analisis naratif perlawanan terhadap ......pidato kemenangan presiden joko widodo di pelabuhan sunda...

143
ANALISIS NARATIF PERLAWANAN TERHADAP REKLAMASI DI KAMPUNG NELAYAN DALAM FILM DOKUMENTER RAYUAN PULAU PALSU KARYA WATCH DOC Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) oleh : Ardiansyah Fadli 1112051000085 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: others

Post on 08-Feb-2020

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS NARATIF PERLAWANAN TERHADAP REKLAMASI

DI KAMPUNG NELAYAN DALAM FILM DOKUMENTER

RAYUAN PULAU PALSU KARYA WATCH DOC

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

oleh :

Ardiansyah Fadli

1112051000085

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

ii

ABSTRAK

Nama : ARDIANSYAH FADLI

Judul Skripsi : ANALISIS NARATIF PERLAWANAN TERHADAP

REKLAMASI DI KAMPUNG NELAYAN DALAM FILM DOKUMENTER

RAYUAN PULAU PALSU KARYA WATCH DOC

Film dokumenter Rayuan Pulau Palsu karya Watchdoc dibuat untuk

merespon permasalahan sosial yang terjadi di Kampung Nelayan Muara Angke.

Reklamasi ternyata menjadi momok yang menakutkan untuk masyarakat nelayan

karena reklamasi membawa dampak yang negatif untuk mereka. Pidato

Kemenangan Presiden Joko Widodo di Pelabuhan Sunda Kelapa berisikan

keberpihakannya terhadap rakyat kecil khususnya nelayan dan menekankan

pentingnya laut dan maritim sehingga Jokowi mengatakan diakhir pidatonya

“Jalasveva Jayamahe” (dilaut kita jaya). Tetapi apa yang diungkapkan tidak

seperti yang diarasakan oleh masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke. Kasus

reklamasi jutru telah banyak menyeret sejumlah politisi dan pengusaha sebagai

tersangka korupsi ke lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana alur awal, alur tengah dan alur

akhir film dokumenter Rayuan Pulau Palsu Karya Watchdoc? Apa saja sifat-sifat

berlawanan (oposisi biner) yang terdapat dalam film dokumenter Rayuan Pulau

Palsu karya Watchdoc?

Narasi yang diterapkan oleh Tzevan Todorov adalah membagi objek

penelitian pada tiga alur. Alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Adapun Narasi

Claude Levi Strauss ialah menemukan Oposisi Biner dalam sebuah narasi. Dalam

hal ini adalah berupa film dokumenter Rayuan Pulau Palsu. (Eriyanti, 2013).

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metodologi

kualitatif dengan analisis naratif Tzvetan Todorov dan Claude Levi Strauss.

Kemudian sumber data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak rumah

produksi pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.selain itu, melakukan

tinjauan pustaka dari literatur yang berkaitan dengan bahasan dan juga

dokumentasi berupa pencarian berita dan informasi di internet.

Hasil penelitian adegan-adegan di alur awal menunjukkan adanya prolog,

pengenalan tokoh utama yaitu Ilyas (nelayan) dan Saefuddin (nelayan). Pada alur

tengah konflik mulai muncul, beberapa diantaranya adalah perlawanan

masyarakat nelayan terhadap reklamasi berupa demonstrasi di gedung PTUN dan

DPRD DKI Jakarta dan dialog beberapa tokoh masyarakat dengan anggota DPRD

DKI Jakarta. pada alur akhir, adegan-adegan berisikan klarifikasi, muncul

anthithesis, dan mengambil klimaks konflik berupa segel Pualu Reklamasi yang

ditandai juga dengan kemenangan nelayan dalam sidang gugatan di PTUN.

Adapun beberapa oposisi biner yang dapat ditemukan baik secara sintagmatik dan

paradigmatik adalah sebagai berikut : Kaya – Miskin, Untung – Rugi, Bohong –

Jujur, inkonstitusi – Konstitusi.

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, tuhan yang maha Esa yang telah memberikan

spirit ruhaniah, kesabaran, ketabahan, konsistensi dalam mengerjakan tugas

Skirpsi. Dia-lah alasan utama untuk tidak pernah mengenal kata putus asa,

membangun optimisme, dan percaya bahwa setiap doa, harapan dan cita-cita akan

dikabulkan oleh Allah SWT. Sholawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada

junjungan semesta alam, manusia yang sempurna dan paripurna, dialah sang

revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat

menempatkan beliau sebagai satu satunya idola dimuka bumi ini dan meneladani

beliau sebagai seorang utusan dan juru penyelamat ummat di akherat.

Berkat rahmat ilahi, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Naratif Perlawanan Terhadap Reklamasi Di Kampung Nelayan

Dalam Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu Karya Watchdoc”. Penulisan

skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada

bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima

kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi , Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang

Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II bidang

iv

Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

3. Dr. Suhaimi. M.Si selaku pembimbang skripsi yang tidak pernah

berhenti memberikan motivasi, kritikan yang membangun, saran dan

masukan sehingga selesainya skripsi ini dengan baik. terima kasih

telah bersedia membimbing, mengarahkan, mendidik, saya dengan

sangat baik.

4. Umi Musyarofah, MA selaku pembimbing akademik selama penulis

menempuh perkuliahan studi pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

5. Seluruh staf pengajar di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak

memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama penulis menempuh

studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam

urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi serta perpustakaan utama yang telah melayani

v

peminjaman buku sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan

skripsi.

8. Kepada seluruh penggiat film dokumenter Rumah Produksi Watchdoc

yang telah mengizinkan penulis untuk menjadikan film dokumenter

Rayuan Pulau Palsu sebagai objek penelitian.

9. Kepada Randhy Hernando, selaku Eksekutif Producer, film

dokumenter Rayuan Pulau Palsu yang telah banyak mambantu peulis

dalam menyelesaikan tugas skrispsi. Terima kasih atas motivasi, cerita,

pengalaman, yang berharga selama penulis melakukan wawancara

penelitian.

10. Kepada Mamah dan Ayah, yang karenamu telah mengalir deras darah

juang untuk senantiasa teguh, kuat, Pantang menyerah dalam berikhtiar

menjalani setiap proses indah dalam kehidupan yang fana ini. Terima

kasih telah menjadi orang tua yang tak pernah henti-hentinya

mendoakan seorang anak untuk menggapai puncak kesuksesan.

11. Kepada teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Senior, dan

Junior yang selalu meramaikan setiap ingatan penulis pada sebuah

perjuangan yang tidak mudah dalam organisasi. IMM telah menjadi

rumah singgah saya di Ciputat, memberi banyak pengalaman, tempat

berkumpulnya orang-orang hebat. Terima kasih atas pertemanan yang

tak pernah usai dan motivasi yang tak pernah berhenti.

12. Kepada kelas KPI C 2012 teman seperjuangan selama menempuh studi

pendidikan di Kampus. Terima kasih untuk setiap waktu, cerita, ilmu,

diskusi dan perdebatan-perdebatan seru di dalam kelas .

vi

13. Salam hormat dan terima kasih kepada pejuang-pejuang skripsi , dialah

Zeinudin Syah, Rifqy Masruri, Falahul Muallim, Haris Mauludin yang

telah banyak memberikan masukan, motivasi , sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi ini.

14. Kepada Farhan Fuadi, selaku Senior IMM dan LS-ADI yang telah

banyak memberikan waktu untuk memberi masukan tentang skripsi

yang penulis lakukan diwarung-warung kopi.

15. Kepada Arip, Faisal, Rusli, Rusdi, Heru dkk, yang telah banyak

memberikan penulis pencerahan untuk saling membesarkan di masa

depan. Tetap konsisten berjuang dan ber-Fastabiqul Khairat.

16. Kepada Fatma Hidayati, Nuzrotul Khofiyyah, Aima Siagian, terima

kasih telah menjadi partner sharing, diskusi, dan telah banyak

memotivasi demi selesainya skripsi ini.

17. Kepada Alfath, Luthfi, Deden, dan teman-teman alumni SPK PAN,

terimas kasih telah banyak menemani dan tidak pernah berhenti untuk

terus mendorong penulis menyelesaikan tugas akhir.

18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, semoga semua kebaikan yang

telah dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekuarangan. Untuk

itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak

vii

hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca serta segenap keluarga besar

civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta. Oktober 2017

Ardiansyah Fadli

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ......... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………................... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ………………………...... 9

C. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 9

D. Manfaat Penelitian ……………………………………........ 10

E. Tinjauan Kepustakaan ………………………………......... 11

F. Metodelogi Penelitian ……………………………………... 12

G. Sistematika Penelitian ……………………………………... 15

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Film Dokumenter ……………………………………...... 17

B. Reklamasi dalam Tinjauan Teori ..................................... 20

C. Analisis Naratif ................................................................ 28

BAB III GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER “Rayuan Pulau

Palsu” Karya Watchdoc

A. Resensi Film Rayuan Pulau Palsu ................................... 39

B. Bentuk-bentuk Perlawanan Masyarakat Terhadap Reklamasi

………………………………………………………….. 41

C. Keunggulan Film Rayuan Pulau Palsu ............................ 45

D. Tim Produksi Film Rayuan Pulau Palsu .......................... 48

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN ANALISIS NARATIF FILM

DOKUMENTER “Rayuan Pulau Palsu”

A. Alur Cerita ........................................................................ 50

B. Oposisi Biner atau Sifat-sifat yang Berlawanan ............... 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 107

B. Saran ................................................................................ 110

Daftar Pustaka ……………………………………..............………...... 113

Lampiran ................................................................................................. 125

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ............................................................................................... 56

Gambar 2 ............................................................................................... 57

Gambar 3 ............................................................................................... 58

Gambar 4 ............................................................................................... 59

Gambar 5 ............................................................................................... 60

Gambar 6 ............................................................................................... 61

Gambar 7 ............................................................................................... 62

Gambar 8 ............................................................................................... 66

Gambar 9 ............................................................................................... 67

Gambar 10 ............................................................................................. 69

Gambar 11 ............................................................................................. 70

Gambar 12 ............................................................................................. 71

Gambar 13 ............................................................................................. 73

Gambar 14 ............................................................................................. 75

Gambar 15 ............................................................................................. 77

Gambar 16 ............................................................................................. 78

Gambar 17 ............................................................................................. 80

Gambar 18 ............................................................................................. 81

Gambar 19 ............................................................................................. 84

Gambar 20 ............................................................................................. 85

Gambar 21 ............................................................................................. 86

Gambar 22 ............................................................................................. 88

Gambar 23 ............................................................................................. 89

Gambar 24 ............................................................................................. 92

Gambar 25 ............................................................................................. 94

Gambar 26 ............................................................................................. 96

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bagan teoritis penelitian film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ..... 30

Tabel 2. Struktur pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ............... 53

Tabel 3. Oposisi biner film dokumenter Rayuan Pulau Palsu sintagmatik dan

paradigmatik.................................................................................................. 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan.

Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926)

oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John

Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.1 Seperti halnya

film-film yang diproduksi oleh rumah produksi film dokumenter watchdoc.

Pada tahun 2016 awal rumah produksi film dokumenter Watchdoc

mengeluarkan film dokumenter dengan judul “Rayuan Pulau Palsu”. Film

tersebut membahas tentang kasus reklamasi dan perlawanan yang dilakukan

oleh masyarakat kampung nelayan Muara Angke Jakarta Utara dalam

penolakannya terhadap reklamasi. Film yang berdurasi satu jam ini merekam

setiap persoalan reklamasi teluk Jakarta. Mulai dari suasana pelelangan ikan

di Muara Angke, pasar olahan ikan, kehidupan nelayan sebelum dan sesudah

dibangun reklamasi, aksi demonstrasi menolak reklamasi di depan gedung

dewan perwakilan rakyat daerah DKI Jakarta, sampai pada audiensi dan

pengaduan ke pengadilan tata usaha negara.

Tak hanya itu, film ini juga menampilkan ketidaksesuaian isi pidato

Presiden terpilih Republik Indonesia Joko Widodo di pelabuhan Sunda

Kelapa. Dengan dilaksanakannya megaproyek reklamasi yang dinilai banyak

merugikan masyarakat kampung nelayan khususmya. Isi pidato yang secara

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul

12.47 WIB

2

umum mengharapkan rakyatnya kembali seusai dengan profesinya masing-

masing. Seperti halnya petani kembali ke sawah, buruh kembali ke pabrik,

pegawai kembali ke kantor, dan nelayan kembali kelautan. Scene berupa

pidato Presiden Joko Widodo yang ditampilkan di awal film kemudian

dikombinasikan dengan scene-scene lainnya. salahsatunya berupa realitas

kehidupan masyarakat pesisir yang terkena langsung dampak dari kebijakan

reklamasi tersebut.

Di sisi lain, film ini bahkan menampilkan rancangan hunian mega

proyek Pluit City yang dokumentasi videonya diambil langsung dari youtube.

Hal demikian juga menunjukkan, bahwa ada unsur kepentingan yang tak

lazim terkait dengan kebijakan reklamasi. Mengacu pada pasal nomer 33

undang-undang dasar (UUD) 1945, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. hal demikian tentulah sangat tidak

sesuai atau berseberangan dengan isi dan pesan undang-undang. Di scene

setelahnya digambarkan bahwa karena dampak reklamasi ternyata banyak

masyarakat pesisir yang menjadi korban, kehilangan tempat tinggalnya,

kehilangan mata pencahariannya, dan merusak ekologi perairan di pantai

tersebut. Hal demikian juga berpotensi melanggar pasal 27 ayat 2 undang-

undang dasar (UUD) 1945 yang menjamin hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan bagi semua warga Negara.

Reklamasi nantinya akan menggusur pemukiman nelayan atas nama

penertiban, hanya untuk pembangunan bagi segelintir masyarakat kelas

ekonomi atas. Dan ini melanggar pasal 28 H ayat 1 undang-undang dasar

3

(UUD) 1945 yang justru menjamin hak untuk bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat bagi semua warganya.

Secara hukum hal tersebut banyak menuai konflik dan beda pandangan

baik antar pemegang kebijakan seperti Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahya

Purnama dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta. ditambah antara

pengamat dan juga banyak penolakan keras dari banyak LSM. seperti Koalisi

Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), LBH Jakarta, Wahana

Lingkungan Hidup (WALHI), Komunitas Nelayan Tradisional (KNT), dan

lainnya. Rata-rata penolakan tersebut dilakukan melihat dari berbagai macam

alasan dan perspektif. Scene selanjutnya menampilkan Aksi penolakan

terhadap reklamasi yang dilakukan pada tanggal 17 April 2016 di gunungan

pasir Pulau G yang diikuti oleh warga pesisir Jakarta dan dengan beberapa

LSM. Dan sebulan kemudian tepatnya tanggal 31 Mei 2016 Majelis hakim di

Pegadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan nelayan

atas Surat Keputusan (SK) Gubernut DKI Nomor 2.238 tahun 2014 tentang

pemberian izin Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta Kepada PT. Muara

Wisesa Samudera. Gugatan tersebut dilaporkan oleh Kesatuan Nelayan

Tradisonal Indonesia (KNTI) pada 15 september 2015 lalu. Nelayan

mengangap bahwa izin reklamasi yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI

Jakarta melanggar sejumlah aturan dan berdampak merugikan nelayan.2 Pada

tahun berikutnya 16 Maret 2017, Nelayan kembali memenangkan gugatan

Reklamasi Pulau F. Ketua Majelis Hakim Baiq Juliani mengabulkan gugatan

para penggugat yaitu pihak Nelayan dan membatalkan keputusan Gubernut

2http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/30/19184411/reklamasi.pulau.g.resmi.dihentikan

diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.27 WIB

4

DKI nomor 2268 tahun 2015 tentang pemberian izin reklamasi pulau F

kepada PT. Jakarta Propertindo tertanggal 22 Oktober 2015. Alasan berupa

pertimbangan majelis hakim mengabulkan gugatan dan menolak SK

Gubernur DKI 2268 Tahun 2015 karena dinilai tidak berkaitan dengan

kepentingan umum dalam rangka pembangunan. Dan Hakim bahkan

beralasan hal demikian akan membuat semakin besar kerusakan sumber daya

perairan yang akan terjadi dari akibat kegiatan reklamasi dibandingkan

dengan unsur manfaat yang harus dilindungi oleh pelaksanaan dari objek

sengketa dalam perkara ini.3

Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu adalah salah satu film yang

mendapatkan berbagai Prestasi dan apresiasi dari banyak pihak. Walau tidak

se-Prestisius film-film komersial yang mendapatkan penghargaan semisal

award dan penghargaan bergengsi lainnya. karena memang sebagaimana

penuturan Randy Hernando selaku Executive Producer kepada peneliti bahwa

dibuatnya film ini tidak lain untuk mengakomodasi suara-suara masyarakat

dalam hal ini nelayan yang terkena dampak reklamasi. Melalui Film ini,

Dandy berharap dapat menjembatani aspirasi masyarakarat kepada

pemerintah yang selama ini sulit tersampaikan.4 Dapat dikatakan bahwa film

ini dibuat karena alasan sosial dan kemanusiaan.

Apresiasi dan prestasi yang diberikan lebih dalam bentuk dukungan dan

penerimaan masyarakat luas dalam pemutaran film yang mengambil konsep

nonton bareng dan diskusi di wilayah-wilayah di Indonesia. Bahkan film

Rayuan Pulau Palsu telah diputarkan di luar negeri oleh PPI (Persatuan

3http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/17/06424971/.nelayan.sujud.syukur.karena

.menang.gugatan.pulau.f.i.dan.k diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.33 WIB

4 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00

5

Pelajar Indonesia) diantaranya di Melbourne Australia, London, dan Den

Haag Belanda.5 Dengan demikian ini pertanda bahwa banyak respon positif

yang diberikan dari banyak kalangan sosial masyarakat dalam menanggapi

film Rayuan Pulau Palsu. Adapun Tanggapan yang datang dapat berbentuk

kritik, saran, dan juga solusi.

Film ini dibuat dengan waktu sekitar kurang lebih 2,5 bulan lamanya.

Randy Hernando selaku produser film ini menjelaskan bahwa kata Rayuan

Pulau Palsu merupakan plesetan dari rayuan pulau kelapa. Dimana pemilihan

diksi berupa „Rayuan‟ itu menunjukkan bahwa megaproyek reklamasi ini

memiliki magnet yang besar dan kuat bagi siapa pun yang mudah terkena

suap dan rentan di korupsi.6 Hal lain yang melatarbelakangi terbentuknya film

dokumenter Rayuan Pulau Palsu adalah berawal dari sebuah ekspedisi

selama kurang lebih satu tahun yang dilakukan oleh Dandy Dwi Laksono

selaku pendiri Watchdoc. Dalam kegiatan ekspedisinya Dandy merekam

banyak keragaman budaya di Indonesia.n hal tersebut ia lakukan bersama

berdua dengan temannya menggunakan motor beroda dua bertajuk Ekspedisi

Indonesia Biru. Di pertengahan bulan, sampailah mereka di koata Bali, dan

disanalah mereka menemukan sebuah wacana tentang adanya proyek

reklamasi di teluk Benoa. hal tersebut mendapat respon khususnya dari

banyak masyarakat adat di Bali. Terkait dengan penolakannya terhadap

reklamasi teluk Benoa di Bali. Untuk itu Dandy berencana membuat film

5 http://www.antaranews.com/berita/568716/ppi-belanda-diskusi-reklamasi-teluk-jakarta-

rayuan-pulau-palsu di akses pada tanggal 19/07/2017 pukul 08.26 WIB

6https://m.tempo.co/read/news/2016/05/01/083767550/feature-suara-nelayan-dan-rayuan-

pulau-palsu di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul 12.46 WIB

6

dokumenter yang menjelaskan tentang reklamasi dan jadilah film Kala

Benoa.7

Reklamasi di Bali sesungguhnya masih pada tahap rencana atau

wacana, namun telah banyak penolakan dari berbagai kalangan di Bali.

Sepulangnya dandy dan temannya setelah melewati satu tahun perjalanan

ekspedisi bertajuk Indonesia Biru pada tahun 2015. Dan tahun 2016 awal,

dandy dan teman-temannya di kantor mulai menyadari bahwa reklamasi

bukan hanya urusan Bali dan Teluk Benoa. Tetapi, reklamasi menjadi wacana

program jangka panjang pemerintah. Dan saat itulah mereka berencana untuk

membuat film tentang reklamasi teluk Jakarta yang tengah berjalan dan

menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan. Kemudian masalah yang

ditemukan saat me-riset, melakukan penelitian, pencarian data di lapangan.

Hal yang justru ditemukan adalah reklamasi telah berjalan namun payung

hukum dan amdal tidak jelas adanya.8 Randy selaku Executive Producer,

menurutnya dia menyadari bahwa ketika dia dan timnya turun kelapangan

membaur dengan masyarakat nelayan sambil mencari data menanyakan

kepada mereka tentang proyek reklamasi. Hal yang ditemukan adalah bahwa

banyak masyarakat nelayan tidak mengetahui apa itu reklamasi. Mereka

hanya tahu akan dibangun pulau baru dipesisir pantai utara Jakarta.9 hal itulah

yang setidaknya melatarbelakangi mereka untuk membuat film dokumenter

Rayuan Pulau Palsu yang menjelaskan tentang reklamasi teluk Jakarta.

Dandy Dwi Laksono dan Andhy Panca Kurniawan selaku pendiri

rumah produksi watch doc mengatakan “Saya (Dandy) dan Panca punya latar

7 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017.

8 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017,

9 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017,

7

belakang yang agak berbeda, walaupun sama-sama berasal dari industri

media. Panca dari media alternatif, sedangkan saya dari media industri. Kami

punya keresahan yang sama bahwa tayangan televisi dari 11 stasiun televisi

nasional di Indonesia relatif monoton. Isinya hanya sinetron, infotainmen,

serta talkshow politik yang membosankan dan tidak mencerdaskan.

Sedangkan, ada program berita informatif yang ditayangkan pada pukul dua

dini hari—berarti di Jayapura jam 4 pagi. Bagaimana penonton Indonesia bisa

mendapat informasi yang baik jika (tayangan tersebut) ditaruh saat jam orang

orang tidur?”10

Dari kutipan di atas dandi dan panca mengawalinya dari

sebuah keresahan dan ketidakpuasaan atas content media selama ini yang

hampir menghilangkan aspek To Inform, dan To Educate tapi lebih

mengedepankan To entertain.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney

(1988) terkait dengan fungsi-fungsi media massa diantaranya adalah to

inform (menginformasikan),to entertain (memberi hiburan), to persuade

(membujuk), dan transmission of the culture (transmisi budaya).11

hal inilah

yang idealnya harus dipenuhi oleh media massa tanpa menganaktirikan satu

dengan yang lainnya. Pada dasarnya hadirnya media massa adalah sebagai

sarana penyampai informasi yang factual kepada masyarakat. Media massa

menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Di era

tekhnologi dan informasi ini, media massa telah dianggap sebagai sumber

utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi.12

10 file:///C:/Users/acer/Documents/Watchdoc, sajikan documenter yang berwawasan &

inspiratif.htm di akses pada tanggal 22/11/2016 pukul 12.47 WIB

11

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, (JAKARTA: Rajawali Press, 2009). h. 64

12

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta : Kencana, 2008).h.29

8

Film Dokumenter sebagai salah satu media komunikasi massa yang

memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan

mempunyai sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan tempat

tinggal yang tentunnya dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik

untuk pesan-pesan tertentu dari dan untuk masyarakat. Sebab Dengan

menonton film kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas

tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Film mempuyai tujuan transmission of

values (penyebaran nilai-nilai). Tujuan ini disebut dengan sosialisasi.

Sosialisasi ini mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan

nilai kelompok. Apabila melihat dari fungsinya, media massa memiliki empat

fungsi, yaitu, pertama, untuk menghimpun dan menyebarluaskan pada

khalayak. kedua, memberikan pendidikan bagi khalayak. Ketiga, sebagai

media hiburan untuk khayalak. Keempat, sebagai alat kontrol sosial dalam

kehidupan bernegara dan bermasyarakat.13

Peran film dokumenter Rayuan

Pulau Palsu yang menjadi bagian dari media massa menjadi hal yang penting

untuk melihat realitas kehidupan masyarakat kampung nelayan di tengah

kebijakan pemerintah menjalankan proyek reklamasi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaskud

mengajukan proposal skripsi dengan judul Analisis Naratif Perlawanan

terhadap Reklamasi di kampung nelayan dalam film dokumenter

“Rayuan Pulau Palsu”.

13

Zaenuddin, HM. The Journalist, (Jakarta : Simbiosa Rekatama Media, 2011), Hal. 9-10

9

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang di atas, untuk membatasi

agar tidak terlalu luasnya pembahasan maka penelitian hanya membatasi

pada analisis naratif dan perlawanan terhadap reklamasi di kampung

nelayan dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu dengan

menggunakan klasifikasi narasi menurut Tzvetan Todorov yang

menjelaskan tentang alur awal, alur tengah, dan alur akhir dan dengan

menggunakan teori Claude Levi-Strauss yang menjelaskan tentang

oposisi biner (sifat-sifat yang berlawanan) dari film tersebut.

2. Perumusan Masalah

Mendasarkan pada hasil identifikasi dan pembatasan masalah

berikut :diatas, maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah

bagaimana analisis narasi atas film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ?

adapun pertanyaan turunannya sebagai berikut :

1. Bagaimana Alur Narasi dalam film dokumenter Rayuan Pulau

Palsu ?

2. Apa sajakah oposisi biner (sifat-sifat yang berlawanan) yang

terdapat dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui dan memahami

secara mendalam tentang perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di

10

kampung nelayan, dinarasikan berdasarkan alur cerita dan oposisi biner (sifat-

sifat berlawanan) dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi

wawasan dan perspektif di dunia akademis terkait dengan analisis naratif

dan juga untuk memperdalam studi tentang analisis teks media massa

dalam kajian media dan komunikasi khususnya media komunikasi berupa

film dokumenter. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam penelitian

media massa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

informasi dan referensi untuk penelitian sejenisnya dimasa mendatang.

