analisis penyelesaian sengketa tata usaha negara mengenai

24
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang ISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016 31 Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai Pemberhentian Kepala Desa di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor: 074/G/2015/PTUN-SMG) Maridjo, SH.MH. [email protected] ABSTRAK Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa dan memutus dan menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara yang diajukan kepadanya, dengan Pertimbangan hukum yang terdiri dari dua bagian yaitu: pertimbangan mengenai duduk perkara atau peristiwa/fakta dan pertimbangan tentang hukumnya, yang terungkap di persidangan. Pertimbangan hukum memuat alasan-alasan atau argumentasi hukum serta penalaran hukum yang dilakukan oleh hakim. Dalam pertimbangan hukum memuat uraian tentang korelasi antara fakta hukum yang terungkap di persidangan dengan peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar dalam surat gugatan. Analisa yang dilakukan terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor: 074/G/2015/PTUN.SMG, dalam pertimbanganya telah diuraikan mengenai duduk perkaranya dan telah pula diuraikan mengenai argumentasi hukumnya. Salah satu argumentasi hukum yang digunakan majelis hakim adalah referensi hukum atau asas hukum Lex Superior Derogat Lege Inferior untuk menilai kedudukan Keputusan Bupati Boyolali tentang Pemberhentian dengan tidak hormat Kepala Desa. Majelis hakim telah mempertimbangkan asas hukum lex superior derogat legi inferior dan telah menerapkannya dengan mengesampingkan keputusan bupati tersebut, juga telah pula mempertimbangkan mengenai adanya susunan norma dari teori Hans Kelsen yang sering disebut dengan stufenbau theory yang diimplementasikan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Kata Kunci: Pertimbangan Hukum, Putusan, Sengketa TUN. 1. Pendahaluan Kekuasaan kehakiman di Indonesia memiliki kekuasaan yang terpisah dari lembaga -lembaga politik seperti DPR dan Presiden, sebagaimana dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan salah satu prinsip penting negara hukum, yang membawa konsekuensi adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 1 Pembatasan yang demikian itu tidak lain adalah merujuk pada teori ketatanegaraan klasik yang dikemukakan Aristoteles, bahwa konsep Negara Hukum (rule of law) merupakan pemikiran yang dihadapkan (contrast) dengan konsep rule of man. Kekuasaan kehakiman di Indoensia dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang 1 Pasal 24 ayat (1) UUD 1945

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

31

Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara MengenaiPemberhentian Kepala Desa

di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang(Studi Kasus Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang

Nomor: 074/G/2015/PTUN-SMG)Maridjo, SH.MH.

[email protected]

ABSTRAKKewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa dan memutus danmenyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara yang diajukan kepadanya, denganPertimbangan hukum yang terdiri dari dua bagian yaitu: pertimbangan mengenai dudukperkara atau peristiwa/fakta dan pertimbangan tentang hukumnya, yang terungkap dipersidangan. Pertimbangan hukum memuat alasan-alasan atau argumentasi hukum sertapenalaran hukum yang dilakukan oleh hakim. Dalam pertimbangan hukum memuat uraiantentang korelasi antara fakta hukum yang terungkap di persidangan dengan peraturanperundang-undangan yang dijadikan dasar dalam surat gugatan. Analisa yang dilakukanterhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor: 074/G/2015/PTUN.SMG, dalampertimbanganya telah diuraikan mengenai duduk perkaranya dan telah pula diuraikanmengenai argumentasi hukumnya. Salah satu argumentasi hukum yang digunakan majelishakim adalah referensi hukum atau asas hukum Lex Superior Derogat Lege Inferior untukmenilai kedudukan Keputusan Bupati Boyolali tentang Pemberhentian dengan tidakhormat Kepala Desa. Majelis hakim telah mempertimbangkan asas hukum lex superiorderogat legi inferior dan telah menerapkannya dengan mengesampingkan keputusan bupatitersebut, juga telah pula mempertimbangkan mengenai adanya susunan norma dari teoriHans Kelsen yang sering disebut dengan stufenbau theory yang diimplementasikan dalamUndang-undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.Kata Kunci: Pertimbangan Hukum, Putusan, Sengketa TUN.

1. PendahaluanKekuasaan kehakiman di Indonesiamemiliki kekuasaan yang terpisahdari lembaga -lembaga politik sepertiDPR dan Presiden, sebagaimanadalam Undang-undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945,merupakan salah satu prinsip pentingnegara hukum, yang membawakonsekuensi adanya jaminanpenyelenggaraan kekuasaankehakiman yang merdeka, bebas daripengaruh kekuasaan lainnya untuk

menyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukum dan keadilan.1

Pembatasan yang demikian itu tidaklain adalah merujuk pada teoriketatanegaraan klasik yangdikemukakan Aristoteles, bahwakonsep Negara Hukum (rule of law)merupakan pemikiran yangdihadapkan (contrast) dengan konseprule of man.Kekuasaan kehakiman di Indoensiadilaksanakan oleh sebuah MahkamahAgung dan badan peradilan yang

1Pasal 24 ayat (1) UUD 1945

Page 2: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

32

berada di bawahnya dalamlingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,lingkungan peradilanmiliter,lingkungan peradilan tatausaha negara, dan oleh sebuahMahkamah Konstitusi, berikut dasarhukumnya membuktikan bahwaIndonesia berupaya konsisten dalammenerapkan prinsip-prinsip sebagainegara hukum. setidaknya melaluibadan-badan peradilan akan dapatditegakkan sendi-sendi hukum,meskipun dalam proses berjalannyaakan banyak menemukan benturan-benturan, dikarenakan gerakan untukmenegakkan hukum (supremasihukum) harus berhadapan denganaspek-aspek politik, sosial, ekonomi.2

Mahkamah Agung dan badanperadilan di bawahnya merupakanpelaksana kekuasaan kahakimanyang menyelenggarakan peradilan.Peradilan menunjukkan prosesmengadili, sedangkan pengadilanmerupakan lembaga yang mengadili.Penyelenggaraan peradilan bertujuanmenegakkan hukum dankeadilan.Mengadili mempunyaimakna memberikan perlakuan dantindakan secara adil. Hasil akhir dariproses peradilan berupa putusanpengadilan atau disebut pula denganputusan hakim.3

Implementasi kekuasaan kehakimandalam hal yang bersengketa tersebut

2Bambang Sutiyoso dan Sri HastutiPuspitasari, 2005, Aspek-Aspek KekuasaanKehakiman Di Indonesia, UII Press,Yogyakarta, hal.16.

3Abdullah, 2008, PertimbanganHukum Putusan Pengadilan, Program PascaSarjana Universitas Sunan Giri, Sidoharjo,hal.9.

salah satunya adalah administrasinegara dan ketetapan tertulis yangmerugikan rakyat sebagai pangkalsengketanya, maka kekuasaankehakiman tersebut dilaksanakanoleh pengadilan administrasi yangberdiri sendiri, mempunyaikedudukan yang sederajat denganpengadilan-pengadilan lainnya danbebas dari pengaruh kekuasaan lain.Oleh karena itu menurut SoenaryatiHartono, pengadilan administrasiyang memberikan perlindunganhukum itu tidak hanya selakupemelihara ketertiban dan tempatmencari keadilan saja, melainkanjuga merupakan “stabilisator” hukumdalam menjalankan fungsinyasebagai “penegak hukum”.4

Menurut Satjipto Rahardjo, dalammasa pembangunan ini volumepekerjaan yang harus dikerjakan olehpemerintah yang bersentuhandengan kepentingan-kepentinganwarga negara menjadi semakainbesar, maka perlu adanya suatuperadilan tata usaha negara sebagaibagian dari pengontrolan sosial dibidangnya, sungguh dirasakan.5

Bertitik tolak dari pendapat-pendapatdi atas, maka keberadaan PeradilanAdministrasi atau Peradilan TataUsaha Negara dituntut dapatmenghasilkan suatu putusan yangbersifat menyelesaikan sehinggadapat memberikan pengayoman

4 Sjachran Basah, 1985,Eksistensidan Tolak Ukur Badan PeradilanAdministrasi di Indonesia, Alumni,Bandung, hal.154.

5Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum danPerubahan Sosial : Suatu Tinjauan TeoritisSerta Pengalaman-Pengalaman DiIndonesia, Genta Publishing, Yogyakarta,hal.114-115.

