analisis pengaruh penerapan peraturan dirjen...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PERATURAN DIRJEN
PAJAK NO.35 TAHUN 2004, e-Registration TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK MENCANTUMKAN NPWP DALAM
MELAKUKAN VALIDASI SSB (BPHTB) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBUATAN KARTU NPWP
(Studi Kasus KPP Pratama Serpong)
Disusun oleh:
LERY MUNADJAT 105082002668
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1430 H
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PERATURAN DIRJEN
PAJAK NO 35 TAHUN 2004, e-Registration TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK MENCANTUMKAN NPWP DALAM
MELAKUKAN VALIDASI SSB (BPHTB) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBUATAN KARTU NPWP
(Studi Kasus KPP Pratama Serpong)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
LERY MUNADJAT 105082002668 Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Rini, SE, Ak, M.Si NIP. 197603152005012002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1430 H
Hari ini Jumat Tanggal 5 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Lery Munadjat Nim: 105082002668 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PERATURAN DIRJEN PAJAK NO 35 TAHUN 2004, e-Registration TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK MENCANTUMKAN NPWP DALAM MELAKUKAN VALIDASI SSB (BPHTB) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBUATAN KARTU NPWP” (Studi Kasus KPP Pratama Serpong). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Rini, SE., Ak., M.Si Ketua Sekretaris
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Hari ini Jumat Tanggal 2 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Lery Munadjat Nim: 105082002668 dengan judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PERATURAN DIRJEN PAJAK NO 35 TAHUN 2004, e-Registration TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK MENCANTUMKAN NPWP DALAM MELAKUKAN VALIDASI SSB (BPHTB) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBUATAN KARTU NPWP” (Studi Kasus KPP Pratama Serpong). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2 Oktober 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE, Ak, M.Si Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
ABSTRACT The object of research is to analyze the influence of general Directorates tax
regulation’s no 35 before and after the arranging. And the e-registration program about pursuance tax obligation to put NPWP at SSB validation, along with the impact of making the NPWP card. This research shows that there is a close relationship between the general directorates of tax regulation’s number 35, e- registration with the pursuance tax obligation to put NPWP on making SSB validation have the impact to NPWP’s card makings, the general directorates of tax regulation’s number 35 give instruction to tax obligation to put NPWP at making SSB validation. With e-registration, the NPWP registration can be made anytime, anywhere ( 24 hours a day, 7 days a week), send with the internet facility through ASP company, with the result of the general directorates of tax regulation’s number 35 and e-registration at the second hand made the tax obligation put the NPWP when making the SSB validation and have the impact of the number of NPWP’s card maker. Based on the number of sample at KPP Pratama Serpong, consist of 50 tax obligation which representative from 50 district one that enrolled at the KPP Pratama serpong acquiring a result which give influence after the general directorates of tax regulation’s number 35 and e-registration assembling for tax obligation to put NPWP pursuance on making SSB Validation over 99.8% and anova table obtain the F Value around 11738.186 with probability value (sig)=0.000 significant rate at 5%, where as the influence of general directorates of tax regulation’s number 35, e- registration with the pursuance of tax obligation to put NPWP on making SSB validation to NPWP’s card maker around 80% and anova table obtain the F value is 61.374 with probability value (sig)=0.000 significant rate at 5%. Keyword : SSB Validation, general directorates of tax regulation’s number 35, e-Registration, pursuance tax obligation, impact of making the NPWP card.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Lery Munadjat Tempat/Tgl.lahir : Sukabumi 09 Mei 1986 Agama : Islam Telp : 08561994080 Alamat : Jln. Ceremai III Blok 1 No.7 Perum Suradita Cisauk- Tangerang PENDIDIKAN FORMAL
SDN 10 Petang Bintaro : 1992 - 1998 SLTP N 177 Jakarta Selatan : 1998 – 2001 SMAN 86 Jakarta Selatan : 2001 – 2004 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2005 – 2010 PENDIDIKAN NON FORMAL
Kursus Komputer : 2003-2004 Bimbingan Belajar di Nurul Fikri : 2003-2004 Brevet A dan B Pajak di Patra Mandiri : 2009 Kursus Komputer Akuntansi Patra Mandiri : 2009
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Majelis Perwakilan Kelas (MPK) SMU 86 Jakarta Selatan : 2003-2004 Anggota Remaja Masjid Al-Mujahidin Bintaro : 2004-2005 Anggota Ikatan Remaja Masjid Al-Ikhlas (IRMAS) Perum Suradita : 2006-2007 PENGALAMAN KERJA
Magang di KPP Pratama Serpong : 2008-2009
i
ABSTRACT
The object of research is to analyze the influence of general Directorates
tax regulation’s No.35 before and after the arranging and the e-Registration program about pursuance tax obligation to put NPWP at SSB validation, along with the impact of making the NPWP card. This research shows that there is a close relationship between the general directorates of tax regulation’s number 35, e- Registration with the pursuance tax obligation to put NPWP on making SSB validation have the impact to NPWP’s card makings, the general directorates of tax regulation’s number 35 give instruction to tax obligation to put NPWP at making SSB validation. With e-Registration, the NPWP registration can be made anytime, anywhere (24 hours a day, 7 days a week), send with the internet facility through ASP company, with the result of the general directorates of tax regulation’s number 35 and e-Registration at the second hand made the tax obligation put the NPWP when making the SSB validation, and have the impact of the number of NPWP’s card maker.
Based on the number of sample at KPP Pratama Serpong consist of 50 tax obligation which representative from 50 district one that enrolled at the KPP Pratama serpong acquiring a result which give influence after the general directorates of tax regulation’s No.35 and e-Registration assembling for tax obligation to put NPWP pursuance on making SSB Validation over 99.8% and anova table obtain the F Value around 11738.186 with probability value (sig)=0.000 significant rate at 5%, where as the influence of general directorates of tax regulation’s No.35, e- Registration with the pursuance of tax obligation to put NPWP on making SSB validation to NPWP’s card maker around 80% and anova table obtain the F value is 61.374 with probability value (sig)=0.000 significant rate at 5%. Keyword: SSB Validation, general directorates of tax regulation’s No.35, e-Registration, pursuance tax obligation, impact of making the NPWP card.
ii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh sebelum dan
sesudah adanya penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 dan Program e-Registration terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan Validasi SSB, serta dampaknya terhadap pembuatan kartu NPWP. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration dengan kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan Validasi SSB dan berdampak terhadap pembuatan kartu NPWP. Peraturan Dirjen Pajak No.35 mengintruksikan kepada Wajib Pajak untuk mencantumkan NPWP dalam melakukan validasi SSB. Dengan e-Registration pendaftaran NPWP dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja (24 jam x 7 hari), dikirim dengan fasilitas internet melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), sehingga dengan adanya peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration secara tidak langsung membuat Wajib Pajak mencantumkan NPWP saat melakukan Validasi SSB, dan berdampak pada jumlah pembuatan kartu NPWP.
Berdasarkan jumlah sampel pada KPP Pratama Serpong yang terdiri dari 50 Wajib Pajak yang terwakili dari 50 kelurahan yang terdaftar pada KPP Pratama Serpong diperoleh hasil bahwa pengaruh sesudah adanya penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan Validasi SSB sekitar 99,8% dan tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 11738.186 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan pengaruh diterapkannya peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration dan kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan Validsi SSB terhadap pembuatan kartu NPWP sekitar 80% dan tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 61.374 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000 pada tingkat signifikansi 5%. Kata kunci: Validasi SSB, Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration, kepatuhan Wajib Pajak, dampak terhadap pembuatan kartu NPWP.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah yang maha rahman dan rahim, segala puji dan syukur
hanya bagi-Nya yang menjadi hari akhir, pengayom alam semesta, sumber ilmu
pengetahuan, Sang Maha Cahaya, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang
terindah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga,
sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus sebagai rahmatan
lilalamin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
“Terima kasihku untuk Ayah dan Mama tercinta yang memiliki peran
yang sangat penting dan tidak terhingga, yang telah membesarkan dan mendidik
penulis untuk TETAP SEMANGAT & KUAT dalam menjalani hidup, atas doa
tulus ikhlas, motivasi dan kasih sayang yang tak pernah padam, menjadikan
semangat dan hamparan ruhul hayat yang tak pernah ternilai, kiranya ucapan
terima kasih ini tidaklah cukup untuk mendeskripsikan wujud penghargaan
penulis”.
Serta Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. Selaku dosen pembimbing I dan selaku staf
pengajar yang ditengah kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Rini, SE, Ak, M.Si. selaku dosen pembimbing II, yang ditengah
kesibukannya pula telah meluangkan waktu serta pengarahan dan motivasi
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Ibu
Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi FEIS UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Bapak/Ibu dosen FEIS yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai
hingga penulis menyelesaikan studi di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Staff akademik dan perpustakaan FEIS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Mas Handoko, Mas Apit dan Mas Renaldi bagian Direktorat Teknologi
Informasi Perpajakan yang telah mengizinkan penulis mengambil data
penelitian skripsi ini.
8. Ibu Diana, Pak Darmono, Mas Benk2x, Mas Eko, Mba Astri, Pak Prianto, pak
Dita atas kebaikannya dan telah memberikan data yang penulis butuhkan.
9. Pak Yayan, Bang Yogi, Bapak Wijaya, Ibu Ratna, Teteh Icha yang dianggap
penulis sudah menjadi bagian keluarga, yang memberikan banyak
pengetahuan dan perhatiannya kepada penulis.
10. Friend Akuntansi B angkatan 2005, Mardian, Arif Rahman, Arif Fahruri,
Hario, Erawan, Syarif, Riza, Riki, Lisda, Made, Dinda, Dara, Devi, Vivi, Ita,
Upi, Epi, Unun, Indah PW.
11. Friend Akuntansi Pajak, Fajar , Malik, Samsul, Fikri, Ari, Hadi, Fauzi, Ara,
Dara, Sarah, Evi.
12. Pihak-pihak yang mempunyai peran yang “signifikan” bagi penulis, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu karena adanya batas ruang.
v
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari
tingkat keilmuan dan fasilitas lainnya, kegiatan serta skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan, meskipun demikian penulis telah berusaha dengan
sekuat kemampuan untuk menyajikan yang terbaik penyajian skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, serta tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif sebagai penyempurnaan skripsi ini.
Wa’alaikumussalam Wr.Wb.
Tangerang, Januari 2010 Penulis Lery Munadjat
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Dosen
Lembar Pengesahan Komprehensif
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ i
Abstract .............................................................................................................. ii
Abstrak................................................................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ....................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak ........................................................................ 11
B. Konsep Dasar BPHTB ............................................................... 14
C. Penyampain dan Validasi SSB ................................................... 27
D. NPWP dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ........................ 35
E. e-Registration ............................................................................. 45
F. Peraturan Dirjen Pajak No.35 .................................................... 51
G. Kepatuhan Wajib Pajak .............................................................. 53
H. Pembuatan Kartu NPWP ............................................................ 55
I. Model Penelitian dan Hipotesis ................................................. 58
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 67
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 68
C. Metode Pengumpulan Sampel dan Data .................................... 69
vii
D. Metode Analisis ......................................................................... 69
E. Operasional Variabel .................................................................. 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KPP Pratama Serpong ................................. 75
1. Sejarah KPP Pratama Serpong ........................................... 75
2. Visi dan Misi KPP Pratama Serpong ................................. 76
B. Hasil dan Pembahasan .............................................................. 84
1. Analisis Kualitatif .............................................................. 84
2. Analisis Kuantitatif ............................................................ 87
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 110
B. Implilkasi ............................................................................... 112
C. Saran ...................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115
LAMPIRAN .................................................................................................... 117
DAFTAR TABEL
viii
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Data pegawai KPP Pratama Serpong 79
4.2 Wilayah kerja KPP Pratama Serpong 81
4.3 Sampel Penelitian 89
4.4 Hasil Uji koefesien Determinasi (I) 93
4.5 Hasil Uji Statistik t 95
4.6 Hasil Uji Anova 97
4.7 Koefisien Jalur 99
4.8 Hasil Uji koefesien Determinasi (II) 100
4.9 Hasil Uji Statistik t 103
4.10 Hasil Uji Anova 105
4.11 Koefisien Jalur 108
DAFTAR GAMBAR
ix
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Pendaftaran NPWP Secara Manual 39
2.2 Pendaftaran NPWP Secara Elektronik 42
2.3 Path Analisis 60
2.4 Hubungan Struktur XI dan X2 Terhadap Y 63
4.1 Hubungan Struktur XI dan X2 Terhadap Y 92
4.2 Hubungan Kausal XI dan X2 Terhadap Y 98
4.3 Hubungan XI, X2 dan Y Terhadap Z 100
4.4 Hubungan Kausal XI, X2 dan Y Terhadap Z 106
DAFTAR LAMPIRAN
x
xi
Nomor Keterangan Halaman
1 Struktur Organisasi KPP Pratama Serpong 117
2 Olah Data KPP Pratama Serpong 118
3 Olah Data (SPSS 12,0 for windows) 119
4 Olah Data SPSS Path Analysis 122
5 Login ke Website Layanan e-Registration 124
6 Surat Keterangan Terdaftar Sementara 128
7 Contoh NPWP dan Tanda Terima 130
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Kebijakan keuangan baik kebijakan fiskal maupun moneter serta
kebijaksanaan lainnya yang dilaksanakan sekarang ini senantiasa mengacu
pada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). GBHN ini merupakan
strategi dasar pembangunan nasional jangka panjang. Dalam GBHN tahun
1993 telah digariskan bahwa dana untuk pembiayaan pembangunan nasional
terutama didapat dari sumber kemampuan sendiri.
Peningkatan kemampuan dalam negeri akan mempercepat laju
pembangunan serta memperbaiki struktur pembiayaan dari luar negeri.
Sebagaimana kita telah ketahui bahwa alternatif peminjaman dari luar negeri
sudah tidak efektif lagi di mata masyarakat karena ternyata sangat membebani
pengeluaran negara pada masa-masa berikutnya. Oleh karena itu, peranan
penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan seoptimal mungkin melalui
perluasan sumber penerimaan negara, terutama penerimaan dari non migas
yang sebagian besar akan ditingkatkan melalui penerimaan dari sektor pajak.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya
adalah melalui reformasi kebijakan perpajakan, hal ini sudah dilakukan sejak
tahun 1983 dengan perubahan sistem perpajakan dari sistem ”official
assessment” menjadi sistem ”self assessment”. Perubahan sistem perpajakan
ini selanjutnya diikuti dengan penyempurnaan administrasi perpajakan melalui
perubahan struktur organisasi (kebijakan prosedur/penerapan peraturan
1
strategis), prosedur organisasi (penyederhanaan prosedur, akses mempercepat
pelayanan melalui komputerisasi), starategi organisasi dan budaya organisasi.
Sasaran administrasi perpajakan sebenarnya adalah untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak, seperti yang dinyatakan oleh Toshiyuki (2001:42)
bahwa target akhir administrasi perpajakan adalah untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Pendapat tersebut didukung oleh Summers et al.
(2002:45), bahwa dalam sistem ”self assessment”, aktivitas utama
admininistrasi perpajakan adalah untuk mengawasi kepatuhan dan
meyakinkan bahwa wajib pajak menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Hal yang sama diungkapkan oleh Bird dan
Jantscher (2003:1), bahwa terdapat hubungan administrasi perpajakan dengan
kepatuhan wajib pajak, sehingga administrasi perpajakan yang baik adalah
administrasi yang dapat memperkecil angka ketidakpatuhan, bukan hanya
dilihat dari aspek peningkatan penerimaan saja.
Bird dan Jantsher (2003:3-4) menyebutkan bahwa berdasarkan
pengalaman negara-negara berkembang ada tiga muatan pokok yang
dibutuhkan untuk keberhasilan reformasi administrasi perpajakan, yaitu: (a)
struktur pajak perlu disederhanakan untuk kemudahan, kepatuhan dan
administrasi: (b) strategis reformasi yang cocok untuk kondisi khusus masing-
masing negara harus dikembangkan; dan (c) ada komitmen politik yang kuat
terhadap peningkatan adminstrasi perpajakan. Jadi penerimaan pajak bukan
merupakan ukuran yang tepat atas efektifitas administrasi perpajakan dan
pengukuran yang lebih akurat adalah besarnya jurang kepatuhan, yaitu selisih
2
antara penerimaan pajak yang sesungguhnya dan yang potensial dan
bagaimana tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan.
Pajak negara yang dikenakan sampai saat ini masih berlaku dan memberi
masukan yang cukup besar bagi pendapatan negara, yaitu Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan nilai Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea materai, dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sesuai dengan pasal 33
ayat 3 Undang- undang Dasar 1945, bumi air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tanah sebagai bagian dari bumi yang
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, disamping memenuhi kebutuhan
dasar untuk papan dan lahan usaha, juga merupakan alat investasi yang
menguntungkan. Disamping itu, bangunan juga memberi manfaat ekonomi
bagi pemiliknya, oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak atas
tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian nilai ekonomi yang
diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak, yang dalam hal ini
adalah Bea Perolehak Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Berbeda
dengan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan tidak dikenakan terhadap objek fisik properti, tetapi dikenakan
terhadap perolehan hak atas properti ( tanah dan atau bangunan).
