analisis pendapatan pedagang buah di pd...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH
DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
-
RINGKASAN
TENRI WALI BAHTIAR SYAM. Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. (Dibawah Bimbingan MUHAMMAD
FIRDAUS).
Masyarakat mulai menyadari bahwa mengkonsumsi makanan alami yang
memiliki kandungan vitamin maupun mineral jauh lebih baik bagi kesehatan,
sehingga kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah meningkat. Pada
tahun 2007 konsumsi buah mencapai 30,25 Kg/Tahun/Kapita, jika dibandingkan
pada tahun 2006, maka pada tahun 2007 konsumsi buah mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 36,38 persen. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar akan
meningkatkan permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor.
Permintaan buah impor pada tahun 2007 sebesar 465.679.473 Ton dan diprediksi
akan berkurang pada tahun 2008 sebesar 458.516.183 Ton. Perkiraan permintaan
buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 masih terus meningkat seiring
dengan pertambahan laju jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah.
Perkiraan jumlah populasi di Indonesia pada 2010 sebanyak 240 juta dan
diperkirakan konsumsi buah sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015
diperkirakan konsumsi buah sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan
konsumsi buah-buahan segar yang terjadi ini merupakan salah satu peluang yang
harus dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang
pengecer yang terlibat dalam penyediaan dan distribusi buah. Peran lembaga
pemasarn ini adalah sebagai pihak yang menghubungkan produsen buah-buahan
ke konsumen.
Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah
nasional saja tapi juga buah impor. Penyediaan buah-buahan tertentu akan
dilakukan oleh pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan,
seperti kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional saja atau
kedenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor saja, atau
kecenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama
dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap saja. Hal ini tentu
saja menimbulkan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pedagang
buah nasional dan buah impor serta pola penyediaan buah nasional dan buah
impor di pasar induk kramat jati. menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah
di pasar induk kramat jati, dalam menjawab tujuan pertama dilakukan dengan cara
mendeskripsikan pedagang buah berdasarkan data yang diperoleh melalui
wawancara langsung ke pedagang buah. Tujuan kedua diperoleh dengan
menggunakan analisis pendapatan dengan menggunakan teori biaya = TR-TC
dan nilai R/C ratio.
Berdasarkan karakteristik pedagang buah, pada umumnya pedagang buah
nasional dan buah impor berusia 48 tahun keatas, sedangkan tingkat pendidikan
terakhir pedagang buah nasional dan buah impor pada umumnya yaitu SMU
dengan lamanya berdagang buah mayoritas diatas 21 tahun. Jumlah kios pedagang
buah nasional maupun impor pada umumnya berkisar antara 4 5 TU, sedangkan
-
jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang buah nasional pada
umumnya berkisar antara 6 10 orang dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh
pedagang buah impor pada umumnya berkisar antara 11 15 orang. Pada
umumnya modal pembelian buah untuk pedagang buah nasional antara
10.000.000 50.000.000 dan pedagang buah impor diatas 151.000.000.
Berdasarkan pola penyediaan buah, pada umumnya pedagang buah di pasar Induk
Kramat Jati melakukan pengumpulan (konsentrasi) produk-produk pertanian dari
beberapa wilayah pemasok buah lalu dijual ke konsumen bisnis, maka dapat
dikatakan bahwa pedagang buah di pasar Induk Kramat Jati merupakan pedagang
grosir terkadang merangkap sebagai pedagang pengumpul.
Tingkat pendapatan pedagang buah nasional yaitu buah semangka, buah
salak, buah melon, buah pisang, dan buah mangga masing-masing rata-rata
sebesar Rp 6.190.442/Kios, Rp 6.444.150/Kios, Rp 5.913.425/Kios, Rp
2.511.635/Kios, dan Rp 1.191.914/Kios. Tingkat pendapatan pedagang buah
impor rata-rata sebesar Rp 9.602.178/Kios. Kegiatan penjualan antara buah
nasional dan buah impor yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan
buah nasional (buah semangka), karena nilai R/C ratio pedagang semangka
sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pedagang
impor sebesar 1,21. Penjualan buah nasional musiman dan buah nasional
sepanjang tahun, yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan buah
nasional sepanjang tahun, karena nilai R/C ratio pedagang buah nasional
sepanjang tahun (buah semangka) sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan pedagang buah nasional musiman (buah salak) sebesar 1,35.
-
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH
DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
-
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk
Kramat Jati Jakarta Timur
Nama : Tenri Wali Bahtiar Syam
NRP : A 14105613
Disetujui,
Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D
NIP. 19730105 1997021 001
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 19571222 1982031 002
Tanggal Lulus :
-
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 11
Maret 1983. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Bahtiar Syam dan Ibunda Nurdaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 04 Pagi Pasar Minggu,
Jakarta Selatan pada tahun 1994 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan
pada tahun 1997 di SMPN 163 Kalibata, Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan
menengah atas di MAN 04 Model Pondok Pinang, Jakarta Selatan diselesaikan
pada tahun 2001.
Penulis diterima pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Program Studi Diploma Tiga (D III) Manager Alat Mesin Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB pada tahun
2001. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan kegiatan perkuliahan di Program
Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan program diploma, penulis pernah tercatat
sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) Fakultas
Teknologi Pertanian periode tahun 2002-2003, penulis juga pernah tercatat
sebagai Ketua Pelaksana penyambutan mahasiswa baru angkatan 40 Fakultas
Teknologi Pertanian, serta penulis juga pernah tercatat sebagai Koordinator Divisi
Propaganda dan Strategi Taktik Aksi pada Front Mahasiswa Bogor periode tahun
2002-2003.
-
KATA PENGANTAR
Bismillaahir rohmaanir rohim, puji syukur kepada Alloh azza wa jalla
atas segala berkat dan karuniaNya yang tiada terbatas sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pedagang buah
lokal dan buah impor serta pola penyediaan buah lokal dan buah impor di pasar
induk kramat jati serta menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah di pasar
induk kramat jati Jakarta Timur.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
-
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillaahi robbilalamiin, penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, terutama Ayah dan Ibunda serta adik dan kakakku
tercinta, yang selalu menyemangati penulis baik dalam bentuk dukungan moral
maupun dalam bentuk lantunan doa-doa disetiap bada sholatnya, dengan tujuan
agar anaknya/saudaranya diberikan kemudahan Alloh azza wa jalla dalam
penyelesaian studi penulis. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh azza wa
jalla, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Muhammad Firdaus, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing.
2. Dr. Rita Nurmalina, selaku Dosen Evaluator pada kolokium penulis.
3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS, selaku dosen penguji utama pada sidang penulis.
4. Rahmat Yanuar, SP, MSi, selaku dosen komisi pendidikan pada sidang
penulis.
5. Drs. H. Lukman ZA, selaku Manager Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
6. H. Setyo Margono, selaku Ketua KOPPAS Pasar Induk Kramat Jati Jakarta
Timur.
7. Yudistira Marfianda, yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar
penulis.
8. Akbar Zamani, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, Agung, dan Rudi
Lintau yang telah membantu dalam pengambilan data kuesioner penelitian.
9. Yayan Muhammad Ahyani, Hendri Zulfa, Wan Aswan Cahyadi, Asep Ali
Akbar, Rudi Paladium, Ariyoso, Irwan Firdaus, Didu Slow, Gabol, Hatta,
Firdaus Sinulingga dan Dimas Rizaldi yang telah berkesempatan hadir dalam
acara kolokium penulis.
10. Karyawan dan Karyawati pihak sekretariat penyelengaraan khusus Program
Sarjana Ekstensi Agribisnis.
11. Ismie Arum, Fuji Lestari, Abdi Haris Tjolly, Eko Hendrawanto, Alam
Lazuardi, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, dan Akbar Zamani terima
kasih atas dukungannya dan tukar pikiran serta masukkannya selama penulis
melakukan penelitian.
-
12. Teman-teman satu dosen bimbingan, Rudy Hadianto, Romlah, Firdaus
Sinulingga, dan Muhammad Wijaya, terimakasih atas dukungan dan
semangatnya.