Page 3: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

33

hukum dan kepastian hukum yangtidak hanya untuk rakyat sematamelainkan juga bagi administrasinegara (badan atau pejabat tata usahanegara) yaitu adanya keseimbangankepentingan masyarakat dengankepentingan individu, sehinggadengan demikian keberadaanPeradilan Tata Usaha Negaradiadakan dalam rangka memberikanperlindungan kepada rakyat pencarikeadilan, yang merasa dirinyadirugikan akibat suatu keputusanTata Usaha Negara.Putusan merupakan suatu pernyataanhakim sebagai pejabat negara yangdiberi wewenangoleh undang-undang yang diucapkan dipersidangan, dan bertujuan untukmenyelesaikan suatu perkara antarapara pihak yang merupakan akhirsuatu proses pemeriksaan perkarayang dilakukan majelis hakimdengan terlebih dahulu dilakukanmusyawarah berdasarkan ketentuanperundang-undangan.6Pengadilan Tata Usaha Negaramemiliki karakteristik khusus. OlehYos Johan Utama, kekhususanputusan Pengadilan Tata UsahaNegara dibandingkan dengan putusanpada peradilan yang lainnya, yaitudalam hal putusan Pengadilan TataUsaha Negara tidak memberikanruang yang luas dengan segaladisparitas keadilannya.7

6Sudikno Mertokusumo, 1998,Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta,hal.167.

7 Yos Johan Utama, 2010,Membangun Peradilan Tata Usaha NegaraYang Berwibawa, Pidato Pengukuhan GuruBesar Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas

Sistem Peradilan Tata Usaha Negaramembatasi hakim untuk memilihantara menyatakan batalnya obyekgugatan yakni keputusan Tata UsahaNegara yang digugat, ataumenyatakan keabsahan obyeksengketa yang digugat tersebut.Menurut Pasal 53 ayat (2) huruf adan b Undang-undang Nomor: 9Tahun 2004, perubahan atas Undang-undang Nomor: 5 Tahun 1986tentang Peradilan Tata UsahaNegara, mengadili harusmengutamakan ketentuan hukum.Ketentuan pasal tersebut secaralengkap berbunyi:Alasan-alasan yang dapat digunakandalam gugatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Keputusan Tata UsahaNegara yang digugat itubertentangan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Keputusan Tata UsahaNegara yang digugat itubertentangan dengan asas-asas umum pemerintahanyang baik;

Untuk mewujudkan yang demikianitu, menurut Djokosoetono hakimharus berfikir secara yuridis,sistematis dan teratur ataugeordendenken, sehingga setiappersoalan hukum dapat dipecahkansecara baik dan benar.8 Sedangkanmenurut Bagir Manan demikeadilan, hakim tidak dibenarkanhanya menerapkan hukum sebagai

Hukum UNDIP Semarang, Badan PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang, hal.17.

8Abdullah, Op.Cit, hal.11.

Page 4: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

34

“legal justice”, melainkan wajibmengutamakan ”moral justice” atau“social justice”.9

Hakim harus mampu menerapkanhukum (rechtstoepassing),menemukan hukum (rechtsvinding)“in concreto” dalammempertahankan dan menjaminditaatinya hukum materiil, denganmenggunakan cara prosedural yangditetapkan oleh hukum formil.Setiap putusan pada akhirnya harusdipertanggungjawabkan danpertanggungjawaban hakim terhadapputusan terletak pada pertimbanganhukumnya yang harus memenuhi duapersyaratan, yakni kebutuhan teoritisdan kebutuhan praktis. Kebutuhanteoritis menitik kepada isi besertapetimbangannya sehingga putusandapat dipertanggungjawabkan darisegi ilmu hukum atau harus juridischen filosofisch verantwoord,sedangkan dalam kebutuhan praktisdiharapkan putusan dapatmenyelesaikan sengketa hukum yangada dan dapat diterima para pihak,maupun masyarakat karena dirasakanadil, benar dan berdasar hukum ataudapat diterima secara sosiologis.Terjadinya sengketa merupakansesuatu yang mengganggumasyarakat, ketentraman masyarakat,tata tertib masyarakat, dankedamaian rakyat, sehinggakeseimbangan masyarakattergoncang karenanya. Sengketaantara kedua pihak sukar didamaikantanpa bantuan pihak ketiga yaitupihak penengah, yang netral/tidak

9 Bagir Manan, 2009, MenegakkanHukum Suatu Pencarian, Asosiasi AdvokatIndonesia, Jakarta, hal.2.

berpihak, dan tidak berat sebelah.Maka oleh sebab itu pihak penengah(pengadilan) harus di atas para pihakdan tidak terpengaruh oleh siapapun,lebih-lebih oleh pihak-pihak yangbersengketa.

Salah satu sengketa yang ada diperadilan tata usaha Negara adalahsengketa mengenai pemberhentiankepala desa. Sebagai contohsengketa mengenai pemberhentiankepala desa yang ditanganiPengadilan Tata Usaha NegaraSemarang adalah sengketa tata usahaNegara yang didaftarkan tahun 2015dengan register perkara Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG denganobyek sengketa Surat KeputusanTata Usaha Negara adalahKeputusan Bupati Boyolali Nomor141/387 tahun 2015 tentangPemberhentian tidak dengan hormatsaudara Budi Raharjo, ST. darijabatannya sebagai Kepala DesaGuwokajen Kecamatan SawitKabupaten Boyolali tanggal 2September 2015 yang diterbitkanoleh PJ. Boyolali. Karenaberdasarkan surat PerintahPenangkapan Kepolisian ResortKlaten Nomor SP.KAP/49/III/2015Reskrim tanggal 24 Maret 2015saudara Budi raharjo, ST KepalaDesa Guwokajen Kecamatan Sawitdiduga keras melakukan tindakpidana penggelapan sebagaimanadimaksud dalam rumusan pasal 372KUHP, saudara Budi Raharjo,STtidak bisa menjalankan tugasnyasebagai Kepala Desa karena yangbersangkutan sedang menjalaniproses hukum dan di tahan di PolresKlaten.

Page 5: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

35

Berdasarkan pertimbangan tersebutdi atas PJ. Bupati menerbitkanKeputusan Pemberhentian sementarasaudara Budi Raharjo,ST dariJabatannya sebagai Kepala DesaGuwokajen Kecamatan SawitKabupaten Boyolali, jikadihubungkan dengan ketentuan pasal41 Undang-Undang Nomor 6 tahun2014 tentang Desa menyebutkanKepala desa diberhentikansementara oleh Bupati/Walikotasetelah dinyatakan sebagai terdakwayang diancam dengan pidanapenjara paling singkat 5 (lima)tahun berdasarkan register perkaradi Pengadilan. Sehingga sebagailangkah penyelesaian tersebut KepalaDesa mengajukan gugatan kePengadilan Tata Usaha NegaraSemarang. Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut diatas,dapat dirumuskan masalah sebagaiberikut: a. Bagaimana pertimbanganhukum putusan Pengadilan TataUsaha Negara Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG terhadapobyek sengketa berupa keputusanpemberhentian kepala desa?b.Bagaimana analisa putusanPengadilan Tata Usaha NegaraNomor: 074/G/2015/PTUN.SMG?

2. Pembahasan2.1. Pertimbangan hukum putusan

Pengadilan Tata Usaha NegaraNomor: 074/G/2015/PTUN.SMGterhadap obyek sengketa berupaKeputusan PemberhentianKepala Desa.

Formalitas putusan terdiri dari:kepala putusan, pertimbangan atau

konsideran dan amar putusan.Ketiganya merupakan satu kesatuanyang tidak dapatdipisahkan.Diantara ketiga bagiantersebut, terdapat bagian yangmenjadi inti putusan, yaitu bagiankonsideran atau pertimbanganputusan.Pertimbangan putusanterdiri dari dua bagian, yaitupertimbangan tentang fakta hukumdan pertimbangan hukumnya.Pertimbangan tentang faktadiperoleh dengan cara memeriksaalat bukti secara empiris dalampersidangan.Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan selanjutnya diujimenggunakan teori kebenarankoresponden untuk memperolehfakta hukum danpetunjuk.Pertimbangan hukummerupakan bagian yang memuat ujiverifikasi antara fakta hukumdengan berbagai teori dan peraturanperundang-undangan.Segala putusan pengadilan selainharus memuat alasan dan dasarputusan tersebut, memuat pulapasal tertentu dari peraturanperundang-undangan yangbersangkutan atau sumber hukumyang tidak tertulis yang dijadikandasar untuk mengadili.Alasan yangdimaksudkan berupa rangkaianargumentasi yuridis yang disusunsecara sistematis danrasional.Argumentasi disusun dandikonstruksi sedemikian rupa,sehingga dapat menunjukkan arah,alur dan pola berpikir yangjelas.Kedudukan alasan atauargumentasi adalah penting danmenentukan.

