analisis pendapatan usaha tani dan faktor-faktor yang ... · faktor yang mempengaruhi produksi...

105

Click here to load reader

Upload: dangthien

Post on 24-Mar-2019

289 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

i

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAIMERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN

CIAWI, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

NINING MAYANTI SIREGARH34096072

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 2: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

ii

RINGKASAN

NINING MAYANTI SIREGAR. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting. Skripsi.Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor (di bawah bimbingan SUHARNO).

Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomiannasional, hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah salah satu sektor yangmemiliki kontribusi besar terhadap total PDB nasional, dimana peranan sektorpertanian terhadap PDB Indonesia mengalami pertumbuhan dari 14,5 persen padatahun 2008 menjadi 15,3 persen pada tahun 2009, sehingga sektor pertanianberada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB setelah sektorindustri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen. Sayuran merupakan salah satukomoditas hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia. Saat ini,kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat, dimana haltersebut ditunjukkan oleh tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia yangmengalami peningkatan, dimana pada tahun 2005 sebesar 35,30 kg/kapita/tahun,kemudian tahun 2006 sebesar 34,06 kg/kapita/tahun dan tahun 2007 sebesar 40,90kg/ kapita/tahun serta tahun 2008 meningkat sebesar 51,31 kg/kapita/tahun. Halini diikuti pula dengan perkembangan produksi tanaman sayuran Indonesia yangmeningkat sebesar 5,6 persen pada tahun 2009.

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang penting untukdibudidayakan di Indonesia. Pada tahun 2009, komoditas cabai mengalamiperkembangan produksi yang positif yaitu pada angka sebesar 19,57 persen,angka tersebut merupakan peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkandengan angka peningkatan produksi sayuran lainnya. Cabai merah keriting adalahjenis cabai yang paling digemari di kalangan masyarakat hal ini dikarenakan hasilpertanian ini sudah menjadi bagian dari budaya makanan kuliner masyarakatIndonesia. Hal ini menunjukkan bahwa cabai merah keriting sangat potensialuntuk dibudidayakan oleh petani Indonesia.

Salah satu daerah yang menghasilkan cabai merah keriting di KabupatenBogor adalah Desa Citapen. Rata-rata produktivitas cabai merah keriting di DesaCitapen hanya mampu mencapai 7,33 ton perhektar, sedangkan produktivitasoptimal cabai merah keriting seharusnya dapat mencapai 13-17 ton perhektar.Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat selisih sebesar 5,67- 9,67 ton perhektarantara produktivitas optimal dengan produktivitas cabai merah keriting di DesaCitapen. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat pendapatanusahatani cabai merah keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, KabupatenBogor, dan (2) menganalisis faktor- faktor produksi yang mempengaruhiusahatani cabai merah keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, KabupatenBogor.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, KabupatenBogor pada bulan Mei hingga Juni 2011. Data yang digunakan terdiri dari dataprimer dan data sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 30orang, dimana responden diambil dengan menggunakan metode SnowballSampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Page 3: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

iii

Analisis deskriptif kualiatitatif meliputi gambaran umum perusahaan, prosesproduksi atau teknik budidaya cabai merah keriting, dan faktor-faktor produksiyang digunakan dalam usahatani tersebut. Analisis data secara kuantitatif antaralain analisis fungsi produksi Cobb-Douglass untuk menganalisis fungsi produksidan analisis pendapatan usahatani, penerimaan usahatani dan R/C rasio. Datayang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan program MicrosoftOffice Excel 2007 dan Minitab 15, kemudian disajikan secara tabulasi dandiinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usahatani cabai merahkeriting yang dilakukan oleh petani responden di Desa Citapen secara umumdikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai R/C atasbiaya tunai dan R/C atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih dari satu, yaknisebesar 2,65 dan 2,46; dengan artian bahwa penerimaan yang diperoleh petaniresponden dalam mengusahakan cabai merah keriting dapat menutupi biayausahatani yang dikeluarkan. Hasil penelitian juga mengkonfirmasikan bahwafaktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting di DesaCitapen adalah benih, pupuk kandang, pupuk NPK, petisida, nutrisi dan tenagakerja, dan seluruh variabel independen tersebut memiliki nilai koefisien regresiyang positif, kecuali pestida dan nutrisi. Benih dan pupuk kandang berpengaruhnyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, sedangkan pupukNPK dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan90 persen. Dan variabel yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99persen adalah pestisi dan dan tenaga kerja, sedangkan variabel lain yaitu pupukSP-36 dan pupuk KCL tidak berpengaruh nyata terhadap produksi baik padatingkat kepercayaan 85 persen ataupun 90 persen. Berdasarkan model fungsiproduksi Cobb-Douglass, diperoleh nilai R-sq sebesar 86,5 persen. Angkatersebut mengartikan bahwa variabel bebas (benih, pupuk kandang, pupuk NPK,pupuk SP-36, pupuk KCL, perstisida, nutrisi dan tenaga kerja) dapat menjelaskansebesar 86,5 persen variabel tidak bebas (hasil produksi), dan sisanya sebesar 13,5persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model (komponenerror).

Upaya meningkatkan pendapatan usahatani cabai merah keriting salah satucara yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting. Variabelyang memiliki nilai koefisien regresi positif dan berpengaruh nyata seperti benih,pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja penggunaannya masih dapatditambah lagi. Hal ini dikarenakan setiap penambahan dari penggunaan benih,pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja dapat meningkatkan produksi cabaimerah keriting. Sementara untuk variabel yang memiliki nilai koefisien regresiyang negatif dan berpengaruh nyata yaitu pestisida dan nutrisi, sebaiknyapenggunaannya tidak ditambah lagi, karena jika penambahan terhadap pestisidadan nutrisi tetap dilakukan, selain akan meningkatkan biaya produksi, juga dapatmengurangi jumlah produksi cabai merah keritingnya.

Page 4: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

iv

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAIMERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN

CIAWI, KABUPATEN BOGOR

NINING MAYANTI SIREGARH34096072

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 5: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

v

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor

Nama : Nining Mayanti Siregar

NRP : H34096072

DisetujuiPembimbing

Dr. Ir. Suharno, M.AdevNIP. 19610610 198611 1 001

DiketahuiKetua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSNIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 6: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai

Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor” adalah

karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkam maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Agustus 2011

Nining Mayanti Siregar(H34096072)

Page 7: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 19 Maret 1987.

Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

H.Irwansyah Siregar dan Ibunda Hj. Maya Sari Harahap.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 124402 Pematang

Siantar pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada

tahun 2002 di SLTP Negeri I Pematang Siantar. Pendidikan lanjutan menengah

atas di SMA Taman Siswa Pematang Siantar diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis menyelesaikan pendidikan diploma pada Program Studi Diploma III

Agribisnis Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian

Universitas Andalas pada tahun 2008. Penulis diterima pada Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada

Tahun 2009.

Page 8: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya yang senantiasa memberkati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

serta salam senantiasa tercurahkan kepada keluarga dan para sahabat.

Puji syukur penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi

yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Cabai Merah Keriting di Desa Citapen, Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam

penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang

terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2011

Nining Mayanti Siregar

Page 9: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orangtua Ayahanda H.Irwansyah Siregar dan Ibunda Hj. Maya Sari

Harahap, serta kepada kak Sari, Kak wiwik, Bang Ismail, Bang daniel dan

Dek Putra untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan.

Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penelitian

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran.

4. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji

pada ujian sidang penulis, yang telah meluangkan waktu serta memberikan

kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan

seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

6. Bapak H.Misbah, Pak Jamil, Pak Cecep serta seluruh petani yang telah

berkenan menjadi responden dan atas semua bantuan yang telah diberikan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat tercinta Resha, Nisa, Ika, Helen, Winda, Werry, Riski,

Kak Eta, Naiya, Imel, Bang Sofyan, Irfan, Mas Ruslan, Mas Nurdin, Amri

yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis Angkatan VII

atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi,

serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih

atas bantuannya.

Bogor, Agustus 2011

Nining Mayanti Siregar

Page 10: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 11.1. Latar Belakang .................................................................... 11.2. Perumusan Masalah ............................................................ 71.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 91.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 101.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 112.1. Gambaran Umum Cabai Merah Keriting ............................. 112.2. Kajian Peluang Usaha Agribisnis Cabai .............................. 122.3. Studi Penelitian Terdahulu .................................................. 132.4. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ............................ 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 173.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................. 17

3.1.1. Konsep Usahatani ....................................................... 173.1.2. Penerimaan Usahatani ................................................ 193.1.3. Biaya Usahatani ......................................................... 203.1.4. Pendapatan Usahatani .................................................. 213.1.5. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) ............. 223.1.6. Teori Produksi ............................................................. 233.1.7. Fungsi Produksi Cobb-Douglass .................................. 273.1.8. Konsep Skala Ekonomi Usaha (Return to Scale) .......... 29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 32

IV. METODE PENELITIAN ......................................................... 324.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 324.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 324.3. Metode Pengambilan Responden ........................................ 324.4. Metode Pengumpulan Data .................................................. 334.5. Metode Analisis Data .......................................................... 33

4.5.1. Analisis Pendapatan Usahatani..................................... 334.5.2. Analisis R/C ................................................................ 344.5.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Cabai Merah Keriting .................................................. 344.6. Definisi Operasional ................................................................ 40

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................... 425.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen ........................ 425.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ......................... 425.3. Karakteristik Petani Contoh ............................................... 45

5.3.1. Status Usaha ............................................................... 46

Page 11: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

xi

5.3.2. Umur............................................................................ 465.3.3. Pendidikan ................................................................. 475.3.4. Pengalaman dalam Usahatani Cabai Merah Keriting .. 485.3.5. Luas Areal Usahatani ................................................. 495.3.6. Status Kepemilikan Lahan .......................................... 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 516.1. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting

Di Desa Citapen .................................................................... 516.1.1. Persemaian ............................................................... 516.1.2. Pengolahan Lahan .................................................... 526.1.3. Penanaman ............................................................... 536.1.4. Pemeliharaan ............................................................ 546.1.5. Panen dan Pascapanen .............................................. 556.1.6. Hama dan Penyakit Tanaman ................................... 55

6.2. Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden .............. 576.2.1. Penerimaan Usahatani ............................................... 576.2.2. Analisis Biaya Usahatani ........................................... 596.2.3. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C

Cabai Merah Keriting ................................................ 656.3. Analisis Fungsi Produksi ..................................................... 68

6.3.1. Analisis Model Fungsi ProduksiCabai Merah Keriting ................................................ 68

6.3.2. Analisis Elastisitas Produksi Cabai Merah Keriting ..... 726.4. Analisis Skala Usaha (Return to Scale) ................................ 78

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 797.1. Kesimpulan ......................................................................... 797.2. Saran ................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 81

LAMPIRAN .................................................................................... 83

Page 12: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap Produk DomestikBruto (PDB) Atas Dasar Harga yang Berlaku MenurutSubsektor Lapangan Usaha Pertanian di Indonesia Tahun2005-2009 .............................................................................. 1

2. Pertumbuhan Produksi, Luas Panen dan ProduktivitasHortikultura Tahun 2007-2008 ................................................ 2

3. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2008-2009 ....... 4

4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Merah diKabupaten Bogor Tahun 2004 sampai 2009 ........................... 6

5. Produksi, Luas Panen dan Produtivitas Cabai Merah KeritingDesa Citapen Tahun 2006 – 2010............................................. 8

6. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Umur dan JenisKelamin Tahun 2009 .............................................................. 43

7. Jumlah Penduduk Desa Citapen Berdasarkan tingkatPendidikan Tahun 2009............................................................ 44

8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata PencaharianTahun 2009 ............................................................................ 45

9. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keritingdi Desa Citapen Berdasarkan Status Usaha ............................. 46

10. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah KeritingBerdasarkan Umur ................................................................. 47

11. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah KeritingBerdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................ 48

12. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah KeritingBerdasarkan Pengalaman Bertani ........................................... 49

13. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah KeritingBerdasarkan Luas Lahan ........................................................ 49

14. Karakteristik Responden Petani Cabai Merahk KeritingStatus Kepemilikan Lahan ...................................................... 50

15. Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata UsahataniCabai Merah Keriting di Desa Citapen ..................................... 59

16. Komponen Biaya Usahatani Cabai Merah Keriting di DesaCitapen .................................................................................. 60

17. Penggunaan TKDK dan TKLK dalam Usahatani Cabai MerahKeriting di Desa Citapen ........................................................ 63

Page 13: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

xiii

Nomor Halaman

18. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan padaUsahatani Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen ..... 65

19. Analisis Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani UsahataniCabai Merah Keriting di Desa Citapen ...................................... 67

20. Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi per Hektar padaUsahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen ...................... 68

21. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Cabai MerahKeriting di Desa Citapen ........................................................... 69

22. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi per Hektar PetaniResponden pada Usahatani Cabai Merah Keriting di DesaCitapen ..................................................................................... 71

Page 14: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva daerah Produksi dan Elastisitas Produksi ..................... 25

2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ........................... 31

Page 15: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Karakteristik Petani Responden Desa Citapen................ 84

2. Rata-Rata Harga Cabai Merah Keriting di Tingkat Petanidari Tahun 2010 sampai Pertengahan 2011 di KecamatanCiawi ..................................................................................... 85

3. Data Rata-Rata Penggunaan Faktor Produksi UsahataniCabai Merah Keriting Per Hektardi Desa Citapen Perhektaruntuk Satu Kali Musim Tanam................................................ 86

4. Analisi Biaya Sewa Lahan Tunai dan Diperhitungkan sertaPajak Lahan pada Usahatani Cabai Merah KeritingPer Hektar di Desa Citapen Perhektar untuk Satu KaliMusim Tanam ........................................................................ 87

5. Analisi Biaya Penggunaan Turus, Tali Rapia, Karung danPolybag pada Usahatani Cabai Merah Keriting Per Hektardi Desa Citapen Perhektar untuk Satu Kali Musim Tanam ...... 88

6. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani CabaiMerah Keriting di Desa Citapen dengan Metode OLS ............ 89

7. Uji Normalitas dan Homoskedasitas Fungsi ProduksiCabai Merah Keriting di Desa Citapen ..................................... 90

Page 16: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat

luas dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah pada sektor

pertanian. Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam

perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sektor tersebut adalah salah satu

sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap total PDB nasional. Peranan

sektor pertanian terhadap PDB Indonesia mengalami pertumbuhan dari 14,5

persen pada tahun 2008 menjadi 15,3 persen pada tahun 2009, sehingga sektor

pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB

setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen.1 Kontribusi

subsektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang

berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)Atas Dasar Harga yang Berlaku Menurut Subsektor Lapangan UsahaPertanian di Indonesia Tahun 2005-2009

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

Tanaman Bahan Makanan 181.331 214.346(18,2)

265.090(23,7)

349.795(32,0)

418.963(19,8)

Perkebunan 56.433 63.401(12,3)

81.664(28,8)

105.969(29,8)

112.522(6,2)

Peternakan 44.202 51.074(15,5)

61.325(20,1)

82.676(34,8)

104.040(25,8)

Kehutanan 22.561 30.065(33,3)

36.154(20,3)

40.375(11,7)

44.952(11,3)

Perikanan 59.639 74.335(24,6)

97.697(31,4)

137.249(40,5)

177.773(29,5)

Keterangan :* Angka sementara** Angka sangat sementara

Angka dalam kurung menunjukkan pertumbuhan dari tahun sebelumnya

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010), diolah

1 Kementerian Pertanian. 2010. Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. www.bbpp-lembang.deptan.go.id. diakses Tanggal 17 Maret 2011

Page 17: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

2

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PDB subsektor tanaman bahan makanan

memberikan kontribusi yang besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. PDB

tanaman bahan makanan menempati urutan pertama yang menyumbang terhadap

PDB sektor Pertanian. Pada tahun 2009, PDB tanaman bahan makanan

diperkirakan akan meningkat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu

minimal 19,8 persen.

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memegang

peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada Pola

Pangan Harapan (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010).2 Pertumbuhan tanaman

hortikultura sebagian besar mengalami peningkatan pada tahun 2005 sampai

tahun 2008, baik dari segi produksi, luas panen dan produktivitas.

Tabel 2. Pertumbuhan Produksi, Luas Panen dan Produktivitas HortikulturaTahun 2005-2008

UraianTahun

Pertumbuhan*

2005 2006 2007 2008

Sayuran

Produksi (Ton) 9.101.986 9.527.463 9.455.463 10.035.093 10,25

Luas panen (Ha) 944.695 1.007.839 1.001.606 1.026.990 8,71

Produktivitas 9,63 9,45 9,44 9,77 1,42

Buah-buahan

Produksi (Ton) 14.786.599 16.171.130 17.116.622 18.027.889 21,92

Luas panen (Ha) 717.428 728.218 756.766 781.333 8,91

Produktivitas 20,61 22,21 22,62 23,07 11,95

Tanaman Hias

Produksi (tangkai) 173.240.364 166.645.684 179.374.218 205.564.659 18,66

Luas panen (m) 14.791.004 6.205.093 9.189.976 10.877.307 -26,46

Produktivitas 11,71 26,86 9,52 18,90 61,35

Tan.Biofarmaka

Produksi (kg) 321.889.429 416.870.624 444.201.067 398.808.803 23,90

Luas panen (m) 182.917.951 222.662.711 245.253.798 227.952.040 24,62

Produktivitas 1,76 1,87 1,81 1,75 -0,58

Keterangan* Pertumbuhan tahun 2008 atas tahun 2005

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), diolah

2 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Pedoman Umum Pelaksanaan PengembanganHortikutura Tahun 2011. Hlm 1

Page 18: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

3

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan hortikultura meliputi

sayuran, buah-buahan dan tanaman hias mengalami pertumbuhan positif baik dari

segi produksi, luas panen dan produktivitas, kecuali luas panen tanaman hias dan

produktivitas tanaman biofarmaka. Kelompok komoditi sayuran menunjukkan

pertumbuhan produktivitas yang stabil setiap tahunnya yaitu pada angka sembilan

persen.

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang

pesat di Indonesia. Selain sebagai komoditas yang esensial bagi pemenuhan

kebutuhan dasar manusia dalam menyediakan vitamin dan mineral, sayuran juga

telah memberikan kontribusi PDB sebesar 38,07 persen pada tahun 2008 terhadap

sub sektor hortikultura.3 Saat ini, kecenderungan minat masyarakat terhadap

sayuran terus meningkat, hal tersebut merupakan adanya akibat dari pola hidup

sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Perubahan paradigma menuju

pemahaman hidup yang sehat tidak hanya memerlukan protein dan kalori saja,

tetapi juga vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan

untuk menjalani pola konsumsi gizi yang seimbang. Tingkat konsumsi sayuran

masyarakat Indonesia mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2005 sebesar

35,30 kg/kapita/tahun, kemudian tahun 2006 sebesar 34,06 kg/kapita/tahun dan

tahun 2007 sebesar 40,90 kg/ kapita/tahun serta tahun 2008 meningkat sebesar

51,31 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian, 2009).

Seiring dengan meningkatnya konsumsi sayuran masyarakat Indonesia

diikuti pula dengan peningkatan produksi tanaman sayuran. Data perkembangan

produksi sayuran di Indonesia selama tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

3 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 2010. PedomanTeknis Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk dan Tanaman ObatBerkelanjutan (1771). Hlm 1

Page 19: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

4

Tabel 3. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2006-2009

KomoditasSayuran

Produksi (Ton) Perkembang-an* (%)2006 2007 2008 2009

Bawang Merah 794.931 802.810 853.615 965.164 13,07

Kentang 1.011.911 1.003.732 1.071.543 1.176.304 9,78

Kubis 1.267.745 1.288.738 1.323.702 1.358.113 2,60

Cabai 1.185.057 1.128.793 1.153.060 1.378.727 19,57

Sawi/Petsai 590.401 564.912 565.636 562.838 -0,49

Wortel 391.371 350.170 367.111 358.014 -2,48

Bawang Putih 21.050 17.312 12.339 15.419 24,96

Daun Bawang 571.268 479.924 547.743 549.365 0,30

Kembang Kol 135.518 124.252 109.497 96.038 -12,29

Lobak 49.344 42.076 48.376 29.759 -38,48

Kacang Merah 125.250 112.271 115.817 110.051 -4,98

Kacang Panjang 461.239 488.499 455.524 483.793 6,21

Tomat 629.744 635.474 725.973 853.061 17,51

Terung 358.095 390.846 427.166 451.564 5,71

Buncis 269.532 266.790 266.551 290.993 9,17

Ketimun 598.890 581.205 540.122 583.139 7,96

Labu siam 212.697 254.056 394.386 321.023 -18,60

Kangkung 292.950 335.086 323.757 360.992 11,50

Bayam 149.435 155.863 163.817 17.375 -89,39

Blewah 67.708 57.725 55.991 75.124 34,17

Sayuran lainnya 447.956 410.596 513.367 560.188 9,12

Total 9.632.092 9.491.130 10.035.093 10.597.044 5,60

Keterangan :*Perkembangan dari tahun 2008 sampai tahun 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian tanaman sayur mengalami

penurunan produksi dari tahun 2008 ke tahun 2009, antara lain sayuran bayam

dengan penurunan sebesar 89,39 persen. Tetapi tidak sedikit pula tanaman

sayuran yang mengalami kenaikan produksi dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Page 20: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

5

Perkembangan yang cukup baik ditunjukkan oleh cabai, dimana komoditas

tersebut menunjukkan perkembangan produksi yang positif pada angka sebesar

19,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas cabai merupakan komoditas

komersial karena sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Cabai adalah hasil pertanian yang sudah menjadi bagian dari budaya

kuliner Indonesia dimana pada umumnya masyarakat Indonesia sangat

menyenangi makanan pedas. Pada tahun 2002, 2005 dan 2008 pola konsumsi

masyarakat Indonesia terhadap cabai mengalami peningkatan, yaitu masing-

masing sebesar 1,42 kg/tahun/kapita, 1,51 kg/tahun/kapita, dan 1,54

kg/tahun/kapita (Ditjen Hortikultura, 2009). Selain dengan meningkatnya pola

konsumsi masyarakat Indonesia terhadap cabai, cabai juga dikatakan penting jika

dilihat dari total areal pertanaman cabai di Indonesia, dimana pada tahun 2007

areal pertanaman cabai sebesar 20,3 persen dari total areal pertanaman sayuran,

kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar 20,6 persen dari total

luas areal sayuran di Indonesia (Departemen Pertanian, 2009).

