analisis pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Ayu Listia Aviyanti
Nim:208081000044
MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ii
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
iii
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ayu Listia Aviyanti
NIM: 208081000044
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Indo Yama Nasaruddin,
SE, MSi
NIP. 19690232001121003 NIP. 1971120620031121001
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H / 2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 26 November 2012 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Ayu Listia Aviyanti
2. NIM : 208081000044
3. Jurusan : Manajemen Keuangan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang
( Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ).
iv
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 November 2012
1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )
NIP. 1969023 2001121 003 Ketua
2. Leis Suzanawaty, SE, MSi ( )
NIP. 1972809 2005012 004 Sekretaris
3. Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB ( )
NIP. 19741127 2001121 002 Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayu Listia Aviyanti
v
No. Induk Mahasiswa : 208081000044
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung – jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 27 Mei 2013
Yang Menyatakan,
(Ayu Listia Aviyanti)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Ayu Listia Aviyanti
2. Tempat /Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juli 1989
3. Alamat : Jl. Akasia Rt 002/018,
Kelurahan Pamulang Timur, Kecamatan
Pamulang,
Tangsel 15417
4. Nama Orang Tua
Bapak : Slamet Hardjito
Ibu : Wangsih
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. E-mail : [email protected]
8. Telepon : 083891919500
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 1995-2001 : SDN Cipayung II
2. Tahun 2001-2004 : SMP N 1 Ciputat
3. Tahun 2004-2007 : SMK Sasmita Jaya 1
4. Tahun 2007-2008 : Institut Darul Qalam (D1-PGTK)
vii
ABSTRACT
The main objective of the study is to analyze the factors that influence the
Debt policy, These factors include Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Firm
Growth, and Firm Size. Population in this study are public company non banking
listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2011 periods. With using
purposive sampling, the total of sample in this study is 25 of companies. The
statistical methods used to test the hypothesis is multiple regressions analysis
method.
The results research that the Firm Size has positive significant influence to
debt policy. This research also found that the Dividen Payout Ratio, and Return
On Asset significant negative influence to debt policy, the last test indicates that
Firm Growth (PER) no significant influence to debt policy. Firm Size variable in
this study is the most dominant variable influence to debt policy the indicated
value of its standardized beta coefficient is 0.702.
Keywords: Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Firm Growth, Firm Size, and
Debt policy.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan hutang, faktor-faktor tersebut antara lain Dividen Payout
Ratio, Return On Asset, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public non perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011. Dengan
menggunakan metode perposive sampling sebanyak 25 perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia diambil sebagai sample. Metode statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan metode regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitian ini juga
ditemukan bahwa Dividen Payout Ratio (DPR), dan Return On Asset (ROA)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan
pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang. Variabel ROA dalam penelitian ini merupakan variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap DER yang ditunjukkan dari nilai koefisien beta
standardized-nya yaitu 0.702.
Kata kunci : Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan dan Kebijakan hutang
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. alhamdulillahi Rabbil’ alamin, puji syukur
kehadirat Allah SWT terucap atas segala rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh
Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk nabi Muhammad SAW yang
menjadi panutan dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan
cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikut-pengikutnya hingga
akhir zaman.
Skripsi ini berisikan mengenai bagaimana Pengaruh Kebijakan Dividen,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang . Berbagai temuan akan dijabarkan penulis dalam analisis dan
pengujian hipotesis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga memerlukan beberapa perbaikan berupa kritik dan saran
membangun untuk skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
x
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang,
perhatian dan dukungan baik moril, spiritual maupun materil yang tiada
terhenti kepada saya. Semoga apa yang bapak dan ibu telah berikan, dapat
balasan yang baik dari Allah SWT, Amin.
3. Kakakku Sinta Isviyanti dan adikku Istanto Irawan yang telah memberikan
semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada saya.
4. Keluarga besarku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I saya ucapkan terima
kasih atas support bimbingan dengan kesabaranya, waktunya dan
keikhlasanya yang telah Bapak berikan selama ini. Terima kasih atas semua
pengarahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga
selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan
kepada Bapak dan Keluarga.
7. Bapak Indoyama Nasaruddin,SE.,MAB selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaranya, waktunya
dan keikhlasannya. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak
berikan selama ini. Terima kasih atas semua pengarahan dan saran yang telah
diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah
SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.
8. Dosen-Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada
penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat
semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman.
Amin.
xi
9. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Doni Iskandar atas segala ketulusan, kesabaran, kesetiaan, dukungan serta
doa yang yang diberikan.
11. Terimakasih sahabat-sahabatku Dewi, Hendri, Azizah, Diyan, Juliana dan
Lisya terimakasih atas doa dan supportnya serta kebersamaan dan waktu-
waktu yang kalian berikan, selama ini.
12. Terimakasih untuk teman-temanku angkatan 2008 di Manajemen B dan
Manajemen Keuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih
atas kenangannya selama ini.
13. Tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan penulisan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 27 Mei 2013
(Ayu Listia Aviyanti)
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .....................................................................................
Lembar Pengesahan Komprehensif……………………….......................................
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................................
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..............................................................
Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................................
Abstract ………………………………………………………………………….....
Abstrak ………………………………………………………………………..........
Kata Pengantar ………………………………………………………......................
Daftar Isi …………………………………………………………………………...
Daftar Tabel …………………………………………………………......................
Daftar Gambar ………………………………………………………………….......
Daftar Lampiran …………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................
B. Perumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………..................
1. Kebijakan Dividen …………………………………….….........
a. Keputusan Pembayaran Dividen ............................................
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen…......
c. Prosedur pembayaran dividen………………………….........
2. Profitabilitas .....................………..………………………….....
a. Manfaat Rasio Profitabilitas ...................................................
b. Mengukur Profitabilitas Perusahaan ......................................
3. Pertumbuhan Perusahaan …………………………………........
4. Ukuran Perusahaan ..............……………………………….......
5. Kebijakan Hutang ................……………………………….......
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
xv
xvi
1
6
7
9
9
9
10
15
18
19
20
22
27
28
xiii
B. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
C. Kerangka pemikiran .....……………………………………………...
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................
D. Metode Analisis Data ..................................…………………………
1. Metode Analisis Regresi Berganda ..............................................
2. Uji Asumsi Klasik …………………………………………........
a. Uji Normalitas …………………………………………........
b. Uji Multikolinieritas ………...………………………………
c. Uji Autokorelasi ..........………………………………….......
d. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………...
3. Uji Hipótesis ……………...………………………………..........
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ..........………………………
b. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ................……………………..
c. Uji Koefisien Determinasi ………….………………….........
d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ................................
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….…………................
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………..........
1. Sejarah Perusahaan ……………………………………...............
2. Perkembangan Bursa Efek …….……………………………......
B. Penemuan dan Pembahasan …………………………………….........
1. Analisis Deskriptif …………………………………………........
2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………...........
a. Uji Normalitas …………………….......................................
b. Uji Multikolonieritas ……………………….........................
c. Uji Autokorelasi ………………………………………........
d. Uji Heteroskedastisitas ……………………………..............
31
34
36
37
37
52
53
53
54
54
56
57
57
58
58
59
60
60
61
65
65
66
69
69
71
71
73
74
75
xiv
3. Pengujian Hipótesis …………………………………………......
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ...............................………...
b. Uji Signifikan Simultan (Uji t) ...................………………....
c. Uji Koefisien Determinasi……………………………….......
d. Uji Regresi Persamaan Linier Berganda ................................
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..………………………………………………………....
B. Implikasi ..……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………………………………........
76
77
80
81
86
87
89
92
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 31
3.1 Sampel Penelitian ......................................................................... 38
4.1 Analisis Deskrptif .......................................................................... 69
4.2 Hasil Uji Normalitas Data K-S .................................................... 73
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................... 74
4.4 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 75
4.5 Hasil Uji F (Simultan) ................................................................... 76
4.6 Hasil Uji t (Parsial) ....................................................................... 78
4.7 Hasil Uji Adjusted R square ......................................................... 80
4.8 Hasil Uji Analisis Regresi ............................................................ 81
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 35
4.2 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................. 72
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 76
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Perusahaan Objek Penelitian ........................................ 92
2 Data Mentah DPR ................................................................... 93
3 Data Mentah ROA .................................................................... 94
4 Data Mentah PER ..................................................................... 95
5 Data Mentah Ukuran Perusahaan ............................................ 96
6 Data Mentah DER ................................................................... 97
7 Deskriptif ................................................................................. 98
8 Model Summary ...................................................................... 98
9 Anova ........................................................................................ 98
10 Coefficients ............................................................................... 99
11 Chart Histogram ...................................................................... 99
12 Chart Plot Regression .............................................................. 100
13 Chart Scatterplot ...................................................................... 100
14 Hasil Kolmogorov-Smirnov .................................................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Untuk menjalankan operasinya bisnisnya setiap perusahaan memiliki
berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar aktivitas
perusahaan dapat berjalan sebagai mana mestinya. Dana selalu dibutuhkan
untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan, baik dana
jangka panjang maupun dana jangka pendek. Dana juga dibutuhkan untuk
melakukan ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya didalam
perusahaan harus tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada
saat dibutuhkan. Dalam hal ini tugas manajer keuangan yang bertugas
memenuhi kebutuhan dana tersebut (Kasmir,2009:150).
Dalam praktiknya perusahaan untuk memenuhi kekurangan akan
kebutuhan dananya, perusahaan memiliki sumber dana yang dapat diperoleh
dari internal (modal dari pemilik perusahaan dan laba ditahan metode
pemenuhan kebutuhan akan dana yang berasal dari pihak internal perusahaan
dikenal dengan nama metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing).
Selain itu terdapat pula sumber dana dari eksternal perusahaan (penjualan
saham, penerbitan obligasi, penjualan sekuritas ataupun pinjaman dari bank).
Metode pemenuhan kebutuhan akan dana yang berasal dari eksternal
perusahaan disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing)
(Yustiana, 2010).
2
Didalam memenuhi kebutuhan pendanaan pemegang saham lebih
menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan
penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berutang.
Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa
hutang mengandung resiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai
kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan
biaya pihak lain (Rizka dan Ratih, 2009:192). Jensen (1986) berpendapat
bahwa dengan hutang maka perusahaan harus melekukan pembayaran
periodik atas bunga, sedangkan perusahaan yang mempergunakan hutang
dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali hutang tersebut
akan terancam likuiditasnya sehingga akan mengancam posisi manajemen.
Sehubungan dengan hutang, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi proporsi
hutang, maka resiko kebangkrutan akan semakin meningkat, sehingga
debtholders memerlukan tambahan return untuk menutupi tambahan resiko
yang terjadi (Steven dan Lina, 2004:164).
Dalam penelitian ini ukuran debt ratio merupakan perbandingan
antara hutang dan ekuitas atau yang lebih dikenal dengan istilah Debt to
Equity Ratio (DER) (Suad Husnan, 2001:39). DER menunjukkan tingkat
resiko suatu perusahaan, DER yang semakin tinggi menunjukkan resiko yang
semakin tinggi demikian sebaliknya. Tinggi rasio DER menunjukan bahwa
pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor cenderung lebih tertarik
pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu, jika besarnya rasio
DER lebih dari satu mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena
penggunaan hutangnya tinggi. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha agar
tingkat DER yang dimiliki tidak lebih dari satu dalam struktur pendanaanya
3
(Brigham dan Houston, 2001). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
aktivitas pendanaan adalah hutang, yaitu menentukan sampai sejauh mana
utang digunakan dalam struktur modal perusahaan dan seberapa besar
perusahaan mendanai assetnya dengan menggunakan hutang.
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai kekayaan
para pemegang saham (Harmono, 2009:1) dan memperhatikan pertumbuhan
perusahaan. Perusahaan yang berhasil pasti meraih laba atau profit, laba atau
profit tersebut kemudian dapat diinvestasikan dalam aktiva operasi, digunakan
untuk membeli sekuritas, digunakan untuk melunasi hutang, atau dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Brigham dan Houston,
2001:65). Untuk mencapai tujuan tersebut pemilik modal menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada manajer. Namun tidak jarang pihak manajemen atau manajer
sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan tersebut, sehingga mucul konflik
kepentingan di antara pihak manajemen dalam hal ini yaitu manajer (agen)
dengan para pemegang saham (principal) sehingga menimbulkan apa yang di
sebut dengan masalah keagenan (agency problems) (Brealey, 2008:16).
Agency cost merupakan biaya yang timbul dalam rangka
mengendalikan atau memonitor tindakan manajer agar sesuai dengan
kepentingan principal. Dasar dari agency cost model ini adalah ketika manajer
disadari bisa bertindak tidak sesuai dengan kepentingan investor/pemegang
saham, maka pemegang saham menggunakan mekanisme tertentu untuk
mengontrol tindakan manajer tersebut. Salah satu dari mekanisme ini adalah
melalui pembayaran dividen dengan payout yang tinggi (Beiner, 2001).
