analisis penerapan simral di badan perencanaan pembangunan
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN SIMRAL DI BADAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen
Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh :
DIAN PURNAMASARI DHAMAYANTI
NIM 6661120353
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2019
ABSTRAK
Dian Purnamasari Dhamayanti, NIM 6661120353, Skripsi. Analisis Penerapan
Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang. Pembimbing
I: Dr. Ayuning Budiati, MPPM. Pembimbing II: Anis Fuad, M.Si
Simral adalah sebuah sistem kepemerintahan yang berbasis (menggunakan)
elektronik tentang perencanaan pembangunan daerah, namun dalam penerapan simral
masih banyak hambatan yang menghambat proses penerapan simral di Kota Serang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan
simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, hambatan-
hambatan dalam pelaksanaannya dan bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan-
hambatan tersebut.Penelitian ini menggunakan Teori Richardus Eko Indrajit (2005) tentang
indikator penerapan e-government,yaitu: Content Development, Competency Building,
Connectivity, Cyber Laws, Citizen Interfaces, Capital dengan menggunakan metode
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Pelaksanaan penerapan simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang belum berjalan dengan baik dan maksimal,
karena keterbatasan SDM atau operator simral di Bappeda Kota Serang dan seluruh
Kecamatan Kota Serang, kurangnya pelatihan dan pengembangan kompetensi terhadap
seluruh operator dan ketersediaan infrastruktur yang kurang baik di Bappeda Kota Serang
dan seluruh Kecamatan Kota Serang.
Kata Kunci : Analisis, Simral, Penerapan.
ABSTRACT
Dian Purnamasari Dhamayanti, NIM 6661120353, Thesis. Application Of Simral
Analysis in Regional Development Planning Board Town Of Serang. Advisor I: Dr.
Ayuning Budiati, MPPM. Advisor II: Anis Fuad, M.Si
Simral is a national system that electronic-based (using) about planning regional
development, but in the application of simral are still many obstacles which hamper
the application of simral in the town of Serang. The purpose of this research is to
know how the implementation of the application of simral in the regional
development planning board town of Serang, obstacles in its implementation and how
efforts in overcoming these barriers. This research uses theories of Richardus Eko
Indrajit (2005) about the implementation of e-government indicators, namely:
Content Development, Competency Building, Connectivity, Cyber Laws, Citizen
Interfaces, using qualitative methods of Capital. Using data collection techniques of
observation, interview and documentation study. Data analysis using models, Miles
and Huberman, namely data collection, data presentation, data reduction and
verification. The implementation of the application of simral in the regional
development planning board Town of Serang has not been going well and the
maximum, because of lack of human resources or the operator simral in Bappeda
Serang and the entire subdistrict of Serang, lack of training and competency
development to all operators and the availability of the infrastructure was lacking
both in regional development planning board town of serang and the entire
subdistrict of serang.
Keywords: Analysis, Simral, Application.
Alhamdulillahi Robbil’lamin…
Terima kasih ya Allah
Selalu ada lebih banyak hal yang patut untuk di syukuri
daripada mengeluh
“Do the best and pray. God will take care of the rest “
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih
karunia Nya bagi penulis, sehingga segala usaha dan perjuangan yang dihadapi,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Simral di
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang”.
Skripsi ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh, M.Pd, Selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati,S.Sos, M.si, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman,Ssos, M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas
vii
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Arenawati, M.Si sekretaris Prodi Ilmu Adminsitrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik.
Terima kasih untuk setiap semangat, masukan dan bimbingannya selama ini.
9. Ibu Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai dosen pembimbing I. Terima Kasih
atas segala arahan, bimbingan serta masukan yang diberikan kepada penulis.
10. Bapak Anis Fuad, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terima Kasih atas
segala arahan, bimbingan serta masukan yang diberikan kepada penulis.
11. Teruntuk mama , papa dan adik yang senantiasa selalu memberikan semangat
dan dukungan tiada henti serta doa yang selalu engkau berikan kepada
penulis.
12. Teruntuk Satria Fratisna Senjaya yang selalu memberikan semangat dan doa
kepada penulis dan sekaligus partner terbaik.
13. Teruntuk Audi Setiawan yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
penulis
14. Untuk teman-teman sekaligus sahabat kelas A Administrasi Negara 2012
yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya. Fani Andiani, Utut Wulandari,
Etin Kurnia, Dilon Irna Yuansyah, Galih Hidayat Ramadhan yang selalu
mengingatkan dan member semangat bagi penulis sekaligus menemani
penulis dalam penelitian.
viii
15. Untuk seluruh keluarga Serikat Eksekutif Muda Untirta (SEMUT) Soffal
Yahsya, Gebi Ramadhan, Anggiananda B, Dina Prastyani, Kak Akmal
Alamsyah, Kak Ridwan dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan motivasi dan dukungan untuk penulis.
16. Untuk teman-teman “SahabatSurga” Bagus Pratama, Adie Nugraha, Qurotun
Aini, Nurman Ibrahim , Ayu Ratna, Ahmad Yuwafi, Guntur Alamsyah, Saban
Arifallah yang selalu member motivasi, dukungan dan membantu penulis.
17. Untuk sahabat-sahabat SMP penulis Lilis Junilah ,Lilip Apsari dan
Miratussolihat yang telah memberikan semangat dan dukungan untuk penulis.
18. Serta semua pihak yang telah membantu, mendoakan, dan memberikan
dukungan kepada peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
sempurnanya skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya untuk peneliti.
Serang, Januari 2019
Penulis
Dian P Dhamayanti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 10
1.3 Batasan Masalah........................................................................................ 11
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 12
x
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR
PENELITIAN
2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 16
2.1.1 Konsep E-Government .......................................................................... 16
2.1.1.1 Visi E-Government ................................................................. 23
2.1.1.2 Manfaat dan Tujuan E-Government........................................ 25
2.1.1.3 Penerapan E-Government ...................................................... 29
2.1.1.4 Dimensi E-Government ......................................................... 33
2.1.2 Konsep New Public Service .................................................................. 35
2.1.3 Konsep Perencanaan Pembangunan ...................................................... 39
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 44
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 46
2.4 Asumsi Dasar ............................................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................... 50
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................ 51
3.3 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 51
3.4 Fenomena yang Diamati ........................................................................... 52
3.4.1 Definisi Konsep .......................................................................... 52
3.4.2 Definisi Operasional................................................................... 53
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................................. 54
xi
3.6 Informan Penelitian ................................................................................... 55
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 57
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 57
3.7.2 Analisis Data ............................................................................. 62
3.7.3 Uji Keabsahan Data ................................................................... 65
3.8 Jadual Penelitian........................................................................................ 67
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...................................................................... 68
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Serang ................................... 68
4.1.2 Gambaran Umum Bappeda Kota Serang .................................. 70
4.1.2.1 Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Bappeda Kota
Serang ..................................................................................... 72
4.2 Deskripsi Data .......................................................................................... 76
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 76
4.2.2 Data Informan Penelitian .......................................................... 79
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 81
4.3.1 Content Development (Pengembangan Aplikasi) ..................... 83
4.3.2Competency Building (Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi
............................................................................................................. 88
4.3.3 Connectivity (Ketersediaan Infrastruktur) ................................. 92
4.3.4 Cyber Law (Kerangka dan Perangkat Hukum) ......................... 96
xii
4.3.5 Citizen Interfaces (Pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal
Akses .................................................................................................. 99
4.3.6 Capital (Permodalan) .............................................................. 105
4.4 Pembahasan ............................................................................................ 107
4.4.1 Content Development (Pengembangan Aplikasi ...................... 108
4.4.2Competency Building (Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi
........................................................................................................... 113
4.4.3 Connectivity (Ketersediaan Infrastruktur) ............................... 115
4.4.4 Cyber Law (Kerangka dan Perangkat Hukum ......................... 118
4.4.5 Citizen Interfaces (Pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal
Akses ................................................................................................ 121
4.4.6 Capital (Permodalan) .............................................................. 124
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 127
5.2 Saran-saran ............................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 54
Tabel 3.2 Informan Penelitian .................................................................................... 56
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ................................................................................. 60
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 67
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Serang Berdasarkan Kecamatan ................................ 69
Tabel 4.2 Informan Penelitian .................................................................................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Website Madani Plan .............................................................................. 6
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .................................................................................. 48
Gambar 3.1 Aktifitas Dalam Analisis Data ................................................................ 63
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bappeda Kota Serang ............................................. 75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Penelitian
2. Catatan Bimbingan Skripsi
3. Member Check
4. Data Musrenbang Kota Serang 2019
5. Matriks Sebelum Reduksi Data
6. Matriks Setelah Reduksi Data
7. Pedoman Wawancara
8. Lampiran Gambar / Dokumentasi Foto
9. UU tentang E-Government
10. Perwal tentang E-Government
11. Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana negara-negara di berbagai dunia
secara langsung maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi
antar masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan saat-saat
sebelumnya. Proses interaksi dan komunikasi antar negara-negara di dunia akan lebih
intens dibandingkan dengan apa yang selama ini terjadi. Globalisasi telah membuka
batasan antar negara yang selama ini berlaku terutama untuk hal-hal yang
berhubungan dengan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum akibat sedemikian
cepat dan akuratnya informasi mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Adanya globalisasi mengharapkan terwujudnya efisien dan efektif di berbagai
negara di dunia saat ini. Kemajuan teknologi dan komunikasi telah menjadikan
mobilitas orang, benda, dan informasi dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat
serta mampu menjangkau wilayah secara luas dan tanpa batas. Kemajuan
informatika, komunikasi dan teknologi menuntut perubahan pada pola dan cara
dilaksanakannya kegiatan di segala sektor, industri, perdagangan terutama
pemerintahan. Keterlibatan secara aktif dalam informasi, komunikasi dan teknologi
akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.
2
Pada saat ini penggunaan informasi, komunikasi dan teknologi telah berkembang
luas dan tidak terbatas pada bidang-bidang industri dan perdagangan saja, namun juga
bidang-bidang lainnya pertahanan, keamanan, pendidikan, sosial, tenaga kerja, dan
sebagainya. Penggunaan informasi, komunikasi dan teknologi sangat menguntungkan
apabila dibandingkan dengan sistem manual dan cara tradisional. Sehingga banyak
negara dan hampir seluruh negara di dunia telah menggunakan informasi,
komunikasi, dan teknologi dalam melaksanakan berbagai sistem di negaranya,
terutama yang terkait dengan sistem pemerintahan.
Negara Indonesia merupakan negara besar yang memiliki jumlah populasi
penduduk terbesar ke empat di dunia.Sebagai negara yang sedang berkembang,
negara dituntut untuk dapat mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi, terutama
perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat
dan semakin meluas.Berbagai perkembangan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi tidak hanya terjadi dalam bidang bisnis, ekonomi dan perbankan, tetapi
kini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah meluas pada bidang-
bidang lainnya, seperti bidang pemerintahan, pendidikan, pelayanan dan lain
sebagainya. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin luas diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan besar dalam
kehidupan pemerintahan, terutama dalam hal pelayanan kepada publik.Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah berbagai pelayanan sektor
publik sedemikikan rupa sehingga kegiatan pelayanan dan kegiatan lainnya dapat
3
dilakukan tanpa adanya tatap muka, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat lebih
efektif, efisien dan hemat biaya. (http://andra354.multiply.com/)
Kecanggihan teknologi telah diaplikasikan ke berbagai bidang kehidupan,
perekonomian, perindustrian, kesehatan, dan juga mencakup bidang pemerintahan
lainnya, yang mendukung diterapkannya efektivitas dan efisiensi pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Upaya pemerintah dalam mewujudkan tata
pemerintah yang baik (good governance) tidak lepas dari penggunaan teknologi,
informasi dan komunikasi oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dari segi politik, pelayanan publik merupakan salah satu tujuan
dibentuknya negara, yakni bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Di Indonesia tujuan dari dibentuknya pemerintahan negara dan juga
daerah di Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diantaranya adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
(http://lib.ui.ac.id)
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin
pesat dan potensi pemanfaatannya yang sudah sangat luas, hal tersebut dapat
membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi
secara cepat dan akurat. Selain itu perkembangan teknologi informasi juga dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pekerjaan mengolah, mengelola, menyalurkan,
serta menyebarkan informasi dan layanan publik. Hal itu juga akan menunjang
peningkatan hubungan antara pemerintah dan masyarakat umum. Oleh karena itu,
4
diharapkan pemerintah dapat segera melakukan proses pelaksanaan menuju e-
government.
Electronic Government (e-government) di Indonesia sudah diperkenalkan dan
dimulai melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Electronic Government yang menyatakan bahwa
pengembangan Electronic Government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Selain itu
juga e-government bertujuan untuk mendukung pemerintahan yang baik (good
governance). (Inpres No.3 Tahun 2003)
Sesuai dengan strategi nasional pengembangan pemerintahan elektronik di
Indonesia, pemerintahan elektronik harus mengarah pada empat hal, yaitu:
1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik (web
presence).
2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha (interaction)
3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-
lembaga negara (transaction).
4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja (transformation).
(Anwar, Khoirul, dan Asianti, 2004)
Pemerintah daerah dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan
antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula
5
peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
Namun pada kenyataanya kondisi penerapan e-government sangat bervariasi, ada
instansi pemerintahan yang sudah cukup maju dalam hal penerapan e-government,
tetapi masih banyak juga yang masih dalam taraf pengenalan. Oleh karena itu, dalam
hal ini pemerintah harus dapat mengupayakan agar semua instansi pemerintah dan
masyarakat luas maupun pelaku bisnis dapat mengenal dan menerapkan e-
government dalam berbagai kegiatan penyebaran informasi, proses pelayanan kepada
masyarakat dan lain sebagainya, sehingga dengan adanya hal tersebut berbagai
kegiatan pelayanan yang dilakukan dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta
hemat biaya dalam pelaksanaanya.
E-government merupakan sebuah langkah awal perubahan menuju perkembangan
dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pemerintahan,
terutama dalam hal pelaksanaan penyebaran informasi, pelaksanaan dan pelayanan
kepada masyarakat, yang tadinya dilakukan secara manual kini dengan adanya e-
government dapat dilakukan dengan media eletronik sehingga dapat mempermudah
proses pelayanan yang dilakukan. E-government merupakan awal dari perkembangan
pembangunan dalam bidang pemerintahan di Indonesia, namun sangat disayangkan
bahwa dalam pelaksanaanya masih banyak pengelola e-government yang masih
kurang memahami e-government dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
berbagai pengembangannya.
6
Salah satu instansi pemerintah di kota serang yang sudah menerapkan e-
government adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang. Hal itu
dimaksudkan untuk melakukan berbagai aktivitas kantor, antar instansi pemerintah
atau kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan
modernisasi administrasi dalam bidang perencanaan dan pembangunan. Berbagai
aktivitas yang dilakukan Bappeda Kota Serang di berbagai bidang/seksi sebagian
besar telah dilakukan dan menggunakan penerapan e-government.
Salah satu penerapan e-government di Bappeda adalah website Madani Plan
dengan domain www.madaniplan.commerupakan salah satu bentuk nyata bahwa
instansi ini sudah menerapkan e-government.
Gambar 1.1
Sumber: website Madani Plan Bappeda Kota Serang
7
Madani plan merupakan sistem informasi perencanaan daerah kota serang dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat, termasuk
di dalamnya peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan,
dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dibuatnya sistem madani plan ini
bertujuan untuk mempermudah jalannya sistem perencanaan dan pelaporan OPD di
lingkungan pemerintah Kota Serang dan tersusunnya suatu sistem informasi
perencanaan daerahsebagai penunjang e-government di pemerintah Kota Serang.
Awal dibuatnya web madani plan memiliki tiga sistem yaitu e-musrenbang, e-
planning dan e-monev. Masing – masing sistem ini memiliki fungsi yang berbeda
beda dalam proses perencanaan daerah Kota Serang yaitu, e-musrenbang sebagai
sistem penyusunan rancangan perencanaan pembangunan oleh Bappeda Kota Serang
dan instansi-instansi pemerintahan, kecamatan serta masyarakat. E-planning sebagai
sistem penyusunan RKPD dengan KUAPPAS dan e-monev sebagai proses
monitoring evaluasi guna memberikan informasi penting terkait serapan yang telah
dilakukan dalam proses pembangunan daerah.
Tetapi dimulai dari pertengahan tahun 2017 sistem web madani plan diubah
menjadi e-renstra, e-hibsos, dan simral. Perubahan sistem didalam web madani plan
ini atas dasar instruksi KPK langsung yang bertujuan agar suatu perencanaan dan
anggaran tidak menyimpang. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
dalam penerapan sistem baru pada web madani plan ini bekerja sama dan melakukan
mou dengan Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi (BPPT).
8
Sistem baru pada web madani plan saat ini terbagi menjadi tiga sistem yaitu , e-
renstra merupakan sistem yang tidak berbeda dengan sistem dalam web madani plan
sebelumnya hanya saja e-renstra dalam web madani plan saat ini sebagai sistem
perencanaan 5 tahunan. Lalu untuk tahun ini e-hibsos belum digunakan dan simral
mencakup tiga sistem pada madani plan sebelumnya seperti e-musrenbang, e-
planning dan e-monev. Dengan adanya e-renstra, e-hibsos dan simral dapat
mempermudah para instansi pemerintah dan masyarakat dalam melakukan
penyusunan perencanaan pembangunan lebih cepat, tepat, dan akurat dan
mempermudah dalam penyusunan dan penyampaian data.
Salah satu sistem web madani plan yaitu simral memberikan kemudahan kepada
OPD dan kecamatan dalam menyusun dokumen perencanaan, monitoring dan
evaluasi serta mempermudah dalam monitoring perkembangan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan OPD di lingkungan Kota Serang. Tetapi dalam pelaksanaan
perencanaan pembangunan dengan menggunakan sistem simral ada beberapa
permasalahan yang menghambat prose perencanaan yang akan dilakukan yaitu :
Pertama, sumber daya manusia yang seharusnya menjadi faktor utama dalam
penyusunan perencanaan di sistem simral terhitung masih kurang dan yang memiliki
keahlian kompetensi terkait penyusunan perencanaan melalui sistem simral pun
masih kurang. Di setiap kecamatan seharusnya pengelola atau penyusun perencanaan
maksimal 3 orang yang terdiri dari 2 operator dan kepala bidang perencanaan,
evaluasi dan pelaporan sebagai operator utama. Tetapi di seluruh kecamatan kota
serang jumlah operator hanya 1, itupun ada beberapa operator di kecamatan kota
9
serang yang belum mengerti terkait penyusunan perencanaan dalam sistem simral,
jadi untuk penyusunan perencanaan di kecamatan terkadang masih di pegang oleh
kepala bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan. Selain itu sumber daya manusia
di Bappeda Kota Serang terhitung masih kurang, Bappeda Kota Serang hanya
memiliki 2 operator saja yang seharusnya operator lebih dari 2 operator. Mengingat
banyaknya data yang masuk pada sistem simral dan rancangan penyusunan
perencanaan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang serta seluruh Kecamatan di
Kota Serang. (Sumber: berdasarkan observasi dan wawancara dengan operator
Bappeda Kota Serang Bidang Perencanaan , Pengendalian dan evaluasi Pembangunan
Daerah serta wawancara serta Kepala Bidang Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
seluruh Kecamatan di Kota Serang).
Kedua, kurang baiknya kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di seluruh
kecamatan Kota Serang. Hal ini dapat dilihat pada saat peneliti observasi di seluruh
Kecamatan Kota Serang sarana dan prasarana di setiap kecamatan seperti komputer,
mesin pencetak dan sarana lainnya sebagian besar dalam kondisi kurang baik. Hal ini
sangat di sayangkan karena kecamatan merupakan proses awal untuk mengajukan
data data perencanaan yang diusulkan oleh masyarakat melalui musrenbang.
Sehingga hal tersebut dapat menghambat kerja operator untuk menyusun perencanaan
pembangunan dan menginput data ke dalam sistem simral. (sumber: observasi pada
bulan maret 2017 dan juli 2018)
Ketiga, belum adanya persentase keberhasilan perencanaan pembangunan daerah
kota serang dengan menggunakan sistem simral. Hal ini sangat disayangkan karena
10
pembangunan kota serang melalui sistem simral sudah banyak yang terealisasi tetapi
Bappeda dan OPD yang terkait dalam menghitung persentase keberhasilan masih
harus dengan cara manual yang sangat tidak efektif dan efisien (sumber : wawancara
dan observasi dengan Kasubid Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang).
Atas dasar latar belakang pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan menulis Skripsi dengan judul: “Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa
masalah yang berkaitan dengan “Analisis Penerapan Simral di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Serang”. yaitu :
1. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan kompetensi
terkait penyusunan perencanaan di sistem simral .
2. Kurang baiknya kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di seluruh
kecamatan Kota Serang.
3. Belum adanya persentase keberhasilan perencanaan pembangunan daerah kota
serang dengan menggunakan sistem simral
11
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi ruang lingkup
permasalah pada dengan Analisis Penerapan Simral di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Serang.
.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap bentuk tindakan atau langkah yang terencana sudah mempunyai tujuan
tertentu, demikian pula halnya dengan penelitian yang peneliti lakukan ini, bertujuan
untuk mengetahui bagaimana Penerapan Simral di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini dapat dikatakan masing-masing sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Menambah ilmu pengetahuan penelitian yang dilaksanakan sehingga
memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu
12
administrasi negara khususnya dalam bidang perencanaan
pembangunan suatu daerah.
2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam mengenai penerapan e-government dalam perencanaan
pembangunan.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil dari penelitian ini berguna untuk memperdalam konsep
penerapan ilmu pengetahuan tentang e-government.
2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang dan instan pemerintah
yang dapat mempertimbangkan aspek negatif dan positifnya.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi
pembaca pada penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang
bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari
penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai,
Analisis Penerapan Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
tersusun sebagai berikut:
13
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai ruang
lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif (dari umum
ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah untuk
mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau
dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah ditetapkan sebagai
fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang
diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga membahas
mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi
peneliti, pembaca dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan
untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk
mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian
terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan
dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kesamaan atau perbedaan
dari masing-masing penelitian yang dilakukan.Selanjutnya, kerangka teori
menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam
penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.Ruang
lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian.Definisi variabel penelitian
yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrument penelitian
menjelaskan tentang proses penyusunan dan alat pengumpulan data. Informan
penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian.Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan
tentang teknik dan rasionalisasinya.Serta tentang jadwal yang memaparkan waktu
penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah dari
data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan sebagaimana
dengan penggunaan teori dalam penelitian ini.Selanjutnya data yang sudah dianalisis,
peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil
penelitian yang diharapkan.Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap
persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai
keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan
keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam
bidang yang menjadi obyek penelitian.
15
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan
penelitian.Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat,
jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.Selanjutnya, peneliti memberikan saran
yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti
secara praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.
16
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 LandasanTeori
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori dan menggunakan teori
yang mendukung dalam masalah ini, dimana teori yang digunakan akan menjadi
panduan dalam penelitian. Penelitian Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang akan di kaji dengan beberapa
teori dalam ruang lingkup Administrasi Publik untuk mendukung masalah
penelitian diantaranya yaitu: Konsep E-Government, Visi E-Government, Manfaat
dan Tujuan E-Government , Penerapan E-Government , Dimensi E-Government,
Konsep New Public Service dan Perencanaan Pembangunan serta untuk
melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam
penelitian ini.
2.1.1 Konsep E-Government
Definisi e-government begitu beragam, maka dari itu terlebih dahulu peneliti
akan mengkaji beberapa pandangan dari lembaga-lembaga pemerintahdan non-
pemerintah tentang ruang lingkup e-government, diantaranya :
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-government sebagai berikut:
“E-Government refers to the use by government agencies of information
technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile
computing) that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and other arms of government”. (E-government
mengarahkan untuk pengguna Teknologi Informasi oleh semua agen
17
Pemerintahan (seperti :Wide Area Networkatau WAN, Internet, mobile
computing) yang mempunyai kemampuan untuk mengubah hubungan
dengan masyarakat, bisnis, dan pihak-pihak yang terkait dengan
Pemerintahan).
UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan E-
Government secara lebih sederhana, yaitu “E-government is the application of
Information and Communication Techonology (ICT by government agencies”.
(E-government adalah Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh
pihak Pemerintah).
Selain itu, menurut Wibisono dan Sulistyaningsih, mendefinisikan e-
government sebagai :
“E-government is the use of ICT by government in its administration
processes and its service delivery. E-government refers to the use if ICT,
such as wide area network, the internet, and mobile computing, by
government agencies to improve their service.” E-government dipakai oleh
teknologi informasi dan komunikasi melalui pemerintahan di dalam proses
administrasi dan penghantar jasa. e-government suka dipakai oleh teknologi
informasi dan komunikasi, seperti wilayah jaringan yang luas, internet, dan
komputerisasi mobile, melalui agensi pemerintah untuk meningkatkan jasa
pelayanan”.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Electronic Government menyatakan bahwa
Pengembangan electronic government merupakan upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan electronic government
dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.
18
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang
berkaitan yaitu :
a. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses
kerja secaraelektronis.
b. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh
wilayahnegara.
Fattah yang menyatakan bahwa e-government (electronic government),
adalah suatu pemanfaatan teknologi informasi, baik internet maupun non-
internet, untuk menyediakan pelayanan yang lebih nyaman dan efisien terhadap
warga dan organisasi atas informasi dan pelayanan Pemerintah.
Holmes mengemukakan definisi e-government sebagai “Kegunaan teknologi
informasi untuk memberikan atau menyajikan pelayanan kepada publik dengan
lebih nyaman, berorientasi pada konsumen, mengefektifkan biaya, dan secara
keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari sebelumnya”.
Menurut O’Donnell mendefinisikan e-government sebagai:
“The use by public bodies of information and communication technologies
(ICTs) to deliver information and services to citizens, external
organizations, elected representatives and other stakeholders in such way as
to complement, replace or improve existing delivery systems,” (Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi oleh badan publik untuk mentransfer
informasi kepada masyarakat, organisasi luar, wakil golongan, para
pemangku kepentingan, dengan mengembangkan sistem penyampaian
informasi).
Sedangkan menurut Fang, Seifert, dan Bonham mendefinisikan e-
government merupakan “sebuah cara bagaimana pemerintah menggunakan
teknologi informasi khususnya aplikasi internet berbasis website, untuk
19
menyediakan akses yang mudah terhadap informasi pemerintah dan
menyediakan pelayanan publik, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintahan, serta melakukan transformasi hubungan pejabat publik dengan
masyarakat dan pelaku bisnis”.
Wicaksana mendefinisikan e-government sebagai upaya pemanfaatan dan
pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi dan cost effective
pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara
lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik secara lebih luas, dan
menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab
(accountable) serta transparant kepada masyarakat.
Sementara itu, menurut OECD (Organization Economic ofCommunity
Development), mendefinisikan e-government sebagai berikut:
“E-government is internet service delivery and other internet-based activity
such as e-consultation; e-government is equated to the use of ICT in
government with a focus on the delivery of services and processing and all
government activity; and, finally, e-government is the capacity to transform
public administration through the use of ICTs”. (E-government adalah
penghantar jasa internet dan kegiatan lainnya berdasarkan internet, seperti
e-konsultasi, E-government merupakan kesamaan kegunaan dari teknologi
informasi dan komunikasi dalam pemerintahan dengan fokus penghantar
jasa dan proses dan seluruh aktivitas pemerintahan; dan terakhir, E-
government merupakan kapasitas untuk mentransformasikan administrasi
publik melalui teknologi informasi dan komunikasi).
Lalu menurut Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank),
mendefinisikan e-government sebagai berikut :
“E-government adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien dan
penekanan biaya yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta
20
memberikan akses informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat
pemerintahan lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.
Menurut Heeks dalam Djunaedi (2002:49), e-government diartikan sebagai
pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik (good
governance). Lebih lanjut dijelaskan bahwa e-government mencakup:
1. E-administration : untuk memperbaiki proses pemerintahan dengan
menghemat biaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun
koneksi strategis dalam pemerintah sendiri, dan dengan menciptakan
pemberdayaan.
2. E-citizen & e-service: menghubungkan warga masyarakat dengan
pemerintah dengan cara berbicara dengan warga dan mendukung
akuntabilitas, dengan warga dan mendukung demokrasi, dan dengan
meningkatkan layananpublik.
3. E-society : membangun interaksi diluar pemerintah dengan bekerja
secara baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangkan masyarakat,
dengan membangun kerjasama dengan pemerintah, dan dengan
membangun masyarakatmadani.
Sosiawan mendefinisikan e-government sebagai “Proses pemanfaatan
teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem
pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam
pengertian e-government yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi
(salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu dan, yang kedua, tujuan
pemanfaatannya sehingga Pemerintahan dapat berjalan lebih efisien”.
Pengertian dari e-government sebenarnya tidak hanya sebatas pada pengertian
yang telah disebutkan di atas, karena masing-masing negara pun juga menerapkan
konsep e-government yang memiliki pengertian berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan dari negara tersebut. Adapun ada beberapa faktor yang
21
menjadi menyebabkan definisi e-government itu beragam. Diantaranya beberapa
prinsip sebagai berikut :
1. Konsep e-government memiliki prinsip-prinsip dasar yang umum, tetapi
karena setiap negara implementasi atau penerapannya berbeda-beda,
maka konsep e-government pun menjadi beraneka ragam;
2. Wahana aplikasi e-government sangatlah lebar mengingat sedemikian
banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang
berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi
dan transaksi;
3. Pengertian dan penerapan e-government di sebuah negara tidak dapat
dipisahkan dengan kondisi internal baik secara makro maupun mikro dari
negara yang bersangkutan, sehingga pemahamannya teramat sangat
ditentukan oleh sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi
ekonomi, dari negara yang bersangkutan.
Pemerintah Nevada menyatakan e-government sebagai berikut :
1. Online services that eradicate the traditional barriers that prevent
citizens and businesses from using government services and replace those
barriers with convenient access;
2. Government operations for internal constituencies that simplify the
operational demands e-government for both agencies and employees.
Pelayanan online menghilangkan hambatan tradisional untuk memberikan
kemudahan akses kepada masyarakat dan bisnis dalam memakai layanan
pemerintahan;
3. Operasional pemerintahan untuk konstitusi internal dapat disederhanakan
permintaan operasinya untuk semua agen pemerintah dan pegawainya).
Sementara itu, Pemerintah New Zealand mendefinisikan e-government
sebagai berikut :
“E-government is a way for government to use the new technologies to
provide people with more convenient access to government information
and services, to improve the quality of the services and to provide greather
apportunities to participate in our democratic institutions and processes”.
(E-government adalah sebuah cara bagi pemerintahan untuk menggunakan
sebuah teknologi baru untuk melayani masyarakat dengan memberikan
kemudahaan akses untuk pemerintah dalam hal pelayanan dan informasi
dan juga untuk menambah kualitas pelayanan serta memberikan peluang
untuk berpartisipasi dalam proses dan institusi demokrasi).
22
Nugroho menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam e-government (Stakeholders)
adalah sebagai pihak yang merasa memiliki kepentingan baik langsung maupun
tidak langsung terhadap penyelenggaraan e-government diantaranya :
1. Pemerintah
Pihak pertama yang menjadi stakehoder adalah pemerintah sendiri, baik
yang berada di tingkat pusat maupun daerah.
2. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan pusat dari tenaga ahli dan ilmu pengetahuan
diberbagai bidang dalam sebuah Negara.
3. Industri Swasta
Hasil riset dari perguruan tinggi biasanya dibeli dan dikembangkan oleh
industri untuk menghasilkan beragam produk teknologi informasi dan
komunikasi yang secara massal diproduksi dan diperdagangkan ke
berbagai pihak yang membutuhkan.
4. Lembaga Non-Komersial
Pihak keempat adalah berbagai lembaga non-komersial semacam Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), yayasan, perhimpunan, asosiasi, dan institusi
non-profit lainnya yang akan berfungsi sebagai pemantau dan evaluator
dari implementasi e-government.
5. Masyarakat
Dimana merupakan subyek penting yang pada akhirnya akan merasakan
manfaat e-government. Sehingga yang menilai berhasil atau tidaknya
sebuah implementasi e-government adalah masyarakat/pelanggan. Konteks
masyarakat ini pun dapat diperluas termasuk elemen lain di atas karena
elemen tersebut pun bernaung dalam sebuah Negara.
Gore dan Blair mengemukakan bahwa ada 6 manfaat yang diperoleh dengan
diterapkannya konsep e-government pada suatu negara, diantaranya :
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada stakeholdernya
(masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektifitas dan efisiensi diberbagai kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan partisipasi, kontrol, dan akultabilitas penyelenggaraan
3. pemerintah dalam rangka penerapan konsep good corporate
government;
4. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk
keperluan aktivitas sehari-hari;
5. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan;
6. Menciptakan lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan
23
tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan
berbagai perubahan global dan trendyang ada.
7. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik
secara merata dan demokratis.
Lain halnya, menurut Indrajit ada 4 konsep yang berlaku di dalam konsep e-
government itu sendiri, konsep-konsep tersebut yaitu :
1. Government to Citizen
Di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai potrofolio
teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan interaksi dengan masyarakat.
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah
negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Contohnya adalah proses
tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan pihak swasta.
3. Government to Government
Kebutuhan untuk berinteraksi antara satu pemerintah dengan
pemerintah lain setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang
berbau diploma semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar
kerjasama.
4. Government to Employees
Pada akhirnya, aplikasi e-government juga diperuntukan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai atau karyawan
pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan
masyarakat.
2.1.1.1 Visi E-Government
Kata “E-government” dapat diartikan secara beragam karena pada dasarnya
e-governmnet dapat menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk dan ruang
lingkup. Oleh karena itu adalah merupakan keharusan untuk mendefinisikan
secara jelas visi dari pengembangan e-government tersebut. Jika e-government
sebenarnya adalah suatu usaha penciptaan suasana penyelenggaraan pemerintahan
yang sesuai dengan obyektif bersama (shared goals) dari sejumlah komunitas
24
yang berkepentingan. Oleh karena itu visi yang dicanangkan juga harus
mencerminkan visi bersama dari para stakeholder yang ada,misalnya:
1. Memperbaiki produktivitas dan kinerja operasional pemerintah dalam
melayani pelanggannya.
2. Mempromosikan pemerintahan yang bersih dan transparan.
3. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui kinerja
pelayanan publik.
4. Menjamin terciptanya penyelenggaraan Negara yang demokratis, dan
lain sebagainya.
Menurut Indrajit (2004:11-13) mengemukakan bahwa visi e-government
yang baik akan berlandaskan pada empat prinsip utama,yaitu:
1. Prinsip pertama : Fokuslah pada perbaikan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat. Karena begitu banyaknya jenis pelayanan yang
diberikan pemerintah kepada masyarakatnya, maka harus dipikirkan
pelayanan mana saja yang menjadi prioritas.
2. Prinsip Kedua : Bangunlah sebuah lingkungan yang kompetitif. Yang
dimaksud dengan lingkungan yang kompetitif disini adalah bahwa misi
untuk melayani masyarakat tidak hanya diserahkan, dibebani, atau
menjadi hak dan tanggung jawab institusi publik (pemerintah) semata,
tetapi sektor swasta dan non-komersial diberikan pula kesempatan
untuk melakukannya. Bahkan tidak mustahil sektor-sektor ini akan
bersaing dengan pemerintah dalam upaya untuk memberikan yang
terbaik bagi masyarakat. Disini pemerintah harus mampu membuat
sebuah lingkungan kompetisi yang adil, obyektif, tidak memihak, dan
kondusif bagi tercapainya visi e-government.
3. Prinsip Ketiga: Berikan penghargaan pada inovasi, dan berilah ruang
kesempatan bagi kesalahan. Konsep e-government merupakan sebuah
pendekatan yang masih baru, dimana semua bangsa dan Negara sedang
melakukan eksperimen dengannya. Adalah merupakan suatu hal yang
normal jika dari sedemikian banyak program dalam portofolio e-
government di satu sisi diketemukan keberhasilan sementara di lain
pihak kerap dijumpai kegagalan, atau di satu pihak terlihat banyak
sekali pihak yang mendukung sementara di pihak lain yang
menentang juga tidak sedikit.
4. Prinsip Keempat: tekanan pada pencapaian efisiensi. Pemeberian
pelayanan dengan memanfaatkan teknologi digital atau internet tidak
selamanya harus menjadi jalur alternatif mendampingi kanal
konvensional karena pada saatnya nanti, terutama setelah mayoritas
masyarakat terbiasa menggunakankanal digital, jalur tradisional harus
dihapuskan agar pemerintah menjadi sangat efisien (secara signifikan
25
menurunkan total anggaran belanja Negara dan daerah).
2.1.1.2 Manfaat dan Tujuan E-Government
E-government memiliki banyak manfaat guna menunjang efektivtias dan
efisiensi pelayanan publik.Misuraca (2007) menyebutkan bahwa terdapat tiga
dimensi dalam melihat manfaat dari penerapan e-government, yaitu dimensi,
ekonomi, sosial, dan pemerintahan.
1. Dimensi ekonomi. Dalam hal ekonomi, manfaat e-government di
antaranya yaitu mengurangi biaya transaksi untuk kapasistas yang lebih
baik dengan target pelayanan, peningkatan cakupan dan kualitas
penyampaian pelayanan, meningkatkan kapasitas respon dalam mengatasi
permasalahan isu-isu kemiskinan dan meningkatkan pendapatan.
2. Dimensi sosial. Dalam hal sosial, manfaat e-government cukup beragam
mulai dari penciptaan lapangan kerja di sektor ketiga, peningkatan sistem
pendidikan dan kesehatan, penargetan yang lebih baik atas pelayanan
pemerintah, peningkatan kapasistas dalam penyediaan keselamatan dan
keamanan. Pada banyak kasus manfaat- manfaat ini dapat dievaluasi
dalam istilah-istilah politik dan dapat dikuantifikasi dalam istilah
keuangan.
3. Dimensi pemerintahan. Dalam hal pemerintahan, manfaat e- government
dapat meningkatkan tercapainya good governance dalam hal peningkatan
keterbukaan, transparansi, akuntabel atau demokratis dibandingkan
pemerintahan yang konvensional. E-government juga dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga dapat mengokohkan
sistem demokrasi yang ada.
Dan secara umum menurut Indrajit (2005:157) penerapan e-government
diberbagai negara yang dikaji mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas layanan masyarakat, terutama dalam hal
mempercepat proses dan mempermudah akses interaksi masyarakat.
2. Meningkatkan transparansi pemerintahan dengan memperbanyak akses
informasi publik.
3. Meningkatkan pertanggung jawaban pemerintah dengan menyediakan
lebih banyak pelayanan dan informasi, serta menyediakan kanal akses
baru kepada masyarakat.
26
4. Mengurangi waktu, uang, dan sumber daya lain baik di sisi pemerintah
maupun pihak - pihak yang terlibat dengan memperpendek proses
pemberian layanan.
Al Gore dan Tony Blair secara bersemangat menjelaskan manfaat yang
dapat diperoleh dengan adanya e-government, yaitu :
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-
nya (masyarakat, kalangan usahawan, dan industri), terutama dalam hal
kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai kehidupanbernegara.
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep good corporate
governance.
3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk
keperluan aktivitassehari-hari.
