analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (kasus kemitraan pt...
DESCRIPTION
Analisis Pengaruh Kemitraan untuk pendapatanTRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
(Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur)
Oleh : Lita Aryani A14102114
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
RINGKASAN
LITA ARYANI. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan bahan pangan akan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan sehingga ancaman kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan kemandirian pangan pemerintah berusaha meningkatkan jumlah produksi pangan nasional. Salah satu usaha dalam mewujudkan kemandirian pangan tersebut adalah dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi kacang tanah di Indonesia cenderung terus meningkat. Meskipun demikian, peningkatan produksi kacang tanah masih belum dapat memenuhi kebutuhan kacang tanah. Sehingga defisit yang terjadi dipenuhi dari impor. Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah dapat diatasi dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan kegiatan kemitraan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Di samping masih terdapat beberapa masalah, pelaksanaan kemitraan juga memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Dari data yang diperoleh dari kelompok tani di Desa Palangan, selama kurun waktu tahun 2001-2008 total produksi dan produktivitas kacang tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan dan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petani dan PT Garudafood.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur pada bulan September-Oktober 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, PT Garudafood, buku dan internet. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Responden yang diambil berjumlah 41 petani responden, yaitu 30 responden petani mitra dan 11 responden petani non mitra. Jumlah responden ini merupakan 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah di Desa Palangan.
3
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan, masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian. Seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis anjuran, menjual hasil produksi ke perusahaan lain, dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Meskipun demikian, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani, yaitu adanya jaminan pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan dapat diteruskan karena meskipun masih terdapat kendala-kendala dalam kemitraan, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), dapat diketahui R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani non mitra adalah 1,92 dan 0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan. Agar pelaksanaan kemitraan berjalan sesuai dengan yang diharapkan kedua pihak, disarankan agar petani mitra lebih mematuhi anjuran dari PT Garudafood dalam penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen. Selain itu, pihak perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani mitra dengan petani non mitra, serta memberikan pembinaan budidaya kacang tanah minimal dua kali dalam satu tahun. Pembinaan tersebut lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga petani mitra dapat lebih efisien dalam penggunaan input produksi dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra.
4
ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
(Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur)
Oleh : Lita Aryani A14102114
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
5
Judul : Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
Nama : Lita Aryani
NRP : A14102114
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Dwi Rachmina, MS NIP. 131 918 503
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus : 19 Desember 2008
6
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG
BERJUDUL “ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (KASUS KEMITRAAN PT
GARUDAFOOD DENGAN PETANI KACANG TANAH DI DESA
PALANGAN, KECAMATAN JANGKAR, KABUPATEN SITUBONDO,
JAWA TIMUR)” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SENDIRI DAN
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Januari 2009
Lita Aryani
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 30 Oktober 1984. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Bidawi Hasyim
dan Ibu Erna Marliana.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 010 Pagi Pekayon
pada tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 184
Jakarta dan lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
SMU Negeri 98 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program
Studi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di perkuliahan, penulis aktif
dalam klub fotografi LENSA yang merupakan Lembaga Struktural BEM Fakultas
Pertanian.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani
Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di
Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Karya
ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan untuk program sarjana (S1)
pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis
telah berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Walaupun
demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Jakarta, Januari 2009
Penulis
9
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis dengan tulus ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua
bimbingan, perhatian, dan arahan yang diberikan selama menyusun skripsi.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama, yang telah
memberikan masukan untuk perbaikan akhir skripsi ini
3. Etriya, SP, MM selaku dosen komisi pendidikan, yang telah memberikan
saran dan kritik kepada penulisan agar menjadi lebih baik untuk perbaikan
akhir skripsi ini
4. Kedua orang tuaku, Papa Bidawi Hasyim dan Mama Erna Marliana, yang
selalu memberikan doa, dorongan, dan motivasi kepada penulis.
5. Pak Totok dan Pak Budi dari PT Garudafood atas informasi dan data yang
telah diberikan.
6. Seluruh staf pengajar, sekretariat program studi manajemen agribisnis,
Komdik, perpustakaan LSI, perpustakaan Faperta, dan perpustakaan Sosek,
terutama Mbak Dewi, Mbak Dian, dan Ibu Ida atas bantuan yang diberikan
kepada penulis.
7. Kakak dan adik-adikku, Mas Ardi, Mbak Aulia, Lukman, Budi, dan Arli,
atas doa dan dukungannya.
8. Keluarga besarku, Mbah Pepen, Om Mijo, Bule Rina, Bule Dewi, Om Huda,
Mas Timung, Mbak Evi, Mas Tiwid dan Mbak Santi, atas doa dan
dukungannya.
10
9. Teman-temanku, Emma, Tiya, Indri, Putri, Mia, Dewi, Silvi, Pipit, Toni, Mas
Il, dan Dudung, yang telah memberikan masukan dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Mbak Nunung, Mbak Vivi, Om Bambang, Mas Fafa, dan Pak Aceng, atas
doa, bantuan dan informasinya selama penulisan skripsi ini.
11. Seluruh teman-temanku terutama teman-teman di Agb 39 dan Lensa.
12. Semua pihak yang telah berperan dan memberi bantuan dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
11
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1.2 Perumusan Masalah..................................................................................1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah............................................................
2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah......................................................2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah.....................................................2.1.3 Varietas Kacang Tanah..................................................................
2.2 Kajian Empirik Kemitraan......................................................................2.3 Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah...............................................
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................
3.1.1 Pendapatan Usahatani....................................................................3.2 Kerangka Pemikiran Operasional...........................................................
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................4.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................4.4 Metode Penarikan Sampel...................................................................... 4.5 Metode Analisis Data.............................................................................
4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani.....................................................4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya...................................
V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum PT Garudafood..........................................................
5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood..................................5.1.2 Nilai-Nilai, Visi, dan Misi PT Garudafood...................................5.1.3 Struktur Organisasi........................................................................
5.2 Gambaran Umum Desa Palangan...........................................................5.2.1 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan..........................................5.2.2 Sumber Daya Manusia...................................................................
5.3 Karakteristik Petani Responden..............................................................5.3.1 Umur Responden...........................................................................5.3.2 Tingkat Pendidikan........................................................................5.3.3 Pengalaman Usahatani Kacang Tanah.......................................... 5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan.............................................
x
xii
xii
17
1010
121213141519
222226
29293030313233
3636373940
4042
4444454647
12
VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN 5.1 Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood....................................5.2 Surat Perjanjian Kerjasama.....................................................................5.3 Tujuan Kemitraan PT Garudafood..........................................................5.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan............................................................5.5 Manfaat Kemitraan................................................................................. 5.6 Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan...........
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH 6.1 Keragaan Usahatani Kacang Tanah........................................................6.2 Analisis Pendapatan Usahatani...............................................................
6.2.1 Penerimaan Usahatani...................................................................6.2.2 Biaya Produksi...............................................................................6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan
Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio).....................................
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan............................................................................................7.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................
495051526263
68767780
93
99100
102
104
13
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Produksi Tanaman Pangan di Indonesia, 2001-2006................................
Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006............................................................................
Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006..........................
Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006...................................
Volume Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006.........
Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007............................
Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007....................................................................
Kandungan Gizi Kacang Tanah.................................................................
Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu...............
Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah....................
Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007..................................................
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007..............................................................................
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007..............................................................................
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007...............................................................................
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008...............................................................................
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008...............................................................................
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008........................................................
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008.....................................
Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood..............................................................
Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008..............................................................................
Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................
1
2
4
5
6
8
10
13
19
35
41
42
43
44
45
46
47
48
53
62
69
14
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................
Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008..............................................................
Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................
Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008.................................................................
Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................
Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................
Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................
Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008............................................
Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................
Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008..................................................................................
70
71
72
73
74
86
87
91
93
95
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1
2
Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006..................................................................................................
Kerangka Pemikiran Operasional..............................................................
3
28
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1
2
3
4
5
Surat Perjanjian Kerjasama......................................................................
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008.............................................
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008.............................................
Daftar Responden Petani Mitra................................................................
Daftar Responden Petani Non Mitra........................................................
104
111
112
113
114
17
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang baik
untuk dikembangkan. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sektor potensial di
Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan
bahan pangan juga semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya
strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga ancaman
kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan
kemandirian pangan, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi
pangan nasional. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi tanaman pangan di
Indonesia berfluktuasi tetapi cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2,01 persen per tahun (Tabel 1). Dari rata-rata pertumbuhan total produksi
pangan, penurunan terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,88 persen per tahun.
Sedangkan peningkatan produksi pangan terjadi pada tahun 2004 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 4,15 persen per tahun. Kemudian menurun di tahun-tahun
berikutnya (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Pangan di Indonesia, 2001-2006
Produksi (Ton) Komoditas 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Rata-Rata Pertumbuh-an (%/thn)
Padi 51.898.852 50.460.782 51.489.584 52.137.604 54.088.378 54.151.097 0,82
Jagung 9.264.879 9.347.192 9.585.277 10.886.442 11.225.243 12.523.894 5,74
Ubi Jalar 1.827.687 1.749.070 1.771.050 1.645.966 1.901.802 1.856.969 0,04
Ubi Kayu 16.088.590 17.054.648 16.912.901 18.523.810 19.424.707 19.321.183 3,52
Kedelai 1.017.634 762.032 673.056 671.600 723.483 808.353 - 5,86
Kacang Tanah 709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096 3,20
Kacang hijau 289.876 301.021 288.089 335.224 310.412 320.963 1,71 Rata-Rata
Pertumbuh-an (%/thn)
- - 0,88 1,37 4,15 3,92 1,46 2,01
18
Sumber : BPS diolah oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin), 2007
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kacang tanah memiliki kontribusi
terhadap ketersediaan pangan. Kontribusi kacang tanah terhadap pangan nasional
semakin meningkat, yaitu sebesar 0,88 persen pada tahun 2001 menjadi 0,93
persen pada tahun 2006. Dilihat dari peningkatan produksi kacang tanah kurun
waktu 2001-2006, rata-rata pertumbuhan kacang tanah terbesar ketiga setelah
jagung dan ubi kayu, yaitu sebesar 3,20 persen per tahun. Dengan demikian, salah
satu upaya dalam mewujudkan kemandirian pangan dapat dilakukan dengan
meningkatkan produksi kacang tanah.
Produksi kacang tanah di Indonesia dalam selang tahun 2001-2006 secara
umum mengalami peningkatan yaitu dari 709.770 ton pada tahun 2001 menjadi
838.096 ton pada tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,20 persen
per tahun (Tabel 2). Peningkatan produksi kacang tanah tersebut dipengaruhi oleh
peningkatan luas panen dan produktivitas kacang tanah (Tabel2).
Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006
Tahun Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
2001 2002 2003 2004 2005 2006
709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096
654.838 646.953 683.537 723.434 720.526 706.753
1,08 1,11 1,15 1,16 1,16 1,19
Rata-Rata Pertumbuhan
(%/Thn) 3,20 1,46 1,14
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa meskipun luas panen kacang tanah pada
tahun 2006 menurun sebesar 1,95 persen dari luas panen tahun 2005, tetapi
peningkatan produktivitas kacang tanah tahun 2006 lebih tinggi dari pada
19
penurunan luas panen, yaitu meningkat sebesar 2,11 persen dibandingkan tahun
2005. Sehingga produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2006 mengalami
kenaikan sebesar 0,21 persen dibandingkan produksi tahun 2005. Selama kurun
waktu 2001-2006 rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas kacang
tanah mengalami kenaikan sebesar 1,46 persen per tahun. dan 1,14 persen per
tahun. Peningkatan yang terjadi pada luas panen dan produktivitas kacang tanah
mempengaruhi peningkatan produksi kacang tanah, dengan rata-rata pertumbuhan
yang meningkat sebesar 3,20 persen per tahun.
Peningkatan produksi kacang tanah nasional dikarenakan adanya
peningkatan produksi kacang tanah di beberapa propinsi di Indonesia. Terdapat
enam propinsi yang menjadi sentra produksi kacang tanah di Indonesia, yaitu
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan
Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Di antara keenam propinsi tersebut, propinsi
Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia.
5.08%
5.48%7.50%
11.74%21.91%
22.90% 25.39%
Jatim Jateng Jabar DIY
Sulsel NTB Lainnya
Gambar 1. Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2007
Gambar 1 menunjukkan bahwa enam propinsi sentra produksi kacang
tanah di Indonesia berkontribusi lebih dari 75 persen terhadap produksi kacang
20
tanah nasional. Berdasarkan data rata-rata tahun 2001-2006, Propinsi Jawa Timur
merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia yang berkontribusi
sebesar 25,39 persen. Propinsi lain yang menjadi sentra produksi kacang tanah,
yaitu Jawa Tengah berkontribusi sebesar 21,91 persen, Jawa Barat sebesar 11,74
persen, DI Yogyakarta sebesar 7,50 persen, Sulawesi Selatan sebesar 5,48 persen,
dan Nusa Tenggara Barat sebesar 5,14 persen.
Tabel 3. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006
Produksi (Ton) Propinsi
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Rata-Rata Pertumbuh-an (%/thn)
Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Selatan NTB Lainnya
176.889 161.182 87.863 50.552 42.156 30.595
160.533
188.001 150.527 86.468 58.482 42.415 32.225
159.907
194.676 174.332 90.170 57.767 52.763 40.489
175.329
212.325 184.316 97.724 61.048 41.191 49.226
191.665
208.749 185.797 100.775 60.324 39.092 43.397
198.161
218.910 179.067 91.817 66.359 41.759 43.955
196.229
4,12 1,18 0,70 5,12
-1,37 6,21 3,84
Indonesia 709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096 3,20
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Jawa Timur memberikan kontribusi
terbesar terhadap produksi kacang tanah nasional. Terdapat 27 propinsi lain di
Indonesia yang juga berkontribusi terhadap produksi kacang tanah nasional,
antara lain Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara , Lampung, Bali, Nusa
Tenggara timur, dan Kalimantan Selatan. Tetapi produksi kacang tanah propinsi-
propinsi tersebut tidak sebesar produksi dari enam propinsi sentra produksi
kacang tanah.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi
kacang tanah juga menunjukkan peningkatan (Tabel 4). Secara keseluruhan rata-
rata pertumbuhan dari konsumsi kacang tanah tahun 2001-2006 mengalami
peningkatan sebesar 4,27 persen per tahun. Dari rata-rata konsumsi kacang tanah
21
di Indonesia tahun 2001-2006, konsumsi kacang tanah terbesar digunakan sebagai
bahan baku industri, yaitu sebesar 50,70 persen (Tabel 4). Selanjutnya sebesar
33,81 persen adalah konsumsi kacang tanah oleh rumah tangga. Sedangkan
lainnya yaitu sebesar 11,94 persen dan 4,01 persen merupakan rata-rata konsumsi
kacang tanah yang tercecer dan digunakan sebagai bibit (Tabel 4).
Tabel 4. Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006
Konsumsi (Ton) Tahun
Bibit Industri Rumah Tangga Tercecer
Total (Ton)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
28.000
44.000
39.000
41.000
30.000
34.000
410.500
419.400
425.400
463.800
492.800
520.400
269.785
276.400
292.613
329.697
318.007
335.287
98.000
94.000
96.000
104.000
112.000
115.000
806.285
833.800
853.013
938.497
952.807
1.004.687
Rata-Rata Pertumbuhan
(%/thn) 0,70 4,60 4,13 3,05 4,27
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Tabel 4 menunjukkan bahwa total konsumsi kacang tanah pada tahun 2006
menunjukkan peningkatan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun 2005. Rata-
rata pertumbuhan konsumsi kacang tanah untuk bibit sebesar 0,70 persen per
tahun, untuk industri sebesar 4,60 persen per tahun, untuk konsumsi rumah tangga
sebesar 4,13 persen pertahun, dan kacang tanah yang tercecer sebesar 3,05 persen
per tahun. Perkembangan ini diharapkan menjadi pemicu dalam meningkatkan
produksi kacang tanah nasional.
Dengan memperhatikan data pada Tabel 2 dan Tabel 4 nampak adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kacang tanah, dalam hal ini
kebutuhan selalu lebih tinggi dibandingkan produksi sehingga terjadi defisit.
22
Defisit tersebut dapat dipenuhi dari impor. Karena permintaan kacang tanah terus
meningkat maka impor kacang tanah juga meningkat tiap tahunnya. Di sisi lain,
ternyata Indonesia juga mampu mengekspor kacang tanah dengan volume ekspor
yang fluktuatif (Tabel 5).
Tabel 5. Volume dan Nilai Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006
Volume (Ton) Tahun
Impor Ekspor 2001 2002 2003 2004 2005 2006
98.483 119.196 71.017 101.824 121.614 169.111
1.968 3.467 3.530 822 5.102 2.520
Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn)
4,83 - 60,60
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2006
sebesar 28,09 persen dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2001-2006 volume
impor terbesar terjadi pada tahun 2006 dengan volume impor kacang tanah
mencapai 169.111 ton. Selama kurun waktu 2001-2006 rata-rata volume impor
kacang tanah di Indonesia sebesar 113,541 ton per tahun dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 4,83 persen per tahun.
Kebalikan dari impor, volume ekspor tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 102,46 persen dibandingkan tahun 2005. Selama tahun 2001-2006 volume
ekspor terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan volume ekspor kacang tanah
mencapai 5.102 ton, tetapi kemudian menurun pada tahun 2006 dengan volume
ekspor menjadi 2.520 ton. Pada kurun waktu 2001-2006, rata-rata volume ekpor
23
kacang tanah di Indonesia sebesar 2.906 ton per tahun dengan rata-rata
pertumbuhan yang menurun sebesar 60,60 persen per tahun.
Adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan kebutuhan kacang
tanah, volume impor yang terus meningkat, dan volume ekspor yang cenderung
menurun diperlukan upaya pengembangan usahatani kacang tanah di Indonesia
yang dapat membantu petani kacang tanah baik dalam meningkatkan produksi
kacang tanah, meningkatkan kualitas produk, dan pemasaran. Salah satu solusi
yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui kemitraan.
Kemitraan adalah salah satu kegiatan yang dipilih dalam upaya mendorong
pengembangan dan peningkatan produksi kacang tanah. Kondisi ini mendorong
adanya suatu pengkajian terhadap pelaksanaan kemitraan antara petani/kelompok
tani dengan perusahaan dalam mengembangkan usahatani kacang tanah. Dari data
yang terdapat pada Tabel 4 diketahui bahwa konsumsi kacang tanah terbesar
adalah industri. Sehingga PT Garudafood sebagai salah satu industri makanan
olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku, melaksanakan
kegiatan kemitraan sebagai upaya peningkatan produksi kacang tanah dan
memenuhi kebutuhan bahan baku.
1.2 Perumusan Masalah
Seiring dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia,
menyebabkan semakin bertambahnya permintaan kacang tanah. Tetapi, produksi
kacang tanah nasional belum dapat memenuhi permintaan kacang tanah tersebut.
Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah yang terjadi dapat diatasi dengan
meningkatkan produksi kacang tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. Adanya
24
program kemitraan diharapkan mampu meningkatkan produksi kacang tanah dan
pendapatan para petani.
PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
industri makanan olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku
utama. Salah satu usaha yang dilakukan PT Garudafood untuk memenuhi pasokan
bahan baku adalah dengan melaksanakan kegiatan kemitraan. Kegiatan kemitraan
antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah pertama kali dilaksanakan pada
tahun 1996 di Tuban. Saat ini kemitraan PT Garudafood tidak hanya di Tuban
tetapi telah berkembang di beberapa daerah yang ada di Pulau Jawa (Tabel 6)
Tabel 6. Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007
Propinsi Kota/Kabupaten Jawa Barat • Banten
• Sukabumi • Garut • Cianjur • Sumedang • Tasikmalaya • Majalengka • Kuningan • Banjar • Cilacap
Jawa Tengah • Sragen • Solo • Jepara • Kudus • Pati • Yogyakarta • Rembang
Jawa Timur • Tuban • Bojonegoro • Jember • Banyuwangi • Situbondo
Sumber : Divisi Produksi PT Garudafood, 2008
25
Salah daerah kemitraan dari PT Garudafood adalah Desa Palangan,
Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kemitraan yang
dilaksanakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan sudah berlangsung sejak
tahun 1998 hingga saat ini. Dalam melakukan kemitraan, pihak petani mitra dan
PT Garudafood terikat dalam surat perjanjian kerjasama yang disepakati kedua
belah pihak. Surat perjanjian kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya
kacang tanah dan penjamin pasar menjadi tanggung jawab PT Garudafood.
Sedangkan petani mitra berkewajiban melakukan budidaya sesuai dengan
bimbingan yang telah diberikan oleh PT Garudafood, serta berkewajiban
mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik PT Garudafood dengan harga yang
sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama. Dilihat dari pelaksanaan kemitraan
tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan antara PT Garudafood dengan
petani mitra adalah model kontrak beli.
Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra
masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama,
seperti petani mitra yang menjual hasil produksi kacang tanahnya selain ke PT
Garudafood dan pelaksanaan periode tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian.
Di samping masih terdapat beberapa pelanggaran, pelaksanaan kemitraan
memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi
kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Terlihat pada
Tabel 7 selama kurun waktu tahun 2001-2007, produksi dan produktivitas kacang
tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat .
26
Tabel 7. Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007
Tahun Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2001 87 0,91 2002 90 1,07 2003 107 1,08 2004 132 1,29 2005 140 1,57 2006 155 1,75 2007 163 1,87
Sumber : Kelompok Tani Desa Palangan, 2008
Melihat dari peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah petani
mitra, apakah peningkatan produksi dan produktivitas tersebut merupakan
pengaruh dari kegiatan kemitraan dengan PT Garudafood? Dan apakah
peningkatan produksi dan produktivitas tersebut dapat berpengaruh pada
peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah petani mitra?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani
mitra di Desa Palangan.
2. Menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani
kacang tanah di Desa Palangan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat berguna dalam memberikan informasi
dan masukan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
27
1. Bagi petani dan perusahaan, penelitian berguna sebagai pertimbangan dalam
menentukan kebijakan kemitraan sehingga dapat menguntungkan semua pihak
yang terlibat dalam kemitraan.
2. Bagi penulis, agar dapat menetapkan teori-teori yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan terutama yang berhubungan dengan analisis
pendapatan usahatani.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan dalam kemitraan usahatani kacang tanah ini.
28
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kacang Tanah
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari Benua Amerika.
Pertama kali kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh
pedagang Spanyol ke Maluku pada tahun 1597.
Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe
tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus
atau sedikit miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun,
umumnya pendek, dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang
tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama
berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah,
dan umumnya berumur panjang.
Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan
berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan
Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam, antara lain Kelinci,
Jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, dan Kacang Garuda Dua.
2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Kacang tanah menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik. Tanah
gembur mempermudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di
dalam tanah. Meskipun kacang tanah toleran terhadap kering dan tanah masam
(pH tanah 4,5), kondisi tersebut akan berpengaruh pada banyaknya polong yang
29
terisi. Untuk pembentukan polong diperlukan kalsium. Oleh karena itu, penting
untuk menyediakan kalsium yang cukup di sekitar tanaman kacang tanah.
Ada beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman kacang tanah,
misalnya bercak daun, karat, dan busuk pangkal batang. Selain itu, ada juga
gangguan hama. Untuk memutus siklus hama dan penyakit tanaman kacang,
sebaiknya lahan dirotasi dengan tanaman lain yang tidak termasuk tanaman
kacangan.
2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah
Tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rat 1.789,04 kal
per hari. Sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 gram. Pemenuhan kalori
dan protein tersebut dapat diperoleh dari kacang tanah, karena kandungan kedua
zat tersebut dalam tanaman kacang tanah tergolong besar (Tabel 8). Kalori
merupakan sumber energi bagi tubuh. Sementara itu, protein berfungsi sebagai zat
pembangun dan sumber energi setelah kalori. Selain sebagai sumber kalori dan
protein, kacang tanah mengandung zat gizi lainnya (Tabel 8).
Tabel 8. Kandungan Gizi Kacang Tanah
Komponen Gizi Satuan Kandungan Kalori kal 452,0 Protein gram 25,3 Lemak gram 42,8 Karbohidrat gram 21,1 Kalsium mg 58,0 Fosfor mg 335,0 Zat besi mg 1,3 Vitamin B1 mg 0,3 Vitamin C mg 3,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981
30
Kandungan lemak dalam kacang termasuk tinggi kadarnya dibandingkan
zat gizi lain. Lemak yang terkandung dalam kacang tanah tidak mengandung
kolesterol. Adapun asam amino esensial yang terkandung dalam kacang tanah
yang dikenal sebagai fitosterol dan tokoferol. Zat fitosterol memiliki peran
sebagai penghambat pembentukan kolesterol darah, sedangkan tokosferol sebagai
antioksigen dan antipenuaan dini. Sedangkan kandungan karbohidrat yang terdiri
dari sejumlah pati dan gula jenis sukrosa selain memberikan rasa manis, juga
berperan sebagai penyuplai kalori dan energi
2.1.3 Varietas Kacang Tanah
Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan
dengan menggunakan bahan baku kacang tanah. Beberapa varietas kacang tanah
yang banyak ditanam adalah gajah, anoa, kelinci, garuda dua, garuda biga, tapir,
dan kidang. Karakteristik dari varietas-varietas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Gajah
Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah
muda, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu,
peka terhadap penyakit karat dan bercak daun.
2. Anoa
Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah
muda, produktivitas mencapai 1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu, karat
daun, dan bercak cokelat daun.
31
3. Kelinci
Berumur panen 100-110 hari, berbentuk pipih, warna kulit ari ungu,
produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, toleran terhadap penyakit layu, dan
agak tahan penyakit karat dan bercak daun.
4. Garuda dua
Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah
muda, produktivitas mencapai 2,3 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu,
peka penyakit karat dan bercak daun.
5. Garuda biga
Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah
muda, produktivitas mencapai 2,25 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu.
6. Tapir
Berumur panen sekitar 95-100 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah
muda, produktivitas mencapai 1,8-2 ton/ha, tahan penyakit layu.
7. Kidang
Berumur panen sekitar 100-110 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah,
produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan penyakit layu
2.2 Kajian Empirik Kemitraan
Kajian empirik meliputi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang terdiri dari analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan
petani. Terdapat beberapa penelitian mengenai kemitraan yang telah dilakukan.
Sebagian besar penelitian tersebut lebih mengarah kepada evaluasi kemitraan
yang dilakukan serta pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dari para pelaku
32
kemitraan tersebut. Pelaksanaan kemitraan yang telah diteliti antara lain kemitraan
antara PT Agro Inti Pratama dengan petani ubi jalar (Puspitasari, 2003), kemitraan
antara PT Great Giant Pineapple dengan petani ubi kayu yang tergabung dalam
Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) (Sulistyo,2004), kemitraan antara
PT Sierad Produce dengan peternak ayam broiler (Deshinta, 2006), dan kemitraan
Pemuda Tani Indonesia (PTI) (Rahman, 2008).
Dalam evaluasi kemitraan terhadap pendapatan usahatani dilakukan
dengan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra dan analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C rasio). Dan untuk melihat perbandingan pendapatan
antara peternak mitra dengan peternak mandiri Deshinta (2006) menggunakan
uji-t. Hal yang sama dilakukan oleh Puspitasari (2003) dan menambahkan dengan
menganalisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C rasio). Selain mengevaluasi
pendapatan usahatani, Sulistyo (2004) juga menganalisis efisiensi penggunaan
faktor produksi.
Pelaksanaan kegiatan kemitraan diharapkan memberikan manfaat kepada
petani mitra. Dari penelitian Puspitasari (2003), Sulistyo (2004), Deshinta (2006),
dan Rahman (2008) manfaat yang diperoleh petani mitra antara lain : 1)
mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan, 2) mendapatkan bimbingan teknik
budidaya, 3) mendapatkan jaminan penjualan, dan 4) membantu petani dalam
pengadaan sarana produksi.
Pada kegiatan kemitraan diharapkan agar manfaat atau keuntungan dapat
dirasakan oleh kedua pihak. Namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut
hanya dirasakan oleh salah satu pihak saja, yang biasanya hanya dirasakan oleh
pihak perusahaan. Masalah yang terkadang ditemui adalah hubungan kemitraan
33
yang tidak saling menguntungkan. Seperti yang terjadi pada penelitian Deshinta
(2006), dari semua pasal yang ada dalam surat kesepakatan, tidak ada satu pun
membahas mengenai larangan yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan dan
sanksi yang dikenakan bila perusahaan merugikan peternak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat kesenjangan dalam kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan.
Kesenjangan tersebut juga terlihat dalam masih adanya ketidaksesuaian dari
pelaksanaan hak dan kewajiban petani mitra dan perusahaan.
Kendala yang terjadi pada penelitian Puspitasari dan Deshinta (2006),
antara lain : 1) keterlambatan waktu panen, dan 2) Terjadi penjualan ubi jalar
keluar perusahaan. Sulistyo (2004) dan Rahman (2008) menambahkan kendala
dalam kegiatan kemitraan adalah adanya penyalahgunaan dana usaha yang
dilakukan oleh petani dan banyaknya tunggakan pinjaman modal karena petani
mitra tidak mengembalikan cicilan pinjaman modal.
Hasil analisis pendapatan usahatani petani mitra pada penelitian Sulistyo
(2004) dan Rahman (2008) menunjukkan pendapatan usahatani petani lebih besar
jika mengikuti kemitraan dan petani akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan
kemitraan. Penelitian Puspitasari (2006) menunjukkan bahwa jika dilihat dari
biaya tunai petani akan mendapatkan keuntungan tetapi nilainya lebih sedikit
daripada petani non mitra, sedangkan jika dilihat dari biaya total baik petani mitra
maupun non mitra akan mendapat kerugian. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Deshinta (2006) menunjukkan bahwa meskipun peternak mitra memperoleh
penerimaan lebih besar namun pendapatan yang diperoleh hanya sebesar Rp
4.972.514. Sedangkan peternak mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp
5.850.476. Hal ini dikarenakan jumlah biaya yang ditanggung peternak mitra lebih
34
besar 2,2 persen dari peternak mandiri. Sehingga R/C rasio yang diperoleh
peternak mitra sebesar 1,066 sedangkan peternak mandiri sebesar 1,079.
Berdasarkan hasil kajian kemitraan terdahulu dapat disimpulkan bahwa
agar pelaksanaan kemitraan berjalan seperti yang diharapkan perlu adanya
perbaikan dari kedua pihak yang bermitra. Kedua pihak harus lebih berkomitmen
terhadap kontrak perjanjian kemitraan yang telah dibuat dan disepakati bersama
pada awal pelaksanaan kemitraan. Untuk mengatasi kendala juga dapat dilakukan
dengan menerapkan sanksi-sanki atas pelanggaran kontrak perjanjian kemitraan,
sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi petani mitra tetapi juga untuk perusahaan
agar tidak terjadi kesenjangan antara petani mitra dengan perusahaan.
Penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi pengaruh kemitraan
terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Penelitian ini diawali dengan
mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra
di Desa Palangan. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan menganalisis
pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio).
Pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani mitra dibandingkan
dengan pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani non mitra.
Hasil penelitian ini akan menunjukkan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan
usahatani petani mitra. Sehingga petani mitra dapat mengetahui pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh dengan mengikuti kemitraan dan dapat memutuskan
untuk melanjutkan kemitraan atau tidak. Beberapa persamaan dan perbedaan
antara penelitian yang akan dilakukan terhadap penelitian terdahulu diringkas
dalam Tabel 9.
35
Tabel 9. Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu
Peneliti Persamaan Perbedaan Puspitasari (2003)
Topik yang diteliti mengenai kemitraan tanaman pangan
1. Penelitian dilakukan terhadap tanaman kacang tanah, sedangkan Puspitasari (2003) melakukan penelitian terhadap tanaman ubi jalar
2. Penelitian dilakukan dengan analisis pendapatan dan analisis R/C rasio, sedangkan Puspitasari (2003) menambahkan B/C rasio dan uji-t
Sulistyo (2004)
Topik yang diteliti mengenai kemitraan tanaman pangan
1. Penelitian dilakukan pada tanaman kacang tanah, sedangkan Sulistyo (2004) melakukan penelitian pada tanaman ubi kayu
2. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra, sedangkan salah satu tujuan penelitian Sulistyo (2004) adalah menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
Deshinta (2006)
Topik yang diteliti mengenai kemitraan
Penelitian dilakukan pada komoditi pertanian yaitu kacang tanah, sedangkan Sulaksana (2005) melakukan penelitian pada komoditi peternakan yaitu ayam broiler
Rahman (2008)
Topik yang diteliti mengenai kemitraan
1. Penelitian dilakukan pada petani kacang tanah di Desa Palangan, sedangkan Rahman (2008) melakukan penelitian pada semua petani di Kelurahan Sukatani tanpa dibedakan komoditinya.
2. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pendapatan usahatani petani mitra dengan petani non mitra, sedangkan Rahman (2008) melakukan penelitian dengan membandingkan pendapatan usahatani sebelum bermitra dengan setelah bermitra.
2.3 Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
memiliki peran dalam ketersediaan pangan. Hingga saat ini kacang tanah masih
terus ditanam oleh petani karena memberikan keuntungan bagi petani. Beberapa
penelitian mengenai pendapatan usahatani kacang tanah telah dilakukan.
36
Penelitian pendapatan usahatani kacang tanah yang telah dilakukan antara lain
oleh Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006). Penelitian Yursak
(2005) dilakukan di Kabupaten Serang, Banten dengan menganalisis sistem
usahatani kacang tanah di lahan kering. Sebesar 7,38 persen lahan kering di
Banten baru dimanfaatkan untuk tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, peluang
pengembangan tanaman kacang tanah di lahan kering di Kabupaten Serang masih
terbuka. Yursak (2005) melakukan analisis usahatani dengan membandingkan
pendapatan usahatani varietas kidang dengan varietas lokal. Karena berdasarkan
hasil penelitian diperoleh varietas kacang tanah yang mampu beradaptasi di lahan
kering adalah varietas kidang yang nilai produksinya lebih tinggi dibanding
varietas lainnya. sedangkan varietas lokal nilai produksinya paling rendah
dibandingkan varietas lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya usahatani
kacang tanah varietas Kidang lebih besar daripada varietas lokal. Meskipun
demikian, hasil produksi varietas kidang juga yang lebih tinggi daripada varietas
lokal, sehingga penerimaan usahatani untuk varietas kidang lebih besar
dibandingkan varietas lokal. Maka pendapatan usahatani kacang tanah yang
diperoleh pada varietas kidang lebih tinggi daripada menggunakan kacang tanah
varietas lokal. Nilai R/C ratio pada varietas kidang menunjukkan di atas angka
satu yang artinya dalam usahatani tersebut memberi keuntungan bagi petani.
Penelitian oleh Kasno (2005) dilakukan di Malang yang melakukan
analisis usahatani dengan membedakan pendapatan usahatani dengan beberapa
teknik produksi, yaitu 1) teknologi petani, dan 2) dan teknologi inovatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa meskipun petani mendapatkan keuntungan dengan
menggunakan teknologi petani, tetapi keuntungan yang diperoleh petani dengan
37
menggunakan teknologi inovatif lebih besar. Hal ini dikarenakan hasil produksi
yang diperoleh petani dengan menggunakan teknologi inovatif lebih besar
daripada teknologi petani. Sehingga pendapatan usahatani akan bertambah jika
petani menggunakan teknologi inovatif dalam usahatani kacang tanah.
Penelitian Tirtosuprobo (2006) dilakukan di lahan sawah irigasi terbatas,
di Desa Slengen, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian
dilakukan pada lahan petani yang ditanami kacang tanah dan kapas secara
tumpangsari. Dan sebagai pembanding dilakukan juga analisis usahatani pada
lahan yang ditanami kacang tanah dengan cara monokultur. Hasil penelitian
menunjukkan pendapatan usahatani kacang tanah secara monokultur memberikan
keuntungan kepada petani. Meskipun demikian, pendapatan usahatani secara
tumpang sari lebih besar 124,7 persen dibandingkan dengan penanaman kacang
tanah secara monokultur.
Dari hasil penelitian usahatani kacang tanah yang telah dilakukan oleh
Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006) dapat disimpulkan bahwa
usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan kepada petani kacang
tanah. Usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan baik dengan
menggunakan teknologi petani ataupun teknologi inovatif, dan dapat ditanam
secara monokultur ataupun tumpang sari.
38
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang
mengungkapkan teori-teori yang sesuai dengan topik penelitian. Dalam bab ini
akan dibahas teori-teori mengenai pendapatan usahatani.
3.1.1 Pendapatan Usahatani
Menurut Suratiyah (2006), komponen yang terdapat dalam usahatani
terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Alam merupakan faktor
yang sangat menentukan pada usahatani. Faktor alam dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor alam berkaitan dengan
jenis tanah dan kesuburan tanah. Sedangkan faktor lingkungan alam sekitar adalah
iklim yang berkaitan dengan keadaan suhu, ketersediaan air dan sangat
menentukan dalam pemilihan komoditas yang akan diusahakan. Dalam usahatani,
tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan tempat
tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhan.
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi usahatani yang
tergantung pada musim tanam. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya
penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan
kualitas produk. Menurut sumber tenaga kerja, dalam usahatani tenaga kerja
berasal dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang diperoleh
dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani
terdiri dari tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik (Hernanto, 1995). Tenaga
39
kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga
kerja ternak digunakan untuk pengolahan lahan dan pengangkutan. Tenaga kerja
mekanik bersifat substitusi, yaitu digunakan sebagai pengganti tenaga kerja
manusia dan ternak.
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap
kegiatan produksi masing-masing pada komoditas yang diusahakan, kemudian
dijumlah untuk seluruh usahatani. Satuan yang sering digunakan dalam
menghitung kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO (Hari Kerja
Orang) dan JKO (Jam Kerja Orang) (Suratiyah, 2006).
Modal adalah syarat utama berlangsungnya suatu usaha, demikian pula
dengan usahatani. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang
yang dipergunakan bersama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja serta
dengan pengelolaan yang baik maka akan menghasilkan barang-barang baru, yaitu
produksi pertanian (Hernanto, 1995). Dengan modal, maka faktor produksi tanah
dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia.
Menurut sifatnya, modal dibedakan atas modal tetap yaitu modal yang tidak akan
habis pada satu periode produksi dan modal bergerak yaitu modal yang habis
dalam satu periode produksi.
Manajemen sebagai unsur pokok keempat dalam usahatani merupakan
kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan
input produksi yang digunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memberikan
output seperti yang diharapkan (Hernanto, 1995). Ukuran keberhasilan suatu
manajemen usahatani adalah produktivitas yang diperoleh dari usahatani tersebut.
40
Menurut Osburn (1978) dalam Suratiyah (2006) bahwa manajemen
usahatani terdiri atas tiga hal yang saling terkait, yaitu manajemen sebagai suatu
pekerjaan, manajemen sebagai sumber daya, dan manajemen sebagai prosedur.
Manajemen sebagai suatu pekerjaan mengartikan bahwa petani harus dapat
menjelaskan dan merealisasikan idenya dalam mengelola usahatani untuk
memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Manajemen sebagai sumber daya juga
sangat penting karena menentukan keberhasilan suatu usahatani dari cara petani
mengelola input produksi yang digunakan dan mendapatkan output seperti yang
diharapkan. Sedangkan manajemen sebagai prosedur diartikan bahwa dengan
petani melakukan pengelolaan yang baik dan benar maka hasil yang diperoleh
akan baik pula.
Suatu usahatani dikatakan berhasil jika petani dapat membayar semua
biaya-biaya yang dikeluarkan dan dapat menjaga kontinuitas usahanya. Atau
penerimaan yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Penerimaan usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu
usahatani pada periode waktu tertentu. Penerimaan mencakup produk usahatani
yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan untuk bibit dan pakan
ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan (Soekartawi dkk, 1991).
Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara total produksi dengan harga
pasar yang berlaku pada periode waktu tertentu.
Menurut Hernanto (1995) dan Soekartawi (1995) biaya usahatani secara
umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya
tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap
besarnya jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat
41
produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel
merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari
jumlah produksi. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya input produksi
dan upah tenaga kerja.
Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya
tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai
berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya
tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel antara
lain biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang
merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja
keluarga. Dan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.
Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan
sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh
dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Sehingga keuntungan yang
didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh petani.
Besarnya biaya dan pendapatan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu (Suratiyah, 2006) :
1. Faktor internal dan eksternal
Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan
pendapatan usahatani. faktor internal yang dapat mempengaruhi biaya dan
pendapatan antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal. Sedangkan
42
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan adalah
ketersediaan input, permintaan output, dan harga input dan output.
2. Faktor manajemen
Petani harus dapat mengatasi faktor ekternal yang selalu berubah. Petani
sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya
dengan menggunakan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga
akan memperoleh manfaat setinggi-tingginya. Selain sebagai juru tani, petani juga
bertindak sebagai manajer yang harus dapat mengambil keputusan dengan
berbagai pertimbangan ekonomis, sehingga didapatkan hasil yang akan
memberikan pendapatan yang maksimal. Agar dapat mengantisipasi perubahan
supaya tidak salah pilih dan merugi, petani memerlukan berbagai informasi
tentang kombinasi faktor produksi dan informasi mengenai harga, baik harga
input maupun output.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah diperlukan input untuk
mendukung kegiatan produksi kacang tanah, yaitu tenaga kerja, bibit, pupuk, dan
obat-obatan. Harga yang diberikan untuk input tersebut ditentukan oleh pasar.
Dari besarnya input yang digunakan untuk usahatani kacang tanah dan harga
untuk penggunaan input diperoleh biaya produksi. Karena petani hanya dapat
mengkontrol penggunaan input dan tidak mempunyai peranan dalam menentukan
harga input, maka besarnya biaya produksi ditentukan oleh besarnya penggunaan
input. Semakin besar input yang digunakan, maka biaya produksi yang
dikeluarkan juga semakin besar, begitu juga sebaliknya.
43
Dari input yang digunakan akan menghasilkan output, dalam hal ini output
yang dimaksud adalah kacang tanah. Harga untuk output juga ditentukan oleh
pasar dan petani juga tidak mempunyai peran dalam menentukan harga output.
Oleh karena itu, penerimaan yang diterima oleh petani ditentukan dari besarnya
output yang dihasilkan oleh petani. Semakin besar jumlah output, semakin besar
penerimaan usahataninya. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah output, maka
penerimaan usahatani yang diperoleh juga akan semakin sedikit.
Besarnya biaya produksi dan penerimaan usahatani akan mempengaruhi
pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam pelaksanaannya, petani
dapat mengatur biaya produksi dalam usahatani tetapi tidak dapat mengatur harga
output. Sehingga untuk meningkatkan perdapatan usahatani, petani harus dapat
mengurangi biaya produksi dengan mengefisienkan penggunaan input. Untuk
menganalisis pendapatan usahatani kacang tanah, digunakan analisis pendapatan
dan analisis R/C rasio. Dengan analisis tersebut akan diketahui besarnya
pendapatan usahatani yang diperoleh petani kacang tanah dan dapat melihat
usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau kerugian kepada petani.
