analisis model bisnis wika laboratorium dengan pendekatan...
TRANSCRIPT
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dunia industri jasa konstruksi di Indonesia akhir-akhir ini
sangat pesat seiring dengan banyaknya pembangunan baik di sektor gedung atau
properti maupun fasilitas-fasilitas infrastruktur lainnya. Pada periode 2002–2013,
laju rata-rata pertumbuhan industri konstruksi di Indonesia berdasarkan nilai
konstruksi yang diselesaikan sebesar 23% (Suryanta 2012). Jasa konstruksi adalah
jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik yang meliputi penyusunan
rencana teknis, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Saat ini
tuntutan pemberi tugas baik pada proyek-proyek pemerintah maupun swasta
semakin tinggi dan selektif seiring dengan masuknya pesaing-pesaing jasa
konstruksi dari manca negara, yang membawa teknologi, sistem kerja dan
pengalaman yang rata-rata lebih baik dari pada pelaku jasa konstruksi di dalam
negeri.
Program pembangunan yang akan dilakukan pemerintah dalam kurun waktu
5 tahun ke depan dimulai di tahun 2015 yaitu membangun kawasan ekonomi khusus
dengan membangun infrasturuktur agar transportasi barang itu lebih mudah
diantaranya membangun jalan tol dan jalur kereta api tidak hanya di Jawa, tetapi
juga di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Artinya pemerintah tidak ingin terkonsentrasi di Pulau Jawa saja tetapi juga di
daerah-daerah kawasan timur kawasan barat. Di sisi laut pemerintah juga ingin
membangun 24 pelabuhan dalam (deep sea port) di Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Adapun tol laut nantinya akan
memberikan sebuah transportasi yang murah bagi distribusi barang dari pulau ke
pulau. Mulai dari barat Sumatera kemudian ke arah timur sampai Papua. Hal ini
mengindikasikan bahwa dari barat ke timur semua akan dihubungkan ada
konektivitas antar pulau antar provinsi antar kota sehingga ini akan memberikan
sebuah kemudahan transportasi yang murah bagi distribusi barang yang ada di
Indonesia (Widyasanti 2010).
Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18 tahun 1999, kegagalan
bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa terhitung sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 tahun yang disebut dengan jaminan
konstruksi. Oleh karena itu penyedia jasa konstruksi pada tahapan engineering
design dan engineering construction perlu memperoleh data-data yang akurat
tentang aspek geoteknik, material-material alam, material-material industri dan
peralatan yang akan digunakan. Keperluan akan jasa pengujian material yang
terpercaya sangat dibutuhkan karena data-data tersebut akan dijadikan tolak ukur
atau standar kualitas dalam kegiatan proyek di suatu industri konstruksi.
Penelitian ini menggunakan studi kasus PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang
merupakan salah satu perusahaan jasa konstruksi atau selanjutnya disebut dengan
“WIKA” dengan market share sebesar 0.7% di bidang industri jasa konstruksi
(WIKA 2017) adalah Badan Usaha Milik Negara yang kepemilikan sahamnya 65%
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, 18.13% dimiliki publik lokal, 15.59%
dimiliki oleh publik asing dan 1.23% dimiliki oleh karyawan dan manajemen.
WIKA memiliki visi menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering
2
Procurement dan Construction (EPC) dan investasi terintegrasi di Asia Tenggara.
Selain itu WIKA memiliki empat pilar usaha yaitu jasa konstruksi, bidang industri,
perdagangan dan realty yang terintegrasi menjadi kesatuan kinerja sinergis yang
mendukung satu sama lain. Sehingga untuk meningkatkan kualitas dalam
menjalankan aktifitasnya, dengan memantapkan pilar bisnis tersebut dengan
diversifikasi usaha dalam divisi-divisi konstruksi dan EPC, WIKA pun menambah
anak perusahaannya agar dapat menjadi lebih tangguh.
