analisis pengaruh harga komoditas dunia terhadap...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG),
INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).
Oleh :
Rifan Dwi Martono
NIM : (106081002483)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45,
DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi
Disusun Oleh :
Rifan Dwi Martono
NIM : 106081002483
Dibawah bimbingan :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
NIP: 19692032001121003 NIP: 197312212005012002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
Hari ini Selasa Tanggal 23 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 dengan judul skripsi
“ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP
PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45,
DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Jakarta, 23 April 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Jumat Tanggal 4 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi
atas nama Rifan Dwi Martono NIM: 106081002483 dengan judul Skripsi “ANALISIS
PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC
INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperhatikan Penampilan
Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Indoyama Nasarudin, SE, MAB Arief Mufraini, Lc, M.Si
Penguji Ahli Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa : Rifan Dwi Martono
NIM : 106081002483
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan
hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi
maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus
melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya
dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi
tanggung jawab saya
Jakarta, 8 Juni 2010
Rifan Dwi Martono
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rifan Dwi Martono
2. Alamat : Komp. Dephan/Mabes TNI Cidodol No.31,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
3. TTL : Pekalongan, 20 Maret 1988
4. Agama : Islam
5. Status : Belum Menikah
6. IPK terakhir : 3.51
7. Tel : 99430423
8. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : SDI Al-Falah 1 Pagi (1994-2000)
2. SMP : SMP 48 (2000-2003)
3. SMA : SMA 29 (2003-2006)
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)
III. SEMINAR DAN PELATIHAN
• Seminar Wirausaha Mandiri tahun 2010 di Jakarta Convention Centre
• ESQ Training Leadership tahun 2007
• Lembaga Pendidikan&Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri
tahun 2007
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
• Wakil Ketua Remaja Islam Masjid Al-Jihad tahun 2009
• Ketua KKS BT Purwodadi 2009
ii
Abstract
The objective of this research is to analyse the effect of commodities price to
Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, and Jakarta Islamic Index (JII) movement
in BEI. This research use six commodity price and data used in this research are
monthly from period 2005-2009. The analysis tool that used in this research is
Vector Autoregression (VAR). There are two models in the analysis of the
resulting model VAR, (i) impulse response function that can trace the response of
one endogenous variables in the model; (ii) variance decomposition to show the
relative contribution of certain endogenous variable variability.
The result of Johansen cointegration test show that the commodity price and
stock price indices are cointegrated. Based on the result of impulse response show
that the commodities price shock with any response by each market price indices.
Result of variance decomposition analysis suggest that contribution price to
market price indices movements in BEI are varied.
Keyword : Commodities price, Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, Jakarta
Islamic Index (JII), VAR
iii
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pergerakan
harga komoditas terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan 6 harga komoditas dan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data bulanan dari periode 2005-2009. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregression (VAR). Terdapat 2
model analisis yang dihasilkan dalam model VAR, (i) impulse response function
yang digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel endogen terhadap
variabel lain dalam sistem VAR; (ii) variance decomposition digunakan untuk
memprediksi kontribusi harian setiap variabel karena adanya perubahan variabel
tertentu didalam sistem VAR.
Hasil dari Johansen cointegration test menunjukan bahwa harga komoditas
dan indeks harga saham terdapat hubungan kointegrasi. Berdasarkan hasil impulse
response menunjukan adanya shock harga komoditas direspon secara beragam
oleh masing-masing indeks harga saham. Demikian juga hasil dari analisis
variance decomposition menggambarkan bahwa kontribusi dari harga komoditas
juga beragam terhadap masing-masing indeks harga saham.
Kata kunci : Harga komoditas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), VAR.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil 'alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
senatiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga saya dapat
membuat skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jaman yang terang
benderang.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
baik moril maupun spiritual kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini:
1. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu tercinta beserta seluruh keluarga atas
segala kasih sayang, do'a, dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga
memotivasi saya untuk tetap semangat dalam menjalani hari-hari di bangku
kuliah
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing 1 yang
senantiasa memberikan arahan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dan memberikan banyak masukan serta selalu memberikan
motivasi dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof.Dr Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
banyak memberikan dukungan atas sarana dan prasarana di FEB
5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE. MAB selaku ketua jurusan manajemen dan
dosen evaluasi kuantitatif, yang selalu memberikan bimbingan, semangat dan
motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para staff akademik dan jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
banyak memberikan bantuan.
7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah memberikan
materi dan memberikan bimbingan serta motivasi.
8. Teman-teman dari Manajemen D (D-Troc Family) dan Keuangan B atas
segala dukungannya
v
9. Terima kasih juga buat tim KKS-BT purwodadi 2009 yang memberikan
pengalaman berharga yang tak terlupakan
10. Terima Kasih semua temen-temen kuliah angkatan 2006 yang tak bisa
disebutkan satu persatu.
11. Para staff dan pegawai di perpustakaan utama dan perpustakan fakultas
sebagai tempat dalam mencari bahan-bahan dan sumber referensi bagi penulis.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sripsi ini masih banyak
kekurangan, hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi menunjang kesempurnaan
dari Tugas akhir kuliah (Skripsi) ini. Saya berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup............................................................................................ i
Abstract................................................................................................................. ii
Abstrak ................................................................................................................ iii
Kata Pengantar..................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
Daftar Tabel ......................................................................................................... ix
Daftar Grafik ........................................................................................................ x
Daftar Lampiran .................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16
A. Pasar Modal ....................................................................................... 16
B. Indeks Harga Saham .......................................................................... 18
1) Indeks Harga Saham Gabungan ................................................. 18
2) Indeks LQ 45 .............................................................................. 19
3) Jakarta Islamic Index .................................................................. 21
C. Harga Komoditas ............................................................................... 22
1) Harga Minyak Mentah ................................................................ 23
2) Harga Emas ................................................................................. 26
3) Harga Nikel ................................................................................ 27
4) Harga Timah ............................................................................... 28
5) Harga Batubara ........................................................................... 29
6) Harga Minyak Kelapa Sawit ...................................................... 30
D. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 30
E. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 35
F. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 37
vii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 38
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 38
B. Metode Pemilihan Sampel ................................................................. 39
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 40
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 42
E. Operasional Variabel Penelitian......................................................... 46
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 49
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian....................................... 49
1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia ....................................... 49
B. Analisa Data dan Pembahasan ........................................................... 50
1) Analisis Deskriptif ...................................................................... 50
2) Analisis Pengujian Statistik ........................................................ 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 97
A. Kesimpulan ........................................................................................ 97
B. Implikasi Penelitian ......................................................................... 101
C. Saran ................................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah ........................................................................ 51
Tabel 4.2 Harga Emas ......................................................................................... 53
Tabel 4.3 Harga Nikel ........................................................................................ 56
Tabel 4.4 Harga Timah ....................................................................................... 58
Tabel 4.5 Harga Batubara ................................................................................... 60
Tabel 4.6 Harga CPO ......................................................................................... 63
Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................ 65
Tabel 4.8 Indeks LQ 45 ....................................................................................... 67
Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index (JII) ................................................................. 70
Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level ............................................... 73
Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Tingkar Diferensi Pertama ........................... 74
Tabel 4.12 Uji Kointegrasi ................................................................................. 75
Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition IHSG ............................................... 79
Tabel 4.14 Nilai Impulse Response IHSG .......................................................... 81
Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45 .................................. 85
Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45 ............................................. 87
Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition JII .................................................... 90
Tabel 4.18 Nilai Impulse Response JII ............................................................... 92
Tabel 4.19 Variance Decomposition Indeks Harga Saham ................................ 95
Tabel 4.20 Respon Indeks Harga Saham ........................................................... 96
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005-2009 ........................................................ 3
Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas ............................................................. 9
Grafik 2.1 Harga Nikel ....................................................................................... 28
Gambar 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 36
Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia ........................................................... 52
Grafik 4.2 Harga Emas Dunia ............................................................................ 54
Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia ............................................................................. 57
Grafik 4.4 Harga Timah Dunia ........................................................................... 59
Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia ....................................................................... 62
Grafik 4.6 Harga CPO Dunia ............................................................................. 64
Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan ........................................................ 66
Grafik 4.8 Indeks LQ 45 ...................................................................................... 69
Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index ......................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan
kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh
karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang
menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya
(Pananda Pasaribu, 2008:1).
Hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal
karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu
negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya
merupakan dampak merosotnya nilai rupiah atau tingginya inflasi dan
rendahnya suku bunga di suatu negara, tetapi karena tidak tersedianya
alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut, atau pada saat
yang sama, investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan
yang jauh lebih tinggi. Keadaan ini terjadi sebagai konsekuensi dari
terbukanya pasar saham terhadap investor asing (Paulus Situmorang, 2008:7).
Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang
berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan
terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai
tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional
Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap
2
perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran (rush) oleh
deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Tingkat suku
bunga yang mencapai 70% dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap
dolar AS sebesar 500% mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi
terganggu. Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas
sampai ke pasar modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga
menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor (Ana Oktavia,
2007:1).
Gejala pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak jika dilihat
pada indikator ekonomi dalam bebarapa tahun terakhir. Pada September
2004, Indeks harga saham gabungan mencapai 820,1 dan sampai Desember
2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup
signifikan mengingat Indeks harga saham pada tahun 2001, 2002, dan 2003
baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan
Januari 2006 – Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus
berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan
transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang
sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada
tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 yang diikuti juga oleh indeks
lainnya seperti indeks LQ 45 yang juga mencetak rekor tertinggi pada level
615,996 (www.idx.co.id).
3
Indeks harga saham mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak
krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan
dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami
peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga
diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang
semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi
Indonesia yang semakin kondusif (Adler Manurung, 2008:1). Perkembangan
IHSG dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 1.1.
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah
Berdasarkan grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa IHSG mengalami
peningkatan sampai dengan tahun 2008. Namun krisis ekonomi global mulai
pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai Indeks harga saham
sebesar 50 % dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang
berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua
Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Akibat terimbas krisis
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Jan
'05
Apr
'05
Jul
'05
Okt
'05
Jan
'06
Apr
'06
Jul
'06
Okt
'06
Jan
'07
Apr
'07
Jul
'07
Okt
'07
Jan
'08
Apr
'08
Jul
'08
Okt
'08
Jan
'09
Apr
'09
Jul
'09
Okt
'09
Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005 - 2009
Tabel
1.1 …IHSG
Waktu
4
finansial global tersebut IHSG terus mengalami penurunan, puncaknya terjadi
pada awal bulan Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar 10,38%
hingga menyentuh level 1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI men-
suspend perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di seluruh pasar
hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008. Tujuan suspensi
tersebut adalah untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar
secara lebih luas. Pada tiga bulan terakhir di tahun 2008 IHSG terus menurun
yang diikuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut
menyebabkan pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau
turun sebesar 51,17 % dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826.
Memasuki tahun 2009 IHSG kembali mengalami penguatan dimana pada
bulan Oktober telah mencapai level 2.528,14. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya menurunnya harga minyak dunia, menguatnya
nilia tukar rupiah, serta sentiment regional (finance.yahoo.com).
Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup
besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk
meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku
bunga, menaikkan harga bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu
lintas mata uang asing (Pananda Pasaribu, 2008:2).
Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia,
dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator
economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh
ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya
5
informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya
akan berpengaruh pada Indeks harga saham (Pananda Pasaribu, 2008). Indeks
harga saham merupakan bagian penting dalam pembicaraaan mengenai pasar
modal, karena indeks ini merupakan indikator dari berbagai hal dan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan
di bidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya
(Paulus Situmorang, 2008:133).
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan
dengan naik turunnya Indeks harga saham karena nilai portofolio sahamnya
secara umum tergantung pada naik-turunnya indeks. Secara intuitif, sebagian
besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan
indeks. Maka dari itu, perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi Indeks harga saham dan seberapa besar pengaruh faktor-
faktor tersebut (Budy Frensidy, 2009:3).
Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks harga saham cukup beragam.
Selain pergerakan variabel-variabel makro, tingkat harga komoditas dunia
juga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dan iklim investasi
Indonesia, dimana pengaruh dari fluktuasi harga komoditas dunia juga tidak
lepas dari pasar modal sebagai tempat berinvestasi yang mempertemukan
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.
Pengaruh dari perubahan harga komoditas cukup besar dalam mempengaruhi
pergerakan indeks harga saham. Hal ini disebabkan karena Indonesia
merupakan salah satu produsen komoditas dunia. Selain itu, perusahaan-
6
perusahaan yang berhubungan dengan komoditas mempunyai nilai
kapitalisasi yang cukup besar pada indeks harga saham. Perubahan yang
terjadi pada harga komoditas akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
indeks harga saham. Maka dari itu, merupakan hal yang menarik untuk diteliti
seberapa besar pengaruh dari perubahan harga komoditas terhadap indeks
harga saham.
Komoditas yang paling berpengaruh saat ini adalah minyak mentah.
Fluktuasi harga minyak mentah dunia mendapat sorotan utama karena minyak
menjadi sebuah komoditas yang penting bagi banyak pihak, sehingga menjadi
isu penting bagi masyarakat, pemerintah, dan para pelaku usaha. Gejolak
minyak yang terjadi akhir-akhir ini merupakan permasalahan yang
menimbulkan kekhawatiran di berbagai Negara konsumen diseluruh dunia.
Kenaikan harga minyak mentah menjadikan turut naiknya harga bahan bakar
diseluruh dunia. Indonesia dan sejumlah Negara lain telah menaikan harga
BBM yang vital bagi kehidupan dan perekonomian. Kondisi ini menjadi
sangat penting karena tingginya harga minyak akan memicu kenaikan harga
komoditas lain dan menimbulkan tekanan inflasi diseluruh dunia (Alfred
Pakasi, 2008:143).
Kenaikan harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ketatnya
cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan
dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun
teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga,
7
disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan
akan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun petumbuhan ekonomi
tetap berlangsung. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama
menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk
di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang naik tajam
berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J Surjadi, 2006:1).
Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga
saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat
positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh
meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat
bersifat langsung, seperti pada sektor pertambangan dengan meningkatnya
harga minyak mentah dunia fluktuasi harga saham-saham di sektor
pertambangan baik untuk sektor pertambangan batubara, pertambangan
minyak dan gas bumi, ataupun pertambangan logam mineral lainnya berbeda-
beda. Hal ini berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing
perusahaan pertambangan serta karakteristik spesifik dari perusahaan (Budi
Santoso, 2009:6).
Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita
positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa
khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi,
yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi
yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah
negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan
8
menjadi relatif rendah. Harga minyak yang tinggi dinilai hanya
menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi merugikan bagi
negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga
pembangunan tersendat. Akan tetapi, hal ini agaknya tidak berlaku bagi bursa
saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar
modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-besaran. Dengan
demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Sektor komoditas
pertambangan dan perkebunan sangat rentan terhadap pergerakan harga
minyak karena batu bara dan CPO merupakan produk substitusi emas hitam
itu. Turunnya harga minyak dipastikan akan menekan harga komoditas batu
bara dan CPO dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja saham
perusahaan pertambangan dan perkebunan (Reinhard Nainggolan, 2008).
Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang
sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu
sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dan perkebunan dimana
perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang
berhubungan dengan komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat
dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar.
Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning
yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham perusahaan
tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan
memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG. (Manurung, 2008:1)
9
Perusahaan-perusahaan berbasis komoditas terutama energi, mineral,
pertambangan dan perkebunan mengalami masa kejayaan saat ekonomi
global tengah bertumbuh karena energi yang dibutuhkan sangat besar untuk
memacu pertumbuhan. Ekspektasi yang besar terhadap kebutuhan energi dan
substitusinya telah mendorong kenaikan seluruh harga komoditas, seperti
minyak bumi, batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). Kenaikan harga-
harga komoditas tersebut akan mendorong peningkatan laba absolut, apalagi
jika perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan kapasitas produksi,
sehingga cost of production akan menurun drastis. Dampak lanjutan dari
peningkatan laba perusahaan adalah kenaikan estimasi earning per share dan
fair value per share yang pada akhirnya akan memicu eskalasi harga pasar
saham per lembar.
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah
Grafik 1.2 memperlihatkan pergerakan harga minyak mentah yang diikuti
oleh pergerakan harga komoditas lainnya yaitu, batubara dan CPO. Dilihat
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Jan
'05
Apr
'05
Jul
'05
Okt
'05
Jan
'06
Apr
'06
Jul
'06
Okt
'06
Jan
'07
Apr
'07
Jul
'07
Okt
'07
Jan
'08
Apr
'08
Jul
'08
Okt
'08
Jan
'09
Apr
'09
Jul
'09
Okt
'09
CPO
Batubara
Minyak
Waktu
Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas
10
dari pergerakannya terlihat bahwa harga komoditas tersebut bergerak dengan
arah yang sama. Apabila dibandingkan dengan pergerakan IHSG pada grafik
1.1 maka akan terlihat pola pergerakan yang sama. Hal ini menunjukan
terdapat hubungan antara harga komoditas dan pergerakan IHSG, terutama
harga komoditas pada sektor pertambangan dan perkebunan.
IHSG tertekan cukup kuat saat indeks sektor komoditas pertambangan
dan perkebunan terkoreksi. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh
sektor pertambangan dan perkebunan yang terdiri atas saham-saham dengan
kapitalisasi cukup besar, seperti Saham Bumi Resources yang memiliki
kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di
BEI sebesar Rp 1.607 triliun. Total kapitalisasi pasar sektor komoditas
pertambangan dan perkebunan hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar
seluruh saham di BEI. Sebanyak 75 persen lagi tersebar di delapan sektor
lain, seperti sektor keuangan, aneka industri, dan infrastruktur. Komposisi ini
menunjukkan naik turunnya harga saham di sektor pertambangan dan
perkebunan akan memberikan pengaruh sebesar 25 persen terhadap
pergerakan IHSG. Anjloknya indeks sektor pertambangan dan perkebunan
akibat turunnya harga minyak sebenarnya juga terjadi pada bursa regional dan
global. Namun, karena masing-masing sektor di bursa regional dan global itu
memiliki kapitalisasi pasar yang relatif berimbang, penurunan satu dua indeks
tertentu tidak lantas mengakibatkan indeks gabungan (composite index)
mereka merosot tajam (Reinhard Nainggolan, 2008).
11
Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari
jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal
Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan Januari
1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menggambarkan bahwa
terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari
model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya
hubungan jangka pendek yang terjadi antara variabel terhadap pasar modal.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan
jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter
pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu,
investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian
lebih terhadap kebijakan pemerintah.
QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan
hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN
didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009.
Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen
Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas
internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia
(JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam
(VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat
hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal
ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam
12
(SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat hubungan jangka
pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN.
Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit
variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE),
(JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI).
Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti
pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian
tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi
yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas,
serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari
harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan
regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah,
emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil
penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan positif antara pergerakan
IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi
terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah.
Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa
IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan
tembaga.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan besarnya
pengaruh yang diberikan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks harga
saham, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh
13
perubahan harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan
JII. Penelitian ini menggunakan alat analisis VAR (Vector Autoregresion) agar
hasil penelitian lebih maksimal. Selain itu, dalam penelitian ini komoditas
yang digunakan adalah merupakan komoditas unggulan Indonesia.
Perusahaan yang menjadi produsen utama dari komoditas tersebut
mempunyai nilai kapitalisasi pasar cukup besar dalam IHSG, sehingga
perusahaan tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam mempengaruhi
pergerakan dalam IHSG.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index
(JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia.
2. Bagaimana kontribusi dari tingkat harga komoditas terhadap pergerakan
IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index
(JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia.
2. Menganalisis besarnya kontribusi variabel tingkat harga komoditas dunia
terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
14
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan dengan adanya
penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan
terhadap hasil penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memperdalam dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar
perubahan harga komoditas dapat mempengaruhi indeks harga saham.
2. Bagi investor dan emiten yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini
dapat membantu mereka dalam menentukan keputusan apakah akan
menjual, membeli, atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan
dengan perubahan-perubahan terhadap Indeks harga saham yang
disebabkan oleh perubahan harga komoditas. Karena kesalahan dalam
menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan
berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami
kerugian.
3. Bagi pemerintah, dengan diketahuinya dampak dari perubahan harga
komoditas terhadap Indeks harga saham, maka pemerintah dapat membuat
kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan faktor-faktor tersebut
sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan
ditangani dengan sebaik-baiknya.
15
4. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis.
Karena penelitian-penelitian tersebut menggunakan ruang, metode dan
waktu yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan sebagai pembelajaran.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Pasar modal Indonesia pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda
pada awal tahun 1990-an. Bursa yang didirikan berlokasi di Jakarta,
Surabaya, dan Semarang. Namun bursa saham tersebut ditutup pada periode
1940-1952 karena timbulnya perang dunia kedua. Bursa kembali dibuka pada
tahun 1952, dimana efek yang yang diperdagangkan sebagian berasal dari
emisi efek terdahulu. Pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal dengan
tujuan untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dunia
usaha dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang
yang diperlukan. Beberapa tahun kemudian pasar modal Indonesia
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah (Yulfasni, 2005:43).
A stock market or equity market is a public market for the trading of
company stock and derivatives at an agreed price; these are securities listed
on a stock exchange as well as those only traded privately (Jhon Wiley,
2001:4).
Pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang
diperjualbelikan. Secara lebih teliti dapat disebutkan bahwa pasar modal
adalah suatu lembaga dan mekanismenya menyediakan dana-dana jangka
17
menengah dan dana jangka panjang bagi investor dunia usaha, pemerintah,
dan perorangan (Pandji Anoraga, 2006:9).
Paulus Situmorang (2008:3) menyatakan bahwa secara teoritis pasar
modal didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan (sekuritas)
jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang
(bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun
oleh perusahaan swasta (private sector).
Ahmad Rodoni (2008:40) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar
keuangan untuk dana-dana jangka panjang atau dana yang jatuh tempo lebih
dari satu tahun dan merupakan pasar yang konkrit.
Sedangkan menurut UU. no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, bursa
efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan
suatu institusi dengan sistem yang terorganisir dengan rapi, dimana
diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan yang diterbitkan oleh
pemerintah, perusahaan swasta, dan public authorities yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung (Irsan Nasarudin, 2008:13).
Secara umum, pasar modal mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi merupakan sebagai media
untuk mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dan pihak
investor. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kemampuan untuk
18
memberikan peluang (kesempatan) kepada pemilik dana untuk memperoleh
imbalan (Pandji Anoraga, 2006:14).
B. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan
pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu indikator
utama pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menjadi indikator penting
bagi investor dalam mengambil keputusan investasi (Ana Oktavia, 2007:18).
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat lima indeks, yaitu : Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII),
indeks individual, dan indeks sektoral. Namun dalam penelitian ini hanya
digunakan 3 indeks harga saham yaitu IHSG, indeks LQ 45, dan Jakarta
Islamic Index (JII) untuk melihat respon dari indeks harga saham terhadap
perubahan harga komoditas dunia :
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa
Efek Indonesia Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983,
sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup
pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di
BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.
Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan
saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Rekor posisi tertinggi
19
yang pernah dicapai IHSG adalah 2.830,26 poin yang tercatat pada 9
Januari 2008 (Pandji Anoraga, 2006:102).
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan
perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan
IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit,
hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi
diimplementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137).
2) Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui
bebrapa kriteria. Indeks ini terdiri saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang
relatif besar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama
likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan
perkembangan pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas,
maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan
frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas (Paulus
Situmorang, 2008:140).
Kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ
45 adalah sebagai berikut:
a) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan
b) Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular.
c) Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara
otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45
20
d) Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan
menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi
Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15
saham tersebut adalah:
• Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di
Pasar Reguler.
• Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi
Transaksi di Pasar Reguler
• Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan
Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk
perhitungan indeks LQ45
e) Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas,
akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan
perusahaan tersebut.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap
tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham
tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali,
yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran
(fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat minta pendapat kepada komisi
penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam, Universitas dan
profesional di bidang pasar modal yang independen. Indeks LQ 45
diluncurkan pada bulan Februari 1997. Akan tetapi untuk mendapatkan
21
data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah
tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100 (Paulus Situmorang,
2008:142).
3) Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Ana Oktavia (2007:17) Jakarta Islamic Index atau Indeks
Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja
sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini
merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam.
Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti :
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan :
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan harus sesuai dengan
syariah terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu bahwa semua saham
yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Karena saham adalah bukti
kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham
ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun pada
22
kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu
saham biasa dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya
hak untuk mendapatkan deviden yang sudah pasti. Tentunya hal ini
bertentangan dengan aturan syariah tentang bagi hasil. Maka saham yang
sesuai syariah adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak yang
proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilkinya (Nurul Huda,
2007:55).
C. Harga Komoditas
Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang dagangan
atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan
oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Ciri khas dari
perdagangan di pasar komoditi primer adalah pergerakan harga yang
fluktuatif dan perkembangan tren harga mengikuti pola tertentu, sehingga
menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor.
Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang
sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu
sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dimana perusahaan yang
masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan
dengan barang tambang atau komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu
sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di
pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi
earning yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham
23
perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan
memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG (Manurung, 2008:1).
Dalam penelitian ini akan membahas apakah selama ini terdapat
hubungan yang positif antara perubahan harga komoditas dengan pergerakan
Indeks harga saham. Ada 6 komoditas yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu : minyak mentah, emas, batubara nikel, timah, dan juga minyak kelapa
sawit (CPO).
1) Harga Minyak Mentah
Oil is a key input for manufacturing output. Surges in oil prices
translate into higher manufacturing costs. Rising production costs
generate cost-push inflation in the economy, taking a toll on corporate
profits in a highly competitive market environment wherein corporations
lose pricing power. Also, an oil price increase acts like an inflation tax on
consumption, reducing the amount of disposable income for consumers.
These effects reduce company wealth, lowering their dividends (Rogoff,
2006). Studying the U.S., Canadian, Japanese and U.K. stock markets,
Jones and Kaul (1996), show that all the markets respond negatively to oil
shocks (Mustafa, 2008:1).
Perubahan pada harga minyak menjadi salah satu faktor yang
memberikan kontribusi penting dalam aktifitas perekonomian global. Pada
bulan Juli 2008, harga minyak mentah mencapai harga USD 145 per barel.
Peningkatan harga ini menjadi pemicu meningkatnya harga komoditas
lainnya sehingga menyebabkan inflasi serta perlambatan pertumbuhan
24
ekonomi global. Meningkatnya harga minyak berpotensi mempengaruhi
kinerja pasar modal dengan mempengaruhi kinerja keuangan atau aliran
kas dari perusahaan. Peningkatan harga minyak akan menyebabkan
keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan dan ini merupakan
salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi biaya perusahaan.
Peningkatan biaya perusahaan ini akan berimplikasi terhadap penurunan
harga saham (Agusman, 2008:3).
Harga suatu komoditas umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran. Namun harga minyak dunia yang mencapai puncaknya pada
tahun 2008 merupakan ulah para spekulan. Naiknya minyak mentah dunia
pada tahun 2008 telah membuat sebagian besar bursa dunia meningkat
cukup tajam termasuk Indonesia. Umumnya pergerakan harga minyak
mentah mempunyai hubungan yang searah dengan komoditas lainnya,
seperti: CPO, batubara, timah, dan lainnya (Pananda, 2008:6).
Kenaikan harga minyak sudah terjadi sejak 1999 dan bahkan sejak
2003 berada pada tingkat diatas $25/barrel dan terus meningkat sampai
mendekati $80 barrel. Para ahli berpendapat bahwa kenaikan harga
tersebut disebabkan oleh ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak :
kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang
berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam
meningkatkan atau juga menurunkan harga, disamping meningkatnya
permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan minyak di negara maju
berjalan lambat sekalipun pertumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu
25
dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan
naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara
maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang tajam berasal dari
Asia, khususnya China dan India (A.J. Surjadi, 2006:1).
Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita
positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan
rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada
stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan
tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah,
pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi
karena biaya produksi akan menjadi relatif rendah. Harga minyak yang
tinggi dinilai hanya menguntungkan negara-negara produsen minyak,
tetapi malapetaka bagi negara lain karena akan membuat harga-harga
melambung sehingga pembangunan tersendat. Namun hal ini tidak berlaku
bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons
investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-
besaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Hal
itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang terdiri
atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar. Saham Bumi
Resources, misalnya, memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total
kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun (Reinhard
Nainggolan, 2008).
26
2) Harga Emas
Gold support a very active derivatives market. In no other commodity
do producers routinely sell their output five years ahead or more.
According to the Bank for International Settlements, gold derivative
account for 45% of the commodity derivatives exposure of banks in the
G10 countries. Gold has certain qualities which have made it synonymous
with money for many generations, and these go some way to explaining the
flourhising derivatives market (Anthony Neubergen, 2001:30).
Logam emas mempunyai kegunaan dalam berbagai industri. Tapi
penggunaan utamanya adalah sebagai perhiasan dan alat transaksi
perdagangan atau mata uang, keduanya merupakan sarana lindung nilai.
Emas telah digunakan sebagai mata uang sejak lebih dari 5000 tahun yang
lalu. Emas merupakan logam yang mempunyai nilai yang sangat tinggi di
semua kebudayaan di dunia, bahkan dalam bentuk mentahnya sekalipun.
Di Indonesia terdapat salah satu tambang emas terbesar di dunia, yaitu
yang berada di Tembaga Pura, Papua yang dikelola oleh PT. Freeport
Indonesia (Agus, 2002:339).
Emas sering disebut dengan istilah “Barometer of fear”. Pada saat
orang-orang cemas dengan situasi perekonomian, mereka cenderung untuk
membeli emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Dua macam
situasi ekonomi yang sering membuat orang cemas adalah inflasi dan
deflasi. Emas telah terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang
tahan baik terhadap inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang
27
terbatas dan tidak mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas
tidak pernah berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Pada kenyataan sehari-hari, harga emas
tidak hanya tergantung kepada situasi permintaan dan penawaran, atau
supply and demand (kebun emas.com).
3) Harga Nikel
Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa tahun
terakhir, ternyata tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang
satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi sentimen
negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk
(INCO). PT INCO mencatat penurunan laba bersih yang cukup signifikan
hingga 87% pada triwulan I-2009 (Taufan Wiguna, 2009).
Produsen utama nikel dunia adalah Rusia, Australia, Kanada, New
Caledonia dan Indonesia yang secara keseluruhan mempresentasikan
sekitar 65% dari total produksi dunia. Konsumsi nikel dunia sekitar 1 juta
ton per tahun. Pusat konsumsi nikel dunia adalah Jepang sekitar 0,2 juta
ton dan Uni Eropa sekitar 0,37 juta ton. Harga nikel mengalami fluktuasi
yang cukup signifikan semenjak tahun 2006. Pada bulan Juni 2007
mencatat rekor harga nikel tertinggi. Setelah itu harga terus berfluktuasi.
Akhir tahun 2009 mencatat rekor harga terendah nikel (Gambar 1).
28
Grafik 2.1.
Harga nikel (Juli 2004-Juni 2009)
4) Harga Timah
Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi. Pertama
diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange (LME), kedua
akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga, berhubungan dengan
Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia mengalami penurunan.
Pasar memang mencermati berita mengenai perkembangan ekspor
Indonesia, karena Indonesia kini dianggap sudah menjadi price maker
harga timah dunia (Sutedjo Sujitno, 2001:6).
Pemerintah terus melakukan pemantauan dan pembatasan produksi
timah secara nasional setiap tahunnya supaya tidak terjadi penurunan
harga yang akan memengaruhi pasar. Tingkat produksi timah Indonesia
selama ini cukup kuat memengaruhi perkembangan harga di pasar
29
internasional. Bahkan, tambahnya, produksi timah Indonesia memberikan
kontribusi hingga lebih dari 30% terhadap perdagangan dunia (Sutedjo
Sujitno, 2001:6).
5) Harga Batubara
Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk
memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun
konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama
setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi, yang tak
terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain penggunaanya yang lebih
efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia
sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka
waktu panjang. Selama kurun waktu 10 tahun, yaitu 1997-2007, produksi
dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35%, dengan kenaikan
tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik (Asia Securities, 2009).
Produsen batubara dunia terbesar saat ini adalah China, USA, India,
Australia, Afrika Selatan, Rusia, dan Indonesia. Sedangkan eksportir
terbesar batubara dunia adalah Australia, Indonesia, Rusia. Produksi
batubara China dan India lebih banyak untuk dikonsumsi sendiri di dalam
negeri (Ermina Miranti, 2008:1).
Kenaikan harga batubara dunia akan menguntungkan perusahaan
produsen batubara dalam negeri. Selain akan meningkatkan laba
perusahaan, saham-saham dari perusahaan-perusahaan pertambangan
batubara akan menjadi target utama investor. Hal ini juga akan
30
memberikan pengaruh yang signifkan terhadap pergerakan IHSG karena
saham-saham tersebut mempunyai nilai kapitalisasi yang besar.
6) Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang
memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia,
khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa
sawit di Indonesia tahun 1996 mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO
hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit
direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari
12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi
Negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Keberadaan minyak
kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat
diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Industri kelapa sawit
Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam empat puluh tahun
terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak
sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai
hampir 90% produksi minyak sawit dunia (Hanafi Sofyan, 2000:102).
D. Penelitian terdahulu
Hammoudeh (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan
International Arbiitrage Price Theory (APT) mengenai pengaruh harga
minyak dunia terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index.
Selain harga minyak variabel yang digunakan adalah Morgan Stanley
31
Capital Internasional Index dan US Short-term T-Bill Rate yang mewakili
faktor global. Sedangkan untuk faktor domestik menggunakan tingkat
suku bunga Saudi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari
perusahaan yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang
tinggi, seperti sektor Industri, Electricity (listrik) dan Semen.
Guntur Irianto (2001) yang mengadakan penelitian di Indonesia
mengenai pengaruh harga emas, kurs mata uang dan bunga deposito
terhadap IHSG dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dengan
menggunakan data periode 1998-2000, menyimpulkan bahwa perubahan
atas harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. Hal tersebut
karena pembelian emas oleh masyarakat bukan bermotif investasi tetapi
bermotif konsumtif untuk perhiasan. Sementara itu tingkat suku bunga
deposito dan kurs Rp/$ berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang
meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam
penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG
dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan
juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG
serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger
Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan
adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah,
dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan
32
positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga
maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas,
perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji
kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga
minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga.
Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari
jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal
Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan
Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menunjukan
bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut.
Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka
panjang, hanya hubungan jangka pendek yang tejadi antara variabel
terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor
dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap
kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di
masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang
tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah.
Sementara itu, Deriantino (2008) melakukan penelitian untuk
menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return
saham dari 9 sektor industri di Indonesia dengan menggunakan data
bulanan selama periode Januari 1996 sampai Juni 2008. Berdasarkan uji
stasioneritas dan multikolinearitas menunjukkan semua variabel stasioner
33
dan tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa perubahan harga minyak secara umum tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham industri. Selain itu,
kebijakan dari pemerintah terhadap harga minyak domestik pada bulan
Oktober 2005 ternyata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham di sektor pertambangan, tetapi mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada sektor
perdagangan. Selanjutnya, dengan menggunakan dummy variabel
dijelaskan bahwa pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti
kebijakan pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh
negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur. Namun,
kepekaan return saham sektor ini terhadap perubahan harga minyak adalah
asymmetric, penurunan dari harga minyak tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap return saham pada sektor lainnya. Penemuan ini
mungkin mengindikasikan bahwa walaupun kenaikan harga minyak
membawa kerugian bagi investor-investor di sektor perdagangan,
konsumsi, dan infrastruktur, penurunan harga minyak ternyata juga tidak
membawa good signal bagi para investor.
Smith (2001), melakukan penelitian terhadap hubungan diantara
harga emas dan Indeks harga saham di Amerika selama periode penelitian
mulai dari Januari 1991 sampai Oktober 2001. Variabel yang digunakan
adalah 3 harga emas di London dan 1 harga emas di New York,
bersamaan dengan 6 Index harga saham di Amerika yaitu: Dow Jones,
34
Nasdaq, NYSE Composite, S&P 500 Composite, Russell 3000, dan
Wilshire 5000. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan
jangka pendek diantara return emas dan return dari Indeks harga saham
adalah kecil dan negatif, pada beberapa periode penelitian menunjukan
hasil yang tidak signifikan. Selama periode penelitian, dijelaskan bahwa
tidak hubungan kointegrasi meliputi harga emas dan Indeks harga saham
Amerika. Hasil Uji Kausalitas Granger menemukan bukti bahwa terdapat
hubungan kausalitas tidak searah dari return pasar modal AS terhadap
return dari harga emas pada London morning fixing dan closing price.
Sementara itu, untuk harga emas pada Afternoon fixing terdapat hubungan
timbal balik diantara pasar emas dan pasar modal.
QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan
hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN
didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009.
Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen
Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan
jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas
internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia
(JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan
Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan
bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di
seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal
Thailand dan Vietnam (SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa
35
terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan
pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi
menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi,
yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI).
E. Kerangka Pemikiran
Pergerakan Indeks Harga Saham dipengaruhi oleh perubahan pada
harga komoditas. Adapun harga komoditas yang paling berpengaruh
terhadap indeks harga saham di BEI adalah harga minyak mentah, emas,
nikel, timah, batubara, dan CPO. Untuk lebih memudahkan, maka proses
penelitian dijabarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :
36
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Ya
Tidak
Harga Komoditas Dunia :
Minyak Mentah, Emas, Nikel, Timah, Batubara,
Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Terjadi kointegrasi
Input Data
IHSG, Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII)
Uji Stasioneritas data
Stasioner
VAR Bentuk
Model VAR Bentuk
Diferensi
Tidak stasioner
Stasioner di
diferensi data
VECM
Kesimpulan
37
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Ho : Pergerakan harga komoditas dunia tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta
Islamic Index (JII).
Ha : Pergerakan harga komoditas dunia berpengaruh secara
signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) ), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic
Index (JII).
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah analisis pengaruh dari pergerakan harga
komoditas dunia terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai
dengan bulan Desember tahun 2009. Periode ini dipilih karena sepanjang
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 terjadi kenaikan harga minyak dunia
yang sangat signifikan daripada periode sebelumnya, hingga mulai
mengalami tren penurunan setelah mencapai harga yang sangat tinggi pada
bulan Juli tahun 2008. Kenaikan harga minyak tersebut juga diikuti kenaikan
harga komoditas lainnya terutama dari sektor pertambangan dan perkebunan
seperti, emas, perak, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO).
Kenaikan harga-harga komoditas yang terjadi secara serempak tentu saja
mempengaruhi Indeks harga saham, karena mayoritas dari perusahaan yang
bergerak pada sektor komoditas pertambangan dan perkebunan merupakan
perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar besar, sehingga fluktuasi yang
terjadi pada saham-saham perusahaan ini akan mempengaruhi pergerakan
Indeks harga saham.
39
Adapun beberapa kejadian yang berpengaruh terhadap Indeks harga
saham diantaranya adalah semenjak tahun 2004 mulai terjadi kenaikan harga
minyak dunia yang sangat signifikan. Selain itu, mulai pertengahan tahun
2008 terjadi krisis ekonomi global akibat dari kasus subprime mortgage yang
terjadi Amerika Serikat. Hal tersebut juga memicu pergerakan harga
komoditas dunia pada saat itu, sehingga menyebabkan nilai IHSG turun
sebesar 50% dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Maka dari
itu merupakan hal yang menarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh dari
pergerakan harga komoditas dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
di BEI.
Harga komoditas yang digunakan adalah harga komoditas dunia yang ada
di pasar komoditas dunia yang menjadi acuan seperti di London, Malaysia,
dan Australia. Adapun mata uang yang digunakan sebagai acauan dari harga
komoditas tersebut adalah Dollar Amerika Serikat (USD). Hal ini
dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang utama dunia
yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi.
Data Indeks harga saham yang digunakan adalah data bulanan yang
terdapat di BEI yang mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa
saham yang terjadi.
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah aktifitas pergerakan Indeks harga
saham yang meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45,
40
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia mulai dari Januari tahun
2005 sampai dengan Desember 2009. Sedangkan variable independennya
dibatasi pada harga komoditas dunia untuk sektor pertambangan dan
perkebunan.
Harga komoditas dunia yang digunakan adalah data yang banyak
dipublikasikan di internet. Harga minyak dunia dapat dilihat pada data yang
dipublikasikan oleh OPEC sedangkan harga logam, mineral serta barang
tambang lainnya dapat dilihat pada situs-situs yang menjadi acuan pasar
komoditas dunia seperti di London Metal Exchange (LME). Mata uang acuan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dollar Amerika Serikat (USD),
hal ini dikarenakan Dollar Amerika Serikat adalah salah satu mata uang
utama dunia yang digunakan oleh banyak negara dalam melakukan transaksi.