Kerangka alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
44
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Biaya Produksi
Harga Input
Harga Output
Output Produksi
Usahatani Kacang Tanah
Penerimaan Usahatani
Pendapatan Usahatani
Input Produksi Tenaga Kerja Bibit Pupuk Obat-Obatan
45
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten
Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan September-
Oktober 2008. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan-pertimbangan :
1. Propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di
Indonesia.
2. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah kemitraan PT Garudafood
di Jawa Timur dengan jumlah produksi kacang tanah terkecil.
3. Kecamatan Jangkar merupakan kecamatan dengan produksi kacang tanah
terbesar di Kabupaten Situbondo.
4. Desa Palangan merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Situbondo yang
petani kacang tanahnya bermitra dengan PT Garudafood.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer meliputi data input dan output usahatani
kacang tanah, harga input, harga output, dan data lain yang berhubungan dengan
tujuan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil
wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data luas panen kacang tanah
nasional, produksi kacang tanah nasional, produktivitas kacang tanah nasional,
46
konsumsi kacang tanah nasional, volume dan nilai impor dan ekspor kacang tanah
nasional, produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan, data potensi dan
keadaan umum daerah penelitian, dan kontrak kemitraan. Data sekunder diperoleh
dari instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain
Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, serta
dari data yang dimiliki oleh PT Garudafood. Selain itu data sekunder juga didapat
dari literatur atau buku serta media elektronik yaitu internet.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung
dengan petani kacang tanah dipandu dengan kuisioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usahatani kacang
tanah di Desa Palangan. Kuisioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai
jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian dan upah tenaga kerja, jumlah
output, harga jual output, dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis
usahatani kacang tanah. Selain itu, pada kuisioner juga terdapat pertanyaan untuk
mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara petani mitra dengan PT
Garudafood.
4.4 Metode Penarikan Sampel
Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani kacang
tanah di Desa Palangan. Pemilihan petani responden diperoleh dari daftar nama
petani kacang tanah yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Palangan.
47
Informasi anggota kelompok tani tersebut didapat dari ketua kelompok tani Desa
Palangan.
Penarikan sampel dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
petani mitra dengan petani non mitra. Karena mendapatkan data series usahatani
sebelum petani melakukan kemitraan sangat sulit, sebagai akibat kemitraan yang
telah berlangsung cukup lama. Sehingga sebagai pembanding digunakan petani
non mitra, untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh kemitraan terhadap
pendapatan usahatani petani mitra.
Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling. Hal ini dikarenakan petani kacang tanah di Desa Palangan bersifat
homogen. Sifat petani kacang tanah yang homogen dilihat dari teknologi budidaya
kacang tanah yang digunakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan. Jumlah
populasi petani kacang tanah di Desa Palangan adalah 82 petani yang terdiri dari
60 petani mitra dan 22 petani non mitra. Dalam penelitian ini jumlah responden
yang diambil adalah 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah tersebut,
yaitu 41 petani responden yang terdiri dari 30 responden petani mitra dan 11
responden petani non mitra. Responden dipilih secara acak dengan cara diundi.
4.5 Metode Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan
untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang meliputi realisasi hak dan
kewajiban, kendala-kendala dan alternatif pemecahan kendala tersebut.
Sedangkan untuk analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan
48
usahatani dan analisis R/C ratio yang bertujuan menganalisis besarnya pendapatan
petani kacang tanah, baik petani mitra maupun petani non mitra. Perhitungan
analisis data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer dengan
menggunakan software Microsoft Office Excel.
4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah semua nilai output yang dihasilkan dari suatu
usahatani pada jangka waktu tertentu. Adapun rumus penerimaan adalah sebagai
berikut (Soekartawi, 1995) :
TR = Y x P
Dimana : TR = Total penerimaan (Rp)
Y = Output yang dihasilkan (Kg)
P = Harga jual produk (Rp)
Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan
usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Biaya
usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang,
seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat) dan upah tenaga
kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung
pendapatan petani yang sebenarnya jika penyusutan alat dan nilai tenaga kerja
dalam keluarga diperhitungkan.
Dalam usahatani kacang tanah ini menggunakan peralatan, sehingga perlu
diperhitungkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian
diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa
49
yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan
rumus sebagai berikut :
Biaya penyusutan = n
NsNb
Dimana : Nb = Nilai pembelian (Rp)
Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp)
n = Jangka usia ekonomi (tahun)
Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama
pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) yaitu biaya yang benar-
benar dikeluarkan oleh petani. Kedua, pendapatan atas biaya total (pendapatan
total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya.
Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani
dengan biaya usahatani pada periode waktu tertentu. Secara matematis tingkat
pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut (Suratiyah, 2006) :
Pendapatan Tunai = Penerimaan - Biaya Tunai
= P.Y - BT
Pendapatan Total = P.Y - (BT+BD)
Dimana : P = Harga produksi (Rp/Kg)
Y = Jumlah Produksi (Kg)
BT = Biaya tunai (Rp)
BD = Biaya diperhitungkan (Rp)
4.5.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya
Agar petani dapat memberikan penilaian terhadap keputusan dan
kemungkinan pengembangan usahatani, diperlukan ukuran kedudukan ekonomi
50
terhadap usahatani tersebut. Nilai bandingan atau ratio digunakan untuk mengukur
kedudukan ekonomi suatu usahatani. Pada analisis usahatani, rasio yang
digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah R/C
rasio. R/C rasio ini menunjukkan penerimaan yang didapat untuk setiap rupiah
yang dikeluarkan untuk memproduksi. Perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan
sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
R/C rasio = (Py.Y) / (BT+BD)
Dimana : R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga Output (Rp)
Y = Output (Kg)
BT = Biaya Tunai (Rp)
BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)
Suatu usaha dikatakan berhasil jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu
(R/C rasio > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari
satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1)
maka setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan
kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian. Jika R/C rasio sama
dengan satu (R/C rasio = 1) berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi
keuntungan normal. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C
rasio secara rinci dapat dilihat pada tabel 10.
51
Tabel 10. Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah
Uraian Satuan Nilai INPUT A. Biaya Tunai 1. Tenaga kerja 2. Sarana produksi 1. Bibit 2. Pupuk 3. Obat-obatan 4. Solar 3. Biaya pengairan 4. Pajak tanah (PBB) 5. Biaya pengangkutan • Total biaya tunai B. Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan 2. Tenaga kerja dalam keluarga 3. sewa lahan • Total biaya diperhitungkan C. Biaya Total
Rp/HKO
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
Rp/Liter Rp
Rp/Ha Rp/Kg
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
a b c d e f g h
i= a+b+c+d+e+f+g+h j k l
m = j+k+l n = i+m
D. Penerimaan Tunai Rp o E. Penerimaan Total Rp p E. Pendapatan atas biaya tunai Rp q = o – i F. Pendapatan atas biaya total Rp r = p – n G. R/C rasioatas biaya tunai s = o/i H. R/C rasio atas biaya diperhitungkan t = p/n
Sumber : Hernanto, 1995
52
V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1 Gambaran Umum PT Garudafood
5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood
Grup Garudafood berawal dari sebuah perusahaan keluarga yang bergerak
di bisnis kacang garing, yakni PT Tudung Putrajaya. Perusahaan ini didirikan di
Pati, Jawa Tengah, oleh almarhum Darmo Putro yang memulai usahanya sebagai
produsen tepung tapioka. Sejak tahun 1987, perusahaan mulai berkonsentrasi di
bisnis kacang garing dengan meluncurkan merek Kacang Garing Garuda, yang
lebih dikenal dengan Kacang Garuda.
Untuk menjamin Kacang Garuda dapat dinikmati konsumen di seluruh
pelosok negeri dan tersedia dalam jumlah yang cukup, jaringan distribusi
Garudafood terus diperkokoh dengan mendirikan PT Sinar Niaga Sejahtera pada
tahun 1994. Pada tahun 1995, melalui PT Garuda Putra Putri Jaya, perusahaan
mendirikan pabrik kacang lapis yang meliputi : kacang atom, kacang telur dan
kacang madu. Untuk menjamin pasokan bahan baku utama (kacang tanah) yang
berkualitas tinggi dan tersedia sesuai kapasitas produksi pabrik, tahun 1996
didirikan PT Bumi Mekar Tani, yang bergerak di bidang perkebunan kacang
tanah. Selain memiliki kebun kacang tanah sendiri, untuk menampung hasil panen
kacang tanah para petani dengan harga bersaing, perusahaan ini juga menjalin
kerja sama dengan para petani kacang tanah, khususnya di kawasan Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Dengan demikian, secara aktif perusahaan mengembangkan
sistem kemitraan usaha yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
53
Untuk memperkokoh basis di industri makanan ringan, tahun 1997
perusahaan memasuki pasar biskuit melalui PT Garudafood Jaya. Di tengah krisis
ekonomi pada bulan Mei 1998 perusahaan memasuki bisnis jelly melalui PT
Triteguh Manunggal Sejati. Meskipun relatif baru, pertumbuhan laba atas
penjualan memperlihatkan bahwa bisnis ini berpeluang besar untuk tumbuh.
Permintaan pasar dari semua jaringan distribusi selalu bergerak naik. Permintaan
pasar dari luar negeri, seperti negara-negara Timur Tengah, juga terus meningkat.
Sejumlah industri makanan ringan kini mulai bernaung di bawah payung
Garudafood. Berbagai inovasi terus dilakukan untuk membuat produk-produk
baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Semua itu dilakukan, tidak lain demi
kepuasan yang sebesar-besarnya bagi para konsumen yang merupakan penentu
hidup matinya sebuah perusahaan.
Saat ini di atas areal lebih dari 35 hektar yang tersebar di berbagai lokasi,
telah berdiri pabrik-pabrik industri Garudafood yang didukung oleh mesin dan
peralatan berteknologi modern. Sehingga perusahaan mampu memproduksi
beraneka macam produk makanan dan minuman yang inovatif dan berstandar
internasional, dengan tetap mengacu kepada selera dan kepuasan pelanggan.
5.1.2 Nilai-Nilai, Visi dan Misi PT Garudafood
Nilai-nilai yang diterapkan oleh PT Garudafood antara lain :
1. Nilai Kemanusiaan
a. Menghayati dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi: Truth,
Right Conduct, Love, Non Violence, and Peace.
b. Tidak melanggar hal-hal yang dilarang agama.
54
c. Ketulusan dan keharmonisan dalam berfikir, berkata-kata, dan bertindak.
2. Etika Berbisnis
a. Menggunakan norma-norma etika yang berlaku di dalam masyarakat dalam
berinteraksi dan mengelola lingkungan bisnis sehingga tercapai "sustainable
mutual benefit".
b. Peduli juga terhadap berbagai permasalahan yang muncul dalam kiprah
bisnis Garudafood walaupun secara formal bukan menjadi bagian dari
tanggung jawabnya.
3. Unity Through Harmony
a. Menjaga keharmonisan dan keutuhan dengan lingkungan bisnisnya secara
internal (karyawan dan shareholder).
b. Menjaga keseimbangan dan keserasian antara aspek bisnis dengan aspek-
aspek kehidupan lainnya.
4. Speed & Leading Change
a. Menjaga dan meningkatkan kecepatan dalam cara berpikir dan bertindak.
b. Melembagakan perubahan secara cepat dan berkesinambungan yang
memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan bertumpu pada kekuatan
teknologi.
5. Working Smart in learning culture
a. Rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh serta konsisten dalam pekerjaan
yang digeluti.
b. Menekankan pada proses bekerja yang cepat, sistematis, dan akurat.
c. Senantiasa meningkatkan cara dan mutu kerja melalui pengembangan diri di
dalam budaya belajar yang terus dibangun oleh dan bersama perusahaan.
55
Visi dari PT Garudafood adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di
industri makanan dan minuman di Indonesia dalam aspek profitabilitas, penjualan
dan kepuasan konsumen melalui karya yang kreatif dan inovatif dari seluruh
karyawan yang kompeten. Sedangkan misi dari PT Garudafood antara lain :
1. Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk-produk makanan dan
minuman berkualitas, serta produk-produk konsumsi dan layanan berkualitas
yang bukan berasal dari bahan-bahan yang merupakan hasil pengorbanan
hewan atas kehendak langsung perusahaan.
2. Membentuk komunitas karyawan untuk tumbuh bersama dan mengembangkan
kualitas kehidupan, lingkungan kerja dan pekerjaan para karyawan.
3. Menciptakan kemanfaatan jangka panjang yang berkesinambungan dalam
hubungan antara perusahaan dengan seluruh mitra usaha.
4. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menjalankan etika
bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik.
5.1.3 Struktur Organisasi
Dalam kegiatan sehari-hari PT Garudafood dipimpin oleh seorang
Presiden Direktur dan dibantu oleh empat Direktur yang masing-masing
membawahi satu divisi, yaitu Divisi Produksi, Divisi Pemasaran, Divisi
Distribusi, dan Divisi Human Resource & Development (HRD). Divisi Produksi
menangani bidang bahan baku, usahatani, produk coated, produk roasted, produk
jelly, dan produk biskuit. Untuk menangani bidang usahatani dan bahan baku,
Divisi Produksi dibantu oleh PT Bumi Mekar Tani yang menangani masalah
kemitraan dan ketersediaan bahan baku.
56
Divisi pemasaran PT Garudafood dipimpin kepala pemasaran yang
membawahkan divisi supporting, manajer merek, manajer pemasaran dan manajer
penjualan nasional yang memiliki anak buah setingkat region. Manajer merek
mempunyai banyak eksekutif merek yang membantu tugasnya di belakang layar.
Divisi supporting terdiri atas customer retentions dan marketing public relations.
Untuk mencapai jenjang karier tertinggi di divisi pemasaran, dimulai dari tingkat
eksekutif merek. Dari masing-masing posisi ini dibedakan berdasarkan level
golongannya, misalnya, staf junior, staf, staf senior, dan supervisor.
Divisi HRD menangani masalah kepegawaian dan perekrutan pegawai
baru. Divisi ini juga bertanggung jawab dalam menangani rotasi pegawai yang
diadalan tiga kali setahun. Divisi Distribusi PT Garudafood dalam kegiatannya
dibantu oleh PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS). peran SNS sangat menentukan bagi
perkembangan Garudafood. Secara khusus SNS memfokuskan diri pada
distribusi. Karena perannya, berbagai macam produk Garudafood bisa diperoleh
konsumen di wilayah-wilayah pelosok seluruh Indonesia. Saat ini jaringan
distribusi PT Garudafood di Indonesia mencapai Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra dan Kalimantan. Sedangkan jaringan
distribusi internasional PT Garudafood mancapai Amerika, Australi, Belanda,
Brunei Darussalam, Jordan, Singapura, Kanada, Libanon dan Malaysia.
5.2 Gambaran Umum Desa Palangan
5.2.1 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan
Desa Palangan termasuk dalam wilayah Kecamatan Asembagus,
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan
57
adalah 3 Km dan jarak dari desa ke ibukota kabupaten adalah 22 Km. Secara
administratif, batas wilayah Desa Palangan adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Asembagus
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gadingan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Curah Kalak
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pesanggrahan
Luas wilayah Desa Palangan secara keseluruhan adalah 450 Ha yang
terdiri atas 5 dusun, 10 RW, dan 28 RT. Pemanfaatan lahan desa sebagian besar
digunakan untuk areal sawah dan perumahan, yaitu sebesar 325 Ha untuk areal
sawah dan 120 Ha untuk perumahan dan pekarangan. Secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007
No. Fungsi Lahan Luas Lahan (Ha) 1. Sawah 325 2. Rumah dan Pekarangan 120 3. Makam 2 4. Keperluan Lain-lain 3
Total Luas Lahan 450 Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 72,22 persen dari luas lahan Desa
Palangan merupakan lahan sawah. Sehingga pertanian di Desa Palangan
berpotensi untuk dikembangkan, termasuk usahatani kacang tanah. Terdapat
empat komoditas tanaman utama yang ditanam di areal sawah di Desa Palangan,
yaitu jagung, kacang tanah, padi dan cabe (Tabel 12).
Tabel 12 menunjukkan bahwa tanaman padi, kacang tanah, dan padi
memiliki prospek untuk dikembangkan di Desa Palangan, karena produksi, luas
58
lahan dan produktivitas ketiga tanaman pangan tersebut paling tinggi
dibandingkan komoditas tanaman pertanian lain yang ditanam di Desa Palangan.
Produksi tanaman pangan terbesar di Desa Palangan adalah jagung dengan
produktivitas 4,15 ton per ha. Selain jagung, kacang tanah memiliki prospek yang
bagus untuk dikembangkan di daerah penelitian karena kacang tanah memiliki
peringkat ke dua produksi tanaman pangan yang dihasilkan di Desa Palangan.
Tabel 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007
Usahatani Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
Jagung 132,50 549,88 4,15Kacang Tanah 101,75 169,92 1,67Padi 72,75 94,58 1,30Cabe 6,20 22,57 3,64Lainnya 11,80 32,92 2,79
Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
5.2.2 Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Desa Palangan berdasarkan data tahun 2008 adalah
sebanyak 4.827 jiwa dengan 1.755 kepala keluarga. Penyebaran penduduk
berdasarkan jenis kelamin adalah 2.286 jiwa atau 47,36 persen adalah laki-laki
dan 2.541 jiwa atau 52,64 persen adalah perempuan.
Penduduk di Desa Palangan memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi.
Mata pencaharian sebagian besar warga di Desa Palangan bergerak di bidang
pertanian, yaitu sebagai petani sebesar 47,17 persen. Pekerjaan yang dilakukan
warwa Desa Palangan terbesar kedua adalah buruh tani, yaitu sebesar 35,34
persen. Kemudian disusul dengan peternak sebanyak 11,86 persen (Tabel 13).
Peternak yang ada di Desa Palangan adalah peternak kambing dan sapi.
59
Tabel 13 menunjukkan bahwa mata pencaharian warga di Desa Palangan
tidak hanya petani, buruh tani, dan peternak, tetapi masih ada beberapa pekerjaan
lain yang dilakukan oleh warga Desa Palangan. Pekerjaan lain warga Desa
Palangan antara lain guru (1,02 persen), PNS (0,15 persen), industri kecil (1,08
persen), pegawai kelurahan (0,36 persen), pedagang (2,55 persen), nelayan (0,36
persen), dokter (0,06 persen), bidan, dan mantri masing-masing (0,03 persen).
Bervariasinya pekerjaan warga Desa Palangan menunjukkan bahwa sumber daya
manusia warga Desa Palangan cukup baik.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007
Jumlah Penduduk Mata Pencaharian
Jiwa Persentase (%) Petani 1575 47.17Buruh Tani 1180 35.34Guru 34 1.02PNS 5 0.15Industri Kecil 36 1.08Pegawai Kelurahan 12 0.36Pedagang 85 2.55Peternak 396 11.86Nelayan 12 0.36Dokter 2 0.06Bidan 1 0.03Mantri 1 0.03
Jumlah 3.339 100,00Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
Pendidikan warga di Desa Palangan pada umumnya masih rendah.
Sebagian besar penduduk hanya tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 30,20
persen. Kemudian sebesar 23,99 persen dari warga Desa Palangan yang tidak
pernah sekolah. Dilanjutkan, sebesar 19,48 persen dari penduduk Desa Palangan
60
yang tidak tamat SD. Namun saat ini keinginan warga Desa Palangan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi meningkat, hal ini ditanai
dengan adanya warga yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Jumlah penduduk dari usia 7 tahun hingga usia lebih dari 58 tahun yang
dibedakan berdasarkan tingkatan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007
Jumlah Penduduk Pendidikan
Jiwa Persentase (%) Belum Sekolah 425 9,95Tidak Pernah Sekolah 1025 23,99Tidak Tamat SD 832 19,48Tamat SD/Sederajat 1290 30,20Tamat SLTP/Sederajat 401 9,39Tamat SLTA/Sederajat 287 6,72D1-D3 10 0,23S1 8 0,19S2 1 0,02
Jumlah 4.272 100,00Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
5.3 Karakteristik Petani Responden
5.3.1 Umur Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa responden
dalam penelitian ini sebesar 95,12 persen memiliki pekerjaan utama sebagai
petani. Sedangkan masing-masing sebesar 2,44 persen memiliki pekerjaan utama
sebagai pedagang dan kuli panggul, dimana petani sebagai pekerjaan sampingan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden dilokasi penelitian
berkisar antara 25-70 tahun dengan rata-rata umur 42,20 tahun. Umur responden
petani mitra berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata umur 42,67 tahun.
61
Sedangkan umur responden petani non mitra berkisar antara 25-65 tahun dengan
rata-rata umur 40,91 tahun. Secara rinci jumlah petani kacang tanah berdasarkan
umur dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008
Mitra Non Mitra Kelompok Umur
(Tahun) 3 Petani % 3 Petani %
25-34 3 10,00 4 36,36 35-44 16 53,34 3 27,27 45-54 10 33,33 3 27,27 55-64 0 - 0 - ≥ 65 1 3,33 1 9,10
Jumlah 30 100,00 11 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa sebesar 96.67 persen umur petani mitra dan
90,90 persen umur petani non mitra berada pada usia produktif, yaitu pada umur
25-64 tahun. Sedangkan sisanya, yaitu 3,33 persen umur petani mitra dan 9,10
persen umur petani non mitra berada pada usia di atas 65 tahun.
5.3.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal responden bervariasi, untuk responden petani
mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, tidak tamat SLTP, dan SLTP.
Sedangkan responden petani non mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, dan
SLTP.Tingkat pendidikan terbesar, baik pada petani mitra maupun petani non
mitra, adalah tamat SD, yaitu sebanyak 70 persen dari petani mitra dan 72,73
persen dari petani non mitra yang berpendidikan hanya sampai SD (Tabel 16).
