analisis manajemen rantai pasok sayuran organik ...repository.ub.ac.id/6625/1/mutiara putri...
TRANSCRIPT
ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN ORGANIK
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus di CV. Tani Organik Merapi, Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh :
MUTIARA PUTRI UTAMI
JURUSAN SOSIAL EKONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN ORGANIK
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus di
CV. Tani Organik Merapi, Yogyakarta)
Oleh :
MUTIARA PUTRI UTAMI
135040100111145
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian yang saya lakukan sendiri dan dalam skripsi ini juga tidak terdapat
karya orang lain yang pernah diajukan di perguruan tinggi lain manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya maupun pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dan disebutkan
di dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2017
Mutiara Putri Utami
135040100111145
RIWAYAT HIDUP
Mutiara Putri Utami merupakan nama lengkap dari penulis
yang dilahirkan di Lampung, 09 Oktober 1995. Penulis
merupakan putri sulung dari pasangan Bapak Suhendra dan
Ibu Mutmainnah. Penulis menyelesaikan studi pendidikan
Sekolah Dasar di SDN 3 Podomoro pada tahun 2007. Penulis
melanjutkan studi di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan studi di SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung dan lulus pada tahun 2013. Penulis pada tahun yang sama yaitu 2013
diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian melalui jalur
SBMPTN pada program studi Agribisnis.
Moto dan Persembahan
“At My Lowest: Allah is My Hope”
“At My Weakest: Allah is My Strenght”
“At My Saddest: Allah is My Comforter”
“You can’t change your situation, the only thing you can change is how you chose to deal
with it”
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Orang tuaku tercinta
Adik dan Keluargaku
Almamaterku
i
RINGKASAN
MUTIARA PUTRI UTAMI. 135040100111145. Analisis Manajemen Rantai
Pasok Sayuran Organik Menggunakan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus
di CV. Tani Organik Merapi, Yogyakarta). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Abdul
Wahib Muhaimin, MS.
Sebagian penduduk Indonesia sudah sadar mengenai kesehatan pribadi dan
lingkungan sehingga gaya hidup berubah menjadi “back to nature” dan mulai
mengkonsumsi produk pertanian organik salah satunya adalah sayuran organik.
Kebutuhan akan sayuran yang terus meningkat membuat sistem pemasaran
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dari rantai produksi hingga
dipasarkan dan sampai ke konsumen. Untuk membantu perusahaan dalam
menangani permasalahan dan tantangan tesebut, konsep yang tepat untuk
digunakan adalah Manajemen Rantai Pasok yang mencakup tiga aliran yaitu
aliran produk, aliran informasi, dan aliran keuangan. Konsep manajemen rantai
pasok menekankan bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen
bukan hanya sekedar menyediakan barang. Manajemen rantai pasok sendiri
diibaratkan sebagai darah dari setiap organisasi karena menghubungkan pemasok,
produsen, hingga ke konsumen akhir. Dalam mengelola manajemen rantai pasok
memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian.
Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi kondisi rantai
pasok sayuran organik pada CV. Tani Organik Merapi, dan (2) menganalisis
kinerja dari setiap indicator performansi dalam rantai pasokan sayuran organik
pada CV. Tani Organik Merapi,
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian
dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan berbasis
teknologi yang telah melakukan penelitian dan pengembangan agokomplek
(pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan) dan rehabilitasi lingkungan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara dengan petani mitra, CV. Tani Organik
Merapi dan retail outlet. Metode pendekatan penelitian dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Teknik
penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ditentukan secara non
probability sampling menggunakan sampling jenuh yang terdiri dari seluruh
pelaku rantai pasok yakni 6 petani mitra, 14 karyawan CV. Tani Organik Merapi,
dan 16 pihak retail outlet (supermarket) yang bekerjasama dengan CV. Tani
Organik Merapi.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa ada tiga proses aliran
rantai pasok pada CV. Tani Organik Merapi. Sedangkan metode Balanced
Scorecard pada perspektif pelanggan dengan variabel pelayanan, citra merek, dan
loyalitas masing-masing memiliki indeks kepuasan yakni 193 (cukup puas), 314
(puas), dan 185 (cukup puas). Pada perspektif proses bisnis internal terdapat
peningkatan pada nilai pesentase inovasi yang sebelumnya 0% menjadi 0,142%.
Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan variabel gaji,
pekerjaan, rekan kerja, atasan, dan lingkungan kerja memiliki nilai indeks
kepuasan yakni 60 (tidak puas), 94 (cukup puas), 128 (sangat puas), 198 (cukup
ii
puas), dan 125 (cukup puas). Berdasarkan perhitungan-perhitungan diatas, hasil
pengukuran kinerja rantai pasok CV. Tani Organik Merapi secara keseluruhan
dapat dikatakan cukup baik dengan total skor 0,111 apabila diukur menggunakan
metode Balanced Scorecard.
iii
SUMMARY
MUTIARA PUTRI UTAMI. 135040100111145. Supply Chain Management
Analysis of Organic Vegetable using Balanced Scorecard Method (Case Study in
CV. Tani Organik Merapi, Yogyakarta). Under the guidance of Dr. Ir. Abdul
Wahib Muhaimin, MS.
Some Indonesians people are already aware of personal and environmental
health so that lifestyles change to "back to nature" and start consuming organic
farming products such as organic vegetables. The increased of vegetable demand
making the marketing system an important thing from the production chain to be
marketed and to the consumer. To help companies with these problems and
challenges, the right concept to use is Supply Chain Management that includes
three streams: product, information, and financial flow. The concept of supply
chain management emphasizes how companies meet consumer demand not just to
provide goods. Supply chain management is like the blood of every organization
because it connects the suppliers, producers, to the final consumer. In managing
supply chain management requires a process that is the process of planning,
implementation, and control.
The purpose of this research is (1) to identification the condition of
organic vegetable supply chain in CV. Tani Organik Merapi, and (2) analyzed the
performance of each performance indicator in the organic vegetable supply chain
in CV. Tani Organik Merapi.
Location selection is done intentionally in accordance with the objectives
of the study with the consideration that this company is using a technology-based
company that has conducted research and development agrocomplex (agriculture,
forestry, animal husbandry, and fisheries) and environmental rehabilitation. The
data used in this research is primary data and secondary data. Primary data was
obtained from interviews with partner farmers, CV. Tani Organik Merapi and
retail outlets. Research approach method in this research is quantitative approach
by using descriptive analysis. The technique of determining the respondents used
in the study was determined by non probability sampling using saturated sampling
consisting of all supply chain actors that is 6 partner farmers, 14 employees CV.
Tani Organik Merapi, and 16 retail outlets (supermarkets) in cooperation with
CV. Tani Organik Merapi.
Based on result of research, got result that there are three process of supply
chain flow in CV. TOM. While Balanced Scorecard method on customer
perspective with service variable, brand image, and loyalty have satisfaction index
that is 193 (quite satisfied), 314 (satisfied), and 185 (quite satisfied). On the
internal business process perspective there is an increase in the value of
innovation percentage of 0% to 0.142%. While in the perspective of growth and
learning with salary variables, employment, colleagues, bosses, and work
environment has a satisfaction index value of 60 (not satisfied), 94 (quite
satisfied), 128 (very satisfied), 198 (quite satisfied), and 125 (quite satisfied).
Based on these calculation, the performance result of the supply chain CV. TOM
as a whole is quite good with total score 0.111.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Rantai
Pasok Sayuran Organik Menggunakan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus
di CV. Tani Organik Merapi Yogyakarta)” dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kondisi rantai pasok sayuran organik di CV. Tani Organik Merapi dan
menganalisis kinerja dalam rantai pasok tersebut menggunakan metode Balanced
Scorecard dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada :
1. Dr. Ir Abdul Wahib Muhaimin, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan
motivasi yang membangun kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
2. Ir. Nidamulyawaty Maarthen, Msi dan Imaniar Ilmi Pariasa, SP., MP., MBA
selaku dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
menyempurnakan kesalahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
3. Kepada orangtuaku ayahanda Suhendra dan ibunda Mutmainnah serta papah
Kholil dan bunda Siti Rokhimah yang sangat saya cintai dan hormati yang tak
henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga
sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan
studi.
4. Adik-Adikku tercinta serta keluarga yang selalu memberikan doa dan
dukungan.
5. Kepada sahabat dan teman-teman satu pembimbing akademik, terima kasih
atas semangat dan kerja samanya.
6. Kepada RDS yang selalu menemani penulis pada saat penelitian.
v
7. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-
kebaikan mereka dengan setimpal. Aamiin.
Penulis menyadari bila dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun serta sumbangan
pemikiran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap
dengan selesainya penulisan skripsi ini dapat membantu berbagai pihak yang
tentunya membutuhkan informasi yang berkaitan dengan tulisan ini.
Malang, Agustus 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................... i
SUMMARY ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 7
2.2 Tinjauan Tentang Pertanian Organik ........................................... 8
2.2.1 Tujuan Utama Produk Organik dan Pengolahannya .......... 10
2.3 Tinjauan Tentang Manajemen Rantai Pasok ............................... 11
2.3.1 Komponen dan Strategi Manajemen Rantai Pasok ............ 14
2.3.2 Proses Manajemen Rantai Pasok ....................................... 16
2.4 Tinjauan Tentang Balanced Scorecard (BSC) .............................. 18
2.4.1 Konsep Penerapan Perspektif Balanced scorecard ............ 21
III. KERANGKA TEORITIS ............................................................... 30
3.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 30
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 34
3.3 Batasan Masalah .......................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................... 34
IV. METODE PENELITIAN ................................................................. 37
4.1 Metode Pendekatan Penelitian ..................................................... 37
4.2 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ..................... 37
vii
4.3 Metode Penentuan Responden ..................................................... 38
4.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data.................................. 38
4.5 Metode Analisis Data ................................................................... 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 44
5.1 Profil Perusahaan ......................................................................... 44
5.1.1 Sejarah Perkembangan Usaha ............................................ 44
5.1.2 Visi, Misi, Goal, dan Rencana Strategis Perusahaan ......... 45
5.1.3 Struktur Organisasi dan Jumlah Karyawan ........................ 46
5.2 Analisis Manajemen Rantai pasok .............................................. 48
5.2.1 Proses Manajemen Rantai Pasok Sayuran Organik ............ 48
5.3 Analisis Balanced Scorecard....................................................... 59
5.3.1 Perspektif Pelanggan .......................................................... 59
5.3.2 Perspektif Proses Bisnis Internal ........................................ 61
5.3.3 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ........................ 62
5.3.4 Hasil Keseluruhan Pengukuran Kinerja ............................. 65
5.3.5 Strategi Perbaikan .............................................................. 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 68
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 68
6.2 Saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 70
LAMPIRAN ............................................................................................. 72
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Mengukur Tema Keuangan Strategis ............................................ 23
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 35
3. Jumlah Karyawan CV. Tani Organik Merapi ............................... 48
4. Supermarket Mitra Bisnis CV. Tani Organik Merapi ................... 56
5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Perspektif Pelanggan .................... 59
6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Pelanggan .... 60
7. Hasil Perhitungan dari masing-masing Variabel Kepuasan
Pelanggan ..................................................................................... 61
8. Jumlah Inovasi Pelayanan CV. Tani Organik Merapi tahun 2015-
2017 ............................................................................................... 62
9. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Karyawan ........ 62
10. Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Karyawan ............. 63
11. Hasil Perhitungan dari masing-masing Variabel Kepuasan
Karyawan ...................................................................................... 64
12. Kriteria Skor Standar .................................................................... 65
13. Pengukuran Kinerja CV. Tani Organik Merapi dengan Metode
Balanced Scorecard Secara Keseluruhan. .................................... 65
14. Strategi Perbaikan untuk CV. Tani Organik Merapi ..................... 67
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Proses Supply Chain Managemet................ .................................. 16
2. Skema Ukuran Utama Perspektif Pelanggan ................................ 24
3. Rantai Nilai Perspektif Proses Bisnis Internal .............................. 26
4. Skema Kerangka Kerja Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan ................................................................................. 29
5. Skema Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................ 33
6. Skema Struktur Organisasi CV. Tani Organik Merapi ................. 47
7. Skema Struktur Rantai Pasok Sayuran Organik Pada CV. Tani
Organik Merapi ............................................................................. 49
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 72
2. Data Olahan Perhitungan .............................................................. 87
3. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 95
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah Pertanian Organik telah dimulai sejak adanya Revitalisasi
Pertanian yang merupakan usaha, proses, dan kebijakan untuk menyegarkan
kembali sistem pertanian terutama untuk mensejahterakan petani. Pentingnya
pertanian yang berkelanjutan tersebut justru datang dari konteks yang sangat
aktual dan modern dan sama sekali bukan karena romantisme masa lalu demi
menjaga kelestarian alam. Menurut Sutanto (2002), dalam 25 tahun mendatang
kebutuhan pangan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penduduk
Indonesia, tetapi mulai tampak tanda-tanda terjadinya penurunan produktivitas
pada hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Sehubungan dengan hal
tersebut, pemerintah mulai mencanangkan tentang gerakan bertanam organik
untuk pertanian yang berkelanjutan pada tahun 2013 yaitu pada Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik.
Salah satu kontribusi sektor pertanian adalah sumbangannya terhadap nilai Produk
Domestik Bruto. Berdasarkan data pada Produk Domestik Bruto (berdasarkan
harga berlaku) nilai sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian
memiliki nilai PDB yang meningkat dari tahun 2011 hingga 2013. Peningkatan
tersebut senilai Rp.162,264.8 Miliar (Kementrian Pertanian). Angka ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang dapat terus
dikembangkan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia,
sehingga pembangunan pada sektor pertanian perlu terus dikembangkan dan
ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
merusak lingkungan.
Tanaman organik yang sedang berkembang salah satunya adalah tanaman
hortikultura. Tanaman hortikultura sendiri merupakan salah satu ragam pertanian
yang dikelola intensif dan memiliki beraneka macam tanaman budidaya
mencakup pembudidayaan bunga, buah, dan sayuran (Hornby (1984) dalam
Notohadinegoro, 2006). Kegiatan usahatani hortikultura khususnya komoditas
sayuran yang saat ini mulai banyak dikembangkan, selain memiliki peranan yang
sangat besar dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat, komoditas ini juga sangat
potensial dan prospektif untuk diusahakan karena metode pembudidayaannya
2
mudah dan sederhana, sehingga pemerintah terus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dengan melakukan pemantauan terhadap
daerah-daerah yang memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman
hortikultura khususnya sayuran.
Saat ini, masyarakat juga mulai memperhatikan kriteria sayuran yang akan
dibeli seperti keamanan untuk dikonsumsi dan kesegaran produk yang menjadi
tuntutan sekaligus tantangan bagi perusahaan. Sehingga pertanian organik
merupakan altenatif yang mulai dikembangkan oleh produsen sayuran. Untuk
membantu perusahaan dalam menangani permasalahan dan tantangan tersebut,
konsep yang tepat untuk digunakan adalah Manajemen Rantai Pasok (MRP) atau
Supply Chain Management (SCM). Dalam Manajemen Rantai Pasok, hal-hal yang
merupakan cakupan utama dari arus Manajemen Rantai Pasok dibagi menjadi tiga
aliran yaitu aliran produk, aliran informasi, dan aliran keuangan (Tampubolon,
2014).
Konsep Manajemen Rantai Pasok menekankan bagaimana perusahaan
memenuhi permintaan konsumen bukan hanya sekedar menyediakan barang.
MRP sendiri diibaratkan sebagai darah dari setiap organisasi karena
menghubungkan pemasok, produsen hingga ke konsumen akhir. Dalam mengelola
MRP memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian. Tujuan MRP adalah untuk menyelaraskan permintaan dan
penawaran seefektif mungkin dan untuk menangani masalah-masalah utama
dalam MRP, yaitu menentukan tingkat outsourcing yang tepat, mengelola
pembelian/pengadaan suatu barang, mengelola pemasok, mengelola hubungan
terhadap pelanggan, mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan
cepat, dan mengelola resiko (Stevenson, 2009). Dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari MRP adalah untuk menghubungkan semua komponen rantai pasokan
sehingga permintaan pasar terpenuhi secara efisien (Stevenson, 2014).
