analisis nilai religius dalam novel api tauhid karya
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL API TAUHIDKARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Skripsi guna MemperolehGelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Lestariwati10533701512
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Telp. 866772
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : LestariwatiNim : 10533 701512Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Analisis Nilai Religius pada Novel Api Tauhid Karya
Hbibburrahman El Shirazy
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil jiplakan/ciptaan orang
lain atau tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juli 2016
Yang membuat pernyataan
Lestariwati
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Telp. 866772
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : LestariwatiNim : 10533 701512Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apa bila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Juli 2016
Yang membuat perjanjian
Lestariwati
vi
MOTO
Tiap jejak adalah kenangan terabadikn lewat goresan,
terkadang banyak tantangan dan rintangan tapi kujadikan
setingan dalam sebuah permainan agar tak terkesan tidak
menyenangkan, untuk mencapai harapan dan cita-cita,
kesabaran harus tertanam dalam hati karena sabar itu selalu
manis buahnya.
Kupersembahkan untuk yang tersayang Almarhum Ibu Nisfahun,
Bapak Sulaiman, Kakak Muslimah, Nenek dan Kakek ku yang selalu
Menyuntik nyawa baru untuk bangkit melawan kerasnya kehidupan
dirantauwan, dan yang terutama rasa syukurku kepada pemilik
seluruh alam dan seisinya Allah Swt. berkat rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan kuliah. Semoga rahmat dan hidayah-
Nya selalu menyertai kami sekeluarga dan seluruh umat manusia
Amin…
vii
ABSTRAK
Lestariwati, 2016. Analisis Nilai Religius dalam Novel Api Tauhid KaryaHabiburrahman El-Shirazy. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I Syafruddin dan pembimbing II Aliem Bahri
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran nilai-nilaireligius yang terdapat dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggali nilai-nilai religiusislam yang terkandung dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy.
Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah metode deskriptifyaitu, data primer yang merupakan data pokok atau data sekunder yangmerupakan data pendukung analisis data primer. Data penelitian dapat diperolehdengan cara membaca atau memahami isi cerita dari novel tersebut. Kemudianmenandai bagian-bagian yang memiliki nilai religius yang menjadi bahan kajianskripsi. Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisis dengan jalanmengidentifikasi data berdasarkan butir masalah dan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga klasifikasi nilai religiusdalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy yaitu nilai tauhid, nilaiibadah, nilai akhlak.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat disimpulkanbahwa dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy. Sarat akannilai religius (Islam). Novel tersebut mengajarkan pentingnya mengesakan AllahSwt, mengagumi kekuasaan Allah, penyerahan diri kepada Allah, mengerjakanshalat, zikir kepada Allah, berdoa kepada Allah, nikah, berbakti kepada orang tua,sabar, tolong-menolong, syukur, bersedekah, berbaik sangka pada orang lain, danmemberi salam. Saran dari peneliti ini adalah agar mahasiswa atau peminat sastradapat mengagkat atau meneliti aspek sosisal yang lain yang menunjang novel ini.
Kata kunci: Analisis nilai religius, novel api tauhid
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, sembah sujud penulis curahkan kepada Tuhan yang
mengatur segala apa yang ada di langit dan di bumi. Atas raga, atas jiwa, atas
indra dan segala karunia dan nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis,
sehingga skripsi yang berjudul ”Analisis Nilai Religius pada Novel Api Tauhid
Karya Habiburrahman El-Shirazy” bisa terselesaikan dalam bentuk yang
sederhana, untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat serta salam, akan
tetap tercurah untuk baginda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam beserta
keluarga dan sahabat beliau, dan kepada kaum muslimin yang senantiasa
memperjuangkan risalah-Nya. Terima kasih ya Nabi, atas risalah yang kau
wariskan pada kami. Terima kasih ya Rasul atas jerih payahmu untuk menyinari
kegelapan dunia ini, atas segala darah dan peluhmu yang tertumpah demi
menyelamatkan kami.
Sejak awal hingga akhir penyususan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari
berbagai rintangan maupun hambatan. Namun, berkat rahmat dan karunia Allah
semua rintangan dapat diatasi. Penulis sadar bahwa keberhasilan penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari motivasi dan arahan dari pembimbing. Oleh karena
itu, penulis patut mengucapkan terimakasih kepada Dr. Syafruddin, M.Pd.
ix
sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau
untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan
Aliem Bahri S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II yang senantiasa ikhlas dalam
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Dr. Andi Syukri Syamsuri, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M.Pd., selaku
ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh dosen dan
para sttaf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar yang terlah membekali penulis dengan
serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua
orang tua. Ayahanda Sulaiman dan ibunda Nisfahun atas doa dan tetesan keringat
serta air mata untuk menyekolahkan ananda, semoga Allah memuliakan ayahanda
dan ibunda. Ucapan terimakasih kepada kakanda Muslimah, Nurbiah, Muliati,
Nisfallah, serta kepada adik-adik saya Rifki, Inayah, Rahmi, Sri Wahyuni,
Faridah, atas dorongan dan motivasi serta bantuan materi selama penulis kuliah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh untuk
dikatakan sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
x
Akhir kalimat, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi personalitas dan pembaca pada umumnya. Juga sebagai acuan
untuk menjadi bahan perbandingan dengan karya ilmiah lainnya.
Makassar, Juli 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
SURAT PERJANJIAN ................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN.............................................................................. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka........................................................................... 6
B. Kerangka Pikir .............................................................................. 20
.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Fokus Desain Penelitian ................................................................ 22
B. Batasan Istilah ............................................................................... 23
C. Data dan Sumber Data ................................................................... 24
xii
D. Teknik Pengumpualan Data ........................................................... 24
E. Teknik Analisis Data...................................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Analisis Data ................................................................. 26
B. Pembahasan.................................................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 53
B. Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Biografi Singkat Habibirrahman El-Shirazy ............................ 58
Lampiran 2: Sinopsis Novel “Api Tauhid”................................................... 60
Lampiran 3: Riwayat Hidup Penulis ............................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sastra adalah hasil karya manusia yang mengungkapkan pengalaman
melalui bahasa yang mengesankan. Karya sastra memberikan manfaat yang
besar bagi kehidupan karena dengan membaca karya sastra pengetahuan yang
dimiliki seseorang akan lebih hidup dan berdaya guna, serta rohani kan lebih
kaya.
Menurut Djojosantoso, (1986: 3) karya sastra adalah karya kreatif yang
mempermasalahkan manusia dan kemanusiaan, yang bersandarkan kebenaran
akan menggugah nurani dan memberikan kemungkinan pertimbangan baru
pada diri pembacanya. Seiring dengan itu, iya juga menyatakan bahwa ada tiga
wilayah kehidupan agama, sosial, dan nilai individual. Oleh karena itu, karya
sastra dapat berfungsi sebagai alat untuk meneguhkan dan mengukuhkan
suasana batin pembaca. Menurut Rene Wellek (1956: 3) sastra dalah suatu
kegiatan kreatif sebuah karaya sastra sedangkan studi sastra adalah cabang
ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraiaan di atas, dapat dipahami bahwa sastra lahir dan
diharapkan memberikan nilai-nilai hidup kepada masyarakat pembaca. Nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam karya sastra dapat dijadikan oleh manusia
sebagai alat untuk memberikan tuntutan dalam kehidupan dan sebagai pola
perubahan kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik.
2
Wellek dan Austin (1990: 109) menyatakan bahwa sastra adalah intuisi
sosial yang memakai medium bahasa yang bersifat sosial karena merupan
kovensi norma masyarakat. Sastra menyajikan kehidupan sebagian besar atas
kenyataan sosial walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia
subjektivitas manusia.
Melihat bertapa berartinya keberadaan sebuah karya sastra sebagaimana
dikemukakan Wellek dan Austri di atas maka penumbuh kembangan sastra
menjadi hal yang sangat perlu, terutama di tengah-tengah kehidupan moderen.
Kemajuan ilmu teknologi dewasa ini, telah banyak melahirkan perubahan yang
mendasar dalam kehidupan manusia baik dalam perubahan pola pikir manusia
maupun tingkah laku manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri walaupun
kemajuan itu dapat melahirkan sisi negatif yang tampa disadari kadang dapat
menjatuhkan derajat kemanusiaan di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Karya sastra yang baik adalah karaya sastra yang selalu memberikan
pesan kepada pembaca untuk berbuat yang lebih baik atau yang sesuai dengan
ajaran agama. Sastra sebagai media dakwah akan dapat tercapai jika di
dalamnya mengandung suatu kebenaran, sehingga sastra itu dapat dipengaruhi
dan memengaruhi suatu masyarakat. Karya sastra yang baik selalu mengajak
pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma agama. Dengan demikian
sastra dianggap sebagai sarana pendidikan agama (religi).
Kehadiran sastra yang bernilai religus ini mecirikan keadaan atau latar
belakang kehidupan masyarakat pada saat ditulis. Latar belakang ini diperlukan
agar dapat diketahui apakah karya sastara itu mempunyai landasan yang kokoh
3
atau tidak. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka perlu dipahami : 1)
motif dalam kesustraan yakni pencarian identitas sastrawan dan 2) motif di luar
kesustraan yaitu pengaruh pengalaman antara golongan-golongan dalam
masyarakat.
Penulis tertarik untuk mengan
alisis salah satu novel religius yang dihasilkan oleh sastrawan indonesia.
Novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy dengan nilai agama
(religius) yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di
era globalisasi sekarang ini sangat diperlukan sebuah karya fiksi berupa novel
atau roman yang memiliki nilai religius sebagai pembangun iman.
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Rismayanti (2011) Anakisis Nilai
Religius dalam Novel Jemput Aku di Pintu Surga. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa novel ini sarat akan nilai religius (islam) novel tersebut
mampu menggetarkan hati dan mampu membuat seseorang berjiwa sabar dan
ikhlas yang diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu, akhlak dan ibadah, nilai
akhlak mengigatkan dalam hal kebaikan dengan menolak ajaran nonmuslim
dengan ujaran yang santun, tawadhu atau rendah diri, sabar dalam menghadapi
cobaan, member maaf, mengucap salam apabila masuk ke rumah orang atau
bertemu dengan sesama muslim, menjawab salam yang diucapkan orang lain
dan bersyukur, nilai ibadah membahas tentang tobat, solat, berwudhu, berdoa
dan ijab kabul.
Novel adalah penuangan pikiran perasaan dan gagasan pengarang yang
merespon kehidupan disekitarnya. Ketika di dalam kehihupan muncul
4
permasalah baru, murni penulis akan terpanggil untuk menciptakan cerita.
Melihat perkembangan novel kirannya masih dapat diyakini bahwa perannya
tidak akan surut, tetapi justru sebaliknya novel semakin berulang dekat dengan
masyarakat.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas penulis mencoba
memahami karya sastra dengan menganalisis novel Api Tauhid dari aspek
intrinsik (tema, plot, tokoh, latar/setting, sudut pandang dan amanah) dengan
pendekatan nilai religius. Selain itu menurut pengetahuan penulis novel
tersebut belum pernah dianalisis sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakaan di atas, maka untuk
memberi arah dan kejelasan penulis ini perlu di rumuskan suatu masalah yang
mendapatkan penekanan untuk dikaji dan dibahas. Adapun rumusan yang
dimaksud adalah, “Bagaimanakah gambaran nilai-nilai religius dari segi tauhid,
ibadah dan akhlak yang terdapat dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman
El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian adalah mendeskripsikan nilai religius dari segi tauhid, ibadah
dan akhlak yang terdapat dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-
Shirazy.
5
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil pengkajian yang diperoleh berdasarkan tujuan penulisan ini,
maka diharapkan dapat :
1. Dijadikan sebagai rujukan/referensi kepada pembaca tentang teori-teori
pengkajian kaya sastra.
2. Dijadikan sebagai rujukan/referensi kepada pembaca di dalam
menggunakan teori dan pendekatan religius dalam memahami hakikat
karya sastra.
3. Dijadikan sebagai motifasi di dalam melakukan penelitian-penelitian
seperti masa depan.
