analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri jasa konstruksi di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat seiring dengan banyaknya pembangunan baik di sektor gedung atau properti maupun fasilitas-fasilitas infrastruktur lainnya. Pada periode 20022013, laju rata-rata pertumbuhan industri konstruksi di Indonesia berdasarkan nilai konstruksi yang diselesaikan sebesar 23% (Suryanta 2012). Jasa konstruksi adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik yang meliputi penyusunan rencana teknis, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Saat ini tuntutan pemberi tugas baik pada proyek-proyek pemerintah maupun swasta semakin tinggi dan selektif seiring dengan masuknya pesaing-pesaing jasa konstruksi dari manca negara, yang membawa teknologi, sistem kerja dan pengalaman yang rata-rata lebih baik dari pada pelaku jasa konstruksi di dalam negeri. Program pembangunan yang akan dilakukan pemerintah dalam kurun waktu 5 tahun ke depan dimulai di tahun 2015 yaitu membangun kawasan ekonomi khusus dengan membangun infrasturuktur agar transportasi barang itu lebih mudah diantaranya membangun jalan tol dan jalur kereta api tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. Artinya pemerintah tidak ingin terkonsentrasi di Pulau Jawa saja tetapi juga di daerah-daerah kawasan timur kawasan barat. Di sisi laut pemerintah juga ingin membangun 24 pelabuhan dalam (deep sea port) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Adapun tol laut nantinya akan memberikan sebuah transportasi yang murah bagi distribusi barang dari pulau ke pulau. Mulai dari barat Sumatera kemudian ke arah timur sampai Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa dari barat ke timur semua akan dihubungkan ada konektivitas antar pulau antar provinsi antar kota sehingga ini akan memberikan sebuah kemudahan transportasi yang murah bagi distribusi barang yang ada di Indonesia (Widyasanti 2010). Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999, kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 tahun yang disebut dengan jaminan konstruksi. Oleh karena itu penyedia jasa konstruksi pada tahapan engineering design dan engineering construction perlu memperoleh data-data yang akurat tentang aspek geoteknik, material-material alam, material-material industri dan peralatan yang akan digunakan. Keperluan akan jasa pengujian material yang terpercaya sangat dibutuhkan karena data-data tersebut akan dijadikan tolak ukur atau standar kualitas dalam kegiatan proyek di suatu industri konstruksi. Penelitian ini menggunakan studi kasus PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang merupakan salah satu perusahaan jasa konstruksi atau selanjutnya disebut dengan “WIKA” dengan market share sebesar 0.7% di bidang industri jasa konstruksi (WIKA 2017) adalah Badan Usaha Milik Negara yang kepemilikan sahamnya 65% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, 18.13% dimiliki publik lokal, 15.59% dimiliki oleh publik asing dan 1.23% dimiliki oleh karyawan dan manajemen. WIKA memiliki visi menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dunia industri jasa konstruksi di Indonesia akhir-akhir ini

sangat pesat seiring dengan banyaknya pembangunan baik di sektor gedung atau

properti maupun fasilitas-fasilitas infrastruktur lainnya. Pada periode 2002–2013,

laju rata-rata pertumbuhan industri konstruksi di Indonesia berdasarkan nilai

konstruksi yang diselesaikan sebesar 23% (Suryanta 2012). Jasa konstruksi adalah

jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik yang meliputi penyusunan

rencana teknis, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Saat ini

tuntutan pemberi tugas baik pada proyek-proyek pemerintah maupun swasta

semakin tinggi dan selektif seiring dengan masuknya pesaing-pesaing jasa

konstruksi dari manca negara, yang membawa teknologi, sistem kerja dan

pengalaman yang rata-rata lebih baik dari pada pelaku jasa konstruksi di dalam

negeri.

