analisis mekanisme transmisi kebijakan...

151
ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH MELALUI JALUR HARGA ASET TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2011 – 2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi OLEH FARAH FAUZIYAH NIM.1111084000019 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436H

Upload: dinhnga

Post on 15-May-2018

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH MELALUI JALUR HARGA ASET

TERHADAP INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2011 – 2014

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

FARAH FAUZIYAH NIM.1111084000019

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436H

Page 2: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH
Page 3: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH
Page 4: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

….

Page 5: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH
Page 6: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Farah Fauziyah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Mei 1993

3. Alamat : Jl. H. Mugeni No. 48 Petukangan Utara,

Pesanggrahan, Jakarta Selatan

4. Telepon : 08561483038

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. Tk Darunnajah Lulus Tahun 1998

2. SDI Annajah Lulus Tahun 2004

3. Mts Annajah Lulus Tahun 2008

4. SMAN 63 Jakarta Lulus Tahun 2011

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Ekonomi 2015

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Global Education Center (GEC), Step Level Tahun 2008

2. Boston Course Indonesia (BCI), Tingkat Microsoft Windows XP Word

Tahun 2008

Page 7: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

ii

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Peserta SEFT (Spiritual Emotion Freedom Technique) “Muslim

Sekata“ (Sehat, Berkah Dan Taqwa), diselenggarakan oleh KOMDA

FAST dan FEB, 9 Desember 2013.

2. Dialog jurusan dan seminar konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat Dengan

Jurusan Sendiri”, diselenggarakan oleh HMJ IESP Fakultas Ekonomi dan

Bisnis” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3 Oktober 2015.

3. Peserta dalam acara FST Entrepreneurship Week “Kreasikan Idemu,

Wujudkan Prestasi Usahamu” diselenggarakan oleh FST UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 18-20 Maret 2014.

4. Peserta dalam Seminar Nasional IAEI dengan tema “Penyiapan SDM

Berbasis Kompetensi Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah

Era MEA 2015”, yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam

Indonesia bekerjasama dengan universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama),

11 Oktober 2014.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. Nur ali

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Agustus 1958

3. Ibu : Khafifah

4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Oktober 1967

5. Alamat : Jl. H. Mugeni No. 48 Petukangan Utara,

Pesanggrahan, Jakarta Selatan

6. Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Page 8: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

iii

ABSTRACT

This study aimed to analyze the transmission mechanism of monetary policy

in controlling inflation in Indonesia (CPI), both in terms of Islamic and conventional. Two of the system was taken because Indonesia has a dual financial system and to compare the effectiveness of two such systems through the monetary transmission mechanism through the asset price channel, so this study has two models. The analytical tool used in this research is the Autoregessive Vector (VAR). Variables used in the sharia consist of Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS), the money supply (M2) and Islamic bonds (Sukuk). While on the conventional side variables used are Bank Indonesia Certificates (SBI), the money supply (M2) as well as bonds.

This VAR research results conducted by Test Impulse Response Function (IRF) and the Test of Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). IRF results showed that the yield on the conventional side (Model I) is variable SBI had a negative impact, while the variable bonds provide a positive and permanent impact on inflation (CPI), while on the sharia (Model II) have a positive impact in terms of reducing inflation (CPI) and also permanent. Fluctuation (shock) on Islamic monetary transmission mechanism subside faster and more stable than the conventional monetary policy transmission mechanism, it can be seen from the period. For the test results FEVD the model I give a negative contribution in the sense of raising inflation (CPI) amounted to 43.86%, while the second model of a positive contribution in the sense of lowering inflation (CPI) amounted to 25.77%. Therefore we can conclude Islamic monetary policy transmission mechanism with the asset price channel on the model II can be said to be better than conventional transmission mechanism of monetary policy to asset price channel on the model I. Keywords: Monetary Transmission Mechanism Conventional and Islamic, Islamic and Conventional Economic Policy, Asset Price Line And Inflation (CPI)

Page 9: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia dalam mengendalikan inflasi (IHK), baik dilihat dari sisi syariah maupun konvensional. Dua sistem tersebut diambil karena Indonesia memiliki dual system financial serta membandingkan efektifitas dari dua sistem tersebut melalui mekanisme transmisi moneter melalui jalur harga aset, sehingga penelitian ini memiliki dua model. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan Vector Autoregessive (VAR). Variabel yang digunakan pada sisi syariah terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), jumlah uang beredar (M2) dan obligasi syariah (Sukuk). Sedangkan pada sisi konvensional variabel yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (M2) serta obligasi.

Hasil penelitian VAR ini dilakukan dengan Uji Impulse Response Function (IRF) dan Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Hasil IRF menunjukan bahwa hasil pada sisi konvensional (Model I) adalah variabel SBI memberikan dampak negatif, sedangkan variabel obligasi memberikan dampak positif dan bersifat permanen terhadap inflasi (IHK), sedangkan pada sisi syariah (Model II) memberikan dampak positif dalam pengertian menurunkan inflasi (IHK) dan juga bersifat permanen. Gejolak (shock) pada mekanisme transmisi moneter syariah lebih cepat mereda dan stabil dibandingkan pada mekanisme transmisi kebijakan moneter konvensional, hal ini dapat dilihat dari periodenya. Untuk hasil uji FEVD pada model I memberikan sumbangan negatif dalam arti menaikan inflasi (IHK) sebesar 43,86%, sedangkan pada model II memberikan sumbangan positif dalam arti menurunkan inflasi (IHK) sebesar 25,77%. Sehingga dapat disimpulkan mekanisme transmisi kebijakan moneter syariah dengan jalur harga aset pada model II dapat dikatakan lebih baik dibandingkan mekanisme transmisi kebijakan moneter konvensioanl dengan jalur harga aset pada model I.

Kata Kunci : Mekanisme Transmisi Moneter Konvensional Dan Syariah, Kebijakan Ekonomi Konvensional Dan Syariah, Jalur Harga Aset Dan Inflasi (IHK)

Page 10: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan

kita kesempatan hidup di dunia ini dan memberikan nafas gratis yang dengannya

kita dapat merasakan keindahan untuk bisa menyembah-Mu. Sungguh tidak ada

satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua sudah terencana, semua

telah ditentukan oleh qadha dan qodar-Nya. Salawat serta Salam tidak lupa kita

curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kelak

kita mendapat syafa’atnya dihari akhir yang pasti terjadi.

Ilmu yang kita miliki pada haikatnya adalah titipan dari Allah, yang sama

sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita

dimudahkan oleh Allah untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam

kegelapan dan dapat menjaga ilmu tersebut dengan penuh kerendahan hati.

Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berdoa dan berusaha,

seperti hadits Rasulullah “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya barang siapa yang

bersunguh-sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan ini

bukanlah untuk mendahului orang lain, tapi untuk melampaui diri kita sendiri,

untuk memecahkan rekor diri sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan

hari yang lebih baik. Itulah sepenggal kalimat yang menjadi penggugah demi

terselesaikannya skripsi yang sederhana ini, yang berjudul “Analisis Mekanisme

Page 11: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

vi

Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional Dan Syariah Melalui Jalur

Harga Aset Terhadap Inflasi Di Indonesia Periode 2011-2014”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah mengizinkan saya untuk dapat kuliah di

Universitas ini sesuai keinginan orang tua saya dan dapat menyelesaikan studi

dengan sangat baik. Tanpa ridho dan berkah-Mu semua ini sulit untuk terjadi.

2. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Umiku Khafifah dan

Abiku Nur Ali. Doa kalian adalah salah satu “fast track” untuk setiap

kesuksesan langkah-langkahku. Terimakasih juga atas dukungan nonmateri

maupun materi untuk melancarkan studi ini. Tiada patut diucapkan oleh

seorang anak, kecuali doa untuk kedua orang tuanya “Rabbigfirlii

Waliwalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayani Shogiiraa”.

3. Terimakasih untuk ketiga saudaraku. Pertama Akmal yang sudah menemani

dan mengantar menyerahkan proposal untuk mencari sponsor pada saat KKN,

dan untuk Ical dan Audi yang masih bersekolah di SMA dan SMP semoga

lancar dan bertambah rajin belajarnya supaya nanti mendapat universitas

favorit.

4. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang baru semoga dapat memajukan dan

mengembangkan FEB lebih baik lagi.

Page 12: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

vii

5. Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebelumnya, yang telah berusaha keras

memajukan FEB.

6. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada

penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah

SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-baiknya balasan.

7. Bapak Yoghi Citra Pratama selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan cepat dan baik, semoga Allah

SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.

8. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochahmad Aziz, MM sebagai dosen Konsentrasi

syariah serta sebagai penemu DIDA KADA dan SOPSEN PINPUAPAK

serta yang sudah meluangkan waktunya untuk tempat berdiskusi dan

meluapkan keluh kesah dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga keikhlasan

bapak dapat menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.

9. Bapak Zuhairan Y. Yunan SE. M, Sc selaku ketua jurusan IESP yang baru

semoga dapat menjadi ketua jurusan yang lebih baik lagi dalam memajukan

IESP.

10. Terimakasih kepada Dosen-dosen IESP yang pernah mengajari saya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu. Bantuan kalian dalam menyampaikan

materi yang sangat membantu saya dalam memahami materi perkuliahan.

Page 13: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

viii

Semoga ini dapat menjadi nilai ibadah dan semoga Allah SWT membalas

semua jasamu.

11. Terima kasih juga kepada keluarga besar Hj. Mugeni dan Hj. Gede Ara yang

telah mendoakan dan mengingatkan terus untuk selalu mengejar skripsinya

dan cepat mengejar wisudanya.

12. Sahabat-sahabatku Femme Elegante Zul Kairani, Nilam Nurlaila, Annisa

Febrianti, Wihda Nur Afifah, Yuli Yanti dan Nurul Alifah yang telah

menemaniku dalam menempuh perjalan mencari ilmu dari awal semester

sampai akhirnya terselesaikan skripsi ini. Saling menyemangati dalam suka

dan duka. Semoga kita semua bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat

bagi orang sekitar. Amiin

13. Zarif Tesettur walaupun pertemuan kita belum lama untuk kak Ida Ayu

Calvandis dan Kak Dwita Aprilia, semoga bisa menjadi teman perjuangan

menuju kesuksesan usaha yang sedang kita bangun. Amiin

14. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2011, yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas waktu, tawa, senyum, pengalaman

baru selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik

untuk setiap langkahmu. Semoga kita semua dapat menjadi bagian dari

impian-impian kita.

15. Orang-orang berjasa tanpa kenal lelah atas segala pelayanan administrasinya,

semoga Allah SWT mencatat dan membalas segala kebaikannya.

Page 14: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 21 Mei 2015

Farah Fauziyah

Page 15: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

x

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... i

Abstract ............................................................................................................. iii

Abstrak .............................................................................................................. iv

Kata Pengantar ................................................................................................. v

Daftar Isi ............................................................................................................ x

Daftar Tabel ...................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ................................................................................................. xiv

Daftar Lampiran .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 11

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12

D. Manfaat Peneltian ............................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14

A. Teori Yang Berkenaan Dengan Variabel ........................................... 14

1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia ............ 14

2. Transmisi Kebijakan Moneter Islam ........................................... 23

3. Kebijakan Moneter Konvensional ............................................... 25

4. Kebijakan Moneter Menurut Islam ............................................. 28

5. Instrumen Moneter ...................................................................... 32

Page 16: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xi

6. Uang Dan Jumlah Uang Yang Beredar ....................................... 35

7. Obligasi Dan Obligasi Syariah (Sukuk) ...................................... 38

8. Inflasi .......................................................................................... 41

B. Keteraitan Antar Variabel .................................................................. 48

C. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 52

D. Kerangka Berfikir ............................................................................... 61

E. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 65

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 65

B. Model Pengumpulan Data .................................................................. 65

C. Metode Analisis Data ......................................................................... 66

1. Uji Stasioneritas Data dan Derajat Integrasi ............................... 69

2. Uji Kointegrasi ............................................................................ 71

3. Model Empiris Dalam VAR ....................................................... 72

4. Impulse response (IRF) ............................................................... 75

5. Variance Decomposition ............................................................. 75

D. Model Penelitian ................................................................................ 75

E. Operasional Data Penelitian (Variabel) ............................................. 76

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 80

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 80

1. Perkembangan Inflasi (IHK) ....................................................... 80

2. Perkembangan SBI dan SBIS ...................................................... 82

3. Perkembangan Uang Beredar ...................................................... 85

4. Perkembangan Obligasi dan Sukuk ............................................. 87

B. Analisis Uji Ekonometrik ................................................................... 91

1. Uji Stasioneritas Data dan Derajat Integrasi ............................... 93

2. Uji Kointegrasi ............................................................................ 96

Page 17: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xii

3. Estimasi VAR ............................................................................. 96

4. Impulse response (IRF) .............................................................. 99

5. Variance Decomposition ............................................................ 102

C. Analisis Ekonomi .............................................................................. 107

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................... 111

A. Kesimpulan ........................................................................................ 111

B. Implikasi ............................................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 114

LAMPIRAN ...................................................................................................... 117

Page 18: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Tabel Perbandingan Target Inflasi Dan Aktuali Inflasi 3

1.2 Tabel Data Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Jumlah Uang Beredar (M2),

Obligasi, Sukuk, Dan Inflasi (IHK) Periode 2011-2014 Dalam

Miliar Dan Persen

9

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 57

3.1 Model Penelitian Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Jalur

Harga Aset

76

4.1 Uji Stasioneritas Variabel Dengan Metode ADF Test 92

4.2 Hasil Lagh Lenght 93

4.3 Hasil Uji Kointegrasi Johansen (Model I) 94

4.4 Hasil Uji Kointegrasi Johansen (Model II) 95

4.5 Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi 96

4.6 Hasil Estimasi VAR (Model I) 97

4.7 Hasil Estimasi VAR (Model II) 98

4.8 Ringkasan Respon Variabel Terhadap Kenaikan Satu Standar

Deviasi Dari LIHK

102

4.9 Hasil Forecast error Variance Decomposition (FEVD)

Penyumbang Inflasi (IHK)Model I

103

4.10 Forecast error Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang

Inflasi (IHK) Model II

105

Page 19: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Saluran Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia 14

2.2 Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Jalur Harga Aset 22

2.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Islam 24

2.4 Kerangka Berfikir Penelitan 63

3.1 Proses Analisis VAR 67

4.1 Perkembangan Inflasi (IHK) Periode Januari 2008 S.D Desmber

2014 Di Indonesia

82

4.2 Perkembangan SBI Periode Januari 2008 S.D Desmber 2014 Di

Indonesia

83

4.3 Perkembangan SBIS Periode Januari 2008 S.D Desmber 2014 Di

Indonesia

84

4.4 Perkembangan M2 Periode Januari 2008 S.D Desmber 2014 Di

Indonesia

86

4.5 Perkembangan Obligasi Periode Januari 2008 S.D Desmber 2014

Di Indonesia

88

4.6 Perkembangan Sukuk Periode Januari 2008 S.D Desmber 2014 Di

Indonesia

91

4.7 Hasil Impulse Response Inflasi (IHK) Model I dan II 99

Page 20: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Dari Variabel-Variabel Yang Digunakan 117

2 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LINF 118

3 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSBI 118

4 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSBIS 119

5 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LM2 119

6 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LOBL 119

7 Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSKK 120

8 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLInflasi 120

9 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference Variabel DLSBI 120

10 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLSBIS 121

11 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLM2 121

12 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLObligasi 121

13 Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLSukuk 122

14 Hasil Lag Model I 122

15 Hasil Lag Model II 123

16 Hasil Uji Kointegrasi Model I (Konvensional) 124

17 Hasil Uji Kointegrasi Model II (Syariah) 124

18 Hasil Estimasi VAR Model I (Konvensional) 126

19 Hasil Estimasi VAR Model II (Syariah) 127

20 Hasil Uji Impulse Response (IRF) Model I (Konvensional) 128

21 Hasil Uji Impulse Response (IRF) Model II (Syariah) 128

Page 21: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

xvi

22 Hasil Uji Variance Decomposition Model I (Konvensional) 128

23 Hasil Uji Variance Decomposition Model II (Syariah) 130

Page 22: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kebijakan moneter suatu bank sentral atau otoritas moneter

dimaksudkan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga

melalui mekanisme transmisi yang terjadi. Untuk itu, otoritas moneter

harus memiliki pemahaman yang jelas tentang mekanisme transmisi di

negaranya. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bekerja

melalui berbagai saluran, seperti suku bunga, agregat moneter, kredit,

nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi (Warjiyo dan Agung, 2002).

Sehingga, pemahaman tentang transmisi kebijakan moneter menjadi

kunci agar dapat mengarahkan kebijakan moneter untuk mempengaruhi

arah perkembangan ekonomi riil dan harga di masa yang akan datang.

(Ascarya, 284: 2012). Hal ini diperjelas oleh undang-undang bank sentral

untuk mencapai sasaran akhir kebijakan moneter tersebut.

Goncangan yang terjadi pada perekonomian global dapat

mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Untuk mengurangi

dampak goncangan perekonomian global terhadap perekonomian dalam

negeri, dibutuhkan kebijakan yang efektif dan efisien, baik kebijakan

moneter maupun kebijakan fiskal serta kebijakan-kebijakan ekonomi

lainnya. Fokus penerapan kebijakan moneter di Indonesia sesuai UU No.

23 tahun 1999 yang telah diubah dalam UU No.3 Tahun 2004 mengenai 1

Page 23: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

2

kebijakan moneter menyebutkan bahwa Bank Indonesia diberi amanah

sebagai otoritas moneter ganda yang dapat menjalankan kebijakan

moneter konvensional maupun syariah, maka kebijakan moneter yang

ditempuh menggunakan dual monetary policy yakni konvensional dan

syariah dengan tujuan utama kebijakan moneter di Indonesia adalah

untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yaitu kestabilan

harga (inflasi) dan nilai tukar rupiah.

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum

dan berlangsung terus-menerus. Dalam keadaan tertentu inflasi

dibutuhkan untuk perekonomian. Namun, inflasi akan berdampak buruk

dan merugikan bila telah mencapai inflasi yang sangat tinggi, namun di

Indonesia angka inflasi terus-menerus bertambah dari tahun ke tahun.

Oleh sebab itu pemerintah harus memiliki target inflasi yang akan

dijadikan acuan untuk mengendalikan inflasi setiap tahunnya.

Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus

dicapai oleh Bank Indonesia. Dalam Nota Kesepahaman antara

Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga

tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tentang Sasaran Inflasi tahun

2013, 2014, dan 2015 tanggal 30 April 2012, sasaran inflasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013 – 2015, masing-masing

sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% masing-masing dengan deviasi ±1%. (Bank

Indonesia, 2015), seperti dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Page 24: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

3

Tabel 1.1

Tabel Perbandingan Target Inflasi Dan Aktual Inflasi

Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy)

2011 5+1% 3,79

2012 4.5+1% 4,30

2013 4.5+1% 8,38

2014* 4.5+1% 8,36

*) berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tanggal 30 April 2012 Sumber: Bank Indonesia

Pada tahun 2011 dan tahun 2012 memiliki tingkat inflasi aktual yang

sangat baik sebesar 3,79 % dan 4,30 %, yaitu dibawah target inflasi.

Sedangkan pada tingkat inflasi aktual tahun 2013 dan 2014 menunjukan

angka secara umum telah mencapai 8,38 % dan 8,36 %, hal ini

menunjukan tingkat inflasi yang kurang baik dikarenakan angka inflasi

ini jauh dari target tahun tersebut. Selain itu tingkat inflasi hampir

mendekati angka 10 %. Sedangkan untuk tahun 2015, nilai tukar rupaiah

meningkat sebesar Rp 13.500/dollar AS. Dalam hal ini dapat dikatakan

target pencapaian inflasi pemerintah kurang maksimal dalam dua tahun

terakhir ini, yaitu menuju sasaran inflasi yang rendah dan stabil.

Pemerintah menggunakan kebijakan moneter sebagai pengendali

inflasi, yaitu stabilisasi harga. Oleh karena itu dibutuhkan adanya

mekanisme tranasmisi kebijakan moneter beserta instrumen-instrumen

yang digunakan. Terbentuknya sistem monter syariah diharapkan

Page 25: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

4

menjadi solusi dari kegagalan yang diakibatkan oleh sistem moneter

konvensional yang terpaku pada sistem bunga. Sistem bunga membawa

kegiatan perekonomian dalam tindak spekulasi yang akan menghambat

perekonomian sektor riil untuk berkembang dan akhirnya pertumbuhan

ekonomi tidak berdiri dengan kuat atau rapuh meskipun angka

pertumbuhan ekonomi tinggi. Asumsinya adalah dengan adanya

kebijakan moneter syariah, kebijakan moneter khususnya di Indonesia

akan terbebas dari sistem bunga dan diharapkan dapat mencapai tujuan

moneter yang lebih baik.