4. Dijadikan sebagai bahan perbandingan di dalam mengkaji persoalan-
persoalan karya sastra.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang baik dan berhasil adalah bergantung pada teori yang
mendasarinya. Teori merupakan landasan suatu penelitian. Karena itu, teori
dalam penelitian ini tersebar dari berbagai pustaka yang erat kaitannya dengan
masalah yang dibahas untuk menjunjung pelaksanaan penggarapan ini. Teori
yang dipandang bernilai praktis sebagai pohon penunjang dalam pelahsanaan
penelitian ini adalah yang berhubunga dengan sastra.
1. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa latin noveluleos yang dituturkan pula dari
kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru, karena dibandingkan dengan
jenis-jenis sastra lainya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini
muncul kemudian. Sebuah novel pada dasarnaya sebuah cerita atau laporan
mengenai kajian atau pengalaman (Ibrahim, 1987: 188). Dengan kata lain
novel adalah cerita yang menggambarkan sebagian dari kehidupan seseorang
atau beberapa orang yang mempunyai arti yang sangat penting.
Pada dasarnya kelahiran sebuah novel adalah reaksi terhadap suatu
keadaan. Oleh karena itu, menganalisis sebuah novel harus selalu berangkat
dari latar belakang manusia yang digambarkan dalam novel tersebut. Sebab
sebuah novel adalah penggambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa
tokoh yang hidup disuatu masa, disuatu tempat. Secara sisiologis manusia dan
peristiwa dalam novel adalah petualangan realitas yang dicerminkan oleh
7
pengarang dari suatu keadaan tertentu dalam suatu masyarakat. Novel juga
terkadang memberikan kritik terhadap suatu masyarakat yang biasanya
merupakan pengalaman yang dialami langsung oleh pengarang.
Menurut Jasin (1991: 64-65), novel adalah suatu karya prosa yang
bersifat cerita yang menceritakan kejadian atau suatu pertikaiaan yang
mengalihkan arah nasip mereka. Wujud novel berupa konsentrasi, pemusatan
dan pemfokusan kehidupan dalam suatu krisis yang menentu.
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang
berisi model kehidupan ideal yang dibangun melalui berbagai unsur. Novel
juga dapat memberikan ide atau wawasan yang lebih luas dari pada sekedar
fakata yang bersifat pengetahuan. Dari novel manusia mungkin akan
mendapatkan nilai-nilai dari suatu yang di luar perhatian manusia. Nilai-nilai
yang dimaksud adalah presepsi dan beberapa pengertian yang diperoleh
pembaca lewat sastra seperti nilai-nilai pendidikan, religius, budaya, sosial dan
filsafat.
Dari tahun ketahun, novel indonesia mengalami perkembangan pesat.
Secara sederhana, novel dibagi menjadi dua jenis, novel serius dan novel
hiburan atau populer. Sumardjo dan Sani (1996: 31), melihat perbedaan kedua
jenis tersebut dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Novel Serius
1) Dibaca untuk penyempurnaan diri
2) Berfungsi sosial, membuat orang lain lebih tahu dan memahami
kehidupan semua manusia
8
3) Bisa dibaca berkali-kali, yang berakibat bahwa orang-orang harus
melihatnya sendiri, menyimpan dan diabadikan
4) Isinya dapat menantang sikap hidup dan kepercayaan pembaca
5) Jenis novel ini semua novel baik
6) Diperhatikan oleh para kritikus dan biasanya direkomendasikan oleh
mereka untuk dibaca oleh masyarakat.
b. Novel Hiburan
1) Dibaca untuk hiburan semata
2) Berfungsi personal untuk hiburan sendiri saja
3) Dibaca sekali saja (novel sekali dibaca, atau throw away novelis)
4) Isinya hanya menyatakan semu atau fantasi pengarangnya saja
5) Jenisnya bermacam-macam dan menurut tipenya, seperti:
(1) Novel detektif
(2) Novel pencinta sentimental
(3) Novel misteri
(4) Novel ghotik (setan-setan)
(5) Novel kriminal
(6) Novel science fiction
2. Unsur yang Membangun Novel
Untuk mengkaji karya sastra dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan
intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah pendekatan yang
menyelidiki unsur-unsur karya sastra yang membangun dari dalam seperti
tema, alur, penokohan, tokoh dan pusat pengisahan. Sedangkan pendekatan
9
ekstrinsik adalah usaha menafsirkan seni sastra dalam hubungannya dengan
lingkungan sosial. Pendekatan ekstrinsik juga berusaha mencari hubungan
dengan ilmu-ilmu lain seperti filsafat, sosial, politik, pendidikan, budaya, dan
agama untuk membedah sebuah karya sastra berupa novel.
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sasatra dari dalam,
yang termasuk unsur intrinsik adalah tema, alur, tokoh, penokohan,
latar/setting, sudut pandang dan amanah.
a) Tema
Tema merupakan pokok pembicaraan yang mendasari cerita.
Nurgiyantoro (2002: 70) menyebutkan bahwa tema adalah dasar cerita atau
gagasan dasar umum sebuah karya prosa. Gagasan dasar umum ini, tetunya
telah ditetapkan sebelumnya oleh pengarang untuk pengembangan cerita. Oleh
sebab itu, ceritanya akan mengikuti gagasa dasar umum yang telah ditetapakan
sebelumnya atau dengan kata lain cerita akan mengikuti tema. Tema bersifat
menjiwai keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu
dalam cerita.
Tema sebagai salah satu unsur fiksi sangat berkaitan erat dengan unsur-
unsur yang alainnya tersebut, tema membentuk satu-kesatuan yang paling
berkaitan untuk membangun sebuah cerita. Oleh sebab itu, tampa unsur lainnya
tema tidak dapat membangun karya fiksi.
10
b) Plot (alur)
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2002: 113) bahwa plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan
terjadinya peristiwa yang lain. Plot juga disebut jalan cerita. Plot merupakan
unsur yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Kegiatan memplotan
merupakan kegiatan memilih peristiwa yang akan diceritakan dan kegiatan
menata peristiwa-peristiwa tersebut kedalam sruktur alinea karya fiksi.
Plot mengandung suspence, yaitu rasa ingin tahu pembaca. Kejadian-
kejadian yang mengandung konflik yang menarik dan mencekam di tampilkan
secara tidak sekaligus sehinga mendorong rasa ingin tahu pembaca. Unsur-
unsur dalam plot meliputi: peristiwa, konflik dan klimaks.
1) Peristiwa
Rosma, (dalam Nurgiyantoro, 2002: 177) mengartikan peristiwa sebagai
peralihan dari suatu keadaan dari keadaan lain.
2) Konflik
Konflik menyoroti pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak
menyenangkan yang terjadi dialami oleh tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu
yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang
dan meyiratkan adanya aksi dan aksi balasan Wellek dan Warren (dalam
Nurgiyantoro, 2002: 122).
11
c) Tokoh dan penokohan
Tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis penamaan
berdasarkan dari sudut nama penamaan itu dilakukan. Tokoh utama atau
protogonis adalah tokohyang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh kedua atau
antagonis adalah tokoh atau pelaku yang menyambungi atau yang
membanyang-banyangi bahkan menjadi musuh tokoh utama. Tokoh protogonis
secara langsung atau tidak alangsung bersifat fisik atau batin. Pada dasarnya,
setiap tokoh dalam karya sastra hadir untuk memperjelas keberadaan tokoh lain
dengan karakter yang berbeda-beda.
Penokohan yang ditemukan dalam karya cerita fiksi adalah pelaku
imajinatif, pelaku yang ada dalam benak pengarang. Pelaku imajinatif itu tidak
akan dijumpai sekalipun dicari di seluruh dunia. Jadi, penokohan atau karakter
adalah pengembangan watak yang meliputi pandangan, pelaku, keyakinan, dan
kebiasaan yang dimiliki para tokoh yang mempunyai tempat tersendiri dalam
suatu karya sastra.
d) Latar/setting
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya
suatu kejadian. Menurut Suroto (1989: 94), latar adalah penggambaran situasi,
tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa latar adalah
segala mengenai waktu dan ruang (tempat), dan suasana terjadinya peristiwa.
12
e) Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang menurut Abrama (dalam Nurgiyantoro, 1998: 142),
bahwa menyarankan pada sebuah cerita dikisahkan, ia merupakan cara atau
pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Demikian sudut pandang, adalah cara pengarang menampilkan pelaku
dalam cerita termasuk diri pengarang itu sendiri. Sudut pandang cerita itu,
menyatakan bagaimana pengisah (pengarang) dalam sebuah cerita. Apakah ia
mengambil seluruh bagian langsung dalam seluruh peristiwa atau sebagai
pengamat terhadap objek dari seluruh tindakan-tindakan dalam cerita itu.
Pengarang dapat bertindak sebagai tokoh utama yaitu mengisahkan adegan
menggunakan kata ganti orang pertama (Aku, kami). Pengarang dapat juga
sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti kedua (Kau, kamu).
f) Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang
ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Menurut Esten
(1982: 92), amanah merupakan hasil akhir dari pemecahan berbagai persoaalan
yang terkadang dalam tema sentaral. Amanah ada kalanya diungkapkan secara
implisit merupakan sesuatu yang kuarang jelas atau kabur. Adanya kekaburan
memungkinkan mengandung makna ganda. Dengan demikian pesan itu akan
berbeda atau sama lainnya sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki
setiap orang dalam menghayati setiap persoalan.
13
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mengandung karya sastra dari luar.
Yang termasuk dalam unsur ekstrinsik adalah psikologi, sosial, budaya,
filsafat lingkungan dan agama.
Unsur ekstrinsik dalam penelitian ini dilakukan pada unsur agama atau
religiulitas karena penulis merasa bahwa setiap pengarang tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh unsur ekstrinsik dalam membuat suatu karya
sastra begitu juga dalam novel Api tauhid karya Habiburrahman El-Siraji.
3. Pengertian nilai
Menurut Alwi (1990: 169) nilai adalah suatu karya sastra yang tinggi
nilainya, sifat-sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan.
Sementara itu, Daroesi (1985: 20) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu
penghargaan atau kualitas terhadap suatu atau hal, yang dapat dasar penentu
tingkah laku seseorang, karena sesuatu atau hal itu menyenangkan,
memuaskan, menarik, berguna, menguntungkn atau merupakan suatu system
keyakianan. Sedangkan, menurut Poerwadarmanita (1992: 65) nilai adalah
banyak sedikitnya mutu, atau sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan
dianggap penting dan berguna bagi kemanusiaan. Nilai tidak dapat disentuh
atau ditankap oleh panca indra sehingga disebut pula realita abstrak. Nilai
hanya dapat dirasakan dalam diri masing-masing sebagai daya pendorong atau
prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup.
14
Kebudayaan dan masyarakat itu sendiri merupakan nilai yang tidak
terhingga bagi orang yang memilikinya. Nilai agama yang terdiri dari konsep-
konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat,
mengenal hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Sebagaiman bentuk karya sastra yang lain, novel tentu saja mengandung
sejumlah nilai. Nilai pendidikan, sosial, keagamaan dan sejumlah nilai lainnya
senantiasa diterima dalam karya sastra prosa ini. Demikian pula dalam novel
Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy ini terdapat nilai pendidikan dan
agama.
Namun pada penulisan ini penulis hanya memfokuskan pembatasan
terhadap analisis nilai religius.
Adanya nilai-niai yang merupakan rangsangan (stimulus) diterima oleh
pancaindra, menimbulkan suatu proses dalam diri individu yang dapat berupa
suatu kebutuhan, motif, perasaan, perhatian, dan pengambilan keputusan.
Perbuatan susila adalah merupakan wujud dari norma moral, dan norma moral
merupakan ungkapan dari nilai etis. Karena itulah nilai etis menjadi pedoman
tingkah laku dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Nilai etis
bersifat normatif dan tingkah laku perbuatan manusia mengarah kepadanya.
4. Religius
Tamrin (1996: 16) menyatakan bahwa religus berarti perasaan
keagamaan. Yang dimaksud dengan perasaan keagamaan ialah segala perasaan
batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, perasaan dosa, perasaan takut
kebesaran Tuhan, adalah contoh mengenai perasaan keagamaan.
15
Menurut Mangunwidjaya (1988: 12) bahwa religus sastra adalah
seperangkat hidup atau penulis sastra yang akhirnya terefleksi dalam karyanya.