Dilihat dari sistem self assessment, Surat Setoran BPHTB (SSB)
berfungsi sebagai media pertanggung jawaban wajib pajak didalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini wajib pajak diberi
3
kebebasan untuk menghitung sendiri pajak yang terhutang dengan cara
mengambil, mengisi, menyetor pajak yang harus dibayar dan melakukan
Validasi SSB dengan melengkapi syarat-syarat administrasi perpajakan (wajib
mencantumkan NPWP atas tranksaksi diatas 60.000.000,00). Bertitik tolak
dari sistem self assessment di atas, salah satu tolak ukur untuk mengetahui
perilaku wajib pajak adalah tingkat kepatuhannya melaksanakan kewajiban
perpajakan dan administrasi perpajakan dengan mencantumkan NPWP pada
saat Validasi SSB (BPHTB), serta melakukan Validasi SSB (BPHTB) setelah
menghitung dan membayarkan pajak yang terhutang, semakin tinggi
partisipasi wajib pajak memenuhi persyaratan administrasi perpajakan
(mencantumkan NPWP atas tranksaksi diatas 60.000.000,00), diharapkan
semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajiban pajaknya.
Selama ini wajib pajak melakukan pendaftaran NPWP secara manual.
Namun, belakangan ini cara tersebut dianggap menyulitkan wajib pajak, salah
satu cara yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas yaitu melakukan penerapan teknologi
informasi dalam proses pelayanan pajak. Ditjen Pajak meluncurkan Produk e-
Registration atau electronic Registration system, yaitu pendaftran NPWP
secara elektronik yang dilakukan melalui sistem online yang rel time. Adanya
fasilitas ini, wajib pajak akan mendaptkan kemudahan antara lain pendaftran
NPWP melalui media yang terhubung secara online sehingga wajib pajak
tidak perlu lagi melakukan serangkaian prosedur manual seperti yang selama
4
ini dilakukan (News Indo Pos: 2008 dalam http:// www. Pajak2000.com/news
_print.php?id=22).
Melatarbelakangi pendaftran NPWP secara online, Ditjen pajak
menjadikan pendaftaran wajib pajak sebagai yang pertama yang menggunakan
implementasi sistem e-Registration dikarenakan untuk meningkatkan
efisiensi/memangkas birokrasi yang berbelit sehingga apabila e-Registration
ini berhasil diterapkan dalam pendaftaran NPWP yang digunakan sebagai alat
administrasi perpajakan, maka prosedur yang lain pun di harapkan bisa
diterapkan sistem e-Registration.
Menurut Hadi Purnomo (2005:2), alasan kuat Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) melakukan inovasi layanan di bidang administrasi perpajakan,
yaitu:
a. Untuk Mengantisipasi Perkembangan Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat telah
menyebabkan layanan administrasi secara manual yang ada selama ini
sudah tidak efisien, tidak menghemat waktu dan cenderung birokratis.
Ditjen Pajak memandang perlunya sebuah alternatif baru untuk
mengantisipasi perkembangan teknologi informasi.
b. Untuk Meningkatkan Mutu Layanan Kepada Masyarakat
Pajak merupakan kewajiban kenegaraan dengan sejumlah sanksi hukum
didalamnya maka layanan prima kepada masyarakat sudah menjadi
keharusan. Jika layanan buruk terdapat lembaga publik. Maka konsekuensi
yang ditimbulkan akan luas.
5
c. Untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan adanya kemudahan dalam pendaftaran, pembayaran serta
pelaporan pajak maka hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
d. Untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Bagi Negara
Dengan adanya inovasi baru dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
diharapkan dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak.
Penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Peraturan Dirjen Pajak
No.35, e-Registration terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan
NPWP dalam Validasi SSB, serta dampaknya Terhadap Pembuatan Kartu
NPWP belum banyak dilakukan, dikarenakan Peraturan dan program e-
Registration tersebut masih tergolong baru di kalangan Wajib Pajak,
ketentuannya mulai berlaku sejak 7 Desember 2004 pendaftaran NPWP
dilakukan melaui internet (e-registration) berdasarkan KEP-173/PJ./2004
tanggal 29 Nopember 2004. Penelitian sebelumnya, dilakukan oleh Riyadul
Zanah (2005) mengenai analisis realisasi anggaran BPHTB dan Kepatuhan
Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Tangerang Dua.
Penelitian tersebut berkisar untuk mengetahui realisasi penerimaan BPHTB
dan kepatuhan penggunaan NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan Tangerang Dua. Penelitian yang dilakukan oleh Riyadul Zanah
tersebut tergolong dalam bentuk penelitian deskriptif analisis, karena hanya
membahas data realisasi penerimaan BPHTB dan penggunaan NPWP.
6
Penelitan lainnya dilakukan oleh Tri Juwita (2006) yang coba
menganalisis penerapan teknologi informasi dalam proses pelayanan
perpajakan di Indonesia dengan mengimplementasikan metode e-Registration
terhadap kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP. Pada dasarnya
penelitian yang dilakukan Tri juwita hampir sama dengan yang dilakukan
Riyadul Zanah, keduanya sama-sama menjelaskan pada kepatuhan wajib
pajak menggunakan NPWP dalam setiap administrasi perpajakan.
Paparan di atas membuat penulis tertarik untuk mengembangkan
penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian lebih
menekankan pada penerapan peraturan Dirjen Pajak dan membandingkan
antara sebelum dan sesudah digunakannya program e-Registration dalam
pencantuman NPWP saat validasi yang dikaitkan kepada Kepatuhan Wajib
Pajak, sekaligus ingin mengetahui dampak efektifitas dari penerapan
Peraturan DJP No.35 Tahun 2004 dan e-Registration terhadap jumlah
pembuatan kartu NPWP, petugas bagian validasi BPHTB pada Kantor
Pelayanan Pajak menyatakan dengan adanya ketetapan penggunaan NPWP
atas tranksaksi SSB BPHTB di atas Rp 60.000.000,00 tentu akan
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak terutama dalam validasi
BPHTB, karena wajib pajak terlebih dahulu harus membuat NPWP, sementara
itu di sisi lain sekarang pendaftaran dan pembuatan NPWP di buat semudah
mungkin, sejauh ini besarnya pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak
No.35 dan e-Regisration terhadap kepatuhan wajib pajak belum dapat
diketahui secara pasti.
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba menelitinya
dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Penerapan
Peraturan Dirjen Pajak No 35 Tahun 2004, e-Registration Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP Dalam Melakukan
Validasi SSB (BPHTB), Serta Dampaknya Terhadap Pembuatan Kartu
NPWP ( Studi kasus KPP Pratama Serpong)”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, maka hal-hal
yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun 2004 dan e-Registration
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB (BPHTB).
2. Apakah Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun 2004, e-Registration dan
kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
(BPHTB) berpengaruh terhadap Pembutan katu NPWP.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah terdapat pengaruh
yang signifikan setelah adanya Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun
8
2004 dan e-Registration terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB (BPHTB).
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah terdapat pengaruh
yang signifikan setelah adanya Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun
2004, e-Registration dan kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan
NPWP dalam Validasi SSB (BPHTB) terhadap pembuatan kartu
NPWP.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui telah
diterapkannya Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun 2004 dan
program e-Registration yang merupakan wujud dari reformasi
peraturan dan modernisasi perpajakan yang digunakan dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan secara online dalam usaha
penertiban administrasi perpajakan.
b. Bagi Direktorat Jendaral Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Memberi masukan kepada Direktorat Jendaral Pajak dan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tentang seberapa maksimal penerapan
Peraturan Dirjen Pajak No.35 Tahun 2004 dan pelayanan yang
diberikan kepada Wajib Pajak dengan berbagai program yang
diluncurkan dalam proses pemenuhan kewajiban perpajakan bagi
9
wajib pajak. dalam usaha penertiban administrasi perpajakan sebagai
wujud dari reformasi perpajakan.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bacaan untuk
menambah wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai
masukan bagi penelitian lebih lanjut pada bidang perpajakan serta
dalam rangka untuk pengembangan ilmu.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak
1. Definisi
Dalam ilmu perpajakan yang mendasari adalah peraturan yang
tercantum dalam Undang-Undang yang dikeluarkan Direktorat Jendral
Pajak. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi Pajak, diantaranya:
Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH.
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Siti Resmi, 2007:1).
Kemudian definsi diatas disempurnakan oleh R. Santoso
Brotodiharjo, (2004:5), sebagai berikut:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiyai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S. I. Djajadiningrat.
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu. Tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum” (Siti Resmi, 2007:1).
11
Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani, (2006:2)
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Ciri-ciri yang melekat pada Definisi Pajak:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang
serta aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
2. Fungsi Pajak
Terdapat 2 fungsi pajak, diantaranya:
a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara)
Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin atau pengeluaran
pembangunan.
12
b. Fungsi Regulerend (mengatur)
Artinya pajak merupakan alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, juga dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang
keuangan.
3. Hukum Pajak
a. Hukum Pajak Material merupakan hukum yang membuat norma-
norma yang menerangkan keadaan, perbuatan dan peristiwa hukum
yang harus dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, berapa
besarnya pajak yang dikenakan.
b. Hukum Pajak Formal memuat peraturan mengenai cara
merealisasikan hukum pajak material menjadi suatu kenyataan.
4. Jenis Pajak
Tiga macam pengelompokan pajak berdasarkan jenisnya:
a. Menurut Golongannya
Pajak Langsung merupakan pajak yang harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak boleh dilimpahkan atau dibebankan
kepada pihak lain. Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang pada
akhirnya dapat dibebankan pada pihak ketiga.
b. Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif adalah merupakan pajak yang pengenaannya
didasarkan memperhatikan pada keadaan subjeknya. Pajak Objektif
merupakan pajak yang pengenaannya memfokuskan pada objeknya
13
baik berupa benda, keadaan perbuatan atau peristiwa-peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak bagi wajib pajak
tanpa memperhatikan subjeknya.
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
Pajak Negara merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II.
B. Konsep Dasar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
1. Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
a. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang selanjutnya
disebut pajak.
b. Perolehan hak atas tanah atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan.
c. Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengolahan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
14
Pelaksanaan BPHTB melibatkan para pejabat terkait; antara lain:
PPAT/Notaris, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kantor Lelang (BUPLN),
KPPBB (Dit Jen Pajak), dan Instansi terkait lainnya.
2. Dasar Hukum
Dasar hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
undang –undang Nomor 21 tahun 1997, yang berlaku mulai tanggal 1
januari 1998, Undang-undang ini menggantikan Organisasi Bea Balik
Nama Staatsbald 1924 nomor 291, dan telah disempurnakan kembali
menjadi UU No. 20 tahun 2007.
Peraturan pelaksana izinnya yang mendukung realisasi Undang-
Undang ini antara lain:
a. Peraturan Pemerintah RI No. 113 Tahun 2000 tentang penentuan
Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak BPHTB.
b. Keputusan Menteri Keungan RI No.516/KMK.04/2000 tentang Tata
Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NPOPTKP) BPHTB.
c. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 517/KMK.04/2000 tentang
Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran BPHTB.
d. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP-21/PJ.6/1997 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran BPHTB dan Bentuk Serta Fungsi
Surat Setoran BPHTB (SSB).
15
e. Keputusan Menteri Keuangan RI No.181/KMK.04/1999 tentang
Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
f. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No.KEP-22/PJ.6/1997 tentang
Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan BPHTB.
g. Peraturan Pemerintah No.111 Tahun 2000 tentang pengenaan BPHTB
karena Waris dan Hibah.
h. Peraturan Pemerintah No.112 Tahun 2000 tentang pengenaan BPHTB
karena pemberian Hak Pengelolaan.
i. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No.KEP-35/PJ.6/2006 tentang
Kewajiban Pemilikan NPWP Dalam Rangka Pengalihan Hak atas
Tanah dan Bangunan.
3. Subjek Pajak dan Objek Pajak
a. Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan bangunan. Subjek pajak yang
dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak BPHTB.
b. Objek Pajak
Dalam Pasal 2 ayat (1) UU. No.20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, yang menjadi objek BPHTB adalah
perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat
16
(1) meliputi:
1) Pemindahan hak karena:
a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Hibah
d. Hibah wasiat
Adalah suatu penetapan terhadap wasiat yang khusus mengenai
pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang
pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi
hibah wasiat meninggal dunia.
e. Waris
f. Pemasukan dalam perseroaan atau badan hukum lainnya
Adalah pengalihan hak atas tanah dan bangunan dari orang
pribadi atau badan kepada Perseroan Terbatas atau badan
hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada Perseroaan
Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut.
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
Adalah pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama
pemegang hak bersama.
h. Penunjukan pembeli dalam lelang
Adalah penetapan pemenang lelang oleh Pejabat Lelang
sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang.
17
i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
tetap.
j. Penggabungan usaha
Adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan
cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha
baru dan melikuidasi badan usaha lainnya yang bergabung.
k. Peleburan usaha
Adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan
cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan
usaha yang bergabung tersebut.
l. Pemekaran usaha
Adalah pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha
atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan
mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha
baru tersebut dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang
sama.
M. Hadiah
Adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas
tanah dan atau bangunan, yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan hukum kepada penerima hadiah.
18
2) Pemberian hak baru karena:
a. Kelanjutan pelepasan hak
Adalah pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau
badan hukum dari negara atas tanah yang berasal dari pelepasan
hak.
b. Diluar pelepasan hak
Adalah pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau
badan hukum dari negara atau dari pemegang hak milik menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah:
1) Hak milik
Adalah hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Hak milik hapus apabila:
a) Tanahnya jatuh pada negara
1. Karena pencabutan hak untuk kepentingan umum
2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh
pemiliknya
3. Karena ditelantarkan
4. Karena dialihkan kepada orang asing
19
b) Tanahnya musnah
2) Hak guna usaha
Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai laangsung
oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana yang ditentukan
oleh perundang-undangan yang berlaku.
3) Hak guna bangunan
Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka
waktu sebagaimana yang ditentukan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Hak pakai
Adalah hak untuk menggunakan dan memungut hasil dan tanah
yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang, dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya.
5) Hak milik atas satuan rumah susun
Adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dari
terpisah.
6) Hak pengelolaan
Adalah hak untuk menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya.
20
Dalam Pasal 3 ayat (1) UU No,29 Tahun 2000 telah disebutkan bahwa
objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:
a. Perwakilan Diplomatik dan Konsulat berdasarkan azas perwakilan
timbal balik.
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan/atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum.
c. Badan atau perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri, dengan syarat tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau
perwakilan organisasi tersebut.
d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum
lain dengan tidak adanya perubahan nama.
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf.
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah
Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU No.20 Tahun 2000 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Objek Pajak yang diperoleh
karena waris, hibah wasiat dan pemberian hak hak pengelolaan,
pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 5%.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) dasar pengenaan pajak
adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP).
21
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 6 ayat 2, NPOP sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditentukan sebesar:
a. Harga tranksaksi, dalam hal: jual beli.
b. Nilai pasar objek pajak, dalam hal.
1) Tukar Menukar
2) Hibah
3) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
4) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak
5) Peralihan hukum karena pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
6) Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak.
c. Harga transaksi yang tercantum dalam Risalah Lelang, dalam hal:
Penunjukan pembeli dalam lelang.
d. Nilai jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), apabila
besarnya NPOP sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c
tidak diketahui atau NPOP lebih rendah dari NJOP yang digunakan
dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya
perolehan.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (4) apabila NJOP PBB belum
ditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh menteri keuangan RI
.
22
5. Nilai Perolehsan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)
Besarnya NPOPTKP ditetapkan secara regional dan dibedakan
antara perolehan hak karena waris, dan hibah wasiat dengan besarnya
NPOPTKP dalam hal perolehan hak karena perbuatan dan peristiwa
hukum lainnya. Mengingat adanya perbedaaan tingkat perekonomian
antar daerah. Maka penetapan besanya NPOTKP dapat dibedakan
antar daerah satu dengan daerah lainnya sesuai dengan semangat
Otonomi Daerah yang lebih memberikan kewenangan kepada Daerah/
Kabupaten/ Kota untuk mengatur sendiri rumah tangganya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.516/KMK.04/2000 tentang cara penetuan besarnya nilai perolehan
objek pajak tidak kena pajak BPHTB dan Pasal 7 ayat (1) UU No.20
Tahun 2000 tentang BPHTB, NPOPTKP ditetapkan secara regional
paling banyak Rp. 60.000.000.,- kecuali dalam hal perolehan hak
karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang
masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat ke atas atau satu derajat kebawah dengan pemberi hibah
wasiat, temasuk suami/ istri NPOPTKP ditetapkan secara regional
paling banyak Rp 300.000.000,-.
