analisis pengaruh pemberdayaan masyarakat...

121
ANALISIS DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DELI SERDANG T E S I S Oleh: JAMES ERIK SIAGIAN 057018033 / EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository © 2008

Upload: vankiet

Post on 11-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN

TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Oleh:

JAMES ERIK SIAGIAN 057018033 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

ANALISIS DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN

TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Study Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JAMES ERIK SIAGIAN 057018033 / EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

Judul Penelitian : ANALISIS DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Nama : JAMES ERIK SIAGIAN Nomor Pokok : 057018033 Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Murni Daulay, MSi K e t u a

Drs. Iskandar Syarief, MA Anggota

Ketua Program Studi Direktur Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah pascasarjana

Dr. Murni Daulay, M.Si Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc

Tanggal lulus : 16 November 2007

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

Telah diuji pada, Tanggal : 16 November 2007 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : 1. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si. Anggota : 2. Drs. Iskandar Syarief, MA.

3. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec. 4. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si. 5. Drs. Rujiman, MA.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir

tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal

keinginanmu kepada Allah dalam

doa dan permohonan dengan

ucapan syukur.

Filipi 4 : 6

Kupersembahkan untuk orang-orang yang telah

mendukung dan selalu mendoakanku

- Kedua Orangtua dan Mertua

- Istriku Melfa Anita R Lumbanraja, SE

- Abang, Kakak dan adikku

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

ABSTRACT

Poverty is the most complex and cronic problem, therefore, to overcome the problem of poverty, appropriate analysis involving all components of problem and appropiate, sustainable and permanent solving strategy are needed. This study is carried out in the Sub-district of STM Hulu and Pantai Labu, Deli Serdang District because these two sub-district of the aid from the Sub-district Development Program (PKK).

The data for this study were primary data obtained through interviews with 91

heads of family (KK) in STM Hulu Sub-district and 98 heads of family in Pantai Labu Sub-district. The data obtained were analyzed by means of logit model.

The result of this study reveals that the probability of the success in

eliminating poverty through the basic social facility provision program is 7 times bigger than the success my be achieved without this program. The probability of success of the variable of economic facility in eliminating poverty is 14 times bigger and the success of the variable of job oppurtunity in eliminating poverty is 24 times bigger compared to the success may be achieved without job provision program in Pantai Labu Sub-district.

In conclusion, the provision of basic social facility, economic facility and job

oppurtunity through the Sub-district Development Program has a positive impact on poverty elimination in the Sub-district of STM Hulu and Pantai Labu.

Key words : Community Empowerment, Sub-district Development Program,

Poverty Elimination.

iii

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis, maka cara

penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Kecamatan STM Hulu dan Pantai Labu di Kabupaten Deli Serdang yang mendapat Bantuan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini.

Analisis penelitian ini menggunakan model logit, dengan menggunakan data

primer hasil wawancara dengan 91 KK di Kecamatan STM Hulu dan 98 KK di Kecamatan Pantai Labu.

Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan keberhasilan pengentasan

kemiskinan dengan adanya program penyediaan sarana sosial dasar sebesar 7 kali lebih besar dibandingkan tanpa adanya program penyediaan sarana sosial dasar. Demikian juga dengan variabel penyediaan sarana ekonomi mempunyai kemungkinan sebesar 14 kali berhasil mengentaskan kemiskinan, serta variabel lapangan kerja mempunyai kemungkinan sebesar 24 kali berhasil mengentaskan kemiskinan dibandingkan tanpa adanya program penyediaan lapangan kerja di Kecamatan Pantai Labu.

Disimpulkan penyediaan sarana sosial dasar melalui program pengembangan

kecamatan memberikan dampak positif terhadap pengentasan kemiskinan di Kecamatan STM Hulu dan Kecamatan Pantai Labu. Penyediaan sarana ekonomi melalui program pengembangan kecamatan memberikan dampak positif terhadap pengentasan kemiskinan di Kecamatan STM Hulu dan Kecamatan Pantai Labu. Penyediaan lapangan kerja melalui program pengembangan kecamatan memberikan dampak positif terhadap pengentasan kemiskinan di Kecamatan STM Hulu dan Kecamatan Pantai Labu. Kata-kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Program Pengembangan Kecamatan,

Pengentasan Kemiskinan

iv

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan

rahmat serta pertolonganNya, sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan mulai

dari perkuliahan pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, sampai dengan penyusunan tesis ini dengan judul:

Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan

Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli

Serdang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis

ini dapat terselesaikan.

Untuk itu perkenankan penulis memberikan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Murni Daulay, MSi, Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua

Komisi Pembimbing dengan penuh kearifan, kesabaran dan perhatian telah

berkenan memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga selesainya tesis

ini.

3. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku anggota pembimbing yang telah

memberikan tuntunan dan pengarahan dalam menyesaikan tesis ini.

v

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

4. Bapak Dr. Syaad Afifuddin, SE, MEc, selaku sekretaris Program Studi

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Administrasi Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan data

dalam penyusunan tesis ini.

7. Bapak Camat beserta Staf Kecamatan STM Hulu dan Pantai Labu yang telah

banyak memberikan bantuan informasi dan data dalam penyusunan tesis ini.

8. Terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis sampaikan kepada

Ibunda H. Br Sitorus yang senantiasa mendoakan, memberi semangat dan

bantuan moril dan materil kepada penulis dan Ayahanda L.Y. Siagian (alm)

yang telah memberikan teladan dan nasehat semasa hidupnya. Dan terima

kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Ayah mertua A. Lumbanraja

dan Ibu mertua S.M. Br Sitinjak (alm) atas doa dan perhatian serta bantuan

moril maupun materil mulai dari masa studi hingga penulisan tesis ini.

9. Teristimewa kepada Istriku tercinta Melfa Anita Rosmalinda Lumbanraja, SE

dengan setia dan penuh pengertian memberikan motivasi, dukungan doa mulai

dari masa studi sampai penulisan tesis ini

10. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Abanganda Jones Siagian, Philips Siagian, Nelson Siagian, Jos Siagian,

Kakanda Jenni Siagian, Lince Siagian dan Adik Corry Siagian atas doa dan

dorongan hingga selesainya tesis ini.

vi

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

11. Teman-teman mahasiswa, khususnya angkatan IX Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis

baik moril maupun materil.

Sebagai manusia yang tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan,

penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan

banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan tesis ini penulis mengharapkan

masukan dan kritik yang membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian

lebih lanjut. Kiranya Tuhan memberikan AnugerahNya kedapa semua pihak dan

memberkatinya.

