analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

39
Analisis Kritis Wacana Perspektif Kognisi Sosial (Sumber: Analisis Wacana Ideologi Tandingan (Wacana Terorisme dalam Media- Analisis Kritis Pemberitaan Abu Bakar Ba’asyir) Disusun oleh Ema Khotimah, Dra., SPd., M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Bandung, Oktober 2004

Upload: rahmatsyah-putra

Post on 30-Jun-2015

1.829 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

Analisis Kritis Wacana Perspektif Kognisi Sosial

(Sumber: Analisis Wacana Ideologi Tandingan (Wacana Terorisme dalam Media- Analisis Kritis Pemberitaan Abu

Bakar Ba’asyir)Disusun oleh

Ema Khotimah, Dra., SPd., M.Si.Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Islam BandungBandung, Oktober 2004

Page 2: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Analisis wacana (van Dijk) tidak hanya menelusuri struktur-struktur teks, tetapi juga menelaah bagaimana teks diproduksi.

• Melalui dasar pemikiran ini, van Dijk memandang penting sekali untuk mengamati kesadaran mental wartawan yang membentuk teks berita. Kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk memahami teks media.

Page 3: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Kognisi sosial menurut van Dijk mempunyai dua arti, disatu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks itu diproduksi oleh wartawan/media, di sisi lain ia juga menggambarkan bagaimana nilai-nilai (misalnya yang patriarkat, rasis,atau diskriminatif lainnya) itu disebarkan dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita ( dalam Eriyanto,2001:222)

Page 4: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Disamping proses mental dan representasi dalam produksi dan pemahaman teks, kognisi sosial juga melibatkan personal memories and experience of events (models), the shared sociocultural representations (knowledge, attitudes, ideologies, norms, values) of language users as group members also play a fundamental role in discourse.

Page 5: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Analisis teks Teun A. van Dijk mengkaji teks dalam bentuk struktur bahasa atau aspek lahiriah bahasa, yaitu: elemen tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran bentuk kalimat, kata ganti, leksikal, praanggapan, grafis, metafora.

Page 6: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen Tematik dan skematik• Unsur tematik merupakan gambaran umum suatu teks.

Elemen tematik disebut juga gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks (Eriyanto,2001: 229).

• Menurut van Dijk wacana pada umumnya dibentuk menurut tata aturan umum (macro rule).Teks karenanya memcerminkan pandangan umum yang koheren atau koherensi global( global coherency). Pada gagasan umum suatu teks akan tampak unsur-unsur atau bagian-bagian yang saling mendukung satu sama lain. Topik didukung oleh beberapa sub topik yang menampilkan serangkaian fakta yang membentuk teks secara koheren dan utuh.

Page 7: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Melalui topik yang dipilih wartawan, kognisi atau mental para wartawan secara nyata ditunjukkan, misalnya pembelaan atau penyangkalan.

• Secara skematis, konstruksi berita terdiri atas tiga bagian pokok; pertama adalah kepala berita/ judul (headline), kedua teras berita/intro (lead), dan ketiga adalah badan berita/tubuh (body)

Page 8: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Menurut van Dijk berita terdiri atas dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang paling penting. Judul dan teras berita umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan wartawan dalam pemberitaannya.

Page 9: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Teras berita ini umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk ke dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik mempunyai dua sub –kategori. Pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, kedua berupa komentar yang ditampilkan dalam teks (dalam Eriyanto,2001: 232)

Page 10: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Misalnya:• Judul: Hari Fitri bersama Ust. Abu Bakar

Ba’asyir• Dengan teras berita: Senja itu langit Jakarta

benar-benar pahat digantung mendung yang siap menjatuhkan hujan ketika Sabili bersilaturahim dengan Ust. Abu Bakar Ba’asyir, 2 syawal 1423 lalu, di Rumah Sakit Polri, Keramat Jati Jakarta Timur “ masih seharian ini tamu tak berhenti sama sekali alhamdulillah” kata itu adalah kalimat pertama yang terdengar dari Ust. Abu saat bersalaman dan berpelukan.

Page 11: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen latar

• Ketika menulis berita, umumnya wartawan mengemukakan latar belakang peristiwa yang ditulisnya. Unsur latar ini juga merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan dan menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

Page 12: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Contoh: Perjalanan hidupnya yang keluar masuk penjara, rela berpisah dengan keluarga, hijrah ke Malaysia dengan menerjang segala mara bahaya- termasuk buasnya gelombang samudera- semua itu tidakmembuat Ba’asyir bergeser sedikitpun dalam prinsip dakwahnya (Sabili: halaman 18)

Page 13: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen Detil dan Elemen Maksud

• Unsur ini berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator pada peristiwa komunikasi. Sudah lazim bila para komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang membangun citra yang baik. Sebaliknya, imformasi yang merugikan akan ditampilkan dalam jumlah terbatas, atau tidak disampaikan.