Semoga Alloh subhana wataala melimpahkan rahmat dan hidayahNya
serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
Bogor, Mei 2010
TENRI WALI BAHTIAR SYAM
A 14105613
-
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup .............................................................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Informal ............................................................................. 10
2.2 Sistem Pemasaran Buah ............................................................... 11
2.4 Pasar Induk dan Pasar Penunjang ................................................. 13
2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teori ............................................................................. 20
3.1.1 Tataniaga Pertanian ............................................................ 20
3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar ...................................................... 22
3.1.2.1 Pasar ...................................................................... 22
3.1.2.2 Bentuk Pasar .......................................................... 23
3.1.3 Pedagang Eceran ................................................................ 26
3.1.4 Biaya ................................................................................... 28
3.1.5 Pendapatan .......................................................................... 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 34
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 37
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 37
4.3 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 38
4.4 Alat Pengolahan Data ................................................................... 39
4.5 Analisis Data ................................................................................ 39
4.5.1 Karakteristik dan Pola Pedagang Buah .............................. 39
4.5.2 Analisis Pendapatan Pedagang Buah .................................. 40
4.6 Definisi Operasional ..................................................................... 42
V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
5.1 Pasar Induk Kramat Jati ............................................................... 45
5.2 Latar Belakang Pendirian ............................................................. 46
5.3 Kedudukan Pasar .......................................................................... 46
5.4 Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 47
5.4.1 Tugas Pokok ....................................................................... 47
-
ii
5.4.2 Fungsi .................................................................................. 47
5.5 Peremajaan Pasar .......................................................................... 47
5.6 Aktivitas Tempat Usaha ............................................................... 48
5.7 Jenis Kepemilikan Usaha ............................................................. 49
5.8 Pasokan dan Distibusi .................................................................. 50
5.9 Komposisi Pegawai ...................................................................... 51
5.10 Lembaga Pendukung Operasional .............................................. 52
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Umum Pedagang Buah .......................................... 54
6.1.1 Usia Pedagang ................................................................... 54
6.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................ 55
6.1.3 Lama Berdagang ................................................................ 56
6.1.4 Jumlah Tempat Usaha ....................................................... 57
6.1.5 Jumlah Tenaga Kerja Tetap ............................................... 58
6.1.6 Modal Pembelian Buah ..................................................... 59
6.2 Pola Penyediaan Buah Lokal dan Buah Impor di Tingkat
Pedagang Buah ...........................................................................
59
6.2.1 Pedagang Buah Semangka ................................................. 67
6.2.2 Pedagang Buah Salak ......................................................... 71
6.2.3 Pedagang Buah Melon ....................................................... 78
6.2.4 Pedagang Buah Pisang ....................................................... 85
6.2.5 Pedagang Buah Mangga ..................................................... 92
6.2.6 Pedagang Buah Impor ........................................................ 100
6.3 Analisis Pendapatan Pedagang Buah .......................................... 106
6.3.1 Biaya Pedagang Buah ........................................................ 109
6.3.2 Pendapatan Pedagang Buah ............................................... 114
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................. 120
7.2 Saran ........................................................................................... 121
VII DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 122
LAMPIRAN ..................................................................................... 123
-
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai
Tahun 2015 .............................................................................................
4
2 Jumlah Responden Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember 2009 .............................................................
38
3 Sebaran Responden Menurut Usia Pedagang Buah Lokal
dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 .......................................................................................
54
4 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pedidikan Pedagang
Buah Lokal dan Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 ............................................................................
55
5 Sebaran Responden Menurut Lama Berdagang Buah Lokal
dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 .......................................................................................
56
6 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tempat Usaha
Dagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ................................................
57
7 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Tetap
Pedagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .................................................
58
8 Sebaran Responden Menurut Modal Pembelian Buah
Pedagang Buah Lokal dan Pedagang Buah Impor di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
59
9 Jumlah Angkutan Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat
Jati dan Kapasitas Rata-rata Angkutan Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
61
10 Upah Bongkar Muat Komodi Buah Semangka (Rp/Kios)
di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ........................
69
11 Jumlah Pembelian Buah (Kg/Kios), Harga Jual (Rp/Kg)
dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin Penjualan (Rp/Kg)
Pedagang Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Desember 2009 ...................................................................
70
12 Jumlah Modal Pembelian Buah Semangka (Rp/Kios) Oleh
Pedagang Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati
-
iv
Data Bulan Desember 2009 ....................................................................
71
13 Persentase Pemesan Buah Salak Pondoh ke Pemasok oleh
Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
73
14 Jumlah Pembelian Buah Salak Pondoh (Kg/Kios) Oleh
Pedagang Buah Pasar Induk Kramat Jati dari Pemasok
Buah Data Bulan Desember Tahun 2009 ................................................
73
15 Harga Jual (Rp/Kg), Harga Beli (Rp/Kg) dan Marjin
Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Salak Pondoh di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
75
16 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Salak (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
76
17 Modal Pembelian Buah (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah
Salak di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
77
18 Persentase Pembelian Buah Melon oleh Pedagang Buah
Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
80
19 Jumlah Pembelian Buah Melon (Kg/Kios) Oleh Pedagang
Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
81
20 Harga Jual (Rp/Kg) dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin
Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Melon di Pasar Induk
Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .................................................
82
21 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Melon (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
84
22 Modal Pembelian Buah Melon (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
84
23 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang
Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Dember 2009 ........................................................................
86
24 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang
Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Dember 2009 ........................................................................
87
-
v
25 Harga Beli dan Harga Jual serta Marjin Penjual Buah
Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
88
26 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Pisang (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
90
27 Modal Pembelian Buah Pisang (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
91
28 Persentase Pembelian Buah Mangga untuk Setiap Grade
Oleh Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati
Bulan Desember Tahun 2009 ..................................................................
94
29 Jumlah Pembelian Buah Mangga (Kg/Kios) Oleh
Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Dember 2009 ................................................................................
95
30 Harga Beli (Rp/Kg) dan Harga Jual (Rp/Kg) Serta Margin
Penjualan (Rp/Kg) Buah Mangga di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember 2009 ..............................................................
96
31 Upah Bongkar Muat Komoditi (Rp/Kios) Buah Mangga di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
98
32 Modal Pembelian Buah Mangga (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
99
33 Persentase Pembelian Buah Impor Oleh Pedagang Buah
Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
102
34 Jumlah Pembelian Buah Impor (Dus/Kios) Oleh Pedagang
Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
103
35 Harga Beli (Rp/Dus) dan Harga Jual (Rp/Dus) serta Marjin
Penjualan (Rp/Dus) Buah Impor di Pasar Induk Kramat
Jati Data Bulan Desember Tahun 2009 ...................................................
104
36 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Impor (Rp/Kios) di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
105
37 Modal Pembelian Buah Impor (Rp/Kios) Oleh Pedagang
Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
106
-
vi
38 Total Biaya Tetap (Rp/Kios) Setiap Pedagang Buah di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
109
39 Total Biaya Variabel, Total Biaya, Total Biaya Tunia
Setiap Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 .............................................................................
111
40 Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Biaya Variabel Rata-rata
(Rp/Kg) serta Biaya Total Rata-rata Pedagang Buah di
Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .............................
113
41 Penerimaan dan Pendapatan Pedagang Buah di Pasar
Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 .......................................
114
42 Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg) dan Pendapatan Rata-rata
(Rp/Kg) Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data
Bulan Desember 2009 .............................................................................
115
43 Posisi Titik Impas (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) Pedagang
Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember
2009 .........................................................................................................
116
44 Nilai R/C Ratio Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati
Data Bulan Desember 2009 .................................................................... 117
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan
Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia dari
Tahun 2003-2007 ....................................................................................
2
2 Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh
Masyarakat di Indonesia Tahun 2003-2007 ............................................
3
3 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
36
4 Pola Penyediaan Buah Oleh Pedagang Buah Pasar Induk
Kramat Jati ..............................................................................................
67
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Denah Pasar Induk Kramat Jati ...............................................................
123
2 Karakteristik Pedagang Buah Data Bulan Desember 2009 .....................
124
3 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah
Semangka Data Bulan Desember 2009 ...................................................