Cabai merupakan produk hortikultura sayuran yang digolongkan ke dalam

tiga kelompok yaitu cabai besar, cabai kecil dan cabai hias. Diantara ketiga jenis

cabai tersebut, cabai merah merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan

dalam masyarakat. Cabai merah terdiri dari cabai merah besar dan cabai merah

keriting. Cabai merah besar memiliki kulit permukaan yang lebih halus

dibandingkan cabai merah keriting, sedangkan cabai merah keriting memiliki rasa

yang lebih pedas dibandingkan cabai merah besar (Sari, 2009).

Cabai merah keriting adalah jenis cabai yang paling digemari di kalangan

masyarakat, hal ini dikarenakan hasil pertanian ini sudah menjadi bagian dari

budaya makanan kuliner masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa

cabai merah keriting sangat potensial untuk dibudidayakan oleh petani Indonesia.

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi cabai terbesar di

Indonesia pada tahun 2006 sampai 2008. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi

cabai Provinsi Jawa Barat dari tahun 2006 sampai 2008 masing-masing sebesar

(Ton) 254.667; 264.477; dan 241.362. Angka tersebut merupakan angka produksi

cabai tertinggi jika di bandingkan dengan provinsi lain di seluruh Indonesia

dengan total produksi cabai Indonesia masing masing sebesar (Ton) 1.185.059

Page 21: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

6

tahun 2006; 1.128.792 tahun 2007 dan 1.153.060 tahun 2008. Hal ini

menunjukkan bahwa Jawa Barat memberikan sumbangan produksi cabai pada

tahun 2006 sampai 2008 masing-masing sebesar 21,48 persen, 23,43 persen dan

20,93 persen (Departemen Pertanian, 2009).

Salah satu daerah yang menghasilkan cabai merah keriting di Provinsi

Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Komoditas unggulan di Kabupaten Bogor

adalah buah-buahan seperti pisang, manggis raya, papaya dan durian, sedangkan

sayuran seperti cabai, buncis, dan sawi, serta tanaman hias seperti anggrek,

agrasena dan masih banyak lagi. Produktivitas cabai merah tertinggi di

Kabupaten Bogor terjadi pada tahun 2007 yaitu 8,82 ton per hektar, kemudian

mengalami penurunan sebesar 2,25 persen pada tahun 2008 dan pada tahun 2009

mengalami penurunan kembali dari tahun 2008 dengan persentase yang lebih

tinggi yaitu sebesar 27,4 persen. Penurunan produktivitas tersebut berlawanan

dengan peningkatan luas panen pada tahun 2009. Data tentang usahatani cabai

merah di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Merah di KabupatenBogor Tahun 2004 sampai 2009

Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

2004 3726 713 5,23

2005 6391 741 8,62

2006 6880 943 7,30

2007 4683 531 8,82

2008 6215 721 8,62

2009 5181 828 6,26

Rata-rata 5512,67 746,17 7,47

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2010), diolah

Dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciawi

merupakan salah satu penghasil cabai merah keriting. Kecamatan Ciawi memiliki

kemiringan yang relatif tinggi dari 5 persen sampai dengan 40 persen dengan

tingkat kesuburan sedang sampai tinggi. Sedangkan curah hujan yang tinggi

mengakibatkan udara sejuk alam pegunungan, hal ini di karenakan letaknya diapit

oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Pangrango, Gunung Gede dan Gunung

Page 22: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

7

Salak sehingga Kecamatan Ciawi sangat cocok dijadikan sebagai salah satu

daerah sentra produksi sayuran.

Desa Citapen merupakan satu dari 13 desa yang ada di Kecamatan Ciawi,

dimana saat ini Desa Citapen sedang mengoptimalkan potensi daerahnya sendiri

dengan mengembangkan komoditas sayuran bersama gapoktan (gabungan

kelompok tani) yang dapat meningkatkan pendapatan desa dalam bidang

pertanian. Selain itu daerah ini juga mempunyai kondisi geografis yang sangat

mendukung untuk pertumbuhan cabai merah keriting yaitu dengan ketinggian

tempat 450 sampai 700 diatas permukaan laut (DPL), pH Tanah 5,0 sampai 7,0

dan beriklim basah (BP3K Wilayah Ciawi, 2010). Kondisi geografis ini sangat

mendukung untuk pertumbuhan cabai merah keriting dimana menurut Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) bahwa ketinggian tempat yang

sesuai untuk pertumbuhan cabai merah keriting adalah 0 sampai 1000 meter dpl,

dengan kondisi tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik

dan PH tanah antara 6 sampai 7.

1.2. Perumusan Masalah

Desa Citapen merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Bogor

yang memiliki luas wilayah 268.066 Ha, dimana sebagian besar penduduknya

adalah bermatapencaharian sebagai petani.4 Saat ini Desa Citapen sedang

melakukan pengembangan usahatani guna mengoptimalkan potensi daerahnya,

dimana salah satu komoditas yang menjadi unggulan di Desa Citapen adalah cabai

merah keriting. Selain karena cabai merah keriting telah dibudidayakan secara

turun temurun, Desa Citapen juga memiliki kondisi geografis yang sangat

mendukung untuk pertumbuhan cabai merah keriting, hal ini dikarenakan iklim di

wilayah desa Citapen adalah beriklim tropis/basah dengan suhu rata – rata antara

20oC sampai 32oC dengan keasaman tanah (pH) antara 4,5 sampai 7 dengan jenis

tanah latosol dan andosol, sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi

tanaman, sedangkan curah hujan yang tinggi mengakibatkan udara sejuk alam

pegunungan (BP3K Wilayah Ciawi, 2010). Karakteristik tanah dan iklim seperti

4 Pemerintah Kabupaten Bogor Kecamatan Ciawi. 2010. Potensi Desa CitapenKecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2009

Page 23: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

8

itu sangat potensial dalam membudidayakan produk-produk hortikultura

khususnya cabai merah.

Permasalahan pada cabang usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen

dapat didekati dari produktivitas tanaman, dimana peningkatan produktivitas

cabai merah keriting dapat dilakukan dengan meningkatkan produksinya.

Meskipun kondisi geografis yang dimiliki oleh Desa Citapen sangat mendukung

dalam pertumbuhan cabai merah keriting, tetapi tidak serta merta meningkatkan

produksi dari usahatani cabai merah keriting yang dilakukan oleh petani Desa

Citapen. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi tidak hanya dipengaruhi oleh

kondisi tanah yang subur saja, dimana menurut Rahmat dalam Nurmala (2011)

dalam peningkatan produksi dapat ditempuh dengan usaha penanaman varietas

hibrida (unggul), penggunaan pupuk dan pestisida yang berimbang serta

penanganan pascapanen yang tepat. Data mengenai produksi, luas panen dan

produtivitas cabai merah keriting desa citapen tahun 2006-2010 dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Cabai Merah Keriting DesaCitapen Tahun 2006 – 2010

Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

2006 726,45 93 7,81

2007 548,32 86 6,38

2008 751,58 91 8,26

2009 844,56 112 7,54

2010 687,5 103 6,67

Rata-rata 7,33

Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2011), diolah

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas cabai merah

keriting di Desa Citapen hanya mampu mencapai 7,33 ton perhektar, sedangkan

produktivitas optimal cabai merah seharusnya dapat mencapai 13-17 ton perhektar

(Nixon MT, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat selisih sebesar 5,67-

9,67 ton perhektar antara produktivitas optimal dengan produktivitas cabai merah

keriting di Desa Citapen. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan adanya

kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani cabai merah keritng

Page 24: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

9

di Desa Citapen. Kesenjangan (Gap) ini dapat berimplikasi terhadap pendapatan

yang diperoleh petani.

Produktivitas yang tidak optimal diduga dapat mempengaruhi kondisi

pendapatan petani cabai merah keriting. Oleh karena itu, untuk melihat dampak

dari adanya produktivitas yang tidak optimal tersebut, maka perlu dilakukan suatu

analisis terhadap pendapatan petani cabai merah keriting di Desa Citapen, dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani cabai merah keriting

memberikan keuntungan bagi petani di Desa Citapen Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor.

Disamping mempengaruhi pendapatan, produktivitas yang tidak optimal

juga sangat erat kaitannya dengan penggunaan faktor produksi. Faktor produksi

mempengaruhi jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam suatu usahatani.

Penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani agar

tidak terjadi penggunaan yang berlebihan yang dapat merugikan petani atau

mempengaruhi pendapatan dan menyebabkan tingkat produksi yang tidak

optimal, serta terjadinya peningkatan terhadap biaya produksi. Kendala yang

umumnya dihadapi para petani adalah bagaimana mengalokasikan faktor-faktor

produksi tersebut untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Berdasarkan

uraian permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan yang akan dikaji pada

penelitian ini adalah:

1. Apakah Usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor Menguntungkan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah

keriting di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani cabai merah keriting di Desa

Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi usahatani cabai

merah keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Page 25: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

10

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi petani di Desa Citapen selaku unit pengambil keputusan

tentang usahatani cabai merah keriting, dan sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya serta pihak lain yang berkepentingan. Bagi peneliti sendiri

hasil penelitian ini digunakan sebagai saran untuk menerapkan ilmu yang

diperoleh di bangku perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas tentang komoditas cabai merah keriting

yang dibudidayakan oleh petani di Desa Citapen. Objek penelitian untuk analisis

usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani cabai merah keriting

adalah petani yang ada di Desa Citapen dimana petani yang dipilih adalah petani

cabai merah keriting yang melakukan musim tanam pada bulan oktober 2010

sampai dengan januari 2011.

Page 26: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting

Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan

tanaman hortikultura sayur–sayuran semusim untuk rempah-rempah yang

diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan

penghangat badan. Cabai merah keriting termasuk dalam famili Solanaceae.

Tanaman ini merupakan tanaman herba tegak yang memiliki akar tunggang

dengan banyak akar samping yang dangkal. Bagian batang yang muda berambut

halus, bercabang banyak, serta bisa mencapai tinggi 1 – 2.5m. Daunnya tersebar

dengan helaian daun bulat telur memanjang atau elips berbentuk lanset, serta

pangkal dan ujung meruncing, sedangkan bunga cabai merah mengangguk dengan

ukuran tanggai 10 – 18 mm. Bentuknya seperti terompet kecil dan umumnya

berwarna putih, walau ada juga yang berwarna ungu. Buah cabai merupakan buah

buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya

berupa keping-keping tidak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di

dalam ruangan buah dan melekat pada plasenta.5

Pada umumnya tanaman cabai merah keriting dapat ditanam di daerah

dataran tinggi maupun di dataran rendah, yaitu lebih dari 500 – 1200 m di atas

permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabai merah keriting masih sangat luas,

tetapi penanaman cabai merah keriting di dataran tinggi masih sangat terbatas.

Pengembangan tanaman cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan

dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada

lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. Pola Tanam Budidaya

atau usahatani tanaman cabai merah selama ini dilakukan secara monokultur dan

pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman maka pola yang lazim dianut para

petani adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali

tanaman cabai merah dan 2 – 3 kali tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak

sama famili tanamannya dengan cabai merah. Untuk model kelayakan ini

5 Khasiat Buah. 2010. Khasiat Cabai Merah. http://khasiatbuah.com/cabai-merah.htmdiakses Tanggal 26 April 2011

Page 27: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

12

digunakan monokultur cabai merah sepanjang tahun, dengan masa lahan kosong

selama 1 bulan di antara siklus tanam.

Aspek teknik budidaya keberhasilan usaha produksi cabai merah sangat

ditentukan oleh aspek teknis budidaya di lapangan. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya tanaman cabai

merah adalah sebagai berikut:

1. Pemakaian benih cabai merah yang unggul yang tidak terkontaminasi virus.

2. Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun. Pola

tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim.

3. Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah

lereng.

4. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan secara

teratur sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit.

5. Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan benar.6

2.2 Kajian Peluang Usaha Agribisnis Cabai

Nixon MT (2010) menyatakan bahwa lemahnya nilai tukar Rupiah

terhadap Dolar AS, justru malah memberikan keuntungan yang berlipat bagi para

pelaku usaha di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan banyak hasil-hasil usaha

sektor agribisnis yang dipasarkan ke pasar luar negeri dengan transaksi penjualan

dalam Dolar, sementara biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi

menggunakan Rupiah.

Nixon MT (2010), juga menyebutkan bahwa dari berbagai usaha yang

banyak ditawarkan di sektor agribisnis, agribisnis cabai adalah salah satu

agribisnis yang cukup menarik investor, dimana dari berbagai jenis sayuran dan

buah-buahan, cabai dinilai sebagai produk yang mempunyai harga yang paling

tinggi dan umurnya tergolong genjah sehingga modal cepat kembali. Namun

ketika banyak petani yang membudidayakan cabai dan menerima keuntungan

yang berlipat ganda, di sisi lain ada pula petani yang mengalami kerugian dan

menjadi frustasi. Hal ini dikarenakan agribisnis cabai yang menjanjikan

keuntungan ternyata juga mempunyai banyak kendala, mulai dari cuaca yang

6Pupuk Bio Organik Herbafarm. 2005. Budidaya Cabai Merah.http://www.google.com/2005/gml/expr. Diakses 12 April 2011

Page 28: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

13

tidak bisa ditolerir, serangan hama dan penyakit, pencurian dan penjarahan sampai

dengan jatuhnya harga jual karena kelebihan penawaran.

Pada umumnya siklus kebutuhan cabai di Indonesia meningkat menjelang

waktu-waktu tertentu, misalnya memasuki bulan puasa, lebaran, natal, dan tahun

baru. Pada saat-saat tersebut, permintaan cabai yang tinggi diiringi dengan harga

yang melambung. Selain faktor tersebut, harga cabai menjadi sangat mahal

karena pada waktu-waktu tersebut biasanya bertepatan dengan musim hujan.

Biasanya petani yang menanam cabai sedikit dan banyak pula yang gagal panen

karena serangan hama dan penyakit, akibatnya keberadaan cabai di pasaran

menjadi sangat langka dan secara otomatis harganya melonjak tajam.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pasar cabai untuk luar

negeri pun masih luas. Saat ini pasar yang masih bisa dibidik adalah Hongkong,

Amerika, Eropa dan yang paling utama adalah RRC, sebab RRC masih

memprioritaskan industrinya sehingga sebagian besar sayur-sayuran dan buah-

buahan yang dibutuhkan untuk konsumsi terpaksa harus diimpor dari luar (Nixon

MT, 2010). Dari gambaran kebutuhan tersebut, jelas bahwa bertanam cabai

masih mempunyai prospek yang cukup potensial, baik cabai hibrida, cabai besar,

cabai rawit maupun cabai keriting.

2.3 Studi Penelitian Terdahulu

Analisis pendapatan usahatani banyak digunakan untuk mengetahui sejauh

mana kegiatan usahatani yang dilakukan memberikan manfaat untuk orang yang

melakukannya (petani). Studi mengenai analisis pendapatan dilakukan oleh

Hendrawanto (2008) dan Siregar (2010), dimana keduanya menganalisis tentang

usahatani cabai merah di daerah yang berbeda yaitu di Desa Sukagalih, Kabupaten

Bogor dan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor. Alat analisis yang

digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C. Hasil analisis

pendapatan usahatani yang dilakukan menunjukkan secara garis besar adalah

sama, dimana kegiatan usahatani cabai merah dapat memberikan keuntungan bagi

petani.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendrawanto (2008) memperlihatkan

bahwa usahatani cabai merah petani per 2.080 meter persegi di Desa Sukagalih

menghasilkan penerimaan total sebesar Rp 12.393.734,32 dengan biaya tunai

Page 29: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

14

yang dikeluarkan sebesar Rp 4.793.752,22 dan biaya total sebesar Rp

7.820.121,47; sehingga pendapatan kerja petani yang diterima yaitu sebesar Rp

4.597.870,97; maka diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 2,59 dan R/C atas

biaya total sebesar 1,59. Hasil penelitian Siregar (2010) menunjukkan bahwa,

nilai R/C usahatani cabai merah organik lebih tinggi jika dibandingkan nilai R/C

pada cabai merah non organik, hal ini dikarenakan terdapat perbedaan harga yang

diterima antara petani organik dengan petani non organik. Harga cabai yang

diterima petani organik lebih tinggi dibandingkan petani non organik. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan untuk cabai merah non organik dengan luasan

lahan 1 ha menghasilkan penerimaan sebesar Rp 78.000.000 dengan biaya tunai

yang dikeluarkan sebesar Rp 18.827.500 dan biaya total sebesar Rp 52.634.166;

sehingga pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh yaitu sebesar Rp 59.172.500

dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 52.365.834; maka diperoleh

nilai R/C atas biaya tunai sebesar 4,14 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 3,04.

Sedangkan untuk cabai merah organik dengan luasan lahan 1 ha menghasilkan

penerimaan sebesar Rp 176.000.000 dengan biaya tunai yang dikeluarkan sebesar

Rp 26.841.000 dan biaya total sebesar Rp 38.069.666 sehingga pendapatan atas

biaya tunai yang diperoleh yaitu sebesar Rp 149.159.000 dan pendapatan atas

biaya total adalah sebesar Rp 137.930.334; maka diperoleh nilai R/C atas biaya

tunai sebesar 6,56 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 4,62.

Penelitian yang menganalisis mengenai pendapatan usahatani pada

komoditas sayuran dilakukan oleh Nadhwatunnaja (2008) dan Sujana (2010).

Hasil penelititian Sujana (2010) menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima

oleh petani tomat anggota kelompok tani adalah Rp 93.408.741 sedangkan total

biaya yang dikeluarkan adalah Rp 65.079.497; sehingga pendapatan atas biaya

total sebesar Rp 28.329.244 maka nilai R/C atas biaya total yang diperoleh yaitu

sebesar 1,44. Untuk petani tomat non anggota kelompok tani, memperoleh

penerimaan sebesar Rp 90.541.310 dan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp

69.776.249; sehingga pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20.765.060 sehingga

menghasilkan nilai R/C atas biaya total sebesar 1,30. Nadhwatunnaja (2008)

menunjukkan bahwa pendapatan petani paprika hidroponik anggota Koptan Mitra

Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota petani paprika hidroponik

Page 30: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

15

yaitu dengan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani anggota Koptan

Mitra Sukamaju masing-masing sebesar Rp 19.638.973,12 dan Rp 7.916.973,12.

Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non

anggota masing-masing sebesar Rp 15.943.192,79 dan Rp 4.221.192,79. Begitu

juga dengan nilai R/C, nilai R/C pada petani anggota Koptan Mitra Sukamaju

lebih tinggi dibandingkan dengan non anggota, yaitu dengan nilai R/C atas biaya

tunai petani adalah 1,74 dan nilai R/C 1,21. Sedangkan nilai R/C petani non

anggota adalah 1,62 untuk biaya tunai dan 1.11 untuk biaya total. Walaupun

terdapat perbedaan karakteristik produk, namun secara garis besar dapat diambil

kesimpulan bahwa kegiatan usahatani sayuran, termasuk cabai merah memberikan

keuntungan bagi petani yang dapat dilihat dari hasil analisis pendapatan usahatani

yang nilainya lebih dari nol dan nilai R/C yang nilainya lebih dari 1.

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi digunakan untuk

mengetahui sejauh mana efisiensi penggunaan faktor produksi (input) yang dapat

mempengaruhi produksi (output). Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor

produksi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-

Douglas dan rasio NPM/BKM. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglass

masih dilakukan oleh peneliti yang sama yaitu Nadhwatunnaja (2008) dan Sujana

(2010). Hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinasi (R2) pada usahatani paprika hidroponik dan usahatani tomat apel

menunjukkan nilai lebih dari 50 persen dimana nilai tersebut mengartikan bahwa

model yang dihasilkan layak untuk meramalkan kondisi ke depan secara akurat.

