analisis minat mahasiswa memilih jurusan dakwah dan

70
LAPORAN PENELITIAN Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda Oleh: Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si NIP. 19771226200501003 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINDA TAHUN 2014

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

LAPORAN PENELITIAN

Analisis Minat Mahasiswa

Memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda

Oleh:

Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si

NIP. 19771226200501003

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) SAMARINDA

TAHUN 2014

Page 2: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tinggi mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap

perubahan bagi kehidupan bangsa sehingga menjadi lebih baik.Lembaga

pendidikan tinggi harus mampu merespon berbagai perubahan yang terjadi, baik

pada tingkat daerah, nasional maupun internasional. Pemerintah melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mencanangkan Higher Education

Long Term Strategy (HELTS 2003- 2010). Dengan adanya HELTS, arah

pendidikan tinggi mengalami redefinisi karena situasi yang sangat dinamis dalam

dasawarsa terakhir. Situasi ini sering dikenal dengan paradigm shift atau

perubahan paradigma yang selama bebrapa dekade belum menyentuh dunia

pendidikan tinggi.

Dalam HELTS, isu yang cukup penting adalah bagaimana pendidikan

tinggi di Indonesia mampu memberikan kontribusi kepada peningkatan nation

competitiveness melalui organizational health dan autonomy untuk menghasilkan

“pendidikan yang bermutu” bagi keunggulan bangsa. Sistem tata kelola yang

sehat atau sering juga disebut good governance diharapkan mampu mendukung

pengembangan kapasitas intelektual dan karakter mahasiswa yang nantinya dapat

bertanggung jawab kepada kemajuan bangsa dan negara.

Tata kelola pendidikan nasional, khususnya untuk jenjang pendidikan

tinggi telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 tahun 2010

yang berisi tentang perubahan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang

pengelolaan pendidikan. Peraturan pemerintah tersebut pada prinsipnya

menegaskan pentingnya otonomi perguruan tinggi dan tata kelola yang sehat.

Perguruan tinggi diberikan keleluasaan yang lebih untuk mengoptimalkan sumber

dayanya untuk peningkatan daya saing dan kemajuan. Selain itu, peraturan

pemerintah tersebut juga menegaskan bahwa optimalisasi pola pengelolaan

Page 3: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

keuangan Badan layanan Umum (BLU) sebagai hal yang amat penting (bahkan

merupakan prasyarat) untuk mencapai tata kelola perguruan tinggi yang sehat.

Pada era globalisasi, kemajuan industri sebagai salah satu dampak dari

modernisasi, telah menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan spesialisasi

secara tajam. Tuntutan tersebut pada gilirannya akan menyeret masyarakat kepada

pola hidup tertentu yang mengakibatkan hilangnya makna hidup secara hakiki

dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai ketuhanan.1

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari kemajuan IPTEK dan lajunya

arus modernisasi yang begitu cepat, umat manusia harus segera menyadari dan

membentengi diri dengan kemampuan kepribadiannya agar tidak kehilangan jati

diri bangsa serta ikut terseret dalam pola globalisasi yang jauh dari nilai-nilai

agama.

Berbagai krisis multidimensional yang sedang dialami oleh bangsa

Indonesia memang tidak bisa hanya dilihat dan diatasi melalui pendekatan mono-

dimensional.Namun demikian, karena segala krisis tersebut berpangkal dari krisis

akhlak atau moral, maka pendidikan agama dipandang memiliki peranan yang

sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang

bermartabat.Untuk itu diperlukan pelaksanaan pendidikan agama yang lebih

kondusif dan prospektif terutama di perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi

Islam maupun Perguruan Tinggi Umum.2

Sebagaimana Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang dituntut dapat

melahirkan manusia-manusia yang menguasai IPTEK sekaligus nilai-nilai agama

serta melaksanakan pengembangan pendidikan agama Islam, begitu pula yang

1Wahyuddin dkk.,Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT.

Grasindo, 2009), hlm. 2

2Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan,

Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2009), hlm. 71

Page 4: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

diharapkan dari lulusan Perguruan Tinggi Umum (PTN).Meskipun pada PTN,

lebih menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan umum, mahasiswa PTN

juga dituntut mampu mengembangkan kepribadiannya menjadi ilmuwan yang

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.Salah satunya dikemas melalui

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di PTN.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi telah

disebutkan dalam Keputusan Dirjen Dikti tentang Rambu-rambu Pelaksanaan

Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, bahwa PAI merupakan salah

satu mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK).Visi mata kuliah ini menjadi

sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

studi guna mengantarkan peserta didik memantapkan kepribadiannya sebagai

manusia Indonesia seutuhnya.Sedangkan misinya adalah membantu peserta didik

memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-

nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebanggan dan cinta tanah air

sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.3

Perguruan Tinggi merupakan tingkat pendidikan yang mendekati dunia

kerja.Dalam perguruan tinggi, pendidikan yang ditempuh difokuskan pada satu

bidang konsentrasi minat dan nantinya diharapkan dapat diimplementasikan

dalam dunia kerja.Keinginan masyarakat terutama pemuda untuk memiliki karier

yang baik dan berperan dalam ketatnya dunia persaingan, mendorong timbulnya

begitu banyak Perguruan Tinggi yang menyebar di seluruh Indonesia.Perguruan

Tinggi Negeri yang terdapat di Indonesia hanya dapat menampung calon

mahasiswa yang tersaring dalam Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru (SPMB)

melalui ujian yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia.

3Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 2005), hlm. IX

Page 5: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

Perguruan Tinggi Agama Islam berusaha untuk bersaing dengan menarik

minat mahasiswa mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan tinggi.Layaknya

dalam teori pemasaran, agar dapat menarik minat mahasiswa tersebut, Perguruan

Tinggi Agama Islam perlu mengetahui informasi mengenai kebutuhan dan

keinginan konsumen, dimana dalam konteks ini konsumen adalah mahasiswa

STAIN Samarinda.

Mahasiswa merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas dan dikaji

pada setiap kegiatan atau aktivitasnya, karena mahasiswa sering disebut sebagai

calon intelektual atau cendikiawan muda yang merupakan suatu lapisan elit

ditengah masyarakat yang sering kali syarat berbagai prediket, mereka sering

dijuluki sebagai "Agent Of Change", "Agen Of Modernation" dan juga kadang

kala dinamai dengan " Agent Of Development".

Sebagai cendikiawan muda bahwa mahasiswa adalah orang yang

kelihatannya tidak puas menerima kenyataan sebagaimana adanya, mereka

mempertanyakan kebenaran yang berlaku suatu saat dalam hubungannya dengan

kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas.

Ketika memilih jurusan bagi mahasiswa baru adalah sejak mereka berada

pada semester satu, pada saat itu mahasiswa dihadapkan problema baru dalam

memilih jurusan dan mereka memikirkan masa depannya, sehingga mereka

mengalami kebingungan dalam memilih jurusan yang sesuai dengan dirinya akan

tetapi mereka benar-benar ingin menentukan sesuai dengan bakat, minat

kemampuannya dari segala bidang yang ia miliki.

Memilih jurusan/ program studi kuliah bukanlah urusan yang mudah dan

bukan persoalan yang sepele, banyak faktor yang harus diperhitungkan dan

dipikirkan masak-masak.jangan sampai dalam memilih jurusan merupakan

bencana dan kerugian yang besar bagi mahasiswa itu sendiri.

Sementara itu ada kecenderungan di kalangan mahasiswa baru dan lama

untuk memilih jurusannya sesuai dengan keinginan dan keyakinannya untuk

Page 6: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

mampu melaksanakan studinya sampai selesai. Padahal belum tentu ketika

mahasiswa baru mulai masuk pertama kali melanjutkan studinya sampai selesai,

kadang kala jumlah mahasiswa baru akan berkurang ketika menginjak satu

semester.

Maka untuk menghindari adanya penurunan jumlah pada mahasiswa

STAIN Samarinda perlu adanya dorongan, keinginan pada mahasiswa dalam

memilih jurusan/ program studi, apakah yang ia pilih dalam memilih jurusan

sesuai dengan minat bakat sehingga mahasiswa tersebut mampu melaksanakan

tugas dan kewajibannya sebagai mahasiswa serta cenderung untuk melakukan

penundaan pada tugas yang diberikan dalam kuliah.

Oleh karena itu dalam memilih jurusan seharusnya disertai dengan adanya

minat, dorongan, keyakinan yang tinggi ketika mahasiswa memiliki harapan

dimasa yang akan depan lebih baik. Ketika mahasiswa memilih jurusan/ program

studi dengan minat yang tinggi cenderung mahasiswa tidak melakukan penundaan

pada tugas yang diberikan dan sebaliknya apabila minat mahasiswa dalam

memilih jurusan/ program studi rendah atau hilang maka cenderung melakukan

penundaan pada tugas yang diberikan.

Begitu pula halnya yang terjadi pada mahasiswa Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda.Banyak alasan yang mempengaruhi minat mereka

untuk menentukan pilihan tempat kuliahnya.banyak yang berminat untuk kuliah di

jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, namun lebih banyak lagi

yang kurang berminat untuk memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi.Hal ini

terbukti dengan masih sedikitnya jumlah mahasiswa jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya

yang ada di STAIN Samarinda.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut

dengan judul Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda

Page 7: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana analisis SWOT Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda?

2. Apasaja yang menjadi latar belakang mahasiswa memilih jurusan Dakwah

dan Komuniklasi STAIN Samarinda?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui analisis SWOT Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda

2. Untuk mengetahui latar belakang mahasiswa Jurusan Dakwah dan

Komunikasi memilih jurusan Dakwah dan Komuniklasi STAIN Samarinda?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,

terutama pihak STAIN Samarinda Secara spesifik manfaat penelitian ini dapat

ditinjau dari dua aspek, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, bahan reflektif dan

konstruktif dalam pengembangan keilmuan di Indonesia, khususnya dalam

pengembangan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.

2. Manfaat Praktis

Page 8: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihak Jurusan Dakwah

dan Komunikasi serta Lembaga STAIN Samarinda dalam pengembangan

Jurusan Dakwah dan Komunikasi.

b. Masukan bagi para pemegang kebijakan di Jurusan Dakwah dan

Komunikasi khususnya dan STAIN Samarinda pada umumnya dalam

mengeluarkan kebijakan yang khususnya berkaitan dengan Pengembangan

Jurusan di STAIN Samarinda.

c. Masukan dan sekaligus ajakan kepada civitas akademika dalam

pengambangan lembaga STAIN Samarinda.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan

Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindaini menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu Peneliti menggali informasi, terkait objek yang dikaji melalui

wawancara dengan mahasiswa Jurusan Dakwah & Komunikasi STAIN

Samarinda.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggambarkan realita

empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu,

penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan

mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan

menggunakan metode deskriptif.4

Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif

adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku

dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

4Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h. 131.

Page 9: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena.5

Penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan oleh

sekelompok peneliti dalam bidang sosial, seperti : sosiologi, antropologi, dan

sejumlah penelitian perilaku lainnya. Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut

Sudjana dan Ibrahim: 1) Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan

alamiah sebagai sumber data langsung, 2) Penelitian kualitatif sifatnya

diskriptif analitik, seperti : hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, cuplikan tertulis, dari dokumen, catatan lapangan, 3) Tekanan

penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil, 4) Penelitian kualitatif

sifatnya induktif, dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris atau induktif, 5)

Penelitian kualitatif mengutamakan makna, mengutamakan kepada bagaimana

orang mengartikan hidup.6

2. Sumber Data

Sumber data atau Objek penelitian dalam penelitian ini adalah

mahasiswa STAIN Samarinda yang terdiri dari Jurusan Dakwah &

Komunikasi.

Penentuansumber data dalam penelitian ini digunakan snowball

sampling, diibaratkan sebagai bola salju yang menggelinding, semakin lama

semakin besar. Proses ini baru berhenti setelah informasi yang diperoleh di

antara informan satu dengan lainnya mempunyai kesamaan, sehingga tidak

ada data yang dianggap baru. Informan kunci dari penelitian ini adalah

mahasiswa STAIN Samarinda yang terdiri dari Jurusan Dakwah &

Komunikasi.

5Moh. Nazir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.

6Ibrahim, Sudjana, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989),

h. 197.

Page 10: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam,

mendetail atau intensif tentang upaya menemukan pengalaman-

pengalaman informan atau responden dari topik tertentu atau situasi

spesifik yang dikaji. Oleh karena itu, dalam melaksanakan wawancara

untuk mencari data, digunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan

jawaban berupa informasi.Sebelum dimulai wawancara pertanyaan

dipersiapkan lebih dahulu sesuai dengan penggalian data yang diperlukan

dan kepada siapa wawancara tersebut dilakukan.

Wawancara dilakukan secara terbuka (open-ended) untuk menggali

pandangan objek penelitian tentang minat mahasiswa memilih jurusan di

STAIN samarinda.Wawancara dilakukan pada waktu dan konteks yang

tepat untuk mendapatkan data yang akurat dan dilakukan berkali-kali

sesuai dengan keperluan.Wawancara semacam ini disebut indepth

interview.7

b. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang

tertulis. Metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada.8 Melalui data ini, maka akan diketahui

keadaan jumlah mahasiswa di STAIN Samarinda dan akan diketahui data

lainnya yang mendukung hasil penelitian ini.

4. Teknik Analisa Data

7Sutopo H.B, Konsep-Konsep Dasar Dalam Penelitian Kualitatif(Surakarta: FKIP/FIS

UNS, 1991), h. 18. 8Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar (Surabaya: SIC,

1996), h. 83.

Page 11: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif

kualitatif, yaitu analisis yang berpedoman pada cara berpikir yang

merupakan kombinasi antara berpikir induktif dan deduktif. Analisis data

ini untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak pengumpulan

data secara keseluruhan, kemudian diadakan recheck (pengecekan

kembali). Secara kontinu peneliti mencocokan data yang diperoleh,

disistematiskan, diinterpretasi secara logis demi keabsahan dan kredibilitas

data yang diperoleh peneliti di lapangan.

Tahap analisis data dibagi menjadi tiga, yaitu : pertama tahap

pendahuluan atau pengolahan data (kelengkapan data yang diperoleh,

keterbatasan tulisan, kejelasan makna, keajegan, dan kesesuaian data

dengan yang lain), kedua tahap pengorganisasian data yang merupakan inti

dari analisis data, ketiga tahap penemuan hasil dan penarikan kesimpulan.