CV. Tani Organik Merapi merupakan salah satu penghasil atau produsen
sayuran organik yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang tersebar di daerah
Yogyakarta dan sekitarnya, CV. Tani Organik Merapi bekerjasama dengan petani
untuk pemasok sayuran dan retail modern atau supermarket sebagai tempat untuk
3
memasarkan sayuran pada perusahaan tersebut. CV. Tani Organik Merapi
melakukan pengelolaan rantai pasok sayuran dengan tujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan konsumen dan mempunyai keunggulan komperatif dalam
menjalankan usahanya. Dalam meningkatkan keunggulan komperataif dalam
usahanya, perusahaan berusaha mengatur dan mengelola jalannya atau alur dari
rantai pasokan yang terjadi agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan. Manajemen Rantai Pasok yang belum efektif dapat menimbulkan
masalah-masalah dalam pengelolaannya, diantaranya adalah kelebihan atau
kekurangan persediaan yang akan menyebabkan kinerja perusahaan tidak optimal.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Adinata (2013), mengatakan bahwa
penyebab utama yang menyebabkan pasokan bahan baku perusahaan mengalami
keterlambatan yaitu, adanya cuaca yang ekstrim yang dapat mengakibatkan
ketersediaan bahan baku udang terganggu, sehingga mempengaruhi distribusi ke
konsumen. Mengatasi sebuah permasalahan tersebut dibutuhkan suatu strategi
yang tepat. Oleh karena itu, penelitian Manajemen Rantai Pasok di CV. Tani
Organik Merapi perlu dilakukan untuk mengkaji rantai pasokan yang terjadi di
perusahaan dan lingkungan yang terkait dengan CV. Tani Organik Merapi, serta
melakukan penilaian kinerja dari tiap persepsi pelaku rantai pasokan yang terkait
dengan CV. Tani Organik Merapi. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini
akan memberikan manfaat untuk perusahaan dan lingkungan terkaitnya dalam
mengembangkan usahanya. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, peneliti
melakukan penelitian dengan judul Analisis Manajemen Rantai Pasok Sayuran
Organik dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard, Studi Kasus di
CV. Tani Organik Merapi, Yogyakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Kebutuhan konsumen yang semakin meningkat menyebabkan produsen
sayuran seperti CV. Tani Organik Merapi dituntut untuk terus meningkatkan
keunggulan komperatifnya agar tetap dapat bersaing dengan produsen sayuran
lainnya dan memberikan produk berkualitas dan pelayanan yang memuaskan
untuk konsumen. Namun, tidak hanya CV. Tani Organik Merapi yang harus
meningkatkan kinerjanya melainkan semua pihak yang terkait dengan rantai
pasok pada CV. Tani Organik Merapi yaitu petani mitra yang memasok sayuran
4
dan supermarket yang memasarkan produk langsung ke konsumen. Sehingga
pengelolaan rantai pasokan dari pemasok hingga konsumen menjadi sorotan yang
penting.
CV. Tani Organik Merapi merupakan produsen sayuran yang bekerjasama
dengan petani organik daerah Yogyakarta untuk memasok kebutuhan sayuran di
perusahaan karena CV. Tani Organik Merapi hanya membudidayakan beberapa
jenis sayuran pada lahan budidaya perusahaan. Sebagian besar kebutuhan pasokan
sayuran berasal dari petani yang bermitra dengan perusahaan. Sejak awal
berdirinya CV. Tani Organik Merapi, petani mitra merupakan pemasok utama
kebutuhan sayuran, pasokan sayuran tersebut disortir dan dikemas oleh pihak
perusahaan kemudian didistribusikan ke pasar modern (supermarket) dan sayuran
yang dikonsumsi oleh konsumen akhir adalah sayuran organik yang berasal dari
petani, distributor, ritel, dan pihak-pihak lainnya yang begabung menjadi sebuah
rantai pasok beras organik. Produk organik merupakan produk eksklusif sehingga
rantai pasok yang mengalirkan produk ini haruslah eksklusif. Keeksklusifan
sayuran organik harus terjaga agar tidak merugikan konsumen akhir. Masalah
timbul ketika beberapa pihak supermarket tidak begitu saja menerima sayuran
yang ditawarkan oleh pihak CV. Tani Organik Merapi, pihak supermarket
memiliki standar sendiri untuk setiap sayuran yang ditawarkan oleh perusahaan.
Apabila sayuran yang ditawarkan oleh perusahaan tidak memenuhi standar yang
ada, maka sayuran tersebut akan di return atau dikembalikan oleh supermarket
kepada pihak CV. Tani Organik Merapi. Permasalahan lainnya adalah jumlah
permintaan sayuran yang tidak menentu setiap harinya dan mempengaruhi
persediaan pasokan sayuran yang ada di perusahaan. Pasokan persediaan menjadi
tidak menentu setiap harinya, pasokan bisa sangat sedikit atau kosong dan bisa
sangat berlebih.
Sayuran yang dipasok di CV. Tani Organik Merapi merupakan produk
organik yang pada umumnya memiliki kenampakan yang kurang baik apabila
dibandingkan dengan sayuran yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam
budidayanya. Permasalahan lain yang muncul adalah ketidakdisiplinan dari petani
mitra CV. Tani Organik Merapi dalam memasok kebutuhan sayuran, dan
kesepakatan yang terjalin antara petani mitra dan CV. Tani Organik Merapi belum
5
dituangkan dalam kontrak tertulis sedangkan kesepakatan dengan supermarket
sudah terjalin dalam bentuk kontrak tertulis. Kondisi kerjasama dengan petani
mitra tersebut tidak sesuai dengan konsep Manajemen Rantai Pasokan (MRP)
yang menjadi salah satu strategi pemasaran perusahaan dalam bersaing dengan
produsen lainnya.
Melalui penelitian ini, penulis akan mengkaji pengelolaan rantai pasokam
yang telah berjalan di CV. Tani Organik Merapi dan menilai kinerja perusahaan
dalam rantai pasokan. Kinerja rantai pasokan di CV. Tani organik Merapi perlu
diukur untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan tiap pelaku rantai
pasokan untuk memperbaiki permasalahan yang dapat menghambat kinerja rantai
pasok tersebut. Pendekatan konsep Manajemen Rantai Pasokan yang digunakan
dalam penelitian ini untuk menjabarkan kondisi rantai pasokan pada CV. Tani
Organik Merapi dan kinerja rantai pasokan dalam pengelolaan rantai pasokan CV.
Tani Organik Merapi ini akan dianalisis dengan mengembangkan model Balanced
Scorecard (BSC) yang menghasilkan indikator kinerja supply chain yang berasal
dari pengembangan indikator kinerja perusahaan melalui tiga perpektif BSC yaitu
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul pertanyaan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi rantai pasok sayuran organik pada CV. Tani Organik
Merapi?
2. Bagaimana kinerja dari tiga indikator performansi dalam rantai pasokan
sayuran pada CV. Tani Organik Merapi?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kondisi rantai pasok sayuran organik pada CV. Tani Organik
Merapi.
2. Menganalisis kinerja dari tiga indikator performansi dalam rantai pasakon
sayuran pada CV. Tani Organik Merapi.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berharga serta dapat menjadi literatur bagi penelitian selanjutnya. Adapun manfaat
bagi berbagai pihak, diantaranya :
1. Bagi CV. Tani Organik Merapi atau Pelaku Agribisnis
Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan ataupun saran yang
berharga demi perbaikan dalam rantai pasok sayuran.
2. Bagi Institusi atau Penelitian Lanjutan
Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur dan informasi
mengenai analisis kinerja rantai pasok sayuran organik di CV. Tani Organik
Merapi.
3. Bagi Peneliti
Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan
kompetensi diri, baik pengetahuan maupun keterampilan dalam menganalisis
potensi serta permasalahan yang terjadi di dalam sektor agribisnis khususnya
rantai pasok sayuran organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian tentang Manajemen Rantai Pasok yang dapat
menjadi salah satu referensi peneliti yaitu Adinugroho (2010) dan Riwanti (2011),
penelitian ini menggunakan konsep Manajemen Rantai Pasok untuk menjabarkan
kondisi rantai pasokan dengan mengikuti kerangka kerja Food Supply Chain
Networking (FSCN) yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2005). Penelitian
tersebut menggunakan FSCN untuk menganalisis beberapa aspek yaitu sasaran
rantai, stuktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja
rantai pasokan. Perbedaan pada penelitian tersebut adalah atribut kemitraan yang
digunakan, sedangkan hasil dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa
alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan peneliti bagi pengembangan
rantai pasok pada masing-masing perusahaan yang diteliti adalah dengan adanya
peningkatan trust building.
Adinata (2013), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan strategy map perusahaan, kemudian menentukan indikator
performansi yang berkaitan dengan kegiatan rantai pasokan didalam perusahaan.
Setelah itu mengelompokkan indikator performansi ke dalam empat perspektif
balanced scorecard, dan tahap terakhir adalah membuat tabel analisa balanced
scorecard untuk menilai performansi rantai pasokan dari PT. Misaja Mitra. Hasil
penelitian Adinata menemukan penyebab utama yang menyebabkan pasokan
bahan baku perusahaan mengalami keterlambatan yaitu, adanya cuaca yang
ekstrim yang dapat mengakibatkan ketersediaan bahan baku udang terganggu,
sehingga mempengaruhi distribusi ke konsumen.
Mardijayanti (2014), meneliti tentang Manajemen Rantai Pasok dengan
tujuan untuk mempelajari rantai pasokan produk tape pada Agroindustri Tape 07
Agape, menganalisis kepercayan, komitmen, komunikasi, kepuasan dan
ketergantungan antara Agroindustri Tape 07 Agape dengan pemasok serta
menganalisis tingkat performansi pemasok terhadap kinerja supply chain
management. Metode analisis MRP yang digunakan adalah Supply Chain
Operational Reference untuk pengukuran performansi kinerja pemasok dengan
Delivery Performance. Kinerja pengiriman meliputi Schedule Order to Costumer
8
Request (SOCR) dan Delivery Performance to Request Date (DPRD). Dalam
penelitian ini juga menggunakan skala likert untuk melakukan analisis variabel
hubungan jangka panjang. Hasil yang diperolah yaitu adanya aliran informasi
antara pihak perusahaan dan pemasok yang kurang terbuka sehingga
mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Namun, penilaian variabel
hubungan jangka panjang dapat disimpulkan bahwa pemasok merasa percaya
terhadap perusahaan, memiliki komitmen yang baik, merasa puas dan tergantung
terhadap Agroindustri Tape 07 Agape. Selama tahun 2013, nilai rata-rata SOCR
sebesar 82,42% dan nilai DPRD sebesar 80,61%. Terdapat keterkaitan antara
hubungan kepercayaan, komitmen, komunikasi, kepuasan dan ketergantungan
terhadap tingkat performansi pemasok. Nilai performansi secara keseluruhan
sebesar 79,88% dikarenakan komunikasi yang kurang antara kedua belah pihak.
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian tentang manajemen rantai
pasok dengan menganalisis tentang struktur rantai pasok sayuran organik dan
kinerja pada setiap indikator performansi pada CV. Tani Organik Merapi.
Berdasarkan pertimbangan pada penelitian terdahulu maka penulis akan
menganalisis menggunakan pendekatan Balanced Scorecard model. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan yaitu
menggunakan Balanced Scorecard Method, sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah lokasi penelitian, produk yang diteliti
(komoditas), waktu pelaksanaan penelitian serta variabel-variabel yang digunakan
untuk menentukan nilai performansi dari perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Setelah melakukan
analisis pada metode tersebut, evaluasi dari penerapan metode tersebut dapat
dijadikan landasan penulis untuk merumuskan penilaian alternatif strategi
pengembangan rantai pasokan sayuran di CV. Tani Organik Merapi.
2.2. Tinjauan Tentang Pertanian Organik
Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agri-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan
dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Menurut Pracaya (2006),
pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal bercocok tanam) yang
9
tidak menggunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk, pestisida, hormon
pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik. Jadi, pertanian organik adalah
sistem pertanian yang mengutamakan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi
atau menjaga keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan
bahan-bahan kimia dan alternatif alami yang dapat memberikan hasil yang
berkelanjutan, karena itu pengembangan pertanian organik tidak terlepas dari
program pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan menjelaskan bahwa penggunaan
bahan kimia pertanian bukan berarti tidak diperbolehkan sama sekali dalam
pembangunan tersebut, namun dapat digunakan sampai batas tertentu yang masih
dimungkinkan (Sembiring, 2010). Salah satu hasil dari pertanian adalah sayuran.
Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak
dibutuhkan manusia untuk beberapa manfaat yang salah satunya adalah
membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan
mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok lainnya.
Sehingga penting bagi kita untuk senantiasa mengkonsumsi sayuran segar dengan
cara memasak yang benar dan kalangan ilmuwan kesehatan percaya bahwa
dengan mengkonsumsi sayuran secara teratur akan berpengaruh positif terhadap
kesehatan manusia (Nazarudin, 1999).
Jenis sayuran yang beredar di pasar sangat banyak sehingga jenis sayuran
tersebut dapat dibedakan berdasarkan kepentingannya. Rahardi (2001),
menyatakan bahwa sayuran terdiri dari berbagai jenis dan dapat dibedakan
berdasarkan tempat tumbuh, kebiasaan tumbuh dan bentuk yang dikonsumsi.
Berdasarkan tempat tumbuh sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran dataran
rendah dan sayuran dataran tinggi. Sayuran dataran rendah dapat tumbuh pada
suhu kisaran 26-28,5°C, sedangkan sayuran datarqan tinggi dapat tumbuuh pada
suhu kisaran 16-18,5°C. Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dapat dibedakan
menjadi sayuran semusim dan tahunan. Sedangkan berdasarkan bentuk yang
dikonsumsi, sayuran dibedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga, umbi dan
rebung (Setyadi, 1989).
10
Sayuran memiliki sifat yang berbeda dengan komoditas pertanian yang
lainya. Rahardi (2001), menjelaskan berbagai macam sifat sayuran seperti di
bawah ini :
1. Tidak tergantung musim, sehingga sayuran dapat dibudidayakan kapan saja
dengan syarat tumbuh terpenuhi.
2. Mempunyai risiko tinggi. Sayuran mudah busuk, sehingga dengan berlalunya
waktu dan kekurang hati-hatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang
dijual semakin turun harganya sampai tidak bernilai sama sekali.
3. Perputaran modalnya cepat. Hal ini disebabkan waktu produksi sayuran yang
lebih singkat dan adanya permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena
setiap hari orang membutuhkan sayuran.
4. Karena sifatnya yang mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi
biasanya dekat dengan konsumen. keadaan ini sangat menguntungkan karena
dapat mengurangi biaya transportasi.
2.2.1. Tujuan Utama Produk Organik dan Pengolahannya
Menurut Sutanto (2002), tujuan utama dari pertanian organik dan
pengolahannya berdasarkan pada beberapa prinsip dan ide yang berkembang di-
kalangan masyarakat pertanian organik yang terdiri atas produsen, konsumen,
peneliti, pemerintah dan pecinta lingkungan. Selama persyaratan yang
dikembangkan mempunyai kedudukan yang sama, yaitu :
1. Menghasilkan pangan berkualitas tinggi dengan jumlah yang cukup
2. Melaksanakan interaksi secara konstruktif dan meningkatkan ketahanan hidup
sesuai proses daur ulang dan sistem alami
3. Memperhitungkan lebih luas dampak sosial dan ekologi produksi organik dan
sistem pengolahannya
4. Mendorong dan meningkatkan daur biologi dalam sistem usahatani dengan
melibatkan mikroorganisme, tanah, flora dan fauna, tanaman dan ternak
5. Mengembangkan ekosistem perairan yang menguntungkan dan berkelanjutan
6. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
secara berkelanjutan
7. Mempertahankan keragaman genetika dalam sistem produksi dan lingkungan
sekitarnya, termasuk perlindungan tanaman dan habitat asli
11
8. Memberikan kesempatan pada setiap orang untuk memproses dan
menghasilkan produk organik, dan mengembangkan kualitas organik yang
memenuhi kebutuhan dasar serta memberikan kesempatan untuk memperoleh
penghasilan yang cukup dan memuaskan dari pekerjaan yang dilaksanakan,
termasuk lingkungan pekerjaan yang aman
9. Mempercepat tercapainya keseluruhan proses produksi, pengolahan, dan
rantai distribusi yang memenuhi tuntutan sosial dan bertanggung jaawab
terhadap lingkungan.
