analisis pendapat imam malik tentang jual beli...

79
ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJING SKRIPSI Disusun Guna memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Syari’ah Disusun oleh: ANISAH TULFUADAH 072311029 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Upload: leque

Post on 02-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK

TENTANG JUAL BELI ANJING

SKRIPSI

Disusun Guna memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1

Dalam Ilmu Syari’ah

Disusun oleh:

ANISAH TULFUADAH

072311029

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo Semarang

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

kami kirim naskah skripsi saudari:

Nama : ANISAH TULFUADAH

Nim : 072311029

Judul : ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI

ANJING

Dengan ini telah kami setujui dan mohon kiranya skripsi saudara tersebut

dapat segera dimunaqosahkan. Demikian atas perhatiannya kami ucapkan

terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Page 3: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

iii

Page 4: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

iv

MOTTO

Artinya: “Andaikata anjing-anjing itu tidak termasuk dari

sekelompok ummat dari ummat-ummat yang lain, niscaya

aku akan perintahkan untuk membunuhnya”.1

1 Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan Al Tirmidzi, jld IV, Beirut-Libanon: Dar Al Fiqr,

1988, hlm. 66.

Page 5: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang dengan ikhlas

telah berkorban dan membantu penulis dalam mengarungi perjalanan panjang

dalam menggapai cita-cita:

Untuk Bapak H. Amirudin dan Ibu Hj. Siti Nur Khamidah Selaku ke 2 orang

tua yang penulis sayangi. Tiada henti-hentinya penulis panjatkan doa kepada

Alloh Swt, semoga Bapak dan Ibu selalu ada dalam rahmat dan karunia-Nya

di dunia dan akhirat. Amin,,,

Suami Penulis Mohamad Egi Rifa’i yang selalu mendukung dan memberi

semangat dalam menulis skripsi.

KH. Abbas Masrukhin dan bu Nyai Maemunah selaku pengasuh pondok

pesantren Al-Ma’rufiyyah.

Segenap pimpinan Rektorat IAIN Walisongo Semarang dan pegawainya. Para

pimpinan Fakultas Syariah dan para pegawainya. Tidak mungkin penulis

lupakan jasa-jasa para dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan.

Ke 2 sahabat penulis Siti Khodijah dan Tatik Eka Purnama Sari yang selalu

memberi semangat dan dukungan.

Segenap Santri Ponpes Al-Ma’rufiyyah Putra maupun Putri, Khususnya kamar

Nasoikhul Ibad (kartini, ibah, fitri dan mafrida).

Sahabat MU angkatan ’07 yang selalu bersama-sama dalam proses pembuatan

skripsi (sholy, neli, qifa, ainung, widi, dkk).

Pihak-pihak yang ikut mendukung dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

Page 6: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang

lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi

yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2012

Deklarator,

ANISAH TULFUADAH

NIM 072311019

Page 7: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

vii

ABSTRAK

Diantara rahmat Allah Swt. kepada manusia adalah dihalalkannya jual beli

dalam rangka melestarikan komunitasnya. Serta melanggengkan hubungan antar

mereka sebagai makhluk yang membutuhkan orang lain. Penjual membutuhkan

pembeli agar membeli barangnya untuk mendapatkan uang. Pembeli melakukan

jual beli untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Akibat dari saling

membutuhkan ini maka rasa persaudaraan semakin erat.

Jual beli merupakan media yang paling mudah untuk mendapatkan sesuatu

baik berupa barang atau jasa, seseorang bisa menukarkan uangnya dengan barang

atau jasa yang dia butuhkan pada penjual. Tentu dengan nilai yang disepakati

kedua nya. Jual beli pada dasarnya dilegalkan oleh syara’ asal memenuhi syarat

yang telah ditetapkan. Terkait dengan syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli

adalah menyangkut benda (ma’qud) yang dijadikan obyek jual beli, apakah suci

atau najis. Kalau kita amati banyak fenomena ditengah-tengah masyarakat tentang

jual beli anjing. Jual beli anjing itu tidak hanya dilakukan oleh orang nonmuslim

saja, akan tetapi orang Islam pun tidak sedikit yang melakukannya, karena anjing

memang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan, seperti; anjing

memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, setia, dapat digunakan sebagai pelacak

dan mempunyai feeling yang kuat. Oleh karena itu anjing dibutuhkan oleh

sebagian manusia. Mengenai hukum jual beli anjing, para ulama berbeda

pendapat, ada yang tidak membolehkan sama sekali, ada yang membolehkan dan

ada pula yang tidak membolehkan tetapi mengecualikan anjing pemburu dan

penjaga.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yang pertama adalah bagaimana

Pendapat Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing?, yang kedua adalah Bagaimana

Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing?

Penelitian ini termasuk jenis penelitian library research, maka dalam

penulisan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data lewat studi dan

penelitian kepustakaan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang penulis kaji. Dalam menganalisis penelitian ini, penulis

menggunakan metode deskriptif yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan

menilai data yang terkait dengan masalah.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa jual beli anjing

menurut Imam Malik adalah makruh. Imam Malik mengklasifikasi antara anjing

yang bermanfaat dan yang tidak. Apabila anjing itu tidak bermanfaat atau malah

membahayakan hukumnya tidak boleh diperjual belikan. Jual beli ini dilakukan

bukan untuk tujuan konsumtif, apabila untuk dikonsumsi maka haram hukumnya.

Page 8: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas segala kasih sayang-Nya. Dia

telah melimpahkan karunia yang sangat besar, sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada beliau

Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan para sahabatnya

hingga akhir nanti.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan, petunjuk

dan bimbingan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang.

3. DR. Hj., Siti Mujibatun, M. Ag Atas bimbingan, koreksian dan gagasan yang

telah diberikan, tentunya banyak pengetahuan baru yang penulis dapatkan.

4. Yth. Kajur, Sekjur dan Biro judul skripsi Muamalah. Beserta segenap dosen

Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih. Juga segenap

pegawai Fakultas Syariah yang selalu direpotkan mahasiswa.

5. Bapak serta Ibu, kedua orang tua yang telah berkorban segalanya demi masa

depan penulis. Ungkapan yang tidak dapat terucap dengan kata-kata, hanya

doa yang dapat penulis panjatkan untuk kebahagian tanpa akhir bagi keduanya

di dunia dan akhirat.

Page 9: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

ix

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa, hanya

untaian terimakasih dan semoga menjadi amal yang baik (shaleh) dan

mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis dalam banyak hal, oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semarang, Juni 2012

Penulis,

ANISAH TULFUADAH

NIM 072311029

Page 10: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

x

DAFTAR ISI

Halaman Cover .......................................................................................... i

Halaman Persetujuan Pembimbing .......................................................... ii

Halaman Pengesahan .................................................................................. iii

Halaman Motto .......................................................................................... iv

Halaman Persembahan .............................................................................. v

Halaman Deklarasi .................................................................................... vi

Halaman Abstrak ........................................................................................ vii

Halaman Kata Pengantar ........................................................................... viii

Daftar Isi ..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7

D. Kajian Pustaka .................................................................. 8

E. Metodologi Penelitian ...................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 11

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli........................................................... 13

B. Dasar Hukum Jual Beli ..................................................... 15

C. Rukun dan Syarat Jual Beli ............................................... 19

D. Macam-Macam Jual Beli................................................... 25

E. Jual Beli Yang Dilarang................................................... . 30

BAB III PENDAPAT IMAM IMAM MALIK TENTANG JUAL

BELI ANJING

A. Biografi Imam Malik......................................................... 34

B. Pendapat Imam Malik Tentang Jual beli Anjing............... 39

C. Metode Istinbath Hukum Imam Malik ............................... 41

Page 11: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

xi

D. Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang

Jual Beli Anjing………………………………. ................ 48

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM IMAM MALIK

TENTANG JUAL BELI ANJING

A. Analisis Pendapat Pendapat Imam Malik tentang Jual

Beli Anjing ......................................................................... 50

B. Analisis Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual

Beli Anjing ......................................................................... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 62

B. Saran-Saran ....................................................................... 63

C. Penutup .............................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang sampai kapanpun dia akan butuh

dengan yang lain, itu dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, oleh

karena itu ia mau tidak mau harus berinteraksi dengan yang lain. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk berusaha karena tidak

mungkin rizki itu datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha.

Allah Swt. telah menjadikan manusia antara yang satu berhajat kepada

yang lain, ini mengandung sebuah isyarat agar mereka saling tolong menolong,

tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup, antara lain

melalui proses jual beli, sewa menyewa dan gadai, yang manfaatnya untuk diri

sendiri maupun untuk kemaslahatan umum.

Salah satu kebutuhan yang memerlukan interaksi dengan orang lain

adalah akad jual beli. Peristiwa ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang

menimbulkan akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum.1 Jual beli

ada karena didasarkan atas rasa saling membutuhkan. Dalam hal ini penjual

membutuhkan pembeli agar membeli barangnya sehingga memperoleh uang.

Sedangkan pembeli melakukan jual beli untuk memperoleh barang yang

dibutuhkan. Akibat dari saling membutuhkan ini maka rasa persaudaraan

semakin erat.

1 Surojo Wignyodipuro, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Gunung Agung, 1983, Cet ke-3,

hlm. 38.

Page 13: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

2

Tujuan dari mu'amalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis

(serasi) antar sesama manusia. Dengan demikian terciptalah ketenangan dan

ketentraman. Allah SWT berfirman dalam surat Al Maidah ayat 2:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,

jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya dan binatang-

binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan

dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,

Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu

kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari

Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka) dan

tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya”. 2

Dalam ayat yang lain Allah juga menerangkan tentang larangan makan

harta diantara sesama dengan cara yang batil, yaitu dalam Q.S. Al Nisa: 29

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.3

2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟anul dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra,

1989, hlm. 156. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur‟anul dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra,

1989, hlm. 122.

Page 14: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

3

Jual beli merupakan media yang paling mudah untuk mendapatkan

sesuatu baik berupa barang atau jasa, seseorang bisa menukarkan uangnya

dengan barang atau jasa yang dia butuhkan pada penjual. Tentu saja dengan

nilai yang telah disepakati kedua belah pihak. Hal ini sesuai dengan pengertian

jual beli yang di sampaikan oleh Muhammad Ibnu Qosim Al Ghozzi, beliau

menerangkan:

Artinya: “Jual beli menurut bahasa adalah penyerahan sesuatu dengan sesuatu

yang lain. Karena itu akad ini memasukkan juga segala sesuatu yang

tidak berupa harta, seperti arak. Sedangkan menurut syara‟, pengertian

jual beli yang paling benar ialah memiliki sesuatu harta (uang) dengan

mengganti sesuatu yang dilegalkan oleh syara‟, atau sekedar memiliki

manfaatnya saja yang diperbolehkan syara‟ untuk selamanya, dengan

melalui pembayaran yang berupa uang.” 4

Jual beli dibagi menjadi tiga macam, yang pertama, jual beli yang

tampak obyeknya, kedua, jual beli yang menyebutkan sifat-sifat bendanya

(pesan), ketiga, jual beli yang tidak jelas obyeknya. Dari ketiga macam

pembagian tersebut hanya bentuk yang ketiga yang tidak diperbolehkan.5

Jual beli dibenarkan oleh al-Qur‟an, as-Sunnah dan ijma umat.

Landasan Qur‟annya antara lain firman Allah Q.S. Al Baqoroh 275:

4 Muhammad Ibnu Qosim Al Ghozzi, Fath Al Qorib Al Mujib, Surabaya: Al Hidayah,

hlm. 31. 5 Taqiyuddin Abi Bakr Muhammad Al Husaini, Kifayat Al Ahyar, Surabaya: Haromain,

2005, hlm. 239-240.

Page 15: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

4

Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”6

Landasan sunnahnya antara lain sabda Nabi Saw.:

Artinya: Dari Rifa‟ah bin Rafi‟ ra.: bahwasanya Nabi Muhammad Saw. pernah

ditanya, manakah usaha yang paling baik? beliau menjawab: amal

usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang

bersih. (HR. al-Bazzar, dan dinilai Shahih oleh al-Hakim).7

Landasan ijma‟nya, para ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan

dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan

dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik

orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.8

Jual beli pada dasarnya diperbolehkan, dilegalkan oleh syara‟ asal

memenuhi syarat yang telah ditetapkan, yang telah menjadi konsensus para

ulama‟ ahli ijma‟ (mujtahid). Terkait dengan syarat yang harus dipenuhi dalam

jual beli adalah menyangkut benda (ma’qud) yang dijadikan obyek jual beli itu

apakah suci atau najis, bermanfaat serta dapat diserah terimakan.

Dalam kaitan ini Ibnu Rusyd menjelaskan, najis dibagi menjadi dua

bagian. Pertama, kaum muslimin sepakat tentang larangan menjualnya, yakni

khamar yang najis. Keluar dari kesepakatan ini adalah pendapat yang ganjil

tentang khamar (arak), yakni pendapat yang mempertanyakan kenajisannya, dan

6 Departemen Agama RI, Al-Qur‟anul dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra,

1989, hlm. hlm. 69. 7 Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani Al-San‟ani, Subul al-Salam Sarh Bulugh al-Maram

Min Jami Adillati al-Ahkam , Kairo: Juz 3, Dar Ikhya‟ al-Turas al-Islami, 1960 hlm. 4. 8 Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2001, hlm. 75.