Medan, November 2007 JAMES ERIK SIAGIAN

vii

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : James Erik Siagian 2. Tempat/Tanggal Lahir : Asahan, 15 Juli 1967

3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Status : Kawin 5. Agama : Kristen Protestan

6. Pekerjaan : Pegawai Swasta

7. Alamat : Jalan Punak No. 39 B Medan Petisah (20118) Telp 061.4156042

8. PENDIDIKAN a. SD : SD Negeri 010178 Desa Gajah Kabupaten Asahan

(1974-1980) b. SMP : SMP Karya Desa Gajah Kabupaten Asahan (1980-

1983) c. SMA : SMA Daerah Sei Bejangkar Kabupaten Asahan

(1983-1986) d. Strata.1 : Fakultas Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Universitas Darma Agung Medan (1986-1992) e. Strata.2 : Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan (2005-2007)

SKRIPSI/TESIS 1. Analisis Perencanaan Pondasi Tiang pada Dinding Penahan Tanah Cantilever

(Skripsi) 1992. 2. Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan

Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang (Tesis) 2007.

Medan, November 2007 JAMES ERIK SIAGIAN

viii

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... ii ABSTRAK ...................................................................................................... iii ABSTRACT .................................................................................................... iv PENGANTAR ................................................................................................ v RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

2.1 Kemiskinan .................................................................................... 11 2.2. Pendekatan Kemiskinan ................................................................. 12 2.3. Pengentasan Kemiskinan ................................................................ 17 2.4. Dimensi Kemiskinan di Indonesia dan Usulan Kerangka

Kebijakan ....................................................................................... 19 2.5. Sejarah Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia............. 25 2.6. Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan........................... 30 2.7. Program Pengembangan Kecamatan (PPK).................................... 34

2.7.1. Tahapan PPK......................................................................... 38 2.7.2. Pendanaan PPK ..................................................................... 41 2.7.3. Indikator Kinerja PPK........................................................... 45

2.8. Kerangka Konsep............................................................................ 47 2.9. Hipotesis Penelitian......................................................................... 48

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 49 3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 49 3.2. Waktu Penelitian ............................................................................. 49 3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 49 3.4. Populasi dan Sampel ....................................................................... 49

ix

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

3.5. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 52 3.6. Metode Analisis .............................................................................. 52 3.7. Model Analisis .............................................................................. 53 3.8. Uji Signifikan.................................................................................. 55 3.9. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................ 56

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 58

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 58 4.1.1. Kecamatan STM Hulu .......................................................... 58 4.1.2. Kecamatan Pantai Labu......................................................... 60

4.2. Mata Pencaharian ........................................................................... 61 4.2.1. Penduduk di Kecamatan STM Hulu ..................................... 61 4.2.2. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Pantai Labu...... 62

4.3. Karakteristik Responden ................................................................. 63 4.3.1. Karakteristik Responden di Kecamatan STM Hulu.............. 63 4.3.2. Karakteristik Responden di Kecamatan Pantai Labu............ 65

4.4. Kondisi Rumah4.3. Kondisi Sosial Ekonomi .................................. 67 4.4.1. Kondisi Sosial Ekonomi Responden di Kecamatan STM

Hulu....................................................................................... 67 4.4.2. Kondisi Sosial Ekonomi Responden di Kecamatan Pantai

Labu ...................................................................................... 70 4.5. Pendapatan Responden di Kecamatan STM Hulu .......................... 73

4.5.1. Pendapatan Responden di Kecamatan STM Hulu ................ 73 4.5.2. Pendapatan Responden di Kecamatan Pantai Labu .............. 74

4.6. Analisis Program Pengembangan Kecamatan untuk Pengentasan Kemiskinan .................................................................................... 75 4.6.1. Kecamatan STM Hulu .......................................................... 75 4.6.2. Kecamatan Pantai Labu......................................................... 73

4.7. Hasil Analisis Statistik ..................................................................... 76 4.7.1. Kecamatan STM Hulu .......................................................... 78 4.7.2. Hasil Analisis Kecamatan Pantai Labu................................. 85

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 93

5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 93 5.2. Saran................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95

x

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman

2.1. Cakupan Wilayah PPK (1998 2006) ....................................................... 38

2.2. Jumlah dan Sumber Dana PPK ................................................................. 42

3.1. Jumlah Rumah Tangga (RT) di Kecamatan STM Hulu.............................. 50

3.2. Jumlah Rumah Tangga (RT) sebagai Sampel di Kecamatan STM Hulu ................................................................................................... 51

3.3 Jumlah Rumah Tangga (RT) di Kecamatan Pantai Labu ........................... 51

3.4. Jumlah Rumah Tangga (RT) sebagai Sampel di Kecamatan Pantai Labu ................................................................................................. 52

4.1. Luas Wilayah dan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan STM Hulu...... 59

4.2. Luas Wilayah dan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Pantai Labu.... 61

4.3. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa di Kecamatan STM Hulu...... 62

4.4. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Pantai Labu.... 62

4.5. Kelompok Umur Responden di Kecamatan STM Hulu ............................. 63

4.6. Jenis Kelamin Responden di Kecamatan STM Hulu.................................. 64

4.7. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kecamatan STM Hulu............... 64

4.8. Pekerjaan Responden di Kecamatan STM Hulu......................................... 64

4.9. Tingkat Pendidikan Responden di Kecamatan STM Hulu ......................... 65

4.10. Kelompok Umur Responden di Kecamatan Pantai Labu ........................... 65

4.11 Jenis Kelamin Responden di Kecamatan Pantai Labu................................ 66

4.12. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kecamatan Pantai Labu............. 66

4.13. Pekerjaan Responden di Kecamatan Pantai Labu....................................... 66

4.14. Tingkat Pendidikan Responden di Kecamatan Pantai Labu ....................... 67

4.15. Kepemilikan Rumah Responden di Kecamatan STM Hulu ....................... 67

4.16. Lantai Rumah Responden di Kecamatan STM Hulu.................................. 68

4.17 Dinding Rumah Responden di Kecamatan STM Hulu ............................... 68

xi

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

4.18. Atap Rumah Responden di Kecamatan STM Hulu .................................... 68

4.19 Sarana Air Bersih Responden di Kecamatan STM Hulu............................ 69

4.20. Penerangan Responden di Kecamatan STM Hulu ...................................... 69

4.21 Bahan Bakar Rumah Tangga Responden di Kecamatan STM Hulu .......... 70

4.22 Kepemilikan Rumah Responden di Kecamatan Pantai Labu ..................... 70

4.23. Lantai Rumah Responden di Kecamatan Pantai Labu................................ 71

4.24 Dinding Rumah Responden di Kecamatan Pantai Labu............................. 71

4.25. Atap Rumah Responden di Kecamatan Pantai Labu .................................. 71

4.26. Sarana Air Bersih Responden di Kecamatan Pantai Labu.......................... 72

4.27. Penerangan Responden di Kecamatan Pantai Labu.................................... 72

4.28. Bahan Bakar Rumah Tangga Responden di Kecamatan Pantai Labu ........ 73

4.29. Pendapatan Responden di Kecamatan STM Hulu ...................................... 73

4.30. Kategori Kemiskinan Responden di Kecamatan STM Hulu ...................... 74

4.31 Pendapatan Responden di Kecamatan Pantai Labu .................................... 74

4.32. Kategori Kemiskinan Responden di Kecamatan Pantai Labu ................... 75

4.33. Penyediaan Sarana Sosial Dasar untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan STM Hulu ................................................................................ 75