Page 6: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

36

Penalaran merupakan suatu prosesberpikir logis, artinya berpikirmenggunakan cara atau metodetertentu yaitu logika. Pada dasarnyapenalaran hukum merupakankegiatan berpikir problematis.10Substansi pertimbangan hukumputusan terletak pada argumentasihukumnya.Kualitas putusan terletakpada pertimbangan hukum, kualitaspertimbangan hukum terletak padaargumentasi hukumnya, sedangkualitas argumentasi tergantungpada penalaran sederhana danmudah dicerna, dipahami dandimengerti siapapun termasukpencari keadilan.Pengadilan Tata Usaha Negara didalam menguji suatu keputusanTata Usaha Negara mendasariketentuan Pasal 53 ayat (2)Undang-undang Nomor: 51 tahun2009 tentang Perubahan ke duaatas Undang-undang Nomor: 5Tahun 1986 tentang Peradilan TataUsaha Negara yaitu:

1. Keputusan Tata Usaha Negarayang digugat itu bertentangandengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Penjelasan Undang-undang inimengetengahkan tiga haldalam pengertian“bertentangan denganperaturan perundang-undanganyang berlaku” yakni:a. bertentangan dengan

ketentuan-ketentuandalam peraturan

10Shidarta, 2006, KarakteristikPenalaran Hukum dalam KonteksKeindonesiaan, CV. Utomo, Bandung,hal.155.

perundang-undanganyang bersifatprosedural/formal.

b. bertentangan denganketentuan-ketentuandalam peraturanperundang-undanganyang bersifatmateriel/substansial.

c. dikeluarkan oleh badanatau pejabat tata usahanegara yang tidakberwenang. KeputusanTata Usaha Negara yangdikeluarkan oleh Badanatau Pejabat Tata UsahaNegara yang tidakberwenang disebutkeputusan yang cacadmengenai kewenangan:Onbevoegdheid rationemateriae, yaitu apabilasuatu keputusan tidak adadasarnya dalam peraturanperundang-undangan atauapabila keputusan itudikeluarkan oleh badanatau pejabat Tata UsahaNegara yang tidakberwenangmengeluarkannya,Onbevoegdheid rationeloci, keputusan yangdiambil oleh badan ataupejabat Tata UsahaNegara tersebutmenyangkut hal yangberada di luar bataswilayahnya,Onbevoegdheid rationetemporis, badan ataupejabat Tata UsahaNegara belum berwenangatau tidak berwenang lagi

Page 7: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

37

untuk mengeluarkankeputusan Tata UsahaNegara, misalnya karenajangka waktunya sudahlampau atau menerapkanperaturan lain sementaraitu sudah berlakuperaturan baru.

2. Keputusan Tata Usaha Negarabertentangan dengan Asas-asasUmum Pemerintahan YangBaik.Asas-asas umum pemerintahanyang baik tersebut adalah asas-asas umum penyelenggaranegara sebagaimana diaturdalam Undang-undang Nomor:28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara YangBersih dan Bebas dari KKNyang dalam penjelasan pasaltersebut hanya menyebutkan 6(enam) asas diantaranya asaskepastian hukum, tertibpenyelenggaraan negara,keterbukaan, proporsionalitas,profesionalitas danakuntabilitas.Sesuatu keharusandiadakannya pertimbanganyang cukup memadai dalamsetiap putusan pengadilan itumengandung maksud, antaralain:11

a) Dengan pertimbanganyang dibuatnya itu Hakimselalu diingatkan kepada

11Indroharto, 1999, UsahaMemahami Undang-Undang TentangPeradilan Tata Usaha Negara Buku IIBeracara di Pengadilan Tata UsahaNegara, Pustaka Sinar Harapan Jakarta,hal.131.

pokok penilaian danpendapatnya tentanggugatan yangbersangkutan, kalau iaberpendapat bahwakeputusan yang digugatitu bertentangan dengansalah satu asas umumpemerintahan yang baik,maka ia perlumenunjukkan asas yangmana atau bagaimanayang telah dilanggar itu.

b) Seperti halnya dengankeharusan agar keputusanPengadilan itu diucapkandalam sidang yangterbuka untuk umum,maka denganpertimbangan yang cukupbaik akan dapatmenimbulkan rasapercaya terhadappenyelesaian sengketayang dilakukanPengadilan.

c) Pertimbangan dapatmerupakan jaminan,bahwa tidak terjadipengambilan keputusansecara sewenang-wenangdan bersifat memihak.

d) Pertimbangan merupakantitik pangkal bagi parapihak untuk pengajuanbanding atau tidak.

e) Pertimbangan jugamerupakan ukuranpengujian bagi hakimbanding dan kasasi.

f) Pertimbangan dapatmerupakan bahanreferensi bagi Badan atauPejabat Tata Usaha

Page 8: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

38

Negara yang setelahkepputusannya dibatalkanharus mengeluarkankeputusan yang baru.

g) Pertimbangan merupakansarana ekspresi bagiPengadilan dalammelaksanakan fungsinyamelakukan pembentukanhukum.

h) Pertimbangan juga dapatmerupakan bahanreferensi umum bagitindakan-tindakanpemerintahan di waktu-waktu yang akan datangmengenai segi-segi yangperlu diperhatikan agarsuatu keputusanadministratif itu dianggapsah menurut hukum.

i) Pertimbangan jugamerupakan objekpenelitian dalampengembangan ilmuhukum.

j) Pertimbangan yangkonstan dalamjurispsrudensi merupakanpenunjang kepastianhukum yang penting

k) Karena itu ia dapatmencegah membanjirinyapermintaan-permintaanbanding yang tidak perlu,serta dapat mengurangitambahnya bebanpekerjaan bagipengadilan.

l) Pertimbangan juga dapatmenambah rasakeyakinan pada parapihak yang dapatmendorong untuk

menerima putusan ataumenempuh jalan damaidengan lawannya.

Suatu pertimbangan hukum putusanyang benar bila mendasarkan teoriyang benar.Pertimbangan hukumputusan merupakanpertanggungjawaban hakimterhadap putusanpengadilan.Sebagaipertanggungjawaban sudahseharusnya disusun denganmendasarkan hukum penalaranyang benar.Membicarakan mengenai putusanpengadilan, selain harus memenuhisyarat sahnya suatu putusan, makatidak dapat lepas dari adanya asasyang harus ditegakkan agar suatuputusan yang dijatuhkan tidakmengandung cacat, dan oleh M.Yahya Harahap asas tersebut dapatdirinci sebagai berikut:12

a. Memuat Dasar AlasanYang Jelas dan Rinci.Menurut asas ini putusanyang dijatuhkan harusberdasarkan pertimbanganyang jelas dancukup.Putusan yang tidakmemenuhi ketentuan inidikategorikan putusanyang tidak cukuppertimbangan atauonvoldoende gemotiveerd.Alasan-alasan hukumyang menjadi dasarpertimbangan bertitiktolak dariketentuan:pasal-pasal

12M. Yahya Harahap, 2004, HukumAcara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta,hal.797-806

Page 9: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

39

tertentu peraturanperundang-undangan,hukumkebiasaan,yurisprudensi,dandoktrin hukum.

b. Wajib Mengadili SeluruhBagian Gugatan.Putusan harus secara totaldan menyeluruhmemeriksa dan mengadilisetiap gugatan yangdiajukan. Tidak bolehmemeriksa dan memutussebagian saja, danmengabaikan gugatanselebihnya.

c. Tidak BolehMengabulkan MelebihiTuntutan.Putusan tidak bolehmengabulkan melebihituntutan yangdikemukakan dalamgugatan.Larangan inidisebut ultra petitumpartium.Hakim yangmengabulkan melebihiposita maupun petitumgugatan, dianggapmelampaui bataswewenang atau ultra viresyakni bertindakmelampaui wewenangnya(beyond the powers of thisauthority).Apabilaputusan mengandungultra petitum, harusdinyatakan cacat (invalid)meskipun hal itudilakukan hakim denganitikad baik (good faith)maupun sesuai dengankepentingan umum(public interest).

