analisis kondisi cuaca saat kejadian hujan ......2018/03/22  · hujan sangat lebat dengan...

12
ANALISIS KONDISI CUACA SAAT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI SAMARINDA (STUDI KASUS TANGGAL 21-22 MARET 2018) Brian Eko Permadi . Ana Kaniya Annisa Stasiun Meteorologi Temindung Samarinda Email : [email protected] ABSTRAK Terjadinya cuaca ekstrem khususnya hujan ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor yang merugikan atau berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Kejadian ini umumnya disebabkan adanya curah hujan yang turun dengan intensitas tinggi ditambah dengan keadaan topografi suatu wilayah, luasan daerah serapan air dan sistem drainase. Fenomena kejadian hujan lebat pada tanggal 21 Maret 2018 yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah di Samarinda, sehingga merendam 1000 rumah warga, merusak fasilitas umum seperti sekolah, perguruan tinggi, pasar, serta pelayanan publik lainnya seperti yang diberitakan (Merdeka.com) sehingga mengganggu aktifitas masyarakat. Berdasarkan data analisis skala global, skala sinoptik dan skala lokal terlihat adanya daerah konvergensi yang merupakan daerah pertemuan angina dan menjadi pemicu pertumbuhan awan konvektif yang sangat luas hampir menutupi seluruh wilayah Samarinda. Kata Kunci : Cuaca Ekstrem, Banjir, Analisa Cuaca, Konvergensi 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan wilayah tropis yang memiliki karakteristik cuaca yang unik dibandingkan wilayah yang lainnya di permukaan bumi. Indonesia memilika cuaca yang bervariasi di setiap daerah dan beriklim tropis sehingga setiap tahunnyamengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini berkaitan dengan system Monsun. Musim hujan biasanya terjadi selama Oktober Maret setiap tahunnya (Swiranto & Basuki, 2003). Wilayah Indonesia terdiri atas lautan dan daratan dimana luas lautan lebih besar dibandingkan daratannya, Indonesia berpotensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan ekstrem, hujan lebat, angin kencang dan sebagainya. Terjadinya cuaca ekstrem khususnya hujan ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor yang merugikan atau

Upload: others

Post on 25-Apr-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KONDISI CUACA

SAAT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI SAMARINDA

(STUDI KASUS TANGGAL 21-22 MARET 2018)

Brian Eko Permadi . Ana Kaniya Annisa

Stasiun Meteorologi Temindung Samarinda

Email : [email protected]

ABSTRAK

Terjadinya cuaca ekstrem khususnya hujan ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya

banjir, tanah longsor yang merugikan atau berdampak buruk bagi kelangsungan hidup

manusia. Kejadian ini umumnya disebabkan adanya curah hujan yang turun dengan

intensitas tinggi ditambah dengan keadaan topografi suatu wilayah, luasan daerah

serapan air dan sistem drainase. Fenomena kejadian hujan lebat pada tanggal 21 Maret

2018 yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah di Samarinda, sehingga merendam

1000 rumah warga, merusak fasilitas umum seperti sekolah, perguruan tinggi, pasar, serta

pelayanan publik lainnya seperti yang diberitakan (Merdeka.com) sehingga mengganggu

aktifitas masyarakat. Berdasarkan data analisis skala global, skala sinoptik dan skala

lokal terlihat adanya daerah konvergensi yang merupakan daerah pertemuan angina dan

menjadi pemicu pertumbuhan awan konvektif yang sangat luas hampir menutupi seluruh

wilayah Samarinda.

Kata Kunci : Cuaca Ekstrem, Banjir, Analisa Cuaca, Konvergensi

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan wilayah tropis yang memiliki karakteristik cuaca yang unik

dibandingkan wilayah yang lainnya di permukaan bumi. Indonesia memilika cuaca yang

bervariasi di setiap daerah dan beriklim tropis sehingga setiap tahunnyamengalami dua

musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini berkaitan dengan system

Monsun. Musim hujan biasanya terjadi selama Oktober – Maret setiap tahunnya (Swiranto

& Basuki, 2003).

