analisis pengaruh investasi, kebijakan moneter,...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH INVESTASI, KEBIJAKAN MONETER, DAN
ZIS (ZAKAT INFAQ SEDEKAH) TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2013-2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
LAELI DWIWARDANI
NIM 63020150025
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,
maka skripsi Saudari:
Nama : LAELI DWIWARDANI
NIM : 63020-15-0025
Prodi : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul :Analisis Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter, dan ZIS
(Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Periode 2013-2018
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi.
Demikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 18 Juli 2019
Pembimbing
Taufikur Rahman, M.Si
NIP. 19770506 200912 1 007
iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN ANALISIS PENGARUH INVESTASI, KEBIJAKAN MONETER, DAN ZIS (ZAKAT INFAQ SEDEKAH) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2013-2018
DISUSUN OLEH
LAELI DWIWARDANI
NIM: 63020150025
Telah dipertahankan oleh Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi Syariah, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2019 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Mochlasin, M.Ag
Sekretaris Penguji : Taufikur Rahman, M.S.i
Penguji I : Dr. Abdul Aziz NP, M.M
Penguji II : Agung Guritno, M.Pd
Salatiga, 26 Agustus 2019 Dekan Fakultas Ekonomi danBisnis Islam
Dr. Anton Bawono,M.Si. NIP. 19740320 200312 1 001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : LAELI DWIWARDANI
NIM : 63020-15-0025
Program Studi : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul skripsi : Analisis Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter, dan ZIS (Zakat
Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Periode 2013-2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Salatiga, 18 Juli 2019
Penulis,
LAELI DWIWARDANI
63020150025
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : LAELI DWIWARDANI
NIM : 63020150025
Jurusan : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa judul skripsi ―Analisis Pengaruh Investasi,
Kebijakan Moneter, dan ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode 2013-2018‖ benar bebas dari plagiat, dan apabila
pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Salatiga, 18 Juli 2019
Penulis,
LAELI DWIWARDANI
NIM 63020150025
vi
DECLARATION
In the name of Allah the most gracious and merciful.
Hereby the writer fully declares that the graduating paper is made by the writer
himself, and it is not contained the materials writers or has been published bu
other people and others, people ideas except the information from the references.
The writer is capable to account for graduating paper if in the future it can
proved of containing other’s ideas or fact the writer imitated to others’
graduating paper.
Like wise the declaration made by the writer and she hopes that this declaration
can be understood.
Salatiga, 18 Juli 2019
The writer
LAELI DWIWARDANI
NIM. 63020150025
vii
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : LAELI DWIWARDANI
NIM : 63020150025
Jurusan : S1 Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter,
ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode 2013-2018.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini diperkenakan untuk dipublikasikan
pada e-repository IAIN Salatiga. Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila
dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya
sanggup menanggup semua konsekuensinya.
Salatiga, 18 Juli 2019
Penulis,
LAELI DWIWARDANI
NIM 63020150025
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kesabaran itu menolong di setiap pekerjaan”
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku tersayang,
Untuk kakak dan adik-adikku,
Dan untuk sahabat-sahabat seperjuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya, shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai utusan dan penyampai risalah-Nya. Berkat rahmat
dan karunia Allah SWT penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil usaha dari penulis semata, namun semua
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.SI selaku ketua Program Studi Ekonomi
Syariah yang telah memberi arahan.
4. Taufikur Rahman, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
5. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
6. Bapak dan Ibu beserta kakak-kakak saya Isna sofiyani, Adi Riyatno,
Herman Wicaksono, Rosyida Nur Azizah dan adik-adik saya Zaghlul
x
Hakim Putra Pangestu, Intan Nuraini, Nabilla Arifta Abirahma, Nafissa
Arifta Abinaya serta keluarga besar yang telah berusaha memberikan
motivasi dan doa selama perkuliahan ini.
7. Sahabat-sahabatku tersayang Adika Arda Nariswara, Afroul ‗Aini, Ani
Sulistiowati, Izza Rossalia, Fitalia Indahsari, Mei Fatmawati DP, Dhea
Prihanti, Febi Fitriana, Kharissa Dinna Kartika, Aisyah Amalia, Dhani
Masturoh dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu mereka yang
selalu memberikan semangat dan motivasi serta membantu dalam segala
kesusahan.
8. Teman-teman KKN Magelang 2018 Posko 8 Dusun Tembelang dan
teman-teman magang 2018 KPP Pratama Salatiga yang telah memberikan
dukungan selama ini.
9. Teman-teman program studi S1 Ekonomi Syari‘ah angkatan 2015 yang
selalu memberikan pengalaman-pengalaman yang sangat berkesan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal‘alamiin.
Salatiga, 18 Juli 2019
Penulis
xi
ABSTRAK
Dwiwardani, Laeli. (2019). Analisis Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter,
dan ZIS(Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Periode 2013-2018, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi S1 Ekonomi Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Taufikur
Rahman, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investasi, Kebijakan
Moneter, dan ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Periode 2013-2018. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
pengambilan data di Badan Pusat Statistika (BPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
Bank Indonesia (BI), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tahun 2013-2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
ini merupakan penelitian sekunder data time series yang kemudian dianalisis
menggunakan Eviews 09. Sampel yang digunakan yaitu sampel jenuh. Sampel
jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reksadana
sebagai indicator variable Investasi, Nilai Tukar Rupiah sebagai indicator
Kebijakan Moneter, dan ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode 2013-2018. Teknik analisis data menggunakan uji
stationeritas, uji regresi linier berganda, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Reksadana (Investasi) berpengaruh negatif
dan signifikan, Nilai Tukar Rupiah (Kebijakan Moneter) berpengaruh positif dan
tidak signifikan, serta ZIS (Zakat Infaq Sedekah) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Secara simultan
Investasi, Kebijakan Moneter, dan Zakat Infaq Sedekah berpengaruh signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 2013-2018.
Kata kunci : Investasi, Kebijakan Moneter, ZIS, Pertumbuhan Ekonomi
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................................................v
DECLARATION ................................................................................................... vi
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI .............................................................. vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
MOTTO ............................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
BAB 1 ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..10
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………10
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….11
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………………12
BAB II ....................................................................................................................14
LANDASAN TEORI .............................................................................................14
A. Telaah Pustaka…………………………………………………………...14
xiii
B. Kerangka Teori…………………………………………………………...21
1. Teori Monetaris................................................................................... 21
2. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 22
3. Investasi .............................................................................................. 30
4. Kebijakan Moneter ............................................................................. 37
5. Zakat Infaq dan Sedekah..................................................................... 46
C. Kerangka Penelitian……………………………………………………...52
D. Hipotesis………………………………………………………………….54
BAB III ..................................................................................................................58
METODE PENELITIAN .......................................................................................58
A. Jenis Penelitian………………………………………………………… 58
B. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………… 59
C. Populasi dan Sampel……………………………………………………. 60
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….61
E Definisi Konsep dan Operasional……………………………………… 62
F. Instrumen Penelitian…………………………………………………….. 66
G. Uji Instrumen Penelitian…………………………………………………66
H. Alat Analisis…………………………………………………………… 67
BAB IV ..................................................................................................................73
ANALISIS DATA .................................................................................................73
A. Statistik Deskriptif……………………………………………………… ..... 73
B. Analisis Data…………………………………………………………… 76
BAB V....................................................................................................................89
PENUTUP ..............................................................................................................89
A.Kesimpulan……………………………………………………………….....89
B.Saran………………………………………………………………………...89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................91
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................14
Tabel 2.2Persamaan dan Perbedaan ZIS ................................................................52
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Investasi ..................................................................73
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kebijakan Moneter .................................................74
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ZIS ..........................................................................74
Tabel 4.4Statistik Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi ............................................75
Tabel 4.5 Hasil Uji Stasioneritas............................................................................76
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi ....................................................................................77
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas .....................................................................79
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ...........................................................................80
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................81
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi ..................................................................................82
Tabel 4.11Ringkasan Hasil Penelitian ...................................................................88
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ...........................................................................53
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ..........................................................................78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap Negara pasti mempunyai tujuan dalam pembangunan
ekonomi termasuk Indonesia. Menurut Irawan dan Suparmoko dalam
Haryanto (2013) Pembangunan Ekonomi sendiri adalah usaha-usaha untuk
meningkatkan taraf hidup suku bangsa yang seringkali diukur dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Secara umum pembangunan
ekonomi juga bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, menjaga keseimbangan ekonomi negara dan pendistribusian
pendapatan yang merata. Indikator yang digunakan untuk menghitung
tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk
nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan
kabupaten/kota (Susanti dkk, 2000).
Modal fisik (physical capital) dan sumber daya manusia (human
capital) berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan
modal fisik sangat terkait dengan ketersediaan dana investasi. Pada kasus
perekonomian Indonesia, meski kinerja pertumbuhan belum mencapai
rata-rata prakrisis Asia, namun fundamental perekonomian yang cukup
kuat, disertai dengan perbaikan risiko makro dan mikro perekonomian,
telah mendorong berbagai lembaga internasional untuk memberikan
penilaian positif terhadap prospek perekonomian Indonesia. Hasilnya,
2
Indonesia kembali dikategorikan pada peringkat layak investasi (invesment
grade) oleh beberapa lembaga internasional (Maryaningsih dkk, 2014).
Perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan kinerja yang
membaik dan menunjukkan perkembangan positif pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Untuk keseluruhan tahun 2017, realisasi pertumbuhan ekonomi
merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir. Bank Indonesia
memperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Beberapa
perkembangan positif pada triwulan IV 2017, baik dari sisi investasi,
ekspor maupun struktur lapangan usaha, diperkirakan dapat menjadi basis
berlanjutnya proses pemulihan ekonomi ke depan. Proyeksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2018 yaitu 5,1%-5,5% (Bank Indonesia, 2018).
Menurut laporan Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi
kuartal-III 2018 sebesar 5,17 persen secara tahunan, naik 0,11 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, hal ini dikarenakan
pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 didorong oleh berbagai faktor.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan disumbang oleh industri
pengolahan sebesar 0,91 persen. Sedangkan faktor perdagangan
menyumbang 0,69 persen, sektor kontruksi sebesar 0,57 persen dan sektor
pertanian 0,49 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran konsumsi
lembaga non profit konsumsi rumah tangga masih menjadi yang tertinggi
dengan sumbangan 2,69 persen. Sedangkan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) 2,24 persen, konsumsi pemerintah 0,48 persen dan lainnya
3
0,86 persen. Adapun ekspor minus 1,10 persen (Badan Pusat Statistik,
2018).
Melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, maka analisis
ekonomi makro dan fiskal memainkan peran penting. Dengan melihat
analisis ekonomi makro dan fiskal dapat memberikan gambaran kinerja
perekonomian secara keseluruhan pada tahun berjalan dan juga dapat
memberikan perkiraan akan kinerja perekonomian tahun yang akan
datang. Kondisi makro perekonomian Indonesia dapat dipahami melalui:
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
US$, Suku bunga SBI, cadangan devisa, neraca transaksi berjalan, dan
tingkat investasi (Supriyanto, 2004).
Tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi salah satunya
dapat dilihat dari dinamika penanaman modal yang dapat mencerminkan
tinggi dan lesunya pembangunan. Salah satu indikator penanaman modal
tersebut yaitu investasi (Sari dkk, 2016). Investasi dalam ekonomi Islam
adalah tindakan menabung yang merupakan usaha seseorang dalam
mempersiapkan, melaksanakan dan merencanakan perencanaan di masa
yang akan datang yang digunakan sebagai persiapan dalam menghadapi
keadaan atau kendala yang tidak diharapkan. Investasi adalah salah satu
upaya yang telah diajarkan dalam Al-Qur‘an dan secara tidak langsung
terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‘an yang memerintahkan kepada kaum
muslim untuk melakukan persiapan dan perencanaan dengan lebih baik
(Purnamasari, 2017).
4
Menurut Tambunan (2016) dalam berinvestasi, Allah SWT dan
Rasul-Nya memberikan petunjuk dan aturan-aturan pokok yang
seharusnya diikuti oleh setiap muslim yang beriman, adapun aturan-aturan
pokok tersebut, yaitu terbebas dari unsur riba, gharar, judi (maysir), unsur
haram, dan syubhat. Berdasarkan hal ini, beberapa investasi yang
dikembangkan oleh para ahli fiqh muamalah, praktisi perbankan dan para
sarjana Islam yang sesuai dengan prinsip syariah Islam, salah satunya
adalah reksadana syariah.
Menurut laporan data Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), Indonesia membukukan investasi pada tahun 2017 senilai Rp
692,8 triliun, dimana angka tersebut melampaui target yang sebesar Rp
678,8 triliun. Untuk tahun 2018, BKPM membidik realisasi investasi
senilai Rp 765 triliun. Namun, pertumbuhan investasi melambat pada
periode 2013-2017, peningkatannya masing-masing sebesar 27,2%,
16,1%, 17,7%, 12,3%, dan 13%. Hal ini disebabkan karena masalah
perizinan berusaha yang sering tidak konsisten dan tidak sinkron. Selain
itu, penyebab lainnya yaitu posisi nilai tukar rupiah yang melemah jika
dibandingkan pada tahun 2013, dan booming komoditas termasuk untuk
minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) beberapa tahun lalu juga
menjadi faktor lainnya yang berpengaruh terhadap realisasi investasi
karena dapat menyumbang 1,5-2,5 persen terhadap total Produk Domestik
Bruto (www.bisnis.com).
5
Beberapa bukti empiris menyatakan adanya keterkaitan antara
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Diantaranya sebuah hasil
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) variabel investasi domestik,
pengeluaran modal, tenaga kerja, dan infastruktur berpengaruh positif
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa.
Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan Sulistiawati (2012)
menunjukkan hasil investasi yang negatif tetapi tidak siginifikan
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2006-2010.
Menurut Cioran pada era globalisasi sekarang ini dimana kegiatan
perekonomian suatu negara juga dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian
negara lain sehingga pemerintah dalam menetapkan kebijakan baik
kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Moneter merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah
perekonomian, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa dianalisis tanpa
melibatkan persoalan moneter. Terdapat beberapa indikator ekonomi
domestik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
antara lain suku bunga, nilai tukar (kurs), inflasi, ekspor dan konsumsi
Bahan Bakar Minyak atau BBM (Bank Indonesia, 2007).
Kebijakan pemerintah atau Bank Indonesia sering kali dikaitkan
dengan ekonomi makro, seperti kebijakan menangani masalah inflasi,
pengangguran dan beberapa penyakit ekonomi lainnya. Hal ini disebabkan
karena penanganannya dilakukan secara agregat, sebagai misal dengan
kebijakan moneter dan atau dengan kebijakan fiskal (Bawono, 2014).
6
Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, peranan uang
dirasakan sangat penting. Hampir tidak ada satu pun bagian dari
kehidupan ekonomi manusia yang tidak terkait dengan keberadaan uang.
Pengalaman menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di luar kendali
dapat menimbulkan konsekuensi atau pengaruh yang buruk bagi
perekonomian secara keseluruhan. Konsekuensi atau pengaruh buruk dari
kurang terkendalinya perkembangan jumlah uang beredar tersebut antara
lain dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-
variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong
peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam
jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi (Bank
Indonesia, 2003).