Program pembangunan yang akan dilakukan pemerintah dalam kurun waktu

5 tahun ke depan dimulai di tahun 2015 yaitu membangun kawasan ekonomi khusus

dengan membangun infrasturuktur agar transportasi barang itu lebih mudah

diantaranya membangun jalan tol dan jalur kereta api tidak hanya di Jawa, tetapi

juga di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Artinya pemerintah tidak ingin terkonsentrasi di Pulau Jawa saja tetapi juga di

daerah-daerah kawasan timur kawasan barat. Di sisi laut pemerintah juga ingin

membangun 24 pelabuhan dalam (deep sea port) di Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Adapun tol laut nantinya akan

memberikan sebuah transportasi yang murah bagi distribusi barang dari pulau ke

pulau. Mulai dari barat Sumatera kemudian ke arah timur sampai Papua. Hal ini

mengindikasikan bahwa dari barat ke timur semua akan dihubungkan ada

konektivitas antar pulau antar provinsi antar kota sehingga ini akan memberikan

sebuah kemudahan transportasi yang murah bagi distribusi barang yang ada di

Indonesia (Widyasanti 2010).

Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999, kegagalan

bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa terhitung sejak penyerahan

akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 tahun yang disebut dengan jaminan

konstruksi. Oleh karena itu penyedia jasa konstruksi pada tahapan engineering

design dan engineering construction perlu memperoleh data-data yang akurat

tentang aspek geoteknik, material-material alam, material-material industri dan

peralatan yang akan digunakan. Keperluan akan jasa pengujian material yang

terpercaya sangat dibutuhkan karena data-data tersebut akan dijadikan tolak ukur

atau standar kualitas dalam kegiatan proyek di suatu industri konstruksi.

Penelitian ini menggunakan studi kasus PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang

merupakan salah satu perusahaan jasa konstruksi atau selanjutnya disebut dengan

“WIKA” dengan market share sebesar 0.7% di bidang industri jasa konstruksi

(WIKA 2017) adalah Badan Usaha Milik Negara yang kepemilikan sahamnya 65%

dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, 18.13% dimiliki publik lokal, 15.59%

dimiliki oleh publik asing dan 1.23% dimiliki oleh karyawan dan manajemen.

WIKA memiliki visi menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering

Page 2: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

2

Procurement dan Construction (EPC) dan investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

Selain itu WIKA memiliki empat pilar usaha yaitu jasa konstruksi, bidang industri,

perdagangan dan realty yang terintegrasi menjadi kesatuan kinerja sinergis yang

mendukung satu sama lain. Sehingga untuk meningkatkan kualitas dalam

menjalankan aktifitasnya, dengan memantapkan pilar bisnis tersebut dengan

diversifikasi usaha dalam divisi-divisi konstruksi dan EPC, WIKA pun menambah

anak perusahaannya agar dapat menjadi lebih tangguh.

Perkembangan bisnis WIKA pada core business jasa konstruksi, tentu lebih

memperhatikan pentingnya kualitas material yang akan digunakan pada proses

pembangunan. Dengan perhatian tersebut WIKA membentuk suatu Biro khusus

pelayanan dan penyediaan jasa untuk tes atau uji material yang akan digunakan

dalam pembangunan proyek WIKA. Laboratorium WIKA, yang biasa dikenal

dengan WIKA Laboratorium merupakan salah satu sumber pendapatan WIKA yang

didirikan pada tahun 1980 ini masih berupa sebuah biro mampu melayani pengujian

seperti soil investigation, perancangan bahan beton, evaluasi dan pengendalian

mutu beton dalam pelaksanaan dan penyelidikan mutu beton terpasang, dan lain-

lain.

Sejak tahun 2006 WIKA Laboratorium membuka diri menerima pelanggan

di luar WIKA induk. Selain itu guna memastikan independensi dan proses bisnisnya

sesuai dengan persyaratan perundang-undangan yang berlaku, WIKA

Laboratorium telah terdaftar pada Departemen Pekerjaan Umum dan sejak tahun

2000 terakreditasi mampu melaksanakan pengujian tanah dan beton dengan baik

dan benar sesuai standar pengujian yang berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.

