contohnya pada tarif air minum. Tarif

memenuhi prinsip keterjangkauan dan

keadilan apabila pengeluaran rumah tangga

untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air

minum tidak melampaui 4% (empat

perseratus) dari pendapatan masyarakat

pelanggan.

7

Page 8: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

b. Mutu pelayanan

Tarif ditetapkan dengan

mempertimbangkan keseimbangan dengan

tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh

masyarakat.

c. Pemulihan biaya atau pengembalian biaya

(Cost Recovery)

Tarif berdasarkan prinsip Cost Recovery

ditetapkan dengan memperhitungkan tarif

rata-rata minimal sama dengan biaya dasar

atau tarif rata-rata yang dihitung dan

direncanakan harus menutup biaya dasar

ditambah tingkat keuntungan yang wajar.

d. Transparansi dan akuntabilitas

Tarif yang ditetapkan harus dilakukan

secara transparan dan akuntabel

Tahapan-tahapan perhitungan tarif adalah

sebagai berikut :

1. Menghitung biaya dasar

2. Menghitung tarif dasar

3. Menghitung tarif rendah

4. Menghitung tarif penuh

Dalam pelaksanaannya penetapan tarif

untuk instrumen keuangan konvensional berupa

pajak dan retribusi, penetapan tarifnya tidak

terlepas dari jenis-jenis tarif diatas.Sehingga

dalam instrument pajak dan retribusi

berdasarkan jenis sistem pemungutan yang erat

kaitannya dengan tarif, dapat dibagi kepada

beberapa jenis.

Untuk pajak ada beberapa jenis pajaknya

Yaitu:

1. Pajak sistem pemungutan proporsional

2. Pajak sistem pemungutan Progresif

3. Pajak sistem pemungutan regresifl

4. Pajak sistem pemungutan degresif

Untuk retribusi dikenal dua istilah jenis

retribusi berdasarkan tarifnya yaitu:

1. Retribusi sistem pemungutan

proporsional

2. Retribusi sistem pemungutan flat

2.Subsidi

Subsidi pemerintah menjadi sebuah jaringan

penting dalam sebuah negara. Yang berperan

sebagai bukti nyata adanya tanggung jawab

pemerintah dalam rangka mensejahterakan

masyarakatnya. Dampak dari sebuah

kesejahteraan tidak semata-mata terkandung

permasalahan ekonomi saja. Mengapa

pemerintah begitu konsen terhadap

permasalahan ekonomi, karena kondisi

ekonomi yang mapan dapat memberikan

jaminan sehatnya kondisi non-ekonomi lainnya.

Misalnya saja pendidikan, kriminalitas,

kesehatan bahkan iklim politik. Isu-isu yang

terkait dengan sektor-sektor tersebut tidaklah

terlepas dari keberadaan kondisi ekonomi suatu

negara.

Sedangkan subsidi menurut bahasa berarti

tunjangan atau sebagai bantuan uang dsb kpd

yayasan, perkumpulan, dsb (biasanya dr pihak

pemerintah). Sebagai contoh subsidi BBM yaitu

bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah

pada Pertamina dalam simulasi dimana

pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas

menyediakan BBM di tanah air adalah lebih

rendah dibandingkan dengan biaya yang

dikeluarkan. Definisi di atas menunjukkan

bahwa subsidi dilakukan untuk membantu

8 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 9: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

warga negara yang kurang mampu, namun

kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan

kelas menengah ke atas. Hal ini menyebabkan

subsidi BBM salah sasaran dalam penyaluran,

karena subsidi yang tujuannya diberikan oleh

kelompok yang kurang mampu tapi ternyata

lebih banyak dinikmati oleh golongan

masyarakat kelas atas.

Subsidi dapat juga digunakan untuk

menyebut tindakan pemerintah yang membatasi

kompetisi atau menaikkan harga di mana

produsen bisa menjual produk mereka,

misalnya, dengan cara proteksi tarif. Although

economics generally holds that subsidies may

distort the market and produce inefficiencies,

there are a number of recognized cases where

subsidies may be the most efficient solution. [ ]

Meskipun ekonomi umum menyatakan bahwa

subsidi dapat mendistorsi pasar dan

menghasilkan inefisiensi, ada sejumlah kasus

yang diakui di mana subsidi mungkin solusi

yang paling efisien

Subsidi menjadi sebuah cara yang lazim

digunakan pemerintah dalam anggaran

keuangannya.