Menurut mishkin (1995), mekanisme transmisi kebijakan moneter

merupakan proses yang kompleks karena dalam teori ekonomi moneter

sering disebut dengan “Black Box”. Hal ini terutama karena transmisi

yang dimaksud banyak dipengaruhi tiga faktor, yaitu (i) perubahan

perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam

berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya, (ii) lamanya tenggang

waktu lag dari kebijakan ekonomi ditempuh sampai sasaran inflasi

tercapai, serta (iii) terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi

kebijakan moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan

keuangan dinegara yang bersangkutan. (Warjiyo, 2004: 4)

Sejatinya penelitian Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

memberikan penjelasan mengenai bagaimana perubahan (shock)

instrumen kebijakan moneter dapat mempengaruhi variabel

makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan

Page 26: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

5

moneter. Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di

sektor riil, semuanya sangat tergantung pada perilaku atau respons

perbankan dan dunia usaha lainnya terhadap shock instrumen kebijakan

moneter yaitu Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). (Deswita,

159: 2013)

Dalam penelitian ini mengkhususkan dengan menggunakan

mekanisme transmisi moneter jalur harga aset. Penelitian dengan

menggunakan jalur harga aset masih sedikit sekali dilakukan. Namun,

terdapat studi mengenai bekerjanya transmisi moneter melalui saluran

harga aset dilakukan oleh idris dkk (2002). Mengatakan bahwa harga

tanah dan properti sebetulnya merupakan indikator yang lebih baik untuk

mengkaji saluran harga aset tersebut namun terbentur masalah data maka

digunakanlah harga saham. Keterbatasan data tersebut maka penelitian

ini menggunakan variabel obligasi dan sukuk sebagai indikator harga aset.

Kebijakan moneter melalui jalur harga aset adalah suatu kebijakan

moneter yang juga akan mempengaruhi perkembangan harga-harga aset

lain, baik harga aset financial seperti yield obligasi dan harga saham,

maupun aset fisik khususnya harga properti dan emas. Perubahan suku

bunga dan nilai tukar maupun besarnya investasi di pasar uang rupiah

dan valuta asing akan berpengaruh pula terhadap volume dan harga

obligasi, saham dan aset fisik tersebut, dan selanjutnya perkembangan

tersebut akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil. Pengaruh

harga aset pada konsumsi dan investasi akan mempengaruhi pula

Page 27: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

6

permintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat output

riil dan inflasi dalam ekonomi. (Warjiyo, 2004: 14).

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia biasanya akan memainkan

dan mengatur jumlah uang beredar untuk menstabilkan ekonomi moneter

negara. Jumlah uang beredar yang stabil akan menekan tingginya angka

inflasi. Uang yang beredar dalam suatu negara amat penting. Dalam arti

luas, uang beredar adalah uang yang didalamnya termasuk aset keuangan

yang memenuhi fungsinya sebagai uang dengan tingkat liquiditas yang

berbeda satu sama lain. Uang dalam arti luas atau disebut (M2) yaitu

uang yang terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Data

terakhir pada tahun 2014 dari Bank Indonesia jumlah uang beredar (M2)

mencapai Rp 4.170.731 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya

sebanyak Rp 3.730.197 miliar. Hal tersebut terjadi karena naik turunya

angka pelipat gandaan uang tidaklah bersifat konstan. Angka tersebut

senantiasa berubah-ubah sejalan dengan pola interaksi antara otoritas,

bank umum dan masyarakat.

Dalam pengendalian mekanisme transmisi kebijakan moneter

diperlukan instrumen-instrumen untuk mengatur jumlah uang yang

beredar. Salah satunya dalam penelitian ini adalah dengan instrumen

Operasi Pasar Terbuka (OPT), dengan OPT sebagai instrumen moneter

secara tidak langsung, dapat mempengaruhi sasaran operasionalnya yaitu

suku bunga atau jumlah uang beredar secara lebih efektif. Dengan

menggunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen

Page 28: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

7

moneter konvensional dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

sebagai instrumen moneter syariah. Dengan Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bank sentral

melakukakan kegiatan jual beli surat-surat berharga dengan pelaku pasar,

baik di pasar primer maupun sekunder yang dijadikan instrumen

operasional tidak langsung utama pengendalian moneter.

Operasi Pasar Terbuka (OPT) dapat dilakukan atas inisiatif Bank

Indonesia dengan frekuensi dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan

dalam bentuk jual beli surat-surat berharga oleh Bank Indonesia. Apabila

Bank Indonesia akan mengurangi jumlah uang yang beredar, maka surat-

surat berharga akan dijual yang akan berdampak pada pengurangan alat-

alat likuiditas bank dan selanjutnya akan memperkecil kemampuan bank-

bank memberikan pinjaman, begitu pula sebaliknya. (Ascarya, 2005: 17)

Bank Indonesia menjaga agar suku bunga pasar uang jangka pendek

tersebut tidak terlalu melebar dari suku bunga kebijakan (BI Rate) untuk

mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Dengan kondisi

supply likuiditas harian di pasar uang yang masih tinggi, dan untuk

menjaga agar suku bunga pasar uang jangka pendek bergerak tidak

terlalu jauh dari BI Rate, maka Bank Indonesia akan melakukan operasi

pasar terbuka dengan berbagai variasi tenor. Pelaksanaan lelang dari

mingguan menjadi bulanan diharapkan dapat mendorong bank mengelola

likuiditasnya dalam rentang waktu yang lebih panjang. Adapun

penyerapan ekses likuiditas yang mengutamakan SBI dan SBIS dengan

Page 29: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

8

tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mendorong berkembangnya

transaksi di pasar uang dan pelaksanaan operasi moneter yang lebih

efektif. (Bank Indonesia, 2015)

Untuk mengendalikan inflasi, jumlah uang yang beredar (M2) agar

lebih efektif dan bermanfaat harus disalurkan dalam kegiatan ekonomi.

Seperti yang telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, di indonesia

memiliki berbagai macam saluran, salah satunya adalah melalui saluran

harga aset yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dimana melalui

perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya

mempengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan sebelum

akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. (Bank Indonesia, 2015)

Bank sentral menjalankan kebijakan moneter, mereka melakukan

serangkaian pengaturan atau penyesuaian ekonomi yang bekerja di pasar

barang maupun pasar aset. Penerapan kebijakan moneter mempengaruhi

pembelanjaan, output, dan penyerapan sumber daya (employment) dalam

jangka pendek, yang berujung pada perubahan tingkat harga dalam

jangka menengah dan jangka panjang. Adapun pengaruhnya kebijakan

moneter yang dilakukan BI dalam mempengaruhi harga aset sebelum

hasil akhir menentukan tingkat inflasi. maka data variabel yang

digunakan sebagai indikator meknisme transmisi kebijakan moneter

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 30: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

9

Tabel 1.2

Data Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Jumlah Uang Beredar (M2), Obligasi, Sukuk dan

Inflasi (IHK) Periode 2011-2014 dalam Miliar dan Persen

Tahun SBI SBIS M2 Obligasi Sukuk Inflasi (IHK)

2011 119.777 3.476 2.877.220 260,863.85 7.915 3,79%

2012 78.873 3.455 3.307.508 328,500.85 9,790.4 4,3%

2013 91.392 4.712 3.730.197 385,297.85 11,994.4 8,38%

2014 88.899 8.130 4.170.731 429,660.85 12.917 8,36%

Sumber : Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Bedasarkan data pada tabel 1.2 menunjukan kecenderungan

penurunan nilai SBI dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Dikatakan

dalam artikel IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency) 2015, SBI

cenderung mengalami penurunan dikarenakan aliran dana perbankan di

SBI yang makin surut sejalan dengan arah kebijakan moneter bank

sentral, dimana BI sengaja mengurangi penyerapan dana melalui SBI

agar bank lebih giat menyalurkan kreditnya sehingga akan berdampak

pada kurs rupiah yang tetap stabil. Jika dana bank di SBI semakin

menumpuk, BI harus menanggung beban bunga yang semakin besar.

Kebijakan yang dilakukan bank sentral sehingga menampilkan nilai

SBI menurun dan SBIS yang semakin meningkat, tetap memperlihatkan

jumlah uang yang beredar juga semakin meningkat setiap tahunnya.

Selain itu, perkembangan aset seperti obligasi dan sukuk terus

Page 31: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

10

mengalami kenaikan, yang berarti dapat dikatakan bahwa investasi

dengan aset-aset seperti ini diminati oleh para investor. Terlebih lagi juga

perkembangan sukuk yang belum lama muncul juga terus mengalami

kenaikan, bahkan pernah sukuk mengalami kelebihan permintaan.

Namun kebijakan moneter yang telah dilakukan BI tersebut tetap saja

tingginya angka inflasi setiap tahunnya terus terjadi.

Menurut Pohan (2008), menjaga kestabilan nilai uang ini bukanlah

masalah yang sederhana, karena uang berkaitan erat dengan hampir

seluruh aspek dalam perekonomian. Dan alasan ini pula, proses kebijakan

moneter sampai menyentuh kepada sektor riil menjadi masalah yang

sangat kompleks dan tidak mudah pula menjaga stabilitas harga pada

kondisi inflasi yang aman. Proses ini kemudian lazim disebut sebagai

mekanisme transmisi kebijakan moneter, yang merupakan saluran

penghubung kebijakan moneter ke perekonomian riil. Permasalahan

mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ini masih

merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan

akademis maupun para praktisi seperti Taylor: 2000, Warjiyo dan

Agung: 2002, Muelgini: 2004, Mishkin: 2004, Doni Satria dan Solikin M.

Juhro:2011, serta Ascaraya: 2012. Menariknya Mekanisme Transmisi

Kebijakan Moneter selalu dikaitkan dengan dua pertanyaan. Pertama,

apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekonomi riil di samping

pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya, maka melalui

Page 32: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

11

mekanisme transmisi yang manakah pengaruh kebijakan moneter

terhadap ekonomi riil tersebut terjadi. (Deswita, 159: 2013)

Sedikitnya penelitian mekanisme transmisi kebijakan moneter

dengan melihat dari jalur harga aset serta adanya kebijakan sistem

moneter ganda konvensional maupun syariah yang disahkan oleh UU

untuk mengendalikan stabilitas harga (inflasi) salah satunya. Manakah

sistem moneter yang masih lebih efektif digunakan dalam mengendalikan

inflasi yang terus mengalami kenaikan. Maka berangkat dari penjelasan

tersebut penelitian in mengambil judul “ANALISIS MEKANISME

TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN

SYARIAH MELALUI JALUR HARGA ASET TERHADAP

INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2011-2014”.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang penelitian diatas, adapun rumusan masalah

yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme transmisi moneter konvensional melalui jalur

harga aset dalam mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia?

2. Bagaimana mekanisme transmisi moneter syariah melalui jalur harga

aset dalam mempengaruhi inflasi di Indonesia?

Page 33: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

12

3. Bagaimanakah perbandingan mekanisme transmisi moneter

konvensional dan syariah melalui jalur harga aset dalam

mempengaruhi inflasi di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berkaitan dengan rumusan

masalah yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi mekanisme transmisi moneter konvensional

melalui jalur harga aset dalam mempengaruhi tingkat inflasi di

Indonesia.

2. Mengidentifikasi pengaruh mekanisme transmisi moneter syariah

melalui jalur harga aset dalam mempengaruhi tingkat inflasi di

Indonesia.

3. Membandingkan pengaruh mekanisme transmisi moneter

konvensional dan syariah melalui jalur harga aset dalam

mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau inspirasi dan

pedoman bagi peneliti lainnya yang berminat dibidang ini:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti

untuk menyelaraskan ilmu pengetahuan yang didapat dalam kegiatan

akademik sehingga dapat menambah pengetahuan bagi peneliti

Page 34: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

13

dalam bidang ekonomi pembangunan dengan kinsentrasi ekonomi

islam khususnya yang menjadi minat peneliti.

2. Penelitian ini dapat dipergunakan bagi pihak lain yang beminat pada

penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan

dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan.

3. Hasil dari penelitian ini juga dapat dipergunakan oleh universitas

untuk menambah bahan pustaka dalam mengembangkan kualitas

pendidikan universitas tersebut dalam masa yang akan datang.

4. Bagi lembaga atau instansi terkait lembaga keuangan khususnya

perbankan syariah, penelian ini dapat dijadikan sebagai referensi

untuk perbaikan perkembangan perbankan syariah yang merupakan

objek penelitian.

Page 35: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Yang Berkenaan Dengan variabel

1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia

Sebelum penjelasan secara teoritis, ada baiknya bila kita

mengetahui bagaimana berbagai saluran sehingga dapat disebut

sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Berikut adalah

gambar berbagai saluran transmisi kebijakan moneter di Indonesia:

Gambar 2.1

Saluran Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia

Sumber: Priadi Asmanto, 2006

Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya

menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank

sentral mempengaruhi berbagai aktifitas ekonomi dan keuangan

sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan.

Secara spesifik, Taylor (1995) mengatakan bahwa transmisi

14

Page 36: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

15

kebijakan moneter adalah “ The process through which monetary

policy decision are transmitted into changes in real GDP and

inflation”. (Warjiyo, 2004: 3-4)

Menurut Mishkin (1995), mekanisme transmisi kebijakan

moneter merupakan proses yang kompleks karena dalam teori

ekonomi moneter sering disebut dengan “Black Box”. Hal ini

terutama karena transmisi yang dimaksud banyak dipengaruhi tiga

faktor, yaitu (i) perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para

pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya,

(ii) lamanya tenggang waktu lag dari kebijakan ekonomi ditempuh

sampai sasaran inflasi tercapai, serta (iii) terjadinya perubahan pada

saluran-saluran transmisi kebijakan moneter itu sendiri sesuai

dengan perkembangan ekonomi dan keuangan dinegara yang

bersangkutan. (Warjiyo, 2004: 4)

Kompleksitas mekanisme transmisi kebijakan moneter juga

berkaitan dengan perubahan pada peran dan cara kerjanya saluran-

saluran transmisi moneter dalam perekonomian. Pada perekonomian

terbuka, perkembangan ekonomi dan keuangan disuatu negara akan

dipengaruhi pula oleh perkembangan ekonomi dan keuangan negara

lain melalui perubahan nilai tukar, volume ekspor impor, ataupun

besarannya arus dana masuk dan keluar dari negara yang

bersangkutan. Pada kondisi demikian, peranan saluran yang lain,

seperti suku bungan, kredit, dan nilai tukar juga semakin penting

Page 37: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

16

dalam transmisi kebijakan moneter. Peran saluran harga aset, seperti

obligasi dan saham dan saluran ekspektasi juga semakin perlu

diperhatikan. (Warjiyo, 2004: 6)

Menurut Warjiyo (2004: 7), transmisi moneter saling berkaitan

dengan proses perputaran uang dalam perekonomian. Transmisi

kebijakan moneter pada dasarnya menunjukan interaksi antar bank

sentral, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, dan pelaku

ekonomi di sektor riil melalui dua tahap proses perputaran uang,

yaitu Interaksi yang terjadi di pasar keuangan dan Interaksi yang

berkaitan dengan fungsi intermediasi,

Dalam perkembangan lanjutan, dengan kemajuan dibidang

keuangan dan perubahan dalam struktur perekonomian, terdapat lima

saluran mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu saluran uang,

saluran suku bunga, saluran harga aset, saluran kredit dan saluran

ekspektasi. Berikut penjelasan yang lebih rinci (Warjiyo, 2004: 14):

a. Saluran Uang

Melalui saluran uang mengacu pada domonasi peran uang

dalam perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh quantity

teory of money (Fisher, 1991). Teori ini pada dasarnya

menggambarkan kerangka kerja yang jelas mengenai analisis

hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan uang

beredar dan inflasi, yang dinyatakan dalam suatu identitas yang

dikenal sebagai “the equation of exchange” sebagai berikut :

Page 38: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

17

MV = PT

Dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan

dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan

jumlah output nominal, dihitung dengan harga yang berlaku,

yang ditransaksikan dalam ekonomi (PT). Mekanisme transmisi

saluran uang dibagi dalam dua tahap proses perputaran uang

tersebut.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran

uang dimulai dengan tindakan bank sentral mengendalikan uang

primer sesuai dengan sasaran akhir yang ingin dicapai.

Kemudian dengan proses money multiplier ditransmisikan ke

jumlah uang beredar (M1 dan M2) sesuai dengan permintaan

masyarakat. pada akhirnya uang beredar akan mempengaruhi

berbagai kegiatan ekonomi, khususnya inflasi dan output riil

karena peranannya untuk pemenuhan kebutuhan transaksi

ekonomi oleh para pelaku ekonomi.

b. Saluran Kredit

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran

kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan

masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1 dan M2) oleh

perbankan selalu disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha.

Perbedaan antara saluran uang dengan saluran kredit terletak

pada tahapan selanjutnya dari proses perputaran uang dalam

Page 39: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

18

ekonomi. Saluran kredit menekankan pentingnya pasar kredit,

yang tidak selalu dalam kondisi keseimbangan karena adanya

assymetric information atau sebab-sebab lain.

Terdapat dua jenis saluran kredit yang mempengaruhi

transmisi kebijakan moneter dari sektor keuangan ke sektor riil,

yaitu kredit bank dan neraca perusahaan. Perkembangan kredit

perbankan selanjutnya akan berpengaruh pada inflasi dan sektor

riil melalui perkembangan invenstasi dan konsumsi.

c. Saluran Suku Bunga

Aspek ini lebih mementingkan aspek harga di pasar

keuangan terhadap berbagai aktifitas ekonomi disektor riil.

Tahap pertama pada saluran ini adalah kebijakan moneter yang

ditempuh bank sentral akan mempengaruhi perkembangan suku

bunga jangka pendek di pasar uang (misalnya suku bunga SBI

dan PUAB) dipasar uang rupiah. Tahap kedua, transmisi suku

bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada

pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam

perekonomian.

d. Saluran Nilai Tukar

Transmisi saluran ini menekankan pentinganya pengaruh

perubahan harga aset finansial terhadap berbagai aktifitas

ekonomi. Aset finansial berbentuk valuta asing, selanjutnya

perkembangan nilai tukar dan dana aliran dana luar negeri

Page 40: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

19

tersebut akan berpengaruh pada output riil dan inflasi negara.

Perubahan perkembangan nilai tukar pasar valuta asing

pengaruh tidak langsung terhadap nilai tukar tersebut karena

kebijakan moneter akan mempengaruhi perkembangan suku

bunga dipasar, yang selanjutnya berpengaruh terhadap besarnya

aliran dana ke luar negeri serta permintaan dan penawaran

dipasar valuta asing.

Pada tahap selanjutnya, pengaruh nilai tukar terhadap

inflasi juga dapat terjadi secara langsung karena perkembangan

nilai tukar mempengaruhi pola pembentukan harga oleh

perusahaan dan ekspektasi inflasi di masyarakat, maupun secara

tidak langsung terjadi karena perubahan nilai tukar

mempengaruhi komponen ekspor impor dalam permintaan

agrerat. Perkembangan ini akan berdampak pada besarnya

output riil dalam ekonomi yang pada akhirnya akan menentukan

besarnya tekanan inflasi dari sisi kesenjangan output.

e. Saluran Harga Aset

Kebijakan moneter juga berpengaruh terhadap

perkembangan harga-harga aset lain, baik harga aset financial

seperti yield obligasi dan harga saham, maupun aset fisik

khususnya harga properti dan emas. Perubahan suku bunga dan

nilai tukar maupun besarnya investasi di pasar uang rupiah dan

valuta asing akan berpengaruh pula terhadap volume dan harga

Page 41: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

20

obligasi, saham dan aset fisik tersebut, dan selanjutnya

perkembangan tersebut akan berdampak pada berbagai aktivitas

di sektor riil. Pengaruh harga aset pada konsumsi dan investasi

akan mempengaruhi pula permintaan agregat dan pada akhirnya

akan menentukan tingkat output riil dan inflasi dalam ekonomi.

Menurut Mishkin (2004), Transmisi moneter melalui jalur

harga aset lain (other asset price effect) dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu efek nilai tukar terhadap ekspor bersih

(Exchange Rate Effect on Net Export), Teori Q Tobin (Tobin’s

Q Theory) dan Efek Kesejahteraan (Wealth Effect). (Masyitha,

2012: 8)

1) Exchange Rate Effect on Net Export

Ketika terjadi ekspansi kebijakan moneter dengan

penurunan suku bunga maka akan menyebabkan aset dalam

mata uang asing lebih menarik dibandingkan dengan aset

domestik dalam Rupiah. Pada akhirnya nilai dari aset rupiah

akan menurun sehingga rupiah terdepresiasi. Nilai rupiah

yang lebih rendah dibandingkan mata uang asing akan

menyebabkan harga barang domestik menjadi lebih murah

dibandingkan harga barang asing sehingga meningkatkan

ekspor dan agregate output.

Page 42: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

21

2) Tobin’s Q Theory

Teori ini dikembangkan oleh James Tobin yang

menjelaskan pengaruh kebijakan moneter terhadap

penilaian ekuitas. Tobin mendefinisikan ‘q’ sebagai harga

pasar untuk perusahaan yang dibagi dengan penggantian

harga modal. Ketika nilai q tinggi maka harga pasar untuk

perusahaan akan relatif tinggi dibandingkan dengan harga

modalnya. Untuk itu perluasan usaha dan harga dari

peralatan relatif murah sehingga dapat meningkatkan

investasi. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat

mengeluarkan sedikit saham, tetapi dapat dijual dengan

harga yang tinggi. Ketika terjadi ekspansi moneter maka

masyarakat akan dihadapkan pada kondisi dimana terjadi

kelebihan uang dibandingkan kebutuhan yang ada sehingga

masyarakat akan menyalurkan dananya ke pasar saham.

Permintaan saham akan meningkat dan harga saham akan

naik. Harga saham yang naik akan menyebabkan q naik

sehingga meningkatkan investasi dan output.

3) Wealth Effect

Asumsi yang mendasari proses transmisi moneter pada jalur

ini bahwa pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh

sumber daya seumur hidup (lifetime resources), bukan

hanya didasari pada pendapatan yang didapat hari ini.