Peran WIKA Laboratorium semakin besar dalam kegiatan proyek-proyek

dikarenakan saat ini semakin banyak penerapan kontrak-kontrak proyek dengan

sistem Design and Build, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeriksaan.

Perkembangan kinerja WIKA Laboratorium rata-rata 24.53% dalam 6 tahun

terakhir terus meningkat seiring dengan tingkat kepercayaan masyarakat konstruksi.

Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2010-2015 (diolah)

Gambar 1 Penjualan WIKA Laboratorium (juta Rp) Periode 2010 – 2015

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pen

jual

an W

IKA

Lab

(Ju

ta R

p)

Tahun

Page 3: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

3

Prospek pengembangan WIKA Laboratorium sangatlah tinggi mengingat

pencapaian saat ini diraih dengan manajemen yang konvensional dengan

keterbatasan sumber daya dan peralatan sehingga beberapa tahap pekerjaan

terpaksa harus dikerjakan oleh mitra kerja WIKA Laboratorium keterbatasan yang

ada bukanlah hambatan dalam meningkatkan kinerja yang berkualitas. Peluang

bisnis jasa pengujian material dengan mengacu pada biaya jasa pengujian terhadap

nilai total biaya suatu proyek rata-rata 0.4%. Nilai ini diperoleh dari beberapa

sample proyek-proyek di grup bidang usaha WIKA seperti yang ditunjukan pada

Tabel 1, padahal jasa pengujian yang memberikan tingkat keakuratan data hasil uji

yang tinggi masih kurang.

Tabel 1 Prosentasi jasa pengujian rata-rata terhadap nilai proyek

No Nama Proyek Nilai Proyek

(Juta Rp)

Nilai

Pengujian

Material

(Juta Rp)

Nilai

Pengujian /

Nilai Proyek

(%)

1 Simpang susun

semanggi

313,697 1,603 0.511

2 Aksesibilitas BSH 517,313 1,870 0.361

3 APMS BSH 380,025 1,245 0.327

4 NS Direct Tol Tj. Priok 373,546 1,671 0.447

5 Jambi Hauling Road 485,670 1,464 0.301

Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2016 (diolah)

Bisnis adalah sebuah proses mengidentifikasi sebuah masalah dan

menemukan cara untuk mengatasinya dengan memberikan keuntungan bagi kedua

belah pihak (Sumarwan 2014). Produk dan jasa yang disediakan oleh WIKA

Laboratorium harus menjadi solusi bagi konsumen sehingga mereka bersedia

membayar di harga tertentu untuk memperoleh hasil data yang akurat. Pemahaman

yang tepat mengenai masalah dan keinginan konsumen akan menjamin WIKA

Laboratorium dalam menyediakan value proposition dalam kemasan produk dan

jasa WIKA Laboratorium. WIKA Laboratorium harus memiliki unique selling

point atas produk dan jasanya sehingga dapat menjadi pilihan konsumen. Menurut

Osterwalder dan Pigneur (2014), value proposition juga merupakan gabungan

produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk customer segment yang spesifik.

Value proposition yang telah diciptakan atas dasar kebutuhan dan keinginan

konsumen tersebut harus dipastikan dapat menjangkau konsumen melalui channel

yang dimiliki jasa Laboratorium. Berdasarkan strukur organisasi WIKA tahun 2015,

WIKA memliki 7 departemen operasional yang membawahi proyek-proyek di

seluruh Indonesia demikian juga WIKA memiliki 6 anak perusahaan dan ikut

memiliki saham investasi di 10 perusahaan yang memilik kantor-kantor cabang

yang tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia. WIKA di tahun 2015 ini

mencanangkan integrasi antara perusahaan induk dengan perusahaan anak dan

perusahaan investasi saling mendukung untuk memperoleh hasil kinerja yang

Page 4: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

4

maksimal. WIKA Laboratorium harus dapat melakukan kolaborasi dengan proyek-

proyek grup usaha WIKA. Ekspansi channel di non grup usaha WIKA masih sangat

terbuka lebar sehingga dapat menjadi alternatif Channel bagi WIKA Laboratorium

dan akan membantu WIKA Laboratorium dalam menghubungkan value

proposition dengan konsumen non grup usaha WIKA, namun tentunya harus

memiliki dasar perhitungan potensi bisnis, risiko operasional hingga biaya.

