analisis mantra pada suku laut pulau duyung...
TRANSCRIPT
ANALISIS MANTRA PADA SUKU LAUT PULAU DUYUNG
KABUPATEN LINGGGA
ARTIKEL E-JOURNAL
OLEH:
SENI ZAMU MIARTI
NIM 100388201215
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
Analisis Mantra Pada Suku Laut Pulau Duyung Kabupaten Lingga oleh Seni
Zamu Miarti. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dosen Pembimbing I: Dr. H.
Abdul Malik, M.Pd. Dosen Pembimbing II: dIan Lestari, MA,
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan ikon pada mantra suku laut
Pulau Duyung Kabupaten Lingga, mendeskripsikan indeks pada mantra suku laut
Pulau Duyung Kabupaten Lingga, dan mendeskripsikan symbol pada mantra suku
laut Pulau Duyung Kabupaten Lingga. Dalam penelitian ini objek penelitiannya
adalah mantra Suku Laut Pulau Duyung, Kabupaten Lingga. Metode penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif karena metode ini dilakukan tidak
menggunakan angka-angka sebagai acuan, dengan teknik pengumpulan data, yaitu
inter view dan catatan lapangan. Teknik analisis data dilakukan dengan cara
mengumpulkan mantra secara terus menerus sampai informasi benar-benar jenuh
dan akurat. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa mantra yang terdapat di suku Laut Pulau Duyung Kabupaten
Lingga ini memiliki semiotik mantra yang berupa ikon, indeks dan simbol
Kata Kunci: Mantra, suku laut.
1. Pendahuluan
Mantra adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat sebagai perwujudan dari
keyakinan atau kepercayaan. Mantra merupakan bagian dari kesustraan yang
paling awal dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat tradisional di
Indonesia, (Jalil dan Rahman, 2001:1). Dalam masyarakat tradisional, mantra
bersatu dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari dan masyarakat percaya
bahwa mantra dapat membantu mereka mmengusir atau mendatakan penyakit
berkat bantuan roh para leluhur mereka.
Seorang pawing atau dukun yang ingin menghilangkan atau menyembuhkan
penyakit misalnya, dilakukan dengan membacakan mantra.Berbagai kegiatan
yang dilakukan terutama yang berhubungan dengan adat biasanya diserta
dengan pembacaan mantra. Hal ini serupa dengan pendapat yang ditegaskan
oleh Waluyo (1987:5) bahwa mantra terdapat di dalam kesusastraan daerah
seluruh Indonesia yang berhubungan dengan sikap religious manusia.
Tidak mengherankan jika di setiap daerah di Indonesia terdapat suatu
kepercayaan di tengah mereka yang dapat ditimbulkan dengan pembaca suatu
mantra tertentu. Mereka sangat meyakini bahwa pembacaan mantra
merupakan wujud dari sebuah usaha untuk mencapai keselamatan dan
kesuksesan. Untuk itu, keberadaan mantra menjadi penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Mantra dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat. Artinya, mantra
ada karena ada masyarakat pewarisnya. Masyarakat sangat meyakini bahwa
pembacaan mantra merupakan wujud dari usaha untuk mencapai keselamatan
kesuksesan. Lahirnya mantra di tengah masyarakat merupakan perwujudan
suatu keyakinan atau kepercayaan. Kepercayaan tentang adanya suatu
kekuatan gaib yang mendorong mereka untuk merealisasikan kekuatan
tersebut kedalam wujudnya atau ntuk memenuhi kebutuhan.
Untuk penelitian sastra (mantra) dengan mengunakan salah satu teori
sastra sastra, pertama kali yang harus dimengerti dahulu mengenai teori itu,
kemudian mengenai metodenya. Dalam hal ini, teori yang digunakan sebagai
pendekatan sastra adalah semiotik. Karena dalam mantra Suku Laut Pulau
Duyung menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dengan makhluk
gaib. Pada mantra terdapat berbagai gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah,
lambing dan simbol. Adapun tanda, lambing atau symbol terbagi menjadi tiga
yaitu ikon, indeks dan simbol, ini merupakan kajian semiotik..
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan mantra
suku laut berkembang di Pulau Duyung Kabupaten Lingga yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari..
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mantra suku laut
yang berkembanng di Pulau Duyung Kabupaten Lingga
2. MetodelogiPenelitian
Objek adalah benda, hal dan sebagainya yang dijadikan sasaran utnuk
diteliti, diperhatikan dan sebagainya (Tim Penyusun, 2007:793). Dalam
penelitian ini objek penelitiannya adalah mantra Suku Laut Pulau Duyung,
Kabupaten Lingga.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena
metode ini dilakukan tidak menggunakan angka-angk sebagai acuan,
melainkan bersifat deskriptif-kualitatif. Yang diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan berdasar fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sebagaimana menurut Nyoma
Kutha Ratna (20004:53) metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tehadap “Analisis Mantra PadaSuku
Laut Pulau Duyung Kabupaten Lingga” maka penulis menguraikan
pembahasan berdasarkan teori semiotik. Semiotik segala sesuatu yang
berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.
Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan
menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.