Page 16: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

5

bangkai berikut seluruh bagiannya yang bisa menerima unsur kehidupan. Begitu

pula babi berikut semua bagiannya yang bisa menerima unsur kehidupan. Tentang

pemakaian bulunya masih diperselisihkan. Ibnul Qasim membolehkannya. Kedua,

najis-najis yang lantaran dibutuhkan menghendaki pemakaiannya seperti kotoran

dan kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk, dalam mazhab Maliki

diperselisihkan menjualnya. Ada pendapat yang melarang menjualnya sama sekali

dan ada pula pendapat yang membolehkannya.9

Kalau kita amati banyak fenomena ditengah-tengah masyarakat tentang

jual beli anjing. Jual beli anjing itu tidak hanya dilakukan oleh orang

nonmuslim saja, akan tetapi orang Islam pun tidak sedikit yang melakukannya,

karena anjing memang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan,

seperti; anjing memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, setia, dapat digunakan

sebagai pelacak, menjaga rumah atau kebun, dapat diajak bercanda dan

mempunyai feeling yang kuat. Oleh karena itu anjing dibutuhkan oleh sebagian

manusia. Padahal Nabi Saw. secara tegas dan jelas melarang hasil penjualan

anjing dalam sabdanya:

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah

mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Abu Bakar bin

'Abdurrahman dari Abu Mas'ud Al Anshariy ra. bahwa Rasulullah

Saw. melarang uang hasil jual beli anjing, mahar seorang pezina dan

upah bayaran dukun”.10

9 Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid Wanihayah al Muqtasid, Beirut: Dar al-jiil, 1904, juz

2, hlm. 94. 10

Malik bin Anas, Al Muwattho’, Bairut: Dar ikhya‟ Al Ulum, 1989, hlm. 573

Page 17: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

6

Dalam hadits yang lain Nabi juga menjelaskan tentang kenajisan

anjing:

Artinya: “Dari Abi Hurairoh ra. Berkata, Rasulullah Saw. bersabda: sucinya

bejana salah satu kamu sekalian ketika dijilat anjing yaitu dibasuh

tujuh kali yang salah satunya dengan debu”. (HR. Muslim)11

Mengenai hukum jual beli anjing, para ulama berbeda pendapat, ada

yang tidak membolehkan sama sekali, ada yang membolehkan dan ada pula

yang tidak membolehkan tetapi mengecualikan anjing pemburu dan penjaga.12

Menurut Imam Abu Hanifah, yang diutamakan dalam barang yang

dijadikan obyek jual beli adalah manfa‟at. Setiap barang yang ada manfaatnya

menurut pandangan syara' boleh diperjual belikan sekalipun barang itu najis

(tidak untuk dimakan dan diminum).13

Mazdhab Zahiri sejalan dengan

mazdhab Hanafi. Dengan demikian, Mazhab Hanafi dan Zahiri membolehkan

jual-beli benda najis, karena ada manfaatnya.

Lain halnya dengan Imam Malik, meskipun anjing tidak najis akan

tetapi beliau membedakan antara anjing yang merugikan atau yang

membahayakan dan yang tidak, selagi anjing tersebut bermanfaat boleh untuk

diambil selain konsumsi. Masalah pensucian anjing dengan tujuh kali basuhan

bukan karena najisnya melainkan murni ibadah.14

Sedangkan Imam Syafi'i dan

11

Ibnu Hajar Al Asqolani, Bulugh Al Marom Min Adillah Al Ahkam, Semarang: Toha

Putra, hlm. 4. 12

Ibnu Rusyd. Bidayatu al-Mujtahid, jld. II, Surabaya: Al Hidayah, 1998, hlm 124-125. 13

Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adilatuhu, Juz. IV, Beirut: Dar Al-Fikr, t.th.,

hlm 3431. 14

Ibnu Rusyd, Op.cit., jld. II, hlm 126.

Page 18: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

7

pendapat yang masyhur dari Mazdhab Hambali mengutamakan kesucian atas

barang yang diperjual belikan, meski benda itu bermanfaat tetapi kalau barang

itu najis maka tidak boleh untuk diperjual belikan.15

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas lebih jauh

dan mengkaji secara ilmiah tentang Analisis Pendapat Imam Malik Tentang

Jual Beli Anjing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan

dalam skripsi adalah:

1. Bagaimana Pendapat Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing?

2. Bagaimana Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli

Anjing?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penulisan ini mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Pendapat Imam Malik Mengenai Jual Beli Anjing.

2. Untuk Mengetahui Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli

Anjing.

15

Al Imam Abi Abdullah Muhammad Bin Idris As Syafi‟i, Al Umm, Juz III Beirut: Dar

Al-Kutub,1996, hlm 14.

Page 19: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

8

D. Kajian Pustaka

Penelitian tentang jual beli khususnya yang berkaitan dengan obyek

jual beli telah banyak dilakukan, misalnya:

Pertama, Penelitian yang di lakukan oleh Khilmi Tamim (2101300)

dengan judul “Studi Analisis Pendapat Sayyid Sabiq Tentang Persyaratan Suci

Bagi Barang Yang dijadikan Obyek Jual Beli”. Dalam skripsinya, penulis

menyebutkan pendapat sayyid sabiq mengenai jual beli, spesifikasi terhadap

obyek yang diperjual belikan, yakni harus suci meskipun benda atau barang

tersebut sangat dibutuhkan dan bermanfaat, konsekwensinya jika barang

tersebut sudah terlanjur beredar di pasaran. Selanjutnya tentang alasan-alasan

sayyid sabiq tentang persyaratan suci bagi barang yang dijadikan obyek jual

beli.

Kedua, Penelitian yang di lakukan oleh Syafiqotul Isiqomah (2199053)

dengan judul “Analisis Keputusan Muktamar NU xxx tahun 1999 di Lirboyo

Kediri Tentang Jual Beli Cacing”. Dalam tulisan tersebut dijelaskan tentang

jual beli cacing diperbolehkan karena mengandung unsur manfaat dan tidak

diperbolehkan karena ma‟qud „alaihnya tidak suci. Skripsi ini juga membahas

tentang metodologi yang digunakan untuk mengambil keputusan, dimana

dalam penggalian hukumnya memaparkan qoul/pendapat dari ulama terdahulu

sebagai jawaban hukum terhadapnya. Dalam skripsi ini juga menjelaskan

tentang dalil atau alasan keputusan tersebut baik yang memperbolehkan

maupun yang mengharamkan.

Page 20: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

9

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nurkholis (2103078) dengan

judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Ayam Tiren (Studi Kasus

Penjual Ayam di Pasar Rejomulyo Semarang)”. Dalam tulisan tersebut

dijelaskan bahwa praktek jual beli ayam tiren (bangkai) yang terjadi di Pasar

Rejomulyo dapat dikelompokan menjadi dua. Pertama, Jual beli ayam tiren

(bangkai) yang diharamkan karena jual beli tersebut bertujuan untuk

dikonsumsi dan adanya faktor penipuan dengan mencampurkan antara ayam

yang segar dengan ayam tiren. Kedua, jual beli ayam tiren (bangkai) yang

dibolehkan manakala tujuan dari jual beli tersebut tidak untuk dikonsumsi,

tetapi dijadikan bahan pakan binatang ternak seperti ikan lele. Hal ini sama

hukumnya jual beli barang najis seperti kotoran binatang yang dijadikan untuk

pupuk. Selagi pemanfaatanya diperbolehkan, menjualnyapun diperbolehkan,

jika memang tujuan utamanya adalah untuk diambil manfaatanya.

Oleh karena itu, penulis akan mencoba untuk memaparkan tentang jual

beli anjing menurut Imam Malik.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library

research), di mana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

Page 21: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

10

karena itu data-data disajikan dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka-angka.16

2. Sumber Data

a. Data Primer

Sumber utama (primer) yaitu sumber literatur utama yang

berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Sumber primer dalam

penelitian ini adalah kitab Al Muwattho‟ karya Imam Malik bin Anas.

b. Data Sekunder

Data Sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah data-data dan

dokumen untuk memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan pokok

permasalahan yang penulis bahas, khususnya dari kalangan atau para

pengikut Imam Malik. Diantaranya:

1) Subul Al Salam syarh Bulugh Al Maram min Jami‟ Adillat Al Ahkam

karya Muhammad ibnu Ismail al Kahlani al San‟ani

2) Bidayah Al Mujtahid Wa Al Nihayah Al Muqtasid karya Ahmad bin

Muhammad bin rusyd

3) Al Fiqh „Ala Madzahib Al Arba‟ah karya Abdurrahman Al Jaziri

4) Fath Al Muin karya Syekh Zainuddin ibnu Abdul Azis Al Malibari

5) Fiqh Al Islam wa Adillatuhu karya Wahbah Al Zuhaili

6) Dan lain-lain

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,

2004, hal. 3.

Page 22: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

11

3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan.17

Dalam penulisan skripsi

ini, penulis melakukan pengumpulan data lewat studi dan penelitian

kepustakaan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang

sedang penulis kaji.

4. Analisis data

Dalam menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan metode

“deskriptif” yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan menilai data

yang terkait dengan masalah di atas. Metode ini digunakan untuk

memahami pendapat dan dasar hukum yang dipakai oleh Imam Malik

tentang jual beli anjing. Sedangkan langkah-langkah yang digunakan oleh

penulis adalah dengan mendeskripsikan baik yang berkaitan dengan

pendapat maupun dasar hukum yang dipakai.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami

penelitian secara sistematis, maka kerangka penulisan di susun sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari enam sub bahasan.

Pertama latar belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan

masalah yang di teliti. Kedua Rumusan masalah, yang merupakan penegasan

terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Ketiga tujuan dan

17

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. III, 1988, hal. 211.

Page 23: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

12

kegunaan yang akan dicapai dalam penelitan ini. Keempat Telaah pustaka,

berisi penelusuran terhadap literatur yang telah ada sebelumnya dan yang ada

kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Kelima metode penelitian, metode

penelitian meliputi: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,

analisis data. Keenam sistematika penulisan, sistematika penulisan merupakan

akhir dari bab ini yang bertujuan mensistematisir penyusunan penelitian.

Bab kedua berisi tentang landasan teoritik konsep jual beli yang terdiri

dari pertama pengertian jual beli, kedua dasar hukum jual beli, ketiga rukun

dan syarat jual beli, keempat macam-macam jual beli, kelima jual beli yang

dilarang.

Bab ketiga memuat tentang biografi Imam Malik, pendapat Imam

Malik tentang jual bali anjing, serta metode istinbath yang digunakan Imam

Malik tentang jual beli anjing.

Bab keempat akan di bagi menjadi dua sub bahasan. Pertama, analisis

terhadap pendapat imam Malik tentang jual beli anjing. Kedua, analisis

terhadap metode istinbath hukum Imam Malik tentang jual beli anjing.

Selanjutnya Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan

penutup.

Page 24: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

13

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-ba’i yang berarti

menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal

alba’i dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian

kebalikannya, yakni kata asy-syira’ (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i

berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.1

Menurut bahasa, jual beli adalah “menukarkan sesuatu dengan

sesuatu" atau “mengganti sesuatu dengan sesuatu”.2 Secara terminologi, para

fuqaha’ menyampaikan definisi yang berbeda-beda antara lain sebagai

berikut:

Menurut Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malibary, jual beli adalah3:

Artinya: “Jual beli menurut syara’ ialah menukarkan harta dengan harta

pada wajah tertentu.”

Menurut Syekh Muhammad ibn Qasim al-Ghazzi4:

1 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002,

hlm. 119 juga bisa dilihat dalam Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama,

2000, hlm. 111. 2 Abd Al Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Bairut: Dar al-

Fikr, 1972, Juz III, hlm. 123. 3 Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, Fath al-Mu’în, Maktabah wa Matbaah,

Semarang: Toha Putera, tth, hlm. 66 4 Syekh Muhammad ibn Qasim al Ghazzi, Fath al-Qarib al-Mujib, Dar al-Ihya al-Kitab,

al-Arabiah, Indonesia, tth, hlm. 30.

Page 25: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

14

Artinya: “Menurut syara’, pengertian jual beli yang paling tepat ialah

memiliki sesuatu harta (uang) dengan mengganti sesuatu atas dasar

izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan

syara’ untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui

pembayaran yang berupa uang.”

Sedangkan Imam Taqi al Din mendefinisikan jual beli adalah saling

tukar menukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab

dan qabul, dengan cara yang dilegalkan syara’.5

Beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah

suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai

secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda

dan pihak lain sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan

syara’ dan disepakati.

Sesuai dengan ketetapan hukum ialah memenuhi persyaratan-

persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan jual

beli, maka bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai

dengan kehendak syara’. Benda dapat mencakup pada pengertian barang dan

uang, sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda

yang berharga dan dapat dibenarkan penggunaannya menurut Syara’, benda

itu adakalanya bergerak (dapat dipindahkan) dan adakalanya tetap (tidak dapat

dipindahkan), yang dapat dibagi-bagi dan tidak dapat dibagi-bagi, harta yang

ada perumpamaannya (mitsli) dan tidak ada yang menyerupainya (qimi) dan

5 Taqi al Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifâyah Al Akhyâr, Surabaya: Al

Haromain, 2005, Juz, I, hlm. 239.