62
Tabel 16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008
Mitra Non Mitra Pendidikan
3 Petani % 3 Petani % Tidak Tamat SD SD Tidak Tamat SLTP SLTP
62121
2070
6,673,33
2 8 - 1
18,1872,73
-9,09
Jumlah 30 100,00 11 100,00
Tabel 16 terlihat bahwa sebanyak 20 persen petani mitra dan 18,18 persen
petani non mitra tidak tamat SD. Sebanyak 6,67 persen dari petani mitra tidak
tamat SLTP, sedangkan pada petani non mitra tidak ada yang tidak tamat SLTP.
Petani yang tamat SLTP hanya 3,33 persen dari petani mitra dan 9,09 persen dari
petani non mitra. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
petani mitra masih rendah tetapi petani mempunyai kemampuan membaca dan
menulis, dimana kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendukung untuk
meningkatkan produktivitas usahatani kacang tanah yang dilakukan.
5.3.3 Pengalaman Usahatani Kacang Tanah
Berdasarkan pengamatan di lapang, pengalaman usahatani cukup
menentukan dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah. Pada umumnya petani
yang sudah berpengalaman dalam usahatani kacang tanah, jika input produksinya
mendukung, maka akan lebih mampu untuk meningkatkan produksi dibanding
dengan petani yang kurang pengalaman dalam usahatani kacang tanah.
Pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 4-20 tahun, dengan
rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 11,33 tahun. Sedangkan
63
pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 2-14 tahun, dengan
rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 7 tahun.
Tabel 17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008
Mitra Non Mitra Pengalaman (Tahun)
3 Petani % 3 Petani % ≤ 5 5 - 10 11 - 15 ≥ 16
39
153
10305010
5 4 2 -
45,4636,3618,18
-Jumlah 30 100,00 11 100,00
Tabel 17 memperlihatkan bahwa sebanyak 50 persen pengalaman
usahatani kacang tanah dari petani mitra antara 11-15 tahun. Jumlah petani mitra
yang pengalamannya dalam usahatani kacang tanah kurang dari 5 tahun adalah 10
persen, untuk pengalaman antara 5-10 tahun sebanyak 30 persen, dan pengalaman
lebih dari 16 tahun adalah 10 persen.
Tabel 17 juga memperlihatkan bahwa pada petani non mitra, sebanyak
45,46 persen yang pengalaman nya dalam usahatani kacang tanah dibawah 5
tahun. Selanjutnya jumlah petani mitra yang pengalamannya dalam usahatani
kacang tanah antara 5-10 tahun sebanyak 36,36 persen, dan pengalaman antara
11-15 tahun adalah 18,18 persen. Dari Tabel 17 tersebut dapat diketahui bahwa
pengalaman petani mitra dalam usahatani kacang tanah lebih lama daripada petani
non mitra.
5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan
Petani responden di Desa Palangan memiliki luas lahan yang ditanami
kacang tanah cukup bervariasi. Petani mitra variasinya antara 0,5-4 ha dengan
64
rata-rata luas lahan 1,51 ha. Sedangkan petani non mitra variasi luas lahannya
antara 0,5-3 ha dengan rata-rata luas lahan 1,31 ha. Status kepemilikan lahan, baik
petani mitra maupun non mitra, keseluruhannya adalah milik sendiri.
Tabel 18. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008
Mitra Non Mitra Luas Lahan (Ha)
3 Petani % 3 Petani % 0,5 0,6 - 1 1,1 - 2 2,1-3 ≥ 3
38
1531
10,0026,6750,0010,003,33
3 3 4 1 -
27,2727,2736,369,09
-Jumlah 30 100,00 11 100,00
Tabel 18 menunjukkan bahwa petani mitra sebagian besar, yaitu 50 persen
memiliki lahan usahatani kacang tanah antara 1,1-2 ha. Sedangkan yang lainnya,
yaitu sebanyak 26,67 persen memiliki luas lahan kacang tanah antara 0,6-1 ha,
masing-masing sebanyak 10 persen untuk luas lahan 0,5 ha dan 2,1-3 ha, dan
untuk luas lahan diatas 3 ha sebanyak 3,33 persen.
Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sama dengan petani mitra, sebagian
besar luas lahan petani non mitra, yaitu sebanyak 36,36 persen adalah antara 1,1-2
ha. Sedangkan yang lainnya, masing-masing sebanyak 27,27 persen memiliki luas
lahan kacang tanah 0,5 ha dan antara 0,6-1 ha, dan sebanyak 9,09 persen petani
non mitra memiliki luas lahan antara 2,1-3 ha. Untuk petani non mitra, tidak ada
yang luas lahan usahatani kacang tanahnya diatas 3 ha. Dari Tabel 18 dapat
diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan usahatani kacang tanah yang
lebih besar dibandingkan petani non mitra.
65
VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN
6.1 Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood
PT Garudafood mengembangkan kemitraan sejak tahun 1996. Pada
pelaksanan kemitraan,pihak Garudafood membagi mitra menjadi 3 golongan
mitra, yaitu mitra pemerintah daerah, mitra pelaku agribisnis, dan mitra
community development program. Mitra pemerintah daerah mengutamakan pada
program peningkatan produksi kacang tanah. Kelompok yang tergabung dalam
mitra pelaku agribisnis adalah petani atau kelompok tani dan pengusaha agribisnis
kacang tanah, yang mengutamakan kualitas kacang tanah dan pendapatan
usahatani. Dan untuk mitra community development program menitikberatkan
kegiatannya pada pemberdayaan masyarakat yang merupakan petani kacang
tanah.
Upaya meningkatkan pemberdayaan para petani, pihak PT Garudafood
menetapkan beberapa syarat dalam kemitraan. Syarat menjadi mitra adalah
adanya kelembagaan atau sebuah organisasi yang bergerak di bidang pertanian,
dapat berupa kelompok tani, koperasi tani, lembaga swadaya masyarakat, dan
pesantren. Syarat lain untuk menjadi mitra adalah memiliki petani dan lahan
binaan untuk melakukan budidaya kacang tanah, memiliki modal sendiri untuk
melakukan budidaya, karena PT Garudafood tidak memberikan modal untuk
budidaya.
Dalam melaksanakan kemitraan, PT Garudafood menggunakan model
kontrak beli, dimana pihak mitra dan PT Garudafood terikat dalam surat
perjanjian kerjasama yang disepakati kedua belah pihak. Surat perjanjian
66
kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya kacang tanah dan penjamin pasar
menjadi tanggung jawab PT Garudafood. Sedangkan petani mitra berkewajiban
melakukan budidaya sesuai dengan bimbingan yang telah diberikan oleh PT
Garudafood, serta berkewajiban mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik
PT Garudafood dengan harga yang sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama.
Dilihat dari pelaksanaan kemitraan tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan
antara PT Garudafood dengan petani mitra adalah model kontrak beli.
Akan tetapi dalam pelaksanaan kemitraan masih ada hal yang berjalan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selama mengikuti kemitraan petani mitra
terkadang menjual sebagian hasil produksi kacang tanahnya ke perusahaan lain.
Selain itu, PT Garudafood juga membeli produksi kacang tanah dari petani non
mitra.
6.2 Surat Perjanjian Kerjasama
PT Garudafood dengan petani mitra membuat surat perjanjian kerjasama
dengan petani mitra dalam periode satu tahun, yang dapat diperpanjang sesuai
dengan kesepakatan bersama. Dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek
perjanjian berupa identitas kedua belah pihak yang bermitra, periode tanam, harga
pembelian, luas areal petani kacang tanah, cara pembayaran, standar mutu, sanksi
dan lain-lain.
Tahapan yang dilakukan petani atau kelompok tani untuk menjadi petani
mitra dari PT Garudafood, yaitu :
1. Kelompok tani mengajukan permohonan kerjasama kemitraan kepada PT
Garudafood.
67
2. Survei lahan usahatani kacang tanah oleh PT Garudafood.
3. Petani membuat RDKK (Rencana Definisi Kebutuhan Kelompok), yaitu data
mengenai kebutuhan input produksi kacang tanah (benih, pupuk, dan obat-
obatan) yang dibutuhkan oleh petani.
4. Menentukan harga dasar kacang tanah.
5. Membuat surat perjanjian kerjasama.
Jika seluruh persyaratan dalam surat perjanjian kerjasama telah disetujui,
maka petani atau kelompok tani tersebut sudah menjadi mitra PT Garudafood.
Petani juga dapat segera menjual hasil produksi kacang tanahnya ke PT
Garudafood.
6.3 Tujuan Kemitraan PT Garudafood
Kemitraan PT Garudafood dengan petani kacang tanah mempunyai dua
tujuan yaitu :
1. Menjamin suplai bahan baku kacang tanah PT Garudafood dengan tujuan
mencapai pangsa pasar yang lebih besar
2. Menciptakan pasar dan kepastian harga kacang tanah.
Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani merupakan kerjasama
yang mutualis artinya saling menguntungkan bagi kedua pihak, yaitu PT
Garudafood dan para petani mitra. Bagi PT Garudafood kemitraan ini berperan
untuk meningkatkan kepastian pasokan kacang tanah sebagai bahan baku industri,
sedangkan bagi para petani berperan untuk meningkatkan pendapatan petani dan
memberikan jaminan pasar bagi hasil usahatani kacang tanah.
68
Dengan adanya kemitraan ini maka para petani mendapatkan kepastian
untuk menjual hasil panen kacang tanah karena PT Garudafood berperan sebagai
penjamin pasar. Dengan adanya jaminan pasar kacang tanah maka para petani
tidak khawatir terjadinya kelebihan produksi yang sering menjadi masalah dan
sangat merugikan bagi para petani. Kemitraan ini berperan sebagai penyangga
pasar dan harga, sehingga produksi kacang tanah oleh petani tetap dapat dibeli
dengan harga normal walaupun pada saat panen raya yang biasanya terjadi
penurunan harga yang sangat merugikan para petani.
6.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan
Berdasarkan konsep kemitraan yang dijalankan oleh PT Garudafood di
Desa Palangan, maka konsep kemitraannya dapat digolongkan sebagai bentuk
kemitraan pola kontrak beli. Pola ini ditandai dengan adanya suatu perjanjian
kerjasama secara tertulis untuk jangka waktu tertentu antara pihak petani dengan
pihak Garudafood.
Surat perjanjian kerjasama dibuat untuk menyepakati antara lain hak dan
kewajiban pihak-pihak yang menjalin kerjasama, harga kacang tanah, sanksi dan
sebagainya. Berdasarkan uraian mengenai perjanjian kemitraan dan wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait dalam kemitraan, dapat dievaluasi pelaksanaan
kemitraan tersebut. Secara ringkas evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat dilihat
pada matriks evaluasi, dimana dapat terlihat beberapa isi surat perjanjian yang
tidak berjalan sesuai dengan ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang telah
disepakati (Tabel 19).
69
Tabel 19. Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood, 2008
No. Keterangan Ketentuan Realisasi 1. Periode tanam Dilaksanakan dalam dua periode tanam. Tidak sesuai 2. Penggunaan
pupuk Menggunakan pupuk organik dan anorganik sesuai dosis anjuran PT Garudafood.
Tidak sesuai
3. Pemilihan bibit Menggunakan bibit rekomendasi PT Garudafood.
Sesuai
4. Pembelian hasil produksi
Pihak PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi petani mitra.
Sesuai
5. Penjualan hasil produksi
Petani mitra harus menjual seluruh hasil produksi kepada perusahaan.
Tidak sesuai
6. Penetapan harga dasar
Kedua pihak menyetujui penetapan harga dasar.
Sesuai
7. Mutu fisik kacang tanah
Petani mengirimkan hasil panen dengan mutu fisik minimal 1:1.
Sesuai
8. Cara pembayaran Pembayaran dilakukan dengan cara tunai atau ditransfer.
Sesuai
9. Jumlah quota Kedua pihak menentukan quota hasil panen. Sesuai 10. Standar baku
mutu kacang tanah
Standar baku mutu kacang tanah ditetapkan oleh PT Garudafood.
Sesuai
11. Pengakuan prestasi
Jika pengiriman hasil panen memenuhi quota maka akan diberikan penambahan quota pada musim panen berikutnya.
Sesuai
12. Sanksi perusahaan
Petani berhak membatalkan perjanjian dan harus membayar ganti rugi.
Sesuai
13. Sanksi petani Pengurangan quota pada musim tanam berikutnya.
Sesuai
14. Pembatalan perjanjian
Tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.
Sesuai
15. Kejadian yang tidak terduga
Meminimalkan kerugian jika terjadi force majuere.
Sesuai
16. Jangka waktu perjanjian
Perjanjian berlaku selama satu tahun. Sesuai
17. Jalur hukum Penyelesaian perselisihan secara musyawarah.
Sesuai
Hasil evaluasi kemitraan pada Tabel 11 terlihat bahwa ada beberapa
ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang tidak terealisasi dengan baik. Hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Budidaya kacang tanah dilakukan dalam dua periode tanam yaitu periode
tanam pada bulan November/Desember dan periode tanam bulan
Februari/Maret. Berdasarkan penelitian, semua petani mitra di Desa Palangan
70
menanam di luar periode tanam bulan Februari/Maret. Mereka menanam
kacang tanah pada bulan Mei dengan alasan menunggu ketersediaan air untuk
irigasi. Hal ini menyebabkan mundurnya waktu panen, sehingga pengiriman
kacang tanah ke perusahaan juga tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan.
2. Dalam kegiatan pemupukan pada budidaya kacang tanah, pupuk yang
digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang
digunakan petani mitra di Desa Palangan adalah kotoran sapi, karena ternak
yang dipelihara oleh sebagian besar warga di Desa Palangan adalah sapi.
Sehingga pupuk organik mudah diperoleh dan tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah
pupuk urea, TSP dan KCl dengan dosis yang dianjurkan perusahaan. Dosis
penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah 50-100kg
urea per ha, 100 kg TSP per ha, dan 100 kg KCl per ha. Dalam
pelaksanaannya masing-masing sebanyak 36,67 persen, 93 persen, dan 83,33
persen dari petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl tidak
sesuai dengan dosis anjuran dari PT Garudafood. Alasan petani mitra
menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah
keterbatasan modal dan juga untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu
akibat kelangkaan pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan
jumlah kurang dari yang dibutuhkan.
3. Bibit kacang tanah yang digunakan petani mitra harus sesuai dengan
rekomendasi dari PT Garudafood. Varietas kacang tanah yang
direkomendasikan PT Garudafood antara lain landak, gajah, trenggiling,
pelanduk, garuda dua, garuda biga, dan beberapa varietas lainnya. Varietas
71
tersebut direkomendasikan oleh PT Garudafood karena produk yang
dihasilkan sesuai dengan standar produk PT Garudafood, yaitu biji berbentuk
bulat lonjong, warna kulit ari merah muda atau rose, dan bernas (polong
padat). Untuk varietas kelinci, panther, singa, macan dan kidang tidak masuk
dalam rekomendasi karena polong kacang tanah yang dihasilkan dari varietas
tersebut tidak memenuhi standar produk dari PT Garudafood, yaitu berbiji
pipih. Semua petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit kacang tanah
sesuai rekomendasi PT Garudafood yaitu varietas gajah dan garuda dua.
Hanya kedua varietas tersebut yang digunakan petani mitra di Desa Palangan
karena bibit yang tersedia di toko pertanian di Desa Palangan hanya varietas
gajah dan garuda dua.
4. Sesuai dengan tujuan kemitraan PT Garudafood yaitu sebagai penjamin pasar
bagi petani mitra, maka PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi
kacang tanah petani mitra. Akan tetapi dalam surat perjajinan kerjasama pihak
PT Garudafood tidak diharuskan membeli seluruh produksi kacang tanah
petani mitra. Maka ada beberapa hasil produksi petani mitra yang tidak dibeli
PT Garudafood dengan alasan tidak memenuhi standar produk, seperti dalam
satu polong kacang tanah terdapat tiga biji. Karena untuk polong berbiji tiga
varietas yang direkomendasikan oleh PT Garudafood adalah varietas garuda
biga. Hal ini akan merugikan petani mitra karena akan mengurangi jumlah
produksi kacang tanah yang dijual kepada PT Garudafood sehingga
penerimaan yang didapatkan petani mitra akan berkurang.
5. Berdasarkan surat perjanjian kerjasama, petani mitra harus menjual seluruh
hasil produksi kacang tanahnya ke PT Garudafood. Dari penelitian ada
72
beberapa petani mitra yang menjual hasil produksinya selain ke PT
Garudafood. Sebesar 66,67 persen dari petani mitra atau atau rata-rata sebesar
271,40 kg per ha kacang tanah petani mitra selain dijual ke PT Garudafood
juga dijual ke tengkulak. Petani mitra menjual hasil produksinya ke tengkulak
karena tidak semua hasil produksi petani mitra dibeli oleh PT Garudafood.
Hal ini disebabkan karena produksi kacang tanah petani mitra ada yang tidak
memenuhi standar mutu produk. Sehingga agar tetap mendapatkan hasil dari
produksinya maka petani mitra menjual kacang tanahnya ke tengkulak.
Alasan lain petani juga menjual ke pihak lain, seperti tengkulak adalah karena
terdesak kebutuhan dana. Dengan menjual ke tengkulak petani akan lebih
cepat mendapatkan hasil penjualan kacang tanah, karena petani dapat panen
lebih cepat yaitu 80-85 HST, sedangkan umur panen yang telah ditentukan PT
Garudafood adalah 90-100 HST.
6. Dalam surat perjanjian kerjasama menyatakan bahwa baik PT Garudafood
maupun petani mitra menyepakati penentuan harga dasar, yaitu Rp7.000 per
kg. Meskipun demikian, petani mitra tidak mempunyai peranan dalam
menentuhan harga kacang tanah. Penentuan harga dilakukan oleh PT
Garudafood yang kemudian disepakati bersama dengan petani mitra.
Tetapidengan harga beli yang telah disepakati tersebut petani mitra tetap
merasa diuntungkan. Karena harga yang diberikan PT Garudafood lebih tinggi
dari harga yang diberikan oleh tengkulak dan harga tetap sesuai dengan
perjanjian meskipun pada saat panen raya, yang biasanya harga akan turun.
7. Mutu fisik kacang tanah petani mitra yang dikirim ke PT Garudafood dilihat
dari perbandingan polong tua dengan polong muda. Minimal perbandingan
73
antara polong tua dan muda adalah 1:1. Mutu fisik kacang tanah yang
ditentukan PT Garudafood diuji secara manual dilihat dari perbandingan
polong tua dan polong muda. Peningkatan mutu fisik kacang tanah yang
dikirim ke PT Garudafood berpengaruh pada peningkatan harga kacang tanah,
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani petani
mitra. Setiap kenaikan mutu fisik kacang tanah maka harga kacang tanah akan
diberikan penambahan sebesar Rp100 per kg
8. PT Garudafood sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang tanah yang
dikirim petani mitra dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses
pembelian selesai. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran, maka
pembayaran kepada petani mitra dilakukan dengan cara ditransfer dengan
menyerahkan tanda bukti transfer. Jangka waktu pembayaran dengan cara
transfer adalah dua hari sejak pengiriman dilakukan. Pada surat perjanjian
kerjasama dinyatakan bahwa jika PT Garudafood belum melakukan
pembayaran sampai jangka waktu yang telah ditentukan maka petani mitra
berhak memberikan teguran atau PT Garudafood dikenakan denda atas
kerugian yang telah terjadi. Berdasarkan penelitian, hingga saat ini PT
Garudafood selalu melakukan pembayaran secara tunai kepada petani mitra di
Desa Palangan.
9. Dalam surat perjanjian kerjasama telah ditentukan jumlah quota kacang tanah
yang dikirimkan petani mitra kepada PT Garudafood. Jika hasil produksi
kacang tanah yang dikirim petani mitra lebih besar dari jumlah quota yang
telah ditentukan maka PT Garudafood akan memberikan tambahan quota
sesuai dengan kesepakatan bersama. Begitu juga sebaliknya, jika kacang tanah
74
yang dikirim petani mitra kurang dari jumlah quota yang telah ditentukan,
maka PT Garudafood akan mengurangi jumlah quota. Selama ini hasil
produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan yang dikirim terkadang
melebihi jumlah quota ataupun kurang dari jumlah quota. Pada tahun 2004
jumlah quota yang disepakati adalah sebesar 150 ton, tetapi karena beberapa
petani mitra mengalami gagal panen sehingga quota yang dikirim hanya 132
ton.
10. Standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT Garudafood yaitu : (1) umur
panen kacang tanah 90-100 hari, (2) varietas kacang tanah yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, (3) Polong kacang tanah berbiji
dua dan khusus untuk varietas garuda biga berbiji tiga, (4) ciri fisik kacang
tanah sehat, tidak busuk, bersih, dan segar. Maksimal waktu pengiriman
kacang tanah adalah 2 x 24 jam dari waktu panen. Dalam pelaksanaannya
petani mitra selalu mengikuti standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT
Garudafood.
11. Bila jumlah quota yang telah ditetapkan selalu terpenuhi, maka PT
Garudafood sepakat untuk menaikkan quota sampai dengan seratus persen
quota pada periode selanjutnya atau sesuai kesepakatan bersama. Petani mitra
di Desa palangan dapat menambah jumlah quota pengiriman hasil produksi
kacang tanah, karena petani mitra di Desa Palangan dapat memenuhi jumlah
quota yang telah disepakati dalam surat perjanjian kerjasama.
