analisis penggunaan bambu sebagai material interior …

18
ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR RAMAH LINGKUNGAN DALAM RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: RUMAH TINGGAL BAPAK BUDI FAISAL, BANDUNG Penulis : Latifa Habibah Haifa, Pembimbing : Sri Riswanti Arsitektur Interior, Fakultas Teknik Abstrak Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah. Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang. Kata Kunci: Green; Bambu; Rumah Tinggal Abstract The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities. The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal’s House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality. Keywords: Green; Bamboo; Home Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah penebangan hutan secara liar dan tidak bertanggung jawab. Hal tersebut berlangsung dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1900-an hingga tahun 2005, terdapat penurunan luas area hijau yang cukup Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR

RAMAH LINGKUNGAN DALAM RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: RUMAH TINGGAL BAPAK BUDI FAISAL, BANDUNG

Penulis : Latifa Habibah Haifa, Pembimbing : Sri Riswanti

Arsitektur Interior, Fakultas Teknik

Abstrak

Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah. Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang. Kata Kunci: Green; Bambu; Rumah Tinggal

Abstract

The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities. The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal’s House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality. Keywords: Green; Bamboo; Home

Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah penebangan hutan

secara liar dan tidak bertanggung jawab. Hal tersebut berlangsung dari tahun ke tahun mulai

dari tahun 1900-an hingga tahun 2005, terdapat penurunan luas area hijau yang cukup

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 2: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

signifikan. Hutan di Indonesia rata-rata rusak sekitar 51km2/hari, dengan rata-rata pertahun

selama periode tahun 2000-2005 sebanyak 1,8 juta hektar/tahun, dan merupakan peringkat

pertama di dunia. Hal tersebut tentunya memberikan dampak terhadap jumlah air yang dapat

diserap tanah dan mengakibatkan tanah menjadi kering, sehingga rentan terjadi bencana alam

seperti banjir dan kebakaran hutan, selain itu habitat asli hewan di dalam hutan pun semakin

berkurang. Selain penebangan hutan secara liar, hal lain yang menimbulkan kerusakan di

Indonesia adalah banyaknya industri dan pembangunan yang tidak memperhatikan dampak

terhadap lingkungan. Kekurangan lahan hijau akibat penebangan hutan secara liar, industri,

dan pembangunan juga berdampak pada ketersedian air di dalam tanah.

Melihat berbagai hal yang terjadi dengan alam saat ini, maka sangat wajar jika

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang difokuskan kepada green

concept dan sustainability. Termasuk dalam perkembangan arsitektur dan arsitektur interior

khususnya, green concept and sustainability menjadi salah satu perhitungan seorang arsitek

maupun interior desainer dalam merancang. Tempat tinggal pun merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia dan selalu akan dibutuhkan oleh manusia dari masa ke masa,

dengan perkembangan yang pesat mengikuti jumlah pertumbuhan penduduk di suatu wilayah,

baik itu berupa bangunan vertikal maupun horizontal. Dalam penelitian ini saya

memfokuskan bahasan rumah tinggal berupa landed house yang memang banyak terdapat di

Indonesia dan masih merupakan pilihan tempat tinggal favorit di Indonesia. Rumah tinggal

modern dengan unsur tradisional dan tropical di Indonesia, tidak lepas dari penggunaan

material lokal yang banyak terdapat di Indonesia, diantaranya kayu, batu-batuan, bambu, dan

rotan.

Tinjauan Teoritis

Sumber daya alam yang ada di bumi saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh manusia

dalam berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Secara garis besar proses

pengolahan sumber daya alam yang ada saat ini seperti yang dapat dilihat pada skema daur

material diatas, semua sumber daya alam yang berasal dari bumi seperti material tambang,

minyak bumi, hingga kayu solid, diambil dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara

mining (pertambangan), driling (pengeboran), dan harvesting (pemanenan). Dari berbagai

cara yang digunakan untuk mengambil sumber alam dari bumi, dihasilkan berbagai jenis

material dasar untuk memenuhi kebutuhan manusia, diantaranya batu-batuan, minyak, tanah,

kayu, dan lain sebagainya. Selanjutnya material-material dasar tersebut diolah menjadi bahan

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 3: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

yang lebih spesifik lagi seperti metal, bahan kimia, semen, kain, kayu potong, dan lain

sebagainya.

Diagram 1. Typical Phases of a material or product’s life cycle are illustrated, along with energy inputs

and waste outputs at each phase.