Selain channel, WIKA Laboratorium sebagai bisnis yang bergerak di bidang

jasa pengujian konstruksi harus memastikan value proposition disampaikan dengan

cara yang tepat. Beberapa konsumen umumnya memiliki Laboratorium jasa

konstruksi relationship lebih dari satu. Bagi mereka sangatlah mudah memilih jasa

pengujian dari satu Laboratorium jasa konstruksi ke Laboratorium jasa konstruksi

lainnya. Perbedaan karakteristik konsumen menyebabkan Laboratorium jasa

konstruksi untuk memberikan perlakuan yang khas kepada masing-masing

customer segment.

Untuk dapat memahami profil konsumen, dengan merumuskan value

proposition berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyediakan

channel untuk menjangkau customer segment yang spesifik dengan cara yang tepat,

WIKA Laboratorium memerlukan karyawan dan infrastruktur sebagai key

resources untuk melakukan aktivitas-aktivitas kunci sehingga proses bisnis dapat

berjalan lancar. Produk WIKA Laboratorium merupakan jasa pengujian

Laboratorium konstruksi harus melalui proses pengujian dan pengambilan benda

uji di lapangan selanjutnya dilakukan pengujian benda uji di Laboratorium WIKA

Laboratorium dan terakhir pengolahan data untuk memperoleh hasil yang akurat.

Para pihak yang terlibat dalam proses bisnis jasa pengujian tersebut adalah mitra

kunci dari WIKA Laboratorium yang dapat mempengaruhi kinerja. Pada akhirnya

semua bidang usaha termasuk WIKA Laboratorium harus memastikan bahwa

pendapatan yang dihasilkan (revenue stream) oleh produk atau jasanya lebih besar

dibandingkan struktur biaya (cost structure) atas semua komponen model bisnis

tersebut.

Casadesus-Masanell dan Ricart (2010) mengungkapkan bahwa setiap

perusahaan memiliki model bisnis namun belum tentu memiliki strategi. Sebuah

perusahaan tidak memiliki strategi ketika tidak memiliki rencana tindakan atas

situasi kontigensi terjadi. Sebuah bisnis model adalah hasil langsung dari strategi

tetapi bukan strategi itu sendiri. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur di

Indonesia saat ini sangat tinggi yang didukung oleh rencana-rencana pemerintah

dalam 5 tahun ke depan yang mendorong pertumbuhan bisnis jasa konstruksi adalah

salah satu situasi kontigensi yang memerlukan rencana tindakan untuk merumuskan

strategi ke depan agar kinerja WIKA Laboratorium tetap dapat tumbuh sesuai

harapan manajemen. Respon pemerintah dengan meluncurkan beberapa kebijakan

untuk mengutamakan pembangunan jalan tol, jalan kereta api, dermaga dan

bendungan juga perlu dianalisis dan menetapkan strategi yang sesuai agar sejalan

dengan kebijakan tersebut. Analisis faktor internal dan eksternal terhadap seluruh

komponen model bisnis akan membantu mengungkapkan area-area yang

membantu dan area-area yang membahayakan bagi perusahaan (Osterwalder dan

Pigneur 2014). Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar untuk perbaikan model bisnis

dan menetapkan strategi peningkatan kinerja.