12. Jika PT Garudafood lalai memenuhi kewajibannya dalam membayar hasil
pembelian kacang tanah kepada petani mitra, maka petani mitra berhak
membatalkan perjanjian ini dan PT Garudafood wajib membayar ganti rugi
75
biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dengan disertai bukti
pembayaran ganti rugi yang sah. Dalam pelaksanaannya pihak PT Garudafood
tidak pernak lalai dalam melakukan pembayaran dari hasil pembelian kacang
tanah kepada petani mitra.
13. Apabila petani mitra lalai memenuhi kewajibannya dalam memenuhi jumlah
quota tanpa pemberitahuan sebelumnya, maka petani mitra akan dikenai
penalti/sanksi berupa pengurangan quota pada musim tanam berikut menjadi
maksimal sejumlah quota yang dipasok pada musim tanam pada saat itu. Dari
penelitian, petani mitra selalu memenuhi quota yang telah ditentukan. Dan
apabila jumlah produksi kacang tanah yang dikirim lebih sedikit dari quota
yang ditentukan, maka sebelumnya petani mitra melakukan pemberitahuan ke
PT Garudafood.
14. Surat perjanjian kerjasama tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak
sebelum jangka waktu kesepakatan kecuali ada hal yang dapat membatalkan
surat perjanjian tersebut, seperti kelalaian perusahaan dalam membayar hasil
pembelian kacang tanah ke petani mitra. Apabila salah satu pihak tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan kemitraan, maka
pihak yang dirugikan dapat memaksa pihak lain untuk memenuhi
kewajibannya itu atau dapat menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan
penggantian biaya, kerugian dan bunga. Sampai saat ini selama pelaksanaan
kegiatan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa
Palangan belum pernah terjadi pembatalan surat perjanjian. Dan baik pihak
perusahaan maupun petani mitra belum pernah lalai dalam melaksanakan
kewajibannya.
76
15. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan
baik PT Garudafood maupun petani mitra, seperti huru-hara, kebakaran,
ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan,
tindakan pemerintah, kekacauan sosial yang menyebabkan salah satu pihak
tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini tidak
termasuk ke dalam pelanggaran perjanjian. Apabila terjadi force-majeure
maka kedua pihak atau salah satu pihak akan melakukan upaya untuk
meminimalkan kerugian. Jika force-majeure tidak dapat diatasi, maka pahak
yang dirugikan berhak untuk membatalkan perjanjian. Force-majeure pernah
dialami oleh petani mitra di Desa Palangan pada tahun 2007, yaitu terjadi
banjir di Kabupaten Situbondo yang menyebabkan tertutupnya jalan menuju
Kabupaten Situbondo. Agar kacang tanah tetap dapat dikirim ke pabrik PT
Garudafood, maka pengiriman dilakukan melalui jalan alternatif. Dengan
demikian petani mitra tetap dapat menjual hasil produksinya ke PT
Garudafood dan PT Garudafood tetap mendapatkan pasokan kacang tanah
dari petani mitra.
16. Surat perjanjian kerjasama berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak
tanggal ditanda-tanganinya surat perjanjian tersebut. Jika jangka waktu
perjanjian telah habis, maka surat perjanjian kerjasama tersebut dapat
diperpanjang atas kesepakan kedua pihak, yaitu PT Garudafood dan petani
mitra. Baik PT Garudafood maupun petani mitra dapat mengakhiri perjanjian
kerjasama sebelum jangka waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu
mengiririmkan surat pemberitahuan untuk mengakhiri perjanjian beserta
alasan-alasan yang tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian. Surat
77
pemberitahuan pembatalan perjanjian dikirimkan selambat-lambatnya tujuh
hari sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan.
17. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat dari
pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT Garudafood dan petani mitra,
maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara
musyawarah untuk mencapai mufakat. Dan apabila penyelesaian secara
musyawarah tidak tercapai, maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan
perselisihan melalui jalur hukum. Sampai saat ini, dalam melaksanakan
kegiatan kemitraan belum pernah ada perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan secara mufakat. PT Garudafood dan petani mitra bermusyawarah
untuk menetapkan harga kacang tanah, jumlah quota, dan jangka waktu
perjanjian.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat disimpulkan bahwa
baik pihak PT Garudafood maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan
kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari
evaluasi kemitraan masih terlihat ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat
perjanjian kerjasama, yaitu keterlambatan waktu tanam, penggunaan pupuk tidak
sesuai dosis anjuran dan petani masih ada yang menjual hasil produksinya ke
pihak lain. Agar kegiatan kemitraan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak, maka kegiatan kemitraan antara
PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan harus diperbaiki
pelaksanaannya.
78
6.5 Manfaat Kemitraan
Meskipun dalam pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa hal yang
tidak sesuai dengan perjanjian kerjasama, tetapi petani mitra masih mendapatkan
manfaat dari pelaksanaan kemitraan ini.
Tabel 20. Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008
Manfaat Kemitraan 3 Jawaban Responden Persentase (%) 1. Pemasaran Output
a. Ada jaminan pasar b. Tidak ada jaminan pasar
28 2
93,33 6,67
Jumlah 30 100 2. Harga
a. Harga tetap/stabil b. Harga berubah
30 0
100 0
Jumlah 30 100 3. Pendapatan
a. Meningkat b. Tidak ada pengaruh
30 0
100 0
Jumlah 30 100 4. Bimbingan
a. Menambah ilmu pengetahuan b. Tidak ada pengaruh
20 10
66,67 33,33
Jumlah 30 100
Manfaat yang diperoleh petani mitra, antara lain :
1. Jaminan pasar
Sebanyak 93.33 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti
kemitraan mereka tidak khawatir hasil produksinya akan terbuang. Karena PT
Garudafood memberikan jaminan pasar bagi petani mitra untuk menjual hasil
produksi kacang tanahnya. Dengan ketentuan kacang tanah yang dikirim petani
mitra memenuhi standar mutu kacang tanah sesuai dengan surat perjanjian
kerjasama yang telah disepakati.
79
2. Kepastian harga
Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan bermitra
mereka tidak khawatir dengan adanya penurunan harga kacang tanah di pasar
pada saat panen raya, karena harga kacang tanah telah ditentukan sebelumnya
pada surat perjanjian kerjasama. Selain itu, petani mitra juga tidak khawatir
dengan adanya permainan harga seperti jika menjual kacang tanah ke tengkulak.
3. Pendapatan meningkat
Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti
kemitraan pendapatan mereka meningkat. Hal tersebut dikarenakan PT
Garudafood membeli hasil produksi kacang tanah dari petani dengan harga lebih
tinggi daripada yang diberikan oleh tengkulak yang biasa membeli kacang tanah
petani non mitra.
4. Menambah ilmu pengetahuan
Sebanyak 66,67 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti
program kemitraan mereka mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai
budidaya kacang tanah yang benar. Pengetahuan mengenai budidaya kacang
tanah diberikan melalui pembinaan yang diberikan oleh divisi produksi PT
Garudafood yang menangani kegiatan kemitraan.
6.6 Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan
Pelaksanaan Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa
Palangan masih mengalami beberapa masalah. Permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Masih ada petani yang menjual hasil produksi kacang tanahnya ke pihak lain
80
Sebanyak 66,67 persen petani mitra selain menjual hasil produksinya ke
PT Garudafood juga menjual ke tengkulak. Petani menjual ke tengkulak
disebabkan karena terdesak akan kebutuhan dana. Dengan menjual hasil
produksi kacang tanah ke tengkulak, petani tidak perlu memanen kacang
seperti yang dianjurkan PT Garudafood, yaitu 90-100 hari. Sehingga petani
akan lebih cepat mendapatkan penghasilan jika dibandingkan dengan menjual
ke PT Garudafood.
2. Penggunaan pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan dosis anjuran
Petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl tidak sesuai
dengan dosis anjuran dari PT Garudafood masing-masing sebesar 36,67
persen, 93 persen, dan 83,33 persen. Alasan petani mitra menggunakan pupuk
tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah untuk mengurangi biaya
produksi. karena masalah keterbatasan modal. Selain itu akibat kelangkaan
pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan jumlah kurang dari
yang dibutuhkan.
3. Periode tanam tidak sesuai dengan perjanjian
Periode tanam kacang tanah yang ditentukan dalam surat perjanjian
kerjasama adalah bulan November/Desember dan bulan Februari/Maret. Tetapi
pada bulan Februari persediaan air di Desa Palangan tidak mencukupi untuk
menanam kacang tanah. Sehingga petani mitra menanam kacang tanah pada
saat persediaan air mencukupi, yaitu bulan Mei. Hal ini menyebabkan waktu
panen tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan, sehingga pasokan kacang
tanah ke PT Garudafood mengalami keterlambatan.
81
4. Petani melakukan panen terlalu cepat
Panen kacang tanah yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah pada saat
kacang tanah berumur 90-100 hari. Akan tetapi sebanyak 16,67 persen dari
petani mitra memanen lebih cepat dari yang dianjurkan. Panen yang terlalu
cepat akan mengakibatkan rendahnya produktivitas kacang tanah, sehingga
akan mengurangi penerimaan usahatani petani mitra. Selain merugikan petani
mitra karena penghasilan usahataninya berkurang, tetapi juga merugikan PT
Garudafood karena kualitas kacang tanah menjadi rendah dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Perusahaan membeli kacang tanah dari petani non mitra
Kebutuhan kacang tanah sebagai bahan baku industri pada PT Garudafood
terus mengalami peningkatan, sedangkan produksi kacang tanah petani mitra
tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga PT Garudafood juga
membeli kacang tanah dari petani lain di luar petani mitra dengan harga yang
sama dengan petani mitra.
Hingga saat ini belum ada penanganan atau tindakan yang dilakukan baik
oleh PT Garudafood maupun petani mitra untuk mengatasi masalah dalam
pelaksanaan kemitraan. Sehingga permasalahan dalam kemitraan antara PT
Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan masih tetap terjadi.
Agar pelaksanaan kemitraan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapakan maka kendala yang terjadi pada pelaksanaan kemitraan perlu diatasi.
Beberapa alternatif pemecahan kendala pada pelaksanaan kemitraan yang dapat
dilakukan, antara lain :
82
1. Petani mitra hendaknya lebih mengikuti anjuran PT Garudafood dalam
penggunaan pupuk dan waktu panen, sehingga produksi yang dihasilkan
sesuai yang diharapkan dan memenuhi standar produk PT Garudafood.
Dengan demikian seluruh hasil produksi kacang tanah petani mitra dapat
dibeli oleh PT Garudafood. Selain itu dengan menggunakan pupuk sesuai
dengan anjuran, maka produktivitas kacang tanah akan meningkat. Sehingga
pendapatan petani mitra akan bertambah.
2. Perencanaan periode tanam pada surat perjanjian kerjasama perlu dirumuskan
bersama antara kedua pihak yang bermitra. Sehingga periode tanam petani
mitra dapat disesuaikan dengan ketersediaan air di Desa Palangan tanpa harus
melanggar perjanjian kerjasama. Dengan demikian tidak ada keterlambatan
pengiriman kacang tanah ke PT Garudafood.
3. Perlu adanya pengawasan dari perusahaan dalam budidaya kacang tanah. Hal
ini ditujukan agar petani mitra lebih memperhatikan budidaya kacang tanah.
Selain itu, PT Garudafood juga perlu melakukan pengawasan terhadap waktu
panen yang dilakukan petani mitra. Sehingga umur kacang tanah yang dipanen
sesuai dengan yang dianjurkan PT Garudafood. Dengan demikian tidak hanya
menguntungkan PT Garudafood karena tetap dapat menjaga kualitas produk,
tetapi juga menguntungkan petani mitra karena produksi kacang tanah yang
dihasilkan akan lebih banyak, sehingga penerimaan petani mitra akan
bertambah.
4. Pihak PT Garudafood hendaknya membedakan harga beli kacang tanah antara
petani mitra dan non mitra, dan membatasi quota pembelian kacang tanah dari
petani non mitra. Hal ini dilakukan agar petani mitra tidak merasa dirugikan.
83
Selain itu, hendaknya bentuk kemitraan lebih diperjelas, karena selama ini
terlihat ada dua bentuk kemitraan, yaitu kemitraan dengan pola sub kontrak
dan pola kemitraan dagang umum. Pola sub kontrak dilaksanakan dengan
petani mitra yang terikat pada perjanjian kerjasama, sedangkan pola kemitraan
dagang umum dilaksanakan dengan petani non mitra yang tidak terikat dengan
perjanjian kerjasama.
84
VII. PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
7.1 Keragaan Usahatani Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan
di Desa Palangan. Kacang tanah ditanam dengan pola monokultur dengan alasan
lebih mudah perawatannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani
kacang tanah meliputi : pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan,
pemeliharaan, dan pemanenan. Rangkaian proses kegiatan produksi pada
usahatani kacang tanah di Desa Palangan sampai saat ini masih menerapkan
proses budidaya yang tradisional.
1. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani kacang tanah, baik petani
mitra maupun non mitra di Desa Palangan dilakukan sebanyak dua kali,
pengolahan lahan pertama dilakukan dengan menggunakan mesin atau traktor
yaitu rata-rata 14 hari sebelum tanam untuk petani mitra dan 17 hari sebelum
tanam untuk petani non mitra. Pengolahan lahan kedua dilakukan dengan
menggunakan ternak, yaitu pada dua hari sebelum tanam untuk petani mitra dan
tiga hari sebelum tanam untuk petani non mitra.
85
Tabel 21. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Pengolahan Tanah Mitra Non Mitra 1. Pengolahan pertama
- Mesin/traktor - Ternak sapi
30 0
11 0
Jumlah 30 11 2. Pengolahan kedua
- Mesin/traktor - Ternak sapi
0 30
0 11
Jumlah 30 11 3. 4.
Membuat guludan Tidak ada guludan
0 30
0 11
Jumlah 30 11
Tabel 21 menunjukkan bahwa 100 persen dari petani mitra maupun petani
non mitra melakukan pengolahan lahan dengan dua tahap yaitu pertama dengan
menggunakan mesin atau traktor dan kedua dengan menggunakan ternak. Dari
Tabel 21 juga diketahui bahwa 100 persen dari petani mitra dan non mitra tidak
ada yang membuat guludan. Alasan petani tidak membuat guludan adalah untuk
menghemat waktu dan biaya tenaga kerja pada kegiatan pengolahan tanah.
2. Penggunaan Bibit, Penanaman, dan Penyulaman
Kacang tanah memiliki beberapa varietas, seperti kidang, gajah, macan,
trenggiling, garuda dua, dan garuda biga. Hampir semua varietas kacang tanah
sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, kecuali varietas kelinci, panther,
singa, macan dan kidang karena produk dari varietas tersebut tidak memenuhi
standar PT Garudafood. Petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit dari
varietas gajah dan garuda dua. Sedangkan petani non mitra menggunakan varietas
gajah, garuda dua dan kelinci (Tabel 22).
86
Tabel 22. Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Jenis Bibit Mitra Non Mitra 1. Garuda dua 18 2 2. Gajah 12 4 3. Kelinci 0 5
Jumlah 30 11
Dari Tabel 22 terlihat bahwa sebanyak 60 persen petani mitra
menggunakan bibit varietas garuda dua dan sebanyak 40 persen menggunakan
varietas gajah. Penggunaan bibit pada petani non mitra terlihat bahwa sebanyak
45,45 persen menggunakan varietas Kelinci, 36,36 persen menggunakan varietas
gajah, dan 18,18 persen menggunakan varietas garuda dua. Tidak adanya petani
mitra yang menggunakan bibit dari varietas kelinci menunjukkan bahwa petani
mitra telah menggunakan bibit sesuai rekomendasi dari PT Garudafood.
Sedangkan petani non mitra lebih bebas dalam penggunaan varietas bibit kacang
tanah, sehingga petani non mitra dapat menggunakan varietas yang bukan
rekomendasi dari PT Garudafood, seperti varietas kelinci.
Standar produk kacang tanah yang sesuai dengan pihak Garudafood adalah
biji berbentuk bulat lonjong dan warna kulit ari merah muda atau rose. Sehingga
jika dilihat dari karakteristiknya, varietas garuda dua dan gajah memenuhi standar
produk PT Garudafood, sedangkan varietas kelinci tidak memenuhi standar
produk dari PT Garudafood karena berbentuk pipih dan kulit ari berwarna ungu.
Pada umumnya penanaman bibit dilakukan dengan cara ditugal dengan
jarak lubang tanam 40 cm x 15 cm, tiap lubang dengan kedalaman sekitar 3 cm
dimasukkan satu biji kacang tanah. Sehingga 1 ha lahan dibutuhkan 200.000-
250.000 biji kacang tanah atau 100 kg polong. Akan tetapi, penanaman kacang
87
tanah di Desa Palangan tidak dilakukan dengan cara ditugal melainkan ditabur.
Penanaman bibit dilakukan dengan cara mengikuti alur bajak, dengan jarak tanam
0,01 m x 0,01 m.
Benih kacang tanah akan tumbuh 3-7 hari setelah tanam (hst). Apabila
dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, maka perlu dilakukan
penyulaman. Penyulaman bertujuan mempertahankan jumlah populasi optimal per
satuan luas lahan, dari kemungkinan benih mati atau tidak tumbuh.
Tabel 23. Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Penyulaman Mitra Non Mitra 1. 2.
Melakukan penyulaman Tidak melakukan penyulaman
0 30
0 11
Jumlah 30 11
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa baik petani mitra maupun non mitra
tidak ada yang melakukan penyulaman. Petani tidak melakukan penyulaman
dengan alasan untuk menghindari perbedaan usia tanaman kacang tanah ketika
panen, dan untuk mengurangi biaya tenaga kerja.
3. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kacang tanah dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan unsur-unsur yang diperlukan
tanaman dalam pertumbuhannya, sehingga produktivitas tanaman kacang tanah
dapat meningkat. Petani mitra dan non mitra menggunakan pupuk organik dan
anorganik. Pupuk organik yang digunakan petani kacang tanah di Desa Palangan
adalah kotoran ternak. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk
urea, TSP dan KCl (Tabel 24).
88
Tabel 24. Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Pemupukan Mitra Non Mitra 1. Urea
- Menggunakan - Tidak menggunakan
29 1
11 0
Jumlah 30 11 2. TSP
- Menggunakan - Tidak menggunakan
13 17
7 4
Jumlah 30 11 3.
KCl - Menggunakan - Tidak menggunakan
28 2
8 3
Jumlah 30 11
Tabel 24 menunjukkan bahwa 96,67 persen dari petani mitra dan 100
persen petani non mitra menggunakan pupuk urea. Banyaknya petani yang
menggunakan pupuk urea karena bagi petani kacang tanah di Desa Palangan,
pupuk urea merupakan pupuk utama dalam menanam kacang tanah. Untuk
pemakaian pupuk TSP, sebanyak 43,33 persen dari petani mitra dan 63,64 persen
dari petani non mitra yang menggunakan pupuk TSP. Hal ini disebabkan karena
persediaan pupuk TSP di toko pertanian di Desa Palangan bahkan di Kecamatan
Jangkar sangat sedikit. Selain itu, banyak petani yang beranggapan bahwa
pemakaian pupuk TSP tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman
kacang. Untuk pemakaian pupuk KCl, sebanyak 93,33 persen dari petani mitra
dan 72,73 persen dari petani non mitra menggunakan pupuk KCl.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan pada usahatani kacang tanah meliputi kegiatan
penyiangan, pengairan, dan perlindungan tanaman. Kegiatan penyiangan
dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah tanaman berumur 24 hari dan 46-47
89
hari. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak daun,
cabang, dan perakaran tanaman.
Tabel 25. Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Pemeliharaan Mitra Non Mitra 1. Penyiangan
- Satu kali penyiangan - Dua kali penyiangan
0 30
3 8
Jumlah 30 11 2. Pengairan
- Empat kali pengairan - Kurang dari empat kali pengairan
30 0
11 0
Jumlah 30 11 3.
Perlindungan tanaman - Melakukan perlindungan tanaman - Tidak melakukan perkindungan tanaman
30 0
8 3
Jumlah 30 11
Berdasarkan pengamatan di lapang seperti yang terlihat pada Tabel 25,
sebagian besar petani kacang tanah melakukan dua kali penyiangan. Sebanyak
100 persen petani mitra dan sebanyak 72,73 persen petani non mitra melakukan
dua kali penyiangan. Sedangkan sebanyak 27,27 persen dari petani non mitra
hanya melakukan satu kali penyiangan. Alasan sebagian petani non mitra
melakukan penyiangan sebanyak satu kali adalah untuk menghemat penggunaan
tenaga kerja, sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. Alasan lain
melakukan penyiangan satu kali adalah karena menurut petani, gulma yang
tumbuh tidak terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman kacang.
Pada awal pertumbuhan, kacang tanah membutuhkan pengairan yang
cukup, terutama pada musim kemarau. Kacang tanah memerlukan kondisi tanah
yang lembab sejak saat tanam hingga 14 hari menjelang panen. Meskipun kacang
tanah lebih toleran terhadap kekeringan, tetapi pasokan air harus tetap mencukupi.
Sehingga kegiatan pengairan untuk tanaman kacang tanah dilakukan sebanyak
90
empat kali, yaitu sembilan hari sebelum tanam dan pada hari ke 15, 34, dan 62
setelah tanam. Berdasarkan Tabel 25, semua petani kacang tanah di Desa
Palangan, baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengairan
sebanyak empat kali. Pengairan dilakukan dengan menggunakan pompa air, yang
kemudian dialirkan ke sawah dengan membuat jalan untuk aliran air terlebih
dahulu.
Kegiatan perlindungan tanaman oleh petani kacang tanah ditujukan kepada
organisme pengganggu berupa hama dan penyakit. Penggunaan obat-obatan
dilakukan oleh petani pada hari ke 48-56 setelah tanam, sedangkan untuk
pemberian Furadan dilakukan bersamaan dengan pada saat penanaman bibit. Pada
umumnya petani di Desa Palangan mengatasi hama dan penyakit dengan
menggunakan obat-obatan seperti Gandasil, Decis dan Furadan (Tabel 26).