Sumber : Materials For Sustainable Sites, Meg Calkins, Hal. 24

Kata green merupakan kata yang saat ini cukup populer dalam menyikapi berbagai

permasalahan lingkungan, termasuk dalam arsitektur. Istilah green, sustainability, dan

ecological adalah istilah-istilah yang sering digunakan dalam arsitektur untuk menyikapi

permasalahan lingkungan. Secara bahasa sustain berarti menjaga eksistensi, mampu merawat

keadaan atau tempat tertentu. istilah sustain pertama kali diperkenalkan sebagai konsep

sosioekonomi global. Dalam hal yang berhubngan dengan ecological, penggunaan kata

sustain juga dapat mengacu kepada hal yang berfokus pada lingkungan dan iklim. Pada

dasarnya penggunaan kata sustain bergantung dengan konteks tertentu, namun pada

perkembangannya, istilah sustain lebih sering dikaitkan dengan ekologi. Sedangkan kata

ekologi sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Ernst Haeckel (1839-1919) pada tahun 1866

sebagai ilmu sains komprehensif mengenai organisme dan lingkungan. Namun pasa saat ini

baik sustain maupun ekologi mengalami perkembangan arti dan saling berkaitan, khususnya

kedalam konteks green architecture.

Diagram 2. Taxonomy of Green Architecture

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 4: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Sumber : Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill,

hal. 41

Diagram diatas merupakan penggambaran singkat dari salah satu metode penilaian

sebuah material yang mendukung konsep green architecture. Dalam menantukan apakah

sebuah material memenuhi kriteria ramah lingkungan atau green, terlebih dahulu kita harus

memahami bagaimana sebuah material dapat dikatakan sebagai green material. Suatu material

dapat dikatakan sebagai material yang ramah lingkungan jika memenuhi tiga hal mendasar

seperti sustainability, ecological, dan performance. Untuk menjabarkan ketiga hal tersebut

dengan baik, setiap poin harus ditinjau berdasarkan tiga komponen yang meliputi elements,

resources dan environment. Elements merupakan teknologi dan material yang dibutuhkan

untuk membangun sebuah bangunan atau interiornya, resources adalah pemanfaatan potensi

lahan dan sumber daya alam untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan kualitas yang

terbentuk, kemudian environment adalah suasana yang dibentuk oleh elemen dan resourses

dan memberikan pengaruh terhadap manusia.

Diagram 3. Relationship between the green categories

Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.

McGraw-Hill, hal. 40

Setiap istilah (poin) yang mencakup sustainable, ecological, dan performance,

memiliki sub-istilah (kategori) yang menjadi acuan penilaian tingkat green suatu material atau

keseluruhan bangunan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan nilai green yang utuh, kategori

dalam setiap poin harus dapat terpenuhi dengan baik.

Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai jenis populasi tumbuhan dapat

tumbuh didalamnya, tidak terkecuali dengan bambu. Bambu yang tersebar di dunia dan

kebanyakan tumbuh di daerah tropis dengan jumlah populasi sekitar 1500 jenis, dapat tumbuh

di Indonesia sekitar 156 jenis. Di Indonesia sendiri, bambu sudah dimanfaatkan masyarakat

Indonesia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, diantaranya sebagai material dasar

pada bangunan. Tumbuhan ini memiliki masa panen yang cepat untuk digunakan dalam

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 5: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

arsitektur sebagai konsrtuksi maupun dalam arsitektur interior jika dibandingkan dengan kayu

solid, yaitu kurang dari 10 tahun masa panen, dan baiknya bambu dipanen pada usia 3-6

tahun. Bambu juga sangat berguna dalam konservasi air dan tanah, hutan bambu dapat

menyerap air 240% lebih banyak jika dibandingkan dengan hutan pinus dan banyak penelitian

membuktikan bahwa sistem akar pada hutan bambu adalah yang paling efektif dalam

mencegah tanah longsor.

Keunggulan bambu lainnya seperti yang dikutip dari J.A. Janssen diatas, hutan bambu

dapat menyerap CO2 62 ton per hektar setiap tahunnya dan melepaskan O2 sebanyak 35%

lebih banyak dibandingkan hutan jenis lainnya. Selain itu, penggunaan energi yang digunakan

bambu dalam memproduksi material bangunan juga menjadi salah satu keunggulan dari

bambu, dengan perbandingan penggunaan energi sebagai berikut:

Baja = 1500 Nmm2

Beton = 240 Nmm2

Kayu = 80 Nmm2

Bambu = 30 Nmm2

(J.A. Janssen, Bamboo Research at the Eindhoven University of Technology, Dalam

Presentasi Pak Budi Faisal, Kitakyushu University, 20 Oktober 2011)

Secara kualitas, bambu dipengaruhi oleh masa pemotongan bambu, perawaran,

pengeringan, dan pengawetan bambu. Tanpa penanganan lebih lanjut, bambu akan terkendala

beberapa masalah terkait kekurangannya, seperti berjamur, serbuk bambu, dan seranga.

