analisis pengaruh ldr, sbi, bank size dan inflasi terhadap non

162
Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012) Oleh Risky Indrawan NIM: 109081000013 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Upload: truongkhanh

Post on 14-Jan-2017

257 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasiterhadap Non Performing Loan Kredit

Kepemilikan Rumah(Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)

OlehRisky Indrawan

NIM: 109081000013

JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

i

Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi

terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah

(Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012)

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Diajukan Oleh:Risky Indrawan

NIM : 109081000013

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MSiNIP. 19570617 198503 1 002

Adhitya Ginanjar SE, MSiNIP. 197408102011011001

JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1434 H/2013 M

Page 3: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 9 April 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Risky Indrawan2. NIM : 1090810000133. Jurusan : Manajemen4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi

terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwamahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untukmelanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Mei 2013

1. Utami Baroroh, S.Pi., M.Si (_____________________)NIP. Ketua

2. Leis Suzanawati, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19720809 200501 2 004 Sekretaris

3. Amalia, SE., MSM (_____________________)NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji Ahli

Page 4: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Risky Indrawan2. NIM : 1090810000133. Jurusan : Manajemen4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi

terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2013

1. Herni Ali HT, SE., MM (_____________________)NIDN. 0422 1259 02 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Murdiyah Hayati, Skom,MM (_____________________)NIP. 19741003200312 2 001 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (_____________________)NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

5. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19740810 201101 1 001 Pembimbing II

Page 5: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

iv

LEMBAR PERNYATAANKEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang Bertanda Tangan di bawah ini :

Nama : Risky Indrawan

No. Induk Mahasiswa : 109081000013

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telahmelalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memangditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siapuntuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi danBisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Juni 2013Yang Menyatakan,

(Risky Indrawan)

Page 6: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP(Curriculum Vitae)

Data PribadiNama lengkap : Risky IndrawanPanggilan : RiskyTempat&tanggal lahir : Jakarta, 09 Juli 1991Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Reni Jaya blok Y4 No 10 Jalan Kresna RT 002/ RW 012

Kecamatan Pamulang, Kelurahan Pondok Benda TanggerangSelatan 15416

Telepon : 085694493369Email : [email protected]

Pendidikan Formal2009 – 2012 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta2006 – 2009 : SMA 34 Jakarta2003 – 2006 : SMP Negeri 178 Jakarta1997 – 2003 : SD Negeri Pondok Petir 011996 – 1997 : TK Ikhlasul Amin

Pendidikan Informal Seminar-seminar Kursus Bahasa Inggris di Oxford Course Indonesia Pamulang

Pengalaman Organisasi1. Anggota ROHIS Sek.Humas SMAN 34 Jakarta2. Anggota Pramuka SD Negeri Pondok Petir 01

Pengalaman Bekerja Magang/KKN selama 1 bulan di Koprasi Bhakti Kencana Radio Republik Indonesia

Jakarta tahun 2012

KeahlianKomputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Access), Photoshop,

InternetOlahraga : Basket, Badminton

Page 7: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

vi

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of the influence of LDR, SBI, BankSize and Inflation in the Non-Performing Loan Housing Loan (Bank Case StudyPERSERO years 2006-2012). The data used in this study are monthly data fromJanuary 2006 to December 2012 were taken from various sources. This study usesmultiple linear regression analysis using the computer program SPSS version 19.0and Microsoft Excel 2007.

The results showed that together (simultaneously) the independent variable (LDR,SBI interest rates, bank size and inflation) significantly influence the change in theratio of non-performing mortgage loans. partially or individual has a significantinfluence on changes in the value of non-performing loans on bank mortgagePERSERO 2006-2012 period with varying results. From the analysis it is known thatthere is a negative relationship between LDR with changes in the value of non-performing loans mortgage amounted to -0.17. Besides SBI variable has a positiveinfluence on non-performing loans mortgage amounted to 0.403. Variable bank sizehas a negative relationship to changes in non-performing loans mortgage amountedto -0.002 mortgage. While the inflation variable occurs positively impact on non-performing loans mortgage on bank mortgage of 0.009 PERSERO

Keywords: LDR, SBI, Bank size, inflation, non-performing loans KPR

Page 8: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

vii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengaruh LDR,SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012). Data yang digunakan padapenelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2006 sampai Desember 2012 yangdiambil dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresilinier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 danMicrosoft Excel 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabelindependen (LDR, sukubunga SBI, Bank size dan inflasi) signifikan berpengaruhterhadap perubahan rasio non-performing loan KPR. secara parsial atau individumemiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan KPRpada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil yang berbeda-beda. Dari hasilanalisis tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara LDR denganperubahan nilai non-performing loan KPR sebesar -0,17. Selain itu variable SBImemiliki pengaruh yang positif terhadap non-performing loan kpr sebesar 0,403.Variabel bank size memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan non-performing loan KPR sebesar -0,002. Sedangkan pada variable inflasi terjadipengaruh positif terhadap non-performing loan KPR sebesar 0,009 pada bankPERSEROKata kunci : LDR, SBI, Bank size, Inflasi, Non-performing loan KPR

Page 9: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha

pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segala-

gala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada

semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari

zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang

ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya

hingga akhir zaman nanti.

Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Loan to Deposit

Ratio, Suku Bunga SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non Performing Loan

KPR (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)” dengan tujuan sebagai

syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses

penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala. Namun, berkat

izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi

ini selesai dengan baik, antara lain:

1. Kedua Orang Tua Saya Ayah Ade Setiawan dan Ibu Tatik Sugiyanti yang

selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, memberikan kasih

sayang dan bimbingan untuk anaknya, selalu mendoakan anaknya dengan

penuh rasa ikhlas. Risky akan menjadi anak yang dapat membanggakan

Ayah dan Ibu, seperti apa yang Ayah dan Ibu cita-citakan Amin..

2. Seluruh keluarga ku tercinta, adikku Rossy Candrawati terima kasih atas

perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya baik doa, moril

Page 10: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

ix

maupun materil. Semoga kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah

SWT.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Adhitya Ginanjar SE, MSi selaku dosen pembimbing II, yang telah

meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Lies

Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku

Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB,

yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Herni Ali HT, SE., MM, selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak Dr. Ahmad Dumiyathi B,Lc,MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen

dan Ibu Titi Dewi Warninda SE, MSi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan

ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.

8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja

kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra

Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska,

Bu Umi, Pak Rahmat, Pak Bambang, dan Pak Sofyan.

9. Terima Kasih kepada Trikristiawati yang selalu memberikan kasih sayang

dan perhatian serta dukungannya untukku agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Teman-teman kosan Ali Fasihi dan Damanhuri Al-Ayubi

11. Teman-teman Manajemen A Angkatan 2009 FEB UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Teman-teman Manajemen Perbankan yang selalu memberi dukungan satu

sama lain agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

13. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, Bayu Ayom

Gumelar dan Reza Gandana Putra.

Page 11: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

x

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini memiliki banyak

kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian

ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua ini penulis serahkan, karena

hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga

penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

penulis sendiri.

Jakarta, Mei 2013

Risky Indrawan

Page 12: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iiLEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iiiLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................... ivDAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vABSTRACT ............................................................................................................... viABSTRAK ................................................................................................................ viiKATA PENGANTAR.............................................................................................. viiiDAFTAR ISI............................................................................................................. xiDAFTAR TABEL .................................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR................................................................................................ xivBAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1B. Perumusan Masalah ....................................................................................14C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................15

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKAA. Landasan Teori ............................................................................................ 17

1. Bank .......................................................................................................... 17a. Pengertian Bank ...................................................................................... 17b. Jenis-Jenis Bank ..................................................................................... 18c. Kegiatan Bank ........................................................................................ 20d. Sumber Dana Bank ................................................................................ 22

2. Kredit ........................................................................................................ 23a. Pengertian Kredit ................................................................................... 23b. Unsur-unsur Kredit ................................................................................ 24c. Fungsi Kredit .......................................................................................... 26d. Prinsip Pemberian Kredit ....................................................................... 29

3. Kredit Kepemilikan Rumah....................................................................... 32a. Pengertian KPR ...................................................................................... 32b. Jenis-Jenis KPR ...................................................................................... 33c. Persyaratan KPR .................................................................................... 36

4. Kredit Bermasalah .................................................................................... 37a. Pengertian Kredit Bermasalah ............................................................... 37b. Gejala Kredit Bermasalah ...................................................................... 39c. Dampak Kredit Bermasalah ................................................................... 41

5. Loan to Deposit Ratio ............................................................................... 43a. Pengertian Loan to Deposit Ratio ........................................................... 43b. Ketentuan Loan to Deposit Ratio ........................................................... 47c. Jenis-Jenis Loan to Deposit ratio ........................................................... 47

6. Suku Bunga SBI ....................................................................................... 50a. Pengertian SBI ....................................................................................... 50b. Tingkat Suku Bunga SBI ....................................................................... 51c. Pola Pembelian SBI ............................................................................... 52

7. Bank size .................................................................................................. 54a. Pengertian Bank Size ............................................................................. 54b. Pengertian Aktiva ................................................................................... 55c. Jenis-Jenis Aktiva Bank ......................................................................... 55

Page 13: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

xii

8. Inflasi ........................................................................................................ 58a. Pengertian Inflasi ................................................................................... 58b. Jenis Inflasi ............................................................................................ 59c. Faktor Penyebab Inflasi ......................................................................... 62d. Efek Inflasi ............................................................................................. 63e. Indikator Inflasi ...................................................................................... 65f. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi ....................................................... 66

B. Keterkaitan antar Variabel ........................................................................... 67C. Penelitian Sebelumnya................................................................................. 72D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 76E. Hipotesis....................................................................................................... 78

BAB III. METODOLOGI PENELITIANA. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 80B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 80C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 81D. Metode Analisis Data............................................................................. 82E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 94

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASANA. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................... 99

1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ................................ 992. Bank Persero di Indonesia .................................................................. 100

B. Hasil Analisis dan Pembahasan.............................................................. 1121. Analisis Deskriptif.............................................................................. 1122. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................... 1143. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 122

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASIA. Kesimpulan ............................................................................................ 131B. Implikasi Peneliian................................................................................. 132

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 134DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xv

Page 14: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

xiii

DAFTAR TABEL

NO Keterangan Halaman1.1 Perbandingan Variabel Penelitian……………………………… 82.1 Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan…………………………. 342.2 Batasan Harga Rumah…………………………………………. 342.3 Suku Bunga Subsidi…………………………………………… 352.4 Uang muka…………………………………………………….. 352.5 Penelitian Terdahulu…………………………………………… 714.1 Hasil Statistik Deskriptif………………………………………. 1124.2 Uji Kolmogorov-Smirnov……………………………………… 117

4.3Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF(VarianceInflation Factor)……………………………………………….. 118

4.4 Uji Park………………………………………………………… 1204.5 Uji Otokorelasi…………………………………………………. 1214.6 Uji F……………………………………………………………. 1224.7 Uji t……………………………………………………………. 1234.8 Uji R Square…………………………………………………… 131

Page 15: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

xiv

DAFTAR GAMBAR

NO Keterangan Halaman1.1 Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti…………………… 51.2 Grafik NPL Properti Indonesia……………………………… 72.1 Kerangka Berpikir…………………………………………… 763.1 Model Piktografis Regresi berganda………………………… 834.1 Histogram…………………………………………………… 1154.2 Grafik dengan Normal Probability Plot……………………….. 1164.3 Grafik Scatterplot…………………………………………………. 119

Page 16: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

xv

DAFTAR LAMPIRAN

NO Keterangan Halaman1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2006-2012………………. 1382 Tabel Deskriptif Statistik…………………………………………… 1403 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien………………………. 1404 Uji Normalitas……………………………………………………… 1415 Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi……………………………… 1436 Uji Heteroskedastisitas…………………………………………….. 144

Page 17: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

1

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di beberapa negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

peran bank dalam perekonomian sangatlah penting. Bank sangat penting dalam

hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan efektivitas

kebijakan moneter. Lebih dari itu bank juga merupakan lembaga keuangan

yang paling sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. (Mandala

Manurung dan Prathama Rahardja:2004:134)

Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an

ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam

perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana

masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat

besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator

kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor

yang berpengaruh terhadap perekonomian. (Sigit Triandaru dan Totok Budi

Santoso:2009:17)

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah

memporak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank

yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai

akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha

besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya

kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan

Page 18: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

2

kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank

dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk

mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat

berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang

besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan

biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang

menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan

Veithzal Andria 2007:10)

Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi

perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai

perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Dalam menjalankan

usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa,

setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru, memperbesar

dana-dananya dan juga memperbesar pembarian kredit dan jasa-jasanya

(Simorangkir, 2004: 10).

Bank umum konvensional di bagi kedalam Bank Umum Milik

Pemerintah, Bank swasta, Bank swasta nasional devisa, Bank swasta nasional

nondevisa, Bank pembangunan daerah, Bank campuran, Bank asing. Dalam

pembahasan kali ini peneliti mengambil objek penelitian berdasarkan data yang

di peroleh dari bank Indonesia mengenai bank PERSERO milik pemerintah,

hal itu dikarenakan bank PERSERO milik pemerintah (Bank Mandiri, Bank

Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Nasional Indonesia, dan Bank

Page 19: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

3

Mutiara) memiliki total asset perbankan yang terbesar kedua setelah bank

umum swasta nasional devisa (sumber: laporan pengawasan perbankan 2012).

Penyaluran kredit merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama

perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Meskipun terjadi krisis

finansial pada semester akhir tahun 2008, jumlah kredit yang disalurkan

perbankan Indonesia per 31 Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 1,3 triliyun,

mengalami peningkatan sebesar 35.72% dibandingkan dengan jumlah kredit

per 31 Desember 2007 yang tercatat sebesar Rp. 971,5 milyar (Jurnal

Keuangan dan Perbankan. Sri haryati, 2009)

Kredit mampu mendorong dan menkonsilidasi serta memperkuat

kestabilan moneter. Kredit juga mampu meningkatkan pertumbuhan sektor riil

dengan kredit investasinya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bank

mempunyai peranan dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Dengan

pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap

perputaran roda perekonomian negara.

Berbicara tentang kredit, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan

salah satu jenis kredit yang cukup popular saat ini. Karena kepopulerannya

tersebut maka kredit ini memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam

naik turunnya rasio Non-Performing Loan pada suatu bank. Hal ini terbukti

pada krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis yang awal mulanya

disebabkan oleh penyaluran kredit perumahan yang terlampau tinggi ini

mampu mengguncang perokonomian Amerika Serikat dan juga negara-negara

di Eropa. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan

Page 20: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

4

(mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk

atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai

kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami

peningkatan pesat mulai di bawah USD200 miliar pada tahun 2002 hingga

menjadi sekitar USD500 miliar pada 2005.Kesalahan dalam pengelolaannya,

menyebabkan subprime mortgage menjadi awal bencana krisis global yang

melanda Amerika Serikat. (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi

Januari 2009).

Pertumbuhan kredit properti yang sempat terpuruk pada tahun 2009,

kembali menunjukkan perbaikan sejak pertengahan tahun 2010. Selama

Semester I-2011 kredit properti tumbuh 10,1% atau 17,8% (yoy). Pertumbuhan

selama Semester I-2011 tersebut lebih baik dibandingkan dengan dua semester

sebelumnya, terutama didorong oleh kondisi makroekonomi yang stabil.

Dengan kebutuhan perumahan penduduk yang masih cukup besar, kredit

properti khususnya untuk rumah tinggal (KPR) diperkirakan berpeluang untuk

tetap tumbuh. Pangsa kredit properti terhadap total kredit perbankan saat ini

masih relatif tidak terlalu besar, yaitu sekitar 13,2% terhadap total kredit

(www.bi.go.id)

Page 21: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

5

Gambar 1.1

Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti

Sumber: bi.go.id

Dari gambar grafik 1.1 dapat dilihat perkembangan kredit properti di

Indonesia mulai dari tahun 2006 hingga 2011 sangatlah berfluktuatif. Hal ini

dapat dilihat dari garis Growth Kredit Properti. Dari tahun 2006 terus

berkembang cukup pesat hingga akhir tahun 2008. Sedangkan pada awal tahun

2009 pertumbuhan kredit KPR melemah pada titik 10% hingga awal tahun

2010. Penurunan pertumbuhan kredit tersebut di karenakan terjadinya kenaikan

suku bunga kredit KPR sehingga mempuat angka pertumbuhan KPR di

Indonesia anjlok hingga mencapai titik 10%. Namun pada tahun 2011

perkembangan bisnis KPR kembali meningkat akibat mulai adanya penstabilan

suku bunga kredit KPR pada tahun tersebut sehingga mampu menarik

masyarakat untuk mengambil kredit KPR.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari yang perlu

diperhatikan bank dalam menyalurkan kredit adalah resiko yang mungkin akan

Page 22: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

6

terjadi, salah satunya adalah kegagalan dalam pembayaran kredit (default).