4.34. Penyediaan Sarana Ekonomi untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan STM Hulu ................................................................................ 76

4.35. Penyediaan Lapangan Kerja untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan STM Hulu ................................................................................ 76

4.36. Penyediaan Sarana Sosial Dasar untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Pantai Labu .......................................................................... 77

4.37. Penyediaan Sarana Ekonomi untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Pantai Labu .............................................................................. 77

4.38. Penyediaan Lapangan Kerja untuk Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Pantai Labu .............................................................................. 78

4.39 Hasil Uji Regresi Logistic Kecamatan STM Hulu...................................... 85

4.40. Hasil Uji Regresi Logistic Kecamatan Pantai Labu.................................... 92

xii

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman

2.1. Perkembangan Persentase Angka Kemiskinan di Indonesia .............. 18

2.2. Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan ................................... 30

2.3. Fokus Penanggulangan Kemiskinan ................................................... 32

2.4. Struktur Manajemen PPK ................................................................... 40

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 47

xiii

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ........................................................................... 97

2. Print Out Hasil Tabel Frekuensi.......................................................... 99

3. Print Out Hasil Uji Regresi Logistic ................................................... 101

4. Master Data ......................................................................................... 107

xiv

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomena sepanjang sejarah Indonesia.

Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang

berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya

investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,

kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus

urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat

memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas. Kemiskinan,

menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup,

safety life, mempertaruhkan tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi

tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang

dikeluarkan. Para buruh tani desa bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima

upah yang sangat sedikit (Sahdan, 2004).

Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) memperoleh pekerjaan

yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan

hukum; (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk

memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang

terjangkau; (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan;

(6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan; (7) Hak rakyat

1 James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

2

untuk memperoleh keadilan; (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan publik dan pemerintahan; (9) Hak rakyat untuk berinovasi; (10) Hak rakyat

menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan; dan (11) Hak rakyat untuk

berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik (Sahdan,

2004).

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana

seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan

pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman

tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik

bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat

miskin ini, Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain;

pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income

approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan

pendekatan objective and subjective.

Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis, maka cara

penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan

semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat,

berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk

melacak persoalan kemiskinan, dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

3

dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan

berkesinambungan. Dari dimensi pendidikan misalnya, pendidikan yang rendah

dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu

kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dari dimensi ekonomi,

kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya

keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi kemiskinan. Faktor

kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan

tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tidak ada yang salah dan keliru

dengan pendekatan tersebut, tetapi dibutuhkan keterpaduan antara berbagai faktor

penyebab kemiskinan yang sangat banyak dengan indikator-indikator yang jelas,

sehingga kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi

permanen dan berkelanjutan (Sahdan, 2004).

Indonesia sedang berada di ambang era yang baru. Sesudah mengalami krisis

multi-dimensi (ekonomi, sosial, dan politik) pada akhir tahun 1990-an, Indonesia

sudah kembali bangkit. Secara garis besar, negeri ini telah pulih dari krisis ekonomi

yang menjerumuskan kembali jutaan warganya ke dalam kemiskinan pada tahun

1998 dan telah menurunkan posisi Indonesia menjadi salah satu negara

berpenghasilan rendah. Belum lama ini Indonesia telah berhasil kembali menjadi

salah satu negara berkembang berpenghasilan menengah. Angka kemiskinan yang

meningkat lebih dari sepertiga kali selama masa krisis telah kembali pada kondisi

sebelum krisis. Sementara itu, Indonesia telah mengalami transformasi besar di

bidang sosial dan politik, berkembang dengan demokrasi yang penuh semangat

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

4

dengan adanya desentralisasi pemerintahan, serta keterbukaan yang jauh lebih luas

dibandingkan dengan masa lalu (Steer, 2006).

Penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu (1) faktor

alamiah: kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai,

adanya bencana alam dan lain lain yang bermakna bahwa mereka miskin karena

memang miskin, dan (2) faktor non alamiah:akibat kesalahan kebijakan ekonomi,

korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya alam.

Jadi untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, langkah yang dilakukan tidak

lain daripada mempertimbangkan kedua faktor tersebut, yaitu mengubah kondisi

lingkungannya menjadi lebih baik, meningkatkan kualitas sumber daya manusianya,

dan melakukan perbaikan terhadap sistem yang ada melalui pemberantasan korupsi

dan menetapkan pengelola yang kompeten baik dari kemampuan, integritas, maupun

moral (Lubis, 2006).

Penanganan kemiskinan tentunya harus dilakukan secara menyeluruh dan

kontekstual. Menyeluruh berarti menyangkut seluruh penyebab kemiskinan,

sedangkan kontekstual mencakup faktor lingkungan si miskin. Beberapa di antaranya

yang menjadi bagian dari penanggulangan kemiskinan tersebut yang perlu tetap

ditindaklanjuti dan disempurnakan implementasinya adalah perluasan akses kredit

pada masyarakat miskin, peningkatan pendidikan masyarakat, perluasan lapangan

kerja dan pembudayaan entrepeneurship (Hureirah, 2005).

Selama tiga dekade, upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan

penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan,

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

5

perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir

melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan, penyuluhan

sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian cara dan strategi penanggulangan

kemiskinan tersebut, semuanya berorentasi material, sehingga keberlanjutannya

sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Di samping

itu, tidak adanya tatanan pemerintahan yang demokratis menyebabkan rendahnya

akseptabilitas dan inisiatif masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara

mereka sendiri (Hureirah, 2005).

Pemerintah menargetkan penurunan tingkat kemiskinan dari 16% di tahun

2005 menjadi 8,2% terhadap jumlah penduduk di tahun 2009. Selain itu, menurunkan

tingkat pengangguran dari 10,4 % tahun 2006 menjadi 5,1% terhadap 106,3 juta

orang jumlah angkatan kerja tiga tahun 2007 (Bappenas, 2004).

Dalam rangka mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia,

Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 September 2005 melalui Perpres Nomor

54 Tahun 2005 membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

yang merupakan penyempurnaan dan kelanjutan dari Keppres No. 124 Tahun 2001

jo. Keppres No. 8 tahun 2002 jo. Keppres No. 34 Tahun 2002 mengenai Komite

Penanggulangan Kemiskinan (KPK). Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(TKPK) ini merupakan forum lintaspelaku - forum nasional, forum regional dan/atau

forum nasional-regional - yang terdiri dari semua unsur, mulai dari pemerintah pusat

dan daerah, lembaga keuangan dan perbankan, usaha nasional, kelompok swadaya

masyarakat, akademisi, dan unsur masyarakat lainnya, untuk menggalang kontribusi

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

6

gagasan dan saran implementasi yang konstruktif dan maju, bagi peningkatan

keberhasilan penanggulangan kemiskinan

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan investasi Pemerintah

RI dalam bentuk aset, sistem pembangunan partisipatif dan kelembagaan. Program ini

bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui

peningkatan pendapatan masyarakat, penguatan kelembagaan masyarakat dan

pemerintah daerah, serta perwujudan prinsip-prinsip good governance. Melalui

program ini diharapkan terwujud sistem pengaturan dan pengurusan (governance

system) segala bentuk sumberdaya secara sehat, dimana semua pelakunya bersikap

saling memberdayakan, memperkuat dan melindungi (Indroyono, 2003).

