analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (kasus kemitraan pt...

133
ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) Oleh : Lita Aryani A14102114 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: arsya-sp

Post on 14-Aug-2015

654 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Analisis Pengaruh Kemitraan untuk pendapatan

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH

(Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten

Situbondo, Jawa Timur)

Oleh : Lita Aryani A14102114

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

2

RINGKASAN

LITA ARYANI. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan bahan pangan akan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan sehingga ancaman kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan kemandirian pangan pemerintah berusaha meningkatkan jumlah produksi pangan nasional. Salah satu usaha dalam mewujudkan kemandirian pangan tersebut adalah dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi kacang tanah di Indonesia cenderung terus meningkat. Meskipun demikian, peningkatan produksi kacang tanah masih belum dapat memenuhi kebutuhan kacang tanah. Sehingga defisit yang terjadi dipenuhi dari impor. Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah dapat diatasi dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan kegiatan kemitraan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Di samping masih terdapat beberapa masalah, pelaksanaan kemitraan juga memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Dari data yang diperoleh dari kelompok tani di Desa Palangan, selama kurun waktu tahun 2001-2008 total produksi dan produktivitas kacang tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan dan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petani dan PT Garudafood.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur pada bulan September-Oktober 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, PT Garudafood, buku dan internet. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Responden yang diambil berjumlah 41 petani responden, yaitu 30 responden petani mitra dan 11 responden petani non mitra. Jumlah responden ini merupakan 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah di Desa Palangan.

Page 3: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

3

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan, masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian. Seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis anjuran, menjual hasil produksi ke perusahaan lain, dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Meskipun demikian, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani, yaitu adanya jaminan pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan dapat diteruskan karena meskipun masih terdapat kendala-kendala dalam kemitraan, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), dapat diketahui R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani non mitra adalah 1,92 dan 0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan. Agar pelaksanaan kemitraan berjalan sesuai dengan yang diharapkan kedua pihak, disarankan agar petani mitra lebih mematuhi anjuran dari PT Garudafood dalam penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen. Selain itu, pihak perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani mitra dengan petani non mitra, serta memberikan pembinaan budidaya kacang tanah minimal dua kali dalam satu tahun. Pembinaan tersebut lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga petani mitra dapat lebih efisien dalam penggunaan input produksi dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra.

Page 4: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

4

ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH

(Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten

Situbondo, Jawa Timur)

Oleh : Lita Aryani A14102114

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 5: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

5

Judul : Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

Nama : Lita Aryani

NRP : A14102114

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Dwi Rachmina, MS NIP. 131 918 503

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : 19 Desember 2008

Page 6: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

6

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG

BERJUDUL “ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (KASUS KEMITRAAN PT

GARUDAFOOD DENGAN PETANI KACANG TANAH DI DESA

PALANGAN, KECAMATAN JANGKAR, KABUPATEN SITUBONDO,

JAWA TIMUR)” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SENDIRI DAN

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH

PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Januari 2009

Lita Aryani

Page 7: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 30 Oktober 1984. Penulis

merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Bidawi Hasyim

dan Ibu Erna Marliana.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 010 Pagi Pekayon

pada tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 184

Jakarta dan lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

SMU Negeri 98 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program

Studi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di perkuliahan, penulis aktif

dalam klub fotografi LENSA yang merupakan Lembaga Struktural BEM Fakultas

Pertanian.

Page 8: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

ini berjudul Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani

Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di

Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Karya

ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan untuk program sarjana (S1)

pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

dan memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis

telah berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Walaupun

demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat

kekurangan dan kesalahan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Jakarta, Januari 2009

Penulis

Page 9: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua

bimbingan, perhatian, dan arahan yang diberikan selama menyusun skripsi.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama, yang telah

memberikan masukan untuk perbaikan akhir skripsi ini

3. Etriya, SP, MM selaku dosen komisi pendidikan, yang telah memberikan

saran dan kritik kepada penulisan agar menjadi lebih baik untuk perbaikan

akhir skripsi ini

4. Kedua orang tuaku, Papa Bidawi Hasyim dan Mama Erna Marliana, yang

selalu memberikan doa, dorongan, dan motivasi kepada penulis.

5. Pak Totok dan Pak Budi dari PT Garudafood atas informasi dan data yang

telah diberikan.

6. Seluruh staf pengajar, sekretariat program studi manajemen agribisnis,

Komdik, perpustakaan LSI, perpustakaan Faperta, dan perpustakaan Sosek,

terutama Mbak Dewi, Mbak Dian, dan Ibu Ida atas bantuan yang diberikan

kepada penulis.

7. Kakak dan adik-adikku, Mas Ardi, Mbak Aulia, Lukman, Budi, dan Arli,

atas doa dan dukungannya.

8. Keluarga besarku, Mbah Pepen, Om Mijo, Bule Rina, Bule Dewi, Om Huda,

Mas Timung, Mbak Evi, Mas Tiwid dan Mbak Santi, atas doa dan

dukungannya.

Page 10: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

10

9. Teman-temanku, Emma, Tiya, Indri, Putri, Mia, Dewi, Silvi, Pipit, Toni, Mas

Il, dan Dudung, yang telah memberikan masukan dan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Mbak Nunung, Mbak Vivi, Om Bambang, Mas Fafa, dan Pak Aceng, atas

doa, bantuan dan informasinya selama penulisan skripsi ini.

11. Seluruh teman-temanku terutama teman-teman di Agb 39 dan Lensa.

12. Semua pihak yang telah berperan dan memberi bantuan dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Page 11: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

11

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1.2 Perumusan Masalah..................................................................................1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah............................................................

2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah......................................................2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah.....................................................2.1.3 Varietas Kacang Tanah..................................................................

2.2 Kajian Empirik Kemitraan......................................................................2.3 Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah...............................................

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................

3.1.1 Pendapatan Usahatani....................................................................3.2 Kerangka Pemikiran Operasional...........................................................

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................4.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................4.4 Metode Penarikan Sampel...................................................................... 4.5 Metode Analisis Data.............................................................................

4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani.....................................................4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya...................................

V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum PT Garudafood..........................................................

5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood..................................5.1.2 Nilai-Nilai, Visi, dan Misi PT Garudafood...................................5.1.3 Struktur Organisasi........................................................................

5.2 Gambaran Umum Desa Palangan...........................................................5.2.1 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan..........................................5.2.2 Sumber Daya Manusia...................................................................

5.3 Karakteristik Petani Responden..............................................................5.3.1 Umur Responden...........................................................................5.3.2 Tingkat Pendidikan........................................................................5.3.3 Pengalaman Usahatani Kacang Tanah.......................................... 5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan.............................................

x

xii

xii

17

1010

121213141519

222226

29293030313233

3636373940

4042

4444454647

Page 12: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

12

VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN 5.1 Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood....................................5.2 Surat Perjanjian Kerjasama.....................................................................5.3 Tujuan Kemitraan PT Garudafood..........................................................5.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan............................................................5.5 Manfaat Kemitraan................................................................................. 5.6 Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan...........

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH 6.1 Keragaan Usahatani Kacang Tanah........................................................6.2 Analisis Pendapatan Usahatani...............................................................

6.2.1 Penerimaan Usahatani...................................................................6.2.2 Biaya Produksi...............................................................................6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan

Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio).....................................

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan............................................................................................7.2 Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................

495051526263

68767780

93

99100

102

104

Page 13: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

13

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Produksi Tanaman Pangan di Indonesia, 2001-2006................................

Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006............................................................................

Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006..........................

Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006...................................

Volume Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006.........

Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007............................

Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007....................................................................

Kandungan Gizi Kacang Tanah.................................................................

Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu...............

Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah....................

Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007..................................................

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007..............................................................................

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007..............................................................................

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007...............................................................................

Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008...............................................................................

Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008...............................................................................

Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008........................................................

Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008.....................................

Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood..............................................................

Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008..............................................................................

Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................

1

2

4

5

6

8

10

13

19

35

41

42

43

44

45

46

47

48

53

62

69

Page 14: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

14

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................

Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008..............................................................

Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................

Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008.................................................................

Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................

Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................

Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................

Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008............................................

Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008...................................

Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008..................................................................................

70

71

72

73

74

86

87

91

93

95

Page 15: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1

2

Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006..................................................................................................

Kerangka Pemikiran Operasional..............................................................

3

28

Page 16: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1

2

3

4

5

Surat Perjanjian Kerjasama......................................................................

Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008.............................................

Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008.............................................

Daftar Responden Petani Mitra................................................................

Daftar Responden Petani Non Mitra........................................................

104

111

112

113

114

Page 17: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

17

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang baik

untuk dikembangkan. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sektor potensial di

Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan

bahan pangan juga semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya

strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga ancaman

kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan

kemandirian pangan, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi

pangan nasional. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi tanaman pangan di

Indonesia berfluktuasi tetapi cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 2,01 persen per tahun (Tabel 1). Dari rata-rata pertumbuhan total produksi

pangan, penurunan terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,88 persen per tahun.

Sedangkan peningkatan produksi pangan terjadi pada tahun 2004 dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 4,15 persen per tahun. Kemudian menurun di tahun-tahun

berikutnya (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi Pangan di Indonesia, 2001-2006

Produksi (Ton) Komoditas 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Rata-Rata Pertumbuh-an (%/thn)

Padi 51.898.852 50.460.782 51.489.584 52.137.604 54.088.378 54.151.097 0,82

Jagung 9.264.879 9.347.192 9.585.277 10.886.442 11.225.243 12.523.894 5,74

Ubi Jalar 1.827.687 1.749.070 1.771.050 1.645.966 1.901.802 1.856.969 0,04

Ubi Kayu 16.088.590 17.054.648 16.912.901 18.523.810 19.424.707 19.321.183 3,52

Kedelai 1.017.634 762.032 673.056 671.600 723.483 808.353 - 5,86

Kacang Tanah 709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096 3,20

Kacang hijau 289.876 301.021 288.089 335.224 310.412 320.963 1,71 Rata-Rata

Pertumbuh-an (%/thn)

- - 0,88 1,37 4,15 3,92 1,46 2,01

Page 18: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

18

Sumber : BPS diolah oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin), 2007

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kacang tanah memiliki kontribusi

terhadap ketersediaan pangan. Kontribusi kacang tanah terhadap pangan nasional

semakin meningkat, yaitu sebesar 0,88 persen pada tahun 2001 menjadi 0,93

persen pada tahun 2006. Dilihat dari peningkatan produksi kacang tanah kurun

waktu 2001-2006, rata-rata pertumbuhan kacang tanah terbesar ketiga setelah

jagung dan ubi kayu, yaitu sebesar 3,20 persen per tahun. Dengan demikian, salah

satu upaya dalam mewujudkan kemandirian pangan dapat dilakukan dengan

meningkatkan produksi kacang tanah.

Produksi kacang tanah di Indonesia dalam selang tahun 2001-2006 secara

umum mengalami peningkatan yaitu dari 709.770 ton pada tahun 2001 menjadi

838.096 ton pada tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,20 persen

per tahun (Tabel 2). Peningkatan produksi kacang tanah tersebut dipengaruhi oleh

peningkatan luas panen dan produktivitas kacang tanah (Tabel2).

Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006

Tahun Produksi (Ton)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ton/Ha)

2001 2002 2003 2004 2005 2006

709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096

654.838 646.953 683.537 723.434 720.526 706.753

1,08 1,11 1,15 1,16 1,16 1,19

Rata-Rata Pertumbuhan

(%/Thn) 3,20 1,46 1,14

Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa meskipun luas panen kacang tanah pada

tahun 2006 menurun sebesar 1,95 persen dari luas panen tahun 2005, tetapi

peningkatan produktivitas kacang tanah tahun 2006 lebih tinggi dari pada

Page 19: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

19

penurunan luas panen, yaitu meningkat sebesar 2,11 persen dibandingkan tahun

2005. Sehingga produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2006 mengalami

kenaikan sebesar 0,21 persen dibandingkan produksi tahun 2005. Selama kurun

waktu 2001-2006 rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas kacang

tanah mengalami kenaikan sebesar 1,46 persen per tahun. dan 1,14 persen per

tahun. Peningkatan yang terjadi pada luas panen dan produktivitas kacang tanah

mempengaruhi peningkatan produksi kacang tanah, dengan rata-rata pertumbuhan

yang meningkat sebesar 3,20 persen per tahun.

Peningkatan produksi kacang tanah nasional dikarenakan adanya

peningkatan produksi kacang tanah di beberapa propinsi di Indonesia. Terdapat

enam propinsi yang menjadi sentra produksi kacang tanah di Indonesia, yaitu

Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan

Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Di antara keenam propinsi tersebut, propinsi

Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia.

5.08%

5.48%7.50%

11.74%21.91%

22.90% 25.39%

Jatim Jateng Jabar DIY

Sulsel NTB Lainnya

Gambar 1. Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2007

Gambar 1 menunjukkan bahwa enam propinsi sentra produksi kacang

tanah di Indonesia berkontribusi lebih dari 75 persen terhadap produksi kacang

Page 20: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

20

tanah nasional. Berdasarkan data rata-rata tahun 2001-2006, Propinsi Jawa Timur

merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia yang berkontribusi

sebesar 25,39 persen. Propinsi lain yang menjadi sentra produksi kacang tanah,

yaitu Jawa Tengah berkontribusi sebesar 21,91 persen, Jawa Barat sebesar 11,74

persen, DI Yogyakarta sebesar 7,50 persen, Sulawesi Selatan sebesar 5,48 persen,

dan Nusa Tenggara Barat sebesar 5,14 persen.

Tabel 3. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006

Produksi (Ton) Propinsi

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Rata-Rata Pertumbuh-an (%/thn)

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Selatan NTB Lainnya

176.889 161.182 87.863 50.552 42.156 30.595

160.533

188.001 150.527 86.468 58.482 42.415 32.225

159.907

194.676 174.332 90.170 57.767 52.763 40.489

175.329

212.325 184.316 97.724 61.048 41.191 49.226

191.665

208.749 185.797 100.775 60.324 39.092 43.397

198.161

218.910 179.067 91.817 66.359 41.759 43.955

196.229

4,12 1,18 0,70 5,12

-1,37 6,21 3,84

Indonesia 709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096 3,20

Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Jawa Timur memberikan kontribusi

terbesar terhadap produksi kacang tanah nasional. Terdapat 27 propinsi lain di

Indonesia yang juga berkontribusi terhadap produksi kacang tanah nasional,

antara lain Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara , Lampung, Bali, Nusa

Tenggara timur, dan Kalimantan Selatan. Tetapi produksi kacang tanah propinsi-

propinsi tersebut tidak sebesar produksi dari enam propinsi sentra produksi

kacang tanah.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi

kacang tanah juga menunjukkan peningkatan (Tabel 4). Secara keseluruhan rata-

rata pertumbuhan dari konsumsi kacang tanah tahun 2001-2006 mengalami

peningkatan sebesar 4,27 persen per tahun. Dari rata-rata konsumsi kacang tanah

Page 21: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

21

di Indonesia tahun 2001-2006, konsumsi kacang tanah terbesar digunakan sebagai

bahan baku industri, yaitu sebesar 50,70 persen (Tabel 4). Selanjutnya sebesar

33,81 persen adalah konsumsi kacang tanah oleh rumah tangga. Sedangkan

lainnya yaitu sebesar 11,94 persen dan 4,01 persen merupakan rata-rata konsumsi

kacang tanah yang tercecer dan digunakan sebagai bibit (Tabel 4).

Tabel 4. Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006

Konsumsi (Ton) Tahun

Bibit Industri Rumah Tangga Tercecer

Total (Ton)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

28.000

44.000

39.000

41.000

30.000

34.000

410.500

419.400

425.400

463.800

492.800

520.400

269.785

276.400

292.613

329.697

318.007

335.287

98.000

94.000

96.000

104.000

112.000

115.000

806.285

833.800

853.013

938.497

952.807

1.004.687

Rata-Rata Pertumbuhan

(%/thn) 0,70 4,60 4,13 3,05 4,27

Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007

Tabel 4 menunjukkan bahwa total konsumsi kacang tanah pada tahun 2006

menunjukkan peningkatan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun 2005. Rata-

rata pertumbuhan konsumsi kacang tanah untuk bibit sebesar 0,70 persen per

tahun, untuk industri sebesar 4,60 persen per tahun, untuk konsumsi rumah tangga

sebesar 4,13 persen pertahun, dan kacang tanah yang tercecer sebesar 3,05 persen

per tahun. Perkembangan ini diharapkan menjadi pemicu dalam meningkatkan

produksi kacang tanah nasional.

Dengan memperhatikan data pada Tabel 2 dan Tabel 4 nampak adanya

ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kacang tanah, dalam hal ini

kebutuhan selalu lebih tinggi dibandingkan produksi sehingga terjadi defisit.

Page 22: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

22

Defisit tersebut dapat dipenuhi dari impor. Karena permintaan kacang tanah terus

meningkat maka impor kacang tanah juga meningkat tiap tahunnya. Di sisi lain,

ternyata Indonesia juga mampu mengekspor kacang tanah dengan volume ekspor

yang fluktuatif (Tabel 5).

Tabel 5. Volume dan Nilai Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006

Volume (Ton) Tahun

Impor Ekspor 2001 2002 2003 2004 2005 2006

98.483 119.196 71.017 101.824 121.614 169.111

1.968 3.467 3.530 822 5.102 2.520

Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn)

4,83 - 60,60

Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007

Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2006

sebesar 28,09 persen dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2001-2006 volume

impor terbesar terjadi pada tahun 2006 dengan volume impor kacang tanah

mencapai 169.111 ton. Selama kurun waktu 2001-2006 rata-rata volume impor

kacang tanah di Indonesia sebesar 113,541 ton per tahun dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 4,83 persen per tahun.

Kebalikan dari impor, volume ekspor tahun 2006 mengalami penurunan

sebesar 102,46 persen dibandingkan tahun 2005. Selama tahun 2001-2006 volume

ekspor terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan volume ekspor kacang tanah

mencapai 5.102 ton, tetapi kemudian menurun pada tahun 2006 dengan volume

ekspor menjadi 2.520 ton. Pada kurun waktu 2001-2006, rata-rata volume ekpor

Page 23: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

23

kacang tanah di Indonesia sebesar 2.906 ton per tahun dengan rata-rata

pertumbuhan yang menurun sebesar 60,60 persen per tahun.

Adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan kebutuhan kacang

tanah, volume impor yang terus meningkat, dan volume ekspor yang cenderung

menurun diperlukan upaya pengembangan usahatani kacang tanah di Indonesia

yang dapat membantu petani kacang tanah baik dalam meningkatkan produksi

kacang tanah, meningkatkan kualitas produk, dan pemasaran. Salah satu solusi

yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui kemitraan.

Kemitraan adalah salah satu kegiatan yang dipilih dalam upaya mendorong

pengembangan dan peningkatan produksi kacang tanah. Kondisi ini mendorong

adanya suatu pengkajian terhadap pelaksanaan kemitraan antara petani/kelompok

tani dengan perusahaan dalam mengembangkan usahatani kacang tanah. Dari data

yang terdapat pada Tabel 4 diketahui bahwa konsumsi kacang tanah terbesar

adalah industri. Sehingga PT Garudafood sebagai salah satu industri makanan

olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku, melaksanakan

kegiatan kemitraan sebagai upaya peningkatan produksi kacang tanah dan

memenuhi kebutuhan bahan baku.

1.2 Perumusan Masalah

Seiring dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia,

menyebabkan semakin bertambahnya permintaan kacang tanah. Tetapi, produksi

kacang tanah nasional belum dapat memenuhi permintaan kacang tanah tersebut.

Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah yang terjadi dapat diatasi dengan

meningkatkan produksi kacang tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan

produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. Adanya

Page 24: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

24

program kemitraan diharapkan mampu meningkatkan produksi kacang tanah dan

pendapatan para petani.

PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

industri makanan olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku

utama. Salah satu usaha yang dilakukan PT Garudafood untuk memenuhi pasokan

bahan baku adalah dengan melaksanakan kegiatan kemitraan. Kegiatan kemitraan

antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah pertama kali dilaksanakan pada

tahun 1996 di Tuban. Saat ini kemitraan PT Garudafood tidak hanya di Tuban

tetapi telah berkembang di beberapa daerah yang ada di Pulau Jawa (Tabel 6)

Tabel 6. Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007

Propinsi Kota/Kabupaten Jawa Barat • Banten

• Sukabumi • Garut • Cianjur • Sumedang • Tasikmalaya • Majalengka • Kuningan • Banjar • Cilacap

Jawa Tengah • Sragen • Solo • Jepara • Kudus • Pati • Yogyakarta • Rembang

Jawa Timur • Tuban • Bojonegoro • Jember • Banyuwangi • Situbondo

Sumber : Divisi Produksi PT Garudafood, 2008

Page 25: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

25

Salah daerah kemitraan dari PT Garudafood adalah Desa Palangan,

Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kemitraan yang

dilaksanakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan sudah berlangsung sejak

tahun 1998 hingga saat ini. Dalam melakukan kemitraan, pihak petani mitra dan

PT Garudafood terikat dalam surat perjanjian kerjasama yang disepakati kedua

belah pihak. Surat perjanjian kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya

kacang tanah dan penjamin pasar menjadi tanggung jawab PT Garudafood.

Sedangkan petani mitra berkewajiban melakukan budidaya sesuai dengan

bimbingan yang telah diberikan oleh PT Garudafood, serta berkewajiban

mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik PT Garudafood dengan harga yang

sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama. Dilihat dari pelaksanaan kemitraan

tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan antara PT Garudafood dengan

petani mitra adalah model kontrak beli.

Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra

masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama,

seperti petani mitra yang menjual hasil produksi kacang tanahnya selain ke PT

Garudafood dan pelaksanaan periode tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian.

Di samping masih terdapat beberapa pelanggaran, pelaksanaan kemitraan

memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi

kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Terlihat pada

Tabel 7 selama kurun waktu tahun 2001-2007, produksi dan produktivitas kacang

tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat .

