analisis mengenai dampak lingkungan

28
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN NGLUWAR REGENCY OLEH : YETTY OKTAVIANITA (115060101111011) INTAN S. WARNI (115060101111015) FRIGI FIRSTYAN (115060100111019) HAVIZH LUKMAN BAISA (115060107111025)

Upload: yetty-oktavianita

Post on 14-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

amdal

TRANSCRIPT

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN

NGLUWAR REGENCY

OLEH :

YETTY OKTAVIANITA (115060101111011)

INTAN S. WARNI (115060101111015)

FRIGI FIRSTYAN (115060100111019)

HAVIZH LUKMAN BAISA (115060107111025)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih atas rahmat dan karunia- Nya

kepada kita semua khususnya terhadap penulis sehingga makalah ini dapat disusun sebagai tugas

mata kuliah Aspek Lingkungan Dalam Pembangunan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengambil judul “ANALISIS MENGENAI

DAMPAK LINGKUNGAN PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN NGLUWAR

REGENCY”, dengan harapan bisa memberikan manfaat kepada kita semua khususnya terhadap

mahasiswa di dalam penyusunan AMDAL dalam suatu pembangunan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

penyusunan makalah ini, di antaranya penulis tujukan kepada bapak Ruslin selaku dosen mata

kuliah Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Teknik Sipil Universitas Brawijaya, yang telah

membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, alangkah lebih indah bilamana retaknya diukir. Demikian

pula penulis mohon kepada semua pihak untuk bisa memaklumi segala kekurangan yang terdapat

di dalam makalah ini karena hal tersebut diakibatkan oleh masih dangkalnya pengetahuan

penulis, dan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon saran dan masukan demi

lebih sempurnanya makalah ini.

Malang, 9 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.1.1. Penataan Ruang

2.1.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.1.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

2.1.4. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Lokasi Kawasan Perumahan

3.2. Diskripsi kegiatan

3.3. Uraian Rencana Tahapan Proyek

3.4. Perkiraan Dampak Yang Akan Timbul

3.5. Rencana Upaya Pengelolaan Dampak

3.6. Rencana Upaya Pemantauan Dampak

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap

orang berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup.

Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan

mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Modernisasi dan pembangunan telah

membawa banyak bencana bagi lingkungan hidup dan kemanusiaan akibat dari lingkungan

hidup ditafsirkan secara konvensional, lingkungan hidup dianggap sebagai obyek yang

berkonotasi komoditi dan dapat dieksploitasi untuk semata menunjang pembangunan. Skala

pragmatisme serta pendekatan dan tujuan yang didominasi oleh metodologi positivisme atas

esensi lingkungan hidup telah menjadi racun bagi skala kerusakan dan dampak bawaan

lingkungan hidup.

Esensi lingkungan hidup merupakan kehidupan yang melingkupi tata dan nilai-nilai

kehidupan yang ada di dalamnnya. Tata dan nilai yang menjaga keberlanjutan lingkungan

hidup dan sumberdaya alam dan keadilan sosial bagi kehidupan manusia atas HAL (hak asasi

lingkungan) saat ini dan generasi yang akan datang. Demikian pula yang perlu dipertegas

adalah lingkungan hidup harus dipandang dan diperlakukan sebagai subyek,dikelola untuk

kehidupan berkelanjutan bukan semata-mata untuk pertumbuhan pembangunan. lingkungan

hidup sebagai sebuah sistem tentu tunduk pada sebuah sistem hukum alam yang

ditakdirkannya. Sistem tersebut dapat berlangsung dengan seimbang jika kualitas komponen

di dalamnya tetap berjalan stabil.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.1.1. Penataan Ruang

Salah satu kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang

No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang mencakup proses perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, yang bertujuan untuk:

1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan pada

wawasan nusantara dan ketahanan nasional;

2) Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya;

3) Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas, antara lain untuk:

Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya

buatan, dengan memperhatikan sumber daya manusia;

Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi

dampak negatif terhadap lingkungan hidup

2.1.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup telah ditetapkan dalam

Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan sasaran

sebagai berikut:

1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan

hidup

2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan

tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

3) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi mendatang;

4) Tercapainya fungsi kelestarian lingkungan hidup;

5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

6) Terlindunginya negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau

kegiatan dari luar wilayah negara, yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan

lingkungan hidup.