Keadaan yang lembap membuat bambu menjadi mudah berjamur dan rusak. Dalam keadaan

tertentu bambu juga dapat menjadi serbuk dan rapuh, kemudian bambu juga rentan diserang

serangga. Sehingga sebelum digunakan sebagai struktur atau produk lainnya, bambu

membutuhkan penanganan diawal, seperti direndam dengan cairan kimia, dicat, atau dijemur.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah metodologi kualitatif yang

sangat berkaitan dengan standar konsep green architecture. Dengan mengambil spesifikasi

pembahasan dalam lingkup penggunaan material ramah lingkungan dan kualitas ruang dengan

menggunakan studi kasus berupa rumah tinggal.

Hasil Penelitian

Berdasarkan komponen-komponen yang telah dijabarkan dalam setiap sub bahasan,

penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal memenuhi komponen-

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 6: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

komponen dalam penerapan material ramah lingkungan dengan metode penilaian mengacu

pada tingkat kesesuaiannya sebagai berikut,

Komponen Poin Aplikasi Kesesuaian Sustainability

Durable

Ketahanan v

80% Kekuatan v Stabilitas v Elastisitas v Tahan Lama -

Economical

Ekonomis dalam segi harga v

100% Efektif v Merupakan material lokal v Biaya perawatan rendah v

Low-Maintenance Ramah Lingkungan v

67% Dapat diperbaharui v Self-sufficient -

Recyclable

Mudah dibongkar v

100%

Dapat diperbaharui v Dapat dibuat kembali v

Menghemat teknologi untuk merenovasi, memperbaiki, dan menggunakan kembali

v

Cost effective (operational /life cycle)

Memberikan keuntungan dari segi pengeluaran biaya operasional dalam kurun waktu sekitar dua tahun

v 100%

Healthy

Mengurangi berbagai resiko penyakit v

100% Meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan, dengan penggunaan material renadah emisi atau nol emisi

v

Material yang tahan terhadap perkembangan mikroba

v

Social/Institutional Capacity

Membentuk suasana yang nyaman untuk interaksi sosial, aktivitas rutin dan event tertentu didalam bangunan

v 100%

Menciptakan social pattern, attitude, dan networks

v

Safety and security (protective) Aman dalam penggunaan v 50%

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 7: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Mencegah kerusakan parah akibat bencana alam

-

Ecological

Clean (nonpolutant/low-emission)

Rendah emisi v

100% Tidak menimbulkan polusi v Dampak saat pembuatan material yang rendah

v

Earth Resources

Terbuat dari bahan alami atau meminimalisir proses pengolahan material dalam bumi

v

100% Dapat diperbaharui v Rendah penggunaan energi v

Rendah resiko pengeluaran bahan kimia selama material tersebut digunakan

v

Biodegredable

Mudah diperbaharui dan diolah v

100%

Material yang berasal dari alam seperti tanaman dan mineral

v

Mengurangi sampah sisa pembuangan, polusi, dan penggunaan energi

v

Low-embodied energy

Menghilangkan atau mengurangi energi dari proses pengeluaran/pengambilan, produksi, manufaktur, konstruksi, dan penghancuran

v 100%

Renewable

Berasal dari alam dengan pertumbuhan yang cepat

v

100% Dapat mengurangi emisi CO2 selama daur hidupnya

v

Nilai ekonomi yang menguntungkan

v

Waste management (low solid waste)

Konstruksi yang bersifat modular v 67%

Produk daur ulang - Penggunaan material yang efisien v

Pollution (air/water/land)

Tidak berpotensi menimbulkan polusi

v 100%

Global stewardship Penggunaan energi alternatif v

100% Material yang dapat diperbaharui atau didaur ulang

v

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 8: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Teknologi untuk menghemat air dan energi

v

Performance

Efficiency

Dapat beradaptasi v

100% Mudah digunakan v Mudah dipelihara v Dapat diperbaharui v Rendah energi v

Effectiveness

Kekuatan v

50%

Stabilitas v Ketahanan terhadap panas v Konduksi - Struktur v Suhu - Cahaya - Listrik -

Productivity

Hubungan dan rasio antara prodak akhir dengan sumber daya yang digunakan

v

67% Berfungsi dengan efektif dengan menggunakan energi yang ekonomis

v

Melindungi penggunanya dengan cara memberikan reaksi langsung dengan keadaan lingkungan dan ekologi