Page 26: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

26

Tabel 7. Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007

Tahun Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2001 87 0,91 2002 90 1,07 2003 107 1,08 2004 132 1,29 2005 140 1,57 2006 155 1,75 2007 163 1,87

Sumber : Kelompok Tani Desa Palangan, 2008

Melihat dari peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah petani

mitra, apakah peningkatan produksi dan produktivitas tersebut merupakan

pengaruh dari kegiatan kemitraan dengan PT Garudafood? Dan apakah

peningkatan produksi dan produktivitas tersebut dapat berpengaruh pada

peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah petani mitra?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani

mitra di Desa Palangan.

2. Menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani

kacang tanah di Desa Palangan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat berguna dalam memberikan informasi

dan masukan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

Page 27: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

27

1. Bagi petani dan perusahaan, penelitian berguna sebagai pertimbangan dalam

menentukan kebijakan kemitraan sehingga dapat menguntungkan semua pihak

yang terlibat dalam kemitraan.

2. Bagi penulis, agar dapat menetapkan teori-teori yang diperoleh selama

mengikuti perkuliahan terutama yang berhubungan dengan analisis

pendapatan usahatani.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau pihak-pihak lain yang

berkepentingan dalam kemitraan usahatani kacang tanah ini.

Page 28: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

28

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kacang Tanah

Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari Benua Amerika.

Pertama kali kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh

pedagang Spanyol ke Maluku pada tahun 1597.

Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe

tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus

atau sedikit miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun,

umumnya pendek, dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang

tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama

berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah,

dan umumnya berumur panjang.

Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan

berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan

Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam, antara lain Kelinci,

Jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, dan Kacang Garuda Dua.

2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah

Kacang tanah menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik. Tanah

gembur mempermudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di

dalam tanah. Meskipun kacang tanah toleran terhadap kering dan tanah masam

(pH tanah 4,5), kondisi tersebut akan berpengaruh pada banyaknya polong yang

Page 29: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

29

terisi. Untuk pembentukan polong diperlukan kalsium. Oleh karena itu, penting

untuk menyediakan kalsium yang cukup di sekitar tanaman kacang tanah.

Ada beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman kacang tanah,

misalnya bercak daun, karat, dan busuk pangkal batang. Selain itu, ada juga

gangguan hama. Untuk memutus siklus hama dan penyakit tanaman kacang,

sebaiknya lahan dirotasi dengan tanaman lain yang tidak termasuk tanaman

kacangan.

2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah

Tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rat 1.789,04 kal

per hari. Sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 gram. Pemenuhan kalori

dan protein tersebut dapat diperoleh dari kacang tanah, karena kandungan kedua

zat tersebut dalam tanaman kacang tanah tergolong besar (Tabel 8). Kalori

merupakan sumber energi bagi tubuh. Sementara itu, protein berfungsi sebagai zat

pembangun dan sumber energi setelah kalori. Selain sebagai sumber kalori dan

protein, kacang tanah mengandung zat gizi lainnya (Tabel 8).

Tabel 8. Kandungan Gizi Kacang Tanah

Komponen Gizi Satuan Kandungan Kalori kal 452,0 Protein gram 25,3 Lemak gram 42,8 Karbohidrat gram 21,1 Kalsium mg 58,0 Fosfor mg 335,0 Zat besi mg 1,3 Vitamin B1 mg 0,3 Vitamin C mg 3,0

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981

Page 30: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

30

Kandungan lemak dalam kacang termasuk tinggi kadarnya dibandingkan

zat gizi lain. Lemak yang terkandung dalam kacang tanah tidak mengandung

kolesterol. Adapun asam amino esensial yang terkandung dalam kacang tanah

yang dikenal sebagai fitosterol dan tokoferol. Zat fitosterol memiliki peran

sebagai penghambat pembentukan kolesterol darah, sedangkan tokosferol sebagai

antioksigen dan antipenuaan dini. Sedangkan kandungan karbohidrat yang terdiri

dari sejumlah pati dan gula jenis sukrosa selain memberikan rasa manis, juga

berperan sebagai penyuplai kalori dan energi

2.1.3 Varietas Kacang Tanah

Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan

dengan menggunakan bahan baku kacang tanah. Beberapa varietas kacang tanah

yang banyak ditanam adalah gajah, anoa, kelinci, garuda dua, garuda biga, tapir,

dan kidang. Karakteristik dari varietas-varietas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Gajah

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu,

peka terhadap penyakit karat dan bercak daun.

2. Anoa

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu, karat

daun, dan bercak cokelat daun.

Page 31: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

31

3. Kelinci

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk pipih, warna kulit ari ungu,

produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, toleran terhadap penyakit layu, dan

agak tahan penyakit karat dan bercak daun.

4. Garuda dua

Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 2,3 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu,

peka penyakit karat dan bercak daun.

5. Garuda biga

Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 2,25 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu.

6. Tapir

Berumur panen sekitar 95-100 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,8-2 ton/ha, tahan penyakit layu.

7. Kidang

Berumur panen sekitar 100-110 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah,

produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan penyakit layu

2.2 Kajian Empirik Kemitraan

Kajian empirik meliputi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya yang terdiri dari analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan

petani. Terdapat beberapa penelitian mengenai kemitraan yang telah dilakukan.

Sebagian besar penelitian tersebut lebih mengarah kepada evaluasi kemitraan

yang dilakukan serta pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dari para pelaku

Page 32: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

32

kemitraan tersebut. Pelaksanaan kemitraan yang telah diteliti antara lain kemitraan

antara PT Agro Inti Pratama dengan petani ubi jalar (Puspitasari, 2003), kemitraan

antara PT Great Giant Pineapple dengan petani ubi kayu yang tergabung dalam

Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) (Sulistyo,2004), kemitraan antara

PT Sierad Produce dengan peternak ayam broiler (Deshinta, 2006), dan kemitraan

Pemuda Tani Indonesia (PTI) (Rahman, 2008).

Dalam evaluasi kemitraan terhadap pendapatan usahatani dilakukan

dengan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra dan analisis imbangan

penerimaan dan biaya (R/C rasio). Dan untuk melihat perbandingan pendapatan

antara peternak mitra dengan peternak mandiri Deshinta (2006) menggunakan

uji-t. Hal yang sama dilakukan oleh Puspitasari (2003) dan menambahkan dengan

menganalisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C rasio). Selain mengevaluasi

pendapatan usahatani, Sulistyo (2004) juga menganalisis efisiensi penggunaan

faktor produksi.

Pelaksanaan kegiatan kemitraan diharapkan memberikan manfaat kepada

petani mitra. Dari penelitian Puspitasari (2003), Sulistyo (2004), Deshinta (2006),

dan Rahman (2008) manfaat yang diperoleh petani mitra antara lain : 1)

mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan, 2) mendapatkan bimbingan teknik

budidaya, 3) mendapatkan jaminan penjualan, dan 4) membantu petani dalam

pengadaan sarana produksi.

Pada kegiatan kemitraan diharapkan agar manfaat atau keuntungan dapat

dirasakan oleh kedua pihak. Namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut

hanya dirasakan oleh salah satu pihak saja, yang biasanya hanya dirasakan oleh

pihak perusahaan. Masalah yang terkadang ditemui adalah hubungan kemitraan

Page 33: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

33

yang tidak saling menguntungkan. Seperti yang terjadi pada penelitian Deshinta

(2006), dari semua pasal yang ada dalam surat kesepakatan, tidak ada satu pun

membahas mengenai larangan yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan dan

sanksi yang dikenakan bila perusahaan merugikan peternak. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat kesenjangan dalam kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan.

Kesenjangan tersebut juga terlihat dalam masih adanya ketidaksesuaian dari

pelaksanaan hak dan kewajiban petani mitra dan perusahaan.

Kendala yang terjadi pada penelitian Puspitasari dan Deshinta (2006),

antara lain : 1) keterlambatan waktu panen, dan 2) Terjadi penjualan ubi jalar

keluar perusahaan. Sulistyo (2004) dan Rahman (2008) menambahkan kendala

dalam kegiatan kemitraan adalah adanya penyalahgunaan dana usaha yang

dilakukan oleh petani dan banyaknya tunggakan pinjaman modal karena petani

mitra tidak mengembalikan cicilan pinjaman modal.

Hasil analisis pendapatan usahatani petani mitra pada penelitian Sulistyo

(2004) dan Rahman (2008) menunjukkan pendapatan usahatani petani lebih besar

jika mengikuti kemitraan dan petani akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan

kemitraan. Penelitian Puspitasari (2006) menunjukkan bahwa jika dilihat dari

biaya tunai petani akan mendapatkan keuntungan tetapi nilainya lebih sedikit

daripada petani non mitra, sedangkan jika dilihat dari biaya total baik petani mitra

maupun non mitra akan mendapat kerugian. Hasil penelitian yang telah dilakukan

Deshinta (2006) menunjukkan bahwa meskipun peternak mitra memperoleh

penerimaan lebih besar namun pendapatan yang diperoleh hanya sebesar Rp

4.972.514. Sedangkan peternak mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp

5.850.476. Hal ini dikarenakan jumlah biaya yang ditanggung peternak mitra lebih

Page 34: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

34

besar 2,2 persen dari peternak mandiri. Sehingga R/C rasio yang diperoleh

peternak mitra sebesar 1,066 sedangkan peternak mandiri sebesar 1,079.

Berdasarkan hasil kajian kemitraan terdahulu dapat disimpulkan bahwa

agar pelaksanaan kemitraan berjalan seperti yang diharapkan perlu adanya

perbaikan dari kedua pihak yang bermitra. Kedua pihak harus lebih berkomitmen

terhadap kontrak perjanjian kemitraan yang telah dibuat dan disepakati bersama

pada awal pelaksanaan kemitraan. Untuk mengatasi kendala juga dapat dilakukan

dengan menerapkan sanksi-sanki atas pelanggaran kontrak perjanjian kemitraan,

sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi petani mitra tetapi juga untuk perusahaan

agar tidak terjadi kesenjangan antara petani mitra dengan perusahaan.

Penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi pengaruh kemitraan

terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Penelitian ini diawali dengan

mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra

di Desa Palangan. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan menganalisis

pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio).

Pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani mitra dibandingkan

dengan pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani non mitra.

Hasil penelitian ini akan menunjukkan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan

usahatani petani mitra. Sehingga petani mitra dapat mengetahui pendapatan dan

keuntungan yang diperoleh dengan mengikuti kemitraan dan dapat memutuskan

untuk melanjutkan kemitraan atau tidak. Beberapa persamaan dan perbedaan

antara penelitian yang akan dilakukan terhadap penelitian terdahulu diringkas

dalam Tabel 9.

Page 35: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

35

Tabel 9. Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu

Peneliti Persamaan Perbedaan Puspitasari (2003)

Topik yang diteliti mengenai kemitraan tanaman pangan

1. Penelitian dilakukan terhadap tanaman kacang tanah, sedangkan Puspitasari (2003) melakukan penelitian terhadap tanaman ubi jalar

2. Penelitian dilakukan dengan analisis pendapatan dan analisis R/C rasio, sedangkan Puspitasari (2003) menambahkan B/C rasio dan uji-t

Sulistyo (2004)

Topik yang diteliti mengenai kemitraan tanaman pangan

1. Penelitian dilakukan pada tanaman kacang tanah, sedangkan Sulistyo (2004) melakukan penelitian pada tanaman ubi kayu

2. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra, sedangkan salah satu tujuan penelitian Sulistyo (2004) adalah menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani

Deshinta (2006)

Topik yang diteliti mengenai kemitraan

Penelitian dilakukan pada komoditi pertanian yaitu kacang tanah, sedangkan Sulaksana (2005) melakukan penelitian pada komoditi peternakan yaitu ayam broiler

Rahman (2008)

Topik yang diteliti mengenai kemitraan

1. Penelitian dilakukan pada petani kacang tanah di Desa Palangan, sedangkan Rahman (2008) melakukan penelitian pada semua petani di Kelurahan Sukatani tanpa dibedakan komoditinya.

2. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pendapatan usahatani petani mitra dengan petani non mitra, sedangkan Rahman (2008) melakukan penelitian dengan membandingkan pendapatan usahatani sebelum bermitra dengan setelah bermitra.

2.3 Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang

memiliki peran dalam ketersediaan pangan. Hingga saat ini kacang tanah masih

terus ditanam oleh petani karena memberikan keuntungan bagi petani. Beberapa

penelitian mengenai pendapatan usahatani kacang tanah telah dilakukan.

Page 36: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

36

Penelitian pendapatan usahatani kacang tanah yang telah dilakukan antara lain

oleh Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006). Penelitian Yursak

(2005) dilakukan di Kabupaten Serang, Banten dengan menganalisis sistem

usahatani kacang tanah di lahan kering. Sebesar 7,38 persen lahan kering di

Banten baru dimanfaatkan untuk tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, peluang

pengembangan tanaman kacang tanah di lahan kering di Kabupaten Serang masih

terbuka. Yursak (2005) melakukan analisis usahatani dengan membandingkan

pendapatan usahatani varietas kidang dengan varietas lokal. Karena berdasarkan

hasil penelitian diperoleh varietas kacang tanah yang mampu beradaptasi di lahan

kering adalah varietas kidang yang nilai produksinya lebih tinggi dibanding

varietas lainnya. sedangkan varietas lokal nilai produksinya paling rendah

dibandingkan varietas lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya usahatani

kacang tanah varietas Kidang lebih besar daripada varietas lokal. Meskipun

demikian, hasil produksi varietas kidang juga yang lebih tinggi daripada varietas

lokal, sehingga penerimaan usahatani untuk varietas kidang lebih besar

dibandingkan varietas lokal. Maka pendapatan usahatani kacang tanah yang

diperoleh pada varietas kidang lebih tinggi daripada menggunakan kacang tanah

varietas lokal. Nilai R/C ratio pada varietas kidang menunjukkan di atas angka

satu yang artinya dalam usahatani tersebut memberi keuntungan bagi petani.

Penelitian oleh Kasno (2005) dilakukan di Malang yang melakukan

analisis usahatani dengan membedakan pendapatan usahatani dengan beberapa

teknik produksi, yaitu 1) teknologi petani, dan 2) dan teknologi inovatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa meskipun petani mendapatkan keuntungan dengan

menggunakan teknologi petani, tetapi keuntungan yang diperoleh petani dengan

Page 37: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

37

menggunakan teknologi inovatif lebih besar. Hal ini dikarenakan hasil produksi

yang diperoleh petani dengan menggunakan teknologi inovatif lebih besar

daripada teknologi petani. Sehingga pendapatan usahatani akan bertambah jika

petani menggunakan teknologi inovatif dalam usahatani kacang tanah.

Penelitian Tirtosuprobo (2006) dilakukan di lahan sawah irigasi terbatas,

di Desa Slengen, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian

dilakukan pada lahan petani yang ditanami kacang tanah dan kapas secara

tumpangsari. Dan sebagai pembanding dilakukan juga analisis usahatani pada

lahan yang ditanami kacang tanah dengan cara monokultur. Hasil penelitian

menunjukkan pendapatan usahatani kacang tanah secara monokultur memberikan

keuntungan kepada petani. Meskipun demikian, pendapatan usahatani secara

tumpang sari lebih besar 124,7 persen dibandingkan dengan penanaman kacang

tanah secara monokultur.

Dari hasil penelitian usahatani kacang tanah yang telah dilakukan oleh

Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006) dapat disimpulkan bahwa

usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan kepada petani kacang

tanah. Usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan baik dengan

menggunakan teknologi petani ataupun teknologi inovatif, dan dapat ditanam

secara monokultur ataupun tumpang sari.

Page 38: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

38

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang

mengungkapkan teori-teori yang sesuai dengan topik penelitian. Dalam bab ini

akan dibahas teori-teori mengenai pendapatan usahatani.

3.1.1 Pendapatan Usahatani

Menurut Suratiyah (2006), komponen yang terdapat dalam usahatani

terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Alam merupakan faktor

yang sangat menentukan pada usahatani. Faktor alam dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor alam berkaitan dengan

jenis tanah dan kesuburan tanah. Sedangkan faktor lingkungan alam sekitar adalah

iklim yang berkaitan dengan keadaan suhu, ketersediaan air dan sangat

menentukan dalam pemilihan komoditas yang akan diusahakan. Dalam usahatani,

tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan tempat

tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhan.

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi usahatani yang

tergantung pada musim tanam. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya

penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan

kualitas produk. Menurut sumber tenaga kerja, dalam usahatani tenaga kerja

berasal dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang diperoleh

dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani

terdiri dari tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik (Hernanto, 1995). Tenaga

Page 39: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

39

kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga

kerja ternak digunakan untuk pengolahan lahan dan pengangkutan. Tenaga kerja

mekanik bersifat substitusi, yaitu digunakan sebagai pengganti tenaga kerja

manusia dan ternak.

Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap

kegiatan produksi masing-masing pada komoditas yang diusahakan, kemudian

dijumlah untuk seluruh usahatani. Satuan yang sering digunakan dalam

menghitung kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO (Hari Kerja

Orang) dan JKO (Jam Kerja Orang) (Suratiyah, 2006).

Modal adalah syarat utama berlangsungnya suatu usaha, demikian pula

dengan usahatani. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang

yang dipergunakan bersama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja serta

dengan pengelolaan yang baik maka akan menghasilkan barang-barang baru, yaitu

produksi pertanian (Hernanto, 1995). Dengan modal, maka faktor produksi tanah

dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia.

Menurut sifatnya, modal dibedakan atas modal tetap yaitu modal yang tidak akan

habis pada satu periode produksi dan modal bergerak yaitu modal yang habis

dalam satu periode produksi.

Manajemen sebagai unsur pokok keempat dalam usahatani merupakan

kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan

input produksi yang digunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memberikan

output seperti yang diharapkan (Hernanto, 1995). Ukuran keberhasilan suatu

manajemen usahatani adalah produktivitas yang diperoleh dari usahatani tersebut.

Page 40: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

40

Menurut Osburn (1978) dalam Suratiyah (2006) bahwa manajemen

usahatani terdiri atas tiga hal yang saling terkait, yaitu manajemen sebagai suatu

pekerjaan, manajemen sebagai sumber daya, dan manajemen sebagai prosedur.

Manajemen sebagai suatu pekerjaan mengartikan bahwa petani harus dapat

menjelaskan dan merealisasikan idenya dalam mengelola usahatani untuk

memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Manajemen sebagai sumber daya juga

sangat penting karena menentukan keberhasilan suatu usahatani dari cara petani

mengelola input produksi yang digunakan dan mendapatkan output seperti yang

diharapkan. Sedangkan manajemen sebagai prosedur diartikan bahwa dengan

petani melakukan pengelolaan yang baik dan benar maka hasil yang diperoleh

akan baik pula.

Suatu usahatani dikatakan berhasil jika petani dapat membayar semua

biaya-biaya yang dikeluarkan dan dapat menjaga kontinuitas usahanya. Atau

penerimaan yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

Penerimaan usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu

usahatani pada periode waktu tertentu. Penerimaan mencakup produk usahatani

yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan untuk bibit dan pakan

ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan (Soekartawi dkk, 1991).

Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara total produksi dengan harga

pasar yang berlaku pada periode waktu tertentu.

Menurut Hernanto (1995) dan Soekartawi (1995) biaya usahatani secara

umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya

tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap

besarnya jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat

Page 41: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

41

produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel

merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari

jumlah produksi. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya input produksi

dan upah tenaga kerja.

Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya

tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai

berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya

tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel antara

lain biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang

merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja

keluarga. Dan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan.

Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan

sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh

dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Sehingga keuntungan yang

didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan

penerimaan yang diperoleh petani.

Besarnya biaya dan pendapatan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu (Suratiyah, 2006) :

1. Faktor internal dan eksternal

Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan

pendapatan usahatani. faktor internal yang dapat mempengaruhi biaya dan

pendapatan antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal. Sedangkan

Page 42: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

42

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan adalah

ketersediaan input, permintaan output, dan harga input dan output.

2. Faktor manajemen

Petani harus dapat mengatasi faktor ekternal yang selalu berubah. Petani

sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya

dengan menggunakan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga

akan memperoleh manfaat setinggi-tingginya. Selain sebagai juru tani, petani juga

bertindak sebagai manajer yang harus dapat mengambil keputusan dengan

berbagai pertimbangan ekonomis, sehingga didapatkan hasil yang akan

memberikan pendapatan yang maksimal. Agar dapat mengantisipasi perubahan

supaya tidak salah pilih dan merugi, petani memerlukan berbagai informasi

tentang kombinasi faktor produksi dan informasi mengenai harga, baik harga

input maupun output.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah diperlukan input untuk

mendukung kegiatan produksi kacang tanah, yaitu tenaga kerja, bibit, pupuk, dan

obat-obatan. Harga yang diberikan untuk input tersebut ditentukan oleh pasar.

Dari besarnya input yang digunakan untuk usahatani kacang tanah dan harga

untuk penggunaan input diperoleh biaya produksi. Karena petani hanya dapat

mengkontrol penggunaan input dan tidak mempunyai peranan dalam menentukan

harga input, maka besarnya biaya produksi ditentukan oleh besarnya penggunaan

input. Semakin besar input yang digunakan, maka biaya produksi yang

dikeluarkan juga semakin besar, begitu juga sebaliknya.

Page 43: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

43

Dari input yang digunakan akan menghasilkan output, dalam hal ini output

yang dimaksud adalah kacang tanah. Harga untuk output juga ditentukan oleh

pasar dan petani juga tidak mempunyai peran dalam menentukan harga output.

Oleh karena itu, penerimaan yang diterima oleh petani ditentukan dari besarnya

output yang dihasilkan oleh petani. Semakin besar jumlah output, semakin besar

penerimaan usahataninya. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah output, maka

penerimaan usahatani yang diperoleh juga akan semakin sedikit.

Besarnya biaya produksi dan penerimaan usahatani akan mempengaruhi

pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam pelaksanaannya, petani

dapat mengatur biaya produksi dalam usahatani tetapi tidak dapat mengatur harga

output. Sehingga untuk meningkatkan perdapatan usahatani, petani harus dapat

mengurangi biaya produksi dengan mengefisienkan penggunaan input. Untuk

menganalisis pendapatan usahatani kacang tanah, digunakan analisis pendapatan

dan analisis R/C rasio. Dengan analisis tersebut akan diketahui besarnya

pendapatan usahatani yang diperoleh petani kacang tanah dan dapat melihat

usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau kerugian kepada petani.