Untuk mewujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijakan nasional tentang

pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk:

Melimpahkan wewenang terutama kepada perangkat pemerintah daerah dalam hal

pengelolaan lingkungan hidup;

Mengikutsertakan pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam

pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

Dalam hal pelestarian lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak yang sama atas

lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta memiliki kewajiban untuk memelihara

kelestarian fungsi ligkungan hidup, serta mencegah dan menanggulangi terjadinya

pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2.1.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Dalam rangka mengupayakan tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan seperti disebutkan pada butir b di atas, Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang No.23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menetapkan bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk memperoleh izin

melakukan usaha dan/atau kegiatan. Aturan pelaksanaan AMDAL ini tercantum dalam

Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan/atau kegiatan

pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup.

Melalui studi AMDAL, diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat

memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. AMDAL adalah

bagian dari studi kelayakan, berupa proses pengkajian terpadu yang mempertimbangkan

aspek-aspek ekologi, sosio-ekonomi dan sosial-budaya sebagai pelengkap kelayakan teknis

dan ekonomi suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Studi AMDAL hanya diperlukan bagi

proyek-proyek yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,

yang pada umumnya berupa kegiatan proyek berskala besar, kompleks, dan / atau berlokasi

di daerah yang memiliki komponen lingkungan sensitif.

Jenis - jenis rencana usaha dan / atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL dapat

dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 tentang Jenis

Usaha dan / atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

2.1.4. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL)

Pada Pasal 3 Ayat (4) PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, disebutkan bahwa

usaha dan / atau kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting tidak wajib

dilengkapi AMDAL, tapi wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), yang pembinaannya berada pada instansi yang

membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Upaya Pngelolaan Lingkungan

Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup adalah berbagai tindakan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka

pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan standar-standar pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Lokasi Kawasan Perumahan

Letak rencana lokasi pembangunan kawasan perumahan berada di Desa Jamus

Kauman dan Desa Karang Talun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Yang secara

rinci luasan lahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

No Lokasi Luasan lahan

A. Desa jamus kauman 110,5 Ha

1. dusun jamus krajan 12 Ha

2. dusun jamus pasar 23 Ha

3. dusun barongan 15 Ha

4. dusun jamus pasar 36 Ha

5. dusun danurojo 14 Ha

6. dusun diwak 10.5 Ha

B. Desa karangtalun 84 Ha

1. dusun dangkel kulon 13 Ha

2. dusun dangkel tengah 15 Ha

3. dusun dangkel wetan 14 Ha

4. dusun tembulan 17 Ha

5. dusun jampiroso 12 Ha

6. dusun jangkang A 13 Ha

Jumlah 117,108 Ha

Lahan kawasan pemukiman tersebut adalah berbentuk sawah jadi untuk pekerjaan

pelaksanaan fisik sudah siap jadi tidak perlu dilakukan pembebasan lahan.sehingga secaa

fisik lahan kawasan tersebut sudah siap digunakan.

3.2. Diskripsi kegiatan

Pembangunan perumahan beserta sarana dan prasarananya seluas 117,108 Ha.

Rencana pegembangan 2 tahap, yaitu seluas 97 Ha untuk tahap I dan seluas 20 Ha untuk

tahap II. Pembangunan perumahan dengan tipe 36 sebanyak 3.450 unit. Tipe 90 sebanyak

796 unit. Rumah toko sebanyak 20 unit, Bangunan dengan tipe komersial 10 unit. Kebutuhan

air bersih yang akan digunakan 8.207.694 L/hari

Sarana penunjang yang akan dibangun:

a. Pembuatan jalan antara lain :

1. jalan jamus – karangtalun dengan panjang 2,5 km,akan dikembangkan untuk

badan jalan dari lebar 3,5 m menjadi 6,5 m.