Adapun beberapa landasan pokok dalam

penerapan subsidi antara lain:

1. Suatu bantuan yang bermanfaat yang

diberikan oleh pemerintah kepada

kelompok-kelompok atau individu-

individu yang biasanya dalam bentuk

cash payment atau potongan pajak.

2. Diberikan dengan maksud untuk

mengurangi beberapa beban dan fokus

pada keuntungan atau manfaat bagi

masyarakat.

3. Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang

pajak yang dipungut oleh pemerintah

akan kembali lagi ke tangan masyarakat

melalui pemberian subsidi.

Dalam hal landasan penerapan subsidi

tersebutlah peran penentuan tariff menjadi hal

yang penting. Terutama pada tari-tari yang bias

mengambil kebijakan penuh, yaitu pajak dan

retribusi.

Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan

subsidi, seperti alasan di belakang mereka,

penerima subsidi, sumber dana (pemerintah,

konsumen, pendapatan pajak umum, dll).

Dalam ilmu ekonomi, salah satu cara utama

untuk mengklasifikasikan subsidi adalah cara

mendistribusikan subsidi. Ekonomi juga secara

eksplisit mengidentifikasi beberapa area dimana

subsidi sepenuhnya dibenarkan oleh ekonomi,

khususnya di bidang penyediaan barang publik.

1. subsidi langsung

subsidi langsung tunai (slt) kepada rumah

tangga miskin (rtm) adalah sejumlah uang yang

diberikan oleh pemerintah kepada rumah

rangga yang tergolong miskin sebagai

kompensasi pengurangan subsidi bbm.

2. subsidi Ketenagakerjaan

A labor subsidy is any form of subsidy where

the recipients receive subsidies to pay for labor

costs.Sebuah subsidi tenaga kerja adalah setiap

bentuk subsidi dimana penerima menerima

subsidi untuk membayar biaya tenaga kerja.

9

Page 10: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Examples may include labor subsidies for

workers in certain industries, such as the film

and/or television industries. Contoh mungkin

termasuk subsidi tenaga kerja untuk pekerja di

industri tertentu, seperti film dan / atau industri

televisi.

3. subsidi Infrastruktur

In some cases, subsidy may refer to favoring

one type of production or consumption over

another, effectively reducing the

competitiveness or retarding the development

of potential substitutes. Dalam beberapa kasus,

subsidi bisa merujuk ke menguntungkan satu

jenis produksi atau konsumsi atas yang lain,

efektif mengurangi daya saing atau penghambat

pengembangan potensi pengganti

4. subsidi perumahan

Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori

resmi pemerintah Indonesia untuk tipe hunian

bertingkat seperti apartemen, kondominium,

flat, dan lain-lain. Namun pada

perkembangannya kata ini digunakan secara

umum untuk menggambarkan hunian bertingkat

kelas bawah.

Istilah lain yang sering diusung oleh para

pengembang untuk rusunami adalah Apartemen

Bersubsidi. Pengembang lebih senang

menggunakan istilah apartemen daripada rusun

karena konotasi negatif yang melekat.

Sedangkan penambahan kata bersubsidi

disebabkan karena pemerintah memberikan

subsidi bagi pembeli rusunami jika memenuhi

syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat

tetap dapat membeli rusunami namun tidak

mendapatkan subsidi.

5. perlindungan Perdagangan

(pembatasan impor)

Measures used to limit a given good than they

would pay without the trade barrier; the

protected industry has effectively received a

subsidy. Langkah-langkah yang digunakan

untuk membatasi diberikan baik daripada

mereka akan membayar tanpa penghalang

perdagangan; industri dilindungi secara efektif

menerima subsidi. Such measures include ,

import , import bans, and others. langkah-

langkah tersebut termasuk kuota impor , impor

tarif , larangan impor, dan lain-lain.

6. subsidi Ekspor (promosi perdagangan)

Various tax or other measures may be used to

promote exports that constitute subsidies to the

industries favored. Berbagai pajak atau tindakan

lain dapat digunakan untuk mempromosikan

ekspor yang merupakan subsidi untuk industri

disukai. In other cases, tax measures may be

used to ensure that exports are treated "fairly"

under the tax system. Dalam kasus lain,

langkah-langkah fiskal dapat digunakan untuk

memastikan bahwa ekspor diperlakukan "adil"

di bawah sistem pajak. The determination of

what constitutes a subsidy (or the size of that

subsidy) may be complex. Penentuan apa yang

merupakan subsidi (atau ukuran subsidi itu)

mungkin rumit. In many cases, export subsidies

are justified as a means of compensating for the

subsidies or protections provided by a foreign

10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 11: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

state to its own producers. Dalam banyak kasus,

subsidi ekspor dibenarkan sebagai sarana

kompensasi untuk subsidi atau perlindungan

yang diberikan oleh negara asing untuk

produsen sendiri.

