analisis pengendapan

14
X. PEMBAHASAN Pada percobaan analisis melalui pengendapan ini ketelitian dan ketepatan sangat diperlukan karena untuk menghasilkan percobaan yang berhasil. Tetapi pada percobaan ini persen kesalahan relatif besar. Kesalah pada kali adalah pada saat ingin memasukan atau meletakkan ke panas air. Sebab cara yang tidak tepat yang menyebabkan kertas saringan yang di atasnya terdapat endapan menjadi sedikit hangus. Kesalahan ini mungkin karena kurang teliti. Percobaan analisis melalui pengendapan ini menggunakan larutan K 2 Cr0 4 fungsi dari larutan ini dimana untuk membuktikan ada atau tidaknya endapan BaCr0 4 yang akan dihasilkan, setelah larutan K 2 Cr0 4 tersebut ditambahkan atau dicmpur dengan larutan BaCl 2 dan air suling. Sedangkan fungsi dari penyaringan ini untuk mengendapkan larutan BaCr0 4 yang telah sempurna. Pada percobaan ini adapun fungsi dari pemanasan analisis melalui pengendapan untuk mengendapkan BaCr0 4 secara murni. Kemudian fungsi dari timbangan yang kita pakai pada percobaan ini untuk menimbang berat dari larutan yang akan di uji pada percobaan. Endapan pada percobaan ini zat yang memang memisahkan diri dari larutan, fase padatan, terbentuk jika lewat jenuh supernata cairan yang tepat berada di atas endapan. Kelarutan banyaknya zat terlarut (jumlah maksimum) yang diperlukan untuk membentuk larutan jenuh. Sedangkan filtrasi pada percobaan ini proses penyaringan yang memisahkan diri dari larutan yang mengalami pengendapan. Analisa yang digunakan pada percobaan ini analisa kuantitatif dimana analisa ini di dasarkan pada perhitungan. Analisa kuantitatif ini di bagi 2 di mana ada analisa volumetric yang berdaarkan volume dan juga gravimetric yang berdasarkan pada gram. Pada percobaan ini berwarna kuning pada K 2 Cr0 4 karena Cr golongan transisi (VIB) yang pada kulitnya tidak terisi penuh karena adanya perpindahan elektron serta Cr memiliki warna khas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya suhu, luas penampang, jumlah zat pelarut, tekanan dan konsentrasi. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat larut. Apabila luas penampang dari suatu zat kecil maka akan semakin cepat larut dan jika luas penampang besar maka kelarutan akan semakin sukar larut. Semakin besar tekanan maka akan semakin cepat suatu kelarutan. Bila konsentrasi besar maka akan semakin cepat juga suhu kelarutan. Sifat zat pelarut polar dengan pelarut polar bisa larut. Begitu juga jika pelarut nonpolar dengan pelarut nonpolar juga bisa larut. Hal itulah yang dinamakna like dissolve like yang artinya suka dengan sesame