Page 26: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

15

yang lain-lainnya, penggunaan harta tersebut dibolehkan sepanjang tidak

dilarang syara'.6

B. Dasar Hukum Jual Beli

Dalil-dalil yang menjadi dasar disyariatkan Jual-beli dapat dilihat

dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Hadits Nabi serta Ijma' Ulama’ (konsensus

ulama’), antara lain:

1. Al-Qur'an, diantaranya:

Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah

telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-

Baqarah: 275)7

Pada potongan ayat sebelumnya Allah menggambarkan keadaan

orang-orang yang mengambil harta dengan cara riba kemudian memakan

harta tersebut, yaitu seperti orang-orang yang kerasukan syaithan. Keadaan

yang seperti itu tidak lain disebabkan karena mereka menyamakan hukum

riba dengan jual beli yang jelas telah dihalalkan oleh Allah dalam

potongan ayat di atas.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil Kecuali dengan jalan

perniagaan yang dilakukan suka sama suka.” (QS. An-Nisa':

29)8

6 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 69.

7 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989, hlm.

69. 8 Ibid. hlm. 122.

Page 27: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

16

Dalam ayat tersebut Allah menyeru kepada orang-orang yang

beriman agar mereka tidak makan harta sesama dengan jalan yang tidak

diridhoi oleh syara’ (bathil), kecuali dengan jual beli yang di dalamnya

terkandung unsur saling merelakan. Dari ayat tersebut bisa dipahami

bahwa, disamping jual beli itu harus memenuhi rukun dan syaratnya –yang

akan penulis paparkan pada sub bab berikutnya- juga ada anjuran syarat

lain yang tidak tampak (bathin), yaitu kerelaan yang tersimpan dalam hati

penjual dan pembeli. Oleh karenanya dalam melakukan transaksi

membutuhkan adanya ijab dan qabul agar kerelaan yang mulanya

tersimpan akan menjadi jelas.

2. Al-Sunnah, diantaranya:

Artinya: “Dari Rifa'ah bin Rafi', sesungguhnya Nabi Saw. Ditanya tentang

mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab,

“seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang

mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim mensahihkannya).

Sabda Nabi Saw. dalam hadits tersebut muncul dari pertanyaan

sahabat yang menanyakan tentang pekerjaan apa yang paling baik.

Nabipun menjawab, bahwa pekerjaan terbaik yaitu pekerjaan seorang

lelaki dengan tangannya sendiri, maksudnya dengan usaha atau jerih

payahnya sendiri dia menghasilkan sesuatu yang bisa mencukupi

kebutuhan hidupnya tanpa menggantungkan diri pada orang lain.

Selanjutnya yaitu setiap jual beli yang mabrur. Maksud mabrur dalam

Page 28: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

17

hadis di atas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan

merugikan orang lain.9 Sebagaimana sabda Nabi Saw. Berikut ini:

Artinya: Menceritakan kepada kita Hanad: menceritakan kepada kita

Kabisah, menceritakan kepada kita dari Sufyan, dari Abu

Hamzah dari Hasan, dari Nabi Saw. bersabda: “pedagang yang

jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di surga) dengan para

Nabi, siddiqin dan syuhada”.10

Dalam hadits di atas Nabi Saw. Menggambarkan kedudukan para

pedagang yang jujur dan dapat dipercaya di surge bersama-sama dengan

para Nabi, orang-orang yang jujur dan para syahid. Betapa tinggi derajat

para pedagang jika mereka mau berusaha menerapkan sifat-sifat tersebut.

3. Ijma'

Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain

yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.11

Peraturan atau hukum jual-beli dalam Islam ditetapkan sebagai

berikut:

a. Dibenarkan jual-beli yang tidak berbentuk riba.

b. Dalam jual-beli perlu ada ijab-qabul (tanda terima) yang diucapkan dengan

lisan/perkataan dan boleh dengan hati masing-masing.

9 Muhammad bin Isma’il al Kahlani, Subul al Salam, jld. 3, Surabaya: Haramain, cet. 4,

1960, hlm. 4. 10

Muhamad Abdurahman Ibnu Abdurarahim, Tuhfatul Athfal Syarh Jami’ Al Tirmidzi,

Bairut-Libanon: Dar Kitab Alamiah, jld. 4, hlm. 335. 11

Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 75.

Page 29: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

18

c. Dilarang memperjual-belikan darah, bangkai, hasil pencurian, harta waqaf,

milik umum, minuman keras, babi, barang najis, barang yang tidak ada

harganya dan barang yang tidak ada pemiliknya.

d. Akad jual-beli harus dilaksanakan dalam satu majelis, dapat diterima

(taslim) dan dapat dipegang (qabadh).

e. Dalam jual-beli dibenarkan adanya hak meneruskan atau membatalkan

pembelian suatu barang (khiyar) jika misalnya terdapat cacat (aib),

f. Dalam jual-beli tersebut harus dilaksanakan oleh orang yang berakal

sedangkan pada anak kecil dibenarkan pada benda-benda yang tidak

bernilai tinggi, kecuali jika mereka telah dewasa.

g. Jika barang tersebut ditimbang atau diukur maka timbangan atau ukuranya

tertentu dan diketahui.

h. Larangan menawar tawaran orang lain atau menjual sesuatu yang sudah

dibeli orang lain.

i. Larangan menimbun barang pada saat masyarakat banyak memerlukan

barang tersebut.

j. Larangan jual-beli ke arah yang bermaksiat kepada Allah misalnya

menjual patung untuk disembah.

k. Larangan jual-beli yang mengarah pada unsur paksaan.

l. Dalam jual-beli harus terlihat jelas bendanya tetapi, dibolehkan dengan

melihat contoh barangnya.12

12

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 1, 1992, hlm. 392.

Page 30: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

19

Hukum jual beli

1) Asal hukum jual-beli adalah mubah (boleh)

2) Wajib misalnya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa.

3) Sunah, seperti jual-beli kepada sahabat-sahabat atau famili yang dikasihi.

4) Haram, apabila melakukan jual-beli yang terlarang.13

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun jual-beli, Mazhab Hanafi menyebutkan bahwa rukun jual beli

hanya ijab dan kabul saja. Yang menjadi rukun jual beli hanyalah kerelaan

antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsur kerelaan

berhubungan dengan hati yang sering tidak kelihatan, maka diperlukan

indikator (qorinah) yang menunjukkan kerelaan tersebut dari kedua belah

pihak. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk perkataan (ijab dan qabul) atau

dalam bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan

penerimaan ganti barang tersebut).14

Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum Al Dinnya

menerangkan bahwa rukun jual beli itu ada tiga yaitu:

1. Aqid (penjual dan pembeli)

2. Siqhad (lafal ijab dan kabul)

3. Ma’qud (benda yang dijadikan obyek jual-beli)15

13

Ibid, hlm. 393. 14

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat) Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. cet. 1, 2003, hlm. 118. 15

Ismail Jaqub (trj), Ihya’ Ulum al Din karya Al ghazali, Jakarta: Faizan, hlm. 464.

Page 31: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

20

Menurut Jumhur Ulama, syarat jual-beli sesuai dengan rukun jual-beli

di atas adalah sebagai berikut:

1. Syarat orang yang berakat (aqid)

Aqid atau orang yang melakukan perikatan yaitu penjual

(pedagang) dan pembeli, transaksi jual-beli tidak mungkin terlaksana tanpa

kedua pihak tersebut. Seseorang yang berakad terkadang orang yang

memiliki hak dan terkadang wakil dari yang memiliki hak. Ulama’ fiqih

sepakat, bahwa orang yang melakukan jual-beli harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Aqil (berakal).

Hendaknya dilakukan oleh orang yang berakal atau tidak hilang

kesadarannya, karena hanya orang yang sadar dan sehat akalnya yang

sanggup melangsungkan transaksi jual beli secara sempurna, ia mampu

berfikir logis. Oleh karena itu anak kecil yang belum tahu apa-apa dan

orang gila tidak dibenarkan melakukan transaksi jual beli tanpa

pengawasan dari walinya, dikarenakan akan menimbulkan berbagai

kesulitan dan akibat-akibat buruk seperti penipuan dan sebagainya.

Firman Allah:

Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang

belum sempurna akalnya16

, harta (mereka yang ada dalam

kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok

16

Orang yang belum Sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang

dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.

Page 32: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

21

kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil

harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang

baik.” (QS. An-Nisa’: 5) 17

b. Mumayyiz (dapat membedakan/sudah dewasa)

Hendaknya orang yang melakukan transaksi tersebut sudah

mumayyiz yakni dapat membedakan antara mana yang boleh dan mana

yang tidak boleh, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dengan demikian tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak yang

belum mumayyiz.

c. Kehendak sendiri.

Hendaknya transaksi ini didasarkan pada prinsip-prinsip taradli

(rela sama rela) yang di dalamnya tersirat makna muhtar, yakni bebas

melakukan transaksi jual beli dan terbebas dari paksaan dan tekanan.18

Prinsip ini menjadi pegangan para fuqaha, dengan mengambil sandaran

dari Firman Allah:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu.” (QS an-Nisa: 29).19

17

Departemen Agama RI, Op.cit, hlm. 115. 18

Hamzah Ya’qub, Kodo Etik dagang Menurut Hukum Islam, Bandung: Diponegoro,

1992, hlm. 81. 19

Departemen Agama RI, Op.cit, hlm.122.

Page 33: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

22

2. Syarat yang berkaitan dengan ijab kabul

Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli, menjual belum

dikatakan sah sebelum ada ijab dan kabul. Ijab ialah permulaan penjelasan

yang keluar dari salah seorang yang berakat sebagai gambaran

kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan kabul ialah perkataan

yang keluar dari pihak yang berakat pula, yang diucapkan setelah adanya

ijab. Ijab dan kabul harus dilakukan sebab ijab kabul menunjukkan

kerelaan (keridhaan). Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan,

tetapi kalau tidak memungkinkan, misalnya bisu atau yang lain, boleh ijab

kabul dengan surat-menyurat yang menyandung arti ijab dan kabul.

Kerelaan tidak dapat dilihat tetapi kerelaan dapat diketahui dengan

tanda-tanda lahirnya atau indikator-indikatornya.

Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual-beli, maka

pemilikan barang dan uang telah berpindah tangan. Ulama fiqih

menyatakan bahwa syarat ijab dan qabul itu adalah sebagai berikut:

a. Keadaan ijab dan qabul antara satu dan lainnya harus saling

berhubungan.

b. Qabul sesuai dengan ijab, ungkapan harus jelas begitu juga waktunya.

3. Syarat yang terkait dengan obyek jual-beli

Adapun syarat yang terkait dengan obyek yang dijadikan sasaran

jual beli adalah sebagai berikut:

a. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupanya untuk mengadakan barang itu. Namun

Page 34: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

23

dalam hal ini yang terpenting adalah saat diperlukan barang itu sudah

ada dan dapat dihadirkan pada tempat yang telah disepakati bersama.

b. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh karena itu

bangkai, babi dan benda-benda haram lainya tidak sah menjadi obyek

jual-beli, karena benda-benda tersebut tidak bermanfaat bagi manusia

dalam pandangan Syara’.

c. Suci barang atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan

benda-benda najis seperti anjing, babi dan lainnya.20

d. Barang yang dimiliki, barang yang boleh diperjual-belikan adalah milik

sendiri, atau mendapatkan kuasa dari pemilik untuk menjualnya, barang

yang sifatnya belum dimiliki seseorang, tidak boleh diperjualbelikan.

e. Harus jelas bentuk, zat dan ukuranya.

Disamping syarat yang berkaitan dengan rukun jual-beli di atas,

juga ada beberapa syarat lain yaitu:

a. Syarat sah jual-beli

Jual beli baru dianggap sah apabila memenuhi dua hal:

1) Jual beli itu terhindar dari cacat seperti barang yang diperjual-

belikan tidak jelas, baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya. Begitu

juga harga tidak jelas, jual beli itu mengandung unsur paksaan,

penipuan dan syarat-syarat lain yang mengakibatkan jual-beli rusak.

2) Apabila barang yang diperjual-belikan itu benda bergerak, maka

barang itu langsung dikuasai pembeli dan harga dikuasai penjual.

20

Hendi suhendi, Op.cit, hlm. 72.

Page 35: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

24

Sedang barang yang tidak bergerak, dapat dikuasai pembeli setelah

surat-menyuratnya diselesaikan sesuai dengan kebiasaan setempat.

b. Syarat yang terkait dengan pelaksanaan jual-beli

Jual-beli baru dapat dilaksanakan apabila yang berakad tersebut

mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual-beli. Umpamanya, barang

itu milik sendiri (bukan milik orang lain atau hak orang lain yang

terkait dengan barang itu).

Akad jual-beli tidak dapat dilaksanakan, apabila orang yang

melakukan akad itu tidak memiliki kekuasaan secara langsung

melakukan akad. Dalam hal ini, pihak wakil harus mendapat

persetujuan (surat kuasa) dari yang diwakili.

c. Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad jual-beli.

Ulama fiqih sepakat menyatakan, bahwa suatu jual-beli baru

bersifat mengikat, apabila jual-beli itu terbebas dari segala macam

khiyar.

