analisis nilai toleransi dalam buku pendidikan agama dan...

218
ANALISIS NILAI TOLERANSI DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: KHOIRUL ALFANI NIM 111-14-171 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2018

Upload: phungdang

Post on 01-Jul-2019

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS NILAI TOLERANSI

DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

(Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

KHOIRUL ALFANI

NIM 111-14-171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2018

i

ii

ANALISIS NILAI TOLERANSI

DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

(Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

KHOIRUL ALFANI

NIM 111-14-171

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

iii

iv

v

vi

MOTTO

Mendengarlah dengan telinga yang toleran, melihatlah melalui

mata belas kasihan, berbicaralah dengan bahasa cinta.

– Jalaludin Rumi-

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S Al-Hujurat:

13).

vii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu Rohmatun dan Bapak Khoiri tercinta yang telah mendidik, membimbing,

memberikan kasih sayang dan doanya. Terimakasih atas segala pengorbanan

dan kerja keras kalian dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga

kini tumbuh menjadi dewasa.

2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang senantiasa sabar memberikan koreksi

dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini

3. Kakakku terkasih, Sri wahyuni yang selalu berbagi cerita, canda dan tawa

dikala pikiran jenuh.

4. Bapak/Ibu guru SMP N 8 Salatiga yang telah mendukung dan memberikan

fasilitas dalam bentuk buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”.

5. Sahabatku-Sahabatku yang senantiasa memberikan masukan, saran, kritik dan

motivasi untuk terus berkarya.

6. Teman-teman Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga yang

telah memberikan semangat dan senantiasa mendukung setiap usaha yang saya

lakukan.

7. Teman-teman posko 5 KKN IAIN Salatiga Tahun 2018 yang telah

memberikan semangat dan motivasi.

8. Teman-Teman PPL IAIN Salatiga di SMP N 8 Salatiga yang membantu

mengumpulkan buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”

9. Teman-Teman Dewan Kerja Cabang Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega

Kota Salatiga

10. Serta Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

viii

KATA PENGANTAR

بسم هلل الر حمن الر حيم

Puji Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,

hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat

SMP)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan mulia

nan agung Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan para umatnya hingga

akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah

terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Bapak Dr. Fatchurrohman, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku Pembina Racana 02.237

7. Ibu Dra. Astuti Sakdiyah, M. Pd selaku Pembina Racana 02.238

ix

8. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

ilmu kepada penulis.

9. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan yang acapkali saling mendukung, mendoakan,

dan senantiasa menemani perjuangan jihad di kampus.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil

dalam penulisan skripsi.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah Swt.

senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,

skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 9 Maret 2018

Khoirul Alfani

NIM. 111-14-171

x

ABSTRAK

KHOIRUL ALFANI, 2018. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan

Agama Kristen Tingkat SMP). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam

Sutomo, M.Ag.

Kata Kunci : Nilai Toleransi, Pendidikan Agama Islam dan Kristen

Pendidikan Agama bertujuan untuk mewujudkan manusia yang

berkarakter, salah satu karakter yang diwujudkan adalah toleransi. Toleransi

menjadi salah satu solusi dalam menyikapi kemajemukan, pluralisme dan

perbedaan. Nilai toleransi dimungkinkan dapat ditemukan dalam buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan

analisis terhadap nilai toleransi dalam buku “Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti” tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian melakukan

komparasi terhadap kedua buku tersebut.

Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau library research

dengan metode content analysis (analisis isi). Penyajian datanya dalam bentuk

deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami oleh para pembaca.

Hasil penelitian ini di antaranya : 1) Nilai toleransi yang terkandung dalam

buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat SMP” dan “Pendidikan

Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP” secara keseluruhan mencakup

nilai toleransi yaitu mengakui hak setiap orang, menghormati keyakinan orang

lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian, kesadaran dan kejujuran, namun

dari butir letak toleransi lebih banyak pada buku “Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti” jika dibanding dengan buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti”. 2) Komparasi antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tingkat SMP“ dan buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat

SMP” meliputi aspek positif dari kedua buku. Aspek positif buku “Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat SMP” : a) isi materi meliputi nilai

toleransi, akhlak terpuji, ibadah dan sejarah islam. b) penampilan buku meliputi

peta konsep, gambar-gambar yang menarik, kisah-kisah inspiratif, dialog islami

dan lain-lain. c) evaluasi pembelajaran meliputi refleksi akhlak mulia, ayo berlatih

dan lain-lain. Aspek positif buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Tingkat SMP” , yang pertama, isi materi meliputi nilai toleransi, gereja, akhlak

terpuji atau spiritualitas. Yang kedua, penampilan buku meliputi aktivitas siswa

dan nyanyian-nyanyian religi. Yang ketiga, evaluasi pembelajaran meliputi

aktivitas siswa yaitu membuat kliping, wawancara, memberikan pendapat

terhadap suatu masalah, dan diberikan soal-soal berupa analisis kasus.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... II

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... III

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ........................................ IV

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................... V

MOTTO .................................................................................................. VI

PESERSEMBAHAN .............................................................................. VII

KATA PENGANTAR ............................................................................ VIII

ABSTRAK .............................................................................................. X

DAFTAR ISI ........................................................................................... XI

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. XIII

DAFTAR TABEL ................................................................................... XIV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 9

E. Ruang Lingkup Penelitian........................................... ..... 10

F. Penelitian Terdahulu................................................... ...... 11

G. Penegasan Istilah .............................................................. 13

H. Metodologi Penelitian....................................................... 16

I. Sistematika Penulisan ....................................................... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Analisis Nilai Toleransi .................................................... 20

B. Pendidikan Agama ............................................................ 31

xii

BAB III PROFIL BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

A. Identitas Buku ................................................................... 58

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ................. 65

C. Konten Materi ................................................................... 68

1. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII ........................ 68

2. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ...................... 76

3. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ......................... 84

4. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ...................... 92

5. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ..................... 96

6. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ....................... 104

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai Toleransi buku

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ................................ 114

1. Buku Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas VII.......................................... ..... 114

2. Buku Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas VIII............................................ .. 129

3. Buku Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas IX.............................................. ... 142

B. Komparasi Buku

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ................................ 179

1. Aspek Positif Buku PAI dan Budi Pekerti.................. 179

2. Aspek Positif Buku PAK dan Budi Pekerti ................ 183

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 185

B. Saran ................................................................................. 186

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII......................... 59

Gambar II : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ....................... 60

Gambar III : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX .......................... 61

Gambar IV : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ....................... 62

Gambar V : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ...................... 63

Gambar VI : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ........................ 64

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 58

Tabel 3.2 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 60

Tabel 3.3 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 61

Tabel 3.4 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 62

Tabel 3.5 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII............. 63

Tabel 3.6 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 64

Tabel 3.7 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 68

Tabel 3.8 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 76

Tabel 3.9 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 84

Tabel 3.10 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 92

Tabel 3.11 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 96

Tabel 3.12 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 104

Tabel 4.1 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

xv

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ................ 114

Tabel 4.2 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII............... 129

Tabel 4.3 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX ................. 142

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman atau kemajemukan merupakan suatu takdir dan

kehendak Allah SWT yang menjadi sebuah tanda kebesaran akan

kekuasaan-Nya. Allah SWT menciptakan manusia dalam beraneka ragam

suku, ras, warna kulit dan bahasa agar manusia saling mengenal dan

memahami satu sama lain sebagai wujud manusia sebagai makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri karena pada

hakikatnya manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan,

manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga

perlu adanya sikap sosial yang harus dimiliki oleh setiap manusia, merasa

saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 :

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT menciptakan manusia

menjadi berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya bisa saling mengenal

2

satu sama lain. Berbeda bangsa maka berbeda pula bahasanya, dan

berbeda suku berarti berbeda pula budaya adat istiadatnya.

Indonesia merupakan salah satu dari sekian negara di dunia yang

memiliki kemajemukan atau keberagaman sangat kompleks. Menurut

Badan Pusat Statistik tahun 2010 Indonesia terdiri dari 1.300 suku, 2.500

bahasa, 6 agama dan masih banyak lagi kebaragaman yang ada di

Indonesia (Na’im dan Syaputra, 2010: 8). Pada sensus tahun 2000,

religious demography di Indonesia menunjukkan 213 juta jiwa penganut

agama yang berbeda dengan komposisi 88.2% pemeluk Islam, 5.9%

Kristen, 3.1% Katolik, 1.8% Hindu, 0.8% Buddha, dan 0.2% agama serta

kepercayaan lainnya. Pada Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005

juga masih menunjukkan angka yang hampir sama, yaitu pemeluk Islam

(88.58%), Kristen (5.79%), Katolik (3.08%), Hindu (1.73%), Buddha

(0.60%), Khonghucu (0.10%), dan lainnya (0.12%) (Bahari, 2010: 2). Data

diatas merupakan sebuah informasi yang menunjukan salah satu

keberagaman yang ada di Indonesia dalam kehidupan beragama.

Keberagaman tersebut tertuang dalam salah satu filosofi bangsa Indonesia

yang juga merupakan salah satu dari keempat pilar kebangsaan yaitu

Bhineka Tunggal Ika yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki

makna meskipun berbeda-beda namun tetap satu. Semboyan tersebut

sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai

macam-macam suku, bahasa, adat, kebudayaan yang terbingkai menjadi

satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3

Keberagaman atau kemajemukan bagaikan mata pisau yang

memiliki dua sisi, di satu sisi memiliki nilai positif dan di sisi lain

memiliki sisi negatif. Nilai positif kemajemukan dan keberagaman yaitu

menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain

serta menunjukan suatu kekayaan dalam keberanekaragaman, namun

keberagaman akan memiliki nilai negatif jika antara satu sama lain saling

mengakui dirinya yang paling baik dan paling benar, serta menunjukan

sikap eksklusivisme yang berlebihan. Sikap tersebut akan memunculkan

perpecahan dan konflik antara satu sama lain dan pada akhirnya ukhuwah

tidak akan bisa tercapai.

Harun Yahya (2003: 14), dalam bukunya yang berjudul Justice and

Tolerance In The Qur’an mengemukakan bahwa:

In the 20th century, Hitler's annihilation of millions of

people solely because he deemed the Aryan race superior to other

races is a good example of this. In our day, too, there are people

being subjected to cruel and unjust treatment because of the colour

of their skin or their race. In the United States and South Africa,

black people were for many years treated as second-class citizens,

and savage conflicts raged in many Asian and African countries

simply because of racial differences.

Dari kutipan di atas dapat diketahui adanya kasus intoleransi pada

abad ke-20, Hitler membunuh jutaan orang semata-mata karena perbedaan

suku dan ras, suku Arya merupakan suku yang lebih unggul dari pada suku

yang lain di Jerman. Pada era sekarang juga terjadi kasus intoleransi yang

sama karena memiliki warna kulit suku atau ras yang berbeda, salah satu

contoh sederhana yang terjadi di Amerika Serikat dan Afrika.

4

Konflik bernuansa agama di Ambon misalnya, memperlihatkan

bahwa Universitas Pattimura menjadi basis perlawanan kalangan Kristiani.

Wilayah kampus tersegregasi antara mahasiswa dari kalangan Kristen dan

dari kalangan Islam. Di sana para mahasiswa Kristiani menggalang

kekuatan dan turut terlibat secara aktif dalam konflik bernuansa agama

tersebut. Di Fakultas Teknik, dengan memanfaatkan peralatan yang ada

membuat senjata-senjata rakitan, anak panah, dan tombak bermata besi.

Sikap serupa dilakukan pula oleh para mahasiswa muslim di STAIN

Ambon atau mereka yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan,

sebagaimana dituturkan Abu Bakar Riri, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) yang belakangan menjadi aktivis rekonsiliasi

Gerakan Baku Bae Maluku (Bahari, 2010: 5-6).

Dari studi kasus di atas menunjukan bahwa sikap toleransi

memiliki nilai yang sangat penting, dengan adanya toleransi maka

keberagaman dan kemajemukan mampu memberikan dampak positif

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara

normatif, tidak satupun agama yang mendorong penganutnya untuk

melakukan kekerasan terhadap agama dan kebudayaan lain. Namun secara

historis-faktual, banyak dijumpai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh

manusia dengan justifikasi agama (Nugroho, 2016: 183). Colin Machleod

dalam Michael A. Petters (2010: 5), “Toleration is supposed to help

manage such disputes by delineating the degree and manner in which both

the state and citizens must accept the presence and expression of

5

commitments and practices whose value is strongly contested by some

citizens.” Dari pendapat Colin Machleod toleransi diharapkan dapat

mengatur hubungan antara individu dan individu kelompok, dalam

konteks perselisihan evaluatif yang cukup signifikan tentang praktik,

komitmen, kepercayaan yang dipegang orang lain, secara umum toleransi

menjadi salah satu media untuk menyikapi sebuah perbedaan-perbedaan

yang dimiliki oleh setiap individu agar perbedaan tersebut menjadi sebuah

kekayaan dalam keberanekaragaman dan bernilai positif.

Ahmad dan Sumyati (2015:170), “bahwa toleransi dalam bahasa

Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti

tenggang rasa. Sedangkan secara istilah toleransi adalah sikap saling

menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.” Dari

pernyataan Ahmad dan Sumyati dapat diketahui bahwa toleransi dalam

istilah bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh, secara bahasa

toleransi memiliki pengertian tenggang rasa atau saling menghormati dan

menghargai atau saling membiarkan satu sama lain. Sedangkan secara

istilah toleransi memiliki arti suatu sikap menghargai atau menghormati

segala bentuk perbedaan yang ada, baik dalam berbeda suku, berbeda

bahasa dan berbeda pula agama antar satu orang dengan orang lain.

Islam adalah rahmatallil’alamin kasih sayang dan rahmat bagi

seluruh alam semesta, maka untuk merealisasikan hal itu seorang muslim

harus memiliki sifat toleransi terhadap orang lain agar tercipta perdamaian

dan kerukunan serta kesejahteraan bersama. Toleransi merupakan suatu

6

sikap menghargai dalam berbagai macam perbedaan, perbedaan bahasa,

suku, ras dan salah satunya adalah dalam hal beragama. Toleransi

beragama mengharuskan setiap pemeluk agama memiliki sikap

menghargai dan saling tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain, baik

dalam praktik ibadah maupun muamalah. Toleransi beragama tentu

memiliki sebuah batasan-batasan karena pada dasarnya setiap pemeluk

agama memiliki sikap fanatik atau menganggap bahwa agama yang

dianutnya adalah agama yang paling benar. Dengan adanya batasan

tersebut seorang pemeluk agama akan terhindar dari paham liberalisme

dalam memahami dan memaknai sebuah agama. Sikap toleransi

hendaknya harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat secara luas

tidak hanya dalam hal beragama.

Sikap toleransi adalah sikap yang tidak mudah dimiliki dan

ditanamkan pada diri seorang individu dalam waktu yang singkat, perlu

adanya penanaman sejak awal, sejak mereka berada pada lingkungan

sekolah. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang paling efektif

dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur, salah satunya yaitu sikap

toleransi. Dengan adanya penanaman sikap toleransi sejak seorang

individu berada di lingkungan sekolah akan menghasilkan lulusan atau

sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki sikap toleransi yang

tinggi terhadap segala bentuk perbedaan yang mereka temui di dunia luar

yang lebih luas dan lebih komprehensif.

7

Penanaman sikap toleransi di sekolah dilakukan melalui kegiatan

belajar mengajar dalam berbagai macam mata pelajaran, mulai dari mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan, mata pelajaran ilmu pengetahuan

sosial, mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran agama dan

budi pekerti serta masih banyak mata pelajaran yang lain. Pendidikan

agama dan budi pekerti merupakan satu dari sekian mata pelajaran yang

di dalamnya terdapat nilai-nilai toleransi yang ditanamkan kepada siswa.

Salah satu penanaman tersebut melalui buku ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti, buku ajar merupakan sumber belajar bagi siswa dalam

sebuah mata pelajaran, tidak hanya sebagai sumber belajar namun juga

menjadi sebuah media serta alat yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar.

Dari latar belakang masalah tersebut penulis ingin menganalisis

dan mengkaji serta meneliti lebih jauh tentang nilai toleransi dalam buku

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam penelitian yang berjudul

“Analisis Nilai Toleransi Dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat

SMP)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas

yaitu :

1. Bagaimana analisis nilai toleransi yang ada dalam buku Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013?

8

2. Bagaimana analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum

2013?

3. Bagaimana komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan nilai toleransi

dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat

SMP Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah peneletian tentu harus memiliki suatu tujuan, agar

memberikan hasil dan memberikan dampak yang positif dalam bidang

keilmuan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum

2013.

2. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum

2013.

3. Untuk mengetahui komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan nilai toleransi

dalam ajar buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat

SMP Kurikulum 2013.

9

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan bermakna apabila memiliki sebuah

manfaat. Agar penelitian tersebut bisa memberikan dampak positif

terhadap perkembagan keilmuan yang ada. Manfaat tersebut bisa secara

teoretis maupun praktis. adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu

1. Secara teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan menampilkan

analisis nilai toleransi yang terkandung dalam buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP

Kurikulum 2013.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukan suatu komparasi

antara nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti dengan buku ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kurikulum 2013.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan

tentang analisis nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti kepada para pengajar atau pendidik mata

pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti khususnya dan

umumnya kepada para praktisi pendidikan.

10

b. Hasil penenlitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan

rekomendasi, agar pendidik, penulis dan penerbit buku serta

praktisi di dunia pendidikan untuk lebih selektif dan lebih dalam

menganalisis kandungan nilai-nilai karakter yang ada dalam buku

ajar

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan dalam sebuah penelitian tidak melebar jauh dari

topik penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun

ruang lingkup permasalahan atau pembatasan masalah yang akan dibahas

dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu :

1. Nilai-nilai yang dimaksud disini adalah nilai toleransi dalam buku

ajar.

2. Buku ajar yang dikaji dan dianalisis adalah buku ajar Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013 yang banyak

dijadikan pegangan oleh para pendidik atau guru.

3. Buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang dianalisis adalah

buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum

2013.

4. Peneliti hanya akan menganalisis dan mengkomparasikan nilai

toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat

SMP kurikulum 2013, terfokus pada buku ajar Pendidikan Agama

11

Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti.

F. Penelitian Terdahulu

Tinjauan terhadap penelitian terdahulu penting untuk dilakukan,

agar penelitian memiliki perbedaan sekaligus pengembangan. Penulis

menyadari bahwa topik analisis buku ajar Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

tingkat SMP Kurikulum 2013 bukan merupakan topik penelitian yang

baru, namun sudah ada beberapa orang yang melakukan penelitian

terhadap buku ajar tersebut.

Seiring perkembangan keilmuan yang ada sehingga masih perlu

adanya penelitian lebih lanjut terhadap buku ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti, terutama dalam konteks analisis nilai toleransi dan adanya

kajian komparasi antara kedua buku ajar yaitu buku ajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti. Dalam perkembangan keilmuan dan dunia penelitian ada

beberapa orang yang sudah melakukan penelitian tentang buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, yaitu :

a) Skripsi yang ditulis oleh Zeni Hafidhotun Nisa’ dengan judul

“Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama Islam Untuk SMA:

Perspektif Kesetaraan Gender”. Melalui penelitian ini, Zeni

menjelaskan bahwa dalam buku ajar PAI di tingkat SMA karya

Syamsuri terdapat perspektif kesetaraan gender dan sekaligus juga

12

terdapat bias gender di dalamnya. Lebih lanjut, Zeni menguraikan

bentuk-bentuk kesetaraan gender dan bias gender dalam buku ajar

tersebut sekaligus menghitung frekwensinya.

Dalam hal ini, Zeni lebih memfokuskan kajiannya pada wacana

kesetaraan gender, sedangkan penulis disini menjadikan nilai toleransi

sebagai fokus penelitian yang akan dilakukan.

b) Skripsi Rina Hanipah Muslimah dengan judul “Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan Multikultural Dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam SMA Kelas X”. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa

dalam buku ajar PAI untuk SMA kelas X karya Syamsuri

mengandung pendidikan multikultural yang signifikan di dalamnya.

Meski sama-sama meneliti buku ajaran PAI, buku ajar yang

digunakan Rina berbeda dengan buku yang diteliti penulis. Selain itu

Rina lebih memfokuskan pada aspek pendidikan multikultural,

sementara penulis memfokuskan pada aspek nilai toleransi dalam

penelitiannya.

c) Nikmatus Solikhah dalam skripsinya di UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang yang berjudul “Analisis Buku Teks Pendidikan Agama Islam

(PAI) Kelas VII SMPN 13 Malang”, menganalisis secara khusus isi

buku teks mata pelajaran PAI ditinjau dari Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD). Solikhah melakukan analisis isi dengan

memperhatikan aspek sampul, gambar, materi, rangkuman dan soal-

soal yang terdapat dalam buku ajar PAI. Objek penelitian ini juga

13

berbeda dengan objek yang dikaji penulis. Selain itu Nikmatus, lebih

menekankan penelitiannya pada aspek kualitas isi buku sedangkan

penulis menekankan penelitiannya pada aspek nilai toleransi dalam

buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Agama Kristen

sehingga muncul suatu perbandingan antara keduanya.

Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa penelitian

yang sudah dilakukan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing, serta memiliki urgensi dalam dunia pendidikan. penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah tidak hanya terbatas pada analisis

sebuah buku, namun juga membandingkan antara kedua buku yang

berbeda dalam konteks agama, yaitu agama Islam dan agama Kristen

sehingga perlu adanya penelitian yang serius dalam penelitian tersebut

agar mampu memberikan hasil yang maksimal dan memberikan

dampak positif terhadap khasanah keilmuan dan penelitian ilmiah.

G. Penegasan Istilah

1. Analisis Nilai Toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007:

43) analisis memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya). Sesuatu aktivitas, benda, dan

hal-hal yang lain dikatakan memiliki nilai jika memiliki kegunaan

yang baik. Istilah nilai memiliki arti untuk menunjukan kegunaan suatu

hal dalam konteks hal yang baik dan membawa manfaat untuk orang

banyak. Sedangkan menurut Suleeman dan Sumiyatiningsih

14

(2015:110) menyatakan bahwa toleransi diartikan sebagai sikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan

sebagainya yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Dari uraian tentang arti analisis, nilai dan toleransi dapat

disimpulkan bahwa analisis nilai toleransi adalah suatu penyelidikan

atau penguraian suatu pokok peristiwa atau karangan tentang nilai

toleransi, sedangkan nilai toleransi adalah makna yang menunjukan

sikap, perbuatan dan perilaku yang baik dengan cara saling

menghargai, menghormati, membiarkan dan membolehkan orang lain

memiliki sebuah keyakinan, kepercayaan, prinsip atau pendapat lain

yang berbeda dengan diri sendiri.

2. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku pegangan

atau sumber belajar yang digunakan dalam proses Pembelajaran

Agama dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau

pakar-pakar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan

oleh instansi formal dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan

proses Pembelajaran Agama dan Budi Pekerti.

3. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai salah satu sub

Pendidikan Nasional yang diajarkan sejak Sekolah Dasar(SD) atau

bahkan Taman Kanak-kanak(TK) sampai pada Perguruan Tinggi

15

merupakan salah satu sarana membentuk karakter religius pada peserta

didik. Menurut Zakiyah Daradjat (1975:97), “secara ringkas arti luas

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah dimulai dari keluarga,

dilanjutkan di sekolah dan dikembangkan dalam masyarakat.” Dari

pernyataan Zakiyah Daradjat di atas dapat disimpulkan bahwa arti luas

Pendidikan Agama adalah dimulai dari keluarga, keluarga merupakan

madrasah pertama bagi anak, tempat membangun pondasi atau dasar

kepribadian bagi anak, kemudian dilanjutkan di sekolah, ketepatan

orang tua dalam memilih lembaga pendidikan bagi anak akan

membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak, dan

dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Kurikulum 2013

Majid dan Rochman, (2014:1) “kurikulum 2013 merupakan

kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses

pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan.” Dari kutipan tersebut dapat diketahui

bahwa kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum dengan

formulasi yang baru yang merupakan penyempurnaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 menitik beratkan

pada sebuah proses pembelajaran dan penilaian untuk mencapai suatu

kompetensi yaitu kompetensi sikap, kompetensi keterampilan,

kompetensi pengetahuan dan kompetensi sosial.

16

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan

saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu

dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,

mengasosiasi atau menalar dan mengkomunikasikan (Majid dan

Rochman, 2014: 2). Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa penguatan

proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik yang

meliputi kegiatan 5 M dalam proses pembelajaran. 5 M tersebut yaitu

mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,

mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.

H. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

(Library Research), Menurut Zed (2004:89), “Library Research adalah

penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber

literatur perpustakaan. Objek penelitian yang digali lewat beragam

informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran,

majalah dan dokumen.” Peneliti menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (Library Research) dalam menganalisis nilai toleransi

dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti khususnya dalam

buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum

2013.

17

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

a) Sumber data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan

dikaji dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian

ini yaitu buku-buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik

buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku

ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP

Kurikulum 2013 mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 yang banyak

dijadikan pegangan oleh pendidik atau guru mata pelajaran

tersebut.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dari

sumber data primer, sumber data sekunder dalam penelitian ini

yaitu buku-buku yang terkait dan dapat dijadikan referensi oleh

peneliti dalam penyusunan skripsi, yaitu buku tentang toleransi

beragama, tentang pendidikan dan buku-buku yang lain yang

relevan dengan topik penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber

data baik primer maupun sekunder, baik berupa catatan, buku, surat

18

kabar, majalah dan lain sebagainya. Selain itu peneliti juga

menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, notulen agenda dan lain sebagainya (Suharsimi, 2002:231).

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan langkah-langkah

berikut:

a) Peneliti mengumpulkan buku-buku dan sumber-sumber yang

relevan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

tersebut.

b) Peneliti membaca buku-buku dan sumber-sumber informasi terkait

dengan penelitian.

c) Peneliti mempelajari, mengkaji dan memahami kajian-kajian yang

ada dalam sumber data baik primer maupun sekunder.

d) Peneliti menganalisis, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan

sumber-sumber data baik primer maupun sekunder.

4. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis tentang nilai toleransi dalam buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013

peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a) Analisis Isi (Content Analsis).

Analisis isi atau sering disebut analisis dokumen adalah telaah

sistematis atau catatan-catatan atau dokumen-dokuman sebagai

sumber data (Faisal, 1982:134). Dengan metode analisis isi peneliti

19

akan menelaah secara sistematis buku-buku ajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti serta buku ajar Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 sebagai

sumber data primer, serta buku-buku lain yang relevan sebagai

sumber data sekunder.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima

bab, yaitu:

1. BAB I :Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

ruang lingkup penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

2. BAB II :Berisi kajian pustaka yang terdiri atas tinjauan tentang

analisis nilai toleransi dan pendidikan agama dan budi pekerti.

3. BAB III :Berisi tentang profil buku ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013.

4. BAB IV : Berisi tentang analisis nilai toleransi dalam buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti untuk SMP Kurikulum 2013.Pada bab ini

akan dipaparkan analisis cakupan nilai toleransi dan komparasi atau

perbandingan antara kedua buku ajar tersebut.

5. BAB V :Berisi penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Analisis Nilai Toleransi

Sebelum membahas lebih jauh tentang analisis nilai toleransi

secara mendalam, penulis akan terlebih dahulu membahas tentang makna

analisis, nilai dan toleransi.

1. Pengertian Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 43)

kata “analisis” memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

Analisis juga memiliki arti penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar

bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

keseluruhan.

Dari uraian kamus di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

analisis berasal dari kata “analisa”, sedangkan kata “analisis” memiliki

arti suatu kegiatan penelaahan pokok atau peristiwa baik berupa teks

karangan atau perbuatan yang bertujuan untuk memperoleh pengertian

atau penjelasan secara lebih mendalam dan lebih luas untuk

memperoleh kebenaran dari suatu hal.

21

2. Pengertian Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007:

783) kata “nilai” memiliki arti harga, harga uang, angka kepandaian,

banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna

bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai

dengan hakikatnya. Istilah nilai juga banyak digunakan dalam dunia

pendidikan, dalam dunia pendidikan nilai cenderung diartikan sebagai

sebuah angka atau huruf yang merupakan hasil dari sebuah proses

pembelajaran.

Dari kutipan kamus di atas dapat diketahui bahwa nilai dalam

bahasa Indonesia memiliki arti suatu harga, harga uang, angka

kepandaian, kadar atau banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang

penting dan memiliki nilai kegunaan bagi kemanusiaan, makna yang

lain yaitu sesuatu hal yang menyempurnakan manusia sesuai dengan

hakikatnya, dalam konteks penelitian ini maka makna nilai yang

relevan dengan istilah toleransi adalah nilai merupakan sifat-sifat (hal-

hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan atau bagi banyak

orang.