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No.444/ WPJ.08/2002 telah ditetapkan bahwa NPOPTKP di
Kantor Pelayanan Pajak Bumi Pratama Serpong sebesar Rp.
30.000.000,- atas semua tranksaksi atau pemberian hak, kecuali dalam
23
hak perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat, dan telah
ditetapkan dalam hal perolehan hak karena waris dan hibah wasiat
sebesar Rp. 150.000.000,-.
6. Menentukan Besarnya BPHTB Terutang
a. Besarnya pajak yang terutang adalah dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan nilai perolehan objek pajak kena pajak.
BPHTB = Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak x Tarif
= NPOPTKP x Tarif
= (NPOP-NPOPTKP) x 5%
Contoh:
Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunan dengan NPOP Rp.
60.000.000,- NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris
atau hibah wasiat ditetapkan sebesar Rp 30.000.000,- maka
besarnya pajak yang terutang yaitu:
NPOP = Rp 60.000.000,-
NPOPTKP = Rp 30.000.000,-
Maka NPOPKP = Rp 30.000.000,-
Pajak (BPHTB) terhutang:
Rp 30.000.000,- x 5% = Rp 1.500.000,-
b. Bila NPOP tidak dietahui atau lebih kecil dari dari NJOP PBB,
maka NJOP PBB dipakai sebagai dasar pengenaaan pajak
BPHTB = NPOPKP x 5%
= (NJOP PBB- NPOPTKP) x 5%
24
Contoh:
Wajib Pajak “B” membeli tanah dan bangunan dengan NPOP Rp.
40.000.000,- NJOP PBB tersebut yang digunakan dalam
pengenaan PBB adalah sebesar Rp. 60.000.000,- dan NPOPTKP
Rp 30.000.000.- maka pajak yang terutang yaitu:
NJOP PBB = Rp 60.000.000.-
NPOPTKP = Rp 30.000.000,-
Maka NPOPKP = Rp 30.000.000,-
Pajak BPHTB terhutang :
Rp 30.000.000,- x 5% = Rp 1.500.000,-
c. Khusus untuk perolehan hak karena waris dan hibah wasiat
besarnya BPHTB adalah:
BPHTB = (NPOPKP x 5%) x 50% Contoh:
Wajib pajak memperoleh hak karena waris, sedangkan NPOP tidak
diketahui atau lebih kecil dari NJOP PBB, maka NJOP PBB
digunakan sebagai dasar pengenaan:
NJOP PBB = Rp 200.000.000,-
NPOPTKP = Rp 150.000.000,-
Maka NPOPKP = Rp 50.000.000,-
Pajak (BPHTB) terhutang:
Rp 50.000.000,-x 5% = Rp 2.500.000,-
Khusus untuk perolehan hak karena waris dan hibah wasiat
BPHTB yang seharusnya terutang sehingga menjadi:
25
Rp 2.500.000,- x 50% = Rp 1.250.000,-
7. Saat dan Tempat Pajak yang Terutang
a. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1), saat yang
menentukan terutangnya pajak adalah:
1) Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta untuk:
a) Jual beli
b) Tukar-menukar
c) Hibah
d) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
e) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
f) Penggabungan usaha
g) Peleburan usaha
h) Pemekaran usaha
i) Hadiah
2) Sejak tanggal penunjukan pemenang lelang,untuk lelang
3) Sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, untuk putusan hakim
4) Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke kantor pertanahan, untuk hibah wasiat dan waris
5) Sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak,
untuk:
a) Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak
26
b) Pemberian hak baru diluar pelepasan hak
Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya
perolehan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1).
b. Sedangkan tempat pajak terutang adalah diwilayah:
1) Kabupaten Daerah Tingkat II, atau
2) Kotamadya Daerah Tingkat II, atau
3) Propinsi Daerah Tingkat I untk Kotamadya Administratif yang
meliputi letak tanah dan atau bangunan.
C. Penyampaian dan Validasi Surat Setoran Bea perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (SSB)
Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah sistem self assessment dimanan wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang sekaligus
melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Dengan
mengisi Surat Setoran BPHTB (SSB) dan melaporkannya tanpa
mendasarkan diterbitkannya surat ketetapan pajak.
Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SSB)
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan
Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
27
Menteri dan sekaligus untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan.
SSB sekurang-kurangnya memuat jenis perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan, data Wajib Pajak, data tanah dan atau bangunan,
penghitungan Wajib Pajak, dan jumlah pembayaran. Dalam hal Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang seharusnya terhutang nihil,
maka wajib pajak tetap mengisi SSB dengan keterangan nihil. BPHTB
terutang nihil jika NPOP lebih kecil dari NPOPTKP.
Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang
telah divalidasi dan dilaporkan ke Kantor Pajak, sangat berperan membentuk
kepatuhan wajib pajak, sebab banyak wajib pajak yang beranggapan,
kewajiban perpajakannya hanya sebatas pada pembayaran pajak, selain itu
SSB (BPHTB) yang sudah di validasi penting digunakan untuk peningkatan
hak atas suatu kepemilikan tanah dari Akta Jual-Beli, menjadi Sertifikat.
Berikut proses validasi dan Pelaporan Pajak:
a. SSB yang telah dihitung dengan benar, oleh Wajib Pajak di bayarkan
ke Bank yang telah bekerjasama dengan Kantor Pajak.
b. Data-data pada SSB (BPHTB) ditulis sesuai dengan data yang ada di
SPPT.
c. Setelah SSB di bayar, Lampiran SSB (BPHTB), lampiran 1,3,5,
divalidasi di Kantor Pajak Objek Pajak terdaftar.
d. Pada saat melakukan Validasi SSB (BPHTB), wajib pajak wajib
melampirkan, SPPT, Formulir Penyampaiaan, konsep Akta Jual Beli,
28
dan juga Mencantumkan NPWP, apabila tranksaksi di atas
Rp.60.000.000,00.
e. Untuk Validasi SSB Jual Beli, Proses Penyelesaiannya 1 hari,
sedangkan untuk proses Validasi SSB selain jual beli, proses
penyelesaiannya selama 3 hari.
Penyampaian SSB yang disampaikan ke KP PBB oleh wajib pajak
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal pembayaran
atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. SSB dapat diperoleh di:
a. KP PBB setempat
b. PPAT/Notaris
c. Kantor Lelang Negara
d. Kantor Pertanahan
e. Kantor Cabang Bank BUMN
f. Kantor Cabang Bank BUMD
g. Subdinas Pendapatan Daerah Kotamadya
A. Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Apabila seorang Wajib Pajak merasa, tidak mampu melunasi
utang pajaknya, sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan RI No.
181/KMK.04/1999 tentang, pemberian pengurangan BPHTB, maka
wajib pajak yang bersangkutan dapat mengajukan pengurangan,
dengan tiga alasan yaitu:
29
a. Kondisi Tertentu Wajib Pajak dengan Objek Pajak
Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan objek
pajak yaitu:
1) Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh hak baru melalui
program pemerintah di bidang pertanahan dan tidak
mempunyai kemampuan secara ekonomis.
2) Wajib pajak orang pribadi yang menerima hibah dari orang
pribadi yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat keatas atau satu derajat ke
bawah.
3) Wajib pajak yang memperoleh hak baru selain hak pengelolaan
(sebesar penghitungan BPHTB selain tanah ).
Besarnya persentase pengurangan akan ditetapkan
berdasarkan pertimbangan yang wajar dan objektif sebesar 50%
dari pajak yang seharusnya terutang untuk wajib pajak.
b. Kondisi Wajib Pajak dengan Sebab-Sebab Tertentu
Kondisi wajib pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab
tetentu, yaitu:
1) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui
pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti
ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak dalam jangka waktu 6
bulan sejak pembayaran ganti rugi.
30
2) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti
atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus.
3) Wajib pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter
yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasioal
sehingga wajib pajak harus melakukan resturkturisasi usaha
atau utang usaha sesuai denagn kebijaksanaan pemerintah.
4) Wajib pajak yang melakukan Penggabungan Usaha ( merger)
yang telah memperoleh keputusan persetujuan penggabungan
usaha dari Direktur Jendral Pajak.
5) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan
yang tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bancana
alam atau sebab-sebab lainnya yang terjadi dalam jangka waktu
paling lama 3 bulan sejak penandatanganan akta, seperti
kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan gunung
meletus.
6) Wajib pajak orang pribadi Veteran, PNS, TNI, POLRI,
pensiunan PNS, purnawirawan TNI, purnawirawan POLRI,
atau janda/duda PNS, TNI dan POLRI.
Besarnya pengurang akan ditetapkan berdasarkan
pertimbangan yang wajar dan objektif sebesar 50% dari pajak
yang seharusnya terutang wajib pajak. Sedangkan wajib pajak
yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter sehingga
31
harus melakukan rstrukturisasi usaha dan utang usaha,
pengurangan yang diberikan sebesar 75% dari pajak yang
terutang Wajib Pajak.
c. Tanah dan Bangunan Untuk Kepentingan Sosial
Tanah dan atau bangunan yang digunakan untuk
kepentingan sosial mencari dan pendidikan yang semata-mata
tidak untuk mencari keuntungan.
Maksudnya adalah
1) Tanah dan atau bangunan yang secara nyata tidak
digunakan utuk mencari keuntungan seperti panti jompo,
panti asuhan, dan rumah yatim piatu.
2) Tanah dan atau bangunan yang secara nyata digunakan
untuk pendidikan.
3) Tanah dan atau banguanan yang digunakan untuk rumah
sakit swasta Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat,
besarnya pengurangan ditetapkan sebesar 50% dari pajak
yang seharusnya terutang untuk Wajib Pajak.
B. Ketentuan Bagi Pejabat
Yang termasuk dalam pengertian pejabat adalah:
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) / Notaris
b. Kepala Kantor Lelang Negara
c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya.
32
Untuk pejabat-pejabat tersebut berlaku ketentuan-ketentuan
sebagai berikut
a. PPAT/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak
atas tanah dan atau bangunan setelah wajib pajak menyerahkan
bukti dan bangunan. Bagi pejabat yang melanggar ketentuan ini
dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp 7.500.000,-
untuk setiap pelanggaran.
b. Kepala Kantor Lelang Negara hanya dapat menandatangani
risalah lelang perolehan hak atas tanah dan atau bangunan setelah
wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat
Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Bagi
pejabat yang melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi
administrasi dan denda sebesar Rp 7.500.000,- untuk setiap
pelanggaran.
c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya hanya dapat
melakukan pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan
hak atas tanah setelah wajib pajak menyerahkan bukti
pembayaran pajak. Bagi pejabat yang melanggar ketentuan ini
dikenakan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penyerahan bukti pembayaran pajak
dilakukan dengan menyerahkan fotokopi pembayaran pajak
(Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan) dan
menunujkan aslinya.
33
C. Sanksi
a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah terutangnya pajak, bilamana
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterngan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang kurang bayar, maka kepala KP PBB
atas nama Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan BPHTB kurang bayar (SKBKB), ditambah sanksi
administasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan dihitung mulai saat terutangnya
pajak sampai dengan diterbitkannya SKBKB.
b. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah terutang pajak, kepala KP
PBB atas nama Direktur Jendaral Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) apabila
ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang
setelah diterbitkan SKBKB. Jumlah kekurangan pajak yang
terutang dalam SKBKBT ditambah sanksi administarasi berupa
kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut,
kecuali wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan
tindakan pemeriksaaan.
34
D. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
a. Dasar Hukum
Dalam pasal 2 ayat (1) UU KUP disebutkan bahwa:
Setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak.
b. Kewajiban Mendaftarkan Diri
Semua wajib pajak (orang pribadi, badan, dan BUT) yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif berdasarkan sistem self
assesment (menghitung, memperhitungkan, membayar dan melapor
sendiri pajak terutang) wajib pajak mendaftarkan diri pada Kantor
Direktorat Jenderal pajak (Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak) untuk dicatat sebagai wajib
pajak dan kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(Pasal 2 ayat1 Undang-Undang KUP).
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap
wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian akan pemisahan penghasilan dan harta. (Erly
Suandy,2004).
35
Wajib Pajak Terdaftar adalah wajib pajak yang telah terdaftar
dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Fungsi NPWP
1. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak, oleh karena itu kepada setiap wajib pajak
hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan umtuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan,
sehingga semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
harus mencantumkan NPWP;
4. Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat
Setoran Pajak;
5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dokumen-dokumen yang
diwajibkan;
Misal; - Dokumen Impor (PIB)- Dokumen Ekspor (PEB)
6. Untuk Keperluan Pelaporan SPT Masa dan Tahunan
.
36
c. Pendaftaran dan Pelaporan Wajib Pajak
Wajib pajak yang mempunyai kewajiban pajak (Orang pribadi,
Badan, Bentuk Usaha Tetap) harus mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
diatur dalam KEP-161/PJ./2001 tanggal 21 Februari 2001. Mulai 7
Desember 2004 pendaftaran NPWP dapat dilakukan melaui internet (e-
registration) berdasarkan KEP-173/PJ./2004 tanggal 29 Nopember 2004.
1) Pendaftaran NPWP Manual
Pada dasarnya wajib pajak mengajukan permohonan NPWP
dan akan terdaftar di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
( Pasal 2 ayat 1 dan 2 UU KUP).
a) Tempat Tinggal (bagi WP Orang Pribadi) adalah:
1. Rumah Tetap orang pribadi berada, yaitu tempat tinggal orang pribadi
tersebut beserta keluarganya sebagaimana tercantum dalm KTP.
2. Jika memiliki rumah pada 2 atau lebih wilayah kerja KPP, maka
ditentukan berdasarkan pusat kepentingan pribadi dan ekonomi
dilakukan.
3. Jika tempat pusat kepentingan pribadi dan ekonomi tidak dapat
ditentukan, maka dilihat dari tempat orang pribadi tersebut yang
lebih lama ditinggali.
4. Bila masih juga tidak dapat ditentukan, maka fiskus dapat
menentukan (menunjuk) tempat tinggal orang pribadi berada dalam
37
2 atau wilayah kerja KPP namun masih dalam 1 wilayah kanwil DJP,
penentuan tempat tinggal dilaksanakan oleh Kakanwil yang terkait.
Penentuan tempat tinggal dilakukan oleh Direktur Peraturan
Perpajakan I apabila tempat tinggal orang pribadi berada dalam 2
atau lebih wlayah kerja Kanwil DJP (Kep701/PJ./2001).
Tempat Kedudukan Badan adalah:
1. Tempat kantor pimpinan perusahaan dan pusat administrasi dan
keuangan berada sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris
Pendirian Perusahaan.
2. Dalam hal pusat adaministrasi dan keuangan terpisah dengan tempat
kantor pimpinan perusahaan, maka tempat kedudukan berada di
tempat kantor pimpinan perusahaan.
b) Karakteristik Pendaftaran NPWP Manual
1. Wajib Pajak Masih harus berhubungan langsung dengan petugas
pajak, dan memerlukan waktu luang untuk datang ke Kantor
Pelayanan Pajak terdaftar.
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk merekam data NPWP di
Kantor Pelayanan Pajak, khususnya data lampiran NPWP.
3. Sering terjadi kesalahan pada saat perekaman data, sehingga data
yang dituangkan wajib pajak dalam Formulir pengisian NPWP
tidak sama dengan data yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak
(DJP).
38
4. Perekaman data NPWP membutuhkan sumber daya manusia yang
banyak.
5. Pemborosan tempat untuk menyimpan dokumen NPWP
6. Pemborosan kertas.
7. Memperlambat pelayanan lainnya.
c) Tata Cara Pendaftaran NPWP Secara Manual
Gambar 2.1 Pendaftaran NPWP Manual
1Kantor Pos
Warnet
MEKANISME e-Registration
Provider
WajibPajak
KonsentrasiData Nasional
KP.DJP
Form Aplikasipendaftaran
e-registratione-registration
KTP, KK, SIUP DLL
SKTS & NPWP
SKTS & NPWP
KANWIL
KPP
KPP
KartuNPWP & SKT
KartuNPWP & SKT
KiosPendaftaran
e-registration
KTP, KK, SIUP DLL
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak (2005)
1. Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak, sesuai dengan tempat
tinggal ( bagi WP Orang Pribadi ), atau tempat kedudukan badan.
2. Wajib Pajak lalu mengisi formulir pendaftaran NPWP dengan benar,
jelas dan lengkap sesuai dengan petunjuk yang diberikan
berdasarkan peraturan perpajakan.
39
3. Wajib Pajak harus menandatangani serta menyampaikan kembali
formulir pendaftarn NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas
waktu yang telah ditentukan.
a) Data-data yang wajib dilampirkan dalam formulir pendaftaran
NPWP
1) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas, melampirkan fotokopi KTP bagi
penduduk Indonesia, atau Paspor, Surat Keterangan Tempat
Tinggal dari Instansi yang berwenang.
2) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas, selain melampirkan syarat di atas juga
melampirkan Surat Keterangan Tempat Kegiatan Usaha atau
Pekerjaaan Bebas dari Instansi yang berwenang.