7. subsidi Pengadaan

Governments everywhere are relatively small

consumers of various goods and services.

Pemerintah di mana-mana relatif konsumen

kecil dari berbagai barang dan jasa. Subsidies

may occur in this process by choice of the

products produced, the producer, the nature of

the product itself, and by other means,

including payment of higher-than-market prices

for goods purchased. Subsidi dapat terjadi

dalam proses ini dengan pilihan atas produk

yang diproduksi, produser, sifat produk itu

sendiri, dan dengan cara lain, termasuk

pembayaran harga lebih tinggi dari pasar

barang yang dibeli.

3.Konsumsi subsidi

Governments everywhere provide

consumption subsidies in a number of ways: by

actually giving away a good or service,

providing use of government assets, property,

or services at lower than the cost of provision,

or by providing economic incentives (cash

subsidies) to purchase or use such

goods.Pemerintah memberikan subsidi di mana-

mana konsumsi dalam beberapa cara: dengan

benar-benar memberikan pelayanan yang baik

atau, menyediakan penggunaan aset

pemerintah, properti, atau jasa di lebih rendah

dari biaya penyediaan, atau dengan memberikan

insentif ekonomi (subsidi tunai) untuk membeli

atau menggunakan barang tersebut. In most

countries, consumption of education, health

care, and infrastructure (such as roads) are

heavily subsidized, and in many cases provided

free of charge. Di banyak negara, konsumsi

pendidikan, perawatan kesehatan, dan

infrastruktur (seperti jalan) banyak subsidi, dan

dalam banyak kasus disediakan secara gratis. In

other cases, governments literally purchase or

produce a good (such as bread, wheat, gasoline,

or electricity) at a higher cost than the sales

price to the public (which may require to

control the cost). Dalam kasus lain, pemerintah

harfiah pembelian atau memproduksi barang

(seperti roti, gandum, bensin, atau listrik)

dengan biaya lebih tinggi dari harga jual kepada

publik (yang memerlukan penjatahan untuk

mengontrol biaya).

The provision of true through consumption

subsidies is an example of a type of subsidy that

economics may recognize as . Pemberian

terhadap barang publik melalui subsidi

konsumsi adalah contoh dari jenis subsidi yang

secara ekonomi mungkin akan mengenali

sebagai efisien . In other cases, such subsidies

may be reasonable second-best solutions; for

example, while it may be theoretically efficient

to charge for all use of public roads, in practice,

the cost of implementing a system to charge for

such use may be unworkable or unjustified. [ ]

Dalam kasus lain, subsidi tersebut dapat solusi

terbaik kedua yang masuk akal, misalnya,

sementara itu mungkin secara teoritis efisien

untuk biaya untuk semua penggunaan jalan 11

Page 12: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

umum, dalam prakteknya, biaya pelaksanaan

suatu sistem untuk biaya untuk penggunaan

tersebut mungkin tidak bisa dijalankan atau

tidak bisa dibenarkan.

Dalam kasus lain, subsidi konsumsi

mungkin ditargetkan pada kelompok tertentu

pengguna, seperti utilitas besar, perumahan

rumah pemilik, dan lain-lain.

4.Subsidi yang dijalankan di Indonesia

Pemberian subsidi kepada rakyat yang

bertindak sebagai produsen, seperti subsidi

pupuk dan benih bagi petani, atau subsidi bahan

baku kedelai bagi perajin tahu dan tempe, dan

sebagainya. Pemberian subsidi kepada rakyat

yang bertindak sebagai konsumen, seperti

subsidi pangan (sembako murah), atau subsidi

minyak goreng, dan sebagainya.

Subsidi yang diberikan negara untuk sektor

pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

negara, misalnya:

(1) jasa telekomunikasi seperti telepon, pos,

fax, internet;

(2) jasa perbankan seperti transfer, simpanan,

dan penukaran valuta asing; dan

(3) jasa transportasi umum seperti kereta api,

kapal laut, dan pesawat terbang.

(4) Subsidi untuk sektor energi (seperti BBM

dan listrik)

Dapat dilihat di sini bahwa subsidi menjadi

sebuah alat pemerintah dalam melakukan

distribusi pendapatan masyarakat.