Selama tiga tahun pertama disebut sebagai fase I PPK, dan pada masa yang

akan datang sebagai fase II, maka persoalan pada fase II perlu ditekankan pada

masalah-masalah pelembagaan dari tiga lembaga yang ditangani dalam program PPK,

yaitu: Musyawarah Antar Desa (forum UDKP), UPK (Unit Pengelola Keuangan) di

tingkat kecamatan, dan kelompok-kelompok masyarakat (target group). Dari sisi

kelembagaan, menurut moderator, perlu diperkuat keberadaan lembaga-lembaga yang

telah diberdayakan selama fase pertama (institutional strenghtening). Di samping itu,

saat ini muncul pemikiran tentang masa depan bentuk UPK (yang sekarang berubah

dari Unit Pengelola Keuangan menjadi Unit Pengelola Kegiatan) yang telah bertugas

melayani masyarakat selama 3-4 tahun terakhir. Terdapat 3 pilihan yang berkembang

diantara para pelaksana program PPK, yakni: berbadan usaha bank, koperasi, atau

lembaga keuangan bukan bank (LKBB) (Indroyono, 2003).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

7

Keberhasilan program PPK dapat dilihat dari hasil penelitian Fajar (2006),

menyimpulkan Prasarana transportasi jalan mempunyai peran yang sangat penting

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat kawasan perdesaan,hal ini

disebabkan dengan prasarana transportasi jalan yang baik mobilitas angkutan

komoditi dari lokasi produksi ke pusat perdagangan berjalan lancar.

Proporsi volume produksi terhadap volume perdagangan lebih unggul pada

kawasan perdesaan dengan prasarana transportasi memadai atau setiap komoditi

yang dihasilkan lebih berpeluang untuk dapat dipasarkan dibandingkan pada

kawasan perdesaan yang mempunyai prasarana transportasi jalan kurang

memadai. Pada desa yang memiliki prasarana transportasi jalan memadai,

mempunyai pertumbuhan ekonomi masyarakat yang lebih tinggi,hal ini

nampak dari tingginya proporsi persentase volume produksi terhadap volume

perdagangan dari semua komoditi andalan yang dihasilkan, yaitu setiap

pertumbuhan volume produksi sebesar 1,06%,akan mempunyai peluang untuk

dapat diperdagangkan sekitar 3,33%, dimana laju pertumbuhan perdagangan

adalah gambaran jumlah komoditi yang dapat dinilai dengan penerimaan,

sehingga peningkatan ekonomi masyarakat juga lebih baik. Sedangkan pada desa

yang memiliki prasarana transportasi jalan kurang memadai, mempunyai

pertumbuhan ekonomi masyarakat lebih lambat, hal ini nampak dari rendahnya

proporsi persentase pertumbuhan volume produksi terhadap volume perdagangan dari

semua komoditi andalan yang dihasilkan yaitu dari setiap pertumbuhan volume

produksi sebesar 1,46%, akan mempunyai peluang untuk dapat diperdagangkan

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

8

sebesar 2,67%, dimana peluang terjualnya suatu komoditi merupakan gambaran

penerimaan masyarakat Nampak bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan ekonomi di

kedua kawasan perdesaan yang disebabkan oleh perbedaan peluang perdagangan

sebagai akibat dari keadaan kondisi prasarana transportasi jalan.

Hasil survei pendahuluan di Kecamatan Pantai Labu dan STM Hulu

Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi pelaksanaan Program Pengembangan

Kecamatan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan untuk menggerakkan

perekonomian di kedua kecamatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penduduk.

Kecamatan Pantai Labu mempunyai penduduk dengan mata pencaharian

terbesar adalah petani dan nelayan, sehingga dana bantuan melalui progam PKK

digunakan untuk menunjang peningkatan kegiatan ekonomi para nelayan seperti:

peningkatan sarana dan prasarana irigasi dan peralatan penangkap ikan, sedangkan di

Kecamatan STM Hulu sebagian masyarakat mempunyai mata pencaharian di bidang

pertanian dan buruh, sehingga dana yang bersumber dari program PPK

dikembangkan untuk menunjang peningkatan kegiatan ekonomi pertanian dan buruh.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini adalah:

1. Berapa besar dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK) melalui

penyediaan sarana sosial dasar terhadap pengentasan kemiskinan di

Kabupaten Deli Serdang.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

9

2. Berapa besar dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK) melalui

penyediaan sarana ekonomi terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten

Deli Serdang.

3. Berapa besar dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK) melalui

penyediaan lapangan kerja terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten

Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini:

1. Untuk mengetahui dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

melalui penyediaan sarana sosial dasar terhadap pengentasan kemiskinan di

Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

melalui penyediaan sarana ekonomi terhadap pengentasan kemiskinan di

Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui dampak Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

melalui penyediaan lapangan kerja terhadap pengentasan kemiskinan di

Kabupaten Deli Serdang.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

10

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam evaluasi Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Deli Serdang.

2. Bahan perbandingan bagi peneliti lain.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan

Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan,

kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang

memasukkan aspek sosial dan moral. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan

bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu

masyarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan merupakan ketakberdayaan

sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintahan

sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi

(kemiskinan struktural). Tetapi pada umumnya, ketika orang berbicara tentang

kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan material. Dengan pengertian ini,

maka seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi

standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Ini yang sering

disebut dengan kemiskinan konsumsi. Memang definisi ini sangat bermanfaat untuk

mempermudah membuat indikator orang miskin, tetapi defenisi ini sangat kurang

memadai karena; (1) tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan; (2) dapat

menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi kemiskinan cukup

hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai; (3) tidak bermanfaat bagi

11

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

12

pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan lintas sektor, bahkan bisa

kontraproduktif (Sahdan, 2004).

2.2. Pendekatan Kemiskinan

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu

ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan

kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan

pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat

produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara

langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini,

menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk

membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan

sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis

untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini

menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam

pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai

pendekatan kesejahteraan (the welfare approach) menekankan pada penilaian

normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan

subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin

sendiri (Stepanek, 1985).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

13

Dari pendekatan-pendekatan tersebut, indikator utama kemiskinan dapat

dilihat dari; (1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; (2)

terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; (3) kurangnya kemampuan

membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5)

kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan

atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas;

(8) dan sebagainya.