Wilayah Indonesia terdiri atas lautan dan daratan dimana luas lautan lebih besar

dibandingkan daratannya, Indonesia berpotensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan

ekstrem, hujan lebat, angin kencang dan sebagainya. Terjadinya cuaca ekstrem khususnya

hujan ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor yang merugikan atau

berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Kejadian ini umumnya disebabkan

adanya curah hujan yang turun dengan intensitas tinggi ditambah dengan keadaan topografi

suatu wilayah, luasan daerah serapan air, sistem drainase dan kebiasaan masyarakat

(Suyono dkk, 2000).

Hasil observasi di Stasiun Meteorologi Temindung Samarinda bahwa telah terjadi hujan

yang lebat melanda kota Samarinda, Kalimantan Timur. Dari berita yang beredar di media

(Merdeka.com) bahwa di beberapa kecamatan di Kota Samarinda terendam banjir Seperti

di Kecamatan Sempaja, Samarinda Serbang, Loa Janan, Samarinda Utara yang

mengakibatkan 1000 rumah warga terendam banjir, merendam insfrastruktur umum seperti

gedung sekolah, perguruan tinggi, pasar dan jalan sehingga mengganggu aktifitas

masyarakat sekitar.

Penelitian ini akan mencoba menganalisis penyebab terjadinya hujan lebat di Kota

Samarinda yang tercatat pada tanggal 21 Maret 2018 jam 10.00 WITA hingga jam 01.00

WITA curah hujan yang terukur sebesar 88 m, dalam analisis kali ini hujan yang terukur

dapat dikatakan masuk dalam kategori hujan lebat.

Menurut BMKG (2003), Intensitas hujan dibagi menjadi :

a. Hujan sangat ringan dengan intensitas kurang dari 1 mm perjam atau kurang dari 5

mm per 24 jam.

b. Hujan ringan dengan intensitas antara 1-5 mm perjam atau 5 – 20 mm per 24 jam.

c. Hujan sedang dengan intensitas antara 5-10 mm perjam atau 21 – 50 mm per 24 jam.

d. Hujan lebat dengan intensitas antara 10 – 20 mm per jam atau 51 – 100 mm per jam

24 jam.

e. Hujan sangat lebat dengan intensitas lebih besar dari 20 mm per jam atau lebih besar

daripada 100 mm per 24 jam.

2. DATA

2.1 Data

Data yang digunakan dalam analisis kondisi atmosfer ini adalah data MJO (Madden

Julion Oscillation), data Analisa SST dan Anomalinya, data angin 3000 feet, data

kelembaban per lapisan, data citra satelit dan citra radar sebelum dan setelah kejadian.

Serta data hujan dari Stasiun Meteorologi Temindung Samarinda.

2.1.1 Data MJO (Madden Julion Oscillation)

Data Analisa SST yang penulis gunakan menggunakan data bom.gov.au tanggal 20

Maret 2018.

2.1.2 Data Analisa SST dan Anomali SST

Data Analisa SST yang penulis gunakan menggunakan data SST dan data Anomali

SST dari NCEP-NOAA keluaran sub bidang prediksi cuaca BMKG tanggal 21 Maret

2018.

2.1.3 Data Angin 3000 feet

Data Angin yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan data streamline keluaran

sub bidang prediksi cuaca BMKG tanggal 21 Maret 2018 Jam 12.00 UTC.

2.1.4 Data Kelembaban

Data Kelembaban yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan perlapisan dari

lapisan 850mb – 200mb tanggal 21 Maret 2018 Jam 12.00 UTC.

2.1.5 Data Citra Satelit dan Citra Radar

Data Citra Satelit dan citra radar yang digunakan dalam penelitian ini adalah jam

15.00 UTC sampai jam 16.00 UTC.

2.1.6 Data Curah Hujan

No Pos Hujan Jumlah Kategori Hujan

1 Stamet Temindung 88.5 mm Hujan Lebat

2 Kota Bangun 98 mm Hujan Lebat

3 Samarinda Utara 32 mm Hujan Sedang

4 Anggana 63 mm Hujan Lebat

5 Tenggarong 110 mm Hujan Sangat Lebat

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Madden Julian Oscilation

MJO (Madden Julian Oscilation) merupakan salah satu gangguan cuaca yang dapat

mempengaruhi intensitas hujan jika MJO sedang aktif di wilayah Indonesia. MJO terakhir

terpantau tanggal 21 Maret 2018 berada pada fase 3 dan didalam lingkaran (lemah), artinya

kondisi ini tidak berdampak pada penambahan massa udara di wilayah Indonesia termasuk

di wilayah Samarinda.