Religus atau religiusitas lebih melihat aspek-aspek yang di dalam lubuk hati,
riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan
intimitas (keakraban) jiwa yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk
rasio dan rasa manusiawi) pribadi manusia.
Seseorang manusia yang religius dapat diartikan; manusia yang berhati
nurani, serius, saleh, teliti dalam mempertimbangkan, dan sebagainya. Jadi,
belum dapat disebutkan ia menganut agama apa. Orang yang beragama banyak
yang religus, yang seharusnya memang demikian paling tidak diandalakan
seorang agamanya sepantasnya sekaligus homo religius juga.
a. Tauhid
Tauhid adalah meyakini keEsaan Allah dalam rububiyah, ikhlas
beribadah kepada-Nya, serta menetapaka bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-
Nya. (Syaikah Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, 2014: 19)
Artinya :
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia
akan memberi hidayah kepadaku".( Q.S Az Zukhruf Ayat 26-27)
16
Sebagai konsekuensinya, maka hanya Tuhanlah yang wajib disembah
dan memohon petunjuk dan pertolongan-Nya serta harus ditakuti (Tauhid
ulihiyyah), bahwa tuhan itu zat yang luhur dari segala-galanya, hakim yang
maha tinggi, yang tiada terbatas, yang kekal, yang tidak berubah-ubah yang
tiada kesamaannya sedikitpun di alam ini. Sumber segala kebenaran dan
kebaikan yang maha adil dan suci. Tuhan itu bernama Allah Swt.
b. Ibadah
Menurut Madjid (2010: 21) kata ibadah berasal dari kata abdan yang
biasa diartikan antara lain dengan mengabdi, tunduk, taat, merendah diri, dan
sebagainya. Secara umum ibadah merupakan bukti manusia kepada Allah Swt,
karena didorong dan dibagkitkan oleh kaidah tauhid, sedangkan secara khusus
ibadah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah ada yang umum dan ada
yang khusus : yang umum adalah segala amal yang dibolehkan atau diizinkan
akan rinci-rinciannya, tingkat dan cirri-ciri tertentu. Sedangkan ibadah khusus
adalah perbuatan atau amalan yang telah ditetapakan Allah rinci-rincian tingkat
dan ciri-ciri tertentu.
Ibadah merupakan semua perilaku dalam aspek kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan Allah Swt. Yang dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapatkan Ridho Allah Swt, secara khusus, ibadah adalah prilaku yang
dilalukan atas perintah Allah Swt, dan dicontohkan oleh Rasurullah Saw.
Seperti salat, puasa, zakat, dan sebagaianya. Semua perbuatan itu secara
psikologi merupakan kondisi yang bersifat kejiwaan maupun lahir yang dapat
17
memberikan corak kepada semua perilaku lainya, bahkan akan dapat
menghindari perbuatan yang tidak terpuji baik terhadap diri sendiri,
masyarakat, maupun lingkungan.
c. Akhlak
Menurut Gofur (2010) Akhlak berasal dari bahasa arab jama dari
khuluqun yang menurut Lughat diartikan adat kebiasaan, perangkat, tabiaat,
watak, adab, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan khalaqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhuk berarti yang diciptakan dari
sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khaliq
dan antara makhluk dengan makhluk. Dari pengertian ini, akhlak buakan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara
sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur sesama manusia dengan
Tuhan bahkan dengan alam semesta sekalipun.
Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Amaran, 2002: 2) bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tampa memerlukan pemikiran, dan
pertimbangan. Akhlak adalah sebuah perantara perilaku seseorang atau
sekelompok orang yang tersusun dari suatu system nilai atau norma yang
diambil dari gejala-gejala alamiah masyarakat (Emang, 2011: 98).
Selain itu adapun pengertian yang hampir sama di atas oleh Aminuddin
(2005: 152) mengemukakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
18
dalam jiwa yang dari padanya yang timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tamapa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Keempat definisi di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau khuluk
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul
secara spontan bilamana diperluakan, tampa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Oleh karena itu, maksud pembuatan manusia dilahirkan dengan mudah
tampa dipikirkan lagi bukan berarti bahwa pembuatan manusia tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki jadi, pembuatan
manusia dilakukam itu benar-benar sudah merupakan Azimah yaitu kemauaan
yang kuat tentang perbuatan. Jelas sekali bahwa perbuatan manusia itu
memang sengaja dikehendaki apa adanya. Simpulan bahwa akhlak itu muncul
melalui getaran jiwa seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan
kesehariannya. Orang yang mempunyai akhlak yang baik senantiasa takut
kepada Allah Swt., sehingga dalam melakukan sesuatu selalu berdasarkan
kepada Al-Qura’an dan hadis yamg mulia.
5. Religiusitas dalam Karya Sastra
Kajian tentang religiulitas dalam kesustraan sebenarnya telah banyak
dilakukan, tetapi kajian itu sering keliru dalam memformulasikan pengertian
religiusitas. Kekeliruaan yang paling mendasar adalah bahwa religiulitas sering
dianggap sebagai respresentasi sikap yang menentang agama, padahal
religiusitas sangat koheren dengan agama. Keduanya sama-sama berorientasi
pada tindakan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
19
Karya sastra sebagai struktur yang kompleks, yang di dalamnya
menyoroti berbagai segi kehidupan termasuk masalah keagamaan layak kita
gali lebih dalam untuk diambil manfaatnya. Kehadiran sastra keagamaan
ditengah-tengah masyarakat pasti mempunyai latar belakang sendiri. Dan
mengetahui latar belakng ini adalah hal yang sangat perlu, Karena dari salah
kita melihat apakah gendre sastra religusitas itu bersifat sementara ataukah
menetap, yaitu mempunyai landasan yang kuat hingga dapat bertahan untuk
selamanya.
Sebelum digali lebih dalam, terlebih dahulu harus diketahui kriteria
religius dalam karia sastra. Secara garis besar kriteria-kriteria religius dalam
karya sastra khususnya dalam novel, menurut Atmosuwito (1987: 123-124)
adalah berisi hal-hal berikut:
a. Penyeragan diri, tenduk dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kehidupan yang penuh kemuliaan.
c. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan.
d. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan rasa berdo’a.
e. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan rasa takut.
f. Pengakuan akan kebesaran Tuhan.
Selain itu ada juga kriteria religiusitas sastra sebagaimana yang
diungkapkan oleh Saridjo (dalam Jassin 1974: 40), yaitu 1) karya sastra yang
melakukan konflik keagamaan, 2) karya sastra yang menitik beratkan kepada
hal-hal keagamaan sebagai pemecah sosial.
20
Unsur religius dalam karya fiksi bukan termasuk menambah pemeluk
agama, melainkan untuk memperdalam serta memper mudah hubungan
manusia dengan Tuhan melalui pernyataan-pernyataan yang dituangkan dalam
karya sastra itu. Tugas sebuah karya sastra buakanlah memberikan jawaban,
tetapi memberikan pernyataan sehingga pembaca karya itu mampu menemukan
jawaban sendiri.
B. Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan putaka, ada beberapa hal
yang jadikan acuan dalam penulisan ini dengan berdasarkan pada pembahasan
teoritis pada bagian sebelumnya.
Adapun landasan berpikir yang akan dijadikan pegangan acuan dalam
penelitian ini adalah sebagaimana yang diketahui bahwa satra lahir dari
kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat. Hal itu yang membangkitkan
imajinasi pengarang untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang dapat
mengungkapkan berbagai aspek kehidupan yang mengandung nilai.
Di dalam sebuah novel terdapat kata-kata mutiara, nasehat dan
penampilan masalah sosial serta percakapan tentang persoalan hidup, demikian
pula dengan novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazhy yang di
dalamnya sarat dengan nilai religius.
21
Bagan Kerangka Pikir
Novel ApiTauhid
Intrinsik Ekstrinsik
Religius
Tauhid Ibadah Akhlak
Temuan
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang
berhubungan dengan cara kerja memperoleh data sampai mendapatkan
kesimpulan. Dalam penelitian ini diterapakan penelitian pustaka yang besifat
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan religius. Hal yang akan
dibahas adalah nilai-nilai islam.
Metode dalam penelitian ini meliputi: variabel dan desain penelitian,
definisi operasional variabel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
A. Fokus dan Desain Penelitian
1. Fokus penelitian
Fokus penelitian diarahkan untuk memperjelas objek penelitian yang
bersifat kualitataif. Adapun fokus penelitian ini adalah religius dari segi tauhid,
ibadah dan akhlak yang terkandung dalam novel “Api Tauhid” karya
Habiburrahman El-Shirazy. Hal ini didasarkan pada judul penelitian, analisis
nilai-nliai religius dalam novel “Api Tauhid” karya Habiburrahman El-
Shirazy.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maksudnya penelitian
hanya menjelaskan atau mendeskripsikan mengenai nilai-nilai religius dalam
novel Api Tauhid. Langkah awal ialah mengumpulkan data. Data yang
terkumpul diolah secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.
23
B. Batasan Istilah
Setelah diidentifikasi dan diklasifikasi, maka istilah-istilah yang
digunakan perlu diberi batasan/definisi. Definisi ialah dimaksudkan untuk
membatasi didasarkan cakupan istilah yang dipakai berdasarkan judul
penelitian/kajian, (Marzuki, 2005: 17 ).
Mendefinisikan istilah dimaksudkan untuk menghindari penafsiran ganda
terhadap istilah-istilah yang penulis gunakan dalam penelitian. Maka akan
dijelaskan terlebih dahulu guna memperjelas sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Adapun istilah yang dimaksud sebagai berikut:
1. Nilai religius adalah nilai keagamaan yang menyangkut nilai tauhid,
ibadah, dan akhlak dalam novel Api Tauhid antara lain:
a. Nilai Tauhid
Nilai Tauhid adalah nilai yang membahas tentang keyakinan yang
dimiliki oleh mahluk ciptaan Tuhan (manusia) tentang keesaan Tuhan yang
menciptakannya.
b. Nilai Ibadah
Nilai ibadah adalah nilai yang membahas tentang ketaatan dan keputusan
dalam mengerjakan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala
laranganya, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama
manusia.
c. Nilai Akhlak
Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, menggerakkan seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan tanpa disadari.
24
2. Novel
Novel adalah bentuk karangan yang lebih pendek dari pada roman, tetapi
lebih panjang dari pada cerpen, novel menceritakan segala kehidupan yang luar
biasa dalam seluruh hidup seorang tokoh yang menimbulkan konflik yang
menjurus pada perubahan nasib seorang tokoh.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan kajian (analisis atau kesimpulan). Data yang
dimaksud menyangkut nilai-nilai religius yang terdapat dalam novel “Api
Tauhid” karya Habiburrahman El-Shirazhi.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh yang menjadi dasar
pengambilan atau tempat untuk memperoleh data yang diperlukan. Dengan
demikian sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Api
Tauhid” karya Habiburrahman El-Shirazy yang diterbitkan di Jakarta oleh
Penerbit Republika, cetakan XI Desember 2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam
mengumpulakan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan
teknik pencatatan atau pengartuan.
25
1. Teknik baca
Teknik baca dilakukan dengan cara membaca literatur dan sumber data
yaitu novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy.
2. Teknik pencatatan
Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat dalam kartu yang
telah disiapkan tentang hasil penelitian dan pengamatan terhadap peristiwa
penting dalam jalinan cerita beserta faktor yang menyebabkan munculnya hal
tersebut baik yang tertuang dalam kata, frasa, kalimat, ataupun paragraf yang
diguanakan pada novel Api Tauhid.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan uraian di atas, maka data dianalisis berdasarkan pendekatan
struktual. Nilai-nilai religius dapat digambarkan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Pendekatan secara struktural, memandang novel sebagai
satu kesatuan yang otonom. Setelah data terkumpul peneliti mengolahnya
dengan cara:
1. Memahami secara keseluruhan data penelitian.
2. Mengindentifikasi dan mengklasifikasi data tersebut berdasarkan butir-
butir masalah dan tujuan penelitian.
3. Mengadakan pemeriksaan keapsahan data berupa nilai religius yang telah
diamati sebagai hasil penelitian.
4. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap
sebagai hasil akhir.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini di bahas mengenai nilai-nilai religius yang
terdapat dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburahman El Shirazy.