-

Economic Berkontribusi secara ekonomi v 100%

Ecobehaviour

Meningkatkan kualitas air dan udara

v 100%

Mengurangi pembuangan v Konservasi sumberdaya alam v

Design

Merespon beberapa isu, meliputi material, teknologi, lingkungan, sosial dan ekonomi secara arsitektural melalui desain yang menyeimbangkan antara strategi, realita pasar, estetika bangunan, dan sifat manusia

v 100%

Adaptability Fisik v

100% Fungsional v Sosial v

Functionality Kemudahan penggunaan v 100% Environmental quality Aman bagi kesehatan v 100%

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 9: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Nyaman v

Memberikan kemudahan dengan minim biaya operasional dan perawatan

v

TOTAL 73 88%

Tabel 1. Kesesuaian komponen penilaian

Sumber: Analisis Pribadi

Green architecture merupakan salah satu konsep yang banyak berkembang saat

ini. Penerapannya sendiri meliputi banyak hal, termasuk penggunaan material. Material ini

sendiri dapat ditinjau dari segi keberlanjutan (sustainability), ekologi (ecology), dan performa

(performance) untuk mendapatkan hasil yang memadai sebagai material yang ramah

lingkungan atau tidak. Bambu sebagai material yang saat ini sedang berkembang, sering kali

disebut sebagai material yang paling tepat untuk menggantikan kayu dengan berbagai macam

karakteristik yang dimilikinya. Penelitian ini secara keseluruhan menganalisis mengenai

material ramah lingkungan dalam green architecture yang melingkupi sifat dasar material itu

sendiri dan kualitas ruangan yang dihasilkan, dengan hasil analisis seperti yang dapat dilihat

pada tabel 4.4. Melalui pengamatan terhadap kediaman Bapak Budi Faisal, penggunaan

bambu dalam tempat tinggal merupakan hal yang memungkinkan meskipun bukan merupakan

rumah tradisional atau tempat komersil yang biasa menggunakan bambu sebagai unsur etnik

untuk menarik pengunjung, dengan tidak mengurangi manfaat bambu tersebut sebagai salah

satu material yang ramah lingkungan.

Penggunaan material bambu dalam rumah tinggal, dapat diklasifikasikan kedalam

beberapa aplikasi, diantaranya sebagai komponen interior, sebagai elemen interior, dan

sebagai dekorasi atau artwork dalam interior. Dalam rumah tinggal sendiri, penggunaan lebih

diutamakan kepada semua hal yang bersifat fungsional dan mendasar dalam memenuhi

kebutuhan kenyamanan rumah tinggal sejak awal. Mulai penyusunan lantai, tembok, tangga,

hingga plafon yang merupakan komponen dalam interior. Dilanjutkan dengan melengkapi

ruangan dengan barang-barang lepasan atau elemen interior yang juga bersifat fungsional, dan

terakhir adalah elemen dekoratif yang digunakan untuk melengkapi ruangan secara estetika.

Sehingga dalam aplikasi penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal, hal

pertama yang diperhatikan adalah segi fungsional dan kenyaman penggunanya melalui

aplikasi pada komponen interior yang merupakan hal pokok dalam interior, dilanjutkan

dengan melengkapi elemen interior lainnya berupa furniture, dan yang terakhir adalah elemen

dekoratif.

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 10: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Pembahasan

Penggunaan material yang ramah lingkungan saat ini menjadi salah satu hal yang menarik

dalam perkembangan arsitektur interior. Setiap material yang digunakan untuk mendukung

desain yang ramah lingkungan harus dapat diukur dari nilai keberlanjutannya. Bambu

merupakan salah satu jenis material lokal yang banyak tumbuh di Indonesia dan memiliki

berbagai fungsi yang salah satunya adalah sebagai material dalam interior, dan seiring

berkembangnya isu green dalam arsitektur interior memicu perkembangan material yang

ramah lingkungan, salah satu jenis material yang saat ini ikut berkembang dalam menyikapi

isu tersebut adalah bambu. Penggunaan bambu dalam interior rumah Bapak Budi Faisal,

ditinjau dari nilai keberlanjutannya dapat dinilai dengan komponen-komponen sebagai

berikut,

Elements Resources Environment

Durable On-site conditions Healthy

Economical Cost effective

(operational /life cycle)

Habitable

Low-Maintenance Accessibility Social/Institutional

Capacity

Recyclable Natural forces (favorable) Safety and security

(protective) Tabel 2. Components for sustainable architecture

Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.

McGraw-Hill, hal. 28

Bambu ditinjau dari segi sustainable elements dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu

durable, economical, low-maintenance, dan recyclable. Setiap poin memiliki komponen

masing-masing yang diantaranya membahas mengenai penggunaan material yang sesuai

untuk bangunan ramah lingkungan. Untuk poin sustainable elements, komponen yang

membahas tentang material adalah durable, economical, low-maintenance, dan recyclable.