Page 12: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat Mahasiswa

Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan

dengan orang lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat disekitar

kita. Dalam berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima, membiarkan

atau menolaknya. Apabila kita menaruh minat, itu berarti kita menyambut atau

bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut

dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan

tindakan lebih lanjut.

Firman Allah, dalam al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5:

Artinya: "Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang

mengajar (manusia) dengan perantara kalam.Dia mengajarkan kepada manusia

apa yang tidak diketahuinya". (QS. 99 : 1-5)

Dalam Firman Allah yang tersebut di atas, terdapat perintah untuk

membaca. Membaca yang dimaksud bukan hanya membaca buku atau dalam

artian tekstual, akan tetapi membaca semua aspek. Termasuk membaca cakrawala

jagad yang merupakan tanda kebesaran-Nya, serta membaca potensi diri, sehingga

dengannya kita dapat memahami hal apa yang menarik minat kita dalam

Page 13: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

12

kehidupan ini. Dan kita bisa usahakan untuk mengembangkan minat itu dengan

segenap kemampuan kita karena sesungguhnya potensi diri itu adalah karunia dari

Allah SWT.

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang menjadi salah satu

faktor penyebab kegagalan. Seorang siswa yang mempunyai minat belajar bisa

dilihat dari beberapa gejala seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk

melakukan proses perubahan tingkah laku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian

minat adalah kecendrungan yang tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan.1

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat

besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan

melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak

mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah

banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard

yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay

attention to end enjoy some activity and content.”2 Sardiman A. M. berpendapat

bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang

melihat ciri-ciri atau arti sementarasituasi yang dihubungkan dengan keinginan-

keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri.

Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan),

dan konasi (kehendak).Unsur kognisi maksudnya minat itu didahului oleh

pengetahuan dan informasi mengenal obyek yang dituju oleh minat tersebut.Unsur

emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan

tertentu.Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi.Dari

unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk

melakukan suatu kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar.

1Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus

BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 70 2Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka

Cipta,1991),h.57.

Page 14: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

13

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong bagi

seseorang untuk melakukan kegiatan.

Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, "Minat

adalah suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan tindakan terhadap

orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan

disertai perasaan senang.

Menurut Slameto minat adalah "suaturasa suka dan rasa ketertarikan

pada sesuatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat adalah

penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat".

Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.

Minat menurut Mahfudz Shalahuddin adalah perhatianyang mengandung

unsur-unsur perasaan.

Minat menurut Crow dan Crow, minat atau interest

bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau

merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan.3

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan

diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.4

Dari pengertian minat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

minat adalah suatu kecenderungan untuk memberi dorongan dalam

memperhatikan sesuatu yang memberi pengaruh terhadap pengalaman atau

kecenderungan yang membawa subyek merasa tertarik pada sesuatu.

3 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta, PT Bumi Aksara, cet IV 2009) hal 121 4 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta, CV Rineke Cipta,

1991) hal 20

Page 15: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

14

Sedangkan elemen ketiga adalah kontrol tingkah laku yang

dipersepsikan yang melibatkan pemikiran bahwa beberapa tingkah laku tertentu

memiliki kontrol yang besar daripada tingkah laku yang lainnya.Ketiga komponen

tersebut berkombinasi untuk menentukan intensi seseorang dalam menampilkan

tingkah lakunya.

Berdasarkan Definisi-definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan

biasanya disertai dengan perasaan senang.Menurut Berhard "minat" timbul atau

muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi,

pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat

dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.

1. Unsur-Unsur Minat

Bertolak dari pengertian minat sebagaimana diuraikan di atas, maka

unsur-unsur minat meliputi:

a. Perasaan senang

Perasaaan senang merupakan aktifitas psikis, di dalamnya subyek

menghayati nilai-nilai dari sesuatu obyek.Perasaan ini merupakan faktor

psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat

untuk melakukan suatu kegiatan.

Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi tertentu, tentu saja

berminat pada out put yang dihasilkan perguruan tinggi tersebut. Itu

artinya mahasiswa merasa senang terhadap lembaga tersebut.

b. Perhatian

Menurut Wasty Sumanto perhatian adalah pemusatan tenaga atau

kekuatan jiwa tertuju pada suatu objek, atau pendayagunaan kesadaran

untuk menyertai suatu aktifitas.Perhatian bersifat lebih sementara dan ada

hubungannya dengan minat.Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap

sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul ada kalanya

menghilang.

Page 16: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

15

c. Motif

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktifitasaktifitas

tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Menurut Sarlito Wirawan motif adalah rangsangan, dorongan

dan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Pengertian motivasi

mempunyai 3 elemen penting:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi pada setiap kegiatan yang akan dikerjakannya;

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke tujuan yang akan dicapai;

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan;

d. Daya penarik.

Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat

melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya, ingin mendapatkan

penghargaan dari masyarakat, ingin mendapat penerimaan dan perhatian

dari orang lain.

Telah dijelaskan di atas bahwa motif adalah daya penggerak dari

dalam diri subyek, sedangkan motif sosial di sini adalah daya penggerak

dari luar diri subyek atau daya penarik minat yang berasal dari lingkungan

subyek.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Menurut Bernard, yang dikutip oleh Sardiman AM, menyatakan bahwa

minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat

partisipasi pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas

bahwa minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan.

Page 17: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

16

Minat juga tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh

kemudian.Minat terhadap sesuatu dapat dipelajari dan mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan-penerimaan minat yang

baru.Untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Motivasi

Yang terpenting dari motivasi adalah dorongan untuk berbuat.

Motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi pada

setiap kegiatan yang akan dikerjakannya, menentukan arah perbuatan,

dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan. Tanpa

adanya minat akan terjadi hambatan dalam menguasai sesuatu yang

baru.

2) Kebutuhan

Awal masa dewasa muda (usia 22-25 tahun) sering disebut juga

masa berharap bekerja (job hopping). Bekerja dan mempunyai

penghasilan sendiri adalah bagian dari keinginan dan kebutuhan tiap

individu.Dan dari keinginan dan kebutuhan ini dapat menumbuhkan

minat seseorang pada sesuatu/ pekerjaan tertentu.

3) Sikap terhadap suatu obyek

Sikap senang terhadap suatu obyek dapat membesarkan minat

seseorang terhadap obyek. Sebaliknya, sikap tidak senang terhadap

suatu obyek akan memperkecil minat terhadap suatu obyek. Kualitas

sikap dapat berubah dalam intensitasnya memperkuat stimuli, fisik

mental, atau keadaan emosi dari orang itu sendiri.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga; Keluarga memegang peranan penting sebab keluarga adalah

sekolah pertama dan terpenting. Dalam keluargalah seseorang dapat

Page 18: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

17

membina kebiasaan, cara berpikir, sikap dan cita-cita yang mendasari

kepribadiannya.

2) Fasilitas; Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan

minat seseorang terhadap suatu obyek menjadi lebih besar, sebaliknya

apabila fasilitas yang diberikan atau diperlukan tidak ada akan

menjadikan minat tersebut menjadi semakin lemah.

3) Teman pergaulan; Lingkungan pergaulan ini mampu menumbuhkan

minat seseorang sebagaimana lingkungan keluarga. Bahkan terkadang

teman bermain/ sepergaulan mempunyai pengaruh yang lebih besar

dalam menanam benih minat atau cita-cita.

3. Fungsi minat

Menurut Abdul Wahib yang mengutip pendapat Elizabeth B. Hurlock,

Elizabeth mengutip dari pendapat Nuckols dan Banducci, ada 4 fungsi minat:

a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang.

Seseorang yang menaruh minat pada mata kuliah tertentu, maka ia akan

senang dan bergairah untuk mengikuti mata kuliah tersebut sehingga

menyebabkan prestasi belajarnya bagus, sebaliknya jika seseorang tidak

berminat pada mata kuliah tertentu, biasanya sulit membangkitkan

kesenangan pada obyek mata kuliah tersebut sehingga menyebabkan

prestasi belajarnya kurang bagus.

d. Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur

hidup karena minat membawa kepuasan.

B. Tinjauan Tentang Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi adalah organisasi dalam usaha pendidikan yang

menghasilkan produk berupa jasa pendidikan dan harus dipasarkan kepada

konsumen.

Page 19: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

18

Menurut Ndara Taliziduhu (1998:188)“Perguruan tinggi sebagai

lembaga pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses produk. Ada 2 macam

produk :

1. Nilai tambah manusiawi yang diperoleh mahasiswa yang bersangkitan,

sehingga diharapkan siap memasuki dunia nyata dalam masyarakat.

Termasuk dalam kategori ini pembentukan dan transformasi nilai. Inilah

produk perguruan tinggi sebagai proses edukatif dan proses pertimbangan

(value judgement)

2. Temuan ilmiah (scientific discoveries) dan inovasi teknologi (technological

innovation) inilah produk perguruan tinggi sebagai proses riset.”

Dalam mengelola Perguruan Tinggi harus diangkat satu hal unik dan

khas oleh lembaga pendidikan yaitu mahasiswa sebagai bahan baku yang hendak

di bentuk (diproses) sekaligus sebagai konsumen yang berkepentingan

mahasiswa juga sebagai modal utama (yang membiayai) proses tersebut dan

gilirannya akan menjadi produsen pada lembaga yang sama (regenerasi).

Membicarakan problem studi Islam di perguruan tinggi, setidaknya

terdapat sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan bersama: adakah Islam dikaji

sebagai obyek keilmuan sebagaimana disiplin ilmu yang lain, ataukah Islam

dijadikan rujukan pandangan hidup ataupun akidah untuk mempelajari dan

menjalani kehidupan? yang ideal mestinya kedua aspek itu terintegrasikan

menjadi satu pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala

yang harus diselesaikan karena setiap pilihan yang diambil akan berimplikasi

pada metodelogi serta target akhir yang hendak dicapainya.

Jika lembaga perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga riset

keilmuan, maka pilihan pertama akan lebih dahulu dikedepankan. Dan ini yang

biasa dilakukan diperguruan tinggi Barat. Hampir semua universitas bergensi di

wilayah Amerika Utara dan Eropa Barat semuanya mulai memperkenalkan

Islamic Studies sekalipun diantara mereka ada yang lebih senang

memperggunakan istilah Middle Eastern Studies, yang di dalamnya terdapat

Page 20: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

19

studi keislaman. Alasan mereka adalah bahwa Islam dipandang sebagai

fenomena budaya dan fenomena sejarah sehingga sebagai obyek kajian ilmiah

siapa saja bisa melakukan studi Islam sekalipun bukan orang muslim. Oleh

karenanya banyak buku-buku tentang Islam yang ditulis oleh para ilmuwan Barat

yang secara akademis memiliki bobot yang tinggi.

Lalu, bagaimana sebaiknya kebijakan dan strategi pendidikan Islam di

perguruan tinggi?Di sini terdapat dua kata yang memiliki konotasi

berbeda.Pertama, kata pendidikan dan kedua, perguruan tinggi.Selama ini

wacana keilmuan di perguruan tinggi lebih ditekankan pada pendekatan

pengajaran ilmiah, sedangkan istilah pendidikan lebih ditekankan pada jenjang

sekolah di tingkat bawah.Tentu saja aspek pendidikan dan pendidikan agama

tidak bisa dipisah- pisahkan, sekalipun dari sisi metode penyampaian dan

berbagai asumsinya yang berkait memang berbeda. Dengan demikian, pengajar

agama Islam di perguruan tinggi dituntut berijtihad menemukan metode yang

tepat, bagaimana Islam diajarkan sebagai obyek kajian ilmiah namun sekaligus

mata kuliah Islam juga memiliki tugas pendidikan untuk membantu mahasiswa

tumbuh menjadi yang berakhlak mulia, relijius dan memahami dasar-dasar ajaran

Islam.

Mempertemukan dua tuntutan ini sangat penting mengingat hampir di

setiap diskusi dan pengajian selalu saja ada pertanyaan tentang kenapa terjadi

kesenjangan yang begitu lebar antara idealitas ajaran agama yang diyakini benar,

hebat dan tinggi, dan di sisi lain realitas perilaku para pemeluknya yang

seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya. Bahkan sekarang ini klaim

yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang relijius

kehilangan validitasnya karena ternyata banyak sekali tragedi sosial-politik yang

sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama yang menyerukan pada

perdamaian, pembelaan terhadap hak-hak asasi manusia, kejujuran, amanah dan

lain sebagainya dari nilai luhur keagamaan. Kenyataan ini bagaimanapun juga

harus menjadi perhatian dan agenda pemikiran pengajar agama di perguruan

Page 21: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

20

tinggi karena mahasiswa adalah calon sarjana yang memiliki peluang untuk

mendudduki lapisan menengah ke atas dalam masyarakat.

Kesenjangan antara retorika dan ajaran agama yang begitu ideal dan

realitas sosial yang menyimpang akhir-akhir ini menjadi sorotan kritik dan

keluhan masyarakat sehingga citra dan wibawa agama – yang tampilkan oleh

ulama dan lembaganya menjadi turun. Sekedar contoh, Nabi Muhammad saw

pernah bersabda:

“Islam itu sangat tinggi, dan karenanya tidak ada yang lebih tinggi

darinya.”

Pernyataan ini seringkali dikemukankan oleh para penceramah untuk

menegaskan bahwa Islam itu hebat dan tinggi sehingga bila terjadi

penyelewengan dan kezaliman yang dipersalahkan adalah para penganutnya,

karena dianggap tidak memahami sekaligus tidak mempraktekkan ajaran

agamanya secara benar. Sekilas argumen tersebut memang mudah diterima.

Tetapi bila dikritik dan direnungkan, maka akan timbul pertanyaan: jika ajaran

Islam itu memang benar, hebat dan tinggi, tetapi ternyata tidak mampu

mempengaruhi para pemeluknya, lalu di mana pembuktian kebenaran, kehebatan

dan ketinggian ajarannya itu? Dan lagi di mana relevansi kebenaran dan

kehebatan ajaran Islam, jika tidak mampu mempengaruhi perilaku pemeluknya?