2. jalan jamus- pendem dengan panjang 1,2 km, akan dikembangkan dari 2,5 m

menjadi 3,5 m.

3. ruas jalan karang talun – saitan dengan panjang 1,5 km, akan dikembangkan dari

lebar 2,5 m menjadi 3,5 m.dan pembuatan jalan baru sepanjang 0,6 km yang

nantinya menjadi jalan lintas Utama

b. Pemasangan instalasi listrik

Jaringan listrik utama untuk kawasan pemukiman dipilih sumber tenaga PLN dan

sebagai cadangan menggunakan tenaga diesel/generator.

c. Pemasangan jaringan Teelepon

Telepon sistem otomatis belum dapat menjangkau ke dalam kawasan.

d. Pemasangan jaringan Air

Sumber air bersih yang digunakan untuk melayani kawasan pemukiman dipastikan

menggunakan sumber air dari PDAM dan air bawah Tanah.

e. Drainase air hujan.

Pada drainase air hujan dugunakan prinsip air hujan harus disalurkan secepat

mungkin ke badan air yang telah ditentukan(sungai) untuk itu sistem jaringan

drainase yang digunakan adalah mengikuti sistem aliran air hujan alami.

3.3. Uraian Rencana Tahapan Proyek

Tahapan proyek adalah sebagai berikut :

1. Tahapan pra konstruksi :

yaitu tahapan / kegiatan sebelum dimualainya kegiatan kawasa perumahan dari

perencanaan sampai persiapan lahan siap dilakukan pekerjaan konstruksi yang uraian

kegiatannya antara lain adalah asebagai berikut

a. survey lokasi

Survey yang dilakukan antara lain survey luas lahan, survey kelayakan lahan

dan survey keadaan social daerah tersebut

b. Kegiatan pembebasan lahan

Kegiatan pembebeasan yang dimaksud adalah pembelian lahan yang akan

dibangun proyek dari para penmilik lahan .harga yang digunakan adalah aharga

pasar yang berlaku waktu itu.

c. Kegiatan perijinan

Yaitu tahapan permintaan ijin dilakukan.Permintaan ijin wajib dilakukan untuk

mendirikan sebuah bangunan, agar nantinya jika terjadi sesutau terhadap lahan

tersebut ada jaminan dari pemerintah.

2. Tahapan konstruksi

Tahapan kegiatan pelaksanaan fisik kawasan perumahan baik dari mulai perataan

tanah , sampai selesainya bangunan. Pada tahap konstruksi di uraikan sebagai berikut :

a. Pembuatan base camp

Yaitu pembuatan pos untuk semua kegiatan dengan cara membuat suatu

bangunan khusus buat para kontraktor dan penempatan bahan-bahan material

bangunan.

b. Pembuatan jalan kerja

Pembuatan ini bertujuan untuk jalan bagi kendaraan pengangkut material seperti

semen, pasir, batu-batuan, besi, dan lain-lain dan juga sebagai jalan bagi alat-

alat berat dan jalan bagi para pekerja proyek.

c. Pengangkutan material

Pengangkutan itu dilakukan dengan menggunakan kendaraan berat seperti truk

material yang dibawa adalah pasir, semen, batu-batuan, besi, dll.

d. Pengangkutan alat-alat berat

Alat-alat berat yang dibawa dan akan digunakan adalah buldoser, pengaduk

semen, mesin perata tanah.

e. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja.

Yaitu kegiatan perekrutan tenaga kerja untuk pelaksanaan pembangunan

perumahan. Kebutuhan tenaga kerja diperkirakan sebesar 1500 tenaga kerja.

f. Pembangunan kawasan perumahan

Pembangunan perumahan dimulai dengan perataan tanah dengan menggunakan

alat berat lalu pembuatan pondasi, pembangunan dinding, sampai bangunan

konstruksi tersebut selesai dan siap digunakan.

g. Pembangunan fasilitas sosial

Pembuatan fasilitas sosial adalah pembangunan masjid, pembangunan taman

perumahan, pembuatan lapangan, kolam renang, dan lain-lain.

h. Pembangunan TPS

Pembungan sampah dilakukan dengan cara pengumpulan sampah di TPS.