2.3. Tinjauan Tentang Manajemen Rantai Pasok
Tuntutan kepada perusahaan untuk selalu memberikan gagasan dan
menciptakan nilai tambah bagi konsumennya semakin kuat dari tahun ke tahun.
Perusahaan dituntut untuk dapat menyampaikan produknya dengan lebih efektif,
cepat, dan lebih efisien. Kemampuan untuk mengintegrasikan mata rantai pasokan
(supply chain) inilah yang dinilai dapat meningkatkan kompetisi tersebut.
Menurut Lambert dan Cooper (2000), istilah supply chain management pertama
kali diperkenalkan oleh konsultan pada tahun 1980an dan mulai dikembangkan
oleh akademik pada tahun 1990an. Pada tahun 1986, The Council of Logistics
Management (CLM) mendefinisikan manajemen logistik sebagai proses
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi efisiensi, aliran modal,
penyimpanan bahan baku, inventaris dalam proses barang jadi dan aliran
informasi dari produksi hingga konsumsi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Pada akhirnya timbul kekeliruan pemahaman terhadap
manajemen logistik dan SCM. CLM mengumumkan pada tahun 1998 bahwa
logistik merupakan bagian dari proses rantai pasok yang merencanakan,
menerapkan, dan mengendalikan efisiensi, efektivitas aliran dan penyimpanan
barang, jasa dan menyampaikan informasi dari produksi hingga konsumsi sesuai
dengan permintaan pelanggan.
Pemasok (Suppliers) merupakan bagian penting dalam suatu sistem
konversi, yang dimulai dari input faktor berupa bahan baku, bahan pembantu, dan
komponen peralatan untuk mesin, serta untuk output berupa bahan untuk
pembungkus (packaging). Di dalam penyediaan bahan baku (raw materials), baik
untuk perusahaan manufaktur atau jasa/pelayanan, akan menjadi penentu dalam
12
pemenuhan pesanan permintaan pasar. Apabila sumber dari bahan baku tersebut
tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan maka akan terjadi stagnasi pada proses
konversi yang disebabkan tidak terpenuhinya pesanan permintaan dari pasar
maupun pelanggan (Tampubolon, 2014). Oleh karena itu, menciptakan sebuah
rantai pasokam yang efektif membutuhkan dihubungkannya pasar, saluran
distribusi, pemrosesan, dan pemasok. Desain dari rantai pasok harus
memungkinkan semua pelaku dalam rantai untuk mencapai keuntungan yang
signifikan, dengan demikian memberi mereka insentif untuk berkooperasi.
Menurut Stevenson (2014), rantai pasokan tersebut harus memungkinkan peserta
untuk:
1. Berbagi ramalan
2. Menentukan status pesanan secara real time
3. Mengakses data persediaan rekanan
Manajemen rantai pasok atau supply chain management sendiri dapat
diartikan sebagai suatu manajemen dari aliran barang informasi dan finance yang
melewati rantai pasokan dari manufaktor ke distributor dan kemudian ke retailer
(Deitiana Tita, 2004). Menurut Jacobs (2015), gagasan utama dari manajemen
rantai pasokan adalah untuk menerapkan satu pendekatan sistem terpadu untuk
mengelola arus informasi, bahan baku, dan pelayanan dari pemasok bahan baku
melalui pabrik dan gudang untuk pelanggan akhir.
Supply Chain (rantai pasokan) adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Dapat juga
disebut sebagai jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling
berhubunganyang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang (Indrajit, 2003).
Definisi lain mengenai supply chain, Richardus dan Djokopranoto (2003),
mengatakan bahwa SCM adalah kegiatan transformasi bahan baku sehingga
menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan
dengan pengiriman kepada konsumen melalui proses distribusi, kegiatan yang
dilakukan mencakup pembelian tradisional dan berbagai kegiatan penting yang
berhubungan dengan supplier dan distributor, kegiatannya meliputi penetapan:
13
1. Pengangkutan
2. Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
3. Supplier
4. Distributor
5. Hutang maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan pesanan
8. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian
persediaan
Menurut Tampubolon (2014), terdapat tiga konsep dasar manajemen rantai
pasok yaitu pengawasan bahan, informasi, dan keuangan sebagai pergerakan
dalam suatu proses dari pemasok ke produsen hingga ke konsumen akhir. Supply
Chain Management sendiri melibatkan koordinasi dan mengintegrasikan arus baik
di dalam dan di antara perusahaan. Hal ini mengungkapkan bahwa tujuan akhir
dari setiap sistem manajemen rantai pasokan yang efektif adalah untuk
mengurangi persediaan (dengan asumsi bahwa produk tersedia jika diperlukan).
Sedangkan tujuan utama dari strategi supply chain management (SCM) yaitu :
1. Penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan
konsumen
2. Mengurangi biaya
3. Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain
4. Mengurangi waktu
5. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi
Manajemen Rantai Pasokan memiliki beberapa aktivitas yaitu meramalkan
permintaan pelanggan, membuat jadwal produksi, menyiapkan jaringan
transportasi, memesan persediaan pengganti dari para pemasok, mengelola
persediaan, menjalankan produksi, menjamin kelancaran transportasi sumber daya
kepada pelanggan, dan melacak aliran sumber daya pada seluruh pelaku rantai
pasok. Manajemen Rantai Pasokan yang berhasil membutuhkan kepercayaan di
antara rekan dagang, komunikasi yang efektif, visibilitas rantai pasokan,
kemampuan manajemen peristiwa, dan metrik kerja.
14
2.3.1. Komponen dan Strategi Manajemen Rantai Pasok
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri
dari tiga komponen utama yaitu :
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan penyalurnya dan koneksi mereka kepada para penyalur.
Hubungan para penyalur tersebut dapat diperluas kepada beberapa strata dan
di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam
organisasi. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Pada
bagian ini, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan
pengendalian persediaan.
3. Downstream Supply Chain
Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam proses ini, perhatian
diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sale service.
Dalam strategi rantai pasokan, terdapat lima strategi yang dapat dipilih
perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu sebagai berikut :
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok lainnya
dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para
pemasok salig bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi
yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan
menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada
pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan,
biaya, kualitas dan pengiriman.
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Strategi ini membuat perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang
dengan para pemasok yang memiliki komitmen, pemasok akan cenderung
lebih memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.
15
Dengan sedikit pemasok akan mengakibatkan pemasok dan pembeli
menghadapi resiko lainnya. Kinerja rantai pemasok yang buruk merupakan
salah satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus
memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok yang bermitra dengan
perusahaan lainnya.
3. Vertical Integration
Vertical Integration merupakan pengembangan kemampuan memproduksi
barang atau jasa yang sebelumnya dibeli. Integrasi vertikal dapat berupa :
a. Integrasi kebelakang (Backward Integration) berarti penguasaa kepada
sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja.
b. Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada
konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang
semula sebagai distributornya.
4. Kairetsu Network
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli
dari sedikit pemasok dan integrasi vertikal, misalnya mendukung secara
financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian
menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan Kairetsu.
Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang diharapkan dapat berfungsi
sebagai mitra, menularkan keahlian teknis dan kualitas perodukai yang stabil
kepada perusahaan manufaktur. Para anggota Kairetsu dapat beroperasi
sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.
5. Perusahaan Maya (Virtual Company)
Perusahaan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk
memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai
batasan organisasi yang tidak tetap sehingga memungkinkan terciptanya
perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung
selalu berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa
diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, desain produk
atau distribusinya. Hubunagn bisa bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja
yang ramping. Keuntungan yang bisa diperolah diantaranya adalah keahlian
16
manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang rendah, fleksibilitas dan
kecepatan dan hasil yang diharapkan adalah efisiensi.
2.3.2. Proses Manajemen Rantai Pasok
Proses manajemen rantai pasok adalah proses saat produk masih berbahan
mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui
berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material.
Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagai berikut :
Gambar 1. Proses Supply Chain Management
Sumber: Pujawan, 2005
Bagan diatas menunjukkan bahwa supply chain management adalah
koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang
berpartisipasi. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai
konsumen melalui rantai pasok, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk,
layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan
permintaan, transmiri pesanan dan laporan status pesanan. Sedangkan arus
keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), salah satu faktor kunci untuk
mengoptimalkan supply chain adalah menciptakan alur informasi yang bergerak
secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan
pergerakan barang yang efektif dan efisien menghasilkan kepuasan maksimal
pada para pelanggan. Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang
Finansial : invoice, term pembayaran
Material : bahan baku, komponen, produk jadi
Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation
Supplier
Tier 2
Supplier
Tier 1
Manufac-
turer
Distribu-
tor Ritel
/Toko
Finansial : pembayaran
Material : retur, recycle, repair
Informasi : order, ramalan, RFQ / RFP
17
mempunyai kepentingan dalam arus barang yaitu, supplier, perusahaan
manufaktur, distributor, retail outlets, dan costumers. Proses mata rantai yang
terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut :
1. Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan dagangan, suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan
suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau
sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi suppliers
biasanya berjumlah banyak sekali.
2. Chain 1-2: Supplier – Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer
atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-
assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai
potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku,
bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers,
manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini.
Tidak jarang terjadi penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat
diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan
menggunakan konsep supplier partnering misalnya, penghematan tersebut
dapat diperoleh.
3. Chain 1-2-3: Supplier – Manufacturer – Distrubutor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang
ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang dalam jumlah yang
besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
18
4. Chain 1-2-3-4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan
untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya
gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).
5. Chain 1-2-3-4-5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail outlet –
Customer
Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir,
sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang
mendatangi retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli
belum tentu pengguna akhir. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti
setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.
2.4. Tinjauan Tentang Balanced Scorecard
Balanced scorecard dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton
pada awal 1992, pengertian Balanced scorecard adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat dan merencanakan skor kinerja yang hendak diwujudkan oleh
perusahaan di masa yang akan datang. Mulyadi dalam Sarjono (2007),
mengatakan bahwa definisi Balanced scorecard merupakan contemporary
management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi
dalam melipat gandakan kinerja keuangan.
Kemudian menurut Kaplan dan Norton dalam Sarjono (2007), mengatakan
bahwa definisi Balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja batu untuk
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan.
Balanced scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan
oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan motivasi tinggi.
Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif
finansial, Balanced scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai hal yang
menjadi pendorong tercapainya kinerjanya dan kompetitif jangka panjang yang
superior.
19
Sedangkan Luis dan Biromo dalam Gultom (2009), mengatakan bahwa
definisi Balanced scorecard adalah suatu alat manajemen kinerja yang dapat
membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang
kesemuanya terjalin dalam hubungan sebab akibat.
Konsep Balanced scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah
pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan
dan David Norton pada awal tahun 1992. BSC berasal dari daua kata yaitu
balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced berarti adanya
keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance
jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat
internal dan performance yang bersifat external. Sedangkan scorecard yaitu kartu
yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga
dapat digunakan untuk merencanakan skor yag hendak diwujudkan oleh
seseorang di masa depan. Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki
sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif
diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu
empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja
organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu :
1. keuangan (financial)
2. pelanggan (customer)
3. proses bisnis internal (internal business process) dan
4. pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth)
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan
untuk sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang
tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen
tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan
lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible,
namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa
hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab
kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang
20
terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis
(Mulyadi, 2001) adalah mampu menghasilkan rencana strategis yang
memiliki karakteristik sebagai berkut :
1. Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan
strategik, yaitu dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan,
meluas ketiga perspektif yang lain seperti pelanggan, proses, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke
perspektif non keuangan tersebut menghasilkan manfaat, yaitu menjanjikan
kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berkesinambungan serta
memampukan organisasi untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
Strategi-strategi yang ditetapkan ke dalam tiap perspektif memperluas lingkup
bisnis perusahaan dalam mencapai misi dan visi perusahaan.
Kekomprehensifan atas sasaran strategis ini adalah respon yang tepat bagi
perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.
2. Koheren
Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab-akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategik yang
dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang
ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal
dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kekoherenan antara strategi dan sasarannya di berbagai perspektif akan
mampu memperbaiki kinerja keuangan yang sangat dibutuhkan oleh
perusahaan yang berada atau yang akan memasuki iklim bisnis yang turbulen.
3. Seimbang
Balanced scorecard menghasilkan empat perspektif yang meliputi jangka
pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Balanced
Scorecard dapat menyelaraskan antara scorecard staf dengan scorecard
perusahaan, sehingga seluruh personil perusahaan mempunyai rasa
tanggungjawab yang sama dalam memajukan perusahaan.
21
4. Terukur.
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
stategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan
oleh sistem tersebut.
Menurut Mulyadi (2001), scorecard memberi kerangka kerja, bahasa,
untuk mengkomunikasikan misi dan strategi; scorecard menggunakan
pengukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja tentang faktor yang
mendorong keberhasilan saat ini dan masa datang. Dengan mengartikulasikan
hasil yang diinginkan oleh perusahaan dan faktor pendorong hasil-hasil tersebut,
para manajer berharap dapat menyalurkan seluruh energi, kemampuan, dan
pengetahuan spesifik terhadap sumber daya manusia perusahaan untuk menuju ke
arah tercapainya tujuan jangka panjang.
2.4.1. Konsep Penerapan Perspektif Balanced Scorecard
A. Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif
lainnya. Setiap ukuran yang terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja finansial. Tujuan dan ukuran finansial
harus memainkan peran ganda, yaitu :
1. menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi
2. menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya
Sasaran-sasaran perspektif keuangan pada masing-masing tahap dalam
siklus kehidupan bisnis oleh Kaplan dan Norton dalam Sarjono (2007)
diidentifikasikan menjadi tiga tahap :
1) Rapid Growth (Bertumbuh)
Posisi ini merupakan tingkatan pertama (awal) dalam siklus hidup sebuah
perusahaan. Dalam tahap ini, perusahaan melakukan investasi-investi untuk
mengembangkan dan meningkatkan produk baru, membangun dan
memperluas fasilitas produksi, membangun operating capability,
mengembangkan sistem dan infrastruktur, serta membangun jaringan
distribusi.
22
2) Sustain (Bertahan)
Setekah melalui tahap pertumbuhan, perushaan akan berada dalam tahap
bertahan yang merupakan tahap kedua. Mayoritas unit bisnis dalam sebuah
perushaan ada pada tingkatan sustain. Pada tingkatan ini, perusahaan tetap
melakukan investasi maupun reinvestasi dengan tingkat pengembalian yang
melebihi investasi modal yang dilakukan. Perusahaan dalam tingkatan ini
boleh jadi mengalami pertumbuhan yang lambat dari tahun ke tahun,
kemacetan pertumbuhan, penambahan kapasitas, dan pengembangan yang
berkelanjutan. Model-model ini lebih dipilih oleh perusahaan daripada
melakukan investasi yang memberikan long payback, seperti yang terjadi pada
level rapid growth.
3) Harvest (Menuai)
Perusahaan akan dapat mencapai fase kedewasaan atau kematangan dari siklus
kehidupan bisnisnya, dimana perusahaan akan menuai hasil dari investasi
yang telah dilakukannya pada dua fase pertama. Investasi yang dilakukan
tidak memberikan garansi jangka panjang yang signifikan. Investasi yang
dilakukan hanya sekedar untuk memelihara peralatan dan kapasitas
produksinya, tidak untuk memperluas lagi ataupun membangun kapasitas
baru. Investasi-investasi yang dilakukan kemungkinan besar hanya
memberikan tingkat pengembalian jangka pendek. Tujuan utama dari
kebijakan-kebijakan investasi yang dilakukan pada level harvest adalah untuk
memaksimalkan arus kas masuk (cash inflows) ke dalam perusahaan.