Page 14: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Imformasi yang menguntungkan akan dipaparkan dengan detil dan lengkap melalui data-data yang komprehensif. Hal ini dilakukan guna membangun citra tertentu pada diri khalayak.

• Dalam wacana, elemen detil ini merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya melalui metode yang bersifat implisit. Sikap para wartawan kerap kali ditemukan dalam suatu teks tidak diungkapkan secara terbuka, tetapi dibungkus melalui berbagai detil informasi untuk suatu bahasan.

Page 15: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Contoh:• Tahun 2002 adalah tahun saat fitnah. Satu demi

satu badai cobaan dan ujian menerpa orang-orang tak bersalah. Para ulama dan orang-orang shaleh yang berjuang hanya untuk meraih keridhoan Allah ramai-ramai dijebloskan ke dalam penjara. Sedang para koruptor, gembong-gembong maksiat, bos mafia perjudian, konglomerat hitam, politikus KKN dan preman berseragam malah bebas keluyuran. Ironisnya, semua ini dikatakan demi tegaknya hukum.

Page 16: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen Maksud hampir sama dengan unsur detil. Pada elemen maksud informasi-informasi yang bersifat menguntungkan atau mendukung tema utama akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan atau tidak mendukung tema utama akan diuraikan secara tersamar dan implisit.

Page 17: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Contoh:• Banyak sudah kasus dimana penjara bisa

mengubah seseorang yang tadinya bersuara keras menjadi lembek. Atau banyak pula para ulama dan aktivis Islam yang melakukan tawar-menawar dalam soal syariat demi berbagai alasan di antaranya menghindari tudingan dan tidak dijebloskan ke penjara padahal sebenarnya ia telah terjangkit penyakit wahn. Namun ustad Abu adalah suatu perkecualian.

Page 18: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Koherensi dan Koherensi Kondisional

• Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan shingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.

Page 19: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Koherensi (Eriyanto, 2001:244) dalam taraf tertentu menggambarkan bagaimana marjinalisasi atau pengucilan suatu kelompok atau seseorang itu dilakukan.

• Contoh: Hanya dalam hitungan jam, Menham Matori

Abdul Jalil menuduh Al Qaidah dan Jamaah Islamiyah sebagai dalam bom tersebut. Igauan Matori langsung dibantah Menkopolkam. Dari sumber di jajaran pemerintahan di dapat keterangan Matori memang sering mengeluarkan pernyataan asal bunyi (asbun) karena memang jarang diajak ikut serta menghadiri rapat bidang polkam.

Page 20: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Koherensi Kondisional adalah penggunaan anak kalimat oleh wartawan untuk menjelaskan proposisi yang ditulisnya. Koherensi kondisional dapat menjadi penjelas Yang memadai bagi maksud tersemmbunyi yang ingin diekspresikan dalam kalimat. Kalimat penjelas pada koherensi kondisional ini dalam struktur wacana tidak berpengaruh terhadap arti yang ingin disampaikan, akan tetapi penggunaan proposisi ini dapat menjadi pertanda bagaimana subjek dilabeli dengan penyebutan yang baik atau buruk.

Page 21: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Koherensi kondisional menjawab pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan atau dijelaskan.

• Contoh: Selain kebencian terhadap islam, nafsu neo-kolonialisme AS berhasrat menggeruk kekayaan alam Nusantara merupakan salah satu motif konspirasi ini.

Page 22: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Koherensi Pembeda dan Pengingkaran

• Pada koherensi pembeda, dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan bersebrangan. Koherensi pembeda berusaha menjawab pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu ingin dibedakan.

Page 23: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Contoh: Mantan Sekjen Dephutbun Suripto yang sangat memusuhi KKN dan berani menyeret para konglomerat perampok uang rakyat, pun ditangkap, namun para konglomerat perampok yang terang-terangan melakukan KKN sekarang ini, masih bebas keluyuran di Orchad Road Singapore atau di Australia ( Sabili, 2003:16).

Page 24: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen pengingkaran merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyeimbangkan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal dia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

Page 25: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Bentuk Kalimat

• Elemen ini merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini saat diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan)/ dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kata.

Page 26: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Misalnya:

• Jum’at siang Markas MMI di jalan Veteran 17 Yogya, digerebek polisi.