Dan juga penelitian ini dapat memberikan pendalaman mengenai

bagaimana sebuah peristiwa dinarasikan khususnya dalam bentuk film

dokumenter.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi

penelitian serupa di masa mendatang, menambah khazanah

keilmuan, membuka cakrawala berfikir tentang bagaimana analisis

naratif perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di kampung

nelayan yang terdapat dalam film dokumenter berjudul Rayuan

Pulau Palsu.

b. Memberikan pendidikan dan pemahaman kepada khalayak luas,

bagaimana perlawanan mayarakat terhadap reklamasi di Kampung

11

Nelayan dinarasikan dalam bentuk film dokumenter berjudul

Rayuan Pulau Palsu.

c. Sebagai bahan informasi awal bagi penelitian dengan focus serupa

dimasa mendatang.

E. Tinjauan Kepustakaan

Untuk menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan

pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah melakukan studi kepustakaan peneliti

menemukan skripsi yang hampir berkaitan dengan penelitian ini, seperti

skripsi dengan judul “Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa” karya

Atik Sukriyati Rahman tahun 2014. Persamaan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model naratif Tzvetan Todorov. Namun perbedaan dari

penelitian ini adalah jika Atik menggunakan film bergenre Fiksi atau Film

biasa pada umumnya maka peneliti menggunakan objek film berbasis

dokumenter.

Selain skripsi tersebut, penulis juga meninjau penelitian yang berjudul

“Film Dokumenter „The Muslim Premier League‟ dalam Perspektif Analisis

Narasi” karya Wahyu Eko Wibowo 2016. Persamaan pada penelitian ini

adalah dalam hal analisis narasi dan pada objek penelitiannya yang sama-

sama melakukan penelitian terhadap film berbasis film Dokumenter. Namun

berbeda dengan focus yang diteliti. Bila Wahyu Eko Wibowo memfokuskan

penelitiannya pada tiga model analisis narasi menurut tzvetan Todorov,

Claude Levi-Strauss, dan Josep Campbell, sementara peneliti menggunakan

dua analisis narasi menurut Tzvetan Todorov dan Claude Levi-Strauss.

12

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengemukakan tentang pesan

yang terkadung dalam film dokumenter yang membahas tentang perlawanan

terhadap reklamasi. Yaitu dalam film Rayuan Pulau Palsu karya watch doc

yang di produksi pada tahun 2016.

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma Penelitian ialah kumpulan sejumlah asumsi yang

dipegang bersama, konsep atau proposisi yang dapat mengarahkan cara

berfikir peneliti dalam penelitiannya.14

Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah

paradigma konstruktivis. Paradigma Konstruktivis memiliki Asumsi

dasar bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah. Tapi sebaliknya, ia

dibentuk dan dikonstruksi.

Paradigma Konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial

bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.

Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigm konstruksionis adalah

menemukan bagaimana peistiwa atau realitas tersebut dikonstruksi,

dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi,

paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma

produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma

positivis atau paradigma transmisi.15

14 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007). h. 49.

15

Eriyanto. Analisis Isi, Pengantar Metodelogi Penelitian, ( Jakarta: Kencana, 2011). H.

43.

13

Dengan demikian, realitas yang sama bisa ditanggapi,

dimaknai dan dikonstruksi secara berbeda-beda oleh semua orang.

Karena, setiap orang mempunyai pengalaman, prefrensi, pendidikan

tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu, dimana hal

tersebut suatu saat akan digunakan untuk menafsirkan realitas sosial yang

ada disekelilingnya dengan konstruksinya masing-masing.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian

ini juga menggunakan metode analisis narasi yaitu studi tentang struktur

pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa (pragmatic). Analisis ini

merupakan suatu metode analisis narasi pesan dalam suatu film yang

sistematis dan menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis

pesan-pesan tertentu yang disampaikan oleh komunikator. Metode ini

berbeda dengan kuantitatif dengan metode yang melihat pada angka-

angka, tetapi secara langsung kepada narasi dalam bentuk penjelasan

kualitatif tentang fenomena yang dibahas. Selain itu analisis narasi lebih

menekankan kepada pertanyaan “bagaimana” (how) dari suatu pesan atau

teks komunikasi. Melalui analisis narasi, dapat membantu penulis untuk

mengetahui tentang isi film dokumenter dan bagaimana pesan tersebut

disampaikan lewat film dokumenter “Rayuan Pulau Palsu” karya Watch

Doc.

14

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun Subjek penelitiannya adalah film dokumenter “Rayuan

Pulau Palsu” karya Watch Doc. Sedangkan Objek yang akan di teliti

adalah teks dalam bentuk Narasi yang terdapat dalam film dokumenter

“Rayuan Pulau Palsu” karya Watch Doc.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan film dokumenter Rayuan Pula Palsu karya

Watch doc, melalui internet dan buku-buku yang berkaitan

dengan bahan penelitian.

2. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan

melakukan komunikasi tahap (face to face) antara peneliti dan

sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara

dengan pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu karya

watch doc.

3. Studi Kepustakaan

Peneliti memperoleh data dengan cara mengutip data dari

sumber lain untuk melengkapi data-data yang sudah ada.

15

b. Pengolahan Data

Setelah data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

terkumpul. Maka langkah selanjutnya adalah mengelola data

tersebut. Kemudian data-data diklasifikasikan sesuai dengan model

analisis yang digunakan oleh Tzvetan Todorov dan Claude Levi-

Strauss. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif,

yaitu data yang terkumpul disusun dan dilaporkan yang sebelumnya

diklasifikasikan menurut pembahasannya dan pada akhirnya diambil

keputusan.

G. Sistematika Penelitian

BAB I: Pendahuluan. Meliputi pendahuluan yang berisikan

permasalahan yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,

dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Teori. Merupakan uraian berupa teori-teori yang

menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam

penelitian ini, seperti diantaranya, pengertian film

dokumenter, reklamasi dalam tinjauan teori, teori analisis

naratif, analisis naratif model tzvetan todorov, analisis

naratif model claude levi-strauss.

BAB III: Gambaran Umum. Pada Bab ini berisi gambaran

mengenai Film Rayuan Pulau Palsu.

16

BAB IV: Temuan dan Analisisi Data, Pada bab ini menjabarkan

temuan-temuan dan analisis dari penelitian ini.

BAB V: Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran-

saran

17

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Film Dokumenter

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Film Dokumenter diartikan

sebagai sebuah karya yang bersifat dokumentasi dalam bentuk film mengenai

suatu peristiwa bersejarah, atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai

makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.1

Namun pada dasarnya tidah hanya peristiwa bersejarah atau seni budaya,

namuan lebih terhadap mendokumentasikan kenyataan dalam kehidupan kita.

Istilah Documentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara/director)

Jhon Grierson. Film dokumenter didefinisikan oleh Grierson sebagai karya

ciptaan mengenai kenyataan (Creative treatment actuality), titik berat dalam

film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi.2 Film dokumenter

menampilkan apa yang terjadi dalam masyarakat, mereka yang terlibat dan

menjadi saksi dari kejadian tersebut.

Pelaku peristiwa yang mempertunjukkan kisah tentang apa yang terjadi,

bukan penulis yang menceritakan kisahnya. Namun demikianlah, penulislah

yang kemudian membuat tentang bagaimana kisah mereka tersebut akan di

narasikan. Sebuah film dokumenter menyajikan suatu kenyataan berdasarkan

fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial.3 Film

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online

2 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 213

3 Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi” Asintya, Jurnal

Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No.( 1 juni 2010): hlm, 7.

18

dokumenter, selain mengandung fakta ia juga mengandung subjektivitas

pembuat.

Jadi, ketika faktor manusia berperan, persepsi tentang kenyataan akan

sangat bergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu. dengan kata

lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada

proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film

dokumenter.4 Film dokumenter atau yang sering disebut banyak orang

sebagai film non fiksi merupakan sebuah karya film yang dihasilkan dari

realita atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik pengalaman

hidup seseorang ataupun peristiwa.5 Film dokumenter dibuat dari kenyataan-

kenyataan atau realitas objektif, yang mana kenyataan itu dibangun dengan

interpretasi pembuatannya.6

“A movie about real life. And that is precisely the problem,

dokumenteries are about real life. They are not real life. They are not

even windows onto real life. They are potraits of real life, using real life

as their raw material, constructed by artists and technicians who make

myriad decisions about what story to tell to whom, and for what

purpose.7

“Sebuah film tentang kehidupan nyata. Dan itulah yang menjadi sebuah

masalah, dokumenter adalah sebuah kehidupan nyata. Tetapi juga bukan

kehidupan nyata, bahkan dokumenter bukan jendela untuk melihat kehidupan

nyata atau kenyataan hidup. Dokumenter adalah sebuah kehidupan nyata.

Kehidupan nyata adalah sebuah bahan yang digunakan oleh seniman untuk

membuat keputusan tentang cerita dan kepada siapa cerita itu ditujukan.”

4 Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214

5 Garzon R. Ayawaila. Dokumenter dari ide sampai produksi, Jakarta : FFTV-IKJ PRESS,

2008), H. 35. 6 D. A, Peransi. Film/Media/Seni. (Jakarta. FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.46.

7 Patricia Aufderheide. Documentary Film (a very short introduction), (New York: Oxford

University Press, 2007). h. 2.

19

Walaupun film dokumenter adalah sebuah film yang dibangun dari

sebuah kenyataan yang terdapat dalam kehidupan manusia, tetapi pada

dasarnya dalam produksi pembuatan film dokmenter film ini pun juga melalui

proses editing, dan menentukan keputusan alur agar dapat menghasilkan

sebuah alur cerita seperti halnya film fiksi.

Penentuan keputusan cerita ditentukan oleh seorang sutradara yang

ingin membuat film tersebut. Sehingga dalam membuat film tersebut pastilah

sang sutradara memiliki sebuah tujuan. Baik digunakan sebagai media

propaganda atau hanya sekedar memberikan informasi, memberikan tontonan

dan pendidikan sinema melalui sebuah film bergenre film dokumenter. Dalam

hal ini sebenarnya film dokumenter tidak jauh berbeda dengan film-film pada

umumnya yang dalam pembuatannya memiliki tujuan, sasaran atau target

penonton, dan sebagainya. Perbedaannya hanya film dokumenter adalah film

yang dibuat atas dasar kenyataan atau realita nyata.

Dalam film dokumenter pada umumnya mengandalkan Voice Over

narasi untuk menggambarkan rekaman yang dihasilkan ketika proses

produksi. Ini dibuat agar film dokumenter dapat lebih hidup, dan dapat lebih

memberikan sebuah informasi kepada penontonnya. Film ini juga seringkali

berisi wawancara dengan orang-orang yang menjadi tokoh dalam film

tersebut sebagai pemberi informasi. Oleh karena itu film dokumenter dapat

dibilang sangat erat kaitannya dengan jurnalisme. Selain karena keduanya

dibangun dari sebuah realitas dan juga fakta, tetapi juga dilengkapi dengan

kaidah-kaidah yang digunakan dalam setiap karya jurnalistik seperti

menggunakan 5W+1H, mserta melakukan wawancara. Bedanya hanya dalam

20

karya jurnalistik lebih ditekankan pada sebuah informasi atau berita yang

sifatnya aktual.8

Sifat yang dimiliki dokumenter pun sangat demokratis sekaligus

personal. Film Dokumenter kendatipun berupa fakta objektif, namun tetap

unsur subjektivitas juga tidak mungkin dihindari dalam realitas yang tersaji

pada karya tersebut. Dengan karakteristik tersebut, film dokumenter dengan

sendirinya menjadi karya yang bersifat alternative, baik dari segi isi, mapun

bentuk, sehingga mampu menarik minat masyarakat umum.9

B. Reklamasi dalam Tinjauan Teori

1. Pengertian Reklamasi

Istilah reklamasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai pengurukan (tanah), atau juga usaha memperluas pertanian

(tanah) atau dengan memanfaatkan daerah yang sebelumnya tidak

bermanfaat menjadi bermanfaat. Sedangkan mereklamasi berarti

membuka tanah untuk digarap.10

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama

reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusah atau tidak

berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan reklamasi biasanya

dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan

pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata.

Dalam undang-undang nomor 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil, mengungkapkan bahwa reklamsi adalah kegiatan

8 Suhaimi dan Rulli NAsrullah. Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: :Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009), h. 28.

9 Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi” Asintya, Jurnal

Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No.( 1 juni 2010): hlm, 8.

10

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan

Nasional, 2008), h. 1188

21

yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan

yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara

pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Pengaturan ini sejalan

dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No, 40/PRT/M/2007

mengenai Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

Dengan demikian, Reklmasi adalah usaha pembentukan lahan baru

dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut

lingkungan dan dan sosial ekonomi. Sedangkan reklamasi pantai dapat

diartikan sebagai usaha pembentukan lahan baru baik yang menyatu

dengan wilayah pantai ataupun yang terpisah dari pantai dengan cara

pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang juga ditinjau dari sudut

lingkungan dan sosial ekonomi.

2. Tujuan Reklamasi

Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak

atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru

tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman,

perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.11

Tak

terkecuali pada kota Jakarta, tujuan utama reklamasi pantai Utara Jakarta

yaitu untuk menekan laju pertumbuhan, dimana tempat yang baru

11

Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan

Menteri Pwerkejaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat Jenderal Penataan Ruang,

Departemen Pekerjaan Umum. h. 16

22

tersebut akan dijadikan pemukiman yang mampu menampung sekitar 1,5

juta penduduk Jakarta.12

Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota.

Reklamasi dilakukan oleh Negara atau kota-kota yang laju pertumbuhan

dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami

kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan

lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah

tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Selain

reklamasi, alternative lain dari kebutuhan lahan adalah pemekaran kea

rah vertikal dengan membangun gedung-gedung pencakar langit dan

rumah-rumah susun.13

3. Dampak Positif

Secara umum dampak positif dari kegiatan reklamasi sesuai dengan

tujuan diadakannya reklamasi, seperti menghidupkan kembali

transportasi air, membuka peluang embangunan wilayah pesisir,

meningkatkan pariwisata bahari, serta meningkatkan pendapatan daerah.

Kegiatan Reklamasi juga tentunya dapat menibgkatkan kualitas dan nilai

ekonomi kawasan peissir, mengurangi lahan yang dianggap kurang

produktif, penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi,

peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan kawasan pantai dan

penyerapan tenaga kerja.

12

Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi

Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementrian PU

13

Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 44/PRT/M/2007), h. 16-17.

23

Reklamasi banyak memberikan keuntungan dalam

mengembangkan wilkayah. Praktek ini memberikan pilihan penyediaan

lahan untuk pemekaran wilayah, penataan daerah pantai, menciptakan

alternative kegiatan dan pengembangan wisata bahari. Pulau hasil

reklamasi dapat menahan gelombang pasang yang mengikis pantai, selain

itu juga dapat menjadi semacam bendungan untuk menahan banjir rob di

daratan.

4. Dampak Negatif

Disamping dampak positif, perlu diperhatikan pula bahwa ternyata

kegiatan reklamasi juga tidak lepas dari campur tangan manusia terhadap

alam yang tentu akan berdampak buruk terhadap ekologis, meliputi

dampak fisik seperti perubahan hidro oceanografi, erosi pantai,

sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, perubahan rejin

air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah

pesisir. Sedangkan, dampak biologis berupa terganggunya ekosistem

mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria dan penurunan

keanekaragaman hayati.

Disamping itu, reklamasi pantai juga berdampak pada aspek sosial-

ekonomi masyarakat, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian

besar adalah petani tambak, nelayan dan buruh, sehingga adanya

reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada

penurunan pendapatan mereka. Persepsi nelayan terhadap kegiatan

reklamasi mengarah pada dampak negatif 14

terhadap sumber daya alam

14

Jurnal Hubungan Internasional Tahun VIII, No.1, Januari 2015. Hlm.55

24

perikanan. Daerah penangkapan ikan, jalur perahu, dan kegiatan

budidaya. Menurut nelayan, dampak negatif paling utama adalah

terhadap sumber daya alam. Lebih dari 50% nelayan menyebutkan

bahwa reklamasi berdampak negatif terhadap sumberdaya alam.15

Sehingga nantinya reklamasi akan memusnahkan ekosistem alami yang

terkena dampak reklamasi. Musnahnya ekosistem alami akan

berpengaruh pada produksi perikanan nelayan.16

Secara khusus

permasalahan ini akan berdampak juga pada sektor lingkungan hidup

yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, meningkatnya tekanan

terhadap keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lainnya.17

5. Reklamasi dalam Pandangan Islam

Reklamasi pada dasarnya merupakan upaya mengubah laut, pesisir,

rawa-rawa, danau, sungai dan kawasan berair lainnya menjadi daratan

dengan cara menguruk, mengeringkan atau membuat drainase. Sebagian

besar reklamasi dilakukan terhadap kawasan rawa-rawa, danau, kawasan

pesisir dan laut.

Reklamasi bisa berkaitan dengan dua hal. Pertama, berkaitan

dengan lahan milik umum seperti danau, kawasan laut pesisir dan laut.

Harta milik umum itu haram dikuasai atau dikuasakan kepada individu,

kelompok atau korporasi (perusahaan). Negara harus memberikan

peluang kepada seluruh rakyat untuk bisa memanfaatkan atau

mendapatkan manfaat dari harta milik umum itu. Negara harus

15 Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2 : 105-112. (Desember 2012). Hlm 109

16

Suryadewi A, Edward, A Setiadi : Masalah Reklamasi Teluk Jakarta ditinjau dari

Aspek Psikologi Lingkungan. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan (Vol. 18 No. 2) hlm. 145-163

17

Widodo L. 2005 : Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai dengan Pendekatan

Model Dinamik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT Vol. 6 No. 1 : 330-338

25

mengelola langsung harta milik umum, lalu semua hasilnya dikembalikan

kepada rakyat baik secara langsung atau dalam bentuk berbagai

pelayanan.

Dalam memandang masalah reklamasi, Islam memiliki sudut

pandang tersendiri jauh sebelum adanya undang-undang yang berlaku

dan perlaksanaan reklamasi dibelahan dunia manapun. Reklamasi

memiliki kesamaan makna dengan istilah Al Islahat al aradhi al

bahriyah atau memperbaiki tanah yang ada di laut. Adapun kitab yang

membahas tentang hal ini adalah kitab Al Kharaj karya Abu Yusuf yang

hidup di zaman khalifah Umar Bin Khattab dan Al Amwal karya Abu

Ubaid di zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid dengan menggunakan istilah

Ihya al-mawat.

Ihya al-mawat secara etimologi memiliki arti menghidupkan yang

mati, namun maksud sebenarnya adalah menghidupkan tanah yang mati

(ihya al-ardh al-mawat). Istilah ini memiliki perluasan makna, yaitu tak

hanya tanah mati berupa hutan belantara saja yang menjadi objek, namun

laut, sungai bahkan kutub sekalipun masuk ke dalamnya.

Setidaknya ada tiga sudut pandang Abu Ubaid mengenai Ihya al-

mawat yang dibahas di bab ke-33 dalam karyanya, antara lain:

1. Seseorang mendatangi wilayah mati, kemudian menghidupkan

sampai muncul aktivitas kehidupan di situ. Sehingga dia berhak atas

tempat itu. Contohnya seseorang yang menghidupkan sepetak tanah

tak bertuan untuk bercocok tanam kemudian tanah itu menjadi

miliknya.

26

2. Pemerintah memberikan wilayah yang tidak terurus kepada

perorangan/swasta untuk dikelola dan dihidupkan, dikenal dengan

istilah iqtha. Maka pemerintah tidak berhak atas tempat itu lagi dan

menjadi kepemilikan orang yang menghidupkan tempat tersebut.

3. Seseorang yang membuat patok/batas tanah kemudian dia

mengklaim bahwa itu miliknya dan melarang orang lain mengakui

kepemilikan atas tanah tersebut.18

Abu Ubaid melandaskan hal ini pada hadits Rasulullah SAW:

“Siapa saja yang memakmurkan (mengelola) sebidang tanah yang tidak

dimiliki seorang pun, maka dialah yang lebih berhak (atas tanah

tersebut).” (HR. Bukhari dari Aisyah RA)

Oleh karenanya, Islam memandang proses reklamasi boleh

dilaksanakan. Apalagi bersandar pada kaidah ushul dalam muamalah

yakni hukum asal dalam muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang

melarangnya. Islam adalah agama yang rahmatan lil „alamin yang

tujuannya adalah mencapai maslahat masyarakat secara luas. Mengapa

Rasulullah membolehkan Ihya al-mawat? Karena disana terdapat tujuan

untuk kemaslahatan. Allah SWT pun menegaskan dalam Al-Quran

terkait dengan kerusakan yang terjadi di alam raya, Qur‟an Surat Ar-Rum

ayat 41-42 sebagai berikut:

18 http://www.dakwatuna.com/2016/04/26/80208/reklamasi-kacamata-islam/#

axzz4Qf6jqVWF di akses pada tanggal 26/11/2016 pukul 07.05 WIB

27

Artinya : “Telah Nampak Kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki

agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,

agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah

(Muhammad), “Berpergianlah di Bumi lalu lihat bagaimana

kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah

orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar-Rum (30) :

41-42).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya Allah telah

mengirimkan manusia ke muka bumi ini ialah untuk menjadi Khalifah

Allah, yang berarti pelaksana dari kemauan tuhan. Banyak rahasia

kebesaran dan kekuasaan ilahi menjadi jelas dalam dunia, karena usaha

manusia. Sebab itu menjadi khalifah hendaklah menjadi muslih, berarti

suka memperbaiki dan memperindah.19

Disamping banyak manusia yang

benar-benar menjadi khalifah, menjaga kelestarian alam, keindahan, dan

keamanan bumi ini. Tetapi tidak sedikit orang yang melakukan kerusakan,

kedzholiman,sesui dengan apa yang Allah telah firmankan dalam surat Ar-

Rum 41-42. Air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar

membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut. Demikian pula air dari

pabrik-parbik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan,

kian lama kian banyak. Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi

mati.20

19

Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 94. 20

Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 96.

28

Dalam ushul fiqh, dikenal kaidah “Adhdararu yuzalu” yang

artinya kerusakan harus dihilangkan dan kaidah lain “adhdarar ala

dhirar” yang maknanya kemudharatan/kerusakan tidak boleh dihilangkan

dengan melahirkan kemudharatan yang lain. Dalam koteks reklamasi bisa

diartikan bahwa untuk menjadikan reklamasi sebagai solusi untuk

mengatasi permasalahan perlu di perhatikan apakah kemudian reklamasi

membawa suatu kemaslahatan atau malah mendatangkan kemudharatan

baru untuk banyak orang.

6. Analisis Naratif

a. Bagan Teoritis

Skripsi ini akan meneliti film dokumenter yang berjudul Rayuan

Pulau Palsu karya watch documentary mengenai perlawanan masyarakat

terhadap reklamasi pantai utara Jakarta. Dalam proses analisis, peneliti

menggunakan teori Tzevetan Todorov yang membagi narasi menjadi alur

awal, alur tengah, dan alur akhir. Kemudian, penulis juga menggunakan

teori naratif dari Claude Levi Strauss yang mengungkapkan cerita

menggunakan oposisi biner atau sifat-sifat yang berlawanan. Kedua teori

tersebut digunakan untuk menggambarkan dengan sejelas-jelasnya bentuk-

bentuk perlawanan masyarakat terhadap reklamasi di pesisir pantai utara

Jakarta.

Hal tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut ini.

29

Tabel 1. Bagan teoritis penelitian film dokumenter Rayuan Pulau Palsu

b. Pengertian Narasi

Secara etimologi narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya

membuat tahu. Dengan kata lain, narasai berhubungan dengan usaha untuk

memberitahu sesuatu atau peristiwa.21

Sementara narasi menurut Gorys

Keraf Narasi adalah salah satu bentuk wacana yang berusaha menceritakan

suatu peristiwa atau kejadian sehingga seolah-olah kita dapat melihat

ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, unsur yang

paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.22

adapun peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa yang memiliki

21

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 1. 22

Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.135-136

Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu

Analisis bentuk perlawanan terhadap

Reklamasi

Claude Levi-Strauss

(1972)

Teori Analisis Naratif

Tzevan Todorov

(1977)

30

rangkaian atau urutan peristiwa. Dan peristiwa yang tidak memiliki

rangkaian dan urutannya seperti halnya jadwal siaran televisi, papan

penunjuk jalan, dan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah

narasi.

Onong Uchana Effendy berpandangan bahwa narasi itu berisi

penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu

cerita dipilih, dan disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.23

Narasi memiliki tiga (3) karakteristik.(a). Narasi harus terdiri atas

beberapa peristiwa yang kemudian dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa

tersebut disusun secara beraturan, tidak acak, dan menghasilkan makna

tertentu. (c). Terdapat pemilihan peristiwa yang dirangkai. Pada

karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang diangkat dan

bagian mana yang dibuang sangatlah berkaitan dengan makna yang ingin

disampaikan oleh pembuat narasi.24

Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa narasi merupakan cara

yang digunakan untuk memberitahu mengelola struktur sebuah cerita, baik

fiksi maupun fakta, yang didalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut

penggambaran, dan juga rangkaian peristiwa yang diatur secara berurutan.

Menurut Branston dan Stafford, narasi terdiri atas empat (4) macam,

diantaranya : a. Narasi menurut Tvzetan Todorov, bahwa narasi memiliki

alur awal, alur tengah, dan alur akhir. b. adapun menurut Vladimir Propp,

bahwa suatu cerita itu pasti karakter tokoh, c. sedangkan menurut Levis

23

Onong Uchjana Effendy: Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2007), h. 214. 24

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.

31

Strauss, Suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d. dan terakhir

menurut Joseph Campbell, bahwa narasi juga memiliki unsur mitos dan

symbol-simbol tertentu didalamnya.

Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut

Tvzetan Todorov dan Levis Strauss dikarenakan objek daripada

penelitiannya adalah mengenai film dokumenter Rayuan Pulau Palsu,

sehingga tidak terdapat hal-hal mitos seperti di film-film pada umumnya

dan juga tidak terdapat peran atau karakter yang jelas seperti halnya dalam

film fiksi. Kendatipun narasi tidak ada hubungannya dengan fakta dan

fiksi, sebab narasi hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta

disajikan atau diceritakan kepada khalayak.25

Untuk itu tidak ada bedanya

film fiksi dengan film non fiksi seperti halnya film dokumenter.