3) Untuk Wajib Pajak Badan, selain syarat diatas juga
melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir
atau surat penunjukan dari kantor pusat bagi BUT.
4) Bendaharawan sebagai pemungut/pemotong, melampirkan
KTP dan surat penunjukan bendaharawan.
5) Joint Operation sebagai WP pemungut/pemotong,
melampirkan fotokopi perjanjian kerjasama sebagai joint
operation.
40
2) Pendaftaran NPWP Secara Elektronik (e-NPWP)
a. Pengertian
Elektronik NPWP adalah aplikasi (program komputer)
yang dikembangkan oleh Dirjen Pajak yang digunakan untuk
mengadministrasikan data NPWP yang digunakan oleh Wajib
Pajak dalam Pendaftaran NPWP.
b. Pendaftaran NPWP Dengan Menggunakan Media Komputer.
1) Wajib Pajak masuk ke aplikasi e-Registration lewat http://
www.pajak.go.id.
2) Membuat Account Wajib Pajak.
3) Login ke Aplikasi e-Registration.
4) Mengisi Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak.
5) Mengirimkan Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak
secara elektronis.
6) Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak
dan Menandatanganinya.
7) Mencetak Surat Keterangan Terdaftar ( SKTS ).
8) Untuk Mencetak Kartu NPWP, Wajib Pajak dapat
Mengirim Formulir Permohonan Registrasi yang telah
ditandatangani dan SKTS dengan melampirkan persyaratan
lainnya ke KPP tempat Wajib Pajak mendaftarkan diri.
41
Gambar 2.2 Mekanisme Pendaftaran NPWP Elektronik
1Kantor Pos
Warnet
MEKANISME e-Registration
Provider
WajibPajak
KonsentrasiData Nasional
KP.DJP
Form Aplikasipendaftaran
e-registratione-registration
KTP, KK, SIUP DLL
SKTS & NPWP
SKTS & NPWP
KANWIL
KPP
KPP
KartuNPWP & SKT
KartuNPWP & SKT
KiosPendaftaran
e-registration
KTP, KK, SIUP DLL
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak (2005) c. Fitur Pendaftaran NPWP Elektronik
1) Aplikasi dibuat untuk mudah digunakan (User Friendl) dan
dilengkapi dengan petunjuk pemakaian.
2) Tampilan Aplikasi Mendekati Formulir Pendaftaran NPWP
aslinya.
3) Administrasi Data Pendaftaran NPWP
a) Membuat Account Wajib Pajak.
b) Login ke Aplikasi e-Registration.
c) Mengisi Formulir Permohonan Registrasi Wajib
Pajak.
42
d) Mengirimkan Formulir Permohonan Registrasi Wajib
Pajak secara elektronis.
e) Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib
Pajak dan Menandatanganinya.
f) Mencetak Surat Keterangan Terdaftar ( SKTS ).
d. Karakteristik Pendaftaran NPWP dengan Media Elektronik
1) Wajib Pajak tidak perlu datang ke KPP dan tidak
berhubungan dengan Petugas Pajak.
2) Waktu lebih cepat untuk merekam data pendaftaran NPWP,
karena pada prinsipnya Wajib Pajak merekam datanya
sendiri dan KPP hanya me”load”saja.
3) Proses ”load” membutuhkan waktu yang lama karena jenis
media yang digunakan.
2. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
a. Dalam pasal 2 ayat (1) UU KUP disebutkan bahwa:
Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,
wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jendral Pajak yang
wilayah Kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tata
43
usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya
pada Kantor Direktorat Jendaral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan.
Sedangkan bagi Pengusaha badan, kewajiban melaporkan usahanya
tersebut adalah pada kantor Direktorat Jendaral Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan
usaha dilakukan.
b. NPWP atau Pengukuhan Secara Jabatan
Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak
memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan
usahanya dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Hal ini dapat
dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh
Direktorat Jendral Pajak ternyata orang pribadi atau badan atau
Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Pengusaha kena Pajak.
c. Sanksi
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan pengusaha yang telah
memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak melaporkan
44
usahanya untuk dikukuhkan sebgai Pengusaha Kena Pajak dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.
E. e-Registration
1. Pengertian
Tujuan utama setiap institusi pemungut pajak adalah tercapainya
penerimaan yang optimal. Secara umum, kinerja penerimaan pajak yang
juga mencerminkan tingkat kepatuhan wajib pajak menunjukan
kecendrungan yang semakin meningkat. Untuk itu, Dirjen Pajak selalu
berusaha meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui berbagai
kegiatan seperti melaksanakan pemeriksaan, penyuluhan, perbaikan
undang-undang pajak, pelayanan dan lain-lain. Sejak tahun 2004 Dirjen
Pajak mulai menerapkan pendaftaran pajak dengan sistem elektronik
yang dikenal dengan e-Registration. Hal ini merupakan salah satu
langkah yang dilakukan DJP dalam rangka meningkatkan pelayanan dan
memberi kemudahan kepada wajib pajak dengan harapan akan
meningkatkan kepatuhan sehingga akan meningkatkan optimalisasi
penerimaan pajak.
e-Registration adalah layanan yang disediakan Direktorat
Jenderal Pajak agar wajib pajak dapat mendaftar NPWP secara
elektronik (on-line) dan real time melaui aplikasi pendaftaran NPWP
berbasis Web.
45
Dengan menggunakan e-Registration para Wajib Pajak dapat:
a. Mendaftar NPWP baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib
Pajak Badan, Bendaharawan, dan Joint Operation.
b. Mendapatkan realtime acknowledgment (konfirmasi pelaporan
pendaftaran), yang berarti Nomor Pokok Wajib Pajak langsung
didapatkan.
2. Dasar Hukum e-Registration
a. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 161/PJ./2001 tanggal 21
Februari 2001, tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak.
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 173/PJ./2004 tanggal 29
Nopember 2004, tentang Pendaftaran NPWP Secara Elektronik.
3. Istilah-Istilah Dalam e-Registration
a. Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP):
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan
data-data pendaftaran NPWP secara elektronik Ke Direktorat
Jenderal Pajak.
b. Sertifikat Digital (digital certificate):
Alat yang berfungsi sebagai pengaman data wajib pajak dalam setiap
proses pendaftaran NPWP (e-Registration) melalui Perusahaan
Penyedia jasa aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak.
.
46
c. NTPA (Nomor Tranksaksi Pengiriman ASP):
Nomor identitas yang diberikan oleh ASP kepada WP yang
melakukan proses e-Registration.
d. Electronic Data Interchange (EDI):
Electronic Data Interchange (EDI) merupakan transmisi langsung
antara satu komputer dengan komputer yang lain diantara beberapa
perusahaan atau organisasi yang berbeda dalam satu format
terstruktur yang memungkinkan seluruh data dapat terbaca oleh
semua komputer yang terhubung.
4. Karakteristik Pendaftaran NPWP (e-Registration)
a. Waktu lebih cepat, karena pada prinsipnya wajib pajak langsung
me”load” data pendaftaran nya ke Database DJP tanpa melalui KPP.
b. Proses ini ditindaklanjuti dengan proses ”download” data
Pendaftaran NPWP ke KPP dimana WP terdaftar.
c. Pengiriman data NPWP dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
dalam batasan waktu yang ditentukan.
5. Syarat Menggunakan e-R egistration
Untuk dapat menggunakan fasilitas e-Registration pengguna
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memiliki PC yang memadai dan terkoneksi ke Internet.
b. Dalam PC tersebut telah terinstal / menggunakan Internet Explorer
(IE) versi 5.5 atau yang lebih baru.
47
6. Kirim Cetakan Permohonan Registrasi Wajib Pajak Ke KPP.
Wajib Pajak mencetak dan menandatangani Permohonan
Registrasi Wajib Pajak yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal
Pajak dan menyampaikan Formulir Permohonan Registrasi yang telah
ditandatangani dan SKTS dengan melampirkan persyaratan lainnya ke
KPP tempat Wajib Pajak tinggal secara langsung atau melalui pos secara
tercatat, paling lama:
1) 30 (tiga puluh) hari sejak mengisi pendaftaran NPWP melalui
e-Registration.
7. Sistem Requirment
Personal Computer dengan OS yang terdiri dari Microsoft Windows
98/ME/2000/XP, Modem dan Direct Line Phone.
8. Dampak Positif Menggunakan e-Registration
a. Layanan yang lebih cepat dan efisien
Dengan menggunakan e-Registration, pengguna dapat
mempercepat proses transaksi, meningkatkan dan efisiensi, menekan
biaya dan waktu.
Dari segi kecepatan bertambah karena:
1) Pendaftaran tidak perlu dilakukan dengan menandatangani dan
mengikuti antrian di Kantor Pelayanan Pajak karena pelaporan e-
Registration proses real time dan dapat dilakukan setiap saat (24
jam sehari/7 hari seminggu).
48
2) Pengguna menerima konfirmasi untuk laporan-laporan yang telah
dilakukan langsung pada saat laporan tersebut diterima di
Direktorat Jenderal Pajak.
3) Pengguna mendapatkan kesempatan akses ke berbagai
kemudahan dan informasi perpajakan seperti tax calculator, kurs
pajak, peraturan pajak terkini dan informasi lainnya seputar
pajak.
Dari segi efisiensi akan meningkat karena:
1) Software/aplikasi yang disediakan untuk pengisian laporan
pendaftaran memiliki fasilitas checking yang dapat mengurangi
kesalahan. Kesalahan input dapat segera di perbaiki/direvisi
pada saat pengisian data pada formulir pendaftran NPWP, tanpa
harus menghapus dan mengganti kertas lembar formulir
pendaftaran.
2) Tidak perlu menyediakan tempat untuk menyimpan berkas-
berkas pelaporan karena sudah dalam bentuk elektronik.
Dari segi biaya dan waktu karena:
1) Pengguna akan berkurang biaya operasionalnya seperti
komunikasi, transport dan stasionary (mengurangi biaya untuk
mencetak lampiran).
2) Waktu lebih sedikit dan biaya lebih rendah untuk pelaporan dan
pemeliharaan data pajak.
49
b. Keamanan dan Kerahasiaan
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasai (ASP) menggunakan
bentuk security yang paling aman berdasarkan PKI Infrastructure.
Data digital pendaftaran pajak yang terkirim melalui jaringan
komunikasi akan mengalami proses acak (encryption) sehingga
hanya sistem komputer DJP yang dapat menterjemahkan data acak
tersebut. Verifikasi juga dilakukan untuk memastikan bahwa dalam
perjalanan data tersebut tidak mengalami perubahan dari data asli
yang dikirim, untuk menjamin keabsahan data.
c. Kemudahan dalam Penggunaan
Mudah karena hanya memerlukan sambungan ke internet,
akses melaui aplikasi e-Registration dari komputer, dan memasukan
secret key dan langsung kirim (submit). Dari Website yyang dipilih
akan mengeluarkan sebuah nomer acknowledgment berupa NTPA,
yang akan digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah Perusahaan
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) menerima dengan lengkap data yang
dikirimkan pendaftar. Jikalau tidak diterima atau ditolak, disediakn
informasi detail yang dapat membimbing pendaftar memperbaikinya.
9. Dampak Negatif Menggunakan e-Registration.
a. Biaya perangkat lunak yang mahal dan kebutuhan perangkat keras
dengan kualifikasi yang lebih tinggi (masalah ini akan muncul
terutama pada saat penerapan EDI).
50
b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum banyak menguasai dan
harus dibayar lebih tinggi dari biasanya.
F. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35
Sasaran Reformasi administrasi perpajakan yang tertuang dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35 adalah untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak, seperti yang dinyatakan oleh Toshiyuki (2001:42)
bahwa target akhir administrasi perpajakan adalah untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Pendapat tersebut didukung oleh Summers et al.
(1991:45), bahwa dalam sistem ’’self assessment”, aktivitas utama
administrasi perpajakan adalah untuk mengawasi kepatuhan dan meyakinkan
bahwa wajib pajak menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35 secara tidak langsung
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan untuk pengawasan
kelengkapan administrasi perpajakan. Dalam rangka pelaksanaan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 35/PJ/2004 tentang Kewajiban Pemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak dalam rangka Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terhadap pembayaran dan validasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan dan
pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam hal tranksaksi
jual-beli dan lelang, wajib pajak wajib mencantumkan Nomor Pokok
51
2. Batasan NJOP dan NPOP yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman
NPWP dalam SSB oleh Wajib Pajak Oramg Pribadi adalah sebesar kurang
dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
3. Batasan PPh terutang yang dikecualikan dari kewajiban pencantuman
NPWP dalam SSP oleh Wajib Pajak Orang Pribadi untuk pembayarn PPh
atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah sebesar kurang
dari Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
4. Berkenaan dengan hal di atas, diminta agar saudara melaukan sosialisasi
secara intensif kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak dimaksud, antara lain kepada masyarkat
wajib pajak, Notaris PPAT, Badan Pertanahan Nasional, Bank Persepsi,
Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya.
5. Untuk Mendukung kelancaran pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor 35 /PJ/2004 ini, agar saudara memberikan pelayanan
pendaftaran NPWP kepada Wajib Pajak sebaik-baiknya dengan
memperhatikan jangka waktu penyelesaiaan.
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. (Surat
Edaran No SE-49/PJ/2004)
.
52
G. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menjadi elemen dasar yang penting bagi pembentukan
kehidupan sosial yang tertib aman dan teratur. Untuk meningkatkan kepatuhan
sukarela menurut Silviani (2005:274-275), diperlukan rasa keadilan dan
keterbukaan dalam menerapkan peraturan perpajakan, kesederhanaan berbagai
peraturan dan prosedur perpajakan dan system pelayanan yang baik dan cepat
terhadap wajib pajak. Silviani (2005:1-5) berpendapat bahwa yang mendorong
wajib pajak memenuhi kewajiban perpajaknnya secara tepat waktu dan
sukarela adalah karena adanya pengelolaan pajak yang efisien, agar suatu
sistem perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus patuh terhadapnya.
Silviani menambahkan variabel kepatuhan terdiri dari beberapa aspek, yaitu
aspek yuridis meliputi ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan
yang ada, aspek psikologis meliputi persepsi wajib pajak terhadap penyuluhan
pelayanan dan pemeriksaan pajak, aspek sosiologis meliputi aspek sosial
sistem perpajakan, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan administrasi.
Kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai pemenuhan kewajiban
pajak (mulai dari menghitung, memungut, memotong, menyetorkan hingga
melaporkan kewajiban pajak dengan memenuhi semua persyaratan
administrasi perpajakan) oleh wajib pajak sesuai peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Adapun kepatuhan Wajib Pajak (WP) Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diartikan sebagai Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) menghitung, menyetorkan, melaporkan serta melakukan validasi Surat
53
Setoran BPHTB (SSB) di Kantor Pelayanan Pajak, dengan memenuhi semua
persyaratan administrasi perpajakan dalam melakukan validasi Surat Setoran
BPHTB atau sifat patuh pada ketaatan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan.
Tujuan utama dari instansi perpajakan adalah menciptakan suatu
iklim kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak (WP) atau Pengusaha Kena Pajak
(PKP), dimana:
1. Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak paham dan berusaha untuk
memahami UU pajak,
2. Melaksanakan syarat administrasi perpajaknnya.
3. Mengisi formulir pajak dengan cepat.
4. Menghitung pajak tepat pada waktunya.
Intinya untuk mendorong timbulnya kepatuhan (disiplin WP), maka
harus diusahakan sedemikian rupa supaya WP dapat benar-benar memahami
masalah perpajakan terutama berakitan dengan sistem self assessmen serta
pelaksanaan administrasi perpajakannya..
Kepatuhan Materi BPHTB, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Penyampain SSB yang disampaikan ke KP PBB oleh Wajib Pajak
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak tanggal
pemabayaran atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
b. Mencantumkan NPWP pada formulir Surat Setoran Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.(khususnya nilai tranksaksi yang
diatas Rp 60.000.000,00)
54
c. Wajib Pajak harus meminta tanda tangan dari Notaris / PPAT, cap
dari Bank pada saat menyampaikan SSB ke kantor Pajak.
d. Wajib Pajak harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan, selama 10
tahun terakhir pada saat melakukan validasi SSB di Kantor Pajak.
e. Wajib Pajak harus melampirkan dokumen-dokumen terkait
(Sertifikat, STTS, Formulir Penyampaian, Print Tunggakan, SSP)
pada saat melakukan validasi SSB di Kantor Pajak
f. Wajib Pajak selalu dapat mempertanggung jawabkan dan
menjelaskan besarnya BPHTB yang harus dibayar.
g. Wajib Pajak tidak memperoleh Surat Keterangan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB) dari Kantor Pajak.
h. Wajib Pajak harus Melampirkan Lembar NTPN setiap penyampaian
SSB.
i. Wajib Pajak selalu memasukan SSB secara tepat waktu.