Tabel 26. Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
No. Pemeliharaan Mitra Non Mitra 1. Gandasil
- Menggunakan - Tidak menggunakan
23 7
7 4
Jumlah 30 11 2. Decis
- Menggunakan - Tidak menggunakan
18 12
8 3
Jumlah 30 11 3.
Furadan - Menggunakan - Tidak menggunakan
27 3
7 4
Jumlah 30 11
91
Penggunaan Gandasil dilakukan untuk melindungi tanaman kacang tanah
dari hama dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan polong kacang tanah
(Sibarani,2005). Berdasarkan Tabel 26, sebanyak 76,67 persen dari petani mitra
dan 63,64 persen dari petani non mitra menggunakan Gandasil dalam kegiatan
perlindungan tanaman. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Gandasil
sebanyak 23,33 persen untuk petani mitra dan 36,36 persen untuk petani non
mitra.
Selain menggunakan Gandasil, petani kacang tanah di Desa Palangan juga
menggunakan Decis untuk melindungi tanaman kacang tanah dari hama dan
penyakit. Decis digunakan petani untuk mengatasi hama dan penyakit yang
menyerang daun kacang tanah (Sibarani,2005). Petani mitra yang menggunakan
Decis sebanyak 60 persen, dan pada petani non mitra sebanyak 72,73 persen.
Sedangkan petani mitra yang tidak menggunakan Decis sebanyak 40 persen, dan
sebanyak 27,27 persen petani non mitra yang tidak menggunakan Decis.
Petani kacang tanah di Desa Palangan menggunakan Furadan untuk
mengatasi hama yang hidup di dalam tanah yang dapat merusak polong kacang
tanah (Sibarani,2005). Sebanyak 90 persen dari petani mitra dan sebanyak 63,64
persen dari petani non mitra menggunakan Furadan dalam kegiatan perlindungan
tanaman kacang tanah. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Furadan
sebanyak 10 persen pada petani mitra dan 36,36 persen pada petani non mitra.
5. Pemanenan
Panen kacang tanah harus dilakukan tepat waktu. Jika panen terlalu cepat,
mutu dan hasil produksi akan berkurang. Sementara panen yang terlalu lambat
92
akan menyebabkan produksi berkurang karena banyak polong yang tertinggal
dalam tanah dan tumbuh. Pada umumnya kacang tanah di panen pada umur 90-
100 hari setelah tanam. Berdasarkan penelitian dilapang, pemanenan yang
dilakukan oleh petani mitra lebih lama dibandingkan dengan petani non mitra. Hal
tersebut dikarenakan petani mitra diharuskan menjaga standar produk kacang
tanah yang desuai dengan yang dianjurkan oleh PT Garudafood. Petani mitra pada
umumnya melakukan pemanenan pada saat tanaman berumur rata-rata 90-100
hari. Sedangkan petani non mitra melakukan pemanenan pada umur rata-rata 80-
85 hari karena ingin cepat mendapatkan hasil dari penjualan kacang tanah.
Rata-rata produksi per hektar yg dihasilkan oleh petani mitra lebih tinggi
jika dibandingkan dengan rata-rata produksi per hektar petani non mitra yaitu
sebesar 2.036,38 kg per ha, sedangkan petani non mitra sebesar 1.696,87 kg per
ha. Hal ini dikarenakan pemanenan yang terlalu cepat pada petani non mitra
sehingga polong kacang yang masih muda lebih banyak daripada polong kacang
yang sudah tua, menyebabkan rendahnya produktivitas kacang tanah tersebut.
Kegiatan pemanenan petani mitra meliputi mencabut tanaman kacang
tanah, membersihkan atau memisahkan polong kacang dari batangnya, dan
mengangkut dari sawah ke rumah petani mitra. Kegiatan pemanenan pada petani
mitra dilakukan sendiri. Sedangkan kegiatan pemanenan pada petani non mitra
sebanyak 45,45 persen dilakukan oleh tengkulak, sehingga dapat mengurangi
biaya tenaga kerja untuk pemanenan.
93
7.2 Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah pengurangan antara penerimaan usahatani
dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat mencerminkan arus uang
masuk dan uang keluar dari suatu usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan
menguntungkan bila pendapatan usahataninya bernilai positif dan sebaliknya
dikatakan merugi bila pendapatan usahataninya bernilai negatif.
Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas
biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Dimana biaya total adalah
penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah
biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai. Dan biaya diperhitungkan
adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak secara tunai.
Petani menganggap komponen-komponen biaya diperhitungkan bukan
sebagai suatu biaya, misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biasanya dalam
kegiatan usahatani jika menggunakan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung
sebagai biaya karena biasanya petani tidak memberikan upah untuk membayar
tenaga kerja dari dalam keluarga. Sehingga dalam penelitian ini akan dianalisis
pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total. Dengan mengetahui
pendapatan usahatani atas biaya total, petani dapat mengetahui keuntungan
sebenarnya yang diperoleh dari usahatani kacang tanah yang diusahakannya jika
biaya diperhitungkan dimasukkan dalam perhitungan biaya.
7.2.1 Penerimaan Usahatani
Terdapat perbedaan dari penerimaan usahatani kacang tanah pada musim
panen bulan Agustus 2008 antara petani mitra dan non mitra. Hal ini disebabkan
94
perbedaan hasil produksi dan harga jual yang diperoleh petani. Rata-rata total
produksi kacang tanah pada petani mitra adalah 2.036,38 kg per ha dan petani non
mitra sebesar 1.696,87 kg per ha. Sedangkan rata-rata harga jual kacang tanah
yang diperoleh petani mitra adalah Rp6.730 dan petani non mitra Rp5.230.
Perbedaan hasil produksi disebabkan karena petani mitra mengikuti anjuran dari
PT Garudafood dalam kegiatan usahatani kacang tanahnya, sehingga lebih
memperhatikan kualitas dan produktivitas kacang tanah. Sedangkan petani non
mitra melakukan kegiatan usahatani berdasarkan pengalaman dan beranggapan
bahwa hasil produksi yang didapatkan sudah cukup banyak tanpa mengikuti
aturan budidaya kacang tanah yang baik.
Perbedaan harga jual antara petani mitra dan petani non mitra disebabkan
karena berbedanya cara penjualan yang digunakan petani. Petani mitra terikat
dengan surat perjanjian kerjasama dengan PT Garudafood, sehingga petani mitra
harus menjual seluruh hasil produksinya ke perusahaan tersebut. Harga jual yang
digunakan adalah harga yang telah ditentukan oleh PT Garudafood, yang
kemudian disepakati bersama antara perusahaan dengan petani mitra. Meskipun
demikian, ada beberapa petani mitra yang juga menjual hasil produksinya ke
tengkulak dengan harga yang relatif sama dengan petani non mitra.
Cara penjualan petani non mitra adalah dengan cara tebas. Cara tebas
adalah cara penjualan hasil produksi kepada tengkulak dengan menaksir kualitas
dan jumlah hasil produksi kacang tanah petani yang masih ada di dalam tanah.
Untuk menaksir kualitas dan hasil produksi kacang tanah dilakukan dengan
mengambil kacang tanah secara acak untuk dilihat kualitas dan berat polong
kacang. Hasil taksiran ini yang menjadi dasar penentuan harga per kg kacang
95
tanah. Dengan cara tebas biasanya kegiatan pemanenan tidak ditanggung oleh
petani lagi, melainkan ditanggung oleh tengkulak yang membeli kacang tanahnya.
Harga kacang tanah dengan mengikuti kemitraan adalah Rp7.000 per kg.
Dari hasil penelitian rata-rata total produksi kacang tanah petani mitra adalah
2.036,38 kg per ha. Tetapi tidak semua hasil produksi kacang tanah petani mitra
dijual ke PT Garudafood, yaitu rata-rata sebesar 1.613,85 kg per ha hasil produksi
petani mitra yang dijual ke PT Garudafood dan sisanya rata-rata sebesar 271,40 kg
per ha dijual ke tengkulak dengan rata-rata harga Rp5.072. Selain itu, sebesar
112,79 kg per ha digunakan sebagai bibit dan 38,35 kg per ha untuk dikonsumsi
sendiri. Dari hasil perkalian harga per kg dan rata-rata produksi kacang tanah yang
dijual ke PT Garudafood dan ke tengkulak diperoleh penerimaan tunai petani
mitra sebesar Rp12.687.374. Sedangkan penerimaan total yang diperoleh petani
mitra sebesar Rp13.704.521.
Pada petani non mitra, rata-rata harga yang diterima dari menjual kacang
tanah dengan cara tebas atau menjual ke tengkulak adalah Rp5.230. Dari
penelitian diketahui rata-rata total produksi kacang tanah petani non mitra adalah
sebesar 1.696,87 kg per ha. Sama halnya dengan petani mitra, tidak semua hasil
produksi petani non mitra dijual kepada tengkulak, yaitu sebesar 1.519,92 kg per
ha yang dijual ke tengkulak atau toko, sebesar 128,21 kg per ha digunakan sebagai
untuk dijadikan bibit dan sebesar 48,73 kg per ha untuk konsumsi pribadi. Dari
hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan rata-rata produksi kacang tanah
yang dijual diperoleh penerimaan tunai petani non mitra yaitu sebesar
Rp7.949.182. Sedangkan dari hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan
96
rata-rata total produksi kacang tanah diperoleh penerimaan total petani non mitra
yaitu sebesar Rp8.874.630.
Dari hasil perhitungan penerimaan, terbukti bahwa terjadi perbedaan
penerimaan antara petani mitra dan non mitra. Dengan harga dan produksi kacang
tanah yang yang lebih besar, maka penerimaan yang diperoleh petani mitra
menjadi lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani non mitra.
7.2.2 Biaya Produksi
Besar biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra
memiliki perbedaan baik untuk biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Biaya
tunai yang dikeluarkan petani mitra meliputi biaya tenaga kerja luar keluarga
(TKLK), bibit, pupuk, obat-obatan, solar, pajak tanah (PBB), pengairan, dan
pengangkutan untuk dikirim ke PT Garudafood. Biaya tunai untuk petani non
mitra sama dengan biaya tunai petani mitra, tetapi petani non mitra tidak
mengeluarkan biaya untuk pengangkutan karena biaya pengangkutan ditanggung
oleh tengkulak. Sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani mitra
dan non mitra adalah sama, yaitu biaya penyusutan peralatan pertanian, biaya
tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan sewa lahan.
1. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga
merupakan biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan petani. Sebesar 14,36
persen dari biaya total yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya TKLK, dan
sebesar 13,44 persen dari biaya total merupakan biaya TKLK petani non mitra.
97
Jam kerja TKLK selama satu hari kerja adalah 5 jam, yaitu dari pukul 6.00
hingga pukul 11.00. TKLK terdiri dari tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria.
Tetapi dalam pembayaran upah tidak dibedakan antara tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja pria. Tenaga kerja wanita biasanya digunakan saat kegiatan
penanaman, penyiangan, dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja pria digunakan
untuk seluruh kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan.
Perhitungan hari kerja didasarkan pada perhitungan Hari Kerja Orang
(HKO) dimana tenaga kerja orang bernilai satu. Sedangkan untuk pengolahan
tanah yang menggunakan mesin dan ternak dihitung dengan mengkonversikan
Hari Kerja Mesin (HKM) dan Hari Kerja Ternak (HKT) ke dalam HKO. Untuk
mengolah lahan dengan mesin dibutuhkan 2 HKM per ha, dan pengolahan lahan
dengan ternak dibutuhkan 6 HKT per ha, sedangkan pengolahan dengan tenaga
kerja orang dibutuhkan 30 HKO per ha. Sehingga 1 HKM= 15 HKO dan 1HKT =
5 HKO. Penggunaan TKLK dalam kegiatan usahatani kacang tanah petani mitra
dan non mitra meliputi :
a. Pengolahan lahan
Baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengolahan lahan
sebanyak dua kali, yaitu pertama dengan menggunakan mesin atau traktor dan
kedua dengan menggunakan ternak. Pada pengolahan lahan dengan
menggunakan traktor, terdapat dua cara penyewaan traktor yaitu Rp150,000
per dua hari atau Rp450.000 per tujuh hari, biaya tersebut sudah termasuk upah
tenaga kerja operator traktor. Rata-rata biaya pengolahan lahan dengan traktor
per HKO pada petani mitra sebesar Rp3.699 dan Rp4.688 pada petani non
mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan pertama petani mitra sebesar
98
38,88 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar 33,70 HKO per ha. Sehingga
biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan pertama yaitu dengan mesin
atau traktor sebesar Rp 143.832, dan petani non mitra sebesar Rp157.955.
Pada pengolahan lahan dengan menggunakan ternak yaitu sapi, biaya yang
harus dikeluarkan petani untuk menyewa sapi adalah Rp25.000, biaya tersebut
sudah termasuk upah tenaga kerja dan biaya sewa dua ekor sapi. Rata-rata
biaya pengolahan lahan dengan ternak per HKO sebesar Rp2.273 baik pada
petani mitra maupun non mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan kedua
pada petani mitra sebesar 43,15 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar
36,57 HKO per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan
kedua yaitu dengan mesin atau traktor sebesar Rp 983.057, dan petani non
mitra sebesar Rp83.117.
b. Penanaman
Rata-rata penggunaan TKLK dalam kegiatan penanaman untuk petani
mitra adalah 10,05 HKO per ha dan untuk petani non mitra sebesar 7,79 HKO
per ha. Upah tenaga kerja untuk kegiatan penanaman adalah Rp10.000 per hari.
Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penanaman pada petani mitra
adalah sebesar Rp100,500dan petani non mitra sebesar Rp77.900.
c. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan dalam satu hari, yaitu bersamaan pada saat
pengolahan lahan kedua. Rata-rata penggunaan TKLK petani mitra pada
kegiatan pemupukan sebesar 5,80 HKO per ha, sedangkan untuk petani non
mitra sebesar 5,98 HKO per ha. Upah TKLK yang diberikan oleh petani mitra
dan petani non mitra sama, yaitu sebesar Rp10.000 per hari. Dengan demkian
99
biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra pada kegiatan pemupukan
yaitu sebesar Rp58.000 dan Rp59.800.
d. Pengairan
Kegiatan pengairan pada usahatani kacang tanah dilakukan sebanyak
empat kali, baik pada petani mitra maupun non mitra. Rata-rata penggunaan
TKLK pada kegiatan pengairan untuk petani mitra dan non mitra untuk
pengairan pertama hingga keempat adalah sama yaitu 1,16 HKO per ha untuk
petani mitra dan 2,29 HKO per ha untuk petani non mitra. Upah TKLK yang
dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Sehingga
Total biaya TKLK untuk kegiatan pengairan pada petani mitra adalah
Rp11.600 dan Rp22.900 untuk petani non mitra.
e. Perawatan
Kegiatan perawatan kacang tanah dilakukan dengan mencabuti gulma
yang tumbuh disekitar tanaman kacang tanah. Kegiatan perawatan dilakukan
sebanyak dua kali, maskipun demikian ada beberapa petani yang melakukan
perawatan hanya satu kali. Upah yang diberikan kepada TKLK dari petani
mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Rata-rata penggunaan TKLK
untuk kegiatan perawatan tanaman kacang tanah petani mitra adalah 32,93
HKO per ha pada perawatan tanaman pertama dan 30,25 HKO per ha pada
perawatan kedua. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan
perawatan tanaman kacang tanah petani non mitra untuk perawatan tanaman
yang pertama dan ke dua masing-masing adalah 33,69 HKO per ha dan 24,11
HKO per ha. Total biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non
100
mitra pada kegiatan perawatan adalah Rp631.800untuk petani mitra dan
Rp578.000 untuk petani non mitra.
f. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Upah
TKLK untuk kegiatan perlindungan tanaman sebesar Rp10.000 per hari. Rata-
rata TKLK yang digunakan petani mitra dan non mitra pada kegiatan
perlindungan tanaman masing-masing sebesar 4,67 HKO per ha dan 5,87 HKO
per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada
kegiatan ini adalah sebesar Rp46.700untuk petani mitra dan Rp58.700 untuk
petani non mitra.
g. Pemanenan
Pada kegiatan ini, yang termasuk dalam kegiatan pemanenan adalah
mencabut, membersihkan dan mengangkut kacang tanah. Upah yang diberikan
untuk ketiga kegiatan tersebut adalah Rp18.000 per hari, baik oleh petani mitra
maupun non mitra. Rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan pemanenan
adalah 21,23 HKO per ha untuk petani mitra dan 7,67 HKO per ha pada petani
non mitra. Biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada
kegiatan pemanen masing-masing sebesar Rp212.300 dan Rp138.060.
2. Biaya Sarana Produksi
Sarana produksi sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani. Sebanyak
25,51 persen dari biaya total merupakan biaya sarana produksi yang dikeluarkan
oleh petani mitra. Dan sebanyak 24,68 persen dari biaya total merupakan biaya
101
yang dikeluarkan petani non mitra untuk biaya sarana produksi. Biaya sarana
produksi pada usahatani kacang tanah petani mitra dan non mitra antara lain biaya
bibit, pupuk, obat-obatan, dan solar.
a. Biaya bibit
Biaya bibit dimasukkan ke dalam biaya tunai pada petani mitra dan non
mitra. Karena petani mitra dan non mitra mengeluarkan biaya atau uang tunai
untuk memperoleh bibit kacang tanah tersebut. Bibit yang digunakan pada
kegiatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan terdiri dari tiga varietas,
yaitu garuda dua, gajah, dan kelinci. Varietas yang digunakan oleh petani mitra
adalah garuda dua dan gajah. Sedangkan petani non mitra menggunakan ketiga
varietas tersebut. Petani mitra dan non mitra memperoleh bibit kacang dari
toko pertanian yang ada di desa. Rata-rata harga bibit yang diperoleh petani
mitra untuk pembelian bibit varietas gajah dan garuda dua adalah Rp7.037 per
kg. Sedangkan rata-rata harga bibit yang diperoleh petani non mitra untuk
pembelian bibit varietas kelinci, gajah, dan garuda dua adalah Rp6.455 per kg.
Rata-rata penggunaan bibit pada petani mitra adalah 141,23 kg per ha. Pada
petani non mitra, rata-rata penggunaan bibit adalah sebesar 49,46 kg per ha.
Dengan demikian, diketahui biaya penggunaan bibit pada petani mitra sebesar
Rp993.749 dan total biaya penggunaan bibit pada petani non mitra sebesar
Rp964.828.
b. Biaya pupuk
Biaya pupuk termasuk dalam komponen biaya tunai dari biaya total yang
dikeluarkan petani mitra dan non mitra. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani
berbeda karena bervariasinya harga pupuk dan jumlah pupuk yang digunakan
102
petani. Pupuk yang digunakan petani kacang tanah adalah pupuk urea, TSP dan
KCl. Tetapi ada juga petani yang hanya menggunakan dua bahkan satu jenis
pupuk. Adapun petani yang dalam menggunakan pupuk tidak sesuai dengan
dosis yang dianjurkan. Alasan petani hanya menggunakan satu atau dua jenis
pupuk saja dan juga alasan tidak menggunakan pupuk sesuai dengan dosis
yang dianjurkan adalah karena keterbatasan modal dan persediaan pupuk di
toko pertanian yang ada di desa.
Tabel 27. Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
Rata-Rata Penggunaan Pupuk (Kg/Ha) Jenis Pupuk Dosis Anjuran
(Kg/Ha) Mitra Non Mitra
Urea 50-100 103,50 91,34
TSP 100 21,60 32,73 KCl 100 69,16 52,12
Harga pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani mitra
masing-masing sebesar Rp1.378, Rp4.500, dan Rp4.975. Sedangkan harga
pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani non mitra masing-
masing sebesar Rp1.378, Rp4.558, dan Rp5.070. Adanya perbedaan antara
petani mitra dan non mitra pada harga pupuk TSP dan KCl disebabkan karena
ada beberapa petani yang membeli pupuk di toko pertanian yang ada di
kecamatan, yaitu sebesar 9,09 persen pada petani non mitra membeli pupuk
TSP di kecamatan, sedangkan untuk pupuk KCl sebesar 6,67 persen dari petani
mitra dan 9,09 persen dari petani non mitra yang membeli di kecamatan. Harga
per kg pupuk TSP dan KCl di desa dan di kecamatan berbeda, sehingga rata-
rata harga per kg pupuk TSP dan KCl berbeda. Biaya yang dikeluarkan petani
103
mitra dan non mitra untuk pembelian pupuk merupakan hasil perkalian dari
harga pupuk per kg dan penggunaan pupuk pada petani mitra dan non mitra.
Biaya penggunaan pupuk urea berdasarkan rata-rata penggunaan pupuk urea
(Tabel 27) pada petani mitra adalah Rp142.575, dan biaya penggunaan pupuk
urea pada petani non mitra sebesar Rp125.867.
Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada petani mitra dan non mitra paling
sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea dan KCl (Tabel 27),
hal ini dikarenakan persediaan puuk TSP di toko pertanian sangat terbatas.
Rata-rata biaya pupuk TSP yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah
Rp97.189 untuk petani mitra dan Rp149.182 untuk petani non mitra.
Sedangkan rata-rata biaya pupuk KCl adalah Rp344.046 untuk petani mitra dan
Rp264.241 untuk petani non mitra.
c. Biaya obat-obatan
Biaya obat-obatan termasuk dalam biaya tunai, karena petani
menggunakan uang tunai untuk membeli obat-obatan di toko pertanian. Obat-
obatan yang digunakan petani kacang tanah antara lain Gandasil, Decis dan
Furadan. Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pembelian
obat-obatan berbeda untuk setiap jenisnya. Dikarenakan harga dan rata-rata
dosis obat yang digunakan berbeda (Tabel 28).