126
4 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Salak
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
128
5 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Melon
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
129
6 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Pisang
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
131
7 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Mangga
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
133
8 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
135
9 Harga (Beli Rp), Harga Jual (Rp/Kg), dan Margin Penjualan
(Rp/Kg) Buah Data Bulan Desember 2009 .............................................
138
10 Modal Pembelian (Rp/Kios), Penerimaan (Rp/Kios), dan
Margin Penjualan (Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ......................
139
11 Jumlah Pembelian Buah Buah Semangka (Kg/Kios), Buah
Salak (Kg/Kios), Buah Melon (Kg/Kios), dan Buah Mangga
(Kg/Kios) Data Bulan Desember 2009 ....................................................
140
12 Jumlah Pembelian Buah Buah Pisang dalam (Tanda/Kios)
dan Jumlah Pembelian Buah Pisang dalam (Kg/Kios) Data
Bulan Desember 2009 ..............................................................................
141
13 Jumlah Pembelian Buah Buah Impor dalam (Dus/Kios) dan
Jumlah Pembelian Buah Impor dalam (Kg/Kios) Data Bulan
Desember 2009 ........................................................................................
142
14 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Semangka Data Bulan Desember 2009 ...................................................
143
-
ix
15 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Salak
Data Bulan Desember 2009 .....................................................................
144
16 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Melon Data Bulan Desember 2009 .........................................................
145
17 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Pisang Data Bulan Desember 2009 .........................................................
146
18 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Mangga Data Bulan Desember 2009 .......................................................
147
19 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata
(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas
dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah
Impor Data Bulan Desember 2009 ..........................................................
148
20 Jumlah Kios Pedagang (TU), Gaji Karyawan Tetap dalam
(Rp/Orang/Hari) dan (Rp/Kios), Biaya Bongkar Komoditi
(Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ....................................................
149
21 Kuesioner Penelitian Bulan Desember 2009 ........................................... 150
-
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan potensi
hortikultura yang cukup besar terutama pada komoditi buah tropis. Hal ini
dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang
menghasilkan komoditi hortikultura yang beraneka ragam. Sehingga dengan
adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut, menjadikan Indonesia salah satu
penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa
yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara
penghasil buah tropis lainnya.
Prioritas pengembangan sektor pertanian komoditi hortikultura di titik
beratkan pada komoditi unggulan yang mengacu pada pangsa pasar, keunggulan
kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuain agroekosistem.
Meskipun demikian komoditi binaan hortikultura berdasarkan KEPMENTAN No.
511 tahun 2006 sebanyak 323 komoditas terdiri dari buah-buahan 80 jenis,
sayuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis dan tanaman hias 117 jenis tidak
luput dari perhatian untuk dikembangkan. Peningkatasn produksi hortikultura
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri,
peningkatan ekspor dan substitusi impor. Dengan demikian peningkatan produksi,
mutu dan daya saing produk merupakan kegiatan utama yang di barengi dengan
upaya pengembangan pasar dan promosi. Kegiatan pengembangan produksi telah
memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi regional dan penyediaan
lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha. Secara
keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 persen
sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86
persen1.
Berbagai program dan kegiatan pembangunan hortikultura dilakukan dan
difasilitasi kepada petani dan pelaku usaha di sentra dan kawasan agribisnis
hortikultura. Hal ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan
produksi, peningkatan kualitas produk maupun dalam pengembangan usaha.
1 http://www.hortikultura.deptan.go.id/index2.php? [30 Agustus 2009]
http://www.hortikultura.deptan.go.id/index2.php
-
2
Secara makro keberhasilan pembangunan agribisnis hortikultura ditandai dengan
meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi, peningkatan areal tanam,
penyerapan tenaga kerja, ketersediaan produk, dan tingkat konsumsi akan
komoditi hortikultura.
Peningkatan produksi dan mutu yang dilaksanakan seperti penerapan good
agricultural practise atau standard operating procedure, penataan rantai pasokan
diharapkan ketersediaan buah-buahan nasional dapat dipertahankan dan
diusahakan tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi pangsa pasar domestik
maupun international. Produksi hortikultura khususnya buah-buahan nusantara
pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006 (Gambar
1).
Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009)
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan Perkembangan
Volume Impor Buah di Indonesia dari Tahun 2003-2007
Berdasarkan (Gambar 1), total produksi buah-buahan di Indonesia dari
tahun 2003 2007 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Produksi buah Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 13.773.192 Ton atau naik sekitar 7,64 persen bila
-
3
dibandingkan dengan produksi tahun 2006 sebesar 12.795.113 Ton. Jumlah
peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 8,04 persen.
Peningkatan konsumsi masyarakat akan buah-buahan segar akan meningkatkan
permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor. Peningkatan
permintaan buah segar impor dapat dilihat dari besarnya volume impor komoditas
buah-buahan di Indonesia di mulai dari tahun 2003 2007 dimana setiap tahun
terjadi peningkatan.
Berdasarkan (Gambar 1), besarnya volume impor komoditas buah-buahan
di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton bila dibandingkan dengan
tahun 2005 sebesar 413.410,64 Ton, maka pada tahun 2006 terjadi peningkatan
sebesar 3,40 persen. Tahun 2007 volume impor komoditas buah-buahan di
Indoensia sebesar 502.156,14 Ton, hal ini mengalami peningkatan sebesar 17,47
persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton.
Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah masih rendah.
Terutama mengkonsumsi buah nasional, pada tahun 2007 konsumsi buah nasional
sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita (Gambar 2).
Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat/ekim.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009)
Gambar 2. Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh Masyarakat di
Indonesia Tahun 2003-2007
Berdasarkan (Gambar 2), penurunan dratis konsumsi masyarakat akan
buah-buahan antara tahun 2003 2007 terjadi pada tahun 2005 sebesar 22,47
Kg/Tahun/Kapita atau minus 12,53 persen bila dibandingkan pada tahun 2004
sebesar 25,69 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan konsumsi buah-buahan tertinggi
http://hortikultura.deptan.go.id/dastat/ekim.htm
-
4
terjadi pada tahun 2007 sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita atau sebesar 36,38 persen
bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 22,18 Kg/Tahun/Kapita.
Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai 2015 masih akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan laju jumlah penduduk Indonesia
yang terus bertambah (Tabel 1).
Tabel 1. Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015
No Tahun Populasi Penduduk
(Juta)
Konsumsi
(Kg/Tahun/Kapita)
Total Konsumsi
(ribu Ton)
1 2010 240 57,92 13.900
2 2015 254 78,74 20.000 Sumber : PKBT IPB (2002)
Perkiraan konsumsi buah sampai tahun 2015 dimana konsumsi buah
diperkiraan pada tahun 2010 sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015
sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita akan terus mengalami peningkatan (Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika 2002).
Peningkatan mengkonsumsi buah segar oleh masyarakat merupakan
prospek pada tahun-tahun selanjutnya sehingga merupakan pangsa pasar usaha
yang potensial dibidang pertanian khususnya usaha buah. Faktor kesadaran
masyarakat, faktor lain yaitu pengetahuan yang berkembang dimasyarakat bahwa
mengkonsumsi buah-buahan segar sangat bermanfaat bagi tubuh. Buah-buahan
merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral, yang tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh, dan juga sebagai sumber serat (dietary fiber) yang berperan sama
pentingnya seperti karbohidrat dan protein yang memberikan energi, dengan kata
lain buah-buahan termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber
utama vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur
dalam tubuh. Peningkatan konsumsi buah-buahan diharapkan memotivasi
lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang buah yang terlibat dalam
penyediaan dan distribusi buah untuk mengembangkan usahanya.
Jumlah usaha yang bergerak dibidang pertanian mulai dari hulu sampai
hilir masih dalam bentuk usaha kecil menengah (UKM), sehingga untuk
mempertahankan atau meningkatkan produksi diperlukan bantuan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini,
mereka membutuhkan kerja sama dengan produsen yang bergerak pada bidang
-
5
penyediaan input-input pertanian untuk kelancaran di hulu dan untuk kelancaran
di hilir diperlukan bantuan supplier atau pemasok hasil produk hortikultura untuk
melakukan pemasaran dan penjualan produk akhir hortikultura ke konsumen.