H. Pembuatan Kartu NPWP
Sejak adanya reformasi perpajakan pada Tahun 1983, telah terjadi
perubahan dalam sistem penomoran NPWP. Dalam rangka mendukung
sistem administrasi perpajakan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 9
Tahun 1983. Beberapa masalah yang diduga muncul adalah pertama, apakah
pencantuman NPWP, PKP PPN, dan Nomor Register dalam setiap
melakukan tranksaksi pajak tidak merepotkan Wajib Pajak. Kedua, apakah
petugas administrasi perpajakan tidak akan mengalami kesulitan dalam
55
mengidentifikasi wajib pajak yang mana yang telah melakukan tranksaksi,
ketiga, apakah sistem penomoran NPWP dewasa ini cukup mendukung
sistem administrasi perpajakan secara kesuluruhan, dan keempat, sudahkah
wajib pajak memperoleh NPWP secara mudah.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan identitas wajib
pajak. Sistem pemberian NPWP sebelum diberlakukannnya reformasi
perpajakan Tahun 1983, diatur dan dikelola oleh masing-masing Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP). Dalam sistem yang lama
antara kantor pusat dan cabang dari wajib pajak memiliki NPWP yang
berbeda. Sistem pemberian NPWP model lama ini dinilai tidak fleksibel,
sebab apabila wajib pajak pindah kewilayah lain, NPWP yang dimilikinya
tidak berlaku lagi. wajib pajak harus mengajukan NPWP baru ke Kanwil
DJP setempat. Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 9 Tahun
1983, sistem penomoran NPWP tidak lagi dibuat oleh kanwil DJP, akan
tetapi dibuat secara nasional.
Pada tahun 1985 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1983 mulai
diberlakukan secara efektif. Pada saat diberlakukannya undang-undang
tersebut ditemukan adanya kesulitan untuk mendeteksi wajib pajak mana
yang telah melakukan pembayaran pajak dari Kantor Cabang yang sama
dalam satu Kanwil DJP. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya Kantor
Cabang dari suatu unit usaha yang sama, sedangkan NPWP Kantor Cabang
tersebut adalah sama. Persoalan tersebut diatasi dengan menerbitkan Nomor
Pengusaha Kena Pajak PPN(PKP PPN). Semua Wajib Pajak yang terkena
56
pajak PPN diwajibkan untuk mendaftar Ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
untuk mendapatkan PKP PPN dan Nomor Register Wajib Pajak. Dengan
demikian setiap Kantor Cabang akan melakukan tranksaksi perpajakan,
Kantor Cabang harus mencantumkan NPWP, PKP PPN dan Nomor
Register, namun hal ini membuat orang masih enggan membuat kartu
NPWP, kerena proses dan prosedurnya yang terbilang rumit, sehingga wajib
pajak yang membuat kartu NPWP masih minim.
Pada perkembangan selanjutnya Departemen Keuangan melalui DJP
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menjaring Wajib Pajak Membuat
Kartu NPWP, karena sebagaimana kita ketahui NPWP sangat penting bagi
sarana administrasi perpajakan. Kebijakan tersebut terbagi dalam dua
bagian.
1. Kebijakan prosedur, Kebijakan prosedur adalah kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dalam hal ini DJP berupa peraturan-
peraturan yang secara tidak langsung membuat Wajib Pajak
harus memiliki NPWP, dengan adanya kebijakan ini
pertambahan pengguna NPWP mulai dirasakan.
2. Sedangkan kebijakan teknis adalah kebijakan-kebijakan yang
mempermudah Wajib Pajak memiliki NPWP, untuk kebijakan
teknis, kebijakan tersebut tertuang dan diatur dalam:
a. KEP-161/PJ./2001 tanggal 21 Februari 2001. Tata Cara
Pendaftaran Wajib Pajak secara manual, pada dasarnya Wajib
Pajak mengajukan permohonan NPWP dan akan terdaftar di
57
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
( Pasal 2 ayat 1 dan 2 UU KUP).
b. KEP-173/PJ/2004 tanggal 29 Nopember 2004 Mulai 7
Desember 2004 pendaftaran NPWP dapat dilakukan melaui
internet (e-registration). e-Registration adalah layanan yang
disediakan Direktorat Jenderal Pajak agar Wajib Pajak dapat
mendaftar NPWP secara elektronik (on-line) dan real time
melaui aplikasi pendaftaran NPWP berbasis Web. Kebijakan
ini diharapkan membuat pengguna NPWP bertambah banyak,
karena Wajib Pajak banyak diberikan kemudahan untuk
mendapatkannya.
I. Model Penelitian dan Hipotesis
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis (hypotheses testing)
umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam
bentuk hubungan antar variabel. Tipe hubungan antara dua variabel atau
lebih dapat berupa hubungan korelasional, komparatif, dan hubungan
sebab-akibat. Hipotesis penelitian dikembangkan berdasarkan teori-teori
dan penelitian sebelumnya yang selanjutnya diuji berdasarkan data yang
dikumpulkan.
58
Pada Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh markus, penelitian
tersebut menggunakan variabel yang masih tergolong umum, berdasarkan
hal tersebut yang diperkuat oleh teori-teori sebelumnya tanpa mengubah
hubungan kausalitas anatar variabel, peneliti berusaha membuat variabel
lebih spesifik dan menambahkan variebel lain di luar variabel sebelumnya
yang bersifat residual (pengaruh variabel yang telah teridentifikasi oleh
teori, tetapi tidak diteliti).
Merumuskan Hipotesis dan persamaan struktural
1. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
2. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration dan Kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB berpengaruh
secara simultan dan signfikan terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
59
X1 = Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35
X2 = e-Registration
Y = Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
Z = Pembuatan kartu NPWP
Sumber: Riduwan
1. Sub- Struktur 1
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
X1
X2
Z Y
ρX1Z
ɛ 2
ρzE2 ρyZ
ρX2Z
r12
ɛ 2
X1
X2
Y
ρX1y ɛ1
r12 ρX2Y
ρyE1
Sumber: Riduwan Gambar 2.3
Hubungan Struktur X1 dan X2 terhadap Y
60
a) Pengujian secara individual sub struktur 1
a) Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh secara
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB.
Hipotesis statistik
Ha : ρ x1 y > 0
Ho : ρ x1 y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB.
b) e-Registation berpengaruh secara signifikan terhadap Kepatuhan
wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Hipotesis statistik
Ha : ρ x2 y > 0
Ho : ρ x2 y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
61
Ho : e-Registration tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Mencantumakan NPWP dalam Validasi
SSB.
b) Pengujian secara simultan sub struktur 1
Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Hipotesa secara statistik:
Ha : ρx1y = ρx2y ≠ 0
Ho : ρx1y = ρx2y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 dan e-Registration
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 dan e-Registration tidak
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
62
2. Sub-Struktur 2
Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y +ρzE2
X1
X2
Z Y
ρX1Z
ɛ 2
ρzE2
ρyZ
ρX2Z
r1
Sumber: Riduwan Gambar 2.4
Hubungan Struktur X1 dan X2 terhadap Z, dan Y terhadap Z
a) Pengujian secara individual sub struktur 2
a) Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 berpengaruh secara
signifikan terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
Hipotesa secara statistik:
Ha : ρx1z > 0
Ho : ρx1z = 0
63
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh secara
signifikan terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
b) e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap Pembuatan
Kartu NPWP.
Hipotesa secara statistik:
Ha : ρx2z > 0
Ho : ρx2z = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap Pembuatan
Kartu NPWP.
Ho : e-Registration tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Pembuatan Kartu NPWP.
c) Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi
SSB Berpengaruh secara signifikan terhadap Pembuatan Kartu
NPWP.
64
Hipotesa secara satistik:
Ha : ρyz > 0
Ho : ρyz = 0
Hipotesa Bentuk kalimatnya:
Ha : Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi
SSB berpengaruh secara signifikan terhadap Pembuatan Kartu
NPWP.
Ho : Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembuatan Kartu
NPWP.
b) Pengujian secara simultan sub struktur 2
Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
berpengaruh secara simultan dan signfikan terhadap Pembuatan Kartu
NPWP.
Hipotesa secara statistik:
Ha : ρx1z = ρx2z = ρyz ≠ 0
Ho : ρx1y = ρx2y = ρyz = 0
65
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi
SSB berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
Pembuatan Kartu NPWP.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi
SSB tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
Pembuatan Kartu NPWP.
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menganalisis seberapa besar pengaruh
Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB serta dampaknya
dalam pembuatan kartu NPWP. Sampel yang diambil yaitu Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak yang terdapat pada masing-masing kelurahan, yang
masuk dalam wilayah KPP Pratama serpong, baik yang namanya belum
terdaftar dalam SPPT, maupun yang sudah terdaftar dalm SPPT yang
melakukan Validasi SSB (BPHTB) dalam rangka peningkatan hak atas
pemilikan tanah dan bangunan dari Akta Jual Beli menjadi Sertifikat tanpa
mencantumkan NPWP, dengan yang menacantumkan NPWP pada Kantor
Pelayanan PBB Patama Serpong, serta jumlah pembuatan kartu NPWP, yang
datanya didapat dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong.
Dalam Penulisan terdapat dua macam data yang dapat diperoleh yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penulisan
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara)
berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder berasal dari data-data teoritis
berupa literatur-literatur dan peraturan yang berkaitan dengan penulisan
(Indriantoro,2003:147).
67
Adapun dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data sekunder,
diantaranya meliputi:
1. Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong, yang meliputi.
a. Keadaan Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong.
b. Struktur organisasi yang ada dalam KPP Pratama Serpong.
2. Data mengenai jumlah validasi SSB (BPHTB) yang dilakukan Wajib Pajak
atau Pengusaha Kena Pajak (transaksi SSB diatas 60.000.000) baik
dengan mencantumkan NPWP maupun tidak mencantumkan NPWP, dan
jumlah pembuatan kartu NPWP. Sebelum dan setelah adanya peraturan
DJP No.35 dan e-Registration.
3. Data mengenai jumlah Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak yang namanya
belum terdapat dalam SPPT, maupun yang sudah terdaftar dalam SPPT
yang diklasifikasikan berdasarkan kelurahan.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Purposive sampling dengan menggunakan pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan (judgment sampling), yaitu penarikan sampel
dengan pertimbangan tertentu didasarkan pada kepentingan atau tujuan
penelitian, yaitu hanya Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar
pada kelurahan wilayah KPP Pratama Serpong yang melakukan Validasi SSB
(BPHTB) tanpa mencantumkan NPWP yang berubah dengan mencantumkan
NPWP, serta dampaknya terhadap jumlah pembuatan kartu NPWP, jadi disini
68
indikatornya adalah penambahan/pengurangan kepatuhan dan jumlah
pembuatan NPWP pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong.
C. Metode Pengumpulan Sampel dan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini
menggunakan, antara lain:
1. Studi Lapangan
a. Pengamatan (observation), yaitu melakukan pengamatan atas objek data
dan kronologis suatu kegiatan, merekam, menghitung, serta mencatat
data yang diperoleh dari Wajib Pajak/ Pengusaha Kena Pajak.
b. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengadakan Tanya jawab yang dilakukan penulis kepada Fiskus dan
Wajib Pajak mengenai pokok persoalan yang dibahas.
2. Studi Kepustakaan
Untuk dapat memperoleh landasan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan tinjauan
kepustakaan dengan membaca literatur yang ada, yang berhubungan
dengan topik penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang dilakukan dimulai dengan
menyederhanakan dan mengelompokan data yang diperoleh agar tujuan
pengujian kepatuhan ini dapat dianalisis lebih mudah. Data yang diperoleh
69
dikelompokan per kelurahan menjadi data pengujian kepatuhan
(menggunakan data berupa berkas SSB yang tertahan dan tanggal validasi
SSB (BPHTB) atas transaksi SSB diatas 60.000.000, serta jumlah pembuatan
NPWP dari jumlah Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada
masing-masing kelurahan yang melakukan validasi dengan menetapkan
kriteria patuh atau tidak patuh).
Metode analisis data yang dilakukan menggunakan pengujian data
statistik non-parametrik yaitu pengujian statistik dengan kondisi penelitian
tertentu berdasarkan informasi dan sampel. Uji hipotesis diolah dan dianalisis
dengan bantuan komputer paket program SPSS V.12 (Singgih Santoso:2001).
Metode statistik non-parametrik yang akan digunakan dalam
pengujian dan sampel berpasangan ini adalah:
1. Metode Path Analysis
Analysis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel
eksogen terhadap variabel endogen Metode ini digunakan untuk pengujian
kepatuhan Wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan data yang
diperoleh bertipe nominal, (Riduwan, 2007: 2). Langkah-langkahnya adalah:
a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
Struktur: Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
Struktur: Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y +ρzE2
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi
70
a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan
rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang
diajukan.
Hipotesis: naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel eksogen (X1 dan X2).
a. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Hitung koefsien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan:
Persamaan regresi ganda : Y = a + b1X1 +b1X2+E1
c. Menghitung Koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
perhitungan dilakukan dengan memasukan data yang siap diolah kedalam
SPSS dan hasilnya akan didapatkan pengujian secara simultan
(keseluruhan), dan pengujian secara individu.
Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.
Ha: ρx1y = ρx2y =………= ρx1k ≠ 0
Ho: ρx1y = ρx2y =………= ρx1k = 0
Kaidah pengujian signifikansi: Program SPSS
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05< Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05>Sig), maka Ho ditolak Ha diterima, artinya
signifikan.
71
d. Menghitung koefisien jalur secara individu
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik
berkut:
Ha : ρx1y > 0
Ho : ρx1y = 0
e. Menguji kesesuian antar model
f. Merangkum dalam tabel
E. Operasional Variabel
Opersional variabel penelitian merupakan pendefinisian variabel yang
digunakan dalam peneltian ini.
Operasional variabel yang digunakan adalah sebagi berikut:
1) Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SSB)
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan
Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
Menteri dan sekaligus untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan.
Validasi Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(SSB) adalah proses pemeriksaan SSB (BPHTB) beserta lampirannya
mengenai apakah perhitungan, pembayaran, pelaporan, dan berkas SSB
(BPHTB) sudah dilakukan secara benar dan lengkap, kemudian pejabat
72
yang terkait akan menandatangani dan memberikan nomor pada lembar
SSB.
2) Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak, oleh karena itu kepada setiap wajib pajak hanya diberikan
satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Pencantuman NPWP adalah proses
pemberian nomor dalam administrsi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, dan juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan.
3) Peraturan Dirjen Pajak No.35 adalah Peraturan tentang Kewajiban
Pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam rangka Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan dengan ini, peraturan ini secara tidak
langsung menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan untuk
pengawasan kelengkapan administrasi perpajakan.
4) e-Registration adalah Layanan yang disediakan Direktorat Jenderal
Pajak agar wajib pajak dapat mendaftar NPWP beserta lampirannya
secara elektronik (on-line) dan real time melalui aplikasi penerimaan
pendaftaran berbasis Web.
5) Kepatuhan Wajib Pajak (WP) adalah kepatuhan Wajib Pajak BPHTB
yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong dalam
validasi SSB mencantumkan NPWP atau sifat patuh atau ketaatan dalam
melaksankan kewajiban perpajakan.
73
6) Dampak kebijakan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration
Sasaran Reformasi administrasi perpajakan yang tertuang dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35 dan e-Registration adalah
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, seperti yang dinyatakan
oleh Toshiyuki (2001:42) bahwa target akhir administrasi perpajakan
adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Untuk itu penulis
melakukan penelitian dalam rangka ingin mengetahui, apakah dengan
adanya Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Regitration jumlah wajib
pajak yang membuat kartu NPWP meningkat, atau sebaliknya, serta
kepatuhan dalam menggunakan NPWP dalam setiap aktifitas
administrasi perpajakan.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
Seiring dengan Visi Misi Direktorat Jendaral Pajak, peranan
pelayanan sangat penting terutama kepada masyarakat wajib pajak,
sebagaimana diketahui bahwa objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) meliputi
semua lapisan masyarakat, sehingga secara nasional mempunyai nilai
strategis dan mencerminkan kegotong royongan seluruh unsur masyrakat
dalam pembiayaan pembangunan. Pada awalnya KPP Pratama Serpong
hanya melayani kegiatan yang tidak terkait dengan Pajak Bumi dan
Bangunan, namun karena adanya tuntutan permintaan dari masyarakat,
dan untuk mencapai target pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan di
wilayah Tangerang khususnya, maka di bukalah Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan di KPP Pratama Serpong.
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bertugas
melaksanakan kegiatan operasional Direktorat Jenderal Pajak di bidang
Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak, dalam melaksanakan tugasnya, Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan menyelenggarakan fungsinya antara
75
lain mengolah data Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.
2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
Visi dan Misi yang terdapat pada KPP Pratama Serpong guna
mencapai target Penerimaan Pajak:
• Visi KPP Pratama Serpong
Menjadi Model Pelayanan Prima yang mendorong kepatuhan
masyarakat Wajib Pajak yang akan menciptakan keberhasilan dalam
menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak.
• Misi Fiskal KPP Pratama Serpong
Mengamankan rencana penerimaan pajak dengan Efektifitas
dan Efesiensi Tinggi di Wilayah Serpong.