4. Memberikan peluang pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan yang baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat menjawab
berbagai permasalahan yang dihadapi secara cepat dan tepat sejalan
dengan perubahan global dan tren yangada.
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak yang lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan kebijakan publik secara merata
dan demokratis.
Inpres No.03 Tahun 2003 pemanfaatan teknologi informasi pada
umumnya ditinjau dari sejumlah aspek sebagai berikut :
1. E-leadership, aspek ini berkaitan dengan prioritas dan inisiatif negara di
dalam mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi.
2. Infrastruktur jaringan informasi, aspek ini berkaitan dengan kondisi
infrastruktur telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup, dan biaya
jasa akses.
3. Pengelolaan informasi, aspek ini berkaitan dengan kualitas dan
keamanan pengelolaan informasi, mulai dari pembentukan, pengolahan,
penyimpanan, sampai penyaluran dandistribusinya.
27
4. Lingkungan bisnis, aspek ini berkaitan dengan kondisi pasar, sistem
perdagangan, dan regulasi yang membentuk konteks bagi
perkembangan bisnis teknologi informasi, terutama yang
mempengaruhi kelancaran aliran informasi antara pemerintah dengan
masyarakat dan dunia usaha, antar badan usaha, antara badan usaha
dengan masyarakat, dan antarmasyarakat.
5. Masyarakat dan sumber daya manusia, aspek ini berkaitan dengan
difusi teknologi informasi didalam kegiatan masyarakat baik
perorangan maupun organisasi, serta sejauh mana teknologi informasi
disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses pendidikan
Untuk membangun e-government sesuai dengan tujuannya, yaitu
memberikan kualitas layanan yang lebih baik kepada masyarakat, Booz Allen
dan Hamilton menyarankan 8 (delapan) strategi pelaksanaan e-government:
1. Perencanaan strategis secara keseluruhan. Kombinasikan antara
perencanaan dari sisi strategis dan detail operasionalnya di lapangan.
Perencanaan akan membantu proses implementasi baik dari sisi
pengembangan teknologi maupun kesiapan sumberdaya.
2. Harus ada struktur tanggung jawab yang jelas untuk menjamin
pelaksanaan dan implementasi sesuai rencana. Struktur dan tanggung
jawab ini disesuaikan dengan kemampuan dan tanggung jawab kerja
setiap departemen selamaini.
3. Bangun rencana aksi jangka panjang. Rencana aksi jangka panjang
termasuk perencanaan strategis, aksi operasional dilapangan hingga
parameter kesuksesan. Implementasi dari sisi teknologi hampir pasti
memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan, dan faktor lain yang perlu
dipikirkan adalah pembiayaan dalam jangkapanjang.
4. Perbandingan pelaksanaan e-government secara internasional. Dengan
melakukan proses perbandingan, akan lebih memudahkan bagi proses
adaptasi dan penyusunan perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi
secaralokal.
5. Standarisasi dalam berbagai hal. Standarisasi ini menyangkut prosedur
dan juga pembangunan sistem aplikasi. Karena e-government akan
melibatkan berbagai sektor dan departemen dalamp emerintahan,
standarisasi menjadi faktor mutlak agar memudahkan interaksi berbagai
aplikasi dan memungkinkan adanya pertukaran data.
6. Orientasi pada pengguna. Tidak bisa dipungkiri, bahwa e-government
membutuhkan partisipasi penuh dari masyarakat sebagai pengguna. Oleh
karena itu pengembangan sistem informasi yang akan dilaksanakan
28
haruslah berorientasi pada kemudahan dan kenyamanan masyarakat
dalam menggunakannya.
7. Integrasi dan keterlibatan penuh dari staf dan seluruh pegawai. Mereka
perlu mendapatkan pelatihan yang memadai, dan ada insentif yang
diukur berdasarkan kesuksesan pelaksanaan e-government di lapangan.
Keterlibatan pegawai menjadi mutlak karena sebaik apapun sistem
aplikasi yang dijalankan tidak akan mempunyai manfaat penuh tanpa
keterlibatanmereka.
8. Kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. E-
Government adalah proyek yang sangat besar yang membutuhkan
partisipasi dari berbagai kalangan. Pemerintah akan sulit menjalankan
program e-government tanpa partisipasi penuh dari masyarakat. Karena
itu kerjasama dengan berbagai pihak terutama yang terkait secara teknis
perlu dilakukan.
Dari beberapa penjelasan mengenai manfaat e-government di atas, dapat
dijelaskan bahwa e-government bermanfaat guna menunjang efektifitas dan
efisiensi dalam pelayanan publik yang dilakukan dan memperbaiki kualitas
pelayanan pemerintah kepada masyarakat atau stakeholder-nya. E-Government
juga dapat meningkatkan tercapainya good governance dalam hal peningkatan
keterbukaan, transparansi, akuntabel atau demokratis dibandingkan
pemerintahan yang konvensional.
E-government juga dapat memberikan kemudahan pelayanan yang lebih
baik kepada masyarakat, karena dengan adanya e-government dapat lebih
memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan pemerintah dan yang diperoleh
oleh masyarakat karena dapat mengefisienkan dan mengefektifkan berbagai
kesulitan dan prosedur yang berbelit yang selama ini sering masyarakat hadapi.
29
2.1.1.3 Penerapan E-Government
Penerapan e-government di tingkatan pemerintah daerah membutuhkan
sinergi antara Depkominfo dan Depdagri untuk mewujudkannya.
Pelaksanaannya di daerah biasanya dilakukan oleh Dinas Kominfo di tiap
kabupaten/kota. Dukungan semua pihak diperlukan baik dari kalangan swasta,
masyarakat, dan pemerintah daerah sendiri. Hal tersebut di kemukakan oleh
Andrianto, (2007:226-227).
Menurut Nugroho (2007:47) tahapan perkembangan penerapan e-
government di Indonesia dibagi menjadi 4 (empat) tahap, yaitu:
1. Web Presence (memunculkan website daerah di internet, dalam tahap
ini, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam
website pemerintah).
2. Interaction (website daerah yang menyediakan fasilitas interaksi antara
masyarakat dan pemerintah daerah, dalam tahap ini, informasi yang
ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download dan komunikasi
pelayanan publik daripemerintah).
3. Transaction (website daerah yang selain memiliki fasilitas interaksi
dilengkapi dengan fasilitas transaksi pelayanan publik dari pemerintah).
4. Transformation (dalam hal ini pelayanan pemerintah meningkat secara
terintegrasi, tidak hanya menghubungkan pemerintah dengan masyarakat
tetapi juga dengan organisasi lain yang terkait (pemerintah ke antar
pemerintah, sektor non pemerintah, sektor swasta).
Selain itu menurut Indrajit (2005:18) paling tidak ada 6 (enam) komponen
penting yang harus dilakukan dalam penerapan e-government, masing-masing
adalah :
1. Content Development, menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat
lunak), pemilihan standard teknis, penggunaan bahasa pemograman,
spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interfaces, dan lain
sebagainya.
30
2. Competency Building, menyangkut pelatihan dan pengembangan
kompetensi maupun keahlian jajaran sumber daya manusia di berbagai
lini pemerintahan.
3. Connectivity, menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan
teknologi informasi di lokasi dimana e-government di terapkan.
4. Cyber Laws, menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum
yang telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e-
government.
5. Citizen Interfaces, menyangkut pengadaan sdm atau pengembangan
berbagai kanal akses (multy access channels) yang dapat digunakan oleh
seluruh masyarakat dan stakeholder e-government dimana saja dan
kapan saja mereka inginkan.
6. Capital, menyangkut pola pemodalan proyek e-government yang
dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai
dilakukan seperti untuk keperluan pemeliharaan atau perkembangan,
disini tim harus memikirkan jenis-jenis model pendapatan (revenue
model) yang mungkin untuk diterapkan di pemerintah.
Sosiawan menjelaskan tentang beberapa rekomendasi alternatif untuk
memecahkan permasalahan hambatan-hambatan dalam penerapan e-
government, yaitu:
1. Untuk memecahkan hambatan dibidang regulasi dan pedoman
penyelenggaraan situs website pemerintah daerah maka pemerintah pusat
perlu membuat master plan dan grand strategi e-government yang
dituangkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah beserta
petunjuk pelaksanaan teknisnya karena implementasi membutuhkan
tindakan dan penyediaan sarana dan bukan hanya konsep belaka.
2. Untuk memecahkan hambatan sdm maka perlu dilakukan pendidikan
dan pelatihan sdm di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang
terintegrasi.
3. Dalam hal keterbatasan sarana dan prasarana, maka diperlukan suatu
kerja sama dengan pihak swasta khususnya provider ITC dalam bentuk
kerjasama terpadu yang tentunya menguntungkan ke dua belah pihak.
4. Untuk mengatasi belum meratanya literacy masyarakat tentang
penggunaan e-govenrment maka diperlukan strategi sosialisasi kepada
masyarakat yang dilakukan beberapa tahap, yaitu sosialisasi kepada
pimpinan lembaga pemerintahan, memberikan penekanan dalam
sosialisasi e-government di kalangan para pimpinan tentang manfaat
yang bisa diperoleh dari penggunaan ITC dalam tata pemerintahan, dan
31
memberikan brand awareness kepada para masyarakat luas tentang
manfaat dan kegunaan bentuk-bentuk layanan dalam e-government.
Lalu Indrajit (2005:157) secara umum penerapan e-government diberbagai
negara yang dikaji mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas layanan masyarakat, terutama dalam hal
mempercepat proses dan mempermudah akses interaksi masyarakat.
2. Meningkatkan transparansi pemerintahan dengan memperbanyak akses
informasi publik.
3. Meningkatkan pertanggung jawaban pemerintah dengan menyediakan
lebih banyak pelayanan dan informasi, serta menyediakan kanal akses
baru kepada masyarakat.
4. Mengurangi waktu, uang, dan sumber daya lain baik di sisi pemerintah
maupun pihak-pihak yang terlibat dengan memperpendek proses
pemberian layanan.
Sedangkan menurut United Nation dalam Budiati (2004:21), menyatakan
bahwa ada 7 (tujuh) faktor kunci di dalam penerapan e-government, yaitu:
1. Legal framework, berkaitan dengan produk hukum dan keberadaan
peraturan-peraturan yang member arah dan mendorong pemanfaatan e-
government.
2. Infrastructure, berkaitan dengan sarana prasarana yang mendukung
pemanfaatan e-government.
3. The strength of human capital, berkaitan dengan pengadaan sdm dalam
mendukung pelaksanaan e-government.
4. Coordination, berkaitan dengan koordinasi yang ada dalam mendukung
pelaksanaan e-government.
5. Privacy, salah satu prinsip yang penting karena menyangkut
kepercayaan masyarakat terhadap data-data dan informasi yang mereka
berikan. Adanya privacy yang terlindungi akan memberikan rasa aman
pada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan online sekaligus
mendorong partisipasi yang lebih besar dari mereka.
6. Security, aspek keamanan berhubungan dengan bagaimana dokumen,
file, dan berbagai informasi hanya bisa diakses oleh orang yang berhak.
Aspek keamanan data menjadi faktor penting dalam pengembangan e-
32
government, karena kalau saja informasi atau data disalahgunakan maka
akan menjadi gejolak negatif yang tak diinginkan.
7. Civil service, berkaitan dengan servis yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat melalui pemanfaatan e-government.
Selain itu menurut Indrajit (2005:7-10) menyatakan bahwa ada sejumlah
faktor penentu yang patut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
tingkat kesiapan sebuah daerah untuk menerapkan e-government, yaitu:
1. Infrastruktur Telekomunikasi, dalam level pelaksanaannya, perangkat
keras seperti komputer, jaringan dan infrastruktur akan menjadi faktor
teramat sangat penting dalam penerapan e-government. Secara ideal
memang harus tersedia infrastruktur yang dapat menunjang target atau
prioritas pengembangan e-government yang telah disepakati. Namun
secara pragmatis harus pula dipertimbangkan potensi dan kemampuan
atau status pengembangan infrastruktur telekomunikasi di lokasi terkait.
2. Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI oleh pemerintah, dengan
mengamati sejauh mana pemerintah saat ini telah memanfaatkan
beraneka ragam teknologi informasi dalam membantu kegiatan sehari-
hari akan tampak sejauh mana kesiapan mereka untuk menerapkan
konsep e-government.
3. Kesiapan Sumber Daya Manusia di Pemerintah, yang akan menjadi
“pemain utama” atau subjek didalam inisiatif e-government pada
dasarnya adalah manusia yang bekerja di lembaga pemerintahan,
sehingga tingkat kompetensi dan keahlian mereka akan sangat
mempengaruhi performa penerapan e-government. Semakin tinggi
tingkat information technology literacy SDM di pemerintah, semakin
siap mereka untuk menerapkan konsep e-government.
4. Ketersediaan Dana dan Anggaran. Sangat jelas terlihat bahwa sekecil
apapun inisiatif e-government yang akan diterapkan, hal itu
membutuhkan sejumlah sumber daya finansial untuk membiayainya.
Pemerintah daerah tertentu harus memiliki jaringan yang cukup
terhadap berbagai sumber dana yang ada dan memiliki otoritas untuk
menganggarkannya. Harap diperhatikan bahwa dana yang dibutuhkan
tidak sekedar untuk investasi belaka, namun perlu pula dianggarkan
untuk biaya operasional, pemeliharaan, dan pengembangan di
kemudianhari.
5. Perangkat Hukum, karena konsep e-government sangat terkait dengan
usaha penciptaan dan pendistribusian data/informasi dan hak cipta
intelektual, misalnya, akan merupakan hal yang perlu dilindungi oleh
undang-undang atau peraturan hukum yang berlaku.
33
6. Perubahan Paradigma, Pada hakikatnya penerapan e-government
merupakan suatu proyek change management yang membutuhkan
adanya keinginan untuk mengubah paradigma dan cara berfikir.
Perubahan paradigma ini akan bermuara pada dibutuhkannya kesadaran
dan keinginan untuk mengubah cara kerja, bersikap, perilaku, dan
kebiasaan sehari-hari. Jika para pimpinan dan karyawan di
pemerintahan tidak mau berubah, maka dapat dikatakan bahwa yang
bersangkutan belum siap untuk menerapkan konsep e-government.
2.1.1.4 Dimensi E-Government
Booz Allen dan Hamilton dalam satu studinya bersama Berstelment
Foundation mengenalkan apa yang disebut sebagai balanced e-government
scorecard sebagai alat ukur performa pemerintahan yang menerapkan e-
government. Terdapat lima dimensi dalam balanced e-government scorecard
yang masing-masing dijabarkan dalam berbagai kriteria secara lebih detil.
Kelima dimensi itu adalah: manfaat, efisiensi, partisipasi, transparansi, dan
manajemen perubahan.
Dimensi pertama yaitu dimensi manfaat berhubungan dengan kualitas dan
kuantitas layanan yang diberikan dan bagaimana masyarakat mendapatkan
manfaat dari layanan tersebut.yang termasuk dalam kriteria ini adalah :
1. Cakupan layanan yang sudah diimplementasikan.
2. Bagaimana layanan tersebut bisa diakses dalam one stop shop dari satu
portal menuju berbagailayanan.
3. Kemudahan penggunaan dalam mendapatkan layanantersebut.
Dimensi kedua yaitu efisiensi berhubungan dengan bagaimana teknologi
bisa mempercepat proses dan meningkatkan kualitas layanan. Kriteria dalam
efisiensi, diantaranya:
34
1. Ketersediaan arsitektur proses, aplikasi, dan database yang bisa berjalan
baik ketika dibutuhkan.
2. Perencanaan sumber daya dan keuangan secara baik.
3. Pemanfaatan platform teknologi informasi dan teknologi secara
maksimal pada keseluruhan aspek.
4. Kualitas dan ruang lingkup pelatihan bagi para staf dan pegawai.
Dimensi ketiga yaitu partisipasi yang berhubungan dengan pertanyaan
apakah layanan yang diberikan memberikan kesempatan yang luas kepada
masyarakat untuk memberikan partisipasi dalam penyampaian pendapat dan
proses pengambilan keputusan. Beberapa kriteria dalam hal ini, diantaranya:
1. Akses langsung masyarakat terhadap orang yang berkepentingan
melaluiweb.
2. Pertimbangan terhadap umpan balik dan keinginanmasyarakat.
3. Pengaruh dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Kemungkinan untuk memperdebatkan topik yang menyangkut
masyarakat umum (tersedianya fasilitas chatting, forum,milis).
Dimensi keempat yaitu transparansi. Apakah pemerintah dalam hal ini
mendorong keterbukaan informasi menuju proses transparan dalam pemerintahan.
Kriteria transparansi, diantaranya:
1. Banyaknya informasi yang dikeluarkan pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan (misalnya konferensi pers, release hasil rapat
kabinet, danlain-lain).
2. Informasi status permohonan aplikasi yang diajukan masyarakat. Apakah
masyarakat misalnya bisa menanyakan dan mengetahui secara langsung
apakah permohonan aplikasinya disetujui atautidak.
3. Topicality ofinformation
Dimensi kelima, manajemen perubahan. Ini terkait dengan proses
implementasi apakah ada proses review yang jelas dan dikelola dengan baik.
Kriteria dalam hal ini, diantaranya:
35
1. Strategi pengembangan, misalnya seberapa besar implementasi
melibatkan perbandingan dan studi kasus dengan implementasi di
tempatlain. 2. Kualitas kontrol dan review. 3. Keterlibatan dan motivasi dari pegawai.
2.1.2 Konsep New Public Service
New Public Service adalah paradigma yang berdasar atas konsep-konsep
yang pada hakikatnya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.Peran dari
pemerintah adalah mengolaborasikan antara nilai-nilai yang ada sehingga
kongruen dan sesuai kebutuhan masyarakat.Sistem nilai dalam masyarakat adalah
dinamis sehingga membutuhkan pelayanan yang prima dari pemerintah.
Perspektif new public service membawa angin perubahan dalam
administrasi publik. Perubahan ini pada dasarnya menyangkut perubahan dalam
cara memandang masyarakat dalam proses pemerintahan, perubahan dalam
memandang apa yang dimaksud dengan kepentingan masyarakat, perubahan
dalam cara bagaimana kepentingan tersebut diselenggarakan, dan perubahan
dalam bagaimana administrator publik menjalankan tugas memenuhi kepentingan
publik. Perspektif ini mengedepankan posisi masyarakat sebagai warga negara
dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan.Perspektif ini membawa upaya
demokratisasi administrasi publik. Pelayanan kepada masyarakat merupakan tugas
utama bagi administrator publik sekaligus sebagai fasilitator bagi perumusan
kepentingan publik dan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.Perspektif ini
juga mengakui bahkan menuntut adanya partisipasi masyarakat dalam berbagai
jenjang pemerintahan, termasuk daerah.
36
Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt memberikan model alternatif
yang disebut dengan new public service, dimana model new public service ini
menurut Janet dan Robert Dendhardt menekankan pada empat pemikiran post -
positivism, yaitu teori democratic citizenship, model of community and civil
society atau model komunitas dan masyarakat sipil (masyarakat madani),
organizational humanism and new public administration atau humanisme
organisasi dan new public administration, dan terakhir post modern public
administration.
Model kewarganegaraan demokratik memandang warga negara bukan
sebagai entitas dan objek sistem hukum yang diatur dan dikendalikan oleh hak
dan kewajiban legal. Teori ini menempatkan warga negara sebagai aktor politik
aktif yang berpotensi mempengaruhi sistem politik.Negara ada, menurut
pandangan ini untuk menjamin hak warga negara membuat pilihan sesuai dengan
kepentingannya dengan aturan tertentu.
Sementara model community and civil society beragumen bahwa komunitas
- komunitas yang plural harus dijaga dari dominasi kelompok atau sistem, agar
identitasnya tetap terlindungi. Namun pluralism etnis misalnya, jangan pula
menimbulkan konflik sehingga untuk mengatasinya, diperlukan pembentukan
koalisi besar, mediasi dan negosiasi. Karena itu, menurut Gardner komunitas
harus dicirikan dengan “caring, trust, and teamwork” (Denhardt dan Denhardt,
2007 : 33).
Dari sudut politik, mereka merasa tak berdaya karena negara telah
tersandera oleh kepentingan asing, pengusaha, dan politik atau kepentingan partai,
37
kelompok, dan birokrasi. Pada organizational humanism and new public
administration, merupakan gerakan intelektual yang tidak puas dengan asumsi
dasar OPA dan NPM. Gerakan administrasi publik baru, sangat dipengaruhi oleh
paradigm kritis, konstruktivis, dan interpretif dalam yang bermuara pada
paradigma humanistic atau post-positivism. Mereka berasumsi, ilmu - ilmu sosial
berbeda dengan ilmu alam.Dari sudut aksiologis, ilmu tidak bisa dilepaskan dari
nilai. Realitas, secara epistimologis adalah hasil konstruksi bersama antara peneliti
dengan yang diteliti. Tujuan ilmu bukan menjelaskan, mengontrol dan
meramalkan melainkan pemahaman dan dengan tujuan untuk melakukan
transformasi sosial yang lebih adil dan demokratis. Karena itu, administrasi publik
baru ini disebut sebagai “dialectial organization” atau “consociated model”
dimana dijelaskan Denhardt dalam bukunya in shadow of organization.
Pemikiran berikutnya dari paradigm new public service adalah “post
modernism” yang mengubah pandangan dari kajian organisasi yang bebas nilai
menjadi value-bound. Studi tentang administrasi publik didekati dengan
pendekatan yang kini lebih sensitif terhadap nilai, bukan hanya fakta, sensitif
terhadap makna subjektif manusia, bukan hanya perilaku objektif dalam setting
interaksi sosial yang dinamis. Cara pandangan pendekatan ini adalah “government
must increasing be based on sincere and open discourse among all parties,
including citizens and administrators”, para pendukung teori posmo punya
perhatian yang menekankan pada wacana (discourse) yang membuka proses inter-
subjektivitas manusia dalam konteksi dinamika organisasi.
38
Paradigma New Public Service mengandung karakteristik berikut, (1),
helping citizens articulate and meet their shared interests. (2), building a
collective, shared notion of the public interest. (3), acting democratically through
collective efforts and collaborative processes. (4), serving citizens, not customers.
(5), paying attention to statutory and constitutional law, community values,
political norms, professional standars and citizen interest. (6) Valuing people, not
just productivity. (7) valuing citizenship and public service above
entrepreneurship.
Menurut Denhardt (2003), the new public service memuat ide pokok
sebagai berikut:
1. Serve citizen, not customers (Melayani Warga Negara, bukan customer)
Kepentingan publik adalah hasil dari sebuah dialog tentang pembagian
nilai dari pada kumpulan dari kepentingan individu. Oleh karena itu,
aparatur pelayanan publik tidak hanya merespon keinginan pelanggan
(customers) tetapi lebih fokus pada pembangunan kepercayaan dan
kolaborasi dengan antar warga negara.
2. Seek the public interest (Mengutamakan Kepentingan Publik)
Administrasi publik harus memberi kontribusi untuk membangun sebuah
kebersamaan,membagi gagasan dari kepentingan publik, tujuan nya adalah
tidak untuk menemukan pemecahan yang cepat yang dikendalikan oleh
pilihan-pilihan individu, lebih dari itu, adalah kreasi dari pembagian
kepentingan dan tanggung jawab.
3. Value citizenship over enterpreneurship (Kewarganegaraan lebih berharga
daripada Kewirausahaan)
Kepentingan publik adalah lebih di majukan oleh komitmen aparatur
pelayanan publik dan warga negara untuk membuat kontribusi lebih berarti
dari pada oleh gerakan para menejer swasta sebagai bagian dari
keuntungan publik yang menjadi milik mereka.
4. Think strategically, act democracally (Berpikir Strategis, Bertindak
Demokratis)
Pertemuan antara kebijakan dan program agar bisa di capai secara lebih
efektif dan berhasil secara bertanggung jawab mengikuti upaya bersama
dan proses-proses kebersamaan
5. Recognized that accountability is not simple (Tahu kalau Akuntabilitas
Bukan Hal Sederhana).
Aparatur pelayanan publik seharusnya penuh perhatian lebih baik dari
39
pada pasar.Mereka juga harus mengikuti peraturan perundangan dan
konstitusi nilai-nilai masyarakat, norma-norma politik, standar-standar
profesionaldan kepentingan warga negara.
6. Serve rather than stee (Melayani Ketimbang Mengarahkan)
Semakin bertambah penting bagi pelayanan publik utnuk menggunakan
andil, nilai kepemimpinan mendasar dan membatu warga
mengartikulasikan dan mempertemukan kepentingan yang menjadi bagian
mereka lebih dari pada perusahaan untuk mengontrol atau mengendalikan
masyarakat pada petunjuk baru.
7. Value people, not just productivity (Menghargai Manusia, Bukan Sekedar
Produktivitas)
Organisasi publik dan kerangka kerjanya dimana mereka dimana mereka
berpatisipasi dan lebih sukses dalam kegiatannya kalau mereka
mengoperasikan sesuai proses kebersamaan dan mendasarkan diri pada
kepemimpinan yang hormat pada semua orang.
2.1.3 Konsep Perencanaan Pembangunan
Mark Turner dan David Hulme Mendefinisikan perencanaan pembangunan
adalah proses modernisasi perubahan menyeluruh dari masyarakat tradisional atau
pra modern kebentuk penguasaan teknologi dan perubahan organisasi sosial
masyarakat dengan ciri meningkatkan kesejahteraan ekonomi, stabilisasi politik
seperti dunia barat.
Coralie Bryant dan Louise G. White mendefinisikan Perencanaan
Pembangunan sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa
depan mempunyai beberapa implikasi. Pertama ; Memberikan perhatian terhadap
kapasitas, terhadap apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua ; mencakup keadilan, perhatian yang
berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah belah masyarakat dan
mengurangi kapasitasnya. Ketiga ; Penumbuhan kuasa dan wewenang dalam
40
pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang
tertentu maka mereka akan menerima manfaat pembangunan.
Ciri-ciri perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1996) diuraikan
sebagai berikut :
a. Suatu perencanaan pembangunan adalah usaha yang diceminkan dalam
rencana untuk mencapai perkembangan social ekonomi yang tetap (steady
social economy growth). Hal ini dicerminkan oleh dalam usaha
peningkatan produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi
yang positif. b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapatan
perkapita. Laju petumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi
dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan
pendapatan per kapita. c. Usaha mengadakan perubahan struktur ekonomi yang mendorong
peningkatan struktur ekonomi agraris menuju struktur industri. d. Adanya perluasan kesempatan kerja e. Adanya pemerataan pembangunan yang meliputi pemerataan pendapatan
dan pembangunan antara daerah. f. Adanya usaha pembinaan lelmbaga ekonomi masyarakat yang lebih
menunjang kegiatan pembangunan. g. Upaya membangun secara bertahap dengan berdasar kemampuan
sendiri/nasional. h. Usaha terus menerus menjaga stabilitas ekonomi. i. Jenis Perencanaan (Conyers & Hills) j. Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)
Menurut Todaro (1986) dalam buku Perencanaan Pembangunan : Model dan
Metode, perencanaan (pembangunan) ekonomi merupakan usaha secara sadar dari
suatu organisasi pusat untuk mempengaruhi, mengarahkan, serta dalam beberapa
hal, bahkan mengendalikan perubahan dalam variable-variabel ekonomi yang
utama (misalnya : PDB, konsumsi, investasi, tabungan dll).
Perencanaan pembangunan nasional dari perspektif “top down” atau “central
approach” bisa dideskripsikan sebagai berikut (LAN, 1993 dalam buku Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia) :
41
1. Rencana Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang dalam pembangunan nasional sebelum era
reformasi dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang merupakan Ketetapan MPR.
2. Rencana Jangka Menengah
Pada Pola Umum Pelita digariskan tujuan, prioritas dan arah
kebijaksanaan pembangunan secara umum dan dalam bidang-bidang serta
sektor-sektor.
3. Rencana Pembangunan Daerah
Dari rencana jangka menengah (Repelita) diadakan pembagian kedalam
sektor-sektor pembangunan, maupun kedalam rencana pembangunan
wilayah-wilayah / propinsi.
4. Rencana Pembangunan Tahunan
Perencanaan pembangunan tahunan tercermin dalam APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara). Perencanaan tahunan merupakan
penjabaran dari Repelita.
Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7) menyatakan bahwa perencanaan
pembangunan dapat diartikan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-
alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-
fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian
kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun
nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”.
Sjafrizal (2009;15) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan
merupakan cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat,
terarah, dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan.
Karena itu perencanaan pembangunan hendaklah bersifat implementif (dapat
dilaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan).
Kemudian ML Jhingan (1984) seorang ahli perencanaan pembangunan
bangsa india memberikan definisi yang lebih kongkrit mengenai perencanaan
pembangunan tersebut, yaitu perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah
merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh
42
suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan
tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.
Glasson (1974:5) mengemukakan bahwa “major features of general
planning include a sequence of actions which are designed to solves problems in
the future”. Jadi perencanaan dalam pengertian umum adalah menyangkut
serangkaian tindakan yang ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan.
Glasson kemudian menetapkan urutan langkah-langkah sebagai berikut:
1. The identification of the problem
2. The formulation of general goals and more specific and measurable
objectives relating to the problem
3. The identification of possible constraints
4. Projections of the future situation
5. The generation and evaluation of alternative course of action, and the
production of preferred plan, which in generic form may include any policy
statement of strategy as well as a definitive plan.
Untuk kebutuhan perencanaan wilayan di Indonesia, apa yang dikemukakan
Glasson masih perlu di perluas. Perencanaan wilayah-wilayah di Indonesia
setidaknya memerlukan unsur-unsur yang urutan atau langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan baik jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang.
2. Tetapkan visi, misi dan tujuan umum. Visi misi dan tujuan umum haruslah
merupakan kesepakatan bersama sejak awal.
3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang.
4. Proyeksikan berbagai variabel yang terkait, baik yang bersifat controllable
(dapat dikendalikan) maupun non-controllable (diluar jangkauan
pengendalian pihak perencanaan)
5. Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktut
ertentu, yaitu berupa tujuan yang dapat diukur.
6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternative untuk mencapai sasaran
tersebut. Dalam mencari alternative perlu diperhatikan keterbatasan dan
faktor produksi yang tersedia.
43
7. Memilih alternatif yang terbaik termasuk menentukan berbagai kegiatan
pendukung yang akan di laksanakan.
8. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area (wilayah)
pembangunan dimana terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah
menurut Riyadi, Deddy Supriadi Bratakusumah (2004:7) menyatakan bahwa
perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan yang
dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik bagi suatu
komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah/daerah
tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang
ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetapi tetap
berpegang pada azas prioritas.
Sedangkan oleh Affandi Anwar dan Setia Hadi dalam Riyadi (2004:8)
mengatakan perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu proses
atau tahapan pengarahan kegiatan pembangunan disuatu wilayah tertentu yang
melibatkan interaksi antara sumber daya manusia dengan sumberdaya lain,
termasuk sumber daya alam dan lingkungan melalui investasi.
Jenssen (1995) merekomendasikan bahwa perencanaan pembangunan harus
memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks, sehingga prosesnya harus
memperhitungkan kemampuan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia,
sumber daya fisik, sumber daya alam, keuangan, serta sumber-sumber daya
lainnya.
44
Ciri-ciri pembangunan daerah menurut Riyadi, Deddy Supriadi
Bratakusumah (2004:9) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum
2. Analisis perencanaan bersifat makro/luas
3. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah
dan panjang
4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal,
namun tetap memiliki spesifikasi masing-masing yan jelas
5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan
pembangunan jangka pendek (1 tahunan)
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian “Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang”.Peneliti melakukan peninjauan
terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi
maupun tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini.Peneliti
mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian yang
dilakukan.
Pertama, penelitian dilakukan oleh Siti Mutia Nurcahyani Liputo salah satu
mahasiswi Universitas Hasanudin Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu
Administrasi yang berjudul Penerapan E-Government Kelurahan di Kantor
Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakukkan Kota Makasar Tahun 2015.
Tujuan dari peneliti ini adalah mengetahui efektivitas penerapan E-Government
dan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapa e-government di
Kelurahan di Kantor Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakukkan Kota
Makasar. Peneliti ini menggunakan teori Gibson sebagai pedoman melakukan
penelitian ini dan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
45
deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan e-government di Kantor
Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakukkan Kota Makasar sudah berjalan
cukup maksimal, dengan adanya pelayanan dengan sistem e-government lebih
menghemat waktu dan biaya serta sarana prasarana pun sudah cukup baik karena
didukung oleh pemerintah Kota Makasar, hanya saja belum ada perangkat hukum
dimana belum ada perauturan tertulis terkait e-government di tersebut. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Siti Mutia Nurcahyani Liputo dengan peneliti
adalah sama-sama meneliti terkait penerapan e-government sedangkan perbedaan
nya adalah locus penelitian serta teori yang digunakan oleh kedua belah pihak.
Kedua, penelitian dilakukan oleh Aditya Wijaya salah satu mahasiswa
Universitas Negeri Semarang Fakultas Hukum yang berjudul Penerapan E-
Government di Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang. Tujuan dari peneliti ini
adalah mengetahui proses penerapan e-government dan kendala yang
menghambat proses penerapan e-government di Sekretariat Daerah Kabupaten
Semarang. Peneliti ini menggunakan UU No.28 Tahun 1999 dan UU No.14
Tahun 2008 sebagai pedoman melakukan penelitian dan peneliti menggunakan
metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah
penerapan e-government di Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang belum
berjalan dengan maksimal karena tidak adanya perhatian dari pemerintah dan
keterbatasan sumber daya finansial , sumber daya manusia dan infrastruktur
teknologi informasi. Persamaan Aditya Wijaya dengan peneliti adalah sama-sama
meneliti terkait penerapan e-government sedangkan perbedaanya adalah teori
yang digunakan dan locus penelitian dari kedua belah pihak.
46
2.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang diteliti.
Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model
penelitian.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan Simral di Kota Serang
yang kurang maksimal. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: (1) Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki
keahlian dan kompetensi terkait penyusunan perencanaan di dalam sistem simral
dalam website madani plan. (2) Kurang baiknya kondisi sarana dan prasarana
yang tersedia di seluruh kecamatan Kota Serang. (3) Belum adanya persentase
keberhasilan perencanaan pembangunan daerah kota serang dengan menggunakan
sistem simral. Untuk mengetahui Strategi apa yang sudah dilakukan dalam
penerapan Simral di Kota Serang, maka peneliti menggunakan indikator
penerapan e-government menurut Indrajit untuk membantu peneliti dalam meng-
eksplorasi hal-hal terkait penelitian, dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai
kemungkinan alternatif strategi apa saja yang dapat dijalankan dalam pelaksanaan
penerapan simral sehingga meningkatnya keberhasilan Bappeda dalam penerapan
47
Simral di Kota Serang. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
48
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
Sumber: peneliti, 2018
Permasalahan:
1. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan kompetensi
terkait penyusunan perencanaan di simral.
2. Kurang baiknya kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di seluruh
kecamatan Kota Serang.
3. Belum adanya persentase keberhasilan perencanaan pembangunan daerah kota
serang dengan menggunakan sistem simral
1.
Indikator penerapan e-government menurut Indrajit (2005:18) :
1. Content Development (pengembangan aplikasi)
2. Competency Building (pelatihan dan pengembangan kompetensi)
3. Connectivity (ketersediaan infrastuktur komunikasi)
4. Cyber laws (kerangka dan perangkat hukum)
5. Citizen interfaces (pengadaan sdm dan pengembangan kanal akses)
6. Capital (pola permodalan)
Untuk mengetahui Bagaimana Badan
Perencanaan Pembangunan Kota Serang dalam
penerapan simral di Kota Serang
Terwujudnya Penerapan Simral yang baik dalam
perencanaan pembangunan daerah di Bappeda
Kota Serang
49
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan hasil dari penelitian berdasarkan kajian pustaka dan
kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan pada kerangka
pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah melakukan observasi awal
terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian mengenai
Analisis Penerapan Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
masih perlu dilakukan kajian ulang oleh berbagai stakeholder di Bappeda Kota
Serang dengan instansi terkait dan seluruh Kecamatan yang berada di Kota Serang,
karena penerapan simral di kota simral belum berjalan dengan optimal/belum
terlaksana dengan baik.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian mengenai Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif. Moleong (2006:6) Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Satori(2010: 25) Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan
penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan
kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan
dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.
Dalam penelitian mengenai Analisis Penerapan Simral di Bappeda Kota
Serang ini, pendekatan penelitian kualitatif dapat berperan sebagai media yang
dapat menjelaskan suatu fenomena secara umum dan dapat dideskripsikan dengan
kalimat-kalimat, data-data dan lain sebagainya antara fenomena yang terjadi
dengan fakta-fakta yang didapat dilapangan secara tepat.
51
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan sebagai dasar pengumpulan data sehingga tidak
terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman dan cara
pandang terhadap karya ilmiah ini, maka maksud dan fokus penelitian terhadap
penulisan karya ilmiah ini adalah Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang. Dengan dilihat dari indikator
penerapan e-government yaitu: Content Development (pengembangan aplikasi),
Competency Building (pelatihan dan pengembangan kompetensi), Connectivity
(ketersediaan infrastruktur komunikasi), Cyber Laws (kerangka dan perangkat
hukum), Citizen Intefaces (pengadaan sdm dan pengembangan kanal akses),
Capital (pola permodalan).
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Serang.Penentuan lokasi penelitian ini dengan alasan bahwa yang berwenang dan
menangani urusan Simral adalah Bidang Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Serang. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Peneliti merasa tertarik
dengan pelaksanaan penerapan e-government dalam bidang Perencanaan
Pembangunan Kota Serang, dimana dalam sistem simral tersebut dapat terkait
dengan berbagai OPD di Kota Serang.
52
3.4 Fenomena yang Diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian terkait Analisis
Penerapan Simral di Badan Perancanaan Pembangunan Daerah Kota Serang.
Adapun teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Richardus Eko Indrajit
yang menjelaskan bahwa dalam penerapan e-government terdiri dari 6 (enam)
indikator, yaitu:
1. Content Development, menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat
lunak), pemilihan standard teknis, penggunaan bahasa pemograman,
spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain
sebagainya. Competency Building, menyangkut pelatihan dan
pengembangan kompetensi maupun keahlian jajaran sumber daya
manusia diberbagai lini pemerintahan.
2. Competency Building, menyangkut pelatihan dan pengembangan
kompetensi maupun keahlian jajaran sumber daya manusia di berbagai
line pemerintahan.
3. Connectivity, menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan
teknologi informasi di lokasi dimana E-Government di terapkan.
4. Cyber Laws, menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum
yang telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas E-
Government.
53
5. Citizen Interfaces, menyangkut pengadaan sdm atau pengembangan
berbagai kanal akses (multy access channels) yang dapat digunakan oleh
seluruh masyarakat dan stakeholder E-Government dimana saja dan
kapan saja mereka inginkan.
6. Capital, menyangkut pola pemodalan proyek E-Government yang
dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai
dilakukan seperti untuk keperluan pemeliharaan atau perkembangan,
disini tim harus memikirkan jenis-jenis model pendapatan (revenue
model) yang mungkin untuk diterapkan di pemerintah.