Mengadili dengan caramengabulkan melebihidari apa yang digugat,dapat dipersamakandengan tindakan yangtidak sah (illegal)meskipun dilakukandengan itikad baik. Olehkarena itu hakim yangmelanggar prinsip ultrapetita, sama denganpelanggaran terhadapprinsip rule of law.

d. Di Ucapkan Di MukaUmum.

Dari ketentuan dalam Pasal 97Undang-undang Nomor: 5 Tahun1986 tentang Peradilan Tata UsahaNegara dapat diketahui bahwaputusan akhir dapat berupa13:

1. Gugatan ditolak,yakni putusan yangmenyatakan bahwakeputusan TataUsaha Negara yangmenimbulkansengketa Tata UsahaNegara adalahKeputusan TataUsaha Negara yangtidak dinyatakanbatal atau sah. Padaumumnya suatugugatan ditolak olehMajelis Hakim,karena alat-alat buktiyang diajukan pihakpenggugat tidakdapat mendukunggugatannya, atau

13 R. Wiryono, 2007, Hukum AcaraPeradilan Tata Usaha Negara, SinarGrafika, Jakarta, hal.165.

Page 10: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

40

alat-alat bukti yangdiajukan pihaktergugat lebih kuat.

2. Gugatan dikabulkan,yakni putusan yangmenyatakan bahwaKeputusan TataUsaha Negara yangmenimbulkansengketa Tata UsahaNegara adalahKeputusan TataUsaha Negara yangdinyatakan batal atautidak sah, makakewajiban yangharus dilaksanakanoleh Badan atauPejabat Tata UsahaNegara meliputi:a. Pencabutan

Keputusan TataUsaha Negarayangbersangkutan.

b. PencabutanKeputusan TataUsaha Negarayangbersangkutandan menerbitkankeputusan yangbaru.

c. PenerbitanKeputusan TataUsaha Negarayangbersangkutandalam halgugatandidasarkan padapasal 3.

d. Membayar gantirugi.

e. Melakukanrehabilitasi.

3. Gugatan tidak dapatditerima, yakniputusan yangmenyatakan bahwasyarat-syarat yangtelah ditentukan tidakdipenuhi olehgugatan yangdiajukan olehPenggugat.

4. Gugatan gugur,yakni putusan yangdijatuhkan hakimkarena Penggugattidak hadir dalambeberapa kali sidang,meskipun telahdipanggil denganpatut atau Penggugattelah meninggaldunia.

Di bawah ini akan peneliti sajikanpertimbangan putusan PengadilanTata Usaha Negara Semarang yangmenjadi bahan kajian dalampenelitian ini, pertimbanganputusan tersebut adalah:

a. Perkara nomor:074/G/2015/PTUN.SMG, antara BudiRaharjo, ST melawanPJ. Bupati Boyolali,dengan obyeksengketa SuratKeputusan Tergugatselaku PJ. BupatiBoyolali Nomor :141/387/2015tertanggal 2September 2015TentangPemberhentian tidak

Page 11: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

41

dengan hormatsaudara BudiRaharto, ST dariJabatanya sebagaiKepala DesaGuwokajenKecamatan SawitKabupaten Boyolalikarena terbukti secarasah dan meyakinkanmelakukan tindakpidana turut sertamelakukan tindakpidana penggelapansebagaimanadimaksud dalampasal 372 KUHP jo.Pasal 55 ayat (1) ke –1 KUHP dalamproses persidangandijatuhkan pidanapenjara selama 6(enam) bulan.Sehingga Penggugatmerasakepentingannyadirugikan sebagaiakibat dariKeputusan PJ.BupatiBoyolali tersebut.

Dengan pertimbangan dan amarputusan sebagai berikut:

TENTANG PERTIMBANGANHUKUM

Menimbang, bahwa keputusan tatausaha negara yang dimohonkanPenggungat untuk dinyatakan batalatau tidak sah oleh Pengadilandalam perkara berupa SuratKeputusan Tata Usaha Negara yaituKeputusan Bupati Boyolali Nomor141/387 tahun 2015 tentangPemberhentian Tidak denganhormat saudara Budi Raharjo, ST,

Dari Jabatannya sebagai KepalaDesa Guwokajen Kecamatan SawitKabupaten Boyolali Tanggal 2september 2015 yang diterbitkanoleh PJ. Bupati Boyolali;Menimbang, bahwa Penggugatmerasa kepentingannya dirugikanoleh tindakan tergugat yangmengeluarkan obyek sengketayang mengandung cacat hukumPenggugat menerima objek sengetapada tanggal 5 september 2015yang kemudian Penggugatmendapatkan salinan suratkeputusan Bupati Boyolali Nomor: 141/261 tahun 2015 TentangPemberhentian sementaratertanggal 25 Mei 2015, hal inibertentangan dengan peraturanperundang-undangan yag berlakukhususnya Undang-UndangNomor 32 tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014tentang Desa, Peraturan PemerintahNomor 72 tahun 2005 TentangDesa, Peraturan Pemerintah Nomor49 Tahun 2008 Tentang perubahanPeraturan Pemerintah nomor 6tahun 2005 tentang Pengangkatandan Pemberhentian Kepala Daerahdan Wakil Kepala daerah, sertabertentangan dengan Asas-asasumum Pemerintahan yang Baikkhususnya asas kepastian hukum,asas Permainan, dan asasKeseimbangan.Menimbang, bahwa tergugat dalambagian konsideran mengeluarkankeputusan PemberhentianSementera Penggugat sebagaiKepala Desa jika dihubungkandengan Undang-Undang Nomor 6tahun 2014 Pasal 41 yang

Page 12: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

42

menyatakan “ Kepala Desadiberhentikan sementara olehBupati/Walikota setelah dinyatakansebagai terdakwa yang diancamdengan pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun berdasarkanregister perkara di pengadilan.Majelis berpendapat, tindakanTergugat yang menegeluarkanKeputusan PemberhentianSementara pada tanggal 25 Mei2015 dalam Keputusan BupatiBoyolali Nomor 141/262 tahun2015 sebelum status Penggugatdinyatakan sebagai terdakwaadalah merupakan keputusan yangmengandung cacad yuridis dariaspek prosedur penerbitannyasebagaimana ditentukan dalamPasal 41 Undang-Undang Nomor 6tahun 2014.Menimbang bahwa, berdasarkanketentuan hukum terdapat dalamPeraturan Pemerintah Nomor 43Tahun 2014 Tentang PeraturanPelaksanaan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 Tentang DesaPasal 54 : (1) : Kepala Desaberhenti karena: a). MeninggalDunia b). Permintaan sendiri, c).Diberhentikan; Pasal 54 (2) KepalaDesa diberhentikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf ckarena dinyatakan sebagaiterpidana berdasarkan putusanpengadilan yang telah mempunyaikekuatan hukum tetap;Majelis Hakim mempertimbangkan: bahwa Undang-Undang No. 5Tahun 1986 Tentang Peradilan TataUsaha Negara jo Undang-UndangNo.9 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentangPerubahan atas Undang-Undang

No. 5 Tahun 1986 tentangPeradilan Tata Usaha Negara BabIV, Hukum Acara, Bagian Pertama,Gugatan, Pasal 53 ayat (1)menyebutkan :Seseorang atau Badan HukumPerdata yang merasakepentingannya dirugikan olehsuatu keputusan Tata Usaha Negaradapat mengajukan Gugatan tertuliskepada Pengadilan yang berwenangyang berisi tuntutan agar keputusanTata Usaha Negara yangdisengketakan itu dinyatakan batalatau tidak sah dengan atau tanpadisertai tuntutan ganti rugi dan ataurehabilitasi;- Penjelasan Pasal 53 ayat (1)

UU No. 5 Tahun 1986disebutkan antara lain:sesuaidengan ketentuan Pasal 1 angka4 maka hanya orang atau badanhukum Perdata yangberkedudukan sebagai subyekhukum saja yang dapatmengajukan gugatan kePengadilan Tata Usaha Negarauntuk menggugat keputusanTata Usaha Negara;