Periode penelitian adalah mulai dari bulan Januari tahun 2005 sampai
dengan bulan Desember 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data bulanan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan beberapa
cara yang diambil dari subyek penelitian. Menurut Prof. Dr. Suahrsimi
Arikunto (2000 : 134) “ Teknik pengolahan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) dengan skala bulanan. Data sekunder adalah data yang
41
dikumpulkan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai
instansi-instansi lain yang sudah dipublikasikan atau memanfaatkan data
yang sudah ada (Suparmako, 1997 : 67). Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi lembaga-
lembaga yang terkait dengan penelitian, seperti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan (UIN, UI, BI), kemudian
mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, laporan/ jurnal
penelitian terdahulu, catatan perkuliahan, internet dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis.
b. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan)
dengan penulisan skripsi ini, seperti Pusat Referensi Pasar Modal di
Bursa Efek Indonesia.
c. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena
ilmu pengetahuan yang terus berkembang, maka penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga
data yang diperoleh selalu up to date seperti di www.idx.go.id
42
D. Metode Analisis Data
1) Uji Stasioneritas
Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion adalah
melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner
jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap lag
adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi
kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data
time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya
tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and
variance) (Agus Widarjono, 2007).
Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena
pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variable-varibel yang
tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (spurious
regression).
Metode dalam melakukan uji stasioneritas terhadap suatu data time series,
atau juga sering disebut dengan unit root test, diantaranya adalah metode
Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis Mackinnon untuk
mengetahui derajat integritas stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel
dikatakan stasioner jika nilai statistik ADF adalah lebih besar dari nilai kritis
Mackinnon.
43
Yt = A1Yt-1+…+ApYt-p+BXt+εt
2) Uji Kointegrasi
Jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses
diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai
hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji
kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau
ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain
walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun
kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner.
Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegritas menggunakan
metode Johansen Cointegration Test. Untuk menjelaskan uji dari Johansen
maka digunakan model autoregresif dengan order p sebagai berikut :
Dimana Yt adalah vector k dari variable I(1) non-stasioner, Xt adalah
vector d dari variabel deterministik dan et merupakan vector inovasi. Ada
tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung
LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi
sejumlah varibel dan sebaliknya, jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai
kirtisnya maka tidak ada kointegrasi.
3) Vector Auto Regression (VAR)
Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan simultan
biasanya menerapkan teori ekonomi didalam usahanya untuk
mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi sering
ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya didalam
44
(3.1) i=1 i=1 i=1
p p p
(3.1) i=1 i=1 i=1
p p p
menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan dinamis antar
variabel. Misalnya teorinya terlalu kompleks sehingga simplifikasi harus
dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya
dijelaskan dengan teori yang ada.
VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model
VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori
dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik.
Dengan VAR kita hanya perlu memperhatikan dua hal, yang pertama adalah
kita tidak perlu membedakan mana yang merupakan variabel endogen dan
eksogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya
saling berhubungan seharusnya dimasukan di dalam model. Namun kita juga
bisa memasukan variabel eksogen di dalam VAR, dan yang kedua adalah
untuk melihat hubungan antar variabel di dalam VAR kita membutuhkan
sejumlah kelambanan variabel yang ada. Kelambanan variabel ini diperlukan
untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel yang lain di
dalam model (Agus Widarjono, 2007).
Secara umum model VAR dengan n variabel endogen bisa ditulis sebagai
berikut :
Yt = β01 +∑ βi 1Y1t-i + ∑ αi1 Y2t-1 +….+∑ ηi 1 Ynt-1 + e 1t
Ynt = β01 +∑ βi 2Y1t-i + ∑ αi2 Y2t-1 +….+∑ ηi nYnt-1 + e nt
Diperlukan sebuah strategi dalam pembentuka model VAR agar tidak
terjadi miss-spesifikasi di dalam pembentukannya. Karenanya estimasi model
45
VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut secara berurutan.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
metode ini, pertama akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series
yang digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada
penggunaan VAR dengan metode standar sementara series non stasioner akan
berimplikasi pada dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau
VECM (Vector Error Correction Model). Penjelasan lebih lanjut mengenai
hal ini adalah sebagai berikut :
a) VAR ( Unrestricted VAR)
VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang digunakan di
dalam pembentukan VAR, stasioner di tingkat level. Variasi VAR tanpa
restriksi biasanya terjadi akibat adanya perbedaan derajat integrasi
variabelnya. Kedua bentuk VAR akibat adanya perbedaan derajat
integritas data variabelnya ketika data yang digunakan memiliki bentuk
stasioner dalam level. Sementara, jika data tidak stasioner dalam level
tetapi tidak memiliki hubungan kointegrasi, maka estimasi VAR dapat
dilakukan dalam bentuk difference.
b) VECM (Restricted VAR)
Model VECM digunakan di dalam model VAR non struktual apabila data
time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi
dan terkointegrasi sehingga menunjukan adanya hubungan teoritis antar
variabel.
46
Terdapat beberapa penggunaan VAR yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Forecast Error Decomposition of Variance
Merupakan prediksi kontribusi persentase varian setiap variabel
karena adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR.
2. Impulse Response
Melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat
perubahan atau shock suatu variabel tertentu
Software yang digunakan sebagai alat bantu penelitian adalah Eviews 5.0
dan juga program Microsoft Exel dalam membantu memudahkan
pengoperasian software yang digunakan dalam penelitian.
E. Operasional Variable Penelitian
Agar setiap variabel yang terdapat di dalam penelitian ini dapat
dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam
menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel
yang akan diteliti, yaitu :
1) Variable Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamatan. Pengamatan akan dapat memprediksi ataupun
menerangkan variabel dalam variabel dependen beserta perubahannya
yang terjadi kemudian (Uma Sekaran, 2006:116). Variabel dependen
dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :
47
a. IHSG
IHSG merupakan catatan semua saham sebagai komponen
penghitung indeks. IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal
1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham
biasa maupun saham preferen.
b. Indeks LQ 45
Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih
melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari
saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi.
Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan
melewati seleksi. Saham-saham yang termasuk didalam LQ45
terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review. Apabila
ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti
dengan saham lain yang memenuhi syarat.
c. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah merupakan indeks
terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan PT.
Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks
yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham
yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan syariah.
48
2) Variabel Independen (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi
perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang
positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya. Variasi dalam
variabel dependen merupakan hasil dari variabel independen (Uma
Sekaran, 2006:117). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Harga komoditas dunia
Menurut Alfred Pakasi (2009:11), komoditas adalah barang
dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan
atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan
konsumen. Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditi primer
adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan tren harga
mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan
dilakukan oleh para investor.
Komoditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komoditas pertambangan dan perkebunan yang mempunyai pengaruh
cukup besar dalam pergerakan Indeks Harga Saham. Komoditas
tersebut adalah minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan
minyak kelapa sawit (CPO). Harga komoditas tersebut dapat
diperoleh dari data yang dipublikasikan di internet pada situs-situs
yang menjadi acuan pasar komoditas dunia.
49
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin
pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal
ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai
IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga
2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin
meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk
kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin
kondusif.
Pada September 2004, IHSG mencapai 820,1 dan sampai Desember
2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup
signifikan mengingat IHSG pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru
mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan
Januari 2006 – Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus
menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur
dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan
prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor
tertinggi pada tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 (www.idx.co.id).
50
Penggabungan BEJ dan BES merupakan salah satu strategi yang telah
dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia Tahun 2005-2009
dalam rangka restrukturisasi lembaga Bursa Efek. Penggabungan BEJ dan
BES ini juga telah masuk sebagai salah satu program dalam Paket
Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) yang telah ditetapkan pada tahun
2006. Tujuan utama dari program penggabungan ini adalah untuk
menciptakan sinergi dan efisiensi dalam kegiatan di Pasar Modal.
Pada tanggal 30 Oktober 2007, Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) BEJ dan BES telah menyetujui Rancangan
Penggabungan BEJ dan BES yang kemudian dituangkan dalam Akta
Penggabungan. Selanjutnya Bursa Efek hasil penggabungan berganti nama
menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi
menggunakan nama baru tersebut sejak tanggal 1 November 2007.
B. Analisa dan pembahasan
1) Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan software Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5.0, untuk dapat
mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti.
Variabel yang diteliti yaitu terdiri dari, harga komoditas pertambangan dan
perkebunan yang diwakili oleh harga minyak mentah dunia, emas, timah,
nikel, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai variabel
independen. Sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Harga Saham
51
Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Indeks (JII).
Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a. Harga komoditas dunia
1) Harga Minyak Mentah
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 45 63 54 92 33
Februari 45 60 58 95 31
Maret 53 62 62 104 40
April 52 70 67 109 42
Mei 49 70 67 123 51
Juni 54 69 71 132 62
Juli 58 74 77 133 56
Agustus 64 73 71 108 63
September 63 62 77 96 61
Oktober 59 58 82 69 67
November 55 59 92 49 69
Desember 57 62 91 33 66
Rata-rata/bln 55 65 72 95 54
Tabel 4.1
Harga Minyak Mentah (US$/barel)
Sumber : OPEC, data diolah
Harga minyak dunia memiliki kecenderungan selalu berfluktuasi
dari waktu-waktu. Harga minyak selama periode penelitian sempat
mengalami trend kenaikan hingga tahun 2008 lalu menurun tajam
hingga akhir periode penelitian. Meningkatnya harga minyak mentah
dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor.
Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga
bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya
harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat
langsung dan tidak langsung pada kegiatan operasi perusahaan.
52
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa harga minyak
mentah pada awal periode penelitian tercatat sebesar $45. Selama
periode penelitian harga minyak mentah terus mengalami kenaikan
dimana harga minyak mentah tercatat berada pada harga yang sangat
tinggi pada bulan Juli tahun 2008. Rata-rata harga tertinggi terjadi di
tahun 2008 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005.
Berdasarkan grafik 4.1 harga minyak mentah dunia menunjukan
trend kenaikan pada awal periode penelitian yang dilakukan. Sempat
mengalami penurunan yang drastis pada pada akhir tahun 2008 dan
mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009.
20
40
60
80
100
120
140
2005 2006 2007 2008 2009
MINYAK
Grafik 4.1
Harga Minyak Mentah Dunia
53
Sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 harga minyak
mentah dunia terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan
minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas
kilang. Sementara itu, penyebab turunnya harga minyak pada periode
2008 sampai dengan 2009 adalah akibat dampak dari krisis global
yang melanda perekonomian dunia, sehingga berimbas pada
anjloknya harga minyak.
2) Harga Emas
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 424 550 631 890 859
Februari 423 555 665 922 943
Maret 434 557 655 968 924
April 429 611 679 910 890
Mei 422 675 667 889 929
Juni 431 596 656 889 946
Juli 425 634 665 940 934
Agustus 438 633 665 839 949
September 456 598 713 830 997
Oktober 470 586 755 807 1043
November 477 628 806 761 1127
Desember 510 630 803 816 1135
Rata-rata/bln 445 604 697 872 973
Harga Emas (US $/troy ounce)
Tabel 4.2
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Emas biasanya digunakan untuk sebagai alat lindung nilai
kekayaan apabila situasi perekonomian sedang menurun. Emas telah
terbukti sebagai sarana penyimpanan kekayaan yang tahan terhadap
inflasi maupun deflasi. Emas memiliki supply yang terbatas dan tidak
54
mudah didapat, sementara permintaan terhadap emas tidak pernah
berkurang, akibatnya harga emas cenderung mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa harga emas pada
awal periode penelitian adalah sebesar $424. Selama periode
penelitian harga emas terus mengalami trend kenaikan dan tercatat
berada pada harga yang tinggi pada akhir periode penelitian yaitu
sebesar $1135 yang merupakan rekor tertinggi harga emas. Rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan harga rata-rata terendah berada
pada tahun 2005, dimana harga emas tertinggi terjadi pada bulan
Desember 2009 sebesar $1218,25 dan harga terendah terjadi pada
bulan Februari $411,10.
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
2005 2006 2007 2008 2009
EMAS
Grafik 4.2
Harga Emas Dunia
55
Berdasarkan grafik 4.2 nilai harga emas menunjukan trend
kenaikan sepanjang periode penelitian yang dilakukan. Pada awal
periode penelitian tercatat harga emas sebesar $424, harga emas terus
mengalami kenaikan hingga puncaknya adalah pada akhir penelitian
yang mencapai nilai $1135 yang merupakan rekor tertinggi dari harga
emas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga emas terus
mengalami peningkatan selama periode penelitian diantaranya adalah
meningkatnya permintaan akan emas dan melemahnya dollar
Amerika. Permintaan emas terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya karena fungsinya sebagai sarana penyimpanan kekayaan
yang tahan terhadap gejolak perekonomian. Sementara itu,
melemahnya dollar Amerika dalam beberapa tahun terakhir akibat
krisis global juga berpengaruh terhadap kenaikan harga emas karena
harga emas dunia pada umumnya dinilai dalam US$ maka kekuatan
mata uang US$ juga sangat menentukan naik turunnya harga emas
dunia.
56
3) Harga Nikel
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 14564 14661 36822 27775 11563
Februari 15416 14975 41078 28065 10411
Maret 16240 14926 46125 31093 9711
April 16138 18029 49957 28777 11332
Mei 17002 21131 51783 25657 12763
Juni 16113 20586 41552 22563 14962
Juli 14588 26186 33400 20107 16025
Agustus 14962 30469 27650 19112 19376
September 14155 29703 29548 17782 17405
Oktober 12431 32551 31156 12145 18490
November 12235 31892 30506 10777 16911
Desember 13491 34401 26054 9847 17122
Rata-rata/bln 14778 24126 37136 21141 14672
Harga Nikel (US $/Metric Tons)
Tabel 4.3
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Kenaikan harga komoditas sektor pertambangan dalam beberapa
tahun terakhir, ternyata, tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga
komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas
memberi sentimen negatif bagi emiten saham seperti PT International
Nickel Indonesia Tbk (INCO).
Dalam tabel 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel pada awal
periode penelitian tercatat sebesar $14564. Selama periode penelitian
harga nikel mencapai harga tertinggi pada bulan Mei 2007 sebesar
$51783 sedangkan harga terendah terjadi pada bulan Maret 2009
sebesar $9711. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan harga
rata-rata terendah berada pada tahun 2009.