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2009:26) masalah keagenan
4
(agency problem) terjadi ketika manajer dari sebuah perusahaan memiliki
kepemilikan saham biasa kurang dari 100 persen diperusahaan tersebut.
Penyebab dari konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya
adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana
(financing decision). Suatu perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
yang tinggi cenderung membutuhkan dana yang besar dalam melakukan
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh
tersebut diinvestasikan.
Keputusan untuk memilih sumber pendanaan yang paling baik bagi
perusahaan memerlukan analisa seksama dari manajer keuangan perusahaan.
Keputusan pendanaan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam
melakukan aktivitas operasinya dan berpengaruh terhadap resiko perusahaan
itu sendiri. Keputusan pendanaan seperti ini sangat penting bagi perusahaan,
banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat tepat mengambil
keputusan pendanaan. Akan tetapi, banyak juga perusahaan yang jatuh ke
dalam kebangkrutan akibat banyak hutang dan terbelit bunga. Pendanaan
dengan menggunakan hutang yang terlalu tinggi akan meningkatkan resiko
keuangan perusahaan masuk kedalam krisis (financial distress). Akan tetapi,
perusahaan juga perlu memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan oleh
pihak lain dengan baik juga.
Secara empiris, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan telah sering dilakukan, antara lain oleh Yeniate
dan Nicken (2010) dengan judul penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang pada perusahaaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki
5
pengaruh terhadap kebijakan hutang. Namun berbeda dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Yuli Soesetio (2008) bahwa kebijakan dividen
memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizka dan Ratih (2009), Yuli Soesetio
(2008), Steven dan Lina (2011) menemukan bukti bahwa profitabilitas (ROA)
terdapat pengaruh signifikan dan negativ terhadap kebijakan hutang, dari hasil
penelitiannya semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin
banyak dana yang tersedia untuk digunakan bagi perusahaan, sehingga
perusahaan akan cenderung memanfaatkan dana internalnya yang bersumber
dari profit dibanding hutang. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan
cenderung akan menggunakan dana internal dari retained earnings sehingga
perusahaan tidak akan terlalu membutuhkan dana yang bersumber dari
hutang. sebaliknya jika profitabilitas perusahaan rendah, maka akan
mengalami kesulitan dan membutuhkan dana eksternal seperti hutang.
Sedangkan penelitian mengenai variabel pertumbuhan perusahaan
sebagai variabel independen dengan menggunakan metode analisis regresi
berganda hasil penelitian yang didasarkan pada Yustiana (2010) bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Steven dan Lina
(2010) melakukan penelitian mengenai ukuran perusahaan, penelitian tersebut
menggunakan metode analisis berganda. Hasil penelitian tersebut adalah
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian empiris yang
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
6
Indonesia antara tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Dalam melakukan
pengujian ini peneliti menggunakan infomasi mengenai Kebijakan dividen,
Profitabiltitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan sebagai
variabel independen dan Kebikan Hutang sebagai variabel dependen.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut dan mengingat pentingnya
kebijakan hutang di dalam pengambilan keputusan investasi, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang” (Studi Kasus Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) sebagai judul penelitian yang akan
diteliti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara simultan.
2. Apakah terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara parsial.
3. Variabel independen manakah yang paling dominan diantara variabel
kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan dalam mempengaruhi kebijakan hutang.
7
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara simultan.
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara parsial.
c. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan diantara
variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan
ukuran perusahaan dalam mempengaruhi kebijakan hutang.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat atau
kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan agar investor dapat lebih memperhatikan
dan memperkirakan apakan perusahaan yang memiliki kebijakan
hutang yang tinggi maupun rendah akan memepengaruhi keuntungan
bagi investor. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dalam memepertimbangkan suatu keputusan
8
dalam investasi.
b. Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menambah pengetahuan teoritis serta memperluas wawasan untuk
mempelajari secara langsung dan menganalisa pengaruh Kebijakan
dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan terhadap kebijakan hutang.
c. Bagi Akademik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi penulis yang lainnya, dan memberikan masukkan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen
keuangan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kebijakan Dividen
Menurut Van Horne (1980) dalam Harmono (2009:12), kebijakan
penting dalam manajemen keuangan adalah kebijakan dividen. Kebijakan
dividen adalah persetase laba yang dibayarkan kepada para pemegang
saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu
kewaktu, pembagian dividen saham dan pembelian saham kembali. Rasio
pembayaran dividen (dividen payout ratio), ikut menentukan besarnya
jumlah laba yang ditahan perusahaan harus dievaluasi dalam kerangka
tujuan pemaksimalan kekayaan para pemegang saham.
Kebijakan dividen menurut Ambarwati (2010:64-65) adalah
kebijakan yang diambil manajemen perusahaan untuk memutuskan
membayar sebgaian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham
daripada menahanya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali
agar mendapatkan capital gains. Capital gains adalah keuntungan modal
yang akan diperoleh pemegang saham jika diinvestasikan kembali
pendapatannya dalam jangka panjang.
a. Keputusan yang diambil oleh manajemen terkait pembayaran
dividen adalah meliputi elemen-elemen :
1) Dividen yang akan dibayarkan apakah dividen rendah atau dividen
10
tinggi, hal ini akan sangat tergantung pada preferensi pemegang
saham perusahaan yang akan diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
2) Dividen yang kan dibayarkan bersifat stabil atau tidak stabil, hal
ini harus diputuskan dengan baik karena menyangkut minat
investor di masa yang akan datang.
3) Dividen yang akan dibayarkan apakah setiap tahun atau periodik
4) Apakah kebijakan dividen untuk dibagikan harus diumum,
biasanya diumumkan lewat surat resmi ataupun surat kabar.
Menurut (Horne dan Wachowicz, 2005:270) Kebijakan
dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen payout
ratio) mementukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan
sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini
dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih
sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini.
Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah
menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen
dengan penambahan laba ditahan perusahaan.
Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Ahmad
Rodoni dan Herni Ali (2010:121) adalah keuntungan perusahaan yang
berbetuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang
saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat
11
pemegang sahan dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase
(%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen
pada perusahaan, menurut (Weston dan Brigham 2005, dalam
Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010:123-124) yaitu :
1) Peraturan Hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan
dengan pembayaran dividen yaitu :
a) Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa
dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang.
b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal,
peraturan tersebut akan melindungi para kreditur, caranya
dengan melarang pembayaran dividen dari dana modal yang
berarti membagikan investasinya bukan membagikan
keuntungan.
c) Peraturan mengenai hak mampu bayar yaitu menentukan
bahwa perusahaan tidak membayar dividen jika tidak mampu
(perusahaan bangkrut).
2) Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah
diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan
peralatan, bahan dan persediaan dan barang-barang lainnya, dan
bukan disimpan dalam bentuk uang tunai, maka hal tersebut
dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan
terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu lagi
membayarkan dividennya.
12
3) Perlu membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu
menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan
perusahaan pada saat jatuh tempo hutang dibebani dengan
pembayaran seluruh hutang.
4) Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang
terdapat larangan-larangan bagi debitur sehubungan dengan
pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untu melindungi pihak
kreditur sehubungan dengan dana yang dipinjamkan. Pembatasan
tersebut dilakukan dengan cara dividen yang akan datang hanya
boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah
ditandatanganinya. Kontrak hutang/dividen tidak dibayarkan jika
modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah
tertentu.
5) Tingkat perluasan perusahaan. Semakin cepat tingkat
pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai pengembangan harta perusahaan tersebut, dan
semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin
banyak pula keuntungan yang harus ditahan dan bukan untuk
dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
(dividen relative kecil).
6) Tingkat keuntungan (tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang
diharapkan hal ini menentukan perusahaan untuk membayar
dividen atau menggunakannya didalam perusahaan.
13
7) Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relative
stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungan dimasa
depan, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan
membagikan keuntungannya dalam persentase yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya
berfluktuasi.
8) Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang
sudah mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang
stabil akan lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh
dana dari luar untuk pembiayaan.
9) Kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok
dominan dalam mengendalikan perusahaan cenderung
mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi
keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil
pembayaran dividennya.
10) Kedudukan pajak para pemegang saham. Pada umumnya para
pemilik perusahaan yang memegang sebagian besar sahamnya
tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan merupakan
pembayaran pajak yang tinggi, sehingga menyebabkan
perusahaan akan membayar dividen yang rendah.
11) Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.
Seringkali perusahaan menahan keuntungan hanya untuk
menghindari tariff pajak perusahaan yang tinggi, maka
14
dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap
keuntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar.
12) Tingkat inflasi. Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga
aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi
mencukupi untuk mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu
perusahaan memperbesar porsi laba ditahan sehingga porsi untuk
dividen menjadi berkurang.
Menurut Brigham dan Gapenski (1996) dalam Ahmad Rodoni
dan Herni Ali (2010:125) tiap perubahan dalam kebijakan pembayaran
dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila
dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan
dan sebaliknya apabila laba ditahan semua kepentingan pemegang
saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan
tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal.
Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan
keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang
akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan
mempengaruhi nilai perusahaan. Kebijakan perusahaan untuk
membagikan laba ditahanya dalam bentuk dividen kepada pemegang
saham perusahaan adalah keputusan yang tidak mudah dimana
perusahaan dihadapkan pada dua pilihan (John, et.al 1999) dalam
Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:125) yaitu :
a. Pembayaran dividen besar dan laba ditahan ssedikit, dengan
15
konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksternal dalam
jumlah besar atau
b. Pembayaran dividen sedikit dan laba ditahanya banyak, dengan
konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal
yang besar.
Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu
memaksimalkan nilai (harga) saham umum perusahaan. Kebijakan
dividen karena dua alas an yaitu pertama, pembayaran dividen akan
mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh pula
dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan
(retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal
sendiri (equity capital) yang terbesar dua terpenting untuk
pertumbuhan perusahaan.kedua alas an tersebut merupakan dua sisi
kepentingan perusahaan yang agak controversial. Agar kedua
kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen
perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti
kebijakan dividen yang harus dipilih (Ahmad Rodoni dan Herni Ali,
2010:125).
c. Adapun prosedur dalam pembayaran dividen adalah sebagai
berikut yaitu :
1) Tanggal Pengumuman (date of declaration)
Tanggal pengumuan adalah tanggal dimana direksi secara formal
16
mengumumkan dibagikannya kepada para pemegang saham bahwa
dividen akan dibagikan, suatu hutang dividen harus diakui dan laba
yang ditahan berkurang. Dengan demikian kewajiban membayar
dividen timbul pada saat direksi mengumumkan pembagian
dividen.
2) Cum-dividen date
Tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak
untuk mendapatkan dividen.
3) Tanggal Pencatatan pemegang saham (date of record)
Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilikan saham
ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen
dibagikan. Pemegang saham yang mencatatkandirinya pada
tanggal pembayaran. Tidak ada entry yang diperlukan pada
tanggal pencatatan. Tanggal ini hanya digunakan sebagai titik
batas, kepada dividen dibagikan. Penentuan titik batas tidak perlu
dilakukan karena saham perusahaan diperdagangan di bursa,
sehingga pemiliknya dapat setiap saat berubah. Tentang jumlah
saham yang beredar, perusahaan sudah mengetahuinya sejak
dividen diumumkan. Pada saat dividen dibayarkan, hutang dan kas
akan berkurang sehingga perusahaan akan mencatatnya sebagai
pengurangan kedua perkiraan tersebut diatas
4) Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date)
Sebelum tanggal pencatatan, perusahaan sudah harus
17
diberitahukan apabila terjadi transaksi jual beli atas saham
tersebut. Oleh sebab itu pada bursa international disepakati adanya
ex-dividen date yaitu 3 hari sebelum tanggal pencatatan (date of
record). Setelah tanggal pencatatan, saham tersebut tidak lagi
memiliki hak atas dividen pada tanggal pembayaran.
5) Tanggal pencatatan (date of payment)
Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang
saham. Setelah memegang dividen, kas didebet dan piutang
dieliminasi. Pembayaran dividen akan dikenakan pemotongan
pajak penghasilan.
Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
kebijakan dividen. Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk
mengukur kebijakan dividen adalah dividen payout ratio. Menurut
Riyanto dalam (Rina, 2008:33-34) mengatakan bahwa “persentase
dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai cash dividends disebut dividend payout ratio”. Dalam
penelitian ini, dividend payout ratio diukur dengan membandingkan
antara total dividen dengan total laba bersih.
Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang
Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat
penggunaanaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil
menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan
sejumlah dana guna membayar jumlah dividen tetap tersebut.