Penelitian ini mengkaji mengenai strategi peningkatan kinerja WIKA

Laboratorium di WIKA dengan cara melakukan evaluasi secara menyeluruh

Page 5: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

5

terhadap alur logis bagaimana perusahaan menghasilkan pendapatan atau dikenal

dengan istilah model bisnis (Osterwalder 2004). Dengan memahami alur logis

bagaimana bisnis WIKA Laboratorium dapat menghasilkan pendapatan bagi

WIKA, diharapkan kemudian dapat merumuskan perbaikan-perbaikan di masing-

masing komponen model bisnis sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat.

Model bisnis adalah ibarat sebuah lapisan bisnis yang bekerja seperti lem antara

strategi bisnis dengan proses (Osterwalder 2004). Pendekatan Business Model

Canvas dapat digunakan untuk menyederhanakan proses bisnis melalui langkah

yang terstruktur dan berorientasi pada nilai. Pendekatan Business Model Canvas

diyakini dapat menjelaskan dengan sangat baik melalui sembilan blok bangunan

dasar yang memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana produk jasa WIKA

Laboratorium dapat menghasilkan pendapatan bagi WIKA. Kesembilan blok

bangunan tersebut mencakup empat bidang utama dalam bisnis, yaitu pelanggan,

penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial (Osterwalder dan Pigneur

2014).

Perumusan Masalah

Sehubungan dengan kehidupan industri yang semakin kompetitif dengan

tantangan dan peluang yang baru pada sektor penyedia jasa konstruksi, pihak

manajemen WIKA di tahun 2017 berencana akan merubah organisasi WIKA

Laboratorium yang semula di bawah biro engineering menjadikan salah satu Divisi

WIKA diharapkan dapat memberikan kinerja yang lebih baik dan mandiri dan kelak

juga dapat menjadi salah satu anak perusahaan WIKA ke depan. Perubahan ini juga

dilatarbelakangi oleh semakin tingginya permintaan jasa pengujian material

konstruksi untuk proyek-proyek grup usaha WIKA maupun non grup usaha WIKA.

Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2010-2015 (diolah)

Gambar 2 Komposisi konsumen WIKA Laboratorium (juta Rp) Periode 2010 –

2015

Ko

mpo

sisi

ko

nsu

men

Pen

jual

an W

IKA

Lab

(%

)

Tahun

Page 6: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

6

Saat ini proyek-proyek grup usaha WIKA maupun non grup usaha WIKA

banyak menangani proyek-proyek design and built baik di dalam negeri maupun

kerjasama dengan pihak luar negeri seperti Jepang, China, Belanda, Timor Leste

dan negara lainnya dalam hal pembangunan infra struktur jalan tol, jalan kereta api,

Pelabuhan, pembangkit listrik, pembuatan bandara, bangunan gedung sehingga

WIKA Laboratorium dituntut untuk lebih profesional dan layak sebagai salah satu

Laboratorium jasa pengujian yang independent. Konsumen dari WIKA

Laboratorium terdiri dari konsumen dari grup usaha WIKA yaitu departemen-

departemen yang ada di perusahaan induk WIKA dan Anak-anak perusahaan

WIKA dan konsumen non grup usaha (pemilik proyek, konsultan perencana,

pengawas dan perusahaan-perusahaan di luar WIKA. Konsumen WIKA

Laboratorium masih didominasi oleh konsumen grup usaha WIKA, penjualan dari

komposisi konsumen WIKA Laboratorium pada tahun 2010 - 2015 ditunjukkan

oleh Gambar 2.

Berdasarkan Gambar 2, penjualan WIKA Laboratorium pada grup usaha

WIKA lebih tinggi dibandingkan non grup usaha WIKA. Hal ini disebabkan oleh

kondisi WIKA Laboratorium yang masih berupa biro dalam perusahaan WIKA dan

sistem manajemen yang konvensional, di mana kepala Laboratorium berkerja

secara one man show yaitu mengerjakan banyak hal sendiri. Dalam meningkatkan

penjualan WIKA Laboratorium dan menjawab peluang pertumbuhan konstruksi

yang membutuhkan jasa pengujian Laboratorium di masa mendatang, serta

antisipasi ancaman yaitu bermunculan perusahaan pengujian Laboratorium, maka

perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi bisnis saat ini dan membuat bisnis

model perbaikan untuk menjadikan strategi isnis WIKA Laboratorium yang baru.