57
Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa harga nikel sempat
mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga
mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Mei 2007 sebesar
$51783. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007 harga nikel
cenderung mengalami trend penurunan sampai menjelang akhir
periode penelitian. Peningkatan harga nikel pada periode awal
penelitian sampai dengan tahun 2007 mengikuti peningkatan harga
komoditas lainnya terutama harga minyak mentah. Selain itu,
meningkatnya permintaan terutama dari Cina juga turut
mempengaruhi peningkatan harga nikel. Sementara itu penurunan
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
2005 2006 2007 2008 2009
NIKEL
Grafik 4.3
Harga Nikel Dunia
58
harga nikel pada akhir periode penelitian disebabkan oleh krisis
global yang melanda perekonomian dunia yang menyebabkan
ditutupnya operasi tambang nikel di cekungan Sudbury, Kanada
milik Vale Inco Ltd yang memberikan kontribusi pada 10% produksi
nikel dunia.
4) Harga Timah
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 7706 7067 11332 16311 11563
Februari 8106 7789 12890 17270 11075
Maret 8442 7949 13787 19799 10689
April 8134 8860 13953 21646 11830
Mei 8099 8793 14162 23854 13872
Juni 7604 7859 14079 22133 15009
Juli 7181 8356 14733 22956 13904
Agustus 7228 8437 15047 19935 14762
September 6771 8975 14989 18307 14936
Oktober 6415 9810 16068 14423 15037
November 6174 10038 16661 13674 14966
Desember 6763 11126 16245 11292 15589
Rata-rata/bln 7385 8755 14495 18467 13603
Harga Timah (US $/Metric Tons)
Tabel 4.4
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Ada tiga hal yang membuat harga timah dunia relatif tinggi.
Pertama diakibatkan turunnya stok di London Metal Exchange
(LME), kedua akibat permintaan yang meningkat. Yang ketiga,
berhubungan dengan Indonesia, yaitu apabila ekspor dari Indonesia
mengalami penurunan. Pasar memang mencermati berita mengenai
perkembangan ekspor Indonesia, karena Indonesia kini dianggap
sudah menjadi price maker harga timah dunia.
59
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa harga timah pada
awal periode penelitian tercatat sebesar $7706. Selama periode
penelitian harga timah terus mengalami trend kenaikan dan tercatat
mencapai harga tertinggi selama periode penelitian pada bulan Mei
2008 sebesar $23854. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2008 dan
harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005.
Berdasarkan grafik 4.4 nilai harga timah menunjukan trend
kenaikan sepanjang periode penelitian. Walaupun sempat mengalami
penurunan pada akhir tahun 2008 namum kembali mengalami
peningkatan pada tahun 2009. berdasarkan trend pergerakan harga
4000
8000
12000
16000
20000
24000
2005 2006 2007 2008 2009
TIMAH
Grafik 4.4
Harga Timah Dunia
60
timah yang dapat dilihat pada grafik. Hal ini menunjukan bahwa
harga timah sejalan dengan pergerakan harga minyak mentah dunia.
Selain disebabkan oleh penurunan harga minyak, penurunan
harga timah pada tahun 2009 juga disebabkan menipisnya stok
cadangan di London Metal Exchange (LME) karena turunnya
produksi timah di Indonesia dan Cina yang merupakan produsen
utama dunia.
5) Harga Batubara
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 57 46 55 98 86
Februari 53 51 57 141 81
Maret 55 53 59 127 65
April 55 57 60 132 68
Mei 55 56 60 143 69
Juni 55 56 66 171 76
Juli 55 57 72 193 79
Agustus 53 55 74 170 78
September 48 50 73 161 72
Oktober 45 47 80 116 76
November 41 49 91 99 84
Desember 41 53 98 84 88
Rata-rata/bln 51 53 70 136 77
Harga Batubara (US $/ Metric Tons)
Tabel 4.5
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk
memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun
konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer,
terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak
bumi, yang tak terkendali yang terjadi pada tahun lalu. Selain
61
penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah
yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk
dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu 10
tahun, yaitu 1997-2007, produksi dan konsumsi batubara dunia telah
naik lebih dari 35%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia
Pasifik.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada awal periode
penelitian harga batubara adalah $57. Secara keseluruhan harga
batubara terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang
dilakukan. Rata-rata harga batubara tertinggi terjadi di tahun 2008 dan
harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga
batubara tertinggi berada pada bulan Juli tahun 2008 sebesar $193
dan nilai terendah terjadi pada bulan November tahun 2005 dengan
harga $41.
62
Berdasarkan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa harga batubara
menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang
dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga batubara terus
meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini
menunjukan bahwa harga batubara sejalan dengan pergerakan harga
minyak mentah dunia. Peningkatan harga batubara pada tahun 2008
disebabkan karena meningkatnya harga minyak mentah dunia.
Peningkatan harga minyak menyebabkan permintaan batubara juga
meningkat karena batubara merupakan sumber energi alternatif
pengganti minyak mentah. Sementara itu, penurunan harga batubara
pada akhir periode penelitian disebabkan oleh kondisi perekonomian
0
40
80
120
160
200
2005 2006 2007 2008 2009
BATUBARA
Grafik 4.5
Harga Batubara Dunia
63
dunia yang masih melemah akibat krisis global sehingga permintaan
terhadap batubara juga menurun.
6) Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 347 378 551 987 522
Februari 348 391 554 1110 529
Maret 375 383 566 1147 557
April 376 386 645 1083 693
Mei 370 395 741 1087 772
Juni 370 386 748 1096 691
Juli 370 404 764 1026 602
Agustus 360 434 730 792 687
September 370 417 745 667 636
Oktober 383 422 824 486 637
November 376 477 877 433 674
Desember 369 528 883 440 728
Rata-rata/bln 368 417 719 863 644
Tabel 4.6
Harga CPO (US $/Metric Tons)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Industri kelapa sawit Indonesia telah tumbuh secara signifikan
dalam empat puluh tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah
menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan
Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit
dunia.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada awal periode
penelitian harga CPO adalah $347. Secara keseluruhan harga CPO
terus mengalami kenaikan sepanjang periode penelitian yang
dilakukan. Rata-rata harga CPO tertinggi terjadi di tahun 2008 dan
harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana harga CPO
64
tertinggi berada pada bulan Maret tahun 2008 sebesar $1147 dan nilai
terendah terjadi pada bulan Januari tahun 2005 dengan harga $347.
Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa harga CPO
menunjukan trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang
dilakukan. Sepanjang tahun 2005 sampai 2008 harga CPO terus
meningkat dan mengalami penurunan tahun 2009. Hal ini
menunjukan bahwa harga CPO sejalan dengan pergerakan harga
minyak mentah dunia. Kenaikan harga CPO pada periode 2005
sampai 2008 disebabkan oleh kenaikan harga komoditas lainnya
terutama minyak mentah. Kenaikan harga minyak mentah
menyebabkan meningkatkan permintaan CPO yang merupakan
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
2005 2006 2007 2008 2009
CPO
Grafik 4.6
Harga CPO Dunia
65
sumber energi alternatif pengganti minyak metah. Sementara itu,
penurunan harga CPO pada tahun 2009 disebabkan oleh kondisi
perekonomian dunia yang masih melemah akibat krisis global
sehingga permintaan terhadap CPO juga menurun.
b. Indeks Harga Saham
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 1045 1232 1757 2627 1333
Februari 1074 1231 1741 2722 1285
Maret 1080 1323 1831 2447 1434
April 1030 1464 1999 2305 1723
Mei 1088 1330 2084 2444 1917
Juni 1122 1310 2139 2349 2027
Juli 1182 1352 2349 2305 2323
Agustus 1050 1431 2194 2166 2342
September 1079 1535 2359 1833 2468
Oktober 1066 1583 2643 1257 2368
November 1097 1719 2688 1242 2416
Desember 1163 1806 2746 1355 2534
Rata-rata/bln 1090 1443 2211 2088 2014
Tabel 4.7
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sumber: BEI, data diolah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali
diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan
harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks
adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai dasar 100, sedangkan
jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham. Salah
satu dari kegunaan IHSG yang paling penting adalah indeks ini dapat
66
digunakan untuk memantau kenaikan dan penurunan harga saham
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan suatu langkah awal
dalam melakukan investasi pada pasar modal.
Berdasarkan table 4.7 dapat diketahui bahwa pada awal periode
penelitian nilai IHSG adalah 1045. Secara keseluruhan nilai IHSG
terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode penelitian yang
dilakukan. Rata-rata nilai IHSG tertinggi terjadi di tahun 2007 dan
harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005, dimana nilai IHSG
tertinggi terjadi pada bulan Januari 2008 senilai 2830,26 dan nilai
terendah terjadi pada bulan April 2005 senilai 1029,61.
800
1200
1600
2000
2400
2800
2005 2006 2007 2008 2009
IHSG
Grafik 4.7
Indeks Harga Saham Gabungan
67
Berdasarkan grafik 4.7, dapat diketahui bahwa selama periode
2005-2008 nilai IHSG menunjukan trend kenaikan yang mencapai
puncaknya pada Januari 2008 dimana IHSG sempat mencapai titik
level 2.830,26 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah
IHSG. Namun setelah itu IHSG justru mengalami penurunan akibat
dari krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan
kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja
pasar modal indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan
juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia.
2) Indeks LQ 45
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 228 272 377 564 263
Februari 223 270 368 591 249
Maret 224 293 391 525 283
April 223 325 425 493 342
Mei 238 294 433 518 373
Juni 247 290 442 495 392
Juli 261 299 488 481 454
Agustus 231 318 458 450 456
September 236 336 499 369 484
Oktober 228 346 576 241 464
November 237 377 592 241 476
Desember 254 393 600 270 498
Rata-rata/bln 236 318 471 437 395
Tabel 4.8
Indeks LQ 45
Sumber : BEI, data diolah
Indeks LQ45 merupakan perwakilan lebih dari 70 persen total
kapitalisasi Bursa Efek Indoensia. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45
saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan,
68
sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan
kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham perusahaan yang tercatat dalam
indeks ini dipilih secara seksama, dengan likuiditas menjadi indikator
utama karena dianggap sebagai penunjuk kinerja yang solid dan
mencerminkan nilai pasar sebenarnya. Begitu terpilih, saham-saham
tersebut dipantau dengan ketat dan kinerja kuartalan mereka
dievaluasi.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada awal periode
penelitian nilai Indeks LQ 45 adalah 228. Secara keseluruhan nilai
Indeks LQ 45 terus mengalami trend kenaikan sepanjang periode
penelitian yang dilakukan walaupun pada tahun 2008 sempat
mengalami penurunan. Rata-rata nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi
di tahun 2007 dan harga rata-rata terendah berada pada tahun 2005,
dimana nilai Indeks LQ 45 tertinggi terjadi pada bulan Desember
2007 senilai 599,831 dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari
2005 senilai 223,071.
69
Berdasarkan grafik 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Indeks LQ 45
mengalami trend kenaikan selama periode 2005 sampai 2007 hingga
mencapai level harga tertinggi yaitu pada bulan Desember 2007
sebesar 559,831. Setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2007
nilai Indeks LQ45 mengalami penurunan yang cukup tajam hingga
mencapai level terendah pada awal tahun 2009 sebesar 262,564.
Penurunan ini disebabkan krisis global yang melanda dunia serta
dipengaruhi juga oleh penurunan harga minyak mentah dunia yang
diikuti oleh penurunan harga komoditas lainnya. Indeks LQ 45
kembali mengalami kenaikan pada akhir periode penelitian yang
200
300
400
500
600
700
2005 2006 2007 2008 2009
LQ45
Grafik 4.8
Indeks LQ 45
70
menunjukan membaiknya kondisi pasar modal Indonesia setelah
mengalami krisis pada tahun 2008.
3) Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 174 215 297 477 214
Februari 172 218 294 509 214
Maret 169 234 315 448 237
April 161 260 345 428 280
Mei 178 237 346 442 307
Juni 188 233 357 430 321
Juli 198 339 389 388 385
Agustus 178 251 368 356 381
September 184 263 400 286 402
Oktober 181 269 463 194 384
November 189 295 484 196 398
Desember 200 311 493 216 417
Rata-rata/bln 181 261 379 364 328
Tabel 4.9
Jakarta Islamic Index (JII)
Sumber : BEI, data diolah
Dalam tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai JII pada awal
periode penelitian tercatat sebesar 174. Selama periode penelitian
nilai JII mencapai nilai tertinggi pada bulan Februari 2008 sebesar
508,945 sedangkan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2005
sebesar 171,834. Rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2007 dan nilai
rata-rata terendah berada pada tahun 2005.
71
Berdasarkan grafik 4.9, dapat diketahui bahwa selama periode
2005-2008 nilai JII menunjukan trend kenaikan yang mencapai
puncaknya pada Februari 2008 dimana JII mencapai titik level
508.94. Namun setelah itu JII justru mengalami penurunan akibat dari
krisis global yang melanda dunia dan mulai mengalami kenaikan
kembali pada tahun 2009. Kenaikan ini menunjukan bahwa kinerja
pasar modal Indonesia yang mulai membaik setelah krisis global dan
juga diprediksi karena pengaruh kenaikan harga minyak dunia.
100
200
300
400
500
600
2005 2006 2007 2008 2009
JII
Grafik 4.9
Jakarta Islamic Index (JII)
72
2) Analisa Pengujian Statistik
a. Uji Stasioneritas
Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena
pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variabel-
variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi
palsu (Spurious regression).
Langkah pertama pembentukan model vector autoregresion
adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu
dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan
autocovariance pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu.
Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data
dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan
tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan,
berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance).
Pengujian stasioneritas dilakukan terhadap seluruh variabel,
metode yang digunakan adalah Augmented Dickey Fuller Test.
Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik
ADF dengan nilai kritis MacKinnon untuk mengetahui derajat integrasi
stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel disebut stasioner jika nilai
statistik ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon.
73
Tabel 4.10
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level
Sumber : Hasil data diolah
Hasil uji stasioneritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat level terhadap seluruh
variabel diketahui bahwa harga minyak, emas, nikel, timah, batubara,
dan CPO tidak stasioner pada tingkat level. Begitu juga dengan nilai
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta
Islamic Index (JII) yang menunjukan hasil tidak stasioner pada tingkat
level.