Dalam poin sustainable resources material dapat ditinjau melalui nilai economy/cost-

effectiveness saja, karena komponen on-site conditions, accessibility, dan natural forces tidak

memiliki keterkaitan dengan elemen bambu sebagai elemen dalam interior. Kemudian

sustainable environments, memiliki tiga komponen yang berkaitan dengan material, yaitu

health, social/institutional capacity, dan safety and security. Dengan menggunakan

komponen-komponen tersebut bambu dapat dianalisis dari segi keberlanjutannya.

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 11: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Bambu memiliki bentuk yang lentur dengan struktur batang yang berrongga,

sehingga dalam hal ketahanan terhadap daya tekan dan tarik, bambu lebih kuat jika

dibandingkan dengan kayu. Serat-serat yang dimiliki bambu juga memiliki daya tarik yang

lebih kuat jika dibandingkan dengan baja. Pada bagian bergaris di tengah batang bambu, daya

tarik yang dimiliki lebih tinggi dari keseluruhan bambu, dengan ujung bagian atas memiliki

daya tarik 12% lebih rendah dari pada bagian batang kaki. Sedangkan kekuatan tekan pada

bambu dibagian tanpa ruas memiliki ketahanan yang berkisar 8-45% lebih tinggi

dibandingkan bagian yang beruas.

Dilihat dari segi ketahanan secara alami, bambu biasanya kurang tahan lama

karena memiliki kandungan kanji yang cukup banyak sehingga sangat menarik bagi serangga,

udara lembap di daerah tropis pun manjadi salah satu kendala yang mengakibatkan bambu

mudah berjamur, maka bambu membutuhkan perawatan sebelumnya dengan cara dijemur,

direndam dalam air tawar, air payau, atau air laut, dipanaskan bagian permukaannya dengan

menggunakan api, dicat dengan zat anti serangga, atau diawetkan menggunakan bahan kimia

melalui beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu direndam, menggunakan air mengalir, dan

menekan cairan pengawet kedalam bambu. Proses pengawetan tersebut tidak akan

mempengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh bambu, sehingga dari segi kekuatan dan waktu

guna, bambu dapat bertahan dalam waktu yang lama, khususnya di dalam interior,

penggunaan material bambu dalam interior dapat mencapai 10-15 tahun masa guna dari yang

awalnya hanya 2-5 tahun.

Aplikasi dalam interior tempat tinggal Bapak Budi Faisal, bambu diolah dengan

cara diawetkan dengan menggunakan rendaman air yang dicampur dengan bahan pengawet

seperti pada penggunaan bambu press. Bambu yang sudah diawetkan kemudian dipotong

memanjang sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian bambu disatukan dengan

menggunakan lem dan dipasak pada setiap ujungnya untuk menjaga bentuk agar tetap stabil,

selanjutnya dilapisi varnish untuk menjaga permukaan bambu press agar tetap awet.

Keseimbangan antara alam dengan bangunan harus dapat dicapai dalam menerapkan

arsitektur yang ramah lingkungan, salah satunya melaui material yang mendukung hal

tersebut. Secara nilai ekologis, bambu dapat ditinjau dengan menggunakan komponen-

komponen pada tabel 4.2 berikut,

Elements Resources Environment

Clean

(nonpolutant/low-

Resources share Pollution

(air/water/land)

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 12: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

emission)

Earth Resources Soil/Landscape Global stewardship

Biodegredable Site selection Biodiverse

Low-embodied energy Water resources and use Land use

Renewable Waste management

(low solid waste)

Tabel 3. Components for ecological architecture

Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.

McGraw-Hill, hal. 33

Pada pembahasan setiap poinnya terdapat komponen-komponen yang dapat

digunakan untuk mengkaji mengenai tingkat keseibangan material bambu terhadap

lingkungan, diantaranya dalam poin ecological elements, meliputi clean (nonpolutant/low-

emission), earth resources, biodegredable, low-embodied energy, dan renewable. Sedangkan

ditinjau dari aspek resources material hanya dapat ditinjau dari segi waste management dan

secara environment material ditinjau melaui pollution (air/water/land) dan global

stewardship.

Pengolahan material bambu membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan

dengan material konstruksi lainnya dengan jumlah energi yang dibutuhkan sebagai berikut,

Baja = 1500 Nmm2

Beton = 240 Nmm2

Kayu = 80 Nmm2

Bambu = 30  Nmm2  

Dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, bambu membutuhkan energi yang paling rendah.

Sehingga sejak awal penggunaan bambu, ia tidak menimbulkan emisi berlebihan yang dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan.