Selain itu jika dilihat dari uji multikolinieritas melalui nilai VIF yang kurang dari

10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas pada kedua model penelitian

tersebut. Melalui uji statistik diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

nyata terhadap produksi tomat apel pada petani anggota kelompok tani yaitu

variabel benih, pupuk kandang, pupuk P, pupuk K, pestisida cair dan tenaga kerja,

dan pada petani non kelompok tani variabel yang berpengaruh nyata pada

produksi tomat apel yaitu benih, pupuk kandang, pupuk K, pestisida cair dan

tenaga kerja. Sedangkan untuk produksi paprika hidroponik dari hasil penelitian

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada

selang kepercayaan 99 persen adalah nutrisi dan pestisida, dimana pada selang

Page 31: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

16

kepercayaan 99 persen mengartikan bahwa faktor-faktor produksi tersebut sangat

berpngaruh terhadap produksi paprika hidroponik, karena tingkat kesalahannya

hanya satu persen. Untuk selang kepercayaan 95 persen faktor produksi yang

dianggap berpengaruh adalah faktor produksi luas lahan. Sedangkan faktor

produksi yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika adalah tenaga

kerja.

2.4 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, penulis mencoba menganalisis

pendapatan usahatani cabai merah keriting serta menganalisi faktor-faktor

produksi yang mempengaruhi usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Dengan adanya penelitian terdahulu, maka

dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menganalisis tentang

pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani dengan

menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis pendapatan, analisis R/C ratio

dan analisis faktor fungsi produksi Cobb-Douglass. Untuk perbedaannya yaitu

lokasi penelitian yang berbeda, komoditi yang berbeda dan responden/petani yang

digunakan juga berbeda, sehingga hasil yang diharapkan juga berbeda.

Page 32: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

17

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Usahatani

Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di

kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani, diantaranya yang

dikemukakan oleh Soekartawi (2006), bahwa yang dikatakan ilmu usahatani yaitu

suatu tujuan untuk mencapai keuntungan maksimum dimana seseorang harus

melakukan secara efektif dan efisien dalam mengalokasikan sumberdaya yang

ada. Pengertian efektif jika produsen dapat mengalokasikan sumberdaya sebaik-

baiknya dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran yang melebihi masukan.

Pada umumnya ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal

relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamis sehingga berakibat pada

rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al, 1986). Menurut Rahim A dan

Hastuti RDR (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi

pertanian, yaitu :

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang

digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh

lahan tersebut. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari

segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi lain, misalnya aspek

kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan

sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran

tinggi).

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu

diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja

harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu

mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi

untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi.

Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja.

Page 33: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

18

Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai.

Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut

usahatani skala kecil, dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja

keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar, selain

menggunakan tenaga kerja luar keluarga juga memiliki tenaga kerja ahli.

Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam harian orang kerja (HOK),

sedangkan dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi tenaga

kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKSP).

3. Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal, apalagi

kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses

tersebut, modal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap (fixed

cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap (fixed cost) terdiri

atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan pertanian dimana biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses

produksi, sedangkan modal yang tidak tetap (variable cost) terdiri dari

benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala

usahatani, macam komoditas dan tersedianya kredit. Skala usahatani

sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala

usahatani, makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya.

Macam komoditas tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian

juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Tersedianya kredit

sangat menentukan keberhasilan usahatani.

4. Pupuk

Pupuk sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir

dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan

binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano

dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk organik atau pupuk buatan

Page 34: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

19

merupakan hasil industri atau hasil pabrik-pabrik pembuat pupuk,

misalnya pupuk urea, TSP dan KCL.

5. Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi

hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang

mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada

tanaman.

6. Bibit

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul

biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi

dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing di

pasar.

7. Teknologi

Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap

tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh,

tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya

perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat

dipanen tiga kali setahun.

3.1.2 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual, dimana dalam menghitung total penerimaan

usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis simultan

usahatani (Rahim A dan Hastuti DRD, 2008). Soekartawi et al. (1986)

berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi

dengan harga pasar yang berlaku; yang mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih,

digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973) bahwa penerimaan usahatani

berwujud pada tiga hal, yaitu :

1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual.

Adakalanya yang dijual ialah hasil ternak, misalnya susu, daging dan telur.

Page 35: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

20

Adakalanya pula yang dijual adalah hasil dari pekarangan yaitu pisang,

kelapa, dan lain-lain.

2. Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan

kegiatan.

3. Kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani,

berubah-ubah setiap tahun. Dengan demikian akan ada perhitungan. Jika

terjadi kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani, maka

selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan

penerimaan usahatani.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan

usahatani adalah (1) Penerimaan tunai usahatani (farm receipt), yang didefinisikan

sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi et

al, 1986). Pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Penerimaan tunai tidak

mencakup yang berupa benda. Sehingga, nilai produk usahatani yang dikonsumsi

tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani

yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai, harus

ditambahkan. (2) Penerimaan Tunai luar usahatani, yang berarti penerimaaan yang

diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar

usahatani. (3) Penerimaan Kotor Usahatani (gross return), yang didefenisikan

sebagi penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim),

baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi

keluarga, bibit, pakan, ternak). Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan

kotor atau nilai produksi.

3.1.3 Biaya Usahatani

Menurut Soekartawi dkk (1986) bahwa biaya adalah nilai penggunaan

sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang

bersangkutan. Sedangkan biaya usahatani menurut Rahim A dan Hastuti DRD

(2008) merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan

dan peternak) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang

maksimal. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya

tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap diartikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun

Page 36: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

21

produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak

tetap atau biaya variabel biasanya diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya di

pengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2006).

Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya

pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta

biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung

berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal dan nilai kerja keluarga.

Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan

alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri dapat dimasukkan kedalam biaya

yang diperhitungkan. Biaya dapat juga diartikan sebagai penurunan inventaris

usahatani. Nilai inventaris suatu barang dapat berkurang karena barang tersebut

rusak, hilang atau terjadi penyusutan.

3.1.4 Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor

produksi. Menurut Soekartawi (2006) Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya. Adapun fungsi pendapatan memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Dijelaskan oleh

Soekartawi et all (1986) bahwa selisih antara penerimaan tunai usahatani dan

pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash

flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang

tunai. Soekartawi et all (1986) juga menjelaskan bahwa pendapatan usahatani

dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

Dimana pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh atas

biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas

biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya

diperhitungkan

Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC

TR = Y × Py

TC = FC + VC

Page 37: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

22

dimana :

Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan (total revenue)

TC = total biaya (total cost)

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variable cost)

Y = produksi yang diperoleh dalam usahatani

Py = harga Y

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi

dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor intern usahatani yang

mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan lahan, luas lahan garapan,

ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input

modern/teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status

penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input dan tingkat

pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Sedangkan faktor-

faktor ekstern usahatani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu sarana

transpotasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat

harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat

dan kebijaksanaan pemerintah.

3.1.5 Rasio Imbangan Penerimaan danBiaya (R/C)

Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang

dikeluarkan (revenue cost ratio atau R/C ratio). Analisis Return Cost (R/C) ratio

merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan dan biaya (Rahim

A dan Hastuti DRD, 2008). Analisis R/C digunakan untuk mengetahui

keuntungan relatif usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C dapat

menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam

satu satuan biaya.

Menurut Soekartawi (2006) bahwa R/C adalah perbandingan (nisbah)

antara penerimaan dan biaya. secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai

berikut :

a = R/C

Page 38: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

23

R = Py × Y

C = FC + VC

a = [ (Py × Y) / (FC + VC) ]

dimana :

R = penerimaan

C = biaya

Py = harga output

Y = output

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variable cost)

R/C menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai

manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisa R/C dibedakan atas jenis

biaya yang dikeluarkan, yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.

Adapun kriteria keputusan dari nilai R/C yaitu jika R/C > 1, berarti penerimaan

yang diperoleh lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh penerimaan tersebut. Jika nilai R/C < 1 maka tiap unit yang

dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh. Sedangkan

kegiatan usaha yang memiliki nilai R/C = 1 maka kegiatan usaha berada pada

kondisi impas atau kondisi dimana kegiatan usaha tersebut tidak mendapatkan

keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian.

3.1.6 Teori Produksi

Suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor

produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan, dimana output

usahatani yang berupa produk pertanian tergantung pada jumlah dan macam input

yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara input dan output ini

dapat dilihat dalam suatu fungsi produksi. Menurut Soekartawi et al. (1986),

fungsi produksi adalah hubungan kuantitatif antara masukan (input) dan produksi

(output).

Fungsi produksi dengan n jenis input X dan satu output Y dinyatakan

sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3,......,Xn)

Page 39: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

24

Menurut persamaan diatas dinyatakan bahwa produksi Y dipengaruhi oleh

sejumlah n input, dimana input X1, X2, X3,......,Xn dapat dikategorikan menjadi

dua, yaitu input yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah pupuk,

tenaga kerja dan lainnya; dan input yang tidak dapat dikuasai oleh petani seperti

iklim.

Menurut Soekartawi (2008) bahwa untuk megukur tingkat produktivitas

dari suatu produksi terdapat dua tolak ukur yaitu produk marjinal (PM) dan

produk rata-rata (PR). Produk marjinal adalah tambahan satu-satuan input X yang

dapat menyebabkan pertambahan/pengurangan satu satuan output (Y) sedangkan

produk rata-rata adalah perbandingan antara produk total perjumlah input.

Untuk mengukur perubahan dari jumlah produk yang dihasilkan yang

disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dalam elastisitas

produksi. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output

sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Model yang sering

digunakan dalam fungsi produksi, terutama fungsi produksi klasik adalah the law

of deminishing return. Model ini menunjukkan hubungan fungsional yang

mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Menurut Billas

dalam Rahim dan Astuti (2008), bila input dari salah satu sumber daya dinaikkan

dengan tambahan yang sama per unit waktu, sedangkan input dari sumber daya

yang lain dipertahankan agar tetap konstan, produk akan meningkat diatas suatu

titik tertentu, tetapi peningkatan output tersebut cenderung mengecil. Berikut

adalah gambar dari kurva fungsi produksi yang menunjukkan elastisitas produksi.

Page 40: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

25

Gambar 1. Kurva daerah Produksi dan Elastisitas ProduksiSumber : Soekartawi, 2003

Keterangan :TPP = Produk TotalAPP = Produk Rata-rataMPP = Produk MarjinalY = ProduksiX = Faktor Produksi

Berdasarkan elastisitas produksi, fungsi produksi dapat dibagi ke dalam

tiga daerah (Gambar 1) yaitu sebagai berikut :

1. Daerah produksi I dengan Ep > 1, merupakan daerah yang tidak rasional,

karena pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan

menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari satu persen.

Di daerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena

OutputY

TPP

I II IIIEp >1 0< Ep<1 Ep <0

Input XdY/dX Y/X

APP

MP Input X

Page 41: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

26

pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel

dinaikkan.

2. Daerah produksi II dengan 0 < Ep ≤ 1, pada daerah ini penambahan input

sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi

sama dengan satu persen dan paling rendah nol persen. Pada daerah ini akan

tercapai pendapatan maksimum. Daerah produksi ini disebut dengan daerah

produksi rasional.

3. Daerah produksi III dengan Ep < 0, pada daerah ini penambahan pemakaian

input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah ini disebut

dengan daerah yang tidak rasional.

Pemilihan model fungsi produksi yang baik dan benar hendaknya fungsi

tersebut memenuhi syarat sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

1. Sederhana, sehingga mudah ditafsirkan.

2. Mempunyai hubungan dengan persoalan ekonomi.

3. Dapat diterima secara teoritis dan logis.

4. Dapat menjelaskan persoalan yang diamati.

Hasil analisis fungsi produksi menurut Soekartawi (1986) merupakan

fungsi pendugaan. Analisis fungsi produksi adalah kelanjutan dari aplikasi

análisis regresi. Berbagai macam model fungsi produksi menurut Soekartawi

(2003), antara lain : Fungsi produksi linear, Fungsi Produksi Kuadratik, Fungsi

produksi Transendental dan Fungsi produksi Cobb-Douglass.

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi produksi linier menunjukkan

hubungan yang bersifat linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas.

Fungsi produksi linear biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi produksi

linear sederhana dan linear berganda. Fungsi produksi linear sederhana ialah bila

hanya ada satu variabel X yang dipakai dalam model. Penggunaan garis regresi

linear sederhana banyak dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan

untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Model sederhana ini sering digunakan

karena analisisnya dilakukan dengan hasil yang lebih mudah dimengerti secara

cepat. Kelemahannya terletak pada jumlah variabel X yang hanya satu yang

dipakai dalam model sehingga dengan tidak memasukkan variabel X yang lain,

maka peneliti akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukkan

Page 42: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

27

dalam model tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka peneliti biasanya

mengunakan garis linear berganda (multiple regressions). Jumlah variabel X

yang dipakai dalam garis regresi berganda ini adalah lebih dari satu. Estimasi

garis regresi linear berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan model estimasi

tertentu sehingga diperoleh garis estimasi atau garis penduga yang baik.

Keunggulan cara ini dibandingkan dengan analisis regresi sederhana ialah dalam

prakteknya, faktor yang mempengaruhi suatu kejadian adalah lebih dari satu

variabel serta garis penduga yang didapatkan akan lebih baik dan tidak begitu bias

bila dibandingkan dengan cara analisis sederhana.

Fungsi Produksi Kuadratik Berbeda dengan garis linear (sederhana dan

berganda) yang tidak mempunyai nilai maksimum, maka fungsi kuadratik justru

mempunyai nilai maksimum. Nilai maksimum akan tercapai bila turunan pertama

dari fungsi tersebut sama dengan nol. Fungsi produksi transendental mampu

menggambarkan fungsi dimana produk marjinal dapat menaik, menurun dan

menurun dalam negatif (Negative Marginal Product). Kelemahan yang dimiliki

oleh fungsi transdental yaitu model tidak dapat digunakan apabila terdapat faktor

produksi yang nilainya nol. Fungsi produksi Cobb-Douglass memiliki beberapa

kelebihan, diantaranya yaitu: perhitungannya, b) perhitungannya sederhana karena

dapat dibuat dalam bentuk linier, c) pada model ini koefisien pangkatnya

menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi, d)

dari penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi, dalam

fungsi produksi menunjukkan fungsi skala usaha. Kelemahan-kelemahan umum

yang ditemukan dalam fungsi produksi Cobb-Douglass diantaranya adalah

kesalahan pengukuran variabel akan menyebabkan besarnya elastisitas menjadi

terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif

(Soekartawi dalam Putra, 2011).

3.1.7 Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi di lokasi

penelitian adalah dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass. Rahim

dan Hastuti (2008) mengatakan bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas adalah

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel

bebas/independent variable dan variabel tidak bebas/dependent variable).

Page 43: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

28

Menurut Soekartawi (2008) bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel

yang satu disebut variabel (Y) atau yang dijelaskan dan variabel lain disebut

dengan variabel (X) atau yang menjelaskan. Variabel yang dijelaskan biasanya

berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan pada

pertimbangan adanya kelebihan dari model ini, antara lain:

a). Koefisien pangkat dari masing-masing fungsi produksi Cobb-Douglas

menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor

produksi yang digunakan dalam menghasilkan output.

b). Merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha dari proses produksi

yang berlangsung.

c). Bentuk linear dari fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan dalam bentuk log

e (ln), dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas.

d). Perhitungannya sederhana karena persamaannya dapat diubah dalam bentuk

persamaan linear.

e). Bentuk fungsi Cobb-Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian

khususnya bidang pertanian.

f). Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien

regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

g). Besaran elastisitas dapat juga sekaligus menggambarkan return to scale.

Disamping kelebihan yang dimiliki, fungsi Cobb-Douglas juga memiliki

kelemahan. Kelemahan tersebut menurut Heady dan Dillon (1964) dalam

Nugroho (2008) adalah: 1). model menganggap elastisitas produksi tetap sehingga

tidak mencakup ketiga tahap yang biasa dikenal dalam proses produksi; 2). Nilai

pendugaan elastisitas produksi yang dihasilkan akan bias apabila faktor produksi

yang digunakan tidak lengkap; 3). Model tidak dapat digunakan untuk menduga

tingkat produksi apabila ada faktor produksi yang taraf penggunaanya adalah nol;

dan 4). Apabila digunakan untuk peramalan produksi pada taraf input di atas rata-

rata akan menghasilkan nilai duga yang berbias ke atas.

Page 44: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

29

Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis

sebagai berikut :

Y = aX1b1 X2

b2 X3b3 ........Xn

bn eu

dimana :

Y = Variabel yang dijelaskan

X = Variabel yang menjelaskan

a,b= Besaran yang akan diduga

u = kesalahan

e = Logaritma natural (e = 2,718)

Fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan kedalam bentuk regresi linier,

maka model fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ...... + bn ln xn + u

Untuk menganalisis hubungan faktor produksi (input) dengan produksi

(output) digunakan analisis numerik menggunakan metode Ordinary Least Square

(OLS). Metode ini dapat dilakukan jika dipenuhi asumsi-asumsi bahwa :

1. Variasi unsur sisa menyebar normal

2. Harga rata-rata dan unsur sisa sama dengan nol, atau bisa dikatakan nilai yang

diharapkan bersyarat (conditional expected value).

3. Homoskedasitas atau ragam merupakan bilangan tetap.

4. Tidak ada korelasi diri (multikolinearitas)

5. Tidak ada hubungan linier sempurna antara peubah bebas.

6. Tidak terdapat korelasi berangkai pada nilai-nilai sisa setiap pengamatan.

3.1.8 Konsep Skala Ekonomi Usaha (Return to Scale)

Rahim A dan Hastuti RDR (2008) menyatakan bahwa untuk mengetahui

skala usahatani dapat dengan menjumlahkan koefisien regresi atau parameter

elastisitasnya, yaitu :

β1 + β2 + .......+ βn

Dengan mengikuti kaidah return to scale (RTS) yaitu :

1. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang meningkat (increasing

return to scale), bila β1 + β2 + .......+ βn > 1, berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang

proporsinya lebih besar.

Page 45: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

30

2. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang tetap (constant return to

scale), bila 0 < β1 + β2 + .......+ βn ≤ 1, berarti bahwa dalam keadaan

demikian, penambahan faktor produksi akan proporsional dengan

penambahan faktor produksi yang diperoleh.

3. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang menurun (decreasing

return to scale), bila β1 + β2 + .......+ βn < 0, berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Tanaman cabai merah keriting sudah cukup lama dibudidayakan dan

merupakan salah satu komoditas pertanian yang disukai oleh para petani di Desa

Citapen untuk dibudidayakan. Hal ini karena kondisi geografis di Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk tanaman cabai merah

keriting. Namun kondisi geografis tersebut tidak serta merta meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting di Desa Citapen, hal ini dikarena dalam

peningkatan produktivitas harus di dukung pula dengan penggunaan input-input

produksi yang berimbang.

Masalah bagi petani di Desa Citapen dalam usahatani cabai merah

keriting, lebih banyak dikarenakan permasalahan fluktuasi produktivitas yang

masih belum mampu mencapai produktivitas optimal, yakni hanya sebesar 7,33

ton per hektar, dimana produktivitas optimal cabai merah keriting seharusnya

mampu mencapai 13-17 ton per hektar. Secara teoritis, produktivitas dapat

menggambarkan penggunaan input (faktor produksi) dalam suatu usahatani.

Selain terkait dengan penggunaan input produksi, produktivitas yang belum

optimal juga dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani cabai

merah keriting Desa Citapen. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan

melihat fakta di lapangan untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah keriting di Desa

Citapen. Dengan harapan agar bermanfaat bagi petani atau pihak lain dalam

penyajian informasi tentang usahatani padi organik dan sebagai rekomendasi bagi

pihak pemerintah dalam pembuatan kebijakan.

Pendapatan usahatani petani dapat mengukur tingkat keberhasilan petani.

Pendapatan usahatani ini dapat diperoleh setelah analisis penerimaan dan analisis

Page 46: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

31

pengeluaran dilakukan. Pendapatan merupakan hasil akhir yang diperoleh petani

sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam

usahataninya, sehingga petani harus melakukan tindakan yang efisien dalam

menggunakan sumberdaya yang ada. Dan analisis faktor-faktor produksi

usahatani cabai merah keriting berfungsi untuk melihat input-input apa saja yang

dapat mempengaruhi produksi usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen.

Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi usahatani akan menjadi

rekomendasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Berdasarkan uraian diatas,

maka kerangka operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Produktivitas cabai merah keriting di Desa Citapen masih belummampu mencapai produktivitas optimal, sehingga diduga

mempengaruhi pendapatan usahatani dan sangat erat kaitannyadengan penggunaan faktor-faktor produksi

Analisi faktor-faktorproduksi

- Benih (X1)- Pupuk kandang (X2)- Pupuk NPK (X3)- Pupuk SP-36 (X4)- Pupuk KCL (X5)- Pestisida (X6)- Nutrisi (X7)- Tenaga Kerja (X8)

Analisis Fungsi ProduksiCobb-Douglass

Analisis PendapatanUsahatani

- Penerimaan usahatani- Biaya usahatani- Pendapatan usahatani- R/C

Informasi Pendapatan Usahatani dan EfisiensiPenggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai

Merah keriting di Desa Citapen

Page 47: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

32

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa Desa Citapen telah

menjadikan cabai merah keriting sebagai komoditas unggulan dimana hal ini di

dukung oleh kondisi geografis yang cocok untuk pertumbuhan cabai merah

keriting. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Mei 2011 sampai

dengan Juli 2011 dikarenakan pada bulan-bulan tersebut sedang musim panen

cabai merah keriting.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

dari hasil pengamatan (observasi) dan wawancara langsung di lapangan dengan

petani responden. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan

kegiatan yang dilakukan oleh para petani baik dari kegiatan budidaya sampai pada

tahap pemasaran.

Pengambilan data yang diperoleh melalui data primer, menurut waktu

penggunaannya adalah menggunakan jenis data cross section dimana data yang

diambil adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu, yaitu data yang

diambil dari petani cabai merah keriting yang melakukan musim tanam Oktober

2010 sampai dengan Januari 2011. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari

laporan atau catatan setiap petani, Perpustakaan Pertanian Kota Bogor, BP3K

Kecamatan Ciawi, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor, artikel dan literatur yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan serta catatan atau laporan dari Gapoktan

Rukun Tani yang terletak di Desa Citapen.

4.3 Metode Pengambilan Responden

Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani cabai

merah keriting Desa Citapen yang membudidayakan cabai merah keriting pada

msim tanam Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011. Pemilihan petani

Page 48: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

33

responden pertama diperoleh melalui informasi dari Ketua Gapoktan Rukun Tani

yang ada di Desa Citapen. Sedangkan untuk petani responden selanjutnya

dilakukan dengan metode snowball sampling, yaitu responden dipilih melalui

rekomendasi dan saran dari responden sebelumnya, yang diambil sesuai dengan

kriteria sebaran normal yakni sebanyak 30 petani. Metode ini dilakukan karena

tidak terdapat data mengenai daftar petani cabai merah keriting yang ada di Desa

Citapen.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

pengamatan langsung (obsevasi) dan metode kuesioner. Pengamatan langsung

(observasi) dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan

budidaya cabai merah keriting yang berlangsungnya di lokasi penelitian. Peneliti

juga melakukan wawancara dengan para petani dan ketua Gapoktan Rukun Tani

untuk mengetahui sistem budidaya cabai merah keriting.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis

secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam

bentuk deskriptif tabulasi dan statistik sederhana dengan bantuan Microsof Office

Excel dan bantuan Minitab versi 15.

4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Rahim dan Hastuti (2008) biaya usahatani merupakan

pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam

mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya,

dimana pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau

biaya diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar

pengeluaran tunai yang dibutuhkan petani untuk mejalankan kegiatan

usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya

Page 49: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

34

pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga

diperhitungkan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus :

- Pendapatan (π) = TR - TC

- Pendapatan (π) = (P × Q) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)

dimana :

TR = Total Penerimaan

TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan

4.5.2 Analisis R/C

Setelah melakukan analisis penerimaan dan biaya usahatani selanjutnya

akan dianalisis efisiensi usahatani dengan menggunakan analisis rasio penerimaan

dan biaya (R/C). Analisis R/C bertujuan untuk menguji sejauh mana hasil yang

diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama satu periode) cukup

menguntungkan. R/C meliputi R/C tunai dan R/C total, R/C tunai merupakan

perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C total merupakan

perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Formulasi rumus

sebagai berikut :

Penerimaan Total Q × PR/C = =

Biaya Total BT + BDdimana :

Q = Total Produksi (Kg)

P = Harga Jual Produk (Rp)

BT = Biaya Tunai (Rp)

BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang

dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya. Apabila nilai

R/C > 1 maka usahatani yang dilakukan menguntungkan, namun sebaliknya

apabila nilai R/C < 1 maka usahatani yang dilakukan tidak mendatangkan

keuntungan atau rugi.

4.5.3 Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiProduksi Cabai Merah Keriting

Penelitian ini menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan fungsi

produksi Cobb Douglass. Menurut Soekartawi dalam Rahim A dan Hastuti RDR

Page 50: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

35

(2008) fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan

variabel tidak bebas/dependent variable).

Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan

diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas.

Persyaratan tersebut antara lain 1). tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol.

Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui

(infinite) 2). dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan

teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective

technologies), ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglass yang dipakai sebagai

model dalam suatu pengamatan; dan bila diperlukan analisis yang memerlukan

lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut

terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut

3). tiap variabel x adalah perfect competition 4). perbedaan lokasi (pada fungsi

produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan.

Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglass pada penelitian ini

didasari dengan alasan 1). bahwa penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih

mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain 2). hasil pendugaan garis melalui

fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga

menunjukkan besaran elastisitas 3). besaran elastisitas tersebut sekaligus

menunjukkan tingkat besaran returns to scale.

Pada fungsi produksi Cobb- Douglass, untuk menganalisi hubungan antara

faktor-faktor produksi digunakan alat analisis regresi dengan Ordinary Least

Square (OLS). Metode ini digunakan untuk menguji nilai F-hitung, t-hitung dan

R2. Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi

OLS, meliputi multikolinieritas, homosdekisitas dan normalitas error. Apabila

asumsi tesebut dapat dipenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh

merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias (Gujarati 1978 dalam Nurmala,

2011). Adapun tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai

berikut :

Page 51: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

36

1. Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat

Identifikasi variabel dengan mendaftarkan faktor-faktor produksi yang

diduga berpengaruh dalam usahatani cabai merah keriting. Variabel yang menjadi

variabel dependent (variabel yang dipengaruhi) adalah produksi cabai merah

keriting. Faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani Desa Citapen dalam

usahatani cabai merah keriting, antara lain benih, pupuk kandang, Kapur, NPK,

ZA, SP-36, KCL, pestisida, nutrisi dan tenaga kerja, dimana dari faktor-faktor

produksi tersebut tidak seluruhnya dijadikan sebagai variabel independent

(variabel yang mempengaruhi). Adapun variabel yang diduga menjadi variabel

independent (variabel yang mempengaruhi) antara lain benih benih, pupuk

kandang, NPK, SP-36, KCL, pestisida, nutrisi dan tenaga kerja. Variabel

independent tersebut ditentukan berdasarkan pada penggunaan input yang

digunakan oleh 30 petani responden, artinya dari seluruh petani responden tidak

ada satu pun petani yang tidak menggunakan input-input produksi tersebut.

Sedangkan untuk input produksi kapur dan pupuk kimia ZA tidak termasuk ke

dalam model fungsi produksi.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kapur dan pupuk kimia

ZA tidak dimasukkan kedalam model, dikarenakan kapur dan pupuk kimia ZA

jarang digunakan oleh petani responden, dimana hanya ada 11 orang petani

responden yang menggunakan kapur dan untuk pupuk kimia ZA hanya digunakan

oleh delapan orang petani responden, sehingga untuk petani responden yang tidak

menggunakan input produksi kapur dan pupuk kimia ZA bernilai nol. Kondisi ini

tidak memenuhi salah satu persyaratan dalam menganalisis fungsi produksi Cobb

Douglas, dimana menurut Soekartawi (1990) bahwa salah satu syarat dalam

menganalisis fungsi produksi Cobb Douglas adalah tidak ada nilai pengamatan

yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan

yang besarnya tidak diketahui.

2. Analisis Regresi

Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis

sebagai berikut :

Y = aX1b1 X2b

2 X3b3 ........Xn

bneu

dimana :

Page 52: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

37

Y = Variabel yang dijelaskan (variabel dependent)

X = Variabel yang menjelaskan (variabel independent)

a,b= Besaran yang akan diduga

u = kesalahan

e = Logaritma natural (e = 2,718)

Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat diubah menjadi bentuk regresi

linier, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + b7

ln X7 + b8 ln X8 + u

dimana :

Y = produksi cabai merah keriting (Kg)

a = konstanta

b1...b8 = koefisien arah regresi masing-masing variabel bebas

X1 = benih cabai merah keriting (gr)

X2 = pupuk kandang (Kg)

X3 = pupuk NPK (Kg)

X4 = pupuk SP-36 (Kg)

X5 = pupuk KCL (Kg)

X6 = pestisida (Lt)

X7 = nutrisi (Lt)

X8 = tenaga kerja

u = Gangguan stokhastik atau kesalahan

Dengan menggunakan regresi linier ini maka akan diperoleh besarnya nilai

t-hitung, F-hitung dan R2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik

apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (Xn) yang dipakai,

secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).

Apabila hasilnya menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka

parameter yang di uji tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas,

namun apabila nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka parameter tersebut

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.

Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang

digunakan yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 secara bersama-sama berpengaruh

Page 53: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

38

nyata terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila hasil dari F-hitung lebih besar

dari F-tabel, maka parameter bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap parameter tidak bebas, dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R2)

adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman

determinasi semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaman hasil

produksi dapat dijelaskan oleh faktor produksinya.

3. Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa ini dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi

yang dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan yaitu :

a. Pengujian terhadap Model penduga

Pengujian terhadap model penduga dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak atau tidak untuk

menduga parameter dan fungsi produksi. Prosedur untuk mengevaluasi model

penduga dilakukan melalui kriteria :

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kesesuaian (goodness of fit) model dugaan, yang merupakan ukuran

deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya.

Koefisien determinasi (R2) mengukur besaranya keragaman total data yang

dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1- R2) dijelaskan oleh komponen

error. Semakin tinggi nilai R2 berarti model dugaan yang diperoleh

semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan kata

lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin

tinggi. Koefisien determinasi melihat sampai sejauh mana besar

keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter

tidak bebas (Y).

Uji Signifikansi Model Penduga

Pemeriksaan akurasi model dugaan, disamping menggunakan ukuran

deskriptif melalui koefisien determinasi (R2), juga dibutuhkan pemeriksaan

melalui inferensia statistika yakni uji signifikansi model penduga. Hasil

uji signifikansi model dugaan, dapat dilihat di bagian Analysis of Variance,

yaitu pada nilai F. Adapun kriteria pengujiannya adalah dengan

Page 54: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

39

membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel, yaitu apabila nilai F-

hitung > F-tabel (n-k-1) pada taraf nyata α maka disimpulkan secara

bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap

produksi, begitu juga sebaliknya apabila nilai F-hitung < F-tabel (n-k-1)

pada taraf nyata α maka disimpulkan variabel yang digunakan secara

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

Uji untuk Masing-masing Parameter

Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu perlu diperiksa

lebih lanjut, variabel bebas mana saja yang berpengaruh signifikan

terhadap variabel tidak bebas.

t – hitung > t-tabel (α, n-k-1), maka tolak H0

t – hitung < t-tabel (α, n-k-1), maka terima H0

dimana :

n = jumlah variabel

k = jumlah data

Jika H0 ditolak, maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas (produksi) dan sebaliknya bila terima H0

maka variable bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

(produksi). Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai

P, dengan kriteria jika nilai P-value < α, maka variabel yang di uji (faktor

produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi) dan

sebaliknya apabila P-value > α, maka variabel yang di uji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Asumsi OLS

Metode pendugaan OLS bersifat BLUE, bila asumsi OLS terpenuhi.

Adapun asumsi OLS yang dimaksud adalah :

1) Model linier dalam koefisien (parameter)

2) Tidak terdapat Multikolinier diantara variabel bebas, dimana untuk

menguji adanya multikolinieritas, diantaranya menggunakan kriteria

Variance Inflation Factor variabel independent ke-j (VIFxj). Apabila

nilai VIFxj lebih besar dari 10, maka disimpulkan terdapat masalah

multikolinieritas diantara variabel independent.

Page 55: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

40

3) Komponen Error tidak berpola (acak/random), menyebar normal

dengan nilai tengah nol dan ragamnya homogen (Homoskedisitas).

b. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk

melaksanakan penelitian adalah bahwa semua faktor produksi yaitu benih (X1),

pupuk kandang (X2), NPK (X3), SP-36 (X4), KCL(X5), pestisida (X6), nutrisi (X7),

dan tenaga kerja (X8) memiliki nilai koefisien regresi positif dan berpengaruh

nyata terhadap tingkat produksi cabai merah keriting.

4.6 Definisi Operasional

1. Petani cabai merah keriting, adalah petani yang melakukan budidaya tanaman

cabai merah keriting, memproduksi dan melakukan penjualan cabai merah

keriting.

2. Luas lahan garapan, adalah luas areal usahatani cabai merah keriting yang

merupakan lahan yang dipakai untuk menanam cabai keriting dengan

tanaman tumpangsari dalam satuan hektar.

3. Modal, adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin

tanaman di lapangan, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk

menghasilkan cabai merah keriting diukur dalam satuan rupiah.

4. Tenaga kerja, adalah yang digunakan dalam proses produksi baik untuk

persiapan bibit, pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan, pemanenan

dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam

dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan hari orang kerja

(HOK).

5. Produksi total, adalah hasil cabai merah keriting yang didapat dari luas lahan

tertentu, diukur dalam satuan kilogram.

6. Biaya tunai, adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk

membeli pupuk, bibit, insektisida dan pestisida, upah tenaga kerja luar

keluarga dan lain-lain dalam satuan rupiah.

7. Biaya yang diperhitungkan, adalah pengeluaran unutk pemakaian input milik

sendiri dan pembayaran upah tenaga kerja untuk keluarga, berdasarkan

tingkat upah yang berlaku.

Page 56: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

41

8. Biaya total, merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan.

9. Harga produk, adalah harga cabai merah keriting ditingkat petani dalam satu

musim panen. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram.

10. Penerimaan usahatani, merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk

total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Satuan yang dipakai

adalah rupiah.

11. Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan biaya

usahatani. Karena ada dua macam biaya, maka perhitungan pendapatan

dilakukan atas biaya tunai dan biaya toatal. Pendapatan atas biaya tunai

merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan

pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani

dengan biaya total.

12. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam

kilogram perluas lahan.

13. Harga Tingkat Petani, adalah harga transaksi yang dilakukan antara petani

dan pembeli/tengkulak di lokasi produk dihasilkan.

14. Harga Eceran/ Harga Konsumen, adalah harga transaksi antara penjual dan

pembeli untuk setiap cabai merah yang diecerkan.

Page 57: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

42

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen

Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Bogor, tercatat bahwa Kabupaten Bogor terdiri dari 40 Kecamatan,

428 Desa/Kelurahan, 3.639 rukun warga, 14.403 rukun tetangga yang terdapat

dalam registrasi.

Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen menurut ekosistem di WKBP3K

Ciawi pada tahun 2009 yaitu seluas 393,0 Ha dengan rincian lahan basah

sederhana seluas 115 Ha, lahan basah tadah hujan 38 Ha dan lahan kering iklim

basah seluas 240 Ha. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan ±10 Km, dan jarak ke

ibu kota kabupaten ±25 Km. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU)

Induk Kemang ±25 Km, jarak ke Pasar Induk Jakarta ±60 dengan alat transportasi

lancar.

Wilayah desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl

sampai dengan 800 mdpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan

berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara

topografi Iklim di wilayah desa Citapen adalah beriklim tropis/basah dengan suhu

rata – rata antara 20oC sampai 32oC dengan keasaman tanah (pH) antara 4,5

sampai 7. Menurut ekosistem yang ada, pemanfaatan lahan sawah dan darat bisa

ditanami sepanjang tahun/tidak ada lahan bera. Jenis tanah latosol, andosol,

inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman.

Jumlah penduduk desa Citapen adalah 8.491 orang yang terdiri dari 4.481

orang laki-laki dan 4.410 orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah

2.105 dan jumlah KK Tani 1.684 KK atau sekitar 80% dari KK yang ada, bermata

pencaharian di sektor pertanian.

5.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk merupakan salah satu indikator penting dari perkembangan dan

pembangunan suatu wilayah, sehingga perlu laju pertumbuhan penduduk perlu

diperhatikan dengan baik. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan

mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Salah satu

Page 58: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

43

indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah dengan melihat

pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia yang handal di wilayah tersebut.

Jumlah penduduk di Desa Citapen pada tahun 2009 mencapai 8.496 jiwa,

dimana penduduk perempuan berjumlah 4.054 jiwa dan jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 4.442 jiwa. Desa Citapen jumlah penduduk laki-laki lebih besar

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dengan persentase 52,3 persen

untuk laki-laki dan 47,7 persen untuk perrempuan. Sebagian besar penduduk

Desa Citapen baik laki-laki maupun perempuan berada pada usia produktif, yaitu

usia antara 14 sampai 45 tahun. Jumlah penduduk laki-laki pada usia produktif

adalah 2.443 jiwa atau 55 persen dan penduduk perempuan pada usia produktif

berjumlah 2.229 jiwa atau 54,98 persen. Jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Umur dan Jenis KelaminTahun 2009

Golongan Umur Laki-laki(Jiwa)

Perempuan(Jiwa)

Perssentase (%)

Laki-laki Perempuan

0 - 14 Tahun 1332 1013 29,99 24,99

14 - 45 Tahun 2443 2229 55,00 54,98

> 46 Tahun 667 812 15,02 20,03

Jumlah 4442 4054 100,00 100,00

Sumber : Data Kependudukan Kecamatan Ciawi Tahun (2009), diolah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan,

pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah, serta merupakan faktor utama

untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM). Jumlah penduduk menurut

tingkat pendidikan akan berimplikasi pada keadaan sumber daya manusia baik

dari segi kualitas maupun kuantitasnya, karena semakin tinggi tingkat pendidikan

yang dicapai maka semakin tinggi kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya serta

kemampuan sumber daya manusianya. Tingkat pendidikan di Desa Citapen dapat

digolongkan menjadi beberapa jenjang pendidikan diantaranya adalah belum

sekolah, tidak pernah sekolah, SD tidak tamat, SD, SLTP, SLTA, Diploma 1,2,3

dan Sarjana.

Page 59: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

44

Pada tahun 2009 penduduk di Desa Citapen didominasi oleh penduduk

yang tamat SD yaitu sebanyak 1.312 jiwa atau sebesar 35,06 persen. Sedangkan

yang belum sekolah sebanyak 967 jiwa atau sebesar 25,84 persen, jumlah

penduduk yang tidak tamat jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah 125

jiwa atau sebesar 3,34 persen, sedangkan jumlah penduduk yang tamat jenjang

pendidikan SLTP adalah 783 jiwa atau sebesar 20,92 persen, untuk jumlah

penduduk yang tamat jenjang pendidikan SLTA sebanyak 493 jiwa atau sebesar

13,17 persen, kemudian untuk jumlah penduduk yang tamat jenjang pendidikan

akademi (DIII) adalah 29 jiwa atau 0,77 persen dan untuk jumlah penduduk yang

tamat jenjang pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 33 jiwa atau sebesar 0,88

persen. Kondisi masyarakat Desa Citapen berdasarkan tingkat pendidikan pada

tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Citapen Berdasarkan tingkat Pendidikan Tahun2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) %

1 Belum Sekolah 967 25,84

2 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 0 0,00

3 SD tidak tamat 125 3,34

4 Tamat SD/Sederajat 1312 35,06

5 SLTP/Sederajat 783 20,92

6 SLTA/Sederajat 493 13,17

7 Diploma (1,2,3) 29 0,77

8 S-1, S-2, S-3 33 0,88

Jumlah Penduduk 3742 100,00

Sumber : Pemerintah Kabupaten Bogor Kecamatan Ciawi (2009), diolah

Mata pencaharian penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah sebagai

petani tanaman pangan dan buruh tani. Faktor ini disebabkan dengan keadaan

alam di wilayah ini yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan kondisi

alam dengan ketinggian tempat 450 sampai 700 DPL, dimana kondisi ini sangat

cocok untuk aktivitas pertanian, khususnya pertanian dataran tinggi termasuk

untuk budidaya sayuran dan padi, walaupun terdapat juga beberapa wilayah yang

Page 60: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

45

dijadikan wilayah perkebunan, perikanan dan peternakan. Sehingga masyarakat

Desa Citapen lebih memilih menjadi petani sebagai mata pencaharian.