18
Rozzeff (1982) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah suatu
bagian dari monitoring perusahaan. Dalam kondisi demikian, perusahaan
cenderung untuk membayar dividen lebih besar jika insider memiliki
proporsi saham yang lebih rendah, menurut Faisal dalam Rizka dan Ratih
(2009) perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio tinggi akan
menyukai perusahaan dengan modal sendiri. Disamping itu, pembayaran
dividen dapat dilakukan setelah kewajiban pembayaran bunga dan cicilan
hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut, akan membuat manajer
semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang palin penting
adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan
dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini
maupun di masa mendatang (Dewi Astuti, 2004:36).
Menurut Tita Detiana (2011:59) profitabilitas adalah hubungan
antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan asset
perusahaan, baik lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Terdapat
banyak cara untuk mengukur profitabilitas. Berbagai pengukuran ini
memungkinkan analis untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan dilihat
baik dari sisi penjualan asset ataupun investasi pemilik. Tanpa profit,
perusahaan tidak dapat menarik sumber modal eksternal untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan. Profitabilitas adalah
19
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu tahun dan
dikalkulasi dengan return on equity. Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan (kasmir, 2012:196). Sedangkan Menurut Moeljadi (2006:52)
rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan
menggunakan modal sendiri.
a. Dalam bukunya Kasmir (2009:198) manfaat dari rasio
profitabilitas adalah untuk :
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
20
sendiri.
5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
b. Menurut Warsono (2002:37) untuk mengukur profitabilitas suatu
perusahaan dapat dilakukan dengan lima macam rasio, yaitu :
1) Margin laba kotor (Gross profit margin), merupakan perbandingan
antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan. Besarnya hasil
perhitungan margin laba kotor menunjukkan seberapa besar laba
kotor yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan
tertentu.
2) Margin laba operasi bersih (net operating profit margin),
merupakan rasio perbandingan antara laba operasi bersih (earning
before interest and taxes/EBIT) dengan penjualan. Besarnya hasil
perhitungan margin laba operasi bersih menunjukkan seberapa
besar laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh oleh
perusahaanuntuk tingkat penjualan tetentu.
3) Margin laba bersih (net profit margin), rasio perbandingan antara
laba bersih setelah pajak (earning after taxes/EAT) dengan
penjualan. Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih
menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh
oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.
21
4) Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA),
Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manjemen dalam mengelola
investasinya (Kasmir, 2009:207).
Rumus ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
5) Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) atau pengembalian atas
para pemegang saham. Merupakan rasio untuk mengukur laba
bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pada sebaliknya (Kasmir, 2009:207).
Rumus ROE (J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham, 2009:305).
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak
Modal Sendiri
Profitabilitas ini menjadi variabel dalam menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Selain
itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi investor.
Ketika perusahaan sebagian didanai oleh hutang, laba dibagi
antara pemegang hutang dengan pemegang saham. Dengan demikian
hubungan yang ada antara profitabilitas dengan kebijakan hutang adalah
22
bersifat negatif. Ketika profitabilitas perusahaan meningkat maka tingkat
hutang perusahaan akan menurun dan sebaliknya jika profitabilitas
perusahaan menurun maka hutang perusahaan akan meningkat (Nanda
Karinaputri, 2012).
Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang
Pada tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan menggunakan
hutang untuk membiayai operasional, sebaliknya pada tingkat
profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengurangi penggunaan hutang
(Ismiyati dan Hanafi 2003) dalam Steven dan Lina (2011). Hal ini
disebabkan karena perusahaan diasumsikan menghasilkan sebagian besar
keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana
internal dan menggunkan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi saat
mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang
yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada
pemegang saham.
3. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan dari berbagai pihak
baik pihak internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal positif
adanya kesempatan berinvestasi. Bagi investor, prospek perusahaan yang
memiliki potensi tumbuh tinggi memberikan keuntungan karena investasi
yang ditanamkan diharapkan akan memperoleh return tinggi di masa yang
akan datang (David dan Christian, 2009:131). Menurut Sriwardany dkk
23
(2007) pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan kemampuan
perusahaan untuk miningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan
adanya peningkatan aktiva, ekuitas, laba dan penjualan serta nilai tobin-q.
Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan
bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Hal ini menyebabkan
timbulnya kebutuhan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan
menggunakan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut
termasuk dengan menggunakan hutang. Pertumbuhan perusahaan yang
besar mempunyai pengaruh terhadap hutang perusahaan, karena suatu
perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan
membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Hal ini
mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam membiayai
kebutuhan dana tersebut (Yeniate dan Nicken, 2010:8).
Menurut Kasmir (2012:114-115) rasio pertumbuhan merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang
dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per
saham dan dividen per saham.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 2001) dalam
(Sriwardany, 2006:11) dan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur
dari beberapa variabel seperti Price/Earning Ratio (Price per
24
Share/Earning per share), Price/Cash Flow ratio _Price per share/Cash
Flow per share), Market/Book Ratio (Market price per share/book value
per share), Tobin’q, Biaya pengembangan (R & D Expense) dibagi
dengan total penjualan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial
yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang
tinggi di masa yang akan datang dan kecenderungan untuk menghasilkan
arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang
tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal
yang rendah.
Dahlan Siamat (2004:279) menyatakan bahwa Price Earnig Ratio
merupakan ratio yang digunakan untuk menilai suatu harga saham. Pada
prinsipnya price earning ratio memberikan indikasi mengenai jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga
saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Rasio ini
menggambarkan kesedian investor membayar suatu jumlah untuk setiap
Rupiah perolehan laba perusahaan.
Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006:418)
dijelaskan bahwa para investor telah lama mencari suatu acuan sederhana
untuk menentukan apakah suatu saham dinilai secara wajar. Salah satu
pendekatan seperti ini adalah dengan melihat rasio harga terhadap harga
saham. Price earning ratio suatu saham menunjukkan berapa banyak
jumlah yang tersedia dibayarkan oleh para investor untuk setiap jumlah
laba yang dilaporkan.
25
PER dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
PER = Harga per lembar saham
Laba per lembar saham
Menurut Gruber dalam Syarifah Zahroh (2009:33-34), pendekatan Price
Earning Ratio (PER) merupakan model penilaian saham yang paling
praktis sehingga banyak dipergunakan oleh para pemodal dan analisis
saham. Pada perusahaan yang mempunyai price earning ratio tinggi resiko
yang rendah serta pertumbuhan yang tinggi.
Sesuai dengan model tersebut maka dapat diidentifikasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio, adalah :
a. Dividen Payout Ratio, apabila faktor-faktor lain dipegang konstan,
maka meningkatnya payout ratio akan meningkatkan Price Earning
Ratio
b. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila
faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya Price
Earning Ratio.
c. Pertumbuhan Dividen. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan,
maka meningkatnya pertumbuhan dividen akan meningkatkan Pice
Earning Ratio (Suad Husnan, 2001:342).
26
Pertumbuhan Perusahaan dengan Kebijakan Hutang
Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan (growth) positif
mengindikasikan majunya perusahaan tersebut. Perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan hutang dalam jumlah
besar, karena biaya pengembangan pada emisi saham biasa lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya pada emisi obligasi (Weston dan Copeland,
2000) dalam Yustiana (2010). Perusahaan dengan penjualan yang relatif
stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil (Brigham dan Houston,
2001:182).
Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat menidentifikasikan
bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Hal ini menyebabkan
timbulnya kebutuhan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan
menggunakan hutang berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana
tersebut termasuk dengan menggunakan hutang. Pertumbuhan perusahaan
yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap hutang perusahaan,
karena suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan
akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Hal ini
akan mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam membiayai
kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Nicken, 2010).
27
4. Ukuran Perusahaan
Umur dan besaran perusahaan tergantung dari kemudahan
aksesnya ke pasar-pasar modal. Perusahaan besar yang sudah eksis akan
memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, karena kemudahan
tersebut fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang
lebih besar dianggap lebih aman dari pada perusahaan yang masih baru
sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang
lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh
Log natural dan Total Asset (Alli et al., 1993, dalam Sutrisno, 2001:3).
Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena
sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar
suatu perusahaan maka cenderung karena perusahaan yang besar memiliki
kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang
tersedia menggunakan pendanaan eksternal (Tittman dan Wessels, 1988)
dalam (Yustiana, 2010:47-48).
Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang
Perusahaan kecil dan dalam masa pertumbuhan cenderung untuk
tidak membayarkan dividennya dan perusahaan biasanya baru akan
membagikan labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan mencapai
titik kedewasaan (mature) dalam daur hidupnya. Perusahaan kecil dengan
kesempatan pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh laba bersih
operasinya dialokasikan untuk investasi yang profitable, dan tidak
menyisakan kas untuk pembayaran dividen.
28
Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur
modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman.
Perusahaan besar yang telah terdiversivikasi, lebih mudah untuk
memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari
bank komersial untuk hutang-hutang yang diterbitkan dan membayar
tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangya. Sakah satu alasannya
perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena nilai aktiva
yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga
lebih tinggi (Yuli Soesetio, 2008)
5. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang penting dalam suatu
perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan
yang pendanaan berasal dari eksternal. Kebijakan hutang ini berkaitan
juga dengan struktur modal perusahaan karena kebijakan hutang
merupakan sebagai salah satu komposisi dalam struktur modal
perusahaan.
(Diah Setyowati, 2010) mendefinisikan kebijakan hutang sebagai
segala jenis hutang yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan baik
hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah
hutang yang berjangka waktu paling lama satu tahun, seperti utang usaha,
beban terutang, wesel bayar, kredit modal kerja dan lain-lain. Sedangkan
hutang jangka panjang atau hutang tak lancar adalah hutang berjangka
waktu lebih dari satu tahun, seperti hutang obligasi, utang hipotik dan
29
kredit investasi (M Nafarin, 2007:342).
Nuringsih (2005:109) apabila suatu perusahaan mengalami
keterbatasan laba ditahan maka perusahaan cenderung memanfaatkan
hutang. Namun, bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak
pada financial distres dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila
perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi
pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor
kepada pemegang saham. Dalam hal ini, kepentingan kreditor tetap
diperhatikan karena disimpan unutk pelunasan hutang.
Kebijakan hutang sering diukur dengan debt to equity ratio (DER)
yaitu perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Total hutang
merupakan total liabilities (kewajiban), baik hutang jangka pendek
maupun jangka panjang. Total modal sendiri atau biasa disebut juga
dengan total shareholders equity merupakan total modal disetor dengan
laba ditahan yang dimiliki perusahaan Robert Ang (1997) dalam Yustiana
(2010). Semakin rendah DER berarti semakin kecil tingkat hutang yang
dimiliki dan kemampuan untuk membayar hutang akan semakin tinggi
pula.
Menurut pendapat (Ross et al:2003) yang menyatakan bahwa
“debt to equity ratio is diving total eebt with total equity”. Yaitu Debt to
Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan
total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Debt to equity ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
30
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2012:157-
158).
Penggunaan hutang bagi perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu :
1) Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit
yang diberikan.
2) Penggunaan hutang akan meningkatkan keuntungan perusahaan jika
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban
tetapnya.
3) Hutang sebagai sumber dana perusahaan dan sistem pengendali
perusahaan. Sartono (2001) dalam Yustiana (2010)
31
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Lanjutan Tabel 2.1
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Yeniatie dan
Nicken Destriana
(2010)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Kebijakan Hutang
pada perusahaan
Nonkeuangan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Dependen :
Kebijakan Hutang
(DEBT)
Independen :
Kepemilikan
manajerial (INSD),
kepemilikan
institusional
(INST), kebijakan
dividen (DPR),
Struktur asset
(AST),
profitabilitas
(PROF),
Pertumbuhan
perusahaan
(GROWTH),
Risiko bisnis
(RISK)
Kepemilikan
manajerial, kebijakan
dividen dan risiko
bisnis tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang,
Kepemilikan
institusional dan
profitabilitas
memiliki hubungan
negative terhadap
kebijakan hutang.
Struktur asset dan
pertumbuhan
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
2 Rizka Putri
Indahningrum
dan Ratih
Handayani
(2009)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividen,
Pertumbuhan
Perusahaan, Free
Cash Flow dan
Profitabilitas
Terhadap
Kebijakan Hutang
Dependen :
Kebijakan hutang
(DER)
Independen : kepemilikan
institusional
(INST), dividen
(DIVD),
pertumbuhan
(GROW),
profitabilitas
(PROF) dan free
Cash Flow (FCF)
Pada variabel
kepemilikan
manajerial, kebijakan
dividen dan
pertumbuhan tidak
memiliki hubungan
signifikan terhadap
kebijakan hutang,
free cash flow,
kepemilikan
institusional dan
profitabilitas
menghasilkan
pengaruh signifikan
dan negative terhadap
kebijakan hutang.