Selanjutnya hanya orang atau badanhukum perdata yangkepentingannya terkena oleh akibathukum keputusan Tata UsahaNegara yang dikeluarkan dankarenanya yang bersangkutanmerasa dirugikan diperbolehkanmenggugat keputusan Tata UsahaNegara;- Bahwa berdasarkan Pasal 53

ayat (1) tersebut makaPenggugat dalam perkara inidapat mengajukan gugatan kePengadilan Tata Usaha Negarakarena merasa kepentingannya

Page 13: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

43

dirugikan.Menimbang, bahwa berdasarkanpertimbangan hukum tersebut diatas maka eksepsi Tergugat harusdinyatakan ditolak;DALAM POKOK PERKARA :Menimbang, bahwa oleh karenaeksepsi Tergugat dinyatakan tidakditerima, maka selanjutnya MajelisHakim akan mempertimbangkantentang pokok perkara dan MajelisHakim mencermati danmempelajari secara seksama alasandasar hukum Gugatan Penggugatserta dalil-dalil bantahan yangdiajukan oleh Tergugat makaMajelis Hakim berpendapat dalamsengketa terdapat perbedaanpenilaian hukum antara Penggugatdan Tergugat terhadap terbitnyaobjectum litis, dan menurut hematMajelis Hakim perbedaan tersebutterletak pada penilaian masing-masing pihak terhadap tindakanTergugat yang mengeluarkanobjectum litis yaitu KeputusanBupati Boyolali No. 141/387 tahun2015 tentang pemberhentian tidakhormat Saudara Budi Raharjo,ST,dari Jabatannya sebagai KepalaDesa Guwokajen Kecamatan SawitKebupaten Boyolali Tanggal, 2September 2015 yang diterbitkanoleh Pj. Bupati Boyolali, sehinggaPenggugat merasa kepentingannyadirugikan, sedangkan tindakanTergugat mengeluarkan objectumlitis sesuai ketentuan Pasal 54ayat(2) huruf g yang menyatakan “Kepala Desa diberhentikansebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c karena g Dinyatakansebagai terpidana berdasarkanKeputusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap,berdasarkan putusan Nomor109/Pid.B/2015/PN Klaten.Menimbang, bahwa dalammelakukan pengujian terhadapkeabsahan objectum litis, MajelisHakim berpedoman padapengujian yang terbatas dan fakta-fakta, keadaan hukum atau suasanahukum yang melatarbelakangiterbitnya objektum litis (asas extunc) oleh karena itu perluditentukan terlebih dahulu faktahukum mana yang relevan dalamsengketa a quo yang berdasarkanalat-alat bukti yang diajukankepada pengadilan berupa buktisurat, keterangan saksi danpengakuan para pihak yang telahdikonfrontir di persidangan sesuaidengan Pasal 107 Undang-undangPeradilan tata Usaha Negara, makadidapatkan fakta hukum sebagaiberikut:a. Bahwa Penggugat adalah

Kepala desa Guwokajen Kec.Sawit Kab, Boyolaliberdasarkan KeputusanBupati No. 141/238 Tahun2013.

b. Bahwa dalam mejalankantugasnya Penggugatmelakukan tindak pidanaturut serta melakukanpenggelapan yang dituntutpidana penjara 6 bulanpenjara dan dijatuhi hukuman6 bulan pejara dikurangi masapenangkapan dan penahanansegaimana diputuskan olehMajelis Hakim Klaten dalamputusan No.109/PidB/2015/PN. KLN.

c. Bahwa berdasarkan Surat

Page 14: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

44

Perintah Penangkapan PolresKlaten terhadap Penggugatkemudian Tergugatmengeluarkan KeputusanBupati Boyolali No. 141/262tahun 2015 tentangpemberhentian sementaraSaudara Budi Raharjo, ST.Dari jabatannya sebagaikepala desa Guwokajen Kec.Sawit Kab. BoyolaliTertanggal 25 Mei 2015.

d. Bahwa Majelis Hakim akanmempertimbangkan sesuaidengan kewenangnya yaitumenguji keabsahanpenerbitan objectum litis dariaspek hukum yang meliputikewenangan, prosedur/formaldan subtasi/materiil dariobjectum litis sebagai beikut :

Majelis Hakimmempertimbangkan apakahTergugat mempunyaikewenangan untukmengeluarkan objektum litissebagai berikut :1. berdasarkan Pasal 40

Ayat (3) PemberhentianKepala Desasebagaimana dimaksudpada Ayat (1) ditetapkanoleh Bupati/Walikota.

2. Peraturan PemerintahNomor 49 Tahun 2008Pasal 1 Angka (2)Kepala daerah dan WakilKepala daerah adalahGubernur dan WakilGubernur untuk propinsi,bupati dan Wakil Bupatiuntuk Kapupaten sertawalikota dan wakil

walikota untuk kota.Pasal 131 Ayat (4) Dalamhal terjadi kekosonganjabatan Kepala Daerahdan wakil kepala daerahsebagaimana dimaksudpada ayat (3) sekretarisdaerah melaksanakantugas sehari-hari kepaladaerah sampai Presidenmengangkat pejabatkepala daerah.

3. Peraturan Pemerintah no.43 Tahun 2014 Pasal 54Ayat (4) PemberhentianKepala Desasebagaimana dimaksudpada Ayat (3) dittapkandengan keputusanbupati/walikota

4. Peraturan Menteri DalamNegeri No. 35 Tahun2013 Pasal 1 : seorangPejabat Bupati memilikitugas, wewenang dankewajiban sama denganbupati difinitif selakukepala daerah.

Menimbang, bahwa berdasarkanketentuan hukum di atas biladihubungkan dengan tindakanTergugat selaku Pejabat BupatiBoyolali sebagai Pejabat TataUsaha Negara yang menjalankanfungsi penyelenggarapemerintahan daerah kabupatenboyolali telah diberikankewenangan secara atribusi olehsuatu ketentuan hukum, makatindakan Tergugat dalammengeluarkan objectum litisberupa surat Keputusan TataUsaha Negara yaitu KeputusanBupati Boyolali Nomor: 141/387/

Page 15: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

45

Tahun 2015 tentangPemberhentian Tidak hormatSaudara Budi Raharjo, ST. dariJabatanya sebagai Kepala desaGuwokajen Kec. Sawit Kab.Boyolali Tanggal 2 Septemebr2015 menurut hemat MajelisHakim, Tindakan Tergugat dalammenerbitkan objectum litis telahsesuai dengan kewenangan yangpadanya yang diberikan olehhukum menurut ketentuan dalamUndang-undang Nomor 6 Tahun2014 Tentang Desa.Pengujian objectum litis Ditinjaudari Aspek ProsedurPenerbitan.................Pasal 41 Undang-Undang Nomor6 tahun 2014 Tentang Desa: KepalaDesa diberhentikan sementaraoleh Bupati/Walikota setelahdinyatakan sebagai terdakwa yangdiancam dengan pidana penjarapaling singkat 5 (lima) Tahunberdasarkan register perkara dipengadilan;Pasal 42 : Kepala Desadiberhentikan sementara olehBupati/Walikota setelah ditetapkansebagai tersangka dalam tindakpidana korupsi, terorisme, makardan atau tindak pidana terhadapkeamnana negara;Pasal 43 : Kepala Desa yangdiberhentikan sementarasebagaimana dimaksud dalam Pasal41 dan Pasal 42 diberhentikan olehBupati/Walikota setelah dinyatakansebagai terpidana berdasarkanputusan pengadilan yang telahmempunyai kekuatan hukum yangtetap.Menimbang, bahwa Penggugatdijatuhi hukuman 6 (enam) bulan

penjara dikurangi masapenangkapan dan penahanansebagaimana diputuskan olehMajelis Hakim PN. Klaten dalamPutusan No.109/Pid/B/2015/PN.KLN yangtelah mempunyai kekuatan hukumtetap.Menimbang, bahwa daripertimbangan Tergugat dalambagian konsideran huruf a yangmengeluarkan Surat KeputusanPemberhentian sementaraPenggugat sebagai Kepala desadan bila dihubungkan denganketentuan yang diatur undang-undang Nomor 6 Tahun 2014yang menyebutkan “ Kepala desadiberhentikan sementara olehBupati/Walikota setelahdinyatakan sebagai terdakwa yangdiancam dengan pidana penjarapaling singkat 5 (lima) tahunberdasarkan register perkara diPengadilan” Majelis berpendapat,tindakan tergugat yangmengeluarkan KeputusanPemberhentian Sementara padatanggal 25 Mei 2015 dalamKeputusan Bupati BoyolaliNomor: 141/262 tahun 2015sebelum status Pengugatdinyatakan sebagai terdakwaadalah merupakan keputusan yangmengandung cacad yuridis dariaspek prosedur penerbitannyasebagaimana ditentukan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014dalam Pasal 41 tersebut, kemudiantergugat mengeluarkan keputusanobjectum litis merupakanrangkaian dari prosespemberhentian sementara yangdalam pengujiannya terbukti