Bambu merupakan salah satu jenis biobased material, dengan usia panen relatif

singkat, yaitu masa ideal sekitar 3-6 tahun, dengan penggunaan energi saat pemngolahan yang

lebih rendah jika dibandingkan dengan baja, beton dan kayu. Bahan kimia yang berpotensi

dikeluarkan bambu selama masa penggunaan pun relatif lebih rendah karena material

merupakan material organik, jika diolah menggunakan zat kimia untuk diawetkan sekalipun,

selama kadar zat yang digunakan untuk melakukan proses pengawetan tidak berlebihan maka

ia akan tetap aman bagi pengguna dalam ruangan. Material ini adalah material alami yang

berasal dari tumbuhan non kayu, sehingga sisa pembuangannya pun dapat dengan mudah

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 13: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

diuraikan tanah tanpa menimbulkan polusi dan minim penggunaan energi, baik pada saat

masa penanaman, masa pemotongan, pegolahan hingga penggunaan dalam ruangan.

Di Indonesia sendiri, persebaran bambu mencapai 156 jenis dengan 13 jenis yang

sudah dikomersialkan secara luas di Indonesia, sehingga jika dilihat dari proses

pengolahannya, mulai dari menanam, memanen, mengolah, produksi, transportasi, installasi

hingga penghancuran saat selesai digunakan, jumlah energi yang dibutuhkan dalam semua

proses tersebut relatif sedikit. Saat ini bambu dikenal sebagai salah alternatif material

pengganti kayu yang paling mudah diperbaharui, mengingat masa panennya yang jauh lebih

singkat jika dibandingkan dengan kayu. Penanaman bambu di Indonesia pun tidak sulit

karena bambu mudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Selama daur hidupnya pun

hutan bambu menyerap CO2 tiga kali lebih banyak dibandingkan hutan lainnya. Secara

ekonomi, bambu juga menguntungkan bagi masyarakat Indonesia, baik yang mejual dan yang

menggunakan ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan kayu.

Bambu termasuk kedalam salah satu jenis material yang efisien dilihat dari segi

kemudahan konstruksinya yang dapat dibuat menjadi modular dalam aplikasinya pada

interior. Hal yang paling mudah dilihat dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal

adalah penggunaan bambu press pada anak tangga dan lantai dua, kemudian penggunaan

anyaman lantai pada lantai dua yang sama sekali tidak menempel pada bagian lantai yang

hanya dilapisi semen, tanpa finishing keramik. Penggunaan bambu secara modular juga

diterapkan pada plafon, ventilasi, hingga elemen dekoratif pada backdrop panel dan dapur.

Sehingga pada saat pemasangan, perawatan dan pembongkaran, akan lebih mudah dan

efisien.

Gambar 1. Lantai bambu press pada lantai dua

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2. Lantai anyaman pada lantai tiga

Sumber: Dokumentasi pribadi

Anyaman  

Lantai  

Bentuk modular memudahkan perawatan dan penggantian material

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 14: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Sebagai biobased material yang tidak berpotensi menimbulkan polusi dalam

proses pengolahan mulai dari ketika ditanam, ditebang, hingga diolah menjadi produk tertentu

dan penggunaannya dalam ruangan tidak menimbulkan polusi di udara, sehingga bambu

tergolong aman bagi pengguna ruangan. Secara keseluruhan, penggunaan bambu untuk

mendukung keseimbangan antara lingkungan dengan bangunan melalui penggunaan bambu

dalam interior, memiliki banyak keunggulan, diantaranya penggunaan energi yang relatif

lebih kecil jika dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, kemudian dalam hal proses

pembaharuan material yang terbilang mudah, mulai dari proses penanaman, hingga

pengolahan dalam interior, tidak menimbulkan polusi, dan aman bagi kesehatan pengguna

ruangan.

Performa bangunan dengan konsep ramah lingkungan tentunya akan semakin

mendukung nilai keberlanjutan dan keseimbangan terhadap lingkungan. Komponen-

komponen yang dapat digunakan untuk menguji material bambu sebagai material yang sesuai

dengan konsep ramah lingkungan dalam interior rumah tinggal dengan komponen peninjauan

pada tabel 4.3 yang dapat diujikan semua komponennya.

Elements Resources Environment

Efficiency Economic Adaptability

Effectiveness Ecobehaviour Functionality

Productivity Design Environmental quality Tabel 4. Components for high-performance architecture

Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials

McGraw-Hill, hal. 37

Ditinjau dari segi penggunaannya, bambu termasuk jenis material organik yang

mudah diolah dan dapat digunakan dengan baik dalam rumah tinggal modern dengan proses

pengolahan tertentu sebelumnya dan tidak kalah dengan material kayu dalam segi kualitas dan

estetika. Cara perawatannya pun terbilang mudah, dan yang lebih penting bambu merupakan

material yang mudah diperbaharui dengan usia panen hanya berkisar antara 3-6 tahun. Secara

efisiensi, bambu termasuk material yang mudah digunakan, dipelihara, dan diperbaharui.