Upload: naufal-mudhofar

Post on 17-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

itu

TRANSCRIPT

X.PEMBAHASANPada percobaan analisis melalui pengendapan ini ketelitian dan ketepatan sangat diperlukan karena untuk menghasilkan percobaan yang berhasil. Tetapi pada percobaan ini persen kesalahan relatif besar. Kesalah pada kali adalah pada saat ingin memasukan atau meletakkan ke panas air. Sebab cara yang tidak tepat yang menyebabkan kertas saringan yang di atasnya terdapat endapan menjadi sedikit hangus. Kesalahan ini mungkin karena kurang teliti.Percobaan analisis melalui pengendapan ini menggunakan larutan K2Cr04fungsi dari larutan ini dimana untuk membuktikan ada atau tidaknya endapan BaCr04yang akan dihasilkan, setelah larutan K2Cr04tersebut ditambahkan atau dicmpur dengan larutan BaCl2dan air suling. Sedangkan fungsi dari penyaringan ini untuk mengendapkan larutan BaCr04yang telah sempurna.Pada percobaan ini adapun fungsi dari pemanasan analisis melalui pengendapan untuk mengendapkan BaCr04secara murni. Kemudian fungsi dari timbangan yang kita pakai pada percobaan ini untuk menimbang berat dari larutan yang akan di uji pada percobaan.Endapan pada percobaan ini zat yang memang memisahkan diri dari larutan, fase padatan, terbentuk jika lewat jenuh supernata cairan yang tepat berada di atas endapan. Kelarutan banyaknya zat terlarut (jumlah maksimum) yang diperlukan untuk membentuk larutan jenuh.Sedangkan filtrasi pada percobaan ini proses penyaringan yang memisahkan diri dari larutan yang mengalami pengendapan. Analisa yang digunakan pada percobaan ini analisa kuantitatif dimana analisa ini di dasarkan pada perhitungan. Analisa kuantitatif ini di bagi 2 di mana ada analisa volumetric yang berdaarkan volume dan juga gravimetric yang berdasarkan pada gram.Pada percobaan ini berwarna kuning pada K2Cr04karena Cr golongan transisi (VIB) yang pada kulitnya tidak terisi penuh karena adanya perpindahan elektron serta Cr memiliki warna khas.Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya suhu, luas penampang, jumlah zat pelarut, tekanan dan konsentrasi. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat larut. Apabila luas penampang dari suatu zat kecil maka akan semakin cepat larut dan jika luas penampang besar maka kelarutan akan semakin sukar larut. Semakin besar tekanan maka akan semakin cepat suatu kelarutan. Bila konsentrasi besar maka akan semakin cepat juga suhu kelarutan.Sifat zat pelarut polar dengan pelarut polar bisa larut. Begitu juga jika pelarut nonpolar dengan pelarut nonpolar juga bisa larut. Hal itulah yang dinamakna like dissolve like yang artinya suka dengan sesame jenisnya. Yang menyebabkan bisa larut karena adanya ikatan hydrogen. Dikatakan polar karena ada ikatan hydrogen.Berdasarkan Ksp nya kita dapat meramalkan terjadinya atau tidaknya endapan dalam suatu larutan dengan membandingkan hasil kali kelarutan (Ksp) dengan hasil kali konsentrasi ion-ionnya. Apabila Ksp sama dengan hasil kali konsentrasi dinamakan larutan tepat jenuh. Cirri-cirinya terdapat sedikit endapan. Apabila Ksp lebih kecil dari hasil kali konsentrasi dinamakan larutan belum jenuh. Cirri-cirinya tidak terbentuk endapan. Apabila Ksp lebih besar dari hasil kali konsentrasi dinamakan larutan lewat jenuh. Cirri-cirinya terdapat endapan banyak.

Analisa kualitatifAnalisa kualitatif menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa, tapi tidak massa atau konsentrasinya. Analisa kualitatif tidak menghitung jumlah.

Analisa gravimetriUntuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihatGravimetri (kimia).Analisa gravimetrik menentukan massa dari suatu analit dengan menimbang sampel sebelum dan/atau setelah mengalami beberapa perubahan. Contoh yang umum adalah menentukan massa air dalam suatu hidrat dengan memanaskan sampelnya untuk menghilangkan air yang ada, sehingga akan ada perbedaan massa karena molekul air akan terlepas.

Analisa volumetrikUntuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihatTitrasi.Pada titrasi terdapat penambahan reaktan ke larutan yang sedang dianalisis sampai titik ekivalen tercapai. Jenis yang paling umum adalah titrasi asam-basa yang menggunakan berbagai macam indikator yang menunjukkan perubahan warna. Ada beberapa macam titrasi, misalnya titrasi potensiometri. Tipe indikator yang digunakan berbeda-beda untuk tercapainya titik ekivalen.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Nama:Rudi SetiawanProdi:TIPKelompok:4

Dosen:Syafnil, Drs, M.siDevi silsia, Dra., M.siObjek Praktikum:TITRASI ASAM DAN BASALABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BENGKULU2013

BAB IPENDAHULUANI.1.Latar BelakangBerbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.I.2. Tujuan Percobaan1.Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yangmengandung asam.2.Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.BAB II.TINJAUAN PUSATAKA

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH-atau menghasilkan OH-ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garamdan air.)Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain.(Golberg, 2002)Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-.Menurut lewis, asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas (akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron bebas (donor pasangan elektron).(Anonim, 2008)Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting.Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi.Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis.(Sukardjo, 1984)Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya : (1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk.Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH-yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion H+yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awaltersebut.Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apkah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (changRaymond. 2004).

BAB III.METODOLOGIIII.1Alat dan BahanIndikator penolphetaleinErlenmeyerBuret 50 MLStatif dan KlemGelas ukur 25 ML atau 10 MLCorong kacaNaOH 0,1 MHCI 0,1 MH2C2O4

III.2.Cara KerjaStandarisasi larutan NaOH 0,1 M

mencuci3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan asam aksalat 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).Masukkanlarutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang.mencatat volume NaOH yang terpakai.Ulangilagidengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2 dan 3.Hitunglahmolaritas (M)NaOH.