Page 16: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

46

menurut hukum bertentangandengan ketentuan Pasal 41, Pasal42 dan Pasal 43 Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 TentangDesa, maka Majelis Hakimberpendapat, Keputusan objectumlitis yang dikeluarkan olehTergugat, telah cacad prsesedursejak dikeluarkannya KeputusanPemberhentian sementaraPenggugat.Pengujian Objectum Litisditinjau dari Aspek SubtansiMateri.....................Peraturan Pemerintah Nomor 43Tahun 2014 Tentang PeraturanPelaksanaan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 TentangDesa, Pasal 54 Ayat (1) : KepalaDesa berhenti karena a) MeninggalDunia; b) Permintaan sendiri c).Diberhentikan; Pasal 54 Ayat (2):Kepala desa diberhentikansebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c karenaDinyatakansebagai terpidana berdasarkanputusan pengadilan yang telahmempunyai kekuatan hukum tetap;Menimbang, bahwa terkait denganPeraturan Pemerintah Nomr 43Tahun 2014 adalah merupakanperaturan Pelaksana Undang-Undang Nomr 6 Tahun 2014Tentang Desa artinya bahwaterhadap penerapan Pasal 54 Ayat(2) huruf g tersebut khususnyaterhadap “Status terpidana “ yangbagaimanakan sehingga dapatdilakukan tindakan pemberhentiansementara atau tetap, tentunyaharus berpedoman pada ketentuanPasal 41 Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 yang menyatakan “Kepala Desa diberhentikan

sementara oleh bupati/Walikotasetelah dinyatakan sebagaiterdakwa yang diancam denganpidana penjara paling singkat 5(lima) tahun berdasarkan registerperkara di pegadilan.Menimbang bahwa oleh karenahukuman Pasal 372 KUHP adalahpaling lama 4 (empat) Tahun,sedangkan syarat pemberhentiansementara maupun tetapsebagaimana dimaksud Pasal 54Ayat (2) huruf g PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014junctoPasal 41 Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 adalah palingsingkat 5 (lima) tahun makatindakan Tergugat dimaksud adalahtelah bertentangan dengan Pasal 54Ayat (1) Peraturan PemerintahNomor3 Tahun 2014.Menimbang, bahwa BupatiBoyolali mengeluarkan KeputusanPemberhentian Sementara atasnama Penggugat denganpertimbangan, selain karenatergugat terlebih Penggugat tidakmampu menjalankan tugasnyasecara optimal karena ada wargadesa yang tudak bisa mengurusTaspen di Kantor Desasebagaimana dilaporkan Camatkepada Bupati Boyolali dan untukmemperlancar pelayanandilakukanlah pemberhentiansementara, maka Majelis Hakimberpendapat, terkait dengankonteks pelayanan tidaklah dapatserta merta mengesampingkanketentuan hukum dalam Pasal 41Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, oleh karenanorma tersebut adalah bersifatimperatif yaitu mengatur

Page 17: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

47

mekanisme pemberhentiansementara Kepala Desa dan dalamhal ini tidak ada alasan normatifyang mengatur pengecualianpenerapan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tersebut dengan demikianKeputusan Pemberhentiansementara Penggugat terdapat cacatyuridis dalam muatan subtansimaterinya yang tidak sesuai denganketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa;Menimbang, bahwa dari uraianpertimbangan hukum di atas,Majelis Hakim berkesimpulan,secara hukum terbukti tindakantergugat dalam mengeluarkanobjectum litis terdapat cacat yuridisdari aspek prosedur penerbitan dansubtansi/materiilnya danbertentangan pula dengan Asas-asas umum Pemerintahan yangbaik khususnya asas kecermatanyang menuntut tergugat untukmeneliti, mempertimbangkan, danmemutuskan mengeluarkan sebuahkeputusan mengandung muatanmateri dan fakta yang ada,sehingga maksud dan tujuanditebitkan objectum litis dapattercapai yakni Tergugat dituntutuntuk cermat dalam mengeluarkankeputusan dengan mempelajariketentuan-ketentaun hukum yangdiatur ketentuan peraturanperundang-undangan, dengan faktayang ada sebagimana telahdiuraikan dalam pertimbanganhukum ini, maka beralasan hukumterhadap Gugagtan Penggugatdinyatakan dikabulkan untukseluruhnya;

Menimbang, bahwa oleh karenaGugatan Penggugat dikabulkanuntuk seluruhnya, makaberdasarkan Pasal 110 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986Tentang Peradilan Tata UsahaNegara kepada Tergugat sebagaipihak yang kalah dihukum untukmembayar biaya perkara yangbesarnya akan ditentukan dalamamar putusan ini;Mengingat, Undang-UndangNomor 51 Tahun 2009 Perubahankedua atas Undang-Undang Nomor5 Tahun 1986 Tentang PeradilanTata Usaha Negara dan peraturanperundang-undangan lainnya yangberkaitan dengan perkara ini ;

MENGADILIDalam Eksepsi :Menyatakan eksepsi Tergugattidak diterima;

Dalam Pokok Perkara :1. Mengabulkan GugatanPenggugat untuk seluruhnya;2. Menyatakan batal Surat

Keputusan Tata Usaha Negarayaitu Keputusan BupatiBoyolali Nomor 141/387Tahun 2015 TentangPemberhentian Tidak denganhormat Saudara BudiRaharjo,ST,. Dari Jabatannyasebagai Kepala DesaGuwokajen Kecamatan SawitKabupaten Boyolali Tanggal 2September 2015 yangditerbitkan oleh Pj. BupatiBoyolali;

3. Mewajibkan Tergugat untukmencabut Surat KeputusanTata Usaha Negara yaituKeputusan Bupati Boyolali

Page 18: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

48

Nomor 141/387 Tahun 2015Tentang Pemberhentian Tidakdengan hormat Saudara BudiRaharjo,ST,. Dari Jabatannyasebagai Kepala DesaGuwokajen Kecamatan SawitKabupaten Boyolali Tanggal 2September 2015 yangditerbitkan oleh Pj. BupatiBoyolali;

4. Mewajibkan Tergugat untukmerehabilitasi,mengembalikan harkat,martabat, hak dan kedudukanPenggugat seperti semula;

5. Menghukum Tergugat untukmembayar biaya yang timbuldalam perkara ini sebesar Rp.219.500,- ( Dua ratus sembilanbelas ribu lima ratus rupiah).

Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa pertimbangan hukummerupakan bagian yang memuat ujiverifikasi antara fakta hukumdengan berbagai teori dan peraturanperundang-undangan dibantudengan penalaran maka akandicapai suatu argumentasi yuridisdalam menyusun pertimbangan-pertimbangan putusan, makadariputusan Pengadilan Tata UsahaNegara tersebut di atas akan dapatdirumuskan mengenai masalahhukumnya, pemecahannya danterakhir mengenai putusannya.Permasalahan hukum pada sengketaTata Usaha Negara Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG adalahPenggugat merasa dirugikankepentingannya atas terbitnya SuratKeputusan Bupati Boyolali Nomor:141/387/2015 tanggal 2 September2015 tentangPemberhentian Tidakdengan hormat Saudara Budi

Raharjo,ST,. Dari Jabatannyasebagai Kepala Desa GuwokajenKecamatan Sawit KabupatenBoyolali yang diterbitkan oleh Pj.Bupati BoyolaliMajelis Hakim yang memeriksasengketa tersebut memberikanpemecahan atas permasalahanhukum dengan mempertimbangkan2 (dua) hal, yaitu:

1. Apakah Tergugatberwenang menerbitkanSurat Keputusan objeksengketa aquo;

2. a. Apakah SuratKeputusan objeksengketaPenerbitannyabertentangan denganPeraturanPerundang-undanganyang berlaku;

b. Apakah SuratKeputusan objeksengketabertentangan denganAsas-Asas Umum.Pemerintahan yangBaik;

Dengan mempertimbangkan adanyaasas lex superior derogate legiinferior serta menerapkan asaspersamaan sebagai asas-asas umumpemerintahan yang baik dalammempertimbangkan ataumemecahkan permasalahan hukumtersebut dan selanjutnyamemberikan putusan yang padapokoknya amarnya berbunyi:“Mengabulkan gugatan ParaPenggugat untuk seluruhnya”.Pemercahan dari permasalahanhukum tersebut, oleh MajelisHakim telah dipertimbangkan

Page 19: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

49

dengan menggunakan beberapateori maupun asas hukum untukmenghubungkan dengan faktahukum yang terungkap dalampersidangan serta mendasarkanpada beberapa peraturanperundang-undangan yang berlaku.