Apabila jual-beli itu masih mempunyai hak khiyar, maka jual-

beli itu belum mengikat dan masih dapat dibatalkan.

Apabila semua syarat jual-beli di atas telah terpenuhi secara

hukum, maka jual-beli telah dianggap sah. Oleh sebab itu, kedua belah

pihak tidak dapat lagi membatalkan jual-beli itu.21

21

M. Ali hasan. Op.cit. hlm. 125.

Page 36: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

25

D. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi.

1. Ditinjau dari segi hukumnya jual beli ada dua macam, jual beli yang sah

menurut hukum dan jual beli yang batal menurut hukum:

a. Jual beli yang sahih.

Apabila jual-beli itu disyari’atkan, memenuhi rukun atau syarat

yang ditentukan, barang itu bukan milik orang lain, dan tidak terikat

dengan khiyar, maka jual beli itu sahih dan mengikat kedua belah

pihak.

Jual beli yang sah dapat dilarang dalam Syariat bila melanggar

ketentuan pokok yaitu, menyakiti penjual, pembeli, atau orang lain.

Menyempitkan gerakan pasar, merusak ketentraman umum.22

b. Jual beli yang batil.

Apabila pada jual-beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak

terpenuhi, atau pada dasarnya dan sifatnya tidak diSyari’atkan, maka

jual itu batil. Jual beli yang batil itu sebagai berikut:

1) Jual-beli sesuatu yang tidak ada

Ulama’ fiqih sepakat menyatakan, bahwa jual beli barang

yang tidak ada tidak syah. Misalnya jual beli buah-buahan yang baru

berkembang atau menjual anak sapi yang masih dalam perut

induknya.23

22

Gemala Dewi, Hukum perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005,

hlm. 105. 23

M.Ali Hasan, Op. Cit, hlm. 128.

Page 37: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

26

2) Menjual barang yang tidak dapat diserahkan

Menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli,

tidak sah (batil). Umpamanya menjual barang yang hilang atau

burung peliharaan yang lepas dari sangkarnya.

3) Jual beli gharar

Adalah jual-beli yang samar sehingga ada kemungkinan

mengandung unsur tipuan Menjual barang yang mengandung unsur

tipuan tidak sah (batil). Umpamanya menjual barang yang

kelihatanya baik namun terdapat cacat di dalam barang tersebut atau

penjualan ikan yang masih di dalam kolam.

4) Jual-beli benda najis

Ulama sepakat tentang larangan jual-beli barang yang najis,

seperti anjing.

Artinya: “Abdullah bin Yusuf mengabarkan kepada kami, Malik dari

Ibnu Sihab telah menceritakan dari Abi Bakar bin

Abdirahman dari Abi Mas’ud Al Anshari ra.: bahwa

Rasulullah Saw. melarang harga anjing (berjual-beli

anjing), bayaran pelacuran, dan upah tukang tenung.”24

Larangan bayaran pelacuran adalah karena melacur adalah

dosa besar dan perbuatan yang dikutuk oleh Allah, tenung adalah

24

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sohih Bukhori, Jld. 11, Bairut Libanon, 1412 H,

hlm. 59.

Page 38: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

27

perbuatan musyrik, sedangkan larangan harga anjing adalah karena

ada sebuah Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah yang

menyatakan bahwa bejana yang terkena jilatan anjing harus di cuci

sebanyak tujuh kali.

Artinya: “Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw. bersabda:

“Apabila anjing minum di bejana salah seorang diantara

kamu maka cucilah tujuh kali.” (HR. Ahmad, Bukhori dan

Muslim)25

5) Jual-beli al-‘urbun

Pembayaran uang muka dalam transaksi jual-beli, dikenal

ulama’ fiqh dengan istilah bai’ arbun adalah sejumlah uang muka yang

dibayarkan pemesan/calon pembeli yang menunjukkan bahwa ia

bersungguh-sungguh atas pesananya tersebut. Bila kemudian pemesan

sepakat barang pesananya, maka terbentuklah transaksi jual-beli dan

uang muka tersebut merupakan bagian dari harga barang pesanan yang

disepakati. Namun bila pemesan menolak untuk membeli, maka uang

muka tersebut menjadi milik penjual.26

6) Jual-beli air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak boleh dimiliki

seseorang.

Air tersebut adalah milik bersama umat manusia dan tidak boleh

diperjual-belikan. Menurut jumhur ulama air sumur pribadi, boleh

25

A Qodir Hasan, Terjemah Nailul Author Himpunan Hadis-Hadis Hukum, Jld. 1.

Surabaya: Bina Ilmu, 1978, hlm. 31. 26

Dimyaudin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008,

hlm. 90.

Page 39: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

28

diperjualbelikan, karena air sumur itu milik pribadi, berdasarkan hasil

usaha sendiri, uang hasil usaha itu dianggap imbalan atau upah atas

jerih payah pemasok air tersebut.

2. Ditinjau dari segi obyek jual-beli

Dari segi benda yang dapat dijadikan obyek jual-beli, jual beli

dapat dibagi menjadi tiga bentuk:

a. Jual-beli benda yang kelihatan.

Jual-beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan

jual-beli, benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual

dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan banyak masyarakat dan boleh

dilakukan.

b. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah

jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam

adalah bentuk jual-beli yang tidak tunai (kontan) maksudnya adalah

perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga

masa tertentu sebagai imbalan harga yang ditentukan pada waktu

akad.27

c. Jual-beli benda yang tidak ada.

Jual-beli beli benda yang tidak ada dan tidak dapat dilihat ialah

jual beli yang dilarang agama Islam karena barangnya tidak tentu atau

masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari

27

Hendi Suhendi, OP. Cit, h. 76.

Page 40: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

29

curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian

salah satu pihak.

3. Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek)

Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek) jual beli terbagi menjadi

tiga bagian yaitu:

a) Dengan lisan

Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang

dilakukan kebanyakan orang, bagi orang bisu dilakukan dengan isyarat

karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakkan

kehendak. Hal yang dipandang dalam akad adalah kehendak dan

pengertian bukan peryataan.28

b) Dengan tulisan

Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan

atau surat menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan

misalnya melalui via pos dan giro. Jual-beli ini dilakukan antara penjual

dan pembeli tidak berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui

pos dan giro, jual beli ini diperbolehkan oleh syara’.

c) Dengan perbuatan

Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal

dengan istilah muathah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa

ijab kabul, adanya perbuatan memberi dan menerima dari para pihak

yang telah saling memahami perbuatan perikatan tersebut dan segala

28

Ibid, h. 77.

Page 41: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

30

akibat hukumnya seperti seseorang mengambil rokok yang sudah ada

bandrol harganya dan kemudian diberikan kepada penjual uang

pembayarannya.29

E. Jual-beli Yang Dilarang

Jual beli benda najis hukumnya tidak sah, seperti yang dijelaskan

dalam sabda Nabi Saw berikut ini:

Artinya: “Menceritakan kepada kita Abdullah ibnu Maslamah, menceritakan

kepada kita Malik dari Nafi’ dari ibnu Umar RA ia berkata, bahwa

Rasulullah melarang jual beli najis.”30

Dalam Hadist lain jual beli barang najis dilarang seperti babi, darah,

bangkai dan khamar semua benda yang memabukkan) pengharaman khamar

adalah karena dapat mengakibatkan manusia kehilangan sesuatu yang paling

berharga yang diberikan oleh Allah yaitu akal. Di samping itu, khamar juga

dapat menyebabkan bahaya-bahaya lain yang disebabkan hilangnya akal

manusia, karena hilangnya akal manusia dapat berbuat sesuatu diluar

kesadaran seperti membunuh dan lain-lain yang dilarang agama. Sedangkan

pengharaman babi selain najis juga mengandung bakteri-bakteri yang tidak

mati sekalipun sudah dimasak, begitu juga dengan bangkai karena

mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.

29

Gemala Dewi, Op. Cit, hlm. 64. 30

Muhammad Ibnu Ismail, Op. Cit, hlm. 4.

Page 42: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

31

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dan al-Laits dari Yazid

bin Abi Habib dari 'Atha' bin Abi Rabah dari Jabir bin 'Abdullah

RA telah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: tahun pembukaan

di Makkah: sesungguhnya Allah mengharamkan jual-beli khamer

(minuman keras), bangkai, babi dan berhala, Kemudian seseorang

bertanya: "Bagaimana tentang lemak bangkai, karena banyak yang

menggunakannya sebagai pelapis perahu dan, meminyaki kulit dan

untuk bahan bakar lampu? Rasulullah Saw. menjawab: “Tidak

boleh, semua itu adalah haram”.31

Sebab keharaman arak adalah karena memabukkan, sedangkan

bangkai, anjing, dan babi adalah karena najis, sedangkan berhala bukan

karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya, menurut Syara', batu berhala

bila dipecah-pecah menjadi batu biasa boleh dijual, sebab dapat digunakan

untuk membangun gedung atau yang lainnya. Dalam keterangan kitab

Sunanul Qubro karangan Imam Abi Bakar Ahmad Bin Husain Bin Ali

Baihaqi menerangkan:

31

Muhammad bin Ismail, Op. Cit, hlm. 434.

Page 43: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

32

Artinya: “Ibnu Wahab menuturkan dari Ibnu Luhaiah, dan Hayat dari Ibnu

Suraih, dari Kholid Bin Abi Imron berkata: sesungguhnya aku

bertanya kepada Qosim dan Salim dari permasalahan minyak yang

di dalamnya ada bangkai tikus, apakah minyak itu layak untuk

dimakan? berkata Qasim dan Salim, tidak, kemudian Kholid bin

Imron bertanya lagi apakah kita diperbolehkan menjualnya? Al

Qasim dan Salim menjawab, boleh, kemudian makanlah harganya,

dan jelaskan pada pembelinya apa yang terjatuh dalam minyak

tersebut. Sebagian hujah mereka, apa yang disebutkan Abdul

Wahid dari Makmar dari az-Zahiri dari Said bin Musayad dari Abi

Hurairoh dari Nabi Saw. dalam permasalahan tikus yang jatuh ke

dalam minyak samin, apabila minyak tersebut padat maka buanglah

sekitarnya, apabila samin itu cair maka buatlah bahan bakar lampu

dan manfaatkanlah.”32

Dalam Kitab al-Fiqh ala al Madzahib al Arba’ah, mazhab Hanafi

menegaskan:

Artinya: “Mereka berkata: Boleh menjual belikan minyak yang terkena najis

dan memanfaatkannya selain untuk makan. Sebagaimana boleh

memperjual belikan kotoran yang tercampur dengan debu dan

memanfaatkannya dan kotoran binatang atau pupuk meskipun dia

najis barangnya. Bahwasanya yang mereka larang adalah

memperjual belikan bangkai, kulit bangkai sebelum disamak, babi

dan arak.”33

32

Ahmad Bin Husain Bin Ali Baihaqi, Sunanul Qubro, Jus 6, Bairut Libanon, Darul Al

Kitab Al Alamiah, 458 H, hlm. 22. 33

Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz 2, Beirut: Dar al-Fikr,

1972, hlm. 126.

Page 44: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

33

Artinya: “Segala sesuatu yang mengandung manfaat yang dihalalkan oleh

Syara' boleh dijual-belikan.”34

Dari beberapa pendapat ulama di atas dapat disimpulkan bahwa jual

beli benda najis atau benda suci yang terkena najis itu diperbolehkan asalkan

benda itu tidak untuk dimakan dan diminum karena benda-benda itu

bermanfaat dan manfaat itu tidak yang dilarang oleh Syara’.

34

Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Juz, V, Beirut: Dar al-Fkr, 1997,

hlm. 3431.

Page 45: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

34

BAB III

PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJING

A. Biografi Imam Malik

1. Biografi Imam Malik

Imam Malik memiliki nama lengkap, yaitu Malik bin Anas bin

Malik bin Abi „Amr bin al-Haris bin Usman bin Jusail bin Amr bin al-

Haris al-Ashbahaniy al-Himyariy, Abu „Abdillah al-Madaniy. Imam Malik

merupakan salah seorang ulama terkenal dan Imam kota Madinah.1 Dia

dilahirkan pada tahun 93 H (ada juga yang menyebut tahun 90 H),2 dan

wafat pada tahun 179 H dalam usia 87 tahun.3

Semasa kecilnya pendidikan Imam Malik berlangsung di Madinah.

Kecerdasannya terlihat dari kemampuannya menghafal Al-Qur‟an sejak

usia baligh, dan pada masa usia tujuh belas tahun, dia telah menguasai

ilmu-ilmu Agama.4 Dalam bidang hadits, Imam Malik belajar dari

pamannya yang bernama Abu Suhail, seorang ulama terkenal pada masa

itu.5 Disamping dari pamannya Imam Malik juga belajar kepada para

1 Ahmad bin Ali bin Hajar al Asqalani, Kitab Tahdzib al Tahdzib, Beirut: Dar al-Fikr,

1995, Juz 8, hlm. 6. 2 Muhammad al Zarqani, Syarh al Zarqani ‘ala Muwatha’ Imam Malik, Bairut: Dar al

kutub al Ilmiyah, 1990, hlm. 4. 3 Malik bin Anas, Al Muwaththa’, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, hlm. 5.