Setiap bank pasti menghadapi masalah kredit macet. Bank tanpa kredit macet

merupakan hal yang aneh, (kecuali bank-bank yang baru tentunya).

Membicarakan kredit macet, sesungguhnya membicarakan risiko yang

terkandung dalam setiap pemberian kredit, dengan demikian bank tidak

mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit adalah suatu hal yang

merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan

terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib

menghindarkan diri dari kredit macet (Djumhana, 2003 :263).

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa

konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang

bersangkutan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan

pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin

tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh

pihak bank (Masyhud, 2004 : 231). Akibat tingginya NPL perbankan harus

menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal

bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya

ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya

perbankan dalam menyalurkan kredit.

Page 23: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

7

Gambar 1.2

Grafik NPL Properti Indonesia

sumber: bi.go.id

Dari gambar tersebut risiko penyaluran kredit properti masih dapat

dikendalikan dengan baik oleh pihak bank. Pada tahun 2006 terjadi golakan

ekonomi yang menyebabkan krenaikan suku bunga kredit. Akibat naiknya suku

bunga kredit tersebut maka rasio kredit bermasalah sektor perumahan

khususnya KPR melonjak hingga menyentuh titik 4%. Seiring kembali

stabilnya perekonomian Indonesia pada saat itu rasio NPL sektor KPR terus

berkurang seiring dengan di munculkannya kebijakan pemerintah dalam

menetapkan sukubunga kredit KPR di Indonesia. Rasio kredit KPR relatif

masih cukup rendah yaitu 2,5% per Juni 2011 sehingga peningkatan jumlah

kredit bermasalah tampaknya masih dapat dikelola dengan baik oleh bank

(Kajian Stabilitas Keuangan, 2011).

Page 24: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

8

Tabel 1.1

Perbandingan Variabel Penelitian (LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi)terhadap NPL (dalam %)

TanggalLDR

PersenSBI

Persen

BankSize

Milyaran

InflasiPersen

NPLPersen

Jan-06 59,73 12,72 566369,7 1,36 0,92Jun-06 60,58 12,48 561048 0,45 1,04Des-06 60,03 9,72 574380,9 1,21 0,83Jan-07 58,98 9,48 625316,7 1,04 0,99Jun-07 61,88 8,52 625028,8 0,23 1,04Des-07 62,37 8,04 647888,1 1,1 0,84Jan-08 64,12 8,04 1940886 1,77 0,9Jun-08 71,32 8,52 1964717 2,46 0,75Des-08 70,27 9,24 2066807 -0,04 0,53Jan-09 71,45 8,76 827942,2 -0,07 0,62Jun-09 74,79 6,96 838687,2 0,11 0,66Des-09 69,55 6,48 858420,3 0,33 0,54Jan-10 70,08 6,48 946019,3 0,84 0,56Jun-10 75,63 6,48 951480,7 0,97 0,63Des-10 71,54 6,48 975438,7 0,92 0,53Jan-11 74,3 6,48 1081932 0,89 0,62Jun-11 81,79 6,72 1094208 0,55 0,66Des-11 74,75 6 1153453 0,57 0,47Jan-12 76,58 6 1264736 0,76 0,32Jun-12 81,51 5,76 1369620 0,62 0,31Des-12 79,84 5,76 1535324 1,03 0,3

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) www.bi.go.id (data diolah)

Dari data tabel 1.1 dari tahun 2006-2012 angaka LDR berada dibawah

dari 75% sehingga bank Indonesia merubah kebijakan dalam melakukan

penghitungan LDR pada setiap bank, yaitu dengan memasukkan obligasi

korporasi sebagai komponen kredit. Dengan adanya perubahan perhitungan

tersebut maka terbukti mengangkat nilai LDR bank di Indonesia khususnya

pada bank PERSERO di Indonesia. sehingga pada Desember 2010 LDR bank

Page 25: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

9

PERSERO di Indonesia menembus angka 75,54% sesuai dengan batas

minimum LDR yang di keluarkan oleh Bank Indonesia.

Loan to Deposit Ratio, yang untuk selanjutnya disebut LDR, adalah rasio

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak

termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup

giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk

dana antar Bank.(www.bi.go.id)

Menurut Mulyono (2001:101), Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan

rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit)

dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loans

Ratio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan

yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin

rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan

karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin

besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan

tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang

diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam

menjalankan fungsi intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).

Dari data tebel di atas pada tahun 2006, SBI berada di level 12,72%

sedikit menurun dibanding posisi pada tahun 2005 sebesar 12,75%. Sementara

itu, SBI selama Januari 2006 hingga Desember 2011 sesungguhnya relatif

Page 26: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

10

stabil. Dengan kata lain, dengan semakin menurunnya suku bunga SBI hal

tersebut diharapkan akan mampu mendorong perbankan secara umum untuk

menurunkan suku bunga kreditnya hingga pembiayaan kepada sektor riil akan

meningkat dan pada tahap lebih lanjut mampu memberikan kontribusi yang

lebih besar bagi perkembangan ekonomi secara umum. Menurut Siswanto

Sutojo, (2008:86) Suku bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar

bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan

pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga kredit merupakan salah satu sarana

bank untuk memenangkan persaingan di pasar. Oleh karena bunga kredit

merupakan bagian terbesar penghasilan bank, jumlah penghasilan bunga harus

dapat menutup biaya yang ditanggung bank (termasuk biaya pengadaan dana

kredit, serta konstribusi biaya overhead dan biaya tetap yang lain), serta

menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang

memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga kredit. Suku bunga

kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar

modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada kredit, melainkan juga

pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga

menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka

akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor.

Dari tabel tersebut rasio bank size cukup satabil. Rasio bank size ini

berasal dari hasil logaritma dari total asset yang dimiliki oleh bank PERSERO.

Bank PERSERO memiliki total asset rata-rata berada di antara 35% dari

kelompok bank umum di Indonesia. Dengan total asset yang di miliki bank

Page 27: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

11

PERSERO tersebut maka bank PERSERO akan memiliki dana yang liquid

untuk mengembalikan kewajiban dari para nasabahnya. Semakin besar ukuran

bank maka semakin besar pula sumber dana bank yang likuid dalam

menangani kredit yang bermasalah dalam bank tersebut.

Dari tabel di atas rasio perkembangan inflasi di Indonesia cukup

berfluktuatif. Hal ini di karenakan terjadinya kebijakan kebijakan pemerintah

dalam menaikan beberapa harga bahan pokok yang menyebabkan menaiknya

beberapa barang lain yang secara signifikan mampu menambah jumlah uang

beredar di Indonesia. missal pada tahun 2007 inflasi berada di kisaran 1,04.

Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh faktor harga pangan,

pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam

yang akhir tahun lalu terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dari data tabel di atas data NPL dati tahun ke tahun mengalami

penurunan. Hal ini di karenakan adanya peratuaran penetapan suku bunga

dalam hal kredit konsumtif terutama sektor perumahan. Dengan penetapan

suku bunga rendah dalam melakukan pengambilan kredit di sektor perumahan

maka akan memperbaiki nilai non performing loan pada sektor KPR.

Penentuan kredit perumahan ini juga membantu pemerintah dalam menangani

masalah kepemilikan perumahan yang layak bagi masyarakat Indonesia.

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Non-Performing

Loan pada sektor perbankan telah banyak juga diteliti oleh peneliti-peneliti

terdahulu, antara lain :

Page 28: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

12

Penelitian yang dilakukan Syeda Zabeen Ahmed (2006) menujukkan hal

lain yaitu adanya pengaruh negatif antara Bank Size dengan Non-Performing

Loan. Hal tersebut dikarenakan bahwa langkah-langkah alternatif dari bank

size dapat menimbulkan dampak yang berbeda atas kredit non-performing

bank. Misalnya, bank size diukur dalam hal aset, memiliki dampak negatif

terhadap NPL, sedangkan ukuran dari bank size dalam hal modal berpengaruh

positif dan signifikan terhadap NPL kotor tetapi efek yang dapat diabaikan

pada NPL bersih. Sedangkan penelitian B.M. Misra dan Sarat Dhal (2010)

studi ini menemukan bahwa variabel kredit berpengaruh signifikan terhadap

kredit bermasalah bank dengan adanya ukuran bank (bank size) dan guncangan

ekonomi makro. Selain itu, langkah-langkah alternatif dari siklus bisnis dapat

menimbulkan dampak yang berbeda pada bank-bamk penyalur kredit.sehingga

dapat disipulkan bahwa adanya pengaruh positif tidak signifikan antara Bank

Size dengan Non-Performing Loan.

Penilaian terhadap nilai LDR yang meningkat dapat menaikan NPL atau

sebaliknya yang didukung oleh penelitian Misra dan Dhal (2010) dikarenakan

semakin tinggi rasio LDR akan menunjukan ketidaklikuidan suatu bank yang

dapat diukur dari nilai NPL yang tinggi. Namun hal tersebut bertolak belakang

dengan penelitian Ranjan dan Dhal (2003) dan Soebagio (2005) dimana nilai

LDR menurun dan diikuti dengan nilai NPL yang meningkat atau sebaliknya.

Dikarenakan melambatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh

sektor perbankan.

Page 29: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

13

Somoye, R.O.C. (2010) melakukan penelitian mengenai resiko kredit

macet di Nigeria. Variabel dependennya adalah Non Performing Loan (NPL)

dan variabel independennya adalah tingkat kebijakan moneter, suku bunga,

risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko suku bunga, produktif risiko,

solvabilitas Risiko. Menyimpulkan bahwa koefisien tingkat kebijakan moneter

memiliki hubungan positif moderat dengan kredit bermasalah. Sebaliknya,

tingkat risiko suku bunga menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan positif

yang kuat, sedangkan yang risiko pendapatan yang sangat tinggi menunjukkan

bahwa ia memhiliki hubungan yang kuat sangat positif dengan kredit

bermasalah.

Honny K Tanudjaja (2006) dalam penelitiannya yang membahas tentang

kredit bermasalah perbankan nasional memiliki hubungan yang signifikan

dengan perubahan tingkat suku bunga, dan tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan perubahan variable-variabel makro ekonomi yang

menyatakan bahwa pengaruh variabel makro ekonomi terhadap kredit

bermasalah perbankan nasional menunjukkan bahwa perubahan tingkat suku

bunga memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel-variabel

makro ekonomi lainnya yang diuji tidak memberikan pengaruh yang

signifikan.

Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian

lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang

berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat

akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.

Page 30: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

14

Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling

berpengaruh terhadap Bank PERSERO, diharapkan dengan hasil yang didapat

dari penenelitian ini manajemen Bank PERSERO mampu menjalankan

fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi

perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi

bank.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah

dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank

PERSERO tahun 2006-2012)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai pengaruh Loan to Deposit

Ratio, Suku bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan

Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank Persero maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Rumusan Masalah secara Simultan

a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), suku bunga SBI,

bank size dan inflasi secara simultan terhadap Non Performing Loan

kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

2. Rumusan Masalah secara Parsial

a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing

Loan (NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

Page 31: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

15

b. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap Non Performing Loan

(NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

c. Bagaimana pengaruh bank size terhadap Non Performing Loan (NPL)

kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

d. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Non Performing Loan (NPL)

kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Loan to Deposit Ratio, Suku

bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit

Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.

b. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Loan to Deposit Ratio, Suku

bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit

Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang

bagaimana pengaruh jumlah loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size

dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada

Bank Persero.

Page 32: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

16

b. Bagi Akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk

meneliti tentang pengaruh loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size

dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada

Bank Persero.

c. Bagi Perbankan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi

manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya

sebagai intermediasi dan membantu mengevaluasi hasil operasi perusahaan

dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat

berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan

dimasa yang akan datang.

Page 33: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bank

a. Pengertian Bank

Menurut Frederic S. Mishkin (2008:9), bank adalah lembaga

keuangan yang menerima dana dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya dalam bentuk kredit.

Sedangkan pengertian bank menurut Ahmad Rodoni (2006:21)

adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara

(financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan

kredit pada yang ditentukan.

Menurut Puspo Pranoto (2004:5) bahwa bank adalah lembaga

keuangan yang menerima berbagi jenis simpanan dan mempergunakan

dana yang terhimpun dibank terutama untuk pemberian kredit.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) definisi dari bank adalah:

“suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara

keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang

membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang

ditentukan”.

Page 34: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

18

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank

adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana

(surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana

tugas pokoknya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga merupakan

lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

b. Jenis Bank

Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:20) dapat ditinjau dari

berbagai segi, antara lain:

1) Dilihat dari Segi Fungsinya

a) Bank Umum

Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10 Tahun

1998 tentang Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti

dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum

sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi

yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang

membutuhkan.

Page 35: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

19

2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank yang ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah

siapa saja yang memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat

dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank

bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai

berikut:

a) Bank milik pemerintah

Merupakan suatu bank yang akte pendirian maupun

modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan

bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

b) Bank milik swasta nasional

Seluruh atau sebagian besar saham dari bank jenis ini dimiliki

oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh

swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan

swasta pula.

c) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar

negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.

d) Bank milik campuran

Saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional yang secara mayoritas kepemilikan sahamnya

dipegang oleh warga negara Indonesia.

Page 36: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

20

3) Dilihat dari Segi Status

a) Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara

keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,

travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan

transaksi lainnya.

b) Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksi seperti halnya bank devisa.

4) Dilihat dari segi cara Menentukan Harga

a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam menentukan

harga jual, misalnya untuk produk simpanan.

b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Dalam menentukan harganya, bank jenis ini menggunakan

sistem bagi hasil. Misalnya dalam penetapan pembagian

keuntungan hasih tabungan mudarobah pada nasabah.

c. Kegiatan Bank

Kegiatan bank menurut Kasmir (2003:3) adalah sebagai berikut:

1) Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang

Page 37: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

21

atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat

menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya.

Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan

harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk

memenuhi tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun

untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut

dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan bank sangat

bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum

jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro

(demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit) dan

simpanan deposito (time deposit).

2) Menyalurkan dana kemasyarakat, maksudnya adalah bank

memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang

mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan

dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Jenis kredit yang

biasanya diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit

investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang

(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam

kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari

luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe

deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya yang

Page 38: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

22

merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan pokok bank

yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.

d. Sumber Dana Bank

Menurut Kasmir (2008:61) “Sumber-sumber dana bank adalah

usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan

operasinya”, dapat dibedakan menjadi 3 sumber yaitu:

1) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang

saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu sendiri terdiri

dari:

a) Setoran modal dari pemegang saham

Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau

membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b) Cadangan-cadangan bank

Yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi

kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini digunakan untuk

mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c) Laba bank yang belum dibagi

Merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang

bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk

sementara waktu.

Page 39: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

23

2) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk

membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana

ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lain

kepada bank.

3) Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga

yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah

dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

2. KREDIT

a. Pengertian Kredit

Menurut Veithzal dan Andria (2007:4) “ Kredit adalah penyerahan

barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor) atas dasar kepercayaan

kepada pihak lain (nasabah atau penghutang)dengan janji membayar dari

si penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak.”

Sedangkan menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyedian uang

atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk

melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut

dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan.

Page 40: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

24

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun

1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

b. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu

fasilitas kredit menurut Rivai Veithzal dan Veithzal Andria (2007:3)

adalah sebagai berikut:

1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima

kredit (nasabah kredit). Hubungan pemberi kredit dan penerima

kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling

menguntungkan.

2) Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang

didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan

pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit

kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa

lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument.

4) Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit

kepada penerima kredit.

5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan

unsur esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik

Page 41: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

25

dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit.

Misalnya penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi

lebih besar dimasa yang akan datang, atau bagi produsen

memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi

dan konsumsi.

6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit

maupun dipihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit

adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan

usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar

(pinjaman konsumen) atau karena ketidak sediaan membayar.

Resiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur,

antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula

dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan

yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.

7) Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada

pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari

berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya

umum (overhead cost), risk premium dan sebagainya. Jika credit

rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi

dengan safety discount.

Sedangkan menurut Kasmir (2008: 98) terdapat lima unsur dalam

pemberian fasilitas kredit, yaitu :

Page 42: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

26

1) Kepercayaan, maksudnya ialah keyakinan pemberi kredit bahwa

kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa

tertentu pada masa mendatang.

2) Kesepakatan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana

masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.

3) Jangka waktu, maksudnya mencakup masa pengembalian kredit

yang telah disepakati.

4) Risiko, maksudnya akan muncul suatu risiko tidak tertagihnya/

macetnya pengembalian kredit yang telah disepakati sebagai akibat

adanya suatu tenggang waktu pengembalian.

5) Balas jasa yang merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit

atau jasa tersebut lebih dikenal dengan sebutan bunga.

c. Fungsi Kredit

Fungsi kredit secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh

Kasmir (2008:101) yaitu :

1) Untuk meningkatkan daya guna uang

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3) Untuk meningkatkan daya guna barang

4) Untuk meningkatkan peredaran barang

Menurut Muchdarsyah Sinungan (1993:17) fungsi kredit dapat

dikategorikan kedalam lima bagian yaitu:

1) Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari uang.

2) Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari barang.

Page 43: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

27

3) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

4) Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi

5) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Menurut Thomas Suyatno (2004:16) fungsi kredit perbankan dalam

kehidupan perekonomian dan perdagangan lain sebagai berikut :

1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan

uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk

meningkatkan produksi dan untuk meningkatkan usahanya.

Para pemilik uang atau modal dapat menghimpun uangnya pada

lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai

pinjaman kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro, dapat

menciptakan pembayaran baru, seperti cek, giro bilyet dan wesel.

Dan apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, giro

bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang

giral.

3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan

baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut

menjadi meningkat.

Page 44: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

28

4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan

kepada usaha-usaha antara lain :

a) Pengendalian inflasi

b) Peningkatan ekspor

c) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha

tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan dibidang

permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat

mengatasi kekurangan para pengusaha dibidang permodalan,

sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas

usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha

dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk

melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka

akan memperoleh pendapatan.

7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

Bank-bank diluar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat

memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan didalam

negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat

Page 45: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

29

hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat

meningkatkan hubungan internasional.

d. Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2012:117-118) dapat dilakukan dengan analisa

5C, yaitu:

1) Character (Karakter)

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini

calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada

bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan

kredit benar-benar dapat dipercaya. Intinya pihak bank ingin melihat

I’tikad baik dan keseriusan dari calon nasabah yang ingin meminjam.

2) Capacity / Capability (Kemampuan)

Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar

kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis

serta kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat

kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit yang

dipinjamnya. Bank melihat sumber pendapatan lain yang dimiliki oleh

debitur, semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin

besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3) Capital (Modal)

Capital atau modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber

pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai

oleh bank. Semakin tinggi modal perusahaan atau peminjam maka

Page 46: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

30

bank akan memilih. Karena bagi setiap nasabah yang akan

mengajukan kredit harus pula memiliki dana atau modal pribadi

paling tidak 50% dari total dana yang ingin dipinjam.

4) Collateral (Jaminan)

Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik

yang bersifat fisik ataupun non fisik. Jaminan tersebut dapat dilihat

dari 2 segi, yaitu:

a) Dari segi ekonomis, yaitu dengan melihat nilai ekonomis dari

barang- barang yang akan digunakan sebagai jaminan.

b) Dari segi yuridis, yaitu dengan melihat apakah jaminan tersebut

sudah memenuhi syarat-syarat dari standar jaminan yang

ditetapkan oleh bank.

5) Condition of Economi (Kondisi Ekonomi)

Condition of economic adalah kondisi dimana hendaknya bank

melihat dan menilai kredit berdasarkan ekonomi sekarang dan untuk

masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.

Menurut Martono (2010:58), selain penilaian melalui 5C, bank

biasanya juga melakukan penilaian dengan melihat 7P yaitu meliputi:

1) Personality (Kepribadian)

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat

hidupnya, hobi, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat dan

hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur

Page 47: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

31

2) Party ( Golongan)

Merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta

karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke

golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda

pula dari bank, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya.

3) Purpose (Tujuan)

Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.

apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi, atau

membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan

line of bussines kredit bank yang bersangkutan.

4) Prospect

Merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha

calon debitur selama berapa bulan atau tahun, perkembangan

ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan

keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

5) Payment (Sumber Pembiayaan)

Merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali

pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat dapat diperoleh dari

perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan

sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman

ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.

Page 48: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

32

6) Profitability (Keuntungan)

Merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability,diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama

atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan

diperolehnya dari bank.

7) Protection (Perlindungan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh

bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan

barang atau orang atau jaminan asuransi.

3. Kredit Kepemilikan Rumah

a. Pengertian KPR

Istilah Kredit yang saat ini banyak digunakan berasal dari kata

Romawi berupa Credere yang berarti percaya, atau credo yang berarti saya

percaya. Sehingga hubungan dalam perkreditan harus didasari rasa saling

percaya diantara Para Pihak untuk memenuhi segala ketentuan perjanjian.

(Muhamad Djumhana.2003:365)

Dalam Undang- undang No.7 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, kredit

didefinisikan sebagai: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga.”

Page 49: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

33

Sedangkan pengertian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tidak

ada yang baku, ada yang mendefinisikan KPR adalah suatu fasilitas kredit

yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan

membeli atau memperbaiki rumah.

Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit

consumer yang dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk

konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi,

keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak

memiliki pertambahan nilai barang dan jasa di masyarakat. (Johannes

Ibrahim.2004: 229)

b. Jenis - Jenis KPR

Menurut hasil Keputusan Dirjen Perumahan dan Pemukiman

No.10 /KPTS /DM /2003, BAGIAN II ayat , di Indonesia terdapat dua

jenis KPR, yaitu:

1) KPR bersubsidi

Merupakan kredit yang diperuntukkan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah sesuai sasaran, yaitu:

Tabel 2.1

Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan

Kel.Sasaran

Batas Penghasilan (Rp/Bulan)

I 900.000 ≤ Penghasilan ≤ 1.500.000

II 500.000 ≤ Penghasilan ≤ 900.000

III 350.000 ≤ penghasilan ≤ 500.000

Page 50: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

34

Kredit yang diberikan dapat berupa:

a) KPR bersubsidi untuk memfasilitasi pemilikan atau pembelian

pertama kali Rumah sehat yang dibangun pengembang .KPR

bersubsidi dan diberikan pada rumah tangga yang termasuk ke

dalam sasaran masyarakat berpenghasilan rendah;

b) Kredit Pembangunan/perbaikan Rumah Swadaya Milik

Bersubsidi (KPRS) untuk pembangunan atau perbaikan rumah

sehat secara swadaya baik berupa individu maupun kelompok

dalam koperasi.

Untuk harga rumah harus memenuhi ketentuan minimum dan

maksimun harga, yaitu:

Tabel 2.2

Batasan Harga Rumah

Kel.Sasaran

Batas Harga Rumah (Rp)

minimum Maksumim

I 25.000.000 36.000..000

II 14.000.000 25.000.000

III - 14.000.000

Jenis subsidi yang diberikan terhadap Kredit Subsidi tersebut terdiri :

a) Subsidi Selisih Bunga. Dengan ketentuan:

Page 51: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

35

Tabel 2.3

Suku Bunga Subsidi

Kel.Sasaran

Suku Bunga Bersubsidi (% Per Tahun)

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

I 10 12 13.5 14.5 @ @ @ @ @ @ @

II 8 10 11.5 13.5 14 14.5 @ @ @ @ @

III 6 7 8 9 10 11 12 13.5 14 14.5 @

b) Subsidi Uang Muka. Dengan ketentuan:

Tabel 2.4

Uang muka

KelompokSasaran

Uang Muka

MaksSubsidi

Pemerintah

Min. Yangharus

disediakan Kel.Sasaran

Total MinimumUang muka

(1) (2) (3) (4)

I 6.7 15.8 22.5

II 12.0 15.55 27.5

III 25.0 10.0 35.0

2) KPR Non Subsidi

Kredit yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat yang memenuhi

persyaratan untuk digunakan membeli tanah dan bangunan.

Ketentuan KPR ditetapkan oleh Bank sehingga besarnya kredit dan suku

bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

Page 52: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

36

c. Persyaratan KPR

Secara umum persyaratan dan ketentuan pengambilan KPR disetiap

Bank hampir sama, yaitu:

1) Warga Negara Indonesia (WNI);

2) Telah berusia 21 Tahun atau telah menikah dan cakap

untuk melakukan tindakan hukum;

3) Pada saat kredit lunas usia Pemohon Kredit tidak melebihi 65 Tahun;

4) Memiliki penghasilan yang menurut perhitungan Bank dapat

menjamin kelangsungan pembayaran Kredit;

5) Tidak memiliki Kredit bermasalah;

6) Memberikan NPWP untuk kredit lebih dari Rp 100.000.000,- atau

SPT Pasal 21 Form AI untuk jumlah Kredit lebih dari Rp

50.000.000,- dan kurang dari Rp. 100.000.000,-

Untuk proses mengajuan KPR, Pemohon Kredit harus melampirkan:

1) Aplikasi Permohonan;

2) Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sendiri dan Pasangan,

Kartu Keluarga, Surat Nikah;

3) Copy Slip gaji atau laporan keuangan;

4) Copy rekening tabungan atau Giro;

5) NPWP atau SPT PPh 21;

6) Fotokopi Sertipikat Induk dan/atau Pecahan;

7) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Page 53: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

37

4. Kredit Bermasalah

a. Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank,

karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan resiko yang dihadapi oleh

bisnis perbankan. Hampir semua perbankan memiliki kredit bermasalah,

bahkan dalam beberapa kasus, kredit bermasalah di Indonesia berakhir

pada penutupan beberapa bank. Sebagai lembaga bisnis, dalam lingkup

makro perbankan harus meminimalisir kredit bermasalah tersebut sehingga

kepercayaan masyarakan terhadap perbankan akan tetap terjaga.

Menurut Manurung (2004: 196) kredit yang disalurkan dikatakan

bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang

direncanakan, bahkan tidak di kembalikan sama sekali. Sedangkan

menurut Arthesa (2006: 181), kredit bermasalah secara umum adalah

semua kredit yang mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah

adalah kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi

standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.

Dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah piutang yang tak

tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan

karena mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor

tertentu. Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang disalurkan,

Rasio NPL dapat dihitung sebagai berikut:

NPL = Kredit BermasalahTotal kredit yang disalurkan × 100%

Page 54: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

38

Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikategorikan ke

dalam kredit bermasalah bilamana (Sutojo,2008: 13) :

1) Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk

lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya;

2) Tidak dilunasi sama sekali, atau;

3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit

dan bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.

Di Indonesia (PAK MEI 1993), kredit bermasalah pernah

dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu (Sutojo,2008: 13) :

1) Kredit kurang lancar

Kurang lancar (substandard). Kredit yang digolongkan ke dalam

kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui sembilan puluh hari; atau

b) sering terjadi cerukan; atau

c) frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

sembilan puluh hari; atau

e) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah; atau

f) dokumentasi pinjaman yang lemah.

2) Kredit yang diragukan

Page 55: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

39

Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi

kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 hari; atau

b) terjadi cerukan yang bersifat permanen

c) terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d) terjadi kapitalisasi bunga; atau

e) dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan.

3) Kredit macet

Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi

kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 270 hari; atau

b) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c) dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar .

b. Gejala Kredit Bermasalah

Bank sebagai pemberi kredit harus memperhatikan gejala-gejala

yang menjurus kepada memburuknya keadaan pinjaman para debitur,

antara lain sebagai berikut:

1) Tunggakan (Deliquency) : Pada umumnya tunggakan terjadi karena

ada tendensi tidak mau membayar oleh nasabah yang bersangkutan,

Page 56: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

40

maka pinjaman tersebut mungkin akan menjadi pinjaman yang

gawat. Untuk itu bank harus segera mempersiapkan hal-hal yang

perlu dalam usahanya untuk memperoleh kembali uang pinjaman.

2) Neraca keuangan memburuk (Adverse Trend) : Adanya tanda-tanda

bahwa keadaan keuangan nasabah menunjukan gejala memburuk

dapat dilihat dengan jalan membandingkan beberapa neraca yang

berurutan. Bila sudah ada gejala yang memburuk, maka bank perlu

segera mengambil tindakan agar resiko tidak semakin besar.

3) Debitur yang enggan : Keengganan nasabah untuk memperbincangkan

dan memberi laporan keuangannya serta keadaan perputaran

usahanya dapat pula merupakan petunjuk dari munculnya kredit

bermasalah.

4) Jaminan yang turun nilainya : Selama jangka peminjaman, bank harus

selalu memeriksa keberadaan jaminan di tempatnya dan memeriksa

secara fisik. Menghilangnya stok barang-barang yang dipakai akan

mengurangi sumber pembayaran kembali dan hilangnya jaminan itu

sendiri.

5) Faktor-faktor lain : Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jalan

pinjaman misalnya kematian nasabah, bencana alam, kepekaan

terhadap gejala memburuk dari keadaan perekonomian

sekelilingnya.

Page 57: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

41

c. Dampak Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak

yang tidak menguntungkan baik bagi bank pemberi kredit, dunia

perbankan pada umumnya, maupun terhadap kehidupan ekonomi/moneter

negara (Sutojo, 2008: 25).

1) Dampak kredit bermasalah terhadap kelancaran operasi bank

pemberi kredit. Sebuah bank yang dihadapkan oleh masalah kredit

bermasalah dalam jumlah besar akan mengalami berbagai macam

kesulitan operasionalnya karena kredit bermasalah dikategorikan

sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektibilitasnya.

Untuk menjaga keamanan dana para deposan maka bank sentral

mewajibkan bank umum untuk menyediakan cadangan penghapusan

kredit bermasalah yang harus disetorkan kepada bank sentral.

Dengan demikian, semakin besar jumlah kredit bermasalah maka

semakin besar pula saldo yang harus disediakan bank untuk

mengadakan dana giro wajib minimum. Selain itu kredit bermasalah

juga dapat menurunkan jumlah profitabilitas bank. Return on assets

(ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitabilitas mereka akan

menurun. Kerugian yang ditanggung bank dari kredit bermasalah

akan mengurangi jumlah modal mereka sendiri. Selanjutnya

menurunya jumlah modal sendiri tadi akan menurunkan jumlah

presentase capital adecuancy ratio (CAR).

Page 58: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

42

2) Dampak kredit bermasalah terhadap dunia perbankan. Kredit

bermasalah dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah bank

akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank. Apabila

penurunan mutu kredit dan profitabilitas bank yang bersangkutan

demikian parah sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan dan

solvabilitas mereka, maka akan menurunkan trust ( kepercayaan)

para deposan. Secara serentak para deposan akan melakukan rush

(penarikan) dana mereka pada bank yang bersangkutan. Bilamana

jumlah kredit bermasalah dalam suatu Negara cukup besar maka

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank pada umumnya akan

menurun sehingga akan mengganggu system perbankan pada negara

tersebut.

3) Dampak kredit bermasalah terhadap ekonomi/moneter negara.

Dengan munculnya kredit bermasalah, dana yang telah diberikan

bank kepada debitur untuk sementara atau seterusnya tidak kembali

lagi kepada bank yang meminjamkan. Dengan demikian, perputaran

dana bank terhenti dan seluruh dampak positif yang dapat

ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Dengan

terhentinya perputaran dana tersebut maka akan mengganggu fungsi

bank sebagai intermediary (perantara). Hilangnya kesempatan bank

membiayai operasi dan perluasan operasi debitur lain, karena

terhentinya perputaran dana yang mereka pinjamkan, akan

memperkecil kesempatan para penguasa untuk memanfaatkan

Page 59: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

43

peluang bisnis dan investasi yang ada. Dengan demikian, dampak

ganda postif (multiplier effects) dari perluasan bisnis atau investasi

proyek baru, termasuk penyediaan lapangan kerja baru, peningkatan

penerimaan devisa, subtitusi impor dan sebagainya, juga tidak akan

muncul. Hal itu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional

secara keseluruhan.

5. Loan To Deposit Ratio (LDR)

a. Pengertian Loan To Deposit Ratio (LDR)

Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Martono

(2002:82) menyatakan bahwa : “Loan to Deposit Ratio adalah rasio

untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban

kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit

yang telah diberikan kepada para debiturnya.”