2.2. Analisa Putusan Pengadilan TataUsaha Negara SemarangPutusan Pengadilan Tata UsahaNegara Semarang Nomor:074/G/2015/PTUN.SMGDalam sengketa Tata Usaha Negaraini, dapat diketahui:- Bahwa terdapatPenggugat yangmenggugat Bupati Boyolali denganobjek gugatan adalah SuratKeputusan Nomor: No. 141/387tahun 2015 tentang pemberhentiantidak hormat sebagai Kepala DesaTanggal, 2 September 2015 yangditerbitkan oleh Pj. Bupati Boyolali,sehingga Penggugat merasakepentingannya dirugikan, sebagaiakibat dari keputusan tersebut dantindakan Tergugat mengeluarkanobjectum litiskhususnya terhadap“Status terpidana” yangbagaimanakah sehingga dapatdilakukan tindakan pemberhentiansementara atau tetap, tentunyaharus berpedoman pada ketentanPasal 41 Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 yang menyatakan “Kepala Desa diberhentikansementara oleh bupati/Walikotasetelah dinyatakan sebagaiterdakwa yang diancam denganpidana penjara paling singkat 5(lima) tahun berdasarkan registerperkara di pegadilan. oleh karenahukuman Pasal 372 KUHP adalahpaling lama 4 (empat) Tahun,

sedangkan syarat pemberhentiansementara maupun tetapsebagaimana dimaksud Pasal 54Ayat (2) huruf g PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014juncto Pasal 41 Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 adalah palingsingkat 5 (lima) tahun makatindakan Tergugat dimaksud adalahtelah bertentangan dengan Pasal 54Ayat (1) Peraturan PemerintahNomor 3 Tahun 2014.- Bahwa yang menjadi alasangugatan penggugat adalah suratkeputusan obyek sengketa tersebutbertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku;- Bahwa disamping itu perbuatantergugat juga telah bertentangandengan asas-asas umumpemerintahan yang baik khususnyaasas kecermatan.Putusan yang dijatuhkan olehMajelis Hakim dengan mengambilpertimbangan diantaranya:

- Menimbang, bahwa bilabertitik tolak dari pandangannormatif yuridis makaPenerbitan Surat Keputusanobjek sengketa dari segikewenangan telah sesuaidengan ketentuan yangberlaku yaitu Pejabat yangberwenang menerbitkanBupati dasar kewenanganatribusi;

- Menimbang, bahwa dalamkonteks perkara iniberdasarkan fakta hukumyang terungkapdipersidangan PenilaianPenerbitan Surat Keputusanobjek sengketa tidak cukuphanya berdasarkan normatif

Page 20: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

50

yuridis atau berdasarkanPeraturan Perundang-Undangan yang berlaku,namun harus juga dinilai daripandangan nilai-nilai yanghidup dalam masyarakat danAsas-Asas UmumPemerintahan yang Baikyang harus diperhatikan olehBadan atau Pejabat TataUsaha Negara dalammengambil keputusan.

Analisa yang dapat dilakukanterhadap uraian pertimbanganputusan Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG, yaitu:Isu hukum: Apakah keputusanpemberhentian dengan tidak hormatPenggugat dari jabatan kepala desatelah bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlakudan asas-asas umum pemerintahanyang baik?Analisis:Terhadap isi, hendaknyadicermati fakta hukum yangdiajukan para pihak dalampersidangan. Dari beberapa alatbukti yang diajukan dan tertuangpula dalam surat gugatan.Menyikapi kondisi yang demikian,maka diperlukan suatu penerapanasas yang berlaku umum bagiperaturan perundang-undangan,yaitu asas Lex Superiore DerogatLegi Inferiore.Asas ini bermaknabahwa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggimelumpuhkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atausebaliknya peraturan yang lebihrendah tidak boleh bertentangandengan peraturan yang lebih tinggi.Dalam asas ini apabila peraturan

perundang-undangan yang lebihrendah bertentangan denganperaturan perundang-undangan yanglebih tinggi yang mengatur materiyang sama, maka peraturanperundang-undangan yang lebihtinggilah yang berlaku.Berbicara mengenai persoalan daritujuan hukum dapat dikaji melalui 3(tiga) sudut pandang, yaitu:14

a. Dari sudut pandang ilmu hukumpositif normatif atau yuridisdogmatis, tujuan hukumdititikberatkan pada segikepastian hukumnya.

b. Dari sudut pandang filsafathukum, tujuan hukumdititikberatkan pada segikeadilan.

c. Dari sudut pandang sosiologihukum, tujuan hukumdititikberatkan pada segikemanfaatan.

Dengan demikian, tujuan hukumsebenarnya sama dengan apa yangdikemukakan oleh Gustav Radbruchsebagai 3 (tiga) nilai dasar hukum,yaitu keadilan, kemanfaatan dankepastian hukum. SelanjutnyaRadbruch mengajarkan penggunaanasas prioritas dari ketiga asastersebut, dimana prioritas pertamaselalu jatuh pada keadilan, barukemanfaatan dan terakhir kepastianhukum.15

Dalam praktik peradilan, sangat sulit

14Ahmad Rifai, 2010, PenemuanHukum oleh Hakim Dalam Persfektif HukumProgresif, Sinar Grafika, Jakarta, hal.131-132.

15Achmad Ali, 1993, MenguakTabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis danSosiologis), Chandra Pratama, Jakarta,hal.96.

Page 21: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

51

bagi seorang hakim untukmengakomodir ketiga asas tersebutdi dalam suatu putusan.Dalammenghadapi keadaan ini, hakimharus memilih salah satu dari ketigaasas tersebut untuk memutus suatuperkara dan tidak mungkin ketigaasas tersebut dapat tercakupsekaligus dalam suatu putusan.Jikadiibaratkan dalam sebuah garis,hakim dalam memeriksa danmemutus suatau perkara berada diantara dua titik pembatas dalamgaris tersebut, yaitu apakah berdiripada titik keadilan atau titikkepastian hukum, sedangkan titikkemanfaatan berada di antaranya.Dengan diputus “mengabulkangugatan penggugat” maka MajelisHakim secara tidak langsung telahmenciptakan kondisi yangbertetentangan dengan kepastianhukum. Hal ini nampak dalampertimbangan Majelis Hakim yangmenyatakan:Menimbang, bahwa dalam konteksperkara ini berdasarkan fakta hukumyang terungkap dipersidanganPenilaian Penerbitan SuratKeputusan objek sengketa tidakcukup hanya berdasarkan normatifyuridis atau berdasarkan PeraturanPerundang-Undangan yang berlaku,namun harus juga dinilai daripandangan nilai-nilai yang hidupdalam masyarakat dan Asas-AsasUmum Pemerintahan yang Baikyang harus diperhatikan oleh Badanatau Pejabat Tata Usaha Negaradalam mengambil keputusan.Selanjutnya barulahdipertimbangkan mengenaikeberatan Penggugat terhadap objeksengketa tentang pemberhentian

dirinya tersebut. Disinilahsebenarnya letak pengujian terhadapsuatu Keputusan Tata Usaha Negaraterhadap pemenuhan terhadapperaturan perundang-undangan lebihditonjolkan atau diutamakan, olehkarena suatu keputusan Tata UsahaNegara harus bersumber danberlandaskan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan asaslegalitas dalam negara hukum.Setelah terdapat syarat pemenuhanakan peraturan perundang-undangan, maka selanjutnyakeputusan Tata Usaha Negara akandiuji menggunakan asas-asas umumpemerintahan yang baik.Tidak menutup kemungkinan suatukeputusan Tata Usaha Negara yangtelah memenuhi suatu peraturanperundang-undangan di dalamnyatidak memenuhi asas-asas umumpemerintahan yang baik.Demikianpula halnya jika suatu keputusanTata Usaha Negara sudah dapatdiketahui tidak sesuai ataubertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlakumaka sudah barang tentu telahmelanggar asas-asas umumpemerintahan yang baik.Dalam konteks putusan a quopeneliti berpendapat bahwaseharusnya Majelis Hakimharusmempertimbangkan terlebih dahulusemua aspek terhadap pemenuhanterhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yang tidakhanya menitikberatkan padakewenangan pemberhentian ataupengangkatan yang dimiliki Bupatisaja, namun harus pulamempertimbangkan landasan lainyang dijadikan alas untuk