Perkembangan bisnis WIKA pada core business jasa konstruksi, tentu lebih
memperhatikan pentingnya kualitas material yang akan digunakan pada proses
pembangunan. Dengan perhatian tersebut WIKA membentuk suatu Biro khusus
pelayanan dan penyediaan jasa untuk tes atau uji material yang akan digunakan
dalam pembangunan proyek WIKA. Laboratorium WIKA, yang biasa dikenal
dengan WIKA Laboratorium merupakan salah satu sumber pendapatan WIKA yang
didirikan pada tahun 1980 ini masih berupa sebuah biro mampu melayani pengujian
seperti soil investigation, perancangan bahan beton, evaluasi dan pengendalian
mutu beton dalam pelaksanaan dan penyelidikan mutu beton terpasang, dan lain-
lain.
Sejak tahun 2006 WIKA Laboratorium membuka diri menerima pelanggan
di luar WIKA induk. Selain itu guna memastikan independensi dan proses bisnisnya
sesuai dengan persyaratan perundang-undangan yang berlaku, WIKA
Laboratorium telah terdaftar pada Departemen Pekerjaan Umum dan sejak tahun
2000 terakreditasi mampu melaksanakan pengujian tanah dan beton dengan baik
dan benar sesuai standar pengujian yang berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.
Peran WIKA Laboratorium semakin besar dalam kegiatan proyek-proyek
dikarenakan saat ini semakin banyak penerapan kontrak-kontrak proyek dengan
sistem Design and Build, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeriksaan.
Perkembangan kinerja WIKA Laboratorium rata-rata 24.53% dalam 6 tahun
terakhir terus meningkat seiring dengan tingkat kepercayaan masyarakat konstruksi.
Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2010-2015 (diolah)
Gambar 1 Penjualan WIKA Laboratorium (juta Rp) Periode 2010 – 2015
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pen
jual
an W
IKA
Lab
(Ju
ta R
p)
Tahun
3
Prospek pengembangan WIKA Laboratorium sangatlah tinggi mengingat
pencapaian saat ini diraih dengan manajemen yang konvensional dengan
keterbatasan sumber daya dan peralatan sehingga beberapa tahap pekerjaan
terpaksa harus dikerjakan oleh mitra kerja WIKA Laboratorium keterbatasan yang
ada bukanlah hambatan dalam meningkatkan kinerja yang berkualitas. Peluang
bisnis jasa pengujian material dengan mengacu pada biaya jasa pengujian terhadap
nilai total biaya suatu proyek rata-rata 0.4%. Nilai ini diperoleh dari beberapa
sample proyek-proyek di grup bidang usaha WIKA seperti yang ditunjukan pada
Tabel 1, padahal jasa pengujian yang memberikan tingkat keakuratan data hasil uji
yang tinggi masih kurang.
Tabel 1 Prosentasi jasa pengujian rata-rata terhadap nilai proyek
No Nama Proyek Nilai Proyek
(Juta Rp)
Nilai
Pengujian
Material
(Juta Rp)
Nilai
Pengujian /
Nilai Proyek
(%)
1 Simpang susun
semanggi
313,697 1,603 0.511
2 Aksesibilitas BSH 517,313 1,870 0.361
3 APMS BSH 380,025 1,245 0.327
4 NS Direct Tol Tj. Priok 373,546 1,671 0.447
5 Jambi Hauling Road 485,670 1,464 0.301
Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2016 (diolah)
Bisnis adalah sebuah proses mengidentifikasi sebuah masalah dan
menemukan cara untuk mengatasinya dengan memberikan keuntungan bagi kedua
belah pihak (Sumarwan 2014). Produk dan jasa yang disediakan oleh WIKA
Laboratorium harus menjadi solusi bagi konsumen sehingga mereka bersedia
membayar di harga tertentu untuk memperoleh hasil data yang akurat. Pemahaman
yang tepat mengenai masalah dan keinginan konsumen akan menjamin WIKA
Laboratorium dalam menyediakan value proposition dalam kemasan produk dan
jasa WIKA Laboratorium. WIKA Laboratorium harus memiliki unique selling
point atas produk dan jasanya sehingga dapat menjadi pilihan konsumen. Menurut
Osterwalder dan Pigneur (2014), value proposition juga merupakan gabungan
produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk customer segment yang spesifik.