23
Tebel 1. Mengukur Tema Keuangan Strategis
Tema Strategis
Bauran dan
Pertumbuhan
Pendapatan
Penghematan
Biaya/Peningkatan
Produktivitas
Pemanfaatan
Aktiva
Str
ate
gi
Un
it B
isn
is
Per
tum
bu
han
1. Tingkat
pertumbuhan
segmen
2. Persentase
pendapatan produk,
jasa, pelanggan
baru
Pendapatan/Pekerja
1. Investasi
(persentase
penjualan)
2. Riset dan
Pengembangan
(persentase
penjualan)
Ber
tah
an
1. Pangsa pelanggan
dan sasaran
2. Penjualan silang
3. Persentase
pendapatan dari
aplikasi baru
4. Profitabilitas lini
pelanggan dan
produk
1. Biaya perusahaan
vs kompetitor
2. Tingkat
penghematan
biaya
3. Beban tak
langsung
(persentase
penjualan)
1. Rasio modal
kerja
2. ROCE kategori
aktiva kunci
3. Tigkat
pemanfaaran
aktiva
Men
uai
1. Profitabilitas lini
pelanggan dan
produk
2. Persentase
pelanggan yang
tidak
menguntungkan
Biaya unit (per unit
output, per transaksi)
1. Pengembalian
(payback)
2. throughput
Sumber: Kaplan dan Norton dalam Sarjono (2007)
B. Perspektif Pelanggan
Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika
manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi daripada pengorbanan yang dikeluarkan
oleh konsumen tersebut untuk mendapatkan produk atau jasa itu. Suatu produk atau
jasa semakin bernilai apabila manfaatnya mendekati atau bahkan melebihi dari apa
yang diharapkan oleh konsumen. Kaplan dan Norton dalam Sarjono (2007),
mengatakan bahwa perusahaan diharapkan membuat suatu segmentasi pasar dan
ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai
dengan kemampuan, sumber daya, dan rencana jangka panjang perusahaan. Menurut
Lodovicus Lasdi (2002), dalam BSC terdapat dua kelompok pengukuran dalam
perspektif pelanggan, yaitu:
24
1. Kelompok Pengukuran Inti Konsumen
Lima tolok ukur pada kelompok ini pada dasarnya merupakan pengukur hasil
akhir yang saling terkait, terdiri dari:
a. Pangsa pasar, yang mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar
tertentu yang dapat dikuasai oleh perusahaan dengan kata lain
menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di
pasar tertentu (dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan,
atau volume satuan yang terjual).
b. Retensi pelanggan, yang mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil
mempertahankan hubungan dengan pelanggan-pelanggan lama.
c. Akuisisi pelanggan, yang mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil
menarik pelanggan-pelanggan baru.
d. Tingkat kepuasan pelanggan, yang mengukur seberapa jauh para
pelanggan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan.
e. Tingkat profitabilitas pelanggan, yang mengukur seberapa besar
keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu
setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Gambar 2. Skema Ukuran Utama Perspektif Pelanggan
Sumber: Kaplan dan Norton, 1996
2. Kelompok Pengukuran Nilai Konsumen
Kelompok ini merupakan atribut yang diberikan perusahaan terhadap produk dan
jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pada target pasar perusahaan
melalui produk dan jasa tersebut. Kelompok ini juga merupakan konsep kunci
Market
Share
Customer
Retension
Customer
Aquisition
Customer
Satisfaction
Customer
Profitability
y
25
untuk memahami pemicu-pemicu (drivers) dari kelompok pengukuran inti
konsumen. Proporsi nilai ini berbeda pada tiap tahap industri dan tiap segmen
pasar, namun secara garis besar komponen-komponennya dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
a. Atribut produk/ jasa, mencakup fungsionalitas produk atau jasa, harga, dan
mutu. Dalam hal ini, preferensi pelanggan dapat berbeda-beda, ada konsumen
yang mengutamakan fungsi produk, penyampaian dengan tepat waktu, dan
harga yang murah. Dilain pihak, ada konsumen yang membayar pada tingkat
harga yang tinggi untuk ciri dan atribut tertentu dari produk yang dibelinya.
Tolok ukur atribut produk adalah:
1) Tingkat harga eceran relatif (tingkat harga yang dibandingkan dengan
tingkat harga produk pesaing).
2) Tingkat daya guna produk (seberapa jauh produk yang telah dibeli
berdaya guna bagi pelanggan).
3) Tingkat pengembalian produk oleh pelanggan sebagai akibat
ketidaksempurnaan proses produksi (cacat, rusak, atau tidak lengkap).
4) Mutu, peralatan, dan fasilitas produksi yang digunakan.
5) Kemampuan (skill) sumber daya manusia.
6) Tingkat efisiensi produksi dalam rangka menekan harga jual.
b. Hubungan pelanggan, mencakup penyampaian produk/ jasa kepada pelanggan
yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan serta bagaimana
perasaan pelanggan setelah membeli produk / jasa dari perusahaan yang
bersangkutan.
c. Image dan reputasi perusahaan beserta produk-produknya dimata para
pelanggannya dan masyarakat konsumen. Image dan reputasimenggambarkan
faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada suatu
perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan
dan menjaga kualitas seperti apa yang dijanjikan.
C. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal, para manajer mengidentifikasi
berbagai proses penting yang harus dikuasai perusahaan dengan baik agar mampu
memenuhi tujuan para pemegang saham dan segmen pelanggan sasaran. Dalam
metode BSC, tujuan dan ukuran perspektif ini diturunkan dari strategi eksplisit yang
ditujukan untuk memenuhi harapan para pemegang saham dan pelanggan sasaran.
26
Setiap perusahaan memiliki seperangkat proses penciptaan nilai yang unik
bagi pelanggannya dan memberikan hasil finansial yang baik. Secara umum, Kaplan
dan Norton dalam Sarjono (2007) membaginya menjadi tiga prinsip dasar, yaitu:
a. Inovasi, merupakan proses internal yang sangat penting. Proses inovasi sebagai
gelombang panjang penciptaan nilai dimana perusahaan pertama kali menemukan
dan mengembangkan pasar baru, pelanggan baru, serta kebutuhan yang sedang
berkembang dan yang tersembunyi dari pelanggan yang ada saat ini.
b. Operasi, merupakan proses gelombang pendek penciptaan nilai dimana
perusahaan hanya menyampaikan produk dan jasa kepada pelanggan yang ada
saat ini, yaitu dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan
penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan. Proses ini menitikberatkan
kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisiensi,
konsisten, dan tepat waktu.
c. Layanan purna jual, mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan,
penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses pembayaran.
Perusahaan yang berupaya untuk memenuhi harapan pelanggan sasaran dapat
mengukur kinerja proses layanan purna jual dengan menyertakan beberapa
ukuran waktu, mutu, dan biaya.
Gambar 3. Rantai Nilai Perspektif Proses Bisnis Internal
Sumber: Kaplan dan Norton dalam Sarjono, 2007.
D. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif keempat dalam BSC mengembangkan tujuan dan ukuran yang
mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang ditetapkan
dalam perspektif finansial pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasikan
apa yang harus dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang istimewa.
Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah memberikan infrastruktur
yang memungkinkan tujuan dalam ketiga perspektif lainnya dapat tercapai. Proses
Kebutuhan
Pelanggan
diidentifikasi
Kenali
Pasar
Ciptakan
Produk
/Jasa
Bangun
Produk
/ Jasa
Luncur-kan
Produk
/Jasa
Kebutuhan
Pelanggan
Terpuaskan
Layani
Pelanggan
Proses Inovasi Proses Operasi Proses layanan Purna jual
27
belajar dan bertumbuh suatu organisasi bersumber dari tiga kategori (Kaplan dan
Norton dalam Sarjono, 2007), yaitu:
1. Kapabilitas Pekerja
Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih dituntut untuk dapat berpikir kritis
dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan
usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi perusahaan, salah
satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu
apakah perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia yangdimiliki. Dalam kaitan dengan sumber daya manusia ada tiga hal
yang perlu ditinjau dalam menerapkan BSC, yaitu:
a. Tingkat Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan merupakan suatu pra kondisi untuk meningkatkan
produktifitas, kualitas pelayanan kepada konsumen, dan kecepatan bereaksi.
Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan
jasa. Pengukuran kepuasan karyawan dilakukan dengan survei kepuasan
karyawan melalui kuesioner.
b. Tingkat Perputaran Karyawan
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya.
Perusahaan yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan
sia-sia apabila tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam
perusahaannya.
c. Produktivitas Karyawan
Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan
keahlian dan semangat, inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat
kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang
dihasilkan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja.
2. Kapabilitas Sistem Informasi
Motivasi dan keterampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang
pencapaian tujuan proses pembelajaran dan bertumbuh apabila mereka tidak
memiliki informasi yang memadai. Pegawai dibidang operasional memerlukan
informasi cepat, tepat waktu, dan akurat sebagai umpan balik, sehingga karyawan
membutuhkan suatu sistem informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Rasio ini mengukur
28
ketersediaan informasi saat ini dibandingkan dengan antisipasi kebutuhan
perusahaan yang akan datang. Ukuran ketersediaan informasi strategis dapat
berupa persentase berbagai proses yang mempunyai umpan balik mutu, lama
siklus, dan biaya, serta persentase para pekerja garis depan yang memiliki akses
informasi online tentang pelanggan.
3. Motivasi, Pemberdayaan, dan Penyelarasan
Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk mencapai
suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus diluruskan
karena karyawan yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan
memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi
untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak
diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan, sehingga faktor enabler yang
ketiga bagi tujuan pembelajaran dan pertumbuhan terfokus pada iklim perusahaan
yangmendorong timbulnya motivasi dan inisiatif pekerja. Alat ukur yang
digunakan adalah:
a. Ukuran saran yang diberikan per pekerja untuk mengukur partisipasi pekerja
dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
b. Ukuran jumlah saran yang direalisasikan, yang menilai mutu saran yang
diajukan, dan juga mengkomunikasikan kepada tenaga kerja bahwa saran-
saran mereka dihargai dan benar-benar diperhatikan.
c. Ukuran peningkatan, hasil nyata dari dilaksanakannya saran para pekerja
tidak hanya terbatas pada penghematan perusahaan. Peningkatan lain juga
dapat dihasilkan, misalnya dalam mutu, waktu, atau kinerja, untuk proses
internal yang spesifik.
d. Ukuran keselarasan perorangan dan perusahaan. Ukuran keselarasan
perusahaan adalah persentase unit bisnis yang telah berhasil menyelesaikan
proses penyelarasan ini. Perusahaan dapat mengukur tidak hanya hasil tetapi
juga berbagai indikator jangka pendek dan menengah yang menjelaskan
tentang usaha perusahaan mengkomunikasikan dan menyelaraskan tujuan
perusahaan.
e. Ukuran kerja tim. Semakin banyak perusahaan yang berpaling kepada tim
dalam penyelesaian proses bisnis yang penting, pengembangan produk,
layanan pelanggan, dan operasi internal. Perusahaan menghendaki agar tujuan
29
dan ukuran dapat memotivasi dan memantau keberhasilan pembentukan dan
kinerja tim.
Hasil
Kepuasan
Kerja
Retensi
Pekerja
Produktivitas
Pekerja
Ukuran Inti
Infrastruktur
Teknologi
Iklim untuk
Bertindak
Kompetensi
Staf
Faktor yang mempengaruhi
Gambar 4. Skema Kerangka Kerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sumber: Kaplan dan Norton dalam Sarjono, 2007.
III. KERANGKA TEORITIS
3.1. Kerangka Pemikiran
CV. Tani Organik Merapi merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha sayuran organik yang mempunyai beberapa mitra dalam pemasok
sayuran organik untuk didistribusikan ke retail modern atau supermarket.
Perusahaan ini mengedepankan kualitas sayuran organik yang diterima dari
suppliers. Pada saat ini persaingan industri sayuran segar semakin kuat, yang
mana permintaan pasar juga ikut meningkat, akan tetapi performansi sayuran
organik itu sendiri masih belum stabil. Hal tersebut disebabkan oleh faktor
produksi. Ketidaksesuaian pemenuhan bahan baku baik dari kuantitas maupun
kualitas serta pengiriman bahan baku oleh pemasok yang tidak tepat waktu,
sehingga akan menyebabkan ketidakefektifan dari manajemen rantai pasok
perusahaan.
Salah satu cara dalam meningkatkan daya saing perusahaan adalah dengan
cara menghasilkan produk yang berkualitas, aman di konsumsi dan dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Pemenuhan kebutuhan konsumen tersebut dapat
terwujud apabila dilakukan pengelolaan pengadaan bahan baku yang tepat,
sehingga untuk mewujudkan hal tersebut diperlukannya rantai pasok yang
terintegrasi dalam memenuhi bahan baku yang diinginkan perusahaan.
pengelolaan rantai pasok yang sukses membutuhkan sistem yang terintegrasi antar
pelaku atau anggota rantai pasok.
Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasokan
merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada pelanggan.
Pelaku utama pada rantai pasok pada CV. Tani Organik Merapi terdiri dari
supplier, manufacture, dan retailer. Menciptakan manajemen rantai pasok yang
efektif dan efisien diperlukan suatu pengukuran yang mampu menganalisis rantai
pasok secara keseluruhan, sehingga untuk mengetahui manajemen rantai pasok
tersebut digunakan metode pendekatan Balanced Scorecard, sehingga dapat
dijabarkan kondisi dari manajemen rantai pasokan sayuran organik pada CV. Tani
Organik Merapi.
31
Perusahaan yang mempunyai kinerja yang efektif dan efisien tidak akan
banyak berarti apabila bagian pemasok tidak mampu untuk menghasilkan bahan
baku yang berkualitas atau tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu
(Pujawan, 2005). Salah satu faktor yang dapat memperbaiki manajemen rantai
pasok adalah kinerja dari setiap bagian atau pelaku dari rantai pasok. Beberapa
permasalahan yang dialami CV. Tani Organik Merapi disebabkan oleh
pemenuhan atau pengadaan sayuran organik yang tidak tepat waktu, sehingga CV.
Tani Organik Merapi perlu meningkatkan kerjasama atau komunikasi dengan
pelaku rantai lainnya.
Saat ini, pemasok sayuran organik pada CV. Tani Organik Merapi
merupakan petani yang berasal dari daerah Yogyakarta dan Magelang. Kinerja
dari pemasok tersebut sangat mempengaruhi kinerja CV. Tani Organik Merapi.
Pemasok pada perusahaan kurang stabil dalam memenuhi pasokan sayuran
organik, hal tersebut dapat berupa ketidaksesuaian kuantitas maupun kualitas
sayuran organik yang dikirim ke perusahaan maupun keterlambatan pengiriman
pasokan sayuran organik. Sehingga diperlukan pula suatu analisis kinerja dari
seluruh pelaku utama dari rantai pasokan agar perusahaan dapat memenuhi
permintaan konsumen.
Penilaian analisis kinerja rantai pasok yang dilakukan pada penelitian ini
dengan model Balanced scorecard (BSC) menganalisis berdasarkan tiga
perspektif yaitu perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran
dan pertumbuhan. Kaplan dan Norton dalam Sarjono (2007) menyebutkan bahwa
Balanced scorecard merupakan suatu sistem pengukuran taktis dan operasionalo.
Perusahaan yang inovatif menggunakan Balanced scorecard sebagai suatu sistem
manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang. Menurut Rohm
(2003), sebelum Balanced Scorecard diimplementasikan, suatu organisasi terlebih
dahulu membangun atau menyusun BSC yang memiliki enam tahapan yaitu: 1)
menilai fondasi organisasi, 2) membangun strategi bisnis, 3) membuat tujuan
organisasi, 4) membuat strategi map bagi strategi bisnis organisasi, 5) mengukur
performance, dan 6) menyusun inisiatif.
Dengan diketahui kinerja manajemen rantai pasok dan analisis kinerja
rantai pasokan sayuran organik pada CV. Tani Organik merapi diharapkan adanya
32
peningkatan kinerja supply chain management dengan terbentuknya sistem yang
saling terintegrasi dari masing-masing anggota rantai pasok untuk menciptakan
sisem rantai pasok yang optimal atau efektif dan efisien dari segi kontinuitas,
kualitas serta kuantitas produk yang dihasilkan untuk pemenuhan kebutuhan
konsumen sayuran organik.
Setelah melakukan analisis mengenai gambaran kondisi manajemen rantai
pasok CV. Tani Organik Merapi dan mengukur kinerja dari pelaku utama dari
sistem rantai pasok CV. Tani Organik Merapi dengan menggunakan model
Balanced scorecard (BSC) maka akan diperolah sebuah hasil yang akhirnya dapat
dievaluasi untuk perbaikan manajemen rantai pasok pada perusahaan. Evaluasi
tersebut akan memberikan alternatif strategi kebijakan yang dapat diambil oleh
perusahaan untuk pengembangan sistem rantai pasok pada CV. Tani Organik
Merapi.