Page 22: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

52

menggugat dari Para Penggugat,kemudian setelah diperolehkesimpulan telah sesuai denganperaturan perundang-undangan yangberlaku, selanjutnya barumempertimbangkan terhadappemenuhan asas-asas umumpemerintahan yang baik. Namunjika sudah diperoleh kesimpulanbahwa yang djadikan alas untukmenggugat tidak sesuai ataubertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku,maka menurut hemat penulis sudahtidak perlu lagi dipertimbangkanmengenai pemenuhan asas-asasumum pemerintahan yang baik, olehkarena dengan tidak dipenuhinyaketentuan peraturan perundang-undangan sudah barang tentu tidakmemenuhi asas-asas umumpemerintahan yang baik.

3. Penutup

3.1. Kesimpulan

1. Pertimbangan hukum terdiridari dua bagian yaitu:pertimbangan mengenaiduduk perkara atau peristiwaatau fakta dan pertimbangantentang hukumnya.Pertimbangan duduk perkaraatau peristiwanya memuatfakta-fakta hukum yangterungkap di persidangan.Pertimbangan hukummemuat alasan-alasan atauargumentasi hukum sertapenalaran hukum yangdilakukan oleh hakim. Dalampertimbangan hukum

memuat uraian tentangkorelasi antara fakta hukumyang terungkap dipersidangan denganperaturan perundang-undangan yang dijadikandasar dalam suratgugatan.Dalam pertimbanganPutusan Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG,secara normatif telahmemenuhi syarat suatupertimbangan, dengandemikian majelis hakim yangmemeriksa telah melakukanpenilaian terhadappemenuhan landasan hukumterhadap pemberhentianjabatan kepada desa yaituKeputusan Bupati:141/387/2015 terhadap asashukum dan tata urutanperaturan perundang-undangan yang berlaku.Majelis hakim disampingtelah mempertimbangkanadanya asas hukum lexsuperior derogate legiinferior juga telahmempertimbangkan denganteori norma (stufenbautheory) dari Hans Kelsenuntuk menilai KeputusanBupati: 141/387/2015tentang Pemberhentiandengan tidak hormat sebagaiKepala Desa.

2. Dari analisa yang dilakukanterhadap putusan PengadilanTata Usaha Negara Nomor:074/G/2015/PTUN.SMG,dalam pertimbanganya telahdiuraikan mengenai dudukperkaranya dan telah pula

Page 23: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

53

diuraikan mengenaiargumentasi hukumnya.Salah satu argumentasihukum yang digunakanmajelis hakim adalahpreferensi hukum atau asashukum Lex Superior DerogatLege Inferior untuk menilaikedudukan Keputusan BupatiBoyolali tentangPemberhentian dengan tidakhormat Kepala Desa. Asashukum Lex Superior DerogatLege Inferior adalah suatuasas dimana peraturanperundang-undangan yanglebih tinggimengesampingkan peraturanperundang-undangan yanglebih rendah., disampingmajelis hakim telahmempertimbangkan asashukum lex superior derogatlegi inferior danmenerapkannya denganmengesampingkan keputusanbupati tersebut, jugamempertimbangkanmengenai adanya susunannorma dari teori Hans Kelsenyang sering disebut denganstufenbau theory yangdiimplementasikan dalamUndang-undang Nomor 12Tahun 2011tentangPembentukan PeraturanPerundang-undangan. Dalamtheory norma dikatakanbahwa norma yang berada dibawah atau yang lebihrendah tidak bolehbertentangan dengan normayang berada di atasnya ataunorma yang lebih tinggi.

3.2. Saran

Bupati Kepala Daerah apabilamengeluarkan atau menerbitkansuatu surat keputusan yangberkaitan dengan pemberhentiankepala desa sebaiknyamendasarkan pada ketentuanperundang-undangan yang tidakbertentangan dengan peraturanyang ada di atasnya sehinggatidak menimbulkan kerugianbagi orang atau badan hukumperdata yang penerima suratkeputusan tersebut. Sedangkanbagi para hakim yangmemeriksa, memutus danmenyelesaikan sengketa TataUsaha Negara yang demikianitu, hendaknya memperhatikanterlebih dahulu ketentuanperaturan perundang-undanganyang berlaku sebagai penerapanasas legalitas dalam negarahukum dan memperhatikan asaswetmatigheid van bestuursebagai landasan bagi keabsahansikap tindak pemerintahandalam menerbitkan suatukeputusan Tata Usaha Negarasebelum mengujinya denganasas-asas umum pemerintahanyang baik.

Daftar PustakaBuku-Buku:Abdullah, 2008, Pertimbangan Hukum

Putusan Pengadilan, ProgramPascaSarjanaUniversitas SunanGiri, Sidoharjo.

1Achmad Ali, 1993, Menguak TabirHukum (Suatu Kajian Filosofis dan

Page 24: Analisis Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG SemarangISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016

54

Sosiologis), Chandra Pratama,Jakarta, hal.96.Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum

Oleh Hakim Dalam PerfektifHukum Progresif, Sinar Grafika,Jakarta.

Bagir Manan, 2007, KekuasaanKehakiman Indonesia Dalam UUNo. 4 Th. 2004, FH UII Press,Yogyakarta.

Bambang Sutiyoso dan Sri HastutiPuspitasari, 2005, Aspek-AspekKekuasaan Kehakiman DiIndonesia, UII Press, Yogyakarta.

Indroharto, 1999, Perbuatan PemerintahMenurut Hukum Publik danHukum Perdata, LembagaPenelitian dan PengembanganHukum Administrasi Negara,Bogor-Jakarta.

M. Yahya Harahap, 2004, Hukum AcaraPerdata, Sinar Grafika, Jakarta.Muchsan, 1981, Beberapa Catatan

Tentang Hukum AdministrasiNegara Dan PeradilanAdministrasi Di Indonesia,Liberty, Yogyakarta.

Rochmat Soemitro, 1998, PeradilanTata Usaha Negara, Refika Aditama,Bandung.Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan

Perubahan Sosial : SuatuTinjauan Teoritis SertaPengalaman-Pengalaman DiIndonesia, Genta Publishing,Yogyakarta.

1Shidarta, 2006, Karakteristik PenalaranHukum dalam Konteks Keindonesiaan,CV. Utomo, Bandung.Sjachran Basah,1985, Eksistensi dan

Tolak Ukur Badan PeradilanAdministrasi di Indonesia,Alumni, Bandung.

Yos Johan Utama, 2010, MembangunPeradilan Tata Usaha NegaraYang Berwibawa, PidatoPengukuhan Guru Besar DalamIlmu Hukum Pada FakultasHukum UNDIP Semarang, BadanPenerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Undang-undang:Undang-undang Dasar Negara RI Tahun

1945 beserta perubahannyaUndang-undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata UsahaNegara (LNRI Tahun 1986Nomor 77, TNLRI Nomor 3344)

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004tentang Kekuasaan Kehakiman(LNRI Tahun 2004 Nomor 8,TNLRI Nomor 4358)

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986tentang Peradilan Tata UsahaNegara (LNRI Tahun 2004Nomor 35, TNLRI Nomor 4380)

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009tentang Kekuasaan Kehakiman(LNRI Tahun 2009 Nomor 157,TNLRI Nomor 5076)

Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 5 Tahun1986 tentang Peradilan TataUsaha Negara (LNRI Tahun2009 Nomor 160, TNLRI Nomor5079)