Page 43: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

22

Komponen utama sumber daya seumur hidup (lifetime

resources) adalah kesejahteraan finansial, salah satunya

adalah saham. Saat terjadi kontraksi moneter maka harga

saham akan naik, sehingga menaikan kesejahteraan dan

juga menaikan konsumsi. Konsumsi yang naik akan

meningkatkan ouput

Gambar 2.2

Mekanisme Transmisi Moneter melalui jalur harga Aset

Sumber : Warjiyo, 2005

f. Saluran Ekspektasi

Para pelaku ekonomi, dalam menentukan tindakan

bisnisnya akan mendasarkan pada prospek ekonomi dan

keuangan kedepan. Bedasarkan kebijakan moneter yang

ditempuh oleh bank sentral akan memunculkan ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi, akibatnya akan mempengaruhi

tindakan masyarakat untuk melakukan aktifitas pada sektor riil.

Pada permintaan agregat tingkat suku bungan akan menentukan

besarnya konsumsi dan investasi.

Page 44: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

23

Sedangkan pada penawaran agregat terjadi melalui pola

pembentukan harga produk. Sehingga pengaruh ekspektasi

inflasi terhadap permintaan dan penawaran agregat akan

menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi.

Dengan demikian semakin kredible kebijakan moneter, semakin

rendah pula distorsi yang ditimbulkannya baik terhadap

perkembangan output riil maupun efektifitas kebijakan moneter

dalam pencapaian sasaran inflasi tersebut.

2. Transimisi Kebijakan Moneter Islam

Menurut Islahi (2004), transmisi kebijakan moneter muncul

sejak munculnya otoritas moneter yang terpisah dari otoritas fiskal.

Otoritas moneter berkembang sejalan dengan berkembangnya bank

sentral dari bank sirkulasi (menerbitkan uang kertas atau fiat money)

yang ditandai dengan munculnya Bank of England (BOE) pada

tahun 1694 (Capie, 1994). Karena uang kertas sifatnya inflatoir

(karena tidak memiliki nilai intrinsik), maka tugas bank sentral

berkembang termasuk mengatur jumlah uang yang beredar untuk

mengendalikan nilai mata uang atau inflasi. Hal ini tidak diperlukan

ketika uang yang digunakan adalah uang intrinsik, seperti Dinar

emas dan Dirham perak di masa masih adanya kekhalifahan Islam.

Khilafah Islamiyah terakhir, yaitu Dinasti Utsmaniyah di Turki,

runtuh pada tahun 1924. (Ascarya, 2012: 296)

Page 45: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

24

Menurut Siddiqui (2007), Setting institusi keuangan Islam

kontemporer tidak jauh berbeda dengan setting institusi keuangan

konvensional yang sudah established, sehingga instrumen-instrumen

kebijakan moneter Islam juga banyak yang mirip dengan instrumen-

instrumen kebijakan moneter konvensional. Namun, karena cara

kerja instrumen kebijakan moneter Islam memiliki persamaan dan

perbedaan prinsip dengan cara kerja instrumen kebijakan moneter

konvensional, transmisi kebijakan moneter Islam dapat sama atau

berbeda dengan transmisi kebijakan moneter konvensional. Menurut

Chapra (1985), tidak mendiskusikan secara spesifik masalah

transmisi kebijakan moneter Islam ini. Perkembangan teori moneter

Islam selanjutnya juga belum ada yang menyinggung tentang

transmisi kebijakan moneter Islam, termasuk pass-through atau

jalur-jalurnya. (Ascarya, 2012: 296)

Gambar 2.3

Mekanisme Transmisi kebijakan Moneter Islam

Sumber: Ascarya, 2014

Page 46: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

25

3. Kebijakan Moneter Konvensional

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau

mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan

(yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang

dimaksud dengan kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya

output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi

terkontrol) melalui kebijakan moneter pemerintah dapat

mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar

dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh,

sekaligus mengendalikan inflasi. (Rahardja dan manurung, 2002:

435)

Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar,

maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif.

Sebaliknya, jika jumlah uang beredar dikurangi, pemerintah

menempuh kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan uang ketat.

(Rahardja dan manurung, 2002: 435)

Jumlah uang beredar dapat dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Rahardja dan manurung (2002: 435-437), ada tiga

instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan moneter, yaitu:

Jumlah uang yang berdar = Alat likuiditas atau uang tunai Cadangan wajib minimum

Page 47: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

26

a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Yang dimaksud operasi pasar terbuka adalah pemerintah

mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau

membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Jika ingin

mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah

menjual surat-surat berharga, dan jika ingin menambah jumlah

uang beredar maka pemerintah membeli kembali surat-surat

berharga tersebut. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan

dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU)

b. Fasilitas Diskontro (Discount Rate)

Yang dimaksud tingkat bunga diskontro adalah tingkat

bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang

meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah

jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menurunkan

tingkat bunga pinjaman (tingkat diskontro). Sebaliknya jika

ingin menahan laju pertambahan uang beredar, pemerintah

menaikan bunga pinjaman.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Penetapan rasio cadangan wajib dapat mengubah jumlah

uang beredar, jika rasio cadangan wajib di perbesar, maka

kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibanding

sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya

Page 48: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

27

hanya 10%, maka untuk setiap unit deposito yang diterima,

perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90%, dari

deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka

multiplier uang dari sistem perbankan adalah 10.

Jika rasio wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap

unit deposito yang diterima, sistem perbankan hanya dapat

menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka multiplier uang dari

sistem perbankan turun menjadi 5.

d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Dengan imbauan moral, otoritas moeter mencoba

mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang beredar.

Misalnya, gubernur Bank Indonesia dapat memberi saran agar

perbankan berhati-hati dalam memberikan kredit atau

membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral

(berhati-hati menggunakan fasilitas diskontro).

Selain instrumen kebijakan moneter tersebut, terdapat pula

kebijakan moneter Plafon Credit Policy (politik pagu kredit) artinya

kebijakan untuk memperketat atau mempermudah dalam pembelian

pinjaman kepada masyarakat.

Page 49: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

28

4. Kebijakan Moneter Menurut Islam

Menurut Chapra (2000:134), strategi dalam perekonomian Islam

amat diperlukan, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari

motif transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada

umumnya oleh tingkatan pendapatan uang dan distribusinya.

Permintaan uang pada dasarnya didorong oleh fluktuasi suku bunga

pada perekonomian kapitalis. Penghapusan bunga dan kewajiban

membayar zakat dengan laju 2 persen per tahun tidak saja

meminimalkan permintaan spekulatif terhadap uang dan mengurangi

efek suku bunga, tetapi dapat memberikan stabilitas yang lebih besar

bagi permintaan total terhadap uang hal ini akan lebih jauh diperkuat

oleh sejumlah faktor antara lain sebagai berikut:

a. Aset pembawa bunga tidak akan bersedia dalam sebuah

perekonomian islam, sehingga orang yang hanya memegang

dana likuid menghadapi pilihan apakah tidak mau terlibat

dengan resiko dan tetap memegang uangnya dalam bentuk cash

tanpa memperoleh keuntungan, atau turut berbagi resiko dan

menginvestasikan uangnya pada aset bagi hasil sehingga

mendapatkan keuntungan.

b. Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan berbagai

tingkatan resiko akan tersedia bagi para investor tanpa

memandang apakah mereka adalah pengambil resiko tinggi atau

Page 50: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

29

rendah, sejauh mana risiko yang dapat diperkirakan akan diganti

dengan laju keuntungan yang diharapkan.

c. Barang kali dapat diasumsikan bahwa, kecuali dalam keadaan

resesi tak akan ada pemegang dana yang cukup irasional untuk

menyimpan sisa uangnya setelah dikurangi oleh keperluan-

keperluan transaksi dan berjaga-jaga selama ia dapat

menggunakan sisanya yang menganggur untuk melakukan

investasi pada aset bagi hasil untuk menggantikan paling tidak

sebagai efek erosif zakat dan inflasi, sejauh dimungkinkan

dalam sebuah perekonomian Islam.

d. Laju keuntungan-berbeda dari laju suku bunga, tidak akan

ditentukan didepan. Satu-satunya yang akan ditentukan didepan

adalah rasio bagi hasil. Ini tidak akan mengalami fluktuasi,

seperti halnya suku bunga karena ia akan didasarkan pada

konversi ekonomi dan sosial, dan setiap ada perubahan di

dalamnya akan terjadi lewat tekanan kekuatan-kekuatan pasar

sesudah terjadi negosiasi yang cukup lama, jika prospek

ekonomi cerah keuntungan secara otomatis akan meningkat.

Preferensi likuiditas yang terjadi karena motif spekulasi akan

kurang berarti dalam sebuah perekonomian islam. Stabilitas yang

relatif lebih besar dalam permintaan uang untuk tujuan transaksi

akan cenderung mendorong stabilitas yang lebih besar bagi

Page 51: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

30

kecepatan peredaran uang dalam suatu fase daur bisnis dalam sebuah

perekonomian Islam dan dapat diperkirakan perilakunya secara lebih

baik. Karena itu, variabel yang digunakan dalam suatu kebijakan

moneter yang difomulasikan dalam sebuah perekonomian islam

adalah cadangan uang daripada suku bunga. Oleh karena itu suplai

uang dalam perekonomian. Praktik-praktik monopolistik perlu

dihilangkan dan setiap usaha harus dilakukan untuk menghapuskan

kekakuan struktural dan menggalakan semua faktor yang mampu

menghasilkan peningkatan penawaran barang dan jasa. (Chapra,

2000: 136)

Menurut Chapra (2000:137), untuk menjamin bahwa

pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak berlebihan, perlu

memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter.

Pertama adalah membiayai defisit anggaran, ekspansi deposito

melalui penciptaan kredit pada bank-bank komersial dan bersifat

eksternal atau menggunakan surplus neraca pembayaran.

Menurut Chapra (2000: 141), dalam kerangka strategi yang

dijelaskan diatas, dapat diajukan mekanisme kebijakan moneter yang

tidak saja akan membantu mengatur penawaran uang seirama dengan

permintaan riil terhadap uang, tetapi juga membantu memenuhi

kebutuhan untuk membiayai defisit pemerintah yang benar-benar riil

dan mencapai sasaran sosio-ekonomi masyarakat Islam lainnya.

Page 52: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

31

Menurut Chapra (2000:2), tujuan kebijakan moneter Islam

adalah kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment

dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosio-

ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteran,

stabilitas dalam nilai uang sehingga kemungkinan medium of

exchange dapat dipergunakan sebagai suatu perhitungan, patokan

yang stabil, serta penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya

diharapkan dari sistem perbankan.

Dari tujuan-tujuan kebijakan moneter Islam yang dicoba

didefinisikan oleh para ahli ekonomi Islam, sekilas hampir sama

dengan tujuan-tujuan kebijakan moneter yang diterpkan oleh sistem

kapitalis. Akan tetapi jika dikaji lebih dalam, ada perbedaan

penekanan dan komitmen yaitu tentang nilai-nilai spiritual, keadilan

sosio-ekonomi, dan persaudaraan manusia. (Andra, 2010: 17)

Pada kesimpulannya dalam kebijakan moneter menurut Islam,

ketersediaan sebagian instrumen tradisional kebjakan moneter tidak

harus menimbulkan persoalan serius dalam mengelola suatu

kebijakan moneter yang efektif dengan syarat bahwa realisasi uang

berdaya tinggi diatur dengan baik pada pusatnya. Hal ini dengan

sendirinya mengandung arti bahwa dalam sistem Islam, seperti

halnya pada sistem-sistem yang lain, kerjasama antar bank sentral

dan pemerintah sangat diperlukan. Apabila pemerintah tidak

bertekad memiliki stabilitas harga sebagai suatu sasaran kebijakan

Page 53: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

32

yang tidak dapat diatur pada pusatnya, penyesuaian minor yang

diperlukan karena perubahan kondisi perekonomian atau karena

terjadi kesalahan dalam memprediksi harus dilakukan oleh bank

sentral melalui penggunaan intrumen yang ada padanya. (Chapra,

2000: 15)

5. Instrumen Moneter

Operasi Pasar Terbuka merupakan instrumen kebijakan tidak

langsung yang penting karena melalui OPT bank sentral dapat

mempengaruhi sasaran operasionalnya (yaitu suku bunga dan

jumlah uang beredar) secara lebih efektif. Dikatakan demikian

karena sinyal arah kebijakan moneter dapat disampaikan melalui

OPT, yang pelaksanaanya dilakukan secara terbuka dan

pembentukan suku bunganya ditentukan oleh mekanisme pasar.

Dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas

sesuai yang diinginkan. OPT berbentuk kegiatan jual beli surat-surat

berharga oleh bank sentral. ( Ascarya, 2005: 17)

SBI dan SBIS merupakan bagian dari instrumen moneter

Operasi Pasar Terbuka (OPT). Dilansir dalam wikipedia (2015)

yang dimaksud dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat

berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan

utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem

diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang

Page 54: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

33

digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai

Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap

kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang

berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar

berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan

mekanisme BI rate yaitu Bank Indonesia mengumumkan target

suku bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia untuk pelelangan

pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan

sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

Sertifikat Bank Indonesia memiliki karakteristik utama dalam

peranannya sebagai instrumen Operasi Pasar Tebuka. Bedasarkan

Surat edaran Bank Indonesia tahun 2006, yaitu:

a. SBI memilki satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta

Rupiah).

b. Jangka waktu SBI sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling

lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari

dan dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan

jatuh tempo waktu.

c. SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto.

d. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).

e. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

f. Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni (true

discount) sebagai berikut:

Nilai Tunai=

Page 55: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

34

g. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut:

Di Indonesia menganut sistem transmisi moneter ganda, maka

dalam OPT terdapat pula Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

sebagai instrumen moneter syariah. Menurut Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang

Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS adalah surat berharga

berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata

uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS memiliki

karakteristik sebagai berikut, yaitu:

a. menggunakan akad ju'alah, Berdasarkan fatwa Dewan Syariah

Nasional-Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan

dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah,

qardh, dan wakalah.

b. satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)

c. berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama

12 (dua belas) bulan

d. diterbitkan tanpa warkat (scripless)

e. dapat diagunkan kepada Bank Indonesia

f. tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Nilai Diskonto = Nilai Nominal - Nilai Tunai

Page 56: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

35

Sedangkan menurut Arifin (2009:198), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank

Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS

merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah

yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter.

Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip

syariah yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila

terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas. (Ridho, 2014: 26)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan piranti instrumen

moneter yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka mengurangi

jumlah uang beredar dalam mekanisme perbankan syariah.

Perbedaan yang mendasar dari SBI Syariah dengan SBI

konvensional adalah dari penerapan mekanismenya. SBI Syariah

menerapkan sistem imbalan dan SBI Konvensional menggunakan

mekanisme suku bunga/diskonto. (Ridho, 2014: 27)

6. Uang dan Jumlah Uang Beredar

Uang adalah suatu benda yang dapat ditukarkan dengan benda

lain, dapat digunakan untuk menilai benda lain, dan dapat disimpan.

Uang juga dapat digunaka untuk membayar hutang di waktu yang

akan datang. Dengan kata lain, uang adalah suatu benda yang pada

dasarnya dapat berfungsi sebagai (1) alat tukar, (2) alat penyimpan

Page 57: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

36

nilai, (3) satuan hitung, dan ukuran pembayaran yang tertunda.

Fungsi uang tersebut sejalan dengan ekonomi yang berkembang

untuk memenuhi kebituhan ekonominya. (Solikin dan Suseno, 2005:

2)

Menurut Adiwarman (2010: 77), konsep uang dalam ekonomi

islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional.

Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa

uang adalah uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang

yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional diartikan secara

bolak balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.

Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah

sesuatu yang bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu yang

bersifat stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional

terdapat beberapa pengertian, yang ditunjukan oleh konsep Irving

Fisher yang menyatakan bahwa :

Keterangan:

M = jumlah uang beredar P = tingkat harga barang

V = tingkat perputaran uang T = jumlah barang diperdagangkan

Dalam islam, capital is private goods, sedangkan money is

publics goods. Uang yang ketika mengalir (beredar) adalah public

MV = P T

Page 58: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

37

goods (flow concept), lalu mengendap ke dalam kepemilikan

seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi

(privat goods). Dalam islam, konsep ini sudah dikenal, yaitu ketika

Rasulullah mengatakan bahwa “manusia mempunyai hak bersama

dalam tiga hal; air, rumput dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan

Ibn Majah). Menurut Al-Gazali dan Ibn Khaldun, definisi uang

adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai

harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.

(Adiwarman, 2010: 78)

Uang tunai atau uang kartal adalah uang kertas dan uang logam

yang beredar di masyarakat yang dikeluarkan dan diedarkan oleh

bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter. Selain itu

terdapat pula uang giral yaitu uang yang digunakan untuk

pembayaran tunai namun menggunakan cek atau semacamnya yang

sebelumnya seseorang telah meiliki simpanan dalam rekening giro

pada bank umum. Dapat dilihat bahwa bank umum adalah lembaga

yang dapat mencetak uang, dalam bentuk uang giral. Terdapat pula

uang kuasi, yaitu simpanan tabungan dan deposito berjangka yang

hanya dapat diambil pada waktu tertentu (1 atau 3 bulan). (Solikin

dan Suseno, 2005: 11)

Dengan mengeluarkan dan mengedarkan uang berarti sistem

moneter mempunyai kewajiban kepada sektor swasta domestik atau

penduduk/masyarakat yang terdiri dari individu, badan usaha, dan

Page 59: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

38

lembaga lainnya. Bedasarkan pengertian tersebut, uang beredar

didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor

swasta domestik. (Solikin dan Suseno, 2005: 13)

Adapun jenis-jenis uang beredar mencakup dalam dua

pengertian, yaitu uang beredar dalam arti sempit adalah sering diberi

simbol M1 didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap

sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang

giral (D). Sedangkan uang beredar dalam arti luas sering disebut

juga sebagai likuiditas perekonomian diberi simbol M2,

didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor

swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D) dan

uang kuasi (T). (Solikin dan Suseno, 2005: 13)

7. Obligasi dan Obligasi Syariah (Sukuk)

Kebijakan moneter melalui jalur aset adalah suatu kebijakan

moneter yang juga akan mempengaruhi perkembangan harga-harga

aset lain, baik harga aset financial seperti obligasi/ sukuk dan harga

saham, maupun aset fisik khususnya harga properti dan emas.

a. Obligasi

Dalam hal ini obligasi digunakan sebagai instrumen

moneter konvensional. Menurut Bursa Efek Indonesa, obligasi

merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat

dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang

Page 60: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

39

menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada

periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang

telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Sedangkan dalam buku sekolah Pasar Modal Bursa Efek

Indonesia Kelas Basic, mengatakan bahwa obligasi merupakan

surat tanda berhutang yang diterbitkan oleh perusahaan maupun

pemerintah dengan periode jangka waktu menengah atau

panjang, bunga dibayarkan secara periodik atau tidak

membayarkan bunga sama sekali (zero-coupon bond). Dalam

Bursa Efek Indonesia, obilgasi dibagi kedalam beberapa jenis,

yaitu:

1) Bedasarkan hak penukaran/opsi, yaitu:

(a) Convertible Bonds adalah obligasi yang memberikan

hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan

obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik

penerbitnya.

(b) Exchangeable Bonds adalah obligasi yang memberikan

hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham

perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan

afiliasi milik penerbitnya.

(c) Callable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak

kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada

harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

Page 61: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

40

(d) Putable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak

kepada investor yang mengharuskan emiten untuk

membeli kembali obligasi pada harga tertentu

sepanjang umur obligasi tersebut.

2) Bedasarkan penerbit dibagi menjadi sebagai berikut:

(a) Corporate Bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh

perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik

negara (BUMN), atau badan usaha swasta.

(b) Government Bonds adalah obligasi yang diterbitkan

oleh pemerintah pusat.

(c) Municipal Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah daerah untut membiayai proyek-proyek

yang berkaitan dengan kepentingan publik (public

utility).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi

adalah suku bunga bank dan resiko gagal bayar, berikut

perinciannya (Bursa Efek Indonesia, 2015):

1) Suku bunga bank, harga obligasi berbanding terbalik

dengan suku bunga bank, apabila suku bunga naik maka

harga obligasi akan turun begitu juga dengan sebaliknya

apabila suku bunga turun maka harga obligasi akan naik.

Page 62: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

41

2) Risiko gagal bayar (default risk), apabila emiten yang

mengeluarkan obligasi tersebut gagal bayar maka pemegang

obligasi tidak akan menerima kupon pembayaran dan juga

pelunasan hutang pada saat jatuh tempo. Hal ini akan

mempengaruhi turunya harga obligasi emiten tersebut di

pasar.

Dalam buku sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia

Kelas Basic juga mengatakan dalam berinvestasi pada obligasi

memiliki manfaat maupun risiko yang akan dihadapi. Adapun

manfaat dari investasi obligasi dapat berupa pendapatan tetap

atas kupon, capital gain, yeild suku bunga deposito dan agak

likuid. Sedangkan risiko yang dihadapi adalah adanya capital

loss, rentan terhadap pergerakan suku buga dan default risk yang

tinggi apabila emiten gagal bayar bunga dan atau pokok hutang.

b. Obligasi Syariah (Sukuk)

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, Sukuk merupakan istilah

baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi

syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan

bentuk jamak dari kata "sakk" dalam bahasa Arab yang berarti

sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan

Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk

Page 63: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

42

adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan

yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu

(tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:

1) aset berwujud tertentu (ayyan maujudat)

2) nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu

baik yang sudah ada maupun yang akan ada;

3) jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada

4) aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau

5) kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath

ististmarin khashah)".