Menurut Mulyono (2001:101), Loan to Deposit Ratio (LDR)

merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke

masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri

yang digunakan. Loans Rasio ini menggambarkan kemampuan bank

membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Lukaman Dendawijaya (2005:116) mendifinisikan Loan to Deposit

Ratio adalah ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. S. Scott Mc Donald

Page 60: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

44

dan Timothy W Koch (2006:581) menyebutkan bahwa many bank and

bank analyst monitor loan to deposit ratio as a general measure of

liquidity. Artinya, semua bank dan analis bank melihat Loan to Deposit

Ratio sebagai alat ukur dari likuiditas bank.

Sedangkan Mangasa Augustinus Sipahutar dalam bukunya yang

berjudul Persoalan-Persoalan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa

Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang

disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga.

Indikator ini menjadi alat ukur terhadap tingkat ekspansifitas perbankan

dalam menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio menjadi alat ukur

terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi indikator ini

maka semakin baik pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya,

demikian pula sebaliknya semakin rendah indikator ini maka semakin

rendah pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya.

Berdasarkan definisi di atas, Loan to Deposit Ratio merupakan

salah satu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas

bank dan juga menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi

perbankan. Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara

jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang

dihimpun.

Lukaman Dendawijaya (2009:116), rasio Loan to Deposit Ratio ini

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Page 61: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

45

Sumber : Lukman Dendawijaya (2005:116)

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi

semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal

ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai

kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio

yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah

dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa

bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi

(Syahrial Muchtar, 2001).

Loan to Deposit Ratio dapat juga digunakan untuk menilai strategi

manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya

cenderung memiliki Loan to Deposit Ratio yang relatif rendah,

sebaliknya manjemen bank yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio

yang tinngi atau melebihi batas toleransi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit

Ratio (LDR) merupakan kemampuan Bank dalam membayar kembali

dana penarikan yang telah dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan

kredit untuk mengetahui tingkat likuidasinya.

= +

Page 62: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

46

b. Ketentuan Loan To Deposit Ratio (LDR)

Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Bank Indonesia pada

surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal

tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa

tingkat kesehatan bank untuk kepentingan semua pihak yang terkait,

maka Bank Indonesia menetapkan :

1) Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai

kredit nol (0), artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.

2) Untuk Loan to Deposit Ratio di bawah 110% diberi nilai kredit 100,

artinya likuiditas bank tersebut sehat.

Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah

sekitar 90%-100%, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas

aman Loan to Deposit Ratio adalah 110% (Simorangkir, 2000:147).

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan

suatu bank, dimana sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa

batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu bank adalah 80 %. Namun,

batas toleransi berkisar antara 85 % - 110 %.

Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia

menetapkan ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberikan nilai kredit 0,

artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

Page 63: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

47

2) Untuk rasio LDR di bawah 110% diberikan nilai kredit 100, artinya

likuiditas bank dinilai sehat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) yang

terlalu tinggi memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Sebaliknya, jika Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat

ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang

diterimanya.

c. Jenis-Jenis Loan To Deposit Ratio (LDR)

Dana-dana yang di himpun dari masyarakat akan dibandingkan

dengan jumlah kredit yang dapat diberikan oleh Bank baik intern maupun

ekstern, menurut (Lukman Dendawijaya, 2005:16) dapat dijabarkan

bahwa yang termasuk kedalam Jenis-jenis Loan To Deposit Ratio (LDR)

adalah :

1) Giro (Demand deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat

dilakukan setiap saat dan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat

perintah lainnya atau cara pemindahbukuan. Dalam pelaksanaannya,

giro ditatausahakan oleh bank dalam suatu rekening yang disebut

rekening koran. Jenis rekening giro ini dapat berupa:

Page 64: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

48

a) Rekening atas nama perorangan.

b) Rekening atas nama suatu badan usaha.

c) Rekening bersama atau gabungan.

Dalam kehidupan modern sekarang, motif transaksi dan berjaga-jaga

yang paling banyak mewarnai alasan penguasaan unag tunai. Bagi

penguasaan (kecil, menengah maupun besar) dan kaum menengah

keatas, mempunyai rekening giro pada bank merupakan kebutuhan

mutlak demi kelancaran pembayaran demi urusan bisnisnya.

Penggunaan cek dalam transaksi pembayaran telah melampaui jumlah

penggunaan uang kartal.

2) Deposito

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada

bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu

tertentu berdasarkan perjanjian. Apabila sumber dana bank di

dominasi oleh dana yang berasal dari deposito berjangka, pengaturan

likuiditasnya relative tidak terlalu sulit. Akan tetapi dari sisi biaya

dana akan sulit untuk ditekan sehingga akan mempengaruhi tingkat

suku bunga kredit bank yang bersangkutan. Berbeda dengan giro dan

deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya

(deposan) tertarik akan tingkat bunga yang di tawarkan oleh bank dan

adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila dia tak ingin

Page 65: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

49

memperpanjang) dananya yang di tarik kembali. Terdapat berbagai

jenis deposito, yakni:

a) Deposito Berjangka : Adalah deposito yang dibuat atas nama dan

tidak dapat dipindahtangankan.

b) Sertifikat Deposito : Adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk

dan dapat di pindahtangankan atau dipergunakan, serta dapat

dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c) Deposits On Call : Adalah sejenis deposito berjangka yang

pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan

memberitahukan bank 2 hari sebelumnya.

3) Tabungan (Saving)

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Progarm tabungan

yang pernah diperkenankan oleh pemerintah sejak ahun 1971 adalah

tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dan lain-lain.

Akan tetapi, adanya berbagai deregulasi di bidang perbankan seperti

paket juni 1983 dan paket oktober 1988 menyebabkan semua bank

memiliki berbagai jenis produk tabungan dengan nama khusus serta

memberikan rangsangan yang baik bagi nasabahnya. Semua bank

diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya

persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia)

Page 66: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

50

4) Kredit

Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarka persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjna

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan termasuk pembelian

surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA (Note Purchase

Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak

piutang (factoring).

6. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

a. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Sertifkat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk

dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan

utang berjangka pendek dengan diskonto. (Ismail, 2011:169). Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) merupakan pilihan penempatan yang paling aman

bagi bank. Dengan menempatkan dananya dalam sertifikat Bank

Indonesia (SBI), maka bank dapat menjaga likuiditasnya sekaligus dapat

memperoleh keuntungan dari diskonto yang diperoleh. Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) memiliki likuiditas pasar sangat tinggi, mudah diperjual

belikan dan tidak mengandung resiko. Penjualan sertifikat Bank

Indonesia (SBI) diprioritaskan kepada lembaga perbankan karena

lembaga ini merupakan salah satu lembaga finansial pengumpul dana

Page 67: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

51

masyarakat. Adapun tujuan dari jual beli sertifikat Bank Indonesia (SBI)

adalah mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.

b. Tingkat Suku Bunga SBI

Pengertian suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

dikemukakan oleh Adi Gemilang Gumiwang (2009 : 40) yaitu : Suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan indicator kebijakan

moneter di Indonesia. SBI merupakan salah satu instrument kebijakan

operasi pasar yang mempengaruhi peredaran uang. Menurut statistik

keuangan internasional, suku bunga SBI satu bulan di Indonesia dapat

dijadikan ukuran makroekonomi khususnya menyangkut kebijakan

moneter.

Kebijakan moneter Indonesia dapat diukur dengan melihat suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrument

kebijakan operasi pasar yang dapat mengatur peredaran uang sehingga

laju inflasi pun dapat terawasi. Dalam menjual Sertifikat Bank Indonesia,

prosedurnya yaitu Bank Indonesia menentukan berapa besar volume dari

SBI yang diterbitkan, sementara suku bunganya ditentukan dengan cara

lelang. Untuk menentukan besarnya volume SBI, Bank Indonesia

memperhatikan indikator pasar. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ini

sering dijadikan suku bunga pedoman dalam menentukan tingkat suku

bunga tabungan dan investasi.

Page 68: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

52

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI

ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal

Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme “BI-Rate” (suku

bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI

yang diinginkan Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode

tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku

pasar dalam mengikuti pelelangan.

Pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang cukup

kuat terhadap pembentukan suku bunga yang lain seperti suku bunga

deposito, investasi, dan kredit menjadi dasar pertimbangan untuk

mengambil variabel tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu faktor

penting yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit.

c. Pola Pembelian Sertifikat Bank indonesia (SBI)

Menurut Selamet Riyadi 2006:46 pembelian sertifikat Bank

Indonesia (SBI) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pembelian Melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)

Pembelian sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dilakukan

langsung oleh bank atau broker ke Bank Indonesia dapat dilakukan

melalui:

(a) Lelang tetap mingguan, yang dilakukan setiap hari rabu/hari

kerja berikutnya apabila hari Rabu libur

(b) Lelang harian, yaitu transaksi intervensi Rupiah yang

merupakan suatu mekanisme untuk melakukan kontraksi atau

ekspansi moneter melalui kegiatan Pinjam Meminjam dana

Page 69: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

53

yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara langsung di pasar

uang antar bank (PUAB). Tentunya pelaksanaanya dilakukan

sesuai dengan kebutuhan pengendalian moneter yang dilakukan

oleh Bank Indonesia.

(c) BI dapat membeli kembali atas sertifikat Bank Indonesia (SBI)

yang telah beredar, baik secara Outright maupun secara REPO

(repurchase agreement). Transaksi Outright adalah trasaksi jual

beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) atas dasar sisa jatuh waktu

sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang bersangkutan. Sedangkan

transaksi repo, adalah transaksi dengan perjanjian bahwa

penjual wajib membeli kembali sertifikat Bank Indonesia (SBI)

yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan.

2) Pembelian Melalui Pasar Sekunder

Selain pembelian melalui pasar perdana sertifikat Bank

Indonesia (SBI) juga ditransaksikan melalui pasar sekunder, yaitu

kegiatan sertifikat Bank Indonesia (SBI) di luar pasar perdana, baik

langsung antara bank maupun melalui Broker Pasar Uang Transaksi ini

biasanya dilakukan:

(a) Pembelian melalui Broker maupun yang akan menjual sertifikat

Bank Indonesia (SBI)

(b) Pembelian sertifikat Bank Indonesia (SBI) dimaksud. Baik

secara repo maupun Outright.

3) Pembelian Melalui Broker

Page 70: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

54

Transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI) selain dapat langsung

dilakukan ke Bank Indonesia, dalam rangka lelang maupun intervensi,

dapat pula dilakukan dengan menggunakan Jasa Broker, baik untuk

transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar perdana maupun pasar

sekunder, juga transaksi secara Outright.

7. Bank size

a. Pengertian Bank Size

Bank size didefinisikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu bank

tersebut. Ukuran bank dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan

kapitalisasi. Semakin besar penjualan, aktiva, dan kapitalisasi pasar maka

semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Ardi dan Lana, 2006)

Menurt Ardi dan Lana (2006) besar kecilnya perusahaan dapat

dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar

asset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula ukuran

perusahaan tersebut. Asset perusahaan berada pada posisi neraca dimana

mencerminkan kekayaan yang merupakan hasil penjualan dalam berbagai

bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya ukuran

perusahaan dapat melihat jumlah total asset yang dimilki. Asset yang

dimilki bank terdiri atas kas, giro pada bank lain, giro pada BI,

penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,

penyertaan, biaya dibayar dimuka, aktiva tetap, aktiva sewa guna usaha,

aktiva lain-lain.

Page 71: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

55

Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total assets

yang dimiliki bank yang bersangkutan pada periode tertentu. Perhitungan

size tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut: (Ranjan dan Dahl, 2003)

b. Pengertian Aktiva

Aktiva merupakan sumber ekonomis perusahaan yang meliputi

biaya-biaya yang telah terjadi yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi

yang berlaku.

Kieso (2002:48) Aktiva (Assets) adalah manfaat ekonomi yang

mungkin terjadi dimasa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh

sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian

masa lalu.

Sudarsono dan Edilius (2007:19) Aktiva adalah produk bernilai yang

dikuasai atau dimiliki suatu pihak baik berupa harta benda (properties).

hak atau suatu tuntutan atas suatu aktiva maupun jasa yang dimiliki.

c. Jenis-Jenis Aktiva Bank

Aktiva bank memiliki karakteristik tersendiri yang ditetapkan oleh

bank Bank sentral sebagai otoritas moneter yang mengatur dan mengawasi

bank. Siamat (2004:95) membagi prinsip prioritas aktiva neraca bank

umum sebagai berikut:

1) Alat likuid (Kas)

Prioritas pertama penggunaan dana bank dilakukan dalam bentuk

likuid baik yang tercermindari jumlah kas maupun dalam giro pada

= ( )

Page 72: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

56

Bank Indonesia sebagai bank sentral. Pengalokasian dana dalam pos

ini semata-mata untuk memenuhi semua penarikan dana yang

dilakukan oleh nasabah di samping untuk memenuhi ketentuan

likuiditas wajib minimum yang ditetapkan bank sentral. Ketentuan ini

sering disebut dengan reserve requirement atau cash ratio yang

dihitung berdasarkan persentase tertentu dari dana masyarakat yang

dihimpun bank.

2) Giro pada bank lain

Simpanan ini biasanya kepada bank-bank yang lebih besaruntuk

memperoleh fasilitas jasa-jasa misalnya untuk kebutuhan inkaso,

transaksi valuta asing, L/C dan pembelian surat-surat berharga.

Simpanan ini berkaitan dengan dengan pelayanan perbankan

korespondensi.

3) Penempatan pada bank lain

Penempatan bank lain bisa dalam rangka transaksi interbank call

money, deposito berjangka, deposit on call dan atau sertifikat

deposito. Penggunaan dana dengan menempatkannya dibank lain

dimaksudkan untuk peningkatan pendapatan atas dana-dana jangka

pendek bank yang belum digunakan atau menunggu penggunaannya.

4) Surat-surat berharga

Pengalokasian dana dengan cara membeli surat-surat berharga

(sekuritas) pada dasarnya dimaksudkan untuk tujuan cadangan

sekunder disamping untuk mengoptimalkan keuntungan dengan

Page 73: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

57

memanfaatkan dana-dana yang menganggur (idle). Dana bank tersebut

dapat digunakan untuk membeli sekuritas jangka pendek biasanya

instrumen pasar uang, antara lain misalnya sertifikat bank Indonesia,

surat berharga pasar uang (SBPU), promes atau Aksep (Prommisory

notes), wesel ekspor serta surat-surat berharga lainnya

5) Kredit yang diberikan

Penggunaan dana bank sangat didominasi dalam bentuk penyaluran

kredit. Secara umum portofolio kredit bank berkisar 70% dari total

volume usaha bank. Penyaluran kredit tersebut digunakan untuk

membiayai kebutuhan modal kerja, investasi dan keperluan kredit

konsumtif nasabah.

6) Penyertaan

Merupakan penyertaan bank pada perusahaan lain yang dilakukan

dalam rangka upaya penyelamatan kredit (restructuring) ini bersifat

sementara dan harus di divestasi setelah jangka waktu tertentu. Di

samping itu bank menurut ketentuan dapat pula melakukan penyertaan

pada lembaga keuangan sampai batas tertentu dari modal bank.

7) Biaya dibayar dimuka

Biaya yang dibayar dimuka adalah semua komponen biaya yang harus

dikeluarkan bank berkaitan dengan kelancaran operasional bank,

misalnya, uang sewa, premi asuransi dan sebagainya.

Page 74: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

58

8) Aktiva tetap

Semua kekayaan bank berupa aktiva tetap dan inventaris misalnya

tanah dan gedung serta inventaris lainnya tercermin dalam pos ini

setelah diperhitungkan penyusutan. Bank tidak diperkenankan

menggunakan keseluruhan modalnya untuk membiayai aktiva

tetapnya, dibatasi sampai pada persentase tertentu dari modal.

9) Aktiva sewaguna usaha

Yaitu akumulasi aktiva yang diperoleh dari sewaguna usaha setelah

dikurangi penyusutan.

10) Aktiva lain-lain

Yaitu aktiva yang tidak digolongkan kedalam pos diatas misalnya

emas, travelers check, valuta asing yang dibeli atau diambilalih,

commemorative note atau coin, mata uang emas valuta asing dan

sebagainya.

Aktiva bank umum merupakan suatu harta kekayaan bank yang

dimiliki oleh bank umum meliputi aktiva lancar dan aktiva tetap.

8. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Menurut Case dan Fair (2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat

harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara

serentak. Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata

sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu.