Kesemuanya memiliki alur, plot, karakter, dan tokoh terntentu yang

dinarasikan di dalam nya.

c. Teori Narasi Tzvetan Todorov

Tvzetan Todorov, seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria

memiliki gagasan tentang struktur dari narasi. Teorinya kerapkali

digunakan dalam bidang media dan komunikasi. Ia melihat bahwa pada

teks terdapat struktur tertentu. Menurutnya, pembuat teks dalam menyusun

narasi belum tentu secara sadar membentuk struktur seperti itu. Narasi

dalam pandangan Todorov adalah apa yang dikatakan, maka dari itu narasi

memiliki urutan kronologis motif dan plot, serta adanya hubungan sebab

akibat dari suatu peristiwa. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian

25

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.

32

yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada

bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Dan alurlah yang menandai kapan

sebuah narasi dimulai dan kapan berakhir.26

Menurut Todorov, pada bagian awal terdapat interaksi situasi dasar,

kemudian di bagian tengah terdapat konflik, dan pada bagian akhir

terdapat penyelesaian yang biasanya berakhir bahagia. Dengan kata lain

Todorov berpandangan bahwa sebuah cerita itu memiliki alur cerita awal,

alur cerita tengah dan juga alur cerita akhir. sebagaimana penjelasan

berikut :

a) Alur Cerita Awal

Suatu peristiwa tidak muncul begitu saja dari kekosongan.

Tetapi, peristiwa lahir dari suati kondisi dan situasi yang

mengandung system-sistem yang mudah meledak. Situasi

tersebut harus menghasilkan suatu perubahan yang dapat

membawa akibat atau perkembangan yang lebih lanjut. Jadi,

bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus

memungkinkan khalayak memahami adegan-adegan

selanjutnya.27

b) Alur Tengah Cerita

Bagian ini merupakan batang tubuh yang utama dari seluruh

tindak-tanduk para tokoh, dan merupakan rangkaian dari tahap-

tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian

26

Tzvetan Todorov, The Poetics of Prose (Oxford: Blackwell, 1977), h. 127. 27

Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56.

33

perkembangan mencakup adegan-adegan yang berusaha

meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang

berkembang dari situasi asli.28

Artinya di bagian ini para tokoh

sudah terlihat karakter jelasnya, konflik juga sudah mulai

terbangun atau sudah memasuki tahap konkritisasi.

c) Alur Cerita Akhir

Pada bagian akhir atau disebut juga bagian peleraian

(denouement), konflik yang terjadi dapat diatasi dan

diselesaikan. Bagian ini merupakan titik dimana khlayak

terangsang untuk melihat seluruh makna cerita.29

Dari pemaparan sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam narasi ada bagian yang mengawali narasi, kemudian ada bagian

yang menjadi tahap perkembangan dari alur awal cerita dan yang terakhir

ada bagian yang mengakhiri suatu narasi. Walau demikian banyak juga

pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita,

tetapi kritikan tersebut tidak dapat meniadakan pembagian waktu. Seperti

misalnya, ada pendapat yang mengatakan “bahwa sebenaranya apa yang

disebut sebagai penyelesaian itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dai

suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain,

atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya

menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.”30

28

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 29

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 30

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146

34

d. Teori Narasi Claude Levi-Strauss

Claude Levi-Strauss ialah seorang ahli antropologi dan etnografi asal

Perancis. Levi Strauss dilahirkan di Brussel, Belgia pada 28 November

1908, dari orang tua Yahudi yang berkebangsaan perancis.31

Dalam

pemahamannya tentang narasi, Levi-Strauss berpendapat bahwa struktur

pembuatan makna tidak hanya mitos, alur dan peran, melainkan terikat

dengan oposisi biner. Oposisi biner adalah kumpulan nilai-nilai yang

berlawanan, misalnya barat-timur, atas bawah, kaya-miskin, langit-bumi,

dan air-api. Bagi Levi-Strauss, oposisi biner adalah „the essense of sense

making‟ atau struktur yang mengatur system pemaknaan, terhadap budaya

dan dunia tempat kita hidup. 32

Levi-Strauss menggunakan gagasan Ferdinand de Saussure dan

Sigmund Freud untuk menemukan makna dari suatu narasi. Makna itu

menurut Levi-Strauss bisa ditemukan dari oposisi biner yang terdapat

dalam suatu narasi. Oposisi biner adalah kunci dimana kita bisa

memahami jalan pikiran, nalar atau logika dari si pembuat narasi.33

Jika dibandingkan konsepsi mengenai fungsi karakter (Propp) dan

struktur narasi (Todorov) dengan konsepsi Levi strauss, Menurut Berger,

Propp dan Todorov mengambil sisi sintagmatik dalam suatu narasi,

sementara Levi-Strauss mengambil sisi paradigmatik dari suatu teks. Jika

sintagmatik memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dalam teks,

31

Gusti A. B. Menoh : Memahami Antropologi Struktural Claude Levi Strauss, Jurnal

STFI Driyakarya : hlm, 1-2. 32

Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth (New York: Doubleday Anchor

1972), h. 135. 33

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 169.

35

maka sisi paradigmatik memperlihatkan struktur dalam atau makna dari

suatu teks kepada kita.34

Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik

berarti bahwa kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain sehingga

membentuk suatu pengertian melalui hubungan asosiatif (paradigmatik)

dan hubungan sintagmatik. Secara definitif hubungan sintagatik adalah

hubung antara satu tanda dengan tanda lain (satu kata dengan kata lain)

dalam suatu kesatuan (linear). Sementara hubungan paradigmatik adalah

relasi antara tanda-tanda dalam suatu paradigma (kesamaan umum); unit-

unit yang memiliki kesamaan karakteristik yang menentukan

keanggotaannya dalam paradigama tersebut.35

Pandangan Levi-Strauss ini berpegangan pada pandangan linguistic

structural yang mengungkapkan bahwa inti dari fenomena pada dasarnya

adalah relasi-relasi yang membuat relasi tersebut menjadi focus utama.

Kendati kajian tersebut tidak secara eksplisit mengiring pada pemahaman

makna karya, namun melalui oposisi biner atau konflik antara dua sifat

yang berlawanan, makna sebuah karya sastra juga akan tergambar.36

Sebuah narasi apapun bentuknya, baik fiksi ataupun nonfiksi selalu

mempunyai oposisi biner. Oposisi biner itu bisa dilihat dari rangkaian dan

relasi diantara kata, kalimat, gambar, dan adegan dari suatu narasi. Jika

suatu narasi mempunyai makna, maka makna tersebut tidaklah terdapat

pada unsur-unsurnya yang berdiri secara sendiri-sendiri yang terpisah satu

34

Arthur asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive, Boulder: Rowman &

Littlefield, 2003, h. 46. 35

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 163. 36

Heldy S & hri Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra

(Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 107.

36

sama lain, tetapi dari relasi diantara unsur-unsur tersebut.37

Artinya makna

dari suatu cerita dapat dilihat dan diketahui dengan cara membuat relasi

diantara unsur-unsur dari suatu cerita.

Struktur Oposisi Biner

Oposisi biner merupakan struktrur dalam, dalam sebuah narasi.

Dapat dikatakan seperti itu karena struktur ini tidak terlihat secara nyata.

Karena struktur dalam baru dapat ditemukan oleh peneliti setelah peneliti

membongkar dan meneliti relasi dan rangkaian dari sebuah cerita dalam

film. Jika struktur luar sudah direncanakan oleh si pembuat narasi atau

film, semisal pembuat film kemungkinan telah merencanakan bagian apa

yang ditempatkan di awal, di tengah dan bagian mana yang ditempatkan di

akhir. Sementara dalam struktur dalam, umumnya tidak disadari oleh

pembuat narasi atau film. Struktur dalam tersebut baru dapat ditemukan

setelah dibedah dan dianalisis. Salah satu cara untuk mengetahui struktur

dalam dari suatu narasi yaitu dengan menggunakan Oposisi biner (binnary

opposition) sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Claude Levi

Strausss.38

Oposisi biner selalu muncul di dalam setiap narasi. Hal itu adalah

selain karena secara sifat alamiah dasar manusia yang melihat dunia dari

dua sisi, ini juga berkaitan dengan fungsi suatu narasi dalam masyarakat.

Narasi sering berguna dalam memberikan panduan kepada masyarakat,

37

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171. 38

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 161.

37

memberikan arahan moral, menjaga tradisi dan sebagainya. Dan hal

tersebut dilakukan dengan memberikan garis yang tegas antara apa yang

benar dan tidak benar, apa yang baik dan tidak baik. Maka, lewat narasi

masyarakat dapat mencoba untuk meneguhkan identitas dirinya. 39

Oposisi biner adalah bagian yang tak terpisahkan dalam setiap

narasi, karena khalayak memang lebih mudah memahami suatu cerita

dengan jalan membuat oposisi atau perbandingan berpasangan.

Menurut Levi Strauss, sisi paradigmatik dari suatu bahasa adalah

sebagai hal yang paling penting. Suatu teks narasi, dapat digambarkan

sebagai suatu garis, yang terdiri atas sisi ordinal (x) dan sisi vertikal. Sisi

ordinal adalah sintagmatik, sementara sisi vertikal adalah paradigmatik.40

dan dengan menggunakan oposisi biner dari sisi paradigmatik dari suatu

narasi, kita dapat menemukan makna dalam dari suatu narasi.41

Ada tiga tahapan penting bagaimana cara kita dapat menemukan

oposisi biner dari suatu narasi.42

diantaranya sebagai berikut :

1. Mencari miteme (mytheme). Sama halnya seperti bahasa, menurut

levi-strauss, suatu narasi atau cerita juga mempunyai unsur terkecil

yang disebut dengan miteme. Miteme bisa berupa kalimat, adegan,

39

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171. 40

Jonathan Culler, Structuralist poetics : Strukturalism, Linguistics and the study of

literature, New York: Cornell University Press, 1976, hlm. 15. 41

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 169. 42

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media ( Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013), h. 171-172

38

rangkaian kalimat, dan sebagainya. Miteme itu misalnya “A

menikah dengan B” atau “A membunuh B” dan seterusnya.

2. Mencari relasi di antara miteme-miteme yang telah ditemukan.

Misalnya miteme dengan kata “menikah” dicari relasi dengan

miteme yang lain seperti “memelihara”, dan sebagainya. Suatu

cerita tidak pernah memberikan makna tertentu yang sudah pasti

dan mapan, melainkan hanya memberikan sebuah grid (kisi). Kisi

ini tidak memberikan makna cerita tetapi menunjukkan sesuatu

yang lain, yaitu pandangan-pandangan mengenai dunia, masyarakat

dan sejarahnya yang sedikit banyak diketahui oleh pembuat cerita

atau dimana masyarakat tersebut dihadirkan.

3. Menyusun miteme-miteme tersebut secara sintagmatik dan

paradigmatik. Menyusun miteme seacara sintagmatik yiatu

menyusun kata, kalimat, gambar secara sekuen. Sebaliknya,

menyusun miteme secara paradigmatik adalah menempatkan

miteme itu sesuai dengan posisi dan paradigmanya dalam suatu

kesatuan makna. Rangkaian antara kedua unsur tersebut

membentuk kumpulan relasi-relasi (bundles of relations).

39

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER “Rayuan Pulau Palsu”

karya Watch Doc

A. Resensi Film Rayuan Pulau Palsu

Film ini berawal dari sebuah tatanan kehidupan yang harmonis

disebuah kampung dipesisir laut utara jakarta, dimana kegiatan dan aktivitas

berjalan dengan biasanya. Dan tepatnya Pada tahun 2016 akhir, Masyarakat

yang terletak dipesisir kampung nelayan Muara Angke ini keberadaanya

terusik oleh kebijakan pemerintah terkait proyek reklamasi yang

keberadaanya tidak jauh dari pemukiman warga di pesisir pantai utara

Jakarta. Ilyas adalah salah satu pemeran utama di film ini, usianya kurang

lebih 68 tahun, pekerjaanya sebagai nelayan telah digelutinya selama kurang

lebih 52 tahun mulai bekerja di daerah pasar ikan sampai dengan hari ini di

daerah muara angke. Ilyas menjadi salah satu korban dari dampak negatif

proyek reklamasi.

Tokoh utama yang selanjutnya adalah saefudin , usianya 35 tahun,

usianya masih terbilang muda dibandingkan dengan tokoh sebelumnya.

Perkerjaannya mengolah ikan asin selama 12 tahun, ia pun memiliki

pekerjaan sampingan sebagai pengurus perahu bermesin di teluk pantai

Jakarta. Di awal film ini juga di tampilkan bagaimana seorang presiden Joko

Widodo ditemani dengan wakilnya M.Yusuf Kalla berpidato di atas sebuah

perahu nelayan di pesisir pelabuhan muara angke tepatnya 17 bulan sebelum

40

dilakukan proyek reklamasi. Adapaun inti isi dari pidatonya adalah bahwa

presiden ingin mengembalikan semua kegiatan dan profesi atau tugas

masyarakat pada tempatnya masing-masing, seperti mengembalikan petani

pada sawahnya, nelayan pada lautnya, anak-anak pada sekolahnya, buruh dan

pekerja pada pabriknya, dan karyawan pada kantornya. Dan presiden pun

mengakhiri pidatonya dengan kalimat “di laut kita jaya”.

Tetapi ilyas dan saefudin di film ini merasakan realitas yang berbeda

dengan apa yang telah disampaikan oleh presiden Joko Widodo dalam

pidatonya. Keduanya memberikan kesaksian atas apa yang dia rasakan,

khususnya terkait dengan dampak reklamasi. seperti ilyas misalnya,

bertempat tinggal dipinggiran kota Jakarta sejatinya bukan sebuah pilihan

hidup jika saja pak ilyas memiliki pilihan lainnya. Tetapi nasib membawanya

tinggal dan menetap di tempat tersebut bersama keluarganya. Sudah sejak

dulu, sampai saat ini ilyas bekerja sebagai nelayan. Lokasi tempat tinggalnya

yang bersebalahan dengan laut pantai utara Jakarta membuatnya merasa

bahwa rezekinya ada di laut atau tepatnya menjadi seorang nelayan. Dalam

film, ilyas memaparkan penghasilan yang ia dapatkan ketika menjadi nelayan,

yang menurutnya dalam sehari dalam kondisi normal penghasilannya bisa

mencapai dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah namun oleh karena adanya

project reklamasi, pak ilyas justru hanya memperoleh penghasilan dalam

sehari hanya lima puluh ribu rupiah rupiah dalam hitungan kotor. Di film ini

pak ilyas menilai bahwa hal yang jelas membedakan pendapatan yang biasa

dia dapatkan dibandingkan yang saat ini dia dapatkan, adalah karena alasan

dampak reklamasi yang berdampak negatif terhadap ekologi perairan di

41

pesisir pantai Jakarta utara.hal demikian, secara tidak langsung mengurangi

penghasilan pak ilyas yang berprofesi sebagai nelayan dikarenakan

menurutnya ikan-ikan banyak yang mati karena tercemar air kotor akibat

reklamasi dan kebanyakan ikan mulai menjauh dari perairan pesisir utara

Jakarta. Selain itu, ikan-ikan hasil tangkapan pak ilyas juga ternyata tidak

banyak dan kualitas ikannya menurun sehingga berdampak pula pada harga

jual ikan tersebut. hal ini dibuktikan dengan adegan film pak ilyas yang

bersama rekan-rekan nya melakukan survei menangkap ikan di lautan tempat

biasa melakukannya.

Beberapa kali massyarakat melakukan penolakan dengan berbagai cara.

Para tokoh masyarakat juga melakukan mobilisasi massa dan beberapa kali

mengingatkan melalui rapat atau diskusi di keluarahan terkait penolakan

terhadap reklamasi. Fakta membuktikan selain itu juga, ternyata ada oknum

yang ingin menunggangi masyarakat dengan kesaksian actor dalam film.

B. Bentuk-bentuk perlawanan masyarakat terhadap reklamasi

Perlawanan adalah suatu bentuk reaksi yang dilakukan oleh banyak

orang karena tidak adanya ketidakadilan, ketidaksesuaian, atau

ketidaksepemahaman. Dalam konteks film ini reklamasi menjadi pemicu dari

reaksi masyarakat yang melakukan perlawanan dalam bentuk yang berbeda-

beda. Hal tersebut adalah bagian dari partisipasi politik. Secara sederhana

perlawanan dalam film termasuk dalam dua cara partisipasi politik, yaitu cara

konvensional (birokrasi), sekaligus merupakan bentuk partisipasi politik yang

42

normal dalam demokrasi modern, dan cara nonkonvensional, seperti petisi,

revolusi, dan demonstrasi. Kedua bentuk partisipasi politik tersebut dapat

digunakan sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas

kehidupan politik dan kekuasaan politik, kekuasaan politik dan kepuasan atau

ketidakpuasan warga negara.1 Umumnya cara konvensional adalah cara yang

dilakukan dengan cara-cara yang humanis, kompromis, dan elegan, seperti

berdialog, audiensi, proses peradilan. Adapun cara-cara nonkonvensional

seperti dengan melakukan demonstrasi di beberapa tempat seperti di

pengadilan, di kejaksaan, dan melakukan segel reklamasi pulau G.

Dalam film digambarkan bagaimana masyarakat pesisir kampung

nelayan Jakarta Utara ,melakukan perlawanan terhadap reklamasi yang

sebelumnya didahului dengan diskusi dengan tokoh masyarakat dan warga

sekitar. Perlawanan itu pertama dengan melakukan audiensi dan dialog

langsung di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta. Hal tersebut dibarengi dengan melakukan aksi

demonstrasi pernolakan terhadap reklamasi pantai utara Jakarta di depan

gerbang gedung DPRD. dalam audiensi warga menyampaikan bahwa warga

kampung nelayan sudah bisa hidup mandiri. Hal itu terbukti karena banyak

nelayan membeli perahunya sendiri, jarring beli sendiri. Dan menurutnya

Joko Widodo sebagai presiden harus bisa memberdayakan dan mengapresiasi

apa yang telah nelayan lakukan. Warga lain menyampaikan, bahwa dulu

soeharto telah mencanangkan untuk mencintai laut dan maritim. Begitupun

dipemerintahan sekarang seperti pidato yang telah disampaikan presiden Joko

1 Sudjono Sastroatmojo, Perilaku Politk, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995. Hal 74.

43

Widodo diawal kemenangannya sebagai presiden. Tapi menurutnya, hal itu

malah tidak sesuai dengan kebijakan-kebijakannya. Bahwa nelayan telah

banyak disingkirkan. Dan malah akan timbul wacana bahwa nelayan-nelayan

akan direlokasikan di Pulau seribu. Hal lain yang disampaikan dalam audensi

oleh seorang ibu, dirinya menyampaikan, bahwa orang tuanya, yaitu ibu dan

bapaknya adalah seorang nelayan. dilahirkan di Ancol, kemudian direlokasi

(dipindahkan) ke Muara Karang, di relokasi lagi ke Muara Angke, “we are

not animals, sir. We are human beings.”

Menurut warga, mereka tinggal di muara angke tidaklah gratis. Mereka

membayar dan melunasi rumah yang selama ini mereka tinggali. Alasan lain

adalah bahwa mereka dipaksa oleh pemerintahan dulu untuk tinggal di muara

angke yang dulunya adalah hutan. Sementara mengapa ada wacaran gubernur

DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama ingin menggusur dan merelokasi

kampung kami.

Perlawanan selanjutnya adalah demontrasi yang dilakukan warga

kampung nelayan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada Januari

2016. Masyarakat yang tergabung dalam koalisi selamatkan teluk Jakarta, yan

didalamnya terdiri dari sejumlah organisasi, dan juga masyarakat nelayan

yang ada di teluk Jakarta. Wacana yang dibawa adalah bahwa mereka ingin

mengembalikan dan memulihkan hak-hak masyarakat nelayan di teluk

Jakarta. Kedua, memulihkan lingkungan hidup yang yang berada di teluk

Jakara. Mereka percaya, bahwa hanya dengan lingkungan hidup yang baik

dan bersih di perairan teluk Jakarta, maka mereka akan bisa mendapati

Jakarta yang lebih sehat. Perlawanan reklamasi juga dilakukan oleh JJ.Rizal,

44

seorang budayawan. Menurutnya, bahwa kalau kita tidak menolak reklamasi

Jakarta, maka Jakarta akan mati. Jakarta akan terkena bencana Ekologi.

penolakan terhadap reklamasi di Jakarta, itu sekaligus adalah sikap dan

penolakan kita terhadap reklamasi di Indonesia.

Perlawanan reklamasi itu juga dilakukan oleh Supporter klub bola tanah

air The Jak Mania atau Persija (persatuan Sepak Bola Jakarta), dalam bentuk

membentangkan banner besar di stadium sepak bola saat pertandingan

berlangsung. Menurutnya, “kita cinta Persija, kita juga cinta Jakarta. Untuk

itu merupakan spontanitas anak-anak untuk membentangkan banner di

stadium bertuliskan “#JakartaTolakReklamasi”. Perlawanan terus berlanjut,

dilakukan oleh banyak lapisan masyarakat. Sebagai penutup atau klimask

dalam film ini adalah perlawanan dalam bentuk segel Reklamasi Pulau G.

kegiatan tersebut dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat, LSM,

Organisasi, khususnya masyarakat yang sejak awal konsisten melakukan

perlawanan demi perlawanan penolakan terhadap reklamasi. Menurut randy

selaku executive producer bahwa momen terakhir yang menjadi klimaks

dengan cara melakukan perlawanan melalu segel Pulau G itu dilakukan untuk

menjaga konsistensi atau mengumpulkan seluruh elemen masyarakat yang

menolak reklamasi teluk Jakarta. Menurutnya hal ini sekaligus membuktikan

bahwa satu pulau saja telah banyak membuat heboh masyarakat. Apalagi

harus mereklamasi 17 pulau teluk Jakarta.2

2 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00

45

C. Keunggulan Film Rayuan Pulau Palsu

Setiap film memiliki genre-nya masing-masing. secara sederhana film

dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu, film fitur, film animasi, dan film

dokumentasi (dokumenter). Adapun yang menjadi keunggulan film Rayuan

Pulau Palsu adalah film ini merupakan film dokumenter, Dimana secara

definitif bisa diartikan bahwa film dokumenter adalah karya film nonfiksi

yang menggambarkan situasi kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan

setiap individu didalamnya menggambarkan perasaan dan pengalaman dalam

situasi yang apa adanya.3 Hal demikian yang menurut peneliti menjadi salah

satu keunggulan film Rayuan Pulau Palsu.

Film dokumenter berjudul Rayuan Pulau Palsu adalah film yang dibuat

berkenaan dengan hangatnya berita kebijakan tentang reklamasi pantai utara

Jakarta. Sampai dengan film itu dibuat masalah reklamasi masih banyak

menuai pro dan kontra diberbagai lapisan masyarakat. Pasalnya kebijakan

tentang reklamasi pada prakteknya banyak merugikan masyrakat setempat

khususnya kaum nelayan. keunggulan film ini, tentu yang pertama, film ini

sifatnya aktual, membahas sesuai dengan isu yang sedang hangat dibicarakan

banyak orang, terlebih film dokumenter adalah sebuah film yang sarat akan

data dan sifatnya jurnalistik. Kedua, pada umumnya tidak jauh berbeda

dengan film-film dokumenter karya watch doc lainnya, pada masalah konsep

publikasi, film dokumenter Rayuan Pulau Palsu juga mengambil konsep

“nonton bareng” di setiap lapisan masyarakat di jabodetabek maupun diluar

jabodetabek, bahkan sampai ke luar negeri. Tidak sampai disana, Penayangan

3 Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotik Media. 2010 hal 134

46

film ini juga di ikuti dengan sesi diskusi,dengan menghadirkan pembicara

dari pihak watch Doc untuk menjelaskan isi dari film tersebut.

Film ini sempat menjadi sorotan mahasiswa Indonesia yang sedang

mengenyam pendidikan di luar negeri. Seperti halnya penuturan executive

produser Randhy Hernando yang mengatakan bahwa film Rayuan Pulau

Palsu telah Diputar juga oleh mahasiswa PPI (persatuan Pelajar Indonesia) di

Melbourne Australia, London Inggris, dan Den Haag Belanda. Hal ini

membuktikan bahwa film Rayuan Pulau Palsu mendapatkan perhatian lebih

dari banyak lapisan masyarakat. Film ini layak diteliti karena dibuatnya film

ini bukan dengan tujuan komersial atau dengan istilah saat ini profit oriented.

Melainkan lebih pada tujuan sosial, advokasi, dan humanity (kemanusiaan).

Sehingga banyak muatan to inform dan to educate di bandingkan film-film

komersial yang banyak memuat unsur to entertain. dan yang terpenting film

ini banyak mengajarkan masyarakat tentang keadilan, keberpihakan,

kepentingan, arogansi, intervensi, menang-kalah, untung-rugi, dan sejumlah

nilai-nilai luhur berbangsa, bernegara dan bertanah air.