Kerangka alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 44: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

44

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Biaya Produksi

Harga Input

Harga Output

Output Produksi

Usahatani Kacang Tanah

Penerimaan Usahatani

Pendapatan Usahatani

Input Produksi Tenaga Kerja Bibit Pupuk Obat-Obatan

Page 45: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

45

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten

Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan September-

Oktober 2008. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan-pertimbangan :

1. Propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di

Indonesia.

2. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah kemitraan PT Garudafood

di Jawa Timur dengan jumlah produksi kacang tanah terkecil.

3. Kecamatan Jangkar merupakan kecamatan dengan produksi kacang tanah

terbesar di Kabupaten Situbondo.

4. Desa Palangan merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Situbondo yang

petani kacang tanahnya bermitra dengan PT Garudafood.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer meliputi data input dan output usahatani

kacang tanah, harga input, harga output, dan data lain yang berhubungan dengan

tujuan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil

wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data luas panen kacang tanah

nasional, produksi kacang tanah nasional, produktivitas kacang tanah nasional,

Page 46: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

46

konsumsi kacang tanah nasional, volume dan nilai impor dan ekspor kacang tanah

nasional, produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan, data potensi dan

keadaan umum daerah penelitian, dan kontrak kemitraan. Data sekunder diperoleh

dari instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain

Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, serta

dari data yang dimiliki oleh PT Garudafood. Selain itu data sekunder juga didapat

dari literatur atau buku serta media elektronik yaitu internet.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung

dengan petani kacang tanah dipandu dengan kuisioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usahatani kacang

tanah di Desa Palangan. Kuisioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai

jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian dan upah tenaga kerja, jumlah

output, harga jual output, dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis

usahatani kacang tanah. Selain itu, pada kuisioner juga terdapat pertanyaan untuk

mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara petani mitra dengan PT

Garudafood.

4.4 Metode Penarikan Sampel

Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani kacang

tanah di Desa Palangan. Pemilihan petani responden diperoleh dari daftar nama

petani kacang tanah yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Palangan.

Page 47: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

47

Informasi anggota kelompok tani tersebut didapat dari ketua kelompok tani Desa

Palangan.

Penarikan sampel dilakukan dengan melakukan perbandingan antara

petani mitra dengan petani non mitra. Karena mendapatkan data series usahatani

sebelum petani melakukan kemitraan sangat sulit, sebagai akibat kemitraan yang

telah berlangsung cukup lama. Sehingga sebagai pembanding digunakan petani

non mitra, untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh kemitraan terhadap

pendapatan usahatani petani mitra.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling. Hal ini dikarenakan petani kacang tanah di Desa Palangan bersifat

homogen. Sifat petani kacang tanah yang homogen dilihat dari teknologi budidaya

kacang tanah yang digunakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan. Jumlah

populasi petani kacang tanah di Desa Palangan adalah 82 petani yang terdiri dari

60 petani mitra dan 22 petani non mitra. Dalam penelitian ini jumlah responden

yang diambil adalah 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah tersebut,

yaitu 41 petani responden yang terdiri dari 30 responden petani mitra dan 11

responden petani non mitra. Responden dipilih secara acak dengan cara diundi.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan

untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang meliputi realisasi hak dan

kewajiban, kendala-kendala dan alternatif pemecahan kendala tersebut.

Sedangkan untuk analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan

Page 48: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

48

usahatani dan analisis R/C ratio yang bertujuan menganalisis besarnya pendapatan

petani kacang tanah, baik petani mitra maupun petani non mitra. Perhitungan

analisis data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer dengan

menggunakan software Microsoft Office Excel.

4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah semua nilai output yang dihasilkan dari suatu

usahatani pada jangka waktu tertentu. Adapun rumus penerimaan adalah sebagai

berikut (Soekartawi, 1995) :

TR = Y x P

Dimana : TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Output yang dihasilkan (Kg)

P = Harga jual produk (Rp)

Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan

usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Biaya

usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang,

seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat) dan upah tenaga

kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung

pendapatan petani yang sebenarnya jika penyusutan alat dan nilai tenaga kerja

dalam keluarga diperhitungkan.

Dalam usahatani kacang tanah ini menggunakan peralatan, sehingga perlu

diperhitungkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian

diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa

Page 49: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

49

yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan

rumus sebagai berikut :

Biaya penyusutan = n

NsNb

Dimana : Nb = Nilai pembelian (Rp)

Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp)

n = Jangka usia ekonomi (tahun)

Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama

pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) yaitu biaya yang benar-

benar dikeluarkan oleh petani. Kedua, pendapatan atas biaya total (pendapatan

total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya.

Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani

dengan biaya usahatani pada periode waktu tertentu. Secara matematis tingkat

pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut (Suratiyah, 2006) :

Pendapatan Tunai = Penerimaan - Biaya Tunai

= P.Y - BT

Pendapatan Total = P.Y - (BT+BD)

Dimana : P = Harga produksi (Rp/Kg)

Y = Jumlah Produksi (Kg)

BT = Biaya tunai (Rp)

BD = Biaya diperhitungkan (Rp)

4.5.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Agar petani dapat memberikan penilaian terhadap keputusan dan

kemungkinan pengembangan usahatani, diperlukan ukuran kedudukan ekonomi

Page 50: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

50

terhadap usahatani tersebut. Nilai bandingan atau ratio digunakan untuk mengukur

kedudukan ekonomi suatu usahatani. Pada analisis usahatani, rasio yang

digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah R/C

rasio. R/C rasio ini menunjukkan penerimaan yang didapat untuk setiap rupiah

yang dikeluarkan untuk memproduksi. Perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan

sebagai berikut (Soekartawi, 1995):

R/C rasio = (Py.Y) / (BT+BD)

Dimana : R = Penerimaan

C = Biaya

Py = Harga Output (Rp)

Y = Output (Kg)

BT = Biaya Tunai (Rp)

BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)

Suatu usaha dikatakan berhasil jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu

(R/C rasio > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang

dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari

satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1)

maka setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan

kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian. Jika R/C rasio sama

dengan satu (R/C rasio = 1) berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi

keuntungan normal. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C

rasio secara rinci dapat dilihat pada tabel 10.

Page 51: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

51

Tabel 10. Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah

Uraian Satuan Nilai INPUT A. Biaya Tunai 1. Tenaga kerja 2. Sarana produksi 1. Bibit 2. Pupuk 3. Obat-obatan 4. Solar 3. Biaya pengairan 4. Pajak tanah (PBB) 5. Biaya pengangkutan • Total biaya tunai B. Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan 2. Tenaga kerja dalam keluarga 3. sewa lahan • Total biaya diperhitungkan C. Biaya Total

Rp/HKO

Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg

Rp/Liter Rp

Rp/Ha Rp/Kg

Rp

Rp Rp Rp Rp Rp

a b c d e f g h

i= a+b+c+d+e+f+g+h j k l

m = j+k+l n = i+m

D. Penerimaan Tunai Rp o E. Penerimaan Total Rp p E. Pendapatan atas biaya tunai Rp q = o – i F. Pendapatan atas biaya total Rp r = p – n G. R/C rasioatas biaya tunai s = o/i H. R/C rasio atas biaya diperhitungkan t = p/n

Sumber : Hernanto, 1995

Page 52: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

52

V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.1 Gambaran Umum PT Garudafood

5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood

Grup Garudafood berawal dari sebuah perusahaan keluarga yang bergerak

di bisnis kacang garing, yakni PT Tudung Putrajaya. Perusahaan ini didirikan di

Pati, Jawa Tengah, oleh almarhum Darmo Putro yang memulai usahanya sebagai

produsen tepung tapioka. Sejak tahun 1987, perusahaan mulai berkonsentrasi di

bisnis kacang garing dengan meluncurkan merek Kacang Garing Garuda, yang

lebih dikenal dengan Kacang Garuda.

Untuk menjamin Kacang Garuda dapat dinikmati konsumen di seluruh

pelosok negeri dan tersedia dalam jumlah yang cukup, jaringan distribusi

Garudafood terus diperkokoh dengan mendirikan PT Sinar Niaga Sejahtera pada

tahun 1994. Pada tahun 1995, melalui PT Garuda Putra Putri Jaya, perusahaan

mendirikan pabrik kacang lapis yang meliputi : kacang atom, kacang telur dan

kacang madu. Untuk menjamin pasokan bahan baku utama (kacang tanah) yang

berkualitas tinggi dan tersedia sesuai kapasitas produksi pabrik, tahun 1996

didirikan PT Bumi Mekar Tani, yang bergerak di bidang perkebunan kacang

tanah. Selain memiliki kebun kacang tanah sendiri, untuk menampung hasil panen

kacang tanah para petani dengan harga bersaing, perusahaan ini juga menjalin

kerja sama dengan para petani kacang tanah, khususnya di kawasan Jawa Tengah

dan Jawa Barat. Dengan demikian, secara aktif perusahaan mengembangkan

sistem kemitraan usaha yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Page 53: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

53

Untuk memperkokoh basis di industri makanan ringan, tahun 1997

perusahaan memasuki pasar biskuit melalui PT Garudafood Jaya. Di tengah krisis

ekonomi pada bulan Mei 1998 perusahaan memasuki bisnis jelly melalui PT

Triteguh Manunggal Sejati. Meskipun relatif baru, pertumbuhan laba atas

penjualan memperlihatkan bahwa bisnis ini berpeluang besar untuk tumbuh.

Permintaan pasar dari semua jaringan distribusi selalu bergerak naik. Permintaan

pasar dari luar negeri, seperti negara-negara Timur Tengah, juga terus meningkat.

Sejumlah industri makanan ringan kini mulai bernaung di bawah payung

Garudafood. Berbagai inovasi terus dilakukan untuk membuat produk-produk

baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Semua itu dilakukan, tidak lain demi

kepuasan yang sebesar-besarnya bagi para konsumen yang merupakan penentu

hidup matinya sebuah perusahaan.

Saat ini di atas areal lebih dari 35 hektar yang tersebar di berbagai lokasi,

telah berdiri pabrik-pabrik industri Garudafood yang didukung oleh mesin dan

peralatan berteknologi modern. Sehingga perusahaan mampu memproduksi

beraneka macam produk makanan dan minuman yang inovatif dan berstandar

internasional, dengan tetap mengacu kepada selera dan kepuasan pelanggan.

5.1.2 Nilai-Nilai, Visi dan Misi PT Garudafood

Nilai-nilai yang diterapkan oleh PT Garudafood antara lain :

1. Nilai Kemanusiaan

a. Menghayati dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi: Truth,

Right Conduct, Love, Non Violence, and Peace.

b. Tidak melanggar hal-hal yang dilarang agama.

Page 54: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

54

c. Ketulusan dan keharmonisan dalam berfikir, berkata-kata, dan bertindak.

2. Etika Berbisnis

a. Menggunakan norma-norma etika yang berlaku di dalam masyarakat dalam

berinteraksi dan mengelola lingkungan bisnis sehingga tercapai "sustainable

mutual benefit".

b. Peduli juga terhadap berbagai permasalahan yang muncul dalam kiprah

bisnis Garudafood walaupun secara formal bukan menjadi bagian dari

tanggung jawabnya.

3. Unity Through Harmony

a. Menjaga keharmonisan dan keutuhan dengan lingkungan bisnisnya secara

internal (karyawan dan shareholder).

b. Menjaga keseimbangan dan keserasian antara aspek bisnis dengan aspek-

aspek kehidupan lainnya.

4. Speed & Leading Change

a. Menjaga dan meningkatkan kecepatan dalam cara berpikir dan bertindak.

b. Melembagakan perubahan secara cepat dan berkesinambungan yang

memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan bertumpu pada kekuatan

teknologi.

5. Working Smart in learning culture

a. Rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh serta konsisten dalam pekerjaan

yang digeluti.

b. Menekankan pada proses bekerja yang cepat, sistematis, dan akurat.

c. Senantiasa meningkatkan cara dan mutu kerja melalui pengembangan diri di

dalam budaya belajar yang terus dibangun oleh dan bersama perusahaan.

Page 55: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

55

Visi dari PT Garudafood adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di

industri makanan dan minuman di Indonesia dalam aspek profitabilitas, penjualan

dan kepuasan konsumen melalui karya yang kreatif dan inovatif dari seluruh

karyawan yang kompeten. Sedangkan misi dari PT Garudafood antara lain :

1. Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk-produk makanan dan

minuman berkualitas, serta produk-produk konsumsi dan layanan berkualitas

yang bukan berasal dari bahan-bahan yang merupakan hasil pengorbanan

hewan atas kehendak langsung perusahaan.

2. Membentuk komunitas karyawan untuk tumbuh bersama dan mengembangkan

kualitas kehidupan, lingkungan kerja dan pekerjaan para karyawan.

3. Menciptakan kemanfaatan jangka panjang yang berkesinambungan dalam

hubungan antara perusahaan dengan seluruh mitra usaha.

4. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menjalankan etika

bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik.

5.1.3 Struktur Organisasi

Dalam kegiatan sehari-hari PT Garudafood dipimpin oleh seorang

Presiden Direktur dan dibantu oleh empat Direktur yang masing-masing

membawahi satu divisi, yaitu Divisi Produksi, Divisi Pemasaran, Divisi

Distribusi, dan Divisi Human Resource & Development (HRD). Divisi Produksi

menangani bidang bahan baku, usahatani, produk coated, produk roasted, produk

jelly, dan produk biskuit. Untuk menangani bidang usahatani dan bahan baku,

Divisi Produksi dibantu oleh PT Bumi Mekar Tani yang menangani masalah

kemitraan dan ketersediaan bahan baku.

Page 56: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

56

Divisi pemasaran PT Garudafood dipimpin kepala pemasaran yang

membawahkan divisi supporting, manajer merek, manajer pemasaran dan manajer

penjualan nasional yang memiliki anak buah setingkat region. Manajer merek

mempunyai banyak eksekutif merek yang membantu tugasnya di belakang layar.

Divisi supporting terdiri atas customer retentions dan marketing public relations.

Untuk mencapai jenjang karier tertinggi di divisi pemasaran, dimulai dari tingkat

eksekutif merek. Dari masing-masing posisi ini dibedakan berdasarkan level

golongannya, misalnya, staf junior, staf, staf senior, dan supervisor.

Divisi HRD menangani masalah kepegawaian dan perekrutan pegawai

baru. Divisi ini juga bertanggung jawab dalam menangani rotasi pegawai yang

diadalan tiga kali setahun. Divisi Distribusi PT Garudafood dalam kegiatannya

dibantu oleh PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS). peran SNS sangat menentukan bagi

perkembangan Garudafood. Secara khusus SNS memfokuskan diri pada

distribusi. Karena perannya, berbagai macam produk Garudafood bisa diperoleh

konsumen di wilayah-wilayah pelosok seluruh Indonesia. Saat ini jaringan

distribusi PT Garudafood di Indonesia mencapai Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra dan Kalimantan. Sedangkan jaringan

distribusi internasional PT Garudafood mancapai Amerika, Australi, Belanda,

Brunei Darussalam, Jordan, Singapura, Kanada, Libanon dan Malaysia.

5.2 Gambaran Umum Desa Palangan

5.2.1 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan

Desa Palangan termasuk dalam wilayah Kecamatan Asembagus,

Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan

Page 57: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

57

adalah 3 Km dan jarak dari desa ke ibukota kabupaten adalah 22 Km. Secara

administratif, batas wilayah Desa Palangan adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Asembagus

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gadingan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Curah Kalak

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pesanggrahan

Luas wilayah Desa Palangan secara keseluruhan adalah 450 Ha yang

terdiri atas 5 dusun, 10 RW, dan 28 RT. Pemanfaatan lahan desa sebagian besar

digunakan untuk areal sawah dan perumahan, yaitu sebesar 325 Ha untuk areal

sawah dan 120 Ha untuk perumahan dan pekarangan. Secara keseluruhan dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007

No. Fungsi Lahan Luas Lahan (Ha) 1. Sawah 325 2. Rumah dan Pekarangan 120 3. Makam 2 4. Keperluan Lain-lain 3

Total Luas Lahan 450 Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 72,22 persen dari luas lahan Desa

Palangan merupakan lahan sawah. Sehingga pertanian di Desa Palangan

berpotensi untuk dikembangkan, termasuk usahatani kacang tanah. Terdapat

empat komoditas tanaman utama yang ditanam di areal sawah di Desa Palangan,

yaitu jagung, kacang tanah, padi dan cabe (Tabel 12).

Tabel 12 menunjukkan bahwa tanaman padi, kacang tanah, dan padi

memiliki prospek untuk dikembangkan di Desa Palangan, karena produksi, luas

Page 58: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

58

lahan dan produktivitas ketiga tanaman pangan tersebut paling tinggi

dibandingkan komoditas tanaman pertanian lain yang ditanam di Desa Palangan.

Produksi tanaman pangan terbesar di Desa Palangan adalah jagung dengan

produktivitas 4,15 ton per ha. Selain jagung, kacang tanah memiliki prospek yang

bagus untuk dikembangkan di daerah penelitian karena kacang tanah memiliki

peringkat ke dua produksi tanaman pangan yang dihasilkan di Desa Palangan.

Tabel 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007

Usahatani Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Jagung 132,50 549,88 4,15Kacang Tanah 101,75 169,92 1,67Padi 72,75 94,58 1,30Cabe 6,20 22,57 3,64Lainnya 11,80 32,92 2,79

Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008

5.2.2 Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Desa Palangan berdasarkan data tahun 2008 adalah

sebanyak 4.827 jiwa dengan 1.755 kepala keluarga. Penyebaran penduduk

berdasarkan jenis kelamin adalah 2.286 jiwa atau 47,36 persen adalah laki-laki

dan 2.541 jiwa atau 52,64 persen adalah perempuan.

Penduduk di Desa Palangan memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi.

Mata pencaharian sebagian besar warga di Desa Palangan bergerak di bidang

pertanian, yaitu sebagai petani sebesar 47,17 persen. Pekerjaan yang dilakukan

warwa Desa Palangan terbesar kedua adalah buruh tani, yaitu sebesar 35,34

persen. Kemudian disusul dengan peternak sebanyak 11,86 persen (Tabel 13).

Peternak yang ada di Desa Palangan adalah peternak kambing dan sapi.

Page 59: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

59

Tabel 13 menunjukkan bahwa mata pencaharian warga di Desa Palangan

tidak hanya petani, buruh tani, dan peternak, tetapi masih ada beberapa pekerjaan

lain yang dilakukan oleh warga Desa Palangan. Pekerjaan lain warga Desa

Palangan antara lain guru (1,02 persen), PNS (0,15 persen), industri kecil (1,08

persen), pegawai kelurahan (0,36 persen), pedagang (2,55 persen), nelayan (0,36

persen), dokter (0,06 persen), bidan, dan mantri masing-masing (0,03 persen).

Bervariasinya pekerjaan warga Desa Palangan menunjukkan bahwa sumber daya

manusia warga Desa Palangan cukup baik.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007

Jumlah Penduduk Mata Pencaharian

Jiwa Persentase (%) Petani 1575 47.17Buruh Tani 1180 35.34Guru 34 1.02PNS 5 0.15Industri Kecil 36 1.08Pegawai Kelurahan 12 0.36Pedagang 85 2.55Peternak 396 11.86Nelayan 12 0.36Dokter 2 0.06Bidan 1 0.03Mantri 1 0.03

Jumlah 3.339 100,00Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008

Pendidikan warga di Desa Palangan pada umumnya masih rendah.

Sebagian besar penduduk hanya tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 30,20

persen. Kemudian sebesar 23,99 persen dari warga Desa Palangan yang tidak

pernah sekolah. Dilanjutkan, sebesar 19,48 persen dari penduduk Desa Palangan

Page 60: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

60

yang tidak tamat SD. Namun saat ini keinginan warga Desa Palangan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi meningkat, hal ini ditanai

dengan adanya warga yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Jumlah penduduk dari usia 7 tahun hingga usia lebih dari 58 tahun yang

dibedakan berdasarkan tingkatan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007

Jumlah Penduduk Pendidikan

Jiwa Persentase (%) Belum Sekolah 425 9,95Tidak Pernah Sekolah 1025 23,99Tidak Tamat SD 832 19,48Tamat SD/Sederajat 1290 30,20Tamat SLTP/Sederajat 401 9,39Tamat SLTA/Sederajat 287 6,72D1-D3 10 0,23S1 8 0,19S2 1 0,02

Jumlah 4.272 100,00Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008

5.3 Karakteristik Petani Responden

5.3.1 Umur Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa responden

dalam penelitian ini sebesar 95,12 persen memiliki pekerjaan utama sebagai

petani. Sedangkan masing-masing sebesar 2,44 persen memiliki pekerjaan utama

sebagai pedagang dan kuli panggul, dimana petani sebagai pekerjaan sampingan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden dilokasi penelitian

berkisar antara 25-70 tahun dengan rata-rata umur 42,20 tahun. Umur responden

petani mitra berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata umur 42,67 tahun.

Page 61: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

61

Sedangkan umur responden petani non mitra berkisar antara 25-65 tahun dengan

rata-rata umur 40,91 tahun. Secara rinci jumlah petani kacang tanah berdasarkan

umur dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008

Mitra Non Mitra Kelompok Umur

(Tahun) 3 Petani % 3 Petani %

25-34 3 10,00 4 36,36 35-44 16 53,34 3 27,27 45-54 10 33,33 3 27,27 55-64 0 - 0 - ≥ 65 1 3,33 1 9,10

Jumlah 30 100,00 11 100,00

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebesar 96.67 persen umur petani mitra dan

90,90 persen umur petani non mitra berada pada usia produktif, yaitu pada umur

25-64 tahun. Sedangkan sisanya, yaitu 3,33 persen umur petani mitra dan 9,10

persen umur petani non mitra berada pada usia di atas 65 tahun.