Penentuankonsentrasi HCI

Cucilah3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan HCI 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer.Tambahkan kedalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).masukkanlarutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah mudayang tidak hilang apabila gelas erlemeyar digoyang.mencatatNaOH yang terpakai.Ulangilagidengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2dan ke 3.menghitung molaritas (M) HCI.

BAB IV.HASIL PENGAMATAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat`NoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan asam oksalat 0,1 M10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5mL8mL19,9 mL10,16mL

3Molaritas (M) NaOH0,090,130,090,10M

Standarisasi HCI dengan larutan HCINoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan HCI10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5mL9,6mL10,6mL10,5mL

3Molaritas (M) NaOHBerdasarkan hasil percobaan di atasM

4Molaritas (M) larutan HCI0,090,100,090,09M

BAB VPEMBAHASAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalatNoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan asam oksalat 0,1 M10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5mL8mL11 mL10,16mL

3Molaritas (M) NaOH0,090,130,090,10M

Molaritas (M) NaOH

Ulangan I.V1. M1= V2.M210 . 0,1 =11,5.M2M2= 1/11,5= 0,09

Ulangan II.V1. M1= V2.M210 . 0,1 =8.M2M2= 1/8= 0,13

Ulangan III.V1. M1= V2.M210 . 0,1 =11.M2M2= 1/11= 0,09Rata-rata11,5+8+11=10,160,09+0,13+0,09= 0,10

Standarisasi HCI dengan larutan HCINoProsedurUlanganRata-rata

IIIIII

1Volume larutan HCI10 mL10 mL10 mL10 mL

2Volume NaOH terpakai11,5mL9,6mL10,6mL10,5mL

3Molaritas (M) NaOHBerdasarkan hasil percobaan di atasM

4Molaritas (M) larutan HCI0,090,100,090,09M

Ulangan I.V1. M1= V2.M210 . 0,1 = 11,5.M2M2= 1/11,5 = 0,095

Ulangan II.V1. M1= V2.M210 . 0,1 =9,6.M2M2= 1/9,6 = 0,10

Ulangan III.V1. M1= V2.M210 . 0,1 = 10,6.M2M2= 1/10,6= 0,09

Rata-rata11,5+9,6+10,6=31,7/3=10,50,09+0,10+0,09=/3=0,09

BAB VI.PENUTUP

VI.1. KesimpulanDalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri (perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reasi diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna. Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5 mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret . Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret.Standarisasi larutan NaOH 0,1 M

Cuci 3 erlemeyer, pipet 10 mL larutan asam aksalat 0,1M dan masukkan ke dalam setiap erlemeyer dan tambahkan ke dalam masing-masing erlemeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang.Catat volume NaOH yang terpakai.Ulangi dengan cara yang sama untuk erlemeyer ke 2 dan 3.Hitung molaritas (M)NaOH.

VI.2.SaranPraktikan harus hati-hati dan memperhatikan dengan teliti pada saat menghitung banyak larutan yang dimasukkan dalam buret dan pada saat larutan dialirkan, berapa banyak larutan yang dikeluarkan dan untuk ko-ass pada saat menjelaskan jangan terlalu cepat.

BAB VII.JAWABAN PERTANYAAN

1.Cara agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen adalah dengan cara pemilihan indikator yang tepat.2.Fungsi Indikator adalah pedoman dalam menggunakan alat ukur,mengembangkan system pembelajaran.3.Tidak dapat, karena akan timbul perubahan warna pada larutan tersebut.4.Reaksi asam basa,reaksi redoks,reaksi pengendapan,reaksi pembentukan kompleks.5.larutan primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya ,dalam proses pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan konsentrsai lainnya untuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya.Larutan sekunder adalah larutan yang dopergunakan untuk menstandarisasi / menentukan konsentrsi larutan lain,tetepi larutan standar tersebut harus distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi sebenarnya.6.menentukan bahan yang akan dititrasi,mencampurkan beberapa tetes larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008.Kimia dasar I. Makassar ; Universitas Hasanuddin Makassar.Chang Raymond.2004. Kimia Dasar,Edisi Ketiga. Jakarta ; Erlangga.Goldberg, David. 2002.Kimia Untuk Pemula. Jakarta ; Erlangga.[pSukardjo, 1984.Kimia Organik. Jakarta ; Rineka Cipta.