Bank Indonesia membuat keputusan untuk tetap konsisten dalam
upaya mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah
ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi sehingga dapat
menjaga stabilitas, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah. Pelonggaran
kebijakan makroprudensial oleh BI diyakini dapat meningkatkan
fleksibilitas manajemen likuiditas dan intermediasi perbankan bagi
pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan II-2018 pertumbuhan Indonesia
diperkirakan tetap baik didukung oleh permintaan domestik yang tetap
kuat karena dapat mendorong kenaikan pertumbuhan impor. Sementara
pertumbuhan ekspor terindikasi tidak sekuat prakiraan karena dipengaruhi
7
oleh tren harga komoditas global yang menurun. Prakiraan net ekspor
yang tidak sekuat prakiraan sebelumnya mempengaruhi prospek
pertumbuhan ekonomi 2018 yang diperkirakan mendekati batas bawah
kisaran proyeksi 5,1-5,5% (Bank Indonesia, 2018).
Beberapa bukti empiris menyatakan adanya keterkaitan antara
kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu dalam sebuah
hasil penelitian oleh Salim (2017) menunjukkan bahwa kurs berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, artinya
semakin besar nilai tukar nominal akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi meningkat secara signifikan. Adapun penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan (2009) menyatakan bahwa Kebijakan perubahan suku
bunga oleh BI tidak signifikan mempengaruhi kondisi inflasi di Indonesia.
Suku bunga, jumlah uang beredar dan nilai tukar rupiah terhadap USD
secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Selain kebijakan moneter, ada juga kebijakan lain yang diterapkan
di Indonesia, yaitu kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal pada masa sekarang
ini berkaitan dengan pajak. Dalam Islam juga memiliki kebijakan fiskal
yang sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW, dimana pajak paling
sering dipungut dari berbagai jenis asset tertentu, tetapi juga dipungut dari
asset-asset lain yang produktif. Zakat Infaq Sedekah merupakan
pendapatan utama bagi negara pada masa Rasulullah. Zakat Infaq Sedekah
ini dijalankan oleh komunitas Muslim diseluruh penjuru dunia, termasuk
Indonesia yang potensi dana ZIS-nya benar-benar menjadi primadona
8
dunia Islam disebabkan jumlah penduduk muslimnya yang terbesar di
seluruh dunia (Suma, 2013).
Disamping itu selain investasi dan kebijakan moneter sebagai
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dalam perspektif
ekonomi Islam juga terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yaitu penyaluran dana ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah). Penyaluran
dana ZIS ini sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi menurut Ryandono
(2008) dalam Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, yang memiliki
fungsi untuk memaksa seseorang untuk menjadikan hartanya agar
senantiasa produktif ini maka akan meningkatkan output (perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi), penyerapan tenaga kerja, pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya.
Ajaran Islam sangat menganjurkan untuk memperdulikan orang
miskin dan saling memberi. Menyantuni anak yatim, janda miskin, orang
yang berhutang dan orang yang kekurangan adalah amanat dari Allah yang
disebut sebagai filantropi islam. Filantropi islam ini lebih dikenal dengan
sebutan zakat, infaq, dan sedekah (Tambunan, 2016). Pengelolaan
filantropi ini ditangani oleh banyak pelaku, seperti Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), masyarakat sipil seperti Lembaga Amil Zakat
(LAZ), rumah zakat, rumah wakaf dan lain sebagainya.
Dalam konteks Indonesia yang notabene negara dengan mayoritas
muslim terbesar di dunia, maka potensi ZIS yang dapat dihimpun pun
tentunya sangat besar, berdasarkan data dari Hafidhuddin dan Beik
9
sampai saat ini tren penghimpunan zakat nasional masih sangat positif,
dimana total ZIS yang terhimpun tahun 2011 mencapai angka Rp 1,729
triliun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang artinya
mengalami kenaikan sebesar 15,3 dan naik 25 kali lipat jika dibandingkan
dengan tahun 2002. Rata-rata pertumbuhan ZIS dari tahun 2005-2015
maka pertumbuhan penghimpunan ZIS mencapai 39,28 persen. Hal
tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran masyarakat yang
cukup tinggi untuk berzakat melalui organisasi pengelola zakat (OPS)
(Puskas BAZNAS, 2016).
Namun potret data penghimpunan ZIS diatas tentunya masih
sangat jauh apabila dibandingkan dengan potensi ZIS itu sendiri yang
sangat besar. Dana tersebut tidak mencapai lima persen dari total potensi
ZIS yaitu sebesar Rp 217 triliun/pertahun. Salah satu faktor penyebab
rendahnya realisasi penghimpunan ZIS adalah masih lemahnya koordinasi
dan sinergi antarlembaga zakat (www.kompasiana.com).
Beberapa bukti pengaruh Zakat Infaq Sedekah terhadap
pertumbuhan ekonomi antara lain dalam sebuah penelitian oleh Jalaludin
(2012) yang menunjukkan hasil ZIS Produktif berdampak positif bagi
pertumbuhan usaha mikro dan penyerapan tenaga kerja serta kesejahteraan
mustahik, sedangkan penelitian lain oleh Zahro dan Mufraini (2017)
menunjukkan hasil secara parsial variabel Indeks Pembangunan Manusia
dan Kemiskinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju
10
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Zakat Infaq Shadaqah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali yang berjudul
“Analisis Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter, dan ZIS (Zakat
Infaq Sedekah) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode
2013-2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2013-2018?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2013-2018?
3. Bagaimana pengaruh ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013-2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa
besar pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2013-2018.
11
2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa
besar pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2013-2018.
3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa
besar pengaruh ZIS (Zakat Infaq Sedekah) terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2013-2018.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Akademisi
a. Dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat memberikan
manfaat bagi peneliti di masa datang yang juga tertarik untuk
melakukan penelitian dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
akademik sehingga berguna untuk membangun ilmu.
2. Manfaat Praktisi
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan perbaikan di dalam peningkatan kualitas
pelayanan kepada nasabah. Serta hasil penelitian ini dapat
disumbangkan dan digunakan bagi pembaca dan sebagai acuan untuk
melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.
12
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis membaginya menjadi tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Pada bagian awal
terdiri dari halaman sampul luar, lembar logo IAIN Salatiga, halaman
sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan
kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, dan abstrak. Pada bagaian inti terdapat :
BAB I Pendahuluan, Penelitian ini diawali dengan latar belakang
masalah yang menimbulkan permasalahan. Dengan latar belakang masalah
yang ada, maka dirumuskan sebuah masalah sehingga mempunyai tujuan
dan manfaat penelitian yang akan dihasilkan.
BAB II Landasan Teori, Dalam bab ini berisi penelitian sebelumnya
yang relevan yang memilki keterkaitan dengan hipotesis yang akan
diajukan. Sebagai acuan maka diuraikan pula tinjauan pustaka berisi
tentang landasan teori yang membahas tentang variabel yang
mempengaruhi atau faktor yang mempengaruhi variabel dependen.
BAB III Metodologi Penelitian, Dalam bab ini berisi tentang jenis data
penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan skala
pengukuran data serta hasil uji data, jenis penelitian, populasi dan sampel,
lokasi dan waktu penelitian, skala pengukuran, definisi konsep, instrumen
penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis.
13
BAB IV Analisis Data, Bagian ini terdiri dari deskripsi data, analisis data,
dan pembahasan. Yaitu menguraikan tentang deskripsi obyek penelitian
dan analisis data serta pembahasannya.
BAB V Penutup, Bab ini adalah penutup dari skripsi yang berisi simpulan
dan saran bagi objek yang diteliti.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan variabel-variabel
Pengaruh Investasi, Kebijakan Moneter, dan ZIS (Zakat Infaq Sedekah)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Variabel Hasil Perbedaan
Penelitian
Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
1. Rini
Sulistiawati
(2012)
Variabel
Independen:
Investasi
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi,
Penyerapan
Tenaga Kerja,
dan
Kesejahteraan
Masyarakat di
Provinsi di
Indonesia
Investasi
berpengaruh tidak
signifikan dan
mempunyai
hubungan yang
negatif terhadap
pertumbuhan
ekonomi provinsi di
Indonesia
Dalam
penelitian ini
menambah
variabel
independen
kebijakan
moneter dan
ZIS serta tidak
menggunakan
variabel
dependen
penyerapan
tenaga kerja dan
kesejahteraan
masyarakat.
15
2. Mutia Sari,
dkk. (2016)
Variabel
Independen:
Investasi,
Tenaga Kerja,
dan Pengeluaran
Pemerintah
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia
Investasi, tenaga
kerja dan
pengeluaran
pemerintah secara
simultan
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia.
Tidak
menggunakan
variabel
independen
tenaga kerja dan
pengeluaran
pemerintah dan
menambah
variabel
kebijakan
moneter dan
zakat infaq
sedekah.
3. Muhammad
Taufik, dkk.
(2014)
Variabel
Independen:
Investasi dan
Ekspor
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi serta
Penyerapan
Tenaga Kerja
Provinsi
Kalimantan
Timur
Variabel investasi
dan ekspor memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Mengganti
variabel
independen
ekspor dengan
kebijakan
moneter dan
zakat infaq
sedekah. Dan
tidak
menggunakan
variabel
dependen
penyerapan
tenaga kerja.
4. Hellen, dkk.
(2017)
Variabel
Independen:
Investasi, tenaga
kerja,
pengeluaran
pemerintah
Tenaga kerja secara
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi, sementara
investasi dan belanja
Dalam
penelitian ini
tidak
menggunakan
variabel
independen
16
Variabel
Dependen:
pertumbuhan
ekonomi serta
kesempatan
kerja
pemerintah tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
tenaga kerja dan
pengeluaran
pemerintah, dan
tidak
menggunakan
variabel
dependen
kesempatan
kerja
5. Phany Ineke
Putri (2014)
Variabel
Independen:
Investasi,
Tenaga Kerja,
Belanja Modal,
dan
Infrastruktur
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi Pulau
Jawa
Investasi domestic,
pengeluaran modal,
tenaga kerja, dan
infrastruktur
berpengaruh positif
secara signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Pulau
Jawa
Tidak
menggunakan
variabel
independen
tenaga kerja,
belanja modal
dan infrastruktur
tetapi
menggunakan
variabel
kebijakan
moneter dan
ZIS.
Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi
1. Iwan
Setiawan
(2009)
Variabel
Independen:
Kebijakan
Moneter
Variabel
Dependen:
Perkembangan
Inflasi dan
Pertumbuhan
Peningkatan jumlah
uang beredar dan
depresiasi nilai tukar
rupiah terhadap USD
berpengaruh
signifikan terhadap
peningkatan kondisi
inflasi di Indonesia.
Kebijakan
perubahan suku
Menambah
variabel
independen
investasi dan
ZIS. Pada
variabel
dependen hanya
menggunakan
pertumbuhan
ekonomi.
17
Ekonomi di
Indonesia
bunga oleh BI tidak
signifikan
mempengaruhi
kondisi inflasi di
Indonesia. Suku
bunga, jumlah uang
beredar dan nilai
tukar rupiah
terhadap USD secara
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi.
2. Catona
Machtra dan
Fakhruddin
(2016)
Variabel
Independen:
Kebijakan
Moneter
Variabel
Dependen:
Output di
Indonesia
Terdapat pengaruh
yang signifikan
antara nilai tukar dan
inflasi terhadap
produk domestik
bruto. Dimana ketika
satu variabel
berubah variabel lain
mengikuti
pergerakannya dan
saling
mempengaruhi satu
sama lain.
Menambah
variabel
investasi dan
zakat infaq
sedekah pada
variabel
independen.
Pada variabel
dependen
menggunakan
pertumbuhan
ekonomi.
3. Jul Fahmi
Salim
(2017)
Variabel
Independen:
Kebijakan
Moneter
Variabel
Dependen:
Kurs berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia, uji
simultan
Pada penelitian
ini menambah
variabel
independen
investasi dan
zakat infaq
sedekah.
18
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia
menunjukkan bahwa
secara bersama-sama
inflasi berpengaruh
signifikan terhadap
ekonomi di
Indonesia
4. Hidayatullah
Syamsuyar
dan Ikhsan
(2017)
Variabel
Independen:
Nilai Tukar
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
Nilai tukar yang
bergantung pada
periode sistem nilai
tukar (kurs*dummy)
berpengaruh positif
dan tidak signifkan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia.
Dalam
penelitian ini
menambah
variabel
independen
investasi dan
ZIS.
5. Muara
Nangarumba
(2016)
Variabel
Independen:
Kebijakan
moneter,
kebijakan fiskal,
penyaluran
kredit
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi di
Provinsi Jawa
Timur Tahun
2006-2016
Interaksi kebijakan
moneter dan fiskal
memberi pengaruh
baik bagi
pertumbuhan
ekonomi melalui
penyaluran kredit
memiliki pengaruh
positif pada
pertumbuhan
ekonomi.
Tidak
menggunakan
variabel
independen
kebijakan fiskal
dan penyaluran
kredit.
Zakat Infaq Sedekah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
1. Abdul Haris Variabel Terdapat pengaruh Menambah
19
Romdhoni
(2017)
Independen:
Zakat
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Pengentasan
Kemiskinan
positif antara
pendayagunaan
program zakat
produktif LAZ An-
Naafi‘ Boyolali
terhadap pendapatan
mustahiq
variabel
independen
investasi,
kebijakan
moneter, infaq
dan sedekah
serta tidak
menggunakan
variabel
dependen
pengentasan
kemiskinan.
2. Jalaludin
(2012)
Variabel
Independen:
Zakat Infaq dan
Sadaqah
Produktif
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Usaha Mikro
dan Penyerapan
Tenaga Kerja
serta
Kesejahteraan
Mustahik
ZIS Produktif
berdampak positif
bagi pertumbuhan
usaha mikro dan
penyerapan tenaga
kerja serta
kesejahteraan
mustahik.
Dalam
penelitian ini
menambah
variabelindepen
den investasi,
kebijakan
moneter dan
menggunakan
variabel
dependen
pertumbuhan
ekonomi serta
tidak ada
variabel
dependen
penyerapan
tenaga kerja dan
kesejahteraan
mustahik.
3. Vika
Fatimatuz
Variabel
Independen:
Secara parsial
variabel Indeks
Tidak
menggunakan
20
Zahro dan
M. Arief
Mufraini
(2017)
Zakat, Infaq,
Shadaqah,
Indeks
Pembangunan
Manusia,
Kemiskinan
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi
Pembangunan
Manusia dan
Kemiskinan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap laju
pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan
Zakat Infaq
Shadaqah tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap laju
pertumbuhan
ekonomi.
variabel
independen
Indeks
Pembangunan
Manusia dan
kemiskinan.
4. Rachmasari
Anggraini
(2016)
Variabel
Independen:
Dana zakat,
infaq, shodaqoh,
dan inflasi
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia 2011-
2015
Dana zakat infaq
shodaqoh
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia serta dana
ZIS dan inflasi
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia periode
2011-2015.
Mengganti
variabel
independen
inflasi dengan
investasi dan
kebijakan
moneter.