Di Indonesia sendiri, kebijakan subsidi

yang paling santer terdengar adalah subsidi

harga BBM. Subsidi BBM adalah salah satu

contoh suatu kebijakan ekonomi yang tidak

adil. Menurut data dari sebuah survei misalnya,

pemilik mobil pribadi rata-rata menikmati

subsidi dari BBM sebesar 1,2 juta perbulan,

sangat tidak sebanding dengan apa yang

diterima oleh masyarakat yang kurang mampu

terutama yang tidak mempunyai kendaraan

bermotor. Subsidi memang sangat membantu

masyarakat kurang mampu untuk menjangkau

harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus

menerus, subsidi yang diberikan oleh

pemerintah akan menggerogoti keuangan

negara dalam APBN. Karena ternyata subdisi

tersebut salah sasaran. Masyarakat kelas atas

yang sebenarnya mampu membeli BBM secara

normal ternyata malah disubsidi. Sedangkan

kendaraan-kendaraan roda dua milik

masyarakat kurang mampu biasanya membeli

BBM yang dijual di kios-kios eceran yang

harganya pasti lebih mahal dari SPBU. Jadi jika

subsidi ini diteruskan maka akan buang-buang

uang dari APBN karena hanya kalangan

menengah ke atas saja yang menikmati subsidi

ini.

a) Konsep subsidi dalam pola kemitraan

dengan swasta

Pengertian yang beredar di banyak pihak,

bahwa dengan adanya kemitraan dengan pihak

swasta, maka kewajiban pemerintah sudah

beralih kepada pihak swasta. Selanjutnya dari

kerjasama ini, pemerintah akan mendapatkan

fee untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli

Daerah). Pemahaman tersebut tidak seluruhnya

benar, karena tanggung jawab untuk

12 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 13: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

memberikan pelayanan kepada masyarakat,

tetap ditangan pemerintah. Walaupun ada pihak

swasta yang terlibat, fungsinya hanya sebagai

operator. Fungsi kontrol dan pengaturan masih

tetap ditangan pemerintah. Disamping itu,

sangat sulit membebankan pihak swasta untuk

menjalankan fungsi sosial. Dimanapun di dunia

ini, prinsip yang berlaku untuk kegiatan usaha

adalah untuk mendapatkan keuntungan. Oleh

karenannya dalam hal penanganan infrastrukfur

publik, fungsi sosial harus tetap menjadi

tanggung jawab pemerintah.

Dalam kaitannya dengan program subsidi

kepada masyarakat yang kurang mampu, maka

keuntungan yang diperoleh dari pola kemitraan

dengan swasta adalah fee yang diberikan swasta

kepada pemerintah sebagai kompensasi

kewenangan pengelolaan sistem. Besaran dana

ini bersifat terukur dan kontinyu sepanjang

berlakunya kerjasama. Semestinya dana

tersebut dimanfaatkan kembali untuk

masyarakat, terutama yang kurang mampu.

b) Alternatif pemberian subsidi kepada

masyarakat miskin

Di bagian muka telah dijelaskan bahwa ada

2 pola subsidi yang diberlakukan kepada

masyarakat: i) dalam bentuk bantuan untuk

sistem/infrastrukturnya sendiri seperti bantuan

untuk pemasangan jaringan distribusi untuk

membuka aksesibilitas masyarakat kepada

sistem. Pola yang lain adalah ii) bantuan

langsung kepada masyarakat seperti bantuan

diskon terhadap beban tagihan rekening air

yang dipergunakan. Masing-masing pola

mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

c) Subsidi terhadap sistem:

Dalam kasus air bersih, subsidi yang

diberikan pemerintah dapat berupa penyediaan

sharing equity untuk investasi pemasangan

jaringan pipa distribusi ke daerah miskin

perkotaan yang belum mempunyai sistem air

bersih. Dengan adanya pembagian beban

investasi maka biaya investasi yang dikeluarkan

oleh pihak swasta menjadi lebih kecil, sehingga

besaran Return on Investment secara nominal

menjadi lebih kecil juga. Pada akhirnya tarif

yang diberlakukan kepada masyarakat dapat

ditekan.

Mengacu pada prinsip keadilan yang berlaku,

hak privilege dapat diberikan, namun dengan

batasan tertentu. Dalam hal ini adalah batasan

volume pemakaian. Kontrol terhadap volume

penggunaan air dapat dilakukan secara teknis.