Berdasarkan hasil pemikiran tersebut maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran seperti pada gambar berikut :
33
Keterangan : : Alur Pemikiran
: Alat Analisis
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
CV. Tani Organik Merapi
Rantai Pasok Sayuran
Organik Struktur Rantai
Pasok Kinerja Rantai
Pasok
Balanced Scorecard
(BSC)
1. Perspektif Pelanggan
2. Perspektif Proses
Internal Bisnis
3. Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Evaluasi Rantai Pasok
Peningkatan kinerja Supply
Chain Management pada CV.
Tani Organik Merapi
Permasalahan:
1. Persaingan
semakin ketat
2. Performansi
pemasok belum
stabil
Potensi:
Pangsa pasar semakin
luas dan permintaan
sayuran organik
meningkat
34
3.2. Hipotesis
1. Hubungan komunikasi yang kurang stabil pada setiap pelaku rantai pasok
menyebabkan tiap indikator performansi (pelanggan, proses bisnis internal,
dan pembelajaran dan pertumbuhan) belum optimal atau belum memenuhi
target dari setiap pelaku rantai pasokan.
3.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini perlu diberikan batasan masalah untuk memperjelas
permasalahan yang ada dan mempermudah dalam pembahasan. Adapun batasan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Analisis manajemen rantai pasok sayuran organik di CV. Tani Organik
Merapi hanya akan dijabarkan untuk mengetahui kondisi struktur rantai pasok
pada perusahaan tersebut dengan melihat tiga proses aliran pada Manajemen
Rantai Pasok yaitu aliran uang, aliran barang, dan aliran informasi.
2. Pelaku rantai pasok yang akan diteliti hanya petani mitra, CV. Tani Organik
Merapi, dan pihak supermarket yang berkerjasama dengan CV. Tani Organik
Merapi.
3. Analisis kinerja CV. Tani Organik Merapi menggunakan Balanced scorecard
hanya akan membahas tiga perspektif pada BSC yaitu pelanggan; proses
bisnis internal; pembelajaran dan pertumbuhan.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan permasalahan yang ada dan tujuan penelitian, maka perlu
dijelaskan definisi operasional dan pengukuran variabel, sebagai berikut:
35
Tabel 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Pengukuran
Tingkat
Kepuasan
Pelanggan
Pelayanan Suatu bentuk tindakan
melayani pelanggan untuk
meningkatkan kepuasan
pelanggan terhadap CV. Tani
Organik Merapi.
IK Maks = R x PP x EX maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Citra Merek Pandangan pelanggan terhadap
produk sayuran organik CV.
Tani Organik Merapi.
IK Maks = R x PP x EX maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Loyalitas Suatu bentuk tindakan setia
atau tidaknya pelanggan
terhadap produk sayuran
organik CV. Tani Organik
Merapi.
IK Maks = R x PP x EX maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Tingkat
Kepuasan
Karyawan
Gaji Variabel yang digunakan untuk
melihat apakah gaji atau upah
yang diterima karyawan telah
disesuaikan dengan pekerjaan
atau tugas dari masing-masing
karyawan.
IK Maks = R x PP x EX maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
36
Tabel 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel (Lanjutan)
Konsep Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Pengukuran
Tingkat
Kepuasan
Karyawan
Pekerjaan Variabel untuk melihat apakah
tugas yang diberikan kepada
karyawan sudah sesuai dengan
kemampuan karyawan tersebut
dan melihat apakah CV. Tani
Organik Merapi melibatkan
karyawan dalam pengambilan
keputusan perusahaan.
IK Maks = R x PP x EX
maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Rekan Kerja Suatu bentuk pengukuran
bagaimana keakraban antar
sesama karyawan CV. Tani
Organik Merapi.
IK Maks = R x PP x EX
maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Atasan Suatu bentuk pengukuran sikap
pimpinan dalam menyikapi
karyawan maupun permasalahan
perusahaan.
IK Maks = R x PP x EX
maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Lingkungan
Kerja
Suatu bentuk untuk melihat
apakah karyawan telah merasakan
kenyamanan berada di
lingkungan perusahaan CV. Tani
Organik Merapi.
IK Maks = R x PP x EX
maks
IK Min = R x PP x EX min
Interval = IK Maks – IK Min
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Metode Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan jenis data yang dapat digambarkan
secara numerik. Selain itu, pendekatan kuantitatif merupakan suatu metode ilmiah
karena telah memenuhi kaidah kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, obyektif,
terukur, rasionalis dan sistematis. Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat
didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitatif secara deskriptif, dan
analisis kuantitatif secara inferensial. Masing-masing pendekatan ini melibatkan
pemakaian dua jenis statistik yang berbeda. Yang pertama menggunakan statistik
deskriptif dan yang kedua menggunakan stastistik inferensial. Kedua jenis statistik ini
memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal teknik analisis maupun tujuan
yang akan dihasilkannya dari analisisnya itu (Sudijono, 1987).
4.2. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di CV. Tani Organik Merapi yang berlokasi di
Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Penentuan lokasi ini
dilakukan secara purposive atau sengaja sesuai dengan tujuan penelitian dengan
pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan berbasis teknologi yang
telah melakukan penelitian dan pengembangan agrokomplek (pertanian, kehutanan,
peternakan, dan perikanan) dan rehabilitasi lingkungan. Selain itu, CV. Tani Organik
Merapi merupakan suatu perusahaan yang mengutamakan petani mitra sebagai
pemasok utama untuk sayuran organik yang didistribusikan ke retail modern
(supermarket). Namun dalam pelaksanaannya, CV. Tani Organik Merapi memiliki
permasalahan yang menghambat kinerja perusahaan. Oleh karena itu, tempat
penelitian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengkaji pengelolaan rantai
pasokan yang telah berjalan dan menilai kinerja rantai pasokan di CV. Tani Organik
Merapi. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2017.
38
4.3. Metode Penentuan Responden
Penentuan respon dalam penelitian ini menggunakan teknik penentuan
responden secara non probability sampling yaitu sampling jenuh. Menurut Nasution
(2012) sampling itu dikatakan jenuh (tuntas) bila seluruh populasi dijadikan sampel
dengan jumlah populasi yang kecil. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan
adalah seluruh karyawan pada CV. Tani Organik Merapi yang berjumlah 14 orang,
seluruh supermarket yang bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi yang berjumlah
16 pihak supermarket, dan seluruh petani mitra CV. Tani Organik Merapi yang
berjumlah 6 orang. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan key informan
sebanyak 2 orang yaitu pemilik perusahaan CV. Tani Organik Merapi yang memiliki
pengetahuan secara keseluruhan mengenai keadaan CV. Tani Organik Merapi secara
umum yang meliputi sejarah berdiri dan berkembangnya usaha, visi dan misi, proses
produksi, pemasaran, dan hubungan dengan petani mitra maupun supermarket.
4.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah wawancara dan observasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Lebih rincinya,
penjelasan mengenai metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Metode Pengumpulan Data Primer
Sekaran (2006) menjelaskan bahwa data primer mengacu pada informasi yang
diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat
untuk tujuan spesifik studi. Beberapa contoh data primer adalah responden
individu, kelompok fokus, dan panel yang secara khusus ditentukan oleh peneliti
dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu dari waktu ke waktu,
atau sumber umum seperti majalah atau buku. Internet juga dapat menjadi sumber
data primer jika kuisioner disebarkan melalui internet. Data primer diambil dari
sumber pertama di lapangan yakni CV. Tani Organik Merapi, petani mitra dan
retail modern (supermarket). Metode pengambilan data primer dilakukan dengan
cara:
39
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh kebenaran ilmu sehingga dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pelaku-pelaku rantai pasok yang
diteliti yaitu CV. Tani Organik Merapi, petani mitra maupun retail modern.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan kuesioner penelitian untuk memudahkan peneliti
dalam mendapatkan data yang dibutuhkan serta terarah sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Menurut Sekaran (2006), data sekunder mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada atau sumber kedua, misalnya catatan
atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs Web, Internet, dan seterusnya. Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh
dari berbagai sumber informasi yaitu:
a. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dibutuhkan peneliti untuk dapat melihat kelebihan
dan kekurangan dari penelitian terdahulu agar dapat menghindari penelitian
yang berulang dan untuk mengetahui apakah penelitian tersebut mampu untuk
dilakukan peneliti.
b. Artikel Ilmiah yang Relevan
Artikel ilmiah digunakan peneliti untuk dapat mengembangkan hasil
penelitian sesuai dengan teori yang telah ada.
c. Literatur
Penelitian ini menggunakan literatur melalui jaringan internet untuk melihat
data-data pada instansi yang berkaitan dengan penelitian.
40
4.5. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Menurut Wibisono (2003), Analisis Deskriptif merupakan metode analisis yang
bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya sehingga mudah
untuk dipahami. Wibisono (2003), menambahkan bahwa analisis deskriptif mengacu
pada transformasi dari data-data mentah, pendeskripsian respons atau hasil observasi
merpajan ciri khas dari bentuk pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi
frekuensi, dan distribusi persentase adalah bentuk yang paling umum dari
peringkasan data. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
menggambarkan mengenai rantai pasok sayuran organik CV. Tani Organik Merapi.
Tujuan pertama dalam penelitian ini mendiskripsikan kondisi rantai pasok
sayuran organik menggunakan analisis deskriptif berdasarkan data-data yang
diperoleh dari setiap pelaku yang berkaitan dengan manajemen rantai pasok sayuran
organik CV. Tani Organik Merapi. Selanjutnya untuk menganalisis tujuan kedua
dalam penelitian ini yaitu menganalisis kinerja dari setiap indikator perspektif dalam
Balanced Scorecard, akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan dalam penelitian ini akan dihitung menggunakan indeks
kepuasan sebagai berikut:
a. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan diukur menggunakan kuesioner terhadap rata-rata
kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan atau konsumen CV. Tani Organik Merapi
dengan memberikan nilai pada jawaban kuesioner yang telah disediakan sesuai
dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Ada beberapa variabel yang digunakan
untuk menghitung tingkat kepuasan pelangan yakni Pelayanan, Citra Merek dan
Loyalitas. Masing-masing variabel akan dihitung menggunakan indeks kepuasan.
Berikut adalah rentang nilai yang diberikan dalam angka:
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
41
4 : puas
5 : sangat puas
Sugiyono (2002) menjabarkan rumus indeks kepuasan pelanggan, sebagai
berikut:
IKP = PP....................................................................(1)
Keterangan :
IKP = Indeks Kepuasan Pelanggan
PP = Perceived Performance
Hasil IKP yang telah diketahui kemudian digolongkan dalam skala a. Sangat
tidak puas, b. Tidak puas, c. Cukup puas, d. Puas, e. Sangat puas. Sebelum
menentukan skala ini, peneliti terlebih dahulu menentukan indeks kepuasan minimal
dan indeks kepuasan maksimal, terdapat lima interval dalam pengurangan antara
indeks kepuasan maksimal dengan indeks kepuasan minimal (Sugiyono, 2002), yaitu:
IK Maks = R x PP x EX
maks...................................................(2)
IK Min = R x PP x EX
min.....................................................(3)
Interval = IK Maks – IK
Min..................................................(4)
Keterangan :
PP = Banyaknya pertanyaan
R = Jumlah responden
EX Maks = Skor maksimal yang bisa diberikan
EX Min = Skor minimal yang bisa diberikan
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal akan digunakan perhitungan proses
operasional berdasarkan inovasi-inovasi yang ada pada CV. Tani Organik Merapi.
Perhitungan inovasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana CV. Tani Organik
Merapi melakukan suatu pengembangan agar dapat memberikan pelayanan yang
semakin baik terhadap pelanggan atau konsumen.
42
...................(5)
3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif pembelajaran dan perumbuhan akan menggunakan
perhitungan tingkat kepuasan variabel sebagai berikut:
a. Tingkat Kepuasan Karyawan
Pengukuran kepuasan karyawan dilakukan dengan survey melalui kuesioner.
Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan dengan memberikan nilai kepada
jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Untuk
mengetahui berapa tingkat kepuasan karyawan terhadap CV. Tani Organik Merapi
peneliti menggunakan beberapa variabel. Variabel tesebut terdiri dari Gaji, Pekerjaan,
Rekan Kerja, Atasan, Promosi Jabatan, dan Lingkungan Kerja. Setiap variabel pada
tingkat kepuasan karyawan akan di hitung menggunakan rumus Indeks kepuasan
Karyawan.
Nilai yang diberikan adalah:
1 : sangat tidak puas
2 : tidak puas
3 : cukup puas
4 : puas
5 : sangat puas
Sugiyono (2002) menjabarkan rumus indeks kepuasan karyawan, sebagai
berikut:
IKK = PP................................................................(6)
Keterangan :
IKK = Indeks Kepuasan Karyawan
PP = Perceived Performance
Hasil IKK yang telah diketahui kemudian digolongkan dalam skala a. Sangat
tidak puas, b. Tidak puas, c. Cukup puas, d. Puas, e. Sangat puas. Sebelum
menentukan skala ini, peneliti terlebih dahulu menentukan indeks kepuasan minimal
43
dan indeks kepuasan maksimal, terdapat lima interval dalam pengurangan antara
indeks kepuasan maksimal dengan indeks kepuasan minimal (Sugiyono, 2002), yaitu:
IK Maks = R x PP x EX maks.....................................(7)
IK Min = R x PP x EX min........................................(8)
Interval = IK Maks – IK Min.....................................(9)
Keterangan :
PP = Banyaknya pertanyaan
R = Jumlah responden
EX Maks = Skor maksimal yang bisa diberikan
EX Min = Skor minimal yang bisa diberikan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Profil Perusahaan
CV. Tani Organik Merapi (TOM) merupakan badan usaha yang bergerak di
bidang produksi sayuran organik. Selain bergerak sebagai produsen sayuran oganik,
CV. Tani Organik Merapi juga merupakan Pusat Pelatihan dan Pengembangan
Pedesaan Swadaya (P4S) yang dalam kegiatannya dilakukan pelatihan tentang
pertanian organik dari pembudidayaan hingga pemasaran. Lokasi kantor dan lahan
budidaya dari CV. Tani Organik Merapi terletak di Dusun Balangan, Kelurahan
Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan jarak tempuh sekitar lima puluh menit dari kota Yogyakarta.
Secara geografis CV. Tani Organik Merapi berbatasan dengan Kecamatan Pakem di
sebelah barat, dengan Kecamatan Ngemplak di sebelah Selatan dan dengan
Kecamatan Cangkringan di sebelah utara dan timur.
5.1.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha
Tani Organik Merapi berdiri pada Tanggal 1 September 2008 dibidani oleh
kristalisasi, cita-cita, pemikiran, niat dan harapan akan kondisi alam yang alami
khususnya kondisi tanah untuk pertanian. TOM bertekad ikut bagian dalam program
menyelamatkan lahan pertanian dengan bijak dan pada perkembangan selanjutnya
diharapkan menjadi lebih baik, dalam arti menyeluruh, baik dari segi potensi alam
maupun sumber daya manusianya. Tani Organik Merapi ingin berperan aktif dalam
pengembangan sistem pertanian organik dan dapat menghasilkan produk-produk
pertanian organik yang berkualitas tinggi, yang juga mendukung kesehatan
masyarakat. Tani Organik Merapi senantiasa mengembangkan sistem pertanian
organik secara maksimal. Sistem pertanian yang digunakan dan kembangkan di TOM
adalah sistem organik yang tidak menggunakan produk kimia sintesis sama sekali.
Adanya persamaan dan cita–cita itulah maka pada Tanggal 1 September 2008
berdirilah Tani Organik Merapi ( TOM).
Tani Organik Merapi menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan melalui
berbagai usaha untuk memenuhi persyaratan yang ada untuk mendapatkan sertifikasi
45
label organik, maka pada 7 Desember 2013 produk sayuran organik yang diproduksi
Tani Organik Merapi resmi terdaftar menjadi produk organik yang sudah terferifikasi.
Meski sudah terferifikasi tetap saja berbagai rintangan pun dialami oleh Tani Organik
dalam menjalankan bisnisnya namun setiap usaha yang diberikan membuahkan hasil,
salah satunya adalah pembukaan cabang Tani Organik Merapi di Magelang dan Solo.