Sehingga dapat menghasilkan output dengan terwujudnya penerapan
Simral yang baik dalam perencanaan pembangunan daerah di Bappeda Kota
Serang.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep atau variabel
penelitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator
penelitian.Biasanya menggunakan tabel matriks, indikator, dan nomor pertanyaan
sebagai lampirannya. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
54
Tabel 3.1
Definisi operasional
Dimensi
Indikator
Sub indikator
Manajemen
strategi
Bappeda Kota
Serang dalam
Penerapan
Simral di Kota
Serang
Content Development 1. Pengembangan sistem
2. Standarisasi sistem
Competency Building
1. Pelatihan dan
pengembangan kompetensi
sdm
Connectivity
1. Ketersediaan infrastruktur
penunjang
2. Standarisasi infrastruktur
Cyber laws 1. Dasar hukum
2. Kekuatan dasarhokum
Citizen interfaces 1. Pengadaan sdm
2. Kualitas sdm
Capital pola
1. Ketersediaan anggaran
2. Sumber anggaran
Sumber : Peneliti, 2018
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian mengenai Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, yang menjadi instrument utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai
55
sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.Seperti
pendapat Nasution dan Sugiyono (2008:223) yaitu:
‘’Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalahnya, focus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjan penelitian
itu. Dalam keadaan yang pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan
hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya.’’
3.6 Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
menentukan key informant (informan kunci) atau situasi sosial tertentu yang sarat
informasi sesuai dengan focus penelitian. Penentuan key informan menurut Morse
dalam Denzim (2009 : 290) disebut pemilihan the primary selection (partisipan
pertama), yaitu pemilihan secara langsung memberi peluang bagi peneliti untuk
menentukan sampel dari sekian informan yang langsung ditemui. Sedangkan jika
peneliti tidak dapat menentukan partisipan secara langsung, sebagai cara alternatif
peneliti dapat melakukan pemilihan secondary selection (informan kedua).
Dalam penelitian yang dilakukan yang akan menjadi informan peneliti
adalah Kepala Sub Bidang Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah Bappeda Kota Serang dan Operator Simral, Sekretaris
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang dan Operator serta Teknisi
Diskominfo Kota Serang yang dapat member informasi tentang bagaimana
penerapan simral di kota serang serta pengembangan sistem simral. Kepala
Bidang Anggaran Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang yang
56
dapat member informasi terkait anggaran pada proses penerapan simral.
Kemudian informan pendukung (secondary informan) yaitu seluruh kecamatan
yang berada di Kota Serang untuk member petunjuk dan dapat dijadikan sumber
data dan informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian.
Untuk mengetahui informan dalam penelitian ini, maka berikut ini akan
diuraikan daftar informan yang berkaitan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No Informan penelitian
Kode
informan
Keterangan
1.
Kepala Sub Bidang Perencanaan
Pembangunan Bappeda Kota
Serang
I1 Key Informan
2.
Operator Simral Bidang
Perencanaan Pembangunan
Bappeda Kota Serang
I2 Key Informan
3.
Kepala Bidang Layanan E-
Government Dinas Komunikasi
dan Informatika Kota Serang
I3 Key Informan
4.
Teknisi Bidang Layanan E-
Government Dinas Komunikasi
dan Informatika Kota Serang
I4 Key Informan
57
5.
Kepala Sub Bidang Penyusunan
APBD Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kota
Serang
I5 Key Informan
6. Kecamatan Cipocok Jaya I6-1
Secondary
Informan
7. Kecamatan Curug I6-2
Secondary
Informan
8. Kecamatan kasemen I6-3
Secondary
Informan
9. Kecamatan Serang I6-4
Secondary
Informan
10. Kecamatan Taktakan I6-5
Secondary
Informan
11. Kecamatan Walantaka I6-6
Secondary
Informan
Sumber : Peneliti, 2018
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Daftar penelitian ini data yang dikumpulan berupa data primer dan data
sekunder.Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan
atau perilaku orang-orang yang diamati dari hasil wawancara serta observasi.
58
Sedangkan data-data sekunder yang di dapatkan berupa dokumen tertulis, gambar,
dan foto-foto.
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari
beberapa teknik, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung darai sumbernya
(informan penelitian) dan masih bersifat mentah karena belum diolah atau
diinterprestasikan sifat dan kualifikasinya. Data ini diperoleh melalui cara:
a. Observasi
Pengamatan secara langsung dengan sumberdaya. Observasi
diklasifikasikan melalui dua cara, yaitu berperan serta dan tidak berperan
serta, observasi tanpa peran serta, peneliti hanya melakukan pengamatan,
sedangkan observasi berperan serta selain mengamati, peneliti masuk
dalam kehidupan objek penelitiannya.Adanya keterbatasan waktu
menyebabkan peneliti hanya menggunakan teknik observasi tanpa peran
serta atau hanya mengamati.
b. Wawancara
Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam
karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti oleh
responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informasi cenderung
menjawab apabila diberi pertanyaan dan informan dapat menceritakan
sesuatu yang terjadi dimasa silam dan masa mendatang.
59
Dalam penelitian kualitatif wawancara dilakukan secara mendalam
wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur dimana peneliti dalam pengumpulan datanya
disesuaikan dengan keadaan dan pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti
percakapan sehari-hari. Wawancara dilakukan dengan caramempersiapkan
terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutukan yaitu sampel informan,
kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan
terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti
terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian
b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai
c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara
d. Mempersiapkan pencatat data wawancara
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan
untuk melakukan wawancara dengan menghindari rasa curiga informan untuk
memberikan keterangan dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-
keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya
kembali dalam bentuk kalimat.
Dalam sebuah wawancara tentu dibutuhkan suatu pedoman. Pedoman
wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan dan
memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan
informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah disusun yaitu sebagai berikut :
60
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No Indikator Sub Indikator Pertanyaan
Kode
Informan
1. Content
Development
1. Pengembangan sistem
2. Standarisasi sistem
1. Apakah ada
pengembangan yang di
lakukan terhadap sistem
simral?
2. Siapakah yang
melakukan
pengembangan
sistemsimral ?
3. Kapan pengembangan
sistem simral dilakukan ?
4. Bagaimana kualitas
pengembangan sistem
simral yang telah di
lakukan ?
5. Bagaimana standarisasi
sistem simral ?
I1, I2,I3,I4,
2. Competency
Building
1. Pelatihan dan
kompetensi sdm
1. Pelatihan apa saja yang
telah di lakukan oleh
Bappeda Kota Serang ?
2. Kapan sajakah Bappeda
Kota Serang melakukan
pelatihan pengembangan
sdm ?
3. Bagaimana kualitas sdm
setelah mengikuti
pelatihan dan
pengembangan sistem
simral?
I1, I2,I4, I6-1,
I6-2, I6-3, I6-
4, I6-5, I6-6
3. Connectivity 1. Ketersediaan
infrastruktur
penunjang
1. Bagaimana ketersediaan
infrastruktur yang
tersedia di Bappeda Kota
Serang dan Kecamatan ?
2. Bagaimana kualitas
infrastruktur yang
tersedia di Bappeda Kota
Serang dan kecamatan ?
3. Apakah infrastuktur yang
I1, I6-1, I6-2,
I6-3, I6-4, I6-
5, I6-6
61
2. Standarisasi
infrastruktur
tersedia sudah memenuhi
standarisasiyang di
butuhkan oleh pelaksana
penerapan simral?
4. Langkah apa yang
dilakukan jika
infrastruktur sistem
simral yang tersedia
rusak ?
4. Cyber laws 1. Dasar hukum
2. Kekuatan dasar
hokum
1. Apa saja hukum yang
mendasari penerapan
sistem simral ?
2. Bagaimana kekuatan
hukum yang mendasari
sistem simral ?
I1, I3
5. Citizen Interfaces 1. Pengadaan sdm
2. Kualitas sdm
1. Kapan pengadaan sdm
atau pelaksana penerapan
simral dilakukan ?
2. Bagaimana proses
pengadaan sdm yang
dilakukan ?
3. Bagaimana
pengembangan kanal
akses dilakukan?
I1, I2, I3, I4,
I6-1, I6-2, I6-
3, I6-4, I6-5,
I6-6
6. Capital 1. Ketersediaan
anggaran
2. Sumber anggaran
1. Bagaimanakah
ketersediaan anggaran
yang dialokasikan untuk
pelaksanaan penerapan
sistem simral ini?
2. Dialokasikan untuk apa
sajakah anggaran dalam
penerapan simral ?
3. Berasal darimanakah
anggaran yang digunakan
untuk penerapan sistem
simralini ?
I1, I3,I5
Sumber : Peneliti,2018
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui kegiatan studi
literature atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.
62
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang diperoleh dari berbagai reverensi relevan dengan penelitian yang
dijalankan, dan teknik ini berdasarkan text books dan jurnal ilmiah.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulandata
melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang
menjadi objek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan,
gambar, laporan hasil pekerjaan, serta berupa foto atau dokumen
elektronik (rekaman).
3.7.2 Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif analisis data yang dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Adapun teknis analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti
pada gambar berikut :
63
Gambar 3.1
Aktifitas Dalam Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman.
Berdasarkan gambar diatas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berkelanjutan, berulang dan terus menerus.Masalah reduksi data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran dari keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegaiatan analisis yang saling susul menyusul.Namun dua hal
lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.
Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan
melakukan pengumpulan data. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan
peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah
yang ada di lapangan.
2. Reduksi Data
Data
collecting
Data
display
Data
reduction Verification
64
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam bentuk uraian
laporan yang lengkap dan rinci.Data dan laporan lapangan kemudian
direduksi, dirangkum dan dipilih hal yang pokok, difokuskan untuk yang
terpenting kemudian dicari tema atau polanya (proses penyuntingan,
pemberian kode, dan pentabelan).Reduksi data dilakukan secara terus-menerus
selama penelitian berlangsung.Dalamtahap ini data yang telah dikumpulkan
dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar
diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian.
2. Display Data
Display Data atau penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah
bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari data penelitian. Data-data yang diperoleh setelah dipilah
lalu disisikan untuk sortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai
permasalahan yang dihadapi.
3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles &
Huberman adalah penarikan kesimpulandan verifikasi.Dari permulaan
pengumpulan data peneliti mulai mencari arti dari hubungan mencatat
keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar yang
dikemukakam masih bersifat sementara dan mashdapat berubah selama proses
pengumpulan data berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yangkuat
yang dapat mendukung pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila
kesimpulan tersebut didikung oleh data-data yang valid, maka penelitia akan
65
kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data dan kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7.3 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data atau bisa juga disebut uji validitas dan realiabilitas data
memiliki keterkaitan antara deskripsi dan eksplanasi.Tedapat dua macam
validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.Validitas internal adalah
penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat
kepercayaan tinggi yang sesuai dengan fakta dilapangan.Kemudian validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas.Hasil penelitian
kualitatif memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana pembaca memperoleh
gambaran/pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan teknik
triangulasi dan pengecekan anggota (member check). Teknik triangulasi terbagi
menjadi 5 yaitu teknik triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu,
triangulasi penyidik dan triangulasi teori. Adapun teknik triangulasi yang peneliti
gunakan ialah teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber ialah suatu kredibilitas pengecekan data yang dilakukan
dengan memeriksa data yang didapat melalui beberapa sumber. Triangulasi
dengan sumber, mengecek dan membandingkan balik informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Sementara
triangulasi teknik ialah suatu teknik pengecekan kredibilitas yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang ama dengan teknik berbeda yaitu
66
melaui wawancara, observasi dan dokumentasi. Lalu member check ialah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data/informasi.
67
3.8 Jadwal Penelitian
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Penelitian
Waktu Penelitian
2017 2018 2019
Mar Apr-
Mei
Juni-
Okt
Nov-
Des
Jan-
Mar
April-
Oktober
Oktober-
Desember Januari
1 Perbaikan
Judul
2 Observasi
Awal
3
Perijinan dan
Obeservasi
Lapangan
4
Penyusunan
BAB I - BAB
III
5
Bimbingan
dan perbaikan
BAB I - BAB
III
6 Seminar
Proposal
7
Pengumpulan
Data di
Lapangan
8
Penyusunan
Laporan
Hasil Skripsi
9 Sidang
Skripsi
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Kota
Serang, gambaran umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang. Hal
tersebut akan dijelaskan di bawah ini :
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Serang
Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten
berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal
10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang pada tanggal 10
November tahun 2007. Kota Serang merupakan wilayah baru hasil pemekaran
Kabupaten Serang Provinsi Banten berdasarkan Undang–Undang Nomor 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang memiliki
wilayah seluas 266,74 Km² yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Serang,
Kecamatan Kasemen, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan
Walantaka dan Kecamatan Taktakan. Jika diperbandingkan, luas wilayah Kota
Serang tersebut hanya sekitar 3,08% dari luas wilayah Provinsi Banten.
69
Pada awal pembentukannya Kota Serang terdiri dari 6 kecamatan, 46 desa dan
20 kelurahan. Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan dari desa menjadi kelurahan
melalui Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang pembentukan dan
perubahan status Desa Menjadi Kelurahan, sehingga berubah menjadi 30 desa dan 36
kelurahan. Pada tahun 2012 dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pembentukan dan Perubahan Status 15 (Lima Belas) Desa menjadi Kelurahan, telah
berubah lagi menjadi 15 desa dan 51 kelurahan, berikutnya melalui Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Status 15 Desa menjadi Kelurahan di 4
Kecamatan. Dan terakhir melalui pemekaran kelurahan di tahun 2016 bertambah
1.Maka seluruh desa telah menjadi kelurahan.Saat ini jumlah kelurahan menjadi 67
Kelurahan. Berikut adalah daftar kecamatan beserta luas wilayahnya:
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Serang
Berdasarkan Kecamatan
NO KECAMATAN LUAS (KM2) %
1 Serang 25,88 9,70
2 Cipocok Jaya 31,54 11,82
3 Curug 49,60 18,59
4 Kasemen 63,36 23,75
5 Taktakan 47,88 17,95
70
6 Walantaka 48,48 18,18
Kota Serang 266,74 100,00
Sumber :http://dprd-serangkota.go.id
Posisi Kota Serang secara geografis terletak diantara 5°99’ – 6°22’ Lintang
Selatan dan 106°07’ – 106°25’ Bujur Timur, Dengan menggunakan koordinat system
Universal Transfer Mercator ( UTM ) Zone 48E, wilayah Kota Serang terletak pada
koordinat 618.000 M sampai dengan 638.600 M dari Barat ke Timur dan 9.337.725
M sampai dengan 9.312.475 M dari Utara ke Selatan adalah sekitar 21,7 KM dan
jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah 20 KM. Kondisi Geografis Kota Serang
menunjukan bahwa karakteristik wilayah di Kota Serang sebagian besar adalah
dataran sedang dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl serta memiliki iklim tropis.
Dengan keadaan ini maka rata – rata suhu di Kota Serang setiap bulannya berkisar
27,07°C, suhu terendah 23,2°C dan tertinggi 33,2°C, dengan kelembapan udara 84%,
rata – rata curah hujan 1500-2000 MM / tahun dengan curah hujan terbesar pada
bulan Januari dan Desember.
4.1.2 Gambaran umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Serang terbentuk
atas dasar Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Serang dan telah mengalami
71
perubahan sebagaimana telah diatur oleh Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2
Tahun 2013. Bappeda Kota Serang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kota Serang yang memiliki otoritas pada urusan perencanaan pembangunan.
Adapun visi dan misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
adalah :
Visi
“Terwujudnya Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah yang
Berkualitas, Partisipatif, Akuntabel dan Terpadu”.
Misi
Bappeda Kota Serang menetapkan misi yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan kapasitas kelembagaan
perencana pembangunan
2. Memantapkan mekanisme perencanaan dan pengendalian pembangunan
yang partisipatif, akuntabel, terpadu dan aplikatif
3. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi pembangunan yang
berkualitas
72
4.1.2.1 Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Serang
1. Kedudukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur Penunjang
Pemerintah Kota dipimpin oleh seorang Kepala, yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Walikota Serang melalui Sekretaris Daerah Kota
Serang
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Walikota Serang Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Serang, tugas pokok
dan fungsi Badan Perencanaan pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Serang
adalah sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah mempunyai fungsi:
1) Penyusunan perencanaan pembangunan daerah;
2) Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan daerah;
73
3) Pengkoordinasian, penyusunan perencanaan pembangunan daerah;
4) Pembinaan, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan bidang
perencanaan pembangunan ekonomi dan sumber daya alam, perencanaan
sosial budaya, prasarana wilayah serta program, penganggaran, penelitian
dan pengembangan;
5) Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah;
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Bappeda Kota Serang berdasar Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah Kota Serang. Susunan Organisasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari:
a. Kepala Badan
Kepala badan mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam
pelaksanaan penyusunan kebijakan daerah dibidang perencanaan
pembangunan daerah.
74
b. Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub bagian Keuangan
3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan
c. Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, terdiri dari :
1. Sub Bidang Pemerintahan
2. Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan
3. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia
d. Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, terdiri dari :
1. Sub Bidang Perencanaan UMKM dan Ekonomi Kreatif
2. Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Alam dan Pariwisata
3. Sub Bidang Kerjasama Ekonomi dan Investasi
e. Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, terdiri dari :
1. Sub Bidang Perencanaan Sarana Prasarana dan Wilayah
2. Sub Bidang Perencanaan Perumahan dan Permukiman
3. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan
f. Bidang Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, terdiri dari :
1. Sub Bidang Perencanaan Pembanunan
2. Sub Bidang Perencanaan Penganggaran
3. Sub Bidang Pengendalian, Evaluasi, Data dan Informasi
75
g. Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :
1. Sub Bidang Litbang Pemerintahan Sosial dan Budaya
2. Sub Bidang Litbang Ekonomi dan Pembangunan
3. Sub Bidang Inovasi dan Teknologi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, 2018.
76
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari observasi penelitian. Dalam penelitian mengenai Analisis Penerapan
Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, peneliti
menggunakan teori indikator penerapan e-government menurut Richardus Eko
Indrajit (2005:18).Teori tersebut memberikan visualisasi/gambaran yang berguna atas
komponen-komponen penting yang harus ada dan dilakukan dalam penerapan e-
government oleh suatu organisasi untuk menjamin bahwa pelaksanaan penerapan e-
government berjalan dengan baik, efektif dan efisien.Pelaksanaan penerapane-
governmentyangefektifmencakuphubunganyangsalingmendukung antara indikator
satu dengan yang lainnya. Adapun indikator dalam penerapan e-Government (Indrajit,
2005:18) yaitu:
1. Content Development (pengembanganaplikasi)
2. Competency Building (pelatihan dan pengembangankompetensi)
3. Connectivity (ketersediaan infrastrukturkomunikasi)
4. Cyber Laws (kerangka dan perangkat hukum)
5. Citizen Interfaces (pengadaan SDM dan pengembangan kanalakses)
6. Capital (polapermodalan)
77
Mengingat jenis dan analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.Maka data yang diperoleh bersifat deskriptif
berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara dengan para informan penelitian,
hasil observasi lapangan, catatan lapangan dan data-data atau hasil dokumentasi
lainnya yang relevan dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan.
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles
dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis datanya, yaitu pengumpulan
data (Data Collection), reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display),
dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion Drawing/Verivication).
Berdasarkan teknik analisa data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama
penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dilakukan triangulasi data yaitu proses
check and recheck antara sumber data dengan sumber data lainnya, serta diberi kode-
kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan
dengan pembahasan permasalahan penelitian. Untuk mempermudah dalam menyusun
jawaban penelitian, maka peneliti memberi kode pada aspek tertentu, yaitu:
a) Kode Q1,Q2,Q3 dan seterusnya menandakan daftar urutanpertanyaan.
b) Kode I1, I2, I3 dan seterusnya menandakan urutan informan
c) Kode I1 menunjukan daftar informan dari Kepala Sub Bidang Perencanaan
78
Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
d) Kode I2 menunjukan daftar informan dari Operator Simral Bidang
Perencanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Serang
e) Kode I3 menunjukan daftar informan dari Kepala Bidang Layanan Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Serang
f) Kode I4 menunjukan daftar informan dari Teknisi Bidang Layanan Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Serang
g) Kode I5 menunjukan daftar informan dari Kepala Sub Bidang Penyusunan
APBD Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang
h) Kode I6-1 menunjukan Informan dari Kecamatan Cipocok Jaya
i) Kode I6-2 menunjukan Informan dari Kecamatan Curug
j) Kode I6-3 menunjukan Informan dari Kecamatan Kasemen
k) Kode I6-4 menunjukan Informan dari Kecamatan Serang
l) Kode I6-5 menunjukan Informan dari Kecamatan Taktakan
m) Kode I6-6 menunjukan Informan dari Kecamatan Walantaka
Setelah pembuatan koding pada tahap pengkodingan data, langkah selanjutnya
adalah membaca keseluruhan data, dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana
deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/ laporan kualitatif.
Pendekatan yang paling popular adalah dengan menerapkanpendekatan naratif dalam
menyampaikan hasil analisis. Selanjutnya menginterpretasi atau memaknai data,
79
mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa diambil dari semua ini” akan
membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan. Interpretasi juga bisa
berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan
informasi yang berasal dari literature atau teori.Dalam hal ini, peneliti menegaskan
apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru menyengkal informasi
sebelumnya.Interpretasi/ pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru
yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan
analisis, dan buka dari hasil ramalan peneliti.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber
data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan
peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika
peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.
4.2.2 Data Informan Penelitian
Pada penelitian mengenai Analisis Penerapan Simral di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Serang, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti
menggunakan cara pengambilan sumber data yang biasa digunakan dalam penelitian
kualitatif yakni dengan teknik purposive. Purposive adalah teknik pengambilan
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang
tersebut dianggap paling mengetahui situasi yang sedang peneliti teliti.
Informan dalam penelitian ini adalah Kasubid Perencanaan Pembangunan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, Operator Simral Badan
80
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, Kepala Bidang Layanan E-
Government Diskominfo Kota Serang, Teknisi Simral Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Serang, Kasubid Penyusunan APBD Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kota Serang dan Seluruh Kecamatan di Kota serang. Adapun yang
menjadi key informan dan secondary informan dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 4.2
Informan Penelitian
No Nama Informan Jabatan Umur
Kode
Informan
Keterangan
1 Akhmad Saefulrohim
Kasubid Perencanaan
Pembangunan Bappeda
Kota Serang
44 th I1 Key informan
2 Ubay Mulyani
Operator Simral Bappeda
Kota Serang
24 th I2 Key informan
3
Tb. A. Teguh Prihadi
S.Stp MM
Kepala Bidang Layanan
E-Government
Diskominfo Kota Serang
33 th I3 Key informan
4 Ukon
Teknisi Simral
Diskominfo Kota Serang
30 th I4 Key informan
5 Arif Rediwirata S.Stp
Kasubid Penyusunan
APBD BPKAD Kota
32 th I5 Key informan
81
Serang
6
Elisa Engriyani
Operator Simral Kec.
Cipocok Jaya
21 th I6-1
Secondary
informan
7.
Sudaryati S. Akun
Operator Simral Kec.
Curug
25 th I6-2
Secondary
informan
8.
Mahsusi Lidyawati
Operator Simral Kec.
Kasemen
23 th I6-3
Secondary
informan
9.
Kiky
Operator Simral Kec.
Serang
32 th I6-4
Secondary
informan
10.
Aulia Nuari
Operator Simral Kec.
Taktakan
24 th I6-5
Secondary
informan
11.
Nur Asiva Nabila
Operator Simral Kec.
Walanraka
20 th I6-6
Secondary
informan
Sumber : Peneliti, 2018
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan yaitu menggunakan teori penerapan e-government (Indrajit,
2005:18).Dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-komponen
penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan strategi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
82
Disini peneliti melakukan berbagai kegiatan penelitian guna mengetahui
bagaimanakah penerapan Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Serangdan mengaitkannya dengan fakta dilapangan serta bagaimanakah perubahan
yang dihasilkan dengan adanya penerapan simral di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Serang.Hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui
apakah hasil temuan-temuan peneliti dilapangan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, peneliti menemukan berbagai
informasi, kondisi, dan berbagai fenomena atau berbagai gejala mengenai berbagai
permasalahan dalampenerapan Simral di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Serang.Setelah melakukan survey dan penelitian serta wawancara dengan
berbagai pihak atau dengan para informan, peneliti menemukan berbagai informasi,
kondisi, tanggapan dan permasalahan mengenaipenerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang.
Dengan banyaknya informasi yang didapat dilapangan, maka peneliti
mengambil garis besar permasalahan yang relevan dengan kajian teori mengenai
indikator penerapan e-government menurut Indrajit (2005:18). Adapun hasil
wawancara yang telah peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
83
4.3.1 Content Development (Pengembangan Aplikasi)
Content Development merupakan hal yang menyangkut pengembangan
aplikasi (perangkat lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa
pemprograman, spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain
sebagainya.Dengan adanya pengembangan aplikasi yang dilakukan, proses
pembaharuan aplikasi dan memodernisasikan sistem dapat dilakukan.Hal tersebut
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sistem aplikasi itu sendiri agar dapat
lebih maju dan berkembang.
Pengembangan aplikasi dalam rangka memodernisasikan dan menyesuaikan
kebutuhan sistem daerah yang digunakan dalam penerapan simral di BappedaKota
Serang sangat perlu dilakukan, terutama pengembangan pada sistem pengajuan data
perencanaan pembangunan yang dilakukan secara online. Hal tersebut dilakukan
dalam rangka memberikan kemudahan kepada OPD terkait serta dapat lebih
mempermudah berbagai proses penginputan data terkait perencanaan pembangunan
Kota Serang yang dimulai dari kecamatan sampai dengan Bappeda Kota Serang dan
OPD lainnya.
Berbicara mengenai pengembangan aplikasi yang dilakukan, yang dalam hal
ini adalah pengembangan aplikasi terhadap sistem simral.seperti
pengembanganaplikasi sistem layanan, fitur tampilan, pengembangan program,
pengembangan aplikasi sistem data dan lain sebagainya, pengembangan aplikasi
terhadap berbagai sistem tersebut telah dilakukan oleh pihak Bappeda Kota Serang
dan Diskominfo Kota Serang melalui bagian/bidang yang secara langsung telah
84
ditunjuk dan memiliki tugas dalam melakukan pengembangan aplikasi terhadap
sistem yang ada.
Pengembangan sistem simral yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang dan
Diskominfo Kota Serang di latar belakangi oleh beberapa hambatan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan yang di hadapi operator – operator simral dan OPD terkait. Hal ini
sangat menghambat proses penginputan data data perencanaan dimana data yang di
input tidak sedikit, selain itu sistem simral BPPT tidak bisa di modifikasi sesuai
dengan kebutuhan operator, maka dari itu Bappeda Kota Serang dan Diskominfo
Kota serang mencari solusi dengan melakukan pengembangan sistem simral.
Pelaksanaan pengembangan sistem simral di instruksikan pula oleh KPK yang
bertujuan untuk memudahkan kepada OPD yang menangani sistem simral dan proses
perencanaan pembangunan daerah serta penganggarannya bisa diakses lebih mudah.
Sebelum Bappeda Kota Serang dan Diskominfo Kota Serang melakukan
pengembangan sistem simral , Bappeda Kota Serang melakukan pertemuan dengan
BPPT yang membicarakan tentang permasalahan yang dihadapi oleh operator dan
OPD di Kota Serang.
Hasil dari pertemuan Bappeda Kota Serang dengan BPPT terkait simral yaitu
Bappeda Kota Serang dibantu oleh Diskominfo Kota Serang akan bekerja sama
dengan Pemerintah Banyuwangi dalam pengembangan sistem simral. Alasan
Bappeda Kota Serang bekerja sama dengan Pemerintah Banyuwangi yaitu karena
sistem simral yang dimiliki oleh Pemerintah Banyuwangi untuk saat ini merupakan
sistem simral yang terbaik dan di akui oleh KPK. Selain itu sistem simral yang
85
dimiliki oleh Pemerintah Banyuwangi ini dapat di peroleh dengan gratis atau tidak
adanya biaya sewa seperti sistem simral BPPT yang setiap tahunnya harus membayar
sewa dan sistem simral Bappeda Banyuwangi dapat dengan mudah di modifikasi
sesuai dengan kebutuhan yang berubah – ubah.
Haltersebut sebagaimana seperti yang di kemukakan oleh Bapak Akhmad
Saefulrohim selaku Kasubid Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang, beliau
mengungkapkan sebagai berikut :
“Pengembangan simral memang ada dan sedang dilakukan dan sudah tahap
akhir atau penyelesaian. Dilakukannya pengembangan sistem ini karena suatu
hal teknis dan kebijakan dari pimpinan, selain itu agar memudahkan dalam
menghitung persentase keberhasilan perencanaan melalui simral. Kami dalam
pengembangan simral bekerja sama dengan Diskominfo Kota Serang dan
Pemerintah Banyuwangi. Pada saat ini kami menggunakan simral dari BPPT,
alasan kami mengembangkan sistem ini karena mengalami kesulitan-kesulitan
secara teknis yang menghambat proses kerja kami. Maka dari itu Kota Serang
melakukan pengembangan simral sesuai dengan standarisasi yang sudah
ditentukan dan menggunakan sistem simral dari Pemerintah Banyuwangi yang
mudah di modifikasi sesuai kebutuhan daerah Kota Serang”. (Wawancara,
Senin 5 November 2018)
Hal senada diungkapkan oleh bapak TB. A. Teguh Prahadi selaku Kepala
Bidang Layanan E-Government Diskominfo Kota Serang :
“Sebelumnya Kota Serang menggunakan simral atas dasar instruksi dari kpk
awalnya mengarahkan menggunakan simral yang sudah di kembangkan oleh
BPPT dan bekerja sama dengan BPPT.Seiring dengan berjalannya waktu
ternyata pengaplikasian simral yang dari bppt ini sangat sulit untuk
dikembangkan, karena kebutuhan daerah berbeda setiap bulan atau
minggunya berubah dan simral BPPT sulit di custom.Selama masih kerja
sama dengan BPPT, Kominfo pun bekerja sama dengan banyuwangi karena
sistem di banyuwangi memberikan aplikasinya full dengan gratis sedangkan
BPPT memberikan kepada kita dan berbayar setiap tahun tanpa kita tidak bisa
86
memodifikasi dengan bebas sedangkan banyuwangi gratis hanya resikonya
bulak balik banyuwangi”.(Wawancara, Selasa 13 November 2018)
Pengembangan aplikasi memang sangat penting dilakukan, karena dengan
adanya pengembangan aplikasi terhadap sistem, berbagai hal yang dilakukan
terutama dalam hal penginputan data dapat diakses dengan baik dan sesuai dengan
kebutuhan admin atau operator simral terpenuhi.
Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Ubay Mulyani selaku Operator Simral
Bidang Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang, beliau mengungkapkan :
“Pengembangan sistem memang perlu dilakukan dan itu sangat penting dan
sesuai kebutuhan operator dan admin simral.Sebenarnya sistem ini sudah
cukup baik namum sistem simral dari BPPT ini tidak sesuai dengan kebutuhan
saya sebagai operator. Untuk saat ini simral pun sedang dalam tahap
pengembangan yang bekerja sama dengan Diskominfo Kota Serang dan
Bappeda Banyuwangi, mungkin secepatnya akan selesai pengembangan sistem
ini karena akan dipakai untuk perencanaan pembangunan tahun depan”.
(Wawancara, Senin 5 November 2018)
Selain itu juga mengenai pengembangan aplikasi yang dilakukan, terutama
dalam berbagai sistem aplikasi yang ada dan pada sistem pengolahan datanya ataupun
pengembangan aplikasi juga sudah dilakukan. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh
Bapak Ukan selaku Teknisi Bidang Layanan e-governmentDinas Komunikasi dan
Informatika Kota Serang
”Pengembangan sistem simral itu sudah ada dan sedang dilakukan oleh kami
dengan Bappeda Kota Serang yang bekerja sama dengan pemerintah
Banyuwangi. Untuk sekarang ini pengembangan data pada sistem simral
sudah sampai dengan perpindahan data simral BPPT kepada simral
Banyuwangi. Kami mengharapkan proses pengembangan ini selesai sebelum
87
periode penginputan data perencanaan agar sistem yang baru dapat digunakan
oleh operator”.(Wawancara, Selasa 13 November 2018)
Dari hasil wawancara dengan berbagai sumber informan dapat diketahui
bahwa pengembangan aplikasi yang dilakukan terhadap berbagai sistem simral ini
sedang dilakukan dan sudah dalam tahap akhir.Dilakukannya pengembangan dalam
sistem simral ini dilatar belakangi oleh tidak sesuainya sistem simral dari BPPT
dengan kebutuhan sistem kota serang yang di setiap periodenya berubah dan sulit di
modifikasi oleh operator simral dan dapat terhitungnya persentase keberhasilan
perencanaan melalui sistem simral.Sebelum dilakukannya pengembangan sistem
simral ini pihak Bappeda Kota Serang melakukan pertemuan dengan pihak BPPT
terkait permasalahan yang dihadapi oleh operator simral dan OPD terkait, hasil dari
pertemuan dengan BPPTdalam pengembangan sistem simral ini pihak Bappeda Kota
Serang dan Diskominfo Kota Serang bekerja sama dengan Bappeda Banyuwangi
karena sistem simral di banyuwangi merupakan sistem terbaik untuk saat ini dan
diakui oleh KPK, selain itu juga memberikan aplikasi sepenuhnya tanpa harus
membayar aplikasi tersebut dan sistem simral banyuwangi mudah di modifikasi yang
nanti nya dapat memenuhi kebutuhan operator simral yang selalu berubah. Proses
pengembangan sistem simral pun sudah sampai tahap akhir yaitu pada tahap
perpindahan data simral BPPT kepada simral Banyuwangi. Dengan adanya
pengembangan sistem simral ini Bappeda Kota Serang berharap semoga proses
88
perencanaan pembangunan dengan menggunakan sistem simral dapat berjalan dengan
efektif dan efisien.
4.3.2 Competency Building (Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi)
Competency Building adalah hal yang menyangkut mengenai pelatihan dan
pengembangan kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di
berbagai lini pemerintahan.Pelatihan dan pengembangan kompetensi sangat perlu
dilakukan dan diberikan kepada pegawai/operator dalam rangka mengembangkan
kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh para pegawai.
Pelatihan dan pengembangan kompetensi terhadap para pegawai di Bappeda
Kota Serang, terutama untuk pegawai yang khusus menangani pengoprasian sistem
simral memang ada dan sudah dilakukan, baik yang di adakan oleh BPPT melalui
Bappeda Kota Serang. Jenis pelatihannya pun bermacam-macam seperti Bimbingan
Teknis (Bimtek), Pelatihan dan Sosialisasi Perencanaan dan Anggaran, Pelatihan
Operator, dan sebagainya. Pelatihan yang diadakan oleh Bappeda Kota Serang yaitu
pelatihan dan pengembangan kompetensi pegawai dan seluruh operator yang berada
di Kota Serang, selain itu Bappeda Kota Serang pun melakukan sosialisasi dan
pengembangan kompetensi juga kepada seluruh OPD di Kota Serang karena sistem
simral tidak saja mencakup Bappeda Kota Serang beserta operator seluruh
Kecamatan tetapi berhubungan dengan seluruh OPD di Kota Serang.
89
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Akhmad Saefulrohim
selaku Kasubid Perencanaan Pembangunan di Bappeda Kota Serang, beliau
mengungkapkan sebagai berikut :
“Pelatihan dan pengembangan kompetensi pasti ada dan dilakukan oleh setiap
instansi kepada pegawainya. Kami pun seperti itu melakukan pelatihan
kepada pegawai dan operator terkait simral seperti bimbingan teknis (bimtek),
pelatihan dan sosialisasi perencanaan dan anggaran, pelatihan operator, dan
sebagainya”. (Wawancara, Senin 5 November 2018)
Namun pada kenyataanya berbagai pelatihan dan pengembangan kompetensi
yang dilakukan dan diberikan kepada pegawai/operator kurang dapat memenuhi apa
yang menjadi kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pegawai/operator di Kota
Serang.Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan pelatihan dan pengembangan
kompetensi dilakukan secara tidak rutin bahkan masih cukupjarang dilakukan oleh
Bappeda Kota Serang ataupun pihak yang terkait pemeliharaan atau pengembangan
sistem simral.Hal ini menyebabkan operator – operator simral kurang paham atau
kurang menguasai pengaksesan pada sistem simral, sedangkan operator simral
memiliki peran penting dalam proses perencancanaan pembangunan Kota Serang
dengan menggunakan sistem simral ini.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ubay Mulyani selaku
Operator Simral di Bappeda Kota Serang, beliau mengungkapkan sebagai berikut :
“Mengenai adanya pelatihan dan pengembangan, hal itu memang sudah
dilakukan dari BPPT melalui pihak Bappeda Kota Serang seperti bimbingan
teknis, pelatihan operator dan lain lain. Namun dalam pelaksanaannya
pelatihan tersebut jarang dan tidak rutin dilakukan setiap periode/tahunnya,
waktunya pun tidak menentu kadang beberapa bulan sekali bahkan setahun
90
sekali.Sehingga hal tersebut saya rasa masih kurang memenuhi kebutuhan
operator”.(Wawancara, Senin 5 November 2018)
Adapun pernyataan lain yang diungkapkan mengenai adanya pelatihan dan
pengembangan kompetensi yang diikuti oleh Teknisi Simral Diskominfo Kota Serang
yaitu Bapak Ukon mengungkapkan sebagai berikut :
“Pelatihan terkait simral pernah saya ikuti pada awal simral akan di terapkan
oleh bappeda dan terakhir saya mengikuti pelatihan terkait simral itu beberapa
bulan yang lalu yaitu terkait bimbingan teknis seluruh operator dan
teknisi.Untuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia terkait
simral memang jarang dilakukan hanya beberapa kali saja”. (Wawancara,
Selasa 13 November 2018)
Pelatihan dan pengembangan kompetensi sangat diperlukan untuk menjadi
seorang operator simral. Karena operator simral disini sangat berperan penting dalam
proses penyusunan perencanaan pada tahap awal sampai pada tahap akhir, dimana
operator simral ini akan memasukan data perencanaan pembangunan kedalam sistem
simral. Pelatihan dan pengembangan kompetensi yang dilakukan secara tidak
menentu setiap tahunnya dan terkadang pelatihan yang dilakukan hanya ketika ada
aturan baru atau ada peluncuran aplikasi baru saja.