Menurut Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Tahun 2008, bahwa eksistensi usaha kecil dan menengah (UKM) ditinjau dari
jumlah usaha dan penyerapan tenaga kerja yang begitu besar, peran UKM relatif
sangat rendah dibandingkan dengan usaha besar. Usaha besar tetap menguasai
sebagian besar sumberdaya nasional walaupun jumlah usaha besar sangat kecil.
Jumlah usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan mencapai 26.209.346 unit, yang bergerak di sektor
perdagangan, hotel dan restoran mencapai 13.304.939 unit dan yang bergerak di
industri pengolahan mencapai 3.217.506 unit2.
Usaha dibidang pertanian untuk saat ini mayoritas banyak terkumpul
dipasar-pasar tradisional, dimana pasar-pasar merupakan salah satu tempat atau
wadah bagi UKM dalam menjalankan aktivitas usahanya khususnya di sektor
perdagangan. Karena pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual
dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kementerian
Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, melakukan upaya pengembangan
pasar-pasar yang ada di Indonesia melalui program pemberdayaan pasar
tradisional. Bantuan perkuatan yang telah direalisasikan dibeberapa pasar di
Indonesia melalui kerjasama Pemerintah daerah Kabupaten/Kota serta pengelola-
pengelola pasar, agar pada nantinya diharapkan pasar-pasar tradisional dapat
tertata dengan rapi sehingga konsumen tidak akan sungkan untuk berbelanja
dipasar-pasar tradisional serta diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan
pasar modern yang belakangan ini perkembangannya relatif lebih pesat.
Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati.
Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil
produksi petani khususnya sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah besar
yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Komoditi pertanian tersebut
kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk
selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang tersebar di berbagai
2 http://www.mediacenterkopukm.com [5 Oktober 2009]
http://www.mediacenterkopukm.com/
-
6
tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk menempati area yang besar
yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudagang, tempat
pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran, bongkar muat dan parkir yang
lapang. Pasar induk kramat jati merupakan pasar perdagangan besar sayur mayur
dan buah-buahan khususnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
serta nasional pada umumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Pasar penunjang merupakan bagian dari pasar induk yang membeli dan
menampung hasil produksi petani yang berlokasi dekat dengan petani. Pasar
penunjang ini berfungsi hanya menampung sementara karena komoditi yang
berhasil ditampung akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang
ke pedagang tingkat eceran. Pasar penunjang dibangun di daerah yang
mempunyai potensi besar sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas
komoditi yang diperdagangkan lebih dari 30 Ton/Hari. Berlokasi di tengah daerah
produsen dan memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang
cukup. Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani
dengan pedagang antar daerah3.
Kegiatan operasional pasar induk telah ditopang oleh adanya pasar
penunjang sehingga memudahkan dalam penyediaan komoditi yang akan
dipasarkan, terutama dalam penyediaan sayur mayur dan buah-buahan. Kegiatan
operasional pasar induk khususnya pasar induk kramat jati lebih banyak
memasarkan dua jenis komoditi hortikultura yaitu sayur mayur dan buah-buahan.
Pasar induk kramat jati dalam melakukan proses penjualan komoditi hortikultura
khususnya sayur mayur dan buah-buahan dilakukan oleh pedagang pengecer.
Pedagang pengecer merupakan salah satu lembaga pemasaran dimana konsumen
dapat memperoleh sayur mayur dan buah-buahan untuk dikonsumsi baik secara
pribadi maupun untuk dijual kembali.
Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah
nasional saja tapi juga buah impor. Buah-buahan merupakan barang akhir yang
tidak tahan lama kalau dilihat dari pihak pedagang buah, dimana barang akhir
3 http://www.depdag.go.id/index.php? [5 Oktober 2009]
http://www.depdag.go.id/index.php
-
7
merupakan barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Buah-buahan merupakan
barang antara kalau dilihat dari sisi industri pengolahan buah, dimana buah-
buahan belum menjadi barang akhir dan masih akan diproses lagi sebelum dapat
digunakan oleh konsumen. Penyediaan buah tertentu akan dilakukan oleh
pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan, seperti
kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional (nasional) atau
kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor, atau
kencenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama
dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap. Hal ini tentu saja
menimbulakan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.
Menurut pengelola pasar induk kramat jati tahun 2009, permintaan akan
buah segar yang didistribusikan petani dari beberapa daerah di Indonesia ke pasar
induk kramat jati kurang lebih 1.000 Ton setiap hari. Jumlah tersebut terutama
didominasi enam belas jenis buah, salah satunya yaitu jeruk yang mencapai rata-
rata 400 Ton setiap hari. Buah lainnya yang paling banyak dipasok yakni melon
sebanyak 150 Ton 200 Ton, pada saat panen raya pasokan buah melon segar
bisa mencapai 50 truk atau sekitar 300 Ton setiap hari. Buah jeruk dan melon,
kedua jenis buah tersebut paling banyak dipasok karena kebetulan sedang panen
di beberapa sentra produksi. Pasar induk Kramat Jati sebenarnya lebih dikenal
orang sebagai pusat buah mangga dan duku, namun karena dua jenis buah tersebut
tidak sedang panen, maka jumlahnya pun relatif terbatas.
Enam belas jenis buah yang saat ini banyak dipasok petani yakni pisang,
nenas, jeruk, pepaya, alpukat, apel, semangka, salak, kedondong, durian, dukuh,
mangga, anggur nasional, markisah, melon, dan manggis. Buah-buah yang dijual
ke konsumen ada yang didatangkan langsung dari petani namun sebagian melalui
pedagang perantara. Pasokan buah selama sepekan ini diantaranya, jeruk 1.768
Ton, Melon 1.093 Ton, Semangka 608 Ton, Pepaya 336 Ton, Nenas 268 Ton,
Pisang 254 Ton, Alpukat 201 Ton, Salak 178 Ton, Apel 156 Ton, Kedondong 113
Ton, Mangga 87 Ton, Markisah 78 Ton, Anggur nasional 13 Ton (PD Pasar
Kramat Jati).
-
8
Buah imporpun yang masuk ke Indonesia berdasarkan nilai impor dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2008 volume impor apel telah
mencapai 145.000 Ton, pear 94.000 Ton, jeruk 25.000 Ton, durian 21.000 Ton,
dan anggur 1.100 ton4. Penjualan buah impor di pasar induk kramat jati pada
umumnya lebih laris ketimbang buah nasional, meskipun harga relatif lebih
mahal. Buah impor yang ramai saat ini adalah pear jenis Lie yang diimpor dari
China dan buah apel impor dari China, disisi lain penjualan buah nasional di pasar
induk kramat jati terlihat lebih sepi.5
Sesuai dengan uraian sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta pola
penyediaan buah nasional dan buah impor?
2. Berapa pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing pedagang buah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta
pola penyediaan buah nasional dan buah impor di pasar induk kramat jati.
2. Menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah nasional dengan pedagang
buah impor serta pedagang buah nasional musiman dengan buah nasional
yang tersedia sepanjang tahun di pasar induk kramat jati.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis untuk melatih dan
mengembangkan pola pikir ilmiah serta mencoba menerapkan teori yang didapat
selama dibangku perkuliahan dengan mengaplikasikan kekondisi realita yang ada,
sehingga dapat menambah wawasan dan cara berpikir penulis, selain itu penelitian
ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Kegunaan lainnya diharapkan dapat berguna bagi pedagang, penelitian ini
juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan literatur bagi penelitian selanjutnya,
4 http://www.sinarharapan.co.id/berita [21 Maret 2010].
5 http://www.kapanlagi.com/h [18 Maret 2010]
http://www.sinarharapan.co.id/beritahttp://www.kapanlagi.com/h
-
9
dimana dapat memberikan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari
kondisi pedagang buah-buahan, khususnya pedagang buah-buahan di pasar induk
kramat jati.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini akan mengambarkan mengenai karakteritsik pedagang buah,
mengetahui pola penyediaan buah serta menganalisis tingkat pendapatan
pedagang buah di pasar induk kramat jati lalu membandingkan tingkat pendapatan
pedagang buah. Pedagang buah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pedagang buah yang berjualan di dalam lokasi pasar induk kramat jati. Waktu
pelaksanaan penelitian dari bulan Desember 2009 sampai dengan 1 Januari 2010.