Selain itu, film ini menjadi modal informasi terkait dengan adanya

proyek besar reklamasi yang akan diterapkan oleh pemerintah di beberapa

daerah lain di Indonesia seperti di teluk benoa bali, palu, dan khususnya di

DKI Jakarta yang menjadi role model atau pusat sentral politik dan bisnis di

Indonesia. Sehingga dengan adanya film ini, barangkali masyarakat semakin

peka dan berfikir kritis pada setiap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak

pro terhadap kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Film rayuan pulau paslu

dibuat berdasarkan kisah nyata dan pembuatannya sangat memperhatikan

47

momentum. Terbukti, film ini di launching setelah adanya kasus

penangkapan ketua komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta,

Mohamad Sanusi dalam operasi tangkap rangan yang dilakukan pada kamis

malam 21 Maret 2016.4 Berdasarkan penuturan Randhy Hernando, dirinya

bersama dengan tim di Watchdoc dalam membuat film Rayuan Pulau Palsu

sangat memperhatikan ketepatan waktu, momentum, dan perkembangan

informasi. Itulah alasan mereka tinggal dan menetap bersama dengan warga

selama kurang lebih 2 minggu. Dan kejadian atau scene-scene perlawanan

secara konvensional maupun nonkonvensional adalah sesuatu hal yang

natural dilakukan warga dan bukan termasuk skenario yang di arahkan tim

Watchdoc.5

Hal lain yang menjadi keunggulan film ini adalah,bahwa film ini dibuat

bukan dengan tujuan komersil atau ingin mengambil banyak keuntungan

secara materi dari film tersebut. tetapi film ini dibuat dengan swadaya sebagai

salah satu alat advokasi dan publikasi untuk menyebar berita informasi

dengan tujuan penetrasi kepada banyak orang yang dikemas dalam bentuk

film. Karena menurut Randhy, kita telah sulit untuk percaya terhadap berita-

berita yang diberitakan oleh media mainstream. Sebab kita tahu bahwa hari

ini media-media mainstream banyak dikuasasi oleh segelintir orang yang

hampir kesemuanya bersinggungan langsung dengan institusi politik atau

partai politik. Bahkan menurutnya untuk masalah pendanaan pembuatan film

tidak sama sekali didapat dari pihak manapun. hal itu karena randhy dan tim

4 https://m.tempo.co/read/news/2016/04/01/063759049/kronologi-penangkapan-sanusi-dan-

bos-podomoro-oleh-kpk diakses pada 22/07/2017 pukul 09.16 WIB

5 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00

48

mengantisipasi dan khawatir tidak ingin dalam pembuatan film ada intervensi

dari pihak lain.6 Terlebih persoalan reklamasi adalah isu yang hangat dan

terbukti telah banyak menyeret beberapa nama petinggi Negara dalam

persoalan korupsi.

D. Kekurangan Film Rayuan Pulau Palsu

Setiap film memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak

terkecuali film Rayuan Pulau Palsu. kekurangan film ini seperti, dalam setiap

alur, unsur nelayan hampir mendominasi disetiap adegannya. Sementara

pihak pengembang dan pemerintah cenderung lebih sedikit. Hal demikian

tentu saja mempengaruhi persepsi penonton untuk cenderung fokus pada

perjuangan nelayan sementara mempersempit ruang gerak pemerintah dan

pengembang reklamasi untuk memberikan informasi dan klarifikasi.

E. Tim Produksi Film Rayuan Pulau Palsu

Adapun tim produksi film Rayuan Pulau Palsu7 adalah sebagai berikut:

Director RUDI P SAPUTRO

Advisors DANDY DWI LAKSONO

ANDHY P KURNIAWAN

Executive Producers ARI TRISMANA

EDI PURWANTO

RANDHY HERNANDO

Videographers EDITH ERNEST

IKANG FAUZI

LENDI BAMBANG

RANDY HERNANDO

RUDI P SAPUTRO

Drone Camera UCOK SUPARTA

6 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada Jumat 26 Mei 2017, pukul 12.00

7 Diambil dari Film Rayuan Pulau Palsu, menit 59.02

49

Video Editors AHMAD FADLI

FANDHI BAGUS

HENDRA PERMANA

Graphic Designers FAIZ BENSHADEO

ZAIRI ARJANI

Subtittle TESSI ASTRIANA

EVA WAHYUNI

Library IKANG FAUZI

Administrations SUPIANITA

YULI ASTRINI

Production Units HENDRA PERMANA

HERIYANTO

M. NABIL

RIKO HARDIANSYAH

Music SIMPONI “pesisir dan laut milik

kami”

DAVID SUHARTOYO

“against emptiness”

“rebellious”

“the hero’s journey”

JEWELBEAT

“different being”

“Here to forever”

“My determination”

“The tail end”

ISMAIL MARZUKI

“Rayuan Pulau Palsu” Tabel 2. Struktur pembuat film dokumenter Rayuan Pulau Palsu

8

8 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 48.00

50

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

ANALISIS NARATIF FILM DOKUMENTER “RAYUAN PULAU PALSU”

A. Alur Cerita

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis naratif

Tzevetan Todorov untuk menganalisis seperti apa alur cerita film dokumenter

Rayuan Pulau Palsu karya WatchDoc. dalam model analisis Tzevetan

Todorov, film dapat terbagi menjadi tiga bagian, yakni: alur awal, alur tengah

dan alur akhir, yang kesemuanya saling berhubungan dan saling melengkapi.1

Selain itu, peneliti juga akan menganalisis bentuk-bentuk perlawanan apa saja

yang ada dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.

1. Alur Awal

Adapun alur awal adalah bagian pendahuluan dari sebuah film

yang dapat mengantarkan penonton untuk mengikuti alur-alur

berikutnya. Oleh karenanya, biasanya alur awal berisi tentang situasi

dasar, latar belakang, pengenalan tokoh, sinopsis sederhana, pengenalan

konflik, dan hal-hal penting yang berfungsi sebagai pemicu diawal film,

rasa penasaran penonton. Sehingga penonton merasa ingin

menyaksikannya sampai akhir. berikut adalah penjelasan dari alur awal

film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.

1 Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London: Routledge, 2003),

h. 36

51

a. Adegan Pertama

Tepat 17 bulan sebelum diberlakukannya reklamasi, presiden Joko

Widodo dan wakil Presiden M. Yusuf Kalla menyampaikan pidato

kemenangannya sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam

pemilihan presiden (pilpres) 2014 di Pelabuhan sunda kelapa, Jakarta

Utara, Selasa 22 Juli 2014 malam. Hal tersebut presiden dan wakilnya

sampaikan setelah ditetapkan kemenangannya oleh Komisi Pemilihan

Umum (KPU). Yang unik, pidatonya dilakukan di atas sebuah perahu

pinisi tradisional milik nelayan. dalam pidatonya presiden menjelaskan

bahwa kemenangannya adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia

yang diharapkan akan melapangkan jalan untuk mencapai dan

mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara

ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Pesan berikutnya adalah

mengenai pesan-pesan persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

Lain dari itu, dalam pidatonya presiden juga menyampaikan pesan,

khususnya kepada nelayan dan masyarakat pada umumnya untuk

kembali ke tempat profesinya masing-masing. seperti mengembalikan

petani pada sawahnya, karyawan pada kantornya, buruh pada pabriknya

dan terutama nelayan pada lautnya. “Mulai sekarang, petani pergi

kesawah , nelayan kembali melaut, anak anak kita kembali kesekolah,

pedagang kembali kepasar , buruh dan pekerja kembali ke pabrik , dan

karyawan kembali bekerja di kantor.” Ucap Presiden Joko Widodo

dalam pidatonya.

52

Gambar 1. Pidato kemenangan Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla di Pelabuhan Sunda Kelapa2

Hal yang menarik, tenyata pidato di atas kapal pinisi tradisional di

Sunda kelapa bukanlah sesuatu hal yang kebetulan. Konsep tersebut

merupakan ide murni Jokowi yang bermaksud untuk mengingatkan pada

sejarah nusantara saat nenek moyang bangsa Indonesia yang mampu

mengarungi tujuh samudera besar di dunia. padahal awalnya tim

pemenangan Jokowi-JK, Aria Bima telah menawarkan tiga alternatif

yang bisa dipilih oleh presiden untuk lokasi tempat akan digelarnya

pidato kemenangan, yaitu Monumen Nasional (Monas), Gedung Arsip

Nasional, atau Tugu Proklamasi. Namun Presiden Jokowi memilih untuk

berpidato di Pelabuhan Sunda Kelapa dengan konsep yang berkaitan

dengan kelautan, maritim, dan bahari. Setelah melakukan cek tempat

Aria Bima menyampaikan kembali kepada Presiden Jokowi mengenai

konsep panggung yang akan di pasang di pinggir pelabuhan. Namun,

Presiden Jokowi memilih dirinya akan berpidato di atas kapal di tengah

laut. Dan menurutnya pidato tersebut disampaikan untuk rakyat hanya

melalui media. Hal itulah yang kemudian menjadi alasan mengapa

pidatonya hanya dihadiri oleh media, pers dari dalam dan luar negeri.

2 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

53

Di akhir pidatonya, Presiden berpesan lebih kepada para nelayan.

adapun isi pidatonya bahwa presiden menyadari kalau kita (rakyat

Indonesia) telah lama memunggungi laut, dan ingin mengembalikan, agar

kejayaan kita (rakyat Indonesia) ada dilaut dengan mengatakan

semboyan “Jalasveva Jayamahe”. Justru di Laut kita Jaya. “Kita telah

terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, dan

memunggungi selat dan teluk, kini saatnya kita mengembalikan

semuanya sehingga “Jalasveva Jayamahe”. Di laut justru kita jaya .”

ucap Joko Widodo di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Gambar 2. Panorama pemandangan teluk Jakarta3

Adapun menurut presiden Jokowi, berkaitan dengan isi pidato dan

konsep di lakukannya pidato di sunda kelapa menjadi simbol keseriusan

Presiden terpilih Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros

maritim dunia. “ini simbol bahwa kami serius mengelola, mengurus

kemaritiman kita. seperti yang sudah sering saya sampaikan, bahwa

Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia” ungkap Jokowi ketika di

wawancarai oleh Metro TV. Hal demikianlah yang dipilih menjadi

sebuah prolog dalam memulai film dokumenter rayuan palsu.

3 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

54

b. Adegan Kedua

Hal penting yang menjadi alur awal selanjutnya adalah pengenalan

tokoh utama, yang berupa deskripsi untuk menjelaskan identitas tokoh

utama. Adapun Tokoh utama yang pertama kali muncul dalam film ini

adalah seorang nelayan berusia 68 tahun, yaitu bapak Ilyas. Adegan ini

memuat wawancara tentang identitas pak ilyas yang menurutnya bahwa

dirinya telah lama tinggal dan menetap di pesisir pantai utara Jakarta,

Muara angke. dan dengan profesinya yang telah lama ia lakukan yaitu

sebagai nelayan. tokoh utama selanjutnya yaitu bapak Saefudin.

Berprofesi sebagai pengolah ikan asin dan memiliki kerjaan sampingan

sebagai pengurus perahu mesin (perahu nelayan) di sekitar teluk Jakarta.

Menurutnya pekerjaan tersebut sudah ia lakukan selama 12 tahun.

Gambar 3. Bapak Ilyas, salah satu tokoh utama dalam film Rayuan Pulau Palsu4

4 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

55

Gambar 4. Bapak Saefudin, salah satu tokoh utama dalam film Rayuan Pulau Palsu5

c. Adegan ketiga

Setelah menampilkan adegan pidato Presiden Joko Widodo di

Pelabuhan Sunda Kelapa, dan pengenalan tokoh utama dalam film ini.

Selanjutnya di adegan ketiga, tokoh utama bapak Saefuddin memulai

interaksinya dengan warga setempat. Hal ini bisa disebut dengan

Interaksi situasi dasar. Kata awal yang pertama kali muncul adalah,

“Reklamasi”. Selanjutnya saefuddin meneruskan obrolannya yang berupa

peringatan untuk tidak mendukung proyek Pluit City dan Reklamasi

kepada salah satu warga. Menurutnya kalau seandainya ada warga yang

mendukung proyek tersebut maka akan berdampak pada penggusuran

terhadap kampungnya sendiri. Selain itu Saefuddin juga mengingatkan

bahwa Muara Angke sudah berada diambang kehancuran. Hal itu

disebabkan karena beberapa lokasi yang tidak jauh dari daerahnya sudah

menjadi korban penggusuran.

5 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 06.26

56

Gambar 5. Saefudin sedang mewanti-wanti temannya untuk tidak mendukung reklamasi6

Pada adegan ketiga, apa yang dilakukan Saefuddin merupakan

sebuah cara untuk mengenalkan, dan memunculkan masalah. Dalam hal

ini Reklamasi telah diperkenalkan menjadi sebuah masalah yang

merugikan masyarakat. Di adegan ketiga juga sekaligus menjadi

penghantar terhadap masalah reklamasi, untuk kemudian masuk ke

masalah-masalah berikutnya. “Reklamasi! mau digusur lu. Makanya

kalau mendukung Pluit City digusur. Bener aja. Parah. Bentar lagi

Muara Angke ini, Diambang kehancuran. Depan kan udah digusur tuh.

Lapang kelapa. Jembatan pospol (pos polisi) noh. Depan sono, jembatan

tuh abis noh. Abis. Makanya jangan suka dukung-dukung Pluit City tuh.

Jadi begini dampaknya. Noh makanya kayak PAUD (pendidikan anak

usia dini) ono noh. Mana si PAUD yah, mana sekolahan ? tuh, itu biang

keladinya.” Ucap Saefudin kepada temannya. Reklamasi membuatnya

geram. Saefudin tidak ingin kalau adalagi warganya yang justru malah

mendukung proyek reklamasi. dalam hal ini Pluit City.

Untuk menindaklanjuti adegan ketiga seperti yang dilakukan

Saefudin yaitu memberikan peringatan untuk tidak mendukung proyek

Pluit City dan Reklamasi kepada warga setempat. Maka di putarkan

6 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

57

sebuah video dengan judul “PLUIT CITY Jingle (in mandarin version)

yang diambil langsung dari Youtube. Video tersebut berupa sebuah jingle

atau lagu berbahasa mandarin yang menggambarkan masterplan atau

rancangan projek besar Pluit City. Hal yang menarik dari video tersebut

adalah adanya gambar video berupa animasi rancangan proyek reklamasi

yang menjelaskan didalamnya akan dibangun bangunan Pluit City.

Menurut randy hernando, dengan mamasukkan video tersebut menjadi

satu pertimbangan penting bahwa ternyata reklamasi ini dijalankan oleh

pihak swasta dalam hal ini pengembang PT. Muara Wisesa Samudera

dan video tersebut sekaligus sebagai media untuk mempromosikan

kepada kaum capital (pemilik modal) agar banyak yang tertarik dan

kemudian menanam saham berinvestasi di Pluit City tersebut.7

Gambar 6. Cuplikan video Jingle lagu berjudul “Pluit City Jingle” dari Youtube8

Dalam video tersebut Nampak jelas tidak adanya prioritas atau

keberpihakan terhadap nelayan untuk menjadi bagian dari masterplan

bangunan Pluit City. Sebaliknya, yang ada hanya proyek reklamasi untuk

7 Wawancara Pribadi dengan Randhy Hernando pada, senin 30 Juli 2017.

8 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

58

mendirikan bangunan, hunian dan perumahan mewah. Hal tersebut tentu

bertentangan dengan isi pidato presiden Joko Widodo di Sunda Kelapa.

setelah memuat video “Pluit City Jingle”, kemudian dimuat juga video

tentang proses pengerjaan proyek reklamasi yang telah berjalan. Video

tersebut diiringi dengan musik simponi berjudul “pesisir dan laut milik

kami”.

Sebuah musik yang diizinkan oleh pemiliknya langsung secara

Cuma-Cuma untuk digunakan sebagai soundtrack dalam film Rayuan

Pulau Palsu.

Gambar 7. Video Pulau reklamasi dengan lyric soundtrack Simponi “pesisir dan laut milik

kami”9

The fish die because of the pollution, reclamation goes out of

control, fisherman village has to pay the price. Userers go rampant,

fishermen’s children go to schools. The boats don’t look pretty anymore,

concrete brodges keep being constructed, we’re going to get it back. The

shores belong to us. Our great ancestros the sea people. Our spirit will

never die.

Video tersebut menunjukkan adanya ketepatan video yang

menggambarkan proses berlangsungnya proyek reklamasi yang

9 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

59

dikombinasikan dengan musik simponi berjudul “pesisir dan laut milik

kami”. Hal ini dikarenakan, isi dan kalimat dalam musik simponi tersebut

sesuai dengan video yang diputarkan. Seperti kalimat yang mengutarakan

kekecewaan “ikan-ikan mati karena pencemaran. Reklamasi menjadi-

jadi, kampung nelayan menjadi korban. Rentenir merajalela, anak

nelayan tak sekolah. perahu tak lagi anggun, jembatan beton terus

dibangun.” Adapun Beberapa kalimat diantaranya memiliki makna

sebuah perlawanan terhadap reklamasi yang dituangkan dalam bentuk

seni musik. Sebagaimana kita ketahui, bahwa perlawanan bisa dilakukan

dengan cara apapun, tak terkecuali melalui seni musik, lukisan, dan

sebagainya. Adapun Kalimat tersebut seperti, “kami akan rebut kembali.

Pesisir laut milik kami. Nenek moyang seorang pelaut. Semangat kami,

pantang surut”. Potongan kalimat tersebut menunjukkan bahwa ada

masalah besar yang mengancam negeri ini. yaitu reklamasi. Masalah itu

bisa berbentuk perencanaan pembangunan, proses pengerjaan , atau

bahkan regulasi undang-undang yang mengatur legalitas reklamasi. Hal

lain yang tidak kalah penting adalah tentang nasib masyarakat nelayan di

kampung nelayan yang tinggal dipesisir utara Jakarta.

2. Alur Tengah

Alur tengah perkembangan lebih lanjut dari situasi awal. Alur ini

menjadi batang tubuh dari seluruh tindak-tanduk para tokoh, dan

merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses

narasi. Alur tengah mencakup adegan-adegan yang berusaha

meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang

60

berkembang dari situasi asli. Pada alur ini para tokoh sudah mulai terlihat

karakter jelasnya, konflik juga sudah mulai terbangun. Cerita yang

terdapat pada alur tengah adalah focus dari sebuah film dokumenter,

berikut penjelasannya :

a. Adegan Pertama

Nelayan adalah profesi yang semakin terpinggirkan di Ibu Kota.

kelas-kelas borjuis, menengah, gaya hidup mewah, glamour, wajah

modernisme dan kelas atas kerap kali mewarnai kehidupan di perkotaan.

walau demikian, yang mesti disadari adalah bahwa kehidupan di kota

tidak hanya dipenuhi dengan orang-orang menengah ke atas, melainkan

disana juga terdapat banyak orang-orang kelas menengah kebawah.

Mereka hidup dipinggirian ibu kota. profesinya semakin tersingkir, oleh

karena program pembangunan oleh pemerintah dan swasta yang terkesan

abai terhadap orang-orang seperti mereka. Bahkan tempat tinggalnya

semakin terancam karena adanya penggusuran dimana-mana dengan

dalih penertiban dan relokasi. Hal demikian membuat fenomena

ketimpangan semakin menjadi. Perbedaan kelas si kaya dan si miskin

semakin terlihat jelas di setiap sudut perkotaan.

Bapak Ilyas, Tinggal di sudut ibu kota menjadi bagian dari

masyarakat kelas menengah kebawah di perkotaan. ilyas mengutarakan

perbedaan yang begitu mencolok saat sebelum dan sesudah proyek

reklamasi berjalan. Berdasarkan penuturannya dalam film, berlokasi di

atas perahu nelayan, di tengah laut sambil menunjuk dia mengatakan

“kalau saya, dulu disini, sampai berantam mencari ikan disini. sebab

61

tempat ini gudangnya duit bagi saya disini” bahkan di lokasi yang

ditunjuknya dulu sampai 40 perahu mencari ikan di tempat ini. Namun,

proyek reklamasi merusak segalanya, mimpi-mimpinya termasuk mata

pencahariannya. Dahulu ilyas dalam merendam jaring dalam semalam

minimal bisa mendapatkan 20 kilogram ikan. Tetapi sekarang setelah ada

proyek reklamasi, berdampak pada buruknya ekologi di lautan,

tercemarnya perairan mengakibatkannya sulit mendapatkan tangkapan

ikan. “jangan kan buat anak dan istri, untuk modal menangkap ikan saja

kita sudah menjerit”. Itulah Kalimat yang menunjukkan ketidakpuasan,

sekaligus kesedihan karena nasib selaku nelayan yang jarang orang,

khususnya pemerintah memperhatikannya. Dulu sebelum reklamasi juga,

secara nominal minimal ilyas bisa mendapatkan uang sebesar 200 ribu

rupiah, tetapi sekarang setelah adanya proyek reklamasi menurutnya ia

hanya mendapatkan uang sebesar 50 ribu dalam hitungan kotor.

“Before reclamation, we soaked the equipment over night. I had a

minimum of 20 kilos. Before the reclamation. Now let alone feeding my

wife and kids. Financing the boat, I feel like screaming. For example,

one day at sea, then one week off work. They think, instead of wasting

money, like for buying baits, it’s like wasting it is better for food.”

Terang ilyas.

62

Gambar 8. Ilyas sedang menjelaskan dampak adanya reklamasi di atas perahu nelayan10

Ilyas menegaskan, insting seorang nelayan itu pasti tau antara air

laut yang ada ikannya dan air laut yang didalamnya tidak ada ikan.

Menurutnya karena reklamasi air laut teluk Jakarta semakin kotor dan

menjadi air limbah. Sebab menurutnya air laut yang bagus berwarna biru

kehijau-hijauan. Sementara saat ini warnanya keruh dan cokelat.

Kalaupun ilyas mendapatkan ikan, nantinya ikan yang sudah mati yang

akan ia dapatkan. Insting yang sesungguhnya memperkuat identitas ilyas

sebagai nelayan yang telah lama mencari ikan di perairan pesisir utara

Jakarta sehingga mampu mengetahui siklus perubahan perairan pesisir

utara Jakarta sebelum dan sesudah berjalannya proyek reklamasi.

Gambar 9. Air laut keruh, dampak pasir dari reklamasi11

10

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 13. 56 11

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 14.01

63

Hal yang sesungguhnya aneh dan membingungkan. Nelayan adalah

profesi yang teramat penting di negeri ini. Eksistensinya harus tetap ada

untuk menjaga stabilitas ekonomi dan tingkat konsumsi hewan laut.

Namun disisi lain keberadaannya semakin terpojokkan oleh keadaan.

Padahal identitas bangsa Indonesia adalah Negara maritim. yaitu Negara

yang hampir luas lautannya lebih besar daripada luas daratan. Seharusnya

kedaulatan di lautan menjadi prioritas yang penting disamping

kedaulatan di daratan. Termasuk menjaga kehidupan para nelayan.

terlebih, ada semboyan yang mengatakan bahwa “nenek moyang kita

seorang pelaut”. Hal yang sama bahwa kemenangan Presiden Joko

Widodo saat pilpres justru membawa wacana kemaritiman. Ditambah

pidato presiden di Pelabuhan Sunda Kelapa juga menegaskan

kepeduliannya terhadap masyarakat nelayan khususnya. Untuk itulah

randhy berpendapat bahwa dibuatnya film ini tidak untuk mencari

keuntungan tapi lebih “sebagai pengingat kepada masyarakat akan janji-

jani presiden yang pernah diucapkan saat sebelum menjadi presiden.”.

b. Adegan Kedua

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Saefudin bahwa

masyarakat nelayan banyak yang tidak mengetahui tentang reklamasi.

hanya beberapa orang, seperti diantaranya tokoh masyarakat, RW, yang

mengetahui tentang masalah reklamasi. hal itu karena “Pihak RW diajak

untuk silaturahmi dan makan-makan” ungkapnya. tentu saja hal yang

wajar di negeri ini, ketika ada informasi apapun terkait daerahnya maka

informasi itu hanya tertampung pada pejabat-pejabat daerah sekitar.

64

Sementara untuk warga masyarakat tidak banyak tahu tentang informasi

tersebut. maka sudah menjadi tugas Saefudin yang aware kepada

masyarakat nelayan seprofesinya untuk mempublikasikan bahaya laten

dari dampak reklamasi didaerahnya. “saya sampai dikatakan gila oleh

banyak orang, karena berteriak tentang reklamasi” ucap Saefuddin.

Bahkan, selain berteriak kepada masyarakat untuk menolak reklamasi,

Saefudin justru membuat banner (spanduk), dan justru malah mendapat

pelarangan dan pencopotan yang menurutnya dilakukan oleh oknum

aparat. Adapun spanduk tersebut menurut Saefudin bertuliskan tentang

bentuk penolakan terhadap reklamasi.

Gambar 10. Saefudin dikatakan gila karena mengajak warga menolak reklamasi12

c. Adegan Ketiga

Khafidin, selaku RW 11 Muara Angke menggelar diskusi dan

mengajak warga dan elemen masyarakat lainnya unduk hadir di kantor

RW untuk membahas masalah reklamasi. menurut Khafidin, kita harus

meminta kepada pejabat pemerintah untuk menjelaskan apa sebenrnanya

arti poros maritime. bagaimana konsep presiden untuk menjadikan

Indonesia merdeka. Dan bagaimana kepedulian presiden terhadap wong

12 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 15.30

65

cilik atau masyarakat kecil sehingga mereka dapat merdeka untuk dapat

merasakan kehidupan. “supaya kita tetep warga Muara Angke, dan tetap

bisa tinggal di Muara Angke”. Jelas Khafidin selaku RW 11 Muara

Angke.

Gambar 11. Diskusi di balai RW tentang reklamasi bersama ketua RW, Khafidin13

d. Adegan Keempat

Januari 2016. Proyek reklamasi berujung pada penolakan dari

banyak elemen masyarakat. Mereka melakukan Aksi Demonstrasi

penolakannya terhadap reklamasi. bertempat di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Banyak spanduk tertulis mengisyaratkan pada penolakan masyarakat

terhadap reklamasi. bahwa reklamasi adalah omong kosong poros

maritime, reklamasi merampas kehidupan nelayan dan perempuan

nelayan. seorang ibu saat berorasi bahkan mengatakan “kami istri

nelayan pak, kami tidak mau anak kami bodoh seperti kami”. Reklamasi

ternyata berefek domino. Karena reklamasi Profesi terancam, tempat

tinggal tergusur. Bahkan pendidikan seorang anak nelayan akan

melayang begitu saja karena orang tua telah kehilangan mata

pencaharian.