Hal ini membuat beberapa operator simral di kecamatan kota serang tidak
terlalu memahami dengan sistem simral sehingga proses penginputan data terkait
perencanaan pembangunan dari mulai perencanaan di kecamatan sampai dengan
perencanaan Kota Serang di Bappeda Kota Serang sangat terhambat dan terkadang
tidak sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan. Apabila suatu perencanaan
91
tertinggal dan tidak terinput ke dalam sistem maka operator simral harus mendatangi
dan mengajukan perencanaan kepada Bappeda Kota Serang, itupun jika Bappeda
Kota Serang mengijinkan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh operator simral dari Kecamatan
Walantaka yaitu ibu Nur Asiva Nabila, beliau mengungkapkan sebagai berikut :
“Untuk pelatihan terkait simral pernah diadakan oleh Bappeda Kota Serang
pada awal sistem ini akan diterapkan, pelatihannya itu lebih ke praktek cara
menggunakan sistem simral ini seperti contohnya memasukan data
perencanaan ke dalam sistem. Tetapi praktek dan pelatihan itu dua kali saja
dan itupun saya rasa masih kurang dan saya belum terlalu mengerti dengan
sistem ini terutama apabila sistem sedang susah di akses dan tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan saya”.(Wawancara, Jumat 7 Desember 2018)
Hal senada pun diungkapkan oleh operator simral dari Kecamatan Cipocok
yaitu ibu Elisa Engriyani :
“Pelatihan atau bimtek terkait simral itu pertama awal tahun 2017 dan
beberapa bulan yang lalu, untuk pelatihan pada awal tahun itu seluruh
operator kecamatan melakukan praktek perencanaan menggunakan sistem
simral dan untuk pelatihan beberapa bulan yang lalu sih lebih ke pelatihan
biasa terkait sumber daya manusianya. Saya rasa untuk pelatihan dan praktek
simral ini kurang ya karena tidak semua operator langsung memahami sistem
ini termasuk saya”. (Wawancara, Kamis 6 November 2018)
Selain dari operator Kecamatan Walantaka dan operator Kecamatan Cipocok
yang merasa kurangnya pelatihan dan pengembangan sdm kepada operator , adapula
dari kecamatan kasemen yaitu ibu Mahsusi Lidyawati yang mengungkapkan sebagai
berikut :
92
“Iya saya pernah mengikuti pelatihan sdm terkait simral tapi sudah lama
sampai saya pun lupa kapan terakhir pelatihan diadakan.Pelatihan dan
pengembangan sdm seperti saya sebagai operator simral di kecamatan dinilai
masih kurang, karena saya sebagai operator masih belum terlalu mengerti
dengan sistem simral ini. Adapun kalo saya tidak mengerti saya memang
langsung menanyakan kepada operator simral di kecamatan lain atau ke
bappeda nya langsung, tapi kan tidak semuanya cepat menanggapi dan tidak
langsung paham apa yang dijelaskan oleh mereka. Sangat menghambat sih
ketika saya sedang menginput data dan tidak mengerti, saya harus sibuk
menghubungi orang”. (Wawancara, Jumat 7 Desember 2018)
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa informan, dapat
diketahui bahwa pelatihan dan pengembangan kompetensi yang dilakukan terhadap
pegawai terkait sistem simral dan seluruh operator sistem simral di Kota Serang yang
dilakukan oleh BPPT melalui Bappeda Kota Serang masih jarang dilakukan. Hal
tersebut merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh para pegawai atau operator
sistem simral yang menangani pengoprasian sistem simral.Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pelatihan dan pengembangan kompetensi yang mereka peroleh. Sehingga
karena hal tersebut, mereka tidak dapat memperoleh pengetahuan baru dan
mengembangkan kompetensi mereka mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
bidang yang sedang mereka tekuni, sehingga pengetahuan dan kemampuan pegawai
atau operator dalam menguasai sistem simral terbatas atau tidak berkembang
sehingga kualitas pegawai atau operator sistem simral tidak cukup baik dan proses
perencanaan pembangunan Kota Serang menjadi kurang maksimal.
4.3.3 Connectivity (Ketersediaan Infrastruktur)
93
Connectivity adalah hal yang menyangkut mengenai ketersediaan infrastruktur
komunikasi dan teknologi informasi di lokasi dimana e-government
diterapkan.Ketersediaan infrastruktur merupakan elemen utama penunjang berbagai
kegiatan yang dilakukan, karena tanpa ditunjang atau didukung dengan adanya
ketersediaan infrastruktur yang memadai, maka berbagai kegiatan yang dilakukan
pun tidak dapat berjalan dengan baik dan optimal.Ketersediaan infrastruktur yang
memadai sangat diperlukan guna menunjang pelaksanaan penerapan e-
governmentyang dilakukan.Karena pada dasarnya infrastruktur merupakan sarana
prasarana penunjang utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
penerapan e-government, terutama di Bappeda Kota Serang.
Mengenai ketersediaan infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi yang
ada di Bappeda Kota Serang, ketersediaan infrastruktur yang ada memang sudah
cukup memadai, terutama infrastruktur penunjang layanan sistem simral.Sebagian
infrastruktur yang tersedia masih memiliki kondisi yang cukup baik dan masih cukup
memadai untuk dapat digunakan. Namun, dilain sisi masih cukup banyak pula kondisi
infrstaruktur penunjang seperti printer/mesin pencetak, wifi, server dan lain
sebagainya yang sudah mengalami kerusakan dan tidak berfungsi dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dengan adanya beberapa ruangan operator yang kondisinya
tidak berfungsi namun tetap dibiarkan begitu saja berada ditempatnya tanpa adanya
perbaikan dan penggantian yang dilakukan.
Mengenai adanya hal tersebut diatas, peneliti mencoba mencari informasi
94
mengenai masalah yang terjadi pada infrastruktur tersebut. Oleh karena itu peneliti
mencoba mengkonfirmasi kepada Kasubid Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota
Serang , yaitu Bapak Akhmad Saefulrohim dan mengungkapkan sebagai berikut :
“Ketersediaan infrastruktur yang ada seperti komputer itu ada yang memakai
dari fasilitas kantor dan adapula yang memakai komputer pribadi, untuk
keadaan infrastruktur di Bappeda Kota Serang cukup baik namun ada
beberapa infrastruktur penunjang saja yang terkadang mengalami eror seperti
wifi dan server. Untuk server sendiri masih berada di BPPT dan kami selama
ini sewa server tersebut untuk simral yang di anggarkan oleh kominfo.Jadi
kalau server eror kita hanya bisa menunggu kabar dari BPPT, hal ini memang
sangat menghambat kerja kita”.(Wawancara, Senin 5 November 2018)
Serta mengenai adanya kerusakan yang terjadi terhadap infrastruktur
penunjang sistem simral seperti komputer, mesin pencetak/printer dan wifi yang
seringkali eror di seluruh Kecamatan Kota Serang tersebut. Infrastuktur penunjang di
seluruh kecamatan yang sudah mengalami kerusakan biasanya akan ada perbaikan
atau pergantian infrastruktur yang baru. Namun pengadaan infrastruktur tidak mudah
dan tidak langsung ada karena untuk proses perbaikan dan pergantian harus melalui
prosedur yang sudah ditentukan. Prosedur yang dilakukan untuk meminta pergantian
dan perbaikan sangat memakan waktu yang cukup lama, hal ini merupakan salah satu
penghambat proses perencanaan pembanngunan melalui sistem simral.
Bapak Aulia Nuari selaku Operator Simral di Kecamatan Taktakan
mengungkapkan sebagai berikut :
“Jika terjadi kerusakan terhadap infrastruktur yang ada, terutama seperti
komputer, printer, wifi dan sebagainya. Kalopun sistem jaringan seperti wifi
erorkami selalu pakai personal modem, karena kalo menunggu wifi tidak eror
lagi kan tidak tahu sampai kapan dan antisipasi dan langkah lain yang kami
95
ambil sih biasanya dengan melakukan perbaikan terhadap infrastruktur yang
rusak ataupun meminta pergantian yang baru, tetapi untuk meminta yang baru
harus melalui prosedur yang cukup ribet bahkan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk penyediaannya, karena kami harus melakukan pengajuan
terlebih dahulu dan lain sebagainya”. (Wawancara, Kamis 6 Desember 2018)
Hal senada pun diungkapkan oleh operator simral dari Kecamatan Serang
yaitu Bapak Kiky :
“Untuk keadaan infrastruktur penunjang di kecamatan ya seperti ini memang
ada sebagian yang sudah tidak berfungsi seperti wifi pun sering sekali
gangguan jadi kami terkadang memakai hotspot wifi pribadi dan untuk
sementara kami memakai barang pribadiseperti laptop sambil menunggu
infrastruktur yang baru dan sebelumnya sudah mengikuti prosedur yang
ada.Penyediaan infrastruktur yang sudah diajukan oleh kami membutuhkan
waktu yang lama daninfrastruktur yang berada di kecamatan memenuhi
standarisasi yang sudah ditentukan”.(Wawancara, 3 Desember 2018)
Selain itu ibu Nur Asiva Nabila selaku operator simral di Kecamatan
Walantaka mengungkapkan pula terkait infrastruktur yang ada di Kecamatan
Walantaka sebagai berikut :
“Ketersediaan infrastruktur disini bisa dilihat untuk komputer kami memakai
komputer pribadi karena pengajuan infrastruktur kami belum turun.untuk
infrastruktur lainnya seperti printer untuk sekarang kami masih menggunakan
printer secara bersamaan dengan bidang lain karena banyak infrastruktur
disini yang sudah tidak bisa dipakai. Untuk koneksi jaringan saya sering
menggunakan wifi dari handphone karena wifi di sini sering gangguan, kalo
kita nunggu perbaikan ya proses penginputan ke dalam sistem tidak akan
berjalan. Kami sudah mengajukan perbaikan dan pergantian infrastruktur yang
sudah rusak tapi harus melalui prosedur yang ada dan cukup lama pergantian
dan perbaikannya”.(Wawancara, Jumat 7 Desember 2018)
96
Dengan adanya pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kondisi infrastruktur
yang tersedia di Bappeda Kota Serangdan diseluruh Kecamatan di Kota Serang
seperti komputer, printer, alat pencetak dan lain sebagainya yang ada tersebut tidak
semuanya masih memiliki kondisi yang baik. Infrastruktur di Bappeda Kota Serang
yang sudah mengalami kerusakan serta sistem jaringan yang kurang baik, seperti
gangguan konektivitas pada sistem jaringan, sinyal yang kurang bagus dan lain
sebagainya. Sehingga karena hal tersebut terkadang pihak Bappeda Kota Serang
ataupun seluruh Kecamatan di Kota Serang melakukan koneksi internet dengan
menggunakan personal modem yang ada guna memperlancar proses kerja
perencanaan pembangunan daerah Kota Serang.
Hal tersebut disebabkan karena berbagai infrastruktur yang dimiliki sudah
memiliki kondisi yang kurang optimal, selain itu juga masih kurang maksimalnya
perbaikan yang dilakukan terhadap infrastruktur yang ada, baik sarana prasarana
maupun infrastruktur jaringan.Oleh karena itu berbagai permasalahan pun sering
timbul. Sehingga karena hal tersebut berbagai proses perencanaan yang dilakukan
dengan menggunakan sistem simral menjadi terganggu dan tidakmaksimal.
4.3.4 Cyber Law (Kerangka dan Perangkat Hukum)
Cyber Laws adalah hal yang menyangkut mengenai keberadaan kerangka dan
perangkat hukum yang telah diberlakukan terkait dengan aktivitas e-
government.Keberadaan kerangka dan perangkat hukum dalam berbagai aktivitas
97
pelaksanaan penerapan e-government merupakan hal yang sangat penting.Karena
pada dasarnya kerangka dan perangkat hukum merupakan dasar yang dapat dijadikan
acuan untuk dapat menguatkan mengapa pelaksanaan suatu aktivitas e-government
perlu dilakukan.
Karena dengan adanya perangkat hukum yang memayunginya, maka
pelaksanaan aktivitas penerapan e-government dapat dilakukan dan memiliki
kekuatan hukum yang dapat melindunginya. Sehingga jika terjadi pelanggaran yang
dilakukan, maka kerangka dan perangkat hukum yang ada dapat dijadikan dasar
acuan mengenai aturan hukum yang dapat mengatur dan memberikan sanksi terhadap
pelanggaran yang dilakukan mengenai penerapan e-government ini. Kerangka dan
perangkat hukum yang digunakan dapat berupa Peraturan-peraturan, Keputusan-
keputusan, Instruksi-instruksi dan lain sebagainya yang dapat dijadikan pedoman atau
dasar acuan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti pada
penerapan e-government di instansi pemerintah.
Mengenai adanya kerangka dan perangkat hukum dalam berbagai aktivitas
proses perencanaan pembangunan dengan menggunakan sistem simral, dalam
perencanaan pembangunan daerahpada sistem simral yang dilakukan didasarkan pada
Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 mengenai tata cara perencanaan, pengendalian,
dan evaluasi pembangunan daerah pada instansi pemerintah.
Selain itu upaya mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
98
dan efisien yaitu beracuan pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangane-government dan untuk perangkat
hukum lainnya yang mendasari sistem simral adalah UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi publik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Akhmad Saefulrohim selaku Kepala
Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang, beliau
mengungkapkan :
“Kerangka dan Perangkat Hukum yang digunakan sebagai dasar dilakukannya
perencanaan pembangunan daerah kota serang dengan sistem simral yaitu
Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 mengenai tata cara perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah pada instansi pemerintah.
Selain permendagri tadi untuk pengembangan sistem simral dasar hukum
yang mendasarinya adalah Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangane-government dan satu lagi
perangkat hukum tentang keterbukaan informasi publik yaituUU Nomor 14
Tahun 2008”. (Wawancara, Senin 5 November 2018)
Selain itu juga dalam penerapannya, terutama penerapan simral di Bappeda
Kota Serang, kerangka dan perangkat hukum didasarkan pada aturan/perangkat
hukum yang mengatur mengenai pelaksanaan penerapan dan juga pengembangan
sistem simral. Seperti dalam pengembangan sistem yang dilakukan oleh Bappeda
Kota Serang yang bekerja sama dengan Kominfo Kota Serang, untuk perangkat
hukum yang mendasari pengembangan sistem simral yaitu Perwal Kota Serang
Nomor 47 tahun 2017. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Tb. A. Teguh Prihadi
sebagai Kepala Bidang Layanan E-government :
“Penerapan dan pengembangan sistem simral ini berdasarkan atas hukum, kita
ga sembarangan mengembangkan suatu sistem seperti simral tanpa ada hukum
99
yang mendasarinya, karena semuanya sudah diatur dalam perangkat
hukumnya.hukum yang mendasari dalam pengembangan sistem ini yaitu
Perwal Kota Serang Nomor 47 tahun 2017 dan Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2003”. (Wawancara, Selasa 13 November 2018)
Hal tersebut merupakan dasar hukum atau aturan yang mendasari berbagai
pelaksanaan penerapan simralyang dilakukan, baik terhadap penerapan simtemnya,
perencanaan pembangunan, pengembangan sistem dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan penerapan simral di Bappeda Kota Serang. Karena pada
dasarnya, tanpa adanya aturan atau dasar hukum yang memayunginya, berbagai
pelaksanaan penerapan simraltidak dapat memiliki kekuatan hukum yang kuat.Oleh
karena itu berbagai aturan dan kekuatan hukum yang ada dapat menjadi dasar yang
dapat memayunginya.Hal tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk ada serta
dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan,
terutama dalam kegiatan penerapan Simral di Bappeda Kota Serang.
4.3.5 Citizen Interfaces (Pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal Akses)
Citizen Interfacesadalah hal yang menyangkut mengenai pengadaan sdm dan
pengembangan berbagai kanal akses (multy access channels) yang dapat
dipergunakan oleh seluruh masyarakat dan stakeholder e-government dimana saja dan
kapan saja merekainginkan.
Pengadaan sdm sangat perlu dan penting dilakukan guna menujang berbagai
aktivitas yang dilakukan. Karena dengan adanya sdm yang berkualitas dan memiliki
kemampuan dalam bidangnya, hal tersebut tidak menutup kemungkinan segala
100
aktivitas pelaksanaan penerapan dengan berbagai sistem yang ada dapat dilakukan
secara maksimal jika ditunjang dengan kualitas sdm yangmemadai.
Mengenai pengadaan sdm di Bappeda Kota Serang, pengadaan sdm di
Bappeda Kota Serang memang ada dan dilakukan setiap periodenya.Pengadaan yang
dilakukan biasanya dialokasikan untuk beberapa bagian tertentu di Bappeda Kota
Serang yang membutuhkan SDM baru/tambahan. Di kantor Bappeda Kota Serang
sendiri, pengadaan SDM dilakukan jika terjadi adanya kebutuhan pegawai pada
ruang/tempat kosong pada posisi tertentu, terutama posisi yang khusus menangani
sistem simral. Karena sampai saat ini kondisi jumlah pegawai yang dimiliki oleh
Bappeda Kota Serang terutama pada bagian sistem simral dapat dikatakan masih
sangat kurang dan masih membutuhkan tambahan jumlah pegawai.
Jumlah pegawai yang ada di bidang perencanaan pembangunan Bappeda Kota
Serang yaitu hanya ada 9 (Sembilan) termasuk dengan Kepala Sub Bidang
Perencanaan Pembangunan. Pengadaan SDM dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pegawai yang dibutuhkan oleh Bappeda Kota Serang, terutama kebutuhan SDM yang
diperuntukkan pada bidang perencanaan pembangunan guna memenuhi posisi sebagai
pelaksana penerapan pada sistem simral.
Jumlah SDM yang ada di bagian perencanaan pembangunan Bappeda Kota
Serang saat ini dirasa masih mencukupi.Namun jika memang dibandingkan dengan
jumlah perencanaan pembangunan di seluruh kecamtan Kota Serang saat ini dapat
dikatakan masih kurang mencukupi.Hal tersebut karena tidak seimbangnya antara
jumlah pegawai/operator yang ada dibandingkan dengan jumlah perencanaan
101
pembangunan yang banyak dan semakin meningkat setiap tahunnya.Maka, dengan
adanya hal tersebut, peneliti mencoba menanyakan mengenai hal tersebut kepada
Bapak Akhmad Saefulrohim selaku Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan,
dan mengungkapkan sebagai berikut :
“Pengadaan SDM disetiap tahun atau periode yang ditentukan pasti dilakukan,
namun dilain sisi kami juga melihat kondisi SDM yang ada, jika memang
dengan kondisi SDM yang ada masih kekurangan dan membutuhkan SDM
baru, maka kami pun berkoordinasi dengan Sub Bagian Umum untuk dapat
mengalokasikan pada bagian kami, dari SDM yang sudah ada dan kemudian
dilakukan rolling ke bagian kami tapi tidak semudah itu untuk pengadaan
SDM, Pengadaan SDM khusus untuk pegawai operator layanan sebenarnya
sangat perlu dilakukan, karena jumlah operator yang ada dapat dikatakan
masih kurang dari cukup, sehingga karena hal itu kami terkadanag tidak dapat
mengerjakan pekerjaan melalui sistem simral yang ada secara baik dan cepat.
Karena jika dibandingkan jumlah operator yang ada dapat dikatakan sangat
tidak seimbang dengan jumlah data yang ada setiap tahunnya.(Wawancara,
Senin 5 November 2018)
Selain itu pernyataan lain diungkapkan mengenai pengadaan SDM yang
dilakukan guna menunjang berbagai aktivitas sistem simral yaitu Bapak Ubay
Mulyani selaku Operator Simral di Bappeda Kota Serang, mengungkapkan sebagai
berikut:
“Pengadaan sdm memang ada saja tapi kan tidak semua bidang, unuk
sekarang di bidang perencanaan pembangunan hanya 9 (Sembilan) orang
termasuk Kepala Bidang dan 9 orang ini di bagi bagi pekerjaannya.Operator
khusus simral ada 2 orang saya dan teman saya tapi teman saya lebih ke
penganggarannya. Cukup sibuk sih kalo periode perencanaan masuk ke dalam
sistem kan di setiap kecamatan juga tidak hanya satu atau dua perencanaan
saja” (Wawancara, Senin 5 November 2018)
Tidak hanya di kantor Bappeda saja untuk pengadaan SDM , di seluruh
102
kecamatan pun di setiap tahun atau periodenya melaksanakan pengadaan SDM guna
untuk membantu dan menambah SDM di setiap kecamatan, pengadaan SDM
biasanya dilakukan dengan pertukaran (rolling pegawai) ataupun penambahan SDM
sesuai dengan Kebijakan Kepala camat, untuk di setiap kecamatan SDM yang
menangani sistem simral bisa dibilang sedikit hanya 2 orang termasuk Kepala
Bidang, hal ini diungkapkan oleh Ibu Sudaryati selaku operator simral Kecamatan
Curug :
“Pengadaan sdm di kecamatan biasanya itu di rolling, kalaupun ada
penambahan sdm itu atas dasar kebijakan Kepala Camat. Untuk di bidang
yang menangani simral sampai saat ini belum ada penambahan sdm padahal
untuk di bidang ini sangat butuh penambahan sdm , walaupun berdua dengan
Kepala bidang terkadang sulit juga untuk berkoordinasi karena Kepala
Bidangpun masih memiliki pekerjaan lain bukan hanya terkait simral saja”
(Wawancara, Kamis 6 Desember 2017)
Hal senada pun di ungkapkan oleh Ibu Nur Asiva Nabila selaku operator
simral Kecamatan Walantaka :
“Belum ada penambahan sdm untuk dibidang simral, kalaupun ada itu
wewenang dan kebijakan Kepala camat disini.Memang sangat kurang untuk
sdm terkait simral di kecamatan walantaka hanya ada dua termasuk Kepala
Bidang”.(Wawancara, 7 Desember 2017)
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa
informan mengenai pengadaan sumber daya manusia yang dilakukan di Bappeda
Kota Serang, dapat diketahui bahwa pengadaan sumber daya manusia yang dilakukan
di Bappeda Kota Serang pengadaannya dilakukan setiap periode.Pengadaan
pegawaiyang dilakukan biasanya diperoleh dari adanya pengalokasiaan sdm/pegawai
103
dari pusat, pertukaran (rolling) yang dilakukan didalam instansi maupun perekrutan
yang dilakukan dari instansi lain, seperti dari mutasi pegawai dan lain
sebagainya.Begitupun halnya dengan pengadaan sumber daya manusia di kecamatan
tidak jauh berbeda dengan di Bappeda Kota Serang.Pengadaan sumber daya manusia
di kecamatan dilakukan di setiap tahun atau periode yang sudah ditentukan, untuk
penambahan sumber daya manusia di Kecamatan dilakukan atas wewenang atau
kebijakan Kepala Camat ataupun pertukaran pegawai/mutasi.
Selanjutnya, mengenai pengembangan kanal akses.Pengembangan kanal akses
sangat perlu dilakukan guna menunjang dan memberikan kemudahan bagi OPD
terkait agar dapat terintegrasi dengan sistem dan juga OPD atau seluruh Kecamatan di
Kota Serang. Didalam sistem simral ini selain mengakses berbagai informasi terkait
perencanaan pembangunan, penganggaran dan pelaporan , simral pun terintegrasi ke
seluruh OPD di Kota Serang. Oleh karena itu pengembangan kanal akses perlu
dikembangkan agar memperlancar kerja sistem simral dan mempermudah OPD atau
Kecamatan di Kota Serang dalam mengakses sistem simral.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tb. A. Teguh Prihadi selaku Kepala Bidanag
Layanan E-government sebagai berikut :
“Pengembangan kanal akses memang sedang dilakukan dibarengi dengan
pengembangan sistem simral, kanal akses ini sangat penting karena kan
bersangkutan dengan seluruh OPD dan Kecamatan Kota Serang jadi harus
benar benar dikembangkan agar sistem lebih baik dan mudah diakses. Maka
dari itu kami bekerja sama dengan Bappeda Banyuwangi terkait simral karena
simral yang dimiliki Banyuwangi ini mudah diakses dan dimodifikasi jadi
dapat mempermudah berbagai pihak yang terkait”.(Wawancara, Selasa 13
104
November 2018)
Hal senada pun diungkapkan oleh Teknisi Diskominfo Kota Serang yaitu
Bapak Ukon, beliau mengungkapkan sebagai berikut:
“Kanal akses itu berada dalam sistem simral ini jadi berbarengan
pengembangannya, tujuan di kembangkannya sistem ini memang untuk
mempermudah dan terintegrasi dengan berbagai pihak yang terkait seperti
OPD dan kecamatan untuk lebih baik lagi kedepannya”.(Wawancara, Selasa
13 November 2018)
Selain itu Bapak Akhmad Saefulrohim selaku Kepala Sub Bidang
Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang pun mengungkapkan terkait
pengembangan kanal akses pada sistem simral sebagai berikut:
“Pengembangan kanal akses pasti dilakukan karena terkait banyak pihak kan,
kita ingin mempermudah OPD dan Kecamatan seluruh Kota Serang dalam
mengakses sistem simral. Maka dari itu kami bekerja sama dengan Bappeda
Banyuwangi yang memiliki simral yang mudah diakses oleh berbagai pihak”
(wawancara, senin 5 november 2018)
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa
pengembangan kanal akses memang sudah dilakukan oleh Bappeda Kota Serang
dibarengi dengan pengembangan sistem simral dengan bertujuan untuk memudahkan
seluruh OPD dan Kecamatan di Kota Serang dalam mengakses sistem simral dan
terintegrasi dengan baik antara sistem simral dengan seluruh OPD yang terkait.
Sehingga baik penyusunan perencanaan pembangunan, penganggaran dan pelaporan
dapat dengan mudah , efektif dan efisien nantinya.
Selain itu juga untuk pengadaan SDM di Bappeda Kota Serang dilakukan
105
setiap periode yang ditentukan tetapi tidak setiap periode SDM di bidang
Perencanaan pembangunan bertambah karenatidak setiap pengadaan SDM tidak
semua bidang bertambah SDM nya termasuk bidang perencanaan pembangunan. Di
kantor Bappeda Kota Serang sendiri, pengadaan SDM dilakukan jika terjadi adanya
kebutuhan pegawai pada ruang/tempat kosong pada posisi tertentu, terutama posisi
yang khusus menangani sistem simral.
Begitu pula halnya di seluruh Kecamatan di Kota Serang untuk pengadaan
SDM pun dilakukan disetiap periode yang ditentukan atau adanya rolling pegawai
kecamatan, adapun penambahan SDM di lain periode yang sudah di tentukan
merupakan wewenang ataupun kebijakan kepala kecamatan dan pejabat kecamatan
lainnya.
4.3.6 Capital (Permodalan)
Capital adalah menyangkut pola permodalan proyek e-government yang
dilakukan terutama yang berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan
seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perkembangan, disini tim harus
memikirkan jenis-jenis model pendapatan yang mungkin untuk diterapkan di
pemerintahan.
Menyangkut pola permodalan dalam penerapan e-government, permodalan
sangat dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan penerapan e-government.Hal
tersebut dikarenakan permodalan merupakan faktor yang sangat penting dan harus
106
ada untuk dapat melakukan suatu hal.Karena tanpa adanya pembiayaan yang
dilakukan, tujuan dari adanya suatu pelaksanaan aktivitas kegiatan tidak dapat
tercapai dengan baik.Oleh karena itu pola permodalan yang baik sangat dibutuhkan
guna menunjang berbagai pelaksanaan pelayanan perpajakan yang dilakukan secara
elektronik online tersebut.
Di Bappeda Kota Serang, pola permodalan yang dilakukan sudah sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan. Jika dalam hal pengadaan sistem, jaringan layanan,
pengembangan aplikasi, pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur dan lain
sebagainya, modal atau anggaran yang digunakan adalah langsung dari Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang yang bersumber dari APBD yang
diberikan langsung kepada Bappeda Kota Serang dan Diskominfo Kota Serang.
Mengenai adanya pola permodalan yang dilakukan di Bappeda KotaSerang
dalam penerapansimral di Bappeda Kota Serang, peneliti mencoba mengkonfirmasi
mengenai hal tersebut kepada Bapak Arif Rediwinata selaku Kepala Sub Bidang
Penyusunan APBD dan mengungkapkan sebagai berikut :
“Berbicara pola permodalan dalam penerapan simral semua modal berasal
dari APBD, dan kami terima mateng dari Bappeda Kota Serang. Maksud
terima mateng itu jadi perencanaan dari sana dan penganggarannya seperti apa
nanti kita input. Siklus ada di apbd dari mulai perencanaan pelaksanaan
sampai pertanggung jawaban. Di bappeda itu bagian dari perencanaan kemana
nih arahnya pembangunan kota serang yang dituahkan ke rkpd setiap tahun
kemudian dari rkpd itu dilanjutkan ke ppas penganggaran, jadi kita punya
uang berapa di bagi lah oleh bappeda jadi bappeda yang membagi sesuai
prioritas”. (Wawancara, Senin 19 November 2018)
Adapun pernyataan lainnya terkait anggaran atau permodalan dalam
107
penerapan simral di Bappeda Kota Serang, baik permodalan terkait pengembangan
ataupun pemeliharaan infrastruktur, pengelolaan sistem dan lain sebagainya. Hal
tersebut diungkapkan oleh Bapak Akhmad Saefulrohim selaku Kepala Sub Bidang
Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang, mengungkapkan sebagai berikut:
“Anggaran untuk pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral
itu berasal dari APBD yang di kelola oleh BPKAD. Jadi kita mempunyai
perencanaan yang sudah di input dengan berbagai tahap, lalu dari pihak
BPKAD nanti menginput anggarannya. Setelah anggaran sudah diberikan
kepada Bappeda maka Bappeda akan membagikan anggaran tersebut sesuai
dengan kebutuhan seperti contohnya membayar sewa simral kepada BPPT,
atau biaya pengembangan simral yang sekarang sedang kita lakukan”.
(Wawancara, Senin 5 November 2018)
Hal senada pun di ungkapkan oleh Bapak Tb. A. Teguh Prihadi Selaku Kepala
Bidang Layanan E-government Diskominfo Kota Serang terkait anggaran dalam
pengembangan dan penerapan simral, beliau mengungkapkan sebagai berikut :
“Untuk pihak diskominfo dalam hal anggaran itu menangani terkait
pemeliharaan dan pengembangan yang sedang dilakukan untuk saat ini,
anggaran infrastruktur dari diskominfo semua, untuk anggaran semenjak
2017-2018 itu ada di anggaran bappeda simral bppt untuk
pembayaran.contohnya seperti membayar ke BPPT dalm hal sewa simral yang
sekarang ini.Sumber anggaran yang kami terima itu semua berasal dari
APBD” (Wawancara, Selasa 13 November 2018)
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan para informan, dapat
diketahui bahwa berbagai modal/anggaran biaya yang tersedia di Bappeda Kota
Serang dialokasikan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Serang.
Pengalokasian anggaran yang dilakukan oleh BPKAD Kota Serang tersebut
108
dialokasikan untuk berbagai kegiatan terkait penerapan simral di Bappeda Kota
Serang seperti pengelolaan, pemeliharaan infrastruktur, pengembangan sistem dan
lain sebagainya.
4.4 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari analisis data dan fakta yang peneliti dapatkan
dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Dalam pembahasan
ini peneliti menggunakan teori penerapan e-government menurut Indrajit (2005:18)
yang meliputi enam indikator sebagai berikut :content development (pengembangan
aplikasi, competency building (pelatihan dan pengembangan kompetensi),
connectivity (ketersediaan infrastruktur), cyber laws (kerangka dan perangkat
hukum), citizen interfaces (pengadaan sdm dan pengembangan kanal akses), capital
(pola permodalan).
4.4.1 Content Development (Pengembangan Aplikasi)
Bappeda Kota Serang dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan
perencanaan pembangunan Kota Serang, merancang sistem pengelolaan informasi di
beberapa bidang tugasnya. Sistem yang dikembangkan ini sesuai dengan kebijakan
Bappeda Kota Serang dan OPD terkait untuk memaksimalkan kemandirian dan
mengurangi ketergantungan terhadap pihak – pihak lain. Sistem yang dikembangkan
merupakan sistem informasi terpadu yang mencakup bidang – bidang perencanaan
109
pembangunan daerah dan kebutuhan anggarannya, keuangan daerah dan untuk
kebutuhan para eksekutif pemerintah Kota Serang yakni Sistem Informasi
Perencanaan, Penganggaran dan Laporan (SIMRAL).
Bappeda Kota Serang berusaha untuk meningkatkan sistem simral dalam
pengolahan data maupun informasinya untuk memberikan kemudahan bagi para
operator dan OPD terkait dalam pengaksesan sistem ini. Mengingat pentingnya fungsi
pengelolaan data dan informasi terkait sistem simral, terutama untuk mendukung
proses perencanaan pembangunan daerah Kota Serang yang terkait dengan OPD,
maka wajar kalau Bappeda Kota Serang berupaya untuk menempatkan pengelolaan
data dan informasi terkait simral pada tempat yang setara dengan pengelolaan sumber
daya lainnya seperti sumber daya manusia, keuangan, waktu dan lainnya.
Perlu diketahui bahwa dalam pelaksanaan penerapansimral diBappeda Kota
Serang, pelaksanaan dan pengelolaannya dilakukan oleh beberapa pihak. Selain para
Kepala Bidang dan operator sebagai pelaku utama dalam proses pelaksanaan
kegiatan, pihak lain juga mempunyai peran penting dalam kegiatan perencanaan
pembangunan daerah melalui sistem simral tersebut.
Pelaksanaan penerapan simraldi Bappeda Kota Serang pada berbagai sistem
dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan yang
dilakukan dan diberikan kepada OPD terkait dan seluruh Kecamatan di Kota Serang.
Dalam melakukan pelaksanaan penerapan simral yang dilakukan perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor apa yang sudah menjadi
110
ketentuan dalam melakukan penerapan simral. Karena seperti kita ketahuiberbagai
pelaksanaan penerapan simraltidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ditunjang
dengan berbagai hal yang sudah menjadi ketentuannya, seperti perencanaan yang
baik, ketersediaan infrastruktur penunjang, serta pengalokasian anggaran/biaya dan
penunjang lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan penerapan simraldengan baik
dan optimal.
Pengembangan sistem simral yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang dan
Diskominfo Kota Serang di latar belakangi oleh beberapa hambatan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan yang di hadapi operator – operator simral dan OPD terkait. Hal ini
tentu sangat menghambat proses penginputan data - data perencanaan, dimana data
yang di input tidak sedikit. Selain itu sistem simral BPPT tidak bisa di modifikasi
sesuai dengan kebutuhan operator, maka dari itu Bappeda Kota Serang dan
Diskominfo Kota serang mencari solusi untuk sistem simral ini dengan melakukan
pengembangan pada sistem simral.
Pelaksanaan pengembangan sistem simral di instruksikan langsung oleh KPK
yang bertujuan untuk memudahkan kepada OPD yang menangani sistem simral dan
proses perencanaan pembangunan daerah serta penganggarannya bisa diakses lebih
mudah. Sebelum Bappeda Kota Serang dan Diskominfo Kota Serang melakukan
pengembangan pada sistem simral, Bappeda Kota Serang melakukan pertemuan
dengan BPPT yang membicarakan tentang permasalahan yang dihadapi oleh operator
dan OPD terkait di Kota Serang.
Hasil dari pertemuan Bappeda Kota Serang dengan BPPT terkait simral yaitu
111
Bappeda Kota Serang dibantu oleh Diskominfo Kota Serang akan bekerja sama
dengan Pemerintah Banyuwangi dalam pengembangan sistem simral. Alasan
Bappeda Kota Serang bekerja sama dengan Pemerintah Banyuwangi yaitu karena
sistem simral yang dimiliki oleh Pemerintah Banyuwangi untuk saat ini merupakan
sistem simral yang terbaik dan di akui pula oleh KPK. Selain itu sistem simral yang
dimiliki oleh Bappeda Banyuwangi ini dapat di peroleh sepenuhnya dengan gratis
atau tidak adanya biaya sewa seperti sistem simral BPPT yang setiap tahunnya harus
membayar sewa dan sistem simral Bappeda Banyuwangi dapat dengan mudah di
modifikasi sesuai dengan kebutuhan yang berubah – ubah.
Dalam pelaksanaannya, kini pihak Bappeda Kota Serang telah melakukan
berbagai pengembangan terhadap sistem yang ada, hal tersebut dapat kita lihat dari
adanya berbagai perkembangan aplikasi yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang
dan Diskominfo Kota Serang terhadap sistem simral tersebut.
Pengembangan sistem yang dilakukan dapat dikatakan sudah berjalan dengan
baik. Hal tersebut dapat kita ketahui dengan sudah hampir selesainya proses
pengembangan sistem simral yang dilakukan oleh Diskominfo dan Bappeda Kota
Serang.Pengembangan aplikasi yang dilakukan, dalam hal ini adalah pengembangan
aplikasi terhadap sistem simral.seperti pengembangansistem layanan, fitur tampilan,
pengembangan program, pengembangan aplikasi sistem data dan lain sebagainya.
Pengembangan aplikasi terhadap berbagai sistem tersebut telah dilakukan oleh pihak
Bappeda Kota Serang dan Diskominfo Kota Serang melalui bagian/bidang yang
112
secara langsung telah ditunjuk dan memiliki tugas dalam melakukan pengembangan
aplikasi terhadap sistem yang ada.Sehingga karena hal tersebut penggunaan sistem
nantinya akan semakin mudah untuk dilakukan oleh operator didalam melakukan
kegiatan proses perencanaan pembangunan.
Pengembangan sistem simral ini dilatar belakangi oleh suatu hal teknis dan
kebijakan dari pimpinan dan tidak sesuainya sistem simral dari BPPT dengan
kebutuhan sistem kota serang yang di setiap minggu atau bulannya berubah dan sulit
di modifikasi oleh operator simral selain itu agar memudahkan dalam menghitung
persentase keberhasilan perencanaan melalui simral atau secara otomatis. Hal ini
ditandai dengan sulitnya sistem ini di sesuaikan dengan kebutuhan operator simral
dan menghambat proses penginputan perencanaan pembangunan dengan sistem
simral. Selain itu sistem simral produk BPPT ini tidak diberikan sepenuhnya kepada
Bappeda Kota Serang dan simral dari BPPT ini disewakan oleh BPPT kepada
Bappeda dan disetiap tahunnya Bappeda harus membayar sewa simral ini kepada
BPPT.
Oleh karena itu Bappeda Kota Serang dan Diskominfo Kota Serangmelakukan
pengembangan terhadap sistem simral ini dan bekerja sama dengan Bappeda
Banyuwangi, dimana Bappeda Banyuwangi sudah lama menerapkan sistem simral di
daerahnya dan sudah diakui oleh KPK bahwa sistem simral Banyuwangi merupakan
sistem simral terbaik untuk saat ini.
Pengembangan sistem simral yang dilakukan oleh Diskominfo dan Bappeda
113
Kota Serang untuk saat ini sudah hampir selesai dan sudah sampai pada tahap
perpindahan data dari simral BPPT kepada simral Banyuwangi. Bappeda Kota Serang
dan Diskominfo Kota Serang menginginkan pengembangan sistem simral ini sudah
selesai sebelum perencanaan pembangunan tahun depan dimulai, karena dengan
sistem simral yang baru ini dapat mempermudah seluruh operator, OPD dan
Kecamatan Kota Serang dalam mengakses dan menginput data perencanaan
pembangunan yang sudah dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
4.4.2 Competency Building (Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi)
Pelatihan dan pengembangan kompetensi merupakan proses pendidikan
jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga
tenaga kerja atau pegawai mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk
tujuan tertentu. Pelatihan dan pengembangan kompetensi kepada sumber daya
manusia sangat penting, karena dengan dilakukannya pelatihan dan pengembangan
kompetensi terhadap sumber daya manusia akan memberikan pengetahuan dan
keahlian mendalam terkait pelatihan atau pengembangan kompetensi yang dilakukan.
Sebelum dilakukannya pengembangan kompetensi perlu diperhatikan adanya standar
kompetensi, standar kompetensi digunakan sebagai dasar untuk dilakukannya
pengembangan pada sumber daya manusia agar pelaksanaan pengembangan
114
kompetensi yang dilakukan terarah dan terlaksana dengan baik.
Pelatihan dan pengembangan kompetensi terkait sistem simral sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang kepada seluruh OPD dan Kecamatan Kota
Serang. Pelatihan dan pengembangan kompetensi bertujuan untuk meningkatkan
kinerja pegawai dan mengembangkan kompetensi sistem simral agar proses
penerapan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral dalam perencanaan
pembangunan Kota Serang berjalan dengan baik.