-
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Informal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. IX tahun 1995 tentang
usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan per
tahun sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-.
3. Milik warga negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri.
5. Bentuk usaha perorangan.
Menurut Syaukat dan Sutara dalam Zuhriski (2008), ciri-ciri sektor
informal adalah produsen berskala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk
produksi barang, serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan
penyedia jasa. Sektor informal merupakan komponen ekonomi nasional dan
nasional yang tumbuh secara cepat. Walaupun pendapatan secara individu rendah,
secara kolektif pendapatan tersebut relatif tinggi. Sektor informal bukan hanya
pilihan bagi pencari kerja yang kurang terdidik atau terlatih dari kalangan
ekonomi menengah ke bawah, tetapi juga menjadi pilihan beberapa pencari kerja
terdidik atau terlatih dari kalangan menengah yang sulit menembus kesempatan
kerja pada sektor informal. Sektor informal dapat secara langsung berkontribusi
terhadap penurunan dan pengentasan kemiskinan.
Pialang atau perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan
beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir atau
pemakai dari kalangan industri. Pialang memberikan jasa dalam hal pembelian
maupun penjualan, yaitu segala sesuatu yang bergerak dari produsen ke
konsumen. Pialang selain melayani arus produk dari produsen ke konsumen,
secara aktif juga membantu pemindahan hak kepemilikan (ownership). Pialang
biasanya diklasifikasikan atas dasar apakah mereka memiliki barang yang
dipasarkan atau tidak. Pialang dagang (merchant middlemen) memiliki produk
-
11
yang dipasarkan. Dua kelompok utama pialang dagang, yaitu pengecer dan grosir
(pedagang besar). Pialang agen tidak memiliki produk yang dipasarkan (Stanton
1996).
Setiap pedagang pengecer dalam melaksanakan kegiatannya selalu
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
pedagang. Berbagai cara atau strategi pemasaran dilakukan pedagang untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemilihan tempat, keputusan harga dan
promosi merupakan faktor yang menentukan dalam memperoleh pasar. Pemilihan
produk yang tepat juga merupakan faktor yang sangat penting. Seorang pedagang
pengecer harus bisa menentukan pola penyediaan produk dalam hal ini adalah
buah-buahan agar produk tersebut dapat terjual dengan cepat karena sifatnya yang
mudah rusak sehingga dapat merugikan pedagang. Pola penyediaan yang
dilakukan oleh pedagang tentunya memiliki faktor yang mempengaruhi dalam
menjual buah tertentu.
2.2 Sistem Pemasaran Buah
Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen serta
perusahaan lain. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan
memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa itu cocok dengan
pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran
harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli, yang dibutuhkan adalah
menyediakan produk atau jasa. Pemasaran secara lengkap merupakan proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha.
Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
-
12
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus dibuat
untuk menentukan produk dan pasarnya, harga dan promosinya. Kegiatan
pemasaran tidak bermula pada saat selesainya proses produksi, juga tidak berakhir
pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus, atau
konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahan (Swastha dan
Sukotjo 1988).
Pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, pertukaran merupakan
proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan
sesuatu sebagai imbalannya. Pertukaran juga merupakan suatu proses penciptaan
nilai karena biasanya berakibat keadaan dua pihak menjadi lebih baik. Agar
pertukaran dapat tercipta maka lima persyaratan berikut harus dipenuhi, antara
lain (Kotler 2005) :
1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak.
2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain.
3. Masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu.
4. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan
pertukaran.
5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan
tindakan yang tepat dan diinginkan.
Pemasaran merupakan kegiatan yang diarahkan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, seperti halnya pada sistem
tataniaga pertanian lainnya. Tataniaga hortikultura ditandai dengan kegiatan
pengumpulan oleh pedagang pengumpul (Desa/Kecamatan/Kabupaten) dan
kegiatan penyaluran atau borongan serta eceran. Karakteristik yang melekat pada
produk hortikultura dan produk pertanian pada umumnya adalah produk dipanen
dan dimanfaatkan dalam keadaan segar, hal ini menyebabkan sifat produk
hortikultura mudah rusak (perishable) karena masih ada proses-proses lain setelah
produk pertanian dipanen yaitu pengolahan pasca panen.
Menurut Haryadi dalam Despriza (2003), komponen utama mutu
ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter).
-
13
Sifat yang voluminous atau bulky menyebabkan produk hortikultura susah
diangkut dan biaya pengangkutannya mahal. Harga pasar produk hortikultura
ditentukan oleh mutu (kualitas), bukan hanya kuntitasnya saja. Penanganan yang
cepat dan tepat disemua tingkat tataniaga. Lembaga tataniaga yang bergerak
dalam pemasaran komoditas seperti itu menghadapi resiko fisik dan ekonomis
yang tinggi, sehingga dapat diperkirakan bahwa lembaga ini juga ingin
mendapatkan marjin keuntungan yang tinggi.
Karakteristik produk hortikultura mudah rusak (perishable), maka peranan
lembaga pemasaran sebagai pihak menghubungkan produsen buah-buahan ke
konsumen sangat penting. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas buah agar
kualitas buah yang diterima konsumen tetap bagus dan tidak menurun. Salah satu
lembaga pemasaran yang berperan penting dalam mempercepat sampainya produk
ke tangan konsumen adalah pedagang eceran. Usaha eceran meliputi seluruh
aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung ke konsumen, baik
digunakan untuk kepentingan bisnis maupun digunakan untuk keperluan pribadi
(non bisnis).
Menurut Lukmanto dan Suharyanto dalam Despriza (2003), stategi bisnis
jangka panjang pengecer dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Pemilihan lokasi yang strategis.
2. Menekan biaya agar relatif rendah.
3. Meningkatkan mutu private label dan menyediakan produk segar.
Keberhasilan suatu bisnis eceran juga tidak terlepas dari citra yang ditampilkan
oleh pengecer, hal ini disebabkan karena citra berperan penting dalam
mengkomunikasikan harapan terhadap publik dan sebagai penyaring terhadap
pelayanan yang kurang baik. Citra tidak hanya dapat mempengaruhi konsumen,
namun juga dapat mempengaruhi pegawai, calon pegawai dan pemilik sumber
daya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi keuangan suatu bisnis
eceran.
2.3 Pasar Induk dan Pasar Penunjang
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tahun 2009,
mendefinisikan pasar induk sebagai pusat distribusi yang menampung hasil
-
14
produksi petani dalam jumlah partai besar yang dibeli oleh para pedagang tingkat
grosir. Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para
pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran
yang tersebar di berbagai tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar Induk
menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti pergudangan, tempat pelelangan, pusat infomasi pasar, perkantoran,
bongkar muat dan parkir yang lapang.
Peranan, fungsi serta guna pasar induk sebagai berikut :
1. Membantu pedagang grosir komoditi pertanian (sayur mayur dan buah-
buahan) mendapatkan tempat berdagang yang layak.
2. Membina pedagang grosir menjadi pedagang yang tumbuh menjadi besar
namun lebih profesional yang bisa memelihara mekanisme perdagangan yang
sehat.
3. Menciptakan akses pasar dan transparansi harga bagi petani produsen
sehingga mereka bisa lebih mengetahui kualitas yang dibutuhkan pasar serta
lebih meningkatkan produksi dan pendapatannya.
4. Membantu pemerintah kota atau daerah dalam menata tata ruang wilayah serta
membina pelaku usaha menjadi pelopor pembangunan ekonomi rakyat.
5. Membantu pemerintah dalam menciptakan pasar dalam negeri yang
terintegrasi antar wilayah. Disparitas harga antar wilayah menjadi kecil dan
dengan cepat bisa di hilangkan, hal ini bisa terwujud karena sistem distribusi
menjadi lebih baik dan tersedia informasi yang lebih akurat tentang
dinamisme kebutuhan konsumen dan dinamisme produksi para petani.