13

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 16.30

66

Gambar 12. Warga kampng nelayan melakukan aksi demonstrasi di gerung DPRD DKI

Jakarta14

Aksi demonstrasi didepan gedung DPRD DKI Jakarta akhirnya

berbuah hasil. Beberapa tokoh masyarakat Muara Angke diizinkan

masuk kedalam gedung DPRD untuk dapat melakukan audiensi,

berdialog dengan sejumlah pejabat publik. Muhammad Taher, salah satu

masyarakat nelayan menyampaikan “sampai hari ini, nelayan tradisional

mungkin hanya menerima bantuan dari pemerintah pusat hanya nol

koma sekian persen. Mereka perahu bikin sendiri, jaring beli sendiri.

Dan perlu bapak ketahui mereka (nelayan) sudah mandiri. Mestinya

pemerintah atau presiden Joko Widodo mengapresiasi karena nelayan

telah mau belajar hidup mandiri”. Dalam kesempatan audiensi dan

dialog tersebut, Tokoh masyarakat lainnya juga menyampaikan bahwa

“di era presiden Soeharto mereka telah mencanangkan cintai laut dan

maritime. di pemerintahan sekarang pun seperti itu. tetapi nyatanya

selama ini, nelayan kok banyak disingkirkan” ungkapnya.

“kita tinggal di Muara Angke tidak Gratis pak. Dari tahun 1977

kita membayar angsuran, kita beli dan kita sudah lunasi rumah itu. kok,

kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) ada

14

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 17.12

67

wacana mau menggusur kita ? kita beli loh pak. Kita bukan orang liar.

Dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu, untuk menempati kawasan

Muara Angke yang dulunya hutan pak.” Tegas salah satu warga

kampung nelayan Muara Angke.

Kahfidin menjelaskan kepada pejabat publik bahwa ada isu kalau

nelayan-nelayan akan direlokasikan ke Pulau Seribu. “akan dibangun

(gedung) 16 lantai.” menurutnya. Protes demi protes disampaikan saat

audiensi oleh tokoh masyarakat didalam gedung DPRD. Seorang

Perempuan nekayan bahkan mengatakan bahwa dirinya memiliki ibu dan

ayah seorang nelayan. “ saya dilahirkan di Ancol. Di Hailai itu tempat

lahir saya. saya dipindahkan dari Ancol ke Muara Karang. Kemudian

dipindahkan lagi di Muara Angke. Nah, setelah di Muara Angke terakhir

(kita mau di pindahkan lagi). Si Ibu merasa geram karena lokasi tempat

tinggalnya sudah beberapa kali di relokasi.bahkan dia mengatakan” Kita

bukan binatag loh pak ! kita ini manusia”. dalam adegan ini telah mulai

terjadi perlawanan yang dilakukan dalam bentuk konvensional yaoti

dengan melakukan dialog dan audiensi berupa penyampaian pendapat

dari beberapa tokoh masyarakat terkait penolakannya terhadap reklamasi.

dan perlawanan yang dilakukan dengan cara nonkonvensional yaitu

dengan cara melakukan aksi demontrasi, orasi di depan gedung DPRD

DKI Jakarta.

68

Gambar 13. Beberapa tokoh masyarakat melakukan dialog dan audiensi di dalam gedung

DPRD DKI Jakarta15

e. Adegan Kelima

Setelah menjaring ikan, Ilyas mengumpulkan hasil tangkapannya.

Terlihat hanya ada dua ikan lele di dalam bak. Menurutnya, saat ini,

dengan adanya proses pembangunan proyek reklamasi dalam sehari

semalam Ilyas hanya memperoleh dua ikan lele. Lele tersebut hanya

cukup untuk dikonsumsi bersama keluarnya. tetapi tidak dapat dijual di

pasar. “paling sekitar sepuluh ribu-an mungkin” jelasnya. padahal Ilyas

telah mencarinya dengan jarak jauh dua kilometer dari daratan.

Sementara dulu (sebelum reklamasi) dengan jarak dua kilometer Ilyas

akan jauh mendapatkan hasil tangkapannya daripada saat ini.

Sebagaimana penjelasan Randhy yang dapat merasakan dan diizinkan

oleh pak Ilyas untuk menginap sekaligus mencari data dalam proses

pembuatan film, Randy mengakui kalau pada realitasnya teluk Jakarta

telah tercemar dari puluhan tahun lalu (sebelum reklamasi). “tetapi

dengan adanya reklamasi justru malah memperparah kondisi perairan

teluk Jakarta” ujar Randy.

15

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 17.51

69

Reklamasi menjadi cara untuk merevitalisasi teluk Jakarta. Namun

pemerintah malah tidak merevitalisasi nelayan-nelayan yang justru telah

lama berkegiatan bahkan bermatapencaharian di laut teluk Jakarta.

Seperti pendapat Randy, “mengapa harus di revitalisasi? Kenapa tidak

melakukan pembersihan tanpa harus memabangun pulau.” Pertanyaan

yang tepat untuk sebuah solusi yang keliru dan merugikan banyak orang.

Yang aneh, Indonesia adalah Negara kepulauan, kenapa kemudian harus

membuat pulau-pulau baru. Sebagaimana informasi investigasi yang

dimuat TV One bahwa reklamsi teluk Jakarta mengambil pasir dari

Banten untuk kebutuhan reklamasi. jelas, ada pulau yang hilang karena

pembuatan pulau reklamasi teluk Jakarta. Hal tersebut tentu membuat

ekosistem berantakan, ekologi rusak, dan butuh pemulihan yang agak

lama akibat reklamasi.

Ilyas dengan segala kesederhanaanya berani mengatakan “kita

tidak akan tinggal diam kalau tempat kita diacak-acak. Meskipun tempat

saya seperti ini. Yang tidak berharga bagi mereka tetapi tempat dan

usaha berharga bagi saya”. sebegitu merasa terusiknya Ilyas dengan

kondisi yang seperti ini. Bagi Ilyas kesederhanaan adalah segalanya. Bisa

menikmati hasil dari alam sebagai warga Negara Indonesia baginya

sudah lebih dari cukup.

f. Adegan Keenam

Seorang Ibu, istri nelayan, sambil membersihkan ikan, berpendapat

“orang dari Kota di taruh nya di Pulau. Orang dari pulau aja kesini.” Ibu

70

tersebut malah menyinggung pemerintah, bahwa disaat ingin

mencalonkan diri sebagai pejabat publik (Gubernur DKI) mereka datang

meminta dukungan. “dukung saya, dukung saya” ujarnya. Tetapi setelah

terpilih justru malah menindas rakyat kecil.

Gambar 14. Ibu-ibu kampung nelayan menolak reklamasi16

g. Adegan Ketujuh

Kini, reklamasi sudah bukan menjadi sesuatu hal yang asing

ditelinga banyak orang di kampung nelayan. dari keterlibatan warga

masyarakat dalam diskusi, aksi demonstrasi, audiensi, dan dialog mereka

akhirnya faham bagaimana sesungguhnya reklamasi. banyak masyarakat

yang justru malah menyesalkan adanya proyek reklamasi tersebut.

mereka kesulitan untuk mendapatkan tangkapan ikan di tempat biasanya

mereka menjaring ikan. Menurutya karena air laut sudah tercemar

bercampur dengan pasir. dalam satu hari satu malam mereka hanya dapat

uang dua ratus lima puluh ribu. Sementara pendapatan tersebut mereka

harus putar kembali untuk membeli umpan, solar, dan untuk makan. beda

halnya sebelum adanya proyek reklamasi mereka bisa mendapatkan

sekitar empat ratus ribu rupiah. Bahkan salah satu dari nelayan

16

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 21.19

71

mengungkapkan “Ahok yang suruh datang kesini” jika memang

menurutnya teluk Jakarta tidak terdapat ikan.

h. Adegan Kedelapan

Perlawanan terus berlanjut. Tidak hanya berhenti melakukan aksi

demonstrasi di depan gedung DPRD DKI Jakarta, dan tokoh masyarakat

melakukan dialog, audiensi di dalam gedung DPRD DKI Jakarta. Hal itu

mereka lakukan juga di gedung Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Jakarta. Pada Januari 2016. “reklamasi, kehancuran bagi masyarakat

nelayan” ungkap Saefudin ditengah-tengah kerumunan orang di PTUN.

Riza Damanik, sebagai ketua Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia

(KNTI) menyampaikan maksud dari kedatangannya ke PTUN. “kami

hari ini, atas nama Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta. Yang terdiri dari

sejumlah organisasi, dan juga masyarakat nelayan yang ada di teluk

Jakarta. Untuk mengembalikan dan memulihkan hak-hak masyarakat

nelayan kita, khususnya di teluk Jakarta.”. kedua, menurutnya,

kedatangan mereka ke PTUN adalah untuk memulihkan lingkungan dan

kehidupan yang terdapat di teluk Jakarta. Riza meyakini, bahw hanya

dengan lingkungan yang baik, bersih, di perairan teluk Jakarta, mereka

bisa mendapati Jakarta yang lebih sehat. Jakarta yang sehat, berarti

Jakarta yang perairannya tidak tercemar, sekecil apapun kehidupan di

Jakarta harus di hargai sebagai manusia yang memiliki hak untuk hidup

dan betempat tinggal.

72

Gambar 15. Riza Damanik, ketua koalisi nelayan tradisional Indonesia (KNTI) di gedung

PTUN17

i. Adegan kesembilan

Haji Ismail selaku tokoh masyarakat menjelaskan pemahamannya

secara historis mengenai kampung Nelayan Muara . Menurutnya,

kampung nelayan diresmikan oleh gubernur Ali Sadikin pada tahun

1977. Setelah rumah-rumah dibangun di perkampungan ini, pada tahun

1980-an, yaitu sekitar 1984-1985, Soeharto menjelaskan karena

perumahan disini sudah mulai penuh, maka Presiden Soeharto

memerintahkan unutng membangun lagi rumah di area ini dan saat itulah

Presiden Soeharto berbicara bahwa rumah dan tanah di Muara Angke

diperuntukan untuk nelayan.”dan bisa dimiliki tujuh turunan” jelas Haji

Ismail. Ismail merasa bahwa sudah sejak dulu mereka memiliki legalitas.

khususnya legitimasi dari Gubernur Ali Sadikin dan Presiden Soeharto.

Disamping sebagai tempat tinggal masyarakat nelayan, sekaligus sebagai

sumber mata pencaharian masyarakat nelayan. tetapi, kamping nelayan,

sebagaimana apa yang telah diutarakan oleh Haji Ismail, kampung

nelayan memiliki sisi historis dan sejarah sejak lama. Keberadaanya

17

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 23.48

73

kerapkali mewarnai era orde baru dan decade kepemimpinan Ali Sadikin

dan Presiden Soeharto.

Gambar 16. Haji Ismail. Tokoh masyarakat kampung nelayan Muara Angke18

Adegan kesepuluh

Pada bulan Februari 2016. Masyarakat yang terdiri dari ibu-ibu dan

bapak-bapak masyarakat kampung nelayan kembali mendatangi PTUN

Jakarta TImut. Seorang Ibu salah satu dari mereka, memprotes dan

menyampaikan dengan nada yang marah. Hal itu dilakukannya karena

Ibu tersebut menokal keras jika harus direlokasi atau dipindahkan tempat

tinggalnya. Sudah sejak lama ibu itu tinggal dan menetap di Muara

Angke. Menurntya berat rasanya jika harus meninggalkan begitu saja

Muara Angke. “saya tidak mau pindah pokoknya”. Ujar Ibu itu dengan

nada marah, Ibu itu mengatakan “dari Muara Angke masih hutan saya

sudah disitu pak. Makanya saya tidak mau dipindahin.”. dia menjelaskan

ketika dulu Muara Angke penuh dengan hutan tidak ada sama sekali yang

mengusik dan mempermasalahkan. Tetapi disaat Muara Angke telah

banyak dipenuhi dengan bangunan dan gedung-gedung mewah justru

rakyat kecil yang menjadi korban dan direlokasi. “mentang-mentang kita

18

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 24.12

74

rakyat kecil. Mau ditindes begitu aja. Nggak, segampang itu pak”

pungkasnya.

Reklamasi membuat banyak orang khususnya masyarakat nelayan

geram dan marah. Cara apapun mereka berani lakukan hanya untuk

menghentikan kebijakan yang dinilainya tidak pro rakyat dan banyak

merugikan orang lain terutama kampungnya. mereka menyadari bahwa

mereka juga manusia. oleh karena alasan kemanusiaan mereka juga

memiliki hak yang sama dengan orang lain pada umumnya. Syaifudin

Baso, selaku tokoh masyarakat justru mempertanyakan kalau seperti ini

kondisinya. Dengan adanya penggusuran dan relokasi, maka dimanakah

masyarakat kecil harus tinggal sebenarnya. Bagi Syarifudin, nelayan

sudah nyaman berada di tempat ini yang kemudian dinamakan dengan

Kampung Nelayan. tentu bukan tanpa alasan. Tempat yang dekat dengan

laut. Tempat bertransaski antara penjual dan pembeli dari hasil

tangkapannya. Syaifudin merasa, bahwa nelayan sangatlah dibutuhkan

hasil tangkapannya untuk kepentingan masyarakat luas. Dia mengatakan

“mulai dari masyarakat biasa, sampai masyarakat tingkat tinggi butuh

ikan. Presiden aja makan ikan. Gubernur juga makan ikan. Orang kecil

juga makan ikan”. Berdasarkan penuturnanya ikan-ikan yang ada disini

kemudian disebarkan ke seluruh Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok

Tangerang dan Bekasi).

75

Gambar 17. Syarifudin Baso. Tokoh masyarakat kampung nelayan19

Perlawanan penolakan terhadap reklamasi masih tetap dilakukan

oleh masyarakat kampung nelayan. di bulan Februari 2016 masyarkat

melakukan aksi demonstrasi di depan gedung PTUN Jakarta TImur.

“karena itulah, keluarga besar muara angke telah menentukan sikap

penolakan terhadap reklamasi teluk Jakarta” suara orator saat

demonstrasi. Adanya proyek reklamasi membuat masyarakat terpecah

belah. Disamping banyak orang yang menolak reklamasi, ternyata ada

sebagian orang yang justru malah menerima atau pro terhadap reklamasi.

hal itu dikarenakan sebagian masyarakat yang mendukung telah

menerima sejumlah sogokan dari pihak pengembang. Sebagaimana

penuturan Haji Mukri selaku tokoh masyarakat yang mengungkapkan

bahwa sebagian masyrakat diberangktkan Umrah ke tanah suci melalui

dirinya. “jadi, pada 23 Januari, ada orang yang mengirim empat orang

masyrakat untuk diberangkatkan Umrah”. Ungkapnya. hal itu tidak

dilakukan hanya untuk sekali waktu tetapi menurut Haji Mukri

pemberangkatan umarh ke tanah suci tersebut dilakukan setiap tahunnya

dan di biayai oleh pengembang. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa

19

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 24.59

76

kemudian mereka harus mendukung reklamasi karena alasan “kita

mendukung karena kita memanfaatkan dana kompensasinya itu” ujar

Haji Mukri.

Gambar 18. Haji Mukri. Tokoh masyarakat kampung nelayan20

j. Adegan kesebelas

Saefudin mendatangi beberapa warganya yang menurutnya telah

disbaotase dan dimanfaatkan katidaktauannya untuk dilibatkan dalam

kegiatan yang mendukung terhadap reklamasi. “Jangan mau bu, kalau

Cuma gara-gara dihargain searatus ribu tempat ini bisa digusur”

uangkapnya. Sudah mulai banyak oknum yang ingin mempropaganda

masyarakat dengan iming-iming uang untuk meminda dukungannya

terhadap reklamasi. saefudin memperkenalkan orang yang menurntnya

menjadi korban yang diajak untuk mengikuti suatu acara yang secara

subtantif acara tersebut ternyata adalah acara untuk mendukung terhadap

proyek reklamasi. Karmina mengakui mengikuti kegiatan itu karena

ketidaktahuan. Dia mengira acara tersebut adalah rangkaian acara yang

diadakan kantor RW. Tetapi nyatanya tidak demikian. Karmina malah

diarahkan untuk mendukung reklamasi. dan sebagai apresiasi

20

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 28.34

77

karminapun diberikan uang. Secara tekhnis, Karmina mengaku diajak

pada malam hari untuk mengikuti kegiatan esok hari. Bahkan keesokan

harinya, Karmina sempat ditugaskan untuk membentangkan banner yang

bertuliskan “saya nelayan tradisional Muara Angke, mendukung

reklamasi”.

Dari kejadian demikian, jelas nampaknya ada oknum yang juga

bermain untuk memecah belah suara untuk berseberangan dengan

perjuangan orang-orang yang menolak reklamasi. namun yang dilakukan

terkesan licik dan picik sebab mempengaruhi orang dengan uang dan

kekuatan modal. Menurut randy hal demikian menjadi sesuatu hal yang

munafik. Kalau dilihat dari garis perjuangan. Tetapi disisi lain, uang

punya kekuatan besar untuk dapat mempengaruhi seseorang. Dan itulah

kekuatan yang dimiliki pengembang. Sebagaimana kesaksian seorang

koordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi. dia

menjelaskan uang yang diberikan untuk peserta adalah seratus ribu

rupiah. Sementara untuk kordinator lapangan tiga ratus ribu rupiah. tugas

korlap berfungsi sebagai pencatat untuk masyarakat yang ingin

bergabung dan umumnya untuk mendata masyarakat. Saat diwawancara,

kordinator mengatakan, sudah banyak sekali pemberian-pemberian dari

pengembang. Menurutnya ini adalah salah satu metode cara mereka

untuk mendekati pengembang. Dan dengan metode seperti ini, dinilainya

menjadi suatu keberhasilan bagi mereka untuk dapat mendekati

pengembang. Sehingga pengembang dapat memberikan mereka sejumlah

uang dan hal lainnya. Seperti dicontohkannya ketika nelayan memiliki

78

sebuah agenda atau acara, semisal acara pesta laut nelayan. maka saat itu

pengembang memberikan dua ratus juta rupiah. Hal yang sama pun

diberikan ketika mereka memberikan proposal untuk merenovasi

mushoollah, maka menurutnya pengembang meresponnya dengan baik

dan memberikan uang sebesar seratus empat puluh tujuh juta rupiah.

Pengembang juga memberikan uang untuk kegiatan keagamaan seperti

maulid nabi sebesar lima belas juta rupiah. Ada sebuah unkapan “no free

lunch” (tidak ada makan siang gratis). Tentu saja apa yang diberikan

pengembang memiliki maksud dan tujuan. Dengannya pengembang akan

meminta feedback dari apa yang telah diberikan untuk masyarakat.

Terlebih hal tersebut berkenaan dengan adanya penolakan dari banyak

masyarakat kampung nelayan terhadap reklamasi yang dilakukan oleh

pengembang. Dalam islam sendiri sangat jelas bahwa hal ini termasuk

dari Risywah atau suap. Yang dimaksud dengan suap adalah pemberian

sesuatu dengan tujuan membatalkan suatu yang haq atau untuk

membenarkan sesuatu yang bathil. Rasulullah SAW bersabda : “Arrasyi

wal murtasyi finnar” orang yang menyuap dan disupa berada dalam

neraka. Oleh karena itu suap adalah sesuatu hal yang dilarang dalam

ajaran agama islam.

79

Gambar 19. Kordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi21

k. Adegan keduabelas

Reklamasi tetap berjalan. Sebagai nelayan Suhali juga tetap

melakukan rutinitasnya menjaring ikan di laut pesisir utara Jakarta. Ada

dua kesibukan dalam satu lokasi. Suhali sebagai nelayan yang menjaring

ikan dan ada proyek reklamasi yang sedang berjalan. Dalam mencari

ikan, Suhali tidak sendiri, dia bersama dua temannya dalam satu perahu

nelayan. temannya mengutarakan penolakannya kalau ada wacana

relokasi. Selain itu hal yang sama di ungkapkan oleh teman lainnya

terkait penghasilan yang didapatkan sebelum dan sesudah reklamasi.

“sebelum reklamasi kan lumayan. Dalam sehari masih mendapatkan

sehari 30 sampai 40 kilo.” Ungkapnya. Namun setelah dilakukannya

reklamasi hanya mendapat sekitar 2 sampai 10 kilo. Sementara harga satu

kilogram ikan adalah sekitar lima ribu rupiah. Dalam kondisi apapun

nelayan tetap berlaut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan

menurut Suhali, hal yang aneh adalah bagaimana mungkin dimusim yang

seharusnya banyak ikan dipesisir utara Jakarta saat ini justru jarang dan

sedikit sekali ikan yang ia dapatkan. Suhali menyebutnya musim angin

21 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 32.50

80

barat. Beberapa hasil tangkapannya sehari semalam diperlihatkan. Hanya

ada beberapa ikan yang menyangkut di jaringnya. Menurutnya gubernur

DKI Jakarta pernah mengatakan bahwa teluk Jakarta sudah tidak ada

ikan. Tetapi hal demikian dibuktikan oleh Suhali bahwa di teluk Jakarta

masih terdapat ikan. Hanya saja jumlahnya yang sedikit karena adanya

reklamasi.

Gambar 20. Ilyas sedang membuktikan perairan teluk Jakarta masih terdapat ikan22

Pendapat lain, disampaikan oleh Haji Tarjan selaku tengkulak atau

pemborong ikan dipasar. Menurutnya pemerintah tidak boleh seenaknya.

“Kalau ingin menggusur kampung nelayan Muara Angke, maka buatlah

satu pulau untuk nelayan.” perbedaan pendapat kerap kali terjadi

ditengah kasus reklamasi yang sedang berlangsung. Tetapi secara umum,

menurut Randhy, mayoritas masyarakat kampung nelayan menolak

reklamasi.

l. Adegan ketigabelas

Penolakan terhadap reklamasi tidak hanya dilakukan oleh warga

masyarakat kampung Nelayan. banyak elemen lembaga LSM yang

22

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 39.14

81

terlibat, mahasiswa yang melakukan advokasi, dan termasuk penolakakn

datang dari Suporter Persija Jakarta. Saat pertandingan sepakbola

dimulai, mereka membentangkan banner panjang bertuliskan

“#JakartaTolakReklamasi”. Menurut Bang Bontot, selaku anggota

persija, kalau kita cinta dengan persija maka sudah pasti kita cinta

Jakarta. Dan itu sesuatu hal yang wajib. Untuk itu menurntnya

membentangkan banner bertuliskan #JakartaTolakReklamasi adalah

spontanitas teman-temannya di Stadion karena mereka menolak

reklamasi.

Gambar 21. klub sepakbola the jak mania membentangkan tulisan “Jakarta tolak reklamasi” saat

pertandingan berlangsung di stadion23

3. Alur Akhir

Alur akhir atau biasa disebut dengan epilog. Yakni kata penutup

yang mengakhiri sebuah cerita. Alur akhir umumnya berisi amanat, atau

kesimpulan dan pelajaran penting yang dapat diambil dari sebuah film.

Pada alur ini, seluruh pertanyaan satu demi satu terjawab. Di bagian ini

klimask terebesar terjadi. alur akhir berfungsi menyampaikan inti dari

cerita, hikmah atau komentar atas cerita dalam sebuah film. Selain

23

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 46.07

82

sebagai penutup alur akhir berfungsi untuk menegaskan pesan-pesan

moral, tata nilai, maupun refleksi hidup dan kehidupan yang di ceritakan.

a. Adegan pertama

Perlawanan demi perlawanan konsisten dilakukan oleh dari banyak

kalangan masyarakat. Reklamasi menjadi bahan yang hangat di bicarakan

bukan hanya di kampung nelayan. tetapi reklamasi sudah menjadi isu

nasional. Walau sebelumnya telah ada wacana proyek reklamasi Teluk

Benoa di Bali dan masyarakat menolak keras reklamasi tersebut. berbeda

dengan reklamasi di Jakarta, proyeknya telah berjalan. Dalam proses

perjalanannya ternyata menemui banyak kejanggalan-kejanggalan,

kecacatan hukum bahkan menuai pro dan kontra dari banyak kalangan.

Bukan hanya antar nelayan, melainkan antar instansi, dan sejumlah

pejabat-pejabat tinggi Negara. Reklamasi teluk Jakarta telah menjadi

sorotan. Di media, reklamasi menjadi tranding topik yang hangat

diperbincangkan. Pengamat-pengamat mengomentari dari berbagai

persfektif tentang reklamasi dan dampaknya bagi masyarakat. Ditengah-

tengah pusaran perbedaan pendapat yang begitu kontras di media massa

antar kalangan. mempermasalahkan legalitas dan perizinan reklamasi.

Hal demikian kian diperparah dengan tertangkapnya tersangka Ariesman

Widjaja selaku Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land. Ariesman

ditangkap dalam kasus dugaan suap kepada anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Muhammad Sanusi. Menurut ketua

KPK Agus Rahardjo, hal itu terkait dengan kasusu pemberian uang

kepada sanusi terkait pembahasan Raperda tentang rencana Zonasi

83

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil Provinsi DKI Jakasrta dan

Raperda tentang rencana kawasan tata ruang kawasan strategis pantai

Jakarta.

Gambar 22. Video cuplikan berita tertangkapnya M.Sanusi diperiksa oleh KPK untuk

tersangka Ariesman Widjaja24

Perlawanan terhadap reklamasi masyarakat kampung nelayan

dilakukan juga dalam bentuk dukungan terhadap KPK atas tertangkapnya

Ariesman Widjaja. Dukungan tersebut dilakukan dengan pemberian

simbolis miniature berupa perahu nelayan. untuk mendukung KPK agar

dapat menangani kasus korupsi proyek reklamasi teluk Jakarta. Kuat

selaku anggota koalisi nelayan menyampaikan dukungannya terhadap

pihak KPK sekaligus memberikan miniatur perahu nelayan kepada KPK.

Kuat berharap KPK dapat menyelesaikan masalah kasus reklamasi dan

semoga miniatur kapal yang diberikan dapat menjadi pengingat untuk

mengawal kasus korupsi reklamasi dan Kuat berharap agar kasus

rekamasi dapat diberhentikan karena tidak menguntungkan khususnya

untuk masyarakat kecil dan hanya menguntungkan pihak swasta

pengembang.

24

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit

84

Gambar 23. Anggota koalisi nelayan bapak Kuat memeberikan

perahu nelayan secara simbolis kepada KPK25

b. Adegan kedua

pada adegan ini, tokoh utama, yaitu Saefudin dan Suhali bertemu.