Adapun isi pembahasan skripsi ini, terbagi atas tiga aspek yaitu: Nilai
Tauhid, Ibadah, dan Akhlak. Ketiga aspek tersebut diuraikan berdasarkan
kategori yang termasuk dalam ketiga aspek tersebut.
1. Nilai tauhid
Adapun nilai Tauhid yang terkandung dalam novel Api Tauhid Karya
Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut:
a. Mengesakan Allah Swt.
Mirza pun larut dalam dzikir dalam aliran napas : Huwa Allah, HuwaAllah, Huwa Allah… Dialah Allah, Dialah Allah, Dialah Allah…Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia.Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Allah Yang MahaPengasih, Maha Penyayang.Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melaikan Dia.Maharaja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjagakeamanan, pemelihara keselamatan, Yang Mahaperkasa, YangMahakuasa, Yang memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dariapa yang mereka sekutukan.Dialah Allah, Yang menciptakan, Yang Mengadakan, YangMembentuk rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang dilangit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Mahaperkasa danMahabijaksana.Seluruh syaraf-syarafnya terasa sejuk. Jiwanya hangat dan nyaman. Airmatanya tampa tersa meleleh. Dzikir mengalir dalam nafasnya. (ApiTauhid, 2015: 130).
27
Kutipan di atas memaparkan bahwa Mirza begitu patuh untuk menjalankan
segala perintah Allah Swt. Sehingga apapun kegiatan dan keluh kesah hatinya
ia mengadu kepada-Nya. Dan ketika tertimpa masalah, Mirza berserah diri
kepada Allah mengharapkan agar diampuni dosanya. Karena Mirza meyakini
tiada yang patut ia cintai di dunia hanya Allah dan junjungan-Nya.
Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan
(orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang
mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang
apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.
“Hai Ahlil Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan)yang sama diantara kita, bahwa kita tidak menyembah kecuali hanyakepada Allah, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,dan tidak pula sebagain kita menjadikan sebagian yang lain sebagaisesembahan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlahkepada mereka; saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yangberserah diri kepada Allah.” (Api tahid, 2015: 84).
Kutipan di atas menjelaskan keEsaan Tuhan yang cuman satu-satunya yang
pantas disembah dan ditaati oleh setiap orang di dunia ini. Walaupun
kebanyakan agama lain bahwa Tuhan itu lebih dari satu Tuhan, namun
28
keyakinan umat islam Tuhan itu cuman satu (ahad) yang tiada duanya dan
setara dengannya. Yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Tiba-tiba, ia teringat kenapa membaca surat Al-Ikhlas, yangkedahsyatannya seumpama membaca sepertiga Al-Qur’an, iamenghayati, karena di dalam surat Al-Ikhlas ada penegasan Tauhid.Ada pelurusan akan ajaran keliru yang dianut meliaran umat manusiabahwa Tuhan memiliki anak. Kepada nabi pamungkas yaitu NabiMuhammad Saw., Allah menegaskan, Katakanlah (wahai Muhammad),‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak adasesuatu yang setara dengan dia’.”Sebuah konsep ketuhanan yang yang sempurna. Konsep teologi yangtidak ada cacatnya. Tuhan adalah Tuhan yang tidak boleh ada sama dansetara dengannya. Dan tidak ada Tuhan kecuali Allah. Itulah ajarantauhid seluruh nabi-nabi Allah. Ia jadi ingat Al-Maidah Ayat 116 dan117, ah jelas sekali nabi Isa atau Yesus tidak pernah menyatakandirinya atau ibunya sebagai Tuhan yang harus disembah selain Allah.Dia mengajak para pengikutnya untuk menyembah hanya kepada AllahYang Esa, namun ajaran itu diubah. (Api Tauhid, 2015: 79-80).
Kutipan di atas kekaguman Fahmi dengan sejarah yang membuktikan bahwa
banyak sejarah islam yang menganggung aggungkan kebesaran Allah dan
keEsaan Allah yang tiada setara dengan-Nya, Dia tidak beranak dan tidak pula
di peranakkan.
Allah berfirman dalam Al-Quran surah Al-ikhlas ayat 1-4 :
29
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Sejarah mencatat dengan tinta emas puisi Abdullah bin Rawahah yangia lantunkan dengan lantang dalam perang Mu’tah itu.
Wahai jiwaKalaulah tak terbunuh disiniKauNiscaya mati juaDi depanmu jalan kepatian paling sempuranaTelah terhampar seperti yang kau harapkanAyo lakukanlahSeperti kedua kawannyaKau pasti bahagia
Tak tersa air mata mengalir deras membasahi pipinya. Fahmi menangis.ia malu pada dirinya sendiri. Berkaca pada sejarah syuhada itu, paralelaki sejati itu, ia menjadi sangat malu. Detik-detik gugurnya tigapanglima Islam itu dalam perang Mu’tah selalu membakar jiwakasatriannya, Ja’far bin Abi Thalib memegang panji-panji islam dengantangan kanannya. (Api Tauhid, 2015: 88).
Kutipan di atas menggambarkan luapan batin Fahmi tokoh utama ia merasa
terharu dan malu dengan para terdahulu yang berjuang menegakkan kebenaran
agama Allah dengan seluruh jiwa raga.
Sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-baqarah, 2: 218
30
218. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Saat iktikaf tidak ada niat sedikit pun aku ingin bunuh diri. Tidakmungkin itu aku lakukan. Aku orang beriman. Tapi saat ini saat akusakit, aku berharap sakitku ini menjadi sebab mati syahidku di tanahharam, madinah, ini. Bukankah orang mati saat menuntut ilmu karenaAllah bias dinilai mati syahid?Ali dan Subki tidak menjawab.Bukankah dalam sebuah hadis baginda nabi Muhammad Saw, pernahmendorong umatnya, kalau bias memilih tempat untuk mati makadiminta memilih mati dimadinah ini?” lanjut Fahmi.“Memang ada hadis seperti itu?”tukas Subki.Ali menjawab, “ada Sub.”“Nabi bersabda, ‘Barang siapa dari kalian ada yang mampu untuk matidi madinah, maka lakukanlah, sesungguhnya aku akan bersaksi bagiorang yang mati di dalamnya. ‘Hadis ini dalam sunah Ibnu Majah,hadis nomor 3112.” (Api Tauhid, 2015: 19).
Kutipan di atas menggambarkan Fahmi tokoh utama dengan keteguhan iman
dan kuatnya keyakinan kepada Allah untuk selalu beribadah. Fahmi melakukan
iktikaf di mesjid agar selalu mengigat Allah, seluruh hidupnya diserahkan
hanya untuk Allah semata .
b. Mengagumi kekuasaan Allah
“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin mengerakkan awan danAllah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendak, dandijadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar daricelah-celahnya, maka apabila Dia kehendaki tiba-tiba merekabergembira.Padahal walaupun sebelum hujan diturunkan kepada mereka, merekabenar-benar telah berputus asa.Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah telahmenghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia
31
pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Maha kuasaatas segala sesuatu”. (Api Tauhid, 2015: 147-148).
Kutipan di atas menggambarkan tokoh yang begitu mengagumi dan yakin
terhadap tanda-tanda kebesaran Allah dan sesungguhnya Allah mencintai
keindahan dengan membuktikan lewat fenomena-fenomena Alam yang begitu
indah dan sebagai hambanya yang beriman kita harus selalu memunjinya lewat
tasbih dan zikir yang dipanjatkan manusia sebagai sujud yakin kebesaran
Allah.
“Apa dalil alam ini ada yang menciptakan?“Apakah pakaian yang Anda pakai itu terjadi dengan sendirinya?”Badiuzzaman Said Nursi balik bertanya.“pakaian ini ada yang menjahidnya. Kainnya dan yang menenunnya.”“Apakah kursi yang Anda duduki terjadi dengan sendirinya?”“Ada yang membuatnya tukang kayu yang membuatnya.”“Apakah gedung tempat kita diskusi ini juga terjadi dengan sendirinya?Tiba-tiba ada gedung begitu saja?”“Tidak, gedung ini jelas ada yang merancang dan membangunnyadengan teliti dan detail.”“Coba dipikir. Kalau hal-hal sederhana seperti pakaiaan, kursi dangedung saja tidak bisa terjadi dengan sendirinya, terus bagaimanadengan alam semesta yang sedemikian luas dan sanagat rumitaturannya. Apakah bisa terjadi dengan sendirinya tampa ada yangmerancang, menjadikan dan menjaganya?Akal sehat akan menyatakan alam semesta ini pasti ada yangmenciptakan dan menjaganya hanyalah Dzat yang Maha Kuasa, dialahAllah Saw”. (Api Tauhid, 2015: 288).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa kekuasan Allah di bumi ini sangat besar
dan maha luas. Juga kenikmatan yang diberikan kepada setiap pribadi manusia
merupakan sebagian kecil dari kekuasan Allah yang diperlihatkan kepada
manusia. Oleh karena itu, setiap manusia wajib menyembah dan memuji Allah
32
sebagai penguasa di atas segala-galanya, begitu pula dalam ayat-ayat Allah
banyak dijelaskan bahwa Tuhan bukan hanya sebagai penguasa yang berkuasa
atas segala sesuatu tetapi Tuhan juga memiliki makna mendidik.
Mendidik disini dimaksudkan bahwa Tuhan sebenarnya secara tidak
langsung mendidik dan mengarahkan manusia dan makhluk lainnya untuk
berbuat kebaikan hal ini di tunjukkan oleh Allah dengan menurunkan kitab-
kitab (wahyu) kepada nabi dan rasul terdahulu untuk diamalkan dan diteladani
oleh umat manusia, agar manusia senantiasa berbuat baik dan tidak membuat
kekacauan di muka bumi. Dan yang paling utama adalah manusia disuruh
menyembah Allah, mengagumi berbakti dan mengakui kebesaranya.
Firman Allah dalam Surah An Nur, 24: 1
1. (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan
hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat
ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
c. Penyerahan diri kepada Allah
“Tapi aku tidak mau dibelenggu rasa benci. Tapi harus bagaiman? Apayang harus aku lakukan? Akhirnya aku teringat kisah Nabi Ya’qubketika ia berada dalam puncak kesedihannya melihat pakaian Yusufberlumuran darah palsu. Nabi Ya’qub berkata, “…maka hanyabersabar itulah yang terbaik (bagiku). ”dan setiap kali Nabi Ya’qubmengigat Yusuf, dengan sedih dia berkata, inna asyku batstsi wa khuzniilallah.” (Qs. Yusuf: 86). Hanya kepada Allah aku mengadukankesusahan dan kesedihanku”. (Api tauhid, 2015: 68).
33
Kutipan di atas menggambarkan luapan batin tokoh utama untuk selalu
mengigat Allah dan melupakan kesedihannya, karena hanya kepada Allah lah
tempat mengadukan segala masalah.
“Fahmi terus berdzikir. Kepada Allah, Fahmi berdoa dalam hati sampaimenangis,”Ya Allah, aku menghafal kitab sucimu semata-mata demimeraih ridha-Mu. Jangan kau izinkan daging dan darah yang digunakanuntuk menghafal kitab suci-Mu ini dimakan ajing, ya Allah.”Dengan air mata meleleh, Fahmi memandang mata anjing yang buasitu. Ajing pertama langsung diam tidak menyalak, demikian juga anjingyang kedua dan ketiga. Mata anjing itu juga berkaca-kaca sepertimenagis. Anjing-anjing itu lalu seperti duduk di lantai itu dan diamtidak galak dan menyalak. Aysel takjub melihat itu.“Allahu akbar!”lirih Aysel”. (Api Tauhid, 2015: 537).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Fahmi, memohon dan benar-benar
berserah diri dengan kehendak Allah, agar diselamatkan dari cengkraman ajing
buas yang siap melahapnya. Dengan izin dan kuasa Allah anjing-ajing itu pun
jinak dihadapan Fahmi dan tidak menggigitnya. Sebagaiman firman Allah Swt
dalam Qs.Al-Baqarah: 152
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.