Dalam penggunaan energi saat diolah, bambu juga menggunakan energi yang lebih rendah

jika dibandingkan dengan baja, baja dan kayu, dengan perbandingan jumlah energi yang

digunakan 1500 : 240 : 80 : 30.

Secara fisik bambu memiliki struktur yang kuat terhadap gaya tarik dan tekan,

dengan ketahanan terhadapa gaya tekan lebih kuat dari pada bambu dan ketahanan gaya tarik

yang lebih kuat dari pada baja. Bambu juga memiliki ketahanan yang baik terhadap api,

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 15: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

dengan titik menyalakan api dengan sumber panas langsung pada suhu ±230°C, kemudian

titik api pada suhu ±260°C, dan titik bambu terbakar dengan sendirinya pada suhu 330°-

480°C.

Dengan pertumbuhan dan masa panen yang cepat, bambu tergolong material yang

dapat diperbaharui dan mudah diolah. Antara pertumbuhan tanaman bambu dengan produksi

material yang dihasilkan, tidak memiliki rasio yang jauh, dalam hal ini, bambu sebagai

material yang mudah diperbaharui dan tidak mengganggu ekologi dan lingkungan dengan

tingkat produktifitas tinggi.

Performa sumber daya alam salah satunya dapat dilihat dari sisi ekonomi, sifat

alami, dan desain suatu material. Persebaran bambu di berbagai wilayah di Indonesia

memberikan peluang bagi masyarakatnya untuk menjadikan bambu sebagai material komersil

dan banyak diperjual belikan dalam berbagai bentuk produk, mulai dari penjual bambu

batangan di pinggir jalan, hingga toko-toko besar yang menjual material olahan bambu dalam

bentuk olahan tertentu.

Secara ecobehaviour, hutan bambu dapat melakukan konservasi air lebih baik jika

dibandingkan dengan hutan jenis lainnya. Pertumbuhan hutan bambu yang cepat juga tidak

akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Dari segi kemampuan mengikat CO2 dan

menghasilkan oksigen pun hutan bambu memiliki keunggulan dalam meningkatkan kualiras

udara.

Bagaimana suatu ruangan dirancang merupakan salah satu faktor penting

bagaimana suatu material diterapkan dengan baik di dalam ruangan untuk mendukung

berbagai aktifitas pengguna ruangan didalamnya sekaligus menjaga alam dan lingkungan

disekitarnya agar tetap seimbang.

Gambar 3. Suasana dalam ruang tamu dan ruang keluarga

Sumber: Dokumentasi pribadi

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 16: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

Gambar 4. Suasana dalam ruang baca

Sumber: Dokumentasi pribadi

Aplikasi material bambu menambah kualitas ruang yang nyaman, hangat dan sejuk, serta

aman dari berbagai polusi dan bakteri dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal yang secara

pengaturan sirkulasi udara dan pencahayaan alami terbilang baik, sehingga bambu yang

digunakan didalam ruangan membuat ruangan tersebut tambak lebih segar.

Penggunaan bambu dalam ruangan secara fisik dan fungsional, dilihat dari segi

penggunaannya di dalam interior rumah di Indonesia dengan iklim tropis, memiliki adaptasi

yang baik terhadap lingkungan tropis baik secara ketahanan maupun kemudahan perawatan

dan penggunaannya, penggunaan bambu dalam interior juga tidak memiliki banyak masalah

yang bersinggungan dengan lingkungan sekitar, karena berada di dalam ruangan. Penggunaan

bambu sebagai beberapa elemen dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal, tidak hanya

pada elemen dekoratif, namun juga sebagai elemen fungsional, seperti pada lantai yang

digunakan pada lantai dua dan tiga.

Kesimpulan

Bambu, dalam perkembangan arsitektur dan interior saat ini, mengalami

perkembangan yang cukup signifikan dalam hal pengembangan material sebagai konstruksi,

material olahan dalam interior dan furniture. Dalam interior sendiri, penggunaan bambu dapat

digunakan sebagai elemen pengganti material kayu, dikarenakan sifat material bambu yang

menyerupai kayu.