Selanjutnya terhadap data IHSG, dan harga komoditas yang belum
menunjukan stasioneritas pada tingkat level dilakukan uji stasioneritas
tingkat pertama.
Variabel ADF Test
ADF
Keterangan McKinnon
Critical Value (5%)
IHSG -1.336089 -2.912631 Tidak Stasioner
Indeks LQ 45 -1.606304 -2.912631 Tidak Stasioner
JII -1.314885 -2.911730 Tidak Stasioner
MINYAK -2.763831 -2.912631 Tidak Stasioner
EMAS 0.087513 -2.911730 Tidak Stasioner
NIKEL -1.770012 -2.912631 Tidak Stasioner
TIMAH -2.092847 -2.913549 Tidak Stasioner
BATUBARA -1.284138 -2.911730 Tidak Stasioner
CPO -1.929723 -2.912631 Tidak Stasioner
74
Tabel 4.11
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama
Sumber : Hasil data diolah
Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama
terhadap seluruh variabel diketahui bahwa IHSG, Indeks LQ 45, dan
JII telah stasioner pada tingkat diferensi pertama. Begitu juga dengan
harga minyak mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan CPO
menunjukan hasil stasioner pada tingkat diferensi pertama karena nilai
ADF Test lebih besar dari nilai kritis McKinnon.
b. Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan
diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner dan memiliki
derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji
kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dari model
tersebut.
Variabel ADF Test
ADF
Keterangan McKinnon
Critical Value (5%)
IHSG -5.349350 -2.912631 Stasioner
Indeks LQ 45 -5.458031 -2.912631 Stasioner
JII -7.099985 -2.912631 Stasioner
MINYAK -4.294185 -2.912631 Stasioner
EMAS -7.411014 -2.912631 Stasioner
NIKEL -4.704117 -2.912631 Stasioner
TIMAH -3.434593 -2.914517 Stasioner
BATUBARA -5.882074 -2.912631 Stasioner
CPO -4.343223 -2.912631 Stasioner
75
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau
ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata
lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak
stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut dapat
menjadi stasioner. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan
kointegrasi menggunakan metode Johansen Cointegration Test.
Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji Likehood Ratio
(LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita
menerima adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika
nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak terdapat
kointegrasi.
Tabel 4.12
Pengujian Kointegrasi Antara Harga Komoditas Dunia Terhadap
Indeks Harga Saham
Sumber : Hasil data diolah
Komoditas Indek Trace
Statistic
Critical Value
(5%) Keterangan
Minyak IHSG 556.5878 150.5585
Terdapat
Kointegrasi Emas
Nikel LQ 45 587.4391 146.76
Terdapat
Kointegrasi Timah
Batubara JII 690.3841 146.76
Terdapat
Kointegrasi CPO
76
Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang dapat dilihat pada lampiran 2,
hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak mentah memiliki
nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
2. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga emas memiliki nilai
Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
3. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga nikel memiliki nilai Trace
Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
4. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga timah memiliki nilai
Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
5. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga batubara memiliki nilai
Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut saling
terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka panjang.
77
6. Nilai IHSG, Indeks LQ 45, JII dan harga minyak kelapa sawit
(CPO) memiliki nilai Trace Statistic yang lebih besar dibandingkan
nilai kritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel
tersebut saling terintegrasi sehingga memiliki pengaruh jangka
panjang.
c. Pengujian VAR (Vector Autoregresion)
Setelah dilakukan pengujian stasioneritas data dengan
menggunakan metode Augmented Dickey Fuller-Test (ADF), serta
selanjutnya dilakukan uji kointegrasi dengan menggunakan metode
Johansen Cointegration Test, maka proses selanjutnya adalah
melakukan pengujian VAR.
Penggunaan pendekatan struktual atas permodelan persamaan
simultan biasanya menerapkan teori ekonomi didalam usahanya untuk
mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuji. Akan tetapi
sering ditemukan bahwa teori ekonomi saja ternyata tidak cukup kaya
didalam menyediakan spesifikasi yang ketat dan tepat atas hubungan
dinamis antar variabel. VAR kemudian muncul sebagai jalan keluar
atas permasalahan ini, model VAR dibangun dengan pertimbangan
meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu
menangkap fenomena ekonomi dengan baik.
Diperlukan sebuah strategi dalam pembentukan model VAR agar
tidak terjadi miss-spesifikasi didalam pembentukannya. Karenanya
estimasi model VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut
78
secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian
stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil
series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode
standar sementara series non stasioner akan berimplikasi pada dua
pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau Vector Error
Correction Model (VECM).
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa semua variabel tidak stasioner pada tingkat level namun
stasioner pada tingkat diferensi pertama. Sementara itu, hasil dari uji
kointegrasi menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel,
maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis data dengan
menggunakan Vector Error Correction Model (VECM). Berdasarkan
pada pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
79
1) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tabel 4.13
Nilai Variance Decomposition Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Period S.E LOG LOG LOG
(IHSG) (MINYAK) (EMAS)
1 0.078590 100.000000 0.000000 0.000000
2 0.127788 94.860680 0.351713 0.632151
3 0.168390 87.912620 0.914686 3.993327
4 0.204036 85.204900 0.871042 6.150337
5 0.237632 82.914380 0.642316 7.734757
6 0.267316 80.436780 0.663911 8.882129
7 0.293649 77.851620 0.905729 9.889138
8 0.315261 75.925250 1.141178 10.771740
9 0.331840 74.730570 1.347943 11.351110
10 0.344935 74.090970 1.541496 11.589800
Period LOG LOG LOG LOG
(NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.913735 0.253558 2.523865 0.464299
3 1.332714 0.146079 4.261171 1.439408
4 1.491797 0.613253 3.648457 2.020211
5 1.852635 1.829660 2.944868 2.081381
6 2.407799 3.018002 2.392478 2.198904
7 2.735998 4.134165 2.015786 2.467563
8 2.789054 4.934803 1.805241 2.632736
9 2.700912 5.477633 1.749860 2.641972
10 2.580091 5.827949 1.774562 2.595126
Variance Decomposition of LOG (IHSG):
Variance Decomposition of LOG (IHSG):
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition IHSG yang
dapat dilihat pada tabel 4.13, dapat dilihat bahwa kontribusi harga
minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.3%
80
sampai dengan 1.5%. Sedangkan pada periode kedua kontribusi dari
harga batubara dalam menjelaskan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mampu menjelaskan sebesar 2.5% dan mengalami penurunan
pada akhir periode yaitu sebesar 1.7%.
Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam
menjelaskan variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
hanya mampu menjelaskan sebesar 0.5%. Sampai dengan 10 periode
mendatang kontribusinya mengalami peningkatan menjadi 2.6%.
Pada periode kedua harga nikel dalam menjelaskan variabilitas dari
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu menjelaskan
sebesar 0.9% dan mengalami peningkatan yaitu sebesar 2.6% pada
akhir periode. Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh
harga minyak kelapa sawit dan nikel terhadap nilai IHSG adalah tidak
terlalu besar.
Sementara itu, kontribusi harga timah dalam menjelaskan
variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah
sebesar 0.3% sampai dengan 5.8%. Kemudian, kontribusi harga emas
dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.6%. Sampai
dengan 10 periode mendatang mengalami peningkatan cukup besar
yaitu sebesar 11.59%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari nilai
IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan timah
dibandingkan harga komoditas lainnya.
81
Tabel 4.14
Nilai Impulse Response Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Period LOG LOG LOG LOG
(IHSG) (MINYAK) (EMAS) (NIKEL)
1 0.078590 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.096510 0.007579 0.010160 0.012215
3 0.097145 0.014210 0.032079 0.015122
4 0.102682 0.010162 0.037790 0.015593
5 0.106534 0.000297 0.042512 0.020618
6 0.103235 -0.010569 0.044489 0.025969
7 0.098250 -0.017510 0.046695 0.025272
8 0.091272 -0.018794 0.046676 0.020317
9 0.082644 -0.018711 0.042351 0.014218
10 0.076560 -0.018701 0.035915 0.009777
Period LOG LOG LOG
(TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000
2 -0.006435 -0.020301 0.008707
3 0.000124 -0.028216 0.018230
4 -0.014625 -0.017624 0.020806
5 -0.027891 -0.012003 0.018284
6 -0.033517 -0.006832 0.019899
7 -0.037527 -0.005348 0.023590
8 -0.036603 -0.007484 0.022111
9 -0.033573 -0.011519 0.017106
10 -0.030037 -0.013582 0.013356
Response of LOG(IHSG)
Response of LOG(IHSG)
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.14, dapat dilihat bahwa respon yang
diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat
dari perubahan harga minyak adalah positif dan dampak positif
tersebut hilang pada periode keenam. Respon yang diberikan oleh
nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat dari perubahan
82
harga emas dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan
respon yang diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) akibat dari perubahan harga timah dan batubara adalah negatif
dan permanen dalam jangka panjang. Sementara itu, respon yang
diberikan oleh nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat
dari perubahan harga CPO adalah positif dan permanen.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sampai dengan
periode kelima harga minyak memberikan pengaruh yang positif
terhadap IHSG dan pada periode selanjutnya pengaruhnya bersifat
negatif. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang harga minyak
dapat mempengaruhi pergerakan IHSG meskipun pengaruh yang
diberikan negatif. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak akan
meningkatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan komoditas
minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan IHSG.
Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam IHSG seperti
sektor infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak
dalam proses produksinya. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Deriantino (2008) melakukan penelitian untuk
menjelaskan pengaruh dari perubahan harga minyak terhadap return
saham dari 9 sektor industri di Indonesia yang menjelaskan bahwa
pengaruh dari kenaikan harga minyak yang diikuti kebijakan
83
pemerintah pada harga minyak domestik memberikan pengaruh
negatif dan signifikan terhadap sektor konsumsi dan infrastruktur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi
pergerakan nilai IHSG secara positif dan permanen yang berarti
bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan kenaikan
pada nilai IHSG. Hal ini berlawanan dengan penelitian Graham Smith
(2001) yang meneliti hubungan diantara harga emas dan Indeks harga
saham di Amerika, dimana penelitian ini menunjukan bahwa
hubungan diantara return emas dan return dari Indeks harga saham
adalah kecil dan negatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa harga nikel dan CPO menunjukan pengaruh yang positif dan
permanen terhadap pergerakan IHSG. Pengaruh positif ini disebabkan
karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel
mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada
harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Hal ini juga sejalan dengan penelitian dari
Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas
terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan
positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga
maupun return.
Sementara itu, hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan
bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan
84
IHSG, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hal ini
berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut mengalami kenaikan
akan menekan kinerja dari IHSG atau dengan kata lain nilai IHSG
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan selain diekspor ke luar
negeri, konsumsi batubara dalam negeri juga cukup tinggi terutama
dari sektor pembangkit tenaga listrik sehingga kenaikan pada harga
batubara akan mempengaruhi industri-industri dalam negeri yang
pada akhirnya akan menekan kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan
dengan penelitian dari Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari
harga komoditas terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa
terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas
baik dari sisi harga maupun return.
85
2) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Indeks
LQ 45
Tabel 4.15
Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45
Period S.E LOG LOG LOG
(LQ 45) (MINYAK) (EMAS)
1 0.087200 100.000000 0.000000 0.000000
2 0.143593 94.025600 0.375286 0.940554
3 0.189003 85.982970 0.810346 4.817451
4 0.228346 82.777400 0.758676 7.390121
5 0.264007 80.801810 0.567726 9.178594
6 0.293580 78.914540 0.606576 10.376330
7 0.318923 76.846050 0.878827 11.384680
8 0.340110 75.254330 1.118771 12.199310
9 0.356938 74.272320 1.281313 12.697240
10 0.370588 73.777460 1.390326 12.881620
Period LOG LOG LOG LOG
(NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.938917 0.055399 3.188693 0.475549
3 1.266508 0.118416 5.408777 1.595528
4 1.269309 0.235269 5.260251 2.308979
5 1.447844 0.755753 4.896536 2.351741
6 1.860009 1.300143 4.522745 2.419665
7 2.160845 1.882456 4.193726 2.653423
8 2.260732 2.337207 4.026396 2.803252
9 2.229597 2.632425 4.089185 2.797917
10 2.156065 2.791097 4.259963 2.743474
Variance Decomposition of LOG (LQ 45):
Variance Decomposition of LOG (LQ 45):
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition Indeks LQ 45
yang dapat dilihat pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa kontribusi
harga minyak dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45
adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.4% sampai dengan 1.4%.
86
Kontribusi harga nikel, timah, dan minyak kelapa sawit (CPO)
pada periode kedua dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45
adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%, 0.05%, dan 0.5%. Sampai
dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel, timah, serta
minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks
LQ 45 hanya mampu menjelaskan sebesar 2.2%, 2.8%, serta 2.7%.
Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak
mentah, nikel, timah, dan minyak kelapa sawit terhadap Indeks LQ 45
adalah tidak terlalu besar.
Sementara itu, kontribusi harga batubara dalam menjelaskan
variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah sebesar 3.2%. dan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 4.3% pada akhir periode. Pada periode
kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari
Indeks LQ 45 adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.9%
hingga mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 12.88%
pada akhir periode. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks
LQ 45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara
dibandingkan harga komoditas lainnya.