Penduduk di Desa Citapen yang bermata pencaharian sebagai petani

adalah sebanyak 535 jiwa atau 24 persen. Maka sektor ini merupakan sumber

pendapatan utama yang menopang hidup masyarakat di Desa Citapen. Adapun

mata pencaharian dengan persentase terkecil adalah jenis pekerjaan TNI/Polri

yaitu sebanyak 2 jiwa atau hanya 0,1 persen. Kondisi penduduk Desa Citapen

berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun2009

Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk (Jiwa) Persentase (%)

Petani Tananman Pangan 535 24,0

Peternak 66 3,0

RTP Perikanan 111 5,0

Perkebunan 89 4,0

Pedagang 245 11,0

TNI/Polri 2 0,1

PNS 17 0,8

Jasa 312 14,0

Buruh Tani 223 10,0

Lain-lain 631 28,3

Total 2231 100,0

Sumber : Data kependudukan Kecamatan Ciawi (2009), diolah

5.3. Karakteristik Petani Contoh

Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani

cabai merah keriting yang ada di Desa Citapen, dimana responden yang dipilih

adalah petani yang melakukan musim tanam antara Oktober 2010 sampai dengan

Januari 2011, hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara lebih akurat. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting

meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani

cabai merah keriting dan kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap

penting karena selain mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam

Page 61: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

46

pelaksanaan teknik budidaya yang nantinya akan berpengaruh terhadap produksi,

juga diperlukan untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya,

penerimaan dan pendapatan usahatani serta produktivitas tanaman cabai merah

keriting.

5.3.1 Status Usaha

Seluruh petani yang menjadi responden menjadikan bertani sebagai mata

pencaharian utama. Selain karena kondisi lahan yang cocok untuk dijadikan lahan

pertanian juga disebabkan karena kebiasaan yang secara turun temurun dari orang

tua yang sejak kecil dilatih bertani, maka sebagian besar penduduknya hanya

memiliki keahlian sebagai petani. Karakteristik petani responden dilihat dari

status usahanya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting di Desa CitapenBerdasarkan Status Usaha

Status Usaha Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Utama 29 97

Sampingan 1 3

Jumlah 30 100

5.3.2 Umur

Petani cabai merah keriting di Desa Citapen, berdasarkan tingkat umurnya

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu responden petani di bawah 20

tahun, 21-50 tahun, dan kelompok usia 51 tahun keatas. Jumlah petani responden

pada usia 21 – 50 tahun yakni sebanyak 26 orang atau 87 persen, sedangkan

sisanya untuk petani pada usia lebih dari 51 tahun yaitu sebanyak 4 orang atau 13

persen.

Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan bertani banyak

dilakukan oleh penduduk yang berusia produktif, yang mana pada usia tersebut

mereka masih mempunyai kekuatan fisik yang memadai dan semangat yang

tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik. Sedangkan

untuk usia lebi dari 51 tahun, kemampuan fisiknya sudah terbatas, walaupun

apabila dilihat dari segi pengalaman, memungkinkan pada usia ini memiliki

Page 62: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

47

pengalaman yang jauh lebih banyak. Data mengenai karateristik petani responden

berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting BerdasarkanUmur

Kelompok Umur Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

< 20 0 0

21 – 50 26 87

> 51 4 13

Jumlah 30 100

5.3.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh dalam melaksanakan kegiatan

usahatani, baik cara terhadap cara pengelolaan secara teknis ataupun terhadap

manajemen kegiatan usahatani dan penyerapan teknologi baru, dengan tingkat

pendidikan yang tinggi diharapkan para petani mampu menjalankan kegiatan

usahataninya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan

yang semakin luas. Tingkat pendidikan cukup berpengaruh dalam pelaksanaan

usahatani cabai merah keriting, termasuk dalam tingkat penyerapan teknologi

baru. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas, pada umumnya

menggunakan teknologi secara sederhana dan turun temurun dalam kegiatan

usahataninya.

Tingkat pendidikan petani responden terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) serta Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sebagian besar petani responden yang menjadi petani cabai merah keriting adalah

dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 22 orang atau 73 persen, SLTP

sebanyak 3 orang atau 10 persen dan SMA sebanyak 5 orang atau 17 persen.

Karakteristik dari petani cabai merah keriting yang menjadi responden di Desa

Citapen berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 63: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

48

Tabel 11. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting BerdasarkanTingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

SD 22 73

SLTP 3 10

SMA 5 17

Jumlah 30 100

5.3.4 Pengalaman dalam Usahatani Cabai Merah Keriting

Pengalaman dalam usahatani dapat mempengaruhi kemampuan dalam

mengelola usahatani, dengan pengalaman yang cukup lama petani memiliki

pemahaman yang lebih baik terhadap usahatani yang dijalankannya. Pemahaman

yang lebih baik tersebut dapat berupa kemampuan dalam menentukan dan

mengorganisasikan faktor produksi yang digunakan ataupun dalam bentuk

penanganan masalah yang dihadapi secara baik. Tingkat pengalaman yang

dimiliki oleh seorang petani, dapat dilihat dari berapa lama petani tersebut terjun

dalam kegiatan usahatani.

Sebagian besar petani memiliki pengalaman dalam usahatani cabai merah

keriting cukup lama, karena mata pencaharian bertani adalah usaha turun temurun.

Dengan demikian, secara teknis para petani ini sudah sangat mengetahui apa yang

harus dilakukan apabila terdapat masalah, baik hama ataupun penyakit yang

dihadapi dalam usahatani cabai merah keritingnya. Adapun lama pengalaman

bertani pada petani responden Desa Citapen dibagi menjadi tiga yaitu pengalaman

bertani kurang dari 5 tahun yakni sebanyak 5 orang atau 17 persen, pengalaman

bertani antara 5 sampai dengan 10 tahun yakni sebanyak 9 orang atau 30 persen

dan pengalaman bertani lebih dari 10 tahun sebanyak 16 orang atau 53 persen.

Karakteristik responden petani cabai merah keriting berdasarkan pengalaman

bertaninya dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 64: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

49

Tabel 12. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting BerdasarkanPengalaman Bertani

Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

< 5 5 17

5 - 10 9 30

> 10 16 53

Jumlah 30 100

5.3.5 Luas Areal Usahatani Cabai Merah Keriting

Petani responden di Desa Citapen memiliki luas lahan yang diusahakan

untuk usahatani cabai merah keriting cukup beragam, yaitu antara 0,06 – 5 hektar

dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,837 hektar. Persentase luas lahan tertinggi

berada pada kategori luas lahan antara 0,5 – 1 hektar, yaitu sebesar 63 persen atau

sebanyak 19 orang dari total petani responden, sedangkan luas lahan kuran dari

0,5 hektar sebesar 10 persen atau sebanyak 3 orang dan untuk luas lahan lebih dari

satu hektar sebesar 27 persen atau sebanyak delapan orang. Karakteristik sebaran

responden berdasarkan luas lahannya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting BerdasarkanLuas Lahan

Luas Lahan (Hektar) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 0,5 3 10

0,5 - 1 19 63

> 1 8 27

Jumlah 30 100

5.3.6 Status Kepemilikan Lahan

Sebagian besar petani responden, merupakan petani penyewa dengan

persentase 77 persen atau sebanyak 23 orang, dan 23 persen atau sebanyak 7

orang dengan petani dengan status kepemilikan lahan sebagai pemilik. Lahan

yang dimiliki oleh petani ada yang berasal dari hasil membeli sendiri dan adapula

yang berasal dari warisan yang telah menjadi hak milik. Karakteristik petani

Page 65: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

50

cabai merah keriting dapat dilihat berdasarkan status kepemilikian lahannya dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Responden Petani Cabai Merah Keriting StatusKepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Pemilik 7 23

Penyewa 23 77

Jumlah 30 100

Page 66: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

51

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Gambaran Umum Usahatani CabaiMerah Keriting di Desa Citapen

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya sebagian besar

penduduk Desa Citapen adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar

24 persen dari total seluruh penduduk Desa Citapen. Petani tersebut terdiri dari

petani padi sawah, petani sayuran, petani palawija dan sisanya adalah petani

campuran. Untuk kegiatan bertanam sayuran, disamping membudidayakan cabai

merah keriting, para petani juga membudidayakan komoditas lain seperti sawi

(caisin), mentimun, tomat, daun bawang dan kubis. Sebagian besar petani

membudidayakan cabai merah keriting secara monokultur, walaupun terdapat juga

petani yang membudidayakan cabai merah keriting secara tumpangsari dengan

sawi (caisin). Pada metode tumpangsari, cabai merah keriting merupakan

komoditas utama yang dibudidayakan sedangkan sawi (caisin) adalah komoditas

sampingan. Pada umumnya para petani melakukan metode tumpang gilir dalam

pembudidayaan cabai merah keriting, dalam artian bahwa setelah cabai merah

keriting selesai panen maka lahan digunakan untuk membudidayakan komoditas

lainnya seperti mentimun dan buncis, namun karena ruang lingkup penelitian

terbatas pada komoditas cabai merah keriting, maka yang akan menjadi

pembahasan adalah hanya komoditas cabai merah keriting saja. Adapun

gambaran kegiatan usahatani cabai merah keriting yang dilakukan oleh petani

Desa Citapen dapat dilihat pada penjelasan berikut dibawah ini.

6.1.1 Persemaian

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyemai benih cabai

adalah menyiapkan media tanam, yakni berupa campuran dua ember tanah subur

yang telah diberikan kapur untuk menetralkan PH tanah dan satu ember pupuk

kandang. Tanah dan pupuk kandang ini harus diayak terlebih dahulu, kemudian

bahan-bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga rata. Setelah itu media tanam

tersebut dimasukkan ke dalam polybag berukuran 12 × 8 cm yang sudah

dilubangi guna meneruskan kelebihan air siraman. Setelah itu polybag diletakkan

di bedengan tersendiri.

Page 67: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

52

Bedengan pembibitan harus aman dari berbagai gangguan. Salah satu cara

yang dilakukan oleh petani adalah dengan membuat atap dari plastik transparan.

Tinggi atap plastik dari permukaan bedengan sekitar 0,5 meter. Selain berguna

untuk mencegah terpaan dari sinar matahari langsung, atap plastik juga berfungsi

menjaga bedengan dari siraman air hujan, perlindungan terhadap hama penyakit

dan menjaga kelembaban. Beberapa pekerjaan yang dilakukan petani cabai merah

keriting di Desa Citapen adalah penyiraman dan penyemprotan. Penyiraman

dilakukan bila dirasa kelembaban berkurang dan tanah polybag terlihat kering.

Alat yang digunakan untuk penyiraman adalah sprayer halus untuk menyemprot

bibit cabai, hal ini dikarenakan jika penyiraman dilakukan dengan menggunakan

gembor maka dapat merusak bibit tanaman cabai yang masih lemah. Pada saat

penyiraman, sungkup plastik dapat dibuka atau digulung. Sedangkan untuk

penyemprotan dengan menggunakan puradan dilakukan untuk menghindari bibit

dari serangan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan pada saat umur bibit

cabai telah berumur 10 hari setelah tanam.

6.1.2 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga

tanah menjadi gembur serta aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik.

Pengolahan lahan yang dilakukan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan dan

pembuatan bedengan. Proses pengolahan lahan di Desa Citapen biasanya

dilakukan bersamaan dengan persemaian.

Pengolahan lahan dilakukan melalui tiga tahap, tahap pertama yaitu

pembersihan lahan dari gulma dan bekas tanaman sebelumnya, pembersihan lahan

ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga kerja manusia. Tahap

kedua adalah membalik tanah dengan cara mencangkul tanah secara tipis-tipis, hal

ini dilakukan agar tanah pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan

sehingga tanah menjadi gembur dan akar tanaman mudah menembus tanah untuk

mengambil zat-zat makanan. Tahap ketiga adalah pembuatan bedengan, dimana

ukuran bedengan cabai merah keriting harus mempertimbangkan beberapa faktor.

Saat musim hujan, ukuran bedengan harus lebih lebar untuk mengurangi

kelembaban yang tinggi. Pada umumnya, lebar bedengan 100 – 120 cm dengan

lebar selokan antara 30 sampai dengan 50 cm. Panjang bedengan biasanya

Page 68: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

53

mengikuti keadaan lahan, apakah berbukit-bukit atau rata. Prinsipnya bedengan

yang tidak terlalu panjang akan memudahkan dalam perawatan tanaman. Panjang

bedengan yang biasa digunakan petani cabai merah keriting di Desa Citapen

adalah 10 – 12 meter.

Pembuatan bedengan dilakukan dengan cangkul, tali plastik sebagai

patokan agar rapi. Setelah menentukan ukuran bedengan, gali selokan di

sekeliling bedengan dan buang tanah galiannya ke atas bedengan. Tanah yang

dibuang diatas bedengan harus diratakan juga. Setelah bedengan rata dan tidak

ada lagi bongkahan tanah diatasnya, kemudian bedengan di beri pengapuran untuk

menaikkan PH tanah yang asam. Kapur ditebarkan merata dipermukaan

bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul kembali untuk kedua kalinya. Kapur

akan tercampur rata dengan sendirinya karena proses pencangkulan. Tahap

selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam, lubang tanam dibuat dengan

kedalaman 30 cm dengan diameter lingkaran 5 cm. Setelah itu pada lubang tanam

diberikan pupuk kandang, Pupuk kimia yaitu SP36 dan KCL. Kemudian

bedengan tersebut dibiarkan selama 10 hari sebelum masa tanam dilakukan agar

pupuk yang telah ditaburkan mempunyai waktu untuk diserap dan diuraikan oleh

tanah.

6.1.3 Penanaman

Penanaman merupakan kegiatan pemindahan bibit hasil persemaian ke

lahan pertanaman. Bibit yang siap dipindahkan ke lahan pertanaman haruslah

bibit yang sehat. Cara pemindahan bibit yang dilakukan yaitu terlebih dahulu

dilepaskan dari polybag dan tanam bibit di lubang tanam. Kembalikan sisa tanah

galian ke sekeliling bibit. Bibit cabai merah keriting biasanya ditanam dengan

menggunakan jarak tanam yaitu 40 × 60 centimeter. Ukuran jarak tanam tersebut

digunakan dengan alasan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan

tanaman cabai merah keriting, karena jika tidak menggunakan jarak tanam maka

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai merah keriting akan terhambat

dan tidak tumbuh maksimal.

Waktu penanaman yang baik adalah pada sore hari, karena bibit tdak akan

terkena sinar matahari yang terik dan masih bisa beradaptasi dengan keadaan

lahan hingga esok pagi. Pada umumnya penanaman bibit dikerjakan oleh banyak

Page 69: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

54

orang secara serempak. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman nantinya bisa

seragam dan memudahkan dalam perawatan.

6.1.4 Pemeliharaan

Tanaman yang telah ditanam perlu mendapat perhatian dan pemeliharaan.

Pemeliharaan tanaman cabai merah keriting membutuhkan perhatian yang cukup

besar. Kegiatan pemeliharaan cabai merah keriting di Desa Citapen meliputi

penyulaman, pengajiran, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan

penyakit. Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak

atau kurang baik pertumbuhannya, kemudian ditanam kembali bibit baru yang

berasal dari persemaian yang sama dengan terdahulu. Penyulaman ini dilakukan

setelah tanaman ditanam selama satu minggu di lahan.

Pengajiran berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, karena

tanaman cabai merah keriting mempunyai batang yang kurang kuat untuk

menopang buah dan mendukung tegaknya batang. Turus terbuat dari batang

bambu yang memiliki panjang 220 centimeter. Bagian bawah turus dibuat

meruncing agar mudah untuk ditancapkan. Satu turus diperuntukkan untuk satu

tanaman, dan dipasang dengan di lengkungkan ke bagian dalam dan dihubungkan

satu sama lain, lalu diikat dengan menggunakan tali pengajiran ini dilakukan

setelah tanaman berumur sekitar 20 hingga 25 hari setelah tanam.

Penyiangan perlu dilakukan untuk membersihkan gulma (tanaman

pengganggu) yang terdapat dibedengan seperti rumput dan tanaman lain yang

tidak diinginkan. Selain mengganggu, gulma juga merebut makanan yang

seharusnya untuk tanaman utama. Alat yang biasa digunakan untuk melakukan

penyiangan adalah cangkul atau koret.

Pemupukan dilakukan pada awal penanaman bibit. Pupuk yang digunakan

adalah SP36, KCL dan pupuk kandang. Dosis penggunaan pupuk tergantung

pengetahuan dan kebiasaan petani. Selain dilakukan pada awal penanaman,

pemupukan juga dilakukan untuk tahap lanjutan, dimana pemupukan lanjutan

dilakukan dengan cara disemprot yaitu dengan menggabungkan pupuk NPK,

KCL, SP-36 dan pupuk kandang. Pencegahan dan pemberantasan terhadap hama

dan penyakit tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman dari ancaman

kerusakan yang ditimbulkan. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara

Page 70: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

55

intensif, dengan selang waktu antara tiga sampai empat hari sekali dan apabila

musim hujan selang waktunya lebih dekat lagi yaitu antara dua hingga tiga hari

sekali. Hal tersebut dilakukan karena pada saat musim hujan pestisida mudah

tercuci oleh air, selain itu kondisi menjadi lembab sehingga penyakit mudah

berkembang.

6.1.5 Panen dan Pascapanen

Panen awal dan lamanya waktu panen tergantung pada jenis atau varietas

cabai. Walaupun berasal varietas dan waktu tanam yang sama, panen awal

didataran rendah dan dataran tinggi menunjukkan perbedaan. Tanaman cabai

yang ditanam didataran rendah, panen awalnya lebih cepat dibandingkan dengan

tanaman cabai yang ditanam didataran tinggi.

Umumnya panen cabai merah kertiting yang dilakukan oleh petani Desa

Citapen yakni tiga sampai dengan empat hari sekali atau paling lambat seminggu

sekali. Rata-rata panen yang dilakukan petani responden sebanyak 10 – 25 kali

hingga tanaman berumur 6 – 7 bulan. Keadaan ini sangat bergantung pada

keadaan pertanaman dan perawatan yang diberikan. Satu tanaman cabai merah

keriting biasanya menghasilkan 300 sampai 1.000 gram buah mulai dari awal

penanaman hingga akhir. Waktu panen biasanya dilakukan pada pagi hari.

Penggunaan tenaga kerja untuk panen dan angkut biasanya dibayar oleh

petani tomat. Setelah panen selesai, cabai merah keriting dikemas dalam karung

dengan kapasitas perkarung hingga 35 kilogram. Seluruh petani responden

memasarkan hasil panen cabai merah keritingnya ke Gapoktan Rukun Tani, dan

untuk pemasaran selanjutnya dilakukan oleh Gapoktan Rukun Tani untuk

dipasarkan ke Pasar TU Induk Kemang.

6.1.6 Hama dan Penyakit Tanaman

Seperti pada tanaman lainnya, keberadaan hama dan penyakit pada

tanaman cabai merah keriting juga dapat mendatangkan kerugian pada petaninya.

Masalah tersebut umumnya dapat diatasi dengan mengetahui secara pasti hama

dan penyakit yang menyerang, sehingga dapat menggunakan jenis pestisida yang

sesuai untuk diaplikasikan. Namun sampai saat ini masih banyak petani yang

sulit membedakan antara serangan hama dan penyakit, akibatnya sering terjadi

kesalahan pemberian obat, juga sebagian besar petani menggunakan pestisida

Page 71: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

56

hanya berdasarkan pada pengalamannya dan sering tidak memperhatikan aturan

pakai yang telah ditentukan, sehingga pemakaian pestisida tersebut melebihi dosis

dari aturannya.

Hama adalah semua jenis hewan yang mengganggu budidaya tanaman

cabai merah keriting. Hama juga dapat menimbulkan kerusakan sehingga

penanganannya harus tepat, apabila penanganannya salah maka dapat

menyebabkan rendahnya produksi tanaman cabai merah keriting. Penyakit pada

tanaman cabai merah keriting dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri. Penyakit

tidak hanya menyerang tanaman pada saat persemaian, tetapi juga pada saat

tanaman sudah besar. Hama yang menyerang usahatani cabai merah keriting di

Desa Citapen adalah :

1. Thrip

Thrips ini berwarna kuning kecoklatan. Nimpha berwarna putih dan

sangat aktif. Telur berbentuk oval diletakkan dalam jaringan daun. Pada daun

muda, gejala serangan ditandai dengan adanya noda keperakan yang tidak

beraturan. Luka ini terjadi karena dimakan oleh serangga. Noda keperakan lebih

lanjut berubah menjadi cokelat tembaga dan menyebabkan daun mengeriting ke

atas. Pada musim kemarau populasi serangga ini sangat tinggi dan penyebarannya

dibantu oleh tiupan angin, karena serangga dewasa tidak dapat terbang.

Pengendaliannya dilakukan secara kimia dengan menyemprotkan insektisida.

2. Ulat Buah

Ulat ini menyerang buah cabai sejak masih hijau. Buah yang terserang

kelihatan berlubang. Jika buah cabai dibelah, ulatnya akan terlihat. Ulat hidup

dalam buah, membuat buah menjadi busuk dan akhirnya rontok.

3. Lalat Buah

Lalat buah termasuk serangga polifag atau mempunyai banyak inang.

Serangga ini menyerang buah cabai, ditandai dengan adanya titik hitam di pangkal

buah. Buah cabai membusuk dan akhirnya rontok. Serangga betina dewasa

meletakkan telurnya dengan jalan menusukkan ovipositor-nya ke dalam buah.

Selanjutnya, telur menetas dan menjadi ulat didalam buah. Larva buah memiliki

kemampuan melentingkan badannya sehingga mampu meloncat ke mana-mana.