3. Tahapan pasca konstruksi.

Tahapan pasca konstruksi antara lain :

a. Perawatan jalan

Perawatan jalan dilakukan secara berkala, bila terjadi kerusakan akan langsung

diperbaiki atau ditambal.

b. Perawatan lingkungan

Perawatan lingkungan antara lain :

o Penyiraman tanaman dilakukan pada setiap pagi dan sore hari.

o Pemangkasan tanaman dilakukan apabila tanaman tersebut sudah tua atau

mengganggu.

o Perawatan drainase dilakukan dengan cara melakukan monitoring terhadap

saluran tersebut secara berkala.

c. Perawatan bangunan

Perawatan banguan antara lain :

o Melakukan pengecatan ulang pada bangunan yang sudah rusak warnanya.

4. Kegiatan-kegiatan lain.

Kegiatan-kegiatan lain antara lain :

a. Kontruksi :

o Adanya pendapatan tambahan warga sekitar dengan membuka warung makan

untuk para pekerja bangunan.

o Adanya pendapatan tambahan warga sekitar dengan membuka lahan parkir

untuk para pekerja bangunan.

o Adanya penarikan retribusi dari warga.

b. Pasca kontruksi :

o Adanya pedagang kaki lima keliling yang sering memasuki komplek

perumahan tersebut.

o Munculnya pos ojek atau pangkalan angkutan disekitar daerah tersebut.

3.4. Perkiraan Dampak Yang Akan Timbul

1. Tahapan Pra konstruksi

a. Dampak positif (+)

- keuntungan dari menjual lahan yang akan dibangun perumahan. Warga

mendapat keuntungan dari penjualan tanah, karena harga tanah lebih tinggi dari

harga pasar.

- Kesempatan untuk mendapat kanpekerjaan baik dalam proses konstuksi

maupun pasca konstruksi misal menjadi satpam, tukang kebun.

b. Dampak negatif (-)

- Persepsi masyarakat tentang akan berubahnya kebiasaan warga. Anggapan

warga mengenai gaya hidup para pendatang yang akan berpengaruh bagi gaya

hidup warga tersebut.

- Warga tidak bisa lagi mengandalkan pekerjaan sebagai petani jika sawah

mereka jadi dijual. Karena lahan yang mereka andalkan sudah berubah fungsi.

2. Tahapan Konstruksi

a. Dampak positif (+)

- Adanya peluang pekerjaan.

Penduduk sekitar mendapat pekrjaan sebagai pekerja bangunan dari warga

sekitar yang sebelumnya menganggur direkrut menjadi menjadi pekerja

bangunan.

- Penghasilan penduduk meningkat (tenaga kerja pembangunan)

Penduduk mendapatkan penghasilan dan bekerja sebagai tukang bangunan.

- Daerah disekitar perumahan menjadi berkembang dari segi ekonomi, sosial,

tataruang, dll.

Dari segi ekonomi penghasilan yang didapatkan dari bekerja sebagai bangunan

dari segi sosial

- Meningkatkan penghasilan tambahan warga sekitar dari pendirian warung

makan yang disediakan untuk para pekerja.

- Meningkatkan penghasilan tambahan warga sekitar dari pembukaan lahan

parkir, karena dapat saja para pekerja menggunakan motor atau sepeda

- Menambah kas desa yang suatu saat dapat digunakan untuk memperbaiki

jalanan yang rusak

b. Dampak negatif (–)

- Penduduk menjadi sesak nafas akibat debu dari proses konstruksi dan dari

kendaraan pengangkut alt berat dan pengangkut material.

- Resiko adanya kecelakaan kerja pekerja bangunan

- Penduduk menderita kebisingan dari suara mesin-mesin berat. Hal itu

menyebabkan pendengaran pekerja dan warga sekitar terganggu.