3. Pengertian Toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 1204)

kata “toleransi” berasal dari kata “toleran” yang memiliki arti bersifat atau

bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)

pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dst)

22

yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia juga bermakna sifat atau sikap toleran,

batas ukur atau penambahan pengurangan yang masih diperbolehkan.

Dalam The American Heritage Dictionary of The English Language,

kata“toleransi” secara etimologis “The Capacity for or the practice of

recognizing and respecting the belief or practice of others”. Yang artinya

kemampuan atau kebiasaan mengakui dan menghormati kepercayaan, atau

kebiasaan dari orang lain.

Voltaire dalam Susan Mendus (2001: 6), dalam buku yang berjudul On

Toleration mengemukakan bahwa :

Tolerantion is a neccessary consequence of our being human. we

are all products of frailty fallible and prone to error. so let us

mutuallypardon each other's follies. This is the first principle of all

human rights. the recognition that we are all fallible, all frail and

liable to error, when coupled with the belief that rational

discussion may help us to correct our mistakes and approach

nearer to the truth, generates a presumption in favour of

toleration. on this account, refusal to tolerate is a from intellectual

arrogance, a blindness to the possibility that i may be wrong and

you my be right.

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa suatu sikap toleransi

merupakan konsekuensi kebutuhan dalam diri manusia. manusia

merupakan makhluk yang lemah dan rentan terhadap kesalahan, jadi perlu

adanya suatu sikap saling membenci kesalahan. Hal itu merupakan prinsip

pertama dari semua hak asasi manusia, pengakuan bahwa manusia adalah

makhluk yang lemah , salah dan bertanggung jawab atas semua kesalahan.

Jika digabungkan dengan keyakinan bahwa diskusi atau pembahasan

rasional dapat membantu memperbaiki kesalahan dan pendekatan yang

23

dilakukan mendekati kebenaran, menghasilkan suatu anggapan yang

mendukung adanya toleransi. Pada anggapan ini penolakan terhadap sikap

toleransi adalah dari arogansi intelektual, suatu kebutuhan pendapat bahwa

bisa jadi saya salah dan anda benar.

Michael Jinkin (2004: 175) dalam buku yang berjudul

.Christianity, Tolerance, and Pluralism:a theological engangement with

Isaiah Berlin’s sosial theory, mengemukakan bahwa :

Toleration is an expression of modern liberalism, which

‘embodied’, Gray writes, ‘two incompatible philosophies’. From

one perspective, ‘liberal toleration is the ideal of a rational

consensus on the best way of life. From the other, it is the belief

that human beings can flourish in many ways of life’.35

Contemporary Western civilization owes an inestimable debt to the

traditions of liberal democracy which gave us a society that values

more the toleration than the suppression of ideas, a society that,

through its relative tolerance, has engendered a considerable

diversity of cultural, artistic, social and political expressions that

enrich our common life.

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Toleransi adalah

sebuah ungkapan liberalisme modern yang diwujudkan. Gray menulis dua

filosofi yang tidak sesuai. Dari satu perspektif toleransi liberal adalah cita-

cita dari konsensus rasional tentang cara hidup terbaik. Dari sumber lain,

toleransi liberal merupakan kepercayaan bahwa manusia dapat

berkembang dalam banyak cara untuk hidup. 35 peradaban kontemporer

barat berhutang dengan tradisi demokrasi liberal, yang memberi kita

masyarakat yang menghargai nilai lebih toleransi dari pada penekanan

gagasan, masyarakat yang melalui toleransi yang relatif, telah

menimbulkan beragam keragaman budaya, seni, sosial dan lambang

24

politik yang memperkaya kehidupan kita bersama. Toleransi juga

merupakan istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti

sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap

kelompok-kelompok yang berbeda dan tidak diterima oleh mayoritas atau

kelompok terbanyak dalam masyarakat. Contohnya adalah toleransi

beragama, yaitu masyarakat mayoritas dalam suatu masyarakat

mengijinkan keberadaan agama-agama lain. tidak hanya mengijinkan,

tetapi juga menghargai setiap kegiatan dan pelaksanaan peribadatan agama

lain (Suleeman dan Sumiyatiningsih, 2015:110-111).

Toleransi (Tasamuh) berarti sikap membolehkan atau membiarkan

ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup

yang berbeda dengan diri sendiri(Niam,2014:182). Menurut Cak Nur

(1999:64) menegaskan bahwa:

Pada dasarnya toleransi merupakan persoalan ajaran dan kewajiban

melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata

cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok yang

berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah”

atau “manfaat” dari pelaksanaan suara ajaran yang benar. Hikmah

atau manfaat itu adalah sekunder nilainya, sedangkan yang primer

adalah ajaran yang benar itu. Maka sebagai yang sekunder itu

toleransi harus kita laksanakan dan wujudkan dalam masyarakat,

sekalipun untuk kelompok tertentu-bisa jadi untuk diri kita sendiri.

pelaksanaan toleransi secara konsekuen itu mungkin tidak

menghasilkan sesuatu yang “enak”.

Dari pendapat Cak Nur di atas dapat diketahui bahwa toleransi

terdapat dalam beberapa konteks, yaitu dalam konteks sosial, budaya, dan

agama. Toleransi bergama adalah suatu sikap dan perbuatan yang

mengijinkan eksistensi dan keberadaan dari agama-agama lain, tidak

25

hanya sebatas mengijinkan namun juga menghargai menghormati suatu

amalan ibadah atau praktek peribadatan agama lain.

Suleeman dan Sumiyatiningsih, (2015:111), toleransi beragama dibagi

menjadi tiga yaitu :

a. Toleransi negatif adalah sikap yang tidak menghargai dan menolak isi

ajaran dan pandangan agama dan keyakinan lain, serta tidak menerima

penganutnya tetapi membiarkan saja, karena menguntungkan (misal

dari segi keamanan dan ketentraman) atau karena sikap acuh tak acuh

terhadap agama.

b. Toleransi positif adalah sikap yang menolak isi ajaran dan pandangan

agama dan keyakinan lain, namun menerima atau menghargai para

penganutnya.

c. Toleransi ekumenis adalah sikap menerima dan menghargai baik isi

ajaran agama dan keyakinan lain, pandangan dan para pengikutnya

karena pengakuan bahwa di dalamnya ada nilai-nilai kebenaran yang

dapat memperkaya dan memperdalam ajaran, pandangan dan

kepercayaan diri sendiri.

Dari pernyataan Suleeman dan Sumiyatiningsih penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa toleransi beragama merupakan suatu sifat

dan sikap serta perilaku seseorang yang menghargai menghormati dan

mengijinkan adanya sebuah eksistensi dari agama lain yang berbeda

dengan agama atau kepercayaan diri sendiri. Toleransi beragama dibagi

menjadi tiga macam, yaitu toleransi negatif merupakan sebuah sikap atau

26

perilaku yang tidak menghargai dan menolak keberadaan agama lain dan

hanya membiarkan bahkan acuh tak acuh terhadap agama lain, yang kedua

toleransi positif yaitu sikap atau sifat yang menolak ajaran atau agama lain

namun menerima para penganutnya, yang ketiga yaitu toleransi ekumenis

yaitu suatu sifat dan perilaku menerima dan menghargai baik ajaran agama

lain dan para penganutnya.

4. Toleransi Perpektif Islam dan Kristen

Kerukunan hidup sangat dimungkinkan karena setiap agama pada

dasarnya memiliki prinsip ajaran hidup damai dan rukun. Semua agama

menganjurkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa hidup damai dan

rukun dalam kehidupan sehari-hari.

a. Toleransi Perspektif Agama Islam

Agama Islam secara positif mendukung kerukunan hidup

bermasyarakat. Sikap kerukunan hidup tertanam dalam setiap pribadi

muslim adalah didasarkan atas pelajaran Al-Qur’an dan As-Sunah.

Umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk hidup rukun

bersama umat agama lain, dan dalam dakwahnya pun orang Islam

diberi garis jelas yaitu tidak dibenarkan melakukan paksaan untuk

menarik orang yang berlainan agama menjadi penganut Islam

(Daradjat, 1996: 143).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 15 :

27

15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan

tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah

mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman

kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan

supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan

Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal

kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah

mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat AL-Kafirun ayat 1-5:

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

sembah,

5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang

aku sembah.

6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Dari kutipan dan ayat Al-Qur’an di atas dapat diketahui bahwa

agama Islam mempunyai prinsip sikap toleransi, menghormati serta

menghargai agama lain. hal tersebut diperintahkan oleh Allah SWT dalam

ayat Al-Qur’an yang merupakan pedoman dan dasar hukum yang pertama

dan utama dalam ajaran agama Islam. Sikap toleransi tersebut diwujudkan

dalam mendidik para pemeluk agama Islam untuk taat kepada pemerintah,

28

memberikan nilai-nilai moral serta aqidah-aqidah dalam kehidupan sosial

agar seorang muslim memiliki perilaku atau akhlak yang mulia, sehingga

tercipta kedamaian dan kerukunan antar sesama manusia.

Umar Hasyim dalam Mukti Ali (2006: 89-90), bahwa segi-segi toleransi

yaitu:

1) Mengakui Hak Setiap Orang

Setiap manusia memiliki hak yang sama dengan manusia yang

lain. agar setiap hak dari masing-masing individu terjamin, maka dari

masing-masing individu tersebut diharapkan adanya saling

pemahaman dan sikap toleransi. Hal ini akan terwujud dengan baik

jika setiap orang mengakui hak setiap orang lain di dalam menentukan

sikap, prinsip, keyakinan, agama dan nasibnya masing-masing.

2) Menghormati Keyakinan Orang Lain

Setiap orang dengan keyakinannya mempunyai klaim masing-

masing bahwa apa yang dijalankan dan dianutnya mempunyai

kebenaran dan dasar yang nyata. Oleh karena itu antara individu-

individu dalam suatu masyarakat diharapkan adanya sikap saling

memahami dan menghormati perbedaan keyakinan tersebut.

3) Menghargai dalam Perbedaan

Perbedaan memang selalu ada, perbedaan tidak harus selalu

menimbulkan permusuhan, pertikaian dan pertentangan. Perbedaan

adalah rahmat dan dapat memperkaya potensi dan dimensi-dimensi

yang ada dalam masyarakat.

29

4) Saling Pengertian

Sikap saling pengertian akan menimbulkan suatu sikap saling

menghormati dan saling menghargai satu sama lain sekalipun terdapat

perbedaan pandangan atau persepsi. Sikap saling pengertian ini sangat

penting karena merupakan inti dari toleransi.

5) Kesadaran dan Kejujuran

Seseorang yang tidak memiliki sikap saling pengertian, tidak

jujur pastilah memiliki sifat penggerutu dan mengumpat. Tetapi bagi

mereka yang memiliki sikap yang positif pastilah mereka akan

menekan perasaannya, kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan

kepolosan sikap laku.

Dari penjelasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa menurut Umar Hasyim toleransi ada beberapa segi, yaitu mengakui

hak orang lain, mengakui dan menghargai keyakinan orang lain, setuju dan

saling menghormati adanya perbedaan, saling mengerti dan memahami

antar pemeluk agama yang berbeda-beda dan adanya sikap kejujuran serta

kesadaran. Dengan adanya aktualisasi segi-segi toleransi tersebut maka

akan mampu terbentuk kerukunan antar manusia. Dan dari penjelasan di

atas dapat diketahui bahwa nilai toleransi adalah sifat-sifat (hal-hal) yang

penting dan berguna bagi kemanusiaan atau bagi banyak orang, yang

teraktualisasi atau terimplemetasi dalam sebuah sifat dan sikap serta

perilaku seseorang yang menghargai menghormati dan mengijinkan

30

adanya sebuah eksistensi dari agama, kepercayaan, pendapat , pandangan

dan prinsip lain yang berbeda dengan diri sendiri.

b. Toleransi Perspektif Agama Kristen

Kristen Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup

beragama dapat diwujudkan melalui hukum kasih sayang yang merupakan

norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum kasih

tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia

(Daradjat,1996:139-140). Kristen Protestan menjadikan sikap toleransi

atau kerukunan sebagai pedoman dalam beragama yang tertera dalam kitab

suci Kristen Protestan. Sikap tolaransi tersebut diwujudkan dalam sebuah

kasih. Sikap kasih terbagi menjadi dua yaitu kasih kepada Allah dan kasih

kepada manusia, bagian dari kasih kepada manusia adalah dengan sikap

toleransi, menghargai dan menghormati terhadap perbedaan antara satu

orang dengan orang lain.

Toleransi menurut ajaran Kristen Katolik sebagaimana tercantum

dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap Gereja terhadap agama-

agama bukan Kristen didasarkan asal Kisah Rasul-Rasul 17:26.“Adapun

segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan asalnyapun satu juga,

karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh

bumi.”

Deklarasi tersebut berpegang teguh pada hukum yang paling utama :

“Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dengan

segenap jiwamu dan dengan segenap hal budimu dan dengan

segenap kekuatanmu. Dan kasihanilah sesama mausia seperti

dirimu sendiri (Mark 12:30-31; Luk 10:27; Mat 22:37-40).

31

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa toleransi perspektif

Kristen dijelaskan dalam sebuah Deklarasi Konsili Vatikan II dan dalam

Kitab Suci Kristen, yang menganjurkan kepada setiap orang Kristen untuk

senantiasa mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan kekuatan yang

dimiliki oleh seorang Kristian dan menganjurkan kepada setiap orang

Kristen untuk mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi dirinya

sendiri. Dan dapat diketahui juga bahwa agama Kristen memeritahkan

kepada para pemeluknya untuk menjaga kerukunan antar sesama manusia

dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengimplementasikan sikap

kasih dan toleransi terhadap pemeluk agama lain.

B. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai salah satu sub

Pendidikan Nasional yang diajarkan sejak Sekolah Dasar(SD) atau bahkan

Taman Kanak-kanak (TK) sampai pada Perguruan Tinggi merupakan salah

satu sarana membentuk karakter religius pada peserta didik. Pendidikan

merupakan usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai dengan

nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga diartikan

sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pada hakikatnya pendidikan

merupakan suatu usaha manusia yang bertujuan untuk membina akhlak,

perilaku, sikap dan kepribadian, agar individu tersebut dapat beradaptasi

dengan lingkungan dan masyarakat (Hasbullah, 2010:1).

32

Ahmad D. Marimba (1987:19), “pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani

dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk

membina akhlak, perilaku, budi pekerti, agar seorang individu memiliki

budi pekerti yang baik.

Dari pernyataan Hasbulah dan Ahmad D Marimba di atas dapat

diketahui bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana

dalam membentuk kepribadian manusia seutuhnya jasmani dan rohaninya

agar terwujud pribadi yang memiliki perilaku sesuai dengan aturan-aturan

dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan agama. Pendidikan

memiliki peran yang penting dalam usaha membentuk pribadi yang

unggul. penanaman dan pengimplementasian nilai-nilai luhur dilakukan

melalui pendidikan, baik pendidikan formal dan non formal.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dan Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan

oleh Muslim :

33

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من رجل قال عن أبي هري رة ل الله له به طريق الجنة ومن يسلك طريقا يطلب فيه علما إل سه

أبطأ به عمله لم يسرع به نسبه 3643. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,

"Tidaklah orang yang meniti jalan untuk menuntut ilmu kecuali

Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, sedangkan orang

yang memperlambat dalam mengamalkannya maka tidak akan

cepat mendapatkan nasabnya (keberuntungan). " (Shahih:

Muslim)

Dari penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat diketahui

bahwa Allah SWT dan Rasulullah memerintahkan kepada setiap muslim

untuk menuntut ilmu. Islam adalah agama yang sangat menghormati dan

menghargai sebuah ilmu pengetahuan dan pendidikan, dalam hadits di atas

dijelaskan bahwa orang yang menuntut ilmu Allah akan memudahkan

jalannya menuju surga, hal itu merupakan suatu bukti yang kongkrit

bahwa ilmu pengetahuan atau pendidikan memiliki posisi yang sangat

penting dalam agama Islam.

Pendidikan ditinjau dari bidang kajiannya memiliki banyak kajian,

salah satunya yaitu dalam hal agama, yang disebut dengan Pendidikan

Agama.

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam Arti Luas

Bermacam-macam pendapat seseorang tentang Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti, mulai dari isi Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti, apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti, siapa penyelenggara atau subjek Pendidikan Agama dan Budi

34

Pekerti, apa manfaat dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan

masih banyak lagi yang lain. keberagaman pendapat tentang Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti disebabkan karena kurangnya pengertian

orang tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti itu sendiri atau

kurangnya suatu penghayatan dalam kehidupan beragama. Secara

ringkas perbedaan pandangan tentang Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti disebabkan sikap yang berbeda-beda pada setiap individu

terhadap Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

Menurut perhitungan dan penelitian Ahli Jiwa, dikatakan bahwa

orang-orang yang pada masa kecilnya tidak mendapat didikan Agama,

atau mendapatkannya dengan cara yang tidak sesuai dengan

pertumbuhan jiwanya, serta tidak pernah dilatih atau dibiasakan

melaksanakan ajaran-ajaran agama, terutama ibadah, maka setelah

dewasa mereka tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama.

Sehingga sikap mereka terhadap agama, yaitu kadang-kadang menghina

dan menyerang orang-orang yang tekun beragama, terutama para

pemimpin agama dan ulama-ulamanya (Daradjat, 1975: 92).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa penanaman atau

pemberian Pendidikan Agama dan Budi Pekerti seyogyanya diberikan

sejak seorang individu masih kecil, agar dalam perkembangan

keagamaanya seorang individu memiliki nilai penghayatan yang tinggi

terhadap agama secara umum dan agama yang dianutnya secara khusus.

Dalam pembentukan jiwa agama pada anak akan memberikan pengaruh

35

yang besar terhadap perkembangan anak jika dilakukan sejak kecil

yaitu dalam lingkungan keluarga yaitu dari kedua orang tuanya.

Keluarga memiliki peran yang besar dalam membentuk pola dasar

kepribadian anak yang akan menentukan seperti apa kepribadian anak

setelah mereka dewasa.

Setelah sang anak masuk masa sekolah, maka sang anak

mendapatkan pengalaman yang membantu pembinaan kepribadiannya,

salah satunya yaitu pembinaan keagamaan anak. Dalam lingkungan

sekolah pengaruh guru sangatlah besar, keyakinan dan kepercayaan

agama seorang guru akan terpantul dalam sikap dan perilakunya,

sehingga membawa pengaruh besar pada anak. Dengan kondisi ini

orang tua haruslah selektif dalam memilih pendidikan bagi anak, agar

tidak salah dalam memberikan pendidikan anak. Jika orang tua tidak

berhati-hati dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak, maka anak

akan memperoleh pendidikan dan pembinaan agama yang tidak sesuai

dengan diri anak dan harapan orang tua.

Zakiayah Daradjat (1975:97), “secara ringkas arti luas

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dimulai dari keluarga, dilanjutkan

di sekolah dan dikembangkan dalam masyarakat.” Dari kutipan di atas

dapat disimpulkan bahwa arti luas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

adalah dimulai dari keluarga, keluarga merupakan Madrasah pertama

bagi anak, tempat membangun pondasi atau dasar kepribadian bagi

anak, kemudian dilanjutkan di sekolah, ketepatan orang tua dalam

36

memilih lembaga pendidikan bagi anak akan membawa pengaruh besar

terhadap perkembangan anak, dan dikembangkan dalam kehidupan

bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sebuah pendidikan haruslah memiliki sebuah dasar sebagai

landasan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Dasar

pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu :

a. Yuridis

Merupakan dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti yang berasal dari perundang-undangan yang

secara langsung atau pun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

dalam pelaksanaan pendidikan.

Menurut Zuhairini (1983: 21-23), dari segi yuridis dasar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ada 3 jenis , diantaranya

yaitu :

1) Dasar Ideal

Yakni dasar dari filsafah negara : Pancasila, dimana

sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, ini

mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya

beragama. Untuk merealisasikan hal itu maka diperlukan

adanya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti kepada anak-anak.

37

a) Dasar Konstitusional

Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1

dan 2 yang berbunyi :

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agama masing-

masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaan itu.

Agar supaya umat beragama tersebut menunaikan

ibadah sesuai ajaran agamanya masing-masing diperlukan

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

b) Dasar Operasional

Yang dimaksud dasar operasional adalah dasar yang

secara langsung mengatur pelaksanaan Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti di sekolah-sekolah, di Indonesia seperti

yang disebutkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal 12 ayat 1

poin a yang berbunyi :

1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan

berhak:

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan

agama yang dianutnya dan diajarkan oleh

pendidik yang seagama;

Dari kutipan Undang-Undang No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat diketahui bahwa

landasan operasional Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

atau dasar yang mengatur pendidikan agama secara

38

langsung terdapat dalam Undang-Undang tersebut yang

tertera dalam pasal 12 ayat 1 poin a.

b. Religius

Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama, menurut Ajaran

Islam, bahwa melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah

kepada-Nya.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya

perintah tersebut, antara lain :

1) Dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :

125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah

yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.

2) Dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :

104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang

39

ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-

orang yang beruntung.

3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan(Zuhairini,1983:23-

24).

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa dalam ajaran

Agama Islam terdapat perintah untuk mendidik Agama dan Budi

Pekerti, perintah Allah tersebut terdapat dalam kitab suci Al-

Qur’an yang menjadi dasar dan pedoman hidup bagi umat muslim,

memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik terhadap

keluarga maupun orang lain sesuai dengan kemampuannya.

c. Sosial Psikologis

Manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan, hanya saja cara mengabdi dan mendekatkan diri

kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang

dianutnya. Itulah sebabnya diperlukan adanya Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut

kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan

40

beribadah sesuai dengan ajaran agama. Tanpa adanya Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti dari satu generasi ke generasi berikutnya

maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar

(Zuhairini,1983: 25-26).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa manusia pada

hakikatnya akan senantiasa mendekatkan diri dan mengabdi kepada

Tuhan dalam rangka menciptakan kedamainan dan ketentraman

dalam diri manusia tersebut. Dengan adanya Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti maka dapat memberikan petunjuk kepada

seseorang untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama yang

dianutnya dengan benar serta mewujudkan generasi yang lebih baik

lagi.

3. Kedudukan, Fase dan Tujuan Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti

a. Kedudukan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti mempunyai

kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti menjamin memperbaiki akhlak anak-

anak dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta

berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membersihkan

hati dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan

mencetak anak-anak dengan kelakuan yang baik dan

41

mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membentuk semua anak-

anak tanah airnya menjadi satu kekuatan yang kokoh kuat,

tidak goyang oleh badai dan topan, karena kekuatannya

bersumber dari perhubungan hati dan pencampuran rohani

(Yunus, 1983: 7-8).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan

agama dan budi pekerti memiliki kedudukan yang penting,

yaitu diantaranya, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

menjamin untuk memperbaiki akhlak, perilaku dan budi pekerti

anak-anak, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membersihkan

hati dan mensucikan jiwa, dan pendidikan agama membentuk

semua anak-anak ditanah air ini menjadi kokoh kuat dan tidak

mudah terpecah belah oleh orang-orang yang tidak

bertanggungjawab.

b. Fase-Fase Pendidikan Agama dan Budi Peketi

Agama Islam pada khususnya adalah agama fitrah dan

agama amalan, agama rohani, dan perasaan, agama logika dan

fikiran, agama masyarakat dan peraturan. Mahmud Yunus

(1983:9), fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dibagi

menjadi tiga tingkatan yaitu :

1) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk kanak-

kanak

42

2) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk pemuda

pemudi

3) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk orang

dewasa.

c. Tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Mahmud Yunus (1983:13), tujuan Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti yaitu sebagai berikut :

1) Menanamkan perasan cinta dan taat kepada Allah

dalam hati kanak-kanak, yaitu dengan mengingatkan

nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

2) Menanamkan ittikad yang benar dan kepercayaan yang

betul dalam dada kanak-kanak.

3) Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikuti

perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya,

baik terhadap Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu

dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah

dan ingin akan pahalanya.

4) Mendidik anak dari kecilnya supaya membiasakan

akhlak mulia dan adat kebiasaan yang baik.

5) Memberi petunjuk mereka untuk hidup didunia dan

menuju akhirat.

6) Memberikan contoh dan suri teladan yang baik, serta

pengajaran dan nasihat-nasihat.

7) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat

yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia,

serta berpegang teguh pada ajaran agama.

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa tujuan

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu mendidik anak-anak,

remaja, orang dewasa menjadi seorang individu yang sejati

berpegang teguh pada ajaran agama dan berkahlak mulia,

sehingga mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dan

43

menjadi mutiara di dalamnya untuk mengajak masyarakat

kepada kebijakan.

d. Faktor-Faktor Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Dalam melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti perlu diperhatikan adanya beberapa faktor-faktor yang

ikut menentukan keberhasilan sebuah Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti tersebut.

Zuhairini (1983:28), faktor-faktor Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti ada lima macam, yaitu :

1) Faktor Anak Didik

Faktor anak didik adalah merupakan salah satu

faktor pendidikan yang paling penting, karena tanpa

adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan

berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat

digantikan oleh faktor yang lain.

2) Faktor Pendidik

Pendidik merupakan salah satu faktor pendidikan yang

sangat penting karena pendidik itulah yang akan

bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi anak

didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai

tanggungjawab yang lebih besar dibanding dengan

pendidik pada umumnya, karena selain bertanggungjawab

44

terhadap pembentukan pribadi yang sesuai ajaran agama,

ia bertanggungjawab terhadap Allah SWT.

3) Faktor Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat

penting, karena merupakan arah yang hendak di tuju oleh

pendidikan. Demikian pula halnya dalam Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti, maka tujuan pendidikan itulah

yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

4) Faktor Alat-Alat Pendidikan

Adapun yang dimaksud dengan alat-alat

pendidikan yaitu segala sesuatu yang dipergunakan dalam

usaha untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan.

Dengan demikian yang dimaksud alat Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti yaitu segala sesuatu yang dipakai dalam

mencapai tujuan pembelajaran agama.

5) Faktor Lingkungan

Lingkungan mempunyai peran yang sangat penting

terhadap keberhasilan atau kegagalan Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti. Karena perkembangan jiwa pada anak

sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkunganya.

Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif maupun

pengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam

45

sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan

agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-

teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.

e. Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang

berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar

yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan

secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku,

yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi

tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai

tujuan pendidikan (Manab, 2016:118).

Sedangkan Zuhairini (1983:57), istilah kurikulum

berasal dari kata “curriculum” yang mempunyai arti “a

course of study in aschool or university”. Kurikulum

adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau

pengalaman-pengalaman belajar yang diatur dengan

sistematis metodis, yang diterima oleh anak untuk

mencapai suatu tujuan.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa

kurikulum adalah suatu program dalam pendidikan yang

terdiri dari berbagai macam perangkat, pengetahuan-

pengetahuan, kegiatan-kegiatan yaang diprogram

direncanakan secara matang dan sistematis untuk mencapai

46

tujuan pendidikan. kurikulum juga diartikan proses atau

seperangkat kegiatan yang harus dilalui peserta didik untuk

mendapatkan ijazah.

Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

merupakan bahan-bahan pendidikan agama berupa

kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan

sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam

rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti (Zuhairini, 1983:59).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa

kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah

semua pengetahuan agama dan budi pekerti, baik berupa

aktivitas-aktivitas, kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada

peserta didik untuk dapat mencapai tujuan dari Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti. Kurikulum memiliki nilai urgensi

yang sangat penting dalam pendidikan, kurikulum memiliki

peran sebagai perangkat dan komponen dalam pendidikan.

Dalam kurikulum itulah pendidikan akan dikemas

sedemikian rupa sehingga pembelajaran yang dilakukan

akan lebih menarik, menantang, mengandung pendidikan

serta efektif dan efisien.

47

f. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP

Mahmud Yunus (1983: 71), Pendidikan Agama dan budi

Pekerti di Sekolah Menengah Pertama dibagi menjadi

sebagai berikut :

1) Keimanan

Sebagaimana asas pengajaran keimanan di

Sekolah Dasar ialah membangkitkan semangat dan

perasaan halus kanak-kanak, maka di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) ini asas ini juga tidak dapat

dilepaskan. Jadi perasaan halus murid-murid harus

dipergunakan dalam pelajaran keimanan, serta ditambah

dan diperkuat dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-

hadits untuk menetapkan ittiqad itu. Pendeknya asas

pengajaran keimanan di tingkat ini, selain

mempergunakan perasaan juga mempergunakan dalil

aqli dan nash agama. Dengan tiga asas itu keimanan

murid-murid akan bertambah tebal dan kuat.