Pelatihan dan pengembangan kompetensi terhadap para pegawai di Bappeda
Kota Serang, terutama untuk pegawai yang khusus menangani pengoprasian sistem
simral memang ada dan sudah dilakukan yang di adakan oleh BPPT melalui Bappeda
Kota Serang. Jenis pelatihannya pun bermacam-macam seperti Bimbingan Teknis
(Bimtek), Pelatihan dan Sosialisasi Perencanaan dan Anggaran, Pelatihan Operator,
dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya berbagai pelatihan dan pengembangan kompetensi
yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang untuk OPD dan seluruh Kecamatan di
Kota Serang masih sangat jarang dilakukan.Terbukti dengan adanya beberapa
pernyataan dari operator simral terkait pelatihan dan pengembangan kompetensi yang
hanya dilakukan pada awal sistem simral ini akan diterapkan pada awal tahun 2017
berupa pelatihan dan bimbingan praktek pengoprasian sistem simral. Selain
bimbingan praktek pengoprasian simral kepada seluruh operator, beberapa bulan yang
lalu pun Bappeda Kota Serang mengadakan pelatihan dan sosialisasi terkait sumber
daya manusia terutama kepada seluruh operator simral.
115
Tidak rutinnya pengadaan pelatihan dan pengembangan yang dilakukan atau
diadakan oleh Bappeda Kota Serang berdampak kepadasebagian operator simral
yang berada di kecamatan terkadang merasa kesulitan dalam pengoprasian sistem
simral karena operator tidak menguasai sistem simral tersebut. Hal tersebut
disebabkan karena pelaksanaan pelatihan dan pengembangan kompetensi terhadap
operator simral tidak rutin dilakukan.Sehingga hal tersebut menyebabkan kegiatan
pelatihan dan pengembangan kompetensi yang dilakukan, para operator tidak dapat
meningkatkan kemampuan serta keahlian yang mereka miliki.Selain itu juga mereka
menjadi kurang memperoleh dan mengembangkan pengetahuan baru terkait sistem
simral di Kota Serang.
Seharusnya pelatihan dan pengembangan kompetensi rutin dilakukan
beberapa bulan sekali. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai, terutama pelatihan dan
pengembangan kompetensi yang dilakukan terhadap operator sistem simral yang
memiliki tugas dalam menginput perencanaan pembangunan Kota Serang yang harus
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugasnya, agar
proses perencanaan pembangunan daerah melalui sistem simral ini menjadi lebih baik
dan dapat membantu proses perencanaan pembangunan daerah menjadi lebih efektif
dan efisien.
Karena pada dasarnya pelatihan dan pengembangan kompetensi sangat perlu
dilakukan dan diberikan kepada pegawai/operator sistem simral dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Sehingga dengan
116
adanya pelatihan dan pengembangan kompetensi yang dilakukan, hal tersebut dapat
menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para operator
terhadap apa yang sudah menjadibidangnya dan dapat mempermudah proses
perencanaan pembangunan melalui sistem simral.
4.4.3 Connectivity (Ketersediaan Infrastruktur)
Infrastruktur merupakan suatu wadah untuk menopang kegiatan-kegiatan
dalam satu ruang.Ketersediaan infrastruktur memberikan akses mudah bagi
pemerintah terhadap sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam melakukan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kepada
sumber daya manusia.
Pada dasarnya ketersediaan infrastruktur merupakan elemen utama penunjang
berbagai kegiatan yang dilakukan, karena tanpa ditunjang atau didukung dengan
adanya ketersediaan infrastruktur yang memadai, maka berbagai kegiatan yang
dilakukan pun tidak dapat berjalan dengan baik dan optimal. Ketersediaan
infrastruktur salah satu hal yang sangat penting dalam pembangunan di suatu daerah,
dimana infrastruktur berperan penting sebagai sarana ataupun prasarana pendukung
dalam suatu proses pembangunan daerah.
Ketersediaan infrastruktur komunikasi dan teknologi informasi sangat
diperlukan guna menunjang pelaksanaan penerapansistem simraldi Bappeda Kota
Serang. Mengenai ketersediaan infrastruktur yang ada di Bappeda Kota Serang, baik
117
infrastruktur sarana prasarana maupun infrastruktur jaringan, ketersediaan
infrastruktur yang tersedia guna menunjang berbagai kegiatan perencanaan
pembangunan daerah Kota Serang melalui sistem simral yang dilakukan secara
elektronik online ini dapat dikatakan memang masih kurang cukup memadai.
Sebagian infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang memiliki kondisi yang
yang kurang baik yaitu infrastruktur pendukung yang sudah tidak memadai untuk
dapat digunakan.
Namun, di lain sisi masih cukup banyak pula kondisi infrstaruktur penunjang
seperti komputer, printer/mesin pencetak dan lain sebagainya yang tersedia sudah
mengalami kerusakan atau tidak layak dipakai. Dengan adanya pernyataan –
pernyataan dari operator kecamatan yang menyatakan bahwa infrastuktur yang berada
di seluruh Kecamatan di Kota Serang belum cukup baik karena infrastruktur yang ada
sebagian sudah ada yang tidak berfungsi seperti komputer/laptop, printer, dan wifi
sebagai infrastruktur penunjang untuk mengakses sistem simral seringkali mengalami
gangguan. Hal ini sangat disayangkan karena infrastruktur merupakan elemen yang
sangat penting dalam proses penerapan sistem simral di kota serang, terutama proses
penerapan yang dimulai dari bawah yaitu kecamatan, tetapi dengan keadaan
infrastruktur yang sebagian besar sudah tidak berfungsi seperti komputer dan wifi ini
sangat menghambat proses penerapan sistem simral terutama proses penginputan data
perencanaan melalui sistem simral yang membutuhkan infrastruktur penunjang yang
baik agar proses pengaksesan dan penginputan data berjalan dengan lancar.
Untuk pergantian dan perbaikan infrastruktur yang sudah tidak bisa dipakai
118
sudah diajukan olehKecamatan di Kota Serang dan sudah mengikuti prosedur yang
ditentukan, pengajuan dan pengadaan infrastruktur yang sudah diajukan biasanya
memakan waktu yang cukup lama dan tidak pasti waktunya. Jadi untuk saat ini
operator simral terkadang memakai sarana pribadi seperti laptop atau wifi dari
handphone untuk menunjang proses perencanaan pembangunanan dan mengakses
sistem simral.
Selain itu keadaan infrastruktur di Bappeda Kota Serang pun tidak jauh
berbeda dengan seluruh Kecamatan di Kota Serang, operator simral Bappeda Kota
Serang saat ini memakai sarana pribadi seperti laptop.Untuk keadaan infrastuktur
jaringan komunikasi di Bappeda Kota Serang yaitu wifi masih cukup baik walaupun
terkadang eror dan keadaan server simral sendiri masih berada di BPPT karena
Bappeda Kota Serang pada saat ini masih mensewa server kepada BPPT. Jadi ketika
server eror dan sistem simral tidak bisa diakses oleh admin ataupun operator simral
maka pihak Bappeda Kota Serang hanya bisa menunggu dengan mengkonfirmasi
kepada BPPT, hal tersebut sangat menghambat dan mengganggu kerja operator dan
pegawai lainnya karena perbaikan server terkadang tidak pasti berapa lama akan
kembali normal.
Sehingga dengan berbagai ketersediaan infrastruktur yang tersedia di Bappeda
Kota Serang ataupun di seluruh Kecamatan Kota Serang baik infrastruktur sarana
prasarana maupun infrastruktur jaringan yang masih kurang baik dan kurang
memadai, hal tersebut dapat menghambat berbagai proses pengaksesan sistem simral
dan karena hal itu berbagai aktivitas terkait sistem simral yang dilakukan baik oleh
119
Bappeda Kota Serang ataupun Seluruh Kecamatan di Kota Serang menjadi terhambat
karena kondisi infrastruktur penunjang yang kurang memadai dan proses pergantian
infrastruktur yang cukup lama.
4.4.4 Cyber Laws (Kerangka dan Perangkat Hukum)
Cyber law merupakan hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya)
yang umumnya diasosiasikan dengan internet.Cyber law merupakan salah satu aspek
hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang
perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi
internet yang dimulai pada saat online.Cyber law dimaksudkan sebagai inventarisasi
atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang berkaitan dengan pemanfaat
internet. Ruang lingkup cyber law ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau
aspek hukum dari e-commerce, trademark/domain names, copyright, e-government
dan lain-lain.
Perangkat hukumkonsep e-government terkait dengan usaha penciptaan dan
pendistribusiandata/informasi dari suatu pihak terhadap pihak lain, masalah
keamanan data atau informasi dan hak cipta intelektual. Pemerintah harus memiliki
perangkat hukum yang menjamin terciptanya mekanisme e-government yang
kondusif.Karena perangkat hukum dalam pemerintahan sangat penting sebagai
pedoman untuk melakukan segala aktivitas pemerintahan yang dijadikan acuan dalam
setiap tahap pelaksanaan kegiataan di pemerintahan.
120
Keberadaan perangkat hukum yang berada di Bappeda Kota Serang sudah ada
terutama mengenai penerapan e-government pada sistem simral, keberadaan dan
ketersediaannya sudah cukup baik dan dapat dijadikan dasar hukum yang sah dan
sahih sebagai aturan yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan penerapan e-
government seperti sistem simral tersebut. Untuk pelaksanaan e-government di
pemerintahan berpedoman pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95
Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan adapula Peraturan
Menteri Nomor 5 Tahun 2018 terkait Pedoman Evaluasi Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
Keberadaan perangkat hukum yang dijadikan dasar dalam penerapan sistem
simral tersebut sudah ada sejak dikeluarkannya atau diterapkan sistem simral di Kota
Serang.Sehingga dalam pelaksanaannya pun pihak Bappeda Kota Serang mempunyai
dasar hukum yang jelas untuk dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan
berbagai jenis penerapan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral secara
elektronik online tersebut.
Dalam perencanaan pembangunan daerahKota Serang yang dilaksanakan
dengan menggunakansistem simral yang dilakukan berpedoman pada Permendagri
Nomor 86 Tahun 2017 mengenai tata cara perencanaan, pengendalian, dan evaluasi
pembangunan daerah pada instansi pemerintah. Pada Permendagri Nomor 86 Tahun
2017 didalamnya menjelaskan terkait ranncangan perencanaan pembangunan dimulai
dari rencana perencanaan pembangunan 5 tahunan hingga rencana perencanaan
pembangunan 20 tahunan, anggaran terkait perencanaan pembangunan, isu strategis
121
dan dampak permasalahan yang akan dihadapi. Selain itu Permendagri Nomor 86
Tahun 2017 pun memaparkan terkait tata acara evaluasiperaturan daerah tentang
RPJPD,RPJMD dan RKPD.
Selain itu upaya dalam mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan
yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara
efektif dan efisien yaitu berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangane-governmentyang memuat
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-
masing guna terlaksananya pengembangan e-government secara nasional dengan
berpedoman pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government, dan
merumuskan rencana tindak di lingkungan instansi masing-masing.
Untuk perangkat hukum lainnya yang mendasari sistem simral adalah UU
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi publik, selain untuk
keterbukaan informasi publik kepada pegawai ataupun masyarakat terkait pelaksaan
penerapan seperti sistem simral, adapula hukum yang mendasari untuk para pejabat
pemerintah terkait pengelolaan komunikasi publik terkait komunikasi dan informatika
dan penyebaran informasi secara efektif dan efisien yaitu Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik.
Selain itu untuk perangkat hukum yang mendasari pengembangan sistem
simral yang sedang dilakukan sekarang oleh Bappeda Kota Serang dan Diskominfo
Kota Serang dengan bekerja sama pemerintah Banyuwangi yaitu Perwal Kota Serang
Nomor 47 tahun 2017 tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
122
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pengembangan dan Pendayagunan Telematika di
Indonesia.
4.4.5 Citizen Interfaces (Pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal Akses)
Pengadaan sumber daya manusia merupakan upaya proses untuk memperoleh
jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh instansi pemerintah. Tujuan pengadaan sumber daya manusia
adalah Menerima pelamar sesuai dengan kualifikasi kebutuhan perusahaan dari
berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon pegawai dengan
kualitas tertinggi dari yang terbaik dan mendapatkan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi yang baik.
Pengadaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengembangan berbagai kanal
akses sangat perlu dilakukan guna menunjang berbagai kegiatan yang
dilakukan.Karena pada dasarnya sumber daya manusia merupakan penunjang utama
dalam melakukan berbagai kegiatan yang dilakukan.Mengenai pengadaan sumber
daya manusia di Bappeda Kota Serang, memang dilakukan setiap
periodenya.Pengadaan yang dilakukan biasanya dialokasikan untuk beberapa bagian
tertentu di Bappeda Kota Serang yang membutuhkan sumber daya manusia.
Pengadaan sumber daya manusia di Bappeda Kota Serang dilakukan setiap
periode yang ditentukanoleh pemerintah pusat ataupun daerah. Pengadaan sumber
daya manusia didasari atas kebutuhan atau penambahan pegawai di setiap kantor
123
ataupun instansi pemrintahan. Pengadaan sumber daya manusia di Bappeda Kota
Serang selalu bertambah atau mengalami rolling/pergantian pegawai tetapi tidak
setiap periode pengadaan sumber daya manusia seluruh bidang di Bappeda Kota
Serang bertambah seperti di bidang Perencanaan pembangunan Bappeda Kota
Serang.
Jumlah pegawai yang ada di bidang perencanaan pembangunan Bappeda Kota
Serang yaitu ada 9 (Sembilan) pegawai termasuk dengan Kepala Sub Bidang
Perencanaan Pembangunan.Dengan jumlah tersebut pada bidang perencanaan
pembangunan tidak sebanding dengan banyaknya pekerjaan atau kegiataninstansi
yang ada di Bappeda Kota Serang ataupun di Bidang Perencanaan
Pembangunan.Sembilan pegawai yang berada di bidan perencanaan pembangunan
terbagi atas beberapa tugas, salah satunya yaitu pengelolaan sistem simral.pada
pengelolaan sistem simral hanya ada 2 orang pegawai yaitu operator sistem simral
dan operator anggaran. Dengan keterbatasan pegawai yang berada di bidang
Perencanaan Pembangunan dapat menyebabkan pegawai tidak fokus dan pekerjaan
tidak dapat berjalan dengan efektif karena terbatasnya tenaga pegawaisehingga dapat
menghambat salah satu tugas pegawai yaitu mengelola sistem simral.
Di kantor Bappeda Kota Serang sendiri pengadaan sumber daya manusia
dilakukan jika terjadi adanya kebutuhan pegawai pada ruang atau tempat kosong pada
posisi tertentu, terutama posisi yang khusus menangani sistem simral, pengadaannya
pun atas kebijakan dan wewenang pihak Bappeda Kota Serang. Adapun ketika ada
pengadaan sumber daya manusia harus mengikuti prosedur yang ada dan itu cukup
124
memakan waktu yang lma karena harus mengikuti tahap tahap pengadaan sumber
daya manusia yang sudah ditentukan.
Begitu pula halnya di seluruh Kecamatan di Kota Serang untuk pengadaan
sumber daya manusia pun dilakukan disetiap periode yang sudah ditentukan, adapun
penambahan sumber daya manusia di lain periode yang sudah ditentukan, hal itu atas
wewenang ataupun kebijakan kepala kecamatanataupun pejabat kecamatan
terkait.Selain itu kecamatan pun melakukan rolling/pergantian pegawai di setiap
bidangnya yang bertujuan untuk para pegawai agar pegawai tidak merasakan jenuh
dan dapat mengembangkan potensi pegawai.
Untuk pengembangan kanal akses di Bappeda Kota Serang sudah dilakukan
bersamaan dengan pengembangan sistem simral. Pengembangan kanal akses ini
bertujuan untuk memudahkan seluruh OPD dan Kecamatan di Kota Serang dalam
mengakses sistem simral dan dapat terhubung dengan baik antara sistem simral
dengan seluruh OPD dan Kecamatan terkait, sehingga proses penyusunan
perencanaan pembangunan melalui sistem simral dapat dengan mudah , efektif dan
efisien. 99
4.4.6 Capital (Permodalan)
Capital (permodalan) terkait pola permodalan proyek pada e-government yang
dilakukan terutama yang berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan
seperti untuk keperluan pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan e-government,
125
dalam proyek e-government harus memikirkan jenis-jenis model pendapatan yang
mungkin akan diterapkan di pemerintahan.
Menyangkut pola permodalan dalam penerapan e-government, permodalan
sangat dibutuhkan untuk membiayai pelaksanaan penerapan e- government.Hal
tersebut dikarenakan permodalan merupakan faktor yang sangat penting dan harus
ada untuk dapat melakukan suatu hal.Karena tanpa adanya pembiayaan yang
dilakukan, tujuan dari adanya suatu pelaksanaan aktivitas kegiatan tidak dapat
tercapai dengan baik.Oleh karena itu pola permodalan yang baik sangat dibutuhkan
guna menunjang berbagai pelaksanaan pelayanan perpajakan yang dilakukan secara
elektronik online tersebut.
Pola permodalan di Bappeda Kota Serang terkait sistem simral sudah
ditetapkan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh peraturan yang ada.
Permodalan dalam sistem ini terbagi seperti permodalan perencanaan pembangunan,
pemeliharaan, pengembangan sistem, infrastruktur sistem jaringan dan lain
sebagainya.Untuk semua anggaran atau permodalan pada penerapan sistem simral ini
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang di kelola oleh
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang.
Permodalan untuk perencanaan pembangunan melalui sistem simral diberikan
langsung oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang kepada
Bappeda Kota Serang, dengan sebelumnya pihak Bappeda Kota Serang menginput
terlebih dahulu perencanaan dan penganggaran hasil dari musrenbang Kota Serang ke
dalam sistem simral, setelah itu di input pula oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan
126
Aset Daerah Kota Serang.
Setelah perencanaan tersebut sudah berupa rencana kerja pembangunan
daerah (RKPD) dan di lanjutkan ke kebijakan umum anggaran dan prioritas plafon
anggaran sementara (KUAPPAS), maka Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Serang akan memberikan anggaran atau modal kepada Bappeda Kota
Serang. Modal atau anggaran yang sudah diberikan oleh BPKAD kepada Bappeda
Kota Serang akan dibagi sesuai dengan prioritas yang sudah ditentukan dalam
musrenbang Kota Serang.
Untuk permodalan pemeliharaan dan pengembangan sistem simral yang di
kelola oleh Diskominfo Kota Serang pun sama halnya dengan permodalan
perencanaan pembangunan Bappeda Kota Serang yang bersumber dari APBD yang
mengelola yaitu BPKAD dan memberikan kepada Bappeda Kota Serang sesuai
dengan anggaran yang sudah di input kedalam sistem simral dan Bappeda Kota
Serang memberikan kepada Diskominfo Kota Serang untuk biaya pemeliharaan dan
pengembangan sistem simral. Anggaran untuk infrastruktur penunjang sistem simral
yang dikelola oleh Diskominfo Kota Serang sejak awal 2017-2018 seperti anggaran
untuk membayar sewa server dan aplikasi simral kepada BPPT, hal ini tercantum
pada anggaran Bappeda Kota Serang .
127
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan pada penelitian yang
dilakukan, maka penyimpulan akhir tentang Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang yaitu:
1. Content Development (pengembangan aplikasi) yang dilakukan oleh Bappeda
Kota Serang dan Diskominfo Kota Serang sudah cukup baik karena
pengembangan sistem simral sudah dilakukan yang bekerja sama dengan
Pemerintah Banyuwangi ini sudah dalam tahap pemindahan data simral BPPT
ke dalam sistem simral yang sedang dikembangkan.
2. Competency Building (pelatihan dan pengembangan kompetensi) yang
dilaksanakan oleh Bappeda Kota Serang untuk para pegawai atau seluruh
operator simral di Kota Serang kurang baik, hal ini dikarenakan pelatihan dan
pengembangan kompetensi pegawai atau operator simral di kota serang masih
kurang dilakukan. Hal tersebut dikeluhkan oleh pegawai dan operator simral
yang menangani pengoprasian sistem simral yang terkadang kurang mengerti
dengan sistem simral.
3. Connectivity (ketersediaan infrastruktur) yang berada di Bappeda Kota Serang
dan seluruh Kecamatan di Kota Serang keadaanya kurang baik, hal ini
128
dikarenakan infrastruktur seperti komputer, printer, server, wifi dan lainnya
dalam kondisi yang kurang baik, selain itu pihak Bappeda Kota Serang dan
seluruh Kecamatan di Kota Serang kurang maksimal dalam perbaikan dan
pergantian infrastruktur yang sudah rusak.
4. Cyber Law (kerangka dan perangkat hukum) dalam penerapan simral di
Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Serang sudah cukup baik, karena
perangkat hukum yang ada sudah di jadikan sebagai pedoman dalam proses
penerapan sistem simral ataupun dalam pelaksanaan sistem simral. contoh nya
Perwal Kota Serang Nomor 47 tahun 2017 yang mendasari Bappeda Kota
Serang dan Diskominfo Kota Serang dalam mengembangkan sistem simral.
5. Citizen interfaces (pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal Akses) untuk
pengadaan sumber daya manusia di Bappeda Kota maupun di seluruh
Kecamatan Kota Serang kurang maksimal, karena di setiap pengadaan sdm
tidak semua bidang sdmnya bertambah seperti di bidang perencanaan
pembangunan di Bappeda Kota serang maupun di seluruh Kecamatan Kota
Serang. Selain itu untuk pengembangan kanal akses sistem simral sudah
cukup baik karena sudah dilakukan bersamaan dengan pengembangan sistem
simral.
6. Capital (permodalan) di Bappeda Kota Serang terkait sistem simral sudah
cukup baik. Permodalan dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan pengembangan
sistem simral berasal dari APBD yang dikelola oleh Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.
129
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Penerapan Simral di Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang, maka peneliti mencoba memberikan
saran atau masukan dari hasil penelitiannya yaitu:
1. Bappeda Kota Serang melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi
terkait sistem simral kepada seluruh operator atau instansi terkait secara rutin,
agar seluruh operator sistem simral dapat menguasai pengaksesan sistem
simral dan dapat mengembangkan pengetahuan yang sudah diberikan oleh
Bappeda Kota Serang.
2. Bappeda Kota Serang atau Kecamatan di Kota Serang melakukan perbaikan
dan pergantian atau penambahan infrastruktur seperti komputer, wifi, mesin
pencetak dan infrastruktur penunjang lainnya secara cepat agar proses
perencanaan pembangunan daerah Kota Serang melalui sistem simral berjalan
lebih efektif dan efisien.
3. Bappeda Kota Serang atau Kecamatan di Kota Serang perlu melakukan
penambahan pegawai khususnya operator sistem simral, hal ini dilakukan agar
dapat membantu operator simral yang jumlahnya terbatas dan proses
perencanaan pembangunan daerah melalui sistem simral dapat berjalan
dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Moleong, I.J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta
Indrajit, Richardus Eko. 2004, 2005. e-GOVERNMENT IN ACTION, Ragam
Kasus Implementasi Suskses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: Andi.
Mulyana, Yoyo. 2005. Membangun Good Governance Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik di Daerah. Serang: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.
Tarigan , Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara
Baratakusumah. Supriyadi Deddy. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah –
Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama
M.L. Jhingan. 1988. Pembangunan dari perencanaan. Jakarta;
Rajawali
Denhardt, Janet V. and Denhardt, Robert B. 2007. The
New Public Service. London : M.E. Sharpe Inc
Dokumen dan Peraturan Perundang – Undangan
Instruksi Presiden Republik Indonesia No.03 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
Peraturan Walikota Serang No 47 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Jurnal :
Liputo, Siti Mutia Nurcahyani. 2015. Penerapan E-Government Kelurahan di
Kantor Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakukkan Kota Makasar
Universitas Hasanudin.
Wijaya, Aditya. 2015. Penerapan E-Government di Sekretariat Daerah Kabupaten
Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Dokumen :
Instruksi Presiden Republik Indonesia No.03 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government, Jakarta.
Peraturan Walikota Serang No 7 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
Sumber lain :
http://www.madaniplan.com/
http://www.ratuagung78.blogspot.com (diunduh pada 14 September 2018)
http://renimutiaablog.blogspot.com/2016/09/the-new-public service.html (diunduh
pada 21 oktober 2018)
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: SERANGKECAMATAN 367301
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 760.000.000 760.000.000 0 03 3
10.000.000 10.000.000 0 01KEL Cimuncang1 1
750.000.000 750.000.000 0 01KEL Sukawana2 1
0 0 0 01KEL Cipete3 1
KESEHATAN1102 566.500.000 566.500.000 0 018 24
0 0 0 04KEL Serang1 4
15.000.000 15.000.000 0 02KEL Cipare2 2
47.500.000 47.500.000 0 03KEL Sumur Pecung3 3
14.000.000 14.000.000 0 02KEL Kota Baru4 2
100.000.000 100.000.000 0 01KEL Cimuncang5 1
25.000.000 25.000.000 0 02KEL Lontarbaru6 2
365.000.000 365.000.000 0 04KEL Kaligandu7 10
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 1.217.431.100.00 1.217.431.100.00 0 0123 189
0 0 0 025KEL Serang1 25
515.000.000 515.000.000 0 016KEL Cipare2 16
6.000.000 6.000.000 0 01KEL Kota Baru3 1
1.203.419.500.00 1.203.419.500.00 0 06KEL Lopang4 34
540.000.000 540.000.000 0 010KEL Cimuncang5 10
4.912.000.000 4.912.000.000 0 014KEL Unyur6 16
750.000.000 750.000.000 0 01KEL Sukawana7 1
398.100.000 398.100.000 0 014KEL Lontarbaru8 14
3.210.500.000 3.210.500.000 0 07KEL Kaligandu9 32
2.810.000.000 2.810.000.000 0 07KEL Terondol10 7
870.000.000 870.000.000 0 04KEL Kagungan11 4
0 0 0 018KEL Cipete12 29
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 4.666.099.999 4.666.099.999 0 082 94
0 0 0 01KEL Serang1 1
983.100.000 983.100.000 0 019KEL Sumur Pecung2 19
202.000.000 202.000.000 0 011KEL Kota Baru3 11
385.000.000 385.000.000 0 02KEL Lopang4 5
1.441.000.000 1.441.000.000 0 036KEL Cimuncang5 36
407.000.000 407.000.000 0 02KEL Unyur6 2
80.000.000 80.000.000 0 04KEL Sukawana7 4
467.999.999 467.999.999 0 01KEL Kaligandu8 9
700.000.000 700.000.000 0 06KEL Terondol9 7
KETENTRAMAN DAN KETERTIBANSERTA PERLINDUNGANMASYARAKAT
1105 60.000.000 60.000.000 0 03 3
50.000.000 50.000.000 0 02KEL Kota Baru1 2
10.000.000 10.000.000 0 01KEL Lontarbaru2 1
SOSIAL1106 1.070.000.000 1.070.000.000 0 03 7
18-10-2018 Hal. 1 / 13Sudah Diverifikasi
: SERANGKECAMATAN 367301
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
0 0 0 01KEL Serang1 1
50.000.000 50.000.000 0 01KEL Sukawana2 1
1.020.000.000 1.020.000.000 0 01KEL Kaligandu3 5
TENAGA KERJA1201 125.000.000 125.000.000 0 02 2
100.000.000 100.000.000 0 01KEL Lopang1 1
25.000.000 25.000.000 0 01KEL Sukawana2 1
LINGKUNGAN HIDUP1205 460.000.000 460.000.000 0 07 15
0 0 0 01KEL Serang1 1
35.000.000 35.000.000 0 02KEL Sukawana2 2
25.000.000 25.000.000 0 01KEL Lontarbaru3 1
400.000.000 400.000.000 0 02KEL Kaligandu4 7
0 0 0 01KEL Cipete5 4
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1207 215.000.000 215.000.000 0 03 3
215.000.000 215.000.000 0 03KEL Sumur Pecung1 3
PERHUBUNGAN1209 390.000.000 390.000.000 0 010 14
50.000.000 50.000.000 0 02KEL Lopang1 3
50.000.000 50.000.000 0 03KEL Cimuncang2 3
225.000.000 225.000.000 0 04KEL Unyur3 4
65.000.000 65.000.000 0 01KEL Kaligandu4 4
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 206.500.000 206.500.000 0 03 3
5.000.000 5.000.000 0 01KEL Cimuncang1 1
201.500.000 201.500.000 0 02KEL Kaligandu2 2
PERPUSTAKAAN1217 100.000.000 100.000.000 0 01 1
100.000.000 100.000.000 0 01KEL Kaligandu1 1
PARIWISATA2002 0 0 0 01 1
0 0 0 01KEL Serang1 1
PERENCANAAN3001 300.000.000 300.000.000 0 01 1
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Kaligandu1 1
PELAYANAN PENGADAANBARANG/JASA
3005 70.000.000 70.000.000 0 01 1
70.000.000 70.000.000 0 01KEL Cimuncang1 1
1.226.420.199.99 1.226.420.199.99 0 0261JUMLAH 361
18-10-2018 Hal. 2 / 13Sudah Diverifikasi
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: KASEMENKECAMATAN 367302
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 4.970.000.000 4.970.000.000 0 019 33
1.400.000.000 1.400.000.000 0 04KEL Kasemen1 4
350.000.000 350.000.000 0 02KEL Mesjid Priyayi2 2
350.000.000 350.000.000 0 02KEL Warung Jaud3 2
150.000.000 150.000.000 0 02KEL Banten4 2
200.000.000 200.000.000 0 02KEL Sawah Luhur5 2
1.340.000.000 1.340.000.000 0 05KEL Kilasah6 14
1.180.000.000 1.180.000.000 0 02KEL Kasunyatan7 7
KESEHATAN1102 5.592.000.000 5.592.000.000 0 012 33
4.592.000.000 4.592.000.000 0 06KEL Kasemen1 16
640.000.000 640.000.000 0 02KEL Warung Jaud2 12
50.000.000 50.000.000 0 02KEL Banten3 2
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Kilasah4 2
10.000.000 10.000.000 0 01KEL Kasunyatan5 1
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 381.143.500.000 381.103.500.000 0 075 213
31.710.000.000 31.710.000.000 0 010KEL Kasemen1 40
4.000.000.000 4.000.000.000 0 010KEL Mesjid Priyayi2 10
7.100.000.000 7.100.000.000 0 03KEL Terumbu3 27
2.000.000.000 2.000.000.000 0 01KEL Warung Jaud4 1
3.200.000.000 3.200.000.000 0 06KEL Bendung5 18
4.133.500.000 4.133.500.000 0 023KEL Banten6 23
8.175.000.000 8.135.000.000 0 08KEL Sawah Luhur7 36
316.450.000.000 316.450.000.000 0 08KEL Kilasah8 40
2.375.000.000 2.375.000.000 0 03KEL Kasunyatan9 14
2.000.000.000 2.000.000.000 0 03KEL Margaluyu10 4
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 342.596.150.000 342.596.150.000 15.336.000.000 15.336.000.00075 201
2.300.000.000 2.300.000.000 0 02KEL Kasemen1 10
6.340.000.000 6.340.000.000 3.035.000.000 3.035.000.00032KEL Mesjid Priyayi2 32
301.360.150.000 301.360.150.000 0 02KEL Terumbu3 11
6.300.000.000 6.300.000.000 3.750.000.000 3.750.000.0004KEL Warung Jaud4 38
320.000.000 320.000.000 0 02KEL Bendung5 3
1.850.000.000 1.850.000.000 0 08KEL Banten6 8
12.261.000.000 12.261.000.000 3.041.000.000 3.041.000.00016KEL Sawah Luhur7 63
5.685.000.000 5.685.000.000 260.000.000 260.000.0004KEL Kilasah8 15
630.000.000 630.000.000 0 02KEL Kasunyatan9 4
5.550.000.000 5.550.000.000 5.250.000.000 5.250.000.0003KEL Margaluyu10 17
KETENTRAMAN DAN KETERTIBANSERTA PERLINDUNGANMASYARAKAT
1105 730.000.000 730.000.000 0 09 18
10.000.000 10.000.000 0 01KEL Kasemen1 1
200.000.000 200.000.000 0 01KEL Terumbu2 2
18-10-2018 Hal. 3 / 13Sudah Diverifikasi
: KASEMENKECAMATAN 367302
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
200.000.000 200.000.000 0 01KEL Bendung3 2
20.000.000 20.000.000 0 02KEL Banten4 2
80.000.000 80.000.000 0 01KEL Kilasah5 3
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Kasunyatan6 3
190.000.000 190.000.000 0 02KEL Margaluyu7 5
SOSIAL1106 3.730.600.009 3.730.600.009 0 011 20
60.100.000 60.100.000 0 02KEL Kasemen1 2
500.009 500.009 0 02KEL Mesjid Priyayi2 2
240.000.000 240.000.000 0 03KEL Banten3 3
5.000.000 5.000.000 0 01KEL Sawah Luhur4 1
425.000.000 425.000.000 0 02KEL Kilasah5 4
3.000.000.000 3.000.000.000 0 01KEL Margaluyu6 8
TENAGA KERJA1201 0 0 0 01 1
0 0 0 01KEL Mesjid Priyayi1 1
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DANPERLINDUNGAN ANAK
1202 185.000.000 185.000.000 0 02 3
75.000.000 75.000.000 0 01KEL Banten1 1
110.000.000 110.000.000 0 01KEL Kilasah2 2
PERTANAHAN1204 3.300.000.300 3.300.000.300 0 04 4
300 300 0 01KEL Mesjid Priyayi1 1
1.000.000.000 1.000.000.000 0 01KEL Warung Jaud2 1
2.000.000.000 2.000.000.000 0 01KEL Bendung3 1
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Margaluyu4 1
LINGKUNGAN HIDUP1205 11.316.500.000 11.316.500.000 0 042 54
3.380.000.000 3.380.000.000 0 020KEL Mesjid Priyayi1 20
6.270.000.000 6.270.000.000 0 01KEL Terumbu2 11
400.000.000 400.000.000 0 01KEL Warung Jaud3 1
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Bendung4 2
731.500.000 731.500.000 0 017KEL Banten5 17
35.000.000 35.000.000 0 01KEL Sawah Luhur6 1
200.000.000 200.000.000 0 01KEL Kasunyatan7 2
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1207 0 0 0 01 1
0 0 0 01KEL Mesjid Priyayi1 1
PERHUBUNGAN1209 1.675.000.000 1.675.000.000 0 05 9
25.000.000 25.000.000 0 02KEL Kasemen1 3
1.500.000.000 1.500.000.000 0 01KEL Terumbu2 4
150.000.000 150.000.000 0 02KEL Warung Jaud3 2
KOPERASI, USAHA KECIL DANMENENGAH
1211 460.000.000 460.000.000 0 03 11
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Mesjid Priyayi1 1
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Kasunyatan2 3
130.000.000 130.000.000 0 01KEL Margaluyu3 7
PENANAMAN MODAL1212 30.000.000 30.000.000 0 01 1
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Mesjid Priyayi1 1
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 540.000.000 540.000.000 0 03 4
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Kasemen1 1
0 0 0 01KEL Mesjid Priyayi2 1
18-10-2018 Hal. 4 / 13Sudah Diverifikasi
: KASEMENKECAMATAN 367302
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
40.000.000 40.000.000 0 01KEL Kasunyatan3 2
KEBUDAYAAN1216 15.000.000 15.000.000 0 01 1
15.000.000 15.000.000 0 01KEL Kasemen1 1
PERTANIAN2003 25.000.000 25.000.000 0 01 1
25.000.000 25.000.000 0 01KEL Kasemen1 1
PERINDUSTRIAN2007 200.000.000.000 200.000.000.000 0 01 1
200.000.000.000 200.000.000.000 0 01KEL Kilasah1 1
PEMERINTAHAN UMUM4001 1.000.000.000 1.000.000.000 0 01 1
1.000.000.000 1.000.000.000 0 01KEL Bendung1 1
957.308.750.309 957.268.750.309 15.336.000.000 15.336.000.000267JUMLAH 610
18-10-2018 Hal. 5 / 13Sudah Diverifikasi
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: WALANTAKAKECAMATAN 367303
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 9.398.000.000 9.058.000.000 0 015 18
340.000.000 0 0 02KEL Cigoong1 4
1.116.000.000 1.116.000.000 0 05KEL Kapuren2 5
7.000.000.000 7.000.000.000 0 02KEL Teritih3 2
550.000.000 550.000.000 0 03KEL Pabuaran4 3
392.000.000 392.000.000 0 03KEL Lebakwangi5 4
KESEHATAN1102 5.706.000.000 5.706.000.000 0 010 15
330.000.000 330.000.000 0 02KEL Nyapah1 2
320.000.000 320.000.000 0 02KEL Kapuren2 2
4.500.000.000 4.500.000.000 0 01KEL Teritih3 1
170.000.000 170.000.000 0 02KEL Pabuaran4 7
386.000.000 386.000.000 0 03KEL Lebakwangi5 3
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 79.802.075.000 78.527.075.000 0 089 156
4.950.000.000 4.950.000.000 0 010KEL Walantaka1 10
2.400.000.000 2.400.000.000 0 05KEL Cigoong2 8
4.400.000.000 4.400.000.000 0 05KEL Nyapah3 5
10.230.000.000 10.230.000.000 0 010KEL Kiara4 10
655.000.000 0 0 04KEL Pager Agung5 4
130.000.000 130.000.000 0 01KEL Kalodran6 1
3.550.000.000 3.550.000.000 0 012KEL Kapuren7 12
39.700.000.000 39.700.000.000 0 010KEL Teritih8 10
3.572.075.000 3.572.075.000 0 012KEL Pabuaran9 36
620.000.000 0 0 03KEL Pasuluhan10 4
4.880.000.000 4.880.000.000 0 06KEL Pipitan11 6
4.715.000.000 4.715.000.000 0 011KEL Lebakwangi12 50
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 6.270.300.000 6.000.300.000 2.839.300.000 2.839.300.00033 36
900.000.000 900.000.000 900.000.000 900.000.0003KEL Walantaka1 3
1.490.300.000 1.490.300.000 1.189.300.000 1.189.300.00021KEL Nyapah2 22
270.000.000 0 0 03KEL Pager Agung3 5
210.000.000 210.000.000 0 03KEL Kalodran4 3
2.500.000.000 2.500.000.000 0 01KEL Teritih5 1
750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.0001KEL Pipitan6 1
150.000.000 150.000.000 0 01KEL Lebakwangi7 1
KETENTRAMAN DAN KETERTIBANSERTA PERLINDUNGANMASYARAKAT
1105 20.000.000 20.000.000 0 01 1
20.000.000 20.000.000 0 01KEL Kalodran1 1
SOSIAL1106 630.000.000 630.000.000 0 02 2
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Kalodran1 1
600.000.000 600.000.000 0 01KEL Kapuren2 1
TENAGA KERJA1201 440.000.000 440.000.000 0 04 4
18-10-2018 Hal. 6 / 13Sudah Diverifikasi
: WALANTAKAKECAMATAN 367303
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
200.000.000 200.000.000 0 02KEL Nyapah1 2
240.000.000 240.000.000 0 02KEL Lebakwangi2 2
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DANPERLINDUNGAN ANAK
1202 75.000.000 75.000.000 0 02 2
75.000.000 75.000.000 0 02KEL Nyapah1 2
LINGKUNGAN HIDUP1205 851.000.000 851.000.000 0 08 10
135.000.000 135.000.000 0 03KEL Nyapah1 3
115.000.000 115.000.000 0 01KEL Pager Agung2 3
15.000.000 15.000.000 0 01KEL Kalodran3 1
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Pipitan4 1
86.000.000 86.000.000 0 02KEL Lebakwangi5 2
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1207 75.000.000 75.000.000 0 01 1
75.000.000 75.000.000 0 01KEL Nyapah1 1
PENGENDALIAN PENDUDUK DANKELUARGA BERENCANA
1208 500.000.000 500.000.000 0 02 2
50.000.000 50.000.000 0 01KEL Nyapah1 1
450.000.000 450.000.000 0 01KEL Pager Agung2 1
PERHUBUNGAN1209 2.015.250.000 2.015.250.000 0 06 22
15.000.000 15.000.000 0 01KEL Pager Agung1 1
0 0 0 01KEL Kalodran2 1
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Pabuaran3 14
750.250.000 750.250.000 0 01KEL Pipitan4 4
750.000.000 750.000.000 0 02KEL Lebakwangi5 2
KOPERASI, USAHA KECIL DANMENENGAH
1211 150.000.000 150.000.000 0 01 1
150.000.000 150.000.000 0 01KEL Kalodran1 1
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 1.000.000.000.00 1.000.000.000.00 0 01 1
1.000.000.000.00 1.000.000.000.00 0 01KEL Teritih1 1
PERTANIAN2003 20.000.000 20.000.000 0 01 1
20.000.000 20.000.000 0 01KEL Kapuren1 1
PERDAGANGAN2006 1.000.000.000 1.000.000.000 0 01 1
1.000.000.000 1.000.000.000 0 01KEL Teritih1 1
PELAYANAN PENGADAANBARANG/JASA
3005 31.000.000 31.000.000 0 01 1
31.000.000 31.000.000 0 01KEL Teritih1 1
URUSAN KEWILAYAHAN(KECAMATAN)
5001 50.000.000 50.000.000 0 01 1
50.000.000 50.000.000 0 01KEL Nyapah1 1
1.107.033.625.00 1.105.148.625.00 2.839.300.000 2.839.300.000179JUMLAH 275
18-10-2018 Hal. 7 / 13Sudah Diverifikasi
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: CURUGKECAMATAN 367304
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 1.890.400.000 1.650.000.000 0 07 9
1.000.000.000 1.000.000.000 0 02KEL Tinggar1 2
150.000.000 150.000.000 0 01KEL Kemanisan2 1
100.000.000 0 0 01KEL Cipete3 2
140.400.000 0 0 01KEL Sukawana4 1
0 0 0 01KEL Curug Manis5 1
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Sukajaya6 2
KESEHATAN1102 1.795.000.000 1.600.000.000 0 09 22
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Curug1 5
1.100.000.000 1.100.000.000 0 03KEL Tinggar2 3
150.000.000 0 0 02KEL Cipete3 7
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Pancalaksana4 5
45.000.000 0 0 02KEL Sukawana5 2
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 35.436.000.000 29.750.000.000 0 055 99
455.000.000 455.000.000 0 05KEL Curug1 7
8.675.000.000 8.675.000.000 0 010KEL Tinggar2 13
480.000.000 480.000.000 0 04KEL Kemanisan3 6
2.086.000.000 0 0 08KEL Cipete4 18
0 0 0 09KEL Cilaku5 13
17.390.000.000 17.390.000.000 0 05KEL Pancalaksana6 16
3.600.000.000 0 0 01KEL Sukawana7 2
0 0 0 02KEL Sukalaksana8 2
1.300.000.000 1.300.000.000 0 05KEL Curug Manis9 15
1.450.000.000 1.450.000.000 0 06KEL Sukajaya10 7
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 1.550.000.000 0 0 03 3
1.550.000.000 0 0 03KEL Sukawana1 3
TENAGA KERJA1201 100.000.000 100.000.000 0 02 3
100.000.000 100.000.000 0 01KEL Pancalaksana1 2
0 0 0 01KEL Sukawana2 1
LINGKUNGAN HIDUP1205 75.000.000 75.000.000 0 02 2
75.000.000 75.000.000 0 01KEL Pancalaksana1 1
0 0 0 01KEL Sukawana2 1
PERHUBUNGAN1209 50.000.000 50.000.000 0 01 9
50.000.000 50.000.000 0 01KEL Pancalaksana1 9
KOPERASI, USAHA KECIL DANMENENGAH
1211 0 0 0 01 1
0 0 0 01KEL Sukalaksana1 1
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 0 0 0 01 1
0 0 0 01KEL Sukalaksana1 1
PERTANIAN2003 200.000.000 200.000.000 0 02 2
200.000.000 200.000.000 0 01KEL Pancalaksana1 1
18-10-2018 Hal. 8 / 13Sudah Diverifikasi
: CURUGKECAMATAN 367304
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
0 0 0 01KEL Sukawana2 1
KEPEGAWAIAN3004 50.000.000 50.000.000 0 01 1
50.000.000 50.000.000 0 01KEL Pancalaksana1 1
41.146.400.000 33.475.000.000 0 084JUMLAH 152
18-10-2018 Hal. 9 / 13Sudah Diverifikasi
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: CIPOCOK JAYAKECAMATAN 367305
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 95.000.000 95.000.000 0 01 1
95.000.000 95.000.000 0 01KEL Tembong1 1
KESEHATAN1102 107.000.000 64.000.000 0 03 7
40.000.000 40.000.000 0 01KEL Karundang1 2
24.000.000 24.000.000 0 01KEL Panancangan2 2
43.000.000 0 0 01KEL Banjarsari3 3
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 23.353.475.000 20.543.675.000 0 036 130
6.120.475.000 5.140.675.000 0 06KEL Cipocok Jaya1 31
640.000.000 640.000.000 0 05KEL Karundang2 16
2.305.000.000 1.765.000.000 0 06KEL Panancangan3 19
2.350.000.000 2.350.000.000 0 02KEL Banjar Agung4 6
9.040.000.000 7.750.000.000 0 08KEL Banjarsari5 47
118.000.000 118.000.000 0 02KEL Tembong6 2
2.780.000.000 2.780.000.000 0 07KEL Dalung7 9
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 7.206.000.000 7.206.000.000 6.826.000.000 6.826.000.0007 32
1.450.000.000 1.450.000.000 1.150.000.000 1.150.000.0002KEL Banjar Agung1 6
5.756.000.000 5.756.000.000 5.676.000.000 5.676.000.0005KEL Tembong2 26
KETENTRAMAN DAN KETERTIBANSERTA PERLINDUNGANMASYARAKAT
1105 224.500.000 176.500.000 0 02 7
48.000.000 0 0 01KEL Panancangan1 4
176.500.000 176.500.000 0 01KEL Banjarsari2 3
SOSIAL1106 1.475.000.000 1.475.000.000 0 03 8
155.000.000 155.000.000 0 01KEL Banjarsari1 2
1.020.000.000 1.020.000.000 0 01KEL Tembong2 4
300.000.000 300.000.000 0 01KEL Dalung3 2
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DANPERLINDUNGAN ANAK
1202 25.000.000 25.000.000 0 01 1
25.000.000 25.000.000 0 01KEL Dalung1 1
LINGKUNGAN HIDUP1205 303.000.000 133.000.000 0 05 12
113.000.000 113.000.000 0 02KEL Karundang1 8
20.000.000 0 0 01KEL Panancangan2 2
150.000.000 0 0 01KEL Banjar Agung3 1
20.000.000 20.000.000 0 01KEL Dalung4 1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1207 98.400.000 98.400.000 0 02 3
23.400.000 23.400.000 0 01KEL Panancangan1 2
75.000.000 75.000.000 0 01KEL Banjarsari2 1
PERHUBUNGAN1209 440.000.000 140.000.000 0 02 3
300.000.000 0 0 01KEL Cipocok Jaya1 1
140.000.000 140.000.000 0 01KEL Banjar Agung2 2
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 80.000.000 0 0 01 1
80.000.000 0 0 01KEL Banjarsari1 1
18-10-2018 Hal. 10 / 13Sudah Diverifikasi
33.407.375.000 29.956.575.000 6.826.000.000 6.826.000.00063JUMLAH 205
18-10-2018 Hal. 11 / 13Sudah Diverifikasi
DAFTAR PROGRES USULAN KEGIATAN DESA/KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA KOTA SERANG
TAHUN 2019
: TAKTAKANKECAMATAN 367306
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
PENDIDIKAN1101 996.000.000 996.000.000 0 06 7
315.000.000 315.000.000 0 02KEL Taktakan1 3
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Pancur2 1
400.000.000 400.000.000 0 01KEL Panggungjati3 1
1.000.000 1.000.000 0 01KEL Umbul Tengah4 1
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Taman Baru5 1
KESEHATAN1102 2.738.600.000 2.738.600.000 0 016 21
2.000.000.000 2.000.000.000 0 01KEL Taktakan1 1
35.000.000 35.000.000 0 02KEL Pancur2 2
510.000.000 510.000.000 0 01KEL Panggungjati3 6
120.500.000 120.500.000 0 05KEL Drangong4 5
67.500.000 67.500.000 0 05KEL Umbul Tengah5 5
5.600.000 5.600.000 0 02KEL Sepang6 2
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAANRUANG
1103 31.527.700.003 31.027.700.003 0 067 82
1.621.700.003 1.121.700.003 0 013KEL Taktakan1 13
3.039.450.000 3.039.450.000 0 05KEL Sayar2 5
555.000.000 555.000.000 0 07KEL Pancur3 7
550.000.000 550.000.000 0 02KEL Kalanganyar4 2
528.000.000 528.000.000 0 03KEL Cilowong5 3
5.066.550.000 5.066.550.000 0 04KEL Panggungjati6 19
1.150.000.000 1.150.000.000 0 04KEL Drangong7 4
830.000.000 830.000.000 0 06KEL Umbul Tengah8 6
1.800.000.000 1.800.000.000 0 05KEL Sepang9 5
11.487.000.000 11.487.000.000 0 05KEL Lialang10 5
4.000.000.000 4.000.000.000 0 09KEL Taman Baru11 9
900.000.000 900.000.000 0 04KEL Cibendung12 4
PERUMAHAN RAKYAT DANKAWASAN PERMUKIMAN
1104 16.216.000.000 16.216.000.000 13.576.000.000 13.576.000.00081 82
2.135.000.000 2.135.000.000 1.585.000.000 1.585.000.0003KEL Sayar1 3
1.455.000.000 1.455.000.000 1.225.000.000 1.225.000.00018KEL Pancur2 18
860.000.000 860.000.000 840.000.000 840.000.0008KEL Kuranji3 8
700.000.000 700.000.000 700.000.000 700.000.0001KEL Kalanganyar4 1
1.605.000.000 1.605.000.000 1.555.000.000 1.555.000.00017KEL Cilowong5 17
510.000.000 510.000.000 0 01KEL Panggungjati6 2
7.460.000.000 7.460.000.000 6.180.000.000 6.180.000.00028KEL Drangong7 28
630.000.000 630.000.000 630.000.000 630.000.0003KEL Umbul Tengah8 3
861.000.000 861.000.000 861.000.000 861.000.0002KEL Lialang9 2
KETENTRAMAN DAN KETERTIBANSERTA PERLINDUNGANMASYARAKAT
1105 47.500.000 47.500.000 0 06 6
10.000.000 10.000.000 0 01KEL Pancur1 1
37.500.000 37.500.000 0 05KEL Umbul Tengah2 5
18-10-2018 Hal. 12 / 13Sudah Diverifikasi
: TAKTAKANKECAMATAN 367306
No Nama Urusan / Pengusul KegiatanKeg.