Value proposition yang telah diciptakan atas dasar kebutuhan dan keinginan
konsumen tersebut harus dipastikan dapat menjangkau konsumen melalui channel
yang dimiliki jasa Laboratorium. Berdasarkan strukur organisasi WIKA tahun 2015,
WIKA memliki 7 departemen operasional yang membawahi proyek-proyek di
seluruh Indonesia demikian juga WIKA memiliki 6 anak perusahaan dan ikut
memiliki saham investasi di 10 perusahaan yang memilik kantor-kantor cabang
yang tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia. WIKA di tahun 2015 ini
mencanangkan integrasi antara perusahaan induk dengan perusahaan anak dan
perusahaan investasi saling mendukung untuk memperoleh hasil kinerja yang
4
maksimal. WIKA Laboratorium harus dapat melakukan kolaborasi dengan proyek-
proyek grup usaha WIKA. Ekspansi channel di non grup usaha WIKA masih sangat
terbuka lebar sehingga dapat menjadi alternatif Channel bagi WIKA Laboratorium
dan akan membantu WIKA Laboratorium dalam menghubungkan value
proposition dengan konsumen non grup usaha WIKA, namun tentunya harus
memiliki dasar perhitungan potensi bisnis, risiko operasional hingga biaya.
Selain channel, WIKA Laboratorium sebagai bisnis yang bergerak di bidang
jasa pengujian konstruksi harus memastikan value proposition disampaikan dengan
cara yang tepat. Beberapa konsumen umumnya memiliki Laboratorium jasa
konstruksi relationship lebih dari satu. Bagi mereka sangatlah mudah memilih jasa
pengujian dari satu Laboratorium jasa konstruksi ke Laboratorium jasa konstruksi
lainnya. Perbedaan karakteristik konsumen menyebabkan Laboratorium jasa
konstruksi untuk memberikan perlakuan yang khas kepada masing-masing
customer segment.
Untuk dapat memahami profil konsumen, dengan merumuskan value
proposition berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyediakan
channel untuk menjangkau customer segment yang spesifik dengan cara yang tepat,
WIKA Laboratorium memerlukan karyawan dan infrastruktur sebagai key
resources untuk melakukan aktivitas-aktivitas kunci sehingga proses bisnis dapat
berjalan lancar. Produk WIKA Laboratorium merupakan jasa pengujian
Laboratorium konstruksi harus melalui proses pengujian dan pengambilan benda
uji di lapangan selanjutnya dilakukan pengujian benda uji di Laboratorium WIKA
Laboratorium dan terakhir pengolahan data untuk memperoleh hasil yang akurat.
Para pihak yang terlibat dalam proses bisnis jasa pengujian tersebut adalah mitra
kunci dari WIKA Laboratorium yang dapat mempengaruhi kinerja. Pada akhirnya
semua bidang usaha termasuk WIKA Laboratorium harus memastikan bahwa
pendapatan yang dihasilkan (revenue stream) oleh produk atau jasanya lebih besar
dibandingkan struktur biaya (cost structure) atas semua komponen model bisnis
tersebut.
Casadesus-Masanell dan Ricart (2010) mengungkapkan bahwa setiap
perusahaan memiliki model bisnis namun belum tentu memiliki strategi. Sebuah
perusahaan tidak memiliki strategi ketika tidak memiliki rencana tindakan atas
situasi kontigensi terjadi. Sebuah bisnis model adalah hasil langsung dari strategi
tetapi bukan strategi itu sendiri. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur di
Indonesia saat ini sangat tinggi yang didukung oleh rencana-rencana pemerintah
dalam 5 tahun ke depan yang mendorong pertumbuhan bisnis jasa konstruksi adalah
salah satu situasi kontigensi yang memerlukan rencana tindakan untuk merumuskan
strategi ke depan agar kinerja WIKA Laboratorium tetap dapat tumbuh sesuai
harapan manajemen. Respon pemerintah dengan meluncurkan beberapa kebijakan
untuk mengutamakan pembangunan jalan tol, jalan kereta api, dermaga dan
bendungan juga perlu dianalisis dan menetapkan strategi yang sesuai agar sejalan
dengan kebijakan tersebut. Analisis faktor internal dan eksternal terhadap seluruh
komponen model bisnis akan membantu mengungkapkan area-area yang
membantu dan area-area yang membahayakan bagi perusahaan (Osterwalder dan
Pigneur 2014). Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar untuk perbaikan model bisnis
dan menetapkan strategi peningkatan kinerja.