Sementara itu Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.

32/DSN-MUI/IX/2002 mendefinisikan Obligasi syariah adalah

suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah

yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah

yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada

pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta

membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki

karakteristik yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan

merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama

atas suatu aset atau proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus

mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan (underlying

Page 64: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

43

asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset atau

proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan

untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk

dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan

jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

8. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan berlangsung terus-menerus. Dikatakan adanya kenaikan

harga jika harga menjadi lebih tinggi daripada harga periode

sebelumnya, perbandingan harga juga bisa dilakukan bedasarkan

patokan musim. Dikatakan bersifat umum jika kenaikan harga

barang tersebut akan mempengaruhi sebagian besar harga barang

lainnya. Sedangkan dikatakan berlangsung terus-menerus adalah

ketika dalam beberapa periode seperti triwulan, bulanan dan tahunan

dapat dilihat kenaikan harga barang semakin tinggi dalam jangka

waktu tersebut.

Inflasi dalam mempengaruhi permintaan agregat melalui

kebijakan moneter yaitu dengan mengarahkan ekonomi makro ke

kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah

uang yang beredar. Kebijakan uang ketat (kontaraktif) akan

mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat. kebalikannya,

kebijakan moneter eksansif akan menambah jumlah uang beredar.

Jika pemerintah mengambil kebijakan uang ketat, jumlah uang

Page 65: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

44

beredar akan berkurang. Besar kemungkinan hal ini akan dapat

mengurangi daya beli secara agregat. Sebaliknya dengan kebijakan

moneter ekspansif yang menyebabkan uang beredar bertambah.

Pengaruh kebijakan moneter terhadap permintaan agregat. (Rahardja

dan Manurung, 2008: 362)

Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 365), bedasarkan

faktor penyebabnya inflasi dapat di bagi dalam 3 jenis, yaitu :

a. Inflasi tekanan permintaan (demand-pull inflation)

Inflasi tekanan permintaan adalah inflasi yang terjadi karena

dominannya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan

ini menyebabkan output perekonomian bertambah, tetapi

disertai inflasi dilihat makin tingginya tingkat harga umum.

Dalam Inflasi tekanan permintaan, tidak selalu berarti

penawaran agregat tidak bertambah. Yang pasti kalaupun terjadi

pertambahan penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil

dibanding peningkatan permintaan agregat.

b. Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation)

Inflasi dorongan biaya terhadi karena kenaikan biaya

produksi. biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang.

Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya harga input pokok.

Jika yang berkurang adalah penawaran agregat, inflasi akan

disertai kontraksi ekonomi, sehingga jumlah output (PDB)

menjadi lebih kecil.

Page 66: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

45

c. Stagflasi

Stagflasi menerangkan dua keadaan buruk, yaitu stagnasi

dan inflasi. Stagnasi adalah kondisi di mana tingkat

pertumbuhan ekonomi sekitar nol persen pertahun. Jumlah

output relatif tidak bertambah, sayangnya kondisi ini disertai

oleh inflasi. Pada kondisi ini akan terjadi ketika permintaan

agregat bertambah sedangkan penawaran agreat berkurang.

Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 367), ada beberapa

indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju

inflasi selama satu periode tertentu, yaitu Indeks Harga Konsumen

(IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Harga

Implisit (GDP deflator). Pada penelitian kali ini akan membahas

inflasi dengan menggunakan pendekatan Indeks Harga Konsumen

(IHK).

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang

menunjukan tingkan harga barang dan jasa yang harus dibeli

konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan

menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi

masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot bedasarkan tingkat

keutamaannya. Barang yang paling penting diberi bobot yang paling

besar. Di Indonesia perhitungan IHK dilakukan dengan

Page 67: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

46

mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk

lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK

dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan

mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar terutama ibukota

provinsi-provinsi di Indonesia. (Rahardja dan Manurung, 2008: 367)

Rumus perhitungan Inflasi dengan IHK, yaitu:

Inflasi = (IHK – IHK-1) IHK-1

Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang

mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya, tetapi IHK sangat

berguna karena menggambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi

konsumen, sebab IHK memasukan komoditas-komoditas yang

relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi masyarakat. Sampai

tingkat tertentu inflasi dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan

penawaran agregat. Sebab kenaikan harga akan memacu produsen

untuk meningkatkan outputnya. Inlasi yang aman sekitar 5% -10%

pertahun. Namun, akan terjadi hyperinflation jika inflasi terjadi lebih

dari 100% pertahun. Hal ini akan mengganggu stabilitas ekonomi.

Ada beberapa masalah sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi

yaitu lebih dari 10% pertahun, diantaranya yaitu (Rahardja dan

Manurung, 2008: 368):

Page 68: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

47

a. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, diukur dari tingkat

daya beli pendapatan yang diperoleh masyarakat. inflasi

menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, bagi

masyarakat yang berpenghasilan kecil atau tetap. Sehingga

semakin tinggi tingkat inflasi, makin cepat penurunan tingkat

kesejahteraan.

b. Makin buruknya distribusi pendapatan, dampak buruk inflasi

terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika

pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat

inflasi. Namun jika hanya segelintir orang yang mampu

meningkatkan pendapatannya lebih besar dari kenaikan inflasi.

Akibatnya hanya sebagian orang yang mampu menaikan

pendapatan riil, tetapi sebagian besar masyarakat mengalami

penurunan pendapatan riil. Distribusi pendapatan, dilihat dari

pendapatan riil, makin memburuk.

c. Terganggunya stabilitas ekonomi, pengertian paling sederhana

dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan

spekulasi dalam perekonomian. Produsen berproduksi pada

kapasitas penuh. Konsumen juga memakai barang dan jasa

optimal dengan kebutuhan mereka. Kondisi nyaman ini akan

mulai terganggu bila inflasi yang relatif tinggi telah menjadi

kronis.

Page 69: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

48

Sedangkan menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat

sangat buruk bagi perekonomian karena:

a. Menimbulkan gangguan dalam fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi

dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang

dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi jua

telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali.

b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap

menabung dari masyarakat yaitu turunya marginal propensity

to save

c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama

untuk non-primer dan barang0barang mewah

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan seperti tanah bangunan, logam mulia,

mata uang asing dengan mengorbankan invetasi ke arah

produktif seperti; pertanian, industri, perdagangan, transportasi,

dan lainnya.

B. Keterkaitan Antar Variabel

Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral

dengan menggunakan instrumen moneter, apakah OPT atau dengan

menggunakan instrumen yang lain, dalam melaksanakan kebijakan

moneternya. Tindakan itu kemudian berpengaruh terhadap aktivitas

Page 70: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

49

ekonomi dan keuangan melalui berbagai transmisi kebijakan moneter,

yaitu saluran uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset dan

ekspektasi. Target kebijakan moneter akan berpengaruh dibidang

keuangan maupun di sektor riil hingga pertumbuhan ekonomi dan

inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. (warjiyo,

2004:4). Dalam penelitian ini akan berfokus pada mekanisme transmisi

moneter di Indonesia melalui jalur harga aset.

Peran Harga aset mungkin berperan dalam mekanisme transmisi

kebijakan moneter yang dikenal secara teoritis, meskipun cukup sulit

untuk menggambarkan secara empiris. Hasil guncangan kebijakan

moneter dalam fluktuasi harga aset dengan kebijakan moneter

pelonggaran dapat meningkatkan harga saham dalam dua cara: (i)

dengan membuat ekuitas relatif lebih atraktif bagi obligasi (karena suku

bunga jatuh) dan (ii) oleh perbaikan dalam prospek pendapatan

perusahaan sebagai akibat dari pengeluaran lebih rumah tangga. Harga

ekuitas yang lebih tinggi memiliki dua dampak impuls moneter.

Pertama, harga ekuitas yang lebih tinggi meningkatkan nilai pasar

relatif perusahaan terhadap biaya penggantian modal, memacu investasi

juga, disebut sebagai Tobin q theory. Tobin q theory menggambarkan

mekanisme Kebijakan moneter dengan cara mempengaruhi

perekonomian melalui dampak pada valuasi ekuitas. (Asif Idress Dkk,

2005: 15)

Page 71: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

50

Kedua, Kenaikan harga saham diterjemahkan ke dalam kekayaan

finansial yang lebih tinggi dari rumah tangga dan konsumsi, karena itu

lebih tinggi. Konsumsi disini menurut model siklus hidup Modigliani,

konsumsi belanja ditentukan oleh sumber daya seumur hidup konsumen,

yang terdiri dari modal manusia, modal riil dan kekayaan finansial.

Komponen utama dari kekayaan finansial adalah saham biasa. Ketika

harga saham naik, meningkat pula nilai kekayaan finansial,

meningkatkan sumber daya seumur hidup konsumen, sehingga

meningkatkan konsumsi. Selain itu, hingga harga saham yang lebih

tinggi meningkatkan kekayaan bersih perusahaan dan rumah tangga

yang meningkatkan akses mereka terhadap dana. (Asif Idress Dkk,

2005: 160)

Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai

instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan

perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur

atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran

inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi

inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan

moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia

melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target

operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan

Page 72: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

51

keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. (Bank

Indonesia, 2015)

Sebelum mendapatkan sasaran akhir untuk mencapai stabilitas

harga (inflasi), terdapat tahap-tahap yang dilakukan dalam transmisi

kebijakan moneter. Untuk menjalankan transmisi tersebut diperlukan

adanya instrumen moneter. dalam penelitian ini menggunakan

instrumen operasi pasar terbuka salah satunya SBI dan SBIS. Dengan

adanya penjualan surat-surat berharga ini maka tabungan giral

masyarakat dan cadangan yang dimiliki oleh bank umum akan

berkurang yang berarti jumlah uang beredar didalam perekonomian

juga berkurang.

Jumlah uang beredar pada M2 merupakan indikator yang baik

untuk melihat inflasi nanti pada akhirnya. Uang beredar yang terlalu

banyak atau uang yang beredar terlalu sedikit membawa stabilisasi

perekonomian yang buruk. Perekonomian yang baik dan stabil biasanya

ditopang kuat oleh sektor riil.

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian

makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan

menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi, sehingga

mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya

mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi

seperti konsumsi dan investasi. kondisi sektor keuangan, perbankan,

Page 73: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

52

dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau

tidaknya proses transmisi kebijakan moneter. (Bank Indonesia, 2015)

Perubahan suku bunga dan nilai tukar maupun besarnya investasi

di pasar uang rupiah dan valuta asing akan berpengaruh pula terhadap

volume dan harga obligasi, selanjutnya perkembangan tersebut akan

berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil. Pengaruh harga aset

pada konsumsi dan investasi akan mempengaruhi pula permintaan

agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat output riil dan

inflasi dalam ekonomi. (Warjiyo, 2004: 14).

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Asif, Ahmed, Yasir dan Hastam,

Transmission Mechanism of Monetary Policy in Pakistan (2005).

Penelitian ini menganalisis menggunakan autoregressions vektor untuk

memeriksa transmisi moneter Mekanisme di Pakistan. Hasil

menunjukkan bahwa pengetatan moneter pertama mengarah penurunan

permintaan domestik, terutama permintaan investasi yang dibiayai oleh

pinjaman bank, yang diterjemahkan ke dalam pengurangan bertahap

dalam tekanan harga yang akhirnya mengurangi tingkat harga

keseluruhan dengan lag yang signifikan. Selain saluran suku bunga,

jalur harga aset aktif. Saluran nilai tukar kurang signifikan. Fakta

bahwa hubungan kebijakan moneter dengan sektor riil langsung yaitu,

melalui saluran pinjaman bank. Selain suku bunga tradisional dan

Page 74: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

53

saluran pinjaman bank, kami juga menemukan saluran harga aset aktif

yang mungkin terutama karena korelasi kuat antara ukuran (IPI) dan

variabel pilihan yang mewakili jalur harga aset (KSEI).

Guinigundo dalam penelitiannya mengenai Transmission

Mechanism Of Monetary Policy In The Philippines (2006), ketersediaan

saluran kredit dan saluran harga aset tetap terkait erat karena peran

dominan dari sistem perbankan dalam sistem keuangan Filipina.

Liberalisasi pasar keuangan, ditambah dengan NPL besar, yang

merupakan sisa dari krisis keuangan Asia telah melemahkan

ketersediaan saluran kredit dan meluas pada saluran harga aset dari

kebijakan moneter. Sementara itu, saluran ekspektasi memiliki peran

lebih penting di sini, meningkatnya transparansi yang terkait dengan

penargetan inflasi telah meningkatkan kesadaran para pembuat

kebijakan tentang pentingnya mengukur ekspektasi inflasi masyarakat

dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Balazs Egert dan Ronald MacDonald dalam penelitiannya tentang

Monetary Transmission Mechanism in Central and Eastern Europe:

Surveying the Surveyable (2008), menyimpulkan bahwa saluran harga

aset memiliki pengaruh yang kecil dan mungkin akan tetap menjadi

saluran transmisi yang low profile. Saham dan pasar obligasi

berpengaruh terhadap keputusan investasi dan konsumsi karena efek

kekayaan dan pendapatan, namun kenyataannya pasar ini didominasi

oleh investor asing bukan oleh investor domestik. Akibatnya,

Page 75: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

54

pergerakan harga di pasar ini hanya memiliki dampak yang terbatas

pada perekonomian melalui dua efek tersebut. Perubahan sistem

pembayaran pensiun untuk sistem pensiun swasta (sebagian) dapat

meningkatkan peran pasar modal untuk menopang mereka agar dapat

berinvestasi dalam saham dan obligasi swasta. Meskipun pengaruh

kebijakan moneter melalui pasar properti tidak tampak sangat penting

pada saat ini, saluran ini dapat tumbuh lebih kuat di masa depan dengan

pesatnya perkembangan perumahan terkait pinjaman.

Eva misfah bahyuni dan Ascarya, Analisis Pengaruh Instrumen

Moneter Terhadap Stabilitas Besaran Moneter Dalam Sistem Moneter

Ganda Di Indonesia (2010). Penelitian ini menggunakan Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai

variabel independen dan komponen besaran moneter, SBI rate, SBIS

return dan IHK sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan

metodologi Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error

Correction Model (VECM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa

perubahan pada besaran moneter stabil dalam jangka pendek.

Perubahan pada SBI dan SBIS tidak terdefinisi dalam jangka panjang.

Selanjutnya pada komponen besaran moneter, hanya tabungan yang

stabil dan berpengaruh dalam jangka panjang. Sedangkan variabel

lainnya, hanya stabil dan efektif dalam jangka pendek. Selain itu,

hubungan perubahan besaran moneter dengan perubahan IHK hanya

stabil dalam jangka pendek, dan tidak terdefinisi dalam jangka panjang.

Page 76: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

55

Ascarya, dalam Alur transmisi dan efektifitas kebijakan moneter

ganda di Indonesia (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mekanisme transmisi sistem moneter ganda dari konvensional

dan tingkat kebijakan Islam terhadap inflasi dan output menggunakan

metode Granger dan VAR, menggnakan data perbankan Januari 2003

sampai Desember 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mekanisme transmisi konvensional pada semua kebijakan konvensional

terkait pada output dan inflasi, sedangkan tingkat kebijakan Islam tidak

terkait dengan produksi dan penambahan inflasi. pada suku bunga

kredit dan suku bunga PUAB konvensional memberikan guncangan

dampak negatif dan permanen terhadap inflasi dan output, sedangkan

PLS, pembiayaan Islam antar bank PLS, serta SBIS (Central Bank

Syariah Sertifikat) guncangan kebijakan suku bunga memberikan

dampak positif dan permanen terhadap inflasi dan output. SBI

(Sertifikat Bank Sentral) sebagai kebijakan konvensional berdampak

positif pada inflasi dan dampak negatif terhadap output.

Deswita herlina, dalam identifikasi mekanisme transmisi kebijakan

moneter di Indonesia tahun 2000-2011 (2013). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme kerja berbagai saluran

terutama interest rate, kredit (pinjaman bank dan neraca), saluran aset,

nilai tukar, pada periode 2000: 1-2011: 4. Analisa Teknik yang

digunakan adalah Kausalitas Granger. Hasil uji kausalitas Granger

menunjukkan bahwa SBI memiliki hubungan satu arah dengan PUAB

Page 77: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

56

dan DEP, sedangkan PUAB tidak memiliki hubungan dengan KIBK

dan variabel IRSS memiliki hubungan satu arah dengan KIBK. Granger

Hasil uji kausalitas pada saluran suku bunga semua variabel memiliki

hubungan satu arah, kecuali KRSS variabel tidak memiliki hubungan

dengan DEP. Hasil uji kausalitas Granger pada saluran harga aset ada

hubungan antara IRSS dan KRSS terhadap IHSG. Hasilnya dalam

saluran nilai tukar dua arah hubungan antara PSB dengan NFA, dan

NTRMUA memiliki hubungan dua arah dengan CPI dan NTRMUA

tidak kausal hubungan dengan PDBR tersebut.

Ascarya, dalam Mekanisme Transmission Kebijakan Moneter

Dalam Sistem Keuangan Ganda Di Indonesia: jalur Bunga-Laba (2014).

Penelitian ini menggunakan variabel independen SBI, SBIS, PUAB,

PUAS, deposito konvensional dan syariah serta CCONS dan ICONS,

sedangkan untuk variabel dependen adalah IPI dan CPI. Penelitaian ini

juga menggunakan (ECM), (ARDL), dan (VECM). Hasil dari Respon

(IRF) dan (FEVD) menunjukkan bahwa sistem keuangan berbasis

bunga konvensional cenderung meningkatkan inflasi dan pertumbuhan

ekonomi menurun, sementara Sistem keuangan syariah yang bebas

bunga cenderung tidak mendorong inflasi dan tidak menghalangi

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan hasil estimasi ECM, ARDL dan

VECM menunjukkan bahwa dalam sistem keuangan ganda,

peningkatan SBI cenderung meningkatkan inflasi dan cenderung ada

penurunan pertumbuhan ekonomi, sedangkan peningkatan SBIS

Page 78: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

57

memberikan signifikan dampak inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Sehingga SBIS harus ditingkatkan menggunakan model PLS. Selain itu,

rendah dan stabilnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi tumbuh cepat di

bawah sistem keuangan ganda dapat dicapai dengan meningkatkan

pangsa keuangan Islam, khususnya Perbankan syariah dalam sistem

keuangan ganda Indonesia.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian mengenai analisis

mekanisme transimisi moneter konvensional dan syariah melalui jalur

harga aset dalam mempengaruhi inflasi di Indonesia dapat dilihat

perbedaannya melalui ruang lingkup penelitian, variabel yang

digunakan serta periode tahun penelitian.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Metode dan Hasil

1. Diwa C. Guinigun-do (2006)

Transmission Mechanism Of Monetary Policy In The Philippines

Inflasi (CPI), GDP, M3. ER, Rentals, Phisix, T-bill rate, term structure

Ketersediaan saluran kredit dan saluran harga aset tetap terkait erat karena peran dominan dari sistem perbankan dalam sistem keuangan Filipina. Sisa dari krisis keuangan Asia telah melemahkan ketersediaan saluran kredit dan meluas pada saluran harga aset dari kebijakan moneter. Sedangkan saluran ekspektasi memiliki peran lebih penting

Page 79: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

58

2. Asif, Ahmed, Yasir dan Hastam (2005)

Transmission Mechanism of Monetary Policy in Pakistan

Jalur Kredit: (IPI, Prices, Loans, TB6)

Jalur harga aset: ((IPI, Prices, KSEI, TB6)

Jalur nilai tukar: ((IPI, Prices, REER, TB6)

Jalur suku bunga: (IPI, Prices, Loans, REER, KESEI, TB6)

Analisis VAR

Hasil:

Hasil menunjukkan bahwa pengetatan moneter mengarah pertama penurunan permintaan domestik, terutama permintaan investasi yang dibiayai oleh pinjaman bank, yang diterjemahkan ke dalam pengurangan bertahap dalam tekanan harga yang akhirnya mengurangi tingkat harga keseluruhan dengan lag yang signifikan. Selain saluran tradisional suku bunga, hasilnya menunjukkan mekanisme transmisi di mana bank memainkan peran penting. Kami juga telah menemukan jalur harga aset aktif. Saluran nilai tukar telah kurang signifikan

3. Balazs Egert dan Ronald MacDon-ald (2008)

Monetary Transmission Mechanism in Central and Eastern Europe: Surveying the Surveyable

MTM’s variabel in the countries of europe

Di Eropa Tengah dan Timur saluran harga aset memiliki pengaruh yang kecil dan mungkin akan tetap menjadi saluran transmisi yang low profile. Salah satu penyebabnya adalah karena investasi didominasi oleh investor asing bukan oleh investor domestik

4. Eva Misfah

Analisis Pengaruh

Besaran moneter, SBI

Analisis VAR/VECM

Page 80: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

59

Bahyuni dan Ascarya (2010)

Instrumen Moneter Terhadap Stabilitas Besaran Moneter Dalam Sistem Moneter Ganda Di Indonesia

rate, SBIS return, dan IHK

Hasil:

(a) perubahan pada besaran moneter stabil dalam jangka pendek.

(b) Perubahan pada SBI dan SBIS tidak terdefinisi dalam jangka panjang.

(c) komponen besaran moneter, hanya tabungan yang stabil dan berpengaruh dalam jangka panjang.