Indikator-indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang

dibuat oleh Bappenas berikut ini;

a. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang

terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi

bayi, anak balita dan ibu. Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat

pendapatan terendah hanya mengkonsumsi 1.571 kkal per hari. Kekurangan

asupan kalori, yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60

persen penduduk berpenghasilan terendah (BPS, 2004);

b. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh

kesulitan mandapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan

kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan

kurangnya layanan kesehatan reproduksi; jarak fasilitas layanan kesehatan yang

jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di sisi lain, utilisasi rumah

sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin

cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Demikian juga persalinan

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

14

oleh tenaga kesehatan pada penduduk miskin, hanya sebesar 39,1 persen

dibanding 82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu

bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau 18,74 persen (2001) penduduk,

dan hanya sebagian kecil di antaranya penduduk miskin;

c. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan

oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya

pendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas,

tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung;

d. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap

aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama

bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan

pembantu rumahtangga;

e. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Masyarakat miskin yang

tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering

kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan

layak. Dalam satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan

fasilitas sanitasi yang kurang memadai;

f. Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih

terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya

mutu sumber air;

g. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin

menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah,

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

15

serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian.

Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap

tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluargannya untuk bekerja di atas

tanah pertanian;

h. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta

terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat miskin

yang tinggal di daerah perdesaan, kawasan pesisir, daerah pertambangan dan

daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai

sumber penghasilan;

i. Lemahnya jaminan rasa aman. Data yang dihimpun INDEF (Institute for

Development of Economics and Finance, 2004) menggambarkan bahwa dalam

waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban

10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah

pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada

lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik;

j. Lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan

hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan

menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam

pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam

perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai

kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang

memungkinkan keterlibatan mereka;

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

16

k. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan

keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.

Menurut data BPS, rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga

lebih besar daripada rumahtangga tidak miskin. Rumahtangga miskin di

perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota

rumahtangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, maka indikator utama kemiiskinan

adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan

rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu

layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya

perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan

perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya

kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan

hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber

daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12)

besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga;

(13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan

inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan

sosial terhadap masyarakat.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

17

2.3. Pengentasan Kemiskinan

Menurut Steer (2006), pengentasan kemiskinan tetap merupakan salah satu

masalah yang paling mendesak di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup

dengan penghasilan kurang dari US$2-per hari hampir sama dengan jumlah total

penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$2- per hari dari semua

negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk

mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi Nasional

Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Di samping turut menandatangani Tujuan

Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun 2015,

dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam

pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk

mengurangi angka kemiskinan dari 18,2% pada tahun 2002 menjadi 8,2% pada tahun

2009. Walaupun angka kemiskinan nasional mendekati kondisi sebelum krisis, hal ini

tetap berarti bahwa sekitar 40 juta orang saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.

Lagi pula, walaupun Indonesia sekarang merupakan negara berpenghasilan

menengah, proporsi penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$2-per

hari sama dengan negara-negara berpenghasilan rendah di kawasan ini, misalnya

Vietnam.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

18

Sumber: Steer, 2006.

Gambar 2.1. Perkembangan Persentase Angka Kemiskinan di Indonesia

Indonesia memiliki peluang emas untuk mengentaskan kemiskinan dengan

cepat dengan kondisi: (a) mengingat sifat kemiskinan di Indonesia, dengan

memusatkan perhatian pada beberapa bidang prioritas dapat diperoleh keberhasilan

dalam perang melawan kemiskinan dan rendahnya indikator-indikator pembangunan

manusia. (b) sebagai negara penghasil minyak dan gas bumi, Indonesia dalam

beberapa tahun ke depan akan meraih keuntungan dari peningkatan penerimaan

negara-sebesar US$10 milyar pada tahun 2006-berkat melonjaknya harga minyak dan

pengurangan subsidi BBM. (c) Indonesia bisa memetik manfaat yang lebih besar lagi

dari proses demokratisasi dan desentralisasi yang masih terus berlangsung (Steer,

2006).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

19

Indonesia telah memiliki sukses luar biasa dalam pengentasan kemiskinan

sejak tahun 1970an. Periode dari akhir tahun 1970an hingga pertengahan tahun

1990an dianggap sebagai episode pertumbuhan yang berpihak pada masyarakat

miskin (pro-poor growth) terbesar dalam sejarah perekonomian negara manapun,

dengan keberhasilan Indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan lebih dari

separuhnya. Setelah sempat meningkat selama krisis ekonomi (23 % lebih pada tahun

1999), angka kemiskinan pada umumnya tidak jauh dari angka-angka sebelum krisis

(16 % pada tahun 2005). Kunci dari pemulihan tersebut terletak pada stabilitas

ekonomi makro sejak pertengahan tahun 2001 dan penurunan harga barang, terutama

beras yang penting untuk konsumsi masyarakat miskin. Akan tetapi, walaupun ada

penurunan angka kemiskinan secara terus menerus, belum lama ini terjadi kenaikan

angka kemiskinan yang tak terduga. Penyebab utama terjadinya perubahan tersebut

diperkirakan adalah melonjaknya harga beras-diperkirakan kenaikan sekitar 33%

harga beras yang dikonsumsi oleh kaum miskin-antara bulan Februari 2005 dan

Maret 2006, yang sebagian besar menyebabkan peningkatan jumlah orang miskin

menjadi 17,75% (Steer, 2006).

2.4. Dimensi Kemiskinan di Indonesia dan Usulan Kerangka Kebijakan

Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia : (a) banyak rumah

tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP

US$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin

tetapi rentan terhadap kemiskinan (b) ukuran kemiskinan didasarkan pada

pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

20

Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat

dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar

serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia, (c) mengingat sangat luas

dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar

dari kemiskinan di Indonesia (Hasan, 2006).

Angka kemiskinan nasional menyembunyikan sejumlah besar penduduk yang

hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42% dari seluruh rakyat

Indonesia hidup di antara garis kemiskinan US$1- dan US$2-per hari-suatu aspek

kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia. Analisis menunjukkan

bahwa perbedaan antara orang miskin dan yang hampir-miskin sangat kecil,

menunjukkan bahwa strategi pengentasan kemiskinan hendaknya dipusatkan pada

perbaikan kesejahteraan mereka yang masuk dalam dua kelompok kuintil

berpenghasilan paling rendah. Hal ini juga berarti bahwa kerentanan untuk jatuh

miskin sangat tinggi di Indonesia: walaupun hasil survei tahun 2004 menunjukkan

hnya 16,7% penduduk Indonesia yang tergolong miskin, lebih dari 59 persen dari

mereka pernah jatuh miskindalam periode satu tahun sebelum survei dilaksanakan.

Data terakhir juga mengindikasikan tingkat pergerakan tinggi (masuk dan keluar)

kemiskinan selama periode tersebut, lebih dari 38 persen rumah tangga miskin pada

tahun 2004 tidak miskin pada tahun 2003 (Steer, 2006).

Menurut Atmawikarta (2007) kemiskinan dari segi non pendapatan adalah

masalah yang lebih serius dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan.