- Adanya persepsi negatif masyarakat berupa kecemburuan sosial adanya

pendatang baru atau tenaga kerja

- Kesehatan para pekerja menurun. Seringnya menghirup udara kotor disekitar

proyek, kepanasan

- Kualitas air menurun akibat adanya pembangunan pondasi, pembangunan

jalan, pemasangan tonblok

- Adanya vektor penyakit (nyamuk, tikus)

- Kualitas udara menurun akibat adanya pencemaran alat-alat berat.

- Kerusakan jalan akibat dilalui truk pengangkut material.

- Bertambahnya kepadatan penduduk di wilayah desa jamut kauman dan desa

karang talun

3. Tahapan Pasca konstruksi

a. Dampak positif (+)

- Penduduk sekitar berkesempatan mendapat pekerjaan sebagai satpam,tukang

kebun.

- Kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Lingkungan disekitar menjadi tertata

dengan baik.

- Memudahkan transportasi warga, karena adanya pos ojek.

- Meningkatkan penghasilan tambahan warga (tukang ojek atau pedagang kaki

lima keliling) dengan adanya perumahan di desa jamus kauman dan desa karang

talun

b. Dampak negatif (–)

- Penurunan kualitas air akibat kegiatan MCK warga komplek. Misalnya saja

dari kegiatan mencuci, mandi, dll

- Bertambahnya produksi sampah. Akibat bertambahnya penduduk berarti

sampah yang dihasilkan semakin meningkat.

- Peningkatan iklim mikro akibat pendirian bangunan perumahan. Suhu atau

iklim dikawasan perumahan menjadi panas karena pohon-pohon yang

sebelumnya sudah tidak ada karena ditebangi.

- Bertambahnya kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk mengakibatkan

munculnya kesenjangan sosial, munculnya sikap egoisme.

- Timbulnya polusi, akibat adanya pos ojek dan pangkalan angkutan disekitar

perumahan.

- Kebisingan karena banyaknya angkutan atau ojek yang meningkat di sekitar

wilayah tersebut.

4. Kegiatan-kegiatan lain.

Kegiatan-kegiatan lain antara lain :

a. Kontruksi :

• Dampak positif (+) :

1. Meningkatkan penghasilan tambahan bagi warga sekitar dari pendirian

warung makan yang didirikan untuk para pekerja bangunan.

2. Meningkatkan penghasilan tambahan dari warga atas pembukaan lahan

parkir, karena mungkin saja para pekerja bangunan ada yang menggunakan

motor atau sepeda sehingga kendaraan tersebut tertata dengan rapi.

3. Menambah kas desa yangsuatu saat dapat digunakan untuk memperbaiki

jalanan yang rusak akibat dari seringnya dilalui kendaraan berat seperti

truk pengangkut material.

• Dampak negatif (-) :

1. Munculnya kecemburuan sosial. Karena mungkin saja ada banyak atau

beberapa warga yang sama-sama mendirikan warung makan sehingga

secara tidak langsung terjadi persaingan.

2. Bertambahnya produksi sampah akibat adanya warung dadakan tersebut.

b. Pasca kontruksi :

• Dampak positif (+) :

1. Memudahkan transportasi warga karena adanya pos ojek.

2. Meningkatkan penghasilan tambahan warga (tukang ojek/pedagang kaki

lima keliling) dengan adanya perumahan tersebut karena daerah tersebut

menjadi ramai.

• Dampak negatif (-) :

1. Timbulnya polusi akibat adanya pos ojek disekitar daerah tersebut.

2. Kebisingan meningkat karena banyaknya nagkutan atau ojek yang

sering ,melewati daerah tersebut.

3.5. Rencana Upaya Pengelolaan Dampak

a. Jual beli lahan dikelola dengan cara :

• Kompensasi atau harga jual beli menerapkan prinsip saling menguntungkan, dengan

sistim musyawarah dan mufakat.

• Penyuluhan kepada pemilik lahan agar memanfaatkan kembali uang yang diterima

untuk kegiatan yang lebih menguntungkan.