(d) Sedangkan variabel lainnya, hanya stabil dan efektif dalam jangka pendek. Selain itu, hubungan perubahan besaran moneter dengan perubahan IHK hanya stabil dalam jangka pendek, dan tidak terdefinisi dalam jangka panjang

5. Ascarya (2012)

Alur transmisi dan efektifitas kebijakan moneter ganda di Indonesia 2003-2009

suku bunga kebijakan moneter konvensional, suku bunga simpanan, dan pinjaman perbankan konvensional, serta bagi hasil/margin/fee kebijakan moneter syariah, bagi hasil investasi dan bagi

Metode granger dan VAR

Hasil:

mekanisme transmisi konvensional pada kebijakan konvensional semua terkait pada output dan inflasi, sedangkan tingkat kebijakan Islam tidak terkait dengan produksi dan penambahan inflasi.

Page 81: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

60

hasil/margin pembiayaan perbankan syariah, dan inflasi IHK

6. Deswita Herlina (2013)

Mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia tahun 2000-2011

SBI, PUAB, PDBR, Inflasi (IHK), IRSS, KKBK, KIBK, KRSS, NFA, nilai tukar rupiah, expor riil, IHSG, deposito berjangka, PSB, suku bunga kredit investasi,

Metode kausalitas granger

Hasil:

Pada tabel ini hanya dilihat Hasil uji kausalitas Granger pada saluran harga aset ada hubungan antara IRSS dan KRSS terhadap IHSG. Hasilnya dalam saluran nilai tukar dua arah hubungan antara PSB dengan NFA, dan NTRMUA memiliki hubungan dua arah dengan CPI dan NTRMUA tidak kausal hubungan dengan PDBR tersebut

7. Ascarya (2014)

Mekanisme Transmission Kebijakan Moneter Dalam Sistem Keuangan Ganda Di Indonesia: jalur Bunga-Laba

SBI, SBIS, PUAB, PUAS, deposito konvensional dan syariah serta CCONS dan ICONS, IPI dan CPI

Analisis dengan ECM, ARDL dan VECM

Hasil:

Respon (IRF) dan (FEVD) menunjukkan sistem bunga konvensional cenderung meningkatkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi menurun,dan Sistem yang bebas bunga cenderung tidak mendorong inflasi dan tidak menghalangi pertumbuhan ekonomi.

hasil estimasi ECM, ARDL dan VECM

Page 82: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

61

menunjukkan bahwa dalam sistem keuangan ganda, peningkatan SBI meningkatkan inflasi dan ada penurunan pertumbuhan ekonomi, sedangkan peningkatan SBIS memberikan signifikan dampak inflasi dan pertumbuhan ekonomi

D. Kerangka Berfikir

Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank

sentral untuk mempengaruhi uang beredar dan kestabilan harga (Inflasi).

Bank sentral sebagai salah satu otoritas moneter dapat melaksanakan

kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter

konvensional dan instrumen kebijakan moneter syariah (Andra, 2010: 36).

Penelitian ini mencoba menganalisis bagaimana mekanisme

transmisi kebijakan moneter konvensional dengan mekanisme transmisi

kebijakan moneter syariah dengan jalur harga aset, dalam mempengaruhi

stabilitas harga atau inflasi (IHK) dan membandingkan yang paling

mempengaruhi tingkat inflasi khususnya di Indonesia.

Pada kerangka berfikir dibawah ini, dapat dilihat bahwa di

Indonesia memiliki sistem transmisi kebijakan moneter ganda, yaitu

kebijakan moneter konvensional dan syariah. transmisi kebijakan

moneter konvensional menggunakan instrumen moneter operasi pasar

Page 83: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

62

terbuka yaitu dengan variabel SBI, sedangkan sebagai instrumen moneter

syariah menggunakan variabel sukuk. Kemudian instrumen kebijakan

moneter tersebut akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Dengan

jumlah uang yang beredar diharapkan akan berdampak pada harga aset,

baik pada sisi konvensional maupun pada sisi syariah. Dimana aktivitas

tersebut akan mempengaruhi investasi di masyarakat. Pada tujuan akhir

yang diharapkan tentu saja adanya stabilitas harga (inflasi).

Page 84: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

63

Gambar 2.4

Kerangka Berfikir Penelitian

Sistem Transmisi Moneter Ganda

Moneter konvensional

Moneter syariah

Instrumen Moneter (SBI)

Jalur Harga Aset

Jumlah uang Beredar (M2)

Instrumen Moneter (SBIS)

Obligasi (Konvensional)

Sukuk (Syariah)

Inflasi (IHK)

Metode Analisis (VAR/VECM)

Kesimpulan

Page 85: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

64

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesa merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan

dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga terdapat hubungan mekanisme transmisi moneter

konvensional melalui jalur aset dalam mempengaruhi inflasi di

Indonesia.

2. Diduga terdapat hubungan mekanisme transmisi moneter syariah

melalui jalur aset dalam mempengaruhi inflasi di Indonesia

3. Diduga terdapat hubungan yang lebih berpengaruh antara

mekanisme transmisi moneter konvensional dengan mekanisme

transmisi moneter syariah melalui jalur aset dalam mempengaruhi

inflasi di Indonesia.

Page 86: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

65

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penghitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini

menggunakan bantuan Perangkat lunak komputer adalah E-Views..

Luasnya objek penelitian ini sehingga ruang lingkup variabel yang akan

digunakan bedasarkan pada data-data berikut ini:

1. Data statistik Bank Indonesia (BI) berupa data bulanan Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

Jumlah uang Beredar (M2), data Obligasi periode Januari 2011 –

Desember 2014.

2. Data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupa data bulanan

Sukuk periode Januari 2011 – Desember 2014.

B. Model Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian statistik deskriptif dan menggunakan

data sekunder maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data

untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Field research

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan

pihak kedua (data eksternal) atau data yang sudah dipublikasi untuk

65

Page 87: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

66

menjelaskan gejala dari suatu fenomena, seperti pusat referensi Bank

Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Library research

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya

yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk

memperoleh data yang valid.

3. Internet research

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau

pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau

kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk

mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan

teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang

diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.

C. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini akan menganalisis dan mengolah data dengan

uji Vector Autoregressive (VAR). VAR merupakan model ekonometrika

yang digunakan dalam analisis kebijakan makroekonomi dinamik dan

stokastik. Siregar dan Irawan (2005) menjelaskan bahwa VAR

merupakan sistem-sistem persamaan yang memperlihatkan setiap

variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari

variabel itu sendiri, serta nilai lag dari variabel lain yang ada dalam

Page 88: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

67

sistem. Variabel penjelas dalam VAR meliputi nilai lag dari variabel lain

yang ada dalam sistem VAR yang membutuhkan identifikasi retriks

untuk mencapai persamaan melalui interpretasi persamaan. (Ajija,dkk,

2011: 163)

Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua

variabel tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise,

yaitu memliki rerataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak

bebas tidak ada korelasi. Uji kestasioneran data dapat dilakukan melalui

pengujian terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan diuji

Augmented Dekey fuller (ADF), adanya unit root akan menghasilkan

persamaan atau model regresi yang lancung. (Ajija,dkk, 2011: 164)

Pendekatan VAR sangat lazim digunakan untuk meneliti dampak

kebijakan moneter terhadap variabel ekonomi lainnya yang banyak

ditunjuk oleh peneliti lain untuk menganalisa hubungan dan dampak

kebijakan moneter. Seperti dalam penelitian ini yang menggunakan alat

transmisi kebijakan moneter konvensional dan syariah melalui jalur aset

dalam mempengaruhi stabilitas harga (inflasi). Sebelum memahami lebih

lanjut lihat pada gambar 3.1 dibawah ini mengenai proses dalam analisis

VAR:

Page 89: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

68

Gambar 3.1

Proses Analisis VAR

Sumber: Yulizar dan Aan, 2013

Pendekatan yang digunakan untuk mengatasi persamaan regresi

lancung adalah dengan melakukan deferensiasi atas variabel endogen dan

eksogennya. Sehingga diperoleh variabel yang stasioner dengan derajat

l(n). Kestasioneran data melalui pendefernsian belum cukup, kita perlu

mempertimbangkan keberadaan hubungan jangka panjang dan pendek

dalam model. (Ajija,dkk, 2011: 164)

Pendektesian keberadaan kointegrasi ini dapat dilakukan dengan

metode Johansen atau Engel Grenger. Jika variabel-variabel tidak

terkointegrasi, maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya akan

identik dengan OLS, setelah memastikan variabel tersebut sudah

stasioner pada derajat yang sama. Jika pengujian membuktikan terdapat

Page 90: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

69

vektor kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single equation

atau VECM untuk sistem equation. (Ajija, dkk, 2011: 164). Bedasarkan

penjelasan diatas berikut penjelasan alur uji VAR, yaitu sebagai berikut:

1. Uji Stasioneritas Data & Derajat Integrasi

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model

ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji

stasioneritas pada data atau disebut juga stationary stochastic

process. Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan

menggunakan Augmented Dickey – Fuller (ADF) pada derajat yang

sama (level atau different) hingga diperoleh suatu data yang stasioner,

yaitu data yang variansnya tidak terlalu besar dan mempunyai

kecenderungan untuk mendekati nilai rata – ratanya (Enders, 1995)

dalam Ajija, dkk (2011:165).

Menurut Gujarati (2003: 817) dalam Ajija, dkk (2011:165)

menjelaskan bentuk persamaan uji stasioner dengan analisis ADF

dalam persamaan berikut.

Dimana :

Yt = bentuk dari first difference

= intersep

Y = variabel yang diuji stasioneritasnya

Page 91: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

70

p = panjang lag yang digunakan dalam model

= error term

Dalam persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa H0

menunjukan adanya unit root dan H1 menunjukan kondisi tidak

adanya unit root. Jika dalam uji stasioneritas ini menunjukan nilai

ADFstatistik yang lebih besar daripada Mackinnon critical value, maka

dapat diketahui bahwa data tersebut stasioner karena tidak

mengandung unit root. Sebaliknya, jika nilai ADFstatistik lebih kecil

daripada Mackinnon critical value, maka dapat disimpulkan bahwa

data tersebut tidak stasioner pada derajat level. Dengan demikian,

differencing data untuk memperoleh data yang stasioner pada derajat

yang sama di first different I(1) harus dilakukan, yaitu dengan

mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya.

Langkah-langkah pengujian akar unit sebagai berikut :

Hipotesis Ho : Data tersebut tidak stasioner pada tingkat Level.

Ha : Data tersebut stasioner pada tingkat Level.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

Jika ADFSTATISTIK > Mackinnon critical value (critical value)

= 5% maka Ho ditolak

Jika ADFSTATISTIK < Mackinnon critical value (critical value)

= 5% maka Ha diterima

Page 92: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

71

Uji akar unit ini digunakan untuk melihat apakah data yang

diamati stasioner atau tidak. Test ini sebenarnya hanya merupakan

pelengkap dari analisis VAR, mengingat tujuan dari analisis VAR

adalah untuk menilai adanya hubungan timbal balik di antara

variabel-variabel yang diamati, dan bukan test untuk data. Akan

tetapi, apabila data yang diamati adalah stasioner, hal ini akan

meningkatkan akurasi dari analisis VAR.

2. Uji Kointegrasi

Menurut Ajija, dkk (2011:190) Salah satu pendekatan yang

dapat digunakan dalam uji koentegrasi adalah dengan metode

Johansen. Uji koentegrasi metode Johansen dapat dianalisis melalui

model VAR dengan ordo P yang ditunjukan melalui persamaan.

dimana :

yt = vektor k pada variabel yang tidak stasioner

πt = vektor d pada varibel deterministik

Єt = vektor inovasi

Dimana yt vektor k dari variabel I(1) non stasioner, Xt adalah

vaktor dari variabel deterministik dan Єt vaktor inovasi. Ada

tidaknya koentegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika

Page 93: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

72

nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima

adanya koentegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya, jika nilai

hitung LR lebih kecil dari nilai kritisnya maka tidak ada koentegrasi.

Sebagaimana dinyatakan oleh Engle-Granger (1983) dalam

Widarjono (2007:351), keberadaan variabel nonstasioner

menyebabkan kemungkinan besar adanya hubungan jangka panjang

antara variabel di dalam sistem estimasi VAR. Berkaitan dengan hal

tersebut maka langkah selanjutnya di dalam estimasi VAR adalah uji

koentegrasi untuk mengetahui keberadaan hubungan antara variabel.

Apabila data tidak stasioner pada tingkat level akan tetapi stasioner

pada proses differensi data, maka kita harus menguji apakah data

tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak

dengan melakukan uji koentegrasi. Koentegrasi merupakan

kombinasi hubungan linear dari variabel-variabel yang terintegrasi

akan menunjukan bahwa variabel tersebut mempunyai trend

stokhastik yang sama dan selanjutnya mempunyai arah pergerakan

yang sama dalam jangka panjang.

3. Model Empiris Dalam VAR

Penggunaan pendekatan struktural atau teoritis atas permodelan

persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi di dalam

usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin

di uji. Disebut persamaan struktural karena hubungan variabel di

Page 94: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

73

dalam persamaan dibentuk atas dasar teori ekonomi. Estimasi

persamaan struktural tersebut akan menyediakan informasi numerik

dan sekaligus alat uji kepada teori. Akan tetapi sering kali teori

ekonomi belum mampu menentukan spesifikasi yang tepat.

Widarjono (2007:345) teori ekonomi terlalu komplek sehingga

semlifikasi harus dijelaskan dengan teori yang ada. VAR muncul

sebagai jalan keluar atas permasalahan ini, model VAR dibangun

dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan

agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Dengan

demikian VAR adalah model non struktural atau merupakan model

tidak teoritis (ateoritis).

Dengan VAR kita hanya perlu memperhatikan dua hal, yang

pertama adalah kita tidak perlu membedakan mana yang merupakan

variabel endogen dan eksogen. Semua variabel baik endogen

maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya

dimasukan di dalam model. Namun kita juga bisa memasukan

variabel eksogen di dalam VAR, dan yang kedua adalah untuk

melihat hubungan antar variabel di dalam VAR kita membutuhkan

sejumlah kelambanan variabel yang ada. Kelambanan variabel ini

diperlukan untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap

variabel yang lain di dalam model (Widarjono, 2007:346).

Diperlukan sebuah strategi dalam pembentukan VAR agar tidak

terjadi miss-spesifikasi di dalam pembentukannya. Karenanya

Page 95: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

74

estimasi model VAR akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut

secara berurutan. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan

dalam menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian

stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil

series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR pada dua

pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM (Vector

Error Correction Model). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini

adalah sebagai berikut :

a. VAR (Unrestricted VAR)

VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang

digunakan di dalam pembentukan VAR, stasioner di tingkat

level. Variasi VAR tanpa restriksi biasanya terjadi akibat adanya

perbedaan derajat integritas data variabelnya ketika data yang

digunakan memiliki bentuk stasioner dalam level. Sementara,

jika data tidak stasioner dalam level tetapi tidak memiliki

hubungan kointegrasi, maka estimasi VAR dapat dilakukan

dalam bentuk difference.

b. VECM (Restricted VAR)

Model VECM digunakan di dalam model VAR non struktural

apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi

stasioner pada data diferensi dan terkoentegrasi sehingga

menunjukan adanya hubungan teoritis antar variabel.

Page 96: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

75

4. IRF (Impulse Response)

Sims (1992) menjelaskan bahwa fungsi IRF menggambarkan

ekspetasi K-periode kedepan dari kesalahan prediksi suatu variabel

yang lain. Dengan demikian, lamanya pengaruh dari shock suatu

variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau

kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat atau diketahui. (Ajija,

dkk, 2011:168)

5. Variance Decomposition

Variance Decomposition atau disebut Forecast Error

Decomposition of Variance merupakan perangkat pada model VAR

yang akan memisahkan variasi dari sejumlah variabel yang

diestimasi menjadi komponen-komponen shock atau menjadi

variabel Innovation, dengan asumsi bahwa variabel-variabel

innovation tidak saling berkorelasi. Kemudian Variance

Decomposition akan memberikan informasi mengenai proporsi dari

pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock

variabel lainnya pada periode saat ini dan periode yang akan datang. .

(Ajija, dkk, 2011:168).

Page 97: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

76

D. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

model, yaitu mekanisme transmisi moneter konvensional dan syariah.

Dengan model pertama yaitu mekanisme transmisi moneter konvensional

melalui jalur harga aset terhadap inflasi dan model kedua yaitu

mekanisme transmisi moneter syariah melalui jalur harga aset terhadap

inflasi. Model I dan II dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Model Penelitian Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Jalur Harga Aset

Model Penjabaran

I IHKt = f (SBIt, M2t, Obligasit)

II IHKt = f (SBISt, M2t, Sukukt)

E. Operasional Data Penelitian (Variabel)

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, berikut ini definisi operasional

variabel yang digunakan dalam penelitian :

1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan)

dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu

Page 98: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

77

mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol

kestabilan nilai Rupiah. Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI)

bedasarkan hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2014 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

(SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai

bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti

moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah yang diciptakan

dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter dan dapat

dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi

kelebihan pada tingkat likuiditas. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI)

bedasarkan hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2014 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.

3. Jumlah Uang Beredar (M2)

Uang beredar didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter

terhadap sektor swasta domestik. Uang beredar dalam arti luas sering

disebut juga sebagai likuiditas perekonomian diberi simbol M2,

didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor

swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D) dan

uang kuasi (T). Data operasional yang digunakan dalam penelitian

Page 99: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

78

ini diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI) bedasarkan

hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 – Desember 2014

yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.

4. Obligasi (Bonds)

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang

dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang

menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode

tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan

kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Data operasional yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari data statistik Bank

Indonesia (BI) bedasarkan hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari

2011 – Desember 2014 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.

5. Sukuk

Sukuk merupakan pengganti dari obligasi syariah (islamic bonds).

Sukuk menurut Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13

memberikan definisi Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat

atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang

tidak tertentu. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dari data statistik Otoritas Jasa keuangan (OJK) bedasarkan

hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 – Desember 2014

yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah.

Page 100: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

79

6. Inflasi (IHK)

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan

berlangsung terus-menerus. Dikatakan adanya kenaikan harga jika

harga menjadi lebih tinggi daripada harga priode sebelumnya,

perbandingan harga juga bisa dilakukan bedasarkan patokan musim.

Dikatakan bersifat umum jika kenaikan harga barang tersebut akan

mempengaruhi sebagian besar harga barang lainnya. Sedangkan

dikatakan berlangsung terus-menerus adalah ketika dalam beberapa

periode seperti triwulan, bulanan dan tahunan dapat dilihat kenaikan

harga barang semakin tinggi dalam jangka waktu tersebut. Data

operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data

statistik Bank Indonesia hitungan bulanan, yaitu dari bulan Januari

2011 – Desember 2014 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Page 101: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

80

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada penelitian mekanisme transmisi moneter ini, instrumen moneter

yang digunakan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu instrumen moneter

konvensional dan syariah. Instrumen moneter konvensional dicerminkan

melalui besarnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sedangkan Instrumen

moneter syariah dicerminkan melalui Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS). Kemudian melihat transmisi tersebut dengan jalur harga aset,

dimana dalam transmisi moneter konvensional menggunakan nilai emisi

obligasi sedangkan untuk transmisi moneter syariah menggunakan nilai

emisi sukuk. Nilai emisi adalah jumlah nilai obligasi dan sukuk yang

sudah beredar. sehingga pada akhirnya dapat pula mempengaruhi

stabilitas harga (inflasi).

1. Perkembangan Inflasi

Inflasi menjadi perhatian yang serius dalam sebuah negara dan

tidak dapat dibiarkan begitu saja. Inflasi mendapat perhatian yang

serius dari pemerintah maupun Bank Indonesia selaku lembaga resmi

yang bertugas untuk mengatur stabilitas nilai rupaiah. Dalam

mengatur inflasi, pemerintah juga membuat target inflasi agar dapat

terarah dalam menjaga stabilitas harga tersebut. Target atau sasaran

80

Page 102: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

81

inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank

Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Kestabilan inflasi

merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian

inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan

tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial

ekonomi masyarakat. (Bank Indonesia, 2015)

Setiap tahun kita dapat merasakan naiknya harga suatu barang

yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama

kebutuhan pokok. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan

tingkat inflasi di negara kita yang mengakibatkan harga barang-barang

kebutuhan kita mengalami kenaikan. Dampak tersebut sangat

dirasakan, dimana daya beli masyarakat menjadi terus berkurang

namun kebutuhan tersebut harus tetap terpenuhi. Hal ini dapat dilihat

dari indeks harga konsumen. Fenomena inflasi merupakan salah satu

peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai hampir

semua negara di dunia. Inflasi juga merupakan indikator utama untuk

mengukur tingkat kestabilan perekonomian di suatu negara. Tingkat

inflasi yang cenderung stabil setiap periodenya juga dapat

mencerminkan bahwa perekonomian di negara tersebut cenderung

stabil juga.