5.3.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal responden bervariasi, untuk responden petani

mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, tidak tamat SLTP, dan SLTP.

Sedangkan responden petani non mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, dan

SLTP.Tingkat pendidikan terbesar, baik pada petani mitra maupun petani non

mitra, adalah tamat SD, yaitu sebanyak 70 persen dari petani mitra dan 72,73

persen dari petani non mitra yang berpendidikan hanya sampai SD (Tabel 16).

Page 62: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

62

Tabel 16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008

Mitra Non Mitra Pendidikan

3 Petani % 3 Petani % Tidak Tamat SD SD Tidak Tamat SLTP SLTP

62121

2070

6,673,33

2 8 - 1

18,1872,73

-9,09

Jumlah 30 100,00 11 100,00

Tabel 16 terlihat bahwa sebanyak 20 persen petani mitra dan 18,18 persen

petani non mitra tidak tamat SD. Sebanyak 6,67 persen dari petani mitra tidak

tamat SLTP, sedangkan pada petani non mitra tidak ada yang tidak tamat SLTP.

Petani yang tamat SLTP hanya 3,33 persen dari petani mitra dan 9,09 persen dari

petani non mitra. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan

petani mitra masih rendah tetapi petani mempunyai kemampuan membaca dan

menulis, dimana kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendukung untuk

meningkatkan produktivitas usahatani kacang tanah yang dilakukan.

5.3.3 Pengalaman Usahatani Kacang Tanah

Berdasarkan pengamatan di lapang, pengalaman usahatani cukup

menentukan dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah. Pada umumnya petani

yang sudah berpengalaman dalam usahatani kacang tanah, jika input produksinya

mendukung, maka akan lebih mampu untuk meningkatkan produksi dibanding

dengan petani yang kurang pengalaman dalam usahatani kacang tanah.

Pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 4-20 tahun, dengan

rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 11,33 tahun. Sedangkan

Page 63: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

63

pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 2-14 tahun, dengan

rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 7 tahun.

Tabel 17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008

Mitra Non Mitra Pengalaman (Tahun)

3 Petani % 3 Petani % ≤ 5 5 - 10 11 - 15 ≥ 16

39

153

10305010

5 4 2 -

45,4636,3618,18

-Jumlah 30 100,00 11 100,00

Tabel 17 memperlihatkan bahwa sebanyak 50 persen pengalaman

usahatani kacang tanah dari petani mitra antara 11-15 tahun. Jumlah petani mitra

yang pengalamannya dalam usahatani kacang tanah kurang dari 5 tahun adalah 10

persen, untuk pengalaman antara 5-10 tahun sebanyak 30 persen, dan pengalaman

lebih dari 16 tahun adalah 10 persen.

Tabel 17 juga memperlihatkan bahwa pada petani non mitra, sebanyak

45,46 persen yang pengalaman nya dalam usahatani kacang tanah dibawah 5

tahun. Selanjutnya jumlah petani mitra yang pengalamannya dalam usahatani

kacang tanah antara 5-10 tahun sebanyak 36,36 persen, dan pengalaman antara

11-15 tahun adalah 18,18 persen. Dari Tabel 17 tersebut dapat diketahui bahwa

pengalaman petani mitra dalam usahatani kacang tanah lebih lama daripada petani

non mitra.

5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan

Petani responden di Desa Palangan memiliki luas lahan yang ditanami

kacang tanah cukup bervariasi. Petani mitra variasinya antara 0,5-4 ha dengan

Page 64: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

64

rata-rata luas lahan 1,51 ha. Sedangkan petani non mitra variasi luas lahannya

antara 0,5-3 ha dengan rata-rata luas lahan 1,31 ha. Status kepemilikan lahan, baik

petani mitra maupun non mitra, keseluruhannya adalah milik sendiri.

Tabel 18. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008

Mitra Non Mitra Luas Lahan (Ha)

3 Petani % 3 Petani % 0,5 0,6 - 1 1,1 - 2 2,1-3 ≥ 3

38

1531

10,0026,6750,0010,003,33

3 3 4 1 -

27,2727,2736,369,09

-Jumlah 30 100,00 11 100,00

Tabel 18 menunjukkan bahwa petani mitra sebagian besar, yaitu 50 persen

memiliki lahan usahatani kacang tanah antara 1,1-2 ha. Sedangkan yang lainnya,

yaitu sebanyak 26,67 persen memiliki luas lahan kacang tanah antara 0,6-1 ha,

masing-masing sebanyak 10 persen untuk luas lahan 0,5 ha dan 2,1-3 ha, dan

untuk luas lahan diatas 3 ha sebanyak 3,33 persen.

Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sama dengan petani mitra, sebagian

besar luas lahan petani non mitra, yaitu sebanyak 36,36 persen adalah antara 1,1-2

ha. Sedangkan yang lainnya, masing-masing sebanyak 27,27 persen memiliki luas

lahan kacang tanah 0,5 ha dan antara 0,6-1 ha, dan sebanyak 9,09 persen petani

non mitra memiliki luas lahan antara 2,1-3 ha. Untuk petani non mitra, tidak ada

yang luas lahan usahatani kacang tanahnya diatas 3 ha. Dari Tabel 18 dapat

diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan usahatani kacang tanah yang

lebih besar dibandingkan petani non mitra.

Page 65: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

65

VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN

6.1 Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood

PT Garudafood mengembangkan kemitraan sejak tahun 1996. Pada

pelaksanan kemitraan,pihak Garudafood membagi mitra menjadi 3 golongan

mitra, yaitu mitra pemerintah daerah, mitra pelaku agribisnis, dan mitra

community development program. Mitra pemerintah daerah mengutamakan pada

program peningkatan produksi kacang tanah. Kelompok yang tergabung dalam

mitra pelaku agribisnis adalah petani atau kelompok tani dan pengusaha agribisnis

kacang tanah, yang mengutamakan kualitas kacang tanah dan pendapatan

usahatani. Dan untuk mitra community development program menitikberatkan

kegiatannya pada pemberdayaan masyarakat yang merupakan petani kacang

tanah.

Upaya meningkatkan pemberdayaan para petani, pihak PT Garudafood

menetapkan beberapa syarat dalam kemitraan. Syarat menjadi mitra adalah

adanya kelembagaan atau sebuah organisasi yang bergerak di bidang pertanian,

dapat berupa kelompok tani, koperasi tani, lembaga swadaya masyarakat, dan

pesantren. Syarat lain untuk menjadi mitra adalah memiliki petani dan lahan

binaan untuk melakukan budidaya kacang tanah, memiliki modal sendiri untuk

melakukan budidaya, karena PT Garudafood tidak memberikan modal untuk

budidaya.

Dalam melaksanakan kemitraan, PT Garudafood menggunakan model

kontrak beli, dimana pihak mitra dan PT Garudafood terikat dalam surat

perjanjian kerjasama yang disepakati kedua belah pihak. Surat perjanjian

Page 66: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

66

kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya kacang tanah dan penjamin pasar

menjadi tanggung jawab PT Garudafood. Sedangkan petani mitra berkewajiban

melakukan budidaya sesuai dengan bimbingan yang telah diberikan oleh PT

Garudafood, serta berkewajiban mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik

PT Garudafood dengan harga yang sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama.

Dilihat dari pelaksanaan kemitraan tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan

antara PT Garudafood dengan petani mitra adalah model kontrak beli.

Akan tetapi dalam pelaksanaan kemitraan masih ada hal yang berjalan

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selama mengikuti kemitraan petani mitra

terkadang menjual sebagian hasil produksi kacang tanahnya ke perusahaan lain.

Selain itu, PT Garudafood juga membeli produksi kacang tanah dari petani non

mitra.

6.2 Surat Perjanjian Kerjasama

PT Garudafood dengan petani mitra membuat surat perjanjian kerjasama

dengan petani mitra dalam periode satu tahun, yang dapat diperpanjang sesuai

dengan kesepakatan bersama. Dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek

perjanjian berupa identitas kedua belah pihak yang bermitra, periode tanam, harga

pembelian, luas areal petani kacang tanah, cara pembayaran, standar mutu, sanksi

dan lain-lain.

Tahapan yang dilakukan petani atau kelompok tani untuk menjadi petani

mitra dari PT Garudafood, yaitu :

1. Kelompok tani mengajukan permohonan kerjasama kemitraan kepada PT

Garudafood.

Page 67: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

67

2. Survei lahan usahatani kacang tanah oleh PT Garudafood.

3. Petani membuat RDKK (Rencana Definisi Kebutuhan Kelompok), yaitu data

mengenai kebutuhan input produksi kacang tanah (benih, pupuk, dan obat-

obatan) yang dibutuhkan oleh petani.

4. Menentukan harga dasar kacang tanah.

5. Membuat surat perjanjian kerjasama.

Jika seluruh persyaratan dalam surat perjanjian kerjasama telah disetujui,

maka petani atau kelompok tani tersebut sudah menjadi mitra PT Garudafood.

Petani juga dapat segera menjual hasil produksi kacang tanahnya ke PT

Garudafood.

6.3 Tujuan Kemitraan PT Garudafood

Kemitraan PT Garudafood dengan petani kacang tanah mempunyai dua

tujuan yaitu :

1. Menjamin suplai bahan baku kacang tanah PT Garudafood dengan tujuan

mencapai pangsa pasar yang lebih besar

2. Menciptakan pasar dan kepastian harga kacang tanah.

Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani merupakan kerjasama

yang mutualis artinya saling menguntungkan bagi kedua pihak, yaitu PT

Garudafood dan para petani mitra. Bagi PT Garudafood kemitraan ini berperan

untuk meningkatkan kepastian pasokan kacang tanah sebagai bahan baku industri,

sedangkan bagi para petani berperan untuk meningkatkan pendapatan petani dan

memberikan jaminan pasar bagi hasil usahatani kacang tanah.

Page 68: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

68

Dengan adanya kemitraan ini maka para petani mendapatkan kepastian

untuk menjual hasil panen kacang tanah karena PT Garudafood berperan sebagai

penjamin pasar. Dengan adanya jaminan pasar kacang tanah maka para petani

tidak khawatir terjadinya kelebihan produksi yang sering menjadi masalah dan

sangat merugikan bagi para petani. Kemitraan ini berperan sebagai penyangga

pasar dan harga, sehingga produksi kacang tanah oleh petani tetap dapat dibeli

dengan harga normal walaupun pada saat panen raya yang biasanya terjadi

penurunan harga yang sangat merugikan para petani.

6.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan

Berdasarkan konsep kemitraan yang dijalankan oleh PT Garudafood di

Desa Palangan, maka konsep kemitraannya dapat digolongkan sebagai bentuk

kemitraan pola kontrak beli. Pola ini ditandai dengan adanya suatu perjanjian

kerjasama secara tertulis untuk jangka waktu tertentu antara pihak petani dengan

pihak Garudafood.

Surat perjanjian kerjasama dibuat untuk menyepakati antara lain hak dan

kewajiban pihak-pihak yang menjalin kerjasama, harga kacang tanah, sanksi dan

sebagainya. Berdasarkan uraian mengenai perjanjian kemitraan dan wawancara

dengan pihak-pihak yang terkait dalam kemitraan, dapat dievaluasi pelaksanaan

kemitraan tersebut. Secara ringkas evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat dilihat

pada matriks evaluasi, dimana dapat terlihat beberapa isi surat perjanjian yang

tidak berjalan sesuai dengan ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang telah

disepakati (Tabel 19).

Page 69: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

69

Tabel 19. Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood, 2008

No. Keterangan Ketentuan Realisasi 1. Periode tanam Dilaksanakan dalam dua periode tanam. Tidak sesuai 2. Penggunaan

pupuk Menggunakan pupuk organik dan anorganik sesuai dosis anjuran PT Garudafood.

Tidak sesuai

3. Pemilihan bibit Menggunakan bibit rekomendasi PT Garudafood.

Sesuai

4. Pembelian hasil produksi

Pihak PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi petani mitra.

Sesuai

5. Penjualan hasil produksi

Petani mitra harus menjual seluruh hasil produksi kepada perusahaan.

Tidak sesuai

6. Penetapan harga dasar

Kedua pihak menyetujui penetapan harga dasar.

Sesuai

7. Mutu fisik kacang tanah

Petani mengirimkan hasil panen dengan mutu fisik minimal 1:1.

Sesuai

8. Cara pembayaran Pembayaran dilakukan dengan cara tunai atau ditransfer.

Sesuai

9. Jumlah quota Kedua pihak menentukan quota hasil panen. Sesuai 10. Standar baku

mutu kacang tanah

Standar baku mutu kacang tanah ditetapkan oleh PT Garudafood.

Sesuai

11. Pengakuan prestasi

Jika pengiriman hasil panen memenuhi quota maka akan diberikan penambahan quota pada musim panen berikutnya.

Sesuai

12. Sanksi perusahaan

Petani berhak membatalkan perjanjian dan harus membayar ganti rugi.

Sesuai

13. Sanksi petani Pengurangan quota pada musim tanam berikutnya.

Sesuai

14. Pembatalan perjanjian

Tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.

Sesuai

15. Kejadian yang tidak terduga

Meminimalkan kerugian jika terjadi force majuere.

Sesuai

16. Jangka waktu perjanjian

Perjanjian berlaku selama satu tahun. Sesuai

17. Jalur hukum Penyelesaian perselisihan secara musyawarah.

Sesuai

Hasil evaluasi kemitraan pada Tabel 11 terlihat bahwa ada beberapa

ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang tidak terealisasi dengan baik. Hal

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Budidaya kacang tanah dilakukan dalam dua periode tanam yaitu periode

tanam pada bulan November/Desember dan periode tanam bulan

Februari/Maret. Berdasarkan penelitian, semua petani mitra di Desa Palangan

Page 70: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

70

menanam di luar periode tanam bulan Februari/Maret. Mereka menanam

kacang tanah pada bulan Mei dengan alasan menunggu ketersediaan air untuk

irigasi. Hal ini menyebabkan mundurnya waktu panen, sehingga pengiriman

kacang tanah ke perusahaan juga tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan.

2. Dalam kegiatan pemupukan pada budidaya kacang tanah, pupuk yang

digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang

digunakan petani mitra di Desa Palangan adalah kotoran sapi, karena ternak

yang dipelihara oleh sebagian besar warga di Desa Palangan adalah sapi.

Sehingga pupuk organik mudah diperoleh dan tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk mendapatkannya. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah

pupuk urea, TSP dan KCl dengan dosis yang dianjurkan perusahaan. Dosis

penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah 50-100kg

urea per ha, 100 kg TSP per ha, dan 100 kg KCl per ha. Dalam

pelaksanaannya masing-masing sebanyak 36,67 persen, 93 persen, dan 83,33

persen dari petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl tidak

sesuai dengan dosis anjuran dari PT Garudafood. Alasan petani mitra

menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah

keterbatasan modal dan juga untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu

akibat kelangkaan pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan

jumlah kurang dari yang dibutuhkan.

3. Bibit kacang tanah yang digunakan petani mitra harus sesuai dengan

rekomendasi dari PT Garudafood. Varietas kacang tanah yang

direkomendasikan PT Garudafood antara lain landak, gajah, trenggiling,

pelanduk, garuda dua, garuda biga, dan beberapa varietas lainnya. Varietas

Page 71: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

71

tersebut direkomendasikan oleh PT Garudafood karena produk yang

dihasilkan sesuai dengan standar produk PT Garudafood, yaitu biji berbentuk

bulat lonjong, warna kulit ari merah muda atau rose, dan bernas (polong

padat). Untuk varietas kelinci, panther, singa, macan dan kidang tidak masuk

dalam rekomendasi karena polong kacang tanah yang dihasilkan dari varietas

tersebut tidak memenuhi standar produk dari PT Garudafood, yaitu berbiji

pipih. Semua petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit kacang tanah

sesuai rekomendasi PT Garudafood yaitu varietas gajah dan garuda dua.

Hanya kedua varietas tersebut yang digunakan petani mitra di Desa Palangan

karena bibit yang tersedia di toko pertanian di Desa Palangan hanya varietas

gajah dan garuda dua.

4. Sesuai dengan tujuan kemitraan PT Garudafood yaitu sebagai penjamin pasar

bagi petani mitra, maka PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi

kacang tanah petani mitra. Akan tetapi dalam surat perjajinan kerjasama pihak

PT Garudafood tidak diharuskan membeli seluruh produksi kacang tanah

petani mitra. Maka ada beberapa hasil produksi petani mitra yang tidak dibeli

PT Garudafood dengan alasan tidak memenuhi standar produk, seperti dalam

satu polong kacang tanah terdapat tiga biji. Karena untuk polong berbiji tiga

varietas yang direkomendasikan oleh PT Garudafood adalah varietas garuda

biga. Hal ini akan merugikan petani mitra karena akan mengurangi jumlah

produksi kacang tanah yang dijual kepada PT Garudafood sehingga

penerimaan yang didapatkan petani mitra akan berkurang.

5. Berdasarkan surat perjanjian kerjasama, petani mitra harus menjual seluruh

hasil produksi kacang tanahnya ke PT Garudafood. Dari penelitian ada

Page 72: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

72

beberapa petani mitra yang menjual hasil produksinya selain ke PT

Garudafood. Sebesar 66,67 persen dari petani mitra atau atau rata-rata sebesar

271,40 kg per ha kacang tanah petani mitra selain dijual ke PT Garudafood

juga dijual ke tengkulak. Petani mitra menjual hasil produksinya ke tengkulak

karena tidak semua hasil produksi petani mitra dibeli oleh PT Garudafood.

Hal ini disebabkan karena produksi kacang tanah petani mitra ada yang tidak

memenuhi standar mutu produk. Sehingga agar tetap mendapatkan hasil dari

produksinya maka petani mitra menjual kacang tanahnya ke tengkulak.

Alasan lain petani juga menjual ke pihak lain, seperti tengkulak adalah karena

terdesak kebutuhan dana. Dengan menjual ke tengkulak petani akan lebih

cepat mendapatkan hasil penjualan kacang tanah, karena petani dapat panen

lebih cepat yaitu 80-85 HST, sedangkan umur panen yang telah ditentukan PT

Garudafood adalah 90-100 HST.

6. Dalam surat perjanjian kerjasama menyatakan bahwa baik PT Garudafood

maupun petani mitra menyepakati penentuan harga dasar, yaitu Rp7.000 per

kg. Meskipun demikian, petani mitra tidak mempunyai peranan dalam

menentuhan harga kacang tanah. Penentuan harga dilakukan oleh PT

Garudafood yang kemudian disepakati bersama dengan petani mitra.

Tetapidengan harga beli yang telah disepakati tersebut petani mitra tetap

merasa diuntungkan. Karena harga yang diberikan PT Garudafood lebih tinggi

dari harga yang diberikan oleh tengkulak dan harga tetap sesuai dengan

perjanjian meskipun pada saat panen raya, yang biasanya harga akan turun.

7. Mutu fisik kacang tanah petani mitra yang dikirim ke PT Garudafood dilihat

dari perbandingan polong tua dengan polong muda. Minimal perbandingan

Page 73: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

73

antara polong tua dan muda adalah 1:1. Mutu fisik kacang tanah yang

ditentukan PT Garudafood diuji secara manual dilihat dari perbandingan

polong tua dan polong muda. Peningkatan mutu fisik kacang tanah yang

dikirim ke PT Garudafood berpengaruh pada peningkatan harga kacang tanah,

yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani petani

mitra. Setiap kenaikan mutu fisik kacang tanah maka harga kacang tanah akan

diberikan penambahan sebesar Rp100 per kg

8. PT Garudafood sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang tanah yang

dikirim petani mitra dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses

pembelian selesai. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran, maka

pembayaran kepada petani mitra dilakukan dengan cara ditransfer dengan

menyerahkan tanda bukti transfer. Jangka waktu pembayaran dengan cara

transfer adalah dua hari sejak pengiriman dilakukan. Pada surat perjanjian

kerjasama dinyatakan bahwa jika PT Garudafood belum melakukan

pembayaran sampai jangka waktu yang telah ditentukan maka petani mitra

berhak memberikan teguran atau PT Garudafood dikenakan denda atas

kerugian yang telah terjadi. Berdasarkan penelitian, hingga saat ini PT

Garudafood selalu melakukan pembayaran secara tunai kepada petani mitra di

Desa Palangan.

9. Dalam surat perjanjian kerjasama telah ditentukan jumlah quota kacang tanah

yang dikirimkan petani mitra kepada PT Garudafood. Jika hasil produksi

kacang tanah yang dikirim petani mitra lebih besar dari jumlah quota yang

telah ditentukan maka PT Garudafood akan memberikan tambahan quota

sesuai dengan kesepakatan bersama. Begitu juga sebaliknya, jika kacang tanah

Page 74: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

74

yang dikirim petani mitra kurang dari jumlah quota yang telah ditentukan,

maka PT Garudafood akan mengurangi jumlah quota. Selama ini hasil

produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan yang dikirim terkadang

melebihi jumlah quota ataupun kurang dari jumlah quota. Pada tahun 2004

jumlah quota yang disepakati adalah sebesar 150 ton, tetapi karena beberapa

petani mitra mengalami gagal panen sehingga quota yang dikirim hanya 132

ton.

10. Standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT Garudafood yaitu : (1) umur

panen kacang tanah 90-100 hari, (2) varietas kacang tanah yang digunakan

sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, (3) Polong kacang tanah berbiji

dua dan khusus untuk varietas garuda biga berbiji tiga, (4) ciri fisik kacang

tanah sehat, tidak busuk, bersih, dan segar. Maksimal waktu pengiriman

kacang tanah adalah 2 x 24 jam dari waktu panen. Dalam pelaksanaannya

petani mitra selalu mengikuti standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT

Garudafood.

11. Bila jumlah quota yang telah ditetapkan selalu terpenuhi, maka PT

Garudafood sepakat untuk menaikkan quota sampai dengan seratus persen

quota pada periode selanjutnya atau sesuai kesepakatan bersama. Petani mitra

di Desa palangan dapat menambah jumlah quota pengiriman hasil produksi

kacang tanah, karena petani mitra di Desa Palangan dapat memenuhi jumlah

quota yang telah disepakati dalam surat perjanjian kerjasama.