2) Ibadat

Pelajaran ibadat ditingkat Sekolah Menegah

Pertama (SMP) ini, seperti halnya Sekolah Dasar,

yaitu mementingkan amal perbuatan (praktek), serta

ditambah dengan menerangkan mana-mana yang perlu

dan mana-mana yang sunat diantara amal perbuatan.

48

Begitu juga diterangkan apa-apa yang membatalkan

serta hikmah-hikmanya untuk kehidupan perseorangan

dan kebahagiaan masyarakat.

Selain dari pada itu harus diterangkan juga

tujuan amal ibadat, yaitu untuk mengingat Allah dan

memohonkan hidayat dan taufiq kepada-Nya, supaya

selamat dan berbahagai dunia dan akhirat.

3) Akhlak

Materi akhlak ditingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP) memiliki tujuan yaitu, mendidik murid-

murid supaya berlaku sopan santun dan berakhlak

mulia, sesuai dengan ajaran agama dan masyarakat,

membentuk kepribadian murid-murid sebagai seorang

individu sejati dan membiasakan sifat-sifat yang baik

dan akhlak yang mulia, sopan santun, halus budi

pekerti, adil, sabar, serta menjauhi sifat-sifat buruk.

4) Sejarah

Materi sejarah khususnya sejarah islam pada

Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki tujuan

mempelajari sejarah bangsa Arab khususnya dan umat

manusia pada umunya. Dengan mempelajari kehidupan

Nabi Muhammad SAW murid-murid dan umat Islam

akan mendapatkan suri tauladan yang baik yang dapat

49

dijadikan contoh dalam segala perilakunya. Dengan

demikian pelajaran sejarah, khususnya sejarah islam,

bertujuan untuk pendidikan akhlak, selain mengetahui

perkembangan agama Islam seluruh dunia.

5) Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits serta Islam

dan Kemasyarakatan

Materi pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari dua

macam yaitu, membaca Al-Qur’an dan Tafsir Al-

Qur’an. Sedangkan materi Islam dan kemasyarakatan

pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu

dimaksudkan agar mengetahui bahwa Islam

berhubungan rapat dengan masyarakat dan tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat. Misalnya musyawarah

dalam Islam, Islam dan perdamaian.

g. Pendidikan Agama pada Sekolah Umum

Setelah seorang anak melalui masa pertumbuhan

dan perkembangan yang pertama yaitu didalam keluarga

dan telah mendapatkan berbagi macam ilmu dan bekal utuk

perkembangan dan pembentukan dasar kepribadiannya,

selanjutnya anak akan memasuki dunia yang lebih luas

yaitu dunia sekolah. Pada dunia sekolah seorang anak

akan belajar dan melihat dunia yang lebih luas, seorang

50

anak akan mulai bersosialisasi dan berinteraksi dengan

banyak orang, dengan teman sebaya dan dengan bapak ibu

guru. Dari pergaulan yang kompleks tersebut seorang anak

akan dapat menemukan berbagai hal baru diantaranya yaitu

kepribadian orang yang berbeda-beda. Dalam kaitanya

dengan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, anak akan

menemukan teman atau guru yang memiliki kepribadian

agama yang baik atau positif dan kepribadian agama yang

negatif hal itu semua terbungkus dalam sebuah suasana

sekolah.

Dari suasana sekolah yang begitu beragam dan

sangat kompleks maka tugas guru agama di sekolah umum

sebenarnya cukup berat, guru agama harus menghadapi

sikap jiwa bermacam-macam yang dibawa oleh anak dari

rumah, di samping dia harus berhadapan dengan guru-guru

pengetahuan umum yang beraneka ragam sikapnya

terhadap agama. Oleh karena itu syarat pertama yang harus

dimiliki oleh guru agama yaitu kepribadian yang

mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkan kepada

murid-muridnya(Daradjat, 1975: 99).

Selain kepribadian yang menjadi syarat utama bagi

seorang guru agama, seorang guru agama juga harus

mengetahui ciri-ciri perkembangan jiwa anak agar ia dapat

51

melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dengan

cara yang sesuai dengan perkembangan anak. Tidak hanya

terbatas dengan cara mengajar yang sesuai dengan

perkembangan anak, namun juga isi materi, media

pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan kepribadian anak.

Zakiah Daradjat (1975:101), guru agama harus

dapat memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat oleh

orang tua, di samping menjaga jangan tersalah pula dalam

memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di

sekolah. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah

umum akan berjalan dengan lancar dan sukses mencapai

tujuannya jika suasana sekolah secara keseluruhan

membantu dan tidak bertentangan dengan tujuan .

h. Pendidikan Agama pada Sekolah Lanjutan

Pendidikan Agama di sekolah lanjutan hendaknya dapat

membantu mengatasi berbagai macam persoalan yang

dihadapi oleh peserta didik, terutama masalah remaja,

karena sebagian besar siswa atau peserta didik pada sekolah

lanjutan adalah usia remaja. Zakiah Daradjat (1975:107-

103), ada beberapa aspek yang menjadi perhatian khusus

dalam Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada sekolah

lanjutan yaitu:

52

1) Guru Agama

Sebagai seorang guru yang akan berhadapan

dengan remaja yang sedang mengalami kegoncangan

jiwa maka ia harus mengerti betul tentang keadaan

remaja itu. Karena dia tidak hanya bertugas memberi

pelajaran, namun dalam arti membekali anak didik

dengan pengetahuan agama, akan tetapi ia bertugas

mendidik dan membina jiwa anak didik yang sedang

mengalami berbagai perubahan dan kegoncangan itu,

serta membekali mereka dengan pengetahuan agama

yang mereka butuhkan.

2) Pemilihan Materi

Seorang guru agama yang bijaksana akan dapat

memilih materi pelajaran agama yang cocok bagi anak

didik yang dihadapinya. Andaikata ada materi pelajaran

yang perlu diajarkan sebenarnya tidak berhubungan

dengan diri anak didik, maka guru harus

menjelaskannya dengan jalan yang dekat kepada

hidupnya supaya dia tertarik dan merasa perlu pula

mengetahui hal-hal tersebut. Pada umur-umur itu remaja

merasa butuh akan hal-hal yang membantunya untuk

menonjol, maka Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

hendaknya dapat pula menolongnya untuk itu.

53

3) Metode Pengkajian

Pengkajian Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

hendaknya memperhatikan keadaan jiwa anak didik

yang dihadapi dan menyadari bahwa Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti bertujuan untuk membina pribadi anak

didik, di samping itu perlu diingatkan pula bahwa

agama mempunyai segi-segi yang harus dipercayai dan

sukar untuk membuktikannya secara langsung, dan satu

hal yang tidak boleh dilupakan, adalah bahwa latihan-

latihan keagamaan sangat penting agar agama itu betul-

betul masuk menjadi bagian dari pribadi anak dan

agama itu amaliyah sebelum ilmiyah. Berilah

kesempatan kepada anak didik untuk mempunyai

pengalaman yang bersifat keagamaan sebanyak

mungkin.

Dari kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

menurut Zakiah Daradjat dalam Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti pada Sekolah Lanjutan terdapat beberapa segi atau aspek

yang menjadi perhatian khusus yaitu, Guru Agama, sosok guru

agama yang inspiratif dan dapat dijadikan contoh serta suri

tauladan bagi peserta didik merupakan sosok guru agama yang

ideal dengan perkembangan jiwa anak, yang kedua yaitu pemilihan

materi, guru yang bijaksana adalah guru yang mampu memilih

54

materi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak dan

yang ketiga yaitu metode pengkajian, metode pengkajian yang

tepat akan membuat pembelajaran lebih menarik, menyenangkan,

efektif dan efisien.

55

BAB III

PROFIL BUKU AJAR

PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

Buku ajar digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta didik

sesuai dengan mata pelajaran yang ada, pendidik menjadikan buku ajar

tidak hanya sebagai sumber belajar namun sebagai pedoman dalam

memberikan atau menyampaikan materi, memberikan tugas dan

melaksanakan evaluasi pembelajaran. Buku ajar dalam penerapan di

sekolah-sekolah dikenal pula dengan sebutan buku teks, buku materi, buku

paket, atau buku panduan belajar. Melihat konten atau isi buku teks sama

dengan buku ajar. Jadi buku ajar yang dimaksudkan adalah buku teks,

buku paket, buku materi.

Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 1 dijelaskan pula bahwa:

Buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan

pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang

memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,

ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan

estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang

disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku pegangan

atau sumber belajar yang digunakan dalam proses Pembelajaran Agama

dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau pakar-pakar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan oleh instansi formal

dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan proses Pembelajaran

Agama dan Budi Pekerti.

56

Peran buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam suatu

proses pembelajaran sangat penting, keberadaan buku ajar memberikan

penjelasan materi dan cakupan materi yang harus disampaikan atau

diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik. Peran yang lain adalah

sebagai acuan dalam sebuah penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dengan adanya buku ajar memberikan acuan kepada

pendidik dalam menuliskan atau menempatkan cakupan materi yang

merupakan salah satu komponen dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Dengan adanya buku ajar sebagai acuan, maka

materi yang disampaikan oleh pendidik tidak akan melebar jauh dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun sedemikian

rupa.

Sebuah buku ajar harus memiliki sebuah fungsi, fungsi tersebut

harus ada korelasi dengan pembelajaran. Nasution dalam Andi Prastowo

(2012: 169), mengemukakan bahwa buku ajar memiliki beberapa fungsi

yaitu, “(1) Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik,

(2) Sebagai bahan evaluasi, (3) Sebagai alat bantu pendidik dalam

melaksanakan kurikulum, dan (4) Sebagai salah satu penentu metode

atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik.” Dari kutipan

tersebut penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa buku ajar

memiliki beberapa fungsi, fungsi yang pertama adalah sebagai sumber

belajar atau referensi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, proses

pembelajaran merupakan sebuah proses mencari menemukan dan

57

menyajikan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan terorganisir,

proses pencarian tersebut salah satunya dalam buku ajar, fungsi yang

kedua yaitu sebagai bahan evaluasi, buku ajar berisi materi-materi dan

latihan soal, dari materi dan latihan soal tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi dan penilaian keberhasilan sebuah proses pembelajaran,

fungsi yang ketiga yaitu sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan

kurikulum, guru pada hakikatnya adalah sebagai pelaksana dan

pengembang sebuah kurikulum, dalam pelaksanaan dan pengembangan

kurikulum dilakukan dengan melalui buku ajar, fungsi yang keempat

adalah penentu metode dalam pembelajaran, materi-materi yang ada dalam

buku ajar menentukan sebuah metode yang digunakan oleh pendidik

dalam sebuah pembelajaran, karena pada dasar metode harus ada

kesesuaian dengan materi.

Penggunaan buku ajar harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku

saat ini, agar ada korelasi dan keterkaitan antara keduanya. Kurikulum

2013 menurut Majid dan Rochman (2014:1), “merupakan kurikulum

berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan

penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan.” Dari pendapat Majid dan Rochman tersebut dapat diketahui

bahwa kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum dengan formulasi

yang baru yang merupakan penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 menitikberatkan pada sebuah proses

pembelajaran dan penilaian untuk mencapai suatu kompetensi yaitu

58

kompetensi sikap, kompetensi keterampilan, kompetensi pengetahuan dan

kompetensi sosial.

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan

saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam

mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi

atau menalar dan mengkomunikasikan (Majid dan Rochman, 2014: 2).

Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa penguatan proses pembelajaran

dilakukan melalui pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan 5 M. 5 M

tersebut yaitu mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,

mengeksplorasi dan mengkomunikasikan. Dengan adanya kesesuaian

antara kurikulum dan buku ajar akan mampu menunjang keberhasilan

dalam sebuah pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan berkualitas.

A. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas VII-IX

Tingkat SMP

1. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII

Tabel 3.1 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Kelas VII

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2014

Kontributor Naskah Mustahdi dan Sumiyati

59

Tebal halaman

212 Halaman

Penelaah Yususf A. Hasan dan Ismail SM

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMP Kelas VII

60

2. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas

VIII

Tabel 3.2 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Kelas VIII

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2014

Kontributor Naskah

Muhammad Ahsan dan Sumiyati

Tebal halaman

228 Halaman

Penelaah Yusuf A. Hasan

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP

Kelas VIII

61

3. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX

Tabel 3.3 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Kelas IX

Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2015

Kontributor Naskah

Muhammad Ahsan dan Sumiyati

Jumlah halaman

288 Halaman

Penelaah Dr. Marzuki dan Ismail

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMP Kelas IX

62

4. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas

VII

Tabel 3.4 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti Kelas VII

Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2016

Kontributor Naskah

Pdt. Janse Belandina Non-Serrano

Jumlah halaman

122 Halaman

Penelaah Binsar Jonathan Pakpahan, Justitia Vox

Dei Hattu, Marvel Kawatu

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

SMP Kelas VII

63

5. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas

VIII

Tabel 3.5 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti Kelas VIII

Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2014

Kontributor Naskah

Julia Suleeman Chandra, Janse

Belandina Non-Serrano dan Stephen

Suleeeman

Jumlah halaman

104 Halaman

Penelaah Pdt. Robert P. Borrong

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

SMP Kelas VIII

64

6. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas

IX

Tabel 3.6 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen Dan Budi

Pekerti Kelas IX

Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Penerbit

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan

Tahun Terbit

2015

Kontributor Naskah

Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih

Jumlah halaman

200 Halaman

Penelaah Daniel Stefanus, Ishak Roedi dan Pelita

hati Surbakti

Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

SMP Kelas VII

65

B. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti Tingkat SMP

Buku ajar merupakan buku acuan wajib yang digunakan dalam tingkat

satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pada pendidikan tinggi. Buku ajar disusun oleh praktisi-praktisi ahli

dalam bidang tersebut. Penyusunan tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan

dan tujuan serta cita-cita luhur dari proses pendidikan, yaitu mewujudkan

individu yang mempunyai kecerdasan, serta berakhlak mulia. Kebutuhan dan

cita-cita tersebut menjadi latar belakang penyusunan sebuah buku ajar, begitu

pula pada buku ajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

Latar belakang penyusunan buku ajar dapat dilihat pada kata

pengantar yang terdapat pada buku ajar. Latar belakang penyusunan buku ajar

pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Perkerti baik Pendidikan

Agama Islam maupun Pendidikan Agama Kristen dari kelas VII-IX terdapat

pada kata pengantar buku ajar tersebut. Namun Penulis hanya akan

menuliskan latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti pada tingkat SMP kelas VIII karena esensi dari masing-masig

tingkatan sama, sehingga penulis mengambil sampel kelas VIII.

1. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII

Latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII terdapat pada kata pengantar yang

66

disampaikan oleh Menteri Pendidikan Republik Indonesia, yaitu

Muhammad Nuh. Berikut kata pengantar tersebut :

“Semata-mata (innama) misi pengutusan Nabi Muhammad

SAW, adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Sejalan

dengan itu, dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa beliau diutus

hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam.

Dengan demikian, di dalam ayat Al-Qur’an ini digunakan struktur

gramatika yang menunjukan sifat eksklusif misi pengutusan Nabi

Muhammad SAW.

Dalam struktur ajaran agama Islam pendidikan akhlak

adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar.

Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan adalah

pengembangan akhlak mulia. Sehubungan dengan itu, Nabi

Muhammad SAW, Bersabda, “mukmin yang paling sempurna

imannya adalah yang paling baik akhlaknya” dan “orang yang

paling baik islamnya adalah yang paling baik akhlaknya.” dengan

kata lain, hanya akhlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih

sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan

kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak yang mulia

dan penuh kasih sayang kepada segenap unsur alam semesta.

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII

ini ditulis dan dirancang penuh dengan semangat itu.

Pembelajarannya dibagi kedalam beberapa kegiatan keagamaan

yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami

pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikanya dalam tindakan

nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan

agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.

Kutipan di atas merupakan latar belakang penyusunan buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, maka dapat disimpulkan

bahwa penyusunan buku ajar dilatar belakangi karena kebutuhan berupa

pentingnya Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu sarana membentuk

individu berakhlak mulia, serta didasarkan cita-cita yang hendak dicapai

67

yaitu salah satunya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia

guna mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia merdeka.

2. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII

Latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII juga terdapat pada kata pengantar

yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Republik Indonesia, yaitu

Muhammad Nuh. Berikut kata pengantar tersebut :

Belajar bukan sekedar untuk tahu, melainkan dengan belajar

sesorang menjadi tumbuh dan berubah. Tidak sekedar belajar lalu

berubah, dan menjadi semakin dekat dengan Allah sendiri.

sebagaimana tertulis dalam mazmur 119:73, “tangan-Mu telah

menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian,

supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu”. Tidak sekedar

belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan. Kurikulum

2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta

didik berkembang dan proses menyerap pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta

nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Pembelajaran agama diharapkan mampu menambah

wawasan keagamaan, mengasah keterampilan beragama dan

mewujudkan sikap beragama peserta didik yang utuh dan

berimbang yang mencakup hubungan manusia dengan

penciptanya, sesama manusia dengan manusia dan lingkungannya.

Untuk itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait

dengan penanaman karakter dalam pembentukan budi pekerti

luhur. Karakter yang kita ingin tanamkan antara lain : kejujuran,

kedisiplinan, cinta kebersihan, kasih sayang, semangat berbagi,

optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual dan kreativitas.

Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas

VIII ini ditulis dan dirancang penuh dengan semangat itu.

Pembelajarannya dibagi kedalam beberapa kegiatan keagamaan

yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami

pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikanya dalam tindakan

nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan

agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.

68

Kutipan di atas merupakan latar belakang penyusunan buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, maka dapat disimpulkan

bahwa penyusunan buku ajar dilatar belakangi karena kebutuhan, yaitu

pendidikan agama diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan,

mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama

peserta didik yang utuh dan berimbang yang mencakup hubungan manusia

dengan penciptanya, sesama manusia dengan manusia dan lingkungannya.

serta didasarkan cita-cita yang hendak dicapai yaitu salah satunya

meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia guna mempersiapkan

generasi seratus tahun Indonesia merdeka.

C. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Tingkat

SMP

Buku ajar merupakan sebuah sumber belajar atau referensi bagi

peserta didik, sehingga di dalamnya terdapat beberapa materi yang harus

dikuasai oleh peserta didik. Beberapa materi yang terdapat dalam buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013, khusus

nya pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, yaitu seperti dalam tabel

berikut:

1. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tingkat SMP Kelas VII

Tabel 3.7 Sebaran Materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Kelas VII

69

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Lebih Dekat dengan

Allah SWT yang Sangat

Indah Nama-Nama-Nya

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Iman kepada Allah SWT

d. Makna Al-Asmau al-Husna

e. Hikmah Beriman kepada

Allah SWT

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

2 Hidup Tenang dengan

Kejujuran, Amanah dan

Istiqomah

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Mari Berperilaku Jujur

d. Mari Berperilaku Amanah

e. Mari Berperilaku Istiqomah

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

3 Semua Bersih Hidup

Jadi Nyaman

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Ingin Tahu tentang Taharah

d. Bagaimana Cara Taharah

e. Hikmah Taharah

f. Rangkuman

70

g. Ayo Berlatih

4 Indahnya Kebersamaan

dengan Berjamaah

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Ayo Shalat Berjamaah

d. Tata Cara Shalat Berjamaah

e. Pembiasaan Shalat Berjamaah

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

5 Selamat Datang Wahai

Nabiku Kekasih Allah

SWT

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Kehadiran Sang Kekasih

d. Nabi Muhammad SAW

Diangkat Menjadi Rasul

e. Dakwah Nabi Muhammad

SAW di Mekah

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

6 Dengan Ilmu

Pengetahuan Semua

Menjadi Lebih Mudah

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Mari Membaca Al-Qur’an:

1) Membaca Q.S. ar-

Rahman ayat 33

71

2) Membaca Q.S. al-

Mujadalah ayat 11

3) Menerapkan Hukum

Bacaan Panjang/mad

4) Mengartikan Q.S. ar-

Rahman ayat 33

5) Mengartikan Q.S. al-

Mujadallah ayat 11

d. Mari Memahami Al-Qur’an

1) Kandungan Q.S. ar-

Rahman ayat 33 serta

Hadits Terkait

2) Kandungan Q.S. al-

Mujadallah ayat 11 serta

Hadits Terkait

e. Perilaku Orang yang Cinta

Ilmu Pengetahuan

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

7 Meneladani Ketaatan

Malaikat-Malaikat

Allah SWT

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Siapakah Malaikat Itu?

72

d. Nama dan Tugas Malaikat

e. Perilaku Orang yang Beriman

Kepada Malaikat Allah SWT

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

8 Berempati itu Mudah

Menghormati itu Indah

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Mari Berempati

d. Mari Menghormati Orang

Tua Kita

e. Mari Menghormati Guru

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

9 Memupuk Rasa

Persatuan pada Hari

yang Kita Tunggu

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Apa Shalat Jum’at Itu?

d. Ketentuan Shalat Jum’at

e. Aku Ingin Bisa Shalat Jum’at

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

10 Islam Memberikan

Kemudahan melalui

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

73

Shalat Jama’ dan Qasar c. Aku Ingin Tahu Ketentuan

Shalat Jama’

d. Aku Ingin Tahu Ketentuan

Shalat Qasar

e. Aku Bisa Shalat Jama’ dan

Qasar

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

11 Hijrah ke Madinah

Sebuah Kisah yang

Membanggakan

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Sebab-Sebab Rasulullah

Hijrah

d. Berita Gembira dari Kota

Yasrib

e. Perjalanan Hijrah Rasulullah

SAW

f. Dakwah Nabi Muhammad di

Madinah

g. Rangkuman

h. Ayo Berlatih

12 Al-Khulafau Ar-

Rasyidun Penerus

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

74

Perjuangan Nabi

Muhammad SAW

c. Abu Bakar As-Shidiq

Bijaksana dan Tegas

d. Umar bin Khatab Tegas dan

Pemberani

e. Usman bin Affan Baik Hati

dan Dermawan

f. Ali bin Abi Thalib Cerdas

dan Sabar

g. Rangkuman

h. Ayo Berlatih

13 Hidup Jadi Lebih

Damai dengan Ikhlas,

Sabar dan Pemaaf

a. Mari Renungkan

b. Mari Mengamati

c. Mari Belajar Al-Qur’an

1) Membaca Al-Qur’an

a) Membaca Q.S. An-

Nisa ayat 146

b) Membaca Q.S. Al-

Baqarah ayat 153

c) Membaca Q.S. Ali-

Imran ayat 134

2) Memahami Hukum

Bacaan Nun

75

Sukun/Tanwin

3) Mengartikan Q.S. An-Nisa

ayat 146, Q.S. Al-Baqarah

ayat 153 dan Q.S. Ali-

Imran ayat 134

d. Mari Memahami Al-Qur’an

1) Kandungan Q.S. An-Nisa

ayat 146 serta Hadits

Terkait

2) Kandungan Q.S. Al-

Baqarah ayat 153 serta

Hadits Terkait

3) Kandungan Q.S. Ali-

Imran ayat 134 serta

Hadits Terkait

e. Perilaku Ikhlas, Sabar dan

Pemaaf

1) Perilaku Ikhlas dalam

Kehidupan Sehari-hari

2) Perilaku Sabar dalam

Kehidupan Sehari-hari

3) Perilaku Pemaaf dalam

Kehidupan Sehari-hari

76

f. Rangkuman

g. Ayo Berlatih

2. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tingkat SMP Kelas VIII

Tabel 3.8 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Kelas VIII

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Meyakini Kitab-Kitab

Allah SWT, Mencintai

Al-Qur’an

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Pengertian Iman kepada

Kitab-kitab Allah SWT

d. Nama-nama Kitab Allah

SWT dan Rasul

Penerimanya

e. Kitab Allah Sebagai

Petunjuk bagi Manusia

f. Al-Qur’an Sebagai Kitab

Suci Umat Islam

g. Perbedaan Kitab dengan

Suhuf

h. Hikmah Beriman kepada

77

Kitab Allah

i. Refleksi Akhlak Mulia

j. Kisah Teladan

k. Rangkuman

l. Ayo Berlatih

m. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

2 Lebih Dekat Kepada

Allah SWT dengan

Mengamalkan Shalat

Sunnah

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Shalat Sunnah Berjamaah

d. Shalat Sunnah Munfarid

e. Shalat Sunnah Berjamaah

atau Munfarid

f. Hikmah Shalat Sunnah

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

3 Jiwa Lebih Tenang

dengan Banyak

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

78

Melakukan Sujud c. Sujud Syukur

d. Sujud Sahwi

e. Sujud Tilawah

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

4 Ibadah Puasa

Membentuk Pribadi yang

Taqwa

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Puasa Wajib

d. Puasa Sunnah

e. Waktu yang Diharamkan

untuk Berpuasa

f. Hikmah Berpuasa

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

79

5. Pertumbuhan Ilmu

Pengetahuan pada Masa

Umayyah

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Daulah Umayyah di

Damaskus (661-750 M)

d. Daulah Umayyah di

Andalusia (756-1031 M)

e. Perkembangan Ilmu

Pengetahuan

f. Pertumbuhan Kebudayaan

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

6 Rendah Hati, Hemat dan

Sederhana Membuat

Hidup Lebih Mulia

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Membaca Ayat Al-Qur’an

1) Membaca Q.S. Al-

Furqan ayat 63

2) Membaca Q.S. Al-Isra’

ayat 27

80

d. Memahami Ilmu Tajwid

Tentang Al Syamsyiah dan

Al Qomariyah

e. Mengartikan ayat Al-

Qur’an

1) Mengartikan Q.S. Al-

Furqan ayat 63

2) Mengartikan Q.S. Al-

Isra’ ayat 27

f. Memahami ayat Al-Qur’an

1) Kandungan Q.S. Al-

Furqan ayat 63

2) Kandungan Q.S. Al-

Isra’ ayat 27

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

7 Meneladani Kemuliaan

dan Kejujuran Para Rasul

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

81

Allah SWT c. Pengertian Iman Kepada

Rasul

d. Tugas Para Rasul

e. Sifat-sifat Para Rasul

f. Kisah Dakwah 25 Rasul

g. Hikmah Beriman Kepada

Rasul Allah SWT

h. Refleksi Akhlak Mulia

i. Kisah Teladan

j. Rangkuman

k. Ayo Berlatih

l. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

8 Mengkonsumsi Makanan

dan Minuman yang Halal

dan Menjauhi yang

Haram

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Makanan Halal

d. Makanan Haram

e. Minuman Halal

f. Minuman Haram

g. Manfaat Mengkonsumsi

Makanan dan Minuman

yang Halal

82

h. Akibat Buruk dari Makanan

dan Minuman yang Haram

i. Refleksi Akhlak Mulia

j. Kisah Teladan

k. Rangkuman

l. Ayo Berlatih

m. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

9 Pertumbuhan Ilmu

Pengetahuan pada Masa

Abbasiyah

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Pemerintahan Daulah

Abbasiyah

d. Perkembangan Ilmu

Pengetahuan pada Masa

Bani Abbasiyah

e. Perkembangan Kebudayaan

pada Masa Bani Abbasiyah

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

83

Siswa

10 Hidup Sehat dengan

Makanan dan Minuman

yang Halal serta Bergizi

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Mari Membaca

Memabaca Q.S. An-Nahl

ayat 114

d. Mari Memahami Hukum

Bacaan Mim sukun

e. Mari Memahami Pesan-

Pesan Mulia dalam Q.S.