Page 103: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

82

Dari gambar 4.1 dapat dilihat pergerakan dari tahun 2008 sampai

akhir 2014 kemampuan daya beli masyarakat akibat inflasi semakin

menurun. Disajikan pada gambar berikut mengenai perkembangan

inflasi di Indonesia dalam periode Januari 2011 sampai dengan

Desember 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1 Perkembangan inflasi (IHK) Periode Januari 2011 s.d

Desember 2014 Di Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), diolah

2. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI

digunakan untuk menjaga kestabilan rupiah dimana dengan penjualan

SBI Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang

beredar. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia melakukan perhitungan suku

Page 104: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

83

bunga setifikat Bank Indonesia dengan cara mengumumkan target

suku bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia untuk pelelangan

pada masa periode tertentu. (Masyitha, 2012: 40)

Dari gambar 4.2, posisi SBI cenderung terus mengalami

penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Disajikan pada gambar

berikut mengenai perkembangan SBI di Indonesia dalam periode

Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 4.2 Perkembangan SBI Periode Januari 2011 s.d Desember 2014

Di Indonesia

sumber : Bank Indonesia, di olah

Pada tahun di berlakukan dua sistem moneter, yaitu moneter

konvensional dan moneter syariah. Sehingga munculah berbagai

instrumen moneter syariah, salah satunya SBIS. Dengan

dikeluakannya peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008

mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maka peraturan

Page 105: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

84

mengenai SWBI resmi dicabut. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia

sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka pengganti SWBI

dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan

Prinsip Syariah. SBIS yang diterbitkan menggunakan akad Ju’alah,

yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan

tertentu (’iwadhju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan

dari suatu pekerjaan.

Dari gambar 4.3 dapat dilihat posisi SBIS sangat berbeda sekali

dengan posisi dari SBI, SBIS cenderung mengalami kenaikan yang

signifikan setiap tahunnya. Disajikan pada gambar berikut mengenai

perkembangan SBIS di Indonesia dalam periode Januari 2011 sampai

dengan Desember 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.3 Perkembangan SBIS Periode Januari 2011 s.d Desember 2014

Di Indonesia

sumber : Bank Indonesia, di olah

3. Perkembangan Uang Beredar M2

Page 106: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

85

Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral,

Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor

swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan

penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri

dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan

BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta

domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh

sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa

jangka waktu sampai dengan satu tahun. Uang Beredar dapat

didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). Uang

Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial

Statistics Manual (MFSM) 2000 dan Compilation Guide (2008).

Adapun cakupan uang beredar M2 adalah pada bank yang beroperasi

di Indonesia yaitu pada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

(Bank Indonesia, 2015)

Semakin banyak jumlah uang beredar maka nilai tukar rupiah

cenderung akan melemah dan harga-harga akan meningkat.

pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi sering kali juga

menjadi penyebab tingginya inflasi karena meningkatnya jumlah uang

beredar akan menaikan permintaan yang pada akhirnya jika diikti oleh

pertumbuhan di sektor riil akan menyebabkan naiknya harga. (Bank

Indonesia, Indonesian Economic Review and Outlook: 2013)

Page 107: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

86

Dari gambar 4.4 dapat dilihat dari tahun ke tahun jumlah uang

beredar M2 selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini pula

bedasarkan penjabaran diatas bahwa semakin banyak jumlah uang

beredar maka tingkat inflasi juga semakin tinggi. Jika jumlah uang

beredar terus meningkat adalah berkaitan, disebabkan harga-harga

mengalami kenaikan dengan volume transaksi yang sama dari tahun-

tahun sebelumnya.

Peningkatan jumlah uang beredar M2 ini bisa disebabkan karena

aktivitas perbankan atau intervensi Bank Indonesia. Pertumbuhan

uang beredar yang mengalami peningkatan sejalan dengan kebutuhan

liquiditas masyarakat yang juga mengalami peningkatan. Disajikan

pada gambar berikut mengenai perkembangan M2 di Indonesia dalam

periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 4.4 Perkembangan SBIS Periode Januari 2011 s.d Desember 2014

Di Indonesia

Sumber : Bank Indonesia, data di olah

Page 108: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

87

4. Perkembangan Obligasi dan Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang

dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang

menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode

tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan

kepada pihak pembeli obligasi tersebut. (Bursa Efek Indonesia, 2015)

Meskipun pasar obligasi korporat relatif kecil dibanding total

kredit perbankan, pasar ini tetap menjadi sumber pendanaan yang

penting untuk beberapa Emiten. Manfaat utama adalah tersedianya

sumber pendanaan jangka panjang dan ada insentif meningkatkan tata

kelola perusahaan serta umumnya tidak diperlukan agunan khusus

yang diikat. Karena itu di masa depan prospek pasar obligasi korporat

tetap cerah, khususnya untuk Emitmen yang dapat memenuhi syarat,

termasuk syarat pemeringkatan. (Kahlil Rowter, 2005: 1)

Asia Bond Monitor dalam Asian Development Bank (ADB),

Pasar obligasi di kawasan berkembang Asia Timur tumbuh 12,1

persen (yoy) menjadi USD 6,7 triliun pada akhir Maret 2013.

Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan dua digit pada obligasi

korporasi. Indonesia adalah pasar obligasi korporasi dengan

pertumbuhan tertinggi di kawasan tersebut, yang mencapai 26,9

persen (yoy) menjadi USD 20 miliar. Tingkat imbal hasil obligasi

Page 109: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

88

pemerintah cenderung mengalami penurunan sejak akhir 2012 dan

meningkat sejak awal 2013 akibat kekhawatiran inflasi.

Dari gambar 4.5 dapat dilihat Obligasi Korporasi memiliki

kenaikna yang signifikan setiap tahunnya, bahkan dapat dilihat bahwa

emisi obligasi korporasi dapat meningkat signifikan disetiap bulannya.

Disajikan pada gambar berikut mengenai perkembangan Obligasi

Korporasi di Indonesia dalam periode Januari 2011 sampai dengan

Desember 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.5 Perkembangan Obligasi Korporasi Periode Januari 2011 s.d

Desember 2014 Di Indonesia

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di olah

Dibidang pasar modal syariah terdapat yang disebut obligasi

syariah (sukuk). Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang

telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara adalah

sukuk. Di beberapa negara sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan

Page 110: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

89

anggaran negara yang penting. Di Indonesia, pasar keuangan syariah

termasuk sukuk tumbuh dengan cepat, meskipun porsinya

dibandingkan pasar konvensional masih relatif sangat kecil. Untuk

keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara

dan dalam rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam

negeri, pemerintah telah mengesahkan RUU tentang Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN). (Abdul Fatah, 2011: 2)

UU SBSN tersebut akan menjadi legal basis bagi penerbitan dan

pengelolaan sukuk negara. tujuan diterbitkannya sukuk adalah untuk

memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara atau

perusahaan, mendorong pengembangan pasar keuangan syariah,

menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah, diversifikasi basis

investor, mengembangkan alternatif instrumen investasi,

mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara atau perusahaan,

dan memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh

sistem obligasi dan perbankan konvensional. (Abdul Fatah, 2011: 2)

Fakta selama ini menunjukkan bahwa pasar sangat responsif

terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk yang diterbitkan,

diserap habis oleh pasar, bahkan pada beberapa kasus menimbulkan

kelebihan permintaan. Sukuk di Indonesia, pertama kali diterbitkan

oleh PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) pada bulan

September tahun 2002 dengan nilai Rp 175 miliar. Langkah Indosat

tersebut diikuti perusahaan-perusahaan besar lainnya. Nilai penerbitan

Page 111: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

90

sukuk korporasi hingga akhir 2008 mencapai 4,76 triliun. (Abdul

Fatah, 2011: 7)

Selama tahun 2013, terdapat 10 penerbitan sukuk korporasi dan

16 sukuk negara dengan total nilai mencapai Rp51,4 triliun. Total

penerbitan sukuk di Indonesia tersebut menyumbang lima persen

penerbitan sukuk di seluruh dunia. Maraknya investasi sukuk juga tak

lepas dari surat edaran beromor SE-13/BL/2012 pada 19 September

2012. Ini merupakan turunan dari Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.

A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran.

Kehadiaran surat edaran tersebut telah memberi penegasan dan

kepastian hukum diperbolehkannya emiten yang mengajukan

pendaftaran obligasi dan sukuk dalam waktu bersamaan untuk

menyampaikan informasi penawaran tertulis dalam satu prospektus.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat perkembangan sukuk sama dengan

obligasi, yaitu semakin meningkat signifikan dari tahun-tahun

sebelumnya. Namun, sukuk terlihat mengalami peningkatan tidak

disetiap bulannya tetapi hanya pada setiap tahunnya sukuk mengalami

peningkatan yang signifikan. Disajikan pada gambar berikut mengenai

perkembangan Sukuk korporasi di Indonesia dalam periode Januari

2011 sampai dengan Desember 2014 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Page 112: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

91

Gambar 4.6 Perkembangan Sukuk Periode Januari 2011 s.d Desember

2014 Di Indonesia

Sumber: Otoritas jasa Keuangan (OJK), di olah

B. Analisis Uji Ekonometrik

1. Uji Stasioner Data dan Derajat Integrasi

Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang

digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari

masalah regresi lancung (spurious regression) karena data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data time series. Data time

series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit root pada

tingkat level. Uji stasioneritas ini dilakukan pada tingkat level dan

first difference. (Mirsad, 2014: 22)

Uji stasioneritas variabel dilakukan dengan Uji Akar Unit

metode Augmented Dickey-Fuller test (ADF) dengan cara

Page 113: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

92

membandingkan antara ADF statistic dengan critical values Mac

Kinnon pada derajat signifikansi 5%.

Tabel 4.1

Uji Stasoneritas Variabel Dengan Metode ADF Test

Variabel

Uji stasoneritas variabel dengan metode ADF test Level 1’st difference

Prob. ADF

t-statistic ADF

p-value Prob. ADF

t-statistic ADF

p-value

LSBI 0.2740 -2.028643 -2.926622 0.0001 -5.053591 -2.926622 LSBIS 0.7547 -0.974226 -2.926622 0.0001 -5.267944 -2.926622 LM2 0.9004 -0.401119 -2.925169 0.0001 -8.676118 -2.926622 LOBL 0.4951 -1.559326 -2.925169 0.0000 -7.312716 -2.926622 LSKK 0.9323 -0.191069 -2.925169 0.0000 -5.568410 -2.926622 LIHK 0.3162 -1.929683 -2.926622 0.0103 -3.569290 -2.926622

Sumber : Data yang diolah

Hasil dari uji stationer untuk keenam variabel ditampilkan

dalam tabel 4.1 dapat disimpulkan tidak ada variabel yang stationer

pada tingkatan level. Untuk alasan tersebut, maka dilakukan uji

integrasi pada first difference. Pada tingkat first difference semua

veriabel telah stasioner, yaitu variabel LSBI, LSBIS, LM2, LOBL,

LSKK dan LIHK. Hal ini diihat dari nilai probabilitas ADF seluruh

variabel, yaitu menunjukan nilai kurang dari α = 0,05, maka smua

variabel tidak terjadi unit root pada tingkat first difference.

Page 114: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

93

2. Uji Kointegrasi

Menurut Firdaus (2011), Uji Kointegrasi dilakukan untuk

menentukan apakah variabel-variabel yang tidak stasioner pada level

terkointegrasi atau tidak. Uji Kointegrasi mengimplikasikan bahwa

dalam sistem persamaan mengimplikasikan bahwa dalam sistem

tersebut terdapat error correction model yang menggambarkan

adanya dinamisasi jangka pendek secara konsisten dengan hubungan

jangka panjangnya. Kointegrasi mempresentasikan hubungan

keseimbangan jangka panjang. Uji kointegrasi dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Johansen dengan membandingkan trace

statistic dengan nilai kritis sebesar 5 persen. Jika nilai trace statistik

lebih besar dibandingkan nilai kritisnya maka terdapat kointegrasi

dalam sistem persamaan tersebut. (Masyitha, 2012: 51)

Sebelum dapat mengetahui terkointegrasinya variabel-variabel

dibutuhkan adanya nilai lag yang akan digunakan untuk uji-uji

berikutnya, yaitu dengan menguji lag lenght. Berikut ini adalah hasil

dari lag lenght untuk model 1 dan model 2:

Tabel 4.2

Hasil Lagh Lenght

Lag AIC

MODEL 1 MODEL 2 0 -2.496501 -1.208476 1 -11.06094* -8.937799 2 -10.98597 -8.989448*

Page 115: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

94

Dari hasil tabel 4.2 tersebut menyatakan bahwa dalam penelitian

ini lag yang digunakan adalah pada model 1 berada pada lag ke-1,

sedangkan pada model 2 berada pada lag ke-2. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai AIC yang memiliki tanda bintang.

Detelah mengetahui angka lag lenght, maka berikutnya adalah

hasil uji kointegrasi Johansen mekanisme transmisi kebijakan

moneter konvensional melalui jalur harga aset (model 1):

Tabel 4.3

Hasil Uji Kointegrasi Johansen (Model 1)

Hipotesa Trace statistic

5% critical value Prob. Kesimpulan

None 35.40148 47.85613 0.4270 Tidak terkoitengrasi At most 1 19.01965 29.79707 0.4915 Tidak terkointegrasi At most 2 9.643231 15.49471 0.3092 Tidak terkointegrasi At most 3 1.140973 3.841466 0.2854 Tidak terkointegrasi

Sumber : data yang diolah

Tabel 4.3 menunjukan bahwa tidak terdapat hubunngan

kointegrasi pada Model I. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas

berada diatas nilai probabilitas α = 5%. Sehingga untuk uji

selanjutnya tidak dapat lanjut untuk uji jangka panjang yaitu pada uji

VECM, namun hanya sampai uji VAR saja.

Page 116: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

95

Berikut ini adalah hasil uji kointegrasi Johansen mekanisme

transmisi kebijakan moneter syariah melalui jalur harga aset (model

II):

Tabel 4.4

Hasil Uji Kointegrasi Johansen (Model II)

Hipotesa Trace

statistic

5% critical

value Prob. Kesimpulan

None 41.27025 47.85613 0.1802 Tidak terkoitengrasi

At most 1 23.11818 29.79707 0.2403 Tidak terkointegrasi

At most 2 10.34865 15.49471 0.2549 Tidak terkointegrasi

At most 3 2.368395 3.841466 0.1238 Tidak terkointegrasi

Sumber : data yang diolah

Tabel 4.4 menunjukan bahwa juga tidak terdapat hubunngan

kointegrasi pada Model II. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas

berada diatas nilai probabilitas α = 5%. Sehingga untuk uji

selanjutnya tidak dapat lanjut untuk uji jangka panjang yaitu pada uji

VECM, namun hanya sampai pada uji VAR saja.

Sehingga kesimpulan dari hasil uji kointegrasi Johansen dari

kedua modal diatas adalah sebagai berikut:

Page 117: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

96

Tabel 4.5

Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi

Model Kesimpulan

I Tidak Terkointegrasi, Model VAR

II Tidak terkointegrasi, Model VAR

Sumber : data yang diolah

3. Estimasi VAR

Dari hasil uji kointegrasi sebelumnya terbukti bahwa tidak

terdapat kointegrasi pada kedua model. Untuk itu digunakanlah

model VAR untuk menganalisis responsivitas Inflasi (IHK) terhadap

instrumen moneter dalam mekanisme transmisi moneter. Dengan

analisis VAR dapat diketahui hubungan jangka pendek saja antar

variabel.

Setelah menguji stasioneritas, menemukan panjang lag atau

kelambanan dan melakukan uji koentegrasi, selanjutnya dilakukan

pembentukan model VAR. Tabel 4.6 menyajikan hasil estimasi

dengan VAR. Uji-t dilakukan pada level of significant (α) 5%

dengan nilai t-tabel 2,014103. Berikut adalah hasil dari estimasi

VAR model I.

Page 118: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

97

Tabel 4.6 Hasil Estimasi VAR (Model 1)

DIHK t-tabel

DSBI(-1) -1.38549 2,014103

DM2(-1) -2.44587 2,014103

DOBL(-1) 2.39603 2,014103

DIHK(-1) 11.2339 2,014103

Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa, variabel

inflasi (IHK) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel

itu sendiri. Dari tabel tersebut terlihat bahwa variabel

mekanisme transmisi moneter seperti M2 dan obligasi dalam

jangka pendek dapat mempengaruhi IHK sebagai indikaor

inflasi. Hal tersebut dikarenakan nilai t-statistik pada setiap

variabel lebih besar dari nilai t-tabelnya. Sedangkan variabel

mekanisme transmisi moneter SBI dalam jangka pendek tidak

memiliki pengaruh terhadap IHK sebagai indikator inflasi.

Dalam hal sebaliknya SBI dalam jangka pendek dipengaruhi

oleh IHK sebagai indikator inflasi. Secara lebih jelas dapat di

jelaskan sebagai berikut:

DSBI(-1) DM2(-1) DOBL(-1) DIHK(-1)

DIHK 2.14964 -1.95078 0.31741 11.2339

t-tabel 2,014103 2,014103 2,014103 2,014103

Page 119: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

98

a) IHK memiliki pengaruh positif terhadap SBI, artinya adalah

apabila IHK meningkat 1% akan menaikan SBI sebesar

2,5%.

b) M2 memiliki pengaruh negatif terhadap IHK, artinya adalah

apabila M2 meningkat 1% akan menurunkan IHK sebesar

2,45%.

c) Obligasi memiliki pengaruh positif terhadap IHK, artinya

adalah apabila obligasi meningkat 1% akan menaikan IHK

sebesar 2,40%.

Tabel 4.7 menyajikan hasil estimasi dengan VAR. Uji-t

dilakukan pada level of significant (α) 5% dengan nilai t-tabel

2,014103. Adapun hasil dari estimasi VAR model II adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Estimasi VAR (Model II)

DIHK t-tabel

DSBI(-1) -0.84485 2,014103

DM2(-1) 1.64862 2,014103

DOBL(-1) 0.66913 2,014103

DIHK(-1) -3.22074 2,014103

DSBI(-1) DM2(-1) DOBL(-1) DIHK(-1)

DIHK 1.04229 -0.18061 -0.84391 -3.22074

t-tabel 2,014103 2,014103 2,014103 2,014103

Page 120: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

99

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa, variabel inflasi

(IHK) memiliki pengaruh terhadap variabel itu sendiri. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa dalam jangka pendek tidak ada veriabel

mekanisme transmisi moneter yang mempengaruhi IHK yang

merupakan indikator dari inflasi begitupun sebaliknya sebaliknya.

Dikarenakan nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel.

4. Impluse respon Function (IRF)

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji Impluse Response

Function (IRF), uji IRF ini berfungsi untuk menggambarkan

ekspetasi k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel

akibat inovasi dari variabel lain dan melacak respons saat ini. Jadi,

lamanya pengaruh shock suatu variabel terhadap variabel lain sampai

pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat

(Ajija dkk, 2011:168).

Gambar 4.7 Impluse Response Inflasi (IHK) Model I dan II

Model I

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

5 10 15 20 25 30 35 40 45

DLSBI DLM2 DLOBLIGASI

Response of DIHK to CholeskyOne S.D. Innovations

Page 121: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

100

Model II

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

5 10 15 20 25 30 35 40 45

DLSBIS DLM2 DLSUKUK

Response of DIHK to CholeskyOne S.D. Innovations

Gambar impulse response akan menunjukan respon suatu

variabel akibat kejutan variabel lainnya sampai dengan beberapa

periode setelah terjadinya shock. Jika gambar Impulse Response

(IR) menunjukan pergerakan yang semakin mendekati titik

keseimbangan (convergence) atau kembali ke keseimbangan

sebelumnya bermakna respon suatu variabel akibat suatu kejutan

makin lama akan menghilang sehingga kejutan tersebut tidak

meninggalkan pengaruh permanen terhadap variabel tersebut.

Hasil impulse response function (IRF) untuk alur transmisi

kebijakan moneter ganda menunjukan, jika mengalami tren negatif

artinya adalah variabel tersebut mempengaruhi kenaikan inflasi

(IHK), sedangkan jika mengalami tren positif artinya adalah variabel

tersebut mempengaruhi penurunan inflasi (IHK). Hasil IRF pada

variabel-variabel dalam Model I adalah sebagai berikut:

Page 122: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

101

a) SBI pada awal periode menunjukan tren negatif hingga pada

periode ketiga menunjukan tren positif. Lalu pada periode ke-20

kembali pada tren negatif dan stabil juga permanen.

b) M2 pada awal peride menunjukan tren positif, namun pada

periode ke-20 menunjukan tren negatif dan stabil juga permanen.

c) Obligasi pada awal periode menunjukan tren negatif, hingga

pada periode ke-23 menunjukan tren positif dan stabil juga

permanen.

Sedangkan untuk model 2, hasil impulse response function (IRF)

untuk alur transmisi kebijakan moneter ganda menunjukan, jika

mengalami tren negatif artinya adalah variabel tersebut

mempengaruhi kenaikan inflasi (IHK), sedangkan jika mengalami

tren positif artinya adalah variabel tersebut mempengaruhi

penurunan inflasi (IHK). Hasil IRF pada variabel-variabel dalam

Model 2 adalah sebagai berikut:

a) SBIS pada awal periode menunjukan tren negatif, hingga pada

periode ke- 21 menunjukan tren positif dan stabil juga permanen.

b) M2 pada awal periode menunjukan tren positif, namun pada

periode ke-8 menunjukan tren negatif dan stabil juga permanen.

c) Sukuk pada awal periode menunjukan tren negatif, hingga pada

periode ke-21 menunjukan tren positif dan stabil juga permanen.

Page 123: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

102

Hasil penelitian IRF ini menunjukan kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ascarya mengenai transmisi moneter

pada jalur suku bunga (2012), dalam uji IRF nya menunjukan bahwa

semua variabel konvensional memberikan dampak inflationer

terhadap inflasi (IHK) dan bersifat permanen. Pada sisi lain, semua

variabel syariah memiliki dampak positif dalam pengertian

berdampak menurunkan inflasi (IHK) dan juga bersifat permanen.

Meskipun pada jalur yang berbeda dalam mekanisme transmisi

moneternya, namun memiliki kesimpulan dalam uji IRF yang sama.