Dengan adanya pembukaan cabang ini maka produk Tani Organik Merapi semakin
dikenal luas oleh masyarakat khususnya di daerah DIY Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Tani Organik Merapi cabang Magelang beroperasi untuk memenuhi permintaan pasar
sayuran organik meliputi daerah Magelang, Semarang dan sekitarnnya, sedangkan
Tani Organik Merapi cabang Solo beroperasi untuk memenuhi permintaan pasar
sayur organik meliputi daerah Klaten, Solo, dan sekitarnya.
5.1.2. Visi, Misi, Goal, dan Rencana Strategis Perusahaan
Visi dari CV. Tani Organik Merapi adalah “Membangun usaha tani berbasis
teknologi organik dengan menyediakan produk tanaman pangan sehat untuk
kemandirian bangsa dan kelestarian alam semesta." Misi dari CV. Tani Organik
Merapi adalah "Menjalankan dan mengembangkan usaha agrobisnis secara organik,
memasyarakatkan usaha agrobisnis dan pertanian umum, menyebarkan wawasan
pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh dan menyeluruh." Sedangkan Goal
dari CV. Tani organik Merapi adalah "Menjadi market leader sayuran organik,
memperluas area marketing seluruh Jawa, menjadi tempat pendidikan dan pelatihan
serta agrowisata organik."
CV. Tani Organik Merapi memiliki rencana dalam pengembangan agrowisata
yang mulai dilakukan pada tahun 2016 dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2017.
Untuk mencapai target tersebut, CV. Tani Organik Merapi memiliki strategi yang
meliputi tiga hal berikut: 1. Sarana dan Prasarana
Pengembangan agrowisata tentu harus didukung oleh pengembangan fasilitas.
Fasilitas yang akan dikembangkan adalah renovasi rumah kemas, renovasi lahan
produksi, villa, mushallah dan toilet. Renovasi rumah kemas dilakukan karena
tingginya minat pengunjung untuk ikut melakukan kegiatan packaging. Renovasi
46
rumah kemas meliputi penambahan gudang yang bertujuan untuk menyimpan
persediaan perlengkapan pengemasan agar tidak menyatu diruang kemas,
penggantian atap dengan tujuan mecegah kebocoran jika terjadi hujan, pengecatan
dan pemasangan keramik untuk menambah keindahan dan kebersihan, serta
penambahan jendela agar sirkulasi udara baik. Renovasi lahan yang akan dilakukan
adalah merombak susunan bedengan, mendirikan tempat penyimpanan alat-alat
produksi dan tempat pembuatan pupuk. Pembangunan villa dan mushallah bertujuan
untuk memberikan fasilitas bagi pengunjung yang melakukan kunjungan dalam
rentang waktu yang cukup lama seperti menginap dan yang akan menunaikan ibadah
shalat yang bertepatan dengan waktu kunjungan. Penambahan jumlah toilet
diperlukan agar pengunjung tidak terlalu lama mengantri dikarenakan jumlah
pengunjung yang cukup banyak.
2. Pendanaan
Pengembangan agrowisata tentu tidak terlepas dari keperluan dana, selain
menggunakan dana pribadi, CV. Tani Organik Merapi menggandeng dinas untuk
pendanaan. Pendanaan diberikan setelah adanya anggaran dan proposal dari CV. Tani
Organik Merapi dan dinyatakan diterima.
3. Promosi
Strategi berikutnya adalah promosi, promosi dilakukan bukan hanya untuk
memperkenalkan produk dari CV. Tani Organik Merapi tetapi juga untuk
memperkenalkan agrowisatanya. Promosi dilakukan melalui brosur yang disebar
ditempat-tempat umum misalnya supermarket dan melalui website ataupun media
social seperti facebook.
5.1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Karyawan
CV. Tani Organik Merapi dipimpin oleh Direktur atau biasa disebut dengan
Owner, untuk struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat melalui bagan berikut.
47
Gambar 7. Skema Struktur Organisasi CV. Tani Organik Merapi
Setiap bagian jabatan pada CV. Tani Organik Merapi memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda. Berikut tugas dan tanggung jawab setiap jabatan pada
CV. Tani Organik Merapi :
1. Direktur : Direktur bertanggung jawab langsung terhadap jalannya perusahaan.
2. Manajer : Manajer bertanggung jawab kepada owner. Manajer bertanggung jawab
dalam mengelola seluruh sistem manajemen baik internal maupun eksternal.
Internal berhubungan dengan seluruh karyawan sedangkan eksternal berhubungan
dengan mitra baik dalam mitra penyedia bahan baku maupun mitra pemasaran.
3. Koordinator : Koordinator bertanggung jawab kepada manajer. Koordinator
bertanggung jawab untuk mengatur, mengontrol dan meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia. Koordinator wilayah membawahi dua departemen yaitu
agrowisata dan agrobisnis serta bertanggung jawab di dalam pengelolaannya.
4. Bagian Produksi : Bagian produksi termasuk kedalam departemen agrowisata
bertanggung jawab dalam pengolahan lahan dan kegiatan produksi sayuran
organik.
DIREKTUR
MANAJER
KOORDINATOR
AGROWISATA AGROBISNIS
BAG.
PRODUKSI
BAG.
UMUM
BAG.
PENGEMASAN BAG.
PEMASARAN
48
5. Bagian Umum : Bagian umum bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
kunjungan ataupun pelatihan.
6. Bagian Pengemasan : Bagian pengemasan bertanggung jawab dalam kegiatan
pengemasan dengan tata cara yang sudah ditetapkan.
7. Bagian Pemasaran : Bagian pemasaran bertanggung jawab dalam kegiatan
pendistribusian dan promosi produk.
Tabel 3. Jumlah Karyawan CV. Tani Organik Merapi
No. Jabatan Karyawan Jumlah Karyawan
1. Manajer 1
2. Koordinator 1
3. Bagian Produksi 4
4. Bagian Umum 2
5. Bagian Pengemasan 2
6. Bagian Pemasaran 4
Total 14
Sumber: Data primer diolah, 2017.
5.2. Analisis Manajemen Rantai Pasok
5.2.1. Proses Manajemen Rantai Pasok Sayuran Organik
Manajemen rantai pasok sayuran oganik pada CV. Tani Organik Merapi
memiliki beberapa pelaku utama yakni supplier, manufactures, retailer dan
konsumen akhir. Aktivitas rantai pasokan pada CV. Tani Organik Merapi memiliki
peran yang saling berhubungan diantaranya adalah petani atau pemasok sayuran
organik sebagai suppliers, CV. Tani Organik Merapi sebagai manufactures,
Supermarket sebagai retailer dan konsumen akhir. Pelaku-pelaku utama tersebut
memiliki hubungan kerjasama dan secara terstruktur urutan pelaku utama pada rantai
pasok sayuran organik dapat dilihat pada skema x berikut:
49
Gambar 8. Skema Struktur rantai pasok sayuran organik pada CV. Tani
Organik Merapi
Berdasarkan skema tersebut, dapat dilihat bahwa CV. Tani Organik menjalin
hubungan kerjasama dengan enam petani pemasok sayuran organik yakni Pak Bagyo,
Pak Joko, Pak Mandat, Pak Mulidi, Pak Rohmadi dan Ibu Sudir. Petani tersebut
bertindak sebagai supplier dalam rantai pasok CV. Tani Organik Merapi dan
merupakan pelaku pertama dalam rantai pasok yang bertanggung jawab untuk
menyediakan sayuran organik. Sayuran organik yang memenuhi standar akan dijual
langsung kepada CV. Tani Organik Merapi sesuai dengan jumlah pesanan yang telah
diberikan oleh pihak CV. Tani Organik Merapi kepada petani pemasok. Selanjutnya,
CV. Tani Organik Merapi berperan sebagai pelaku kedua yang akan melakukan
sortasi, pencucian, hingga pengemasan sayuran organik.
Kuantitas atau jumlah sayuran organik yang dikemas oleh CV. Tani Organik
sesuai dengan jumlah pesanan oleh supermarket. Supermarket atau pelaku retailer ini
bertindak sebagai pihak terakhir dalam rantai pasok ini yang bertugas untuk menjual
kembali sayuran organik tersebut sesuai dengan pesanan yang telah mereka berikan
pada CV. Tani Organik Merapi. Pada rantai pasok CV. Tani Organik Merapi tidak
ada yang bertindak sebagai distributor karena CV. Tani Organik Merapi bekerjasama
langsung dengan supermarket atau retailer agar sayuran organik dapat lebih cepat
untuk sampai ke konsumen akhir. Berikut merupakan pemaparan proses mata rantai
Petani 1
Petani 2
Petani 3
Petani 4
Petani 5
Petani 6
CV. Tani
Oraganik
Merapi
Supermarket Konsumen
Akhir
50
yang tejadi antar pelaku utama pada rantai pasok sayuran organik CV. Tani Organik
Merapi:
1. Chain 1-2 : Supplier – Manufacturer
Proses rantai pasok bermula dari supplier atau petani mitra yang merupakan
sumber yang menyediakan sayuran organik. CV. Tani Organik Merapi memiliki
enam petani mitra atau supplier utama. Petani yang menjalin kemitraan dengan
CV. Tani Organik Merapi harus bersedia memiliki komitmen untuk menerapkan
sistem pertanian organik serta kemampuan manajemen dan kinerja usahanya
dengan memanfaatkan segala fasilitas yang mereka dapatkan. Proses rantai pasok
yang pertama melibatkan CV. Tani Organik Merapi yang bertindak sebagai
manufacture. Supplier akan langsung mengirimkan produk sayuran organik
mereka kepada pihak manufacture yaitu CV. Tani Organik Merapi tanpa adanya
perantara lainnya dan dikarenakan petani telah menjalin kemitraan, maka pihak
CV. Tani Organik Merapi mendapatkan keuntungan untuk tidak lagi mencari-cari
persediaan sayuran organik yang dibutuhkan kepada petani lainnya sehingga
dapat menghemat waktu persediaan bahan baku.
2. Chain 1-2-3 : Supplier – Manufacturer – Retail Outlet
Proses rantai yang kedua adalah proses untuk menyalurkan produk sayuran
organik yang telah siap jual kepada retail outlet tanpa melalui distributor. Tidak
adanya distributor pada rantai pasok sayuran organik CV. Tani Organik Merapi
memiliki tujuan agar produk sayuran organik dapat lebih cepat sampai ke tangan
konsumen, sehingga produk yang diterima konsumen adalah produk sayuran
organik segar. Retail outlet pada rantai pasok sayuran organik CV. Tani Organik
Merapi adalah supermarket-supermaket di daerah Yogyakarta.
3. Chain 1-2-3-4 : Supplier – Manufacturer – Retail Outlet – Customer
Proses rantai pasok atau mata rantai yang terakhir adalah produk sayuran organik
CV. Tani Organik Merapi dari supermarket sampai ke tangan konsumen akhir.
51
Pelaku utama pada rantai pasok sayuran organik ini akan dijelaskan secara
terperinci sebagai berikut:
1. Petani Sayuran Organik
Petani bertanggungjawab dalam menyediakan persediaan sayuran organik
yang dibutuhkan oleh CV. Tani Organik Merapi. Dalam proses produksi, CV. Tani
Organik Merapi tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk melakukan produksi
sendiri sehingga kebutuhan utama sayuran organik diserahkan kepada petani yang
bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi. Alasan inilah yang membuat CV. Tani
Organik Merapi menjalin kerjasama dengan enam petani sayuran organik. Petani
yang bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi sudah dapat dipastikan bahwa
memiliki produk sayuran yang organik dan sesuai standar yang telah ditetapkan
dikarenakan sebelum petani tersebut dapat bermitra, CV. Tani Organik Merapi telah
memberikan bimbingan dan pengecekan produk secara berkala sehingga saat ini
produk CV. Tani Organik Merapi telah bersertifikat organik.
Kuantitas sayuran organik yang dikirimkan petani sayuran organik tidak
selalu sama dikarenakan setiap petani memiliki luas lahan yang berbeda-beda untuk
memproduksi sayuran organik. Alternatif yang dilakukan CV. Tani Organik Merapi
jika semua petani mitra tidak dapat menyediakan sayuran organik sesuai dengan
pesanan maka CV. Tani Organik Merapi akan memanen atau mengambil persediaan
yang ada di lahan budidaya milik CV. Tani Organik Merapi sendiri. Adapun petani
yang telah menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi adalah sebagai
berikut:
a. Petani 1
Petani 1 menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi sejak tahun
2008 dan telah melakukan pelatihan mengenai pertanian organik. Lahan budidaya
milik petani 1 merupakan lahan milik pribadi. Alasan petani 1 berkerjasama dengan
CV. Tani Organik Merapi adalah penentuan harga beli sayuran organik yang telah
ditetapkan oleh CV. Tani Organik Merapi dan tidak berubah walaupun harga sayuran
organik tersebut mengalami penurunan ataupun peningkatan pada pasar sehingga
52
hamper seluruh dari hasil panen sayuran organik Pak Bagyo akan dijual ke CV. Tani
Organik Merapi.
b. Petani 2
Petani 2 menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi sejak tahun
2009 dan telah mengikuti pelatihan pertanian organik yang menjadi syarat utama
untuk bekerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi. Menurut petani 2, pesanan
sayuran organik yang diminta CV. Tani Organik Merapi selalu berbeda setiap harinya.
Pada hari-hari besar, pesanan akan meningkat tiga kali lipat dari biasanya sehingga
pesanan yang diminta oleh CV. Tani Organik Merapi tidak dapat terpenuhi. Pesanan
dikirimkan kepada petani pada pukul 09.00 WIB dan petani seperti petani 2 akan
mengantarkan pesanan pada sekitar pukul 13.00-18.00 WIB.
c. Petani 3
Petani 3 mulai menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi sejak
tahun 2010, kerjasama yang dijalin berupa kontrak dan telah melakukan pelatihan
mengenai pertanian organik. Sejauh ini alasan petani 3 tetap bertahan menjadi petani
pemasok sayuran organik pada CV. Tani Organik Merapi adalah dikarenakan seluruh
hasil panen petani 3 akan diserahkan ke CV. Tani Organik Merapi tanpa harus
menjualnya atau memasarkannya sendiri.
d. Petani 4
Petani 4 menjalin kerjasama dengan CV.Tani Organik Merapi sejak tahun
2009 dan telah mengikuti pelatihan mengenai pertanian organik. Selain itu, petani 4
memiliki lahan budidaya seluas 2000m2 yang berlokasi di Magelang sehingga setiap
harinya petani 4 akan mengantar pesanan sayuran organik pada CV. Tani Organik
Merapi pada pukul 15.00-18.00 WIB. Sebelum mengantarkan pesanan, petani 4 akan
terlebih dahulu melaporkan berapa jumlah sayuran organik yang akan dibawa
olehnya agar CV. Tani Organik Merapi dapat mencari alternatif apabila perusahaan
mengalami kekurangan persediaan sayuran organik.
e. Petani 5
Petani 5 mulai menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi pada
tahun 2010 dan telah melakukan pelatihan mengenai pertanian organik. Selain itu,
53
petani 5 memiliki lahan budidaya sayuran organik seluas 10000m2 yang berlokasi di
Magelang. Petani 5 merupakan petani mitra yang selalu memiliki pesanan yang tinggi
dikarenakan petani 5 membudidayakan banyak jenis sayuran seperti sayuran jenis
daun, batang, buah, ubi, umbi hingga bunga. Setiap harinya, petani 5 akan
mengantarkan pesanan ke CV. Tani Organik Merapi pada sekitar pukul 13.00-18.00
WIB.
f. Petani 6
Petani 6 telah menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi sejak
awal berdiri CV. Tani Organik Merapi yaitu tahun 2008 dan telah mengikuti
pelatihan mengenai pertanian organik. Setiap harinya, petani 6 mendapatkan pesanan
sekitar 6-7 Kg sayuran organik dengan jenis sayuran daun atau batang. Alasan Petani
6 tetap menjalin kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi adalah dikarenakan
ketetapan harga beli sayuran organik yang telah ditetapkan CV. Tani Organik Merapi
yang tidak terpengaruh oleh penurun atau peningkatan harga sayuran organik di
pasaran. Selain itu, sayuran organik di pasar tradisional tidak begitu laku terjual
dikarenakan kenampakan fisiknya yang kurang baik dibandingkan sayuran non-
organik dan juga harga yang lebih tinggi.