• Misi Kelembagaan KPP Pratama Serpong
Meningkatkan kinerja berkelanjutan dalam rangka Teknokrasi
Perpajakan dan Optimalisasi Pelayanan Publik.
KPP Pratama Serpong Berlokasi di JL Raya Serpong Sektor VIII
Blok 405 No.4 BSD-Tangerang, pada awalnya KPP Pratama Serpong,
wilayah kerjanya mencangkup 8 wilayah kecamatan, namun untuk
mengefisienkan dan mengefektifitaskan kinerja pelayanan maka sejak
setahun yang lalu, wilayah kerja KPP Pratama Serpong khususunya
Pelayanan PBB, hanya mencangkup 4 kecamatan, sedangkan 4 kecamatan
lain dipecah wilayah kerjanya ke KPP Tiga Raksa.
76
3. Strukutur Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi suatu kantor pelayanan pajak bertujuan agar dalam
pelaksakan tugas lebih tertib dan berdaya guna serta dapat diadakan
evaluasi secara objektif terhadap setiap pelaksanaan.
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Pratama Serpong
berada di bawah Kantor Wilayah DJP Banten dipimpin oleh kepala kantor
dan mempunyai susunan oragnisasi yang terdiri dari:
a. Sub Bagian Umum, yang dibagi lagi menjadi korlak Tata Usaha dan
Kepegawaian, Korlak Keuangan, dan Korlak Rumah Tangga,
Tugasnya adalah mempersiapkan sarana dan prasarana operasional:
menyesuaikan tata letak ruang kantor guna mendukung suasana kerja
pegawai dan pelayanan kepada Wajib Pajak menempatkan SDM
optimal sesuai dengan lingkup pekerjaannya, didukung teknologi
informasi yang handal.
b. Seksi Pendataan dan Penilaian, yang dibagi lagi menjadi koordinator
Pelaksanan (Korlak) Klasisfikasi, Korlak Pemutakhiran Data dan
Korlak Monografi, tugasnya meningkatkan penguasaan objek atau
subjek PBB dan BPHTB (sebagai Implementasi Knowing your
taxpayer) melalui pembentukan basis data informasi objek dala rangka
mendukung Smart Map, berkoordinasi dengan pihak terkait (BPN,
Pemda, Telkom, PLN) guna tukar informasi penunjang, target
penyelesian pembaharuan data objek pajak dalam kurun kurang 3
tahun; secara aktif melakukan pemutakhiran data guna menunjang
77
peningkatan pokok ketetapan PBB didukung data monografi yang
memadai; melaksanakan penilaian baik secara massal maupun
individual guna penerapan NJOP yang mendekati harga pasar.
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang dibagi lagi menjadi
Korlak Pengolahan Data, Korlak Dukungan Komputer dan Korlak
Pelayanan Terpadu. Tugasnya menyelasaikan proses pegolahan data
atau updating dengan segera guna memperoleh hasil keluaran atau data
yang sesuai dengan seharusnya, melakukan pemeliharaan basis data
dan Teknologi informasi secara berkesinambungan guna mendukung
atau menjaga kelancaran tugas.
d. Seksi Penetapan, yang dibagi lagi menjadi Korlak Penetapan
Pedesaan dan Perkotaan, Korlak Identifikasi dan Ekstensifikasi,
tugasnya adalah menetapkan Penetapan PBB secara akurat;
menyerahkan SPPT dengan segera pada awal tahun pajak, sehingga
wajib pajak dapat segera memenuhi kewajibannya.
e. Seksi Penerimaan, yang dibagi lagi menjadi Korlak TUP dan
Restitusi, Korlak Pemantauan dan Pembagian Hasil. Tugasnya adalah
mengupayakan secara intensif pengamanan penerimaan sehingga
terlealisasi secara maksimal dan melebihi target, melalui kegiatan
operasi jemput bola dan konfirmasi pembayaran kesetiap TP dan Bank
Persepsi, sehingga diharapkan penerimaan dapat terlealisasi sebelum
lewat jatuh tempo pembayarannya.
78
f. Seksi Penagihan, yang dibagi lagi menjadi Korlak Penagihan Aktif
dan Korlak Tata usaha piutang. Tugasnya mengupayakan secara
maksimal pencairan tunggakan baik secara persuasif maupun melalui
enforcement yang terjadwal secara ketat guna pengamanan
penerimaan. Melalui kegiatan penyampaian himbauan, konfirmasi
tunggakan hingga penagihan aktif (sita).
g. Seksi Keberatan dan Pengurangan, yang dibagi lagi menjadi Korlak
Pelaksana Keberatan dan Banding dan Korlak Pengurangan. Target
meminimalisasi permohonan keberatan (sebagai cermin tingginya
validitas data) dan pengurangan (sebagai cermin peningkatan
kemampuan wajib pajak untuk membayar) serta target mempercepat
penyelesainnya.
h. Pelayanan Satu Tempat (PST)
Mengupayakan meningkatkan kinerja pelayanan dalam memberikan
informasi serta menerima keluhan wajib pajak, baik atas data maupun
kemampuan membayarnya, dilengkapi tempat pembayaran guna
memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya.
Dalam pelaksanaan operasionalnya, KP PBB Pratama serpong
didukung oleh sumber daya manusia sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Data Pegawai di KPP PBB Pratama Serpong
No
Urut Unit Kerja Jumlah
Pegawai Gol
I Gol II
Gol III
Gol IV
1 Kepala Kantor 1 - - -
1
79
2 Seksi
Subbagian Umum
11 - 7 4 -
3 Seksi Pedanil 13 - 9 4 -
4 Seksi DAI 7 - 3 4 -
5 Seksi Penetapan 7 - 2 5 -
6 Seksi Penerimaan 5 - 2 3 -
7 Seksi Penagihan 7 - 3 4 -
8
Seksi Keberatan
dan Pengurangan
5 - 2 3 -
9 Jabatan Fungsional 2 - - 2 -
Jumlah 58 - 28 29 1
sumber: Seksi Subbagian Umum KPP Pratama Serpong
Tugas Kantor Pelayanan PBB Pratama serpong adalah salah satu
unit organisasi pelaksana fungsi Direktorat Jendaral Pajak yang dalam
pelaksanaan tugasnya di bawah Kantor Wilayah DJP Banten yang
melaksanakan sebagian tugas pokok di bidang administrasi penerimaan
negara dari sektor PBB dan BPHTB dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk wilayah
kerja.
80
Tabel 4.2 Wilayah Kerja KP PBB Pratama Serpong
NO KECAMATAN KELURAHAN
1 SERPONG
1. CIATER
2. RAWA BUNTU
3. CILENGGANG
4. LENGKONG GUDANG
TIMUR
5. MEKAR WANGI
6. BUARAN
7. LENGKONG GUDANG
8. PAKULONAN
9. PAKUALAM
10. JELUPANG
11. LENGKONG WETAN
12. RAWA MEKAR JAYA
13. LENGKONG KARYA
14. SERPONG
15. PONDOK JAGUNG
2 PAMULANG
1. PONDOK CABE ILIR
2. BENDA BARU
3. PONDOK BENDA
4. BAMBU APUS
5. PONDOK CABE UDIK
6. KEDAUNG
81
3 PONDOK AREN
1. PONDOK AREN
2. JURANG MANGU TIMUR
3. PERIGI BARU
4. PONDOK KACANG BARAT
5. PONDOK KARYA
6. PONDOK BETUNG
7. PONDOK KACANG TIMUR
8. PERIGI
9. JURANG MANGU BARAT
10. PONDOK PUCUNG
11. PONDOK JAYA
4 CIPUTAT
1. CIPAYUNG
2. CIPUTAT
3. SARUA
4. PONDOK RANJI
5. JOMBANG
6. SAWAH BARU
7. SAWAH
8. CEMPAKA PUTIH
9. REMPOA
10. PISANGAN
11. SARUA INDAH
12. CIRENDEU
13. RENGAS
Sumber: Help Desk PBB
KP PBB Pratama Serpong mempunyai fungsi dalam
melaksanakan tugasnya antara lain:
a. Pendapatan objek dan subjek pajak dan penilain objek Pajak Bumi
dan Bangunan.
82
b. Pengolahan dan penyajian data Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
c. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, serta
penyelesaian, restitusi pajak bumi dan bangunan dan Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan.
e. Penyelesaian Keberatan, Pengurangan, dan Penatausahaan Banding.
f. Pembetulan surat ketetapan pajak
g. Pengurangan Sanksi Pajak.
h. Pemeriksaan sederhana dan penetaapan sangsi Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
i. Pelaksanaan administrasi KP PBB.
Adapun jenis pelayanan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan di
KP PBB Pratama Serpong, yaitu terlampir (Lampiran 1).
Untuk memperlancar pelayaan tersebut, maka wajib pajak harus
mematuhi tata cara pengajuan permintaan pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan sebagai berikut:
a. Pelayanan PBB di ajukan tertulis oleh Wajib Pajak, kecuali hal yang
sifatnya konsultasi. Dalam hal Wajib Pajak berhalangan, dapat
memberikan kuasa kepada orang lain yang ditunjuk dengan surat
kuasa.
83
b. Permintaan pelayanan harus didukung oleh dokumen yang
dipersyaratkan sesuai jenis pelayanan.
c. Berkas permintaan pelayanan diserahkan langsung kepada
lokrt/petugas di tempat Pelayanan Satu Tempat (PST) atau dikirim Via
Kantor Pos.
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Analisis Kualitatif
Data-data yang berhasil dikumpulkan sebagai bahan pendukung
dalam analisis kualitatif dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu berjumlah 50 sampel
yang merupakan termasuk wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Serpong.
b. Data yang terseleksi menjadi objek penelitian tersebut, diperoleh dari
data yang diinput oleh salah satu pihak (bagian) Pengolahan Data dan
Informasi perpajakan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Serpong. Data yang diperoleh dibagi dalam beberapa jenis data, yaitu:
1) Pencantuman NPWP pada saat melakukan validasi SSB (BPHTB)
yang dilakukan wajib pajak yang mewakili tiap-tiap kelurahan,
yang termasuk wilayah kerja KPP Pratama Serpong. Data
berdasarkan setelah penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-
Registration.
84
2) Jumlah pembuatan kartu NPWP pada wajib pajak yang mewakili
tiap-tiap kelurahan yang termasuk wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Serpong. Data berdasarkan setelah penerapan
Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration.
3) Jumlah Wajib Pajak yang mewakili tiap-tiap kelurahan yang
termasuk wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
yang melakukan pendaftaran secara online. Data berdasarkan
setelah penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-
Registration.
4) Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan mewakili tiap-tiap
kelurahan yang termasuk wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Serpong.
Hasil dari penelitian berdasarkan analisis kualitatif berupa
Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration terhadap
kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
serta dampaknya dalam pembuatan kartu NPWP adala sebagai berikut:
a. Mekanisme Pendaftaran NPWP secara online / e-Registration.
1) Wajib Pajak masuk ke aplikasi e-Registration lewat http://
www.pajak.go.id.
2) Membuat Account Wajib Pajak.
3) Login ke Aplikasi e-Registration.
4) Mengisi Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak.
85
5) Mengirimkan Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak secara
elektronis.
6) Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak dan
Menandatanganinya.
7) Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKTS).
8) Untuk Mencetak Kartu NPWP, Wajib Pajak dapat Mengirim
Formulir Permohonan Registrasi yang telah ditandatangani dan
SKTS dengan melampirkan persyaratan lainnya ke KPP tempat
Wajib Pajak mendaftarkan diri.
b. Keamanan dan Jaminan Terhadap Data
DJP memberikan jaminan bahwa data pendaftran yang
dikirmkan melaui e-Registration tidak akan mengalami perubahan atau
kerusakan selama proses pengiriman. DJP telah menyiapkan perangkat
pengaman data berupa:
a. File yang terkirim tidak langsung masuk dalam database atau bank
data hal diatas dapat memperkecil resiko kerusakan ynag terjadi
dalam perjalanan menuju bank data yang ada yang ada di DJP.
b. Sistem pengacakan data selama dalam proses pengiriman
Data angka atau huruf diubah oleh sistem menjadi sebuah kode
yang acak (proses enkripsi) kemudian pada saat data tiba di
komputer server kode acak tersebut kembali dirubah menjadi data
angka dan huruf yang dapat dimengerti (proses deskripsi).
86
c. Dampak Positif dan Negatif
Dampak Negatif Sistem manual:
1) Bagi Wajib Pajak
Sistem manual memiliki kebutuhan yang tinggi akan waktu,
personel dan biaya, Wajib Pajak harus mengantarkan SKTS ke
KPP untuk dapat kartu NPWP.
2) Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
a) Menerima berkas yang begitu banyak.
b) Memasukan data ke dalam database komputer secara
manual .
c) Mengirimkan ke DJP melalui internet.
Dampak positif e-Registration:
1) Proses pendaftran NPWP yang cepat
2) Data Pendaftaran NPWP dengan tingkat akurasi yang lebih
tinggi.
3) Efisiensi personel dan biaya.
2. Analisis Kuantitatif
A. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian dengan cara mengumpulkan data dan informasi
yang berkaitan dengan penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-
Registration yang berpengaruh terhadap Kepatuah Wajib Pajak
mencantumkan NPWP dalam melakukan Validasi SSB (BPHTB) serta
87
dampaknya terhadap pembuatan kartu NPWP yang ada di wilayah kerja
KPP Pratama Serpong, diambil sampel sejumlah 50 kelurahan yang masuk
wilayah kerja KPP Pratama Serpong.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengolahan data. Pengolahan data ini
menggunakan metode pengujian sebagaimana disajikan berikut ini:
Pengujian Kepatuhan Wajib Pajak, dan Dampak Terhadap
Pembuatan Kartu NPWP Menggunakan Metode Path Analysis
Kepatuhan Wajib Pajak dalam mencantumkan NPWP dalam
Validasi SSB (BPHTB) dan dampak terhadap pambuatan kartu NPWP
dibagi menjadi dua, yaitu pada saat sebelum adanya Peraturan Dirjen
Pajak No.35, pendaftran NPWP secara manual (sebelum e-Registration)
dan pada saat setelah adanya Peraturan Dirjen Pajak No.35, pendaftran
NPWP secara elektronik (setelah e-Registration). Kepatuhan dilihat dari
Jumlah Wajib Pajak yang mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
(BPHTB) per-kelurahan yang terdaftar di KPP Pratama Serpong dari tahun
ke tahun. Begitu pula dampak Peratuaran Dirjen Pajak No.35, e-
Registration terhadap pembuatan kartu NPWP dilihat dari Jumlah NPWP
per-kelurahan yang terdaftar di KPP Pratama Serpong dari tahun ke tahun.
Pendaftaran NPWP secara manual yaitu Wajib Pajak, mendaftar
NPWP sesuai domisilinya langsung. Dalam pendaftran NPWP secara
Manual terdapat interaksi langsung antara Wajib Pajak dengan aparat
pajak (fiskus). Dalam pendaftaran NPWP harus disertai seluruh lampiran
88
yang mendukung dalam pengisian pendaftaran NPWP, lampiran
pendukungnya berjumlah sangat banyak sehingga pendaftran NPWP ini
sedikit merepotkan.
Pendaftaran NPWP secara elektronik (e-Registration) yang
merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak yang diharapkan dapat
memberikan kemudahan pada Wajib Pajak dalam pendaftaran NPWP.
Berikut ini disajikan hasil olah data dan kategori kepatuhan Wajib
Pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan Validasi SSB serta
dampaknya terhadap pembuatan kartu NPWP:
Tabel 4.3 Rincian Jumlah Sampel Penelitian
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
No Nama WP/PKP Peraturan DJP No35
(X1)
e-Registration
(X2)
Kepatuhan WP (Y1)
Pembuatan kartu NPWP
(Y2) 1 P.Cabe Ilir 788 792 792 800
2 B.Baru 796 802 802 700
3 P.Benda 800 806 808 650
4 Pam.Timur 806 812 814 530
5 Pam.Barat 816 818 826 528
6 B.Apus 818 824 828 535
7 P.Cabe Udik 824 826 834 545
8 Kedaung 828 838 840 550
9 Cipayung 840 850 856 555
10 P.Ranji 852 862 872 560
89
11 Sarua 860 864 882 570
12 Ciputat 862 872 892 580
13 Jombang 868 882 898 580
14 Rengas 878 890 910 590
15 Sawah Baru 896 906 920 595
16 Sawah 900 908 938 600
17 Cempaka Putih 908 920 948 595
18 Rempoa 894 904 936 610
19 Pisangan 900 908 946 615
20 Sarua Indah 908 914 954 630
21 Cirende 910 918 956 635
22 P.Aren 918 924 966 640
23 J.Mangu Timur 922 934 970 580
24 P.Btung 930 938 980 560
25 P.Kcang Timur 938 946 992 550
26 J.Mangu Barat 940 950 1000 600
27 P.Pucung 946 954 1010 660
28 P.Jaya 952 958 1016 680
29 Perigi 954 960 1020 700
30 Perigi Baru 962 964 1028 705
31 Pndk. Kacang Barat
964 966 1032 720
32 P.Karya 966 972 1036 730
90
33 Pndk.Kacang 972 974 1044 735
34 Ciater 976 978 1052 740
35 R.Buntu 978 980 1054 750
36 Cilenggang 980 986 1062 760
37 L.Gudang T 982 994 1070 780
38 Mekar Wangi 986 996 1074 785
39 Buaran 998 1008 1088 790
40 L.Gudang 1002 1008 1094 800
41 Pakulonan 1008 1010 1102 810
42 Jelupang 1012 1014 1108 815
43 L.Wetan 1016 1018 1112 820
44 R.Mekar Jaya 1018 1020 1116 835
45 L.Karya 1022 1024 1120 840
46 Serpong 1024 1026 1124 845
47 P.Jagung 1026 1028 1130 900
48 P.Jagung T 1030 1030 1136 845
49 Paku Jaya 1032 1032 1140 885
50 Pakualam 1038 1034 1148 750
Sumber : Data Sekunder yang diolah
91
B. Pengujian Hipotesis
Pada tabel 4.3 di atas dapat diuji dengan metode analisis jalur (path
analysis), analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier
berganda atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan teori (Imam Ghozali, 2005:160), antara lain
sebagai berikut:
a. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa
jauh variabel-variabel independen, yaitu Peraturan DJP No.35 (X1) dan e-
Registration (X2) dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu: Kepatuhan
wajib pajak (Y1). Hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada
tabel 4.4.