An-Nahl ayat 114

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

11 Menghindari Minuman

Keras, Judi dan

Pertengkaran

a. Mari Renungkan

b. Dialog Islami

c. Mari Membaca Q.S. Al-

Maidah ayat 90-91 dan 32

d. Memahami Hukum Bacaan

84

Qolqolah

e. Mari Belajar Mengartikan

Q.S. Al-Maidah ayat 90-91

dan 32

f. Mari Memahami Pesan-

Pesan Mulia dalam Q.S. Al-

Maidah ayat 90-91 dan 32

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

3. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tingkat SMP Kelas IX

Tabel 3.9 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Kelas IX

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Meyakini Hari Akhir,

Mengakhiri Kebiasaan

Buruk

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Pengertian Hari Akhir dan

85

Macam-macam Kiamat

d. Kejadian Kiamat Kubra

e. Refleksi Akhlak Mulia

f. Kisah Teladan

g. Rangkuman

h. Ayo Berlatih

i. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

2 Menatap Masa Depan

dengan Optimis, Ikhtiar

dan Tawakal

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Optimis

d. Ikhtiar

j. Tawakal

k. Refleksi Akhlak Mulia

l. Kisah Teladan

m. Rangkuman

n. Ayo Berlatih

e. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

3 Mengasah Pribadi yang

Unggul dengan Jujur,

Santun, dan Malu

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Jujur

86

d. Santun

e. Malu

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

4. Akikah dan Kurban

Menumbuhkan

Kepedulian Umat

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Ketentuan dan Tata Cara

Penyembelihan

d. Akikah

e. Kurban

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

5 Kehadiran Islam

mendamaikan Bumi

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

87

Nusantara c. Alur Perjalanan Dakwah di

Nusantara

d. Cara-cara Dakwah di

Nusantara

e. Kerajaan-kerajaan Islam di

Nusantara

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

6 Meraih Kesuksesan

dengan Optimis, Ikhtiar

dan Tawakal

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Mari Membaca Ayat Al-

Qur’an

1) Membaca Q.S. Az-

Zumar ayat 53

2) Membaca Q.S. An-Najm

ayat 39-42

3) Membaca Q.S. Ali-

Imran ayat 159

88

d. Memahami Tajwid Tentang

Tafkhim dan Tarqiq

e. Mari Belajar Mengartikan

Ayat Al-Qur’an

1) Mengartikan Q.S. Az-

Zumar ayat 53

2) Mengartikan Q.S. An-

Najm ayat 39-42

3) Mengartikan Q.S. Ali-

Imran ayat 159

f. Memahami Kandungan

Ayat Al-Qur’an

1) Memahami Q.S. Az-

Zumar ayat 53

2) Memahami Q.S. An-

Najm ayat 39-42

3) Memahami Q.S. Ali-

Imran ayat 159

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

89

Siswa

7 Beriman kepada Qada’

dan Qadar Berbuah

Ketenangan Hati

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Pengertian Qada’, Qadar

dan Takdir

d. Takdir Mualla dan Mubram

e. Dahsyatnya Manfaat

Beriman kepada Qada’ dan

Qadar

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

8 Damaikan Negeri dengan

Toleransi

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Pengertian Toleransi

d. Sikap Toleransi dalam

Kehidupan Sehari-hari

e. Toleransi dan Kedamaian

Negeri

90

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

9 Menuai Keberkahan

dengan Rasa Hormat,

Taat Kepada Orangtua

dan Guru

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Hormat dan Sayang kepada

Orangtua dan Guru

d. Taat kepada Orangtua dan

Guru

e. Refleksi Akhlak Mulia

f. Kisah Teladan

g. Rangkuman

h. Ayo Berlatih

i. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

10 Dahsyatnya Persatuan

Ibadah Haji dan Umrah

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Ibadah haji

d. Ibadah Umrah

91

e. Hikmah Haji dan Umrah

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

11 Menelusuri Tradisi Islam

Nusantara

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

c. Tradisi Nusantara Sebelum

Islam

d. Akulturasi Budaya Islam

e. Melestarikan Tradisi Islam

Nusantara

f. Refleksi Akhlak Mulia

g. Kisah Teladan

h. Rangkuman

i. Ayo Berlatih

j. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

12 Menyuburkan

Kebersamaan dengan

a. Renungkanlah

b. Dialog Islami

92

Toleransi dan

Menghargai Perbedaan

c. Mari Membaca Q.S. Al-

Hujarat ayat 13

d. Memahami Tajwid tentang

Tanda Waqaf

e. Mari Belajar Mengartikan

Q.S. Al-Hujarat ayat 13

f. Memahami Kandungan

Q.S. Al-Hujarat ayat 13

g. Refleksi Akhlak Mulia

h. Kisah Teladan

i. Rangkuman

j. Ayo Berlatih

k. Catatan untuk Orang Tua

Siswa

4. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Tingkat SMP Kelas VII

Tabel 3.10 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Indahnya Mengampuni a. Pengantar

93

b. Memahami Pengampunan

c. Bagaimana Mengampuni

d. Rangkuman

2 Karya Pengampunan

Allah dan Tuhan Yesus

Kristus

a. Pengantar

b. Makna Pengampunan

c. Pengampunan Allah

d. Rangkuman

e. Tugas

3 Baptisan sebagai Tanda

Menjadi Milik Kristus

a. Pengantar

b. Arti Baptisan

c. Baptis Percik atau Selam

d. Rangkuman

e. Tugas

4 Dosa dan Pertaubatan a. Pengantar

b. Hakikat Dosa

c. Akibat Dosa

d. Pertaubatan

e. Rangkuman

f. Tugas

5 Allah Memelihara

Ciptaan-Nya

a. Pengantar

b. Allah Memelihara Ciptaan-

94

Nya

c. Rangkuman

d. Tugas

6 Menjaga dan

Melestarikan Alam

a. Pengantar

b. Kerusakan Alam

c. Tanggungjawab

Memelihara Alam

d. Rangkuman

7 Nilai-nilai Kristiani

Menjadi Pegangan

Hidupku

a. Pengantar

b. Nilai Kristiani

c. Nilai Kristiani Menjadi

Pegangan Hidup

d. Rangkuman

e. Tugas

8 Kerendahan Hati a. Pengantar

b. Makna Kerendahan Hati

c. Ciri-ciri Kerendahan Hati

d. Rangkuman

9 Solider terhadap Teman

dan Sahabat

a. Pengantar

b. Makna Solidaritas dalam

Pertemanan dan

95

Persahabatan

c. Membangun Solidaritas

Sosial

d. Rangkuman

e. Tugas

10 Membangun Solidaritas

Sosial: Belajar dari

Ajaran Yesus Kristus

a. Pengantar

b. Belajar dari Yesus

c. Solidaritas di Tengah-

tengah Kehidupan Jamaat

Kristen Pertama

d. Rangkuman

11 Membangun Solidaritas

di Tengah Masyarakat

Majemuk

a. Pengantar

b. Masyarakat Indonesia yang

Majemuk

c. Solidaritas dalam

Masyarakat Majemuk

d. Rangkuman

e. Tugas

12 Hati Nurani: Memilih

yang Benar

a. Pengantar

b. Peran Hati Nurani

c. Rangkuman

96

d. Tugas

13 Sekolah dan Keluarga

sebagai Tempat Melatih

Disiplin

a. Pengantar

b. Memahami Disiplin

c. Apakah Disiplin

Mempengaruhi Kehidupan

Remaja

d. Rangkuman

14 Remaja Kristen yang

Disiplin

a. Pengantar

b. Makna Disiplin

c. Mengapa Remaja

Membutuhkan Disiplin Diri

d. Rangkuman

5. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Tingkat SMP Kelas VIII

Tabel 3.10 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Hidup Beriman a. Pengantar

b. Iman dan Percaya

c. Implikasi Bagi Saya

97

d. Memilihara Iman

e. Belajar dari Tokoh Alkitab

f. Ciri-ciri Orang yang

Memelihara Iman

g. Berbagi Pesan dan Kesan

h. Rangkuman

2 Hidup Berpengharapan a. Pengantar

b. Makna Hidup

Berpengharapan

c. Pentingnya Memiliki

Harapan

d. Mengamati Lebih Jeli

e. Menyatakan

Pengharapanmu Melalui

Tulisan

f. Rangkuman

3 Memilih untuk Tidak

Putus Asa

a. Pengantar

b. Mengapa Harus Kuatir dan

Putus Asa

c. Keterbatasan Manusia

d. Menemukan Janji Allah di

Mazmur 21-Mazmur 30

98

e. Menyanyikan Lagu Apa

yang Kau Alami Kini

f. Rangkuman

4 Dampak dari Hidup

Beriman dan

Pengharapan

a. Pengantar

b. Memahami Makna Iman

dan Pengharapan

c. Manusia yang Memiliki

Iman dan Pengharapan

d. Dampak dari Hidup

Beriman dan

Berpengharapan dalam Diri

Orang Percaya

e. Refleksi

f. Rangkuman

5 Roh Kudus Penopang

Hidup Orang Beriman

a. Pengantar

b. Penjelasan Singkat tentang

Pemahaman tentang Roh

Kudus

c. Tuhan Yesus Menjanjikan

Roh Kudus yang

Menguatkan

d. Roh Kudus Menghibur dan

99

Menguatkan

e. Roh Kudus Menguatkan

Gereja dan Umat

f. Rangkuman

g. Memahami Roh Kudus

dengan menjawab

pertanyaan ini

h. Penutup

i. Doa Penutup

6 Belajar dari Para Matir a. Pengantar

b. Kisah Para Martir

c. Merenungkan Siapa Yesus

Kristus

d. Menghayati Kehidupan

Para Martir

e. Rangkuman

7 Yesus Teladanku a. Pengantar

b. Yesus Peduli dengan Yang

Menderita (Markus 1:40-

45)

c. Yesus Dekat dengan

Mereka yang

100

Dilecehkan(Yohanes 4: 5-

30)

d. Yesus Membenci

Ketidakadilan(Mat. 21: 12-

13)

e. Yesus Membenci

Kemunafikan(Mat.7: 3-5)

f. Yesus Berdoa Kepada

Bapa-Nya (Luk. 22:39-43)

8 Setia Beribadah, Berdoa

dan Membaca Alkitab

a. Pengantar

b. Makna Beribadah, Berdoa,

dan Membaca Alkitab

c. Memahami Doa Bapa Kami

d. Pentingnya Beribadah,

Berdoa, dan Membaca

Alkitab Bagi Remaja SMP

e. Presentasi Hasil Observasi

Mengenai Beribadah,

berdoa, dan membaca

Alkitab di Kalangan

Remaja SMP

f. Sikap yang Baik dan Benar

101

dalam Beribadah, Berdoa

dan Membaca Alkitab

g. Apakah Semua Doa

Dijawab Sesuai dengan

Permintaan

h. Diskusi

i. Janji Untuk Setia

Beribadah, Berdoa dan

Membaca Alkitab

j. Rangkuman

9 Hidup Berkelimpahan a. Pengantar

b. Kristus Sebagai Pemimpin

yang Layak Diikuti

c. Menyanyi dari Kidung

Jemaat nomor 263 yang

T’lah Menang

d. Mengamati Sikap Hidup

Orang Lain

e. Memeriksa Diri Sendiri

f. Mengenali Janji Allah

g. Rangkuman

10 Mengapa Bersyukur a. Pengantar

102

b. Belajar Bersyukur

c. Mengamati Sikap Orang

Lain

d. Menggali Makna Bersyukur

e. Rangkuman

11 Bersyukur Bukan

Sekedar Pasrah

a. Pengantar

b. Makna Bersyukur bukan

Sekedar Pasrah

c. Menyanyikan Kidung

Jemaat No 457 Ya Tuhan,

Tiap Jam

d. Belajar dari Pengalaman

Orang Tua

e. Belajar dari Pengalaman

Teman

f. Memberikan Makna

Bersyukur Bagi Diri Sendiri

g. Rangkuman

12 Memilih Untuk

Bersyukur

a. Pengantar

b. Kisah Ibu Pengeluh

c. Arti Memilih untuk

Bersyukur

103

d. Menemukan Makna

Bersyukur

e. Belajar dari Anne Frank

f. Mengatasi Hambatan Untuk

Bersyukur

g. Mengekspresikan Rasa

Syukur

h. Rangkuman

13 Bersyukur Dalam Situasi

Sulit

a. Pengantar

b. Menyanyi dari Kidung

Jemaat No 392 Ku

Berbahagia

c. Mengapa Tetap Bersyukur

dalam Situasi Sulit

d. Berbagi Pengalaman

e. Menyanyi dari Kidung

Jemaat No 391 Puji Tuhan

Haleluya

f. Rangkuman

14 Allah Tetap bekerja a. Pengantar

b. Makna Allah Tetap Bekerja

c. Karya Tuhan dalam

104

Hidupku

d. Rangkuman

Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat

SMP Kelas IX

Tabel 3.12 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX

Bab Materi Inti Sub Materi

1 Gereja Sebagai Umat

Allah yang Baru

a. Pendahuluan

b. Gereja Gedungnya atau

Orangnya

c. Makna Gereja

d. Umat Allah yang Baru

e. Pergumulan Gereja

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

2 Mengenal Gerejaku a. Pendahuluan

b. Gereja yang Terpecah-

pecah: Perpecahan Pertama

c. Perpecahan-Perpecahan

105

Berikutnya

d. Gereja di Indonesia

e. Gereja Mengusahakan

Kesejahteraan Kota

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

3 Gereja yang Hidup di

Dunia

a. Pendahuluan

b. Gereja yang Memberitakan

c. Gereja yang Bersekutu

d. Gereja yang Tidak

Membeda-bedakan

e. Pdt. Dr. Martin Luther

King, Jr. Dan

Perjuangannya

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

4 Gereja yang Bersaksi dan

Melayani di Dunia

a. Pendahuluan

b. Gereja yang Memuridkan

106

c. Gereja yang Melayani

d. Gereja yang Bersaksi

e. Pelayanan Sosial Gereja

dan Tantangannya

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

5 Gereja yang Bergumul di

Dunia

a. Pendahuluan

b. Kerajaan Sorga dalam

Pemberitaan Yesus

c. Ciri-ciri Kehidupan Warga

Kerajaan Sorga

d. Mordechai Vanunu Berani

Bertahan dengan

Keyakinannya

e. Hidup Sebagai Orang Asing

f. Gereja yang Bergumul di

Dunia

g. Rangkuman

h. Penilaian

i. Nyanyian Penutup

107

j. Doa Penutup

6 Gereja dan Orang Muda a. Pendahuluan

b. Pandangan tentang Gereja

c. Allah Memanggil Daud

d. Yesus Memanggil Andreas

e. Paulus dan Rekan-

Rekannya

f. Benarkah Gereja

Membutuhkan Orang Muda

g. Rangkuman

h. Penilaian

i. Nyanyian Penutup

j. Doa Penutup

7 Gereja yang

Memperbarui Diri

a. Pendahuluan

b. Gereja dan Tradisi

c. Perubahan Sebagai Hukum

Kehidupan

d. Umat Allah yang Berubah

e. Rangkuman

f. Penilaian

g. Nyanyian Penutup

h. Doa Penutup

108

8 Indahnya Lingkungan

yang Majemuk

a. Pendahuluan

b. Kemajemukan : Dilema

yang Harus Dihadapi

c. Kemajemukan Sebagai

Karunia Allah

d. Kemajemukan di Indonesia:

Perlu Dikelola

e. Hidup Bersama dalam

Kemajemukan

f. Mengembangkan

Kemajemukan di Bumi

Indonesia

g. Rangkuman

h. Penilaian

i. Nyanyian Penutup

j. Doa Penutup

9 Toleransi Bagian Dari

Kehidupanku

a. Pendahuluan

b. Toleransi dalam Kehidupan

Bersama

c. Toleransi Dalam Ajaran

Kristen

d. Melihat Kembali apa yang

109

Telah Terjadi

e. Perlunya Transformasi

Lingkungan Sosial

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

10 Membangun Perdamaian

Merajut Toleransi

a. Pendahuluan

b. Agama adalah Anugrah

c. Perdamaian dalam

Perspektif Alkitab dan

Teologis

d. Perdamaian Antar Umat

Beragama

e. Dialog Untuk Perdamaian

f. Merawat Perdamaian

Merajut Toleransi

g. Rangkuman

h. Penilaian

i. Nyanyian Penutup

j. Doa Penutup

11 Pengembangan Diriku a. Pendahuluan

110

Untuk Pelayanan Bagi

Sesama

b. Masa Remaja Masa

Transisi

c. Orang Kristen di Tengah

Gereja dan Lingkungan

Sosial

d. Keterlibatan Sosial

Berlandaskan Iman

Kristiani

e. Berperan Serta Secara Aktif

f. Peran Serta Remaja untuk

Pelayanan Bagi Sesama

g. Rangkuman

h. Penilaian

i. Nyanyian Penutup

j. Doa Penutup

12 Hidup Bermakna Bagi

Lingkungan Sekolah

a. Pendahuluan

b. Pentingnya Makna Hidup

bagi Manusia

c. Hidup Bermakna di

Lingkungan Sekolah

d. Kaitan Hidup Bermakna

dengan Iman Kristen

111

e. Hidup Bermakna dengan

Mengembangkan

Kecerdasan Majemuk

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

13 Perilaku dalam

Pengembangan

Masyarakat

a. Pendahuluan

b. Remaja di Tengah

Masyarakat Suatu Realitas

c. Landasan Kristiani, Peran

dan Kepedulian Remaja di

Tengah Masyarakat

d. Pelayanan Holistik bagi

Masyarakat

e. Perubahan Sosial dan

Dampaknya bagi

Masyarakat

f. Sikap Remaja di Tengah

Perubahan Sosial

g. Rangkuman

h. Penilaian

112

i. Nyanyian Penutup

j. Doa Penutup

14 Remaja di Tengah Dunia

yang Berubah

a. Pendahuluan

b. Dunia yang Berubah

c. Berbagai Dampak Dunia

yang Berubah

d. Menghadapi Dunia yang

Berubah di Bawah Terang

Kristus

e. Merencanakan Masa Depan

dalam Dunia yang Berubah

f. Rangkuman

g. Penilaian

h. Nyanyian Penutup

i. Doa Penutup

113

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan penulis akan memaparkan tentang analisis nilai

toleransi yang ada dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat

SMP kuriulum 2013 khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Setelah

melakukan analisis pada buku tersebut, penulis juga akan mengkomparasikan

atau membandingkan secara komprehensif terkait aspek positif antara kedua buku

ajar tersebut.

Penulis menggunakan Metode Analisis Isi (contens analisys) dalam

melakukan analisis pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu nilai toleransi

dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Dari pemaparan di atas

dapat ditarik sebuah garis besar bahwa pada bab ini penulis akan memaparkan dua

pokok permasalahan atau dua sub bab, yang pertama yaitu tentang analisis nilai

toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, yaitu mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti, sub bab yang kedua yaitu komparasi atau perbandingan

antara kedua buku ajar mata pelajaran tersebut yaitu Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti.

A. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti.

Analisis nilai toleransi merupakan serangkaian kegiatan pencarian,

penelaahan, penyelidikan dan penguraian suatu pokok peristiwa atau

114

karangan tentang nilai toleransi, sedangkan nilai toleransi adalah makna yang

menunjukan sikap, perbuatan dan perilaku yang baik dengan cara saling

menghargai, menghormati, membiarkan dan membolehkan orang lain

memiliki sebuah keyakinan, kepercayaan, prinsip atau pendapat lain yang

berbeda dengan diri sendiri. Analisis nilai toleransi dalam buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dapat dibaca dalam tabel dibawah ini :

1. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti Kelas VII

Tabel 4.1 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas VII

Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab VI, Sub bab

“Kandungan Q.S. al-

Mujadalah/58:11”, terdapat nilai

toleransi yaitu berlapang-lapang

atau tenggang rasa dan

kesetaraan dalam majelis.

Kutipan materi :

Ayat ini menjelaskan

tentang berlapang-lapanglah

kalian ketika berada dalam

majelis (tempat mencari

ilmu). Yakni apabila kita

berada di tempat menuntut

ilmu, baik itu di kelas,

masjid, majelis taklim dan

lain sebagainya, kita harus

memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk

sama mendapatkan tempat

duduk yang layak

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab I, Sub bab

“Pengantar”, terdapat nilai

toleransi yaitu keadilan.

Kutipan materi :

Apakah kamu pernah

mendengar nama Nelson

Mandela, ia adalah

seorang tokoh pejuang

Afrika Selatan yang

memperjuangkan keadilan

bagi kaum kulit hitam di

Afrika Selatan yang

ditindas dan diperlakukan

secara tidak adil (Non-

Serrano, 2016: 2).

2. Pada bab XI, Sub bab “

Solidaritas dalam Masyarakat

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu solidaritas di

115

(Sumiyati, 2014: 86). tengah masyarakat. Kutipan

materi:

Bentuk solidaritas ditengah

- tengah masyarakat

majemuk yang kamu

wujudkan sebagai remaja

yaitu; menghargai teman

dan orang lain meskipun

mereka berbeda denganmu,

menghargai para penganut

agama lain dan semua

aturan agamanya termasuk

ibadah, berteman dengan

semua orang tanpa

memandang perbedaan

yang ada, dapat bekerja

sama dan menolong teman

dan sesama tanpa

memandang perbedaan

agama, suku, dan status

sosial (Non-Serrano, 2016:

87).

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab I, Sub bab

“Mempelajari dan Memahami

Makna Al-Asma’u Al-husna”,

terdapat nilai toleransi yaitu

mendengarkan dan menghargai

orang yang sedang berbicara.

Kutipan materi :

Perilaku atau sikap yang

mencerminkan keimanan

kepada Allah SWT. Yang

memiliki sifat Maha

Mendengar adalah kita

harus mau mendengarkan

orang lain yang sedang

berbicara. Terlebih lagi jika

yang berbicara adalah orang

tua dan guru kita, lalu

bagaimana sikap kita jika

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab XI, Sub bab

“Masyarakat Indonesia yang

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu bersikap baik

dan memandang positif dalam

keberagaman yang majemuk.

kutipan materi :

Ada yang beragama Kristen

, Katolik, Islam, Hindu,

Budha, Khong Hu Chu, nah

keberagamaan itu disebut

majemuk. Bagaimana kamu

memandang mereka yang

berbeda denganmu ? sering

kali masih ada orang yang

memandang orang lain

yang berbeda dengannya

seperti rasa curiga. Akan

116

tidak senang terhadap apa

yang disampaikan tentu kita

harus menyampaikan hal itu

kepada lawan bicara kita

dengan sikap dan bahasa

yang santun (Sumiyati,

2014: 7).

2. Pada bab VIII, Sub bab

“Menghormati Orang Tua”,

terdapat nilai toleransi yaitu

menghormati dan berbuat baik

kepada orang tua. Kutipan

materi :

Begitu besar jasa orang tua

sehingga kita sebagai anak

wajib hukumnya berbuat

baik kepada keduanya.

Allah SWT memerintahkan

kita untuk berbuat baik

kepada keduanya (Sumiyati,

2014: 113).

3. Pada bab VIII, Sub bab

“Menghormati Guru”, terdapat

nilai toleransi di dalamnya yaitu

menghormati dan berbuat baik

kepada guru. Kutipan materi :

Kita juga diperintahkan

untuk senantiasa berbuat

baik dan berbakti kepada

guru. Gurulah yang telah

mendidik dan mengajarkan

ilmu kepada kita. Sebagai

pendidik guru membentuk

kita menjadi manusia yang

beriman, mengerti baik dan

buruk, berbudi pekerti

luhur, dan menjadi orang

yang bertanggungjawab,

tetapi, dalam ajaran

Kristen, kamu diminta

untuk bersikap baik dan

memandang orang lain

secara positif (Non-

Serrano, 2016: 79).

2. Pada bab XI, Sub bab “

Solidaritas dalam Masyarakat

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu solidaritas di

tengah masyarakat. Kutipan

materi:

Bentuk solidaritas ditengah

- tengah masyarakat

majemuk yang kamu

wujudkan sebagai remaja

yaitu ; menghargai teman

dan orang lain meskipun

mereka berbeda denganmu,

menghargai para penganut

agama lain dan semua

aturan agamanya termasuk

ibadah, berteman dengan

semua orang tanpa

memandang perbedaan

yang ada, dapat bekerja

sama dan menolong teman

dan sesama tanpa

memandang perbedaan

agama, suku, dan status

sosial (Non-Serrano, 2016:

87).

117

baik kepada diri sendiri,

masyarakat, bangsa maupun

negara (Sumiyati, 2014:

115).

Setuju Dalam Perbedaan

1. Pada bab XI, Sub bab

“Dakwah Nabi Muhammad di

Madinah”, terdapat nilai

toleransi yaitu Persaudaraan

Sejati. Kutipan materi :

Nabi Muhammad SAW

mempersaudarakan antara

orang muhajirin dengan

ansor. muhajirin adalah

orang yang berhijrah,

sedangkan ansor adalah

orang yang menyambut

kedatangan para kaum

muhajirin di Madinah.

Setiap orang ansor

mengakui orang muhajirin

sebagai saudaranya. Perlu

diketahui juga bahwa di

Madinah tidak hanya orang

islam namun juga terdapat

orang non muslim, agar

terjadi hubungan yang

harmonis antara keduanya,

saling menghormati,

toleransi dan menjaga

lingkungan di Madinah

maka harus ada kesepakatan

bersama (Sumiyati, 2014:

162-163).

Setuju Dalam Perbedaan

1. Pada bab III, Sub bab “Arti

Baptisan”, terdapat nilai

toleransi yaitu keberagaman

kebijakan dalam praktek

ibadah. Kutipan materi :

Gereja mengakui dan

melaksanakan baptisan

bagi anak-anak, dari usia

bayi dan baptisan dewasa.

Akan tetapi ada juga

beberapa gereja yang hanya

mengakui baptisan orang

dewasa. Dalam injil Lukas

18:16a, Matius 19:14a,

Markus 10:14a, Yesus

memarahi para murid-

murid-Nya yang ingin

menghalang-halangi anak-

anak datang kepadanya

(Non-Serrano, 2016: 21).

2. Pada bab III, Sub bab “Baptis

Percik atau Selam”, di

dalamnya terdapat nilai

toleransi yaitu keberagaman

kebijakan dalam praktek

ibadah. Kutipan materi :

Sejak beberapa waktu yang

lalu, banyak terjadi

perdebatan mengenai cara

baptisan mana yang lebih

Alkitabiah. Namun, Alkitab

sendiri tidak memberikan

118

penekanan pada cara baptis

tertentu. Alkitab lebih

memberikan penekanan

pada makna baptisan.

Setiap gereja melakukan

cara baptisan menurut

tradisi dan aturan gereja

masing-masing. Pada

dasarnya yang terpenting

bukan cara seseorang

dibaptis melainkan makna

baptisan itu sendiri (Non-

Serrano, 2016: 23).

3. Pada bab XI, Sub bab “

Solidaritas dalam Masyarakat

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu solidaritas

dalam masyarakat majemuk.

Kutipan materi :

Membersihkan rumah-

rumah ibadah agama lain

bersama teman-teman dari

berbagai macam agama,

mengunjungi panti jompo

atau keluarga yang kurang

mampu dari berbagai

macam agama dan

memberi bantuan sesuai

kemampuan, mengunjungi

rumah ibadah secara

bergiliran dan beramah

tamah dengan pimpinan

rumah ibadah setempat

(Non-Serrano, 2016: 88).

4. Pada bab XII, Sub bab “Peran

Hati Nurani”, terdapat nilai

toleransi yaitu berfikir terbuka

atas pendapat orang lain.

119

Kutipan materi :

Kamu perlu bersikap

terbuka terhadap pikiran

dan pendapat orang lain,

tetapi amat penting untuk

menunjukan pikiran dan

pendapatmu sendiri. jika

kalau kamu mampu

melakukannya, maka kamu

pun mampu untuk memilih

yang benar, memutuskan

yang benar (Non-Serrano,

2016: 93).

Saling Pengertian

1. Pada bab VIII, Sub bab “Mari

Berempati” terdapat nilai

toleransi yaitu bersikap empati.

Kutipan materi :

Allah SWT menyuruh umat

manusia untuk berempati

terhadap sesamanya. Peduli

dan membantu antar sesama

yang membutuhkan. Allah

SWT sangat murka kepada

orang-orang yang egois dan

sombong (Sumiyati, 2014:

111).

2. Pada bab IX, Sub bab

“Ketentuan Shalat Jum’at”,

terdapat nilai toleransi yaitu

menguatkan tali shilaturahim.

Kutipan materi :

Kita semua bisa mengetahui

kondisi jamaah yang

lainnya, misalnya jika kita

Saling Pengertian

1. Pada bab II, Sub bab

“Pengampunan Allah”, terdapat

nilai toleransi yaitu saling

mengampuni dan berbuat baik

kepada sesama. Kutipan materi

:

Kristus telah mengampuni

dan menyelamatkan kamu,

kamu wajib mengampuni

orang lain, juga mohon

ampunan pada orang lain

jika kamu bersalah.

Bagaimana jika orang lain

tidak mau mengampunimu?

teruslah berdoa dan berbuat

baik kepadanya, suatu saat

hatinya akan luluh dan

mengampunimu (Non-

Serrano, 2016: 12).

2. Pada bab XI, Sub bab

“Solidaritas dalam Masyarakat

120

melihat ada jamaah dilanda

kesusahan hidup , kita bisa

membantu mereka, atau jika

ada yang jarang kemasjid

karena sakit, kita bisa

menjenguk mereka. Bahkan

jika kita melihat ada yang

bermaksiat kita bisa

langsung menasehatinya.

Dari sini umat islam bisa

mewujudkan suatu sikap

semangat tolong-menolong

di dalam kebaikan dan

taqwa sekaligus saling

menasehati dalam kebaikan

dan kesabaran dengan amar

ma’ruf dan nahi mungkar

(Sumiyati, 2014: 129).