87
Tabel 4.16
Nilai Impulse Response Indeks LQ 45
Period LOG LOG LOG LOG
(LQ 45) (MINYAK) (EMAS) (NIKEL)
1 0.087200 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.108550 0.008797 0.013926 0.013914
3 0.106433 0.014563 0.039076 0.016088
4 0.111565 0.010301 0.046178 0.014471
5 0.114705 -0.000342 0.050439 0.018636
6 0.108152 -0.011274 0.050456 0.024372
7 0.100728 -0.019263 0.051345 0.024387
8 0.094279 -0.020007 0.050318 0.020427
9 0.087041 -0.018393 0.045446 0.015017
10 0.081831 -0.016642 0.038912 0.010974
Period LOG LOG LOG
(TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000
2 -0.003380 -0.025641 0.009902
3 0.005557 -0.035702 0.021723
4 -0.008965 -0.028472 0.025179
5 -0.020102 -0.025886 0.020862
6 -0.024368 -0.022028 0.021126
7 -0.028180 -0.019168 0.024766
8 -0.028087 -0.019799 0.023320
9 -0.025500 -0.023501 0.017945
10 -0.021894 -0.025311 0.014251
Response of LOG(LQ 45)
Response of LOG(LQ 45)
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.16, dapat dilihat bahwa respon yang
diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga minyak
adalah negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang
diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga emas
dan harga nikel adalah positif dan permanen. Sedangkan respon yang
diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga timah
88
dan batubara adalah negatif dan permanen. Sementara itu, respon
yang diberikan oleh nilai Indeks LQ 45 akibat dari perubahan harga
CPO adalah positif dan permanen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa pengaruh harga minyak terhadap Indeks LQ 45 adalah negatif
dalam jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa ketika harga
minyak turun nilai Indeks LQ 45 akan mengalami peningkatan. Bagi
kebanyakan bursa di dunia, turunnya harga minyak dunia merupakan
angin segar atau setidaknya berita positif (good news). Hal itu
menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang
mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan
pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga
minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke
tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan menjadi relatif
rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hammoudeh (2005), mengenai pengaruh harga minyak dunia
terhadap return dari saham-saham di 6 sektor Saudi Index. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa harga minyak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap saham-saham dari perusahaan
yang beroperasi pada sektor yang mempunyai beta yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa harga emas mempengaruhi
pergerakan nilai Indeks LQ 45 secara positif dan permanen yang
berarti bahwa ketika harga emas naik maka akan menyebabkan
89
kenaikan pada nilai Indeks LQ 45. Hal ini sejalan dengan penilitian
dari Guntur (2001) yang menyimpulkan bahwa perubahan atas harga
emas akan mempengaruhi IHSG secara positif.
Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan
permanen terhadap Indeks LQ 45. Pengaruh positif ini disebabkan
karena perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel
mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada
harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Manurung
(2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas terhadap Indeks
harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif
antara pergerakan Indeks harga saham dengan komoditas baik dari
sisi harga maupun return.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa Indeks LQ 45 secara negatif dipengaruhi oleh harga timah dan
batubara. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut
mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari Indeks LQ 45. Hal ini
disebabkan selain diekspor ke luar negeri, konsumsi batubara dalam
negeri juga cukup tinggi terutama dari sektor pembangkit tenaga
listrik sehingga kenaikan pada harga batubara akan mempengaruhi
industri-industri dalam negeri yang pada akhirnya akan menekan
kinerja pasar modal. Hal ini berlawanan dengan penelitian dari
90
Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas
terhadap IHSG, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan
positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga
maupun return.
3) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada Jakarta
Islamic Index (JII)
Tabel 4.17
Nilai Variance Decomposition Jakarta Islamic Index (JII)
Period S.E LOG LOG LOG
(JII) (MINYAK) (EMAS)
1 0.099907 100.000000 0.000000 0.000000
2 0.148171 94.717340 0.000654 0.177860
3 0.197854 82.541350 0.087838 6.439859
4 0.242884 81.021440 0.110051 7.551160
5 0.283308 78.970290 0.279719 8.542365
6 0.314266 77.013360 0.596486 9.578715
7 0.342827 75.303660 1.040096 10.377600
8 0.365779 74.202890 1.251065 10.705460
9 0.384499 73.193020 1.369137 10.829940
10 0.400458 72.638620 1.398693 10.723840
Period LOG LOG LOG LOG
(NIKEL) (TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.021151 0.000241 3.514656 1.568099
3 0.034273 0.917800 7.307673 2.671205
4 0.113129 0.825764 7.941022 2.437430
5 0.162920 0.627687 9.256621 2.160402
6 0.304552 0.568288 9.754614 2.183981
7 0.346173 0.487888 10.285380 2.159209
8 0.346365 0.428846 11.041720 2.023656
9 0.324227 0.392025 11.996020 1.895633
10 0.303643 0.363348 12.779250 1.792600
Variance Decomposition of LOG (JII):
Variance Decomposition of LOG (JII):
Sumber : Hasil data diolah
91
Berdasarkan pada tabel Variance Decomposition JII yang dapat
dilihat pada tabel 4.17, dapat dilihat bahwa kontribusi harga nikel dan
timah dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu
menjelaskan sebesar 0.02% - 0.3 % dan 0% - 0.4%.
Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) pada periode
kedua dalam menjelaskan variabilitas JII hanya mampu menjelaskan
sebesar 1.5%. Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga
minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas JII adalah
sebesar 1.8%. Pada periode kedua harga minyak mentah dalam
menjelaskan variabilitas dari JII adalah 0.0006% dan mengalami
peningkatan yaitu sebesar 1.4% pada akhir periode. Hal ini
menunjukan pengaruh dari harga minyak kelapa sawit dan minyak
mentah (CPO) adalah tidak terlalu besar dalam mempengaruhi
pergerakan nilai JII.
Pada periode kedua kontribusi harga emas dalam menjelaskan
variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan sebesar 0.2%
dan mengalami peningkatan cukup besar yaitu sebesar 10.72% hingga
akhir periode. Sementara itu, pada periode kedua kontribusi harga
batubara dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah sebesar 3.5%.
Sampai dengan 10 periode mendatang kontribusi harga batubara
dalam menjelaskan variabilitas JII terus mengalami peningkatan yaitu
sebesar 12.8%. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ
92
45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara dalam
jangka panjang.
Tabel 4.18
Nilai Impulse Response Jakarta Islamic Index (JII)
Period LOG LOG LOG LOG
(JII) (MINYAK) (EMAS) (NIKEL)
1 0.099907 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.103988 0.000379 -0.006249 0.002155
3 0.107316 0.005852 0.049819 0.002962
4 0.124439 0.005526 0.043974 0.007302
5 0.124850 -0.012633 0.049008 0.008002
6 0.112589 -0.019094 0.051028 0.013039
7 0.111552 -0.025166 0.052313 0.010299
8 0.103801 -0.021247 0.046114 0.007521
9 0.094493 -0.018716 0.041081 0.003990
10 0.090994 -0.014796 0.034446 0.002758
Period LOG LOG LOG
(TIMAH) (BATUBARA) (CPO)
1 0.000000 0.000000 0.000000
2 -0.000230 -0.027778 0.018555
3 -0.018953 -0.045706 0.026484
4 -0.011307 -0.042708 0.019805
5 -0.004082 -0.052393 0.017208
6 -0.007580 -0.046950 0.020566
7 -0.003487 -0.049543 0.019513
8 -0.000596 -0.051815 0.013031
9 -0.002407 -0.054421 0.009745
10 -0.001767 -0.052524 0.008499
Response of LOG(JII)
Response of LOG(JII)
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.18, dapat dilihat bahwa respon yang
diberikan oleh nilai JII akibat dari perubahan harga minyak adalah
negatif pada periode kelima dan seterusnya. Respon yang diberikan
93
oleh nilai JII akibat dari perubahan harga emas dan harga nikel adalah
positif dan permanen. Sementara itu, respon yang diberikan oleh nilai
JII akibat dari perubahan harga batubara dan timah adalah negatif dan
permanen. Sedangkan respon yang diberikan oleh nilai JII akibat dari
perubahan harga CPO adalah positif dan permanen.
Seperti diketahui bahwa Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks harga saham yang berisi kumpulan 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dari sekian banyak
emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa
emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah,
sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII).
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa harga minyak mempengaruhi pergerakan JII secara negatif
dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek kenaikan harga minyak
akan meningkatkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan
komoditas minyak. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham
perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan JII.
Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerugian pada sektor lainnya dalam JII seperti sektor
infrastruktur dan sektor konsumsi yang menggunakan minyak dalam
proses produksinya. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang
94
dilakukan oleh Pananda (2008) yang menyimpulkan bahwa hubungan
antara harga minyak dan IHSG adalah positif.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan harga emas
memberikan pengaruh yang positif terhadap. Hal ini berarti naiknya
harga emas akan meningkatkan nilai JII. Temuan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh QuangDo (2009) yang meneliti
mengenai hubungan diantara harga emas internasional dan pasar
modal di ASEAN yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di
ASEAN.
Sementara itu, dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa harga nikel dan CPO berpengaruh secara positif dan
permanen terhadap Indeks JII. Pengaruh positif ini disebabkan karena
perusahaan yang berbasiskan pada komoditas CPO dan nikel
mempunyai nilai kapitalisasi yang besar sehingga kenaikan pada
harga komoditas CPO dan nikel akan berpengaruh terhadap
pergerakan JII. Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian dari
Manurung (2008) yang meneliti pengaruh dari harga komoditas
terhadap Indeks harga saham, yang menunjukan hasil bahwa terdapat
hubungan positif antara pergerakan Indeks harga saham dengan
komoditas baik dari sisi harga maupun return.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa harga timah dan batubara juga mempengaruhi pergerakan JII
95
dalam jangka panjang, meskipun pengaruh yang diberikan bersifat
negatif. Hal ini berarti bahwa ketika harga komoditas tersebut
mengalami kenaikan akan menekan kinerja dari JII atau dengan kata
lain nilai JII mengalami penurunan. Pengaruh dari harga batubara
terhadap JII paling besar diantara harga komoditas lainnya, hal ini
disebabkan karena jumlah perusahaan berbasis batubara yang
termasuk dalam JII cukup banyak, sehingga pengaruh yang diberikan
juga besar.
Hasil dari analisis variance decomposition pada setiap variabel
dapat diringkas pada tabel berikut :
Tabel 4.19
Variance Decompotion IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap
Perubahan Harga Komoditas
Harga
Komoditas
IHSG LQ 45 JII
Minyak 0.4% - 1.5% 0.4% - 1.4% 0.0006 % - 1.4%
Emas 0.6% - 11.6% 0.9% - 12.9% 0.2% - 10.7%
Nikel 0.9% - 2.6% 0.9% - 2.2% 0.02% - 0.3%
Timah 0.3% - 5.8% 0.05% - 2.8% 0.0002 % - 0.4%
Batubara 2.5% – 1.8% 3.2% - 4.3% 3.5% - 12.8%
CPO 0.5% - 2.6% 0.5% - 2.7% 1.6% - 1.8%
96
Hasil analisis dari impulse response pada setiap variabel dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.20
Respon IHSG, Indeks LQ 45, dan JII Terhadap Harga Komoditas
Harga
Komoditas Respon IHSG Respon LQ 45 Respon JII
Kejutan
Minyak
Positif dan
dampaknya hilang
pada periode
keenam
Negatif pada
periode kelima
dan seterusnya
Negatif pada
periode kelima
dan seterusnya
Kejutan
Emas
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
Kejutan
Nikel
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
Kejutan
Timah
Negatif dan
permanen
Negatif dan
permanen
Negatif dan
permanen
Kejutan
Batubara
Negatif dan
permanen
Negatif dan
permanen
Negatif dan
permanen
Kejutan
CPO
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
Positif dan
permanen
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian Johansen cointegaration test, VAR (vector
autoregression), dan VECM (Vector error correction model) mengenai
pengaruh dari perubahan harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG,
Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode Januari 2005 sampai Desember 2009, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis variance decomposition, maka terlihat harga
minyak mentah hanya mampu berkontribusi terhadap variabilitas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0.3% sampai dengan
1.5%. Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam
menjelaskan variabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya
mampu menjelaskan sebesar 0.5% sampai dengan 2.6%. Pada periode
kedua harga nikel dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%.
dan mengalami peningkatan dalam jangka panjang yaitu sebesar 2.6%.
Hal ini menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga minyak
kelapa sawit dan nikel terhadap nilai IHSG adalah cukup besar.
Sementara itu, kontribusi harga timah dalam menjelaskan variabilitas
dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebesar 0.3%.
98
sampai dengan 5.8%. Kontribusi harga emas dalam menjelaskan
variabilitas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah mampu
menjelaskan sebesar 0.6% sampai dengan 11.59%. Hal ini menunjukan
bahwa fluktuasi dari nilai IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh harga
emas dan timah dibandingkan harga komoditas lainnya.
Berdasarkan analisis variance decomposition pada Indeks LQ 45,
maka terlihat harga minyak mentah hanya mampu berkontribusi
terhadap variabilitas Indeks LQ 45 sebesar 0.4% sampai dengan 1.3%.
Kontribusi harga nikel, timah, dan minyak kelapa sawit (CPO) pada
periode kedua dalam menjelaskan variabilitas dari Indeks LQ 45
adalah mampu menjelaskan sebesar 0.9%, 0.05%, dan 0.5%. Sampai
dengan 10 periode mendatang kontribusi harga nikel, timah, serta
minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan variabilitas Indeks LQ
45 hanya mampu menjelaskan sebesar 2.2%, 2.8%, serta 2.7%. Hal ini
menunjukan pengaruh yang diberikan oleh harga nikel, timah, dan
CPO terhadap Indeks LQ 45 adalah tidak terlalu besar.
Sementara itu, kontribusi harga batubara dalam menjelaskan
variabilitas dari Indeks LQ 45 adalah sebesar 3.2% sampai dengan
4.3%. Kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas dari
Indeks LQ 45 adalah mampu menjelaskan sebesar 12.88%. dalam
jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi dari Indeks LQ
45 lebih banyak dipengaruhi oleh harga emas dan batubara
dibandingkan harga komoditas lainnya.
99
Berdasarkan analisis variance decomposition pada Jakarta Islamic
Index (JII), maka terlihat kontribusi harga nikel dan timah dalam
menjelaskan variabilitas dari JII adalah hanya mampu menjelaskan
sebesar 0.02% dan 0.0002%. Sampai dengan 10 periode mendatang
kontribusi harga nikel dan timah dalam menjelaskan variabilitas JII
adalah sebesar 0.3 % dan 0.4%.
Kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dalam menjelaskan
variabilitas JII hanya mampu menjelaskan sebesar 1.5% sampai
dengan 1.8%. Pada periode kedua harga minyak mentah dalam
menjelaskan variabilitas dari JII adalah tidak mempunyai pengaruh dan
mengalami peningkatan dalam jangka panjang yaitu sebesar 1.4%. Hal
ini menunjukan kontribusi dari harga minyak kelapa sawit (CPO) dan
minyak mentah adalah sangat lemah dalam mempengaruhi pergerakan
nilai JII.
Sementara itu, kontribusi harga emas dalam menjelaskan variabilitas
dari JII adalah sebesar 0.2%. sampai dengan 10.72%. Kontribusi harga
batubara dalam menjelaskan variabilitas dari JII adalah mampu
menjelaskan sebesar 3.5% sampai dengan 12.8%. Hal ini menunjukan
bahwa fluktuasi dari nilai JII lebih banyak dipengaruhi oleh harga
emas dan batubara dibandingkan harga komoditas lainnya.
2. Berdasarkan analisis impulse response pada IHSG menunjukan bahwa
adanya shock harga minyak mentah direspon negatif oleh Indeks
Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang. Sedangkan hasil
100
impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan
nikel direspon positif dan permanen oleh Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Berdasarkan hasil analisis impulse response
lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga timah dan
batubara direspon negatif oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu,
hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga
CPO direspon positif dan permanen oleh Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Berdasarkan analisis impulse response pada Indeks LQ 45 menunjukan
bahwa adanya shock harga minyak mentah direspon negatif oleh
Indeks LQ 45 dalam jangka panjang. Sedangkan hasil impulse reponse
menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan nikel direspon
positif dan permanen oleh Indeks LQ 45. Berdasarkan hasil analisis
impulse response lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga
timah dan batubara direspon negatif oleh Indeks LQ 45 baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara itu, hasil impulse
reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga CPO direspon
positif dan permanen oleh Indeks LQ 45.
Berdasarkan analisis impulse response pada Jakarta Islamic Index (JII)
menunjukan bahwa adanya shock harga minyak mentah direspon
negatif oleh JII dalam jangka panjang. Sedangkan hasil impulse
reponse menunjukan bahwa adanya shock dari harga emas dan nikel
101
direspon positif dan permanen oleh JII Berdasarkan hasil analisis
impulse response lainnya menunjukan bahwa adanya shock dari harga
timah dan batubara direspon negatif oleh JII dalam jangka panjang.
Sementara itu, hasil impulse reponse menunjukan bahwa adanya shock
dari harga CPO direspon positif dan permanen oleh JII.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, mengenai
pengaruh perubahan harga komoditas dunia yang diwakili oleh minyak
mentah, emas, nikel, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO)
terhadap pergerakan Indeks harga saham, maka diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang memiliki minat pada
pasar modal :
1. Bagi lingkungan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya dibidang manajemen keuangan, khususnya
dengan memperhatikan pengaruh dari perubahan harga komoditas
dunia terhadap pergerakan IHSG, indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic
Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi
dan penyedia informasi bagi investor sehingga dalam melakukan
102
perdagangan dan transaksi di bursa dapat menjadi pertimbangan
sebelum melakukan investasi di pasar modal.
3. Bagi masyarakat
Penelitian bagi masyarkat secara umum diharapkan berguna sebagai
salah satu pengetahuan mengenai analisis pada pasar modal Indonesia.
C. Saran
Sebagai peneliti, penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian harus
selalu dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, karena manajemen
keuangan dan pasar modal Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu,
maka untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Sebaiknya variabel penelitian diperbanyak dan tidak terbatas pada pengaruh
dari perubahan harga minyak, emas, timah, nikel, batubara, dan CPO
terhadap IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).
2. Adanya keterbatasan Indeks harga saham yang digunakan sebagai objek
penelitian yang hanya menggunakan 3 indeks harga saham Indonesia, yaitu
IHSG, LQ 45, dan JII. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya agar
menggunakan indeks harga saham lainnya atau membandingkan dengan
indeks harga saham negara lain.
3. Pada penelitian ini hanya menggunakan 6 komoditas dari sektor
pertambangan dan perkebunan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan komoditas dari sektor lainnya yang juga merupakan
komoditas unggulan Indonesia.
103
4. Selain itu penulis juga mengakui masih banyak keterbatasan yang dimiliki.
Keterbatasan itu antara lain referensi yang kurang lengkap untuk
menunjang penelitian ini, sehingga masih banyak kekurangan untuk
mendukung teori ataupun justifikasi masalah yang diajukan.
104
DAFTAR PUSTAKA
Achenbach, George. “Gold Minning in Foreclosure Properties”, Fifth Edition,
Jhon Wiley&Sons Inc, New Jersey, 2003.
Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji. “Pengantar Pasar Modal”, Cetakan Kelima,
Rineke Cipta, 2006.
D Nachrowi, Nachrowi. “Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan”,
Fakultas Ekonomi Universias Indonesia, 2006.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. “Pasar Modal Indonesia :
Pendekatan Tanya Jawab”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Deriantino, Elis. “Oil Price and Industry Stock Return : Evidence from
Indonesia”, Jurnal Bank Indonesia, Agustus 2008.
Frensidy, Budi. “Analisis Pengaruh Aksi Jual Beli Asing, Kurs Dan Indeks Hang
Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta
Dengan Model GARCH”, Jurnal Universitas Indonesia, 2008.
Fusaro, Peter. “Energy Convergence (The Beginning of The Multi-Commodity
Market”, Jhon Wiley&Sons, Canada, 2002.
Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”, Cetakan Keempat, Mitra
Wacana Media, 2008.
Hammoudeh, Shawkat. “Pricing Risk, Oil and Financial Facotrs in Saudi Sector
Index Returns”, Journal of Saudi, 2004.
Houston, Brigham. “Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar
Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, 2009.
Huda, Nurul. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah”, Kencana Prenada Media
Group, 2007.
Irianto, Guntur. “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Mata Uang, dan Harga Emas
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ”, Journal Winners,
Volume 3, 2001.
J. Supranto. “Ekonometri”, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.
Madura, Jeff. “Financial Mangement”, Florida University Press, 1993.
105
Manurung, Haymans. “Pengaruh Komoditas Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan”, Jurnal Universitas Indonesia, 2008.
Miranti, Ermina. “Prospek Industri Batubara di Indonesia”, Economic Review
No. 124, 2008.
Modigliani, Franco. “Fundations of Financial Markets and Institutions”, Prentice
Hall Inc, Second Edition, 2000.
N. Gregorian, Greg. “Commodity Trading Advisors”, Jhon Wiley&Sons Inc, New
Jersey, 2004.
Nasarudin, Irsan. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, Edisi Pertama,
Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, 2008.
Neubergen, Anthony. “Gold Derivatives, The Market Impact”, London Busines
School, Center for Public Policy Studies, 2001.
Oktavia, Ana. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2007.
Pakasi, Alfred. “Commodity Online Trading In Futures & Options”, PT Elex
Media Komputindo Jakarta, 2008.
Pasaribu, Pananda “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008.
QuangDo, Giam. “Cointegration and Causality Among International Gold and
ASEAN Emerging Stock Markets”, Journal of Chiangmai University,
2009.
Rahmat, Matiur. “Influence Of Money Supply an Oil Price on U.S Stock Market”,
North American Journal of Finance and Banking Research, Volume 2,
2008.
Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori Dan Pasar Modal”, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Rotemberg, Julio J. “The Excess Co-Movement of Commodity Prices”, The
Economic Journal, Vol. 100, 2004.
Santoso, Budi. “Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Kurs, dan IHSG
Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN), 2009
106
Sekaran, Uma. “Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Untuk
Bisnis)”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Situmorang, Paulus. “Pengantar Pasar Modal”, Mitra Wacana Media Jakarta,
2008
Smith, Graham. “The Price Of Gold and Stock Price Indices For The United
States”, The Economic Journal, Vol 100, 2001.
Sofyan, Dr Hanafi. “Perdagangan Berjangka dan Ekspor Indonesia”, PT Elex
Media Komputindo, Edisi pertama, 2000.
Sujitno, Sutejo. “Sejarah Timah Indonesia”, Edisi pertama, PT Gramedia Pustaka
Utama, 2000.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi Kedua, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Surjadi, AJ. “Masalah Dampak Tingginya Harga Minyak”, European Commision
2006.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta, Edisi kedua, 2007.
Wiley, Jhon. “An Introduction to equity markets”, The Reuters Financial Training
Series, 2001.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”,
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta, 2007.
Yulfasni, Dr. “Hukum Pasar Modal”, Badan Penerbit IBLAM, 2005.
x
LAMPIRAN 1
1. Uji Stasioneritas data pada tingkat level
a) Uji stasioneritas IHSG
Null Hypothesis: IHSG has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.336089 0.6070
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b) Uji stasioneritas Indeks LQ 45
Null Hypothesis: LQ45 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.606304 0.4730
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c) Uji stasioneritas JII
Null Hypothesis: JII has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.314885 0.6171
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xi
d) Uji stasioneritas harga minyak
e) Uji stasioneritas harga emas
Null Hypothesis: EMAS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.087513 0.9622
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
f) Uji stasioneritas nikel
Null Hypothesis: NIKEL has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.770012 0.3915
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: MINYAK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.763831 0.0698
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xii
g) Uji stasioneritas timah
Null Hypothesis: TIMAH has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.092847 0.2483
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
h) Uji stasioneritas batubara
Null Hypothesis: BATUBARA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.284138 0.6314
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
i) Uji stasioneritas CPO
Null Hypothesis: CPO has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.929723 0.3167
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xiii
2. Uji Stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama
a) Uji stasioneritas IHSG
Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.349350 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b) Uji stasioneritas Indeks LQ 45
Null Hypothesis: D(LQ45) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.458013 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c) Uji stasioneritas JII
Null Hypothesis: D(JII) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.099985 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xiv
d) Uji stasioneritas harga minyak
Null Hypothesis: D(MINYAK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.294185 0.0011
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
e) Uji stasioneritas harga emas
Null Hypothesis: D(EMAS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.411014 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
f) Uji stasioneritas harga nikel
Null Hypothesis: D(NIKEL) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.704117 0.0003
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xv
g) Uji stasioneritas harga timah
Null Hypothesis: D(TIMAH) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.434593 0.0137
Test critical values: 1% level -3.552666
5% level -2.914517
10% level -2.595033
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
h) Uji stasioneritas harga batubara
Null Hypothesis: D(BATUBARA) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.882074 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
i) Uji stasioneritas harga CPO
Null Hypothesis: D(CPO) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.343223 0.0009
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
xvi
LAMPIRAN 2
1) Uji kointegrasi IHSG
Date: 06/03/10 Time: 15:26
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12
Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: IHSG MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO
Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.965654 556.5878 146.76 158.49
At most 1 ** 0.880821 374.5385 114.90 124.75
At most 2 ** 0.829337 259.6737 87.31 96.58
At most 3 ** 0.717368 164.1982 62.99 70.05
At most 4 ** 0.547172 95.96335 42.44 48.45
At most 5 ** 0.490226 53.18223 25.32 30.45
At most 6 ** 0.267336 16.79765 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
2) Uji kointegrasi Indeks LQ 45
Date: 06/03/10 Time: 15:27
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12
Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: LQ45 MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO
Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.973333 587.4391 146.76 158.49
At most 1 ** 0.897807 391.7261 114.90 124.75
At most 2 ** 0.831714 268.5578 87.31 96.58
At most 3 ** 0.741276 172.3250 62.99 70.05
At most 4 ** 0.542703 99.31732 42.44 48.45
At most 5 ** 0.524791 57.06657 25.32 30.45
At most 6 ** 0.268595 16.89054 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
xvii
3) Uji kointegrasi JII
Date: 06/03/10 Time: 15:28
Sample (adjusted): 2005M07 2009M12
Included observations: 54 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: JII MINYAK EMAS NIKEL TIMAH BATUBARA CPO
Lags interval (in first differences): 1 to 5
Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.993417 690.3841 146.76 158.49
At most 1 ** 0.921022 419.1295 114.90 124.75
At most 2 ** 0.861167 282.0457 87.31 96.58
At most 3 ** 0.699940 175.4235 62.99 70.05
At most 4 ** 0.595502 110.4198 42.44 48.45
At most 5 ** 0.483342 61.54389 25.32 30.45
At most 6 ** 0.380800 25.88367 12.25 16.26
Trace test indicates 7 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
xviii
LAMPIRAN 3
1) Analisis impulse response IHSG
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(IHSG)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(MINYAK)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(EMAS)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(NIKEL)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(TIMAH)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(BATUBARA)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(IHSG) to LOG(CPO)
Response to Cholesky One S.D. Innovations
xix
2) Analisis impulse response Indeks LQ 45
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
Response to Cholesky One S.D. Innovations
xx
3) Analisis impulse response JII
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(LQ45)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(MINYAK)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(EMAS)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(NIKEL)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(TIMAH)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(BATUBARA)
-.04
.00
.04
.08
.12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(LQ45) to LOG(CPO)
Response to Cholesky One S.D. Innovations
xxi
Vector Error Correction Estimates
Date: 06/10/10 Time: 20:19
Sample (adjusted): 2005M04 2009M12
Included observations: 57 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LOG(IHSG(-1)) 1.000000
LOG(MINYAK(-1)) -5.563516
(0.62746)
[-8.86670]
LOG(EMAS(-1)) 2.172757
(0.69914)
[ 3.10775]
LOG(NIKEL(-1)) 4.476211
(0.48304)
[ 9.26684]
LOG(TIMAH(-1)) -11.28694
(1.39363)
[-8.09895]
LOG(BATUBARA(-1)) 7.764343
(0.92254)
[ 8.41624]
LOG(CPO(-1)) 2.469790
(0.98194)
[ 2.51523]
C 14.14918
Vector Error Correction Estimates
Date : 06/10/10 Time 20.19
Sample (adjusted): 2005M04 2009M12
Included observations: 57 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1