12. Jika PT Garudafood lalai memenuhi kewajibannya dalam membayar hasil

pembelian kacang tanah kepada petani mitra, maka petani mitra berhak

membatalkan perjanjian ini dan PT Garudafood wajib membayar ganti rugi

Page 75: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

75

biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dengan disertai bukti

pembayaran ganti rugi yang sah. Dalam pelaksanaannya pihak PT Garudafood

tidak pernak lalai dalam melakukan pembayaran dari hasil pembelian kacang

tanah kepada petani mitra.

13. Apabila petani mitra lalai memenuhi kewajibannya dalam memenuhi jumlah

quota tanpa pemberitahuan sebelumnya, maka petani mitra akan dikenai

penalti/sanksi berupa pengurangan quota pada musim tanam berikut menjadi

maksimal sejumlah quota yang dipasok pada musim tanam pada saat itu. Dari

penelitian, petani mitra selalu memenuhi quota yang telah ditentukan. Dan

apabila jumlah produksi kacang tanah yang dikirim lebih sedikit dari quota

yang ditentukan, maka sebelumnya petani mitra melakukan pemberitahuan ke

PT Garudafood.

14. Surat perjanjian kerjasama tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak

sebelum jangka waktu kesepakatan kecuali ada hal yang dapat membatalkan

surat perjanjian tersebut, seperti kelalaian perusahaan dalam membayar hasil

pembelian kacang tanah ke petani mitra. Apabila salah satu pihak tidak dapat

memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan kemitraan, maka

pihak yang dirugikan dapat memaksa pihak lain untuk memenuhi

kewajibannya itu atau dapat menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan

penggantian biaya, kerugian dan bunga. Sampai saat ini selama pelaksanaan

kegiatan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa

Palangan belum pernah terjadi pembatalan surat perjanjian. Dan baik pihak

perusahaan maupun petani mitra belum pernah lalai dalam melaksanakan

kewajibannya.

Page 76: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

76

15. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan

baik PT Garudafood maupun petani mitra, seperti huru-hara, kebakaran,

ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan,

tindakan pemerintah, kekacauan sosial yang menyebabkan salah satu pihak

tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini tidak

termasuk ke dalam pelanggaran perjanjian. Apabila terjadi force-majeure

maka kedua pihak atau salah satu pihak akan melakukan upaya untuk

meminimalkan kerugian. Jika force-majeure tidak dapat diatasi, maka pahak

yang dirugikan berhak untuk membatalkan perjanjian. Force-majeure pernah

dialami oleh petani mitra di Desa Palangan pada tahun 2007, yaitu terjadi

banjir di Kabupaten Situbondo yang menyebabkan tertutupnya jalan menuju

Kabupaten Situbondo. Agar kacang tanah tetap dapat dikirim ke pabrik PT

Garudafood, maka pengiriman dilakukan melalui jalan alternatif. Dengan

demikian petani mitra tetap dapat menjual hasil produksinya ke PT

Garudafood dan PT Garudafood tetap mendapatkan pasokan kacang tanah

dari petani mitra.

16. Surat perjanjian kerjasama berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak

tanggal ditanda-tanganinya surat perjanjian tersebut. Jika jangka waktu

perjanjian telah habis, maka surat perjanjian kerjasama tersebut dapat

diperpanjang atas kesepakan kedua pihak, yaitu PT Garudafood dan petani

mitra. Baik PT Garudafood maupun petani mitra dapat mengakhiri perjanjian

kerjasama sebelum jangka waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu

mengiririmkan surat pemberitahuan untuk mengakhiri perjanjian beserta

alasan-alasan yang tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian. Surat

Page 77: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

77

pemberitahuan pembatalan perjanjian dikirimkan selambat-lambatnya tujuh

hari sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan.

17. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat dari

pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT Garudafood dan petani mitra,

maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara

musyawarah untuk mencapai mufakat. Dan apabila penyelesaian secara

musyawarah tidak tercapai, maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan

perselisihan melalui jalur hukum. Sampai saat ini, dalam melaksanakan

kegiatan kemitraan belum pernah ada perselisihan yang tidak dapat

diselesaikan secara mufakat. PT Garudafood dan petani mitra bermusyawarah

untuk menetapkan harga kacang tanah, jumlah quota, dan jangka waktu

perjanjian.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat disimpulkan bahwa

baik pihak PT Garudafood maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan

kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari

evaluasi kemitraan masih terlihat ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat

perjanjian kerjasama, yaitu keterlambatan waktu tanam, penggunaan pupuk tidak

sesuai dosis anjuran dan petani masih ada yang menjual hasil produksinya ke

pihak lain. Agar kegiatan kemitraan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak, maka kegiatan kemitraan antara

PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan harus diperbaiki

pelaksanaannya.

Page 78: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

78

6.5 Manfaat Kemitraan

Meskipun dalam pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa hal yang

tidak sesuai dengan perjanjian kerjasama, tetapi petani mitra masih mendapatkan

manfaat dari pelaksanaan kemitraan ini.

Tabel 20. Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008

Manfaat Kemitraan 3 Jawaban Responden Persentase (%) 1. Pemasaran Output

a. Ada jaminan pasar b. Tidak ada jaminan pasar

28 2

93,33 6,67

Jumlah 30 100 2. Harga

a. Harga tetap/stabil b. Harga berubah

30 0

100 0

Jumlah 30 100 3. Pendapatan

a. Meningkat b. Tidak ada pengaruh

30 0

100 0

Jumlah 30 100 4. Bimbingan

a. Menambah ilmu pengetahuan b. Tidak ada pengaruh

20 10

66,67 33,33

Jumlah 30 100

Manfaat yang diperoleh petani mitra, antara lain :

1. Jaminan pasar

Sebanyak 93.33 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti

kemitraan mereka tidak khawatir hasil produksinya akan terbuang. Karena PT

Garudafood memberikan jaminan pasar bagi petani mitra untuk menjual hasil

produksi kacang tanahnya. Dengan ketentuan kacang tanah yang dikirim petani

mitra memenuhi standar mutu kacang tanah sesuai dengan surat perjanjian

kerjasama yang telah disepakati.

Page 79: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

79

2. Kepastian harga

Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan bermitra

mereka tidak khawatir dengan adanya penurunan harga kacang tanah di pasar

pada saat panen raya, karena harga kacang tanah telah ditentukan sebelumnya

pada surat perjanjian kerjasama. Selain itu, petani mitra juga tidak khawatir

dengan adanya permainan harga seperti jika menjual kacang tanah ke tengkulak.

3. Pendapatan meningkat

Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti

kemitraan pendapatan mereka meningkat. Hal tersebut dikarenakan PT

Garudafood membeli hasil produksi kacang tanah dari petani dengan harga lebih

tinggi daripada yang diberikan oleh tengkulak yang biasa membeli kacang tanah

petani non mitra.

4. Menambah ilmu pengetahuan

Sebanyak 66,67 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti

program kemitraan mereka mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai

budidaya kacang tanah yang benar. Pengetahuan mengenai budidaya kacang

tanah diberikan melalui pembinaan yang diberikan oleh divisi produksi PT

Garudafood yang menangani kegiatan kemitraan.

6.6 Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa

Palangan masih mengalami beberapa masalah. Permasalahan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Masih ada petani yang menjual hasil produksi kacang tanahnya ke pihak lain

Page 80: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

80

Sebanyak 66,67 persen petani mitra selain menjual hasil produksinya ke

PT Garudafood juga menjual ke tengkulak. Petani menjual ke tengkulak

disebabkan karena terdesak akan kebutuhan dana. Dengan menjual hasil

produksi kacang tanah ke tengkulak, petani tidak perlu memanen kacang

seperti yang dianjurkan PT Garudafood, yaitu 90-100 hari. Sehingga petani

akan lebih cepat mendapatkan penghasilan jika dibandingkan dengan menjual

ke PT Garudafood.

2. Penggunaan pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan dosis anjuran

Petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl tidak sesuai

dengan dosis anjuran dari PT Garudafood masing-masing sebesar 36,67

persen, 93 persen, dan 83,33 persen. Alasan petani mitra menggunakan pupuk

tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah untuk mengurangi biaya

produksi. karena masalah keterbatasan modal. Selain itu akibat kelangkaan

pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan jumlah kurang dari

yang dibutuhkan.

3. Periode tanam tidak sesuai dengan perjanjian

Periode tanam kacang tanah yang ditentukan dalam surat perjanjian

kerjasama adalah bulan November/Desember dan bulan Februari/Maret. Tetapi

pada bulan Februari persediaan air di Desa Palangan tidak mencukupi untuk

menanam kacang tanah. Sehingga petani mitra menanam kacang tanah pada

saat persediaan air mencukupi, yaitu bulan Mei. Hal ini menyebabkan waktu

panen tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan, sehingga pasokan kacang

tanah ke PT Garudafood mengalami keterlambatan.

Page 81: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

81

4. Petani melakukan panen terlalu cepat

Panen kacang tanah yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah pada saat

kacang tanah berumur 90-100 hari. Akan tetapi sebanyak 16,67 persen dari

petani mitra memanen lebih cepat dari yang dianjurkan. Panen yang terlalu

cepat akan mengakibatkan rendahnya produktivitas kacang tanah, sehingga

akan mengurangi penerimaan usahatani petani mitra. Selain merugikan petani

mitra karena penghasilan usahataninya berkurang, tetapi juga merugikan PT

Garudafood karena kualitas kacang tanah menjadi rendah dan tidak sesuai

dengan yang diharapkan.

5. Perusahaan membeli kacang tanah dari petani non mitra

Kebutuhan kacang tanah sebagai bahan baku industri pada PT Garudafood

terus mengalami peningkatan, sedangkan produksi kacang tanah petani mitra

tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga PT Garudafood juga

membeli kacang tanah dari petani lain di luar petani mitra dengan harga yang

sama dengan petani mitra.

Hingga saat ini belum ada penanganan atau tindakan yang dilakukan baik

oleh PT Garudafood maupun petani mitra untuk mengatasi masalah dalam

pelaksanaan kemitraan. Sehingga permasalahan dalam kemitraan antara PT

Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan masih tetap terjadi.

Agar pelaksanaan kemitraan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang

diharapakan maka kendala yang terjadi pada pelaksanaan kemitraan perlu diatasi.

Beberapa alternatif pemecahan kendala pada pelaksanaan kemitraan yang dapat

dilakukan, antara lain :

Page 82: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

82

1. Petani mitra hendaknya lebih mengikuti anjuran PT Garudafood dalam

penggunaan pupuk dan waktu panen, sehingga produksi yang dihasilkan

sesuai yang diharapkan dan memenuhi standar produk PT Garudafood.

Dengan demikian seluruh hasil produksi kacang tanah petani mitra dapat

dibeli oleh PT Garudafood. Selain itu dengan menggunakan pupuk sesuai

dengan anjuran, maka produktivitas kacang tanah akan meningkat. Sehingga

pendapatan petani mitra akan bertambah.

2. Perencanaan periode tanam pada surat perjanjian kerjasama perlu dirumuskan

bersama antara kedua pihak yang bermitra. Sehingga periode tanam petani

mitra dapat disesuaikan dengan ketersediaan air di Desa Palangan tanpa harus

melanggar perjanjian kerjasama. Dengan demikian tidak ada keterlambatan

pengiriman kacang tanah ke PT Garudafood.

3. Perlu adanya pengawasan dari perusahaan dalam budidaya kacang tanah. Hal

ini ditujukan agar petani mitra lebih memperhatikan budidaya kacang tanah.

Selain itu, PT Garudafood juga perlu melakukan pengawasan terhadap waktu

panen yang dilakukan petani mitra. Sehingga umur kacang tanah yang dipanen

sesuai dengan yang dianjurkan PT Garudafood. Dengan demikian tidak hanya

menguntungkan PT Garudafood karena tetap dapat menjaga kualitas produk,

tetapi juga menguntungkan petani mitra karena produksi kacang tanah yang

dihasilkan akan lebih banyak, sehingga penerimaan petani mitra akan

bertambah.

4. Pihak PT Garudafood hendaknya membedakan harga beli kacang tanah antara

petani mitra dan non mitra, dan membatasi quota pembelian kacang tanah dari

petani non mitra. Hal ini dilakukan agar petani mitra tidak merasa dirugikan.

Page 83: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

83

Selain itu, hendaknya bentuk kemitraan lebih diperjelas, karena selama ini

terlihat ada dua bentuk kemitraan, yaitu kemitraan dengan pola sub kontrak

dan pola kemitraan dagang umum. Pola sub kontrak dilaksanakan dengan

petani mitra yang terikat pada perjanjian kerjasama, sedangkan pola kemitraan

dagang umum dilaksanakan dengan petani non mitra yang tidak terikat dengan

perjanjian kerjasama.

Page 84: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

84

VII. PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH

7.1 Keragaan Usahatani Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan

di Desa Palangan. Kacang tanah ditanam dengan pola monokultur dengan alasan

lebih mudah perawatannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani

kacang tanah meliputi : pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan,

pemeliharaan, dan pemanenan. Rangkaian proses kegiatan produksi pada

usahatani kacang tanah di Desa Palangan sampai saat ini masih menerapkan

proses budidaya yang tradisional.

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani kacang tanah, baik petani

mitra maupun non mitra di Desa Palangan dilakukan sebanyak dua kali,

pengolahan lahan pertama dilakukan dengan menggunakan mesin atau traktor

yaitu rata-rata 14 hari sebelum tanam untuk petani mitra dan 17 hari sebelum

tanam untuk petani non mitra. Pengolahan lahan kedua dilakukan dengan

menggunakan ternak, yaitu pada dua hari sebelum tanam untuk petani mitra dan

tiga hari sebelum tanam untuk petani non mitra.

Page 85: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

85

Tabel 21. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Pengolahan Tanah Mitra Non Mitra 1. Pengolahan pertama

- Mesin/traktor - Ternak sapi

30 0

11 0

Jumlah 30 11 2. Pengolahan kedua

- Mesin/traktor - Ternak sapi

0 30

0 11

Jumlah 30 11 3. 4.

Membuat guludan Tidak ada guludan

0 30

0 11

Jumlah 30 11

Tabel 21 menunjukkan bahwa 100 persen dari petani mitra maupun petani

non mitra melakukan pengolahan lahan dengan dua tahap yaitu pertama dengan

menggunakan mesin atau traktor dan kedua dengan menggunakan ternak. Dari

Tabel 21 juga diketahui bahwa 100 persen dari petani mitra dan non mitra tidak

ada yang membuat guludan. Alasan petani tidak membuat guludan adalah untuk

menghemat waktu dan biaya tenaga kerja pada kegiatan pengolahan tanah.

2. Penggunaan Bibit, Penanaman, dan Penyulaman

Kacang tanah memiliki beberapa varietas, seperti kidang, gajah, macan,

trenggiling, garuda dua, dan garuda biga. Hampir semua varietas kacang tanah

sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, kecuali varietas kelinci, panther,

singa, macan dan kidang karena produk dari varietas tersebut tidak memenuhi

standar PT Garudafood. Petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit dari

varietas gajah dan garuda dua. Sedangkan petani non mitra menggunakan varietas

gajah, garuda dua dan kelinci (Tabel 22).

Page 86: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

86

Tabel 22. Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Jenis Bibit Mitra Non Mitra 1. Garuda dua 18 2 2. Gajah 12 4 3. Kelinci 0 5

Jumlah 30 11

Dari Tabel 22 terlihat bahwa sebanyak 60 persen petani mitra

menggunakan bibit varietas garuda dua dan sebanyak 40 persen menggunakan

varietas gajah. Penggunaan bibit pada petani non mitra terlihat bahwa sebanyak

45,45 persen menggunakan varietas Kelinci, 36,36 persen menggunakan varietas

gajah, dan 18,18 persen menggunakan varietas garuda dua. Tidak adanya petani

mitra yang menggunakan bibit dari varietas kelinci menunjukkan bahwa petani

mitra telah menggunakan bibit sesuai rekomendasi dari PT Garudafood.

Sedangkan petani non mitra lebih bebas dalam penggunaan varietas bibit kacang

tanah, sehingga petani non mitra dapat menggunakan varietas yang bukan

rekomendasi dari PT Garudafood, seperti varietas kelinci.

Standar produk kacang tanah yang sesuai dengan pihak Garudafood adalah

biji berbentuk bulat lonjong dan warna kulit ari merah muda atau rose. Sehingga

jika dilihat dari karakteristiknya, varietas garuda dua dan gajah memenuhi standar

produk PT Garudafood, sedangkan varietas kelinci tidak memenuhi standar

produk dari PT Garudafood karena berbentuk pipih dan kulit ari berwarna ungu.

Pada umumnya penanaman bibit dilakukan dengan cara ditugal dengan

jarak lubang tanam 40 cm x 15 cm, tiap lubang dengan kedalaman sekitar 3 cm

dimasukkan satu biji kacang tanah. Sehingga 1 ha lahan dibutuhkan 200.000-

250.000 biji kacang tanah atau 100 kg polong. Akan tetapi, penanaman kacang

Page 87: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

87

tanah di Desa Palangan tidak dilakukan dengan cara ditugal melainkan ditabur.

Penanaman bibit dilakukan dengan cara mengikuti alur bajak, dengan jarak tanam

0,01 m x 0,01 m.

Benih kacang tanah akan tumbuh 3-7 hari setelah tanam (hst). Apabila

dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, maka perlu dilakukan

penyulaman. Penyulaman bertujuan mempertahankan jumlah populasi optimal per

satuan luas lahan, dari kemungkinan benih mati atau tidak tumbuh.

Tabel 23. Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Penyulaman Mitra Non Mitra 1. 2.

Melakukan penyulaman Tidak melakukan penyulaman

0 30

0 11

Jumlah 30 11

Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa baik petani mitra maupun non mitra

tidak ada yang melakukan penyulaman. Petani tidak melakukan penyulaman

dengan alasan untuk menghindari perbedaan usia tanaman kacang tanah ketika

panen, dan untuk mengurangi biaya tenaga kerja.

3. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman kacang tanah dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan unsur-unsur yang diperlukan

tanaman dalam pertumbuhannya, sehingga produktivitas tanaman kacang tanah

dapat meningkat. Petani mitra dan non mitra menggunakan pupuk organik dan

anorganik. Pupuk organik yang digunakan petani kacang tanah di Desa Palangan

adalah kotoran ternak. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk

urea, TSP dan KCl (Tabel 24).

Page 88: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

88

Tabel 24. Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Pemupukan Mitra Non Mitra 1. Urea

- Menggunakan - Tidak menggunakan

29 1

11 0

Jumlah 30 11 2. TSP

- Menggunakan - Tidak menggunakan

13 17

7 4

Jumlah 30 11 3.

KCl - Menggunakan - Tidak menggunakan

28 2

8 3

Jumlah 30 11

Tabel 24 menunjukkan bahwa 96,67 persen dari petani mitra dan 100

persen petani non mitra menggunakan pupuk urea. Banyaknya petani yang

menggunakan pupuk urea karena bagi petani kacang tanah di Desa Palangan,

pupuk urea merupakan pupuk utama dalam menanam kacang tanah. Untuk

pemakaian pupuk TSP, sebanyak 43,33 persen dari petani mitra dan 63,64 persen

dari petani non mitra yang menggunakan pupuk TSP. Hal ini disebabkan karena

persediaan pupuk TSP di toko pertanian di Desa Palangan bahkan di Kecamatan

Jangkar sangat sedikit. Selain itu, banyak petani yang beranggapan bahwa

pemakaian pupuk TSP tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman

kacang. Untuk pemakaian pupuk KCl, sebanyak 93,33 persen dari petani mitra

dan 72,73 persen dari petani non mitra menggunakan pupuk KCl.

4. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan pada usahatani kacang tanah meliputi kegiatan

penyiangan, pengairan, dan perlindungan tanaman. Kegiatan penyiangan

dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah tanaman berumur 24 hari dan 46-47

Page 89: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

89

hari. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak daun,

cabang, dan perakaran tanaman.

Tabel 25. Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Pemeliharaan Mitra Non Mitra 1. Penyiangan

- Satu kali penyiangan - Dua kali penyiangan

0 30

3 8

Jumlah 30 11 2. Pengairan

- Empat kali pengairan - Kurang dari empat kali pengairan

30 0

11 0

Jumlah 30 11 3.

Perlindungan tanaman - Melakukan perlindungan tanaman - Tidak melakukan perkindungan tanaman

30 0

8 3

Jumlah 30 11

Berdasarkan pengamatan di lapang seperti yang terlihat pada Tabel 25,

sebagian besar petani kacang tanah melakukan dua kali penyiangan. Sebanyak

100 persen petani mitra dan sebanyak 72,73 persen petani non mitra melakukan

dua kali penyiangan. Sedangkan sebanyak 27,27 persen dari petani non mitra

hanya melakukan satu kali penyiangan. Alasan sebagian petani non mitra

melakukan penyiangan sebanyak satu kali adalah untuk menghemat penggunaan

tenaga kerja, sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. Alasan lain

melakukan penyiangan satu kali adalah karena menurut petani, gulma yang

tumbuh tidak terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman kacang.

Pada awal pertumbuhan, kacang tanah membutuhkan pengairan yang

cukup, terutama pada musim kemarau. Kacang tanah memerlukan kondisi tanah

yang lembab sejak saat tanam hingga 14 hari menjelang panen. Meskipun kacang

tanah lebih toleran terhadap kekeringan, tetapi pasokan air harus tetap mencukupi.

Sehingga kegiatan pengairan untuk tanaman kacang tanah dilakukan sebanyak

Page 90: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

90

empat kali, yaitu sembilan hari sebelum tanam dan pada hari ke 15, 34, dan 62

setelah tanam. Berdasarkan Tabel 25, semua petani kacang tanah di Desa

Palangan, baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengairan

sebanyak empat kali. Pengairan dilakukan dengan menggunakan pompa air, yang

kemudian dialirkan ke sawah dengan membuat jalan untuk aliran air terlebih

dahulu.