Apabila kita memperhitungkan semua dimensi kesejahteraan-konsumsi yang

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

21

memadai, kerentanan yang berkurang, pendidikan, kesehatan dan akses terhadap

infrastruktur dasar maka hampir separuh rakyat Indonesia dapat dianggap telah

mengalami paling sedikit satu jenis kemiskinan. Dalam beberapa tahun terakhir,

Indonesia memang telah mencapai beberapa kemajuan di bidang pengembangan

manusia. Telah terjadi perbaikan nyata pencapaian pendidikan pada tingkat sekolah

dasar; perbaikan dalam cakupan pelayanan kesehatan dasar (khususnya dalam hal

bantuan persalinan dan imunisasi); dan pengurangan sangat besar dalam angka

kematian anak. Akan tetapi, untuk beberapa indikator yang terkait dengan MDGs,

Indonesia gagal mencapai kemajuan yang berarti dan tertinggal dari negara-negara

lain di kawasan yang sama. Bidang-bidang khusus yang patut diwaspadai adalah:

a. Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-

tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun menderita gizi

buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama dalam tahun-tahun

terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.

b. Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di

kawasan yang sama: angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk

100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan enam kali

lebih besar dari Cina dan Malaysia; hanya sekitar 72% persalinan dibantu oleh

bidan terlatih.

c. Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah

menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara

kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55% yang lulus

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

22

SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor

yang sama.

d. Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk miskin.

Untuk kuintil paling rendah, hanya 48% yang memiliki akses air bersih di

daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan sebesar 78 %.

e. Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan puluh

persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di

perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik, sementara itu hanya

kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh

saluran pembuangan kotoran berpipa.

Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman antar

daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan adanya

perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar 57%

dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak memiliki akses terhadap

pelayanan infrastruktur dasar: hanya sekitar 50% masyarakat miskin di pedesaan

mempunyai akses terhadap sumber air bersih, dibandingkan dengan 80% bagi

masyarakat miskin di perkotaan (Chambers, 1988).

Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah, yakni walaupun tingkat

kemiskinan jauh lebih tinggi di Indonesia Bagian Timur dan di daerah-daerah

terpencil, tetapi kebanyakan dari rakyat miskin hidup di Indonesia Bagian Barat yang

berpenduduk padat. Contohnya, walaupun angka kemiskinan di Jawa/Bali relatif

rendah, pulau-pulau tersebut dihuni oleh 57% dari jumlah total rakyat miskin

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

23

Indonesia, dibandingkan dengan Papua, yang hanya memiliki 3% dari jumlah total

rakyat miskin (Kasryno, 1994).

Menurut Sahdan (2004), analisis kemiskinan dan faktor-faktor penentunya di

Indonesia, dan juga belajar dari sejarah pengentasan kemiskinan di Indonesia,

menunjuk kepada tiga cara untuk mengentaskan kemiskinan. Tiga cara untuk

membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi,

layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Masing-masing cara tersebut

menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu:

kerentanan, sifat multi-dimensi dan keragaman antar daerah. Dengan kata lain,

strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga

komponen:

a. Membuat Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin. Pertumbuhan

ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan kemiskinan.

Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin

merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan

proses pertumbuhan baik dalam konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam

berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat mendasar

dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam menangani ciri

kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi

pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta

kerentanan kemiskinan.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

24

b. Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin. Penyediaan layanan

sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor swasta-

adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. (a) hal itu merupakan

kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan kemiskinan di Indonesia.

Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya Angka Kematian

Ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia

untuk masyarakat miskin. Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang bekaitan

dengan pengeluaran pemerintah, karena berkaitan dengan perbaikan sistem

pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses

kepemerintahan. (b) ciri keragaman antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh

perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan

adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusia di berbagai

daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat

miskin merupakan kunci dalam menangani masalah kemiskinan dalam konteks

keragaman antar daerah.

c. Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin. Di samping

pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran

pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam

menghadapi kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan). (a)

pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan

terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan

sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

25

ketidakpastian ekonomi. (b) pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk

memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat

mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Membuat pengeluaran

bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama

mengingat adanya peluang dari sisi fiskal yang ada di Indonesia saat kini.

2.5. Sejarah Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan sejak

tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang tertuang

dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede). Namun

program tersebut terhenti di tengah jalan akibat krisis politik tahun 1965. Sejak tahun

1970-an pemerintah menggulirkan kembali program penanggulangan kemiskinan

melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), khususnya Repelita I-IV

yang ditempuh secara reguler melalui program sektoral dan regional (Ditjen PMD,

2006).

Pada Repelita V-VI, pemerintah melaksanakan program penanggulangan

kemiskinan dengan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan sosial-

ekonomi. Jalur pembangunan ditempuh secara khusus dan mensinergikan program

reguler sektoral dan regional yang ada dalam koordinasi Inpres Nomor 5 Tahun 1993

tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan yang akhirnya diwujudkan melalui

program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Upaya selama Repelita V-VI pun gagal akibat

krisis ekonomi dan politik tahun 1997 (Ditjen PMD, 2006).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

26

Selanjutnya guna mengatasi dampak krisis lebih buruk, pemerintah

mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dikoordinasikan melalui

Keppres Nomor 190 Tahun 1998 tentang Pembentukan Gugus Tugas Peningkatan

Jaring Pengaman Sosial. Pelaksanaan berbagai kebijakan penanggulangan

kemiskinan dan kendala pelaksanaannya selama 40 tahun terakhir meyakinkan

pemerintah bahwa upaya penanggulangan kemiskinan dianggap belum mencapai

harapan (Ditjen PMD, 2006).

Melihat semakin urgennya permasalahan Kemiskinan di Indonesia maka

melalu Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001 junto Nomor 34 dan Nomor 8

Tahun 2002 maka dibentuklah Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) yang

berfungsi sebagai forum lintas pelaku dalam melakukan koordinasi perencanaan,

pembinaan, pemantauan dan pelaporan seluruh upaya penanggulangan kemiskinan.

Untuk lebih mempertajam keberadaan Komite Penanggulangan Kemiskinan maka

pada tanggal 10 September 2005 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Keberadaan

TKPK diharapkan melanjutkan dan memantapkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh

KPK. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tugas dari TKPK

adalah melakukan langkah-langkah konkret untuk mempercepat pengurangan jumlah

penduduk miskin di seluruh wilayah NKRI melalui koordinasi dan sinkronisasi

penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan

(Ditjen PMD, 2006).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

27

Program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilaksanakan antara lain

P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE (Kelompok

Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam Koperasi Unit

Desa), UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT (Pengembangan

Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), P3DT (Pembangunan Prasarana

Pendukung Desa Tertinggal), PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P2KP

(Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan

Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi), P2MPD (Proyek Pembangunan

Masyarakat dan Pemerintah Daerah), dan program pembangunan sektoral telah

berhasil memperkecil dampak krisis ekonomi dan mengurangi kemiskinan (Ditjen

PMD, 2006).