Sedangkan struktur
aktiva memiliki
32
Lanjutan Tabel 2.1
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
hubungan signifikan
positif terhadap
hutang perusahaan.
3 Yuli Soesetio
(2008)
Pengaruh
Manajerial dan
Institusional,
Kebijakan Dividen,
Ukuran Perusahaan,
Struktur Aktiva dan
Profitabilitas
terhadap Kebijakan
Hutang
Dependen : Kebijakan Hutang
Independen : Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
institusional,
Kebijakan dividen,
Ukuran perusahaan,
Struktur aktiva,
Profitabilitas.
Pada variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan dividen,
ukuran perusahaan,
struktur aktiva, dan
profitabilitas,
berpengaruh
signifikan secara
simultan terhadap
kebijakan hutang
perusahaan.
Sedangkan variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, struktur
aktiva, dan
profitabilitas secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang, dan
variabel kebijakan
dividend dan ukuran
perusahaan secara
parsial berpengaruh
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
4 Yustiana Ratna
Nuraini (2010)
Analisis Pengaruh
Return On
Investment, Fixed
Assets Ratio, Firm
Size dan Rate Of
Growth Terhadap
Debt To Equity
Ratio pada
Perusahaan
Dependen : Kebijakan Hutang
(DER)
Independen : ROI,
FAR, Firm Size
dan Rate of Growth
FAR, Firm Size dan
Rate of Growth
berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap DER.
Sedangkan ROI
berpengaruh
signifikan dan
negative terhadap
33
Lanjutan Tabel 2.1
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Manufaktur yang
Tercatat di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2003-2007
DER.
Secara simultan
semua variabel
berpengaruh terhadap
DER.
5 Devi Nurvida
dan Gugus
Irianto (2008)
Pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional dan
sebaran
kepemilikan
terhadap kebijakan
hutang perusahaan
ditinjau dari teori
keagenan
Dependen :
Kebijakan hutang
Independen :
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional dan
sebaran
kepemilikan
Secara parsial
kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang
perusahaan.
Penyebaran
kepemilikan
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Secara parsial umuran
perusahaan dan
struktur aktiva
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
6 Steven dan Lina
(2011)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kebijakan Hutang
Perusahaan
Manufaktur
Dependen : Kebijakan Hutang
(DER)
Independen : Kebijakan Dividen,
Investasi
Perusahaan,
Kepemilikan
manajerial,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Struktur Aset,
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas
Kebijakan dividen,
struktur aktiva,
profitabilitas
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Sedangkan investasi
perusahaan,
kepemilikan
manajerial,
pertumbuhan
perusahaan, dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
hutang.
34
C. Kerangka Pemikiran
Kebijakan hutang merupakan keputusan penting yang sangat
berpengaruh terhadap kebijakan dan kondisi suatu perusahaan. Pada dasarnya
kebijakan hutang akan menentukan nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan
pendanaan yang diperoleh melalui hutang. Hutang dapat sangat membantu
dalam mengatasi masalah pendanaan, akan tetapi perlu dipertimbangkan
risiko akan terjadinya kebangkrutan pada penggunaan hutang dalam jumlah
yang besar. Maka kerangka pemikiran teoritisnya adalah sebagai berikut :
35
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BEI
Variabel Independen :
1. DPR
2. ROA
3. Pertumbuhan
Perusahaan (PER)
4. Ukuran perusahaan
Variabel dependen :
Kebijakan Hutang
(DER)
Model Regresi
Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi Uji
Heteroskedastisitas
Uji F (Simultan) Uji t (Parsial) Koefisien
Determinasi
Kesimpulan
Uji Regresi Berganda
36
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah.
Hipotesis dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara simultan.
H2 : Terdapat pengaruh signifikan variabel kebijakan dividen terhadap
kebijakan hutang secara parsial.
H3 : Terdapat pengaruh signifikan variabel profitabilitas terhadap kebijkan
hutang secara parsial.
H4 : Terdapat pengaruh signifikan variabel pertumbuhan perusahaan
terhadap kebijakan hutang secara parsial.
H5 : Terdapat pengaruh signifikan variabel ukuran perusahaan terhadap
kebijakan hutang secara parsial.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Hutang. Data-data yang digunakan adalah data historis dari data-data
keuangan berupa Annual Report dari tahun 2008-2010. Dalam penelitian ini
penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai tempat untuk melakukan
observasi. Maka penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung
berupa data sekunder dengan menggunakan data laporan keuangan pada
semua industri kecuali perusahaan dalam bidang perbankan.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
yang digunakan atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata-mata dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel didasarkan pada
prosedur sebagai berikut :
1. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-
2011.
2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian 2008-
2011.
3. Perusahaan yang membagikan dividen tunai berturut-turut selama periode
38
pengamatan 2008-2011.
4. Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2011.
Jumlah sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 -
2011. Sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 TBLA PT. Tunas Lampung Baru,Tbk
2 SMGR PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
3 LION PT. Lion Metal Works, Tbk
4 LMSH PT. Lion Mesh Prima, Tbk
5 AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk
6 SMSM PT. Selamat Sempurna, Tbk
7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
8 GGRM PT. Gudang Garam, Tbk
9 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk
10 TSPC PT. Tempo Scan Pacifik, Tbk
11 TCID PT. Mandom Indonesia, Tbk
12 JRPT PT. Jaya Real Property, Tbk
13 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
14 PEGE PT. Panca Global Securities, Tbk
15 INTA PT. Intraco Penta, Tbk
16 LTLS PT. Lautan Luas, Tbk
17 MICE PT. Multi Indocitra, Tbk
18 TGKA PT. Tigaraksa Satria, Tbk
19 UNTR PT. United Tractors, Tbk
20 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk
21 ASGR PT. Astra Graphia, Tbk
22 MTDL PT. Metrodata Electronicks, Tbk
Sumber : www.idx.co.id
39
1. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk adalah sebuah perusahaan yang
berbasis di Indonesia yang terlibat dalam pembuatan dan distribusi
produk berbasis pertanian konsumen. Perusahaan ini menawarkan
minyak goreng kelapa, minyak kelapa goreng, minyak kelapa mentah,
minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan sabun. Produk-produknya
dipasarkan baik di pasar domestik dan internasional. Perusahaan juga
bergerak di bidang perkebunan dan bisnis real estate. Maskapai ini
mengoperasikan tiga perkebunan: sebuah banktanah lebih dari 50.000
hektar di Lampung; 30.000 hektar di Palembang, dan 10.000 ha di
Pontianak. Ini digunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Pada
tanggal 31 Desember 2009, Anak Perusahaanadalah PT Bumi Sentosa
Abadi, PT Bangun NusaIndah Lampung, PT Budi Dwiyasa Perkasa, PT
Adikarya Gemilang, PT Bangun Tatalampung Asri, PT Budinusa
Ciptawahana, PTAgro Bumi Mas, PT Mulya Mandra Mukti, PT Bumi
Perkasa dan PT Abadi Gemilang Sentosa Mulia.
2. PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen.
Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada
tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public
dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Sampai
dengan tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham
40
berubah menjadi Pemerintah RI 15,01%, Masyarakat 23,46% dan Cemex
25,53%.Pada Tanggal 27 Juli Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham
CEMEX S.S de. C.V pada Blue valley Holdings PTE Ltd. Sehingga
komposisi kepemilikan saham sampai saat ini berubah menjadi
Pemerintah RI 51,01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd 24,90%, dan
masyarakat 24,09%.Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group
(SGG) sebesar 16,92 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar
46% pangsa pasar semen domestik.
3. PT. Lion Metal Works Tbk (IDX: LION)
Merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi logam
yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1972. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan
logam. PT Lion Metal Works Tbk mempunyai luas area 63,130 m2
dengan luas bangunan 29,517 m2 dengan lokasi Jalan Raya Bekasi Km
24,5 Cakung Jakarta Timur. Bergerak di bidang Peralatan kantor dan
fabrikasi logam. Untuk menunjang kegiatan operasi perseroan
memproduksi antara lain peralatan perkantoran, peralatan rumah sakit,
peralatan dan sistem pengaman (Brandkast), peralatan pergudangan.
dengan bahan bangunan seperti Pintu Tahan Api, sistem Penyangga
kabel, Rangka Atap Baja ringan dan Rangka Rumah Baja Tahan Gempa,
Kanal C untuk konstruksi.
4. PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH)
Didirikan tanggal 14 Desember 1982 dengan nama PT Lion
Weldmesh Prima dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
41
1984. Kantor pusat LMSH berdomisili Jln. Raya Bekasi Km. 24.5,
Cakung Jakarta 13910. Saat ini, LMSH memiliki dua pabrik. Salah satu
dari dua pabriknya berkedudukan di Jalan Raya Bekasi, Km. 24,5,
Cakung, Jakarta Timur sedangkan pabrik yang lain terletak di Jalan
Flamboyan Desa Siring, Sidoarjo, Jawa Timur.
Untuk pabrik yang berlokasi di Desa Siring, Sidoarjo, LMSH telah
mengadakan perjanjian perikatan jual beli dengan Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan telah menandatangani dokumen
pelunasannya. Pada tanggal 31 Agustus 2012, LMSH telah menerima
pelunasan atas ganti rugi. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan LMSH antara lain meliputi industri besi kawat
seperti weldmesh dan sejenisnya dan steel fabrication. Saat ini, LMSH
hanya bergerak dalam usaha manufaktur weldmesh. Pada tahun 1990,
LMSH memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) LMSH kepada
masyarakat sebanyak 600.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp7.200,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juni 1990.
5. PT. Astra Otoparts, Tbk
Berdiri tahun 1976 sebagai PT. Alfa Delta Motor, sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang otomotif, perakitan mesin dan
konstruksi. Pemilik dari perusahaan ini adalah William Soeryadjaja dan
PT. Djaja Pirusa. Pada tahun 1977 PT. Alfa Delta motor berubah
namamenjadi PT. Pacific Western. Pada tahun 1981 PT. Pacific Western
42
berubah nama menjadi PT. Menara Alam Tekhnik dan berganti
kepemilikan menjadi milik PT. Summa Surya, PT. Windu Tri Nusantara
dan PT. Multifest. Pada tahun 1983 PT. Astra Internasional Inc membeli
saham PT. Summa Surya di PT. Menara Alam Tekhnik. Pada tahun 1993
PT. Astra Internasional Inc mengambil alih seluruh saham PT. Menara
Alam Tekhnik, dan berubah nama menjadi PT. Alam Pradipta. Pada
Tahun 1996 PT.Alam Pradipta berubah nama menjadi PT. Astra Pradipta
Internusa, bulan juni 1996 bergabung dengan beberapa perusahaan Astra
dan berubah nama menjadi PT Federal Adiwira Serasi PT Federal
Adiwira Serasi bergerak dibidang manufaktur dan perdagangan metal
dan plastic. Bulan desember 1996 PT federal Adiwira Serasi berubah
nana nenjadi PT Astra Dian Lestari. Dinana 97% sahannya diniliki oleh
PT. Astra Internasional Tbk.
6. PT. Selamat Sampoerna, Tbk
Didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 dengan ruang lingkup
perusahaan bergerak dalam bidang industri perlengkapan alat-alat suku
cadang dari berbagai alat-alat mesin paprika dan kendaraan. Perusahaan
memulai usaha komersialnya pada tahun 1980, untuk IPO dilakukan pada
tanggal 9 September 1996 dengan jumlah lembar saham sebanyak
34.400.000 saham perdana dengan nilia nominal Rp. 500 per saham
dengan harga penawaran Rp. 1.700 per saham.
7. PT. Indofood
PT. Indofood Sukses makmur, Tbk merupakan produsen berbagai
jenis makanan dan minunan yang bermarkas di Jakarta
43
Indonesia.Perusahaan ini didirikan tahun 1972 oleh Sadono Salin,
Perusahaan ini mengekspor bahan makanan hingga Australia Asia dan
Eropa.
8. PT. Gudang Garam Tbk
Adalah sebuah merk/ perusahaan produsen rokok terpopuler asal
Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie /Surya
Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan peringkat kelima tertua dan
terbesar di Indonesia (setelah Djarum) dalam Produksi rokok kretek.
Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 area di Kediri,
Jawa Timur. Pada tahun 1956 Tjoa Ing Hwie meninggalkan cap 93. Dia
membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali
dengan rokok kretek dari kelobot dengan merk Inghwie. Setelah dua
tahun berjalan Inghwie menggantin nama perusahaannya menjadi Pabrik
Rokok Tjap Gudang Garam. PT. Gudang Garam Tbk, tidak
mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT. Surya
Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen
atau produsen.