4 Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, Jakarta: Bulan Bintang,

1994, hlm. 99. 5

Abd. Rahman Idho‟i, Shariah The Islamic Law, terj. Basri Iba dan Wadi Maskuri, cet. 1

Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hlm. 145.

Page 46: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

35

ulama yang berkunjung ke Madinah, selain dari ulama-ulama besar yang

ada di Madinah sendiri.6

Imam Malik memiliki banyak guru tempatnya menimba ilmu,

bahkan ada yang menyebutkan bahwa dia mempunyai guru sampai 900

orang.7 Diantara guru-gurunya

8 tersebut adalah Abd Al Rahman Ibn

Hurmuz (w. 148), Muhammad Ibn Sihab al-Zuhri (w. 123/124 H). Nafi‟

Maula ibn Umar (w. 120 H). Imam Ja‟far al-Shadiq bin Muhammad bin ali

al-Husain bin Ali bin Abi Thalib (148 H). Rabi‟ah al-Ra‟yi bin Abd al

Rahman (w. 136 H). „Amir bin Abdillah bin al-Zubair bin al-Awwam,

Na‟im bin Abdillah al-Majmar, Zaid bin Aslam, „Abdillah bin Dinar al-

Adawi, Abu „Abd al Rahman al-Madini Maula bin Umar (w. 127 H).9.

Dengan kesungguhan dan ketentuan yang dimiliki oleh Imam

Malik dalam menuntut ilmu, serta melalui kontribusi guru-guru yang

menjadi sumber ilmu bagi Imam Malik, khususnya dalam bidang hadits

dan fikih, Imam Malik kemudian lahir dan muncul sebagai ulama besar,

khususnya dalam bidang hadits di Madinah. Imam Malik dikenal sebagai

seorang yang teliti di bidang hadits. Ibn Hibban mengatakan bahwa Imam

Malik adalah orang pertama dari kalangan fuqaha di Madinah yang

menyeleksi para perawi hadits. Malik menolak perawi yang tidak siqat,

dan tidak akan meriwayatkan hadits kecuali yang sahih, dan begitu juga

6 M. Azami, Studies in Hadis Methodology and Literaure Indianapolis, Indiana:

American Trust Publication, 1977, hlm. 81.

7 Al Muwaththa’, Op.cit, hlm. 5.

8 M. ‟Ajjaj al-Khatib, as-Sunnah Qabl at-tadwin, Beirut: Dar al-Fikr, 1993 M, hlm. 489-

490, lihat juga, Ibnu Hajar, Tahzib at-Tahzib, op.cit, juz 7, hlm. 420. 9 Syihab al-Din Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Kitab Tahzib at-Tahzib, juz 8, hlm.

6.

Page 47: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

36

beliau tidak akan meriwayatkan hadits kecuali dari perawi yang siqat,

Imam Syafi‟i adalah salah seorang murid yang pernah belajar pada

beliau.10

Selain Imam Syafi‟i, masih banyak ulama‟ yang menimba ilmu

pada beliau, baik dari Mesir dan Andalusia, yang paling popular adalah

Abu Abdullah (Abd Al Rahman bin Qasim), Abu Muhammad (Abdullah

bin Wahb bin Muslim), Asyhab bin Abdul Azis Al Qaisi, Abdullah bin

Abdul Qasim, Ashbagh bin al Faraj, Muhammad bin Abdullah,

Muhammad bin Ibrahim, Afrika, yang paling popular adalah Ali bin Ziyad

Al Tunisi, Ziyad bin Abd al Rahman al Qurthubi, Isa bin Dinar, Abd al

Malik bin Habib, Abd al Salam bin sa‟id. Murit-muritnya yang

menyebarkan madzhabnya sampai ke Irak dan Hijaz adalah Abu Marwan

Abd al Malik bin Abi Salamah, Ahmad bin Mu‟addzal bin Ghailan al

„Abdi, Abu Ishaq isma‟il bin Ishaq.11

Adapun dari segi kepribadian dan sikapnya, Imam Malik dikenal

sebagai seorang yang sederhana dan rendah hati. Sebelum wafatnya Ia

banyak meninggalkan warisan ilmu berupa naskah-naskah; antara lain

adalah: Risalah Ila Ibn Wahb fi al-Qadr, Kitab An-Nujum, risalah fi al-

Aqdhiyah, tafsir li Gharib Alquran, risalah Ila Lais bin Sa’ad, Kitab Syiar,

Kitab al-Manasik, Risalah Ila Abu Hasan, dan Kitab al-Muwaththa’.12

10

Ibid. juz 8, hlm. 9-10. 11

Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, jld. 1, Damsiq: Dar Al Fikr, cet. 7,

2006, hlm. 45-48. 12

M. Azami, Studies in Hadits Methodology and Literaure, Op. Cit., h. 82.

Page 48: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

37

Pada umumnya kitab di atas tidak lagi diketahui keberadaanya

kecuali kitab al-Muwaththa’ merupakan karya Imam Malik yang cukup

terkenal bahkan menjadi salah satu kitab hadits yang besar diantara kitab-

kitab yang ada.

2. Pemikiran dan Perkembangan Madzhab Malik

Pada awalnya Imam Malik mencurahkan studinya pada Ilmu

Hadits (riwayat), fatwa sahabat ada tabi‟in. selanjutnya, aspek-aspek ini

menjadi pilar pokok bagi bangunan fikihnya. Selain itu, ia juga

mengarahkan perhatiannya pada studi ilmu-ilmu keislaman lain. Dalam

studi fikih, ia mengarahkan perhatiannya pada fikih ra‟yu (penalaran) ahli

Madinah yang antara lain diterimanya dari Yahya bin Sa‟id al-Ansari, Ahli

hadits dari kalangan tabi‟in. Corak ra‟yu di Madinah adalah pemaduan

antara nash-nash dan berbagai maslahat yang berbeda-beda. Hal ini

sejalan dengan Atsar (sikap dan tingkah laku para sahabat), yakni metode

Umar bin Khattab dalam prinsip maslahat. Oleh sebab itu, ia lebih dekat

dengan pendapat yang menyerupai atsar dan yang semakna dengannnya.

Imam Malik juga menyelenggarakan pengajarannya di masjid Nabi

Saw. (Masjid Nabawi) dan memiliki tempat yang pernah dipakai Umar bin

Khattab. Dia menyelenggarakan dalam pengajarannya, yaitu khusus yang

sudah terjadi. Ia tidak mau memberikan fatwa terhadap kasus yang belum

terjadi. Selain itu, Imam Malik tidak mau memberikan fatwa yang

berkaitan dengan wewenang hakim dan masalah pengadilan. Dalam

menanggapi aneka ragam pemikiran yang timbul dalam masalah kalam

Page 49: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

38

(aqidah), Imam Malik selalu menempuh jalan fikih dan hadits, yaitu

keharusan mengikuti sunah dan metode yang ditempuh oleh ulama salaf

terdahulu (gerakan salafiyah). 13

Karya Imam Malik yang terkenal yaitu kitab al Muaththa’, yang

merupakan kitab hadits pertama yang disusun. Al Muaththa’ juga

merupakan kitab Hadits dan fikih sekaligus yang didalamnya dihimpun

hadits-hadits dalam tema-tema fikih yang pernah dibahas Imam Malik,

seperti praktek atau amalan penduduk Madinah, pendapat sahabat serta

tabi‟in yang tidak sempat ditemuinya.14

Silsilah sanad hadits dari Imam Malik dipandang sebagai “silsilah

emas” atau “silsilah az-zahab” (rangkaian perawi hadits yang dianggap

paling sahih). Pada masa sebelum Imam Malik, periwayatan hadits

terbatas pada hapalan, karena para ulama belum banyak mengenal

penulisan dan pembukuan.

Adapun mazhab Maliki antara lain tersebar di wilayah Hijaz. Di

daerah ini kedudukan mazhab Maliki menjadi kuat setelah Ibnu Farhun

menjadi hakim pada Tahun 793 H. Mazhab ini masuk ke Mesir berkat

usaha murid-muridnya, seperti Abdurrahman bin Kasim, dan Usman bin

Hakam, sampai datangnya mazhab Syafi‟i.

Di Tunisia tersebar juga mazhab Maliki, tetapi kemudian

dikalahkan oleh mazhab Hanafi pada masa Syekh Asad al-Fatur al-Tunisia

(seorang syekh pemberi fatwa pada masa pemerintahan Ziaduullah I dari

13

Syekh Muhammad al-Hudari, Tarikh Tasyri’ al-Islami, Kairo: Dar Ihya‟ al-Kutub al-

„Arabiyah, 1981, hlm. 412. 14

Imam Malik, Op.cit., hlm. 15.

Page 50: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

39

dinasti Aglabid). Kemudian mazhab Maliki bangkit lagi pada masa Mu‟iz

bin Hadis. Sejak saat itu penduduk diwilayah magribi menganut mazhab

Maliki. Mazhab ini juga berhasil menguasai wilayah Andalusia, terutama

pada masa Yahya bin Yahya al Andalusia menjadi hakim di sana. Akan

tetapi, mazhab ini kurang tersebar diwilayah Islam bagian timur.

B. Pendapat Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing

Pada bab sebelumnya telah penulis singgung mengenai pendapat

Imam Malik mengenai hukum jual beli anjing. Akan tetapi dalam kesempatan

ini penulis akan lebih detail dalam menjabarkan pendapat-pendapat Imam

Malik mengenai jual beli anjing.

Dalam kitab al Muwattha‟ disebutkan bahwa hukum tsaman (hasil

dari jual beli anjing) adalah makruh baik anjing yang bermanfaat maupun

tidak.

Artinya: “Imam Malik berkata: saya memakruhkan harga anjing baik yang

bermanfaat maupun tidak, karena Nabi Saw. Melarangnya”.

Beliau mendasarkan pada sabda Nabi Saw. berikut ini:

Artinya: “Dari ibn Syihab, dari Abi Bakr bin Abd al Rahman bin Harits bin

Hisyam, dari Abi Masy‟ud al Anshari, sesungguhnya Rasulullah

Saw. melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal.”15

15

Malik bin Anas, Op.cit., hlm. 573.

Page 51: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

40

Meskipun dalam hadits tersebut jelas-jelas ada larangan dari Nabi

Saw. akan tetapi Imam Malik memberikan hukum makruh bukan haram.

Hukum makruh jual beli anjing bukan karena najisnya melainkan karena

adanya larangan langsung dari Nabi Saw. karena Imam Malik tidak

menghukumi najis pada anjing, meskipun beliau mewajibkan membasuh

tujuh kali, hal itu bukan karena najisnya melainkan karena murni beribadah

kepada Allah.16

Tidak najisnya anjing menurut beliau didasarkan pada firman

Allah dalam QS. Al Maidah ayat 5:

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan

(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar

dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa

yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa

yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas

binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.”17

Dalam ayat tersebut menjelaskan tentang anjing yang digunakan

untuk berburu. Kemudian imam Malik berpendapat, jikalau anjing itu najis

maka najislah hasil buruannnya ketika anjing membawanya kepada tuannya.18

Dilihat dari bagaimana kebiasaan anjing ketika menyerahkan hasil buruan

16

Wahbah Al Zuhaili, Al Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, jld. I, Damsiq: Dar Al Fiqr, Cet

VII, 2006, hlm. 295, 305-306. 17

Departemen Agama RI, Op.cit., hlm. 158. 18

Ahamad Al Syurbashi, Yasalunaka fi Al Din wa Al Hayat, Beirut-Libanon: Dar Al Jail,

1996, hlm. 26-27.

Page 52: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

41

kepada tuannya, yaitu dengan menggigit. padahal dalam sebuah hadits

dijelaskan bahwa jilatan anjing itulah yang menyebabkan sebuah bejana itu

najis yang wajib dibasuh dengan tujuh kali basuhan yang salah satunya

dicampur dengan debu. Otomatis jika anjing itu membawa hasil buruan

kepada tuannya dengan cara tersebut maka sudah pasti jilatan atau air liurnya

mengenai hasil buruan itu.

C. Metode Istinbath Hukum Imam Malik

Imam Malik tidak pernah menyusun dasar-dasar madzhab yang

dibangunnya dalam sebuah kitab, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam

Syafi‟i, yang membukukan sendiri dasar-dasar yang menjadi sumbernya

dalam menggali hukum dan menerangkan sebab-sebab yang menyebabkan

dasar itu dijadikan sebagai hujjah, serta kedudukan masing-masing dasar itu

dalam teori istidlal.

Oleh karena itu untuk mengetahuinya harus dilakukan penelusuran

terhadap karya-karya besar beliau yang ada di kalangan kita, diantaranya

kitab al-Muwatta’ dan kitab fatwa beliau al-Mudawwanah al-Kubra’.19

Dalam kitab al-Muwatta’ diterangkan sebab-sebab Imam Malik menjadikan

al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber utama. Selain itu Imam Malik juga

menerangkan alasannya menggunakan ijma‟ ahl Madinah sebagai dasar

hukum dan dasar penggunaan qiyas untuk menetapkan hukum. Qadi al-Iyad

dalam kitabnya al-Madarik mengatakan dasar yang dijadikan sumber dalam

menetapkan hukum adalah al kitab, al sunnah, amal ahl al-Madinah dan al

19

Ibn Hajar, Fath al-Bari, jld. I, Beirut-Libanon: Maktabah al Salafi, t.th., hlm. 4.