Jumlah Usulan Anggaran
Desa/Kel. Kecamatan SKPD
DisetujuiMusrenbang
Kab./Kota
1 2 3 5 6 7 8
Lokasi
4
Jumlah
SOSIAL1106 450.000.000 450.000.000 0 02 2
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Pancur1 1
200.000.000 200.000.000 0 01KEL Drangong2 1
LINGKUNGAN HIDUP1205 1.062.200.000 1.062.200.000 0 016 21
35.000.000 35.000.000 0 02KEL Taktakan1 2
35.000.000 35.000.000 0 02KEL Pancur2 2
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Kalanganyar3 1
110.000.000 110.000.000 0 02KEL Cilowong4 2
418.200.000 418.200.000 0 02KEL Panggungjati5 7
60.000.000 60.000.000 0 02KEL Drangong6 2
4.000.000 4.000.000 0 04KEL Umbul Tengah7 4
150.000.000 150.000.000 0 01KEL Taman Baru8 1
ADMINISTRASI KEPENDUDUKANDAN PENCATATAN SIPIL
1206 22.500.000 22.500.000 0 01 1
22.500.000 22.500.000 0 01KEL Taman Baru1 1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT1207 500.000.000 500.000.000 0 01 1
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Pancur1 1
PENGENDALIAN PENDUDUK DANKELUARGA BERENCANA
1208 990.000.000 990.000.000 0 03 3
500.000.000 500.000.000 0 01KEL Kalanganyar1 1
490.000.000 490.000.000 0 02KEL Taman Baru2 2
PERHUBUNGAN1209 678.000.000 678.000.000 0 08 8
238.000.000 238.000.000 0 05KEL Taktakan1 5
40.000.000 40.000.000 0 01KEL Cilowong2 1
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Umbul Tengah3 1
150.000.000 150.000.000 0 01KEL Taman Baru4 1
KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA1213 30.000.000 30.000.000 0 01 1
30.000.000 30.000.000 0 01KEL Taman Baru1 1
PERTANIAN2003 675.000.000 675.000.000 0 02 2
675.000.000 675.000.000 0 02KEL Pancur1 2
KEUANGAN3003 6.000.000 6.000.000 0 01 1
6.000.000 6.000.000 0 01KEL Taktakan1 1
PELAYANAN PENGADAANBARANG/JASA
3005 25.000.000 25.000.000 0 01 1
25.000.000 25.000.000 0 01KEL Panggungjati1 1
PEMERINTAHAN UMUM4001 250.000.000 250.000.000 0 01 1
250.000.000 250.000.000 0 01KEL Taman Baru1 1
56.214.500.003 55.714.500.003 13.576.000.000 13.576.000.000213JUMLAH 240
18-10-2018 Hal. 13 / 13Sudah Diverifikasi
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
Keterangan : I1
Kasubid Perencanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Serang
Catatan Lapangan : Wawancara di lakukan pada hari Senin 5 November 2018 di Kantor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
I
Q I1
Q1
Menurut bapak apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem
simral ?
“Pengembangan simral memang ada dan sedang dilakukan dan sudah tahap akhir atau
penyelesaian. Dilakukannya pengembangan sistem ini karena suatu hal teknis dan
kebijakan dari pimpinan, selain itu agar memudahkan dalam menghitung persentase
keberhasilan perencanaan melalui simral. Kami dalam pengembangan simral bekerja
sama dengan Diskominfo Kota Serang dan Pemerintah Banyuwangi. Pada saat ini
kami menggunakan simral dari BPPT, alasan kami mengembangkan sistem ini karena
mengalami kesulitan-kesulitan secara teknis yang menghambat proses kerja kami.
Maka dari itu Kota Serang melakukan pengembangan simral sesuai dengan
standarisasi yang sudah ditentukan dan menggunakan sistem simral dari Pemerintah
Banyuwangi yang mudah di modifikasi sesuai kebutuhan daerah Kota Serang”.
Q2
Menurut bapak pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Pelatihan dan pengembangan kompetensi pasti ada dan dilakukan oleh setiap instansi
kepada pegawainya. Kami pun seperti itu melakukan pelatihan kepada pegawai dan
operator terkait simral seperti bimbingan teknis (bimtek), pelatihan dan sosialisasi
perencanaan dan anggaran, pelatihan operator, dan sebagainya”
Q3
Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan infrastruktur yang tersedia di
Bappeda Kota Serang ?
“Ketersediaan infrastruktur yang ada seperti komputer itu ada yang memakai dari
fasilitas kantor dan adapula yang memakai komputer pribadi, untuk keadaan
infrastruktur di Bappeda Kota Serang cukup baik namun ada beberapa infrastruktur
penunjang saja yang terkadang mengalami eror seperti wifi dan server. Untuk server
sendiri masih berada di BPPT dan kami selama ini sewa server tersebut untuk simral
yang di anggarkan oleh kominfo. Jadi kalau server eror kita hanya bisa menunggu
kabar dari BPPT, hal ini memang sangat menghambat kerja kita”.
Q4
Menurut bapak apa saja hukum yang mendasari dalam penerapan simral di
Kota Serang ?
“Kerangka dan Perangkat Hukum yang digunakan sebagai dasar dilakukannya
perencanaan pembangunan daerah kota serang dengan sistem simral yaitu
Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 mengenai tata cara perencanaan, pengendalian,
dan evaluasi pembangunan daerah pada instansi pemerintah. Selain permendagri tadi
untuk pengembangan sistem simral dasar hukum yang mendasarinya adalah Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-government dan satu lagi perangkat hukum tentang keterbukaan
informasi publik yaitu UU Nomor 14 Tahun 2008”.
Q5
Menurut bapak pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ? dan
bagaimana pengembangan kanal akses dilakukan?
“Pengadaan SDM disetiap tahun atau periode yang ditentukan pasti dilakukan, namun
dilain sisi kami juga melihat kondisi SDM yang ada, jika memang dengan kondisi
SDM yang ada masih kekurangan dan membutuhkan SDM baru, maka kami pun
berkoordinasi dengan Sub Bagian Umum untuk dapat mengalokasikan pada bagian
kami, dari SDM yang sudah ada dan kemudian dilakukan rolling ke bagian kami tapi
tidak semudah itu untuk pengadaan SDM, Pengadaan SDM khusus untuk pegawai
operator layanan sebenarnya sangat perlu dilakukan, karena jumlah operator yang ada
dapat dikatakan masih kurang dari cukup, sehingga karena hal itu kami terkadanag
tidak dapat mengerjakan pekerjaan melalui sistem simral yang ada secara baik dan
cepat. Karena jika dibandingkan jumlah operator yang ada dapat dikatakan sangat
tidak seimbang dengan jumlah data yang ada setiap tahunnya. “Pengembangan kanal akses pasti dilakukan karena terkait banyak pihak kan, kita ingin
mempermudah OPD dan Kecamatan seluruh Kota Serang dalam mengakses sistem simral.
Maka dari itu kami bekerja sama dengan Bappeda Banyuwangi yang memiliki simral yang
mudah diakses oleh berbagai pihak”
Q6
Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk
pelaksanaan penerapan simral ?
“Anggaran untuk pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral itu
berasal dari APBD yang di kelola oleh BPKAD. Jadi kita mempunyai perencanaan
yang sudah di input dengan berbagai tahap, lalu dari pihak BPKAD nanti menginput
anggarannya. Setelah anggaran sudah diberikan kepada Bappeda maka Bappeda akan
membagikan anggaran tersebut sesuai dengan kebutuhan seperti contohnya membayar
sewa simral kepada BPPT, atau biaya pengembangan simral yang sekarang sedang
kita lakukan”.
Keterangan : I2
Operator Simral Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin 5 November 2018 di Kantor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Serang
I
Q I2
Q1
Menurut bapak apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem
simral ?
“Pengembangan sistem memang perlu dilakukan dan itu sangat penting dan sesuai
kebutuhan operator dan admin simral. Sebenarnya sistem ini sudah cukup baik namum
sistem simral dari BPPT ini tidak sesuai dengan kebutuhan saya sebagai operator.
Untuk saat ini simral pun sedang dalam tahap pengembangan yang bekerja sama
dengan Diskominfo Kota Serang dan Bappeda Banyuwangi, mungkin secepatnya akan
selesai pengembangan sistem ini karena akan dipakai untuk perencanaan
pembangunan tahun depan”.
Q2
Menurut bapak pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Mengenai adanya pelatihan dan pengembangan, hal itu memang sudah dilakukan dari
BPPT melalui pihak Bappeda Kota Serang seperti bimbingan teknis, pelatihan
operator dan lain lain. Namun dalam pelaksanaannya pelatihan tersebut jarang dan
tidak rutin dilakukan setiap periode/tahunnya, waktunya pun tidak menentu kadang
beberapa bulan sekali bahkan setahun sekali. Sehingga hal tersebut saya rasa masih
kurang memenuhi kebutuhan operator”.
Q3
Menurut bapak kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ?
dan bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Pengadaan sdm memang ada saja tapi kan tidak semua bidang, unuk sekarang di
bidang perencanaan pembangunan hanya 9 (Sembilan) orang termasuk Kepala Bidang
dan 9 orang ini di bagi bagi pekerjaannya. Operator khusus simral ada 2 orang saya
dan teman saya tapi teman saya lebih ke penganggarannya. Cukup sibuk sih kalo
periode perencanaan masuk ke dalam sistem kan di setiap kecamatan juga tidak hanya
satu atau dua perencanaan saja”
Keterangan : I3
Kepala Bidang Layanan E-Government Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Serang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Selasa 13 November 2018 di Kantor
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang
I
Q I3
Q1
Menurut bapak apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem
simral ?
“Sebelumnya Kota Serang menggunakan simral atas dasar instruksi dari kpk awalnya
mengarahkan menggunakan simral yang sudah di kembangkan oleh BPPT dan bekerja
sama dengan BPPT. Seiring dengan berjalannya waktu ternyata pengaplikasian simral
yang dari bppt ini sangat sulit untuk dikembangkan, karena kebutuhan daerah berbeda
setiap bulan atau minggunya berubah dan simral BPPT sulit di custom. Selama masih
kerja sama dengan BPPT, Kominfo pun bekerja sama dengan banyuwangi karena
sistem di banyuwangi memberikan aplikasinya full dengan gratis sedangkan BPPT
memberikan kepada kita dan berbayar setiap tahun tanpa kita tidak bisa memodifikasi
dengan bebas sedangkan banyuwangi gratis hanya resikonya bulak balik banyuwangi”
Q2
Menurut bapak apa saja hukum yang mendasari dalam penerapan simral di
Kota Serang ?
“Penerapan dan pengembangan sistem simral ini berdasarkan atas hukum, kita ga
sembarangan mengembangkan suatu sistem seperti simral tanpa ada hukum yang
mendasarinya, karena semuanya sudah diatur dalam perangkat hukumnya. hukum
yang mendasari dalam pengembangan sistem ini yaitu Perwal Kota Serang Nomor 47
tahun 2017 dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003”.
Q3
Menurut bapak bagaimana pengembangan kanal akses dilakukan?
“Pengembangan kanal akses memang sedang dilakukan dibarengi dengan
pengembangan sistem simral, kanal akses ini sangat penting karena kan bersangkutan
dengan seluruh OPD dan Kecamatan Kota Serang jadi harus benar benar
dikembangkan agar sistem lebih baik dan mudah diakses. Maka dari itu kami bekerja
sama dengan Bappeda Banyuwangi terkait simral karena simral yang dimiliki
Banyuwangi ini mudah diakses dan dimodifikasi jadi dapat mempermudah berbagai
pihak yang terkait”.
Q4
Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk
pelaksanaan penerapan simral ?
“Untuk pihak diskominfo dalam hal anggaran itu menangani terkait pemeliharaan dan
pengembangan yang sedang dilakukan untuk saat ini, anggaran infrastruktur dari
diskominfo semua, untuk anggaran semenjak 2017-2018 itu ada di anggaran bappeda
simral bppt untuk pembayaran. contohnya seperti membayar ke BPPT dalm hal sewa
simral yang sekarang ini. Sumber anggaran yang kami terima itu semua berasal dari
APBD”
Keterangan : I4
Teknisi Bidang Layanan E-Government Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Serang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Selasa 13 November 2018 di Kantor
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang
I
Q I4
Q1
Menurut bapak apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem
simral ?
”Pengembangan sistem simral itu sudah ada dan sedang dilakukan oleh kami dengan
Bappeda Kota Serang yang bekerja sama dengan pemerintah Banyuwangi. Untuk
sekarang ini pengembangan data pada sistem simral sudah sampai dengan perpindahan
data simral BPPT kepada simral Banyuwangi. Kami mengharapkan proses
pengembangan ini selesai sebelum periode penginputan data perencanaan agar sistem
yang baru dapat digunakan oleh operator”.
Q2
Menurut bapak pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Pelatihan terkait simral pernah saya ikuti pada awal simral akan di terapkan oleh
bappeda dan terakhir saya mengikuti pelatihan terkait simral itu beberapa bulan yang
lalu yaitu terkait bimbingan teknis seluruh operator dan teknisi. Untuk pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia terkait simral memang jarang dilakukan hanya
beberapa kali saja”.
Q3
Menurut bapak bagaimana pengembangan kanal akses dilakukan?
“Kanal akses itu berada dalam sistem simral ini jadi berbarengan pengembangannya,
tujuan di kembangkannya sistem ini memang untuk mempermudah dan terintegrasi
dengan berbagai pihak yang terkait seperti OPD dan kecamatan untuk lebih baik lagi
kedepannya”.
Keterangan : I5
Kasubid Penyusunan APBD Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kota Serang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin 19 November 2018 di Kantor
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang
I
Q I5
Q1 Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk
pelaksanaan penerapan simral ?
“Berbicara pola permodalan dalam penerapan simral semua modal berasal dari APBD,
dan kami terima mateng dari Bappeda Kota Serang. Maksud terima mateng itu jadi
perencanaan dari sana dan penganggarannya seperti apa nanti kita input. Siklus ada di
apbd dari mulai perencanaan pelaksanaan sampai pertanggung jawaban. Di bappeda
itu bagian dari perencanaan kemana nih arahnya pembangunan kota serang yang
dituahkan ke rkpd setiap tahun kemudian dari rkpd itu dilanjutkan ke ppas
penganggaran, jadi kita punya uang berapa di bagi lah oleh bappeda jadi bappeda yang
membagi sesuai prioritas”.
Keterangan : I6-1
Operator Simral Kecamatan Cipocok Jaya
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Kamis 6 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Cipocok Jaya
I
Q I6-1
Q1 Menurut ibu pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Pelatihan atau bimtek terkait simral itu pertama awal tahun 2017 dan beberapa bulan
yang lalu, untuk pelatihan pada awal tahun itu seluruh operator kecamatan melakukan
praktek perencanaan menggunakan sistem simral dan untuk pelatihan beberapa bulan
yang lalu sih lebih ke pelatihan biasa terkait sumber daya manusianya. Saya rasa untuk
pelatihan dan praktek simral ini kurang ya karena tidak semua operator langsung
memahami sistem ini termasuk saya”.
Q2 Menurut ibu bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem simral
yang tersedia di Kecamatan Cipocok Jaya ?
“Infrastruktur penunjang seperti komputer, wifi, mesin pencetak dan lainnya di
kecamatan ini banyak yang sudah rusak, seperti komputer dan mesin pencetak, wifi
pun sering eror. Jadi kami sekarang memakai barang pribadi seperti laptop dan
terkadang memakai wifi dari handphone. Pihak kecamatan sudah mengajukan
pergantian dan perbaikan tapi untuk perbaikan dan pergantian infrastruktur biasanya
lama”.
Q3 Menurut ibu kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ? dan
bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Belum ada penambahan atau pengadaan SDM untuk saat ini, kalaupun ada
pengadaan SDM itu wewenang dan kebijakan kepala camat disini”.
Keterangan : I6-2
Operator Simral Kecamatan Curug
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Kamis 6 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Curug
I
Q I6-2
Q1
Menurut ibu pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Pelatihan dan pengembangan kompetensi yang pernah saya ikuti pada awal simral di
terapkan oleh bappeda, setelah itu ada lagi pengembangan kompetensi terkait sdm
yang menangani simral. untuk pelatihan memang kurang dilakukan karena memang
hanya beberapa kali saja diadakannya”.
Q2
Menurut ibu bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem simral
yang tersedia di Kecamatan Curug ?
“Ketersediaan Infrastruktur disini sebagian ada yang sudah tidak berfungsi seperti
komputer , mesin pencetak , wifi pun sama sedang tidak berfungsi. Untuk menunjang
pekerjaan kami menggunakan komputer atau laptop pribadi dan kalau mau mencetak
dokumen saya ke bidang lain. Pergantian dan perbaikan infrastruktur yang sudah tidak
bisa dipakai sudah di ajukan tapi kami tidak tahu barang barang tersebut datang”
Q3
Menurut ibu kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ? dan
bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Pengadaan sdm di kecamatan biasanya itu di rolling, kalaupun ada penambahan sdm
itu atas dasar kebijakan Kepala Camat. Untuk di bidang yang menangani simral
sampai saat ini belum ada penambahan sdm padahal untuk di bidang ini sangat butuh
penambahan sdm , walaupun berdua dengan Kepala bidang terkadang sulit juga untuk
berkoordinasi karena Kepala Bidangpun masih memiliki pekerjaan lain bukan hanya
terkait simral saja”
Keterangan : I6-3
Operator Simral Kecamatan Kasemen
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Jumat 7 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Kasemen
I
Q I6-3
Q1
Menurut ibu pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Iya saya pernah mengikuti pelatihan sdm terkait simral tapi sudah lama sampai saya
pun lupa kapan terakhir pelatihan diadakan. Pelatihan dan pengembangan sdm seperti
saya sebagai operator simral di kecamatan dinilai masih kurang, karena saya sebagai
operator masih belum terlalu mengerti dengan sistem simral ini. Adapun kalo saya
tidak mengerti saya memang langsung menanyakan kepada operator simral di
kecamatan lain atau ke bappeda nya langsung, tapi kan tidak semuanya cepat
menanggapi dan tidak langsung paham apa yang dijelaskan oleh mereka. Sangat
menghambat sih ketika saya sedang menginput data dan tidak mengerti, saya harus
sibuk menghubungi orang”.
Q2
Menurut ibu bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem simral
yang tersedia di Kecamatan Kasemen ?
“Untuk keadaan infrastruktur disini kami memakai barang pribadi soalnya komputer
di kecamatan kasemen banyak sudah tidak berfungsi, selain itu wifi disini pun sering
gangguan jadi saya pun sering menggunakan wifi dari handphone. Adapun pergantian
dan perbaikan infrastruktur biasanya mengajukan dan melalui prosedur yang sudah
ditentukan dan untuk hal itu terkadang lama untuk perbaikan atau pergantian
infrastruktur”.
Q3
Menurut ibu kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ? dan
bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Sampai saat ini belum ada penambahan SDM terkait pengelola simral di kecamatan,
kalaupun nanti ada pengadaan SDM itu biasanya kebijakan camat disini bagaimana
proses pengadaannya kebijakan camat”.
Keterangan : I6-4
Operator Simral Kecamatan Serang
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Senin 3 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Serang
I
Q I6-4
Q1
Menurut bapak pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Ya saya pernah mengikuti pelatihan simral pada awal simral dikenalkan Bappeda,
waktu itu pelatihan pengoprasian sistem simral dan terakhir ada pula pengembangan
kompetensi tapi saya lupa kapan dan nama acaranya karena sudah lama. Pelatihan
terkait simral hanya berapa kali saja”
Q2
Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem
simral yang tersedia di Kecamatan Serang ?
“Untuk keadaan infrastruktur penunjang di kecamatan ya seperti ini memang ada
sebagian yang sudah tidak berfungsi seperti wifi pun sering sekali gangguan jadi kami
terkadang memakai hotspot wifi pribadi dan untuk sementara kami memakai barang
pribadi seperti laptop sambil menunggu infrastruktur yang baru dan sebelumnya sudah
mengikuti prosedur yang ada. Penyediaan infrastruktur yang sudah diajukan oleh kami
membutuhkan waktu yang lama dan infrastruktur yang berada di kecamatan
memenuhi standarisasi yang sudah ditentukan”.
Q3
Menurut bapak kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ?
dan bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Pengadaan ada saja di setiap periodenya tapi ga merata seluruh bidang bertambah,
kalaupun ada penambahan sdm di bidang itu atas kebijakan dari atasan kita. Kalaupun
kita kekurangan sdm kita selalu mengajukan untuk ditambah sdm tapi semua nya kan
wewenang atasan”
Keterangan : I6-5
Operator Simral Kecamatan Taktakan
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Kamis 6 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Taktakan
I
Q I6-5
Q1 Menurut bapak pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Pelatihan dari Bappeda itu pelatihan mengakses atau menginput data ke simral itu
dilakukan pas awal simral ada, lalu pengembangan kompetensi sdm kalau tidak salah.
Saya lupa karena jarang sekali adanya pelatihan atau bimtek terkait simral”
Q2 Menurut bapak bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem
simral yang tersedia di Kecamatan Taktakan?
“Jika terjadi kerusakan terhadap infrastruktur yang ada, terutama seperti komputer,
printer, wifi dan sebagainya. Kalopun sistem jaringan seperti wifi eror kami selalu
pakai personal modem, karena kalo menunggu wifi tidak eror lagi kan tidak tahu
sampai kapan dan antisipasi dan langkah lain yang kami ambil sih biasanya dengan
melakukan perbaikan terhadap infrastruktur yang rusak ataupun meminta pergantian
yang baru, tetapi untuk meminta yang baru harus melalui prosedur yang cukup ribet
bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyediaannya, karena kami
harus melakukan pengajuan terlebih dahulu dan lain sebagainya”
Q3 Menurut bapak kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ?
dan bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Pengadaan sdm di kecamatan selalu ada setiap periodenya tapi tidak menentu, untuk
prosesnya saya juga kurang begitu tahu”.
Keterangan : I6-6
Operator Simral Kecamatan Walantaka
Catatan Lapangan : Wawancara dilakukan pada hari Jumat 7 Desember 2018 di Kantor
Kecamatan Walantaka
I
Q I6-6
Q1
Menurut ibu pelatihan dan pengembangan kompetensi apa saja yang sudah
dilakukan oleh Bappeda Kota Serang?
“Ya saya pernah mengikuti pelatihan dan pengembangan atau bimtek tapi yang saya
ingat pada awal dikenalkan dan pelatihan pengoprasian simral seluruh operator setelah
itupun ada bimtek tapi saya lupa karena jarang sih dilakukan pelatihan terkait simral”
Q2
Menurut ibu bagaimanakah ketersediaan infrastruktur penunjang sistem simral
yang tersedia di Kecamatan Walantaka ?
“Ketersediaan infrastruktur disini bisa dilihat untuk komputer kami memakai
komputer pribadi karena pengajuan infrastruktur kami belum turun. untuk
infrastruktur lainnya seperti printer untuk sekarang kami masih menggunakan printer
secara bersamaan dengan bidang lain karena banyak infrastruktur disini yang sudah
tidak bisa dipakai. Untuk koneksi jaringan saya sering menggunakan wifi dari
handphone karena wifi di sini sering gangguan, kalo kita nunggu perbaikan ya proses
penginputan ke dalam sistem tidak akan berjalan. Kami sudah mengajukan perbaikan
dan pergantian infrastruktur yang sudah rusak tapi harus melalui prosedur yang ada
dan cukup lama pergantian dan perbaikannya”
Q3 Menurut bapak kapan Pengadaan SDM terkait penerapan simral dilakukan ?
dan bagaimana proses pengadaan SDM tersebut ?
“Belum ada penambahan sdm untuk dibidang simral, kalaupun ada itu wewenang dan
kebijakan Kepala camat disini. Memang sangat kurang untuk sdm terkait simral di
kecamatan walantaka hanya ada dua termasuk Kepala Bidang”.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA
1. Content Development (Pengembangan Aplikasi)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem simral ?
“Pengembangan simral memang ada dan sedang dilakukan dan sudah tahap akhir atau
penyelesaian. Dilakukannya pengembangan sistem ini karena suatu hal teknis dan
kebijakan dari pimpinan, selain itu agar memudahkan dalam menghitung persentase
keberhasilan perencanaan melalui simral”
Siapakah yang melakukan pengembangan pada sistem simral ?
“Kami dalam pengembangan simral bekerja sama dengan Diskominfo Kota Serang dan
Pemerintah Banyuwangi. Pada saat ini kami menggunakan simral dari BPPT”
Kapan pengembangan sistem itu dilakukan ?
“Pengembangan sistem dilakukan pada saat kami mengalami kesulitan-kesulitan secara
teknis yang menghambat proses kerja kami”
Bagaimana kualitas sistem simral yang sudah di kembangkan ?
“Kualitas sistem yang sedang dikembangkan akan dapat mempermudah kami ataupun
operator dalam pengoprasian sistem simral”
Bagaimana standarisasi sistem simral
“Pengembangan simral sesuai dengan standarisasi yang sudah ditentukan dan
menggunakan sistem simral dari Pemerintah Banyuwangi yang mudah di modifikasi
sesuai kebutuhan daerah Kota Serang”.
I2
Apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem simral ?
“Pengembangan sistem ada dan sedang dilakukan, “Pengembangan sistem memang
perlu dilakukan dan itu sangat penting dan sesuai kebutuhan operator dan admin
simral”.
Siapakah yang melakukan pengembangan pada sistem simral ?
“Untuk saat ini simral pun sedang dalam tahap pengembangan yang bekerja sama
dengan Diskominfo Kota Serang dan Bappeda Banyuwangi”
Kapan pengembangan sistem itu dilakukan ?
“Pengembangan sistem simral dilakukan ketika banyak keluhan terkait sistem simral
ini sulit untuk dikembangkan dan dimodifikasi”
Bagaimana kualitas sistem simral yang sudah di kembangkan ?
“Kualitas sistem simral yang sudah di kembangkan saat ini nantinya lebih baik dari
sistem simral sebelumnya karena mudah untuk diakses dan di modifikasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing operator”
Bagaimana standarisasi sistem simral
“Untuk standarisasi sistem simral sudah ditentukan dari pusat”
I3
Apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem simral ?
“Iya ada dan pengembangan sistem simral sedang dilakukan, karena seiring dengan
berjalannya waktu ternyata pengaplikasian simral yang dari bppt ini sangat sulit untuk
dikembangkan, karena kebutuhan daerah berbeda setiap bulan atau minggunya berubah
dan simral BPPT sulit di custom”
Siapakah yang melakukan pengembangan pada sistem simral ?
“Selama masih kerja sama dengan BPPT, Kominfo pun bekerja sama dengan
banyuwangi karena sistem di banyuwangi”
Kapan pengembangan sistem itu dilakukan ?
“Untuk pengembangan sistem simral sudah dilakukan beberapa bulan yang lalu dan
pada saat ini pengembangan sistem sudah pada tahap penyelesaian”
Bagaimana kualitas sistem simral yang sudah di kembangkan ?
“Kualitas sistem simral setelah dikembangkan pasti akan lebih baik karena dapat
memenuhi kebutuhan seluruh operator sistem simral yang ada di Kota Serang”
Bagaimana standarisasi sistem simral ?
“Standarisasi untuk sistem simral kita berpedoman pada peraturan Undang-Undang
yang sudah ditentukan”
I4
Apakah ada pengembangan yang dilakukan terhadap sistem simral ?
”Pengembangan sistem simral itu sudah ada dan sedang dilakukan oleh kami”
Siapakah yang melakukan pengembangan pada sistem simral ?
“dilakukan oleh kami dengan Bappeda Kota Serang yang bekerja sama dengan
pemerintah Banyuwangi”
Kapan pengembangan sistem itu dilakukan ?
“Pengembangan ini sudah dilaksanakan oleh kami sekitar beberapa bulan yang lalu
ketika operator simral banyak mengeluhkan terkait sistem simral yang tidak bisa di
modifikasi sesuai dengan kebutuhan operator simral”
Bagaimana kualitas sistem simral yang sudah di kembangkan ?