2. CV. Tani Organik Merapi
CV. Tani Organik Merapi merupakan pelaku kedua dalam rantai pasok ini,
dimana tugas dari CV. Tani Organik Merapi adalah melakukan pemilihan dan
pengemasan sayuran organik sesuai dengan standar yang diminta oleh supermarket
yang berkerjasama dengan CV. Tani Orgnaik Merapi. Berdirinya CV. Tani Organik
Merapi didasarkan pada keinginan dari pemilik untuk memiliki usaha yang mandiri
dan juga untuk memperkenalkan produk sayuran organik yang aman untuk
dikonsumsi karena dalam budidayanya tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang
akan berbahaya bagi kesehatan di masa yang akan datang. Selain dengan petani
sayuran organik, CV. Tani Organik Merapi juga menjalin hubungan kerjasama
dengan supermarket-supermarket daerah Yogyakarta untuk memasarkan produknya
sebelum sampai ke konsumen akhir.
54
Sayuran organik yang dipasarkan oleh CV. Tani Organik Merapi terdiri dari
berbagai jenis sayuran mulai dari sayuran daun, sayuran batang, sayuran akar,
sayuran ubi, sayuran umbi, sayuran bunga dan sayuran buah. Proses pasca panen
yang dilakukan CV. Tani Organik Merapi untuk produk sayuran organik akan
dijelaskan sebagai berikut dan dokumentasi dari proses tersebut dapat dilihat pada
lampiran.
a. Penerimaan Barang dari Petani Mitra
Sayuran organik yang telah dipesan oleh CV. Tani Organik Merapi kepada
petani mitra akan di kirimkan ke ruang kemas CV. Tani Organik Merapi dan
diletakkan di bagian depan ruang kemas menggunakan keranjang-keranjang yang
telah disiapkan. CV. Tani Organik Merapi menggunakan sistem First In First Out
sehingga persediaan sayuran organik yang diproses berdasarkan urutan kedatangan
produk tersebut.
b. Pensortiran
Tahap kedua yaitu melakukan sortir untuk setiap sayuran yang akan dikemas.
Pada tahap ini, sayuran yang telah disortir akan di pisahkan. Pengecekan sayuran ini
dilakukan untuk memisahkan sayuran yang memenuhi standar dan tidak memenuhi
standar. Produk sayuran yang ditolak akan dikembalikan kepada petani mitra
sedangkan produk yang diterima akan masuk kedalam tahap berikutnya.
c. Penimbangan dan Pembuatan Nota
Sayuran organik yang telah disortir langsung di timbang dan pihak CV. Tani
Organik Merapi akan membuatkan nota untuk petani mitra sesuai dengan jumlah
sayuran organik yang diberikan dikarenakan uang pembayaran sayuran organik tidak
dilakukan setiap hari melainkan setiap satu minggu satu kali yaitu pada hari sabtu.
d. Perompesan
Tahap perompesan tidak dilakukan pada setiap jenis sayuran organik
melainkan hanya pada sayuran jenis daun, batang dan bunga. Untuk jenis sayuran
lainnya langsung masuk pada tahap selanjutnya. Perompesan ini dilakukan untuk
menghilangkan daun tua, kuning ataupun jelek.
55
e. Pencucian dan Pembersihan
Tahap ini dilakukan untuk semua jenis sayuran tanpa terkecuali. Pencucian
dan pembersihan dilakukan di tempat khusus pencucian dalam ruang kemas. Setelah
dilakukan pencucian dan pembersihan, sayuran kan di letakkan di keranjang bersih
untuk dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya.
f. Penimbangan
Penimbangan disini berbeda dengan penimbangan pada awal proses pasca
panen. Pada tahap ini, sayuran ditimbang sesuai dengan standar berat kemasan yang
diminta oleh supermarket.
g. Pengemasan
Pengemasan pada CV. Tani Organik Merapi terbagi menjadi dua bagian yaitu
pengemasan menggunakan sterofoam atau keranjang rotan dan menggunakan plastik.
Sayuran yang dikemas menggunakan plastik adalah jenis sayuran daun dan batang.
Selain kedua jenis itu, sayuran akan dikemas dengan menggunakan sterofoam
ataupun keranjang rotan.
h. Pemberian expired date
Semua jenis sayuran organik yang telah dikemas akan langsung diberi label
expired date. Pemberian label tersebut berdasarkan masa segar pada setiap sayuran
organik. Pada CV. Tani Organik Merapi, semua sayuran akan diberi tanggal expired
date enam hari setelah pengemasan.
i. Persiapan Pengiriman
Sayuran organik yang telah dikemas dan siap dikirimkan ke supermarket akan
dipisahkan kedalam keranjang-keranjang sesuai dengan pesanan setiap supermarket.
Keranjang-keranjang tersebut diberi nama sesuai dengan nama supermarket yang
malakukan pemesanan dan akan di muat kedalam mobil yang dikhususkan untuk
mengantar pesanan kepada supermarket pada keesokan harinya dimulai pada pukul
04.00 WIB.
3. Supermarket atau retail modern
Anggota terakhir dalam rantai pasok sayuran organik pada CV. Tani Organik
Merapi adalah supermarket. Ada 16 (enam belas) supermarket yang bekerjasama
56
dengan CV. Tani Organik Merapi. Setiap supermarket telah menjalin kerjasama
dengan CV. Tani Organik Merapi sejak tahun 2008 pada awal pendirian CV. Tani
Organik Merapi. Berikut merupakan data lengkap dari supermarket yang menjalin
kerjasama dengan CV. Tani Organik Merapi:
Tabel 4. Supermarket Mitra Bisnis CV. Tani Organik Merapi
No. Nama Toko Alamat
1. Superindo Kaliurang Jl. Kaliurang KM 6.2 No. 51
Yogyakarta
2. Superindo Seturan Depok Sport Center, Jl. Raya Seturan
kan. IV, Depok, Sleman
3. Superindo Jalan Solo Jl. Urip Sumoharjo No. 38A, Kel.
Kliten, Kec. Gondokusuman,
Yogyakarta
4. Superindo Godean Jl. HOS Cokroaminoto RT 001/RW
01, Kel. Tegalrejo, Kec. Tegalrejo,
Yogyakarta
5. Superindo Perintis
Kemerdekaan
Jl. Ngeksigondo No. 7 RT 009 RW
02, Kel. Prenggan, Kec. Kotagede,
Yogyakarta
6. Superindo Parangtritis Jl. Menuan No. 1-3, Margangsan, Kel.
Brontokusuman, Yogyakarta
7. Superindo Dongkelan Jalan Bantul No. 97, Gedongkiwo,
Mantrijeron, Yogyakarta
8. Superindo Sultan Agung Jl. Sultan Agung No. 10 Yogyakarta
9. PT Alfa Midi Utama
Yogyakarta
Jl. Janti Banguntapan, Yogyakarta
10. Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak No. 70, Daerah
Istimewa Yogyakarta
11. Carefour Amplaz Plaza Ambarrukmo, Jl. Laksda
Adisucipto KM. 06, Kec. Depok, Kab.
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
12. Giant Condong Catur Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,
Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
57
Tabel 4. Supermarket Mitra Bisnis CV. Tani Organik Merapi (Lanjutan)
No. Nama Toko Alamat
13. Toko Progo Jl. Mayor Suryotomo No. 29,
Ngupasan, Gondomanan, Kota
Yogyakarta
14. Indogrosir Jl. Raya Magelang KM. 6, Sinduadi,
Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
15. Hypermart Lippo Mall Jl. Laksda Adisucipto No. 32-34,
Demangan, Gondokusuman,
Yogyakarta
16. Via-Via Café Jl. Prawirotaman No. 30,
Brontokusuman, Mergangsan, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Supermarket-supermarket tersebut sangat memperhatikan kualitas produk
yang akan masuk mulai dari kualitas produk, berat tiap kemasan hingga tampilan
kemasan yang dapat mempengaruhi ketahanan daya simpan sayuran organik untuk
menjaga produk tersebut tetap segar. Setiap sayuran yang tidak masuk kedalam
standar supermarket akan dikembalikan kepada CV. Tani Organik Merapi sebelum
masuk kedalam supermarket. Apabila sayuran organik telah masuk kedalam
supermarket, maka supermarket tidak lagi dapat melakukan pengembalian produk.
Pengembalian tersebut disebut juga dengan retur.
Manajemen rantai pasok mengelola tiga hal yakni aliran barang, aliran uang
dan aliran informasi. Pola dari ketiga aliran tesebut akan dijelaskan secara detail,
antara lain:
1. Aliran Barang
Aliran barang dalam rantai pasok pada CV. Tani Organik Merapi mencakup
proses pengiriman sayuran organik. Pengiriman sayuran organik hanya dilakukan
apabila ada pesanan dari CV. Tani Organik Merapi dan dilakukan setiap hari dengan
jumlah pesanan yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan dan persediaan
yang ada pada CV. Tani Organik Merapi untuk memenuhi pesanan dari supermarket.
58
Jadwal pengiriman sayuran organik dapat berbeda-beda pada setiap petani mitra.
Rentang waktu pengiriman sayuran organik ke CV. Tani Organik Merapi adalah
pukul 10.00 – 18.00 WIB. Menurut pihak CV. Tani Organik Merapi, apabila petani
mitra tidak dapat memenuhi pesanan ataupun adanya keterlambatan pengiriman maka
pihak petani akan mengkonfirmasi langsung kepada CV. Tani Organik Merapi. Hal
ini dilakukan agar hubungan kerjasama yang terjalin tetap terjaga dengan baik.
Semua sayuran organik yang telah siap kirim ke supermarket akan dikirimkan
keesokan harinya dimulai pada pukul 04.00 WIB disesuaikan pada urutan lokasi
supermarket terdekat hingga terjauh.
2. Aliran Uang
Aliran uang dalam penelitian ini mencakup sejumlah biaya yang dikorbankan
atau dikeluarkan dalam rantai pasok sayuran organik. Biaya yang dikeluarkan petani
mitra untuk menghasilkan sayuran organik dengan kualitas baik seperti biaya
pembibitan, pemeliharaan hingga pemanenan. Sedangkan biaya yang dikeluarkan CV.
Tani Organik Merapi meliputi keseluruhan biaya proses pasca panen untuk sayuran
organik. Selain itu, sistem pembayaran CV. Tani Organik Merapi kepada petani mitra
dilakukan secara tunai satu kali dalam satu minggu, dikarenakan biaya berupa
penerimaan tersebut akan digunakan kembali oleh petani mitra sebagai modal untuk
proses pembudidayaan sayuran organik selanjutnya untuk mendukung kelancaran
pembudidayaan. Begitu pula dengan pembayaran supermarket kepada CV. Tani
Organik Merapi yang dilakukan satu minggu satu kali namun dengan cara transfer
atau non-tunai.
3. Aliran Informasi
Aliran informasi yang terjadi antara petani jamur dan CV. Tani Organik
Merapi terdiri dari informasi mengenai informasi ketersediaan sayuran organik yang
mencakup kuantitas dan kualitas, sikap jujur maupun terbuka yang diberikan serta
pemesanan sayuran organik. Sejauh ini, pertukaran informasi antara petani mitra
dengan CV. Tani Organik Merapi sudah berjalan dengan baik. Begitu pula aliran
informasi yang terjalin antara CV. Tani Organik Merapi dengan supermarket. Aliran
informasi yang terjalin dapat dikatakan sudah cukup baik dikarenakan sudah
59
memiliki kontrak yang testruktur sehingga semua pertukaran informasi yang
dibutuhkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan mudah seperti informasi
mengenai pemesanan sayuran organik maupun retur.
5.3. Analisis Balanced Scorecard
Analisis Balanced Scorecard (BSC) dilakukan untuk mengetahui bagaimana
nilai dari kinerja dari setiap perspektif pada setiap pelaku rantai pasok. Perspektif-
perspektif pada BSC yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Perspektif
Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, dan Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan. Selain itu, BSC dapat membantu suatu organisasi untuk mencari
strategi yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
5.3.1. Perspektif Pelanggan
Hasil Uji Validitas pada kuesioner perspektif pelanggan pada indeks kepuasan
pelanggan dengan tiga variabel yakni pelayanan, citra merk, dan loyalitas pelanggan
pada CV. Tani Organik Merapi pada supermarket dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Perspektif Pelanggan
Item Loading Factor Keterangan
X1 (Pelayanan)
X1.1 0.617 Valid
X1.2 0.534 Valid
X1.3 0.539 Valid
X1.4 0.567 Valid
X2 (Citra Merk)
X2.1 0.515 Valid X2.2 0.843 Valid
X2.3 0.719 Valid X2.4 0.702 Valid
X2.5 0.544 Valid X3 (Loyalitas Pelanggan)
X3.1 0.747 Valid X3.2 0.566 Valid
X3.3 0.658 Valid X3.4 0.747 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa seluruh variabel X1, X2 dan
X3 pada kuesioner dinyatakan valid dikarenakan r tabel (N = 16 = 0.497) lebih kecil
60
daripada r hitung atau r hitung > r tabel. Dengan kata lain, kuesioner tesebut dapat
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan informasi untuk menghitung tingkat
kepuasan pelanggan terhadap CV. Tani Organik Merapi. Sedangkan untuk Uji
Reliabilitas pada kuesioner tingkat kepuasan pelanggan CV. Tani Organik Merapi
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Pelanggan
Item Cronbach Alpha Keterangan
X1 (Pelayanan)
X1.1 0.849 Reliabel
X1.2 0.857 Reliabel
X1.3 0.856 Reliabel
X1.4 0.855 Reliabel
X2 (Citra Merk)
X2.1 0.867 Reliabel
X2.2 0.839 Reliabel
X2.3 0.843 Reliabel
X2.4 0.844 Reliabel
X2.5 0.860 Reliabel
X3 (Loyalitas Pelanggan)
X3.1 0.840 Reliabel
X3.2 0.854 Reliabel
X3.3 0.847 Reliabel
X3.4 0.840 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan hasil Uji Reliabilitas pada kuesioner tingkat kepuasan pelanggan
pada variabel X1, X2, X3 dinyatakan reliabel dikarenakan Nilai Alpha lebih besar
daripada nilai r tabel (N = 16 = 0.497). Hal tersebut membuktikan bahwa hasil dari
kuesioner dinyatakan reliabel atau konsisten. Dengan kata lain seluruh variabel dalam
kuesioner tingkat kepuasan pelanggan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data
penelitian. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil dari perhitungan dari
masing-masing variabel kepuasan pelanggan:
61
Tabel 7. Hasil Perhitungan dari masing-masing Variabel Kepuasan Pelanggan
Variabel Indeks
Kepuasan
Interval Keterangan
Pelayanan 193 168 – 219 Cukup Puas
Citra Merk 314 273 – 336 Puas
Loyalitas 185 167 – 217 Cukup Puas
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki indeks
kepuasan tertinggi adalah variabel citra merek dengan skor 314 sedangkan variabel
pelayanan dan loyalitas masing-masing memiliki indeks kepuasan yaitu 193 dan 185.
Jika dilihat dari skala yang telah dihitung, maka kepuasan pelanggan dengan variabel
pelayanan CV. Tani Organik Merapi secara keseluruhan terdapat pada interval 168 -
219. Dengan demikian, pelanggan dikatakan cukup puas terhadap kinerja CV. Tani
Organik Merapi. Kepuasan pelanggan dengan variabel citra merk CV. Tani Organik
Merapi secara keseluruhan terdapat pada interval 273 - 336. Dengan demikian,
pelanggan dikatakan puas terhadap kinerja CV. Tani Organik Merapi, sedangkan
kepuasan pelanggan dengan variabel loyalitas terhadap CV. Tani Organik Merapi
secara keseluruhan terdapat pada interval 167 – 217. Dengan demikian, pelanggan
dikatakan cukup puas terhadap kinerja CV. Tani Organik Merapi.
5.3.2. Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Inovasi
Perhitungan inovasi pada CV. Tani Organik Merapi dipergunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengembangan pelayanan yang dilakukan CV. Tani Organik
Merapi terhadap pelanggan atau konsumen. Macam-macam jasa pelayanan di CV.