• Proses jual beli lahan tidak melalui perantara

• Memberikan harga jual sesuai dengan harga pasar yang berlaku.

b. Penanggulangan debu dikelola dengan cara :

• Menganjurkan menggunakan masker bagi pekerja pada saat bekerja

• Menyiram secara berkala pada saat pelaksanaan konstruksi untuk megurangi debu yang

berterbangan

c. Peningkatan kebisingan dikelola dengan cara :

• Kegiatan pengoperasian kendaraan untuk pematangan tanah tidak pada jam istirahat

terutama pada lokasi yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.

• Perawatan mesin secara intensif termasuk peredam suara dari kendaraan tersebut.

d. Peningkatan erosi tanah

• Melakukan penyiapan lahan berdasarkan kondisi tanahnya, terutama lahan yang

berbatasan langsung dengan sungai.

• Melakukan pembuatan teras/bronjong untuk mengurangi kecepatan aliran air.

• Pembukaan lahan secara bertahap.

• Seluruh lahan terbuka ditutupi rumput dan tanaman yang berfungsi dapat mencegah

erosi.

e. Aspek sosial dikelola dengan cara memberi kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal,

memberi kesempatan berusaha bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi kegiatan,

melakukan penanganan terhadap kecemburuan sosial.

f. Kesehatan masyarakat terutama untuk tenaga pekerja, dikelola dengan cara

menyediakan peralatan P3K dan obat-obatan, melakukan kerjasama dengan Puskesmas

setempat, mengansuransikan keselamatan pekerja.

g. Perubahan iklim mikro dikelola dengan cara menanam penghijauan dengan jenis

tanaman terutama pohon pelindung pada lahan terbuka 54,8%.

h. Penurunan kuantitas air tanah dikelola dengan cara memanajemen penggunaan air

tanah yaitu :

• Kebutuhan air bersih perumahan tahap I dapat dipenuhi dari PDAM

• Kebutuhan air untuk penyiraman tanaman menggunakan air hasil daur ulang/hasil

proses IPAL akhir.

• Kebutuhan air lainnya diambil alternatif dari sumur bor di dalam lokasi dengan debit

sungai yang diijinkan.

i. Penurunan kuantitas air permukaan Sungai Cikeas untuk memenuhi kebutuhan air bagi

penghuni dan penggunaan sarana prasarana, dikelola dengan cara pengaturan

penggunaan/pemakaian supaya tidak melebihi debit yang diijinkan.

j. Penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan MCK dari penghunian, penggunaan

sarana dan prasarana dikelola dengan cara:

• Pembuatan tangki septik untuk buangan dari WC sesuai syarat-syarat yang dikeluarkan

oleh Departemen Pekerjaan Umum No. SK.SNI. T-07-1989-F.

• Pembuatan saluran air kotor terpisah dengan saluran drainase untuk areal yang belum

saluran drainase.

• Pemanfaatan air hasil daur ulang (pengolahan) dan air akhir dari buangan drainase

IPAL, untuk penyiraman dan lainnya.

• Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik untuk buangan yang berasal dari

kamar mandi dan toilet, untuk menurunkan kadar suspended solid (TSS) dan BOD.

• Penanganan/pengolahan limbah cair, limbah padat, debu, gas dan kebisingan, agar tidak

mengganggu kesehatan masyarakat.

• Membantu penyediaan faslitas kesehatan seperti puskesmas ,posyandu dan rumah sakit.

• Membantu dan koordinasi dengan posyandu/ibu-ibu PKK dalam bimbingan dan

penyuluhan kepada masyarakat sekitar lokasi mengenai kesehatan

lingkungan/pencegahan penyakit dan kecelakaan lalu lintas.