Program penanggulangan kemiskinan dilakukan juga oleh koordinasi Bank

Indonesia melalui berbagai program keuangan mikro (microfinance) bersama bank-

bank pembangunan daerah (BPD) dan bank-bank perkreditan rakyat (BPR) bekerja-

sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana

dan Kredit Perdesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Selain

itu beberapa lembaga keuangan milik pemerintah (Badan Usaha Milik Negara,

BUMN) maupun milik swasta atas inisiatif sendiri menyelenggarakan pula program

keuangan mikro dengan berbagai variasi dan kekhasan masing-masing lembaga

keuangan itu. Demikian pula kalangan usaha nasional non-lembaga keuangan, baik

milik pemerintah (BUMN) maupun bukan milik swasta telah mengambil inisiatif

melakukan upaya penanggulangan kemiskinan melalui beragam program, mulai dari

bantuan sosial hingga bantuan ekonomi (Ditjen PMD, 2006).

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

28

Berdasarkan pemikiran tersebut maka Presiden Republik Indonesia

membentuk sebuah Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) melalui Keppres 124

Tahun 2001 jo. No.8 Tahun 2002 yang secara khusus menyelenggarakan upaya

penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang dilakukan oleh forum yang bertujuan

meningkatkan pendapatan rakyat miskin dan menurunkan populasi penduduk miskin

secara signifikan. KPK bukanlah lembaga baru karena hanya menjalankan fungsi

sebagai forum koordinasi yang mengkoodinasikan penajaman berbagai upaya

penanggulangan kemiskinan di semua jalur pembangunan dan di setiap lapisan

penyelenggara pembangunan. Salah satu strategi penanggulangan kemiskinan adalah

peningkatan produktivitas melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Komite penanggulangan kemiskinan bersifat ad-hoc dan bukan merupakan

lembaga baru karena merupakan forum koordinasi yang mensinergiskan dan

menajamkan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di semua jalur

pembangunan dan di setiap lapisan penyelenggara pembangunan. TKPK merupakan

forum lintas pelaku yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi untuk

melakukan penajaman kebijakan, strategi dan program penanggulangan kemiskinan.

Koordinasi lintas pelaku diharapkan dapat mewujudkan efektivitas pencapaian

sasaran penanggulangan kemiskinan. TKPK mempunyai kedudukan langsung di

bawah Presiden Republik Indonesia dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden Republik Indonesia.

TKPK mempunyai tugas untuk melakukan langkah-langkah konkrit untuk

mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia melalui koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

29

pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dalam melaksanakan

tugas tersebut, TKPK menyelenggarakan fungsi ; a) koordinasi dan sinkronisasi

penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan; b)

pemantauan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan sesuai karakteristik dan potensi

di daerah dan kebijakan lanjutan yang ditetapkan daerah dalam rangka

penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing.

Program itu untuk menyinkronkan program pengentasan kemiskinan yang

dimiliki semua departemen. Program pengentasan kemiskinan yang ada di setiap

departemen saat ini belum menyatu sehingga pembiayaan daerah tidak merata.

Program ini akan menyatukan setiap kegiatan departemen, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemeliharaan hasil pembangunan.

Saat ini secara substansial telah terjadi perubahan terhadap paradigma

penanggulangan kemiskinan, yaitu menjadi suatu gerakan nasional yang dilakukan

oleh masyarakat dengan subyek sasaran pada aspek manusianya, kelompok sasaran

adalah kelompok masyarakat miskin potensial produktif dan proses pelaksanaan

kegiatan dilakukan secara mandiri oleh kelompok masyarakat miskin dalam wadah

kelompok masyarakat (pokmas) dengan menggunakan mekanisme musyawarah

mufakat. Kegiatan tersebut berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Paradigma baru dalam penanggulangan kemiskinan adalah berdasarkan

prinsip-prinsip adil dan merata, partisipatif, demokratis mekanisme pasar, tertib

hukum, dan saling percaya yang menciptakan rasa aman. Berdasarkan prinsip-prinsip

dalam paradigma baru tersebut, kini pendekatan yang perlu digunakan dalam rangka

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

30

upaya penanggulangan kemiskinan adalah pemberdayaan masyarakat yang

menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah

sebagai fasilitator dan motivator dalam pembangunan.

Sumber: Ditjen PMD, 2006.

Gambar 2.2. Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan

2.6. Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan

Untuk lebih meningkatkan efektivitas program penanggulangan kemiskinan

maka penduduk miskin dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu (a) Usia

SASARAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

LANGKAH

PERUBAHAN STRUKTUR MANUSIA

KESEMPATAN KERJA/BERUSAHA PENINGKATAN KAPASITAS/PENDAPATAN

PERLINDUNGAN SOSIAL/KESEJAHTERAAN

FOKUS Penduduk Miskin Produktif

PERAN STAKEHOLDER

PEMERINTAH : FASILITATOR MASYARAKAT : PELAKU USAHA PERBANKAN : PEMBIAYAAN KK MEDS : PENDAMPING

TUJUAN

MASYARAKAT YANG MAJU, MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

31

lebih dari 55 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif (usia sudah

lanjut, miskin dan tidak produktif), untuk kelompok ini program pemerintah yang

dilaksanakan bersifat pelayanan sosial; (b) Usia di bawah 15 tahun, yaitu kelompok

masyarakat yang belum produktif (usia sekolah, belum bisa bekerja), program yang

dilaksanakan bersifat penyiapan sosial; dan (c) Usia antara 15-55 tahun, yaitu usia

sedang tidak produktif (usia kerja tetapi tidak mendapat pekerjaan, menganggur),

program yang dilaksanakan bersifat investasi ekonomi, kelompok inilah yang

seharusnya menjadi sasaran utama penanggulangan kemiskinan (lihat bagan 3).

Selanjutnya, berdasarkan pengelompokan tersebut maka program penanggulangan

kemiskinan harus difokuskan kepada penanganan penduduk miskin dalam usia

produktif melalui peningkatan kesempatan kerja/berusaha, peningkatan

kapasitas/pendapatan dan untuk selanjutnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan

perlindungan sosial secara mandiri dan berkelanjutan.

Dalam hal ini intervensi kebijakan pemerintah akan dikonsentrasikan kepada

2 (dua) bentuk upaya, yaitu pengurangan beban pengeluaran dan peningkatan

produktivitas. Upaya pengurangan beban ditujukan kepada penduduk miskin

kelompok usia produktif yang masih memerlukan subsidi pemerintah dalam

penyediaan modal usaha (dana bergulir untuk kelompok masyarakat yang masih

belum bankable dan feasible), penyediaan prasarana dasar (terutama untuk

penduduk miskin yang menghadapi masalah aksesibilitas terhadap prasarana fisik

lingkungan), dan penyediaan subsidi untuk mengatasi situasi krisis (temporary

subsidi) seperti subsidi energi (BBM) dan subsidi pangan (beras). Sementara itu,

upaya peningkatan produktivitas ditujukan kepada penduduk miskin dalam kelompok

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

32

usia produktif yang lebih banyak membutuhkan aksesibilitas terhadap pembiayaan

usaha. Dalam hal ini pemerintah bertugas untuk memfasilitasi peningkatan

aksesibilitas usaha ekonomi produktif skala mikro yang dilakukan masyarakat miskin

terhadap sumber-sumber pembiayaan baik dari lembaga keuangan/bank maupun

lembaga keuangan bukan bank. Dengan demikian, dalam upaya peningkatan

produktivitas peran pemerintah lebih banyak sebagai fasilitator, sedangkan lembaga

keuangan berperan sebagai penyedia dana dan lembaga swadaya

masyarakat/kalangan profesional bertindak sebagai pendamping bagi upaya

pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat miskin.