Kegiatan perlindungan tanaman oleh petani kacang tanah ditujukan kepada

organisme pengganggu berupa hama dan penyakit. Penggunaan obat-obatan

dilakukan oleh petani pada hari ke 48-56 setelah tanam, sedangkan untuk

pemberian Furadan dilakukan bersamaan dengan pada saat penanaman bibit. Pada

umumnya petani di Desa Palangan mengatasi hama dan penyakit dengan

menggunakan obat-obatan seperti Gandasil, Decis dan Furadan (Tabel 26).

Tabel 26. Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

No. Pemeliharaan Mitra Non Mitra 1. Gandasil

- Menggunakan - Tidak menggunakan

23 7

7 4

Jumlah 30 11 2. Decis

- Menggunakan - Tidak menggunakan

18 12

8 3

Jumlah 30 11 3.

Furadan - Menggunakan - Tidak menggunakan

27 3

7 4

Jumlah 30 11

Page 91: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

91

Penggunaan Gandasil dilakukan untuk melindungi tanaman kacang tanah

dari hama dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan polong kacang tanah

(Sibarani,2005). Berdasarkan Tabel 26, sebanyak 76,67 persen dari petani mitra

dan 63,64 persen dari petani non mitra menggunakan Gandasil dalam kegiatan

perlindungan tanaman. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Gandasil

sebanyak 23,33 persen untuk petani mitra dan 36,36 persen untuk petani non

mitra.

Selain menggunakan Gandasil, petani kacang tanah di Desa Palangan juga

menggunakan Decis untuk melindungi tanaman kacang tanah dari hama dan

penyakit. Decis digunakan petani untuk mengatasi hama dan penyakit yang

menyerang daun kacang tanah (Sibarani,2005). Petani mitra yang menggunakan

Decis sebanyak 60 persen, dan pada petani non mitra sebanyak 72,73 persen.

Sedangkan petani mitra yang tidak menggunakan Decis sebanyak 40 persen, dan

sebanyak 27,27 persen petani non mitra yang tidak menggunakan Decis.

Petani kacang tanah di Desa Palangan menggunakan Furadan untuk

mengatasi hama yang hidup di dalam tanah yang dapat merusak polong kacang

tanah (Sibarani,2005). Sebanyak 90 persen dari petani mitra dan sebanyak 63,64

persen dari petani non mitra menggunakan Furadan dalam kegiatan perlindungan

tanaman kacang tanah. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Furadan

sebanyak 10 persen pada petani mitra dan 36,36 persen pada petani non mitra.

5. Pemanenan

Panen kacang tanah harus dilakukan tepat waktu. Jika panen terlalu cepat,

mutu dan hasil produksi akan berkurang. Sementara panen yang terlalu lambat

Page 92: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

92

akan menyebabkan produksi berkurang karena banyak polong yang tertinggal

dalam tanah dan tumbuh. Pada umumnya kacang tanah di panen pada umur 90-

100 hari setelah tanam. Berdasarkan penelitian dilapang, pemanenan yang

dilakukan oleh petani mitra lebih lama dibandingkan dengan petani non mitra. Hal

tersebut dikarenakan petani mitra diharuskan menjaga standar produk kacang

tanah yang desuai dengan yang dianjurkan oleh PT Garudafood. Petani mitra pada

umumnya melakukan pemanenan pada saat tanaman berumur rata-rata 90-100

hari. Sedangkan petani non mitra melakukan pemanenan pada umur rata-rata 80-

85 hari karena ingin cepat mendapatkan hasil dari penjualan kacang tanah.

Rata-rata produksi per hektar yg dihasilkan oleh petani mitra lebih tinggi

jika dibandingkan dengan rata-rata produksi per hektar petani non mitra yaitu

sebesar 2.036,38 kg per ha, sedangkan petani non mitra sebesar 1.696,87 kg per

ha. Hal ini dikarenakan pemanenan yang terlalu cepat pada petani non mitra

sehingga polong kacang yang masih muda lebih banyak daripada polong kacang

yang sudah tua, menyebabkan rendahnya produktivitas kacang tanah tersebut.

Kegiatan pemanenan petani mitra meliputi mencabut tanaman kacang

tanah, membersihkan atau memisahkan polong kacang dari batangnya, dan

mengangkut dari sawah ke rumah petani mitra. Kegiatan pemanenan pada petani

mitra dilakukan sendiri. Sedangkan kegiatan pemanenan pada petani non mitra

sebanyak 45,45 persen dilakukan oleh tengkulak, sehingga dapat mengurangi

biaya tenaga kerja untuk pemanenan.

Page 93: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

93

7.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah pengurangan antara penerimaan usahatani

dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat mencerminkan arus uang

masuk dan uang keluar dari suatu usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan

menguntungkan bila pendapatan usahataninya bernilai positif dan sebaliknya

dikatakan merugi bila pendapatan usahataninya bernilai negatif.

Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas

biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Dimana biaya total adalah

penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah

biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai. Dan biaya diperhitungkan

adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak secara tunai.

Petani menganggap komponen-komponen biaya diperhitungkan bukan

sebagai suatu biaya, misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biasanya dalam

kegiatan usahatani jika menggunakan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung

sebagai biaya karena biasanya petani tidak memberikan upah untuk membayar

tenaga kerja dari dalam keluarga. Sehingga dalam penelitian ini akan dianalisis

pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total. Dengan mengetahui

pendapatan usahatani atas biaya total, petani dapat mengetahui keuntungan

sebenarnya yang diperoleh dari usahatani kacang tanah yang diusahakannya jika

biaya diperhitungkan dimasukkan dalam perhitungan biaya.

7.2.1 Penerimaan Usahatani

Terdapat perbedaan dari penerimaan usahatani kacang tanah pada musim

panen bulan Agustus 2008 antara petani mitra dan non mitra. Hal ini disebabkan

Page 94: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

94

perbedaan hasil produksi dan harga jual yang diperoleh petani. Rata-rata total

produksi kacang tanah pada petani mitra adalah 2.036,38 kg per ha dan petani non

mitra sebesar 1.696,87 kg per ha. Sedangkan rata-rata harga jual kacang tanah

yang diperoleh petani mitra adalah Rp6.730 dan petani non mitra Rp5.230.

Perbedaan hasil produksi disebabkan karena petani mitra mengikuti anjuran dari

PT Garudafood dalam kegiatan usahatani kacang tanahnya, sehingga lebih

memperhatikan kualitas dan produktivitas kacang tanah. Sedangkan petani non

mitra melakukan kegiatan usahatani berdasarkan pengalaman dan beranggapan

bahwa hasil produksi yang didapatkan sudah cukup banyak tanpa mengikuti

aturan budidaya kacang tanah yang baik.

Perbedaan harga jual antara petani mitra dan petani non mitra disebabkan

karena berbedanya cara penjualan yang digunakan petani. Petani mitra terikat

dengan surat perjanjian kerjasama dengan PT Garudafood, sehingga petani mitra

harus menjual seluruh hasil produksinya ke perusahaan tersebut. Harga jual yang

digunakan adalah harga yang telah ditentukan oleh PT Garudafood, yang

kemudian disepakati bersama antara perusahaan dengan petani mitra. Meskipun

demikian, ada beberapa petani mitra yang juga menjual hasil produksinya ke

tengkulak dengan harga yang relatif sama dengan petani non mitra.

Cara penjualan petani non mitra adalah dengan cara tebas. Cara tebas

adalah cara penjualan hasil produksi kepada tengkulak dengan menaksir kualitas

dan jumlah hasil produksi kacang tanah petani yang masih ada di dalam tanah.

Untuk menaksir kualitas dan hasil produksi kacang tanah dilakukan dengan

mengambil kacang tanah secara acak untuk dilihat kualitas dan berat polong

kacang. Hasil taksiran ini yang menjadi dasar penentuan harga per kg kacang

Page 95: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

95

tanah. Dengan cara tebas biasanya kegiatan pemanenan tidak ditanggung oleh

petani lagi, melainkan ditanggung oleh tengkulak yang membeli kacang tanahnya.

Harga kacang tanah dengan mengikuti kemitraan adalah Rp7.000 per kg.

Dari hasil penelitian rata-rata total produksi kacang tanah petani mitra adalah

2.036,38 kg per ha. Tetapi tidak semua hasil produksi kacang tanah petani mitra

dijual ke PT Garudafood, yaitu rata-rata sebesar 1.613,85 kg per ha hasil produksi

petani mitra yang dijual ke PT Garudafood dan sisanya rata-rata sebesar 271,40 kg

per ha dijual ke tengkulak dengan rata-rata harga Rp5.072. Selain itu, sebesar

112,79 kg per ha digunakan sebagai bibit dan 38,35 kg per ha untuk dikonsumsi

sendiri. Dari hasil perkalian harga per kg dan rata-rata produksi kacang tanah yang

dijual ke PT Garudafood dan ke tengkulak diperoleh penerimaan tunai petani

mitra sebesar Rp12.687.374. Sedangkan penerimaan total yang diperoleh petani

mitra sebesar Rp13.704.521.

Pada petani non mitra, rata-rata harga yang diterima dari menjual kacang

tanah dengan cara tebas atau menjual ke tengkulak adalah Rp5.230. Dari

penelitian diketahui rata-rata total produksi kacang tanah petani non mitra adalah

sebesar 1.696,87 kg per ha. Sama halnya dengan petani mitra, tidak semua hasil

produksi petani non mitra dijual kepada tengkulak, yaitu sebesar 1.519,92 kg per

ha yang dijual ke tengkulak atau toko, sebesar 128,21 kg per ha digunakan sebagai

untuk dijadikan bibit dan sebesar 48,73 kg per ha untuk konsumsi pribadi. Dari

hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan rata-rata produksi kacang tanah

yang dijual diperoleh penerimaan tunai petani non mitra yaitu sebesar

Rp7.949.182. Sedangkan dari hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan

Page 96: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

96

rata-rata total produksi kacang tanah diperoleh penerimaan total petani non mitra

yaitu sebesar Rp8.874.630.

Dari hasil perhitungan penerimaan, terbukti bahwa terjadi perbedaan

penerimaan antara petani mitra dan non mitra. Dengan harga dan produksi kacang

tanah yang yang lebih besar, maka penerimaan yang diperoleh petani mitra

menjadi lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani non mitra.

7.2.2 Biaya Produksi

Besar biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra

memiliki perbedaan baik untuk biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Biaya

tunai yang dikeluarkan petani mitra meliputi biaya tenaga kerja luar keluarga

(TKLK), bibit, pupuk, obat-obatan, solar, pajak tanah (PBB), pengairan, dan

pengangkutan untuk dikirim ke PT Garudafood. Biaya tunai untuk petani non

mitra sama dengan biaya tunai petani mitra, tetapi petani non mitra tidak

mengeluarkan biaya untuk pengangkutan karena biaya pengangkutan ditanggung

oleh tengkulak. Sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani mitra

dan non mitra adalah sama, yaitu biaya penyusutan peralatan pertanian, biaya

tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan sewa lahan.

1. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga

merupakan biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan petani. Sebesar 14,36

persen dari biaya total yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya TKLK, dan

sebesar 13,44 persen dari biaya total merupakan biaya TKLK petani non mitra.

Page 97: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

97

Jam kerja TKLK selama satu hari kerja adalah 5 jam, yaitu dari pukul 6.00

hingga pukul 11.00. TKLK terdiri dari tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria.

Tetapi dalam pembayaran upah tidak dibedakan antara tenaga kerja wanita dan

tenaga kerja pria. Tenaga kerja wanita biasanya digunakan saat kegiatan

penanaman, penyiangan, dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja pria digunakan

untuk seluruh kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan.

Perhitungan hari kerja didasarkan pada perhitungan Hari Kerja Orang

(HKO) dimana tenaga kerja orang bernilai satu. Sedangkan untuk pengolahan

tanah yang menggunakan mesin dan ternak dihitung dengan mengkonversikan

Hari Kerja Mesin (HKM) dan Hari Kerja Ternak (HKT) ke dalam HKO. Untuk

mengolah lahan dengan mesin dibutuhkan 2 HKM per ha, dan pengolahan lahan

dengan ternak dibutuhkan 6 HKT per ha, sedangkan pengolahan dengan tenaga

kerja orang dibutuhkan 30 HKO per ha. Sehingga 1 HKM= 15 HKO dan 1HKT =

5 HKO. Penggunaan TKLK dalam kegiatan usahatani kacang tanah petani mitra

dan non mitra meliputi :

a. Pengolahan lahan

Baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengolahan lahan

sebanyak dua kali, yaitu pertama dengan menggunakan mesin atau traktor dan

kedua dengan menggunakan ternak. Pada pengolahan lahan dengan

menggunakan traktor, terdapat dua cara penyewaan traktor yaitu Rp150,000

per dua hari atau Rp450.000 per tujuh hari, biaya tersebut sudah termasuk upah

tenaga kerja operator traktor. Rata-rata biaya pengolahan lahan dengan traktor

per HKO pada petani mitra sebesar Rp3.699 dan Rp4.688 pada petani non

mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan pertama petani mitra sebesar

Page 98: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

98

38,88 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar 33,70 HKO per ha. Sehingga

biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan pertama yaitu dengan mesin

atau traktor sebesar Rp 143.832, dan petani non mitra sebesar Rp157.955.

Pada pengolahan lahan dengan menggunakan ternak yaitu sapi, biaya yang

harus dikeluarkan petani untuk menyewa sapi adalah Rp25.000, biaya tersebut

sudah termasuk upah tenaga kerja dan biaya sewa dua ekor sapi. Rata-rata

biaya pengolahan lahan dengan ternak per HKO sebesar Rp2.273 baik pada

petani mitra maupun non mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan kedua

pada petani mitra sebesar 43,15 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar

36,57 HKO per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan

kedua yaitu dengan mesin atau traktor sebesar Rp 983.057, dan petani non

mitra sebesar Rp83.117.

b. Penanaman

Rata-rata penggunaan TKLK dalam kegiatan penanaman untuk petani

mitra adalah 10,05 HKO per ha dan untuk petani non mitra sebesar 7,79 HKO

per ha. Upah tenaga kerja untuk kegiatan penanaman adalah Rp10.000 per hari.

Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penanaman pada petani mitra

adalah sebesar Rp100,500dan petani non mitra sebesar Rp77.900.

c. Pemupukan

Kegiatan pemupukan dilakukan dalam satu hari, yaitu bersamaan pada saat

pengolahan lahan kedua. Rata-rata penggunaan TKLK petani mitra pada

kegiatan pemupukan sebesar 5,80 HKO per ha, sedangkan untuk petani non

mitra sebesar 5,98 HKO per ha. Upah TKLK yang diberikan oleh petani mitra

dan petani non mitra sama, yaitu sebesar Rp10.000 per hari. Dengan demkian

Page 99: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

99

biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra pada kegiatan pemupukan

yaitu sebesar Rp58.000 dan Rp59.800.

d. Pengairan

Kegiatan pengairan pada usahatani kacang tanah dilakukan sebanyak

empat kali, baik pada petani mitra maupun non mitra. Rata-rata penggunaan

TKLK pada kegiatan pengairan untuk petani mitra dan non mitra untuk

pengairan pertama hingga keempat adalah sama yaitu 1,16 HKO per ha untuk

petani mitra dan 2,29 HKO per ha untuk petani non mitra. Upah TKLK yang

dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Sehingga

Total biaya TKLK untuk kegiatan pengairan pada petani mitra adalah

Rp11.600 dan Rp22.900 untuk petani non mitra.

e. Perawatan

Kegiatan perawatan kacang tanah dilakukan dengan mencabuti gulma

yang tumbuh disekitar tanaman kacang tanah. Kegiatan perawatan dilakukan

sebanyak dua kali, maskipun demikian ada beberapa petani yang melakukan

perawatan hanya satu kali. Upah yang diberikan kepada TKLK dari petani

mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Rata-rata penggunaan TKLK

untuk kegiatan perawatan tanaman kacang tanah petani mitra adalah 32,93

HKO per ha pada perawatan tanaman pertama dan 30,25 HKO per ha pada

perawatan kedua. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan

perawatan tanaman kacang tanah petani non mitra untuk perawatan tanaman

yang pertama dan ke dua masing-masing adalah 33,69 HKO per ha dan 24,11

HKO per ha. Total biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non

Page 100: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

100

mitra pada kegiatan perawatan adalah Rp631.800untuk petani mitra dan

Rp578.000 untuk petani non mitra.

f. Perlindungan tanaman

Perlindungan tanaman dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Upah

TKLK untuk kegiatan perlindungan tanaman sebesar Rp10.000 per hari. Rata-

rata TKLK yang digunakan petani mitra dan non mitra pada kegiatan

perlindungan tanaman masing-masing sebesar 4,67 HKO per ha dan 5,87 HKO

per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada

kegiatan ini adalah sebesar Rp46.700untuk petani mitra dan Rp58.700 untuk

petani non mitra.

g. Pemanenan

Pada kegiatan ini, yang termasuk dalam kegiatan pemanenan adalah

mencabut, membersihkan dan mengangkut kacang tanah. Upah yang diberikan

untuk ketiga kegiatan tersebut adalah Rp18.000 per hari, baik oleh petani mitra

maupun non mitra. Rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan pemanenan

adalah 21,23 HKO per ha untuk petani mitra dan 7,67 HKO per ha pada petani

non mitra. Biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada

kegiatan pemanen masing-masing sebesar Rp212.300 dan Rp138.060.

2. Biaya Sarana Produksi

Sarana produksi sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani. Sebanyak

25,51 persen dari biaya total merupakan biaya sarana produksi yang dikeluarkan

oleh petani mitra. Dan sebanyak 24,68 persen dari biaya total merupakan biaya

Page 101: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

101

yang dikeluarkan petani non mitra untuk biaya sarana produksi. Biaya sarana

produksi pada usahatani kacang tanah petani mitra dan non mitra antara lain biaya

bibit, pupuk, obat-obatan, dan solar.

a. Biaya bibit

Biaya bibit dimasukkan ke dalam biaya tunai pada petani mitra dan non

mitra. Karena petani mitra dan non mitra mengeluarkan biaya atau uang tunai

untuk memperoleh bibit kacang tanah tersebut. Bibit yang digunakan pada

kegiatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan terdiri dari tiga varietas,

yaitu garuda dua, gajah, dan kelinci. Varietas yang digunakan oleh petani mitra

adalah garuda dua dan gajah. Sedangkan petani non mitra menggunakan ketiga

varietas tersebut. Petani mitra dan non mitra memperoleh bibit kacang dari

toko pertanian yang ada di desa. Rata-rata harga bibit yang diperoleh petani

mitra untuk pembelian bibit varietas gajah dan garuda dua adalah Rp7.037 per

kg. Sedangkan rata-rata harga bibit yang diperoleh petani non mitra untuk

pembelian bibit varietas kelinci, gajah, dan garuda dua adalah Rp6.455 per kg.

Rata-rata penggunaan bibit pada petani mitra adalah 141,23 kg per ha. Pada

petani non mitra, rata-rata penggunaan bibit adalah sebesar 49,46 kg per ha.

Dengan demikian, diketahui biaya penggunaan bibit pada petani mitra sebesar

Rp993.749 dan total biaya penggunaan bibit pada petani non mitra sebesar

Rp964.828.

b. Biaya pupuk

Biaya pupuk termasuk dalam komponen biaya tunai dari biaya total yang

dikeluarkan petani mitra dan non mitra. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani

berbeda karena bervariasinya harga pupuk dan jumlah pupuk yang digunakan

Page 102: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

102

petani. Pupuk yang digunakan petani kacang tanah adalah pupuk urea, TSP dan

KCl. Tetapi ada juga petani yang hanya menggunakan dua bahkan satu jenis

pupuk. Adapun petani yang dalam menggunakan pupuk tidak sesuai dengan

dosis yang dianjurkan. Alasan petani hanya menggunakan satu atau dua jenis

pupuk saja dan juga alasan tidak menggunakan pupuk sesuai dengan dosis

yang dianjurkan adalah karena keterbatasan modal dan persediaan pupuk di

toko pertanian yang ada di desa.

Tabel 27. Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

Rata-Rata Penggunaan Pupuk (Kg/Ha) Jenis Pupuk Dosis Anjuran

(Kg/Ha) Mitra Non Mitra

Urea 50-100 103,50 91,34

TSP 100 21,60 32,73 KCl 100 69,16 52,12

Harga pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani mitra

masing-masing sebesar Rp1.378, Rp4.500, dan Rp4.975. Sedangkan harga

pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani non mitra masing-

masing sebesar Rp1.378, Rp4.558, dan Rp5.070. Adanya perbedaan antara

petani mitra dan non mitra pada harga pupuk TSP dan KCl disebabkan karena

ada beberapa petani yang membeli pupuk di toko pertanian yang ada di

kecamatan, yaitu sebesar 9,09 persen pada petani non mitra membeli pupuk

TSP di kecamatan, sedangkan untuk pupuk KCl sebesar 6,67 persen dari petani

mitra dan 9,09 persen dari petani non mitra yang membeli di kecamatan. Harga

per kg pupuk TSP dan KCl di desa dan di kecamatan berbeda, sehingga rata-

rata harga per kg pupuk TSP dan KCl berbeda. Biaya yang dikeluarkan petani

Page 103: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

103

mitra dan non mitra untuk pembelian pupuk merupakan hasil perkalian dari

harga pupuk per kg dan penggunaan pupuk pada petani mitra dan non mitra.

Biaya penggunaan pupuk urea berdasarkan rata-rata penggunaan pupuk urea

(Tabel 27) pada petani mitra adalah Rp142.575, dan biaya penggunaan pupuk

urea pada petani non mitra sebesar Rp125.867.

Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada petani mitra dan non mitra paling

sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea dan KCl (Tabel 27),

hal ini dikarenakan persediaan puuk TSP di toko pertanian sangat terbatas.

Rata-rata biaya pupuk TSP yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah

Rp97.189 untuk petani mitra dan Rp149.182 untuk petani non mitra.