Page 53: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

42

qiyas.20

Imam al Syathibi mengklaim bahwa ada empat macam dasar

madzhab Maliki dalam menetapkan hukum, yaitu al kitab, al sunnah, ijma’

dan al ra’yu. Adapun qaul al sahabah dimasukkan dalam kategori al sunnah

sementara maslahah mursalah, sad al zariah, ‘urf, istihsan dan istishab

dimasukkan dalam kategori al ra’yu.21

Adapun penjabaran masing-masing dasar sebagai berikut:

1) Al-Qur’an

Imam Malik memandang al-Qur‟an sebagai pokok pangkal hukum

syari‟at, pegangan umat Islam yang pertama. Al-Qur‟an dalam pandangan

Imam Malik adalah lafadz dan makna. Karenanya tidak boleh terjemahan

al-Qur‟an digunakan dalam shalat. Dalam memegang al-Qur‟an ini

meliputi pengambilan hukum berdasarkan zahir nass al-Qur‟an atau

keumumannya, meliputi mafhum al-mukhalafah yang dinamakan dalil dan

mafhum al-muwafaqah yang dinamakan fahwa dengan memperhatikan

illatnya.

2) As-Sunnah

Dalam berpegang kepada sunnah sebagai dasar hukum, Imam

Malik melakukan cara yang dilakukan dalam berpegang kepada al-Qur‟an.

Apabila dalil syar‟i menghendaki penta‟wilan maka yang dijadikan

pegangan adalah arti ta‟wil tersebut. Apabila terdapat pertentangan antara

makna zahir al-Qur‟an dengan makna yang terkandung dalam sunnah

20

TM. Hasbi al Shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, Jakarta: Bulan

Bintang, 1972, hlm. 171. 21

Abu Ishaq al Syatibi, al Muwafaqat, Beirut-Libanon: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1975, hlm.

364.

Page 54: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

43

sekalipun jelas, maka yang dipegang adalah makna zahir al-Qur‟an. Tetapi

apabila makna yang dikandung oleh as-Sunnah tersebut dikuatkan oleh

Ijma’ Ahl al-Madinah, maka beliau lebih mengutamakan makna yang

terkandung dalam sunnah dari pada zahir al-Qur‟an (sunnah yang

dimaksud disini adalah sunnah mutawatir dan masyhur).22

Adapun Imam Malik berpendapat bahwa kedudukan as-sunnah

terhadap al-Qur‟an ada tiga:23

a) Men-taqrir hukum atau mengkokohkan hukum al-Qur‟an.

b) Menerangkan apa yang dikehendaki al-Qur‟an, men-taqyid

kemutlakannya dan menjelaskan kemujmalannya.

c) Sunnah dapat mendatangkan hukum baru yang tidak disebut dalam al-

Qur‟an.

3) Ijma’ Ahl al-Madinah

Ijma‟ ahl al-madinah ini ada beberapa macam diantaranya ijma‟ ahl

al-madinah yang asalnya dari al-naql hasil dari mencontoh Rasulullah

SAW. Bukan dari ijtihad ahl al-madinah seperti ukuran mud, penentuan

tempat atau tempat dilakukannya amalan rutin.

Di kalangan Madzhab Maliki, ijma‟ ahl al-Madinah lebih

diutamakan dari pada khabar ahad, sebab ijma‟ ahl al-Madinah merupakan

pemberitaan oleh jama‟ah, sedang khabar ahad hanya merupakan

22

Huzaimah Tahida Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta: Logos, 1997,

hlm. 106. 23

TM. Hasbi ash-Shiddieqy, Op.cit, hlm. 200-201.

Page 55: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

44

pemberitaan perorangan. Ijma‟ ahl al-madinah ini ada beberapa tingkatan

yaitu:

a. Kesepakatan ahl al-madinah yang asalnya adalah al-Naql.

b. Amalan ahl al-madinah sebelum terbunuhnya „Usman bin „Affan. Hal

ini didasarkan bahwa belum pernah diketahui ada amalan ahl al-

madinah waktu itu yang bertentangan dengan sunnah Rasul.

c. Amalan ahl al-madinah itu dijadikan pendukung, pentarjih atas dua

dalil yang saling bertentangan.

d. Amalan ahl al-madinah sesudah masa keutamaan yang menyaksikan

amalan Nabi SAW.24

4) Fatwa Sahabat

Yang dimaksud sahabat di sini adalah sahabat besar yang

pengetahuan mereka terhadap suatu masalah itu didasarkan pada an-naql.

Menurut Imam Malik, para sahabat besar tidak akan memberi fatwa

kecuali atas dasar apa yang dipahami dari Rasulullah SAW. Namun

demikian beliau mensyaratkan bahwa fatwa sahabat tersebut tidak boleh

bertentangan dengan hadis marfu’ yang dapat diamalkan dari fatwa

sahabat yang demikian ini lebih didahulukan dari pada qiyas dan

adakalanya Imam Malik menggunakan fatwa tabi‟in besar sebagai

pegangan dalam menentukan hukum.

24

Ibid., hlm. 107.

Page 56: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

45

5) Khabar Ahad dan Qiyas

Imam Malik tidak mengakui khabar ahad sebagai sesuatu yang

datang dari Rasulullah Saw., jika khabar ahad ini bertentangan dengan

sesuatu yang sudah dikenal masyarakat Madinah, sekalipun hanya dalil

dari hasil istinbat, kecuali khabar ahad itu dikuatkan oleh dalil-dalil lain

yang qat’i. Dalam menggunakan khabar ahad ini, Imam Malik tidak selalu

konsisten, kadang-kadang ia mendahulukan qiyas daripada khabar ahad.

Kalau khabar ahad itu tidak dikenal atau tidak populer di kalangan

masyarakat Madinah maka hal itu dianggap sebagai petunjuk bahwa

khabar ahad bukan berasal dari Rasulullah Saw. Dengan demikian,

khabar ahad tersebut tidak digunakan sebagai dasar hukum, tetapi

menggunakan qiyas dan maslahah.

6) Al-Istihsan

Menurut Mazhab Maliki, al-istihsan adalah mengambil maslahah

yang merupakan bagian dalam dalil yang bersifat kully (menyeluruh)

dengan mengutamakan al-istidlal al-mursal daripada qiyas. Dari Ta‟rif di

atas, jelas bahwa al-istihsan lebih mementingkan maslahah juz‟iyyah atau

maslahah tertentu dibandingkan dengan dalil kully atau dalil yang umum

atau dalam kata lain sering dikatakan bahwa al-istihsan adalah beralih dari

satu qiyas ke qiyas yang lain yang dianggap lebih kuat dilihat dari tujuan

syari‟at diturunkan. Tegasnya, al-istihsan selalu melihat dampak sesuatu

ketentuan hukum, jangan sampai membawa dampak merugikan tapi harus

mendatangkan maslahah atau menghindari madarat, namun bukan berarti

Page 57: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

46

istihsan adalah menetapkan hukum atas dasar ra‟yu semata, melainkan

berpindah dari satu dalil ke dalil yang lebih kuat yang kandungannya

berbeda. Dalil kedua ini dapat berwujud ijma‟, „urf atau al-maslahah al-

mursalah.

7) Al-Maslahah al- Mursalah

Al-Maslahah al-Mursalah adalah maslahah yang tidak ada

ketentuannya, baik secara tersurat atau sama sekali tidak disinggung oleh

nash, dengan demikian maka al-maslahah al-mursalah itu kembali kepada

memelihara tujuan syar‟iat diturunkan.

Azas atau pondasi fiqh Islam adalah kemaslahatan umat, tiap-tiap

maslahah dituntut oleh syara‟ dan tiap-tiap yang memberi madarat

dilarang oleh syara‟. Ini adalah dasar yang disepakati ulama. Mazhab

Maliki menghargai maslahah dan menjadikannya sebagai salah satu dasar

yang berdiri sendiri bahkan Mazhab Maliki kadang-kadang mentahksiskan

al-Qur‟an dengan dasar maslahah.25

8) Sadd al Dzarai’

Dzari‟ah menurut bahasa bermakna wasilah (perantara) dan makna

sadd al dzari’ah ialah menyumbat wasilah.26

Madzhab Maliki

menggunakan sadd az-zari’ah sebagai landasan dalam menetapkan

hukum. Menurut golongan ini semua jalan atau sebab yang menuju kepada

haram atau terlarang hukumnya haram atau terlarang, dan semua jalan atau

sebab yang menuju kepada yang halal, halal pula hukumnya.

25

Abi Ishaq al Syatibi, Op.cit, hlm. 118. 26

TM. Hasbi al Shidieqy, Op.cit., hlm. 221.

Page 58: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

47

9) Istishab

Madzhab Malik menjadikan Istishab sebagai landasan dalam

menetapkan hukum. Istishab adalah tetapnya suatu ketentuan hukum untuk

masa sekarang atau yang akan datang berdasarkan atas ketentuan hukum

yang sudah ada di masa lampau. Jadi sesuatu yang telah diyakini tersebut

hukumnya tetap seperti hukum pertama, yaitu tetap ada, begitu pula

sebaliknya. Misalnya seorang yang telah yakin sudah berwudhu, kemudian

datang keraguan apakah sudah batal atau belum maka hukum yang

dimilikinya adalah belum batal wudhunya.27

10) ‘Urf dan Adat Kebiasan

„Urf adalah urusan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam

perkembangan hidupnya:

Artinya: “Perkara yang disepakati oleh segolongan manusia dalam

perkembangan hidupnya atau pekerjaan yang dilakukan

berulang-ulang oleh satu orang ataupun kelompok”.

Golongan Malikiyah meninggalkan qiyas apabila qiyas itu

berlawanan dengan „urf, disamping itu golongan Malikiyah mentakhsiskan

umum dan mentaqyidkan mutlak dengan ‘urf. 28

27

Huzaimah Tahido Yanggo, Op.cit., hlm. 112. 28

Abi Ishaq asy-Syatibi, Op.cit., jld. II, hlm. 228.

Page 59: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

48

D. Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing

Di atas telah penulis paparkan tentang metode istinbath hukum Imam

Malik secara umum, metode-metode beliau dalam menelorkan sebuah hukum

tidak terlepas dari kaidah-kaidah hukum di atas.

Mengenai hukum jual beli anjing, Imam Malik menghukumi makruh

karena melihat apa yang tampak pada sebuah hadits yang ada larangan

mengenai harga anjing. Meskipun dalam hadits tersebut jelas menggunakan

kata naha yang berarti larangan yang dalam kaidah fiqh larangan itu

menunjukkan pada keharaman. Dalam hadits yang lain menggunakan kata

zajara yang bermakna mencegah, secara redaksi berbeda lafadznya akan

tetapi sama dalam tujuannya, yakni melarang. Akan tetapi dalam hadits lain

setelah ada larangan atau pencegahan disebutkan istisna’ (pengecualian).

Berarti imam Malik mengumpulkan hadits-hadits yang sama pembahasannya,

yakni hadits-hadits yang terkait masalah anjing baik yang menjelaskan

tentang cara membasuh bejana ketika terkena jilatan anjing, hukum

memelihara anjing di rumah sampai hadits yang menjelaskan mengenai harga

anjing. Kemudian imam Malik mentahrij dari hadits-hadits tersebut yang

kemudian muncul hokum makruh. Kronologi hukum makruh tersebut muncul

dari penggabungan larangan dengan pengecualian. Disamping berdasarkan

pada hadits beliau juga menggali dari al Qur‟an, yaitu surat al maidah ayat 5,

dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa hasil buruan hewan buas dan anjing

yang terlatih dan taat pada tuannya dikategorikan dalam makanan-makanan

Page 60: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

49

yang halal lagi baik. Dalam ayat tersebut di perintahkan untuk memakan dari

hasil buruan yang diperoleh binatang buas dan anjing yang terlatih.

Mengenai hukum memelihara anjing itu diperbolehkan asal ada tujuan

yang jelas dalam pemeliharaan tersebut. Seperti digunakan untuk menjaga

rumah, ternak dan tanaman. Kalau tidak ada tujuan yang jelas dalam

pemeliharaan lebih baik tidak memelihara anjing, karena akan mengurangi

pahala tiap harinya. Pembolehan memelihara anjing yang di gunakan untuk

berburu, menjaga ternak maupun tanam-tanaman berdasar pada sabda Nabi

berikut ini:

Artinya: “Dari Yazid bin Khushaifah, sesungguhnya Saib bin Yazid telah

mengkabarkan padanya, sesungguhnya dia (Saib) telah mendengar

Sufyan ibnu Abi Zuhair, Dia sedang berbicara dengan seseorang di

samping pintu masjid, kemudian dia berkata: aku mendengar

Rasulullah Saw. Bersabda: “barangsiapa memelihara anjing yang

tidak digunakan untuk menjaga tanaman dan tidak pula ternak

maka berkuranglah dari amalnya setiap hari sebanyak satu

Qiroth”.29

Dalam hadits tersebut menjelaskan tentang berkurangnya pahala orang

yang memelihara anjing yang tidak digunakan untuk menjaga tanaman

maupun ternak. Oleh karena itu apabila memelihara anjing penjaga

diperbolehkan dan sebaiknya tidak usah memelihara anjing jikalau tidak

membutuhkan, karena akan mengurangi pahala tiap harinya.