“Dari Leningrat, Said Nursi berjalan kaki menembus musim dinginyang luar biasa dingin menuju Warsawa.Said Nursi merasa dirinya sangat lemah. Hanya Allah tempat berlindun.Terkadang ia merasa ajal sudah ada di depan mata. Hal itu semakin
34
membuat dirinya hanya bisa pasrah total kepada Allah. Tidak ada putusasa, yang ada adalah penyerahan diri kepada Allah dengan memohonpertolongan Allah”. (Api Tauhid, 2015: 399).
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah 2: 218
218. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
“begitulah ulama sejati. Kedekatan mereka dengan Allah membuatsuara mereka tidak bisa dihalangi apapun juga,”sahud Hamzah.“saya teringat salah satu perkataan Ustadz Said Nursi, ’Siapa yangmengenal dan menaati Allah, maka ia akan bahagia walaupun berada didalam penjara yang gelap gulita. Dan siapa yang lalai melupakan Allah,ia akan sengsara walaupun berada di dalam istana yang megahmempesona,”lirih Imel.Mendengar petikan kalimat itu, semua mengucapkan tasbih. (ApiTauhid, 2015: 506).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Hamza mengigatkan pada teman-temannya
keteguhan iman Ustadz Said Nursi dan murid-muridnya di dalam penjara yang
gelap gulita. Dan mengutip kata-kata Ustadz Said Nursi bahwa siapa yang lalai
melupakan Allah, ia akan sengsara walaupun berada di dalam istana yang
megah mempesona. bertapa nikmat iman, nikmat islam sangatlah indah,
dengan selalu mengigat Allah.
35
“aku pastikan kau akan tenggelan di Sungai Tigris dan tubuhmudicabik-cabik buaya, “sahut Mustafa Pasya yakin.“Nyawa ku ada dalam genggaman Allah, aku akan mati jika sampaiajalnya. (Api tauhid, 2015: 227).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa setiap makhluk yang bernyawa
pasti akan menghadapi kematian dan itu adalah salah satu takdir yang harus
diyakini oleh setiap umat manusia yang ada di muka bumi ini, setiap yang
dicintai itu akan kembali kepada yang menciptakan yakni Allah Swt. Akhirnya
tempat tinggal manusia yang kekal dan abadi. Dunia ini adalah tempat
persinggahan sementara. Disinilah manusia senantiasa meyakini dengan hati
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah Swt. Kita
sebagai makhluk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan meyakini
tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
2. Nilai Ibadah
a. Mengerjakan Shalat
“Subuh menyapa Istambul. Salju masih menumpuk dimana-mana.Kumandang azan dari menara-menara masjid yang bertebaran seanterokota hanya mampu menggerakkan mereka yang dalam keimanan akanperjumpaan dengan Tuhannya. Fahmi membangunkan Hamza danSubki. Ketiganya lalu keluar dari vila itu menembus udara dingin yangmenusuk untuk shalat shubuh bejama’ah di masjid”. (Api Tauhid, 2015:116).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa Fahmi, Hamza dan Subki, selalu
melaksanakan shalat berjamaah di mesjid karena berjamaah di masjid lebih
besar pahalanya.
36
Suara azan Ashar mengalun dari menara-menara masjid yangbertebaran diseluruh penjuru Madinah. Angin dingin berhembuskencang seolah memenuhi panggilan adzan. Pohon-pohon kurmabergoyang-goyang seumpama ribuan manusia yang menganggukmenjawab pangilan adzan. Fahmi dan teman-temannya bergegasmengambil air wudhu untuk bersegera sembahyang. (Api Tauhid, 2015:71-72).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa fahmi dan teman-temannya,
selalu melaksanakan shalat dalam keadaan apapun, perilu kita ketahui bahwa
setiap manusia wajib untuk melaksanakan shalat, karena shalat adalah tiang
agama. Pondasi keimanan yang paling kokoh, dan salah satu pahalanya yang
akan dihisab kelak adalah shalat.
Melihat binatang gembalanya aman, Mirza kembali menunaikan wiridpaginya yaitu shalat dhuha. Di bawah sebuah pohonnan rindang, tampaalas apapun, Mirza bertakbir menghadap kiblat, dan larut dalamkhusyuk untuk rukuk dan sujud kepada Allah. (Api tauhid, 2015: 129).
Nilai ibadah pada kutipan di atas adalah membiasakan diri untuk melakukan
shalat Dhuha sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat jasmani kita dan juga
dengan shalat Dhuha, Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada kita dalam
segala usaha yang dilakukan.
Fahmi beranjak dari depan laptopnya untuk mengambil air wudhu. Taklama kemudian, ia telah tersungkur dalam rukuk dan sujud panjangnyamengadu dan menyerahkan segalanya kepada Allah Swt.Fahmi turun dari tempat tidurnya mengambil wudhu. Lalu ia tenggelamdalam shalat malam. Dalam rukuk dan sujudnya ia meminta kebaikandunia akhirat untuk dirinya dan untuk seluruh umat Nabi MuhammadSaw.Sementara di luar salju tipis terus turun. Alam bertasbih dalam gigildingin yang mencekam. Pepohonan yang sekarat kedinginan bertasbihdengan tasbih Nabi Yunus, berharap agar musin dingin segera berlaluberhenti musim semi yang cerah dan segar.
37
“laa ilaaha illa Anta, subhaanaka inni kuntu minazh zhaalimin”. (ApiTauhid, 2015: 276).
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa Fahmi melaksanakan Shalat
Thajud berdoa dan menyerahkan segalanya kepada Allah Swt karena dengan
shalat merupakan sarana media komunikasi yang ambuh antara hamba dan
Tuhannya di kala malam sunyi. Bergitu pula saat melakukan Shalat Thajud,
malaikat akan turun kebumi untuk mengabulkan permintaan setiap orang
dikala dia shalat. Menurut Al-Quran adalah alat mensucikan hati manusia agar
dapat berhubungan dengan Allah Swt. (Q.s. Al-Israa’17:79)
79. dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu
ke tempat yang Terpuji.
Fahmi menyempatkan shalat Tahiyatul Masjid di dalam Masjid Mevlidi-halil, diikuti yang lain. Setelah itu mereka melihat kolam Halil urRahman, tempat dimana dulu Nabi Ibrahim dibakar. Sebagianmasyarakat memercayai bahwa setelah Nabi Ibrahim dibakar dan apimenjadi dingin. Nabi Ibrahim selamat. Semua itu atas izin Allah Swt.Lalu api itu berubah jadi air dan sisa-sisa ranting kayunya menjadi ikan.Begitulah konon, asal usul kolam itu. (Api Tauhid, 2015: 281).
Kutipan di atas menggambarkan sosok Fahmi yang selalu bersyukur dengan
melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid.
38
Sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Ankabut, 29: 45.
24. Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: "Bunuhlah
atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang-orang yang beriman.
b. Zikir kepada Allah
Mirza lau mengigat pesan ayahnya, bahwa setiapa tarikan danhembusan nafas adalah nikmat dari Allah yang akan dimintaipertanggungjawabannya kelak. Maka setiap tarikan dan hembusannafas harus selalu mengigat Allah. Ayahnya mengajarkan setiapmenarik nafas disertai dzikir juaga setiap menghembuskan napas adalahdzikir. (Api Tauhid, 2015: 129).
Kutipan di atas menggambarkan seorang tokoh yang senantiasa mengigat Allah
dengan berzikir, karena dengan mendekatkan diri kepada Allah hati menjedi
tenang.
Kutipan yang senada dengan kutipan di atas adalah:
Selesai shalat magrib sambil berdzikir, Fahmi rebahan di kasur,perutnya mersa melilit. Di dapur ada roti tapi ia malas turun ke bawah.Ia khawatir kedua matanya tidak bisa ditahan untuk melihat tubuh gadisyang sedang tidur di sofa dengan pakaian tipis ketat. Apalagi gadis itubangun terus mengajaknya bicara, ia akan seba salah tingkah. Maka iamemilih rebahan sanbil terus berzikir berharap Hamza dan Subki segerasampai di vila secepatnya. (Api Tauhid, 2015: 109).
39
Sebagaiman Firman Allah Swt dalam surah Ar-ra’ad, 13: 28
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
c. Berdoa kepada Allah
Fahmi membaca doa, Allahumma jannibnasy syaithan wa jannibisysyaithana ma razaktana. Jiwa Fahmi menyatu dengan jiwa Nuzula,istrinya. Tanda-tanda kebesaran Allah yang melimpahkan sakinah iarasakan sepenuh jiwa dan penghayatan. Para bidadari cemburu dengankemesraan mereka .Selesai ibadah, Nuzula menangis sesegukan. Fahmi cemas.“Kenapa menangis, dinda? Apa kau menyesal?”“Bukan.”“Kenapa?”“Aku menangis karena bahagia. Subhanallah. Maha suci Allah. Jalanyang halal dan suci begini, indah rasanaya. Kenapa akau nyaristergelincir dalam jalan yang kotor dan keji. Dan kenapa banyak anakmuda dan orang-orang memilih jalan yang kotor dan keji. Segala pujibagi Allah yang telah menyelamatkan diriku dan meletakkan diriku dijalan kesucian ini.” (Api tauhid, 2015: 575).
Kutipan di atas menggambarkan sosok Fahmi yang selalu berdoa dikala susah
maupun senang dan memohon kepada Allah dijauhkan godaan syeitan yang
selalu menggoda manusia.
Kutipan yang senada dengan kutipan di atas adalah:
Fahmi kembali kekamarnya. Senyum Aysel masih membayang, iakhawatir menggangu hafalan Al-Qurannya. Ia mencoba mengigat surahAz Zumar.Tanziillul kitaabi minaLlaahil ’aziizirbhakiim.
40
Alhamdulillah, ia masih mengigatnya dengan sangat baik. Fahmi jaditeringat doa yang sering dibaca oleh Hamza setiap kali selesai shalatfardhu. Hamza mengatakan itu adalah doa yang juga sering dibaca olehulama legendary Turki, Syeikh Badiuzzaman Said Nursi, setiap kalishalat fardhu:Allahhumma ajirna min syarrin nisaa’Allahhumma ajirna min balaa’in nisaa’Allahhumma ajirna minfitnatin nisaa’Allahhumma ajirna min ’adzabil qabriAllahhumma ajirna min ‘adzabi yaumil qiyamahYa Allah selamatkan kami dari buruknya perempuan, ya Allahselamtkanlah kami dari fitnah perempuan, ya Allah selamatkanlah kamidari azab kubur, ya Allah selamatkanlah kami dari azab harikiamat.Dan tampa sadar Fahmi mengulang-ulang doa itu. (Api Tauhid, 2015:113).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa berdoa adalah hal yang terbaik yang
bisa dilakukan manusia terhadap masalah dihadapinya demi memohon
petunjuk kepada Allah Swt.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nuur, 24:30
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat".
41
“boleh aku membaca doa untukmu, untuk kita?”Nuzula mengangguk. Lalu telapak tanganku memegang ubun-ubunkepalanya dengan bergetar. Lalu aku berdoa, “Allahumma inni as’alukamin khairiha wa khairi ma jabaltaha wa a’udzubika min syarriha wasyarri ma jabaltha.”Artinya: ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mukebaikannya dan kebaikan wataknya dan aku mohon perlindungan-Mudari kejahatannya dan dari kejahatan wataknya. (hadis yangdiriwayatkan Imam Bukhari, Ibnu, dan Abu Daud)”. (Api Tauhid, 2015,57).
Kutipan di atas menggamabarkan bahwa Fahmi berdoa untuk istrinya, semoga
istrinya menjadi istri yang soleha selalu taat kepada suami karena menikah
adalah bagian dari ibadah kepada Allah.
d. Nikah
Akhirnya di pagi yang sakral, akad nikah itu terjadi di rumah Pak KyaiArselan. Aku mengenakan setelan jas hitam, berhem putih, dan berpecihitam. Pak Kyai Arselan sendiri yang mengakad dengan bahasa Arabdan aku jawab dengan lancar mahar dan semua barang diberikankepada Nuzula. Selesai akad Pak Kyai, Amir, adik Kyai Arselanmemimpin doa. Setelah acara sungkeman, Pak Kyai Arselanmengigatkan bahwa diriku dan Nuzula belum bisa bergaul layaknyasuami istri. Aku mengangguk, lalu aku memohon izin kepada KyaiArselan agar diperkenankan doa barakah untuk istriku dan shalat duarakaat. Dan Pak Kyai Arselan mengizinkan. (Api Tauhid, 2015: 55-56).
Untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah Fahmi tokoh utama
melangsungkan pernikahan dengan Nuzula. Adapun ayat yang berkaitan
dengan menikah yaitu dalam surah Ar-Rum, 30:21.
42
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.
3. Nilai Akhlak
a. Berbakti Kepada Orang Tua
“Kedua saudara iparku itu menggeleng. Mereka tidak beranimemberikan pendapatnya.“Fahmi ingin mendengar penapat ibu,” kataku sambil menatap wajahibuku. Aku berharap dari lisan ibu terbit kalimat yang memantapakanhatiku.” (Api Tauhid, 2015: 53).
Akhlak merupakan tingkah laku, budi pekerti yang melekat dalam jiwa
seseorang untuk melakukan hal atau perbuatan, dan Akhlak juga sering
disebut dengan moral. Tingkah laku yang baik terhadap orang tua adalah
termasuk berakhlak kepada orang tua. Seperti halnya dilakukan Fahmi bahwa
mempersilahkan ibunya untuk memberikan pendapatnya karena Fahmi yakin
pedapat ibunya bisa memantapkan hatinya.
Dari nadanya, Hamza tampak keberatan Aysel mau ikut rombongan ituke sanliurfa. Hamza tau itu akan membuat kurang nyaman Fahmi danSubki.Tiba-tiba, ibu Hamza, berdiri dan berjalan mendekati Hamza, “BiarkanAysel ikut, biar ditemani Emel. Emel juga belum bernah ke Sanliurfa.Dia biar tau juga kota Nabi Ayyub itu.”Hamza paling tidak bisa menolak titah ibundanya.“baiklah bu. Saya musyauwarah dengan teman-teman”. (Api Tauhid,2015: 150).
43
Kutipan di atas menggambarkan seorang anak yang tidak bisa membantah titah
ibunya, selalu berbakti pada orang tuanya, sebagaimana firman Allah Swt
dalam Al-Qur’an suarah Al-Ahqaf, 46: 15
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula).
Aysel tiba-tiba teringat pada ibunya. Ia mendoakan ibunya semogabahagia di alam sana. Aysel berjanji dalam hati, meskipun ia tidakseberuntung Said Nursi yang memiliki ibu sebaik Nuriye. Ia berjanjikelak memiliki anak, akan menyayangi dan mendidiknya sebagaimanaNuriye mendidik Said Nursi. Dan ia merasa itu tidak akan bisa ialakukan kalau jiwanya masih kacau balau seperti sekarang. (ApiTauhid, 2015: 163).
Pada kutipan di atas dapat digambarkan sosok Emel yang mendoakan ibunya
yang telah tiada di dunia ini. Dalam agama Islam bahwa sebagai orang muslim
sangat dianjurkan untuk berbuat baik kepada Ayah dan Ibu, dan salah satunya
dengan mendoakannya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Nuh, 71: 28
44
28. Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu
dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan".
b. Sabar
“Bapak merasa tersenggung atas perlakuan mertua mas, itu.”“Tanyakan pada bapak, aku harus bagaimana dik?Apa mas harus menceraikan, Nuzula sekarang?”“Meskipun pabak sangat tersinggung, tapi bapak minta, mas bersabar,pikirkan matang-matang, apakah mau menceraikan atau tidak. Bapaksangat sedih, sebab dalam tradisi keluarga kita tidak ada istilah cerai.Doakan ibu ya, mas.”“iya.” (Api Tauhid, 2015: 67).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Fahmi harus bersabar dengan berbagai
masalah, meski mertuanya mengiginkan dia menceraikan istrinya, akan tetapi
keluarganya mengiginkan yang terbaik untuk Fahmi. Tidak mengizinkan fahmi
untuk menceraikan istrinya karena dalam islam itu sendiri sangat membenci
yang namanya perceraian, meski masalah itu sebesar apapun Fahmi tetap
bersabar. Dijelaskan pula dalam Al-quran surah Al-Imran, 3: 200
Artinya : hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamunndan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negrimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
45
Ia membayangkan indah dan dan romantisnya jika yang berada dalamvila itu adalah ia dan Nuzula. Ya ia dan Nuzula, bukan gadis turki itu.Ah, ini godaan setan datang lagi. A’udzubillahiminasysyaithaanirrajim!Tegas Fahmi dalam hati.Fahmi teringat nasihat kyainya di pesantren dulu.“Hawa nafsu selalu mengiming-iming dengan kelezatan semu.Bersabarlah jangan turuti hawa nafsu! Bersabar melawan hawa nafsuakan menyampaikan dirimu pada tujuan sucimu!” (Api Tauhid, 2015:106-107).
Kutipan di atas akhlak yang tercermin pada diri tokoh yaitu sikap sabar dalam
taat kepada Allah Swt. Tokoh tidak mau menuruti hawa nafsunya hanya untuk
kesenangan sesaat.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nuur, 24: 30
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat".
“Saya sudah tidak sabar menunggu kelanjutan kisah SyaikhBadiuzaman Said Nursi, “Kata Subki.“ Bersabarlah,, karena sabar itu selalu manis buahnya,” jawab Bilal.Semua yang ada di ruangan itu tersenyum. (Api tauhid, 2015: 184).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa kita untuk selalu bersabar karena
kesabaran itu selalu berbuah manis.
46
c. Tolong-menolong
Fahmi tidak tega membiarkan gadis itu kedingian di luar. Maka iapersilahkan masuk. Dan mau tidak mau, pintu pun ia tutup untukmenghalangi udara dingin masuk. Fahmi mempersilahkan duduk disofa. Gadis itu melepas sepatu botnya serta jaket tebal yang ia pakai.Jaket itu ia letakkan di tempat biasa untuk menggantung jaket dimusimdingin. Jantung Fahmi sedikit berdesir, sebab begitu jaket tebal itulepas, gadis itu tampak memakai pakean yang ketat menempel di badanmeskipun berlengan panjang. Sekilas Fahmi menangkap lekukantubuhnya.A’udzubillahi minasy syaithaanirrajim, lirih Fahmi dalm hati. (ApiTauhid, 2015: 103-104).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Fahmi mempunyai akhlak yang baik,
dia memperilahkan tamunya untuk masuk karena tidak tega membiarkan gadis
itu kedingian di luar, meski mereka hanya berdua di dalam vila tetapi fahmi
memperlakukan wanita sesuai ajaran agama, ia juga mengetahui adab dalam
berprilaku. Ia mengetahui bahwa gadis itu bukan muhrimnya. Ia tetap menjaga
kesopanan terhadap siapapun dan menjaga pandangannya.
d. Bersyukur
Alhamdullilah!Ia bersyukur kepada Allah Yang Maha member rezeki. Tiba-tiba iaseperti ditegur oleh nuraninya, ia teringat sabda Baginda Nabi, “tidakberterima kasih kepada Allah orang yang tidak bisa berterimakasihkepada sesama manusia.” Apakah sedemikian kaku dan keras hatinyasampai ia tidak berterima kasih kepada gadis itu. Ah, ia jadi sedikitterhibur, bahwa gadis itu pasti ada hubungan baik dengan Hamza.Tidak mungkin ia sesantai itu berada di vila tersebut kalau bukan orangdekat Hamza. Kalau dia, misalnya, gadis yang jahat atau berniat jahat,pastilah saat ia tidur tadi ia sudah pergi dengan membawa barang-barang berharga yang ada dalam rumah itu.Fahmi bangkit dan melangkah keluar kamarnya. Ia melonggokkebawah keruang tamu.
47
“Hai, terima kasih pitzzanya ya?”Aysel menengok ke atas, memandang Fahmi sambil tersenyum. DadaFahmi sedikit berdesir melihat senyum itu. Menundukkan pandangantidak mudah dalam keadaan seperti itu.“Itu, namanya Lahmacun. Kalau masih kuarang ini masih ada. Ayoturunlah, kita berbincang-bincang.”“terimah kasih, saya di kamar saja”. (Api Tauhid, 2015: 112-113).
Ungkapan rasa syukur Fahmi di atas merupakan kesadaran diri seorang hamba
Allah yang harus senantiasa menyukuri nikmat-Nya. Fahmi menyadari bahwa
kebaikan Aisel dan harus berterimakasih. (Q.S. Ibrahim:14: 7)
7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Sultan Muhammad Al-Fatih meminta kepada pasukannya untukberlembah lembut dan berbuat baik kepada semua orang. Beliau laluturun dari kudanya, kemudian menghadap kiblat dan sujud syukurkepada Allah ‘Azza wa jalla.Fahmi seperti menyaksikan langsung bagaimana Sultan MuhammadAl-Fatih sujud syukur. Seketika itu juga Fahmi menghadap kiblat dansujud syukur. Ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinyakarunia luar biasa sampai di bumi Sultan Muhammad Al-Fatih, iabersyukur mengetahui sejarah emas kemenangan pasukan Islammenaklukan Kostantinopel. Ia bersyukur Allah memberinyakenikmatan yang lebih mahal dari dunia seisinya, yaitu iman dan Islam.(Api Tauhid, 2015: 101).
Rasa syukur merupakan unsur penting antara seorang hamba di depan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Dalam kehidupan sehari-hari, rasa syukur merupakan etika
kesadaran sebagai seorang hamba yang sadar akan semua karunia Allah yang
48
maha suci. Rasa syukur ini menjadi hal yang semakin untuk ditanamkan untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Setelah dengan penuh kasih sayang mereka menemaniku, merawat dirumah sakit. Mereka masih sangat perhatian padaku dan merawat sertamemanjaka diriku saat aku sudah kembali ke asrama setelah keluar darirumah sakit.Aku merasa indahnya, ukhuwah fillah, persaudaraan dijalan Allah. Adasetetes penawar, dalam luka jiwa yang belum sembuh. Ciuman tujuhdetik itu masih sering membayang. Aku bersyukur bahwaitu adalahciuman yang halal, bukan ciuman yang haram. (Api Tauhid, 2015: 69).
Untuk dapat bersyukur dengan baik, kita harus mengetahui bahwa karunia
Allah itu saja yang bersifat materi, namun mencakup banyak hal, misalnya
kesehatan, kekayaan, keahlian, kesempatan, dan lain sebagainya. Bahkan
karunia terbesar yang telah diberikan Allah adalah keimanan. Maka tak pelak
lagi, bila kita mesti tergugah dan sadar untuk selalu memelihara dan
memupuknya sebagai realisasi rasa syukur kita terhadap karunia Allah.
e. Bersedekah
Air mata ibu itu bercucuran.Fahmi adalah orang yang mudah tersentuh. Seketika itu ia melepas jamtangannya. Fahmi menjawab dengan bahasa Arab.“Allah ma’aki insya Allah, laa takhaafii wa laa tahzanii, hadzihi aghlasyai’in ‘indi khudzi, tafadhali!”Swmua terpata melihat apa yang dilakukan Fahmi. Yang diulurkanfahmi itu adalah jam bermerek yang cukup mahal.“itu Tag Heuer kan?” sergah Aysel.“Iya.”“Jangan!Biar saya yang kasih dia.”“Biarkan. Jangan halangi saya beramal!Fahmi tetap mengulurkan jam kesayangannya itu. Ibu itu punmenerimanya dan menciumi jam itu dengan air mata terus meleleh.(Api Tauhid, 2015: 297).
49
Kutipan di atas menggambarkan sikap kedarmawanan Fahmi yang senantiasa
membantu orang yang membutuhkan banyak bantuannya. Perlu diketahui
dalam ajaran islam kita dituntut untuk banyak bersedekah dan saling memberi.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban orang-orang yang tidak mampu
dan tidak berkecukupan terutama fakir miskin, juga dengan bersedekah kita
sucikan harta kita dari hal-hal yang berbau riya. Karena setiap rezki yang
diberikan Allah kepada kita, ada hak untuk orang-orang tidak mampu untuk
kita berikan kepada mereka, agar terjalin silaturahmi dan hubungan yang baik
antara yang kaya dan yang miskin, juga tidak menimbulkan kesenjangan sosial
dalam masyarakat.