Inilah kira-kira salah satu problem dan tantangan yang perlu oleh

pengajar agama terutama di lingkungan perguruan tinggi. Dan tampaknya

problem tersebut diakibatkan antara lain oleh adanya orientasi pendidikan

agama yang kurang tepat untuk tidak menyebut keliru. Tiga hal yang bisa

dikemukankan sebagai indikator kekeliruan dimaksud ialah:

Pertama,pendidikan agama saat ini lebih berorientasi pada belajar

tentang ilmu agama.Karena itu tidak aneh kalau di negeri ini sering kita saksikan

seseorang yang banyak mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tapi perilakunya

tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya.

Page 22: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

21

Kedua,tidak memiliki strategi penyusunan dan pemilihan materi-materi

pendidikan agama sehingga sering tidak ditemukan hal-hal yang prinsipil yang

seharusnya dipelajari lebih awal, malah terlewatkan.Kekacauan materi

pendidikan agama ini terlebih jelas lagi terlihat pada pemilihan disiplin ilmu

fikih yang dianggap sebagai puncak atau inti agama itu sendiri.Disebabkan oleh

oreintasi pendidikan agama semacam itu, maka Islam seakan diidentikan dengan

paham fikih. Dan beragama yang benar adalah bermazhab fikih yang benar

dan yang diakui oleh mayoritas, sehingga siapa saja yang sedikit berbeda

dengan mazhab fikih yang dianut mayoritas, maka dituduh menyimpang dari

Islam. Alam pikiran semacam ini masih terasa kuat di kalangan para mahasiswa

perguruan tinggi Islam, apalagi di perguruan tinggi umum.

Ketiga, kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya

penguasaan semantic dan generik atas istilah-istilah kunci dan pokok dalam

ajaran agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang sudah sangat jauh dan

berbeda dari makna, spirit dan konteknya. Disiplim keilmuan dalam Islam

sesungguhnya sudah sangat kuat dan kaya. Dengan begitu, kalau saja pihak

pengajar mampu menemukan metode pengajaran yang tepat dengan ditopang

oleh penguasaan materi keislaman, maka sesungguhnya pengajaran dan

pendidikan Islam menjadi kuliah yang menarik, aktual dan hidup.

Kontektualisasi dan reinterpretasi ajaran Islam adalah agenda pemikiran Islam

yang selalu diperlukan pada setiap zaman. Pendekatan terhadap Islam yang

selama ini lebih bersifat normative deduktif perlu dilengkapi dengan pendekatan

induktif histories sehingga mahasiswa bisa mebedakan mana ajaran Islam yang

berupa produk sejarah dan hasil ijtihad dan mana yang bersifat normative-

doktrinal.

Setidaknya terdapat dua pendekatan yang menonjol dalam mempelajari

Islam.

Pertama, mempelajari Islam untuk kepentingan mengetahui bagaimana

cara beragama yang benar. Disini aspek religiusitas dan spiritualitas menjadi

sangat penting, sehingga esensi ajaran agama bisa menginternalisasi ke dalam

Page 23: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

22

diri pribadi-pribadi dalam aktivitas kesehariannya. Oreintasi ini mengasumsikan

mahasiswa sebagai subyek yang aktif sehinggailmu agama disini mirip dengan

ilmu beladiri, ilmu olah raga, atau ilmu kesenian, bahwa belajar berarti

memahami, menghayati, dan mempraktekan. Dengan kata lain, ilmu agama itu

bukanlah ilmu yang hanya menitikberatkan pada teori tanpa aksi, tapi justru teori

dan aksi itu adalah hal yang tak terpisahkan. Untuk apa seseorang diajari teori

berenang dengan sangat luas dan mendalam, misalnya, sementara dia tidak

mencintai dan tidak bisa berenang? Orang yang demikian tetap akan dikatakan

sebagai orang tidak bisa berenang, meskipun semua teori tentang berenang sudah

dikuasinya. Demikian juga orang yang mempelajari ilmu dan teori-teori

keberagamaan secara luas dan mendalam, tapi dalam aksinya tidak menunjukkan

relevansi dengan pengetahuannya tersebut, maka orang itu akan dikatakan

sebagai orang yang belum bisa beragama.

Dalam rangka belajar beragama ini, konon diceritakan bahwa Kiai Haji

Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berbulan-bulan lamanya hanya

mengajarkan Surat al-Ma’un (surat 107) kepada para muridnya. Padahal surat itu

hanya terdiri dari tujuh ayat pendek-pendek. Ketika muridnya sudah nyaris bosan

karena setiap belajar surat itu diulang-ulang, maka Kiai Ahmad Dahlan

mengatakan, kita belum bisa pindah ke ayat lain karena kita belum bisa

mengamalkan isi surat ini. Kita mengafal keutamaan menolong anak yatim tetapi

kita belum pernah melaksanakan, sama halnya kita paham akan ayat itu,

Demikianlah, di sini terlihat bahwa Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan para

muridnya untuk belajar beragama, bukan belajar tentang agama.

Kedua, mempelajari Islam sebagai sebuah pengetahuan. Pendekatan

kedua ini berkembang sangat pesat di Barat. Para peneliti dan pemikir yang

memandang bahwa Islam sebagai pengetahuan memang berbeda samangat dan

metodologinya dari mereka yang mendekati Islam sebagai keyakinan yang telah

dianutnya secara militan. Dari sudut pandang akademis mungkin saja mereka

lebih jauh menguasai Islam dari pada para kaia yang mengajarkan dan

mengamalkannya dari lingkungan pasanteren.

Page 24: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

23

Dalam hal orientasi pendidikan, kedua pendekatan di atas tampaknya

perlu terus mendapat perhatian yang serius, sehingga tidak saja terjadi

peningkatan pengamalan religiusitas di kalangan para penganut Islam, melainkan

juga terjadi peningkatan keilmuan Islam. Dua pendekatan di atas karenanya

mesti menjadi orientasi pendidikan Islam terutama di perguruan tinggi. Dalam

hal orientasi pendidikan ini, perlu ditambahkan orientasi lainnya, yaitu upaya

gerakan kembali pada Alquran dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan

multidisipliner. Karena itu perlu dipertimbangkan tiga aspek berikut ini.

Pertama, membebaskan diri kita dari hegomoni makna atas sejarah masa

lalu kaum muslim. Ini tidak berarti aspek sejarah Islam ditolak, tetapi bagaimana

mensikapi sejarah secara kritis dan apresiatif karena sejarah tetap merupakan

salah satu sumber pengetahuan yang harus dikuasai dan terus digali. Namun

begitu sejarah jangan sampai memenjarakan kebebasan dan kedinamisan serta

kreatifitas kaum muslim.

Kedua,membaca dan memahami ayat-ayat Alquran serta menggali

konteks social histories yang melatar belakanginya dengan mempertimbangkan

berbagai macam gejala cultural, politis dan antropologis. Dengan pendekatan ini

diharapkan kita lebih bisa menangkap pesan dasar Alquran dan

mengartikulasikan kembali dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda.

Ketiga, menganalisa setiap ayat Alquran yang hendak dijadikan

pedoman dalam bertindak dengan menangkap dimensi etisnya, jangan hanya

aspek legal-formalnya. Kembali pada Alquran dan al Sunnah padagiliranya

kembali pada etika sebagai rujukan hidup kita bermasyarakat dan bernegara.

Sebab itu, meskipun di antara kita telah bersama-sama berpegang pada Alquran,

tetapi kita masih menemukan perbedaan pendapat soal hukum, maka seseorang

yang berpegang pada etika akan tetap menjaga persaudaraan, kehormatan

masing-masing dan akan mengutamakan tujuan yang lebih pokok demi

kepentingan-kepentingan banyak orang. Sebab, kembali pada Alquran tidak

berarti meniadakan perbedaan di antara umat karena perbedaan merupakan

dinamika sejarah yang tidak mungkin bisa dihapuskan. Kenyataan adanya sekian

Page 25: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

24

banyak mazhab dalam pemikiran Islam, baik dalam bidang fikih, filsafat, ilmu

kalam dan tasawuf kesemuanya itu anak kandung peradaban Islam yang

memiliki landasan pemahaman atas Alquran.

Pembinaan intelektualitas dan spiritualitas Islam bagi para mahasiswa

yang terjadi di luar kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak

mahasiswa memperoleh kematangan berpikir, wawasan keislaman dan

ketrampilan berorganisasi justru dari kegiatan-kegiatan ekstra di luar kampus.

Melalui kelompok-kelompok studi intensif yang digelar dan dikerjakan oleh para

aktivis mahasiswa telah mendorong munculnya iklim intelektualitas Islam di

kampus-kampus. Belum lagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang kini

bermunculan sangat banyak

Dalam dunia bisnis, pendidikan termasuk dalam suatu organisasi atau

perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Bisnis jasa sangat kompleks, karena

banyak elemen yang mempengaruhinya, seperti system internal organisasi,

lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari

mulut ke mulut dan sebagainya. Oleh karena itu Gronroos menegaskan bahwa

pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga

pemasaran internal dan pemasaran interaktif.Dan begitu dalam strategi

pemasaran pendidikan haruslan menerapkan tiga model pemasaran jasa yang

diungkapkan oleh Gronroos tersebut dengan tujuan agar terjadi keserasian dan

bisa mencegah terjadinya kesalah pahaman antar komponen fungsi menajemen

dalam pendidikan tersebut. Model-model tersebut yaitu:

1. Pemasaran Eksternal

Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang

dilakukan oleh organisasi pendidikan dalam mempersiapkan produk,

menetapkan harga, melakukan distribusi informasi dan mempromosikan

produk jasa yang bernilai superior kepada para pelanggan dalah hal ini wali

murid. Bila ini bisa dilakukan dengan baik, maka para wali murid sebagai

pelanggan akan terikat dengan organisasi, sehingga keuntungan jangka

panjang bisa terjamin.

Page 26: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

25

2. Pemasaran Internal

Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban organisasi

dalam rangka melatih dan memotivasi para guru, karyawan dan para murid

sebagai asset utama organisasi agar dapat melayani para pelanggan dengan

baik. Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan atau reward

dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini membangkitkan

motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas, dan rasa memiliki setiap orang

dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memerikan kontribusi besar

bagi organisasi dan bagi pelanggan yang dilayani.

3. Pemasaran Interaktif

Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan

dalam hal ini para wali murid dengan para karyawan (guru dan staff) dan

juga dengan pemimpin organisasi (kepala sekolah). Diharapkan stiap sumber

daya manusiawi organisasi yang loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan

(empowered) dapat memberikan Total Quality Service kepada setiap

pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka pelanggan yang

puas akan menjalin hubungan berkesinambungan dengan personil dan

organisasi yang bersangkutan, dan bahkan bisa menjadi sarana dan media

pemasaran organisasi.

Macam-macam Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan

Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling berkaitan (Corey, Dolan,

1991), kelima elemen tersebut adalah:

1. Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai

dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran

yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.

2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang di jual, pembentukan lini

produk, dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini.

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai

Page 27: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

26

pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yang

ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Jadi,

produk bisa berupa manfaat tangible maupun manfaat intangible yang dapat

memuaskan pelanggan. Seperti dalam gambar di bawah ini:

Pemenuhan Kebutuhan

3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai

kunatitatif dari produk kepada pelanggan.Agar dapat sukses dalam

memasarkan suatu produk, organisasi pendidikan harus menetapkan

harga/biaya pendidikan secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur

pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi institusi

pendidikan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi informasi,

dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu

merupakan unsur pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah

dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen

terhadap system distribusi informasi.Harga dalam dunia pendidikan bisa

diungkapkan dengan berbagai istilah. Misalnya iuran SPP, komisi, gaji,

honorarium dan sebagainya. dalam pandangan konsumen, harga seringkali

digunakan sebagai indicator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan

dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk.

Sistem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang

dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan

menggunakannya.Strategi distribusi informasi berkenaan dengan penentuan dan

manajemen saluran distribusi dipergunakan oleh organisasi atau produsen untuk

memasarkan produk-produknya sehingga produk-produk tersebut dapat sampai

ditangan konsumen yang menjadi sasaran dalam jumlah dan jenis yang

dibutuhkan pada waktu yang diperulukan, dan tempat yang tepat. Berikut

beberapa strategi distribusi yang bisa digunakan antara lain:

a. Strategi Saluran Distribusi Berganda

Saluran distribusi yang berbeda mungkin dibutuhkan untuk

mencapai segemen-segmen pelanggan yang berbeda dalam pasar yang

Page 28: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

27

luas.Oleh karena itu beberapa perusahaan menerapkan strategi saluran

distribusi berganda (multiple channel strategy) yaitu penggunaan lebih dari

satu saluran yang berbeda untuk melayani beberapa segemen

pelanggan.Tujuannya dalah untuk memperoleh akses yang optimal pada

setiap segemen pelanggan.Dengan menerapkan strategi ini institusi

pendidikan dapat meningkatkan cakupan pasar, menurukan biaya saluran dan

lebih menyeragamkan penjualan.

b. Strategi Modifikasi Saluran Distribusi

Strategi modifikasi saluran distribusi (channel modification

strategy) adalah strategi mengubah susunan saluran distribusi yang ada

berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang.System distribusi memang perlu

secara terus-menerus ditinjau dan diatur kembali untuk menyesuaikan diri

dengan perkembangan keadaan di pasar.

c. Strategi Pengendalian Saluran Distribusi

Yang dimaksud dengan strategi pengendalian saluran distribusi

(channel control strategy) adalah menguasai semua anggota dalam saluran

distribusi agar dapat mengendalikan kegiatan mereka secara terpusat kearah

pencapaian tujuan bersama. Adapun tujuan dari strategi pengendalian saluran

distribusi adalah:

a. Untuk meningkatkan pengendalian

b. Memperbaiki ketidak efisienan

c. Mengetahui efektivitas biaya melalui kurva pengalaman

d. Mencapai skala ekonomis.

e. Strategi Manajemen Konflik Dalam Saluran Distribusi

Konsep system pada distribusi mensyaratkan adanya kerjasama antar

saluran meskipun demikian di dalam saluran selalu timbul struktur kekuatan

sehingga diantara anggota saluran sering terjadi gontok-gontokan .Konflik

tersebut dapat bersifat horizontal dan vertikal. Konflik juga dapat timbul antara

Page 29: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

28

saluran yang satu dengan saluran yang lain (dalam kasus organisasi menggunakan

lebih dari satu saluran distribusi) yang menjual produk yang sama atau yang

membawa informasi yang sama ke pasar sasaran yang sama.

Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal

selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation.

Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan disampaikan oleh penyampai

pesan kepada penenrima, pesan itu dapat berupa perasaan atau hasil pemikiran

sendiri, atau hanya penerusan dari perasaan atau hasil pemikiran ortang lain

dengan maksud untuk mengubah pengetahuan, ketrampilan dan atau sikap fihak

penerima pesan.

Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan,

permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan

hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara

kebutuhan, keinginan dan permintaan.Kebutuhan adalah suatu keadaan

dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak

yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih

mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik

yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.

C. Tinjauan Tentang Pemasaran

Dalam menambah kuantitas mahasiswa sebuah perguruan tinggi sangat

diperlukan adanya proses pemasaran yang baik. Pemahaman menurut Kottler

(2002 : 9), didefinisikan sebagai berikut :

Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain.

Dari definisi tersebut di atas, proses sosial menunjukkan peran

pemasaran dalam masyarakat untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan

keinginan konsumen akan suatu produk baik barang maupun jasa. Pada akhirnya

Page 30: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

29

peran pemasaran berusaha untuk menawarkan produk dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Definisi lain tentang pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses

perencanaan dan implementasi dari konsep, price, promosi, dan distribusi (ide,

produk, maupun jasa) sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk memuaskan

kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus” ( American Marketing

Assossiation / AMA dalam Fredy Rangkuti, 2002).

Hal tersebut serupa dengan definisi pemasaran menurut Swastha dan

Handoko (2000 : 4) yaitu : Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan

usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,

dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik

kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Berdasarkan definisi tersebut, pemasaran mencakup usaha perusahaan

yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu

dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga

produk yang sesuai, menentukan cara – cara promosi dan penyaluran produk

tersebut.

Seperti yang ditulis Fredy Rangkuti (2002) adalah : Tujuan dari kegiatan

pemasaran adalah :

1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan

perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang

dihasilkan.

2. Perusahaan dapat menjelaskan secar detail semua kegiatan yang

berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai

kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi

produk, pengiklanan produk komunikasi kepada konsumen, sampai

pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat “

Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menantang tiga

orientasi bisnis yaitu konsep produksi, konsep produk, dan konsep penjualan /

Page 31: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

30

menjual.Pemikiran dasar dari konsep pemasaran terwujud pada pertengahan tahun

1950-an.

Berdasar Kotler (2002, 22) konsep pemasaran menegaskan bahwa :

Kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan

tersebut harus menajdi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam

menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada

pasar sasaran yang terpilih .

Konsep pemasaran Kotler tersebut menekankan pada nilai pelanggan

yang harus dikomunikasikan kepada pasar sasaran dengan lebih efektif

dibandingkan dengan pesaing – pesaing lainnya.

Konsep pemasaran Kottler tersebut memiliki maksud yang hampir sama

dalam Kotler dan Gary Armstrong (2001 : 23) yang mengatakan bahwa : untuk

mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan

efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.

Konsep pemasaran memandang dari luar ke dalam.Konsep ini dimulai

dari pasar yang dikenal baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan,

mengkoordinasikan semua aktivitas pemasaran yang mempengaruhi pelanggan

dan membuat laba dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan

pelanggan berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran,

organisasi membuat apa yang diinginkan pelanggan, dan karenanya memuaskan

pelanggan dan menghasilkan laba.

Menurut Sofyan Assauri (1998 : 76) Konsep pemasaran adalah suatu

falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada keputusan

dan keinginan konsumen dengan didukung untuk kegiatan – kegiatan pemasaran

terpadu yang daiarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunsi

keberhasilan organisasi dalam usahanya, mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.Konsep pemasaran dibagi menjadi 4 unsur, yaitu :orientasi pada

Page 32: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

31

konsumen, kegiatan pemasaran yang terpadu, keputusan kosumen / pelanggan,

tujuan perusahaan jangka panjang

Konsep pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu

perusahaan harus dimulai dengan usaha mengenal dan memuaskan kebutuhan

konsumen.Konsep pemasaran berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang

berorientasi pada produk dan penjualan dimana konsep – konsep tersebut

berorientasi pada produk perusahaan dan meningkatkan kegiatan penjualan untuk

menaikkan volume penjualan yang menguntungkan.

Menurut konsep pemasaran, pengetahuan dan pemahaman terhadap

kebutuhan dan keinginan konsumen adalah dasar dalam membangun kepuasan

konsumen. Oleh karena itu, pemahaman akan perilaku konsumen sangat

diperlukan dalam pemasaran.

Menurut pengertian dari Philip Kottler dan GaryArmstrong (2001 :

195)Perilaku membeli konsumen (consumer buying behaviour) merujuk pada

perilaku membeli konsumen akhir – individu dan rumah tangga yang membeli

barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Dari pengertian tersebut perilaku membeli konsumen terfokus pada

konsumen akhir yang membeli produk barang maupun jasa untuk konsumsi

pribadi.Sedangkan menurut Michael R.Solomon dan Elnora W.Stuart (2003 : 161)

“Consumer behaviour is the process individuals or groups go through to select,

purchase, or use goods, ideas, or experiences to satisfy their needs dan desires.

Pengertian tersebut mengindikasikan agar pemasar mencoba untuk

mengenal bahwa pembuatan keputusan oleh konsumen merupakan sebuah proses

yang berkelanjutan.Selain pengertian tersebut, terdapat pula beberapa pengertian

mengenai perilaku konsumen, antara lain :

Menurut John C.Mowen dan Michael Minor (2002 : 6) Perilaku

konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman, serta ide – ide.

Page 33: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

32

Sedangkan berdasarkan David L. Louden dan Albert J. Della Bitta dalam

Husein Umar (2003 : 11)Perilaku konsumen dengan suatu proses pengambilan

keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang – barang dan jasa.

Pengertian perilaku konsumen menurut Nessim Hanna dan Richard

Wazniak dalam Husein Umar (2003 : 11) Perilaku konsumen merupakan suatu

bagian dari aktivitas – aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang

teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat dipergunakan sehingga ia

akhirnya menjadi konsumen.

Dari tiga pengertian perilaku konsumen dalam Husein Umar dapat

dikemukakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan nyata

individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi aspek eksternal dan internal

yang menyerahkan konsumen untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa

yang diinginkan.

Perilaku membeli sangat berbeda antara individu satu dengan lainnya

pada suatu produk.Perilaku pembelian berbeda untuk sebuah produk misalnya

pasta gigi, raket tenis, kamera mahal, mobil baru dan jenis produk lainnya.

Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak

yang terkait dan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak

pertimbangan.

Menurut Kottler dan Gary Armstrong (2001 : 219), terdapat tipe – tipe

perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan

di antara berbagai merek terdapat empat perilaku membeli konsumen yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Perilaku Membeli yang Kompleks (Complex Buying Behaviour)

Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika

benar – benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan –

pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan merek yang

lainnya.Konsumen mungkin terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang

Page 34: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

33

dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri.Biasanya, konsumen harus

banyak belajar mengenai kategori produk tersebut.

Pembeli ini akan melalui proses belajar mengenai kategori

produknya, sikap, kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan

masak- masak.

Dari pembahasan tersebut dapat dikemukakan bahwa perilaku

membeli yang kompleks merupakan perilaku membeli konsumen dalam

berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli,

dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antar merek yang satu

dengan yang lain.

2. Perilaku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan (Dissonance-

reducing buying behaviour)

Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika

konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang, dan beresiko,

tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merek – merek yang ada.

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidakcocokan

pasca pembelian (merasa tidak nyaman setelah membeli) ketika konsumen

menemukan kelemahan – kelemahan tertentu tentang merek yang dibeli atau

mendengar hal – hal bagus mengenai merek lain yang tidak dibeli.

Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan dapat dijelaskan

bahwa perilaku membeli konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan

konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek

– merek yang ada.

3. Perilaku Membeli karena Kebiasaan (Habitual Buying Behaviour)

Perilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi

keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.

Page 35: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

34

Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai suatu

merek, mengevaluasi sifat – sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan

yang berarti merek apa yang akan dibeli.

Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek,

konsumen memilih merek tersebut karena dikenal. Konsumen tidak terlalu

terlibat dengan produk, mungkin konsumen tidak akan mengevaluasi pilihan

bahkan setelah membeli.

4. Perilaku Membeli yang Mencari Variasi

Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi

dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun

perbedaan merek dianggap cukup berarti.Dalam kasus semacam ini,

konsumen seringkali berganti merek.

Konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian. Diperlukan

penyelidikan keputusan pembelian konsumen secara rinci untuk menemukan apa

yang dibeli konsumen, dimana konsumen membeli, kapan membeli, dan mengapa

konsumen sampai membeli. Mengetahui dan memahami pembelian aktual

konsumen dapat dipelajari, tetapi menyelidiki sebab – sebab perilaku membeli

tidak mudah karena jawabannya seringkali tersimpan dalam – dalam di kepala

konsumen.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan

psikologis.Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2001 : 196)Faktor – faktor

budaya memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen.

1. Faktor Budaya

a. Budaya (culture)

Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan

perilaku seseorang.Budaya merupakan susunan nilai – nilai dasar,

persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat

dari keluarga dan institusi penting lainnya.Menemukan produk baru yang

Page 36: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

35

diinginkan konsumen dapat dilakukan dengan berusaha selalu mencoba

menemukan pergeseran budaya.

b. Sub kebudayaan

Sikap kebudayaan mengandung sub kebudayaan (subculture)

yang lebih kecil, atau kelompok orang – orang yang mempunyai sistem

nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang

sama. Subkebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok, ras,

dan derah geografis. Banyak sub kebudayaan yang membentuk segmen

pasar penting, dan orang pemasaran seringkali merancang produk dan

program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

c. Kelas sosial (social culture)

Hampir setiap masyarakat memilki beberapa bentuk struktur

kelas sosial. Kelas – kelas sosial (social classes) adalah bagian – bagian

masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota –

anggotanya mempunyai nilai – nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama.

Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya

pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu kombinasi pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, kesejahteraan, dan variabel lainnya.Dalam

beberapa sistem sosial, anggota – anggota dan kelas – kelas yang berbeda

menggunakan aturan – aturan tertentu dan tidak dapat mengubah posisi

sosial masyarakat. Orang – orang dalam kelas sosial cenderung

menunjukkan perilaku membeli yang serupa.

2. Faktor – faktor Sosial

a. Kelompok acuan

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group)

kecil.Kelompok secara langsung mempengaruhi dan dimilki seseorang

disebut kelompok keanggotaan (membership groups).Beberapa di

antaranya adalah kelompok primer yang memiliki interaksi reguler tetapi

informal – seperti keluarga, teman – teman, tetangga, dan rekan

Page 37: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

36

sekerja.Beberapa di antaranya adalah kelompok sekunder, yang lebih

formal dan memiliki lebih sedikit interaksi reguler.Kelompok sekunder ini

mencakup organisasi – organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi

profesional, dan serikat buruh.

Kelompok acuan (reference group) berfungsi sebagai titik

banding / referensi langsung (tatap muka) atau tidak langsung yang

membentuk sikap maupun perilaku seseorang. Kelompok acuan

mengarahkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru,

mempengaruhi sikap dan konsep diri orang tersebut, dan memberikan

dorongan untuk menyesuaikan diri sehingga akan mempengaruhi pilihan

produk dan merek orang itu.

b. Keluarga

Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi perilaku

pembeli.Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat.

c. Peran dan status

Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat ditetapkan baik

lewat perannya maupun statusnya dalam organisasinya.Peran (role)

seseorang meliputi kegiatan – kegiatan yang diharapkan dilakukan

seseorang menurut orang – orang yang ada di sekitar individu tersebut.

Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan

yang diberikan oleh masyarakat.Seseorang seringkali memilih produk

yang menunjukkan status individu tersebut dalam masyarakat.

3. Faktor – faktor pribadi

a. Umur dan tahap siklus hidup

Seseorang mengubah barang dan jasa yang dibeli selama hidup

orang tersebut. Selera terhadap makanan, pakaian, meubel, dan rekreasi

seringkali berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap

Page 38: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

37

siklus hidup keluarga – tahap – tahap yang mungkin dilalui keluarga

sesuai dengan kedewasaan anggotanya.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang

dibelinya.Orang pemasaran mencoba mengidentifikasi kelompok –

kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata – rata lebih tinggi pada

barang dan jasa yang dihasilkan.Bahkan dapat berspesialisasi

menghasilkan prosuk – produkyang dibutuhkan satu kelompok pekerjaan

tertentu.

c. Situasi ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan

produknya. Pemasar mengamati tren pendapatan, tabungan pribadi, dan

tingkat bunga.Jika indikator – indikator ekonomi menunjukkan datangnya

resesi, orang pemasaran dapat mengambil langkah – langkah untuk

merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan kembali harga produk

dengan cepat.

d. Gaya hidup

Orang – orang yang berasal dari dari sub kebudayaan, kelas

sosial, dan pekerjaan dapat memiliki gaya hidup yang cukup berbeda.

Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan seseorang.Pemahaman

kekuatan – kekuatan ini dengan mengukur dimensi – dimensi AIO utama

kosnumen – activities (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatan

sosial), interest (makanan, mode, keluarga, rekreasi), dan opinions

(mengenai diri suatu individu, masalah – masalah sosial, bisnis,

produk).Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas

sosial ataupun kepribadian seseorang.Gaya hidup menampilkan pola

perilaku seseorang dan interaksinya di dunia.

e. Kepribadian dan konsep diri

Page 39: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

38

Kepribadian tiap orang yang bebeda mempengaruhi perilaku

membelinya. Kepribadian (personality) adalah karakteristik psikologis

yang unik, yang mengahsilkan tanggapan yang relatif konsisten dan

menetap (lasting) terhadap lingkungan seseorang.Kepribadian biasanya

diuraikan berdasarkan sifat – sifat seseorang seperti kepercayaan diri,

dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, mempertahankan diri,

kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian dapat berguna

untuk menganalisis perilaku konsumen atas suatu produk maupun pilihan

merek.