5. Muhammad
Zaid
Variabel
Independen:
Zakat produktif
berpengaruh
Menambah
variabel
21
Alaydrus
(2016)
Zakat produktif
Variabel
Dependen:
Pertumbuhan
Usaha Mikro
dan
Kesejahteraan
Mustahik
terhadap
pertumbuhan usaha
mikro mustahiq di
Kota Pasuruan Jawa
Timur, tetapi tidak
berpengaruh
terhadap
kesejahteraan
mustahiq di Kota
Pasuruan Jawa
Timur.
independen
infaq
sedekah,investas
i, dan kebijakan
moneter.
Variabel
dependen yang
digunakan
Pertumbuhan
Ekonomi.
B. Kerangka Teori
1. Teori Monetaris
Sistem moneter konvensional diawali dengan teori-teori ekonomi
konvensional yang berkembang sejak dulu. Perkembangan pemikiran
ekonomi ini dimulai dari mazhab ekonomi pra-klasik, ekonomi klasik,
marxisme, neo-klasik, historis, institutional, Keynes, monetaris, supply
siders dan aliran rationale expectation sampai seterusnya mengalami
perkembangan hingga saat ini. Perkembangan mengenai sistem moneter
konvensional terutama dalam hal permintaan uang, sangat terlihat jelas
pada masa lahirnya aliran monetaris, yang didasari kritikan atas pendapat
Keynesian mengenai perlu campur tangan pemerintah dalam mengarahkan
dan membimbing perekonomian yang diinginkan. Tokoh aliran monetaris
ini terbagi dalam 2 golongan yaitu golongan tua dan golongan muda. Salah
satu tokoh yang paling mendasari perkembangan aliran ini adalah Milton
22
Friedman yang melihat bahwa peran pemerintah memang diperlukan
untuk perekonomian yang lebih efektif (Deliarnov, 2003).
Perubahan dalam jumlah uang beredar sangat berpengaruh pada
tingkat inflasi pada jangka panjang dan juga perilaku Gross National
Product (GDP) riil. Selain itu aliran monetaris mengemukakan adanya
kekuatan-kekuatan pasar dan pengaruh sumberdaya yang menyatakan
turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat
harga akan mendorong konsumsi (pigou effect). Hal lainnya adalah
pendapat kaum monetaris mengenai fluktuasi ekonomi yang terjadi karena
terjadinya pelonjakan-pelonjakan dalam jumlah uang beredar yang
disebabkan karena kebijakan yang ekspansif yang diambil oleh
pemerintah. Hal ini dapat dilihat bahwa aliran monetaris lebih
menggerakan ekonomi dari sisi moneter, yang sangat berlawanan dengan
aliran Keynesian (Deliarnov, 2003).
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Produk nasional atau pendapatan nasional adalah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun tertentu.
Kemudian dijelaskan juga tentang cara-cara suatu negara dalam
menghitung pendapatan nasionalnya dengan memperhatikan terlebih
dahulu aliran pendapatan dan pengeluaran yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan kenaikan
output yang dihasilkan suatu negara. Suatu perekonomian tumbuh jika
23
jumlah produk barang dan jasa meningkat. Pertumbuhan output ini
tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto. Nilai PDB yang
digunakan dalam mengukur persentase pertumbuhan ekonomi suatu
negara. PDB mengalami perubahan yang menunjukkan jumlah kualitas
barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu (Sukirno,
2011).
Pertumbuhan ekonomi secara singkat dapat pula diartikan sebagai
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Tekanannya
dititikberatkan pada tiga aspek, yaitu proses, peningkatan output per
kapita dan dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat (one shoot).
Disini dapat dilihat adanya aspek dinamis dari suatu perekonomian,
yaitu melihat perekonomian sebagai sesuatu yang berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau
perkembangan itu sendiri (Budiono, 1992).
Menurut Kuznets dalam Todaro (2000) pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan kapasitas jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya
kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan
ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada. Terdapat tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:
24
a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau
sumber daya manusia.
b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja.
c) Kemajuan teknologi
b. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Adisasmita (2014),
dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa indikator yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah adalah sebagai berikut:
1) Ketidakseimbangan Pendapatan
Dalam keadaan yang ideal, dimana pendapatan dengan
mutlak didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah
akan menerima 80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20
persen populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan
pengelompokkan penduduk dibagi menjadi tiga, yaitu 40 persen
populasi terendah, 40 persen populasi sedang, dan 20 persen
populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat
diterapkan untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di
suatu wilayah.
2) Perubahan Struktur Perekonomian
25
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur
perekonomian, dimana terjadi kecenderungan bahwa kontribusi
(peran) sektor pertanian terhadap nilai PDRB akan menurun,
sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Sektor
industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan
nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan
kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada
masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari ekspor.
Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus diorientasikan
selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada
sektor industri.
3) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan
salah satu masalah yang strategis dan sangat mendesak dalam
pembangunan di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah
lebih dari 240 juta jiwa, membuat tingkat pengangguran cukup
tinggi dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial negara-
negara di dunia. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas
tersebut, diperlukan peranan pemerintah. Salah satu langkah
strategis yang ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya
jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong-
kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi berbagai
26
komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta
barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana
transportasi akan menunjang berkembangnya berbagai kegiatan di
sektor-sektor lainnya (pertanian, perdagangan, industri, pariwisata,
dan lainnya).
4) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
Dalam hal ini kemudahan diartikan sebagai kemudahan
bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan,
memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan
melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya
mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air
bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan,
dan lainnya)
5) Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu konsep yang penting dalam pembangunan
ekonomi regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan ukuran prestasi
(keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi. Menurut
definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah
27
(regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor
kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari
kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan
kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.
c. Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara umum menurut Putra (2010), yaitu:
1) Sumber daya alam
2) Jumlah dan mutu pendidikan penduduk
3) Ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Sistem sosial
5) Pasar
Untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu
menghitung pendapatan nasional riil yaitu PNB atau PDB yang
dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam tahun dasar. Nilai
yang diperoleh dinamakan PNB atau PDB harga tetap yaitu harga yang
berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung
dari pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.
Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi setiap
periodenya, dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
r(t-1) = PDRBt-PDRB (t-1) x100%
PDRBt-1
28
Ket:
r t-1 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun yang dihitung
PDRB (t-1) = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya.
d. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Adam Smith
Pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibagi
menjadi 5 tahapan yang berurutan, yaitu dimulai dari tahap
perburuan, tahap beternak, tahap bercocok tanam, tahap
perdagangan dan yang terakhir adalah tahap perindustrian
(Kuncoro, 1997). Secara garis besar, pemikiran Adam Smith
bertumpu pada akselerasi sistem produksi suatu negara. Sistem
produksi suatu negara terdiri tiga unsur pokok, yaitu (Budiono,
1992):
a) sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi
tanah);
b) sumber daya manusia (jumlah penduduk);
c) stok barang kapital yang ada
2) Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut:
a) Jumlah Penduduk
29
b) Jumlah stok barang-barang modal
c) Luas tanah dan kekayaan alam
d) Teknologi yang digunakan
Teori pertumbuhan ekonomi klasik menitikberatkan
perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006).
3) Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teori
makro Keynes, analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena
tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam jangka
panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-
syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan
berkembang dalam jangka panjang. Teori ini juga merupakan
sintesa dari pemikiran Klasik dan Keynes mengenai makna
pembentukan modal dalam kegiatan ekonomi yang menganggap
pembentukan modal dalam tidak hanya dipandang sebagai
pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu
perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa, tetapi juga
akan meningkatkan permintaan efektif masyarakat (Arsyad, 2010).
4) Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pentingnya peranan pengusaha
didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori ini
menunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang
30
akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam
kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan
barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi
dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar sesuatu ke
pasar yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru
dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan
tujuan mempertinggi koefisien kegiatan perusahaan. Berbagai
kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru (Sukirno,
2006).
3. Investasi
a. Pengertian Investasi
Alexander dan Sharpe mengemukakan bahwa investasi adalah
pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan
nilai di masa datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Sementara
itu Yogiyanto mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan
konsumsi saat ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama
periode tertentu. Tandelilin mendefinisikan investasi sebagai
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang
(Ryandono, 2009).
Menurut Todaro (2000), investasi memainkan peran penting dalam
menggerakkan kehidupan ekonomi bangsa, karena pembentukan
modal memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan
31
nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan
semakin memperluas kesempatan kerja. Selanjutnya, Mankiw (2003)
menyatakan bahwa inovasi teknologi merupakan salah satu faktor yang
mampu meningkatkan permintaan investasi. Menurut Sukirno (2008)
investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-
barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian.
Keberhasilan program-program pembangunan sering dinilai
berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan output dan
pendapatan nasional, bahkan baik buruknya kualitas kebijakan
pemerintah dan mutu aparatnya dibidang ekonomi secara keseluruhan
biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan output nasional
yang dihasilkan (Jhingan, 2003). Ada beberapa faktor atau komponen
utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara menurut Todaro
(2000) yaitu:
1) Akumulasi Modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis
investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan
modal atau sumber daya manusia;
2) Pertumbuhan Penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan
memperbanyak jumlah tenaga kerja;
32
3) Kemajuan Teknologi, yang dianggap sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi yang paling penting dan dapat
diklarifikasikan menjadi tiga yaitu: 1) kemajuan teknologi yang
bersifat netral; 2) kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja; 3)
kemajuan teknologi yang hemat modal.
Harrod-Domar dalam Arsyad (2010) mengembangkan teori
Keynes dengan memberi peranan kunci kepada investasi di dalam
proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai sifat ganda yang
dimiliki investasi. Pertama, investasi menciptakan pendapatan
(merupakan dampak dari permintaan invetasi), dan kedua, investasi
memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara
meningkatkan stok kapital (merupakan dampak dari penawaran
investasi).
Menurut Solow dan Swan dalam Arsyad (2010) kemudian
mengoreksi teori Harrod-Domar dengan menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor
produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat
kemajuan teknologi. Asumsi yang digunakan adalah skala
pengembalian yang konstan (constan return to scale), substitusi antara
modal (K) dan tenaga kerja (L) bersifat sempurna, dan adanya
produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal
productivity) dari tiap inputnya.
33
b. Jenis-Jenis Investasi
Menurut Sukirno (2004), jenis-jenis investasi dibagi menjadi dua
yaitu investasi terdorong dan investasi otonom:
1) Investasi terdorong yaitu investasi yang tidak diadakan akibat
penambahan permintaan, pertambahan permintaan yang
diakibatkan pertambahan pendapatan.
2) Investasi otonomi yaitu investasi yang dilaksanakan atau diadakan
secara bebas, artinya investasi yang diadakan bukan karena
pertambahan permintaan efektif.
Sedangkan jenis-jenis menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
―Standar Akuntasi Keuangan‖ (2009) antara lain:
1) Investasi Lancar
Investasi Lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
untuk dimiliki selama satu tahun atau kurang.
2) Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar.
3) Mempertahankan Investasi Properti
Properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak
digunakan oleh perusahaan yang berinvestasi.
4) Investasi Dagang
Investasi dagang adalah investasi yang ditunjuk untuk
mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan
perdagangan.
34
Berikut beberapa jenis investasi yang umum dilakukan dalam
dunia bisnis antara lain:
1) Deposito
Deposito secara umum adalah jenis investasi dalam bentuk
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu sesuai dengan perjanjian nasabah penyimpan
dengan bank. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank yang dapat berupa Giro, Deposito
berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan sejenisnya
(Karim, 2010).
Berikut jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia yang
dibagi menjadi beberapa macam antara lain (Kasmir, 2014):
a) Deposito Berjangka
b) Sertifikat Deposito
c) Deposito on call
2) Saham
Menurut Umam (2013) pengertian saham yaitu sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan. Sedangkan menurut Badan Pengawas Pasar
Modal (2003) saham atau stock merupakan salah satu
instrumen surat berharga yang paling dominan dalam pasar
modal. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh
35
permintaan dan penawaran. Harga suatu saham akan cenderung
naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan
cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran.
3) Obligasi
Obligasi atau surat utang adalah surat utang jangka
menengah panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi
janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan
berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut. Obligasi sendiri dapat diterbitkan oleh
korporasi maupun Negara. Obligasi juga merupakan salah satu
Efek yang tercatat di Bursa disamping Efek lainnya seperti
saham, sukuk, Efek Beragun Aset ataupun Dana Investasi Real
Estat (Bursa Efek Indonesia, 2018).
4) Reksadana
Menurut Susanto (2009) reksadana berasal dari kata
―reksa‖ yang berarti jaga atau pelihara sedangkan kata ―dana‖
yang berarti uang. Dalam undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal yang menyebutkan bahwa reksadana
adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvetasikan dalam
portofolio efek manajer investasi.
36
Reksadana memiliki beberapa sifat yang tidak bisa
dipisahkan yaitu sifat terbuka dan tertutup (Susanto, 2009):
a) Reksadana Terbuka (Open-End Fund), yaitu reksadana
yang menawarkan dan membeli saham-sahamnya dari
pemodal sampai sejumlah modal yang sudah
dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat menjual
kembali saham/unit penyertaan setiap saat apabila
diinginkan manajer investasi reksadana, melalui Bank
Kustodian wajib membelinya sesuai dengan NAB per
saham/unit pada waktu tersebut.
b) Reksadana Tertutup (Closed-End Fund), yaitu
reksadana yang tidak dapat membeli saham-saham yang
telah dijual kepada pemodal. Artinya, pemegang saham
tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer
investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual
saham, hal ini harus dilakukan melalui Bursa Efek
tempat saham reksadana tersebut dicatatkan.
5) Emas
Seperti hukum yang berlaku dalam setiap investasi yaitu
semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi
pula resiko yang harus ditanggung investor. Oleh sebab itu,
investor dapat mengalami kerugian. Diantara beberapa
instrumen investasi, logam emas mulia merupakan salah satu
37
pilihan investasi yang dapat dikatakan dalam kategori aman
meskipun kurang memberikan return yang kompertitif.
Instrumen yang satu ini merupakan salah satu instrumen
investasi tertua sepanjang sejarah manusia karena sejak zaman
dahulu telah digunakan menjadi alat untuk menyimpan
kekayaan yang teruji dalam kurun waktu yang panjang (Anita,
2015).
4. Kebijakan Moneter
a. Pengertian Kebijakan Moneter
Menurut Taylor dalam Natsir (2014) bahwa kebijakan moneter
merupakan upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi
perkembangan moneter (jumlah uang beredar, suku bunga, kredit, dan
nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu meliputi:
pertumbuhan ekonomi, stabilitas mata uang dan keseimbangan
eksernal serta perluasan kesempatan kerja. Para ekonom meyakini
bahwa kebijakan moneternya, Bank Sentral dapat mengontrol JUB
(Jumlah Uang Beredar). Peranan kebijakan moneter dalam
mempengaruhi perkembangan beberapa indikator ekonomi makro
utama tersebut diyakini karena terdapat keterkaitan yang cukup erat
antara perkembangan variabel indikator kebijakan moneter, uang
beredar, dan suku bunga dengan perkembangan kegiatan sektor riil.