Saefudin memberitahukan kepada Suhali untuk dapat menghadiri acara

puncak penolakan terhadap reklamasi sekaligus untuk merayakan

kemenangan nelayan. acaranya akan berlangsung pada hari minggu.

Mereka akan melakukan segel pulau reklamasi. “kita akan menyegel

pulau G”, jelas Saefudin. Kapal-kapal dipersiapkan. Termasuk Suhali

mempersiapkan kapal-kapal agar bisa digunakan pada acara tersebut. tak

hanya Suhali. Saefudin memberitahukan kapada banyak masyarakat

untuk bisa bersama-sama merayakan kemenangan nelayan terhadap

reklamasi. pasalnya KPK sendiri telah menjerat Ariesman Widjaja selaku

Presiden Direktur PT.Agung Podomoro Land sebagai tersangka kasus

suap proyek reklamasi terhadap Sanusi anggota DPRD DKI Jakarta.

Menurut segel pulau akan dilakukan pada pukul 09.00 pagi.

Hari minggu, April 2016 masyarakat bergegas memenuhi pesisir

pantai utara Jakarta. Banyak LSM seperti Walhi yang juga ikut

bergabung dalam acara segel pulau G. atribut-atribut seperti banner,

25 Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 57.51

85

bendera, bertuliskan penolakan terhadap reklamasi telah banyak

digunakan oleh masyarakat. Polisi juga hadir guna mengamankan

berjalannya acara. Perahu-perahu nelayan telah banyak terkumpul di

samping dermaga nelayan. saefudin sebagai kordinator menertibkan dan

menginstruksikan kepada masyarakat untuk menaiki perahu-perahu yang

telah tersedia. Satu persatu nelayan perahu-perahu meninggalkan

dermaga nelayan. menurut Randy, timnya sengaja berpisah menaiki

perahu nelayan yang berbeda untuk dapat memanfaatkan momen besar

ini. Yaitu mendokumentasikan dari berbagai sudut acara tersebut.

Jangkar diturunkan. Perahu-perahu nelayan berlabuh di pulau G

reklamasi. tempat dimana akan dilakukannya prosesi segel pulau. Satu

persatu masyarakat turun dari perahu. Ada sekitar puluhan perahu

nelayan dikerahkan untuk mengangkut banyak orang yang ikut dalam

acara tersebut. atribut segera dikibarkan. Banner banyak membentang

dan orasi dilakukan. “kami rakyat Indonesia, kami warga nelayan teluk

Jakarta, kami warga kampung Muara Angke, tokoh-tokoh masyarakat

Muara Angke. Ibu-ibu di Muara Angke. Menyatakan bahwa pula ini di

segel.” Tutup Riza damanik saar berorasi sekaligus memimpin prosesi

segel pulau G reklamasi. sorak sorai masyarakat menggema.

Kebahagiaan dirasakan berbarengan dengan teriakan masyarakat nelayan

sebagai momentum kemenangannya dalam perjuangan yang tidak mudah

selama ini. Inilah klimask dari segala macam perlawanan yang

sebelumnya telah dilakukan secara konsisten. Nyanyian-nyanyian

perlawanan bergema. Suaranya mememnuhi setiap sudut pulau

86

reklamasi. “Tolak, tolak, tolak reklamasi. tolak reklamasi sekarang

juga”. Sorak masyarakat saat setelah menyegel pulau G. tak lupa mereka

menyanyikan lagu kemerdekaan Indonesia Raya sambil mengangkat dan

mengepalkan tangan kiri. ini sekaligus menandakan bahwa mereka

adalah bagian dari Indonesia, dan apa yang mereka lakukan adalah

pertanda bahwa mereka cinta terhadap Indonesia.

Gambar 24. Riza damanik memimpin prosesi segel pulau G reklamasi bersama masyarakat

nelayan26

Penutup

Puncak perlawanan telah usai dilakukan dengan baik oleh

masyarakat. pulau G telah di segel. Satu persatu kasus mulai terungkap.

KPK telah dapat menyeret beberapa orang karena kasus reklamasi.

kemenangan masyarakat nelayan telah didapatkan dengan kerja keras dan

konsistensi mereka dalam mengawal kasus ini. Dari awal nelayan kesal

dengan reklamasi. bahkan mereka melakukan langkah-langkah hukum

untuk memberhentikan proyek reklamasi karena dinilai merugikan

masyarakat nelayan dan eksistensi tempat tinggal mereka saat ini. Namun

26

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 50.40

87

sepanjang film objek dari pada pejabat tinggi dan pihak pemngembang

tidak Nampak. Randy beranggapan bahwa mereka merasa perlu

memasukkan beberapa dokumen dari hasil dokumentasi terhadap pejabat

tinggi dan pihak pengembang adalah agar masyarakat atau penonton

dapat menilai dan mempertimbangkan sendiri statement, pendapat, dan

alasan mereka melakukan dan tegas ingin melanjutkan reklamasi.

Diakhir-akhir, dimunculkan dokumentasi konferensi pers wartawan

terhadap menteri ESDM, Rizal Ramli dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki

Tjahaja Purnama. Dalam forum, Rizal Ramli menjelaskan kepada

wartawan. Bahwa dirinya sebagai Menter ESDM waktu itu, meminta

untuk sementara menghentikan moratorium proyek reklamasi teluk

Jakarta. Sambil menunggu kelengkapan persyaratan dan undang-undang

dipenuhi. Ketidaksetujuan datang dari gubernur DKI Jakarta Basuki

Tjahja Purnama (Ahok) yang menjelaskan kepada wartawan, “tunda,

tunda aja. itu pulau juga belum dibeli kok. Itu pulau kan belum bisa

diperjualbelikan karena belum ada NJOP nya.” Jelas Ahok. Menurutnya

pengembang itu membayar panjer (uang dp) terlebih dahulu. dan proyek

reklamasi tidak akan pernah dihentikan. Menurut Dandy, timnya

memasukkan Ahok di akhir film adalah untuk mengkonfirmasi bahwa

betapapun peliknya masalah yang mengancam masyarakat nelayan, Ahok

tetap bersikeras untuk memastikan melanjutkan proyek reklamasi. dan

hal itu disampaikannya setelah melakukan klarifikasi bersama menteri

ESDM Rizal Ramli yang justru dalam keterangannya berseberangan

88

dengan apa yang telah dikatakan Ahok kepada wartawan selaku gubernur

DKI Jakarta.

Gambar 25. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama27

Dari peristiwa tersebut terbukti bahwa proyek reklamasi telah

memicu pro dan kontra bukan hanya datang dari masyarakat namun juga

melibatkan pemimpin dan antar lembaga Negara. Seperti yang terjadi

antara menteri ESDM Rizal Ramli dan gubernur DKI Jakarta Basuki

Tjahja Purnama. Selain itu pengembang, yang dalam hal ini adalah

sebagai pihak penyelenggara sekaligus salah satu objek kemarahan,

masyarakat kampung nelayan teluk Jakarta. Di akhir film, cuplikan video

dari perwakilan pihak pengembang dimunculkan. Menurut Dandy hal itu

sebenarnya tidak lebih sebagai bumbu atau penyedap dari film ini. alasan

lain juga disampaikan oleh Dandy, menurutnya karena dari awal sampai

akhir alur film itu telah banyak menyudutkan pihak pengembang untuk

kemudian melakukan perlawanan untuk mengehntikan proyek reklamasi,

maka dari itu, menurutnya Dandhy bersama tim ingin memberi sedikit

cuplikannya agar masyarakat dapat menilai sendiri dengan menampilkan

beberapa pihak yang bersangkutan. Dan terbukti apa yang dikatakan oleh

pengembang dalam cuplikan tersebut tidak lain adalah sesuatu hal yang

27

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 54.43

89

normatif. “Walaupun itu sudah kita duga dari awal jawabannya akan

seperti apa. Padahal waktu itu saya berencana untuk mewawancarai

namun karena alasan sibuk dan sebagainya pengembang menolak untuk

diwawancarai.” Jelas Dandy. Kebetulan penyampaian tersebut adalah

setelah ditangkapnya Harisman wijaya sebagai anggota DPRD oleh pihak

KPK karena dugaan kasus suap. Tetapi yang jelas menurut Dandy,

dimuat atau tidaknya cuplikan video pengembang tersebut didalam film

ini tentu tidak mengurangi kualitas film dalam film Rayuan Pulau Palsu.

Pramono, selaku PR (Public relation) PT. Muara Wisesa Samudera

menjelaskan saat konferensi pers berlangsung, bahwa pihak pengembang

tentu mematuhi setiap regulasi, aturan yang diterapkan oleh pemerintah.

“perlu kami sampaikan, bahwa kami adalah pengembang yang mematuhi

setiap ketentuan dari pemerintah” tegas Pramono.

Beberapa pihak telah ditampilkan dalam film ini. statement-

statement antara pro dan kontra telah juga mewarnai setiap adegan dan

cuplikan dalam film ini. 26 April 2016 pemerintah Indonesia

memutuskan untuk melanjutkan 17 pulau reklamasi di teluk Jakarta. Dan

17 pulau yang dibuat oleh pengembang adalah bagian dari proyek

pemerintah National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)

atau Proyek Garuda yang akan dibangun setelahnya.

90

Gambar 26. Video cuplikan masterplan reklamasi teluk Jakarta28

B. Oposisi Biner atau Sifat-sifat Berlawanan

Dalam Film dokumenter Rayuan Pulau Palsu, masyarakat nelayan

berada pada posisi strata terendah jika dibandingkan Pengembang

(coorporate) dan pemerindah (goverment). Perannya yang sentral dalam

perekonomian dan pengusaha mikro untuk memenuhi konsumsi biota

laut masyarakat indonesia sering dianggap tidak penting dan minim

apresiasi dari banyak kalangan, terutama Pemerintah dan pengembang

(pengusaha makro). Dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu,

terdapat oposisi biner narasi tentang sebuah perlawanan, ketidakadilan,

ketidakberdayaan, dan simbol dari sifat-sifat normatif nelayan yang taat

hukum dan sifat-sifat yang tidak normatif yaitu tidak taat kepada hukum

dilakukan oleh Pemerintah dan pengembang reklamasi teluk jakarta.

Adapun oposisi biner (sifat-sifat berlawanan) yang ditemukan peneliti

dalam film tersebut adalah sebagai berikut :

28

Saputra, Rudi P, 2016. Rayuan Pulau Palsu. WatchDoc, Jakarta. Menit 58.11

91

1. Kaya – Miskin

Oposisi biner ini menggambarkan perbedaan yang sangat mencolok

antara kaya-dan miskin. Perkampungan Masyarakat nelayan selalu

dipersepsikan sebagai kalangan miskin atau menengah kebawah. Padahal

tidak jauh dari kampung nelayan berdiri tegak gedung-gedung apartemen

dengan kokohnya. Sejatinya keduanya sama-sama bertempat tinggal di

perkotaan. jaraknya tidak terpaut jauh atau bahkan cenderung

bersebelahan. tetapi keduanya menampakkan wajah yang sangat berbeda

pola kehidupan yang berbeda, kultur yang berbeda, profesi masyarakat

yang berbeda, dan tentu saja penghasilan yang sangat jauh berbeda.

Bangunan-bangunan dibangun oleh pengembang, termasuk project

reklamasi yang menjadi bagian dari masterplan Pluit city sedang dalam

proses pembangunan.

Dalam film tersebut, pengembang digambarkan sebagai pihak

yang kaya. Secara materi hal tersebut dapat digambarkan dengan

lingkungan tempat tinggal pengembang yang maju pesat, bangunan

gedung-gedung pencakar langit, apartemen dan hotel yang semakin

menjamur dibangun oleh pengembang. Dalam film terdapat adegan

cuplikan video yang diambil langsung dari laman Youtube dengan judul

“Pluit City Jingle (in mandarin version)”. Video tersebut adalah sebuah

iklan yang dibuat pengembang sebagai media untuk mempromosikan

project masterplan reklamasi teluk jakarta. dengan project besar seperti

itu, tentu saja memerlukan modal yang besar dan dapat menghasilkan

income yang besar juga bagi pengembang.

92

Tidak berbeda dengan pemerintah. Project reklamasi menjadi

langkah politis sekaligus pragmatis pemerintah dalam mengambil sikap

terkait project reklamasi tersebut. Pro dan kontra dikalangan elit

pemerintah pada akhirnya tidak dapat terhindarkan. Tarik menarik

kepentingan adalah hal yang lumrah terjadi untuk menentukan dan

membuat kebijakan dikalangan pemerintah. Tetapi peneliti menilai

pemerintah dalam hal ini tetap menjadi kelompok yang termasuk kaya.

Terlebih kedekatan mereka dengan pengembang (cooporate) dan

cenderung melindungi sehingga project reklamasi dapat berjalan secara

mulus. Seperti yang tergambar pada alur akhir dalam adegan pertama,

sutradara memunculkan berita kasus masalah reklamasi yang dilakukan

oleh Ariesman widjaja selaku Presiden Direktur PT. Agung Podomoro

Land kepada salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) DKI Jakarta, Muhammad Sanusi. Kasus tersebut

menggambarkan bahwa negara dalam hal ini pemerintah telah menjadi

centeng bagi koorporasi besar dan malah mengorbankan rakyat.29

Proses

ekonomi makro yang dijalankan oleh pengembang diatur dengan hukum,

undang-undang, sedemikian rupa, sehinngga dalam budaya

neoliberalisme seperti ini hukum secara ekstrem kehilangan kontrol atas

kaum kapital.

Sementara masyarakat nelayan adalah antithesis dari pemerintah

dan pengembang. Secara ekonomi Nelayan tidak masuk dalam golongan

kaya. Nelayan termasuk dalam golongan miskin dan menengah kebawah.

29

J.B Banawiratma,. Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016. Hlm.61

93

walaupun nelayan adalah pelaku yang termasuk dalam ekonomi mikro

tetap saja akan kalah dengan pengembang proyek reklamasi yang

memiliki capital lebih besar.

Dalam alur kedua pada adegan pertama, jelas bahwa pak ilyas

memberikan kesaksian sebagai nelayan yang hanya mendapatkan

penghasilan sekitar dua ratus ribu rupiah per hari dalam hitungan kotor.

Dan setelah adanya reklamasi Ilyas justru hanya bisa mendapatkan

penghasilan sekitar lima puluh ribu dalam satu hari. Seperti yang

diutarakan Ilyas dalam film tersebut :

“Before reclamation, we soaked the equipment over night. I had a

minimum of 20 kilos. Berfore the reclamation. Now let alone feeding my wife

and kids. Financing the boat. I feel like screaming. For example, one day at the

sea, then one week off work. They think, instead of wasting money, like for

buying baits, it’s like wasting it is better for food.”

Ilyas menjadi salah satu contoh masyarakat nelayan berpenghasilan

rendah. Secara periodik, Ilyas telah lama tinggal, menetap, dan

menjalankan profesinya sebagai nelayan di kampung nelayan Muara

angke. Adapun pendapatan yang rendah, ditambah dengan masalah

reklamasi, semakin mempersulit gerak ilyas untuk mencari ikan di laut

karena dampak ekologi, kondisi laut yang diperparah oleh adanya proyek

tersebut. Hal ini membuat Ilyas menjadi semakin tidak berdaya.

Sementara secara teoritis, kemiskinan atau dapat dibahasakan

sebagai orang yang kurang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

terjadi karena beberapa faktor, yaitu; (a). Faktor alam, dimana orang

tidak mampu dikarenakan alam tempat seseorang bermukim. Alam tidak

lagi menyediakan bahan yang dapat diolah menjadi makanan. Laut dan

sungai tidak lagi menyediakan ikan untuk dimakan, tanah tidak lagi

menyediakan lahan subur. Untuk dijadikan sawah atau ladang. Tentu saja

Ilyas memiliki lingkungan laut yang dapat diolah, tinggal di pusat kota

94

metropolitan Jakarta. sehingga dapat dikatakan bahwa faktor alam

bukanlah penyebab dari kekurang mampuan ilyas dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. (b). Faktor non alam, dimana ini berkaitan dengan

kemampuan seseorang membeli bahan makanan. Dibutuhkan uang

sebagai alat transaksi untuk membeli kebutuhan kehidupannya sehari-

hari.30

Ilyas termasuk masyarakat nelayan yang berpenghasilan rendah.

Menurut Emil Salim, kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Bentuk

kemiskinan tersebut disebut kemiskinan mutlak. Tetapi selain itu, orang

dapat miskin karena tidak memiliki akses pada sumber-sumber

pendapatan. Kemiskinan ini disebut dengan kemiskinan relatif.31

Ilyas

dapat dikatakan kemiskinan relatif, karena Ilyas adalah korban

kesenjangan, ketiadaan akses perekonomian, ketidakmerataan

kesempatan dan peluang yang dihadapi dalam kehidupannya.

2. Untung – Rugi

Nelayan dimiskinkan oleh keadaan, reklamasi membawa dampak

yang negatif untuk masyarakat nelayan. Kesulitan mendapatkan ikan,

jarak yang semakin jauh menjadi pertimbangan biaya bahan bakar perahu

yang lebih banyak. Dalam posisi seperti ini nelayan adalah pihak yang

dirugikan dengan adanya proyek reklamasi. Dampak ekologi, laut

semakin tercemar, justru malah berdampak domino pada berkurangnya

30 Dheyna Hasiholan, dkk. Politik dan Kemiskinan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 3.

31

Emil Salim, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan dikutip oleh

Dheyna Hasiholan dkk. Politik dan Kemiskinan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 7.

95

pendapatan dan profesinya sebagai nelayan terancam. Hal tersebut

diperparah dengan adanya wacana relokasi masyarakat nelayan dari

kampung nelayan. Dalam adegan keempat, saat berlangsung demonstrasi

dan dialog masyarakat nelayan dengan pejabat daerah di gedung DPRD

DKI Jakarta, seorang ibu nelayan mengutarakan “Saya dilahirkan di

Ancol. Di Hailai itu tempat lahir saya. Saya dipindahkan dari Ancol ke

Muara Karang. Kemudian dipindahkan lagi di Muara Angke. Nah

setelah di Muara Angke terakhir kita mau dipindahkan lagi. Kita bukan

binatang loh pak. Kita ini manusia.” Nada yang sama disampaikan oleh

tokoh masyarat nelayan lainnya, “Kita tinggak di Muara Angke tidak

gratis pak. Dari tahun 1977 kita membayar angsuran. Kita beli dan kita

sudah lunasi rumah itu. Kok, kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok

(Basuki Tjahja Purnama) ada wacana mau menggusur kita? Kita beli loh

pak. Kita bukan orang liar dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu,

untuk menempati kawasan Muara Angke, yang dulunya hutan pak.”

Tegas salah satu tokoh masyarakat dalam forum audiensi dengan pejabat

daerah di DPRD DKI Jakarta.

Sebagaimana pandangan Jared Diamond, yang menyebutkan lima

bahaya kunci yang mengancam eksistensi masyarakat. Yaitu : (a).

lingkungan hidup yang tercemar dan kerusakan ekosistem, (b).

Kehilangan partner berdagang, (c). Tetangga yang tidak bersahabat, (d).

Perubahan iklim yang memburuk, (e). Bagaimana masyarakat memilih

96

untuk merespon masalah-masalah lingkungan hidup.32

Pada adegan

kelima, di Alur tengah, Ilyas mencoba menjaring ikan sejauh dua

kilometer dari daratan. Dalam sehari Ilyas hanya mendapatkan tangkapan

sebanyak dua ikan lele. Hal itu berbeda dengan biasanya sebelum adanya

proyek reklamasi. Memancing dengan jaring yang kurang dari dua

kilometer pun menurutnya Ilyas telah bisa mendapatkan banyak

tangkapan Ikan.

Berbeda dengan Pengembang. Mereka menjadi pihak yang

diuntungkan dalam menjalankan proyek reklamasi. Dalam

ketidakberdayaan masyarakat nelayan, perizinan reklamasi yang belum

jelas menurut Randy Hernando selaku executive produser film ini. seperti

terlihat pada adegan pertama di alur kedua, ditengah sulitnya aktivitas

Ilyas sebagai nelayan yang sedang mencari ikan di pesisir utara Jakarta.

reklamasi masih tetap bisa beraktivitas dengan bebas, mulus, dan terlihat

beberapa mesin aktif dan pekerja tetap berjalan. Hal ini tentu saja banyak

menguntungkan pengembang. Idealnya sebuah perusahaan akan berjalan

dan beraktivitas setelah masalah perizinan telah selesai dilakukan.

Posisi pemerintah sama dengan posisi pengembang. Mereka

menjadi pihak yang juga diuntungkan. Reklamasi dibangun

menggunakan biaya swasta dalam hal ini pengembang. Sementara

pengembang mesti membayar pajak kepada negara untuk setiap tahunnya

setelah reklamasi menjadi sebuah hunian. Dan secara politik proyek

32

Jored Diamond, Collapse : How Societies Choose to Fail or to Succed, dikutip oleh

J.B. Banawiratma Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016. Hlm.61

97

reklamasi akan dianggap publik sebagai keberhasilan pemerintah dalam

bidang pembangunan infrastruktur. Padahal awalnya, isu lingkungan

merupakan isu yang laku di jual dalam kampanye pemilihan umum

(pemilu) lima tahunan. Dan melihat realitas reklamasi dalam film

tersebut. Isu lingkungan tidak lebih sebagai komoditas politik.33

Di akhir

film, setelah adegan terakhir, sutradara membuat video konsep

masterplan atau rancangan dari pembangunan reklamasi. Dalam video

tersebut dijelaskan bahwa setelah selesai dibuat 17 pulau reklamasi teluk

jakarta oleh pengembang, sebagaimana yang dijelaskan oleh Randhy,

bahwa pemerintah akan membuat proyek baru yang dikenal dengan nama

National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau disebut

juga dengan proyek Garuda.

3. Bohong – Jujur

Pada adegan pertama, ditampilkan cuplikan dokumen video berupa

pidato kemenangan Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf kalla.

Pidato tersebut berisi tentang keinginan Jokowi untuk mengembalikan

masyarakat pada profesinya masing-masing. “mulai sekarang, petani

pergi kesawah, nelayan kembali melaut, anak-anak kita kembali

kesekolah, pedagang kembali kepasar, buruh dan pekerja kembali

kepabrik, dan karyawan kembali ke kantor” ujar Presiden Jokowi dalam

pidatonya di atas perahu nelayan bertempat di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Pidato tersebut tidak mencerminkan yang sebenarnya. Masyarakat

33

Dheyna Hasiholan, dkk. Politik dan Lingkungan, (Depok : Koekoesan, 2007). Hlm 59.

98

nelayan sudah tidak merasa memiliki laut, karena laut sudah mati dan

rusak karena pencemaran. Kemudian, seperti yang dimuat oleh media

Suarajakarta.com, bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuku Tjahja Purnama

(Ahok) pernah mengatakan “sejak kapan teluk Jakarta ada ikan? Ikan

dari Jakarta itu banyak dari Karimata, dari Belitung, dari natuna kok.

Mana ada ikan di teluk Jakarta. lu mau bohongin gue? Gue ini anak

pulau” ujar Ahok. Ucapan tersebut terlontar saat Ahok diprotes oleh

nelayan yang hadir ke Balai Kota sambil membawa ikan yang masih di

jala untuk menandakan teluk Jakarta masih memiliki ikan. Pada adegan

keduabelas, di alur tengah, Suhali sebagai nelayan, menanggapi

statement Ahok di media sambil membuktikan secara langsung dengan

mencari ikan di perairan utara Jakarta pada malam hari. Hal yang terjadi

adalah bahwa Suhali mendapatkan beberapa ikan. Hal ini menepis

dugaan Gubernur, yang awalnya mengatakan tidak ada ikan diteluk

Jakarta.

Oposisi biner yang ditemukan adalah, bahwa ungkapan pemerintah

dalam hal ini Pidato presiden Joko Widodo dan statement Basuki Tjahja

Purnama, tidak sesuai kenyataan atau bohong. Sementara nelayan bicara

dengan membuktikannya secara langsung atau jujur. Adapun

pengembang juga adalah pihak yang juga bohong. Hal itu karena

pengembang mencurangi peraturan. Sebagaimana pada adegan pertama

di alur terakhir. Terlihat jelas cuplikan video berita ditangkapnya oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ariesman Widjaja selaku

Presiden Direktur PT. Agung Podomoro Land sebagai terasangka kasus

99

suap reklamasi terhadap salah satu anggota DPRD DKI Jakarta,

Muhammad Sanusi. Pada akhirnya Majelis Hakim Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan nelayan teluk

Jakarta dan koalisi selamatkan Teluk Jakarta (KSTJ) mengenai

pembatalan izin pelaksanaan reklamasi pulau F, I, dan K.

4. Inkonstitusi – Konstitusi

Pada akhir film, ada cuplikan video wawancara Ahok bersama

wartawan setelah melakukan konferensi pers dengan meteri ESDM (

Kementerian Sumber Daya dan Mineral) Republik Indonesia. Pada

dasarnya Ahok tidak sepakat dengan usulan Menteri ESDM, Rizal Ramli

yang ingin melakukan moratorium atau pemberhentian sementara proyek

reklamasi teluk Jakarta. hal tersebut dapat dilanjutkan kembali setelah

kelengkapan persyaratan dan undang-undang terpenuhi. Namun Ahok

tidak sepakat. “Tunda, tunda aja. Itu pulau juga belum dibeli kok. Itu

pulau kan belum bisa diperjualbelikan karena belum ada NJOP-nya”

Jelas Ahok kepada wartawan. Menurut Ahok, pengembang itu membayar

panjer (Uang DP) terlebih dahulu. Dan proyek reklamasi tidak akan

pernah dihentikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapapun rumit dan

kompleknya permasalahan terkait reklamasi karena memiliki beberapa

kelemahan hukum. Sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjhaja Purnama

(Ahok) tetap bersikeras untuk melanjutkan proyek reklamasi. Apa yang

dilakukan oleh Ahok adalah sikap yang inkonstitusi atau lebih tepatnya

melanggar aturan main yang telah ditetapkan secara hukum. Hal tersebut

dapat dibuktikan dalam tiga surat keputusan Gubernur DKI Jakarta,

100

yaitu: (1). Surat keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2268

tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulau F kepada

PT Jakarta Propertindo tertanggal 22 oktober 2015, (2). Nomor 2269

tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulai I kepada

PT Jaladri Kartika Pakci tertanggal 22 oktober 2015, (3). Nomor 2485

tahun 2015 tentang pemberian izin pelaksanaan reklamasi pulau K

kepada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk tertanggal 17 november

2015.34

Begitupun dengan pengembang. Mereka juga melakukan hal yang

inkonstitusi. Melanggar aturan. Karena tidak berusaha mencari kejelasan

hukum dan tetap berlindung pada ketetapan surat keputusan Gubernur

DKI Jakarta. sehingga pengembang melanggar dengan tetap mengerjakan

reklamasi ditengah ketidakjelasan hukum. Hal lain terlihat jelas dalam

adegan kesepuluh dan kesebelas, Haji Mukri, seorang tokoh masyarakat

menjelaskan, bahwa ada sebagian masyarakat yang pro terhadap

reklamasi kemudian diberangkatkan umroh setiap tahunnya oleh

pengembang. “jadi, pada 23 januari ada orang yang mengirim empat

orang masyarakat untuk diberangkatkan umroh”. Jelasnya. Menurutnya

hal itu tidak hanya sekali dilakukan tetapi berkali-kali setiap tahunnya

dan dibiayai oleh pengembang.