Orang pemasaran menggunakan konsep yang berhubungan

dengan kepribadian – konsep diri seseorang. Dasar pemikiran konsep diri

adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan

mencerminkan identitas orang tersebut ; bahwa, “individu adalah apa

yang individu punya”. Jadi, untuk memahami perilaku konsumen, orang

pemasaran pertama kali harus memahami hubungan antara konsep diri

konsumen dengan apa yang dimilikinya.

4. Faktor – faktor psikologis

a. Motivasi

Seseorang mempunyai kebutuhan pada suatu saat.Ada kebutuhan

biologis, yang muncul dari keadaan yang memaksa seprti rasa lapar, haus,

atau merasa tidak nyaman.Kebutuhan lainnya bersifat psikologis, muncul

dari kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki. Kebanyakan

kebutuhan ini tidak akan cukup kuat untuk memotivasi orang tersebut

untuk bertindak pada suatu waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi

motif apabila dirangsang sampai suatu tingkat intensitas yang mencukupi.

Sebuah motif atau dorongan adalah kebutuhan yang secara cukup

dirangsang untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan.

b. Persepsi

Page 40: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

39

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana

cara seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi

tertentu. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi yang

sama mungkin mengambil tindakan yang jauh berbeda karena dua orang

tersebut memandang situasi secara berdeda. Adanya perbedaan pandangan

dari orang – orang untuk suatu situasi yang sama, dikarenakan semua

orang belajar melalui arus informasi yang melewati lima alat indera :

pelihat, pendengar, pencium, peraba, dan pengecap. Namun, masing –

masing individu menerima, mengatur, dan menginterpretasikan informasi

sensor syaraf ini dengan cara sendiri – sendiri.

Persepsi (perception) adalah proses di mana seseorang memilih,

mengatur, dan mengintepretasikan informasi untuk membentuk gambaran

yang berarti mengenai dunia.

c. Pembelajaran

Ketika seseorang melakukan tindakan, orang tersebut

belajar.Pembelajaran (learning) menggambaran perubahan perilaku

individu yang muncul karena pengalaman.Hampir semua perilaku manusia

berasal dari belajar. Proses belajar berlangsung melalui drive (dorongan),

stimuli (rangsangan), clues (petunjuk), responses (tanggapan), dan

reinforcement (penguatan), yang saling mempengaruhi.

d. Keyakinan dan sikap

Dengan melakukan dan lewat pembelajaran, orang – orang

mendapatkan keyakinan dan sikap.Pada gilirannya, kedua hal ini

mempengaruhi perilaku membeli orang - orang.Suatu keyakinan (belief)

adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu.Orang pemasaran

tertarik pada keyakinan yang dirumuskan seseorang mengenai barang dan

jasa tertentu, karena keyakinan ini menyusun citra produk yang

mempengaruhi perilaku membeli.

Page 41: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

40

Orang – orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian,

musik, makanan, dan hampir setiap hal lainnya. Sikap (attitude)

menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif

konsisten dari seseorang atas sebuah obyek atau gagasan. Sikap

menempatkan seseorang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai suka

atau tidak sukanya akan sesuatu, mendekati atau menjauhi sesuatu.

Sikap sulit diubah. Sikap seseorang mengikuti suatu pola, dan

untuk mengubah satu sikap saja mungkin memerlukan penyesuaian yang

akan menyulitkan dengan sikap lainnya.

Disamping beberapa masalah diatas, yang sangat penting diperhatikan

adalah segmentasi paasar.Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk

meningkatkan ketepatan pemasaran. Menurut Fandy Tjiptono (2001), segmentasi

adalahProses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat

heterogen ke dalam beberapa segmen, dimana masing – masing segmennya

cenderung bersifat homogen dalam segala aspek.

Segmentasi memegang peranan yang krusial bagi suatu organisasi. Seperti

yang diungkapkan Hermawan Kartajaya (2002 : 375) Segmentasi berperan krusial

, karena beberapa alasan berikut :

Pertama, secara umum, segmentasi memungkinkan kita lebih fokus dalam

mengalokasi sumber daya.Dengan mengkonsentrasikan diri ke segmen – segemen

yang kita bidik tersebut, keseluruhan alokasi sumber daya akan lebih fokus dan

terarah. Kita juga memiliki kemampuan lebih baik dalam melayani dan

memuskan pelanggan, dan pada gilirannya, kita akan mampu mendominasi

segemn tersebut. Disamping itu, segmentasi juga memungkinkan kita lebih jelas

dalam melihat kompetisi dan menetapkan posisi pasar.

Kedua, Segmentasi merupakan simpul dari penentuan keseluruhan

startegi, taktik, dan value organisasi. Segmentasi yang diikuti oleh pemilihan

segmen – segmen yang akan dijadikan target pasar organisasi, menjadi acuan dan

landasan bagi penetapan positioning.

Page 42: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

41

Ketiga, Segmentasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan

persaingan dengan melihat pasar dari sudut yang unik dan dengan cara yang

berbeda dari para pesaing.

Dari pernyataan Hermawan Kartajaya tersebut dapat dikemukakan bahwa

segala aktivitas bisnis maupun non bisnis, diperlukan adanya segmentasi pasar

sasaran.Hal tersebut diperlukan untuk lebih memfokuskan dalam setiap aktivitas

pemasaran yang dilakukan oleh suatu organisasi, agar berjalan efektif dan efisien.

Segmentasi pasar memiliki variabel segmentasi utama, seperti yang

diungkapkan Kottler (2002 : 300) bahwa : Variabel segmentasi utama adalah :

a. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit –

unit geografis yang berbeda seperti negara bagian, wilayah, propinsi, kota,

atau lingkungan rumah tangga. Perusahaan dapat memtuskan untuk beroperasi

dalam satu atau sedikit wilayah geografis dalam seluruh wilayah tetapi

memberikan perhatian pada variasi lokal.

b. Segmentasi Demografis

Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok –

kelompok berdasarkan variabel – variabel demografis seperti usia, ukuran

keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan,

pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.

c. Segmentasi Psikografis

Pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya

hidup atau kepribadian akan nilai. Orang – orang dalam kelompok demografis

yang sama dapat menunjukkan gambaran psikogrfis yang sangat berbeda.

d. Segmentasi Perilaku

Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok –

kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan mereka

terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel perilaku –

Page 43: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

42

kejadian, manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap

kesiapan pembeli, dan sikap – merupakan titik awal terbaik dalam

menentukan segmen pasar.

D. Teori Motivasi

Motivasi mulai timbul sebagai akibat interaksi dari invidu dan

situasi.Motivasi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seorang

konsumen.Faktor – faktor yang membentuk motivasi ada yang berasal dari

internal dan eksternal individu. Seperti yang dikemukakan Stephen P.Robbins

(1996 : 201) dalam teori motivasi-higiene, yaitu : teori motivasi 2 faktor yang

menyatakan bahwa faktor – faktor intrinsik dihubungkan dengan kepuasan kerja

sementara faktor – faktor ekstrinsik dikaitkan dengan ketidakpuasan. Faktor

intrinsik seperti prestasi, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan

dan pertumbuhan dikaitkan dengan kepuasan kerja. Di pihak lain faktor – faktor

ekstrinsik seperti timbulnya kebijakan dari pimpinan perusahaan, penyeliaan,

hubungan antar pribadi, dan kondisi kerja dikaitkan dengan ketidakpuasan.

Secara historis teoritisi motivasi umumnya telah mengandaikan bahwa

motivasi intrinsik seperti misalnya prestasi, tanggung jawab, dan kompetensi

tergantung pada motivator ekstrinsik seperti upah, promosi, hubungan penyelia

yang baik dan kondisi kerja yang menyenangkan, artinya rangsangan dari satu

tidak akan mempengaruhi yang lain. Sehingga berdasarkan teori yang telah

dikemukakan tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi sebenarnya ada yang

berasal dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik).

Page 44: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

43

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitain ni dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Samarinda yang beralamat di Jl. K.H. Abul Hasan no. 03 Samarinda.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN) Samarinda memiliki

perjalanan sejarah yang cukup panjang hingga sampai seperti sekarang ini. Rangkaian

sejarah berdirinya STAIN Samarinda dimulai pada tanggal 18 Agustus 1963, dimana

Gubemur KDH. TK. I Kalimantan Timur, meresmikan berdirinya Sekolah Persiapan

Institut Agama Islam Kalimantan Timur, yang pengelolaannya dipercayakan kepada

tim (Presidium) yang terdiri dari 5 orang dan diketuai oleh Syahidin, BA.

Perkembangan selanjutnya adalah dengan berbekal beberapa surat dukungan

dari Sekolah Normal Islam, PGAN 6 tahun, dan Sekolah Muslimat Samarinda, tim

melaporkan pendirian SPIAIN kepada Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen

Agama Republik Indonesia melalui surat No. 17/Lap/1963 tertanggal 19 Agustus 1963

dan mendapat sambutan positif dari pihak Departemen Agama Republik Indonesia.

Pada tanggal 19 Oktober 1963 diadakan rapat yang dipimpin oleh H. Ahmad

Yusuf, dengan kesimpulan antara lain menyangkut pembentukan panitia penegerian

SPIAI Kalimantan Timur dan persiapan pendirian Fakultas Tarbiyah IAI Kalimantan

Timur. Akhirnya pada tanggal 17 September 1964 diresmikan penegerian SPIAIN

Kalimantan Timur oleh Dr. H.A. Mukti Ali, MA atas nama Menteri Agama Republik

Indonesia, yang pengelolaannya dipercayakan kepada IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Untuk selanjutnya induk pengelolaan SPIAIN dipindahkan ke IAIN

Antasari dan terakhir ke IAIN Sunan Ampel. (sekitar bulan Juli 1967). Pada tahun

1976 secara resmi SPIAIN Sunan Ampel Samarinda dilebur menjadi Madrasah Aliyah

Negeri (MAN I sekarang).

Bersamaan dengan usaha penegerian SPIAI, timbul gagasan untuk

mendirikan Fakultas Islam swasta yang secara resmi dibuka sesuai Surat Keputusan

Page 45: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

44

Panitia Pembukaan Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim, Nomor: 25/PN/1964 tanggal 17

September 1964. Pimpinan Fakultas waktu itu dipercayakan kepada Letkol Ngadio.

Kuliah perdana dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 1964. Setelah berjalan

selama 1 tahun, panitia menyampaikan laporan tentang perkembangan dan persiapan

penegerian Fakultas Tarbiyah IAI Kalimantan Timur kepada Biro Perguruan Tinggi

Agama Departemen Agama Republik Indonesia. Setelah melalui perjuangan akhirnya

terbit Nota Persetujuan dari pihak Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama

Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa pada prinsipnya Direktorat Perguruan

Tinggi Agama Departemen Agama Republik Indonesia menyetujui penegerian

Fakultas Tarbiyah IAI.

Di samping mendapat persetujuan dari pihak Direktorat, panitia juga

memperoleh persetujuan dari Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang

dituangkan dalam surat Nomor: 435/BR/A/65 tertanggal 27 Oktober 1965 dengan saran

antara lain agar panitia membina kerja sama dengan Pemerintah Daerah Tk. I dan

segera membentuk Yayasan Badan Wakaf untuk menanggulangi keperluan finansial

selanjutnya.

Memperhatikan surat Rektor IAIN Sunan Kalijaga tersebut di atas, maka

dibentuklah Yayasan Badan Wakaf Fakultas Tarbiyah pada bulan Nopember 1965

dengan menempatkan A. Muis Hasan (Gubernur Kalimantan Timur) sebagai Ketua

Umum. Selanjutnya pada tanggal 1 April 1966 Yayasan Badan Wakaf mengadakan

penyempurnaan kepengurusan, meskipun tetap mempertahankan A. Muis Hasan

sebagai Ketua Umum. Setelah berjalan beberapa bulan ternyata Hamri Has, BA

mendapat panggilan tugas belajar ke IAIN Sunan Ampel di Malang. Oleh panitia

penegerian diangkatlah H.A. Sani Karim sebagai Pimpinan Fakultas yang baru sesuai

dengan SK No. 024/PP/Kab.a/68 tertanggal 1 Januari 1968.

Sementara itu di dalam tubuh yayasan pun terjadi perubahan yang merupakan

hasil keputusan rapat pengurus pada tanggal 16 Juni 1968. Untuk periode ini Ketua

Umum Yayasan dipercayakan kepada H.A.P. Aflous dan Syahidin, BA sebagai

Sekretaris Umum. Keinginan untuk menegerikan Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim terus

memotivasi panitia untuk melakukan berbagai pendekatan, dan akhirnya melalui SK.

Rektor IAIN Sunan Ampel tanggal 8 Juli 1968 dengan Nomor: 1301/k/24

Page 46: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

45

B/D/RcISA/1968 diperoleh informasi bahwa Menteri Agama telah merestui keinginan

panitia.

Akhirnya pada bulan Nopember 1968 secara resmi Fakultas Tarbiyah IAl

Kalimantan Timur dijadikan Fakultas Tarbiyah IAIN di bawah asuhan IAIN Sunan

Ampel Surabaya, dengan SK Menteri Agama RI No. 167/1968. Pimpinan Fakultas

waktu itu dipercayakan pada Drs. Tengku Rasyid Hamzah sebagai Pj. Dekan.

Periode kepemimpinan sejak 1968 1999 terjadi beberapa kali perubahan dan

pergantian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf maupun pimpinan Fakultas. Yayasan

Badan Wakaf dibawah pimpinan H.A. P. Afloes dapat bekerja hingga tahun 1975,

demikian juga dengan kepemimpinan Fakultas di bawah pimpinan Drs. Tengku Rasyid

Hamzah.

Kemudian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf untuk periode 1976 1982

dipercayakan kepada H.M. Kadri Oening sebagai Ketua Umum dibantu beberapa

Ketua, Sekretaris dan jajaran pengurus lainnya. Dan pada periode berikutnya (1983

sekarang) kepengurusan Yayasan dipercayakan kepada H. Saleh Nafsi, SH untuk

memimpinnya.

Didalam tubuh fakultas terdapat perubahan struktur kepemimpinan yang

mendasar. Selama tiga periode berturut-turut sejak 1975 – 1983 jabatan Dekan

dipercayakan pada Drs. H.M. Yusuf Rasyid, kemudian periode 1983-1988 dijabat oleh

Drs. H. Sabran Djailani. Sedangkan selama dua periode berikutnya (1988-1997)

jabatan Dekan dipegang oleh Drs. H. Nukthah Arfawie Kurde. Selanjutnya, Drs. H.M.