Penelitian ini mengkaji mengenai strategi peningkatan kinerja WIKA
Laboratorium di WIKA dengan cara melakukan evaluasi secara menyeluruh
5
terhadap alur logis bagaimana perusahaan menghasilkan pendapatan atau dikenal
dengan istilah model bisnis (Osterwalder 2004). Dengan memahami alur logis
bagaimana bisnis WIKA Laboratorium dapat menghasilkan pendapatan bagi
WIKA, diharapkan kemudian dapat merumuskan perbaikan-perbaikan di masing-
masing komponen model bisnis sehingga kinerja perusahaan dapat meningkat.
Model bisnis adalah ibarat sebuah lapisan bisnis yang bekerja seperti lem antara
strategi bisnis dengan proses (Osterwalder 2004). Pendekatan Business Model
Canvas dapat digunakan untuk menyederhanakan proses bisnis melalui langkah
yang terstruktur dan berorientasi pada nilai. Pendekatan Business Model Canvas
diyakini dapat menjelaskan dengan sangat baik melalui sembilan blok bangunan
dasar yang memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana produk jasa WIKA
Laboratorium dapat menghasilkan pendapatan bagi WIKA. Kesembilan blok
bangunan tersebut mencakup empat bidang utama dalam bisnis, yaitu pelanggan,
penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial (Osterwalder dan Pigneur
2014).
Perumusan Masalah
Sehubungan dengan kehidupan industri yang semakin kompetitif dengan
tantangan dan peluang yang baru pada sektor penyedia jasa konstruksi, pihak
manajemen WIKA di tahun 2017 berencana akan merubah organisasi WIKA
Laboratorium yang semula di bawah biro engineering menjadikan salah satu Divisi
WIKA diharapkan dapat memberikan kinerja yang lebih baik dan mandiri dan kelak
juga dapat menjadi salah satu anak perusahaan WIKA ke depan. Perubahan ini juga
dilatarbelakangi oleh semakin tingginya permintaan jasa pengujian material
konstruksi untuk proyek-proyek grup usaha WIKA maupun non grup usaha WIKA.
Sumber: Laporan keuangan WIKA Laboratorium Tahun 2010-2015 (diolah)
Gambar 2 Komposisi konsumen WIKA Laboratorium (juta Rp) Periode 2010 –
2015
Ko
mpo
sisi
ko
nsu
men
Pen
jual
an W
IKA
Lab
(%
)
Tahun
6
Saat ini proyek-proyek grup usaha WIKA maupun non grup usaha WIKA
banyak menangani proyek-proyek design and built baik di dalam negeri maupun
kerjasama dengan pihak luar negeri seperti Jepang, China, Belanda, Timor Leste
dan negara lainnya dalam hal pembangunan infra struktur jalan tol, jalan kereta api,
Pelabuhan, pembangkit listrik, pembuatan bandara, bangunan gedung sehingga
WIKA Laboratorium dituntut untuk lebih profesional dan layak sebagai salah satu
Laboratorium jasa pengujian yang independent. Konsumen dari WIKA
Laboratorium terdiri dari konsumen dari grup usaha WIKA yaitu departemen-
departemen yang ada di perusahaan induk WIKA dan Anak-anak perusahaan
WIKA dan konsumen non grup usaha (pemilik proyek, konsultan perencana,
pengawas dan perusahaan-perusahaan di luar WIKA. Konsumen WIKA
Laboratorium masih didominasi oleh konsumen grup usaha WIKA, penjualan dari
komposisi konsumen WIKA Laboratorium pada tahun 2010 - 2015 ditunjukkan
oleh Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2, penjualan WIKA Laboratorium pada grup usaha
WIKA lebih tinggi dibandingkan non grup usaha WIKA. Hal ini disebabkan oleh
kondisi WIKA Laboratorium yang masih berupa biro dalam perusahaan WIKA dan
sistem manajemen yang konvensional, di mana kepala Laboratorium berkerja
secara one man show yaitu mengerjakan banyak hal sendiri. Dalam meningkatkan
penjualan WIKA Laboratorium dan menjawab peluang pertumbuhan konstruksi
yang membutuhkan jasa pengujian Laboratorium di masa mendatang, serta
antisipasi ancaman yaitu bermunculan perusahaan pengujian Laboratorium, maka
perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi bisnis saat ini dan membuat bisnis
model perbaikan untuk menjadikan strategi isnis WIKA Laboratorium yang baru.