104
Tabel 28. Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
Rata-Rata Penggunaan Obat Jenis Obat Satuan
Dosis Anjuran (per Ha) Mitra Non Mitra
Gandasil Kg 0,5 0,45 0,38 Decis Liter 0,5 0,29 0,36 Furadan Kg 2 1,18 0,83
Penggunaan obat-obatan pada petani non mitra lebih sedikit dibandingkan
dengan petani mitra disebabkan karena petani non mitra menggunakan obat-
obatan hanya jika terlihat ada hama atau penyakit pada tanaman kacang.
Sedangkan petani mitra menggunakan obat-obatan lebih kepada pencegahan
adanya hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah.
Harga Decis dan Furadan yang diperoleh petani mitra masing-masing
sebesar Rp40.866 per liter dan Rp24.469 per kg. Sedangkan harga Decis dan
Furadan yang diperoleh petani non mitra masing-masing sebesar Rp39.050 per
liter dan Rp25.131 per kg. Untuk harga Gandasilpada petani mitra dan non
mitra sama, yaitu Rp30.000 per kg.
Biaya penggunaan obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan
petani non mitra diperoleh dari perkalian antara rata-rata harga obat-obatan
tersebut dengan rata-rata penggunaan obat-obatan. Sehingga diperoleh biaya
obat-obatan pada petani mitra adalah Rp13.500 untuk penggunaan Gandasil,
Rp11.851 untuk penggunaan Decis, dan Rp28.874 untuk penggunaan Furadan.
Kemudian rata-rata biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani non mitra
adalah Rp11.482 untuk penggunaan Gandasil, Rp14.129 untuk penggunaan
Decis, dan Rp20.790 untuk penggunaan Furadan.
105
d. Solar
Solar digunakan untuk bahan bakar pompa air yang digunakan untuk
pengairan. Rata-rata total penggunaan solar untuk empat kali pengairan pada
petani mitra adalah 135,02 liter dan pada petani non mitra sebesar 135 liter.
Sedangkan rata-rata harga solar per liter untuk petani mitra adalah Rp5.488,
dan petani non mitra sebesar Rp 5.518. Rata-rata harga per liter solar untuk
petani mitra dan non mitra berbeda, disebabkan karena 6,27 persen dari rata-
rata penggunaan solar dibeli dengan harga lama, yaitu sebelum harga solar
naik. Dengan demikian rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan untuk biaya
pembelian solar pada petani mitra sebesar Rp740.990 dan petani non mitra
sebesar Rp747.455.
3. Pajak Tanah (PBB)
Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pajak tanah
(PBB) termasuk ke dalam biaya tunai. Karena petani mitra dan non mitra
mengeluarkan biaya pajak tanah dalam bentuk uang tunai. Rata-rata biaya yang
harus dikeluarkan petani mitra untuk membayar PBB adalah sebesar Rp11.291,
dan untuk petani non mitra sebesar Rp12.080. Perbedaan pembayaran PBB pada
petani mitra dan non mitra disebabkan karena perbedaan kelas dari lahan yang
dimiliki petani. Semakin dekat lahan yang dimiliki petani ke jalan raya besar
maka biaya yang dikenakan ke lahan tersebut semakin besar.
4. Biaya Pengairan
106
Biaya pengairan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra
digunakan untuk menyewa pompa. Kegiatan pengairan pada usahatani kacang
tanah petani mitra dan non mitra dilakukan sebanyak empat kali. Biaya yang
dikenakan untuk sewa pompa adalah Rp5000 per jam. Lamanya pemakaian
pompa untuk satu kali pengairan pada petani mitra adalah 30,45 jam, sedangkan
pemakaian pompa untuk empat kali pengairan adalah 122 jam. Untuk petani non
mitra, lama pemakaian pompa untuk satu kali pengairan adalah 30 jam, dan untuk
empat kali pengairan 120 jam. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan petani
mitra dan non mitra untuk menyewa pompa adalah Rp610.000 dan Rp600.000.
5. Biaya Pengangkutan
Biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan oleh petani mitra adalah biaya
untuk membayar jasa pengangkutan kacang tanah atau menyewa truk dari Desa
Palangan ke pabrik PT Garudafood di Pati. Sedangkan untuk petani non mitra
tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan karena biaya pengangkutan
ditanggung oleh tengkulak. Pengangkutan kacang tanah dilakukan dengan
menggunakan truk besar (fuso), dimana sewa satu truk sebesar Rp3.600.000
dengan kapasitas 24 ton. Biaya yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya
pengangkutan adalah Rp150 per kg kacang tanah. Rata-rata hasil produksi kacang
tanah yang dijual ke PT Garudafood adalah sebesar 1.613,85 kg, sehingga biaya
yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya pengangkutan adalah sebesar
Rp242.077.
6. Biaya Penyusutan
107
Pada biaya produksi usahatani, biaya penyusutan merupakan komponen
dari biaya diperhitungkan karena petani tidak pernah memperhitungkan besarnya
penyusutan dari peralatan pertanian yang dimiliki. Peralatan yang dimiliki petani
mitra dan non mitra untuk membantu kegiatan usahatani antara lain mesin bajak,
alat bajak, cangkul, pompa air, dan arit. Biaya penyusutan diperoleh dari harga
beli dibagi dengan perkiraan umur kegunaan peralatan tersebut. Biaya penyusutan
pada Tabel 20 merupakan biaya penyusutan untuk satu musim. Cara perhitungan
biaya penyusutan per musim adalah dengan membagi biaya penyusutan untuk satu
tahun dengan tiga, karena dalam satu tahun terdapat tiga musim tanam. Nilai
penyusutan peralatan pertanian dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008
Penyusutan (Rp/Musim) Peralatan Pertanian
Mitra Non Mitra Mesin Bajak 25.556 - Alat Bajak 5.718 3.447 Cangkul 1.999 2.639 Pompa Air 7.506 24.242 Arit 588 842
Pada non mitra tidak ada penyusutan mesin bajak, karena tidak ada petani
non mitra yang memiliki mesin bajak. Dari Tabel 29 diketahui bahwa biaya
penyusutan terbesar pada petani mitra adalah penyusutan untuk mesin bajak, yaitu
61,78 persen, sedangkan biaya penyusutan terbesar pada petani non mitra adalah
penyusutan pompa air, yaitu 77,77 persen. Biaya penyusutan yang harus
dikeluarkan petani mitra sebesar Rp41.367, dan petani non mitra adalah
Rp31.170.
108
7. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
Upah TKDK termasuk ke dalam komponen biaya diperhitungkan, karena
petani tidak pernah memperhitungkan tenaga kerja yang berasal dari dalam
keluarga. TKDK pada petani mitra dan non mitra selain untuk mengawasi
pekerjaan TKLK juga ikut membantu kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan
lahan pertama hingga pemanenan.
Rata-rata penggunaan TKDK pada petani mitra adalah 22,78 HKO per ha
dan rata-rata TKDK untuk petani non mitra adalah 23,32 HKO per ha.
Penggunaan TKDK pada petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra,
karena penggunaan TKDK petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non
mitra. Sehingga biaya yang dikeluarkan petani mitra pun lebih rendah
dibandingkan petani non mitra, yaitu sebesar Rp229.906 pada petani mitra dan
Rp238.100 pada petani non mitra.
8. Sewa Lahan
Lahan yang digunakan petani mitra dan non mitra adalah lahan milik
pribadi. Sehingga biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang
diperhitungkan. Biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya diperhitungkan
untuk melihat pendapatan atas biaya total petani jika petani menyewa lahan untuk
usahatani kacang tanah. Biaya sewa lahan di Desa Palangan pada umumnya
sebesar Rp 4.000.000-Rp5.000.000 per ha, tergantung dari letak lahan dan
kebutuhan dana dari pemilik lahan. Rata-rata biaya sewa lahan untuk petani mitra
adalah Rp4.470.000 dan petani non mitra sebesar Rp4.800.000.
109
Biaya total usahatani kacang tanah yang dikeluarkan petani mitra dan
petani non mitra per hektar untuk musim panen bulan Agustus 2008 dapat dilihat
pada Tabel 30.
Tabel 30. Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
Mitra Non Mitra Uraian Satuan
Biaya % Biaya %
A. Biaya Tunai 1. TKLK 2. Sarana produksi 1. Bibit 2. Pupuk 3. Obat-obatan 4. Solar 3. Biaya pengairan 4. Pajak tanah (PBB) 5. Biaya pengangkutan
Rp/Ha
Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha
1.337.598
993.749 583.810
54.225 740.990 610.000
11.291 242.077
14,36
10,67 6,27 0,58 7,95 6,55 0,12 2,60
1.238.921
964.828 539.289
46.401 747.455 600.000
12.080 -
13,44
10,47 5,85 0,50 8,11 6,51 0,13
-
Total biaya tunai Rp/Ha 4.576.701 49,10 4.248.048 45,01
B. Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan 2. TKDK 3. Sewa lahan
Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha
41.367 229.906
4.470.000
0,44 4,85
47,99
31.170
238.100 4.800.000
0,34 2,58
52,07
Total biaya diperhitungkan Rp/Ha 4.741.272 50,90 5.069.270 54,99
C. Biaya Total Rp/Ha 9.315.003 100,00 9.218.245 100,00
7.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)
Dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani kacang
tanah dapat diperoleh nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani pada
penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya
total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan
usahatani dengan total biaya tunai. Sedangkan penerimaan atas biaya total
110
diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya total (biaya tunai
dan biaya diperhitungkan).
Penerimaan tunai dan penerimaan total yang diperoleh petani mitra adalah
sebesar Rp12.687.374 dan Rp13.704.521. Sedangkan penerimaan tunai dan
penerimaan total petani non mitra adalah sebesar Rp7.949.182 dan Rp8.874.630.
Untuk biaya tunai dan biaya total pada petani mitra adalah Rp4.576.701dan
Rp9.315.003, dan pada petani non mitra adalah Rp4.126.133 dan Rp9.218.245.
Sehingga dengan mengurangi penerimaan tunai dengan biaya tunai pada petani
mitra dan non mitra, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai pada petani mitra
sebesar Rp8.113.643 dan petani non mitra sebesar Rp3.800.207. Dan dengan
mengurangi penerimaan total dengan biaya total pada petani mitra dan non mitra,
maka diperoleh pendapatan atas biaya total petani mitra sebesar Rp4.389.518 dan
petani non mitra sebesar –Rp343.615. Nilai negatif pada pendapatan atas biaya
total petani non mitra diperoleh karena penerimaan total petani non mitra lebih
kecil dibandingkan biaya total.
Dari nilai penerimaan dan biaya juga dapat diketahui R/C rasio petani
mitra dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C rasio atas biaya
tunai dan R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari membagi
penerimaan dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari
membagi penerimaan dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani kacang
tanah dan R/C rasio untuk petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 31
111
Tabel 31. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008
Uraian Satuan Petani Mitra Petani Non Mitra
A. a. Penerimaan Tunai b. Penerimaan Diperhitungkan Penerimaan Total
Rp/ha Rp/ha Rp/ha
12.687.374 1.017.147
13.704.521
7.949.182 925.449
8.874.630
B. a. Biaya Tunai b. Biaya Diperhitungkan Biaya Total
Rp/ha Rp/ha Rp/ha
4.576.701 4.741.272
9.315.003
4.126.133 5.069.270 9.218.245
C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/ha 8.113.643 3.800.207
D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/ha 4.389.518 - 343.615
E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 2,77 1,92
F. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,47 0,96
Tabel 31 memperlihatkan bahwa pendapatan atas biaya tunai, pendapatan
atas biaya total, R/C atas biaya tunai, dan R/C atas biaya total petani mitra lebih
besar daripada petani non mitra. Hal ini disebabkan karena hasil produksi petani
mitra yang dijual, baik ke PT Garudafood maupun tengkulak, dan total produksi
kacang tanah petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, yaitu 1.885,24 kg
per ha yang dijual dan 2.036,38 kg per ha merupakan total produksi kacang tanah
petani mitra. Sedangkan hasil produksi petani non mitra yang dijual ke tengkulak
sebesar 1.519,92 kg per ha dan total produksi kacang tanah yang dihasilkan
sebesar 1.696,87 kg per ha. Rata-rata harga beli kacang tanah pada petani mitra
juga lebih tinggi daripada petani non mitra, yaitu Rp6.730 untuk petani mitra dan
Rp5.230 untuk petani non mitra. Lebih besarnya hasil produksi dan harga beli
kacang tanah petani mitra, berpengaruh pada penerimaan tunai dan penerimaan
total petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra.
112
Sama halnya dengan penerimaan, biaya total yang dikeluarkan petani
mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Meskipun biaya
diperhitungkan petani non mitra lebih tinggi daripada petani mitra, tetapi biaya
tunai petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, dan selisih pada biaya
tunai lebih besar dibandingkan biaya diperhitungkan. Dari biaya tunai untuk
pemakaian input produksi, seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan, petani mitra
mendapatkan pembinaan kegiatan produksi dari PT Garudafood. Sehingga
penggunaan input produksi pada petani mitra akan mengikuti atau mendekati
dosis yang dianjurkan perusahaan. Pada biaya tunai untuk biaya tenaga kerja luar
keluarga, bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengairan pada petani mitra lebih besar
daripada petani non mitra. Dan biaya untuk pengangkutan, hanya petani mitra
yang mengeluarkan biaya pengangkutan, karena biaya pengangkutan pada petani
non mitra ditanggung oleh tengkulak yang membeli hasil produksi kacang tanah
petani non mitra.
Penggunaan biaya diperhitungkan, untuk biaya tenaga kerja dalam
keluarga petani non mitra lebih besar daripada petani mitra. Hal ini dikarenakan
tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan petani non mitra lebih banyak
daripada petani mitra. Untuk biaya penyusutan peralatan pada petani mitra lebih
besar daripada petani non mitra. Sedangkan pada sewa lahan, untuk petani non
mitra lebih besar daripada petani mitra.
Meskipun biaya tunai dan biaya total pada petani mitra lebih besar
dibandingkan petani non mitra, tetapi selisih pada biaya total tidak terlalu besar,
yaitu Rp96.758. Sedangkan selisih untuk biaya tunai adalah Rp450.568. Selisih
dari penerimaan tunai dan penerimaan total petani mitra dengan petani non mitra
113
masing-masing sebesar Rp4.738.192 dan Rp4.829.891. Dilihat dari selisih
penerimaan tunai dan penerimaan total antara petani mitra dengan petani non
mitra yang lebih besar daripada selisih biaya tunai dan biaya total, maka
pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C rasio atas biaya
tunai, dan R/C rasio atas biaya total petani mitra tetap lebih besar daripada petani
non mitra.
Berdasarkan analisis R/C rasio pada Tabel 31, diketahui bahwa R/C rasio
atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77. Ini berarti setiap satu rupiah biaya
tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan kepada
petani mitra sebesar Rp2,77. R/C rasio atas biaya tunai petani non mitra adalah
1,92. Ini berarti setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani non mitra
akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp1,92. Dari
kedua nilai R/C rasio atas biaya tunai tersebut, dapat disimpulkan bahwa
usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan non mitra sama-sama
menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar
dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra.
Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra sebesar 1,47, yang
berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani mitra akan
memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,47. R/C rasio atas biaya
total untuk petani non mitra adalah 0,96, yang berarti setiap satu rupiah biaya total
yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani
non mitra sebesar Rp0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya total pada petani mitra
mencerminkan adanya keuntungan yang diperoleh petani mitra, sedangkan dari
nilai R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra menggambarkan adanya
114
kerugian yang diderita oleh petani non mitra. Dari nilai R/C rasio diketahui bahwa
bila berdasarkan atas biaya total maka dengan mengikuti kemitraan petani tetap
akan mendapatkan keuntungan.
Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani
mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga
pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan.
115
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian, antara lain :
1. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di
Desa Palangan dapat diteruskan karena dengan mengikuti kemitraan
memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra. Manfaat yang
diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.
Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah adanya jaminan pasar
untuk hasil produksi kacang tanahnya, adanya kepastian harga, meningkatkan
pendapatan usahatani, dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang
tanah melalui pembinaan.
2. Pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa masalah, yaitu masih ada
petani mitra yang menjual hasil produksinya ke perusahaan lain, Penggunaan
pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan anjuran periode tanam yang tidak
sesuai dengan perjanjian, melakukan panen lebih awal dari yang dianjurkan,
dan PT Garudafood juga membeli kacang tanah dari petani non mitra dengan
harga yang sama dengan petani mitra.
3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan
atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar daripada petani non
mitra. Hal ini disebabkan penerimaan usahatani petani mitra lebih besar
dibandingkan dengan petani non mitra, meskipun nilai biaya produksi petani
mitra lebih besar daripada petani non mitra. Dari imbangan penerimaan dan
116
biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total
petani mitra dan non mitra diketahui bahwa R/C rasio petani mitra lebih besar
daripada R/C rasio petani non mitra. Sehingga dapat disimpulkan dengan
mengikuti kegiatan kemitraan, petani mitra mendapatkan keuntungan lebih
besar dibandingkan dengan petani non mitra.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat beberapa masalah dalam
pelaksanaan kemitraan. Beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah :
1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi anjuran PT Garudafood dalam
penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen, sehingga produksi yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian petani dapat lebih
meningkatkan pendapatan mereka.
2. Dalam satu tahun perusahaan minimal memberikan pembinaan sebanyak dua
kali kepada petani mitra, yaitu sebelum waktu tanam. Pembinaan yang
diberikan lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT
Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga
dalam penggunaan input produksi dapat lebih efisian dan dapat meningkatkan
pendapatan usahatani petani mitra.
3. Adanya sanksi bagi kedua belah pihak jika melanggar perjanjian kerjasama
kemitraan. Sehingga pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT
Garudafood dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
117
4. Perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani
mitra dan non mitra. Dalam penentuan harga kacang tanah yang dibeli dari
petani mitra disarankan agar petani juga diikutsertakan dalam penentuan harga
tersebut, sehingga harga yang ditetapkan pada surat perjanjian kerjasama
benar-benar disepakati oleh kedua pihak.
118
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Pertanian. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Pertanian. BPS. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2007. Situbondo dalam Angka. BPS. Situbondo
Deshinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternakan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dewo, Setio Anggoro, Siddharta Utama, dan Thomas H. Secokusumo. 1993. Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta
Hernanto, Fadholi. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kasno, Astanto. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di Indonesia. Seminar Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang, 26 Mei 2005.
Purwono, dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta
Puspitasari, Indah. 2003. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara PT Agro Inti Pratama Dengan Petani Ubi Jalar di Desa Sindangbarang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahman, Cecep Ali Yasin. 2008. Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramadhan, Fajar. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Lahan Tidur (Studi Kasus di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan, Kotamadya Jakarta Utara). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
119
Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. Kajian Kepuasan Petani Tebu Rakyat Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula XYZ. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rukmana, Rahmat. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Shadaq, Hilman. 2002. Analisis Usahatani Pemasaran Ubi Jalar di Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Bogor, JawaBarat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sibarani, Franky M.A. 2005. Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hardaker. 1991. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani kecil. UI-Press. Jakarta.
Sulistyo, Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubikayu (Kasus Kemitraan di PT Great Giant Pineapple Kecamatan Terbagi Besar, Kabupaten Lampung Tengah). Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyamto. 2006. Pengembangan Tanaman Kacang Tanah untuk Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.
Tirtosuprobo, Supriyadi, Moch. Sahid, dan Joko Hartono. 2006. Usahatani Tumpangsari Kapas dan Kacang Tanah di Kabupaten Lombok Barat: Studi Kasus di Desa Slengen. http://fp.brawijaya.ac.id/service.php (4 Des 2008).
Yarsi, Asri. 2006. Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara VI dan PT Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yursak, Zuraida, Andy Saryoko, dan Susanti Diani. 2005. Sistem Usahatani Kacang Tanah di Lahan Kering. http://banten.litbang.deptan.go.id/index.php (4 Des 2008).
120
Lampiran 1. Surat Perjanjian Kerjasama
PERJANJIAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KACANG TANAH
Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan disusun di Pati pada hari................. tanggal...... bulan.............. tahun................... oleh dan antara : 1. PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan Undang Undang Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Pati Jawa Tengah (untuk selanjutnya disebut “perseroan”); dalam hal ini diwakili oleh Tn. EKA EDHIONO masing-masing dalam kedudukan-nya selaku Plant Manager dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama perseroan ; yang untuk selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
2. KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, berkedudukan di Desa Palangan
Situbondo Jawa Timur ; dalam hal ini diwakili oleh Tn. H. Abdul Adhim masing-masing dalam kedudukannya selaku Ketua dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama Kelompok Tani Desa Palangan; yang untuk selanjutnya desebut sebagai Pihak Kedua.