Gambar 1. Madden Julian Oscilation (MJO) tanggal 21 Maret 2018

3.2 Analisis Sea Surface Temperature

Data Model Analisis SST tanggal 21 Maret 2018 menunjukan bahwa suhu muka laut di

wilayah perairan Indonesia cukup hangat dengan nilai 29 – 31 ᵒC serta Analisis Anomali

SST bernilai positif +0 - +0.5 o C di sekitar wilayah perairan Kalimatan Timur Kondisi suhu

muak laut yang hangat ini menunjukan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga

berdampak pada tingginya pertumbuhan awan.

Gambar 2. Sea Surface Temperature tanggal 21 Maret 2018

Gambar 3. Anomali Sea Surface Temperature tanggal 21 Maret 2018

3.3 Analisis Angin 3000 feet

Data analisis pola arus udara (Streamline) pada tanggal 21 Maret 2018 jam 12.00 UTC

menunjukan adanya konvergensi diatas wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Hal inilah

yang memicu pertumbuhan awan konvektif di wilayah Samarinda.

Gambar 4. Streamline tanggal 21 Maret 2018.

3.4 Analisis Kelembaban

Data analisis yang digunakan dalam tulisan ini merupakan data kelembaban lapisan

925mb, 850mb, 700mb,dan 500mb pada tanggal 21 Maret 2018.

Gambar 5. Kelembaban lapisan 850 mb – 500 mb.

Nilai RH pada lapisan permukaan hingga lapisan 500mb berkisar antara 70-80 %. Kelembaban udara

yang basah ini mendukung proses konveksi skala local.

3.5 Analisis Citra Satelit

Data citra satelit yang ditampilkan penulis merupakan data tanggal 21 Maret 2018 mulai

pukul 14.00 UTC sampai dengan 17.00 UTC. Terlihat jelas pertumbuhan awan konvektif

pada jam 14.00 UTC terus berkembang hingga puncaknya pada jam 16.00 UTC dengan

suhu puncak awan -100 oC.

Gambar 6. Data Citra Satelit

Menurut Gambar satelit cloud type Jam 14.00 UTC, awan ini merupakan awan Cumulonimbus

(CB) yang menyebabkan hujan lebat di wilayah Samarinda dan sekitarnya.

3.6 Analisis Citra Radar

Data citra radar Balikpapan pada tanggal 21 Maret 2018 menunjukan adanya pertumbuhan

dan pergerakan awan konvektif dari jam 15.52 UTC sampai dengan 17.02 UTC,

pertumbuhan awan menyebar secara sporadis hampir menutupi seluruh wilayah

Samarinda, awan tersebut bertahan hingga 1 jam 52 menit.

Gambar 7. Data Citra radar

4. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis kondisi atmosfer di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian hujan

lebat yang terjadi di wilayah Samarinda dan sekitarnya pada tanggal 21 Maret 2018, yang

menyebabkan banjir diakibatkan oleh suhu muka laut yang cenderung hangat, kelembaban

udara yang cenderung basah serta adanya konvergensi di wilayah Kalimantan Timur.

Kondisi ini yang mendukung pembentukan awan-awan konvektif, seperti awan

Cumulonimbus yang menimbulkan hujan lebat.

5. DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/peristiwa/diguyur-hujan-hampir-12-jam-lebih-1000-rumah-di-

samarinda-terendam-banjir.html . Diakses tanggal 22 Maret 2018

http://web.meteo.bmkg.go.id/id/pengamatan/analisis-parameter-cuaca/analisis-model-

12-utc . Diakses tanggal 22 Maret 2018

http://web.meteo.bmkg.go.id/id/pengamatan/sea-surface-temperature-analysis . Diakses

tanggal 22 Maret 2018

Suyono, H., Satyaning, A., Boer, R., Agus, P., Ribudiyanto, K., Supiatna, J., Subarna,

Leni, Linarka, U., Satyaningsih, R., Noviati, S., dan Kumalawati, R, 2009, Kajian

Cuaca Ekstrim di Wilayah Indonesia, Puslitbang BMKG, Jakarta.

Lampiran I

Sumber Berita