KELOMPOK UMUR BENTUK INTERVENSI PELAKU UTAMA

PEMBANGUNAN MANUSIA FOKUS PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Sumber: Ditjen PMD, 2006.

Gambar 2.3. Fokus Penanggulangan Kemiskinan

0-15 TAHUN

PEMERINTAH

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO MELALUI KREDIT USAHA MIKRO

LAYAK TANPA AGUNAN DAN PENDAMPINGAN USAHA

15 - 55 TAHUN

(MISKIN)

PERBANKAN KKMBBCS

DUNIA USAHA

PERLINDUNGAN SOSIAL

MELALUI JAMINAN SOSIAL

> 55 TAHUN

PEMERINTAH

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

33

Guna mewujudkan perbaikan kesejahteraan melalui pengentasan kemiskinan

dilakukan kebijakan penganggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Tahun 2004, alokasi APBN untuk program pengentasan kemiskinan

Rp 18 triliun. Tahun 2005 meningkat menjadi Rp 23 triliun. Tahun 2006 melonjak

lagi menjadi Rp 42 triliun. Tahun 2007, anggaran meningkat menjadi 51 triliun. Dari

segi anggaran per jiwa rakyat miskin, meningkat dari Rp 499.000 (2004), Rp 655.000

(2005), Rp 1.080.000 (2006), dan Rp 1.300.000 (2007). Dalam Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) 2008, anggaran untuk mengentaskan kemiskinan akan

ditingkatkan lagi menjadi Rp 65 triliun.

Sejak tahun 2007, dana Rp 51 triliun untuk mengentaskan kemiskinan akan

dijabarkan dalam 12 program, yaitu bantuan langsung tunai (BLT), beras untuk

rakyat miskin, bantuan sekolah/ pendidikan, bantuan kesehatan gratis, pembangunan

perumahan rakyat, dan pemberian kredit mikro. Enam program lainnya adalah

bantuan untuk petani, bantuan nelayan, peningkatan gaji pegawai, termasuk

TNI/Polri, peningkatan kesejahteraan buruh, bantuan penyandang cacat, serta

pelayanan publik cepat dan murah untuk rakyat.

Fokus pengentasan kemiskinan terlihat juga dalam rancangan awal RKP 2008

yang disepakati dalam Sidang Kabinet Paripurna, Maret 2007. Menteri Koordinator

Perekonomian Boediono seusai rapat mengemukakan adanya perubahan mendasar

orientasi pemanfaatan APBN 2008 yang totalnya diperkirakan mencapai Rp 826,9

triliun.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

34

Perubahan orientasi itu akan mengacu pada tiga strategi, yaitu mencapai pertumbuhan

ekonomi menjadi 6,8 persen, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan

kemiskinan. Perubahan mendasar orientasi dalam RKP 2008 merupakan kemajuan

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam rentang 2004 hingga 2008,

jumlah anggaran untuk mengentaskan kemiskinan meningkat lebih dari tiga kali lipat.

Dengan terus meningkatnya anggaran untuk mengentaskan kemiskinan, seharusnya

rakyat bertambah sejahtera. Tetapi, kenyataan sebaliknya yang tertangkap melalui

data. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah rakyat miskin justru meningkat

sehingga mengindikasikan ada yang salah. Tahun 2004, jumlah rakyat miskin tercatat

36,1 juta jiwa. Tahun 2005 jumlahnya turun menjadi 35,1 juta jiwa. Akan tetapi,

jumlah rakyat miskin melonjak menjadi 39,05 juta jiwa pada 2006.

2.7. Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan salah satu upaya

Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

perdesaan, memperkuat institusi lokal, dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

PPK telah dimulai sejak Indonesia mengalami krisis multidimensi dan perubahan

politik pada 1998. Melihat keberhasilannya, saat ini pemerintah mengadopsi

mekanisme dan skema PPK dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) (Ditjen PMD, 2007)

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

http://program%20nasional%20pemberdayaan%20masyarakat%20(pnpm)%20%20(www.ppk./http://program%20nasional%20pemberdayaan%20masyarakat%20(pnpm)%20%20(www.ppk./

35

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terbesar di Indonesia ini

(terbesar karena cakupan wilayah, serapan dana, kegiatan yang dihasilkan dan jumlah

pemanfaatnya), berada dibawah binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD), Departemen Dalam Negeri (Depdagri).

Pembiayaan program berasal dari alokasi APBN, dana hibah lembaga/ negara

pemberi bantuan, serta pinjaman dari Bank Dunia (Ditjen PMD, 2007).

PPK menyediakan dana bantuan secara langsung bagi masyarakat (BLM)

sekitar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per kecamatan, tergantung dari jumlah

penduduk. PPK memusatkan kegiatannya pada masyarakat perdesaan Indonesia yang

paling miskin. Masyarakat desa kemudian bersama-sama terlibat dalam proses

perencanaan partisipatif dan pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumber

dana tersebut. Hal itu dilakukan atas dasar kebutuhan pembangunan dan prioritas

yang ditentukan bersama dalam sejumlah forum musyawarah (Ditjen PMD, 2007).

Untuk wilayah paska-bencana seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(NAD); Kepulauan Nias, Sumatera Utara; DIY dan Klaten, Jawa Tengah; PPK

melaksanakan program khusus rehabilitasi dengan alokasi dana yang lebih tinggi.

Tujuan PPK dicapai dengan meningkatan kapasitas dan kelembagaan

masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan desa atau antar desa, serta

menyediakan sarana dan prasarana, serta kegiatan sosial dan ekonomi sesuai

kebutuhan masyarakat.

James Erik Siagian: Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang, 2007. USU e-Repository 2008

http://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=220http://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=118http://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=124http://www.depdagri.go.id/http://www.worldbank.org/idhttp://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=119http://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=118http://www.ppk.or.id/content.asp?pid=1&mid=119http://www.ppk.or.id/provinsi.asp?pmid=139&mid=178http://www.ppk.or.id/provinsi.asp?pid=139&mid=186http://www.ppk.or.id/provinsi.asp?pid=139&mid=164http://www.ppk.or.id/provinsi.asp?pid=139&mid=169http://www.ppk.or.id/publications.asp?mid=110

36

Fase pertama PPK (PPK I) dimulai pada 1998/1999 sampai 2002, fase kedua

(PPK II) dimulai pada 2002 dan berlangsung hingga 2005, sedang fase ketiga (PPK

III) telah dimulai pada awal 2005-2006. Melihat keberhasilan pelaksanaan program

yang mengusung sistem pembangunan bottom up planning ini, Pemerintah Pusat

bertekad untuk melanjutkan upaya mempercepat penanggulangan kem