Yusuf Rasyid menjabat lagi sebagai Dekan, walaupun hanya beberapa bulan lamanya.

Pada periode ini terjadi alih status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda

menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda, tepatnya tanggal

16 Juni 1997 sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden RI. Nomor 11 Tahun

1997 dan Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 312 Tahun 1997.

Pada periode alih status ini pimpinan STAIN dipercayakan kepada Drs. H.

Nukthah Arfawie Kurde, SH. M.Hum yang sempat menjabat selama dua tahun,

kemudian jabatan Ketua dipercayakan kepada Prof. Dr. Hj. Siti Muri’ah (1999-2004),

Prof. Dr. Fahmi Arif (2004-2006), Prof. Dr. Abdul Hadi, MA (2006-2009), Dr. H. Hadi

Mutamam, M. Ag (2009-2012) dan saat ini STAIN Samarinda dipimpin oleh Dr. H.M.

Ilyasin, M. Pd.

Page 47: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

46

B. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi Perguruan Tinggi Islam unggulan dan terdepan dalam pengkajian

dan pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya keislaman.

2. Misi

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan, seni dan budaya keislaman yang relevan

dengan perkembangan dan kebutuhan masyarkat

b. Membangun tradisi akademik yang kuat dan mengakar

c. Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, skill dan sikap

bermasyarakat yang professional

d. Mendidik mahasiswa berfikir, bersikap kritis dan kreatif

e. Mendidik mahasiswa memiliki kemantapan aqidah dan keangunan moral

f. Mendidik mahasiswa untuk mampu mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman

dalam kehidupan praktis bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Dari visi dan misi tersebut, STAIN Samarinda mengharapkan memiliki

mahasiswa yang berkualitas dan memiliki hal-hal sebagai berikut :

1. Memiliki performance sebagai calon pemimpin umat yang ditandai dengan :

kesederhanaan, kerapian dan penuh percaya diri

2. Disiplin dan memiliki dedikasi tinggi

3. Haus dan cinta ilmu pengetahuan

4. Memiliki keberanian

5. Kreatif, inivatif dan berpandangan jauh ke depan

6. Peka terhadap permasalahan di lingkungannya

7. Mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan segala permasalahan

8. Mampu berkomunikasi dengan dunia luar, nasional maupun internasional

9. Mencerminkan pribadi seorang yang memiliki kemantapan aqidah dan kedalaman

spiritual, keanggunan moral dan kedalaman ilmu

10. Mau belajar dan menekuni profesi yang bermanfaat dalam kehidupan

Page 48: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

47

Dengan ketersediaan mahasiswa seperti di atas, maka diharapkan lulusan atau

alumni dariSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda adalah sebagai

berikut:

1. Memiliki kemantapan aqidah

2. Berakhlaq mulia

3. Intelektual dan professional

4. Mandiri

5. Siap berkompetisi dengan lulusan perguruan tinggi lain

6. Mampu memimpin dan menggerakkan umat

7. Bertanggung jawab dalam mengembangkan syari’at Islam

8. Berjiwa besar, peduli dan gemar berkoran untuk kemajuan bangsa, negara dan

agama

9. Mampu menjadi teladan bagi masyarakat di lingkungannya.

C. Jurusan Dakwah dan Komunikasi

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda memiliki 3 (tiga)

Jurusan dan 12 Program Studi serta 1 Program Pascasarjana, yaitu jurusan Tarbiyah,

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Jurusan Dakwah dan Komunikasi.Jurusan

Tarbiyah memiliki 7 Program Studi dan 1 Program Pascasarjana yaitu Program Studi

Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI),

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Program Studi Pendidikan Bahasa

Arab (PBA), Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Program

Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam

mempunyai 4 Program Studi, yaitu Program Studi Muamalah (MUA), Program Studi

Akhwal al Syakhsiyyah (AHS), Program Studi Ekonomi Syariah (ES). Jurusan

Dakwah mempunyia 2 Program Studi, yaitu Program Studi Manajemen Dakwah (MD)

dan Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).

Jurusan Dakwah merupakan adalah bagian dari pilar Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Samarinda Kalimantan Timur.Jurusan ini didirikan untuk

menjawab tantangan pembangunan secara keseluruhan dimana Kalimantan Timur pada

Page 49: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

48

khususnya sedang berbenah diri dalam menata kehidupan masyarakatnya, melalui

pelaksanakan pembangunan yang bersifat menyeluruh, baik yang bersifat material

maupun immaterial, jasmani maupun rohani dalam seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Salah satu bidang yang penting dalam pelaksanaan pembangunan adalah

pembangunan bidang spiritual (keagamaan), yang berkaitan dengan pembangunan

mentalitas, moralitas dan spiritual masyarakat.

Salah satu upaya dalam membangun mentalitas dan spiritual masyarakat

melalui kegiatan-kegitan keagamaan (Dakwah). Dakwah sebagai sebuah misi

perjuangan dan pergerakan umat Islam, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

ajaran Islam dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengembangan umat.

Pembinaan berarti suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan hal-hal yang

telah ada sebelumnya, sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah

pada pembaharuan dan pengadaan sesuatu yang belum ada.

Berdasarkan hakekat dakwah Islamiyah tersebut, maka keberadaan agama

sangat diperlukan sekali dalam mengadakan perubahan atau transformasi sosial.

Agama melalui kegiatan dakwah memberikan peran yang sangat penting terhadap

pelaksanaan pembangunan masyarakat. Melalui dakwah, peran dan fungsi agama

dalam masyarakat menjadi lebih optimal, terutama dalam mendorong terjadinya

perubahan sosial. Oleh karena itu kegiatan dakwah harus senantisa di kelola dengan

baik, sehingga dakwah dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu adanya sebuah lembaga yang yang

diharapkan mampu menjadi wadah dan pusat kajian keilmuan dalam mengorganisir

kegiatan-kegiatan dakwah, memanaj kegiatan dakwah, baik yang dilakukan secara

individual maupun yang dilakukan oleh organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga

keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah.

Secara terperinci, alasan didirikannya Jurusan Dakwah yang memiliki Program

Studi Manajemen Dakwah (MD) dan Program StudiKomunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI) adalah: (1) ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa; (2) sebagai bentuk

tanggung jawab akademik sebagai lembaga pendidikan tinggi agama Islam untuk

mengembangkan kajian dan menyelenggarakan pendidikan dalam bidang Ilmu

Kedakwahan, karena dakwah merupakah bagian penting dalam syiar Islam dan dakwah

merupakan sarana penyampaian risalah Islamiyyah kepada umat manusia; (3)

Page 50: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

49

Manajemen Dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam termasuk bidang keilmuan yang

sangat penting karena terkait dengan cara (metode) penyampaian risalah agama Islam,

sementara dalam kenyataannya umat manusia, termasuk umat Islam masih

membutuhkan tabligh ajaran agama Islam; (4) Keahlian (kompetensi) dalam wilayah

Ilmu Kedakwahan, khususnya dibidang Manajemen Dakwh dan Komunikasi dan

Penyiaran Islam masih banyak dibutuhkan di masyarakat; (5) lapangan pekerjaan bagi

keahlian Manajemen Dakwah dan Komunikasi dan Penyiaran Islam masih banyak,

seperti menjadi menjadi manajer (pimpinan) lembaga-lembaga dakwah Islam, da’i,

penyuluh, konsultan, pekerja sosialjurnalis, Islamic public relation, penyuluh,

konsultan, pekerja sosial dll.; (6) di Wilayah Kaltim belum ada perguruan tinggi yang

membuka Prodi KPI ini.

Jumlah mahasiswa Jurusan Dakwah dari tahun ke tahun juga mengalami pasang

surut. Sampai saat ini jumlah mahasiswa yang ada di Jurusan Dakwah menduduki

peringkat ketiga atau yang paling sedikit dibandingkan jurusan-jurusan lain di STAIN

Samarinda.

1. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

a. Visi

Menjadi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam yang unggul dan

terdepan dalam membentuk jurnalis dan konsultan agama yang kompeten di

Kalimantan tahun 2021.

Adapun penjelasan istilah-istilah kuncinya adalah:

1) Ungguladalah memiliki beberapa unsur kelebihan dalam prosesnya yang

meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan

pengabdian pada masyarakat. Unggul juga terkait dengan hasil yang ingin

dicapai dari proses tersebut, yaitu mutu lulusan, dan kebermakanaan

lulusan dalam masyarakat.

2) Terdepan, artinya yang terkemuka dan diperhitungkan. Istilah ini

mengandung pengertian perbandingan dengan yang lainnya. Terdepan ini

menjadi inovator, creator dan inspirasi dalam proses dan hasil yang

diinginkan.

Page 51: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

50

3) Pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam,

maksudnya semua aktiftas ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari,

mendalami, mengkritisi, dan mengembangkan di sekitar ilmu penyiaran,

kemunikasi, yang banyak diperlukan dalam kehidupan umat.

4) Di Kalimantan, maksudnya diantara PTAI-PTAI yang ada di lima propinsi,

yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan. Untuk visi ini sengaja

dikembangkan skala wilayahnya dari yang hanya lingkup Kaltim menjadi

Kalimantan. Alasannya adalah karena di Kaltim STAIN Samarainda

adalah satu-satunya PTAIN.

b. Misi

1) Mengembangkan keilmuan komunikasi dan penyiaran Islam dalam

mencetak intelektual muslim yang tanggap terhadap perkembangan

zaman.

2) Menyelengarakan program pendidikan setingkat strata 1 (S1) berbasis

keimanan, ketaqwaan, dan akhlakul karimah dengan dukungan teknologi

informasi, jaringan kerja sama, dan keterampilan berkomunikasi.

3) Mengusahakan dan menyediakan sarana dan lingkungan pendidikan yang

kondusif bagi kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

4) Mencetak calon da'i dan jurnalis yang mampu menyiarkan Islam dalam

berbagai media.

c. Tujuan

Adapun tujuan Prodi KPI adalah:

1) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berlandaskan iman, ilmu,

dan amal dalam melaksanakan tugas-tugas penelitian, aplikasi, dan

pengembangan ilmu-ilmu keislaman.

2) Menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang penyiaran

Islam sebagai upaya meningkatkan kualitas umat Islam dan menunjang

pembangunan di bidang penyiaran.

3) Selalu mempunyai motivasi tinggi untuk meningkatkan kompetensi dalam

penyiaran Islam.

Page 52: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

51

4) Mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang penyiaran Islam.

5) Menghasilkan tenaga da'i, jurnalis, dan public releations yang dapat

mengelola dan memberikan layanan kepada masyarakat tentang Agama

Islam.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Prodi Manajemen Dakwh (MD)

a. Visi

Menjadi Program Studi yang unggul dan terdepan dalam

pengembangan manajemen dakwah melalui kegiatan pendidikan dan

pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat di Kalimantan tahun

2021.

Adapun penjelasan istilah-istilah kuncinya adalah:

1) Ungguladalah memiliki beberapa unsur kelebihan dalam prosesnya yang

meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan

pengabdian pada masyarakat. Unggul juga terkait dengan hasil yang

ingin dicapai dari proses tersebut, yaitu mutu lulusan, dan

kebermakanaan lulusan dalam masyarakat.

2) Terdepan, artinya yang terkemuka dan diperhitungkan. Istilah ini

mengandung pengertian perbandingan dengan yang lainnya. Terdepan ini

menjadi inovator, creator dan inspirasi dalam proses dan hasil yang

diinginkan.

3) Pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Manajemen Dakwah,

maksudnya semua aktiftas ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari,

mendalami, mengkritisi, dan mengembangkan di sekitar ilmu dakwah

yang banyak diperlukan dalam kehidupan umat.

4) Di Kalimantan, maksudnya diantara PTAI-PTAI yang ada di lima

propinsi, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan. Untuk visi ini

sengaja dikembangkan skala wilayahnya dari yang hanya lingkup Kaltim

menjadi Kalimantan. Alasannya adalah karena di Kaltim STAIN

Samarainda adalah satu-satunya PTAIN.

b. Misi Prodi Prodi

Page 53: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

52

1) Mengembangkan ilmu dakwah khususnya dalam bidang manajemen

dakwah melalui kegiatan penelitian , pengkajian dan pelatihan bagi

mahasiswa.

2) Mengembangkan keilmuan dan penelitian dalam bidang manajemen

dakwah khususnya dalam pemetaan dan penataan dakwah sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

3) Menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam

memanaj kegiatan dakwah, sehingga dakwah dapat berjalan efektif dan

efisien sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masyarakat.

4) Menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan dalam memanaj

oraganisasi-organisasi sosial keagamaan/ lembaga-lembaga keagamaan

sebagai wadah dalam pengembangan dakwah dan masyarakat.

c. Tujuan

1) Tujuan Khusus:

(1) Meningkatkan pemahaman bagi para mahasiswa mengenai teori-teori

yang berkaitan dengan ilmu dakwah, manajemen dakwah,

manajemen lembaga sosial, problem-problem sosial dan

pengembangan model dakwah bagi masyarakat

(2) Melaksanakan penelitian dan pengkajian masalah-masalah sosial dan

oraganisasi-organisasi sosial keagamaan sebagai obyek kajian dalam

pengembangan dakwah

(3) Mendidik dan melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan teoritis

dan praktis dalam penelitian yang berorientasi pada pengembangan

dakwah.

(4) Mengembangkan model-model dakwah melalui kajian-kajian teoritis

dan penelitian lapangan untuk pengembangan dakwah.

2) Tujuan Umum:

Page 54: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

53

Melahirkan sarjana muslim yang memiliki kemampuan akademis

yang berakahlak mulia, berwawasan kebangsaan, dan memiliki integritas

tanggung jawab dalam mengembangkan dakwah khususnya dalam

bidang manajemen dakwah, sehingga dakwah dapat berjalan sesuai

dengan rencana dan kebutuhan masyarakat.

D. Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda merupakan jurusan yang

paling sedikit jumlah mahasiswanya dibandingkan dengan jurusan Tarbiyah dan

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam.Sampai saat ini, jumlah mahasiswa Jurusan

Dakwah dan Komunikasi adalah sebanyak 173 mahasiswa .berikut data jumlah

mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi dari angkatan 2008/2009 sampai dengan

angkatan 2013/2014.