Sedangkan rata-rata biaya pupuk KCl adalah Rp344.046 untuk petani mitra dan

Rp264.241 untuk petani non mitra.

c. Biaya obat-obatan

Biaya obat-obatan termasuk dalam biaya tunai, karena petani

menggunakan uang tunai untuk membeli obat-obatan di toko pertanian. Obat-

obatan yang digunakan petani kacang tanah antara lain Gandasil, Decis dan

Furadan. Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pembelian

obat-obatan berbeda untuk setiap jenisnya. Dikarenakan harga dan rata-rata

dosis obat yang digunakan berbeda (Tabel 28).

Page 104: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

104

Tabel 28. Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

Rata-Rata Penggunaan Obat Jenis Obat Satuan

Dosis Anjuran (per Ha) Mitra Non Mitra

Gandasil Kg 0,5 0,45 0,38 Decis Liter 0,5 0,29 0,36 Furadan Kg 2 1,18 0,83

Penggunaan obat-obatan pada petani non mitra lebih sedikit dibandingkan

dengan petani mitra disebabkan karena petani non mitra menggunakan obat-

obatan hanya jika terlihat ada hama atau penyakit pada tanaman kacang.

Sedangkan petani mitra menggunakan obat-obatan lebih kepada pencegahan

adanya hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah.

Harga Decis dan Furadan yang diperoleh petani mitra masing-masing

sebesar Rp40.866 per liter dan Rp24.469 per kg. Sedangkan harga Decis dan

Furadan yang diperoleh petani non mitra masing-masing sebesar Rp39.050 per

liter dan Rp25.131 per kg. Untuk harga Gandasilpada petani mitra dan non

mitra sama, yaitu Rp30.000 per kg.

Biaya penggunaan obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan

petani non mitra diperoleh dari perkalian antara rata-rata harga obat-obatan

tersebut dengan rata-rata penggunaan obat-obatan. Sehingga diperoleh biaya

obat-obatan pada petani mitra adalah Rp13.500 untuk penggunaan Gandasil,

Rp11.851 untuk penggunaan Decis, dan Rp28.874 untuk penggunaan Furadan.

Kemudian rata-rata biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani non mitra

adalah Rp11.482 untuk penggunaan Gandasil, Rp14.129 untuk penggunaan

Decis, dan Rp20.790 untuk penggunaan Furadan.

Page 105: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

105

d. Solar

Solar digunakan untuk bahan bakar pompa air yang digunakan untuk

pengairan. Rata-rata total penggunaan solar untuk empat kali pengairan pada

petani mitra adalah 135,02 liter dan pada petani non mitra sebesar 135 liter.

Sedangkan rata-rata harga solar per liter untuk petani mitra adalah Rp5.488,

dan petani non mitra sebesar Rp 5.518. Rata-rata harga per liter solar untuk

petani mitra dan non mitra berbeda, disebabkan karena 6,27 persen dari rata-

rata penggunaan solar dibeli dengan harga lama, yaitu sebelum harga solar

naik. Dengan demikian rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan untuk biaya

pembelian solar pada petani mitra sebesar Rp740.990 dan petani non mitra

sebesar Rp747.455.

3. Pajak Tanah (PBB)

Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pajak tanah

(PBB) termasuk ke dalam biaya tunai. Karena petani mitra dan non mitra

mengeluarkan biaya pajak tanah dalam bentuk uang tunai. Rata-rata biaya yang

harus dikeluarkan petani mitra untuk membayar PBB adalah sebesar Rp11.291,

dan untuk petani non mitra sebesar Rp12.080. Perbedaan pembayaran PBB pada

petani mitra dan non mitra disebabkan karena perbedaan kelas dari lahan yang

dimiliki petani. Semakin dekat lahan yang dimiliki petani ke jalan raya besar

maka biaya yang dikenakan ke lahan tersebut semakin besar.

4. Biaya Pengairan

Page 106: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

106

Biaya pengairan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra

digunakan untuk menyewa pompa. Kegiatan pengairan pada usahatani kacang

tanah petani mitra dan non mitra dilakukan sebanyak empat kali. Biaya yang

dikenakan untuk sewa pompa adalah Rp5000 per jam. Lamanya pemakaian

pompa untuk satu kali pengairan pada petani mitra adalah 30,45 jam, sedangkan

pemakaian pompa untuk empat kali pengairan adalah 122 jam. Untuk petani non

mitra, lama pemakaian pompa untuk satu kali pengairan adalah 30 jam, dan untuk

empat kali pengairan 120 jam. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan petani

mitra dan non mitra untuk menyewa pompa adalah Rp610.000 dan Rp600.000.

5. Biaya Pengangkutan

Biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan oleh petani mitra adalah biaya

untuk membayar jasa pengangkutan kacang tanah atau menyewa truk dari Desa

Palangan ke pabrik PT Garudafood di Pati. Sedangkan untuk petani non mitra

tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan karena biaya pengangkutan

ditanggung oleh tengkulak. Pengangkutan kacang tanah dilakukan dengan

menggunakan truk besar (fuso), dimana sewa satu truk sebesar Rp3.600.000

dengan kapasitas 24 ton. Biaya yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya

pengangkutan adalah Rp150 per kg kacang tanah. Rata-rata hasil produksi kacang

tanah yang dijual ke PT Garudafood adalah sebesar 1.613,85 kg, sehingga biaya

yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya pengangkutan adalah sebesar

Rp242.077.

6. Biaya Penyusutan

Page 107: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

107

Pada biaya produksi usahatani, biaya penyusutan merupakan komponen

dari biaya diperhitungkan karena petani tidak pernah memperhitungkan besarnya

penyusutan dari peralatan pertanian yang dimiliki. Peralatan yang dimiliki petani

mitra dan non mitra untuk membantu kegiatan usahatani antara lain mesin bajak,

alat bajak, cangkul, pompa air, dan arit. Biaya penyusutan diperoleh dari harga

beli dibagi dengan perkiraan umur kegunaan peralatan tersebut. Biaya penyusutan

pada Tabel 20 merupakan biaya penyusutan untuk satu musim. Cara perhitungan

biaya penyusutan per musim adalah dengan membagi biaya penyusutan untuk satu

tahun dengan tiga, karena dalam satu tahun terdapat tiga musim tanam. Nilai

penyusutan peralatan pertanian dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008

Penyusutan (Rp/Musim) Peralatan Pertanian

Mitra Non Mitra Mesin Bajak 25.556 - Alat Bajak 5.718 3.447 Cangkul 1.999 2.639 Pompa Air 7.506 24.242 Arit 588 842

Pada non mitra tidak ada penyusutan mesin bajak, karena tidak ada petani

non mitra yang memiliki mesin bajak. Dari Tabel 29 diketahui bahwa biaya

penyusutan terbesar pada petani mitra adalah penyusutan untuk mesin bajak, yaitu

61,78 persen, sedangkan biaya penyusutan terbesar pada petani non mitra adalah

penyusutan pompa air, yaitu 77,77 persen. Biaya penyusutan yang harus

dikeluarkan petani mitra sebesar Rp41.367, dan petani non mitra adalah

Rp31.170.

Page 108: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

108

7. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)

Upah TKDK termasuk ke dalam komponen biaya diperhitungkan, karena

petani tidak pernah memperhitungkan tenaga kerja yang berasal dari dalam

keluarga. TKDK pada petani mitra dan non mitra selain untuk mengawasi

pekerjaan TKLK juga ikut membantu kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan

lahan pertama hingga pemanenan.

Rata-rata penggunaan TKDK pada petani mitra adalah 22,78 HKO per ha

dan rata-rata TKDK untuk petani non mitra adalah 23,32 HKO per ha.

Penggunaan TKDK pada petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra,

karena penggunaan TKDK petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non

mitra. Sehingga biaya yang dikeluarkan petani mitra pun lebih rendah

dibandingkan petani non mitra, yaitu sebesar Rp229.906 pada petani mitra dan

Rp238.100 pada petani non mitra.

8. Sewa Lahan

Lahan yang digunakan petani mitra dan non mitra adalah lahan milik

pribadi. Sehingga biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang

diperhitungkan. Biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya diperhitungkan

untuk melihat pendapatan atas biaya total petani jika petani menyewa lahan untuk

usahatani kacang tanah. Biaya sewa lahan di Desa Palangan pada umumnya

sebesar Rp 4.000.000-Rp5.000.000 per ha, tergantung dari letak lahan dan

kebutuhan dana dari pemilik lahan. Rata-rata biaya sewa lahan untuk petani mitra

adalah Rp4.470.000 dan petani non mitra sebesar Rp4.800.000.

Page 109: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

109

Biaya total usahatani kacang tanah yang dikeluarkan petani mitra dan

petani non mitra per hektar untuk musim panen bulan Agustus 2008 dapat dilihat

pada Tabel 30.

Tabel 30. Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

Mitra Non Mitra Uraian Satuan

Biaya % Biaya %

A. Biaya Tunai 1. TKLK 2. Sarana produksi 1. Bibit 2. Pupuk 3. Obat-obatan 4. Solar 3. Biaya pengairan 4. Pajak tanah (PBB) 5. Biaya pengangkutan

Rp/Ha

Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha

1.337.598

993.749 583.810

54.225 740.990 610.000

11.291 242.077

14,36

10,67 6,27 0,58 7,95 6,55 0,12 2,60

1.238.921

964.828 539.289

46.401 747.455 600.000

12.080 -

13,44

10,47 5,85 0,50 8,11 6,51 0,13

-

Total biaya tunai Rp/Ha 4.576.701 49,10 4.248.048 45,01

B. Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan 2. TKDK 3. Sewa lahan

Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha

41.367 229.906

4.470.000

0,44 4,85

47,99

31.170

238.100 4.800.000

0,34 2,58

52,07

Total biaya diperhitungkan Rp/Ha 4.741.272 50,90 5.069.270 54,99

C. Biaya Total Rp/Ha 9.315.003 100,00 9.218.245 100,00

7.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)

Dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani kacang

tanah dapat diperoleh nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani pada

penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya

total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan

usahatani dengan total biaya tunai. Sedangkan penerimaan atas biaya total

Page 110: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

110

diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya total (biaya tunai

dan biaya diperhitungkan).

Penerimaan tunai dan penerimaan total yang diperoleh petani mitra adalah

sebesar Rp12.687.374 dan Rp13.704.521. Sedangkan penerimaan tunai dan

penerimaan total petani non mitra adalah sebesar Rp7.949.182 dan Rp8.874.630.

Untuk biaya tunai dan biaya total pada petani mitra adalah Rp4.576.701dan

Rp9.315.003, dan pada petani non mitra adalah Rp4.126.133 dan Rp9.218.245.

Sehingga dengan mengurangi penerimaan tunai dengan biaya tunai pada petani

mitra dan non mitra, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai pada petani mitra

sebesar Rp8.113.643 dan petani non mitra sebesar Rp3.800.207. Dan dengan

mengurangi penerimaan total dengan biaya total pada petani mitra dan non mitra,

maka diperoleh pendapatan atas biaya total petani mitra sebesar Rp4.389.518 dan

petani non mitra sebesar –Rp343.615. Nilai negatif pada pendapatan atas biaya

total petani non mitra diperoleh karena penerimaan total petani non mitra lebih

kecil dibandingkan biaya total.

Dari nilai penerimaan dan biaya juga dapat diketahui R/C rasio petani

mitra dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C rasio atas biaya

tunai dan R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari membagi

penerimaan dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari

membagi penerimaan dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani kacang

tanah dan R/C rasio untuk petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 31

Page 111: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

111

Tabel 31. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008

Uraian Satuan Petani Mitra Petani Non Mitra

A. a. Penerimaan Tunai b. Penerimaan Diperhitungkan Penerimaan Total

Rp/ha Rp/ha Rp/ha

12.687.374 1.017.147

13.704.521

7.949.182 925.449

8.874.630

B. a. Biaya Tunai b. Biaya Diperhitungkan Biaya Total

Rp/ha Rp/ha Rp/ha

4.576.701 4.741.272

9.315.003

4.126.133 5.069.270 9.218.245

C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/ha 8.113.643 3.800.207

D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/ha 4.389.518 - 343.615

E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 2,77 1,92

F. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,47 0,96

Tabel 31 memperlihatkan bahwa pendapatan atas biaya tunai, pendapatan

atas biaya total, R/C atas biaya tunai, dan R/C atas biaya total petani mitra lebih

besar daripada petani non mitra. Hal ini disebabkan karena hasil produksi petani

mitra yang dijual, baik ke PT Garudafood maupun tengkulak, dan total produksi

kacang tanah petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, yaitu 1.885,24 kg

per ha yang dijual dan 2.036,38 kg per ha merupakan total produksi kacang tanah

petani mitra. Sedangkan hasil produksi petani non mitra yang dijual ke tengkulak

sebesar 1.519,92 kg per ha dan total produksi kacang tanah yang dihasilkan

sebesar 1.696,87 kg per ha. Rata-rata harga beli kacang tanah pada petani mitra

juga lebih tinggi daripada petani non mitra, yaitu Rp6.730 untuk petani mitra dan

Rp5.230 untuk petani non mitra. Lebih besarnya hasil produksi dan harga beli

kacang tanah petani mitra, berpengaruh pada penerimaan tunai dan penerimaan

total petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra.

Page 112: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

112

Sama halnya dengan penerimaan, biaya total yang dikeluarkan petani

mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Meskipun biaya

diperhitungkan petani non mitra lebih tinggi daripada petani mitra, tetapi biaya

tunai petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, dan selisih pada biaya

tunai lebih besar dibandingkan biaya diperhitungkan. Dari biaya tunai untuk

pemakaian input produksi, seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan, petani mitra

mendapatkan pembinaan kegiatan produksi dari PT Garudafood. Sehingga

penggunaan input produksi pada petani mitra akan mengikuti atau mendekati

dosis yang dianjurkan perusahaan. Pada biaya tunai untuk biaya tenaga kerja luar

keluarga, bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengairan pada petani mitra lebih besar

daripada petani non mitra. Dan biaya untuk pengangkutan, hanya petani mitra

yang mengeluarkan biaya pengangkutan, karena biaya pengangkutan pada petani

non mitra ditanggung oleh tengkulak yang membeli hasil produksi kacang tanah

petani non mitra.

Penggunaan biaya diperhitungkan, untuk biaya tenaga kerja dalam

keluarga petani non mitra lebih besar daripada petani mitra. Hal ini dikarenakan

tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan petani non mitra lebih banyak

daripada petani mitra. Untuk biaya penyusutan peralatan pada petani mitra lebih

besar daripada petani non mitra. Sedangkan pada sewa lahan, untuk petani non

mitra lebih besar daripada petani mitra.

Meskipun biaya tunai dan biaya total pada petani mitra lebih besar

dibandingkan petani non mitra, tetapi selisih pada biaya total tidak terlalu besar,

yaitu Rp96.758. Sedangkan selisih untuk biaya tunai adalah Rp450.568. Selisih

dari penerimaan tunai dan penerimaan total petani mitra dengan petani non mitra

Page 113: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

113

masing-masing sebesar Rp4.738.192 dan Rp4.829.891. Dilihat dari selisih

penerimaan tunai dan penerimaan total antara petani mitra dengan petani non

mitra yang lebih besar daripada selisih biaya tunai dan biaya total, maka

pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C rasio atas biaya

tunai, dan R/C rasio atas biaya total petani mitra tetap lebih besar daripada petani

non mitra.

Berdasarkan analisis R/C rasio pada Tabel 31, diketahui bahwa R/C rasio

atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77. Ini berarti setiap satu rupiah biaya

tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan kepada

petani mitra sebesar Rp2,77. R/C rasio atas biaya tunai petani non mitra adalah

1,92. Ini berarti setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani non mitra

akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp1,92. Dari

kedua nilai R/C rasio atas biaya tunai tersebut, dapat disimpulkan bahwa

usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan non mitra sama-sama

menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar

dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra.

Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra sebesar 1,47, yang

berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani mitra akan

memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,47. R/C rasio atas biaya

total untuk petani non mitra adalah 0,96, yang berarti setiap satu rupiah biaya total

yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani

non mitra sebesar Rp0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya total pada petani mitra

mencerminkan adanya keuntungan yang diperoleh petani mitra, sedangkan dari

nilai R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra menggambarkan adanya

Page 114: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

114

kerugian yang diderita oleh petani non mitra. Dari nilai R/C rasio diketahui bahwa

bila berdasarkan atas biaya total maka dengan mengikuti kemitraan petani tetap

akan mendapatkan keuntungan.

Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani

mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga

pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan.

Page 115: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

115

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian, antara lain :

1. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di

Desa Palangan dapat diteruskan karena dengan mengikuti kemitraan

memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra. Manfaat yang

diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.

Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah adanya jaminan pasar

untuk hasil produksi kacang tanahnya, adanya kepastian harga, meningkatkan

pendapatan usahatani, dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang

tanah melalui pembinaan.

2. Pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa masalah, yaitu masih ada

petani mitra yang menjual hasil produksinya ke perusahaan lain, Penggunaan

pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan anjuran periode tanam yang tidak

sesuai dengan perjanjian, melakukan panen lebih awal dari yang dianjurkan,

dan PT Garudafood juga membeli kacang tanah dari petani non mitra dengan

harga yang sama dengan petani mitra.

3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan

atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar daripada petani non

mitra. Hal ini disebabkan penerimaan usahatani petani mitra lebih besar

dibandingkan dengan petani non mitra, meskipun nilai biaya produksi petani

mitra lebih besar daripada petani non mitra. Dari imbangan penerimaan dan

Page 116: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

116

biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total

petani mitra dan non mitra diketahui bahwa R/C rasio petani mitra lebih besar

daripada R/C rasio petani non mitra. Sehingga dapat disimpulkan dengan

mengikuti kegiatan kemitraan, petani mitra mendapatkan keuntungan lebih

besar dibandingkan dengan petani non mitra.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat beberapa masalah dalam

pelaksanaan kemitraan. Beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini

untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah :

1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi anjuran PT Garudafood dalam

penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen, sehingga produksi yang

dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian petani dapat lebih

meningkatkan pendapatan mereka.

2. Dalam satu tahun perusahaan minimal memberikan pembinaan sebanyak dua

kali kepada petani mitra, yaitu sebelum waktu tanam. Pembinaan yang

diberikan lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT

Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga

dalam penggunaan input produksi dapat lebih efisian dan dapat meningkatkan

pendapatan usahatani petani mitra.

3. Adanya sanksi bagi kedua belah pihak jika melanggar perjanjian kerjasama

kemitraan. Sehingga pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT

Garudafood dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Page 117: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

117

4. Perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani

mitra dan non mitra. Dalam penentuan harga kacang tanah yang dibeli dari

petani mitra disarankan agar petani juga diikutsertakan dalam penentuan harga

tersebut, sehingga harga yang ditetapkan pada surat perjanjian kerjasama

benar-benar disepakati oleh kedua pihak.

Page 118: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

118

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Pertanian. BPS. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Pertanian. BPS. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2007. Situbondo dalam Angka. BPS. Situbondo

Deshinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternakan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dewo, Setio Anggoro, Siddharta Utama, dan Thomas H. Secokusumo. 1993. Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta

Hernanto, Fadholi. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kasno, Astanto. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di Indonesia. Seminar Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang, 26 Mei 2005.

Purwono, dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta

Puspitasari, Indah. 2003. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara PT Agro Inti Pratama Dengan Petani Ubi Jalar di Desa Sindangbarang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahman, Cecep Ali Yasin. 2008. Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramadhan, Fajar. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Lahan Tidur (Studi Kasus di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan, Kotamadya Jakarta Utara). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 119: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

119

Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. Kajian Kepuasan Petani Tebu Rakyat Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula XYZ. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rukmana, Rahmat. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Shadaq, Hilman. 2002. Analisis Usahatani Pemasaran Ubi Jalar di Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Bogor, JawaBarat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sibarani, Franky M.A. 2005. Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hardaker. 1991. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani kecil. UI-Press. Jakarta.

Sulistyo, Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubikayu (Kasus Kemitraan di PT Great Giant Pineapple Kecamatan Terbagi Besar, Kabupaten Lampung Tengah). Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suyamto. 2006. Pengembangan Tanaman Kacang Tanah untuk Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.

Tirtosuprobo, Supriyadi, Moch. Sahid, dan Joko Hartono. 2006. Usahatani Tumpangsari Kapas dan Kacang Tanah di Kabupaten Lombok Barat: Studi Kasus di Desa Slengen. http://fp.brawijaya.ac.id/service.php (4 Des 2008).

Yarsi, Asri. 2006. Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara VI dan PT Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yursak, Zuraida, Andy Saryoko, dan Susanti Diani. 2005. Sistem Usahatani Kacang Tanah di Lahan Kering. http://banten.litbang.deptan.go.id/index.php (4 Des 2008).