6. Membantu agar margin distribusi menjadi lebih rendah dan tingkat fluktuasi
harga konsumen lebih mudah dikendalikan.
Pasar Penunjang adalah bagian dari pasar induk yang membeli dan
menampung hasil produksi petani yang berlokasi jauh dari pasar induk. Pasar ini
bertugas sebagai penampung sementara karena komoditi yang berhasil ditampung
akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang ke pedagang tingkat
eceran.
Pasar Penunjang dibangun di daerah yang mempunyai potensi besar
sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas komoditi yang
-
15
diperdagangkan lebih dari 30 Ton/hari. Berlokasi di tengah daerah produsen dan
memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang cukup.
Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani dengan
pedagang antar daerah. Peranan, fungsi serta guna pasar penunjang sebagai
berikut :
1. Membantu petani yang berada di wilayah sentra-sentra produksi mandapatkan
akses pasar yang lebih dekat dan lebih transparan.
2. Merupakan sarana pengumpulan hasil produksi petani dari berbagai sentra
produksi untuk kemudian diangkut ke pasar induk.
3. Membantu petani di sentra produksi mendapatkan akses permodalan karena di
pasar penunjang ditempatkan lembaga keuangan mikro.
4. Membantu petani meningkatkan kualitas produksinya karena pasar penunjang
menyediakan pusat informasi dan tenaga pendamping yang dapat memberikan
edukasi kepada petani tentang berbagai pengetahuan teknis yang perlu
diketahui para petani.
5. Menyediakan data yang lebih akurat tentang kapasitas produksi suatu sentra
produksi.
6. Menyediakan informasi tentang pola tanam petani sehingga diharapkan dapat
diantisipasi lebih awal kemungkinan terjadinya over supply atau lack of supply
yang dapat menyebabkan harga menjadi tidak stabil.
Prosedur serta penentuan tempat lokasi berdagang di pasar induk dan
dipasar penunjang ditentukan lewat kocokan (diundi), dengan prioritas atau
ketentuan penempatan sebagai berikut :
1. Komoditas utama (dagangan komoditas utama pasar) dibagi merata (untuk
pemerataan lokasi).
2. Komoditas umum dibagi merata setelah komoditas utama.
Pemesan tempat jualan atau lapak jualan dengan menggunakan surat
pemesanan, di dalam surat pemesanan tercantum persyaratan :
1. Uang pendaftaran pemesanan tempat berjualan sebesar Rp 500.000,-. Dengan
ketentuan uang pendaftaran dapat hangus jika; lapak atau los tidak ditempati
paling lama setelah 2 minggu beroperasi, volume dagangan yang terjadi tidak
-
16
mencapai target atau tidak sesuai dengan volume yang dilaporkan pada saat
pemesanan tempat.
2. Menyanggupi pembayaran administrasi penggunaan lapak sebesar Rp 75,-/Kg
untuk komoditas yang dijual. Biaya administrasi merupakan pembayaran rutin
setelah beroperasi, yaitu :
Untuk barang masuk
Biaya Administrasi sebesar Rp 75,-/Kg. Terdiri dari biaya administrasi
pengelola (termasuk sewa los dan biaya prasarana) sebesar Rp 65,-/Kg,
biaya buruh (biaya bongkar) sebesar Rp 10,-/Kg.
Biaya jasa timer bongkar untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan
bongkar.
Biaya parkir.
Untuk barang keluar :
Biaya jasa muat barang belanjaan
Biaya timer kendaraan muat untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan
muat.
Berfungsinya Pasar Induk dan Pasar Penunjang maka petani akan sangat
terbantu dalam memasarkan dan meningkatkan produksinya serta mandapatkan
pendapatan yang wajar. Konsumen juga akan menikmati produk pertanian yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau. Para pedagang dan pengusaha akan
lebih bergairah karena mendapatkan tempat yang layak dan sehat untuk berusaha.
Pemerintah dapat mengendalikan harga dengan mudah karena pasar di dalam
negeri menjadi lebih terintegrasi dan margin distribusi menjadi lebih rendah.
2.4 Penelitian Terdahulu
Despriza (2003), dengan judul penelitian analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan penyediaan dan pendapatan pengecer buah, kasus di
kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan pola
penyediaan buah nasional dan impor di pedagang pengecer buah. Mengetahui
faktor yang menentukan keputusan pedagang pengecer dalam menjual buah
tertentu dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang. Tujuan
pertama dilakukan dengan cara mendeskripsikan pedagang pengecer, lalu
-
17
dilanjutkan dengan matriks perbandingan berpasangan. Tujuan kedua diperoleh
dengan menggunakan analisis faktor dan tujuan ketiga diperoleh dengan
melakukan analisis regresi.
Pedagang pengecer kios buah didominasi oleh pedagang yang berusia 26-
35 tahun yaitu sebesar 44 persen. Pedagang yang sedikit jumlahnya yang berusia
36-45 tahun dan 46-55 tahun, masing-masing sebesar 13 persen. Pedagang buah
ini seperti halnya pedagang buah kelompok pertama lebih banyak yang
berpendidikan SMP yaitu sebesar 43 persen. Rata-rata omset penjualan per hari
adalah Rp 91.000,-. Sebanyak 43 persen pedagang mendominasi omset penjualan
per hari sebesar Rp 500.000 Rp 700.000,-. Pedagang ini umumnya melakukan
pembelian buah untuk dijual 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Umumnya
pedagang buah di Kota Bogor menjual buah sebanyak 8 sampai 12 jenis buah.
Beberapa pedagang buah yang hanya menjual 6 jenis buah, namun ada juga
pedagang yang menjual buah 14 jenis buah.
Hasil analisis faktor yang dilakukan, terbentuk tiga faktor utama
(komponen utama). Komponen itu adalah komponen utama pertama, yaitu
ketahanan buah terhadap kerusakan terdiri dari variabel susut (X9), bentuk (X12)
dan ketahanan fisik (X1). Bila dilihat dari nilai communility nya adalah susut
sebesar 82,8 persen, bentuk sebesar 72,3 persen dan ketahanan fisik sebesar 51,3
persen. Komponen utama kedua adalah daya tarik buah oleh konsumen terdiri dari
warna (X11), cepat dibeli (X6), dan lama simpan (X3). Variabel warna mempunyai
nilai communility sebesar 63,3 persen, yang artinya sebesar 63,3 persen dari
variabel ini bisa dijelaskan oleh variabel yang terbentuk. Variabel cepat dibeli
memiliki nilai communility sebesar 46,8 persen. Hal ini berarti sekitar 46,8 persen
dari variabel cepat dibeli bisa dijelaskan oleh tiga komponen utama yang
terbentuk. Komponen utama ketiga adalah biaya dan penerimaan adalah marjin
penjualan (X2) dan jarak pembelian (X5). Variabel marjin penjualan memiliki nilai
communility yang cukup tinggi yaitu sebesar 78,9 persen. Hal ini berarti variabel
marjin penjualan bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,9
persen. Variabel jarak pembelian memiliki nilai communility sebesar 78,2 persen.
Nilai ini berarti variabel jarak pembelian bisa menjelaskan tiga komponen yang
terbentuk sebesar 78,2 persen.
-
18
Hasil pendugaan terhadap pendapatan diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 71,9 persen yang artinya 71,9 persen keragaman dalam pendapatan dapat
dijelaskan oleh peubah-peubah bebasnya dalam model. Variabel omset penjualan,
jumlah jenis buah dan proporsi penjualan buah impor merupakan variabel yang
berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Proporsi omset tiga buah yang cepat laku
dan proporsi omset tiga buah yang ketahanan fisiknya baik merupakan variabel
yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.
Zuhriski (2008), dengan judul penelitian analisis pendapatan pedagang
sayur keliling di kelurahan tegallega Kota Bogor. Permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut; 1) Berapa tingkat pendapatan usaha pedagang
sayur keliling, 2) Apakah usaha pedagang sayur keliling menguntungkan.
Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kelurahan Tegallega Kota
Bogor. Zuhriski dalam penelitiannya membagi penjualan sayur kedalam empat
wilayah. Data dan informasi dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Alat
analisis yang digunakan = TR-TC dan R/C ratio.
Analisis total penjualan yang diperoleh terlihat bahwa wilayah sangat
mempengaruhi para pedagang sayur keliling dalam menjajakan sayurannya.
Wilayah tiga merupakan wilayah yang memiliki nilai penjualan tertinggi bila
dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya. Rata-rata pedagang sayur keliling
diwilayah tiga memperoleh total penjualan dalam satu minggu sebesar Rp
620.716,67 total penjualan terendah berada pada wilayah empat. Penyebabnya
karena wilayah ini tidak memiliki kepadatan penduduk seperti di wilayah tiga.
Rata-rata pedagang sayur keliling di wilayah empat dalam satu minggu
memperoleh total penjualan sebesar Rp 464.083,33.
Berdasarkan pendapatan tunai yang diperoleh pedagang sayur di masing-
masing wilayah terlihat bahwa pedagang sayur keliling di wilayah memperoleh
pendapatan tunai sebesar Rp 83.066,67 dengan pendapatan total sebesar Rp
41.469,85. Pendapatan tunai terendah terdapat pada wilayah empat dengan nilai
sebesar Rp 58.100,00 dan pendapatan total sebesar Rp 20.283,07. Pendapatan
tunai dipengaruhi oleh biaya-biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan oleh
masing-masing pedagang di masing-masing wilayah berbeda.
-
19
Hasil analisis pendapatan pedagang sayur keliling yang diperoleh
menunjukkan bahwa usaha pedagang sayur keliling dimasing-masing wilayah
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C ratio di tiap-tiap wilayah.
Pedagang sayur keliling di wilayah tiga memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,072.
Sedangkan nilai R/C ratio terendah terdapat pada wilayah empat yakni sebesar
1,046. Dari kedua nilai R/C ratio dapat diketahui bahwa usaha pedagang sayur
keliling menguntungkan karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Perbedaan
R/C ratio antar wilayah tidak terlalu besar, hal ini di sebabkan karena biaya tenaga
kerja dimasukkan kedalam analisis.
-
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teori
3.1.1 Tataniaga Pertanian
Menurut Bachtiar Rivai dalam Limbong dan Situros (1987),
mendefinisikan tataniaga pertanian merupakan serangkaian jasa-jasa untuk
mengusahakan benda-benda mengalir mulai dari titik produksi hingga titik
konsumsi. Pengertian jasa-jasa dalam hal ini termasuk atau mencakup semua
fungsi yang merubah benda dalam hal bentuk, waktu, tempat atau hak milik.
Pengertian jasa bila ditinjau dari segi ekonomi maka kegiatan tataniaga pertanian
merupkan kegiatan yang produktif, karena memberikan kegunaan bentuk,
kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan hak milik pada komoditi hasil
pertanian.
Menurut Limbong dan Situros (1987), kegiatan tataniaga pertanian dari
tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau
tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa
bersangkutan, kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi tataniaga.
Fungsi tataniaga tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu :
1. Fungsi pertukaran.
Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik
dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi
pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian berhubungan dengan
pemindahan hak milik dari sejumlah barang atau jasa yang dipasarkan dengan
tujuan untuk persediaan produksi atau untuk dijual kembali.
Fungsi penjualan bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada
pembeli atau adanya permintaan pasar yang cukup baik terhadap barang atau
jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan, selain itu
fungsi penjualan juga melakukan kegiatan mencari pasar lokasi atau tempat,
kwalitas maupun waktu yang tepat untuk memasarkan komoditi pada setiap
pasar tujuan (pasar sasaran).
-
21
2. Fungsi fisik.
Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang langsung berhubungan dengan
barang atau jasa sehingga menimbulkan guna tempat, guna bentuk, dan guna
waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan Penyimpanan, pengolahan dan
pengangkutan. Fungsi penyimpanan bertujuan untuk menyimpan barang
selama belum dijual atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau
menunggu untuk diolah.
Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah
konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah
dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis
alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu
pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut. Fungsi pengangkutan
harus dapat direncanakan dengan matang menginggat komoditi hasil pertanian
bersifat mudah busuk, dalam jumlah yang besar, memerlukan tempat, dan
mudah rusak.
3. Fungsi fasilitas.
Fungsi fasilitas merupakan tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi
fasilitas terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi penanggungan
resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Fungsi standardisasi
dan grading bertujuan untuk penentuan mutu suatu barang dengan
menggunakan berbagai ukuran seperti warna, susunan kimia, ukuran bentuk,
kekuatan atau ketahanan, kadar air, tingkat kematangannya dan rasa.
Fungsi penanggungan resiko merupakan resiko kejadian yang tidak diduga
seperti kehilangan, kebakaran, penurunan harga. Resiko tersebut dapat saja
terjadi ketika penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan. Fungsi
pembiayaan meliputi penyediaan dana untuk membeli komoditi yang hendak
dijual, menyediakan kredit bagi para langganan, dan membayar semua biaya-
biaya dimulai dari proses pengankutan sampai proses komoditi tersebut siap
dijual kekonsumen akhir. Fungsi informasi pasar meliputi kegiatan
pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut.
sehingga pedagang dapat menentukan pemasaran komoditi selanjutnya.
-
22
Definisi tataniaga pertanian seharusnya dapat memberikan keterangan
tentang komoditi, partisipan dan luas pasar dan batas pasar dengan pasar, selain
itu juga dapat memberikan indikasi tentang struktur pasar atau sifat dari proses
pembentukan harga, karena proses tataniaga pertanian sebenarnya dimulai
sebelum komoditi dihasilkan.
3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar
3.1.2.1 Pasar
Menurut Swastha dan Sukotjo (1988), konsumen yang membeli suatu
barang atau jasa akan terlibat dalam suatu transaksi pembelian. Transaksi jual-beli
yang terjadi dilakukan oleh penjual dan pembeli. Kejadian ini berlangsung pada
saat tertentu di tempat tertentu, sehingga pasar dapat dianggap sebagai suatu
tempat. Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang
untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Definisi pasar dapat
diketahui adanya tiga unsur penting yang terdapat dalam pasar, yaitu orang
dengan segala keinginannya, daya beli mereka, dan kemauan untuk
membelanjakan uangnya.
Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah
kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah
(kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua
pihak (pembeli dan penjual), mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau
pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan
untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku
ekonomi produksi atau pedagang.
Proses transaksi dapat berjalan dan kedua belah pihak mencapai tujuannya,
masing-masing pihak akan selalu berusaha mencari informasi yang akurat dan up
to date tentang berbagai hal. Pembeli berusaha mendapatkan informasi tentang
barang apa saja yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, berapa jumlah yang
tersedia, dimana barang tersebut tersedia serta bagaimana kualitasnya. Penjual di
pihak lain, juga mencari informasi tentang barang apa saja yang dibutuhkan oleh
-
23
konsumen, kapan dibutuhkan, berapa banyak yang dibutuhkan, kwalitas seperti
apa yang diinginkan dan dimana konsumen merasa senang untuk
mendapatkannya.
Pembeli dan penjual pada dasarnya yang paling dibutuhkan oleh kedua
belah pihak tersebut adalah adanya media atau wadah yang dapat mengumpulkan
dan menyebar luaskan objek transaksi termasuk bagaimana transaksi dapat
dilakukan, dalam era globalisasi seperti sekarang ini dengan semakin intensifnya
penggunaan teknologi informasi, transaksi dapat dilakukan melalui jaringan
internet dimana pembeli dan penjual tidak perlu harus bertemu langsung.
Hanya saja tidak semua pembeli dan penjual dapat memanfaatkan
kecanggihan internet dalam melakukan transaksi, wadah ini hanya dapat
digunakan oleh sebagian kecil penduduk yang mengerti tentang penggunaan
internet dan memiliki cukup penghasilan yang memadai. Mayoritas penduduk
masih membutuhkan wadah atau tempat transaksi yang mudah digunakan dan
dijangkau, serta dimana pembeli dan penjual dapat langsung bertemu secara fisik,
dalam kaitan ini agar transaksi bisa berjalan lancar, aman dan tertib, dibutuhkan
tempat yang layak yaitu pasar.