Allah berfirman dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 261, yaitu:
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
50
f. Berbaik sangka pada orang lain
Tiba-tiba kelebatan mimpinya di depan pintu Mesjid Nabawi itu hadirbegitu saja. Kyai Arselan minta maaf atas segala kesalahannya.Pengasuh Pesantren Manahilul Hidayat itu lalu memberikan serbannyakepada Fahmi dan mintanya mengajar di pesantrennya.“Aku sudah mengikhlaskan semuanya, Pak Kyai,” lirih Fahmi.Fahmi lalu membalas emal adiknya. Ia meminta adiknya agar menjagaadab dan tatak karma, apalagi kepada seorang ulama. Ia sudahmengikhlaskan, maka Rahmi juga harus mengikhlaskan. Ia jugamengigatkan, agar adiknya lebih mengedepankan baik sangka daripadaburuk sangka, apalagi kepada orang yang sudah wafat. (Api Tauhid,2015: 318-319).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa walaupu kita merasa kecewa kepada
seseorang, tapi kita harus bersikap sopan. Firman Allah dalam surah Al-
Baqarah,2:82
82. dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni
surga; mereka kekal di dalamnya.
g. Memberi salam
Pada saat itu pintu kamar terbuka dan muncullah sosok berwajah Turki.“Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumussalam.”“Pasti kalian sudah lapar?”“Iya. Saya baru mau keluar cari makan,”jawab subki.“Ini aku bawakan kebab Turki.” (Api Tauhid, 2015: 22).
Kutipan di atas menjelaskan tentang kewajiban mengucap salam ketika
seseorang akan memasuki rumah orang lain agar orang yang punya rumah
mengetahui kedatangan kita merasa dihomati. Memberi salam bukan hanya
51
pada saat akan memasuki rumah orang tapi salam bisa diucapkan di mana pun
kita berada asal sesuai ketentuan dan kewajaran, seperti pada saat kita
berceramah di depan umat muslim, bertemu di jalan atau tempat umum, dan
sebagainya. Salam sangat besar manfaatnya. Karena, salam merupakan suatu
doa, baik bagi yang menberi sa;am maupun yang diberi salam, supaya hidup
kita senantiasa di rahmati dan diberi keselamatanoleh Allah Swt.
Aku bergesas cepat ke kamar mengangkat telpon. Dari nomor takdikenal. Tetap aku angkat.“Halo. Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumussalam. Ini dengan Ustad Fahmi”? Tanya suara diseberang sana, entah di mana. Suara laki-laki. Suara itu tampakbersahabat sekali.”“iya benar. Ini siapa?”“Saya Salim, Ustadz. Saya asistennya Pak Kyai Arselan Yosowilangun.Dari Pesantren Manahilul Hidayat. Katanya dua bulan yang lalu PakKyai jumpa ustadz di Madinah.”“Oh iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?”“Pak Kyai minta saya konfirmasi ke ustadz, apa ustadz besok ada dirumah?”“Insyaallah saya di rumah.” (Api tauhid , 2015: 44-45).
Kutipan di atas menggambarkan seorang muslim harus mengucap salam,
karena dalam islam mengucap salam hukumnya sunnah dan menjawabnya itu
wajib, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Quran surah An-Nisa, 4:86
52
86. apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.
B. Pembahasan
Novel Api tauhid karya Habibiburrahman El- Sirazhi mengandung
pesan keagamaan dengan nilai-nilai ilahi yang kental dalam kehidupan dunia
akhirat. Kisah novel ini juga mengajarkan untuk Mengesakan Allah Swt,
mengagumi kekuasaan Allah, penyerahan diri kepada Allah, mengerjakan
shalat, zikir kepada Allah, berdoa kepada Allah, Nikah, berbakti kepada orang
tua, sabar, tolong-menolong, syukur, bersedekah, berbaik sangka pada orang
lain, dan memberi salam.
Novel ini juga mengajarkan untuk mengingkapi hidup di dunia dengan
melihat pada sejarah para nabi dan orang-orang yang bertakwa kepada Allah,
semata-mata kita dituntut untuk mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya
dan mengimaninya secara sungguh- sungguh. Karena dalam hidup ini kita
dituntut untuk senantiasa berusaha dan berdoa kepada Tuhan, agar hidup kita
selalu diridhai dan dirahmati oleh Allas Swt.
Dengan membaca novel ini dengan sungguh-sungguh, maka kita akan
mendapat nilai-nilai agama yang belum didalaptkan sebelumnya, di hati kita
akan terbesit suatu perasaan haru untuk mendalami makana-makna yang ada
dalam novel tersebut. Karena isi novel ini, merupakan ispirasi dunia religius
sufistik yang sangat langka dalam khasanah sastra islam kita. Ia tidak hanya
53
sekedar fiksi, lantaran alur, karakter, konflik, dan temannya ini semata-mata
sebuah bacaan yang sungguh sangat langka di era serba pamri profit dan
ambisi.
Adapun bagian-bagian dari nilai religius, seperti tauhid, ibadah dan
akhlak adalah sebagai berikut
a. Tauhid
Tauhid adalah meyakini keEsaan Allah dalam rububiyah, ikhlas
beribadah kepada-Nya, serta menetapaka bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-
Nya. Mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan
meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya.
Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”.
Katakanlah: “Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari
selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang
buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang;
Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (Ar-Ra’d : 16)
b. Ibadah
Ibadah berarti “tunduk dan taat” – artinya sebuah proses aktualisasi
ketertundukan, keterikatan batin manusia dan potensi spiritual manusia
54
terhadap Allah – Dzat yang menciptakan dan memberi kehidupan. Jika
manusia secara emosional – intelektual merasa lebih hebat, maka proses
ketertundukan tersebut akan memudar. Sedangkan menurut Istilah berarti
segala sesuatu yang diridloi Allah dn dicintai-Nya dari yang diucapkan maupun
yang disembunyikan.
Beberapa pakar keislaman memberikan definisi ibadah sebagai proses
“bertaqorrub (men-dekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala
perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan
mengamalkan segala yang diizinkan-Nya”. Hal-hal yang diizinkan oleh Allah
dapat berupa hal-hal yang langsung berhubungan dengan ibadah kepada Allah
atau ibadah Mahdhoh atau juga dapat berupa hal-hal yang berkait dengan
pemenuhan hidup di dunia baik itu menyangkut aspek sosial, ekonomi dan
politik – yang disebut dengan Ibadah Ghoiru Mahdhoh (ibadah sosial).
c. Akhlak
Akhlak atau khuluk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperluakan, tampa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan
dorongan dari luar.
Oleh karena itu, maksud pembuatan manusia dilahirkan dengan mudah
tampa dipikirkan lagi bukan berarti bahwa pembuatan manusia tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki jadi, pembuatan
manusia dilakukam itu benar-benar sudah merupakan Azimah yaitu kemauaan
yang kuat tentang perbuatan. Jelas sekali bahwa perbuatan manusia itu
55
memang sengaja dikehendaki apa adanya. Simpulan bahwa akhlak itu muncul
melalui getaran jiwa seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan
kesehariannya. Orang yang mempunyai akhlak yang baik senantiasa takut
kepada Allah Swt., sehingga dalam melakukan sesuatu selalu berdasarkan
kepada Al-Qura’an dan hadis yamg mulia.
Novel Api tauhid karya Habibiburrahman El- Sirazhi mengandung
pesan keagamaan dengan nilai-nilai ilahi yang kental dalam kehidupan dunia
akhirat. Kisah novel ini juga mengajarkan untuk mengesakan Allah,
mengagumi kekuasaan Allah, penyerahan diri kepada Allah, mengerjakan
shalat, zikir kepada Allah, berdoa kepada Allah, nikah, berbakti kepada orang
tua, sabar, tolong-menolong, syukur, bersedekah, berbaik sangka pada orang
lain, dan memberi salam.
Novel ini juga mengajarkan untuk mengingkapi hidup di dunia dengan
sederhana tampa banyak macam permasalahan, semata-mata kita dituntut
untuk mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya dan mengimaninya secara
sungguh- sungguh. Karena dalam hidup ini kita dituntut untuk senantiasa
berusaha dan berdoa kepada Tuhan, agar hidup kita selalu di ridhai dan
dirahmati oleh Allas Swt.
Dengan membaca novel ini dengan sungguh-sungguh, maka kita akan
mendapat nilai-nilai agama ynag belum di dalaptkan sebelumnya, di hati kita
akan terbesit suatu perasaan haru untuk mendalami makana-makna yang ada
dalam noveltersebut. Karena isi novel ini, merupakan ispirasi dunia religious
sufistik yang sangat langka dalam khasanah sastra islam kita. Ia tidak hanya
56
sekedar fiksi, lantaran alur, karakter, konflik, dan temannya ini semata-mata
lillahi ta’ala sebuah bacaan yang sungguh sangat langka di era serba pamri
profit dan ambisi.
Tabel Data terpilih dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Sirazhi :
No Nilai religius Data Halaman Temuan
1 Nilai T auhid 130, 84, 79-
80, 88, 19
26 Mengesakan Allah Swt
147-148,
288
30 Mengagumi kekuasaan
Allah
68, 537, 399,
506, 227
31 Penyerahan diri kepada
Allah
2 Nilai Ibadah 116, 71-72,
129, 276,
281,
34 Mengerjakan shalat
129, 109 37 Zikir kepada Allah
575, 113, 57 38 Berdoa kepada Allah
55-56 40 Nikah
3 Nilai Akhlak 53, 150, 163 41 Berbakti kepada orang
tua
57
67, 106-107,
184
43 Sabar
103-104 45 Tolong-menolong
112-113,
101, 69
46 Syukur
297 48 Bersedekah
318-319 49 Berbaik sangka pada
orang lain
22, 44, 45 50 Memberi salam
58
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab terdahulu, maka
penulis dapat menarik kesimpulan novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-
Shirazy mengandung nilai agama (religius). Novel ini mengisahkan Fahmi
dalam perjalanannya menelusuri jejak sejarah yang meneggakkan tauhid
dimuka bumi. Novel Api Tauhid adalah novel yang nilai religiusnya sangat
merasuki ruang kalbu, membumi dari segi keharmonisan, menyentuh nilai
rohani dengan cahaya cinta yang diklafikasikan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
nilai tauhid, nilai ibadah dan nilai ahklak.
Nilai Tauhid membahas tentang mengesakan Allah Swt, mengagumi
kekuasaan Allah, dan penyerahan diri kepada Allah. Nilai ibadah membahas
tentang mengerjakan shalat, zikir kepada Allah, berdoa kepada Allah, dan
nikah. Nilai akhlak membahas tentang berbakti pada orang tua, sabar, tolong-
menolong, bersyukur, bersedekah, berbaik sangka pada orang lain, dan
memberi salam.
Novel ini juga menggambarkan kehidupan beragama yang ada di dalam
masyarakat dengan berbagai macam permasalah di dalamnya dan disertai
dengan penyelesaian masalah tersebut. Novel ini juga membahas tentang
seorang yang teguh imannya dengan berbagai cobaan yang di hadapinya
dengan melihat sejarah sebagai contoh untuk kehidupannya.
59
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dicapai peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada penikmat dan pencinta sastra selain satra dapat disajikan
sebagai media untuk mendapatkan hiburan juga hendaknya sastra dapat
dijadikan media untuk mendapatkan hiburan, juga hendaknya sastra
dapat dijadikan media dakwah untuk menyampaikan sajian-sajian yang
bermanfaat.
2. Kepada khalayak umum agar lebih memahami keberadaan karya sastra
agar dalam proses penciptaan karyanya, hendaklah tidak mengabaikan
nilai-nilai yang bermanfaat bagi diri pembaca khususnya dalam
pendekatan religius.
3. Apa yang telah dipaparkan dalam penelitian ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi pembahasan maupun
cara penyususnannya karya ilmiah yang baik. Untuk itu, didasarkan
kepada peneliti sastra dari sudut religius agar meneliti karya sastra
tersebut lebih mendalam dan lebih mendetail.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Amiruddin, Dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan TinggiUmum. Bogor: Ghalia Indonesia.
Andrea Hirata ”. Skripsi. Surakarta: Program Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia UNS (tidak diterbitkan).
Asmaran., As. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers.