9. PT. Kalbe Farma, Tbk
PT. Kalbe Farma adalah perusahaan yang bergerak di industri
farmasi yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 10 September tahun
1966, PT Kalbe Farma mulai terbentuk. PT. Kalbe Farma, Tbk
perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, PT. Kalbe
Farma, Tbk. dengan manajemen yang dikelola secara profesional dan
berorientasi pada kepuasaan pelanggan, mengundang para profesional
44
muda yang ingin maju serta berkembang. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma
Visi: Menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang
kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan
merek dagang yang kuat, didasarkan oleh manjemen, ilmu dan teknologi
yangunggul. Misi: Meningkatkan Kesehatan untuk Kehidupan yang
Lebih Baik.
10. PT. Tempo Scan Pasific, Tbk
PT. Tempo Scan Pacific Tbk (BEI: TSPC) adalah perusahaan
induk (holding company)Yang memiliki beberapa perusahaan Farmasi.
PT Supra Ferbindo Farma, PT. Indonesian Pharmaceutical Industries,
dll. Yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan bulan
mei pada Tahun 1977 nama lama dengan PT. Scanchemie, oleh PT.
perusahaan dagang tempo murah, PT. Bahasa Indonesia Pharmaceutical
Industries. Perusahaan ini menghasilkan Berbagai Produk Farmasi murah
perawatan pribadi dengan berbagai merk.
11. PT. Mandom Indonesia, Tbk
Perusahaan ini semula bernama PT. Tancho Indonesia Tbk yang
kemudian berganti nama jadi PT. Mandom Indonesia Tbk pada tahun
2001 perusahaan mempunyai induk yaitu Mandom Corporation Japan.
Suatu perusahaan yang didirikan di Jepang. PT. Mandom Indonesia Tbk
berlokasi di Jakarta dan pabriknya beralokasi di Jakarta kawasan industri
MM2001, Cibitung, Jawa Barat. Perseroan bergerak dalam bidang
produksi dan perdagangan kosmetik, perawatan kulit, perawatan rambut
45
dan pemeliharaannya, parfum, dll. Dengan merk TANCHO, MANDOM,
SPALDING, GATSBY, PIXI UV WHITENING, PUCELLE, EXCEL,
LOVILLEA, LA BEAUTY, MIRATONE, JOHNNY ANDREAN.
12. PT. Jaya Real Property, Tbk
PT. Jaya Properti Properti beroperasi di Subdividers dan sektor
pengembang. PT Jaya Properti Properti Tbk adalah pengembang properti
dan manajemen perusahaan di Indonesia. Kegiatan usaha Perseroan
terdiri dari real estate dan pembangunan perkotaan dari daerah
pemukiman dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum,
penyediaan jasa pendukung serta investasi. Ini memiliki beragam
portofolio perkembangan perumahan dan komersial di Selatan, Barat dan
Jakarta Pusat yang meliputi Graha Raya, Puri Jaya, Bintaro Jaya, Bintaro
Plaza, Senen Jaya pusat perdagangan, antara lain. Semua anak
perusahaan yang terlibat dalam konstruksi pengembangan real estat, dan
jasa.
13. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia
Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi
telepon di Indonesia.Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak
perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk
Telepon Telkom Yellow Pages.Perkembangan yang tercatat selanjutnya
adalah berdirinya PT Elnusa Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah
nama di tahun 1995 menjadi PT Infomedia Nusantara pada saat PT
46
Telkom Tbk menanamkan investasi. Untuk mendukung implementasi
Good Coorporate Governance dalam setiap aspek kegiatan perusahaan,
Infomedia telah mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan
di tahun 2008.
Pada tanggal 30 Juni 2009 PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom)
melalui PT Multimedia Nusantara (Metra), anak perusahaan yang
99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group) telah
menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk
membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT
Elnusa Tbk (Elnusa), sehingga 100% saham PT Infomedia Nusantara
telah dimiliki oleh Telkom Group.
14. PT. Panca Global Securities Tbk,
PT PG Asset Management mendapatkan izin operasi dari Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) untuk
beroperasi sejak 27 Desember 2011. Perusahaan ini memiliki kantor
pusat pemasaran di Jakarta dan satu kantor cabang yang berkantor di
Surabaya. PG Asset Management juga berencana menambah kantor
cabang pada tahun yang sama di Medan dan Ujung Pandang untuk
memperkuat jaringannya.
15. PT Intraco Penta Tbk (INTA)
Didirikan tanggal 10 Mei 1975 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1975. Kantor pusat INTA terletak Jl. Raya
Cakung Cilincing KM 3,5 Jakarta 14130, sedangkan cabang-cabang
47
INTA terletak di beberapa kota di Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
INTA terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat
berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan
dengan perakitan dan perbengkelan. Pada tanggal 30 Juni 1993, INTA
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INTA kepada masyarakat
sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp3.375,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Agustus 1993. Pada
akhir Desember 2005 memiliki total aset Rp. 887,644 miliar.
16. PT Lautan Luas Tbk (LTLS)
Didirikan tanggal 18 Januari 1951 dengan nama Persekutuan Andil
Maskapai Dagang dan Industri Lim Teck Lee dan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1951. Kantor pusat LTLS terletak di Gedung
Graha Indramas, Jl. AIP II K.S. Tubun Raya No. 77, Jakarta Barat 11410.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LTLS
bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, agro-bisnis dan
penyediaan jasa, pertambangan, pembangunan/kontraktor dan
perbengkelan. Kegiatan utama LTLS adalah distribusi bahan kimia serta
melakukan penyertaan saham terutama pada perusahaan-perusahaan
manufaktur bahan kimia. Pada tanggal 18 Juni 1997, LTLS memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
48
Umum Perdana Saham (IPO) LTLS kepada masyarakat sebanyak
50.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Juli 1997.
17. PT. Multi Indocitra, Tbk
PT. Multi Indocitra, Tbk (MICE) bergerak di bidang perdagangan
umum dan distributor produk kosmetik, produk bayi dan ibu menyusui
produk dengan nama merek Pigeon. MICE bertindak sebagai distributor
produk kosmetik untuk bayi dan ibu menyusui produk yang diproduksi
oleh anak perusahaannya, PT Multielok Kosmetik, seperti sabun bubuk,,
shampo cair, botol susu plastik dan lain-lain, di bawah nama merek
Pigeon. Untuk mendukung bisnisnya, MICE memiliki satu cabang yang
terletak di Surabaya, Jawa Timur
PT. Multi Indocitra, Tbk. ("Perseroan") didirikan pada tanggal 11
Januari 1990 dengan maksud dan tujuan untuk mendistribusikan produk
perawatan dan perlengkapan untuk kebutuhan bayi, ibu hamil dan
menyusui serta produk perawatan kulit.Pada tahun 2005, Multi Indocitra
menjadi Perusahaan Publik ditandai dengan peluncuran saham
perdananya di Bursa efek. PT. Multielok Cosmetic memproduksi produk-
produk toilet, rias untuk bayi, remaja dan dewasa. Sedangkan PT. Pigeon
Indonesia berdiri pada tahun 1995 sebagai perusahaan joint venture
dengan Pigeon Corporation Jepang, memproduksi produk-produk
perlengkapan bayi dengan merk Pigeon untuk dipasarkan di Indonesia
49
dan diekspor ke mancanegara. Sejalan dengan peluang bisnis yang ada,
saat ini Perusahaan telah mengembangkan lini usaha Lampu Hemat
Energi merk HORI dimana telah mulai dipasarkan di sebagian besar
wilayah Indonesia.
18. PT. Tigaraksa Satria, Tbk
PT. Tigaraksa Satria, Tbk educational product division telah
dikenal lama sebagai salah satu perintis dalam menyediakan program
pendidikan rumah terbaik di Indonesia. Sejak tahun 1973, PT. Tigaraksa
Satria, Tbk educational product division berkomitmen dan berdedikasi
dalam mengoptimalkan kegiatan belajar sejak dini kepada keluarga-
keluarga Indonesia dengan menyediakan program yang terbaik dan
pengalaman membeli yang mengesankan.
PT. Tigaraksa Satria, Tbk educational product division saat ini
menjual dan mendistribusikan program pendidikan rumah terbaik dari:
Educational Technologies, World Book, Al-Qolam, Tira Pustaka, Wink to
Learn. Para pemegang hak cipta buku tersebut adalah institusi-institusi
yang telah puluhan tahun berpengalaman dan memiliki komitmen
menyediakan produk berkualitas dengan harga terjangkau yang
membantu anda membangun potensi anak-anak Anda.
19. PT. United Tractor, Tbk
PT. United Tractor, Tbk adalah perusahaan distributor tunggal alat
berat Komatsu yang mulai beroperasi di Indonesia pada 13 Oktober
1972.Di Bursa Efek Indonesia, PT. United Tractor, Tbk termasuk dalam
50
industri perdagangan, jasa dan investasi pada sektor perdagangan besar
barang produksi dengan kode pencatatan UNTR dimana PT. Astra
Internasional menjadi pemegang saham mayoritas.Selain dikenal sebagai
distributor alat berat terkemuka di Indonesia, UNTR juga aktif bergerak
di bidang kontraktor penambangan dengan anak perusahaan PT.
Pamapersada Nusantara (PAMA) dan PT. Dasa Eka Jasatama (DEJ).
Pendapatan UNTR berasal dari penjualan alat berat (mesin konstruksi)
Komatsu, Nissan Diesel, Scania, Bomag, Valmet dan Tadano sebesar
47,2%, dari kontraktor penambangan 43,8% dan sektor pertambangan
sebesar 9%.
20. PT Radiant Utama Interinsco Tbk
RUIS didirikan 22 Agustus 1984 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1984. Kantor pusat RUIS berlokasi di Jalan Kapten
Tendean No. 24, Mampang Prapatan, Jakarta. RUIS tergabung dalam
kelompok usaha Grup Radiant Utama. Jasa teknik instalasi dan rekayasa
bidang minyak, gas bumi dan energy, Jasa penyewaan peralatan
pertambangan minyak dan gas bumi, Jasa perbaikan dan perawatan
instalasi pertambangan minyak dan gas bumi, Eksplorasi dan eksploitasi
dan pengembangan bidang minyak, gas bumi dan energi. Pada tanggal 30
Juni 2006, RUIS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) RUIS kepada
masyarakat sebanyak 170.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per
saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham
51
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Juli
2006.
21. PT. Astra Grapia, Tbk
Astragraphia mengawali perjalanannya pada tahun 1971 sebagai
Divisi Xerox PT Astra International terlibatdalam pemasaran eksklusif
dan setelah layanan penjualan mesin fotokopi Xerox di seluruh
Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang pesat, pada tahun
1976 Divisi Xerox memisahkan diri dari PT. Astra International dan
menjadi perusahaan independen, PT Astra Graphia. Dalam rangka
membangun landasan yang kokoh bagi pertumbuhan bisnisnya, pada
tahun 1989 Astragraphia menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Sampai dengan 31 Desember 2005, jumlah saham Astragraphia
seluruhnya adalah 1.348.780.500 saham dengan komposisi sebagai
berikut: Saat ini, memasuki tahun ke-30 sebagai perusahaan independen,
Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution dengan Fuji Xerox
Co Ltd, sebagai pokok utama, dokumen perusahaan yang ahli global
dengan kantor pusat di Jepang. Para bisnis Document Solution tidak
hanya terdiri dari bisnis mesin fotokopi tapi telah mengalami
transformasi bersamaan dengan pesatnya perkembangan TI untuk muncul
sebagai Penyedia Solusi TI Berbasis Dokumen. Ruang lingkup diperluas
fungsinya juga, dimulai dengan masukandokumen (membuat, scaning,
penggabungan,mengedit), manajemen dokumen (berbagi, archieving,
52
mendistribusikan, routing)untuk output dokumen (pencetakan, fax, copy,
e-mail, melihat web) dengan berbagai konfigurasi.
22. PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL)
Didirikan 17 Februari 1983 dengan nama PT Sarana Hitech
Systems dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor
pusat MTDL berlokasi di APL Tower, Jalan Letjen S. Parman Kav. 28,
Jakarta. MTDL dan Anak Usaha mempunyai kantor-kantor yang
berlokasi di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan
Makassar.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan MTDL meliputi penjualan berbagai jenis komputer dan produk-
produk teknologi tinggi lainnya yang berkaitan dengan komputer serta
jasa terkait lainnya. Pada tanggal 14 Februari 1990, MTDL memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham MTDL (IPO) kepada masyarakat sebanyak
1.468.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp6.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 April 1990.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, teknik
pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut :
1. Riset kepustakakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada teori-teori
dari berbagai literature yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data
53
yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang
dibutuhkan dapat juga diambil dari internet sebagai salah satu media riset
kepustakaan.
2. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencatat data dari dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian di
Bursa Efek Indonesia.