29

Malik bin Anas, Op.cit., hlm. 643.

Page 61: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

50

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJING

A. Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing

Pada dasarnya hukum muamalah adalah mubah (diperbolehkan)

sebagaimana yang telah disepakati oleh mayoritas ulama fiqih dalam kitab-

kitab mereka dengan menetapkan sebuah kaidah fiqhiyah yang berbunyi “al-

ashlu Fi al asyya’i wa al ‘ayani al ibahatu”. Kaidah ini berlandaskan

beberapa dalil syar‟i, di antaranya adalah firman Allah:

Artinya: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi

untukmu.” (QS. Al Baqarah 29)1

Dan jual beli (perdagangan) adalah termasuk dalam katagori

muamalah yang dihalalkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, dan

Allah telah menghalalkan jual beli.” (QS. Al Baqarah 275)2

Al-Hafizh Ibnu katsir dalam tafsir ayat diatas mengatakan: “Apa-apa

yang bermanfaat bagi hambaNya maka Allah memperbolehkannya dan apa-

apa yang membhayakannya maka Dia melarangnya bagi mereka”.3

Dari ayat ini para ulama mengambil sebuah kaidah bahwa seluruh

bentuk jual beli hukum asalnya boleh kecuali jual beli yang dilarang oleh

1 Departemen Agama RI, Op.cit., hlm. 13.

2 Ibid., hlm. 69

3 Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, jld. 1, Bairut-Libanon: Dar al Kutub al

Ilmiyah, 1999, hlm. 711.

Page 62: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

51

Allah dan Rasul-Nya. Yaitu setiap transaksi jual beli yang tidak memenuhi

syarat sahnya atau terdapat larangan dalam unsur jual-beli tersebut.

Secara umum memang demikian, akan tetapi apabila ada hal lain yang

mempengaruhinya maka hukum jual beli tersebut tidak sah. Sebagaimana

anjing yang oleh sebagian ulama tidak boleh untuk diperjualbelikan, karena

mereka menekankan pada sucinya benda/obyek yang diperjualbelikan,

sebagaimana pendapat Imam Syafi‟i, Imam Ahmad bin Hambal dan Sayyid

Tsabiq. Sebagian yang lain memperbolehkan jual beli benda najis asalkan

bermanfaat, sebagaimana pendapat Abu Hanifah, Malikiyah, pengikut Syafi‟i.

Adapun rukun dan syarat jual beli sebagaimana telah penulis sebutkan

dalam bab II meliputi „Aqid (orang yang melakukan akad), Sighot (lafal ijab

dan kabul) dan Ma’qud (benda yang dijadikan obyek jual-beli). Ketika jual

beli telah memenuhi ketiga unsur tersebut maka hukumnya telah dipandang

sah menurut syara‟.

Jika ditelusuri lebih dalam lagi, di sini terjadi perbedaan pandangan

mengenai obyek jual belinya, ada yang mengatakan najis dan ada juga yang

suci. Penulis lebih fokus pada pendapat-pendapat Imam Malik yang

mengatakan bahwa anjing itu suci akan tetapi jual belinya dihukumi makruh,

meskipun ada dalil yang melarang harga anjing. Sebagaimana hadits berikut:

Page 63: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

52

Artinya: “Dari ibn Syihab, dari Abi Bakr bin Abd al Rahman bin Harits bin

Hisyam, dari Abi Masy‟ud al Anshari, sesungguhnya Rasulullah

Saw. melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal.”4

Dalam hadits yang lain juga disebut tentang penyucian anjing:

Artinya: “Dari Abi Hurairoh ra. Berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “sucinya

bejana salah satu kamu sekalian ketika dijilat anjing yaitu dibasuh

tujuh kali yang salah satunya dengan debu.” (HR. Muslim)5

Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa, disamping harga anjing itu

dilarang, anjing juga najis dan termasuk najis yang berat dilihat dari cara

penyuciannya. Akan tetapi Imam Malik lain menanggapi hal tersebut,

masalah penyucian anjing dengan tujuh kali basuhan itu murni beribadah

kepada Allah bukan karena kenajisannya. Beliau mendasarkan pada firman

Allah QS. Al Maidah ayat 4:

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan

(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar

dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa

yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa

yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas

binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya”.

4 Imam Malik, Al Muwattho’, hlm. 573.

5 Ibnu Hajar Al Asqolani, Bulugh Al Marom Min Adillah Al Ahkam, Semarang: Toha

Putra, hlm. 4.

Page 64: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

53

Para sahabat bertanya tentang apa yang dihalalkan bagi mereka,

karena di muka bumi ini banyak hewan melata yang tidak mungkin

disebutkan satu persatu dalam al Qur‟an maupun hadits terkait hukumnya,

kemudian turunlah ayat tersebut. Kataknlah wahai Muhammad, yang

dihalalkan bagi mereka adalah makanan yang halal lagi baik dan hasil buruan

hewan yang terlatih yang taat pada tuannya.

Jikalau anjing itu najis tentulah hasil buruannya akan najis ketika

anjing membawa kepada tuannya. Jikalau hasilnya najis tentu tidak

diperbolehkan memakan hasil buruan tersebut. Ayat inilah yang merupakan

dasar bagi Imam Malik dalam menghukumi sucinya anjing. Kalau dipahami

dari ayat tersebut serta melihat dari kebiasaan anjing ketika mebawa hasil

buruan maka sudah pasti hasil buruan tersebut digigitnya. Sesautu yang

digigit pasti terkena liur dan lidah. Padahal dalam hadits di atas dijelaskan

bahwa yang menyebabkan bejana itu najis adalah jilatan anjing. Jikalau

jilatan anjing itu najis kenapa dalam ayat tersebut langsung ada perintah

untuk memakannya.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa pada zaman Nabi ada anjing

masuk masjid akan tetapi Nabi dan para Sahabat tidak melakukan apa-apa.

Artinya: “Dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dia berkata: telah bercerita kepadaku

Hamzah bin Abdullah dari bapaknya, dia berkata: ada beberapa

anjing yang masuk dan mengotori masjid pada masa Rasulullah

Page 65: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

54

Saw. Akan tetapi mereka (Rasul dan para sahabat) tidak

membersihkannya”.6

Menurut Imam Malik, mengenai penyucian bekas anjing yang

disebutkan dalam hadits, bahwa yang wajib adalah mencuci tujuh kali,

adapun penggunaan debu bersama tujuh kali cucian hukumnya tidak wajib.

Hal ini karena kegoncangan (idhtirob) periwayatan hadits tentang

pencuciannya yang disertai dengan debu, di dalam sebagian riwayat debu

tersebut pada cucian pertama, di sebagian riwayat lain pada cucian terakhir,

dan di riwayat lain tidak menentukan urutannya hanya menyebutkan “salah

satunya dengan debu”. Hal inilah yang menyebabkan hadits tersebut

dikatakan idhtirab, karena ada salah satu sanad yang lupa-lupa ingat. Berarti

hadits tersebut termasuk ada cacat dalam hal sanadnya. Padahal imam malik

adalah orang yang paling selektif dalam menerima hadits. Oleh karena

idhtirob ini maka gugurlah hukum wajib penggunaan debu, karena asalnya

adalah tidak adanya hukum wajib.7

Hukum tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing, beliau

memandang bahwa perkara mencuci ini adalah dalam rangka ta’abbudi

(murni ibadah) bukan semata-mata karena najis. Perkara ibadah hanya

dibatasi pada nash dan tidak melebihinya karena tidak adanya illah (alasan

hukum).

Dari beberapa dalil tersebut Imam Malik menghukumi makruh

terhadap jual beli anjing. Baik yang bermanfaat maupun tidak. Akan tetapi

6 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shohih Al Bukhori, jld. I, Beirut-Libanon: Dar Al

Fiqr, 1994, hlm. 53. 7 Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram,

Jiddah: Dar Al Qiblah, cet. I, 1992, hlm. 142.

Page 66: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

55

jika anjing tersebut berbahaya (anjing gila/galak) maka tidak diperbolehkan,

karena ada madhorot yang timbul darinya.

Dalam sebuah hadits disebut dengan istilah “kalb al ‘aqur” anjing

galak, Nabi memerintahkan untuk membunhnya, sebagaimana dalam hadits

berikut:

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah Saw.

Memerintahkan untuk membunuh anjing”.8

Dalam hadits yang lain disebutkan:

Artinya: “Dari Ibnu Syihab dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa

Rasulullah Saw. bersabda: “Ada lima jenis hewan yang

kesemuanya berbahaya sehingga boleh dibunuh saat ihram, yaitu:

burung gagak, burung rajawali, tikus, kalajengking dan anjing

galak”.9

Hadits yang pertama menunjukkan tentang keumuman untuk

membunuh anjing, apapun jenisnya. Akan tetapi keumuman tersebut dibatasi

oleh hadits kedua, yakni hanya anjing-anjing galak atau yang membahayakan

saja yang boleh dibunuh.

Lain halnya ketika jual beli tersebut dilakukan untuk dimakan, maka

hukumnya berbeda-beda, Imam Syafi‟i dan Imam hambali mengharamkanya,

karena menurut mereka anjing adalah najis dzatnya. Dalil hukumnya adalah

anjing diqiyaskan dengan hinjir (babi) yang ada nash langsung dalam Al

8 Anas bin Malik, Op.cit., hlm. 738.

9 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Op.cit., jld.

Page 67: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

56

Qur‟an dan hadits tentang penyucian anjing. Abu Hanifah juga

mengharamkannya kalau untuk tujuan konsumtif. Dalam kelompok

Malikiyah ada dua pendapat terkait mengkonsumsi anjing, yang pertama

makruh dan yang kedua haram. Akan tetapi pendapat yang kedua yang lebih

kuat.

Orang-orang yang memeperbolehkan mengkonsumsi anjing hanyalah

mereka yang memahami Al Qur‟an secara tekstual, ada diantara aliran di

Indonesia yang menghalalkan anjing, mereka berdasar pada QS. Al An‟am

145:

Artinya: Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepada-Ku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor -

atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa

yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya

dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)

selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa

(memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)

melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Page 68: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

57

Menurut mereka dalam Al Qur‟an tidak disebutkan bahwa anjing itu

diharamkan. Dalam ayat tersebut Cuma menyebutkan empat hal yang

diharamkan, yaitu bangkai, darah, daging babi dan hewan sesembahan untuk

selain Allah. Dipandang dari teksnya juga menggunakan adat hasr yakni

“innama” yang befaidah meringkas atau menghususkan. Berarti hanya yang

disebutkan itulah yang diharamkan. Sungguh sempit asumsi yang demikian,

karena tidak semua hasr itu berfaidah mutlak.

Pemahaman yang seperti itu bisa dianalogikan dalam hadits lain yang

sangat popular, yakni:

Artinya: “Keabsahan „amal hanya bergantung pada niatnya”.

Jikalau amal itu tergantung pada niatnya saja, maka sudah cukuplah

kita melakukan niat. Seumpama seseorang ditanya “apakah anda sudah haji”,

kemudian dia menjawab “sudah”, karena saya sudah niat haji.

Mengenai hukum makan anjing para ulama‟ menyandarkan pada

hadits berikut:

Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Dari Nabi Saw. Bersabda: “setiap hewan

buas yang bertaring maka haram untuk dimakan”.

Tiap hewan bertaring adalah haram untuk dikonsumsi, anjing adalah

termasuk jenis hewan yang bertaring, dilihat dari struktur giginya anjing

mempunyai empat taring, dua di bawah dan dua di atas meskipun gigi yang

lain rata. Lain halnya dengan anjing buas atau anjing hutan yang pada

Page 69: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

58

umumnya disebut dengan srigala. Srigala mempunyai struktur gigi yang

sangat berbeda dengan anjing biasa, gigi srigala berbentuk seperti gergaji,

baik gigi atas maupun bawah, karena bentuknya seperti itu maka

dikategorikan taring semua, Nabi juga memerintahkan untuk mebunuhnya.

B. Analisis Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing

Mengenai istinbath hukum jual beli anjing, beliau mengambil hadits-

hadits yang berkaitan dengan anjing, yang telah penulis sebutkan dalam bab-

bab sebelumnya. Dalam sebuah hadits ada yang melarang harga anjing, dalam

hadits yang lain ada pengecualian dan pemilahan dari segi manfaatnya, dalam

hadits yang lain tentang balasan bagi orang yang memelihara anjing akan

tetapi tidak anjing penjaga baik untuk menjga hewan maupun tanaman maka

tiap hari pahalanya berkurang satu qiroth, dalam hadits lain dua qiroth.

Dari beberapa dalil tersebut dikompromokan (jam’u dan taufiq) dicari

kesesuaian dan keserasian agar antara satu dengan yang lain tidak saling

berbenturan atau bisa dikatakan antara dalil yang satu menguatkan yang lain.