Misalnya: pembatasan aliran dengan meter air

khusus yang hanya dapat menampung kapasitas

tertentu saja ataupun penyesuaian diameter pipa

service yang masuk kedalam halaman rumah.

Praktek yang dapat ditemui dalam kehidupan

sehari-hari adalah untuk sistem PLN. Tarif

dasar untuk daya 450 watt (yang paling rendah)

tetap tidak berubah walaupun PLN

memberlakukan kenaikan tarif beberapa kali.

Dalam pola ini, kontrol ternadap penggunaan

kapasitas dan penerapan sangsi yang jelas

apabila terjadi pelanggaran harus dapat

dilaksanakan secara pasti.

d) Subsidi langsung kepada masyarakat

13

Page 14: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Dalam pola yang kedua ini, tidak ada perbedaan

antara daerah yang mampu dan kurang mampu.

Dalam perluasan jaringan distribusi, pihak

swasta tidak perlu mengkhawatirkan bahwa air

yang dipasarkan tidak akan mampu dibayar di

kawasan yang miskin. Masyarakat yang kurang

mampu akan dibantu biaya pemasangan

sambungan dan tagihan rekening dalam batasan

volume tertentu dengan cara menunjukan kartu

diskon khusus. Batasan volume yang tertera

dalam kartu diskon ini ditentukan berdasarkan

jumlah anggota keluarga (kurang mampu) yang

tinggal dalam satu atap. Masyarakat yang

benar-benar tidak mampu harus mendaftarkan

diri untuk mendapatkan kartu diskon tadi. Agar

kartu diskon ini benar-benar mencapai

sasarannya harus ditentukan kriteria/parameter

bagi masyarakat yang kurang mampu. Indikator

yang sederhana untuk menilai status penerima

kartu diskon antara lain: hanya yang

mempunyai sambungan PLN daya 450 watt;

persil rumah yang maksimum 60 m2, dll.

Secara natural, masyarakat yang kemudian

meningkat pendapatannya dan berubah

statusnya, tidak memerlukan kartu diskon tadi

karena prosesnya yang lebih rumit dan

memerlukan waktu. Secara implisit, pendekatan

ini memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Privilege hanya dapat diberikan untuk sasaran

yang tepat dan harus ada upaya khusus untuk

mendapatkannya.

Penggunaan volume yang melebihi batasan

dalam kartu diskon, akan menjadi tanggungan

masyarakat sendiri dan ditagih sesuai dengan

tarif aslinya. Masyarakat dengan sendirinya

akan melakukan kontrol diri agar tidak terkena

beban biaya yang memberatkan.

Pola subsidi ini mirip dengan sistem blok tarif

dasar (tarif A). Perbedaannya adalah bahwa

dengan pola ini, blok tarif dapat diterapkan

secara lebih fleksibel dan sederhana, dimana

antara blok dasar dengan blok di atasnya tidak

terjadi perbedaan rentang yang terlalu besar.

Kemudian bagi masyarakat yang kurang

mampu dengan anggota keluarga yang besar

dengan pemakaian air yang melebihi dari

umumnya, tidak akan terkena tarif reguler,

karena batasan volume disesuaikan dengan

jumlah anggota keluarga.

Penerapan sistem ini sangat membutuhkan

akurasi data demi mencegah ketidak-adilan

ataupun kecurangan/ manipulasi status untuk

mendapatkan diskon.

C. MEKANISME PENERAPAN TARIF DAN

SUBSIDI DALAM PSP

14 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 15: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Upaya untuk mempertahankan dan

meningkatkan tingkat penyediaan jasa pelayanan

sarana dan prasarana menghadapi tiga dimensi

permasalahan. Pertama, pembangunan sarana dan

prasarana tidak mudah karena mencakup

penggunaan kapital yang sangat besar, waktu

pengembalian modal yang panjang, penggunaan

lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi

tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu

panjang untuk mencapai skala ekonomi yang

tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi

nasional pada saat ini sangat terbatas, baik dana

yang berasal dari pemerintah maupun swasta.

Kedua, pembangunan sarana dan prasarana

merupakan prakondisi bagi berkembangnya

kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang.

Peningkatan jumlah penduduk mendorong perlunya

tambahan pelayanan sarana dan prasarana. Ketiga,

menghadapi persaingan global dan sekaligus

memenuhi permintaan masyarakat akan jasa

pelayanan sarana dan prasarana memerlukan

restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha

pelayanan jasa sarana dan prasarana.