1. Sub- Struktur 1
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
X1
X2
Y
ρX1y
ɛ1
r12 ρX2Y
ρyE
Sumber: Riduwan Gambar 4.1
Hubungan Struktur X1 dan X2 terhadap y
92
Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
a Predictors: (Constant), e-Registration (x2), Penerapan Peraturan DJP (X1)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate 1
,999(a) ,998 ,998 4,884
b. Dependent Variabel: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai koefesien Adjusted R
Square adalah sebesar 0,998, hal ini berarti 99,8% variabel kepatuhan
wajib pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan validasi SSB dapat
dijelaskan oleh peraturan DJP No.35 dan e-Registration. Sedangkan
sisanya (100% - 99,8% = 0,2%) dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar
penelitian ini, dengan adanya peraturan DJP No.35 memaksa wajib pajak
untuk memiliki NPWP, sedangkan e-Registration mempermudah
seseorang untuk memiliki membuat NPWP.
Seperti telah di bahas dalam bab sebelumnya variabel faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak ada 3 yaitu, aspek yuridis, aspek
psikologis (kesadaran), dan aspek sosilologis, berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh Marcus (STAN, 2005) kesadaran dari wajib pajak sendiri
sangat berperan dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu
mencapai 14%, hal ini diperkuat oleh kondisi nyata di lapangan yang di
hadapi penulis bahwa kesadaran dari wajib pajak mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak, jadi selain peraturan DJP No.35 dan e-Registration
kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan validasi
SSB juga dipengaruhi kesadaran wajib pajak itu sendiri yang mencapai
93
0,2%. Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.4 sebesar 0,999
menunjukan bahwa hubungan antara peraturan DJP No.35, e-Registration
dengan kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan
validasi SSB adalah kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas
0,5, dan hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Marcus
(STAN, 2005).
b. Pengujian secara individual sub struktur 1 (Uji t)
a. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh secara
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan
NPWP dalam Validasi SSB.
Hipotesis statistik
Ha : ρ x1 y > 0
H0 : ρ x1 y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya :
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
b. e-Registation berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam
Validasi SSB.
94
Hipotesis statistik
Ha : ρ x2 y > 0
H0 : ρ x2 y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam
Validasi SSB.
Ho : e-Registration tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Mencantumakan NPWP
dalam Validasi SSB.
Tabel 4.5 Coefficients(a) Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -342.893 10.216 -33.565 .000 Peraturan 1.827 .189 1.266 9.670 .000 eregistration -.394 .193 -.267 -2.042 .047
a Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah
Tabel koefesien merupakan hasil pengujian antara variabel
dependen kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP pada saat
melakukan validasi SSB dengan variabel independen secara individu
parsial yang dilakukan uji t, hasil pengujian tersebut adalah:
1) Hasil pengujian variabel Peraturan DJP No.35 mempunyai nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000,
95
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur
adalah signifikan. Jadi Peraturan DJP No.35 berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB (BPHTB).
2) Hasil pengujian e-Registration mempunyai nilai signifikan 0,047 lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,047, maka Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi
e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB (BPHTB).
c. Pengujian secara simultan sub struktur 1
a. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-Registration
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Hipotesa secara statistik :
Ha : ρx1y = ρx2y ≠ 0
Ho : ρx1y = ρx2y = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 dan e-
Registration berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB.
96
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 dan e-
Registration tidak berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB.
Tabel 4.6 ANOVA(b)
Model Sum of Squares Df Mean
Square F Sig. 1 Regression 560043.266 2 280021.633 11738.18
6 .000(a)
Residual 1121.214 47 23.856 Total 561164.480 49
a Predictors: (Constant), e-Registration (X2), Penerapan Peraturan DJP (X1) b Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah
Pada tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 11738,186 dengan nilai
probabilitas (sig) = 0,000, karena nilai sig < 0,05, maka keputusannya
adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh sebab itu , pengujian secara
individual dapat dilakukan.
Kerangka hubungan kausal empiris antara X1 dan X2 terhadap Y
dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut.
Struktur: Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
= 1,266 X1 + (-0,267) X2 + 0,044 E1
R Square = 0,998
ρyE = 998,01− = 002,0 =0,044
97
Sumber: Data Sekunder yang diolah
X1
X2
Y
ρX1y = 1,266
ɛ1= 0,044
r12 ρX2Y = -0,267
ρyE1
Gambar 4.2 Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris X1 dan X2 terhadap Y
Memaknai Hasil Analilis Jalur
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktur tersebut, maka
memberikan informasi secara objektif sebagai berikut:
1. Besarnya pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1) yang
secara langsung mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
mencantumkan NPWP dalam validasi SSB (Y) adalah 266,1 2 =
1,602756, dengan nilai probabilitas Sig lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,00
maka pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam validasi SSB
adalah signifikan.
2. Besarnya pengaruh e-Registration (X2) yang secara langsung
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
validasi SSB (Y) adalah 2267,0 = 0,071289, dengan nilai
probabilitas Sig lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,047 maka pengaruh e-
−
98
Registration terhadap Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam validasi SSB adalah signifikan.
3. Besarnya pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1) dan
e-Registration (X2) berpengaruh secara simultan yang langsung
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
validasi SSB (Y) adalah 0,998 = 99,8%, sedangkan sisanya sebesar
0,2% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Angka
koefisien korelasi (R) pada tabel 4.4 sebesar 0,999.
Tabel 4.7 Koefisien Jalur , Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh bersama
Penerpan Peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1) dan e-Registration (X2) Mempengaruhi secara Signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
mencantumkan NPWP dalam validasi SSB (Y).
Variabel Koefisien Jalur Langsung Total
Pengaruh Bersama
( ) 2yxkR
X1 1,266 1,266 1,266 -
X2 -0,267 -0,267 -0.267 -
€1 0,044 1-0,998 = 0,002 - -
X1dan X2 - - - 0,998
Sumber : Data Sekunder yang diolah
99
a. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa
jauh variabel-variabel independen, yaitu Peraturan DJP No.35 (X1) dan e-
Registration (X2) dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu: Kepatuhan
wajib pajak (Y1). Hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada
tabel 4.4.
2. Sub-Struktur 2
Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y +ρzE2
Sumber: Riduwan Gambar 4.3
X1
Z Y
ρX1Z ɛ 2
ρzE2
ρyZ
ρX2Z
r12
X2 Hubungan struktur Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisen Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .894(a) .800 .787 50.893 a Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak (Y), e-Ragistration (x2), Penerapan
Peraturan DJP (x1) b. Dependent Variabel: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah
Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai koefesien Adjusted R
Square adalah sebesar 0,800, hal ini berarti 80% variabel pembuatan
100
kartu NPWP dapat dijelaskan oleh variabel peraturan DJP No.35, e-
Registration dan kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP dalam
melakukan validasi SSB. Sedangkan sisanya (100% - 80% = 20%).
dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar penelitian ini, seperti yang kita
ketahui kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP secara tidak
langsung membuat jumlah pembuatan NPWP meningkat seperti telah di
bahas dalam bab sebelumnya variabel/faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak ada 3 yaitu, aspek yuridis (prosedur), aspek
psikologis (kesadaran), dan aspek sosilologis (kebijakan fiskal,
ekstensfikasi), berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Marcus (STAN,
2005) ekstensifikasi sangat berperan dalam mempengaruhi jumlah
pembuatan kartu NPWP yaitu mencapai 34%, hal ini diperkuat oleh
kondisi nyata di lapangan yang di hadapi penulis bahwa usaha yang
dilakukan DJP melakukan ekstensifikasi telah banyak menjaring wajib
pajak baru, jadi selain peraturan DJP No.35, e-Registration dan kepatuhan
wajib pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan validasi SSB jumlah
pembuatan kartu NPWP juga dipengaruhi aspek sosilologis (kebijakan
fiskal, ekstensfikasi ) yang mencapai 20%. Angka koefisien korelasi (R)
pada tabel 4.8 sebesar 0,894 menunjukan bahwa hubungan antara
peraturan DJP No.35, e-Registration dan kepatuhan wajib pajak
mencantumkan NPWP dalam melakukan validasi SSB dengan jumlah
pembuatan kartu NPWP adalah kuat karena memiliki nilai koefisien
101
korelasi diatas 0,5, dan hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Marcus (STAN, 2005).
b. Pengujian secara individual sub struktur 2 (Uji t)
a. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 berpengaruh secara
signifikan terhadap pembuatan kartu NPWP.
Hipotesis statistik
Ha : ρ x1 z > 0
H0 : ρ x1 z = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 berpengaruh secara
signifikan terhadap pembuatan kartu NPWP.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pembuatan kartu NPWP.
b. e-Registation berpengaruh secara signifikan terhadap
pembuatan kartu NPWP.
Hipotesis statistik
Ha : ρ x2 z > 0
H0 : ρ x2 z = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap
pembuatan kartu NPWP.
Ho : e-Registration tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pembuatan kartu NPWP.
102
c. Kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP dalam
melakukan validasi SSB berpengaruh secara signifikan
terhadap pembuatan kartu NPWP.
Hipotesis statistik
Ha : ρ yz > 0
H0 : ρ yz = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 berpengaruh
secara signifikan terhadap pembuatan kartu NPWP.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35 tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pembuatan kartu NPWP.
Tabel 4.9 Coefficients(a) Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2765.90
3 531.926 5.200 .000
peraturan -7.083 3.404 -4.762 -2.081 .043 Eregistratio
n -4.243 2.100 -2.791 -2.021 .049
kepatuhan 8.588 1.520 8.333 5.650 .000 a Dependent Variable: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel koefesien merupakan hasil pengujian antara variabel
dependen pembuatan kartu NPWP dengan variabel independen secara
individu/parsial yang dilakukan uji t, hasil pengujian tersebut.
103
1) Hasil pengujian variabel Peraturan DJP No.35 mempunyai nilai
signifikan 0,043 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,043,
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur
adalah signifikan. Jadi Peraturan DJP No.35 berpengaruh secara
signifikan terhadap jumlah pembuatan kartu NPWP.
2) Hasil pengujian variabel e-Registration mempunyai nilai signifikan
0,049 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,049, maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur adalah
signifikan. Jadi e-Registration berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah pembuatan kartu NPWP.
3) Hasil pengujian variabel kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP
dalam melakukan validasi SSB mempunyai nilai signifikan 0,000 lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000, maka Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi
Kepatuhan wajib pajak mencantumkan NPWP dalam melakukan
validasi SSB berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
pembuatan kartu NPWP.
c. Pengujian secara simultan sub struktur 2 a. Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam Validasi
SSB berpengaruh secara simultan dan signfikan terhadap
Pembuatan Kartu NPWP.
Hipotesa secara statistik :
Ha : ρx1z = ρx2z = ρyz ≠ 0
104
Ho: ρx1y = ρx2y = ρyz = 0
Hipotesa bentuk kalimatnya:
Ha : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak Mencantumkan NPWP dalam
Validasi SSB berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
Ho : Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No 35, e-Registration dan
Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
Validasi SSB tidak berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap Pembuatan Kartu NPWP.
Tabel 4.10 ANOVA(b)
Model
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 476901.217 3 158967.072 61.374 .000(a)
Residual 119146.403 46 2590.139
Total 596047.620 49
a Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak (Y), e-Rgistration (X2), Penerapan Peraturan DJP(X1)
b Dependent Variable: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 61.374 dengan nilai
probabilitas (sig) = 0.000, karena nilai sig < 0,05, maka keputusannya
adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh sebab itu , pengujian secara
individual dapat dilakukan.
Kerangka hubungan kausal empiris antara X1, X2 dan Y terhadap
Z dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut.
105
Struktur: Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y +ρzE2
= -4,762X1 + -2.791X2 +8,333Y+0E2
R Square = 0,800
ρyE = 800,01− = 200,0 = 0.4472
Sumber: Data Sekunder yang diolah
X1
X2
Z Y
ρX1Z = -4,762 ɛ 2 = 0,4472
ρzE2 ρyZ = 8,333
ρX2Z = -2, 791
r12
Gambar 4.4 Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris X1,X2 dan Y terhadap Z
Memaknai hasil analisis jalur
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktur tersebut, maka
memberikan informasi secara objektif sebagai berikut:
1. Besarnya pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1) yang
secara langsung mempengaruhi Pembuatan kartu NPWP (Z) adalah
762,4 2− = 22,676644, dengan nilai probabilitas Sig lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,043 maka pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak
No.35 terhadap Jumlah pembuatan kartu NPWP adalah signifikan.
106
2. Besarnya pengaruh e-Registration (X2) yang secara langsung
mempengaruhi Pembuatan kartu NPWP (Z) adalah - 2791,2 =
7,789681, dengan nilai probabilitas Sig lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,049 maka pengaruh e-Registration terhadap jumlah pembuatan kartu
NPWP adalah signifikan.
3. Besarnya pengaruh kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam validasi SSB (Y) yang secara langsung mempengaruhi
Pembuatan kartu NPWP (Z) adalah adalah 2333,8 = 69,438889,
dengan nilai probabilitas Sig lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 maka
pengaruh kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
validasi SSB terhadap jumlah pembuatan kartu NPWP adalh
signifikan.
4. Besarnya pengaruh penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1),e-
Registration (X2) dan Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam Validasi SSB (Y) berpengaruh secara simultan yang langsung
mempengaruhi Pembuatan kartu NPWP (Z) adalah 0,800 = 80 %
hanya sebagian kecil yang dipengaruhi faktor-faktor lain di luar
penelitian ini. Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.8 sebesar
0.894 menunjukan bahwa hubungan antara penerapan peraturan Dirjen
Pajak, e-Registration dan kepatuhan wajib pajak mencantumkan
NPWP dalam Validasi SSB dengan pembuatan kartu NPWP adalah
kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,5.
107
Tabel 4.11 Koefisien Jalur , Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh
bersama Penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1), e-Registration (X2) dan Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB (Y)
Mempengaruhi secara Signifikan terhadap Pembuatan kartu NPWP (Z).
Variabel Koefisien jalur
Langsung Total PengaruhBersama
X1 -4,762 -4,762 -4,762 _
X2 -2,791 -2,791 -2,791 _
Y 8,333 8,333 8,333 _
€2 0 1-0,800 = 0,200
_ _
X1,X2 dan Y _ _ _ 0,800
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Hasil tes statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan sebelum
dan sesudah adanya penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35, e-
Registration terhadap kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP
dalam melakukan Vanidasi SSB serta dampaknya terhadap pembuatan
kartu NPWP.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, bisa terlihat bahwa pada
saat sebelum adanya peraturan Dirjen Pajak No.35, pendaftaran NPWP
secara manual Wajib Pajak cenderung tidak patuh mencantumkan NPWP
dan pembuatan kartu NPWP pun jumlahnya tidak signifikan, ini
dikarenakan proses pendaftaran sampai pembuatan kartu NPWP
108
memerlukan waktu yang lama. Lampiran pendukung yang dibutuhkan
dalam pendaftaran NPWP terbilang rumit dan jumlahnya sangat banyak.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menghambat Wajib Pajak
untuk patuh mencantumkan NPWP dalam proses Validasi SSB dan
peningkatan pembuatan kartu NPWP.