Pertama Imam Malik memunculkan hadits yang menjelaskan tentang jilatan

anjing dalam kitab muwattha‟nya, kemudian hadits tentang larangan harga

anjing:

Page 70: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

59

Artinya: “Dari ibn Syihab, dari Abi Bakr bin Abd al Rahman bin Harits bin

Hisyam, dari Abi Masy‟ud al Anshari, sesungguhnya Rasulullah

Saw. melarang harga anjing, harga pezina dan ongkos peramal.”10

Hadits tersebut secara jelas melarang hasil jual beli anjing, dalam usul

fiqh disebutkan, apabila ada larangan maka akan berfaidah haram. Akan

tetapi dalam hadits lain disebutkan:

Artinya: “Kecuali anjing yang digunakan untuk berburu dan menjaga ternak”

Dari kedua hadits tersebut dikompromikan dengan cara memadukan

larangan dengan pengecualian yang menimbulkan hukum makruh. Sedangkan

makruh tidak berarti haram atau mubah. Berarti hanya dalam tataran tertentu

kita diperbolehkan memanfaatkan anjing. Dalam teks hadits mencontohkan

manfaat itu dengan berburu dan menjaga. Hukum makruh muncul dari adanya

keumuman yang kemudian disusul oleh pengecualian (istisna’). Yakni, pada

awal kata, Nabi Saw. melarang secara umum kemudian memberikan

pengecualian dengan menggunakan illa al istisna’i, yang artinya keumuman

tersebut terbatasi oleh istisna‟.

Dalam kaidah fiqh juga disebutkan:

Artinya: “Setiap perkara yang najis itu haram dan tidaklah setiap yang haram

itu najis”.

Banyak di antara hewan yang hidup ditengah-tengah kita haram untuk

dimakan akan tetapi tidak dihukumi najis, seperti kucing, sebagaimana dalam

hadits berikut:

10

Imam Malik, Op.cit., hlm. 573.

Page 71: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

60

Artinya: Dari Abi Qatadah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda

dalam masalah kucing, “sesungguhnya ia tidak najis, hanya saja ia

berkeliling di antara kalian semua.”

Selanjutnya hadits tentang memelihara anjing:

Artinya: “Dari Yazid bin Khushaifah, sesungguhnya Saib bin Yazid telah

mengkabarkan padanya, sesungguhnya dia (Saib) telah mendengar

Sufyan ibnu Abi Zuhair, Dia sedang berbicara dengan seseorang di

samping pintu masjid, kemudian dia berkata: aku mendengar

Rasulullah Saw. Bersabda: “barangsiapa memelihara anjing yang

tidak digunakan untuk menjaga tanaman dan tidak pula ternak

maka berkuranglah dari amalnya setiap hari sebanyak satu

Qiroth”.11

Dari beberapa hadits tersebut beliau kumpulkan kemudian

dikompromikan. Dalam hadits yang melarang harga anjing ini masih bersifat

umum, belum ada pemilahan antara anjing yang terlatih, anjing penjaga dan

anjing yang berbahaya. Kemudian hadits ini dikompromikan dengan hadits

berikutnya yang menjelaskan tentang diperbolehkannya memelihra anjing

yang bermanfaat untuk menjaga ternak maupun tumbuhan.

Oleh sebab ada larangan dan ada pula yang membolehkan maka

muncullah hukum makruh. Makruh adalah sesuatu yang oleh syara‟ ada

tuntutan untuk ditinggalkan bukan karena keharamannya maupun karena

11

Anas bin Malik, Op.cit., hlm. 643.

Page 72: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

61

adanya ketetapan akan tetapi itu merupakan sebuah anjuran. Berarti hokum

makruh ini tidak serta merta anjing itu diperbolehkan secara keseluruhan akan

tetapi ada aturan yang membatasinya. Dari definisi tersebut jual beli anjing

sebaiknya dihindari, karena syari‟at menganggap baik untuk tidak

melakukannya. Kecuali kalau memang dibutuhkan, hukumnya akan menjadi

berbeda.

Kalau zaman dulu anjing digunakan untuk menjaga ternak, tumbuhan

saja. Seiring perkembangan zaman permasalahan manusiapun semakin

komplek, yang dulu mereka bergantung pada hasil pertanian dan peternakan.

Sekarang manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan bekerja di

perkantoran, menjadi buruh di perusahaan-perusahaan ataupun menjadi

pejabat di instansi Negara. Mereka tidak lagi membutuhkan anjing untuk

menjaga ternak maupun tanaman. Di satu sisi memang realitanya seperti itu

akan tetapi di sisi lain ada fenomena yang mengikutkan atau membutuhkan

anjing untuk meringankan pekerjaan mereka, meski pekerjaan tersebut tidak

dilakukan di ladang mapun di kandang ternak, mereka bekerja di tengah-

tengah masyarkat yang bertugas menjaga keamanan serta ketentraman

bersama. Mereka bertindak atas nama Negara yang bertugas menekan

kriminalitas di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini mereka

membutuhkan anjing untuk penyidikan, pelacakan kasus-kasus kriminlitas.

Sebenarnya tidak hanya polisi saja yang membutuhkan anjing untuk

pencarian, tim SAR juga mebutuhkan anjing ketika melakukan pencarian para

korban yang hilang.

Page 73: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis meneliti data-data sekaligus menganalisa tentang

adanya permasalahan jual beli anjing, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tentang jual beli anjing ada beberapa pendapat, Imam Syafi'i sama sekali

tidak memperbolehkan jual beli anjing dengan alasan najis secara dzatnya,

Imam Abu Hanifah membolehkannya meski beliau mengatakan najis akan

tetapi lebih menekankan pada manfaatnya, Imam Malik (yang menjadi

focus kajian penulis) menghukumi makruh jual beli anjing, beliau

membedakan antara anjing yang bermanfaat, seperti digunakan untuk

menjaga ternak, tanaman maupun rumah boleh dijual belikan, dan jenis

anjing lain tidak boleh dijual belikan yaitu anjing yang membahayakan

pada manusia. Mereka sepakat jenis anjing yang dilarang digunakan dalam

kegiatan manusia dilarang dijual belikan.

2. Tidak dibenarkan memelihara anjing secara suka-suka kecuali anjing yang

digunakan untuk berburu, menjaga tanaman dan ternak, karena Allah

melarang memelihara anjing secara suka-suka dan akan mengurangi

pahalanya setiap hari sebanyak satu atau dua qirath. Anjing hanya boleh

dipelihara di luar kawasan perumahan.

3. Mengenai istinbath hukum makruh jual beli anjing, Imam Malik

menkompromikan dari dalil-dalil yang berkaitan dengan anjing kemudian

Page 74: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

63

dilakukan jam’u dan taufiq. Maksudnya dikumpulkan dan diserasikan

antara dalil satu dengan yang lain agar antara dalil tersebut tidak terkesan

saling berbenturan atau dalam kata lain dalil-dalil tersebut saling

menguatkan.

B. Saran-Saran

Dalam rangka kesempurnaan skripsi ini penulis sampaikan beberapa

saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan jual-beli anjing sebagai

berikut:

1. Meskipun jual beli anjing diperbolehkan apabila ada unsur manfaatnya,

tetapi perlu pengawasan yang ketat karena bisa saja terjadi penyelewengan

dari yang semestinya.

2. Perlu adanya sosialisasi yang jelas terkait hukum jual beli anjing agar

masyarakat tidak salah persepsi terhadap pendapat tersebut, apalagi saat

ini marak aliran baru yang menghalalkan anjing baik untuk konsumsi

maupun nonkonsumsi.

C. Penutup

Dengan ucapan Alhamdulillahirobbil’alamin telah selesai penyusunan

dan pembahasan skripsi yang menghasilkan bentuk skripsi yang sederhana.

Kajian tentang permasalahan jual beli anjing dalam perspektif Imam Malik

ini hendaknya bisa menjadikan suatu masukan hukum pada masyarakat Islam.

Page 75: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

64

Demikian menunjukkan kefleksibelan dan keuniversalan Islam.

Dengan keuniversalan tersebut, Islam mampu menjawab setiap permasalahan

Islam yang terkait dengan perkembangan zaman. Munculnya problematika

tersebut dalam masyarakat Islam, memberikan kesempatan pada penulis

untuk mengembangkan daya fikir dan penalaran ilmiah. Namun penulis

menyadari masih banyak kekurangan, baik itu mengenai isi, sistematika

maupun bahasa serta penyajian. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam

proses belajar dan terus belajar. Oleh karena itu saran dan kritik yang

konstruktif sangat penulis harapkan untuk memperluas wawasan penulis.

Akhirnya tidak ada kata yang layak terucap, kecuali ungkapan hati

semoga karya tulis (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya, serta bagi siapa saja yang kompeten dengan

permasalahan ini. Semoga Allah SWT. senantiasa meridloi kita semua.

Amiin.

Page 76: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Al Asqalani, Ibn Hajar, Bulugh Al Marom Min Adillah Al Ahkam, Semarang:

Toha Putra, t.th.

_______, Fath al-Bari, Beirut-Libanon: Maktabah al Salafi, t.th.

_______, Kitab Tahdzib al Tahdzib, Beirut: Dar al-Fikr, 1995.

Al Baihaqi, Ahmad Bin Husain Bin Ali, Sunanul Qubro, Bairut-Libanon, Dar Al

Kitub Al Ilamiah, 1994.

Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al

Maram, Jiddah: Dar Al Qiblah, cet. I, 1992

Al Bukhori, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sohih Bukhori, Bairut-Libanon,

t.th.

Al Ghozzi, Muhammad Ibnu Qosim, Fath Al Qorib Al Mujib, Surabaya: Al

Hidayah, t.th.

Al Husaini, Taqiyuddin Abi Bakr Muhammad, Kifayat Al Ahyar, Surabaya:

Haromain, 2005.

al Kahlani, Muhammad bin Isma’il, Subul al Salam, Surabaya: Haramain, cet. 4,

1960.

al Shiddieqy, TM. Hasbi, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, Jakarta: Bulan

Bintang, 1972.

al Syatibi, Abu Ishaq, al Muwafaqat, Beirut-Libanon: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1975.

Al Syurbashi, Ahamad, Yasalunaka fi Al Din wa Al Hayat, Beirut-Libanon: Dar

Al Jail, 1996.

al Zarqani, Muhammad, Syarh al Zarqani ‘ala Muwatha’ Imam Malik, Bairut:

Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1990.

al-Hudari, Muhammad, Tarikh Tasyri’ al-Islami, Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-

‘Arabiyah, 1981.

Al-Hussaini, Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad, Kifâyah Al Akhyâr,

Surabaya: Al Haromain, 2005.

al-Jaziri, Abd Al Rahman, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Bairut:

Dar al-Fikr, 1972.

al-Khatib, M. ’Ajjaj, al Sunnah Qabl at-tadwin, Beirut: Dar al-Fikr, 1993.

Page 77: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

al-Malîbary, Zainuddin Ibn Abd Aziz, Fath al-Mu’în, Maktabah wa Matbaah,

Semarang: Toha Putera, 2006.

Al-San’ani, Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani, Subul al-Salam Sarh Bulugh al-

Maram Min Jami Adillati al-Ahkam , Kairo: Dar Ikhya’ al-Turas al-

Islami, 1960.

As Syafi’i, Al Imam Abi Abdullah Muhammad Bin Idris, Al Umm, Beirut: Dar

Al-Kutub, 1996.

Azami, M., Studies in Hadis Methodology and Literaure Indianapolis, Indiana:

American Trust Publication, 1977.

Chalil, Moenawar, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, Jakarta: Bulan

Bintang, 1994.

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra,

1993.

Dewi, Gemala, Hukum perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,

2005.

Djuaini, Dimyaudin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008.

Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.

Hasan, A. Qodir, Terjemah Nailul Author Himpunan Hadis-Hadis Hukum, Jld. 1.

Surabaya: Bina Ilmu, 1978.

Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat)

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid Wanihayah al Muqtasid, Beirut: Dar al-jiil,

1904.

Idho’i, Abd. Rahman, Shariah The Islamic Law, terj. Basri Iba dan Wadi Maskuri,

cet. 1 Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Jakub, Ismail, (trj), Ihya’ulum al din, Jakarta: Faizan, 1989.

Malik bin Anas, Al Muwattho’, Bairut: Dar ikhya’ Al Ulum, 1989.

Mas’adi, Ghufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002.

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2004.

Muhamad Abdurahman Ibnu Abdurarahim, Tuhfa Al ahwadzi Syarh Jami’ Al

Tirmidzi, Bairut-Libanon: Dar Kitab Alamiah, 1990.

Page 78: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shohih Al Bukhori, jld. I, Beirut-Libanon: Dar

Al Fiqr, 1994.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2001.

Wignyodipuro, Surojo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Gunung Agung, 1983.

Ya’qub, Hamzah, Kodo Etik Dagang Menurut Hukum Islam, Bandung:

Diponegoro, 1992.

Yanggo, Huzaimah Tahida, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta: Logos,

1997.

Zuhaili, Wahbah, Al Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, Damsiq: Dar Al Fikr, cet. 7,

2006.

Page 79: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG JUAL BELI ANJINGlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/136/jtptiain... · Metode Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing? Penelitian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anisah Tulfuadah

Tempat dan tanggal lahir : Brebes, 17 Maret 1988

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Alamat : Desa Dukuh Rantan Kel. Rengas Pendawa

RT 10 RW 3 Kec. Larangan Kab. Brebes

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan :

1. SD Negeri 2 Kendawa Lulus Tahun 2000

2. MTs Asy-Syafi’iyah Jatibarang Lulus Tahun 2003

3. MA Al-Hikmah 2 Benda Lulus Tahun 2006

4. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

Penulis

Anisah Tulfuadah

NIM. 072311029