Berikut dapat dilihat kesimpulan dari uji IRF untuk model I dan

model II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Ringkasan Respon Variabel Terhadap Kenaikan Satu Standar

Deviasi Dari LIHK

Respon LIHK

Kejutan LM2 Negatif dan permanen

Kejutan LSBIS Positif dan permanen

Kejutan LSBI Negatif dan permanen

Kejutan LOBL Positif dan permanen

Kejutan LSKK Positif dan permanen

5. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Variance decomposition digunakan memberikan informasi

mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah

Page 124: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

103

variabel terhadap variabel lainnya pada periode saat ini dan periode

yang akan datang. Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini merupakan

tabel yang menggambarkan variance decomposition periode Januari

2011 sampai dengan Desember 2014. Berikut adalah hasil Variance

Decomposition pada model 1:

Tabel 4.9

Hasil Forecast error Variance Decomposition (FEVD)

Penyumbang Inflasi (IHK) Model I

Periode S.E. DLSBI DLM2 DLOBLIGASI DIHK

1 0.090953 4.541022 0.042732 0.324334 95.09191

5 0.171305 2.498933 8.045206 9.971124 79.48474

10 0.206733 9.036873 11.71993 13.72962 65.51357

15 0.226744 15.50427 11.94623 13.83720 58.71230

20 0.238543 18.32231 11.59084 13.46816 56.61869

25 0.244544 18.75896 11.53463 13.28455 56.42186

30 0.247314 18.62038 11.70825 13.22227 56.44910

35 0.248685 18.58094 11.89041 13.18024 56.34840

40 0.249559 18.62598 12.00197 13.14564 56.22641

45 0.250291 18.66156 12.05769 13.12856 56.15219

48 0.250716 18.66920 12.07674 13.12630 56.12776 Sumber : data yang diolah

Tabel 4.9 menjelaskan mengenai Variance Decomposition

variabel apa saja dan seberapa besar variabel tersebut memengaruhi

variabel inflasi (IHK), dalam alur mekanisme transmisi moneter jalur

harga aset konvensional. Pada periode pertama terlihat bahwa inflasi

Page 125: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

104

(IHK) dapat dijelaskan oleh SBI sebesar 4,55% sampai pada periode

akhir inflasi (IHK) dapat dijelaskan oleh SBI sebesar 18,67%.

Selanjutnya dapat dilihat periode pertama inflasi dapat

dijelaskan oleh M2 sebesar 0,042% dan semakin peningkatan

pengaruh pada periode akhir sebesar 12,08%. Selanjutnya dapat

dilihat pula periode pertama inflasi dapat dijelaskan oleh obligasi

sebesar 0,33% dan meningkat sebesar 13,12% pada akhir periode.

Periode pertama IHK dapat dijelaskan oleh IHK itu sendiri

sebesar 95,09% dan semakin menurun pengaruh pada periode akhir

sebesar 56,13%. Jadi pada model I, Variabel IHK sebagai indikator

inflasi sebagian besar dipengaruhi oleh variabel SBI sebesar 18,67%

Hal ini mengindikasikan bahwa sepanjang periode tersebut

pengaruh variabel SBI, M2 dan emisi obligasi terhadap inflasi akan

semakin besar. Hal ini dikarenakan inflasi (IHK) mendapatkan

pengaruh langsung dari semua variabel yang diajukan tersebut

sebagai instrumen dan jalur moneter konvensional yang berpengaruh

pada transmisi moneter.

Hal ini juga memberikan kesimpulan dari tabel bahwa variabel-

variabel konvensional meliputi SBI ( 18,67%), M2 ( 12,07%),

obligasi ( 13,12%) yang memberikan sumbangan negatif (menaikan)

IHK sebagai indikator inflasi sebesar 43,86%.

Page 126: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

105

Selanjutnya berikut ini adalah hasil dari Variance

Decomposition pada model II:

Tabel 4.10

Forecast error Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang

Inflasi (IHK) Model II

Periode S.E. DLSBIS DLM2 DLSUKUK DIHK

1 0.132799 3.748528 0.018773 0.545604 95.68709

5 0.232126 1.468419 4.600570 6.769830 87.16118

10 0.237107 3.299282 4.560976 11.77673 80.36301

15 0.241254 3.359308 5.717759 11.75269 79.17025

20 0.245755 3.317757 6.947121 11.59797 78.13715

25 0.249671 3.281058 8.100803 11.43743 77.18071

30 0.253107 3.253036 9.103678 11.29739 76.34590

35 0.256075 3.229668 9.961101 11.17756 75.63167

40 0.258631 3.209847 10.69372 11.07516 75.02127

45 0.260835 3.192950 11.32033 10.98759 74.49914

48 0.262010 3.184002 11.65235 10.94118 74.22247 Sumber : data yang diolah

Pada tabel 4.10 menjelaskan hasil variance decompotition dari

variabel inflasi untuk model II. Pada periode pertama terlihat bahwa

inflasi (IHK) dapat dijelaskan oleh SBIS sebesar 3,75 % dan ketika

di periode akhir terjadi penurunan, inflasi dapat dijelaskan oleh SBIS

sebesar 3,18%.

Selanjutnya dapat dilihat periode pertama inflasi (IHK) dapat

dijelaskan oleh M2 sebesar 0,019% dan semakin peningkatan

Page 127: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

106

pengaruh pada periode akhir sebesar 11,65%. Selanjutnya dapat

dilihat pula periode pertama inflasi (IHK) dapat dijelaskan oleh

sukuk sebesar 0,55% dan mengalami kenaikan sebesar 10,94%.

Periode pertama inflasi dapat dijelaskan oleh inflasi itu sendiri

sebesar 95,99% dan semakin menurun pengaruh pada periode akhir

sebesar 74,22%. Jadi pada model II, Variabel inflasi (IHK) sebagian

besar dipengaruhi oleh variabel jumlah uang beredar (M2) sebesar

11,65%.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam periode tersebut

pengaruh variabel SBIS, M2 dan emisi sukuk terhadap inflasi (IHK)

akan semakin besar. Hal ini dikarenakan inflasi (IHK) mendapatkan

pengaruh langsung dari semua variabel yang diajukan tersebut

sebagai alat mekanisme transmisi moneter jalur harga aset syariah.

Hal ini juga memberikan kesimpulan bahwa variabel-variabel

syariah meliputi SBIS ( 3,18%), M2 ( 11,65%), sukuk ( 10,94%)

yang memberikan sumbangan positif (menurunkan) IHK sebagai

indikator inflasi sebesar 25,77 %.

Hasil uji variance decomposite dalam penelitian ini pada

transmisi moneter syariah jalur aset yang memiliki pengendalian

menurunkan inflasi (IHK) yang lebih besar dibanding pengendalian

menurunkan inflasi (IHK) transmisi moneter syariah pada jalur suku

bunga pada penelitian yang dilakukan oleh Ascarya (2012). Pada

Page 128: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

107

mekanisme transmisi moneter pada jalur harga aset menyumbang

penurunan inflasi (IHK) sebesar 25,77%, sedangkan mekanisme

transmisi moneter pada jalur suku bunga hanya menyumbang

penurunan inflasi sebesar 6,21%.

Selain itu pada mekanisme transmisi moneter konvensional pada

jalur harga aset memilki penyumbang menaikan inflasi (IHK) lebih

kecil dibanding mekanisme transmisi moneter konvensional pada

jalur suku bunga. Pada mekanisme transmisi moneter konvensional

pada jalur harga aset menyumbang kenaikan inflasi (IHK) sebesar

43,86%. Sedangkan mekanisme transmisi moneter konvensional

pada jalur suku bunga menyumbang kenaikan inflasi (IHK) sebesar

48,25%.

Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian mekanisme

transmisi moneter jalur harga aset syariah memiliki alat atau

instrumen moneter yang lebih baik untuk mengendalikan inflasi

(IHK) dibanding mekanisme transmisi moneter jalur harga aset

konvensional.

C. Analisis Penelitian

Terpisahnya otoritas fiskal menimbulkan otoritas moneter yang

berjalan terpisah. Transmisi kebijakan moneter dilakukan sejalan dengan

berkembangnya otoritas moneter pada Bank Sentral, hal ini dikarenakan

pencetakan dan penggunaan uang kertas (fiat money). Transmisi moneter

Page 129: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

108

diperlukan karena uang kertas yang digunakan bersifat memicu inflasi,

sehingga sampai saat ini dengan masih menggunakan uang kertas, maka

bank sentral perlu mengatur jumlah uang beredar, menaikan ataupun

menurunkan jumlah uang beredar. Dengan berbagai alat kebijakan

moneter untuk mengendalikan stabilitas harga atau inflasi. Berbagai jalur

digunakan untuk menjalankan mekanisme transmisi moneter.

Pada penelitian kali ini melakukan pembahasan mengenai

mekanisme transmisi moneter konvensional dan syariah melalui jalur

harga aset dalam mengendalikan inflasi. Bedasarkan hasil uji IRF pada

model I, variabel-variabel konvensional yaitu SBI, M2 dan obligasi yang

dijadikan indikator memiliki dampak negatif dalam arti variabel-variabel

tersebut mempengaruhi kenaikan IHK sebagai indikator inflasi dan

bersifat permanen dan memiliki pengaruh sebesar 3,86% dalam

menaikan inflasi (IHK).

Variabel-variabel konvensional tersebut masih sangat dipengaruhi

oleh tingkat suku bunga yang ditentukan dalam mekanisme pasar, terlihat

bahwa dari karakterisik SBI dapat diperdagangkan dipasar sekunder yang

memiliki pula sifat spekulatif. Sedangkan obligasi adalah jual beli surat

utang dimana tidak memiliki aset berwujud tertentu dalam kegiatan

investasinya dan tentunya harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku

bunga bank. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa model I dengan

variabel-variabel konvensional berdampak menimbulkan inflasi.

Page 130: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

109

Sedangkan mekanisme transmisi moneter syariah melalui jalur harga

aset dalam mengendalikan inflasi dengan uji ekonometrik IRF (model 2),

variabel-variabel syariah yaitu SBIS, M2 dan sukuk yang dijadikan

indikator memiliki dampak positif dalam arti variabel-variabel tersebut

mengurnagi dampak kenaikan IHK sebagai indikator inflasi dan bersifat

permanen pada periode tersebut. Begitu pula dengan SBIS pada akhir

periode mendekati negatif dalam mempengaruhi inflasi, namun pada sisi

syariah ini berhasil mempengaruhi menurunkan inflasi (IHK) sebesar

25,77%. Dengan begitu implikasinya adalah ketika inflasi berhasil

diturunkan maka daya beli masyarakat akan barang dan jasa akan

meningkat.

Dalam prakteknya baik pasar modal syariah maupun konvensional

masih melihat tingkat suku bunga sebagai dasar penerbitan dan harga

dipasar modal tersebut. Masih adanya praktek suku bunga dalam

mekanisme transmisi moneter syariah memicu inflasi dan shock yang

terjadi tidak konsisten atau bersifat tidak permanen. Karakteristik

perusahaan sebagai penerbit sukuk adalah beroientasi keuntungan,

sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan-perusahaan masih

melirik tingkat suku bunga agar mendapat keuntungan yang dikatakan

dalam bentuk bagi hasil pada sisi syariah.

Dasar dari terjadinya inflasi adalah penggunaan mata uang rupiah

atau fiat money, selama negara masih menggunakan fiat money maka

masalah inflasi tidak akan pernah selesai. Pada hasil uji VAR tersebut

Page 131: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

110

inflasi pada sisi syariah terlihat lebih baik dalam menahan adanya inflasi,

namun pada beberapa periode kemudian akan berdampak menimbulkan

inflasi kembali. Sedangkan pada sisi konvensional terlihat menimbulkan

inflasi seperti yang telah dijelaskan diatas karena masih adanya pengaruh

dari tingkat suku bunga. Saat ini yang terjadi pada hasil uji VAR tersebut

pada sisi syariah masih terbilang kecil dalam menahan terjadinya inflasi,

Jelaslah hal itu terjadi dikarenakan menurut Siddiqui (2007) dalam

Ascarya (2012:296), peraturan institusi keuangan Islam kontemporer

tidak jauh berbeda dengan peraturan institusi keuangan konvensional

yang sudah established, sehingga instrumen-instrumen kebijakan

moneter islam juga banyak yang mirip dengan instrumen-instrumen

kebijakan konvensional, sehingga transmisi kebijakan moneter islam

dapat sama atau berbeda dengan transmisi kebijakan moneter

konvensional.

Dalam uji VAR penelitian kali ini menyimpulkan masih lebih efektif

mekanisme transmisi moneter syariah di bandingkan dengan konvensionl

dan masih lebih baik menggunakan saluran harga aset dibanding saluran

suku bunga untuk mekanisme transmisi moneter dalam mengendalikan

inflasi (IHK).

Page 132: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

111

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bab

IV dengan menggunakan alat analisis VAR, maka pada penelitian ini dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bedasarkan hasil estimasi VAR dapat disimpulkan bahwa pada

mekanisme transmisi moneter syariah (model2) tidak memiliki pengaruh

baik dari variabel mekanisme transmisi moneter syariah terhadap inflasi

(IHK) maupun variabel inflasi (IHK) terhadap variabel mekanisme

transmisi moneter syariahnya. Sedangkan pada mekanisme transmisi

moneter konvensional (model 1) memiliki kesimpulan sebagai berikut:

a) IHK memiliki pengaruh positif terhadap SBI, artinya adalah apabila

IHK meningkat 1% akan menaikan SBI sebesar 2,5%.

b) M2 memiliki pengaruh negatif terhadap IHK, artinya adalah apabila

M2 meningkat 1% akan menurunkan IHK sebesar 2,45%.

c) Obligasi memiliki pengaruh positif terhadap IHK, artinya adalah

apabila obligasi meningkat 1% akan menaikan IHK sebesar 2,40%.

2. Pada hasil uji Impluse Response Function (IRF) pada mekanisme

transmisi moneter konvensional pada jalur harga aset menunjukan bahwa

variabel-variabel pada model 1 dan 2 Respon IHK adalah sebagai

berikut:

111

Page 133: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

112

a) Kejutan LM2 merespon negatif dan permanen, yang berarti variabel

M2 mempengaruhi kenaikan inflasi (IHK).

b) Kejutan LSBIS merespon positif dan permanen, yang berarti variabel

SBIS mempengaruhi menurunkan inflasi (IHK).

c) Kejutan LSBI merespon negatif dan permanen, yang berarti variabel

SBI mempengaruhi menaikan inflasi (IHK).

d) Kejutan Lobligasi merespon positif dan permanen, yang berarti

variabel obligasi mempengaruhi menurunkan inflasi (IHK).

e) Kejutan Lsukuk merespon positif dan permanen, yang berarti

variabel sukuk mempengaruhi menurunkan inflasi (IHK).

3. Dalam uji variance decomposition dalam mekanisme transmisi moneter

konvensional model 1 terhadap inflasi (IHK), variabel yang diajukan

pada model I penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel

konvensional meliputi SBI ( 18,67%), M2 ( 12,07%), obligasi ( 13,12%)

yang memberikan sumbangan negatif (menaikan) IHK sebagai indikator

inflasi sebesar 43,86%. Sedangkan Dalam uji variance decomposition

dalam mekanisme transmisi moneter model 2 terhadap inflasi (IHK),

variabel-variabelnya juga memberikan kesimpulan bahwa variabel-

variabel syariah meliputi SBIS ( 3,18%), M2 ( 11,65%), sukuk ( 10,94%)

yang memberikan sumbangan positif (menurunkan) IHK sebagai

indikator inflasi sebesar 25,77 %. Sehingga dapat dikatakan bedasarkan

hasil uji VAR dalam penelitian ini, alur mekanisme transmisi moneter

syariah melalui jalur harga aset memiliki mekanisme yang lebih baik

Page 134: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

113

dibanding dengan alur mekanisme transmisi moneter konvensional

melalui jalur harga aset dalam mempengaruhi IHK sebagai indikator

inflasi (IHK).

B. Implikasi

Bedasarkan kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Perlunya memperhatikan instrumen-instrumen moneter yang diambil

bank sentral, baik instrumen kebijakan moneter konvensional maupun

instrumen kebijakan moneter syariah guna mengatur jumlah uang yang

beredar. Karena instrumen yang digunakan dalam mekanisme transmisi

moneter baik konvensional maupun syariah pada jalur harga aset tersebut

ternyata belum berpengaruh cukup besar dalam mengendalikan inflasi.

2. Di pertimbangkan kembali penggunaan mata uang yang sesuai dengan

prinsip Islam, dimana ciri mata uang yang baik adalah bersifat tetap dan

tidak terpengaruh mata uang lain sehingga terhindar dari masalah inflasi.

dengan begitu perekonomian negara khususnya Indonesia dapat lebih

sehat dan stabil.

3. Perlunya pembuatan aturan baru mengenai mekanisme transmisi moneter

syariah agar tidak menyerupai transmisi moneter konvensional, yang

bebas dari pengaruh unsur suku bunga. Sehingga diharapkan porsente

dalam mengendalikan laju inflasi dapat lebih besar lagi.

Page 135: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

114

Daftar Pustaka

Ajija, Shochrul R dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

2011.

Andra, Harry.“Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional

Dan Instrumen Kebijakan Moneter Islam Terhadap Kinerja Bank

Konvensional Dan Bank Syariah”. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,

2010.

Ascarya, “Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter: Seri kebanksentralan”.

Jakarta: Bank Indonesia, 2005.

Ascarya. “Buletin Ekonomi dan Perbankan: Alur Transmisi dan Efektifitas

Kebijakan Moneter Ganda Di Indonesia”. Jakarta: Bank Indonesia, 2012.

Ascarya. “Peran Perbankan Syariah Dalam Transmisi Kebijakan Moneter

Ganda”. Jurnal Ekonomi Islam republika, 2010.

Ascarya. “Monetary Policy Transmission Mechanism Under Dual Financial

System In Indonesia: Interest-Profit Channel”. Kuala Lumpur: The

Internasional Islamic University of Malaysia, 2014.

Asif, dkk. “Transmission Mechanism of Monetary Policy in Pakistan”. Pakistan:

the state bank of pakistan, 2005.

Awawin, Mirsad. “Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah Dan

Konvensional Terhadap Penyaluran Dana Ke Sektor Properti Di

Indonesia”. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2014.

Bayuni, Eva Misfah dan Ascarya. “Analisis Pengaruh Instrumen Moneter

Terhadap Stabilitas Besaran Moneter Dalam Sistem Moneter Ganda Di

Indonesia”. TAZKiA: Islamic Finance and Bussinis Review, 2010.

Chapra, Umar. “Sistem Moneter Islam“. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Page 136: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

115

Egert, Balazs dan Ronald MacDonald. “Monetary Transmission Mechanism in

Central and Eastern Europe: Surveying the Surveyable”. OECD Publishing

Economics Departement: Economics Departement Working Paper No. 654.

Fatah, Dede Abdul. “Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia:

Analisis Peluang dan Tantangan”. Jakarta: universitas Azzahra, 2011.

Guinigundo, Diwa. “Transmission Mechanism Of Monetary Policy In The

Philippines”. Manila: BIS-paper no.35.

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi FEB UIN Jakarta”. Jakarta:

UIN Jakarta, 2014.

Herlina, Deswita. “Identifikasi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di

Indonesia Tahun 2000 – 2011”. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

2013.

Indonesian Economic Review and Outlook 2013, Bank Indonesia

Karim, Adiwarman. “Ekonomi Islam: suatu Kajian Ekonomi Makro”. Jakarta:

2010.

Nasrudin, Ahmad. “Peran Pasar Modal Syariah Dalam Transmisi Kebijakan

Moneter Indonesia “.Bogor: sekolah tinggi ekonomi islam TAZKIA, 2012.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi :

Makroekonomi dan Mikroekonomi”. Jakarta: FEUI, 2008.

Ramadhan, Masyitha Mutiara. “Analisis Penagaruh Instrumen Moneter Syariah

Dan Konvensional Terhadap Penyaluran Ke Sektor Usaha Kecil Dan

Menengah (UMKM) Di Indonesia”. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 20312

Rowter, Kahlil. “Perkembangan Pasar Obligasi Di Indonesia”. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada, 2005.

Page 137: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

116

Alfian, Ridho Alfin. “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis),

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Inflasi, Dan IHSG Terhadap Jakarta

Islamic Index (JII)”. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Zikrul

media intelektual, 2008.

Solikin dan Suseno, “Uang: Pengertian, Penciptaan, Peranannya dalam

Perekonomian”. Jakarta : Bank Indonesia, 2005.

Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia. Yogyakarta: 2009

Warjiyo, Perry.” Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia ”.

Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan, 2004

Website:

www.ojk.co.id

www.bps.co.id

www.bi.co.id

www.kemenkeu.co.id

www.idx.co.id

Page 138: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

117

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Data Dari Variabel-Variabel Yang Digunakan

Tahun Bulan SBI SBIS M2 OBL SKK IHK 2011 Jan-11 196.314 3.296 2.436.679 216 7.815 7.02

Feb-11 194.635 3.326 2.420.191 221 7.815 6.84 Mar-11 230.148 3.376 2.451.357 222 7.815 6.65 Apr-11 230.071 3.701 2.434.478 226 7.915 6.16 Mei-11 197.871 3.271 2.475.286 228 7.915 5.98 Jun-11 185.946 3.042 2.522.784 242 7.915 5.54 Jul-11 181.996 1.604 2.564.556 242 7.915 4.61 Agust-11 171.228 1.819 2.621.346 243 7.915 4.79 Sep-11 149.228 1.989 2.643.331 245 7.915 4.61 Okt-11 143.069 2.574 2.677.787 246 7.915 4.42 Nop-11 138.010 3.144 2.729.538 248 7.915 4.15 Des-11 119.777 3.476 2.877.220 261 7.915 3.79

2012 Jan-12 106.355 3.799 2.857.127 262 7.915 3.65 Feb-12 99.074 3.806 2.852.005 269 7.915 3.56 Mar-12 94.497 3.567 2.914.194 269 7.915 3.97 Apr-12 95.497 3.155 2.929.610 273 7.915 4.5 Mei-12 95.664 3.160 2.994.474 287 8.165 4.45 Jun-12 89.734 3.115 3.052.786 302 9.265 4.53 Jul-12 82.178 2.662 3.057.336 303 9.390 4.56 Agust-12 81.477 2.372 3.091.568 305 9.390 4.58 Sep-12 68.188 2.495 3.128.179 307 9.390 4.31 Okt-12 69.560 2.382 3.164.443 314 9.390 4.61 Nop-12 75.805 2.763 3.207.908 315 9.590 4.32 Des-12 78.873 3.455 3.307.508 329 9.790 4.3

2013 Jan-13 84.272 3.970 3.268.789 329 9.790 4.57 Feb-13 91.999 4.595 3.280.420 336 10.169 5.31 Mar-13 95.379 4.855 3.322.529 336 11.294 5.9 Apr-13 94.729 4.958 3.360.928 348 11.294 5.57 Mei-13 81.920 5.048 3.426.305 355 11.294 5.47 Jun-13 81.920 4.623 3.413.379 372 11.415 5.9 Jul-13 74.101 4.423 3.506.574 372 11.415 8.61 Agust-13 66.079 3.848 3.502.420 372 11.415 8.79 Sep-13 64.974 3.610 3.584.081 374 11.415 8.4

Page 139: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

118

Okt-13 89.260 4.472 3.576.869 376 11.415 8.32 Nop-13 89.295 4.467 3.615.973 380 11.415 8.37 Des-13 91.392 4.712 3.730.197 385 11.994 8.38

2014 Jan-14 91.447 4.847 3.652.145 386 11.994 8.22 Feb-14 91.857 5.237 3.642.809 388 11.994 7.75 Mar-14 103.510 5.377 3.660.298 394 11.994 7.32 Apr-14 110.566 5.977 3.730.101 394 11.994 7.25 Mei-14 114.342 6.414 3.789.058 396 11.994 7.32 Jun-14 109.957 6.792 3.865.758 403 12.294 6.7 Jul-14 85.272 5.890 3.895.835 410 12.294 4.53 Agust-14 82.272 6.120 3.895.116 410 12.294 3.99 Sep-14 79.175 6.490 4.009.857 413 12.294 4.53 Okt-14 81.730 6.680 4.024.153 422 12.594 4.83 Nop-14 82.605 6.530 4.076.294 426 12.727 6.23 Des-14 88.899 8.130 4.170.731 430 12.917 8.36

Lampiran 2

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LIHK

Null Hypothesis: IHK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.929683 0.3162

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 3

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSBI

Null Hypothesis: LSBI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.028643 0.2740

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622

Page 140: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

119

10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 4

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSBIS

Null Hypothesis: LSBIS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.974226 0.7547

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 5

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LM2

Null Hypothesis: LM2 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.401119 0.9004

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 6

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LOBL

Null Hypothesis: LOBLIGASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.559326 0.4951

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169

Page 141: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

120

10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 7

Hasil Uji Stasioneritas Variabel LSKK

Null Hypothesis: LSUKUK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.191069 0.9323

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 8

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLIHK

Null Hypothesis: D(IHK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.569290 0.0103

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 9

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference Variabel DLSBI

Null Hypothesis: D(LSBI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.053591 0.0001

Test critical values: 1% level -3.581152

Page 142: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

121

5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 10

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLSBIS

Null Hypothesis: D(LSBIS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.267944 0.0001

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 11

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLM2

Null Hypothesis: D(LM2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.676118 0.0000

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 12

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLObligasi

Null Hypothesis: D(LOBLIGASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.*

Page 143: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

122

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.312716 0.0000 Test critical values: 1% level -3.581152

5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 13

Hasil Uji Derajat Integrasi 1st Difference variabel DLSukuk

Null Hypothesis: D(LSUKUK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.568410 0.0000

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 14

Hasil Lag Model I

VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LSBI LM2 LOBLIGASI IHK Exogenous variables: C Date: 06/25/15 Time: 11:51 Sample: 2011M01 2014M12 Included observations: 44

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 58.92301 NA 9.68e-07 -2.496501 -2.334302 -2.436349

1 263.3407 362.3768* 1.85e-10* -11.06094* -10.24994* -10.76018* 2 277.6913 22.83057 2.04e-10 -10.98597 -9.526178 -10.44461 3 286.9226 13.00767 2.91e-10 -10.67830 -8.569711 -9.896333 4 299.3707 15.27723 3.77e-10 -10.51685 -7.759465 -9.494278 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

Page 144: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

123

Lampiran 15

Hasil Lag Model II

VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LSBIS LM2 LSUKUK IHK Exogenous variables: C Date: 06/25/15 Time: 11:52 Sample: 2011M01 2014M12 Included observations: 44

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 30.58646 NA 3.51e-06 -1.208476 -1.046277 -1.148324

1 216.6316 329.8073 1.55e-09 -8.937799 -8.126804* -8.637043* 2 233.7679 27.26225* 1.50e-09* -8.989448* -7.529656 -8.448087 3 243.0168 13.03254 2.14e-09 -8.682580 -6.573992 -7.900614 4 251.3870 10.27258 3.34e-09 -8.335773 -5.578389 -7.313202 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

Lampiran 16

Hasil Uji Kointegrasi Model I (Konvensional)

VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LSBIS LM2 LSUKUK IHK Exogenous variables: C Date: 06/25/15 Time: 11:52 Sample: 2011M01 2014M12 Included observations: 44

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 30.58646 NA 3.51e-06 -1.208476 -1.046277 -1.148324

1 216.6316 329.8073 1.55e-09 -8.937799 -8.126804* -8.637043* 2 233.7679 27.26225* 1.50e-09* -8.989448* -7.529656 -8.448087 3 243.0168 13.03254 2.14e-09 -8.682580 -6.573992 -7.900614 4 251.3870 10.27258 3.34e-09 -8.335773 -5.578389 -7.313202 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

Page 145: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

124

Lampiran 17

Hasil Uji Kointegrasi Model II (Syariah)

Date: 06/25/15 Time: 11:59 Sample (adjusted): 2011M04 2014M12 Included observations: 45 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: LSBIS LM2 LSUKUK IHK Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None 0.331941 41.27025 47.85613 0.1802

At most 1 0.247058 23.11818 29.79707 0.2403 At most 2 0.162504 10.34865 15.49471 0.2549 At most 3 0.051270 2.368395 3.841466 0.1238

Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None 0.331941 18.15207 27.58434 0.4825

At most 1 0.247058 12.76954 21.13162 0.4737 At most 2 0.162504 7.980250 14.26460 0.3807 At most 3 0.051270 2.368395 3.841466 0.1238

Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): LSBIS LM2 LSUKUK IHK

-4.926666 10.91026 -0.150821 -0.061538 1.339941 -6.560025 8.004597 -0.960031 -1.336744 -26.03416 26.77430 -0.423515 -1.210873 -8.408560 4.185845 -0.210068

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(LSBIS) 0.078782 -0.003317 0.003967 -0.002408

D(LM2) 0.000780 0.002710 0.000286 0.002457 D(LSUKUK) 0.002355 0.003446 -0.008958 0.000205

D(IHK) 0.094151 0.268922 0.049959 -0.048342

Page 146: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

125

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 233.8780 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

LSBIS LM2 LSUKUK IHK 1.000000 -2.214533 0.030613 0.012491

(1.46022) (1.34977) (0.05215)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LSBIS) -0.388131

(0.09402) D(LM2) -0.003844

(0.01017) D(LSUKUK) -0.011604

(0.01960) D(IHK) -0.463850

(0.50757) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 240.2627 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

LSBIS LM2 LSUKUK IHK 1.000000 0.000000 -4.878145 0.614571

(1.44302) (0.17823) 0.000000 1.000000 -2.216611 0.271877

(0.59959) (0.07406)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LSBIS) -0.392576 0.881292

(0.09739) (0.24283) D(LM2) -0.000213 -0.009266

(0.01028) (0.02563) D(LSUKUK) -0.006987 0.003092

(0.02009) (0.05010) D(IHK) -0.103510 -0.736923

(0.47204) (1.17701) 3 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 244.2529 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

LSBIS LM2 LSUKUK IHK 1.000000 0.000000 0.000000 -0.359139

(0.09839) 0.000000 1.000000 0.000000 -0.170574

(0.04646) 0.000000 0.000000 1.000000 -0.199607

(0.04722)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LSBIS) -0.397879 0.778019 0.067772

(0.10061) (0.55245) (0.53273) D(LM2) -0.000595 -0.016720 0.029243

(0.01062) (0.05832) (0.05624) D(LSUKUK) 0.004988 0.236317 -0.212627

(0.01917) (0.10526) (0.10151) D(IHK) -0.170293 -2.037576 3.476040

Page 147: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

126

(0.48592) (2.66817) (2.57293)

Lampiran 18

Hasil Estimasi VAR Model I (Konvensional)

Vector Autoregression Estimates Date: 06/25/15 Time: 12:38 Sample (adjusted): 2011M03 2014M12 Included observations: 46 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

DLSBI DLM2 DLOBLIGASI DIHK DLSBI(-1) 0.857252 0.005923 -0.006008 -0.597982 (0.06625) (0.00951) (0.01137) (0.43160) [ 12.9389] [ 0.62288] [-0.52820] [-1.38549]

DLM2(-1) 0.286648 0.766802 0.258873 -13.32641 (0.83639) (0.12004) (0.14359) (5.44854) [ 0.34272] [ 6.38784] [ 1.80281] [-2.44587]

DLOBLIGASI(-1) -0.375916 0.181920 0.785029 9.936921 (0.63663) (0.09137) (0.10930) (4.14724) [-0.59048] [ 1.99101] [ 7.18240] [ 2.39603]

DIHK(-1) 0.024333 -0.003169 0.000617 0.828374 (0.01132) (0.00162) (0.00194) (0.07374) [ 2.14964] [-1.95078] [ 0.31741] [ 11.2339]

C -0.637344 2.405474 -2.558295 150.2148 (9.04054) (1.29753) (1.55212) (58.8936) [-0.07050] [ 1.85389] [-1.64826] [ 2.55061] R-squared 0.933393 0.993456 0.994842 0.872664

Adj. R-squared 0.926895 0.992817 0.994339 0.860241 Sum sq. resids 0.339173 0.006987 0.009997 14.39356 S.E. equation 0.090953 0.013054 0.015615 0.592505 F-statistic 143.6384 1555.969 1976.858 70.24580 Log likelihood 47.65623 136.9541 128.7128 -38.54837 Akaike AIC -1.854619 -5.737133 -5.378815 1.893408 Schwarz SC -1.655853 -5.538367 -5.180050 2.092173 Mean dependent 11.53816 14.97809 5.762160 5.676957 S.D. dependent 0.336392 0.154025 0.207531 1.584902

Determinant resid covariance (dof adj.) 9.68E-11

Determinant resid covariance 6.11E-11 Log likelihood 279.8470 Akaike information criterion -11.29770 Schwarz criterion -10.50263

Page 148: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

127

Lampiran 19

Hasil Estimasi VAR Model II (Syariah)

Vector Autoregression Estimates Date: 06/25/15 Time: 12:28 Sample (adjusted): 2011M04 2014M12 Included observations: 45 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

DLSBIS DLM2 DLSUKUK DIHK DLSBIS(-1) 1.069117 -0.005565 0.005232 -0.574828 (0.15235) (0.01551) (0.02921) (0.68039) [ 7.01744] [-0.35878] [ 0.17909] [-0.84485]

DLSBIS(-2) -0.352762 0.003889 0.003390 0.528539 (0.15256) (0.01553) (0.02925) (0.68132) [-2.31228] [ 0.25039] [ 0.11587] [ 0.77576]

DLM2(-1) 0.006418 0.729965 0.001989 -13.01323 (1.54474) (0.15729) (0.29619) (6.89870) [ 0.00415] [ 4.64102] [ 0.00672] [-1.88633]

DLM2(-2) 0.600434 0.247349 0.228473 11.61699 (1.57783) (0.16065) (0.30253) (7.04647) [ 0.38054] [ 1.53963] [ 0.75520] [ 1.64862]

DLSUKUK(-1) -0.756269 -0.057025 1.002506 0.087812 (0.85412) (0.08697) (0.16377) (3.81442) [-0.88544] [-0.65572] [ 6.12146] [ 0.02302]

DLSUKUK(-2) 0.741705 0.074732 -0.221375 2.467339 (0.82567) (0.08407) (0.15831) (3.68739) [ 0.89830] [ 0.88893] [-1.39832] [ 0.66913]

DIHK(-1) -0.035072 -0.001136 0.007943 1.248502 (0.03389) (0.00345) (0.00650) (0.15134) [-1.03492] [-0.32924] [ 1.22236] [ 8.24943]

DIHK(-2) 0.035622 -0.000628 -0.005530 -0.491584 (0.03418) (0.00348) (0.00655) (0.15263) [ 1.04229] [-0.18061] [-0.84391] [-3.22074]

C -6.594926 0.215946 -1.512167 -0.648723 (4.03193) (0.41053) (0.77308) (18.0063) [-1.63567] [ 0.52602] [-1.95602] [-0.03603] R-squared 0.890011 0.993339 0.984062 0.886593

Adj. R-squared 0.865569 0.991859 0.980520 0.861392 Sum sq. resids 0.634879 0.006582 0.023341 12.66227 S.E. equation 0.132799 0.013522 0.025463 0.593068 F-statistic 36.41314 671.0851 277.8392 35.18012 Log likelihood 32.01991 134.8247 106.3425 -35.32143 Akaike AIC -1.023107 -5.592209 -4.326332 1.969842 Schwarz SC -0.661774 -5.230877 -3.964999 2.331174

Page 149: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

128

Mean dependent 8.258526 14.98428 9.202897 5.651111 S.D. dependent 0.362196 0.149860 0.182437 1.592978

Determinant resid covariance (dof adj.) 6.65E-10

Determinant resid covariance 2.72E-10 Log likelihood 240.1230 Akaike information criterion -9.072131 Schwarz criterion -7.626801

Lampiran 20

Hasil Uji Impulse Response (IRF) Model I (Konvensional)

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

5 10 15 20 25 30 35 40 45

DLSBI DLM2 DLOBLIGASI

Response of DIHK to CholeskyOne S.D. Innovations

Lampiran 21

Hasil Uji Impulse Response (IRF) Model II (Syariah)

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

5 10 15 20 25 30 35 40 45

DLSBIS DLM2 DLSUKUK

Response of DIHK to CholeskyOne S.D. Innovations

Lampiran 22

Hasil Uji Variance Decomposition Model I (Konvensional)

Period S.E. DLSBI DLM2 DLOBLIGASI DIHK 1 0.090953 4.541022 0.042732 0.324334 95.09191

Page 150: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

129

2 0.122826 3.196985 1.858396 2.392463 92.55216 3 0.144001 2.324184 4.270144 5.434769 87.97090 4 0.159440 2.113543 6.380911 8.026359 83.47919 5 0.171305 2.498933 8.045206 9.971124 79.48474 6 0.180814 3.352745 9.309459 11.36792 75.96987 7 0.188714 4.543610 10.24851 12.34725 72.86063 8 0.195482 5.952742 10.92900 13.01668 70.10158 9 0.201424 7.478457 11.40494 13.45731 67.65929 10 0.206733 9.036873 11.71993 13.72962 65.51357 11 0.211531 10.56120 11.90972 13.87917 63.64991 12 0.215893 12.00050 12.00412 13.94076 62.05463 13 0.219865 13.31814 12.02820 13.94126 60.71240 14 0.223475 14.49030 12.00304 13.90143 59.60522 15 0.226744 15.50427 11.94623 13.83720 58.71230 16 0.229688 16.35681 11.87211 13.76057 58.01051 17 0.232322 17.05241 11.79207 13.68030 57.47522 18 0.234664 17.60156 11.71476 13.60248 57.08120 19 0.236730 18.01904 11.64636 13.53104 56.80356 20 0.238543 18.32231 11.59084 13.46816 56.61869 21 0.240121 18.53002 11.55034 13.41471 56.50493 22 0.241489 18.66083 11.52544 13.37056 56.44317 23 0.242667 18.73237 11.51556 13.33495 56.41712 24 0.243678 18.76051 11.51928 13.30673 56.41349 25 0.244544 18.75896 11.53463 13.28455 56.42186 26 0.245283 18.73901 11.55938 13.26708 56.43454 27 0.245914 18.70954 11.59121 13.25308 56.44617 28 0.246453 18.67717 11.62792 13.24148 56.45343 29 0.246916 18.64649 11.66751 13.23142 56.45458 30 0.247314 18.62038 11.70825 13.22227 56.44910 31 0.247660 18.60036 11.74873 13.21359 56.43732 32 0.247962 18.58690 11.78786 13.20511 56.42013 33 0.248230 18.57972 11.82484 13.19672 56.39872 34 0.248469 18.57808 11.85912 13.18841 56.37439 35 0.248685 18.58094 11.89041 13.18024 56.34840 36 0.248882 18.58720 11.91858 13.17233 56.32189 37 0.249066 18.59574 11.94366 13.16479 56.29580 38 0.249238 18.60558 11.96578 13.15776 56.27087 39 0.249402 18.61589 11.98513 13.15135 56.24763 40 0.249559 18.62598 12.00197 13.14564 56.22641 41 0.249711 18.63539 12.01655 13.14068 56.20738 42 0.249859 18.64377 12.02917 13.13651 56.19055 43 0.250004 18.65096 12.04006 13.13312 56.17585 44 0.250148 18.65688 12.04950 13.13049 56.16313 45 0.250291 18.66156 12.05769 13.12856 56.15219 46 0.250433 18.66508 12.06485 13.12727 56.14280 47 0.250575 18.66758 12.07115 13.12654 56.13473 48 0.250716 18.66920 12.07674 13.12630 56.12776

Page 151: ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30423/1/FARAH... · ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN SYARIAH

130

Lampiran 23

Hasil Uji Variance Decomposition Model II (Syariah)

Period S.E. DLSBIS DLM2 DLSUKUK DIHK 1 0.132799 3.748528 0.018773 0.545604 95.68709

2 0.192055 1.933385 3.007627 0.565410 94.49358 3 0.219418 1.405903 3.927690 1.878620 92.78779 4 0.229407 1.294365 4.459837 4.162225 90.08357 5 0.232126 1.468419 4.600570 6.769830 87.16118 6 0.233024 1.872664 4.545353 8.967321 84.61466 7 0.234022 2.375857 4.440917 10.44004 82.74318 8 0.235200 2.824691 4.389467 11.25312 81.53272 9 0.236259 3.133210 4.431278 11.63051 80.80501 10 0.237107 3.299282 4.560976 11.77673 80.36301 11 0.237845 3.366340 4.752776 11.81879 80.06209 12 0.238598 3.381860 4.979651 11.81875 79.81974 13 0.239424 3.377547 5.222196 11.80227 79.59798 14 0.240319 3.368423 5.469712 11.77907 79.38280 15 0.241254 3.359308 5.717759 11.75269 79.17025 16 0.242196 3.350823 5.965203 11.72437 78.95960 17 0.243124 3.342598 6.212066 11.69450 78.75084 18 0.244029 3.334351 6.458360 11.66326 78.54403 19 0.244905 3.326037 6.703663 11.63094 78.33936 20 0.245755 3.317757 6.947121 11.59797 78.13715 21 0.246579 3.309657 7.187638 11.56484 77.93787 22 0.247382 3.301876 7.424097 11.53196 77.74207 23 0.248164 3.294502 7.655540 11.49965 77.55031 24 0.248927 3.287569 7.881257 11.46811 77.36307 25 0.249671 3.281058 8.100803 11.43743 77.18071 26 0.250397 3.274922 8.313973 11.40766 77.00344 27 0.251103 3.269100 8.520734 11.37879 76.83137 28 0.251791 3.263537 8.721168 11.35081 76.66448 29 0.252459 3.258193 8.915425 11.32368 76.50270 30 0.253107 3.253036 9.103678 11.29739 76.34590 31 0.253737 3.248051 9.286110 11.27190 76.19394 32 0.254348 3.243226 9.462901 11.24720 76.04668 33 0.254941 3.238557 9.634220 11.22325 75.90397 34 0.255516 3.234039 9.800233 11.20005 75.76568 35 0.256075 3.229668 9.961101 11.17756 75.63167 36 0.256617 3.225440 10.11698 11.15577 75.50180 37 0.257143 3.221349 10.26803 11.13466 75.37596 38 0.257654 3.217390 10.41440 11.11420 75.25400 39 0.258150 3.213558 10.55625 11.09438 75.13582 40 0.258631 3.209847 10.69372 11.07516 75.02127 41 0.259098 3.206253 10.82695 11.05654 74.91025 42 0.259552 3.202770 10.95610 11.03849 74.80264 43 0.259992 3.199394 11.08129 11.02100 74.69832 44 0.260420 3.196122 11.20266 11.00403 74.59719 45 0.260835 3.192950 11.32033 10.98759 74.49914 46 0.261238 3.189875 11.43442 10.97164 74.40406 47 0.261629 3.186894 11.54506 10.95618 74.31187 48 0.262010 3.184002 11.65235 10.94118 74.22247