“Untuk kualitas sistem simral kami selaku tim pengembangan sistem simral
mengharapkan kualitas sistem lebih baik dari sebelumnya dan dapat mempermudah
operator dalam melakukan tugasnya”
Bagaimana standarisasi sistem simral ?
“Pasti ada standarisasi dan standarisasi itu diatur oleh Undang-Undang yang terkait
2. Competency Building (Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Bappeda melakukan pelatihan kepada pegawai dan operator terkait simral seperti
bimbingan teknis (bimtek), pelatihan dan sosialisasi perencanaan dan anggaran,
pelatihan operator, dan sebagainya”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Untuk pelaksaan pelatihan dan pengembangan kompetensi terhadap sdm tidak
terjadwal jadi pelaksanaanya pun tidak pasti kapan saja dilaksanakan pelatihan dan
pengembangan kompetensi”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral ?
“Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem simral pasti
lebih mengerti atau lebih baik dari sebelumnya”
I2
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Mengenai adanya pelatihan dan pengembangan, hal itu memang sudah dilakukan dari
BPPT melalui pihak Bappeda Kota Serang seperti bimbingan teknis, pelatihan operator
dan lain lain”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Pelaksanaan pelatihan , bimtek dan pengembangan kompetensi tidak menentu seperti
beberapa bulan sekali atau dalam setahun dilakukan 2 kali”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Untuk kualitas SDM tergantung individu, ada individu yang cepat menanggapi
adapula individu yang sulit menanggapi atau memahami pelatihan atau pengembangan
kompetensi yang dilakukan”
I4
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan yang dilakukan Bappeda berupa pelatihan pengaksesan dan penginputan
data ke dalam sistem lalu bimtek terkait simral”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Pelatihan terkait simral pernah saya ikuti pada awal simral akan di terapkan oleh
bappeda dan terakhir saya mengikuti pelatihan terkait simral itu beberapa bulan yang
lalu yaitu terkait bimbingan teknis seluruh operator dan teknisi”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan pasti lebih baik dan mengerti terkait sistem
simral karena sudah di latih dan diberikan pengetahuan terkait sistem simral”
I6-1
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan seluruh operator kecamatan melakukan praktek perencanaan menggunakan
sistem simral dan pelatihan lain lebih ke pelatihan biasa terkait sumber daya
manusianya”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Pelatihan atau bimtek terkait simral itu pertama awal tahun 2017 dan beberapa bulan
yang lalu, untuk pelatihan pada awal tahun itu seluruh operator kecamatan”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Untuk kualitas SDM saya rasa untuk pelatihan dan praktek simral ini kurang ya
karena tidak semua operator langsung memahami sistem ini termasuk saya”
I6-2
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan praktek penginputan data perencanaan
melalui sistem simral lalu pengembangan terkait SDM yang menangani sistem simral”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Dilakukannya pengembangan kompetensi pada awal sistem simral diterapkan dan
beberapa bulan yang lalu terkait pengembangan SDM, pelatihan memang kurang
dilakukan karena memang hanya beberapa kali saja diadakannya”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Kualitas SDM sudah cukup baik namun ada saja SDM yang masih kurang memahami
sistem simral karena memang tidak rutin dilakukannya pelatihan pada SDM yang
menangani sistem simral”
I6-3
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan yang pernah dilakukan Bappeda yaitu praktek pengoprasian sistem simral
dan bimbingan teknis terkait pengembangan SDM yang menangani sistem simral”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Pelatihan terkait sistem simral dilakukan pada awal sistem simral diterapkan oleh
Bappeda untuk perencanaan pembangunan dan beberapa bulan yang lalu terkait
pengembangan SDM”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Kualitas SDM menurut saya belum cukup baik karena pelatihan dan pengembangan
sdm seperti saya sebagai operator simral di kecamatan dinilai masih kurang, karena
saya sebagai operator masih belum terlalu mengerti dengan sistem simral ini
I6-4
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan dan pengembangan kompetensi itu berupa praktek sistem simral dalam hal
penginputan data kedalam sistem dan selain itu ada pengembangan SDM terkait
simral”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Untuk waktu pelatihan tidak menentu dan tidak rutin, selama sistem simral diterapkan
oleh Bappeda hanya 2 atau 3 kali saja”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Kualitas SDM terkait simral kurang baik karena Bappeda tidak rutin mengadakan
pelatihan jadi SDM yang ada hanya mengerti pada saat awal simral diterapkan
sedangkan simral tidak hanya input input saja”
I6-5
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihan praktek pengoprasian sistem simral dan pengembangan SDM terkait sistem
simral”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Pelatihan dan pengembangan dilakukan pada awal sistem ini akan diterapkan oleh
Bappeda dan terakhir beberapa bulan yang lalu”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan pasti lebih baik dan mengerti terkait sistem
simral tapi hal tersebut tergantung individunya”
I6-6
Pelatihan apa saja yang dilakukan oleh Bappeda Kota Serang ?
“Pelatihannya itu lebih ke praktek cara menggunakan sistem simral ini seperti
contohnya memasukan data perencanaan ke dalam sistem”
Kapan saja Bappeda Kota Serang melakukan pengembangan kompetensi ?
“Praktek dan pelatihan itu dua kali pada awal sistem simral diterapkan dan beberapa
bulan yang lalu terkait pengembangan SDM”
Bagaimana Kualitas SDM setelah mengikuti pelatihan dan pengembangan sistem
simral?
“Saya rasa masih kurang dan saya belum terlalu mengerti dengan sistem ini terutama
apabila sistem sedang susah di akses dan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan saya”.
3. Connectivity (Ketersediaan Infrastuktur)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Kota Serang ?
“Ketersediaan infrastruktur yang ada seperti komputer itu ada yang memakai dari
fasilitas kantor dan adapula yang memakai komputer pribadi, untuk keadaan
infrastruktur di Bappeda Kota Serang cukup baik namun ada beberapa infrastruktur
penunjang saja yang terkadang mengalami eror seperti wifi dan server”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“kalau server eror kita hanya bisa menunggu kabar dari BPPT, hal ini memang sangat
menghambat kerja kita”
I6-1
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang ?
“Infrastruktur penunjang seperti komputer, wifi, mesin pencetak dan lainnya di
kecamatan ini banyak yang sudah rusak, seperti komputer dan mesin pencetak, wifi pun
sering eror. Jadi kami sekarang memakai barang pribadi seperti laptop dan terkadang
memakai wifi dari handphone”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Langkah yang dilakukan yaitu pihak kecamatan sudah mengajukan pergantian dan
perbaikan tapi untuk perbaikan dan pergantian infrastruktur biasanya lama”
I6-2
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang ?
“Ketersediaan Infrastruktur sebagian ada yang sudah tidak berfungsi seperti komputer ,
mesin pencetak , wifi pun sama sedang tidak berfungsi. Untuk menunjang pekerjaan
kami menggunakan komputer atau laptop pribadi dan kalau mau mencetak dokumen
saya ke bidang lain”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Pergantian dan perbaikan infrastruktur yang sudah tidak bisa dipakai sudah di ajukan
tapi kami tidak tahu barang barang tersebut datang”
I6-3 Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang?
“Untuk keadaan infrastruktur disini kami memakai barang pribadi karena komputer di
kecamatan kasemen banyak sudah tidak berfungsi, selain itu wifi disini pun sering
gangguan jadi saya pun sering menggunakan wifi dari handphone”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Adapun pergantian dan perbaikan infrastruktur biasanya mengajukan dan melalui
prosedur yang sudah ditentukan dan untuk hal itu terkadang lama untuk perbaikan atau
pergantian infrastruktur”.
I6-4
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang?
“Untuk keadaan infrastruktur penunjang di kecamatan memang ada sebagian yang
sudah tidak berfungsi seperti wifi pun sering sekali gangguan jadi kami terkadang
memakai hotspot wifi pribadi dan untuk sementara kami memakai barang pribadi
seperti laptop”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Penyediaan infrastruktur yang sudah diajukan oleh kami membutuhkan waktu yang
lama dan infrastruktur yang berada di kecamatan memenuhi standarisasi yang sudah
ditentukan”
I6-5
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang?
“Keadaan Infrastruktur seperti komputer, mesin pencetak sebagian besar sudah tidak
berfungsi dan keadaan wifi pun sudah beberapa hari ini tidak berfungsi”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Jika terjadi kerusakan terhadap infrastruktur yang ada, terutama seperti komputer,
printer, wifi dan sebagainya. Kalopun sistem jaringan seperti wifi eror kami selalu
pakai personal modem, karena kalo menunggu wifi tidak eror lagi kan tidak tahu
sampai kapan dan antisipasi dan langkah lain yang kami ambil sih biasanya dengan
melakukan perbaikan terhadap infrastruktur yang rusak ataupun meminta pergantian
yang baru, tetapi untuk meminta yang baru harus melalui prosedur yang cukup ribet
bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyediaannya, karena kami
harus melakukan pengajuan terlebih dahulu dan lain sebagainya”
I6-6
Bagaimana Ketersediaan Infrastruktur yang tersedia di Bappeda Kota Serang/
Kecamatan di Serang
“Ketersediaan infrastruktur disini bisa dilihat untuk komputer kami memakai komputer
pribadi karena pengajuan infrastruktur kami belum turun. untuk infrastruktur lainnya
seperti printer untuk sekarang kami masih menggunakan printer secara bersamaan
dengan bidang lain karena banyak infrastruktur disini yang sudah tidak bisa dipakai.
Untuk koneksi jaringan saya sering menggunakan wifi dari handphone karena wifi di
sini sering gangguan”
Langkah apa saja yang dilakukan jika infrastruktur penunjang sistem simral
rusak ?
“Menunggu perbaikan ya proses penginputan ke dalam sistem tidak akan berjalan.
Kami sudah mengajukan perbaikan dan pergantian infrastruktur yang sudah rusak tapi
harus melalui prosedur yang ada dan cukup lama pergantian dan perbaikannya”
4. Cyber Law (Kerangka dan Perangkat Hukum)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Apa saja hukum yang mendasari penerapan sistem simral ?
“Kerangka dan Perangkat Hukum yang digunakan sebagai dasar dilakukannya
perencanaan pembangunan daerah kota serang dengan sistem simral yaitu Permendagri
Nomor 86 Tahun 2017 mengenai tata cara perencanaan, pengendalian, dan evaluasi
pembangunan daerah pada instansi pemerintah. Selain permendagri tadi untuk
pengembangan sistem simral dasar hukum yang mendasarinya adalah Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
e-government dan satu lagi perangkat hukum tentang keterbukaan informasi publik
yaitu UU Nomor 14 Tahun 2008”
Bagaimana kekuatan hukum yang mendasari penerapan sistem simral ?
“Untuk Kekuatan hukum yang mendasari dalam penerapan sistem simral sangat kuat
karena perangkat hukum seperti Undang-Undang, Instruksi Presiden dan lainnya itu
dijadikan pedoman dalam penerapan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral”
I3
Apa saja hukum yang mendasari penerapan sistem simral ?
“Penerapan dan pengembangan sistem simral ini berdasarkan atas hukum, kita ga
sembarangan mengembangkan suatu sistem seperti simral tanpa ada hukum yang
mendasarinya, karena semuanya sudah diatur dalam perangkat hukumnya. hukum yang
mendasari dalam pengembangan sistem ini yaitu Perwal Kota Serang Nomor 47 tahun
2017 dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003”
Bagaimana kekuatan hukum yang mendasari penerapan sistem simral ?
“Kekuatan hukum yang mendasari penerapan sistem simral kuat karena hukum hukum
atau Undang-Undang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penerapan sistem simral”
5. Citizen Interfaces (Pengadaan SDM dan Pengembangan Kanal Akses)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Pengadaan SDM disetiap tahun atau periode yang ditentukan pasti dilakukan”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Kami pun berkoordinasi dengan Sub Bagian Umum untuk dapat mengalokasikan pada
bagian kami, dari SDM yang sudah ada dan kemudian dilakukan rolling ke bagian kami
tapi tidak semudah itu untuk pengadaan SDM”
Bagaimana Pengembangan kanal akses dilakukan ?
“Pengembangan kanal akses pasti dilakukan karena terkait banyak pihak kan, kita ingin
mempermudah OPD dan Kecamatan seluruh Kota Serang dalam mengakses sistem
simral. Maka dari itu kami bekerja sama dengan Bappeda Banyuwangi yang memiliki
simral yang mudah diakses oleh berbagai pihak”
I2
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Pengadaan sdm memang ada saja tapi kan tidak semua bidang, unuk sekarang di
bidang perencanaan pembangunan hanya 9 (Sembilan) orang termasuk Kepala Bidang
dan 9 orang ini di bagi bagi pekerjaannya”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Proses pengadaan SDM dilakukan disetiap periodenya dari pusat ataupun dari kantor
kami sendiri dengan berkoordinasi dengan Sub Bagian Umum”
I3
Bagaimana Pengembangan kanal akses dilakukan?
“Pengembangan kanal akses memang sedang dilakukan dibarengi dengan
pengembangan sistem simral, kanal akses ini sangat penting karena kan bersangkutan
dengan seluruh OPD dan Kecamatan Kota Serang jadi harus benar benar
dikembangkan agar sistem lebih baik dan mudah diakses. Maka dari itu kami bekerja
sama dengan Bappeda Banyuwangi terkait simral karena simral yang dimiliki
Banyuwangi ini mudah diakses dan dimodifikasi jadi dapat mempermudah berbagai
pihak yang terkait”
I4
Bagaimana Pengembangan kanal akses dilakukan ?
“Kanal akses itu berada dalam sistem simral ini jadi berbarengan pengembangannya,
tujuan di kembangkannya sistem ini memang untuk mempermudah dan terintegrasi
dengan berbagai pihak yang terkait seperti OPD dan kecamatan untuk lebih baik lagi
kedepannya”
I6-1
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Belum ada penambahan atau pengadaan SDM untuk saat ini”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Kalaupun ada pengadaan SDM itu wewenang dan kebijakan kepala camat disini”
I6-2
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Pengadaan SDM dilakukan disetiap periodenya dan ketika kantor kami membutuhkan
SDM”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Pengadaan sdm di kecamatan biasanya itu di rolling, kalaupun ada penambahan sdm
itu atas dasar kebijakan Kepala Camat”
I6-3
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Sampai saat ini belum ada penambahan SDM terkait pengelola simral di kecamatan”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“ada pengadaan SDM itu biasanya kebijakan camat disini bagaimana proses
pengadaannya kebijakan camat”
I6-4
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Pengadaan ada saja di setiap periodenya tapi tidak merata seluruh bidang bertambah”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Ada penambahan sdm di bidang itu atas kebijakan dari atasan kita. Kalaupun kita
kekurangan sdm kita selalu mengajukan untuk ditambah sdm tapi semua nya kan
wewenang atasan”
I6-5
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Pengadaan sdm di kecamatan selalu ada setiap periodenya tapi tidak menentu”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Untuk prosesnya saya kurang tahu tapi biasanya proses pengadaan SDM itu dilakukan
atas kebijakan atasan”
I6-6
Kapan pengadaan SDM atau pelaksana penerapan simral dilakukan ?
“Belum ada penambahan sdm untuk dibidang simral tetapi di setiap periode nya ada
rolling pegawai”
Bagaimana Proses Pengadaan SDM dilakukan ?
“Itu wewenang dan kebijakan Kepala camat disini. Memang sangat kurang untuk sdm
terkait simral di kecamatan walantaka hanya ada dua termasuk Kepala Bidang”
6. Capital (Permodalan)
I
Q Pertanyaan/Jawaban
I1
Bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan
penerapan sistem simral ?
“Jadi kita mempunyai perencanaan yang sudah di input dengan berbagai tahap, lalu
dari pihak BPKAD nanti menginput anggarannya. Setelah anggaran sudah diberikan
kepada Bappeda maka Bappeda akan membagikan anggaran tersebut sesuai dengan
kebutuhan seperti contohnya membayar sewa simral kepada BPPT, atau biaya
pengembangan simral yang sekarang sedang kita lakukan”
Berasal dari manakah anggaran yang digunakan untuk penerapan sistem simral ?
“Anggaran untuk pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan sistem simral itu
berasal dari APBD yang di kelola oleh BPKAD”
I3
Bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan
penerapan sistem simral ?
“Untuk pihak diskominfo dalam hal anggaran itu menangani terkait pemeliharaan dan
pengembangan yang sedang dilakukan untuk saat ini, anggaran infrastruktur dari
diskominfo semua, untuk anggaran semenjak 2017-2018 itu ada di anggaran bappeda
simral bppt untuk pembayaran. contohnya seperti membayar ke BPPT dalm hal sewa
simral yang sekarang ini”
Berasal dari manakah anggaran yang digunakan untuk penerapan sistem simral ?
“Sumber anggaran yang kami terima itu semua berasal dari APBD”
I5
Bagaimanakah ketersediaan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan
penerapan sistem simral ?
“Perencanaan dari sana dan penganggarannya seperti apa nanti kita input. Siklus ada di
apbd dari mulai perencanaan pelaksanaan sampai pertanggung jawaban. Di bappeda itu
bagian dari perencanaan kemana nih arahnya pembangunan kota serang yang
dituahkan ke rkpd setiap tahun kemudian dari rkpd itu dilanjutkan ke ppas
penganggaran, jadi kita punya uang berapa di bagi lah oleh bappeda jadi bappeda yang
membagi sesuai prioritas”
Berasal dari manakah anggaran yang digunakan untuk penerapan sistem simral ?
“Berbicara pola permodalan dalam penerapan simral semua modal berasal dari APBD”
PEDOMAN WAWANCARA
No Indikator Sub Indikator Pertanyaan
Kode
Informan
1. Content
Development
1. Pengembangan
sistem
2. Standarisasi sistem
1. Apakah ada
pengembangan yang di
lakukan terhadap
sistem simral?
2. Siapakah yang
melakukan
pengembangan system
simral ?
3. Kapan pengembangan
system simral
dilakukan ?
4. Bagaimana kualitas
pengembangan system
simral yang telah di
lakukan ?
5. Bagaimana standarisasi
system simral ?
I1, I2,I3,I4,
2. Competency
Building
1. Pelatihan dan
kompetensi sdm
1. Pelatihan apa saja yang
telah di lakukan oleh
Bappeda Kota Serang ?
2. Kapan sajakah
Bappeda Kota Serang
melakukan pelatihan
pengembangan sdm ?
3. Bagaimana kualitas
sdm setelah mengikuti
pelatihan dan
pengembangan sistem
simral ?
I1, I2, I4, I6-
1, I6-2, I6-3,
I6-4, I6-5, I6-
6
3. Connectivity 1. Ketersediaan
infrastruktur
penunjang
1. Bagaimana
ketersediaan
infrastruktur yang
tersedia di Bappeda
Kota Serang dan
Kecamatan?
2. Bagaimana kualitas
infrastruktur yang
I1, I6-1, I6-2,
I6-3, I6-4, I6-
5, I6-6
2. Standarisasi
infrastruktur
tersedia di Bappeda
Kota Serang dan
Kecamatan?
3. Apakah infrastuktur
yang tersedia sudag
memenuhi standarisasi
yang di butuhkan oleh
pelaksana penerapan
simral ?
4. Langkah apa yang
dilakukan jika
infrastruktur system
simral yang tersedia
rusak ?
4. Cyber laws 1. Dasar hukum
2. Kekuatan dasar
hokum
1. Apa saja hukum yang
mendasari penerapan
system simral ?
2. Bagaimana kekuatan
hokum system simral?
I1, I3
5. Citizen
Interfaces
1. Pengadaan sdm
2. Kualitas sdm
1. Kapan pengadaan sdm
atau pelaksana
penerapan simral
dilakukan ?
2. Bagaimana proses
pengadaan sdm yang
dilakukan ?
3. Bagaimana
pengembangan kanal
akses dilakukan?
I1,
I2,I3,I4,I6-1,
I6-2, I6-3, I6-
4, I6-5, I6-6
6. Capital 1. Ketersediaan
anggaran
2. Sumber anggaran
1. Bagaimanakah
ketersediaan anggaran
yang dialokasikan
untuk pelaksanaan
penerapan sistem
sirmral ini?
2. Dialokasikan untuk apa
sajakah anggaran
dalam penerapan
simral ?
3. Berasal darimanakah
anggaran yang
digunakan untuk
penerapan sistem
simral ini ?
I1,I3,I5
DOKUMENTASI FOTO
Wawancara dengan Bapak Akhmad Saefulrohim selaku Kasubid
Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Ubay Mulyani selaku Operator Simral
Wawancara dengan Bapak TB. A. Teguh Pribadi selaku Kepala Bidang Layanan E-Government Diskominfo
Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Arif Rediwinata Selaku Kasubid
Penyusunan APBD BPKAD Kota Serang
Wawancara dengan Ibu Elisa Engriyani selaku Operator Simral di Kecamatan
Cipocok Jaya
Wawancara dengan Ibu Sudaryati selaku Operator Simral di Kecamatan
Curug
Wawancara dengan Ibu Mahsusi Lidyawati selaku Operator Simral di
Kecamatan Kasemen
Wawancara dengan Bapak Kiky selaku Operator Simral di Kecamatan Serang
Wawancara dengan Bapal Aulia Nuari selaku Operator Simral di Kecamatan
Taktakan
Wawancara dengan Ibu Nur Asiva Nabila selaku Operator Simral di
Kecamatan Walantaka
www.hukumonline.com
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2008
TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional;
b. bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik;
c. bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik;
d. bahwa pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Mengingat:
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, dan Pasal 28 J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
BAB I
KETENTUAN UMUM
1 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.
2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
4. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi non litigasi.
5. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-undangan.
6. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi informasi.
7. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh komisi informasi.
8. Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik.
9. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
11. Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
12. Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas
2 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 2
(1) Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik.
(2) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
(3) Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.
(4) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Undang-Undang ini bertujuan untuk:
a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;
d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN PEMOHON DAN PENGGUNA INFORMASI PUBLIK SERTA HAK DAN KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
Bagian Kesatu
Hak Pemohon Informasi Publik
Pasal 4
(1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
(2) Setiap Orang berhak:
a. melihat dan mengetahui Informasi Publik;
b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik;
3 / 38
www.hukumonline.com
c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau
d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut.
(4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Bagian Kedua
Kewajiban Pengguna Informasi Publik
Pasal 5
(1) Pengguna Informasi Publik wajib menggunakan Informasi Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengguna Informasi Publik wajib mencantumkan sumber dari mana ia memperoleh Informasi Publik, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Hak Badan Publik
Pasal 6
(1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.
Bagian Keempat
Kewajiban Badan Publik
Pasal 7
(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di
4 / 38
www.hukumonline.com
bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik.
Pasal 8
Kewajiban Badan Publik yang berkaitan dengan kearsipan dan pendokumentasian Informasi Publik dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN
Bagian Kesatu
Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala
Pasal 9
(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.
(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.
(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.
(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.
5 / 38
www.hukumonline.com
Bagian Kedua
Informasi yang Wajib Diumumkan secara Serta-merta
Pasal 10
(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.
Bagian Ketiga
Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat
Pasal 11
(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan;
b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;
c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik;
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.
Pasal 12
Setiap tahun Badan Publik wajib mengumumkan layanan informasi, yang meliputi:
a. jumlah permintaan informasi yang diterima;
b. waktu yang diperlukan Badan Publik dalam memenuhi setiap permintaan informasi;
c. jumlah pemberian dan penolakan permintaan informasi; dan/atau
d. alasan penolakan permintaan informasi.
6 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 13
(1) Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap Badan Publik:
a. menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi; dan
b. membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional.
(2) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibantu oleh pejabat fungsional.
Pasal 14
Informasi Publik yang wajib disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan usaha lainnya yang dimiliki oleh negara dalam Undang- Undang ini adalah:
a. nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar;
b. nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan;
c. laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit;
d. hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya;
e. sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi;
f. mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas;
g. kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi Publik;
h. pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran;
i. pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang;
j. penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
k. perubahan tahun fiskal perusahaan;
l. kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi;
m. mekanisme pengadaan barang dan jasa; dan/atau
n. informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah.
Pasal 15
Informasi Publik yang wajib disediakan oleh partai politik dalam Undang-Undang ini adalah:
a. asas dan tujuan;
b. program umum dan kegiatan partai politik;
c. nama, alamat dan susunan kepengurusan dan perubahannya;
d. pengelolaan dan penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
e. mekanisme pengambilan keputusan partai;
7 / 38
www.hukumonline.com
f. keputusan partai yang berasal dari hasil muktamar/kongres/munas dan/atau keputusan lainnya yang menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai terbuka untuk umum; dan/atau
g. informasi lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan partai politik.
Pasal 16
Informasi Publik yang wajib disediakan oleh organisasi non pemerintah dalam Undang-Undang ini adalah:
a. asas dan tujuan;
b. program dan kegiatan organisasi;
c. nama, alamat, susunan kepengurusan, dan perubahannya;
d. pengelolaan dan penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau sumber luar negeri;
e. mekanisme pengambilan keputusan organisasi;
f. keputusan-keputusan organisasi; dan/atau
g. informasi lain yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
BAB V
INFORMASI YANG DIKECUALIKAN
Pasal 17
Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik, kecuali:
a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:
1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;
2. mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;
3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;
4. membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/atau
5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum.
b. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
c. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu:
1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;
2. dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan
8 / 38
www.hukumonline.com
penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;
3. jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya;
4. gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer;
5. data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;
6. sistem persandian negara; dan/atau
7. sistem intelijen negara.
d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;
e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional:
1. rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham dan aset vital milik negara;
2. rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model operasi institusi keuangan;
3. rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya;
4. rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti;
5. rencana awal investasi asing;
6. proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya; dan/atau
7. hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang.
f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri:
1. posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional;
2. korespondensi diplomatik antarnegara;
3. sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam menjalankan hubungan internasional; dan/atau
4. perlindungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia di luar negeri.
g. Informasi Publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;
h. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:
1. riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang;
3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;
4. hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau
9 / 38
www.hukumonline.com
5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan non formal
i. memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan;
j. informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.
Pasal 18
(1) Tidak termasuk dalam kategori informasi yang dikecualikan adalah informasi berikut:
a. putusan badan peradilan;
b. ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran, ataupun bentuk kebijakan lain, baik yang tidak berlaku mengikat maupun mengikat ke dalam ataupun ke luar serta pertimbangan lembaga penegak hukum;
c. surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan;
d. rencana pengeluaran tahunan lembaga penegak hukum;
e. laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum;
f. laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi; dan/atau
g. informasi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).
(2) Tidak termasuk informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf g dan huruf h, antara lain apabila:
a. pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis; dan/atau
b. pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan-jabatan publik.
(3) Dalam hal kepentingan pemeriksaan perkara pidana di pengadilan, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, Ketua Mahkamah Agung, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, dan/atau Pimpinan Lembaga Negara Penegak Hukum lainnya yang diberi kewenangan oleh Undang-Undang dapat membuka informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf i, dan huruf j.
(4) Pembukaan informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara mengajukan permintaan izin kepada Presiden.
(5) Permintaan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) untuk kepentingan pemeriksaan perkara perdata yang berkaitan dengan keuangan atau kekayaan negara di pengadilan, permintaan izin diajukan oleh Jaksa Agung sebagai pengacara negara kepada Presiden.
(6) Izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diberikan oleh Presiden kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Pimpinan Lembaga Negara Penegak Hukum lainnya, atau Ketua Mahkamah Agung.
(7) Dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan dan keamanan negara dan kepentingan umum, Presiden dapat menolak permintaan informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Pasal 19
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap Orang.
10 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 20
(1) Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f tidak bersifat permanen.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu pengecualian diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI
MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI
Pasal 21
Mekanisme untuk memperoleh Informasi Publik didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan biaya ringan.
Pasal 22
(1) Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis.
(2) Badan Publik wajib mencatat nama dan alamat Pemohon Informasi Publik, subjek dan format informasi serta cara penyampaian informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik.
(3) Badan Publik yang bersangkutan wajib mencatat permintaan Informasi Publik yang diajukan secara tidak tertulis.
(4) Badan Publik terkait wajib memberikan tanda bukti penerimaan permintaan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) berupa nomor pendaftaran pada saat permintaan diterima.
(5) Dalam hal permintaan disampaikan secara langsung atau melalui surat elektronik, nomor pendaftaran diberikan saat penerimaan permintaan.
(6) Dalam hal permintaan disampaikan melalui surat, pengiriman nomor pendaftaran dapat diberikan bersamaan dengan pengiriman informasi.
(7) Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan :
a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;
b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang diminta;
c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;
d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan;
e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;
f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau
g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.
11 / 38
www.hukumonline.com
(8) Badan Publik yang bersangkutan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), paling lambat 7 (tujuh) hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permintaan informasi kepada Badan Publik diatur oleh Komisi Informasi.
BAB VII
KOMISI INFORMASI
Bagian Kesatu
Fungsi
Pasal 23
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 24
(1) Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat, Komisi Informasi provinsi, dan jika dibutuhkan Komisi Informasi kabupaten/kota.
(2) Komisi Informasi Pusat berkedudukan di ibu kota Negara.
(3) Komisi Informasi provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi dan Komisi Informasi kabupaten/kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.
Bagian Ketiga
Susunan
Pasal 25
(1) Anggota Komisi Informasi Pusat berjumlah 7 (tujuh) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat.
(2) Anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota berjumlah 5 (lima) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat.
(3) Komisi Informasi dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota dan didampingi oleh seorang wakil ketua merangkap anggota.
(4) Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Informasi.
(5) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan musyawarah seluruh anggota Komisi
12 / 38
www.hukumonline.com
Informasi dan apabila tidak tercapai kesepakatan dilakukan pemungutan suara.
Bagian Keempat
Tugas
Pasal 26
(1) Komisi Informasi bertugas:
a. menerima, memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini;
b. menetapkan kebijakan umum pelayanan Informasi Publik; dan
c. menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
(2) Komisi Informasi Pusat bertugas:
a. menetapkan prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi;
b. menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik di daerah selama Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota belum terbentuk; dan
c. memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya berdasarkan Undang-Undang ini kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia setahun sekali atau sewaktu-waktu jika diminta.
(3) Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota bertugas menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik di daerah melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi.
Bagian Kelima
Wewenang
Pasal 27
(1) Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Informasi memiliki wewenang:
a. memanggil dan/atau mempertemukan para pihak yang bersengketa;
b. meminta catatan atau bahan yang relevan yang dimiliki oleh Badan Publik terkait untuk mengambil keputusan dalam upaya menyelesaikan Sengketa Informasi Publik;
c. meminta keterangan atau menghadirkan pejabat Badan Publik ataupun pihak yang terkait sebagai saksi dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik;
d. mengambil sumpah setiap saksi yang didengar keterangannya dalam Ajudikasi nonlitigasi penyelesaian Sengketa Informasi Publik; dan
e. membuat kode etik yang diumumkan kepada publik sehingga masyarakat dapat menilai kinerja Komisi Informasi.
(2) Kewenangan Komisi Informasi Pusat meliputi kewenangan penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik pusat dan Badan Publik tingkat provinsi dan/atau Badan Publik tingkat kabupaten/kota selama Komisi Informasi di provinsi atau Komisi Informasi kabupaten/kota tersebut belum
13 / 38
www.hukumonline.com
terbentuk.
(3) Kewenangan Komisi Informasi provinsi meliputi kewenangan penyelesaian sengketa yang menyangkut Badan Publik tingkat provinsi yang bersangkutan.
(4) Kewenangan Komisi Informasi kabupaten/kota meliputi kewenangan penyelesaian sengketa yang menyangkut Badan Publik tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan
Bagian Keenam
Pertanggungjawaban
Pasal 28
(1) Komisi Informasi Pusat bertanggung jawab kepada Presiden dan menyampaikan laporan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(2) Komisi Informasi provinsi bertanggung jawab kepada gubernur dan menyampaikan laporan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi yang bersangkutan.
(3) Komisi Informasi kabupaten/kota bertanggung jawab kepada bupati/walikota dan menyampaikan laporan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan.
(4) Laporan lengkap Komisi Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) bersifat terbuka untuk umum.
Bagian Ketujuh
Sekretariat dan Penatakelolaan Komisi Informasi
Pasal 29
(1) Dukungan administratif, keuangan, dan tata kelola Komisi Informasi dilaksanakan oleh sekretariat komisi.
(2) Sekretariat Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah.
(3) Sekretariat Komisi Informasi Pusat dipimpin oleh sekretaris yang ditetapkan oleh Menteri yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informatika berdasarkan usulan Komisi Informasi.
(4) Sekretariat Komisi Informasi provinsi dilaksanakan oleh pejabat yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informasi di tingkat provinsi yang bersangkutan.
(5) Sekretariat Komisi Informasi kabupaten/kota dilaksanakan oleh pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang komunikasi dan informasi di tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan.
(6) Anggaran Komisi Informasi Pusat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, anggaran Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Bagian Kedelapan
Pengangkatan dan Pemberhentian
14 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 30
(1) Syarat-syarat pengangkatan anggota Komisi Informasi:
a. warga negara Indonesia;
b. memiliki integritas dan tidak tercela;
c. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih;
d. memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang keterbukaan Informasi Publik sebagai bagian dari hak asasi manusia dan kebijakan publik;
e. memiliki pengalaman dalam aktivitas Badan Publik;
f. bersedia melepaskan keanggotaan dan jabatannya dalam Badan Publik apabila diangkat menjadi anggota Komisi Informasi;
g. bersedia bekerja penuh waktu;
h. berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun; dan
i. sehat jiwa dan raga.
(2) Rekrutmen calon anggota Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah secara terbuka, jujur, dan objektif.
(3) Daftar calon anggota Komisi Informasi wajib diumumkan kepada masyarakat.
(4) Setiap Orang berhak mengajukan pendapat dan penilaian terhadap calon anggota Komisi Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan disertai alasan.
Pasal 31
(1) Calon anggota Komisi Informasi Pusat hasil rekrutmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden sejumlah 21 (dua puluh satu) orang calon.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memilih anggota Komisi Informasi Pusat melalui uji kepatutan dan kelayakan.
(3) Anggota Komisi Informasi Pusat yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia selanjutnya ditetapkan oleh Presiden.
Pasal 32
(1) Calon anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota hasil rekrutmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota oleh gubernur dan/atau bupati/walikota paling sedikit 10 (sepuluh) orang calon dan paling banyak 15 (lima belas) orang calon.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota memilih anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota melalui uji kepatutan dan kelayakan.
(3) Anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota selanjutnya ditetapkan oleh gubernur dan/atau bupati/walikota.
15 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 33
Anggota Komisi Informasi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya.
Pasal 34
(1) Pemberhentian anggota Komisi Informasi dilakukan berdasarkan keputusan Komisi Informasi sesuai dengan tingkatannya dan diusulkan kepada Presiden untuk Komisi Informasi Pusat, kepada gubernur untuk Komisi Informasi provinsi, dan kepada bupati/walikota untuk Komisi Informasi kabupaten/kota untuk ditetapkan.
(2) Anggota Komisi Informasi berhenti atau diberhentikan karena:
a. meninggal dunia;
b. telah habis masa jabatannya;
c. mengundurkan diri;
d. dipidana dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun penjara;
e. sakit jiwa dan raga dan/atau sebab lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas 1 (satu) tahun berturut-turut; atau
f. melakukan tindakan tercela dan/atau melanggar kode etik, yang putusannya ditetapkan oleh Komisi Informasi.
(3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Keputusan Presiden untuk Komisi Informasi Pusat, keputusan gubernur untuk Komisi Informasi provinsi, dan/atau keputusan bupati/walikota untuk Komisi Informasi kabupaten/kota.
(4) Pergantian antar waktu anggota Komisi Informasi dilakukan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk Komisi Informasi Pusat, oleh gubernur setelah berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi untuk Komisi Informasi provinsi, dan oleh bupati/walikota setelah berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota untuk Komisi Informasi kabupaten/kota.
(5) Anggota Komisi Informasi pengganti antar waktu diambil dari urutan berikutnya berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan yang telah dilaksanakan sebagai dasar pengangkatan anggota Komisi Informasi pada periode dimaksud.
BAB VIII
KEBERATAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI KOMISI INFORMASI
Bagian Kesatu
Keberatan
Pasal 35
(1) Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi berdasarkan alasan berikut:
a. penolakan atas permintaan informasi berdasarkan alasan pengecualian sebagaimana dimaksud
16 / 38
www.hukumonline.com
dalam Pasal 17;
b. tidak disediakannya informasi berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
c. tidak ditanggapinya permintaan informasi;
d. permintaan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta;
e. tidak dipenuhinya permintaan informasi;
f. pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau
g. penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur dalam Undang-Undang ini.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g dapat diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak.
Pasal 36
(1) Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1).
(2) Atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara tertulis.
(3) Alasan tertulis disertakan bersama tanggapan apabila atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) menguatkan putusan yang ditetapkan oleh bawahannya.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Melalui Komisi Informasi
Pasal 37
(1) Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan kepada Komisi Informasi Pusat dan/atau Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya apabila tanggapan atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dalam proses keberatan tidak memuaskan Pemohon Informasi Publik.
(2) Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2).
Pasal 38
(1) Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota harus mulai mengupayakan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik.
(2) Proses penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat dapat diselesaikan dalam waktu 100 (seratus) hari kerja.
Pasal 39
17 / 38
www.hukumonline.com
Putusan Komisi Informasi yang berasal dari kesepakatan melalui Mediasi bersifat final dan mengikat.
BAB IX
HUKUM ACARA KOMISI
Bagian Kesatu
Mediasi
Pasal 40
(1) Penyelesaian sengketa melalui Mediasi merupakan pilihan para pihak dan bersifat sukarela.
(2) Penyelesaian sengketa melalui Mediasi hanya dapat dilakukan terhadap pokok perkara yang terdapat dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g.
(3) Kesepakatan para pihak dalam proses Mediasi dituangkan dalam bentuk putusan Mediasi Komisi Informasi.
Pasal 41
Dalam proses Mediasi anggota Komisi Informasi berperan sebagai mediator.
Bagian Kedua
Ajudikasi
Pasal 42
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Ajudikasi nonlitigasi oleh Komisi Informasi hanya dapat ditempuh apabila upaya Mediasi dinyatakan tidak berhasil secara tertulis oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa, atau salah satu atau para pihak yang bersengketa menarik diri dari perundingan.
Pasal 43
(1) Sidang Komisi Informasi yang memeriksa dan memutus perkara paling sedikit 3 (tiga) orang anggota komisi atau lebih dan harus berjumlah gasal.
(2) Sidang Komisi Informasi bersifat terbuka untuk umum.
(3) Dalam hal pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen-dokumen yang termasuk dalam pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka sidang pemeriksaan perkara bersifat tertutup.
(4) Anggota Komisi Informasi wajib menjaga rahasia dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Bagian Ketiga
Pemeriksaan
Pasal 44
18 / 38
www.hukumonline.com
(1) Dalam hal Komisi Informasi menerima permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik, Komisi Informasi memberikan salinan permohonan tersebut kepada pihak termohon.
(2) Pihak termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pimpinan Badan Publik atau pejabat terkait yang ditunjuk yang didengar keterangannya dalam proses pemeriksaan.