Page 72: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

57

Pada siang hari, kadang-kadang larva tersebut terlihat di daun dan bunga cabai.

Larva ini kemudian keluar dari buah dan membentuk puva didalam tanah.

Penyakit yang menyerang tanaman cabai merah keriting adalah :

1. Penyakit Antraknosa

Penyakit ini biasa menyerang biji, batang, daun dan buah. Serangan

penyakit ini ditandai dengan gejala yaitu biji gagal kecambah, batang

kecambah rapuh sehingga mudah rebah, pucuk mati dan infeksinya ke

bagian bawah, bercak di permukaan kulit buah melesak ke dalam daging

buah dan membentuk lingkaran seperti terkena sengatan terik matahari dan

serangan terjadi menjelang buah masak. Keberadaan penyakit busuk buah

terutama dipicu oleh iklim mikro di pertanaman yang lembab, temperatur

tinggi, cuaca berkabut dan berembun.

2. Bercak Daun

Serangan ditangkai buah membuat pertumbuhan dan perkembangan buah

terhambat. Daun dan bunga yang diserang rontok. Pada tahap lebih

lanjut, calon buah berguguran. Gejala serangan ditandai dengan adanya

bercak bulat dengan garis sirkuler. Serangan ini dipicu terutama bila

kondisi kelembaban lebih dari 90 persen dan temperatur cukup panas,

yakni 28 – 320 C. Penyakit ini mampu mengagalkan panen karena daun

tanaman rontok.

3. Layu Fusarium

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang berada dalam pembuluh kayu

tanaman cabai merah keriting. Infeksi awal terjadi di pangkal leher batang

tanaman yang berdekatan dengan tanah. Gejala serangan ditandai dengan

layunya tanaman, dari kanopi bawah menjalar ke tajuk atas. Ranting

muda berubah warna menjadi cokelat dan mati, dan seluruh tanaman akan

layu dalam waktu 14 sampai 90 hari.

6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden

Analisis pendapatan usahatani penting untuk diketahui, untuk memberikan

gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Analisis pendapatan

usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan

atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri

Page 73: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

58

dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana

produksi yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting seperti benih,

pupuk, pestisida, sewa lahan, pajak lahan, biaya angkut, biaya tenaga kerja luar

keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen biaya yang diperhitungkan

termasuk didalamnya adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja

dalam keluarga.

6.2.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi

usahatani yang dikelola oleh petani responden di Desa Citapen pada jangka

waktu tertentu. Penerimaan hasil penjualan produksi disebut juga sebagai

pendapatan kotor karena belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

pada usahatani. Output yang dihasilkan dari usahatani cabai merah keriting di

Desa ini adalah cabai merah keriting. Cabai merah keriting yang baru di panen

biasanya dijual oleh petani di Gapoktan Rukun Tani yang ada di Desa Citapen dan

kemudian oleh gapoktan Rukun Tani dipasarkan lagi ke pasar TU Induk Kemang

Bogor.

Nilai penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari perhitungan

hasil panen dari seluruh petani responden yang dikalikan dengan harga jual cabai

merah keriting rata-rata yang sudah terlebih dahulu dikonversi ke dalam luasan

satu hektar. Analisis penerimaan usahatani petani responden yang dilakukan tidak

dikurangi dengan iuran-iuran seperti iuran pengairan, zakat produksi, dan

sebagainya, karena hal ini dilakukan bukan atas dasar kewajiban, namun

tergantung keiklasan dari para petani, dan biasanya iuran ini berlaku pada petani

yang menggarap lebih dari satu ha lahan.

Meskipun sebagian besar petani responden bukan anggota Gapoktan

Rukun Tani tetapi semua petani responden melakukan penjualan hasilnya ke

Gapoktan Rukun Tani, hal ini memberikan keuntungan untuk petani karena harga

yang ditawarkan oleh Gapoktan Rukun Tani lebih tinggi daripada harga di

tengkulak dan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani responden menjadi

lebih murah dibandingkan dengan jika petani melakukan pemasaran ke pasar,

karena letak Gapoktan tersebut masih terletak di Desa Citapen sehingga lebih

mudah dijangkau. Harga yang ditetapkan oleh pihak gapoktan adalah sama ke

Page 74: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

59

seluruh petani. Penerimaan yang diperoleh oleh petani responden dari

produktivitas rata-rata adalah sebesar 8.374 kg per ha (perhitungan pada Lampiran

3) dengan harga rata-rata yang diperoleh dari bulan Januari hingga Juni adalah Rp

17.5000 per kg (perhitungan pada Lampiran 2), sehingga diperoleh penerimaan

sebesar adalah Rp 146.537.533. Adapun rincian penerimaan cabai merah keriting

dari petani responden Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata Usahatani CabaiMerah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen

No. Uraian Satuan Nilai

1. Produktivitas Kg/Ha 8.374,57

2. Harga Rp/Kg 17.500,00

3. Penerimaan Rp 146.537.533 ,00

6.2.2 Analisis Biaya Usahatani

Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani

dalam usahatani cabai merah keriting pada suatu periode tanam tertentu. Biaya

usahatani pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok. Biaya usahatani

yang tergolong pada biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai pada

usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah biaya benih, pupuk

kandang, pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk KCL, pestisida, nutrisi, Tenaga Kerja

Luar Keluarga (TKLK), sewa lahan, turus, tali rafia, polybag, karung dan pajak

lahan. Sedangkan biaya yang termasuk pada biaya diperhitungkan (tidak tunai)

pada usahatani cabai merah keriting ini adalah biaya Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (TKDK), sewa lahan milik sendiri yang dikonversikan pada sewa lahan

umum, dan penyusutan alat. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani

tersebut menghasilkan Total biaya seperti yang dapat disajikan pada Tabel 16.

Page 75: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

60

Tabel 16. Komponen Biaya Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanamper Satu Hektar di Desa Citapen

No Komponen Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) (%)A. Biaya Tunai1. Benih (Gr) 91 12.000 1.092.000 1,832. Pupuk kandang (Kg) 11665 500 5.832.448 9,773. Pupuk NPK (Kg) 308 2.540 781.473 1,314. Pupuk SP-36 (Kg) 233 1.600 373.333 0,635. Pupuk KCL (Kg) 240 1.700 408.452 0,686. Pestisida (Liter)

Rubigan 6,8 175.000 1.194.888,9 2,00Decis 5,5 175.000 965.638,9 1,62Winder 6,7 156.000 1.051.572,5 1,76Agrimex 9,2 240.000 2.219.272,4 3,72Curacron 5,8 110.000 636.339,5 1,07Pelengket 6,0 30.000 180.422,4 0,30

7. Nutrisi (Liter)Atonik 10,5 120.000 1.259.656,2 2,11Supergo 10,2 40.000 407.595,2 0,68Bayfolan 7,6 55.000 419.047,6 0,70Gandasil B 8,3 30.000 250.219,5 0,42Gandasil D 5,0 32.000 160.848,8 0,27

8. Tenaga Kerja LuarKeluarga (HOK)

1260 24.000 30.247.170 50,69

9. Sewa Lahan 2.158.333 3,6210. Turus (Batang) 17395 200 3.479.000 5,8311. Tali Rafia (Gulung) 11 25.000 277.004 0,4612. Polybag (Kg) 58 25.000 1.449.583 2,4313. Karung (buah) 239 2.000 478.490 0,8014. Pajak Lahan 78.750 0,13

Jumlah Total BiayaTunai

55.401.539

B. Biaya Diperhitungkan1. Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK)154 24000 3.689.228 6,18

2. Sewa LahanDiperhitungkan

503.611 0,84

3. Penyusutan Peralatan 79.302 0,13Jumlah Total BiayaDiperhitungkan

4.272.142

C. Jumlah Total Biaya 59.673.680 100,00

Page 76: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

61

Biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya

diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 15, diperoleh biaya tunai sebesar Rp

55.401.539 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.272.142. Total biaya

yang diperoleh pada usahatani tersebut adalah Rp 59.673.680. Berdasarkan

uraian biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi dalam usahatani cabai merah

keriting di Desa Citapen adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar

keluarga pada biaya tunai, yakni sebesar 50,69 persen dan biaya terkecil adalah

pajak lahan dan penyusutan, yakni sebesar 0,13 persen dari total biaya.

Benih yang digunakan pada usahatani cabai merah keriting di lokasi

penelitian diperoleh dari Gapoktan Rukun Tani, dan varietas yang ditanam oleh

petani responden adalah Varietas Seminis (TM 999) dan Ciko 99. Harga beli

yang diperoleh petani responden dari Gapoktan Rukun Tani adalah sama untuk

setiap varietas, yakni Rp 120.000 perbungkus dengan berat 10 gram. Biaya yang

dikeluarkan untuk benih adalah Rp 1.092.000 atau sebesar 1,83 persen dari total

biaya yang dikeluarkan.

Usahatani cabai merah keriting menggunakan pupuk kandang dan

penggunaan pupuk kimia. Pupuk kandang digunakan untuk menambah unsur

hara tanah, mengurangi kerusakan tanah, dan khususnya untuk memperbaiki

struktur organik tanah yang sudah hilang akibat penggunaan bahan kimia pada

usahatani beberapa tahun sebelumnya. Jenis pupuk kandang yang digunakan oleh

petani responden adalah jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan

kotoran ayam. Jika dinominalkan berdasarkan harga yang umumnya berlaku di

Desa Citapen, maka harga pupuk kandang perkilogram adalah Rp 500,00.

Jumlah pupuk kandang rata-rata yang digunakan oleh petani responden adalah

11.665 kilogram per hektar (perhitungan pada Lampiran 3), sehingga biaya total

yang dikeluarkan untuk pupuk kandang adalah Rp 5.832.448 atau sebesar 9,77

persen dari biaya total.

Terdapat tiga macam pupuk kimia yang digunakan dalam usahatani cabai

merah keriting di Desa Citapen, yakni pupuk NPK, SP-36 dan KCL. Biaya yang

dikeluarkan untuk pupuk NPK lebih Besar dibanding biaya yang digunakan untuk

pupuk SP-36 dan KCL. Pupuk NPK yang digunakan petani responden berada

Page 77: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

62

pada rata-rata sebesar 308 kg per hektar, dan penggunaan pupuk SP-36 adalah 233

kg per ha dan 240 kg untuk pupuk KCL (perhitungan pada Lampiran 3). Jika

dilihat berdasarkan biaya total yang dikeluarkan pada usahatani cabai merah

keriting di Desa Citapen, maka pupuk NPK mengkontribusi sebesar 1,31 persen,

pupuk SP-36 sebesar 0,63 persen dan KCL sebesar 0,68 persen.

Pestisida digunakan untuk membasmi hama dan penyakit secara dan

penyakit secara kimia. Pestisida yang digunakan adalah dalam bentuk cair.

Berdasarkan wawancara di lapangan, pestisida yang sering digunakan oleh petani

cabai merah keriting di Desa Citapen adalah Rubigan, Decis, Winder, Agrimex,

Chorachron dan Pelengket. Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan petani

responden dalam usahatani cabai merah keriting adalah 40 liter per ha

(perhitungan pada Lampiran 3), dengan total biaya yang dikeluarkan petani untuk

seluruh pembelian pestisida adalah Rp 6.248.135 per ha atau sekitar 9,48 persen

dari total biaya seluruhnya.

Penggunaan nutrisi sangat dianjurkan dalam penanaman cabai merah

keriting. Nutrisi ini berguna untuk merangsang sel-sel tanaman sehingga bekerja

lebih giat dalam menyerap unsur hara. Adapun jenis nutrisi yang sering

digunakan petani cabai merah keriting adalah Athonic, Supergo, Bayfolan,

Gandasil B dan Gandasil C. Jumlah rata-rata nutrisi yang digunakan petani

responden dalam usahatani cabai merah keriting adalah 42 liter per ha

(perhitungan pada Lampiran 3), dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk

seluruh pembelian nutrisi adalah Rp 2.497.367 per ha atau sekitar 4,20 persen dari

total biaya seluruhnya.

Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam menjamin keberlangsungan

usahatani. Tenaga kerja diperlukan dalam setiap tahap dalam usahatani, yakni dari

tahap persemaian, tahap persiapan lahan hingga tahap panen. Tenaga kerja yang

digunakan dalam usahatani cabai merah keriting terdiri dari tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Dalam setiap kelompok tenaga kerja

tersebut hanya terdapat tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan.

Tenaga kerja yang cenderung digunakan dalam usahatani cabai merah keriting ini

adalah tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan

telah dikonversikan kedalam satuan yang sama, yaitu HOK. Adapun HOK yang

Page 78: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

63

digunakan dalam penelitian ini adalah HOK yang berlaku di Desa Citapen,

dimana satu HOK sama dengan 5 jam kerja dalam satu hari. Rata-rata upah

tenaga kerja yang dikeluarkan oleh ke-30 petani responden adalah sebesar Rp

24.000 per HOK. Tenaga kerja luar keluarga cenderung lebih banyak digunakan

dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga yang

digunakan sekitar 50,69 persen sedangkan tenaga kerja dalam keluarga hanya 6,18

persen dari total biaya. Perbedaan penggunaan jenis tenaga kerja tersebut dalam

usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Penggunaan TKDK dan TKLK dalam Usahatani Cabai MerahKeriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen

Uraian Jumlah (HOK) Nilai (Rp) %

Tenaga kerja luar keluarga 1260 30.247.170 89,129

Tenaga kerja dalam keluarga 154 3.689.228 10,871

Total Tenaga Kerja 1414 33.936.398 100

Lahan yang digunakan oleh petani responden Desa Citapen dalam

usahatani cabai merah keriting adalah lahan yang disewa, dan milik sendiri.

Lahan yang disewa mengeluarkan biaya sewa pada komponen biaya tunai.

Sedangkan lahan milik sendiri dijadikan terpisah pada komponen biaya lain, yakni

biaya diperhitungkan sebagai sewa lahan yang dikonversi dari lahan milik sendiri.

Biaya yang dikeluarkan dalam menyewa lahan adalah Rp 2.158.333 (perhitungan

pada Lampiran 4) dengan persentase sebesar 3,62 persen dari total biaya dan biaya

sewa lahan milik sendiri sebesar 0,84 persen dengan biaya adalah Rp 503.611

permusim tanam.

Turus yang digunakan pada usahatani cabai merah keriting berfungsi

sebagai penopang agar tanaman tetap tegak pada saat rawan angin kencang.

Turus terbuat dari bambu yang dibelah kecil-kecil. Panjang ajir yang digunakan

oleh petani responden di Desa Citapen adalah 2,20 cm. Turus ditancapkan tegak

lurus dengan kedalaman 25-30 cm kemudian dimiringkan ke setiap batang

tanaman. Banyak penggunaan turus sama dengan banyak populasi yang ada

dilahan petani responden. Rata-rata penggunaan turus petani responden perhektar

adalah sebanyak 17.395 batang (perhitungan pada Lampiran 5) dengan harga

Page 79: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

64

untuk setiap petani Rp 200 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani

responden per hektar adalah sebesar Rp 3.479.767 atau 5,83 persen dari total

biaya.

Tali Rafia digunakan pada saat pembuatan bedengan sebagai patokan agar

bedengan rapi dan tidak miring, selain itu digunakan juga pada saat pengikatan

batang tanaman ke ajir. Rata-rata penggunaan tali Rafia petani responden

perhektar adalah sebanyak 11,08 gulung (perhitungan pada Lampiran 5) dengan

harga untuk setiap petani Rp 25.000 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan

oleh petani responden per hektar adalah sebesar Rp 277.004 atau 0,46 persen

dari total biaya. Sedangkan penggunaan polybag berukuran 12×8 cm dilakukan

pada saat persemaian cabai merah keriting, dimana petani responden membeli

polybag dengan ukuran per kilogram. Satu kilogram polybag biasanya berjumlah

300 polybag. Adapun rata-rata penggunaan polybag petani responden perhektar

adalah sebanyak 58 kg (perhitungan pada Lampiran 5) dengan harga untuk setiap

petani Rp 25.000 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani responden

per hektar adalah sebesar Rp 1.449.583 atau 2,43 persen dari total biaya.

Hasil panen cabai merah keritiing yang diperoleh oleh petani responden

biasanya dikemas dengan karung plastik untuk mempermudah pemasaran. Satu

buah karung plastik mampu menampung 35 kg cabai merah keriting dengan harga

perkarung sebesar Rp 2000 untuk setiap petani responden. Maka rata-rata

penggunaan karung petani responden perhektar adalah sebanyak 239 unit

(perhitungan pada Lampiran 5) dengan sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan

oleh petani responden untuk karung per hektar adalah sebesar Rp 478.490 atau

0,80 persen dari total biaya.

Alat-alat yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani cabai

merah keriting cenderung berasal dari alat yang di bawa oleh petani buruh untuk

petani responden yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga, misalnya seperti

cangkul, sorongan, garokan, koret, sprayer dan sebagainya. Sehingga alat

pertanian yang dimiliki sendiri untuk usahatani seperti cangkul, garu, koret, ember

dan sprayer hanya dimiliki dalam jumlah sedikit. Meskipun demikian

perhitungan penyusutan alat yang dimiliki petani responden tetap perlu dilakukan.

Penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan pada usahatani usahatani cabai

Page 80: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

65

merah keriting di Desa Citapen pada musim tanam Oktober 2010 - Januari 2011

dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan pada UsahataniUsahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektardi Desa Citapen

No Nama Alat JumlahHarga(Rp)

TotalBiaya (Rp)

Umurekonomis(Tahun)

Penyusutan(Tahun)

1 Cangkul 2 49.833 99.667 4 24.508

2 Koret 2 28.833 57.667 4 14.417

3 Sprayer 1 255.000 255.000 5 46.667

4 Ember 8 6.250 50.000 3 16.667

5 Garpu 3 45.667 137.000 4 33.689

Jumlah Penyusutan Pertahun (Rp) 135.947

Jumlah Penyusutan Permusim Tanam (Rp) 79.302

6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan R/CCabai merah keriting

Pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan kegiatan

usahatani. Pendapatan usahatani juga dapat memberikan gambaran mengenai

keuntungan dari kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani cabai merah keriting

yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari selisih antara penerimaan dengan

biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani tersebut. Analisis

pendapatan dapat dibedakan berdasarkan biaya yang dikeluarkan, yaitu

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani ini diperoleh dari hasil

pengurangan antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas

biaya total diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya total.

Berdasarkan hasil analisis usahatani, penerimaan yang diperoleh dari usahatani

cabai merah keriting di Desa Citapen adalah sebesar Rp 146.537.533; biaya tunai

sebesar Rp 55.401.539; dan total biaya sebesar Rp 59.673.680; maka diperoleh

pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 91.135.995; dan pendapatan atas biaya

total sebesar Rp 86.863.853.

Page 81: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

66

Keberhasilan usahatani petani responden cabai merah keriting di Desa

citapen juga dapat digambarkan oleh hasil analisis penerimaan atas biaya yang

dikeluarkan (R/C) pada usahatani tersebut. Analisis usahatani ini menunjukkan

berapa penerimaan yang akan diperoleh petani dari setiap biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan usahatani cabai merah keriting. Nilai R/C yang diperoleh

dibedakan berdasarkan biaya tunai dan biaya total, sehingga dalam analisis R/C

usahatani cabai merah keriting terdapat R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya

total. R/C atas biaya tunai diperoleh dari hasil pembagian antara penerimaan

dengan biaya tunai, sedangkan R/C atas biaya total dapat diperoleh dari hasil

perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.

Nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total pada penelitian ini dapat

dikatakan layak untuk diusahakan karena nilai R/C atas kedua pengelompokan

biaya tersebut lebih besar dari satu. Nilai R/C atas biaya tunai yang diperoleh pada

usahatani cabai merah keriting adalah 2,65; yang artinya dari setiap satu rupiah

yang dikeluarkan petani responden sebagai biaya tunai untuk usahataninya dapat

menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp 2,65. Sedangkan nilai R/C atas

biaya total yang diperoleh adalah 2,46; dengan pengertian setiap pengeluaran

biaya sebesar satu rupiah maka akan diperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp

3,42. Nilai R/C tersebut menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai lebih

tinggi dari R/C atas biaya total. Hal ini dikarenakan oleh biaya tunai lebih kecil

dibanding biaya total, biaya tunai hanya terdiri dari biaya tunai sedangkan biaya

total terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Hasil analisis pendapatan

dan R/C pada usahatani cabai merah keriting dapat dilihat pada Tabel 19.

Biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya

diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 19, diperoleh biaya tunai sebesar Rp

55.401.539 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.272.142. Total biaya

yang diperoleh pada usahatani tersebut adalah Rp 59.673.680. Berdasarkan uraian

biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi dalam usahatani cabai merah

keriting adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga pada

biaya tunai, yakni sebesar 50,69 persen dan biaya terkecil adalah penyusutan alat

dan sewa, yakni sebesar 0,13 persen.