Tani Organik Merapi yakni Agrobisnis organik, Agrowisata organik, perdagangan
umum, jasa konsultasi pertanian, pelatihan, dan lokasi penelitian pelajar. Berikut
merupakan hasil perhitungan persentase inovasi tahun 2015 hingga 2017:
62
Tabel 8. Jumlah Inovasi Pelayanan CV. Tani Organik Merapi tahun 2015-2017
Tahun Jumlah Inovasi
Pelayanan
Jumlah Total
Pelayanan
Persentase
Inovasi (%)
2015 - 6 0 %
2016 - 6 0 %
2017 1 7 0,142 %
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2015 hingga 2016 CV. Tani Organik
Merapi tidak mengadakan pelayanan atau pengembangan terbaru sehingga nilai
persentase inovasi pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar 0 %. Inovasi terjadi pada
tahun 2017 yaitu mengubah kemasan sterofoam menggunakan anyaman rotan yang
membuat produk sayuran organik semakin ramah lingkungan, persentase inovasi
pada tahun 2017 adalah sebesar 0,142 % yang artinya terdapat peningkatan nilai
inovasi dari yang sebelumnya adalah 0 % menjadi 0,142 %.
5.3.3. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
1. Tingkat Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan dengan memberikan nilai
kepada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Berikut
merupakan hasil Uji Validitas dari kuesioner tingkat kepuasan karyawan:
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Karyawan
Item Loading Factor Keterangan
X4 (Gaji)
X4.1 0.673 Valid
X4.2 0.613 Valid
X5 (Pekerjaan)
X5.1 0.733 Valid
X5.2 0.855 Valid
X6 (Rekan Kerja)
X6.1 0.621 Valid
X6.2 0.858 Valid
X7 (Atasan)
X7.1 0.583 Valid
X7.2 0.650 Valid
X7.3 0.580 Valid
X7.4 0.658 Valid
63
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Karyawan (Lanjutan)
Item Loading Factor Keterangan
X8 (Lingkungan Kerja)
X8.1 0.652 Valid
X8.2 0.834 Valid
X8.3 0.745 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa seluruh variabel X4, X5, X6,
X7 dan X8 pada kuesioner dinyatakan valid dikarenakan r tabel (N = 14 = 0.532)
lebih kecil daripada r hitung atau r hitung > r tabel. Dengan kata lain, kuesioner
tesebut dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan informasi untuk menghitung
tingkat kepuasan karyawan CV. Tani Organik Merapi. Sedangkan untuk Uji
Reliabilitas pada kuesioner tingkat kepuasan karyawan CV. Tani Organik Merapi
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 10. Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepuasan Karyawan
Item Loading Factor Keterangan
X4 (Gaji)
X4.1 0.895 Reliabel
X4.2 0.898 Reliabel
X5 (Pekerjaan)
X5.1 0.892 Reliabel
X5.2 0.885 Reliabel
X6 (Rekan Kerja)
X6.1 0.897 Reliabel
X6.2 0.888 Reliabel
X7 (Atasan)
X7.1 0.903 Reliabel
X7.2 0.895 Reliabel
X7.3 0.899 Reliabel
X7.4 0.895 Reliabel
X8 (Lingkungan Kerja)
X8.1 0.898 Reliabel
X8.2 0.887 Reliabel
X8.3 0.892 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan hasil Uji Reliabilitas pada kuesioner tingkat kepuasan karyawan
pada variabel X4, X5, X6, X7 dan X8 dinyatakan reliabel dikarenakan Nilai Alpha
lebih besar daripada nilai r tabel (0.532). Hal tersebut membuktikan bahwa hasil dari
64
kuesioner tingkat kepuasan karyawan dinyatakan konsisten atau dapat digunakan
sebagai alat untuk memperoleh data penelitian.
Selanjutnya peneliti akan memaparkan rincian dari setiap variabel yang
terdapat pada kuesioner kepuasan karyawan CV. Tani Organik Merapi. Variabel
tesebut terdiri dari Gaji, Pekerja, Rekan Kerja, Atasan, Promosi Jabatan, dan
Lingkungan Kerja. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil dari perhitungan
dari masing-masing variabel kepuasan karyawan:
Tabel 11. Hasil Perhitungan dari masing-masing Variabel Kepuasan Karyawan
Variabel Indeks
Kepuasan
Interval Keterangan
Gaji 60 51 – 72 Tidak Puas
Pekerjaan 94 73 – 94 Cukup Puas
Rekan Kerja 128 117 – 140 Sangat Puas
Atasan 198 153 – 200 Cukup Puas
Lingkungan Kerja 125 111 – 144 Cukup Puas
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa setiap variabel kepuasan
karyawan berada pada interval yang berbeda-beda. Variabel gaji memperoleh indeks
kepuasan karyawan sebesar 60. Jika dilihat dari skala yang telah dihitung, maka
kepuasan karyawan dengan variabel gaji CV. Tani Organik Merapi secara
keseluruhan terdapat pada interval 51 - 72. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
karyawan tidak puas atas gaji yang diterima selama bekerja di CV. Tani Organik
Merapi. Variabel pekerjaan memperoleh indeks kepuasan karyawan sebesar 94
terdapat pada interval 73 - 94. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karyawan
cukup puas atas pekerjaan yang diterima selama bekerja di CV. Tani Organik Merapi.
Variabel rekan kerja memperoleh indeks kepuasan karyawan sebesar 128 dan
terdapat pada interval 117 – 140 seingga dapat dikatakan bahwa karyawan sangat
puas dengan rekan kerja selama bekerja di CV. Tani Organik Merapi atau dengan
kata lain adanya hubungan yang baik antar sesama rekan kerja. Variabel atasan pada
CV. Tani Organik Merapi memperoleh indeks kepuasan karyawan sebesar 198. Jika
65
dilihat dari skala yang telah dihitung, maka kepuasan karyawan dengan variabel
atasan pada CV. Tani Organik Merapi secara keseluruhan terdapat pada interval 153 -
200. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karyawan cukup puas terhadap
tindakan atasan selama bekerja di CV. Tani Organik Merapi. Variabel yang terakhir
adalah variabel lingkungan kerja, variabel ini memperoleh indeks kepuasan karyawan
sebesar 125. Jika dilihat dari skala yang telah dihitung, maka kepuasan karyawan
dengan variabel lingkungan kerja pada CV. Tani Organik Merapi secara keseluruhan
terdapat pada interval 111 – 144 dan dapat dikatakan bahwa karyawan cukup puas
atas linkungan kerja yang ada di CV. Tani Organik Merapi.
5.3.4. Hasil Keseluruhan Pengukuran Kinerja
Kriteria keseimbangan digunakan untuk mengukur sejauh mana sasaran
strategik tercapai seimbang di semua perspektif (Mulyadi, 2001). Berikut adalah tabel
kriteria skor standar:
Tabel 12. Kriteria Skor Standar
Skor Keterangan Nilai
-1 Sangat Tidak Puas - Tidak
Puas
Kurang
0 Cukup Puas Cukup
1 Puas - Sangat Puas Baik
Sumber: Mulyadi, 2001.
Berikut adalah hasil dari keseluruhan pengukuran kinerja rantai pasok sayuran
organik pada CV. Tani Organik Merapi dengan metode Balanced Scorecard:
Tabel 13. Pengukuran Kinerja CV. Tani Organik Merapi dengan Metode Balanced
Scorecard Secara Keseluruhan.
Perspektif Nilai Interval Keterangan Skor
Pelanggan
Pelayanan 193 168 – 219 Cukup Puas 0
Citra Merek 314 273 – 336 Puas 1
Loyalitas 185 167 – 217 Cukup Puas 0
66
Tabel 13. Pengukuran Kinerja CV. Tani Organik Merapi dengan Metode Balanced
Scorecard Secara Keseluruhan (Lanjutan)
Perspektif Nilai Interval Keterangan Skor
Proses Bisnis Internal
Inovasi 0,142 % 0
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Gaji 60 51 – 72 Tidak Puas -1
Pekerjaan 94 73 – 94 Cukup Puas 0
Rekan Kerja 128 117 - 140 Sangat Puas 1
Atasan 198 153 - 200 Cukup Puas 0
Lingkungan Kerja 125 111 - 144 Cukup Puas 0
Sumber: Data primer diolah, 2017.
Total hasil skor dari kinerja masing-masing perspektif dari CV. Tani Organik
Merapi adalah 1 dari total 9 ukuran kinerja. Sehingga rata-rata skor adalah 1/9 =
0,111. Setelah diperoleh rata-rata skor, selanjutnya adalah membuat skala untuk
menilai total skor yang terbagi menjadi kurang, cukup dan baik. Dengan skala
tersebut dapat diketahui kinerja masing-masing perspektif pada rantai pasok sayuran
organik CV. Tani Organik Merapi. Berikut adalah skala kinerja pada CV. Tani
Organik Merapi:
Kurang Cukup Baik
-1 0 0,111 1
Setelah mengetahui skala yang diperoleh, maka selanjutnya menentukan batas
kurang, cukup dan baik seperti berikut:
-1 – 0 = Kurang
>0 – 0.50 = Cukup
>0.50 – 1 = Baik
Berdasarkan perhitungan skala di atas, hasil pengukuran kinerja rantai pasok
CV. Tani Organik Merapi secara keseluruhan dapat dikatakan Cukup baik dengan
total skor 0,111 apabila diukur menggunakan metode Balanced Scorecard.
67
5.3.5. Strategi Perbaikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek dalam Balanced
Scorecard yang memperoleh nilai cukup, bahkan kurang. Oleh karena itu, peneliti
memberikan saran terhadap pihak CV. Tani Organik Merapi dengan membuat strategi
perbaikan sebagai berikut:
Tabel 14. Strategi Perbaikan untuk CV. Tani Organik Merapi
Perspektif Strategi Perbaikan
Pelanggan 1. Pada variabel pelayanan, sebaiknya CV.
TOM sangat memperhatikan harga dan lebih
memperhatikan standar produk sayuran
organik agar produk tidak rusak saat masuk
ke retail modern.
2. Pada variabel citra merek, logo CV. TOM
masih sulit untuk dikenali sehingga lebih
baik untuk memberikan ciri yang khas pada
logo dan menempatkan logo Organik
Indonesia menjadi lebih terlihat di kemasan.
3. Pada variabel loyalitas, untuk
mempertahankan pelanggan sebaiknya CV.
TOM lebih memperhatikan kualitas,
kuantitas, hingga kemasan dari sayuran
organik dikarenakan sudah banyak pesaing
produk sayuran di Yogyakarta.
Proses Bisnis Internal 1. Menambah inovasi layanan seperti belanja
online melalui website.
2. Memanfaatkan fasilitas dengan efektif dan
efisien.
3. Mengadakan program berbasis IT secara
menyeluruh.
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
1. Peningkatan profesionalisme SDM melalui
kursus dan pelatihan.
2. Motivasi, inovasi, dan kompetensi SDM.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh mengenai analisis manajemen rantai pasok
sayuran organik pada CV. Tani Organik Merapi yang telah dilakukan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Rantai pasok sayuran organik pada CV. Tani Organik Merapi memiliki empat
pelaku utama yaitu petani mitra atau Suppliers yang terdiri dari Pak Bagyo, Pak
Joko, Pak Mandat, Pak Mulidi, Pak Rohmadi dan Ibu Sudir, manufacture yaitu
CV. Tani Organik Merapi, retailer outlet yaitu supermarket daerah Yogyakarta
yang bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi dan konsumen akhir. Rantai
pasok sayuran organik CV. Tani Organik Merapi mengelola tiga hal yakni aliran
uang, aliran barang dan aliran informasi.
2. Metode Balanced scorecard pada penelitian ini mengolah data pada tiga
perspektif yaitu perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan
dan pembelajaran. Pada perspektif pelanggan menggunakan variabel pelayanan,
citra merek, dan loyalitas dengan hasil cukup puas, puas dan cukup puas. Pada
perspektif proses bisnis internal menghitung nilai persentase inovasi dan
didapatkan peningkatan inovasi pada tahun 2017 yaitu sebesar 0,142%.
Selanjutnya pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menggunakan
variabel gaji, pekerjaan, rekan kerja, atasan, dan lingkungan kerja dengan hasil
pada masing-masing variabel yaitu tidak puas, cukup puas, sangat puas, cukup
puas, dan cukup puas. Berdasarkan skala pengukuran kinerja menggunakan
metode Balanced Scorecard tesebut, hasil pengukuran kinerja rantai pasok CV.
Tani Organik Merapi secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik dengan total
skor 0,111.
69
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat
peneliti berikan kepada CV. Tani Organik Merapi dan rekan kerjanya agar rantai
pasok sayuran organik dapat berjalan dengan baik yakni:
1. Pada aliran barang dari petani mitra kepada CV. Tani Organik Merapi sebaiknya
pihak CV. Tani Organik Merapi membatasi waktu pengiriman sayuran organik
dari petani mitra dikarenakan sering terjadinya jam lembur yang disebabkan oleh
keterlambatan petani mitra dalam mengirimkan pesanan sayuran organik kepada
CV. Tani Organik Merapi.
2. Untuk meningkatkan nilai kinerja pada setiap perspektif pada Balanced Scorecard,
penulis memberikan saran pada tiap-tiap perspektif. Strategi perbaikan untuk
perspektif pelanggan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan harga dan
standar produk. Selain itu, CV. Tani Organik Merapi dapat memberikan ciri khas
yang lebih terlihat pada logo produk hingga mudah untuk dikenali dan untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan, sebaiknya CV. Tani Organik Merapi
memperhatikan kualitas, kuantitas, dan kemasan dikarenakan sudah banyaknya
pesaing. Strategi perbaikan untuk proses bisnis internal adalah menambah inovasi
layanan seperti belanja online melalui website. Sedangkan untuk perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, CV. Tani Organik Merapi dapat meningkatkan
profesionalisme SDM melalui kursus dan pelatihan.
3. Penelitian selanjutnya pada CV. Tani Organik Merapi penulis sarankan untuk
lebih mendalami tentang perspektif keuangan yang belum termasuk kedalam
pembahasan dalam penelitian ini sehingga informasi lebih lengkap dan beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Ryan Chandra. 2013. Analisis Kinerja Manajemen Rantai Pasokan
Berbasis Balanced Scorecard (Studi pada PT. Misaja Mitra-Pati, Jawa
Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Adinugroho, Brahmantyo. 2010. Manajemen Rantai Pasokan Sayuran (Studi
Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Gultom, Dina R. 2009. Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Balanced
Scorecard Studi Kasus pada Perusahaan Perkebunan Negara III
(Persero) Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Heizer, Render. 2010. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply
Chain: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan
Modern di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jacobs, F. Robert dan Richard B. Chase. 2015. Manajemen Operasi dan Rantai
Pasokan, Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.
Kaplan, Robert S dan David P Norton. 1996. Translating Strategy into Action:
Balanced Scorecard. USA: Harvard Business School Press.
Kementerian Pertanian. Basis Data Produk Domestik Bruto.
http://pertanian.go.id/. Diakses pada tanggal 24 Januari 2017.
Lambert, D. M dan Cooper M. C. 2000. Issues in Supply Chain Management.
Industrial Marketing Management 29, 65-83. New York (US): Elsevier
Science Inc.
Mardijayanti, Fenny Vikhe. 2014. Analisis Supply Chain Management Produk
Tape 07 Agape Desa Mengok, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso.
Skripsi. Universitas Brawijaya.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Kontemporer untuk Pelipatgandaan
Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Nasution, S. 2012. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nazarudin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Notohadinegoro, Tejoyuwono. 2006. Faktor Tanah Dalam Pengembangan
Hortikultura. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik, Cetakan Keenam. Jakarta: Penebar
Swadaya.
71
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management, Edisi Pertama. Surabaya:
Guna Widya.
Rahardi, F. Rony Palungkun dan Asiani Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman
Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Riwanti, Windy. 2011. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus
Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Sarjono, Yetty. 2007. Faktor-Faktor Strategik Pelayanan Dosen dan Dampaknya
Terhadap Kepuasan Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta Tahun Akademik 2005-2006. Varidika. Vol 1 No 3.
Sembiring, L. 2010. Analisis Resiko Produksi Sayuran Organik Pada The
Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi Institut
Pertanian Bogor.
Setyadi, S. R. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Stevenson, William. J dan Sum Chee Chuong. 2014. Manajemen Operasi Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
Stevenson, William. J. 2009. Production/Operation Management, Third Edition.
Tokyo: Richard D Irwin INC and Toppan Company LTD.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Tampubolon, Manahan. P. 2014. Manajemen Operasi & Rantai Pemasok. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Turban, et al. 2004. Information Technology for Management 4th Edition. John
Wiley & Sons Inc.
Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis: Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.