Pada adegan kesebelas, seseorang memberikan kesaksian tentang

pengembang dengan sensor wajah dalam film. Menurut randy, dia adalah

34 http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/03/20/on2d4o408-

inkonstitusionalitas-proyek-reklamasi-teluk-jakarta di akses pada 24 september 2017, pada pukul

20:43 wib

101

seorang koordinator masyarakat untuk demonstrasi pro reklamasi.

Menurut kordinator tersebut, uang yang diberikan peserta demonstrasi

pro reklamasi sebesar seratus ribu rupiah, sementara kordinator lapangan

dapat uang tiga ratus ribu rupiah. Adapun tugas kordinator lapangan

berfungsi sebagai pencatat untuk masyarakat yang ingin bergabung dan

umumnya untuk mendata masyarakat. “sudah banyak sekali, pemberian-

pemberian dari pengembang.” Jelasnya . “ini adalah metode untuk

mendekati pengembang. Dan bagi kami ini adalah suatu keberhasilan

untuk dapat mendekati pengembang.” Jelas kordinator demonstrasi pro

reklamasi. “ketika kami sebagai nelayan, mempunyai acara, yang

pertama, acara pesta laut nelayan. Pengembang memberikan dua ratus

juta rupiah, dan ketika musholah, penopang-penopang kayunya sudah

tidak berfungsi lagi, maka proposal yang diberikan kepada pengembang,

dan pengembang juga tanggap dan memberikan uang sebesar seratus

empat puluh juta rupiah. Dan ada kegiatan-kegiatan agama yang sudah

diberikan oleh pengembang, ke masjid sebesar lima belas juta rupiah”

ungkapnya. Kesaksian tersebut adalah langkah politik pengembang untuk

memberikan citra positif dengan kehadiran proyek reklamasinya.

Sehingga masyarakat kampung nelayan terpecah menjadi dua kelompok

antara yang pro dan kontra terhadap reklamasi. Walaupun masyarakat

yang menolak dan kontra terhadap reklamasi tetap mendominasi.

Sejauh perjalanan dalam adegan film dari awal sampai akhir,

masyarakat nelayan melakukan hal-hal yang konstitusional sesuai dengan

cara main dan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh negara. beberapa

102

bentuk-bentuk perlawanan secara konvensional dan nonkonvensional

yang merupakan bagian dari partisipasi politik dilakukan oleh

masyarakat adalah seperti dalam adegan keempat (menit 17:12), (menit

17:52), adegan kedelapan (menit 23:48), adegan ketigabelas (menit

46:07), alur terakhir adegan pertama (menit: 57:51), dan terakhir pada

alur akhir adegan kedua (menit 57:51). Kesemua adegan perlawanan

tersebut dilakukan sesuai dengan undang-undang nomor 9 tahun 1998

tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum.35

Salah

satu poinnya bahwa unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang

dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan

lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Hal

tersebut menjadi dasar bahwa masyarakat nelayan menaati hukum dan

berlaku konstitusional. Secara periodik, masyarakat nelayan telah lama

bertempat tinggal di kampung nelayan, ini juga menjadi dasar

konstitusional lainnya ketika Gubernur DKI Jakarta ingin merelokasi

mereka. “kita tinggal di muara angke tidak gratis pak. Dari tahun 1977

kita membayar angsuran. Kita beli dan kita sudah lunasi rumah itu. Kok,

kenapa tiba-tiba gubernur kita Ahok ada wacana mau menggusur kita?

Kita beli loh pak. Kita bukan orang liar. Dan kita dipaska oleh

pemerintahan dulu, untuk menempati kawasan muara angke yang

dulunya hutan pak.” Jelas salah satu warga saat dialog di gedung DPRD

DKI Jakarta.

35 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17462/node/573/undangundang-

nomor-9-tahun-1998 di akses pada 25 september 2017 pada pukul 06:10

103

5. Islami – tidak islami

Dalam islam, perbuatan yang dilakukan oleh pengembang adalah

sesuatu yang tidak islami. Alasannya karena, pengembang dalam hal ini

Ariesman Wijaya selaku presiden direktur PT. Agung Podomoro Land

melakukan aksi suap terhadap anggota DPRD DKI Jakarta, Muhammad

Sanusi. Seperti yang tergambar dalam film pada alur terakhir adegan

pertama. Hal lain dilakukan oleh pengembang, dengan memberikan

sejumlah uang kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat setuju

terhadap reklamasi. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat

188:

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang

lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)

kamu membawa (urusan) harta kepada hakim supaya kamu dapat

memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan

(jalan berbuat) dosa. Padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-

Baqarah : 188)

Disisi lain, Dari awal film, perjuangan masyarakat nelayan sangat

murni, mereka sama sekali tidak melakukan suap atau korupsi untuk

memenangkan pembelaanya. Justru mereka melakukan cara-cara yang

islami dan tidak anarki. Mereka melakukan dialog, musyawarah, diskusi

dengan banyak pihak untuk dapat mempertimbangkan kembali proyek

reklamasi yang dinilainya merugikan masyarakat nelayan. Seperti yang

tergambar pada alur awal adegan keempat. Hal tersebut sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surat Assyura ayat 38 :

104

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada

mereka.” (QS : Assyura : 38)

. Dalam keyakinan masyarakat religius atau masyarakat yang

beragama. Setiap janji kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh

tuhan. Maka dari itu, betapapun demonstrasi yang dilakukan oleh

masyarakat nelayan untuk menolak reklamasi sebenarnya dapat dinilai

sebagai bagian dari upaya masyarakat nelayan untuk mengingatkan

kembali presiden akan janji-janjinya sebelum tuhan yang

menghakiminya.

keadilan adalah bentuk substansi dalam ajaran islam, seperti yang

diutarakan oleh Murtadha Muthahhari, bahwa keadilan adalah menjaga

keseimbangan dalam masyarakat, artinya keadilan adalah sesuatu yang

dapat melahirkan kemaslahatan bagi masyarakat atau menjaga dan

memeliharanya dalam bentuk lebih baik sehingga masyarakat

mendapatkan kemajuan.36

Islam sangat menjaga keseimbangan. Islam

sangat melindungi nilai-nilai kemanusiaan. Masalah nelayan adalah

mnyangkut masalah kemanusiaan.

36 Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad Sobandi, (Bandug:

Pustaka Hidayah, 1996), h. 225

105

Pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo dalam isi

pidatonya mengutarakan keberpihakannya terhadap masyarakat wong

cilik khusunya masyarakat nelayan. Hal tersebut tergambarkan dalam

alur pertama adegan pertama. Tetapi setelah adegan terebut diputar,

adegan-adegan berikutnya justru menayangkan kondisi masyarakat

nelayan yang tidak sesuai dengan isi pidato presiden Joko Widodo.

Reklamasi dinilai mengancam eksistensi masyarakat nelayan. Reklamasi

mewacanakan adanya relokasi masyarakat nelayan dari kampung

nelayan. Hal tersebut berarti, akan mengakibatkan nelayan kehilangan

mata pencaharian. Seperti pada adegan keempat alur pertama “kita

tinggal di muara angke tidak gratis pak. Dari tahun 1977 kita membayar

angsuran. Kita beli dan kita sudah lunasi hal itu. Kok. Kenapa tiba-tiba

gubernur kita Ahok ada wacana mau menggusur kita. Kita beli loh pak.

Kita bukan orang liar. Dan kita dipaksa oleh pemerintahan dulu untuk

menempati kawasan Muara Angke yang dulunya hutan pak” jelas salah

satu tokoh masyarakat nelayan saat melakukan dialog di gedung DPRD

DKI Jakarta

Dalam islam, setiap perbuatan semestinya sesuai dengan ucapan.

Allah Swt berfirman dalam surat As-shaff ayat 2-3 :

106

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan, Amat besar kebencian di sisi

Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.” (QS: As-Shaff : 2-3)

Jokowi tidak dikatakan islamis karena isi pidato tidak sesuai

dengan perbuatan berupa keberpihakan kepada nelayan dan masyarakat

wong cilik dan keinginannya untuk mengembalikan nelayan pada

lautnya.

Adapun berdasarkan uraian oposisi biner yang telah peneliti

temukan diatas, dapat digambarkan secara sintagmatik dan paradigmatik

sebagai berikut :

pengembang kaya Untung Bohong Inkonstitusi -

Pemerintah Kaya Untung Bohong Inkonstitusi -

Nelayan Miskin Rugi Jujur Konstitusi Menang

Gugatan

abstrak Konkret

Sintagmatik

Tabel 3. Oposisi biner film dokumenter Rayuan Pulau Palsu sintagmatik dan paradigmatik

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan terhadap film dokumenter

Rayuan Pulau Palsu karya : watchdoc, menceritakan tentang perjuangan

masyarakat nelayan dalam melakukan perlawanan penolakan terhadap

reklamasi, dan dampak dari reklamasi terhadap kehidupan masyarakat

nelayan. penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teori analisis

naratif, atau lebih khususnnya peneliti menggunakan teori Tzvetan Todorov

dan Levi Strauss. Maka apa yang peneliti dapatkan mengasilkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu, sesuai dengan teori

narasi Tzvetan Todorov , Film ini dibagi menjadi tiga alur, yaitu

alur awal, , menceritakan awal mula kehidupan sebuah kampung

nelayan yang harmonis, berjalan sebagaimana biasanya. Dan

dengan diberlakukannya proyek reklamasi pada tahun 2016 di

pesisir utara Jakarta justru malah berdampak buruk bagi

keberlangsungan aktivitas nelayan. Begitupun dialur ini dapat

ditemukan cuplikan video pidato presiden Joko Widodo di

Pelabuhan Sunda Kelapa. Adapun isi pidatonya menunjukkan

inkonsistensi presiden terpilih Joko Widodo antara ucapan dan

perbuatan yang dirasa mengabaikan masyarakat nelayan.

2. Alur tengah berisi tentang adanya ketegangan, keresahan di

kalangan masyarakat yang pada akhirnya masyarakat dan banyak

108

dari elem-elemen masyrakat lainnya yang tergabung dalam LSM,

organisasi, berkumpul, berdiskusi dan melakukan perlawanan

terhadap reklamasi dengan cara konvensional maupun non-

konvensional. Masyarakat memilih untuk melakukan aksi

demonstrasi didepan gedung DPRD DKI Jakarta, di PTUN Jakarta

dan melakukan audiensi dan dialog di kantor RW, di DPRD DKI

Jakarta. Perlawanan ternyata datang juga dari sejumlah pihak salah

satunya dari supporter Persija yang membentangkan banner di

Stadion bertukiskan #JakartaTolakReklamasi.

3. Alur akhir banyak menampilkan pihak yang pro dan kontra, setelah

sebelumnya masyarakat telah banyak menyudutkan pemerintah dan

pihak swasta atau pengembang yang membangun reklamasi.

Pengembang dan gubernur DKI dimunculkan. Bahkan

menampilkan masalah dari apa yang ditolak oleh masyarakat.

Beberapa pihak tertangkap karena terjerat kasus korupsi reklamasi.

Dan diakhir film ini terdapat klimaks perlawanan terhadap

reklamasi. dimana seluruh elemen masyarakat nelayan, LSM, NGO,

organisasi datang berbondong-bondong melakukan segel Reklamasi

Pulau G.

Adapun perlawanan yang muncul disetiap alurnya sebagai berikut :

a. Alur awal : belum terdapat perlawanan

b. Alut tengah : Demonstrasi di PTUN, demonstrasi di Gedung DPRD

DKI Jakarta, audiensi dan dialog di Gedung DPRD DKI Jakarta

109

c. Alur Akhir : Nelayan melakukan segel pulau G reklamasi.

dari rangkaian tersebut akhirnya memunculkan sebuah harapan bahwa

semoga masalah reklamasi segera diselesaikan, ditinjau kembali oleh

pemerintah. Kedua, nelayan harus menjadi prioritas untuk mewujudkan

Negara maritime. Nawacita, Pidato presiden semestinya dibuktikan dengan

peduli dengan nasib rakyat kecil. Dalam hal ini nelayan. selanjutnya selalu

ada celah untuk menyalahgunakan wewenang. Terbukti dengan beberapa

orang tersangkut kasus korupsi dalam mega proyek reklamasi.

Dari hasil analisis per-adegan yang terlah peneliti lakukan sebelumnya,

dapat ditemukan beberapa oposisi biner atau sifat-sifat berlawanan dalam film

Rayuan Pulau Palsu. adapaun oposisi biner dalam film Rayuan Pulau Palsu,

diataranya sebagai berikut :

1. Kaya – Miskin

2. Untung – Rugi

3. Bohong – Jujur

4. Inkonstitusi – Konstitusi

5. Islami – Tidak Islami

Oposisi biner tersebut menggambarkan bahwa ternyata sebagai

masyarakat nelayan keberadaanya cenderung pada posisi yang cenderung

tertekan dibandingkan dengan pemerintah dan Pengembang (pengusaha). Dan

apabila melihat lebih jauh film Rayuan Pulau Palsu pertentangan antara dua

sifat yang berlawanan sangat jelas terlihat. Tetapi pertentangan bukan untuk

dipertentangkan sehingga semakin jauh diferensiasi atau perbedaan antara

110

kedua sifat tersebut. untuk itu sebenarnya adanya film ini tentu sebagai kritik

kepada pihak pemerintah khususnya dan umumnya pada pemegang kebijakan

untuk bisa berlaku adil, berpihak pada kaum yang lemah, membuat kebijakan

yang pro terhdap rakyat. Terlebih secara demokratis pemerintah dituntut

untuk menunaikan janji-janji kampanyenya kepada publik secara umum,.

masyarakat nelayan adalah role model atau percontohan dimana publik

semestinya jeli, mengadukan dan melaporkan, kalau perlu melakukan

langkah-langkah hukum atas setiap kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak

untuk kepentingan rakyat dan sebaliknya, malah menguntungkan pihak

Swasta. Berkaca pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa Bumi, air dan

kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Maka film Rayuan

Pulau Palsu sebagai representasi kehidupan nelayan yang sesungguhnya

perlu menjadi perhatian dan prioritas penting untuk menguji konsistensi

pengabdian pemerintah rakyatnya. Masyarakat nelayan, dalam film ini justru

mewakili nilai-nilai luhur keislaman, seperti keadilan, kejujuran, dan juga

kebenaran, tetapi pemerintah sebagai kaum bangsawan, pemilik kuasa,

pemegang kebijakan kerapkali bersekongkol atau bermufakat buruk dengan

kaum hartawan. Dalam hal ini pengusaha, pengembang, pihak asing, dan

swasta.

B. Saran

Berdasarkan dari penelitian dan pengamatan analisis naratif dengan

objek film dokumenter Rayuan Pulau Palsu yang telah peneliti lakukan.

111

Maka ingin memberikan beberapa saran dan rekomendasi kepada banyak

orang. Khususnya akademisi. Yaitu

1. Secara umum film dokumenter Rayuan Pulau Palsu ini adalah

upaya untuk memberikan informasi yang komprehensif secara nyata

tentang dampak reklamasi terhadap kehidupan nelayan di Kampung

Nelayan Muara Angke. Keberadaanya dinilai penting untuk

kebutuhan produksi dan konsumsi hasil laut untuk kebutuhan

masyrakat luas.

2. pirinsip-prinsip equlity before the law atau kesamaan dihadapan

hukum perlu dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

Sebagaimana pasal 27 ayat 1 bahwa setiap wargan negara

bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa

terkecuali. Untuk itu karena Indonesia adalah negara huku maka

setiap kegiatan harus sesuai dengan legalitas hukum

3. dalam setiap keputusannya pemerintah seharusnya memberikan

kebijakan yang pro terhadap rakyat. Dan tidak menjadi centeng dari

perusahaan sehingga abai dengan kemaslahatan dan kesejahteraan

seperti yang terdapat dalam film ini.

4. masyarakat memiliki peran kontrol terhadap pemerintah. Mereka

layak menagih janji kampanye pemeimpin dan wakil rakyatnya.

bahwa kegiatan apapun harus tetap diawasi karena rawan dikorupsi

dan disalahgunakan. Termasuk kebijakan-kebijakan pemerintah

yang dinilai tidak pro terhadap rakyat dan tidak memiliki dimensi

112

kerakyatan atau bukan untuk kepentingan warga dan masyarakat

Negara kesatuan republik Indonesia.

5. akademisi yang dalam hal ini menjadi kaum terdidik memiliki tugas

penting untuk mengaktualisasikan ilmu yang telah didapatkannya

dari perkuliahan untuk dapat mendampingi masyarakat dalam

mengadvokasi kasus-kasus yang merugikan masyarakat. seperti

yang terjadi dalam film dokumenter Rayuan Pulau Palsu.

113

DAFTAR PUSTAKA

Arthur asa Berger, Media and Society: A Critical Perspektive, Boulder: Rowman

& Littlefield, 2003.

Aufderheide, Patricia. Documentary Film (a very short introduction), New York:

Oxford University Press, 2007.

Ayawaila, Garzon R. Dokumenter dari ide sampai produksi, Jakarta : FFTV-IKJ

PRESS, 2008.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta : Kencana, 2008.

Claude Levi-Strauss, The Structural Study of Myth : New York: Doubleday

Anchor 1972.

Deni Djakapermana, Ruchyat, Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementrian

PU

Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.: Modul

Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

(Peraturan Menteri Pwerkejaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat

Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2003.

Eriyanto, Analisis Naratif : Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks

Berita Media Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013.

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, Yogyakarta : LKIS, 2006.

Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book, New York :

Routledge Taylor and Francis Group, 2003.

Hamka, tafsir Al-Azhar Juz XXI, hal 94

Hasiholan, Dheyna, dkk. Politik dan Kemiskinan, Depok : Koekoesan, 2007

Hasiholan, Dheyna, dkk. Politik dan Lingkungan, Depok : Koekoesan, 2007.

Heldy S & Hari Ahimsa Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya

Sastra Yogyakarta: Galang Press, 2001.

114

J. Moleong, Lexy. Metodellogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan

Nasional, 2008.

Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia, 1986

Mulyadi, Dedi. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip

analisis wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.

Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad Sobandi,

Bandug: Pustaka Hidayah, 1996

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, JAKARTA: Rajawali Press, 2009.

Peransi, D. A. Film/Media/Seni. Jakarta. FFTV-IKJ PRESS, 2005.

Salim, Emil, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan dikutip

oleh Hasiholan, Dheyna dkk. Politik dan Kemiskinan, Depok : Koekoesan,

2007.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, Ciputat: :Lembaga Penelitian

UIN Jakarta, 2009.

Todorov, Tzvetan. The Poetics of Prose : Oxford: Blackwell, 1977.

JURNAL

Zaenuddin, HM. The Journalist, Jakarta : Simbiosa Rekatama Media,

2011.

Banawiratma, J.B, Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April 2016.

Dewi Utami Citra , “Film Dokumenter Sebagai Media Pelestari Tradisi”

Asintya, Jurnal Penelitian Seni Budaya Surakarta, Volume 2 No : 1 juni

2010.

Diamond, Jored, Collapse : How Societies Choose to Fail or to Succed,

dikutip oleh J.B. Banawiratma Jurnal Gema Teologika, Vol 1, no 1, April

2016.

115

Gusti A. B. Menoh : Memahami Antropologi Struktural Claude Levi

Strauss, Jurnal STFI Driyakarya

Jurnal Hubungan Internasional Tahun VIII, No.1, Januari 2015.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2 : 105-112. Desember 2012.

Suryadewi A, Edward, A Setiadi, : Masalah Reklamasi Teluk Jakarta

ditinjau dari Aspek Psikologi Lingkungan. Jurnal Lingkungan dan

Pembangunan Vol. 18 No. 2

Widodo L. : Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai dengan

Pendekatan Model Dinamik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT Vol.

6 No. 1 : 2005

WEBSITE

Eka Nurhalimatus Sida, “Reklamasi dalam kacamata islam” diakses pada

tanggal 26/11/2016 diakses pada tanggal 26 November 2016

http://www.dakwatuna.com/2016/04/26/80208/reklamasi-kacamata-

islam/#axzz4Qf6jqVWF

Kemendagri, “Profil daerah provinsi DKI Jakarta” artikel diakses pada

tanggal 25 oktober 2016 http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-

daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta

Rezki Alvionitasari, “Suara Nelayan dan Rayuan Pulau Palsu” artikel

diakses pada tanggal 22 November

2016https://m.tempo.co/read/news/2016/05/01/083767550/feature-suara-

nelayan-dan-rayuan-pulau-palsu 38.

116

Risma, “Gawat permukaan tanah di Jakarta utara sudah turun leb ih dari 2

meter” diakses pada tanggal 26 Oktober 2016

http://jakartakita.com/2016/02/05/gawat-permukaan-tanah-di-jakarta-

utara-sudah-turun-lebih-dari-2-meter/

Wikipedia, “Daftar kabupaten dan kotaadministrasi di daerah ibukota

Jakarta” artikel diakses pada tanggal 26 Oktober 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_administrasi_di

_Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta

Wikipedia, “Film Dokumenter” artikel diakses pada tanggal 22 November

2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter

Wikipedia, “Reklamasi Daratan” artikel diakses pada tanggal 22

November 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Reklamasi_daratan

Yanuar Riezqi Yovanda, “World Bank prediksi penduduk Jakarta 16 juta

jiwa” artikel diakses pada tanggal 25 Oktober

2016http://metro.sindonews.com/read/955806/31/world-bank-prediksi-

penduduk-jakarta-capai-16-juta-jiwa-1422253532

http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17462/node/573/undangun

dang-nomor-9-tahun-1998 di akses pada 25 september 2017 pada pukul

06:10

Muthahhari, Murtadha. Islam dan Tantangan Zaman, terj. Ahmad

Sobandi, (Bandug: Pustaka Hidayah, 1996), h. 225

http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-

warga/wacana/17/03/20/on2d4o408-inkonstitusionalitas-proyek-reklamasi-

teluk-jakarta di akses pada 24 september 2017, pada pukul 20:43 wib

117

KBBI, “Reklamasi” artikel diakses pada tanggal 22 November 2016

http://kbbi.web.id/reklamasi

Garry Andrew Lotulung, diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.27

WIB,http://megapolitan.kompas.com/read/2016/06/30/19184411/reklamas

i.pulau.g.resmi.dihentikan

Robertus Belarminus diakses pada tanggal 21/07/2017 pukul 09.33 WIB

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/17/06424971/.nelayan.sujud.

syukur.karena.menang.gugatan.pulau.f.i.dan.k

Maya Ayu Puspitasari diakses pada 22/07/2017 pukul 09.16 WIB

https://m.tempo.co/read/news/2016/04/01/063759049/kronologi-

penangkapan-sanusi-dan-bos-podomoro-oleh-kpk

Zeynita Gibbons, diakses pada tanggal 19 juli 2017 pukul 08.26 WIB

http://www.antaranews.com/berita/568716/ppi-belanda-diskusi-reklamasi-

teluk-jakarta-rayuan-pulau-palsu

Hasil Wawancara

Nama Narasumber : Randy Hernando (Executive Producer, Film

Dokumenter Rayuan Pulau Palsu)

Profesi : Penggiat Film Dokumenter Rumah Produksi Watchdoc

Tempat : Rumah Produksi Watchdoc, Komplek Tugu Pratama Blok

A No. 3-4 Jl. Cempaka Baru, Jati Cempaka, Pondok Gede

17411

Hari/Tanggal : 30 Juli 2017

1. Bagaimana latar belakang sampai terbentuknya film Rayuan Pulau Palsu ?

Oke latar belakang itu kita berangkat dari situasi kantor kita, jadi salah satu

pemimpin kita disini, Dandy Dwi Laksono itu melakukan ekspedisi, ekspedisi

selama satu tahun dia merekam keragaman budaya di Indonesia lalu disalah satu

perjalanan dia bersama temennya waktu itu berdua naik motor melakukan

ekspedisi bertajuk indonesia biru. Itu pertengahan bulan mereka sampailah di bali.

Nah, di Bali itu mereka menemukan wacana, rencana untuk reklamasi tanjung

benoa. Nah reklamasi itu mendapat respon dari masyarakat adat di bali. Sehingga

menjadi besar, Saat itu mereka melihat responnya seperti apa, akhirnya mereka

buatlah itu jadilah Kala Benoa. Itu reklamasi di bali. Reklamasi di bali itu baru

tahap rencana tetapi sudah ditentang oleh masyarakat disana.

Nah pulanglah dia (Dandy dan temannya), setelah satu tahun keliling 2015. Nah

2016 awal. Dia bilang kepada temen-temen diredaksi, “ ini reklamasi urusannya

tidak hanya di Bali. Bahkan pemerintah pusat pun sudah punya rencana untuk

jangka panjangnya. Saat itu kami belum tahu tentang master plan Reklamasi teluk

Jakarta pada saat itu. tetapi setelah kami mulai turun lapangan. Saat itu kami

setuju, oke, kami akan membuat (film) tentang reklamasi teluk Jakarta

melanjutkan dari (film) reklamasi Bali.