Data sekunder tersebut adalah :
a. Data berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan
prospectus perusahaan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai
dengan 2011 serta data index statistic dari Bursa Efek Indonesia.
b. Data berupa informasi perusahaan-perusahaan yang membagikan
dividen serta perusahaan Nonkeuangan yang terdaftar di BEI periode
2008 sampai dengan 2011
D. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis Regresi Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu
variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut
variabel tergantung atau dependen, regresi berganda bebas atau variabel
independen. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari
satu variabel independen disebut regresi berganda. Model regresi linier
berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi
54
asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik,
baik itu multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan
minimum. Untuk memberikan gambaran analisis statistik deskriptif.
2. Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang
baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik, baik itu
multikolineritas, heteroskedastisitas dan autokorelsasi (Indoyama, 2008).
a. Uji Normalitas
Singgih Santoso (2012:230) pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel
independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
55
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tersebut
tidak memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2011:163).
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati. Secara visual kelihatan normal, namun secara statistik
bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disampinh uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik.
56
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non-parametik Kolmogorof-
Smirnov (K-S).
Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residual terdistribusi normal
Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal
(Imam Ghozali,2011 : 164)
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
inependen lain dalam suatu model (Nugroho, 2005 : 58). Artinya, uji
ini melihat adakah hubungan linier antara variabel dependen dan
independen pada sebuah regresi. Menurut (Husein Umar, 2002:186)
dalam Indoyama (2008:16) salah satu asumsi model regresi linier
berganda adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variable
bebasnya. Dalam statistik, tidak terjadi multikolinieritas. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi diantara variabel
bebas. Koefisien koralsi antar variabel independen haruslah lemah
(dibawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem
multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai
57
tolerance ≤ 0.10 dan lawanya serta Variance Inflation Factor (VIF) ≥
10 (Imam Ghozali, 2011:106).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu
model regresi berganda terdapat korelasi antara kesalah pengganggu
pada periode t-1 (sebelumya). Jika trejadi korelasi, maka dinamakan
ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya
observasi yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain. Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi menurut
Nugroho (2005:33), adalah dengan cara sebagai berikut :
Kesimpulan Daerah Pengujian
Terdapat autokorelasi positif d < dl
Ragu-ragu dl < d < du
Tidak terdapat autokorelasi du < d < 4-du
Terdapat autokorelasi negatif 4-dl < d
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan, menjadi tidak layak untuk dipakai.
Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain dengan
melakukan transformasi data dan menambah data observasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadinya
perbedaan variane residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
58
diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan
variance residual suatu periode pengamatan dengan periode
pengamatan lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi
dengan studentzed delete residual nilai tersebut sehingga dapat
dikatakan nilai tersebut homokesdastisitas. Menurut Nugroho
(2005:35), model regresi linier berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas jika pada pola gambar scatterplot :
1) Titik-titik data yang menyebar di atas dan di bawah atau disekitar
angka 0 (Nol).
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data yang di peroleh tidak boleh membentuk
pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan dengan F-Test
Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara
simultan atau serentak terhadap variabel dependen dilakukan uji
statistik-F (ANOVA) (Gujarat, 1978:47) dalam indoyama (2008:32).
Jika nilai F-hitung > F-tabel pada tingkat signifikan atau alpha tertentu
(misalnya : 5%), Ho ditolak dan Ha diterima, maka model yang diuji
adalah signifikan.
59
Adapun statistik pengujiannya adalah :
1. Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima, maka nilai F
hitung dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikansi tertentu,
dengan Dk pembilang = k dan Dk penyebut = N-k-1
b. Uji Parsial dengan t-test
Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variabel dependen (Gujarat, 1978:44) dalam Indo yama (2008:30).
1) Pengambilan keputusan berdasarkan t-hitung dengan t-tabel :
a. Jika t hitung > t-tabel atau t-hitung < t-tabel maka H0 ditolak dan
Ha diterima.
b. Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas signifikan :
a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka H0 diterima, berarti
bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, H0 ditolak, berarti bahwa
suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
60
Menentukan nilai thitung dengan persamaan :
ti = βi
Se (βi)
Dimana :
βi = bi = Koefisien regresi variabel Xi
Se(βi) = Standar error variabel Xi
c. Uji Koefisien Determinasi (adjusted R square)
Koefisien determinasi (R²/adjusted R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu.
Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
(Imam Ghozali, 2011:97).
Menurut Gujarati dalam Imam Ghozali (2011:97-99) jika dalam
uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R²
dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R² = 1, maka
Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R²=
(1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R² akan bernilai negatif.
d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Sedangkan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model regresi linear berganda (multiple regression) yang
bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan dividen, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan
hutang secara bersama-sama.
61
Adapun persamaan dari regresi berganda dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e
Dimana :
Y = Kebijakan Hutang (DER)
a = Konstanta
X1 = Kebijakan Dividen
X2 = Profitabilitas
X3 = Pertumbuhan Perusahaan
X4 = Ukuran Perusahaan
b1, b2, b3, b4,.. = Koefisien regresi yang menunjukan angka
peningkatan atau penurunan variabel terikat
yang didasarkan pada hubungan nilai variabel
bebas.
e = Error Term.
E. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis, variable
penelitian yang akan dianalisis dikelompokkan kedalam enam variabel. yakni
variabel dependen (y) dan variabel independen (x1, x2, x3, x4, x5 ……….).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang terikat oleh variabel
lainnya, atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel
62
dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diwakili
dengan debt equity ratio (DER). Variabel kebijakan hutang ini merupakan
rasio antara hutang terhadap equity. Rasio ini mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Variabel DER dirumuskan dengan rumus sebagai berikut :
DER = Total Hutang
Total Ekuitas
2. Variabel Independen
Variabel independen ini sering disebut variabel tidak terikat atau
bebas. Variabel ini diwakili oleh Kebijakan Dividen, Profitabilitas,
Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan. Yang
termasuk variabel independen adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan dividen (X1)
Dalam penelitian ini variabel kebijakan dividen dilambangkan
dengan dividend payout ratio (DPR), dividen dapat diartikan sebagai
bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang
saham. Yang merupakan rasio antara pembayaran dividen yang
diaproxykan dengan DPS (dividend per share) terhadap EPS (earning
per share) (Indah ningrum dan Ratih, 2009).
Rumus DPR adalah sebagai berikut
DPR = DPS
EPS
63
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
memanfaatkan asset yang ada untuk menghasilkan pendapatan
(Yeniatie dan Nicken, 2010). Merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA
juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya (Kasmir, 2009:207). Rumus Return On Asset
(ROA) yaitu :
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
c. Pertumbuhan Perusahaan
Menurut Jogiyanto (dalam Karinaputri, 2012) dikatakan bahwa
potensi pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dengan perbandingan
antara nilai pasar saham dengan nilai bukunya. Sehingga diaproksikan
kesempatan pertumbuhan dengan PER (price earning ratio). PER
dapat dihitung dengan membagi harga per lembar saham dengan laba
bersih per lembar saham.
Sehingga pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
PER = Harga per lembar saham
Laba per lembar saham
64
d. Ukuran Perusahaan
Variabel ini merupakan rasio logaritma natural dari penjualan
(sales). Menurut Tittman dan Wessels (1988) dalam Yustiana (2010)
ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yanh
diukur melalui logaritma natural dari total Asset (Ln total asset). Total
asset dijadikan sebagai indicator ukuran perusahaan karena sifatnya
jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan logaritma
natural digunakan untuk meminimalkan varian dari model penelitian
Total Asset memiliki satuan miliar rupiah sedangkan variabel
independen yang lain menggunakan persen (%),
maka agar variannnya minimal logaritma natural total asset. Rumus
ukuran perusahaan adalah :
Ukuran perusahaan = Ln Total Asset
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
yakni tujuh tahun sesudahnya, tepatnya pada tanggal 3 Juni 1952.
Perdagangan surat berharga mulai dilakukan, transaksi atau perdagangan
efek ini diwakili dengan dibukanya bursa efek Indonesia secara resmi,.
Pembukaan dilakukan di gedung De Javasche Bank (Bank Indonesia yang
beralokasi di Jakarta) oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia waktu
itu yakni Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Perdagangan surat berharga
tersebut berlangsung sampai tahun 1958, lalu terhenti. Terhentinya yang
bersifat sementara itu terjadi karena situasi sosial politik yang terus
memanas, membawa akibat pengambilalihan perusahaan Belanda di
Indonesia. Jadi pada tahun 1958 itulah kegiatan perdagangan efek
terpaksa tak dapat berjalan, situasi kacau balau.
Pada tahun penutupan masa yang ditinjau (1958), keadaan Bursa
Efek di Jakarta nampak sangat sepi perusahaan-perusahaan yang
sahamnya atau obligasinya tercatat di bursa, sebagian besar mengalami
masa peralihan, satu dan lain bertalian dengan pelaksanaan aksi Irian
Barat. Begitu pula lalu lintas efek antara Indonesia dengan negeri Belanda
praktis terputus sama sekali, hal mana sangat mempengaruhi pula keadaan
bursa efek. Berdsasrkan peraturan Devisa yang berlaku, kupon dividen
66
yang sebelumnya di bayar di Negeri Belanda sejak tahun 1958, tidak
dapat direalisasikan lagi, sehingga penanaman dalam efek yang
bersangkutan tidak lagi memberikan penghasilan (Dwiyanti : 1987;1-2).
2. Perkembangan Bursa Efek
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia (Bursa Efek), kegiatan jual
beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut buku
Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreninging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal
Desember 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek
di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua
keempat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang
diidentikkan sebagai aktivitas pasar midal sudah sejak tahun 1912 di
Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang Belanda
di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad ke-19
pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-
besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para
penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut
terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya
sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar
itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar midal.
Setelah mengadakan persiapan akhirnya berdiri secara resmi pasar midal
di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember
1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel (bursa efek) dan
67
langsung memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada saat itu
adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta
obligasi pemerintah Hindia Belada. Bursa Batabia dihentikan pada perang
dunia yang pertama dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan menambah
jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan
Semarang. Aktivitas ini terhenti pada perang dunia kedua.
Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI,
tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh
pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal
Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No.
13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan senagai Undang-
undang No. 15 tahun 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun
penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang
dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan beberapa
makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas
ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan
pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para
pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun
badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase
dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran
perdagangan di bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang
dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu
hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga begara
68
Belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebyut makin parah
sejalan dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia denan
Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-
alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang-
undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian disusul dengan
instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada
tahun 1960, yaitu larangan Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan
semua efek dari perusahaan Belanda yangberoperasi di Indonesia,
termasuk semua efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin
memperparah perdagangan efek di Indonesia.
Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah
Departemen Keuangan. Unuk merangsang perusahan melakukan emisi,
pemerintah memberikan keringanan atas pajak persetoan sebesar 10%-
20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain
itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar midal tidak
dikenakan pajar pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga, dividen,
royalti, dan pajak kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakuka deregulasi di sektor
keuangan dan perbankan termasuk pasar midal. Deregulasi yang
memengaruhi perkembangan pasar midal antara lain Pakto 27 tahun 1988
dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paker 24
Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal
meliputi pokok-pokok:
69
a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%.
b. Diperkenalkan Bursa Paralel.
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa
yang sebelumya dipungut oleh Bapepam.
d. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public.
e. Saham boleeh diterbitkan atas tunjuk.
f. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum
ditiadakan.
g. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambat-
lambatnya 30 hari sejak dilengkapinya persyaratan.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT
Bursa Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dalam penelitian
ini dilakukan analisis deskriptif statistik yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 88 5.88 112.39 41.3066 19.12016
ROA 88 .01 .26 .0976 .05624
PER 88 2.20 42.26 10.3409 6.09536
Ukuran_perusahaan 88 11.03 18.45 14.7465 1.80994
DER 88 .10 5.96 1.1986 1.07586
Valid N (listwise) 88
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
70
Berdasarkan jumlah sample tersebut diperoleh gambaran statistik
deskriptif yang berfungsi untuk mengetahui karakteristik sample yang
digunakan yang meliputi jumlah sample, rata-rata serta tingkat
penyimpangan data (Standard Deviation). Berdasrkan tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa nilai terendah variabel DPR sebesar 5,88, nilai tertinggi
112.39, nilai rata-ratanya sebesar 41,3066, dengan tingkat penyimpangan
19,12016. Variabel ROA dengan nilai terendah sebesar 0,01, nilai tertinggi
sebesar 0,26, dengan nilai rata-rata 0,0976 dan tingkat penyimpangannya
sebesar 0,05624. Untuk variabel pertumbuhan perusahaan (PER) nilai
terendah sebesar 2,20, niali tertingginya sebesar 42,26 dengan nilai rata-
ratanya sebesar 10,3409 dan tingkat penyimpangannya 6,09536,
sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan nilai terendah sebesar 11,03,
nilai tertingginya sebesar 18,45, nilai rata-rata untuk variabel ukuran
perusahaan sebesar 14,7465 sedangkan tingkat penyimpangannya sebesar
1,80994, dan variabel DER nilai terendahnya 0,10, nilai tertingginya
sebesar 5,96, dengan nilai rata-ratanya sebesar 1,1986 dengan tingkat
penyimpangan sebesar 1,07586 . Jumlah sampel yang masuk dalam proses
komputer SPSS 16.0 sebanyak 88 sampel.