Bentuk penelitian yang akan dilakukan menggunakan Model Bisnis Kanvas, karena

kanvas model bisnis dapat menganalisa sembilan elemen dalam bentuk bangunan

dasar yang menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan profit.

Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model bisnis yang saat ini sedang dijalankan oleh WIKA

Laboratorium dilihat melalui pendekatan model bisnis kanvas?

2. Bagaimana model bisnis kanvas WIKA Laboratorium setelah diperbaiki?

3. Strategi dan program perbaikan apa saja yang dapat dirumuskan berdasarkan

hasil penyempurnaan model bisnis kanvas WIKA Laboratorium?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis model bisnis WIKA Laboratorium melalui pendekatan model

bisnis kanvas.

2. Menentukan model bisnis kanvas perbaikan pada WIKA Laboratorium untuk

menjadi Laboratorium jasa pengujian yang independent.

3. Memberikan rekomendasi strategi peningkatan kinerja WIKA Laboratorium.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait yaitu:

Page 7: Analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan ...repository.sb.ipb.ac.id/2977/4/E49-05-Putra-Pendahuluan.pdf · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia industri

7

1. WIKA Laboratorium, menjadi masukan dan langkah strategik yang dapat

diambil oleh manajemen WIKA Laboratorium dalam proses mengembangkan

usahanya

2. WIKA, diharapkan dapat membantu untuk menentukan kebijakan strategis

Perusahaan dalam Rencana Jangka Panjang untuk menuju perusahaan yang

handal dan lebih kompetitif

3. Bagi peneliti, proses penelitian diharapkan menambah wawasan di bidang

pengembangan model bisnis, mengasah kemampuan berpikir, dan menjawab

permasalahan berorientasi solusi.

4. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti

selanjutnya dan inspirasi bagi pembaca untuk menjadi seorang wirausaha.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka ruang lingkup

penelitian ini dibatasi pada jasa pengujian material konstruksi WIKA Laboratorium

yang dijadikan objek pada penelitian ini. Pendekatan model bisnis yang digunakan

yaitu konsep bisnis kanvas yang dianalisis melalui sembilan elemen, selanjutnya

dilakukan analisis SWOT untuk menyempurnakan bisnis model kanvas saat ini,

kemudian akan menghasilkan strategi dan program yang tepat untuk pengembangan

jasa pengujian material konstruksi WIKA Laboratorium.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan-keputusan

lintas fungsional yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai sasarannya

(David 2013). Menurut Hunger dan Wheelen (2012), manajemen strategi

merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan

kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Setiap organisasi harus menggunakan

konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang

dijalankannya, dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai peristiwa.

Proses manajemen strategi dalam Euchner dan Ganguly (2014) meliputi tiga

tahapan yaitu: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Formulasi strategi meliputi pengembangan misi bisnis, identifikasi peluang dan

ancaman, menentukan kekuatan dan kelemahan, menetapkan sasaran jangka

panjang, menyusun alternatif strategi dan memilih strategi tertentu. Menyusun

implementasi strategi merupakan tahapan tindakan dalam strategi manajemen

antara lain menetapkan sasaran tahunan dan kebijakan, memotovasi karyawan, serta

mengalokasikan sumber daya secara efektif. Evaluasi strategi merupakan tahap

akhir dalam manajemen strategi, meliputi tiga kegiatan utama yaitu: mengevaluasi

faktor internal dan eksternal yang didasarkan pada strategi saat ini, mengukur

kinerja formulasi, implimentasi, dan evaluasi pada strategi saat ini, mengukur

kinerja formulasi, implementasi dan evaluasi strategi tersebut dilakukan pada tiga