Kebijakan moneter secara umum adalah kebijakan pemerintah
untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah
38
uang beredar, yang mana dalam analisis ekonomi makro memiliki
pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian juga terhadap
stabilitas harga-harga, meningkatkan kesempatan kerja dan
keseimbangan neraca pembayaran (Pohan, 2008).
b. Instrumen Kebijakan Moneter
Menurut Warjiyo dalam Solikin dan Suseno (2002) instrumen
kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media pengendalian
operasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank sentral
untuk mempengaruhi sasaran operasional dan sasaran akhir yang telah
ditetapkan oleh bank sentral atau pemerintah. Instrumen pengendalian
moneter dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Menurut cara instrumen mempengaruhi sasaran operasional, maka
instrumen ini terdiri dari: instrumen langsung dan tidak langsung
2) Menurut orientasinya di pasar keuangan: instrumen yang
berorientasi pasar (market oriented/base) dan yang tidak
berorientasi pasar (non-market oriented/base)
3) Menurut diskresinya: instrumen yang diskresinya berada di bank
sentral dan/atau di peserta pasar keuangan.
Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian
moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran
operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Dalam instrumen
ini terdapat hubungan korespondensi (one-to-one) antara instrumen
dan sasaran operasional. Sedangkan instrumen tidak langsung
39
menurut Alexander et al. merupakan usaha untuk mengendalikan
variabel moneter dengan cara mempengaruhi neraca bank sentral.
Bank sentral mempengaruhi posisi base money atau bank reserve
yang pada akhirnya mempengaruhi kredit dan penawaran uang
(Natsir, 2014). Berikut beberapa instrumen kebijakan moneter
menurut Sukirno (2011) antara lain:
a) Operasi Pasar Terbuka
Kebijakan pasar terbuka merupakan instrumen yang paling
banyak dipergunakan oleh otoritas moneter dalam melaksanakan
kebijakan moneter mengingat instrumen ini lebih berorientasi
pasar, keterlibatan peserta OPT tidak mengikat, arah kebijakannya
mudah ditangkap pasar, dan tidak membebankan pajak pada bank.
Selain itu dengan menggunakan OPT, bank sentral dapat
mengendalikan frekuensi dilakukannya OPT dan menetapkan
jumlah/kuantitas lelang yang diinginkan sehingga OPT dapat
diandalkan untuk dapat mengendalikan jmlah uang beredar.
b) Mengubah Suku Bunga dan Suku Diskonto
Peranan bank sentral sebagai suatu sumber pinjaman atau
tempat untuk mendiskontokan surat-surat berharga tersebut dapat
digunakan oleh bank sentral sebagai suatu alat untuk
mengendalikan jumlah penawaran uang dan tingkat kegiatan
ekonomi. Dalam keadaan dimana kegiatan ekonomi berada
dibawah tingkat yang mewujudkan kesempatan kerja yang tinggi,
40
bank central dapat mempertinggi kegiatan ekonomi dengan
menurunkan suku diskonto. Dengan penurunan suku diskonto,
biaya yang harus dibayar oleh bank-bank perdagangan untuk
meminjam dari bank sentral menjadi lebih murah. Ini akan
menggalakan mereka untuk memberikan lebih banyak pinjaman.
Sebaliknya, apabila bank sentral ingin mengurangi kegiatan
ekonomi yang sudah mencapai tingkat yang terlalu tinggi, suku
diskonto perlu dinaikkan. Kenaikan suku diskonto ini akan
mendorong bank-bank perdagangan menaikkan suku bunga ke atas
pinjaman-pinjaman yang diberikannya. Oleh karenanya para
pengusaha enggan membuat pinjaman baru dan pelanggan-
pelanggan yang telah membuat pinjaman akan mengembalikan
pinjaman yang dibuat pada masa lalu. Pada akhirnya kegiatan
ekonomi negara akan menurun.
c) Mengubah Tingkat Cadangan Minimum
Kesuksesan kedua jenis kebijakan moneter diatas sangat
bergantung bank apakah mempunyai kelebihan cadangan atau
tidak. Apabila kelebihan cadangan terdapat dalam kebanyakan
bank perdagangan, kedua tindakan ini tidak dapat digunakan untuk
membuat perubahan-perubahan dalam penawaran uang. Dengan
adanya kelebihan cadangan, kebijakan pasar terbuka dan
mengubah suku diskonto tidak mewujudkan efek yang diharapkan.
Apabila kelebihan cadangan banyak terdapat di bank-bank
41
perdagangan, di dalam mempengaruhi penawaran uang, langkah
bank central yang paling efektif adalah dengan mengubah tingkat
cadangan minimum.
c. Kebijakan Moneter Menurut Rasulullah
Menurut Karim dalam Fordebi (2016) pada masa kepemimpinan
Rasulullah sudah dikenal apa yang disebut sekarang ini sebagai
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Sama halnya dengan apa yang
negara lakukan pada masa kini, Rasulullah menerapkan kebijakan
fiskal dengan membangun infrastruktur-infrastruktur untuk
kepentingan rakyatnya. Rasulullah juga melakukan ekspor-impor
dengan berdagang serta menerapkan kebijakan moneter untuk menjaga
kestabilan mata uang (dinar dan dirham) tanpa menggunakan
instrumen yang berbau riba atau bunga. Berikut beberapa penjelasan
kebijakan moneter menurut Islam:
1) Tidak menggunakan instrumen suku bunga
2) Sistem ekonomi yang berlaku adalah sistem ekonomi dagang
3) Dinar dan dirham sebagai mata uang utama
4) Sistem devisa bebas
5) Permintaan uang hanya untuk bertransaksi dan berjaga-jaga
6) Melarang menimbun uang dan barang
7) Melarang perdagangan gelap
8) Segala bentuk transaksi harus dilakukan secara langsung
9) Melarang riba
42
10) Mempercepat perputaran uang dan pembangunan ekonomi untuk
menjaga stabilitas dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
d. Nilai Tukar dan Perekonomian
Nilai tukar suatu mata uang yang didefinisikan sebagai harga
relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Ada tiga
sistem nilai tukar, yaitu : (1) fixed exchange rate atau sistem nilai tukar
tetap; (2) managed floating exchange rate atau sistem nilai tukar
mengambang terkendali; dan (3) floating exchange rate atau sistem
nilai tukar mengambang (Bank Indonesia, 2015).
Menurut Warjiyo dan Juhro (2016) ada dua dimensi yang sangat
berbeda dari teori dan kebijakan moneter dalam ekonomi terbuka dan
ekonomi tertutup. Pertama, adanya pengaruh lalu lintas devisa dari
dari aktivitas perdagangan dan investasi internasional yang nampak
pada neraca pembayaran. Lalu lintas tersebut akan mempengaruhi
jumlah uang beredar di dalam negeri yang selanjutnya akan
ditransimisikan pada perkembangan variabel moneter maupun sektor
riil. Kedua, adanya pengaruh nilai tukar baik karena faktor luar negeri
maupun faktor domestik. Perkembangan nilai tukar akan berdampak
akan berdampak pada harga relatif barang dan asset finansial sehingga
mempengaruhi keputusan pelaku ekonomi dalam berbagai kegiatan
ekonominya. Oleh karena itu, perkembangan lalu lintas devisa dan
nilai tukar tersebut perlu terus dipantau dan menjadi pertimbangan
penting bagi bank sentral dalam perumusan kebijakan moneternya.
43
e. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar
Menurut Later dalam Warjiyo dan Juhro (2016) sejumlah faktor
dipertimbangkan untuk menentukkan sistem nilai tukar yang sesuai
dengan kondisi ekonomi dan keuangan negara yang bersangkutan.
Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) ukuran relatif ekonomi negara
yang bersangkutan terhadap negara lain (2) integrasi perdagangan
dengan suatu negara atau kelompok negara yang lain (3) fleksibilitas
struktur ekonomi negara yang bersangkutan (4) mobilitas faktor
produksi seperti tenaga kerja dan modal (5) kemampuan untuk
mengabsorpsi atau menghadapi kejutan ekonomi baik dari internal
maupun eksternal (6) homogenitas ekonomi yang bersangkutan dengan
ekonomi negara atau kelompok negara yang lain (7) ketersediaan
sumber pembiayaan asing kesulitan dalam hal neraca pembayaran (8)
ketersediaan kebijakan moneter yang secara kolektif dapat mendukung
kestabilan sistem nilai tukar (9) kredibilitas dari nilai tukar yang
dipergunakan sebagai jangkar atau patokan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk negara yang
ukuran ekonominya relatif kecil dan berdasarkan faktor-faktor
tersebut, maka sistem nilai tukar tetap dapat dipertimbangkan. Sistem
ini menjadi semakin tepat bagi negara yang menpunyai pengalaman
inflasi yang tinggi dan kredibilitas bank sentral dalam menjaga
kestabilan harga yang masih rendah. penerapan sistem nilai tukar tetap
pada kondisi ekonomi seperti ini dapat membantu negara yang
44
bersangkutan menurunkan inflasinya ke arah inflasi negara atau
kelompok negara yang dipergunakan sebagai patokan penetapan nilai
tukar. Namun, perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan juga
akan mengikuti perkembangan ekonomi negara lain dengan fluktuasi
output dan pengangguran yang lebih tinggi, sementara itu kemampuan
kebijakan moneter untuk mencapai tujuan ekonomi domestik akan
hilang.
f. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Penentuan sistem nilai tukar selain dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi dan keuangan negara, juga mempertimbangkan implikasinya
pada penerapan strategi kebijakan moneter dan pengelolaan lalu lintas
devisa atau arus modal asing. Seperti konsep trilema kebijakan
moneter dalam perekonomian terbuka, yaitu dalam kondisi suatu
negara menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka akan terjadi aliran
dana luar negeri masuk maupun keluar yang kemudian dapat
mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter, dan sebaliknya untuk
sistem nilai tukar yang masih mengambang. Sementara itu, apabila
diterapkan sistem devisa terkontrol, maka mobilitas aliran dana dari
dan ke luar negeri cenderung berkurang sehingga dapat mendukung
pelaksanaan kebijakan moneter yang lebih efektif, begitu juga
sebaliknya untuk sistem devisa bebas. Trilema kebijakan moneter
tersebut juga berimplikasi bahwa efektivitas pelaksanaan kebijakan
moneter sangat tergantung pada sistem nilai tukar dan sistem devisa
45
yang dipilih. Untuk itu, kebijakan nilai tukar di Indonesia selain
ditujukan untuk mendukung kesinambungan pelaksanaan
pembangunan ekonomi juga diarahkan untuk mendukung efektivitas
pelaksanaan kebijakan moneter (Warjiyo dan Juhro, 2016)
Penerapan sistem nilai tukar di Indonesia diatur dalam UU No. 24
Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Sesuai
dengan undang-undang tersebut, sistem nilai tukar di Indonesia
ditetapkan oleh Pemerintah setelah mempertimbangkan rekomendasi
yang disampaikan oleh Bank Indonesia. Hal ini mengingat perubahan
sistem nilai tukar akan berdampak sangat luas, tidak hanya terhadap
kegiatan dibidang moneter dan sektor keuangan tetapi juga pada
kegiatan ekonomi riil baik konsumsi, investasi, maupun perdagangan
luar negeri. Oleh karena itu, perubahan pada sistem nilai tukar harus
melalui pemikiran dan penelitian yang matang, dengan
mempertimbangkan berbagai aspek baik ekonomi, politik, maupun
sosial (Warjiyo dan Juhro, 2016).
Adapun pelaksanaan kebijakan nilai tukar oleh Bank Indonesia
yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UU No. 6
Tahun 2009. Dalam pasal 12 Bank Indonesia melaksanakan kebijakan
nilai tukar sesuai dengan sistem nilai tukar yang dianut, antara lain:
1. Dalam sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi
terhadap mata uang asing;
46
2. Dalam sistem nilai tukar mengambang berupa intervensi pasar;
3. Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan
nilai tukar harian serta lebar pita intervensi.
5. ZIS (Zakat Infaq Sedekah)
a. Pengertian Zakat
Menurut Chaudhry dalam Fordebi (2016) zakat dapat diartikan
sebagai pungutan wajib, atau semacam pajak yang dipungut dari kaum
Muslim yang didistribusikan kepada kaum miskin atau dibelanjakan
oleh negara untuk mewujudkan kesejahteraan kaum miskin dan
mereka yang tak berpenghasilan. Zakat sudah secara jelas diatur oleh
Al-Qur‘an, Allah berfirman:
Artinya:“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS At-
Taubah: 103).
Zakat dan sedekah merupakan dua nama yang berbeda, namun
dengan konsep yang hampir sama. Menurut Qardhawi dalam Fordebi
(2016) menyatakan bahwa konsep zakat dan sedekah sama namun
hanya berbeda nama saja. Sedekah sama dengan zakat yaitu memungut
sebagian pendapatan seseorang yang diperuntukkan bagi kaum yang
47
tidak mampu dan hanya berbeda dalam penyebutan nama. Zakat
sendiri memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan
pajak. Perbedaan ini mendorong penelitian lebih lanjut mengenai
penerapan zakat sebagai pajak ataupun mengurangi pajak terutama
pada negara dengan penduduk mayoritas umat Muslim.
Menurut Razak (1973) adapun orang-orang yang berhak menerima
adalah mereka yang telah ditetapkan Allah dalam QS At-taubah ayat
60 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Keterangan ayat tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Golongan fakir (fuqara) yang terlantar dalam kehidupan karena
ketiadaan alat dan syarat-syaratnya.
2) Golongan miskin yaitu orang-orang yang tidak mempunyai apa-
apa.
3) Golongan pengurus atau pegawai zakat yang bekerja untuk
mengatur pengumpulan dan pembagian zakat.
48
4) Golongan orang-orang yang dihibur hatinya (muallafati
quluubuhum) yang memerlukan bantuan keuangan untuk
mendekatkan hatinya kepada Islam.
5) Golongan riqab, untuk pembebasan dan kemerdekaan bagi masing-
masing diri atau individu, atau bagi suatu golongan atau suatu
bangsa.
6) Golongan orang-orang yang terikat hutang yang tidak
menyanggupi untuk membebaskan dirinya dari hutang itu.
7) Golongan Fii Sabilillah untuk segala kepentingan umum. Jihad dan
dakwah Islam, baik bersifat individu maupun secara kolektif, atau
untuk segala kepentingan pembangunan dalam masyarakat dan
negara.
8) Golongan orang-orang yang terlantar dalam perjalanan sebagai
musafir (ibnu sabil) yang memerlukan bantuan perongkosan untuk
kehidupan dan kediamannya dan tak pulang ke daerah asalnya.
b. Pengertian Infaq
Berdasarkan Undang-undang RI nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, di pasal 1 ayat 3 terdapat pengertian infaq. Infaq
adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar
zakat untuk kemaslahatan umat. Zakat dan infaq adalah tumpukan
harta yang dikumpulkan dari para muzaki (wajib zakat) dan dermawan,
yang akan dibagikan dan disalurkan kembali (Hasan, 2006).
49
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
harta untuk kepentingan sesuatu. Infaq menurut terminologi syariat,
infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau
penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan. Infaq
dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan
maupun tidak (Hafidhuddin, 2002).
Infaq mempunyai manfaat yang sangat besar untuk mustahiq.
Allah menganjurkan seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk
menginfaqkan hartanya dijalan Allah. Hal ini tercantum dalam QS. Al
Baqarah ayat 195:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik”.