Rumah tinggal merupakan tempat yang paling sering digunakan manusia untuk

beraktifitas dan berinteraksi dengan orang-orang terdekat, potensi bambu sebagai material

alternatif pengganti kayu dengan berbagai keunggulannya akan lebih berdampak terhadap

lingkungan jika material bambu banyak digunakan dalam rumah tinggal dibandingkan dengan

penggunaan bambu di tempat-tempat komersi saja.

Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal, dalam

segi kualitas ruang memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengguna di dalam

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 17: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

ruangan. Termasuk dalam aspek kesehatan, bambu yang merupakan material organik, sama

sekali tidak membahayakan dalam ruangan jika diolah dengan baik. Sehingga dalam

penggunaan yang terus menerus dalam tempat tinggal, tidak akan menimbulkan dampak

negatif bagi manusia, selama bambu diolah dengan cara yang tepat.

Kekurangan yang ada pada bambu pun dapat ditangani dengan berbagai macam cara,

sehingga tidak ada masalah dengan ketahanan penggunaannya dalam ruangan. Material ini

juga termasuk material yang mudah didaur ulang dan diperbaharui, sehingga dari segi

produksi dan pengolahan setelah material ini digunakan, tidak trelalu bermasalah dengan

kemungkinan kelangkaan bahan baku bambu atau pun pada saat pengolahan akhir saat

material tidak lagi digunakan.

Berdasarkan tujuan penulisan ini disusun, untuk mengetahui kelayakan material

bambu sebagai material ramah lingkungan dan kesesuaian bambu dalam penggunaan di dalam

interior. Material ini memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penggunaan material ramah

lingkungan baik secara identitas material itu sendiri, maupun pada saat penggunaan di dalam

ruangan. Melihat banyaknya tempat tinggal dibanding tempat-tempat komersial, penggunaan

bambu dalam interior yang ditujukan untuk menjadi alternatif kayu dalam interior dan sebagai

wujud kepedulian terhadap lingkungan akan lebih efektif. Sehingga penggunaan material

bambu dalam tempat tinggal menguntungkan dalam berbagai aspek, mulai dari aspek

ekonomi, kesehatan, kemudahan dalam penggunaan dan perawatan, serta dalam segi

kepedulian terhadap lingkungan dengan kemudahannya untuk diperbaharui dan di daur ulang.

Saran

Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi bambu mencapai 156 jenis dengan 13

jenis yang sudah dapat dikomersilkan dengan baik di dalam negeri dan 11 jenis yang

berpotensi untuk di impor. Dengan potensi tersebut, tidak menutup kemungkinan 143 jenis

bambu lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi macam kebutuhan. Bambu, dengan

berbagai macam keunggulannya dapat menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan di

Indonesia, khususnya sebagai elemen dalam interior.

Penggunaan bambu sebagai elemen interior pengganti kayu, sangat disarankan untuk

dikembangkan, khususnya untuk pemakaian di dalam rumah tinggal sebagai material

pengganti kayu. Selain karena karakteristiknya yang menyerupai kayu dengan daur panen

yang cepat dan ramah lingkungan, secara ekonomi, produksi dan penggunaan bambu juga

dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, mulai dari petani bambu, pengolah

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013

Page 18: ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR …

material dasar berbasis bambu, pengrajin furniture bambu, hingga pembuat kerajinan tangan

yang berasal dari bambu.

Kepustakaan

(Attmann, 2010) Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and

Materials. McGraw-Hill, United States of America.

(Bjorn Berge, 2009) Berge, Bjorn. (2009). The Ecology of Building Materials Second Edition.

Linacre House, UK

(Budi Faisal, 2011) Faisal, Budi. (2011). Bamboo : When Modern Meet Tradition, Kitakyushu

University, Japan

(Elizabeth A. Widjaja, N.W. Utami, Saefudin, 2004) Widjaja, E.A, Utami, N.W,

Saefudin. (2004). Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian

Biologi LIPI, Bogor

(Fatima, 2012) Ghani, Fatima. (2012). Issues in Sustainable Architecture and Possible

Solutions. International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS,

12:21

(Heinz Frick, 2004) Frick, Heinz. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu Pengantar

Konstruksi Bambu. Kanisius, Yogyakarta.

(Meg Calkins, 2009) Calkins, Meg. (2009). Materials for Sustainable Sites. John Wiley &

Sons, Inc., New Jersey

(Rebecca Reubens, 2010) Reubens, Rebecca. (2010). Bamboo in Sustainable Contemporary

Design, The International Network for Bamboo and Rattan (INBAR), China, 12.50

(Tri Harso Karyono, 2010) Karyono, Tri Harso. (2010). GREEN ARCHITECTURE

Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta

(Tris Neddy Santo, 2012) Santo, Tris Neddy. (2012). Psikologi Warna. FSR IKJ PRESS,

Jakarta.

Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013