Selanjutnya, indeks yang terdapat pada mantra suku laut Pulau Duyung
Kabupaten Lingga yaitu diorak dikembang jangan, kembalilah engkau
kehutan raya, urat yang kendur sudah kutegang, patah tulang tulang berganti
sendi, aku tawa asal racun, jin semlut yang punya tawa, sah aku menawar,
buh padi menghijau, berhentilah topan badai taung rebut, renggutlah, mulut
terpempan gigi terkancing, karena telah ada penjaga pintu, aku lempar
dengan tanah baku, bangunlah engkau si raja besi. Dan simbol yang terdapa
tpada mantra suku laut Pulau Duyung Kabupaten Lingga yaitu Anak siding
manusia, racun, orang, rumahku..
3. Simpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa mantra yang terdapat di suku Laut Pulau Duyung
Kabupaten Lingga ini memiliki semiotik mantra yang berupa ikon, indeks dan
simbol. Adapun ikon yang terdapat dalam mantra yang ada di suku Laut Pulau
Duyung Kabupaten Lingga yaitu Si jambu rakai, hutan raya, urat, tulang, seri
manik, Jin semlut, padi, aku, engkau, air laut, air darat, quran, tebu, selasih,
batu, aku, air, insang, pasang surut, mulut, kau, halaman rumahku, air, aku,
tulang, daging, raja besi, dan jantung.
Selanjutnya, indeks yang terdapat pada mantra suku laut Pulau Duyung
Kabupaten Lingga yaitu diorak dikembang jangan, kembalilah engkau ke
hutan raya, urat yang kendur sudah kutegang, patah tulang tulang berganti
sendi, aku tawa asal racun, jin semlut yang punya tawa, sah aku menawar, buh
padi menghijau, berhentilah topan badai taung rebut, renggutlah, mulut
terpempan gigi terkancing, karena telah ada penjaga pintu, aku lempar dengan
tanah baku, bangunlah engkau si raja besi. Dan simbol yang terdapat pada
mantra suku laut Pulau Duyung Kabupaten Lingga yaitu Anak siding manusia,
racun, orang, rumahku.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh,peneliti memberikan
bebrapa rekomendasi untuk menambah wawasan tentang khzanah budaya
melayu khususnya mantra yang sampai pada saat ini ternyata masih digunakan
oleh masyarakat pinggiran sebagai sarana penyembuhan, pengasih, tolak bala,
serta lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2007. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Budi, Aminullah. 2013. AnalisisSemiotik Mantra PnegobatanAnak-
anakDesaPekakaKecamatanLinggaKabupatenLingga.Skripsi FKIP
UMRAH Tanjungpinang: tidakditerbitkan.
Jalil, Abdul danRahman, Elmustian. 2001. Puisi Mantra. Pekanbaru: Unri Press.
KuthaRatna, Nyoman. 2004. Teori, MetodedanTeknikPenelitianSastra. Denpasar:
PustakaPelajar.
Moleong, L. J. 2004. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya.
Ningsih, Resti. 2011. AnalisisSemiotik Mantra PnegobatanAnak-
anakDesaKopahKecamatanKuantanSingingi.Skripsi FKIP UIR
Pekanbaru: tidakditerbitkan.
Nurgiyantoro, B. 2009.TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Unity
Press.
Sugono, Dendy, dkk. 2008. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta:
GramediaPustakaumum.
Sugiyono. 2009. MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D. Bandung:
Alfabeta
Uniawati. 2007. Mantra MelautSukuBajo: InterpretasiSemiotikRiffaterre. Thesis
UNDIP Semarang.
Waluyo, Herman J. 1987. TeoridanApresiasiPuisi. Jakarta: Erlangga.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2009. KamusIstilahSastra. Jakarta: BalaiPustaka.
ABSTRAK
Miarti.SeniZamu. 2016.Analisis Mantra
PadaSukuLautPulauDuyungKabupatenLingga.Skripsi.JurusanBahasadanSastra
Indonesia, FakultasKeguruanIlmuPendidikan, UniversitasMaritim Raja Ali Haji.
Kata Kunci : Mantra, SukuLaut
Mantra adalahsesuatu yang
lahirdarimasyarakatsebagaiperwujudandarikeyakinanataukepercayaan.Mantra
merupakanbagiandarikesustraan yang paling
awaldikenaldandikembangkanolehmasyarakattradisional di Indonesia,
(JalildanRahman, 2001:1).
Tujuanpenelitianiniuntukmendeskripsikanikonpada mantra
sukulautPulauDuyungKabupatenLingga,mendeskripsikanindekspada mantra
sukulautPulauDuyungKabupatenLingga, danmendeskripsikansimbolpada mantra
sukulautPulauDuyungKabupatenLingga.
Dalampenelitianiniobjekpenelitiannyaadalah mantra
SukuLautPulauDuyung,
KabupatenLingga.Metodepenelitianinimenggunakanmetodedeskriptifkualitatifkar
enametodeinidilakukantidakmenggunakanangka-angkasebagaiacuan,
denganteknikpengumpulan data, yaituinterviewdancatatanlapangan.Teknikanalisis
data dilakukandengancaramengumpulkan mantra
secaraterusmenerussampaiinformasibenar-benarjenuhdanakurat.
Berdasarkandarihasilpenelitianyangdilakukanolehpenulis,
dapatdisimpulkanbahwa mantra yang terdapat di
sukuLautPulauDuyungKabupatenLinggainimemilikisemiotik mantra yang
berupaikon, indeksdansimbol.
.