Berbeda dengan zakat, infaq dalam arti luas merupakan
pembelanjaan yang bersifat sukarela untuk memenuhi anjuran Allah
agar memperoleh keridhoan-Nya. Infaq juga tergolong al-birr yakni
kebajikan yang luhur sebagaimana dalam QS Al Baqarah ayat 177.
Sebagai pembelanjaan sukarela, infaq sangat dekat dengan konsep al-
Barakah yang berarti nilai tambah, sebagaimana dalam QS. Al-A‘raf
ayat 96 dan QS Hud ayat 73. Konsep ini menjanjikan kesuksesan dan
keberuntungan di masa mendatang, baik di dunia maupun di akhirat
(Rosmini, 2016).
50
c. Pengertian Sedekah
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2011 tentang pengelolaan zakat pasal 1 ayat 4, sedekah adalah harta
atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar
zakat untuk kemaslahatan umat. Sedekah berasal dari kata shadaqa
yang berarti benar. Maksudnya orang yang suka bersedekah adalah
orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat,
pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga
hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan
dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti lebih luas,
menyangkut hal yang bersifat nonmateriil (Hafidhuddin, 2002).
Menurut Qordawi dalam Ryandono (2008) mengatakan ―sedekah
itu adalah zakat dan zakat itu adalah sedekah‖ berbeda nama tetapi
memiliki arti yang sama. Sedekah secara hukumnya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, sedekah wajib dan sedekah tidak wajib. Sedekah
wajib dikategorikan zakat sedangkan sedekah yang tidak wajib
dikategorikan infaq. Zakat wajib dikeluarkan apabila telah mencapai
nisab, telah dimiliki selama setahun, besarnya telah ditentukan dan
syarat lainnya telah terpenuhi. Apabila syarat-syarat zakat tersebut
telah terpenuhi maka jika tidak ditunaikan maka pemilik harta tersebut
telah melanggar perintah Allah SWT, sedangkan infaq boleh
dikeluarkan secara sukarela baik harta tersebut belum atau telah
mencapai syarat-syarat untuk berzakat. Dengan demikian, orang yang
51
berzakat itu sebenarnya belum memberikan hartanya melainkan hanya
menunaikan kewajiban atas hartanya, sedangkan yang dikategorikan
memberikan hartanya (bersedekah) adalah orang yang berinfaq, karena
dalam setiap harta yang dimiliki oleh seseorang itu ada hak bagi orang
yang miskin dan orang tidak beruntung dalam perekonomian, seperti
disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat:19 sebagai berikut:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.
Menurut Quthb (2004) ayat tersebut menjelaskan bahwa, mereka
menetapkan bagian tertentu bagi peminta-minta kemudian diberi. Juga
bagian tertentu bagi siapa yang diam dan malu. Mereka menetapkan
bagian tertentu sebagai hak yang wajib dibayarkan dari hartanya.
Mereka menetapkan hak yang tiada batasnya itu secara sukarela. Jika
zakat ada nisabnya, infaq dan sedekah tidak mengenal nisab. Jika zakat
hars diberikan kepada mustahiq tertentu (8 asnaf), maka infaq dan
sedekah boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua
orang tua atau anak yatim. Lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
52
Tabel 2.2
Persamaan dan Perbedaan Zakat Infaq dan Sedekah
Definisi Hukum Waktu Bentuk
Zakat
Hak yang
wajib dalam
waktu
tertentu
untuk
golongan
tertentu
Wajib
apabila telah
mencapai
nisab
Ada batasan
dan
musiman
(haul)
Berupa
materi
Infaq
Menafkahkan
sesuatu
kepada orang
lain dengan
ikhlas karena
Allah semata
Wajib dan
sunnah
Terus
menerus
tanpa ada
batasan
Berupa
materi
Sedekah
Menafkahkan
sesuatu
kepada orang
lain dengan
ikhlas karena
Allah semata.
Sunnah Terus
menerus
tanpa ada
batasan
Berupa
materi dan
non materi
Sumber : Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Penelitian
Dalam rangka memudahkan pemahaman mengenai masalah yang
dibahas dalam penelitian sehingga dapat dikembangkan dan diuji
kebenarannya, maka diperlukan adanya kerangka penelitian yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
53
H1
H2
H3
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Maka penelitian diatas dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut:
Y=β0+β1X1+β2X2+β3X3+Ɛ
Y = Pertumbuhan Ekonomi
β0 = Konstanta
X1 = Investasi
X2 = Kebijakan Moneter
X3 = Zakat Infaq Sedekah
β1 = Koefisien Investasi
β2 = Koefisien Kebijakan Moneter
INVESTASI (X1)
(Reksadana)
KEBIJAKAN
MONETER (X2)
(Nilai Tukar
Rupiah)
ZAKAT, INFAQ,
SEDEKAH (X3)
PERTUMBUHAN
EKONOMI (Y)
(PDB)
54
β3 = Koefisien Zakat Infaq Sedekah
Ɛ = Standar eror
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban
yang diberikan baru berdasarkan pada teori (Sugiyono, 2009). Dari
penjelasan tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan
produksi dengan tujuan untuk menambah produksi barang dan jasa di
masa depan. Dengan kata lain, investasi juga dapat berarti kegiatan
perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi suatu
perekonomian (Tambunan, 2016).
Secara teoritis, tingkat pertumbuhan ekonomi berkorelasi positif
dengan investasi seperti yang dinyatakan salah satunya oleh Keynes
agar pemerintah meningkatkan pengeluaran karena memandang
pemerintah sebagai agen independen yang mampu menstimulasi
perekonomian melalui kerja publik seperti pada masa resesi kenaikan
pengeluaran pemerintah (G) akan mendorong konsumsi (C) dan
investasi (I) sehingga dapat menaikkan pendapatan nasional (Y)
(Sulistiawati: 2012)
55
Dalam sebuah penelitian terdahulu oleh Putri (2014) hasil
penelitian menunjukkan hasil investasi, pengeluaran modal, tenaga
kerja, dan infrastruktur berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
pertama (H1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 = Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
2. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Taylor dalam Natsir (2014) bahwa kebijakan moneter
merupakan upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi
perkembangan moneter (jumlah uang beredar, suku bunga, kredit, dan
nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu meliputi:
pertumbuhan ekonomi, stabilitas mata uang dan keseimbangan
eksernal serta perluasan kesempatan kerja.
Menurut Sudirman (2013) sesuai dengan kondisi perekonomian di
Indonesia yang kegiatannya bertumpu salah satunya pada aset
keuangan kredit perbankan, maka pemerintah perlu melaksanakan
kebijakan moneter salah satunya melalui pengelolaan atau pengaturan
sistem kredit perbankan secara dinamis yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah (resource
base) yang akan digerakkan. Kebijakan moneter ditetapkan oleh Bank
Indonesia agar tujuan antara intermediate target berupa penentuan
56
indikator ekonomi dapat tercapai sehingga tujuan pembangunan
ekonomi dapat diwujudkan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan (2009)
dengan hasil penelitian suku bunga, jumlah uang beredar dan nilai
tukar rupiah terhadap USD secara signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
yang kedua (H2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H2 = Kebijakan Moneter berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
3. Pengaruh Zakat Infaq Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Hasan (2006) zakat dan infaq adalah tumpukan harta yang
dikumpulkan dari para muzaki (wajib zakat) dan dermawan, yang akan
dibagikan dan disalurkan kembali. Sedangkan menurut Qordawi dalam
Ryandono (2008) mengatakan ―sedekah itu adalah zakat dan zakat itu
adalah sedekah‖ berbeda nama tetapi arti sama. Menurut terminologi
syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk
juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq
berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut
hal yang bersifat nonmaterial.
Menurut Ryandono (2008) penyaluran dana ZIS merupakan salah
satu pendorong pertumbuhan ekonomi karena dalam Islam diwajibkan
untuk mengeluarkan zakat yang memiliki fungsi untuk memaksa
57
seseorang untuk menjadikan hartanya agar senantiasa produktif yang
kemudian hasilnya dapat meningkatkan output (perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi), penyerapan tenaga kerja, pendapatan,
kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2016)
didapatkan hasil bahwa dana zakat infaq shodaqoh berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta dana
ZIS dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2011-2015. Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis yang ketiga (H3) yang diajukan adalah
sebagai berikut:
H3 = Zakat Infaq Sedekah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data berbentuk angka atau bilangan.
Data kuantitatif juga disebut dengan data numerik. Data kuantitatif
umumnya dapat dilakukan operasi-operasi matematika (Harinaldi, 2005).
Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut
Kuncoro dalam Wicaksono (2013) data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data. Dalam penelitian ini data sekunder yang
dipakai adalah data time series yang dilakukan di Indonesia periode tahun
2013-2018. Data yang diperlukan adalah:
1. Data bulanan reksadana konvensional sebagai indikator variabel
investasi di Indonesia tahun 2013-2018.
2. Data bulanan nilai tukar rupiah sebagai indikator variabel kebijakan
moneter di Indonesia tahun 2013-2018.
3. Data bulanan jumlah penerimaan dana ZIS (Zakat Infaq Sedekah) di
Indonesia tahun 2013-2018.
4. Data triwulanan Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan
sebagai indikator variabel pertumbuhan ekonomi yang diinterpolasi
menjadi data bulanan tahun 2013-2018.
Adapun sumber data tersebut diperoleh dari:
59
1. Data reksadana di Indonesia tahun 2013-2018, yaitu dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam terbitan ―Data dan Statistik Pasar Modal‖.
2. Data nilai tukar rupiah di Indonesia tahun 2013-2018, yaitu dari Bank
Indonesia (BI) dalam terbitan ―Laporan Kebijakan Moneter‖.
3. Data jumlah penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah di Indonesia
tahun 2013-2018, yaitu dari BAZNAS dalam terbitan ―Laporan Posisi
Keuangan‖
4. Data Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan tahun 2013-
2018, yaitu dari Badan Pusat Statistik dalam terbitan ―PDB atas harga
konstan‖
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan tidak terdapat
tempat penelitian, sehingga peneliti hanya mengambil objek
penelitiannya saja. Data-data tersebut diperoleh dari website resmi
BPS, OJK, BI, dan BAZNAS Pusat. Dalam penelitian ini, Indonesia
menjadi objek penelitian yang akan dilakukan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2018 sampai dengan
bulan Juni 2019.
60
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Anshori dan Iswati (2009) populasi adalah sebuah obyek
penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data reksadana, nilai tukar rupiah, ZIS, dan Produk Domestik Bruto
dalam kurun waktu enam tahun, yaitu tahun 2013-2018. Seluruh data
yang digunakan berupa data bulanan, maka populasinya berjumlah 72
pengamatan.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi.
Berdasarkan sifat datanya maka dalam menentukkan jumlah
sampel yang akan digunakan, penelitian ini menggunakan teknik
sampel jenuh atau juga sering disebut dengan sampel sensus. Sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian
61
ini adalah semua data reksadana konvensional, nilai tukar rupiah, zakat
infaq sedekah, dan produk domestik bruto dari tahun 2013-2018.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi dokumenter.
Menurut Sukmadinata (2009) studi dokumenter (documentary study)
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik. Data yang diperoleh tersebut merupakan data-data dari literatur
yang berkaitan baik berupa dokumen, artikel, catatan-catatan, laporan
keuangan, maupun arsip. Data tersebut kemudian disusun dan diolah
sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian
ini data yang dibutuhkan antara lain bersumber dari:
1. Investasi
Data reksadana konvensional dari tahun 2013-2018 diambil dari OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) Indonesia di laman www.ojk.go.id.
2. Kebijakan Moneter
Data nilai tukar rupiah dari tahun 2013-2018 diambil dari BI (Bank
Indonesia) di laman www.bi.go.id.
3. Zakat Infaq Sedekah
Data jumlah penerimaan zakat infaq sedekah dari tahun 2013-2018
diambil dari BAZNAS Indoneesia di laman www.baznas.go.id
4. Pertumbuhan Ekonomi
62
Data Produk Domestik Bruto dari tahun 2013-2018 diambil dari BPS
(Badan Pusat Statistik) di laman www.bps.go.id
E. Definisi Konsep dan Operasional
Menurut Bawono (2006), definisi operasional adalah penjelasan
mengenai definisi variabel-variabel yang akan digunakan, baik variabel
dependen maupun variabel independen. Sedangkan menurut Sugiyono
(2016) kata ―variabel‖ hanya ada pada penelitian kuantitatif, karena
penelitian kuantitatif berpandangan bahwa suatu gejala dapat
diklarifikasikan menjadi variabel-variabel. Pada dasarnya variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apasaja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut yang kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut penjelasan dari
kedua variabel berikut:
1. Variabel Independen
Variabel independen atau biasa disebut dengan variabel bebas.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono: 2013). Variabel independen dalam penelitian ini
yaitu:
a. Investasi (X1)
Menurut Tendelilin dalam Ryandono (2009) mendefinisikan
investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
63
lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi memainkan peran penting dalam menggerakkan
kehidupan ekonomi bangsa, karena pembentukan modal
memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional
maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan
semakin memperluas kesempatan kerja (Todaro, 2000). Dalam
penelitian ini variabel investasi menggunakan indikator reksadana
konvensional yang diukur menggunakan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) atau Net Asset Value (NAV) (Rodoni, 2009):
NAVt = (MVAt – LIABt/NSOt)
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada periode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
b. Kebijakan Moneter (X2)
Menurut Taylor kebijakan moneter merupakan upaya atau
tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi perkembangan
moneter (jumlah uang beredar, suku bunga, kredit, dan nilai tukar)
untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu meliputi: pertumbuhan
64
ekonomi, stabilitas mata uang dan keseimbangan eksernal serta
perluasan kesempatan kerja (Natsir, 2014). Dalam penelitian ini
variabel kebijakan moneter menggunakan indikator nilai tukar
rupiah. Berikut salah satu penghitungan nilai tukar menggunakan
formulasi Bilateral Exchange Rate sehingga dapat dicontohkan
nilai suatu mata uang dinyatakan dalam mata uang Negara lain. 1
USD = Rp 9800 atau Rp = USD 0,000102 (Bank Indonesia, 2017) :
Et = 1
et
Dimana Et adalah nilai suatu unit mata uang domestic yang
dinyatakan dalam mata uang Negara lain.
c. ZIS (Zakat Infaq Sedekah) (X3)
Menurut Hasan (2006) zakat dan infaq adalah tumpukan harta
yang dikumpulkan dari para muzaki (wajib zakat) dan dermawan,
yang akan dibagikan dan disalurkan kembali. Sedangkan menurut
Qordawi dalam Ryandono (2008) mengatakan ―sedekah itu adalah
zakat dan zakat itu adalah sedekah‖ berbeda nama tetapi arti sama.
Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan
pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi,
sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat
nonmaterial. Dalam penelitian ini data zakat infaq sedekah di
formulasikan sebagai berikut (BAZNAS, 2018):
65
Jumlah Penyaluran ZIS = Penyaluran (sosial + pendidikan +
kesehatan + ekonomi + keagamaan).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan kenaikan output yang
dihasilkan suatu negara. Suatu perekonomian tumbuh jika jumlah
produk barang dan jasa meningkat. Pertumbuhan output ini tercermin
dalam nilai Produk Domestik Bruto. Nilai PDB yang digunakan dalam
mengukur persentase pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB
mengalami perubahan yang menunjukkan jumlah kualitas barang dan
jasa yang dihasilkan selama periode tertentu (Sukirno, 2011). Indikator
pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
penduduk, kemajuan teknologi, dan sumber daya institusi (Arsyad,
2015). Dengan indikator PDB, pertumbuhan ekonomi dapat dihitung
menggunakan formulasi sebagai berikut (Putra, 2010):
R(t-1, t) = (PDBt - PDBt-1)/PDBt-1 x 100%
Ket:
r t-1 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
PDBt = Produk Domestik Bruto tahun yang dihitung
66
PDB (t-1) = Produk Domestik Bruto tahun sebelumnya.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data deret waktu
(time series). Data time series adalah data yang dikumpulkan dan diamati
atas rentang waktu tertentu (Tanjung dan Devi, 2013). Data time series
dapat berupa data harian, mingguan, bulanan, triwulan, ataupun tahunan.
Dalam penelitian ini data time series yang digunakan adalah data bulanan
yang diambil dari website resmi BPS, OJK, BI, dan BAZNAS.
Dalam penelitian ini, alat bantu statistik yang digunakan untuk
mengolah data adalah E-views 9. Analisis kuantitatif yang dilakukan
dalam penelitian ini dibantu dengan alat bantu statistik, yaitu analisis
regresi linear berganda. Regresi linier berganda dilakukan untuk melihat
sejauh mana variabe independent (variabel bebas) mempengaruhi variabel
dependen (variabel terikat).
G. Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dan uji instrumen
penelitian menggunakan uji stasioneritas. Sebuah data dikatakan stasioner
jika memenuhi asumsi bahwa rata-rata dan variansinya konstan sepanjang
waktu serta kovarian antar dua data runtut waktu tergantung pada
kelambanan antara dua periode tersebut. Pengambilan keputusan pada uji
stasioneritas ialah jika nilai profitabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka
data tersebut bersifat stasioner (Winarno, 2015).
67
H. Alat Analisis
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif akan memberikan sebuah interpretasi deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian nilai maksimum, nilai minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness (Ghozali, 2016).
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Ghozali (2013) regresi linier berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel independen yang berjumlah lebih dari satu terhadap
variabel dependennya. Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen sekaligus untuk mengetahui besaran dan arah tanda
variabel-variabel independen. Analisis regresi linier berganda dalam
penelitian ini menggunakan E-views dengan persamaan regresi:
Y = βO+β1X1 + β2X2 + β3X3 +Ɛ
Keterangan :
Y = Variabel Dependen (Pertumbuhan Ekonomi)
β = Koefisien
X1 = Variabel Independen (Investasi)
X2 = Variabel Independen (Kebijakan Moneter)
X3 = Variabel Independen (ZIS)
Ɛ = error/ galat/ residual
68
3. Uji Asumsi Klasik
Menurut Bawono (2006) dalam analisis regresi, uji asumsi klasik
merupakan tahapan yang penting dilakukan. Apabila tidak terdapat
gejala asumsi klasik diharapkan dapat menghasilkan model regresi
yang handal sesuai kaidah BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),
yang menghasilkan model regresi yang tidak bias dan handal sebagai
penaksir. Uji asumsi klasik sendiri terdiri dari empat jenis, antara lain:
a. Uji Normalitas
Menurut Santosa dalam Asnawi dan Masyhuri (2009) uji
normalitas adalah pengujian dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribuasi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal. Tujuan dari uji normalitas ini
untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribuasi
normal atau tidak. Untuk melihat bahwa data tersebut terdistribusi
normal atau tidak dapat diuji menggunakan uji Jarque-Bera (J-B).
Jika nilai dari J-B tidak signifikan atau lebih kecil dari 2 maka data
terdistribusi normal, atau dengan melihat nilai probability nya, jika
probilitas lebih besar dari 5% bila menggunakan tingkat
signifikansi ini maka data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut (Ghozali 2006) Uji Multikolinieritas digunakan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
69
korelasi antar variabel independen. Masalah multikolinieritas yang
serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter
estimasi (Bawono, 2006). Indikasi multikolinieritas ditunjukkan
dengan berbagai informasi berikut (Winarno, 2015):
1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak
signifikan.
2) Dengan menghitung koefisien antar variabel independen.
Apabila koefisien rendah, maka terjadi multikolinieritas.
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi satu
variabel independen yang lain.
Uji multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan
metode auxiliary regresi antar variabel dependen untuk
mendapatkan r2, kemudian dibandingan dengan R
2 persamaan
utama (Bawono, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana komponen ero
berkorelasi dengan dirinya sendiri menurut urutan waktu (untuk
model data time series) atau urutan ruang (untuk model data cross
section) (Bawono dan Shina, 2018). Tujuan dari autokorelasi
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi dalam variabel
pengganggu pada suatu periode dengan periode yang sebelumnya.
70
Untuk data time series autokorelasi sering terjadi, akan
tetapi untuk data sampelnya cross section jarang terjadi karena
variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Mendeteksi
gejala autokorelasi dapat dilakukan melalui identifikasi nilai
Durbin- Watson (DW test) dengan kriteria du< dw< 4-du
(Bawono, 2006).
d. Uji Heteroskidastisitas
Bawono dan Shina (2018) regresi linier sederhana
mensyaratkan pemenuhan asumsi homokedastisitas (homogenitas
varian), yaitu varian dari residual (eror) bersifat konstan.
Berkebalikan dengan homokedastisitas, kondisi dimana variansi
dari residual (eror) tidak bersifat konstan disebut sebagai
heteroskedastisitas. Cara mengetahui ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan pengujian
dengan uji glejser. Jika signifikansi dari nilai probabilitas lebih
kecil dari 0.05 maka model tersebut mengandung
heteroskedastisitas, dan apabila signifikansi dari nilai probabilitas
lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak mengandung
heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
a. Uji T (Uji Secara Parsial)
Uji t atau pengujian individu ini digunakan untuk melihat
tingkat signifikan variabel independen yang mempengaruhi
71
variabel dependen secara individu. Adapun pengambilan
keputusannya dalam pengujian ini adalah sebagai berikut (Bawono,
2006):
1) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan.
2) Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak, yang artinya ada
pengaruh yang signifikan.
3) Selain membandingkan t hitung dengan t tabel agar dapat
menentukkan H0 diterima atau ditolak, juga dapat melihat nilai
signifikansinya apakah kurang atau lebih dari 5%.
b. Uji F (Uji Secara Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi
yang dihasilkan cocok atau variabel-variabel independen secara
serentak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (Bawono
dan Shina, 2018). Signifikansi model regresi yang secara simultan
diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig). Nilai signifikansi (sig)
apabila nilai dibawah 0,05 maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Dengan pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan
begitupun sebaliknya.
2) Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan begitu juga
sebaliknya.
72
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi
variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi
berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai
koefisien determinasi berarti semakin semakin kecil kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau
sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan
nilai adjusted R Square bukan R Square dari model regresi karena
R Square bias terhadap jumlah variabel dependen yang
dimasukkan kedalam model, sedangkan adjusted R Square dapat
naik turun jika suatu variabel independen ditambahkan dalam
model (Ghozali, 2001).
73
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Statistik Deskriptif
1. Reksadana di Indonesia Tahun 2013-2018
Penelitian ini menggunakan sampel reksadana sebagai indikator
variabel investasi di Indonesia dari tahun 2013-2018.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Investasi
Reksadana
Mean 31106793
Median 27277393
Maximum 50749596
Minimum 18593377
Std. Dev. 10753382
Observation 72
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah observasi
sebanyak 72, menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 31106793
dengan besar nilai standar deviasi adalah 10753382 nilai reksadana
maximum (terbesar) 50749596 dan nilai reksadana minimum (terendah)
sebesar 18593377.
2. Nilai Tukar Rupiah di Indonesia Tahun 2013-2018
Penelitian ini menggunakan sampel nilai tukar rupiah sebagai
indikator variabel kebijakan moneter di Indonesia dari tahun 2013-
2018.
74
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Kebijakan Moneter
Nilai Tukar Rupiah
Mean 237.1528
Median 137.5
Maximum 1429
Minimum 2
Std. Dev. 276.3762
Observation 72
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah observasi
sebanyak 72, menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 237.1528
dengan besar nilai standar deviasi adalah 276.3762 nilai tukar rupiah
maximum (terbesar) 1429 dan nilai tukar rupiah minimum (terendah)
sebesar 2.
3. Zakat Infaq Sedekah di Indonesia Tahun 2013-2018
Penelitian ini menggunakan sampel zakat infaq dan sedekah di
Indonesia dari tahun 2013-2018.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Zakat Infaq Sedekah
Zakat Infaq Sedekah
Mean 588000000000
Median 403000000000
Maximum 3400000000000
Minimum 42900000000
Std. Dev. 502000000000
Observation 72
75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah observasi
sebanyak 72, menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 588000000000
dengan besar nilai standar deviasi adalah 502000000000 nilai zakat
infaq sedekah maximum (terbesar) 3400000000000 dan nilai zakat infaq
sedekah minimum (terendah) sebesar 42900000000.
4. Produk Domestik Bruto Tahun 2013-2018
Penelitian ini menggunakan sampel Produk Domestik Bruto (PDB)
sebagai indikator variabel Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dari
tahun 2013-2018.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel Pertumbuhan Ekonomi
PDB
Mean 230000000
Median 229000000
Maximum 268000000
Minimum 195000000
Std. Dev. 20301743
Observation 72
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah observasi
sebanyak 72, menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 230000000
dengan besar nilai standar deviasi adalah 20301743 nilai produk
domestik bruto maximum (terbesar) 268000000 dan nilai produk
domestik bruto minimum (terendah) sebesar 195000000.
76
B. Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas yang digunakan adalah uji Unit Root dengan uji
Augmented-Dickey-Fuller (ADF). Hasil uji stasioneritas untuk masing-
masing variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Stasioneritas
No
Variabel
Probability
Unit Root Test
Keterangan
1
Reksadana (X1)
0.0001
Uji stasioneritas root 2nd
difference
2
Nilai Tukar Rupiah
(X2)
0.0000
Uji stasioneritas root 2nd
difference
3
ZIS (X3)
0.0000
Uji stasioneritas root 2nd
difference
4
PDB (Y)
0.0001
Uji stasioneritas root 2nd
difference
Sumber : Data sekunder yang diolah 2019
Berdasarkan tabel 4.5 data yang diolah menunjukkan output
dengan nilai probability < 0.05. Dengan demikian variabel independen
dan dependen memenuhi ketentuan uji stasioneritas dan layak untuk
dilanjutkan dengan pengujian data lanjutnya.
2. Uji Regresi
Uji regresi baru dapat dilakukan apabila data yang diteliti sudah
bersifat stasioner. Setelah data memenuhi uji stasioneritas, maka harus
77
dilakukan pemilihan model regresi. Berikut merupakan hasil
spesifikasi model regresi:
Tabel 4.6
Uji Regresi
Dependent Variable: D(Y-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:21
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1424099. 260480.4 5.467200 0.0000
D(X1-2) -0.994127 0.336756 -2.952071 0.0043
D(X2-2) 62.01892 675.6352 0.091794 0.9271
D(X3-2) -2.15E-07 4.45E-07 -0.483631 0.6302 R-squared 0.124050 Mean dependent var 967409.9
Adjusted R-squared 0.084828 S.D. dependent var 1855468. S.E. of regression 1775026. Akaike info criterion 31.67122 Sum squared resid 2.11E+14 Schwarz criterion 31.79869 Log likelihood -1120.328 Hannan-Quinn criter. 31.72191
F-statistic 3.162794 Durbin-Watson stat 0.792931 Prob(F-statistic) 0.030113
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2019
Model regresi yang diperoleh dari hasil pengujian dapat ditulis
sebagai berikut:
Y = 1424099 – 0.994127 X1 + 62.01892 X2 – 0.000000215 X3
Keterangan:
Y : Pertumbuhan Ekonomi
78
X1 : Investasi
X2 : Kebijakan Moneter
X3 : Zakat Infaq Sedekah
Persamaan model regresi tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:
1) Konstanta diperoleh sebesar 1424099
2) Koefisien regresi variabel X1 diperoleh sebesar –0.994127 dengan
arah koefisien negatif.
3) Koefisien regresi variabel X2 diperoleh sebesar 62.01892 dengan
arah koefisien positif.
4) Koefisien regresi variabel X3 diperoleh sebesar –0.000000215
dengan arah koefisien negatif.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-3749998 -2499998 -1249998 3 1250003 2500003
Series: Residuals
Sample 2013M02 2018M12Observations 71
Mean -5.90e-11Median 175523.6Maximum 3337159.Minimum -3649881.Std. Dev. 1736573.Skewness -0.123277Kurtosis 1.879715
Jarque-Bera 3.892654Probability 0.142798
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
79
Dari gambar 4.1 diketahui bahwa nilai probability
persamaan pertama adalah 0.142798. Nilai tersebut menunjukkan
lebih besar dari 0.05 maka data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dalam regresi dapat diuji
dengan melakukan regresi auxiliary dengan melihat R2 dari setiap
variabel. Adapun hasil uji auxiliary dapat dilihat pada tabel
dibawah ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
No
R-Squared
R2 Pada Persamaan
utama = 0.124050
Kesimpulan
1 Reksadana =
0.035573
Lebih kecil Tidak terjadi
multikolinieritas
2 Nilai Tukar
Rupiah =
0.046022
Lebih kecil Tidak terjadi
multikolinieritas
3 ZIS = 0.011891 Lebih kecil Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2019
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
variabel bebas dengan nilai R2 pada nilai regresi utama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa data variabel dalam penelitian ini tidak terdapat
multikolinieritas.
80
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 15.03898 Prob. F(3,64) 0.0000
Obs*R-squared 29.35660 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 02:09
Sample: 2013M02 2018M12
Included observations: 71
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -204746.7 208519.5 -0.981907 0.3298
D(X1-2) 0.406913 0.277192 1.467979 0.1470
D(X2-2) 143.5209 531.8295 0.269863 0.7881
D(X3-2) 4.57E-07 3.66E-07 1.250860 0.2155
RESID(-1) 0.719939 0.122752 5.864980 0.0000
RESID(-2) -0.054067 0.150770 -0.358603 0.7211
RESID(-3) -0.149326 0.130297 -1.146042 0.2560 R-squared 0.413473 Mean dependent var -5.90E-11
Adjusted R-squared 0.358486 S.D. dependent var 1736573. S.E. of regression 1390901. Akaike info criterion 31.22219 Sum squared resid 1.24E+14 Schwarz criterion 31.44527 Log likelihood -1101.388 Hannan-Quinn criter. 31.31090
F-statistic 7.519488 Durbin-Watson stat 1.967228 Prob(F-statistic) 0.000004
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2019
Berdasarkan tabel diatas, untuk mendapat uji autokorelasi yang
normal maka nilai regresi harus berada diantara DU dan 4-DU, yang
81
mana nilai DU = 1.7504 dan DL = 1.5323, 4-DU = 2.2496 dan 4-DL =
2.4677. Pada tabel diatas didapat nilai Durbin Watson sebesar
1.967228. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung
autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan
pengujian Glejser. Jika signifikansi dari probabilitas < 0.05 maka
model tersebut mengandung heteroskedastisitas, dan apabila
signifikansi dari probabilitas > 0.05 maka model tersebut tidak
mengandung heteroskedastisitas (Supriyanto, 2017).