3. Pada bab X, Sub bab “Aku Bisa

Shalat Jama’ dan Qasar”,

terdapat nilai toleransi yaitu

Kemudahan dalam pelaksanaan

praktik ibadah. Kutipan materi :

Allah memberikan berbagai

kemudahan untuk Sholat

ketika dalam situasi sulit

kalau tidak bisa duduk,

boleh dengan berbaring.

Kalau waktunya sempit,

sholat bisa digabung dan

diringkas. Pada intinya

semua kemudahan itu

diberikan oleh Allah SWT

agar umat islam tidak

meninggalkan kewajiban

shalat (Sumiyati, 2014:

148).

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu saling peduli

antar pemeluk agama lain.

Kutipan materi :

Suatu hari suster ini

ditangkap tentara MILF.

Selama dalam penyekapan,

suster ini dilayani seorang

perempuan muslim disana.

Beberapa hari kemudian,

suster ini dilepaskan

kekesusteran. Suatu kali

terjadi pertempuran antara

pemerintah Filipina dan

MILF. Banyak orang

dikalangan MILF yang

tertangkap. Sang suster

mendengar kabar bahwa

perempuan muslim yang

melayaninya selama

disandera oleh MILF juga

ikut tertangkap dan ditahan

dimarkas militer. Suster

memutuskan untuk dapat

mengunjunginya. Setelah

dari kunjungan sang suster

bertekad untuk dapat

melepaskan perempuan dari

tahanan. Maka dia

melakukan upaya pelepasan

(Non-Serrano, 2016: 84).

Kesadaran dan Kejujuran Kesadaran dan Kejujuran

121

1. Pada bab IV, Sub bab “

Pembiasaan Shalat Berjamaah”,

di dalamnya terdapat nilai

toleransi yaitu mengutamakan

kebersamaan (berjamaah).

Kutipan materi :

Perbandingan pahala antara

sholat sendirian dengan

berjamaah, yaitu satu

banding 27 derajat. Hal ini

karena sholat berjamaah

memiliki keutamaan, yaitu:

yang pertama menjalin

shilaturahim antar sesama,

yang kedua mengajarkan

hidup disiplin, saling cinta

dan menghargai, yang

ketiga menjaga persatuan,

kesatuan, dan kebersamaan,

yang keempat menahan dari

kemauan sendiri (egois),

yang kelima mengajarkan

kepatuhan seorang muslim

kepada para pimpinannya

(Sumiyati, 2014: 52).

2. Pada bab XII, Sub bab “ Ali bin

Abi Tholib Cerdas dan Sabar”,

terdapat nilai toleransi yaitu

berbuat baik kepada orang yang

berperilaku jahat terhadap kita.

1. Pada bab VIII, Sub bab “Ciri-

ciri Kerendahan Hati”, terdapat

nilai toleransi yaitu rendah hati.

Kutipan materi :

Rendah hati merupakan

sikap yang ditunjukan

melalui kesadaran bahwa

manusia adalah makhluk

fana dengan penuh

keterbatasan, karena itu

manusia sangat bergantung

sepenuhnya pada Allah.

Implikasinya adalah kita

menuruti perintah-perintah

serta tekun membaca

Alkitab. Menghargai teman

dan sesama (Non-Serrano,

2016: 59)

2. Pada bab IX, Sub bab

“Membangun Sifat Solidaritas

Sosial”, terdapat nilai toleransi

yaitu Solidaritas terhadap

teman. Kutipan materi :

Solidaritas harus dilandasi

oleh sifat kasih dan

penghargaan terhadap

teman dan sahabat. Kita

mewujudkan solidaritas

pada teman dan sahabat

berdasarkan kasih yang

122

Kutipan materi :

Dari sudut pasar kota

Madinah, terdapat seorang

pengemis Yahudi buta.

Kerjanya membujuk orang-

orang agar tidak mendekati

Nabi Muhammad SAW dia

menganggap bahwa Nabi

Muhammad SAW adalah

orang gila, pembohong,

tukang sihir, ia berkata :

“apabila kalian semua

mendekatinya, maka kalian

akan dipengaruhinya. ”

Namun setiap pagi Nabi

Muhammad SAW selalu

mendatangi Yahudi itu dan

memberinya makanan dan

menyuapinya (Sumiyati,

2014: 179).

3. Pada bab XIII, Sub bab

“Perilaku Ikhlas, Sabar dan

Pemaaf (Perilaku Pemaaf dalam

Kehidupan Sehari - hari)”,

terdapat nilai toleransi yaitu

berbuat baik kepada orang yang

berperilaku jahat terhadap kita.

Kutipan materi :

Suatu ketika Abu Jahal,

paman Nabi Muhammad

tulus tanpa mengharapkan

imbalan (Non-Serrano,

2016: 68)

3. Pada bab X, Sub bab “Belajar

Dari Yesus”, terdapat nilai

toleransi yaitu Solidaritas

terhadap sesama. Kutipan

materi :

Seluruh pekerjaan dan

pelayanan Yesus dilandasi

oleh cinta kasih dan

solidaritas yang tulus pada

manusia. Ia pun meminta

umatnya melakukan hal

yang sama (Non-Serrano,

2016: 73).

4. Pada bab X, Sub bab “

Solidaritas di Tengah Jamaat

Kristen Pertama”, terdapat

nilai toleransi yaitu mengasihi

Tuhan dan sesama. Kutipan

materi :

Yesus mengajarkan bahwa

kasih Tuhan tidak terlepas

dari kasih kepada sesama

manusia demikian pula

sebaliknya, kasih pada

sesama tidak terlepas dari

kasih Tuhan. orang yang

123

SAW. Menyewa seorang

Yahudi untuk menyakiti

Nabi. Lalu si Yahudi tadi

pergi menuju lorong yang

biasa dilewati Nabi untuk

menuju Ka’bah. Disaat

Nabi lewat, dia memanggil.

Nabi pun menengok karena

beliau tidak pernah

mengecewakan siapapun

yang memanggilnya. Disaat

itulah Yahudi tadi meludahi

wajah Rasulullah SAW.

Nabi tidak sedikitpun marah

atau menghardik Yahudi

itu. Dan ketika sang Yahudi

jatuh sakit Rasulullah SAW

menjenguk orang Yahudi

tersebut (Sumiyati, 2014:

197).

4. Pada bab VIII, Sub bab “Mari

Renungkan”, terdapat nilai

toleransi yaitu peduli terhadap

sesama, menghormati orang tua

dan guru. Kutipan materi:

Kita harus bersikap peduli,

merasakan apa yang

dirasakan teman kita. Kita

wajib menghormati kedua

orang tua kita yang telah

mengaku dirinya pengikut

Yesus Kristus harus dapat

membuktikan bahwa dia

mampu menunjukan dan

mewujudkan sifat kasihnya

kepada Tuhan dan sesama

Adapun syarat untuk dapat

mewujudkan solidaritas

sosial bagi sesama yaitu,

dilakukan berdasarkan pada

kesadaran dan ketulusan

hati, dilakukan berdasarkan

pengasihan dan sikap saling

menghargai, hal tersebut

dilakukan sebagai wujud

iman (Non-Serrano, 2016:

75-76).

5. Pada bab XI, Sub bab

“Masyarakat Indonesia yang

Majemuk”, terdapat nilai

toleransi yaitu menolong

pemeluk agama lain. Kutipan

materi :

Ketika pulang sekolah

dengan teman-temanmu,

dijalan ada seseorang kakek

minta tolong pada kalian

untuk dapat mengantarnya

kemasjid terdekat, teman-

temanmu tidak mau

124

membesarkan kita. Kita

juga wajib menghormati

guru-guru kita karena dari

merekalah kita sekarang ini

bisa membaca dan menulis

(Sumiyati, 2014: 109).

5. Pada bab XIII, Sub bab “ Mari

Renungkan”, di dalamnya

terdapat nilai toleransi yaitu

ikhlas, sabar, dan pemaaf.

Kutipan materi :

Kuncinya terdapat pada

keikhlasan hati, kesabaran

jiwa, dan pribadi yang

pemaaf. Allah SWT telah

mengajarkan ketiga hal ini

melalui ayat - ayatnya.

Rasulullah SAW juga telah

memberikan contoh yang

nyata (Sumiyati, 2014:

187).

menolong karena kakek itu

bukan orang kristen.

Akhirnya kamu sendiri

yang mengantar kakek itu

karena semua temanmu

meninggalkanmu (Non-

Serrano, 2016: 82).

6. Pada bab XI, Sub bab

“Solidaritas dalam Masyarakat

Majemuk”, di dalamya

terdapat nilai toleransi yaitu

peduli dan solider pada

sesama. Kutipan materi :

Kita terpanggil untuk

peduli dan solider pada

sesama tanpa memandang

perbedaan latar belakang.

Hukum kasih sayang yang

diajarkan Yesus harusnya

menjadi pedoman hidup

kita untuk dapat peduli,

mengasihi, dan mampu

menunjukan solidaritas kita

kepada sesama tanpa

memandang dari berbagai

perbedaan suku, budaya,

dan agama (Non-Serrano,

2016: 86).

7. Pada bab XI, Sub bab “

125

Solidaritas dalam Masyarakat

Majemuk”, di dalamnya

terdapat nilai toleransi yaitu

solidaritas dalam masyarakat

majemuk. Kutipan materi :

Membersihkan rumah-

rumah ibadah agama lain

bersama teman-teman dari

berbagai macam agama,

mengunjungi panti jompo

atau keluarga yang kurang

mampu dari berbagai

macam agama dan

memberi bantuan sesuai

kemampuan, mengunjungi

rumah ibadah secara

bergiliran dan beramah

tamah dengan pimpinan

rumah ibadah setempat

(Non-Serrano, 2016: 88).

Berdasarkan pemaparan tabel di atas, sebaran materi yang terkait

dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas

VII secara umum sama, mencakup kelima segi nilai toleransi yaitu,

mengakui hak orang lain, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam

126

perbedaan, saling pengertian, kesadaran dan kejujuran, kedua buku

mencakup kelima segi tersebut.

Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas

VII nilai toleransi terbanyak yaitu pada segi kesadaran dan kejujuran , segi

yang paling sedikit terdapat pada segi mengakui hak setiap orang dan

setuju dalam perbedaan. Segi kesadaran dan kejujuran mencakup lima

poin yaitu, yang pertama Pada bab IV dengan tema “Indahnya

Kebersamaan dengan Berjamaah”, yang kedua pada bab XII dengan tema

“Al-Khulafau Ar-Rasyidun Penerus Perjuangan Nabi Muhammad SAW”,

yang ketiga pada bab XIII dengan tema “Hidup Jadi Lebih Damai dengan

Ikhlas, Sabar dan Pemaaf”, yang keempat pada bab VIII dengan tema

“Berempati itu Mudah Menghormati itu Indah”, dan yang kelima yaitu

pada bab XIII dengan tema “Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar

dan Pemaaf” sama dengan nomer tiga namun berbeda sub bab. segi yang

paling sedikit mengakui hak setiap orang dan setuju dalam perbedaan, segi

mengakui hak setiap orang terdapat pada bab VI dengan tema “Dengan

Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah”. Segi setuju dalam

perbedaan terdapat pada bab XI dengan tema “Hijrah ke Madinah Sebuah

Kisah yang Membanggakan.

Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Kelas VII nilai toleransi yang terbanyak yaitu pada segi kesadaran dan

kejujuran. Segi yang paling sedikit yaitu mengakui hak setiap orang,

menghormati keyakinan orang lain dan saling pengertian.

127

Segi kesadaran dan kejujuran terdapat tujuh poin, yang pertama

pada bab VIII dengan tema “Kerendahan Hati”, yang kedua pada bab IX

dengan tema “Solider terhadap Teman dan Sahabat”, yang ketiga pada bab

X dengan tema “Membangun Solidaritas Sosial: Belajar dari Ajaran Yesus

Kristus”, yang keempat pada bab X dengan tema “Membangun Solidaritas

Sosial: Belajar dari Ajaran Yesus Kristus” namun berbeda Sub bab dengan

yang ketiga, yang kelima pada bab XI dengan tema “Membangun

Solidaritas di Tengah Masyarakat Majemuk”, yang keenam pada bab XI

dengan tema sama dengan yang keenam namun Sub babnya berbeda, yang

ketujuh pada bab dan Sub bab yang sama dengan yang keenam namun

halamannya berbeda.

Segi mengakui hak setiap orang terdiri dari dua pion, yang pertama

pada bab I dengan tema “Indahnya Mengampuni”, yang kedua pada bab

XI dengan tema “Membangun Solidaritas di Tengah Masyarakat

Majemuk”. Segi menghormati keyakinan orang lain terdiri dari dua poin,

yang pertama pada bab XI dengan tema “Membangun Solidaritas di

Tengah Masyarakat Majemuk”, yang kedua pada bab yang sama namun

sub babnya berbeda. Segi saling pengertian terdiri dari dua poin, yang

pertama pada bab II dengan tema “Karya Pengampunan Allah dan Tuhan

Yesus Kristus”, yang kedua pada bab XI dengan tema “Membangun

Solidaritas di Tengah Masyarakat Majemuk”.

Pemaparan materi pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan pemaparan materi

128

pada buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, bahasa yang

digunakan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mudah

untuk dipahami dan tidak bertele-tele, sehingga analisis nilai toleransi

lebih mudah ditemukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti jika dibandingkan dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti.

2. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti Kelas VIII

Tabel 4.2 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas VIII

Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab IX, Sub bab

“Pemerintah Daulah Abbasiyah”,

terdapat nilai toleransi yaitu

keadilan dan jiwa sosial. Kutipan

materi :

Harun Ar-Rasyid adalah

seorang khalifah yang adil

dan memiliki jiwa sosial

yang sangat tinggi. Untuk

meningkatkan kesejahteraan

dan layanan kesehatan, dia

mendirikan rumah sakit,

lembaga pendidikan dokter,

dan farmasi. Pada masa

pemerintahanya terdapat

paling tidak sekitar 800

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab VII, Sub bab “ Yesus

Dekat dengan Mereka yang

Dilecehkan”, terdapat nilai

toleransi yaitu tidak

menghakimi sesorang.

Kutipan materi :

Yesus mengetahui pasti sisi

kelam kehidupan perempuan

itu, namun ia tidak

menghakiminya. Ia tidak

menjauhkan dirinya dari

perempuan itu (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

51).

129

orang dokter (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2014:

170).

2. Pada bab IX, Sub bab

“Pemerintah Daulah Abbasiyah”,

terdapat nilai toleransi yaitu

kesetaraan dalam peran

pemerintahan. Kutipan materi :

Al-Mu’tasim, merupakan

khalifah berikutnya (833-

842 M), memberi peluang

besar kepada orang-orang

Turki untuk masuk dalam

pemeritahan. Keterlibatan

mereka dimulai sebagai

tentara pengawal. Tidak

seperti pada masa daulah

Umayyah, dinasti Abbasiyah

mengadakan perubahan

pada sistem ketentaraan

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2014: 171).

2. Pada bab VII, Sub bab “Yesus

Dekat dengan Mereka yang

Dilecehkan”, terdapat nilai

toleransi yaitu menerima

kondisi orang lain. Kutipan

materi :

Setiap orang membutuhkan

teman, sahabat, dan orang-

orang yang bersedia

menerimanya, betapapun

keadaannya (Julia Suleeman

Chandra, Jense Belandina

Non-Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 52).

3. Pada bab X, Sub bab “ Belajar

Bersyukur”, terdapat nilai

toleransi yaitu bersyukur dan

tidak mengambil hak orang lain.

Kutipan materi :

Menerima apa yang menjadi

haknya, jangan sampai

mengambil hak orang lain,

apalagi menjadi serakah.

Selalu bersyukur dengan apa

pun yang menjadi bagian

mereka (Julia Suleeman

Chandra, Jense Belandina

Non-Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 69).

4. Pada bab XI, Sub bab “Makna

Bersyukur Bukan Sekedar

Pasrah”, terdapat nilai toleransi

yaitu kebaikan untuk semua

makhluk. Kutipan materi :

Manusia dengan segala

keterbatasannya hanya

130

mampu membuat kebaikan

untuk dirinya sendiri dan

orang-orang yang ada di

sekitarnya. Namun, Allah

tidaklah berfikiran sempit

seperti itu. Ketika Allah

berbuat kebaikan, ia berfikir

untuk semua yang ada di

dunia ini, bukan hanya

mereka yang ada di Israel,

bukan hanya orang Yahudi,

tetapi semua umat manusia

(Julia Suleeman Chandra,

Jense Belandina Non-

Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 76).

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab I, Sub bab “Nama-

nama Kitab Allah SWT dan

Rasul Penerimanya”, terdapat

nilai toleransi yaitu meyakini

keberadaan kitab agama lain.

Kutipan materi :

sebagai muslim kita sangat

meyakini akan keberadaan

kitab Taurat ini. Kita

meyakini bahwa kitab

Taurat benar-benar wahyu

dari Allah SWT. Memiliki

sikap toleransi yang tinggi

karena kitab-kitab Allah

memberikan penjelasan

tentang penanaman sikap

toleransi, yaitu selalu

menghormati sesama, dan

menghargai orang lain

bahkan pemeluk agama lain

(Muhammad Ahsan dan

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab I, Sub bab “Ciri-ciri

Orang yang Memelihara Iman”,

terdapat nilai toleransi yaitu

menghormati norma sosial

Masyarakat. Kutipan materi:

Konteks hidup Daniel dan

kawan-kawan di tengah

lingkungan pluralistik mirip

dengan konteks Indonesia

yang majemuk. Namun

Daniel yang beriman tidak

menjadikannya langsung

menolak semua norma sosial

masyarakat. Contoh Daniel

mengikuti kebiasaan

setempat dalam memberi

salam kepada raja dan tidak

keberatan ketika nama

mereka diganti dengan nama

Babel (Julia Suleeman

Chandra, Jense Belandina

131

Sumyati, 2014: 6).

2. Pada bab VII, Sub bab

‘Pengertian Iman Kepada

Rasul”, terdapat nilai toleransi

yaitu meyakini keberadaan Rasul

agama lain. Kutipan materi :

Allah mengutus Rasul dari

kalangan manusia sendiri

sehingga dapat diteladani.

umat islam wajib

mengimani seluruh Rasul

yang diutus oleh Allah, kita

tidak hanya diperintahkan

untuk mengimani Nabi

Muhammad SAW tetapi

juga harus meyakini seluruh

utusan Allah sepanjang

zaman yang jumlahnya 25

Rasul (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2014: 125).

Non-Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 7).

2. Pada bab XI, Sub bab “ Makna

Bersyukur Bukan Sekedar

Pasrah”, terdapat nilai toleransi

yaitu menghormati dan patuh

kepada orang tua. Kutipan

materi:

Kejadian ini akan membuat

Ani belajar bahwa tidak baik

untuk membantah apa yang

diperintahkan oleh orang tua

dan guru. Sudah sepatutnya

Ani bersyukur bahwa

melalui hal ini diingatkan

untuk tidak melakukan hal-

hal yang salah yang malah

membawa kerugian (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

76).

Setuju dalam Perbedaan

1. Pada bab II, Sub bab “Shalat

Sunah Berjamaah”, terdapat nilai

toleransi yaitu menghormati dan

menghargai perbedaan dalam

praktik ibadah. Kutipan materi :

Saat waktunya telah tiba,

imam memberikan isyarat

dimulainya shalat id, bilal

atau menyerukan seruan

untuk shalat :“As-shalaatu

jaami’atau, mari kita

laksanakan shalat id

berjamaah”. Amri berbisik,

Setuju dalam Perbedaan

1. Pada bab V, Sub bab ”Roh

Kudus Menguatkan Gereja dan

Umat”, terdapat nilai toleransi

yaitu saling menghormati dalam

perbedaan dalam praktik ibadah

di gereja. Kutipan materi :

Di kalangan gereja-gereja

Pentakostal- dan Karismatik

yang bertumbuh sebagai

bentuk baru gerakan

Pentakostal terjadi gairah

yang luar biasa di dalam

peribadahan. Lagu-lagu

132

“tahun lalu , aku shalat id

ditempat lain tidak ada

seruan seperti ini.”

Jawab Salim, “ya betul,

seruan seperti tadi memang

tidak harus dilakukan, ayo

kita berdiri”( Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2014:

28).

mereka yang melukiskan

pembaharuan hidup dan

persekutuan yang erat, orang

percaya dengan Tuhannya.

Kini juga dinyanyikan oleh

orang-orang kristen dari

gereja-gereja yang lain,

tidak terbatas hanya gereja-

gereja Pentakostal saja (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

38).

2. Pada bab VIII, Sub bab ”Sikap

yang Baik dan Benar dalam

Beribadah, Berdoa dan

Membaca Alkitab”, terdapat

nilai toleransi yaitu perbedaan

dalam pelaksanaan ibadah.

Kutipan materi:

Banyak orang yang kurang

memperhatikan sikap dalam

ibadah dan berdoa, masih

ada orang yang datang

kepertemuan raya dan

ibadah seolah-olah sedang

menuju ketempat rekreasi.

Memang ada gereja-gereja

tertentu yang melakukan

litergi ibadah dengan

menggunakan band dan

musik juga bertepuk tangan.

Dalam mazmurpun ditulis

bahwa kita memuji Tuhan

dengan alat musik gambus,

kecapi, rebana dan lain-lain

(Julia Suleeman Chandra,

Jense Belandina Non-

Serrano dan Stephen

133

Suleeman, 2014: 59)

Saling Pengertian

1. Pada bab II, Sub bab “Shalat

Sunnah Berjamaah atau

Munfarid”, terdapat nilai

toleransi yaitu keringanan atau

kemudahan dalam pelaksanaan

ibadah. Kutipan materi :

Dalam praktik shalat sunnah

ini memerlukan waktu yang

relatif lama, oleh karenanya

Shalat tasbih dilaksanakan

sesuai dengan kemampuan.

Jika seseorang mampu

melaksanakannya setiap

hari, laksanakanlah setiap

harinya, jika tidak mampu

melaksanakannya dalam

setiap harinya, maka

laksanakanlah setiap hari

jum’at. Jika tidak mampu

melaksanakan setiap hari

jum’at laksanakan setiap

sebulan sekali, setahun

sekali, atau minimal seumur

hidup sekali (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2014:

40).

2. Pada bab IV, Sub bab “Puasa

Saling Pengertian

1. Pada bab VIII, Sub bab “

Makna Beribadah, Berdoa, dan

Membaca Al-Kitab”, terdapat

nilai toleransi yaitu membangun

persekutuan atau kesatuan.

Kutipan materi :

mereka bertekun dalam

pengajaran Rasul-Rasul dan

dalam persekutuan. Mereka

selalu berkumpul untuk

memecahkan roti dan

berdoa. Tidak hanya

beribadah, berdoa dan

membaca Alkitab, tetapi

mereka juga saling

menolong tanpa pamrih

terutama bagi mereka yang

berkekurangan (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

57).

2. Pada bab VIII, Sub bab”

Pentingnya Beribadah, Berdoa,

Membaca Alkitab bagi Remaja

SMP”, terdapat nilai toleransi

yaitu kebersamaan dalam suatu

134

Wajib”, di dalamnya terdapat

nilai toleransi yaitu keringanan

atau kemudahan dalam

pelaksanaan ibadah. Kutipan

materi :

Berpuasa adalah kewajiban

bagi setiap muslim. Akan

tetapi dalam keadaan

tertentu boleh seseorang

tidak berpuasa. Adapun

orang yang tidak

diperbolehkan melakukan

puasa yaitu :

Yang pertama orang yang

sedang sakit dan tidak kuat

untuk berpuasa, yang kedua

orang yang dalam perjalanan

jauh, yang ketiga orang tua

yang sudah lemah dan tidak

kuat untuk berpuasa, yang

keempat orang yang hamil

dan menyusui anak

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2014: 72).

3. Pada bab IV, Sub bab “Hikmah

Berpuasa” terdapat nilai toleransi

yaitu solidaritas terhadap

sesama. kutipan materi :

Menumbuhkan rasa

solidaritas terhadap sesama

terutama kasih sayang

terhadap fakir miskin

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2014: 77).

kelompok masyarakat beragama

Kutipan materi :

Durkheim berhasil meneliti

mengenai agama dan

masyarakat, di dalam

penelitiannya, Durkheim

mengemukakan bahwa ada

kaitan antara kebersamaan

dalam ibadah dengan

eratnya kebersamaan dalam

suatu kelompok masyarakat

beragama. Ketika kelompok

masyarakat menjalankan

proses liturgi penyembahan,

dalam nyanyian-nyanyian

dan penyembahan dapat

mempersatukan orang -

orang dalam satu perasaan

kebersamaan (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

58)

3. Pada bab VIII, Sub bab ”

Pentingnya Beribadah, Berdoa,

Membaca Alkitab bagi Remaja

SMP”, terdapat nilai toleransi

yaitu menumbuhkan sikap

sosial. Kutipan materi :

Kesetiaan dalam beribadah

135

4. Pada bab XI, Sub bab “Mari

Memahami Pesan-Pesan Mulia

dalam Q.S. Al-Maidah ayat 90-

91 dan 32”, terdapat nilai

toleransi yaitu kerukunan antar

sesama umat muslim dan non

muslim. Kutipan materi :

Perbuatan pertengkaran dan

pembunuhan sangat dilarang

. Larangan ini bersifat

menyeluruh. Tidak boleh

orang muslim bertengkar

dengan sesama muslim.

Orang muslim juga tidak

boleh bertengkar dengan

selain muslim. Allah

menghendaki kehidupan ini

berjalan dengan damai dan

segala permasalahan juga

diselesaikan dengan cara

yang baik, seperti dengan

musyawarah atau dialog

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2014: 209).

membuat sikap sosial kamu

semakin bertumbuh. Dalam

ibadah kamu bertemu

dengan berbagai orang dari

berbagai latar belakang

semua melebur dalam doa,

pujian, dan persembahan

(Julia Suleeman Chandra,

Jense Belandina Non-

Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 59).

Kesadaran dan Kejujuran

1. Pada bab VI, Sub bab “

Memahami Ayat Al-Qur’an,

kandungan Q.S. Al-Furqon ayat

63 dan Q.S. Al-Izra’ ayat 27”,

terdapat nilai toleransi yaitu

tawadhu’. Kutipan materi :

Pengertian Tawadhu’ adalah

sikap diri yang tidak merasa

lebih dari orang lain. orang

yang tawadhu’ berkeyakinan

Kesadaran dan Kejujuran

1. Pada bab VI, Sub bab “Kisah

Para Martir”, terdapat nilai

toleransi yaitu bersikap baik

terhadap orang lain yang

berbeda keyakinan. Kutipan

materi :

John Bunyan di penjarakan

di Bedford selama 12 tahun.

Kondisi penjara yang buruk

tidak membuat semangat

dan Iman John Bunyan

runtuh. Dia tetap berkarya

lewat tulisan-tulisannya.

136

bahwa semua kelebihan

yang ada dalam dirinya

semata-mata merupakan

karunia dari Allah SWT.

Dengan keyakinan yang

demikian dia merasa bahwa

tidak sepantasnya kalau

kelebihan yang dimiliki itu

dibangga - banggakan.

Sebaliknya segala kelebihan

yang dimiliki itu diterima

sebagai sebuah nikmat yang

harusdisyukuri (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2014:

109).

2. Pada bab IX, Sub bab “Mari

Renungkan, terdapat nilai

toleransi yaitu keterbukaan

dalam keilmuan. Kutipan materi

:

Al-Ma’mun pengganti

Harun Ar-Rasyid, dikenal

sebagai khalifah yang sangat

cinta kepada ilmu filsafat.

Pada masa pemerintahanya,

penerjemahan buku-buku

asing digalakan. Untuk

menerjemahkan buku-buku

Yunani, ia memanggil

penerjemah dari golongan

Kristen dan penganut agama

lain (Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2014: 167).

Sampai pada tahun 1672,

Raja Charless II

memutuskan membatalkan

semua hukuman dan Bunyan

dibebaskan (Julia Suleeman

Chandra, Jense Belandina

Non-Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 45)

2. Pada bab VII, Sub bab “ Yesus

Peduli Dengan Orang yang

Menderita “, terdapat nilai

toleransi yaitu peduli terhadap

orang yang menderita. Kutipan

materi:

Orang kusta memohon

kepada Tuhan. “kalau

engkau mau, engkau dapat

mentahirkan aku”. Lalu, apa

yang terjadi? Apakah Tuhan

Yesus mau menyembuhkan

orang itu? ayat 41

menggambarkan bagaimana

perasaan Yesus melihat

permohonan orang kusta itu.

Di situ dikatakan, “maka

tergeraklah hatinya oleh

belas kasihan, lalu ia

mengulurkan tangan-Nya,

menjamah orang itu dan

berkata kepadanya. “aku

mau jadilah engkau tahir”.