Adanya peraturan Dirjen Pajak No.35 dan program e-Registration
memberikan kemudahan wajib pajak dalam mendaftar NPWP dan
meningkatkan pembuatan kartu NPWP, adanya e-Registration cenderung
membuat Wajib Pajak patuh untuk mencantumkan NPWP dalam proses
Validasi SSB dan meningkatnya pembuatan kartu NPWP.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya jelas bahwa penerapan
peraturan Dirjen Pajak No.35 dan program e-Registration hendaknya lebih
efektif dan terus berkembang positif agar dapat membantu
mengoptimalkan pelaksanaan/penerapan peraturan perpajakan serta
timbulnya kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak melalui sikap
kesadaran dan kejujuran dalam mencantumkan NPWP dalam melakukan
proses Validasi SSB.
109
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan paparan dalam bab-bab sebelumnya, maka
diperoleh beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagaimana berikut:
1. Terlihat bahwa sebelum adanya peraturan Dirjen Pajak No.35 dan
pendaftaran NPWP secara manual wajib pajak cenderung tidak patuh
mencantumkan NPWP pada saat melakukan Validasi SSB dikarenakan
prosedur untuk mendaftar sampai proses pembuatan NPWP sangat rumit,
hal itu yang membuat wajib pajak enggan membuat NPWP, dan
dampaknya adalah pada saat validasi SSB banyak yang tidak
mencantumkan NPWP serta terhadap pembuatan kartu NPWP adalah
jumlah pembuatan kartu NPWP yang tidak signifikan (tidak sebanding
dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar). Adanya penerapan peraturan
Dirjen Pajak No 35 dan program e-Registration memberikan kemudahan
wajib pajak dalam pendaftaran NPWP, sehingga membuat wajib pajak
patuh untuk mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB dan berdampak
pada peningkatan pembuatan NPWP.
2. Jumlah sampel (N) yang digunakan berjumlah 50 sampel (Wajib Pajak
yang mewakili tiap-tiap kelurahan yang merupakan wilayah kerja KPP
Pratama Serpong), untuk model summary substruktur 1 tingkat R Square
mencapai 99,8% itu berarti penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1)
dan e-Registration (X2) berpengaruh secara simultan yang langsung
110
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
validasi SSB (Y), untuk substruktur 2 tingkat R Square mencapai 80% itu
berarti penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 (X1), e-Registration (X2)
dan Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam Validasi SSB
(Y) berpengaruh secara simultan yang langsung mempengaruhi
Pembuatan kartu NPWP (Z), hanya sebagian kecil yang dipengaruhi
faktor-faktor lain di luar penelitian ini, hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yamg dilakukan sebelumnya oleh Markus (STAN,2005).
3. Untuk tingkat signifikansi substruktur 1 Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
Tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 11738.186 dengan nilai probabilitas
(sig) = 0.000, karena nilai sig < 0,05, maka keputusannya adalah Ho
ditolak dan Ha diterima. Oleh sebab itu , pengujian secara individual dapat
dilakukan. Nilai signifikan ρx1y X1 0.000 lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau nilai 0,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti koefisien analisis jalur adalah signifikan, nilai signifikan ρx2y X2
0,047 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,047 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur adalah
signifikan.
4. Untuk tingkat signifikansi substruktur 2 Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y
+ρzE2 Tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 61.374 dengan nilai
probabilitas (sig) = 0.000, karena nilai sig < 0,05, maka keputusannya
adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh sebab itu , pengujian secara
111
individual dapat dilakukan. Nilai signifikan ρx1z X1 0,043 lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,043 maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti koefisien analisis jalur adalah signifikan, nilai signifikan ρx2z
X2 0,049 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,049 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti koefisien analisis jalur adalah
signifikan, nilai signifikan ρyz Y 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas
0,05 atau nilai 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
koefisien analisis jalur adalah signifikan.
B. Implikasi
Terdapat hubungan yang erat atau terdapat pengaruh antara sebelum
dan sesudah adanya penerapan peraturan Dirjen Pajak No.35 dan program e-
Registration terhadap Kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan NPWP dalam
melakukan Validasi SSB dan dampaknya terhadap pembuatan kartu NPWP.
Hal ini karena, sebagian wajib pajak telah memahami dan melaksanakan
kewajibannya sebagaimana tertuang dalam peraturan Dirjen Pajak No.35
Wajib Pajak wajib mencantumkan NPWP pada saat melakukan Validasi
SSB (transaksi > Rp.60.000.000) dan berdasarkan KEP-173/PJ./2004 bahwa
Wajib Pajak dapat melakukan pendaftaran NPWP secara online melalui
perusahaan ASP yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Peraturan Dirjen Pajak
No.35 secara tidak langsung memaksa wajib pajak untuk patuh
mencantumkan NPWP pada saat melakukuan Validasi SSB, e-Registration
memberikan kemudahan dalam pendaftran NPWP, hal ini akan berdampak
112
pada perkembangan pelayanan yang semakin baik dan akan berpengaruh
pada penerimaan negara. Berdasarkan hasil penelitian dan indikasi yang
diperoleh maka sudah selayaknya pemerintah membuat pelayanan sejenis
program e-Registration yang memberi kemudahan kepada wajib pajak.
Perbedaan hasil penelitian yang diperoleh dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu pada penelitian sebelumnya hanya dipaparkan mengenai
prosedur penggunaan e-Registration sedang dalam penelitian ini, membahas
prosedur dan uji statistik akan kepatuhan Wajib Pajak mencantumkan
NPWP dalam Validasi SSB dan dampaknya teradap pembuatan kartu NPWP
sebelum dan sesudah adanya penerapan Peraturan Dirjen Pajak No.35 dan e-
Registration. Penelitian ini mempunyai implikasi yang luas untuk penelitian
selanjutnya yaitu membahas secara mendalam mengenai reformasi
administrasi Perpajakan yang merupakan salah inti dalam program e-
Registration.
C. Saran
1. Bagi Fiskus (Aparat Pajak)
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat menghimbau melalui
aparat pajak dengan melakukan sosialisai berupa pemahaman secara
mendalam peraturan Dirjen Pajak No.35 dan mengenai e-registration
terhadap Wajib Pajak agar dapat menerapkan e-registration dalam
pendaftaran NPWP.
113
2. Bagi Wajib Pajak
Wajib Pajak menggunakan e-Registration dalam pendaftaran
NPWP karena mudah dan praktis melalui internet tanpa harus
berhubungan langsung dengan petugas pajak. Data yang disampaikan
melalui e-Registration aman karena pada saat menggunakannya Wajib
Pajak diperkuat dengan adanya sertifikat yang berfungsi sebagai
pengaman data pendaftaran NPWP sehingga ASP tidak dapat membaca
formulir Pendaftaran NPWP.
3. Pemerintah
a. Pemerintah dapat mendukung program e-Registration dengan
menetapkan UU dalam dunia internet (cyber law) supaya adanya
sanksi yang diberikan apabila ada pembajakan data pendaftran
NPWP.
b. Diharapkan adanya upaya pemerintah dalam mempercepat akses
untuk internet.
c. Diharapkan adanya upaya dari pemerintah untuk terus
mensosialisasikan peraturan Dirjen Pajak No.35, dan program e-
Registration untuk menggugah wajib Pajak untuk patuh membuat
kartu NPWP serta menggunakanya dalam setiap administrasi
perpajakan khususnya pada saat melakukan Validasi SSB.
114
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, P.J.A. “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Yogyakarta, 2006
Bird, Richard, M. dan M. Casanegra de Jantscher, 2003. Improving Tax Administration in Developing Countries. International Monetary Fund, Washington DC.
Brotodiharjo, R. Santoso. “Pajak dan Pembangunan”, Universitas Parahyangan,
Bandung, 2004 Direktorat Jendral Pajak.”Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor : KEP-
35//PJ/2005” tanggal 9 September 2005 tentang Kewajiban Pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak Dalam Rangka Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”,
Universitas Dipenegoro, Semarang, 2001 Indriantoro Nur, Bambang Supomo. ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE Yogyakarta, 2003 Juwita, Tri. ”Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Adanya Program e-Filing,
e-Registration Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Penyampaian SPT Masa PPN”. Fakultas Ekonomi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 173/PJ./2004 tanggal 29 Februari
2004, “ Tentang Pendaftaran NPWP Secara Elektronik”. Keputusan Menteri Keuangan RI No 516 / KMK. 04 / 2000, “Tentang Tata Cara
Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan”.
NN .”Ditjen Pajak Luncurkan e-Registration dan e-Filing” News Indo Pos, 25
januari-2005, Artikel diakses tanggal 28 Nopember 2009, dari http://www.pajak2000.com/news_print.php?id=22
Pemerintah RI, Undang-undang No.6 Tahun 1983. “tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No 16 Tahun 2007”.
Pemerintah RI, Undang-undang No.29 Tahun 2000. “Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan tentang Objek Pajak BPHTB”.
115
Purnomo, Hadi. ”Ditjen Pajak Luncurkan e-Registration” News Indo Pos, 25 Januari-2005, Artikel diakses tanggal 28 Nopember 2008, dari http://pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0105/25/0104.htm
Resmi, Siti. ”Perpajakan Teori dan Kasus”, Buku 1, Edisi, 2, PT Salemba Empat,
Jakarta, 2007 Riduwan. ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”, Buku 1, Edisi, 2,
Alfabeta, Bandung, 2007 Soemitro, Rochmat, Prof. Dr., S.H., “Pengantar Singkat Hukum Pajak”,
(Bandung: PT Eresco,2005), hal, 12. Silviani. ”Perpajakan”, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta, 2005 Singgih, Santoso. “SPSS Versi 12 Mengolah Data Statistik Secara Profesional”,
PT Alex Media Kumpotindo, Jakarta, 2001 Suandy, Erly, “Perpajakan”, (Jakarta:PT Salemba Empat Patria,2004), hal.169. Summers, H.Lawrence, Johannes F. Linn dan Shankar N.Acharya, 2002. Lesson
of the Tax Reform, World Bank, Washington. Taufan Sofyan, Marcus. ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak), STAN, Jakarta, 2005 Toshiyuki, Fushimi, 2001, Administrasi Perpajakan yang Semestinya (Semoga
Administrasi Perpajakan di Indonesia Terus Berkembang), Japan Internasional Cooperation Agency, Japan.
Zanah, Riyadul. ”Analisis realisasi anggaran BPHTB dan Kepatuhan Wajib
Pajak Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Tangerang Dua”, Fakultas Ekonomi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005
116
117
LAMPIRAN
Lampiran 2
Rincian Jumlah Sampel Penelitian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
No Nama WP/PKP Peraturan
DJP No35 (X1)
e-Registration
(X2)
Kepatuhan WP (Y1)
Pembuatan kartu NPWP
(Y2) 1 P.Cabe Ilir 788 792 792 800
2 B.Baru 796 802 802 700
3 P.Benda 800 806 808 650
4 Pam.Timur 806 812 814 530
5 Pam.Barat 816 818 826 528
6 B.Apus 818 824 828 535
7 P.Cabe Udik 824 826 834 545
8 Kedaung 828 838 840 550
9 Cipayung 840 850 856 555
10 P.Ranji 852 862 872 560
11 Sarua 860 864 882 570
12 Ciputat 862 872 892 580
13 Jombang 868 882 898 580
14 Rengas 878 890 910 590
15 Sawah Baru 896 906 920 595
16 Sawah 900 908 938 600
17 Cempaka Putih 908 920 948 595
18 Rempoa 894 904 936 610
19 Pisangan 900 908 946 615
119
20 Sarua Indah 908 914 954 630
21 Cirende 910 918 956 635
22 P.Aren 918 924 966 640
23 J.Mangu Timur 922 934 970 580
24 P.Btung 930 938 980 560
25 P.Kcang Timur 938 946 992 550
26 J.Mangu Barat 940 950 1000 600
27 P.Pucung 946 954 1010 660
28 P.Jaya 952 958 1016 680
29 Perigi 954 960 1020 700
30 Perigi Baru 962 964 1028 705
31 Pndk. Kacang Barat
964 966 1032 720
32 P.Karya 966 972 1036 730
33 Pndk.Kacang 972 974 1044 735
34 Ciater 976 978 1052 740
35 R.Buntu 978 980 1054 750
36 Cilenggang 980 986 1062 760
37 L.Gudang T 982 994 1070 780
38 Mekar Wangi 986 996 1074 785
39 Buaran 998 1008 1088 790
40 L.Gudang 1002 1008 1094 800
41 Pakulonan 1008 1010 1102 810
42 Jelupang 1012 1014 1108 815
120
121
43 L.Wetan 1016 1018 1112 820
44 R.Mekar Jaya 1018 1020 1116 835
45 L.Karya 1022 1024 1120 840
46 Serpong 1024 1026 1124 845
47 P.Jagung 1026 1028 1130 900
48 P.Jagung T 1030 1030 1136 845
49 Paku Jaya 1032 1032 1140 885
50 Pakualam 1038 1034 1148 750
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Lampiran 3 Path Analysis Tests 1. Sub- Struktur 1 Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρyE1
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
a Predictors: (Constant), e-Registration (x2), Penerapan Peraturan DJP (X1)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate 1
,999(a) ,998 ,998 4,884
b. Dependent Variabel: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah
Coefficients(a) Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -342.893 10.216 -33.565 .000 peraturan 1.827 .189 1.266 9.670 .000 eregistration -.394 .193 -.267 -2.042 .047
a Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 560043.266 2 280021.633 11738.186 .000(a) Residual 1121.214 47 23.856 Total 561164.480 49
a Predictors: (Constant), e-Registration (X2), Penerapan Peraturan DJP (X1) b Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Sumber : Data sekunder yang diolah
122
2. Sub-Struktur 2 Z = ρx1z X1 +ρx2z X2 +ρyz Y +ρzE2
Hasil Uji Koefisen Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .894(a) .800 .787 50.893 a Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak (Y), e-Ragistration (x2), Penerapan
Peraturan DJP (x1) b. Dependent Variabel: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah Coefficients(a) Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2765.90
3 531.926 5.200 .000
Peraturan -7.083 3.404 -4.762 -2.081 .043 eregistratio
n -4.243 2.100 -2.791 -2.021 .049
Kepatuhan 8.588 1.520 8.333 5.650 .000 a Dependent Variable: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.10 ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressi
on 476901.217 3 158967.072 61.374 .000(a)
Residual 119146.403 46 2590.139 Total 596047.620 49
a Predictors: (Constant), Kepatuhan Wajib Pajak (Y), e-Rgistration (X2), Penerapan Peraturan DJP(X1)
b Dependent Variable: Pembuatan kartu NPWP (Z) Sumber: Data sekunder yang diolah
123
Masuk ke Aplikasi e-Registration lewat http://www.pajak.go.id
Membuat Account Wajib Pajak Login ke Aplikasi e-Registration
124
Login ke Aplikasi e-Registration
125
Mengisi Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak
Mengisi Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak Secara Elektronik
Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak dan Menadatanganinya
126
Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak
dan Menadatanganinya
Mencetak Formulir Permohonan Registrasi Wajib Pajak dan Menadatanganinya
127
128
Mengirim Formulir Permohonan Registrasi yang telah ditandatangani
dan SKTS dengan melampirkan persyaratan lainnya ke KPP tempat Wajib Pajak Mendaftarkan diri
POS
129
Menerima Surat Keterangan Terdaftar yang Sudah ditandatangani Kasi TUP / Kasi Pelayanan dan Kartu NPWP Magnetik dari KPP terdaftar
POS
130
BAGAN ORGANISASI KPP PRATAMA SERPONG
117
Kepala Kantor KPP Pratama
PDI
Pendataan dan Penilaian
Sub Bagian Umum
Penetapan
Penerimaan
PST
Keberatan dan Pengurangan
Tata Usaha
Keuangan
Klasifikasi
Pemutakhiran Data
Pengolahan data
Dukungan Komputer
Ekstensifikasi
Restitusi
Pemantauan
Penagihan
Banding
Pengurangan
Pelayanan
Help Desk
Kanwil DJP Banten
118
BAGAN ORGANISASI DIREKTORAT TEKNOLOGI INFORMASI PERPAJAKAN
DIREKTORAT TEKNOLOGI INFORMASI PERPAJAKAN
SUBBAGIAN TATA USAHA
SUBDIREKTORAT PENDUKUNG
OPERASIONAL
SUBDIREKTORAT PEMANTAUAN SISTEM DAN INFRASTRUKTUR
SEKSI PEMANTAUAN KONFIGURASI DAN
KAPASITAS
SEKSI PEMANTAUAN KEAMANAN SISTEM
DAN JARINGAN KOMUNIKASI DATA
SEKSI PEMANTAUAN BASIS DATA
SEKSI PEMANTAUAN PENGOLAHAN DATA
DAN DOKUMEN
SEKSI PEMUTAKHIRAN DATA
ELEKTRONIK
SEKSI PEMUTAKHIRAN DATA
TAMPILAN
SEKSI PENGELOLAAN INTRANET DAN
INTERNET
SEKSI BIMBINGAN SISTEM
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUBDIREKTORAT PELAYANAN
OPERASIONAL
SEKSI PELAYANAN DUKUNGAN TEKNIS
SEKSI PELAYANAN SISTEM INFORMASI
SEKSI PELAYANAN JARINGAN
KOMUNIKASI DATA
SEKSI PELAYANAN APLIKASI