Page 82: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

67

Tabel 19. Analisis Pendapatan dan R/C Usahatani Usahatani Cabai MerahKeriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen

Komponen Jumlah Harga Nilai (Rp) (%)

A. Total Penerimaan 8.374 17.500 146.537.533

B. Biaya Tunai

1. Benih (Gr) 91 12.000 1.092.000 1,83

2. Pupuk kandang (Kg) 11665 500 5.832.448 9,77

3. Pupuk NPK (Kg) 308 2.540 781.473 1,31

4. Pupuk SP-36 (Kg) 233 1.600 373.333 0,63

5. Pupuk KCL (Kg) 240 1.700 408.452 0,68

6. Pestisida (Liter)

Rubigan 6,8 175.000 1.194.888,9 2,00

Decis 5,5 175.000 965.638,9 1,62

Winder 6,7 156.000 1.051.572,5 1,76

Agrimex 9,2 240.000 2.219.272,4 3,72

Curacron 5,8 110.000 636.339,5 1,07

Pelengket 6,0 30.000 180.422,4 0,30

7. Nutrisi (Liter)

Atonik 10,5 120.000 1.259.656,2 2,11

Supergo 10,2 40.000 407.595,2 0,68

Bayfolan 7,6 55.000 419.047,6 0,70

Gandasil B 8,3 30.000 250.219,5 0,42

Gandasil D 5,0 32.000 160.848,8 0,27

8. Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) 1260 24.000 30.247.170 50,69

9. Sewa Lahan 2.158.333 3,62

10. Turus (Batang) 17395 200 3.479.000 5,83

11. Tali Rafia (Gulung) 11 25.000 277.004 0,46

12. Polybag (Kg) 58 25.000 1.449.583 2,43

13. Karung (buah) 239 2.000 478.490 0,80

14. Pajak Lahan 78.750 0,13

Jumlah Total Biaya Tunai 55.401.539

C. Biaya Diperhitungkan

1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HOK) 154 24.000 3.689.228 6,18

2. Sewa Lahan Diperhitungkan 503.611 0,84

3. Penyusutan Peralatan 79.302 0,13

Jumlah Total Biaya Diperhitungkan 4.272.142

D. Jumlah Total Biaya 59.673.680 100,00

E. Pendapatan Atas Biaya Tunai 91.135.995

F. Pendapatan Atas Biaya Total 86.863.853

G. R/C Atas Biaya Tunai 2,65

H. R/C Atas Biaya Total 2,46

Page 83: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

68

6.3. Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 30

responden. Data yang dikumpulkan meliputi data produksi sebagai variabel yang

dijelaskan atau dependen (Y), sedangkan data mengenai jumlah benih, jumlah

pupuk pupuk kandang, jumlah pupuk NPK, jumlah pupuk SP-36, jumlah pupuk

KCL, jumlah pestisida, jumlah nutrisi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

oleh petani responden per luasan lahan yang diusahakan dijadikan sebagai

variabel yang menjelaskan atau independen (Xi) pada penelitian ini. Faktor

produksi yang digunakan dalam usahatani petani responden dikonversi ke dalam

luasan lahan yang sama, sehingga perbandingan faktor usahatani yang lebih

mempengaruhi pada setiap faktor produksi, layak untuk dibandingkan karena pada

satuan yang sama. Data rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar

yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen disajikan

pada Tabel 20.

Tabel 20. Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani CabaiMerah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen

No. Uraian Satuan Jumlah

1. Benih Gram91

2. Pupuk Kandang Kilogram 11665

3. Pupuk NPK Kilogram308

4. Pupuk SP-36 Kilogram233

5. Pupuk KCL Kilogram240

6. Pestisida Liter40

7. Nutrisi Liter42

8. Tenaga kerja HOK 1260

6.3.1 Analisis Model Fungsi Produksi CabaiMerah Keriting

Berdasarkan hasil olahan minitab dengan menggunakan data yang

diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa hubungan antara

faktor produksi berkorelasi dengan hasil produksi pada petani cabai merah

keriting di Desa Citapen. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F–hitungnya,

apabila nilai F–hitung lebih besar dari nilai F–tabelnya maka dapat dikatakan

Page 84: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

69

secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh

terhadap produksi cabai merah keriting.

Uji-F yang diperoleh adalah sebesar 16,85; hal ini menunjukkan bahwa

model dugaan nyata pada selang kepercayaan 95 persen, karena nilai F-hitung

lebih besar dari nilai F-tabelnya, dimana nilai F-tabel pada selang kepercayaan 95

persen adalah 2,42. Selain itu jika dilihat dari nilai p-value yang diperoleh pada

uji ini adalah 0,000; dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai α

satu persen maka dapat dikatakan P-value nyata pada tingkat kepercayaan 99

persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor produksi yang

digunakan dalam proses produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi

cabai merah keriting atau dengan kata lain variabel benih, pupuk kandang, pupuk

NPK, pupuk SP-36, pupuk KCL, perstisida, nutrisi dan tenaga kerja secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi petani cabai merah keriting di

Desa Citapen.

Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi ini sangat

mempengaruhi produksi cabai merah keriting, yang mana penggunaan dari faktor-

faktor produksi ini baik benih, pupuk, pestisida, nutrisi hingga tenaga kerja tidak

dapat dilepaskan dari budidaya cabai merah keriting petani responden, karena

masing-masing faktor produksi memiliki peranan dalam perkembangan,

pertumbuhan, dan produktivfitas tanaman cabai merah keriting. Uji signifikansi

model produksi pada petani cabai merah keriting di Desa Citapen dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting perPeriode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen

SumberRagam

DerajatBebas

JumlahKuadrat

Jumlah KuadratTengah

F-Hitung Peluang

Regresi 8 3,18165 0,39771 16,85 0,000

Galat 21 0,49561 0,02360

Total 29 3,67726

Page 85: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

70

Selain dilihat dari nilai F-hitungnya, model dapat dikatakan akurat atau

tidaknya dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R-sq). Koefisien determinasi

(R-sq) ini dapat menggambarkan apakah model yang dihasilkan baik atau tidak

dalam meramalkan kondisi ke depan, apabila nilai R-sq lebih besar dari 50 persen,

maka dapat dikatakan bahwa model ini layak digunakan karena dapat meramalkan

kondisi kedepan secara akurat. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh

nilai R-sq sebesar 86,5 persen untuk petani responden cabai merah keriting di

Desa Citapen. Angka tersebut berarti bahwa variabel bebas (benih, pupuk

kandang, pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk KCL, perstisida, nutrisi dan tenaga

kerja) dapat menjelaskan sebesar 86,5 persen variabel tidak bebas (hasil

produksi), dan sisanya sebesar 13,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

terdapat dalam model (komponen error).

Nilai koefisien korelasi (R-sq adj) menunjukkan akan adanya perubahan

apabila terdapat penambahan faktor produksi yang dimasukan ke dalam model.

Penambahan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada nilai

R-sq nya dan nilai derajat bebasnya, dimana nilai R-sq akan semakin besar. Untuk

melihat pengaruh dari masing-masing-masing faktor produksi atau variabel

independen terhadap variabel dependen (produksi) yang dihasilkan, dapat

dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil Parameter penduga fungsi produksi

tersebut disajikan pada Tabel 22.

Page 86: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

71

Tabel 22. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi pada Petani Respondenpada Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per SatuHektar di Desa Citapen

PendugaKoefisien

Regresi

Simpangan

Bakut-hitung Peluang VIF

Konstanta 5,25 1,233 4,26 0,000

Benih (X1) 0,10451** 0,04252 2,46 0,023 1,26

Pupuk Kandang (X2) 0,16330** 0,05899 2,77 0,012 2,04

Pupuk NPK (X3) 0,17400* 0,09674 1,80 0,086 1,83

Pupuk SP-36 (X4) 0,07470 0,08760 0,85 0,403 1,20

Pupuk KCL (X5) 0,0878 0,1228 0,71 0,483 1,56

Pestisida (X6) -0,2499*** 0,08464 -2,95 0,008 1,71

Nutrisi (X7) -0,0619* 0,03545 -1,75 0,095 1,32

Tenaga Kerja(X8) 0,13120*** 0,4525 2,90 0,009 1,52

R-sq 86,5%

R-sq (adjusted) 81,4%

t-tabel 1 % 2,518

t-tabel 5 % 1,721

t-tabel 10 % 1,323

Keterangan:* Nyata pada tingkat kepercayaan 90 %** Nyata pada tingkat kepercayaan 95 %*** Nyata pada tingkat kepercayaan 99 %

Berdasarkan data pada Tabel 22 dapat dilihat nilai koefisien regresi

masing-masing faktor, nilai t hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat

bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha tani cabai merah

keriting berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, 95 persen dan 90

persen. Nyata pada selang kepercayaan 99 persen berarti bahwa faktor produksi

tersebut sangat berpengaruh atau responsif terhadap produksi cabai merah

keriting, atau faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi cabai merah

keriting sebesar 99 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti

bahwa, faktor produksi yang digunakan berpengaruh atau responsif terhadap

produksi cabai merah keriting sebesar 95 persen. Faktor-faktor produksi yang

Page 87: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

72

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi cabai

merah keriting adalah pestisida dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi cabai

merah keriting adalah benih dan pupuk kandang, dan untuk faktor-faktor produksi

yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90 persen adalah pupuk NPK

dan nutrisi. Sedangkan faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau

tidak mempengaruhi terhadap produksi cabai merah keriting adalah pupuk SP-36

dan pupuk KCL.

Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10,

dilihat dari hasil output Minitab pada petani cabai merah keriting di Desa Citapen

tidak terdapat masalah multikoliniaritas, karena tidak ada nilai VIFnya yang lebih

dari 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan

grafik, dimana grafik pencar untuk petani cabai merah keriting di Desa Citapen

dapat dilihat pada Lampiran 4, yang menunjukkan bahwa gambar diagram pencar

dari petani responden Desa Citapen tidak membentuk pola atau acak, sehingga

tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani cabai

merah keriting petani responden di Desa Citapen diduga sebagai berikut:

Ln Y = 5,38 + 0,105 Ln X1 + 0,163 Ln X2 + 0,174 Ln X3 + 0,0747 Ln X4 +

0,088 Ln X5 - 0,250 Ln X6 - 0,0619 Ln X7 + 0,131 Ln X8

6.3.2 Analisis Elastisitas Produksi Cabai merah keriting

Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan

nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masing-

masing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil

produksi), adalah sebagai berikut:

Benih (X1).

Nilai koefisien regresi benih adalah 0,10451; dimana nilai ini nyata pada

selang kepercayaan 95 persen. Benih memiliki nilai koefisien yang positif serta

berpengaruh nyata pada produksi cabai merah keriting, artinya apabila

penggunaan benih sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu

persen, maka produksi cabai merah keriting akan meningkat sebesar 0,10451

persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar

Page 88: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

73

lima persen, dimana pada tingkat kesalahan lima persen maka penggunaan benih

ini dapat dikatakan cukup responsif terhadap produksi cabai merah keriting yang

dihasilkan.

Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa benih memang berpengaruh

terhadap produksi cabai merah keriting, benih sangat menentukan apakah hasil

produksi cabai merah keriting akan baik atau tidak serta menentukan tingkat

produktivitasnya. Hampir 90 persen petani cabai merah keriting di Desa Citapen

menggunakan benih bersertifikat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dimana

benih yang digunakan adalah benih hibrida varietas Seminis yang dikeluarkan

oleh PT. Panah Merah. Benih ini adalah benih cabai yang sangat adaptif, baik

ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran sedang, produktivitasnya

tinggi, ukuran buah relatif seragam, berbiji banyak, rasa pedas dan mempunyai

daya simpan yang relatif lama.

Pupuk Kandang (X2)

Pupuk kandang memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Pada selang kepercayaan

95 persen ini, berarti faktor produksi pupuk kandang berpengaruh terhadap

produksi cabai merah keriting, karena tingkat kesalahannya adalah hanya lima

persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk ini adalah 0,16330, nilai positif ini

menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan dari pupuk

kandang, maka produksi cabai merah keriting akan bertambah sebesar nilai

tersebut cateris paribus.

Hal ini berkorelasi positif dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan

bahwa penggunaan pupuk kandang sangat diperlukan, karena dapat menambah

unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah. Pupuk kandang ini

biasanya digunakan pada saat persemaian benih dan pemupukan dasar. Pupuk

kandang yang biasanya digunakan adalah kotoran sapi dan kotoran ayam, dimana

sebelum ditebarkan diatas bedengan pupuk harus sudah matang. Pupuk yang

sudah matang ditandai dengan bentuknya yang remah, kering dan tidak berbau.

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara yang lebih sedikit

dibandingkan dengan pupuk buatan. Namun, pupuk kandang mempunyai

keunggulan, yakni mampu mengembalikan kualitas tanah yang jelek karena

Page 89: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

74

terlalu banyak disuplai pupuk anorganik. Sehingga penggunaan pupuk kandang

sangat dianjurkan untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Pupuk NPK (X3)

Berdasarkan nilai p-value yang ditunjukkan pada Tabel 22, pupuk NPK

tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan selang

kepercayaan 95 persen, tetapi jika pada selang kepercayaan 90 persen pupuk NPK

beperngaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting karena nilai p-value

lebih kecil dari α 10 persen begitu juga dengan nilai t-hitung yang lebih besar dari

nilai t-tabel α lima persen. Hal ini menandakan bahwa input produksi NPK masih

berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting petani responden Desa

Citapen. Nilai koefisien regresi pupuk NPK bernilai positif yakni 0,174; yang

artinya apabila penggunaan NPK sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan

sebanyak satu persen, maka produksi cabai merah keriting akan bertambah

sebesar 0,174 ceteris paribus, dengan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah

sebesar 10 persen, dimana pada tingkat kesalahan 10 persen maka produksi cabai

merah keriting yang dihasilkan masih dapat dikatakan responsif terhadap

penggunaan pupuk ini.

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur makro

sekunder Ca, Mg, S, dan unsur mikro Zn, Br, Mo. Ketersediaan unsur tersebut

akan memacu tanaman tumbuh cepat dan berproduksi secara optimal. Kondisi

dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK yang dilakukan oleh

petani responden Desa Citapen memang sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan cabai keriting. Selain karena dapat mempercepat pertumbuhan

tanaman dan menjadikan tanaman lebih sehat dan kuat, juga lebih praktis, hemat

biaya, hemat waktu dan dosis lebih terukur lebih efisien, karena sekali pemberian

pupuk sudah sekaligus mencakup unsur hara makro, mikro dan organik yang

dibutuhkan tanaman.

Pupuk SP-36 (X4)

Pupuk SP-36 merupakan salah satu pupuk yang dikategorikan sebagai

pupuk P. Pupuk P merupakan sumber unsur Phosphor yang diperlukan untuk

memacu pertumbuhan akar, pertumbuhan generatif (pembungaan) dan pemasakan

buah. Pertumbuhan generatif tanaman ditunjukkan dengan pertumbuhan bunga

Page 90: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

75

yang kemudian menjadi buah. Nilai koefisien regresi pupuk SP-36 adalah 0,0747;

hal ini menunjukkan bahwa pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi cabai merah keriting, artinya walaupun penggunaan dari pupuk P telah

ditambahkan atau dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan

bepengaruh terhadap produksi cabai merah keriting.

Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 masih

kurang, terutama penggunaannya pada awal penanaman yang membutuhkan

kandungan unsur phospor yang cukup tinggi. Rata-rata penggunaan pupuk SP-36

yang dilakukan oleh ke 30 petani responden adalah sebanyak 233 kg per hektar,

sementara rekomendasi pupuk SP-36 yang dianjurkan dalam pemupukan cabai

merah adalah 300-400 kg perhektar.7 Sehingga dari hasil olahan Minitab

menginterpretasikan bahwa pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi cabai merah keriting petani responden Desa Citapen.

Pupuk KCL (X5)

Pupuk KCL adalah sumber unsur kalium. Kalium berfungsi untuk

mengaktifkan aktivitas 60 enzim dalam tanaman, sintesis karbohidrat dan protein

serta meningkatkan kadar air dalam tanaman sehingga meningkatkan ketahanan

dan kemampuan tanaman terhadap stress kekeringan, dingin dan salinitas. Nilai

koefisien regresi pupuk KCL adalah 0,0878 dan bernilai positif, namun jika

dilihat dari nilai t-hitung yang lebih kecil dari nilai t-tabel dan nilai p-value yang

lebih besar dari nilai α maka variabel pupuk KCL tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi cabai merah keriting. Karena secara statistik variabel pupuk

KCL tidak berpengaruh nyata, maka jika petani responden melakukan

penambahan dan pengurangan terhadap pemberian pupuk KCL maka hal ini tidak

akan berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting itu sendiri.

Kondisi lapangan menunjukkan bahwa para petani responden Desa

Citapen tidak menggunakan pupuk KCL sesuai dengan dosis. Para petani

menganggap bahwa walaupun penggunaan pupuk tidak sesuai dosis, tetapi

pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tidak berbeda jauh jika dibandingkan

7Sejathi. 2010. Pemupukan dan Pengairan pada Tanaman Cabai Merah.http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122274-pemupukan-dan-pengairan-pada-tanaman/ [28 Juli 2011]

Page 91: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

76

dengan penggunaan pupuk yang sesuai dosis, hal ini dipicu juga karena

keterbatasan dana yang dimiliki oleh para petani. Dosis yang dianjurkan untuk

pemakaian pupuk KCL pada budidaya tanaman cabai keriting perhektarnya adalah

400 kilogram (Nixon MT, 2010), tetapi penggunaan rata-rata yang dilakukan oleh

sebagian besar petani responden Desa Citapen adalah kurang dari 400 kilogram

perhektar yaitu sebanyak 240 Kg.

Pestisida (X6)

Faktor produksi pestisida berpengaruh negatif pada produksi cabai merah

keriting pada petani responden Desa Citapen. Berdasarkan nilai uji statistiknya

pestisida sangat berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah keriting, hal ini

dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-tabel dengan taraf

nyata satu persen dan nilai P-value yang lebih kecil dari α sebesar satu persen.

Nilai koefisien regresi dari pestisida yakni sebesar 0,249 sehingga jumlah

produksi cabai merah keriting akan menurun sebesar 0,249 persen apabila

penggunaan pestisida ditingkatkan sebesar satu persen.

Pestisida terdiri dari insektisida dan fungisida dalam bentuk cair dengan

satuan liter. Insektisida berfungsi untuk membasmi hama dan fungisida berfungsi

dalam pengendalian jamur. Berdasarkan aplikasi penggunaannya yang tertera

pada label kemasan, insektisida baik digunakan dengan intensitas selang waktu 7

hari sekali sedangkan fungisida baik digunakan dengan intensitas waktu 8 hari

sekali. Tapi pada kenyataan, petani cabai merah keriting Desa Citapen sering

mengambil langkah praktis, dimana mereka langsung menyemprot dengan

pestisida tanpa memperhatikan nilai ambang ekonomi hama, dosis anjuran dan

jenis pestisida serta selang waktu aplikasi penggunaannya. Selain itu, dalam

menggunakan pestisida petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida sama

dengan penggunaan pupuk, sehingga penggunaannya tidak dapat dikontrol. Pada

umumnya petani Desa Citapen melakukan penyemprotan baik insektisida maupun

fungisida dalam selang waktu tiga sampai lima hari, dan hal ini menyebabkan

tanaman cabai merah keriting melebihi ambang dosis yang dianjurkan. Hal inilah

yang menyebabkan kenapa koefisien pestisida bernilai negatif, disebabkan karena

penggunaan pestisida yang berlebihan. Penggunaan pestisida yang berlebihan

tersebut akan berdampak pada penurunan produksi dan tentunya juga akan

Page 92: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

77

meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan. Kerugian lainnya yaitu terjadi

kerusakan lingkungan, membahayakan kesehatan petani dan buruh tani, selain itu

penyakit-penyakit tanaman yang muncul jadi lebih resisten (kebal), dan sulit

untuk dibasmi.

Nutrisi (X7)

Penggunaan nutrisi sangat dianjurkan dalam penanaman cabai merah

keriting secara intensif, dimana kelebihan dari penggunaan nutrisi diantaranya

adalah meningkatkan produksi, menambah kualitas produksi atau bobot buah dan

meningkatkan daya tahan pascapanen. Jenis nutrisi yang pada umumnya yang

digunakan oleh petani responden Desa Citapen yakni Athonic, Supergo, Bayfolan,

Gandasil B dan Gandasil D. Nilai koefisien regresi nutrisi bernilai negatif dan uji

statistiknya menunjukkan bahwa nutrisi berpengaruh nyata terhadap produksi

cabai merah keriting pada selang kepercayaan 90 persen. Nilai koefisien regresi

nutrisi adalah 0,0619 dimana setiap penambahan penggunaan nutrisi sebesar satu

persen maka akan menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 0,0619 persen

cateris paribus.