Tabel 4.9
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.782490 Prob. F(3,67) 0.5079
Obs*R-squared 2.403409 Prob. Chi-Square(3) 0.4930 Scaled explained SS 1.348489 Prob. Chi-Square(3) 0.7177
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 02:18
Sample: 2013M02 2018M12
Included observations: 71 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1431979. 119008.9 12.03254 0.0000
D(X1-2) 0.191851 0.153858 1.246940 0.2168
D(X2-2) 176.6226 308.6858 0.572176 0.5691
D(X3-2) 1.71E-07 2.03E-07 0.839583 0.4041
82
R-squared 0.033851 Mean dependent var 1526707.
Adjusted R-squared -0.009410 S.D. dependent var 807189.3 S.E. of regression 810978.1 Akaike info criterion 30.10456 Sum squared resid 4.41E+13 Schwarz criterion 30.23203 Log likelihood -1064.712 Hannan-Quinn criter. 30.15525
F-statistic 0.782490 Durbin-Watson stat 1.223552 Prob(F-statistic) 0.507873
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2019
Berdasarkkan data hasil uji diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas. Karena pada pengujian
heteroskedastisitas dapat dilihat probability senilai 0.507873 atau lebih
besar dari 0.05 maka model tersebut tidak mengandung
heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi
Dependent Variable: D(Y-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:21
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1424099. 260480.4 5.467200 0.0000
D(X1-2) -0.994127 0.336756 -2.952071 0.0043
D(X2-2) 62.01892 675.6352 0.091794 0.9271
83
D(X3-2) -2.15E-07 4.45E-07 -0.483631 0.6302
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2019
a. Uji T (Uji Secara Parsial)
1. Reksadana
Setelah dilakukan uji maka diperoleh hasil pengujian nilai
koefisien dengan arah negatif sebesar 0.994127 dengan nilai
probabilitas 0.0043 sehingga reksadana berpengaruh negatif
signifikan terhadap PDB.
2. Nilai Tukar Rupiah
Setelah dilakukan uji maka diperoleh hasil pengujian nilai
koefisien dengan arah positif sebesar 62.01892 dengan nilai
probabilitas 0.9271 sehingga nilai tukar rupiah berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap PDB.
3. Zakat Infaq Sedekah
Setelah dilakukan uji maka diperoleh hasil pengujian nilai
koefisien dengan arah negatif sebesar 0.0000000215 dengan
nilai probabilitas 0.6302 sehingga zakat infaq sedekah
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap PDB.
b. Uji F (Uji Secara Simultan)
Berdasarkan pada uji regresi dengan random effect dapat
diketahui bahwa F hitung < F tabel (3.162794 < 2.74) dengan nilai
probability F hitung 0.030113 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa
84
variabel reksadana, nilai tukar rupiah dan ZIS berpengaruh secara
simultan terhadap PDB.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai uji Adjusted R2 pada uji regresi ini sebesar 0.124050.
Hal ini berarti varian variabel independen dapat menjelaskan
varian variabel dependen sebesar 12%, sedangkan sisanya 88%
dipengaruhi oleh faktor lain.
5. Hasil Pembahasan
Hasil dari pembahasan setelah dilakukannya uji-uji adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Nilai koefisien variabel reksadana diperoleh sebesar -
0.994127 dengan arah koefisien negatif dan nilai probabilitas
0.0043 karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka
reksadana berpengaruh negatif signifikan terhadap produk
domestik bruto sehingga H1 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Tambunan (2016) yang menyatakan bahwa reksadana syariah
memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap PDB
Indonesia. Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sulistiawati (2012) yang menyatakan investasi
berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia.
85
Beberapa alasan yang menjadi penyebab reksadana
mempunyai hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia antara lain karena risiko pasar, yaitu risiko
fluktuasi harga yang disebabkan oleh perubahan faktor pasar.
Risiko ini juga disebut risiko berkurangnya Nilai Aktiva Bersih
per Unit Penyertaan reksadana. Faktor pasar tersebut antara
lain publikasi laporan keuangan dan data makroekonomi (kurs
nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya) yang
menunjukkan penurunan kinerja atau kinerja dibawah harapan.
Penurunan kinerja ini bisa juga karena sentiment negatif dari
investasi luar negeri sehingga berdampak pada investasi di
Indonesia (Rudiyanto, 2016).
b. Pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi
Nilai koefisien variabel nilai tukar rupiah diperoleh sebesar.
62.01892 dengan arah koefisien positif dan nilai probabilitas
0.9271 karena nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka
nilai tukar rupiah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
produk domestik bruto sehingga H2 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Setiawan (2009) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah
uang beredar dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kondisi inflasi di
Indonesia. Namun sejalan dengan penelitian oleh Syamsuyar
86
dan Ikhsan (2017) bahwa nilai tukar yang bergantung pada
sistem nilai tukar (Kurs*Dummy) terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia berpengaruh positif namun tidak signifikan
pada tingkat signifikansi 0,05.
Beberapa penyebab nilai tukar berpengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena
semakin terbukanya perekonomian Indonesia maka akan
semakin rentan terhadap gejolak eksternal khususnya dalam
pergerakan nilai tukar. Tekanan terhadap Rupiah juga
merupakan imbas dari sikap investor yang mulai berjaga-jaga
untuk mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga the Fed.
Kebijakan Tiongkok untuk melakukan devaluasi terhadap Yuan
menimbulkan reaksi secara global sehingga menyebabkan
hampir semua mata uang mengalami depresiasi (Hastiadi dan
Fithria, 2015).
c. Pengaruh zakat infaq sedekah terhadap pertumbuhan ekonomi
Nilai koefisien variabel zakat infaq sedekah diperoleh
sebesar -0.0000000215 dengan arah koefisien negatif dan nilai
probabilitas 0.6302 karena nilai probabilitas lebih besar dari
0.05, maka zakat infaq sedekah berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap produk domestic bruto sehingga H3 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Anggraini (2016) yang menyatakan bahwa dana zakat infaq
87
shodaqoh berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun penelitian ini
sejalan dengan penelitian Zahro dan Mufraini (2017) yang
menyatakan bahwa zakat infaq shodaqoh berpengaruh tidak
signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Penyebab variabel zakat infaq sedekah berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia antara lain karena pengelolaan zakat di Indonesia
belum optimal meskipun pemerintah telah mengeluarkan
undang-undang tentang pengelolaan zakat. Salah satu faktor
penyebabnya yaitu faktor sistem dan kelembagaan. Undang-
undang tersebut belum sepenuhnya menertibkan tata kelola
zakat sesungguhnya, seperti tidak diberlakunya efek jera
terhadap muzakki yang lalai membayar zakat atau bentuk
punishment terhadap keterlambatan membayar zakat (Mufidah,
2016).
88
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Penelitian
Hipotesis Kesimpulan
H1 Investasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Ditolak
H2 Kebijakan Moneter berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia
Ditolak
H3 Zakat Infaq Sedekah berpengaruh negative
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia
Ditolak
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji analisis data, pengujian hipotesis dan
pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara parsial investasi berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Secara parsial kebijakan moneter berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3. Secara parsial zakat infaq sedekah berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4. Secara simultan (bersama-sama) variabel independen yang terdiri dari
investasi, kebijakan moneter, dan zakat infaq sedekah berpengaruh
simultan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi praktisi dapat dijadikan sebagai bagian pertimbangan bahwa
kebijakan moneter dan zakat infaq sedekah secara langsung, sehingga
perlu adanya peningkatan dan perhatian khusus lagi agar di masa yang
akan dating dapat menjadi salah satu penunjang utama tercapainya
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, perlu adanya
90
2. sosialisasi yang lebih tinggi bagi investasi agar lebih banyak dikenal
masyarakat, sehingga di masa yang akan datang dapat menjadi salah satu
tujuan utama kegiatan investasi.
3. Bagi akademik penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
dokumentasi bagi pihak kampus sebagai bahan acuan penelitian yang akan
datang, baik berupa jurnal atau buku tentang keuangan syariah.
4. Bagi penulis atau peneliti di masa mendatang diharapkan untuk
menambahkan variabel-variabel yang lain seperti saham, obligasi, usaha
mikro kecil, dan sebagainya.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2004. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alaydrus, Muhammad Zaid. 2016. ―Pengaruh Zakat Produktif terhadap
Pertumbuhan Usaha Mikro dan Kesejahteraan Mustahik Pada Badan Zakat
Kota Pasuruan Jawa Timur.‖ Tesis Universitas Airlangga, Surabaya.
Anggraini, Rachmasari. 2016. ―Analisis pengaruh dana zakat, infaq, shodaqoh
(ZIS) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada
Periode 2011-2015.‖ Skripsi.
Anita. 2015 ―Analisis Komparasi Investasi Logam Mulia Emas dengan Saham
Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia 2010-2014.‖ Jurnal
Bisnis dan Manajemen Vol. 5 No. 2. Oktober.
Anshori, Muslich & Sri Iswati. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Surabaya: Airlangga University Press.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Asnawi dan Masyhuri. 2009. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang:
UIN-Malang Press.
Bawono Anton dan Shina Arya Fendha Ibnu. 2018. Ekonometerika Terapan
Untuk Ekonomi dan Bisnis Islam Aplikasi dengan Eviews. Salatiga: LP2M
IAIN Salatiga.
Bawono, Anton. 2006. Multivariabel Analisis dengan SPSS. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
—. 2014. Mikro Ekonomi. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Budiono. 1992 Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: PBFE.
Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Press.
Fordebi. 2016. Ekonomi dan Bisnis Islam (Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan
Bisnis Islam. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Kedua. Semarang: Universitas Diponegoro.
—. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi
Keempat. Semarang: Universitas Diponegoro.
—. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS Edisi 7.
Semarang: Universitas Diponegoro.
92
—. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
8. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hafidhudin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani Press.
Harinaldi. Prinsip-prinsip untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga, 2005.
Haryanto, T. ―Economic Development Analysis.‖ 2, 2013: 151.
Hasan, Ali. Zakat dan Infak. Jakarta: Kencana, 2006.
Hastiadi Fithra Faisal dan Fithria Irfani,. 2015. Perekonomian Indonesia di
Tengah Bayang-Bayang Perlambatan Global. FEB UI Vol.3.
Hellen, Mintarti Sri, Fitriadi. 2017. ―Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja serta
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Kesempatan
Kerja.‖ Jurnal Inovasi:28-38.
Jalaludin. 2012. ―Pengaruh Zakat Infaq dan Sadaqah Produktif terhadap
Pertumbuhan Usaha Mikro dan Penyerapan Tenaga Kerja serta
Kesejahteraan Mustahik.‖ Jurnal Ekonomi No.3.
Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam: Analisis Fiqh & Keuangan Edisi 4 cet. 7.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan Edisi Pertama Cetakan Ke-7. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Machtra Catona, Fakhruddin. 2016. ―Analisis Efek Kebijakan Moneter terhadap
Output di Indonesia.‖ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Vol.3 No.1.
Mankiw, N.G. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Maryaningsih Novi, Hermasnyah Oki, Savitri Myrnawati. 2014. ―Pengaruh
Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.‖ Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan Vol. 7 No. 2:62.
Mufidah. 2016. ―Sistem Hirarki Kelembagaan Badan Pengelola Zakat di
Indonesia (Tinjauan terhadap Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011).‖
Jurnal Cita Hukum Vol. 4 No. 2. Juli.
Nangarumba, Muara. 2016. ―Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter, Kebijakan
Fiskal, dan Penyaluran Kredit terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
93
Jawa Timur Tahun 2006-2016.‖ Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan
Vol. 8 No. 2:114-130.
Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Pohan, Aulia. 2008. Ekonomi Moneter Buku ii Edisi 1 cet. kesepuluh. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Purnamasari, Femei. 2017. ―pertumbuhan ekonomi: invesasi pemerintah dan
manajemen investasi dalam perspektif islam (studi di kabupaten/kota
provinsi lampung).‖ Jurnal manajemen indonesia vol. 17 no.1:16-17.
Putra, Laurensius Julian Purwanjana. 2010. Rumus Praktis Menguasai Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Boo Publisher Cet.ke-1.
Putri, Phany Ineke. 2014. ―Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Belanja Modal, dan
Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa.‖ Jurnal
Jejak:100-202.
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan Al-Qur’an jilid
6. Terjemahan oleh As’ad Yasin dkk. 2003. Jakarta: Gema Insani Press.
Razaq, Nasruddin. 1973. Dienul Islam. Bandung: PT Al Ma'arif. cet. pertama.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Romdhoni, Abdul Haris. 2017 .―Zakat dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
dan Pengentasan Kemiskinan.‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol.3 No.1.
Rosmini. 2016. "Falsafah Infak Dalam Perspektif Al-Qur'an." Jurnal Kajian
Keislaman Vol. 20 No. 1
Rudiyanto. 2016. Seri Panduan Investasi: Reksadana untuk Pemula. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Ryandono, Muhammad Nafik Hadi. 2008. Ekonomi ZISWAQ (zakat, infak,
shodaqoh, dan wakaf). Surabaya: IFDI dan Cenforis.
—. 2009. Bursa Efek & Investasi Syariah.cet.1. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
Salim, Jul Fahmi. 2017. ―Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia.‖ Jurnal ekombis Vol.3 No. 2:68-76.
Sari Mutia, Syehalad Mohd. Nur, Sabri Majid Abd. 2016. ―Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia.‖ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Vol. 3
No.2.
94
Setiawan, Iwan. 2009 "Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap
Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.‖ Jurnal
Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi Vol.1 No.1.
Solikin dan Suseno. 2002. Penyusunan Statistik Uang Beredar. Jakarta: PPSK
Bank Indonesia,.
Sudirman, Wayan I. 2013. Manajemen Perbankan Edisi Kedua . Jakarta:
Kencana.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
—. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
—. 2006. Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
—. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.
—. 2011. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Sulistiawati, Rini. 2012 . ―Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi
di Indonesia.‖ Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.3 No.1.
Suma, Muhammad Amin. 2013. Zakat,Infak, dan Sedekah: Modal dan Model
Ideal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Modern.‖ Jurnal Al-Iqtishad
Vol. 5 No. 2: 254.
Supriyanto. 2004. ―Perekonomian Indonesia Pasca Invasi AS ke Irak.‖ Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan Vol. 1 No. 1:84.
Susanti Hera, Ikhsan M, dan Widyawati. 2000. Indikator-indikator Makro
Ekonomi Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Susanto, Baharuddin. 2009. Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum). Yogyakarta:
UII Press.
Syamsuyar Hidayatullah, Ikhsan. 2017. "Dampak Sistem Nilai Tukar terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Vol. 2 No. 3
95
Tambunan, Khairina. 2016. ―Analisis Pengaruh Investasi, Operasi Moneter, dan
ZIS terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.‖ Jurnal At-Tawasuth Vol. 1 No.
1:82.
Tanjung Hendri, Abrista Devi. 2013. Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam.
Bekasi: Gramata Publishing.