71
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Imam Ghozali, 2011:160-161).
72
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
(mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa
data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak digunakan dengan statistik parametik karena
memenuhi asumsi normalitas (Indoyama, 2008:9).
2) Analisis Statistik
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
73
Tabel 4.2
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .73199264
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z 1.048
Asymp. Sig. (2-tailed) .222
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,048 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,222 yang jauh diatas 0,05, jadi tidak dapat
ditolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara
normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas residual (Imam
Ghozali, 2011:207).
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan
korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji
multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
74
Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DPR .838 1.193
ROA .869 1.151
PER .807 1.240
Ukuran_perusahaan .791 1.264
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya
mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF
lebih besar dari 10, dengan nilai tolerance dibawah 0,10. keadaan
seperti itu membuktikan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi ada korelasi antara semua urutan pengamatan dari
waktu ke waktu. Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak
terdapatnya autokorelasi (Husein Umar, 2002:188) dalam Indoyama
(2008:21). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya.
75
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .733a .537 .515 .74942 2.029
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER
b. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah
2.029. Nilai ini terletak antara 1,60<DW<2,40. Hal ini berarti bahwa
pada tahun 2008-2011 tidak terjadi masalah autokorelasi. Dengan
demikian model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
Pada tabel 4.4 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,029
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 88 dan jumlah variabel
independen (k) adalah 4. Maka dari tabel didapat nilai dU = 1,749 d =
2,029 dan 4 – dU = 4 – 1,749 = 2,251 Oleh karena nilai du < d < 4 - du
atau 1,749 < 2,029 < 2,251 maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi baik positif maupun negatif.
d. Heteroskedastisitas
Pengujian gejala Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Diagnosis adanya
heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola
scatter plot diagram.
76
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Dari grafik scaterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebara
baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model
regresi. Dengan demikian bahwa data tersebut memenuhi syarat untuk
dipakai melihat hubungan variabel independen DPR, ROA, PER, dan
Ukuran Perusahaan terhadap variabel dependennya DER.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.5
Hasil Uji F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 54.084 4 13.521 24.074 .000a
Residual 46.616 83 .562
Total 100.700 87
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER
b. Dependent Variable: DER
77
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat
dilihat nilai Fhitung sebesar 24,074 dengan signifikan 0,000. Untuk
menentukan nilai Ftabel diperlukan pengetahuan tentang derajat bebas
pembilang (k-1) dimana k adalah jumlah perlakuan atau variabel, dan
derajat bebas penyebut (n-k) dimana n adalah jumlah total keseluruhan
sampel. Misalkan kita memiliki 4 variabel dengan sampel sebanyak 88
dengan nilai signifikansi 5%, maka nilai Ftabel adalah kombinasi dari (k
– 1) = (4 – 1) = 3 dan (n – k) = (88 – 3) = 85. Derajat bebas pembilang
adalah 3 dan derajat bebas penyebut adalah 85. Maka diperoleh Ftabel
sebesar 2,71 dengan signifikansi 0,05, Sedangkan di dapat Fhitung adalah
sebesar 24,074 > nilai Ftabel (2,71) maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel DPR, ROA, PER dan ukuran perusahaan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Atau
jika dilihat dengna menggunakan nilai signifikansi diketahui bahwa
nilai sig (0,000) , dari (0,05) (Suharyadi, 2009:226).
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari dari Kebijakan hutang (DER), Profitabilitas (ROA),
Pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan di Bursa Efek
Indonesia secara parsial
78
Tabel 4.6
Hasil Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .489 .674 .725 .470
DPR .003 .005 .055 .676 .501
ROA -14.829 1.532 -.775 -9.678 .000
PER .001 .015 .008 .091 .927
Ukuran_perusahaan .137 .050 .230 2.738 .008
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien debt payout ratio adalah
0,676, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k) , dimana n
adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827. Variabel
deviden payout ratio, dengan nilai thitung sebesar 0,676 < 1,98827 atau
nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,676 > 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti dividen payout ratio
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap debt to equity
ratio.
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Return On Equity (ROA)
adalah -9,678, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α =
0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α
dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k),
79
dimana n adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827
Variabel Return On Equity, dengan nilai thitung = -9,678 dengan α =
1,98827, atau nilai alpha lebih besar dari 0,05, ttabel = 0,000, dengan α =
0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ROA berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Debt to Equity
Ratio (Kebijakan Hutang).
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Price Earning Ratio (PER)
adalah 0,091, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α =
0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α
dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k),
dimana n adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1.98827.
Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai thitung sebesar 0,091 <
1,98827 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,927 > 0,05), maka
dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Price
Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Debt to Equity Ratio.
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Ukuran perusahaan adalah
2,738, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi
dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k), dimana n
adalah jumlah data, 88-5 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827, Variabel
Ukuran perusahaan, dengan nilai thitung sebesar 2,738 > 1,98827 atau
nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,008 < 0,05), maka dapat disimpulkan
80
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Debt to Equity Ratio (Kebijakan
hutang).
c. Uji Koefisien Determinasi (Adj.R Square)
Koefisien determinasi (R² / adjusted R²) pada intinya mengukur
sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen.
Nilai koefisiensi determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² /
adjusted R² kecil berarti kemampuan variable-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variable dependen terbatas (Indoyama,
2008:25).
Tabel 4.7
Hasil Uji Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .733a .537 .515 .74942
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER
b. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Dari hasil pengolahan regresi berganda diketahui bahwa
besarnya nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,733 artinya hubungan
antar variabel independen DPR, ROA, PER dan Ukuran Perusahaan
dengan variabel DER memiliki hubungan yang kuat.
Sedangkan nilai koefisien determinasi berganda (Adjusted R²)
sebesar 0,515. Hal ini berarti bahwa variabel DPR, ROA, PER dan
Ukuran Perusahaan mampu menjelaskan variasi dari variabel terikat,
yaitu sebesar 51,5% dan sisanya 48,57% dipengaruhi oleh faktor-faktor
81
lain di luar model penelitian.
Sedangkan standard Error of the Estimate sebesar 0,74942
menunjukkan model persamaan regresi secara tepat memprediksi
variabel terikat.
d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Dividen Payout
Ratio, Return On Asset, Price Earning Ratio, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Debt to Equity Ratio di BEI adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .489 .674 .725 .470
DPR .003 .005 .055 .676 .501 .838 1.193
ROA -14.829 1.532 -.775 -9.678 .000 .869 1.151
PER .001 .015 .008 .091 .927 .807 1.240
Ukuran_perusahaan .137 .050 .230 2.738 .008 .791 1.264
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi
untuk mengetahui pengaruh Dividen Payout Ratio, Return On Asset,
Price Earning Ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap Debt to Equity
Ratio sebagai berikut:
Y = 0,489-14,829 ROA+0,137 Ukuran Perusahaan
82
Keterangan :
Y = Debt to Equity Ratio
a = Konstanta
X2 = Return on Asset
X4 = Ukuran Perusahaan
ei = error term
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 0,489
menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Payout Ratio,Return on
Asset, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan bernilai nol
maka nilai Debt to Equity Ratio adalah 0,489 kali. Sedangkan variabel
Return On Asset sebesar -14,829 menunjukkan bahwa jika variabel
Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Debt to
Equity Ratio sebesar 14,829 kali. Variabel ukuran perusahaan sebesar
0,137 menunjukkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan meningkat
1 satuan maka akan meningkatkan Debt to Equity Ratio sebesar 0,137
kali, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.4 didapat bahwa Uji F
(simultan) diketahui bahwa variabel DPR, ROA, PER dan Ukuran
Perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang, karena nilai Fhitung (24,074) > Ftabel (2,71)
dan nilai probabilitasnya (0,000) < (0,05).
83
Sedangkan berdasarkan output SPSS tabel 4.5 bahwa uji t
(parsial) didapat tiga variabel independen yang mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kebijakan hutang yaitu variable ROA dan
Ukuran Perusahaan. Pertama, variabel DPR (X1) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang karena memiliki
nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0,676) < 2,71 dan nilai
signifikan > dari 0,05, (0,501) > (0,05). hal ini sesuai dengan penelitian
Rizka dan Ratih Handayani (2009) yang menyatakan bahwa DPR tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi dividen, maka
akan semakin tinggi kebijakan hutang. Hasil ini bertentangan dengan
teori yang ada bahwa kebijkan dividen yang stabil menyebabkan
adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana
guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut. Perusahaan akan
mengurangi pembayaran dividen karena sebagian besar keuntungan
digunakan untuk membayar bunga dan cicilan pinjaman. Pembayaran
dividen dapat dilakukan setelah kewajiban pembayaran bunga dan
cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat
manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang.
Arah positif dari penelitian ini menunjukan bahwa jika perusahaan
meningkat pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk
pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil. Untuk memenuhi
kebutuhan dana perusahaan, manajer lebih cenderung untuk
menggunakan hutnag lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa dividen
84
tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan
sehingga H1 tidak dapat diterima.
Kedua, variabel ROA (X2) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang karena nilai t-hitung > nilai t-tabel dan nilai
signifikan < 0,05. Negatif sebesar -14,829 menyatakan bahwa setiap
penurunan 1% maka akan terjadi penurunan DER sebesar -14,829,
dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan. Dengan demikian
dapat diinterprestasikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap
DER, artinya ini berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka
akan semakin rendah hutang yang digunakan untuk kegiatan
pendanaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan
menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu
menyediakan dana yang cukup. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuli Soesetio (2008) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Ketiga, variabel PER (X3) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan hutang karena memiliki nilai t-hitung
lebih kecil dari nilai t-tabel (0,091) < (2,71) dan nilai signifikan > 0,05,
(0,927) > (0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Steven dan Lina
(2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan (PER) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Tidak semua perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi memilih hutang sebaga
85
sumber pendanaanya. Perusahaan akan tetap memilih sumber
pendanaan yang mempunyai borrowing cost yang lebih murah dan
lebih mengandalkan dana internal. Apabila pertumbuhan yang dialami
perusahaan tersebut menyebabkan perusahaan membutuhkan dana
lebih, maka kemungkinan mereka akan menerbitkan saham untuk
mengumpulkan dana yang mempunyai borrowing cost lebih rendah
daripada hutang.
Keempat, variabel ukuran perusahaan (X4) bertanda positif dan
signifikan terhadap kebijakan hutang karena nilai t-hitung > t-tabel dan
nilai signifikan < 0,05. karena bertanda positif berarti variabel ukuran
perusahaan menunjukkan arah yang searah dengan kebijakan hutang.
Semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi kebijakan
hutang perusahaan. Koefisien ukuran perusahaan bertanda positif
sebesar 0,137 menyatakan bahwa setiap naik 1% maka akan
menimbulkan kenaikan DER sebesar 0,137 dengan asumsi variabel lain
diabaikan dan konstan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yustiana Ratna Nuraini (2010) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji F, variabel independen yaitu kebijakan dividen
(DPR), profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (PER), dan
ukuran perusahaan berpengaruh signifikansi secara simultan terhadap
kebijakan hutang (DER).
2. Berdasarkan hasil uji t ditemukan bahwa variabel kebijakan dividen
(DPR), profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (PER) dan ukuran
perusahaan secara parsial terhadap kebijakan hutang yaitu :
a. DPR tidak berpengaruh signifikansi terhadap kebijakan hutang.
b. ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
c. PER tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
d. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang.
e. Pengaruh variabel DPR, ROA, PER, dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan hutang sebesar 51.5% dan sisanya 48.5% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan
bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kebijakan
87
hutang (Debt Equity Ratio) adalah Return On Asset (ROA). Dapat
diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling besar antara
variabel independent lainnya. Dengan nilai 0,775 adalah nilai paling
besar dengan variabel independen lainnya.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
Secara Simultan dan Parsial terdapatnya pengaruh postif dan signifikan
antara variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Dan
pengaruh negatif dan signifikan antara variabel profitabilitas (ROA)
terhadap kebijakan hutang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan pendanaan
yang akan diambil, apakah akan menggunakan dana internal ataukah
menggunakan dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan
diambil akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan lain dan
berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan
dimasa yang akan datang.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam menentukan dan
memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena tentunya setiap
88
investor menginginkan prospek yang lebih baik bagi perusahaannya
dimasa depan dan mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan.
c. Bagi Akademisi
penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang didapat dijadikan bagi
penelitian selanjutnya, seperti misalnya pendeknya priode penelitian
yang hanya 4 tahun, jumlah sampel yang terbatas, sehingga pada
penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode penelitian
yag digunakan sehingga menghasilkan informasi yang mendukung. Serta
menambah variabel lagi yang mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan sehingga nantinya diharapkan kesimpulan yang diperoleh
lebih sempurna.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari, “Manajemen Keuangan Lanjutan”, edisi pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
2004.