Tabel 1. Data Mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi

No Angkatan

Program Studi

Jumlah

Manajemen Dakwah Komunikasi Penyiaran

Islam

1 2008/2009 9 7 16

2 2009/2010 16 4 20

3 2010/2011 25 6 31

4 2011/2012 42 9 51

5 2012/2013 26 4 30

6 2013/2014 17 8 25

Total 173

Dibandingkan dengan jumlah mahasiswa jurusan Tarbiyah, maka jumlah

mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi sangat jauh tertinggal.Jika dibandingkan

dengan jumlah mahasiswa jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, mahasiswa Jurusan

Page 55: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

54

Dakwah dan Komunikasi juga masih tertinggal.Keterbatasan jumlah mahasiswa

Dakwah dan Komunikasi ini diantaranya disebabkan oleh kurangnya minat calon

mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi pada saat penerimaan atau

seleksi calon mahasiswa baru.

Sebelum membahas latar belakang atau alasan yang mempengaruhi mahasiswa

memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, maka penulis akan

melakukan analisis SWOT terhadap keberadaan Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda. Minat mahasiswa memilih jurusan Dakwah dan Komunikasi akan dianalisis

berdasarkan analisis SWOT, dengan melihat kepada kekuatan (strength), kelemahan

(weakness), peluang (opportunity) dan tantangan/ancaman (threat) ke depan.

1. Kekuatan

Kekuatan yang dimiliki oleh jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda terletak pada beberapa aspek:

Pertama, dari segi kelembagaan, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda merupakan perguruan tinggi agama Islam negeri satu-satunya

di Kalimantan Timur. Karena menjadi perguruan tinggi agama Islam

negeri satu-satunya di Kalimantan Timur, seharusnya Jurusan Dakwah

dan Komunikasi khusunya dan STAIN Samarinda pada umumnya tidak

terlalu susah untuk menjaring mahasiswa.

Kedua,Mayoritas penduduk Kalimantan Timur adalah beragama Islam. Oleh sebab

itu, keberadaan jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tentu

akan lebih strategis dalam berbagai pertimbangan.

Ketiga,keadaan penduduk Kalimantan Timur yang masih relatif lemah atau kurang

dalam hal pengetahuan agama. Hal ini seharusnya menjadi lahan yang

strategis bagi calon-calon da’i dan aktifis dakwah lainnya, karena

mayoritas masyarakat Kalimantan Timur masih sangat membutuhkan

aktifis-aktifis dakwah atau da’i.Ini juga dapat bermakna bahwa lapangan

pekerjaan atau profesi sarjana-sarjana dakwah dan komunikasi masih

terbuka luas.

Page 56: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

55

Keempat, dari segi harapan masyarakat Kalimantan Timuryang masih

memerlukan figur-figur da’i atau aktifis dakwah yang handal dalam

menyikapi permasalahan sosial keagamaan. Artinya, di tengah seringnya

muncul permasalahan sosial keagamaan di tengah masyarakat sarjana

Dakwah dan Komunikasi sering dijadikan tempat untuk mengadu,

meminta pendapat dan lain-lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa

keberadaan STAIN Samarinda pada umumnya dan Jurusan Dakwah dan

Komunikasi pada khususnya sebagai kelembagaan masih diperhatikan,

masih diharapkan perannya untuk merespon dan mengatasi suatu masalah

keagamaan. Kenyataan demikian dapat dijadikan sebagai kekuatan oleh

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda bahwa kehadirannya

masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda juga dapat menjadikan semua ini sebagai

posisi tawar kepada masyarakat dan pihak terkait, bahwa apa yang

dilakukan oleh Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindauntuk

menyikapi keadaan social keagamaan dan keinginan masyarakat, dan

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindadapat diartikan

sebagai perwujudan dari masyarakat (umat) berkewajiban untuk

memenuhi kehendak masyarakat tersebut. Kehendak masyarakat

dimaksud, tentu dalam konteks dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar.

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda di atas dapat dijadikan modal potensial untuk memajukan dan

mempertajam kiprah Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda

sehingga Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda menjadi lembaga

yang disegani dan terasa manfaatnya di tengah msyarakat. Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda tidak boleh ragu, karena ternyata dukungan para

pihak, termasuk masyarakat sesungguhnya besar.

2. Kelemahan

Kelemahan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda

selama ini terletak pada:

Pertama, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindamerupakan

perguruan tinggi agama Islam negeri yang oleh sebagian masyarakat

Page 57: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

56

masih dipandang sebelah mata dan dianggap kurang dapat bersaing

dengan perguruan-perguruan tinggi umum. Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda masih dianggap sebagai perguruan tinggi

biasa dan tidak mempunyai prosfek yang cerah kedepannya.

Kedua, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindamasih berstatus

Sekolah Tinggi, sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda merupakan

lembaga pendidikan yang kurang bonafit, berbeda halnya manakala

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda sudah beralih status

menjadi IAIN ataupun UIN.

Ketiga, sepak terjang atau gaung dari Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda selama ini masih belum banyak mewarnai masyarakat

Kalimantan Timur.Keberadaan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda seakan-akan tenggelam oleh perguruan-perguruan tinggi

lainnya yang ada di Kalimantan Timur, bahkan oleh beberapa perguruan

tinggi swasta.

Keempat, masih banyak masyarakat yang mengangggap bahwa sarjana-sarjana

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tidak mempunyai

peluang yang menjanjikan dalam hal lapangan pekerjaan.

3. Peluang

Peluang Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda untuk

berkembang cukup terbuka lebar. Hal ini karena:

Pertama,rata-rata kebijakan kepala daerah di Kalimantan adalah ingin

mewujudkan kehdupan masyarakat yang sejahtera, maju dan religius.

Seperti halnya visi dan misi Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk

Ishak, ingin menjadikan masyarakat Kaltimantan Timur maju dan

sejahtera, beriman dan bertaqwa tanpa kehilangan budayanya. Demikian

juga dengan Walikota Syahari Jaang, ingin mewujudkan masyarakat

Kota Samarinda yang relatif sama dengan visi dan misi gubernur.

Masyarakat religius yang ingin diwujudkan oleh para kepala daerah,

mengisyaratkan bahwa peran agama semakin diperkuat. Itu artinya peran

Page 58: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

57

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, tokoh-tokoh

agama, ulama dan organisasi keislaman juga semakin penting dan

dibutuhkan. Dalam kondisi demikian maka Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda semakin diakui dan dirasakan urgensi

keberadaannya. Lebih-lebih karena pemerintah daerah, melihat, lembaga

pendidikan Islam, para ulama sebagai pemimpin nonformal di tengah

masyarakat masih ditaati oleh sebagian besar masyarakat.

Tidak hanya sekadar menjadikan Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda sebagai penopang dan justifikasi kekuasaan, tetapi

pemerintah daerah juga memberi peluang bagi Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda untuk memperkuat kelembagaan dan

kehidupan beragama masyarakat lebih tajam lagi. Hal ini tampak dari

Pemerintah daerah yang memberikan dukungan dana bagi STAIN

Samarinda untuk pengembangan tersebut melalui APBD dan bantuan-

bantuan lainnya.

Kedua,Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda terbuka untuk

berkembang sampai ke desa-desa karena hampir di semua lingkungan

masyarakat terdapat para alumni STAIN Samarinda.Hal ini dimaksudkan

untuk memudahkan dalam koordinasi.

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda dituntut

untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk mengambil peran

secara lebih aktif di tengah masyarakat.Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda harus dapat mengayomi sekaligus mendampingi

masyarakat, sehingga di satu sisi masyarakat merasa terlindungi di segi

agama, dan di sisi lain masyarakat dapat menjalani kehdupannya dengan

selamat karena ada Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda

yang memberikan tuntunan dan arah menuju keselamatan.

4. Tantangan/ancaman

Ada beberapa tantangan atau ancaman yang patut diantisipasi oleh Jurusan

Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.

Page 59: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

58

Pertama, Kota Samarinda bersama dengan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur

seperti Balikpapan, Tarakan, Berau, Sangatta, Bontang, Tenggarong dan

sebagainya, merupakan kota dan daerah yang sangat terbuka.

Masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi. Banyak pendatang dari daerah

luas bahkan luar negeri yang berdatangan ke kota/daerah ini, baik untuk

sementara maupun menetap, disebabkan daya tarik ekonominya yang

tinggi dan kekayaan alamnya yang melimpah.

Keadaan ini berdampak pada terjadinya perubahan nilai, budaya dan

gaya hidup di tengah masyarakat. Di tengah masyarakat tampak gaya

hidup yang semakin bebas, individualistik, materialistik, konsumeristik

dan hedonistik, yang sebagiannya tidak sejalan dengan ajaran agama

bahkan bernuansa kemaksiatan. Kaum perempuan semakin bebas dalam

berpakaian, pergaulan muda-mudi semakin bebas dan fenomena lainnya.

Kedua, sebagai konsekuensi dari keterbukaan daerah, banyakperguruan tinggi

berdiri dan bahkan ada beberapa perguruan tinggi luar daerah yang sudah

maju membuka cabang di Kalimantan Timur. Semua ini menjadi

tantangan bagi Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda

untuk mengantisipasinya.

Ketiga,di pihak masyarakat sebagian juga mulai muncul sikap acuh tak acuh

terhadap Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda. Meskipun

pada hakekatnya mereka sangat memerluka kehadiran Jurusan Dakwah

dan Komunikasi STAIN Samarinda

Page 60: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

59

Adapun latar belakang kenapa mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan

Komunikasi STAIN Samarinda untuk kuliah adalah :

1. Orang Tua

Pilihan mahasiswa untuk kuliah pada jurusan Dakwah dan Komunikasi

banyak dipengaruhi oleh orang tua. Dalam hal ini, orang tua menyarankan atau

bahkan memerintahkan kepada anaknya untuk kuliah di jurusan Dakwah dan

Komunikasi dengan berbagai alas an, diantaranya agar anaknya pintar dalam

ceramah agama, agar anaknya dapat memperdalam ilmu agama, agar anaknya

menjadi da’i dan sebagainya.

Sebagian besar mahasiswa hanya bisa mengikuti saran orang tua untuk

kuliah di jurusan Dakwah dan Komunikasi karena sebagai bukti bhakti kepada

orang tua atau karena orang tua yang membiayai kuliah mereka.Hal ini terungkap

pada wawancara dengan beberapa mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi.1

Orang tua memegang peranan penting dalam menentuka masa

pendidikan anak-anaknya, termasuk dalam menentukan tempat kuliahnya.Dalam

hal ini, orang tua memegang peran yang penting dalam menetukan pilihan

anaknya untuk kuliah di Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.

Orang tua biasanya mempunyai alasan dan pertimbangan yang

sedemikian rupa dalam keputusannya untuk menguliahkan anaknya di Jurusan

Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.Pertimbangan-pertimbangan tersebut

terkadang bertentangan dengan minat anaknya, misalnya anaknya berkeinginan

kuliah di jurusan Tarbiyah, namun orang tuanya menginginkan anaknya kuliah di

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.Disamping itu, bukan hanya

jurusan saja yang terkadang berbeda, namun juga bahkan perguruan tingginya.Ada

anak yang berkeinginan kuliah di Universitas atau perguruan tinggi umum negeri

atau swasta, namun orang tuanya ingin anaknya kuliah di STAIN Samarinda, atau

bisa juga sebaliknya.

Untuk kasus mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda yang memilih jurusan ini sebagai tempat kuliahnya karena orang tua

dapat berdampak kepada mahasiswa tersebut. Manakala mahasiswa kuliah di

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda atas pilihan orang tua apalagi

1 Hasil Wawancara dengan mahasiswa berinisial N dan dibenarkan oleh mahasiswa berinisial S, pada

tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda.

Page 61: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

60

diikuti oleh paksaan, maka kebanyakan akan berdampak buruk pada

perkembangan perkuliahan anak yang bersangkutan.

2. Guru di SLTA atau sederajat

Sebagian mahasiswa juga mengatakan bahwa alasan mereka memilih

jurusan Dakwah dan Komunikasi adalah atas saran dan informasi dari guru

mereka di SLTA.Dalam hal ini, pengaruh guru di SLTA juga memegang pernana

yang penting dalam mempengaruhi minat mahasiswa untuk memilih jurusan

Dakwah dan Komunikasi.Hal ini terungkap pada saat wawancara dengan

mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi.2

Peran guru pada Sekolah Alnjutan Tingkat Atas, baik itu Madrasah

Aliyah, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat, dimana lulusannya akan

melanjutka pendidikan ke bangku kuliah, maka peran guru guru tersebut dalam

mempengaruhi minat siswanya masuk perguruan tinggi cukup besar. Biasanya

peran tersebut meliputi :

a. Memerikan informasi tentang seputar perguruan tinggi apa saja yang dapat

dipertimbangkan oleh siswa sebagai tempat kuliahnya.

b. Memberikan saran agar siswanya memasuki perguruan tinggi tertentu

sebagai tempat kuliah, dengan pertimbangan kualitas dan kapasitas yang

dimiliki oleh anak didiknya.

c. Membuka jalan atau memfasilitasi antara pihak sekolah dengan lembaga

perguruan tinggi agar anak didiknya dapat diterima diperguruan tinggi

tersebut untuk kuliah.

d. Memberikan rekomendasi kepada orang tua agar memberikan kesempatan

kepada anaknya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.

e. Menitipkan anak didiknya kepada pihak kampus ataupun orang dikenalnya

dikampus tersebut agar dapat diterima di bangku kuliah.

Disamping peran-peran diatas, tentunya banyak lagi peran lainnya yang

diberikakan oleh guru dalam mempengaruhi minat anak didiknya untuk

melanjutkan perkuliah di perguruan tinggi tertentu, termasuk di Jurusan Dakwah

dan Komunikasi STAIN Samarinda.

2Hasil wawancara dengan mahasiswa dakwah berinisial D pada tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda.