2. Bagaimana proses pra produksi film ?

Diaturlah kru-kru nya (tim-tim khusus disela-sela kesibukan kami) mulai kita

lanjuut nih, mulai terjun lapangan, nah dari situ satu persatu kita mulai

menemukan fakta, dan ketemu akhirnya bagaimana wujud dari reklamasi itu

sendiri (rencana pada saat itu). Nah aneh memang, saat itu belum ada RTR

(Rencana tata ruang) dan wilayah itu belum ada. Itu yang aneh, seharusnya proses

(UU) itu ada baru lanjut. Tetapi ini belum ada, istilahnya paying hukumnya itu

belum ada, bahkan amdalnya pun tidak jelas sampai sekarang tapi tiba-tiba pulau

itu terbangun.

Pada saat kami survey lapangan memang, kami memilih akhirnya. Dari rencana

itu pulau A sampai (aku lupa) sampai 17 pulau itu. melihat bagaimana

pemberitaan di media memang sudah dari 2015 bahan. Tetapi planning nya

sendiri tentang reklamasi sudah dari zaman pak harto. Merujuk pada UU tahun

1995 tentang reklamasi, itu di zaman soeharto.

Setelah kami mendapati fakta memang, kami terjun dulu pertama ke masyarakat

muara angke. Di mana pulau G ya, disitu yang bisa dikatakan akan dibangun dan

sangat mengganggu nelayan. saat itu pelan-pelan sudah mulai tuh, kami tanyalah

ke (nelayan), “Bapak sudah melihat belum (berita) tentang reklamasi ?” mereka

bahkan nggak tau saat itu. Reklamasi itu apa, mereka taunya Bangun Pulau / bikin

pulau baru. Istilah reklamasi itu mereka bilang bangun pulau baru.

Oke satu persatu, kami mulai, seminggu, mereka juga sudah mulai menggugat tuh

saat itu. melalui koalisi sahabat satu teluk Jakarta mereka mengugat ke PTUN

tentang payung hukum yang memang tidak ada. Tapi kok tiba-tiba bisa keluar

izin. Izin untuk mendirikan, kan padahal paying hukumnya tidak ada.

Yaudah pelan-pelan, akhirnya terungkap bahwa ada kejanggalan-kejanggalan

pada prosesnya. Kami menemukan, narasumber-narasumber itu justru pada saat

observasi lapangan. Kami wawancara tokoh masyarakat disana hingga akhirnya

kami memilih siapa nih kira-kira yang cocok untuk karakter kami. Dan asumsi

kami adalah, karena tadi kamu bilang untuk kemanusiaan. Ya kami menyentuh

dari sisi Human Interest. Akhirnya kami dapatilah tokoh, nelayan Tradisonal,

bukan nelayan kelas kakap yah, yang dia punya kapal-kapal banyak. Tetapi

nelayan tradisional yang tiap hari itu mereka harus hidup mati untuk menyambung

hidup. Mereka kalau dapat ikan merka bisa makan, kalau tidak dapat yasudah

mereka tidak bisa makan.

Dapatlah, ketemu pak ilyas. Akhirnya kami disana nginep beberapa hari kami

merasakan bagaimaan kehidupan nelayan disana. Akhirnya kami mendapatkan

pengakuan dari dianya bahwa ini tidak seperti biasanya. Dia bercerita bahwa

biasanya. Saya biasa bisa memperoleh ikan, dia bilang kan anginnya lagi kurang

bagus, itu saja masih bisa dapat 10 kg. (artinya masih dapat untunglah). Tapi

waktu dia menunjukkan nih, Cuma 2 biji (ikan). Itupun mati nah dia didalam film

itu bilang tercemar dan segala macem. Memang teluk Jakarta pada realitasnya

sudah tercemar dari puluhan tahun lalu. Sebelum reklamasi memang sudah. Tapi

ini malah diperparah lagi. Nah kami pada saat wawancara narasumber tadi pak

ilyas.

3. Selain kepada nelayan, kepada siapa data tentang reklamasi didapat ?

ami juga wawancara ke bagian perencanaan (Bapeda) DKI waktu itu saya ketemu

ibu Tuti Kusumawati. Saya Tanya lah rencana masterplan reklamasi seperti apa,

oh ternyata, ini lebih kepada kepentingan bisnis, ekonomi. Jadi dalam wawancara

itu ada satu pernyataan dia bilang “dengan reklamasi ini kita akan melakukan

revitalisasi teluk Jakarta, kita akan membuat teluk Jakarta yang tercemar itu

menjadi bersih. Caranya dengan revitalisasi melalui reklamasi tadi,membangun

pulau.

(Kesatu) Dan menurut kami memang aneh, kenapa harus reklamasi untuk

revitalisasi tadi,kenapa nggak bener-bener, pembersihan tanpah harus

membangun. Membangun pulau kan nanti akhirnya dia mengambil pasir nih di

pulau lain. Jadi pulau yang diambil pasirnya tadi hilang. Belum lagi dia nimbun-

nimbun lagy. Dan ekosistem itu berantkan jadinya. Dan itu butuh pemulihan yang

agak lama.

(Kedua) yang membuat kami yakin adalah mereka bilang begini, kami ingin

memunculkan wajah Jakarta baru, dengan konsep gedung yag menghadap kearah

laut (jadi water front city) lah. Jadi bener-bener mereka memiliki arah seperti di

Dubai atau di Singapure. Singapure kan reklamasi tuh ? arahnya kesana. Jadi

menurut mereka luar biasa. Apabila kita investasi segala macem, dan masyarakat

miskin bisa, terbuka lapangan pekerjaan. Arah mereka Ekonomi sentris banget.

Tetapi mereka tidak memikirkan kea rah ekologis nya seperti apa. Atau masyrakat

disana yang waktu itu muncul pas kami wawancra itu, dan gugatan-gugatan yang

muncul adalah, ada rencana relokasi ke pulau Seribu. Waktu itu baru wacana,

tetapi sudah membuat nelayan disana, atau masyarakat muara angke khususnya itu

panik. Mereka Cuma (menyesali) apabila mereka di relokasi ke pulau seribu

pndapatan mereka tentu akan berkurang, mata pencaharian, dan agak sulit. Dan

lagi ada rencana membangun rusun yang sebenarnya secara konsep tata ruang itu

tidak mungkin. Karena waktu itu pernah aku baca berita, itu Cuma muat dibangun

sampai dua lantai, nggak mungkin sampai puluhan lantai. Mana kuat dan

membuat kondisi tanahanya jeblos.

Nah pelan-pelan, akhirnya kami menunggu momentum juga, untuk merealisasikan

film ini. Pas KPK. (kana da tuh di Film kan). KPK menciduk Sanusi, terus tiba-

tiba, pada saat pemberitaan itu ada sangkut pautnya dengan proyek reklamasi.

Sehingga tadi Arisman Wijaya yang podomoro itu ketangkep. Nah dari situlah

gaung gede nya untuk kami cepet-cepet naikin (Film). Jadi, waktu itu, sudah

terealisasi segel pulau. Yang kamu liat terakhir tuh, itu sebelum pengungkapan.

Jadi, segel pulau pun kami sudah bisa menebak bahwa ini akan terjadi. Karena

kami ikut diskusi disana dan saat itu di koalisi ada pengungkapan tiga opsi,

pertama adalah, bakar Kapal. Konvoi, atau longmarch gitulah ke Istana, sama

yang terakhir (symbol) segel pulau. Dari tiga opsi ini akhirnya mereka pilih yang

ketiga (Segel pulau). Yasudah rencana nya kapan kami turun full team.

Setelah turun full team, ambillah , dapatlah (dokumentasi) dari udara,euforianya

itu, sebagai penanda bahwa mereka meski di tindas, mereka meski ternacam tetapi

mereka punya daya juang. Dengan symbol segel pulau itu masyarakat tidak

sendiri loh. Masyrakat bida melawan kekuatan pemodal. Nah darisitu, pas

momentum KPK kena, kami ikutin, mereka juga mulai (….) hingga bagaimana

ahok pada saat itu bilang, “ini akan tetap dilanjutkan”. Karena diterakhir pun kami

kasih bahwa ini satu pulau kan ? tiba-tiba ada rencana proyek garuda (pas di

terakhir-terakhir) (Film). Itu bahwa ini bukan untuk masa depan Jakarta tetapi ini

proyek nasional. Apabila Jakarta jadi ni reklamasi 17 Pulau,ini akan

merepresentasikan atau akan ditiru oleh pulau-pulau lain. Kami kan ada pemetaan

tuh, itu dari data WALHI pada saat itu, tapi juga masih bisa di update lagi,

sekarang banyak reklamasi.

Dan trend reklamasi itu kian itnggi, apabila Jakarta tadi dengan 17 pulau itu jadi,

itu akan jadi role model wilayah-wilayah lain. Ini jadi sesuatu yang akan

mengancam.

Nah itu yang tadi, adalah latar belakang kami itu buat berdasarkan pengalaman

pemimpin kami, juga kami melihat bahwa ada ancaman serius terhadap ekosistem

yang sebenernya sudah ada, tetapi akan tercerabut apabila muncul yang baru –

salah satunya dari reklamasi itu sendiri-.

4. Kenapa mengambil tema “rayuan pulau palsu”. Nggak yang lain ?

Bukan tema, itu sebenernya judul (film). Judul itu sebenrnya merujuk kepada,

plesetan dari lagunya ismail marzuki, (rayuan pulau kelapa). Sebagaimana kami

dalam perspektif film maker, setelah kami membuat film – judul itu penting,

untuk membuat gaung – kami diskusilah, pilih nih dulu ada “Reklamasi

Indonesia”, akhirnya kami sepakat dan diambillah “Rayuan Pulau Palsu”. Kenapa

pulau palsu ? dan Palsu nya itu jadi merah, karena ada tipu-tipu disana, dan

rayuan ini menjadi kena dengan konteks tadi, bahwa kita tahu, sanusi di ciduk,

kalau dalam bahasa ungkapan phrase nya adalah ini mengandung ceah untuk

melakukan korupsi. Jadi, uang itu kan seperti rayuan, jadi pulau yang dibangun ini

menjadi magnet untuk – ada pemodal, ada intervensi asing, ada juga orang-orang

yang berkepentingan untuk merauk keuntungan disana. Masuklah Rayuan pulau

palsu itu didalam satu kesatuan itu. (kena gitu lho). Itu bukan suatu kebetulan

tetapi sudah terjadi seperti itu.

5. kira-kira adakah tujuan tertentu dibuatnya film ini untuk masyarakat pada

umumnya dan khususnya untuk masyarakat nelayan ?

Akomodasi. Jadi kata kuncinya adalah kami mengakomodasi suara-suara nelayan,

atau suara masyarakat yang saat ini bisa dikatakan sulit. Jadi mereka diwawancara

media-media besar, mereka mendapatkan respon dari media, tetapi gaungya tuh

hampir, ya kita taulah media-media sekarang berbagai macam kepentingan kan,

kami menjadi bisa dikatakn alternatif untuk menyuarakan suara-suara yang selama

ini tidak terdengar, salah satunya dari nelayan. jadi setelah, kasus KPK, seelah

KPK mengungkapkan ada masalah di Proyek Reklamasi, barulah media-media,

banyak kan kalau kamu liat dalam sebulan dua bulan terakhir, setelah sanusi

ditangkap baru rame tuh muara angke.

Jauh sebelum itu tidak ada sama sekali suara. Maksudnya media yang

mengekspos tentang itu nggak ada. Dan kami sudah mulai menjembatani tadi.

Menjembatani narasi-narasi juga informasi-informasi yang sebenarnya penting

untuk diberitahukan kepada pemerintah bahwa kalau pemerintah membuat

kebijakan seharusnya dia melibatkan partisipasi publik. Tapi dalam prosesnya

tidak, reklamasi itu tidak melibatkan (partisipasi public) dimana mereka bisa

dengar pendapat, saat proses amdal misalnya, saat membuat rumusan itu tidak

dilibatkan. Hingga kamu kalau diliat disitu kan ada satu orang yang diwawancara

(kemudian) di blur kan ? iyah jadi disana ceritanya masyarakat butuh apa

dimodalin, itu kan sebenarnya kayak disuap juga. Supaya lancer ni proyek aku nih

gua kasih duit ni kan kayak gtu, akhirnya idnikasi-indikasi itu udah ada untuk

meloloskan ini. Karena proyek reklamasi ini besar dananya. Trilliunan, ratusan

trilliun. Dan dengan berhenti kayak gini kan para pebisnis, pengusaha kan stress.

Mereka sudah mengeluarkan duit banyak. Itu jadi satu masalah tersendiri nantinya

dengan pemerintah. Tapi, kita bicara soal dampak besar kedepannya akan terjadi,

tadi, banyak privatisasi.

Kamu tahu ancol ? dimana kita bisa menikmati pantai ancol yang gratis ? ada

nggak ? masuk bayar kan ? dulu padahal ancol itu pantai publik, oantai yang kita

tau banyak orang yang berenang itu pantai publik. Tapi, begitu masuk pemodal,

investor, dikuasain itu, di privatisasi, masuk harus bayar. Hal yang sama akan

terjadi direklamasi. Semuanya itu, apapun itu, contoh gini, kamu masuk kegedung

misalnya, kegedung yang mewah. Atau ke komplek misalnya. Atau ke PIK

(Pantai Indah Kapuk). Masuk kesana, dengan pakaian yang lusuh misalnya. Kamu

misalnya pura-pura make celana jelek gitu. Masuk aja disamperin security. “Mas-

mas dari mana ni ? maaf, nggak boleh mulung yah”, nah padahal kita bukan

pemulung tapi disangka pemulung. Model-model seperti itu, tapi sudah ada sekat-

sekat. Jadi ekslusive bahasanya kayak gitu. Itu terjadi, dan itu akan terjadi, jadi,

wacana-wacana para pemodal itu untuk merealisasikan. Kita pro rakyat kok, kita

akan menjanjikan lapangan pekerjaan. Itu kan Cuma janji-janji yang kita tau, para

politisi ita kan melakukan hal yang sama puluhan tahun yang lalu.

6. Dalam film tersebut terdapat tayangan-tayangan perlawanan. sebenernya by

design apa kebetulan ketika ingin buat film itu dilakukan juga sama

masyarakat apa bagaimana ? atau memang wathc doc yang memobilisasi

semuanya gitu ?

Oh nggak, itu sudah ada dari masyrakat. Jadi documenter disini, ada beberapa

documenter yang bisa kita created artinya kita rancang dari awal, ada tipe

documenter yang kita melihat moment, nah, RPP ini melihat moment. Jadi dia

yang kayak, masalah ini lagi inn loh, tanpa kita intervensi kayak tadi, kayak

misalnya pergerakan mereka ada demonstrasi apa segala macem. Itu sudah

demikian dari masyarakat dengan temen-temenny. Kita hanya merekam realitas

itu. tapi kalau yang by design kayak misalnya tadi aku Preview tadi, bareng

temen-temen ICT-World itu by design. Jadi, kami sudah milih tokoh-tokohnya,

misalnya, si A akan ngomong begini, si B soft file nya seperti ini, tapi garis

besarnya kita akan ngomong soal UMKM Go Online. Misalnya, saat ini

bagaimana usaha UMKM di Indonesia yang, ini ada media baru nih, namanya

internet. Bagaimana mereka UMKM yang konvensional bisa memanfaatkan itu

untuk keuntungan mereka, bisa mendongkrak penjualan omset segala macem. Nah

itu tema besarnya. Dan bagaimana peran pemerintah disana. Kita pilihlah siapa

tokoh-tokohnya yang bisa mereresentasi. Misalnya, oh ada dari sumatera, oh ada

dari jawa, dari daerah timur. Kita sudah pilih. Nah itu sudah by design. Kalau

yang ini, (RPP), kita memang sudah milih tokoh-tokohnya yang akan jadi

narasumber kita. tapi apa yang kita lakukan kita mengikuti arusnya. Maka kenapa

sampe bisa tiga setengah bulan kita buat kurang lebih dar sekitar feburari hingga

april. Pokoknya Lauching itu akhir April. Itu karena kita ikutin moment. Kalau

kita keluarin itu bisa sebenarnya mungkin pengerjaan dua bulan. Tapi, segel pulau

G tidak akan kena. Karena segel pulau G itu April pertwengahan. Jadi, kita

nunggu moment juga nih . pas pas pas, kena. Gaung. Naik. Viral. Nah RPP sendiri

pada saat itu, menjadi pertama kalinya kami melakukan konsep nobar.

Sebelumnya kami belum pernah nobar.

7. Sebelum RPP emang nggak pernah ada nobar yah ?

Nobar-nya ada tapi bukan nobar yang massif dalam arti kayak sukarela ke

wilayah-wilayah kayak misalnya nobar di sumatera, nobar di jawa, nobar di

Kalimantan, nobar di Lombok itu belum pernah, sebelumnya. Baru tahun 2016

itu, pada saat kami RPP itu pertama kalinya kami melakukan konsep nobar

serentak, misalnya nobar di beberapa daerah. Setiap minggu. Kayak gitu.

Bahasanya itu, untuk menyadarkan masyarakat. Tentang apa si reklamasi itu, dan

apa hubunganya Jakarta dengan wilayah yang lain. Maka kami ada masukin

Manado kan ? ada palu. Nah itu bahwa ini reklamasi tidak hanya bicara Jakarta

loh. Jakarta hanya kami kasih sebagai contoh saja untuk membuka yang lain.

Bahwa ini konsepnya nasional.

Dan pada saat itu kami mencatat. Sekitar lima puluh lebih lah penayangan. Dalam

arti jadwal untuk nobarnya. Indonesia dan luar negeri.

8. Ada data masyarakat atau lembaga yang melakukan nobar (nonton bareng)

dan diskusi tentang film rayuan pulau palsu ?

Data validnya si memang tidak ada, tapi, sekitar lima puluhan lah. Kami tidak

bilang sampe berapa, karena pada saat itu kami tidak mendata. Tau sendiri karena

kesibukan. Tapi kurang lebih sekitar lima puluhan. Baik dalam maupun luar

negeri. Ada Belanda. Waktu itu sempet heboh kan ? iya kalau kamu baca itu

sempet heboh. PPI melakukan klarifikasi bla-bla-bla segala macem., ada Belanda,

ada Inggris.

Akhirnya masyarakat di Indonesia atau public di Internasional jadi terbuka. “ada

masalah ini”, sehingga yaudah gaungnya itu.

Nah terus ada apakah tidak prestasi yang didapat atau apreasisasi film RPP dari

tokoh atau lembaga terntentu ?

Oh tidak, kalau itu tidak, kami tidak pernah berfikiran atau menargetkan itu

sebagai,- kayak misalkan ikut festival segala macem – kami tidak kearah sana,

karena prinsip kami tadi, mungkin bisa dikatakan sebagai advokasi. Jadi, konsep

nobar tadi, sebenarnya salah satunya untuk membuka ruang diskusi. Kenapa

nobarnya dibanyak lokasi itu, bisa mengundang para ahli, seperti ahli lingkungan,

ahli hukum, atau ahli tata ruang. Itu sebenarnya utnuk membuka diskusi. Jadi, satu

hari sebelum kami melaunching film itu, kepada public. Nobar pertama kayak di

muara angke, kami ada semacem preview, di internal lah. Kami undang para

tokoh. Ada akademisi, ada wartawan, ada ahli hukum, ada ahli tata ruang, ada apa

segala macem lah. Disini waktu itu.

Kami putar bareng-bareng. Masukan banyak. (seperti) “kenapa tidak dari sisi

perempuan ? kenapa tidak dari sini dan sini “, jadi banyak masukan, akhirnya

kami akomodir hanya beberapa pada saat itu. jadi ya, setelah itu ada semacam

revisi lah. Tapi pada saat itu kami mengajukan satu pertanyaan. Temen-temen

yang sudah menonton, kami ingin menanyakan satu hal. Apakah untuk sarana

kampanye, (kampanye artinya bisa disebarluaskan) ini cukup ?. dan temen-temen

sepakat, ini cukup. Akhirnya untuk membua ruang duskusi tadi, kampanye atau

advokasi tadi, untuk memancing pemantik diskusi itu cukup. Artinya, nobar-nobar

itu, dengan medium kita nonton film, itu untuk memunculkan diskusi. (seperti)

jadi sebaiknya seperti apa menyikapi kebijakan reklamasi ? akhirnya bisa

memunculkan diskursus-diskursus yang nantinya bisa menarik kesimpulan atau

point-point kebijakan misalnya. Atau oh ternyata kesepakatan kita, dari para ahli,

reklamasi adalah (bla-bla-bla). Kan masih pro kontra sekarang. Yang dari segi

pro reklamasi bicaranya A,B,C,D. dari kontra juga A,B,C,D. jadi mereka ini

berdasarkan data tadi, tapi kan perlu semacam contoh ini loh ada cerita soal

reklamasi. Bagaimana temen-temen melihatnya?. Jadi, film ini sebagai medium

untuk pemanti diskusi. Makanya dibuatlah nobar-nobar.

Hambatan apa yang dihadapi saat pemutaran film RPP ?

Untuk film RPP sendiri tidak ada hambatan karena kami sebelumnya memang

sudah banyak berkoordinasi dengan masyrakat setempat. Yang Pro terhadap

reklamasi pasti ada, dan kalau kamu melihat di film ada orang yang di Blur. Itu

adalah sebagian orang yang pro terhadap reklamasi. Dalam tanda kutip mereka

sudah kerjasama dengan pengembang. Tapi saat tim kami wawancara disana, dia

malah berargumentasi seerti ini “saya menerima urang mereka, artinya mereka

memberikan kami bantuan, kami manfaatkan untuk kebaikan kami dan kami

pribadi sbenernya menolak reklamasi tapi kami memanfaatkan uang tersebut.”

tapi kalu kita melihat kan munafik banget. Kami bisa umroh, pergi haji atas biaya

pengembang. Tapi kan kalau kita bicara garis perjuangan, kamu pengkhianat. Itu

yang kami temukan dilapangan bahwa ada aroma-aroma penyauapan, korupsi dan

lain sebagainya.

So kalau hambatan, over all aman si,

9. Apakah film RPP ada keinginan pribadi atau dorongan dukungan) dari

lembaga lain ? apakah menjadi bagian dari oposisi pemerintah atau apakah

pure bener-bener ingin memperjuangkan hak rakyat ?

Kalau dalam konteks film, kita kan tidak hanya bicara visi dan misi, ideology,

kami juga bicara soal tekhnis bagaimana pengemasan. Jadi kalau kamu lihat

jokowi dimunculkan diawal dengan janji-janjinya. Itu untuk memberitahukan

kepada masyarakat kalau pemerintah yang kamu pilih, presiden yang kamu pilih,

sudah membuat semacam, kalau bahasa di politik itu kontrak politik. Sudah

membuat semacam kesepakatan bahwa setelah mereka menjadi presiden, mereka

akan melakukan ABCD, ABCD. Itukan suatu janji yang masyarakat perlu ingat,

dan nggak baik untuk melupakan. Dan sudah sewajarnyalah pemerintah

mengimplementasikan janji tersebut. melalui wujud-wujud apa gitu, misalnya

kerja-kerja apa gitu kan.

Di film ini secara keseluruhan sebenarnya kami, konteksnya adalah mengingatkan

pemerintah. Kami bukan bisa merubah peraturan yang sudah ada, tapi,

mengingatkan pemerintah bahwa kalau kamu membuat kebijakan tepatilah janji

tersebut. pada saat kamu membuat janji tersebut. Yang memang pro rakyat.

Faktanya kan tidak demikian, yang temen-temen lihat di televise, contoh papa

minta saham, setya novanto. Bagaimaan mungkin setya novanto yang dulu

dicabut jabatan sebagai ketua DPR-nya dengan skandal papa minta saham. Tapi

bisa balik lagi.

Kan nanti, misalnya Reklamasi jadi, setidaknya kami pernah membuat tentang

reklamsi ini loh. Catatan sejarah bahwa dulu pernah ada pertentangan disana, pada

prosesnya. Dan syukur-syukur kalau reklamasi jadi nih, tiba-tiba jadi

permasalahan yang kami sudah pernah prediksi sebelumnya dalam film tersebut.

film documenter ini jadi bukti, sekaligus jadi pengingat kepada pemerintah. Jadi

intinya, film ini sebagai jembatan untuk bagaimana pemerintah sebenarnya

membuat kebijakan itu, sesuai dengan pro rakyat, berpihak kepada rakyat,

sekaligus menempati janji-janjinya. Jadi tidak ada bahasa kita di danai lembaga.

Tapi bahwa ini pure dari kita dan untuk kepentingan masyarakat luas.

10. Kalau bekerja sama dengan lembaga lain ?

Owh kalau itu Cuma sebagai partner narasumber aja, jadi kami sebelum turun

kelapangan, kami melakukan riset. Kami datang lah ke WALHI, ke bagian

lungkungan. Apa si yang menarik untuk diangkat. Riset awal. Itu sebagai partner

aja, bahwa kami butuh masukan. Untuk membuat film ini dan akhirnya kami bisa

tahu goal nya kami kea rah mana. Dan bisa dipastikan masalah pendanaan dari

kami sendiri. Dan kalau ada dari lembaga lain pasti sudah banyak intervensi asing.

Karena pasti banyak kepentingan didalamnya.

Maksud dari iklan reklamasi tersebut apa

Nah, kamu nangkap tidak maksudnya apa, itu maksudnya bahwa iklan reklamasi

yang kami muat di film tidak lain mereka buat untuk promosi masterplan mereka

kepada pihak luar atau asing. Terlebih iklan reklamasi itu berbahasa mandarin,

maka ini memiliki indikasi bahwa reklamasi dibuat bukan untuk kepentingan

rakyat.

Nah, prinsipnya pulau reklamasi itu akan tetap dibangun, karena pemerintah akan

membangun pulau garuda yang disebut dengan proyek NCCID tentu setelah

dibangunnya proyek reklamasi.

Foto dan Wawancara bersama Randy Hernando

( Executive Producer Film Dokumenter Rayuan Pulau Palsu )