Page 75: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

59

Sedangkan menurut Putong (2000:181) inflasi adalah proses

kenaikan harga umum secara terus menerus. Inflasi adalah suatu keadaan

yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan

semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).

b. Jenis Inflasi

Menurut Nopirin (2000:176) Jenis inflasi dapat dibedakan

berdasarkan:

1) Inflasi menurut sifatnya

Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori

yaitu:

a) Inflasi merayap (creeping inflation)

Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi

yang rendah (kurang dari 10%). Kenaikan harga berjalan secara

lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang

relatif lama.

b) Inflasi menengah (galloping inflation)

Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang

cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan

kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini

lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya

terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap

(galloping inflation)

Page 76: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

60

c) Inflasi tinggi (hyper inflation)

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-

harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan

untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga

ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat,

harga naik secra akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila

pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalkan

ditimbulkan karena adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan

mencetak uang.

2) Inflasi menurut sebabnya

Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil,

perlu telebih dahulu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan

inflasi.

Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah

kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah

uang beredar.

a) Demand-pull inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan

total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada

keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati

kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir mendekati

kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping

menaikan harga dapat juga menaikan hasil produksi (output).

Page 77: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

61

Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah

tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan

menaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni).

Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan

GNP berada di atas/melebihi GNP pada kesemptan kerja penuh

maka akan terdapat aanya “inflationary gap”. Infltionary gap

inilah yang dapat menimbulkan inflasi

b) Cost-push Inflation

Berbeda dengan demand full inflation, Cost-push

Inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta

turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi.

Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya

penurunan alam penawaaran total (agregate supply) sebab

akibat kenaikan biaya produksi.

Kenaikan biaya produk dapat timbul karena beberapa faktor

diantarnya :

a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menunut

kenaikan upah.

b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat

menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga

(yang lebih tinggi).

c) Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang

tak asing lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun

Page 78: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

62

1972-1973 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga

minak. Biaya produksi naik, akibatnya timbul stagflasi, yakni

inflasi yang disertai dengan stagnasi.

c. Faktor-faktor Penyebab Inflasi

Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara

diakibatkan oleh banyak faktor. Dinegara-negara industri pada umumnya

inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:

(Sadono Sukirno, 2011:14)

1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-

perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.

Keingan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan

akan mendorong para konsumen meminta barang-barang itu pada

harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba

menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang

bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi, kedua-dua

kecenderungan ini akan meyebabkan kenaikan harga-harga.

2) Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan

upah.

Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam

mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-

pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah.

Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi

kenaikan biaya produksi dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan

Page 79: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

63

dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan

mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang

mereka.

Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari

kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaran

uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan

penawaran barang, dan kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat

pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.

d. Efek Inflasi

Menurut Nopirin (2000:181-183) efek inflasi adalah sebagai

berikut:

1) Efek tehadap pendapatan (equity effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang

dirugikan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang

yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya

inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp

500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita

kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni

Rp 50.000,00.

Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk

uang kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang

dirugikan karena adanya inflasi adalah barang/pihak yang memberikan

pinjaman uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflasi. Misalnya,

Page 80: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

64

dia memberi pinjaman Rp 10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila

laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai riil

pinjamannya akan menjai lebih rendah. Dengan demikain inflasi dapat

menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan

dan kekayaan masyarakat.

2) Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor

produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui berbagai macam barang

yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam

produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan

akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang

lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut.

Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pada

alokasi faktor produksi yang sudah ada.ahli ekonomi berpendapat

bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi

tidak efisien

3) Efek terhadap Output (Output Effects)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan

produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasaanya kenaikan harga

barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha

naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi.

Namun apabila laju inflasi ini cukup tingggi (hyper inflation) dapat

mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.dalam keadaan

Page 81: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

65

inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis masyarakat

cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter,

yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung

anatra inflasi dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan

output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

e. Indikator Inflasi

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164)

ada beberapa indikator ekonomi makro yan digunakan untuk mengetahui

inflasi selama satu periode tertentu yaitu:

1) Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang

menunjukan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen

dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan

menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi

masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang

dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat

keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi

bobot paling besar.

Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan

memperhitungkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk

lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK

dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan

Page 82: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

66

mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota

propisi di Indonesia.

Inflasi =( _1)_1 x 100%

2) Indeks Harga Perdangan Besar (Wholesale Price Index)

Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh

karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen

(producer price index). IHPB menunjukan tingkat harga yang diterima

produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi

berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK

Inflasi =( _1)_1 x 100%

3) Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan

gambaran laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode

perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa

puluh kota saja. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya,

perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung

perubahan angka indeks.

Inflasi =( _1)_1 x 100%

f. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2004:354), kebijakan yang mungkin

dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:

Page 83: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

67

1) Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi

pengeluaran pemerintah

2) Kebijakan Moneter, yaitu dengan menaikan suku bunga dan

membatasi kredit

3) Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat

mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti

mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak bahan-bahan mentah,

melakukan penetapan harga, menggalangkan pertambahan produksi

dan perkembangan teknologi.

B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

1. Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Non Performing Loan

Likuiditas merupakan rasio keuangan untuk mengukur kemampuan

operasional bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat

ditagih (Wiagustini, 2010:76). Indikator likuiditas dan penurunan fungsi

intermediasi perbankan ini dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR)

adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165).

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas

untuk mengukur kemampuan membayar kembali penarikan yang

dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin

rendah likuiditasnya.

Page 84: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

68

Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu

kegiatan penghimpunan dana kredit dari masyarakat sangat menentukan

besar kecilnya keuntungan bank sekaligus risiko yang akan diambil oleh

pihak bank. Oleh karena itu, besar kecilnya rasio ini sangat mempengaruhi

adanya kredit bermasalah atau Non Performing Loan.

Rasio LDR ini juga merupakan salah satu indikator besarnya

pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, maka semakin tinggi rasio

LDR kemungkinan jumlah kredit yang akan diberikan menjadi semakin

meningkat. Hal ini juga menunjukan bahwa pada saat jumlah kredit yang

diberikan dan rasio LDR tinggi, kemungkinan laba yang diperoleh bank

melalui pendapatan bunga pun akan tinggi. Di sisi lain, semakin banyak

jumlah kredit yang diberikan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi

terhadap penyaluran kredit tersebut. Dengan adanya batas waktu atas

pengembalian pinjaman kredit sehingga kredit yang dipinjamkan akan

menjadi bermasalah.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh

LDR terhadap NPL dilakukan oleh Juliana (2011), menunjukkan tingkat

LDR berpengaruh lemah serta negatif terhadap NPL pada PT. Bank

BUMN di Indonesia. Aqidah (2011), menunjukkan tingkat LDR

berpengaruh signifikan terhadap NPL pada PT Bank Tabungan Negara

Cab.Makassar. Sedangkan pada penelitian Utomo (2008), menunjukkan

bahwa LDR menunjukkan korelasi terhadap NPL pada tingkat signifikan

10 persen pada arah hubungan yang positif.

Page 85: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

69

2. Suku Bunga SBI terhadap Non Performing Loan

Kebijaksanaan pengenaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank

Indonesia umumnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk Bank-

bank Umum Pemerintah, walaupun kemudian dijadikan juga sebagai

landasan bagi Bank-bank Swasta (dalam hal ini termasuk Bank Swasta

Nasional Devisa). Penetapan tingkat suku bunga ini disebut sebagai

tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan (Sinungan, 2000).

Sedangkan nilai riilnya tercermin dalam tingkat suku bunga SBI. Kenaikan

suku bunga oleh Bank Indonesia mendorong terjadinya kenaikan tingkat

suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga kredit menyebabkan biaya bunga

pinjaman ikut meningkat, sehingga nasabah mengalami kesulitan dalam

melunasi kredit pinjaman yang dilakukannya.

Menurut Tandelilin (2001: 213) tingkat suku bunga yang terlalu

tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas

perusahaan. Sehingga kesempatan investasi yang ada tidak lagi menarik.

Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang

harus di tanggung perusahaan. Sehingga makin membebani debitur dalam

melakukan pembayaran kredit.

Dengan demikian dapat disimpulkan peningkatan suku bunga kredit

maka akan menambah beban debitur dalam memenuhi kewajibanya dan

akan memunculkan kredit bermasalah.

Page 86: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

70

3. Ukuran Bank (Bank Size) terhadap Non Performing Loan

Rasio Bank Size diperoleh dari total assets yang dimiliki bank yang

bersangkutan jika dibandingkan dengan total assets dari bank-bank lain

(Ranjan dan Dahl, 2003). Assets disebut juga aktiva. Menurut

Sastradiputra (2004), sisi aktiva pada bank menunjukkan strategi dan

kegiatan manajemen yang berkaitan dengan tempat pengumpulan

danameliputi kas, rekening pada bank sentral, pinjaman jangka- pendek

dan jangka panjang, dan aktiva tetap.

Semakin besar aktiva atau assets yang dimiliki suatu bank maka

semakin besar pula volume kredit yang dapat disalurkan oleh bank

tersebut. Dendawijaya (2000) mengemukakan, semakin besar volume

kredit memberikan kesempatan bagi pihak bank untuk menekan tingkat

spread, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat lending rate (bunga

kredit) sehingga bank akan lebih kompetitif dalam memberikan pelayanan

kepada nasabah yang membutuhkan kredit. Tingkat bunga kredit yang

rendah dapat memacu investasi dan mendorong perbaikan sektor ekonomi.

Tingkat bunga kredit yang rendah juga memperlancar pembayaran kredit

sehingga menekan angka kemacetan kredit (Permono dan Secundatmo,

1993).

Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Rajiv Ranjan dan Sarat

Chandra Dahl (2003) bahwa semakin besar ukuran bank maka semakin

kecil tingkat Non-Performing Loan.

Page 87: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

71

4. Inflasi terhadap Non Performing Loan

Menurut Kamus Bank Indonesia, inflasi adalah keadaan

perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga

berdampak pada menurunnya daya beli, sering pula diikuti menurunnya

tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi

masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan jangka panjang.Inflasi dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang

meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau

bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran

distribusi barang.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2008), inflasi akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi baik secara makro maupun mikro

termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga menyebabkan penurunan daya

beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan

penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan. Penurunan

return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

membayar angsura kredit. Pembayaran angsuran yang semakin tidak tepat

menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet

(Taswan, 2006) sehingga meningkatkan angka Non-Performing Loan.

Seperti hasil penelitian dari Kevin Greenidge dan Tiffany Grosvenor

(2010) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka

akan semakin tinggi pula tingkat NPL.

Page 88: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

72

C. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam

penelitian ini antara lain:

Tabel 2.5Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Data danVariabel

ModelAnalisis

Kesimpulan

1 SukrishnalallPasha (2011)

Faktor PenentuNon-Performing Loan:Suatu Studi KasusEkonometrikGuyana

NPL, GDP,Pertumbuhankredit,Tingkat sukubunga riil,Tingkat inflasitahunan,Nilai tukarefektif riil(REER),Tingkatpenganggurantahunan,Suplai luasuang, PDB

Simpleloglinearregressionmodel

Inflasi, nilaitukar memilikihubunganpositif terhadappeningkatanNonPerformingLoan. inflasibertanggungjawab atas erosiyang cepat dari'bankkomersial danekuitasakibatnya lebihtinggi risikokredit di sektorperbankan

2 KevinGreenidge danTifannyGrosvenor(2010)

Forcasting NonPerforming Loanin Barbados

Dependen :nonperformingloan

Independen :pertumbuhanriil GDP,tingkat inflasidan rata-ratatingkat loan

Regresiberganda

menyimpulkanbahwasemua variabelmakro sepertipertumbuhan riilGDP, tingkatinflasi dan rata-ratatingkat loanmemilikipengaruhterhadap tingkatnon performingloan (NPL).Pertumbuhan

Page 89: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

73

GDP berdampaknegatif terhadaprasio NPL padabank sedangkaninflasimemberikanpengaruh positifterhadap NPL

3 Somoye,R.O.C. (2010)

The Role ofIslamic Bankingand Finance in theSustainability ofEnterprenuershipand Innovation inNigeria: A FaithFinanceHypothesis

dependennyaadalah NonPerformingLoan (NPL)dan

independennyaadalah tingkatkebijakanmoneter, sukubunga, risikokredit, risikolikuiditas,risiko pasar,risiko sukubunga,produktifrisiko,solvabilitasRisiko

Regresilinierberganda

Menyimpulkanbahwa koefisientingkatkebijakanmonetermemilikihubungan positifmoderat dengankreditbermasalah.

Sebaliknya,tingkat risikosuku bungamenunjukkanbahwa iamemilikihubungan positifyang kuat,sedangkan yangrisikopendapatan yangsangat tinggimenunjukkanbahwa iamemhilikihubungan yangkuat sangatpositif dengankreditbermasalah.

4 YunisRahmawulan(2008)

PerbandinganFaktorPenyebabTimbulnyaNPL dan NPFpada

NPL, NPF,pertumbuhanGDP,inflasi, SBI,LDR, FDR

Regresilinierberganda

GDP empatquartersebelumnya,tingkatinflasi, LDR danperubahan SBI

Page 90: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

74

PerbankanKonvensional danSyariah diIndonesia

berpengaruhpositifsignifikanterhadap NPL.

Sedangkan padaNPF hanya GDPdaninflasi yangberpengaruhsignifikan.

5 Honny KTanudjaja(2006)

AnalisisHubungandan PengaruhVariabelMakro EkonomiTerhadap KreditBermasalah padaPerbankanIndonesia

Dependen :nonperformingloan

Independen:suku bungariil,Money supply,nilaitukar, hargaminyakmentah, inflasi

RegresiLinierBerganda

Penelitian inimenghasilkanvariabel bebassecara bersama-samamempunyaipengaruh yangsignifikanterhadap NPL.Money supplydan hargaminyak mentahmempunyaipengaruh negatifterhadap NPL,akan tetapi tidaksignifikan. SBIdan kurs secarapartialmempunyaipengaruh positifterhadap NPL.Tetapi Kurstidakmempunyaipengaruhsignifikanterhadap NPL.

6 Syeda ZabeenAhmed,(2006)

“An Investigationof TheRelationshipbetween Non-PerformingLoans,

-Dependent :Non-PerformingLoan

-Independent :

Korelasidan regresi

Hasil daripenelitiantersebut adalahbank lendingrate, collateralvalue against

Page 91: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

75

MacroeconomicFactors, andFinancial factorsin Context ofPrivateCommercial Bankin Bangladesh”

GrossDomesticProduct,EconomicCondition,Bank LendingRate, Horizonof Maturity ofCredit,CollateralValue AgaintsLoan, BankSize, Banks’Credit Culturedan Bank’sCredit toPrioritySector.

loan, bank sizedan banks’credit cultureberpengaruhnegatif terhadapnon performingloan. Sedangkangross domesticproduct, horizonof maturity ofcredit danbank’s credit topriority sectorberpengaruhpositif terhadapnon performingloan.

7 Rajiv Ranjanand SaratChandra Dhal

(2003)

Non-PerformingLoans and Termsof Credit ofPublic SectorBanks in India:An EmpiricalAssessment

Dependen:Nonperformingloan

Independent:Bank Size,Maturity, CostCondition,CreditOrientation,ExpectedMacroeconomic Environment,ExposurePrioritySector,Expected AssetReturn danLoan DepositRatio.

PanelRegression.

Hasil daripenelitiantersebut adalahbank size,maturity,expected assetreturn dan loanto deposit ratioberpengaruhnegatif terhadapnon performingloan.

Sedangkan costcondition, creditorientation,expectedmacroeconomicenvironment danexposure topriority sector

Page 92: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

76

berpengaruhpositif terhadapdependenvariable.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan

dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul

Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Page 93: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

77

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Variabel Independen:

1. Loan to DepositRatio

2. SBI3. Bank size4. Inflasi

Variabel Dependen :

Non Performing Loan

(NPL)

Model Uji Regresi Linier Berganda

Uji F Secara Simultan

Uji t Secara Parsial

Koefisien Determinasi

Kesimpulan

Interpretasi

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas

Uji Otokorelasi

Uji Heterokedastisitas

Uji Goodness Fit Of Model

Page 94: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

78

E. Hipotesis

Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) KPR tersebut, maka

diperoleh beberapa hipotesis secara simultan dan parsial yaitu :

1. Hipotesis secara simultan

Ho: b1… b5 = 0 : Loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size

dan inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap NPL KPR secara

simultan.

H1: b1… b5 ≠ 0 : Loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size

dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPL KPR secara simultan.