(3) Dalam hal pihak termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisi Informasi dapat memutus untuk mendengar keterangan tersebut secara lisan ataupun tertulis.
(4) Pemohon Informasi Publik dan termohon dapat mewakilkan kepada wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.
Bagian Keempat
Pembuktian
Pasal 45
(1) Badan Publik harus membuktikan hal-hal yang mendukung pendapatnya apabila menyatakan tidak dapat memberikan informasi dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 35 ayat (1) huruf a.
(2) Badan Publik harus menyampaikan alasan yang mendukung sikapnya apabila Pemohon Informasi Publik mengajukan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g.
Bagian Kelima
Putusan Komisi Informasi
Pasal 46
(1) Putusan Komisi Informasi tentang pemberian atau penolakan akses terhadap seluruh atau sebagian informasi yang diminta berisikan salah satu perintah di bawah ini:
a. membatalkan putusan atasan Badan Publik dan memutuskan untuk memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik sesuai dengan keputusan Komisi Informasi; atau
b. mengukuhkan putusan atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi untuk tidak memberikan informasi yang diminta sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(2) Putusan Komisi Informasi tentang pokok keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g, berisikan salah satu perintah di bawah ini:
a. memerintahkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi untuk menjalankan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini;
b. memerintahkan Badan Publik untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pemberian informasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; atau
c. mengukuhkan pertimbangan atasan Badan Publik atau memutuskan mengenai biaya penelusuran dan/atau penggandaan informasi.
(3) Putusan Komisi Informasi diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, kecuali putusan yang menyangkut informasi yang dikecualikan.
19 / 38
www.hukumonline.com
(4) Komisi Informasi wajib memberikan salinan putusannya kepada para pihak yang bersengketa.
(5) Apabila ada anggota komisi yang dalam memutus suatu perkara memiliki pendapat yang berbeda dari putusan yang diambil, pendapat anggota komisi tersebut dilampirkan dalam putusan dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari putusan tersebut.
BAB X
GUGATAN KE PENGADILAN DAN KASASI
Bagian Kesatu
Gugatan ke Pengadilan
Pasal 47
(1) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan tata usaha negara apabila yang digugat adalah Badan Publik negara.
(2) Pengajuan gugatan dilakukan melalui pengadilan negeri apabila yang digugat adalah Badan Publik selain Badan Publik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 48
(1) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) hanya dapat ditempuh apabila salah satu atau para pihak yang bersengketa secara tertulis menyatakan tidak menerima putusan Ajudikasi dari Komisi Informasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya putusan tersebut.
(2) Sepanjang menyangkut informasi yang dikecualikan, sidang di Komisi Informasi dan di pengadilan bersifat tertutup.
Pasal 49
(1) Putusan pengadilan tata usaha negara atau pengadilan negeri dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik tentang pemberian atau penolakan akses terhadap seluruh atau sebagian informasi yang diminta berisi salah satu perintah berikut:
a. membatalkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:
1. memberikan sebagian atau seluruh informasi yang dimohonkan oleh Pemohon Informasi Publik; atau
2. menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik.
b. menguatkan putusan Komisi Informasi dan/atau memerintahkan Badan Publik:
1. memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik; atau
2. menolak memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik.
(2) Putusan pengadilan tata usaha negara atau pengadilan negeri dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik tentang pokok keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b sampai dengan
20 / 38
www.hukumonline.com
huruf g berisi salah satu perintah berikut:
a. memerintahkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi untuk menjalankan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau memerintahkan untuk memenuhi jangka waktu pemberian informasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;
b. menolak permohonan Pemohon Informasi Publik; atau
c. memutuskan biaya penggandaan informasi.
(3) Pengadilan tata usaha negara atau pengadilan negeri memberikan salinan putusannya kepada para pihak yang bersengketa.
Bagian Kedua
Kasasi
Pasal 50
Pihak yang tidak menerima putusan pengadilan tata usaha negara atau pengadilan negeri dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya putusan pengadilan tata usaha negara atau pengadilan negeri.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 51
Setiap Orang yang dengan sengaja menggunakan Informasi Publik secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 52
Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta-merta, Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau Informasi Publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan Undang-Undang ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 53
Setiap Orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, dan/atau menghilangkan dokumen Informasi Publik dalam bentuk media apa pun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan kepentingan umum dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pasal 54
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, huruf g,
21 / 38
www.hukumonline.com
huruf h, huruf i, dan huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 huruf c dan huruf e, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
Pasal 55
Setiap Orang yang dengan sengaja membuat Informasi Publik yang tidak benar atau menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 56
Setiap pelanggaran yang dikenai sanksi pidana dalam Undang-Undang ini dan juga diancam dengan sanksi pidana dalam Undang-Undang lain yang bersifat khusus, yang berlaku adalah sanksi pidana dari Undang-Undang yang lebih khusus tersebut.
Pasal 57
Tuntutan pidana berdasarkan Undang-Undang ini merupakan delik aduan dan diajukan melalui peradilan
umum.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 58
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik negara diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
Komisi Informasi Pusat harus sudah dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini.
Pasal 60
Komisi Informasi provinsi harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkannya Undang- Undang ini.
22 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 61
Pada saat diberlakukannya Undang-Undang ini Badan Publik harus melaksanakan kewajibannya berdasarkan Undang-Undang.
Pasal 62
Peraturan Pemerintah sudah harus ditetapkan sejak diberlakukannya Undang-Undang ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 63
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan informasi yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 64
(1) Undang-Undang ini mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal diundangkan.
(2) Penyusunan dan penetapan Peraturan Pemerintah, petunjuk teknis, sosialisasi, sarana dan prasarana, serta hal-hal lainnya yang terkait dengan persiapan pelaksanaan Undang-Undang ini harus rampung paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 30 April 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 30 April 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 61
23 / 38
www.hukumonline.com
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2008
TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
I. UMUM
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan bahwa setiap Orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan Informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Untuk memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh Informasi, perlu dibentuk undang-undang yang mengatur tentang keterbukaan Informasi Publik. Fungsi maksimal ini diperlukan, mengingat hak untuk memperoleh Informasi merupakan hak asasi manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh Informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak atas Informasi menjadi sangat penting karena makin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan. Hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi juga relevan untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik. Partisipasi atau pelibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan keterbukaan Informasi Publik.
Keberadaan Undang-undang tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana; (3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.
Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas Informasi Publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas. Lingkup Badan Publik dalam Undang-undang ini meliputi lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara lainnya yang mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi non pemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau menggunakan dana yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Melalui mekanisme dan pelaksanaan prinsip keterbukaan, akan tercipta kepemerintahan yang baik dan peran serta masyarakat yang transparan dan akuntabilitas yang tinggi sebagai salah satu prasyarat untuk mewujudkan demokrasi yang hakiki.
Dengan membuka akses publik terhadap Informasi diharapkan Badan Publik termotivasi untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Dengan demikian, hal itu dapat mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka yang merupakan upaya strategis mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance).
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
24 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tepat waktu” adalah pemenuhan atas permintaan Informasi dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
“Cara sederhana” adalah Informasi yang diminta dapat diakses secara mudah dalam hal prosedur dan mudah juga untuk dipahami.
“Biaya ringan” adalah biaya yang dikenakan secara proporsional berdasarkan standar biaya pada umumnya.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “konsekuensi yang timbul” adalah konsekuensi yang membahayakan kepentingan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang ini apabila suatu Informasi dibuka. Suatu Informasi yang dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik. Jika kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu Informasi, Informasi tersebut harus dirahasiakan atau ditutup dan/atau sebaliknya.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “membahayakan negara” adalah bahaya terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Lebih lanjut mengenai Informasi yang
25 / 38
www.hukumonline.com
membahayakan negara ditetapkan oleh Komisi Informasi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “persaingan usaha tidak sehat” adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur, melawan hukum, atau menghambat persaingan usaha. Lebih lanjut mengenai Informasi persaingan usaha tidak sehat ditetapkan oleh Komisi Informasi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “rahasia jabatan” adalah rahasia yang menyangkut tugas dalam suatu jabatan Badan Publik atau tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan” adalah Badan Publik secara nyata belum menguasai dan/atau mendokumentasikan Informasi Publik dimaksud.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “berkala” adalah secara rutin, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik” adalah Informasi yang menyangkut keberadaan, kepengurusan, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan, dan Informasi lainnya yang merupakan Informasi Publik yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Huruf b
yang dimaksud kinerja Badan Publik adalah kondisi Badan Publik yang bersangkutan yang meliputi hasil dan prestasi yang dicapai serta kemampuan kerjanya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
26 / 38
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “serta-merta” adalah spontan, pada saat itu juga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
27 / 38
www.hukumonline.com
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan:
1. “transparansi” adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan Informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
2. “kemandirian” adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat;
3. “akuntabilitas” adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;
4. “pertanggungjawaban” adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat;
5. “kewajaran” adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Yang dimaksud dengan ”undang-undang yang berkaitan dengan badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah” adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, serta Undang- Undang yang mengatur sektor kegiatan usaha badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah yang berlaku umum bagi seluruh pelaku usaha dalam sektor kegiatan usaha tersebut.
Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
28 / 38
www.hukumonline.com
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “undang-undang yang berkaitan dengan partai politik” adalah Undang-Undang tentang Partai Politik.
Pasal 16
Yang dimaksud dengan “organisasi non pemerintah” adalah organisasi baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang meliputi perkumpulan, lembaga swadaya masyarakat, badan usaha non pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Angka 1
Yang dimaksud dengan “Informasi yang terkait dengan sistem pertahanan dan keamanan negara” adalah Informasi tentang:
1. infrastruktur pertahanan pada kerawanan: sistem komunikasi strategis pertahanan, sistem pendukung strategis pertahanan, pusat pemandu, dan pengendali operasi militer;
2. gelar operasi militer pada perencanaan operasi militer, komando dan kendali operasi militer, kemampuan operasi satuan militer yang digelar, misi taktis operasi militer, gelar taktis operasi militer, tahapan dan waktu gelar taktis operasi militer, titik-titik kerawanan gelar militer, dan kemampuan, kerawanan, lokasi, serta analisis kondisi fisik dan moral musuh;
3. sistem persenjataan pada spesifikasi teknis operasional alat persenjataan militer, kinerja dan kapabilitas teknis operasional alat persenjataan militer, kerawanan sistem persenjataan militer, serta rancang bangun dan purwarupa persenjataan militer;
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
29 / 38
www.hukumonline.com
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Yang dimaksud dengan “sistem persandian negara” adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengamanan Informasi rahasia negara yang meliputi data dan Informasi tentang material sandi dan jaring yang digunakan, metode dan teknik aplikasi persandian, aktivitas penggunaannya, serta kegiatan pencarian dan pengupasan Informasi bersandi pihak lain yang meliputi data dan Informasi material sandi yang digunakan, aktivitas pencarian dan analisis, sumber Informasi bersandi, serta hasil analisis dan personil sandi yang melaksanakan.
Angka 7
Yang dimaksud dengan “sistem intelijen negara” adalah suatu sistem yang mengatur aktivitas badan intelijen yang disesuaikan dengan strata masing-masing agar lebih terarah dan terkoordinasi secara efektif, efisien, sinergis, dan profesional dalam mengantisipasi berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman ataupun peluang yang ada sehingga hasil analisisnya secara akurat, cepat, objektif, dan relevan yang dapat mendukung dan menyukseskan kebijaksanaan dan strategi nasional.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
“Memorandum yang dirahasiakan” adalah memorandum atau surat-surat antar-Badan Publik atau intra-Badan Publik yang menurut sifatnya tidak disediakan untuk pihak selain Badan Publik yang sedang melakukan hubungan dengan Badan Publik dimaksud dan apabila dibuka dapat secara serius merugikan proses penyusunan kebijakan, yakni dapat:
1. mengurangi kebebasan, keberanian, dan kejujuran dalam pengajuan usul, komunikasi, atau pertukaran gagasan sehubungan dengan proses pengambilan keputusan;
2. menghambat kesuksesan kebijakan karena adanya pengungkapan secara prematur;
3. mengganggu keberhasilan dalam suatu proses negosiasi yang akan atau sedang dilakukan.
Huruf j
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
30 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Yang dimaksud dengan “mandiri” adalah independen dalam menjalankan wewenang serta tugas dan fungsinya termasuk dalam memutuskan Sengketa Informasi Publik dengan berdasar pada Undang-Undang ini, keadilan, kepentingan umum, dan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang dimaksud “Ajudikasi nonlitigasi” adalah penyelesaian sengketa Ajudikasi di luar pengadilan yang putusannya memiliki kekuatan setara dengan putusan pengadilan.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa” adalah prosedur beracara di bidang penyelesaian sengketa Informasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
31 / 38
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kode etik” adalah pedoman perilaku yang mengikat setiap anggota Komisi Informasi, yang penetapannya dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
“Pejabat pelaksana kesekretariatan” adalah pejabat struktural instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya di bidang komunikasi dan informatika sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pemerintah” adalah menteri yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang komunikasi dan informatika.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
32 / 38
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
“Sehat jiwa dan raga” dibuktikan melalui surat keterangan tim penguji kesehatan resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Yang dimaksud dengan ”terbuka” adalah bahwa Informasi setiap tahapan proses rekrutmen harus diumumkan bagi publik.
Yang dimaksud dengan ”jujur” adalah bahwa proses rekrutmen berlangsung adil dan non diskriminatif berdasarkan Undang-Undang ini.
Yang dimaksud dengan ”objektif” adalah bahwa proses rekrutmen harus mendasarkan pada kriteria yang diatur oleh Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
33 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “tindakan tercela” adalah mencemarkan martabat dan reputasi dan/atau mengurangi kemandirian dan kredibilitas Komisi Informasi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “penggantian antar waktu anggota Komisi Informasi” adalah pengangkatan anggota Komisi Informasi baru untuk menggantikan anggota Komisi Informasi yang telah berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (1) sebelum masa jabatannya berakhir.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 35
34 / 38
www.hukumonline.com
Ayat (1)
Pengajuan keberatan secara tertulis kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi sekurang-kurangnya berisikan nama dan/atau instansi asal pengguna Informasi, alasan mengajukan keberatan, tujuan menggunakan Informasi, dan kasus posisi permintaan Informasi dimaksud.
Yang dimaksud dengan “atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi” adalah pejabat yang merupakan atasan langsung pejabat yang bersangkutan dan/atau atasan dari atasan langsung pejabat yang bersangkutan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “ditanggapi” adalah respons dari Badan Publik sesuai dengan ketentuan pelayanan yang telah diatur dalam petunjuk teknis pelayanan Informasi Publik.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi hanya dapat diajukan setelah melalui proses keberatan kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
35 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Gugatan terhadap Badan Publik negara yang terkait dengan kebijakan pejabat tata usaha negara dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
36 / 38
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Yang dikenakan sanksi dalam ketentuan ini meliputi setiap orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 52
Yang dapat dikenakan sanksi pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi dijatuhkan kepada:
a. badan hukum, perseroan, perkumpulan, atau yayasan;
b. mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam melakukan tindak pidana; atau
c. kedua-duanya.
Pasal 53
Yang dikenakan sanksi dalam ketentuan ini meliputi setiap orang perseorangan atau kelompok orang atau badan hukum atau Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Pasal 54
Ayat (1)
Yang dikenakan sanksi dalam ketentuan ini meliputi setiap orang perseorangan atau kelompok orang atau badan hukum atau Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Yang dikenakan sanksi dalam ketentuan ini meliputi setiap orang perseorangan atau kelompok orang atau badan hukum atau Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 55
Yang dikenakan sanksi dalam ketentuan ini meliputi setiap orang perseorangan atau kelompok orang atau badan hukum atau Badan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
37 / 38
www.hukumonline.com
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4846
38 / 38
- 1 -
PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR 47 TAHUN 2017
TENTANG
PEDOMAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SERANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
13/KEP/M.PAN/2003 tentang Pedoman Umum Perkantoran Elektronis Lingkup Internet di Lingkungan
Instansi Pemerintah, perlu mewujudkan pelaksanaan e-governmet yang terarah, terpadu, sistematis dan tepat
sasaran;
b. bahwa agar pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dapat dilaksanakan secara berdayaguna dan
berhasil guna;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 98,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4748);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
5. Undang-Undang ……………..
- 2 -
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 189, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5348);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
10. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
11. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang
Rencana Pita Lebar Indonesia 2014-2019;
12. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia;
13. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
kebijakan Strategi Nasional Pengembangan E-Pemerintahan;
14. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Nama Domain;
15. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
22/PERM/M.KOMINFO/12/2010 tentang SPM bidang Informasi dan Komunikasi;
16. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 05
Tahun 2015 tentang Register Nama Domain Instansi Penyelenggara Negara;
17. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13/KEP/M.PAN/2003 tentang Pedoman Umum Perkantoran Elektronis Lingkup Internet di Lingkungan
Instansi Pemerintah;
18. Peraturan ………………..
- 3 -
18. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2016 Nomor 7);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Serang.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintahan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
4. Walikota adalah Walikota Serang.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Serang.
6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;.
7. Dinas Komunikasi dan Informatika adalah Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Komunikasi dan informatika, bidang statistik dan bidang persandian.
8. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
9. Hibah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya dan dilakukan melalui perjanjian.
10. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
11. Komunikasi adalah penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak yang lain melalui media perantara yang bersifat elektronik maupun non
elektronik.
12. Telekomunikasi .................
- 4 -
12. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara bunyi melalui kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.
13. Penyelenggaraan Informatika adalah kegiatan penyiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan informatika sehingga terlaksananya pengembangan e-government.
14. Penyelenggaraan Komunikasi adalah kegiatan penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain melalui media perantara yang bersifat elektronik
maupun non elektronik.
15. Informatika adalah pemanfaatan perangkat-perangkat berkemampuan komputasi dalam pengelolaan informasi, termasuk dalam pemprosesan,
pengarsipan, dan penyebaran informasi.
16. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi atau non elektronik.
17. Keamanan Informasi adalah proteksi informasi dan sistem informasi dari akses, penggunaan, penyebaran, pengubahan, gangguan, atau
penghancuran oleh pihak yang tidak berwenang.
18. Infrastruktur adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan peralatan
telekomunikasi, yang ketika digunakan bersama, menjadi pondasi dasar untuk mendukung pelaksanaan e-government.
19. Pengelolaan Infrastruktur Jaringan adalah kegiatan yang meliputi instalasi
dan pemeliharaan perangkat jaringan.
20. Server adalah perangkat khusus dalam jaringan komputer yang menjadi
tempat bagi semua simpul di dalam jaringan untuk bisa melakukan resource sharing.
21. Sistem Jaringan adalah kumpulan simpul-simpul sumber daya perangkat
komputasi berupa perangkat-perangkat komputer yang saling terhubung melalui sistem komunikasi data, sehingga dapat diakses secara bersama.
22. Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan Kemampuan Infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau
pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur informatika.
23. E-government adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam proses
manajemen pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan sistem
informasi pemerintah yang menerapkan teknologi informatika dalam pelaksanaan pemerintahan.
24. Pengintegrasian adalah menghubungkan unsur-unsur atau bagian-bagian
untuk dapat dikaitkan satu dengan yang lain, sehingga dapat menjaga integritas ke seluruh bagian.
25. Sistem Informasi adalah sekumpulan komponen-komponen hardware, sotfware, network, brainware, dan basis data yang bekerja sama satu sama
lain dalam hal pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyebaran data dan informasi untuk keperluan Pemerintah Daerah.
26. Standarisasi adalah penyamaan format terhadap suatu ketentuan.
27. Basis ..................
- 5 -
27. Basis data adalah kumpulan data yang secara logika berkaitan satu sama lain dan disimpan atau diakses berbasiskan komputer.
28. Aplikasi adalah program komputer yang dibangun untuk membantu proses pekerjaan.
29. Perangkat keras adalah satu atau serangkaian alat yang terhubung dalam Sistem Elektronik.
30. Perangkat lunak adalah satu atau sekumpulan program komputer,
prosedur, dan/atau dokumentasi yang terkait dalam pengoperasian Sistem Elektronik.
31. Jaringan Komputer adalah jaringan telekomunikasi yang mengijinkan
komputer untuk saling bertukar data dan berbagi sumber daya.
32. Wali data yang selanjutnya disebut WD adalah unit yang bertanggung
jawab terhadap penyediaan, pengelolaan, dan distribusi data serta merupakan unit yang langsung melaksanakan kegiatan operasi, administrasi, pelayanan.
33. Infrastruktur Jaringan adalah jaringan telekomunikasi yang menghubungkan antara jaringan lokal dengan intranet dan internet.
34. Infrstruktur Jaringan Lokal adalah jaringan komputer yang saling terhubung ke server dengan menggunakan topologi tertentu.
35. Infrastruktur Jaringan Lokal Pemerintah Daerah adalah jaringan komputer
yang saling terkoneksi antar Perangkat Daerah.
36. Pusat Data adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk Sistem Elektronik dan komponen terkaitnya untuk keperluan penempatan, penyimpanan,
dan pengolahan data.
37. Pusat Pemulihan Data adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk
memulihkan kembali data atau informasi serta fungsi-fungsi penting Sistem Elektronik yang tergganggu atau rusak akibat terjadinya bencana yang disebabkan oleh alam atau manusia.
38. Internet adalah sejumlah besar jaringan yang membentuk jaringan interkoneksi yang terhubung melalui protocol TCP/IP.
39. Intranet adalah jaringan privat/khusus dengan sistem yang sama dengan internet tetapi tidak terhubung dengan internet dan hanya digunakan secara internal.
40. Situs Web (Website) adalah sebuah sistem informasi dimana bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain dipresentasikan dalam bentuk hypertext dan
dapat diakses oleh perangkat lunak yang disebut browser.
41. Internet Protocol atau Protokol Internet yang selanjutnya disingkat IP
adalah protokol lapisan jaringan atau protokol lapisan internetwork yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan
routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP.
42. Domain adalah pengkonversian dari alamat internet protocol ke nama domain.
43. Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau setidaknya, menjadikan suatu informasi
mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.
44. Kode Sumber (Source Code) adalah sekumpulan instruksi-instruksi
komputer yang ditulis menggunakan bahasa komputer yang dapat dibaca dan dipahami oleh manusia.
45. Sub Domain adalah bagian dari domain yang terintegrasi dengan domain utama.
46. Security ....................
- 6 -
46. Security Level adalah lapisan keamanan sesuai hak akses yang diberikan.
47. Database Management System (DBMS) adalah sistem pengelolaan basis
data sesuai dengan model data yang direpresentasikan. 48. Komunikasi Data adalah pertukaran data secara elektronik berupa file
yang dilakukan melalui jaringan komputer baik lokal maupun Internet. 49. Gudang Data (Data Warehouse) adalah sebuah basis data yang
mengintegrasikan beberapa basis data fungsional dalam sebuah organisasi untuk keperluan penyimpanan terintegrasi dan dirancang sedemikian rupa untuk keperluan analisis atau mendukung keputusan.
50. Interoperabilitas adalah kemampuan Sistem Elektronik yang berbeda untuk dapat bekerja secara terpadu.
51. Kompatibilitas adalah kesesuaian Sistem Elektronik yang satu dengan Sistem Elektronik yang lainnya.
52. Open Source yang selanjutnya disebut sumber terbuka adalah sistem
pengembangan yang tidak di koordinasi oleh suatu individu/lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan
kode sumber yang tersebar dan tersedia bebas. 53. Aplikasi Umum adalah aplikasi pendukung e-government yang digunakan
oleh setiap Perangkat Daerah.
54. Aplikasi khusus adalah aplikasi pendukung e-government yang dibangun untuk keperluan tertentu.
55. Troubleshooting adalah sebuah istilah yang merujuk kepada sebuah bentuk penyelesaian sebuah masalah.
56. Single Sign On adalah tekhnologi yang mengizinkan pengguna jaringan
agar dapat mengakses sumber daya dalam jaringan hanya dengan menggunakan satu akun pengguna saja.
57. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
58. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentifikasi.
59. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait
dengan Tanda Tangan Elektronik.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pedoman pelaksanaan dan pengembangan e-government di Daerah.
(2) Tujuan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi meliputi : a. meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
b. memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Walikota ini meliputi:
a. infrastruktur jaringan dan komputer; b. penyediaan ...................
- 7 -
b. penyediaan dan pengembangan aplikasi; c. Pemanfaatan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi;
d. pengaturan data dan informasi; e. tanda tangan elektronik;
f. pengembangan sumber daya manusia; g. kelembagaan; h. kerjasama dengan instansi vertikal dan pihak ketiga;
i. keamanan informasi; j. pemeliharaan dan pelaporan; k. pembinaan dan pengawasan; dan
l. pembiayaan.
BAB IV
INFRASTRUKTUR JARINGAN DAN KOMPUTER
Pasal 4
(1) Infrastruktur jaringan yang menghubungkan antar Perangkat Daerah
dikelola oleh Dinas. (2) Infrastruktur jaringan lokal di Perangkat Daerah dikelola oleh masing-
masing Perangkat Daerah. (3) Penyediaan layanan internet bagi seluruh Perangkat Daerah yang telah
terhubung dengan infrastruktur jaringan lokal Pemerintah Daerah
dilakukan oleh Dinas. (4) Pembangunan dan pengembangan infrastrukutr jaringan di lingkungan
pemerintah daerah dilakukan oleh Dinas.
Pasal 5
(1) Komputer yang terhubung atau terkoneksi dengan infrastruktur jaringan pemerintah daerah menggunakan IP yang dikelola oleh Dinas.
(2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan
untuk penomoran IP.
Pasal 6
(1) Dinas menyediakan kebutuhan infrastruktur pusat data dan pusat
pemulihan data bagi kepentingan layanan pemerintah daerah. (2) Perangkat Daerah tidak diperkenankan mengadakan pusat data dan
pusat pemulihan data sebagaimana dimaksud ayat (1) kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
(3) Seluruh server yang dikelola oleh Perangkat Daerah dipusatkan pada
pusat data yang dikelola oleh Dinas, kecuali ditentukan lain oleh Walikota.
(4) Dinas bertanggung jawab atas keamanan Sistem Elektronik.
BAB V
PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI
Pasal 7
(1) Aplikasi e-government terdiri atas:
a. aplikasi umum; dan b. aplikasi khusus.
(2) Dinas mengoperasikan Sistem Single Sign On secara bertahap dalam penyelenggaraan e-governmet.
(3) Pengembangan .................
- 8 -
(3) Pengembangan aplikasi wajib menyediakan fitur sesuai dengan karakteristik aplikasi yang digunakannya.
(4) Fitur sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit berupa fasilitas untuk;
a. melakukan koreksi; b. membatalkan perintah; c. memberikan konfirmasi atau rekonfirmasi;
d. memilih meneruskan atau berhenti melaksanakan aktivitas berikutnya;
e. melihat informasi yang disampaikan berupa tawaran kontrak atau
iklan.
Pasal 8
(1) Aplikasi umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) huruf a bersifat terbuka yang disediakan. dibangun dan dikembangkan oleh Perangkat Daerah sesuai dengan Tupoksinya berkoordinasi denga Dinas.
(2) Aplikasi umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang saat ini telah dibangun dan disediakan, yaitu:
a. aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah; b. aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian Daerah; c. aplikasi Madani Plan;
1. e-Musrenbang 2. e-Planning
3. e-Monev d. aplikasi Reaksi Atas Berita Warga (RABEG); e. aplikasi e-Hibah Bansos;
f. Sistem Informasi Penanggulangan Kemiskinan; g. aplikasi Sistem Informasi Aplikasi Data dan Gaji PNS;
h. aplikasi Tekhnologi Informasi Siklus Barang Daerah.
Pasal 9
Aplikasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b,
aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan Perangkat Daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan wajib memenuhi ketentuan
interoperabilitas dan kompatibilitas, keamanan sistem informasi antar muka dan akses.
Pasal 10
(1) Situs web resmi pemerintah daerah meliputi nama domain dan subdomain.
(2) Nama domain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki dan/atau digunakan pemerintah daerah dengan alamat serangkota.go.id dan/atau domain lain yang ditetapkan oleh Keputusan Walikota.
(3) Subdomain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan domain serangkota.go.id dan digunakan oleh Perangkat Daerah.
(4) Penggunaan subdomain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Keputusan Walikota. (5) Dalam hal Pemerintah Daerah mengajukan nama domain selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Sekretaris Daerah atas usulan Dinas mengajukan permohonan kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
BAB VI ………………..
- 9 -
BAB VI
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan meliputi :
a. pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi; b. pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi; dan/atau c. monitoring dan evaluasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.
(2) Setiap Perangkat Daerah yang melakukan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi
dan Informatika.
Bagian Kedua
Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pasal 12
(1) Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a merupakan pembangunan
aplikasi serta penyiapan sarana dan prasarana yang meliputi infrastruktur dan basis data (data base) serta penyiapan sumber daya manusia.
(2) Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi meliputi : a. penggalian kebutuhan sistem; b. perekayasaan ulang proses layanan;
c. perancangan logika dan fisik sistem; d. pembuatan kode program; dan
e. uji coba sistem.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pasal 13
(1) Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b merupakan pengoperasian aplikasi yang
telah dibangun pada pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi. (2) Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dilakukan oleh
pengelola Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terdiri dari satu atau lebih Perangkat Daerah.
(3) Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika.
Bagian Keempat
Monitoring dan Evaluasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pasal 14
(1) Monitoring dan evaluasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c dilakukan secara
berkala.
(2) Monitoring …………..
- 10 -
(2) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masing-masing Perangkat Daerah
dan Dinas Komunikasi dan Informasi.
(3) Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkaitan dengan
teknologi informasi.
BAB VII
PENGATURAN DATA DAN INFORMASI
Pasal 15
(1) Setiap Perangkat Daerah melaksanakan pengelolaan basis data sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing Perangkat Daerah.
(2) Basis data Perangkat Daerah diintergrasikan dan direlasikan satu dengan yang lain serta dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya.
(3) Kelompok basis data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
meliputi : a. basis data pelayanan;
b. basis data administrasi dan manajemen; c. basis data legislasi; d. basis data pembangunan daerah;
e. basis data keuangan;basis data kepegawaian; f. basis data pemerintahan; g. basis data kewilayahan;
h. basis data kemasyarakatan; i. basis data kependudukan;
j. basis data kesehatan; k. basis data pendidikan; l. basis data ketenagakerjaan;
m. basis data pertanian; n. basis data perdagangan;
o. basis data perikanan dan peternakan; p. basis data transportasi; q. basis data pariwisata dan perhotelan;
r. basis data prasarana hotel; s. basis data lainnya sesuai kebutuhan.
(4) Setiap kelompok basis data tersebut dikelola oleh Dinas sebagai pusat
data. (5) Walikota menetapkan Wali Data (data stewardship) pada seluruh basis
data berdasarkan usulan Kepala Dinas. (6) Untuk Basis data Kepegawaian harus berbasis Nomor Induk Pegawai
dan wajib diimplementasikan pada seluruh aplikasi manajemen
pemerintahan sesuai dengan hak akses masing-masing ASN. (7) Untuk Basis data kependudukan harus berbasis Nomor Induk
Kependudukan dan wajib diimplementasikan pada seluruh aplikasi pelayanan publik kepada warga.
(8) Dinas mengintegerasikan seluruh basis data dan layanan aplikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik dan kemasyarakatan.
Pasal 16
(1) Perangkat Daerah melaksanakan pemutakhiran data secara berkala
yang akan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(2) Data ....................
- 11 -
(2) Data dan informasi elektronik yang dikelola oleh seluruh Perangkat Daerah menjadi milik Pemerintah Daerah dan dikelola oleh Dinas
sesuai kebutuhan Pemerintah Daerah.
Pasal 17
(1) Setiap Perangkat Daerah dapat menggunakan jasa Pihak Ketiga dalam pembangunan dan pengembangan aplikasi dan basis data setelah berkoordinasi dengan Dinas .
(2) Pembangunan dan pengembangan aplikasi dilakukan dengan memperhatikan standar Metadata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Dokumentasi teknis aplikasi yang meliputi Kode Sumber, Kebutuhan Pengguna, Rancangan Aplikasi dan Basis Data, Pengujian Aplikasi,
Manual Instalasi, Manual Pengguna, Manual Admin, Metadata, dan Troubleshooting wajib diserahkan oleh Perangkat Daerah kepada Dinas.
(4) Pembangunan dan Pengembangan sistem aplikasi dan basis data
menjadi hak cipta dan distribusi aplikasi menjadi milik Daerah.
BAB VIII
TANDA TANGAN ELEKTRONIK
Pasal 18
(1) Tanda Tangan Elektronik berfungsi sebagai alat autentifikasi dan
verifikasi atas: a. identifikasi Penanda Tangan;
b. keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik. (2) Tanda Tangan Elektronik dalam Transaksi Elektronik merupakan
persetujuan Penanda Tangan atas Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang ditandatangani dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut.
(3) Dalam hal terjadi penyalahgunaan Tanda Tangan Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh pihak lain yang tidak berhak, tanggung jawab pembuktian penyalahgunaan Tanda Tangan Elektronik
dibebankan kepada Penyelenggara Sistem Elektronik. (4) Metode dan teknik yang digunakan untuk membuat Tanda Tangan
Elektronik paling sedikit harus memuat;
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik; b. waktu pembuatan Tanda Tangan Elektronik; c. informasi elektronik yang akan ditandatangani.
(5) Tanda Tangan Elektronik yang digunakan dalam Transaksi Elektronik dapat dihasilkan melalui berbagai prosedur penandatanganan.
Pasal 19
(1) Tanda Tangan Elektronik meliputi: a. Tanda Tangan Elektronik tersertifikasi;
b. Tanda Tangan Elektronik tidak tersertifikasi. (2) Tanda Tangan Elektronik tersertifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a harus memenuhi persyaratan: a. Dibuat dengan menggunakan jasa penyelenggara sertifikat
elektronik;
b. Dibuktikan dengan Sertifikat Elektronik.
(3) Tanda ...................
- 12 -
(3) Tanda Tangan Elektronik tidak tersertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuat tanpa menggunakan jasa penyelenggara
sertifikat elektronik.
Pasal 20
(1) Data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik wajib secara unik merujuk hanya kepada Penanda Tangan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi Penanda Tangan.
(2) Penanda Tangan wajib menjaga kerahasiaan dan bertanggung jawab atas Data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik.
BAB IX
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 21
(1) Pemerintah Daerah mengalokasikan dana dalam rangka peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur di bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang kualitas pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. (2) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan karir terhadap tenaga
sumber daya manusia teknologi informasi dan komunikasi. (3) Peningkatan Kapasitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan pengembangan sumber daya aparatur
Perangkat Daerah, melalui: a. Pendidikan; b. Bimbingan teknis (bimtek);
c. Pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis;dan d. Magang kerja.
(4) Pemerintah Daerah memfasilitasi sertifikasi nasional dan internasional terhadap sumber daya manusia pengelola teknologi informasi dan komunikasi.
Pasal 22
Penyelenggaraan pengembangan sumber daya aparatur Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah.
BAB X
KELEMBAGAAN
Pasal 23
(1) Setiap Perangkat Daerah dapat memiliki unit kerja yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pengembangan dan pelaksanaan e-govermment.
(2) Tugas dan fungsi unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Dinas.
BAB XI ………………..
- 13 -
BAB XI
KERJASAMA DENGAN INSTANSI VERTIKAL DAN PIHAK KETIGA
Pasal 24
(1) Setiap Perangkat Daerah dapat melakukan kerjaasama interkoneksi
data dengan Instansi Vertikal dan/atau Pihak Ketiga dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak Ketiga sebagaiman dimaksud pada ayat (1) antar lain jasa perbankan, jasa asuransi, pengelola bandara, notaris dan jasa lainnya.
Pasal 25
(1) Interkoneksi data sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) diselenggarakan secara terpusat melalui Sistem Elektronik yang dikelola
oleh Dinas. (2) Kerjasama Interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB XII
KEAMANAN INFORMASI
Pasal 26
Keamanan informasi dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan, ketersediaan,
dan integrasi di dalam sumber daya informasi Pemerintah Daerah dengan tujuan sebagai berikut : a. Kerahasiaan, yaitu melindungi data dan informasi Pemerintah Daerah dari
penyingkapan Pihak yang tidak berhak; b. Ketersediaan, yaitu meyakinkan bahwa data dan informasi Pemerintah
Daerah hanya dapat digunakan oleh Pihak yang berhak menggunakannya; dan
c. Integritas, yaitu upaya untuk memastikan suatu data yang dikelola dapat
diakui konsistensi, keakuratan dan aksesibilitas.
Pasal 27
(1) Dinas membuat mekanisme pengelolaan server dan jaringan.
(2) Dinas harus melakukan back up terhadap file sistem dan basis data yang dikelola oleh Dinas, kecuali ditentukan lain oleh Walikota
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3). (3) Back up harus disimpan dalam media penyimpanan yang mudah
dipindah (portable) dan/atau dalam server dan diletakkan di tempat yang aman, terpisah dari ruang pusat data.
BAB XIII
PEMELIHARAAN DAN LAPORAN
Pasal 28
(1) Dinas melakukan pemeliharaan sisten e-government Pemerintah Daerah secara berkala.
(2) Perangkat Daerah melakukan pemeliharaan sistem e-government di lingkungan kerjanya.
Pasal 29 ……………….
- 14 -
Pasal 29
(1) Perangkat Daerah secara berkala wajib melaporkan penyelenggaraan e-government dalam lingkup kerjanya masing-masing kepada Walikota melalui Dinas.
(2) Dinas secara berkala melaporkan penyelenggaraan e-government kepada Walikota.
(3) Dalam hal Perangkat Daerah tidak melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Walikota memberikan teguran.
BAB XIV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan e-government (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. pemberian pedoman pengelolaan dan penyelenggaraan e-government;
b. pemberian petunjuk dan langkah-langkah operasional pengelolaan
dan penyelenggaraan e-government; c. pemberian pelatihan bagi aparatur; dan
d. pendampingan dalam pengembangan e-government. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XV
PEMBIAYAAN
Pasal 31
(1) Sumber pembiayaan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber dana lain yang sah.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan, antara lain : a. Penyusunan regulasi dan kebijakan;
b. Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak;
c. Pengelolaan operasional e-government; dan d. Pengembangan sumber daya manusia aparatur.
BAB XVI …………….
- 15 -
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Serang.
Ditetapkan di Serang pada tanggal 20 Juni 2017
WWAALLII KKOOTTAA SSEERRAANNGG,,
TTbb.. HHAAEERRUULL JJAAMMAANN Diundangkan di Serang pada tanggal 21 Juni 2017
SEKRETARIS DAERAH
KOTA SERANG,
Tb. URIP HENUS
BERITA DAERAH KOTA SERANG TAHUN 2017 NOMOR 47
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Dian Purnamasari Dhamayanti
Nim : 6661120353
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 6 Januari 1995
Agama : Islam
No.Telepon : 081918869080
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1999-2000 : TK Permata Indah Jakarta Selatan
2000-2006 : SDN Cibitung I
2006-2009 : SMPN 11 Kota Serang
2009-2012 : SMAN 2 Kota Serang
2012 s.d Sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ORGANISASI
2007-2008 : OSIS SMPN 11 Kota Serang
2009-2010 : Paduan Suara SMAN 2 Kota Serang
2009-2010 : Serikat Eksekutif Muda Untirta