Page 120: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

120

Lampiran 1. Surat Perjanjian Kerjasama  

PERJANJIAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KACANG TANAH

Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan disusun di Pati pada hari................. tanggal...... bulan.............. tahun................... oleh dan antara : 1. PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, perseroan terbatas yang didirikan

berdasarkan Undang Undang Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Pati Jawa Tengah (untuk selanjutnya disebut “perseroan”); dalam hal ini diwakili oleh Tn. EKA EDHIONO masing-masing dalam kedudukan-nya selaku Plant Manager dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama perseroan ; yang untuk selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

2. KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, berkedudukan di Desa Palangan

Situbondo Jawa Timur ; dalam hal ini diwakili oleh Tn. H. Abdul Adhim masing-masing dalam kedudukannya selaku Ketua dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama Kelompok Tani Desa Palangan; yang untuk selanjutnya desebut sebagai Pihak Kedua.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak” (termasuk didalamnya semua pihak yang secara hukum menggantikan salah satu dari Para Pihak) Untuk hal tersebut di atas terlebih dahulu Para Pihak menerangkan : 1. BAHWA : Pihak Kedua dengan ini bermaksud mengembangkan kacang tanah secara terpadu

di wilayah Kelompok Tani Desa Palangan atas pembiayaan dan pengelolaan Pihak Kedua dan karenanya Pihak Kedua menghendaki adanya jaminan pemasaran dari Pihak Pertama

2 BAHWA : Pihak Pertama sepakat memberikan jaminan pasar kacang konsumsi yang

diproduksi oleh dan dari budidaya yang dikembangkan Pihak Kedua dan/atau pihak lain kerjasama dengan Pihak Kedua

Selanjutnya Para Pihak sepakat mernciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan itikad baik dan dengan syarat-syarat serta ketentuan yang disepakati kedua pihak sebagai berikut:

BAB I DEFINISI

Pasal 1 Istilah teknis yang huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital di dalam perjanjian ini, kecuali secara tegas diartikan secara lain, mempunyai arti sebagaimana dijelaskan berikut ini : 1.1. Perjanjian adalah kesepakatan kerjasama pengembangan kacang tanah secara

terpadu yang dituangkan dalam bentuk perjanjian beserta perubahan dan kelengkapan-nya

1.2. Jaminan Pasar adalah jaminan pembelian yang diberikan salah satu pihak kepada pihak lainnya dan dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama

Page 121: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

121

1.3. Kacang Konsumsi adalah istilah teknis membedakan kacang tanah benih dan kacang konsumsi untuk selanjutnya disebut ‘kacang’

1.4. Harga Beli adalah sejumlah uang yang harus dibayar Pihak Pertama kepada Pihak Kedua untuk membayar sejumlah harga pembelian tersebut pasal 5 perjanjian ini

1.5. Harga Dasar (Floor Price) adalah harga tersebut pasal 1 point (4) perjanjian ini sebagai harga minimal yang diberikan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua

1.6. Harga Pasar adalah harga tersebut pasal 1 point (4) ini yang dibayarkan sesuai dengan harga yang berlaku di pabrik pada saat penyetoran dilakukan dan bersifat fluktuatif

BAB II

BUDIDAYA Pasal 2

2.1. Budidaya kacang konsumsi dilaksanakan dalam 2 (dua) periode masing-masing : 2.1.1. Periode tanam bulan November / Desember tahun 2008 seluas ......hektar 2.1.2. Periode tanam bulan Februari / Maret tahun 2009 seluas ......hektar

BAB III AGRO INPUT

Pasal 3 3.1. Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan pupuk baik organik maupun

anorganik dengan tetap memperhatikan daya dukung alam dan teknik secara memadai

3.2. Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan benih yang direkomendasikan oleh Pihak Pertama

BAB IV

PENGIKATAN JUAL BELI Pasal 4

Pihak Pertama berjanji dan mengikatkan diri membeli dan dengan serta merta Pihak kedua sepakat dan mengikatkan diri menjual kepada Pihak Pertama keseluruhan hasil produksi kacang konsumsi dengan harga dan jumlah sebagaimana tersebut pasal (5) jo pasal (10) perjanjian ini

BAB V HARGA PEMBELIAN

Pasal 5 5.1. Para Pihak setuju menetapkan harga dasar (floor price) sebesar Rp 7000 (Tujuh

Ribu Rupiah) 5.2. Harga tersebut ayat (1) franco pabrik Pihak Pertama

Pasal 6

6.1. Para Pihak sepakat pasal 5 ayat (1) berlaku untuk periode pertama panen berjalan dimulai bulan Februati tahun 2007 dan berakhir bulan Juni tahun 2007

6.2. Pihak Kedua akan mengirimkan hasil panen kepada Pihak Pertama dengan kualitas minimal 1 : 1, dan atau apabila kualitas yang dikirimkan kurang dari 1 : 1, maka Pihak Pertama berhak menolak hasil panen dari Pihak Kedua

6.3. Harga beli periode berikutnya ditentukan Para Pihak segera setelah panen periode berjalan selesai untuk disesuaikan perkembangan yang berlaku

6.4. Para Pihak sepakat pelaksanaan ayat (2) pasal ini dituangkan dalam bentuk ‘Perjanjian Suplemen’ yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan perjanjian ini

Page 122: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

122

BAB VI TERM PEMBAYARAN

Pasal 7 7.1. Pihak Pertama sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang yang disetor Pihak

Kedua dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses pembelian selesai 7.2. Setiap pembayaran beserta sejumlah uang lain, bila ada, yang harus dibayar Pihak

Pertama kepada Pihak Kedua menurut perjanjian ini, kecuali ditentukan lain, harus dibayar melalui Rekening Pihak Kedua pada bank yang ditunjuk berdasarkan pemberitahuan yang dilakukan menurut ketentuan pasal (17)

7.3. Pembayaran tersebut ayat (2) dilakukan Pihak Pertama selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender sejak pengiriman dilakukan

BAB VII

KETERLAMBATAN PEMBAYARAN Pasal 8

8.1. Para Pihak sepakat pembayaran dinyatakan lunas sejak transfer dilakukan dengan dikuatkan bukti transfer

8.2. Apabila tenggang pembayaran tersebut ayat (3) pasal (8) ini terlampaui, Pihak Kedua wajib memberi teguran kepada Pihak Pertama

8.3. Apabila dalam waktu 2 (dua) hari kalender sejak surat teguran dikirimkan pembayaran belum dilakukan, maka atas keterlambatannya itu, Pihak Pertama dinyatakan telah beritikat buruk melakukan kewajiban pembayaran

8.4. Adanya itikad buruk sebagaimana tersebut ayat (3) pasal ini, menyebabkan timbulnya hak atas penerimaan ganti rugi (denda) sebesar 1/1000 (satu per/mil) pada setiap hari keterlambatan

BAB VIII QUOTA Pasal 9

9.1. Para pihak sepakat pasal lima diberikan untuk areal budidaya seluas .... hektar dan/atau jumlah quota keseluruhan per-musim sebesar .....ton

9.2. Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas melebihi tersebut ayat (1), Pihak Pertama sepakat memberikan tambahan kuota dan/atau maksimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak

9.3. Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas kurang dari ayat (1) pasal ini, Pihak Pertama sepakat memberikan pengurangan kuota dan/atau minimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak

9.4. Para Pihak sepakat pasal lima hanya berlaku terhadap jumlah penyetoran sesuai dengan kuota tanpa penambahan sebagaimana tersebut ayat (2) dan karenanya terhadap penyetoran karena ayat (2) berlaku harga pasar

BAB IX

STANDAR BAKU MUTU Pasal 10

Standar baku mutu kacang konsumsi sebagai berikut : • Komoditas : kacang tanah • Umur Panen : 90 s.d. 110 hari • Varietas : sesuai benih rekomendasi • Isi Polong : 2 dan/atau 3 • Ciri Fisik : sehat, tidak busuk, bersih, segar (maks 2x24 jam)

Page 123: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

123

BAB X PENGAKUAN PRESTASI

Pasal 11 Bila pasal sembilan terpenuhi, Pihak Pertama sepakat menaikkan kuota sampai dengan seratus persen kuota periode berjalan dan/atau kesepakatan Para Pihak

BAB XI PERISTIWA CIDERA JANJI DAN AKIBATNYA

Pasal 12 12.1. Bila Pihak Pertama lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal tujuh, maka

Pihak Kedua berhak membatalkan perjanjian ini dan dengan serta merta Pihak Pertama wajib membayar ganti rugi biaya produksi yang dikeluarkan Pihak Pertama dengan disertai Bukti Pengeluaran yang sah

12.2 Apabila Pihak Kedua lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal sembilan, maka Pihak Kedua setuju dikenai penalti berupa pengurangan kuota pada musim tanam berikut menjadi maksimal sejumlah kuota yang dipasok pada musim tanam ini

BAB XII PEMBATALAN

Pasal 13 13.1. Perjanjian ini tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak kecuali karena alasan

yang secara tegas disebutkan dalam perjanjian ini 13.2. Bilamana jangka waktu kesepakatan ini berakhir sebagaimana tersebut pasal 15

ayat (1), maka perjanjian dinyatakan batal demi hukum dengan tanpa mengurangi isi pasal 15 ayat (3) perjanjian ini

13.3. Bilamana salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana ditegaskan dalam perjanjian ini, maka pihak siapa kewajiban itu tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih bisa dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi kewajibannya itu atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga

13.4. Para Pihak dengan ini sepakat apabila Pihak Kedua secara sepihak membatalkan

perjanjian karena alasan tersebut pasal 12 ayat (1), maka pihak terhadap siapa pembatalan ini diadakan, wajib memberikan penggantian kerugian atas biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila pembatalan terjadi karena alasan force-majeure sebagaimana tersebut pasal 14, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk ber-musyawarah guna mencapai kesepakatan

13.5. Untuk keperluan pembatalan perjanjian ini sebagaimana dimaksud pasal ini, Para Pihak sepakat mengenyampingkan ketentuan pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

BAB XIII

FORCE-MAJEURE Pasal 14

14.1. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan Para Pihak termasuk dan terbatas pada huru-hara, kebakaran, ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan, tindakan pemerintah, kekacauan sosial yangmenyebabkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini, tidak merupakan cidera janji sebagaimana tersebut pasal 12

Page 124: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

124

14.2. Di dalam hal terjadinya suatu atau beberapa kejadian atau peristiwa tersebut ayat (1), Para Pihak secara bersama-sama maupun masing-masing sendiri, dengan dilandasi itikad baik akan melakukan setiap dan seluruh upaya dan usaha se-maksimal mungkin agar kejadian atau peristiwa tersebut dapat dihindarkan dan/atau berakhir; atau sekurangnya akibat dari kejadian atau peristiwa dapat ditekan menjadi se-minimal dan/atau se-singkat mungkin; dan apabila peristiwa tersebut tidak dapat diatasi dan kewajiban tersebut tetap tidak dapat dipenuhi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak terjadinya peristiwa dan/atau kejadian tersebut, maka pihak terhadap siapa kewajiban tersebut harus dilaksanakan dan/atau menderita kerugian karena tidak dilaksanakan kewajiban tersebut, berhak membatalkan perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 perjanjian ini

BAB XIV

JANGKA WAKTU Pasal 15

15.1. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditanda-tanganinya perjanjian ini untuk masa berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan Para Pihak

15.2. Para Pihak dapat mengakhiri perjanjian sebelum waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu mengirim pemberitahuan kehendak pengakhiran beserta alasan-alasan yang menyertai menurut atas kepatuhan dan tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian ini, sekurangnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan

15.3. Apabila perjanjian ini diakhiri sebagaimana tersebut ayat (2) pasal ini, maka pengakhiran tersebut tidak dengan serta-merta menghilangkan hak dan kewajiban Para Pihak yang timbul sebelum perjanjian diakhiri

BAB XV

PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN DOMISILI HUKUM Pasal 16

16.1. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul akibat dari pelaksanaan perjanjian ini, Para Pihak sepakat menyelesaikan perselisihan itu secara musyawarah untuk mencapai mufakat

16.2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihannya itu kepada Pengadilan Negeri

16.3. Untuk penyelesaian perselisihan yang ada, Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan umum di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pati

BAB XVI

PEMBERITAHUAN Pasal 17

17.1. Setiap pemberitahuan, surat menyurat, tawaran, permintaan, persetujuan dan lain sebagainya sehubungan dengan kesepakatan ini (selanjutnya disebut sebagai pemberitahuan) dilakukan secara tertulis dan pelaksanaannya wajib dilaksanakan secara langsung dengan telefax dan/atau pos tercatat/khusus yang seluruh biayanya telah dibayar oleh si Pengirim. Pemberitahuan sepenuhnya kepada alamat sebagaimana tertera ayat (2) pasal ini atau alamat lain yang telah diberitahukan oleh pihak yang berkepentingan kepada pihak lain sesuai dengan ketentuan ayat (2) pasal ini

Page 125: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

125

17.2. Segala pemberitahuan menurut perjanjian ini dianggap telah dikirimkan dan diterima oleh Para Pihak bila disampaikan ke alamat sebagai berikut

17.2.1. PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, Jl. Kembang Joyo 100 Pati, Jawa Tengah

Phone : 0295 – 382 716 Fax : 0295 – 382 494 e-Mail : [email protected] Up : Edy Pramono 17.2.2. KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, Desa Palangan Kecamatan

Jangkar Situbondo, Jawa Timur Phone : 0338- 453 545 Fax : ...................... e-Mail : ...................... Up : ...................... 17.3. Setiap perpindahan alamat dari masing-masing pihak, wajib diberitahukan secara

tertulis kepada pihak lain selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak saat kepindahan tersebut

BAB XVII

ADDENDUM Pasal 18

18.1. Hal-hal yang tidak dan/atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dan dijelaskan lebih lanjut dalam persetujuan tertulis yang ditanda-tangani Para Pihak serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini

18.2. Semua lampiran dan dokumen lain yang disebutkan dan/atau berkaitan langsung dengan perjanjian ini, sepanjang diparaf Para Pihak, merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini

18.3. Jika akan diadakan tambahan dan/atau perubahan pada masing-masing lampiran dari perjanjian ini, maka asli dari lampiran yang baru cukup dilekatkan pada perjanjian ini untuk menggantikan lampiran lama, setelah diparaf Para Pihak

BAB XVIII

KETENTUAN KETENTUAN LAIN Pasal 19

19.1. Perjanjian ini mengatur kesepakatan Para Pihak mengenai hal-hal yang dimaksud dalam perjanjian ini dan mengesampingkan segala pembicaraan, persetujuan dan kesepakatan masing-masing pihak, baik lisan maupun tertulis yang ada dan/atau telah ada dan dibuat sebelum tanggal perjanjian ini ditanda-tangani

19.2. Perjanjian ini dan pelaksanaan-nya, termasuk tetapi tidak terbatas pada setiap dan

seluruh hak dan kewajiban Para Pihak, tidak dapat dialihkan oleh masing-masing pihak ke pihak lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lain dari Para Pihak, persetujuan mana wajib diberikan apabila tidak ada dasar-dasar yang kuat untuk menolaknya

19.3. Perjanjian ini aslinya dibuat dalam 2 (dua) rangkap, untuk Pihak Pertama dan

Pihak Kedua masing-masing sama isinya, di atas kertas ber-materai cukup; serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dan sah

Page 126: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

126

Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan itikad baik oleh kedua pihak dan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta mulai berlaku sejak tanggal, bulan dan tahun penanda-tanganan.

Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan ditanda-tangani : Di : Pati Hari / Tanggal : ................,..................2008 PIHAK KESATU PIHAK KEDUA EKA EDHIONO H. ABDUL ADHIM

Page 127: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

127

Lampiran 2. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

Uraian HST Kuantum Satuan Nilai (Rp) Total Nilai (Rp) INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) -14 38,88 HKO 3.699 143.832 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) -2 43,15 HKO 2.273 98.057 3. Penanaman 0 10,05 HKO 10.000 100.500 4. Pemupukan -2 5,80 HKO 10.000 58.000 5. Pengairan pertama -9 1,16 HKO 10.000 11.600 6. Pengairan kedua 15 1,16 HKO 10.000 11.600 7. Pengairan ketiga 34 1,16 HKO 10.000 11.600 8. Pengairan keempat 62 1,16 HKO 10.000 11.600 9. Penyiangan pertama 24 32,93 HKO 10.000 329.300 10. Penyiangan kedua 46 30,25 HKO 10.000 302.500 11. Perlindungan tanaman 48 4,67 HKO 10.000 46.700 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) 93 21,23 HKO 10.000 212.300 Total Biaya Tenaga Kerja 1.337.598 Sarana Produksi 1. Bibit 141,23 Kg 7.037 993.749 2. Pupuk a. Urea 103,50 Kg 1.378 142.575 b. TSP 21,60 Kg 4.500 97.189 c. KCL 69,16 Kg 4.975 344.046 3. Obat a. Gandasil 0,45 Kg 30.000 13.500 b. Decis 0,29 Liter 40.866 11.851 c. Furadan 1,18 Kg 24.469 28.874 4. Solar 135,02 Liter 5.488 740.990 Total Biaya Sarana Produksi 2.375.744 Pajak tanah (PBB) 1 Ha 11.291 Biaya Pengairan 122 Jam 5.000 610.000 Biaya Pengangkutan 1.613,85 Kg 150 242.077 Total Biaya Tunai 4.576.701 B. Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan 1. Mesin Bajak 25.556 2. Alat Bajak 5.718 3. Cangkul 1.999 4. Pompa Air 7.506 5. Arit 588 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 22,78 229.906 Sewa Lahan 1 Ha 4.470.000 Total Biaya Diperhitungkan 4.741.272 C. Total Biaya (A+B) 9.315.003 OUTPUT D. Penerimaan Tunai 1.885,24 Kg 6.730 12.687.374 E. Penerimaan Diperhitungkan 151,14 Kg 6.730 1.017.147 F. Penerimaan Total 2.036,38 Kg 6.730 13.704.521

Page 128: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

128

G. Pendapatan Tunai (D-A) 8.113.643 H. Pendapatan Total (F-C) 4.389.518 I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) 2,77 J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C) 1,47

Page 129: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

129

Lampiran 3. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008

Uraian HST Kuantum Satuan Nilai (Rp) Total Nilai (Rp)

INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) -17 33,70 HKO 4.688 157.955 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) -3 36,57 HKO 2.273 83.117 3. Penanaman 0 7,79 HKO 10.000 77.900 4. Pemupukan -1 5,98 HKO 10.000 59.800 5. Pengairan pertama -12 2,29 HKO 10.000 22.900 6. Pengairan kedua 13 2,29 HKO 10.000 22.900 7. Pengairan ketiga 35 2,29 HKO 10.000 22.900 8. Pengairan keempat 65 2,29 HKO 10.000 22.900 9. Penyiangan pertama 24 33,69 HKO 10.000 330.690 10. Penyiangan kedua 47 24,11 HKO 10.000 241.100 11. Perlindungan tanaman 56 5,87 HKO 10.000 58.700 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) 85 7,67 HKO 10.000 138.060 Total Biaya Tenaga Kerja 1.238.921 Sarana Produksi 1. Bibit 49,46 Kg 6.455 964.828 2. Pupuk a. Urea 91,34 Kg 1.378 125.867 b. TSP 32,73 Kg 4.558 149.182 c. KCL 52,12 Kg 5.070 264.241 3. Obat a. Gandasil 0,38 Kg 30.000 11.482 b. Decis 0,36 Liter 39.050 14.129 c. Furadan 0,83 Kg 25.131 20.790 4. Solar 135 Liter 5.518 747.455 Total Biaya Sarana Produksi 2.275.131 Pajak tanah (PBB) 1 Ha 12.080 Biaya Pengairan 120 Jam 5.000 600.000 Biaya Pengangkutan - Kg - - Total Biaya Tunai 4.126.133 B. Biaya Diperhitungkan Penyusutan peralatan 1. Mesin Bajak - 2. Alat Bajak 3.447 3. Cangkul 2.639 4. Pompa Air 24.242 5. Arit 842 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 23,32 238.100 Sewa Lahan 1 Ha 4.800.000 Total Biaya Diperhitungkan 5.069.270 C. Total Biaya (A+B) 9.218.245 OUTPUT D. Penerimaan Tunai 1.519,92 Kg 5.230 7.949.182 E. Penerimaan Diperhitungkan 176,95 Kg 5.230 925.449

Page 130: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

130

F. Penerimaan Total 1.696,87 Kg 5.230 8.874.630 G. Pendapatan Tunai (D-A) 3.800.207 H. Pendapatan Total (F-C) - 343.615 I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) 1,92 J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C) 0,96

Page 131: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

131

Lampiran 4. Daftar Responden Petani Mitra di Desa Palangan, 2008

No. Nama Petani Umur (Tahun) Pendidikan

Pengalaman Usahatani (Tahun)

Luas Lahan (Ha)

1. Aar 49 SD,Tamat 15 1,502. Abdurrahman 47 SD, Tamat 10 1,003. Angwar 30 SD, Tamat 5 2,004. Ari 35 SMP,Tamat 7 1,505. Arik 50 SD kelas 4 13 0,506. Asbuha 52 SD kelas 3 20 1,507. Asmito 45 SD,Tamat 14 1,008. Ayyi 52 SD,Tamat 17 0,509. H. Abd. Hannan 35 SD kelas 1 9 1,5010. Hasan 41 SD,Tamat 13 3,0011. Iyus 45 SD,Tamat 11 0,8012. Jamsur 33 SD,Tamat 8 4,0013. Jatim 35 SD,Tamat 7 0,8514. Kamariye 50 SD,Tamat 15 1,0015. Karyono 40 SD,Tamat 6 3,0016. Kusnadi 43 SD,Tamat 12 2,5017. Kusnadi Ali 48 SMP,kelas 1 15 1,5018. Kusnandar 30 SD,Tamat 6 1,0019. Mat 44 SD,Tamat 12 1,7520. Misrabi 70 SD,Tamat 19 2,0021. Mustaqim 43 SD,Tamat 14 1,5022. Nawari 37 SD kelas 1 8 1,3023. Nurhadi 40 SD,Tamat 12 1,5024. Ridwan 41 SMP, Kelas 2 10 1,0025. Rivaldi 43 SD,Tamat 15 0,5026. Sahariyanto 39 SD,Tamat 5 1,4527. Samsul 37 SD kelas 1 11 1,5028. Sangwan 35 SD, Tamat 14 2,0029. Socong 46 SD kelas 2 13 0,7530. Tolak 44 SD,Tamat 9 1,50

Rata-Rata 42,63 11,50 1,50

Page 132: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

132

Lampiran 5. Daftar Responden Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008

No. Nama Petani Umur (Tahun) Pendidikan

Pengalaman Usahatani (Tahun)

Luas Lahan (Ha)

1. Achmad Lamsun 40 SD 10 1 2. Arnito 35 SLTP 3 2 3. Asmida 48 SD 10 0,54. H. Saleh 49 SD 7 1 5. H. Zainuddin 53 SD 11 0,56. Muamsen 32 SD 4 1,57. Sa’ad 65 SD 14 0,58. Saiful 30 Pesantren 8 0,79. Sapraji 23 Pesantren 2 3 10. Suhari 41 SD 5 2 11. Suharsus 25 SD 3 0,5

Rata-Rata 40,09 7 0,82

Page 133: ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood Dengan Petani Kacang Tanah Di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo,

133