2. Hipotesis secara parsial

Ho: b1 = 0 : Loan to deposit ratio tidak berpengaruh signifikan

terhadap Non Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

H1: b1 ≠ 0 : Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

Ho: b2 = 0 : suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap

Non Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

H1: b2 ≠ 0 : suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

Ho: b3 = 0 : bank size berpengaruh tidak signifikan terhadap Non

Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

H1: b3 ≠ 0 : bank size berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

Page 95: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

79

Ho: b4 = 0 : inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.

H1: b4 ≠ 0 : inflasi berpengaruh signifikan terhadap Non Performing

Loan (NPL) KPR secara parsial.

Page 96: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

80

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Bank PERSERO BUMN. Penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang memiliki pengaruh

terhadap Non-Performing Loan KPR. Variabel yang mempengaruhi yaitu Loan to

Deposit Ratio, Suku Bunga SBI, Ukuran Bank dan Inflasi.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan bulanan yang telah di publikasikan oleh Bank Indonesia dalam

rangkumana Statistik Perbankan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data

runtun waktu (time series) dan periode yang diambil dalam penelitian ini adalah

bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2012.

Penelitian ini akan di telusuri dengan memperhatikan aspek umum kondisi

perekonomian negara Indonesia, dan juga beberapa spesifikasi yang dimiliki bank

PERSERO BUMN di Indonesia. Data yang digunakan tersebut merupakan data

Eksternal dan data Internal. Pemilihan data diambil berdasarkan penelitian

sebelumnya dan literatur yang telah ada serta kemudahan dalam perolehan data.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam menentukan jenis sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu menggunakan teknik purposive sampling yaitu seuatu metode penarikan

sampel probabilitas yang dilakukan dengan kriteria tertentu (Abdul Hamid,

2010:16). Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelompok bank BUMN

Page 97: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

81

yang memiliki aset terbesar dan data keuangan yang lengkap. Adapun data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu data time series atau data runtut waktu yang

tersedia di Statistik Perbankan Indonesia (SPI) maka populasi yang diambil adalah

data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dengan sampel data bulanan periode

Januari 2006 hingga Desember 2012 kelompok Bank Umum Milik Negara

(BUMN Persero).

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,

berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang

diambil dari data bulanan historis jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR), jumlah

aktiva bank dan jumlah rasio Non-Performing Loan KPR yang dipublikasikan

dalam statistik perbankan indonesia (SPI) pada laporan kegiatan usaha Bank

Persero dari bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2012 yang diperoleh

dari situs www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data bulanan historis inflasi

dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada website www.bps.co.id. dan suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan

Indonesia (SPI) pada website www.bi.go.id. dengan rentang waktu yang sama.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat

memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan studi kepustakaan dari

Page 98: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

82

berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet artikel, majalah dan sumber-

sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Dokumentasi adalah metode yang dilakukan dari internet.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara Loan to Deposit

Ratio(LDR), Suku Bunga SBI, Ukuran bank dan inflasi terhadap perubahan

rasio Non-Performing Loan KPR. Penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software)

SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang

digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:

1. Statistik Deskriptif

Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan

untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam

menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik

deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data

serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik

secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan

gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran

penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi), nilai maksimum dan

minimum (Ghozali, 2011:19).

2. Analisis Regresi Berganda

Tujuan dari analisis regresi berganda ini adalah untuk

memprediksi besar variabel tergantung (dependent variabel)

Page 99: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

83

menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent

variable) yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso:2012:221).

Pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel

tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas

sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan

variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut

(Suliyanto, 2011:53) :

Keterangan:

Y = Variabel tergantung atau terikat

(dependent)

X1, X2, ..., Xn = Variabel bebas (independent)

Secara piktografik model fungsional di atas dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Piktografis Regresi berganda

Y = f (X1, X2, ….., Xn)

X1

Xn

YX2

e

Page 100: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

84

Dalam model di atas terlihat bahwa variabel tergantung (terikat)

dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat

pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)

a = Intercept (konstanta) X2 = Variabel bebas kedua

b1 = Koefisien regresi untuk X1 Xn = Variabel bebas ke n

b2 = Koefisien regresi untuk X2 e = Nilai residu

bn = Koefisien regresi untuk Xn

X1 = Variabel bebas pertama

Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis

regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

NPL = Non-performing loan KPR Variabel terikat (Y)

a = Intercept (konstanta)

b1 = Koefisien regresi untuk X1

b2 = Koefisien regresi untuk X2

b3 = Koefisien regresi untuk X3

b4 =Koefisien regresi untuk X4

LDR = Loan to deposit ratio,variabel bebas pertama (X1)

Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e

NPL = a + b1LDR + b2SBI+ b3SIZE +b4INF+ e

Page 101: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

85

SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, variabel bebas kedua (X2)

SIZE = Bank size, Variabel bebas ketiga (X3)

INF =Inflasi, variabel bebas keempat (X4)

e = Nilai residu

3. Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear

adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk

memberikan informasi besarnya hubungan sebab akibat (kausatif) antara

suatu faktor dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi,

maka dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model

tersebut bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa

pengujian, yaitu pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas,

pengujian heteroskedastisitas dan pengujian otokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas

dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data

distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan

menyebar disekitar garis diagonal. Menurut Suliyanto (2011:70), uji

normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah

distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai

residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi

tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.

Page 102: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

86

Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika

digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng

(bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak

terhingga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas

dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji

ini adalah sebagai berikut:

1) Histogram

Jika histogram standardized regression residual membentuk

kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan

normal.

2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)

Membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya

dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi

normal digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari

kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau

merapat ke garis diagonalnya.

Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat

memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu

dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka

peneliti menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.

Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Signifikansi

(Sig) > alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75).

Page 103: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

87

b. Uji Multikolinieritas

Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas

untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat

dihindari. Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF =

1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak

adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan

VIF < 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas

adalah:

1) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas

2) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau

error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk

mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,

maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini

menggunakan metode Analisis Grafik dan metode Uji Park.

Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot

di mana sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized

sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.

Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya

Page 104: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

88

masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk

(Suliyanto, 2011:97). Model analisis grafik ini memiliki kelemahan,

yaitu bersifat subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara

orang satu dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang

berbeda mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu, penulis

melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode Uji Park untuk

mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas.

Dalam menguji heteroskedastisitas dengan metode Uji Park

dilakukan dengan meregresikan semua variable bebas terhadap nilai Ln

residual kuadrat (Ln e2). Jika terdapat pengaruh variable bebas yang

signifikan terhadap nilai Ln residual kuadrat (Ln e2) maka daam model

ini terdapat masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Otokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2005).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak

bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat

dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana

hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).

Page 105: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

89

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan

menggunakan Durbin Watson adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007):

Run test digunakan sebagai bagian dari statistik non-parametrik

dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat

korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan

korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.

4. Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis memakai α = 5%

(0,05) atau tingkat kepercayaan 95%. Metode pengujian hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji F

Menurut Nachrowi & Usman (2006:17), Uji-F digunakan untuk

menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi

tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto (2011:55),

Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan

variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji

ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki

pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model

persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika

tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori

tidak cocok atau not fit. Untuk menghitung besarnya nilai F hitung

digunakan formula sebagai berikut: (Suliyanto:2011:45)

Page 106: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

90

Keterangan:

F = Nilai F hitung

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel

n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)

Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika

Fhitung> Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap

variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (K-1), (n-

K). n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel

Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut :

Ho = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara

simultan terhadap variabel dependen.

Ha = ada pengaruh dari variabel independen secara simultan

terhadap variabel dependen

Adapun aturan dalam pengambilan keputusan adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha

b. Uji t

Menurut Nachrowi & Usman (2006:18) setelah melakukan uji

koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah

menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan

suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Singgih Santoso

F =

Page 107: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

91

(2012:225) Uji t digunakan untuk menguji signifikasi konstanta dan

setiap variabel independen.Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung

digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap

terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti

terhadap variabel terikatnya atau tidak.Uji t digunakan untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara

individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat

signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2011). Menurut Suliyanto (2011:45) rumus uji t

sebagai berikut:

Keterangan : ti = Nilai t hitung

Bj = Koefisien regresi

Sbj= Kesalahan baku koefisien regresi

Dimana :

Keterangan : Sbj = Kesalahan baku koefisien regresi

Se = Kesalahan baku estimasi

Det = Determinasi matriks A

Kii = Kofaktor matriks A

Dimana :

ti =

Sbj = (Kii)

Se =

Page 108: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

92

Ket : Se = Kesalahan baku estimasi

(Y-Ŷ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi

n = Ukuran sampel

k = Jumlah variabel yang diamati

Menurut Suliyanto (2011:56) dalam menentukan pengujian

hipotesis uji t adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis

Hipotesis 1

Ho : Tidak terdapat pengaruh negatif Variabel Independent

terhadap Variabel Dependent

Ha : Terdapat pengaruh negatif Variabel Independent terhadap

Variabel Dependent

Hipotesis 2

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif Variabel Independent

terhadap Variabel Dependent

Ha : Terdapat pengaruh positif Variabel Independent terhadap

Variabel Dependent

2. Kriteria Pengujian

Hipotesis 1

Ho tidak dapat ditolak jika:

t hitung ≥ -t tabel, atau

Sig.> 0,05 dan arah koefisien negatif

Ha diterima jika:

Page 109: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

93

t hitung < -t tabel, atau

Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif

Hipotesis 2

Ho tidak dapat ditolak jika:

t hitung ≤ t tabel, atau

Sig.> 0,05

Ha diterima jika:

t hitung > t tabel, atau

Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif.

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

dependen. Nilai R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R

square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan

100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0

atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam

Y.

Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan

besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan

variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel

terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias

terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi

Page 110: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

94

di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan

dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang

dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka

digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R

Square (R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan(R2adj) berarti

bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah

variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan

koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien

determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya

penambahan variabel baru dalam model.

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang

digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional

variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di

observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan

data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah:

Page 111: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

95

a. Non Performing Loan pada Kredit Pemilikan Rumah

Non Performing Loan pada Kredit Pemilikan Rumah ini

merupakan variabel terikat atau dependent (Y). Menurut Undang-

Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Data diperoleh dari statistik perbankan indonesia pada laporan

kegiatan kinerja Bank Persero periode Januari 2006 sampai Desember

2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan

persentase (%).

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang secara bebas

berpengaruh terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini variabel

independen ada 4 yaitu:

a. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) ini merupakan variabel bebas

pertama (X1). Maksud dari variabel ini adalah Loan to Deposit Ratio

adalah ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Lukaman Dendawijaya (2009:116)

Page 112: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

96

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi

semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan,

hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk

membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to

Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang

rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan

bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi

intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).

Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada

laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2006 sampai

desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam

bentuk Persentase (%).

b. Suku Bunga Sertifikat Bank indonesia (SBI)

Suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan

variabel bebas dua (X2). Maksud dari variabel ini adalah merupakan

surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka pendek dengan

diskonto. Dalam penelitian ini menggunakan suku bunga sertifikat

Bank Indonesia (SBI). Data yang digunakan bersumber dari Statistik

Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI) periode Januari 2006

sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%)

c. Ukuran Bank (Bank Size)

Page 113: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

97

Ukuran Bank (Bank Size) merupaka fariabel ke tiga (X3)

Maksud dari variabel ini adalah rasio Bank Size diperoleh dari

logaritma natural total assets yang dimiliki bank yang bersangkutan

pada periode tertentu. (Ranjan dan Dahl, 2003)

Assets disebut juga aktiva. Menurut Sastradipura (2004:151),

sisi aktiva pada bank menunjukkan strategi dan kegiatan manajemen

yang berkaitan dengan tempat pengumpulan danameliputi kas,

rekening pada bank sentral, pinjaman jangka- pendek dan jangka

panjang, dan aktiva tetap. Manajemen aktiva bank ialah manajemen

yang berhubungan dengan alokasi dana ke dalam kemungkinan

investasi. Alokasi dana ke dalam investasi perlu direncanakan,

diorganisasi, diarahkan, dan diawasi agar tujuannya dapat tecapai.

Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada

laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2006 sampai

desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam

bentuk milyar.

d. Inflasi

Inflasi merupakan variabel bebas ketiga (X3). Maksud dari

variabel ini adalah kecenderungan meningkatnya harga barang-barang

pada umunya secara terus menerus, yang disebabkan oleh karena

jumlah uang yang beredar terlalu banyak dibandingkan dengan

barang-barang dan jasa yang tersedia (Firdaus, 2011:115). Data inflasi

Page 114: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

98

ini diperoleh dari Badan Pusat Statitik (BPS), periode Januari 2006

sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%)

Page 115: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

99

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia.

Pada saat ini kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami

banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan ini selain

disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas

dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil

dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-

faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi

perkembangan perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan

dalam empat periode. Masing-masing periode mempunyai ciri-ciri khusus

yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Serangkaian paket-

paket deregulasi di sektor riil dan moneter yang di mulai sejak tahun 1980-

an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an

adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan empat periode kondisi

perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini (Triandaru, 2009:73).

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 merupakan undang-undang

yang di buat sebagai penyederhana sistem perbankan dengan

menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional bank secara struktural

yang sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun

1967 yang telah membedakan fungsi bank umum, bank pembangunan, bank

tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk

Page 116: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

100

fungsi-fungsi bank-bank pemerintah yang masing-masing didirikan dengan

undang-undang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992, sistem

perbankan hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR.

Kedua jenis bank tersebut berdasarkan undang-undang dapat melakukan

perbankan konvensional (conventional banking) dan perbankan syariah

(syariah compliance bank) (Dahlan Siamat, 2005:34).

2. Bank Persero di Indonesia

Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN

adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh

pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang

tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-

beda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk

pada Undang-undang tentang perbankan.

Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil

jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari

restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an

sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap

Bank Persero dilakukan dengan menggabungkan Bank Bumi Daya, Bank

Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor

Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan

Negara, Bank Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus

beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah

Page 117: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

101

menjadi Bank Ekspor Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi

sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan ekspor.

Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami

perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh

pemerintah. Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui

penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI,

Bank Mandiri, dan Bank BRI.

Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia,

yaitu:

a. Bank Mandiri

Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian

dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh

pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah

yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor

Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi

Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan

peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian

Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi

selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia

perbankan dan perekonomian Indonesia.

Page 118: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

102

Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi

secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor

cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari

jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan.

Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal

ini dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di

tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu,

Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan

penawaran saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen

dengan 4 Miliar lembar saham.

Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion

Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3

fase:

a) Fase pertama “Back On track” (2006-2007), yakni focus untuk

membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri

di masa yang akan datang.

b) Fase kedua ”outperform the market” (2008-2009), yakni fokus

pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan

di seluruh segmen dan memilki profitabilitas diatas rata-rata pasar.

c) Fase ketiga “shaping the end game”, yakni fase dimana bank

Mandiri dapat memilki peranan aktif dalam proses konsolidasi sector

perbankan Indonesia.

Page 119: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

103

Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri

sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja

bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter

finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio

NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005

menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri

yang juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005

menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.

Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam

peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada

tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati

posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey

Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan

pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat

apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate

Governance.

Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan,

Bank Mandiri melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada

awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan.

Pada kuartal III tahun 2011 permodalan Bank Mandiri telah mencapai

Rp 59,7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang

meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai dengan criteria

Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, mandiri dapat

Page 120: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

104

menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset

terbesar mencapai Rp 501,9 Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai

Rp 297,5 Triliun, serta penghimpun dana masyarakat terbesar

mencapai Rp 376,4 Triliun.

Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik

yaitu sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0, 66% untuk NPL netto.

Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 memperkerjakan 27.305

karyawan dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh

Indonesia dan 7 kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar

negeri. Layanan distribusi bank mandiri juga dilengkapi dengan

jaringan Electronic Data Capture sebanyak 70.616 unit, serta

electronic channels yang meliputi mandiri Mobile, Internet Banking,

SMS Banking dan Call Center 14000. Bank Mandiri juga didukung 6

pilar bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan

syariah pasar modal, pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum serta

bank fokus di segmen mikro.

Visi dari Bank Mandiri adalah menjadi Lembaga Keuangan

Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif. Sedangkan misi

yang dimiliki oleh Bank Mandiri ada 5 poin, yaitu:

a) Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.

b) Mengembangkan sumber daya manusia professional

c) Member keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

d) Melaksanakan manajemen terbuka

Page 121: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

105

e) Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.

Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka

panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis

maupun perseorangan. Selain itu juga Bank Mandiri berusaha

melayani sleuruh nasabah dengan standar layanan internasional

melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Dan Bank Mandiri

Berusaha dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama

tim yang terbaik.

b. Bank Rakyat Indonesia

Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah

yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat

Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria

Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank

Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan

Simpanan Milki Kaum Priyayi purwokerto. Suatu lemabaga keuangan

yang melayani orang-orang kebangsaan Indonesia (Pribumi). Lembaga

tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan

sebagai hari kelahiran BRI.

Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang

Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun

1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya

mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank

Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan

Page 122: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

106

masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan

Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-

Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI

sebagai bank umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan

No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status

BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu

masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun

2003, pemerintah Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham

bank ini, sehingga menjadi perusahaan public dengan nama resmi PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai

saat ini.

Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat

Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada

masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit

kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada

perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994

sebesar Rp 6,42 triliyun yang meningkat menjadi Rp 8,23 triliyun pada

tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September

sebesar Rp 20,47 triliyun. Seiring dengan perkembangan dunia

perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat

Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang

terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor

Page 123: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

107

Inspeksi/SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang

pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand

Island Agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6

kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan

desa.

Visi yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi

bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan

nasabah. Dan Misi yang dimilki oleh Bank BRI ada 3, yaitu:

a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan

mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan

menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan

kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia

yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate

governance.

c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

c. Bank Negara Indonesia

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank

Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki

oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan

alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia,

yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang

Page 124: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

108

tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya.

Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan

Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 juli

ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javasche Bank yang merupakan

warisan dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949.

Pemerintah membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank

sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan

sebagai bank pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk

bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi

luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status

BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini

melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha

nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian

sebagai bagian dari identitass perusahaan, nama Bank Negara Indonesia

1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini

menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai BNI 46.

Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara

Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan

publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal

pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap

perubahan dan kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi

Page 125: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

109

dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang

berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan

komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus

menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai

digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik

setelah keberhasilan mengarungi masa-masa sulit. Sebutan Bank BNI

dipersingkat menjadi BNI sedangkan tahun pendirian ‘46’ digunakan

dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank

nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada

sejarahnya BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik

bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan Negara.

Visi BNI adalah menjadi bank kebanggaan nasional yang

unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja. Sedangkan

pernyataan visinya yaitu menjadi bank kebanggan nasional yang

menwarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen

pasar korporasi, komersial dan konsumer. Misi BNI ada 5 poin, yaitu:

a) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah

kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama (the bank

choice).

Page 126: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

110

b) Meningkatkan nilai invesatsi yang unggul bagi investor.

c) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggan untuk

berkarya dan berprestasi.

d) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap

lingkungan sosial.

e) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan

yang baik.

d. Bank Tabungan Negara

Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan

dengan nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan jepang di

Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin

Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil

alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan

pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan

Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank

Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai

dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964.

Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan

Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi

sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status

hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2

tahun setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank

devisa. Pada tahun 2000 Bank Tabungan Negara ikut dalam program

Page 127: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

111

rekapitulasi. Pada tahun 2002 Bank BTN sebagai bank umum degan

fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Tahun 2003

restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh. Dan di tahun 2008 Bank

BTN menjadi bank yang pertama di Indonesia yang melakukan

pendaftaran transaksi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK

EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan

perdana dan listing transaksi tersebut di bursa efek Indonesia pada

tahun 2009.

Visi yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara adalah menjadi

bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan. Sedangkan misi

yang diemban oleh Bank Tabungan Negara ada 5 poin, yaitu:

a) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan

dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil

menengah.

b) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi

pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis

teknologi terkini.

c) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang

berkualitas, professional dan memilki integritas yang tinggi.

d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai degan prinsip

kehati-hatian dan good governance untuk meningkatkan

shareholder value.

e) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan

Page 128: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

112

B. Hasil analisa dan pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan

minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif penelitian yang dapat

dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1Hasil Statistik Deskriptif

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 84 sampel data yang diambil dari

laporan keuangan publikasi Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia

(SPI) Bank Persero dan Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2006 sampai

dengan 2012.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum MeanStd.

Deviation

LDR 84 ,5898 ,8419 ,721958 ,0809683SBI 84 ,0048 ,0106 ,006561 ,0016635

Bank_Size 84 5,7469 6,3153 5,989081 ,1766916

INFLASI 84 -,0032 ,0246 ,004993 ,0049857

NPL 84 ,0030 ,0114 ,007183 ,0024269

Valid N(listwise)

84

Page 129: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

113

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut juga menunjukkan bahwa variabel

terikat (dependent) jumlah NPL memiliki nilai minimum 0,0030 atau 0,3%

pada bulan Agustus, September, Oktober dan Desember 2012 sedangkan

untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0114 atau sebesar 1,14%pada bulan

Agustus dan Oktober 2006. Nilai rata-rata (mean) jumlah permintaan

kredit sebesar 0,007183 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya

(standar deviasi) sebesar 0,0024269.

Variabel bebas loan to debt ratio (LDR) memiliki nilai minimum

0,5898 pada bulan Januari tahun 2007 sedangkan untuk nilai

maksimumnya sebesar 0,8419 pada bulan Agustus 2011. Nilai rata-rata

(mean) jumlah loan to debt ratio (LDR) sebesar 0,721958 dan ukuran

penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0809683.

Variabel bebas suku bunga sertifikat bank indonesia memliki nilai

minimum 0,0048 pada bulan Februari dan Desember tahun 2012

sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0106 pada bulan Januari

2006 hingga April 2006. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,006561 dan

ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar

0,0016635.

Variabel bebas bank size memliki nilai minimum 5,7469 pada

bulan April 2006 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 6,3153

pada bulan Desember 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 5,989081

dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar

0,1766916.

Page 130: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

114

Variabel bebas inflasi memliki nilai minimum -0,0032 pada bulan

Maret 2011 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0.0246 atau

2,46% pada bulan Juni 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,004993

dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) 0,0049857.

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual

yang telah di standarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau

tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Nilai

residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dalam

bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang

kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji

Kolmogorov-Smirnov.

Page 131: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

115

Berikut adalah hasil dari uji ini:

1) Analisa Grafik Histogram

Gambar 4.1

Berdasarkan gambar 4.1 grafik histogram Regression Residual

yang telah diolah dari variable data penelitian membentuk kurva yang

terlihat seperti lonceng maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai

residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.

Page 132: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

116

2) Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P

Plot)

Gambar 4.2

Sumber : Data diolah

Berdasarkan gambar grafik 4.2 grafik P-P Plot of Regression

Standardized Residual, titik-titik mengikuti atau merapat ke garis

diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau berdistribusi

normal meskipun ada beberapa titik yang menyimpang dari garis

diagonal.

Page 133: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

117

3) Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.2

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 84

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,97560608

Most Extreme

Differences

Absolute ,133

Positive ,091

Negative -,133

Kolmogorov-Smirnov Z 1,219

Asymp. Sig. (2-tailed) ,102

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan

SPSS19

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0,102 > 0,05. Oleh sebab itu H0 diterima. Hal tersebut berarti

nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyear secara normal.

b. Uji Multikolinieritas

Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk

saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat

dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

Page 134: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

118

dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah

nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF < 10. Berikut adalah hasil

dari uji Multikolinieritas pada tabel 4.3:

Tabel 4.3Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factor)

B

e

r

d

a

s

a

r

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas Loan to

Deposit Ratio (LDR) = 0,244, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) = 0,353, Bank Size = 0,505 dan Inflasi = 0.821. sedangkan nilai

VIF variabel bebas jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR) = 4,095, Suku

Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) = 2,829, Bank Size = 1,980, dan

Indeks Harga Konsumen (IHK) = 1,217. Dapat disimpulkan bahwa model

regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas karena nilai tolerance >

0,1 dan nilai VIF < 10.

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

T Sig.

CollinearityStatistics

BStd.

Error BetaToleranc

e VIF

1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 ,244 4,095

SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 ,353 2,829

Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 ,505 1,980

INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 ,821 1,217

a. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Page 135: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

119

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti ada varian variable pada model regresi

yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variable pada model

regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan

homoskedastisitas. Yang diharapkan pada pada model regresi adalah

yang homoskedastisitas. Masalah heteroskedasitas sering terjadi pada

penelitian yang menggunakan data cross-section. Pada penelitian ini

pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik

Scatterplot dan metode uji glejser Berikut adalah hasil dari metode yang

dilakukan:

1) Metode Analisis Grafik Scatterplot

Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.3

Page 136: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

120

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara

acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression

Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang

dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2) Metode Analisis Uji Park

Tabel 4.4

Uji Park

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -41,179 21,125 -1,949 ,055

LnLDR -2,952 3,745 -,203 -,788 ,433LnSBI -2,495 1,500 -,350 -1,663 ,101LnBank_size 7,255 9,455 ,127 ,767 ,446LnINFLASI -,029 ,196 -,019 -,150 ,881

a. Dependent Variable: Lnei2Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Dari data tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Sig

lebih dari 0,05 sehingga ke empat variable tersebut tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas. Karena nilai signifikansi dari variable LnLDR

sebesar 0,433, nilai dari variable LnSBI sebesar 0,101, nilai Sig dari

variable LnBank_Size adalah sebesar 0,446, dan nilai signifikansi dari

Variabel LnINFLASI sebesar 0,881. Maka dapat disimpulkan tidak

terdapat gejala heteroskedastisitas atau H0 diterima.

Page 137: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

121

d. Uji Otokorelasi

Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut

waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab

munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia)

artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan

(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode

sekarang.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

otokorelasi adalah dengan Run test. Uji run test digunakan sebagai

bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk

menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar

residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa

residual adalah acak atau random.

Tabel 4.5

Uji Otokorelasi

Runs Test

Standardized Residual

Test Valuea .00010

Cases < Test Value 41

Cases >= Test Value 42

Total Cases 83

Number of Runs 36

Z -1.435

Asymp. Sig. (2-tailed) .151

a. Median

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Page 138: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

122

Berdasarkan tabel 4.5 diatas nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,151 yang artinya nilai signifikasnsi dari Standardized Residual >dari

0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel data tersebut bersifat acak

atau tidak terjadi otokorelasi.

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan

varia bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan

model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara

simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model

persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika

tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori

tidak cocok atau not fit.

Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan

menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis

of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika

nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi

< 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.6 :

Page 139: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

123

Tabel 4.6Uji F

ANOVAb

ModelSum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

1 Regression ,000 4 ,000 73,485 ,000a

Residual ,000 79 ,000

Total ,000 83

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDRb. Dependent Variable: NPL

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai Fhitung diperoleh 73,485 dengan

tingkat signifikan 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05

maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (73,483 > 2,153)

dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (84-4) = 2,153.

Dapat disimpulkan bahwa jumlah Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga

Sertifikat Bank Indonesia, Bank Size dan Inflasi berpengaruh terhadap

variable Non Performing Loan.

b. Uji t

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka

langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu

atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Page 140: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

124

Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel

4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746

a. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

1) Uji t terhadap variabel Loan to Deposit Ratio (LDR)

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Loan

to Deposit Ratio (LDR) secara statistik menunjukkan hasil yang

signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan

nilai t hitung X1 = -5,305 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 =

80, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-5,305 < -1.991 ). Maka

Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel loan to

deposit ratio (LDR) berpengaruh secara negatif signifikan terhadap

variabel non performing loan KPR pada bank PERSERO.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Rajiv

Ranjan dan Sarat Chandra Dhal, (2003), Siti Wahyuni (2011) yang

menyatakan bahwa loan to deposit ratio memiliki pengaruh negatif

terhadap perkembangan nilai non performing loan. Hal tersebut

dikarenakan Likuiditas adalah tingkat kemampuan bank memenuhi

Page 141: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

125

kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat

diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit

Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu

bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank

terhadap dana oleh pihak ketiga.

Menurut Toby, Adolphus (2010) Sebagian besar bank

dioperasikan dengan atas rata-rata loan to deposit ratio, meskipun

tingkat kredit macet portofolio pada tingkat rata-rata. Sebagian besar

bank memiliki rasio likuiditas yang melebihi rata-rata. Secara

keseluruhan, sebagian besar bank di Nigeria memasuki era krisis

global yang memiliki riwayat ketidakpatuhan dengan indikator

kehati-hatian dasar. Posisi rata-rata dalam hal kredit macet portofolio

bisa saja dipengaruhi oleh beberapa bank yang kuat dengan

pembukuan bagus. Rasio likuiditas sebagian besar bank tampaknya

berada di atas rata-rata industri dan dengan implikasi atas kehati-

hatian Minimum Rasio Likuiditas (MLR) dari 40%.

Menurut Mulyono (2009:101). Semakin besar jumlah

keseluruhan dana yang likuid di dalam sebuah bank maka angka non

performing loan pada perbankan juga dapat di tanggulangi dengan

likuiditas total asset yang mudah di cairkan tersebut.

Page 142: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

126

2) Uji t Terhadap Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel suku

bunga kredit statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai

lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t-hitung X2 = 3,175

dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05), sehingga t

hitung > t tabel (3,175> 1.991). Maka Ho ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) memiliki pengaruh signifikan terhadap variable non

performing loan KPR pada bank PERSERO.

Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian

Triwibawanto Agus (2002), Honny K Tanudjaja(2006) yang

menyatakan bahwa perubahan suku bunga Bank Indonesia akan

mempengaruhi perubahan rasio non performing loan secara

signifikan. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar

kemungkinan nasabah kesulitan dalam melunasi kredit yang mereka

pinjam.

3) Uji-t terhadap Bank Size

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Bank

size statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai

lebih besar dari α (0,061> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = -

1,904 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05),

sehingga -t hitung > -t tabel (-1,904 > -1.991 ). H0 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Bank Size tidak memiliki

Page 143: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

127

pengaruh terhadap variable non performing loan KPR pada bank

PERSERO.

Penelitian ini di dukung atas hasil yang telah di teliti oleh Salas

dan Saurina (2002) menemukan hubungan negatif antara ukuran

bank dan kredit macet dan berpendapat bahwa ukuran yang lebih

besar memungkinkan untuk peluang diversifikasi lebih. Pada

pembahasan literatur lain yang telah difokuskan pada tingkat

konsentrasi pinjaman di berbagai sektor, dan mengusulkan bahwa

kerentanan dalam sektor konsentrasi kredit yang tinggi cenderung

memperburuk rasio non performing.

Namun pada penelitian lain hasil dari penelitian ini tidak

searah dengan penelitian yang di kemukakan oleh Senyonga and

Prabowo (2006), menunjukkan bahwa ukuran bank yang dilihat dari

besarnya aset memiliki hubungan positif terhadap modal bank. Aset

yang lebih besar akan mendorong likuiditas bank sehingga dapat

meningkatkan modal mereka lebih besar juga. Penelitian lain yang

dilakukan oleh

4) Uji-t terhadap Inflasi

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel inflasi

secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai

lebih besar dari α (0,746> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 =

0,325dan t tabel sebesar -1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05),

sehingga t hitung < t tabel (0,325< 1.991). Maka Ho diterima,

Page 144: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

128

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap non performing loan KPR pada bank

PERSERO.

Secara teoritis, meningkatnya tingkat inflasi berdampak pada

kenaikan suku bunga, agar suku bungan riil tetap menarik. Namun

pengaruh inflasi terhadap NPL industri tidak nampak jelas. Artinya

tidak benar bahwa inflasi yang meningkat dapat meningkatkan kredit

bermasalah sektor KPR.

Hal tersebut di karenakan ketika inflasi mengalami penurunan

biasanya Bank Indonesia merespon dengan melakukan kebijakan

menurunkan BI rate. Namun penurunan BI rate tersebut tidak secara

langsung direspon oleh pihak perbankan dengan turut menurunkan

suku bunga pinjaman dalam jangka pendek. Respon yang lambat

yang dilakukan pihak perbankan disebabkan oleh masih belum

pastinya kondisi makro ekonomi akibat krisis global yang terjadi

pada 2008 sehingga pihak perbankan harus menjaga kehati-hatian

dalam memberikan kredit dengan menetapkan suku bunga yang

tinggi. Hal ini mengakibatkan bahwa inflasi pada periode penelitian

menjadi tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah sektor KPR.

Penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh

Honny K Tanudjaja (2006) yang membahas tentang pengaruh non

performing loan dengan beberapa fariabel makro seperti, tingkat

Page 145: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

129

suku bunga, uang beredar, nilai tukar rupiah dan harga minyak

mentah. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi

sebagai berikut:

Dimana :

Y = Jumlah NPL sektor KPR bank PERSERO (dalam persentase)

X1 = Loan to Deposit Ratio (dalam Persentase)

X2 = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (dalam persentase)

Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi dan

hasil uji t di atas adalah sebagai berikut:

1) Apabila X1, X2, bernilai 0, maka nilai Y adalah 2,8% maksudnya

adalah jika Bank PERSERO (sampel yang diambil) tidak melakukan

operasional perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan

bahwa dalam periode 2006-2012 jumlah non performing loan KPR

berjumlah sebesar 2,8%.

2) X1 = -0,017 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% nilai loan to

deposit ratio (X1) akan menyebabkan turunnya nilai NPL sebesar

1,7%

Y = 0,028 – 0.017X1 + 0,403X2

Page 146: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

130

3) X2 = 0,403 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% Suku Bunga

Sertifikat Bank Indonesia (X2) akan menyebabkan kenaikan nilai

NPL sebesar 40,3%.

c. Uji Adjusted R Square (R2adj)

Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi

koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien

determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel

bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan

satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan

meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk

mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi

yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa

koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel

dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien

determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang

disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel

baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat

pada tabel 4.7 di bawah ini:

Page 147: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

131

Tabel 4.8

Uji R Square

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,888a ,788 ,777 ,0011449

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDRb. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19 dengan

SPSS19

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,777 atau sebesar

77,7%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh loan to deposit rasio, suku

bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), bank size dan Inflasi terhadap

perubahan rasio non performing loan KPR pada Bank Persero adalah

77,7%, sedangkan sisanya sebesar 24,8% (100% - 75,2%) dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian

ini.

Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar

0,888 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat adalah kuat dan positif karena memiliki nilai lebih dari

0,5 (R > 0,5) atau 0,888 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukan bahwa

apabila variabel bebas naik maka variabel terikat akan naik, begitu pula

sebaliknya apabila variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan

turun.

Page 148: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

131

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu loan

to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan

KPR pada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil pengujian

pada tabel anova nilai Fhitung > Ftabel (73,483 > 2,153).

2. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas loan to deposit ratio,

suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara parsial atau individu

memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing

loan KPR pada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil yang

berbeda-beda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara LDR dengan perubahan nilai NPL KPR.

Selain itu variable SBI memiliki pengaruh yang positif terhadap NPL

KPR. Variabel bank size memiliki hubungan yang negative terhadap

perubahan NPL KPR. Sedangkan pada variable inflasi terjadi pengaruh

positif terhadap NPL KPR pada bank PERSERO.

Page 149: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

132

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba

mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di antaranya:

1. Bagi Bank Persero

Dengan adanya temuan bahwa variabel suku bunga Sertifikat Bank

indonesia (SBI) dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah permintaan

kredit, sedangkan variabel loan to deposit ratio (LDR) dan bank size

tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan kredit dengan

tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem Bank Persero dan

langkah untuk mengambil kebijakan yang terkait seperti:

a. Kebijakan yang terkait dengan peningkatan asset perbankan, hendaknya

bank Persero semakin meningkatkan penghimpunan total asset

perbankan ini, mengingat variabel ini mempunyai pengaruh yang paling

dominan terhadap pertumbuhan kredit. Salah satu cara untuk

meningkatkan penhimpunan total asset perbankan adalah dengan

menghimpun dana dari pihak ketiga dan melakukan penyaluran dana

melalui kredit yang akan disalurkan.

b. Kebijakan yang terkait dengan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), hendaknya pihak bank Persero lebih memperhatikan

peningkatan dan penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Sehingga Bank

Page 150: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

133

Persero dapat segera mengambil kebijakan dalam menyesuaikan suku

bunga kredit.

c. Kebijakan yang terkait dengan Inflasi, hendaknya Bank Persero lebih

memperhatikan penetapan arah kebijakan moneter oleh Bank

Indonesia (BI), yaitu dalam hal penetapan arah inflasi. Sehingga bank

Pesero dapat mengatasi sedini mungkin pengaruhnya terhadap sektor

kredit perbankan, serta menyesuaikan dengan suku bunga kredit.

2. Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen

khusunya perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang Loan to Deposit

Ratio (LDR), Suku Bunga SBI, Bank Size dan inflasi yang mempengaruhi

Non-Performing Loan KPR pada bank PERSERO.

Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah

variabel kebijakan moneter, misalnya : PDB, Harga minyak dunia, kurs

dan lainnya. Selain itu bisa dengan menambah instrumen Rasio keungan

seperti ROA, ROE, dan CAR. dan juga perlu dipertimbangkan subyek

penelitian lainnya mengingat perkembangan perbankan di Indonesia.

Page 151: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

134

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud. “Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan RisikoOperasional dalam Perbankan”. Jakarta, PT. Elex Media KompetindoKelompok Gramedia. 2004.

Case dan Fair. “ Prinsip-prinsip Ekonomi”. Erlangga, Jakarta, 2006

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,2010

Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi danPengaruh Variabel Makro Ekonomi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan,Vol. 13 No.2, Surabaya, 2007.

Honny K. Tanudjaja. “Analisis hubungan dan pengaruh variabel-variabelmakroekonomi terhadap kredit bermasalah.” 2006

Ismail, “Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”, Kencana, Jakarta.2011

Johannes Ibrahim , ”Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif”,Penerbit CV. Utomo, Bandung, 2004

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2008.

Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi 1. Cetakan 2. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003.

Kevin Greenidge and Tiffany Grosvenor “FORECASTING NON-PERFORMINGLOANS IN BARBADOS”. 2010

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, “AkuntansiIntermediete”, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh,Penerbit Erlangga, Jakarta. 2002

Lukman, Dendawijaya.” Manajemen Bank”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan EkonomiMoneter (Kajian Kontekstual Indonesia),” FEUI. Jakarta, 2004

Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010

Page 152: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

135

Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuanganedisi8. Salemba Empat : Jakarta.

Misra dan Sarat Dhal. “ Pro-cyclical Management of Banks’ Non-PerformingLoans by the Indian Public Sector Banks”. 2010

Muhamad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Bandung, PT CitraAditya Bakti. 2003

Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikauntuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006.

Nopirin. “ Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”. BPFE, Yogyakarta, 2000

Puspropanoto, Sawaldjo. “ Keuangan Perbankan dan Pasar Keungan: Konsep,Teori, dan Realita”. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004

Putong, Iskandar. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”. Jakarta, GhaliaIndonesia. 2000

Rajiv Ranjan dan Sarat Chandra Dhal. “Non-Performing Loans and Terms ofCredit of Public Sector Banks in India: An Empirical Assessment”. 2003

Rivai, Veithal dan Andria Permata Veithal. “Credit management handbook:Teori,Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir,dan Nasabah”. Ed.1-2, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007.

Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. 3rd edition,Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2006.

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Zikrul Hakim,Jakarta, 2008.

S.Scott MacDonald, Timothy W.Koch.. Management of Banking (6th edition).USA: Thomson South Western. 2006

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo,Jakarta, 2012

Siamat, Dahlan,”Management Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter danPerbankan”, Lembaga Penerbit UI, Jakarta, 2005.

Page 153: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

136

Simorangkir, O.P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.”, Bogor,Ghalia Indonesia. 2005

Siswanto Sutojo. “Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus”, Jakarta.PT. Damar Mulia Pustaka. 2008

Somoye, R.O.C. “The variation of risks on non-performing loans on bankperformances in Nigeria.” 2010

Sudarsono dan Edilius. “Manajemen Koperasi Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta.2007

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd edition, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2004

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,Yogyakarta, 2011.

Susilo, dkk. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”. Jakarta, Salemba Empat.2000

Suyatno, Thomas Drs. dkk. “Dasar-Dasar Perkreditan. Edisi keempat”. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2004

Syeda Zabeen Ahmed. “An Investigation Of The Relationship Between Non-Performing Loans, Macroeconomic Factors, And Financial Factors InContext Of Private Commercial Banks In Bangladesh”. 2006

Teguh Pudjo Mulyono, “Manajemen Perkreditan”, Yogyakarta, Rineka Cipta.2001

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”.Edisi 2, Jakarta, Salemba Empat.2009

Wiagustini, Ni luh Putu. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”. Denpasar. UdayanaUniversity Press. 2010

---------” Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014”. Bank Indonesia, Jakarta, 2009.

Page 154: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

138

Lampiran 1: Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2006-2012

TANGGAL LDR % SBI % SIZEMilyar

INFLASI% NPL %

Jan-06 59.73 12.72 5.7531 1.36 0.92Feb-06 59.65 12.72 5.7517 0.58 1.02Mar-06 60.2 12.72 5.7477 0.03 1.07Apr-06 60.42 12.72 5.7469 0.05 1.03

May-06 60.53 12.48 5.7487 0.37 1.08Jun-06 60.58 12.48 5.749 0.45 1.04Jul-06 60.9 12.24 5.7489 0.45 1.12

Aug-06 60.74 11.76 5.7496 0.33 1.14

Sep-06 60.93 11.28 5.7513 0.38 1.05Oct-06 59.88 10.8 5.7535 0.86 1.14Nov-06 59.67 10.2 5.756 0.34 1.12Dec-06 60.03 9.72 5.7592 1.21 0.83

Jan-07 58.98 9.48 5.7961 1.04 0.99Feb-07 59.78 9.24 5.7935 0.62 1Mar-07 60.62 9 5.7928 0.24 1.03Apr-07 60.32 9 5.7927 -0.16 1.1

May-07 60.66 8.76 5.7937 0.1 1.12Jun-07 61.88 8.52 5.7959 0.23 1.04Jul-07 61.42 8.28 5.7983 0.72 1

Aug-07 63.59 8.28 5.7995 0.75 0.98

Sep-07 64.33 8.28 5.8015 0.8 1.02Oct-07 65.53 8.28 5.8036 0.79 0.97Nov-07 66.28 8.28 5.8057 0.18 0.94Dec-07 62.37 8.04 5.8115 1.1 0.84

Jan-08 64.12 8.04 6.288 1.77 0.9Feb-08 65.92 8.04 6.288 0.65 0.91Mar-08 68.54 8.04 6.2883 0.95 0.88Apr-08 69.35 8.04 6.2887 0.57 0.84

May-08 71.62 8.28 6.29 1.41 0.81Jun-08 71.32 8.52 6.2933 2.46 0.75Jul-08 74.42 8.76 6.295 1.37 0.74

Aug-08 78.98 9 6.2964 0.51 0.74

Sep-08 76.6 9.24 6.3 0.97 0.65Oct-08 75.89 9.48 6.3052 0.45 0.64Nov-08 75.56 9.48 6.3107 0.12 0.6Dec-08 70.27 9.24 6.3153 -0.04 0.53

Page 155: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

139

Jan-09 71.45 8.76 5.918 -0.07 0.62

Feb-09 73.06 8.28 5.9168 0.21 0.65Mar-09 73.4 7.8 5.9186 0.22 0.69Apr-09 73.68 7.56 5.919 -0.31 0.72

May-09 74.5 7.2 5.9204 0.04 0.73

Jun-09 74.79 6.96 5.9236 0.11 0.66Jul-09 75.64 6.72 5.9252 0.45 0.68

Aug-09 75.64 6.48 5.9278 0.56 0.71Sep-09 74.64 6.48 5.9236 1.05 0.71

Oct-09 79.95 6.48 5.9256 0.19 0.7Nov-09 73.68 6.48 5.9281 -0.03 0.62Dec-09 69.55 6.48 5.9337 0.33 0.54Jan-10 70.08 6.48 5.9759 0.84 0.56

Feb-10 73.38 6.48 5.9754 0.3 0.59Mar-10 73.75 6.48 5.9751 -0.14 0.62Apr-10 74.97 6.48 5.9766 0.15 0.64

May-10 76.53 6.48 5.9763 0.29 0.67

Jun-10 75.63 6.48 5.9784 0.97 0.63Jul-10 77.63 6.48 5.9789 1.57 0.64

Aug-10 79.18 6.48 5.9791 0.76 0.62Sep-10 78.23 6.48 5.9802 0.44 0.64

Oct-10 77.99 6.48 5.9816 0.06 0.64Nov-10 77.89 6.48 5.9835 0.6 0.63Dec-10 71.54 6.48 5.9892 0.92 0.53Jan-11 74.3 6.48 6.0342 0.89 0.62

Feb-11 77.88 6.72 6.0296 0.13 0.66Mar-11 77.67 6.72 6.0328 -0.32 0.64Apr-11 79.83 6.72 6.0337 -0.31 0.68

May-11 80.47 6.72 6.0362 0.12 0.69

Jun-11 81.79 6.72 6.0391 0.55 0.66Jul-11 81.83 6.72 6.0408 0.67 0.67

Aug-11 84.19 6.72 6.0428 0.93 0.65Sep-11 83.18 6.72 6.0459 0.27 0.62

Oct-11 80.95 6.48 6.0494 -0.12 0.61Nov-11 81.51 6 6.056 0.34 0.57Dec-11 74.75 6 6.062 0.57 0.47Jan-12 76.58 6 6.102 0.76 0.32

Feb-12 79.9 5.76 6.0987 0.05 0.32Mar-12 81.16 5.76 6.1074 0.07 0.32Apr-12 82.48 5.76 6.1158 0.21 0.32

Page 156: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

140

May-12 80.91 5.76 6.1292 0.07 0.32

Jun-12 81.51 5.76 6.1366 0.62 0.31Jul-12 82.18 5.76 6.132 0.7 0.31

Aug-12 82.88 5.76 6.1376 0.95 0.3Sep-12 83.84 5.76 6.1426 0.01 0.3

Oct-12 83.72 5.76 6.1449 0.16 0.3Nov-12 82.71 5.76 6.1578 0.07 0.36Dec-12 79.84 5.76 6.1862 1.03 0.3

Lampiran 2: Tabel Deskriptif StatistikDescriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

NPL ,007183 ,0024269 84

LDR ,721958 ,0809683 84

SBI ,006561 ,0016635 84

Bank_Size 5,989081 ,1766916 84

INFLASI ,004993 ,0049857 84

Lampiran 3: Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR

b. Dependent Variable: NPL

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,000 4 ,000 73,485 ,000a

Residual ,000 79 ,000

Total ,000 83

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR

b. Dependent Variable: NPL

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,888a ,788 ,777 ,0011449

Page 157: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

141

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000

SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002

Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061

INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746

a. Dependent Variable: NPL

Lampiran 4: Uji Normalitas

Page 158: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

142

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 84

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,00111700

Most Extreme Differences Absolute ,133

Positive ,091

Negative -,133

Kolmogorov-Smirnov Z 1,219

Asymp. Sig. (2-tailed) ,102

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 159: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

143

Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi

Uji Told an VIFCoefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 ,244 4,095

SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 ,353 2,829

Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 ,505 1,980

INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 ,821 1,217

a. Dependent Variable: NPL

Uji OtokorelasiRunTest

Standardized Residual

Test Valuea .00010

Cases < Test Value 41

Cases >= Test Value 42

Total Cases 83

Number of Runs 36

Z -1.435

Asymp. Sig. (2-tailed) .151

a. Median

Page 160: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

144

Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas

SCATTERPLOT

UJI PARK

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -41,179 21,125 -1,949 ,055

LnLDR -2,952 3,745 -,203 -,788 ,433LnSBI -2,495 1,500 -,350 -1,663 ,101LnBank_size 7,255 9,455 ,127 ,767 ,446LnINFLASI -,029 ,196 -,019 -,150 ,881

a. Dependent Variable: Lnei2

Page 161: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

Setelah pengobatan autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .850a .722 .704 .16770 .717

a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@

b. Dependent Variable: Ln_NPLt@

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.532 4 1.133 40.281 .000a

Residual 1.744 62 .028

Total 6.275 66

a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@

b. Dependent Variable: Ln_NPLt@

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.310 1.986 1.164 .249

Ln_LDRt@ -.851 .496 -.243 -1.717 .091

Ln_SBIt@ .938 .207 .536 4.522 .000

Ln_Sizet@ -1.973 1.197 -.150 -1.649 .104

Ln_Inflasit@ .035 .021 .117 1.649 .104

a. Dependent Variable: Ln_NPLt@

Page 162: Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non

Run test

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea .00027

Cases < Test Value 42

Cases >= Test Value 42

Total Cases 84

Number of Runs 19

Z -5.269

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Median