Tujuan kebijakan mempertahankan tingkat

jasa pelayanan infrastruktur adalah untuk

mempertahankan dan meningkatkan kondisi

sarana dan prasarana yang telah ataupun sedang

dibangun agar tingkat pelayanannya dapat

dipertahankan dan ditingkat sesuai dengan

kualitas yang memadai, serta tetap dapat

dioperasikan dan dimanfaatkan semaksimal

mungkin dalam rangka menunjang sektor-

sektor produktif. Untuk itu diprioritaskan

infrastruktur yang sudah dibangun ataupun

sedang dalam proses pembangunan, diupayakan

pemeliharaannya agar nilai ekonomisnya tidak

menurun. Sedangkan untuk peningkatan dan

pembangunan infrastruktur diarahkan hanya

untuk menunjang pertumbuhan permintaan jasa

pelayanan yang telah melebihi kapasitasnya

(bottleneck) dan untuk menunjang ekspor.

Sasaran kebijakan ini adalah: (1) tersedianya

pelayanan jasa infrastruktur yang mampu

memenuhi kebutuhan minimum dalam pemulihan

ekonomi; (2) terjaganya kondisi konstruksi maupun

peralatan infrastruktur yang belum selesai

pembangunan konstruksinya atau belum beroperasi

dengan sempurna; (3) terlaksananya peninjauan

ulang atas disain ataupun rencana konstruksi

infrastruktur fisik, dan (4) tersedianya data serta

informasi bagi landasan pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan.

Sementara itu, untuk mempromosikan

transparansi, maka penyediaan infrastruktur dapat

dilaksanakan berdasarkan atas prinsip komersial

oleh swasta. Sedangkan, misi sosial termasuk juga

misi strategis tetap ditangani oleh Pemerintah

melalui pemberian sistem subsidi (public service

obligation-PSO) dan insentif lainnya secara

transparan. Dalam kaitan itu, pemerintah akan

menerapkan program rasionalisasi tarif secara

15

DASARPENGENAAN

TARIF

COST RECOVERY

NON COSTRECOVERY

SUBSIDI

TOTAL COST = TOTAL REVENUE

TOTAL COST < TOTAL REVENUE

TOTAL COST> TOTALREVENUE

UNTUK MENUTUP COSTDIAMBILKAN DARI PAJAK DAERAH

TOTAL COSTSAMA DENGAN

TOTAL REVENUE+ SUBSIDI

TERDAPAT RETURN/VALUE ADDED

SUBSIDI DIAMBILKANDARI PAJAK DAERAH

Page 16: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

komprehensif. Secara bertahap tarif akan dinaikkan

agar dapat mengembalikan biaya (full cost-

recovery), kecuali untuk pemerataan pembangunan

dan melindungi masyarakat tidak mampu, tetap

akan diberikan subsidi. Namun demikian subsidi

tersebut akan diberikan secara eksplisit dan

transparan. Mekanisme kenaikan tarif akan

diberlakukan sehingga merupakan insentif untuk

lebih efisien, dan juga untuk mencegah subsidi

yang makin besar di masa datang, serta untuk

mendukung struktur industri yang baru.

Selain, itu subsidi itu diberlakukan hanya

jika keuntungan (manfaat) yang diperoleh lebih

besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan

untuk pemberian subsidi. Meskipun subsidi ada

untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat,

mereka mengakibatkan pajak yang lebih tinggi

atau peningkatan harga untuk barang-barang

konsumen. Logikanya: karena subsidi

meningkat maka pajak yang dipungut juga

meningkat karena pajak merupakan sumber

dana untuk subsidi, sehingga harga-harga

barang pun juga akan meningkat karena adanya

tuntutan pajak yang semakin naik. Ini semua

tentu saja menuntut kehati-hatian pemerintah

dalam memutuskan kebijakan subsidi. Karena

bila tujuan subsidi yang pada awalnya bertujuan

meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara

keseluruhan berubah menjadi sebuah keputusan

yang hanya memberikan keuntungan bagi

segelintir golongan.

a) Mekanisme Subsidi Silang

Dalam kebijakan subsidi ini sangat dikenal

istilah subsidi silang. Hak ini muncul sebagai

dampak dari banyaknya instrument pembiayaan

yang ada dan objek yang dikenai tariff juga terdiri

dari berbagi jenis kelopok. Sehingga secara

sederhana diharapkan terwujud konsep keadilan.