• Dan sekarang ulama pejuang ini tengah dituding sebagai penjahat terbesar di negeri ini, tanpa bukti-bukti terlemah sekalipun ( Sabili hal 22).

• Bentuk kalimat pasif digunakan untuk menunjukkan seseorang (kelompok) sebagai objek penderita.

Page 27: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Bentuk kalimat aktif digunakan untuk menunjukkan penekanan dan makna yang ingin ditonjolkan bahwa subjek pelaku memang aktif, dalam melakukan hal-hal yang merugikan obyek yang ditulis dalam kalimat tersebut.

• Contoh:

• Amerika serikat sendiri dan para hamba sahayanya telah bersepakat memfitnah Ba’asyir sebagai Imam JI ( Sabili hal.18)

Page 28: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Namun pengadilan ‘hanya’ menjatuhkan vonis sembilan tahun penjara. (Sabili,hal.25)

• Kata Ganti dan Elemen Leksikon• Elemen ini digunakan dengan tujuan untuk

memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif., kata ganti digunakan sebagai alat untuk menunjukkan posisi seseorang kelompok atau organisasi dalam wacana.

Page 29: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Dalam mengungkapkan sikapnya, wartawan menggunakan kata ganti ‘saya’ atau ‘kami’ yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata. Namun saat wartawan menggunakan kata ganti ‘kita’ ini mengandung makna bahwa sikap tersebut merupakan representasi sikap bersama suatu komunitas tertentu.

Page 30: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Melalui penggunaan kata ‘kita’ ini menurut Smith (Eriyanto (2001), “batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan”

Page 31: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Pemilihan kata juga akan menunjukkan proses ‘labelling’ , menampilkan sikap dan ideologi yang diusung oleh wartawan yang menuliskannya. Proses ‘labelling’ dilakukan melalui kata-kata yang dipilihnya untuk menggambarkan realitas atau fakta atas marjinalisasi terhadap seseorang atau kelompok.

• Contoh:• 1. “Preman berseragam”, merujuk kepada

aparat yang gemar melakukan tindak kekerasan dan kegiatan ilegal.

Page 32: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen Praanggapan• Elemen praanggapan (presupposition) berupa

pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, dengan menggunakan premis yang dapat dipercaya kebenarannya. Teori praanggapan secara pragmatik mengandung dua konsep, yaitu kewajaran appropriateness atau felicity) atau pengetahuan bersama (mutual knowledge atau common ground atau joint assumption).

Page 33: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Suatu ungkapan …..A berpraanggapan suatu pernyataan B hanya jika A adalah wajar dan hanya kalau B… sama-sama diketahui oleh pemeran serta (Hamid Hasan Lubis 1993:61). Praanggapan tidak dapat diketahui bila konteksnya tidak dipahami. Oleh karena itu secara pragmatik, praanggapan melibatkan konteks, meliputi siapa pembicaranya, apa topik pembicaraannya, dan bagaimana cara pengucapannya. Sebuah pernyataan bisa jadi tidak hanya mengandung sebuah

Page 34: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Praanggapan tetapi mungkin lebih dari satu.• Contoh: • Jelaskah, hukum telah dipakai untuk membunuh

rasa keadilan. Jika demikian, masih perlukah mematuhi hukum? (Sabili hal: 18).

• Hukum berlaku tidak adil• Hukum telah disalahgunakan• Hukum tidak harus dipatuhi• Tidak ada kepastian hukum

Page 35: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Unsur Grafis dalam wacana peliputan Ba’asyir.

• Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh wartawan yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, unsur grafis ini biasanya muncul pada bagian tulisan yang berbeda dengan tulisan lainnya.

Page 36: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Pemakaian huruf tebal,huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar, grafik gambar atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan/ Pemakaian angka-angka untuk mensugesti kebenaran, ketelitian, dan posisi daei suatu laporan. Unsur grafis seperti foto dapat menimbulkan bukan hanya makna tertentu tetapi praktik pemarjinalan seseorang (Eriyanto,2001:258)

Page 37: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Elemen Metafora

• Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Pemakaian metafora bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk memahami makna suatu teks

Page 38: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)

• Metafora tertentu digunakan oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, landasan pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.

• Contoh:• Jika hukum ditegakkan sembari membunuh rasa

keadilan, untuk apalagi mematuhinya? Jika asas legal formal dikedepankan sambil menyembunyikan kepatutan, untuk apalagi didengarkan? Dan Jika dolar telah mengalahkan nurani, duh aparat….

Page 39: Analisis kritis wacana perspektif kognisi sosial (2)