Orang kusta itu pun

langsung sembuh (Julia

137

3. Pada bab XI, Sub bab “ Mari

Renungkan”, terdapat Nilai

toleransi yaitu menyelesaikan

masalah dengan damai. Kutipan

materi:

Bagaimanapun yang

namanya kekerasan ,

pertikaian, dan pertengkaran

tidak dibenarkan dalam

ajaran Islam. selama

persoalan dapat diselesaikan

dengan cara damai, kita

diperintahkan untuk dapat

menyelesaikan dengan cara

damai (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2014: 199).

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

49).

.

3. Pada bab VIII, Sub bab “Sikap

yang Baik dan Benar dalam

Beribadah, Berdoa dan

Membaca Alkitab”, terdapat

nilai toleransi yaitu persekutuan

dalam ibadah. Kutipan materi:

Jadi, kehadiran kamu di

Gereja dan persekutuan

remaja amat penting dalam

memupuk persekutuan dan

kamu juga dapat belajar dari

pengalaman orang lain

dalam persekutuan (Julia

Suleeman Chandra, Jense

Belandina Non-Serrano dan

Stephen Suleeman, 2014:

60).

4. Pada bab IX, Sub bab” Kristus

Sebagai Pemimpin yang Layak

Diikuti”, terdapat nilai toleransi

yaitu mengasihi sesama.

Kutipan materi :

Kita harus mengasihi

138

sesama manusia seperti diri

kita sendiri. (Matius 22: 39).

Kecenderungan manusia

adalah mementingkan diri

sendiri dan mengorbankan

orang lain demi

mendapatkan apa yang kita

inginkan. Tetapi hukum

yang diajarkan Tuhan Yesus

justru mengajarkan kita

untuk mengasihi orang lain

seperti kita mengasihi diri

sendiri. bila ini dipraktikan

oleh semua orang di dunia

ini, tentu kita akan

mengalami hidup dalam

damai sejahtera, tidak ada

lagi perkelahian, pertikaian,

dan perang (Julia Suleeman

Chandra, Jense Belandina

Non-Serrano dan Stephen

Suleeman, 2014: 64).

Berdasarkan pemaparan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

sebaran materi yang terkait dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII secara umum sama, mencakup lima

139

segi nilai toleransi yaitu, mengakui hak orang lain, menghormati

keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian,

kesadaran dan kejujuran, kedua buku mencakup kelima segi tersebut.

Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas

VIII nilai toleransi yang paling banyak yaitu pada segi saling pengertian

dan nilai toleransi yang paling sedikit terdapat pada setuju dalam

perbedaan. Segi saling pengertian mencakup empat poin, yang pertama

pada bab II dengan tema “Lebih Dekat Kepada Allah SWT dengan

Mengamalkan Shalat Sunnah”, yang kedua yaitu pada bab IV dengan tema

“Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang Taqwa”, yang ketiga yaitu pada

bab IV dengan tema sama dengan yang ketiga namun Sub bab berbeda,

yang keempat pada bab XI dengan tema “Menghindari Minuman Keras,

Judi dan Pertengkaran”. Segi yang paling sedikit nilai toleransinya yaitu

setuju dalam perbedaan, yaitu hanya terdapat pada bab II dengan tema

“Lebih Dekat Kepada Allah SWT dengan Mengamalkan Shalat Sunnah”.

Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti nilai toleransi yang paling banyak terdapat dalam segi mengakui

hak setiap orang serta kesadaran dan kejujuran, nilai toleransi yang paling

sedikit yaitu terdapat pada segi menghormati keyakinan orang lain dan

setuju dalam perbedaan. Segi mengakui hak setiap orang terdapat empat

poin, yang pertama pada bab VII dengan tema “Yesus Teladanku”, yang

kedua pada bab dan Sub bab yang sama dengan yang pertama namun

berbeda halaman, yang ketiga pada bab X dengan tema “Mengapa

140

Bersyukur”, yang keempat pada bab XI dengan tema “Bersyukur Bukan

Sekedar Pasrah”. Selain mengakui hak setiap orang yang mencakup nilai

toleransi paling banyak yaitu segi kesadaran dan kejujuran, terdapat empat

poin, yang pertama pada bab VI dengan tema “Belajar dari Para Matir “,

yang kedua pada bab VII dengan tema “Yesus Teladanku “, yang ketiga

pada bab yang sama dengan kedua namun Sub babnya berbeda, yang

keempat pada bab IX dengan tema “Hidup Berkelimpahan “. Segi yang

paling sedikit, pertama yaitu segi menghormati keyakinan orang lain

terdapat pada dua bab, pada bab I dengan tema “Hidup Beriman”, yang

kedua pada bab XI dengan tema “Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah. Kedua

yaitu, Segi setuju dalam perbedaan terdapat dua bab, yang pertama pada

bab V dengan tema “Roh Kudus Penopang Hidup Orang Beriman”, yang

kedua pada bab VIII dengan tema “Setia Beribadah, Berdoa dan Membaca

Alkitab”.

Pemaparan materi pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan pemaparan materi

pada buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, sehingga analisis

nilai toleransi lebih mudah ditemukan pada buku Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti. Namun jika dikalkulasi Secara keselurahan

kandungan butir nilai toleransi pada Buku ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti lebih banyak yaitu terdapat lima belas butir letak nilai

toleransi dalam buku tersebut, sedangkan Buku Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti hanya dua belas.

141

3. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti Kelas IX

Tabel 4.3 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti Kelas IX

Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab I dengan Sub bab

“Kejadian Kiamat Kubra”,

terdapat nilai toleransi yaitu

keadilan dalam balasan

perbuatan. Kutipan materi:

Allah SWT memiliki sifat

Yang Maha Adil, karena

seluruh perbuatan manusia

akan diadili. Seluruh amal

baik dan amal buruk

manusia akan mendapatkan

balasannya. Tidak ada

satupun perbuatan yang

luput dari keadilan Allah

SWT (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2015: 15).

2. Pada bab V, Sub bab “Cara-

cara Dakwah di Nusantara”,

terdapat nilai toleransi yaitu

Mengakui Hak Setiap Orang

1. Pada bab III, Sub bab “Gereja

yang Tidak Membeda-bedakan,

terdapat nilai toleransi yaitu

Persekutuan antar umat Kristen.

Kutipan materi :

Dalam perjamuan kasih ini

tergambar persekutuan yang

sangat erat dan mendalam

antara orang-orang kristen

perdana. Tidak ada pembeda-

bedaan diantara mereka. orang-

orang dari kelas atas bergabung

dengan mereka yang dari kelas

bawah (Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

28).

2. Pada bab III, Sub bab “Gereja

yang Tidak Membeda-bedakan”,

terdapat nilai toleransi yaitu

kesamaan dalam kedudukan.

Kutipan materi :

Dengan demikian, ketika

Paulus mengatakan bahwa

di dalam kristus tidak lagi

ada orang Yahudi maupun

Yunani, hamba atau

merdeka, laki - laki atau

142

persamaan hak dan derajat

dalam Islam. Kutipan materi:

Agama Islam mengajarkan

persamaan hak dan derajat

bagi semua manusia karena

kemuliaan manusia tidak

ditentukan oleh kastanya

melainkan karena tingkat

ketaqwaannya kepada Allah

SWT (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2015: 102).

3. Pada bab XI, Sub bab

“Akulturasi Budaya Islam”,

terdapat nilai toleransi yaitu

Keterbukaan pikiran dan

kemerdekaan berpendapat.

Kutipan materi :

Islam sesungguhnya sangat

membuka diri terhadap

budaya-budaya dari luar

islam. Agama islam

mempersilahkan kepada

siapapun untuk berpendapat

mengemukakan ide dan

gagasan, atau menciptakan

budaya - budaya tertentu,

asalkan sesuai prinsip-

prinsip sebagai berikut yaitu

: tidak melanggar suatu

ketentuan hukum halal-

haram, dan mendatangkan

maslahat serta tidak

menimbulkan mafsadat ,

perempuan, persekutuan

gereja, mestinya menjadi

sebuah komunitas yang

ideal, cermin manusia yang

dibebaskan, dipersatukan,

dan diperdamaikan oleh

Yesus Kristus (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 29).

3. Pada bab III, Sub bab “ Pdt. Dr.

Martin Luther King Jr. Dan

Perjuangannya”, terdapat nilai

toleransi yaitu kesamaan hak.

Kutipan materi :

Pdt. King berulang kali

menerima ancaman akan

dibunuh. Rumahnya kerap

beberapa kali dibom orang-

orang yang membenci dia.

Namun King tetap

berpegang teguh pada

prinsipnya untuk berjuang

tanpa kekerasan. Ia bertekad

untuk menggunakan cara -

cara damai agar orang-

orang kulit hitam

memperoleh hak - hak

mereka yang setara (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 31).

4. Pada bab IV, Sub bab “ Gereja

yang Memuridkan”, terdapat

nilai toleransi yaitu kasih

terhadap sesama. Kutipan

materi :

Salah satu hal yang

dilakukan oleh orang-orang

Kristen perdana untuk

143

sesuai dengan prinsip al-

Wala’(kecintaan yang hanya

kepada Allah SWT dan apa

saja yang dicintai oleh Allah

SWT) dan al-Bara’(berlepas

diri dan membenci dari apa

saja yang dibenci oleh Allah

SWT (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2015: 235).

4. Pada bab XII, Sub bab

“Memahami Kandungan Q.S.

Al-Hujarat ayat 13”, terdapat

nilai toleransi yaitu kesamaan

dalam interaksi sosial. Kutipan

materi :

Q.S. al-Hujarat ayat 13 ini

mengandung pesan yang

luar biasa, yakni kita

diajarkan untuk tidak

saling membeda-bedakan

orang lain berdasarkan

kekayaan, warna kulit, ras,

suku, bangsa, dan

perbedaan fisik lainnya.

Akan tetapi kita diajarkan

untuk menjadi orang yang

mulia di sisi Allah

berdasarkan ketakwaan

kita. Kita diperintahkan

untuk saling mengenal

berbagai jenis dan karakter

manusia agar mampu

memahami kelebihan dan

kekurangan masing-masing

menunjukan bahwa mereka

adalah murid-murid Tuhan

Yesus adalah menyatakan

kasih mereka kepada

siapapun juga. Kita sudah

melihat bagaimana Gereja

perdana membuka dirinya

terhadap orang-orang yang

telah tersingkirkan dari

masyarakat pada umumnya

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih,

2015: 38).

5. Pada bab IV, Sub bab “Gereja

yang Melayani”, terdapat nilai

toleransi yaitu penegakan hak

asasi manusia. Kutipan materi :

Apa yang kita bahas pada

bagian A dan B di atas

menunjukan dengan jelas

bahwa konsep menjadi

murid Yesus sangat erat

hubunganya dengan konsep

melayani sesama manusia.

Perjuangan menegakkan

hak asasi manusia adalah

salah satu upaya yang harus

dilakukan Gereja dan

semua orang kristen

sebagai suatu pelayanan

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih,

2015: 39).

6. Pada bab VII, Sub bab “ Gereja

dan Tradisi”, terdapat nilai

toleransi yaitu kesamaan dalam

kedudukan. Kutipan materi :

Kini sudah banyak Gereja

144

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 262).

5. Pada bab BAB VII, Sub bab

“Renungkanlah”, terdapat

nilai toleransi yaitu

mensyukuri perbedaan.

Kutipan materi:

Perbedaan bukan untuk

dijadikan bahan olok-

olokan, tetapi disyukuri

dan diambil hikmahnya.

Bahwa setiap manusia

memiliki kelebihan dan

kelemahan diri masing -

masing. Kelebihan yang

dimiliki bukan untuk

disombongkan, kepada

orang lain, akan tetapi

digunakan membantu,

meringankan beban

hidup orang lain

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 148).

6. Pada bab VIII, Sub bab”

Toleransi dan Kedamaian

Negeri” terdapat nilai toleransi

yaitu penjaminan Hak setiap

warga negara. Kutipan materi :

Indonesia sebagai negara

dengan penduduk muslim

terbesar di dunia telah

yang mengakui perempuan

sebagai pemimpinya. Baru-

baru ini, Gereja Anglikan di

Inggris mengambil sebuah

keputusan membolehkan

perempuan menjadi uskup

mereka (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 80).

7. Pada bab VII, Sub bab “ Umat

Allah yang Berubah”, terdapat

nilai toleransi yaitu kesamaan

hak dalam pencerahan roh

kudus. Kutipan materi:

kini semua orang

mendapatkannya. Roh Allah

dicurahkan kepada anak-

anak, laki – laki maupun

perempuan, teruna - teruna,

orang - orang tua, bahkan

juga hamba laki - laki dan

perempuan. Sungguh suatu

peristiwa yang luar biasa,

ketika Roh Allah turun dan

tinggal di dalam hati setiap

orang tanpa memandang

kelas dan batas usia, tanpa

membedakan laki - laki dan

perempuan (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 88).

8. Pada bab VIII, Sub bab”

Kemajemukan sebagai Karunia

Allah”, terdapat nilai toleransi

yaitu kesetaraan harkat dan

martabat. Kutipan materi :

Pada hakikatnya semua

145

menempatkan diri sebagai

contoh bagi bangsa lain

tentang pelaksanaan

toleransi beragama. Undang-

Undang Dasar 1945

menjamin hak setiap warga

negara untuk melaksanakan

ibadah sesuai agama dan

keyakinan masing-masing.

Disamping hak bersama ,

kita juga punya kewajiban

untuk menghargai dan

menghormati umat agama

lain (Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 176).

manusia memiliki harkat

dan martabat yang sama dan

setara. Tidak ada yang dapat

mengklaim bahwa ia lebih

berharga dihadapan Tuhan.

Juga tidak diperbolehkan

memandang sesama sebagai

ciptaan yang hina atau lebih

rendah. (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 98).

9. Pada bab IX, Sub bab “

Pendahuluan”, terdapat nilai

toleransi yaitu pentingnya sikap

toleransi. Kutipan materi:

Permasalahan yang muncul

di masyarakat mestinya

menjadi persoalan bersama-

sama. Demikian juga segala

sesuatu yang telah dicapai

haruslah dilihat sebagai hasil

bersama. Tidak ada satu

golongan, suku atau agama

apapun yang merasa dirinya

lebih berjasa dalam

membangun bangsa

Indonesia yang satu.

Ketegangan akan terjadi

apabila satu golongan, suku

atau agama mementingkan

kepentingan golongannya

sendiri dan mengabaikan

golongan-golongan lainnya.

Oleh karena itu sikap yang

dibutuhkan ditengah-tengah

kemajemukan yaitu toleransi

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

109).

146

10. Pada bab IX, Sub bab “

Toleransi dalam Ajaran

Kristen”, terdapat nilai toleransi

yaitu kesamaan derajat. Kutipan

materi :

Allah memang menghendaki

semua umat manusia

diperlakukan dengan

penghormatan yang sama

karena mereka mempunyai

martabat yang sama sebagai

manusia yang diciptakan

menurut gambar Allah. Pada

suatu kali Tuhan Yesus

sedang mengajar dan banyak

orang yang datang kepada-

Nya sambil membawa anak-

anak mereka yang masih

kecil kepada Yesus. Mereka

ingin agar Tuhan menjamah

anak - anak itu dan

memberkati mereka. melihat

hal itu murid-murid marah.

Mereka merasa kehadiran

anak-anak itu mengganggu.

Namun Yesus justru

bersikap sebaliknya. Ia

memeritahkan murid -

muridnya membiarkan anak-

anak itu datang kepada-Nya

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

112).

11. Pada bab IX, Sub bab”

Toleransi dalam Ajaran

Kristen”, terdapat nilai toleransi

yaitu penghormatan dalam

toleransi. Kutipan materi :

147

Pengajaran Tuhan Yesus

mengenai kasih mempunyai

implikasi terhadap kesamaan

derajat semua manusia,

termasuk hak dan

penghormatan yang dimiliki,

, pemahaman orang kristen

tentang toleransi seharusnya

tidak hanya terbatas pada

kesediaan untuk bersabar

terhadap praktik iman dan

kepercayaan orang lain,

tetapi juga memberikan

penghormatan yang tulus

kepada mereka yang

berbeda dari kita. Dengan

toleransi kita memberikan

penghormatan terhadap hak

seseorang untuk berpegang

teguh pada suatu

pandangan, walaupun kita

tidak harus menyetujui isi

pandangan tersebut yang

berkaitan dengan teladan

Tuhan Yesus maka sebagai

orang kristen, termasuk

remaja, kita memiliki dasar

yang kuat untuk toleran

dengan semua orang.

Sebagaimana Tuhan Yesus

memandang bahwa semua

orang sederajat di hadapan

Allah, demikianlah kita juga

harus memandang bahwa

semua orang apapun latar

belakangnya adalah setara.(

Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

113).

148

12. Pada bab X, Sub bab “

Perdamaian Antar Umat

Beragama”, terdapat nilai

toleransi yaitu kesetaraan dan

kesederajatan. Kutipan materi :

Dengan landasan kesetaraan

dan kesederajatan, serta

usaha untuk saling percaya

dan memahami pihak lain

maka akan terjalin suatu

hubungan dan keterbukaan,

untuk menemukan cara dan

jalan terbaik agar konflik

antar agama dapat teratasi,

sehingga pada gilirannya

dapat menciptakan suatu

kehidupan bersama yang

penuh damai (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

127).

13. Pada bab XI, Sub bab”

Keterlibatan Sosial dengan

Berlandaskan Iman Kristiani ”,

terdapat nilai toleransi yaitu

sifat kasih kepada sesama.

Kutipan materi :

Kasih sejati adalah perintah

sosial yang sangat penting.

Kasih tersebut direfleksikan

dengan cara memahami dan

menghormati sesamanya,

dan hak - hak yang

dimilikanya.

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

141).

14. Pada bab XIII, Sub bab

149

“Landasan Kristiani, Peran dan

Kepedulian Remaja di Tengah

Masyarakat”, terdapat nilai

toleransi yaitu memandang

orang lain setara. Kutipan

materi :

Rasul Paulus mengatakan

bahwa dalam usaha berperan

serta bagi pengembangan

masyarakat, kita harus

memperlakukan orang lain

sebagai subjek yang setara

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

165).

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab V, Sub bab “Cara-

cara Dakwah di Nusantara”,

terdapat nilai toleransi yaitu

menghormati terhadap kesenian

dan kebudayaan. Kutipan

Menghormati Keyakinan Orang

Lain

1. Pada bab III, Sub bab

“Rangkuman”, terdapat nilai

toleransi yaitu persekutuan

dengan sesama ataupun berbeda

keyakinan. Kutipan materi :

Gereja memberitakan Yesus

Kristus yang menebus kita

dan mempersatukan kita.

Persatuan itu harus terwujud

di dalam persekutuan hidup

kita bukan hanya dengan

150

materi:

Sebelum Islam datang,

kesenian dan kebudayaan

Hindu-Budha mengakar kuat

ditengah-tengah masyarakat.

Kesenian tersebut tidak

dihilangkan tapi justru

digunakan sebagai sarana

dakwah (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2015: 103).

2. Pada bab XI, Sub bab “Tradisi

Nusantara Sebelum Islam”,

terdapat nilai toleransi yaitu

Toleransi dalam Kesenian dan

kebudayaan. Kutipan materi :

Masuknya kebudayaan

Hindu-Budha dari India ke

Nusantara melalui proses

penyesuaian dengan kondisi

masyarakat. Tentu saja

penyesuaian ini tanpa

menghilangkan unsur asli

budaya di Nusantara. Di

antara pengaruh kebudayaan

Hindu-Budha di Indonesia

terletak pada seni rupa dan

seni ukir. Dibidang seni rupa

dan seni ukir terlihat pada

relief atau seni ukir pada

dinding-dinding candi

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 232-234).

3. Pada bab XI, Sub bab

sesama orang Kristen, tetapi

juga dengan orang-orang

lain yang berbeda keyakinan

sekalipun

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

33).

2. Pada bab IV, Sub bab “ Gereja

yang Melayani”, terdapat nilai

toleransi yaitu pelayanan

kepada orang yang berbeda

keyakinan. Kutipan materi :

Para Rasul tentu mengingat

pesan dan ajaran Tuhan

Yesus. Karena itulah, Gereja

perdana harus memberikan

perhatian khusus kepada

para janda dari kelompok

Yahudi Helenis ini. Para

Rasul memahami benar

bahwa iman yang mereka

beritakan harus dinyatakan

dalam perbuatan mereka

dalam bentuk kasih kepada

orang - orang yang

membutuhkannya (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 40).

3. Pada bab VIII, Sub bab “

Kemajemukan sebagai Karunia

Allah”, terdapat nilai toleransi

yaitu menghormati sesama.

Kutipan materi :

Selanjutnya ayat 12-17

memberikan petunjuk

kepada kita untuk saling

menghormati di dalam

komunitas kecil (orang tua

151

“Melestarikan Tradisi Islam

Nusantara”, terdapat nilai

toleransi yaitu akulturasi ajaran

Islam dengan tradisi lokal

Nusantara. Kutipan materi :

Karenanya muncullah tradisi

islam Nusantara sebagai

bentuk akulturasi antara

ajaran agama islam dan

tradisi lokal Nusantara.

Tradisi islam digunakan

sebagai metode dakwah

pada waktu itu. Para ulama

tidak memisahkan secara

total tradisi yang telah ada

dimasyarakat. Mereka

memasukan ajaran - ajaran

islam kedalam tradisi

tersebut dengan harapan

masyarakat tidak merasa

kehilangan adat dan ajaran

islam dapat diterima

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 240).

4. Pada bab VIII, Sub bab“

Pengertian Toleransi”, terdapat

nilai toleransi yaitu toleransi

kepada non muslim kutipan

materi :

Adapun yang dimaksud

toleransi kepada non muslim

yaitu menghargai dan

kita) dan juga dalam lingkup

yang lebih besar dengan

lingkungan sosial yang

beragam dan latar belakang

yang berbeda-beda (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 99).

4. Pada bab VIII, Sub bab

“Mengembangkan

Kemajemukan di Bumi

Indonesia”, terdapat nilai

toleransi yaitu menghargai

keyakinan orang lain. Kutipan

materi :

Pemeluk agama diberikan

ajaran, perintah dan larangan

untuk menjadi pribadi yang

lebih baik, meskipun masing

-masing agama memiliki

ajaran yang berbeda, namun

masing - masing agama

haruslah menghargai satu

sama lain agar tercipta

kehidupan bangsa Indonesia

yang damai. Sebagai satu

bangsa, semua masyarakat

dengan berbagai latar

belakang yang ada harus

bekerja sama, bukan

berkelahi karena kenyataan

perbedaan

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

105).

5. Pada bab IX, Sub bab “Melihat

Kembali Apa yang Telah

Dipelajari”, terdapat nilai

toleransi yaitu saling

152

menghormati pemeluk

agama lain untuk beribadah

sesuai agama dan

keyakinannya masing -

masing (Muhammad Ahsan

dan Sumyati, 2015: 171).

menghargai dengan orang yang

berbeda agama. Kutipan materi

:

Mengembangkan sikap

saling menghargai. Hal ini

terjadi karena mengakui

bahwa setiap agama

mempunyai keistimewaan

atau keunikan. Dengan

demikian sikap toleran juga

merupakan suatu sikap yang

terus menerus mau belajar

dari orang lain, sehingga

akan terjadi proses

memperkaya dan proses

mengembangkan diri .

Dengan demikian remaja

akan terhindar dari sikap

mau menang sendiri, egois,

sombong, dan sikap

merendahkan orang lain,

bahkan juga menghindarkan

diri dari tindak kekerasan

terhadap orang yang berbeda

pemahaman dan keyakinan

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

115).

6. Pada bab X, Sub bab “Agama

adalah Anugerah Tuhan”,

terdapat nilai toleransi yaitu

perdamaian antara umat

beragama dan pluralisme.

Kutipan materi :

Dalam mewujudkan adanya

perdamaian antar umat

beragama, pluralisme harus

dipahami sebagai semangat

untuk menghargai keyakinan

153

agama sendiri dan sejalan

dengan itu menghormati

keyakinan agama lain.

penganut agama lain tidak

dilihat sebagai musuh,

lawan atau saingan.

Sebalikya, mereka adalah

teman kerja, saudara,

sesama yang memiliki

tujuan yang sama, yakni

kesejahteraan manusia dan

alam ciptaan Allah

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

112).

7. Pada bab X, Sub bab “ Merawat

Perdamaian Merajut Toleransi”,

terdapat nilai toleransi yaitu

implementasi toleransi dalam

kehidupan nyata. Kutipan

materi :

Toleransi antar umat

beragama harus tercermin

pada tindakan-tindakan atau

perbuatan yang menunjukan

umat saling menghargai,

menghormati, menolong,

dan mengasihi. Termasuk di

dalamnya menghormati

agama dan iman orang lain,

menghormati ibadah yang

dijalankan oleh orang lain,

serta memberi kesempatan

kepada pemeluk agama

menjalankan ibadahnya

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

131).

154

Setuju dalam Perbedaan

1. Pada bab V , Sub bab “Alur

Perjalanan Dakwah di

Nusantara”, terdapat nilai

toleransi yaitu toleransi dalam

keberagaman teori keilmuan.

Kutipan materi :

Teori Mekah, teori Gujarat,

teori Persia, teori Cina

masing - masing memiliki

kelemahan dan kelebihan

sendiri-sendiri. tidak ada

kemutlakan dan kepastian

yang jelas masing - masing

teori tersebut. Semua teori

diatas semakin memperkaya

khazanah keilmuan tentang

sejarah islam Nusantara

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 100).

2. Pada bab VIII, Sub bab “Sikap

Toleransi dalam Kehidupan

Sehari-hari”, terdapat nilai

toleransi yaitu toleransi dalam

bermasyarakat. Kutipan materi :

Toleransi merupakan salah

satu akhlak mulia (akhlakul

karimah) yang harus

Setuju dalam Perbedaan

1. Pada bab I, Sub bab

“Pendahuluan”, terdapat nilai

toleransi yaitu memahami

perbedaan. Kutipan materi :

Berbagai macam manusia,

terdiri dari bangsa-bangsa,

lain bahasanya dan warna

kulitnya, tempatnya pun

berbeda-beda.

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

1).

2. Pada bab I, Sub bab “Pergumulan

Gereja”, terdapat nilai toleransi

yaitu kesetaraan dalam tempat

ibadah. Kutipan materi :

Walaupun pada mulanya

murid-murid Yesus hanya

terdiri dari orang-orang

Yahudi, bahkan hanya dari

satu daerah saja yaitu

Galilea, Gereja perdana

sudah terdiri dari orang-

orang yang berasal dari latar

belakang dan budaya yang

berbeda-beda

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

6).

3. Pada bab II, Sub bab “Gereja di

Indonesia”, terdapat nilai

toleransi yaitu Persekutuan dalam

lembaga peribadatan. Kutipan

materi :

Selain Persatuan Gereja

155

dimiliki setiap muslim.

Dengan menjunjung tinggi

sikap menghargai perbedaan

ini maka kehidupan

masyarakat akan damai dan

sejahtera. Oleh karena itu

kita harus menerapkan

toleransi dalam kehidupn

sehari-hari baik di

lingkungan sekolah, rumah,

maupun di lingkungan

masyarakat (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

172).

3. Pada bab XI, Sub bab” Dialog

Islami”, terdapat nilai toleransi

yaitu berfikir positif terhadap

budaya asing. Kutipan materi :

Annisa : “ Bagaimana Sikap

kita terhadap tradisi asing

atau budaya asing yang

masuk ke Indonesia ?”

Bu Kuswati : “ Pertanyaan

yang bagus, annisa. Selama

budaya asing tersebut sesuai

dengan kepribadian bangsa

dan syariat Islam kita boleh

menerimanya” (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

232).