Beiner, S. 2001. “Theories and Determinants of DividendPolicy, Financial
Management”. 24:5181.
Brealey, Myers, dan Marcus. “ Dasar – Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan
Jilid 1”, Jakarta : Erlangga, 2008.
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston, “Manajemen Keuangan”, edisi
kedelapan, Buku II, Erlangga, Jakarta, 2001.
,“Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, edisi kesepuluh, Buku I,
Salemba Empat Jakarta, 2006.
, “Fundamentals of financial management”, Jakarta : Salemba Empat,
2009.
Detiana, Tita, “Pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan dividen
terhadap harga saham”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.13, No.1, April
2011, Hlm 57-66.
Diana, Devi Nurvida dan Gugus Irianto, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan Terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan Ditinjau Dari Teori Keagenan”, Emisi Vol 1, No.1,
April 2008:1-16.
Dwiyanti, Vonny, “Wawasan Bursa Saham Jilid I”, Yogyakarta.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Edisi V, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Harmono, “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan
Teori, Konsep dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi 4, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2001.
90
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani, “Pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan,
free cash flow dan ROA terhadap kebijakan hutang perusahaan”, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol.11, No.3, Desember 2009, Hlm 189-2007.
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Karinaputri, Nanda, “Analisis pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan
dividen, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan
hutang”, Skripsi Universitas Diponegoro, 2012.
Kodrat, David Sukardi dan Christian Herdinata, ““Manajemen Keuangan Based
On Empirical Research” Yogyakarta, 2009.
Kurniati, Wahyuning, “Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan
hutang perusahaan” , Tesis Universitas Diponegoro, 2007.
Moeljadi, “ Manajemen Keuangan”, Bayu Media, Malang, 2006.
Nafarin, M, “Penganggaran Perusahaan”, Edisis ketiga, Salemba Empat, Jakarta,
2009.
Nasarudin, Indoyama, “Modul Metodologi Penelitian Disertai Contoh Kasus
Dengan Analisis SPSS”, 2008.
Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS”, Yogyakarta: Andi.
Nuraini, Yustiana Ratna, “Analisis pengaruh Return On Investment, Fixed Assets
Ratio, Firm Size dan Rate of Growth terhadap Debt to Equity Ratio pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode
2003-2007” , Tesis Universitas Diponegoro, 2010.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2010.
Ross & Stephen A, “Fundamentals of Corporate Finance”, Sixth Edition, TheMc
Graw Hill Company,New York, 2003.
Santoso, Singgih, “Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik”, Jakarta, PT
Elexmedia Komputindo, 2012
Setyowati, Diah, “Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
profitabilitas, likuiditas, pertumbuhsn perusahaan dan kebijakan dividen
terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan”, Skripsi UIN, 2011.
91
Soesetio, Yuli, “Kepemilikan manajerial dan institusional, kebijakan dividen,
ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas terhadap kebijakan
hutang”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12, No.3 September 2008,
hal. 384-398.
Sriwardany, “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan
Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada
Perusahaan Maufaktur Tbk” , Tesis Universitas Sumatra Utara, 2006.
Steven dan Lina, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan manufaktur” , Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No.3,
Desember 2011, Hlm. 163-181.
Suharyadi, dan Purwanto, “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”,
Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Warsono, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi 3, Salemba Empat,
Jakarata, 2002.
Yeniatie, dan Nicken Destriana, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia” , Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April 2010,
Hlm 1-16.
Zahroh, Syarifah, “Pengaruh Dividen Payout Ratio, Volume perdagangan saham,
Ukuran Perusahaan (Firm Size), Debt to Equity Ratio, Price Earning
Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan yang melakukan
pembayaran Dividen kas di BEI periode 2004-2007” , Skripsi UIN,
2009.
92
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
Daftar Perusahaan Objek Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 TBLA PT. Tunas Lampung Baru,Tbk
2 SMGR PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
3 LION PT. Lion Metal Works, Tbk
4 LMSH PT. Lion Mesh Prima, Tbk
5 AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk
6 SMSM PT. Selamat Sempurna, Tbk
7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
8 GGRM PT. Gudang Garam, Tbk
9 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk
10 TSPC PT. Tempo Scan Pacifik, Tbk
11 TCID PT. Mandom Indonesia, Tbk
12 JRPT PT. Jaya Real Property, Tbk
13 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
14 PEGE PT. Panca Global Securities, Tbk
15 INTA PT. Intraco Penta, Tbk
16 LTLS PT. Lautan Luas, Tbk
17 MICE PT. Multi Indocitra, Tbk
18 TGKA PT. Tigaraksa Satria, Tbk
19 UNTR PT. United Tractors, Tbk
20 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk
21 ASGR PT. Astra Graphia, Tbk
22 MTDL PT. Metrodata Electronicks, Tbk
93
Lampiran 2: Hasil Perhitungan Data Mentah
Dividen Payout Ratio
NO Kode 2008 2009 2010 2011
1 TBLA 72.3 5.88 15.36 52.17
2 SMGR 50.58 55.0 50.0 49.56
3 LION 18.56 19.34 26.93 29.7
4 LMSH 6.24 12.0 6.53 8.81
5 AUTO 40.05 60.03 40.0 36.62
6 SMSM 112.39 75.53 52.64 82.49
7 INDF 39.9 39.94 39.55 30.62
8 GGRM 35.81 36.19 40.84 38.81
9 KLBF 17.96 27.33 55.27 62.66
10 TSPC 75.26 43.75 92.05 57.66
11 TCID 52.52 51.63 52.01 55.03
12 JRPT 31.63 34.43 34.26 34.11
13 TLKM 56.37 51.52 56.37 48.32
14 PEGE 35.39 30.33 29.62 14.08
15 INTA 37.66 45.59 29.12 50.85
16 LTLS 30.48 30.86 30.49 22.24
17 MICE 50.12 39.55 51.15 32.99
18 TGKA 33.18 72.23 45.7 53.76
19 UNTR 40.01 28.76 50.68 52.17
20 RUIS 30.73 49.63 48.03 56.83
21 ASGR 38.85 46.29 39.87 59.96
22 MTDL 6.82 20.29 28.17 12.99
94
Return On Asset
NO Kode 2008 2009 2010 2011
1 TBLA 0.02 0.05 0.02 0.1
2 SMGR 0.24 0.26 0.23 0.2
3 LION 0.15 0.12 0.13 0.14
4 LMSH 0.15 0.03 0.09 0.11
5 AUTO 0.14 0.16 0.2 0.16
6 SMSM 0.1 0.14 0.1 0.19
7 INDF 0.03 0.05 0.06 0.09
8 GGRM 0.08 0.13 0.13 0.13
9 KLBF 0.12 0.14 0.18 0.19
10 TSPC 0.11 0.11 0.14 0.14
11 TCID 0.13 0.12 0.13 0.12
12 JRPT 0.07 0.07 0.07 0.08
13 TLKM 0.12 0.12 0.11 0.15
14 PEGE 0.04 0.08 0.02 0.08
15 INTA 0.02 0.04 0.05 0.03
16 LTLS 0.04 0.03 0.05 0.03
17 MICE 0.09 0.1 0.08 0.08
18 TGKA 0.07 0.03 0.07 0.05
19 UNTR 0.12 0.16 0.13 0.13
20 RUIS 0.05 0.03 0.02 0.01
21 ASGR 0.07 0.09 0.12 0.12
22 MTDL 0.02 0.01 0.03 0.05
95
Pertumbuhan Perusahaan
NO Kode 2008 2009 2010 2011
1 TBLA 12.51 10.26 7.87 6.62
2 SMGR 9.81 13.46 15.43 17.15
3 LION 4.23 3.25 5.12 5.20
4 LMSH 3.74 9.6 6.27 4.40
5 AUTO 4.77 5.77 9.43 11.86
6 SMSM 10.23 8.13 10.24 8.93
7 INDF 7.89 15.02 14.5 8.05
8 GGRM 4.35 12.0 18.56 24.08
9 KLBF 5.75 14.21 25.66 22.43
10 TSPC 5.61 9.13 15.74 19.61
11 TCID 9.63 13.07 11.01 11.04
12 JRPT 9.3 11.48 13.49 17.45
13 TLKM 14.05 16.81 13.89 9.18
14 PEGE 13.36 5.50 5.55 7.75
15 INTA 4.41 7.95 12.74 10.6
16 LTLS 2.83 6.81 7.71 5.93
17 MICE 4.26 5.24 8.63 6.02
18 TGKA 2.2 6.3 6.09 9.31
19 UNTR 5.5 13.51 20.44 16.76
20 RUIS 10.75 7.57 12.01 42.26
21 ASGR 4.32 6.35 7.86 11.02
22 MTDL 4.84 17.65 8.87 3.83
96
Ukuran Perusahaan
NO Kode 2008 2009 2010 2011
1 TBLA 14.84 14.84 15.11 15.26
2 SMGR 16.17 16.37 16.56 16.79
3 LION 12.44 12.51 12.62 12.80
4 LMSH 11.03 11.19 11.26 11.49
5 AUTO 15.19 15.31 15.53 15.76
6 SMSM 13.74 13.75 13.88 13.94
7 INDF 17.49 17.51 17.67 17.79
8 GGRM 16.99 17.11 17.24 17.48
9 KLBF 15.55 15.68 15.76 15.92
10 TSPC 14.90 14.99 15.09 15.26
11 TCID 13.72 13.81 13.86 13.93
12 JRPT 14.60 14.76 15.0 15.22
13 TLKM 18.32 18.39 18.41 18.45
14 PEGE 12.17 12.23 12.81 12.39
15 INTA 13.94 13.85 14.30 15.13
16 LTLS 15.06 14.94 15.09 15.21
17 MICE 12.50 12.58 12.82 12.97
18 TGKA 14.24 14.19 14.37 14.52
19 UNTR 16.94 17.01 17.20 17.65
20 RUIS 13.33 13.24 13.29 13.80
21 ASGR 13.64 13.56 13.79 13.93
22 MTDL 14.06 13.87 13.75 14.05
97
Debt to Equity Ratio
NO Kode 2008 2009 2010 2011
1 TBLA 2.15 1.80 1.95 1.64
2 SMGR 0.30 0.26 0.29 0.35
3 LION 0.26 0.19 0.17 0.21
4 LMSH 0.64 0.83 0.67 0.71
5 AUTO 0.45 0.39 0.38 0.47
6 SMSM 0.63 0.80 0.96 0.70
7 INDF 3.11 2.45 1.34 0.70
8 GGRM 0.55 0.48 0.44 0.59
9 KLBF 0.38 0.39 0.23 0.27
10 TSPC 0.29 0.34 0.56 0.40
11 TCID 0.12 0.13 0.10 0.11
12 JRPT 0.75 0.87 1.10 1.15
13 TLKM 1.38 1.22 0.98 0.69
14 PEGE 1.12 0.89 1.85 0.68
15 INTA 2.46 1.91 2.91 5.96
16 LTLS 3.18 2.78 3.14 3.24
17 MICE 0.17 0.17 0.33 0.41
18 TGKA 3.0 2.73 2.78 2.86
19 UNTR 1.05 0.76 0.84 0.69
20 RUIS 2.07 1.67 1.78 3.65
21 ASGR 1.53 1.03 1.10 1.02
22 MTDL 2.74 2.04 1.63 1.19
98
Lampiran 3: Hasil Pengolahan SPSS 16
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 88 5.88 112.39 41.3066 19.12016
ROA 88 .01 .26 .0976 .05624
PER 88 2.20 42.26 10.3409 6.09536
Ukuran_perusahaan 88 11.03 18.45 14.7465 1.80994
DER 88 .10 5.96 1.1986 1.07586
Valid N (listwise) 88
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .733a .537 .515 .74942 2.029
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER
b. Dependent Variable: DER
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 54.084 4 13.521 24.074 .000a
Residual 46.616 83 .562
Total 100.700 87
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER
b. Dependent Variable: DER
99
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .489 .674 .725 .470
DPR .003 .005 .055 .676 .501 .838 1.193
ROA -14.829 1.532 -.775 -9.678 .000 .869 1.151
PER .001 .015 .008 .091 .927 .807 1.240
Ukuran_perusahaan .137 .050 .230 2.738 .008 .791 1.264
a. Dependent Variable: DER
100
101
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .73199264
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z 1.048
Asymp. Sig. (2-tailed) .222
a. Test distribution is Normal.