Dimana yang pemakiannya banyak kuantitasnya

dengan jumlah yang sedikit diharapkan menutupi

konsumen yang jumlahnya banyak namun pemakain

kuantisanya sedikit.

Jika Pemerintah membutuhkan dana untuk

pelayanan umum, dapat didanai dari gabungan

antara subsidi silang dan hibah pemerintah dari

pendapatan pajak

b) Contoh Kasus

Contoh hubungan penetapan tarif dan subsidi pada

peneyediaan sarana prasarana pembangunan

misalnya adalah pada penyediaan air bersih sebagai

salah satu bagian kelengkapan prasarana sebuah

kota.

Retribusi air bersih tepat untuk diangkat sebagai

kasus penetapan tarif progresif-regresif dengan

subsidi silang. DImana proses subsi silang yang

terjadi, mekanismenya adalah, pelanggan yang

mengkonsumsi air semakin banyak maka ia akan

dikenakan kewajiban mebayar tariff lebih besar.

Begitu juga sebaliknya.

Hasilnya, Pelanggan dengan tariff tinggi yang

jumlahnya tidak banyak dengan tariff yang tinggi

tersebut dapat mensubsidi pemakaian sarana air

bersih yang lebih rendah pemakaiannya. Atau

dikenal istilah subsidi silang.16 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Pengelolaan Investasi

Pertemuan ke 6

PENERAPANSUBSIDI SILANG

PEMBIAYAANPSP.

PELAYANAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN, DENGAN BER-BAGAI PENGGUNA YANG KEMAMPUAN EKONOMINYA BERBEDA.

YANG MAMPU DIKENAI TARIF PROGRESIF DAN YANG KURANG MAMPU DIKENAI TARIF REGRESIF.PELAYANAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN DENGAN BER-

BAGAI PENGGUNA, DIMANA YANG MENGGUNAKAN BANYAKDIKENAI TARIF TINGGI DAN YANG MENGGUNAKAN

SEDIKIT DIKENAI TARIF RENDAHPELAYANAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN DENGAN UMURPENGGUNA BERBEDA, DIMANA ANAK-ANAK DIKENAI TARIF

RENDAH DAN DEWASA DIKENAI TARIF LEBIH TINGGI.

Page 17: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

Dalam penetapan tariff ini sangat diperlukan real

deman survey. Dengan pengumpulan data dan

informasi tentang pelanggan pdam :

a. Jumlah pelanggan, berdasarkan strata.

b. Penggunaan air bersih per bulan,

berdasarkan strata.

c. Kemampuan membayar masing-masing

strata.

Dilaksanakan melalui metoda survey.

c) Subsidi dalam sistem yang full cost

recovery Pada Penelolaan PDAM

Sudah sedemikian seringnya kita

mendengar dan mengetahui konsep full cost

recovery dalam pengelolaan PDAM. Pada

prinsipnya dalam konsep ini, PDAM harus

bersifat mandiri dalam menjalankan

perusahaannya: membiayai

operasi/pemeliharaan, mengganti asset yang

rusak serta melakukan pengembangan

perusahaan. Kenyataannya sampai saat ini

hanya sebagian kecil saja PDAM yang mampu

untuk menerapkannya. Secara teknis banyak

PDAM yang saat ini sudah sangat berat untuk

menjalankan perusahaannya, karena beban

hutang yang menumpuk dan belum terbayar,

biaya operasi yang lebih besar dari pendapatan

(tarifnya yang masih rendah), kebocoran tinggi

dll. Ajaibnya PDAM tersebut masih tetap eksis.

Walaupun secara ekonomi sebenarnya sudah

bangkrut. Barang ajaib yang membantu PDAM

adalah subsidi pemerintah pusat/daerah.

Walaupun hal ini tidak pernah dihitung dalam

akutansi perusahaan.

Sebaliknya operator swasta akan

menerapkan konsep full cost recovery secara

konsisten. Alasannya sederhana bahwa mereka

tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan

subsidi dari luar sistem. Segala sesuatunya

berputar dari sistem yang dikelolanya. Operator

swasta dengan segala upaya akan mencegah

dirinya menjadi bangkrut.

Sebenarnya bagi perusahaan publik yang

mengemban misi sosial seperti PDAM, subsidi

adalah sesuatu yang sah-sah saja, asalkan dapat

dihitung secara jelas dan dimanfaatkan sebenar-

benarnya untuk kepentingan masyarakat,

terutama yang tidak mampu.