Taufik Muhammad, Rochaida Eny, Fitriadi. 2014. ―Pengaruh Investasi dan
Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Penyerapan Tenaga Kerja
Provinsi Kalimantan Timur.‖ Jurnal Ekonomi Kantitatif Terapan Vol.7
No.2.
Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Umam, Khoerul. 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah.
Bandung: Pustaka Setia.
Warjiyo Perry, Juhro Solikin M. 2016. Kebijakan Bank Central Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wicaksono, Eko Pambudi. 2013. ―Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi (Kabupaten/Kota di Provinsi Banten) Tahun
2001-2008.‖ Diponegoro Journal of Economics.
Winarno, W.W. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Zahro Vika Fatimatuz, Mufraini M. Arief. 2017. ―Pengaruh Zakat, Infaq,
Shadaqah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Sumatra Barat Tahun 2013-2016.‖ Jurnal Pendidikan
Ekonomi .
Website:
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.bisnis.com
www.puskazbaznas.go.id
96
www.kompasiana.com
www.ojk.go.id
www.baznas.go.id
Standar Akuntasi Keuangan, 2009
Badan Pengawas Pasar Modal, 2003
Bursa Efek Indonesia, 2018
Perundang-undangan:
UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
UU No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia
UU RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Data Penelitian
Tahun Bulan X1 X2 X3 Y
2013 Januari 18593377 0.62
2.16046E+11 195203330
Februari 18791585 0.35
2.52578E+11 195521440
Maret 19289643 0.82
2.97571E+11 195839550
April 19538369 0.05
2.54259E+11 198,453,587
Mei 20157541 0.74
2.56013E+11 201,067,623
Juni 20164422 2.09
2.66795E+11 203681660
Juli 19634856 3.43
7.1888E+11 205907710
Agustus 18919297 5.88
2.92037E+11 208133760
September 19180989 14.29
3.58081E+11 210359810
Oktober 19787602 2.73
6.07199E+11 208829460
November 19153190 5.77
3.94113E+11 207299110
Desember 19254452 4.85
5.22935E+11 205768760
2014 Januari 19976823 20.8
2.39897E+11 205798670
Februari 20537745 5.18
2.86804E+11 205828580
Maret 20632551 4.38
4.13115E+11 205858490
April 20838357 7.13
2.30297E+11 208485180
Mei 20869987 0.97
2.24054E+11 211111870
Juni 20998168 4.18
3.68139E+11 213738560
Juli 21278971 1.52
6.48147E+11 216,070,493
Agustus 21433940 1.03
2.54527E+11 218,402,427
September 21773281 2.71
9.87431E+11 220734360
Oktober 22426099 4
6.11833E+11 219207990
November 23161502 0.98
2.81156E+11 217681620
Desember 23992963 3.9
1.09471E+12 216155250
2015 Januari 24725319 1.74
2.53202E+11 216,038,167
Februari 24912258 1.99
3.43337E+11 215,921,083
Maret 25613810 1.14
3.57801E+11 215804000
April 25678084 5.27
5.34847E+11 218,492,813
Mei 26673850 1.98
3.3928E+11 221,181,627
Juni 26244016 0.81
3.00098E+11 223870440
Juli 26152632 1.95
6.42971E+11 226,341,743
Agustus 25831223 3.72
2.98346E+11 228,813,047
September 25145266 4.1
6.52768E+11 231284350
Oktober 26215185 9.3
2.91525E+11 229,953,873
November 26191727 11.05
2.19356E+11 228,623,397
Desember 26844661 6.27
3.3041E+11 227292920
2016 Januari 27710124 0.36
1.874E+11 227,019,313
Februari 28462996 3.09
4.20505E+11 226,745,707
Maret 29331366 0.84
4.01666E+11 226472100
April 29868108 3.96
2.6968E+11 229,496,233
Mei 30204949 3.46
1.62681E+11 232,520,367
Juni 30944161 3.4
4.06607E+11 235544500
Juli 31498763 0.36
42949440810 238005020
Agustus 32459854 0.39
3.13502E+11 240465540
September 31671657 1.64
5.01472E+11 242926060
Oktober 32259807 1.24
3.88055E+11 241,456,933
November 32593200 1.7
4.05331E+11 239,987,807
Desember 33874981 3.13
1.63548E+12 238518680
2017 Januari 35324389 0.59
1.30345E+11 238,282,363
Februari 35639136 0.12
5.61107E+11 238,046,047
Maret 36442172 0.08
3.85919E+11 237809730
April 37005362 1.1
3.52019E+11 240,987,593
Mei 37288769 0.05
6.18602E+11 244,165,457
Juni 38284423 1.08
6.90183E+11 247343320
Juli 39053105 0.3
8.71093E+11 249,972,267
Agustus 40654851 0.97
4.47401E+11 252,601,213
September 41403534 0.2
2.67663E+11 255230160
Oktober 42852845 0.19
9.15227E+11 253782490
November 43914387 0.4
7.09141E+11 252334820
Desember 45750657 1.51
1.19909E+12 250887150
2018 Januari 47685389 0.6
1.26117E+12 250541040
Februari 49296876 1.65
1.17937E+12 250194930
Maret 49650390 1.13
4.52872E+11 249848820
April 50749596 0.29
1.17084E+12 253,357,487
Mei 50439759 3.94
6.17253E+11 256,866,153
Juni 48656199 3.44
8.85884E+11 260374820
Juli 49341492 0.52
1.79387E+12 263,056,067
Agustus 49365615 3.84
1.17648E+12 265,737,313
September 49509027 2.07
1.18336E+12 268418560
Oktober 49396047 10.65
1.0065E+12 266908850
November 49952332 6.29
1.30821E+12 265399140
Desember 50539030 3.63
3.39904E+12 263889430
Lampiran Uji Statistik Deskriptif
Date: 01/10/10
Time: 02:32
Sample: 2013M01 2018M12 Y X1 X2 X3 Mean 2.30E+08 31106793 237.1528 5.88E+11
Median 2.29E+08 27277393 137.5000 4.03E+11
Maximum 2.68E+08 50749596 1429.000 3.40E+12
Minimum 1.95E+08 18593377 2.000000 4.29E+10
Std. Dev. 20301743 10753382 276.3762 5.02E+11
Skewness 0.131886 0.612806 2.051404 2.903476
Kurtosis 1.961019 2.004280 7.976890 15.15972
Jarque-Bera 3.447171 7.480754 124.8074 544.7383
Probability 0.178425 0.023745 0.000000 0.000000
Sum 1.66E+10 2.24E+09 17075.00 4.24E+13
Sum Sq. Dev. 2.93E+16 8.21E+15 5423251. 1.79E+25
Observations 72 72 72 72
Lampiran Hasil Uji Stasioneritas
Uji Stasioner Variabel Investasi Pada Level
Null Hypothesis: X1 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.045396 0.9967
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel Investasi Pada First Difference
Null Hypothesis: D(X1) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.743944 0.0054
Test critical values: 1% level -3.528515
5% level -2.904198
10% level -2.589562 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel Investasi Pada Second Difference
Null Hypothesis: D(X1,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -13.94281 0.0001
Test critical values: 1% level -3.528515
5% level -2.904198
10% level -2.589562
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel Kebijakan Moneter Pada Level
Null Hypothesis: X2 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.907727 0.0000
Test critical values: 1% level -3.525618
5% level -2.902953
10% level -2.588902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel Kebijakan Moneter Pada First Difference
Null Hypothesis: D(X2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.582913 0.0000
Test critical values: 1% level -3.528515
5% level -2.904198
10% level -2.589562 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel Kebijakan Moneter Pada Second Difference
Null Hypothesis: D(X2,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.518167 0.0000
Test critical values: 1% level -3.536587
5% level -2.907660
10% level -2.591396
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel ZIS Pada Level
Null Hypothesis: X3 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.207666 0.9713
Test critical values: 1% level -3.528515
5% level -2.904198
10% level -2.589562
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel ZIS Pada First Difference
Null Hypothesis: D(X3) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.228750 0.0000
Test critical values: 1% level -3.528515
5% level -2.904198
10% level -2.589562 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel ZIS Pada Second Difference
Null Hypothesis: D(X3,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.284025 0.0000
Test critical values: 1% level -3.538362
5% level -2.908420
10% level -2.591799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel PDB Pada Level
Null Hypothesis: Y has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 10 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 3.624791 1.0000
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel PDB Pada First Difference
Null Hypothesis: D(Y) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 9 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.004438 0.9542
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Stasioner Variabel PDB Pada Second Difference
Null Hypothesis: D(Y,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 8 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -60.33821 0.0001
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran Hasil Uji Regresi
Dependent Variable: D(Y-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:21
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1424099. 260480.4 5.467200 0.0000
D(X1-2) -0.994127 0.336756 -2.952071 0.0043
D(X2-2) 62.01892 675.6352 0.091794 0.9271
D(X3-2) -2.15E-07 4.45E-07 -0.483631 0.6302 R-squared 0.124050 Mean dependent var 967409.9
Adjusted R-squared 0.084828 S.D. dependent var 1855468.
S.E. of regression 1775026. Akaike info criterion 31.67122
Sum squared resid 2.11E+14 Schwarz criterion 31.79869
Log likelihood -1120.328 Hannan-Quinn criter. 31.72191
F-statistic 3.162794 Durbin-Watson stat 0.792931
Prob(F-statistic) 0.030113
Lampiran Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-3749998 -2499998 -1249998 3 1250003 2500003
Series: Residuals
Sample 2013M02 2018M12Observations 71
Mean -5.90e-11Median 175523.6Maximum 3337159.Minimum -3649881.Std. Dev. 1736573.Skewness -0.123277Kurtosis 1.879715
Jarque-Bera 3.892654Probability 0.142798
Lampiran Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 15.03898 Prob. F(3,64) 0.0000
Obs*R-squared 29.35660 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 02:09
Sample: 2013M02 2018M12
Included observations: 71
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -204746.7 208519.5 -0.981907 0.3298
D(X1-2) 0.406913 0.277192 1.467979 0.1470
D(X2-2) 143.5209 531.8295 0.269863 0.7881
D(X3-2) 4.57E-07 3.66E-07 1.250860 0.2155
RESID(-1) 0.719939 0.122752 5.864980 0.0000
RESID(-2) -0.054067 0.150770 -0.358603 0.7211
RESID(-3) -0.149326 0.130297 -1.146042 0.2560
R-squared 0.413473 Mean dependent var -5.90E-11
Adjusted R-squared 0.358486 S.D. dependent var 1736573.
S.E. of regression 1390901. Akaike info criterion 31.22219
Sum squared resid 1.24E+14 Schwarz criterion 31.44527
Log likelihood -1101.388 Hannan-Quinn criter. 31.31090
F-statistic 7.519488 Durbin-Watson stat 1.967228
Prob(F-statistic) 0.000004
Lampiran Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.782490 Prob. F(3,67) 0.5079
Obs*R-squared 2.403409 Prob. Chi-Square(3) 0.4930
Scaled explained SS 1.348489 Prob. Chi-Square(3) 0.7177
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 02:18
Sample: 2013M02 2018M12
Included observations: 71 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1431979. 119008.9 12.03254 0.0000
D(X1-2) 0.191851 0.153858 1.246940 0.2168
D(X2-2) 176.6226 308.6858 0.572176 0.5691
D(X3-2) 1.71E-07 2.03E-07 0.839583 0.4041 R-squared 0.033851 Mean dependent var 1526707.
Adjusted R-squared -0.009410 S.D. dependent var 807189.3
S.E. of regression 810978.1 Akaike info criterion 30.10456
Sum squared resid 4.41E+13 Schwarz criterion 30.23203
Log likelihood -1064.712 Hannan-Quinn criter. 30.15525
F-statistic 0.782490 Durbin-Watson stat 1.223552
Prob(F-statistic) 0.507873
Lampiran Hasil Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Investasi
Dependent Variable: D(X1-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:49
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 450887.8 76215.82 5.915934 0.0000
D(X2-2) -373.4778 239.0478 -1.562357 0.1228
D(X3-2) 1.41E-08 1.60E-07 0.088241 0.9299 R-squared 0.035573 Mean dependent var 449938.8
Adjusted R-squared 0.007208 S.D. dependent var 641514.1
S.E. of regression 639197.9 Akaike info criterion 29.61515
Sum squared resid 2.78E+13 Schwarz criterion 29.71076
Log likelihood -1048.338 Hannan-Quinn criter. 29.65317
F-statistic 1.254105 Durbin-Watson stat 1.315966
Prob(F-statistic) 0.291846
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Kebijakan Moneter
Dependent Variable: D(X2-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:50
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 49.07804 46.37252 1.058343 0.2936
D(X3-2) -6.90E-11 7.95E-11 -0.867576 0.3887
D(X1-2) -9.28E-05 5.94E-05 -1.562357 0.1228 R-squared 0.046022 Mean dependent var 4.239437
Adjusted R-squared 0.017964 S.D. dependent var 321.4951
S.E. of regression 318.5944 Akaike info criterion 14.40705
Sum squared resid 6902161. Schwarz criterion 14.50266
Log likelihood -508.4502 Hannan-Quinn criter. 14.44507
F-statistic 1.640249 Durbin-Watson stat 2.874482
Prob(F-statistic) 0.201511
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel ZIS
Dependent Variable: D(X3-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:51
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.19E+10 7.08E+10 0.591704 0.5560
D(X1-2) 8091.515 91697.55 0.088241 0.9299
D(X2-2) -1.59E+08 1.83E+08 -0.867576 0.3887 R-squared 0.011891 Mean dependent var 4.48E+10
Adjusted R-squared -0.017171 S.D. dependent var 4.79E+11
S.E. of regression 4.83E+11 Akaike info criterion 56.68727
Sum squared resid 1.59E+25 Schwarz criterion 56.78288
Log likelihood -2009.398 Hannan-Quinn criter. 56.72529
F-statistic 0.409164 Durbin-Watson stat 2.541178
Prob(F-statistic) 0.665830
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel PDB
Dependent Variable: D(Y-2)
Method: Least Squares
Date: 01/10/10 Time: 01:43
Sample (adjusted): 2013M02 2018M12
Included observations: 71 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1424099. 260480.4 5.467200 0.0000
D(X1-2) -0.994127 0.336756 -2.952071 0.0043
D(X2-2) 62.01892 675.6352 0.091794 0.9271
D(X3-2) -2.15E-07 4.45E-07 -0.483631 0.6302 R-squared 0.124050 Mean dependent var 967409.9
Adjusted R-squared 0.084828 S.D. dependent var 1855468.
S.E. of regression 1775026. Akaike info criterion 31.67122
Sum squared resid 2.11E+14 Schwarz criterion 31.79869
Log likelihood -1120.328 Hannan-Quinn criter. 31.72191
F-statistic 3.162794 Durbin-Watson stat 0.792931
Prob(F-statistic) 0.030113
Lampiran Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Laeli Dwiwardani
Tempat/Tanggal Lahir: Banyumas, 13 Maret 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
E-mail : [email protected]
Alamat : Pancurendang RT 05/04 Kec. Ajibarang Kab.Banyumas
Riwayat Pendidikan :1. SD Negeri 01 Pancurendang lulus tahun 2009
2. SMP Negeri 03 Ajibarang lulus tahun 2012
3. MA Negeri Purwokerto 02 lulus tahun 2015
Salatiga, 18 Juli 2019
Penulis