3.1.2.2 Bentuk Pasar
Pasar menurut persaingannya dibagi menjadi empat, yaitu (Rahardja dan
Manurung 2001; Sudarman dan Algifari 1991) :
1. Pasar persaingan sempurna (perfect competition market), seorang produsen
yang beroperasi pada pasar persaingan sempurna dikatakan pada kondisi
keseimbangan apabila dari output yang dia jual dapat diperoleh keuntungan
maksimum atau kerugian minimum. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri
sebagai berikut :
Penjualnya banyak.
Barang yang dijual bersifat homogen.
Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh
barang yang ada di pasar tersebut.
Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.
pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.
-
24
Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada
hambatan.
2. Pasar persaingan monopoli, sebab terjadinya pasar monopoli diantaranya
sebagai berikut; 1) produsen memiliki faktor produksi strategis yang tidak
dimiliki oleh produsen lain. 2) pemilikan hak paten. 3) pemberian pemerintah.
4) ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen saja sudah
cukup memenuhi permintaan pasar. 5) produsen menerapkan kebijaksanaan
penetapan harga (lirnit pricing policy), yaitu menetapkan harga jual yang
sangat rendah sehingga produsen lain tidak mau memasuki pasar tersebut.
Seorang monopolis dapat menentukan harga jual di pasar bagi produk yang
dihasilkannya sesuai dengan tingkat keuntungan yang dia harapkan, apabila
monopolis menginginkan jumlah ouput yang terjual sedikit, maka dia harus
menaikkan harga jual produknya, begitu pun sebaliknya. Pasar monopoli
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pasar hanya terdapat satu penjual dan banyak pembeli.
Tidak ada penjual lain yang dapat menjual output pengganti bagi output
yang dijual monopolist tersebut.
Ada halangan masuk pasar bagi penjual lain, baik bersifat alami maupun
buatan (barier to entry).
3. Pasar persaingan monopolistik, struktur pasar persaingan monopolistik hampir
sama dengan pasar persaingan sempurna, cuman produk yang dihasilkan
didalam pasar persaingan monopolistik tidak homogen, melainkan
terdiferensiasi (differentiated product). Diferensiasi produk ini mendorong
produsen (penjual) untuk melakukan persaingan non harga, terutama melalui
iklan untuk membangun citra terhadap produk yang dijual produsen.
Walaupun ada kemungkinan produk yang di jual produsen satu dengan
produsen yang lain saling menjadi subtitusi. Ciri pasar persaingan
monopolistik sebagai berikut :
Produsen (penjual) banyak.
Barang yang dijual terdiferensiasi.
Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh
barang yang ada di pasar tersebut.
-
25
Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.
pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.
Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada
hambatan.
4. Pasar persaingan oligopoli, pasar dimana terdiri dari hanya sedikit produsen
(penjual). Produsen memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi harga
pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap produsen
akan mempengaruhi perilaku produsen lainnya dalam pasar. Jadi, kondisi
pasar oligopoli mendekati kondisi pasar monopoli. Ciri pasar oligopoli sebagai
berikut :
Hanya sedikit produsen (penjual).
Produknya homogen atau terdiferensiasi.
Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.
Kompetisi non harga.
Produsen (penjual) memperhatikan reaksi konsumen terhadap produk yang
dijual.
Pasar menurut kepentingan usahanya dibagi menjadi empat, yaitu
(Swastha dan Sukotjo 1988; Kotler 2005) :
1. Pasar konsumen, merupakan pasar yang terdiri dari sekelompok pembeli yang
membeli barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses
lebih lanjut. Termasuk dalam pasar konsumen ini adalah pembeli-pembeli
individual atau pembeli rumah tangga (non bisnis). Barang yang dibeli adalah
barang konsumsi. Produsen didalam pasar konsumen berusaha membangun
citra produk yang unggul. Pembangunan citra ini menuntut didapatkannya
pemahaman yang jelas tentang konsumen sasaran, kebutuhan-kebutuhan apa
yang akan dipenuhi oleh produsen, dan pengkomunikasian penentuan posisi
merek secara gencar dan kreatif.
2. Pasar penjual atau pasar bisnis, merupakan pasar yang terdiri atas individu-
individu dan lembaga atau oragnisasi yang membeli barang-barang untuk
dipakai lagi (bisnis), baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam
memproduksi barang lain yang kemudian dijual. Barang yang dibeli adalah
barang industri. Produsen yang menjual barang-barang dipasar industri atau
-
26
pasar bisnis menghadapi para pembeli profesional yang terlatih, terinformasi
dengan baik dan terampil dalam menilai tawaran yang bersaing. Pembeli di
pasar industri membeli barang berdasarkan kegunaan barang tersebut sehingga
memungkinkan mereka untuk membuat atau menjual kembali produk ke
pembeli lain dan juga mereka membeli produk dalam rangka mencari laba.
3. Pasar global, produsen yang menjual barang dipasar global menghadapi
keputusan dan tantangan tambahan, yaitu produsen harus memutuskan negara
mana yang harus dimasuki, bagaimana cara memasuki negara tujuan,
bagaimana cara mengadaptasi fitur produk dan jasa mereka ke masing-masing
negara, bagaimana menetapkan harga produk mereka di negara-negara yang
berlainan dalam suatu cakupan harga yang cukup sempit untuk menghindari
terciptanya pasar gelap bagi barang yang di jual.
4. Pasar pemerintah, merupakan pasar dimana terdapat lembaga-lembaga
pemerintah, seperti departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas,
dan instansi pemerintah lainnya.
3.1.3 Pedagangan Eceran
Menurut Stanton (1996), eceran mencakup semua kegiatan yang langsung
berhubungan dengan penjualan barang atau jasa ke konsumen akhir untuk
pemakai non bisnis atau pribadi. Meskipun eceran umumnya dilakukan melalui
toko pengecer, kadang-kadang eceran juga dapat dilakukan oleh pranata-pranata
lain. Perusahaan atau pabrikan, grosir atau toko pengecer yang menjual sesuatu ke
konsumen akhir untuk pemakaian non bisnis dapat dikatakan sedang melakukan
penjualan eceran. Hal ini berlaku tanpa melihat bagaimana produk dijual
(langsung ke konsumen, melalui telepon, pos, atau mesin otomatis) atau di mana
produk dijual (di toko atau langsung ke rumah konsumen).
Pengecer (retailer) atau toko eceran adalah usaha bisnis yang menjual
barang-barang terutama (lebih dari setengah volume penjualan toko) ke konsumen
rumahtangga untuk digunakan secara non bisnis. Istilah pengecer pada umumnya
sama dengan penyalur (dealer), sedangkan diluar fungsi ini, pialang yang
berfungsi sebagai grosir disebut distributor.
-
27
Pialang atau perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan
beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir atau
pemakai dari kalangan industri. Pialang memberikan jasa dalam hal pembelian
maupun penjualan, yaitu segala sesuatu yang bergerak dari produsen ke
konsumen. Pialang selain melayani arus produk dari produsen ke konsumen,
secara aktif juga membantu pemindahan hak kepemilikan (ownership). Inti
operasi dari perantara (pialang) terletak pada peranannya yang aktif dan penting
dalam melakukan negosiasi bisnis, yaitu segala sesuatu yang menyangkut
pembelian dan penjualan barang.
Pialang biasanya diklasifikasikan atas dasar, apakah mereka memiliki
barang yang dipasarkan atau tidak. Pialang memiliki barang yang akan di
dagangkan maka disebut pialang dagang (merchant middlemen), sedangkan
pialang yang tidak memiliki barang yang akan di dagangkan maka disebut pialang
agen. Pengecer dan grosir merupakan dua kelompok pialang dagang.
Pialang mempunyai peranan yang sangat penting dalam banyak hal,
bahkan dalam semua kasus dimana konsumen terlibat didalamnya. Pialang
menyediakan berbaga