Atmosuwito. 1987. “Analisis gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel LaskarPelangi Karya Andrea Hirata ”. Skripsi. Surakarta: ProgramPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS (tidak diterbitkan).
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral danPancasila.Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Agama R.I. 1996, Al qurannulkarim dan terjemahannya.Semarang Penerbit CV Toha Putra.
Djojosantoso. 1986. Religiusitas dalam Tiga Novel Modern. Jakarta :Jayawati.
El-Shirazy, Habiburrahman. 2015. Api Tauhid. Jakarta: Republika.
Emang, Dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam. Makassar: Yayasan Fatiya
Estein, Musal. 1980. Sastra Indonesia dan tradisi. Bandung Angkasa.
Ghofur, Abdul. 2010. Pengetian Akhlak Menurut Bahasa., (online)http///alfutuchat, wordpress, com/2010/06/241-pengertian-akhlak-menurut:bahasa/diakses 18 juli 2016
Ibrahim. 1987. Kesustraan Indonesia Surabaya: Usha Nasional
61
Jassin. H. B. 1991. Pengarang Indonesia dan Dunianya. Jakarta: PT.Gramedia.
Jassin. 1974. Sastra Keagamaan dalam Perkembangan Sastra Indonesia : puisi1946-1965. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Madjid, Salehan. 2010. Al Islam Kemuhammadyahan Makassar. Makassar.Universitas Muhammadyah Makassar.
Mangunwidjaya, Y. B. 1988. Sastra dan Religusitas. Yogyakarta: kanisius.
Marjuki. 2015. Metodologi riset; pendahuluan penelitian bidang sosia.Ekonisia. Yogyakarta.
Nugiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yokyakarta: Gajah MadaUniversity Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM.
Poerwardarminta, 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Rismayanti. 2011. Novel analisis nilai religious dalam novel jemput aku dipintu surga. Skripsi. Makassar.: universitas muhammadyah
Spratama, 2010. Ibadah Fardu dan Sunnah ala Rasullulah Saw. (online),http://tulispratama. Blogspot. Com, diakses 20 Agustus 2012.
Sumardjo, Jakob, dan Saini, K.M. 1996. Apresiasi Kesustraan. Jakarta:Garamedia.
Suroto. 1989. Apresiasi sastra untuk SMA. Jakarta. Erlangga.
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. 2014. At-Tauhid Li ashShaff al-Awwal al-‘Ali. Darul Haq: Jakarta
Tamrin. 1996. Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra. Bandung: SinarBaru.
62
Wellek, Rene dan Austin warren. 1990. Teori Kesustraan. Jakarta: pantahJawa
Wellek, Rene . 1956. Memahami Novel Ateis. Jakarta: Grasindo
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Lestariwati dilahirkan di Desa Ngali Kecamatan Belo, Kabupaten Bima
pada tanggal 04 Mei 1993. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Sulaiman dan Nisfahun. Penulis memulai pendidikan di MIN Ngali
Kecamatan Belo Kabupaten Bima pada tahun 2001-2006, kemudian
masuk di MTS Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima pada tahun
2006-2008 dan tamat di MA Al-Jihad Ngali Bima pada tahun 2011, kemudian pada tahun 2012
melanjutkan pendidikan dan kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada
akhir studi penulis mempertahankan skripsi dihadapan penguji dengan judul “Analisis Nilai
Religius pada Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy”
SINOPSIS NOVEL API TAUHID
Api Tauhid adalah novel roman dan sejarah. Novel roman yang bercerita
seputar perjuangan anak muda asal Lumajang, Jawa Timur, yang bernama
Fahmi. Fahmi anak kedua dari tiga bersaudara, kakaknya yang bernama Ismi,
dan adiknya bernama Rahmi keduanya sudah menikah, ia satu-satunya lelaki dan
satu-satunya yang belajar sampai kuliah. Bukan karena bapak dan ibunya pilih
kasih. Akan tetapi, Sejak masuk pesantren bapaknya sudah bilang hanya bisa
menyekolahlannya sampai aliyah atau SMA, sama seperti saudaranya. Karena
keberuntungan yang diberikan oleh Allah, ia dipilih dan mendapatkan beasiswa,
kuliah di Universitas Islam Madinah.
Di Madinah ia ditemani beberapa rekannya seperti Ali, Hamza, dan Subki,
menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah. Dalam perjalanannya, Fahmi harus
menghadapi situasi yang cukup pelik, dalam urusan rumah tangga. Fahmi pun
galau. Semua persoalan yang dialaminya itu, tak pernah ia ungkapkan dengan
teman-temannya.
Kegalauannya itu ia tumpahkan dengan cara beri’tikaf di Masjid Nabawi,
Madinah, selama 40 hari untuk mengkhatamkan hafalan Al-Qur`an sebanyak 40
kali. Sayangnya, upayanya itu hanya mampu dijalani selama 12 hari. Memasuki
hari-hari berikutnya, Fahmi pingsan. Ia tak sadarkan diri, hingga harus dibawa ke
rumah sakit.
Sahabat-sahabatnya khawatir dengan kondisinya yang pemurung dan tidak
seceria dulu. Hamza, temannya yang berasal dari Turki, mengajak Fahmi untuk
berlibur ke Turki. Hamza berharap, Fahmi bisa melupakan masa-masa galaunya
selama di Turki nanti. Untuk itulah, Hamza mengajak Fahmi menelusuri jejak
perjuangan Said Nursi, seorang ulama besar asal Desa Nurs. Ulama terkemuka ini,
dikenal memiliki reputasi yang mengagumkan. Syaikh Said Nursi, sudah mampu
menghafal 80 kitab karya ulama klasik pada saat usianya baru menginjak 15
tahun. Tak hanya itu, Said Nursi hanya membutuhkan waktu dua hari untuk
menghafal Al-Qur`an. Sungguh mengagumkan. Karena kemampuannya itu, sang
guru, Muhammed Emin Efendi memberinya julukan ‘Badiuzzaman’ (Keajaiban
Zaman).
Keistimewaan Said Nursi, membuat iri teman-teman dan saudaranya. Ia
pun dimusuhi. Namun, Said Nursi pantang menyerah. Semua diladeni dengan
berani dan lapang dada. Tak cuma itu, rekan-rekan dan saudara-saudaranya yang
iri dan cemburu akan kemampuannya, para ulama besar pun merasa terancam.
Keberadaan Said Nursi membuat umat berpaling. Mereka mengidolakan Said
Nursi.
Pemerintah Turki pun merasa khawatir. Sebab, Said Nursi selalu mampu
menghadapi tantangan dari orang-orang yang memusuhinya. Ia selalu
mengalahkan mereka dalam berdebat.
Tak kurang akal, pejabat pemerintah pun diam-diam berusaha
menyingkirkannya. Baik dengan cara mengusirnya ke daerah terpencil, maupun
memenjarakannya. Ia pun harus berhadapan dengan Sultan Hamid II hingga
Mustafa Kemal Attaturk, pada masa awal Perang Dunia I.
Selama 25 tahun berada di penjara, Said Nursi bukannya bersedih, ia
malah bangga. Karena disitulah, ia menemukan cahaya abadi ilahi. Ia menemukan
Api Tauhid. Dan melalui pengajian-pengajian yang diajarkannya, baik di
masjid maupun di penjara, murid-muridnya selalu menyebarluaskannya
kepada khalayak. Baik dengan cara menulis ulang pesan-pesan Said Nursi,
maupun memperbanyak risalah dakwahnya. Murid-muridnya berhasil
merangkum pesan dakwah Said Nursi itu dengan judul Risalah Nur. Murid-
muridnya tidak ingin, Api Tauhid yang dikobarkan Said Nursi berakhir.
perjalananya dalam menelusuri jejak sejarah Said Nursi. Fahmi di
temanai oleh sahabat-sahabatnya, Hamza, Subki dan bilal Perjalanan ke Turki
membawa Fahmi berkenalan dengan gadis setempat, Emel, adik Hamza, dan
Aysel, saudara sepupu Hamza. Kemampuan Fahmi dalam menyikapi segala
sesuatu, membuat Aysel jatuh hati.
Aysel menyatakan cintanya pada Fahmi. Bahwa ia ingin hidup di
Indonesia, mengajarkannya Al-Quran dan menyiapkan teh untuk Fahmi,
jantung Fahmi berdegup kencang, ia tidak mungkin menerimanya, Aisel
adalah gadis Turki, tapi tidak seperti gadis Turki yang biasanya pemalu.
Setengah diri Aysel adalah didikan cara inggris yang berani bicara apa
adanya. Fahmi pun menjawab ungkapan perasaan Aysel dengan mengatakan
yang sebenarnya bahwa ia sudah menikah, meskipun tidak tau apakah
pernikahanya akan bertahan.
Kekaguman dan rasa cinta Aysel semakin besar terhadap Fahmi ketika
Fahmi membantunya saat Carlos mantan kekasih Aysel ingin menjual Aysel
dan dijadikan pelacur, Carlos yang kejam itu menyiksa Fahmi dan
menancapkan besi kekaki Fahmi sampai tak sadarkan diri. Dalam beberapa
hari mereka terkurung. Fahmi yang kakinya terluka akibat di tusuk oleh Carlos,
dan dengan Izin Allah Fahmi dan Aysel selamat karena anjing yang dibawa
Carlos untuk menggigit Fahmi kembali menggit Carlos.
Kaki kiri Fahmi yang akibat sebetan Carlos itu dibalut perban. Infuse dan
selang-selang pendeteksi tertancap di beberapa bagian tubuhnya dan terhubung
pada layar monitor di samping tempatnya berbaring. Mahasiswa Universitas
Islam Madinah itu tak sadarkan diri di ruang gawat darurat.
karena kaki Fahmi membusuk dan ditakutkan akan terinfersi keseluruh
tubuh, dokterpun ingin mengaputasi kaki Fahmi, tapi Fahmi tidak mengijinkan
kakinya diamputasi meski ia harus mati, dengan keadaan begitu. Teman-temannya
membujuk Fahmi agar kakinya di amputasi demi menyelamatkan nyawanya, tapi
bersikeras Fahmi tidak ingin kakinya diamputasi meski Aysel dan Emel akan
menerima walau kakinya tidak ada dan siap menikah dengan Fahmi walau
dengan mahar kakinya diamputasi.
Istrinya kembali dalam kehidupan Fahmi dan memintanya untuk menjadi
imam dan membimbingnya karena ia sudah salah ingin menhancurkan
keluarganya, dan akhirnya Fahmi memilih istrinya dan hidup bersama mendirikan
keluarga sakinah mawadah warahmah.
BIOGRAFI SINGKAT HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Habiburrahman EL Shirazy, alias Kang Abik, merupakan seorang novelis
terkenal di Indonesia. Dia bahkan dinobatkan sebagai Novelis No.1 Indonesia
oleh Insani Universitas Diponegoro (UNDIP). Dia lahir di Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia, pada tanggal 30 September 1976.
Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman EL Shirazy juga
dikenal khalayak umum sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara. Dia
adalah lulusan Sarjana dari Univesitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Bayak sekali
karya-karya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat, antara lain : Di
Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film,
2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005),
Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta
Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010) dan The Romance .Setelah lulus dari
Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia
melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist
fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma
(Pg.D) ia raih setelah Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute
for Islamic Sudies, Kairo, pada tahun 2001.
Selama melakukan pengembaraan intelektualnya di Mesir, Habiburrahman
EL Shirazy memiliki pengalaman dalam menjadi pimpinan kelompok kajian
Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam (MISYKATI) di
Kairo selama 1 tahun, dimulai tahun 1996 hingga 1997. Selain itu, Ia juga pernah
menjabat sebagai koordinator Islam ICMI Orsat Kairo dalam dua periode (1998-
2000 dan 2000-2002).Terbentuknya Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum
Lingkar Pena (FLP) di Kairo juga dikarenakan atas prakarsa darinya.
Selain sebagai novelis, dia juga diangkat sebagai guru di MAN 1
Jogjakarta pada tahun 2003-2004. Selanjutnya ia mendedikasikan ilmunya sebagai
guru besar / dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash
Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia.
Kang Abik menikah dengan seorang wanita bernama Muyasaratun Sa'idah.
Pernikahannya dikaruniai 2 orang anak bernama Muhammad Neil Author dan
Muhammad Ziaul Kautsar.