Pihak Pertama dan Pihak Kedua selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak” (termasuk didalamnya semua pihak yang secara hukum menggantikan salah satu dari Para Pihak) Untuk hal tersebut di atas terlebih dahulu Para Pihak menerangkan : 1. BAHWA : Pihak Kedua dengan ini bermaksud mengembangkan kacang tanah secara terpadu
di wilayah Kelompok Tani Desa Palangan atas pembiayaan dan pengelolaan Pihak Kedua dan karenanya Pihak Kedua menghendaki adanya jaminan pemasaran dari Pihak Pertama
2 BAHWA : Pihak Pertama sepakat memberikan jaminan pasar kacang konsumsi yang
diproduksi oleh dan dari budidaya yang dikembangkan Pihak Kedua dan/atau pihak lain kerjasama dengan Pihak Kedua
Selanjutnya Para Pihak sepakat mernciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan itikad baik dan dengan syarat-syarat serta ketentuan yang disepakati kedua pihak sebagai berikut:
BAB I DEFINISI
Pasal 1 Istilah teknis yang huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital di dalam perjanjian ini, kecuali secara tegas diartikan secara lain, mempunyai arti sebagaimana dijelaskan berikut ini : 1.1. Perjanjian adalah kesepakatan kerjasama pengembangan kacang tanah secara
terpadu yang dituangkan dalam bentuk perjanjian beserta perubahan dan kelengkapan-nya
1.2. Jaminan Pasar adalah jaminan pembelian yang diberikan salah satu pihak kepada pihak lainnya dan dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama
121
1.3. Kacang Konsumsi adalah istilah teknis membedakan kacang tanah benih dan kacang konsumsi untuk selanjutnya disebut ‘kacang’
1.4. Harga Beli adalah sejumlah uang yang harus dibayar Pihak Pertama kepada Pihak Kedua untuk membayar sejumlah harga pembelian tersebut pasal 5 perjanjian ini
1.5. Harga Dasar (Floor Price) adalah harga tersebut pasal 1 point (4) perjanjian ini sebagai harga minimal yang diberikan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua
1.6. Harga Pasar adalah harga tersebut pasal 1 point (4) ini yang dibayarkan sesuai dengan harga yang berlaku di pabrik pada saat penyetoran dilakukan dan bersifat fluktuatif
BAB II
BUDIDAYA Pasal 2
2.1. Budidaya kacang konsumsi dilaksanakan dalam 2 (dua) periode masing-masing : 2.1.1. Periode tanam bulan November / Desember tahun 2008 seluas ......hektar 2.1.2. Periode tanam bulan Februari / Maret tahun 2009 seluas ......hektar
BAB III AGRO INPUT
Pasal 3 3.1. Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan pupuk baik organik maupun
anorganik dengan tetap memperhatikan daya dukung alam dan teknik secara memadai
3.2. Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan benih yang direkomendasikan oleh Pihak Pertama
BAB IV
PENGIKATAN JUAL BELI Pasal 4
Pihak Pertama berjanji dan mengikatkan diri membeli dan dengan serta merta Pihak kedua sepakat dan mengikatkan diri menjual kepada Pihak Pertama keseluruhan hasil produksi kacang konsumsi dengan harga dan jumlah sebagaimana tersebut pasal (5) jo pasal (10) perjanjian ini
BAB V HARGA PEMBELIAN
Pasal 5 5.1. Para Pihak setuju menetapkan harga dasar (floor price) sebesar Rp 7000 (Tujuh
Ribu Rupiah) 5.2. Harga tersebut ayat (1) franco pabrik Pihak Pertama
Pasal 6
6.1. Para Pihak sepakat pasal 5 ayat (1) berlaku untuk periode pertama panen berjalan dimulai bulan Februati tahun 2007 dan berakhir bulan Juni tahun 2007
6.2. Pihak Kedua akan mengirimkan hasil panen kepada Pihak Pertama dengan kualitas minimal 1 : 1, dan atau apabila kualitas yang dikirimkan kurang dari 1 : 1, maka Pihak Pertama berhak menolak hasil panen dari Pihak Kedua
6.3. Harga beli periode berikutnya ditentukan Para Pihak segera setelah panen periode berjalan selesai untuk disesuaikan perkembangan yang berlaku
6.4. Para Pihak sepakat pelaksanaan ayat (2) pasal ini dituangkan dalam bentuk ‘Perjanjian Suplemen’ yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan perjanjian ini
122
BAB VI TERM PEMBAYARAN
Pasal 7 7.1. Pihak Pertama sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang yang disetor Pihak
Kedua dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses pembelian selesai 7.2. Setiap pembayaran beserta sejumlah uang lain, bila ada, yang harus dibayar Pihak
Pertama kepada Pihak Kedua menurut perjanjian ini, kecuali ditentukan lain, harus dibayar melalui Rekening Pihak Kedua pada bank yang ditunjuk berdasarkan pemberitahuan yang dilakukan menurut ketentuan pasal (17)
7.3. Pembayaran tersebut ayat (2) dilakukan Pihak Pertama selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender sejak pengiriman dilakukan
BAB VII
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN Pasal 8
8.1. Para Pihak sepakat pembayaran dinyatakan lunas sejak transfer dilakukan dengan dikuatkan bukti transfer
8.2. Apabila tenggang pembayaran tersebut ayat (3) pasal (8) ini terlampaui, Pihak Kedua wajib memberi teguran kepada Pihak Pertama
8.3. Apabila dalam waktu 2 (dua) hari kalender sejak surat teguran dikirimkan pembayaran belum dilakukan, maka atas keterlambatannya itu, Pihak Pertama dinyatakan telah beritikat buruk melakukan kewajiban pembayaran
8.4. Adanya itikad buruk sebagaimana tersebut ayat (3) pasal ini, menyebabkan timbulnya hak atas penerimaan ganti rugi (denda) sebesar 1/1000 (satu per/mil) pada setiap hari keterlambatan
BAB VIII QUOTA Pasal 9
9.1. Para pihak sepakat pasal lima diberikan untuk areal budidaya seluas .... hektar dan/atau jumlah quota keseluruhan per-musim sebesar .....ton
9.2. Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas melebihi tersebut ayat (1), Pihak Pertama sepakat memberikan tambahan kuota dan/atau maksimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak
9.3. Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas kurang dari ayat (1) pasal ini, Pihak Pertama sepakat memberikan pengurangan kuota dan/atau minimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak
9.4. Para Pihak sepakat pasal lima hanya berlaku terhadap jumlah penyetoran sesuai dengan kuota tanpa penambahan sebagaimana tersebut ayat (2) dan karenanya terhadap penyetoran karena ayat (2) berlaku harga pasar
BAB IX
STANDAR BAKU MUTU Pasal 10
Standar baku mutu kacang konsumsi sebagai berikut : • Komoditas : kacang tanah • Umur Panen : 90 s.d. 110 hari • Varietas : sesuai benih rekomendasi • Isi Polong : 2 dan/atau 3 • Ciri Fisik : sehat, tidak busuk, bersih, segar (maks 2x24 jam)
123
BAB X PENGAKUAN PRESTASI
Pasal 11 Bila pasal sembilan terpenuhi, Pihak Pertama sepakat menaikkan kuota sampai dengan seratus persen kuota periode berjalan dan/atau kesepakatan Para Pihak
BAB XI PERISTIWA CIDERA JANJI DAN AKIBATNYA
Pasal 12 12.1. Bila Pihak Pertama lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal tujuh, maka
Pihak Kedua berhak membatalkan perjanjian ini dan dengan serta merta Pihak Pertama wajib membayar ganti rugi biaya produksi yang dikeluarkan Pihak Pertama dengan disertai Bukti Pengeluaran yang sah
12.2 Apabila Pihak Kedua lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal sembilan, maka Pihak Kedua setuju dikenai penalti berupa pengurangan kuota pada musim tanam berikut menjadi maksimal sejumlah kuota yang dipasok pada musim tanam ini
BAB XII PEMBATALAN
Pasal 13 13.1. Perjanjian ini tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak kecuali karena alasan
yang secara tegas disebutkan dalam perjanjian ini 13.2. Bilamana jangka waktu kesepakatan ini berakhir sebagaimana tersebut pasal 15
ayat (1), maka perjanjian dinyatakan batal demi hukum dengan tanpa mengurangi isi pasal 15 ayat (3) perjanjian ini
13.3. Bilamana salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana ditegaskan dalam perjanjian ini, maka pihak siapa kewajiban itu tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih bisa dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi kewajibannya itu atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga
13.4. Para Pihak dengan ini sepakat apabila Pihak Kedua secara sepihak membatalkan
perjanjian karena alasan tersebut pasal 12 ayat (1), maka pihak terhadap siapa pembatalan ini diadakan, wajib memberikan penggantian kerugian atas biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila pembatalan terjadi karena alasan force-majeure sebagaimana tersebut pasal 14, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk ber-musyawarah guna mencapai kesepakatan
13.5. Untuk keperluan pembatalan perjanjian ini sebagaimana dimaksud pasal ini, Para Pihak sepakat mengenyampingkan ketentuan pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum Perdata
BAB XIII
FORCE-MAJEURE Pasal 14
14.1. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan Para Pihak termasuk dan terbatas pada huru-hara, kebakaran, ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan, tindakan pemerintah, kekacauan sosial yangmenyebabkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini, tidak merupakan cidera janji sebagaimana tersebut pasal 12
124
14.2. Di dalam hal terjadinya suatu atau beberapa kejadian atau peristiwa tersebut ayat (1), Para Pihak secara bersama-sama maupun masing-masing sendiri, dengan dilandasi itikad baik akan melakukan setiap dan seluruh upaya dan usaha se-maksimal mungkin agar kejadian atau peristiwa tersebut dapat dihindarkan dan/atau berakhir; atau sekurangnya akibat dari kejadian atau peristiwa dapat ditekan menjadi se-minimal dan/atau se-singkat mungkin; dan apabila peristiwa tersebut tidak dapat diatasi dan kewajiban tersebut tetap tidak dapat dipenuhi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak terjadinya peristiwa dan/atau kejadian tersebut, maka pihak terhadap siapa kewajiban tersebut harus dilaksanakan dan/atau menderita kerugian karena tidak dilaksanakan kewajiban tersebut, berhak membatalkan perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 perjanjian ini
BAB XIV
JANGKA WAKTU Pasal 15
15.1. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditanda-tanganinya perjanjian ini untuk masa berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan Para Pihak
15.2. Para Pihak dapat mengakhiri perjanjian sebelum waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu mengirim pemberitahuan kehendak pengakhiran beserta alasan-alasan yang menyertai menurut atas kepatuhan dan tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian ini, sekurangnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan
15.3. Apabila perjanjian ini diakhiri sebagaimana tersebut ayat (2) pasal ini, maka pengakhiran tersebut tidak dengan serta-merta menghilangkan hak dan kewajiban Para Pihak yang timbul sebelum perjanjian diakhiri
BAB XV
PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN DOMISILI HUKUM Pasal 16
16.1. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul akibat dari pelaksanaan perjanjian ini, Para Pihak sepakat menyelesaikan perselisihan itu secara musyawarah untuk mencapai mufakat
16.2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihannya itu kepada Pengadilan Negeri
16.3. Untuk penyelesaian perselisihan yang ada, Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan umum di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pati
BAB XVI
PEMBERITAHUAN Pasal 17
17.1. Setiap pemberitahuan, surat menyurat, tawaran, permintaan, persetujuan dan lain sebagainya sehubungan dengan kesepakatan ini (selanjutnya disebut sebagai pemberitahuan) dilakukan secara tertulis dan pelaksanaannya wajib dilaksanakan secara langsung dengan telefax dan/atau pos tercatat/khusus yang seluruh biayanya telah dibayar oleh si Pengirim. Pemberitahuan sepenuhnya kepada alamat sebagaimana tertera ayat (2) pasal ini atau alamat lain yang telah diberitahukan oleh pihak yang berkepentingan kepada pihak lain sesuai dengan ketentuan ayat (2) pasal ini
125
17.2. Segala pemberitahuan menurut perjanjian ini dianggap telah dikirimkan dan diterima oleh Para Pihak bila disampaikan ke alamat sebagai berikut
17.2.1. PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, Jl. Kembang Joyo 100 Pati, Jawa Tengah
Phone : 0295 – 382 716 Fax : 0295 – 382 494 e-Mail : [email protected] Up : Edy Pramono 17.2.2. KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, Desa Palangan Kecamatan
Jangkar Situbondo, Jawa Timur Phone : 0338- 453 545 Fax : ...................... e-Mail : ...................... Up : ...................... 17.3. Setiap perpindahan alamat dari masing-masing pihak, wajib diberitahukan secara
tertulis kepada pihak lain selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak saat kepindahan tersebut
BAB XVII
ADDENDUM Pasal 18
18.1. Hal-hal yang tidak dan/atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dan dijelaskan lebih lanjut dalam persetujuan tertulis yang ditanda-tangani Para Pihak serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini
18.2. Semua lampiran dan dokumen lain yang disebutkan dan/atau berkaitan langsung dengan perjanjian ini, sepanjang diparaf Para Pihak, merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini
18.3. Jika akan diadakan tambahan dan/atau perubahan pada masing-masing lampiran dari perjanjian ini, maka asli dari lampiran yang baru cukup dilekatkan pada perjanjian ini untuk menggantikan lampiran lama, setelah diparaf Para Pihak
BAB XVIII
KETENTUAN KETENTUAN LAIN Pasal 19
19.1. Perjanjian ini mengatur kesepakatan Para Pihak mengenai hal-hal yang dimaksud dalam perjanjian ini dan mengesampingkan segala pembicaraan, persetujuan dan kesepakatan masing-masing pihak, baik lisan maupun tertulis yang ada dan/atau telah ada dan dibuat sebelum tanggal perjanjian ini ditanda-tangani
19.2. Perjanjian ini dan pelaksanaan-nya, termasuk tetapi tidak terbatas pada setiap dan
seluruh hak dan kewajiban Para Pihak, tidak dapat dialihkan oleh masing-masing pihak ke pihak lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lain dari Para Pihak, persetujuan mana wajib diberikan apabila tidak ada dasar-dasar yang kuat untuk menolaknya
19.3. Perjanjian ini aslinya dibuat dalam 2 (dua) rangkap, untuk Pihak Pertama dan
Pihak Kedua masing-masing sama isinya, di atas kertas ber-materai cukup; serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dan sah
126
Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan itikad baik oleh kedua pihak dan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta mulai berlaku sejak tanggal, bulan dan tahun penanda-tanganan.
Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan ditanda-tangani : Di : Pati Hari / Tanggal : ................,..................2008 PIHAK KESATU PIHAK KEDUA EKA EDHIONO H. ABDUL ADHIM
127
Lampiran 2. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
Uraian HST Kuantum Satuan Nilai (Rp) Total Nilai (Rp) INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) -14 38,88 HKO 3.699 143.832 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) -2 43,15 HKO 2.273 98.057 3. Penanaman 0 10,05 HKO 10.000 100.500 4. Pemupukan -2 5,80 HKO 10.000 58.000 5. Pengairan pertama -9 1,16 HKO 10.000 11.600 6. Pengairan kedua 15 1,16 HKO 10.000 11.600 7. Pengairan ketiga 34 1,16 HKO 10.000 11.600 8. Pengairan keempat 62 1,16 HKO 10.000 11.600 9. Penyiangan pertama 24 32,93 HKO 10.000 329.300 10. Penyiangan kedua 46 30,25 HKO 10.000 302.500 11. Perlindungan tanaman 48 4,67 HKO 10.000 46.700 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) 93 21,23 HKO 10.000 212.300 Total Biaya Tenaga Kerja 1.337.598 Sarana Produksi 1. Bibit 141,23 Kg 7.037 993.749 2. Pupuk a. Urea 103,50 Kg 1.378 142.575 b. TSP 21,60 Kg 4.500 97.189 c. KCL 69,16 Kg 4.975 344.046 3. Obat a. Gandasil 0,45 Kg 30.000 13.500 b. Decis 0,29 Liter 40.866 11.851 c. Furadan 1,18 Kg 24.469 28.874 4. Solar 135,02 Liter 5.488 740.990 Total Biaya Sarana Produksi 2.375.744 Pajak tanah (PBB) 1 Ha 11.291 Biaya Pengairan 122 Jam 5.000 610.000 Biaya Pengangkutan 1.613,85 Kg 150 242.077 Total Biaya Tunai 4.576.701 B. Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan 1. Mesin Bajak 25.556 2. Alat Bajak 5.718 3. Cangkul 1.999 4. Pompa Air 7.506 5. Arit 588 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 22,78 229.906 Sewa Lahan 1 Ha 4.470.000 Total Biaya Diperhitungkan 4.741.272 C. Total Biaya (A+B) 9.315.003 OUTPUT D. Penerimaan Tunai 1.885,24 Kg 6.730 12.687.374 E. Penerimaan Diperhitungkan 151,14 Kg 6.730 1.017.147 F. Penerimaan Total 2.036,38 Kg 6.730 13.704.521
128
G. Pendapatan Tunai (D-A) 8.113.643 H. Pendapatan Total (F-C) 4.389.518 I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) 2,77 J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C) 1,47
129
Lampiran 3. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008
Uraian HST Kuantum Satuan Nilai (Rp) Total Nilai (Rp)
INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) -17 33,70 HKO 4.688 157.955 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) -3 36,57 HKO 2.273 83.117 3. Penanaman 0 7,79 HKO 10.000 77.900 4. Pemupukan -1 5,98 HKO 10.000 59.800 5. Pengairan pertama -12 2,29 HKO 10.000 22.900 6. Pengairan kedua 13 2,29 HKO 10.000 22.900 7. Pengairan ketiga 35 2,29 HKO 10.000 22.900 8. Pengairan keempat 65 2,29 HKO 10.000 22.900 9. Penyiangan pertama 24 33,69 HKO 10.000 330.690 10. Penyiangan kedua 47 24,11 HKO 10.000 241.100 11. Perlindungan tanaman 56 5,87 HKO 10.000 58.700 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) 85 7,67 HKO 10.000 138.060 Total Biaya Tenaga Kerja 1.238.921 Sarana Produksi 1. Bibit 49,46 Kg 6.455 964.828 2. Pupuk a. Urea 91,34 Kg 1.378 125.867 b. TSP 32,73 Kg 4.558 149.182 c. KCL 52,12 Kg 5.070 264.241 3. Obat a. Gandasil 0,38 Kg 30.000 11.482 b. Decis 0,36 Liter 39.050 14.129 c. Furadan 0,83 Kg 25.131 20.790 4. Solar 135 Liter 5.518 747.455 Total Biaya Sarana Produksi 2.275.131 Pajak tanah (PBB) 1 Ha 12.080 Biaya Pengairan 120 Jam 5.000 600.000 Biaya Pengangkutan - Kg - - Total Biaya Tunai 4.126.133 B. Biaya Diperhitungkan Penyusutan peralatan 1. Mesin Bajak - 2. Alat Bajak 3.447 3. Cangkul 2.639 4. Pompa Air 24.242 5. Arit 842 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 23,32 238.100 Sewa Lahan 1 Ha 4.800.000 Total Biaya Diperhitungkan 5.069.270 C. Total Biaya (A+B) 9.218.245 OUTPUT D. Penerimaan Tunai 1.519,92 Kg 5.230 7.949.182 E. Penerimaan Diperhitungkan 176,95 Kg 5.230 925.449
130
F. Penerimaan Total 1.696,87 Kg 5.230 8.874.630 G. Pendapatan Tunai (D-A) 3.800.207 H. Pendapatan Total (F-C) - 343.615 I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) 1,92 J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C) 0,96
131
Lampiran 4. Daftar Responden Petani Mitra di Desa Palangan, 2008
No. Nama Petani Umur (Tahun) Pendidikan
Pengalaman Usahatani (Tahun)
Luas Lahan (Ha)
1. Aar 49 SD,Tamat 15 1,502. Abdurrahman 47 SD, Tamat 10 1,003. Angwar 30 SD, Tamat 5 2,004. Ari 35 SMP,Tamat 7 1,505. Arik 50 SD kelas 4 13 0,506. Asbuha 52 SD kelas 3 20 1,507. Asmito 45 SD,Tamat 14 1,008. Ayyi 52 SD,Tamat 17 0,509. H. Abd. Hannan 35 SD kelas 1 9 1,5010. Hasan 41 SD,Tamat 13 3,0011. Iyus 45 SD,Tamat 11 0,8012. Jamsur 33 SD,Tamat 8 4,0013. Jatim 35 SD,Tamat 7 0,8514. Kamariye 50 SD,Tamat 15 1,0015. Karyono 40 SD,Tamat 6 3,0016. Kusnadi 43 SD,Tamat 12 2,5017. Kusnadi Ali 48 SMP,kelas 1 15 1,5018. Kusnandar 30 SD,Tamat 6 1,0019. Mat 44 SD,Tamat 12 1,7520. Misrabi 70 SD,Tamat 19 2,0021. Mustaqim 43 SD,Tamat 14 1,5022. Nawari 37 SD kelas 1 8 1,3023. Nurhadi 40 SD,Tamat 12 1,5024. Ridwan 41 SMP, Kelas 2 10 1,0025. Rivaldi 43 SD,Tamat 15 0,5026. Sahariyanto 39 SD,Tamat 5 1,4527. Samsul 37 SD kelas 1 11 1,5028. Sangwan 35 SD, Tamat 14 2,0029. Socong 46 SD kelas 2 13 0,7530. Tolak 44 SD,Tamat 9 1,50
Rata-Rata 42,63 11,50 1,50
132
Lampiran 5. Daftar Responden Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008
No. Nama Petani Umur (Tahun) Pendidikan
Pengalaman Usahatani (Tahun)
Luas Lahan (Ha)
1. Achmad Lamsun 40 SD 10 1 2. Arnito 35 SLTP 3 2 3. Asmida 48 SD 10 0,54. H. Saleh 49 SD 7 1 5. H. Zainuddin 53 SD 11 0,56. Muamsen 32 SD 4 1,57. Sa’ad 65 SD 14 0,58. Saiful 30 Pesantren 8 0,79. Sapraji 23 Pesantren 2 3 10. Suhari 41 SD 5 2 11. Suharsus 25 SD 3 0,5
Rata-Rata 40,09 7 0,82
133