4. Pada bab XII, Sub bab “

Memahami Kandungan Q.S Al-

Hujarat ayat 13”, terdapat nilai

Indonesia (PGI) ada pula

sejumlah organisasi antar

Gereja seperti Persekutuan

Injili Indonesia disingkat

PII, PGLII (Persekutuan

Gereja - gereja dan Lembaga

- lembaga Injili Indonesia),

Persekutuan Gereja - gereja

Pentakosta Indonesia

disingkat PGPI, Persekutuan

Baptis Indonesia disingkat

PBI, GMAHK (Gereja

Masehi Advent Har

Ketujuh). Dikalangan geraja

Katolik Roma kita mengenal

Konferensi Waligereja

Indonesia disingkat KWI,

yaitu perhimpunan para

uskup Gereja Katolik Roma

di Indonesia

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

19)

4. Pada bab II, Sub bab “Gereja di

Indonesia”, terdapat nilai

toleransi yaitu semangat dan

harapan persatuan lembaga

peribadatan. Kutipan materi :

Acara ini diikuti oleh PGI,

PGPI, PGLII, PBI, Gereja

Ortodhoks, BK (Bala

Keselamatan), dan Gereja

Masehi Advent Hari Ketujuh

serta oleh semua keuskupan

Gereja Katolik Roma di

Indonesia. Ini adalah sebuah

pesta rohani yang ingin

menunjukan semangat dan

harapan persatuan gereja-

156

toleransi yaitu pembiasaan hidup

toleransi dalam kehidupan

sehari-hari. Kutipan materi :

Latihan yang paling

sederhana adalah memulai

dari lingkungan sekitar,

misalnya dalam keluarga

mau menghargai kesukaan

anggota keluarga yang lain,

dan di Sekolah mau

menghargai pendapat teman-

teman saat berdiskusi

kelompok. Hal-hal seperti

ini mungkin bagi kalian

terlihat sepele, akan tetapi

jika kalian biasakan dalam

kehidupan sehari-hari, maka

kalian akan lebih mudah

untuk bertoleransi dan

menghargai adanya sebuah

perbedaan dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Jika kita sudah

terbiasa bertoleransi dan

menghargai perbedaan,

maka kehidupan akan

menjadi lebih tenang dan

penuh dengan kedamaian

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 263).

geraja di seluruh Indonesia.

Bersatu tidak berarti Gereja-

gereja itu melebur menjadi

satu gereja saja, melainkan

bersatu dalam arti satu jiwa

dan satu hati untuk

mengutamakan pelayanan

kepada sesama demi nama

Tuhan Yesus Kristus

(Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 19).

5. Pada bab II, Sub bab “Penilain”,

terdapat nilai toleransi, yaitu

bertoleransi dalam praktek ibadah

di Gereja. Kutipan materi :

Hari minggu mendatang,

mintalah teman - temanmu

yang berasal dari gereja

yang berbeda sinode dengan

gerejamu (mis. Kamu dari

gereja protestan di Indonesia

bagian Barat (GPIB),

meminta temanmu yang

katolik atau dari Huria

Kristen Bank Protestan,

untuk mengajak kamu ke

gerejanya dan beribadahlah

disana. Rasakan dan

nikmatilah persamaan -

persamaan dan perbedaan -

perbedaan yang dapat kamu

amati (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 21).

6. Pada bab III, Sub bab “ Gereja

yang Memberitakan”, terdapat

nilai toleransi yaitu keberaneka

ragaman dalam pelaksanaan

157

ibadah. Kutipan materi :

Di dalam kebaktian -

kebaktian sekarang mungkin

kita mendengar berbagai

pemberitaan yang lain.

misalnya khotbah yang

berisi penghiburan untuk

jamaat yang sedang berduka

cita, atau pengajaran tentang

menjalani kehidupan sebagai

seorang Kristen, atau

bagaimana tanggungjawab

orang Kristen dalam

kehidupan di masyarakat

dan bagaimana menjalin

hubungan dengan orang-

orang lain yang berbeda

keyakinan, dan lain-lain

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

25).

7. Pada bab V, Sub bab “ Hidup

Sebagai Orang Asing”, terdapat

nilai toleransi yaitu berfikir

positif dalam perbedaan

pendapat. Kutipan materi :

Simatupang mengatakan

bahwa orang kristen harus

hidup dengan “Sikap positif,

kritis, kreatif, dan realistis “.

Maksudanya orang Kristen

harus berani berbeda

pendapat dengan masyarakat

di sekitarnya. Namun itu

tidak berarti sekedar berbeda

pendapat, sebab kita pun

harus dapat bersikap positif

apabila memang apa yang

kita hadapi itu baik dan

158

benar (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 58).

8. Pada bab VII, Sub bab “ Gereja

dan Tradisi”, terdapat nilai

toleransi yaitu saling

memahami pendapat orang lain.

Kutipan materi:

Begitu pula dengan bulan-

bulan yang mengorbit

Yupiter. Para Astronom

Yesuit, pakar ajaran gereja,

ilmu pengetahuan, dan

filsafat pengetahuan alam

mula - mula menentang

kesimpulan Galileo. Namun

dalam satu atau dua tahun

kemudian, ketika teleskop

yang lebih baik ditemukan,

mereka dapat melakukan

pengamatan yang sama

sehingga mereka memahami

pendapat Galileo (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 82).

9. Pada bab VIII, Sub bab

“Kemajemukan: Dilema yang

Harus Dihadapi”, terdapat nilai

toleransi yaitu bersikap positif

terhadap perbedaan. Kutipan

materi :

Sebagai makhluk sosial kita

tidak dapat menolak realita

kenyataan untuk hidup

bersama dengan orang lain.

perbedaan-perbedaan yang

ada justru menolong kita

159

untuk saling melengkapi

satu dengan yang lainya

karena kita masing-masing

pasti memiliki berbagai

kelemahan dan kekurangan

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

96).

10. Pada bab VIII, Sub bab “Hidup

Bersama dalam Kemajemukan”,

terdapat nilai toleransi yaitu

bersikap positif terhadap

perbedaan. Kutipan materi :

Pandanglah perbedaan bukan

sebagai sesuatu yang

menakutkan sehingga dapat,

mengancam hubungan kita

dengan sesama. Kita harus

belajar untuk memandang

yang lain sebagai sesama

saudara ciptaan Tuhan

karena itu mereka adalah

hadiah yang indah dalam

hidup kita. Pandanglah orang

lain yang berbeda bukan

sebagai lawan atau musuh

yang harus ditaklukan,

melainkan sebagai kawan,

sahabat, rekan yang harus

dikasihi untuk mewujudkan

kehidupan yang lebih baik

(Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 104).

Saling Pengertian Saling Pengertian

160

1. Pada bab V, Sub bab “Cara-cara

Dakwah di Nusantara”, terdapat

nilai toleransi yaitu hubungan

sosial dalam dakwah. Kutipan

materi :

mubaligh yang menyebarkan

islam di Nusantara pandai

dalam menjalin hubungan

sosial dengan masyarakat

sekitar. Mereka yang telah

tinggal menetap di

Nusantara aktif membaur

dengan masyarakat melalui

kegiatan sosial (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

102).

2. Pada bab VIII, Sub bab

“Pengertian Toleransi”, terdapat

nilai toleransi yaitu Toleransi

terhadap sesama muslim dan non

muslim. Kutipan materi :

Toleransi dalam islam

mencakup dua hal yaitu

toleransi antar sesama umat

muslim dan toleransi kepada

nonmuslim. Toleransi antar

sesama umat muslim berarti

dapat menghargai dan

menghormati perbedaan

pendapat yang ada dalam

ajaran agama islam. Adapun

toleransi kepada non muslim

1. Pada bab I, Sub bab “Pergumulan

Gereja”, terdapat nilai toleransi

yaitu saling berbagi. Kutipan

materi:

Orang - orang Kristen

perdana tidak menganggap

milik mereka hanya untuk

mereka sendiri. mereka

saling membagikan apa

yang mereka miliki,

sehingga tidak ada satu pun

yang kekurangan (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 9).

2. Pada bab VIII, Sub bab”

Kemajemukan sebagai Karunia

Allah”, terdapat nilai toleransi

yaitu saling mengasihi. Kutipan

materi :

Saling mengasihi sesama

merupakan tindakan dan

cara hidup yang

mewujudkan kemuliaan

Tuhan kepada siapapun,

apapun kelompok maupun

golonganya. Kasih yang

merupakan ciri khas bagi

pengikut kristus pada

dasarnya adalah kasih yang

memberi diri dan mau

berkorban demi kebaikan

orang lain (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

100).

3. Pada bab IX, Sub bab “ Melihat

Kembali Apa yang Telah

Dipelajari”, terdapat nilai

161

yaitu menghargai dan

menghormati pemeluk

agama lain untuk beribadah

sesuai agama dan keyakinan

masing-masing (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

170).

3. Pada bab IX, Sub bab “Hormat

dan Sayang kepada Orang tua

dan Guru”, terdapat nilai

toleransi yaitu saling

menghormati dan menyayangi

dalam keluarga. Kutipan materi :

Suatu keharmonisan dan

kebahagiaan dalam sebuah

keluarga akan terwujud jika

semua anggota keluarga

saling menghormati dan

menyayangi. Seorang anak

menghormati orang tua, dan

orang tua menyayangi anak,

adik menghormati kakak,

dan kakak menyayangi

adiknya. Adanya sikap

saling menghormati dan

menyayangi seperti ini harus

dibiasakan mulai dari

keluarga. Pembiasaan dan

penanaman akhlak mulia

sejak dari dalam keluarga

akan membentuk karakter

positif seorang anak

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 189).

toleransi yaitu saling mengenal

secara mendalam dan saling

percaya dalam kemajemukan.

Kutipan materi:

Dengan berjumpa dan

mengenal dengan orang

yang berbeda dengan kita,

akan muncul pemahaman

pada diri kita mengapa

orang - orang dengan agama

tertentu melakukan kegiatan

praktik keagamaan tertentu.

Memahami tidak berarti kita

harus menyetujui apa yang

orang lain percayai dan

lakukan. Namun dengan

mengenal mereka, kita akan

mampu membagun sebuah

pamahaman diri kita sendiri,

dan pada gilirannya akan

mampu menghargai praktik

–praktik yang berbeda itu.

Kalau dimungkinkan dicari

titik temu, sebagai sikap

peduli pada sesama. Saling

pengenalan satu sama lain

akan berkembang lebih jauh

kepada kesadaran tentang

kesetaraan dan keadilan. Hal

ini selanjutnya akan

melahirkan rasa saling

percaya yang dapat

menolong kita memperkuat

kehidupan komunitas. Sikap

saling percaya ini

memungkinkan adanya kerja

sama dengan orang yang

berbeda - beda (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

162

115).

4. Pada bab XI, Sub bab “ Orang

Kristen di Tengah Gereja dan

Lingkungan Sosial”, terdapat

nilai toleransi yaitu persekutuan.

Kutipan materi :

Setiap orang yang percaya

pada Kristus dipanggil untuk

bersekutu. Dengan saling

bersekutu setiap orang bisa

saling menjaga, mengasihi,

dan saling membangun

didalam Iman Kristus

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

139)

5. Pada bab XIII, Sub bab

“Pengantar”, terdapat nilai

toleransi yaitu saling menolong

dan mendukung. Kutipan materi :

Setiap orang kristen, baik

tua maupun muda, termasuk

remaja, merupakan anggota

masyarakat yang saling

berhubungan dan saling

menolong serta mendukung

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

162).

6. Pada bab XIII, Sub bab

“Perubahan Sosial dan

Dampaknya bagi Masyarakat”,

terdapat nilai toleransi yaitu

kepedulian kepada sesama.

Kutipan materi :

Di sinilah kita sebagai

pengikut Kristus harus

163

menunjukan kepedulian kita.

Kita dituntut untuk

mengambil bagian dalam

pekerjaan Tuhan Yesus,

yaitu dengan memperhatikan

memberikan pertolongan

dalam bentuk apapun yang

dapat kita berikan, sebagai

wujud kepedulian dan

tanggungjawab kita di

tengah - tengah masyarakat

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

169).

Kesadaran dan Kejujuran

1. Pada bab III dengan Sub bab

“Santun”, terdapat nilai toleransi

yaitu sopan santun dalam

pergaulan dimasyarakat. Kutipan

materi :

Sopan santun sangat penting

dalam pergaulan hidup

sehari - hari. Kita akan

dihargai dan dihormati

orang lain jika menunjukan

sikap sopan santun. Orang

lain akan merasa nyaman

dengan kehadiran kita.

Sebaliknya, jika berperilaku

tidak sopan maka orang lain

juga tidak akan menghargai

dan menghormati kita

(Muhammad Ahsan dan

Kesadaran dan Kejujuran

1. Pada bab II, Sub bab “Gereja

Mengusahakan Kesejahteraan

Kota”, terdapat nilai toleransi

yaitu larangan hidup eksklusif.

Kutipan materi :

Namun Demikian, dari apa

yang dikatakan oleh Nabi

Yeremia, kita semua dapat

menyimpulkan bahwasanya

mereka tidak boleh hidup

eksklusif dan tidak peduli

terhadap masyarakat di

sekelilingnya. Dalam

konteks masa kini, gereja

pun harus sadar bahwa

gereja hadir di dunia bukan

hanya untuk dirinya sendiri.

Gereja hadir untuk menjadi

berkat bagi kota diseluruh

dunia (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 20).

164

Sumyati, 2015: 54).

2. Pada bab VI, Sub bab

“Memahami Kandungan Ayat

Al-Qur’an (Q.S. Ali-Imran ayat

159)”, terdapat nilai toleransi

yaitu bersikap lemah lembut.

Kutipan materi :

Rasululllah SAW tidak

bersikap keras dan berhati

kasar kepada orang-orang

disekeliling Nabi. Jika Nabi

bersikap keras dan berhati

kasar tentu orang disekitar

Nabi akan menjauhkan diri.

Pada dasarnya setiap orang

ingin diperlakukan lemah

lembut dan dihargai

pendapatnya. Sikap keras

dan kasar kepada orang lain

hanya akan menyemai

permusuhan (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

137).

3. Pada bab VIII, Sub bab

“Toleransi dan Kedamaian

Negeri”, terdapat nilai toleransi

yaitu makna toleransi dan

kedamaian negeri. Kutipan

materi :

2. Pada bab III, Sub bab “Gereja

yang Bersekutu”, terdapat nilai

toleransi yaitu persekutuan atau

koinonia. Kutipan materi :

Kata koinonia sendiri

mengandung arti yang jauh

lebih mendelam dari pada

sekedar “persekutuan”, sebab

dalam kata ini terkandung

makna persekutuan, berbagi

dan hubungan yang sangat

erat. Karena itu koinonia

juga dapat berarti pemberian

yang dilakukan bersama-

sama kepada satu sama lain,

seperti yang digambarkan

oleh kehidupan jamaat

perdana yang membagi-

bagikan kepunyaan mereka

(Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 27).

3. Pada bab III, Sub bab “ Gereja

yang Tidak Membeda-bedakan,

terdapat nilai toleransi yaitu

tidak egois dan dermawan.

Kutipan materi :

Dalam kisah para Rasul

melukiskan kehidupan umat

Kristen perdana yang indah.

Mereka tidak egois

melainkan membagi -

bagikan harta mereka

kepada semua orang hidup

dengan secukupnya ,

sehingga setiap orang dapat

hidup dengan kecukupan

(Stephen Suleeman dan

165

Toleransi antar umat

beragama di Indonesia

sudah berjalan dengan baik

dan perlu dijaga. Penduduk

Indonesia sudah terbiasa

dengan perbedaan agama

dan keyakinan diantara

mereka. meski harus diakui

masih ada kasus-kasus kecil

akibat salah paham diantara

warga negara. namun

kehidupan beragama di

Indonesia mencerminkan

toleransi yang tinggi. Semua

agama mengajarkan

kedamain hidup rukun

dengan sesama warga

negara. tidak ada agama

yang mengajarkan kepada

pemeluknya untuk saling

bermusuhan dan saling

menghina umat agama lain

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 174)).

4. Pada bab IX, Sub bab “Hormat

dan Sayang kepada Orang tua

dan Guru”, terdapat nilai

toleransi yaitu menghormati dan

menghargai guru. Kutipan materi

:

Rasullah SAW, menegaskan

bahwa kalian dilarang untuk

merendahkan, menghina ,

atau mencela guru, baik

secara langsung maupun

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

28).

4. Pada bab IV, Sub bab”

Pendahuluan”, terdapat nilai

toleransi yaitu kepedulian

kepada orang-orang yang

membutuhkan. Kutipan materi :

Gereja Kristen Indonesia

membantu para korban

tsunami di Aceh yang terjadi

pada 26 Desember 2004,

GKI menyatakan, antara

lain, bahwa gereja ini

membantu korban becana

untuk mewujudkan kasih

luhur Kristus bagi siapapun

yang menderita, dan dalam

rangka mewujudkan Hukum

Kasih, yakni mengasihi

sesama manusia, siapapun

mereka, khususnya yang

hidupnya sedang dilanda

musibah (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 35).

5. Pada bab VII, Sub bab “Umat

Allah yang Berubah”, terdapat

nilai toleransi yaitu, meminta

maaf dan memaafkan kesalahan

orang lain. Kutipan materi :

Pada Juli 2014 Paus

Fransiskus berkujung ke

sebuah gereja Pentakosta di

Italia, dan di sana beliau

meminta maaf atas

deskriminasi yang pernah

dilakukan oleh gereja

katolik Roma terhadap

166

tidak langsung. Sikap ini

harus dipegang sungguh-

sungguh sebab bisa jadi

suatu saat kalian lebih pintar

dari guru-guru kalian.

Meskipun demikian kalian

harus tetap rendah hati dan

menghormatinya

(Muhammad Ahsan dan

Sumyati, 2015: 194).

5. Pada bab XI, Sub bab ”

Melestarikan Tradisi Islam

Nusantara”, terdapat nilai

toleransi yaitu toleransi dalam

tradisi islam Nusantara. Kutipan

materi :

Halal bihalal sebagai sebuah

tradisi khas islam Indonesia

lahir dari sebuah proses

sejarah. Tradisi ini digali

dari kesadaran batin para

tokoh-tokoh umat islam

masa lalu untuk membangun

hubungan yang harmois

antar umat. Dengan halal

bihalal, pemimpin agama,

tokoh - tokoh masyarakat

dan pemerintah akan

berkumpul, berinteraksi dan

saling bertukar informasi.

Dari komunikasi ini akan

mempererat kekeluargaan

dan dapat menyelesaikan

berbagai masalah yang ada

(Muhammad Ahsan dan

orang - orang Pentakostal.

Paus berkata, “ Orang-orang

Katolik telah menindas dan

menolak orang - orang

Pentakostal, seolah-olah

mereka orang-orang gila.

Saya adalah gembala orang-

orang Katolik, dan saya

meminta anda semua

memaafkan semua saudara-

saudari Katolik saya yang

tidak paham dan yang

tergoda oleh iblis.” Hal yang

sama juga diungkapkan oleh

para pemimpin gereja Injili

menyambut kedatangan

Paus. Pdt. Dr. Geof

Tunniliffe, sekretaris

Jenderal Aliansi Injili se-

Dunia, juga meminta maaf

karena orang - orang

Pentakostal juga pernah

menganiaya orang - orang

katolik Roma (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 89).

6. Pada bab VIII, Sub bab “

Kemajemukan: Dilema yang

Harus Dihadapi”, terdapat nilai

toleransi yaitu bersikap positif

dalam menyikapi sebuah

kemajemukan. Kutipan materi :

Apabila kita menyadari

kekayaan serta kepelbagaian

yang perlu dirawat dan

diperdayakan secara

maksimal , kita akan

167

Sumyati, 2015: 241).

6. Pada bab V, Sub bab “ Mari

Renungkan”, terdapat nilai

toleransi yaitu dakwah dengan

cara damai. Kutipan materi :

Kedatangan mereka

disambut hangat dan

diterima dengan baik, hal ini

disebabkan dakwah yang

mereka lakukan adalah

dakwah dengan cara-cara

damai, bukan dengan

kekerasan. Bagi Islam tidak

ada paksaan dalam

beragama karena telah

tampak jelas mana yang haq

dan yang batil (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

94).

7. Pada bab VI, Sub bab

“Memahami Kandungan Ayat

Al-Qur’an (Q.S. Ali-Imran ayat

159)”, terdapat nilai toleransi

yaitu etika bermusyawarah.

Kutipan materi :

Agar tujuan ini tercapai

perlu dijunjung tinggi etika

bermusyawarah. Etika

tersebut yaitu bersikap

lemah lembut, santun dalam

berpendapat, menghargai

menemukan warna dan

dinamika positif, bahkan

membanggakan. Dalam hal

ini misalnya agama,

kelompok etnik, budaya

merupakan suatu kekayaan

dan menjadi modal besar

bagi pembangunan bangsa

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

97).

7. Pada bab VIII, Sub bab”

Kemajemukan sebagai Karunia

Allah”, terdapat nilai toleransi

yaitu menghadirkan perdamaian

dan kepekaan untuk membela

sesama. Kutipan materi :

Dalam perjanjian baru,

firman Tuhan yang terkenal

adalah “Ucapan Berbahagia”

yang diungkapkan di

Khotbah di Bukit. Dalam

Injil Matius Yesus

mengatakan “Berbahagialah

orang yang membawa

damai, karena mereka akan

disebut anak-anak Allah”.

Firman tersebut menegaskan

bahwa kita semua, siapapun

juga, apapun agamanya, dan

168

pendapat orang lain, dan

tidak mudah menyalahkan

orang lain (Muhammad

Ahsan dan Sumyati, 2015:

138).

latar belakang suku

bangsanya, dipanggil untuk

menghadirkan damai di

dunia kehidupan yang kudus

dan beriman kepada Tuhan,

ternyata tidak ditentukan

seberapa jauh kita

memahami hukum Tuhan,

melainkan sejuah mana kita

bersedia menyatakannya

kepada sesama kita, apapun

agamanya, status sosialnya,

maupun suku/rasnya. Kita

terpanggil untuk memiliki,

mengembangkan kepekaan

untuk menaruh belas

kasihan dan bersedia

membela sesama kita

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

99).

8. Pada bab IX, Sub bab “

Toleransi dalam Kehidupan

Bersama”, terdapat nilai

toleransi yaitu, makna toleransi.

Kutipan materi :

Toleransi diartikan sebagai

sikap bersifat menenggang

(menghargai, membiarkan,

membolehkan), sebuah

pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan,

kebiasaan, kelakuan dan

169

sebagainya) yang berbeda

atau bertentangan dengan

pendirian sendiri. dengan

demikian dapat diketahui

pengertian toleransi secara

luas adalah suatu sikap atau

perilaku manusia yang

menghargai, menghormati

setiap tindakan yang orang

lain lakukan, dan juga sikap

yang mengandung sebuah

kegigihan mempertahankan

hidup atau keyakinan

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

110).

9. Pada bab IX, Sub bab

“Toleransi dalam Kehidupan

Bersama”, terdapat nilai

toleransi yaitu hasil sikap

toleransi. Kutipan materi :

Toleransi akan membuahkan

sikap hidup berdampingan

secara damai, adanya

kesejahteraan dalam hidup

bersama, kehidupan yang

utuh, jauh dari perpecahan,

suatu persatuan dan

kesatuan terwujud sehingga

mendukung kemajuan

pembangunan lingkungan

masyarakat. Sebaliknya jika

tidak ada toleransi dalam

kehidupan bersama maka

hubungan masyarakat akan

170

menjadi renggang atau

bahkan terputus, karena

adanya pihak - pihak yang

ingin menang sendiri

(Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

111).

10. Pada bab IX, Sub bab “

Toleransi dalam Ajaran Kristen,

terdapat nilai toleransi yaitu

mengasihi musuh dan

mendoakanya. Kutipan materi :

Tuhan Yesus sendiri

mengungkapkan perintah-

Nya secara eksplisit kepada

para murid dalam Matius

5:44 yaitu agar mereka

mengasihi musuh dan

mendoakan mereka yang

menganiaya para murid.

Musuh yang dimaksud pada

konteks ini dapat dipahami

sebagai orang yang tidak

sepaham, sepandangan,

sealiran, atau seagama

dengan kita. Tentu hal ini

tidak mudah dilakukan, akan

tetapi satu-satunya alasan

untuk mengasihi orang-

orang tersebut ialah karena

171

Allah juga memelihara

setiap orang dalam anugrah-

Nya (Stephen Suleeman dan

Dien Sumiyatiningsih, 2015:

113).

11. Pada bab IX, Sub bab” Perlunya

Transformasi Lingkungan

Sosial”, terdapat nilai toleransi

yaitu memiliki kepekaan,

toleransi, dan memahami ide

orang lain serta komitmen

untuk menuju transformasi

lingkungan. Kutipan materi :

Setiap orang akan memiliki

kepekaan, toleransi, dan

berusaha memahami ide-ide

orang lain. setiap orang

membutuhkan kemampuan

untuk dapat melihat

lingkungan sekitar sebagai

tempat kemajemukan,

bahkan termotivasi untuk

memanfaatkan perbedaan

bagi kepentingan semua

orang atau lingkungannya.

Dalam keadaan seperti ini,

interaksi dan pemahaman

terhadap orang lain menjadi

suatu kebutuhan bersama.

172

Komitmen pada budaya

tanpa kekerasan dan

menghargai kehidupan,

komitmen kepada budaya

solidaritas dan relasi yang

setara serta adil, komitmen

kepada budaya menghormati

hak-hak asasi manusia dan

kerja sama yang setara antar

individu, komitmen kepada

budaya toleransi dan hidup

dalam kebenaran (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

118).

12. Pada bab X, Sub bab

“Perdamaian dalam Perspektif

Alkitab dan Teologi”, terdapat

nilai toleransi yaitu makna

damai. Kutipan materi :

Di sini damai berarti adanya

keutuhan sosial ,

kesejahteraan sosial ketika

masyarakat hidup dalam

suasana yang aman dan

damai. Dengan demikian

damai berkaitan dengan

173

relasi antar manusia. Di sini

juga penting kita

menghubungkan makna

damai dengan keutuhan

dalam masyarakat dengan

ide relasi antara penguasa

dan warga masyarakat, atau

antara pemimpin dan rakyat

atau yang dicirikan dengan

relasi harmonis (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

124).

13. Pada bab X, Sub bab “Merawat

Perdamaian Merajut Toleransi”,

terdapat nilai toleransi yaitu

perdamaian antara umat

beragama. Kutipan materi:

Pada hakikatnya perdamaian

antar agama perlu

dikembangkan dan dirawat.

Perdamaian secara kongkrit

dapat dirasakan bila ada

suasana persaudaraan dan

kebersamaan antar semua

orang walaupun mereka

174

berbeda suku, ras, golongan,

dan agama (Stephen

Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015:

130).

14. Pada bab X, Sub bab “Merawat

Perdamaian Merajut Toleransi,

terdapat nilai toleransi yaitu

merawat perdamaian. Kutipan

materi:

Perdamian harus dirawat

dan dikembangkan terus

menerus. Harus diupayakan

langkah - langkah dengan

kesepakatan - kesepakatan

yang semakin maju melalui

pengalaman perjalanan

bersama (Stephen Suleeman

dan Dien Sumiyatiningsih,

2015: 131).

15. Pada bab XI, Sub bab “ Peran

Serta Remaja untuk Pelayanan

bagi Sesama”, terdapat nilai

toleransi yaitu membuka diri

terhadap orang lain. Kutipan

materi :

Di tengah dunia yang semakin

kompleks dan pluralistik, kita

175

dipanggil untuk membuka diri

melalui kesaksian mereka,

bekerjasama dengan semua

orang dalam memikul

tanggungjawab kita sebagai

warga masyarakat dan dunia.

Kita dipanggil untuk turut

bertanggungjawab membantu

semua orang apapun juga

agama dan keyakinannya

(Stephen Suleeman dan Dien

Sumiyatiningsih, 2015: 143).

Berdasarkan pemaparan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

sebaran materi yang terkait dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX secara umum sama, mencakup lima

segi nilai toleransi, diantaranya mengakui hak orang lain, menghormati

keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian,

kesadaran dan kejujuran. kedua buku mencakup kelima segi tersebut tidak

ada lima segi yang tidak mencakup nilai toleransi dalam buku ajar

tersebut.

Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas

IX nilai toleransi yang paling banyak terdapat pada segi kesadaran dan

kejujuran, yang paling sedikit terdapat pada segi saling pengertian. Segi

kesadaran dan kejujuran terdapat tujuh point yang mengandung nilai

toleransi yaitu, yang pertama pada bab III dengan tema “Mengasah Pribadi

176

yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu”, yang kedua pada bab VI

dengan tema “Meraih Kesuksesan dengan Optimis, Ikhtiar dan Tawakal,

yang ketiga pada bab VIII dengan tema “Damaikan Negeri dengan

Toleransi”, yang keempat pada bab IX dengan tema “Menuai Keberkahan

dengan Rasa Hormat, Taat Kepada Orangtua dan Guru”, yang kelima pada

bab XI dengan tema “Menelusuri Tradisi Islam Nusantara”, yang keenam

pada bab V dengan tema “Kehadiran Islam mendamaikan Bumi

Nusantara” , dan yang ketujuh pada bab yang sama dengan kedua namun

berbeda halaman. Sedangkan nilai toleransi yang paling sedikit yaitu pada

segi saling pengertian terdapat tiga poin yang menunjukan nilai toleransi

yaitu, yang pertama pada bab V dengan tema “Kehadiran Islam

mendamaikan Bumi Nusantara”, yang kedua pada bab VIII dengan tema

“Damaikan Negeri dengan Toleransi”, yang ketiga pada BAB IX dengan

tema “Menuai Keberkahan dengan Rasa Hormat, Taat Kepada Orangtua

dan Guru”.

Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti nilai toleransi yang paling banyak ,terdapat pada segi kesadaran

dan kejujuran, yang paling sedikit pada segi saling pengertian. Segi

kesadaran dan kejujuran terdapat lima belas poin yang mengandung nilai

toleransi, diantaranya yang pertama pada bab II dengan tema “Mengenal

Gerejaku”, yang kedua pada bab III dengan tema “Gereja yang Hidup di

Dunia”, yang ketiga pada bab sama dengan nomer dua namun pada Sub

bab yang berbeda, yang keempat pada bab IV dengan tema “Gereja yang

177

Bersaksi dan Melayani di Dunia”, yang kelima pada bab VII dengan tema

“Gereja yang Memperbarui Diri”, yang keenam pada bab VIII dengan

tema “Indahnya Lingkungan yang Majemuk”, yang ketujuh yaitu sama

dengan bab yang ada pada nomer enam namun letak nilai toleransinya

berbeda Sub bab, yang kedelapan pada bab IX dengan tema “Toleransi

Bagian dari Kehidupanku”, yang kesembilan pada bab sama dengan nomer

delapan namun pada Sub bab yang berbeda, yang kesepuluh pada bab

yang sama dengan nomer sembilan dan delapan namun pada Sub bab yang

berbeda, yang kesebelas sama dengan bab delapan, sembilan, dan

kesepuluh namun Sub bab berbeda, yang kedua belas pada bab X dengan

tema “Membangun Perdamaian Merajut Toleransi”, yang ketiga belas

pada bab yang sama dengan nomer dua belas namun Sub bab yang

berbeda, yang keempat belas pada bab dan Sub bab yang sama dengan

nomer tiga belas namun halamannya berbeda, yang kelima belas pada bab

XI dengan tema “Pengembangan Diriku untuk Pelayanan bagi Sesama”.

Segi saling pengertian terdapat nilai toleransi pada enam poin

yaitu, yang pertama pada bab I dengan tema “Gereja Sebagai Umat Allah

yang Baru”, yang kedua pada bab VIII dengan tema “Indahnya

Lingkungan yang Majemuk”, yang ketiga pada bab IX dengan tema

“Toleransi Bagian Dari Kehidupanku”, yang empat pada bab XI dengan

tema “Pengembangan Diriku Untuk Pelayanan Bagi Sesama”, yang kelima

pada bab XIII dengan tema “Perilaku dalam Pengembangan Masyarakat”,

yang keenam pada bab sama dengan nomer lima namun Sub bab berbeda.

178

Secara keseluruhan kandungan nilai toleransi pada Buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas IX lebih banyak jika

dibandingkan Kelas VII dan VIII dan kandungan nilai toleransi dalam

buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti lebih banyak yaitu

terdapat lima puluh dua butir letak nilai toleransi dalam buku tersebut,

sedangkan Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hanya dua

puluh empat.

B. Komparasi antara Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Setelah melakukan analisis tentang nilai toleransi pada buku ajar

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP, selanjutnya penulis

akan mengkomparasikan kedua buku ajar tersebut, yaitu buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP dengan buku ajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP. Penulis akan

mengkomparasikan secara menyeluruh meliputi isi materi, tampilan buku

(performance), dan evaluasi pembelajaran melalui aspek positif dari kedua

buku tersebut.

1. Aspek Positif Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Ditinjau dari segi materi, buku Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti banyak memaparkan materi tentang nilai toleransi, nilai-

nilai tersebut disisipkan pada penjelasan materi dan banyak terdapat

pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas IX,

179

yaitu pada bab V dengan tema “ Kehadiran Islam Mendamaikan Bumi

Nusantara”, pada bab ini dijelaskan sejarah perjalanan dan

perkembangan islam di Indonesia, mulai dari alur perjalanan dakwah,

cara-cara dakwah hingga kerajaan-kerajaan islam, selanjutnya pada

bab VIII dengan tema “ Damaikan Negeri dengan Toleransi”, pada

bab ini dijelaskan mengenai makna dan konsep toleransi,

implementasi toleransi dalam kehidupan sehari-hari, dan urgensi

toleransi dalam menciptakan perdamaian dan kerukunan di Indonesia.

Nilai toleransi yang lain terdapat pada bab XI dengan tema “

Menelusuri Tradisi Islam Nusantara, pada bab ini dijelaskan tradisi-

tradisi hasil kebudayaan dan akulturasi budaya antara budaya agama

Islam dengan agama Hindu-Budha, selanjutnya nilai toleransi juga

terdapat pada bab XII dengan tema “Menyuburkan Kebersamaan

dengan Toleransi dan Menghargai Perbedaan”, pada bab ini dijelaskan

makna kandungan Q.S. Al-hujarat ayat 13, hal ini dapat memberikan

pemahaman kepada para pembaca bahwa toleransi merupakan ajaran

agama Islam dan Allah sendiri yang memerintahkan melalui ayat

tersebut.

Isi materi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti tidak hanya berhenti pada nilai toleransi, namun juga

mengandung banyak materi tentang akhlak terpuji sebagai pedoman

dan teladan umat islam dalam berperilaku. Akhlak terpuji tersebut

banyak terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

180

Pekerti Kelas VII, yaitu yang pertama pada bab II dengan tema “

Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah dan Istiqomah” pada bab

ini peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan sifat-sifat

mulia tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yang kedua pada bab VIII

dengan tema “ Berempati Itu Mudah, Menghormati Itu Indah”, pada

bab ini peserta didik diajarkan untuk bisa berempati dan menghargai

orang lain, yang ketiga pada bab XIII dengan tema “ Hidup Jadi Lebih

Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf”, pada bab ini peserta didik

diajak untuk membaca dan memahami kandungan ayat dalam Al-

Qur’an yang menjelaskan tentang sifat-sifat mulia tersebut.

Isi materi yang selanjutnya yaitu tentang praktik ibadah dalam

ajaran Islam, dalam buku ajar terdapat banyak sekali ketentuan-

ketentuan dan perintah dalam melakukan praktek ibadah, seperti yang

terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Kelas VIII, yaitu tentang beriman kepada kitab-kitab, shalat sunnah,

sujud sebagai tanda bersyukur, mengkonsumsi makanan yang halal

dan menjauhi yang haram, serta banyak kisah-kisah sejarah peradaban

Islam yang disampaikan pada setiap kelas mulai dari kelas VII

sampai kelas IX.

Jika ditinjau dari penampilan (Performance) buku ajar”

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan buku ajar yang

sangat menarik hal ini ditunjukan adanya beberapa konten menarik

yang ada dalam buku tersebut yang pertama adanya peta kosep materi.

181

Peta konsep materi ini memudahkan guru dan peserta didik

dalam memahami alur dan membangun konsep pemahaman terhadap

materi yang ada, sehingga guru dan peserta didik lebih terarah dalam

pembelajaran, yang kedua adanya gambar-gambar yang menarik,

seperti yang ditunjukan pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti Kelas VII dimana setiap awal pembelajaran peserta didik

diarahkan untuk mengamati gambar tersebut, sehingga peserta didik

memiliki gambaran yang kongkrit tentang materi yang akan

disampaikan, yang ketiga adanya kisah-kisah inspiratif yang dapat

menjadi teladan bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan, yang

keempat terdapat dialog islami seperti yang terdapat pada buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII dan kelas IX

yang di dalamnya disisipkan banyak sekali akhlak-akhlak mulia

melalui percakapan di dalamnya.

Siswa juga dapat mempraktikan dialog tersebut menjadi

metode Rolle Playing sehingga pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan, yang kelima terdapat kolom Mari Renungkan atau

Renungkanlah pada Setiap buku, mulai dari kelas VII sampai Kelas

IX, kolom tersebut membuat para peserta didik dapat melakukan

muhasabah diri tentang materi-materi yang akan disampaikan

sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami sebuah materi

yang disampaikan karena melalui perenungan mampu membuat

peserta didik lebih tenang dan tentram dalam pembelajaran.

182

Ditinjau dari latihan soal atau evaluasi pembelajaran buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdapat latihan soal dan

evaluasi pembelajaran yang bervariatif, yang pertama Refleksi Akhlak

Mulia, pada refleksi Akhlak Mulia peserta didik diminta untuk

memberikan pendapat dengan cara mencetang atau memberikan

gambar jempol atau memberikan emoticon yang menarik pada

pertanyaan-pertanyaan tentang analisa diri terhadap akhlak mulia,

pertanyaan tersebut seperti pada lembar angket kuesioner, yang kedua

aktivitas siswa, pada aktivitas siswa ini perserta didik melakukan

kegiatan-kegiatan aktif learning berupa diskusi kelompok atau

mempraktikan sebuah materi sehingga dalam pembelajaran terjadi

kesan yang membuat peserta didik selalu ingat dengan materi, yang

ketiga yaitu ayo berlatih, pada ayo berlatih ini terdapat soal berupa

pilihan ganda dan esay guna mengukur daya tangkap dan pemahaman

peserta didik tentang materi yang disampaikan, yang keempat yaitu

catatan orang tua, dalam kolom ini berisi pesan atau catatan untuk

orang tua siswa tentang aktivitas peserta didik didalam kelas ketika

pembelajaran, sehingga kemunikasi antara sekolah dan orang tua bisa

terjalin dengan baik karena ada singkronisasi antara keduanya.

2. Aspek Positif Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Ditinjau dari isi materi buku ajar Pendidikan Agama Kristen

dan Budi Pekerti Tingkat SMP berisi banyak sekali nilai-nilai

183

toleransi, seperti yang terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX, pada bab VIII dengan tema “

Indahnya Lingkungan yang Majemuk” pada bab ini peserta didik

diajarkan materi-materi tentang bagaimana menyikapi kemajemukan

dengan positif, yang kedua pada bab IX dengan tema “ Toleransi

Bagian dari Kehidupanku” pada bab ini peserta didik diajarkan untuk

mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan sehari-sehari, dan

bagaimana toleransi dalam ajaran agama Kristen, yang ketiga pada

bab X dengan tema “Membangun Perdamaian Merajut Toleransi”,

pada bab ini peserta didik diarahkan untuk mampu menciptakan

perdamaian dan membangun perdamaian itu dengan toleransi.

Ditinjau dari segi materi yang lain buku ajar Pendidikan

Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP banyak terdapat materi

yang membahas tentang Gereja secara mendalam, hal ini seperti yang

terdapat pada buku ajar “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

kelas IX” ada tujuh materi yang membahas geraja, yaitu dari bab I

sampai pada bab VII, sehingga peserta didik memiliki pemahaman

yang luas dan mendalam bahwa gereja bukan hanya sebatas tempat

ibadah. segi materi yang lain adalah akhlak terpuji atau spiritualitas

seperti yang terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti Kelas VIII yang secara keseluruhan materi yang terdapat

dalam buku itu berisi tentang nilai-nilai akhlak dan spiritualitas.

Dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti materi

184

antara satu bab dengan bab yang lain saling berkaitan dan

berkesinambungan contohnya materi geraja pada kelas IX.

Ditinjau dari penampilan (performance) memang tidak

semenarik buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, namun

dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti banyak

sekali aktifitas-aktifitas siswa yang menarik dan membuat siswa aktif

dalam pembelajaran, seperti kegiatan Role Playing, Wawancara

terhadap teman, orang tua dan pendeta di Geraja, terdapat juga

kegiatan bakti sosial ke panti asuhan, dan berkunjung ke tempat-

tempat ibadah baik agama kristen maupun umat agama lain. hal

tersebut membuat siswa memiliki kemampuan afektif dan

psikomotorik yang bagus sehingga peserta didik tidak hanya pintar

dalam pembelajaran namun juga memiliki sikap yang baik dan

memiliki keterampilan yang dapat mereka gunakan sebagai bekal

dalam menjalani kehidupan yang lebih luas. Terdapat juga nyanyian,

doa-doa dan ayat Injil tentang materi yang akan dipelajari pada setiap

awal dan akhir pembelajaran hal ini dapat meningkatkan kecerdasan

spiritual peserta didik.

Ditinjau dari evaluasi pembelajaran dalam buku Pendidikan

Agama Kristen dan Budi Pekerti menekankan evaluasi pembelajaran

dengan melakukan aktivitas siswa yaitu membuat kliping, wawancara,

memberikan pendapat terhadap suatu masalah, dan diberikan soal-soal

berupa analisis kasus.

185

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Nilai toleransi yang terdapat pada Buku Pendidikan Agama Islam dan

Agama Kristen tingkat SMP Kelas VII sampai IX, yaitu mencakup

keseluruhan segi nilai toleransi di antaranya mengakui hak setiap

orang, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan,

saling pengertian, kesadaran dan kejujuran. Pada buku “Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX” terdapat 49 butir

letak nilai toleransi.

2. Nilai toleransi yang terdapat pada Buku Pendidikan Agama Islam dan

Agama Kristen tingkat SMP Kelas VII sampai IX, yaitu mencakup

keseluruhan segi nilai toleransi di antaranya mengakui hak setiap

orang, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan,

saling pengertian, kesadaran dan kejujuran. buku “Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX” terdapat 84 butir letak

nilai toleransi.

3. Perbandingan atau komparasi pada kedua buku meliputi aspek positif

dari kedua buku tersebut. aspek positif buku Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX mencakup tiga aspek yaitu isi

materi, Penampilan (Performance), dan evaluasi pembelajaran

186

meliputi : nilai toleransi, akhlak terpuji, peta konsep materi, gambar-

gambar yang menarik, refleksi akhlak mulia, aktivitas siswa dan lain-

lain. Aspek positif buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Kelas VII sampai IX mencakup isi materi, Penampilan (Performance),

dan evaluasi pembelajaran meliputi : nilai toleransi, tentang gereja,

aktivitas siswa yang melatih sikap, keterampilan, membuat kliping.

B. SARAN

Nilai toleransi memiliki peranan yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama. Toleransi merupakan

sebuah solusi dalam menyikapi sebuah perbedaan, pluralisme dan

kemajemukan. Saran yang penulis berikan setelah melakukan analisis

terhadap kedua buku tersebut yaitu :

1. Bagi Guru MAPEL Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dalam buku

ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terdapat banyak nilai

toleransi, maka seorang guru harus bisa menanamkan nilai-nilai

tersebut kepada peserta didik melalui bentuk kegiatan pembelajaran

yang menarik, menyenangkan dan mengandung pendidikan dalam

rangka menyiapkan generasi seratus tahun Indonesia merdeka.

2. Bagi penyusun buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, buku

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti perlu adanya konten-

konten yang menarik dan bervariatif seperti peta konsep materi, kolom

mari renungkanlah, dialog atau percakapan, refleksi akhlak mulia,

mari mengamati gambar.

Daftar Pustaka

Ahsan, Muhammad dan Sumiyati. 2015. Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti Kelas IX. Jakarta: : Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia.

Ahsan, Muhammad dan Sumyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Ali, Mukti. 2006. Pluralisme Agama Di Persimpangan Menuju Tuhan.

Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

A. Petter, Michael. 2015. Toleration, Respect and Recognition in

Education. Malaysia: Toppan Best-set Premedia Limited.

Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh

Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan

Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi

Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum

Negeri. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama.

Chandra, Julia Suleeman dkk. 2014. Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.

Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. 1996. Perbandingan Agama 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

D.Marimba, Ahmad. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Banung:

PT Al-Ma’arif.

Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Hafidhotun Nisa’, Zeni. 2010. Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama

Islam Untuk SMA: Perspektif Kesetaraan Gender. Yogyakarta:

Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.

Hanipah Muslimah, Rina. 2010. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan

Multikultural Dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam SMA Kelas X. Yogyakarta: Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.

Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Jinkin, Michael. 2004. Christianity, Tolerance, and Pluralism:a

theological engangement with Isaiah Berlin’s sosial theory.

London: Routledge.

Madjid, Nurcholis. 1999. Cendikiawan dan Religiusitas Masyarakat.

Jakarta: Tekad.

Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam

Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manab, Abdul. 2016. Manajemen Kurikulum Pembelajaran di Madrasah.

Yogyakarta: Kalimedia.

Mustahdi dan Sumyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan

Mendus, Susan. 2001. On Toleration. Oxford New York: Oxford

University Press.

Ni’am, Akhsan dan Hendry Syaputra. 2011. Kewarganegaraan, Suku

Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia

Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Niam, Ngainun. 2014. Islam dan Pluralisme Agama Dinamika Perebutan

Makna. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Nugroho, Muhammad Aji. 2016. Urgensi dan Signifikansi Pendidikan

Islam Multikultural Terhadap Kompleksitas Keberagamaan di

Indonesia. , Attarbiyah Journal of Islamic Culture and Education,

(Online), Vol 2, No. 2,(http://attarbiyah.iainsalatiga.ac.id diakses

pada 27 Maret 2018).

Non-Serrrano, Jense Belandina. 2016. Pendidikan Agama Kristen dan

Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008 Tentang Buku.

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press.

P.Pickett, Joseph. 2006. The American Heritage Dictionary of The English

Language. Baston : Houghton Mifflin Company.

Solikhah, Nikmatus 2011. Analisis Buku Teks Pendidikan Agama Islam

(PAI) Kelas VII SMPN 13 Malang. Malang: Skripsi, UIN Maulana

Malik Ibrahim.

Suleeman, Stephen dan Dien Sumiyatiningsih. 2015. Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti untuk Kelas IX. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Yahya, Harun. 2003. Justice and Tolerance In The Qur’an. Istanbul:

Shafiq Book.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yunus, Mahmud. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Padang: PT

Hidakarya Agung Jakarta.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penilaian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Zuhairini dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: Biro

Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Khoirul Alfani

NIM : 111-14-171

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 27 Desember 1995

Pendidikan :

1. SD Negeri Gentan 04 Tahun 2008

2. MTsN Susukan Tahun 2011

3. MAN Suruh Tahun 2014

Alamat : Gentan RT 01/RW 01, Desa Gentan, Kec. Susukan

Kab. Semarang

Susukan, 9 Maret 2018

Khoirul Alfani

DAFTAR NILAI SKK

Nama :Khoirul Alfani

NIM :111-14-171

Fakultas/Jurusan :FTIK/PAI

Pembimbing Akademik :Dr. Fatchurrohman, M. Pd

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Point

1 OPAK STAIN Salatiga 2014

“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa

yang Beretika, Disiplin dan

Berfikir Terbuka”

18-19 Agustus 2014 Peserta 3

2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga 2014 “Aktualisasi

Pendidikan Karakter Sebagai

Pembentuk Generasi yang

Religius, Educative, dan

Humanis”

20-21 Agustus 2014 Peserta 3

3 Orientasi Dasar Keislaman

(ODK) “Pemahman Islam

Rahmatan Lil’alamin Sebagai

Langkah Awal Menjadi

Mahasiswa Berkarakter”

21 Agustus 2014 Peserta 2

4 Achievment Motivation Training

(AMT) “Dengan AMT Semangat

Menyongsong Prestasi”

23 Agustus 2014 Peserta 2

5 UPT Perpustakaan STAIN

Salatiga

28 Agustus 2014 Peserta 2

6 Pendidikan Dan Latihan Calon

Pramuka Pandega (PLCPP)

XXIV Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi IAIN Salatiga “

PLCPP Sebagai Langkah

Rekonstruktif Karakter Pandega

dalam Membangun Racana yang

Loyal dan Bermartabat

26-29 September

2014

Peserta 2

7 PIAGAM PENGHARGAAN

Panglima Komando Daerah

Militer IV/DIPONEGORO dalam

Pelatihan Bela Negara Bagi

Mahasiswa PTN/PTS Se-Jateng

dan DIY

20-23 Oktober 2014 Peserta 4

8 SERTIFIKAT Peserta Kader Bela

Negara

20-23 Oktober 2014 Peserta 2

9 Seminar Nasional

Entrepreneurship Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi IAIN

Salatiga

16 November 2014 Peserta 8

10 Gladi Wira Brigsus Ke-21(GWB

XXI) Brigade Khusus Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

STAIN Salatiga

7-10 November 2014 Peserta 3

11 Pembrivetan dan Pelantikan Ke-

21 (VETTIK XXI) Brigade

Khusus Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi STAIN Salatiga

29-30 November

2014

Peserta 3

12 SURAT KEPETUSAN Rektor

IAIN Salatiga tentang

“Pengangkatan Pengurus Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

GUDEP Kota Salatiga 02.237-

02.238 IAIN Salatiga”

17 Maret 2015 Dewan Racana 4

13 Gladi Tangguh Brigsus ke-10

(GTB X) Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi IAIN Salatiga

11-12 April 2015 Peserta 3

14 SURAT KEPUTUSAN

Komandan Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga tentang

“Penetapan Penjurusan Panter”

27 April 2015 Reka Pertolongan

Pertama

4

15 PIAGAM PENGHARGAAN Juri

Lomba Halang Rintang kegiatan

Boy Scout Jamboree(BOSJAM)

16-17 Mei 2015 Juri 3

16 Latihan Gabungan (LATGAB)

Perguruan Tinggi ke-10 Se-Jawa

dan sekitarnya.

9-11 Mei 2015 Peserta 3

17 Pelatihan Spesialisasi Restoring

Family Link (RFL) PMI Provinsi

Jawa Tengah

25-30 Mei 2015 Peserta 4

18 Amalan Ramadhan Racana Ke-

17(ARR XVII) Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi IAIN

Salatiga

5 Juli 2015 Peserta 2

19 SURAT KEPUTUSAN Kepala

Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Assalafi Tentang “Penugasan

Pelatih Ekstrakurikuler Pramuka”

16 Juli 2015 Pembina/Pelatih

Ekstrakurikuler

Pramuka

7

20 SURAT KEPUTUSAN Rektor

IAIN Salatiga Tentang “Panitia

Penyelenggara Kegiatan Orientasi

Pengenalan Akademik Dan

Kemahasiswaan IAIN Salatiga”

27 Juli 2015 Panitia 3

21 Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega (PLCPP) XXV

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

25-27 September

2015

Panitia 3

22 Gladhi Wira Brigsus Ke-22

(GWB XXII) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

24-27 Oktober 2015 Panitia 3

23 SURAT KEPUTUSAN

Komandan Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga tentang

“Penetapan Satuan Tugas GWB

XXII”

16 November 2015 Panitia 3

24 PIAGAM PENGHARGAAN

Jelajah Rute Juang Yudha Prawira

Kuswa Kwartir Daerah Gerakan

Pramuka Jawa Tengah

7-10 November 2015 Peserta 2

25 PIAGAM PENGHARGAAN

Kwartir Daerah Gerakan Pramuka

Jawa Tengah kegiatan

Perkemahan Bakti Satuan Karya

Kalpataru II Kwartir Daerah

Gerakan Pramuka Jawa Tengah.

26-29 November

2015

Peserta 2

26 Pembrivetan dan Pelantikan ke-22

(VETTIK XXII) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

28-29 November

2015

Panitia 3

27 SURAT KEPUTUSAN

Komandan Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga tentang

“Penetapan Satuan Tugas

VETTIK XXII”

24 November 2015 Panitia 3

28 IJAZAH Kursus Pembina

Pramuka Mahir Tingkat Dasar

Kwartir Cabang Kota Salatiga

21-26 November

2015

Peserta 4

29 Gladi Tangguh Brigsus ke-11

(GTB XI) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

13-14 Februari 2016 Panitia 3

30 SURAT KEPETUSAN Rektor

IAIN Salatiga tentang

“Pengangkatan Pengurus Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

GUDEP Kota Salatiga 02.237-

14 Maret 2016 Dewan Racana 4

02.238 IAIN Salatiga”

31 SURAT KEPUTUSAN

Komandan Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga tentang

“Penetapan Satuan Tugas GTB

XI”

9 April 2016 Panitia 3

32 Gladian Pimpinan Pandega (GPP)

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

22-23 April 2016 Peserta 3

33 Pelatihan Pengelolaan Dewan

Kerja IX Kwartir Daerah Gerakan

Pramuka Jawa Tengah

27 April-1 Mei 2016 Peserta 4

34 PIAGAM PENGHARGAAN

Perkemahan Wirakarya XIII

Perguruan Tinggi Keagamaan

(PTK) Se-Indonesia

16-22 Mei 2016 Peserta 8

35 PIAGAM PENGHARGAAN

Kwartir Daerah Gerakan Pramuka

Jawa Tengah kegiatan

Perkemahan Bakti Pandega

Kwartir Daerah Gerakan Pramuka

Jawa Tengah

26-29 Mei 2016 Pimpinan

Kontingen

Cabang Kota

Salatiga

5

36 Amalan Ramadhan Racana

(ARR) Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi IAIN Salatiga

23-26 Juni 2016 Panitia 3

37 SURAT KEPUTUSAN Ketua

Kwartir Cabang Gerakan

Pramuka Kota Salatiga Tentang

“Susunan Pengurus Dewan Kerja

Pramuka Penegak dan Pandega

Kwartir Cabang Kota Salatiga

Masa Bakti 2016-2020”

14 Juli 2016 Sekretaris 1

Dewan Kerja

Cabang

4

38 SURAT KEPUTUSAN Kepala

Madrasah Tsaniwayah (MTs)

Assalafi tentang “Penugasan

Pelatih Ekstrakurikuler Pramuka”

16 Juli 2016 Pembina/Pelatih

Ekstrakurikuler

Pramuka

7

39 IJAZAH Kursus Pembina Mahir

Tingkat Lanjut (KML) Golongan

Penegak Kwartir Cabang Kota

Salatiga

6-11 September 2016 Peserta 4

40 PIAGAM PENGHARGAAN

Seminar Tertib Lalu Lintas Dan

Pelatihan Safety Riding Kepada

Anggota Pramuka Tingkat

Perguruan Tinggi Se-Jawa dan

Madura

16 September 2016 Panitia 6

41 Latihan Gabungan (LATGAB)

Perguruan Tinggi ke-11 Se-Jawa

dan Madura

16-18 September

2016

Panitia 4

42 Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega (PLCPP)

XXVI Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi IAIN Salatiga

30 September -2

Oktober 2016

Panitia 3

43 Pembekalan Pamong Satuan

Karya Pramuka Bhayangkara

Kepolisian Daerah Jawa Tengah

12 Oktober 2016 Peserta 2

44 Gladhi Wira Brigsus Ke-23

(GWB XXIII) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

28-31 Oktober 2016 Panitia 3

45 Pembrivetan dan Pelantikan

(VETTIK XXIII) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

12-13 November

2016

Panitia 3

46 Konservasi Alam tema

“Konservasi Alam Sebagai

Investasi Lingkungan Bersih

Dimasa Depan “Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga”

27 November 2016 Peserta 2

47 Gladi Tangguh Brigsus ke-12

(GTB XII) Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

18-19 Februari 2017 Penanggungjawab 3

48 SURAT KEPETUSAN Rektor

IAIN Salatiga tentang

“Pengangkatan Pengurus Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

GUDEP Kota Salatiga 02.237-

02.238 IAIN Salatiga”

27 Februari 2017 Ketua Dewan

Racana 02.237

4

49 SURAT KEPUTUSAN

Komandan Brigade Khusus

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga tentang

“Penetapan Satuan Tugas GTB

XII”

5 April 2017 Penanggungjawab 3

50 Gladian Pimpinan Pandega (GPP)

Racana Kusuma Dilaga-Woro

Srikandhi IAIN Salatiga

8-9 April 2017 Penanggungjawab 3

51 Konservasi Alam Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi

22 April 2017 Penanggungjawab 3

52 Latihan Gabungan (LATGAB)

Perguruan Tinggi ke-12 Se-Jawa,

Madura dan NTB

13-15 Mei 2017 Panitia 6

53 Amalan Ramadhan Racana

(ARR) Racana Kusuma Dilaga-

Woro Srikandhi IAIN Salatiga

1-4 Juni 2017 Penanggungjawab 2

54 Latihan Dasar Kepimimpinan

(LDK) tingkat Kota Salatiga

24-26 Agustus 2017 Pendamping

Kegiatan

3

55 Gladian Pimpinan Regu

(DIANPINRU) Gudep SMP N 8

Salatiga

29-31 Agustus 2017 Pendamping

Kegiatan

3

56 Karnaval Peringatan Hari

Kemerdekaan RI Tingkat Kota

Salatiga yang Ke-72

3 September 2017 Pendamping

Kegiatan

3

57 Peringatan Hari Besar Islam 2 September 2017 Pendamping 3

(PHBI) Idul Adha1438 H Kegiatan

58 Kemah Bakti Pelantikan Anggota

Gudep 04.126-127

7-9 September 2017 Pendamping

Kegiatan

3

59 Pendidikan Tamu Racana

(DIKTARA) Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi IAIN

Salatiga

21-25 September

2017

Penanggungjawab 3

60 Gladi Wira Brigsus Ke-24 (GWB

XXIV) Brigade Khusus Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

IAIN Salatiga

27-30 Oktober 2017 Penanggungjawab 3