Page 62: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

61

3. Teman

Teman sekolah maupun teman bermain juga memegang peranan penting

bagi mahasiswa untuk memilih jurusan Dakwah dan Komunikasi sebagai tempat

kuliahnya. Hal ini terjadi karena calon mahasiswa tersebut tidak punya pilhan

yang tetap terhadap jurusan yang akan dia pilih, sehingga pilihannya dipercayakan

kepada temannya.Mereka beralasan bahwa yang penting kuliah, jurusan apapun

tidak masalah.3

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran teman cukup besar dalam

menentukan jurusan atau perguruan tinggi mana yang akan dipilih oleh

mahasiswa. Teman dalam hal ini bisa berupa teman bermain, teman dekat, teman

satu sekolah ataupun teman lainnya.Pada intinya, teman memegang peran yang

penting dalam mempengaruhi minat mahasiswa memilih tempat kuliahnya.

Bagi siswa yang masih kebingungan dalam menentukan pilihan tempat

kuliahnya, sementara orang tua maupun gurunya tidak memberikan pertimbangan-

pertimbangan yang masuk diakalnya, maka peran teman bisa saja menjadi

dominan.Beberapa mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda memilih jurusan ini karena pengaruh temannya.

4. Kesadaran Sendiri

Sebagian besar calon mahasiswa memilih jurusan Dakwah dan

Komunuikasi sebagai pilihannya untuk kuliah karena kesadaran dan keinginan

sendiri. Dalam hal ini, pada umumnya mereka sudah mengetahui seluk beluk

jurusan dakwah dan Komunikasi tersebut.Keputusan mereka untuk memilih

jurusan Dakwah dan Komunikasi didasarkan kepada minat mereka untuk menjadi

penceramah, tokoh agama, wartawan dan profesi lainnya yang ditawarkan oleh

jurusan Dakwah dan Komunikasi.4

Tidak semua mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda menentukan pilihannya untuk kuliah disini karena pengaruh orang lain.

Sebagian juga menentukan pilihannya karena dan atas pertimbangan dirinya

sendiri.Pengambilan keputusan secara mandiri seperti ini biasanya dilandasi oleh

3Hasil wawancara dengan mahasiswa berinisial NH pada tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda. 4Hasil wawancara dengan mahasiswa jurusan Dakwah dan Komunikasi berinisial H pada tanggal 15 Mei

2014. Di Samarinda.

Page 63: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

62

ketersediaan informasi yang cukup sehingga individu dapat memahami seluk

beluknya dan dapat menentukan atau mengambil keputusan sendiri.

Pengambilan keputusan sendiri juga dapat dilandasi oleh keyakinan

bahwa apa yang diputuskannya adalah sesuatu yang paling baik, termasuk

keputusannya terhadap Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.

5. Tertarik Beasiswa

Sebagian mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi sebagai

tempat kuliahnya adalah karena adanya tawaran beasiswa dari kampus STAIN

Samarinda.Tawaran beasiswa ini direspon dengan baik oleh calon mahasiswa yang

akhirnya memilih jurusan Dakwah daan Komunikasi.5

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan lembaga untuk memberikan

bantuan beasiswa khusus bagi mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda dapat menarik minat mahasiswa untuk kuliah pada jurusan ini.

Hal ini dilandasi oleh input mahasiswa itu sendiri yang kebanyakan berasal dari

keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Adanya tawaran beasiswa khusus

Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tentu memberikan angina

segar bagi calon mahasiswa yang ingin kuliah di Jurusan Dakwah dan Komunikasi

STAIN Samarinda.

Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya,

sehingga setiap individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat.

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem,

meskipun merupakan suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun.

Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan karena

individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan

hidupnya.Pengambilan keputusan merupakan kunci kehidupan dan kegiatan yang

paling penting dari semua kegiatan dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk

dapat mempertahankan hidup.

Perlu disadari pula bahwa agar dapat berhasil dalam upaya mengembangkan

kemampuan untuk mengambil keputusan dibutuhkan kematangan pribadi.Semakin

5Hasil wawancara dengan mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi berinisial, S, D, HR pada tanggal 15

Mei 2014.

Page 64: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

63

matang individu mengenali masalah yang selalu dihadapi dan semakin tepat individu

tersebut memecahkan permasalahan tersebut, maka semakin besar kesuksesan yang

diraih.Secara popular mengambil keputusan adalah memilih satu di antara sekian

banyak alternatif.Suatu keputusan yang diambil dianggap “tepat” yaitu jika keputusan

tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang memperhatikan segala faktor,

baik obyektif maupun subyektif.

Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin

dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan

seseorang.Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan agar keputusan yang

diambil benar-benar tepat.Para remaja dalam memillih hanya berdasar ikut-ikutan

teman, disuruh orang tua, didorong oleh orang lain, ataupun memilih sendiri tetapi

buta dengan informasi yang dipilihnya. Kematangan pengambilan keputusan adalah

suatu proses pilihan alternatif tindakan seseorang dalam cara yang efisien dalam

situasi tertentu. Pengambilan keputusan yang bersifat rutin sehari-hari pun individu

kadang-kadang hanya melakukan pilihan alternatif melalui judgment sederhana,

padahal keputusan tersebut diperlukan suatu prosedur problem solving dengan

tahapannya yang sistematis.

Setiap saat seorang siswa atau calon mahasiswa, pengambilan keputusan

atau “Decision Making” akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun hidup

orang lain. “Decision Making” dilakukan mulai hal yang sederhana, seperti memilih

warna baju, memilih model pakaian, atau memilih menu makanan.Pengambilan

keputusan juga dilakukan dalam hal-hal yang kompleks seperti memilih teman

pergaulan, memilih calon suami/ istri sampai dalam hal pemilihan karier.Banyak

sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu. Misalnya seorang

siswa yang berminat untuk masuk perguruan tinggi umum akan tetapi orang tua

menilai perguruan tinggi agama lebih bagus, di sinilah masalah yang sering dihadapi

siswa atau calon mahasiswa, bagaimana keputusan yang paling baik untuk diambil.

Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang

sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan

resikonya. Budaya paternalisme kaum dewasa cenderung bersikap membatasi hak

siswa dan menerapkan stigma pada siswa.siswa tidak boleh diberi hak untuk mengatur

tindakan mereka sendiri. siswa lebih dipandang sebagai masalah dari pada sebagai

Page 65: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

64

sumber daya. Kaum dewasa ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi yaitu

selalu tahu dan benar.Itulah salah satu yang menyebabkan kurangnya rasa percaya diri

pada siswa dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan untuk memilih jurusan

dalam perkuliahan.

Siswa mampu mengontrol perilaku dan emosinya akan cepat lepas dari

krisis jati diri dalam mencari dan mengembangkan identitas dirinya. Siswa tersebut

akan lebih mampu mengevaluasi dan menyesuaikan perilaku dirinya dengan orang

lain. Usaha pengembangan identitas diri ini tidak akan lepas dari perasaan harga diri.

Harga diri merupakan bagian dari kepribadian yang akan mempengaruhi tingkah laku

individu dalam kesehariannya. Harga diri bukan merupakan faktor bawaan namun

merupakan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuk sesuai pengalaman individu itu

sendiri.

Harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat, dipertahankan, diperoleh dari

interaksi dengan lingkungan, penerimaan, penghargaan, dan perlakuan orang lain

terhadap individu tersebut. Harga diri dapat mengarahkan perilaku diri, jika harga

dirinya tinggi maka perilakunya akan positif dan jika harga dirinya rendah maka

perilaku yang tampak juga akan negatif. Seseorang kurang dapat mengaktualisasikan

dan cenderung kurang percaya diri apabila memiliki harga diri yang rendah. Dengan

demikian kematangan dalam menentukan suatu keputusan karier oleh siswa

dibutuhkan harga diri yang mantap.

Secara potensial seorang siswa SMA memiliki kecerdasan tinggi, dan setelah

diukurpun terungkap kemampuan mentalnya itu, tetapi mungkin saja ia merasa dirinya

tidak akan mampu mengikuti pelajaran, dan tidak yakin apakah ia akan bisa

menamatkan sekolah. Demikian juga dengan siswa berbakat musik, tetapi mungkin

merasa dirinya tidak mampu berolah musik, karena tiadanya kesempatan untuk itu

sehingga ia tidak tahu kalau dirinya berbakat. Kemungkinan lain adalah aktualisasi

diri siswa itu di bidang musik tidak memperoleh perhatian atau penghargaan.

Siswa pada masanya berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan

maksud untuk menemukan dirinya. Eriksson menamakan proses tersebut sebagai

proses mencari identitas ego. Suatu masa pembentukan identitas, yaitu perkembangan

ke arah individualitas yang mantap, aspek yang sangat penting dalam perkembangan

diri sendiri. Debesse berpendapat bahwa siswa sebenarnya menonjolkan apa yang

Page 66: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

65

membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya dan bukan identitasnya.

Istilah krisis originalitas mungkin lebih tepat dari pada krisis identitas.Usaha remaja

untuk mencapai originalitasnya sekaligus menunjukkan pertentangan terhadap orang

dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan

bahwa kedua arah gerak saling bertemu dalam usaha originalitas ini, sehingga timbul

suatu jarak antar generasi dan suatu kultur pemuda.

Selain masa transisi banyak lagi sebutan untuk masa siswa sebagai masa

yang akan di lewati dalam perjalanan hidup manusia. Ada yang menyebutnya masa

pubertas atau masa penuh gejolak emosi.Sebutan-sebutan ini diberikan karena pada

masa ini adalah masa remaja dalam pencarian jati diri sekaligus sebagai masa yang

rawan dari pengaruh luar. Jika pandangan dan nilai orang tua berbeda dengan nilai

teman sebaya maupun tokoh lain akan besar kemungkinan adanya konflik, sehingga

remaja mengalami masalah. Masalah-masalah yang dihadapi remaja akan bertambah

komplek apabila remaja tidak bisa memutuskan masalah mana yang menjadi prioritas

pemecahannya.

Pemuda menunjukkan originalitas dan memanifestasikan dirinya sebagai

kelompok muda dengan gayanya sendiri.Pengertian originalitas di sini tidak boleh

diartikan secara individual.Mereka tidak individualistik maupun tidak kreatif,

originalitas merupakan sifat khas pengelompokkan anak muda sebagai suatu

keseluruhan.Pola interaksi yang dilakukan remaja dalam rangka mencari identitas

dirinya secara tidak langsung mempengaruhi setiap keputusan yang diambil.Karena

remaja lebih mempercayai teman dari pada diri sendiri maupun keluarga.

Teman sebaya merupakan suatu kelompok yang diharapkan oleh remaja

sebagai sesuatu yang dapat membuat mereka nyaman.Bersama teman sebaya, remaja

dapat bercerita atau “curhat” tanpa rasa canggung karena rata-rata mereka seusia.

Situasi kelompok teman sebaya terdapat suatu bentuk pola interaksi yang memiliki

derajat intensitas yang berbeda-beda pada setiap remaja dengan dua kutub yang

berlawanan yaitu “sindrom penerimaan” dan “sindrom alienasi”. “Sindrom

penerimaan” merupakan situasi menerima atau diterima dengan intensitas dan

pengaruh yang kuat ke dalam kelompok, sedangkan “sindrom alienasi” memiliki

pengertian yang sebaliknya.

Page 67: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

66

Page 68: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

66

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda mempunyai beberapa

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

2. Minat mahasiswa untuk memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN

Samarinda dilatarbelakangi oleh :

a. Orang tua

b. Guru

c. Teman

d. Tertarik beasiswa

e. Keputusan sendiri

B. Saran-Saran

1. Pihak STAIN Samarinda, khususnya jurusan Dakwah dan Komunikasi

seharusnya lebih meningkatkan sosialisasi untuk menambah kuantitas

mahasiswanya.

2. Karena minat mahasiswa dakwah untuk memilih jurusan Dakwah dan

Komunikasi untuk kuliah dilatarbelakangi oleh beberapa hal diatas, maka perlu

kiranya pihak STAIN memberikan perhatian yang kuat terhadap hal-hal diatas.

Page 69: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

67

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan, 1998, ManajemenPemasaran, Edisi 4, LP3ES, Jakarta.

Djaali, PsikologiPendidikan (Jakarta, PT BumiAksara, cet IV 2009)

Kartajaya, Hermawan, 2002, HermawanKartajayaOn Marketing, P.T.

GramediaPustakaUtama, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2001,.Principles of Marketing,

diterjemahkanolehDamosSihombing M.B.A, Edisi 8, Jilid 1, Erlangga,

Jakarta.

Kotler, Philip, 2002, Marketing Management, diterjemahkanolehHendraTeguh,

Ronny A. Rusli, dan Benjamin Molan, Jilid 1, P.T. Prenhallindo, Jakarta.

Mowen, John.Cdan Michael Minor, 2002, Consumer Behaviour,

diterjemahkanolehLinaSalim, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.

Naresh, Malhotra, 1996, Marketing Research : An Applied Orientation, Second

Edition, Prentice Hall International, New Jersey..

Ndara, Taliziduhu, 1998, ManajemenPerguruanTinggi, BinaAksara, Jakarta

Purwadi, Budi, 2000, RisetPemasaran, P.T. Grasindo, Jakarta.

Rangkuti, Fredy, 2002, Create Effective Marketing Plan,

TeknikMembuatRencanaPemasaranBerdasarkanNilaiKonsumendanAnal

isisKasus, P.T. GramediaPustakaUtama, Jakarta.

Riduwan, 2003, Dasar – dasarStatistika, Alfabeta, Bandung.

Robbins, Stephen P, 1996, PerilakuOrganisasi,

diterjemahkanolehHadyanaPujaatmaka, Jilid I, P.T. Prenhallindo,

Jakarta.

Santoso, Singgih, 2000, BukuLatihan SPSS StatistikParametrik, P.T. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Singarimbun, Masridan Effendi Sofian, 1995, MetodePenelitianSurvei, P.T.

Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Slameto, Belajardanfaktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta, CV

RinekeCipta, 1991) .

Page 70: Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan

68

Solomon, Michael.R and Elnora W. Stuart, 2003, Marketing, Real People, Real

Choices, Third Edirion, Prentice Hall International, New Jersey.

Swastha, BasudanHandoko, T. Hani, 2000, ManajemenPemasaran

:AnalisaPerilakuKonsumen, Liberty, Yogyakarta.

Tim PenyusunKamusPusatPengembangandanPembinaanBahasa,

KamusBesarBahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1990).

Tjiptono, Fandy, 2001, StrategiPemasaran, ANDI, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2003, MetodeRisetPerilakuKonsumenJasa, Ghalia Indonesia,

Jakarta.