Ada dua konsep subsidi yang berlaku: i)

yang diberlakukan untuk membiayai sistem,

seperti subsidi untuk investasi perpipaan dari

pemerintah pusat/daerah atau ii) subsidi kepada

masyarakat yang membutuhkan (kurang

mampu).

Berdasarkan pengalaman dari sektor-

sektor lainnya, seperti angkutan bus kota,

subsidi terhadap pengadaan bus atau suku

cadangnya, ternyata tidak dapat meningkatkan

kualitas pelayanannya kepada masyarakat.

Pihak yang diuntungkan dengan pola subsidi ini

adalah para pemilik kendaraan bukan

masyarakat pengguna, walaupun tarif telah

dinaikkan beberapa kali, pelayanan masih tetap

buruk. Subsidi langsung kepada masyarakat

yang diberlakukan terhadap peserta ASKES

17

METODASURVEY

JUMLAHSAMPEL

TEKNIKSAMPLING

RELIABILITASDANVALIDITA

S

RANDOMNON RANDOM

Page 18: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

ternyata cukup efektif walaupun masih banyak

hal yang perlu diperbaiki. Kendala yang

dihadapi dengan pola subsidi langsung ini

adalah ketiadaan data yang akurat bagi

masyarakat yang benar-benar tidak mampu.

Kecurangan-kecurangan dalam memalsukan

identitas masih banyak terjadi demi

mendapatkan fasilitas yang lebih murah.

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Terdapat berbagai jenis pembangunan

prasaran perkotaan. Yaitu Kelengkapan kota, tata

air, perhubungan, perumahan dan pemukiman, tata

ruang dan tata bangunan. Untuk mewujudka

pembanguan semua aspek saran dan prasarana

pembangunan tersebut adanya instrument

pembiayaan yang baik sudah menjadi keharusan.

Mulai dari sumber pendapatannya yang harus jelas

dari mana dan bagaimana mekanisme pengelolaan

dan pendistribusiannnya.

Dari sini di kenal ada 3 sumber instrument

pembiayaan utama dalam pembangunan prasaran

perkotaan, yaitu, pajak, retribusi dan betterment

levies.

Dalam pendistribusianya sumber-sumber

pembiayaan tersebut harus dikelola dengan baik.

Dalam pengelolaan dan pendistribusian sumber-

sumber pembiayaan ini sangat dikenal adanya

penetapan tariff dan subsidi.

Kejelasan mekanisme penetapan dan

pemungutan tariff dari sumber-sumber pembiayaan

itu dapat mendatangkan keutungan dan kejelasan

akan kekuatan pembiayaan yang ada. Dengan

kejelasan pendapatan dari sumber – sumber

pembiayaan / pendapatan tersebut, para pengambul

kebijakan dapat mensitribusikannnya kepada

masyarakat secara lebih adil dan merata.

Pada mekanisme pendistribusian

pendapatan/pembiayaan inilah dikenal istilah

subsidi.

Dana yang terkumpul dari berbagai jenis tariff

yang ada di pakai untuk mensubsi pos-pos

pembangunan sarana prasarana perkotataan dan

memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum

dapat marasakan sarana-dan prasarana yang layak.

Dalam menetapkan tariff dan subsidi ini ada

mekanisme tersendiri, Mekanisme yang

mengedepankan keadilan dengan aktif melakukan

survey demand

2. Saran

Dalam memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana perkotaan diperlukan instrument keungan

dan pembiayaan yang jelas dan mapan.

Dalam mekanisme pemungutan dan

pendistribusiannya instrument pembiayaan ini juga

harus mengedapan kan prinsip keadilan..

Mekanisme kebijakan tariff dan subsidi

menjadi hal yang penting untuk dapat menghimpun

sumber-sumber pembiayaan secara lebih optimal

berikut mendistribusikannya kembali kepada

masyarakat secara adil

.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Susiyati B. Hirawan , Kepala Biro Analisa Keuangan Daerah Departemen Keuangan., 2008. Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Melalui Pemanfaatan Instrument Keuangan. Jurnal

Kwik kian gie, 2009. Pembiayaan pembangunan infrastruktur Dan permukiman. Materi kuliah disampaikan pada studium general institut teknologi bandung

Tidak diketahui, Telah Diterbitkan: Januari 27, 18 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

Page 19: Analisis Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Pemabangunan Preasarana Perkotaan JADI

2009 / 7:59 am. Konsep Pelayanan Air Bersih untuk daerah Miskin Perkotaan.

http://calleda03.wordpress.com

19