3.6. Rencana Upaya Pemantauan Dampak

a. Peningkatan kadar debu pada saat pelaksanaan konstruksi, menganalisa kadar debu di

lingkungan sekitar dan lingkungan kerja, parameter TSP.

b. Peningkatan kebisingan akibat kegiatan mobilisasi kendaraan berat pada saat

pematangan tanah dilingkungan areal kerja, memantau tingkat intensitas kebisingan.

c. Peningkatan erosi akibat kegiatan cut and fill pada saat pematangan tanah, parameter

lingkungan yang dipantau adalah kondisi tanah yang peka terhadap terhadap erosi.

d. Peningkatan air larian akibat penambahan daerah lahan yang tertutup akibat

pelaksanaan konstruksi, parameter yang dipantau perubahan neraca air yaitu

meningkatnya volume run off dan menurunnya volume infiltrasi.

e. Kesempatan kerja dan berusaha bagi tenaga kerja lokal, parameter yang dipantau

jumlah kesempatan kerja yang terserap dan jumlah penduduk yang memperoleh

peluang berusaha.

f. Perubahan iklim mikro akibat pengurangan lahan terbuka, parameter yang dipantau

peningkatan suhu, dipantau dengan pengukuran suhu udara dilokasi dan disekitar

lokasi.

g. Kuantitas air tanah akibat penggunaan untuk kebutuhan penghunian dan penggunaan

sarana serta prasarana, parameter yang dipantau penurunan debit air tanah, dipantau

dengan melakukan pengukuran debit air tanah.

h. Kuantitas air permukaan akibat kegiatan penggunaan untuk kebutuhan penghunian dan

penggunaan sarana serta prasarana, parameter yang dipantau kuantitas air sunagi

Cikeas, debit air, dipantau dengan pengkuran debit air sungai Cikeas.

i. Kualitas air permukaan akibat kegiatan MCK dari penghunia, pengguna sarana dan

prasarana, parameter yang dipantau suhu, zat padat terlarut, zat padat tersuspensi dll,

dipantau dengan menganalisis sampling air di Laboratorium.

j. Peningkatan arus lalu lintas akibat kegiatan mobilisasi transportasi penghuni dan

pengguna sarana serta prasarana, parameter yang dipantau kemacetan arus lalu lintas,

dipantau dengan pengamatan secara visual dan penghitungan.

k. Estetika lingkungan akibat penanganan limbah padat parameter yang dipantau bau

serta munculnya serangga.

l. Perubahan nilai dan norma budaya, parameter yang dipantau perubahan nilai dan

norma budaya, terjadinya perubahan sikap/tingkah laku masyarakat, dipantau dengan

cara pengamatan langsung.

m. Peningkatan migrasi penduduk, parameter yang dipantau migrasi penduduk baik yang

bersifat komuter harian maupun migrasi permanent, pemantauan dengan pengamatan

langsung dan menginformasikannya kepada kelurahan setempat mengenai

penambahan jumlah jiwa.

n. Kecemburuan sosial, parameter yang dipantau kecemburuan sosial akibat benturan

atau konflik antar penduduk, dipantau dengan melakukan pengamatan terhadap

perilaku masyarakat sekitar lokasi dan penghuni perumahan.

o. Ketertiban dan keamanan, parameter yang dipantau ketertiban dan keamanan dengan

adanya gangguan diwilayah perumahan tersebut, dipantau dengan pengamatan secara

visual.

p. Kesehatan masyarakat, parameter yang dipantau pengamatan pola penyakit

dimasyarakat, antara lain status gizi, penyakit menular dan penyakit lainnya.

BAB IVPENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap

orang berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup.

Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan

mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Permukiman merupakan salah satu

pembangunan yang wajib AMDAL.

Ngluwar Regency berada di Desa Jamus Kauman dan Desa Karang Talun, Kecamatan

Ngluwar, Kabupaten Magelang. Pemukiman ini telah memenuhi persyaratan AMDAL serta

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup seperti

tersebut di atas.

4.2. Saran

Bagi para perencana yang merencanakan suatu pembangunan baik dalam bidang

perhubungan, prasarana wilayah, energi, maupun permukiman haruslah tetap memenuhi

persyaratan AMDAL, UKL, dan UPL dalam perencanaannya

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Yogyakarta 2009.

Cemplukhtm.wordpress.com/2009/04/28/amdal-perumahan/. Diakses pada 7 Desember

2013.

www.wordpress.com / panduan-penilaian-amdal-atau-uklupl-untuk-kegiatan-pembangunan-

permukiman. Diakses pada 7 Desember 2013.