Nutrisi bekerja dengan mekanisme merangsang sel-sel tanaman sehingga

bekerja lebih giat dalam menyerap unsur hara. Jadi, semacam obat penambah

“nafsu makan” pada manusia. Aplikasi penggunaan nutrisi yang sesuai dengan

anjuran yaitu penyemprotan nutrisi pada periode waktu awal penanaman dan yang

dilakukan sebanyak satu sampai dengan dua kali penyemprotan dengan interval

14 hari. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa petani menggunakan dosis

pemakaian nutrisi secara berlebihan, penyebabnya yaitu selain karena kurang

memperhatikan dosis pemakaian nutrisi, petani juga tidak memperhatikan waktu

aplikasi pemakaian nutrisi yang sebaiknya diikuti sesuai dengan petunjuk yang

tertera di kemasan. Hal ini dapat dilihat dari intensitas penyemprotan nutirisi

yang dilakukan petani Desa Citapen pada umumnya yaitu dengan interval

seminggu sekali, yang dilakukan sebanyak lebih dari empat kali penyemprotan.

Kondisi tersebut sangat merugikan petani karena mengakibatkan tanaman justru

tidak bertambah subur sehingga terjadi penurunan produksi, dan dari segi

finansial terjadi peningkatan pada biaya produksi yang akan berdampak pada

berkurangnya pendapatan.

Page 93: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

78

Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh

nyata pada selang kepercayaan 99 persen, artinya faktor produksi tenaga kerja

sangat berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting, karena tingkat

kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk tenaga kerja

adalah 0,1312; dimana nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya

penambahan penggunaan tenaga kerja sebanyak satu persen maka produksi cabai

merah keriting akan meningkat sebesar 0,1312 persen ceteris paribus. Kondisi

dilapangan menunjukkan bahwa tenaga kerja memang sangat dibutuhkan dalam

budidaya tanaman cabai merah keritig. Tenaga kerja yang diperlukan dalam

budidaya tanaman cabai merah keriting sangatlah banyak dimana kegiatan yang

paling membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak yaitu pada kegiatan

pemeliharaan, mulai dari penyiangan, pemupukan sampai dengan penyemprotan.

Oleh karena itu tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi cabai merah

keriting.

6.4 Analisis Skala Usaha (Return to Scale)

Pada model fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari koefisien

regresi merupakan nilai elastisitas produksi total yang dapat menunjukkan skala

ekonomi usaha. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai elastisitas

produksi total petani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah sebesar 0,423.

Dimana nilai ini berada pada besaran elastisitas produksi 0 < Ep < 1; hal ini

menunjukkan bahwa tingkat skala usaha berada pada skala kenaikan hasil yang

menurun, artinya bahwa setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor

produksi akan meningkatkan produksi cabai merah keriting yang semakin

berkurang, dimana peningkatan produksi yang terjadi sebesar 0,423 persen, atau

dengan kata lain proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi

penambahan produksi.

Page 94: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

79

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian tentang analisis

pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting

di Desa Citapen ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang diperoleh dari usahatani cabai

merah keriting yang dilakukan oleh petani responden di Desa Citapen secara

umum dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan. al ini dapat

ditunjukkan dari pendapatan/keuntungan bersih rata-rata yang dicapai petani

responden yakni Rp 86.863.853. Selain itu nilai R/C atas biaya tunai dan R/C

atas biaya total juga menunjukkan hal yang sama, yakni sebesar 2,65 dan

2,46; dengan artian bahwa penerimaan yang diperoleh petani responden

dalam mengusahakan cabai merah keriting dapat menutupi biaya usahatani

yang dikeluarkan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi cabai merah keriting di

Desa Citapen adalah benih, pupuk kandang, pupuk NPK, petisida, nutrisi dan

tenaga kerja, dan seluruh variabel independen tersebut memiliki nilai

koefisien regresi yang positif, kecuali pestida dan nutrisi. Benih dan pupuk

kandang berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95

persen, sedangkan pupuk NPK dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap

produksi pada tingkat kepercayaan 90 persen. Dan variabel yang

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen adalah pestisi dan

tenaga kerja, sedangkan variabel lain yaitu pupuk SP-36 dan pupuk KCL

tidak berpengaruh nyata terhadap produksi baik pada tingkat kepercayaan 85

persen ataupun 90 persen.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan, maka disarankan:

1. Dalam upaya meningkatkan pendapatan usahatani cabai merah keriting salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan penggunaan

faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting.

Variabel yang memiliki nilai koefisien regresi positif dan berpengaruh nyata

Page 95: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

80

seperti benih, pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja penggunaannya

masih dapat ditambah lagi. Hal ini dikarenakan setiap penambahan dari

penggunaan benih, pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja dapat

meningkatkan produksi cabai merah keriting. Sementara untuk variabel yang

memiliki nilai koefisien regresi yang negatif dan berpengaruh nyata yaitu

pestisida dan nutrisi, sebaiknya penggunaannya tidak ditambah lagi, karena

jika penambahan terhadap pestisida dan nutrisi tetap dilakukan, selain akan

meningkatkan biaya produksi, juga dapat mengurangi jumlah produksi cabai

merah keritingnya.

2. Diperlukan pembinaan dan penyuluhan lebih intensif dari Dinas Pertanian

melalui petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mengenai teknik

budidaya yang lebih tepat yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-

faktor produksi agar diperoleh hasil dan pendapatan yang optimal, sehingga

pengetahuan dan keterampilan petani pun dapat lebih meningkat.

Page 96: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdina MF. 2008. Analisis pendapatan usahatani jagung manis dengan polatanam tumpangsari dan monokultur: kasus Desa Ciapus dan DesaSukaharja, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologibudidaya cabai merah. Bandar Lampung: Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Sayuran di Indonesia. Badan PusatStatistik Republik Indonesia. http://www.bps.go.id/images/bps.ico. [17Maret 2011].

[BP3K] Badan Penyuluh Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan WilayahCiawi. 2010. Monografi UPT PTPHPK wilayah Ciawi. KabupatenBogor : BP3K wilayah Ciawi.

Hendrawanto E. 2008. Analisis pendapatan dan produksi cabang usahatani cabaimerah [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Iriawan N, Astuti PA. 2009. Mengolah data statistik dengan mudahmenggunakan minitab 14. Jakarta: Penerbit Andi.

[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura. 2009. Konsumsi Per kapitaHortikultura. Jakarta: Ditjen Hortikultura, Kementrian Pertanian.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Ministry of Agriculture Republic ofIndonesia. Departemen Petanian. Jakarta.

Nadhwatunnaja N. 2008. Analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yangmempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasir Langu,Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nixon MT. 2010. Panduan lengkap budidaya dan bisnis cabai. Jakarta:Agromedia Pustaka

Nugroho MH. 2008. Analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi hasilproduksi pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI (kasus di DesaBeji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas Jawa Tengah)[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut PertanianBogor

Nurmala SN. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar (studikasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga,Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.

Page 97: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

82

Putra IWDD. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatanusahatani jagung manis di Desa Sukajadi, Kecamatan Taman Sari,Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.

Rahim A, Hastuti RDR. 2008. Pengantar, teori, dan kasus ekonomika pertanian.Penebar Swadaya. Jakarta.

Sari RM. 2009. Risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar diIndonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Siregar FBS. 2010. Analisis pendapatan usahatani Jambu biji Desa Cimanggis,Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

Siregar FM. 2008. Anaslisis usahatani cabai merah organik: studi kasus kelopoktani “Kaliwung Kalimuncar” Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi pokok ilmu usahatani. Jurusan IlmuSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu usahatani danpenelitian untuk pengembangan petani kecil. Jakarta: UniversitasIndonesia Press

Soekartawi. 2003. Teori ekonomi produksi dengan pokok bahasan analisis fungsiCobb Douglass. PT. Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 2006. Analisis usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. UI PressJakarta.

Sujana W. 2010. Analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yangmempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, KecamatanCiwidey, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.

Sumbara B. 2008. Analisis pendapatan usahatani tembakau mole dan virginia diKabupaten Garut [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.

Suratiyah K. 2008. Ilmu usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wahyudi. 2011. Panen cabai sepanjang tahun. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Page 98: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

83

LAMPIRAN

Page 99: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

84

Lampiran 1. Data Karakteristik Petani Responden Desa Citapen

NamaUmur

(Tahun)Jenis

KelaminPendidikan

PekerjaanUtama

PekerjaanSampingan

Pengalaman

BertaniCabai

(Tahun)

StatusLahan

LuasLahan

1. Jamil 47 Laki-laki SMA PetaniPengurusGapoktan

5 Penyewa 1

2. Dulloh 30 Laki-laki SD Petani - 10 Penyewa 0,5

3. Misbah 40 Laki-laki SD Petani Pedagang 10 Pemilik 1

4. Wawan 45 Laki-laki SD Petani Pedagang 15 Penyewa 0,7

5. Asik 35 Laki-laki SD Petani Pedagang 15 Penyewa 0,5

6. Rohim 27 Laki-laki SLTP Petani Pedagang 2 Pemilik 0,5

7. Didik 37 Laki-laki SD Petani Pedagang 1,5 Penyewa 0,5

8. Uut 60 Laki-laki SD Petani Pedagang 41 Penyewa 0,2

9. Anwar 35 Laki-laki SD Petani Agen Mobil 7 Penyewa 5

10. Jaja 36 Laki-laki SLTA Petani Pedagang 2 Penyewa 2

11. Ajoi 27 Laki-laki SD Petani Pedagang 3 Penyewa 1

12. Surya 39 Laki-laki SLTP Petani - 6 Penyewa 0,5

13. Dudus 42 Laki-laki SD Petani - 6 Penyewa 0,5

14. Iyus 33 Laki-laki SD Petani Ngojeg 1 Penyewa 0,3

15. Ajid 35 Laki-laki SD Petani - 1 Penyewa 0,5

16. Nur 42 Laki-laki SD Petani Pedagang 4 Penyewa 0,7

17. Umar 35 Laki-laki SD Petani - 5 Penyewa 3

18.Jainudin 30 Laki-laki SD Petani Pedagang 5 Penyewa 0,5

19. Udih 45 Laki-laki SD Petani - 7 Penyewa 0,05

20. Harun 30 Laki-laki SMP Petani - 4 Penyewa 0,2

21. Acep 39 Laki-laki SD Petani - 12 Penyewa 1

22. Ujang 35 Laki-laki SD Petani Pedagang 3 Penyewa 0,6

23. Irsan 54 Laki-laki SMA PNS Petani 27 Penyewa 0,5

24. Rahmat 28 Laki-laki SD Petani Ngojeg 3 Penyewa 0,06

25. Arun 38 Laki-laki SMA Petani Pedagang 12 Pemilik 1

26. Icep M 55 Laki-laki SD Petani - 14 Pemilik 0,2

27.Kosasih 70 Laki-laki SD Petani Pedagang 40 Pemilik 1

28. Hajar 38 Laki-laki SD Petani - 20 Penyewa 0,2

29. Jamil 2 34 Laki-laki SD Petani Pedagang 10 Pemilik 1

30. Enday 42 Laki-laki SLTA Petani Pedagang 1 Pemilik 0,4

Page 100: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

85

Lampiran 2. Rata-Rata Harga Cabai Merah Keriting di Tingkat Petani dari Tahun2010 sampai Pertengahan 2011 di Kecamatan Ciawi

BulanRata-rata Harga perkilogram (Rp)

Tahun 2010 Tahun 2011

Januari 35.30035.300

Februari 18.32525.550

Maret 14.55018.200

April 15.20015.250

Mei 20.9406.100

Juni 25.3504.600

Juli 28.170 -

Agustus 12.500 -

September 8.330 -

Oktober 9.450 -

November 16.200 -

Desember 31.700 -

Rata-Rata 19.668 17.500

Sumber : Kelompok Tani Pondok Menteng (2011)

Page 101: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

86

Lampiran 3. Data Rata-Rata Penggunaan Faktor Produksi Usahatani CabaiMerah Keriting Per Hektar di Desa Citapen Perhektar untuk SatuKali Musim Tanam

Responden

Produksi(Y)

Benih(X1)

P.Kand(X2)

NPK(X3)

SP-36(X4)

KCL(X5)

Pestd(X6)

Nutrs(X7)

TK(X8)

Kg Gr Kg Kg Kg Kg Ltr Ltr HOK

1. Jamil 6200 51 4076 193,83 140 396 51 39 848,00

2. Dulloh 4500 82 3892 175,37 140 214 82 25 424,00

3. Misbah 10000 120 4241 415,35 350 314 30 63 1272,00

4. Wawan 5600 30 5134,3 369,2 350 246 49 38 848,43

5. Asik 13600 84 22746 553,8 280 262 19 88 1696,84

6. Rohim 7940 166 12620 415,35 420 158 44 163 1272,00

7. Didik 6240 166 4884 239,98 210 144 65 31 424,18

8. Uut 8500 30 12905 286,13 245 125 64 39 847,71

9. Anwar 10640 74 18638,4 203,06 210 222 25 44 2120,60

10. Jaja 11850 89,5 22916 738,4 154 363 24 31 848,15

11. Ajoi 4800 25 3925 193,83 266 219 62 63 848,01

12. Surya 6600 74 4584 203,06 280 162 46 38 1697,43

13. Dudus 10192 50 5806 267,67 210 218 20 13 2121,20

14. Iyus 6035 30 4093,3 193,83 280 267 49 26 847,67

15. Ajid 7450 50 11610 323,05 140 216 29 39 848,00

16. Nur 15480 74 23832,8 738,4 280 290 21 26 6362,00

17. Umar 11280 224 21174,6 230,75 175 201 26 31 848,47

18. Jainudin 8500 166 16134 230,75 140 236 65 1 848,30

19. Udih 3600 30 4340 212,29 350 180 72 39 222,46

20. Harun 13200 90 22150 193,83 420 270 21 4 847,57

21. Acep 8000 166,5 13264 221,52 140 169 39 45 847,96

22. Ujang 7500 43,3 4461,6 276,9 280 270 23 53 423,33

23. Irsan 8000 200 3892 295,36 140 268 44 51 5089,97

24. Rahmat 4080 16,6 9416,6 184,6 210 150 23 31 211,90

25. Arun 9800 28 17844 369,2 140 313 34 39 848,22

26. Icep M 8520 50 17110 323,05 210 265 39 6 847,99

27. Kosasih 8000 30 15944 230,75 140 272 20 46 1271,97

28. Hajar 6100,2 165 5775 203,06 210 220 49 39 1696,79

29. Jamil 2 9000 74 17337 286,13 210 387 38 63 4241,10

30. Enday 10000 250 15200 461,5 280 193 27 40 848,25

Rata-Rata 8373,5 90,98 11664,9 307,67 233 240 40 41,7 1414

Page 102: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

87

Lampiran 4. Analisi Biaya Sewa Lahan Tunai dan Diperhitungkan serta PajakLahan pada Usahatani Cabai Merah Keriting Per Hektar di DesaCitapen Perhektar untuk Satu Kali Musim Tanam

No RespondenStatus

PenguasaanLahan

BiayaSewa Lahan

Tunai(Rp)

BiayaSewa Lahan

Diperhitungkan(Rp)

PajakLahan(Rp)

1 Jamil Penyewa 5.000.000 - -2 Dulloh Penyewa 3.500.000 - -3 Misbah Pemilik - 3.700.000 500.0004 Wawan Penyewa 5.000.000 - -5 Asik Penyewa 5.000.000 - -6 Rohim Pemilik - 3.700.000 500.0007 Didik Penyewa 2.500.000 - -8 Uut Penyewa 2.500.000 - -9 Anwar Penyewa 5.000.000 - -

10 Jaja Penyewa 3.000.000 - -11 Ajoi Penyewa 5.000.000 - -12 Surya Penyewa 4.000.000 - -13 Dudus Penyewa 4.500.000 - -14 Iyus Penyewa 5.000.000 - -15 Ajid Penyewa 2.500.000 - -16 Nur Penyewa 4.000.000 - -17 Umar Penyewa 7.000.000 - -18 Jainudin Penyewa 5.000.000 - -19 Udih Penyewa 6.000.000 - -20 Harun A Penyewa 6.000.000 - -21 Acep Penyewa 6.500.000 - -22 Ujang Penyewa 7.000.000 - -23 Irsan Penyewa 6.000.000 - -24 Rahmat Penyewa 5.000.000 - -25 Arun Pemilik - 3.700.000 500.00026 Icep M Pemilik - 3.700.000 800.00027 Kosasih Pemilik - 3.700.000 750.00028 Hajar Pemilik - 3.700.000 500.00029 Jamil 2 Pemilik - 3.700.000 500.00030 Enday Penyewa 6.000.000 - -Rata-rata Per Tahun 3.700.000 863.333 135.000Rata-rata Permusim Tanam 2.158.333 503.611 78.750

Page 103: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

88

Lampiran 5. Analisi Biaya Penggunaan Turus, Tali Rapia, Karung dan Polybagpada Usahatani Cabai Merah Keriting Per Hektar di Desa CitapenPerhektar untuk Satu Kali Musim Tanam

RespondenLuas

Lahan(Ha)

Penggunaan Alat perluas lahansebenarnya

Penggunaan Alat Per Hektar

Turus(Batang)

TaliRapia(Unit)

Karung(Unit)

Polybag(Kg)

Turus(Batang)

TaliRapia(Unit)

Karung(Unit)

Polybag(Kg)

1. Jamil 1 12.400 10 177 41 12.400 10 177 41

2. Dulloh 0,5 9.000 4 64 30 18.000 8 129 60

3. Misbah 1 20.000 7 286 67 20.000 7 286 67

4. Wawan 0,7 11.200 6 112 37 16.000 9 160 53

5. Asik 0,5 8.000 4 194 27 16.000 8 389 53

6. Rohim 0,5 9.925 6 113 33 19.850 12 227 66

7. Didik 0,5 7.800 5 89 26 15.600 10 178 52

8. Uut 0,2 3.400 3 49 11 17.000 15 243 57

9. Anwar 5 66.500 45 1.520 222 13.300 9 304 44

10. Jaja 2 31.600 18 677 105 15.800 9 339 53

11. Ajoi 1 16.000 12 137 53 16.000 12 137 53

12. Surya 0,5 5.000 8 94 17 10.000 16 189 33

13. Dudus 0,5 8.000 9 146 27 16.000 18 291 53

14. Iyus 0,3 5.100 4 52 17 17.000 13 172 57

15. Ajid 0,5 7.450 4 106 25 14.900 8 213 50

16. Nur 0,7 10.500 7 310 35 15.000 10 442 50

17. Umar 3 36.000 25 967 120 12.000 8 322 40

18.Jainudin 0,5 10.000 5 121 33 20.000 10 243 67

19. Udih 0,05 1.500 1 5 5 30.000 20 103 100

20. Harun 0,2 6.000 2 75 20 30.000 10 377 100

21. Acep 1 16.000 2 229 53 16.000 2 229 53

22. Ujang 0,6 9.000 6 129 30 15.000 10 214 50

23. Irsan 0,5 8.000 5 114 27 16.000 10 229 53

24. Rahmat 0,06 1.440 1 7 5 24.000 17 117 80

25. Arun 1 20.000 11 280 67 20.000 11 280 67

26. Icep M 0,2 4.800 2 49 16 24.000 10 243 80

27. Kosasih 1 16.000 13 229 53 16.000 13 229 53

28. Hajar 0,2 3.600 4 35 12 18.000 20 174 60

29. Jamil 2 1 12.000 10 257 40 12.000 10 257 40

30. Enday 0,4 6.400 3 114 21 16.000 8 286 53

Rata-rata 0,84 12753,83 8,07 224,58 42,51 17395 11,08 239,24 57,98

Page 104: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

89

Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Cabai MerahKeriting di Desa Citapen dengan Metode OLS

The regression equation isProduksi = 5,38 + 0,105 Benih + 0,163 Pupuk Kandang + 0,174 Pupuk NPK

+ 0,0747 Pupuk SP36 + 0,088 Pupuk KCL - 0,250 Pestisida- 0,0619 Nutrisi + 0,131 Tenaga Kerja

Predictor Coef SE Coef T P VIFConstant 5,376 1,237 4,35 0,000Benih 0,10451 0,04252 2,46 0,023 1,264Pupuk Kandang 0,16330 0,05899 2,77 0,012 2,046Pupuk NPK 0,17400 0,09674 1,80 0,086 1,830Pupuk SP36 0,07470 0,08760 0,85 0,403 1,206Pupuk KCL 0,0878 0,1228 0,71 0,483 1,562Pestisida -0,24997 0,08464 -2,95 0,008 1,712Nutrisi -0,06190 0,03545 -1,75 0,095 1,325Tenaga Kerja 0,13120 0,04525 2,90 0,009 1,521

S = 0,153624 R-Sq = 86,5% R-Sq(adj) = 81,4%

PRESS = 1,22747 R-Sq(pred) = 66,62%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F PRegression 8 3,18165 0,39771 16,85 0,000Residual Error 21 0,49561 0,02360Total 29 3,67726

Durbin-Watson statistic = 1,90477

Page 105: Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang ... · FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ... Pertanian

90

Lampiran 7. Uji Normalitas dan Homoskedasitas Fungsi Produksi Cabai MerahKeriting di Desa Citapen

Normalitas

Homoskedisitas