Bentuk penelitian yang akan dilakukan menggunakan Model Bisnis Kanvas, karena
kanvas model bisnis dapat menganalisa sembilan elemen dalam bentuk bangunan
dasar yang menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan profit.
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana model bisnis yang saat ini sedang dijalankan oleh WIKA
Laboratorium dilihat melalui pendekatan model bisnis kanvas?
2. Bagaimana model bisnis kanvas WIKA Laboratorium setelah diperbaiki?
3. Strategi dan program perbaikan apa saja yang dapat dirumuskan berdasarkan
hasil penyempurnaan model bisnis kanvas WIKA Laboratorium?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis model bisnis WIKA Laboratorium melalui pendekatan model
bisnis kanvas.
2. Menentukan model bisnis kanvas perbaikan pada WIKA Laboratorium untuk
menjadi Laboratorium jasa pengujian yang independent.
3. Memberikan rekomendasi strategi peningkatan kinerja WIKA Laboratorium.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait yaitu:
7
1. WIKA Laboratorium, menjadi masukan dan langkah strategik yang dapat
diambil oleh manajemen WIKA Laboratorium dalam proses mengembangkan
usahanya
2. WIKA, diharapkan dapat membantu untuk menentukan kebijakan strategis
Perusahaan dalam Rencana Jangka Panjang untuk menuju perusahaan yang
handal dan lebih kompetitif
3. Bagi peneliti, proses penelitian diharapkan menambah wawasan di bidang
pengembangan model bisnis, mengasah kemampuan berpikir, dan menjawab
permasalahan berorientasi solusi.
4. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti
selanjutnya dan inspirasi bagi pembaca untuk menjadi seorang wirausaha.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka ruang lingkup
penelitian ini dibatasi pada jasa pengujian material konstruksi WIKA Laboratorium
yang dijadikan objek pada penelitian ini. Pendekatan model bisnis yang digunakan
yaitu konsep bisnis kanvas yang dianalisis melalui sembilan elemen, selanjutnya
dilakukan analisis SWOT untuk menyempurnakan bisnis model kanvas saat ini,
kemudian akan menghasilkan strategi dan program yang tepat untuk pengembangan
jasa pengujian material konstruksi WIKA Laboratorium.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan-keputusan
lintas fungsional yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai sasarannya
(David 2013). Menurut Hunger dan Wheelen (2012), manajemen strategi
merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan
kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Setiap organisasi harus menggunakan
konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang
dijalankannya, dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai peristiwa.
Proses manajemen strategi dalam Euchner dan Ganguly (2014) meliputi tiga
tahapan yaitu: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
Formulasi strategi meliputi pengembangan misi bisnis, identifikasi peluang dan
ancaman, menentukan kekuatan dan kelemahan, menetapkan sasaran jangka
panjang, menyusun alternatif strategi dan memilih strategi tertentu. Menyusun
implementasi strategi merupakan tahapan tindakan dalam strategi manajemen
antara lain menetapkan sasaran tahunan dan kebijakan, memotovasi karyawan, serta
mengalokasikan sumber daya secara efektif. Evaluasi strategi merupakan tahap
akhir dalam manajemen strategi, meliputi tiga kegiatan utama yaitu: mengevaluasi
faktor internal dan eksternal yang didasarkan pada strategi saat ini, mengukur
kinerja formulasi, implimentasi, dan evaluasi pada strategi saat ini, mengukur
kinerja formulasi, implementasi dan evaluasi strategi tersebut dilakukan pada tiga